• Tidak ada hasil yang ditemukan

Struktur Komunitas Moluska (Gastropoda dan Bivalvia) Serta Distribusinya Di Pulau Burung dan Pulau Tikus, Gugusan Pulau Pari, Kepulauan Seribu

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Struktur Komunitas Moluska (Gastropoda dan Bivalvia) Serta Distribusinya Di Pulau Burung dan Pulau Tikus, Gugusan Pulau Pari, Kepulauan Seribu"

Copied!
47
0
0

Teks penuh

(1)

STRUKTUR KOMUNITAS MOLUSKA (Gastropoda dan

Bivalvia) SERTA DISTRIBUSINYA DI PULAU BURUNG DAN

PULAU TIKUS, GUGUSAN PULAU PARI,

KEPULAUAN SERIBU

IWAN IRAWAN

DEPARTEMEN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

ABSTRAK

IWAN IRAWAN. Struktur Komunitas Moluska (Gastropoda dan Bivalvia) serta Distribusinya di Pulau Burung dan Pulau Tikus, Gugusan Pulau Pari, Kepulauan Seribu. Dibimbing oleh Djoko Waluyo dan Hendrik Alexander William Cappenberg.

Laut yang mengelilingi pulau Burung dan pulau Tikus merupakan laut dangkal yang memiliki substrat bervariasi di antaranya adalah substrat lumpur, lumpur berpasir, pasir maupun batu karang. Terdapat juga berbagai jenis habitat, di antaranya mangrove, padang lamun dan terumbu karang. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari struktur komunitas moluska serta distribusinya yang berada di perairan Pulau Burung dan Pulau Tikus. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni 2007. Pengamatan dilakukan pada 5 stasiun pengamatan. Pengambilan contoh moluska didapat dengan metode transek kuadrat yang dimulai dari tepi pantai ke arah tubir. Selama pengamatan berhasil ditemukan sebanyak 47 jenis yang terdiri dari 24 jenis Gastropoda dan 23 jenis Bivalvia. Nilai keanekaragaman jenis (H’) berkisar antara 1.454 – 3.606, nilai indeks keseragaman berkisar antara 0.641 – 0.921, nilai dominansi (C) berkisar antara 0.11 – 0.46. dan nilai kemiripan jenis berkisar antara 0 – 0.40.

Kata kunci : komunitas moluska, transek kuadrat, pulau Burung dan pulau Tikus.

ABSTRACT

IWAN IRAWAN. Community Structure of Mollusc (Gastropoda and Bivalvia) with Its Distribution in Burung Island and Tikus Island, Pari Island, Claster of Seribu Archipelago. Supervised by Djoko Waluyo and Hendrik Alexander William Cappenberg.

(3)

STRUKTUR KOMUNITAS MOLUSKA (Gastropoda dan

Bivalvia) SERTA DISTRIBUSINYA DI PULAU BURUNG DAN

PULAU TIKUS, GUGUSAN PULAU PARI,

KEPULAUAN SERIBU

IWAN IRAWAN

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Sains pada

Departemen Biologi

DEPARTEMEN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(4)

Judul Skripsi : Struktur Komunitas Moluska (Gastropoda dan Bivalvia) Serta

Distribusinya di Pulau Burung dan Pulau Tikus, Gugusan Pulau

Pari, Kepulauan Seribu.

Nama

: Iwan Irawan

NRP

:

G34103048

Menyetujui:

Pembimbing I, Pembimbing II,

Drh. Djoko Waluyo, MS.

Ir. H.A.W Cappenberg

NIP. 130 350 056

NIP. 320 006 525

Mengetahui:

Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Institut Pertanian Bogor

Dr. Drh. Hasim, DEA

NIP. 131 578 806

Tanggal Lulus :

(5)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan pada tanggal 28 Mei 1985 di Bogor dari ayah Cucu Gumuruh dan ibu Ecin Kuraesin sebagai anak pertama dari dua bersaudara.

Penulis memulai pendidikan di SDN Pengadilan V pada tahun 1991, melanjutkan ke sekolah menengah pertama di SMPN 6 Bogor pada tahun 1997 dan kemudian ke jenjang pendidikan sekolah menengah atas di SMAN 6 Bogor pada tahun 2000.

Pada tahun 2003 penulis lulus dari SMU Negeri 6 Bogor dan pada tahun yang sama lulus seleksi masuk IPB melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) dan memilih Program Studi Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.

(6)

PRAKATA

Alhamdulillahirobbil’alamin, segala puji hanya bagi Allah SWT pemilik semesta alam. Dzat yang selalu mengabulkan doa-doa, tiada terbilang nikmat yang telah dilimpahkanNya. Berkat kasih sayang, rahmat dan hidayah atas segala ilmu yang telah diajarkanNya melalui Al Qur’an dan Sunnah RasulNya. Salam dan shalawat selalu tercurah bagi Rasulullah SAW, beserta keluarga, sahabat dan seluruh penjaga, penganut, pelaksana dan penerus Dienul Islam.

Tak terasa akhirnya penulis berhasil menyelesaikan tugas akhir ini yang berjudul ”Struktur Komunitas Moluska (Gastropoda dan Bivalvia) Serta Distribusinya di Pulau Burung dan Pulau Tikus, Gugusan Pulau Pari Kepulauan Seribu”. Tugas akhir skripsi berupa penelitian ini penulis pilih sebagai salah satu syarat dalam memperoleh gelar Sarjana Biologi di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor.

Penulis berharap karya tulis ini dapat bermanfaat bagi yang membacanya. Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari apa yang namanya sempurna, oleh karena itu penulis mohon maaf atas segala kekurangan yang ada dan penulis mengharapkan saran dan kritik untuk menyempurnakan skripsi ini.

Bogor Januari 2008

(7)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

PENDAHULUAN ... 1

Latar Belakang ... 1

Tujuan Penelitian ... 1

Waktu dan Tempat ... 1

BAHAN DAN METODE ... 2

Alat dan Bahan... 2

Pengambilan Contoh ... 2

Analisis Data ... 2

HASIL... 3

Identifikasi Moluska ... 3

Kepadatan Total ... 3

Keanekaragaman (H’), Keseragaman (E), dan Dominansi (C) ... 3

Pengelompokan Habitat ... 3

Jenis Substrat ... 3

PEMBAHASAN... 4

SIMPULAN... 5

SARAN... ... 5

DAFTAR PUSTAKA... ... 5

(8)

DAFTAR TABEL

Halaman

1 Keanekaragaman (H’), keseragaman (E), dan dominansi (C) pada

masing-masing stasiun di perairan Pulau Burung dan Pulau Tikus... 3

2 Matriks nilai kemiripan jenis moluska pada masing-masing stasiun pengamatan di perairan Pulau Burung dan Pulau Tikus... 3

DAFTAR LAMPIRAN

1 Jenis-jenis moluska pada setiap stasiun pengamatan di perairan Pulau Burung dan Pulau Tikus... 8

2 Peta lokasi stasiun penelitian di Gugus Pulau Pari (LON-LIPI)... 10

3 Foto biota yang ditemukan selama pengamatan ... 11

4 Foto lokasi pengambilan sampel moluska ... 14

5 Gambar lamun yang dtemukan di Pulau Burung dan Pulau Tikus ... 15

(9)

Gugus Pulau Pari terletak di daerah tropis, yang terdiri dari lima buah pulau yaitu pulau Pari, pulau Kongsi, pulau Burung, pulau Tengah dan pulau Tikus. Pulau-pulau tersebut merupakan pulau-pulau yang berada pada kesatuan gugus pulau Pari dengan struktur hutan pantai didominasi oleh mangrove. Gugusan ini terletak pada posisi 05 50’ 00” dan 05 25’ 25” LS dan 106 34’ 30” dan 106 38’ 20 ” BT (Ariestika 2006).

Laut yang mengelilingi pulau Burung dan pulau Tikus merupakan laut dangkal yang memiliki substrat bervariasi di antaranya adalah substrat lumpur, lumpur berpasir, pasir maupun batu karang. Terdapat juga berbagai jenis habitat, di antaranya mangrove, padang lamun dan terumbu karang.

Filum moluska merupakan anggota yang terbanyak kedua setelah filum Arthropoda. Terdapat lebih dari 60 000 spesies hidup dan 15 000 spesies fosil (Brusca & Brusca 1990). Pada umumnya moluska menempati zona littoral, termasuk daerah pasang surut. Moluska terutama jenis kerang-kerangan banyak ditemukan terbenam dalam substrat lumpur berpasir.

Moluska mempunyai bentuk tubuh yang beranekaragam. Berdasarkan bentuk tubuh, jumlah serta keping cangkang filum moluska terbagi ke dalam 7 kelas yaitu : Aplacophora,

Monoplacophora, Polyplacophora, Gastropoda, Bivalvia, Scaphopoda, dan

Cephalopoda (Moore 1960).

Gastropoda merupakan kelas yang mempunyai anggota terbanyak dan merupakan kelas yang paling sukses karena menguasai berbagai habitat yang bervariasi (Barnes 1987). Umumnya dikenal dengan sebutan siput atau keong. Kebanyakan bentuk kelas Gastropoda asimetris karena mengalami torsi. Cangkang siput umumnya berbentuk kerucut atau konde dari tabung yang melingkar.

Kelas Bivalvia mencakup berbagai jenis kerang, remis dan kijing. Kebanyakan Bivalvia hidup di laut terutama di daerah littoral, sebagian di daerah pasang surut, dan air tawar. Spesies yang hidup umumnya terdapat di dasar perairan yang berlumpur atau berpasir. Tubuh dan kaki Bivalvia umumnya pipih secara lateral, seluruh tubuh tertutup mantel dan dua keping cangkang yang berhubungan di bagian dorsal. Beberapa kerang bersifat sesil, yaitu menempel erat pada benda padat dengan benang bysus (Brusca & Brusca 1990).

campuran dari fraksi lumpur, pasir dan liat dalam tanah (Brower & Zar 1977). Diperairan yang arusnya kuat, lebih banyak ditemukan substrat yang kasar (pasir atau kerikil), karena partikel kecil akan terbawa akibat aktivitas arus dan gelombang. Jika perairannya tenang dan arusnya lemah maka lumpur halus akan mengendap (Odum 1971).

