Lampiran 1
Penjelasan Tentang Penelitian
Nama saya adalah Novia V M Sidabutar/111101063, mahasisiwi
Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Keperawatan Universitas
Sumatera Utara, Medan. Saya ingin melakukan penelitian di SLB E Negeri
Kecamatan Sei Agul medan dengan tujuan untuk mengidentifikasi Hubungan
Spiritualitas Orang Tua terhadap Perilaku Adaptif Anak Retardasi Mental .
Penelitian ini merupakan salah satu kegiatan dalam menyelesaikan tugas
akhir di Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Keperawatan Universitas
Sumatera Utara. Peneliti menjamin bahwa penelitian yang dilakukan tidak
menimbulkan dampak negatif kepada Bapak/Ibu sebagai responden. Penlitian ini
akan meberikan manfaat bagi pengembangan ilmu keperawatan.
Peneliti juga mengharagai dan menghormati hak responden dengan cara
menjaga kerahasiaan identitas diri dan dara yang diberikan responden selama
pengumpulan data hingga penyajian dara. Peneliti sangat mengharapkan partisipasi
Bapak/Ibu sebagai responden dalam penelitian ini, namun jika Bapak/ Ibu tidak
bersedia maka Bapak/ Ibu berhak untuk menolak karena tidak unsur paksaan dalam
pengisian kuesioner penelitian. Demikianlah informasi ini saya sampaikan,atas
kesediaan dan partisipasi Bapak/Ibu saya ucapkan terimakasih.
Medan, Maret 2015
Lampiran 2
Lembar Persetujuan Menjadi Responden
Saya yang bertanda tangan dibawah ini :
Kode responden :
Umur :
Jenis Kelamin :
Setelah mendengarkan penjelasan dari peneliti tentang penelitian yang berjudul
“Hubungan Spiritualitas Orang Tua terhadap Perilaku Adaptif Anak Retardasi
Mental di SLB E Negeri Kecamatan Sei Agul Medan”, maka saya dengan
sukarela dan tanpa paksaan menyatakan bersedia menjadi responden dalam
penelitian tersebut.
Medan, Maret 2015
Responden
Lampiran 4 KUESIONER SPIRITUALITAS
Petunjuk Pengisian Kuesioner
a. Pertanyaan berikut ini menyangkut spiritualitas Bapak/Ibu. b. Pilihlah jawaban yang menurut Bapak/Ibu paling sesuai.
c. Jawablah setiap pernyataan yang tersedia dibawah ini dengan memberikan tanda checklist (√) atau mengisi jawaban pada tempat yang telah disediakan. Dengan pilihan jawaban :
SL = Selalu SR = Sering
KK = Kadang- kadang TP = Tidak pernah
NO PERTANYAAN SL SR KK TP
1 Saya berdoa/ sembahyang/ meditasi untuk mendapatkan ketenangan
2 Saya membaca kitab suci untuk mendekatkan diri kepada Tuhan 3 Saya mengikuti kegiatan keagamaan di masyarakat untuk
mendekatkan diri kepada Tuhan
4 Saya meningkatkan ibadah saya kepada Tuhan sejak saya memiliki anak retardasi mental
5 Saya optimis menjalani hidup saya
6 Kesulitan yang saya alami selama merawat anak retardasi mental , merupakan pengalaman yang positif untuk menjalani hidup lebih baik
7 Saya merasa anak saya menghalangi saya dalam beraktifitas 8 Pada masa sulit sekalipun saya masih bisa bersyukur dan
berharap
9 Ketika saya sakit, saya menginginkan orang lain berdoa untuk kesembuhan saya
10 Saya berusaha untuk tidak bergantung kepada orang lain bahkan pada masa–masa sulit sekalipun
11 Saya membina hubungan yang baik dengan keluarga/kerabat/ tetangga
12 Walaupun dalam keadaan sulit, keluarga/ kerabat memperhatikan saya
13 Saya merasakan ketenangan saat saya bersama dengan keluarga / tetangga/ kerabat
14 Saya menjaga kebersihan dan kerapian di lingkungan sekitar saya 15 Saya menghabiskan waktu luang saya untuk merawat tanaman /
hewan peliharaan
Lampiran 5
KUESIONER PERILAKU ADAPTIF ANAK RETARDASI MENTAL
Petunjuk Pengisian Kuesioner
d. Pertanyaan berikut ini menyangkut Perilaku adaptif anak Bapak/Ibu.
e. Pilihlah jawaban yang menurut Bapak/Ibu paling sesuai dengan keadaan anak Bapak/ Ibu. Bagian ini disajikan dalam bentuk 4 pilihan alternatif yang diberi nilai 0, 1, 2, 3.
• Untuk nilai 0 = Menunjukkan perilaku yang tidak dapat dilakukan atau perlu bantuan yang menyeluruh.
• Untuk pilihan nilai 1 = Menunjukkan dapat dilakukan tetapi dengan tidak baik, atau memerlukan banyak bantuan.
• Untuk pilihan nilai 2 = Menunjukkan hampir dapat dilakukan dengan baik atau memerlukan sedikit bantuan.
• Untuk pilihan nilai 3 = Menunjukkan dilakukan dengan baik
f. Jawablah setiap pernyataan yang tersedia dibawah ini dengan memberikan tanda checklist (√) ataumengisi jawaban pada tempat yang telah disediakan.
No Pertanyaan 0 1 2 3
1 Kemampuan anak saya dalam bergerak bebas 2 Kemampuan anak saya dalam menulis
3 Kemampuan anak saya dalam memahami ucapan orang lain
4 Kemampuan anak saya berbicara dengan orang lain
5 Kemampuan bergaul anak saya terhadap orang lain dalam kehidupan sehari-hari
6 Kemampuan anak saya untuk makan sendiri dengan baik
7 Kemampuan anak saya dalam berpakaian 8 Kemampuan anak saya dalam melakukan
kebersihan buang air besar dan buang air kecil 9 Kemampuan anak saya dalam melakukan
pemeliharaan kebersihan dirinya
10 Kemampuan anak saya dalam melakukan tugas-tugas rumah tangga
11 Kemampuan anak saya dalam mengenali waktu 12 Kemampuan anak saya dalam mengenal nilai
uang
13 Kemampuan anak saya dalam mengikuti perintah 14 Kemampuan anak saya dalam menggunakan
fasilitas umum
Lampiran 6
TAKSASI DANA
1. Proposal
a. Biaya tinta dan kertas print proposal Rp.100.000,00
b. Biaya internet Rp.50.000,00
c. Perbanyak proposal Rp.100.000,00
d. Konsumsi Rp.150.000,00
2. Pengumpulan Data
a. Izin penelitian Rp.50.000,00
b. Biaya transportasi Rp.200.000,00
c. Penggandaan kuesioner Rp.150.000,00
3. Analisa Data dan Penyusunan Laporan Perbaikan
a. Biaya kertas dan tinta print Rp.100.000,00
b. Penjilidan Rp.100.000,00
c. Penggandaan laporan penelitian Rp.100.000,00
Lampiran 8
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Novia V M Sidabutar
Tempat Tanggal Lahir: Tomok, 18 November 1991
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Kristen Protestan
Alamat : Jln. Pembangunan USU no 13, Medan
Riwayat Pendidikan :
1. 1998- 2004 : SD Negeri 091463 Girsang Sipangan Bolon
2. 2004 - 2007 : SMP Negeri 2 Girsang Sipangan Bolon
3. 2007 - 2010 : SMA Negeri 4 Pematang Siantar
LAMPIRAN 9
NEW FILE.
DATASET NAME DataSet1 WINDOW=FRONT. RELIABILITY
/VARIABLES=Q1 Q2 Q3 Q4 Q5 Q6 Q7 Q8 Q9 Q10 Q11 Q12 Q13 Q14 Q15 Q16 /SCALE('ALL VARIABLES') ALL
a. Listwise deletion based on all variables in the
procedure.
Q1 51.3000 22.233 .335 .850
Q2 51.2000 21.511 .501 .842
Q3 51.4000 21.822 .433 .846
Q4 51.4000 21.378 .531 .841
Q5 51.4000 21.822 .433 .846
Q6 51.4000 22.267 .337 .850
Q7 51.4000 19.156 .741 .827
Q8 51.3000 21.789 .429 .846
Q9 51.5000 21.167 .411 .848
Q10 51.7000 21.789 .390 .848
Q11 51.5000 22.056 .416 .846
FILE='D:\pengolan data\relib perilaku adaptif AGAKLAAHA.sav'. DATASET NAME DataSet0 WINDOW=FRONT.
RELIABILITY
/VARIABLES=Q1 Q2 Q3 Q4 Q5 Q6 Q7 Q8 Q9 Q10 Q11 Q12 Q13 Q14 /SCALE('ALL VARIABLES') ALL
a. Listwise deletion based on all variables in the
procedure.
Q12 51.4000 19.822 .621 .835
Q13 51.4000 21.822 .433 .846
Q14 51.4000 21.822 .433 .846
Q15 51.3000 22.456 .289 .852
Q16 51.0000 20.444 .933 .826
Reliability Statistics Cronbach's
Alpha N of Items
Q9 2.40 .699 10
Q10 29.80 39.067 .753 . .917
Q11 29.70 40.011 .608 . .922
Q12 29.80 39.067 .753 . .917
Q13 29.90 41.433 .376 . .931
Q14 29.80 40.622 .558 . .923
Scale Statistics
Mean Variance Std. Deviation N of Items
32.10 45.878 6.773 14
SAVE OUTFILE='C:\Users\Win7\Documents\hasillll pppn.sav' /COMPRESSED.
