HUBUNGAN STATUS GIZI DAN ASUPAN ENERGI DENGAN KELELAHAN KERJA PADA PEKERJA DI PT. PERKEBUNAN
NUSANTARA I PABRIK KELAPA SAWIT PULAU TIGA TAHUN 2015
SKRIPSI
Oleh :
DANIEL TASMI NIM. 111000228
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
HUBUNGAN STATUS GIZI DAN ASUPAN ENERGI DENGAN KELELAHAN KERJA PADA PEKERJA DI PT. PERKEBUNAN
NUSANTARA I PABRIK KELAPA SAWIT PULAU TIGA TAHUN 2015
Skripsi ini diajukan sebagai
Salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat
Oleh :
DANIEL TASMI NIM. 111000228
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “HUBUNGAN STATUS GIZI DAN ASUPAN ENERGI DENGAN KELELAHAN KERJA PADA PEKERJA DI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA I PABRIK KELAPA SAWIT PULAU TIGA TAHUN 2015” ini beserta seluruh isinya
adalah benar hasil karya saya sendiri, dan saya tidak melakukan penjiiplakan atau
mengutip dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku
dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung resiko
atau sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya
pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini, atau klaim dari pihak
lain terhadap keaslian karya saya ini.
Medan, September 2015
Yang membuat pernyataan
ABSTRAK
Penelitian telah dilakukan pada pekerja di PT. Perkebunan Nusantara I Pabrik Kelapa Sawit Pulau Tiga tahun 2015 untuk mengetahui hubungan antara status gizi dan asupan energi dengan kelelahan kerja.
Jenis penelitian ini bersifat analitik dengan desain cross-sectional.Populasi penelitian sebanyak 158 orang pekerja dan sampel sebanyak 61 orang pekerja
dengan menggunakan metode Stratified Random Sampling
Pengumpulan data status gizi dilakukan pengukuran Indeks Massa Tubuh dengan indikator berat badan dan tinggi badan, data asupan energi dilakukan metode Food Recall 6x24 jam dan data kelelahan kerja dilakukaan wawancara
menggunakan kuesionerInternational Fatigue Research Committee.Untuk
mengetahui hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen dilakukan uji statistik menggunakan Uji Korelasi Ranks Spearman.
Hasil uji statistik menggunakan Uji Korelasi Ranks Spearman
menggunakan CI = 95% dan derajat kepercayaan 5 % menunjukkan terdapat hubungan yang bermakna antara status gizi dan kelelahan kerja dengan nilai
P-value 0,002. Hasil uji statistik juga menunujukkan hubungan yang bermakna antara asupan energi dengan kelelahan kerja dengan nilai P-value 0,0001.
Disarankan pekerja mengatur pola makan, menambah kuantitas dan kualitas sertayang dikonsumsi serta mengurangi mengkonsumsi makanan instans.
ABSTRACT
The Research has been conducted in PT. Perkebunan Nusantara I Pabrik Kelapa Sawit Pulau Tiga workers at Aceh Tamiang, Aceh in 2015 to find out the correlation of nutritional status and calory intake with the work fatigue.
The research was analytical with cross-sectional design. The population was 158 workers and sampel was 61 workers that taken by stratified random sampling method.
The nutritional status data were gathered by conducting measurement of body mass index with weight and height as the indicator, the calory intake data were gathered by conducted a food recall 24 hours method within 6 workday and the work fatigue data were gathered by conducting interviews by using questionnaires from International Fatigue Research Commite. A statisctic test was used to analyze the correlation between independent variables and dependent variable is the rank spearman correlation test.
The result of statistic test with confident interval 95% and confident level 5 % showed that there was significant correlation between the nutritional status and work fatigue at P-value = 0,002. A significant correlation was found between calory intake and work fatigue at P-value 0,0001.
It is recommended that workers should conduct dietary managing, increase the food quality and quantity and reduse to consumption instan food.
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya ucapakan kepada Allah SWT, dengan limpahan Rahmat
dan Hidayah-Nya saya dapat menyelesaikan skripsi ini. Pastinya, penyelesaian
skripsi dengan judul “HUBUNGAN STATUS GIZI DAN ASUPAN ENERGI
DENGAN KELELAHAN KERJA PADA PEKERJA DI PT. PERKEBUNAN
NUSANTARA I PABRIK KELAPA SAWIT PULAU TIGA TAHUN 2015”
ini tidak akan terlepas dari peran serta dan dukungan orang-orang terdekat saya
yang selalu meluangkan waktu, tenaga dan pikirannya.
1. Terimakasih kepada Bapak Prof. Subhilhar, Ph.D., sebagai Pejabat Rektor
Universitas Sumatera Utara.
2. Terimakasih kepada Bapak Dr. Drs. Surya Utama, M.S. sebagai Dekan
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
3. Terimakasih kepada Bapak Dr. Ir. Gerry Silaban, M.Kes sebagai Ketua
Departemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja Universitas Sumatera
Utara.
4. Terimakasih kepada Ibu dr.Halinda Sari Lubis, M. KKK selaku Ketua
Penguji sekaligus Dosen Pembimbing I yang telah memberikan banyak
masukan dan bimbingan sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan
baik.
5. Terimakasih kepada Ibu Eka Lestari Mahyuni,. SKM,. M. Kes selaku
Anggota Penguji selaku Dosen Pembimbing II yang telah memberikan
banyak masukan dan bimbingan sehingga skripsi ini dapat diselesaikan
6. Terimakasih kepada Ibu Dra. Lina Tarigan, Apt. MS dan Ibu Isyatun
Mardhiah Syahri, SKM., M.Kes selaku Anggota Penguji yang telah
memberikan bimbingan, arahan serta masukan selama proses ujian skripsi
hingga skripsi ini selesai dengan baik.
7. Terimkasih kepada Ibu Ernawati Nasution, SKM., M. Kes., selaku Dosen
Pengamat Akademik yang telah memberikan bimbinga dan arahan selama
masa perkuliahan.
8. Terimakasih kepada pihak direksi PT. Perkebunan Nusantara I yang telah
membantu saya dengan memberikan banyak informasi dan data-data yang
bersangkutan dengan penulisan skripsi ini.
9. Terimakasih kepada bapak Manager PT. Perkebunan Nusantara I Pabrik
Kelapa Sawit Pulau Tiga yang telah memberikan saya izin untuk
melakukan penelitian di pabriknya.
10. Teimakasih untuk Orang tua dan seluruh keluarga saya tersayang karena
selalu memberikan bimbingan, dukungan serta doa yang selalu
dipanjatkan dalam setiap keadaan untuk saya. Semoga Allah selalu
melimpahkan rahmat danhidayah-Nya serta memberikan kesehatan untuk
Bapak, Mama, Edo, Elsa, Yessi, Fathur dan Uma.
11. Terimakasih untuk teman seperjuangan Gio, Nanda, Ayu, Mirsazaa, Yola,
Mei, Roma, Faris, Samsul, Jeje, Wicak dan Nando. Teman dari
departemen K3 Cici, Wini, Ivory, Mutia, Anggi, Arum, Fadil, Bayu,
Wahana, Eko, Sabrina, Devy, Saodah, Arum, Ara,Ika, Junita, Hengki,
USU yang selalu menginspirasi Apri, Dian, Adam, Dewi. Teman dari
UKMI Adek, Rijal, Alvin, Dani, Apis dan lainnya. Rekan-rekan yang
berkorban demi skripsi ini : Annisa F, Fahmi, Haris, Risa, Rovy, Minda,
Ijum, Ana, Ayu, Wilda, Hilma, Dina, Ica, Tari. Serta teman yang selalu
mau diajak diskusi : Windi, Awil, Citra, dan Kak Cinta. Terimakasih atas
doa, dukungan serta waktu kalian semua untuk saling berbagi ilmu.
Semoga kita semua menjadi orang yang sukses.
Saya merasa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan.Tak lupa pula saya
ucapkan mohon maaf jika terdapat kesalahan dan kekurangan dalam penulisan
skripsi ini.Kritik, saran dan masukan yang membangun saya harapkan agar dapat
memperbaiki isi skripsi ini. Akhir kata semoga dapat memberikan manfaat pada
semua pihak.
Medan, Juni 2015
Penyusun
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ... HALAMAN PENGESAHAN ...
1.1 Latar Belakang ... 1.2 Perumusan Masalah ... 1.3 Tujuan Penelitian ... 1.3.1 Tujuan Umum... 1.3.2 Tujuan Khusus ... 1.4 Hipotesis Penelitian ... 1.5 Manfaat Penelitian ...
BAB II TINJAUAN PUSTAKA...
BAB IIIMETODE PENELITIAN ...
3.1 Jenis Penelitian ... 3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 3.2.1 Lokasi Penelitian ... 3.2.2 Waktu Penelitian ... 3.3 Populasi dan Sampel ... 3.3.1 Populasi ... 3.3.2 Sampel ... 3.4 Metode Pengumpulan Data ... 3.4.1 Data Primer ... 3.4.2 Data Sekunder ... 3.5 Definisi Operasional ………... 3.6 Metode Pengukuran……... 3.7 Metode Analisis Data ... 3.7.1 Analisis Univariat ... 3.7.1 Analisis Bivariat ...
