• Tidak ada hasil yang ditemukan

Mediakom Edisi 15 Desember 2008 - [MAJALAH]

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Mediakom Edisi 15 Desember 2008 - [MAJALAH]"

Copied!
60
0
0

Teks penuh

(1)

Departemen Kesehatan RI

Info Sehat

Untuk Semua

HASIL RISKESDAS 2007

Presiden :

Sehat adalah Gaya Hidup

Satu Milyar Rupiah

(2)

PENANGGUNG JAWAB

dr. Lily S. Sulistyowati, MM

PIMPINAN UMUM

Dyah Yuniar Setiawati, SKM, MPS

PIMPINAN REDAKSI

drs. Sumardi

SEKRETARIS REDAKSI

Prawito, SKM, MM

ANGGOTA REDAKSI

Dra. Hikmandari A., M.Ed Drg. Anitasari S.M.

Busroni, S.IP Mety Setiowati, SKM

REPORTER

Dra. Isti Ratnaningsih, MARS Resty Kiantini, SKM, M.Kes.

Sri Wahyuni, S.Sos Giri Inayah, S.Sos

FOTOGRAFER

Aji Muhawarman, ST Wayang Mas Jendra, S.Sn

SEKRETARIAT

Agus Tarsono Waspodo Purwanto

Sudirman Hambali Yan Zefrial

ALAMAT REDAKSI : Pusat Komunikasi Publik

Sekretariat Jenderal Departemen Kesehatan Telp./Fax : 021-522 3002, 52960661 Email : puskom.depkes@gmail.com

D a r i R e d a k s i

ETALASE

D a r i R e d a k s i

Redaksi MEDIAKOM menerima naskah dari pembaca dan berhak mengedit sesuai kaidah bahasa jurnalistik. Naskah yang tidak dimuat menjadi dokumen redaksi. Naskah dapat dikirimkan melalui email Pusat Komunikasi Publik di :

puskom.publik@yahoo.co.id atau puskom.depkes@gmail.com

Cita-Cita

Penghargaan bukan tujuan, puja puji apalagi, tapi bukti dedikasi yang terus bersaksi, bahwa mereka layak dipuji. Inilah jalan yang selalu ditempuh oleh individu atau institusi berprestasi diberbagai negeri, termasuk Indonesia. Mereka berjasa luar biasa dan berjasa besar dalam pembangunan kesehatan. Diantara mereka yang berjasa luar biasa terdapat nama Sri Sultan Hamengku Buwono X, Gubernur Provinsi Yogyakarta dan H. Lukman Hakim, SH,MM Wali Kota Metro Provinsi Lampung. DIY dan Kota Metro berdasarkan riset kesehatan dasar Badan Litbangkes Depkes mencapai rangking tertinggi dalam pencapaian program pembangunan kesehatan.

Riskesdas, program riset kesehatan dasar untuk berbagai tujuan pembangunan kesehatan. Mulai dari perencanaan kesehatan, pemetaan penyakit dan intervensi kesehatan yang segera dilakukan disuatu wilayah. Bahkan riskesdas juga telah menemukan adanya peningkatan penyakit tidak menular. Semua ini adalah kerja besar oleh semua pihak yang saling membantu untuk mewujudkan cita-cita besar “meningkatkan derajat kesehatan masyarakat Indonesia”.

(3)

DAFTAR ISI

PENGANTAR REDAKSI :

Dari Redaksi dan Daftar Isi ...

2 - 3

LAPORAN UTAMA :

1. Kinerja Menkes Paling memuaskan...

4 – 5

2. Rakyat Sehat : Sumbangan Nyata Untuk Daya Saing Bangsa ...

6 – 7

3. Presiden : Sehat adalah Gaya Hidup ...

8 – 9

4. Satu Milyar Rupiah ... 10 – 11

5. Aids Ancaman yang makin Nyata ... 12 – 13

6. PSK Batam wajib periksa kesehatan ... 14 – 16

7. Pelayanan Kesehatan Yang Komunikatif ... 17 – 18

8. Hasil Riskesdas 2007 ...

19 - 34

BERITA :

1. Ancaman Diabetes Melitus Makin Serius ... 35 – 36

2. Hati-hati memilih produk kosmetika

27 Produk Kosmetik Berbahaya ditarik dari peredaran ...

37

3. Meningkatkan ‘Soft Competency’ Petugas TKHI ... 38 – 42

4. Theater nyamuk, loka litbangkes Ciamis ...

43

PELITA HATI :

1. Pesan Kesehatan Dasar ...

44 - 45

2. Kepura-puraan sama dengan ketidak Ikhlasan ... 46 – 48

RAGAM :

1. Bincang-bincang dengan :

Kepala Pusat Sarana, Prasarana, dan Peralatan kesehatan ... 49 – 50

2. Lebih Jauh Tentang :

Balai pengaman Fasilitas Kesehatan (BPFK) Surabaya ... 51 – 53

3. RSUP Moh. Hoesin Palembang

Melayani dengan Hati ... 54 – 56

4. Sumatera Selatan : Berobat Gratis & Pemberdayaan Masyarakat 57

KOLOM :

(4)

R

eform Institute melakukan riset kinerja pembantu p r e s d i e n y a n g d i n i l a i mempengaruhi persepsi publik tentang kinerja pemerintah.

Dari hasil survey Reform Institute t e r h a d a p 2 . 5 0 0 re s p o n d e n d i seluruh Indonesia pada kurun 13-25 November 2008 didapatkan nama-nama menteri yang menurut persepsi publik mempunyai kinerja memuaskan. Ada 36 nama menteri Kabinet Indonesia Baru (KIB) yang disurvei kinerjanya.

Hasilnya, kinerja Menteri Kesehatan Siti Fadilah Supari dinilai paling memuaskan. Dia dipilih oleh 10,12

persen responden. Posisi kedua ada Menko Polhukam Widodo A.S. dengan 9,52 persen. Disusul Menteri Pemuda dan Olahraga Adhyaksa Dault yang mendapatkan simpati dari 8,04 persen responden. Di bawahnya ada Menko Kesra Aburizal Bakrie dengan 7,92 persen. Sementara posisi kelima ditempati Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati dengan 6,32 persen.

Selain mendapatkan nama menteri yang kinerjanya memuaskan, diperoleh nama menteri yang kinerjanya paling buruk. Di posisi terbawah terdapat Kepala Bappenas Paskah Suzetta yang kinerjanya hanya diapresiasi 0,04 persen

responden. Sedikit lebih baik dari dia adalah Menteri Riset dan teknologi Kusmayanto Kadiman 0,12 persen, Menteri Lingkungan Hidup Rahmat Witoelar dan Menteri Perumahan Rakyat Yusuf Ashari dengan 0,16 serta 0,20 persen. Lalu, Menteri BUMN Sojan Djalil dengan 0,24 persen.

Kemudian muncul pertanyaan terkait indikasi dari prestasi kinerja menteri yang berada di papan atas. Ada nama Adhyaksa Dault yang tak berhasil menyelesaikan masalah PSSI dalam melawan hegemoni Nurdin Halid. Ada juga nama Aburizal Bakrie yang tak henti-hentinya diterpa berita tentang derita korban lumpur Lapindo.

Kinerja Menkes Paling Memuaskan

Hasil Survei Tentang Kinerja Para Menteri

LAPORAN UTAMA

(5)

Menanggapi argumen tersebut, Direktur Reform Institute Yudhi Latief mengatakan, persepsi publik mudah terbentuk oleh media massa. Menteri-menteri yang dinilai berprestasi adalah mereka yang rajin tampil di media. ”Akhir-akhir ini muncul banyak program kementerian yang ditayangkan di televisi,” ujar Yudhi saat peluncuran hasil survei Reform Institute di Hotel Grand Melia Kuningan, Jakarta Selatan (22/12).

Siti Fadilah Supari mempunyai program mingguan di sebuah televisi swasta. Namanya Bincang-Bincang Bareng Bu Menkes (B4M). Sementara Adhyaksa Dault juga tampil secara berkala dalam acara Ngaji Bersama Menpora yang ditayangkan TVRI. Program-program sosialisasi dan iklan melalui media massa dinilai sangat efektif mempengaruhi persepsi publik.

Di sisi lain, persepsi terhadap kinerja pemerintah sangat tidak apresiatif. Misalnya dalam bidang ketertiban dan keamanan, hanya 22,56 persen responden yang menilai berhasil. Sisanya, 75,4 persen, menilai pemerintah gagal. Pada bidang kesejahteraan sosial, suara yang menilai pemerintah berhasil hanya 40,36 persen. Bidang ekonomi, 67,04 persen menilai pemerintahan SBY gagal. Sementara bidang politik hanya 51,68 persen yang menyatakan kinerja pemerintah berhasil.

Namun, indikasi kegagalan kinerja pemerintah tersebut tidak otomatis menurunkan citra SBY dan Partai Demokrat. Hasil survei tersebut menempatkan posisi Partai Demokrat sebagai partai yang mempunyai tingkat elektibilitas tertinggi dengan 26,36 persen. Ditambah lagi, SBY juga masih menjadi capres terfavorit dengan dukungan tertinggi 42,18 persen. ” Ini memang black box dunia politik kita. Pemerintahnya dinilai gagal, tapi presiden dan partainya tetap terfavorit, ” tambahnya.

Selain itu, Yudhi Latif berpendapat bahwa SBY adalah tokoh yang mampu menjaga citra. Terkait beberapa isu sensitif, seperti

pengumuman kenaikan harga BBM, tidak dilakukannya sendiri. Dia melakukannya bersama Menteri Keuangan. Namun, pengumuman penurunan harga BBM langsung dilakukan di Istana Negara dan oleh SBY. Tentang kelangkaan elpiji juga diberikan wewenang mengatasinya kepada Wapres.

Sejumlah kementerian juga semakin intens me -launching program-program kesejahteraan masyarakat, seperti bantuan langsung tunai (BLT) dan PNPM (Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat) Mandiri, yang mampu dikapitalisasi dengan baik oleh Partai Demokrat sebagai keberhasilan pemerintah. ” Program-program tersebut, operator di lapangannya orang-orang Partai Demokrat, ” tambahnya.

Sementara itu, peneliti Reform Institute Kholied Novianto lalu m e m a p a r k a n a r g u m e n n y a t e n t a n g k e t i d a k k o n s i s t e n a n sikap pemilih tersebut. Menurut dia, hasil survei itu menujukkan kegagalan lawan-lawan politik SBY untuk memanfaatkan kelemahan pemerintahan. ” Kegagalan itu tidak mampu dikapitalisasi melalui

isu-isu politik untuk menurunkan citra pemerinathan SBY. ” paparnya.

