Basu, Swasta dan Irawan. 2008. Manajemen Pemasaran Modern. Yogyakarta: Liberty Buchari, Alma. 2000. Manajemen Pemasaran dan Pemasaran Jasa, edisi revisi . Bandung:
Alfabeta.
Buchari, Alma. 2009. Manajemen Pemasaran dan Pemasaran Jasa. Bandung: Alfabeta. Dony. 2007. Pembelian Terencana dan Tak Terencana. Artikel Kamar Marketing.
Fajar, Laksana. 2008. Manajemen Pemasaran. Yogyakarta: Graha Ilmu. Fandy, Tjiptono,dkk. 2004. Marketing Scales. Yogyakarta: Andi.
Fandy, Tjiptono. 2008. Strategi Pemasaran. Yogyakarta: Andi Offset.
Hatane Semuel, 2005. “Respons Lingkungan Berbelanja Sebagai Stimulus Pembelian Tidak Terencana pada Toko Serba Ada (Toserba) (Studi Kasus Carrefour Surabaya)”. Jurna Manajemen & kewirausahaan, Vol.7. No.2.http://puslit.petra.ac.id/ ~puslit/journals/.
Hatane Semuel, 2006. “Dampak Respon Emosi Terhadap Kecenderungan Perilaku Pembelian Impulsif Konsumen Online dengan Sumberdaya yang Dikeluakan dan Orientasi Belanja Sebagai Variabel Mediasi”. Jurnal manajemen dan
kewirausahaan.Vol.8.No.2.
http://www.petra.ac.id/~puslit/journals/dir.php?DepartmentID=MAN
Kotler, Philip dan Keller, Kevin, Lane.2008. Management Marketing. Prentice Hall.New Jersey.
Mowen, John and Minnor. 2002. Perilaku Konsumen. Jakarta: Erlangga.
Peter,Olson. 2005. Consumer Behaviour and Marketing Strategy. New York: Mc. Graw Hill. Rook. 1987. “The Impulse Buying”. The Journal of Consumer Research, Vol.14. No.2,
http://www.jstor.org/stable/248941.
Saladin, Djaslim. 2000. Manajemen Pemasaran,Perencanaan,Pelaksanaan,dan Pengendalian. Bandung : PT. Linda Karya.
Sugiono. 2009. Metodologi Penelitian Bisnis. Bandung: CV. Alfabeta.
Sutisna.2001.Perilaku Konsumen dan Komunikasi Pemasaran.Bandung:PT Remaja Rosdakarya Umi, Narimawati. 2007. Riset Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta : Agung Media.
vi
Assalamu A’laikum wr.wb
Memanjatkan puji dan syukur kehadirat Allah yang telah memberikan
rahmat, karunia dan hidayah-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini disusun untuk memenuhi dan melengkapi salah satu syarat memperoleh gelar sarjana Jurusan manajemen, Fakultas
Ekonomi Universitas Komputer Indonesia.
Sehubungan dengan hal ini penulis mengharapkan sumbangan kritikan dan
saran dari pembaca skripsi ini untuk kesempurnaan dimasa yang akan datang. Keberhasilan dalam penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dorongan dari berbagai pihak, sehingga dengan kerendahan hati penulis ingin mengucapkan
terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada semua yang telah memberikan arahan, bimbingan, dan dorongan baik secara langsung maupun tidak langsung
sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan ini.
Karya ini penulis persembahkan untuk Mama, papa dan adik tersayang, yang telah mencurahkan seluruh kasih sayang dan perhatiannya, yang tidak
vii
Secara khusus penulis tidak lepas dari bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Dr. Ir. Eddy Suryanto Soegoto selaku Rektor Universitas Komputer Indonesia
2. Ibu Prof. Dr. Hj. Umi Narimawati, Dra., SE., M.Si. selaku Dekan Fakultas
Ekonomi Universitas Komputer Indonesia, sekaligus Dosen Wali Mn 1 Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Komputer
Indonesia.
3. Ibu Linna Ismawati, SE., M.Si selaku Ketua Program Studi Manajemen
Fakultas Ekonomi Universitas Komputer Indonesia
4. Ibu Dra. Rahma Wahdiniwaty, M.Si., selaku Dosen Penguji I penulis yang memberikan masukan-masukan yang sangat berguna bagi penyempurnaan
skripsi ini.
5. Ibu Raeny Dwisanty, SE., M.Si.,selaku Dosen Penguji II penulis yang
memberikan saran-saran yang sangat berguna bagi penyempurnaan skripsi ini, masukkan – masukannya dan kasih sayang yang telah diberikan.
6. Seluruh Staf Dosen dan Sekretariat Program Studi Manajemen Fakultas
Ekonomi Universitas Komputer Indonesia.
viii
9. Untuk seorang yang terdekat dengan penulis, Erma Hardiyanti Pratiwi, SE yang selalu memberikan dukungan dan perhatiannya setiap saat serta selalu
berusaha memberikan masukan – masukannya juga doanya terutama kasih sayangnya.
10.Untuk sahabat-sahabatku Ifan,Bolot, Deni Mulyadi SH,Barox,Bos
Vito,Imam,Sony Gilang Permana SE dan yang tidak dapat disebutkan satu persatu selalu mendukung dan berbagi ilmu, dan pengalaman tidak
terlupakan.
11.Untuk teman – teman yang berada dikostan
Ardin,Dicky,Deny,Ihsan,Omen,Puja,Aan terima kasih dengan pengalaman tidak terlupakan.
12.Untuk teman -teman Mn-1 angkatan 2006 dan kelas pemasaran angkatan
2006, terimakasih atas segala inspirasi dan dukungannya. Semoga saat ketemu nanti kita sudah menjadi orang-orang yang sukses.
ix
Bandung,Agustuts 2011
Penulis
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
1. Data Pribadi:
Nama : Dimas Ganjar Pangabdi NIM : 21206007
Tempat Tanggal Lahir : Bandung, 5 Desember 1986
Jenis Kelamin : Laki-Laki Agama : Islam
Alamat : Jl. Villa Padjadjaran Cilenuyi Bandung
2. Data Pendidikan:
1994-2000 : Sekolah Dasar
SDN Margahayu Raya
2000-2003 : Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama
SLTP Al Masoem 2003-2006 : Sekolah Menengah Atas SMA Al Masoem
The Influence Analysis Of Display Product And Respon Shopping Environment
And The Impact Toward Impulse Buying at Distro Linecoltd Bandung
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Ujian Sidang Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Pada Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Komputer Indonesia
Oleh :
DIMAS GANJAR PANGABDI 21206007
PROGRAM STUDI MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA
BANDUNG
140
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan bab IV mengenai pengaruh
Penataan Produk dan Respon Lingkungan Berbelanja terhadap pembelian impulsif pada konsumen Distro Linecoltd Bandung, maka penulis membuat kesimpulan
sebagai berikut:
1. Tanggapan konsumen terhadap Penataan Produk pada Distro Linecoltd
bandung di nilai Cukup baik yaitu diperoleh dengan skor sebesar 61,3%. Skor yang diperoleh berdasarkan data yang diolah.
2. Respon Lingkungan Berbelanja merupakan variabel X2 yang mendapatkan
skor 61,4%, hasil yang diperoleh berdasarkan data yang diolah sehingga respon lingkungan berbelanja pada Distro Linecoltd Bandung bernilai
Cukup baik.
3. Pembelian impulsif pada konsumen Distro Linecoltd Bandung dinilai tergolong cukup baik dengan persentase skor total sebesar 55,3% yang
terletak antara rentang 52% - 68%.
4. Pengaruh Penataan Produk dan Respon Lingkungan berbelanja terhadap
Pembelian Impulsif pada Distro Linecoltd secara simultan sebesar 83,0% sedangkan sisanya sebesar 17,0% merupakan pengaruh dari variabel lain yang tidak diteliti. Sedangkan pengaruh Penataan Produk terhadap
pengaruh motivasi belanja hedonis terhadap pembelian impulsif sebesar 68,5%.
5.2 Saran
Saran yang dapat dijadikan masukan dan kritik dari penulis kepada pihak Distro Linecoltd Bandung yaitu:
1. Meskipun tanggapan responden terhadap penataan produk yang terdapat pada Distro Linecoltd Bandung nilai cukup baik, tetapi tingkat kerapihan dan penyusunan produk – produk lebih ditingkatkan kembali.
Pada bagian windows display belum mampu menarik konsumen untuk datang, sehingga perlu di tingkat kan, seperti pada saat hari – hari libur
nasional atau pada saat obral pihak distro perlu peningkatan dalam hal promosi sehingga banyak konsumen yang tertarik untuk belanja di distro
tersebut.