BAB IV HASIL PENELITIAN ...
4.1 Gambaran Umum PT. Perkebunan Nusantara I Pabrik Kelapa Sawit Pulau Tiga ……… 4.1.1 Deskripsi Umum Perusahaan………...………..
4.1.2 Struktur Organisasi………..………..
4.1.3Visi, Misi dan Strategi Perusahaan………..………..
4.2 Deskripsi Hasil Penelitian……….
4.2.1 Umur ……..……….………..
4.2.2 Jenis Kelamin……….………..………..
4.2.3 Bagian Pekerjaan ………...………
4.2.4 Beban Kerja………...………...
4.2.5 Status Gizi………...………...
4.2.6 Asupan Energi ………...…..………..
4.2.7 Kelelahan Kerja ……….
4.3 Hasil Uji Bivariat………..…
4.3.1 Hubungan Status Gizi dengan Kelelahan Kerja………...
4.3.2 Hubungan Asupan Energi dengan Kelelahan Kerja………..
BAB V PEMBAHASAN ……….….
5.2 Status Gizi pada Pekerja di PT. Perkebunan Nusantara I Pabrik Kelapa Sawit Pulau Tiga Tahun 2015………... 5.3 Asupan Energi pada Pekerja di PT. Perkebunan Nusantara I Pabrik
Kelapa Sawit Pulau Tiga Tahun 2015 ……….. 5.3 Kelelahan Kerja pada Pekerja di PT. Perkebunan Nusantara I Pabrik
Kelapa Sawit Pulau Tiga Tahun 2015 ………..
Perkebunan Nusantara I Pabrik Kelapa Sawit Pulau Tiga Tahun 2015………... 5.5 Hubungan Asupan Energi dengan Kelelahan Kerja pada Pekerja di PT.
Perkebunan Nusantara I Pabrik Kelapa Sawit Pulau Tiga Tahun 2015………...
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ………...…..
6.1 Kesimpulan ... 6.2 Saran ...
69
71
73
73 74
DAFTAR TABEL
Status Gizi Berdasarkan Perhitungan Indeks Massa Tubuh ...
Rumus Untuk Menaksir Nilai AMB dari Berat Badan...
Pengelompokkan Aktivitas atau Beban Kerja (Ringan, Sedang,
Berat Berdasarkan Proporsi Waktu Kerja ...
Standard Gizi Per Hari Bagi Pekerja Menurut Umur, Jenis Kelamin dan Aktivitas Fisik ………...
Kebutuhan Energi Selama Bekerja (8 Jam)……… Defenisi Operasional Variabel Penelitian ………..
Kebutuhan Energi Selama Bekerja (8 Jam) ...………..
Distribusi Responden Berdasarkan Umur Pekerja di PT.
Perkebunan Nusantara I Pabrik Kelapa Sawit Pulau Tiga Tahun 2015 ……… Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Pekerja di
PT. Perkebunan Nusantara I Pabrik Kelapa Sawit Pulau Tiga Tahun 2015 ………. Distribusi Responden Berdasarkan Bagian Kerja PT.
Perkebunan Nusantara I Pabrik Kelapa Sawit Pulau Tiga Tahun 2015 ………. Distribusi Beban Kerja Responden Berdasarkan Bagian Kerja
Pekerja di PT. Perkebunan Nusantara I Pabrik Kelapa Sawit Pulau Tiga Tahun 2015 ……….. Distribusi Responden Berdasarkan Beban Kerja Pekerja di PT.
Perkebunan Nusantara I Pabrik Kelapa Sawit Pulau Tiga Tahun 2015 ………. Distribusi Responden Berdasarkan Indeks Massa Tubuh
Pekerja di PT. Perkebunan Nusantara I Pabrik Kelapa Sawit Pulau Tiga Tahun 2015 ……….. Distribusi Responden Berdasarkan Status Gizi Pekerja di PT.
Tabel 4.7
Tabel 4.8
Tabel 4.9
Tabel 4.10
Tabel 4.11
Tabel 4.12
Tabel 4.13
Perkebunan Nusantara I Pabrik Kelapa Sawit Pulau Tiga Tahun 2015 ………. Distribusi Asupan Energi Hasil Food Recall 24 Jam selama 6 Hari Pekerja di PT. Perkebunan Nusantara I Pabrik Kelapa Sawit Pulau Tiga Tahun 2015 ……… Distribusi Responden Berdasarkan Asupan Energi Pekerja di
PT. Perkebunan Nusantara I Pabrik Kelapa Sawit Pulau Tiga Tahun 2015 ……… Distribusi Responden Berdasarkan Kelelahan Kerja Menurut
Internasional Fatigue Research Committe pada Pekerja di PT. Perkebunan Nusantara I Pabrik Kelapa Sawit Pulau Tiga Tahun 2015 ………. Distribusi Responden Berdasarkan Kelelahan Kerja pada
Pekerja di PT. Perkebunan Nusantara I Pabrik Kelapa Sawit Pulau Tiga Tahun 2015 ……….. Tabel Silang Antara Status Gizi dengan Kelelahan Kerja pada
Pekerja di PT. Perkebunan Nusantara I Pabrik Kelapa Sawit Pulau Tiga Tahun 2015 ……….. Tabel Silang Antara Asupan Energi dengan Kelelahan Kerja
pada Pekerja di PT. Perkebunan Nusantara I Pabrik Kelapa Sawit Pulau Tiga Tahun 2015 ………
57
58
62
62
64
64
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1
Gambar 2.2
Gambar 4.1
Gambar 4.2
Gambar 4.3
Penyebab Fatigue dalam The Journal Of Southern Africa Institude Of Mining and Metalurgi, W.J. Theron dan GMJ Van Herdeen………..
Teori Kombinasi Pengaruh Penyebab Kelelahan Kerja dan Penyegaran………
Pabrik Kelapa Sawit Pulau Tiga PT. Perkebunan Nusantara I..
Kantor Administrasi Pabrik Kelapa Sawit PT. Perkebunan
Nusantara I ………
Struktur Organisasi PT. Perkebunan Nusantara I Pabrik Pulau
Tiga ………... 32
33
49
49
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
Lampiran 2
Lampiran 3
Lampiran 4
Lampiran 5
Lampiran 6
Kuesioner
Surat Izin Penelitian
Surat Keterangan Selesai Penelitian
Dokumentasi
Master Data
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Daniel Tasmi
Tempat Lahir : Kuta Binjai
Tanggal Lahir : 8 Desember 1993
Suku Bangsa : Minang
Agama : Islam
Nama Ayah : Tavip Priawen, SH.
Suku Bangsa Ayah : Minang
Nama Ibu : Asmiati, S.Pd.
Suku Bangsa Ibu : Aceh-Jawa
Pendidikan Formal
1. TK/Tamatan tahun : TK Tunas Harapan PTPN I/2000
2. SD/ Tamatan tahun : SDN Sungai Liput/2006
3. SLTP/Tamatan tahun : SMPN 4 Percontohan Karang Baru/2009
4. SLTA/Tamatan tahun : SMAN Modal Bangsa/2011(Akselerasi)
ABSTRAK
Penelitian telah dilakukan pada pekerja di PT. Perkebunan Nusantara I Pabrik Kelapa Sawit Pulau Tiga tahun 2015 untuk mengetahui hubungan antara status gizi dan asupan energi dengan kelelahan kerja.
Jenis penelitian ini bersifat analitik dengan desain cross-sectional.Populasi penelitian sebanyak 158 orang pekerja dan sampel sebanyak 61 orang pekerja
dengan menggunakan metode Stratified Random Sampling
Pengumpulan data status gizi dilakukan pengukuran Indeks Massa Tubuh dengan indikator berat badan dan tinggi badan, data asupan energi dilakukan metode Food Recall 6x24 jam dan data kelelahan kerja dilakukaan wawancara
menggunakan kuesionerInternational Fatigue Research Committee.Untuk
mengetahui hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen dilakukan uji statistik menggunakan Uji Korelasi Ranks Spearman.
Hasil uji statistik menggunakan Uji Korelasi Ranks Spearman
menggunakan CI = 95% dan derajat kepercayaan 5 % menunjukkan terdapat hubungan yang bermakna antara status gizi dan kelelahan kerja dengan nilai
P-value 0,002. Hasil uji statistik juga menunujukkan hubungan yang bermakna antara asupan energi dengan kelelahan kerja dengan nilai P-value 0,0001.
Disarankan pekerja mengatur pola makan, menambah kuantitas dan kualitas sertayang dikonsumsi serta mengurangi mengkonsumsi makanan instans.
ABSTRACT
The Research has been conducted in PT. Perkebunan Nusantara I Pabrik Kelapa Sawit Pulau Tiga workers at Aceh Tamiang, Aceh in 2015 to find out the correlation of nutritional status and calory intake with the work fatigue.
The research was analytical with cross-sectional design. The population was 158 workers and sampel was 61 workers that taken by stratified random sampling method.
