• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Status Gizi dan Asupan Energi Dengan Kelelahan kerja pada Pekerja di PT. Perkebunan Nusantara I Pabrik Kelapa Sawit Pulau Tiga Tahun 2015

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Hubungan Status Gizi dan Asupan Energi Dengan Kelelahan kerja pada Pekerja di PT. Perkebunan Nusantara I Pabrik Kelapa Sawit Pulau Tiga Tahun 2015"

Copied!
119
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN STATUS GIZI DAN ASUPAN ENERGI DENGAN KELELAHAN KERJA PADA PEKERJA DI PT. PERKEBUNAN

NUSANTARA I PABRIK KELAPA SAWIT PULAU TIGA TAHUN 2015

SKRIPSI

Oleh :

DANIEL TASMI NIM. 111000228

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

HUBUNGAN STATUS GIZI DAN ASUPAN ENERGI DENGAN KELELAHAN KERJA PADA PEKERJA DI PT. PERKEBUNAN

NUSANTARA I PABRIK KELAPA SAWIT PULAU TIGA TAHUN 2015

Skripsi ini diajukan sebagai

Salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

Oleh :

DANIEL TASMI NIM. 111000228

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “HUBUNGAN STATUS GIZI DAN ASUPAN ENERGI DENGAN KELELAHAN KERJA PADA PEKERJA DI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA I PABRIK KELAPA SAWIT PULAU TIGA TAHUN 2015” ini beserta seluruh isinya

adalah benar hasil karya saya sendiri, dan saya tidak melakukan penjiiplakan atau

mengutip dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku

dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung resiko

atau sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya

pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini, atau klaim dari pihak

lain terhadap keaslian karya saya ini.

Medan, September 2015

Yang membuat pernyataan

(4)
(5)

ABSTRAK

Penelitian telah dilakukan pada pekerja di PT. Perkebunan Nusantara I Pabrik Kelapa Sawit Pulau Tiga tahun 2015 untuk mengetahui hubungan antara status gizi dan asupan energi dengan kelelahan kerja.

Jenis penelitian ini bersifat analitik dengan desain cross-sectional.Populasi penelitian sebanyak 158 orang pekerja dan sampel sebanyak 61 orang pekerja

dengan menggunakan metode Stratified Random Sampling

Pengumpulan data status gizi dilakukan pengukuran Indeks Massa Tubuh dengan indikator berat badan dan tinggi badan, data asupan energi dilakukan metode Food Recall 6x24 jam dan data kelelahan kerja dilakukaan wawancara

menggunakan kuesionerInternational Fatigue Research Committee.Untuk

mengetahui hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen dilakukan uji statistik menggunakan Uji Korelasi Ranks Spearman.

Hasil uji statistik menggunakan Uji Korelasi Ranks Spearman

menggunakan CI = 95% dan derajat kepercayaan 5 % menunjukkan terdapat hubungan yang bermakna antara status gizi dan kelelahan kerja dengan nilai

P-value 0,002. Hasil uji statistik juga menunujukkan hubungan yang bermakna antara asupan energi dengan kelelahan kerja dengan nilai P-value 0,0001.

Disarankan pekerja mengatur pola makan, menambah kuantitas dan kualitas sertayang dikonsumsi serta mengurangi mengkonsumsi makanan instans.

(6)

ABSTRACT

The Research has been conducted in PT. Perkebunan Nusantara I Pabrik Kelapa Sawit Pulau Tiga workers at Aceh Tamiang, Aceh in 2015 to find out the correlation of nutritional status and calory intake with the work fatigue.

The research was analytical with cross-sectional design. The population was 158 workers and sampel was 61 workers that taken by stratified random sampling method.

The nutritional status data were gathered by conducting measurement of body mass index with weight and height as the indicator, the calory intake data were gathered by conducted a food recall 24 hours method within 6 workday and the work fatigue data were gathered by conducting interviews by using questionnaires from International Fatigue Research Commite. A statisctic test was used to analyze the correlation between independent variables and dependent variable is the rank spearman correlation test.

The result of statistic test with confident interval 95% and confident level 5 % showed that there was significant correlation between the nutritional status and work fatigue at P-value = 0,002. A significant correlation was found between calory intake and work fatigue at P-value 0,0001.

It is recommended that workers should conduct dietary managing, increase the food quality and quantity and reduse to consumption instan food.

(7)

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya ucapakan kepada Allah SWT, dengan limpahan Rahmat

dan Hidayah-Nya saya dapat menyelesaikan skripsi ini. Pastinya, penyelesaian

skripsi dengan judul “HUBUNGAN STATUS GIZI DAN ASUPAN ENERGI

DENGAN KELELAHAN KERJA PADA PEKERJA DI PT. PERKEBUNAN

NUSANTARA I PABRIK KELAPA SAWIT PULAU TIGA TAHUN 2015

ini tidak akan terlepas dari peran serta dan dukungan orang-orang terdekat saya

yang selalu meluangkan waktu, tenaga dan pikirannya.