2. Kemudahan konsumen untuk berbelanja di Distro Linecoltd Bandung, menjadi hal yang harus diperhatikan, sehingga akan timbul perasaan
yang senang untuk belanja ditunjang dengan lingkungan yang baik, suasana dan suasana yang tenang, hal ini harus diperhatikan. Dengan
meningkatkan kinerja karyawan dalam melayani konsumen yang datang akan menimbulkan perasaan tenang pada konsumen.
3. Dengan masyarakat Indonesia yang cenderung melakukan pembelian
uantuk langsung berbelanja. Terutama pada hari – hari libur nasional atau libur panjang akan bertambah jumlah konsumen.
4. Selain itu diperlukan produk – produk berkualitas baik dan selalu ter up
36 3.1 Objek Penelitian
Objek penelitian merupakan suatu permasalahan yang diteliti dengan
dijadikan sebagai topik penulisan dalam rangka menyusun suatu laporan. Penelitian ini dilakukan di Distro Linecoltd Bandung. yang berlokasi di Jalan Sumur No 7, Bandung. Penelitian ini dilakukan untuk memperoleh data – data
yang berkaitan dengan objek penelitian tersebut yang berjudul : “Analisis
Pengaruh Penataan Produk dan Respon Lingkungan Berbelanja Serta
Dampaknya Terhadap Pembelian Impulsif pada Distro Linecoltd Bandung”.
Menurut Husein Umar (2004:303), mengatakan bahwa “Objek penelitian
menjelaskan tentang apa atau siapa yang menjadi objek penelitian juga dimana dan kapan penelitian dilakukan. Bisa juga ditambahkan hal-hal lain jika dianggap perlu”.
Di dalam penelitian ini, penulis mengemukakan tiga variabel yang akan diteliti. Adapun variabel yang akan diteliti di dalam penelitian ini adalah :
1. Variabel independent (variabel bebas), yaitu variabel yang menjadi sebab terjadinya atau terpengaruhnya variabel dependent (variabel tidak bebas). Variabel independent dalam penelitian ada 2 yaitu; Penataan Produk (Display)
2. Variabel dependent (variabel tidak bebas), yaitu variabel yang dipengaruhi oleh variabel independent. Variabel dependent (Y) dalam penelitian ini adalah Pembelian Impulsif.
3.2 Metodologi Penelitian
Metode penelitian adalah suatu teknis atau cara mencari, memperoleh, mengumpulkan atau mencatat data, baik berupa data primer maupun data sekunder yang digunakan untuk keperluan menyusun suatu karya ilmiah dan kemudian
menganalisa faktor-faktor yang berhubungan dengan pokok-pokok permasalahan sehingga akan terdapat suatu kebenaran data-data yang akan diperoleh. Dalam
penelitian ini metode yang digunakan adalah deskriptif dan verifikatif.
Metode penelitian menurut Sugiyono (2009:2)”Pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu”. Pada
penelitian ini, metode yang digunakan adalah metode deskriptif dan verifikatif”
Metode Deskriptif menurut Sugiyono (2009:206) “Penelitian yang
digunakan untuk menganalisa data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa membuat kesimpulan yang berlaku umum atau generalisasi”.
Adapun tujuan penelitian Deskriptif menurut Husein Umar (2004:47) yaitu untuk menggambarkan sifat sesuatu yang tengah berlangsung pada saat
Pendekatan verifikatif menurut Sugiyono (2005 : 21) adalah : “metode verifikatif adalah memeriksa benar tidaknya apabila dijelaskan untuk menguji suatu cara dengan atau tanpa perbaikan yang telah dilaksanakan di tempat lain dengan mengatasi masalah yang serupa dengan kehidupan”.
Tujuan dari metode verifikarif yaitu merupakan pembuktian untuk menguji
hipotesis hasil penelitian deskriptif melalui suatu perhitungan statistik, Penelitian yang digunakan untuk menguji variabel X1 dan X2 pengaruhnya terhadap Y yang akan diteliti. sehingga didapat hasil pembuktian yang menunjukkan hipotesis ditolak
atau diterima. Dengan menggunakan metode penelitian akan diketahui hubungan yang signifikan antara variabel yang diteliti sehingga menghasilkan kesimpulan yang
akan memperjelas gambaran mengenai objek yang diteliti. Adapun obyek yang di uji dalam penelitian ini adalah “Pengaruh Penataan Produk dan Respon Lingkungan
Berbelanja Serta Dampaknya terhadap Pembelian Impulsif pada Distro Linecoltd ”.
Sesuai dengan tujuan penelitian yang telah dirumuskan, penelitian ini menggunakan Metode Survei Penjelasan ( Explanatory Survey Method). Sesuai
dengan hipotesis yang diajukan, dalam penelitian akan digunakan telaah statistika yang cocok, untuk itu dalam analisis menggunakan multiple regrestion (regresi
3.2.1 Desain Penelitian
Desain penelitian merupakan rancangan penelitian yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan proses penelitian. Desain penelitian akan berguna
bagi semua pihak yang terlibat dalam proses penelitian, karena langkah dalam melakukan penelitian mengacu kepada desain penelitian yang telah dibuat.
Menurut Sugiyono (2009:26), menjelaskan proses penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Sumber masalah
2. Rumusan masalah
2. Konsep dan teori yang relevan dan penemuan yang relevan
3. Pengajuan hipotesis 4. Metode penelitian
5. Menyusun instrument penelitian 6. Kesimpulan
Berdasarkan proses penelitian yang dijelaskan diatas, maka desain
penelitian pada penelitian ini dijelaskan sebagai berikut:
1. Sumber masalah
Peneliti menentukan masalah-masalah sebagai fenomena untuk dasar penelitian yaitu variabel Penataan Produk , variabel Respon Lingkungan Berbelanja dan variabel Pembelian Impulsif yang ada di Distro Linecoltd
2. Perumusan masalah
Rumusan masalah merupakan suatu pertanyaan yang akan dicari jawabannya melalui pengumpulan data. Proses penemuan masalah merupakan tahap
penelitian yang paling sulit karena tujuan penelitian ini adalah menjawab masalah penelitian sehingga suatu penelitian tidak dapat dilakukan dengan
baik jika masalahnya tidak dirumuskan secara jelas. Rumusan masalah atau pertanyaan penelitian akan mempengaruhi pelaksanaan tahap selanjutnya didalam tahap penelitian. Pada penelitian ini masalah-masalah dirumuskan
melalui suatu pertanyaan, yang akan diuji dengan cara menguji hipotesis.
3. Konsep dan teori yang relevan dan penemuan yang relevan
Untuk menjawab rumusan masalah yang sifatnya sementara (berhipotesis) maka, peneliti dapat membaca referensi teoritis yang relevan dengan masalah
dan berfikir. Selain itu penemuan penelitian sebelumnya yang relevan juga dapat digunakan sebagai bahan untuk memberikan jawaban sementara terhadap masalah penelitian (hipotesis). Telaah teoritis mempunyai tujuan
untuk menyusun kerangka teoritis yang menjadi dasar untuk menjawab masalah atau pertanyaan penelitian yang merupakan tahap penelitian dengan
menguji terpenuhinya kriteria pengetahuan yang rasional.
4. Pengajuan hipotesis
Jawaban terhadap rumusan masalah yang baru didasarkan pada teori dan
terhadap disiplin kerja karyawan. Untuk langkah-langkah pengujian hipotesis yaitu menentukan variabel pengukuran, menentukan hipotesis nol (Ho), menentukan hipotesis alternatif (Hi) dan menguji tingkat signifikan.
5. Metode penelitian
Untuk menguji hipotesis tersebut peneliti dapat memilih metode penelitian
yang sesuai, pertimbangan ideal untuk memilih metode itu adalah tingkat ketelitian data yang diharapkan dan konsisten yang di kehendaki. Sedangkan pertimbangan praktis adalah, tersedianya dana, waktu, dan kemudahan yang
lain. Pada penelitian ini metode penelitian yang digunakan adalah teknik analisis data menggunakan statistik deskriptif dan verifikatif.
6. Menyusun instrument penelitian
Setelah metode penelitian yang sesuai dipilih, maka peneliti dapat menyusun
instrument penelitian. Instrument ini digunakan sebagai alat pengumpul data. Instrument pada penelitian ini berbentuk kuesioner, untuk pedoman wawancara atau observasi. Sebelum instrument digunakan untuk pengumpulan
data, maka instrument penelitian harus terlebih dulu di uji validitas dan reliabilitasnya. Dimana validitas digunakan untuk mengukur kemampuan
sebuah alat ukur dan reliabilitas digunakan untuk mengukur sejauh mana pengukuran tersebut dapat dipercaya. Setelah data terkumpul maka selanjutnya dianalisis untuk menjawab rumusan masalah dan menguji hipotesis yang
korelasi pearson, dan untuk menguji peran Penataan Produk (variabel X1) dan Respon Lingkungan Berbelanja (variabel X2) dengan Pembelian Impulsif (variabel Y) digunakan koefisien determinasi.