The nutritional status data were gathered by conducting measurement of body mass index with weight and height as the indicator, the calory intake data were gathered by conducted a food recall 24 hours method within 6 workday and the work fatigue data were gathered by conducting interviews by using questionnaires from International Fatigue Research Commite. A statisctic test was used to analyze the correlation between independent variables and dependent variable is the rank spearman correlation test.
The result of statistic test with confident interval 95% and confident level 5 % showed that there was significant correlation between the nutritional status and work fatigue at P-value = 0,002. A significant correlation was found between calory intake and work fatigue at P-value 0,0001.
It is recommended that workers should conduct dietary managing, increase the food quality and quantity and reduse to consumption instan food.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Kemajuan teknologi yang semakin berkembang mendorong ke tahapan
industrialisasi, yaitu adanya berbagai macam industri yang ditunjang dengan
teknologi maju dan modern. Salah satu konsekuensi dari perkembangan industri
yang sangat pesat sekarang ini adalah tertantangnya proses produksi kerja dalam
perusahaan agar terus menerus berproduksi dengan harapan terjadinya
peningkatan kualitas dan kuantitas produksi untuk mencapai keuntungan yang
maksimal. Dengan demikian, pekerja harus bekerja secara ekstra agar dapat
mencapai tujuan tersebut. (Imansyah, 2004).
Tujuan utama dari perindustrian adalah untuk meningkatkan kesejahteraan
manusia dengan lebih memperhatikan subjek-subjek yang terlibat di dalamnya,
terutama dalam hal perlindungan terhadap manusia dan lingkungan kerja. Peranan
manusia dalam industri tidak dapat diabaikan karena sampai saat ini dalam proses
produksi masih terdapat adanya ketergantungan antara alat-alat kerja dengan
manusia. Dengan kata lain adanya interaksi antara manusia, alat dan bahan serta
lingkungan kerja yang dapat menimbulkan beberapa pengaruh terhadap tenaga
kerja yang merupakan beban tambahan dari tenaga kerja, dan bisa menimbulkan
kelelahan kerja (Sutaryono, 2002).
Banyak definisi para ahli mengenai kelelahan kerja. Salah satunya,
kelelahan kerja merupakan proses menurunnya efisiensi, performa kerja, dan
yang harus dilakukan. Kelelahan juga berarti keadaan tubuh baik fisik dan mental
yang berbeda karena suatu pekerjaan dan berakibat pada penurunan daya kerja
serta berkurangnya ketahanan tubuh untuk bekerja. (Suma’mur, 2009). Tarwaka
(2004) juga menambahkan bahwa kelelahan menunjukkan kondisi yang
berbeda-beda dari setiap individu, tetapi semuanya bermuara pada kehilangan efisiensi dan
penurunan kapasitas kerja serta ketahanan tubuh. Kelelahan menurunkan kapasitas
kerja dan ketahanan kerja yang ditandai oleh sensasi lelah, motivasi menurun dan
aktivitas menurun. Keadaan yang ditandai oleh adanya perasaan kelelahan kerja
dan penurunan kesiagaan ini merupakan fenomena kompleks yang dipengaruhi
banyak faktor
Kelelahan kerja yang timbul dalam dunia industri tersebut bukan tanpa
kerugian. Kelelahan dapat mempengaruhi produktivitas kerja, sehingga apabila
produktivitas seorang pekerja terganggu, maka produktivitas perusahaan pun akan
terganggu. Kelelahan kerja juga dapat menurunkan kinerja dan menambah tingkat
kesalahan kerja yang memberikan peluang terjadinya kecelakaan kerja
(Nurmianto, 2003).
Data dari International Labour Organization (ILO) menyebutkan hampir setiap tahun sebanyak dua juta pekerja meninggal dunia karena kecelakaan kerja
yang disebabkan oleh faktor kelelahan kerja. Penelitian tersebut menyatakan dari
58.115 sampel, 32.8% atau sekitar 18.828 sampel menderita kelelahan kerja.
Menurut Depnakertrans (2004) dalam Putri (2008) data kecelakaan kerja pada
tahun 2004 di Indonesia, setiap hari rata-rata terjadi 414 kecelakaan kerja, 27.8%
Kerugian-kerugian yang diakibatkan oleh kelelahan kerja pun menuntut
untuk dilakukaannya suatu pemecahan masalah terhadap kelelahan kerja. Salah
satunya dengan mengetahui penyebab terjadinya kelelahan kerja agar dapat
dideteksi dan dikendalikan sebaik mungkin. Teori kombinasi pengaruh kelelahan
dan penyegaran Grandjean menjelaskan kelelahan kerja disebabkan oleh faktor
faktor seperti intensitas dan lamanya kerja fisik dan mental, lingkungan yang
terjadi dari kebisingan, penerangan, iklim, getaran dan lain lain, cicardian rhytm, problem fisik, kenyerian dan kondisi kesehatan dan nutrisi (Tarwaka, 2004).
Lain lagi dengan Teori Theron dan Herden. Teori tersebut menjelaskan
kelelahan kerja terbagi ke dalam dua kelompok, yaitu kelelahan kerja yang
berhubungan dengan pekerjaan (Work Related Fatigue) dan kelelahan kerja yang tidak berhubungan dengan kerja (Work Non-Related Fatigue). Kelelahan kerja yang berhubungan dengan pekerjaan terdiri dari jam lembur, shift kerja, rentang
waktu shift dan istirahat, desain pekerjaan, dan pekerjaan tambahan. Sedangkan
kelelahan kerja yang tidak berhubungan dengan kerja terdiri dari waktu dan jarak
ke tempat kerja, kewajiban keluarga dan sosial, community activities, isu emosional, umur dan tingkat kebugaran jasmani (Mulyani, 2012).
Seakan sering diabaikan, nutrisi atau gizi pada pekerja adalah merupakan
salah satu faktor penyebab kelelahan kerja. Salah satu aspek gizi yang penting
bagi pekerja adalah asupan energi pekerja. Asupan energi yang tidak sesuai
dengan kebutuhan energi seorang pekerja akan mempercepat pekerja tersebut
merasa lelah. Asupan energi adalah jumlah energi yang diperoleh dari makanan
Hasil penelitian Adi, dkk (2013) pada 40 orang pekerja di suatu
perusahaan yang menawarkan produk kaca jenis Float Glass bagian packing di Kabupaten Kendal menunjukkan adanya hubungan antara asupan gizi dengan
kelelahan kerja. Uji korelasi pearson yang digunakan pada penelitian tersebut
memiliki nilai p.=0,0001 (<0,05) dalam tingkat signifikansi 0,05 dan tingkat
kepercayaan 95% yang berarti terdapat korelasi yang signifikan antara asupan gizi
dengan tingkat kelelahan kerja.
Berdasarkan penelitian Purnamasari (2012) yang dilakukan pada pekerja
wanita di industri bulu mata palsu PT. Hyup Sung di Purbalingga, ditemukan
sebanyak 80,8% kelelahan kerja tingkat tinggi dan 19,2% kelelahan kerja tingkat
sedang terjadi pada pekerja dengan tingkat konsumsi energi defisit dari 52 sampel
pekerja yang diteliti. Pada penelitian ini, faktor yang paling berpengaruh terhadap
terjadinya kelelahan kerja adalah tingkat konsumsi energi. Hasil Uji Regresi
Analisis Logistik menunjukkan pekerja yang mempunyai tingkat konsumsi energi
defisit akan mempunyai probabilitas terjadinya kelelahan sebanyak 75,57%.
Asupan energi pekerja dapat menentukan tingkat status gizi seorang
pekerja. Status gizi merupakan keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan
dan penggunaaan zat gizi. Status gizi dikategorikan menjadi gizi baik, gizi sedang
dan gizi kurang. Status gizi yang kurang melambangkan kondisi tubuh yang
buruk. Kondisi tubuh yang buruk tersebut dapat mempengaruhi pekerja dalam
bekerja dan dapat menyebabkan kelelahan kerja.
Beberapa penelitian mengenai hubungan status gizi dan kelelahan kerja
pada pekerja bongkar muat di pelabuhan Tapak Tuan. Dalam penelitiannya,
didapatkan adanya hubungan yang bermakna antara status gizi dan kelelahan
kerja. Berdasarkan penelitian dengan jumlah sampel 26 orang di bagian
Stevedoring dan Receiving/Delivery, responden yang sangat lelah terdapat pada kelompok gizi kurang yaitu sebanyak 30,8%. Dari hasil Uji Exact Fisher,
diperoleh hasil p=0,002 (p<0,05) yang berarti ada hubungan yang bermakna
antara status gizi dan kelelahan kerja.
Penelitian Oesman (2011) pada pekerja pembuatan keramik mozaik
dengan pengukuran status gizi menggunakan indikator indeks massa tubuh,
pengukuran kelelahan kerja menggunakan Subjective Self Rating Test dari
International Fatigue Research Committe dan menggunakan analisis Chi Square juga menemukan hasil yang sama. Hasil penelitian yang menggunakan α = 0,05 ini menunjukkan nilai χ² hitung lebih kecil dari nilai χ² tabel (2,147 < 3,8414)
yang berarti terdapat hubungan yang signifikan antara status gizi dengan
kelelahan kerja.