1. Terimakasih kepada Bapak Prof. Subhilhar, Ph.D., sebagai Pejabat Rektor

Universitas Sumatera Utara.

2. Terimakasih kepada Bapak Dr. Drs. Surya Utama, M.S. sebagai Dekan

Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

3. Terimakasih kepada Bapak Dr. Ir. Gerry Silaban, M.Kes sebagai Ketua

Departemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja Universitas Sumatera

Utara.

4. Terimakasih kepada Ibu dr.Halinda Sari Lubis, M. KKK selaku Ketua

Penguji sekaligus Dosen Pembimbing I yang telah memberikan banyak

masukan dan bimbingan sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan

baik.

5. Terimakasih kepada Ibu Eka Lestari Mahyuni,. SKM,. M. Kes selaku

Anggota Penguji selaku Dosen Pembimbing II yang telah memberikan

banyak masukan dan bimbingan sehingga skripsi ini dapat diselesaikan

(8)

6. Terimakasih kepada Ibu Dra. Lina Tarigan, Apt. MS dan Ibu Isyatun

Mardhiah Syahri, SKM., M.Kes selaku Anggota Penguji yang telah

memberikan bimbingan, arahan serta masukan selama proses ujian skripsi

hingga skripsi ini selesai dengan baik.

7. Terimkasih kepada Ibu Ernawati Nasution, SKM., M. Kes., selaku Dosen

Pengamat Akademik yang telah memberikan bimbinga dan arahan selama

masa perkuliahan.

8. Terimakasih kepada pihak direksi PT. Perkebunan Nusantara I yang telah

membantu saya dengan memberikan banyak informasi dan data-data yang

bersangkutan dengan penulisan skripsi ini.

9. Terimakasih kepada bapak Manager PT. Perkebunan Nusantara I Pabrik

Kelapa Sawit Pulau Tiga yang telah memberikan saya izin untuk

melakukan penelitian di pabriknya.

10. Teimakasih untuk Orang tua dan seluruh keluarga saya tersayang karena

selalu memberikan bimbingan, dukungan serta doa yang selalu

dipanjatkan dalam setiap keadaan untuk saya. Semoga Allah selalu

melimpahkan rahmat danhidayah-Nya serta memberikan kesehatan untuk

Bapak, Mama, Edo, Elsa, Yessi, Fathur dan Uma.

11. Terimakasih untuk teman seperjuangan Gio, Nanda, Ayu, Mirsazaa, Yola,

Mei, Roma, Faris, Samsul, Jeje, Wicak dan Nando. Teman dari

departemen K3 Cici, Wini, Ivory, Mutia, Anggi, Arum, Fadil, Bayu,

Wahana, Eko, Sabrina, Devy, Saodah, Arum, Ara,Ika, Junita, Hengki,

(9)

USU yang selalu menginspirasi Apri, Dian, Adam, Dewi. Teman dari

UKMI Adek, Rijal, Alvin, Dani, Apis dan lainnya. Rekan-rekan yang

berkorban demi skripsi ini : Annisa F, Fahmi, Haris, Risa, Rovy, Minda,

Ijum, Ana, Ayu, Wilda, Hilma, Dina, Ica, Tari. Serta teman yang selalu

mau diajak diskusi : Windi, Awil, Citra, dan Kak Cinta. Terimakasih atas

doa, dukungan serta waktu kalian semua untuk saling berbagi ilmu.

Semoga kita semua menjadi orang yang sukses.

Saya merasa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan.Tak lupa pula saya

ucapkan mohon maaf jika terdapat kesalahan dan kekurangan dalam penulisan

skripsi ini.Kritik, saran dan masukan yang membangun saya harapkan agar dapat

memperbaiki isi skripsi ini. Akhir kata semoga dapat memberikan manfaat pada

semua pihak.

Medan, Juni 2015

Penyusun

(10)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ... HALAMAN PENGESAHAN ...

1.1 Latar Belakang ... 1.2 Perumusan Masalah ... 1.3 Tujuan Penelitian ... 1.3.1 Tujuan Umum... 1.3.2 Tujuan Khusus ... 1.4 Hipotesis Penelitian ... 1.5 Manfaat Penelitian ...

BAB II TINJAUAN PUSTAKA...

(11)

BAB IIIMETODE PENELITIAN ...

3.1 Jenis Penelitian ... 3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 3.2.1 Lokasi Penelitian ... 3.2.2 Waktu Penelitian ... 3.3 Populasi dan Sampel ... 3.3.1 Populasi ... 3.3.2 Sampel ... 3.4 Metode Pengumpulan Data ... 3.4.1 Data Primer ... 3.4.2 Data Sekunder ... 3.5 Definisi Operasional ………... 3.6 Metode Pengukuran……... 3.7 Metode Analisis Data ... 3.7.1 Analisis Univariat ... 3.7.1 Analisis Bivariat ...