7. Kesimpulan
Kesimpulan adalah langkah terakhir dari suatu periode penelitian yang berupa
jawaban terhadap rumusan masalah, dengan menekankan pada pemecahan masalah berupa informasi mengenai solusi masalah yang bemanfaat sebagai dasar untuk pembuatan keputusan.
3.2.2. Operasionalisasi Variabel Penelitian
Operasional Variabel
Menurut Umi Narimawati (2007:61) menyatakan bahwa operasional variabel adalah proses penguraian variabel penelitian ke dalam subvariabel, dimensi,
indikator subvariabel, dan pengukuran. Sebelum hubungan antar variabel diadakan pengujian, setiap variabel akan di ukur dan dijabarkan melalui operasional variabel.
Variabel–variabel penelitian ini bersumber dari kerangka teoritik yang
dijadikan dasar penyusunan konsep berfikir yang menggambarkan secara abstrak suatu gejala sosial, variasi nilai dari konsep disebut variabel dalam setiap penelitian
dari setiap variabel, sehingga indikator–indikator dan kemungkinan derajat nilai atau ukurannya dapat ditetapkan.
Operasionalsasi variabel dimaksudkan untuk memperjelas
variabel-variabel yang diteliti beserta pengukuran-pengukurannya. Dalam penelitian ini terdapat dua variabel penelitian yaitu :
1. Variabel bebas (Independent Variable)
Variabel bebas adalah merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependent (terikat),
Sugiyono (2009:59). Dalam penelitian ini yang menjadi variabel bebas adalah Penataan Produk (Display) dan Respon Lingkungan Berbelanja
2. Variabel Terikat (Dependent Variable)
Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi
Untuk lebih jelasnya, operasionalisasi variabel penelitian ini dapat dilihat pada tabel 3.1 sebagai berikut :
Tabel 3.1
Operasionalisasi Variabel Penelitian
Variabel Konsep Variabel Indikator Ukuran Skala Sumber
Data Tingkat Daya Tarik
Lingkungan Emosi Positif Tingkat kesesuaian
Ketersediaa n Uang
Tingkat kesesuaian
Kecenderun gan
pembelian impulsif
Tingkat kesesuaian
3.2.3.1 Sumber Data
Penulis melakukan penelitian ini untuk mendapatkan data mengenai objek yang akan diteliti, data tersebut dapat dikelompokkan kedalam dua jenis data :
1. Data Primer
Data primer merupakan data yang diambil langsung dari responden secara
langsung yang dikumpulkan melalui survei lapangan dengan menggunakan teknik pengumpulan tertentu yang dibuat untuk itu. (Umi Narimawati 2007:76).
2. Data Sekunder
Data Sekunder merupakan data penunjang yang digunakan untuk mendukung penelitian, dalam penelitian ini meliputi informasi mengenai karakteristik organisasi,
jumlah karyawan, data hasil evaluasi karyawan, penelitian terdahulu, serta materi perkuliahan yang berhubungan dengan objek data yang akan diteliti oleh penulis.
2
1
Ne
N
n
3.2.3.2 Teknik Penentuan Data
3.2.3.2.1 Populasi
Menurut Sugiyono (2009:115), populasi adalah “Wilayah generalisasi
yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya”. Populasi dari penelitian ini adalah seluruh Konsumen Distro
Linecoltd Bandung yang berjumlah 4600 pada tahun 2010.
3.2.3.2.2 Sampel
Menurut Sugiyono (2009:116), sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Untuk membuktikan kebenaran
jawaban yang masih sementara (hipotesis), maka peneliti melakukan pengumpulan data pada obyek tertentu. Adapun yang menjadi sampel yang
digunakan untuk pengukuran kuesioner adalah konsumen di Distro Linecoltd Bandung. Sedangkan untuk menentukan jumlah sampel (n) Husein Umar (2004:78) menentukan sampel digunakan rumus sebagai berikut:
Namun demikian, agar ukuran sampel yang diperlukan lebih representative maka ukuran sampel dalam penelitian ini dibulatkan menjadi 90 responden.Jika penelitian menggunakan metode deskriptif, maka minimal tingkat kesalahan
dalam penentuan anggota sampel yang harus diambil adalah 10% dari jumlah populasi yang diketahui. Peneliti menentukan tingkat kesalahan sebesar 10%
sehingga jumlah sampel yang diambil 100 konsumen
3.2.4 Jenis dan Metode Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini melalui:
1. Penelitian Lapangan (Field Research)
Yaitu penelitian yang dilakukan dengan mengadakan peninjauan langsung
terhadap obyek yang diteliti, seperti :
a. Wawancara (Interview)
Wawancara merupakan proses keterangan atau data yang diperlukan dengan cara tanya jawab langsung kepada pimpinan serta karyawan yang mempunyai hubungan dengan masalah yang akan diteliti, di lingkungan toko
Distro Linecoltd Bandung.
b. Angket (Kuesioner)
terstruktur (tertutup dan terbuka) kepada responden tentang variabel Penataan Produk (Display), Respon Lingkungan Berbelanja, dan Pembelian Impulsif.. c. Pengamatan (Observasi)
Dengan mengadakan penelitian dan pengamatan secara langsung terhadap kegiatan dan keadaan dialokasi penelitian guna memperoleh data dan informasi
mengenai subyek penelitian
2. Penelitian Kepustakaan (Dokumentasi)
Teknik pengumpulan data sekunder (yang dilakukan dengan mencatat
dokumen-dokumen yang berhubungan dengan variabel penelitian). Penelitian yang dilakukan dengan mencari dan mengumpulkan data yang diperlukan dari
berbagai buku, jurnal, catatan-catatan, gambar-gambar dan literatur-literatur yang berhubungan dengan penyusunan skripsi ini. Adapun tujuan dari metodologi ini
adalah untuk deskripsi, gambaran secara sistematis akurat, faktual mengenai hal-hal yang diteliti.
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan kuesioner sebagai data
penelitian. Sebelum kuesioner atau instrument penelitian disebarkan kepada responden terlebih dahulu dilakukan uji validitas dan reliabilitas. Pengujian
3.2.4.1 Uji Validitas
Validitas bertujuan untuk menguji sejauh mana alat ukur, dalam hal ini kuesioner mengukur apa yang hendak diukur atau sejauh mana alat ukur yang
digunakan mengenai sasaran. Semakin tinggi validitas suatu alat tes, maka alat tersebut akan semakin mengenai sasarannya, atau semakin menunjukkan apa yang
seharusnya diukur. Hal ini dilakukan untuk mengetahui pertanyaan mana yang valid dan mana yang tidak valid dengan mengkonsultasikan data tersebut dengan tingkat r kritis.
Menurut Masrun dalam Sugiyono (2009:134) :
“Item yang mempunyai korelasi yang positif dengan kriterium (skor total)
serta korelasi yang tinggi menunjukan item tersebut mempunyi validitas yang tinggi pula. Biasanya syarat minimum untuk dianggap memenuhi syarat adalah kalau r=0,3.
Berdasarkan dari pernyataan tersebut maka hal ini dilakukan untuk mengetahui pernyataan kuesioner mana yang valid dan mana yang tidak valid, dengan mengkonsultasikan data tersebut dengan tingkat signifikan r kritis = 0,300 apabila alat
ukur tersebut berada < 0,300 (tidak valid). Pengujian statistik mengacu pada kriteria :
r hitung < r kritis maka tidak valid
r hitung > r kritis maka valid
Untuk pengujian validitas instrumen penelitian ini, penulis menggunakan
program excel dalam tabulasi data, kemudian data tersebut di MSI untuk mendapatkan skala tertinggi (interval) dan memasukkan data tersebut ke dalam
Uji validitas yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis Korelasi Pearson (Product Moment Pearson) dengan rumus sebagai berikut:
XY = Jumlah dari Hasil Kali Pengamatan Variabel X dan Variabel Y
n
X = Jumlah dari Hasil Pengamatan Variabel X yang Telah Dikuadratkan
n
Dengan ketentuan apabila r lebih besar atau sama dengan 0,30, maka item tersebut dinyatakan valid. Hal ini berarti, instrumen penelitian tersebut memiliki derajat ketepatan dalam mengukur variabel penelitian, dan layak digunakan dalam
pengujian hipotesis penelitian. tetapi apabila rs lebih kecil dari 0,30, maka item tersebut dinyatakan tidak valid, dan tidak akan diikutsertakan dalam pengujian
hipotesis berikutnya atau instrumen tersebut dihilangkan dari pengukuran variabel. Pengujian validitas dalam penelitian ini dapat dilakukan dengan menggunakan program SPSS 14, dengan menelaah nilai Pearson correlation. Setelah ditemukan
bahwa pernyataan-pernyataan (butir) yang digunakan penelitian ini valid, maka selanjutnya pernyataan yang dinyatakan valid diuji reliabilitasnya.