DATASET ACTIVATE DataSet1. DATASET CLOSE DataSet2. DATASET ACTIVATE DataSet1.
SAVE OUTFILE='D:\PROPOSAL PENTING\data demografi penting.sav' /COMPRESSED .
FREQUENCIES VARIABLES=usia usia_1 agama_1 penghasilan penghasilan_1 jumla hanak jumlahanak_1 usiaanak usiaanak_1 lamabelajar lamabela
jar_1
Valid 26-35 8 26.7 26.7 26.7
36-45 16 53.3 53.3 80.0
46-55 6 20.0 20.0 100.0
Total 30 100.0 100.0
varibel jenis kelamin
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid perempuan 30 100.0 100.0 100.0
agama
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid ISLam 25 83.3 83.3 83.3
katolik 2 6.7 6.7 90.0
protesta 3 10.0 10.0 100.0
suku
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid batak 12 40.0 40.0 40.0
dll 1 3.3 3.3 43.3
jawa 14 46.7 46.7 90.0
minang 3 10.0 10.0 100.0
Total 30 100.0 100.0
pendidikan
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid DIPLOMA 2 6.7 6.7 6.7
SARJANA 2 6.7 6.7 13.3
SD 2 6.7 6.7 20.0
Valid buruh / karyawan 2 6.7 6.7 6.7
lainnya 2 6.7 6.7 13.3
pegawai swasta 2 6.7 6.7 20.0
PNS 1 3.3 3.3 23.3
tidak bekerja 22 73.3 73.3 96.7
wiraswasta 1 3.3 3.3 100.0
Total 30 100.0 100.0
anaktinggaldengan
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid ayah dan ibu 26 86.7 86.7 86.7
ibu 4 13.3 13.3 100.0
Valid <1.350.000 16 53.3 53.3 53.3
1.350.000-2.500.000 3 10.0 10.0 63.3
2.500.000-3.500.000 8 26.7 26.7 90.0
>3.500.000 3 10.0 10.0 100.0
usiaanakRM
Valid laki-laki 16 53.3 53.3 53.3
perempuan 14 46.7 46.7 100.0
variabel alasan masuk ke slb
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid kesadaran orangtua tentan 5 16.7 16.7 16.7
tes psikologis 4 13.3 13.3 30.0
tidak diterima disekolah 21 70.0 70.0 100.0
Total 30 100.0 100.0
lamaanaksekolah
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 1 3 10.0 10.0 10.0
2 7 23.3 23.3 33.3
3 5 16.7 16.7 50.0
4 3 10.0 10.0 60.0
5 9 30.0 30.0 90.0
6 2 6.7 6.7 96.7
7 1 3.3 3.3 100.0
Total 30 100.0 100.0
variabel lama anak sekolah
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 1 15 50.0 50.0 50.0
2 15 50.0 50.0 100.0
Frequency Table
Valid SL 26 86.7 86.7 86.7
variabel pernyataan 6
Valid KK 12 40.0 40.0 40.0
SL 1 3.3 3.3 43.3
Valid KK 10 33.3 33.3 33.3
SL 13 43.3 43.3 76.7
SR 6 20.0 20.0 96.7
pernyataan Q13
Valid SL 22 73.3 73.3 73.3
SR 8 26.7 26.7 100.0
Frequencies
Valid dapat dilakukan dengan baik 24 80.0 80.0 80.0
dapat dilakukan tapi tidak
baik / memerlukan banya 1 3.3 3.3 83.3
hampir dapat dilakukan
Valid dapat dilakukan dengan baik 16 53.3 53.3 53.3
dapat dilakukan tapi tidak
baik / memerlukan banya 2 6.7 6.7 60.0
hampir dapat dilakukan
Valid dapat dilakukan dengan baik 15 50.0 50.0 50.0
dapat dilakukan tapi tidak
baik / memerlukan banya 4 13.3 13.3 63.3
hampir dapat dilakukan
dengan baik / memerlukan
se
10 33.3 33.3 96.7
tidak dapat dilakukan / perlu
bantuan penuh 1 3.3 3.3 100.0
variabel pernyataan PA 1
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid dapat dilakukan dengan baik 24 80.0 80.0 80.0
dapat dilakukan tapi tidak
baik / memerlukan banya 1 3.3 3.3 83.3
hampir dapat dilakukan
Valid dapat dilakukan dengan baik 16 53.3 53.3 53.3
dapat dilakukan tapi tidak
baik / memerlukan banya 6 20.0 20.0 73.3
hampir dapat dilakukan
Valid dapat dilakukan dengan baik 16 53.3 53.3 53.3
dapat dilakukan tapi tidak
baik / memerlukan banya 3 10.0 10.0 63.3
hampir dapat dilakukan
dengan baik / memerlukan
se
11 36.7 36.7 100.0
variabel q6
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid dapat dilakukan dengan baik 26 86.7 86.7 86.7
hampir dapat dilakukan
Valid dapat dilakukan dengan baik 24 80.0 80.0 80.0
dapat dilakukan tapi tidak
baik / memerlukan banya 2 6.7 6.7 86.7
hampir dapat dilakukan
Valid dapat dilakukan dengan baik 26 86.7 86.7 86.7
hampir dapat dilakukan
Valid dapat dilakukan dengan baik 20 66.7 66.7 66.7
hampir dapat dilakukan
dengan baik / memerlukan
se
10 33.3 33.3 100.0
variabel q6
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid dapat dilakukan dengan baik 26 86.7 86.7 86.7
hampir dapat dilakukan
Valid dapat dilakukan dengan baik 15 50.0 50.0 50.0
dapat dilakukan tapi tidak
baik / memerlukan banya 6 20.0 20.0 70.0
hampir dapat dilakukan
Valid dapat dilakukan dengan baik 9 30.0 30.0 30.0
dapat dilakukan tapi tidak
baik / memerlukan banya 8 26.7 26.7 56.7
hampir dapat dilakukan
dengan baik / memerlukan
se
12 40.0 40.0 96.7
tidak dapat dilakukan / perlu
bantuan penuh 1 3.3 3.3 100.0
Total 30 100.0 100.0
variabel q12 PA
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Valid dapat dilakukan dengan baik 15 50.0 50.0 50.0
dapat dilakukan tapi tidak
baik / memerlukan banya 8 26.7 26.7 76.7
hampir dapat dilakukan
dengan baik / memerlukan
se
7 23.3 23.3 100.0
Total 30 100.0 100.0
variabel q14
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid dapat dilakukan dengan baik 11 36.7 36.7 36.7
dapat dilakukan tapi tidak
baik / memerlukan banya 3 10.0 10.0 46.7
hampir dapat dilakukan
dengan baik / memerlukan
se
15 50.0 50.0 96.7
tidak dapat dilakukan / perlu
bantuan penuh 1 3.3 3.3 100.0
Total 30 100.0 100.0
GET
FILE='D:\SKRIPSI ASLIIII\hasil hubungan spiritualitas dan perilaku adap tif anak retardasi mental.sav'.
DATASET NAME DataSet1 WINDOW=FRONT. NONPAR CORR
/VARIABLES=spiritualitas perilakuadaptif /PRINT=SPEARMAN TWOTAIL NOSIG
/MISSING=PAIRWISE.
Nonparametric Correlations
Correlations
spiritualitas perilakuadaptif
Spearman's rho spiritualitas Correlation Coefficient 1.000 .513**
Sig. (2-tailed) . .004
N 30 30
perilakuadaptif Correlation Coefficient .513** 1.000
Sig. (2-tailed) .004 .
