• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengetahuan Ibu Tentang Bahaya Zat Pewarna Makanan Pada Kesehatan Anak Usia 3 -5 Tahun Di Gampong Rawang Itek Kab Aceh Utara Prov Aceh

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengetahuan Ibu Tentang Bahaya Zat Pewarna Makanan Pada Kesehatan Anak Usia 3 -5 Tahun Di Gampong Rawang Itek Kab Aceh Utara Prov Aceh"

Copied!
82
0
0

Teks penuh

(1)

Lampiran 1

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI PESERTA

PENELITIANPENGETAHUAN IBU TENTANG BAHAYA ZAT PEWARNA MAKANAN PADA KESEHATAN ANAK USIA 3 – 5 TAHUN

DI GAMPONG RAWANG ITEK KAB. ACEH UTARA

PROVINSI ACEH

OLEH : CHAIRUL MUNIR NIM 121121061

Saya adalah mahasiswa Fakultas Keperawatan USU Medan, Saat ini saya sedang melakukan penelitan dengan tujuan untuk menggambarkan Pengetahuan Ibu Tentang Bahaya Zat Pewarana Makanan Pada Kesehatan Anak Usia 3-5 tahun di Gampong Rawang Itek Kab Aceh Utara Prov Aceh .

Penelitian ini adalah salah satu kegiatan dalam menyelesaikan tugas skripsi di fakultas keperawatan USU Medan. Saya mengharapkan kesediayaan ibu mengisi kuesioner dengan jujur tanpa di pengaruhi oleh orang lain. Jika bersdia silahkan menandatangani lembar persetujuan ini sebagai bukti kesukarelaan ibu

Partisipasi ibu dalam penelitian ini bersifat sukarela sehingga bebas untuk mengundurkan diri setiap saat tanpa sangsi apapun, identias ibu dan semua informasi yang di berikan akan di rahasiakan dan hanya digunakan untuk penelitian ini. Terima kasih atas partisipasi ibu.

Tanggal :

(2)

Lampiran 2

KUISIONER PENELITIAN PENGETAHUAN IBU TENTANG BAHAYA ZAT PEWARNA MAKANAN PADA KESEHATAN ANAK USIA 3 – 5

TAHUN DI GAMPONG RAWANG ITEK KAB. ACEH UTARA PROVINSI ACEH

Petunjuk Pengisian : Ibu diharapkan :

1. Menjawab setiap pertayaan dengan memberikan tanda check list ( √ ) pada tempat yang disediakan.

2. Semua pernyataan harus dijawab.

3. Tiap satu pernyataan diisi dengan satu jawaban.

4. Bila ada yang kurang mengerti dapat di tanyakan pada peneliti

A. Data Demografi

Kode : (diisi oleh peneliti)

Usia anak balita : ….. tahun Usia responden : ….. tahun

Pendidikan : SD SMP SMA

Pekerjaan : PNS Swasta

(3)

Pengasilan : <Rp 850.000

Rp 850.000 – Rp1.700.000 Rp 1,700.000 – Rp 2.550.000 Rp 2.550.000 – Rp 3.400.000 >Rp 3.400.000

Pernahkah ibu mendapatkan informasi tentang bahaya zat pewarna makanan Pernah

Tidak pernah

Jika pernah dari mana informasi yang ibu dapatkan

:TV/Radio Koran

(4)

B. Kuisioner Penelitian Pengetahuan Ibu Tentang Bahaya Zat Pewarna Pada KesehatanAnak

Petunjuk: Berilah tanda check list( √ ) pada kolom “benar” dan “salah”

No Pertanyaan penelitian benar salah

1. Pewarna makanan adalah suatu zat yang ditambahkan kedalam makanan untuk meningkatkan kesegaran dan kematangan makanan.

2. Pewarna makanan bertujuan untuk menambah aroma dan rasa makanan.

3. Zat pewarna buatan baik untuk kesehatan.

4. Pewarna alami adalah pewarna yang dihasilkan dari tumbuhan dan hewan seperti kunyit untuk warna kuning dan daun suji untuk warna hijau.

5. Umumnya pewarna alami aman untuk digunakan walaupun dalam jumlah yang sangat kecil.

6. Jenis–jenis zat pewarna ada 3 yaitu alami, buatan dan pewarna pakaian.

(5)

8 Karamel dihasilkan dari pemanasan gula tebu sampai pada suhu sekitar 170 °C.

9. Daun suji menghasilkan warna hijau, misalnya pada dadar gulung, kue bika, atau kue pisang.

10 Karamel cairdan karamel kering sering digunakan untuk roti dan biscuit.

11 Gula kelapa selain berfungsi sebagai pemanis, juga memberikan warna merah kecoklatan pada minuman es kelapa ataupun es cendol .

12 Mengkonsumsi makanan yang mengandung zat pewarna buatan secara berlebihan akan membuat anak lebih aktif.

13 Bahan makanan dengan warna yang menarik dan aroma yang menyengat baik dikonsumsi untuk anak–anak. 14 Jenis pewarna makanan seperti karamel dapat

menimbulkan gangguan pada sistem saraf.

15 Zat pewarna makanan buatan dapat menimbulkan reaksi alergi pada pernafasan.

(6)

rumah.

17 Zat pewarna pakaian boleh digunakan sebagai zat pewarna makanan.

18 Diare adalah gejala awal dari kelebihan mengkonsumsi zat pewarna buatan dan pakaian.

19 Makanan yang mengandung zat pewarna pakaian dapat mengakibatkan gangguan fungsi hati dan kanker

20 Ciri-ciri makanan yang mengandung zat pewarna pakaian yaitu warnanya mencolok, adanya gumpalan warna pada makanan dan adanya rasa pahit.

21 Saos,sirup,kerupuk dan permen adalah makanan yang paling sering mengandung zat pewarna pakaian.

22 Kelemahan pewarna alami yaitu menghasilkan karakteristik warna yang lebih pudar dan kurang stabil. 23 Secara kualitas dibutuhkan zat pewarna alami yang lebih

banyak dari pada pewarna sintesis untuk menghasilkan tingkat warna yang sama.

24 Wortel dan pepayamenghasilkan warna jingga sampai merah.

(7)

26 Kunyit memberi warnakuning pada makanan misalnya tahu, bumbu Bali atau nasi kuning.

27 Cabai merah juga menghasilkan zat warna merah pada makanan, misalnya sambal goreng.

28 Pewarna buatan tidak menghasilkan rasa dan aroma yang mengganggu.

29 Zat pewarna makanan yang di perbolehkan oleh pemerintah yaitu pewarna buatan dan pakaian.

(8)

KR 21

No Resp

Lampiran Uji Reliabilitas Kuesioner Pengetahuan dangan Rumus Nomor Butir Soal

(9)
(10)
(11)
(12)
(13)
(14)
(15)
(16)

CURRICULUM VITAE

DATA PRIBADI

Nama : Chairul Munir

Tempat/Tanggal Lahir : Mns, Pante Buah, 29 Aril 1991

Alamat :Jln Tgk Chik Ditiro, Dusun Tgk Umar No 10 Kecamatan Tanah Jambo Aye Kab Aceh Utara Pov. Aceh

Jenis kelamin : Laki – laki

Anak ke : 1 dari 4 bersaudara

Agama : Islam

Riwayat pendidikan

Tahun 1997 – 2003 : SD N NO 1 Tanah Jambo Aye Aceh Utara

Tahun 2003 – 2006 : Mts Ulumul Qur’an Kota Langsa

Tahun 2006 – 2009 : MA Ulumul Qur’an Kota Langsa

Tahun 2009 – 2012 : Diploma-III jurusan Keperawatan Helvetia Medan

(17)
(18)
(19)
(20)
(21)
(22)

Daftar Pustaka

.

Arikunto.S. (2006).Prosedur penelitian suatu pendekatan praktik , Jakarta: rineka cipta

(2010).Prosedur penelitian suatu pendekatan praktik , Jakarta: rineka cipta

Ansawar, Muhammad. (2011). Gambaran Pengetahuan Ibu Tentang Zat Pewarna Yang Baik Digunakan Pada Pengolahan Makanan Di Desa Air Balam Kecamatan Koto Balingka,Medan; akademi keperawatantidak dipublikasikan

Arisman. (2009). Keracunan Makanan/ Buku Ajar Ilmu Gizi, Jakarta : ECG

Ayu. (2004). Kumpulan Prosa yang Jelita yang Cerita: Suami Ibu, SuamiSaya, Jakarta: PT Metafor Intermedia Indonesia

Cahyadi, Wisnu. (2009). Analis Dan Aspek Kesehatan Bahan Tambahan Pangan, Ed.2, Cetakan.2. Jakarta: Bumi Aksara

Dedi, Misbahatori. (2013). Pewarna alami pada makanan dan minuman,

http://klinikpengobatanalami.wordpress.com/2013/05/07/pewarna-alami-pada-makanan-dan-minuman

Hemanyana (2010) Gambaran Pengetahuan Ibu Terhadap Bahaya Zat Pewarna Makanan Pada Kesehatan Anak (usia 2-5tahun) Di Desa Pondok Gajah Kabupaten Benar Meriah, Banda Aceh :Polteknik Kesehatan Jurusan Kebidanan ,Tidak Dipublikasikan

Hidayat, Aziz A.A. (2007). Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah, Edisi 2, Jakarta: Salemba Medika.

(2011). Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisis Data, Jakarta: Salemba Medika.

Jahja, Yudrik (2011). Buku Ajar Psikologi Perkembangan. Jakarta: Universitas Negeri Jakarta,

Mubarak, W.I., Chayatin, N., Santoso, B.A. (2009). Ilmu Keperawatan Komunitas Pengantar dan Teori, Buku 1, Jakarta: Salemba Medika

(23)

Moejihi, Sjahmien(2008), pemeliharaan gizi bayi dan balita, Jakarta: Barata Karya Aksara

Nora, Phonna (2011), Gambaran Pengetahuan Dan Sikap Ibu Tentang Bahaya Zat Pewarna Pada Minuman Serbuk Dan Sirup Di Desa Paya Tusam Kecamatan Wampau.Medan; akademi kebidanan . tidak dipublikasikan

Notoatmodjo, S. (2005). Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi, Jakarta: PT. Rineka Cipta.