Langgar, dkk (2014) juga menemukan hubungan status gizi dan kelelahan
kerja pada penelitiannya pada karyawan pembuatan tahu . Hasil analisis Korelasi
Rank Spearman diperoleh nilai r = 0,490 yang berarti nilai p. 0,015 ≤0,05 . Hal ini
menunjukkan Ho ditolak yang berarti ada hubungan antara status gizi dengan
kelelahan kerja.
PT. Perkebunan Nusantara I (PTPN I) Pabrik Kelapa Sawit (PKS) Pulau
Tiga merupakan perusahaan yang memiliki salah satu misi yaitu membangun
tandan buah segar untuk membuahkan hasil produksi olah yang baik dengan mutu
yang baik. Ini artinya, dengan misi membangun sumber daya yang baik dan
mendapatkan hasil yang baik pula. PTPN I PKS Pulau Tiga sudah ikut
berkompetesi dengan perusahaan lainnya dalam ranah industrilisasi dengan
modernisme. Hal ini pastinya menjadikan PTPN I PKS Pulau Tiga harus berusaha
mencapai target perusahaan dengan memanfaatkan kinerja pekerja dengan
sebaik-baiknya. Dari pemaparan tersebut, pekerja sangat berpotensi mengalami kelelahan
kerja.
Hasil survei pendahuluan yang dilakukan di PTPN I PKS Pulau Tiga,
didapatkan dari keterangan Septiadi Irham, selaku Masinis Kepala (Maskep).
Menurutnya, terdapat gejala-gejala kelelahan kerja yang dialami oleh pekerja
seperti kurang motivasi, malas-malasan dan tidak serius bekerja.
Berdasarkan hasil pengamatan, ditemukan pekerja yang memiliki badan
kurus dan juga berbadan gemuk. Hal ini menunjukkan ketidakmerataannya status
gizi pekerja di PTPN I PKS Pulau Tiga. Ditambah lagi PTPN I PKS Pulau Tiga
dengan 8 jam kerja ini belum memiliki kantin perusahaan yang baik. Hal tersebut
memberikan kendala dalam pemberian asupan energi bagi pekerja.
Berdasarkan urain–uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk meneliti bagaimana hubungan antara status gizi dan asupan energi dengan kelelahan kerja
1.2Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka rumusan masalah pada
penelitian ini adalah terdapat hubungan antara status gizi dan asupan energi
dengan kelelahan kerja pada pekerja di PT. Perkebunan Nusantara I Pabrik Pulau
Tiga Tahun 2015.
1.3Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan umum penelitian adalah untuk mengetahui hubungan antara status
gizi dan asupan energi dengan kelelahan kerja pada pekerja di PT. Perkebunan
Nusantara I Pabrik Kepala Sawit (PKS) Pulau Tiga Tahun 2015.
1.3.2 Tujuan Khusus
Tujuan khusus dari penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Mengetahui gambaran status gizi pada pekerja di PT. Perkebunan Nusantara I
Pabrik Kelapa Sawit (PKS) Pulau Tiga Tahun 2015.
2. Mengetahui gambaran asupan energi pada pekerja di PT. Perkebunan
Nusantara I Pabrik Kelapa Sawit (PKS) Pulau Tiga Tahun 2015.
3. Mengetahui gambaran kelelahan kerja pada pekerja di PT. Perkebunan
Nusantara I Pabrik Kelapa Sawit (PKS) Pulau Tiga Tahun 2015.
1.4Hipotesis Penelitian
Hipotesis merupakan pernyataan tentang suatu dalil, tetapi kebenarannya
belum terujikan secara empirik (Praktinya, 2008).Hipotesis yang digunakan pada
penelitian ini adalah hipotesis kerja dengan tujuan untuk membuat ramalan
hipotesis pada penelitian ini adalah ada hubungan antara status gizi dan asupan
energi dengan kelelahan kerja pada pekerja di PT. Perkebunan Nusantara I Pabrik
Kelapa Sawit (PKS) Pulau Tiga Tahun 2015.
1.5Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian adalah sebagai berikut.
1. Bagi Peneliti
Manfaat bagi penulis untuk mengetahui hubungan antara antara status gizi
dan asupan energi dengan kelelahan kerja pada pekerja di PT. Perkebunan
Nusantara I Pabrik Pulau Tiga Tahun 2015.
2. Bagi Perusahaan
Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan informasi untuk mengetahui
status gizi, asupan energi dan kelelahan kerja serta dapat menjadi masukan bagi
perusahaan dalam rangka peningkatan produktivitas dan efisiensi kerja serta
sebagai data yang digunakan untuk pertimbangan bagi perusahaan dalam
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Status Gizi
2.1.1 Pengertian Status Gizi
Status gizi merupakan keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan
dan penggunaaan zat gizi.Status gizi adalah ekspresi dari keadaan keseimbangan
dalam bentuk tertentu atau perwujudan dari nutriture dalam bentuk variabel
tertentu.Status gizi dapat pula diartikan sebagai gambaran kondisi fisik seseorang
sebagai refleksi dari keseimbangan energi yang masuk dan yang dikeluarkan oleh
tubuh (Supariasa, 2002).
2.1.2 Penilaian Status Gizi
Penilaian status gizi pekerja dapat dilakukan dengan penilaian status gizi
secara langsung dan penilaian tidak langsung.Penilaian status gizi secara langsung
adalah dengan pemeriksaan secara antropometri, biokimia, klinis dan
biofisik.Penilaian status gizi secara tidak langsung adalah dengan pemeriksaan
survei makanan, statistik vital dan faktor ekologi.
A. Penilaian Status Gizi Secara Langsung
1. Pemeriksaan Antropometri
Antropometri adalah ukuran tubuh manusia.Pengukuran antropometri
adalah pengukuran terhadap dimensi tubuh dan komposisi tubuh.Antropometri
digunakan untuk melihat ketidakseimbangan asupan protein dan
proporsi jaringan tubuh seperti lemak, otot, dan jumlah air dalam tubuh
(Russeng, 2009).
Menurut Depkes RI (2009), antropometri merupakan metode yang paling
sering digunakan dalam penilaian status gizi. Cara ini hanya dapat diterapkan
pada orang dewasa berumur >18 tahun serta tidak dapat diterapkan pada wanita
hamil.Metode ini menggunakan parameter berat badan (BB) dan tinggi badan
(TB).Melalui kedua parameter tersebut, dapat dilakukan penghitungan Indeks
Massa Tubuh (IMT). Penilaian berdasarkan IMT adalah untuk mengetahui
status gizi orang dewasa berusia 18 tahun atau lebih yaitu dengan pengukuran
berat dan tinggi badan, dengan rumus sebagai berikut.
.
Dari perhitungan IMT, dilakukan penilaian status gizi dengan klasifikasi
sebagai berikut.
Tabel 2.1. Status Gizi Berdasarkan Perhitungan Indeks Massa Tubuh
IMT Status Gizi Kategori
< 17.0 Gizi Kurang Sangat Kurus
17.0 – 18.4 Gizi Kurang Kurus
18.5 – 24.9 Gizi Baik Normal
25.0 – 27.0 Gizi Lebih Gemuk
<27.0 Gizi Lebih Sangat Gemuk
Sumber : Depkes Depkes RI. Pedoman Kecukupan Gizi Pekerja Selama Bekerja. Direktorat Bina Kesehatan Kerja (2009).
Beberapa kelebihan dari penggunaan pemeriksaan Antropometri, yaitu :
1. Relatif murah.
2. Cepat, sehingga dapat dilakukan pada populasi yang besar.
4. Gradable (dapat diranking).
5. Tidak menimbukan rasa sakit pada responden.
Beberapa keterbatasan dari penggunaan pemeriksaan Antropometri, yaitu
1. Membutuhkan data referensi yang relevan.
2. Kesalahan yang muncul seperti kesalahan pada peralatan, kesalahan pada
observer.
3. Hanya mendapatkan data pertumbuhan, obesitas, malnutrisi karena
kekurangan energi dan protein, tidak memperoleh informasi karena defiensi
zat gizi mikro.
2. Pemeriksaan Klinis
Pemeriksaan klinis adalah metode yang sangat penting untuk menilai status
gizi seseorang.Metode ini didasarkan atas perubahan-perubahan yang terjadi
yang dihubungkan dengan ketidakcukupan gizi.Hal ini dapat dilihat pada
jaringan epitel seperti kulit, mata, rambut dan mukosa oral atau pada
organ-organ yang dekat dengan permukaan tubuh seperti kelenjar tiroid.Penggunaan
metode ini umumnya untuk survei klinis secara cepat.Survei ini dirancang
untuk mendeteksi secara cepat tanda-tanda klinis umum dari kekurangan salah
satu atau lebih dari zat gizi.