Hasil pengujian validitas kuesioner Penataan Produk dapat dilihat pada Tabel 3.2 berikut ini.
Tabel 3.2
Hasil Pengujian Validitas Variabel Penataan Produk
No Koefisien Validitas Hasil
1 0,596 Valid
2 0,661 Valid
3 0,798 Valid
4 0,613 Valid
5 0,692 Valid
6 0,749 Valid
Sumber : Hasil Pengolahan Data Primer,2011
Hasil pengujian validitas kuesioner penelitian untuk variabel Penataan Produk di atas menunjukan seluruh item pertanyaan variabel X1 memiliki nilai r
di atas 0,3. Dengan demikian, item-item pertanyaan variabel Penataan Produk dinyatakan valid. Sehingga layak digunakan sebagai alat ukur untuk penelitian.
Tabel 3.3
Hasil Pengujian Validitas Variabel Lingkungan Berbelanja
No Koefisien Validitas Hasil
1 0,811 Valid
2 0,847 Valid
3 0,785 Valid
4 0,692 Valid
5 0,858 Valid
Sumber : Hasil Pengolahan Data Primer, 2011
Hasil pengujian validitas kuesioner penelitian untuk variabel Lingkungan
Berbelanja di atas menunjukan seluruh item pertanyaan variabel X2 memiliki nilai r di atas 0,3. Dengan demikian, item-item pertanyaan variabel Lingkungan Berbelanja dinyatakan valid. Sehingga layak digunakan sebagai alat ukur untuk
Tabel 3.4
Hasil Pengujian Validitas Variabel Pembelian Impulsif
No Index Validitas Hasil
1 0,694 valid
2 0,595 valid
3 0,848 valid
4 0,447 valid
5 0,663 Valid
6 0,845 Valid
7 0,903 Valid
8 0,848 Valid
9 0,619 Valid
10 0,447 Valid
11 0,845 Valid
12 0,903 Valid
13 0,848 Valid
Sumber : Hasil Pengolahan Data Primer, 2011
Hasil pengujian validitas kuesioner penelitian untuk variabel Pembelian
Impulsif di atas menunjukan seluruh item pertanyaan variabel Y memiliki nilai r di atas 0,3. Dengan demikian, item-item pertanyaan variabel Pembelian Impulsif
3.2.4.3 Uji Reliabilitas
Setelah dilakukan uji validitas atas pertanyaan yang digunakan dalam penelitian tersebut, selanjutnya dilakukan uji reliabilitas. Uji reliabilitas bertujuan
untuk mengetahui apakah alat pengumpul data pada dasarnya menunjukan tingkat ketepatan, keakuratan, kestabilan atau konsistensi alat tersebut dalam mengungkapkan
gejala tertentu dari sekelompok individual, walaupun dilakukan pada waktu yang berbeda.
Reliabilitas adalah derajat ketepatan, ketelitian atau akurasi yang ditujukan oleh instrumen pengukuran. Instrumen yang reliabel berarti instrumen tersebut bila
digunakan beberapa kali untuk mengukur obyek yang sama, akan mengahasilkan data yang sama.
Uji Reliabilitas dikenal untuk menguji kehandalan atau kepercayaan alat pengungkapan dari data. Dengan diperoleh nilai r dari uji validitas yang menunjukkan hasil indeks korelasi yang menyatakan ada atau tidaknya hubungan antara dua
belahan instrumen. Dalam penelitian ini, metode yang digunakan untuk uji reliabilitas adalah Split Half Method (Spearman–Brown Correlation) Tehnik Belah Dua. Metode
ini menghitung reliabilitas dengan cara memberikan tes pada sejumlah subyek dan kemudian hasil tes tersebut dibagi menjadi dua bagian yang sama besar (berdasarkan pemilihan genap–ganjil). Cara kerjanya adalah sebagai berikut :
Skor untuk masing–masing kelompok dijumlahkan sehingga terdapat skor total untuk kelompok I dan kelompok II
Korelasikan skor total kelompok I dan skor total kelompok II
Hitung angka reliabilitas untuk keseluruhan item dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
Ґ1 =
Dimana :
Ґ1 = reliabilitas internal seluruh item
Ґb = korelasi product moment antara belahan pertama dan belahan kedua
Sekumpulan butir pertanyaan dalam kuesioner dapat diterima jika
memiliki nilai koefisien reliabilitas lebih besar atau sama dengan 0,7
Tabel 3.7
Standar Penilaian Koefisien Validitas dan Reliabilitas
Criteria Reliability Validity
Good 0,80 0,50
Acceptable 0,70 0,30
Marginal 0,60 0,20
Poor 0,50 0,10
Sumber: Barker et al, 2002; 70 2Ґb
3.2.4.1 MSI (Method of Successive Interval )
Data yang diperoleh sebagai hasil penyebaran dari kuesioner bersifat ordinal, maka agar analisis dapat dilanjutkan maka skala pengukurannya harus
dinaikkan ke skala pengukuran yang lebih tinggi, yaitu skala pengukuran interval agar dapat diolah lebih lanjut. Untuk itu maka digunakan Method of Succesive Interval
(MSI) dari Thurstone dalam Harun Al Rasyid (1996:33), yang pada dasarnya adalah suatu prosedur untuk menempatkan setiap objek ke dalam interval
Langkah-langkah untuk melakukan transformasi data menurut Harun Al
Rasyid adalah:
a. Menentukan frekuensi tiap responden (berdasarkan hasil kuesioner yang
dibagikan, hitung berapa banyak responden yang menjawab skor 1-5 untuk setiap pertanyaan).
b. Menentukan proporsi setiap responden yaitu dengan cara membagi frekuensi dengan jumlah sampel.
c. Menentukan proporsi secara berurutan untuk setiap responden sehingga
diperoleh proporsi kumulatif yang dianggap menyebar mengikuti sebaran normal baku.
d. Menentukan nilai Z untuk masing-masing proporsi kumulatif yang dianggap menyebar mengikuti sebaran normal baku.
e. Menghitung Scale Of Value (SV) untuk masing-masing proporsi
Scale Of Value =
Area under lower limit = Daerah di Bawah Batas Bawah
Area under upper limit = Daerah di Bawah Batas Atas
f. Mengubah Scale Of Value(SV) terkecil menjadi sama dengan satu (1) dan mentrasformasikan masing-masing skala menurut perubahan skala terkecil
sehingga diperoleh Transformed Scale Of Value (TSV) dengan rumus
Adapun hasil perhitungan reliabilitas menggunakan SPSS yaitu sebagai berikut:
Tabel 3.5
Hasil Uji Reliabilitas
Variabel Cronbach Alpha Status
Penataan Produk (X1) 0,730 Reliabel
Lingkungan Berbelanja (X2)
0,885 Reliabel
Pembelian Impulsif (Y) 0,934 Reliabel
3.2.4 Metode Analisis dan Perancangan Hipotesis
3.2.5.1 Metode Analisis Deskriptif/Kualitatif
Analisis Deskriptif/ kualitatif digunakan untuk menggambarkan tentang
ciri-ciri responden dan variabel penelitian, sedangkan analisis kuantitatif digunakan untuk menguji hipotesis dengan menggunakan uji statistik.
Analisis kualitatif digunakan dengan menyusun tabel frekuensi distribusi untuk mengetahui apakah tingkat perolehan nilai (skor) variabel penelitian masuk dalam kategori: sangat baik, baik, cukup, tidak baik, sangat tidak baik.