(2007). Ilmu Kesehatan masyarakat, Jakarta: PT. Rineka Cipta (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan, Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Nurhidayah, Rika Endah (2011). Pendidikan Keperawatan,Medan : USU Press Putri, Dahrani (2010). Warna-Warni Alami 1,: Tabloid Nova.

(2010). Warna-Warni Alami 2,: Tabloid Nova.

Sartono.(2002). Racun Dan Keracunan, Jakarta: Widya Medika

Setiadi.(2007). Konsep dan Penulisan Riset Keperawatan. Edisi: Pertama. Yogyakarta: Graha Ilmu.

(2008). Konsep & Proses Keperawatan Keluarga. Edisi: Pertama. Yogyakarta: Graha Ilmu

Setiawati, S., & Dermawan, A.C. (2008).Penuntun Praktis Asuhan Keperawatan Keluarga,Jakarta: TIM.

Suparlan, S. (2005).Filsafat ilmu pengetahuan, Yogyakarta: Ar-Ruzz Madia. Sudjana. (2005). Metode Statistika, Bandung: Tarsito

Sihombing, Veronica Margaret (2008) Analisa Kadar Zat Pewarana Kuning Pada Tahu Yang Di Jual Di Pasar – Pasar Tradisonal Di Medan, Medan ; fakultas kesehatan masyarakat universitas Sumatra utara.

(24)

BAB 3

KERANGKA KONSEPTUAL 3.1 Kerangka Konsep

Kerangka konsep merupakan model konseptual yang berkaitan dengan bagaimana seorang peneliti menyusun teori atau menghubungkan secara logis beberapa faktor yang dianggap penting untuk masalah (Hidayat, 2007).

Skema : 3.1 Kerangka konsep penelitian

Tabel 3.1

Defenisi Operasional

No Variabel Defenisi Alat Ukur Hasil Ukur Skala

1 Pengetahuan Suatu pemahaman ibu tentang bahaya Pengetahuan ibu tentang bahaya

(25)

meliputi

pengertian, jenis – jenis zat pewarna dan makanan dan bahaya yang timbul akibat zat pewarna makanan.

1. Salah 2. Benar Dengan peryataan positif 1. Salah = 0 2. Benar = 1 dengan peryataan negative 1. Salah = 1 2. Benar = 0

(26)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian

Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif yang bertujuan untuk mengetahui pengetahuan ibu tentang bahaya zat pewarna makanan pada kesehatan anak usia 3-5 tahun di Gampong Rawang Itek Kab Aceh Utara Prov Aceh.

4.2 Populasi dan Sampel Penelitian 4.2.1Populasi Penelitian

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: objek/subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu (Hidayat, 2011). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Ibu yang memiliki anak usia 3 – 5 tahun yang bertempat tinggal di Gampong Rawang itek Kab Aceh Utara Prov Aceh. Berdasarkan data yang di dapat dari Gampong Rawang itek Kab Aceh Utara Prov Aceh, ibu – ibu yang memiliki anak usia 3 - 5 tahun yaitu 450 ibu pada tahun 2012 (Geuchik Gampong ,2013).

4.2.2 Sampel Penelitian

Teknik pengambilan sampel yang dilakukan adalah dengan carasimple radom sampling, yaitu pengambilan sampel secara acak dengan cara mengundi semua

anggota populsi (Notoatmodjo, 2010).

(27)

b.Tinggal satu rumah

c.ibu yang memiliki pendidikan SD s/d SMA

Dengan jumlah populasi yang di peroleh maka ditentukan sampel dengan menggunakan rumus:

N

1 + N (d)2 Keterangan : N = Besar populasi n = Besar sampel

d = tingkat kepercayaan atau ketetapan yang diinginkan (0,1) (Notoatmodjo, 2010).

jumlah sampel Ibu yang memiliki anak usia 3 – 5 tahun :

450 1 + 450 (0,1)2 450 1 + 4,5 450 5,5

n = 81 responden n =

n =

n =

(28)

4.3 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan diGampong Rawang itek Kab Aceh Utara Prov Aceh.Adapun alasan memilih lokasi tersebut karena menurut GeuchikGampong Rawang itek Kab Aceh Utara Prov Aceh terdapat keluarga yang memiliki anak 3 -5 tahun. Hasil survei terdapat 4 dusun dengan jumlah 733 KK (Kepela Keluarga) dan ibu –ibu yang memiliki anak usia 3 – 5 tahun 450 ibudan waktu dimana lokasi penelitian ini dekat dengan tempat tinggal peneliti, serta belum pernah dilakukan penelitian tentang pengetahuan ibu tentang bahaya zat pewarna makanan pada kesehatan anak usia 3 – 5 tahun. Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan 11 Oktober – 11 November 2013.

4.4 Pertimbangan Etik

Dalam melakukan penelitian ini permohonan izin diajukan dari Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.Selanjutnya izin penelitian disampaikan kepada Geucik Gampong Rawang Itek Kab.Aceh Utara Prov. Aceh agar penelitian dapat dilaksanakan. Pada pelaksanaan penelitian, calon responden diberikan penjelasan tentang informasi esensial dari penelitian yang akan dilakukan, antara lain tujuan, manfaat, kegiatan dalam penelitian serta hak-hak responden dalam penelitian ini.

(29)

diberi nomor kode tertentu. Kerasiaan informasi yang diberikan oleh responden dijamin oleh peneliti (Setiadi, 2007).

4.5 Instrumen Penelitian

Instrument yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner yang dimodifikasi oleh peneliti dengan berpedoman pada konsep dan tinjauan pustaka.Instrumen pada penelitian ini terdiri dari 2 bagian, yaitu data demografi responden dan kuesioner pengetahuan ibu tentang bahaya zat pewarna makanan pada kesehatan anak.

Data demografi mencakup, umur responden, usia balita, tingkat pendidikan, pekerjaan, pengasilan per bulan, dan dari mana responden mendapatkan informasi.

Kuesioner pengetahuan terdiri dari 30 pertanyaan yaitu defenisi zat pewarna ada 2 pernyataan (nomor 1 dan 2), jenis – jenis zat pewarna makanan 18 pernyataan (nomor 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 17, 22, 23, 24, 26, 27, 28, 29 dan 30), makanan 3 pernyataan (nomor 13, 16,dan 25 ) bahaya zat pewarna makanan 7 pernyataan (nomor 12, 14, 15, 18, 19, 20,dan 21). Dalam kuesioner ini terdapat 24 pernyataan positif yaitu nomor 1, 4, 5, 7, 8 ,9,10, 11,12, 14, 15, 16, 18 , 19 , 20, 21, 22 , 23, 24, 25, 26, 27, 28 dan 30. Sedangkan pernyataan negatif terdiri dari 6 pernyataan yaitu nomor 2,3 6, 13,17 dan 29,).

(30)

pernyataan negatif adalah benar (skor 0) dan salah (skor 1). Total skor diperoleh terendah yaitu 0 yang tertinggi 30. Semakin tinggi skor maka semakin baik pengetahuan ibu tentang bahaya zat pewarna pada kesehatan anak.

Berdasarkan rumus statistik menurut Sudjana (2005) adalah:

P

=

��������

Keterangan:

P = panjang kelas/interval R = Rentang

Sementara kategori adalah 3 yaitu baik, cukup, dan kurang. Maka:

P = 30

3

P =10

Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan Baik : apabila mendapat nilai 21 30 Cukup : apabila mendapat nilai 11 20 Kurang : apabila mendapat nilai 0 10

4.6 Validitas dan Reliabilitas 4.6.1Uji Validitas

(31)

Dengan kata lain secara sederhana dapat dikatakan bahwa sebuah instrument dianggap valid jika instrument itu benar-benar dapat dijadikan sebagai alat ukur untuk mengukur apa yang akan diukur (Setiadi, 2007). Uji validitas dilakuakan secara konten validity kepada ahlinya yaitu dosen keperawatan anak yaitu ibu Nur Asnah Sitohang, S.Kep., Ns,.M.Kep Uji validitas dilakukan dengan menggunakan Conten validity sehingga diperoleh nilai indeks (CVI). Dikatakan valid jika CVI > 0,75 (Notoatmodjo,2010).Hasil validitas pada intrumen ini dengan CVI 0,9

4.6.2 Uji Reliabilitas

Untuk mengetahui kepercayaan (reliabilitas) instrumen akan dilakukan uji reabilitas instrumen sehingga dapat digunakan untuk mengetahui seberapa besar derajat atau kemampuan alat ukur untuk mengukur secara konsisten sasaran yang akan diukur (Notoatmodjo, 2010).

Dalam penelitian dilakukan uji reliabilitas pada 10 orang dengan 30 item pertanyaaan yang dilakukan pada bulan Oktober di Gampong Rawang Itek. Uji reliabilitas ini menggunakan KR-21 karena memiliki instrumen dengan jumlah pertanyaan genap. Adapun hasil uji reliabelitas yang didapatkan dari hasil pengetesan pada 10 responden dengan menggunakan KR-21 yaitu menunjukkan hasil 0,74 dinyatakan reliabel.

(32)

4.7 Pengumpulan Data

Prosedur pengumpulan data dalam penelitian deskriptif ini dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Mengajukan permohonan izin pelaksanaan penelitian pada institusi pendidikan Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

b. Mengirimkan permohonan izin yang diperoleh ke tempat penelitian (Gampong Rawang Itek kecamatan Tanah Jambo Aye Kabupaten Aceh Utara Provinsi Aceh . c. Setelah mendapat izin dariGampong Rawang Itek kecamatan Tanah Jambo Aye

Kabupaten Aceh Utara Provinsi Aceh peneliti melakukan survey awal terlebih dahulu dengan di damping Geuchik Gampong. Kemudian peneliti terlebih dahulu menentukan sampel dari jumlah populasi yang telah didapatkan dari Geuchik Gampong Rawang Itek.

d. Setelah itu peneliti melakukan penelitian di Gampong Rawang Itek dengan mendatangi responden dari rumah ke rumah.

e. Di saat menemui responden peneliti memberikan kuesioner kepada responden yang telah bersedia mengisi lembar persetujuan.

f. Menjelaskan kepada calon responden tentang prosedur, manfaat penelitian dan cara pengisian kuesionar.

