• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengendalian Persediaan Produksi Crude Palm Oil (CPO) Pada Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit Adolina

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengendalian Persediaan Produksi Crude Palm Oil (CPO) Pada Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit Adolina"

Copied!
55
0
0

Teks penuh

(1)

Lampiran 1. Tabel Nilai Luas Kurva Normal untuk Nilai z

(2)
(3)

DAFTAR NILAI KRITIS UJI LILLIEFORS Ukuran

Sampel (n)

Tarap Nyata (α)

0,01 (99%) 0,05 (95%) 0,10 (90%) 0,15 0,20

4 0,417 0,381 0,352

5 0,405 0,337 0,315

6 0,364 0,319 0,294

7 0,348 0,300 0,276

8 0,331 0,285 0,261

9 0,311 0,271 0,249

10 0,294 0,258 0,239

11 0,284 0,249 0,230

12 0,275 0,242 0,223

13 0,268 0,234 0,214

14 0,261 0,227 0,207

15 0,257 0,220 0,201

16 0,250 0,213 0,195

17 0,254 0,206 0,289

18 0,239 0,200 0,184

19 0,235 0,195 0,179

20 0,231 0,190 0,174

25 0,200 0,173 0,158

30 0,187 0,161 0,144

(4)

DAFTAR PUSTAKA

Assauri, S .2008.Manajemen Produksi dan Operasi. Edisi Revisi. Jakarta : Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

Baroto, Teguh. 2002. Perencanaan dan Pengendalian Produksi. Cetakan Pertama. Jakarta : Ghalia Indonesia.

Daddy Budiman, Rini Hakimi. 2004. Sistem Perencanaan Produksi dan PengendalianPersediaan Bahan Baku pada perusahaan Susu Olahan. Jurnal Teknik Mesin

Vol. 1, No. 2, Desember 2004.

Erry Rimawan. Analisa Perhitungan Perencanaan Pengendalian Produksi DenganEconomic Production Quantity (EPQ) Pada PT XYZ. Jurnal Program Studi Teknologi Industri, Fakultas Teknik. Universitas Mercu Buana.

Handoko, T Hani. 2000. Dasar-dasar Manajemen Produksi dan Operasi. Edisi Pertama. Yogyakarta : BPFE.

Nasution, A. H. dan Prasetyawan, Y. 2008.Perencanaan dan Pengendalian Produksi. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Purcell, E J, D. E. Varberg. 1987. Calculus with Analytic Geometry. 5th Edition. USA: Prentice Hall.

R. Dan Reid, Nada R. Sanders. 2010. Operation Management An Integrated Approach. Fourth Edition. Asia: John Wiley & Sons, Inc.

Rangkuti, Freddy. 2004. Manajemen Persediaan. Jakarta : PT. RajaGrafindo Persada.

Ristono, Agus. 2009. Manajemen Persediaan.Edisi Pertama cetakan pertama.Yogyakarta : Graha Ilmu.

Siagian, P. 2007. Penelitian Operasional Teori dan Praktek.Jakarta : UI Press.

Sudjana. 2005. Metoda Statistika. Bandung : Tarsito.

Taha, Hamdy A. 1982. Operation Research an Introduction. New York: MacMillan Publishing Co, Inc.

(5)

BAB 3

PEMBAHASAN DAN HASIL

3.1 Sejarah Singkat PKS Adolina

Unit Usaha Adolina didirikan oleh pemerintahan Belanda sejak tahun 1962 dengan nama “NV Cultur Maatschappy (NV CMO)” yang bergerak dalam budidaya tembakau. Pada tahun 1938 budidaya tembakau dirubah menjadi kelapa sawit dan karet dengan nama “NV Serdang Cultur Maatschappy (NV SCM)”. Sejak tanggal 11 Maret 1996 sampai saat ini Adolina merupakan salah satu unit usaha dari PTP Nusantara IV (Persero) dan merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN).

Luas areal Hak Guna Usaha Kebun Adolina seluas 8.965,69 ha, dibagi menjadi tiga bagian yaitu : Kelapa Sawit = 6060 ha, Kakao = 2.576 ha, dll = 329,69 ha (Emplasment, Pondok, bibitan, pabrik, dll).

3.1.1 Lokasi Perusahaan

Sesuai Surat Keputusan Direksi PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero) Nomor : 04.13/Kpts/Org/93/XII/1998 tanggal 17 Desember 1998 memutuskan terhitung mulai tanggal 01 Januari 1999 melebur Kebun Bangun Purba dan merubah statusnya menjadi Afdeling Unit Kebun Adolina.

(6)

3.1.2 Ruang Lingkup Usaha

PKS (Pabrik Kelapa Sawit) Adolina Perbaungan merupakan suatu perusahaan yang bergerak di bidang pengolahan TBS (Tandan Buah Segar) kelapa sawit yang dihasilkan dari kebun-kebun rakyat dan kebun sendiri. Pabrik ini didirikan dengan kapasitas 30 ton TBS/jam yang berarti bila pabrik bekerja dengan kapasitas penuh (20 jam/hari) akan mengolah 600 ton TBS menjadi CPO (Crude Palm Oil) sebesar 24,05% (rendemen MS) dan inti sawit 5,5% (rendemen IS).

Tetapi pada kenyataannya PKS Adolina hanya mampu mengolah TBS di bawah 600 ton sehingga untuk rendemen MS dan rendemen IS tidak tercapai sesuai dengan rendemen pabrik. Hal ini lebih disebabkan oleh faktor ketersediaan TBS dan kondisi TBS yang akan diolah.

3.2 Pengumpulan Data

Data yang diperoleh adalah pengamatan langsung dari perusahaan, pencatatan, wawancara, dan arsip-arsip perusahaan yang sesuai dengan data yang dibutuhkan dalam pemecahan masalah.Data-data yang dikumpulkan dari arsip PKS. Adolina

a. Data jumlah produksi Crude Palm Oil (CPO) periode Januari 2014 sampai dengan Desember 2015.

b. Data jumlah penyaluran Crude Palm Oil (CPO) periode Januari 2014 sampai dengan Desember 2015.

c. Data biaya pengadaan produksi Crude Palm Oil (CPO) periode Januari 2014 sampai dengan Desember 2015.