Beberapa kelebihan penggunaan pemeriksaan klinis, yaitu :
1. Murah, karena tidak memerlukan peralatan
2. Cepat, sehingga dapat dilakukan pada populasi yang besar
4. Tidak menimbulkan rasa sakit pada orang yang diperiksa
Beberapa keterbatasan dari penggunaan pemeriksaan klinis, yaitu :
1. Subjektif, sehingga perlu adanya standardisasi, pengalaman bagi pemeriksa.
2. Keterbatasan kepastian penyebab zat gizi, terkadang penyebabnya bukan
karena kurang gizi, tetapi penyebab yang lain, seperti infeksi.
3. Diperlukan staf yang terlatih dengan sangat baik.
4. Banyak tanda klinis yang muncul pada tingkat defiensi berat.
3. Tes Laboratorium / Biokimia
Penilaian status gizi dengan biokimia adalah pemeriksaan spesimen yang
diuji secara laboratories yang dilakukan pada berbagai macam jaringan tubuh yang digunakan antara lain: darah, urine, tinja dan juga beberapa jaringan
tubuh seperti hati dan otot. Cara penilaian status gizi langsung secara biokimia
dapat didekati dengan mengukur kadar hemoglobin (Hb), hematokrit (Hm),
serum besi, serum ferritin (SF), transferin saturation (TS), free erythrocytes protophophyrin (FEP), dan Unsaturated iron-binding capacity serum.
Beberapa kelebihan dari penggunaan tes Biokimia, yaitu :
1. Objektif.
2. Gradable (dapat diranking).
Beberapa keterbatasan dari penggunaan tes Biokimia, yaitu :
1. Mahal, pada umumnya pemeriksaan biokimia memerlukan biaya yang tidak
sedikit karena berhubungan dengan peralatan dan reagennya.
2. Keberadaan dari laboratorium, terkadang lokasi survei jauh dari dari
3. Kesukaran yang berhubungan dengan spesimen pada saat pengumpulan,
pengawetan, dan transportasi.
4. Dibutuhkan data referensi untuk menentukan hasil laboratorium.
4. Biofisik
Penentuan status gizi secara biofisik adalah metode penentuan status gizi
dengan melihat kemampuan fungsi (khususnya jaringan) dan melihat
perubahan struktur dari jaringan.
B. Penilaian Status Gizi Secara Tidak Langsung
1. Survei Konsumsi Makanan
Survei konsumsi makanan adalah metode penentuan status gizi secara tidak
langsung dengan melihat jumlah dan jenis zat gizi yang
dikomsumsi.Pengumpulan data komsumsi makanan dapat memberikan
gambaran tentang konsumsi berbagai zat gizi pada masyarakat, keluarga dan
individu.Survei ini dapat mengidentifikasi kelebihan dan kekurangan zat gizi.
2. Statistik Vital
Pengukuran status gizi dengan statistik vital adalah dengan menganalisis data
beberapa statistik kesehatan seperti angka kematian berdasarkan umur, angka
kesakitan dan kematian akibat penyebab tertentu dan data lainnya yang
berhubungan dengan gizi.
3. Faktor Ekologi
Malnutrisi merupakan masalah ekologi sebagai hasil interaksi beberapa faktor
fisik, biologis dan lingkungan budaya.Jumlah makanan yang tersedia sangat
2.2 Asupan Energi
2.2.1. Kebutuhan Gizi Kerja
Kebutuhan akan zat makanan tergantung kepada usia, jenis kelamin dan
beban kerja. Zat makanan yang dibutuhkan tubuh meliputi keseluruhan zat gizi,
yang paling sesuai adalah makanan seimbang.Hal ini didukung oleh Santoso
(2004) dalam Ginting (2011), proporsi zat gizi yang dibutuhkan tubuh harus
seimbang, agar zat gizi tersebut dapat digunakan di dalam tubuh dengan
sempurna.
Kebutuhan zat gizi diperoleh melalui pola makan yang baik dan sehat.Pola
makan pekerja sebaiknya memenuhi tiga kriteria yaitu jumlah makanan yang
dikonsumsi sesuai atau seimbang antara kebutuhan dengan penggunaan kalori,
jenis dari makanan yang dikonsumsi bervariasi sumbernya.Jadwal makan teratur
sebaiknya tiga kali per hari yaitu dianjurkan makan pagi hari untuk mendapatkan
kalori kerja di awal bekerja.
Menurut Mitayani dan Sartika (2010) dalam Ginting (2011), gizi seimbang
adalah makanan yang dimakan harus beraneka ragam, memenuhi syarat
kecukupan gizi.Sebaiknya makanan, sumber karbohidrat setengah dari kebutuhan
kalori, batasi konsumsi lemak dan minyak sampai seperempat dari kecukupan
kalori.
Tenaga kerja membutuhkan makanan yang cukup dan bergizi untuk
memelihara kondisi tubuh agar selalu prima.Bahan makanan yang dibutuhkan
oleh tenaga kerja adalah bahan makanan yang memenuhi kebutuhan gizi
melaksanakan pekerjaan.Kekurangan zat gizi mengakibatkan gangguan kesehatan
dan produktivitas kerja.Tingkat gizi terutama bagi pekerja berat adalah faktor
penentu derajat produktivitas kerjanya. Pekerja berat, jika tidak diimbangi dengan
gizi yang cukup, biasanya akan mengalami penurunan berat badan. Makanan dan
beban kerja serta faktor lingkungan kerja, merupakan satu kesatuan yang tidak
terpisahkan dan saling memengaruhi.
2.2.2. Kebutuhan Energi
Kebutuhan energi seseorang menurut FAO/WHO (1985) merupakan
konsumsi energi berasal dari makanan yang diperlukan untuk menutupi
pengeluaran energi seseorang bila ia mempunyai ukuran dan komposisi tubuh
dengan tingkat aktivitas yang sesuai dengan kesehatan jangka panjang dan
memungkinkan pemeliharaan aktivitas fisik yang dibutuhkan secara sosial dan
ekonomi.
Kebutuhan energi total orang dewasa diperlukan untuk :
1. Metabolisme Basal
Angka Metabolisme Basal (AMB) atau Basal Metabolic Rate (BMR) adalah kebutuhan energi minimal yang dibutuhkan tubuh untuk menjalankan
proses tubuh yang vital. Kebutuhan energi metabolisme basal termasuk jumlah
energi yang diperlukan untuk pernafasan, peredaran darah, pekerjaan ginjal,
pankreas, dan lain-lain alat tubuh, serta untuk proses metabolisme di dalam
sel-sel dan untuk mempertahankan suhu tubuh.
Kebutuhan energi terbesar pada umumnya diperlukan untuk metabolisme
untuk kebutuhan aktivitas metabolisme basal tubuh.Kebutuhan energi basal
ditentukan oleh ukuran dan komposisi tubuh serta umur. Menurut Almatsier
(2009), Harris dan Benedict pada tahun 1990 menentukan rumus untuk
menghitung kebutuhan energi basal sebagai berikut :
AMB Laki-Laki = 66,5 + 13,7 BB (kg) + 5,0 TB (cm) – 6,8 U AMB Perempuan = 65,5 + 9,6 BB (kg) + 1,8 TB (cm) – 4,7 U Keterangan :
BB = Berat badan dalam kilogram
TB = Tinggi Badan dalam sentimeter
U = Umur
FAO/WHO/UNU/1985 juga mengeluarkan rumus untuk menaksir nilai
AMB dari berat badan dengan menggunakan rumus regresi linier.Rumus
untuk menaksir AMB tersebut adalah sebagai berikut.
Tabel 2.2. Rumus untuk Menaksir Nilai AMB dari Berat Badan
Kelompok Umur (Tahun)
AMB (kkal/hari)
Laki-Laki Perempuan
18-30 15,3 B + 679 14,7 B + 496
30-60 11,6 B + 879 8,7 B + 829
≥60 13,5 B + 487 10,5 B + 596
Sumber : Almatsier (2009)
2. Aktivitas Fisik
Aktivitas Fisik adalah gerakan yang dilakukan oleh otot tubuh dan sistem
metabolisme untuk bergerak, sedangkan jantung dan paru-paru memerlukan
tambahan energi untuk mengantarkan zat-zat gizi dan oksigen ke seluruh tubuh
dan untuk mengeluarkan sisa-sisa dari tubuh.
Banyaknya energi yang dibutuhkan bergantung pada berapa banyak otot
yang bergerk, berapa lama dan berapa berat pekerjaan yang dilakukan.Seorang
yang gemuk menggunakan lebih banyak energi untuk melakukan pekerjaan
daripada seorang yang kuru, karena orang gemuk membutuhkan usaha lebih
besar untuk menggerakkan berat badan tambahan.
3. Efek Makanan atas Pengaruh Dinamik Khusus (Specific Dynamic Action / SDA)
Pengaruh termis makanan atau kegiatan dinamik khusus adalah energi
tambahan yang diperlukan tubuh untuk pencernaan, absorpsi dan metabolisme
zat-zat gizi yang menghasilkan energi.SDA bergantung pada jumlah energi
yang dikonsumsi, yaitu kurang lebih 10% dari kebutuhan energi untuk
metabolisme basal dan untuk aktivitas fisik.
