• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Perbedaan Pendapatan Usaha Keramba Jaring Apung di Perairan Danau Toba(Studi Kasus: Zona Bandar Saribu, Kelurahan Haranggaol, Kecamatan Haranggaol Horisan, Kabupaten Simalungun).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Perbedaan Pendapatan Usaha Keramba Jaring Apung di Perairan Danau Toba(Studi Kasus: Zona Bandar Saribu, Kelurahan Haranggaol, Kecamatan Haranggaol Horisan, Kabupaten Simalungun)."

Copied!
65
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PERBEDAAN PENDAPATAN USAHA KERAMBA

JARING APUNG DI PERAIRAN DANAU TOBA

(Studi kasus : Zona Bandar Saribu Kelurahan Haranggaol, Kecamatan Haranggaol Horisan, Kabupaten Simalungun)

SKRIPSI

RAFAEL PANDIANGAN 090304105

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

ANALISIS PERBEDAAN PENDAPATAN USAHA KERAMBA

IKAN DI PERAIRAN DANAU TOBA

(Studi kasus : Zona Bandar SaribuKelurahan Haranggaol, Kecamatan Haranggaol Horisan, Kabupaten Simalungun)

SKRIPSI

RAFAEL PANDIANGAN 090304105

AGRIBISNIS

Skripsi sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana di Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara

Disetujui oleh:

Komisi Pembimbing

Ketua Anggota

Ir. Yusak Maryunianta, MSi. Emalisa, SP. MSi. NIP :19620624198603 1 001 NIP. 19721118199802 2 001

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(3)

ABSTRAK

RAFAEL PANDIANGAN: Analisis Perbedaan Pendapatan Usaha Keramba Jaring Apung di Perairan Danau Toba(Studi Kasus: Zona Bandar Saribu, Kelurahan Haranggaol, Kecamatan Haranggaol Horisan, Kabupaten Simalungun). Penelitian dibimbing oleh Bapak Ir. Yusak Maryunianta, MSi selaku ketua komisi pembimbing dan Ibu Emalisa, SP. MSi selaku anggota komisi pembimbing.Penelitian dilakukan pada tahun 2014.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menjelaskan kondisi eksisting Keramba Jaring Apung (KJA) ikan nila dan Keramba Jaring Apung (KJA) ikan campuran, untuk menganalisis perbedaan biaya usaha KJA ikan nila dan usaha KJA ikan campuran, untuk menganalisis perbedaan penerimaan usaha KJA ikan nila dan usaha KJA ikan campuran, dan untuk menganalisis perbedaan pendapatan usaha KJA ikan nila dan usaha KJA ikan campuran di daerah penelitian. Penelitian dilakukan di Zona Bandar Saribu, Kelurahan Haranggaol, Kecamatan Haranggaol Horisan, Kabupaten Simalungun dengan pertimbangan bahwa zona tersebut terdapat potensi ikan yang diusahakan oleh rakyat. Metode penelitian digunakan secara purposive, metode analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif dan analisis uji beda rata-rata sampel tidak berpasangan (independent t-test).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa 1.Kondisi eksisting budidaya Keramba Jaring Apung (KJA) ikan nila dan ikan campuran mencakup kondisi eksisting internal dan kondisi eksisting eksternal.Kondisi eksisting internal menjelaskan tentang pembuatan KJA, bibit, penyakit, dan pemanenan.Kondisi eksternal menjelaskan tentang harga ikan, izin usaha, prasarana dan fasilitas, tenaga kerja, serta campur tangan pemerintah. 2. Ada perbedaan yang nyata antara rata-rata biaya per KJA usaha Keramba Jaring Apung (KJA) ikan nila dengan rata-rata biaya per KJA usaha Keramba Jaring Apung (KJA) ikan campuran. 3. Ada perbedaan yang nyata antara penerimaan per KJA usaha Keramba Jaring Apung (KJA) ikan nila dengan penerimaan per KJA usaha Keramba Jaring Apung (KJA) ikan campuran. 4. Ada perbedaan yang nyata antara pendapatan per KJA usaha Keramba Jaring Apung (KJA) ikan nila dengan pendapatan per KJA usaha Keramba Jaring Apung (KJA) ikan campuran.

(4)

RIWAYAT HIDUP

Rafael Pandiangan dilahirkan di Kota Medan, pada tanggal 19 Februari 1991, sebagai anak keempat dari lima bersaudara dari keluarga Bapak Pardomuan Pandiangan dan Ibu Enny Maria Sinaga.

Pendidikan yang pernah ditempuh yaitu :

1. Tahun 1997 memasuki Sekolah Dasar tamat pada tahun 2003 dari SD Swasta Santo Thomas 4, Medan.

2. Tahun 2003 memasuki Sekolah Menengah Pertama tamat pada tahun 2006 dari SMP Swasta Santo Thomas 4, Medan.

3. Tahun 2006 memasuki Sekolah Menengah Atas tamat pada tahun 2009 dari SMA Swasta Santo Thomas 1, Medan.

4. Tahun 2009 melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) lulus di pilihan ke III Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.

Kegiatan yang pernah diikuti :

1. Tahun 2013 mengikuti Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Desa Kuala Lama, Kecamatan Pantai Cermin, Kabupaten Serdang Bedagai, Provinsi Sumatera Utara.

(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan berkat dan rahmat-Nya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Adapun judul skripsi ini adalah “Analisis Perbedaan Pendapatan Usaha Keramba Jaring Apung Di Perairan Danau Toba” (Studi kasus : Zona Bandar Saribu, Kelurahan Haranggaol, Kecamatan Haranggaol Horisan, Kabupaten Simalungun). Skripsi disusun sebagai salah satu syarat untuk dapat menempuh meja hijau di Program studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan.

Dalam kesempatan ini, dengan ketulusan hati penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang membantu dan memberikan dukungan serta masukan hingga skripsi ini dapat penulis selesaikan. Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Ir. Yusak Maryunianta, M.Si., selaku Ketua Komisi Pembimbing dan Ibu Emalisa, S.P.,M.Si., selaku Anggota Komisi Pembimbing yang telah banyak memberikan bimbingan, masukan, dorongan, serta pengarahan dalam penyelesaian skripsi ini,

(6)

3. Seluruh staf pengajar di Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian USU yang telah banyak menempah dan memperluas wawasan penulis dengan ilmu pengetahuan selama mengikuti perkuliahan,

4. Seluruh staf pegawai di Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian USU Kak Lisbet, Kak Seruni, Kak Yani, Kak Nita yang telah banyak membantu penulis selama aktif mengikuti dan menyelesaikan perkuliahan,

5. Penulis juga menyampaikan terima kasih secara khusus kepada Ayahanda D. Pandiangan dan Ibunda E.M. Sinaga, abang, kakak, dan adek penulis Rudolf Fransiskus Pandiangan SE, Lidwina Pandiangan Spd, Roberto Pandiangan Amdp, ANT III, dan Aderosa Pandiangan serta keluarga besar penulis yang telah memberi doa, dukungan, motivasi dan kasih sayang kepada penulis,

(7)

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan.Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca untuk perbaikan skripsi ini dikemudian hari.Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih dan semoga skripsi ini dapat berguna bagi kita semua.

Medan, Desember 2014

(8)

DAFTAR ISI

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

Hipotesis Penelitian ... 19

METODE PENELITIAN Metode Penentuan Daerah Penelitian ... 20

Metode Pengambilan Sampel ... 20

DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK SAMPEL Deskripsi Daerah Penelitian ... 26

(9)

Keadaan Penduduk ... .... 26 (KJA) Ikan Nila danIkan Campuran ... 37

Perbedaan Total Biaya Usaha Keramba Jaring Apung (KJA) Ikan Nila dan Ikan Campuran ... 40

Penerimaan Usaha Keramba Jaring Apung Ikan Nila dan Ikan Campuran ... 41

Perbedaan Penerimaan Usaha Keramba Jaring Apung Ikan Nila danIkan Campuran... 42

Pendapatan Usaha Keramba Jaring Apung Ikan Nila dan Ikan Campuran ... 43

Perbedaan Pendapatan Usaha Keramba Jaring Apung Ikan Nila danIkan Campuran... 44

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 46

Saran... 47 DAFTAR PUSTAKA

(10)

DAFTAR TABEL

No Judul Hal

1 Jumlah Rumah Tangga Produksi (RTP), Produksi, dan Nilai Penjualan Perikanan Budidaya Jaring Apung di Kecamatan

Haranggaol Horisan dari Tahun 2007 – 2012 2 2 Data Perikanan Budidaya Provinsi Sumatera Utara 3 3 Distribusi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin di Kelurahan

Haranggaol Tahun 2014 27

4 Distribusi Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur di Kelurahan

Haranggaol Tahun 2014 27

5 Distribusi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan Terakhir di

Kelurahan Haranggaol Tahun 2014 28

6 Distribusi Penduduk Berdasarkan Jenis Mata Pencaharian Penduduk

di Kelurahan Haranggaol Tahun 2014 28

7 Sarana dan Prasarana di Kelurahan Haranggaol Tahun 2014 29 8 Keadaan umur petani sampel Di Zona Bandar Saribu, Kelurahan

Haranggaol, Kecamatan Haranggaol Horisan, Kabupaten Simalungun

Tahun 2014 30

9 Tingkat Pendidikan Petani Sampel Di Zona Bandar Saribu, Kelurahan Haranggaol, Kecamatan Haranggaol Horisan, Kabupaten Simalungun

Tahun 2014 31

10 Jumlah Unit KJA Petani Sampel Ikan Nila dan Ikan Campuran Di Zona Bandar Saribu, Kelurahan Haranggaol, Kecamatan Haranggaol

