• Tidak ada hasil yang ditemukan

Karakteristik perikanan keramba jaring apung

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Karakteristik perikanan keramba jaring apung"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

CHAPTER 2

BUDIDAYA IKAN KERAMBA JARING APUNG

Karakteristik perikanan keramba jaring apung

Metode produksi dan sistem keramba jaring apung tunggal telah dipraktekkan oleh petani ikan di Indonesia, termasuk di danau Maninjau karena alasan ekonomi. Ciri khas unit produksi terdiri dari rangka besi yang dilapisi dengan bahan anti karat (cat besi), didukung dengan empat keramba jaring apung (ukuran 5 x 5 x 3 m) yang dibangun menggunakan ukuran mesh 10 mm. Unit-unit tersebut dikombinasikan dengan fasilitas lain (yaitu daya apung, tempat pemberian makan, dan jalur kandang). Pelampung yang digunakan adalah drum plastik dengan tipe cincin ganda, diameter tubuh 58 cm, tinggi total 93 cm, berat produk 8,6 kg, dan volume penuh 200 L. Warna pelampung berwarna biru.

Sejak 2001, jumlah keramba jaring apung di danau Maninjau meningkat secara eksponensial. Dalam lima tahun terakhir, itu meningkat sebanyak 90,14%. Ini menunjukkan bahwa tumbuhnya minat budidaya di sistem produksi akuakultur (Gambar 1). Jumlah keramba jaring apung di setiap rumah tangga petani ikan berkisar antara 4 hingga 60 jaring. Mayoritas petani ikan memiliki keramba jaring apung per rumah tangga (41,25%) adalah 20-40 petak, 27,08% adalah 41-60 petak, 23,33% adalah 8-20 petak, dan 8,33% adalah 4-8 petak (Gambar 2). Budidaya spesies ikan oleh petani ikan adalah nila, gurame, lele dan Patin. Peneliti lain juga melaporkan bahwa tilapia (Oreochromis niloticus) adalah spesies dominan yang dibudidayakan dalam keramba jaring apung (Mbowa et al., 2017; Hasimuna et al., 2019). Ukuran keramba jaring apung di danau Maninjau adalah 5 x 5 x 3 m (75 m3) per jaring. Sebaliknya, Opiyo et al. (2018) melaporkan bahwa ukuran kandang akuakultur di lima distrik riparian di Kenya berkisar antara 8 - 125 m3. Variasi ukuran kandang dapat dikaitkan dengan perbedaan dalam sumber daya keuangan. Pembudidaya ikan yang memiliki modal lebih banyak memiliki ukuran kandang yang besar, dan lebih menguntungkan secara ekonomi.

(2)

Gambar 1. Jumlah keramba jaring apung tercatat pada tahun 2001 – 2019

Gambar 2. Pemilik KJA setiap rumah tangga perikanan (N=240)

Benih ikan

Di danau Maninjau sebagian besar petani ikan (77,91%) memperoleh bibit nila dari perusahaan pembenihan, 20% dari pembenihan pribadi dan 2,08% ditangkap dari danau (Gambar 3). Kegiatan pembenihan ikan nila biasanya dilakukan di areal persawahan di sekitar danau Maninjau. Di Kecamatan Tanjung Raya, luas sawah 2.430 ha. Diperkirakan 1.458 ha (60%) sawah telah berubah menjadi daerah pembenihan ikan nila (Data BPS Statistik Kabupaten Agam, 2018). Perubahan ini terjadi karena tingginya permintaan benih nila dari petani ikan untuk dibudidayakan di keramba jaring apung. Selain itu, permintaan benih nila berasal dari pembudidaya ikan di Kota Padang,

(3)

Kabupaten Pasaman, Kabupaten Pasaman Barat, Provinsi Riau dan Provinsi Jambi.