Selanjutnya untuk menetapkan peringkat dalam setiap variabel penelitian dapat dilhat dari perbandingan antara skor aktual dengan skor ideal. Skor aktual
diperoleh melalui hasil perhitungan seluruh pendapat responden sesuai klasifikasi bobot yang diberikan (1,2,3,4, dan 5). Sedangkan skor ideal diperoleh melalui
perolehan predisi nilai tertinggi dikalikan dengan jumlah kuesioner dikalikan jumlah responden. Keterangan:
a. Skor aktual adalah jawaban seluruh responden atas kuesioner yang telah
diajukan.
b. Skor ideal adalah skor atau bobot tertinggi atau semua responden diasumsikan
Sumber : Umi Narimawati (2007:84)
Sugiyono (2009:133), mengatakan bahwa jawaban responden kemudian
diberi skor dengan menggunakan skala likert, seperti terdapat pada tabel 3.4 berikut ini :
Tabel 3.8
Pernyataan Skala Likert
Sumber : Sugiyono (2009:133)
Jenis kuisioner yang digunakan adalah kuisioner tertutup dengan menggunakan skala ordinal. Untuk teknik perhitungan data kuesioner yang telah
diisi oleh responden digunakan skala likert, dengan ketentuan nilai sesuai dengan % Skor =
Skor aktual Skor ideal
X 100%
Jawaban Skala Nilai
Sangat setuju 5
Setuju 4
Cukup 3
Tidak Setuju 2
table di atas, dengan pemboboton 5-4-3-2-1 untuk jenis pertanyaan positif.
Keseluruhan nilai atau skor yang didapat lalu dianalisis dengan cara :
(a) Mengolah setiap jawaban dan pertayaan dari kuisioner yang disebarkan untuk dihitung frekuensi dan persentasenya.
(b) Nilai yang diperoleh merupakan indikator untuk pasangan variabel independen (X) yaitu X1, X2 , …Xn dan variabel dependen (Y) sebagai berikut (X1,Y),
(X2,Y),…(Xn, Y) dan asumsikan sebagai hubungan linear.
(c) Menentukan skala atau bobot dari masing-masing alternatif jawaban seperti
diuraikan diatas. Oleh karena data yang didapat dari kuisioner merupakan data ordinal, sedangkan untuk menganalisis data diperlukan data interval,
maka untuk memecahkan persoalan ini perlu ditingkatkan skala pengukurannya menjadi skala interval melalui “Methode of Successive Interval” (hays, 1969:39). Dengan rumus sebagai berikut :
Density at Lower limit – Density at Upper Limit
Means of Interval =
Area at Below Density Upper Limit – Area at Below Lower Limitt
(1) Mengubah skala ordinal menjadi skala interval dengan metode interval berurutan (Method Successive Interval ) untuk variabel bebas maupun terikat yaitu :
Ambil data ordinal hasil kuesioner
Setiap pertanyaan, dihitung proporsi jawaban untuk setiap kategori jawaban dan hitung proporsi kumulatifnya
Menghitung nilai Z (tabel distribusi normal) untuk setiap proporsi
kumulaif. Untuk data n > 30 dianggap mendekati luas daerah dibawah kurva normal.
Menghitung nilai densititas untuk setiap proporsi komulatif dengan memasukan nilai Z pada rumus distribusi normal.
Menghitung nilai skala dengan rumus Method Successive Interval
Menentukan nilai transformasi (nilai untuk skala interval) dengan menggunakan rumus : Nilai Transformasi = Nilai Skala + Nilai Skala Minimal + 1
Untuk mengetahui adanya pengaruh antara variabel Penataan Produk dan Respon Lingkungan Bebelanja terhadap Pembelian Impulsif (dalam hal ini adalah konsumen Distro Linecoltd Bandung, digunakan analisis regresi Berganda
3.2.5.1.1 Rancangan Analisis Data
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode analisis regresi berganda (multiple regression) untuk mengetahui pola perubahan nilai variabel yang
disebabkan oleh variabel lain dan untuk menemukan tingkat keeratan hubungan variabel yang berbeda dalam suatu populasi. Langkah-langkah yang akan dilakukan
adalah sebagai berikut :
1. Analisis Regresi
Menurut Aztel (1991:256) untuk mengetahui gambaran mengenai hubungan antara variabel-variabel itu digunakan persamaan regresi berganda
(multiple regresi) yang dapat ditulis sebagai berikut :
Dimana :
Y = nilai
o = nilai y pada perpotongan antara garis liniear dengan sumbu vertikal Y
X1….n = nilai pada masing-masing variable bebas
1….n = slope yang berhubungan dengan masing-masing variable bebas
Untuk mengetahui apakah persamaan regresi yang dihasilkan baik untuk
1. Koefisien regresi (uji parsial/uji-t), pengetahuan tentang koefisien regresi bertujuan untuk meyakinkan bahwa variable bebas (Penataan Produk dan Respon Lingkungan Berbelanja) secara individual berpengaruh terhadap
variable terikat (Pembelian Impulsif).
2. Persentase semua variabel bebas (Penataan Produk dan Respon
Lingkungan Berbelanja) secara bersama – sama dapat menjelaskan variasi perubahan variabel terikat (Pembelian Impulsif).
3. Pengaruh semua variabel bebas (Penataan Produk dan Respon
Lingkungan Berbelanja) secara bersama – sama terhadap nilai variabel bebas (Impulsif).
Pengambilan keputusan dilakukan berdasarkan letak nilai t-test
masing-masing koefisien regresi pada kurva normal yang digunakan dalam penentuan nilai kritis. Jika letak t=test suatu koefisien regresi jatuh di daerah penerimaan H0, maka keputusannya adalah menerima H0. Atau dengan kata lain, variable bebas tersebut
tidak berperan atas nilai variabel terikat dan berlaku sebaliknya.
Hasil pengujian ini dapat dilihat dari perhitungannya dengan SPSS, atau
merupakan hasil dari ti = bi/se (bi) (untuk masing-masing variabel bebas)
2. Analisis Korelasi
Menurut Sujana (1989:152), pengujian korelasi digunakan untuk
Dimana: -1 ≤ r ≤ +1
r = koefisien korelasi
x = Penataan Produk, dan Respon Lingkungan Berbelanja
z = pembelian impulsif
n = jumlah responden
Ketentuan untuk melihat tingkat keeratan korelasi digunakan acuan pada tabel 3.5 dibawah ini.
Tabel 3.5
Tingkat Keeratan Korelasi
0 – 0.20 Sangat rendah (hampir tidak hubungan) 0.21 – 0.40 Korelasi yang lemah
0.41 – 0.60 Korelasi sedang
0.61 – 0.80 Cukup tinggi
0.81 – 1 Korelasi tinggi
Sumber: Syahri Alhusin, 2003 : 157
g. Analisis Koefisian Determinasi
Koefisien determinasi digunakan untuk melihat besarnya pengaruh antara
kedua variabel yang diteliti, maka dihitung koefisien determinasi (Kd) dengan asumsi dasar faktor-faktor lain diluar variabel dianggap konstan atau tetap (ceteris
koefisien determinasi berganda dan analisis koefisien determinasi parsial dengan penjelasan sebagai berikut :
a. Analisis Koefisien Determinasi Berganda
Digunakan untuk mengetahu seberapa besar persentase variabel X1 dan variabel X2 terhadap Y (Pengaruh Penataan Produk (Dsiplay) dan Respon
Lingkungan Berbelanja terhadap Pembelian Impulsif) secara simultan maka penulis akan menggunakan analisis koefisien determinasi yang diperoleh dengan mengkuadratkan koefisien korelasinya yaitu:
Rumus Koefisien determinasinya yang dikemukakan oleh Husein Umar (2004:296) adalah sebagai berikut:
Keterangan:
Kd = Koefisien Determinasi
r2 = Kuadrat koefisien korelasi
b. Analisis Koefisien Determinasi Parsial
Digunakan untuk mengetahui seberapa besar persentase pengaruh variabel X1 dan Variabel X2 terhadap Y (Pengaruh Penataan Produk dan Respon
Lingkungan Berbelanja terhadap Pembelian Impulsif) secara parsial.
Rumus Koefisien determinasinya yang dikemukakan oleh Gujarati
Keterangan:
B = Beta (nilai standardized coefficients)
Zero order = Matrik korelasi variabel bebas dengan variabel terikat
Dimana apabila :
Kd = 0, Berarti pengaruh variabel x terhadap variabel y, lemah.
Kd = 1, Berarti pengaruh variabel x terhadap variabel y, kuat
Pedoman bagi interpretasi koefisien determinasi adalah sebagi berikut:
Tabel 3.10
Tinggi Rendahnya Koefisien Determinasi
Pernyataan Keterangan
>4% Pengaruh Rendah Sekali
5% - 16% Pengaruh Rendah tapi pasti
17% - 49% Pengaruh Cukup Berarti
>80% Pengaruh Tinggi Sekali
Sumber : Supranto (2001:227)
3.2.5.2 Perancangan Hipotesis
Hipotesis didefinisikan sebagai dugaan atau jawaban sementara mengenai
sesuatu masalah yang masih perlu diuji secara empiris, untuk mengetahui apakah
pernyataan (dugaan atau jawaban) itu dapat diterima atau tidak.