Tipe substrat berpasir dibagi menjadi dua, yaitu tipe substrat berpasir halus dan tipe substrat berpasir kasar. Tipe substrat berpasir kasar memiliki laju pertukaran air yang cepat dan kandungan bahan organik yang rendah, sehingga oksigen terlarut selalu tersedia, proses dekomposisi di substrat dapat berlangsung secara aerob serta terhindar dari keadaan toksik. Sementara itu tipe substrat berpasir halus kurang baik untuk pertumbuhan organisme perairan karena memiliki pertukaran air yang lambat dan dapat menyebabkan keadaan anoksik sehingga proses dekomposisi yang berlangsung disubstrat pada keadaan anaerob dapat menimbulkan bau serta perairan yang tercemar (Nybakken 1992).

Distribusi dan kelimpahan jenis moluska dipengaruhi oleh diameter rata-rata butiran sedimen, kandungan debu dan liat. Kestabilan substrat dipengaruhi oleh penangkapan kerang secara terus menerus dikarenakan substrat teraduk oleh alat tangkap (Driscoll & Brandon 1973). Jenis-jenis dari kelas Gastropoda dan Bivalvia dapat tumbuh dan berkembang pada sedimen halus karena memiliki alat-alat fisiologis khusus untuk dapat beradaptasi pada lingkungan perairan yang memiliki tipe substrat berlumpur. Ukuran partikel substrat bervariasi, mulai dari liat yang berdiameter <0.002 mm hingga pasir sangat kasar yang berdiameter 1-2 mm.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan mengamati struktur komunitas moluska serta distribusinya yang berada di pulau Burung dan pulau Tikus.

Waktu dan Tempat

(10)

BAHAN DAN METODE Alat dan Bahan

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini ialah kuadran 1 x 1meter, kantong plastik, sekop, saringan, tali rafia, meteran, pinset, nampan, sarung tangan, alat tulis.

Bahan yang diamati pada penelitian ini adalah spesimen moluska serta alkohol 70 % untuk pengawetan moluska.

Pengambilan Contoh

Penentuan stasiun pengambilan contoh dilakukan berdasarkan hasil pengamatan lapangan. Lokasi pengambilan contoh dibagi menjadi 5 stasiun. Sebanyak 3 stasiun berada di pulau Burung, 2 stasiun berada di pulau Tikus.

Pengambilan contoh moluska dilakukan pada 5 stasiun dengan menggunakan metode transek kuadrat (Loya 1978). Metode ini dilakukan dengan cara menarik garis tegak lurus dari tepi pantai ke arah tubir. Pada masing-masing stasiun dilakukan satu kali transek dengan jumlah plot yang tidak sama bergantung panjang rataan terumbu (reef flat). Kerangka kuadran diletakkan mulai dari tepi pantai ke arah tubir dengan jarak satu sama lain 10 meter. Semua moluska khususnya Gastropoda dan Bivalvia yang terdapat dalam kuadran diambil. Moluska yang dikumpulkan kemudian diawetkan ke dalam alkohol 70 % dan diidentifikasi menggunakan kunci identifikasi Dance (1974), Short et al. (1987), Dharma (1988).

Analisis Data 1 Kepadatan

Menurut Brower dan Zar (1977) kepadatan adalah jumlah individu tiap satuan luas dan waktu tertentu dan berdasarkan dengan formulasi sebagai berikut :

D =

A

Ni

Keterangan:

D = kepadatan moluska (ind./m2) Ni = jumlah individu spesies moluska A = luas (m2)

2 Keanekaragaman Moluska

Keanekaragaman spesies dapat dikatakan sebagai keheterogenitas spesies dan merupakan ciri khas struktur komunitas. Digunakan rumus Shannon-Wiener (Krebs 1989) yang dihitung dengan menggunakan persamaan:

s

H’ = -∑Pi log2 Pi

i=1 Keterangan:

H’ = Indeks keanekaragaman

Pi = ni/N

ni = jumlah individu spesies ke-i

N = jumlah individu total s = jumlah spesies

Kriteria hasil keanekaragaman (H’) adalah sebagai berikut :

H’≤3.32 : Keanekaragaman rendah 3.32< H’<9.97 : Keanekaragaman sedang H’≥9.97 : Keanekaragaman tinggi

3 Keseragaman

Keseragaman merupakan komposisi individu tiap spesies yang terdapat dalam komunitas. Indeks Keseragaman (Krebs 1989) yaitu :

E =

Hmaks

H

'

Keterangan:

E = Indeks Keseragaman H’ = Indeks keanekaragaman

Hmaks = log2 S

4 Dominansi

Dominansi spesies tertentu dapat diketahui dengan menggunakan Indeks Dominansi Simpson (Krebs 1989), yaitu :

s C = ∑ (Pi)2

i=1 Keterangan:

C = Indeks dominansi

Pi = ni/N

s = jumlah spesies

5 Pengelompokan Habitat

Indeks similaritas Sorensen digunakan membandingkan kesamaan antar stasiun berdasarkan parameter biologi atau kesamaan antar jenis spesies. Rumus yang digunakan adalah.

2C So =

(Si + Sj) Keterangan:

So = Indeks Sorensen

C = Jumlah jenis yang ditemukan pada kedua stasiun

Si = Jumlah jenis yang ditemukan pada stasiun i

(11)

6 Penentuan Jenis Substrat

Penentukan jenis substrat dilakukan berdasarkan pengukuran presentase partikel. Sedimen diambil dengan corer sedalam 10-15 cm. Kemudian sedimen dikeringkan dalam oven dengan suhu 80oC selama 48 jam. Setelah kering, sedimen diayak dalam saringan bertingkat kemudian masing-masing sedimen yang tersisa pada setiap tingkatan saringan ditimbang dengan menggunakan timbangan ”triple balance”.

HASIL Identifikasi Moluska

Hasil identifikasi menunjukkan bahwa di pulau Burung dan pulau Tikus terdapat 204 individu yang terdiri dari 47 jenis, yaitu 24 jenis dari kelas Gastropoda dan 23 jenis dari kelas Bivalvia. Kelas Gastropoda didominansi oleh famili Certhiidae (4 jenis), Cypraeidae (3 jenis) dan Strombidae (3 jenis) sedangkan dari kelas Bivalvia didominansi oleh famili Veneridae (6 jenis), Cardiidae (3 jenis) dan Tellinidae (3 jenis). Columbella scripta dan

Gafrarium tumidum merupakan jenis yang

banyak ditemukan pada hampir semua stasiun pengamatan.

Jumlah individu kelas Gastropoda didominasi oleh Columbella scripta. Jenis ini ditemukan sebanyak 65 individu dari total jumlah moluska yang tertangkap. Kelas Bivalvia didominasi oleh Trachycardium

subrugosum. Jenis ini ditemukan sebanyak 16

individu dari total individu yang tertangkap (Lampiran 3).

Kepadatan Total

Terdapat perbedaan kepadatan pada tiap-tiap stasiun. Stasiun pengamatan yang memiliki nilai kepadatan tertinggi terdapat pada stasiun V (4.7 ind/m2), sedangkan terendah terdapat pada stasiun I (2.6 ind/m2).

0 1 2 3 4 5

I II III IV V

Stasiun K e pad at an i ndi v idu /m 2

Gambar 1 Kepadatan total pada masing- masing stasiun di perairan Pulau Burung dan Pulau Tikus.

Keanekaragaman (H’), Keseragaman (E), dan Dominansi (C)

Hasil perhitungan indeks H’, E, dan C pada masing-masing stasiun menunjukkan nilai yang berbeda. Indeks keanekaragaman secara keseluruhan berkisar antara 1.454-3.606. Indeks keanekaragaman tertinggi terdapat pada stasiun I (3.606) dan keanekaragaman terendah berada pada stasiun V (1.454).

Hasil perhitungan Indeks keseragaman (E) pada masing-masing stasiun berkisar antara 0.641-0.921. Indeks keseragaman tertinggi berada pada stasiun II (0.921) dan yang terendah berada pada stasiun III (0.641).

Nilai indeks dominansi pada masing-masing stasiun pengamatan berkisar antara 0.11-0.46. Nilai dominansi tertinggi berada pada stasiun V (0.46) sedangkan nilai dominansi terendah berada pada stasiun II (0.11) (Tabel 1).

Tabel 1 Keanekaragaman (H’), keseragaman (E), dan dominansi (C) pada masing- masing stasiun di perairan pulau Burung dan pulau Tikus

Index St I St.2 St.3 St.4 St.5 H’ 3.606 3.500 2.724 3.025 1.454

E 0.867 0.921 0.641 0.875 0.727

C 0.12 0.11 0.29 0.15 0.46

S 18 14 19 11 4

Pengelompokan Habitat

Hasil perhitungan nilai kemiripan jenis menunjukkan bahwa nilai indeks kemiripan tertinggi terdapat pada stasiun IV dan V dengan nilai sebesar 0.40. Nilai kemiripan terendah terdapat pada stasiun II dan IV serta stasiun II dan V memiliki nilai kemiripan yang paling rendah (Tabel 2).

Tabel 2 Matriks nilai kemiripan jenis moluska pada masing-masing stasiun pengamatan di perairan Pulau Burung dan Pulau Tikus

Stasiun 1 2 3 4 5

1 0.19 0.32 0.27 0.18

2 0.12 0 0

3 0.33 0.17

4 0.40

Jenis Substrat

(12)

pasir halus sampai pasir kasar cukup dominan. Hampir di seluruh stasiun pengamatan dijumpai lamun seperti Enhalus acoroides,

Thalassia sp, Halophila sp, dan Halodule

pinifolia.