Gambar 3. Sumber benih ikan nila untuk budidaya ikan KJA di danau Maninjau

Pada 2015, keramba apung telah tercatat sebanyak 16.608 jaring di danau Maninjau (Syandri et al., 2016). Sementara, tahun 2019 tercatat sebanyak 17.563 jaring. Mayoritas keramba jaring apung (72,91%) digunakan untuk ikan nila, 18,75% untuk ikan mas, 4,58% untuk ikan lele dumbo dan 3,75% untuk ikan patin dan gurami (Gambar 4.). Kepadatan rata-rata tebar ikan nila di keramba apung adalah 100 ekor / m3 (7.500 ekor / jaring), ikan mas 66 ekor / m3 (5.000 ekor / jaring), ikan lele dumbo, patin adalah 133 ekor / m3 (10.000 ekor) / jaring) dan ikan gurame sekitar 50 ekor/m3 (3.750 ekor/jaring). Total bibit pada masing-masing spesies ikan berdasarkan jumlah keramba apung dan kepadatan tebar disajikan pada Tabel 1.

Gambar 4. Jumlah RTP (%) yang membudidyakan ikan berdasarkan spesies (N=240)

(4)

Tabel 1. Jumlah keramba jaring apung dan perkirakan total permintaan benih untuk kegiatan akuakultur

Spesies Jumlah KJA (petak) Rata-rata padat tebar (ekor/m3) Ukuran KJA (5 x5x3 m) Perkiraan kebutuhan benih (ekor) Waktu pemeliha raan (hari) Permintaan pasar (g/ekor) Nile 12,917 100 75 96.877.500 120 - 160 200 - 250 Majalaya 1,620 66 75 8.100.000 120 - 150 200 - 250 Lele 800 133 75 8.000.000 60 - 75 125 - 150 Patin & Gurami 400 133 75 4.000.000 150 - 180 400 - 500

Di sisi lain, pasokan ikan mas, gurami dan ikan lele untuk budidaya keramba apung dikumpulkan dari perusahaan swasta di Kecamatan Luak, Kabupaten Lima Puluh Kota Provinsi Sumatera Barat. Sementara itu, benih lele Pangasius dikumpulkan dari Kabupaten Kampar, Provinsi Riau. Jarak lokasi mereka masing-masing adalah 75 km dan 160 km dari danau Maninjau.

Mortalitas massal ikan nila berkisar antara 50% hingga 60% selama kegiatan budidaya karena penurunan kualitas air, sehingga berdampak pada produktivitas keramba jaring apung. Dalam beberapa tahun terakhir, para pembudidaya ikan belum bisa memprediksi penyebab kematian massal ikan nila. Petani ikan membudidayakan tiga spesies ikan seperti lele, patin dan gurai. Ketiga spesies ini tahan terhadap kualitas air yang buruk. Ikan lele dan patin tidak diberi pakan pelet komersial, dan hanya diberi makan ikan nila mati yang berasal dari keramba jaring apung di daerah ini.

Pakan ikan

Petani ikan di danau Maninjau telah melakukan kegiatan budidaya selama 60 hingga 180 hari per siklus produksi untuk mencapai ukuran pasar (Tabel 1). Sebagian besar petani ikan memberi makan ikan dua kali sehari pada pukul 09:00 hingga 10:00 dan 16:00 berdasarkan pada berat ikan hidup (3-5%). Karakteristik pakan yang digunakan adalah pakan komersial terapung dan terbenam. Temuan serupa dengan Thongprajukaew et al. (2017), yang melaporkan bahwa ikan nila diberi makan dua kali sehari (06.00 dan 18.00), dapat digunakan secara praktis dalam manajemen makanan. Menurut Prem dan Tewari. (2020) memberi makan ikan dengan cara yang tidak tepat dapat menjadi masalah bagi petani ikan di negara berkembang. Petani ikan menganggap bahwa pemberian makanan secara manual lebih ekonomis daripada menggunakan teknologi modern (mekanis). Selain itu, Mungkung et al. (2013) melaporkan

(5)

bahwa FCR tinggi karena manajemen pemberian makanan yang buruk atau kualitas air yang buruk. Chatvijitkul et al. (2017), menyatakan bahwa limbah pakan terkait dengan FCR, sehingga mempengaruhi kualitas air. Oleh karena itu, untuk memastikan bahwa pakan dikonsumsi secara optimal oleh ikan, praktik manajemen pakan harus dilakukan dengan lebih baik.