Dalam penelitian ini yang akan diuji adalah seberapa besar Penataan Produk (Display) dan Respon Lingkungan Berbelanja pengaruhnya terhadap Pembelian Impulsif pada Distro Linecoltd Bandung. Dengan memperhatikan
karakteristik variabel yang akan diuji, maka uji statistik yang akan digunakan adalah melalui perhitungan analisis regresi dan korelasi.
Langkah – langkah dalam analisisnya sebagai berikut :
1. Pengujian Secara Simultan/Total.
Melakukan uji F untuk mengetahui pengaruh seluruh variabel bebas secara
simultan terhadap variabel terikat.
a, Rumus uji F yang digunakan adalah :
Fhitung = Re
(Re ) /
/ 1
gresi
sidu
JK k
JK n k
Dimana :
K = Jumlah variabel bebas
n = Jumlah anggota sampel
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah semua variable bebas
secara bersama – sama dapat berperan atas variable terikat. Pengujian ini dilakukan menggunakan distribusi F dengan membandingkan anatara nilai F –
kritis dengan nilai F-test yang terdapat pada Tabel Analisis of Variance (ANOVA) dari hasil perhitungan dengan micro-soft. Jika nilai Fhitung > Fkritis, maka H0 yang menyatakan bahwa variasi perubahan nilai variabel bebas
(Penataan Produk (Display dan Respon Lingkungan Berbelanja) tidak dapat menjelaskan perubahan nilai variabel terikat (Impulsif) ditolak dan sebaliknya.
Menurut Sujana (1989:369) perhitungan terhadap titik keeratan dan arah hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat adalah menggunakan uji
korelasi. Kemudian dilakukan perhitungan terhadap koefisien yang disebut juga koefisien korelasi produk moment (Pearson).
b, Hipotesis
Ho : Semua i = 0
i = 1,2
Penataan Produk (Display) dan Respon Lingkungan Berbelanja tidak berpengaruh
terhadap Pembelian Impulsif pada Distro Linecoltd Bandung
Ha : Ada i 0
i = 1,2
Penataan Produk (Display) dan Respon
berpengaruh terhadap Pembelian Impulsif pada Distro Linecoltd Bandung
\ c, Kriteria pengujian
H0 ditolak apabila Fhitung > dari Ftabel ( = 0,05)
Menurut Guilford (1956:480), bahwa tafsiran koefisien korelasi variabel dalam penelitian dapat dikategorikan sebagai berikut:
Taksiran koefisien korelasi yang dikategorikan menurut metode Guilford adalah sebagai berikut :
Tabel 3.11 Kategori Korelasi Metode Guilford
Besarnya Pengaruh Bentuk Hubungan
0,00 – 0,20
0,21 – 0,40
0,41 – 0,60
0,61 – 0,80
0,81 – 1,00
Sangat longgar, dapat diabaikan
Rendah
Moderat / Cukup
Erat
Sangat erat
Apabila pada pengujian secara simultan H0 ditolak, artinya sekurang-kurangnya
ada sebuah yxi 0. Untuk mengetahui yxi yang tidak sama dengan nol , maka
2. Pengujian Secara Parsial
Melakukan uji-t, untuk menguji pengaruh masing-masing variabel bebas terhadap variabel terikat hipotesis sebagai berikut :
a, Rumus uji t yang digunakan adalah :
Keterangan:
t hitung (X1,2) = Nilai t hitung X1 (Penataan Produk) dan Nilai t hitung
X2 (Respon Lingkungan Berbelanja)
b1 dan b2 = Koefisien regresi masing-masing variabel
Hasilnya dibandingkan dengan tabel t untuk derajat bebas n-k-1 dengan taraf
signifikansi 5%.
b, Hipotesis
Ho. 1 = 0: Penataan Produk (Display) tidak memberikan pengaruh terhadap Pembelian Impulsif pada Distro Linecoltd Bandung
Ho. 2 = 0: Respon Lingkungan Berbelanja tidak memiliki pengaruh terhadap Pembelian Impulsif konsumen pada Distro Linecoltd Bandung
Ha. 2≠ 0: Respon Lingkungan berbelanja memiliki pengaruh terhadap Pembelian Impulsif konsumen pada Distro
Linecoltd Bandung
C, Kriteria pengujian
Untuk mengetahui apakah Ho diterima atau ditolak, digunakan uji signifikasi
yaitu :
Jika t hitung > t tabel 0,05 (dk = n-2), maka Ho = ditolak, Ha diterima
Jika t hitung < t tabel 0,05 (dk = n-2), maka Ho = diterima, Ha ditolak
Dimana :
1. Dengan tingkat signifikasi ( ) = 0,05
Dibawah ini adalah gambaran daerah penolakan H0 dan daerah penerimaan Ha :
Gambar 3.1
Daerah penerimaan dan penolakan Ho
Daerah peneriman H0
Daerah penolakan H0
Daerah penolakan H0
13
2.1 Kajian Pustaka
2.1.1 Penataan Produk (Display)
Display merupakan salah satu aspek penting untuk menarik konsumen pada toko dan barang dan dapat mendorong keinginan konsumen yang pada saat datang ke toko untuk membeli suatu produk melalui daya tarik penglihatan langsung pada suatu
produk. Toko harus melakukan menciptakan daya tarik penataan ruang dan penyusunan produk sehingga konsumen atau pelanggan merasakan betah dan nyaman
dalam berbelanja, pelaksanaan display (penataan) yang efektif akan meningkatkan penjualan dan dapat merangsang keputusan pembelian konsumen secara seketika display dapat merubah suasana toko lebih menarik.
2.1.1.1 Pengertian Penataan Produk (Display)
Display merupakan salah satu alat-alat promosi penjualan yang mempunyai
fungsi sebagai penarik perhatian konsumen agar dapat melakukan pembelian pada suatu toko ritel. Menurut Willian j. Shultz (2004:189) pengertian display adalah sebagai berikut “Display berarti usaha mendorong perhatian dan menarik perhatian
Jadi Display adalah salah satu strategi untuk menarik konsumen yang datang ke toko dan melihat suatu barang dan kemudian langsung membeli dengan penataan yang sangat menarik.
Berikut ini dikemukakan mengenai pendapat beberapa ahli tentang Penataan Produk (Display) :
Menurut Sopiah dan Syihabuddin (2008:238) “ Display adalah usaha yang dilakukan untuk menata barang yang mengarahkan pembeli agar tertarik untuk melihat dan memutuskan untuk membelinya.”
Jadi Display adalah menata barang barang yang akan ditawarkan kepada konsumen dengan penataan yang sangat menarik dan unik sehingga konsumen merasa tertarik
setelah melihatnya dan langsung membeli.
Menurut Kotler (2000:643) yang dialih bahasakan oleh Hendra Teguh dan
Ronny A Rusli akan dijelaskan mengenai model AIDA, yaitu : 1. Attention (perhatian)
Perhatian sasarannya adalah perusahaan harus menarik, mungkin dengan
penggunaan warna, bentuk kemasan, dan huruf terbaca. 2. Interest (Minat)
Bagaimana agar mereka berminat dan ingin tahu secara lebih rinci mengenai calon pembeli, untuk itu mereka rangsang agar mau membeli. 3. Desire (Keinginan)
4. Action (Tindakan)
Produk yang ditawarkan harus mampu mendorong para pembeli sasaran untuk berfikir/ berbuat sesuatu yan positif terhadap produk yang
ditawarkan.
Menurut Buchari Alma (2007:189) display yaitu :
“Non-Personal stimulation of demand for product, service or selling organization to perspective buyer buyers by direct appeal to vision or the other
sences”.
Display adalah keinginan membeli sesuatu, yang tidak didorong oleh seseorang, tapi didorong oleh daya tarik, atau oleh penglihatan ataupun oleh perasaan
lainnya.
Sama seperti halnya dengan pendapat para ahli sebelumnya dapat disimpulkan
bahwa konsumen membeli sesuatu dikarenakan oleh daya tarik dari suatu toko itu sendiri.
2.1.1.2 Fungsi display
Menurut Garry R. Smith (1990:4) display mempunyai 2 fungsi dasar yaitu
1. Increasing sales productivity (meningkatkan produktivitas penjualan) Display dapat membangkitkan perhatian dan mendorong penjualan
barang dagangan yang menjadi prioritas atau yang diutamakan.