PEMBAHASAN

Cappenberg dan Panggabean (2005) melaporkan bahwa di gugusan pulau Pari terdapat 45 jenis moluska yang mewakili 23 famili, sedangkan di pulau Burung dan pulau Tikus yang termasuk gugusan pulau Pari terdapat 47 jenis moluska yang mewakili 24 famili. Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang nyata.

Kepadatan moluska menunjukkan jumlah individu yang hidup pada habitat tertentu, luasan tertentu, dan waktu tertentu (Brower & Zar 1977). Nilai kepadatan menjadi parameter terhadap kualitas habitat tertentu.

Stasiun V yang berlokasi di sebelah timur pulau Burung memiliki kepadatan total tertinggi. Hal ini disebabkan keberadaan padang lamun (Enhalus acoroides) yang cukup lebat dan subur.

Nilai kepadatan yang tinggi menunjukkan jumlah organisme yang banyak. Hal ini mengindikasikan bahwa habitat tersebut dapat ditempati oleh organisme dalam jumlah yang banyak. Kepadatan total moluska terendah terdapat pada stasiun I (2.6 ind/m2). Jika dilihat dari keberadaan stasiun tersebut maka dapat diketahui penyebab dari rendahnya kepadatan moluska di stasiun tersebut, yaitu disebabkan kondisi habitatnya didominansi substrat pasir kasar sampai kerikil.

Berdasarkan Shannon-Weiner (Krebs 1989), nilai keanekaragaman (H’) pada stasiun III, IV, V menunjukkan keanekaragaman yang rendah yaitu kurang dari 3.32. Jumlah spesies yang menempati daerah tersebut tidak banyak jenisnya serta individu-individu yang menempati habitat tersebut bersifat khas.

Nilai keanekaragaman (H’) pada stasiun I dan II menunjukkan keanekaragaman yang sedang. Tinggi rendahnya nilai keanekaragaman jenis dapat disebabkan oleh beberapa hal, seperti jumlah atau jenis individu, dominansi jenis tertentu, substrat yang homogen serta lamun atau karang yang dapat berfungsi sebagai tempat berlindung dan mencari makan sangat sedikit keberadaanya sehingga hanya jenis-jenis tertentu yang dapat bertahan hidup.

Hasil perhitungan Indeks keseragaman (E) pada masing-masing stasiun berkisar antara 0.641-0.921. Indeks keseragaman tertinggi

berada pada stasiun I (0.921) dan yang terendah berada pada stasiun III (0.641). Hal ini menunjukkan bahwa jumlah individu tiap jenis pada masing-masing stasiun umumnya seragam dan kecenderungan terjadinya dominansi oleh jenis moluska tertentu kecil.

Kestabilan suatu komunitas dapat digambarkan dengan tinggi rendahnya nilai indeks keseragaman jenis (E) yang didapat. Kondisi komunitas dikatakan stabil bila memiliki nilai keseragaman jenis mendekati 1. Semakin kecil nilai E mengindikasikan bahwa penyebaran jenis tidak merata sedangkan semakin besar nilai E maka penyebaran jenis relatif merata (Brower & Zar 1977). Penyebaran jenis juga erat kaitannya dengan dominansi, dimana bila nilai keseragaman kecil mengindikasikan terjadi dominansi dari jenis-jenis tertentu.

Nilai indeks dominansi pada masing-masing stasiun pengamatan berkisar antara 0.11-0.46. Nilai dominansi tertinggi terdapat pada stasiun V, sedangkan nilai dominansi terendah terdapat pada stasiun II. Hal ini menunjukkan bahwa jenis-jenis moluska tersebut masih dapat hidup bersama-sama dalam habitat dengan baik, karena ketersediaan makanan yang cukup, walaupun ada beberapa jenis yang melimpah. Nilai indeks dominansi yang mendekati 1 menunjukkan adanya spesies yang mendominansi spesies lainnya. Sedangkan nilai indeks dominansi yang mendekati 0 menunjukkan hampir tidak ada dominansi dari suatu spesies dalam komunitas (Odum 1971). Adanya dominansi menunjukkan kondisi lingkungan yang sangat menguntungkan dalam mendukung pertumbuhan spesies tertentu.

(13)

yang relatif jauh lebih besar dibandingkan dengan stasiun lainnya.

Substrat merupakan komponen penting yang menentukan kehidupan, keanekaragaman, dan komposisi jenis moluska yang hidup di dalammya. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa substrat yang ada di pulau Burung dan pulau Tikus bertipe pasir halus sampai pasir kasar (Lampiran 6). Sesuai dengan pernyataan Nybakken (1992) bahwa tipe substrat berpasir memudahkan moluska untuk mendapatkan suplai nutrisi dan air yang diperlukan untuk kelangsungan hidupnya. Dibandingkan dengan tipe substrat berlumpur, tipe substrat berpasir akan lebih memudahkan moluska untuk menyaring makanan. Tipe substrat berpasir dan pasir berlempung sesuai untuk kehidupan moluska terutama kelas Gastropoda dan Bivalvia.

SIMPULAN

Di Pulau Burung dan Pulau Tikus ditemukan sebanyak 204 individu yang terdiri dari 47 jenis yang mewakili 2 kelas, yaitu 24 jenis dari kelas Gastropoda dan 23 jenis dari kelas Bivalvia. Columbella scripta dan

Gafrarium tumidum merupakan jenis yang

banyak ditemukan pada hampir semua stasiun pengamatan. Secara umum nilai keanekaragaman jenis moluska di Pulau Burung dan Tikus berada dalam kondisi yang rendah sampai sedang dengan nilai berkisar 1.454-3.606. Keseragaman komunitas moluska cukup baik dengan hampir tidak adanya jenis mendominansi.

SARAN

Dalam penelitian selanjutnya sebaiknya dilakukan pengukuran parameter fisika dan kimia serta parameter-parameter yang berkaitan erat dengan kehidupan gastropoda dan bivalvia.

DAFTAR PUSTAKA

Abbot RT, Dance SP. 1986. Compendium of Sea Shells. Madison Publishing Associates.

Ariestika R. 2006. Karakteristik Padang Lamun Dan Struktur Komunitas

Moluska (Gastropoda dan Bivalvia) Di Pulau Burung, Kepulauan Seribu. Skripsi. Program Studi Imu dan

Teknologi Kelautan Fakultas Perikanan

dan Ilmu Kelautan IPB. Bogor. Indonesia.

Barnes RD. 1987. Invertebrata Zoology. Fifth Edition W.B. Saunders Company. Philadelphia. Proc. Malae. Soc.

London. 41 : 589-600.

Brower JE, Zar JH. 1977. Field and Laboratory Method for General Ecology. 151-169. Wm. C Brown

Publishing Dubuque. Iowa.

Brusca, RC, Brusca GJ. 1990.

Invertebrates. Sinaeur Ass, Inc. Publ.

Sunderland, Massachusetts.

Cappenberg HAW, Panggabean MG. 2005. Moluska di perairan gugus Pulau Pari, Kepulauan Seribu, Teluk Jakarta. J Oldi 37: 69-80.

Dance SP. 1974. The Encyclopedia of Shells. Bland ford Press. London.

Dharma B. 1988. Siput Dan Kerang Indonesia I. Jakarta: Sarana Graha.

Den Hartog C. 1970. The Sea Grasses of The World. North Holland Publishing Company. Amsterdam. Buzzard Bay Massachausets, USA.Malacologia. 43: 76-83.

Driscol EG, Brandon DE. 1973. Mollusc Sediment Relationship in Northwester Buzzard Bay Massachausets, USA.Malacologia. 43: 76-83.

Hutabarat S, Evans SM. 1985. Pengantar

Oseanografi. Jakarta: UI-Press.

Krebs CJ. 1989. Ecologycal Methodology. Harper Collins Publishers. Columbia. xi+444h.

Loya Y. 1978. Plotless and transect methods. In: (D.R. Stoddard and R.E. Johannes, eds). Coral Reef Research Methods, Paris (Unesco) : 197-218. Marwoto RM, Aloysia MS. 1999. Buku

Pegangan Pengelolaan Koleksi Spesimen

Zoologi. Jakarta: Lembaga Ilmu

Pengetahuan Indonesia.

Moore, R. C. (ed). 1960. Traetise on Invertebrate Paleontology. Part I. Mollusca I. Geological Society of

America, Inc. Univ of Kansas Press. 351. Nybakken JW. 1992. Biologi Laut, Suatu

Pendekatan Ekologis. Terjemahan : M. Eidman, D. G. Bengen dan Koessoebiono, M. Hutomo dan Sukristijono. Penerbit PT Gramedia. Jakarta. 459 hlm.

(14)

Roberts et al. 1982. Shallow Water Marine Molluscs of North-West Java. Lembaga Oceanologi Nasional-LIPI : 143 pp.

(15)
(16)

Lampiran 1 Jenis-jenis moluska pada setiap stasiun pengamatan di perairan Pulau

Burung dan Pulau Tikus.

Stasiun

No Family / Spesies

(17)

Lampiran 1. Lanjutan.

Stasiun

No Family / Spesies

1 2 3 4 5 Total 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. Bivalvia Arcidae Barbatia decussata Barbatia sp. Cardiidae Trachycardium subrugosum Fragum unedo Fragum fragum Chamidae

Chama sp.

(18)

Lampiran 2. Peta lokasi stasiun penelitian di Gugus Pulau Pari (LON-LIPI).

1

(19)

Lampiran 3. Foto biota yang ditemukan selama pengamatan.

Kelas Gastropoda

Cantharus undosus Engina mendicaria

Rhinoclavis aspera

Rhinoclavis vertagus Rhinoclavis sinensis

Columbella scripta

Conus eburneus

Cymantium vespaceum Cypraea annulus

Cypraea vitellus

Cypraea arabica

Vexillum vulpecula

(20)

Lampiran 3. Lanjutan.