Semua pakan yang digunakan untuk produksi perikanan budidaya di danau Maninjau diperoleh dari perusahaan manufaktur pakan yang berlokasi di Provinsi Sumatera Utara, Indonesia. Jumlah pasokan pakan saat ini ke Kecamatan Tanjung Raya rata-rata 2.000 ton per bulan. Sebaliknya, pasokan pakan ikan ke danau Kariba di Zambia berasal dari dua perusahaan berkisar antara 50 - 100 ton per hari (Hasimuna et al., 2019). Pakan diangkut dengan truk, jarak lokasi perusahaan pakan ke danau Maninjau adalah 650 km. Penilaian kualitas pakan oleh petani ikan adalah 60% adalah kualitas terbaik, 30% adalah kualitas baik, sedangkan 10% menunjukkan bahwa agak buruk. Pakan ikan komersial di danau Maninjau, biasanya mengandung 28 - 30% protein kasar untuk ikan nila dan ikan mas, termasuk untuk ikan gurami. Tujuh perusahaan yang memasok pakan ikan adalah Japfa Comfeed Indonesia Ltd, Central Proteina Prima Ltd, Mabar Feed Indonesia Ltd, Malindo Feedmill Ltd, Sinta Prima Feedmill Ltd, Universal Agri Bisnisindo Ltd dan Gargill Feed and Nutrition Ltd (Gambar 5).

Gambar 5. Persentase pakan ikan yang dipasok oleh masing-masing perusahaan ke danau Maninjau

(6)

Tantangan budidaya ikan keramba jaring apung

Tantangan pertama

Beberapa tantangan terjadi di danau Maninjau dan dapat menghambat pengembangan akuakultur terutama ikan nila. Sebagian besar petani ikan menghadapi tantangan kematian massal pada periode awal kegiatan budidaya mereka. Kondisi ini memerlukan dukungan keuangan sebelum memulai produksi lagi. Kemudian, kualitas airnya buruk dengan status hypereutrophic. Menurut Ji et al. (2018) bahwa danau eutrofik didominasi oleh Cyanobacteria. Cyanobacteria akan menghasilkan cyanotoxin (Burgos et al., 2018). Zhao et al. (2006) melaporkan bahwa kematian massal ikan dikaitkan dengan racun dari cyanobacteria. Sementara itu, tantangan utama budidaya ikan nila adalah penyakit dari Streptococcus agalactiae yang menyebabkan kerugian besar bagi petani nila di seluruh dunia (de Oliveira et al., 2018). Sedangkan, Nicholson et al (2019) menyatakan bahwa TiLV ditemukan bersama dengan bakteri patogen yang terkenal seperti Aeromonas spp.

Selain itu, negara lain telah melaporkan bahwa kematian ikan nila disebabkan oleh infeksi virus yaitu Virus Danau Tilapia (TiLV) yang dapat menurunkan produksi nila dan berpotensi menyebabkan dampak sosial ekonomi yang serius (Hounmanou et al, 2018; Ferguson et al., 2014; Tsofack et al., 2017; Amal et al., 2018; Mugimba et al., 2018)). Namun, belum ada penelitian tentang kematian ikan nila oleh TiLV di danau Maninjau. Oleh karena itu, kematian yang tinggi dari budidaya nila di keramba jaring apung merupakan tantangan utama yang berkaitan dengan kelangsungan hidup dan produksi ikan di danau Maninjau.

Tantangan kedua

Harga pakan pelet komersial (Rp 12.000 / kg) juga dilaporkan merupakan tantangan besar bagi budidaya ikan di danau Maninjau. Karena harga jual ikan tidak sebanding dengan harga pakan. Ikan nila menjadi sasaran spesies dengan harga pasar lokal (Rp 19.000 / kg) dan tingkat produksi lebih tinggi (sekitar 85% dari total produksi). Selain itu, harga ikan mas majalaya Rp 22.000 / kg, ikan lele dumbo Rp 15.000 / kg dan ikan patin Rp 14.000 / kg, sedangkan ikan gurami harga jual Rp 35.000/kg. Biaya pakan menyumbang sekitar 60% dari biaya operasi dalam sistem akuakultur di danau Maninjau. Selain itu, sebagian

(7)

besar dari mereka memiliki pengalaman tantangan dalam memperkirakan jumlah pakan yang tepat untuk diberikan kepada ikan, sehingga nilai FCR bervariasi antara 1,6 dan 1,8. Mirip dengan temuan Ali et al (2018) dan Thongprajukaew et al (2017) yang menyatakan bahwa pakan merupakan input paling signifikan dari biaya operasi dalam sistem akuakultur intensif, sehingga pemberian pakan yang optimal tanpa limbah akan menentukan kelayakan ekonomi dari sistem. Oleh karena itu, memberi makan ikan sesuai dengan kebutuhan mereka dapat meningkatkan produktivitas, membantu mengurangi kehilangan pakan dan menjaga lingkungan budidaya yang sesuai (Verdegem & Bosma, 2009).