2.2.3. Pengertian Asupan Energi
Energi yang digunakan tubuh bukan hanya diperoleh dari metabolisme zat
gizi yang tersimpan di dalam tubuh, tetapi juga berasal dari energi yang
terkandung dalam makanan yang kita konsumsi.(Arisman, 2009).Energi yang
2.2.4. Sumber Asupan Energi
Energi pada manusia dapat timbul disebabkan adanya pembakaran
karbohidrat, protein dan lemak.Zat karbohidrat, protein dan lemak merupakan zat
gizi yang dapat memberikan kalori pada tubuh manusia.
1. Karbohidrat
Karbohidrat merupakan zat tepung/pati dan gula.Bahan pangan rakyat di
Indonesia memiliki kandungan karbohidrat yang cukup tinggi, yaitu sekitar
70-80%. WHO menyebutkan kebutuhan karbohidrat yang dianjurkan adalah
55-75% dari total konsumsi energi.(Syafiq, 2007). Menurut Almatsier (2009),
sumber karbohidrat adalah padi-padian, umbi-umbian, kacang-kacang kering
dan gula.
Fungsi karbohidrat dalam tubuh antara lain :
a. Sebagai sumber energi.
b. Pemberi rasa manis pada makanan.
c. Memberikan volume pada isi usus dan melancarkan gerak peristaltik usus.
d. Simpanan energi dalam hati dan otot.
e. Penghemat protein dan pengatur metabolisme lemak.
f. Memberi rasa manis pada makanan.
g. Membantu pengeluaran feses
2. Protein
Protein merupakan bahan pembentuk enegi, di samping lemak dan
karbohidrat, yang diperoleh dari bahan makan nabati dan hewani. Protein
karbohidrat, dan berbagai vitamin, terdapat di sekujur tubuh pada otot, kulit,
rambut, jantung, paru, otak, dan organ tubuh lainnya.Kebutuhan protein harus
terpenuhi sebesar 10-20 % dari eneri total (Syafiq, 2007).
Fungsi protein dalam tubuh adalah sebagai berikut :
a. Sebagai zat pembangun bagi pertumbuhan dan pemeliharaan jaringan tubuh.
b. Sebagai pengatur kelangsungan proses di dalam tubuh.
c. Sebagai pembentuk ikatan-ikatan esensial tubuh.
d. Sebagai pengatur keseimbangan air dan memelihara netralitas tubuh.
e. Sebagai pembentuk antibodi.
f. Sebagai pengangkut zat-zat gizi.
g. Sebagai pemberi tenaga dalam keadaan energi kurang tercukupi oleh
karbohidrat dan lemak.
3. Lemak
Lemak sebagai sumber pembentuk energi yang menghasilkan bobot energi
yang paling besr dibandingkan pembentuk energi yang lain. Tiap 1 gram
lemak menghasilkan 9 kalori, 1 gram karbohidrat dan protein menghasilkan 4
kalori.Zat lemak di dalam tubuh terbentuk dari berbagai bahan makan yang
biasa dikonsumsi setiap harinya. WHO (menganjurkan konsumsi lemak
berkisar 10-30 persen dari total kebutuhan energi (Syafiq, 2007).
Menurut Almatsier (2009) sumber utama lemak adalah minyak
tumbuh-tumbuhan (minyak kelapa, kelapa sawit, kacang tanah, kacang kedelai,
jagung dan sebagainya), mentega, margarin, dan lemak hewan (lemak daging
2.2.5. Faktor Yang Mempengaruhi Kebutuhan Energi Pekerja
Kebutuhan gizi seseorang dengan orang lain belum tentu sama. Menurut
Suma’mur (2009) kebutuhan gizi terutama energi dipengaruhi oleh usia, ukuran
tubuh, dan jenis kelamin. Faktor lain penentu kebutuhan gizi yaitu jenis pekerjaan
atau aktivitas yang dilakukan sehari-hari, keadaan fisiologis, keadaan khusus;
seperti pada pemulihan kesehatan dan anemia, keadaan lingkungan kerja.
Faktor-faktor tersebut di atas harus menjadi dasar dalam perhitungan besarnya energi,
komposisi zat gizi dan menu untuk konsumsi pekerja.
Menurut Suma’mur (1989), jumlah kalori yang dibutuhkan orang dewasa
ditentukan oleh:
Pengelompokan aktivitas atau beban kerja (ringan, sedang dan berat)
berdasarkan proporsi waktu kerja dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 2.3. Pengelompokan Aktifitas Atau Beban Kerja (Ringan, Sedang,
Berat Berdasarkan Proporsi Waktu Kerja).
Kelompok
Aktifitas Jenis Kegiatan
Faktor
Aktifitas Contoh Aktifitas
Ringan
berdiri dan 25% untuk berdiri dan berpindah
(moving)
1,58 1,45
(Sumber :Depkes 2004)
2.2.6. Standard Kebutuhan Energi
Standard kebutuhan energi seseorang dalam sehari ditampilkan dalam
tabel berikut.
Tabel 2.4. Standard Gizi Per Hari bagi Pekerja Menurut Umur, Jenis Kelamin dan Aktivitas Fisik
Jenis
adalah untuk kegiatan kerja khusus dalam bidang pekerjaannya
1,67 1,55
Bekerja naik turun tangga, olahraga ringan, pekerjaan rumah tangga, berdiri mengisikan batang korek api
(perempuan), mengambil kotak
berisi pentul korek api & berjalan memindahkannya kesekitar mesin (laki-laki)
berdiri dan 60% untuk kegiatan kerja khusus
dalam bidang
pekerjaannya
1,88 1,75
Pekerjaan lapangan, kuli bangunan, memecah batu (perempuan), berdiri
mengangkat balok kayu dan
Perempuan 50 – 64th BB 55 kg
Ringan 1650 50 12 9,3 150 500 75 1 1,1 1,5 14
Sedang 1750 50 12 9,3 150 500 75 1 1,1 1,5 14
Berat 2000 50 12 9,3 150 500 75 1 1,1 1,5 14
Sumber : AKG 2004 dalam Depkes RI (2009)
Kebutuhan energi seseorang selama bekerja (8 jam) diperkirakan 40-50%
dari kebutuhan energi sehari, sehingga diperoleh kebutuhan energi yang
dibutuhkan seorang pekerja untuk bekerja selama 8 jam sebagai berikut.
Tabel 2.5. Kebutuhan Energi Selama Bekerja (8 Jam)
Usia/Jenis Pekerjaan Kebutuhan Energi (Kkal)
Pria Wanita
19-29 Tahun
Ringan 960 720
Sedang 1020 760
Berat 1120 860
30-49 Tahun
Ringan 880 680
Sedang 940 720
Berat 1040 820
50-64 Tahun
Ringan 860 660
Sedang 920 700
Berat 1020 800
Sumber : AKG 2004 dalam Depkes RI 2009
2.2.7. Penilaian Asupan Energi
Berikut merupakan metode yang dapat digunakan untuk melakukan
penilaian asupan energi.
1. 24 Hour Food Recall
Metode ini dilakukan dengan mencatat jenis dan jumlah makanan serta
minuman yang telah dikonsumsi dalam 24 jam yang lalu. (Syafiq, 2007).
Kelebihan :
a. Mudah dan pencatatan cepat, hanya membutuhkan kurang lebih 20 menit.
b. Murah.
c. Mendapatkan informasi secara detail tentang jenis bahkan jumlah makanan
dan minuman yang dikonsumsi.
d. Dapat memperkirakan asupan zat gizi suatu kelompok.
e. Recall secara beberapa kali dapat digunakan untuk memperkirakan asupan zat gizi tingkat individu. Biasanya 2 atau 3 kali dan dipilih weekday dan
weekend.
f. Lebih objektif daripada metode riwayat diet.
g. Tidak mengubah kebiasaan diet.
Keterbatasan :
a. Recall sekali tidak dapat mencerminkan secara representatif kebiasaan asupan gizi individu.
b. Kadang terjadi under/over reporting.
c. Bergantung pada memori.
d. Kadang mengabaikan saus dan minuman ringan yang menyebabkan
rendahnya asupan energi.
e. Memerlukan data entri.
2. Food Records
Food record adalah catatan responden tentang jenis dan jumlah makanan dan minuman dalam suatu periode waktu, biasanya antara 1 sampai 7 hari.
estimasi menggunakan ukuran rumah tangga (estimated food record) atau menimbang (weighed food record).
Kelebihan :
a. Tidak tergantung pada memori.
b. Mendapatkan data asupan yang detail.
c. Mendapatkan data tentang eating habit.
d. Multipleday lebih representatif menggambarkan usual intake
Keterbatasan :
a. Membutuhkan kerjasama yang tinggi dari responden.
b. Responden harus bisa membaca dan menulis.
c. Dapat mengubah kebiasaan makan.
d. Analisis intensif dan mahal.
e. Membutuhkan waktu yang lebih lama untuk mendapatkan data, harus
menimbang dan mencatat.
