• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Spiritualitas Orang Tua Terhadap Perilaku Adaptif Anak Retardasi Mental di Sekolah Luar Biasa E Negeri Kecamatan Sei Agul Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan Spiritualitas Orang Tua Terhadap Perilaku Adaptif Anak Retardasi Mental di Sekolah Luar Biasa E Negeri Kecamatan Sei Agul Medan"

Copied!
125
0
0

Teks penuh

(1)

Lampiran 1

Penjelasan Tentang Penelitian

Nama saya adalah Novia V M Sidabutar/111101063, mahasisiwi

Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Keperawatan Universitas

Sumatera Utara, Medan. Saya ingin melakukan penelitian di SLB E Negeri

Kecamatan Sei Agul medan dengan tujuan untuk mengidentifikasi Hubungan

Spiritualitas Orang Tua terhadap Perilaku Adaptif Anak Retardasi Mental .

Penelitian ini merupakan salah satu kegiatan dalam menyelesaikan tugas

akhir di Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Keperawatan Universitas

Sumatera Utara. Peneliti menjamin bahwa penelitian yang dilakukan tidak

menimbulkan dampak negatif kepada Bapak/Ibu sebagai responden. Penlitian ini

akan meberikan manfaat bagi pengembangan ilmu keperawatan.

Peneliti juga mengharagai dan menghormati hak responden dengan cara

menjaga kerahasiaan identitas diri dan dara yang diberikan responden selama

pengumpulan data hingga penyajian dara. Peneliti sangat mengharapkan partisipasi

Bapak/Ibu sebagai responden dalam penelitian ini, namun jika Bapak/ Ibu tidak

bersedia maka Bapak/ Ibu berhak untuk menolak karena tidak unsur paksaan dalam

pengisian kuesioner penelitian. Demikianlah informasi ini saya sampaikan,atas

kesediaan dan partisipasi Bapak/Ibu saya ucapkan terimakasih.

Medan, Maret 2015

(2)

Lampiran 2

Lembar Persetujuan Menjadi Responden

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Kode responden :

Umur :

Jenis Kelamin :

Setelah mendengarkan penjelasan dari peneliti tentang penelitian yang berjudul

“Hubungan Spiritualitas Orang Tua terhadap Perilaku Adaptif Anak Retardasi

Mental di SLB E Negeri Kecamatan Sei Agul Medan”, maka saya dengan

sukarela dan tanpa paksaan menyatakan bersedia menjadi responden dalam

penelitian tersebut.

Medan, Maret 2015

Responden

(3)
(4)
(5)

Lampiran 4 KUESIONER SPIRITUALITAS

Petunjuk Pengisian Kuesioner

a. Pertanyaan berikut ini menyangkut spiritualitas Bapak/Ibu. b. Pilihlah jawaban yang menurut Bapak/Ibu paling sesuai.

c. Jawablah setiap pernyataan yang tersedia dibawah ini dengan memberikan tanda checklist (√) atau mengisi jawaban pada tempat yang telah disediakan. Dengan pilihan jawaban :

SL = Selalu SR = Sering

KK = Kadang- kadang TP = Tidak pernah

NO PERTANYAAN SL SR KK TP

1 Saya berdoa/ sembahyang/ meditasi untuk mendapatkan ketenangan

2 Saya membaca kitab suci untuk mendekatkan diri kepada Tuhan 3 Saya mengikuti kegiatan keagamaan di masyarakat untuk

mendekatkan diri kepada Tuhan

4 Saya meningkatkan ibadah saya kepada Tuhan sejak saya memiliki anak retardasi mental

5 Saya optimis menjalani hidup saya

6 Kesulitan yang saya alami selama merawat anak retardasi mental , merupakan pengalaman yang positif untuk menjalani hidup lebih baik

7 Saya merasa anak saya menghalangi saya dalam beraktifitas 8 Pada masa sulit sekalipun saya masih bisa bersyukur dan

berharap

9 Ketika saya sakit, saya menginginkan orang lain berdoa untuk kesembuhan saya

10 Saya berusaha untuk tidak bergantung kepada orang lain bahkan pada masa–masa sulit sekalipun

11 Saya membina hubungan yang baik dengan keluarga/kerabat/ tetangga

12 Walaupun dalam keadaan sulit, keluarga/ kerabat memperhatikan saya

13 Saya merasakan ketenangan saat saya bersama dengan keluarga / tetangga/ kerabat

14 Saya menjaga kebersihan dan kerapian di lingkungan sekitar saya 15 Saya menghabiskan waktu luang saya untuk merawat tanaman /

hewan peliharaan

(6)

Lampiran 5

KUESIONER PERILAKU ADAPTIF ANAK RETARDASI MENTAL

Petunjuk Pengisian Kuesioner

d. Pertanyaan berikut ini menyangkut Perilaku adaptif anak Bapak/Ibu.

e. Pilihlah jawaban yang menurut Bapak/Ibu paling sesuai dengan keadaan anak Bapak/ Ibu. Bagian ini disajikan dalam bentuk 4 pilihan alternatif yang diberi nilai 0, 1, 2, 3.

• Untuk nilai 0 = Menunjukkan perilaku yang tidak dapat dilakukan atau perlu bantuan yang menyeluruh.

• Untuk pilihan nilai 1 = Menunjukkan dapat dilakukan tetapi dengan tidak baik, atau memerlukan banyak bantuan.

• Untuk pilihan nilai 2 = Menunjukkan hampir dapat dilakukan dengan baik atau memerlukan sedikit bantuan.

• Untuk pilihan nilai 3 = Menunjukkan dilakukan dengan baik

f. Jawablah setiap pernyataan yang tersedia dibawah ini dengan memberikan tanda checklist (√) ataumengisi jawaban pada tempat yang telah disediakan.

No Pertanyaan 0 1 2 3

1 Kemampuan anak saya dalam bergerak bebas 2 Kemampuan anak saya dalam menulis

3 Kemampuan anak saya dalam memahami ucapan orang lain

4 Kemampuan anak saya berbicara dengan orang lain

5 Kemampuan bergaul anak saya terhadap orang lain dalam kehidupan sehari-hari

6 Kemampuan anak saya untuk makan sendiri dengan baik

7 Kemampuan anak saya dalam berpakaian 8 Kemampuan anak saya dalam melakukan

kebersihan buang air besar dan buang air kecil 9 Kemampuan anak saya dalam melakukan

pemeliharaan kebersihan dirinya

10 Kemampuan anak saya dalam melakukan tugas-tugas rumah tangga

11 Kemampuan anak saya dalam mengenali waktu 12 Kemampuan anak saya dalam mengenal nilai

uang

13 Kemampuan anak saya dalam mengikuti perintah 14 Kemampuan anak saya dalam menggunakan

fasilitas umum

(7)

Lampiran 6

TAKSASI DANA

1. Proposal

a. Biaya tinta dan kertas print proposal Rp.100.000,00

b. Biaya internet Rp.50.000,00

c. Perbanyak proposal Rp.100.000,00

d. Konsumsi Rp.150.000,00

2. Pengumpulan Data

a. Izin penelitian Rp.50.000,00

b. Biaya transportasi Rp.200.000,00

c. Penggandaan kuesioner Rp.150.000,00

3. Analisa Data dan Penyusunan Laporan Perbaikan

a. Biaya kertas dan tinta print Rp.100.000,00

b. Penjilidan Rp.100.000,00

c. Penggandaan laporan penelitian Rp.100.000,00

(8)
(9)

Lampiran 8

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Novia V M Sidabutar

Tempat Tanggal Lahir: Tomok, 18 November 1991

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Kristen Protestan

Alamat : Jln. Pembangunan USU no 13, Medan

Riwayat Pendidikan :

1. 1998- 2004 : SD Negeri 091463 Girsang Sipangan Bolon

2. 2004 - 2007 : SMP Negeri 2 Girsang Sipangan Bolon

3. 2007 - 2010 : SMA Negeri 4 Pematang Siantar

(10)

LAMPIRAN 9

NEW FILE.

DATASET NAME DataSet1 WINDOW=FRONT. RELIABILITY

/VARIABLES=Q1 Q2 Q3 Q4 Q5 Q6 Q7 Q8 Q9 Q10 Q11 Q12 Q13 Q14 Q15 Q16 /SCALE('ALL VARIABLES') ALL

a. Listwise deletion based on all variables in the

procedure.

Q1 51.3000 22.233 .335 .850

Q2 51.2000 21.511 .501 .842

Q3 51.4000 21.822 .433 .846

Q4 51.4000 21.378 .531 .841

Q5 51.4000 21.822 .433 .846

Q6 51.4000 22.267 .337 .850

Q7 51.4000 19.156 .741 .827

Q8 51.3000 21.789 .429 .846

Q9 51.5000 21.167 .411 .848

Q10 51.7000 21.789 .390 .848

Q11 51.5000 22.056 .416 .846

(11)

FILE='D:\pengolan data\relib perilaku adaptif AGAKLAAHA.sav'. DATASET NAME DataSet0 WINDOW=FRONT.

RELIABILITY

/VARIABLES=Q1 Q2 Q3 Q4 Q5 Q6 Q7 Q8 Q9 Q10 Q11 Q12 Q13 Q14 /SCALE('ALL VARIABLES') ALL

a. Listwise deletion based on all variables in the

procedure.

Q12 51.4000 19.822 .621 .835

Q13 51.4000 21.822 .433 .846

Q14 51.4000 21.822 .433 .846

Q15 51.3000 22.456 .289 .852

Q16 51.0000 20.444 .933 .826

Reliability Statistics Cronbach's

Alpha N of Items

(12)

Q9 2.40 .699 10

Q10 29.80 39.067 .753 . .917

Q11 29.70 40.011 .608 . .922

Q12 29.80 39.067 .753 . .917

Q13 29.90 41.433 .376 . .931

Q14 29.80 40.622 .558 . .923

Scale Statistics

Mean Variance Std. Deviation N of Items

32.10 45.878 6.773 14

(13)

SAVE OUTFILE='C:\Users\Win7\Documents\hasillll pppn.sav' /COMPRESSED.