N 30 30
98
no usia JK Aga suku Pendidikan Pekerjaan Anak tinggal
dengan
4 46 Pr 1 batak SMA wiraswasta ayah dan ibu 3 4 14 perempuan 2 5
5 42 Pr 1 jawa SMA ibu rumah tangga ayah dan ibu 4 4 15 laki-laki 3 5
6 49 Pr 1 minang SARJANA ibu rumah tangga ayah dan ibu 1 2 14 perempuan 2 6
7 30 Pr 1 jawa SMA ibu rumah tangga ayah dan ibu 1 1 10 perempuan 3 1
15 39 Pr 3 batak SARJANA ibu rumah tangga ayah dan ibu 3 3 13 laki-laki 1 5
16 39 Pr 1 jawa DIPLOMA ibu rumah tangga ibu 1 1 10 perempuan 2 2
17 36 Pr 2 batak SMA ibu rumah tangga ayah dan ibu 1 2 10 laki-laki 2 2
18 42 Pr 1 jawa SMP ibu rumah tangga ayah dan ibu 3 4 8 perempuan 3 2
19 45 Pr 1 batak SMP ibu rumah tangga ayah dan ibu 1 2 14 perempuan 3 7
20 40 Pr 1 jawa SMP ibu rumah tangga ayah dan ibu 3 1 12 laki-laki 3 5
21 35 Pr 1 batak SMA ibu rumah tangga ayah dan ibu 3 2 9 laki-laki 2 2
22 40 Pr 1 minang SMA ibu rumah tangga ayah dan ibu 1 2 9 perempuan 2 3
23 33 Pr 1 jawa SMA ibu rumah tangga ayah dan ibu 1 1 8 laki-laki 2 3
Keterangan
JK : Jenis Kelamin, Pr:Perempuan
Aga : Agama, 1 : Islam, 2: Protestan, 3: katolik
Pengha : penghasilan per bulan , 1 : <Rp. 1.350.000 , 2: Rp. 1.350.000–Rp. 2.500.000, 3: Rp. 2.500.000–Rp. 3.500.000, 4: >Rp 3.500.000
Alasan masuk ke SLB: 1: Tes Psikologis / Tes IQ , 2: Tidak Diterima disekolah umum , 3: Kesadaran orang tua tentang keterbatasan anak
24 38 Pr 1 batak SMA pegawai swasta ayah dan ibu 2 2 10 laki-laki 2 3
25 27 Pr 2 batak SMA ibu rumah tangga ayah dan ibu 1 2 8 laki-laki 2 2
26 46 Pr 1 jawa SMA buruh / karyawan ayah dan ibu 1 5 10 perempuan 2 3
27 30 Pr 1 jawa SMA buruh / karyawan ayah dan ibu 1 2 9 perempuan 2 2
28 40 Pr 3 batak SMA ibu rumah tangga ibu 1 3 12 perempuan 2 5
29 35 Pr 1 batak DIPLOMA PNS ayah dan ibu 3 2 8 laki-laki 2 2
Lampiran 11
Master data
Respoden P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10 P11 P12 P13 P14 P15 P16 Spiritualitas
orang tua
1 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 Tinggi
2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 Tinggi
3 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 Tinggi
4 4 4 2 4 4 4 2 4 4 4 4 4 4 4 2 4 Tinggi
5 4 4 4 4 4 4 3 2 1 1 3 4 4 4 2 3 Tinggi
6 4 4 4 1 4 4 4 4 2 2 4 4 4 4 2 4 Tinggi
7 3 2 4 4 4 4 4 4 4 2 2 4 4 4 2 4 Tinggi
8 4 4 3 4 4 4 3 4 2 4 4 3 4 4 3 4 Tinggi
9 4 4 4 2 4 4 4 4 2 2 4 4 4 4 3 4 Tinggi
10 4 4 4 4 4 4 3 2 4 4 4 4 4 4 4 4 Tinggi
11 4 4 4 2 4 4 4 4 2 2 4 4 4 3 3 4 Tinggi
12 4 3 4 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 2 3 4 Tinggi
13 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 Tinggi
14 4 4 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 Tinggi
15 4 3 3 4 3 2 3 4 4 2 2 3 2 4 2 4 Tinggi
16 4 3 3 4 4 4 4 4 2 1 4 3 4 4 2 4 Tinggi
17 4 3 2 3 4 4 3 4 3 2 4 2 2 3 2 3 Tinggi
18 4 3 4 4 4 4 4 4 4 2 4 4 4 3 4 4 Tinggi
19 4 4 4 4 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 4 Tinggi
20 4 4 4 4 4 4 4 4 2 2 4 4 4 4 4 4 Tinggi
21 4 4 3 4 3 4 4 3 3 3 3 2 2 2 2 3 Tinggi
22 4 3 4 4 3 3 4 3 4 2 4 3 4 4 4 3 Tinggi
23 3 3 3 3 3 2 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 Tinggi
24 3 2 3 4 3 3 3 2 2 3 4 3 4 3 4 3 Tinggi
25 3 3 3 2 2 2 1 2 3 3 2 3 2 3 3 4 Tinggi
26 4 3 4 3 4 3 4 2 2 3 3 3 3 3 3 3 Tinggi
27 4 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 Tinggi
28 4 4 3 4 3 4 3 4 2 3 3 3 4 4 4 4 Tinggi
29 4 4 4 4 4 3 4 3 3 4 3 4 4 4 4 4 Tinggi
30 4 4 4 4 4 3 4 3 4 3 4 4 4 3 4 4 Tinggi
Respoden P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10 P11 P12 P13 P14 Perilaku
Adaptif anak RM
1 3 2 2 2 2 3 3 3 2 2 1 1 2 2 Baik
2 2 2 3 3 2 3 3 3 2 1 3 3 1 3 Baik
3 3 2 1 1 1 3 3 3 3 3 1 1 2 1 Sedang
4 3 2 0 1 2 3 2 3 2 1 2 1 2 2 Sedang
5 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 2 2 2 2 Baik
6 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 Baik
7 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 Baik
8 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 Baik
9 3 2 1 1 1 3 3 3 3 1 2 2 2 1 Sedang
10 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 Baik
11 1 2 3 3 3 3 1 3 3 1 2 3 2 2 Baik
12 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 Baik
13 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 Baik
14 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 Baik
16 3 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 Baik
17 3 1 1 1 2 3 3 2 2 2 1 1 2 2 Sedang
18 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 Baik
19 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 Baik
20 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 Baik
21 2 2 2 2 2 3 3 3 2 2 1 1 2 1 Sedang
22 3 3 2 3 2 3 3 3 3 3 2 3 2 3 Baik
23 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 1 2 2 Sedang
24 2 2 2 2 2 2 1 3 3 2 1 2 2 2 Sedang
25 2 1 1 1 1 2 2 2 3 1 1 1 2 2 Sedang
26 3 3 2 1 3 3 3 3 3 1 0 3 2 0 Baik
27 3 2 2 2 2 3 3 3 2 2 1 1 2 2 Baik
28 3 2 2 2 3 3 3 3 3 3 2 2 2 3 Baik
29 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 2 Baik
30 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 Baik
Abdel-Khalek, AM. (2006). Happiness, health, and religiosity: significant
relations. Mental Health, & Culture, 9(1), 85-97
Arikunto, Suharsimi.(2006). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
Asmadi, (2008). Konsep dasar keperawatan. Penerbit EGC. Jakarta
Ambar Ayu, Regina (2012). Hubungan Religiusitas dengan Resiliensi pada Ibu
yang Memiliki Anak Retardasi Mental. Skripsi Program Studi Psikologi
FPSI-Universitas Kristen Satya Wacana.
Asnani. Dewi, (2006). Hubungan perilaku adaptif anak retardasi mental dengan
stress orang tua di SLB C Muzdalifah Medan. Skripsi Fakultas
Keperawatan USU, Medan.
Beirne. Smith, P,. Patton, J. R. & Ittenbach.R. (1994). Mental retardation (4thed). Rivesside, NJ, MacMillan.
Carm, H.B & Carm, J.H (2000). Spiritualitas persaudaraan. Dibuka pada 06
Nopember, 2014 dari website
http://www.brother_fie.orgarchires/apin_brotherhood.ind.htm
Dalami, Ernawati ,dkk,( 2009). Asuhan keperawatan klien dengan gangguan jiwa. Jakarta timur: CV. Trans info media.
Delphie, Bandi. (2005). Bimbingan konseling untuk Perilaku Non-adaptif. Bandung : Pustaka Bani Quraisy
Devendy, D.A. (2003). Stress and Parenting. Down Syndrome today. Di buka
pada 12 April, 2015 dari website
http://www.altonweb.com/cs/downsyndrome/stress.htm
Efendi, Mohammad. (2006). Pengantar psikopedagogik anak berkelainan. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Fiori, K.L., Brown, E.F., Cortina, K.S., & Antonucci, T.C. (2006). Locus of
control as a mediator of the relationship between religiosity and life satisfaction: Age, race, and gender defferences. Mental health, religion & culture, 9 (3), 239–263.
Gunarsa, S. (2004). Dari Anak Sampai Usia Lanjut “Bunga Rampai Psikologi Perkembangan”.BPK Gunung Mulia. Jakarta.
Gupta, A &Singhal, N. 2004. Positive perception in parents Of Children with
Disabilities. Asian Pasific Disability Rehabilitation journal, 15 (1),
Hamid, A.Y.(2009). Asuhan keperawatan kesehatan jiwa. Jakarta : EGC
Harth, J.A. (2002). Spirituality and Palliative care. Diambil dari
http://www.cancerresearch.umaryland.edu/spirituality.htm. pada tanggal 10 November 2014.
Hastono, Sutanto Priyo.(2007). Analisa Data Kesehatan. Jakarta: UI Press.
Horowitz, A (2004). Stress on families auticm society of america. Dibuka pada 06
Nopember, 2014 dari website
http://www.brother_fie.orgarchires/apin_brotherhood.ind.htm
Kumala, Sari.(2007). Stategi koping pada anak retardasi mental. Semarang : UNIKA
Kozier, B. &Erb, G. 1987. Fundamental Of Nursing: concept and procedure, Third Edition, USA; Addison- Wesley publishing. Inc.
Kozier, B, Erb, Beman, A, Snyder, S. J. (2010). Buku Ajar Fundamental
Keperawatan : Konsep, Proses, & Praktik, ED 7, Vol. 1. Jakarta:EGC
Lumbangtobing, S. M. 2006. Anak dengan mental terbelakangan. Jakarta :Balai penerbit FKUI.
Latief, Abdul dkk. (2007). Buku kuliah 1 ilmu kesehatan anak. Jakarta : Penerbit bagian Ilmu Kesehatan Anak FKUI.
Maslim, Rusdi. (2013). Diagnosis Gangguan Jiwa rujukan ringkas dari PPDGJ– III dan DSM – 5. Jakarta : Bagian ilmu kedokteran jiwa FK – Unika Atmajaya.
Muhammad, Jamila, K. A. (2008).Special education for special children. Jakarta: Hikmah (PT. Mijan Publika).