(7)

Hasil pengumpulan data yang diperoleh dari pihak PKS. Adolina adalah sebagai berikut :

Tabel 3.1 Jumlah Produksi Crude Palm Oil (CPO)

No Bulan Tahun

Tabel 3.2 Jumlah Penyaluran Crude Palm Oil (CPO)

No Bulan Tahun

(8)

No Bulan Tahun

2014 2015

1 Januari 637.092.713 593.066.777 2 Februari 732.756.630 642.611.990 3 Maret 885.750.000 871.651.396 4 April 758.043.561 727.088.771 5 Mei 768.325.162 736.486.853 6 Juni 777.236.554 878.254.129 7 Juli 912.458.174 851.748.592 8 Agustus 942.610.411 879.121.929 9 September 878.946.221 899.166.686 10 Oktober 741.764.822 961.999.184 11 November 704.459.970 773.767.771 12 Desember 745.451.070 1.014.909.515

Jumlah 9.484.895.288 9.829.873.593 Sumber: PKS. Adolina

Tabel 3.4 Biaya Penyimpanan Crude Palm Oil (CPO)

Tahun Biaya (Rp)

2014 157.082,374

2015 284.006,208

(9)

3.3 Pengolahan Data

3.3.1 Uji kenormalan Data dengan Uji Lilliefors

Data penyaluran Crude Palm Oil (CPO) pada tahun 2014 dan 2015 diuji kenormalannya dengan menggunakan Uji Normalitas Lilliefors.

 Langkah langkah pengujian data penyaluran Crude Palm Oil (CPO) pada tahun 2014 sebagai berikut:

a. Rata-rata penyaluran CPO :

= 38.650.240 12

= 3.220.853,333

b. Standard deviasi penyaluran CPO :

�= �∑ (��−��)2 12

�=1

�−1

=�9.243.336.204.066,68 11

= 916.680,5830

c. Hitung � dengan rumus :

�� = ��−��

�1 =

2.508.170−3.220.853,333

916.680,5830 = −0,78 �2 =

2.379.840−3.220.853,333

(10)
(11)
(12)

|�(�7)− �(�7)| = |(0,7224)−(0,8333)| = 0,1109 |�(�8)− �(�8)| = |(0,9817)−(1,0000)| = 0,0183 |�(�9)− �(�9)| = |(0,9177)−(0,9167)| = 0,0010 |�(�10)− �(�10)| = |(0,6064)−(0,6667)| = 0,0603 |�(�11)− �(�11)| = |(0,1949)−(0,2500)| = 0,0551 |�(�12)− �(�12)| = |(0,3336)−(0,5000)| = 0,1664

Tabel 3.5 Uji Normalitas Data Penyaluran CPO Tahun 2014

No Xi zi F(zi) S(zi) |F(zi)-S(zi)| 1 2.508.170 −0,78 0,2177 0,4167 0,1990 2 2.379.840 −0,92 0,1788 0,1667 0,0121 3 2.466.200 −0,82 0,2061 0,3333 0,1272 4 2.303.210 −1,00 0,1587 0,0833 0,0754 5 3.346.590 0,14 0,5557 0,5833 0,0276 6 3.517.060 0,32 0,6255 0,7500 0,1245 7 3.760.150 0,59 0,7224 0,8333 0,1109 8 5.145.030 2,09 0,9817 1,0000 0,0183 9 4.498.130 1,39 0,9177 0,9167 0,0010 10 3.468.940 0,27 0,6064 0,6667 0,0603 11 2.428.640 −0,86 0,1949 0,2500 0,0551 12 2.828.280 −0,43 0,3336 0,5000 0,1664

Dari Tabel 3.5 dapat dilihat bahwa : �ℎ�� = ���[|�(��)− �(��)|] =0,1990

���� = �∝(�),diperoleh dari tabel Uji kenormalan Lilliefors dengan taraf nyata ∝ = 0,05 dan n = 12.

(13)

 Langkah-langkah pengujian data penyaluran Crude Palm Oil (CPO) pada tahun 2015 sebagai berikut :

a. Rata-rata penyaluran CPO :

= 38.212.420 12

= 3.184.368,333

b. Standard deviasi penyaluran CPO :

(14)
(15)
(16)

Tabel 3.6 Uji Normalitas Data Penyaluran CPO Tahun 2015

No Xi zi F(zi) S(zi) |F(zi)-S(zi)| 1 2.223.520 −1,32 0,0934 0,1667 0,0733 2 2.175.960 −1,38 0,0838 0,0833 0,0005 3 2.348.650 −1,15 0,1251 0,2500 0,1249 4 2.849.890 −0,46 0,3228 0,4167 0,0939 5 3.048.120 −0,19 0,4247 0,5000 0,0753 6 3.159.500 −0,03 0,4880 0,5833 0,0953 7 3.496.630 0,43 0,6664 0,6667 0,0003 8 4.186.910 1,38 0,9162 1,0000 0,0838 9 4.004.970 1,13 0,8708 0,8333 0,0375 10 4.088.710 1,24 0,8925 0,9167 0,0242 11 3.782.470 0,82 0,7939 0,7500 0,0439 12 2.847.090 −0,46 0,3228 0,4167 0,0939

Dari Tabel 3.6 dapat dilihat bahwa : �ℎ�� = ���[|�(��)− �(��)|] =0,1249

���� = �∝(�), diperoleh dari tabel Uji kenormalan Lilliefors dengan taraf nyata ∝ = 0,05 dan n = 12.

(17)

3.4 Perhitungan dengan Model Economic Production Quantity (EPQ)

Berdasarkan data-data yang diperoleh dari PKS. Adolina yang telah disajikan pada Tabel 3.1, Tabel 3.2, Tabel 3.3, Tabel 3.4, maka perhitungan yang dilakukan yaitu :

a. Tingkat optimal produksi CPO setiap putaran produksi. b. Interval waktu optimal untuk tiap putaran produksi. c. Biaya persediaan minimum produksi.

3.4.1 Tingkat Optimal Produksi ()

Berdasarkan data yang telah ada, maka dapat dihitung yaitu :

Rata-rata jumlah produksi setiap bulan adalah :

P=����� ℎ�������� ��ℎ�� 2014 +����� ℎ�������� ��ℎ�� 2015

Rata-rata jumlah penyaluran setiap bulan adalah :

D =����� ℎ���������� ��ℎ�� 2014 +����� ℎ���������� ��ℎ�� 2015

Rata-rata biaya pengadaan produksi setiap bulan adalah :

(18)

Rata-rata biaya penyimpanan produksi setiap bulan adalah :

�� =����� ℎ����� ����������� ��ℎ�� 2014 +24 ����� ℎ����� ����������� 2015

= �� 441.088,582 24

= �� 18.378,69/�����

Untuk selanjutnya, dilakukan perhitungan tingkat produksi optimal ()setiap putaran produksi dengan menggunakan rumus :

Q0 = 2.�.��

�1−� ��.��

Q

0

=

2.(3.202.610,833 ��).(�� 804.782.036,7)

�1−3.202 .610 ,833 ��

3.221 .352 ,88 �� �.(Rp 18.378,69)

Q0 =6.943.198,528 kg/bulan

Maka diperoleh tingkat produksi optimal dalam setiap putaran produksi adalah 6.943.198,528 kg/bulan.