Nassarius margaritifer Polineces tumidus

Nerita sp.

Milda ventricosa

Strombus urceus

Kelas Bivalvia

Barabtia sp.

Fragum unedo

Barabtia decussata

Fragum fragum Trachycardium subrugosum Isognomon isognomon

(21)

Lampiran 3. Lanjutan.

Ostrea sp.

Pinna muricata

Tellina sp 1

Tellina sp 2

Tellina sp 3

Circe scripta

Circe tumefacta

Gafrarium tumidum Gafrarium pectinatum

Timoclea marica

Tapes literatus

Lopha folium

(22)

Lampiran 4. Foto lokasi pengambilan sampel moluska.

Gambar 1 Stasiun III

Gambar 2 Stasiun IV

(23)

Lampiran 5. Gambar lamun yang ditemukan di Pulau Burung dan Pulau Tikus.

Enhalus acoroides

Thalassia

sp

(24)

Lampiran 6. Presentase ukuran partikel substrat pada stasiun pengamatan.

Stasiun

Ukuran

1

2

3

4

5

> 8 mm 0-0 % 0-0 % 0-2.86 % 0-3.05 % 0-0 %

4-8 mm 0.88-7.17 % 1.46-4.69 % 0-4.56 % 0-16.89 % 0-7.22 %

2-4 mm 7.29-15.00 % 6.02-15.73 % 0.56-14.65 % 1.84-14.90 % 1.73-11.80 %

1-2 mm 13.20-37.12 %

13.94-39.35 %

2.25-23.31 % 9.17-23.28 % 11.63-15.65 %

0.5-1 mm 20.02-49.34 %

27.96-43.68 %

6.56-30.94 % 13.13-35.25 %

17.82-23.90 %

0.25-0.5 mm 1.06-28.53 % 7.60-31.41 % 6.17-46.49 % 15.41-28.48 %

20.71-35.33 %

0.125-0.25 mm

2.12-26.05 % 2.61-11.54 % 13.14-40.33 %

15.55-23.67 %

16.86-24.06 %

0.063-0.125 mm

0.37-9.39 % 0.37-1.53 % 1.49-5.26 % 1.95-19.70 % 5.33-9.83 %

(25)
(26)

STRUKTUR KOMUNITAS MOLUSKA (Gastropoda dan

Bivalvia) SERTA DISTRIBUSINYA DI PULAU BURUNG DAN

PULAU TIKUS, GUGUSAN PULAU PARI,

KEPULAUAN SERIBU

IWAN IRAWAN

DEPARTEMEN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(27)

Distribusinya di Pulau Burung dan Pulau Tikus, Gugusan Pulau Pari, Kepulauan Seribu. Dibimbing oleh Djoko Waluyo dan Hendrik Alexander William Cappenberg.

Laut yang mengelilingi pulau Burung dan pulau Tikus merupakan laut dangkal yang memiliki substrat bervariasi di antaranya adalah substrat lumpur, lumpur berpasir, pasir maupun batu karang. Terdapat juga berbagai jenis habitat, di antaranya mangrove, padang lamun dan terumbu karang. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari struktur komunitas moluska serta distribusinya yang berada di perairan Pulau Burung dan Pulau Tikus. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni 2007. Pengamatan dilakukan pada 5 stasiun pengamatan. Pengambilan contoh moluska didapat dengan metode transek kuadrat yang dimulai dari tepi pantai ke arah tubir. Selama pengamatan berhasil ditemukan sebanyak 47 jenis yang terdiri dari 24 jenis Gastropoda dan 23 jenis Bivalvia. Nilai keanekaragaman jenis (H’) berkisar antara 1.454 – 3.606, nilai indeks keseragaman berkisar antara 0.641 – 0.921, nilai dominansi (C) berkisar antara 0.11 – 0.46. dan nilai kemiripan jenis berkisar antara 0 – 0.40.

Kata kunci : komunitas moluska, transek kuadrat, pulau Burung dan pulau Tikus.

ABSTRACT

IWAN IRAWAN. Community Structure of Mollusc (Gastropoda and Bivalvia) with Its Distribution in Burung Island and Tikus Island, Pari Island, Claster of Seribu Archipelago. Supervised by Djoko Waluyo and Hendrik Alexander William Cappenberg.

The sea surround Burung island and Tikus island is shallow sea consist of many kind substrate, among of these are mud, sandy mud, sand and corral. Variety of habitat as mangrove, sea grass and corral reef. The aim of the research were to study community structure of Mollusc with its distribution in Burung island and Tikus island. The research was conducted on June 2007. Five stations were selected for observation. Samples collected from quadrants laid on transect line spreading from edge of the island to the reef edge. Collected samples were counted and identify. The identified samples were 47 species, 24 species belongs to Gastropod and 23 belongs to Bivalve. Diversity index (H’) ranging from 1.454 to 3.606, evenness index was from 0.641 to 0.921, while dominant index was from 0.11 to 0.46 and similarity index was from 0 to 0.40.

(28)

Gugus Pulau Pari terletak di daerah tropis, yang terdiri dari lima buah pulau yaitu pulau Pari, pulau Kongsi, pulau Burung, pulau Tengah dan pulau Tikus. Pulau-pulau tersebut merupakan pulau-pulau yang berada pada kesatuan gugus pulau Pari dengan struktur hutan pantai didominasi oleh mangrove. Gugusan ini terletak pada posisi 05 50’ 00” dan 05 25’ 25” LS dan 106 34’ 30” dan 106 38’ 20 ” BT (Ariestika 2006).

Laut yang mengelilingi pulau Burung dan pulau Tikus merupakan laut dangkal yang memiliki substrat bervariasi di antaranya adalah substrat lumpur, lumpur berpasir, pasir maupun batu karang. Terdapat juga berbagai jenis habitat, di antaranya mangrove, padang lamun dan terumbu karang.

Filum moluska merupakan anggota yang terbanyak kedua setelah filum Arthropoda. Terdapat lebih dari 60 000 spesies hidup dan 15 000 spesies fosil (Brusca & Brusca 1990). Pada umumnya moluska menempati zona littoral, termasuk daerah pasang surut. Moluska terutama jenis kerang-kerangan banyak ditemukan terbenam dalam substrat lumpur berpasir.

Moluska mempunyai bentuk tubuh yang beranekaragam. Berdasarkan bentuk tubuh, jumlah serta keping cangkang filum moluska terbagi ke dalam 7 kelas yaitu : Aplacophora,

Monoplacophora, Polyplacophora, Gastropoda, Bivalvia, Scaphopoda, dan

Cephalopoda (Moore 1960).

Gastropoda merupakan kelas yang mempunyai anggota terbanyak dan merupakan kelas yang paling sukses karena menguasai berbagai habitat yang bervariasi (Barnes 1987). Umumnya dikenal dengan sebutan siput atau keong. Kebanyakan bentuk kelas Gastropoda asimetris karena mengalami torsi. Cangkang siput umumnya berbentuk kerucut atau konde dari tabung yang melingkar.

Kelas Bivalvia mencakup berbagai jenis kerang, remis dan kijing. Kebanyakan Bivalvia hidup di laut terutama di daerah littoral, sebagian di daerah pasang surut, dan air tawar. Spesies yang hidup umumnya terdapat di dasar perairan yang berlumpur atau berpasir. Tubuh dan kaki Bivalvia umumnya pipih secara lateral, seluruh tubuh tertutup mantel dan dua keping cangkang yang berhubungan di bagian dorsal. Beberapa kerang bersifat sesil, yaitu menempel erat pada benda padat dengan benang bysus (Brusca & Brusca 1990).

campuran dari fraksi lumpur, pasir dan liat dalam tanah (Brower & Zar 1977). Diperairan yang arusnya kuat, lebih banyak ditemukan substrat yang kasar (pasir atau kerikil), karena partikel kecil akan terbawa akibat aktivitas arus dan gelombang. Jika perairannya tenang dan arusnya lemah maka lumpur halus akan mengendap (Odum 1971).

Tipe substrat berpasir dibagi menjadi dua, yaitu tipe substrat berpasir halus dan tipe substrat berpasir kasar. Tipe substrat berpasir kasar memiliki laju pertukaran air yang cepat dan kandungan bahan organik yang rendah, sehingga oksigen terlarut selalu tersedia, proses dekomposisi di substrat dapat berlangsung secara aerob serta terhindar dari keadaan toksik. Sementara itu tipe substrat berpasir halus kurang baik untuk pertumbuhan organisme perairan karena memiliki pertukaran air yang lambat dan dapat menyebabkan keadaan anoksik sehingga proses dekomposisi yang berlangsung disubstrat pada keadaan anaerob dapat menimbulkan bau serta perairan yang tercemar (Nybakken 1992).

Distribusi dan kelimpahan jenis moluska dipengaruhi oleh diameter rata-rata butiran sedimen, kandungan debu dan liat. Kestabilan substrat dipengaruhi oleh penangkapan kerang secara terus menerus dikarenakan substrat teraduk oleh alat tangkap (Driscoll & Brandon 1973). Jenis-jenis dari kelas Gastropoda dan Bivalvia dapat tumbuh dan berkembang pada sedimen halus karena memiliki alat-alat fisiologis khusus untuk dapat beradaptasi pada lingkungan perairan yang memiliki tipe substrat berlumpur. Ukuran partikel substrat bervariasi, mulai dari liat yang berdiameter <0.002 mm hingga pasir sangat kasar yang berdiameter 1-2 mm.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan mengamati struktur komunitas moluska serta distribusinya yang berada di pulau Burung dan pulau Tikus.

Waktu dan Tempat

(29)

BAHAN DAN METODE Alat dan Bahan

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini ialah kuadran 1 x 1meter, kantong plastik, sekop, saringan, tali rafia, meteran, pinset, nampan, sarung tangan, alat tulis.

