Selaginella spp.
ASAL TAMAN NASIONAL GUNUNG HALIMUN-SALAK (TNGHS)
ANDIK WIJAYANTO
DEPARTEMEN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
ANDIK WIJAYANTO. Biodiversitas, Etnobotani, dan Kemampuan Antioksidan Selaginella spp.
asal Taman Nasional Gunung Halimun-Salak (TNGHS). Dibimbing oleh TATIK
CHIKMAWATI dan MIFTAHUDIN.
Studi biodiversitas dan etnobotani Selaginella dilaksanakan di Taman Nasional Gunung Halimun-Salak (TNGHS) dengan tujuan untuk mengungkapkan tingkat keanekaragamannya dan mengkaji kegunaannya sebagai tumbuhan obat. Studi keanekaragaman Selaginella dilakukan dengan mengeksplorasi Selaginella pada 6 titik pengambilan sampel. Studi etnobotani
Selaginella dilakukan dengan mengadakan wawancara dengan masyarakat desa sekitar gunung Bunder, desa Citalahab Sentral, dan desa Kasepuhan Adat Banten Kidul. Terdapat delapan spesies
Selaginella yang ditemukan di TNGHS yaitu S. willdenovii, S. ornata, S. plana, S. intermedia, S. involvens, S. alutacia, S. subalpina dansatu spesies belum teridentifikasi. Dua spesies pertama ditemukan dominan di lokasi ini. Masyarakat di ketiga desa tersebut telah mengenal Selaginella
dengan nama paku rane. Selain itu masyarakat desa Citalahab Sentral dan desa sekitar gunung Bunder juga mengenalnya dengan nama rande. Tumbuhan ini dimanfaatkan secara tradisional oleh masyarakat sekitar TNGHS untuk lalapan, perawatan pasca persalinan, pengobatan luka, dan untuk meningkatkan daya tahan tubuh. Kemampuan antioksidan Selaginella diuji dengan aktivitas penghilangan radikal hidroksil berdasarkan reaksi Fenton. Dari ketiga spesies Selaginella yang diuji aktivitas penghilangan radikal hidroksilnya, S. plana paling berpotensi sebagai antioksidan diikuti S. ornata dan S. willdenovii. Ekstrak S. plana menunjukkan kemampuan antioksidan terbaik pada konsentrasi 75 µg/ml.
Kata kunci: Selaginella, biodiversitas, etnobotani, antioksidan, Taman Nasional Gunung Halimun-Salak (TNGHS)
ABSTRACT
ANDIK WIJAYANTO. Biodiversity, Ethnobotany, and Antioxidant Ability of Selaginella spp. from Halimun-Salak Mountain National Park (TNGHS). Supervised by TATIK CHIKMAWATI and MIFTAHUDIN.
Biodiversity and ethnobotany of Selaginella were studied in Halimun-Salak Mountain National Park (TNGHS) to describe the diversity and the use of Selaginella as medicinal plant. The diversity study of Selaginella was done by exploring Selaginella at 6 sampling points. The ethnobotany study of Selaginella was done by interviewing respondents at the villagers around Bunder Mountain, Citalahab Sentral, and Kasepuhan Adat Banten Kidul. There were eight species
Selaginella found in TNGHS which were S. willdenovii, S. ornata, S. plana, S. intermedia, S. involvens, S. alutacia, S. subalpina and one species that has not been identified yet. The first two species were found dominantly in this location. The community in the location of study called
Selaginella as paku rane. At the villages around Bunder mountain and Citalahab Sentral,
Selaginella is also called as rande. The plant was traditionally used as fresh vegetables, postnatal and wound treatment, and body fitness maintenance. Antioxidant ability of Selaginella was tested by performing hydroxyl radical scavenging activity based on Fenton reaction. Three species of
Selaginella were tested their hydroxyl radical scavenging activity. S. plana was the most potential species as an antioxidant followed by S. ornata and S. willdenovii. The crude extract of S. plana
showed the best antioxidant activity at concentration of 75 µg/ml.
Selaginella spp.
ASAL TAMAN NASIONAL GUNUNG HALIMUN-SALAK (TNGHS)
ANDIK WIJAYANTO
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains
Pada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Institut Pertanian Bogor
DEPARTEMEN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
asal Taman Nasional Gunung Halimun-Salak (TNGHS)
Nama : Andik Wijayanto
NIM : G34104068
Disetujui,
Diketahui,
Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Institut Pertanian Bogor
Dr.Drh. Hasim DEA
NIP 131 578 806
Tanggal Lulus :
Pembimbing I
Dr. Ir. Tatik Chikmawati, M.Si
NIP 131 878 938
Pembimbing II
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah. Tiada sekutu bagi-Nya. Dia-lah yang
maha berkehendak atas segala sesuatu. Sholawat dan salam kepada hamba dan
utusan-Nya, Muhammad bin Abdullah SAW, penutup para nabi dan rasul.
Penelitian ini dilaksanakan bulan Februari sampai Desember 2008 dengan judul
Biodiversitas, Etnobotani, dan Kemampuan Penghilangan Radikal Hidroksil dari
Selaginella
spp. asal Taman Nasional Gunung Halimun-Salak (TNGHS).
Penulis menyampaikan terima kasih kepada umi, abi, dan kakak yang tetap
setia menemani dengan penuh kehangatan; Dr. Ir. Tatik Chikmawati, M.Si selaku
pembimbing I dan Dr. Ir. Miftahudin, M.Si selaku pembimbing II yang telah
mencurahkan ilmu, waktu, dan perhatiannya; pihak TNGHS yang telah
mengizinkan peneliti untuk mengambil sampel di TNGHS, Dr. Rita Megia selaku
penguji yang telah memberikan saran dan kritik, serta semua pihak yang telah
berpartisipasi dalam penelitian ini. Terima kasih juga kepada teman-teman
seperjuangan Bio41 IPB yang senantiasa memberikan motivasi.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat. Mohon maaf atas segala kekurangan.
Bogor, Januari 2009
Penulis dilahirkan tanggal 28 September 1985 di Ngawi, Jawa Timur. Anak
kedua dari dua bersaudara pasangan Bapak Drs. Soetjipto dan Ibu Harni
Suprihatin.
Tahun 2004 penulis lulus dari SMUN 2 Ngawi dan pada tahun yang sama
diterima di Departemen Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam, Institut Pertanian Bogor melalui jalur SPMB (Seleksi Penerimaan
Mahasiswa Baru).
Selama masa SMU dan perkuliahan, penulis aktif berorganisasi di dalam
maupun di luar kampus. Selain itu, penulis juga aktif mengikuti berbagai kegiatan
yang bersifat kerohanian, konservasi lingkungan, jurnalistik, seni sastra dan
beladiri, latihan kepemimpinan, dan pendalaman ilmu hayati. Tahun 2007 - 2008
penulis aktif menjadi asisten praktikum, yaitu mata kuliah Fisiologi Tumbuhan,
Ilmu Lingkungan, dan Biologi Dasar.
Halaman
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR GAMBAR ... viii
DAFTAR LAMPIRAN ... vix
PENDAHULUAN ... 1
Tujuan ... 2
BAHAN DAN METODE ... 2
Waktu dan Tempat ... 2
Bahan dan Alat ... 2
Biodiversitas ... 2
Etnobotani ... 2
Uji Aktivitas Penghilangan Radikal Hidroksil ... 2
Metode ... 2
Biodiversitas ... 2
Etnobotani ... 3
Uji Aktivitas Penghilangan Radikal Hidroksil ... 3
HASIL ... 4
Biodiversitas ... 4
Etnobotani... 5
Aktivitas Penghilangan Radikal Hidroksil ... 6
PEMBAHASAN ... 6
SIMPULAN... 8
SARAN ... 8
DAFTAR PUSTAKA ... 8
Halaman
1 Jenis-jenis
Selaginella
dan kelimpahannya di TNGHS
....
... 5
2 Pengelompokan spesies
Selaginella
berdasarkan ketinggian tempat ... 5
3 Tingkat naungan spesies
Selaginella
... 5
4 Aspek-aspek etnobotani
Selaginella
pada masyarakat sekitar TNGHS
.
... 5
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1 Nilai % penghilangan radikal hidroksil pada inkubasi 5, 10, 15, 20, 25,
dan 30 menit
....
... 6
2 Nilai % penghilangan radikal hidroksil
S. willdenovii, S. ornata,
dan
S. plana
pada konsentrasi 0, 25, 50, 75, dan 100 µg/ml ... 6
Halaman
1 Penghitungan bahan uji aktivitas penghilangan radikal hidroksil ... 11
2 Peta eksplorasi biodiversitas dan etnobotani di TNGHS ... 12
3 Spesies
Selaginella
yang ditemukan di TNGHS dan pola percabangannya
(A)
S. willdenovii
, (B)
S. ornata
, (C)
S. plana
, (D)
S. involvens
,
(E)
S. alutacia
, (F)
S. intermedia
, (G)
S. subalpina
, (H)
S.
sp1 ... 13
4 Kunci identifikasi sederhana spesies
Selaginella
... 14
5 Nilai absorban penghilangan radikal hidroksil spesies
S. willdenovii,
S. ornata,
dan
S. plana
dengan konsentrasi 25, 50, 75, dan 100 µg/ml
pada inkubasi 5, 10, 15, 20, 25, dan 30 menit ... 15
6 Rataan nilai % penghilangan radikal hidroksil pada inkubasi 5, 10, 15,
20, 25, dan 30 menit ... 15
7 ANOVA faktorial RAL 2 faktor aktivitas penghilangan radikal hidroksil
pada α 0.05... 16
8 Rataan nilai % penghilangan radikal hidroksil spesies
S. willdenovii,
Indonesia merupakan salah satu wilayah geografis yang memiliki keanekaragaman hayati dan budaya yang sangat tinggi. Namun pengelolaan maupun pemanfaatan berbagai kekayaan hayati dan budaya ini belum optimal, khususnya hasil hutan bukan kayu atau Non Timber Forest Product (NTFPs) serta
pengkajian pengetahuan masyarakat
terhadapnya.