3.4.2 Interval waktu optimal setiap putaran produksi (�)

Interval waktu optimal untuk tiap putaran produksi yaitu :

t0 = ��

�bulan

=

6.943.198,528

3.202.610,833

=

2,168 bulan

(19)

3.4.3 Biaya persediaan minimum produksi (���)

Menghitung biaya persediaan minimum produksi CPO menggunakan rumus :

���0 = �20�1−��.��+

6.943.198,528 kg /bulan . (Rp 804.782.036,7/bulan)

=Rp 742.425.458,2/bulan

biaya persediaan yang diperoleh sebesar Rp 742.425.458,2/bulan, sehingga biaya minimum dalam setiap putaran produksinya adalah :

���0×�0 = Rp 742.425.458,2/bulan × 2,168bulan = Rp 1.609.578.393,-

Berdasarkan hasil perhitungan, sehingga diperoleh jumlah produksi optimal dengan biaya minimum untuk pengadaan persediaannya dalam satu putaran produksi.

Selanjutnya dapat dihitung jumlah putaran produksi CPO, biaya persediaan minimum, lamanya mesin berproduksi tiap putaran produksi dan lama produksi berhenti tiap putaran produksi yang dihitung dalam 2 periode selama 24 bulan yaitu sebagai berikut :

a. Jumlah putaran produksi dalam dua periode adalah : T

t0

= 24 bulan 2,168 bulan

=11,07 bulan

(20)

b. Biaya minimum dalam dua periode sebesar : ���0×

T

t0 = Rp 1.609.578.393,−×

11,07 bulan

= Rp 17.818.032.810,-

Sehingga biaya minimum untuk setiap periodenya adalah : Rp 17.818.032.810,−

2 =Rp 8.909.016.405,-

c. Waktu yang dibutuhkan tiap putaran produksi adalah :

tp0 =Q0 Pbulan = 6.943.198,528

3.221.352,88

= 2,155 bulan

Maka, interval waktu yang dibutuhkan tiap putaran produksi adalah 2,155 bulan. Bila diasumsikan 1 bulan adalah 30 hari maka waktu yang dibutuhkan adalah 64,65 hari atau 1551,60 jam.

Sehingga dapat dihitung lama produksi berhenti tiap putaran produksi adalah :

t0−tp0 =2,168 bulan−2,155 bulan = 0,013 bulan

Maka produksi akan berhenti selama 0,013 bulan. Dengan asumsi bahwa 1 bulan adalah 30 hari maka produksi akan berhenti selama 9,36 jam tiap putaran produksi.

3.5 Perhitungan Berdasarkan Kondisi Produksi Perusahaan

(21)

a. Laju produksi CPO setiap bulan : P = 3.221.352,88 kg/bulan

b. Laju penyaluran produksi CPO setiap bulan : D = 3.202.610,833kg/bulan

c. Lamanya mesin beroperasi selama dua periode adalah :

t =jumlah penyaluran laju produksi bulan

t = 76.862.660

3.221.352,88= 23,86 bulan

Maka biaya untuk pengadaan persediaan produksi CPO dalam dua periode sekaligus adalah :

TIC × t =Rp 742.425.458,2 × 23,86 bulan = Rp 17.714.271.432,-

Dan biaya pengadaan persediaan produksi CPO dalam satu periode adalah:

TIC

=

Rp .17.714.271.432,−

2

= Rp 8.857.135.716,-

3.6 Rangkuman Pembahasan

Berdasarkan hasil perhitungan yang dilakukan pada subbab sebelumnya, dan hasilnya dapat dirangkum yaitu sebagai berikut :

a. Perhitungan yang dilakukan dengan model Economic Production Quantity (EPQ), diperoleh :

(22)

2. Interval waktu optimal produksi adalah 2,168 bulan atau 65,04 hari atau 1560,960 jam setiap putaran produksi dengan jumlah putaran produksi 5,54 setiap periode.

3. Biaya minimum dalam pengadaan persediaan produksi setiap periodenya sebesar Rp 8.909.016.405,-

b. Perhitungan yang dilakukan berdasarkan kondisi perusahaan, diperoleh : 1. Laju produksi CPO setiap bulannya sebesar 3.221.352,88 kg/bulan 2. Biaya pengadaan produksi CPO dalam satu periode sebesar

Rp 8.857.135.716,-

Dari hasil rangkuman tersebut, maka dapat dihitung selisih biaya pengadaan produksi CPO dalam satu periode adalah sebesar(Rp 8.909.016.405,-) – (Rp 8.857.135.716,-) = Rp.51.880.689,-

Maka dengan menerapkan model Economic Production Quantity (EPQ), perusahaan dapat memperkecil biaya pengadaan persediaan tiap putaran produksinya sebesar :

Rp. 51.880.689,−

12 = Rp. 4.323.390,8 per bulan

Dengan ketentuan bahwa interval waktu optimal setiap putaran produksi adalah 2,168 bulan dan tingkat produksi optimal CPO sebanyak 6.943.198,528 kg per putaran produksi, maka perusahaan seharusnya dapat menghemat biaya pengadaan persediaan produksi sebesar :

(23)

BAB 4

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil perhitungan data, diperoleh kesimpulan sebagai berikut :

a. Tingkat produksi optimal Crude Palm Oil (CPO) dalam pengadaan persediaan sebesar 6.943.198,528 kg setiap putaran produksi.

b. Interval waktu optimal yang dibutuhkan untuk memproduksi CPO adalah 2,168 bulan atau 65,04 hari atau 1560,960 jam.

c. Total biaya pengadaan persediaan produksi CPO selama interval waktu optimal adalah sebesar Rp 1.609.578.393,− setiap putaran produksi.

d. Perusahaan dapat menghemat biaya sebesar Rp. 4.323.390,8 per bulan dengan menerapkan model Economic Production Quantity (EPQ) dalam kegiatan produksinya.