Horisan, Kabupaten Simalungun Tahun 2014 32 11 Jumlah Tanggungan Petani Sampel Di Zona Bandar Saribu,

Kelurahan Haranggaol, Kecamatan Haranggaol Horisan, Kabupaten

Simalungun Tahun 2014 33

(11)

Horisan, Kabupaten Simalungun

13 Hasil Analisis Perbedaan Total Biaya Rata-Rata Usaha Keramba Jaring Apung (KJA) Ikan Nila dan Ikan Campuran di Zona Bandar Saribu, Kelurahan Haranggaol, Kecamatan Haranggaol Horisan,

Kabupaten Simalungun 40

14 Penerimaan Rata-Rata Usaha KJA Ikan Nila dan Ikan Campuran Selama Satu Periode Panen Tahun 2014 di Zona Bandar Saribu, Kelurahan Haranggaol, Kecamatan Haranggaol Horisan, Kabupaten

Simalungun 42

15 Hasil Analisis Perbedaan Penerimaan Rata-Rata Usaha KJA Ikan Nila dan Ikan Campuran di Zona Bandar Saribu, Kelurahan Haranggaol,

Kecamatan Haranggaol Horisan, Kabupaten Simalungun 42 16 Rata-Rata Pendapatan Usaha KJA Ikan Nila dan Ikan Campuran

Selama Satu Periode Panen Tahun 2014 di Zona Bandar Saribu, Kelurahan Haranggaol, Kecamatan Haranggaol Horisan, Kabupaten

Simalungun 44

17 Hasil Analisis Perbedaan Pendapatan Rata-Rata Usaha KJA Ikan Nila dan Ikan Campuran di Zona Bandar Saribu, Kelurahan Haranggaol,

(12)

DAFTAR GAMBAR

No Judul Hal

1 Skema Kerangka Pemikiran Pendapatan Keramba Jaring Apung 18

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

No Judul

1 Karakteristik Petani Sampel Usaha Keramba Jaring (KJA) Apung Ikan Nila 2 Karakteristik Petani Sampel Usaha Keramba Jaring (KJA) Apung Ikan Campuran 3 Penerimaan Petani Sampel Dari Usaha Keramba Jaring Apung (KJA) Ikan Nila

Selama 1 Periode Panen Tahun 2014

4 Penerimaan Petani Sampel Dari Usaha Keramba Jaring Apung (KJA) Ikan Campuran Selama 1 Periode Panen Tahun 2014

5 Biaya Pembelian Bibit Ikan Nila Untuk Proses Produksi Usaha KJA Ikan Nila Selama Satu Periode Panen Tahun 2014

6 Biaya Pembelian Bibit Ikan Campuran Untuk Proses Produksi Usaha KJA Selama Satu Periode Panen Tahun 2014

7 Biaya Pembelian Pakan Terapung Untuk Proses Produksi Usaha KJA Ikan Nila Selama Satu Periode Panen Tahun 2014

8 Biaya Pembelian Pakan Tenggelam Untuk Proses Produksi Usaha KJA Ikan Nila Selama Satu Periode Panen Tahun 2014

9 Biaya Pembelian Pakan Terapung Untuk Proses Produksi Usaha KJA Ikan Campuran Selama Satu Periode Panen Tahun 2014

10 Biaya Pembelian Pakan Tenggelam Untuk Proses Produksi Usaha KJA Ikan Campuran Selama Satu Periode Panen Tahun 2014

11 Biaya Bahan Bakar Yang Digunakan Sampel Untuk Proses Produksi Usaha KJA Ikan Nila Selama Satu Periode Panen Tahun 2014

12 Biaya Bahan Bakar Yang Digunakan Sampel Untuk Proses Produksi Usaha KJA Ikan Campuran Selama Satu Periode Panen Tahun 2014

13 Biaya Penyusutan Peralatan Yang Digunakan Sampel Untuk Proses Produksi Usaha KJA Ikan Nila Selama Satu Periode Panen Tahun 2014

14 Biaya Penyusutan Peralatan Yang Digunakan Sampel Untuk Proses Produksi Usaha KJA Ikan Campuran Selama Satu Periode Panen Tahun 2014

(14)

16 Biaya Sarana Produksi (Saprodi) terhadap Usaha KJA Ikan Campuran Selama Satu Periode Panen Tahun 2014

17 Biaya Tenaga Kerja yang Dikeluarkan Untuk Proses Produksi Usaha KJA Ikan Nila Selama Satu Periode Panen Tahun 2014

18 Biaya Tenaga Kerja yang Dikeluarkan Untuk Proses Produksi Usaha KJA Ikan Campuran Selama Satu Periode Panen Tahun 2014

19 Pendapatan Petani Sampel dari Usaha KJA Ikan Nila Selama Satu Periode Panen Tahun 2014

(15)

ABSTRAK

RAFAEL PANDIANGAN: Analisis Perbedaan Pendapatan Usaha Keramba Jaring Apung di Perairan Danau Toba(Studi Kasus: Zona Bandar Saribu, Kelurahan Haranggaol, Kecamatan Haranggaol Horisan, Kabupaten Simalungun). Penelitian dibimbing oleh Bapak Ir. Yusak Maryunianta, MSi selaku ketua komisi pembimbing dan Ibu Emalisa, SP. MSi selaku anggota komisi pembimbing.Penelitian dilakukan pada tahun 2014.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menjelaskan kondisi eksisting Keramba Jaring Apung (KJA) ikan nila dan Keramba Jaring Apung (KJA) ikan campuran, untuk menganalisis perbedaan biaya usaha KJA ikan nila dan usaha KJA ikan campuran, untuk menganalisis perbedaan penerimaan usaha KJA ikan nila dan usaha KJA ikan campuran, dan untuk menganalisis perbedaan pendapatan usaha KJA ikan nila dan usaha KJA ikan campuran di daerah penelitian. Penelitian dilakukan di Zona Bandar Saribu, Kelurahan Haranggaol, Kecamatan Haranggaol Horisan, Kabupaten Simalungun dengan pertimbangan bahwa zona tersebut terdapat potensi ikan yang diusahakan oleh rakyat. Metode penelitian digunakan secara purposive, metode analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif dan analisis uji beda rata-rata sampel tidak berpasangan (independent t-test).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa 1.Kondisi eksisting budidaya Keramba Jaring Apung (KJA) ikan nila dan ikan campuran mencakup kondisi eksisting internal dan kondisi eksisting eksternal.Kondisi eksisting internal menjelaskan tentang pembuatan KJA, bibit, penyakit, dan pemanenan.Kondisi eksternal menjelaskan tentang harga ikan, izin usaha, prasarana dan fasilitas, tenaga kerja, serta campur tangan pemerintah. 2. Ada perbedaan yang nyata antara rata-rata biaya per KJA usaha Keramba Jaring Apung (KJA) ikan nila dengan rata-rata biaya per KJA usaha Keramba Jaring Apung (KJA) ikan campuran. 3. Ada perbedaan yang nyata antara penerimaan per KJA usaha Keramba Jaring Apung (KJA) ikan nila dengan penerimaan per KJA usaha Keramba Jaring Apung (KJA) ikan campuran. 4. Ada perbedaan yang nyata antara pendapatan per KJA usaha Keramba Jaring Apung (KJA) ikan nila dengan pendapatan per KJA usaha Keramba Jaring Apung (KJA) ikan campuran.

(16)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Indonesia mempunyai sumber daya perairan umum cukup luas, baik perairan laut maupun perairan air tawar. Potensi sumber daya perairan umum yang cukup luas ini merupakan modal bagi penduduk sekitarnya terutama yang berminat melakukan usaha budidaya ikan air tawar di perairan umum seperti waduk, danau, dan telaga (Samadi, 2010).

Usaha perikanan di Propinsi Sumatera Utara meliputi perikanan laut danperikanan darat.Usaha perikanan darat meliputi perikanan perairan umum (sungaidan danau), dan perikanan budi daya (tambak, kolam, sawah, keramba jaring apung).Usahaperikanan darat tersebar hampir di semua daerah kabupaten.Danau Tobamerupakan salah satu di antara sentra perikanan darat di Sumatera Utara (Evy, 2008).

Kawasan Danau Toba, adalah salah satu kawasan andalan wisata yangmerupakan aset nasional, dan memiliki nilai strategis bagi Propinsi SumateraUtara, dengan fungsinya yang beraneka ragam, yaitu sebagai andalan daerahtujuan wisata, sumber air bersih bagi penduduk, kegiatan perikanan, baik secaratradisional maupun budidaya Keramba Jaring Apung (KJA), kegiatan pertanian,kegiatan transportasi air dan pembangkit tenaga listrik (Anonimus, 2009)

(17)

Pangururan, Tomok, Tuktuk, Balige, Muara, Paropo, Tabun Raya, Sigapitan, Tongging dan Panahatan.

Tabel 1. Jumlah Rumah Tangga Produksi (RTP), Produksi, dan Nilai Penjualan Perikanan Budidaya Jaring Apung di Kecamatan Haranggaol Horisan dari Tahun 2007 – 2012.

Tahun Komoditas (Ton) Jumlah RTP (KK) Sumber : Dinas Perikanan Kabupaten Simalungun

Dari data di atas ikan nila memiliki jumlah yang lebih banyak produksinya dibandingkan ikan mas setiap tahunnya. Jumlah produksi terbesar ada pada tahun 2012 yakni sebesar 4.994,8 ton, naik sebesar 885,4 ton dari tahun sebelumnya.