Sementara itu, beberapa tantangan penting dalam kegiatan budidaya ikan adalah pencurian dan pemangsa seperti burung dan biawak (Hasimuna et al., 2019). Namun, di danau Maninjau ditemukan bahwa pemangsa di atas tidak menjadi tantangan bagi pembudidaya ikan Karena para petani ikan menjalankan kegiatan budidaya mereka di sekitar tempat tinggal mereka.

Tantangan ketiga

Menurut peraturan pemerintah Kabupaten Agam Nomor 5/2014 tentang pengelolaan danau Maninjau. Jumlah total keramba jaring apung yang diizinkan untuk kegiatan budidaya adalah 6000 jaring. Jumlah jaring didasarkan pada daya dukung akuakultur danau Maninjau. Dalam studi ini, peraturan pemerintah di atas belum diterapkan oleh petani ikan. Mayoritas produsen akuakultur (58,34%) menyatakan bahwa peraturan tersebut merupakan tantangan bagi mereka untuk meningkatkan produksi dan pendapatan ikan. Sementara itu, sangat sedikit kegiatan pertanian dapat dilakukan di darat karena lahannya sempit, berbukit dan berbatu (data statistik BPS Kabupaten Agam). Namun, David et al. (2015) menyatakan bahwa badan air harus digunakan secara rasional berdasarkan daya dukung ekologis sehingga produksi akuakultur dapat berkelanjutan. Misalnya, di sepanjang pantai Norwegia, peraturan pemerintah telah diterapkan untuk menentukan distribusi spasial keramba salmon seperti ukuran dan struktur kepemilikan keramba (Asche et al., 2009). Sementara itu, di danau Victoria, Kariba, Malawi dan Taihu, petani ikan telah mematuhi peraturan terbaik untuk mempromosikan budidaya berkelanjutan (Musinguzi et al., 2019; Jamu et al., 2011; Jia et al., 2013).

(8)

Selain itu, kerusakan air yang terus berlanjut merupakan tantangan utama pemerintah dalam upaya menyelamatkan danau Maninjau. Peneliti lain menemukan bahwa kerusakan danau disebabkan oleh adanya komponen nitrogen dan fosfor dalam badan air (David et al., 2015; Lindim et al., 2015). Menurut Syandri et al. (2017), ketersediaan nitrogen, fosfor dan total bahan organik dalam badan air secara signifikan lebih tinggi setelah kematian massal ikan dan memiliki efek negatif pada kualitas air danau Maninjau. Kemudian, pelepasan nutrisi dari kegiatan akuakultur kandang di lingkungan air tidak hanya mempengaruhi kualitas air dan membawa konflik dengan banyak pengguna, tetapi juga terutama memberikan efek umpan balik negatif dalam operasi keramba apung sendiri (David et al., 2015; Lindim et al ., 2015; Du et al., 2019; Ni et al., 2017).

Pada Tabel 2 menunjukkan masalah danau Maninjau. Kualitas air yang buruk, mortalitas massa ikan dan hukum akuakultur yang tidak pasti adalah faktor utama yang menyebabkan kerusakan air danau Maninjau. Variabel biofisik seperti penyakit, polusi, dan kurangnya lingkungan yang sesuai (Jia et al., 2013; Moura et al., 2016; Ni et al., 2017) termasuk politik, sosial dan partisipasi masyarakat lokal adalah tantangan dominan untuk pengembangan akuakultur di masa depan (Young et al., 2019; Holden et al., 2019; Weitzman, 2019; Senff et al., 2018).