Mulyani, D. F. Adi (2014). Perkembangan Kognitif Anak Retardasi Mental pada
Pemberian Media Playdough Di SLB C Yakut Purwokerto. Skripsi
Fakultas Kedokteran dan Ilmu-Ilmu Kesehatan Universita Jenderal Soedirman.
Notoatmodjo, Soekidjo.(2012). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta
Nursalam.(2013). Konsep dan Penerapan metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Panjaitan, Osmail .(2011). Perkembangan Sekolah Luar Biasa E Negeri Pembina
1 Tingkat Propinsi di Medan (1984-1999). Skripsi Fakultas Ilmu Budaya
Universitas Sumatera Utara.
Potter, Perry.(2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses, dan
Praktik. Jakarta: EGC.
Polit, D. F & Hunger, B. P. (1995). Nursing Research: Principlies and Methods
(5t edition). Philadhelpia: J.Blippincott Company.
Pritzlaff, a. l. 2001. Examining the coping strategis of parents who have children
with disabilities. Diaksespadatanggal 15 Oktober 2014 .http://www.uvstour.edu/lib/thesis/2001/2001pritzlafa.pdf.
Sudjana.(2002). Metoda Statistika. Bandung: Tarsito
Somantri. (2007). Psikologi anak luar biasa. Bandung: PT Refika Arditama.
Taylor, L., Lilis, C dan Lemone, P.L (1997). Fundamental of Nursing, the art and
science of Nursing Care. Lippincott philadelphia, New York.
Wells, J.A, .Sullivon, A. ,& Diamond, T 2003. Parents stress and adaptive
functioning of indicluals With Developmental Disabilities. JuornalOn Developmental Disablities, volume 10, number 1, Diaksespadatanggal 20
Oktober 2014.
http://www.auticm.society.org/site/pageselver?pagename=livingfamily.p df
Wahyuningsih, Hepi. (2009). Validitas konstruk alat ukur spirituality orientation
inventory (SOI). Jurnal psikologi Volume 36, 116-129.
31 3.1. Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual dalam penelitian ini memberikan gambaran
hubungan spiritualitas orang tua terhadap perilaku adaptif anak retardasi mental di
SLB E Negeri Kec Sei Agul Medan..
Skema 3.1. Hubungan Spiritualitas Orang Tua terhadap Perilaku Adaptif Anak
Retardasi Mental Di SLB E Negeri Kec Sei Agul Medan.
Spiritualitas Orang Tua Anak Retardasi Mental:
• Hubungan dengan Tuhan • Hubungan dengan diri
Sendiri
• Hubungan dengan orang lain
• Hubungan dengan Lingkungan
Perilaku adaptif anak retardasi mental :
• Kemampuan motorik • Interaksi sosial /
komunikasi
• Kemampuan hidup pribadi • Kemampuan hidup dalam
masyarakat
3.2. Defenisi Operasional
Tabel 3.1 Definisi Operasional
No Variabel Defenisi Operasional Cara Ukur Hasil
Ukur
Skala
1. Spiritualitas Spiritualitas
merupakan suatu yang dipercayai oleh orang tua yang pertanyaan terdiri dari pertanyaan positif dan negatif. Skor pada skala agamais yang terdiri
dari berdoa, diri sendiri adalah kekuatan dari dalam diri dan atau self
reliance. Meliputi pengetahuan diri yakni siapa diri, apa yang dilakukan, dan sikap percaya pada diri sendiri, percaya pada kehidupan atau
masa depan, orang lain meliputi cinta kasih, harapan
dan motivasi,
keadaan yang
harmonis dan tidak
harmonis dengan alam meliputi minat dan ketertarikan yoga, retret serta melindungi alam. aspek perilaku dan fungsinya dengan perilaku yang tidak dapat dilakukan, atau perlu bantuan yang menyeluruh. Untuk pilihan nilai 1 menunjukkan dapat dilakukan tetapi dengan tidak
baik, atau memerlukan
banyak bantuan. Untuk pilihan nilai 2 menunjukkan kasar dan motorik halus
hidup meliputi uang dan nilai, waktu dan ketepatan waktu, kemampuan kerja, orientasi rumah dan masyarakat
Ha: terdapat hubungan antara spiritualitas orang tua terhadap perilaku adaptif
37 4.1. Desain penelitian
Desain yang digunakan dalam penelitian ini bersifat deksriptif korelasi
yang bertujuan untuk mengidentifikasi spiritualitas orang tua terhadap perilaku
adaptif anak retardasi mental di SLB E Negeri Kec Sei Agul Medan.
4.2. Populasi, Sampel Penelitian dan Teknik Sampling
Populasi dan sampel dalam penelitian ini adalah semua orang tua anak
retardasi mental yang ada di SLB E Negeri Kec Sei Agul Medan pada tingkat
sekolah dasar (SD). Jumlah anak retardasi mental yang ada di SLB E Negeri Kec
Sei Agul Medan adalah 46 orang. Pengambilan sampel dilakukan dengan
menggunakan teknik total sampling yaitu semua orang tua yang memenuhi
kriteria dijadikan sampel penelitian. Adapun kriteria sampel penelitian ini adalah
sabagai berikut:
1. Orang tua yang memiliki anak retardasi mental ringan
2. Orang tua yang tinggal bersama dengan anak retardasi mental
3. Bersedia menjadi responden / kooperatif
4.3. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di SLB E Negeri Kec Sei Agul Medan, berdasarkan
survey awal penelitian diketahui bahwa SLB E Negeri Kec Sei Agul Medan
memiliki jumlah sampel penelitian yang memadai sesuai dengan kriteria sampel
penelitian, di samping itu lokasi yang mudah dijangkau peneliti dan belum ada
peneliti yang melakukan penelitian tentang tingkat spiritualitas orang tua pada
perilaku adaptif anak retardai mental di SLB E Negeri Kec Sei Agul Medan
sehingga peneliti memilih lokasi ini sebagai tempat penelitian. Waktu penelitian
dilaksanakan pada bulan Maret–April 2015.
4.4. Pertimbangan Etik Penelitian
Pertimbangan etik dimulai dari proses administrasi penelitian yaitu setelah
mendapatkan persetujuan dari institusi pendidikan Fakultas Keperawatan dan
Komisi Etik Penelitian Kesehatan Fakultas Keperawatan USU serta izin dari
SLB E Negeri Kec Sei Agul Medan. Pertimbangan etik yang perlu diperhatikan
menurut Nursalam (2013) yaitu peneliti memberi kebebasan kepada responden
untuk menentukan apakah bersedia atau tidak untuk mengikuti penelitian (self
determination), peneliti menanyakan kesediaan menjadi responden setelah peneliti
memperkenalkan diri, menjelaskan tujuan, dan manfaat penelitian, jika responden
bersedia menjadi peserta penelitian maka responden diminta menandatangani
lembar persetujuan (informed concent), peneliti tidak mencantumkan nama
responden pada lembar pengumpulan data, tetapi akan memberikan kode pada
masing-masing lembar persetujuan (anonimity), dan peneliti menjamin
kerahasiaan informasi responden dan kelompok data tertentu yang dilaporkan
sebagai hasil penelitian (confidentiality). Penelitian ini tidak menyakiti aspek
4.5 Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini disusun oleh peneliti
dengan mengacu kepada tinjauan pustaka dan kerangka konsep. Instrumen
penelitian berupa kuesioner yang terdiri dari 3 berisi : Kuesioner Data Demografi,
Kuesioner Spiritualitas (KS) dan Kuesioner Perilaku Adaptif.
4.5.1. Kuesioner Data Demografi( KDD)
Pada bagian pertama instrumen penelitian berisi data demografi yang
meliputi usia, jenis kelamin, agama, suku, status perkawinan, pendidikan terakhir,
pekerjaan, penghasilan perbulan, jumlah anak, usia anak retardasi mental, jenis
kelamin anak retardasi mental. Alasan orang tua memasukkan anak ke SLB dan
lamanya anak bersekolah di SLB.Biodata ini diisi pada bagian yang telah
disediakan pada lembar kuesioner.
4.5.2. Kuesioner Spiritualitas (KS)
Kuesioner spiritualitas diidentifikasi berdasarkan dimensi spiritulitas yaitu
hubungan dengan Tuhan, hubungan dengan diri sendiri, hubungan dengan orang
lain dan hubungan dengan lingkungan menggunakan pernyataan-pernyataan yang
memberikan gambaran spiritualitas responden. Kuesioner ini terdiri dari 16 butir
pernyataan yang dimodifikasi dari “ Spiritual Involvement and Belief Scale”
Revised Version (SIBS-R) sesuai dengan kebutuhan penelitian ( Hatch at al,
2007) yang menggunakan jenis kuesioner multiple choice closed ended dengan
skala likert.
Kuesioner Spiritulitas (KS) terdiri dari 16 pernyataan yang terbagi atas 4
pernyataan hubungan dengan Tuhan, 4 pernyataan hubungan dengan diri sendiri,
4 pernyataan hubungan orang lain dan 4 penyataan hubungan dengan alam /
lingkungan dengan pilihan jawaban-jawaban Selalu (SL), Sering (SR),
Kadang-Kadang (KK), dan Tidak Pernah ( TP). Skor tertinggi pada skala ini adalah 4 dan
skor terendah adalah 1. Kuesioner spiritualitas (KS) terdiri dari pertanyaan positif
dan negatif. Skor pada skala pernyataan positif adalah Selalu (SL) skor 4, Sering
(SR) skor 3, Kadang-Kadang (KK) skor 2, dan Tidak Pernah (TP) skor 1. Skor
pada skala pernyataan negatif adalah Selalu ( SL) skor 1, Sering ( SR ) skor 2,
Kadang-Kadang (KK) skor 3 dan Tidak Pernah (TP) skor 4. Sehingga diperoleh
nilai minimum 16 dan nilai maksimum 64 , semakin tinggi skor maka semakin
tinggi spiritulitasnya.