BAB IV HASIL PENELITIAN ...

4.1 Gambaran Umum PT. Perkebunan Nusantara I Pabrik Kelapa Sawit Pulau Tiga ……… 4.1.1 Deskripsi Umum Perusahaan………...………..

4.1.2 Struktur Organisasi………..………..

4.1.3Visi, Misi dan Strategi Perusahaan………..………..

4.2 Deskripsi Hasil Penelitian……….

4.2.1 Umur ……..……….………..

4.2.2 Jenis Kelamin……….………..………..

4.2.3 Bagian Pekerjaan ………...………

4.2.4 Beban Kerja………...………...

4.2.5 Status Gizi………...………...

4.2.6 Asupan Energi ………...…..………..

4.2.7 Kelelahan Kerja ……….

4.3 Hasil Uji Bivariat………..…

4.3.1 Hubungan Status Gizi dengan Kelelahan Kerja………...

4.3.2 Hubungan Asupan Energi dengan Kelelahan Kerja………..

BAB V PEMBAHASAN ……….….

5.2 Status Gizi pada Pekerja di PT. Perkebunan Nusantara I Pabrik Kelapa Sawit Pulau Tiga Tahun 2015………... 5.3 Asupan Energi pada Pekerja di PT. Perkebunan Nusantara I Pabrik

Kelapa Sawit Pulau Tiga Tahun 2015 ……….. 5.3 Kelelahan Kerja pada Pekerja di PT. Perkebunan Nusantara I Pabrik

Kelapa Sawit Pulau Tiga Tahun 2015 ………..

(12)

Perkebunan Nusantara I Pabrik Kelapa Sawit Pulau Tiga Tahun 2015………... 5.5 Hubungan Asupan Energi dengan Kelelahan Kerja pada Pekerja di PT.

Perkebunan Nusantara I Pabrik Kelapa Sawit Pulau Tiga Tahun 2015………...

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ………...…..

6.1 Kesimpulan ... 6.2 Saran ...

69

71

73

73 74

(13)

DAFTAR TABEL

Status Gizi Berdasarkan Perhitungan Indeks Massa Tubuh ...

Rumus Untuk Menaksir Nilai AMB dari Berat Badan...

Pengelompokkan Aktivitas atau Beban Kerja (Ringan, Sedang,

Berat Berdasarkan Proporsi Waktu Kerja ...

Standard Gizi Per Hari Bagi Pekerja Menurut Umur, Jenis Kelamin dan Aktivitas Fisik ………...

Kebutuhan Energi Selama Bekerja (8 Jam)……… Defenisi Operasional Variabel Penelitian ………..

Kebutuhan Energi Selama Bekerja (8 Jam) ...………..

Distribusi Responden Berdasarkan Umur Pekerja di PT.

Perkebunan Nusantara I Pabrik Kelapa Sawit Pulau Tiga Tahun 2015 ……… Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Pekerja di

PT. Perkebunan Nusantara I Pabrik Kelapa Sawit Pulau Tiga Tahun 2015 ………. Distribusi Responden Berdasarkan Bagian Kerja PT.

Perkebunan Nusantara I Pabrik Kelapa Sawit Pulau Tiga Tahun 2015 ………. Distribusi Beban Kerja Responden Berdasarkan Bagian Kerja

Pekerja di PT. Perkebunan Nusantara I Pabrik Kelapa Sawit Pulau Tiga Tahun 2015 ……….. Distribusi Responden Berdasarkan Beban Kerja Pekerja di PT.

Perkebunan Nusantara I Pabrik Kelapa Sawit Pulau Tiga Tahun 2015 ………. Distribusi Responden Berdasarkan Indeks Massa Tubuh

Pekerja di PT. Perkebunan Nusantara I Pabrik Kelapa Sawit Pulau Tiga Tahun 2015 ……….. Distribusi Responden Berdasarkan Status Gizi Pekerja di PT.