(33)

4.8 Analisa Data

(34)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1Hasil Penelitian

Pada bab ini diuraikan data hasil penelitian dan pembahasan. Penelitian yang telah dilakukan dari tanggal 110ktober sampai dengan 11November 2013 pada ibu-ibu yang mempunyai anak usia 3-5 tahun tentangbahaya zat pewarna makanan di Gampong Rawang Itek Kab. Aceh Utara. Prov, Aceh dengan jumlah responden 81 orang. Penyajian hasil analisa data dalam penelitian ini meliputi deskriptif karakteristik responden, dan pengetahuan ibu tentang bahaya zat pewarna makan pada kesehatan anak usia 3-5 tahun.

5.2Karakteristik Responden

Hasil penelitian terkait karakteristik responden dengan jumlah responden 81 orang didapat mayoritas usia ibu 34-36 tahun sebanyak 22 orang (27,2%),mayoritas usia balita 3 tahun sebanyak 40 orang (49,4%), dengan mayoritas pendidikan terakhir SMA sebanyak 42 orang (451,8%), mayoritas pekerjaan ibu Swasta sebanyak 46 orang (56,8%) yang mayoritas memiliki penghasilan perbulannya 1.700.000-2.550.000 sebanyak 24 orang (29,6%), pernah mendapatkan informasi tentang bahaya zat pewarna makanan (100%) dan mayoritas responden mendapatkan informasi dari

(35)

Tabel 5.1. Distribusi frekuensi dan persentasi karakteristik responden (n=81)

Pernah mendapatkan sumber informasi tentang bahaya zat pewarna makanan

Pernah 81 100

(36)

Jika pernah dari mana informasi didapatkan

TV/Radio 56 69,1

Internet 8 9,8

Koran 7 8,6

Petugas Kesehatan 10 12,3

DLL 0 0

5.3 Hasil jawaban dari peryataan reponden

Dari hasil penelitian ini menemukan bahwa mayoritas responden (37-96,3) mengetahui jenis-jenis pewarna makanan, hanya 4 dari 18 pertanyaan dari jenis-jenis pewarna makanan yang kurang di ketahui oleh responden yaitu pada pernyataan tentang pemahaman zat pewarna (pernyataan no 3), pembagian zat pewarna (pernyataan no 6) dan pewarna yang boleh di konsumsi (pernyataan no17 dan 29) pada keempat pernyataan ini tidak sampai 45% responden mampu manjawab dengan benar. Dan menemukan mayoritas responden (22-66%) mengetahui tentang makanan, hanya 1 dari 3 pernyataan tentang makanan yang kurang diketahui oleh responden yaitu pada pernyataan kandungan zat pewarna makanan dalam makanan (pernyataan no 25)

Peneliti juga menemukan bahwa lebih dari 60% responden mengetahui defenisi dari zat pewarna makanan .untuk lebih jelas hasil pernyataan responden mengetahui bahaya zat pewarna makanan, untuk lebih jelas hasil pernyataan responden bedasarkan pengetahuan ibu tentang bahaya zat pewarna makanan pada kesehatan anak dapat dilihat tabel 5.3

Tabel 5.2 pengetahuan ibu tentang bahaya zat pewarna makanan pada kesehatan anak usia 3-5 tahun (n=81) di Gampong Rawang Itek Kab. Aceh Utara Provinsi Aceh

No Berdasarkan Pengetahuan Ibu Benar N (%)

Salah N (%) Nilai Nilai 1 Pewarna makanan adalah suatu zat yang

ditambahkan kedalam makanan untuk meningkatkan kesegaran dan kematangan makanan.

57 (70,4) 1

24 (29,6) 0 2 Pewarna makanan bertujuan untuk menambah

aroma dan rasa makanan.

20 (24,7) 0

(37)

3 Zat pewarna buatan baik untuk kesehatan. 51 (63) 0

30 (37) 1 4 Pewarna alami adalah pewarna yang dihasilkan

dari tumbuhan dan hewan seperti kunyit untuk warna kuning dan daun suji untuk warna hijau.

79 (97,5) 1

2 (2,5) 0 5 Umumnya pewarna alami aman untuk digunakan

walaupun dalam jumlah yang sangat kecil.

78 (96,5) 1

3 (3,7) 0 6 Jenis–jenis zat pewarna ada 3 yaitu alami, buatan

dan pewarna pakaian.

39 (48,1) 0

42 (51,9) 1 7 Zat pewarna buatan harus melalui berbagai

prosedur pengujian sebelum dapat digunakan sebagai pewarna pangan.

71 (87,6) 1

10 (12,4) 0 8 Karamel dihasilkan dari pemanasan gula tebu

sampai pada suhu sekitar 170 °C.

72 (88,9)

1

9 (11,1)

0 9 Daun suji menghasilkan warna hijau, misalnya

pada dadar gulung, kue bika, atau kue pisang.

77 (95) 1

4 (5) 0 10 Karamel cairdan karamel kering sering

digunakan untuk roti dan biscuit.

80 (98,8) 1

1 (1,2) 0 11 Gula kelapa selain berfungsi sebagai pemanis,

juga memberikan warna merah kecoklatan pada minuman es kelapa ataupun es cendol .

65 (80,2) 1

16 (19,8) 0 12 Mengkonsumsi makanan yang mengandung zat

pewarna buatan secara berlebihan akan membuat anak lebih aktif.

37 (45,7) 1

44 (54,3) 0 13 Bahan makanan dengan warna yang menarik dan

aroma yang menyengat baik dikonsumsi untuk anak–anak.

51 (63) 1

30 (37) 0 14 Jenis pewarna makanan seperti karamel dapat

menimbulkan gangguan pada sistem saraf.

30 (37) 0

51 (63) 1 15 Zat pewarna makanan buatan dapat menimbulkan

reaksi alergi pada pernafasan.

72 (88,9) 1

9 (11,1) 0 16 Cara yang paling baik untuk menghindari

makanan dan minuman yang terpapar zat pewarna buatan di sekolah dengan memberikan bekal makanan dan minuman dari rumah.

66 (81,4)

1

32 (39,6)

(38)

17 Zat pewarna pakaian boleh digunakan sebagai zat 18 Diare adalah gejala awal dari kelebihan

mengkonsumsi zat pewarna buatan dan pakaian.

51 (63) 1

30 (37) 0 19 Makanan yang mengandung zat pewarna pakaian

dapat mengakibatkan gangguan fungsi hati dan kanker

67 (82,7) 1

14 (17,3) 0 20 Ciri-ciri makanan yang mengandung zat pewarna

pakaian yaitu warnanya mencolok, adanya gumpalan warna pada makanan dan adanya rasa pahit.

70 (86,4) 1

11 (13,6) 0 21 Saos,sirup,kerupuk dan permen adalah makanan

yang paling sering mengandung zat pewarna pakaian.

69 (85,2) 1

12 (14,8) 0 22 Kelemahan pewarna alami yaitu menghasilkan

karakteristik warna yang lebih pudar dan kurang stabil.

71 (87,6) 1

10 (12,4) 0 23 Secara kualitas dibutuhkan zat pewarna alami

yang lebih banyak dari pada pewarna sintesis untuk menghasilkan tingkat warna yang sama.

75 (92,6) 1

6 (7,4) 0 24 Wortel dan pepayamenghasilkan warna jingga

sampai merah.

71 (87,6) 1

10 (12,4) 0 25 Setiap makanan yang mengandung zat pewarna

buatan akan bermanfaat oleh tubuh.

58 (71,6) 0

23 (28,4) 1 26 Kunyit memberi warnakuning pada makanan

misalnya tahu, bumbu Bali atau nasi kuning.

78 (96,3) 1

3 (3,7) 0 27 Cabai merah juga menghasilkan zat warna merah

pada makanan, misalnya sambal goreng.

73 (90,1) 1

8 (9,9) 0 28 Pewarna buatan tidak menghasilkan rasa dan

aroma yang mengganggu.

57 (70,4) 1

24 (29,6) 0 29 Zat pewarna makanan yang di perbolehkan oleh

pemerintah yaitu pewarna buatan dan pakaian.

44 (54,3) 0

37 (45,7) 1 30 Buah kakao (coklat) memberikan warna coklat

(39)

5.4Pengetahuan Ibu Tentang Bahaya Zat Pewarna Makanan Pada Kesehatan Anak Usia 3–5 Tahun

Berdasarkan hasil penelitian, pengetahuan ibu tentangbahaya zat pewarna makananpada kesehatan anakusia 3-5 tahun. sebagian besar dari ibu 60 orang dengan kategori baik (74,07%), 20 orang dengan kategori cukup (24,7%), 1 orang dengan kategori kurang (1,23%). Hasil penelitian mengenai pengetahuan ibu tetang bahaya zat pewarna makanan pada kesehatan anak usia 3–5 tahun dapat dilihat pada table 5.2

Tabel 5.3.Pengetahuan ibu tentang bahaya zat pewarna makanan pada kesehatan anak usia 3–5 tahun(n=81)

NO Kategori Pengetahuan Ibu Jumlah Persentase%

1 Baik 60 74,07

2 Cukup 20 24,7

3 Kurang 1 1,23

TOTAL 81 100

5.5Pembahasan

(40)

responden di dapat mayoritas responden memiliki pekerjaan sebagai Wiraswasta (73,17%), pekerjaan adalah suatu aktifitas atau kegiatan yang dilakukan seseorang untuk memperoleh penghasilan guna mempengaruhi kebutuhan hidupanya sehari-hari. Bila ditunjukan dari faktor pekerjaan seseorang yang bekerja dengan lebih berinteraksi dengan orang lain akan lebih banyak menerima informasi yang berisikan pengetahuan dan pengalaman bila dibandingkan dengan orang yang tidak bekerja dan berinteraksi dengan orang lain. Hasil penelitian bahwa mayoritas responden memiliki pekerjaan sebagai wiraswasta yaitu (56,8%), hal ini di sebabkan karena ibu-ibu yang bekerja lebih banyak berinteraksi dengan orang lain, sehingga mendapat informasi lebih banyak dari teman-teman dilingkungan tempat bekerja dengan wawasan yang lebih luas tentang bahaya zat pewarna makanan.