3. Food Frequency Questionare (Frekuensi Makanan)
FFQ merupakan kuesioner yang menggambarkan frekuensi responden
dalam mengonsumsi beberapa jenis makanan dan minuman.Frekuensi
konsumsi makanan dilihat dalam sehari, seminggu, sebulan, atau dalam
setahun.Kuesioner terdiri dari list jenis makanan dan minuman.
Kelebihan :
a. Dapat diisi sendiri oleh responden.
d. Dapat digunakan untuk melihat hubungan antara diet dan penyakit.
e. Data usual intake lebih representatif dibandingkan diet record beberapa hari.
Keterbatasan :
a. Kemungkinan tidak menggambarkan usual food atau porsi yang dipilih oleh responden.
b. Tergantung pada kemampuan responden untuk mendeskripsikan dietnya
4. Food Account
Food Account adalah mengukur asupan makanan (dietary intake) pada rumah tangga atau institusi seperti asrama.Caranya adalah dengan mencatat
semua makanan baik yang dibeli maupun ditanam selama masa survei.
Konsumsi rata-rata harian per orang dihitung dengan cara menjumlahkan
makanan yang dikonsumsi selama masa survei dibagi jumlah orang yang ada di
institusi tersebut. Untuk mengukur konsumsi makanan tingkat rumah tangga
biasanya periode survei membutuhkan dua sampai empat minggu.
Kelebihan :
a. Cocok digunakan untuk sampel yang besar.
b. Dapat digunakan untuk waktu survei yang cukup panjang.
c. Memberikan data tentag pola kebiasaan makan keluarga atau suatu
kelompok (dietary pattern and habit).
d. Kemungkinan kecil mengakibatkan perubahan dalam diet.
e. Relatif murah.
a. Tidak mencatat makanan yang terbuang/sisa.Responden harus dapat baca
tulis dan koorperatif.
b. Tidak cukup mengukur konsumsi makan tingkat individu.
5. Duplicate Food Collection
Duplicate Food Collection adalah mengumpulkan makanan dan minuman yang sama dengan makanan dan minuman yang dikonsumsi responden baik
jenis maupun ukurannya. Analisis makanan dilakukan di laboratorium setiap
hari dan makanan disimpan dalam lemari es sebelum dibawa ke laboratorium
untuk mencegah kerusakan.
Kelebihan Duplicate Food Collection yaitu data asupan gizi lebih akurat dibandingkan pnghitungan dengan tabel komposisi makanan karena dianalisis
di laboratotium.
Keterbatasan :
a. Mahal.
b. Dibutuhkan waktu dan upaya untuk mengumpulkan duplicate food.
c. Kemungkinan dapat underestimate usual intake.
6. Food Balance Sheet/Neraca Bahan Makanan
Food balance sheet adalah suatu cara tidak langsung untuk memperkirakan konsumsi masyarakat di suatu wilayah atau negara dalam
periode waktu tertentu. Food balance sheet ini dapat menilai food availability/ketersediaan makanan.Caranya adalah dengan menghitung selisih produksi makanan, impor, cadangan dikurangi dengan ekspor, bibit, industri
Kelebihan :
a. Mudah dan pencatatan cepat, hanya membutuhkan kurang lebih 20 menit.
b. Mendapatkan informasi tentang suplai makanan.
c. Mengidentifikasi kebiasaan makan (food habits) dan trend konsumsi makanan.
d. Digunakan untuk merencanakan kebijakan di bidang makanan dan gizi.
e. Menggambarkan praktik konsumsi makanan di suatu negara/wilayah.
Keterbatasan :
a. Keakuratan data mungkin dipertanyakan.
b. Hanya menggambarkan ketersediaan makanan untuk dikonsumsi.
c. Tidak merepresentasikan konsumsi makanan secara aktual.
d. Tidak mengindikasikan bagaimana makanan didistribusikan.
e. Tidak mencatat makanan yang terbuang (wasted food). 7. Telephone Interview
Metode ini digunakan setelah dilakukan face to face dengan menggunakan
24 hour recall sehingga untuk data 24 hour recall kedua dan ketiga dilakukan dengan metode telpon.
Kelebihan :
a. Menghemat biaya.
b. Mengurangi beban responden
8. Visual Record (Video, Kamera Foto)
Kelebihan :
a. Dengan menggunakan video dan foto data yang diperoleh memiliki validasi
yang tinggi.
b. Pencatatan food intake membutuhkan waktu yang lebih singkat
dibandingkan dengan 24 hour recalls atau food record..
c. Beban responden menjadi lebih ringan
Keterbatasan :
a. Mahal.
b. Tidak mendapatkan data tentang persiapan bahan makanan
c. Masalah teknis sehubungan dengan peralatan yang canggih
2.3 Kelelahan Kerja
2.3.1. Pengertian Kelelahan Kerja
Menurut Suma’mur (2009), lelah merupakan suatu perasaan yang
mempunyai arti tersendiri dan sifatnya subjektif bagi setiap orang. Ada beberapa
teori kelelahan kerja, yaitu :
a. Kelelahan kerja merupakan proses menurunnya efisiensi, performa kerja, dan
berkurangnya kekuatan/ketahanan fisik tubuh untuk terus melanjutkan kegiatan
yang harus dilakukan (Wignjosoebroto, 2000).
b. Kelelahan Kerja merupakan suatu kondisi yang menyebabkan penurunan
kinerja yang dapat mengakibatkan kesalahan kerja, ketidakhadiran, keluar
kerja, kecelakaan kerja dan berpengaruh terhadap perilaku kerja. (Eraliesa
c. Kelelahan kerja merupakan gejala yang ditandai adanya perasaan lelah dan
penurunan kesiagaan, persepsi yang lambat dan lemah yang bersifat kronis atau
merupakan penurunan kinerja dan mental/psikologi (Grandjean, 1985).
d. Kelelahan kerja adalah keadaan tubuh baik fisik dan mental yang berbeda
karena suatu pekerjaan dan berakibat pada penurunan daya kerja serta
berkurangnya ketahanan tubuh untuk bekerja.(Suma’mur, 2009).
e. Tarwaka (2004) juga menambahkan bahwa kelelahan menunjukkan kondisi
yang berbeda-beda dari setiap individu, tetapi semuanya bermuara pada
kehilangan efisiensi dan penurunan kapasitas kerja serta ketahanan tubuh.
Kelelahan menurunkan kapasitas kerja dan ketahanan kerja yang ditandai oleh
sensasi lelah, motivasi menurun, aktivitas menurun. Keadaan yang ditandai
oleh adanya perasaan kelelahan kerja dan penurunan kesiagaan ini merupakan
fenomena kompleks yang dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal.
f. Kelelahan kerja akan menurunkan kinerja dan menambah tingkat kesalahan
kerja. Meningkatnya kesalahan kerja akan memberikan peluang terjadinya
kecelakaan kerja dalam industri. (Nurmianto, 2003).
2.3.2. Jenis-Jenis Kelelahan Kerja
Kelelahan Kerja dapat dibedakan berdasarkan :
a. Waktu terjadinya kelelahaan
1. Kelelahan akut, terutama disebabkan oleh kerja suatu organ atau seluruh
2. Kelelahan kronis, yaitu kelelahan yang disebabkan oleh sejumlah faktor
yang berlangsung secara terus-menerus dan terakumulasi. Gejala-gejala
yang tampak jelas akibat lelah kronis ini dapat dicirikan seperti :
a. Meningkatnya emosi dan rasa jengkel sehingga orang menjadi kurang
toleran atau antisosial terhadap orang lain.
b. Munculnya sikap apatis terhadap orang lain.
c. Depresi yang berat, dan lain-lain.
b. Penyebab terjadinya kelelahaan
1. Faktor fisiologis, yaitu akumulasi dari substansi toksin (asam laktat) dalam
darah penurunan waktu reaksi.
2. Faktor psikologis, yaitu konflik yang mengakibatkan stress yang
berkepanjangan, ditandai dengan menurunnya prestasi kerja, rasa lelah dan
ada hubungannya dengan faktor psikososial.
c. Proses dalam otot
1. Kelelahan Otot (Muscular Fatigue)
Kelelahan otot adalah suatu penurunan kapasitas otot dalam bekerja akibat
kontraksi yang berulang/ kontraksi otot yang berlangsung lama
mengakibatkan keadaan yang dikenal sebagai kelelahan otot. Otot yang
lelah akan menunjukkan kurangnya kekuatan, bertambahnya waktu
kontraksi dan relaksasi, berkurangnya koordinasi serta otot menjadi gemetar
2. Kelelahan Umum
Kelelahan umum adalah suatu perasaan yang menyebar yang disertai
adanya penurunan kesiagaan dan lambanan pada setiap aktivitas. Perasaan
adanya kelelahan secara umum dapat ditandai dengan berbagai kondisi
antara lain : lelah pada organ penglihatan (mata), mengantuk, stress (pikiran
tegang), dan rasa malas bekerja atau circandian fatigue. Selain itu kelelahan umum dicirikan dengan menurunnya perasaan ingin bekerja yang sebabnya
adalah pekerjaan yang monoton, intensitas dan lamanya kerja fisik, keadaan
lingkungan, Sebab-sebab mental, status kesehatan dan keadaan
gizi.(Grandjean, 1985 dalam Tarwaka, 2004).