(14)

Tabel 4.7

Tabel 4.8

Tabel 4.9

Tabel 4.10

Tabel 4.11

Tabel 4.12

Tabel 4.13

Perkebunan Nusantara I Pabrik Kelapa Sawit Pulau Tiga Tahun 2015 ………. Distribusi Asupan Energi Hasil Food Recall 24 Jam selama 6 Hari Pekerja di PT. Perkebunan Nusantara I Pabrik Kelapa Sawit Pulau Tiga Tahun 2015 ……… Distribusi Responden Berdasarkan Asupan Energi Pekerja di

PT. Perkebunan Nusantara I Pabrik Kelapa Sawit Pulau Tiga Tahun 2015 ……… Distribusi Responden Berdasarkan Kelelahan Kerja Menurut

Internasional Fatigue Research Committe pada Pekerja di PT. Perkebunan Nusantara I Pabrik Kelapa Sawit Pulau Tiga Tahun 2015 ………. Distribusi Responden Berdasarkan Kelelahan Kerja pada

Pekerja di PT. Perkebunan Nusantara I Pabrik Kelapa Sawit Pulau Tiga Tahun 2015 ……….. Tabel Silang Antara Status Gizi dengan Kelelahan Kerja pada

Pekerja di PT. Perkebunan Nusantara I Pabrik Kelapa Sawit Pulau Tiga Tahun 2015 ……….. Tabel Silang Antara Asupan Energi dengan Kelelahan Kerja

pada Pekerja di PT. Perkebunan Nusantara I Pabrik Kelapa Sawit Pulau Tiga Tahun 2015 ………

57

58

62

62

64

64

(15)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1

Gambar 2.2

Gambar 4.1

Gambar 4.2

Gambar 4.3

Penyebab Fatigue dalam The Journal Of Southern Africa Institude Of Mining and Metalurgi, W.J. Theron dan GMJ Van Herdeen………..

Teori Kombinasi Pengaruh Penyebab Kelelahan Kerja dan Penyegaran………

Pabrik Kelapa Sawit Pulau Tiga PT. Perkebunan Nusantara I..

Kantor Administrasi Pabrik Kelapa Sawit PT. Perkebunan

Nusantara I ………

Struktur Organisasi PT. Perkebunan Nusantara I Pabrik Pulau

Tiga ………... 32

33

49

49

(16)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1

Lampiran 2

Lampiran 3

Lampiran 4

Lampiran 5

Lampiran 6

Kuesioner

Surat Izin Penelitian

Surat Keterangan Selesai Penelitian

Dokumentasi

Master Data

(17)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Daniel Tasmi

Tempat Lahir : Kuta Binjai

Tanggal Lahir : 8 Desember 1993

Suku Bangsa : Minang

Agama : Islam

Nama Ayah : Tavip Priawen, SH.

Suku Bangsa Ayah : Minang

Nama Ibu : Asmiati, S.Pd.

Suku Bangsa Ibu : Aceh-Jawa

Pendidikan Formal

1. TK/Tamatan tahun : TK Tunas Harapan PTPN I/2000

2. SD/ Tamatan tahun : SDN Sungai Liput/2006

3. SLTP/Tamatan tahun : SMPN 4 Percontohan Karang Baru/2009

4. SLTA/Tamatan tahun : SMAN Modal Bangsa/2011(Akselerasi)

(18)

ABSTRAK

Penelitian telah dilakukan pada pekerja di PT. Perkebunan Nusantara I Pabrik Kelapa Sawit Pulau Tiga tahun 2015 untuk mengetahui hubungan antara status gizi dan asupan energi dengan kelelahan kerja.

Jenis penelitian ini bersifat analitik dengan desain cross-sectional.Populasi penelitian sebanyak 158 orang pekerja dan sampel sebanyak 61 orang pekerja

dengan menggunakan metode Stratified Random Sampling

Pengumpulan data status gizi dilakukan pengukuran Indeks Massa Tubuh dengan indikator berat badan dan tinggi badan, data asupan energi dilakukan metode Food Recall 6x24 jam dan data kelelahan kerja dilakukaan wawancara

menggunakan kuesionerInternational Fatigue Research Committee.Untuk

mengetahui hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen dilakukan uji statistik menggunakan Uji Korelasi Ranks Spearman.

Hasil uji statistik menggunakan Uji Korelasi Ranks Spearman

menggunakan CI = 95% dan derajat kepercayaan 5 % menunjukkan terdapat hubungan yang bermakna antara status gizi dan kelelahan kerja dengan nilai

P-value 0,002. Hasil uji statistik juga menunujukkan hubungan yang bermakna antara asupan energi dengan kelelahan kerja dengan nilai P-value 0,0001.

Disarankan pekerja mengatur pola makan, menambah kuantitas dan kualitas sertayang dikonsumsi serta mengurangi mengkonsumsi makanan instans.

(19)

ABSTRACT

The Research has been conducted in PT. Perkebunan Nusantara I Pabrik Kelapa Sawit Pulau Tiga workers at Aceh Tamiang, Aceh in 2015 to find out the correlation of nutritional status and calory intake with the work fatigue.

The research was analytical with cross-sectional design. The population was 158 workers and sampel was 61 workers that taken by stratified random sampling method.

The nutritional status data were gathered by conducting measurement of body mass index with weight and height as the indicator, the calory intake data were gathered by conducted a food recall 24 hours method within 6 workday and the work fatigue data were gathered by conducting interviews by using questionnaires from International Fatigue Research Commite. A statisctic test was used to analyze the correlation between independent variables and dependent variable is the rank spearman correlation test.