(41)

penghasilan seseorang cenderung semakin panjang rentang kehidupannya dan semakin mudah mengaskes sumber informasi dari berbagai media seperti TV/Radio , internet dan Koran,

Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Aswar (2011), terhadap 91 responden, dengan tujuan menggambarkan pengetahuan ibu tentang zat pewarna yang baik digunakan untuk pengolahan makanan di desa air balam kecamatan koto balingka didapatkan mayoritas responden yang memiliki pengetahuan kurang (76,92%) ini dikarenakan bahwa (87,91%) masih berpendidikan SLTP, sedangkan pada penelitian ini mayoritas responden memiliki pendidikan SLTA (51,9%), hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Suparlan (2005), bahwa pendidikanadalah proses penyampaian bahan atau materi pendidikan oleh pendidik kepada sasaran pendidikan guna mencapai perubahan tingakat perilaku. Pada umumnya pendidikan meningkatkan tingkat intelegensinya.Jadi jelaslah bahwa semakin tinggi pendidikan seseorang maka semakin tinggi pula tingkat pengetahuannya, hal ini disebabkan karena intitusi pendidikan merupakan media untuk membina pengetahuan ibu sehingga makin tinggi pendidikan ibu maka semakin banyak pula informasi yang diperoleh.

(42)

80% responden benar dalam menjawab pernyataan no 4,5,7,8,9,10,11,22,23 ,24,26,27,28 dan 30. Lebih dari 39 orang responden (48,1%) yang salah dalam menjawab (pernyataan nomor 3), yaitu peryataaan Zat pewarna buatan baik untuk kesehatan dalam pernyataan ini 63% reponden menjawab salah, (pernyataan no6) yaitu pernyataan Jenis–jenis zat pewarna ada 3 yaitu alami, buatan dan pewarna pakaian dalam peryataan ini 48,1% responden menjawab salah, (pernyataan nomor17) Zat pewarna pakaian boleh digunakan sebagai zat pewarna makanan dalam pernyataan ini 59,2% responden menjawab salah dan (pernyataan no 29) yaitu pernyataan Zat pewarna makanan yang di perbolehkan oleh pemerintah yaitu pewarna buatan dan pakaian dalam pernyataan ini 54,3% responden menjawab salah.dengan kata lain 14 dari 18 pernyataan dapat dijawab dengan benar oleh para ibu. Hal ini menunjukan bahwa manyoritas ibu telah mengetahui jenis-jenis pewarna makanan. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan terhadap para ibu di Pondok Gajah Kabupaten Bener Meriah Aceh Tengah yang memperlihatkan bahwa 76,55% ibu mengetahui jenis-jenis pewarna makanan.

Bila dilihat dari jawaban responden tentang makanan yang diindentifikasi dengan 3 pernyataan dalam kuesioner, lebih dari 70 % reponden benar dalam menjawab pernyataan nomor 13 dan 16 dan terdapat 58 (71,6%) yang salah dalam menjawab pernyataan no 25 , dengan kata lain 2 dari 3 pernyataan dapat dijawab dengan benar oleh para ibu. Dengan kata lain ibu–ibu telah mengetahui tentang makanan.

(43)
(44)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN 6.1KESIMPULAN

Berdasarkan hasil analisa dan pembahasan dapat diambil kesimpulan dan saran mengenai Pengetahuan ibu tentang bahaya zat pewarna makanan pada kesehatan anak usia 3–5 tahundi Gampong Rawang Itek Kab. Aceh Utara Provinsi Aceh.sebagai berikut:

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan pada tanggal 11 Oktober sampai dengan 11November 2013 pada ibu-ibu yang mempunyai anak usia 3–5 tahundi Gampong Rawang ItekKab. Aceh UtaraProvinsi Aceh.dapat disimpulkan sebagian besar berada pada kategori baik (74,07%) dengan kategori cukup (24,7%), dengan kategori kurang (1,23%).

6.2SARAN

6.2.1 Pelayanan keperawatan

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi para perawat komunitas khususnya yang bertugas di masyarakat agar dapat meningkatkan penyuluhan tentang bahayanya zat pewarna makan pada kesehatan anak.

6.2.2Untuk Keluarga

(45)

6.2.3 Penelitian keperawatan

(46)

BAB 2

TINJAUAN TEORITIS

2.1. Pengetahuan 2.1.1 Pengertian

Pengetahuan adalah hasil mengingat suatu hal, termasuk mengingat kembali suatu kejadian yang pernah dialami baik secara sengaja maupun tidak disengaja dan ini terjadi setelah orang melakukan kontak atau pengamatan terhadap suatu objek tertentu (Mubarak, 2009).

Pengetahuan adalah hasil tahu dari manusia, yang sekedar menjawab pertanyaan “what”, misalnya apa air, apa manusia, apa alam dan sebagainya (Notoatmodjo, 2010).

Pengetahuan adalah hasil dari proses pembelajaran dengan melibatkan indra penglihatan, pendengaran, penciuman dan pengecap. Pengetahuan akan memberikan penguatan terhadap individu dalam setiap mengambil keputusan dan dalam berperilaku (Setiawati, 2008).

2.1.2 Tingkat Pengetahuan

Secara garis besarnya dibagi dalam 6 tingkat pengetahuan yaitu: a. Tahu (know)

(47)

Agepti, dan sebagainya. Untuk mengetahui atau mengukur bahwa orang tahu sesuatu dapat menggunakan pertanyaan-pertanyaan, misalnya: apa tanda-tamda anak yang kurang gizi, apa penyebab penyakit TBC, bagaimana cara melakukan PSN (Pemberantasan Sarang Nyamuk), dan sebagainya. (Notoadmodjo, 2005).

b. Memahami (comprehension)

Memahami suatu objek bukan sekedar tahu terhadap objek tersebut, tidak sekedar menyebutkan, tetapi orang tersebut harus dapat menginterpretasikan secara benar tentang objek yang diketahui tersebut. Misalnya, orang yang memahami cara pemberantasan penyakit demam berdarah, bukan hanya sekedar menyebutkan 3M (mengubur, menutup, dan menguras), tetapi harus dapat menjelaskan mengapa harus menutup, menguras, dan sebagainya tempat-tempat penampungan air tersebut.(Notoadmodjo, 2005).

c. Aplikasi (application)

(48)

d. Analisis (analysis)

Analisis adalah kemampuan seseorang untuk menjabarkan dan/atau memisahkan, kemudian mencari hubungan antara komponen-komponen yang terdapat dalam suatu masalah atau objek yang diketahui.Indikasi bahwa pengetahuan seseorang itu sudah sampai pada tingkat analisis adalah apabila orang tersebut telah dapat membedakan, atau memisahkan, mengelompokkan, membuat diagram (bagan) terhadap pengetahuan atas objek tersebut. Misalnya, dapat membedakan antara nyamuk Aedes Agepty dengan nyamuk biasa, dapat membuat diagram (flow chart) siklus hidup cacing kremi, dan sebagainya.(Notoadmodjo, 2005).

e. Sintesis (synthesis)

Sintesis menunjukkan suatu kemampuan seseorang untuk merangkum atau meletakkan dalam satu hubungan yang logis dari komponen-komponen pengetahuan yang dimiliki. Dengan kata lain, sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang telah ada. Misalnya, dapat membuat atau meringkas dengan kata-kata atau kalimat sendiri tentang hal-hal yang telah dibaca atau didengar, dapat membuat kesimpulan tentang artikel yang telah dibaca.(Notoadmodjo, 2005).

f. Evaluasi (evaluation)

(49)

norma-norma yang berlaku di masyarakat.Misalnya, seorang ibu dapat menilai atau menentukan seorang anak menderita malnutrisi atau tidak, seseorang dapat menilai manfaat ikut keluarga berencana, dan sebagainya (Notoadmodjo, 2005).

2.1.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga yang berhubungan dengan faktor internal dan eksternal. Menutut roger (1974, dikutip dari Notoadmojo, 2007), faktor internal yakni karakteristik orang yang bersangkutan seperti: pendidikan, motivasi, persepsi dan pengalaman yang bersifat given atau bawaan. Faktor Eksternal yakni lingkungan, ekonomi, kebudayaan dan informasi.

Menurut Suparlan (2005), faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan adalah:

a. Pendidikanadalah proses penyampaian bahan atau materi pendidikan oleh pendidik kepada sasaran pendidikan guna mencapai perubahan tingakat perilaku. Pada umumnya pendidikan meningkatkan tingkat intelegensinya. b. Usiasangat dipengaruhi perkembangan seseorang dalam memahami

sesuatu. Menurut beberapa peneliti pengetahuan seseorang bertambah sesuai dengan pertambahan usia.

(50)

d. Sumber informasiadalah data yang diproses kedalam suatu bentuk dan mempunyai nilai yang nyata.

2.1.4 Cara Memperoleh Pengetahuan

Menurut Notoatmojo (2005) dari berbagai cara yang telah digunakan untuk memperoleh pengetahuan sepanjang sejarah, dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu:

a. Cara Tradisional untuk Memperoleh Pengetahuan

Cara kuno atau tradisional dipakai orang untuk memperoleh kebenaran pengetahuan antara lain:

1) Cara Coba Salah (Trial and Error)

Cara coba salah ini dilakukan dengan menggunakan kemungkinan dalam mencegah masalah dan apabila kemungkinan tersebut tidak berhasil dicoba kemungkinan yang lain.