Tabel 2. Data Perikanan Budidaya Provinsi Sumatera Utara

(18)

Ikan nila merupakan hasil produksi terbesar dibandingkan dengan ikan mas setiap tahunnya. Jumlah produksi terbesar terdapat pada tahun 2012 yakni sebesar 85.282 ton dan yang paling rendah pada tahun 2013 sebesar 63.684 ton. Perbedaan produksi yang paling besar terjadi pada tahun 2012 dengan produksi ikan nila 46.620 ton lebih banyak dari ikan mas. Namun perbedaan harga yang paling besar terjadi pada tahun 2013 dengan harga ikan nila Rp 14.000,-/Kg lebih rendah dari ikan mas. Produksi ikan nila lebih tinggi daripada ikan mas disebabkan karena angka kematian ikan mas lebih tinggi daripada ikan nila sehingga petani takut memasukkan jumlah bibit ikan mas lebih banyak daripada ikan nila di KJA.

Abdulkadir (2010) menyatakan Peluang usaha KJA ini tidak saja bermanfaat untuk pengusaha perikanan besar, tetapi juga sangat strategis untuk pengusaha perikanan kecil, sebab selain murah juga mudah dalam pengelolaanya.Keramba jaring apung dapat dibangun dengan cepat, serta dapat dipindahkan apabila ternyata perairannya sudah tidak cocok lagi untuk diusahakan.Teknologi KJA jauh lebih mudah untuk dikuasi oleh nelayan dari pada teknologi permesinan pada perahu bermotor atau alat-alat pendingan.KJA selain memberikan kepastian hasil produksi, juga meningkatkan posisi tawar menawar yang lebih baik karena tidak perlu lagi tergesa-gesa menjualnya.Ikannya dapat terus disimpan dan dipelihara didalam KJA sampai mendapat harga yang baik.

(19)

merupakan salah satu faktor yang menunjang keberhasilan usaha yang akan dilaksanakan (Suhaili, 1982).

Ikan nila merupakan salah satu ikan yang dapat dipelihara dalam perairan Danau Toba khususnya dalam KJA. Ikan nila mempunyai nama latin Oreochromis niloticus. Nama genus Oreochromis.Menurut klasifikasi yang berlaku sebelumnya disebut Tilapia.Namun, di kalangan awam ikan nila disebut Tilapia nilotica.

Ikan nila hitam (Oreochromis niloticus) merupakan jenis ikan air tawar yang mudah dikembangbiakkan dan adaptasinya yang tinggi terhadap perubahan lingkungan maupun kemudahan pemeliharaannya.Rasanya cukup gurih dan digemari masyarakat Indonesia. Pemeliharaan ikan nila juga dilakukan dengan jenis ikan lain, dengan syarat ikan yang dimasukkan tidak merupakan pesaing (kompetitor) atau pemangsa (predator) bagi nila (Gufran, 2007).

Pemeliharaan ikan mas di keramba jaring apung di Kelurahan Haranggaol dipadukan dengan pemeliharaan ikan nila.Hal itu disebabkan karena virus koi herpes yang berada di Danau Toba yang menyebabkan ikan mas tidak dapat bertahan hidup secara sendiri di KJA. Sehingga ikan mas dipadukan dengan ikan nila agar ikan mas dapat bertahan hidup.

(20)

Berdasarkan uraian dari latar belakang di atas perumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana kondisi eksisting budidaya KJA ikan nila dan ikan campuran di daerah penelitian?

2. Apakah terdapat perbedaan biaya usaha KJA ikan nila dan ikan campuran di daerah penelitian?

3. Apakah terdapat perbedaan antara penerimaan usaha KJA ikan nila dan ikan campuran di daerah penelitian?

4. Apakah terdapat perbedaan pendapatan usaha KJA ikan nila dan ikan campuran di daerah penelitian?

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan identifikasi masalah di atas maka tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui kondisi eksisting KJA ikan nila dan KJA ikan campuran di

daerah penelitian.

2. Untuk menganalisis perbedaan biaya usaha KJA ikan nila dan ikan campuran di daerah penelitian.

3. Untuk menganalisis perbedaan penerimaan usaha KJA ikan nila dan ikan campuran di daerah penelitian.

4. Untuk menganalisis perbedaan pendapatan usaha KJA ikan nila dan ikan campuran di daerah penelitian.

(21)

1. Sebagai bahan pertimbangan bagi petani KJA dalam meningkatkan pendapatan usaha keramba ikannya di daerah penelitian.

(22)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA

PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1. Klasifikasi Ikan Nila

Dari banyaknya komoditas perikanan Indonesia, nila dapat dikatakan berprospek cerah karena sudah dikenal lama.Sejak diperkenalkan tahun 1970, ikan ini terus berkembang dan semakin populer di masyarakat. Bahkan kepopulerannya dapat mengalahkan jenis ikan lain yang sudah lebih dahulu hadir di Indonesia. Hal ini wajar saja karena nila tergolong ikan yang murah.Namun, sayang pembudidayaannya akhir-akhir ini banyak mengalami masalah.Nila yang ada sekarang berbeda dengan nila dahulu.Kualitasnya sekarang sudah menurun akibat keterbatasan pengetahuan dalam mengendalikan genetiknya (Usni, 1998).

Klasifikasi ikan nila berdasarkan ilmu taksonomi hewan (sistem pengelompokkan hewan berdasarkan bentuk tubuh dan sifat-sifatnya) sebagai berikut.

Kingdom : Animalia Filum : Kordata Sub Filum : Vertebrata Kelas : Pisces

Sub Kelas : Achanthopterigii Famili : Chichlidae Genus : Oreochromis

(23)

2.1.2.Morfologi Ikan Nila

Bentuk badan ikan nila (oreochromis noloticus) pipih ke samping memanjang, warna putih kehitaman, makin ke perut makin terang.mempunyai garis vertikal 9 – 11 buah warnahijau kebiruan.Pada sirip ekor terdapat 6 – 12 garis melintang yang ujungnya berwarna kemerah – merahan, sedangkan punggungnya terdapat garis – garis miring (Saparinto, 2011).

Mata ikan nila tampak menonjol agak besar dengan bagian tepi berwarna hijau kebiruan. Letak mulut ikan nila terminal, posisi sirip perut terhadap sirip dada thorocis, garis rusuk (linea lateralis) terputus menjadi dua bagian, letaknya memanjang di atas sirip dada, jumlah sisik pada garis rusuk 34 buah dan tipe sisik stenoid (ctenoid), jari – jari siripnya adalah sebagai berikut:

• Sirip punggung = 17 jari – jari keras dan 13 jari – jari lunak. • Sirip perut = 1 jari – jari keras melunak dan 5 jari – jari lemah.

• Sirip dada = 15 jari – jari lemah.

• Sirip anus = 3 jari – jari keras dan 10 jari – jari lunak.

• Sirip ekor = 8 jari – jari keras melunak.

(Saparinto, 2011)

2.1.3.Habitat dan Kebiasaan Hidup Ikan Nila

(24)

sedikit.Pemindahan ikan nila secara mendadak ke dalam air yang kadar garamnya sangat berbeda (seperti dari tawar ke laut) dapat mengakibatkan stress dan kematian ikan (Koes, 2009).

Ikan nila yang masih kecil lebih tahan terhadap perubahan lingkungan dibanding dengan ikan yang sudah besar. Nilai pH air tempat hidup ikan nila berkisar antara 6 – 8,5.namun pertumbuhan optimalnya terjadi pada pH 7 – 8 (Suyanto, 1994).

Ikan nila dapat hidup di perairan yang dalam dan luas kolam maupun di kolam yang sempit dan dangkal.Nila juga dapat hidup di sungai yang tidak terlalu deras alirannya, di waduk, danau, rawa, sawah, tembak air payau, atau di dalam jaring terapung laut.Suhu optimal untuk ikan nila antara 250C – 300

2.1.4. Klasifikasi Ikan Mas

C.

(25)

Sifatnya yang sangat adaptif terhadap lingkungan baru, menjadikan ikan mas dengan berbagai strain-nya banyak tersebar hampir di seluruh penjuru dunia. Untuk itu ikan mas banyak memiliki sebutan. Dalam bahasa Inggris disebut common carp. Di Pulau Jawa, ikan mas disebut sebagai ikan masmasan atau lauk mas. Sementara itu, di Sumatera, ikan mas lebih dikenal dengan sebutan ikan rayo atau ikan mameh (Tim Lentera, 2002).

Klasifikasi ikan mas berdasarkan ilmu taksonomi hewan (sistem pengelompokkan hewan berdasarkan bentuk tubuh dan sifat-sifatnya) sebagai berikut.

Phylum (Filum) : Chordata Subphyllum (Anak Filum) : Vertebrata class (Kelas) : Pisces

Subclass (Anak Kelas) : Actinopterygii Ordo (Bangsa) : Cypriniformes Subordo (Anak Bangsa) : Cyprinoidea Famili (Suku) : Cyprinidae Genus (Marga) : Cyprinus

Species (Jenis) : Cyprinus carpio, L (Tim lentera, 2002)

2.1.5.Morfologi Ikan Mas

(26)

sisik. Muncungnya terletak di ujung tengah (terminal) dan dapat disembulkan (protaktil).Pada bibirnya yang lunak terdapat dua pasang sungut (Khairuman, 2002).

2.1.6.Habitat dan Kebiasaan Hidup Ikan Mas

Ikan mas menyukai tempat hidup (habitat) di perairan air tawar yang tidak terlalu dalam dan alirannya tidak terlalu deras, misalnya di pinggiran sungai atau danau. Ikan ini dapat hidup baik di ketinggian 150-600 m di atas permukaan laut. (dpl) dan pada suhu 25-30o

Ikan mas tergolong jenis omnivora, yakni ikan yang dapat memangsa berbagai jenis makanan, baik yang berasal dari tumbuhan maupun binatang renik. Namun, makanan utamanya adalah tumbuhan dan binatang yang terdapat di dasar dan tepi perairan (Khairuman,2002).