Selama ini hutan hanya dipandang sebagai sumber kayu bahan bangunan saja karena hasil kayu memberikan devisa yang cukup besar bagi
pemerintah (Purwanto 2007). Hal ini
mengakibatkan terjadinya penebangan pohon yang tidak memperdulikan kelestarian hutan yang berkelanjutan, sehingga kerusakan eksistem hutan tidak dapat dihindari. Untuk menanggulangi kerusakan ekosistem hutan, diperlukan solusi alternatif pengelolaan sumber daya hutan yang lebih konservatif dan
menguntungkan masyarakat. Salah satu
solusinya adalah mempertimbangkan peran NTFPs. Menurut Purwanto (2007) dan Ahmed dan Latif (2004), peran NTFPs berkisar 10-80% dari keseluruhan kebutuhan masyarakat di sekitar hutan, sehingga perlu dilakukan penelitian lebih mendalam tentang potensi pemanfaatan NTFPs. Salah satu NTFPs yang berpotensi sebagai bahan obat adalah
Selaginella.
Selaginella termasuk divisi Lycopodiophyta, kelas Selaginellopsida, ordo Selaginalles, famili Selaginellaceae. Selaginella
termasuk tumbuhan herba perennial. Akar ada yang panjang, pendek, atau rizofor. Batang kecil, tegak, atau menjalar dengan akar di setiap intervalnya. Percabangan menggarpu. Daun tersusun spiral atau berhadapan, sepasang daun kecil menyerupai sisik di bagian lateral dan median batang yang sebagian besar dengan ukuran yang berbeda. Daun median lebih kecil dan berbeda bentuk dengan daun lateral. Strobili terdapat di ujung percabangan. Spora dua tipe yaitu mikrospora dan megaspora.
Selaginella tumbuh di berbagai iklim dan tipe tanah dengan keanekaragaman tertinggi di hutan hujan tropis (Tjitrosoepomo 1994, Xian-Chun 2001; Jinn-Lai & Wang-Cheung 2003; Setyawan & Darusman 2008).
Lebih dari 400 spesies Selaginella tersebar di dunia (Winter & Amoroso 2003) bahkan dapat mencapai lebih dari 700 spesies (Jinn-Lai & Wang-Cheung 2003). Di Indonesia, khususnya di pulau Jawa, telah teridentifikasi sebanyak 23 spesies (Alston 1935), antara lain
S. intermedia, S. ornata, S. willdenovii, S. plana,
Di Indonesia, Selaginella mempunyai nama lokal yang beragam antara lain tapak dara, cakar ayam, cemara kipas gunung, rumput solo (suku Jawa), paku rane biru (suku Sunda), menter (Jakarta), tai lantuan (Madura), rutu rutu (Maluku) (Winter & Amoroso 2003; Setyawan & Darusman 2008), dan rorak (Minahasa) (Zumsteg & Weckerle 2007). Selain itu,
Selaginella juga dikenal dengan nama shi shang bai, juan bai, chuan pai, huan hun ts’ao (Cina), sondotnulogo (Malaysia), pakongcipres, pakaunkung, pakong-tulog (Filipina), dok hin (Thailand), mong lung rong, cay chan vit, thach bachi (Vietnam) (Winter & Amoroso 2003; Thomas 2002; Thomson 2007).
Di Indonesia, Selaginella menyebar di Sumatera, Jawa, Kalimantan, dan Maluku (Tagawa & Iwatsuki 1967; Iwatsuki 1973; Winter & Amoroso 2003). Selaginella juga menyebar di berbagai negara di dunia, antara lain dapat ditemukan di Malaysia, Taiwan, Filipina, Thailand, Burma, India, Jepang, Papua Nugini, Australia, Amerika Serikat, Meksiko, dan beberapa negara di Afrika (Tagawa & Iwatsuki 1967; Iwatsuki 1973; United States Department of Agriculture 2002; Winter & Amoroso 2003).
Sebagai tanaman obat, Selaginella
digunakan sebagai penenang dan perawatan pasca persalinan (Khare 2007), anti kanker dan
antimutagenik (Thomson 2007), anti
peroksidasi lipid (Gayathri et al. 2005), anti
bakteri dalam pengobatan penyakit
kardiovaskuler, kanker hidung, tenggorokan, paru-paru, dan hati; obat demam, meningkatkan sirkulasi darah dan menghilangkan darah statis, hepatitis, diare, dan disentri (Winter & Amoroso 2003), melindungi sel dari sinar ultra violet (Sah et al. 2005), dan antioksidan (Gayathri et al. 2005; Pambudi et al. 2007; Chikmawati & Miftahudin 2008).
Antioksidan dapat disintesis dalam sel
(misal glutathion peroksidase dan
Radikal hidroksil merupakan jenis ROS yang paling reaktif dan dapat beregenerasi di dalam sel hidup melalui reaksi Fenton. Selain itu, radikal hidroksil juga dapat bereaksi dengan berbagai senyawa seperti protein, asam nukleat, dan lipid, bahkan radikal hidoksil dapat menyerang target tanpa spesifikasi tertentu sehingga berpotensi mengakibatkan kerusakan sel maupun jaringan (Lautan 1997; Halliwell 2002).
Di dunia, eksplorasi keanekaragaman spesies Selaginella telah banyak dipelajari, antara lain keanekaragaman Selaginella di India (Panigrahi & Dixit 1966), Thailand (Tagawa & Iwatsuki 1967), Taiwan (Jinn-Lai & Wang-Cheung 2003), dan Cina (Xian-Chun 2001). Selain keanekaragaman, kegunaan
Selaginella di dunia juga telah banyak dipelajari, seperti potensi S. bryopteris sebagai antioksidan dan perlindungan sel terhadap sinar UV (Sah et al. 2005), antioksidan pada S. labordei (Chen et al. 2005), Selaginellaceae sebagai indikator kualitas hutan (Beukema &
Noordwijk 2004), antikanker pada S.
tamariscina (Lee et al. 2004), dan antioksidan pada S. involvens, S. delicatula, dan S. wightii
(Gayathri et al. 2005).
Namun di Indonesia tumbuhan Selaginella
belum banyak dieksplorasi, dikaji secara ilmiah, dan dipublikasikan sebagai bahan obat untuk menyembuhkan berbagai penyakit. Hal ini terbukti dengan masih sedikitnya jurnal-jurnal atau artikel ilmiah yang membahas Selaginella
di Indonesia sebagai tanaman obat.
Tujuan
Mengkaji dan mengidentifikasi
keanekaragaman Selaginella spp., mengetahui kegunaannya sebagai obat tradisional oleh masyarakat di sekitar Taman Nasional Gunung Halimun-Salak (TNGHS), dan membuktikan
secara ilmiah kemampuannya sebagai
antioksidan dalam penghilangan radikal hidroksil.
BAHAN DAN METODE
Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan bulan Februari hingga Desember 2008. Pengambilan sampel dan studi etnobotani Selaginella dilakukan di wilayah Taman Nasional Gunung Halimun-Salak (TNGHS). Sampel untuk pembuatan ekstrak S. plana diambil dari kampus IPB
Darmaga. Identifikasi dan pembuatan
herbarium dan eksrak Selaginella dilakukan di Laboratorium Herbarium dan Taksonomi
Tumbuhan. Uji aktivitas penghilangan radikal hidroksil dilakukan di Laboratorium Penelitian Fisiologi Tumbuhan, Departemen Biologi, IPB.
.
Bahan dan Alat
Biodiversitas. Bahan yang digunakan dalam eksplorasi ke lapang dan pembuatan herbarium yaitu buku catatan lapang, foto spesies Selaginella yang telah teridentifikasi, kertas koran, spesimen Selaginella kering, kertas HVS, dan kertas pembungkus. Alat yang digunakan kantong plastik besar, label, isolasi/tali, pisau, pensil, kamera, altimeter, lem, pulpen, alat pengepres, oven dan alat penerang.
Bahan yang digunakan dalam identifikasi yaitu buku tulis. spesimen Selaginella segar, herbarium Selaginella, foto spesies Selaginella
yang telah teridentifikasi, dan kunci khusus identifikasi Selaginella Alston (1935) dan Jinn-Lai & Wang-Cheung (2003). Alat yang digunakan yaitu kaca pembesar, penggaris, dan pulpen.
Etnobotani. Bahan dan alat yang digunakan dalam studi etnobotani meliputi buku catatan lapang, kuesioner, Selaginella
segar yang didapatkan disekitar lokasi studi, pensil, kamera, altimeter, alat penerang, dan alat perekam.
Uji aktivitas penghilangan radikal hidroksil. Bahan tanaman yang digunakan terdiri dari tiga spesies yaitu S. ornata, S. plana
dan S. willdenovii. S. ornata, dan S. willdenovii
berasal dari TNGHS sedangkan S. plana
berasal dari kampus IPB Darmaga.