Bahan yang diamati pada penelitian ini adalah spesimen moluska serta alkohol 70 % untuk pengawetan moluska.

Pengambilan Contoh

Penentuan stasiun pengambilan contoh dilakukan berdasarkan hasil pengamatan lapangan. Lokasi pengambilan contoh dibagi menjadi 5 stasiun. Sebanyak 3 stasiun berada di pulau Burung, 2 stasiun berada di pulau Tikus.

Pengambilan contoh moluska dilakukan pada 5 stasiun dengan menggunakan metode transek kuadrat (Loya 1978). Metode ini dilakukan dengan cara menarik garis tegak lurus dari tepi pantai ke arah tubir. Pada masing-masing stasiun dilakukan satu kali transek dengan jumlah plot yang tidak sama bergantung panjang rataan terumbu (reef flat). Kerangka kuadran diletakkan mulai dari tepi pantai ke arah tubir dengan jarak satu sama lain 10 meter. Semua moluska khususnya Gastropoda dan Bivalvia yang terdapat dalam kuadran diambil. Moluska yang dikumpulkan kemudian diawetkan ke dalam alkohol 70 % dan diidentifikasi menggunakan kunci identifikasi Dance (1974), Short et al. (1987), Dharma (1988).

Analisis Data 1 Kepadatan

Menurut Brower dan Zar (1977) kepadatan adalah jumlah individu tiap satuan luas dan waktu tertentu dan berdasarkan dengan formulasi sebagai berikut :

D =

A

Ni

Keterangan:

D = kepadatan moluska (ind./m2) Ni = jumlah individu spesies moluska A = luas (m2)

2 Keanekaragaman Moluska

Keanekaragaman spesies dapat dikatakan sebagai keheterogenitas spesies dan merupakan ciri khas struktur komunitas. Digunakan rumus Shannon-Wiener (Krebs 1989) yang dihitung dengan menggunakan persamaan:

s

H’ = -∑Pi log2 Pi

i=1 Keterangan:

H’ = Indeks keanekaragaman

Pi = ni/N

ni = jumlah individu spesies ke-i

N = jumlah individu total s = jumlah spesies

Kriteria hasil keanekaragaman (H’) adalah sebagai berikut :

H’≤3.32 : Keanekaragaman rendah 3.32< H’<9.97 : Keanekaragaman sedang H’≥9.97 : Keanekaragaman tinggi

3 Keseragaman

Keseragaman merupakan komposisi individu tiap spesies yang terdapat dalam komunitas. Indeks Keseragaman (Krebs 1989) yaitu :

E =

Hmaks

H

'

Keterangan:

E = Indeks Keseragaman H’ = Indeks keanekaragaman

Hmaks = log2 S

4 Dominansi

Dominansi spesies tertentu dapat diketahui dengan menggunakan Indeks Dominansi Simpson (Krebs 1989), yaitu :

s C = ∑ (Pi)2

i=1 Keterangan:

C = Indeks dominansi

Pi = ni/N

s = jumlah spesies

5 Pengelompokan Habitat

Indeks similaritas Sorensen digunakan membandingkan kesamaan antar stasiun berdasarkan parameter biologi atau kesamaan antar jenis spesies. Rumus yang digunakan adalah.

2C So =

(Si + Sj) Keterangan:

So = Indeks Sorensen

C = Jumlah jenis yang ditemukan pada kedua stasiun

Si = Jumlah jenis yang ditemukan pada stasiun i

(30)

6 Penentuan Jenis Substrat

Penentukan jenis substrat dilakukan berdasarkan pengukuran presentase partikel. Sedimen diambil dengan corer sedalam 10-15 cm. Kemudian sedimen dikeringkan dalam oven dengan suhu 80oC selama 48 jam. Setelah kering, sedimen diayak dalam saringan bertingkat kemudian masing-masing sedimen yang tersisa pada setiap tingkatan saringan ditimbang dengan menggunakan timbangan ”triple balance”.

HASIL Identifikasi Moluska

Hasil identifikasi menunjukkan bahwa di pulau Burung dan pulau Tikus terdapat 204 individu yang terdiri dari 47 jenis, yaitu 24 jenis dari kelas Gastropoda dan 23 jenis dari kelas Bivalvia. Kelas Gastropoda didominansi oleh famili Certhiidae (4 jenis), Cypraeidae (3 jenis) dan Strombidae (3 jenis) sedangkan dari kelas Bivalvia didominansi oleh famili Veneridae (6 jenis), Cardiidae (3 jenis) dan Tellinidae (3 jenis). Columbella scripta dan

Gafrarium tumidum merupakan jenis yang

banyak ditemukan pada hampir semua stasiun pengamatan.

Jumlah individu kelas Gastropoda didominasi oleh Columbella scripta. Jenis ini ditemukan sebanyak 65 individu dari total jumlah moluska yang tertangkap. Kelas Bivalvia didominasi oleh Trachycardium

subrugosum. Jenis ini ditemukan sebanyak 16

individu dari total individu yang tertangkap (Lampiran 3).

Kepadatan Total

Terdapat perbedaan kepadatan pada tiap-tiap stasiun. Stasiun pengamatan yang memiliki nilai kepadatan tertinggi terdapat pada stasiun V (4.7 ind/m2), sedangkan terendah terdapat pada stasiun I (2.6 ind/m2).

0 1 2 3 4 5

I II III IV V

[image:30.595.319.519.395.477.2]

Stasiun K e pad at an i ndi v idu /m 2

Gambar 1 Kepadatan total pada masing- masing stasiun di perairan Pulau Burung dan Pulau Tikus.

Keanekaragaman (H’), Keseragaman (E), dan Dominansi (C)

Hasil perhitungan indeks H’, E, dan C pada masing-masing stasiun menunjukkan nilai yang berbeda. Indeks keanekaragaman secara keseluruhan berkisar antara 1.454-3.606. Indeks keanekaragaman tertinggi terdapat pada stasiun I (3.606) dan keanekaragaman terendah berada pada stasiun V (1.454).

Hasil perhitungan Indeks keseragaman (E) pada masing-masing stasiun berkisar antara 0.641-0.921. Indeks keseragaman tertinggi berada pada stasiun II (0.921) dan yang terendah berada pada stasiun III (0.641).

[image:30.595.116.300.574.698.2]

Nilai indeks dominansi pada masing-masing stasiun pengamatan berkisar antara 0.11-0.46. Nilai dominansi tertinggi berada pada stasiun V (0.46) sedangkan nilai dominansi terendah berada pada stasiun II (0.11) (Tabel 1).

Tabel 1 Keanekaragaman (H’), keseragaman (E), dan dominansi (C) pada masing- masing stasiun di perairan pulau Burung dan pulau Tikus

Index St I St.2 St.3 St.4 St.5 H’ 3.606 3.500 2.724 3.025 1.454

E 0.867 0.921 0.641 0.875 0.727

C 0.12 0.11 0.29 0.15 0.46

S 18 14 19 11 4

Pengelompokan Habitat

Hasil perhitungan nilai kemiripan jenis menunjukkan bahwa nilai indeks kemiripan tertinggi terdapat pada stasiun IV dan V dengan nilai sebesar 0.40. Nilai kemiripan terendah terdapat pada stasiun II dan IV serta stasiun II dan V memiliki nilai kemiripan yang paling rendah (Tabel 2).

Tabel 2 Matriks nilai kemiripan jenis moluska pada masing-masing stasiun pengamatan di perairan Pulau Burung dan Pulau Tikus

Stasiun 1 2 3 4 5

1 0.19 0.32 0.27 0.18

2 0.12 0 0

3 0.33 0.17

4 0.40

Jenis Substrat

[image:30.595.319.510.646.716.2]
(31)

6 Penentuan Jenis Substrat

Penentukan jenis substrat dilakukan berdasarkan pengukuran presentase partikel. Sedimen diambil dengan corer sedalam 10-15 cm. Kemudian sedimen dikeringkan dalam oven dengan suhu 80oC selama 48 jam. Setelah kering, sedimen diayak dalam saringan bertingkat kemudian masing-masing sedimen yang tersisa pada setiap tingkatan saringan ditimbang dengan menggunakan timbangan ”triple balance”.

HASIL Identifikasi Moluska

Hasil identifikasi menunjukkan bahwa di pulau Burung dan pulau Tikus terdapat 204 individu yang terdiri dari 47 jenis, yaitu 24 jenis dari kelas Gastropoda dan 23 jenis dari kelas Bivalvia. Kelas Gastropoda didominansi oleh famili Certhiidae (4 jenis), Cypraeidae (3 jenis) dan Strombidae (3 jenis) sedangkan dari kelas Bivalvia didominansi oleh famili Veneridae (6 jenis), Cardiidae (3 jenis) dan Tellinidae (3 jenis). Columbella scripta dan

Gafrarium tumidum merupakan jenis yang

banyak ditemukan pada hampir semua stasiun pengamatan.

Jumlah individu kelas Gastropoda didominasi oleh Columbella scripta. Jenis ini ditemukan sebanyak 65 individu dari total jumlah moluska yang tertangkap. Kelas Bivalvia didominasi oleh Trachycardium

subrugosum. Jenis ini ditemukan sebanyak 16

individu dari total individu yang tertangkap (Lampiran 3).

Kepadatan Total

Terdapat perbedaan kepadatan pada tiap-tiap stasiun. Stasiun pengamatan yang memiliki nilai kepadatan tertinggi terdapat pada stasiun V (4.7 ind/m2), sedangkan terendah terdapat pada stasiun I (2.6 ind/m2).

0 1 2 3 4 5

I II III IV V

[image:31.595.319.519.395.477.2]

Stasiun K e pad at an i ndi v idu /m 2

Gambar 1 Kepadatan total pada masing- masing stasiun di perairan Pulau Burung dan Pulau Tikus.