C. Meskipun tergolong ikan air tawar, ikan mas terkadang juga ditemukan di perairan payau atau di muara sungai yang bersalinitas (kadar garam) 25-30% (Khairuman,2002).

(27)

2.1.7. PT Aquafarm Nusantara

PT Aquafarm Nusantara adalah perusahaan Indonesia yang berdedikasi untuk budidaya ikan nila yang terpadu.PTAN beroperasi di 2 kepulauan, Sumatera dan Jawa. Terdapat satu pabrik pengolahan di setiap pulaunya, mengolah ikan budidaya dari pulau yang sama. Terdapat satu budidaya pembesaran ikan di Pulau Jawa.PTAN juga mengoperasikan pembenihan/pendederan di Pulau Sumatera da pembenihan di Jawa Tengah.Seluruh ikan nila diproses dalam pabrik pengolahan menjadi produk beku untuk tujuan ekspor.

Danau Toba untuk pembesaran ikan nila Oreochromis Niloticus Keramba Jaring Apung memiliki luas (panjang 100 km) dan kedalaman (sampai dengan sekitar 500 meter).Danau Toba terletak di tengah bagian utara Sumatera di sekitar ketinggian 900m dpl. Terdapat unit budidaya lain dalam penerimaan badan air yang sama tetapi ini sangat jauh menyebar. Banyak dari unit budidaya lain berukuran kecil serta milik keluarga untuk dikonsumsi sendiri. Hanya sedikit atau tidak memproduksi ikan nila untuk ekspor (Anonimus, 2012).

2.2. Landasan Teori 2.2.1.Produksi

(28)

berbagai pengalaman menunjukkan bahwa faktor produksi lahan, tenaga kerja, dan modal adalah faktor penting diantara faktor produksi lainnya.

Produksi merupakan hasil dari suatu proses atau aktivitas ekonomi dengan memanfaatkan beberapa masukan (input). Dengan demikian, kegiatan produksi tersebut adalah dengan mengkombinasikan berbagai masukan untuk menghasilkan keluaran (Agung dkk, 2008).

2.2.2.Biaya Produksi

Suatu model fungsi biaya (cost Function) dapat digunakan untuk menilai tingkat pencapaian efisiensi usahatani. Asumsi dasar yang harus dipenuhi dalam melakukan analisis fungsi biaya, yaitu: pertama, aspek usahatani merupakan unit analisis biaya. Kedua, harga masukan (input) dan produksi (outout) sebagai variabel faktor-faktor yang mempengaruhi biaya.

Produksi berlangsung dengan jalan mengolah atau mendayagunakan masukan (input) menjadi keluaran (output). Pemenuhan masukan (input) merupakan pengorbanan biaya yang tidak dapat dihindarkan untuk melakukan kegiatan produksi. Biaya produksi adalah sejumlah pengorbanan ekonomis yang harus dikorbankan untuk memproduksi suatu barang (Hartono, 2002).

Biaya merupakan penjumlahan antara biaya tetap dan biaya variabel yang dikeluarkan selama satu tahun.

(29)

dimana:

TC = Total Cost (Total Biaya) FC = Fixed Cost (Biaya Tetap) VC = Variabel Cost (Biaya Variabel)

Biaya tetap tidak berubah walaupun adanya perubahan tingkat keluaran. Biaya ini tetap harus dibayar meskipun tidak ada keluaran (produksi), dan hanya dapat dihapus dengan sama sekali menutupnya. Sedangkan biaya variabel adalah biaya yang jumlahnya bervariasi sesuai dengan variasi keluaran (produksi) yang dihasilkan.Semakin besar keluaran yang dihasilkan, maka biaya variabel juga semakin besar (Pindyck, R.S. dan Daniel, L.R.).

Biaya rata-rata dapat dihitung dengan membagikan biaya total (TC) dan produksi selama satu tahun.

AC = TC/Q

Dimana:

AC = Average Cost (Biaya Rata-Rata) TC = Total Cost (Total Biaya)

Q = Output

2.2.3.Pendapatan

Penerimaan usahatani adalah perkalian antara produksi yang diperoleh dengan harga jual.

(30)

dimana:

TR = total penerimaan

Y = produksi yang diperoleh Py = harga Y

(Soekartawi, 2002).

Pendapatan kotor usahatani (gross farm income) didefinisikan sebagai nilai produk total usahatani dalam jangka waktu tertentu, baik yang dijual maupun yang tidak dijual. Pengeluaran total usahatani (total farm expense) didefinisikan sebagai nilai semua masukan yang habis terpakai atau dikeluarkan di dalam produksi. Selisih antara pendapatan kotor usahatani dan pengeluaran total usahatani disebut pendapatan bersih usahatani (Soekartawi, 1995).

Pendapatan merupakan selisih antara total penerimaan dengan total biaya.

Pd = TR – TC

Dimana:

Pd = Pendapatan

TR = Total Revenue (total penerimaan) TC = Total Cost (total biaya)

(Soekartawi, 2002).

(31)

Faktor-faktor ini ada yang masih dapat diubah dalam batas-batas kemampuan petani atau tidak dapat diubah sama sekali. Faktor yang tidak dapat diubah adalah cuaca dan faktor alam seperti gempa yang dapat merusakkan KJA.

Beberapa faktor yang mempengaruhi pendapatan dan dapat dilakukan perbaikan untuk meningkatkan pendapatan adalah luas lahan usaha, efisiensi kerja, dan efisiensi produksi.

2.3. Kerangka Pemikiran

Keramba Jaring Apung (KJA) merupakan sarana pemeliharaa ikan atau biota air yang mengapung di atas air. Petani KJA umumnya memelihara ikan mas dan ikan nila di daerah penelitian. Ikan nila dan ikan mas yang dipelihara akan menghasilkan produksi dam memiliki nilai jual.

Petani akan memperoleh penerimaan dari hasil penjualan produksi ikan nila dan ikan mas. Penerimaan merupakan hasil perkalian antara produksi dengan harga jual pada saat itu yang dinilai dengan rupiah setelah memperoleh penerimaan, untuk mengetahui pendapatan bersih maka perlu diketahui biaya produksi.Pendapatan bersih diperoleh setelah mengurangkan penerimaan dengan biaya produksi.

(32)

yang maksimal.Semua pengeluaran yang digunakan dimasukkan ke dalam biaya produksi.Adapun biaya produksi ini meliputi biaya tetap dan biaya variabel. Selisih antara total penerimaan dengan total biaya produksi disebut pendapatan bersih.

Kerangka penelitian ini digambarkan sebagai berikut :

Keterangan :

: Menyatakan Hubungan : Komparasi

Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran Pendapatan Ikan Nila dan Ikan Campuran Keramba

Jaring Apung

UsahataniIk an Nila

Usahatani Ikan Campuran

Produksi Produksi

Pendapatan Pendapatan

Penerimaan Penerimaan

Harga

Total

biaya Total

biaya

(33)

2.4. Hipotesis Penelitan

Berdasarkan latar belakang dan landasan teori dari penelitian ini, maka dapat diajukan hipotesis sebagai berikut :

1. Ada perbedaan yang signifikan antara biaya usaha KJA ikan nila dan ikan campuran.

2. Ada perbedaan yang signifikan antara penerimaan usaha KJA ikan nila dan ikan campuran.

(34)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Metode Penentuan Daerah Penelitian

Penelitian dilakukan di Zona Bandar Saribu, Kelurahan Haranggaol, Kecamatan Haranggaol Horisan, Kabupaten Simalungun, Propinsi Sumatera Utara.Daerah Penelitian ini ditetapkan secara purposive (hartanto, 2004) dengan pertimbangan bahwa Zona tersebut terdapat potensi ikan yang diusahakan oleh rakyat.Dari pra survei yang telah dilakukan, lokasi tersebut sangat representatif dari segi akses dan peluang untuk mendapatkan data yang diinginkan.

3.2. Metode Pengambilan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah jumlah petani yang mengusahakan keramba jaring apung ikan nila dan jumlah petani keramba jaring apung ikan campuran (campuran ikan nila dan ikan mas) di Zona Bandar SaribuKelurahan Haranggaol, kecamatan Haranggaol Horisan, Kabupaten Simalungun. Sampel adalah bagian dari populasi yang akan diteliti dan yang dianggap dapat menggambarkan populasi. Adapun besar populasi petani yang memelihara ikan nila di Zona Bandar Saribu sebanyak 23 KK sedangkan populasi petani yang memelihara ikan campuran sebanyak 15 KK, dimana sampel yang akan diteliti adalah jumlah dari populasi petani ikan nila dan petani ikan campuran tersebut.

3.3. Metode Pengumpulan Data

(35)

menjadi sampel dengan menggunakan kuisioner yang telah dipersiapkan sebelumnya. Sedangkan data sekunder diperoleh dari dinas kelautan dan perikanan Propinsi Sumatera Utara serta literatur yang berhubungan dengan penelitian seperti hasil penelitian dan jurnal terkait.

3.4. Metode Analisis Data

Untuk identifikasi masalah (1) dijelaskan secara deskriptif sesuai dengan keadaan keramba ikan nila dan ikan campuran daerah penelitian.