Bahan kimia yang digunakan untuk uji aktivitas penghilangan radikal hidroksil adalah ekstrak Selaginella, FeSO4 1 mM,
1,10-phenanthroline 1 mM, bufer fosfat 0.2 M pH 5, dan H2O2 0.17 M (Lampiran 1) .
Alat yang digunakan untuk uji aktivitas penghilangan radikal hidroksil adalah alat-alat standar uji laboratorium, meliputi blender,
rotasi evaporator, corong gelas, freeze dryer, tabung reaksi, gelas piala, gelas ukur, pH meter, spektrofotometer cahaya tampak Genesis 20, oven, dan inkubator.
Metode
Biodiversitas. Studi biodiversitas
Selaginella dilakukan dengan mengeksplorasi
Selaginella di Taman Nasional Gunung
Halimun-Salak (TNGHS) pada 6 titik
pengambilan sampel yaitu :
A : sekitar Stasiun Pusat Penelitian Cikaniki 950 mdpl.
Stasiun Pusat Penelitian Cikaniki 950-1100 mdpl.
C : Stasiun Pusat Penelitian Cikaniki – Balai TNGHS 690-1000 mdpl.
D : Balai TNGHS - Kelapanunggal 670-700 mdpl.
E : Cibatok - Gn. Bunder - Cikampak 765-801 mdpl.
F : Sukawayana - Ciptarasa 150-750 mdpl (Lampiran 2).
Hasil koleksi Selaginella yang diperoleh dari lapang sebagian digunakan untuk pembuatan herbarium dan sebagian yang lain untuk pembuatan ekstrak.
Nilai kelimpahan diperoleh dengan
pendekatan jumlah individu dalam satu rumpun dan frekuensi rumpun Selaginella yang diperoleh dari hasil eksplorasi dengan kriteria tertentu. Untuk jumlah individu dalam satu rumpun diklasifikasikan kedalam empat nilai, yaitu:
1-3 individu/rumpun : sangat sedikit 4-10 individu/rumpun : sedikit 11-50 individu/rumpun : banyak > 50 individu/rumpun : sangat banyak
Frekuensi rumpun juga diklasifikasikan kedalam empat nilai, yaitu:
1-3 kali : sangat jarang 4-10 kali : jarang 11-30 kali : sering > 30 kali : sangat sering
Pembuatan herbarium mengikuti metode standar (Lawrence 1955). Seluruh bagian tumbuhan dicuci. Satu individu Selaginella
diletakkan diantara dua tumpukan kertas HVS didalam lipatan kertas koran. Tumpukan ditambah sesuai dengan banyaknya spesies yang akan dibuat herbarium dan disesuaikan dengan kapasitas oven yang akan dipakai. Kemudian tumpukan spesimen tadi dipres dengan alat pengepres dari kayu berukuran 31 cm x 40.5 cm di bagian terbawah dan teratas, dan dikeringkan dalam oven 600C selama 3 hari untuk bagian daun dan selama 5 hari untuk bagian batang. Selanjutnya spesimen kering ditempelkan pada kertas herbarium dengan ukuran standar (30.5 cm x 43.25 cm). Label herbarium (7 cm x 10.3 cm) diletakkan di sudut kanan bawah dari kertas. Informasi dalam label meliputi nama spesies, propinsi dan kabupaten, lokasi, tipe vegetasi, catatan, tanggal, altitut, kolektor, dan nomor koleksi. Herbarium
disimpan di lemari herbarium dengan
dibungkus kertas berwarna gelap berukuran 31 cm x 45.5 cm).
Identifikasi jenis-jenis Selaginella
dilakukan dengan membandingkan sampel segar maupun herbarium yang diperoleh dengan koleksi herbarium atau foto dari spesies yang telah teridentifikasi dan kunci khusus identifikasi Selaginella Alston (1935) dan Jinn-Lai & Wang-Cheung (2003).
Etnobotani. Studi etnobotani dilakukan dengan menggunakan ethnodirect sampling methode, yaitu menggali informasi dari para ahli lokal terhadap aspek etnobotani Selaginella. Studi ini dilakukan di tiga titik pengambilan sampel yaitu masyarakat Desa Citalahab Sentral (20 Februari 2008), desa disekitar Gunung Bunder (12 April 2008), dan Desa Kasepuhan Adat Banten Kidul (17 April 2008)
(Lampiran 2). Cara pengambilan data
menggunakan wawancara semi struktural dengan 3 responden, yaitu dukun, pemandu, dan warga sekitar lokasi studi etnobotani.
Uji aktivitas penghilangan radikal hidroksil. Percobaan ini merupakan percobaan faktorial Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan dua faktor. Faktor pertama adalah spesies Selaginella yang terdiri dari tiga taraf, yaitu S. ornata, S. plana, dan S. willdenovii. Faktor kedua adalah konsentrasi ekstrak
Selaginella yang terdiri dari lima taraf, yaitu 0, 25, 50, 75, dan 100 µg/ml. Percobaan dilakukan 3 kali ulangan sehingga total unit percobaan uji aktivitas penghilangan radikal hidroksil adalah 45 unit.
Aktivitas penghilangan radikal hidroksil diukur dengan menggunakan prinsip reaksi Fenton (Mahesh et al. 2007, dengan modifikasi katalis Fe, pH, dan waktu inkubasi).
Sebelum dilakukan pengujian, terlebih dahulu dipersiapan ekstrak Selaginella. Ekstrak dibuat dari bagian tajuk (daun dan batang). Ekstraksi dimulai dengan mencuci ketiga spesies Selaginella tersebut dan memasukkan ke kantong kertas. Setelah itu kantong dimasukkan ke ruang pemanas dengan suhu 50-60oC selama 3 hari untuk bagian daun dan selama 5 hari untuk bagian batang. Setelah tumbuhan Selaginella remah, spesimen di
pendingin pada suhu 40C sampai siap dilakukan pengujian.
Uji aktivitas penghilangan radikal hidroksil dimulai dengan pencampuran reaksi yang mengandung 60 µl FeSO4 1.0 mM, 90 µl
1,10-phenanthroline 1mM, 2.4 ml buffer fosfat 0.2 M (pH 5), 1.5 ml ekstrak Selaginella (0, 25, 50, 75, dan 100 µg/ml) dan penambahan 150 µl H2O2 0.17 M untuk memulai reaksi. Setelah diinkubasi pada suhu 37oC selama 30 menit, nilai absorban diukur dengan spektrofotometer pada λ 510 nm. Aktivitas penghilangan radikal hidroksil diukur dengan rumus :
% Penghilangan = [(A1-A0) / A0 × 100]
dengan A0 sebagai absorban kontrol dan A1 sebagai absorban perlakuan.
Data hasil uji dianalisis sidik ragamnya (ANOVA) dengan uji lanjut Duncan. Analisis ini menggunakan program SPSS 15.0 pada selang kepercayaan α 0.05 dan 0.01.
HASIL
Biodiversitas
Terdapat delapan spesies Selaginella yang ditemukan di TNGHS yaitu S. willdenovii
(Desv.) Baker, S. ornata (Hook. & Grev.) Spring, S. plana (Devs. Ex Poir) Hieron, S. intermedia (Blume) Spring, S. involvens (Sw.) Spring, S. alutacia Spring,S. subalpina Alderw dan satu spesies belum teridentifikasi (Lampiran 3). Kunci identifikasi sederhana dapat digunakan untuk membedakan antar spesies yang ditemukan (Lampiran 4).
Selaginella willdenovii merupakan tumbuhan herba non xerofit. Perakaran kaku. Tipe pertumbuhan batang memanjat (scandent) atau condong menaik (ascending). Semua daun iridesen hijau kuning kebiruan, daun lateral pada batang utama renggang dengan jarak 0.2-1 cm dan berbentuk jorong-lanset. Panjang tumbuhan ini dapat mencapai beberapa meter. Habitat di tanah remah atau padat, basah atau kering, ternaungi sebagian atau terpapar, dan terdapat pada ketinggian 150 – 1100 mdpl.
Selaginella ornata merupakan tumbuhan herba non xerofit. Terdapat rizofor (akar udara pada setengah batang bagian pangkal). Tipe pertumbuhan batang tegak, mudah patah, dengan bagian bawah batang berwarna merah kecoklatan. Daun berwarna hijau, daun lateral
jorong-garis. Tumbuhan ini tumbuh
membentuk rumpun. Habitat di tanah basah, dipinggir aliran air, ternaungi penuh atau
sebagian, dan terdapat pada ketinggian 150-1100 mdpl.
Selaginella plana merupakan tumbuhan herba non xerofit. Perakaran hanya di ujung pangkal batang utama. Tipe pertumbuhan batang tegak. Daun berwarna hijau tua atau hijau muda kekuningan mengkilat, daun lateral jorong-lonjong, jarak antar daun median maupun lateral rapat. Tumbuhan ini tumbuh membentuk rumpun atau soliter. Habitat di tanah remah atau padat, terpapar, ditemukan pada ketinggian 150 – 1000 mpl.
Selaginella involvens merupakan tumbuhan herba non xerofit. Rizoma panjang merayap. Tipe pertumbuhan batang scandent, pola percabangan meruncing. Daun berwarna hijau, merah, atau cokelat mengkilap, daun lateral bulat telur. Panjang tumbuhan ini dapat mencapai beberapa meter. Habitat tanah remah, pada tebing, ternaungi penuh atau sebagian, dan ditemukan pada ketinggian 690 – 1000 mdpl.