DATASET ACTIVATE DataSet1. DATASET CLOSE DataSet2. DATASET ACTIVATE DataSet1.

SAVE OUTFILE='D:\PROPOSAL PENTING\data demografi penting.sav' /COMPRESSED .

FREQUENCIES VARIABLES=usia usia_1 agama_1 penghasilan penghasilan_1 jumla hanak jumlahanak_1 usiaanak usiaanak_1 lamabelajar lamabela

jar_1

Valid 26-35 8 26.7 26.7 26.7

36-45 16 53.3 53.3 80.0

46-55 6 20.0 20.0 100.0

Total 30 100.0 100.0

varibel jenis kelamin

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid perempuan 30 100.0 100.0 100.0

agama

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid ISLam 25 83.3 83.3 83.3

katolik 2 6.7 6.7 90.0

protesta 3 10.0 10.0 100.0

(14)

suku

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid batak 12 40.0 40.0 40.0

dll 1 3.3 3.3 43.3

jawa 14 46.7 46.7 90.0

minang 3 10.0 10.0 100.0

Total 30 100.0 100.0

pendidikan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid DIPLOMA 2 6.7 6.7 6.7

SARJANA 2 6.7 6.7 13.3

SD 2 6.7 6.7 20.0

Valid buruh / karyawan 2 6.7 6.7 6.7

lainnya 2 6.7 6.7 13.3

pegawai swasta 2 6.7 6.7 20.0

PNS 1 3.3 3.3 23.3

tidak bekerja 22 73.3 73.3 96.7

wiraswasta 1 3.3 3.3 100.0

Total 30 100.0 100.0

(15)

anaktinggaldengan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid ayah dan ibu 26 86.7 86.7 86.7

ibu 4 13.3 13.3 100.0

Valid <1.350.000 16 53.3 53.3 53.3

1.350.000-2.500.000 3 10.0 10.0 63.3

2.500.000-3.500.000 8 26.7 26.7 90.0

>3.500.000 3 10.0 10.0 100.0

(16)

usiaanakRM

Valid laki-laki 16 53.3 53.3 53.3

perempuan 14 46.7 46.7 100.0

(17)

variabel alasan masuk ke slb

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid kesadaran orangtua tentan 5 16.7 16.7 16.7

tes psikologis 4 13.3 13.3 30.0

tidak diterima disekolah 21 70.0 70.0 100.0

Total 30 100.0 100.0

lamaanaksekolah

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 1 3 10.0 10.0 10.0

2 7 23.3 23.3 33.3

3 5 16.7 16.7 50.0

4 3 10.0 10.0 60.0

5 9 30.0 30.0 90.0

6 2 6.7 6.7 96.7

7 1 3.3 3.3 100.0

Total 30 100.0 100.0

variabel lama anak sekolah

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 1 15 50.0 50.0 50.0

2 15 50.0 50.0 100.0

(18)

Frequency Table

Valid SL 26 86.7 86.7 86.7

(19)

variabel pernyataan 6

Valid KK 12 40.0 40.0 40.0

SL 1 3.3 3.3 43.3

Valid KK 10 33.3 33.3 33.3

SL 13 43.3 43.3 76.7

SR 6 20.0 20.0 96.7

(20)
(21)

pernyataan Q13

Valid SL 22 73.3 73.3 73.3

SR 8 26.7 26.7 100.0

(22)

Frequencies

Valid dapat dilakukan dengan baik 24 80.0 80.0 80.0

dapat dilakukan tapi tidak

baik / memerlukan banya 1 3.3 3.3 83.3

hampir dapat dilakukan

Valid dapat dilakukan dengan baik 16 53.3 53.3 53.3

dapat dilakukan tapi tidak

baik / memerlukan banya 2 6.7 6.7 60.0

hampir dapat dilakukan

Valid dapat dilakukan dengan baik 15 50.0 50.0 50.0

dapat dilakukan tapi tidak

baik / memerlukan banya 4 13.3 13.3 63.3

hampir dapat dilakukan

dengan baik / memerlukan

se

10 33.3 33.3 96.7

tidak dapat dilakukan / perlu

bantuan penuh 1 3.3 3.3 100.0

(23)

variabel pernyataan PA 1

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid dapat dilakukan dengan baik 24 80.0 80.0 80.0

dapat dilakukan tapi tidak

baik / memerlukan banya 1 3.3 3.3 83.3

hampir dapat dilakukan

Valid dapat dilakukan dengan baik 16 53.3 53.3 53.3

dapat dilakukan tapi tidak

baik / memerlukan banya 6 20.0 20.0 73.3

hampir dapat dilakukan

Valid dapat dilakukan dengan baik 16 53.3 53.3 53.3

dapat dilakukan tapi tidak

baik / memerlukan banya 3 10.0 10.0 63.3

hampir dapat dilakukan

dengan baik / memerlukan

se

11 36.7 36.7 100.0

(24)

variabel q6

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid dapat dilakukan dengan baik 26 86.7 86.7 86.7

hampir dapat dilakukan

Valid dapat dilakukan dengan baik 24 80.0 80.0 80.0

dapat dilakukan tapi tidak

baik / memerlukan banya 2 6.7 6.7 86.7

hampir dapat dilakukan

Valid dapat dilakukan dengan baik 26 86.7 86.7 86.7

hampir dapat dilakukan

Valid dapat dilakukan dengan baik 20 66.7 66.7 66.7

hampir dapat dilakukan

dengan baik / memerlukan

se

10 33.3 33.3 100.0

(25)

variabel q6

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid dapat dilakukan dengan baik 26 86.7 86.7 86.7

hampir dapat dilakukan

Valid dapat dilakukan dengan baik 15 50.0 50.0 50.0

dapat dilakukan tapi tidak

baik / memerlukan banya 6 20.0 20.0 70.0

hampir dapat dilakukan

Valid dapat dilakukan dengan baik 9 30.0 30.0 30.0

dapat dilakukan tapi tidak

baik / memerlukan banya 8 26.7 26.7 56.7

hampir dapat dilakukan

dengan baik / memerlukan

se

12 40.0 40.0 96.7

tidak dapat dilakukan / perlu

bantuan penuh 1 3.3 3.3 100.0

Total 30 100.0 100.0

variabel q12 PA

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

(26)

Valid dapat dilakukan dengan baik 15 50.0 50.0 50.0

dapat dilakukan tapi tidak

baik / memerlukan banya 8 26.7 26.7 76.7

hampir dapat dilakukan

dengan baik / memerlukan

se

7 23.3 23.3 100.0

Total 30 100.0 100.0

variabel q14

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid dapat dilakukan dengan baik 11 36.7 36.7 36.7

dapat dilakukan tapi tidak

baik / memerlukan banya 3 10.0 10.0 46.7

hampir dapat dilakukan

dengan baik / memerlukan

se

15 50.0 50.0 96.7

tidak dapat dilakukan / perlu

bantuan penuh 1 3.3 3.3 100.0

Total 30 100.0 100.0

(27)

GET

FILE='D:\SKRIPSI ASLIIII\hasil hubungan spiritualitas dan perilaku adap tif anak retardasi mental.sav'.

DATASET NAME DataSet1 WINDOW=FRONT. NONPAR CORR

/VARIABLES=spiritualitas perilakuadaptif /PRINT=SPEARMAN TWOTAIL NOSIG

/MISSING=PAIRWISE.

Nonparametric Correlations

Correlations

spiritualitas perilakuadaptif

Spearman's rho spiritualitas Correlation Coefficient 1.000 .513**

Sig. (2-tailed) . .004

N 30 30

perilakuadaptif Correlation Coefficient .513** 1.000

Sig. (2-tailed) .004 .

N 30 30

(28)

98

no usia JK Aga suku Pendidikan Pekerjaan Anak tinggal

dengan

4 46 Pr 1 batak SMA wiraswasta ayah dan ibu 3 4 14 perempuan 2 5

5 42 Pr 1 jawa SMA ibu rumah tangga ayah dan ibu 4 4 15 laki-laki 3 5

6 49 Pr 1 minang SARJANA ibu rumah tangga ayah dan ibu 1 2 14 perempuan 2 6

7 30 Pr 1 jawa SMA ibu rumah tangga ayah dan ibu 1 1 10 perempuan 3 1

15 39 Pr 3 batak SARJANA ibu rumah tangga ayah dan ibu 3 3 13 laki-laki 1 5

16 39 Pr 1 jawa DIPLOMA ibu rumah tangga ibu 1 1 10 perempuan 2 2

17 36 Pr 2 batak SMA ibu rumah tangga ayah dan ibu 1 2 10 laki-laki 2 2

18 42 Pr 1 jawa SMP ibu rumah tangga ayah dan ibu 3 4 8 perempuan 3 2

19 45 Pr 1 batak SMP ibu rumah tangga ayah dan ibu 1 2 14 perempuan 3 7

20 40 Pr 1 jawa SMP ibu rumah tangga ayah dan ibu 3 1 12 laki-laki 3 5

21 35 Pr 1 batak SMA ibu rumah tangga ayah dan ibu 3 2 9 laki-laki 2 2

22 40 Pr 1 minang SMA ibu rumah tangga ayah dan ibu 1 2 9 perempuan 2 3

23 33 Pr 1 jawa SMA ibu rumah tangga ayah dan ibu 1 1 8 laki-laki 2 3

(29)