Untuk masalah (2), (3) dan (4), untuk melihat adanya perbedaan antara biaya, penerimaan dan pendapatan dengan menggunakan metode uji beda rata-rata sampel tidak berpasangan yang secara matematis dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

TC = FC + VC Dimana:

TC = total cost (total biaya) FC = fix cost (biaya tetap)

VC = variable cost (biaya tidak tetap)

Penerimaan merupakan hasil perkalian jumlah produksi dengan harga jual produksi, yang dituliskan dalam rumus:

TR = Qx x P Dimana:

x

TR = total revenue (total penerimaan) Qx

P

= Quantity (jumlah produksi)

(36)

Pendapatan adalah hasil pengurangan total penerimaan dengan total biaya produksinya, yang dinyatakan dalam rumus:

Pendapatan/Keuntungan = Penerimaan Total – Biaya Total

Menurut Pasaribu (1975) dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

�---ℎ�����= Χ1− X2

��(�1− 1) �2 2+ (�2− 1)�1 2

�1+ �2−2 � � 1

�1+

1

�2�

Keterangan :

Χ1 = Rata-rata variabel 1 (usaha KJA ikan nila)

X2 = Rata-rata variabel 2 (usaha KJA ikan campuran) �1 = Simpangan baku variabel 1

�2 = Simpangan baku variabel 2 �1 = Jumlah sampel 1

�2 = Jumlah sampel 2

Kriteria uji

t tabel ≤ t hitung ≤ t tabel � diterima, �1 ditolak

t hitung < t tabel atau t hitung > t tabel � ditolak, �1 diterima

�0 : Tidak ada perbedaan biaya/penerimaan/pendapatan antara usaha ikan nila dan

usaha ikan campuran di daerah penelitian

�1 : Ada perbedaan biaya/penerimaan/pendapatan antara usaha ikan nila dan

(37)

Dengan formulasi �0 dan �1

�0 : �1 = �2 �1 : �1 ≠ �2

�1 = rata-rata variabel 1 �2 = rata-rata variabel 2

Untuk menghitung perbedaan biaya, penerimaan dan pendapatan antara usaha KJA ikan nila dengan ikan campuran menggunakan alat bantu SPSS (Statistical Product and Service Solution) dengan menggunakan metode analisis uji beda rata-rata sampel tidak berpasangan (Independent-Sample T-Test). Pengujiannya dilakukan dengan tingkat signifikansi 5%.

3.5. Definisi dan Batasan Operasional 3.5.1 defenisi

1. Keramba Jaring Apung (KJA) adalah sarana pemeliharaan/pembesaran ikanyang mengapung di atas air.

2. Keramba Jaring Apung (KJA) terdiri dari dua kelompok yaitu KJA ikan nila dan KJA ikan campuran.

3. Keramba Jaring Apung (KJA) ikan nila adalah sarana pemeliharaan atau pembesaran ikan nila yang dimana jumlah bibitnya sebanyak 10.000 ekor.

(38)

5. Petani sampel adalah orang yang melaksanakan dan mengelola ikan nila dan ikan campuran dalam KJA.

6. Petani KJA ikan nila adalah orang yang melakukan usahatani ikan niladalam satu unit KJA yang dimana dalam satu unit KJA berisi 10.000 ekor bibit ikan nila.

7. Petani KJA ikan campuran adalah orang yang melakukan usahatani ikan nila dan ikan masdalam satu unitKJA yang dimana dalam satu unit KJA berisi 10.00 ekor bibit campuran ikan nila dan ikan mas tanpa memperdulikan proporsi campurannya.

8. Produksi adalah hasil yang diperoleh dari ikan nila dan ikan campuran yang siap untuk dijual.

9. Biaya Produksi adalah biaya tetap dan biaya tidak tetap yang dikeluarkan petani selama melakukan kegiatan usaha KJA.

10. Harga jual adalah harga yang diterima petani dari penjualan hasil panen dalam kegiatan usahanani ikan nila dan usahatani ikan mas yang dinyatakan dalam satuan rupiah (Rp).

11. Penerimaan adalah harga jual ikan dikali dengan jumlah produksi (Rp).

12. Pendapatan adalah penerimaan petani dikurangi biaya produksi (Rp).

(39)

3.5.2. Batasan Operasional

1. Penelitian dilaksanakan di Kelurahan Haranggaol, Kecamatan Haranggaol Horisan, Kabupaten Simalungun, Provinsi Sumatera Utara.

2. Sampel merupakan petani yang melakukan usahatani ikan nila dalam satu unit KJA dan usahatani ikan campuran dalam satu unit KJA.

3. Usahatani ikan yang diteliti ialah usahatani ikan yang menghasilkan.

(40)

BAB IV

DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK PETANI SAMPEL

4.1 Deskripsi Daerah Penelitian

4.1.1. Luas Wilayah dan Letak Geografis

Kelurahan Haranggaol merupakan salah satu areal Danau Toba yang dikelilingi oleh gunung dan bukit-bukit. Kelurahan Haranggaol memiliki luas wilayah 975 Ha dan merupakan ibukota dari Kecamatan Haranggaol Horisan. Jarak Kelurahan Haranggaol dengan ibukota Kabupaten Simalungun berjarak50 Km. Kelurahan Haranggaol memiliki suhu maksimum 39oC dan suhu minimum 28oC, dengan keadaan iklim dingin. Berada pada ketinggian 940 - 950 m dpl. Kelurahan Haranggaol terletak di antara 2o 49’46’’ – 2o 54’16’’ LU dan 98o 35’51’’ – 98o

 Sebelah Timur berbatasan dengan Nagori Purba Horisan 45’11’’ BT. Adapun batas – batas kelurahan Haranggaol adalah:

 Sebelah Barat berbatasan dengan Nagori Sihalpe  Sebelah Utara berbatasan dengan Nagori Purba Tongah  Sebelah Selatan berbatasan dengan Danau Toba

4.1.2. Keadaan Penduduk

(41)

Tabel 3. Distribusi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin di Kelurahan Haranggaol Tahun 2014

No Jenis Kelamin Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

1 Laki – laki 1.744 51,74

2 Perempuan 1.627 48,26

Jumlah 3.371 100.00

Sumber: Kantor Kelurahan Haranggaol Tahun 2014

Tabel 3 menunjukkan bahwa jenis kelamin laki-laki lebih banyak dibandingkan jenis kelamin perempuan sebanyak 1.744 jiwa dengan persentase 51,74 % sedangkan jenis kelamin perempuan sebanyak 1.627 dengan persentase 48,26 %. Jumlah penduduk Kelurahan Haranggaol Tahun 2014 sebanyak 3.371 jiwa.

Tabel 4.Distribusi Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur di Kelurahan Haranggaol Tahun 2014

Sumber: Kantor Kelurahan Haranggaol Tahun 2014

Tabel 4 menunjukkan bahwa kelompok usia produktif 19 – 60 tahun sebanyak 2.240 jiwa (66,45%), sementara usia non produktif 1.131 jiwa (33,55%). Hal ini memberikan indikasi bahwa ketersediaan tenaga kerja cukup besar.Tingkat pendidikan di Kelurahan Haranggaol bermacam – macam.Lebih jelasnya pada Tabel 5 dapat dilihat komposisi penduduk menurut tingkat pendidikan.

(42)

Tabel 5. Distribusi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan Terakhir di Kelurahan Haranggaol Tahun 2014

No. Tingkat Pendidikan Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

1 Tidak/Belum Sekolah 207 6,14

Sumber: Kantor Kelurahan Haranggaol Tahun 2014

Tabel 5menunjukkan bahwa pendidikan secara formal bervariasi. Namun distribusi penduduk paling banyak yaitu penduduk pada tingkat pendidikan SLTA/SMA yaitu berjumlah 1.254 jiwa (40,16%). Sebagian besar penduduk lainnya berada pada tingkat pendidikan SLTP/SMP maupun SD. Penduduk yang melanjutkan ke perguruan tinggi sebanyak 69 jiwa (2,05%).

Tabel 6. Distribusi Penduduk Berdasarkan Jenis Mata Pencaharian Penduduk di Kelurahan Haranggaol Tahun 2014

No. Mata Pencaharian Jumlah (jiwa) Persentase (%)

1 Petani 1.354 40,17

Sumber: Kantor Kelurahan Haranggaol Tahun 2014

(43)

4.1.3. Sarana dan Prasarana

Untuk menunjang perkembangan dan pembangunan masyarakat khususnya di kelurahan Haranggaol diperlukan sarana dan prasarana yang memadai agar tercapai tujuan pembangunan.Kelurahan Haranggaol sudah memiliki sarana dan prasarana yang cukup memadai. Hal ini dapat dilihat dari jenis sarana dan prasarana yang tersedia, seperti: transportasi, tempat ibadah, pendidikan, kesehatan, olahraga, wisata, ekonomi, penerangan dan air. Keadaan sarana dan prasarana di kelurahan Haranggaol dapat dilihat pada tabel 7 berikut.

Tabel 7. Sarana dan Prasarana di Kelurahan Haranggaol Tahun 2014

No. Sarana dan Prasarana Jumlah (unit)

1 Transportasi

(44)

- Pantai Danau Toba (Km) - Penginapan

2 7 9 Penerangan dan Air Bersih

- PLN - PAM

1 1 Sumber: Data Monografi Kelurahan Haranggaol

Tabel 7 menunjukkan bahwa sarana / prasarana di Kelurahan Haranggaol sudah cukup memadai untuk menunjang kegiatan penduduk setempat.Hal ini dapat dilihat dari sudah adanya fasilitas – fasilitas yang membantu kegiatan penduduk seperti kesehatan, rumah ibadat, balai desa, dan fasilitas pendidikan meskipun yang ada hanya fasiltas pendidikan TK, SD, dan SLTP.Namun, jalan aspal yang dilalui di daerah penelitian banyak yang rusak sehingga memakan waktu yang lama hingga sampai ke daerah penelitian.