2) Cara Kekuasaan (Otoriter)

Sumber pengetahuan dapat berupa pemimpin masyarakat baik formal maupun informal, ahli agama, pemegang pemerintah, dan sebagainya. 3) Berdasarkan Pengalaman Pribadi

Pengalaman pribadi dapat digunakan sebagai upaya memperoleh pengetahuan.

(51)

4) Melalui Jalan Pikiran

Sejalan dengan perkembangan kebudayaan umat manusia, cara berpikir manusia pun ikut berkembang. Dari sini manusia telah mampu menggunakan penalaran dalam memperoleh pengetahuannya. Dengan kata lain dalam memperoleh kebenaran pengetahuan manusia telah menggunakan jalan pemikirannya.

b. Cara Modern dalam Memperoleh Pengetahuan

Cara baru atau modern dalam memperoleh pengetahuan pada dewasa ini lebih sintesis, logis dan alamiah.Cara ini disebut metode penelitian ilmiahatau lebih popular disebut metode penelitian.

2.2Konsep Ibu

(52)

2.3Konsep zat pewarna makanan 2.3.1 Pengertian

Bahan pewarna merupakan bahan alami ataupun bahan kimia yang ditambahkan ke dalam makanan. Penambahan bahan pewarna pada makanan bertujuan sebagai faktor yang ikut menentukan mutu, warna juga dapat digunakan sebagai indikator kesegaran atau kematangan. Secara garis besar,berdasarkan sumbernya di kenal dua jenis zat pewarna yang termasuk ke dalam golongan bahan tambahan pangan, yaitu pewarna alami dan pewarna sintesis (Cahyadi, 2009).

2.3.2 Jenis- jenis makanan zat pewarna dan makanan a. Pewarna alami

Zat pewarna alami merupakan zat pewarna yang berasal dari tanaman, buah-buahan, hewan, gula dan bacteria lumut. Umumnya pewarna alami aman untuk digunakan dalam jumlah yang besar sekalipun, berbeda dengan pewarna sintesis yang keamanan penggunaannya harus dibatasi(Yuliarti, 2007).

Konsumen dewasa ini banyak menginginkan bahan alami yang masuk dalam daftar diet mereka. Banyak pewarna olahan yang tadinya menggunakan pewarna sintesis berpindah kepewarna alami. Sebagai contohnya serbuk beet mengaitkan pewarna merah sintesis FD dan C No. 2. Namun, penggantian dengan pewarna alami secara keseluruhan masih harus menunggu para ahli untuk dapat menghilangkan kendala, seperti bagai mana menghilangkan rasa beet-nya, mencegah penggumpalan dalam penyimpanan, dan menjaga

(53)

tanaman dan hewan, di antaranya klorofi, mioglobin dan hemoglobin, anthosianin, flavonoid, tannin, betalain, quinon, dan xanthon serta karotenoid (Cahyadi, 2009).

TABEL 2.1 contoh – contoh pewarna alami

Kelompok Warna Sumer

Karamel Coklat Gula dipanaskan

Anthosianin Jingga Merah Biru

Tanaman

Flavonoid Tampa kuning Tanaman

Batalain Kuning, Merah Tanaman

Quinon Kuning, Hitam Tanaman /bacteria lumut

Xanthon Kuning Tanaman

Karotenoid Tanpa kuning – merah Tanaman/hewan

Hame Merah , coklat Hewan

Klorofil Hijau, coklat Tanaman

(sumber tranggono dkk 1989 dalam yuliarti 2007)

Menurut Putri (2010) dan Dedi (2013) Pewarna alami merupakan bahan pewarna yang bahan-bahannya banyak diambil dari tumbuh-tumbuhan. Bahan pewarna alami yang banyak digunakan antara lain sebagai berikut:

(54)

minuman Anda. Cara membuatnya: iris halus daun suji dan daun pandan, haluskan dengan cara ditumbuk atau diblender, peras, dan saring, lalu tambahkan air kapur sirih sebagai pengawetnya. Masukkan ke dalam botol tertutup, lalu simpan di lemari es.

2. Buah kakao merupakan penghasil cokelat dan memberikan warna cokelat pada makanan, misalnya es krim, susu cokelat, atau kue kering.

3. Kunyit (Curcuma domestica) mengandung zat warna kurkumin untuk memberi warna kuning pada makanan, misalnya tahu, bumbu Bali, atau nasi kuning. Selain itu, kunyit dapat mengawetkan makanan. 4. Cabai merah, selain memberi rasa pedas, juga menghasilkan zat warna

kapxantin yang menjadikan warna merah pada makanan, misalnya rendang daging atau sambal goreng.

5. Wortel, beta-karoten (provitamin-A) pada wortel menghasilkan warna kuning.

6. Karamel, warna cokelat karamel pada kembang gula karena proses karamelisasi, yaitu pemanasan gula tebu sampai pada suhu sekitar 170 °C.

7. Gula merah, selain sebagai pemanis juga memberikan warna cokelat pada makanan, misalnya pada bubur dan dodol.

8. Kayu Secang

(55)

diserut dan dikeringkan. Serutan batang kayu secang kering direbus dengan air dan disaring, baru dicampurkan ke dalam adonan atau bahan yang akan diwarnai. Secang memberikan warna merah. Kayu secang dapat diperoleh di toko yang menjual jamu tradisional.

9. Angkak

Warna merah angkak sangat potensial sebagai pengganti warna merah sintetis. Saat ini angkak digunakan pada berbagai produk makanan seperti pada pembuatan anggur, keju, sayuran, pasta ikan, kecap ikan, minuman beralkohol, aneka kue, serta produk olahan daging seperti sosis. Angkak digunakan dengan cara diseduh air panas, air seduhan pertama dibuang karena rasanya pahit. Baru pada seduhan ketiga disaring, lalu haluskan. Pewarna merah juga dapat diperoleh dari kulit bunga rosella (Hibiscus Sabdariffa L) dengan cara diseduh air panas terlebih dahulu sebelum digunakan, atau diperoleh dari bit yang direbus lalu diambil airnya, atau diblender bitnya.

10. Bunga Telang

Bunga telang berwarna biru keunguan yang banyak tumbuh di Asia.Warna biru keunguannya dapat digunakan sebagai pewarna alami biru pada penganan.

(56)

cara merendam bunga telang dengan air panas hingga airnya berwarna biru, remas-remas, saring, dan ambil airnya. Untuk menyimpan dalam waktu lama, bunga telang bisa dikeringkan dengan cara dijemur di sinar matahari, lalu masukkan ke dalam kemasan yang kering dan tertutup.

11. Kluwak, Abu Merang dan tinta cumi.

Untuk hidangan atau kue yang berwarna hitam dapat digunakan abu merang yang dibuat dari merang yang dibakar, lalu diayak. Atau bisa juga kluwak kwalitas baik dipecahkan, lalu diambil daging buahnya untuk kemudian dihaluskan dan dicampur dengan bumbu lainnya, atau dari tinta cumi yang dilarutkan dengan air.

b. Pewarna sintetis

Zat pewarna / zat pewarna buatan harus melalui berbagai prosedur pengujian sebelum dapat digunakan sebagai pewarna pangan. Zat pewarna yang diizinkan penggunaannya dalam pangan disebut sebagai primitted color atau certified color. Zat warna yang akan digunakan harus menjalani pengujian dan

prosedur penggunaannya, yang disebut proses sertifikasi. Proses sertifikasi ini meliputi pengujian kimia, biokimia, toksikologi, dan analisis media terhadap zat warna tersebut (yuliarti, 2007).

(57)

kadang – kadang berbahaya dan seringkali tertinggal dalam hal akhir, atau terbentuk senyawa – senyawa baru yang berbahaya. Untuk zat pewarna yang di anggap aman, ditetapkan bahwa kandungan arsen tidak boleh lebih dari 0,0004 % dan timbal balik boleh lebih 0,0001 % sedangkan logam berat lainnya tidak boleh ada. (Cahyadi, 2009).

Tabel 2.2 bahan pewarna yang diizinkan di indonesia

Sumber : Peraturan Menkes RI Nomor 722/Menkes/Per/IX/88

Secara kuantitas, dibutuhkan zat pewarna alami yang lebih banyak daripada zat pewarna sintetis untuk menghasilkan tingkat pewarnaan yang sama.

PEWARNA No indeks

Warna (C.I.No.)

(58)

Pada kondisi tersebut, dapat terjadi perubahan yang tidak terduga pada tekstur dan aroma makanan.Zat pewarna alami juga menghasilkan karakteristik warna yang lebih pudar dan kurang stabil bila dibandingkan dengan zat pewarna sintetis.Oleh karena itu zat ini tidak dapat digunakan sesering zat pewarna sintetis (yuliarti, 2007).

Menurut Joint FAC/WHO Expert Committee on Food Aditives (JECFA) zat pewarna buatan digolongkan dalm beberapa kelas bedasarkan

kelarutannya, yaitu dyes dan lakes. 1. Dyes

Dyes adalah zat pewarna yang umumnya bersifat larut dalam air, sehingga larutannya menjadi berwarna dan dapat digunakan untuk mewarnai bahan. Pelarut yang dapat digunakan selain air adalah propelin glikol, gliserin, atau alkohol; sedanagkan dalam semua jenis pelarut organik, dyestidak dapat larut. Dyes terdapat dalam bentuk bubuk, granula, cairan, campuran warna, pasta, dan dispersi(Winarno, 1995 dalam Sihombing, 2008).

2. Lakes

(59)

terlepas. Ini terdapat pada tablet yang diberi pelapisan (coating), icing, pelapis pondan, pelapis berminyak, campuran adonan kue dan donat, permen dan permen karet dan lain – lain (Winarno, 1995 dalam Sihombing, 2008).