Keterangan

JK : Jenis Kelamin, Pr:Perempuan

Aga : Agama, 1 : Islam, 2: Protestan, 3: katolik

Pengha : penghasilan per bulan , 1 : <Rp. 1.350.000 , 2: Rp. 1.350.000–Rp. 2.500.000, 3: Rp. 2.500.000–Rp. 3.500.000, 4: >Rp 3.500.000

Alasan masuk ke SLB: 1: Tes Psikologis / Tes IQ , 2: Tidak Diterima disekolah umum , 3: Kesadaran orang tua tentang keterbatasan anak

24 38 Pr 1 batak SMA pegawai swasta ayah dan ibu 2 2 10 laki-laki 2 3

25 27 Pr 2 batak SMA ibu rumah tangga ayah dan ibu 1 2 8 laki-laki 2 2

26 46 Pr 1 jawa SMA buruh / karyawan ayah dan ibu 1 5 10 perempuan 2 3

27 30 Pr 1 jawa SMA buruh / karyawan ayah dan ibu 1 2 9 perempuan 2 2

28 40 Pr 3 batak SMA ibu rumah tangga ibu 1 3 12 perempuan 2 5

29 35 Pr 1 batak DIPLOMA PNS ayah dan ibu 3 2 8 laki-laki 2 2

(30)

Lampiran 11

Master data

Respoden P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10 P11 P12 P13 P14 P15 P16 Spiritualitas

orang tua

1 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 Tinggi

2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 Tinggi

3 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 Tinggi

4 4 4 2 4 4 4 2 4 4 4 4 4 4 4 2 4 Tinggi

5 4 4 4 4 4 4 3 2 1 1 3 4 4 4 2 3 Tinggi

6 4 4 4 1 4 4 4 4 2 2 4 4 4 4 2 4 Tinggi

7 3 2 4 4 4 4 4 4 4 2 2 4 4 4 2 4 Tinggi

8 4 4 3 4 4 4 3 4 2 4 4 3 4 4 3 4 Tinggi

9 4 4 4 2 4 4 4 4 2 2 4 4 4 4 3 4 Tinggi

10 4 4 4 4 4 4 3 2 4 4 4 4 4 4 4 4 Tinggi

11 4 4 4 2 4 4 4 4 2 2 4 4 4 3 3 4 Tinggi

12 4 3 4 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 2 3 4 Tinggi

13 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 Tinggi

14 4 4 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 Tinggi

15 4 3 3 4 3 2 3 4 4 2 2 3 2 4 2 4 Tinggi

16 4 3 3 4 4 4 4 4 2 1 4 3 4 4 2 4 Tinggi

17 4 3 2 3 4 4 3 4 3 2 4 2 2 3 2 3 Tinggi

18 4 3 4 4 4 4 4 4 4 2 4 4 4 3 4 4 Tinggi

19 4 4 4 4 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 4 Tinggi

20 4 4 4 4 4 4 4 4 2 2 4 4 4 4 4 4 Tinggi

21 4 4 3 4 3 4 4 3 3 3 3 2 2 2 2 3 Tinggi

22 4 3 4 4 3 3 4 3 4 2 4 3 4 4 4 3 Tinggi

(31)

23 3 3 3 3 3 2 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 Tinggi

24 3 2 3 4 3 3 3 2 2 3 4 3 4 3 4 3 Tinggi

25 3 3 3 2 2 2 1 2 3 3 2 3 2 3 3 4 Tinggi

26 4 3 4 3 4 3 4 2 2 3 3 3 3 3 3 3 Tinggi

27 4 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 Tinggi

28 4 4 3 4 3 4 3 4 2 3 3 3 4 4 4 4 Tinggi

29 4 4 4 4 4 3 4 3 3 4 3 4 4 4 4 4 Tinggi

30 4 4 4 4 4 3 4 3 4 3 4 4 4 3 4 4 Tinggi

Respoden P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10 P11 P12 P13 P14 Perilaku

Adaptif anak RM

1 3 2 2 2 2 3 3 3 2 2 1 1 2 2 Baik

2 2 2 3 3 2 3 3 3 2 1 3 3 1 3 Baik

3 3 2 1 1 1 3 3 3 3 3 1 1 2 1 Sedang

4 3 2 0 1 2 3 2 3 2 1 2 1 2 2 Sedang

5 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 2 2 2 2 Baik

6 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 Baik

7 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 Baik

8 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 Baik

9 3 2 1 1 1 3 3 3 3 1 2 2 2 1 Sedang

10 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 Baik

11 1 2 3 3 3 3 1 3 3 1 2 3 2 2 Baik

12 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 Baik

13 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 Baik

14 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 Baik

(32)

16 3 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 Baik

17 3 1 1 1 2 3 3 2 2 2 1 1 2 2 Sedang

18 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 Baik

19 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 Baik

20 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 Baik

21 2 2 2 2 2 3 3 3 2 2 1 1 2 1 Sedang

22 3 3 2 3 2 3 3 3 3 3 2 3 2 3 Baik

23 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 1 2 2 Sedang

24 2 2 2 2 2 2 1 3 3 2 1 2 2 2 Sedang

25 2 1 1 1 1 2 2 2 3 1 1 1 2 2 Sedang

26 3 3 2 1 3 3 3 3 3 1 0 3 2 0 Baik

27 3 2 2 2 2 3 3 3 2 2 1 1 2 2 Baik

28 3 2 2 2 3 3 3 3 3 3 2 2 2 3 Baik

29 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 2 Baik

30 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 Baik

(33)
(34)
(35)
(36)
(37)
(38)
(39)
(40)
(41)

Abdel-Khalek, AM. (2006). Happiness, health, and religiosity: significant

relations. Mental Health, & Culture, 9(1), 85-97

Arikunto, Suharsimi.(2006). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Asmadi, (2008). Konsep dasar keperawatan. Penerbit EGC. Jakarta

Ambar Ayu, Regina (2012). Hubungan Religiusitas dengan Resiliensi pada Ibu

yang Memiliki Anak Retardasi Mental. Skripsi Program Studi Psikologi

FPSI-Universitas Kristen Satya Wacana.

Asnani. Dewi, (2006). Hubungan perilaku adaptif anak retardasi mental dengan

stress orang tua di SLB C Muzdalifah Medan. Skripsi Fakultas

Keperawatan USU, Medan.

Beirne. Smith, P,. Patton, J. R. & Ittenbach.R. (1994). Mental retardation (4thed). Rivesside, NJ, MacMillan.

Carm, H.B & Carm, J.H (2000). Spiritualitas persaudaraan. Dibuka pada 06

Nopember, 2014 dari website

http://www.brother_fie.orgarchires/apin_brotherhood.ind.htm

Dalami, Ernawati ,dkk,( 2009). Asuhan keperawatan klien dengan gangguan jiwa. Jakarta timur: CV. Trans info media.

Delphie, Bandi. (2005). Bimbingan konseling untuk Perilaku Non-adaptif. Bandung : Pustaka Bani Quraisy

Devendy, D.A. (2003). Stress and Parenting. Down Syndrome today. Di buka

pada 12 April, 2015 dari website

http://www.altonweb.com/cs/downsyndrome/stress.htm

Efendi, Mohammad. (2006). Pengantar psikopedagogik anak berkelainan. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Fiori, K.L., Brown, E.F., Cortina, K.S., & Antonucci, T.C. (2006). Locus of

control as a mediator of the relationship between religiosity and life satisfaction: Age, race, and gender defferences. Mental health, religion & culture, 9 (3), 239–263.

Gunarsa, S. (2004). Dari Anak Sampai Usia Lanjut “Bunga Rampai Psikologi Perkembangan”.BPK Gunung Mulia. Jakarta.

Gupta, A &Singhal, N. 2004. Positive perception in parents Of Children with

Disabilities. Asian Pasific Disability Rehabilitation journal, 15 (1),

(42)

Hamid, A.Y.(2009). Asuhan keperawatan kesehatan jiwa. Jakarta : EGC

Harth, J.A. (2002). Spirituality and Palliative care. Diambil dari

http://www.cancerresearch.umaryland.edu/spirituality.htm. pada tanggal 10 November 2014.

Hastono, Sutanto Priyo.(2007). Analisa Data Kesehatan. Jakarta: UI Press.

Horowitz, A (2004). Stress on families auticm society of america. Dibuka pada 06

Nopember, 2014 dari website

http://www.brother_fie.orgarchires/apin_brotherhood.ind.htm

Kumala, Sari.(2007). Stategi koping pada anak retardasi mental. Semarang : UNIKA

Kozier, B. &Erb, G. 1987. Fundamental Of Nursing: concept and procedure, Third Edition, USA; Addison- Wesley publishing. Inc.

Kozier, B, Erb, Beman, A, Snyder, S. J. (2010). Buku Ajar Fundamental

Keperawatan : Konsep, Proses, & Praktik, ED 7, Vol. 1. Jakarta:EGC

Lumbangtobing, S. M. 2006. Anak dengan mental terbelakangan. Jakarta :Balai penerbit FKUI.

Latief, Abdul dkk. (2007). Buku kuliah 1 ilmu kesehatan anak. Jakarta : Penerbit bagian Ilmu Kesehatan Anak FKUI.

Maslim, Rusdi. (2013). Diagnosis Gangguan Jiwa rujukan ringkas dari PPDGJ– III dan DSM 5. Jakarta : Bagian ilmu kedokteran jiwa FK – Unika Atmajaya.

Muhammad, Jamila, K. A. (2008).Special education for special children. Jakarta: Hikmah (PT. Mijan Publika).

Mulyani, D. F. Adi (2014). Perkembangan Kognitif Anak Retardasi Mental pada

Pemberian Media Playdough Di SLB C Yakut Purwokerto. Skripsi

Fakultas Kedokteran dan Ilmu-Ilmu Kesehatan Universita Jenderal Soedirman.