4.2 Saran

(24)

BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1 Uji Kenormalan Lilliefors

Perumusan ilmu statistik juga berguna dalam pengendalian persediaan untuk menentukan pola distribusi.Pola distribusi tersebut dapat diketahui dengan melakukan uji kenormalan Lilliefors. Pada pengujian ini terdapat 2 jenis hipotesa yaitu :

1. Hipotesa �0: untuk hipotesa yang berdistribusi normal 2. Hipotesa �1: untuk hipotesa yang tidak berdistribusi normal

Untuk pengujian hipotesa maka prosedur yang harus dilakukan antara lain : a. Nilai data �1, �2,..., �, dijadikan angka baku �1, �2, ...,

�� dengan menggunakan rumus :

=

��−��

dengan�̅ = rata-rata sampel

S = simpangan baku

� = 1, 2, 3, ...,�

Menghitung rata-rata sampel digunakan rumus :

dimana� = banyak data

(25)

b. Tiap angka baku dan menggunakan daftar distribusi normal baku, hitung peluang : F(�)= P(� ≤ �).

c. Menghitung proporsi �1, �2, ..., � ≤ �. Jika proporsi ini dinyatakan oleh S(�), maka S(�) = banyaknya �1,�2,...,��≤��

d. Hitung selisih F(�)− S(�) tentukan harga mutlaknya.

e. Cari nilai yang terbesar dari selisih |F(�)− S(�)| jadikan �ℎ����� atau

�ℎ��

f. Kriteria pengambilan keputusan adalah : Jika

�ℎ�� ≤ �∝(�); jika�0 diterima maka�1ditolak.

�ℎ�� > �∝(�);jika�1 diterimamaka �0ditolak.

dengan�(�) adalah nilai kritis uji kenormalan lilliefors dengan taraf nyata ∝ dan banyaknya data �.

2.2 Teori Pengendalian Persediaan

Persediaan merupakan sumber daya yang disimpan dan dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan sekarang maupun kebutuhan yang akan datang. Persediaan terdiri dari persediaan bahan baku, persediaan bahan setengah jadi dan persediaan barang jadi.

(26)

Persediaan yang diadakan mulai dari bahan baku sampai barang jadi, antara lain berguna untuk:

1. Menghilangkan resiko barang yang rusak 2. Mempertahankan stabilitas operasi perusahaan 3. Mencapai penggunaan mesin yang optimal

4. Memberi pelayanan yang sebaik-baiknya bagi konsumen

Pengendalian persediaan merupakan kegiatan untuk menentukan tingkat dan komposisi persediaan rakitan, bahan baku dan barang hasil/ produk sehingga perusahaan dapat melindungi kelancaran produksi dan penjualan (Assauri, 2008).

Pada umumnya, permasalahan yang dihadapi dalam pengendalian persediaan terbagi dalam 2 (dua) kategori, yaitu :

1 Permasalahan kwantitatif merupakan hal-hal yang berkaitan dalam penentuan jumlah barang yang akan dibuat, waktu pembuatan maupun jumlah persediaan pengamannya (buffer stock). Permasalahan ini dikenal dengan penentuan kebijakan persediaan (inventory policy).

2 Permasalahan kwalitatif merupakan semua hal yang berhubungan dengan “sistem operasi persediaan” termasuk pengorganisasian, mekanisme dan prosedur, administrasi dan sistem operasi persediaan.

Maka dari itu, pengendalian persediaan merupakan segala tindakan yang dilakukan untuk mengusahakan tersedianya persediaan dalam jumlah tertentu. Kelebihan maupun kekurangan persediaan akan mengakibatkan kerugian, karena kehilangan kesempatan memperoleh keuntungan yang seharusnya diperoleh perusahaan.

(27)

Salah satu persoalan manajemen yang potensial adalah persediaan.Manajemen yang tidak baik terhadap persediaan bisa berakibat serius terhadap organisasi.Tujuan yang ingin dicapai dalam penyelesaian masalah persediaan adalah meminimumkan biaya total persediaan.

2.3 Jenis-Jenis Persediaan

Persediaan yang terdapat dalam perusahaan dapat dibedakan berdasarkan beberapa cara. Menurut jenisnya, persediaan dapat dibedakan atas (Handoko, 2000) :

1. Persediaan bahan mentah (Raw materials), yaitu persediaan barang-barang yang digunakan dalam proses produksi. Bahan mentah dapat diperoleh dari sumber-sumber alam atau diperoleh dari supplier dan atau dibuat sendiri oleh perusahaan untuk digunakan dalam proses produksi selanjutnya.

2. Persediaan komponen, yaitu persediaan barang-barang yang terdiri dari komponen-komponen yang diperoleh dari perusahaan lain, untuk digunakan dalam pembuatan barang jadi atau barang setengah jadi.

3. Persediaan bahan pembantu atau penolong (Supplies), yaitu persediaan barang-barang yang diperlukan dalam proses produksi, tetapi tidak merupakan bagian atau komponen barang jadi.Yang termasuk bahan pembantu ini adalah bahan bakar, pelumas, listrik dan lain-lain.

4. Persediaan barang setengah jadi (Work in Process) yaitu persediaan barang barang yang merupakan keluaran dari tiap-tiap bagian dalam proses produksi atau yang telah diolah menjadi suatu bentuk, tetapi masih perlu diproses lebih lanjut menjadi barang jadi.

(28)

Selain perbedaan menurut jenisnya, persediaan dapat dibedakan berdasarkan fungsinya, yaitu (Assauri, 2008) :

1. Batch Stock atau Lot Size Inventory

Persediaan yang diadakan karena adanya pembelian atau pembuatan bahan bahan dalam jumlah yang lebih besar dari jumlah yang dibutuhkan saat itu.Jadi dalam hal ini pembelian atau pembuatan yang dilakukan dalam jumlah besar, sedangkan penggunaan atau pengeluarannya dalam jumlah kecil.

2. Fluctuation Stock

Persediaan yang diadakan untuk menghadapi fluktuasi permintaan konsumen yang tidak dapat diramalkan.Dalam hal ini, perusahaan mengadakan persediaan untuk dapat memenuhi permintaan konsumen.