Keanekaragaman (H’), Keseragaman (E), dan Dominansi (C)

Hasil perhitungan indeks H’, E, dan C pada masing-masing stasiun menunjukkan nilai yang berbeda. Indeks keanekaragaman secara keseluruhan berkisar antara 1.454-3.606. Indeks keanekaragaman tertinggi terdapat pada stasiun I (3.606) dan keanekaragaman terendah berada pada stasiun V (1.454).

Hasil perhitungan Indeks keseragaman (E) pada masing-masing stasiun berkisar antara 0.641-0.921. Indeks keseragaman tertinggi berada pada stasiun II (0.921) dan yang terendah berada pada stasiun III (0.641).

[image:31.595.116.300.574.698.2]

Nilai indeks dominansi pada masing-masing stasiun pengamatan berkisar antara 0.11-0.46. Nilai dominansi tertinggi berada pada stasiun V (0.46) sedangkan nilai dominansi terendah berada pada stasiun II (0.11) (Tabel 1).

Tabel 1 Keanekaragaman (H’), keseragaman (E), dan dominansi (C) pada masing- masing stasiun di perairan pulau Burung dan pulau Tikus

Index St I St.2 St.3 St.4 St.5 H’ 3.606 3.500 2.724 3.025 1.454

E 0.867 0.921 0.641 0.875 0.727

C 0.12 0.11 0.29 0.15 0.46

S 18 14 19 11 4

Pengelompokan Habitat

Hasil perhitungan nilai kemiripan jenis menunjukkan bahwa nilai indeks kemiripan tertinggi terdapat pada stasiun IV dan V dengan nilai sebesar 0.40. Nilai kemiripan terendah terdapat pada stasiun II dan IV serta stasiun II dan V memiliki nilai kemiripan yang paling rendah (Tabel 2).

Tabel 2 Matriks nilai kemiripan jenis moluska pada masing-masing stasiun pengamatan di perairan Pulau Burung dan Pulau Tikus

Stasiun 1 2 3 4 5

1 0.19 0.32 0.27 0.18

2 0.12 0 0

3 0.33 0.17

4 0.40

Jenis Substrat

[image:31.595.319.510.646.716.2]
(32)

pasir halus sampai pasir kasar cukup dominan. Hampir di seluruh stasiun pengamatan dijumpai lamun seperti Enhalus acoroides,

Thalassia sp, Halophila sp, dan Halodule

pinifolia.

PEMBAHASAN

Cappenberg dan Panggabean (2005) melaporkan bahwa di gugusan pulau Pari terdapat 45 jenis moluska yang mewakili 23 famili, sedangkan di pulau Burung dan pulau Tikus yang termasuk gugusan pulau Pari terdapat 47 jenis moluska yang mewakili 24 famili. Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang nyata.

Kepadatan moluska menunjukkan jumlah individu yang hidup pada habitat tertentu, luasan tertentu, dan waktu tertentu (Brower & Zar 1977). Nilai kepadatan menjadi parameter terhadap kualitas habitat tertentu.

Stasiun V yang berlokasi di sebelah timur pulau Burung memiliki kepadatan total tertinggi. Hal ini disebabkan keberadaan padang lamun (Enhalus acoroides) yang cukup lebat dan subur.

Nilai kepadatan yang tinggi menunjukkan jumlah organisme yang banyak. Hal ini mengindikasikan bahwa habitat tersebut dapat ditempati oleh organisme dalam jumlah yang banyak. Kepadatan total moluska terendah terdapat pada stasiun I (2.6 ind/m2). Jika dilihat dari keberadaan stasiun tersebut maka dapat diketahui penyebab dari rendahnya kepadatan moluska di stasiun tersebut, yaitu disebabkan kondisi habitatnya didominansi substrat pasir kasar sampai kerikil.

Berdasarkan Shannon-Weiner (Krebs 1989), nilai keanekaragaman (H’) pada stasiun III, IV, V menunjukkan keanekaragaman yang rendah yaitu kurang dari 3.32. Jumlah spesies yang menempati daerah tersebut tidak banyak jenisnya serta individu-individu yang menempati habitat tersebut bersifat khas.

Nilai keanekaragaman (H’) pada stasiun I dan II menunjukkan keanekaragaman yang sedang. Tinggi rendahnya nilai keanekaragaman jenis dapat disebabkan oleh beberapa hal, seperti jumlah atau jenis individu, dominansi jenis tertentu, substrat yang homogen serta lamun atau karang yang dapat berfungsi sebagai tempat berlindung dan mencari makan sangat sedikit keberadaanya sehingga hanya jenis-jenis tertentu yang dapat bertahan hidup.

Hasil perhitungan Indeks keseragaman (E) pada masing-masing stasiun berkisar antara 0.641-0.921. Indeks keseragaman tertinggi

berada pada stasiun I (0.921) dan yang terendah berada pada stasiun III (0.641). Hal ini menunjukkan bahwa jumlah individu tiap jenis pada masing-masing stasiun umumnya seragam dan kecenderungan terjadinya dominansi oleh jenis moluska tertentu kecil.

Kestabilan suatu komunitas dapat digambarkan dengan tinggi rendahnya nilai indeks keseragaman jenis (E) yang didapat. Kondisi komunitas dikatakan stabil bila memiliki nilai keseragaman jenis mendekati 1. Semakin kecil nilai E mengindikasikan bahwa penyebaran jenis tidak merata sedangkan semakin besar nilai E maka penyebaran jenis relatif merata (Brower & Zar 1977). Penyebaran jenis juga erat kaitannya dengan dominansi, dimana bila nilai keseragaman kecil mengindikasikan terjadi dominansi dari jenis-jenis tertentu.

Nilai indeks dominansi pada masing-masing stasiun pengamatan berkisar antara 0.11-0.46. Nilai dominansi tertinggi terdapat pada stasiun V, sedangkan nilai dominansi terendah terdapat pada stasiun II. Hal ini menunjukkan bahwa jenis-jenis moluska tersebut masih dapat hidup bersama-sama dalam habitat dengan baik, karena ketersediaan makanan yang cukup, walaupun ada beberapa jenis yang melimpah. Nilai indeks dominansi yang mendekati 1 menunjukkan adanya spesies yang mendominansi spesies lainnya. Sedangkan nilai indeks dominansi yang mendekati 0 menunjukkan hampir tidak ada dominansi dari suatu spesies dalam komunitas (Odum 1971). Adanya dominansi menunjukkan kondisi lingkungan yang sangat menguntungkan dalam mendukung pertumbuhan spesies tertentu.

(33)

pasir halus sampai pasir kasar cukup dominan. Hampir di seluruh stasiun pengamatan dijumpai lamun seperti Enhalus acoroides,

Thalassia sp, Halophila sp, dan Halodule

pinifolia.

PEMBAHASAN

Cappenberg dan Panggabean (2005) melaporkan bahwa di gugusan pulau Pari terdapat 45 jenis moluska yang mewakili 23 famili, sedangkan di pulau Burung dan pulau Tikus yang termasuk gugusan pulau Pari terdapat 47 jenis moluska yang mewakili 24 famili. Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang nyata.

Kepadatan moluska menunjukkan jumlah individu yang hidup pada habitat tertentu, luasan tertentu, dan waktu tertentu (Brower & Zar 1977). Nilai kepadatan menjadi parameter terhadap kualitas habitat tertentu.

Stasiun V yang berlokasi di sebelah timur pulau Burung memiliki kepadatan total tertinggi. Hal ini disebabkan keberadaan padang lamun (Enhalus acoroides) yang cukup lebat dan subur.

Nilai kepadatan yang tinggi menunjukkan jumlah organisme yang banyak. Hal ini mengindikasikan bahwa habitat tersebut dapat ditempati oleh organisme dalam jumlah yang banyak. Kepadatan total moluska terendah terdapat pada stasiun I (2.6 ind/m2). Jika dilihat dari keberadaan stasiun tersebut maka dapat diketahui penyebab dari rendahnya kepadatan moluska di stasiun tersebut, yaitu disebabkan kondisi habitatnya didominansi substrat pasir kasar sampai kerikil.

Berdasarkan Shannon-Weiner (Krebs 1989), nilai keanekaragaman (H’) pada stasiun III, IV, V menunjukkan keanekaragaman yang rendah yaitu kurang dari 3.32. Jumlah spesies yang menempati daerah tersebut tidak banyak jenisnya serta individu-individu yang menempati habitat tersebut bersifat khas.

Nilai keanekaragaman (H’) pada stasiun I dan II menunjukkan keanekaragaman yang sedang. Tinggi rendahnya nilai keanekaragaman jenis dapat disebabkan oleh beberapa hal, seperti jumlah atau jenis individu, dominansi jenis tertentu, substrat yang homogen serta lamun atau karang yang dapat berfungsi sebagai tempat berlindung dan mencari makan sangat sedikit keberadaanya sehingga hanya jenis-jenis tertentu yang dapat bertahan hidup.

Hasil perhitungan Indeks keseragaman (E) pada masing-masing stasiun berkisar antara 0.641-0.921. Indeks keseragaman tertinggi

berada pada stasiun I (0.921) dan yang terendah berada pada stasiun III (0.641). Hal ini menunjukkan bahwa jumlah individu tiap jenis pada masing-masing stasiun umumnya seragam dan kecenderungan terjadinya dominansi oleh jenis moluska tertentu kecil.

Kestabilan suatu komunitas dapat digambarkan dengan tinggi rendahnya nilai indeks keseragaman jenis (E) yang didapat. Kondisi komunitas dikatakan stabil bila memiliki nilai keseragaman jenis mendekati 1. Semakin kecil nilai E mengindikasikan bahwa penyebaran jenis tidak merata sedangkan semakin besar nilai E maka penyebaran jenis relatif merata (Brower & Zar 1977). Penyebaran jenis juga erat kaitannya dengan dominansi, dimana bila nilai keseragaman kecil mengindikasikan terjadi dominansi dari jenis-jenis tertentu.