The result of statistic test with confident interval 95% and confident level 5 % showed that there was significant correlation between the nutritional status and work fatigue at P-value = 0,002. A significant correlation was found between calory intake and work fatigue at P-value 0,0001.

It is recommended that workers should conduct dietary managing, increase the food quality and quantity and reduse to consumption instan food.

(20)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Kemajuan teknologi yang semakin berkembang mendorong ke tahapan

industrialisasi, yaitu adanya berbagai macam industri yang ditunjang dengan

teknologi maju dan modern. Salah satu konsekuensi dari perkembangan industri

yang sangat pesat sekarang ini adalah tertantangnya proses produksi kerja dalam

perusahaan agar terus menerus berproduksi dengan harapan terjadinya

peningkatan kualitas dan kuantitas produksi untuk mencapai keuntungan yang

maksimal. Dengan demikian, pekerja harus bekerja secara ekstra agar dapat

mencapai tujuan tersebut. (Imansyah, 2004).

Tujuan utama dari perindustrian adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

manusia dengan lebih memperhatikan subjek-subjek yang terlibat di dalamnya,

terutama dalam hal perlindungan terhadap manusia dan lingkungan kerja. Peranan

manusia dalam industri tidak dapat diabaikan karena sampai saat ini dalam proses

produksi masih terdapat adanya ketergantungan antara alat-alat kerja dengan

manusia. Dengan kata lain adanya interaksi antara manusia, alat dan bahan serta

lingkungan kerja yang dapat menimbulkan beberapa pengaruh terhadap tenaga

kerja yang merupakan beban tambahan dari tenaga kerja, dan bisa menimbulkan

kelelahan kerja (Sutaryono, 2002).

Banyak definisi para ahli mengenai kelelahan kerja. Salah satunya,

kelelahan kerja merupakan proses menurunnya efisiensi, performa kerja, dan

(21)

yang harus dilakukan. Kelelahan juga berarti keadaan tubuh baik fisik dan mental

yang berbeda karena suatu pekerjaan dan berakibat pada penurunan daya kerja

serta berkurangnya ketahanan tubuh untuk bekerja. (Suma’mur, 2009). Tarwaka

(2004) juga menambahkan bahwa kelelahan menunjukkan kondisi yang

berbeda-beda dari setiap individu, tetapi semuanya bermuara pada kehilangan efisiensi dan

penurunan kapasitas kerja serta ketahanan tubuh. Kelelahan menurunkan kapasitas

kerja dan ketahanan kerja yang ditandai oleh sensasi lelah, motivasi menurun dan

aktivitas menurun. Keadaan yang ditandai oleh adanya perasaan kelelahan kerja

dan penurunan kesiagaan ini merupakan fenomena kompleks yang dipengaruhi

banyak faktor

Kelelahan kerja yang timbul dalam dunia industri tersebut bukan tanpa

kerugian. Kelelahan dapat mempengaruhi produktivitas kerja, sehingga apabila

produktivitas seorang pekerja terganggu, maka produktivitas perusahaan pun akan

terganggu. Kelelahan kerja juga dapat menurunkan kinerja dan menambah tingkat

kesalahan kerja yang memberikan peluang terjadinya kecelakaan kerja

(Nurmianto, 2003).

Data dari International Labour Organization (ILO) menyebutkan hampir setiap tahun sebanyak dua juta pekerja meninggal dunia karena kecelakaan kerja

yang disebabkan oleh faktor kelelahan kerja. Penelitian tersebut menyatakan dari

58.115 sampel, 32.8% atau sekitar 18.828 sampel menderita kelelahan kerja.

Menurut Depnakertrans (2004) dalam Putri (2008) data kecelakaan kerja pada

tahun 2004 di Indonesia, setiap hari rata-rata terjadi 414 kecelakaan kerja, 27.8%

(22)

Kerugian-kerugian yang diakibatkan oleh kelelahan kerja pun menuntut

untuk dilakukaannya suatu pemecahan masalah terhadap kelelahan kerja. Salah

satunya dengan mengetahui penyebab terjadinya kelelahan kerja agar dapat

dideteksi dan dikendalikan sebaik mungkin. Teori kombinasi pengaruh kelelahan

dan penyegaran Grandjean menjelaskan kelelahan kerja disebabkan oleh faktor

faktor seperti intensitas dan lamanya kerja fisik dan mental, lingkungan yang

terjadi dari kebisingan, penerangan, iklim, getaran dan lain lain, cicardian rhytm, problem fisik, kenyerian dan kondisi kesehatan dan nutrisi (Tarwaka, 2004).