Tingkat spiritualitas orang tua anak retardasi mental dikategorikan
berdasarkan rumus statistika menurut Sudjana (2002).
P = Skor tertinggi–Skor terendah
Banyak kelas
Nilai P merupakan panjang kelas yang dihasilkan skor tertinggi dikurang dengan
skor terendah. Dari hasil skoring spiritualitas nilai tertinggi 64 dan nilai terendah
16, maka rentang kelas adalah 48 dengan 2 kategori banyak kelas, sehingga
Data untuk kuesioner spiritualitas dikategorikan sebagai berikut :
16–40 = tingkat spiritualitas yang rendah
41 - 64 = tingkat spiritualitas yang tinggi
4.5.3. Kuesioner Perilaku Adaptif anak retardasi mental
Bagian ketiga instrumen diambil dari instrumen penelitian diambil
berdasarkan tinjauan pustaka dan scale of independent behavior-revised (
Bruinkins, Woodcock, Weatherman dan Hill, 1985). Bagian instrumen ini berisi
pertanyaan untuk mengidentifikasi perilaku adaptif anak retardasi mental. Bagian
ini terdiri dari 14 subskala yaitu kemampuan motorik kasar, motorik halus,
memahami bahasa, berbicara, interaksi sosial, makan, berpakaian, kekamar
mandi, aktifitas rumah tangga, perawatan diri, waktu dan ketetapan waktu, uang
dan nilai, kemampuan kerja, orientasi rumah dan komunitas.
Panduan wawancara terdiri dari 14 pertanyaan positif dengan
menggunakan skala likert. Pertanyaan yang berhubungan dengan kemampuan
motorik adalah no 1-2 komunikasi dan interaksi sosial adalah no 3-5. Kehidupan
pribadi adalah no 6-10. Kehidupan bermasyarakat adalah no 11-14.
Bagian ini disajikan dalam bentuk 4 pilihan alternatif yang diberi nilai 0,
1, 2, 3. Untuk nilai 0, menunjukkan perilaku yang tidak dapat dilakukan, atau
perlu bantuan yang menyeluruh. Untuk pilihan nilai 1 menunjukkan dapat
dilakukan tetapi dengan tidak baik, atau memerlukan banyak bantuan. Untuk
pilihan nilai 2 menunjukkan hampir dapat dilakukan dengan baik atau
memerlukan sedikit bantuan. Untuk pilihan nilai 3 menunjukkan dilakukan
dengan baik.
Penilaian perilaku adaptif anak retardasi mental dalam penelitian ini akan
dikategorikan dalam perilaku adaptif baik, perilaku adaptif sedang, perilaku
maldaptif. Kemudian untuk penilaian terendah yang mungkin dicapai adalah 0
dan nilai tertinggi yang mungkin dicapai adalah 42.
Perilaku adaptif anak retardasi mental dikategorikan berdasarkan rumus
statistika menurut Sudjana (2002).
P = Skor tertinggi–Skor terendah
Banyak kelas
Nilai P merupakan panjang kelas yang dihasilkan skor tertinggi (42)
dikurang dengan skor terendah (0). Sehingga didapat nilai rentang kelas tertinggi
dikurang terendah 42 dan banyak kelas adalah 3 untuk kategori perilaku adaptif
baik, perilaku adaptif sedang dan perilaku adaptif buruk. Data perilaku adaptif
anak retardasi mental dikategorikan sebagai berikut:
0-14 = perilaku adaptif anak retardasi mental buruk
15-28 = perilaku adaptif anak retardasi mental sedang
4.6. Validitas dan Realibilitas 4.6.1 Validitas
Validitas merupakan suatu indeks yang menunjukkan alat ukur atau
instrumen itu benar-benar mengukur apa yang diukur (Notoatmodjo, 2010). Uji
validitas yang digunakan pada pengujian ini adalah validitas isi, yaitu sejauh mana
instrumen penelitian memuat rumusan-rumusan sesuai dengan isi yang
dikehendaki menurut tujuan tertentu. Uji validitas dilakukan dengan cara
mengoreksi instrumen penelitian oleh 3 orang yang berkompeten dari bagian
Keperawatan Jiwa dan Komunitas yaitu Ibu Siti Zahara Nasution S.Kp, MNS, Ibu
Roxsana Devi Tumanggor S.Kep, Ns, MNurs dan Bapak Walter, S.Kep, Ns,
M.Kep. Sp.KepJ .
4.6.2 Reliabilitas
Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat ukur
dapat dipercaya atau dapat diandalkan (Notoatmodjo, 2010). Uji realibilitas
dilakukan terhadap 10 orang tua anak retardasi mental yang berada di SLB E
yang berada diluar populasi penelitian yang memiliki kriteria sampel yang akan
diteliti, dengan menggunakan uji reliabilitas konsistensi eksternal dengan uji
formula Cronbach Alpha (Arikunto, 2006). Hasil uji reliabilitas terhadap
instrumen spiritualitas orang tua 0,85 dan untuk hasil uji reliabilitas perilaku
adaptif anak retardasi mental 0,925 Dilakukan sebelum dilakukan penelitian.
instrumen akan dikatakan reliabel jika memiliki reliabilitas lebih dari 0,70 (Polit
& Hunger, 1995). Uji reliabilitas penelitian ini menggunakan teknik
komputerisasi.
4.7. Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan setelah peneliti menerima surat izin
pelaksanaan penelitian dari institusi pendidikan Fakultas Keperawatan USU. Dan
juga surat izin melakukan penelitian di SLB E Negeri Kecamatan Sei Agul
Medan. Pada saat penelitian peneliti akan menjelaskan terlebih dahulu tujuan,
manfaat, dan prosedur pelaksanaan penelitian. Calon responden yang bersedia
berpartisipasi diminta untuk menandatangani informed concent dan menjawab
pertanyaan dalam kuesioner yang disediakan.
Peneliti mendampingi responden selama pengisian kuesioner, sehingga
responden dapat bertanya kepada peneliti apabila ada yang kurang dipahami.
Setelah kuesioner dikumpulkan oleh responden, peneliti kembali memeriksa
kuesioner untuk memastikan pertanyaan diisi semua. Setelah sampel terkumpul
sesuai dengan sampel yang dibutuhkan peneliti maka dilanjutkan untuk analisa
data.
4.8.Analisa Data
Kegiatan dalam analisis data meliputi persiapan, tabulasi, dan aplikasi
data. Persiapan antara lain cek nama dan identitas, cek kelengkapan data, dan cek
macam isian data. Tabulasi yaitu melakukan pemberian skor pada item, memberi
kode pada variabel yang tidak diberi skor, mengubah jenis data, melakukan
modifikasi sesuai dengan teknis analisis yang digunakan, dan berikan kode.
Kemudian dalam aplikasi data atau pengujian dilakukan penerapan analisis data
sesuai dengan tujuan penelitian dengan menggunakan uji statistik yang
bantuan komputerasi. Setelah semua tahap diselesaikan, dilanjutkan dengan
analisa univariat dan bivariat.
1. Analisa Univariat
Tujuan analisa univariat adalah untuk mendeskriptifkan karakter
masing-masing variabel yang diteliti. Dalam analisis data kuantitatif dihadapkan pada
kumpulan data yang besar/banyak yang belum jelas maknanya. Fungsi analisis
adalah menyederhanakan atau meringkas kumpulan data hasil pengukuran
sedemikian rupa sehingga kumpulan data tersebut berubah menjadi informasi
yang berguna. Peringkasan tersebut berupa ukuran-ukuran statistik, tabel dan juga
grafik. Secara teknis pada dasarnya berupa kegiatan meringkas kumpulan data
menjadi ukuran tengah dan ukuran variasi (Hastono, 2007).
2. Analisa Bivariat
Bivariat statistik adalah suatu prosedur untuk menganalisa hubungan
antara dua variabel yaitu untuk melihat pengaruh antara variabel independen
(Spiritualitas orangtua) dan varibel dependen (Perilaku adaptif anak retardasi
mental) dengan menggunakan uji statistik korelasi spearman. Uji ini digunakan
karena varibel independen dan variabel dependen berskala kategorik (ordinal).
Analisa dilakukan secara komputerisasi.
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1. Hasil Penelitian
Bab ini menjelaskan hasil penelitian dan pembahasan mengenai
karakteristik responden dan variabel Spiritualitas orang tua dan Perilaku adaptif
anak retardasi mental serta bagaimana hubungan Spiritualitas orang tua terhadap
perilaku adaptif anak retardasi mental di SLB Negeri E Kec. Sei Agul Medan
yang dilakukan pada bulan Maret-April 2015. Jumlah sampel yang dianalisis
adalah sebanyak 30 orang tua yang memiliki anak retardasi mental. Data hasil
penelitian dipaparkan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan persentase.