Nilai indeks dominansi pada masing-masing stasiun pengamatan berkisar antara 0.11-0.46. Nilai dominansi tertinggi terdapat pada stasiun V, sedangkan nilai dominansi terendah terdapat pada stasiun II. Hal ini menunjukkan bahwa jenis-jenis moluska tersebut masih dapat hidup bersama-sama dalam habitat dengan baik, karena ketersediaan makanan yang cukup, walaupun ada beberapa jenis yang melimpah. Nilai indeks dominansi yang mendekati 1 menunjukkan adanya spesies yang mendominansi spesies lainnya. Sedangkan nilai indeks dominansi yang mendekati 0 menunjukkan hampir tidak ada dominansi dari suatu spesies dalam komunitas (Odum 1971). Adanya dominansi menunjukkan kondisi lingkungan yang sangat menguntungkan dalam mendukung pertumbuhan spesies tertentu.

(34)

yang relatif jauh lebih besar dibandingkan dengan stasiun lainnya.

Substrat merupakan komponen penting yang menentukan kehidupan, keanekaragaman, dan komposisi jenis moluska yang hidup di dalammya. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa substrat yang ada di pulau Burung dan pulau Tikus bertipe pasir halus sampai pasir kasar (Lampiran 6). Sesuai dengan pernyataan Nybakken (1992) bahwa tipe substrat berpasir memudahkan moluska untuk mendapatkan suplai nutrisi dan air yang diperlukan untuk kelangsungan hidupnya. Dibandingkan dengan tipe substrat berlumpur, tipe substrat berpasir akan lebih memudahkan moluska untuk menyaring makanan. Tipe substrat berpasir dan pasir berlempung sesuai untuk kehidupan moluska terutama kelas Gastropoda dan Bivalvia.

SIMPULAN

Di Pulau Burung dan Pulau Tikus ditemukan sebanyak 204 individu yang terdiri dari 47 jenis yang mewakili 2 kelas, yaitu 24 jenis dari kelas Gastropoda dan 23 jenis dari kelas Bivalvia. Columbella scripta dan

Gafrarium tumidum merupakan jenis yang

banyak ditemukan pada hampir semua stasiun pengamatan. Secara umum nilai keanekaragaman jenis moluska di Pulau Burung dan Tikus berada dalam kondisi yang rendah sampai sedang dengan nilai berkisar 1.454-3.606. Keseragaman komunitas moluska cukup baik dengan hampir tidak adanya jenis mendominansi.

SARAN

Dalam penelitian selanjutnya sebaiknya dilakukan pengukuran parameter fisika dan kimia serta parameter-parameter yang berkaitan erat dengan kehidupan gastropoda dan bivalvia.

DAFTAR PUSTAKA

Abbot RT, Dance SP. 1986. Compendium of Sea Shells. Madison Publishing Associates.

Ariestika R. 2006. Karakteristik Padang Lamun Dan Struktur Komunitas

Moluska (Gastropoda dan Bivalvia) Di Pulau Burung, Kepulauan Seribu. Skripsi. Program Studi Imu dan

Teknologi Kelautan Fakultas Perikanan

dan Ilmu Kelautan IPB. Bogor. Indonesia.

Barnes RD. 1987. Invertebrata Zoology. Fifth Edition W.B. Saunders Company. Philadelphia. Proc. Malae. Soc.

London. 41 : 589-600.

Brower JE, Zar JH. 1977. Field and Laboratory Method for General Ecology. 151-169. Wm. C Brown

Publishing Dubuque. Iowa.

Brusca, RC, Brusca GJ. 1990.

Invertebrates. Sinaeur Ass, Inc. Publ.

Sunderland, Massachusetts.

Cappenberg HAW, Panggabean MG. 2005. Moluska di perairan gugus Pulau Pari, Kepulauan Seribu, Teluk Jakarta. J Oldi 37: 69-80.

Dance SP. 1974. The Encyclopedia of Shells. Bland ford Press. London.

Dharma B. 1988. Siput Dan Kerang Indonesia I. Jakarta: Sarana Graha.

Den Hartog C. 1970. The Sea Grasses of The World. North Holland Publishing Company. Amsterdam. Buzzard Bay Massachausets, USA.Malacologia. 43: 76-83.

Driscol EG, Brandon DE. 1973. Mollusc Sediment Relationship in Northwester Buzzard Bay Massachausets, USA.Malacologia. 43: 76-83.

Hutabarat S, Evans SM. 1985. Pengantar

Oseanografi. Jakarta: UI-Press.

Krebs CJ. 1989. Ecologycal Methodology. Harper Collins Publishers. Columbia. xi+444h.

Loya Y. 1978. Plotless and transect methods. In: (D.R. Stoddard and R.E. Johannes, eds). Coral Reef Research Methods, Paris (Unesco) : 197-218. Marwoto RM, Aloysia MS. 1999. Buku

Pegangan Pengelolaan Koleksi Spesimen

Zoologi. Jakarta: Lembaga Ilmu

Pengetahuan Indonesia.

Moore, R. C. (ed). 1960. Traetise on Invertebrate Paleontology. Part I. Mollusca I. Geological Society of

America, Inc. Univ of Kansas Press. 351. Nybakken JW. 1992. Biologi Laut, Suatu

Pendekatan Ekologis. Terjemahan : M. Eidman, D. G. Bengen dan Koessoebiono, M. Hutomo dan Sukristijono. Penerbit PT Gramedia. Jakarta. 459 hlm.

(35)

yang relatif jauh lebih besar dibandingkan dengan stasiun lainnya.

Substrat merupakan komponen penting yang menentukan kehidupan, keanekaragaman, dan komposisi jenis moluska yang hidup di dalammya. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa substrat yang ada di pulau Burung dan pulau Tikus bertipe pasir halus sampai pasir kasar (Lampiran 6). Sesuai dengan pernyataan Nybakken (1992) bahwa tipe substrat berpasir memudahkan moluska untuk mendapatkan suplai nutrisi dan air yang diperlukan untuk kelangsungan hidupnya. Dibandingkan dengan tipe substrat berlumpur, tipe substrat berpasir akan lebih memudahkan moluska untuk menyaring makanan. Tipe substrat berpasir dan pasir berlempung sesuai untuk kehidupan moluska terutama kelas Gastropoda dan Bivalvia.

SIMPULAN

Di Pulau Burung dan Pulau Tikus ditemukan sebanyak 204 individu yang terdiri dari 47 jenis yang mewakili 2 kelas, yaitu 24 jenis dari kelas Gastropoda dan 23 jenis dari kelas Bivalvia. Columbella scripta dan

Gafrarium tumidum merupakan jenis yang

banyak ditemukan pada hampir semua stasiun pengamatan. Secara umum nilai keanekaragaman jenis moluska di Pulau Burung dan Tikus berada dalam kondisi yang rendah sampai sedang dengan nilai berkisar 1.454-3.606. Keseragaman komunitas moluska cukup baik dengan hampir tidak adanya jenis mendominansi.

SARAN

Dalam penelitian selanjutnya sebaiknya dilakukan pengukuran parameter fisika dan kimia serta parameter-parameter yang berkaitan erat dengan kehidupan gastropoda dan bivalvia.

DAFTAR PUSTAKA

Abbot RT, Dance SP. 1986. Compendium of Sea Shells. Madison Publishing Associates.

Ariestika R. 2006. Karakteristik Padang Lamun Dan Struktur Komunitas

Moluska (Gastropoda dan Bivalvia) Di Pulau Burung, Kepulauan Seribu. Skripsi. Program Studi Imu dan

Teknologi Kelautan Fakultas Perikanan

dan Ilmu Kelautan IPB. Bogor. Indonesia.

Barnes RD. 1987. Invertebrata Zoology. Fifth Edition W.B. Saunders Company. Philadelphia. Proc. Malae. Soc.

London. 41 : 589-600.

Brower JE, Zar JH. 1977. Field and Laboratory Method for General Ecology. 151-169. Wm. C Brown

Publishing Dubuque. Iowa.

Brusca, RC, Brusca GJ. 1990.

Invertebrates. Sinaeur Ass, Inc. Publ.

Sunderland, Massachusetts.

Cappenberg HAW, Panggabean MG. 2005. Moluska di perairan gugus Pulau Pari, Kepulauan Seribu, Teluk Jakarta. J Oldi 37: 69-80.

Dance SP. 1974. The Encyclopedia of Shells. Bland ford Press. London.

Dharma B. 1988. Siput Dan Kerang Indonesia I. Jakarta: Sarana Graha.

Den Hartog C. 1970. The Sea Grasses of The World. North Holland Publishing Company. Amsterdam. Buzzard Bay Massachausets, USA.Malacologia. 43: 76-83.

Driscol EG, Brandon DE. 1973. Mollusc Sediment Relationship in Northwester Buzzard Bay Massachausets, USA.Malacologia. 43: 76-83.

Hutabarat S, Evans SM. 1985. Pengantar

Oseanografi. Jakarta: UI-Press.

Krebs CJ. 1989. Ecologycal Methodology. Harper Collins Publishers. Columbia. xi+444h.

Loya Y. 1978. Plotless and transect methods. In: (D.R. Stoddard and R.E. Johannes, eds). Coral Reef Research Methods, Paris (Unesco) : 197-218. Marwoto RM, Aloysia MS. 1999. Buku

Pegangan Pengelolaan Koleksi Spesimen

Zoologi. Jakarta: Lembaga Ilmu

Pengetahuan Indonesia.

Moore, R. C. (ed). 1960. Traetise on Invertebrate Paleontology. Part I. Mollusca I. Geological Society of

America, Inc. Univ of Kansas Press. 351. Nybakken JW. 1992. Biologi Laut, Suatu

Pendekatan Ekologis. Terjemahan : M. Eidman, D. G. Bengen dan Koessoebiono, M. Hutomo dan Sukristijono. Penerbit PT Gramedia. Jakarta. 459 hlm.