Selaginella alutacia merupakan tumbuhan herba xerofit yang berukuran sangat kecil sekitar 3-5 cm. Perakaran kecil dan pendek, terdapat diantara percabangan batang utama. Tipe pertumbuhan batang merayap membentuk sudut sekitar 450 seperti mangkuk (decumbent). Perbandingan daun median dengan daun lateral sebesar 1/3-1/2, daun lateral bulat telur. Habitat pada tanah remah, kering, terpapar, dan ditemukan pada ketinggian 150 – 700 mdpl.
Selaginella intermedia merupakan tumbuhan herba non xerofit. Perakaran kuat dengan rizofor tumbuh di titik percabangan batang utama bagian bawah. Tipe pertumbuhan batang ascending atau parabola, percabangan membentuk setengah lingkaran teratur dan rapat. Daun lateral rapat, bergerigi kecil (denticulate), jorong-lanset; daun median tidak rapat dan tersusun dua daun; ujung daun median yang berbentuk jarum dan keras (arista) mempunyai panjang setengah dari panjang
daun median. Tumbuhan ini tumbuh
membentuk rumpun atau soliter. Habitat di tebing, tanah remah dan basah, ternaungi penuh atau sebagian, dan ditemukan pada ketinggian 670 – 1100 mdpl.
Selaginella subalpina merupakan tumbuhan herba non xerofit. Rizofor yang tumbuh di titik percabangan batang utama bagian bawah. Tipe pertumbuhan batang
dari setengah panjang daun median. Tumbuhan ini tumbuh soliter. Habitat di tanah remah, basah atau kering, ternaungi sebagian, dan ditemukan pada ketinggian 950 – 1100 mdpl.
Selaginella sp1 merupakan tumbuhan herba non xerofit. Perakaran hanya di ujung pangkal batang utama. Tipe pertumbuhan batang tegak, berwarna hijau muda keputihan. Daun berwarna hijau tua, mengkilap, terdapat variasi putih keperakan; jarak antar daun median maupun lateral renggang, daun lateral lanset-lonjong, dan orientasi horizontal. Tumbuhan ini tumbuh soliter. Habitat di tanah basah, remah, ternaungi penuh atau sebagian, dan ditemukan pada ketinggian sekitar 950 mdpl.
Masing-masing spesies yang ditemukan mempunyai pola percabangan yang
berbeda-beda. S. willdenovii mempunyai pola
percabangan dikotom berbentuk bulat telur teratur. S. ornata mempunyai pola percabangan dikotom berbentuk sudip. S. plana mempunyai pola percabangan dikotom berbentuk bulat telur
teratur. S. involvens mempunyai pola
percabangan dikotom berbentuk lanset. S. alutacia mempunyai pola percabangan dikotom berbentuk bulat telur acak. S. intermedia
mempunyai pola percabangan dikotom
berbentuk bulat telur dan rapat. S. subalpina
mempunyai pola percabangan dikotom yang mengumpul di ujung percabangan membentuk setengah lingkaran seperti ginjal dan renggang.
S. sp1 mempunyai pola percabangan dikotom berbentuk bulat telur (Lampiran 3).
Masing-masing spesies yang ditemukan mempunyai kelimpahan berbeda. S. willdenovii
dan S. ornata ditemukan dominan di lokasi ini (Tabel 1).
Tabel 1 Jenis-jenis Selaginella dan kelimpahannya di TNGHS
No Spesies Kode
wilayah
Kelimpahan ∑
ind/rumpun
Frekuensi
1 S. willdenovii A, C, D, E, F
banyak sangat sering 2 S. ornata A, B, C,
D, E, F
sangat banyak
sangat sering
3 S. plana C, D, F sangat
sedikit
sangat jarang
4 S. involvens C sangat
sedikit
jarang
5 S. alutacia D, F sedikit sangat
jarang 6 S. intermedia B, D, E sangat
sedikit
sering
7 S. subalpina B sangat
sedikit
sangat jarang
8 S. sp1 A sangat
sedikit
sangat jarang
Spesies Selaginella ditemukan pada ketinggian yang berbeda-beda. Terdapat satu spesies yang ditemukan pada ketinggian 0 - 900 m, yaitu S. alutacia; dua spesies ditemukan pada ketinggian 900-1100 m , yaitu S. subalpina dan S. sp1; dan spesies lainnya ditemukan pada kedua ketinggian tersebut. Pengelompokan ini merujuk pada Panigrahi & Dixit (1966) (Tabel 2).
Tabel 2 Pengelompokan spesies Selaginella berdasarkan ketinggian tempat
Ketinggian (m) Spesies
0-900 S. willdenovii, S. ornata, S. plana, S. involvens, S. alutacia, S. intermedia
900-1100 S. willdenovii, S. ornata, S. plana, S. involvens, S. intermedia, S. subalpina, S. sp1
Selain itu, spesies Selaginella juga ditemukan pada tempat dengan tingkat naungan yang berbeda-beda. S. alutacia dan S. plana
termasuk tipe terpapar, S. willdenovii tipe terpapar dan ternaungi sebagian, dan spesies lainnya termasuk tipe ternaungi penuh dan sebagian. Pengelompokan ini merujuk pada Panigrahi & Dixit (1966) (Tabel 3).
Tabel 3 Tingkat naungan spesies Selaginella
Tingkat naungan Spesies
Ternaungi penuh (heliophobous)
S. ornata, S. involvens, S. intermedia, S. sp1
Ternaungi sebagian S. willdenovii, S. ornata, S. involvens, S. intermedia, S. subalpina, S. sp1
Terpapar (heliophilous) S. willdenovii, S. plana, S. alutacia
Etnobotani
Masyarakat sekitar TNGHS, yaitu
masyarakat Desa Citalahab Sentral, Desa sekitar Gunung Bunder, dan Desa Kasepuhan Adat Banten Kidul memanfaatkan Selaginella
untuk lalapan, perawatan pasca persalinan, pengobatan luka, dan untuk meningkatkan daya tahan tubuh dengan cara penggunaan yang berbeda-beda (Tabel 4).
Tabel 4 Aspek-aspek etnobotani Selaginella pada masyarakat sekitar TNGHS
Parameter Masyarakat Desa
Citalahab Sentral
Kasepuhan Adat Banten Kidul sekitar Gunung Bunder Nama daerah
rane atau rande
rane rane atau
rande
Kegunaan lalapan pembersih darah kotor pasca persalinan menghentikan pendarahan pasca persalinan lalapan mengobati luka meningkat kan daya tahan tubuh
Aktivitas penghilangan radikal hidroksil Uji ini diawali dengan optimasi inkubasi. Semakin lama waktu inkubasi (0-30 menit), nilai % penghilangan radikal hidroksil juga semakin tinggi (Gambar 1; Lampiran 5 & 6).
Faktor spesies dan konsentrasi mempunyai pengaruh yang nyata terhadap penghilangan radikal hidroksil dan terdapat interaksi antara keduanya (Lampiran 7). Masing-masing spesies dengan berbagai konsentrasi yang diujikan memperlihatkan adanya aktivitas penghilangan radikal hidroksil yang berbeda-beda. Semakin tinggi konsentrasi yang diberikan, relatif semakin tinggi pula nilai % penghilangan radikal hidroksilnya (Gambar 2; Lampiran 8).
Selaginella plana mempunyai kemampuan penghilangan radikal hidroksil tertinggi dengan konsentrasi 75 µg/ml yaitu sebesar 98.98 %, sedangkan S. willdenovii memiliki kemampuan penghilangan radikal hidroksil terendah dengan konsentrasi 25 µg/ml yaitu sebesar 0.51 % (Gambar 2; Lampiran 8).
PEMBAHASAN
Secara umum spesies Selaginella
ditemukan pada daerah dengan kelembaban yang cukup, cahaya matahari dengan intensitas sedang dan ternaungi, tanah remah, pada tebing, tepi sungai, maupun area dengan permukaan yang datar.
Di sekitar tempat tumbuh Selaginella
ditemukan tumbuhan harendong (Melastoma affine), Nephrolepis, rumput gajah (Pennisetum pupureum), rumput gewor (Commelina), cocor bebek (Kalanchoe), urang aring (Eclipta alba), alang-alang (Imperata), keji beling (Strobilanthes), Begonia, dan lumut hati seperti
Marchantia.
Masing-masing spesies Selaginella
mempunyai karakter khas yang dapat
digunakan untuk membedakan antara spesies yang satu dengan yang lainnya. Selaginella willdenovii mirip dengan S. involvens yaitu
mempunyai pola pertumbuhan batang
memanjat dan rizoma yang panjang merayap. Namun S. willdenovii mempunyai daun iridesen berwarna hijau kuning kebiruan sedangkan S. involvens hanya mempunyai satu warna pada daun dengan warna hijau atau merah kecoklatan mengkilap dan pola percabangan yang lebih meruncing ke ujung dibandingkan S. willdenovii.
Selaginella ornata dan S. plana
mempunyai tipe pertumbuhan batang yang sama, yaitu tegak. Namun kedua spesies ini mudah dibedakan karena S. ornata mempunyai rizofor dan batang bagian bawah berwarna merah kecoklatan dan mudah patah, sedangkan
S. plana mempunyai bentuk percabangan seperti bulat telur dan daun lateral yang rapat.
Selaginella alutacia sangat mudah dikenali dari ukurannya yang sangat kecil, yaitu 3- 5 cm dan tumbuh pada habitat yang kering. Karakter ini tidak ditemukan pada spesies Selaginella
lain yang ditemukan di TNGHS.