Notoatmodjo, Soekidjo.(2012). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta

Nursalam.(2013). Konsep dan Penerapan metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

Panjaitan, Osmail .(2011). Perkembangan Sekolah Luar Biasa E Negeri Pembina

1 Tingkat Propinsi di Medan (1984-1999). Skripsi Fakultas Ilmu Budaya

Universitas Sumatera Utara.

(43)

Potter, Perry.(2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses, dan

Praktik. Jakarta: EGC.

Polit, D. F & Hunger, B. P. (1995). Nursing Research: Principlies and Methods

(5t edition). Philadhelpia: J.Blippincott Company.

Pritzlaff, a. l. 2001. Examining the coping strategis of parents who have children

with disabilities. Diaksespadatanggal 15 Oktober 2014 .http://www.uvstour.edu/lib/thesis/2001/2001pritzlafa.pdf.

Sudjana.(2002). Metoda Statistika. Bandung: Tarsito

Somantri. (2007). Psikologi anak luar biasa. Bandung: PT Refika Arditama.

Taylor, L., Lilis, C dan Lemone, P.L (1997). Fundamental of Nursing, the art and

science of Nursing Care. Lippincott philadelphia, New York.

Wells, J.A, .Sullivon, A. ,& Diamond, T 2003. Parents stress and adaptive

functioning of indicluals With Developmental Disabilities. JuornalOn Developmental Disablities, volume 10, number 1, Diaksespadatanggal 20

Oktober 2014.

http://www.auticm.society.org/site/pageselver?pagename=livingfamily.p df

Wahyuningsih, Hepi. (2009). Validitas konstruk alat ukur spirituality orientation

inventory (SOI). Jurnal psikologi Volume 36, 116-129.

(44)

31 3.1. Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual dalam penelitian ini memberikan gambaran

hubungan spiritualitas orang tua terhadap perilaku adaptif anak retardasi mental di

SLB E Negeri Kec Sei Agul Medan..

Skema 3.1. Hubungan Spiritualitas Orang Tua terhadap Perilaku Adaptif Anak

Retardasi Mental Di SLB E Negeri Kec Sei Agul Medan.

Spiritualitas Orang Tua Anak Retardasi Mental:

• Hubungan dengan Tuhan • Hubungan dengan diri

Sendiri

• Hubungan dengan orang lain

• Hubungan dengan Lingkungan

Perilaku adaptif anak retardasi mental :

• Kemampuan motorik • Interaksi sosial /

komunikasi

• Kemampuan hidup pribadi • Kemampuan hidup dalam

masyarakat

(45)

3.2. Defenisi Operasional

Tabel 3.1 Definisi Operasional

No Variabel Defenisi Operasional Cara Ukur Hasil

Ukur

Skala

1. Spiritualitas Spiritualitas

merupakan suatu yang dipercayai oleh orang tua yang pertanyaan terdiri dari pertanyaan positif dan negatif. Skor pada skala agamais yang terdiri

(46)

dari berdoa, diri sendiri adalah kekuatan dari dalam diri dan atau self

reliance. Meliputi pengetahuan diri yakni siapa diri, apa yang dilakukan, dan sikap percaya pada diri sendiri, percaya pada kehidupan atau

masa depan, orang lain meliputi cinta kasih, harapan

dan motivasi,

keadaan yang

harmonis dan tidak

(47)

harmonis dengan alam meliputi minat dan ketertarikan yoga, retret serta melindungi alam. aspek perilaku dan fungsinya dengan perilaku yang tidak dapat dilakukan, atau perlu bantuan yang menyeluruh. Untuk pilihan nilai 1 menunjukkan dapat dilakukan tetapi dengan tidak

(48)

baik, atau memerlukan

banyak bantuan. Untuk pilihan nilai 2 menunjukkan kasar dan motorik halus

(49)

hidup meliputi uang dan nilai, waktu dan ketepatan waktu, kemampuan kerja, orientasi rumah dan masyarakat

Ha: terdapat hubungan antara spiritualitas orang tua terhadap perilaku adaptif

(50)

37 4.1. Desain penelitian

Desain yang digunakan dalam penelitian ini bersifat deksriptif korelasi

yang bertujuan untuk mengidentifikasi spiritualitas orang tua terhadap perilaku

adaptif anak retardasi mental di SLB E Negeri Kec Sei Agul Medan.

4.2. Populasi, Sampel Penelitian dan Teknik Sampling

Populasi dan sampel dalam penelitian ini adalah semua orang tua anak

retardasi mental yang ada di SLB E Negeri Kec Sei Agul Medan pada tingkat

sekolah dasar (SD). Jumlah anak retardasi mental yang ada di SLB E Negeri Kec

Sei Agul Medan adalah 46 orang. Pengambilan sampel dilakukan dengan

menggunakan teknik total sampling yaitu semua orang tua yang memenuhi

kriteria dijadikan sampel penelitian. Adapun kriteria sampel penelitian ini adalah

sabagai berikut:

1. Orang tua yang memiliki anak retardasi mental ringan

2. Orang tua yang tinggal bersama dengan anak retardasi mental

3. Bersedia menjadi responden / kooperatif

4.3. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di SLB E Negeri Kec Sei Agul Medan, berdasarkan

survey awal penelitian diketahui bahwa SLB E Negeri Kec Sei Agul Medan

memiliki jumlah sampel penelitian yang memadai sesuai dengan kriteria sampel

(51)

penelitian, di samping itu lokasi yang mudah dijangkau peneliti dan belum ada

peneliti yang melakukan penelitian tentang tingkat spiritualitas orang tua pada

perilaku adaptif anak retardai mental di SLB E Negeri Kec Sei Agul Medan

sehingga peneliti memilih lokasi ini sebagai tempat penelitian. Waktu penelitian

dilaksanakan pada bulan Maret–April 2015.

4.4. Pertimbangan Etik Penelitian

Pertimbangan etik dimulai dari proses administrasi penelitian yaitu setelah

mendapatkan persetujuan dari institusi pendidikan Fakultas Keperawatan dan

Komisi Etik Penelitian Kesehatan Fakultas Keperawatan USU serta izin dari

SLB E Negeri Kec Sei Agul Medan. Pertimbangan etik yang perlu diperhatikan

menurut Nursalam (2013) yaitu peneliti memberi kebebasan kepada responden

untuk menentukan apakah bersedia atau tidak untuk mengikuti penelitian (self

determination), peneliti menanyakan kesediaan menjadi responden setelah peneliti

memperkenalkan diri, menjelaskan tujuan, dan manfaat penelitian, jika responden

bersedia menjadi peserta penelitian maka responden diminta menandatangani

lembar persetujuan (informed concent), peneliti tidak mencantumkan nama

responden pada lembar pengumpulan data, tetapi akan memberikan kode pada

masing-masing lembar persetujuan (anonimity), dan peneliti menjamin

kerahasiaan informasi responden dan kelompok data tertentu yang dilaporkan

sebagai hasil penelitian (confidentiality). Penelitian ini tidak menyakiti aspek

(52)

4.5 Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini disusun oleh peneliti

dengan mengacu kepada tinjauan pustaka dan kerangka konsep. Instrumen

penelitian berupa kuesioner yang terdiri dari 3 berisi : Kuesioner Data Demografi,

Kuesioner Spiritualitas (KS) dan Kuesioner Perilaku Adaptif.

4.5.1. Kuesioner Data Demografi( KDD)

Pada bagian pertama instrumen penelitian berisi data demografi yang

meliputi usia, jenis kelamin, agama, suku, status perkawinan, pendidikan terakhir,

pekerjaan, penghasilan perbulan, jumlah anak, usia anak retardasi mental, jenis

kelamin anak retardasi mental. Alasan orang tua memasukkan anak ke SLB dan

lamanya anak bersekolah di SLB.Biodata ini diisi pada bagian yang telah

disediakan pada lembar kuesioner.

4.5.2. Kuesioner Spiritualitas (KS)

Kuesioner spiritualitas diidentifikasi berdasarkan dimensi spiritulitas yaitu

hubungan dengan Tuhan, hubungan dengan diri sendiri, hubungan dengan orang

lain dan hubungan dengan lingkungan menggunakan pernyataan-pernyataan yang

memberikan gambaran spiritualitas responden. Kuesioner ini terdiri dari 16 butir

pernyataan yang dimodifikasi dari “ Spiritual Involvement and Belief Scale”

Revised Version (SIBS-R) sesuai dengan kebutuhan penelitian ( Hatch at al,

2007) yang menggunakan jenis kuesioner multiple choice closed ended dengan

skala likert.

(53)

Kuesioner Spiritulitas (KS) terdiri dari 16 pernyataan yang terbagi atas 4

pernyataan hubungan dengan Tuhan, 4 pernyataan hubungan dengan diri sendiri,

4 pernyataan hubungan orang lain dan 4 penyataan hubungan dengan alam /

lingkungan dengan pilihan jawaban-jawaban Selalu (SL), Sering (SR),

Kadang-Kadang (KK), dan Tidak Pernah ( TP). Skor tertinggi pada skala ini adalah 4 dan

skor terendah adalah 1. Kuesioner spiritualitas (KS) terdiri dari pertanyaan positif

dan negatif. Skor pada skala pernyataan positif adalah Selalu (SL) skor 4, Sering

(SR) skor 3, Kadang-Kadang (KK) skor 2, dan Tidak Pernah (TP) skor 1. Skor

pada skala pernyataan negatif adalah Selalu ( SL) skor 1, Sering ( SR ) skor 2,

Kadang-Kadang (KK) skor 3 dan Tidak Pernah (TP) skor 4. Sehingga diperoleh

nilai minimum 16 dan nilai maksimum 64 , semakin tinggi skor maka semakin

tinggi spiritulitasnya.

Tingkat spiritualitas orang tua anak retardasi mental dikategorikan

berdasarkan rumus statistika menurut Sudjana (2002).