Lain lagi dengan Teori Theron dan Herden. Teori tersebut menjelaskan

kelelahan kerja terbagi ke dalam dua kelompok, yaitu kelelahan kerja yang

berhubungan dengan pekerjaan (Work Related Fatigue) dan kelelahan kerja yang tidak berhubungan dengan kerja (Work Non-Related Fatigue). Kelelahan kerja yang berhubungan dengan pekerjaan terdiri dari jam lembur, shift kerja, rentang

waktu shift dan istirahat, desain pekerjaan, dan pekerjaan tambahan. Sedangkan

kelelahan kerja yang tidak berhubungan dengan kerja terdiri dari waktu dan jarak

ke tempat kerja, kewajiban keluarga dan sosial, community activities, isu emosional, umur dan tingkat kebugaran jasmani (Mulyani, 2012).

Seakan sering diabaikan, nutrisi atau gizi pada pekerja adalah merupakan

salah satu faktor penyebab kelelahan kerja. Salah satu aspek gizi yang penting

bagi pekerja adalah asupan energi pekerja. Asupan energi yang tidak sesuai

dengan kebutuhan energi seorang pekerja akan mempercepat pekerja tersebut

merasa lelah. Asupan energi adalah jumlah energi yang diperoleh dari makanan

(23)

Hasil penelitian Adi, dkk (2013) pada 40 orang pekerja di suatu

perusahaan yang menawarkan produk kaca jenis Float Glass bagian packing di Kabupaten Kendal menunjukkan adanya hubungan antara asupan gizi dengan

kelelahan kerja. Uji korelasi pearson yang digunakan pada penelitian tersebut

memiliki nilai p.=0,0001 (<0,05) dalam tingkat signifikansi 0,05 dan tingkat

kepercayaan 95% yang berarti terdapat korelasi yang signifikan antara asupan gizi

dengan tingkat kelelahan kerja.

Berdasarkan penelitian Purnamasari (2012) yang dilakukan pada pekerja

wanita di industri bulu mata palsu PT. Hyup Sung di Purbalingga, ditemukan

sebanyak 80,8% kelelahan kerja tingkat tinggi dan 19,2% kelelahan kerja tingkat

sedang terjadi pada pekerja dengan tingkat konsumsi energi defisit dari 52 sampel

pekerja yang diteliti. Pada penelitian ini, faktor yang paling berpengaruh terhadap

terjadinya kelelahan kerja adalah tingkat konsumsi energi. Hasil Uji Regresi

Analisis Logistik menunjukkan pekerja yang mempunyai tingkat konsumsi energi

defisit akan mempunyai probabilitas terjadinya kelelahan sebanyak 75,57%.

Asupan energi pekerja dapat menentukan tingkat status gizi seorang

pekerja. Status gizi merupakan keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan

dan penggunaaan zat gizi. Status gizi dikategorikan menjadi gizi baik, gizi sedang

dan gizi kurang. Status gizi yang kurang melambangkan kondisi tubuh yang

buruk. Kondisi tubuh yang buruk tersebut dapat mempengaruhi pekerja dalam

bekerja dan dapat menyebabkan kelelahan kerja.

Beberapa penelitian mengenai hubungan status gizi dan kelelahan kerja

(24)

pada pekerja bongkar muat di pelabuhan Tapak Tuan. Dalam penelitiannya,

didapatkan adanya hubungan yang bermakna antara status gizi dan kelelahan

kerja. Berdasarkan penelitian dengan jumlah sampel 26 orang di bagian

Stevedoring dan Receiving/Delivery, responden yang sangat lelah terdapat pada kelompok gizi kurang yaitu sebanyak 30,8%. Dari hasil Uji Exact Fisher,

diperoleh hasil p=0,002 (p<0,05) yang berarti ada hubungan yang bermakna

antara status gizi dan kelelahan kerja.

Penelitian Oesman (2011) pada pekerja pembuatan keramik mozaik

dengan pengukuran status gizi menggunakan indikator indeks massa tubuh,

pengukuran kelelahan kerja menggunakan Subjective Self Rating Test dari

International Fatigue Research Committe dan menggunakan analisis Chi Square juga menemukan hasil yang sama. Hasil penelitian yang menggunakan α = 0,05 ini menunjukkan nilai χ² hitung lebih kecil dari nilai χ² tabel (2,147 < 3,8414)

yang berarti terdapat hubungan yang signifikan antara status gizi dengan

kelelahan kerja.

Langgar, dkk (2014) juga menemukan hubungan status gizi dan kelelahan

kerja pada penelitiannya pada karyawan pembuatan tahu . Hasil analisis Korelasi

Rank Spearman diperoleh nilai r = 0,490 yang berarti nilai p. 0,015 ≤0,05 . Hal ini

menunjukkan Ho ditolak yang berarti ada hubungan antara status gizi dengan

kelelahan kerja.