3. Anticipation Stock

(29)

2.4 Klasifikasi Biaya Persediaan

Biaya persediaan adalah biaya-biaya yang ditimbulkan akibat adanya persediaan. Menurut Handoko (2000), komponen biaya-biaya persediaan tersebut terdiri dari :

Biaya Pemesanan/ Biaya

Ordering Costs Penyimpanan/

Biaya Pengadaan/ Biaya Shortage Costs Set-up Costs

Biaya Persediaan Total

Gambar 2.1 Biaya-Biaya Persediaan

2.4.1 Biaya Pemesanan ( Ordering Costs)

Setiap kali suatu bahan dipesan, perusahaan menanggung biaya pemesanan. Biaya-biaya pemesanan secara terperinci meliputi :

1. Pemrosesan pesanan dan biaya ekspedisi 2. Upah

3. Biaya telepon

4. Pengeluaran surat-menyurat

(30)

2.4.2 Biaya Penyimpanan (Holding Costs atau Carrying Costs)

Holding Costs terdiri dari semua ongkos yang berhubungan dengan biayapenyimpanan barang dalam stok. Biaya-biaya yang termasuk sebagai biaya penyimpanan adalah :

1. Biaya fasilitas-fasilitas penyimpanan (termasuk penerangan, pemanas, atau pendingin)

2. Bunga modal yang tertanam 3. Biaya keusangan

4. Biaya Asuransi persediaan 5. Biaya pajak persediaan 6. Ongkos bongkar-muat

7. Biaya pencurian, pengrusakan, atau perampokan 8. Biaya penanganan persediaan, dan sebagainya.

Biaya penyimpanan persediaan biasanya berkisar antara 12% sampai 40% dari biaya atau harga pokok.Biasanya biaya ini sebanding dengan jumlah persediaan di dalam stok.

2.4.3 Biaya Pengadaan Produksi (Set-up Costs)

Bila bahan-bahan tidak dibeli tetapi diproduksi sendiri dalam pabrik perusahaan, perusahaan menghadapi biaya pengadaan (set-up costs) untuk memproduksi komponen tertentu. Biaya-biaya ini terdiri dari :

1. Biaya mesin-mesin menganggur 2. Biaya persiapan tenaga kerja langsung 3. Biaya scheduling

4. Biaya ekspedisi, dan sebagainya.

(31)

banyak pada setiap putaran, karena ini akan memperkecil jumlah putaran produksi. Akan tetapi, hal ini akan menimbulkan kasus baru yakni bertambahnya biaya penyimpanan.

2.4.4 Biaya kekurangan atau kehabisan bahan (Shortage Costs)

Dari semua biaya-biaya yang berhubungan dengan tingkat persediaan, biaya kekurangan bahan adalah yang paling sulit diperkirakan.Biaya ini timbul bilamana persediaan tidak mencukupi adanya permintaan bahan. Biaya-biaya yang termasuk biaya kekurangan bahan adalah sebagai berikut :

1. Kehilangan penjualan 2. Kehilangan langganan 3. Biaya ekspedisi

4. Terganggunya proses produksi

5. Tambahan pengeluaran kegiatan manajerial, dan sebagainya.

Hubungan antara tingkat persediaan dan jumlah biaya dapat diilustrasikan pada gambar berikut:

Biaya Total Costs

Holding Costs

Set-up Costs

0 Optimum Tingkat Persediaan

(32)

2.5 Model-Model Persediaan

Menurut Taha (1982), model persediaan dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu : a. Model Deterministik

Model deterministik adalah model persediaan yang ditandai oleh karakteristik permintaan dan periode kedatangan yang dapat diketahui secara pasti sebelumnya.Model ini menganggap nilai parameter sudah diketahui dengan pasti. Model ini dibedakan menjadi dua, yaitu:

1. Deterministik Statis

Pada model ini tingkat permintaan setiap unit barang untuk tiap periode diketahuhi secara pasti dan bersifat konstan.

2. Deterministik Dinamis

Pada model ini tingkat permintaan setiap unit barang untuk tiap periode diketahui secara pasti, tetapi bervariasi dari satu periode ke periode berikutnya.

b. Model Probabilistik

Model probabilistik adalah model persediaan yang ditandai oleh karakteristik permintaan dan periode kedatangan pesanan yang tidak dapat diketahui secara pasti sebelumnya.Model ini menganggap bahwa nilai-nilai parameter merupakan nilai-nilai yang tidak pasti, di mana nilai parameter tersebut merupakan variabel random. Model probabilistik dibedakan menjadi dua yaitu:

1. Probabilistik Stationary

Pada model ini tingkat permintaan bersifat random, di mana probabilitydensity function dari permintaan tidak dipengaruhui oleh waktu setiap periode.

2. Probabilistik Nonstationary

(33)

2.6 Economic Production Quantity (EPQ)

Economic Production Quantity (EPQ) adalah pengembangan model persediaandimana pengadaan bahan baku berupa komponen tertentu diproduksi secara massal dan dipakai sendiri sebagai sub-komponen suatu produk jadi oleh perusahaan. Menurut Yamit (2002), Economic Production Quantity (EPQ) atau tingkat produksi optimal adalah sejumlah produksi tertentu yang dihasilkan dengan meminimumkan total biaya persediaan yang terdiri atas biaya set-up produksi dan biaya penyimpanan.

Persediaan produk dalam suatu perusahaan berkaitan dengan volume produksi dan besarnya permintaan pasar.Perusahaan harus mempunyai kebijakan untuk menentukan volume produksi dengan disesuaikan besarnya permintaan pasar agar jumlah persediaan pada tingkat biaya minimal.Permasalahan itu dapat diselesaikan dengan menggunakan metode Economic Production Quantity (EPQ).

(34)

Model EPQ menggunakan asumsi-asumsi sebagai berikut :

1. Produksi berjalan secara kontinu dengan laju produksi P satuan per satuan waktu

2. Selama produksi dilakukan (tp), tingkat pemenuhan persediaan

adalah sama dengan tingkat produksi dikurangi tingkat permintaan (P-D).

3. Ketika produksi berhenti pada satu waktu, maka persediaan akan berkurang dengan kecepatan D per satuan waktu. 4. Tingkat persediaan adalah sama untuk tiap putaran produksi. 5. Waktu tenggang (lead time) adalah konstan.

6. Permintaan deterministik dengan laju permintaan diketahui. 7. Tidak terjadi stock-out.

Model matematis persamaan EPQ dapat dikembangkan melalui gambar berikut :

Persediaan

Q

P

D P-D

B

0 � L Waktu

t

(35)

Dari Gambar 2.3 terlihat bahwa sepanjang produksi terjadi, tingkat persediaan akan terus meningkat dengan kecepatan P-D, tetapi pada saat tp sampai dengan berikutnya, maka proses produksi sudah berhenti sedangkan permintaan dengan laju tetap sebesar D menjadikan grafik berubah menurun sampai posisi level persediaan mencapai titik nol kembali. Tingkat persediaan akan ada di suatu titik maksimum di mana produksi berhenti. Tingkat persediaan maksimum tersebut adalah ( P-D) tp.