Secara umum gejala kelelahan dapat dimulai dari yang sangat ringan
sampai perasaan yang sangat melelahkan. Kelelahan subyektif biasanya
terjadi pada akhir jam kerja, apabila beban kerja melebihi 30-40% dari
tenaga aerobik. Pengaruh-pengaruh ini seperti berkumpul didalam tubuh dan
mengakibatkan perasaan lelah (Suma’mur, 2009).
d. Proses hasil perubahan fisiologi, psikologi dan mekanik
Kelelahan ini dikategorikan menjadi dua kelompok, yaitu kelelahan yang
bersifat lokal dan kelelahan seluruh tubuh.
2.3.3. Penyebab Kelelahan Kerja
Menurut Theron dan Herden (2011) dalam Mulyani (2012), penyebab
kelelahan kerja terbagi kedalam dua kelompok penyebab, yaitu kelelahan yang
berhubungan dengan pekerjaan dan kelelahan yang tidak berhubungan dengan
Gambar 2.1. Penyebab Fatigue dalam The Journal of The Southern African Institude of Mining and Metalurgi , W.J. Theron dan G.M.J. Van Heerden 2011
Teori faktor penyebab kelelahan kerja lainnya juga dikemukakan oleh
Grandjean dalam Tarwaka (2004).Faktor penyebab terjadinya kelelahan kerja di
industri sangat bervariasi. Untuk memelihara kesehatan dan efisiensi kerja makan
proses penyegaran harus dilakukan. Proses penyegaran dapat dilakukan dengan
istirahat selama tidur malam atau memanfaatkan periode istirahat di tempat kerja.
Dalam teorinya, Grandjean mengibaratkan kelelahan kerja seperti air yang ada di
dalam suatu wadah dan faktor-faktor yang dapat memicu terjadinya kelelahan
seperti air yang dimasukkan ke dalam wadah tersebut. Air akan berkurang di
dalam wadah apabila dialirkan atau dibuang. Oleh karena itu, kelelahan dapat
dihilangkan atau dipulihkan apabila faktor penyebab kelelahan dihilangkan. Work Unrelated Fatigue
(Kelelahan yang tidak berhubungan dengan pekerjaan)
Work Related Fatigue
(Keleahan yang berhubungan dengan pekerjaan)
Waktu perjalanan dari dan ke tempat kerja
Kewajiban keluarga dan sosial
Community activities
Isu emosional
Umur
Level kebugaran fisik dan kesehatan
Jam lembur
Shift kerja
Rentang waktu antara istirahat dan shift
Desain pekerjaan
Pekerjaan tambahan
Gambar 2.2. Teori Kombinasi Pengaruh Penyebab Kecelakaan dan Penyegaran
2.3.4. Gejala Kelelahan Kerja
Kelelahan dapat menyebabkan gejala-gejala, baik fisik, mental dan
emosional.(Theron dan Herdeen, 2011 dalam Mulyani, 2012). Gejala tersebut
antara lain :
a. Melakukan kesalahan/error yang sifatnya kecil, misalnya menjatuhkan barang,
salah membawa barang dll.
b. Perasaan kantuk yang kronis (seseorang tidak merasa segar dan lelah setelah
bangun dari tidur).
c. Susah menahan mata untuk tetap terbuka, kepala menunduk dan tertidur saat
sedang bekerja.
d. Menguap dan mengantuk.
e. Microsleep, yaitu tertidur saat dalam waktu kurang dari satu sampai beberapa detik dan tidak sadar dengan apa yang sudah dilakukan.
Intensitas dan lamanya kerja fisik dan mental
Problem fisik
Lingkungan : iklim, penerangan,
kebisingan, getaran dll. Kenyerian dan Kondisi Kesehatan
Circardian Rhytm Nutrisi
Tingkat Kelelahan
f. Sakit kepala atau pusing.
g. Kelemahan otot.
h. Reflek dan respon lama.
i. Berkurangnya kemampuan untuk membuat keputusan.
j. Moodines.
k. Berkurangnya kemampuan koordinasi antara tangan dan mata, mata
mengalami penglihatan yang kabur.
l. Hilangnya selera makan dan berkurangnya sistem daya tahan tubuh.
m. Mengalami masalah dalam memori jangka pendek, daya konsentrasi rendah
dan halusinasi.
n. Berkurangnya kemampuan untuk memberikan perhatian pada kondisi tertentu.
o. Motivasi rendah
2.3.5. Metode Pengukuran Kelelahan Kerja
Menurut Tarwaka (2004) saat ini belum ada cara untuk mengukur tingkat
kelelahan secara langsung. Pengukuran-pengukuran yang dilakukan oleh para
peneliti sebelumnya hanya berupa indikator yang menunjukkan terjadinya
kelelahan akibat kerja.Grandjean (1985) mengelompokkan metode kelelahan kerja
dalam beberapa kelompok sebagai berikut.
1. Kualitas dan Kuantitas Output
Dalam metode ini, kualitas output digambarkan sebagai jumlah proses
kerja atau proses operasi yang dilakukan setiap unit waktu. Meskipun
demikian, banyak faktor yang haru dipertimbangkan : target produksi, faktor
2. Uji Psiko-motor
Metode ini melibatkan fungsi persepsi, interpretasi, dan reaksi miror.
Salah satu cara adalah dengan pengukuran waktu reaksi. Pengukuran reaksi
adalah jangka waktu dari pemberian suatu rangsang sampai kepada suatu saat
kesadaran atau dilaksanakan kegiatan.Dalam uji ini, digunakan nyala lampu,
denting suara, sentuhan kulit atau goyangan badan. Terjadinya pemanjangan
waktu reaksi merupakan petunjuk adanya pelambatan pada proses faal syaraf
dan otot.
3. Uji Hilang kelipan (Flicker-Fusion Test)
Dalam kondisi lelah, kemampuan tenaga kerja untuk melihat kelipan akan
berkurang. Semakin lelah akan semakin panjang waktu yang diperlukan untuk
jarak antara dua kelipan.
4. Perasaan Kelelahan secara Subjektif (Subjective Feeling of Fatigue)
Subjective Self Rating Test dari Industrial Fatigue Research Committe (IFRC) Jepang, merupakan salah satu kuesioner yang dapat mengukur tingkat
kelelahan subjektif (Tarwaka, 2004).Tes ini berisi pertanyaan yang
berhubungan dengan gejala kelelahan. Skala IRFC berjumlah 30 buah
pertanyaan dan jawaban kuesioner terbagi ke dalam 4 kategori besar, yaitu
Sangat Sering (SS) jika hampir setiap hari terasa lelah dalam seminggu dengan
nilai 4. Sering (S) jika terasa lelah 3-4 hari dalam seminggu, diberi nilai 3.
Kadang-Kadang (K) jika 1-2 selama seminggu terasa lelah, diberi nilai 2.Tidak
1.Untuk menentukan tingkat kelelahan, setiap jawaban diberi skor yang telah
ditentukan dan dijumlahkan.
Kuesioner tersebut berisi 30 daftar pertanyaan yang terdiri dari : 10
pertanyaan tentang pelemahan kegiatan : Perasaan berat di kepala, lelah
seluruh tubuh, berat di kaki, menguap, pikiran kacau, mengantuk, ada beban
pada mata, gerakan canggung dan kaku, berdiri tidak stabil, ingin berbaring ;
10 Pertanyaan tentang pelemahan motivasi : susah berpikir, lelah untuk
berbicara, gugup, tidak berkonsentrasi, sulit memusatkan perhatian, mudah
lupa, kepercayaan diri berkurang, merasa cemas, sulit mengkontrol sikap, tidak
tekun dalam pekerjaan ; 10 Pertanyaan tentang gambaran kelelahan fisik : sakit
di kepala, kaku di bahu, nyeri di punggung, sesak nafas, haus, suara serak,
merasa pening, sparse (terasa berat) di kelopak mata, tremor (gemetar) pada
anggota badan dan merasa kurang sehat.
Hasil pengukuran IFRC disesuaikan dengan kategori dari skala yang sudah
ditentukan, yaitu :
1. Nilai 30 : Tidak Lelah.
2. Nilai 31-60 : Lelah Ringan
3. Nilai 61-90 : Lelah Sedang
4. Nilai 91-120 : Lelah Berat
5. Uji Mental
Pada metode ini konsentrasi merupakan salah satu pendekatan yang dapat
2.4 Kerangka Konsep
Kerangka konsep penelitian ini adalah sebagai berikut.
Gambar 2.3. Kerangka Konsep Status Gizi
1) Gizi Kurang 2) Gizi Normal 3) Gizi Lebih
Asupan Energi
1) Sesuai 2) Tidak Sesuai
Kelelahan Kerja
1) Tidak Lelah 2) Lelah Ringan 3) Lelah Sedang 4) Lelah Berat