Akan tetapi, seringkali terjadi penyalahgunaan zat pewarna pemakaaian zat pewarna untuk sembarang bahan pangan, misalnya zat pewarna untuk teksil dan kulit dipakai untuk mewarnai bahan pangan. Hai ini jelas sangat berbahaya bagi kesehatan karena adanya residu logam berat pada zat pewarna tersebut. Timbulnya penyalahgunaan tersebut antara lain disebabkan oleh ketidaktahuan masyarakat mengenai zat pewarna untuk pangan, dan di samping itu harga zat pewarna untuk industri jauh lebih murah dibandingkan dengan zat pewarna untuk pangan. Hai ini disebabkan bea masuk zat pewarna untuk pangan jauh lebih tinggi daripada zat pewarna bahan nonpangan. Lagi pula, warna zat pewarna teksil atau kulit biasanya lebih menarik (cahyadi, 2009).

Tabel.2.3 Perbedaan pewarna alami dan buatan Pewarna alami Pewarna buatan

Lebih aman dikonsumsi. Kadang-kadang memiliki efek negatif tertentu. Warna yang dihasilkan

kurang stabil, mudah berubah oleh pengaruh tingkat

keasaman tertentu.

Dapat mengembalikan warna asli, kestabilan warna lebih tinggi, tahan lama, dan dapat melindungi vitamin atau zat-zat makanan lain yang peka terhadap cahaya selama penyimpanan.

Untuk mendapatkan warna yang bagus diperlukan bahan pewarna dalam jumlah banyak.

(60)

Keanekaragaman warnanya terbatas

Warna yang dihasilkan lebih beraneka ragam. Tingkat keseragaman warna

kurang baik

Keseragaman warna lebih baik. Kadang-kadang memberi

rasa dan aroma yang agak mengganggu.

Biasanya tidak menghasilkan rasa dan aroma yang mengganggu.

(Dedi 2013) c. Makanan

Makanan merupakan aset budaya yang keberadaannya perlu dikembangkan dan dilestarikan. Oleh karena itu, aset budaya ini perlu disebarluaskan agar tidak hilang ditelan waktu (Mawarti, 2000).

Jenis makanan yang digunakan untuk makanan anak usia tiga sampai lima tahun sudah berubah dari hanya dua atau tiga jenis bahan (tepung, susu, gula) beransur – ansur menjadi campuran beragam bahan makan, yaitu makanan pokok, bahan makanan sumber protein nabati dan hewani, sayuran dan buah – buahan. bukan saja untuk memenuhi kebutuhan gizi, tetapi pemberian beragam campuran bahan makanan akan melatih anak untuk makan makanan yang bervariasi, terutama makanan berupa sayuran yang biasanya kurang di sukai anak. Sudah tentu keberasilan menanamkan keberasilan makanan yang baik akan banyak tergantung kepada pengetahuan dan pengertian ibu akan cara dan faedah menyusun makanan yang mememnuhi syarat gizi.(Moehji, 2008).

(61)

berlebihan, sekalipun sudah diizinkan penggunaanya, akan berakibat buruk bagi mereka( Yuliarti, 2007).

2.4BAHAYA ZAT PEWARNA BAGI KESEHATAN

Pemakaian bahan pewarna pangan sintesis dalam pangan walaupun mempunyai dampak positif bagi produsen dan konsumen, diantaranya dapat mendapat membuat suatu pangan lebih menarik, meratakan warna pangan dan mengembalikan warna dari bahan dasar yang hilang atau berubah selama pengolahan,teryata dapat juga menimbulkan hal-hal yang tidak diinginkan dan bahkan memberidampak negative terhadap kesehatan manusia. Beberapa hal yang mungkin memberi dampak negative tersebut terjadi bila:

a.Bahan pewarna sintesis ini di makan dalam jumlah kecil, namun berulang b.Bahan pewarna sintesis dimakan dalam jangka waktu lama

c.Kelompok masyarakat luas dengan daya tahan yang berbeda-beda, yaitu tergantung pada umur, jenis kelamin, berat badan, mutu pangan sehari- hari, dan keadaan fisik.

d.Berbagi lapisan masyarakat yang mungkin mengunakan bahan pewarna sintesis yang berlebihan.

e.Penyimpanan bahan pewarna sintesis oleh pedagang bahan kimia yang tidak memenuhi persyaratan

(Cahyadi, 2009).

Amaranth dalam jamlah yang besar dapat menimbulkan tumor,reaksi alergi

(62)

Merah bisa memacu kangker limpa, sedangkan Karamel dapat menimbulkan efek

pada sistem syaraf dan dapat menyebabkan gangguan kekebalan. Penggunaan Tartrazine ataupun Sunset Yellow yang berlebihan dapat menyebabkan reaksi alergi,

khususnya bagi orang yang sensitif pada asamasetilsiklik dan asam benzonat, selain akan mengakibatkan asma dapat pula menyebabkan hiperaktif pada anak. Fast Green FCFyang berlebihan dapat menyebabkan reaksi alergi dan produksi tumor, sedang

kan Sunset Yellow dalam jumlah yang besar dapat menyebabkan radang selaput lendir pada hidung, sakit pinggang, muntah – muntah dan gangguan pencernaan. Indigotinedalam dosis tertentu akan dapat meningkatkan sensitivitas pada penyakit

yang disebabkan oleh virus serta mengakibatkan hiperaktif pada anak-anak. Pemakaian Teritrosinakan mengakibatkan reaksi alergi pada pernafasan, diare hiperaktif pada anak – anak dan efek yang kurang baik pada otak dan prilaku, sedangkan Ponciu SX dapat menyebabkan kerusakan sistem urin, kemudian karbon hitam dapat memicu terjadinya tumor Rhodhamin B dapat mengakiabatkan gangguan fungsi hati maupu kangker Methanyl Yellow dapat menimbulkan tumor dalam berbagai jaringan hati, kandung kemih,saluran pencernaan atau jaringan kulit (Yuliarti, 2007).

(63)

dan hati.

2.4.1 Ciri Makanan Menggunakan Pewarna Rhodamin B dan Methanyl Yellow:

Terdapat pada saos, kerupuk, agar-agar (jelly), minuman ringan, sirup, es puter dan jajanan basah dll.

a. Warnanya mencolok b. Cerah mengilap

c. Warnanya tidak homogen (ada yang menggumpal) d. Ada sedikit rasa pahit

e. Muncul rasa gatal di tenggorokan setelah mengonsumsi

(64)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang

Penentuan mutu bahan pangan pada umumnya sangat tergantung pada beberapa faktor, seperti cita rasa, tekstur, dan nilai gizinya, juga sifat mikrobiologis.Tetapi, sebelum faktor–faktor lain dipertimbangkan, secara visual faktor warna tampil lebih dahulu dan kadang–kadang sangat menentukan.Selain faktor yang ikut menentukan mutu, warna juga dapat digunakan sebagai indikator kesegaran atau kematangan. Baik tidaknya cara pencampuran atau cara pengolahan dapat di tandai dengan adanya warna yang seragam dan merata (Cahyadi, 2009).

(65)

Pewarna makanan banyak digunakan untuk berbagai jenis makanan, terutama berbagai produk jajanan pasar serta berbagai makanan olahan yang dibuat oleh industri kecil ataupun industri rumah tangga meskipun pewarna buatan juga di temukan pada berbagai jenis makanan yang dibuat oleh industri besar.Hampir setiap makanan olahan telah di campur dengan pewarna sintesis mulai dari jajanan anak, tahu, kerupuk, terasi, cemilan bahkan buah dingin terutama mangga (Yuliarti, 2007).

Pewarna dicampur dalam makanan untuk menimbulkan warna tertentu yang diharapkan dapat membangkitkan selera, tetapi tidak banyak zat pewarna yang diharapkan. Zat pewarna yang tidak di anjurkan antara lain : (102)tertrazine,(104)quinolinyellow,(110)susetyellow,(122)azorubine,(123)amara

nth,(124)ponceu4R,(127)erythrosine,(129)allura red (132)indigiotine,

(133)brilliant blue,(food green s,(131)brillian black BN (155) brown HT, dan

(160b) annatto extracts (arisman, 2009).

Badan pengawas obat dan makanan di dunia World Health Organization (WHO) secara kontinyu memantau dan mengatur zat pewarna agar tetap aman dikonsumsi. Jika ditemukan adanya potensi risiko terhadap kesehatan, badan pengawas obat dan makanan akan mengevaluasi pewarna tersebut dan menyebarkan informasinya ke seluruh dunia.Di Indonesia tugas ini diemban oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) (Hermayana, 2010).

Bedasarkan peraturan Menteri Kesehatan RI No. 722/ Menkes/ Per/ IX/ 88, yang di maksud dengan Bahan Tambahan Makanan (BTM) adalah bahan yang biasanya tidak digunakan sebagai bahan makanan dan biasanya bukan

(66)

merupakan komposisikhas makanan yang mempunyai atau tidak mempunyai nilai gizi yang dengan segaja ditambahkan ke dalam makanan (cahyadi 2009). Sedangkan Peraturan Menteri Kesehatan RI No.239/Men.Kes/Per/V/1985, menetapkan zat warna tertentu yang dinyatakan sebagai bahan barbahaya dan dilarang di gunakan dalam obat, makanan, dan komestika (Sartono, 2002).

Zat Pewarna terbukti mengganggu kesehatan, misalnya mempunyai efek racun,berpotensi memicu kanker, alergi, dan diare pada anak-anak dan ginjal akibat terakumulasi (tertimbun) dalam tubuh yang akhirnya dapat merusak jaringan atau organ tertentu, karena tingginya kadar bahan pewarna, maka hati akan bekerja keras untuk merobek agar dapat dikeluarkan dari hati. Menurut data WHO penderita kanker karena zat pewarna adalah 80 % dari penderita kanker,dan angka kejadian alergi meningkat tajam dalam 20 tahun terakhir.Saat ini 30% orang di negara berkembang menderita alergi.6 juta menderitadermatitis (alergi kulit)pada anak dapat menyerang semua organ tanpa terkecuali mulai dari ujung rambut sampai ujung kaki dengan berbagai bahaya dan komplikasi yang mungkin bisa terjadi.Saat ini morbiditas angka kejadian diare akibat zat pewarna makanan di Indonesia mencapai 195 per 1000 penduduk dan angka ini merupakan yang tertinggi di antara negara-negara di ASEAN (Anonymous, 2006 dalam hermayanan 2010).