Tabel 2. Faktor-faktor yang mempengaruhi prospek untuk perluasan produksi akuakultur di danau Maninjau

Hambatan Persentase (%)

Ikan mati secara besar-besaran 87.50

Harga pakan mahal 83.33

Harga ikan rendah 72.61

Kualitas air buruk 95.83

Regulasi pemerintah tidak mendukung 41.66

Tidak ada izin /belum ada peraturan 58.33

Pembayaran ikan yang dijual tidak kontan

(9)

Kesimpulan

Selama beberapa dekade, budidaya ikan keramba jaring apung di Danau Maninjau telah mewakili proporsi terbesar dari total produksi perikanan budidaya regional. Namun, itu tidak mampu menutupi kekurangan kebutuhan ikan air tawar di Provinsi Sumatera Barat, termasuk Provinsi Riau dan Jambi. Akhir-akhir ini, para pembudidaya ikan menghadapi tantangan seperti kondisi kualitas air yang buruk, kematian massal nila Nil, biaya pakan yang tinggi, penjualan ikan yang rendah, dan tidak dibayar tunai dari penjualan ikan. Jadi, dapat disimpulkan bahwa produksi budidaya keramba jaring apung memiliki potensi besar di Danau Maninjau. Potensi ini dapat ditingkatkan berdasarkan daya dukung akuakultur dengan memecahkan tantangan lain dalam budidaya ikan. Selain itu, kami merekomendasikan bahwa budidaya ikan nila nila, ikan mas, lele dumbo dan lele pangasius harus dimasukkan dalam inisiatif perencanaan budidaya air tawar dengan mempertimbangkan faktor ekologis, lingkungan, ekonomi, dan komunitas sosial lokal. Kebijakan ini memungkinkan pemanfaatan danau Maninjau secara optimal untuk berbagai kegiatan seperti pariwisata, pembangkit listrik tenaga air, dan kegiatan budidaya lainnya secara berkelanjutan.

Daftar Pusataka

Ali. H., Rahman, M.M., Murshed-e-Jahan, K., Dhar, G.C., 2018. Production economics of striped catfish (Pangasianodon hypophthalmus, Sauvage, 1878) farming under polyculture system in Bangladesh. Aquaculture 491, 281-390.

Amal, M.N.A., Koh, C.B., Nurliyana, M., Suhaiba,M., Nor-Amalina,Z., Shanta, S., Diyana Nadhirah, K.P., Yosuf, M.T., Ina-Salwany, M.Y., Zambri-Saat, M., 2018. A case of natural co-infection of Tilapia Lake Virus and Aeromonas veronii in a Malaysian red hybrid tilapia (Oreochromis niloticus × O. mossambicus) farm experiencing high mortality. Aquaculture, 485: 12-16.

Aryani, N., Azrita, Mardiah, A., Syandri,H., 2017. Influence of feeding rate on the growth, feed efficiency and carcass composition of the Giant gourami (Osphronemus goramy). Pakistan Journal of Zoology, 49(5): 1775-1781. DOI:

(10)

Asch, F., Roll, K.H. Tveteras, R., 2009. Economic inefficiency and environmental impact: An application to aquaculture production. Journal of

Environmental Economics and Management 58:93-105.

https://doi.org/10.1016/j.jeem.2008.10.003

Burgos, M.J.G., Romero, J.L., Pulido,R.P., Molinos,A.C., Gálvez,A,. Lucas, R., 2018. Analysis of potential risks from the bacterial communities associated with air-contact surfaces from tilapia (Oreochromis niloticus) fish farming. Environmental Research

CDSI, Central Data Statistic Indonesia, 2018. Ministry of Marine and Fisheries Republic of Indonesia. Marine and Fisheries in Figures. Ministry of Marine and Fisheries Republic of Indonesia (in Indonesian).

Chatvijitkul, S, Boyd, C. E..Davis, D. A , McNevin, A.A., 2017. Pollution potential indicators for feed-based fish and shrimp culture. Aquaculture 477: 43-49.

Data BPS-statistics West Sumatera Province., 2018. Department of Marine and Fisheries West Sumatera Province (in Indonesian).https://sumbar.bps.go.id/ Data BPS-Statistics Agam District, 2018. Agam District, West Sumatera

Province, Indonesia (in Indonesian).

David, G.S, Carvalho E.D., Lemos, D., Silveira, A.N., Dall'Aglio-Sobrinho, M., 2015. Ecological carrying capacity for intensive Tilapia (Oreochromis niloticus) cage aquaculture in a large hydroelectrical reservoir in Southeastern Brazil. Aquacultural Engineering, 66:30-40.