P = Skor tertinggi–Skor terendah

Banyak kelas

Nilai P merupakan panjang kelas yang dihasilkan skor tertinggi dikurang dengan

skor terendah. Dari hasil skoring spiritualitas nilai tertinggi 64 dan nilai terendah

16, maka rentang kelas adalah 48 dengan 2 kategori banyak kelas, sehingga

(54)

Data untuk kuesioner spiritualitas dikategorikan sebagai berikut :

16–40 = tingkat spiritualitas yang rendah

41 - 64 = tingkat spiritualitas yang tinggi

4.5.3. Kuesioner Perilaku Adaptif anak retardasi mental

Bagian ketiga instrumen diambil dari instrumen penelitian diambil

berdasarkan tinjauan pustaka dan scale of independent behavior-revised (

Bruinkins, Woodcock, Weatherman dan Hill, 1985). Bagian instrumen ini berisi

pertanyaan untuk mengidentifikasi perilaku adaptif anak retardasi mental. Bagian

ini terdiri dari 14 subskala yaitu kemampuan motorik kasar, motorik halus,

memahami bahasa, berbicara, interaksi sosial, makan, berpakaian, kekamar

mandi, aktifitas rumah tangga, perawatan diri, waktu dan ketetapan waktu, uang

dan nilai, kemampuan kerja, orientasi rumah dan komunitas.

Panduan wawancara terdiri dari 14 pertanyaan positif dengan

menggunakan skala likert. Pertanyaan yang berhubungan dengan kemampuan

motorik adalah no 1-2 komunikasi dan interaksi sosial adalah no 3-5. Kehidupan

pribadi adalah no 6-10. Kehidupan bermasyarakat adalah no 11-14.

Bagian ini disajikan dalam bentuk 4 pilihan alternatif yang diberi nilai 0,

1, 2, 3. Untuk nilai 0, menunjukkan perilaku yang tidak dapat dilakukan, atau

perlu bantuan yang menyeluruh. Untuk pilihan nilai 1 menunjukkan dapat

dilakukan tetapi dengan tidak baik, atau memerlukan banyak bantuan. Untuk

pilihan nilai 2 menunjukkan hampir dapat dilakukan dengan baik atau

(55)

memerlukan sedikit bantuan. Untuk pilihan nilai 3 menunjukkan dilakukan

dengan baik.

Penilaian perilaku adaptif anak retardasi mental dalam penelitian ini akan

dikategorikan dalam perilaku adaptif baik, perilaku adaptif sedang, perilaku

maldaptif. Kemudian untuk penilaian terendah yang mungkin dicapai adalah 0

dan nilai tertinggi yang mungkin dicapai adalah 42.

Perilaku adaptif anak retardasi mental dikategorikan berdasarkan rumus

statistika menurut Sudjana (2002).

P = Skor tertinggi–Skor terendah

Banyak kelas

Nilai P merupakan panjang kelas yang dihasilkan skor tertinggi (42)

dikurang dengan skor terendah (0). Sehingga didapat nilai rentang kelas tertinggi

dikurang terendah 42 dan banyak kelas adalah 3 untuk kategori perilaku adaptif

baik, perilaku adaptif sedang dan perilaku adaptif buruk. Data perilaku adaptif

anak retardasi mental dikategorikan sebagai berikut:

0-14 = perilaku adaptif anak retardasi mental buruk

15-28 = perilaku adaptif anak retardasi mental sedang

(56)

4.6. Validitas dan Realibilitas 4.6.1 Validitas

Validitas merupakan suatu indeks yang menunjukkan alat ukur atau

instrumen itu benar-benar mengukur apa yang diukur (Notoatmodjo, 2010). Uji

validitas yang digunakan pada pengujian ini adalah validitas isi, yaitu sejauh mana

instrumen penelitian memuat rumusan-rumusan sesuai dengan isi yang

dikehendaki menurut tujuan tertentu. Uji validitas dilakukan dengan cara

mengoreksi instrumen penelitian oleh 3 orang yang berkompeten dari bagian

Keperawatan Jiwa dan Komunitas yaitu Ibu Siti Zahara Nasution S.Kp, MNS, Ibu

Roxsana Devi Tumanggor S.Kep, Ns, MNurs dan Bapak Walter, S.Kep, Ns,

M.Kep. Sp.KepJ .

4.6.2 Reliabilitas

Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat ukur

dapat dipercaya atau dapat diandalkan (Notoatmodjo, 2010). Uji realibilitas

dilakukan terhadap 10 orang tua anak retardasi mental yang berada di SLB E

yang berada diluar populasi penelitian yang memiliki kriteria sampel yang akan

diteliti, dengan menggunakan uji reliabilitas konsistensi eksternal dengan uji

formula Cronbach Alpha (Arikunto, 2006). Hasil uji reliabilitas terhadap

instrumen spiritualitas orang tua 0,85 dan untuk hasil uji reliabilitas perilaku

adaptif anak retardasi mental 0,925 Dilakukan sebelum dilakukan penelitian.

instrumen akan dikatakan reliabel jika memiliki reliabilitas lebih dari 0,70 (Polit

& Hunger, 1995). Uji reliabilitas penelitian ini menggunakan teknik

komputerisasi.

(57)

4.7. Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan setelah peneliti menerima surat izin

pelaksanaan penelitian dari institusi pendidikan Fakultas Keperawatan USU. Dan

juga surat izin melakukan penelitian di SLB E Negeri Kecamatan Sei Agul

Medan. Pada saat penelitian peneliti akan menjelaskan terlebih dahulu tujuan,

manfaat, dan prosedur pelaksanaan penelitian. Calon responden yang bersedia

berpartisipasi diminta untuk menandatangani informed concent dan menjawab

pertanyaan dalam kuesioner yang disediakan.

Peneliti mendampingi responden selama pengisian kuesioner, sehingga

responden dapat bertanya kepada peneliti apabila ada yang kurang dipahami.

Setelah kuesioner dikumpulkan oleh responden, peneliti kembali memeriksa

kuesioner untuk memastikan pertanyaan diisi semua. Setelah sampel terkumpul

sesuai dengan sampel yang dibutuhkan peneliti maka dilanjutkan untuk analisa

data.

4.8.Analisa Data

Kegiatan dalam analisis data meliputi persiapan, tabulasi, dan aplikasi

data. Persiapan antara lain cek nama dan identitas, cek kelengkapan data, dan cek

macam isian data. Tabulasi yaitu melakukan pemberian skor pada item, memberi

kode pada variabel yang tidak diberi skor, mengubah jenis data, melakukan

modifikasi sesuai dengan teknis analisis yang digunakan, dan berikan kode.

Kemudian dalam aplikasi data atau pengujian dilakukan penerapan analisis data

sesuai dengan tujuan penelitian dengan menggunakan uji statistik yang

(58)

bantuan komputerasi. Setelah semua tahap diselesaikan, dilanjutkan dengan

analisa univariat dan bivariat.

1. Analisa Univariat

Tujuan analisa univariat adalah untuk mendeskriptifkan karakter

masing-masing variabel yang diteliti. Dalam analisis data kuantitatif dihadapkan pada

kumpulan data yang besar/banyak yang belum jelas maknanya. Fungsi analisis

adalah menyederhanakan atau meringkas kumpulan data hasil pengukuran

sedemikian rupa sehingga kumpulan data tersebut berubah menjadi informasi

yang berguna. Peringkasan tersebut berupa ukuran-ukuran statistik, tabel dan juga

grafik. Secara teknis pada dasarnya berupa kegiatan meringkas kumpulan data

menjadi ukuran tengah dan ukuran variasi (Hastono, 2007).

2. Analisa Bivariat

Bivariat statistik adalah suatu prosedur untuk menganalisa hubungan

antara dua variabel yaitu untuk melihat pengaruh antara variabel independen

(Spiritualitas orangtua) dan varibel dependen (Perilaku adaptif anak retardasi

mental) dengan menggunakan uji statistik korelasi spearman. Uji ini digunakan

karena varibel independen dan variabel dependen berskala kategorik (ordinal).

Analisa dilakukan secara komputerisasi.

(59)

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil Penelitian

Bab ini menjelaskan hasil penelitian dan pembahasan mengenai

karakteristik responden dan variabel Spiritualitas orang tua dan Perilaku adaptif

anak retardasi mental serta bagaimana hubungan Spiritualitas orang tua terhadap

perilaku adaptif anak retardasi mental di SLB Negeri E Kec. Sei Agul Medan

yang dilakukan pada bulan Maret-April 2015. Jumlah sampel yang dianalisis

adalah sebanyak 30 orang tua yang memiliki anak retardasi mental. Data hasil

penelitian dipaparkan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan persentase.