Display dapat menciptakan suatu image yang diinginkan dan
mempertahankan posisi lembaga retailer store pada daerah pemasarannya
2.1.1.3 Macam-macam Penataan (display)
Menurut Buchari Alma (2007:189) penataan (display) terbagi 3 macam
display:
1. Penataan bagian depan (Window Display)
Yaitu memajangkan barang-barang, gambar-gambar kartu harga,
simbol-simbol dan sebagainya di bagian depan toko yang di sebut etalase. Dengan demikian calon konsumen yang lewat di muka toko-toko diharapkan akan
tertarik oleh barang-barang tersebut dan ingin masuk ke dalam toko. Wajah toko akan berubah jika window display diganti. Fungsi window display ini
mempunyai beberapa tujuan sebagai berikut :
1. Untuk menarik perhatian orang-orang yang lewat.
2. Menyatakan kualitas yang baik, atau harga yang murah, sebagai ciri khas
dari toko tersebut.
3. Memancing perhatian terhadap barang-barang istemewa yang dijual toko.
2. Interior Display
Yaitu memajangkan barang-barang, gambar-gambar, kartu-kartu harga, poster-poster di dalam toko misalnya di lantai, dimeja, di rak-rak dan
sebagainya
Interior display ini ada beberapa macam, yaitu :
1. Merchandise Display
Barang-barang dagangan di pajangkan di dalam toko dan ada 3 bentuk memajangnya
a. Open display
Barang-barang di pajangkan pada suatu tempat terbuka sehingga dapat
di hampiri dan di pegang, dilihat dan diteliti oleh calon pembeli tanpa bantuan dari petugas-petugas penjualannya, misalnya shelf display, island display ( barang-barang yang di taroh di atas lantai yang di atur
bagus seperti pulau-pulau dan sebagainya)
b. Closed display
Barang-barang di pajangkan dalam suasana tempat tertutup. Barang-barang tersebut tidak dapat dihampiri dan dipegang atau diteliti oleh calon pembeli
c. Architecture
Memperlihakan barang-barang dalam penggunaannya misalnya di ruang tamu, mebeul di kamar tidur, dapur dengan perlengkapannya,
dan sebagainya. Cara ini dapat memperbesar daya tarik karena barang-barang dipertunjukan secara realistis.
2. Store Sign and decoration
Tanda-tanda, simbol-simbol, lambing-lambang, poster-poster, gambar-gambar, bendera-bendera, semboyan-semboyan dan sebagainya di simpan
di atas meja atau di gantung di dalam toko. Store desaign tersebut digunakan untuk membimbing calon pembeli ke arah barang dagangan
dan memberi keterangan kepada mereka tentang kegunaan barang-barang tersebut. “ decoration” pada umumnya digunakan dalam rangka peristiwa
khusus seperti penjualan pada saat-saat hari raya, natal da tahun baru dan sebagainya.
3. Dealer Display
Ini dilaksanakan oleh wholesaler terdiri dari simbol-simbol petunjuk-petunjuk tentang penggunaan produk, yang kesemuanya berasal dari
produsen. Dengan memperlihatkan kegunaan produk dalam gambar dan petunjuk, maka display ini juga memberi peringatan kepada para petugas penjualan agar mereka tidak memberikan keterangan yang tidak sesuai
3. Exterior Display
Ini dilaksanakan dengan memajangkan barang-barang di luar kota misalnya pada waktu mengadakan obral, pasar malam. Display ini mempunyai beberapa
fungsi antara lain :
1. Memperkenalkan suatu produk secara cepat dan ekonomis.
2. Membantu para produsen menyalurkan barang-barangnya dengan cepat dan ekonomis.
3. Membantu mengkoordinasikan advertising dan merchandising.
4. Membangun hubungan yang baik dengan masyarakat misalnya pada hari raya, ulang tahun dan sebagainya.
2.1.2 Respons Lingkungan Berbelanja
Lingkungan Mempunyai karakteristik fisik dan social konsumen, termasuk objek fisik yang terdiri dari produk – produk dan toko, lokasi dalam dan luar toko dan perilaku social bagi orang lain.
Mehrabian dan Russell dalam Semuel (2005) menyatakan bahwa respon afektif lingkungan atas perilaku pembelian dapat diuraikan oleh 3 (tiga) variabel yaitu:
1. Kesenangan (pleasure) mengacu pada tingkat dimana individu merasakan baik, penuh kegembiraan, bahagia yang berkaitan dengan situasi tersebut. Kesenangan (pleasure) diukur dengan penilaian reaksi lisan ke
2. Kegairahan (arousal) mengacu pada tingkat dimana seseorang merasakan siaga, digairahkan, atau situasi aktif. Kegairahan (arousal) secara lisan dianggap sebagai laporan responden, seperti pada saat dipengaruhi, ditentang, atau
diperlonggar (bergairah sebagai lawan tenang, hirukpikuk sebagai lawan sepi). 3. Dominasi (dominance) ditandai dengan laporan responden yang merasa
dikendalikan sebagai lawan mengendalikan, mempengaruhi sebagai lawan dipengaruhi, terkendali sebagai lawan diawasi, dan otonomi sebagai lawan dipandu.
Menurut Negara dalam Semuel (2005), keputusan pembelian dapat didasari oleh faktor individu konsumen yang cenderung berperilaku afektif, yaitu kesenangan
(pleasure) mengacu pada tingkat dimana individu merasakan baik, penuh kegembiraan, bahagia, atau puas dalam suatu situasi; kegairahan (arousal)
mengacu pada tingkat dimana individu merasakan tertarik, siaga atau aktif dalam suatu situasi; dan dominasi (dominance) ditandai oleh perasaan yang direspon konsumen saat mengendalikan atau dikendalikan oleh lingkungan.
2.1.3 Pembelian Impulsif
Pada umumnya di setiap toko retail atau pasar swalayan, setiap konsumen yang melakukan pembelian dilakukan dengan cara impulsif.
2.1.3.1 Pengertian Pembelian Impulsif
Menurut Gancar Candra Premananto (2007) Pembelian Impulsif adalah sebagian dari pembelian yang tidak terencana, disebabkan oleh ekpose dari stimulus dan diputuskan langsung di lokasi belanja.
Dapat disimpulkan seseorang dalam melakukan keputusan pembelian untuk membeli suatu barang akan diputusakan pada saat seseorang berada didalam
toko, dimana terdapat barang – barang yang sangat menarik dan tidak diduga sehingga seseorang akan melakukan pembelian terhadap barang tersebut.
Sedangkan Menurut Engel dan Blacwell dalam Hatane (2006:105):
“Pembelian impulsif adalah suatu tindakan pembelian yang dibuat tanpa
direncanakan sebelumnya atau keputusan pembelian dilakukan pada saat berada didalam toko”.
Sama halnya dengan pendapat para ahli sebelumnya bahwa keputusan pembelian
secara tidak direncanakan akan diputuskan pada saat melakukan pembelian langsung didalam toko.
Menurut Rook dan Fisher dalam Hatane (2006:105) mendefinisikan sifat pembelian impulsif sebagai “a consumers’ tendency to by spontaneusly, immediately and
spontan, tidak terefleksi, secara terburu-buru didorong oleh aspek psikologis emosional terhadap suatu produk dan tergoda oleh persuasi dari pemasar.
Dengan dasar penjelasan menurut para ahli seperti di atas maka impulsive
buying merupakan kegiatan berbelanja di pasar swalayan yang tanpa disadari dan tanpa control diri dengan sedikit pertimbangan, sehingga kebanyakan pembelian
dilakukan percuma dengan membeli produk – produk yang tidak diperlukan.
2.1.3.1 Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Pembelian Impulsif
Menurut Weinberg dan Gotwald dalam Ellyana Alijan (2008:15)
faktor-faktor yang mempengaruhi pembelian impulsif, yaitu sebagai berikut :
1. Faktor Internal
a. Emotion
Menurut Gardner dan Rook (1998-160) Emosi didefinisikan sebagai faktor
yang sangat mempengaruhi pembelian impulsif. Emosi konsumen juga dapat mempengaruhi pembelian dimana seorang konsumen yang bahagia akan melakukan pembelian lebih banyak dibandingkan dengan orang yang tidak
bahagia. Mood adalah bagian dari emosi. Mood sangat mudah dipengaruhi. Mood juga datang dan menghilang secara tiba-tiba. Menurut Stern dalam
Pleasure
Merupakan tingkat perasaan yang dijabarkan dalam bentuk perasaan
seseorang merasa baik, penuh kegembiraan bahagia, atau merasa dipuaskan dengan situasi khusus. mengacu pada tingkat dimana individu merasakan baik, penuh kegembiraan, bahagia yang berkaitan dengan suatu
situasi. Pleasure diukur dengan penilaian reaksi lisan ke lingkungan (bahagia sebagai lawan sedih, menyenangkan sebagai lawan tidak
menyenangkan, puas sebagai lawan tidak puas, penuh harapan sebagai lawan berputus asa, dan santai sebagai lawan bosan).