Kholid Novianto menambahkan, p e n i l a i a n m e n t e r i t e r b u r u k d i d a s a r k a n d a r i k a c a m a t a masyarakat. Margin error dari hasil survei ini adalah 1,96%. Menurut dia, penilaian buruk bukan berarti kerja pemerintah juga buruk. “ Bisa jadi itu karena responden kurang info atau bisa juga karena image menteri yang terbaik itu citranya membaik di mata publik”, ujarnya.

Bagaimana tanggapan pengamat ?. I n d r i a S a m e g o m e n y a t a k a n sependapat dengan hasil survei itu. Sedangkan soal Menkes Siti Fadilah Supari yang dinilai terbaik, kata Indria masuk akal. Setidaknya kerja Siti Fadilah masih lebih baik ketimbang Meneg PPN/Ketua Bappenas.

“ Menkes itu belum yang terbaik, tapi memang jauh lebih baik dari Menteri PPN/Ketua Bappenas. Salah satu yang patut saya acungi jempol adalah keberanian Menkes menghadapi negara barat mengenai sharing virus lu di dunia, ujarnya. (Smd/Yl/dari berbagai sumber).

LAPORAN UTAMA

(6)

P

e r n y a t a a n t e r s e b u t ditegaskan oleh Menteri Kesehatan Dr. dr. Siti Fadilah Supari, Sp. JP (K) pada peringatan Hari Kesehatan Nasional ke-44, 12 November 2008 di Jakarta.

Peringatan Hari Kesehatan Nasional tahun ini diperingati dengan tema ”Rakyat Sehat, Kualitas Bangsa Meningkat”. Menurut Menkes, tema tersebut dipilih agar peringatan HKN ke-44 dapat lebih mengarah kepada kegiatan nyata yang berdampak semakin meningkatnya derajat kesehatan masyarakat, yang pada akhirnya akan meningkatkan kualitas bangsa secara keseluruhan.

Selanjutnya Menteri Kesehatan menyatakan, kualitas bangsa

selama ini diukur dengan indeks pembangunan manusia (IPM) atau Human Developmen Index (HDI) yang merupakan komposit dari indikator pendidikan, kesehatan, d a n t i n g k a t p e r e k o n o m i a n masyarakat. Harus diakui bahwa saat ini IPM Indonesia masih lebih rendah dibanding negara-negara ASEAN. Hal ini bisa diukur dengan masih tingginya angka kematian ibu, angka kematian bayi, prevalensi gizi kurang, dan gizi buruk terutama pada masyarakat miskin dan tidak mampu.

“Depkes memberikan prioritas tinggi dalam memberikan akses pelayanan kesehatan kepada masyarakat miskin dan tidak mampu melalui program Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) dengan sasaran 76,4

juta jiwa,” ucap Menkes Siti Fadilah Supari.

Menkes menambahkan SDM strategis (dokter, dokter gigi, dan bidan) juga telah ditingkatkan pengelolaannya melalui berbagai program pengangkatan menjadi CPNS, PTT, kerja sama daerah, dan beasiswa. Begitu juga penyebarannya terus ditingkatkan ke seluruh pelosok tanah air.

Sedangkan Rumah Sakit diarahkan sebagai sarana kesehatan yang mampu mengatasi masalah kesehatan rujukan yang handal, bermutu, dan mengutamakan keselamatan pasien (patient safety). Begitu pula dengan anggaran kesehatan. Dana Dekonsentrasi dan Tugas Perbantuan melalui Dana Alokasi Khusus (DAK) Bidang Kesehatan untuk daerah setiap tahun ditingkatkan, sehingga dampaknya makin bisa dirasakan langsung oleh masyarakat. “Semua itu pada hakikatnya sebagai bukti semakin mantapnya komitmen negara dalam mewujudkan rakyat sehat, karena dengan meningkatnya kualitas kesehatan bangsa akan meningkatkan kemandirian dan ketahanan bangsa Indonesia,” ujar Menkes.

Menurut Menkes, momentum peringatan HKN ke-44 tahun 2008 ini harus digunakan jajaran Depkes untuk terus melakukan koreksi dan perbaikan dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan

RAKYAT SEHAT

SUMBANGAN NYATA UNTUK DAYA SAING BANGSA

Rakyat yang sehat merupakan kekuatan negara dan bagian dari ketahanan nasional, yang

mampu memberikan sumbangan nyata dalam meningkatkan daya saing bangsa. Rakyat

sehat juga merupakan wujud keuletan dan ketangguhan suatu bangsa yang memiliki

derajat kesehatan yang setinggi-tingginya baik secara isik, mental maupun sosial, memiliki

produktivitas yang tinggi sebagai perwujudan kualitas bangsa.

Sesjen Depkes dr. Sjaii Ahmad mewakili Menteri Kesehatan menyerahkan penghargaan berupa Satyalacana Karya Satya

(7)

masyarakat. Upaya-upaya kuratif dan rehabilitatif harus seimbang dengan upaya promotif dan preventif yang melibatkan peran serta aktif masyarakat untuk mempercepat terwujudnya Indonesia Sehat. Masyarakat termasuk sektor swasta dan dunia usaha melalui kemitraan menjadi faktor kunci dalam menyelesaikan masalah kesehatan bersama-sama dengan penyedia pelayanan (provider) kesehatan dan lintas sektor.

Juga yang tidak kalah penting, adalah memotivasi dan memberikan penghargaan bagi para kader kesehatan masyarakat peduli kesehatan, yang telah berjasa dalam menyehatkan masyarakat melalui berbagai upaya kesehatan yang telah dilakukan selama ini. Berbagai komponen bangsa dalam bentuk aliansi dan gerakan masyarakat sehat dapat berperan aktif dan berkontribusi positif dalam mengatasi masalah kesehatan yang ada.

“ U n t u k i t u p r i n s i p - p r i n s i p pemberdayaan masyarakat menjadi kemampuan yang harus dikuasai oleh setiap jajaran kesehatan di lapangan,” tambah dr. Siti Fadilah. Dalam akhir sambutannya, Menkes menyampaikan pesan tentang pentingnya semua pihak untuk peduli pada peningkatan derajat

kesehatan yang berdampak pada peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia Indonesia dan produktivitas nasional.

Pertama, pembangunan kesehatan merupakan perwujudan sehat sebagai hak asasi rakyat dan m e r u p a k a n i n v e s t a s i b a g i pembangunan nasional. Oleh karena itu semua pelaku pembangunan harus member ik an kontr ibusi positif terhadap peningkatan status kesehatan masyarakat sekaligus derajat kesehatan nasional.

Kedua, peran masyarakat dalam pembangunan kesehatan semakin penting. Sekalipun Pemerintah telah memberikan perhatian besar dalam pelayanan kesehatan bagi masyarakat seperti Jamkesmas, namun kemandirian masayarakat dalam memelihara kesehatan serta meningkatkan kualitas kesehatan menjadi bagian yang paling menentukan dalam peningkatan derajat kesehatan nasional.

Ketiga, seluruh jajaran pemerintah dan swasta, baik manajemen maupun pelayanan, agar terus-menerus meningkatkan komitmennya dalam peningkatan kualitas pelayanan kesehatan sehingga masyarakat semakin sehat dan produktif sebagai langkah pasti peningkatan kualitas bangsa.

”Kita wujudkan rakyat sehat menuju bangsa yang sehat dan bermartabat melalui semangat BERSAMA KITA BISA,” tegas Menkes.

Saat ini 50% dari jumlah desa yang ada di Indonesia telah menjadi Desa Siaga. Diharapkan pada tahun 2009 seluruh desa yang jumlahnya sekitar 70.000 telah menjadi Desa Siaga. Selain itu selama empat tahun ini berbagai upaya pembangunan kesehatan terus ditingkatkan, antara lain membenahi Puskesmas dan Rumah Sakit, baik isik, sistem, dan SDM-nya sehingga peran dan fungsinya dapat dimantapkan sebagai unit terdepan pelayanan kesehatan.

Dengan demikian bukan hanya U p a y a K e s e h a t a n M a s y a r a k a t (UKM) yang dilaksanakan secara mantap, tetapi kualitas Upaya Kesehatan Perorangan (UKP) juga lebih ditingkatkan. Peningkatan UKP diarahkan untuk peningkatan fasilitas kesehatan di daerah terpencil dan perbatasan, sehingga mampu memberikan pelayanan maksimal dan tuntas.

Sementara peran UKM lebih d i t i n g k a t k a n te r u t a m a d a l a m memberik an upaya kesehatan berbasis masyarakat yang dapat mendukung Desa Siaga. (Smd)

LAPORAN UTAMA

(8)

Presiden :

Sehat adalah Gaya Hidup

Sehat adalah gaya hidup, sehat itu tekad kita. Sehatkan pikiran kita. Mari kita

mulai dari kesadaran, kemauan disertai ikhtiar untuk bersama-sama menjaga

kesehatan agar benar-benar melaksanakan perilaku hidup bersih dan sehat.

Sedangkan pemerintah memiliki tugas dan kewajiban yang penting yaitu

memberikan kemampuan agar rakyat dapat benar-benar hidup sehat.

P

ernyataan itu disampaikan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, pada puncak peringatan Hari Kesehatan Nasional ke-44 dengnan tema “ Rakyat Sehat, Kualitas Bangsa Meningkat“ di Arena Pekan Raya Jakarta, pertengahan Desember.

Presiden mengakui, tugas pemerintah dalam pembangunan kesehatan cukup berat, tidak semudah membalikkan telapak tangan. “Tugas ini penuh tantangan,“ ujar Presiden dalam acara yang dihadiri sekitar 5.000 orang dari berbagai kalangan seperti pelajar, mahasiswa, karyawan Depkes, organisasi masyarakat, dan Gubernur/Bupati/ Walikota penerima penghargaan. Hadir pula beberapa Menteri Kabinet Indonesia Bersatu seperti Menko Kesra Aburizal Bakrie, Menkominfo Moh. Nuh, Menkes Dr. dr. Siti Fadilah Supari, dan Meneg KLH Rachmat Witoelar.

“Negara kita sering disebut emerging economy, emerging country atau negara yang sedang mengalami perkembangan yang baik, namun tantangan yang dihadapi belum sekuat negara maju dalam membiayai semua sektor pembangunan di bidang kesehatan. Namun hal ini jangan dijadikan penghalang dan alasan untuk tidak melakukan pembangunan yang baik dengan intensitas dan ekstensitas tinggi. Buktinya status kesehatan dan status gizi masyarakat terus mengalami peningkatan,” ujar Presiden.