Selaginella intermedia mempunyai pola percabangan yang mirip dengan S. subalpina
yaitu membentuk setengah lingkaran. Namun S. intermedia mempunyai pola percabangan yang teratur dan rapat sedangkan S. subalpina
mempunyai pola percabangan mengumpul di ujung percabangan primer dan renggang. Selain itu, kedua spesies ini mempunyai perbedaan pada perbandingan antara panjang arista dengan panjang daun median. S. intermedia
mempunyai panjang arista setengah dari panjang daun median sedangkan S. subalpina
mempunyai panjang arista kurang dari setengah panjang daun median.
0 10 20 30 40 50 60
0 5 10 15 20 25 30 35
% P en gh ila nga n Ra di ka l Hi d roks il Inkubasi (menit) 0 20 40 60 80 100 120
0 25 50 75 100
% Pe n ghi lan gan Radi kal Hidro ksil Konsentrasi (µg/ml)
Gambar 1 Nilai rata-rata % penghilangan radikal hidroksil pada inkubasi 5, 10, 15, 20, 25, dan 30 menit.
Selaginella sp1 mempunyai jarak antar daun median maupun lateral yang renggang dengan orientasi daun lateral horizontal.
Masyarakat sekitar TNGHS belum
melakukan pembudidayaan terhadap tumbuhan
Selaginella dan dalam pemanfaatannya, masyarakat mengambil Selaginella dari hutan, pinggir hutan, pinggir jalan, atau pekarangan rumah masyarakat.
Masyarakat Desa Citalahab Sentral
mengenal Selaginella dengan nama rane atau rande, dan tidak ada pembedaan spesies yang digunakan. Mereka memanfaatkan tumbuhan
Selaginella sebagai pembersih darah kotor pasca persalinan dengan beberapa cara penggunaan, yaitu dimakan langsung sebagai lalapan, langsung direbus dan diambil airnya, dikeringkan lalu direbus dan diambil airnya, maupun ditumbuk dan dicampur dengan tumbuhan lain seperti ki rapet (Parameria laevigata), tangkur (Selliguea feei), dan kina (Chincona). Setelah itu direbus lalu disaring dan diambil airnya.
Masyarakat Desa Kasepuhan Adat Banten
Kidul menggunakan Selaginella untuk
menghentikan pendarahan pasca persalinan tetapi mereka hanya menggunakan rane tangkal (S. willdenovii) dan tidak menggunakan rane diuk (S. plana). Hal ini berbeda dengan masyarakat Dayak dan masyarakat di sekitar Taman Wisata Alam Gunung Pancar. Mereka memanfaatkan S. plana sebagai obat untuk menghentikan pendarahan (Uluk et al. 2001; Balai Konservasi Sumber Daya Alam Jawa Barat I 2000). Kemampuan S. plana sebagai obat pendarahan diperkuat dengan adanya uji secara ilmiah seperti yang telah dilakukan oleh Agustini (1995), membuktikan bahwa S. plana
mampu mempersingkat waktu pendarahan pada mencit putih jantan. Masyarakat Desa Kasepuhan Adat Banten Kidul menggunakan
Selaginella dengan cara dimakan langsung sebagai lalapan atau ditumbuk untuk dijadikan sambal dengan dicampur sirih (Piper betle), kunyit (Curcuma longa), jahe (Zingiber officinale), dan beberapa bahan tumbuhan lainnya (sekitar 40 jenis) yang dikenal dengan nama peupeuh.
Berbeda pula dengan masyarakat desa di sekitar Gunung Bunder, yang masih termasuk
kedalam wilayah TNGHS, mereka
menggunakan S. willdenovii untuk mengobati luka dengan cara mengunyahnya didalam mulut lalu mengoleskan ke bagian tubuh yang terluka. Selain itu, S. willdenovii juga digunakan untuk meningkatkan daya tahan tubuh dengan memakannya secara langsung sebagai lalapan.
Data tersebut menunjukkan bahwa setiap suku atau budaya masyarakat yang berbeda memungkinkan perbedaan pola pemanfaatan suatu sumberdaya, dalam hal ini Selaginella, seperti penelitian sebelumnya yang telah dilakukan oleh Thulsi et al. (2006).
Hasil uji aktivitas penghilangan radikal hidroksil menunjukkan bahwa ekstrak S. willdenovii, S. ornata, dan S. plana mempunyai kemampuan penghilangan radikal hidroksil dengan tingkat penghilangan yang berbeda-beda. Penghilangan ini relatif terus meningkat seiring dengan peningkatan konsentrasi ekstrak (Gambar 2) dan terdapat interaksi antara faktor spesies dengan konsentrasi (Lampiran 7).
Ekstrak S. willdenovii memiliki aktivitas penghilangan radikal hidroksil terendah, yaitu pada kisaran nilai 0.51 sampai 50.00 %. Diikuti
S. ornata dengan aktivitas penghilangan radikal hidroksil yang lebih tinggi daripada S. willdenovii, yaitu pada kisaran nilai 24.49 sampai 61.23 %, dan S. plana dengan aktivitas penghilangan radikal hidroksil tertinggi, yaitu pada kisaran nilai 40.82 sampai 98.98 % (Lampiran 8).
Konsentrasi 25 µg/ml S. willdenovii belum menunjukkan adanya aktivitas penghilangan radikal hidroksil. S. willdenovii, S. ornata, dan
S. plana pada konsentrasi tertentu mempunyai aktivitas penghilangan radikal hidroksil yang tidak berbeda nyata, antara lain S. plana pada konsentrasi 25 µg/ml dengan S. willdenovii dan
S. ornata pada konsentrasi 75 µg/ml. Untuk efisiensi pemakaian ekstrak dan hasil terbaik, konsentrasi 75 µg/ml S. plana adalah solusi yang tepat. Data selengkapnya disajikan dalam lampiran 9.
Kemampuan Selaginella sebagai
antioksidan dipengaruhi oleh senyawa
metabolit sekunder yang terkandung
didalamnya. Metabolit utama pada Selaginella
adalah biflavonoid (Setyawan & Darusman 2008). Biflavonoid merupakan dimer flavonoid yang dibentuk dari dua unit flavon atau dimer campuran flavon dengan flavonon (Smith et al. 2000) (Gambar 3A dan B).
Gambar 3 Struktur bahan aktif Selaginella (A) flavonoid, (B) biflavonoid
Biflavonoid efektif dalam penghilangan radikal hidroksil, radikal peroksil, dan anion superoksida (Packer dan Cadenas 2002). Potensi antioksidan senyawa biflavonoid diperkirakan disebabkan oleh pelepasan atom hidrogen yang terdapat pada gugus hidroksil (-OH). Radikal bebas berikatan dengan atom hidrogen tersebut sehingga energi aktivitasnya berkurang (Gurr et al. 2002). Hal ini dapat mencegah atau memperlambat terjadinya penuaan dini dan berbagai penyakit yang disebabkan cekaman oksidatif (Rose et al.
1982).
SIMPULAN
Terdapat delapan spesies Selaginella yang ditemukan di TNGHS yaitu S. willdenovii, S. ornata, S. plana, S. intermedia, S. involvens, S. alutacia, S. subalpina dansatu spesies belum teridentifikasi. S. willdenovii dan S. ornata
merupakan spesies Selaginella yang dominan. Masyarakat sekitar TNGHS, yaitu masyarakat Desa Citalahab Sentral, desa sekitar Gunung Bunder, dan Desa Kasepuhan Adat Banten Kidul, memanfaatkan Selaginella untuk lalapan, perawatan pasca persalinan, pengobatan luka, dan untuk meningkatkan daya tahan tubuh dengan cara penggunaan yang berbeda-beda. Dari ketiga spesies Selaginella yang diuji aktivitas penghilangan radikal hidroksilnya, S. plana paling berpotensi sebagai antioksidan diikuti S. ornata dan S. willdenovii. S. plana dengan konsentrasi 75 µg/ml adalah solusi yang tepat untuk efisiensi pemakaian ekstrak dan kemampuan antioksidan terbaik.
SARAN
Pemilihan jalur eksplorasi keanekaragaman dan etnobotani Selaginella yang berbeda, misalnya ke Suku Badui.
Penggunaan spesies Selaginella dan jenis
Reactive Oxygen Spesies (ROS) yang lain dalam uji antioksidan serta uji antioksidan secara in vivo.
Penggunaan akar Selaginella sebagai ekstrak dalam uji antioksidan sehingga diketahui perbandingannya dengan ekstrak dari batang dan daun Selaginella.
DAFTAR PUSTAKA
Agustini M. 1995. Pengaruh pemberian ekstrak etanol tumbuhan sigaga (Selaginella plana
Hieron) terhadap waktu pendarahan mencit putih jantan [abstrak]. Di dalam: [Pusat Penelitian dan Pengembangan Farmasi].
Penelitian Tanaman Obat di beberapa Perguruan Tinggi di Indonesia. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.
Ahmed A dan Latif A. 2004. Non-Timber Forest Products: A Substitute for Livelihood of the Marginal Community in Kalash Valley, Northern Pakistan. [Terhubungberkala]. http://www.siu.edu/ ~ebl/leaflest/ajaz.htm [27 Des 2007] Alston AHG. 1935. The Selaginella of the
Malay Island:1 Java and the Lesser Sunda Island. Bul Jard Bot Buitenzorg Serie 3,13: 423-442.
Arief S. 2007. Radikal Bebas. Surabaya: SMF Ilmu Kesehatan Anak FK Unair/RSU Dr. Soetomo.
[Balai Konservasi Sumber Daya Alam Jawa Barat I]. 2000. Laporan Inventarisasi Flora dan Fauna di Taman Wisata Alam Gunung Pancar. Bandung: Balai Konservasi Sumber Daya Alam Jawa Barat. Beukema H dan Noordwijk M van. 2004.