5.1.1. Karakteristik responden

Deskripsi karakteristik responden yaitu bahwa sebagian besar responden

terdapat pada rentang usia 36-45 sebanyak 16 orang ( 53,3%) . Sedangkan untuk

karakteristik jenis kelamin responden semuanya sebanyak 30 orang (100%)

adalah berjenis kelamin perempuan. Berdasarkan suku, responden terbanyak

bersuku jawa sebanyak 14 orang (46,7%). Berdasarkan agama, responden

terbanyak beragama Islam sebanyak 23 (83,3%) . Berdasarkan suku, responden

terbanyak bersuku jawa sebanyak 14 orang (46,7%). Sedangkan untuk

karakteristik pendidikan kebanyakan responden berpendidikan SMA sebanyak 19

(60)

Rumah Tangga (IRT) sebanyak 22 orang (73,3). Untuk status keberadaan anak

tinggal dengan ayah dan ibu sebanyak 26 orang (86,7 %). Karakteristik

penghasilan orang tua yaitu <Rp. 1.350.000 sebanyak 16 orang (53,3 %). Untuk

karakteristik jumlah anak responden yaitu sebanyak 24 orang (80%) orang tua

memiliki jumlah anak 1-3 dan sebanyak 6 orang (20 %) responden memilii anak

4-5 tahun. Usia anak retardasi mental sebanyak 15 orang (50 %) berumur 8-11

dan 15 orang (20 %) berumur 12-15 tahun. Sebanyak 16 orang (53,3 %) anak

retardasi mental berjenis kelamin laki-laki dan orang 14 orang (46,7 %) berjenis

kelamin perempuan. Sebanyak 21 (70,0%) responden beralasan memasukkan

anak ke SLB dikarenakan kesadaran orang tua terhadap keterbatasan yang

dimiliki. Sebanyak 15 orang (50 %) anak telah bersekolah di SLB selama 1-3

tahun dan selama 4-7 tahun sebanyak 15 orang (50 %). Untuk lebih jelas dapat

dilihat pada tabel 5.1

Tabel 5.1. Distribusi Frekuensi dan Persentase Berdasarkan Karakteristik Responden di SLB E Negeri Kec. Sei Agul Medan (n = 30)

Karakteristik Frekuensi (n) Persentasi ( % )

Usia

Perempuan (Ibu) 30 100 %

(61)

Tabel 5.1 (Lanjutan)

Karakteristik Frekuensi (n) Persentasi (%)

Pendidikan terakhir

Tes psikologis / tes IQ

Tidak diterima disekolah umum Kesadaran orang tua tentang keterbatasan anak

(62)

5.1.2. Spiritualitas Orangtua Anak Retardasi Mental di SLB E Negeri Kec Sei Agul Medan.

Distribusi frekuensi spiritulitas orang tua anak retardasi mental di SLB E

Negeri Kec Sei Agul Medan ditemukan yaitu bahwa spiritualitas orang tua anak

retardasi mental dalam katagori tinggi yaitu sebanyak 30 orang (100 %). Dan

tidak ada responden pada katagori spiritualitas rendah.

5.2. Tabel Frekuensi Spiritulitas Orang Tua Anak Retardasi Mental di SLB E Negeri Kec Sei Agul Medan.

Variabel Spiritualitas Orang Tua Anak Retardasi Mental

Jumlah (n) Persentase

Spiritualitas orang tua tinggi 30 100 %

Spiritualitas orang tua rendah 0 0 %

Dari 16 pernyataan mengenai spiritualitas orang tua diperoleh hasil yaitu

mengenai hasil hubungan dengan Tuhan orang tua bahwa sebanyak 26 orang

responden (87,7%) orangtua anak retardasi mental selalu berdoa untuk

mendapatkan ketenangan didalam hidup, sebanyak 18 orang tua (60,0 %) sering

membaca kitab suci untuk mendekatkan diri kepada Tuhan, sebanyak 19 orang tua

(63,3 %) selalu mengikuti kegiatan keagamaan di masyarakat serta selalu

meningkatkan ibadah kepada Tuhan sejak memiliki anak retardasi mental

sebanyak 21 orang tua (70,0 %).

Hasil penelitian mengenai hubungan dengan diri sendiri sebagian besar

responden selalu optimis dalam menjalani hidupnya sebagai orang tua anak

(63)

retardasi mental yaitu sebanyak 21 orang (70,0 %), dan sebanyak 21 orang (70 %)

orang tua selalu berfikir bahwa kesulitan yang mereka alami selama merawat anak

retardasi mental adalah pengalaman yang positif untuk menjalani hidup yang lebih

baik, sebanyak 16 orang (53,3 %) responden menyatakan bahwa mereka tidak

pernah merasa bahwa anak retardasi mental menghalangi mereka dalam

beraktifitas serta sebanyak 18 orang (60 %) selalu bisa bersyukur dan punya

pengharapan bahkan pada masa sulit sekalipun didalam hidupnya.

Hasil penelitian untuk hubungan orang lain sebanyak 13 orang tua (43,3

%) selalu berharap bahwa ketika mereka sakit mereka berharap orang lain turut

berdoa dalam kesembuhan mereka, sebanyak 11 orang (36,7 %) selalu berusaha

untuk tidak bergantung kepada orang lain bahkan pada masa sulit sekalipun,

sebanyak 20 orang (66,7%) responden selalu membina hubungan yang baik

dengan keluarga serta 18 (60,0%) selalu merasa bahwa keluarga/ kerabat mereka

memperhatikan keadaan mereka.

Hasil penelitian mengenai hubungan dengan lingkungan adalah sebanyak

23 orang (76,7%) responden sering merasakan ketenangan saat bersama dengan

keluarga/ tetangga serta kerabat, sebanyak 19 orang (63,3%) selalu menjaga

kebersihan dan kerapian di lingkungan tempat tinggalnya, sebanyak 14 orang

(46,7%) selalu menghabiskan waktu luangnya untuk merawat tanaman/ hewan

peliharaan serta sebanyak 22 orang (73,3 %) selalu merasa nyaman tinggal pada

(64)

Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi dan Persentase Spiritualitas orang tua yang

2 Saya membaca kitab suci untuk mendekatkan diri kepada Tuhan

2

6,7 1860,0 1033,3 0 30100%

3 Saya mengikuti kegiatan keagamaan di masyarakat untuk mendekatkan diri kepada Tuhan

19

63,3 930,0 26,7 30100%

4 Saya meningkatkan ibadah saya kepada Tuhan sejak saya

memiliki anak retardasi mental

21

70,0 516,7 310,0 13,3 30100%

5 Saya optimis menjalani hidup saya

21

70,0 723,3 26,7 0 30100% 6 Kesulitan yang saya alami

selama merawat anak retardasi

7 Saya merasa anak saya menghalangi saya dalam beraktifitas

1

3,3 13,3 1240,0 165,3 30100%

8 Pada masa sulit sekalipun saya masih bisa bersyukur dan berharap

18

60,0 620,0 620,0 0 30100%

9 Ketika saya sakit, saya

menginginkan orang lain berdoa untuk kesembuhan saya

13

43,3 620,0 1033,3 13,3 30100%

10 Saya berusaha untuk tidak bergantung kepada orang lain bahkan pada masa–masa sulit sekalipun

11

36,7 826,7 930,0 26,7 30100%

11 Saya membina hubungan yang baik dengan keluarga/kerabat/ tetangga

20

66,7 723,3 310,0 0 30100%

12 Walaupun dalam keadaan sulit, keluarga/ kerabat

memperhatikan saya

18

60,0 1033,3 26,7 0 30100%

(65)

Tabel 5.3 (Lanjutan)

14 Saya menjaga kebersihan dan kerapian di lingkungan sekitar

16 Saya merasa nyaman tinggal di lingkungan saya

22

73,3 826,7 0 0 30100%

5.1.3. Deskripsi Perilaku Adaptif Anak Retardasi Mental di SLB E Negeri Kec Sei Agul Medan

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh hasil bahwa sebanyak 22 orang

(73,3 %) menunjukkan perilaku adaptif baik dan sebanyak 8 (26,7%)

menunjukkan perilaku adaptif sedang, dan tidak ada yang menunjukkan perilaku

adaptif buruk . (tabel 5.4).

Tabel 5.4. Distribusi Frekuensi dan Pensentase Perilaku Adaptif Anak Retardasi Mental di SLB E Negeri Kec Sei Agul Medan.

Variabel perilaku adaptif anak retardasi mental

Jumlah (N) Persentase

Perilaku adaptif anak retardasi mental baik 22 73,3 %

Perilaku adaptif anak retardasi mental sedang 8 26,7 %

(66)

Dari 14 pertanyaan mengenai perilaku adaptif anak retardasi mental

diperoleh hasil sebanyak 24 (80,0 %) orang tua menyatakan bahwa anaknya

mampu bergerak bebas dengan baik. Sebanyak 16 orang tua (53,3%) mengatakan

bahwa dapat menulis dengan baik. Sebanyak 15 orang tua (50 %) menyatakan

bahwa anaknya mampu memahami ucapan orang lain dengan baik. Sebanyak 16

orang tua (53,3%) anaknya mampu berbicara dengan baik dengan orang lain.

Sebanyak 16 orang tua (53,3 %) mengatakan anaknya mampu bergaul dengan

orang lain dalam kesehariannya. Sebanyak 26 orang tua (86,7 %) mengatakan

anaknya dapat makan sendiri dengan baik dan dapat mampu melakukan

kebersihan buang air besar dan kecil dengan baik. Sebanyak 24 orang tua (80 %)

mengatakan bahwa anaknya mampu berpakaian dengan baik. Sebanyak 20 orang

tua (66,7 % ) mengatakan anaknya mampu melakukan pemeliharaan kebersihan

dirinya sendiri dengan baik. Sebanyak 15 orang tua (50 %) mengatakan bahwa

anaknya mampu melakukan tugas-tugas rumah tangga dengan baik dan mampu

mengenal uang dengan baik. Sebanyak 12 orang tua (40 %) mengatakan bahwa

anaknya hampir dapat mengenali waktu dengan baik. Sebanyak 17 orang tua (56

,7 %) mengatakan bahwa anaknya hampir dapat mengikuti perintah dengan baik

atau hanya memerlukan sedikit bantuan dari mereka. Sebanyak 15 orang tua (50,0

%) mengatakan bahwa anaknya hampir dapat menggunakan fasilitas umum

dengan baik. (lihat tabel 5.5)

(67)

Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi dan Persentase Perilaku Adaptif Anak Retardasi Mental di SLB E Negeri Kecamatan Sei Agul Medan