PT. Perkebunan Nusantara I (PTPN I) Pabrik Kelapa Sawit (PKS) Pulau

Tiga merupakan perusahaan yang memiliki salah satu misi yaitu membangun

(25)

tandan buah segar untuk membuahkan hasil produksi olah yang baik dengan mutu

yang baik. Ini artinya, dengan misi membangun sumber daya yang baik dan

mendapatkan hasil yang baik pula. PTPN I PKS Pulau Tiga sudah ikut

berkompetesi dengan perusahaan lainnya dalam ranah industrilisasi dengan

modernisme. Hal ini pastinya menjadikan PTPN I PKS Pulau Tiga harus berusaha

mencapai target perusahaan dengan memanfaatkan kinerja pekerja dengan

sebaik-baiknya. Dari pemaparan tersebut, pekerja sangat berpotensi mengalami kelelahan

kerja.

Hasil survei pendahuluan yang dilakukan di PTPN I PKS Pulau Tiga,

didapatkan dari keterangan Septiadi Irham, selaku Masinis Kepala (Maskep).

Menurutnya, terdapat gejala-gejala kelelahan kerja yang dialami oleh pekerja

seperti kurang motivasi, malas-malasan dan tidak serius bekerja.

Berdasarkan hasil pengamatan, ditemukan pekerja yang memiliki badan

kurus dan juga berbadan gemuk. Hal ini menunjukkan ketidakmerataannya status

gizi pekerja di PTPN I PKS Pulau Tiga. Ditambah lagi PTPN I PKS Pulau Tiga

dengan 8 jam kerja ini belum memiliki kantin perusahaan yang baik. Hal tersebut

memberikan kendala dalam pemberian asupan energi bagi pekerja.

Berdasarkan urain–uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk meneliti bagaimana hubungan antara status gizi dan asupan energi dengan kelelahan kerja

(26)

1.2Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka rumusan masalah pada

penelitian ini adalah terdapat hubungan antara status gizi dan asupan energi

dengan kelelahan kerja pada pekerja di PT. Perkebunan Nusantara I Pabrik Pulau

Tiga Tahun 2015.

1.3Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Tujuan umum penelitian adalah untuk mengetahui hubungan antara status

gizi dan asupan energi dengan kelelahan kerja pada pekerja di PT. Perkebunan

Nusantara I Pabrik Kepala Sawit (PKS) Pulau Tiga Tahun 2015.

1.3.2 Tujuan Khusus

Tujuan khusus dari penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Mengetahui gambaran status gizi pada pekerja di PT. Perkebunan Nusantara I

Pabrik Kelapa Sawit (PKS) Pulau Tiga Tahun 2015.

2. Mengetahui gambaran asupan energi pada pekerja di PT. Perkebunan

Nusantara I Pabrik Kelapa Sawit (PKS) Pulau Tiga Tahun 2015.

3. Mengetahui gambaran kelelahan kerja pada pekerja di PT. Perkebunan

Nusantara I Pabrik Kelapa Sawit (PKS) Pulau Tiga Tahun 2015.

1.4Hipotesis Penelitian

Hipotesis merupakan pernyataan tentang suatu dalil, tetapi kebenarannya

belum terujikan secara empirik (Praktinya, 2008).Hipotesis yang digunakan pada

penelitian ini adalah hipotesis kerja dengan tujuan untuk membuat ramalan

(27)

hipotesis pada penelitian ini adalah ada hubungan antara status gizi dan asupan

energi dengan kelelahan kerja pada pekerja di PT. Perkebunan Nusantara I Pabrik

Kelapa Sawit (PKS) Pulau Tiga Tahun 2015.

1.5Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian adalah sebagai berikut.

1. Bagi Peneliti

Manfaat bagi penulis untuk mengetahui hubungan antara antara status gizi

dan asupan energi dengan kelelahan kerja pada pekerja di PT. Perkebunan

Nusantara I Pabrik Pulau Tiga Tahun 2015.

2. Bagi Perusahaan

Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan informasi untuk mengetahui

status gizi, asupan energi dan kelelahan kerja serta dapat menjadi masukan bagi

perusahaan dalam rangka peningkatan produktivitas dan efisiensi kerja serta

sebagai data yang digunakan untuk pertimbangan bagi perusahaan dalam

(28)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Status Gizi

2.1.1 Pengertian Status Gizi

Status gizi merupakan keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan

dan penggunaaan zat gizi.Status gizi adalah ekspresi dari keadaan keseimbangan

dalam bentuk tertentu atau perwujudan dari nutriture dalam bentuk variabel

tertentu.Status gizi dapat pula diartikan sebagai gambaran kondisi fisik seseorang

sebagai refleksi dari keseimbangan energi yang masuk dan yang dikeluarkan oleh

tubuh (Supariasa, 2002).