(36)

yang relatif jauh lebih besar dibandingkan dengan stasiun lainnya.

Substrat merupakan komponen penting yang menentukan kehidupan, keanekaragaman, dan komposisi jenis moluska yang hidup di dalammya. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa substrat yang ada di pulau Burung dan pulau Tikus bertipe pasir halus sampai pasir kasar (Lampiran 6). Sesuai dengan pernyataan Nybakken (1992) bahwa tipe substrat berpasir memudahkan moluska untuk mendapatkan suplai nutrisi dan air yang diperlukan untuk kelangsungan hidupnya. Dibandingkan dengan tipe substrat berlumpur, tipe substrat berpasir akan lebih memudahkan moluska untuk menyaring makanan. Tipe substrat berpasir dan pasir berlempung sesuai untuk kehidupan moluska terutama kelas Gastropoda dan Bivalvia.

SIMPULAN

Di Pulau Burung dan Pulau Tikus ditemukan sebanyak 204 individu yang terdiri dari 47 jenis yang mewakili 2 kelas, yaitu 24 jenis dari kelas Gastropoda dan 23 jenis dari kelas Bivalvia. Columbella scripta dan

Gafrarium tumidum merupakan jenis yang

banyak ditemukan pada hampir semua stasiun pengamatan. Secara umum nilai keanekaragaman jenis moluska di Pulau Burung dan Tikus berada dalam kondisi yang rendah sampai sedang dengan nilai berkisar 1.454-3.606. Keseragaman komunitas moluska cukup baik dengan hampir tidak adanya jenis mendominansi.

SARAN

Dalam penelitian selanjutnya sebaiknya dilakukan pengukuran parameter fisika dan kimia serta parameter-parameter yang berkaitan erat dengan kehidupan gastropoda dan bivalvia.

DAFTAR PUSTAKA

Abbot RT, Dance SP. 1986. Compendium of Sea Shells. Madison Publishing Associates.

Ariestika R. 2006. Karakteristik Padang Lamun Dan Struktur Komunitas

Moluska (Gastropoda dan Bivalvia) Di Pulau Burung, Kepulauan Seribu. Skripsi. Program Studi Imu dan

Teknologi Kelautan Fakultas Perikanan

dan Ilmu Kelautan IPB. Bogor. Indonesia.

Barnes RD. 1987. Invertebrata Zoology. Fifth Edition W.B. Saunders Company. Philadelphia. Proc. Malae. Soc.

London. 41 : 589-600.

Brower JE, Zar JH. 1977. Field and Laboratory Method for General Ecology. 151-169. Wm. C Brown

Publishing Dubuque. Iowa.

Brusca, RC, Brusca GJ. 1990.

Invertebrates. Sinaeur Ass, Inc. Publ.

Sunderland, Massachusetts.

Cappenberg HAW, Panggabean MG. 2005. Moluska di perairan gugus Pulau Pari, Kepulauan Seribu, Teluk Jakarta. J Oldi 37: 69-80.

Dance SP. 1974. The Encyclopedia of Shells. Bland ford Press. London.

Dharma B. 1988. Siput Dan Kerang Indonesia I. Jakarta: Sarana Graha.

Den Hartog C. 1970. The Sea Grasses of The World. North Holland Publishing Company. Amsterdam. Buzzard Bay Massachausets, USA.Malacologia. 43: 76-83.

Driscol EG, Brandon DE. 1973. Mollusc Sediment Relationship in Northwester Buzzard Bay Massachausets, USA.Malacologia. 43: 76-83.

Hutabarat S, Evans SM. 1985. Pengantar

Oseanografi. Jakarta: UI-Press.

Krebs CJ. 1989. Ecologycal Methodology. Harper Collins Publishers. Columbia. xi+444h.

Loya Y. 1978. Plotless and transect methods. In: (D.R. Stoddard and R.E. Johannes, eds). Coral Reef Research Methods, Paris (Unesco) : 197-218. Marwoto RM, Aloysia MS. 1999. Buku

Pegangan Pengelolaan Koleksi Spesimen

Zoologi. Jakarta: Lembaga Ilmu

Pengetahuan Indonesia.

Moore, R. C. (ed). 1960. Traetise on Invertebrate Paleontology. Part I. Mollusca I. Geological Society of

America, Inc. Univ of Kansas Press. 351. Nybakken JW. 1992. Biologi Laut, Suatu

Pendekatan Ekologis. Terjemahan : M. Eidman, D. G. Bengen dan Koessoebiono, M. Hutomo dan Sukristijono. Penerbit PT Gramedia. Jakarta. 459 hlm.

(37)

Roberts et al. 1982. Shallow Water Marine Molluscs of North-West Java. Lembaga Oceanologi Nasional-LIPI : 143 pp.

(38)
(39)

Lampiran 1 Jenis-jenis moluska pada setiap stasiun pengamatan di perairan Pulau

Burung dan Pulau Tikus.

Stasiun

No Family / Spesies

(40)

Lampiran 1. Lanjutan.

Stasiun

No Family / Spesies

1 2 3 4 5 Total 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. Bivalvia Arcidae Barbatia decussata Barbatia sp. Cardiidae Trachycardium subrugosum Fragum unedo Fragum fragum Chamidae

Chama sp.

(41)

Lampiran 2. Peta lokasi stasiun penelitian di Gugus Pulau Pari (LON-LIPI).

1

(42)

Lampiran 3. Foto biota yang ditemukan selama pengamatan.

Kelas Gastropoda

Cantharus undosus Engina mendicaria

Rhinoclavis aspera

Rhinoclavis vertagus Rhinoclavis sinensis

Columbella scripta

Conus eburneus

Cymantium vespaceum Cypraea annulus

Cypraea vitellus

Cypraea arabica

Vexillum vulpecula

(43)

Lampiran 3. Lanjutan.

Nassarius margaritifer Polineces tumidus

Nerita sp.

Milda ventricosa

Strombus urceus

Kelas Bivalvia

Barabtia sp.

Fragum unedo

Barabtia decussata

Fragum fragum Trachycardium subrugosum Isognomon isognomon

(44)

Lampiran 3. Lanjutan.

Ostrea sp.

Pinna muricata

Tellina sp 1

Tellina sp 2

Tellina sp 3

Circe scripta

Circe tumefacta

Gafrarium tumidum Gafrarium pectinatum

Timoclea marica

Tapes literatus

Lopha folium

(45)

Lampiran 4. Foto lokasi pengambilan sampel moluska.

Gambar 1 Stasiun III

[image:45.595.201.422.124.703.2]

Gambar 2 Stasiun IV

(46)

Lampiran 5. Gambar lamun yang ditemukan di Pulau Burung dan Pulau Tikus.

Enhalus acoroides

Thalassia

sp

(47)

Lampiran 6. Presentase ukuran partikel substrat pada stasiun pengamatan.

Stasiun

Ukuran

1

2

3

4

5

> 8 mm 0-0 % 0-0 % 0-2.86 % 0-3.05 % 0-0 %

4-8 mm 0.88-7.17 % 1.46-4.69 % 0-4.56 % 0-16.89 % 0-7.22 %

2-4 mm 7.29-15.00 % 6.02-15.73 % 0.56-14.65 % 1.84-14.90 % 1.73-11.80 %

1-2 mm 13.20-37.12 %

13.94-39.35 %

2.25-23.31 % 9.17-23.28 % 11.63-15.65 %

0.5-1 mm 20.02-49.34 %

27.96-43.68 %

6.56-30.94 % 13.13-35.25 %

17.82-23.90 %

0.25-0.5 mm 1.06-28.53 % 7.60-31.41 % 6.17-46.49 % 15.41-28.48 %

20.71-35.33 %

0.125-0.25 mm

2.12-26.05 % 2.61-11.54 % 13.14-40.33 %

15.55-23.67 %

16.86-24.06 %

0.063-0.125 mm

0.37-9.39 % 0.37-1.53 % 1.49-5.26 % 1.95-19.70 % 5.33-9.83 %

Gambar

Tabel 2  Matriks nilai kemiripan jenis
Gambar 3 Satsiun V
Tabel 2  Matriks nilai kemiripan jenis
Tabel 2  Matriks nilai kemiripan jenis
+2

Referensi

Dokumen terkait

&#34;Believe that life is worth living and your belief will help create the fact.&#34; - William James.. Attitude

HUBUNGAN INSOMNIA DENGAN TINGKAT STRES PADA MAHASISWI TINGKAT AKHIR PROGRAM STUDI S1 FISIOTERAPI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA.. (Dibimbing oleh: Dwi Rosella

Refined Kano , identifikasi langkah yang sesuai (dari kerangka kerja 4 langkah Blue Ocean Strategy ) untuk tiap kategori tersebut, dan mengembangkan produk baru yang

sama ngojek, perbedaan jelas terlihat dari segi pendapatan yang jauh dengan pangkalan. Transportasi online manfaatnya lebih terasa bagi penumpang, jelas transportasi

Hasil penelitian tersebut adalah current ratio, quick ratio, working capital to total asset, debt to equity ratio, profit margin secara simultan memiliki pengaruh

Peneliti berusaha menganlisa dari tiga kali perubahan aturan yang mendasar yaitu adanya Peraturan Pemerintah Nomor 73 Tahun 1996 tentang Pajak Penghasilan dari penghasilan

dengan pengusaha untuk mengadakan hubungan kerja dalam waktu tertentu atau.. untuk

PURWOREJO, FP – Fat (38) warga RT 03 RW 01 Desa Hargorojo Kecamatan Bagelen tidak visa berkutik saat ditangkap anggota Unit Reskrim Polsek Bagelen Rabu (31/5).. Fat