4.2. Karakteristik Sampel

Petani sampel yang dimaksud disini ialah seluruh petani KJA ikan nila dan petani KJA campuran yang dimana jumlah bibitnya 10.000 ekor yang berada di Zona Bandar Saribu Kelurahan Haranggaol Kecamatan Haranggaol Horisan Kabupaten Simalungun.Karateristik petani sampel dalam penelitian ini terdiri dari umur petani, pendidikan petani, jumlah unit KJA, dan jumlah tanggungan.

A. Umur Petani Sampel

Tabel 8. Keadaan umur petani sampel Di Zona Bandar Saribu, Kelurahan Haranggaol, Kecamatan Haranggaol Horisan, Kabupaten Simalungun Tahun 2014

No Kelompok Umur (Jiwa)

(45)

Jumlah 23 100,00 15 100,00 Sumber : Analisis Data Primer Lampiran 1 dan 2

Tabel 8 menunjukkan bahwa usaha KJA ikan nila petani sampel terbesar berada pada kelompok umur 31 – 40 yakni sebanyak 8 jiwa dengan persentase 34,78% dan untuk petani sampel terkecil berada pada kelompok umur >50 yakni sebanyak 4 jiwa dengan persentase 17,39%. Untuk usaha KJA ikan campuran petani sampel terbesar berada pada kelompok umur 41-50 yakni sebanyak 6 jiwa dengan persentase 40% dan untuk petani sampel terkecil berada pada kelompok umur >51 sebanyak 1 jiwa dengan persentase 6,67%. Maksudnya petani sampel pada daerah penelitian merupakan usia produktif sehingga optimal dalam melakukan usahataninya.

B. Pendidikan Petani Sampel

Pendidikan petani sangat erat kaitannya dengan kemampuan petani sampel dalam meningkatkan produksi dari usaha KJA petani itu sendiri.Adapun tingkat pendidikan petani sampel yang ada di Zona Bandar Saribu sangat bervariasi dari tingkat SD, SMP, SMA, hingga S-1. Untuk lebih jelas lagi mengenai tingkat pendidikan petani sampel dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 9.Tingkat Pendidikan Petani Sampel Di Zona Bandar Saribu, Kelurahan Haranggaol, Kecamatan Haranggaol Horisan, Kabupaten Simalungun Tahun 2014

No Tingkat Pendidikan

Petani KJA Ikan Nila Petani KJA Ikan Campuran Jumlah

(46)

Tabel 9 menunjukkan bahwa usaha KJA ikan nila jumlah sampel terbanyak berada pada tingkat pendidikan SMA sebesar 17 jiwa dengan persentase 73,91% dan terkecil berada pada tingkat pendidikan SD dan D1-S1 sebesar 1 jiwa dengan persentase 4,35%. Untuk usaha KJA ikan campuran jumlah petani sampel terbanyak berada pada tingkat SMA sebesar 9 jiwa dengan persentase 60% dan terkecil berada pada tingkat SD sebesar 0 jiwa dengan persentase 0%. Hal ini menunjukkan bahwa petani sampel di Zona Bandar Saribu memiliki tingkat pendidikan yang cukup tinggi untuk meningkatkan produksi.

C. Jumlah Keramba Jaring Apung (Jumlah unit KJA) Petani Sampel

(47)

Tabel 10.Jumlah Unit KJA Petani Sampel Ikan Nila dan Ikan Campuran Di Zona Bandar Saribu, Kelurahan Haranggaol, Kecamatan Haranggaol Horisan, Kabupaten Simalungun Tahun 2014

No Kelompok

Jumlah KJA (unit)

Petani KJA Ikan Nila Petani KJA Ikan Campuran Jumlah

Sumber : Analisis Data Primer Lampiran 1 dan 2

Tabel 10 menunjukkan bahwa usaha KJA ikan nila jumlah KJA terbanyak berada pada kelompok 1 – 20 KJA sebesar 13 jiwa dengan persentase 56,52% dan terkecil berada pada kelompok >61 KJA sebesar 1 jiwa dengan persentase 4,35%.

Untuk usaha KJA ikan campuran jumlah KJA terbanyak berada pada kelompok 21 – 40 dan kelompok >61 sebesar 5 jiwa dengan persentase 33,33% dan terkecil berada pada kelompok 1 – 20 sebesar 2 jiwa dengan persentase 13,33;%.

D. Jumlah Tanggungan

Jumlah tanggungan petani sampel dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 11 : Jumlah Tanggungan Petani Sampel Di Zona Bandar Saribu, Kelurahan Haranggaol, Kecamatan Haranggaol Horisan, Kabupaten Simalungun Tahun 2014

No Jumlah Tanggungan (jiwa)

(48)

5 4 1 4,35 2 13,33

6 5 1 4,35 0 0

Jumlah 23 100 15 100

Sumber : Analisis Data Primer Lampiran 1 dan 2

(49)

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Kondisi Eksisting Budidaya Keramba Jaring Apung (KJA) Ikan Nila dan Ikan Campuran

5.1.1. Kondisi Eksisting Internal

Pembudidayaan ikan nila dan Ikan campuran (ikan nila campur ikan mas) dengan Keramba Jaring Apung (KJA) merupakan tempat budidaya ikan yang digemari oleh petani khususnya masyarakat Haranggaol.KJA digunakan sebagai wadah untuk membiakkan ikan yang dibuat di areal Danau Toba. Petakan untuk lahan pemeliharaan ikan ini dibuat dengan menggunakan pelampung berupa drum atau tong yang diikatkan pada besi. Di bagian atas besi diikatkan papan sebagai tempat pijakan sementara dibagian bawah besi diikatkan jaring sebagai tempat untuk mengurung ikan agar tidak kemana-mana.Beberapa jangkar dipasang untuk menahan sarana budidaya agar tidak bergeser dari tempatnya akibat pengaruh arus, angin, ataupun gelombang.Pembuatan KJA tersebut dilakukan di darat dengan ukuran 5 x 5 meter.

(50)

ikan ada 2 jenis, yakni pakan terapung dan pakan tenggelam.Untuk ikan yang berumur 1-3 bulan petani memberi pakan terapung tujuannya agar semua ikan yang berada di petakan mendapat makanan secara merata dan yang berumur 4-6 bulan petani mencampurnya dengan pakan tenggelam tujuannya agar ikan lebih cepat besar dan bobot ikan lebih padat.Pakan diperoleh dari pabrik yang berada di Medan atau Tanjung Morawa.

Secara umum ikan nila memiliki sifat yang tahan terhadap penyakit dan untuk daerah ini jarang sekali ditemukan penyakit pada ikan nila.Adapun Penyakit yang sering diderita hanya satu yaitu penyakit mata keluar, dengan ciri mata ikan nila menonjol seperti melotot, hal ini disebabkan oleh faktor bakteri yang ada diair dan seringkali ditemukan ikan tiba-tiba mati.Sedangkan ketahanan tubuh, ikan nila memiliki sifat cepat lemas sehingga disarankan ketika saat memanen ikan diangkat secara perlahan agar tidak membuat stres pada ikan.

Berbeda dengan ikan mas, Koi Herpes Virus yang menyerang seluruh perairan Danau Toba pada November 2004 membuat seluruh jenis ikan ini mati sehingga para petani tidak berani lagi untuk membudidayakan ikan mas lagi di perairan Danau Toba. Namun karena permintaan pasar, para petani harus membudidayakannya.

(51)

seperti pembesaran ikan mas diantara ikan nila dan pembesaran bibit di kolam darat lalu setelah 2 bulan dimasukkan ke danau. Cara pembesaran ikan masdiantara ikan nila memberikan hasil yang lebih baik. Trik ini membantu meningkatkan harapan hidup ikan mas sampai panen menjadi 20 – 30 %.

Saat pemanenan, petani KJA langsung menjual ikan nila dan ikan mas kepada agen. Waktu panen dilakukan saat ikan berumur 5 – 6 bulan.Pemasaran ikan nila dan ikan mas di daerah penelitian biasanya dijemput oleh agen.Agen langsung datang ke KJA petani dan membawa ikan tersebut ke pinggir pantai Danau Toba.Pembayaran hasil penjualan ikan nila dibayar setelah 1 minggu dari pengambilan ikan dan dibayar tunai, namun ada juga yang membuat penjualan ikan sebagai alat untuk membayar pakan yang selama ini dipakai oleh petani.Dimana pakan yang digunakan oleh petani sebelumnya dibayar dengan harga jual ikan yang dijual.

5.1.2. Kondisi Eksisting Eksternal

Harga ikan yang diterima petani merupakan harga ikan yang ditetapkan oleh agen/pedagang pengumpul.Sehingga petani hanya bisa menerima harga yang sudah ditetapkan tanpa bisa meningkatkan harga ikan nila maupun ikan mas.

(52)

Prasarana dan fasilitas yang tersedia di daerah penelitian untuk menjual ikan nila kurang baik karna jalan yang dilalui untuk memasarkan hasil keramba banyak yang rusak sehingga kendaraan yang akan menuju ke daerah penelitian atau berangkat dari daerah penelitian memakan waktu yang lama. Namun fasilitas-fasilitas yang mendukung kegiatan penduduk setempat sudah cukup memadai seperti kesehatan, rumah ibadat, balai desa, dan fasilitas pendidikan meskipun yang ada hanya fasiltas pendidikan TK, SD, dan SLTP.