5.1.1. Karakteristik responden
Deskripsi karakteristik responden yaitu bahwa sebagian besar responden
terdapat pada rentang usia 36-45 sebanyak 16 orang ( 53,3%) . Sedangkan untuk
karakteristik jenis kelamin responden semuanya sebanyak 30 orang (100%)
adalah berjenis kelamin perempuan. Berdasarkan suku, responden terbanyak
bersuku jawa sebanyak 14 orang (46,7%). Berdasarkan agama, responden
terbanyak beragama Islam sebanyak 23 (83,3%) . Berdasarkan suku, responden
terbanyak bersuku jawa sebanyak 14 orang (46,7%). Sedangkan untuk
karakteristik pendidikan kebanyakan responden berpendidikan SMA sebanyak 19
Rumah Tangga (IRT) sebanyak 22 orang (73,3). Untuk status keberadaan anak
tinggal dengan ayah dan ibu sebanyak 26 orang (86,7 %). Karakteristik
penghasilan orang tua yaitu <Rp. 1.350.000 sebanyak 16 orang (53,3 %). Untuk
karakteristik jumlah anak responden yaitu sebanyak 24 orang (80%) orang tua
memiliki jumlah anak 1-3 dan sebanyak 6 orang (20 %) responden memilii anak
4-5 tahun. Usia anak retardasi mental sebanyak 15 orang (50 %) berumur 8-11
dan 15 orang (20 %) berumur 12-15 tahun. Sebanyak 16 orang (53,3 %) anak
retardasi mental berjenis kelamin laki-laki dan orang 14 orang (46,7 %) berjenis
kelamin perempuan. Sebanyak 21 (70,0%) responden beralasan memasukkan
anak ke SLB dikarenakan kesadaran orang tua terhadap keterbatasan yang
dimiliki. Sebanyak 15 orang (50 %) anak telah bersekolah di SLB selama 1-3
tahun dan selama 4-7 tahun sebanyak 15 orang (50 %). Untuk lebih jelas dapat
dilihat pada tabel 5.1
Tabel 5.1. Distribusi Frekuensi dan Persentase Berdasarkan Karakteristik Responden di SLB E Negeri Kec. Sei Agul Medan (n = 30)
Karakteristik Frekuensi (n) Persentasi ( % )
Usia
Perempuan (Ibu) 30 100 %
Tabel 5.1 (Lanjutan)
Karakteristik Frekuensi (n) Persentasi (%)
Pendidikan terakhir
Tes psikologis / tes IQ
Tidak diterima disekolah umum Kesadaran orang tua tentang keterbatasan anak
5.1.2. Spiritualitas Orangtua Anak Retardasi Mental di SLB E Negeri Kec Sei Agul Medan.
Distribusi frekuensi spiritulitas orang tua anak retardasi mental di SLB E
Negeri Kec Sei Agul Medan ditemukan yaitu bahwa spiritualitas orang tua anak
retardasi mental dalam katagori tinggi yaitu sebanyak 30 orang (100 %). Dan
tidak ada responden pada katagori spiritualitas rendah.
5.2. Tabel Frekuensi Spiritulitas Orang Tua Anak Retardasi Mental di SLB E Negeri Kec Sei Agul Medan.
Variabel Spiritualitas Orang Tua Anak Retardasi Mental
Jumlah (n) Persentase
Spiritualitas orang tua tinggi 30 100 %
Spiritualitas orang tua rendah 0 0 %
Dari 16 pernyataan mengenai spiritualitas orang tua diperoleh hasil yaitu
mengenai hasil hubungan dengan Tuhan orang tua bahwa sebanyak 26 orang
responden (87,7%) orangtua anak retardasi mental selalu berdoa untuk
mendapatkan ketenangan didalam hidup, sebanyak 18 orang tua (60,0 %) sering
membaca kitab suci untuk mendekatkan diri kepada Tuhan, sebanyak 19 orang tua
(63,3 %) selalu mengikuti kegiatan keagamaan di masyarakat serta selalu
meningkatkan ibadah kepada Tuhan sejak memiliki anak retardasi mental
sebanyak 21 orang tua (70,0 %).
Hasil penelitian mengenai hubungan dengan diri sendiri sebagian besar
responden selalu optimis dalam menjalani hidupnya sebagai orang tua anak
retardasi mental yaitu sebanyak 21 orang (70,0 %), dan sebanyak 21 orang (70 %)
orang tua selalu berfikir bahwa kesulitan yang mereka alami selama merawat anak
retardasi mental adalah pengalaman yang positif untuk menjalani hidup yang lebih
baik, sebanyak 16 orang (53,3 %) responden menyatakan bahwa mereka tidak
pernah merasa bahwa anak retardasi mental menghalangi mereka dalam
beraktifitas serta sebanyak 18 orang (60 %) selalu bisa bersyukur dan punya
pengharapan bahkan pada masa sulit sekalipun didalam hidupnya.
Hasil penelitian untuk hubungan orang lain sebanyak 13 orang tua (43,3
%) selalu berharap bahwa ketika mereka sakit mereka berharap orang lain turut
berdoa dalam kesembuhan mereka, sebanyak 11 orang (36,7 %) selalu berusaha
untuk tidak bergantung kepada orang lain bahkan pada masa sulit sekalipun,
sebanyak 20 orang (66,7%) responden selalu membina hubungan yang baik
dengan keluarga serta 18 (60,0%) selalu merasa bahwa keluarga/ kerabat mereka
memperhatikan keadaan mereka.
Hasil penelitian mengenai hubungan dengan lingkungan adalah sebanyak
23 orang (76,7%) responden sering merasakan ketenangan saat bersama dengan
keluarga/ tetangga serta kerabat, sebanyak 19 orang (63,3%) selalu menjaga
kebersihan dan kerapian di lingkungan tempat tinggalnya, sebanyak 14 orang
(46,7%) selalu menghabiskan waktu luangnya untuk merawat tanaman/ hewan
peliharaan serta sebanyak 22 orang (73,3 %) selalu merasa nyaman tinggal pada
Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi dan Persentase Spiritualitas orang tua yang
2 Saya membaca kitab suci untuk mendekatkan diri kepada Tuhan
2
6,7 1860,0 1033,3 0 30100%
3 Saya mengikuti kegiatan keagamaan di masyarakat untuk mendekatkan diri kepada Tuhan
19
63,3 930,0 26,7 30100%
4 Saya meningkatkan ibadah saya kepada Tuhan sejak saya
memiliki anak retardasi mental
21
70,0 516,7 310,0 13,3 30100%
5 Saya optimis menjalani hidup saya
21
70,0 723,3 26,7 0 30100% 6 Kesulitan yang saya alami
selama merawat anak retardasi
7 Saya merasa anak saya menghalangi saya dalam beraktifitas
1
3,3 13,3 1240,0 165,3 30100%
8 Pada masa sulit sekalipun saya masih bisa bersyukur dan berharap
18
60,0 620,0 620,0 0 30100%
9 Ketika saya sakit, saya
menginginkan orang lain berdoa untuk kesembuhan saya
13
43,3 620,0 1033,3 13,3 30100%
10 Saya berusaha untuk tidak bergantung kepada orang lain bahkan pada masa–masa sulit sekalipun
11
36,7 826,7 930,0 26,7 30100%
11 Saya membina hubungan yang baik dengan keluarga/kerabat/ tetangga
20
66,7 723,3 310,0 0 30100%
12 Walaupun dalam keadaan sulit, keluarga/ kerabat
memperhatikan saya
18
60,0 1033,3 26,7 0 30100%
Tabel 5.3 (Lanjutan)
14 Saya menjaga kebersihan dan kerapian di lingkungan sekitar
16 Saya merasa nyaman tinggal di lingkungan saya
22
73,3 826,7 0 0 30100%
5.1.3. Deskripsi Perilaku Adaptif Anak Retardasi Mental di SLB E Negeri Kec Sei Agul Medan
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh hasil bahwa sebanyak 22 orang
(73,3 %) menunjukkan perilaku adaptif baik dan sebanyak 8 (26,7%)
menunjukkan perilaku adaptif sedang, dan tidak ada yang menunjukkan perilaku
adaptif buruk . (tabel 5.4).
Tabel 5.4. Distribusi Frekuensi dan Pensentase Perilaku Adaptif Anak Retardasi Mental di SLB E Negeri Kec Sei Agul Medan.
Variabel perilaku adaptif anak retardasi mental
Jumlah (N) Persentase
Perilaku adaptif anak retardasi mental baik 22 73,3 %
Perilaku adaptif anak retardasi mental sedang 8 26,7 %
Dari 14 pertanyaan mengenai perilaku adaptif anak retardasi mental
diperoleh hasil sebanyak 24 (80,0 %) orang tua menyatakan bahwa anaknya
mampu bergerak bebas dengan baik. Sebanyak 16 orang tua (53,3%) mengatakan
bahwa dapat menulis dengan baik. Sebanyak 15 orang tua (50 %) menyatakan
bahwa anaknya mampu memahami ucapan orang lain dengan baik. Sebanyak 16
orang tua (53,3%) anaknya mampu berbicara dengan baik dengan orang lain.