De Oliveira, T.F., Queiroz, G.A., Teixeira, J.P., Figueiredo, H.C.P., Leal, C.A.G., 2018. Recurrent Streptoccoccus agalactiae infection in Nile tilapia (Oreochromis niloticus) treated with florfenicol. Aquaculture 493: 51-60.

Dong, H.T., Ataguba, G.A., Khunrae, P., Rattanarojpong, T., Senapin, S., 2017. Evidence of TiLV infection in tilapia hatcheries from 2012 to 2017 reveals probable global spread of the disease. Aquaculture 479, 579–583. https://doi.org/10.1016/j.aquaculture.2017.06.035

Du, H., Chen, Z., Mao G., Chen, L., Crittenden, J., Li, R.Y.M., Chai, L., 2019. Evaluation of eutrophication in freshwater lakes: A new non-equilibrium statistical approach. Ecological Indicators, 102:686-692.

FAO, 2018. The state of world fisheries and aquaculture 2018: contributing to food security and nutrition for all, Rome.

(11)

Ferguson, H.W., Kabuusu, R., Beltran, S., Reyes, E., Lince, J.A., del Pozo, J., 2014. Syncytial hepatitis of farmed tilapia, Oreochromis niloticus (L.): a case report. Journal of Fish Diseases 37, 583–589.

Hasimuna, O.J., Maulu, S., Monde, C., Mweemba, M., 2019. Cage aquaculture production in Zambia: Assessment of opportunities and challenges on Lake Kariba, Siavonga district. Egyptian Journal of Aquatic Research, 45: 281-285.

Henriksson, P.J.G., Tran, N., Mohan C.V., Chan, C.Y., Rodriguez, U-P., Suri, S., Mateos, L.D., Utomo, N.B.P., Hall, S., Phillips, M.J., 2017. Indonesian aquaculture futures evaluating environmental and socioeconomic potentials and limitations. Journal of Cleaner Production, 162:1482-1490.

Holden, J.J., Collicutt, B., Covernton, G., Cox, K.D., Lancaster, D., Dudas, S. E., Ban, N.C., Jacob, A.L., 2019. Synergies on the coast: Challenges facing shellfish aquaculture development on the central and north coast of British Columbia. Marine Policy, 101:108-117.

Hounmanou, Y.M.G., Mdegela, R.H, Dougnon, T.V., Achoh, M.E., Mhongole, O.J., Agadjihouèdé, H., Gangbè, L., Dalsgaard, A., 2018. Tilapia lake virus threatens tilapiines farming and food security: Socio-economic challenges and preventive measures in Sub- Saharan Africa. Aquaculture 493: 123-129. Jamu, D., Banda, M., Njaya, F., Hecky, R.E., 2011. Challenges to sustainable

management of the lakes of Malawi. Journal of Great Lakes Research, 37: 3-14.

Ji, B., Qin, H., Guo,S., Chen, W., Zhang, X., Liang, J., 2018. Bacterial communities of four adjacent fresh lakes at different trophic status. Ecotoxicology and Environmental Safety 157:388-394.

Jia, P., Zhang, W., Liu, Q., 2013. Lake fisheries in China: Challenges and

opportunities. Fisheries Research, 140: 66-72. https://doi.org/10.1016/ j.fishres.2012.12.007.

Lindim, C., Becker, A., Grüneberg, B., Fische, H., 2015. Modelling the effects of nutrient loads reduction and testing the N and P control paradigm in a German shallow lake. Aquacultural Engineering, 82:418-457.

Mbowa, S., Odokonyero, T., Munyaho, A.T., 2017. Harnessing floating cage technology to increase fish production in Uganda, Research Series No. 138. Moura, R.S.T., Valenti, W.C., Henry-Silva, G.G., 2016. Sustainability of Nile

(12)

Mungkung, R., Aubin, J., Prihadi, T.H., Slembrouck, J., van der Werf, H.M.G., Legendre, M., 2013. Life Cycle Assessment for environmentally sustainable aquaculture management: a case study of combined aquaculture systems for carp and tilapia. Journal of Cleaner Production, 47:249-256.

Mugimba, K.K., Chengula, A.A., Wamala, S., Mwega, E.D., Kasanga, C.J., Byarugaba, D.K., Mdegela, R.H., Tal, S., Bornstein, B., Dishon, A., Mutoloki, S., David, L., Evensen, Ø., Munang’andu, H.M., 2018. Detection of tilapia lake virus (TiLV) infection by PCR in farmed and wild Nile tilapia (Oreochromis niloticus) from Lake Victoria. Journal of Fish Diseases, 1-9.