Presiden menegaskan, prioritas pembangunan kesehatan saat ini adalah penyediaan pelayanan kesehatan dasar di Indonesia. “Kita juga ingin

m e n i n g k a t k a n p e m e n u h a n ketersediaan dan keterjangkauan o b a t - o b a t a n termasuk obat generik esensial y a n g b a n y a k d i b u t u h k a n masyarakat. Terus m e n i n g k a t k a n kualitas dan kuantitas tenaga medis agar benar-benar dapat m e m b e r i k a n p e l a y a n a n yang baik serta m e m b e r i k a n j a m i n a n p e m e l i h a r a a n kesehatan bagi r a k y a t t i d a k m a m p u d a n m i s k i n a t a u Jamkesmas. Dan masih banyak l a g i s e j u m l a h program aksi yang dilakukan jajaran Depkes,

pemerintah provinsi/kabupaten/kota di seluruh Indonesia,” ujar Presiden.

Pada kesempatan tersebut Presiden mengajak seluruh masyarakat untuk bersama-sama pemerintah untuk: • Mensukseskan program kesehatan

yang pro rakyat

• Mengembangkan desa siaga dengan melibatkan unsur masyarakat agar mendapatkan partisipasi dan kontribusi yang optimal

• Melanjutkan dan mengelola

Jamkesmas agar jangkauannya makin luas, makin efektif dan akhirnya mencapai sasaran yang tepat.

Presiden mengingatkan, sudah saatnya di tahun mendatang kita mulai memikirkan pembangunan rumah sakit modern yang bisa memberikan pengobatan yang baik sehingga masyarakat kita tidak harus berobat ke luar negeri. Masyarakat bisa berobat Presiden Susilo Bambang Yudhoyono sedang memberikan amanat pada Peringatan Puncak Hari Kesehatan Nasional Ke-44

(9)

di dalam negeri dengan dokter-dokter dan tenaga medis yang tidak kalah kualitasnya dengan luar negeri.

Pada kesempatan itu, Menkes Dr. dr. Siti Fadilah Supari, Sp. JP (K) menyatakan, kegiatan HKN diselenggarakan secara kemitraan dan gotong royong antara Depkes, masyarakat termasuk sektor swasta, jajaran kesehatan, organisasi masyarakat atau LSM, dan berbagai organisasi profesi. Karena itu Menkes menyampaikan terima kasih dan penghargaan kepada pihak-pihak yang telah memberikan dukungan sehingga rangkaian kegiatan HKN ke-44 berjalan dengan baik.

Menurut Menkes, pembangunan kesehatan selama empat tahun t e r a k h i r , t e l a h m e n u n j u k k a n pencapaian yang cukup bermakna. Hal itu ditandai menurunnya angka kematian ibu dari 307/100.000 kelahiran hidup (KH) pada tahun 2003 menjadi 228/100.000 KH pada tahun 2007. Menurunnya angka kematian bayi dari 35/1.000 KH pada tahun 2004 menjadi 34/1.000 KH pada tahun 2007. Menurunnya prevalensi gizi kurang pada Balita dari 25,8% pada tahun 2004 menjadi 21,9% pada tahun 2007. Selain itu, umur harapan hidup rata-rata orang Indonesia meningkat dari 66,2 tahun pada tahun 2004 menjadi 70,5 tahun pada tahun 2007.

Pada kesempatan tersebut Presiden secara simbolis menyerahkan penghargaan Pemerintah dalam bentuk Trophy dan Lencana berupa:

1.) Manggala Karya Bakti Husada Kartika, penghargaan yang diberikan kepada institusi yang berjasa luar biasa. 2.) Manggala Karya Bakti Husada Arutala,

penghargaan yang diberikan kepada institusi yang berjasa besar.

3.) Ksatria Bakti Husada Aditya, penghargaan yang diberikan kepada individu yang berjasa luar biasa. 4.) Ksatria Bakti Husada Arutala,

penghargaan yang diberikan kepada individu yang berjasa besar.

Trophy Manggala Karya Bakti Husada Kartika, diberikan kepada :

• Provinsi DI Yogyakarta yang berdasarkan Riset Kesehatan Dasar 2007 mencapai ranking tertinggi dalam pencapaian

p r o g r a m p e m b a n g u n a n kesehatan. Trophy diserahkan kepada Gubernur Sri Sultan Hamengku Buwono X.

• Kota Metro, Provinsi Lampung berdasarkan hasil Riskesdas menempati urutan tertinggi d a r i 4 4 0 K a b u p a t e n / K o t a untuk program pembangunan kesehatan. Trophy diserahkan kepada Bupati H. Lukman Hakim, SH, MM.

Trophy Manggala Karya Bakti Husada Arutala, diberikan kepada :

• Provinsi Jawa Tengah yang menempati urutan ketiga dalam p e n c a p a i a n s e k t o r k e s e h a t a n diterima Letnan Jenderal TNI (Pur) Bibit Waluyo, Gubernur Jawa Tengah.

• Bupati Ogan Komering Ulu Timur, mewakili 9 Kabupaten/Kota di luar Jawa-Bali yang telah mencapai target Desa Siaga 100%, diterima H. Herman Deru, SH, MM.

Lencana Ksatria Bakti Husada Aditya diberikan kepada Dr. Makarim Wibisono, mantan Duta Besar RI untuk Swiss. Untuk kemampuan diplomasi Indonesia di dunia internasional.

Lencana Ksatria Bakti Husada Arutala diserahkan kepada:

1. K H . M . Z a i n u l M a j d i , M A ,

Gubernur Provinsi NTB yang telah mengalokasikan dana kesehatan dengan proporsi tertinggi di Indonesia terhadap APBD.

2. Prof. DR. RM. Padmo Santjoyo, Sp. BS, Dokter Spesialis bedah syaraf. Pelopor Ilmu Bedah Syaraf di Indonesia, keberhasilan dalam operasi kembar siam termuda.

3. Prof. Syamsurizal Zauzi, Sp. PDKAI, Dokter Spesialis Penyakit Dalam. Pelopor perawatan ODHA, Orang Dengan HIV AIDS secara komprehensif.

4. Ny. Ratih Siswono Yudohusodo, SH. Ketua Umum Perkumpulan Pe n a n g g u l a n g a n Tu b e r k u l o s a Indonesia, untuk penanggulangan masalah TB di Indonesia.

5. Web Warouw, Jurnalis Sinar Harapan, sebagai pemuda berprestasi dalam bidang pembangunan kesehatan.

Puncak peringatan Hari Kesehatan Nasional ke-44 dengan tema “Rakyat Sehat, Kualitas Bangsa Meningkat“ dimeriahkan dengan penampilan Band Gigi, penayangan Film Pembangunan Kesehatan, persembahan 2 buah lagu oleh DEBU, penampilan Lenong Bocah tentang program Jamkesmas, Fragmen tari “Pemuda Siaga Peduli Bencana“ oleh Sanggar Tari Paripurna dari Bali, dan ditutup paduan suara Elfa Secoria dengan menyanyikan lagu “Aku Anak Sehat“. (Smd/Iw/Ds)

LAPORAN UTAMA

(10)

Satu Milyar Rupiah

Untuk yang Sukses Kembangkan Desa Siaga 100 Persen

T

idak tanggung-tanggung, Depkes menyiapkan hadiah uang sebesar Rp 1 milyar untuk kabupatan atau kota yang seluruh desanya berhasil dikembangkan menjadi Desa Siaga. Dan berkaitan dengan Hari Kesehatan Nasional (HKN) ke-44 belum lama ini, Menteri Kesehatan menyerahkan hadiah tersebut, ditambah piagam, kepada sembilan bupati dan walikota.

Kesembilan bupati/walikota yang sukses mengembangkan Desa Siaga 100% itu adalah Bupati Ogan Komering Ulu Timur (Sumatera Selatan), Walikota Palu (Sulawesi Tengah), Walikota Dumai (Riau), Bupati Banyuasin (Sumatera Selatan), Walikota Metro (Lampung), Bupati Bulungan (Kalimantan Timur), Bupati Hulu Sungai Selatan (Kalimantan

Selatan), Bupati Minahasa Tenggara (Sulawesi Utara), dan Bupati Sumbawa Barat (NTB).

Penyerahan piagam dan hadiah dilakukan dalam rangkaian peringatan Hari Kesehatan Nasional (HKN) ke 44 dengan tema “Rakyat Sehat, Kualitas Bangsa Meningkat“.

Menurut Menkes Siti Fadilah Supari, Pemkab/Pemkot tersebut dinilai berhasil mengembangkan seluruh desa menyadi Desa Siaga 100%. Kabupaten/ kota yang berada di Pulau Jawa dan Bali, tidak diikutkan dalam penilaian, karena pemenuhan tenaga ataupun penyediaan fasilitas desa siaga tidak sesukar daerah di luar Jawa.

Desa Siaga adalah Desa yang memiliki kesiapan sumber daya dan kemampuan

untuk mencegah dan mengatasi masalah-masalah kesehatan (bencana dan kegawatdaruratan kesehatan) secara mandiri. Desa dikatakan Desa Siaga, minimal memiliki satu Pos Kesehatan Desa (Poskesdes) yang ditangani satu bidan dan dua kader.

Menkes mengharapkan penghargaan ini akan memacu kabupaten/kota bersangkutan menjadikan Desa Siaga sebagai prioritas penting. Di samping juga memotivasi daerah lain untuk lebih intensif lagi mengembangkan esa Siaga. “Jangan hanya saat penilaian saja desa tersebut siaga tetapi kegiatannya hendaknya berkesinambungan dan perilaku hidup bersih dan sehat membudaya sehingga masyarakat sehat mandiri,” kata Menkes dr. Siti Fadilah.

Puncak HKN 19 Desember 2008, berlangsung di Arena Pekan Raya Jakarta, dihadiri Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Dan pada 20 Desember acara peringatan HKN dimeriahkan dengan senam massal yang dihadiri Menkes dan para pejabat serta karyawan Depkes dan masyarakat umum. Acara dilanjutkan pameran pembangunan kesehatan di Parkir Timur Senayan Jakarta yang berlangsung dua hari.

Pada peringatan HKN 2008 tersebut, Menkes juga menyerahkan 12 Piagam dan 8 Trophy Manggala Karya Bakti Husada, serta 12 Piagam dan 7 Lencana Ksatria Bakti Husada kepada sejumlah institusi dan perorangan.