Sebanyak 16 orang tua (53,3 %) mengatakan anaknya mampu bergaul dengan
orang lain dalam kesehariannya. Sebanyak 26 orang tua (86,7 %) mengatakan
anaknya dapat makan sendiri dengan baik dan dapat mampu melakukan
kebersihan buang air besar dan kecil dengan baik. Sebanyak 24 orang tua (80 %)
mengatakan bahwa anaknya mampu berpakaian dengan baik. Sebanyak 20 orang
tua (66,7 % ) mengatakan anaknya mampu melakukan pemeliharaan kebersihan
dirinya sendiri dengan baik. Sebanyak 15 orang tua (50 %) mengatakan bahwa
anaknya mampu melakukan tugas-tugas rumah tangga dengan baik dan mampu
mengenal uang dengan baik. Sebanyak 12 orang tua (40 %) mengatakan bahwa
anaknya hampir dapat mengenali waktu dengan baik. Sebanyak 17 orang tua (56
,7 %) mengatakan bahwa anaknya hampir dapat mengikuti perintah dengan baik
atau hanya memerlukan sedikit bantuan dari mereka. Sebanyak 15 orang tua (50,0
%) mengatakan bahwa anaknya hampir dapat menggunakan fasilitas umum
dengan baik. (lihat tabel 5.5)
Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi dan Persentase Perilaku Adaptif Anak Retardasi Mental di SLB E Negeri Kecamatan Sei Agul Medan
No Pernyataan Tingkat Perilaku Adaptif Total
0 1 Kemampuan anak saya dalam
bergerak bebas
0 1
3,3 516,7 2480,0 30100% 2 Kemampuan anak saya dalam
menulis
0 2
6,7 1240,0 1653,3 30100% 3 Kemampuan anak saya dalam
memahami ucapan orang lain
1
3,3 413,3 1033,3 1550,0 30100% 4 Kemampuan anak saya berbicara
dengan orang lain
0 6
20,0 826,7 1653,3 30100% 5 Kemampuan bergaul anak saya
terhadap orang lain dalam kehidupan sehari-hari
0 3
10,0 1136,7 1653,3 30100%
6 Kemampuan anak saya untuk makan sendiri dengan baik
0 0 4
13,3 2686,7 30100% 7 Kemampuan anak saya dalam
berpakaian
0 2
6,7 413,3 2480,0 30100% 8 Kemampuan anak saya dalam
melakukan kebersihan buang air besar dan buang air kecil
0 0 4
13,3 2686,7 30100%
9 Kemampuan anak saya dalam melakukan pemeliharaan kebersihan dirinya
0 0 10
33,3 2066,7 30100%
10 Kemampuan anak saya dalam melakukan tugas-tugas rumah tangga
0 6
20,0 930,0 1550,0 30100%
11 Kemampuan anak saya dalam mengenali waktu
1
3,3 826,7 1240,0 920,0 30100% 12 Kemampuan anak saya dalam
mengenal nilai uang
0 8
26,7 723,3 1550,0 30100% 13 Kemampuan anak saya dalam
mengikuti perintah
0 1
3,3 1756,7 1240,0 30100% 14 Kemampuan anak saya dalam
menggunakan fasilitas umum
1
5.1.4. Hubungan Antara Spiritualitas Orang tua dengan Perilaku Anak Retardasi Mental di SLB E Negeri Kec Sei Agul Medan.
Uji korelasi menggunakan spearman rho dan menunjukkan nilai p pada kolom
sig 2 tailed sebesar 0,004. Angka ini lebih kecil dari level of significance (a) yaitu
0.05. Nilai korelasi (r) adalah 0,513 dengan tanda positif, ini menandakan bahwa
kekuatan hubungan cukup kuat. Berdasarkan hasil ini dapat diinterpretasikan
bahwa hipotesa diterima.
Tabel 5.6 Hasil Analisa Hubungan Spiritualitas Orang Tua dengan Perilaku Adaptif Anak Retardasi Mental di SLB Negeri E Kec Sei Agul.
Variabel 1 Variabel 2 R p-value Keterangan
Spiritualitas orang tua
yang memiliki anak
retardasi mental
Perilaku adaptif anak
retardasi mental
0,513 0,004 hubungan
cukup kuat
dengan arah
positif
5.2 Pembahasan
5.2.1 Spiritualitas Orang Tua yang Memiliki Anak Retardasi Mental di SLB E Negeri Kec Sei Agul Medan.
Berdasarkan hasil penelitian bahwa semua atau 30 orang ( 100 %)
responden memiliki spiritualitas yang baik. Hal ini dipengaruhi oleh banyak
faktor, salah satu agama. Dari hasil penelitian bahwa 100 responden memeluk
salah satu agama. Konsep agama adalah salah satu bagian dari spiritualitas.
Agama memberi suatu cara untuk mengekspresikan spiritual dan memberikan
pedoman kepada yang mempercayainya dalam berespon terhadap pertanyaan dan
tantangan hidup. Agama dan keyakinan memberi kekuatan dan harapan pada
individu (Kozier, Erb, Berman & Snyder, 2010).
Hasil penelitian juga menunjukkan usia para responden terbanyak pada
rentang 45 yaitu dewasa akhir sebanyak 16 orang (53,3 %) serta pra lansia
46-55 sebanyak 6 orang. Semakin bertambahnya usia maka semakin banyak
pengalaman hidup orang tua yang memiliki anak retardasi mental yang biasanya
akan mempengaruhi dan menyempurnakan spiritualitas seseorang. Sesuai teori
bahwa dengan bertambahnya usia, individu cenderung berfikir tentang kehidupan
setelah kematian dan mendorong beberapa individu untuk memeriksa dan
membenarkan kembali keyakinan spiritual mereka (Taylor, lilis & LeMone, 1997
dalam Hamid, 2009).
Dapat dilihat dari karakteristik responden bahwa sebagian besar berasal
sebanyak 14 (46,7 %) bersuku jawa dan 12 orang (40 %) bersuku batak. Hal ini
mempengaruhi juga spiritualitas seseorang. Dengan berada ditengah budaya /
suku yang sama dengan kebanyakan orang pada lingkungannya maka orangtua
anak retardasi mental dapat mudah bersosialisasi di masyarakat. Ellen (2001)
menjelaskan bahwa dukungan sosial masyarakat yang baik, budaya dan situasi
psikologi dapat meningkatkan spiritualitas seseorang. Dalam penelitiannya
menjelaskan bahwa dukungan keluarga sangat berperan untuk pengambilan
keputusan baik secara moril maupun spiritual. Hal ini juga dihubungkan dengan
karakteristik respoden dimana sebagian besar responden 26 orang (86,7%) orang
tua ( ayah dan ibu) tinggal dengan anak retardasi mental.
Aziz (2006) keluarga memiliki peran yang cukup strategis dalam
pemenuhan kebutuhan spiritual, karena keluarga memiliki ikatan emosional yang
kuat dan selalu berinteraksi dalam kehidupan sehari-hari. Didukung juga dengan
teori taylor (2002) bahwa keluarga berfungsi untuk mendukung sesama keluarga
yang lain. Dalam hal ini tentu saja orang tua (ayah dan ibu) anak retardasi mental
saling memberi perhatian dan dukungan dalam merawat anak retardas mental.
5.2.2 Perilaku Adaptif Anak Retardasi Mental di SLB E Negeri Kec Sei Agul Medan
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh hasil bahwa sebanyak 22 orang
(73,3 %) menunjukkan perilaku adaptif baik dan sebanyak 8 (26,7 %)
menunjukkan perilaku adaptif sedang. Membaiknya perilaku anak retardasi
mental dalam penelitian ini terjadi karena beberapa faktor yaitu dihubungkan
dengan pendidikan yang diterima anak. Salah satunya bahwa SLB E Negeri Kec
Sei Agul Medan merupakan satu-satunya SLB milik pemerintah tingkat propinsi
yang terus menerus melakukan penyegaran bagi tenaga pendidik untuk
menyelenggarakan pendidikan luar biasa dan menjadi sekolah percontohan untuk
sekolah luar biasa yang selalu mengadakan pemeriksaan psikologis, medis dan
sosiologis para murid yang memiliki keterbatasan serta selalu membina hubungan
kerjasama dengan orang tua murid dalam menyangkut proses perkembangan
peserta didik (Panjaitan, 2011).
Berbagai strategi pendidikan yang terintegrasi memungkinkan anak lebih
berpartisipasi aktif dalam kegiatan belajar yang dapat membawa pengaruh positif
dalam kehidupan mereka sehari-hari. Penelitian yang dilakukan oleh Mulyani
(2014) membuktikan bahwa intervensi dini, pengayaan lingkungan dan bantuan
serta dukungan dari keluarga membawa kemajuan yang berarti dibandingkan
dengan anak yang tidak mengikuti program tersebut. Anak dapat merasakan
manfaat stimulasi sensoris, latihan khusus yang melibatkan aktifitas motorik halus
dan kasar, dan perkembangan kognitif. Selanjutnya sekolah dapat memberi anak
dasar kehidupan lewat perkembangan akademis dan fisik serta kemampuan sosial.
Pengalaman yang didapat dari sekolah membantu anak untuk mengembangkan
rasa hormat pada diri sendiri dan kegembiraan (Hidayat, 2004).
Pada anak yang normal sampai dengan usia 11 tahun masih membutuhkan
banyak dukungan pada banyak aspek hidup mereka, termasuk aktivitas personal
sehari-hari seperti mandi, berpakaian, membersihkan ruangan, menyiapkan
akan pemakaian uang (Buckey,2002). Dan untuk anak retardasi mental cenderung
lebih banyak membutuhkan lebih banyak dukungan dari orang terdekat dalam hal
ini orangtua anak retardasi mental tersebut.
Saat seorang individu merasa bahwa orang tuanya mendukung
kemandiriannya, dengan menghargai perspektif individu tersebut atau dengan
mengijinkan individu untuk secara bebas menentukan tingkah laku mereka,
individu tersebut akan merasakan kesejahteraan dan semangat yang lebih tinggi
dalam hidupnya (Ryan & Deci, 2000).