Persediaan rata rata akan sama dengan :

P−2D

...(1)

Untuk memenuhi persediaan sebesar Q diperlukan waktu selama tp dengan tingkat pertambahan persediaan sebesar P maka:

Q = �.Patau = �

� ...(2)

Jika persediaan telah mencapai tingkat B, maka harus diadakan set-up (persiapan) produksi yang lamanya tergantung lead time (L).Jadi, L dalam model ini menyatakan waktu tunggu yang diperlukan untuk set-up (persiapan) produksi.

Subsitusikan persamaan (2) ke dalam persamaan (1), maka persediaan rata-rata akan menjadi :

Sehingga diperoleh Carrying costs rata-rata = Q 2�1−

D

P�. Cc...(4)

Karena jumlah putaran produksi =D

Q , maka :

Set-up costs rata-rata = D

Q. Cs...(5)

Dari persamaan (4) dan (5), maka Total Inventory Costs (TIC) adalah :

(36)

Dengan mendiferensialkan persamaan TIC terhadap Q, maka :

Sehingga diperoleh tingkat produksi optimal dalam satu putaran produksi yaitu:

…(7)

Interval waktu optimal pada setiap putaran produksi adalah

�� =�� ...(8)

Menentukan total biaya minimum, Q0 disubstitusikan ke persamaan (6), sehingga

menjadi :

….(9)

Di mana :

Q = Tingkat produksi tiap putaran produksi P = Laju produksi per satuan waktu

D = Laju penyaluran produksi per satuan waktu

(37)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pengendalian persediaan merupakan aktivitas mempertahankan jumlah persediaan yang akan digunakan untuk memenuhi permintaan dari waktu ke waktu pada tingkat yang dikehendaki. Persediaan merupakan mata rantai yang sangat penting dalam produksi dan penjualan suatu produk.

Setiap perusahaan baik itu perusahaan dagang, perusahaan manufactur, maupun perusahaan jasa selalu mengadakan persediaan. Menurut Freddy Rangkuti (2004) mengemukakan bahwa persediaan adalah sejumlah bahan-bahan, bagian yang disediakan, dan bahan-bahan dalam proses yang terdapat dalam perusahaan untuk proses produksi, serta barang-barang jadi atau produk yang disediakan untuk memenuhi permintaan dari konsumen atau pelanggan setiap waktu.

Persediaan merupakan salah satu masalah yang perlu diperhatikan dalam kaitannya dengan kegiatan proses produksi, biaya, serta distribusi barang-barang, baik itu bahan baku, barang-barang dalam proses atau barang setengah jadi, ataupun barang jadi. Persediaan memiliki fungsi penting yang dapat meningkatkan efisiensi operasional suatu perusahaan.

(38)

penyimpanan dan pemeliharaan dalam gudang, serta adanya kemungkinan terjadinya penyusutan kualitas yang tidak bisa dipertahankan sehingga perusahaan akan mengalami kerugian. Namun sebaliknya, jika perusahaan kekurangan persediaan, maka akan menimbulkan kekecewaan bagi para pelanggan dan menimbulkan rasa kurang percaya sehingga merugikan perusahaan itu sendiri.

Dalam menghadapi dilema dari keadaan ini yaitu kekurangan atau kelebihan produksi, maka perusahaan harus menganalisis persediaan berkaitan dengan perancangan teknik agar memperoleh tingkat persediaan optimal dengan menjaga keseimbangan antara biaya karena persediaan yang terlalu besar dengan biaya karena persediaan yang terlalu kecil.

Dengan demikian, Pengendalian persediaan sangat penting untuk mencapai sasaran yang diinginkan perusahaan.Yaitu menciptakan keseimbangan produksi maupun kemampuan menyalurkan hasil produksi tersebut secara optimal dengan biaya yang minimum untuk mencapai keuntungan yang maksimum.

Berdasarkan uraian diatas maka penulis memberi judul skripsi ini dengan “Pengendalian Persediaan Produksi Crude Palm Oil (CPO) pada Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit Adolina”.

1.2 Perumusan Masalah

(39)

1.3 Batasan Masalah

Agar penyelesaian permasalahan tidak menyimpang dari pembahasan, maka dilakukan beberapa batasan masalah dan asumsi-asumsi sebagai berikut :

1. Harga CPO dianggap stabil selama masa penelitian.

2. Proses pengolahan dan kebijakan perusahaan tidak berubah selama jangka waktu pemecahan masalah.

3. Data yang digunakan berupa data sekunder yang diperoleh dari Pabrik Kelapa Sawit Adolina yang meliputi :

• Data jumlah produksi januari 2014 s/d desember 2015

• Data jumlah penyaluran januari 2014 s/d desember 2015

• Biaya Pengadaan dan Penyimpanan tahun 2014 s/d 2015

1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah menentukan besar tingkat produksi optimal CPO dalam satu putaran produksi dengan interval waktu optimal untuk meminimumkan biaya pengadaan persediaan produksi pada pabrik PKS Adolina.

1.5 Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Dapat dijadikan bahan masukan, bahan pertimbangan dan koreksi yang

berkaitan dengan kebijakan dalam menentukan tingkat optimum produksi

(40)

2. Dapat menambah pengetahuan dan wawasan serta menerapkan ilmu yang

dimiliki dalam dunia kerja sesungguhnya, khususnya dalam hal

pengendalian tingkat produksi optimum.

3. Dapat menjadi sumber informasi dan masukan yang dapat digunakan

dalam penelitian selanjutnya.

4. Sebagai bahan rujukan untuk pabrik PKS Adolina dalam menentukan

tingkat optimum pengadaan persediaan produksi CPO.

1.6 Tinjaun Pustaka

Sebagai pendukung pembahasan teori-teori dalam penelitian ini, penulis menggunakan beberapa pustaka, antara lain :

1. Teguh Baroto [2002] dalam bukunya yang berjudul “Perencanaan dan Pengendalian Produksi”. Mengemukakan bahwa tujuan dari sistem persediaan adalah menemukan solusi optimal terhadap seluruh masalah yang terkait dengan persediaan. Dikaitkan dengan tujuan umum perusahaan, maka ukuranoptimalitas pengendalian persediaan seringkali diukur dengan keuntungan maksimum yang dicapai. Karena perusahaan memiliki banyak subsistem lain selain persediaan, maka mengukur kontribusi pengendalian persediaan dalam mencapai total keuntungan bukan hal yang mudah. Optimalisasi pengendalian persediaan biasanya diukur dengan total biaya minimal pada suatu periode tertentu.

(41)

3. Sudjana [2005] dalam bukunya yang berjudul “Metoda Statistika”. Dalam buku ini menerangkan dan menyajikan langkah-langkah Uji Normalitas dengan Lilliefors.