(67)

rumah sakit menderita diare akibat makanan zat pewarna sedangkan penyakit ginjal ialah 56,6 % (Depkes RI, 2008 dalam Hermayana, 2010).

Data pukesmas kecamatan tanah jambo aye kab. Aceh utara prov. Aceh menunjukan 178 kasus diare dan 105 kasus asma di tahun 2011 dan meningkat di tahun 2012 menjadi 220 kasus diare dan 110 kasus asma ini di perkirakan akan terus meningkat (Pukesmas Tanjay, 2013).

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Soleh (2003) menunjukkan bahwa dari 25 sampel makanan dan minuman jajanan yang beredar di wilayah kota Bandung, terdapat 5 sampel yang positif mengandung zat pewarna yang di larang pemerintah, yaitu rhodamin B (produk sirup jajanan kerupuk dan terasi merah), sedangkan untuk methanyl yellow tidak terdapat dalam sampel. Beberapa pedagang karena ketidaktahuannya telah menggunakan beberapa bahan pewarna yang dilarang digunakan untuk pangan, seperti rhodhamin B,menthanyl yellow dan amaranth. Dari 251 jenis minuman yang di ambil sebagai contoh di daerah Bogor dan rangkasblitung mengandung rhodamin B, dengan persentase di Bogor 14,5% dan Rangkasbitung 17 %, sedangkan di kota – kota kecil dan di desa – desa sebanyak 24% minuman yang berwarna merah ternyata mengandung rhodamin B. Tetapi beberapa pedangang ada pula yang menggunakan pewarna

alami, seperti karamel, cokelat, dan daun suji (Cahyadi, 2009).

(68)

sangat menyegat, terlebih bila makanan itu di iklankan di televisi yang mereka tonton setiap hari(Yuliarti, 2007).

Menurut Moehji (2008), Ibu perlu meningkatkan pengetahuannya terhadap bahaya zat pewarna makanan pada kesehatan anak. Sebaiknya ibu mengunakan pewarna makanan yang alami misalnya daun pandan atau daun suji untuk warna hijau dan kunyit untuk warna kuning karena tidak mengandung bahan kimia yang dapat mempunyai efek racun, berpotensi memicu kanker, alergi, dan diare pada anak-anak dan ginjal akibat terakumulasi (tertimbun) dalam tubuh yang akhirnya dapat merusak jaringan atau organ tertentu.

Bedasarkan survei awal yang dilakukan peneliti pada tanggal 24–25 Mei 2013 di Gampong Rawang Itek Kab, Aceh Utara Prov Aceh terdapat 450 ibu–ibu yang memiliki anak usia 3–5 tahun, dari data diatas peneliti merasa perlu melakuan penelitian dengan judul “Pengetahuan Ibu Tentang Bahaya Zat Pewarna makanan pada kesehatan anak usia 3–5 tahun.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat dirumuskan masalah dalam penelitian ini adalahbagaimana pengetahuan ibu tentang bahaya zat pewarna makanan pada kesehatan anak usia 3–5 tahun di Gampong Rawang Itek Kab Aceh Utara Provinsi Aceh 2013.

(69)

Bagaimana Pengetahuan Ibu Tentang Bahaya Zat Pewarna Makanan Pada Kesehatan Anak Usia 3–5 Tahun?

1.4Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui Pengetahuan Ibu Tentang Bahaya Zat Pewarna Makanan Pada Kesehatan Anak Usia 3–5 Tahun.” Di Gampong Rawang Itek Kec Tanah Jambo Aye Kab Aceh Utara Provinsi Aceh 2013”.

1.5Manfaat Penelitian 1.5.1 Praktek Keperawatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai informasi tambahan bagi perawat tentang pengetahuan Ibu dalam bahaya zat pewarna makanan pada kesehatan anak sehingga perawat dapat memberikan pendidikan kesehatan tentang bahaya zat pewarna makanan pada kesehatan anak.

1.5.2 Pendidikan Keperawatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai masukan dalam pengembangan mata kuliah keperawatan anak sehingga institusi pendidikan dapat mempersiapkan mahasiswa keperawatan untuk memberikan perhatian tidak hanya pada pasien tetapi juga pada Ibu sehingga Ibu dapat memberikan pelayanan yang optimal pada keluarga dirumah seperti memilih pewarna makanan yang sehat untuk keluarga.

(70)

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai data tambahan bagi penelitian berikutnya yang terkait dengan pengetahuan ibu dalam memilih makanan yang baik.

1.5.4 Ibu

(71)

Judul : : Pengetahuan ibu tentang bahaya zat pewarna makanan pada kesehatan anak usia 3-5 tahun di Gampong Rawang Itek Kab Aceh Utara Prov Aceh.

Peneliti : Chairul Munir

NIM : 121121061

Program Studi : Ilmu Keperawatan Universitas Sumatera Utara

ABSTRAK

Penentuan mutu bahan pangan pada umumnya sangat tergantung padabeberapa faktorseperti cita rasa, tekstur, dan nilai gizinya, juga sifatmikrobiologis.Tetapi, sebelum faktor–faktor lain dipertimbangkan, secara visualfaktor warna tampil lebih dahulu dan kadang–kadang sangat menentukan.Hampirsetiap makanan olahan telah di campur dengan pewarna sintesis mulai dari jajanan anak, tahu, kerupuk, terasi, dan cemilan.Zat Pewarna terbukti mengganggukesehatan, misalnya mempunyai efek racun,berpotensi memicu kanker, alergi,dan diare pada anak-anak dan ginjal akibat terakumulasi (tertimbun) zat pewarna.Usia 3–5tahun, dimana inisiatif anak mulai berkembang dan anak inginmengetahui lebih banyak lagi mengenai hal – hal di sekitarnya seperti mulaimencoba makananyang bervariasi.Ibu perlu meningkatkanpengetahuannya terhadap bahaya zat pewarna makanan pada kesehatan anak sehingga anak terhindar dari bahaya zat pewarna makanan.Penelitian ini bersifat deskriptif dengantujuan menggambarkan pengetahuan ibu tentang bahaya zat pewarna makanan pada kesehatan anak usia 3-5tahun di gampong rawang itek kab.Aceh Utara pov. Aceh pada populasi 450 ibu, cara pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah menggunakan sistem acak (random sampling) dengan jumlah sampel 81 ibu. Hasil penelitian menggambarkan bahwa sebagian reponden berpengetahuan baik 60 orang(74,07%), berpengetahuan cukup 20 orang(24,7%), sedangkan yang berpengetahuan kurang 1 orang (1,23%).Disarankan kepada tenaga kesehatan agar lebih meningkatkan penyuluhan tentang pentingnya bahaya zat pewarna pada kesehatan.

(72)

Title :MotherKnowledgeabout the Danger ofFoodDyes on the Health ofChildren Aged3-5YearsinGampongRawangItek North Ace Regenc AcehProvince

Researcher : ChairulMunir StudentNumber : 121121061

Program Study : NursingScience University of North Sumatra

ABSTRACT

The determination offoodqualityin generalis highly dependonseveralfactorssuch astaste, textureandnutritional valueas wellmicrobiologicalproperties. Butbefore theother factorsconsidered, colorappearvisuallyfirstand sometimesverydecisive. Almosteveryprocessed foodhas beenmixedwith thesynthetic, rangingfromkidssnacks, tofu, crackers, shrimp pasteandsnacks. Dyesproveddisruptive, health, for instance it hastoxic effects, allergiesandcancercould potentiallylead todiarrheain childrenandkidneydue toaccumulated(buried) dyes. Aged 3-5 years, in which the children begin to develop initiative andwant to know more about the things around them like start trying foods varies. Mothers need to improve the knowledge of the dangers of food dyes. This study is descriptive and aims at describing the knowledge of mothers about the dangers of food dyes on the health of children aged 3-5 years in Gampong Rawang Itek North Aceh Regency in Aceh Province by using the population of 450 mothers. The sample in this research used a random system (random sampling) with 81 mothers. The results illustrated that the majority of respondents aregoodknowledgeablepeople, 60 people(74.07%), knowledgeableenough20 people(24.7%) whilelessknowledgeable, 1person(1.23%). It is recommendedtohealth professionals tofurther increasethe importance ofeducation aboutthe dangers ofdye on health.

(73)

PENGETAHUAN IBU TENTANG BAHAYA ZAT PEWARNA MAKANAN PADA KESEHATAN ANAK USIA 3 – 5

TAHUN DI GAMPONG RAWANG ITEK KAB. ACEH UTARA

PROVINSI ACEH

SKRIPSI OLEH

CHAIRUL MUNIR 121121061

FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS SUMATRA UTARA

(74)
(75)

Judul : : Pengetahuan ibu tentang bahaya zat pewarna makanan pada kesehatan anak usia 3-5 tahun di Gampong Rawang Itek Kab Aceh Utara Prov Aceh.