No Pernyataan Tingkat Perilaku Adaptif Total

0 1 Kemampuan anak saya dalam

bergerak bebas

0 1

3,3 516,7 2480,0 30100% 2 Kemampuan anak saya dalam

menulis

0 2

6,7 1240,0 1653,3 30100% 3 Kemampuan anak saya dalam

memahami ucapan orang lain

1

3,3 413,3 1033,3 1550,0 30100% 4 Kemampuan anak saya berbicara

dengan orang lain

0 6

20,0 826,7 1653,3 30100% 5 Kemampuan bergaul anak saya

terhadap orang lain dalam kehidupan sehari-hari

0 3

10,0 1136,7 1653,3 30100%

6 Kemampuan anak saya untuk makan sendiri dengan baik

0 0 4

13,3 2686,7 30100% 7 Kemampuan anak saya dalam

berpakaian

0 2

6,7 413,3 2480,0 30100% 8 Kemampuan anak saya dalam

melakukan kebersihan buang air besar dan buang air kecil

0 0 4

13,3 2686,7 30100%

9 Kemampuan anak saya dalam melakukan pemeliharaan kebersihan dirinya

0 0 10

33,3 2066,7 30100%

10 Kemampuan anak saya dalam melakukan tugas-tugas rumah tangga

0 6

20,0 930,0 1550,0 30100%

11 Kemampuan anak saya dalam mengenali waktu

1

3,3 826,7 1240,0 920,0 30100% 12 Kemampuan anak saya dalam

mengenal nilai uang

0 8

26,7 723,3 1550,0 30100% 13 Kemampuan anak saya dalam

mengikuti perintah

0 1

3,3 1756,7 1240,0 30100% 14 Kemampuan anak saya dalam

menggunakan fasilitas umum

1

(68)

5.1.4. Hubungan Antara Spiritualitas Orang tua dengan Perilaku Anak Retardasi Mental di SLB E Negeri Kec Sei Agul Medan.

Uji korelasi menggunakan spearman rho dan menunjukkan nilai p pada kolom

sig 2 tailed sebesar 0,004. Angka ini lebih kecil dari level of significance (a) yaitu

0.05. Nilai korelasi (r) adalah 0,513 dengan tanda positif, ini menandakan bahwa

kekuatan hubungan cukup kuat. Berdasarkan hasil ini dapat diinterpretasikan

bahwa hipotesa diterima.

Tabel 5.6 Hasil Analisa Hubungan Spiritualitas Orang Tua dengan Perilaku Adaptif Anak Retardasi Mental di SLB Negeri E Kec Sei Agul.

Variabel 1 Variabel 2 R p-value Keterangan

Spiritualitas orang tua

yang memiliki anak

retardasi mental

Perilaku adaptif anak

retardasi mental

0,513 0,004 hubungan

cukup kuat

dengan arah

positif

(69)

5.2 Pembahasan

5.2.1 Spiritualitas Orang Tua yang Memiliki Anak Retardasi Mental di SLB E Negeri Kec Sei Agul Medan.

Berdasarkan hasil penelitian bahwa semua atau 30 orang ( 100 %)

responden memiliki spiritualitas yang baik. Hal ini dipengaruhi oleh banyak

faktor, salah satu agama. Dari hasil penelitian bahwa 100 responden memeluk

salah satu agama. Konsep agama adalah salah satu bagian dari spiritualitas.

Agama memberi suatu cara untuk mengekspresikan spiritual dan memberikan

pedoman kepada yang mempercayainya dalam berespon terhadap pertanyaan dan

tantangan hidup. Agama dan keyakinan memberi kekuatan dan harapan pada

individu (Kozier, Erb, Berman & Snyder, 2010).

Hasil penelitian juga menunjukkan usia para responden terbanyak pada

rentang 45 yaitu dewasa akhir sebanyak 16 orang (53,3 %) serta pra lansia

46-55 sebanyak 6 orang. Semakin bertambahnya usia maka semakin banyak

pengalaman hidup orang tua yang memiliki anak retardasi mental yang biasanya

akan mempengaruhi dan menyempurnakan spiritualitas seseorang. Sesuai teori

bahwa dengan bertambahnya usia, individu cenderung berfikir tentang kehidupan

setelah kematian dan mendorong beberapa individu untuk memeriksa dan

membenarkan kembali keyakinan spiritual mereka (Taylor, lilis & LeMone, 1997

dalam Hamid, 2009).

Dapat dilihat dari karakteristik responden bahwa sebagian besar berasal

(70)

sebanyak 14 (46,7 %) bersuku jawa dan 12 orang (40 %) bersuku batak. Hal ini

mempengaruhi juga spiritualitas seseorang. Dengan berada ditengah budaya /

suku yang sama dengan kebanyakan orang pada lingkungannya maka orangtua

anak retardasi mental dapat mudah bersosialisasi di masyarakat. Ellen (2001)

menjelaskan bahwa dukungan sosial masyarakat yang baik, budaya dan situasi

psikologi dapat meningkatkan spiritualitas seseorang. Dalam penelitiannya

menjelaskan bahwa dukungan keluarga sangat berperan untuk pengambilan

keputusan baik secara moril maupun spiritual. Hal ini juga dihubungkan dengan

karakteristik respoden dimana sebagian besar responden 26 orang (86,7%) orang

tua ( ayah dan ibu) tinggal dengan anak retardasi mental.

Aziz (2006) keluarga memiliki peran yang cukup strategis dalam

pemenuhan kebutuhan spiritual, karena keluarga memiliki ikatan emosional yang

kuat dan selalu berinteraksi dalam kehidupan sehari-hari. Didukung juga dengan

teori taylor (2002) bahwa keluarga berfungsi untuk mendukung sesama keluarga

yang lain. Dalam hal ini tentu saja orang tua (ayah dan ibu) anak retardasi mental

saling memberi perhatian dan dukungan dalam merawat anak retardas mental.

5.2.2 Perilaku Adaptif Anak Retardasi Mental di SLB E Negeri Kec Sei Agul Medan

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh hasil bahwa sebanyak 22 orang

(73,3 %) menunjukkan perilaku adaptif baik dan sebanyak 8 (26,7 %)

menunjukkan perilaku adaptif sedang. Membaiknya perilaku anak retardasi

mental dalam penelitian ini terjadi karena beberapa faktor yaitu dihubungkan

(71)

dengan pendidikan yang diterima anak. Salah satunya bahwa SLB E Negeri Kec

Sei Agul Medan merupakan satu-satunya SLB milik pemerintah tingkat propinsi

yang terus menerus melakukan penyegaran bagi tenaga pendidik untuk

menyelenggarakan pendidikan luar biasa dan menjadi sekolah percontohan untuk

sekolah luar biasa yang selalu mengadakan pemeriksaan psikologis, medis dan

sosiologis para murid yang memiliki keterbatasan serta selalu membina hubungan

kerjasama dengan orang tua murid dalam menyangkut proses perkembangan

peserta didik (Panjaitan, 2011).

Berbagai strategi pendidikan yang terintegrasi memungkinkan anak lebih

berpartisipasi aktif dalam kegiatan belajar yang dapat membawa pengaruh positif

dalam kehidupan mereka sehari-hari. Penelitian yang dilakukan oleh Mulyani

(2014) membuktikan bahwa intervensi dini, pengayaan lingkungan dan bantuan

serta dukungan dari keluarga membawa kemajuan yang berarti dibandingkan

dengan anak yang tidak mengikuti program tersebut. Anak dapat merasakan

manfaat stimulasi sensoris, latihan khusus yang melibatkan aktifitas motorik halus

dan kasar, dan perkembangan kognitif. Selanjutnya sekolah dapat memberi anak

dasar kehidupan lewat perkembangan akademis dan fisik serta kemampuan sosial.

Pengalaman yang didapat dari sekolah membantu anak untuk mengembangkan

rasa hormat pada diri sendiri dan kegembiraan (Hidayat, 2004).

Pada anak yang normal sampai dengan usia 11 tahun masih membutuhkan

banyak dukungan pada banyak aspek hidup mereka, termasuk aktivitas personal

sehari-hari seperti mandi, berpakaian, membersihkan ruangan, menyiapkan

(72)

akan pemakaian uang (Buckey,2002). Dan untuk anak retardasi mental cenderung

lebih banyak membutuhkan lebih banyak dukungan dari orang terdekat dalam hal

ini orangtua anak retardasi mental tersebut.

Saat seorang individu merasa bahwa orang tuanya mendukung

kemandiriannya, dengan menghargai perspektif individu tersebut atau dengan

mengijinkan individu untuk secara bebas menentukan tingkah laku mereka,

individu tersebut akan merasakan kesejahteraan dan semangat yang lebih tinggi

dalam hidupnya (Ryan & Deci, 2000).

Pada usia sekolah (6-12 tahun) pencapaian yang dapat dilakukan oleh anak

retardasi mental dengan tingkat ringan atau nilai IQ 50-70 adalah dapat menguasai

keterampilan praktis serta kemampuan membaca dan aritmatika sampai dengan

kelas 3-6 SD dengan pendidikan khusus ( Mangunsong, 2009). Ini berarti dengan

melatih anak retardasi mental secara terus-menerus dapat mencapai kemandirian

yang baik yang akan dapat memberdayakan anak retardasi mental khususnya pada

tingkat ringan di masyarakat kedepannya.

Perilaku adaptif anak retardasi mental dipengaruhi oleh berbagai faktor

edukasi, motivasi, karakteristik personal, kesempatan sosial dan vokasional,

gangguan mental dan gangguan kesehatan yang menyertai dari keterbelakangan

mental itu sendiri. Masalah-masalah adaptif cenderung berkurang bila dilakukan

remedial (pengulangan) dalam hal ini anak retardasi mental dibantu dalam

pengulangan perilaku yang baik secara terus menerus dibandingkan dengan IQ

yang cenderung menetap (Lumbantobing, 2006).