Musinguzi, L., Lugya, J., Rwezawula, P., Kamya, A., Nuwahereza, C., Halafo, J., Kamondo, S., Njaya, F., Aura, C., Shoko, A.P., Osinde, R., Natugoza, V., Ogutu-Ohwayo, R., 2019. The extent of cage aquaculture, adherence to best practices and reflections for sustainable aquaculture on African inland waters. Journal of Great Lakes Research, in press.

Nicholson, P., Mon-on, N., Jaemwimol, P., Tattiyapong, P., Surachetpong,W., 2019. Coinfection of tilapia lake virus and Aeromonas hydrophila synergistically increased mortality and worsened the disease severity in tilapia (Oreochromis spp.). Aquaculture Inpress.

Ni, Z., Wu, X., Li, L., Lv, Z., Zhang, Z., Hao, A., Iseri, Y., Kuba, T., Zhang, X., Wu, W-M., Li, C., 2017. Pollution control and in situ bioremediation for lake aquaculture using an ecological dam. Journal of Cleaner Production, 172: 2256-2265.

Opiyo, M.A., Marijani, E., Muendo, P., Odede, R., Leschen, W., Charo-Karisa, H., 2018.A review of aquaculture production and health management practices of farmed fish in Kenya. Int. J. Vet. Sci. Med. 6, 141–148.

Pouil, S., Samsudin, R., Slembrouck, J., Sihabuddin, A., Sundari, G., Khazaidan, K., Kristanto, A.H., Pantjara, B., Caruso, D., 2019. Nutrient budgets in a small-scale freshwater fish pond system in Indonesia. Aquaculture 504: 267-274.

Prem, R and Tewari, V.K,. 2020. Development of human-powered fish feeding machine for freshwater aquaculture farms of developing countries. Aquacultural Engineering, 88:102028.

Rimmer, M.A., Sugama, K., Rakhmawati, D., Rofiq, R., Habgood, R.H., 2013. A review and SWOT analysis of aquaculture development in Indonesia. Rev. Aquac. 5, 255–279.

(13)

The Agam Regency Government, West Sumatera Province, 2014. Regulation Number 5 /2014 concerning Management of Lake Maninjau.

Senff, P., Partelow, S., Indriana, L. F., Buhari, N., Kunzmann, A., 2018. Improving pond aquaculture production on Lombok, Indonesia.

Suhenda, N., Samsudin,R., Nugroho, E., 2010. Growth of green catfish (Hemibagrus nemurus) fry in floating net cage feed by artificial food with different protein content. Journal Iktiologi Indonesia, 10(1): 65-71 (in Indonesian).

Sunarto, A., Kusrini, E., 2006. Mass mortality of Common carp (Cyprinus carpio) in floating net cages Lake Toba of North Province. Media Akuakultur, 1(1):13-17 (in Indonesian)

Syandri, H., Junaidi., Azrita., Yunus, T., 2014. State of aquatic resources Maninjau Lake West Sumatra Province, Indonesia. J. Ecology and Env. Sci, 1 (5): 109-113.

Syandri, H., Azrita., Junaidi., Elfiondri., 2015. Social Status of the fish-farmers of floating-net-cages in Lake Maninjau, Indonesia. Journal of Aquaculture Research & Development, 7:1. DOI: 10.4172/2155-9546.1000391

Syandri, H, Azrita., Niagara., 2016. Trophic status and load capacity of water pollution waste fish culture with floating net cages in Maninjau Lake, Indonesia. Eco. Env. & Cons. 22 (1): 469-476.

Syandri, H., Azrita., Junaidi., Mardiah, A., 2017. Levels of available nitrogen-phosphorus before and after fish mass mortality in Maninjau Lake of Indonesia. J. Fish. Aquat. Sci., 12 (4): 191-196. DOI: 10.3923/jfas.2017.191.196

Syandri, H., Azrita., Mardiah, A., 2018. Nitrogen and phosphorus waste production from different fish species cultured at floating net cages in Lake Maninjau, Indonesia. Asian J. Sci. Res, 11 (2): 287-294.