Piagam Manggala Karya Bakti Husada (MKBH) Kartika diberikan kepada Provinsi DI Yogyakarta, Provinsi Bali, Kota Metro, Lampung, Kabupaten Sleman Yogyakarta, dan Kota Bandung

Departemen Kesehatan terus mendorong dan memotivasi pemerintah

kota dan kabupaten untuk mengembangkan Desa Siaga. Salah satu

wujudnya, dengan memberi penghargaan yang setimpal bagi daerah

yang sukses mewujudkan Desa Siaga 100%.

LAPORAN UTAMA

(11)

Jabar. Sedangkan Provinsi Jawa Tengah, Kota Yogyakarta, Kota Balikpapan, Nation Petroleom, PT Sumber Alkafaria Trijaya , Kab. Rejang Lebong, Provinsi Bengkulu, dan Tim Penggerak PKK Kota Yogyakarta memperoleh penghargaan MKBH Arutala.

N a t i o n P e t r o l e o m m e n d a p a t penghargaan atas peranan besarnya dalam program Save Papua, PT Sumber Alkfaria Trijaya mendapat penghargaan terkait pemasaran dan sosialisasi obat serba seribu, sementara PKK Kota Yogyakarta terkait dengan upaya pemberdayaan masyarakat dalam memanfaatkan Posyandu.

Piagam dan Lencana Ksatria Bakti Husada Arutala diserahkan kepada KH. M. Zainul Majdi, MA (Gubernur Provinsi NTB), Web Warouw (Jurnalis

Sinar Harapan), Ny. Ratih Siswono Yudohusodo (Ketua Umum Perkumpulan P e m b e r a n t a s a n T u b e r k u l o s i s Indonesia), Prof. Padmo Santjoyo, Sp.BS, dan Prof. Syamsurizal Zauzi, Sp.PD, Drs. H. Rudy Ariin, MM (Gubernur Prov. Kalimantan Selatan), Subardi, S.Pd (Walikota Cirebon), H. Mokh. Muslikh A b d u s s y u k u r , S H (Walikota Sukabumi), dr. Eka Julianta W a h j o e p r a m o n o , S p . B S ( D e k a n Universitas Pelita Harapan), dr. Tjondro

Indarto (Penanggung Jawab BKTIA), Kim Woo Jae (Ketua Yayasan Mu Gung Hwa, peranannya membantu pelayanan jantung kepada 41 orang dan donatur tetap RS Kusta), dan dr. Demus Kogoya (Tenaga Kesehatan Teladan 2008 di daerah terpencil Papua).

Pi a g a m p e n g h a r g a a n K o m p e t i s i J u r n a l i s t i k d i s e r a h k a n k e p a d a pemenang pertama Wahyu Muryadi (Majalah Tempo) dengan judul tulisan “Panas-Dingin Virus Namru”. Pemenang kedua, Yuliadi (Majalah Forum) dengan judul tulisan “Bu Siti Melawan Amerika”. Dan pemenang ketiga, Amelia M Tagori (Harian Suara Pembaruan) dengan judul tulisan “Dana Askeskin Dikirim Langsung

ke Rumah Sakit”. Selain memperoleh piagam mereka juga memperoleh hadiah uang masing-masing sebesar enam juta lima ratus ribu rupiah, lima juta lima ratus ribu rupiah, dan empat juta rupiah.

Piagam penghargaan pemenang lomba poster Obat Generik diberikan kepada Nurul Ariin, Puskesmas Karang Ketug Pasuruan Jawa Timur, dan Herlinda Herawati.

Sedangkan piagam penghargaan Widyaiswara berprestasi diberikan kepada Drs. Baderel Munir, MA, Dr. T. Rabitta Cherysse, MPH, dan Zainal Abidin, M.Sc. Sedangkan Dosen Politeknik Kesehatan Berprestasi Tingkat Nasional tahun 2008, adalah Yohanes Kristianto, GrandDipFoodSci, MFT, Waryana, SKM,

M.Kes, dan Santa Manurung, SKM, M.Kep.

Penghargaan juga diberikan kepada Peneliti Teladan Tahun 2008 Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, masing-masing kepada Dr. Emilia Tjitra, M.Sc, Ph.D, Peneliti Utama pada Puslitbang Biomedis dan Farmasi Jakarta, Komari, M.Sc, Ph.D, Peneliti Utama pada Puslitbang Gizi dan Makanan Bogor, dan Dwi Hapsari Tjandrarini, SKM, M.Kes, Peneliti Muda pada Puslitbang Ekologi dan Status Kesehatan Jakarta.

Pada kesempatan itu juga diberikan penghargaan berupa ucapan terima kasih kepada UPT-UPT Depkes yang telah

mendapat penghargaan dari Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara karena dinilai melaksanakan pelayanan publik dengan baik. Yaitu RSUP Hasan Sadikin Bandung, Politeknik Kesehatan Semarang, Balai Pengamanan Fasilitas Kesehatan Surabaya, Kantor Kesehatan Pelabuhan Mataram, dan Balai Besar Laboratorium Kesehatan Surabaya.

dr. Sjaii Ahmad, MPH, Sekretaris Jenderal Depkes yang juga Ketua Panitia HKN menyatakan, penghargaan Ksatria Bakti Husada diberikan kepada individu yang dengan sukarela telah menyumbangkan tenaga, pikiran, dan pengetahuannya dalam mengembangkan program kesehatan. Darma baktinya dapat dirasakan dan sangat bermanfaat bagi masyarakat, bangsa dan negara.

“ I n d i k a t o r y a n g d i g u n a k a n u n t u k p e n i l a i a n i a l a h individu yang telah m e n g a b d i d a n sebagai pemrakarsa, penggagas/penemu d a l a m b i d a n g kesehatan dan hasilnya dapat meningkatkan d e r a j a t k e s e h a t a n masyarakat,” ujar dr. Sjaii Ahmad.

Sedangkan Manggala Karya Bakti Husada ( M K B H ) d i b e r i k a n k e p a d a i n s t i t u s i y a n g d u k u n g a n ny a sangat besar terhadap p e m b a n g u n a n kesehatan di wilayahnya d a n m e n u n j u k k a n komitmen yang tinggi serta memiliki kerja sama yang baik dan nyata dalam mensukseskan program-program kesehatan di wilayahnya.

Adapun indikator penilaian untuk penghargaan MKBH adalah pencapaian indikator prioritas program kesehatan hasil Riskesdas 2007 tingkat Provinsi/ Kabupaten/Kota, Alokasi anggaran untuk kesehatan pada APBD di atas/ mendekati 15%, Kabupaten/kota di luar Jawa dan Bali dengan Desa Siaga 100%, Kabupaten/Kota yang mempunyai pelayanan khusus seperti pelayanan daerah terpencil dan perbatasan, serta institusi/perusahaan yang mendukung program-program kesehatan. (Smd/Ds)

LAPORAN UTAMA

(12)

Ancaman yang makin Nyata

D

iam-diam namun pasti, p e n y a k i t A I D S t e l a h m e n j e l m a m e n j a d i ancaman yang makin nyata bagi masyarakat Indonesia. Perkembangannya yang terhitung sangat cepat dalam beberapa t a h u n t e r a k h i r , d i t a m b a h d e n g a n p e m a h a m a n y a n g belum komprehensif di kalangan masyarakat tentang penyakit ini, menyebabkan upaya untuk mengatasinya harus berhadapan dengan berbagai kendala yang

cukup serius.

Sejak ditemukan pertama kali di Bali tahun 1987, sampai September 2008 secara kumulatif terdapat 15.136 kasus AIDS dan 6.015 kasus HIV. Berarti dalam waktu 21 tahun kasus HIV/AIDS meningkat lebih 4.000 persen. Selama Juli – September 2008 saja kasus AIDS bertambah 2.450 kasus, yang dilaporkan dari 32 provinsi dan 214 kabupaten/kota di Indonesia. Itu sebabnya HIV/AIDS merupakan ancaman yang serius

bagi Indonesia.

A I D S a t a u A c q u i r e d I m m u n o d e f i c i e n c y S y n d r o m e adalah kumpulan gejala penyakit a k i b a t t u r u n n y a k e k e b a l a n tubuh yang disebabkan Human Immunodeiciency Virus (HIV).

HIV/AIDS ditularkan melalui 3 cara yaitu, lewat cairan darah (transfusi darah, pemakaian jarum suntik yang tercemar HIV, lewat cairan sperma dan cairan vagina (hubungan seks), dan lewat air susu ibu (ibu hamil yang HIV positif dan menyusui bayinya).

Menurut Prof. dr. Tjandra Yoga Aditama, Sp. P (K), DTM&H, MARS, Pelaksana Tugas Dirjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) Departemen Kesehatan, cara penularan kasus AIDS dilaporkan melalui heteroseksual (47%), melalui pengguna Napza suntik/penasun (43%), dan homoseksual (4%). Usia penderita paling banyak ditemukan pada usia 20-29 tahun (51%), disusul penderita usia 30-39 tahun (29%), dan usia 40-49 tahun (8%). Jumlah penderita AIDS yang meninggal 3.197 orang (21,12.%).

Itu sebabnya dalam memperingati Hari AIDS Sedunia tanggal 1 Desember 2008 ditetapkan tema ”Kepemimpinan”. Berdasarkan tema itu, sub tema yang ditetapkan Indonesia adalah ”Yang Muda Yang

Jumlah kasus HIV/AIDS meningkat sangat

tajam sejak ditemukan pertama kali di Bali 21

tahun lalu. Hingga saat ini belum ditemukan

obatnya, sehingga cara paling efektif untuk

mengatasinya adalah pencegahan.

AIDS

(13)

Membuat Perubahan”. Salah satu ciri kepemimpinan adalah mampu menyiapkan kaderisasi kepada yang muda untuk menyiapkan kepemimpinan saat ini dan yang akan datang, sebagai bukti menanamkan cinta kasih kepada masyarakat dan lingkungan yang dipimpinnya.

AIDS

Berdasarkan penelusuran, diketahui ratio kasus AIDS antara laki-kali dan perempuan adalah 3,08:1. Dari 15.136 kasus, dilaporkan sebanyak 11.367 orang adalah laki-laki dan 3.684 adalah perempuan, dan 85 kasus tidak diketahui jenis kelaminnya.

Sampai dengan 31 Maret 2008 insiden rate AIDS secara nasional mencapai 6,66 per 100.000 penduduk (berdasarkan data Badan Pusat Statistik tahun 2005, jumlah penduduk Indonesia sebanyak 227.132.350 jiwa). Dibandingkan dengan angka nasional, jumlah penderita di Papua mencapai 18,7 kali lipat lebih banyak, disusul DKI Jakarta 4,5 kali, Bali 3,7 kali, Kepulauan Riau 3,4 kali, dan Kalimantan Barat 2,7 kali

angka nasional.