Pada usia sekolah (6-12 tahun) pencapaian yang dapat dilakukan oleh anak
retardasi mental dengan tingkat ringan atau nilai IQ 50-70 adalah dapat menguasai
keterampilan praktis serta kemampuan membaca dan aritmatika sampai dengan
kelas 3-6 SD dengan pendidikan khusus ( Mangunsong, 2009). Ini berarti dengan
melatih anak retardasi mental secara terus-menerus dapat mencapai kemandirian
yang baik yang akan dapat memberdayakan anak retardasi mental khususnya pada
tingkat ringan di masyarakat kedepannya.
Perilaku adaptif anak retardasi mental dipengaruhi oleh berbagai faktor
edukasi, motivasi, karakteristik personal, kesempatan sosial dan vokasional,
gangguan mental dan gangguan kesehatan yang menyertai dari keterbelakangan
mental itu sendiri. Masalah-masalah adaptif cenderung berkurang bila dilakukan
remedial (pengulangan) dalam hal ini anak retardasi mental dibantu dalam
pengulangan perilaku yang baik secara terus menerus dibandingkan dengan IQ
yang cenderung menetap (Lumbantobing, 2006).
5.2.3. Hubungan Spiritualitas Orang Tua dengan Perilaku Anak Retardasi Mental di SLB E Negeri Kec Sei Agul Medan.
Hasil analisa statistik dalam penelitian ini bahwa spiritualitas orangtua
retardasi mental berhubungan secara positif dengan kekuatan cukup kuat dengan
perilaku adaptif anak retardasi mental (r= 0,513). Hasil analisa hubungan kedua
variabel tersebut memiliki nilai signifikan yang dapat diterima dimana p > 0,05,
sehingga dapat disimpulkan bahwa hipotesa yang menyatakan bahwa terdapat
hubungan spiritualitas orang tua dengan perilaku adaptif anak retardasi mental
dapat diterima.
Adanya hubungan tersebut disebabkan bahwa ketika seseorang memiliki
spiritualitas tinggi akan memiliki kecenderungan untuk tidak menyakiti orang
lain, menjaga lingkungan mereka dan penuh cinta kasih. Spiritualitas yang tinggi
dapat membantu seseorang untuk menentukan langkah dengan baik, akan lebih
memaknai hidup, dapat mengambil hikmah dari pengalaman hidupnya, serta
selalu berintrospeksi diri (Wardhani & Whayuningsih, 2008). Dalam hal ini
adalah orang tua anak retardasi mental yang akan melakukan hal terbaik terhadap
anak retardasi mental termasuk memberi dukungan untuk membantu
perkembangan perilaku anak retardasi mental ke arah yang lebih adaptif.
Hal tersebut sesuai dengan teori Menurut Potter & Perry (2005) yang
menyatakan salah satu faktor yang penting dalam kemandirian perawatan diri
seseorang adalah dukungan sosial. Pada dasarnya orang tua pada anak dengan
dengan penuh cinta dan mengasuhnya di lingkungan yang mendukung untuk
menumbuhkan rasa percaya diri anak, serta meningkatkan fungsi dari anak
tersebut dengan memberi dukungan-dukungan seperti dukungan emosi dan fisik,
mendukung untuk anak ikut program-program khusus seperti pendidikan khusus
penderita retardasi mental ( Johnson, et all. 2006). Perlakuan seperti ini akan
meningkatkan kesadaran dan pengetahuan anak untuk melakukan perawatan diri
secara mandiri, hal ini didukung oleh penelitian Kelly ( 2011) bahwa ada
hubungan positif antara dukungan sosial dan kemampuan untuk melaksanakan
perilaku sehat yang adaptif.
Spiritualitas meyakini keadilan sosial dan menyadari bahwa tidak ada
seorang pun yang dapat hidup tanpa interaksi dengan orang lain, berempati,
kesadaran mendalam terhadap kesakitan, penderitaan, serta kematian dan
menghargai satu sama lain bahwa hidup itu bernilai (Smith, 1994 dalam Wardhani
& Wahyuningsih, 2008). Hal ini sangat diperlukan untuk meningkatkan kesabaran
dalam merawat serta melatih kemandirian anak retardasi mental. Dengan
kesabaran tersebut anak retardasi mental tidak tertekan, hal ini baik untuk proses
pembelajaran kearah perilaku yang lebih baik.
Hart (2002) dalam penelitiannya melaporkan bahwa tingkat spiritualitas
yang tinggi akan meningkatkan koping seseorang. Hal tersebut akan membantu
orang tua yang memiliki anak retardasi mental untuk menurunkan stress selama
mengasuh anak retardasi mental. Hal tersebut ditambahkan Potter & Perry (2005)
bahwa dimensi spiritual seseorang termasuk keyakinan terhadap yang Maha
Kuasa, perasaan yang menyatu dengan alam dan dunia, serta perasaan positif
tentang arti dan tujuan hidup dapat menjadi sumber kekuatan dalam beradaptasi
terhadap stres.
Penelitian di bidang psikologi klinis juga menunjukkan bahwa spiritualitas
berhubungan positif terhadap kemampuan individu dalam mengontrol kecemasan
(Harris, Schoneman, & Carlson, 2005) hal ini sangat diperlukan oleh orang tua
anak retardasi mental dalam merawat anak retardasi mental tersebut. Orang tua
seringkali tertekan dalam menghadapi perilaku anak retardasi mental. Untuk
menghadapi hal tersebut orang tua perlu meningkatkan kesadaran pribadi
(personal awareness) yaitu bagaimana seseorang mengatur dirinya sendiri, emosi,
penilaian diri yang positif, harga diri serta mengaktualisasi diri agar dapat
bertahan dalam menghadapi perubahan apapun didalam hidupnya. Hal ini sejalan
dengan penelitian yang dilakukan Ardelt & Koenig (2006) yang mengatakan
bahwa spiritualitas juga sangat berperan dalam kesejahteraan psikologis yang
sangat diperlukan orang tua dalam peningkatkan kesadaran pribadi.
Penelitian yang dilakukan Devendy (2003) mengemukakan bahwa ada
hubungan antara tingkat stress orangtua dengan perilaku adaptif anak retardasi
mental. Orang tua anak retardasi mental dengan tingkat fungsi adaptif yang tinggi
menunjukkan stres yang rendah pada orang tua terhadap keterbatasan fisik anak
dan sedikit perhatian tentang perawatan masa hidup anak.
Stres yang dialami oleh orangtua anak retardasi mental dihubungkan
kepada perilaku anak retardasi mental. Hal ini akan bertambah ketika usia anak
Untuk menghadapi hal tersebut dibutuhkan kemampuan beradaptasi yang baik
dari orangtua anak retardasi mental tersebut. Kemampuan ini didapat dari
perkembangan spiritualitas yang baik. Hal ini sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Ambar (2012) mengenai hubungan antara religiusitas dengan
resiliensi pada ibu yang memiliki anak retardasi mental. Pada penelitiannya
dijelaskan bahwa semakin tinggi religiusitas ibu yang memiliki anak retardasi
mental akan meningkatkan resiliensi ibu dimana resiliensi ini merupakan
kemampuan untuk mengatasi dan beradaptasi terhadap kejadian yang berat atau
masalah yang terjadi dalam kehidupan, dalam hal ini adalah orang tua anak
retardasi mental.
Anak retardasi mental sangat rentan terhadap perubahan dari lingkungan
dalam hal ini keluarga, sekolah dan teman-temannya. Menurut Gerungan (2004)
karakter orang tua akan menentukan sikap atau cara pengasuhan anak. Hal ini
sangat mempengaruhi perkembangan anak retardasi mental sebagai contoh orang
tua yang sangat otoriter akan membuat anak dalam hal ini anak retardasi mental
lebih mudah putus asa dan cemas. Hal ini tidak baik untuk meningkatkan
perkembangan perilakunya kearah yang baik. Lebih jelas Asnani (2006)
menyatakan bahwa anak dengan tingkat fungsi yang tinggi akan berkembang
lebih cepat dan mencapai kemandirian. Perilaku adaptif anak yang tinggi sedikit
mengganggu keluarga, karena mereka mempunyai lebih banyak sumber pribadi
untuk beradaptasi secara fleksibel kepada kebutuhan keluarga.
Berdasarkan analisa diatas dapat disimpulkan spiritualitas orang tua yang
memiliki anak retardasi mental berhubungan dengan baik tidaknya perilaku
65 6.1. Kesimpulan
Berdasarkan analisis dan pembahasan hasil penelitian, maka dikemukakan
beberapa kesimpulan sebagai berikut:
- Spiritualitas orang tua yang memiliki anak retardasi mental di SLB E
Negeri Kecamatan Sei Agul Medan dikategorikan baik yaitu sebanyak 30
responden (100 %)
- Perilaku Adaptif anak retardasi mental retardasi mental di SLB E Negeri
Kecamatan Sei Agul Medan dikategorikan baik adalah sebanyak 22
responden (73,3 %)
- Spiritualitas orang tua memiliki hubungan yang positif dengan perilaku
adaptif anak retardasi mental di SLB E Negeri Kecamatan Sei Agul
Medan (r) 0,503 dengan nilai signifikan 0,004 (p< 0,05), hubungan yang
positif artinya semakin tinggi spiritualitas orang tua maka semakin baik
pula perilaku adaptif anak retardasi mental.