Peneliti : Chairul Munir

NIM : 121121061

Program Studi : Ilmu Keperawatan Universitas Sumatera Utara

ABSTRAK

Penentuan mutu bahan pangan pada umumnya sangat tergantung padabeberapa faktorseperti cita rasa, tekstur, dan nilai gizinya, juga sifatmikrobiologis.Tetapi, sebelum faktor–faktor lain dipertimbangkan, secara visualfaktor warna tampil lebih dahulu dan kadang–kadang sangat menentukan.Hampirsetiap makanan olahan telah di campur dengan pewarna sintesis mulai dari jajanan anak, tahu, kerupuk, terasi, dan cemilan.Zat Pewarna terbukti mengganggukesehatan, misalnya mempunyai efek racun,berpotensi memicu kanker, alergi,dan diare pada anak-anak dan ginjal akibat terakumulasi (tertimbun) zat pewarna.Usia 3–5tahun, dimana inisiatif anak mulai berkembang dan anak inginmengetahui lebih banyak lagi mengenai hal – hal di sekitarnya seperti mulaimencoba makananyang bervariasi.Ibu perlu meningkatkanpengetahuannya terhadap bahaya zat pewarna makanan pada kesehatan anak sehingga anak terhindar dari bahaya zat pewarna makanan.Penelitian ini bersifat deskriptif dengantujuan menggambarkan pengetahuan ibu tentang bahaya zat pewarna makanan pada kesehatan anak usia 3-5tahun di gampong rawang itek kab.Aceh Utara pov. Aceh pada populasi 450 ibu, cara pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah menggunakan sistem acak (random sampling) dengan jumlah sampel 81 ibu. Hasil penelitian menggambarkan bahwa sebagian reponden berpengetahuan baik 60 orang(74,07%), berpengetahuan cukup 20 orang(24,7%), sedangkan yang berpengetahuan kurang 1 orang (1,23%).Disarankan kepada tenaga kesehatan agar lebih meningkatkan penyuluhan tentang pentingnya bahaya zat pewarna pada kesehatan.

(76)

Title :MotherKnowledgeabout the Danger ofFoodDyes on the Health ofChildren Aged3-5YearsinGampongRawangItek North Ace Regenc AcehProvince

Researcher : ChairulMunir StudentNumber : 121121061

Program Study : NursingScience University of North Sumatra

ABSTRACT

The determination offoodqualityin generalis highly dependonseveralfactorssuch astaste, textureandnutritional valueas wellmicrobiologicalproperties. Butbefore theother factorsconsidered, colorappearvisuallyfirstand sometimesverydecisive. Almosteveryprocessed foodhas beenmixedwith thesynthetic, rangingfromkidssnacks, tofu, crackers, shrimp pasteandsnacks. Dyesproveddisruptive, health, for instance it hastoxic effects, allergiesandcancercould potentiallylead todiarrheain childrenandkidneydue toaccumulated(buried) dyes. Aged 3-5 years, in which the children begin to develop initiative andwant to know more about the things around them like start trying foods varies. Mothers need to improve the knowledge of the dangers of food dyes. This study is descriptive and aims at describing the knowledge of mothers about the dangers of food dyes on the health of children aged 3-5 years in Gampong Rawang Itek North Aceh Regency in Aceh Province by using the population of 450 mothers. The sample in this research used a random system (random sampling) with 81 mothers. The results illustrated that the majority of respondents aregoodknowledgeablepeople, 60 people(74.07%), knowledgeableenough20 people(24.7%) whilelessknowledgeable, 1person(1.23%). It is recommendedtohealth professionals tofurther increasethe importance ofeducation aboutthe dangers ofdye on health.

(77)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada ALLAH SWT atas kasih dan berkahnya penulis dapat menyelesaikan Skripsi dengan judul: ” Pengetahuan Ibu Tentang Bahaya Zat Pewarna Makanan Pada Kesehatan Anak Usia 3 -5 Tahun Di Gampong Rawang Itek Kab Aceh Utara Prov Aceh”yang merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan Program Studi S1- Keperawatan di Universitas Sumatra Utara Tahun 2013.

Skripsi ini tidak akan terselesaikan tanpa keridhoan ALLAH SWT dan bimbingan dan arahan dari semua pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terimakasih kepada Ibu Reni Asmara Ariga S,Kp,. MARS sebagai dosen pembimbing yang telah banyak membantu dan tak pernal lelah membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ilmiah ini.

Penulis juga mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak dr. Dedi Ardinata, M.Kes. sebagai Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara yang telah memfasilitasi terlaksananya pendidikan sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

2. Ibu Erniyati, S.Kp., MNS. Selaku Pembantu Dekan I Fakultas Keperawatan 3. Ibu Farida Linda Sari Siregar,S.kep.Ns,. M.KepSelaku penguji I yang telah

banyak memberi masukan dan arahan pada saat ujian sidang skripsi.

4. Ibu Nur Asnah Sitohang, S.Kep,Ns,. M.Kep.. Selaku penguji II yang telah banyak memberi masukan dan arahan pada saat ujian sidang skripsi.

5. Seluruh dosen Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara beserta staf yang telah membantu selama proses pendidikan.

(78)

7. Teristimewa kepada kedua orang tua tercinta ayahanda H. Hasan Ismail dan ibunda tersayang Hj. Nur safwati. Buat adinda Nisa Chairuni, Putri Noevira dan Mirza Fahmi yang banyak memberikan dorongan kepada penulis baik moril, spritual, dan material dalam menyusun proposal ini.

8. Terimakasih buat orang–orang terdekat penulis yang selalu memberi dukungan, Semangat untuk penulis saat dalam sulit untuk selalu tetap giat dalam menyusun proposal ini:(ilham, nasir, haris, pendi, asnil, oji, hadi, dewi, rano, dian, iman, yudi, mula, master, kakdewi, madi, ivan,imam,putra, muksin,bawi, nuna, bang rahmat, jefri, yanti,daksir,beni,bulan,olo,nuri, eksa, dan andreas )

9. Rekan-rekan mahasiswa Ekstensi Keperawatan 2012 Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara yang telah banyak memberikan bantuan dan dukungan yang tidak dapat penulis sebutkan namanya satu per satu.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan, baik dari segi penulisan maupun dari isinya, maka dengan segala kerendahan hati penulis mengharapkan saran dan kritik serta masukan dari semua pihak demi kesempurnaan skripsi ini.

Medan,19 januari 2014

(79)

DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN... i

PRAKATA ... ii

ABSTRAK ... iii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... v

DAFTAR SKEMA ... vi

BAB 1. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 5

1.3 Pertayaan Penelitian ... 5

1.4 Tujuan Penelitian ... 5

1.5 Manfaat Penelitian ... 6

BAB 2. TINJAUAN TEORITIS ... 7

2.1Pengetahuan ... 7

2.1.1 Pengertian ... 7

2.1.2 Tingkat Pengetahuan ... 7

2.1.3 Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan ... 10

2.1.4 Cara Memperoleh Pengetahuan ... 11

2.2Konsep Ibu ... 12

2.3Konsep Zat Pewarna Makanan ... 13

2.3.1 Pengertian ... 13

2.3.2 Jenis – Jenis Zat Pewarna Dan Makanan ... 13

(80)

BAB 3. Kerangka Konsep ... 25

3.1Defenisi Operasional ... 25

BAB 4. Metodologi Penelitian ... 27

4.1Desain Penelitian ... 27

4.2Populasi dan Sampel ... 27

4.2.1 Populasi ... 27

4.2.2 Sampel ... 27

4.3 Lokasi dan Waktu ... 29

4.4 Pertimbangan Etik ... 29

4.5 Instrusmen Penelitian ... 30

4.6 Uji Validitas dan Realibilitas ... 32

4.6.1 Uji Validitas ... 32

4.6.2 Uji Realibilitas ... 32

4.7 Pengumpulan Data ... 33

4.8 Analisis Data ... 34

BAB 5. Hasil Penelitian Dan Pembahasan ... 36

5.1 Hasil Penelitian ... 36

5.2 Karakteristik Responden ... 36

5.3 hasil jawaban dari pernyataan responden ... 37

5.4 Pengetahuan Ibu tentang bahaya zat pewarna makanan ... 40

5.5 Pembahasan ... 40

BAB 6. Kesimpulan Dan Saran ... 42

6.1 Kesimpulan ... 42

6.2 Saran ... 43

6.2.1 Pelayanan Keperawatan ... 43

6.2.2 Untuk Keluarga ... 43

6.2.3 Penelitian Keperawatan ... 43

(81)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Contoh Pewarna Alami ... 15

Tabel 2.2 bahan pewarna yang di izinkan di indonesia ... 19

Table 2.3 perbedaan pewarna alami dan pewarna buatan ... 21

Tabel 3.2 Defenisi Operasional ... 26 Tabel 5.1 Distribusi frekuensi dan persentasi karateristik responden (n=81)31 Tabel 5.2 Pengetahuan ibu tentang bahaya zat pewarna makanan pada

(82)

DAFTAR SKEMA

Gambar

Tabel 3.1 Defenisi Operasional
Tabel 5.1. Distribusi frekuensi dan persentasi karakteristik responden (n=81)
Tabel 5.2 pengetahuan ibu tentang bahaya zat pewarna makanan pada kesehatan anak usia    3-5 tahun (n=81) di Gampong Rawang Itek
Tabel 5.3.Pengetahuan ibu tentang bahaya  zat pewarna makanan pada kesehatan anak usia 3–5 tahun(n=81)
+4

Referensi

Dokumen terkait

Pengambilan keputusan merupakan proses pertimbangan sebelum seorang gay melakukan coming out sehingga dapat dilihat apa saja yang menjadi pertimbangan gay untuk

Instead of traditional image matching and applying bundle adjustment method to estimate transformation parameters, the IOPs and ROPs of multiple cameras are calibrated and

1) surat Izin Usaha Jasa Konstruksi (IUJK) Kualifikasi Usaha Non Kecil dengan klasifikasi : Bangunan Gedung, yang dikeluarkan oleh Pemerintah Daerah domisili

AFANTA GEM ILANG PERKASA. Alamat :

Dengan ini diberitahukan bahwa berdasarkan surat Penetapan Penyedia Barang/Jasa Pengadaan Paket PABX Fakultas Ekonomika dan Bisnis UGM tahun 2013 Nomor : 2970/J01.1.12/UM/2013

Maksud dari penelitian ini adalah untuk menentukan formula serbuk effervescent terung belanda yang optimal menggunakan Design Expert metode D- Optimal... Adapun tujuan dari

Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara GCS saat awal masuk dengan nilai GOS, dan terdapat hubungan yang bermakna antara lama waktu tunggu setelah cedera kepala

Hal ini dapat diketahui dari hasil wawancara kepada guru mata pelajaran Bahasa Arab yaitu Siti Anis Sulalah, S.Pd.I, beliau mengatakan: pasti menciptakan iklim/suasana