Jumlah tenaga kerja yang tersedia di daerah ini sangat banyak. Dengan demikian tidak sulit bagi petani keramba ikan untuk mencari petani lain untuk digunakan sebagai tenaga kerjanya.

Campur tangan pemerintah sangat minim di daerah penelitian dalam pemasaran ikan nila.Tidak adanya retribusi /PBB dari petani menyebabkan kurangnya perhatian dari pemerintah untuk mengelola KJA tersebut.Modal untuk pembudidayaan ikan di dalam KJA ini merupakan biaya petani itu sendiri.Sangat jarang petani meminjamnya ke bank atau lembaga keuangan lainnya.

5.2. Total Biaya Usaha Keramba Jaring Apung (KJA) Ikan Nila dan Ikan Campuran

(53)

Untuk usaha KJA ikan nila, ukuran bibit yang digunakan 3-4 inch, dimana harga bibit antara Rp 450,- s/d

Tenaga kerja yang dimasukkan ke dalam biaya terdiri dari Tenaga Kerja Dalam Keluarga (TKDK) dan Tenaga Kerja Luar Keluarga (TKLK) dengan upah tenaga kerja sebesar Rp 1.500.000,-/bulan.Di daerah penelitian baik TKDK maupun TKLK bekerja mulai dari pukul 08.00-12.00 dan dilanjutin lagi pukul 15.00-19.00.Tenaga kerja yang digunakan dalam usaha KJA ialah pada saat pembongkaran pakan (pengangkutan pakan dari mobil ke keramba atau ke gudang), menabur bibit, pemeliharaan, dan panen.

Rp 500,- per ekor. Jenis pakan yang digunakan ada dua jenis, yakni yang pertama adalah pakan terapung mencakup comfed spla 12, sinta, dan cargil.Kedua adalah pakan tenggelam mencakup 888, comfed spla 12, dan cargil, dimana pemberian pakan dilakukan 3 kali sehari yakni pagi, siang, dan sore hari. Peralatan yang digunakan dalam proses produksi adalah jala, gayung, keranjang, dan perahu motor. Namun ada juga petani yang tidak memiliki perahu motor karna keterbatasan modal. Petani tersebut cukup menumpang kepada petani yang memiliki perahu motor agar diantar ke KJA yang dia miliki tanpa memberi imbalan.

(54)

digunakan selama proses produksi adalah jala, gayung, keranjang, dan perahu motor. Namun ada juga petani yang tidak memiliki perahu motor karna keterbatasan modal. Petani tersebut cukup menumpang kepada petani yang memiliki perahu motor agar diantar ke KJA yang dia miliki tanpa memberi imbalan.

Sama seperti usaha KJA ikan nila, tenaga kerja yang dimasukkan ke dalam biaya terdiri dari Tenaga Kerja Dalam Keluarga (TKDK) dan Tenaga Kerja Luar Keluarga (TKLK) dengan upah tenaga kerja sebesar Rp 1.500.000,-/bulan.Di daerah penelitian baik TKDK maupun TKLK bekerja mulai dari pukul 08.00-12.00 dan dilanjutin lagi pukul 15.00-19.00.Tenaga kerja yang digunakan dalam usaha KJA ialah pada saat pembongkaran pakan, menabur bibit, pemeliharaan, dan panen.

Adapun total biaya produksi rata-rata yang digunakan petani sampel dalam usaha KJA ikan nila dan usaha KJA ikan campuran dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 12.Total Biaya Produksi Rata-Rata Per KJA Ikan Nila dan Per KJA Ikan Campuran Selama Satu Periode Panen Tahun 2014 Di Zona Bandar Saribu, Kelurahan Haranggaol, Kecamatan Haranggaol Horisan, Kabupaten Simalungun

Jenis Biaya Produksi

Rata-Rata Biaya Produksi Usaha KJA Ikan Nila

(55)

Tenaga Kerja 928.232 2,79 742.762 1,88

Jumlah 33.173.019 100 39.613.029 100

Sumber : Analisis Data Primer Lampiran 19 dan 20

Tabel 12 menunjukkan bahwa biaya usaha KJA ikan campuran lebih besar daripada usaha KJA ikan nila. Jenis usaha KJA ikan nila memiliki rata-rata biaya produksi petani sampel selama satu periode panen tahun 2014 adalah sebesar Rp. 33.173.019 dengan biaya terbesar terdapat pada biaya pakan yaitu 80,7 % dari total biaya produksi. Sedangkan rata-rata biaya produksi usaha KJA ikan campuran dengan rata-rata biaya produksi petani sampel selama satu periode panen tahun 2014 adalah sebesar Rp 39.613.029 dengan biaya terbesar pada biaya pakan yaitu 81,66 % dari total biaya produksi.

Perbedaan Total Biaya Usaha Keramba Jaring Apung (KJA) Ikan Nila dan Ikan Campuran

Hasil analisis uji beda rata-rata pendapatan usaha KJA ikan nilda dan ikan campuran dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 13.Hasil Analisis Perbedaan Total Biaya Rata-Rata Usaha Keramba Jaring Apung (KJA) Ikan Nila dan Ikan Campuran di Zona Bandar Saribu, Kelurahan Haranggaol, Kecamatan Haranggaol Horisan, Kabupaten Simalungun.

Uraian Usaha KJA Ikan Nila Usaha KJA Ikan Campuran Total Biaya 33.173.019 39.613.029

Sig-t 0,001

α 0,05

Keterangan Sig-t ≤ 0,05

Sumber : Analisis Data Primer Lampiran 21

(56)

Adapun penyebab perbedaan total biaya antara ikan nila dan ikan campuran adalah harga bibit ikan mas pada KJA ikan campuran lebih tinggi daripada harga bibit ikan nila pada KJA ikan nila serta biaya transportasi pada petani ikan campuran lebih besar daripada biaya transportasi pada petani ikan nila.

5.3 Penerimaan Usaha Keramba Jaring Apung (KJA) Ikan Nila dan Ikan Campuran

Penerimaan usaha Keramba Jaring Apung (KJA) adalah jumlah produksi ikan yang dibesarkan dalam KJA dikalikan dengan harga masing-masing ikan tersebut.Untuk usaha KJA ikan nila, ikan nila dipanen dalam waktu 5-6 bulan.Harga ikan nila sebesar Rp 21.000 per kilogram. Petani sampel biasanya menjual ikan nila kepada agen setempat dimana agen itulah yang akan menjemput ikan dari KJA petani sampel tersebut.

Begitu juga dengan usaha KJA ikan campuran, usaha KJA ikan campuran baik ikan nila maupun ikan mas dipanen secara bersamaan dalam waktu 5-6 bulan. Harga ikan nila sebesar Rp 21.000 sedangkan harga ikan mas sebesar Rp 30.000. Sama halnya dengan KJA ikan nila, petani sampel biasanya menjual ikan nila dan ikan mas kepada agen setempat dimana agen itulah yang akan menjemput ikan dari KJA petani sampel tersebut.

(57)

Tabel 14.Penerimaan Rata-Rata Usaha KJA Ikan Nila dan Ikan Campuran Selama Satu Periode Panen Tahun 2014 di Zona Bandar Saribu, Kelurahan Haranggaol, Kecamatan Haranggaol Horisan, Kabupaten Simalungun. No Jenis Usaha

Uraian

Ikan Nila Ikan Campuran

Ikan Nila Ikan Mas Total 1 Rata – Rata Produksi

(Kg)

2.196 1.500 673,33 2173,33 2 Harga/kg (Rp) 21.000 21.000 30.000

3 Penerimaan (Rp) 46.108.696 31.500.000 20.200.000 51.700.000 Sumber : Analisis Data Primer Lampiran 3 dan 4

Tabel 14 menunjukkan bahwa penerimaan usaha KJA ikan campuran lebih besar yaitu Rp 51.700.000 daripada usaha KJA ikan nila sebesar Rp 46.108.696. Hal ini disebabkan karena harga jual ikan mas yang terdapat pada KJA ikan campuran lebih besar daripada ikan nila. Selisih penerimaan usaha KJA ikan campuran dengan usaha KJA ikan nila adalah sebesar Rp 5.591.304.

Jenis usaha KJA ikan nila memiliki rata-rata produksi selama satu periode panen tahun 2014 sebesar 2.196 kg dengan rata-rata penerimaan sebesar Rp 46.108.696/sekali periode panen atau sekitar Rp 7.684.782,67/bulan sedangkan untuk usaha KJA ikan campuran memiliki rata-rata produksi selama satu periode panen tahun 2014 sebesar 2.173 kg yang dibagi dalam 2 jenis ikan yaitu, ikan nila sebesar 1.500 kg dan ikan mas sebesar 673 kg dengan rata-rata penerimaan sebesar Rp 51.700.000/sekali periode panen atau sekitar Rp 8.616.666,67/bulan.

Perbedaan Penerimaan Usaha KJA Ikan Nila dan Usaha KJA Ikan Campuran

(58)

Tabel 15.Hasil Analisis Perbedaan Penerimaan Rata-Rata Usaha KJA Ikan Nila dan Ikan Campuran di Zona Bandar Saribu, Kelurahan Haranggaol, Kecamatan Haranggaol Horisan, Kabupaten Simalungun.