Arousal
Arousal dijabarkan sebagai tingkatan perasaan yang bervariasi dari perasaan-perasaan kegembiraan (excitement), terdorong (stimulation),
kewaspadaan (alertness), atau menunjukan keaktifan (activeness), yang membuat kelelahan (tired), perasaan lelah atau perasaan kantuk (sleepy),
atau bosan (bored).
Dominance
Mengacu pada tingkat perasaan yang direspon konsumen saat mengendalikan atau dikendalikan oleh lingkungan.
b. Hedonic Pleasure
Menurut Hirschman dalam Rook (1987:195) hasrat berbelanja sering diiringi oleh intensitas keadaan. Pengalaman hedonis konsumen belum diteliti secara
dengan keinginan memenuhi kebutuhan hedonic, yaitu kesenangan, bahagia, puas, hal-hal baru, dan kejutan.
c. Cognitive
Menurut Peter dan Olson (2005: 41), kognitif lebih mengacu pada proses berpikir dimana didalamnya terdapat pengetahuan (knowledge), arti/ maksud
(meaning) dan kepercayaan (belief).
d. Affective
Menurut Peter dan Olson (2005: 42), afektif biasanya segera berpengaruh
dan secara otomatis terhadap aspek–aspek dari emosi (emotions) dan perasaan (feelingstates).
2. Faktor Eksternal
Sebagian besar konsumen lebih memilih daya fisik suatu toko daripada kualitas barang dan harga. Konsumen akan menghindari sebuah toko jika setting toko tersebut mengundang stress atau tidak indah dipandang mata.
Berdasarkan Beatty dan Ferrel dalam Fandy Tjiptono (2004:213)
1) Desakan untuk berbelanja
Menurut Rook (1987:193) Desakan tiba-tiba tampaknya dipicu oleh konfrontasi visual dengan produk atau iklan-iklan promosi, namun hasrat
berbelanja tidak selalu bergantung pada stimulasi visual langsung. 2) Emosi positif
Menurut Freud dalam Rook (1987:190) Psikonanalisis yang menggambarkan kendali hasrat sebagai hal yang dibutuhkan secara social yang melahirkan prinsip kepuasan yang mendorong gratifikasi yang segera namun dinyatakan
sebagai seorang yang bereaksi pada kecenderungan prinsip kenyataan terhadap kebebasan rasional
3) Emosi negatif
Menurut Rook (1987: 195) reaksi atau pun konsekwensi negatif yang
diakibatkan dari kurang kendali terhadap hasrat dalam berbelanja. Dan membiarkan hasrat belanja memandu konsumen ke dalam masalah yang lebih besar. Misalnya rasa penyesalan yang dikaitkan dengan masalah financial,
rasa kecewa dengan membeli produk berlebihan, dan hasrat berbelanja telah memanjakan rencana (non-keuangan).
4) Melihat-lihat toko
Menurut Hatane (2005:145) sebagian orang menganggap kegiatan belanja dapat menjadi alat untuk menghilangkan stress, dan kepuasan konsumen
5) Kesenangan belanja
Menurut LaRose dalam Semuel Hatane (2006:108) adalah sikap pembeli atau pembelanja yang berhubungan dengan memperoleh kepuasan, mencari,
bersenang dan bermain, selain melakukan pembelian, diukur sebelum mengikuti perlakuan. Sedangkan menurut Rook (1987: 194) kesenangan
belanja merupakan pandangan bahwa pembelian impulsif sebagai sumber kegembiraan individu. Hasrat ini datang tiba-tiba dan memberikan kesenangan baru yang tiba-tiba.
6) Ketersediaan waktu
Menurut Babin et.al., dalam Semuel Hatane (2005:145) faktor-faktor internal
yang terbentuk dalam diri seseorang akan menciptakan suatu keyakinan bahwa lingkungan toko merupakan tempat yang menarik untuk menghabiskan
waktu luang. 7) Ketersediaan uang
Menurut Semuel Hatane (2005:145) sebagian orang menghabiskan uang dapat
mengubah suasana hati seseorang berubah secara signifikan, dengan kata lain uang adalah sumber kekuatan.
8) Kecenderungan pembelian impulsif.
Menurut Stern dalam Semuel Hatane (2006: 107) adalah tingkat kecenderungan partisipan berperilaku untuk membeli secara spontan, dan
2.1.4 Keterkaitan Antara Variabel
2.1.4.1 Pengaruh Penataan Produk (Display) Terhadap Pembelian Impulsif Menurut Paul Pater dan Jerry Olson (258) : “barang dagangan dan
perlengkapan dikelompokan ke dalam pola pola yang memungkinkan konsum berlalu lalang tanpa struktiur yang jelas. barang dagangan dipisahkan berdasarkan
perlengkapan tetap dan tanda tanda yang ada dalam toko dan konsumen dapat melakukan kontak pandangan dengan semu bagian dari berbagai . lokasi (toko)
Rancangan ini sering digunakan dalam toko dan sangat tepat untuk membentuk suasana pembelian yang santai dan pembelian impulsif”.
Menurut Stern mengidenfikasikan hubungan sembilan karakter produk yang
mungkin dapat mempengaruhi pembelian impulsive yaitu harga rendah, kebutuhan tambahan produk atau merk, distribusi massa, self service, iklan massa, display
produk yang menonjol, umur produk yang pendek, ukuran kecil, dan mudah disimpan.
Menurut Buedincho (2003) mendefinisikan sebagai berikut, factor – factor
yang mungkin mempengaruhi pembelian impulsive adalah harga, kebutuhan terhadap produk atau merk, distribusi masal, pelayanan terhadap diri sendiri, iklan, display
toko yang mencolok, siklus hidup yang pendek, ukuran yang kecil dan kesenangan untuk mengoleksi.
Jadi menurut para ahli di atas bahwa penataan produk sangat berpengaruh terhadap
memancing konsumen untuk membeli secara impulsive dan dapat pula meningkatkan penjualan pada pihak perusahaan.
1.1.4.2 Pengaruh Respon Lingkungan Berbelanja terhadap Pembelian
Impulsif
Penelitian ini merujuk pada riset sebelumnya tentang lingkungan berbelanja dalam perilaku berbelanja menurut Jaya Negara dalam Semuel (2005). Pada riset tersebut terungkap bahwa Indikator Pleasure-arousal-dominance adalah
sebagai suatu variable exogenous (variable yang bukan variabel dependen didalam berbagai persamaan model structural). Pada diagram gambar 2.1. dapat dilihat
bahwa lingkungan berbelanja dapat mempengaruhi pembelian impulsif yang dapat dilihat dengan tanda panah pada gambar tersebut. Dengan adanya gambar dibawah
Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran, Semuel Respon Lingkungan Berbelanja
Sebagai Stimulus Pembelian
Respon Lingkungan Berbelanja
Pleasure Arousal Dominance
Pengalaman Belanja
Resources Expenditure
Utilitarian
Shooping Value
2.2 Kerangka Pemikiran
Perkembangan Zaman yang pesat saat ini mempengaruhi masyarakat Indonesia untuk dapat cenderung memperoleh kemudahan dan praktis dalam
memperoleh informasi, sehingga dapat membuat konsumen sering berubah dan dalam menentukan keputusan dalam pembelian. Strategi promosi adalah hal yang baik untuk
melihat perilaku konsumen tersebut. Di distro Lineclotd mempunyai daya tarik yang unik, sehingga peneliti sangat berhasrat untuk meneliti di clothing Lineclotd. Untuk meningkatkan penjualan maka clothing tersebut haruslah membuat perbedaan yang
harus dapat memikat konsumen yang datang.
Penataan Produk mempunyai sifat yang unik. Penataan Produk bukan
hanya sekadar menata barang – barang penjualan yang akan diberikan kepada konsumen, tetapi lebih dari itu, bahwa penataan produk harus dapat memikat
konsumen untuk membeli barang yang dibutuhkan sehingga tingkat penjualan akan meningkat. Penataan dari eksterior toko yang terdapat poster, spanduk nama toko harus lah jelas dan unik sehingga menarik konsumen untuk datang.
Perilaku konsumen yang macam – macamnya didalamnya terdapat respon emosi yang mempengaruhi keputusan pembelian, apabila emosi yang baik tentu saja
akan membuat konsumen merasa bahagia dalam berbelanja.
Pembelian Impulsif adalah perilaku konsumen termasuk merupakan ciri khas masyarakat Indonesia dalam melakukan pembelian atau berbelanja
memiliki pengaruh terhadap pembelian impulsif bagi konsumen dalam hasrat
Judul Hasil Kesimpulan Persamaan Perbedaan