HIV

Kasus terbanyak terdapat di Provinsi Papua (1.650), kemudian DKI Jakarta (1.181), Bali (968), Sumatera Utara (820), Jawa Barat (376), dan Sumatera Selatan (179).

Hasil estimasi populasi rawan tertular HIV pada tahun 2006 terbanyak ditemukan pada penasun (90.000 orang). Kelompok lain yang rawan tertular adalah pelanggan wanita pekerja seks/WPS (28.340 orang), masyarakat umum (27.470 orang), pasangan IDU (12.810 orang), lelaki suka lelaki/LSL (9.160 orang), wanita penjaja seks (8.910 orang), pasangan pelanggan WPS (5.200 orang), warga binaan pemasyarakatan/WBP (5.190 orang), waria (3.760 orang) dan pelanggan waria (2.230 orang). Populasi rawan HIV terbanyak ditemukan di DKI Jakarta (26.810), selanjutnya Papua (22.220), Jawa Barat (20.980), Jawa Timur (19.920), dan Sumatera Utara (11.840).

Sampai saat ini belum ada vaksin maupun obat untuk penyakit

No. Tahun Jumlah No. Tahun Jumlah

1. 1987 5 12. 1998 60

2. 1988 2 13. 1999 94

3. 1989 5 14. 2000 255

4. 1990 5 15. 2001 219

5. 1991 15 16. 2002 345

6. 1992 13 17. 2003 316

7. 1993 24 18. 2004 1.195

8. 1994 20 19. 2005 2.639

9. 1995 23 20. 2006 2.873

10 1996 42 21. 2007 2.947

11. 1997 44 22. 2008 3.995 *)

Jumlah 15.136

mematikan ini. Obat yang ada Anti Retroviral Virus (ARV) hanyalah untuk menekan perkembangan virus. Pengobatan HIV/AIDS sangat mahal karena harus dilakukan seumur hidup. Karena itu, cara yang paling efektif adalah pencegahan yaitu menghindari hubungan seks di luar nikah, bagi kelompok risiko tinggi menggunakan kondom bila berhubungan seks, dan tidak menggunakan narkoba suntik. (smd)

Jumlah kasus AIDS berdasarkan tahun pelaporan s.d 30 September 2008

Sumber : Ditjen P2PL Depkes.

LAPORAN UTAMA

Dia yang kehilangan

kesehatan, kehilangan

banyak.

Dia yang kehilangan

teman, kehilangan lebih

banyak lagi.

Tapi dia yang kehilangan

semangat, kehilangan

segalanya.

(14)

-K

epala Dinas Kesehatan Kota Batam dr. H mawardi Badar, MM mengatakan bahwa, jalur utama penularan infeksi HIV yang terjadi di Kepulauan Riau, khususnya di Kota Batam ditularkan melalui hubungan seksual dan disinyalir terjadi di dunia prostitusi. upaya mencegah penularan HIV/AIDS di Kota Batam telah di dituangkan dalam Surat Keputusan Walikota Batam No. KPTS. 187/HK/V/2008, tentang Tim Pengawas Pelaksanaan Kewajiban Memeriksakan Secara Berkala Bagi Wanita Penjaja Seks dan Pemakaian Kondom. “Berbagai upaya telah dilakukan, salah satunya melalui

penggunaan kondom dikalangan populasi risiko tinggi. Upaya lain yaitu mewajibkan para PSK (Pekerja Seks Komersial) untuk melakukan pemeriksaan berkala terhadap risiko tertularnya IMS (Infeksi Menular Seksual) sekaligus HIV/AIDS”, papar dr. Mawardi ketika menerima ‘Mediakom’ di ruang kerjanya.

Estimasi jumlah populasi rawan HIV di Kota Batam pada tahun 2005 menurut dr. Mawardi sebesar 56.750 orang. Mereka sebagian besar adalah laki-laki pelanggan PSK (Pekerja Seks Komersial) dan isteri dari pelanggan tersebut. Pada 1992 sampai dengan Maret 2008 jumlah

kumulatif penderita HIV/AIDS di Kota Batam sebanyak 998 orang, dimana 239 diantaranya telah mencapai tahap AIDS. “Program penanggulangan HIV/AIDS yang bertujuan menurunkan tingkat penularan telah berjalan di Batam dengan koordinasi Dinas Kesehatan dan dibantu beberapa LSM peduli AIDS dan didukung oleh para pengelola tempat hiburan malam, seperti lokalisasi Pusat Rehabilitasi Non Panti (PRSNP) Teluk Pandan,” jelas dr Mawardi.

Sementara itu, sekitar 20 Mahasiswa U n i v e r s i t a s B a t a m ( U n i b a ) membagikan 1.000 bunga dan 500 stiker bertemakan persahabatan dengan orang pengidap HIV/AIDS (ODHA). Bunga dan stiker dibagikan kepada sejumlah pejalan kaki, pengendara mobil maupun sepeda motor yang melewati kawasan Simpang Jam Batam antara pukul 08.30 hingga 10.00 Senin (1/12). Hal tersebut dilakukan dalam rangka memperingati hari AIDS se-dunia yang diperingati tiap 1 Desember.

Selain Mahasiswa Uniba, puluhan aktivis yang tergabung dalam Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Batam dalam waktu yang sama juga menggelar aksi serupa di Simpang Jam. Dalam aksinya mereka membagikan pita, kaset berisi pesan pesan bahaya HIV/AIDS dan bunga. Selain kegiatan tersebut KPA Batam bekerja sama dengan Yayasan Gaya Batam di tempat yang sama membagikan kondom.

PSK BATAM WAJIB PERIKSA

KESEHATAN

Kepala Dinas Kesehatan Kota Batam dr. H. Mawardi Badar, MM

(15)

Di tempat dan waktu yang sama, puluhan mahasiswa yang tergabung dalam Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI) Batam juga menggelar aksi serupa. Para mahasiswa itu justru menolak kondomisasi oleh pemerintah. Dari pesan-pesan yang dibawa para aktivis tertulis pesan, menolak seks bebas dan pembagian kondom kepada masyarakat.

Pada kesempatan yang sama Batam Tourism Development Board (BTDB) dalam rangka peringatan Hari AIDS Se-dunia juga menggelar kampanye kesehatan di tiga titik di Batam dengan membawa pesan-pesan yang berguna bagi masyarakat mengenai HIV/AIDS. BTDB memanfaatkan momentum Hari AIDS se-dunia ini dengan memberikan informasi mengenai bahaya HIV/AIDS, bagaimana cara pencegahan dan hal-hal apa saja yang bisa mengakibatkan timbulnya virus tersebut.

Sementara itu di Klinik Counseling and Testing (VCT) Etty (bukan nama sebenarnya) terkulai lemas diatas kursi roda saat menunggu

pemeriksaan dokter. Ibu Muda itu datang ke Rumah sakit Budi Kemuliaan dengan diantar oleh tukang ojek dengan membawa serta dua orang anaknya yang masih kecil-kecil tanpa ditemani suaminya yang bekerja sebagai buruh bangunan. Warga Batuampar ini tidak tahu persis penyakit apa yang dialaminya.

Etty mengeluh selama dua bulan belakangan sering diare, berat badannya turun dengan drastis dari 70 kilogram menjadi 30 kilogram hal itu menjadikan tubuhnya tinggal tulang pembalut kulit. Selama itu dari gejala yang dialami Etty mengira dirinya hanya mengalami sakit diare biasa dan Iapun hanya mengkonsumsi obat yang dijual bebas. Karena tidak juga membaik, akhirnya Etty berobat ke RS Budi Kemuliaan.

Melihat gejala klinis yang dialami Etty oleh dokter yang memeriksa dikirim ke VCT untuk konseling dan melakukan pemeriksaan lebih lanjut, untuk memastikan apakah yang bersangkutan mengidap virus HIV/ AIDS. “Kalau dari gejala yang dialami,

pasien sudah dalam keadaan AIDS. Meskipun belum diketahui hasil laboratorium, secara klinis pasien sudah menunjukan indikasi AIDS ” ungkap dr. Francisca Tanzil Kepala Klinik VCT ketika ditemui ‘Mediakom’ di ruangannnya.

Dijelaskan dr Fransisca, secara kasat mata yang baru dinyatakan positif HIV tidak ada perbedaan dengan orang sehat. Hal itu berbeda pada kondisi pasien yang sudah pada tahap AIDS, gejalanya sangat mudah dikenali seperti, penurunan berat badan yang drastis, diare dan dibagian mulut terutama bagian lidah memutih. “Kalau pasien sudah ditemukan dalam kondisi positif AIDS, selain kondisi isiknya memprihatinkan, proses penyembuhannya juga lebih sulit. Sehingga kemungkinan hidupnya juga lebih kecil,” jelas dr Fransisca yang biasa dipanggil dr Sisca itu.

Karena alasan itu juga dr Sisca selalu menyarankan bagi yang berisiko terhadap HIV, hendaknya melakukan cek up secara rutin. Bahkan, bagi mereka yang merasa tidak berisiko juga bukan berarti bebas dari HIV. “Saat ini terjadi perubahan trend penderita. Selama ini HIV/AIDS identik dengan PSK & pelanggannya, homo seksual dan pengguna narkoba suntik. Tetapi sekarang virus HIV/ AIDS mulai menyentuh kalangan ibu rumah tangga dan anak yang baru dilahirkan”, papar dr. Sisca.

Pasalnya tegas dr Sisca, saat ini penularan HIV rentan dialami bagi mereka yang suka berganti-ganti pasangan. PSK dan pelanggan merupakan kalangan yang berisiko tinggi terhadap HIV/AIDS. Tapi bagi mereka yang tidak pelanggan PSK tapi penganut seks bebas yang melakukan bukan dengan pasangan, keadaan seperti itu tetapnya juga memiliki risiko yang sama. “Meskipun bukan berhubungan dengan PSK, siapa yang menjamin teman kencan

dr Fransica Tanzil, Kepala Klinik VCT RS Budi Kemuliaan sedang melakukan konseling dengan ODHA

(16)

bersih dan aman dari virus HIV,” tegas dr. Sisca.

Jadi, lanjut dr Sisca saat ini siapa saja harus lebih waspada, tidak ada salahnya melakukan pengecekan dini, terutama saat hamil, minimal berusaha menghindari anak tertular HIV/AIDS. “Kalau diketahui lebih dini, penularan HIV pada anak yang masih dalam kandungan bisa dicegah ,” ungkapnya.