Uraian Usaha KJA Ikan Nila Usaha KJA Ikan Campuran

Penerimaan 46.108.696 51.700.000

Sig-t 0,005

α 0,05

Keterangan Sig-t ≤ 0,05

Sumber :Analisis Data Primer Lampiran 22

Tabel 15 menunjukkan bahwa penerimaan usaha KJA ikan nila dan ikan campuran memiliki nilai signifikansi t-hitung sebesar (0,005) ≤ 0,05, dimana H o ditolak H1

Adapun penyebab perbedaan penerimaan ikan nila dan ikan campuran adalah harga jual ikan mas lebih tinggi daripada harga jual ikan nila dan produksi ikan nila pada KJA ikan campuran lebih besar daripada produksi ikan nila pada KJA ikan nila.

diterima sehingga kesimpulannya adalah ada perbedaan penerimaan usaha KJA ikan nila dengan usaha KJA ikan campuran dapat diterima secara nyata.

5.4. Pendapatan Usaha Keramba Jaring Apung (KJA) Ikan Nila Dan Ikan Campuran

(59)

dimulai dari proses pra panen hingga panen. Faktor – faktor yang mempengaruhi pendapatan usaha keramba jaring apung dilihat dari jumlah produksi masing – masing ikan nila dan ikan mas yang dikalikan dengan harga masing – masing komoditi tersebut dan setelah itu dikurangi dengan total biaya produksi masing – masing komoditi.

Untuk melihat pendapatan petani sampel usaha KJA ikan nila dan ikan campuran dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 16.Rata-Rata Pendapatan Usaha KJA Ikan Nila dan Ikan Campuran Selama Satu Periode Panen Tahun 2014 di Zona Bandar Saribu, Kelurahan Haranggaol, Kecamatan Haranggaol Horisan, Kabupaten Simalungun.

No Jenis Usaha Ikan Nila Ikan Campuran

1 Total Biaya (Rp) 33.173.019 39.613.029 2 Penerimaan (Rp) 46.108.696 51.700.000 3 Pendapatan (Rp) 12.935.677 12.086.971 Sumber : Analisis Data Primer Lampiran 19 dan 20

Tabel 16 menunjukkan bahwa pendapatan usaha KJA ikan nila lebih besar daripada usaha KJA ikan campuran.Hal ini dikarenakan biaya produksi ikan nila lebih kecil daripada usaha KJA ikan campuran.

Usaha KJA ikan nila memiliki rata-rata pendapatan petani sampel selama satu periode panen tahun 2014 sebesar Rp 12.935.677/sekali periode panen atau sekitar Rp 2.155.946/bulan.

(60)

Perbedaan Pendapatan Usaha KJA Ikan Nila dan Usaha KJA Ikan Campuran

Hasil analisis uji beda rata-rata pendapatan usaha KJA ikan nila dan ikan campuran dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 17.Hasil Analisis Perbedaan Pendapatan Rata-Rata Usaha KJA Ikan Nila dan Ikan Campuran di Zona Bandar Saribu, Kelurahan Haranggaol, Kecamatan Haranggaol Horisan, Kabupaten Simalungun.

Uraian Usaha KJA Ikan Nila Usaha KJA Ikan Campuran

Total Biaya 12.935.677 12.086.971

Sig-t 0,03

α 0,05

Keterangan Sig-t ≤ 0,05

Sumber : Analisis Data Primer Lampiran 23

Tabel 17 menunjukkan bahwa pendapatan usaha KJA ikan nila dan ikan campuran memiliki nilai signifikansi t-hitung sebesar (0,025) ≤ 0,05, dimana H o ditolak H1

Adapun penyebab perbedaan pendapatan usaha KJA ikan nila dan usaha KJA ikan campuran adalah selisih penerimaan dan total biaya pada usaha KJA ikan nila lebih besar daripada selisih penerimaan dan total biaya pada usaha KJA ikan campuran. Secara keseluruhan usaha KJA ikan campuran lebih tinggi dari segi total biaya dan penerimaan sedangkan usaha KJA ikan nila lebih tinggi dari segi pendapatan.

(61)

Gambar Keramba Jaring Apung (KJA) di Kelurahan Haranggaol, Kecamatan Haranggaol Horisan, Kabupaten Simalungun.

Seorang pekerja mengambil ikan dalam satu Proses pengangkutan ikan unit KJA pengangkutan dari kapal ke mobil

(62)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

1. Kondisi eksisting budidaya Keramba Jaring Apung (KJA) ikan nila dan ikan campuran mencakup kondisi eksisting internal dan kondisi eksisting eksternal. Kondisi eksisting internal menjelaskan tentang pembuatan KJA, bibit, penyakit, dan pemanenan. Kondisi eksternal menjelaskan tentang harga ikan, izin usaha, prasarana dan fasilitas, tenaga kerja, serta campur tangan pemerintah.

2. Ada perbedaan yang nyata antara rata-rata biaya per KJA usaha Keramba Jaring Apung (KJA) ikan nila dengan rata-rata biaya per KJA usaha Keramba Jaring Apung (KJA) ikan campuran.

3. Ada perbedaan yang nyata antara penerimaan per KJA usaha Keramba Jaring Apung (KJA) ikan nila dengan penerimaan per KJA usaha Keramba Jaring Apung (KJA) ikan campuran.

(63)

6.2 Saran

1. Bagi petani di Kelurahan Haranggaol diharapkan lebih mengembangkan dan memperluas usaha ikan nila karena lebih menguntungkan dalam KJA.

2. Bagi pemerintah diharapkan agar memberikan perhatian khusus berupa pelatihan tentang budidaya KJA ikan nila dan ikan campuran serta membangun lembaga keuangan untuk membantu petani dalam pinjaman modal di daerah penelitian.

(64)

DAFTAR PUSTAKA

Agung, I.G.N., N.H.A.Passay, Sugiharto.2008. Teori Ekonomi Mikro.Suatu AnalisisTerapan.Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.

Anonimus, 2009.Ekosistem Kawasan Danau Toba.

Anonimus, 2012.Laporan Publik Toba

WIB.

Anonimous, 2013. Budidaya Ikan Nila. dkp.kaltimprov.go.id/Budidaya-Ikan-Nila.htm diakses pada hari kamis, 11 April 2013 pukul 07.20 WIB.

Arie, Usni. 1998. Pembenihan dan Pembesaran Nila Gift. Penebar Swadaya. Sukabumi.

Asmawi, Suhaili. 2002. Pemeliharaan Ikan Dalam Keramba. Gramedia. Banjarbaru.

Evy, R. 2008. Usaha Perikanan di Indonesia. Mutiara Sumberdaya Widya, Jakarta.

Gufran, M. H. Kordi K. 2007. Budidaya Ikan Nila. Dahara Prize. Semarang.

Hartono, J. 2002. Teori Ekonomi Mikro. Penerbit Andi. Yogyakarta.

Irianto, Koes. 2009. Sukses Budidaya Hewan Air. Penerbit PT. Sarana Ilmu Pustaka. Bandung.

Khairuman, dkk. 2002. Budidaya Ikan Mas Secara Intensive. Agromedia Pustaka. Subang.

Pindyck, R.S. dan Daniel L.R. 2003.Mikro Ekonomi. Indeks. Jakarta.

(65)

Saparinto, Cahyo dan Rini Susiana. 2011. Kiat Sukses Budi Daya Ikan Nila. Lily Publisher. Yogyakarta.

Soekartawi.1995. AgribisnisTeori dan Aplikasinya.Raja Grafindo. Jakarta.

Soekartawi. 2002. Analisis Usahatani. Jakarta : UI Press.

Suyanto, S. Rachmatun. 1994. Nila. Penerbit PT. Penebar Swadaya. Jakarta.

Tim Lentera. 2002. Pembesaran Ikan Mas Di Kolam Air Deras. Agromedia Pustaka. Jakarta.

Gambar

Tabel 1. Jumlah Rumah Tangga Produksi (RTP), Produksi, dan Nilai Penjualan Perikanan Budidaya Jaring Apung di Kecamatan Haranggaol Horisan dari Tahun 2007 – 2012
Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran Pendapatan Ikan Nila dan Ikan Campuran
Tabel 4.Distribusi Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur di Kelurahan Haranggaol Tahun 2014
Tabel 6.  Distribusi Penduduk Berdasarkan Jenis Mata Pencaharian
+7

Referensi

Dokumen terkait

Judul Etnografi Berbagai Aturan Hukum Dalam Pengelolaan Keramba Jaring Apung Di Haranggaol bertujuan melihat bagaimana koeksistensi hukum normatif dalam kehidupan masyarakat

Perbedaan jumlah pendapatan yang diperoleh petani dalam usahatani ikan mas sistem keramba jaring apung ini dipengaruhi oleh perbedaan jumlah biaya yang dikeluarkan

Judul Etnografi Berbagai Aturan Hukum Dalam Pengelolaan Keramba Jaring Apung Di Haranggaol bertujuan melihat bagaimana koeksistensi hukum normatif dalam kehidupan masyarakat

Judul Penelitian : Analisis Kesesuaian Wilayah Untuk Budidaya Ikan Keramba Jaring Apung di Perairan Girsang Sipangan Bolon Danau Toba.. Nama

Estimasi Daya Dukung Perairan Danau Toba Sumatera Utara Untuk Pengembangan Budidaya Ikan Dengan Keramba Jaring Apung.. Kajian Kondisi Morfometri Dan Beberapa Paramater

Analisis Kesesuaian Wilayah Untuk Budidaya Ikan Keramba Jaring Apung di Perairan Girsang Sipangan Bolon Danau Toba1. (Analysis of suitability area for floating net cage ini

Perbedaan jumlah pendapatan yang diperoleh petani dalam usahatani ikan mas sistem keramba jaring apung ini dipengaruhi oleh perbedaan jumlah biaya yang dikeluarkan

Kegiatan budi daya ikan kerapu de- ngan teknik keramba jaring apung (KJA) di Kepulauan Bangka Belitung dilakukan de- ngan memanfaatkan kawasan pulau-pulau kecil, seperti perairan