(73)

5.2.3. Hubungan Spiritualitas Orang Tua dengan Perilaku Anak Retardasi Mental di SLB E Negeri Kec Sei Agul Medan.

Hasil analisa statistik dalam penelitian ini bahwa spiritualitas orangtua

retardasi mental berhubungan secara positif dengan kekuatan cukup kuat dengan

perilaku adaptif anak retardasi mental (r= 0,513). Hasil analisa hubungan kedua

variabel tersebut memiliki nilai signifikan yang dapat diterima dimana p > 0,05,

sehingga dapat disimpulkan bahwa hipotesa yang menyatakan bahwa terdapat

hubungan spiritualitas orang tua dengan perilaku adaptif anak retardasi mental

dapat diterima.

Adanya hubungan tersebut disebabkan bahwa ketika seseorang memiliki

spiritualitas tinggi akan memiliki kecenderungan untuk tidak menyakiti orang

lain, menjaga lingkungan mereka dan penuh cinta kasih. Spiritualitas yang tinggi

dapat membantu seseorang untuk menentukan langkah dengan baik, akan lebih

memaknai hidup, dapat mengambil hikmah dari pengalaman hidupnya, serta

selalu berintrospeksi diri (Wardhani & Whayuningsih, 2008). Dalam hal ini

adalah orang tua anak retardasi mental yang akan melakukan hal terbaik terhadap

anak retardasi mental termasuk memberi dukungan untuk membantu

perkembangan perilaku anak retardasi mental ke arah yang lebih adaptif.

Hal tersebut sesuai dengan teori Menurut Potter & Perry (2005) yang

menyatakan salah satu faktor yang penting dalam kemandirian perawatan diri

seseorang adalah dukungan sosial. Pada dasarnya orang tua pada anak dengan

(74)

dengan penuh cinta dan mengasuhnya di lingkungan yang mendukung untuk

menumbuhkan rasa percaya diri anak, serta meningkatkan fungsi dari anak

tersebut dengan memberi dukungan-dukungan seperti dukungan emosi dan fisik,

mendukung untuk anak ikut program-program khusus seperti pendidikan khusus

penderita retardasi mental ( Johnson, et all. 2006). Perlakuan seperti ini akan

meningkatkan kesadaran dan pengetahuan anak untuk melakukan perawatan diri

secara mandiri, hal ini didukung oleh penelitian Kelly ( 2011) bahwa ada

hubungan positif antara dukungan sosial dan kemampuan untuk melaksanakan

perilaku sehat yang adaptif.

Spiritualitas meyakini keadilan sosial dan menyadari bahwa tidak ada

seorang pun yang dapat hidup tanpa interaksi dengan orang lain, berempati,

kesadaran mendalam terhadap kesakitan, penderitaan, serta kematian dan

menghargai satu sama lain bahwa hidup itu bernilai (Smith, 1994 dalam Wardhani

& Wahyuningsih, 2008). Hal ini sangat diperlukan untuk meningkatkan kesabaran

dalam merawat serta melatih kemandirian anak retardasi mental. Dengan

kesabaran tersebut anak retardasi mental tidak tertekan, hal ini baik untuk proses

pembelajaran kearah perilaku yang lebih baik.

Hart (2002) dalam penelitiannya melaporkan bahwa tingkat spiritualitas

yang tinggi akan meningkatkan koping seseorang. Hal tersebut akan membantu

orang tua yang memiliki anak retardasi mental untuk menurunkan stress selama

mengasuh anak retardasi mental. Hal tersebut ditambahkan Potter & Perry (2005)

bahwa dimensi spiritual seseorang termasuk keyakinan terhadap yang Maha

Kuasa, perasaan yang menyatu dengan alam dan dunia, serta perasaan positif

(75)

tentang arti dan tujuan hidup dapat menjadi sumber kekuatan dalam beradaptasi

terhadap stres.

Penelitian di bidang psikologi klinis juga menunjukkan bahwa spiritualitas

berhubungan positif terhadap kemampuan individu dalam mengontrol kecemasan

(Harris, Schoneman, & Carlson, 2005) hal ini sangat diperlukan oleh orang tua

anak retardasi mental dalam merawat anak retardasi mental tersebut. Orang tua

seringkali tertekan dalam menghadapi perilaku anak retardasi mental. Untuk

menghadapi hal tersebut orang tua perlu meningkatkan kesadaran pribadi

(personal awareness) yaitu bagaimana seseorang mengatur dirinya sendiri, emosi,

penilaian diri yang positif, harga diri serta mengaktualisasi diri agar dapat

bertahan dalam menghadapi perubahan apapun didalam hidupnya. Hal ini sejalan

dengan penelitian yang dilakukan Ardelt & Koenig (2006) yang mengatakan

bahwa spiritualitas juga sangat berperan dalam kesejahteraan psikologis yang

sangat diperlukan orang tua dalam peningkatkan kesadaran pribadi.

Penelitian yang dilakukan Devendy (2003) mengemukakan bahwa ada

hubungan antara tingkat stress orangtua dengan perilaku adaptif anak retardasi

mental. Orang tua anak retardasi mental dengan tingkat fungsi adaptif yang tinggi

menunjukkan stres yang rendah pada orang tua terhadap keterbatasan fisik anak

dan sedikit perhatian tentang perawatan masa hidup anak.

Stres yang dialami oleh orangtua anak retardasi mental dihubungkan

kepada perilaku anak retardasi mental. Hal ini akan bertambah ketika usia anak

(76)

Untuk menghadapi hal tersebut dibutuhkan kemampuan beradaptasi yang baik

dari orangtua anak retardasi mental tersebut. Kemampuan ini didapat dari

perkembangan spiritualitas yang baik. Hal ini sejalan dengan penelitian yang

dilakukan oleh Ambar (2012) mengenai hubungan antara religiusitas dengan

resiliensi pada ibu yang memiliki anak retardasi mental. Pada penelitiannya

dijelaskan bahwa semakin tinggi religiusitas ibu yang memiliki anak retardasi

mental akan meningkatkan resiliensi ibu dimana resiliensi ini merupakan

kemampuan untuk mengatasi dan beradaptasi terhadap kejadian yang berat atau

masalah yang terjadi dalam kehidupan, dalam hal ini adalah orang tua anak

retardasi mental.

Anak retardasi mental sangat rentan terhadap perubahan dari lingkungan

dalam hal ini keluarga, sekolah dan teman-temannya. Menurut Gerungan (2004)

karakter orang tua akan menentukan sikap atau cara pengasuhan anak. Hal ini

sangat mempengaruhi perkembangan anak retardasi mental sebagai contoh orang

tua yang sangat otoriter akan membuat anak dalam hal ini anak retardasi mental

lebih mudah putus asa dan cemas. Hal ini tidak baik untuk meningkatkan

perkembangan perilakunya kearah yang baik. Lebih jelas Asnani (2006)

menyatakan bahwa anak dengan tingkat fungsi yang tinggi akan berkembang

lebih cepat dan mencapai kemandirian. Perilaku adaptif anak yang tinggi sedikit

mengganggu keluarga, karena mereka mempunyai lebih banyak sumber pribadi

untuk beradaptasi secara fleksibel kepada kebutuhan keluarga.

(77)

Berdasarkan analisa diatas dapat disimpulkan spiritualitas orang tua yang

memiliki anak retardasi mental berhubungan dengan baik tidaknya perilaku

(78)

65 6.1. Kesimpulan

Berdasarkan analisis dan pembahasan hasil penelitian, maka dikemukakan

beberapa kesimpulan sebagai berikut:

- Spiritualitas orang tua yang memiliki anak retardasi mental di SLB E

Negeri Kecamatan Sei Agul Medan dikategorikan baik yaitu sebanyak 30

responden (100 %)

- Perilaku Adaptif anak retardasi mental retardasi mental di SLB E Negeri

Kecamatan Sei Agul Medan dikategorikan baik adalah sebanyak 22

responden (73,3 %)

- Spiritualitas orang tua memiliki hubungan yang positif dengan perilaku

adaptif anak retardasi mental di SLB E Negeri Kecamatan Sei Agul

Medan (r) 0,503 dengan nilai signifikan 0,004 (p< 0,05), hubungan yang

positif artinya semakin tinggi spiritualitas orang tua maka semakin baik

pula perilaku adaptif anak retardasi mental.

Gambar

Tabel 3.1 Definisi Operasional
Tabel 5.1. Distribusi Frekuensi dan Persentase Berdasarkan Karakteristik
Tabel 5.1 (Lanjutan)
Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi dan Persentase Spiritualitas orang tua yangmemiliki anak retardasi Mental di SLB E Negeri Kecamatan Sei AgulMedan.
+5

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukkan: Pola asuh orang tua anak retardasi mental di SLB Kota Padang hampir separuhnya adalah demokratis, perkembangan sosial anak retardasi mental di SLB

Hasil penelitian menunjukkan: Pola asuh orang tua anak retardasi mental di SLB Kota Padang hampir separuhnya adalah demokratis, perkembangan sosial anak retardasi mental di SLB

Retardasi mental merupakan ketidakmampuan fungsi intelektual dan perilaku maladaptif selama pengembangan. Ada beberapa orang tua dapat menerima anak- anak mereka tetapi ada

Berdasarkan data yang diperoleh bahwa sebagian besar orang tua menunjukkan memberikan dukungan yang besar pada anak retardasi mental yaitu sebanyak 16 responden

Strategi mekanisme koping orang tua yang memiliki anak dengan retardasi mental di SLB E Negeri kecamatan Sei Agul

Bagi orang tua anak retardasi mental hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan agar orang tua yang memiliki anak retardasi mental memiliki koping

Hasil tersebut menyatakan bahwa keeratan hubungan antara tingkat pengetahuan tentang retardasi mental dengan mekanisme koping pada orang tua anak penyandang retardasi mental di

Hubungan pola asuh orang tua dengan status personal hygiene pada anak retardasi mental di SDLB Pangkalan Bun Tabel 7 tersaji bahwa sebagian besar personal hygiene anak retardasi