Data kasus HIV di Provinsi Kepulauan Riau menduduki urutan ke-9 di seluruh Indonesia. Sementara data Dinas Kesehatan Kota Batam, tingkat kemungkinan kasus HIV diantaranya pekerja seks di Batam sebesar 12,5% artinya setiap ada 8 pekerja seks satu diantaranya menderita HIV. Sementara data kumulatif penderita HIV yang pernah didiagnosis di RS Budi Kemuliaan Batam hingga Oktober 2008 berjumlah 874 orang, 306 diantaranya telah masuk pada tahap AIDS dan 157 lainnya telah meninggal dunia.

Dari data tersebut 71% kasus terjadi akibat hubungan seks dengan lawan jenis. 11% penularan terjadi akibat penggunaan jarum suntik bersama pada para pengguna narkoba. 10% akibat hubungan seks sesama jenis dan 7% penularan dari ibu ke bayi.

Selanjutnya dr. Sisca mengatakan bahwa, Batam sebagai daerah yang masyarakatnya terdiri dari para pendatang maka penderita HIV/AIDS juga bisa dilihat dari latar belakang budaya. Dari keseluruhan kasus HIV/AIDS urutan paling tinggi sebesar 18,4% adalah suku Jawa, urutan kedua 16,7% dari etnis Cina, urutan ke tiga 14,2% Sunda dan yang ke-empat suku Batak sebesar 13,6%.

Hingga saat ini untuk mengetahui seseorang menderita HIV hanya dengan cara pemeriksaan darah tes anti-body HIV, diawali dengan konseling. Konseling ini diperlukan untuk memberikan gambaran tentang HIV/AIDS kepada pasien

mengenai faktor risiko serta apa yang harus dilakukan jika hasil testnya positif. “Lebih menyiapkan mental mereka saja, kalau akhirnya hasil tesnya positif. Karena tidak semua orang mengetahui mengenai virus ini, meskipun sebenarnya tidak perlu ditakuti secara berlebihan,” tutur dr. Sisca.

Saat ini masyarakat Batam bisa melakukan konseling dan tes HIV di klinik VCT yang terdapat di paviliun Anyelir RS Budi Kemuliaan. Bagi yang positif HIV tidak harus mengkonsumsi obat, tergantung pada kondisinya saja. Bagi mereka yang sudah masuk ke dalam tahap AIDS pasien harus minum obat antiretroviral (ARV) secara teratur seumur hidupnya.

Kalau HIV diketahui lebih dini, tidak harus konsumsi ARV, tapi penderita dapat mengubah gaya hidupnya, seperti menjaga asupan makanan, tidak merokok, istirahat dan pastikan tidak melakukan hubungan seks yang tidak aman yang dapat menularkn virus pada orang lain. (isti)

Suasana kekeluargaan tercermin di VCT RS Budi Kemuliaan, dr. Sisca bersama balita yang lolos dari virus HIV/AIDS dari Ibunya.

LAPORAN UTAMA

Kebanyakan dari kita

tidak mensyukuri

apa yang sudah kita

miliki, malahan selalu

menyesali apa yang

belum kita dapat

[image:16.595.0.382.46.340.2]
(17)

-‘Pelayanan Kesehatan Yang Komunikatif’

Para penari cilik dengan lincah menari menyambut kedatangan para tamu undangan yang

menghadiri acara puncak peringatan genap 49 tahun Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP)

Sanglah, yang kali ini mengambil tema Communicative Health Care.

M

enteri Kesehatan, Dr. dr. Siti Fadilah Supari, Sp. JP(K) pada kesempatan i t u m e n y a m p a i k a n apresiasi yang setinggi-tingginya kepada seluruh jajaran RSUP Sanglah yang pada Hari Ulang Tahun ke-49 mengangkat tema

Communicative Health Care. Isu tersebut saat ini merupakan unsur penting dalam pelayanan kesehatan kepada masyarak at k hususnya di rumah sakit. Karena proses pemberian pelayanan kesehatan yang komunkatif akan mewujudkan kepuasan pasien yang menjadi tuntutan masyarakat saat ini.

A p r e s i a s i M e n k e s t e r s e b u t disampaik an dalam sambutan yang dibacakan Kepala Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan (PP-SDM), dr Bambang Giatno

Rahardjo, MPH pada acara puncak peringatan hari jadi RSUP Sanglah, 30 Desember 2008 di Denpasar Bali.

M e n k e s m e n e g a s k a n b a h w a , s e b a g a i d a m p a k d a r i h a s i l pembangunan kesehatan, telah terjadinya perubahan sosial budaya di lingkungan masyarakat. Saat ini masyarakat semakin kritis dan cenderung menuntut pelayanan kesehatan yang lebih bermutu, lebih baik dan lebih ramah. Untuk itu, salah satu prakondisi yang harus dipenuhi adalah meningkatnya mutu pelayanan kesehatan.

Peningkatan mutu pelayanan rumah sakit tegas Menkes, termasuk yang menjadi prioritas utama. Rumah sakit hendaknya dapat mewujudkan pelayanan yang bermutu secara nyata. Tindakan nyata untuk mewujudkan pelayanan rumah sakit

yang bermutu tersebut antara lain, memberikan pelayanan yang aman, berkualitas, terjangkau, eisien serta berkeadilan.

Menurut Menkes, peningkatan mutu pelayanan rumah sakit sangat erat hubungannya dengan kepuasan pelanggan/pasien. Di era globalisasi perdagangan bebas telah mengakibatkan persaingan di bidang pelayanan kesehatan terutama bidang perumahsakitan s a n g a t t e r a s a p e n g a r u h n y a . Menjawab tantangan tersebut maka diperlukan intervensi internal dalam penyelenggaraan pelayanan kesehatan rumah sakit di Indonesia.

Secara khusus tegas Menkes, tindakan yang perlu diwujudkan rumah sakit yaitu mencapai pelayanan kesehatan yang berkelas dunia. World class hospital tersebut bertujuan untuk meningkatkan daya saing pelayanan kesehatan Indonesia di kawasan Asia Tenggara maupun dunia. Disamping itu untuk menurunkan angka consumption abroad rakyat Indonesia dalam mencari pelayanan kesehatan s e r t a u n t u k m e n i n g k a t k a n profesionalisme tenaga kesehatan di Indonesia.

Untuk mencapai kualitas pelayanan rumah sakit berkelas dunia, Menkes menyatakan bahwa, terdapat enam dimensi yang saling terkait dan harus diperhatikan. Keenam dimensi tersebut antara lain, clinical efectiv eness, eiciency, staf orientation, responsive governance, safety dan patient centeredness. Bagian penting dari keterkaitan enam dimensi tersebut adalah kepuasan pelanggan.

Dr. Bambang Giatno Rahardjo, MPH menyampaikan sambutan Menkes pada peringatan genap ke-49 tahun RSUP Sanglah Bali

(18)

Dalam kesempatan itu pula Menkes mengharapkan, agar kedepan RSUP Sanglah dapat menjadi salah satu rumah sakit pendidikan di Indonesia yang mampu menjadi rumah sakit berkelas dunia atau world class hospital. Mengingat RSUP Sanglah memiliki potensi sumberdaya kesehatan serta terletak di Provinsi Bali yang merupakan salah satu pintu gerbang tujuan wisatawan mancanegara ke Indonesia. Oleh karena itu kepada seluruh unsur pemberi pelayanan di rumah sakit agar dapat saling bekerja sama, bahu membahu dalam memberikan pelayanan yang terbaik dan selalu berada di garis terdepan dalam memberikan pelayanannya kepada seluruh lapisan masyarakat.

Dalam kesempatan itu Direktur Utama Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Sanglah, dr. Lanang M Rudiartha melaporkan kepada Menkes mengenai permasalahan yang dihadapi. Salah satu permasalahan itu, banyaknya sumber daya manusia (SDM) yang akan memasuki masa pensiun tidak berimbang dengan pengangkatan CPNS. Sementara jumlah peserta didik dokter umum dan dokter spesialis terus meningkat.

Dilaporkan bahawa, jumlah karyawan di RSUP Sanglah sebanyak 2.454 0rang, terdiri dari tenaga medis, tenaga perawatan, tenaga non keperawatan, serta tenaga non medis. Masing-masing berjumlah 298, 1.005, 282 dan 869. Jumlah

dokter spesialis sebanyak 215 orang terdiri dari 23 spesialis bedah, 25 spesialis anak, 22 spesialis k e b i d a n a n & p e n y a k i t kandungan, 13 spesialis saraf, 7 spesialis kulit & kelamin, 11 spesialis THT-KL, 7 spesialis mata, 4 spesialis gigi & mulut, 4 spesialis rehabilitasi medik, 1 3 s p e s i a l i s anastesi, 7 spesialis r a d i o l o g i , 1 1

spesialis patologi klinik, 6 spesialis p a to l o gi a n a to m i , 3 s p e s i a l i s kedokteran kehakiman, 8 spesialis jiwa, 8 spesialis mikrobiologi klinik, 5 spesialis kardiologi & kedokteran vaskuler, 7 spesialis ortopedi, 4 spesialis bedah saraf, 3 spesialis urologi.

Selanjutnya dr. Lanang memaparkan masalah lain yang sedang dihadapi RSUP Sanglah yaitu, terbatasnya biaya pemeliharaan peralatan penunjang dari biaya pusat. Disamping itu dikeluhkan juga, belum ada pedoman KSO sebagai dasar leksibilitas rumah sakit (BLU) dalam pengadaan alat kesehatan dan pelayanan.

B e b e r a p a p e n g h a r g a a n y a n g diperoleh pada 2008 Hospital I n o v a t i o n Award yang diselenggarakan PERSI (Persatuan Rumah Sakit I n d o n e s i a ) d i a n t a r a n y a , sebagai juara pertama dalam : • Medication Error dalam Dispensing Obat Penerapan. • Pe n e r a p a n Sistem Green Code pada Gawat Janin.

• E f e k t i f i t a s P e n g g u n a a n

Kasur Air dan Penyangga Kepala untuk Mencegah Decubitus. • Efektiitas Kegiatan Diskusi

Releksi Kasus dalam Upaya Pengembangan Mutu Keperawatan.