Tanjung, R.S., 2015. Mollusca of Lake Maninjau: Nutrition content and economic potensial. Limnotek, 22(2): 118-128 (in Indonesian). http://limnotek.or.id/index.php/limnotek/article/view/37

Tran, N., Rodriguez, U.P., Chan, C.Y., Phillips, M.J., Mohan, C.V., Henrikson, P.J.G., Koeshendrajana, S., Suri, S., Hall, S., 2017. Indonesian aquaculture futures: An analysis of fish supply and demand in Indonesia to 2030 and role of aquaculture using the Asia Fish model. Marine Policy, 79: 25-32.

(14)

activity of sex-reversed Nile tilapia, Oreochromis niloticus (Linnaeus, 1758). Agriculture and Natural Resources, 51(4): 292-298.

Tsofack, K.J.E., Zamostiano, R., Watted, S., Berkowitz, A., Rosenbluth, E., Mishra, N., Briese, T., Lipkin, W.I., Kabuusu, R.M., Ferguson, H., del Pozo, J., Eldar, A., Bacharach, E., 2017. Detection of Tilapia Lake Virus in Clinical Samples by Culturing and Nested Reverse Transcription-PCR. Journal of Clinical Microbiology 55, 759–767.

Verdegem, M.C.J., Bosma, R.H., 2009. Water withdrawal for brackish and inland aquaculture and options to produce more fish in ponds with present water use. Water Policy 11, 52–68 Supplement 1.

Weitzman, J., 2019. Applying the ecosystem services concept to aquaculture: A review of approaches, definitions, and uses. Ecosystem Services, 35:194-206. Young, N., Brattland, C., Digiovanni, C., Hersoung, B., Johnsen, J.P., Karlsen,

K.M., Kvalvik I., Olofsson E., Siomonsen K., Solas, A-M., Thorarensen, H., 2019 Limitations to growth: Social-ecological challenges to aquaculture development in five wealthy nations. Marine Policy, 104:216-224.

Zhao, M., Xie, S., Zhu, X., Yang, Y., Gan, N., Song, L., 2006. Effect of dietary cyanobacteria on growth and accumulation of microcystins in Nile tilapia (Oreochromis niloticus). Aquaculture 261: 960 – 966.

Gambar

Gambar 1. Jumlah keramba jaring apung tercatat pada tahun 2001 – 2019
Gambar 3. Sumber benih ikan nila untuk budidaya ikan KJA  di danau Maninjau
Tabel  1.  Jumlah  keramba  jaring  apung  dan  perkirakan  total  permintaan  benih  untuk kegiatan akuakultur
Gambar 5. Persentase pakan ikan yang dipasok oleh masing-masing perusahaan  ke danau Maninjau
+2

Referensi

Dokumen terkait

Pelaksanaan kegiatan pengabdian kepada masyarakat IbM usaha meningkatkan pendapatan nelayan dengan menggunakan teknologi keramba jaring apung pada budidaya kerapu di

Salah satu cara untuk meningkatkan keuntungan petani Keramba Jaring Apung adalah dengan melakukan diversifikasi ikan budidaya yang memiliki nilai ekonomi yang lebih

Berkaitan dengan tujuan penelitian adalah untuk mengetahui bagaimana peran pemerintah desa dalam pemberdayaan masyarakat melalui program budidaya ikan Keramba Jaring

Berdasrkan uraian dimaksud maka dilakukan penelitian tentang metode budidaya keramba jaring apung dengan kepadatan berbeda terhadap pertumbuhan dan sintasan abalon

Salah satu cara untuk meningkatkan keuntungan petani Keramba Jaring Apung adalah dengan melakukan diversifikasi ikan budidaya yang memiliki nilai ekonomi yang lebih

Estimasi Daya Dukung Perairan Danau Toba Sumatera Utara Untuk Pengembangan Budidaya Ikan Dengan Keramba Jaring Apung.. Kajian Kondisi Morfometri Dan Beberapa Paramater

Penelitian mengenai faktor-faktor kondisi yang mendukung kontinuitas aktivitas budidaya Keramba Jaring Apung (KJA) di Teluk Lampung telah dilakukan pada Bulan Agustus 2009.

Akan tetapi, dalam penulisan ini, dampak negatif dari adanya keramba jaring apung KJA akan lebih dibahas mendalam mengingat dampak negatif ini sangat merugikan dan membahayakan