4. Siagian, P. [2007] dalam bukunya yang berjudul “Penelitian Operasional Teori dan Praktek” . Untuk menghitung tingkat persediaan optimal setiap putaran produksi, menggunakan rumus Economic Production Quantity (EPQ), yaitu :

dengan :

D : permintaan pada setiap periode

P : laju produksi per satuan waktu

Cs : biaya pengadaan produksi

Cc : biaya simpan

Q0 : Tingkat produksi optimal tiap putaran produksi

1.7 Metodologi Penelitian

Penelitian ini merupakan studi kasus pada Pabrik Kelapa Sawit Adolina. Pabrik ini memproduksi Crude Palm Oil ( CPO ) dan Palm Kernel(PK), tetapi penulis hanya mengambil CPO sebagai objek yang diteliti lebih lanjut persediaan produksinya.

Langkah yang ditempuh dalam menyelesaikan penelitian adalah sebagai berikut :

1. Pengumpulan Data

(42)

mempelajari dan mengutip arsip-arsip dan catatan yang ada di dalam laporan persediaan dalam perusahaan tersebut.

Data yang dibutuhkan adalah :

1. Jumlah produksi CPO bulan Januari 2014 s/d Desember 2015

2. Jumlah penyaluran produksi CPO bulan Januari 2014 s/d Desember 2015.

3. Biaya pengadaan (Set-up costs) produksi CPO bulan Januari 2014 s/d Desember 2015.

4. Biaya penyimpanan CPO tahun 2014 s/d2015 .

2. Pengolahan Data

Tahapan yang dilakukan pada pengolahan data adalah sebagai berikut : 1. Menguji kenormalan data, data yang telah dikumpulkan akan diuji

apakah data berdistribusi normal dengan menggunakan uji kenormalan“Lilliefors”.

2. Data yang telah diuji kemudian ditentukan tingkat persediaan CPO yang optimal, interval waktu optimal tiap putaran produksi dan biaya minimum dalam pengadaan produksi CPO.

(43)

PENGENDALIAN PERSEDIAAN PRODUKSI CRUDE PALM OIL (CPO) PADA PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWIT

ADOLINA

ABSTRAK

Persediaan merupakan salah satu masalah yang perlu diperhatikan dalam kaitannya dengan kegiatan proses produksi, biaya, serta distribusi barang-barang, baik itu bahan baku, barang-barang dalam proses atau barang setengah jadi, ataupun barang jadi. Kelebihan maupun kekurangan persediaan yang terlalu besar akan mengakibatkan kerugian, karena kehilangan kesempatan memperoleh keuntungan yang seharusnya diperoleh perusahaan. Penelitian ini merupakan penggunaan model pengendalian persediaan dalam menentukan tingkat produksi optimal CPO dengan total biaya persediaan yang minimum. Dari perhitungan yang dihasilkan dengan menggunakan teori pengendalian persediaan dalam penelitian ini diperoleh tingkat optimal produksi CPO setiap putaran produksi adalah 6.943.198,528 kg dengan interval waktu optimal yaitu 2,168 bulan atau 1560,960 jam. Selisih biaya pengadaan persediaan produksi CPO yang dihasilkan dengan menggunakan model pengendalian persediaan dan perhitungan berdasarkan kondisi produksi perusahaan adalah sebesar Rp 51.880.689,- per bulan.

(44)

INVENTORY CONTROL OF CRUDE PALM OIL (CPO) PRODUCTION IN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWIT

ADOLINA

ABSTRACT

Inventory is one of the issues that need to be considered in relation to the activities of the production process, cost, and distribution of goods, whether raw materials, goods in process or semi-finished goods, or finished goods. Excess or shortage of inventory that is too large will result in a loss, the loss of opportunity to earn profits that have accrued to the company. This research is using of inventory control models to determine the optimal level of CPO production with minimum total cost inventory. Resulting from the calculation using the theory of inventory control in this research were obtained optimal level of production of each round CPO production is 6.943.198,528 kg with optimal time interval is 2,168 months or 1560,960 hours. Difference in cost of inventory procurement of CPO production generated using inventory control models and calculations based on the company's production is Rp 51.880.689,- per month.

(45)

PENGENDALIAN PERSEDIAAN PRODUKSI CRUDE PALM OIL (CPO) PADA PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWIT ADOLINA

SKRIPSI

SAHAT MANIK 140823036

DEPARTEMEN MATEMATIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(46)

PENGENDALIAN PERSEDIAAN PRODUKSI CRUDE PALM OIL (CPO) PADA PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWIT ADOLINA

SKRIPSI

Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat mencapai gelar Sarjana Sains

SAHAT MANIK 140823036

DEPARTEMEN MATEMATIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(47)

PERSETUJUAN

Judul : Pengendalian Persediaan Produksi Crude Palm Oil (CPO) Pada Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit Adolina

Kategori : Skripsi

Nama : Sahat Manik

Nomor Induk Mahasiswa : 140823036

Program Studi : Sarjana (S1) Matematika Departemen : Matematika

Fakultas : Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara

Disetujui di

Medan, Januari 2017

Komisi Pembimbing :

Pembimbing 2, Pembimbing 1,

Drs. Marihat Situmorang, M.Kom Drs. Henry Rani Sitepu, M.Si NIP. 19631214 198903 1 001 NIP. 19530303 198303 1 002

Disetujui Oleh

Departemen Matematika FMIPA USU Ketua,

(48)

PERNYATAAN

PENGENDALIAN PERSEDIAAN PRODUKSI CRUDE PALM OIL (CPO) PADA PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWIT ADOLINA

SKRIPSI

Saya mengakui bahwa skripsi ini adalah hasil karya sendiri, kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.

Medan, Januari 2017

(49)

PENGHARGAAN

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas kasih dan penyertaan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul Pengendalian Persediaan Produksi Crude Palm Oil (CPO) pada Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit Adolia.

Ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada Bapak Drs. Henry Rani Sitepu, M.Si dan Bapak Drs. Marihat Situmorang, M.Kom sebagai Dosen Pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan serta meluangkan waktunya kepada penulis dalam mengerjakan skripsi ini. Juga kepada Bapak Drs. Gim Tarigan, M.Si dan Bapak Drs. Partano Siagian, M.Sc selaku pembanding atas kritik dan saran dalam penyelesaian skripsi ini. Terimakasih kepada Bapak Prof. Drs. Tulus, VorDipl.Math.,M.Si. Ph.D dan Ibu Dra. Mardiningsih, M.Si selaku Ketua dan Sekretaris Departemen Matematika FMIPA USU, Ibu Dr. Nursahara Pasaribu, M.Sc selaku Dekan FMIPA USU,serta Pembantu Dekan FMIPA USU, seluruh Dosen dan Staff Administrasi Matematika FMIPA USU. Terima kasih juga kepada Bapak Ir. Wilson Siahaan selaku Manager Unit pada PKS. Adolina yang telah memberikan waktu, kesempatan, arahan dan dukungannya selama penelitian. Teristimewa kepada kedua orang tua tercinta Bapak (+) B. Manik dan Ibu T. br Pasaribu beserta keluarga atas segala doa, motivasi, dukungan moril dan materil yang diberikan. Dan juga kepada teman-teman seperjuangan.