Terrestrial pteridophytes as indicator of a
forest-like environment in rubber
production system in the lowland of Jambi, Sumatra. J Agr Ecos Env 104: 63-73. Chen K, Plumb GW, Bennett RN, dan Bao Y.
2005. Antioxidant activities of extract from five anti-viral medicinal plants. J Ethnophar 96: 201-205.
Chikmawati T dan Miftahudin. 2007.
Biodiversitas dan potensi marga
Selaginella sebagai antioksidan dan antikanker. [Laporan Hasil Penelitian]. Bogor: FMIPA, IPB.
Gayathri V, Asha VV, and Subramoniam A.
2005. Preliminary studies on the
immunomodulatory and antioxidant
properties of Selaginella species. Indian J. Phar 2005;37:381-385.
Gurr MI, Harwood JL, dan Frayn KN. 2002.
Lipid Biochemistry 5th edition. UK: Blackwell Science.
Halliwell B. 2002. Food-derived Antioxidants: How to evaluate their importance in food and in vivo. London: Taylor & Francis Pr. Iwatsuki K. 1973. Pteridophytes of Northern
Sumatra: a report of botanical trip in 1971.
Southeast Asian Studies 11(2):277-296. Jinn-Lai T dan Wang-Cheung S. 2003. Flora of
Khare CP, editor. 2007. Indian Medical Plant an illustrated dictionary. New York: Springer.
Lautan J. 1997. Radikal bebas pada eritrosit dan lekosit. J Cermin Dunia Kedokteran
116:50-53.
Lawrence GHM. 1955. Taxonomy of Vascular Plants. New York: The Macmillan Co. Lee IS, Nishikawa A, Furukawa F, Kasahara K,
dan Kim SU. 2004. Effect of Selaginella tamariscina on in vitro tumor cell growth, p53 expression, G1 arrest and in vivo gastric cell proliferation. J Plant Med 70:
718-722. [terhubung berkala].
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/sites/entrez?d b=pubmed&uid=10503882&cmd=showdet ailview&indexed=google [26 Nov 2007]. Mahesh R, Nagulendran KR, Velavan S,
Ramesh T, dan Begum VH. 2007. Studies on the antioxidative and free radical scavenging activities of myrobalan (Terminalia chebula Retz) throught various in vitro models. J Phar online 2:1-11.
Packer L dan Cadenas E, editor. 2002.
Handbook of Antioxidant 2nd edition. New York: Marcel Dekker Inc.
Pambudi A, Rosita I, Jazilah A, dan Faulina SA.
2007. Analisis kandungan senyawa
golongan flavonoid Selaginella yang berpotensi sebagai antioksidan [PKM penulisan ilmiah]. Bogor: IPB.
Panigrahi G dan Dixit RD. 1996. Studies in the systematics of Indian Selaginella I. J Indian Bot Soc 34(4): 191-209.
Purwanto Y. 2007. Hasil hutan bukan kayu (NTFPs): terminologi dan perannya bagi masyarakat di sekitar hutan. Bogor: LIPI. Rose WM, Creighton MO, Stewart DHPJ,
Sanwal M, dan Trevithick GR. 1982. In
vivo effects of vitamin E on
cataractogenesis in diabetic rats. Canadian J Opht 17:61-66.
Sah NK, Singh SNP, Sahdev S, Banerji S, Jha V, Khan Z, dan Hasnain SE. 2005. Indian herb ‘Sanjeevani’ (Selaginella bryopteris) can promote growth and protect against heat shock dan apoptotic activities of ultra violet and oxidative stress. J Biol Sci
30(4):499-505.
Setyawan AD dan Darusman LK. 2008.
Review: Senyawa biflavonoid pada
Selaginella Pal. Beauv. dan pemanfaatannya. J Biol Div Biodiv 9:64-81.
Smith AD, Datta SP, Smith GH, Champbell PN, Bentley R, McKenzie HA, Bender DA, Harris AJ, Goodwin TW, dan Parish JA. 2000. Oxford Dictionary of Biochemistry and Molecular Biology Revised Edition. New York: Oxford Univ Pr.
Tagawa M dan Iwatsuki K. 1967. Enumeration of Thai pteridophytes collected during1965-66. Tokyo: Tokyo Univ Pr. Thomas SCL. 2002. Chinese and Related North
American Herbs: Phytopharmacology and Therapeutic Values. New York: CRC Pr. Thomson GE. 2007. The Health Benefit of
Traditional Chinese Plant Medicine: Weighing the scientific evidence. Australia: RIRDC Pr.
Thulsi RK, Reddy KN, Pattanaik C, and Reddy CS. 2006. Ethnomedicinal Importance of Pteridophytes used by Chenchus of Nallamalais, Andhra Pradesh, India. [terhubung berkala]. http://www.siu.edu/ ~ebl/leaflest/reddy3.htm [27 Des 2007] Tjitrosoepomo G. 1994. Taksonomi Tumbuhan.
Jakarta: Bhratara Karya Aksara Pr. Tuminah S. 2000. Radikal bebas dan
antioksidan kaitannya dengan nutrisi dan
penyakit kronis. J Cermin Dunia
Kedokteran 128:49-51.
Uluk A, Sudana M, dan Wollenberg E. 2001.
Ketergantungan Masyarakat Dayak terhadap Hutan di sekitar Taman Nasional Kayan Mentarang. Bogor: Center for International Forestry Research (CIFOR) Pr.
[United States Department of Agriculture].
2002. National Genetic Resources
Program. Germplasm Resources
Information Network - (GRIN) National
Germplasm Resources Laboratory,
Beltsville, Maryland. [terhubung berkala]. http://www.ars-grin.gov/cgi-bin/npgs/html/ taxon.pl?33581 (11 April 2008)
Winter WP de dan Amoroso VB, editor. 2003.
Plant Resources of South-East Asia No 15(2). Cryptogams: Fern and Fern Allies. Bogor: Prosea Foundation Pr.
Xian-Chun Z. 2001. Studies on the Chinese species of Selaginellaceae (I): Selaginella
subgenus Tetragonostachys Jermy. J Acta Phytotax Sinica 39(4): 345-355.
Lampiran 1 Penghitungan bahan uji aktivitas penghilangan radikal hidroksil
Bahan Konsentrasi
(mM)
pH Volume
Stok (ml)
Penghitungan Pencampuran
FeSO4 1 - 100 1M = 151.92 g/l
1mM = 0.15192 g/1000 ml 1mM = 0.015192 g/ 100 ml
0.015192 g FeSO4 + aquadest sampai volume 100 ml
1,10-phenanthro line
1 - 100 1M = 198.22 g/l
1mM = 0.19822 g/1000 ml
1mM = 0.019822 g/100 ml
0.019822 g
1,10-phenanthroline +
aquadest sampai volume 100 ml
Bufer fosfat 200 5 200 Bahan A =
NaH2PO4. 2H2O 0.2 M 27.8 g dalam 1 l aquadest
Bahan B =
Na2HPO4.2H2O 0.2 M 35.6 g dalam 1 l aquadest
39 ml A + 61 ml B dilarutkan dalam 100 ml aquadest
Untuk menaikkan pH tambahkan NaOH dan untuk menurunkan pH tambahkan HCl
H2O2 170 - 20 1 M= 34.016 g/1000 ml
1 L= 1.11 kg
1 L H2O2 30% = 0.3 x 1110 g = 333 g jadi H2O2 30% = 333 g/l : 34.016 g/l = 9.79 M
M1V1 = M2V2
9.79 V1 = 0.17 x 20 V1 = 0.3473 ml
0.35 ml H2O2 30% + 19.65 ml
Lampiran 2 Peta eksplorasi biodiversitas dan etnobotani di TNGHS
Keterangan:
: Jalur eksplorasi biodiversitas
: Lokasi studi etnobotani
- : Titik pengambilan sampel
A B
C D
E
F Kasepuhan
Adat B anten Ki dul
Citalahab Sentral
Lampiran 4 Kunci identifikasi sederhana spesies Selaginella
1.a. Xerofit, ukuran sangat kecil 3-5 cm…...………...…S. alutacia
1.b. Non xerofit, ukuran lebih besar dari 5 cm………...2 2.a. Batang tegak………...………..3 2.b. Batang menjalar atau memanjat……...………....4
3.a. Batang bagian bawah berwarna merah kecokelatan………...…………S. ornata
3.b. Batang bagian bawah berwarna hijau muda sampai tua...………...………5 4.a. Daun tidak iridesen; berwarna hijau, merah, atau cokelat mengkilap; daun lateralbulat
telur...S. involvens 4.b. Semua daun iridesen; berwarna hijau kuning kebiruan; daun lateral jorong-lanset………..