Dalam kesempatan ini juga diberikan penghargaan kepada karyawan terbaik di RSUP Sanglah yang tertuang dalam Surat Keputusan Direktur Utama Rumah sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar Nomor : RSUP/SK-HK.00.06.D.23/10332 tentang Pemilihan Pegawai Teladan di Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar Tahun 2008. Penghargaan itu dari juara 1 sampai 3 secara berturut-turut kepada DR.dr. Made Wiryana, Sp An KIC, Prof DR dr AA raka Sudewi, Sp S(K), Dr. AAN Jaya Kusuma, Sp OG(K) dari kelompok dokter. Sedangkan kelompok perawat yaitu, Ni Luh made Yudiani, AMK, Ketut Suardana, AMK, Putu Adi Mediawati. (isti)

Dua orang perawat RSUP Sanglah Denpasar Bali sedang melakukan tindakan kepada pasien

Para teladan menerima penghargaan dari Direktur Utama RSUP Sanglah Denpasar Bali, dr. Lanang M Rudiartha

LAPORAN UTAMA

Meskipun anda

sudah berada di

tempat yang tepat,

namun anda akan

tergilas bila hanya

berdiam diri.

(19)

Rogers-H

ingga kini belum tersedia data berbasis populasi yang memadai untuk perencanaan pembangunan sampai tingkat kabupaten/kota. Untuk itu, Balitbangkes Depkes menyelenggarakan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007. Riskesdas adalah kegiatan riset yang diarahkan untuk mengetahui gambaran kesehatan dasar penduduk termasuk biomedis yang dilaksanakan dengan cara survey rumah tangga di seluruh wilayah kabupaten/kota secara serentak dan periodik, kata dr. Triono Soendoro, Ph. D dalam jumpa pers usai Simposium IV Hasil Riskesdas 2007 di Jakarta tanggal 2 Desember 2008.

Menurut dr. Triono, dalam Riskesdas 2007 berhasil dikumpulkan sebanyak 258.366 sampel rumah tangga dan 987.205 sampel anggota rumah tangga untuk pengukuran berbagai variabel kesehatan masyarakat. Riskesdas 2007 juga mengumpulkan 36.357 sampel untuk pengukuran

berbagai variabel biomedik dari anggota rumah tangga yang berumur lebih dari 1 tahun yang bertempat tinggal di desa/kelurahan dengan klasiikasi perkotaan.

Khusus untuk pengukuran gula darah, berhasil dikumpulkan sebanyak 19.114 sampel yang diambil dari anggota rumah tangga berusia lebih dari 15 tahun. Untuk tes cepat yodium, berhasil dilakukan pengukuran pada 257.065 sampel rumah tangga. Sedangkan untuk pengukuran yodium di dalam urin, berhasil dilakukan pengukuran pada 8.473 sampel anak berumur 6-12 tahun yang tinggal di 30 kabupaten/ kota dengan berbagai kategori tingkat konsumsi yodium, ujar dr. Triono.

Riskesdas, lanjut dr. Triono, merupakan salah satu perwujudan 4 grand strategy Depkes, yaitu berfungsinya sistem informasi kesehatan yang evidence-based melalui pengumpulan data

dasar dan indikator kesehatan. Indikator yang dihasilkan antara lain meliputi status kesehatan dan faktor penentu kesehatan yang bertumpu pada konsep Henrik Blum, merepresentasikan gambaran wilayah nasional, provinsi dan kabupaten/kota.

Menurut dr. Triono, pertanyaan yang menjadi dasar pengembangan Riskesdas 2007 adalah: 1. Bagaimana status kesehatan dan faktor penentu kesehatan, baik di tingkat nasional, provinsi dan kabupaten/kota; 2. Bagaimana hubungan antara kemiskinan dan kesehatan; dan 3. Apakah terdapat masalah kesehatan yang spesiik?

Untuk menjawab ketiga pertanyaan tersebut, ujar dr. Triono, dirumuskan tujuan Riskesdas antara lain penyediaan data dasar status kesehatan dan faktor penentu kesehatan, baik di tingkat rumah tangga maupun tingkat individual, dengan ruang lingkup : 1. Status gizi; 2. Akses dan pemanfaatan pelayanan kesehatan; 3. Sanitasi lingkungan; 4. Konsumsi makanan; 5. Penyakit menular, penyakit tidak menular dan riwayat penyakit keturunan; 6. Ketanggapan pelayanan kesehatan; 7. Pengetahuan, sikap dan perilaku; 8. Disabilitas; 9. Kesehatan mental; 10. Imunisasi dan pemantauan pertumbuhan; 11. Kesehatan bayi; 12. Pengukuran anthropometri, tekanan darah, /ingkar perut dan lingkar lengan atas; 13. Pengukuran biomedis; 14. Pemeriksaan visus; 15. Pemeriksaan gigi; 16. Berbagai autopsiverbal peristiwa kematian; dan 17. Mortalitas.

Dr. Triono menyatakan, disain Riskesdas 2007 merupakan survei cross sectional yang bersifat deskriptif. Populasi dalam Riskesdas 2007 adalah seluruh rumah tangga di

HASIL RISKESDAS 2007

Menteri Kesehatan Dr. Siti Fadilah Supari menyerahkan hasil Riskesdas 2007 kepada peserta Simposium Nasional IV Hasil Riskesdas.

[image:19.595.29.385.62.373.2]
(20)

seluruh pelosok Republik Indonesia. Sam- pel rumah tangga dan anggota rumah tangga dalam Riskesdas 2007 dirancang identik dengan daftar sampel rumah tangga dan anggota rumah tangga Susenas 2007. Berbagai ukuran sampling error termasuk didalamnya standard error, relative standard error, conidence interval, design efect dan jumlah sampel tertimbang menyertai setiap estimasi variabel.

Dr. Triono mengakui adanya keterbatasan Riskesdas, mencakup non-random error antara lain: pembentukan kabupaten baru, blok sensus tidak terjangkau, rumah tangga tidak dijumpai, periode waktu pengumpulan data yang berbeda, estimasi tingkat kabupaten tidak bisa berlaku untuk semua indikator, dan data biomedis yang hanya mewakili blok sensus perkotaan. Khusus untuk lima provinsi (Papua, Papua Barat, Maluku, Maluku Utara dan NTT) baru dilaksanakan pada bulan Agustus-September 2008, sementara 28 provinsi lainnya telah selesai dilaksanakan pada tahun 2007.

Menurut dr. Triono, hasil Riskesdas ini sangat bermanfaat sebagai asupan dalam pengembangan kebijakan dan perencanaan program kesehatan. Dengan 900 variabel, maka hasil Riskesdas 2007 telah dan dapat digunakan antara lain untuk pengembangan riset dan analisis lanjut, pengembangan nilai standar baru berbagai indikator kesehatan, penelusuran hubungan kausal-efek, dan pemodelan statistik. Selengkapnya hasil Riskesdas sebagai berikut :

Status Gizi Balita

• Prevalensi nasional Gizi Buruk pada Balita adalah 5,4%, dan Gizi Kurang pada Balita adalah 13,0%. Keduanya menunjukkan bahwa baik target Rencana P e m b a n g u n a n J a n g k a Menengah untuk pencapaian program perbaikan gizi (20%), maupun target Millenium Development Goals pada 2015

(18,5%) telah tercapai pada 2007. Namun demikian, sebanyak 19 provinsi mempunyai prevalensi Gizi Buruk dan Gizi Kurang diatas prevalensi nasional, yaitu Nanggroe Aceh Darussalam, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, Jambi, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Gorontalo, Sulawesi Barat, Maluku, Maluku Utara, Papua Barat dan Papua.

• Secara nasional, 10 kabupaten/ kota dengan prevalensi Gizi Buruk dan Gizi Kurang pada Balita tertinggi berturut-turut adalah Aceh Tenggara (48,7%), Rote Ndao (40,8%), Kepulauan Aru (40,2%), Timor Tengah Selatan (40,2%), Simeulue (39,7%), Aceh Barat Daya (39,1%), Mamuju Utara (39,1%), Tapanuli Utara (38,3%), Kupang (38,0%), dan Buru (37,6%). Sedangkan 10 kabupaten/kota dengan prevalensi Gizi Buruk dan Gizi Kurang pada Balita terendah adalah Kota Tomohon (4,8%), Minahasa (6,0%), Kota Madiun (6,8%), Gianyar (6,8%), Tabanan (7,1%), Bantul (7,4%), Badung (7,5%), Kota Magelang (8,2%), Kota Jakarta Selatan (8,3%), dan

Bondowoso (8,7%).

• Prevalensi nasional Gizi Lebih Pada Balita adalah 4,3%. Sebanyak 15 provinsi mempunyai prevalensi Gizi Lebih Pada Balita diatas prevalensi nasional, yaitu Sumatera Utara, Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Bengkulu, Bangka Belitung, Kepulauan Riau, DKI Jakarta, Jawa Timur, Bali, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Sulawesi Selatan, Maluku dan Papua.

• Secara bersama-sama, prevalensi nasional Balita Pendek dan Balita Sangat Pendek (stunting) adalah 36,8%. Sebanyak 17 provinsi mempunyai prevalensi Balita Pendek dan Balita Sangat Pendek di atas prevalensi nasional, yaitu DI Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Lampung, Banten, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Gorontalo, Sulawesi Barat, Maluku, Maluku Utara, dan Papua Barat.

• Secara nasional, 10 kabupaten/ kota dengan prevalensi Balita Pendek dan Sangat Pendek tertinggi adalah Seram Bagian Timur (67,4%), Nias Selatan (67,1), Aceh Tenggara (66,8%),

Petugas RISKESDAS sedang melakukan pemeriksaan tekanan darah pada seorang responden (dok. Litbang)

(21)

Simeulue (63,9%), Tapanuli Utara (61,2%), Aceh Barat Daya (60,9%), Sorong Selatan (60,6%), Timor Tengah Utara (59,7%), , Gayo Lues (59,7), dan Kapuas Hulu (59,0%). Sedangkan 10 kabupaten/kota yang mempunyai prevalensi Balita Pendek dan Sangat Pendek terendah adalah Sarmi (16,7%), Wajo (18,6%), Kota Mojokerto (19,0%), Kota Tanjung Pinang (19,3%), Kota Batam ( 20,2%), Kampar (20,4%), Kota Jakarta Selatan (20,9%), Kota Madiun (21,0%), Kota Bekasi (21,5%), dan Luwu Timur (21,7%).

• Prevalensi nasional Balita Kurus adalah 7,4% (wasting-serius) dan Balita Sangat Kurus adalah 6,2% (wasting-kritis).