Penulis juga menyadari masih banyak kekurangan dalam skripsi ini, baik dalam teori maupun penulisannya.Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dari pembaca demi perbaikan bagi penulis.Akhir kata penulis berharap semoga tulisan ini bermanfaat bagi para pembaca.

Medan, Januari 2017 Penulis

(50)

PENGENDALIAN PERSEDIAAN PRODUKSI CRUDE PALM OIL (CPO) PADA PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWIT

ADOLINA

ABSTRAK

Persediaan merupakan salah satu masalah yang perlu diperhatikan dalam kaitannya dengan kegiatan proses produksi, biaya, serta distribusi barang-barang, baik itu bahan baku, barang-barang dalam proses atau barang setengah jadi, ataupun barang jadi. Kelebihan maupun kekurangan persediaan yang terlalu besar akan mengakibatkan kerugian, karena kehilangan kesempatan memperoleh keuntungan yang seharusnya diperoleh perusahaan. Penelitian ini merupakan penggunaan model pengendalian persediaan dalam menentukan tingkat produksi optimal CPO dengan total biaya persediaan yang minimum. Dari perhitungan yang dihasilkan dengan menggunakan teori pengendalian persediaan dalam penelitian ini diperoleh tingkat optimal produksi CPO setiap putaran produksi adalah 6.943.198,528 kg dengan interval waktu optimal yaitu 2,168 bulan atau 1560,960 jam. Selisih biaya pengadaan persediaan produksi CPO yang dihasilkan dengan menggunakan model pengendalian persediaan dan perhitungan berdasarkan kondisi produksi perusahaan adalah sebesar Rp 51.880.689,- per bulan.

(51)

INVENTORY CONTROL OF CRUDE PALM OIL (CPO) PRODUCTION IN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWIT

ADOLINA

ABSTRACT

Inventory is one of the issues that need to be considered in relation to the activities of the production process, cost, and distribution of goods, whether raw materials, goods in process or semi-finished goods, or finished goods. Excess or shortage of inventory that is too large will result in a loss, the loss of opportunity to earn profits that have accrued to the company. This research is using of inventory control models to determine the optimal level of CPO production with minimum total cost inventory. Resulting from the calculation using the theory of inventory control in this research were obtained optimal level of production of each round CPO production is 6.943.198,528 kg with optimal time interval is 2,168 months or 1560,960 hours. Difference in cost of inventory procurement of CPO production generated using inventory control models and calculations based on the company's production is Rp 51.880.689,- per month.

(52)

DAFTAR ISI

Daftar Lampiran xi

BAB 1. Pendahuluan

1.1. Latar Belakang 1

1.7. Metodologi Penelitian 6

BAB 2. Landasan Teori

2.1. Uji Kenormalan Lilliefors 7

2.2. Teori Pengendalian Persediaan 8

2.3. Jenis-Jenis Persediaan 10

2.4. Klasifikasi Biaya Persediaan 11 2.4.1 Biaya Pemesanan (Ordering Costs) 12 2.4.2 Biaya Penyimpanan

(Holding Costs atau Carrying Costs) 12 2.4.3 Biaya Pengadaan Produksi (Set-up Costs) 13 2.4.4 Biaya kekurangan atau kehabisan bahan

(Shortage Costs) 14

2.5. Model-Model Persediaan 15

2.6. Economic Production Quantity (EPQ ) 16

BAB 3. Pembahasan

3.1. Sejarah Singkat Perusahaan 20

3.1.1 Letak Geografis Perusahaan 20

3.1.2 Ruang Lingkup Usaha 21

3.2. Pengumpulan Data 21

3.3. Pengolahan Data 24

(53)

3.4.1 Tingkat Optimal Produksi (Q0) 32 3.4.2 Interval waktu optimal setiap putaran produksi (t0) 34 3.4.3 Biaya total persediaan minimum produksi 34 3.5 Perhitungan Berdasarkan kondisi Produksi Perusahaan 36

3.6 Rangkuman Pembahasan 37

BAB 4. Kesimpulan dan Saran

4.1. Kesimpulan 39

4.2 Saran 40

Daftar Pustaka 41

(54)

DAFTAR TABEL

(55)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1. Biaya-Biaya Persediaan 12

Gambar

Tabel 3.1 Jumlah Produksi Crude Palm Oil (CPO)
Tabel 3.4 Biaya Penyimpanan Crude Palm Oil (CPO)
Tabel 3.5 Uji Normalitas Data Penyaluran CPO Tahun 2014
Tabel 3.6 Uji Normalitas Data Penyaluran CPO Tahun 2015
+4

Referensi

Dokumen terkait

Metodologi perhitungan dengan menggunakan teori ini menghasilkan tingkat optimal produksi CPO tiap putaran produksi adalah 7.081.052,33 kg dengan interval waktu yang dibutuhkan

Sehingga kelangsungan kegiatan produksi bagi perusahaan dapat berjalan lancar apabila perusahaan tersebut dapat mempertahankan jumlah persediaan yang optimal yang

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas rahmat dan kasihNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul Pengendalian Persediaan

Dalam menghadapi dilema dari keadaan ini yaitu kekurangan atau kelebihan produksi, maka perusahaan harus menganalisis persediaan berkaitan dengan perancangan teknik

Sistem Perencanaan Produksi dan Pengendalian Persediaan Bahan Baku pada perusahaan Susu Olahan.. Jurnal Teknik Mesin

Dari perhitungan data dengan menggunakan metode Economic Production Quantity (EPQ), diperoleh tingkat produksi optimal CPO sebesar 84.490.220kg setiap putaran produksi

Dari perhitungan yang dihasilkan dengan menggunakan teori pengendalian persediaan dalam penelitian ini diperoleh tingkat optimal produksi Coffee Beans setiap putaran

Dari perhitungan data dengan menggunakan model Economic Produc- tion Quantity (EPQ), didapat tingkat produksi optimal Crude Palm Oil (CPO) sebesar 3.124.295,302 kg setiap