……… S. willdenovii
5.a. Pola pertumbuhan batang tegak menaik atau parabola………6 5.b. Pola pertumbuhan batang tegak……….. ………7 6.a. Arista mempunyai panjang setengah dari panjang daun median…...………..S. intermedia
6.b. Arista mempunyai panjang kurang dari setengah panjang daun median…..….……S. subalpina
7.a. Jarak antar daun median maupun lateral rapat………..S. plana
Lampiran 5 Nilai absorban penghilangan radikal hidroksil spesies S. willdenovii, S. ornata, dan S. plana dengan konsentrasi 25, 50, 75, dan 100 µg/ml pada inkubasi 5, 10, 15, 20, 25, dan 30 menit
Spesies Konsentrasi
(µg/ml)
Ulangan Inkubasi (menit)
5 10 15 20 25 30
S. willdenovii 25 1 0.057 0.050 0.044 0.038 0.033 0.028
2 0.054 0.044 0.041 0.037 0.035 0.032
3 0.064 0.058 0.054 0.049 0.043 0.038
50 1 0.073 0.063 0.055 0.051 0.046 0.041
2 0.070 0.065 0.060 0.053 0.049 0.044
3 0.067 0.062 0.056 0.051 0.047 0.041
75 1 0.085 0.076 0.064 0.057 0.048 0.042
2 0.080 0.074 0.068 0.061 0.053 0.049
3 0.081 0.076 0.069 0.062 0.059 0.056
100 1 0.082 0.075 0.067 0.058 0.052 0.046
2 0.083 0.077 0.070 0.063 0.056 0.050
3 0.084 0.079 0.073 0.068 0.059 0.053
S. ornata 25 1 0.076 0.070 0.062 0.055 0.047 0.041
2 0.074 0.068 0.061 0.053 0.045 0.039
3 0.074 0.068 0.06 0.052 0.048 0.042
50 1 0.079 0.075 0.066 0.058 0.052 0.045
2 0.079 0.072 0.065 0.057 0.050 0.044
3 0.081 0.071 0.063 0.052 0.045 0.040
75 1 0.081 0.075 0.068 0.060 0.055 0.049
2 0.082 0.076 0.069 0.061 0.053 0.047
3 0.080 0.071 0.063 0.057 0.049 0.044
100 1 0.089 0.082 0.073 0.065 0.057 0.051
2 0.086 0.079 0.072 0.063 0.057 0.050
3 0.089 0.083 0.077 0.069 0.062 0.057
S. plana 25 1 0.076 0.068 0.063 0.057 0.051 0.047
2 0.075 0.071 0.065 0.058 0.051 0.045
3 0.076 0.070 0.064 0.058 0.051 0.046
50 1 0.078 0.073 0.067 0.062 0.055 0.050
2 0.080 0.074 0.067 0.062 0.055 0.050
3 0.081 0.075 0.069 0.063 0.057 0.051
75 1 0.084 0.079 0.072 0.065 0.058 0.052
2 0.091 0.084 0.079 0.076 0.077 0.079
3 0.097 0.090 0.081 0.074 0.068 0.064
100 1 0.085 0.081 0.075 0.068 0.062 0.056
2 0.094 0.086 0.079 0.074 0.066 0.060
3 0.099 0.092 0.085 0.077 0.070 0.063
Rata-rata 0.080 0.073 0.066 0.060 0.053 0.048
Kontrol 0 1 0.066 0.061 0.052 0.044 0.040 0.033
2 0.063 0.057 0.049 0.042 0.039 0.032
3 0.068 0.064 0.055 0.046 0.040 0.033
Rata-rata 0.066 0.061 0.052 0.044 0.040 0.033
Lampiran 6 Rataan nilai % penghilangan radikal hidroksil pada inkubasi 5, 10, 15, 20, 25, dan 30 menit
Nilai Inkubasi (menit)
5 10 15 20 25 30
%
Lampiran 7 ANOVA faktorial RAL 2 faktor aktivitas penghilangan radikal hidroksil pada α 0.05
Sumber
Keragaman db JK KT Fhit Sig
Spesies 2 0.336 0.168 21.504 n 0.000
Konsentrasi 4 1.539 0.385 49.304 n 0.000
Spesies *
Konsentrasi 8 0.166 0.021 2.656
n
0.025
Galat 30 0.234 0.008
Total 44 2.274
* : interaksi n : berbeda nyata
Lampiran 8 Rataan nilai % penghilangan radikal hidroksil spesies S. willdenovii, S. ornata, dan S. plana dengan konsentrasi 0, 25, 50, 75, dan 100 µg/ml pada inkubasi 30 menit
Konsentrasi (µg/ml) S. willdenovii S. ornata S. plana
0 0 0 0
25 0.514 24.490 40.816
50 28.571 31.633 54.082
75 50.000 42.857 98.980
100 45.918 61.225 82.143
Lampiran 9 Uji lanjut Duncan untuk interaksi faktor spesies dan konsentrasi α 0.05
Spesies*Konsentrasi
N Subset
1 2 3 4 5 6 7
SW*25a 3 4.510
SP*0a 3 4.512
SW*0a 3 4.512
SO*0a 3
4.512
SO*25b 3 4.736
SW*50bc 3 4.768 4.768
SO*50bcd 3
4.791 4.791 4.791
SP*25bcd 3
4.859 4.859 4.859 4.859
SO*75bcde 3 4.873 4.873 4.873 4.873
SW*100bcde 3 4.892 4.892 4.892 4.892
SW*75cde 3
4.916 4.916 4.916
SP*50de 3 4.950 4.950
SO*100ef 3 4.993 4.993
SP*100fg 3 5.116 5.116
SP*75g 3 5.191
Sig. 0.974 0.065 0.080 0.060 0.112 0.100 0.306
SW: S. willdenovii; SO: S. ornata; SP: S. plana.
Selaginella spp.
ASAL TAMAN NASIONAL GUNUNG HALIMUN-SALAK (TNGHS)
ANDIK WIJAYANTO
DEPARTEMEN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
ANDIK WIJAYANTO. Biodiversitas, Etnobotani, dan Kemampuan Antioksidan Selaginella spp.
asal Taman Nasional Gunung Halimun-Salak (TNGHS). Dibimbing oleh TATIK
CHIKMAWATI dan MIFTAHUDIN.
Studi biodiversitas dan etnobotani Selaginella dilaksanakan di Taman Nasional Gunung Halimun-Salak (TNGHS) dengan tujuan untuk mengungkapkan tingkat keanekaragamannya dan mengkaji kegunaannya sebagai tumbuhan obat. Studi keanekaragaman Selaginella dilakukan dengan mengeksplorasi Selaginella pada 6 titik pengambilan sampel. Studi etnobotani
Selaginella dilakukan dengan mengadakan wawancara dengan masyarakat desa sekitar gunung Bunder, desa Citalahab Sentral, dan desa Kasepuhan Adat Banten Kidul. Terdapat delapan spesies
Selaginella yang ditemukan di TNGHS yaitu S. willdenovii, S. ornata, S. plana, S. intermedia, S. involvens, S. alutacia, S. subalpina dansatu spesies belum teridentifikasi. Dua spesies pertama ditemukan dominan di lokasi ini. Masyarakat di ketiga desa tersebut telah mengenal Selaginella
dengan nama paku rane. Selain itu masyarakat desa Citalahab Sentral dan desa sekitar gunung Bunder juga mengenalnya dengan nama rande. Tumbuhan ini dimanfaatkan secara tradisional oleh masyarakat sekitar TNGHS untuk lalapan, perawatan pasca persalinan, pengobatan luka, dan untuk meningkatkan daya tahan tubuh. Kemampuan antioksidan Selaginella diuji dengan aktivitas penghilangan radikal hidroksil berdasarkan reaksi Fenton. Dari ketiga spesies Selaginella yang diuji aktivitas penghilangan radikal hidroksilnya, S. plana paling berpotensi sebagai antioksidan diikuti S. ornata dan S. willdenovii. Ekstrak S. plana menunjukkan kemampuan antioksidan terbaik pada konsentrasi 75 µg/ml.
Kata kunci: Selaginella, biodiversitas, etnobotani, antioksidan, Taman Nasional Gunung Halimun-Salak (TNGHS)
ABSTRACT
ANDIK WIJAYANTO. Biodiversity, Ethnobotany, and Antioxidant Ability of Selaginella spp. from Halimun-Salak Mountain National Park (TNGHS). Supervised by TATIK CHIKMAWATI and MIFTAHUDIN.
Biodiversity and ethnobotany of Selaginella were studied in Halimun-Salak Mountain National Park (TNGHS) to describe the diversity and the use of Selaginella as medicinal plant. The diversity study of Selaginella was done by exploring Selaginella at 6 sampling points. The ethnobotany study of Selaginella was done by interviewing respondents at the villagers around Bunder Mountain, Citalahab Sentral, and Kasepuhan Adat Banten Kidul. There were eight species
Selaginella found in TNGHS which were S. willdenovii, S. ornata, S. plana, S. intermedia, S. involvens, S. alutacia, S. subalpina and one species that has not been identified yet. The first two species were found dominantly in this location. The community in the location of study called
Selaginella as paku rane. At the villages around Bunder mountain and Citalahab Sentral,
Selaginella is also called as rande. The plant was traditionally used as fresh vegetables, postnatal and wound treatment, and body fitness maintenance. Antioxidant ability of Selaginella was tested by performing hydroxyl radical scavenging activity based on Fenton reaction. Three species of
Selaginella were tested their hydroxyl radical scavenging activity. S. plana was the most potential species as an antioxidant followed by S. ornata and S. willdenovii. The crude extract of S. plana
showed the best antioxidant activity at concentration of 75 µg/ml.
Indonesia merupakan salah satu wilayah geografis yang memiliki keanekaragaman hayati dan budaya yang sangat tinggi. Namun pengelolaan maupun pemanfaatan berbagai kekayaan hayati dan budaya ini belum optimal, khususnya hasil hutan bukan kayu atau Non Timber Forest Product (NTFPs) serta
pengkajian pengetahuan masyarakat
terhadapnya.