• Sebanyak 25 provinsi mempunyai prevalensi Balita Kurus diatas prevalensi nasional, yaitu DI Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Kepulauan Riau, DKI Jakarta, Jawa Timur, Banten, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan,

Sulawesi Tenggara, Gorontalo, Sulawesi Barat, Maluku, Maluku Utara, Papua Barat, dan Papua. • Sebanyak 21 provinsi mempunyai

prevalensi Balita Sangat Kurus diatas prevalensi nasional, yaitu DI Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Bengkulu, Lampung, DKI Jakarta, Banten, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Sulawesi Tengah, Gorontalo, Sulawesi Barat, Maluku, dan Papua Barat. • Secara nasional, 10 kabupaten/

kota dengan prevalensi Balita Sangat Kurus dan Kurus tertinggi adalah Solok Selatan (41,5%), Seruyan (41,1%), Manggarai (33,3%), Tapanuli Selatan (31,9%), Seram Bagian Barat (31,0%), Asmat (30,9%), Buru ( 30,3%), Nagan Raya (30,1%), dan Aceh Utara (29,9%). Sedangkan 10 kabupaten/kota dengan prevalensi Balita Sangat Kurus dan Kurus terendah adalah Minahasa (0%), Kota Tomohon (2,6%), Kota Sukabumi (3,3%), Kota Bogor (4,0%), Bandung

(4,6%), Kota Salatiga (4,9%), Kota Magelang (5,2%), Cianjur (5,4%), dan Bangka (5,6%).

• Prevalensi nasional Balita Gemuk adalah 12,2%. Sebanyak 18 provinsi mempunyai Balita Gemuk diatas prevalensi nasional, yaitu DI Aceh, Sumatera Utara, Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Bengkulu, Lampung, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Banten, Bali, Nusa Tenggara Barat, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Sulawesi Barat, Maluku, dan Maluku Utara.

Status Gizi Penduduk Umur 6-14 Tahun (Usia Sekolah)

• Prevalensi nasional Anak Usia Sekolah Kurus (laki-laki) adalah 13,3%, sedangkan prevalensi nasional Anak Usia Sekolah Kurus (Perempuan) adalah 10,9%. • Sebanyak 16 provinsi mempunyai

prevalensi Anak Usia Sekolah Kurus (laki-laki) diatas prevalensi nasional, yaitu DI Aceh, Sumatera Barat, Riau, Jambi, Sumatera Selatan, DKI Jakarta, Jawa Tengah, Banten, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, dan Maluku.

• Sebanyak 19 provinsi mempunyai prevalensi Anak Usia Sekolah Kurus (Perempuan) diatas prevalensi nasional, yaitu DI Aceh, Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Lampung, Kepulauan Riau, DKI Jakarta, Jawa Tengah, Banten, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Barat, dan Maluku.

• Prevalensi nasional Anak Usia Sekolah Gemuk (Laki-laki) adalah 9,5%, sedangkan prevalensi nasional Anak Usia Sekolah Gemuk (Perempuan) adalah 6,4%.

• Sebanyak 16 provinsi mempunyai prevalensi Anak Usia Sekolah Gemuk

(Laki-Petugas RISKESDAS sedang melakukan pemeriksaan pada seorang responden (dok.Litbang)

(22)

laki) diatas prevalensi nasional, yaitu DI Aceh, Sumatera Utara, Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Bengkulu, Lampung, Bangka Belitung, Kepulauan Riau, DKI Jakarta, Jawa Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Maluku Utara, dan Papua.

• Sebanyak 17 provinsi mempunyai prevalensi Anak Usia Sekolah Gemuk (Perempuan) diatas prevalensi nasional, yaitu DI Aceh, Sumatera Utara, Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Bengkulu, Lampung, Bangka Belitung, Kepulauan Riau, DKI Jakarta, Jawa Timur, Bali, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Sulawesi Utara, Maluku, dan Papua.

Status Gizi Penduduk Umur ≥ 15 Tahun

• Prevalensi nasional Obesitas Umum Pada Penduduk Umur ≥ 15 Tahun adalah 10,3%. Sebanyak 12 provinsi mempunyai prevalensi Obesitas Umum Pada Penduduk Umur ≥ 15 Tahun diatas prevalensi nasional, yaitu Bangka Belitung, Kepulauan Riau, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Timur, Kalimantan Timur, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Gorontalo, Maluku Utara, Papua Barat, dan Papua.

• Berdasarkan perbedaan menurut jenis kelamin menunjukkan, bahwa prevalensi nasional Obesitas Umum Pada Laki-Laki Umur ≥ 15 Tahun adalah 13,9%, sedangkan prevalensi nasional Obesitas Umum Pada Perempuan Umur ≥ 15 Tahun adalah 23,8%. • Prevalensi nasional Obesitas

Sentral Pada Penduduk Umur ≥ 15 Tahun adalah 18,8%. Sebanyak 17 provinsi mempunyai prevalensi Obesitas Sentral Pada Penduduk Umur ≥ 15 Tahun diatas prevalensi nasional, yaitu Sumatera Utara, Bengkulu, Bangka Belitung, Kepulauan Riau, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Timur, Banten, Bali, Kalimantan Timur, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Gorontalo, Maluku

Utara, Papua Barat, dan Papua.

Status gizi Wanita Usia Subur 15-45 tahun

Prevalensi nasional Kurang Energi Kronis Pada Wanita Usia Subur (berdasarkan LILA yang disesuaikan dengan umur) adalah 13,6%. Sebanyak 10 provinsi mempunyai prevalensi Kurang Energi Kronis Pada Wanita Usia Subur diatas prevalensi nasional, yaitu DKI Jakarta, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Selatan, Sulawesi Tenggara, Maluku, Papua Barat, dan Papua.

Konsumsi Energi dan Protein • Rerata nasional Konsumsi

Energi per Kapita per Hari adalah 1.735,5 kkal. Sebanyak 21 provinsi mempunyai rerata Konsumsi Energi per Kapita per Hari dibawah rerata nasional, yaitu Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Bengkulu, Lampung, Kepulauan Riau, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Banten, Bali, Nusa Tenggara Barat, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan, Gorontalo, dan Sulawesi

Barat.

• Rerata nasional Konsumsi Protein per Kapita per Hari adalah 55,5 gram. Sebanyak 16 provinsi mempunyai rerata konsumsi Protein per Kapita per Hari dibawah rerata nasional, yaitu Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Bengkulu, Lampung, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Banten, Bali, Nusa Tenggara Barat, Kalimantan Selatan, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Gorontalo, dan Sulawesi Barat.

Konsumsi garam beriodium

• Secara nasional, sebanyak 62,3% rumah tangga Indonesia mempunyai garam cukup iodium. Sebanyak 6 provinsi telah mencapai target Universal Salt Iodization 2010 (90%), yaitu Sumatera Barat, Jambi, Sumatera Selatan, Kepulauan Bangka Belitung, Gorontalo dan Papua Barat.

• Dari sampel 30 kabupaten/kota, ternyata persentase rumah tangga yang menggunakan garam dengan kandungan yodium sesuai Standar Nasional Indonesia (30-80 ppm KIO3) adalah 24,5%.

Petugas RISKESDAS sedang melakukan pemeriksaan lingkar lengan atas kepada responden (dok. Litbang)

(23)

• Secara nasional, 10 kabupaten/ kota dengan persentase rumah tangga yang menggunakan garam dengan kandungan yodium sesuai Standar Nasional Indonesia terendah adalah Pidie (1,4%), Bireuen (5,5%), Seram Bagian Timur (10,0%), Rote Ndao (11,1%), Jeneponto (11,3%), Dompu (11,5%), Flores Timur (11,7%), Tabanan (11,9%), Aceh Utara (12,1%), dan Bima (12,5%). Sedangkan 10 kabupaten/kota dengan persentase rumah tangga yang menggunakan garam dengan kandungan yodium sesuai Standar Nasional Indonesia tertinggi adalah Nagan Raya (100%), Siak (100%), Kepualauan Mentawai (100%), Merangin (100%), Waropen (100%), Tolikara (100%), Bangka (100%), Karo (99,8%), Musi Banyuasin (99,8%), dan Rokan Hulu (99,8%).

Status Imunisasi

• Persentase nasional Imunisasi BCG Pada Anak Umur 12-23 Bulan adalah 86,9%. Sebanyak 14 provinsi mempunyai persentase Imunisasi BCG Pada Anak Umur 12-23 Bulan dibawah persentase nasional, yaitu Nanggroe Aceh

Darussalam, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Jambi, Bangka Belitung, Banten, Nusa Tenggara T i m u r, K a l i m a n t a n B a r a t , Kalimantan Tengah, Sulawesi Barat, Maluku, Maluku Utara, Papua Barat dan Papua.

• Persentase nasional Imunisasi Polio 3 Pada Anak Umur 12-23 Bulan adalah 71,0%. Sebanyak 1 7 p r o v i n s i m e m p u n y a i persentase Imunisasi Polio 3 Pada Anak Umur 12-23 Bulan dibawah persentase nasional, yaitu Nangroe Aceh Darussalam, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Bangka Belitung, Jawa Barat, Banten, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Gorontalo, Sulawesi Barat, Maluku, Maluku Utara, Papua Barat dan Papua. • Persentase nasional Imunisasi

DPT 3 Pada Anak Umur 12-23 Bulan adalah 67,7%. Sebanyak 17 provinsi mempunyai persentase Imunisasi DPT 3 Pada Anak Umur 12-23 Bulan dibawah persentase nasional, yaitu Nanggroe Aceh Darussalam, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Jawa Barat, Banten, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur,

Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Gorontalo, Sulawesi

Gambar

tahap AIDS dan 157 lainnya telah meninggal dunia. untuk memberikan gambaran  tentang HIV/AIDS kepada pasien
gambaran diambil dari anggota rumah tangga

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Hasil penelitian yang dilakukan peneliti menunjukkan bahwa motivasi kerja berpengaruh secara positif tetapi tidak signifikan terhadap kinerja pegawai pada Dinas

Rapat Umum Pemegang Saham untuk perubahan anggaran dasar, berdasarkan Pasal 27 ayat 1 huruf a Anggaran Dasar Perseroan, Rapat Umum Pemegang Saham dapat

Bab ini berisi mengenai studi literature yang berhubungan dengan ekologi hutan dan hubungannya dengan manusia, tinjauan mengenai hutan Wanagama, tinjauan umum

Dengan dasar Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan

Sub inikator (4) penggunaan aplikasi di berbagai hardware dan software yang ada dikategorikan sangat praktis dengan nilai rerata 3, 53 dan presentase 88,32%. Hal ini

Hasil tersebut sejalan dengan kriteria penilaian kinerja yang dikemukakan oleh Kreitner (2005) bahwa bagus atau tidaknya kinerja seseorang dapat dilihat dari kemampuannya memahami

Berdasarkan perumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana cara membuat sebuah aplikasi yang dapat melakukan manajemen pendaftaran