Selama ini hutan hanya dipandang sebagai sumber kayu bahan bangunan saja karena hasil kayu memberikan devisa yang cukup besar bagi
pemerintah (Purwanto 2007). Hal ini
mengakibatkan terjadinya penebangan pohon yang tidak memperdulikan kelestarian hutan yang berkelanjutan, sehingga kerusakan eksistem hutan tidak dapat dihindari. Untuk menanggulangi kerusakan ekosistem hutan, diperlukan solusi alternatif pengelolaan sumber daya hutan yang lebih konservatif dan
menguntungkan masyarakat. Salah satu
solusinya adalah mempertimbangkan peran NTFPs. Menurut Purwanto (2007) dan Ahmed dan Latif (2004), peran NTFPs berkisar 10-80% dari keseluruhan kebutuhan masyarakat di sekitar hutan, sehingga perlu dilakukan penelitian lebih mendalam tentang potensi pemanfaatan NTFPs. Salah satu NTFPs yang berpotensi sebagai bahan obat adalah
Selaginella.
Selaginella termasuk divisi Lycopodiophyta, kelas Selaginellopsida, ordo Selaginalles, famili Selaginellaceae. Selaginella
termasuk tumbuhan herba perennial. Akar ada yang panjang, pendek, atau rizofor. Batang kecil, tegak, atau menjalar dengan akar di setiap intervalnya. Percabangan menggarpu. Daun tersusun spiral atau berhadapan, sepasang daun kecil menyerupai sisik di bagian lateral dan median batang yang sebagian besar dengan ukuran yang berbeda. Daun median lebih kecil dan berbeda bentuk dengan daun lateral. Strobili terdapat di ujung percabangan. Spora dua tipe yaitu mikrospora dan megaspora.
Selaginella tumbuh di berbagai iklim dan tipe tanah dengan keanekaragaman tertinggi di hutan hujan tropis (Tjitrosoepomo 1994, Xian-Chun 2001; Jinn-Lai & Wang-Cheung 2003; Setyawan & Darusman 2008).
Lebih dari 400 spesies Selaginella tersebar di dunia (Winter & Amoroso 2003) bahkan dapat mencapai lebih dari 700 spesies (Jinn-Lai & Wang-Cheung 2003). Di Indonesia, khususnya di pulau Jawa, telah teridentifikasi sebanyak 23 spesies (Alston 1935), antara lain
S. intermedia, S. ornata, S. willdenovii, S. plana,
Di Indonesia, Selaginella mempunyai nama lokal yang beragam antara lain tapak dara, cakar ayam, cemara kipas gunung, rumput solo (suku Jawa), paku rane biru (suku Sunda), menter (Jakarta), tai lantuan (Madura), rutu rutu (Maluku) (Winter & Amoroso 2003; Setyawan & Darusman 2008), dan rorak (Minahasa) (Zumsteg & Weckerle 2007). Selain itu,
Selaginella juga dikenal dengan nama shi shang bai, juan bai, chuan pai, huan hun ts’ao (Cina), sondotnulogo (Malaysia), pakongcipres, pakaunkung, pakong-tulog (Filipina), dok hin (Thailand), mong lung rong, cay chan vit, thach bachi (Vietnam) (Winter & Amoroso 2003; Thomas 2002; Thomson 2007).
Di Indonesia, Selaginella menyebar di Sumatera, Jawa, Kalimantan, dan Maluku (Tagawa & Iwatsuki 1967; Iwatsuki 1973; Winter & Amoroso 2003). Selaginella juga menyebar di berbagai negara di dunia, antara lain dapat ditemukan di Malaysia, Taiwan, Filipina, Thailand, Burma, India, Jepang, Papua Nugini, Australia, Amerika Serikat, Meksiko, dan beberapa negara di Afrika (Tagawa & Iwatsuki 1967; Iwatsuki 1973; United States Department of Agriculture 2002; Winter & Amoroso 2003).
Sebagai tanaman obat, Selaginella
digunakan sebagai penenang dan perawatan pasca persalinan (Khare 2007), anti kanker dan
antimutagenik (Thomson 2007), anti
peroksidasi lipid (Gayathri et al. 2005), anti
bakteri dalam pengobatan penyakit
kardiovaskuler, kanker hidung, tenggorokan, paru-paru, dan hati; obat demam, meningkatkan sirkulasi darah dan menghilangkan darah statis, hepatitis, diare, dan disentri (Winter & Amoroso 2003), melindungi sel dari sinar ultra violet (Sah et al. 2005), dan antioksidan (Gayathri et al. 2005; Pambudi et al. 2007; Chikmawati & Miftahudin 2008).
Antioksidan dapat disintesis dalam sel
(misal glutathion peroksidase dan
Radikal hidroksil merupakan jenis ROS yang paling reaktif dan dapat beregenerasi di dalam sel hidup melalui reaksi Fenton. Selain itu, radikal hidroksil juga dapat bereaksi dengan berbagai senyawa seperti protein, asam nukleat, dan lipid, bahkan radikal hidoksil dapat menyerang target tanpa spesifikasi tertentu sehingga berpotensi mengakibatkan kerusakan sel maupun jaringan (Lautan 1997; Halliwell 2002).
Di dunia, eksplorasi keanekaragaman spesies Selaginella telah banyak dipelajari, antara lain keanekaragaman Selaginella di India (Panigrahi & Dixit 1966), Thailand (Tagawa & Iwatsuki 1967), Taiwan (Jinn-Lai & Wang-Cheung 2003), dan Cina (Xian-Chun 2001). Selain keanekaragaman, kegunaan
Selaginella di dunia juga telah banyak dipelajari, seperti potensi S. bryopteris sebagai antioksidan dan perlindungan sel terhadap sinar UV (Sah et al. 2005), antioksidan pada S. labordei (Chen et al. 2005), Selaginellaceae sebagai indikator kualitas hutan (Beukema &
Noordwijk 2004), antikanker pada S.
tamariscina (Lee et al. 2004), dan antioksidan pada S. involvens, S. delicatula, dan S. wightii
(Gayathri et al. 2005).
Namun di Indonesia tumbuhan Selaginella
belum banyak dieksplorasi, dikaji secara ilmiah, dan dipublikasikan sebagai bahan obat untuk menyembuhkan berbagai penyakit. Hal ini terbukti dengan masih sedikitnya jurnal-jurnal atau artikel ilmiah yang membahas Selaginella
di Indonesia sebagai tanaman obat.
Tujuan
Mengkaji dan mengidentifikasi
keanekaragaman Selaginella spp., mengetahui kegunaannya sebagai obat tradisional oleh masyarakat di sekitar Taman Nasional Gunung Halimun-Salak (TNGHS), dan membuktikan
secara ilmiah kemampuannya sebagai
antioksidan dalam penghilangan radikal hidroksil.
BAHAN DAN METODE
Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan bulan Februari hingga Desember 2008. Pengambilan sampel dan studi etnobotani Selaginella dilakukan di wilayah Taman Nasional Gunung Halimun-Salak (TNGHS). Sampel untuk pembuatan ekstrak S. plana diambil dari kampus IPB
Darmaga. Identifikasi dan pembuatan
herbarium dan eksrak Selaginella dilakukan di Laboratorium Herbarium dan Taksonomi
Tumbuhan. Uji aktivitas penghilangan radikal hidroksil dilakukan di Laboratorium Penelitian Fisiologi Tumbuhan, Departemen Biologi, IPB.
.
Bahan dan Alat
Biodiversitas. Bahan yang digunakan dalam eksplorasi ke lapang dan pembuatan herbarium yaitu buku catatan lapang, foto spesies Selaginella yang telah teridentifikasi, kertas koran, spesimen Selaginella kering, kertas HVS, dan kertas pembungkus. Alat yang digunakan kantong plastik besar, label, isolasi/tali, pisau, pensil, kamera, altimeter, lem, pulpen, alat pengepres, oven dan alat penerang.
Bahan yang digunakan dalam identifikasi yaitu buku tulis. spesimen Selaginella segar, herbarium Selaginella, foto spesies Selaginella
yang telah teridentifikasi, dan kunci khusus identifikasi Selaginella Alston (1935) dan Jinn-Lai & Wang-Cheung (2003). Alat yang digunakan yaitu kaca pembesar, penggaris, dan pulpen.
Etnobotani. Bahan dan alat yang digunakan dalam studi etnobotani meliputi buku catatan lapang, kuesioner, Selaginella
segar yang didapatkan disekitar lokasi studi, pensil, kamera, altimeter, alat penerang, dan alat perekam.
Uji aktivitas penghilangan radikal hidroksil. Bahan tanaman yang digunakan terdiri dari tiga spesies yaitu S. ornata, S. plana
dan S. willdenovii. S. ornata, dan S. willdenovii
berasal dari TNGHS sedangkan S. plana
berasal dari kampus IPB Darmaga.
Bahan kimia yang digunakan untuk uji aktivitas penghilangan radikal hidroksil adalah ekstrak Selaginella, FeSO4 1 mM,
1,10-phenanthroline 1 mM, bufer fosfat 0.2 M pH 5, dan H2O2 0.17 M (Lampiran 1) .
Alat yang digunakan untuk uji aktivitas penghilangan radikal hidroksil adalah alat-alat standar uji laboratorium, meliputi blender,
rotasi evaporator, corong gelas, freeze dryer, tabung reaksi, gelas piala, gelas ukur, pH meter, spektrofotometer cahaya tampak Genesis 20, oven, dan inkubator.
Metode
Biodiversitas. Studi biodiversitas
Selaginella dilakukan dengan mengeksplorasi
Selaginella di Taman Nasional Gunung
Halimun-Salak (TNGHS) pada 6 titik