2.1.2 Penilaian Status Gizi

Penilaian status gizi pekerja dapat dilakukan dengan penilaian status gizi

secara langsung dan penilaian tidak langsung.Penilaian status gizi secara langsung

adalah dengan pemeriksaan secara antropometri, biokimia, klinis dan

biofisik.Penilaian status gizi secara tidak langsung adalah dengan pemeriksaan

survei makanan, statistik vital dan faktor ekologi.

A. Penilaian Status Gizi Secara Langsung

1. Pemeriksaan Antropometri

Antropometri adalah ukuran tubuh manusia.Pengukuran antropometri

adalah pengukuran terhadap dimensi tubuh dan komposisi tubuh.Antropometri

digunakan untuk melihat ketidakseimbangan asupan protein dan

(29)

proporsi jaringan tubuh seperti lemak, otot, dan jumlah air dalam tubuh

(Russeng, 2009).

Menurut Depkes RI (2009), antropometri merupakan metode yang paling

sering digunakan dalam penilaian status gizi. Cara ini hanya dapat diterapkan

pada orang dewasa berumur >18 tahun serta tidak dapat diterapkan pada wanita

hamil.Metode ini menggunakan parameter berat badan (BB) dan tinggi badan

(TB).Melalui kedua parameter tersebut, dapat dilakukan penghitungan Indeks

Massa Tubuh (IMT). Penilaian berdasarkan IMT adalah untuk mengetahui

status gizi orang dewasa berusia 18 tahun atau lebih yaitu dengan pengukuran

berat dan tinggi badan, dengan rumus sebagai berikut.

.

Dari perhitungan IMT, dilakukan penilaian status gizi dengan klasifikasi

sebagai berikut.

Tabel 2.1. Status Gizi Berdasarkan Perhitungan Indeks Massa Tubuh

IMT Status Gizi Kategori

< 17.0 Gizi Kurang Sangat Kurus

17.0 – 18.4 Gizi Kurang Kurus

18.5 – 24.9 Gizi Baik Normal

25.0 – 27.0 Gizi Lebih Gemuk

<27.0 Gizi Lebih Sangat Gemuk

Sumber : Depkes Depkes RI. Pedoman Kecukupan Gizi Pekerja Selama Bekerja. Direktorat Bina Kesehatan Kerja (2009).

Beberapa kelebihan dari penggunaan pemeriksaan Antropometri, yaitu :

1. Relatif murah.

2. Cepat, sehingga dapat dilakukan pada populasi yang besar.

(30)

4. Gradable (dapat diranking).

5. Tidak menimbukan rasa sakit pada responden.

Beberapa keterbatasan dari penggunaan pemeriksaan Antropometri, yaitu

1. Membutuhkan data referensi yang relevan.

2. Kesalahan yang muncul seperti kesalahan pada peralatan, kesalahan pada

observer.

3. Hanya mendapatkan data pertumbuhan, obesitas, malnutrisi karena

kekurangan energi dan protein, tidak memperoleh informasi karena defiensi

zat gizi mikro.

2. Pemeriksaan Klinis

Pemeriksaan klinis adalah metode yang sangat penting untuk menilai status

gizi seseorang.Metode ini didasarkan atas perubahan-perubahan yang terjadi

yang dihubungkan dengan ketidakcukupan gizi.Hal ini dapat dilihat pada

jaringan epitel seperti kulit, mata, rambut dan mukosa oral atau pada

organ-organ yang dekat dengan permukaan tubuh seperti kelenjar tiroid.Penggunaan

metode ini umumnya untuk survei klinis secara cepat.Survei ini dirancang

untuk mendeteksi secara cepat tanda-tanda klinis umum dari kekurangan salah

satu atau lebih dari zat gizi.

Beberapa kelebihan penggunaan pemeriksaan klinis, yaitu :

1. Murah, karena tidak memerlukan peralatan

2. Cepat, sehingga dapat dilakukan pada populasi yang besar

(31)

4. Tidak menimbulkan rasa sakit pada orang yang diperiksa

Beberapa keterbatasan dari penggunaan pemeriksaan klinis, yaitu :

1. Subjektif, sehingga perlu adanya standardisasi, pengalaman bagi pemeriksa.

2. Keterbatasan kepastian penyebab zat gizi, terkadang penyebabnya bukan

karena kurang gizi, tetapi penyebab yang lain, seperti infeksi.

3. Diperlukan staf yang terlatih dengan sangat baik.

4. Banyak tanda klinis yang muncul pada tingkat defiensi berat.

3. Tes Laboratorium / Biokimia

Penilaian status gizi dengan biokimia adalah pemeriksaan spesimen yang

diuji secara laboratories yang dilakukan pada berbagai macam jaringan tubuh yang digunakan antara lain: darah, urine, tinja dan juga beberapa jaringan

tubuh seperti hati dan otot. Cara penilaian status gizi langsung secara biokimia

dapat didekati dengan mengukur kadar hemoglobin (Hb), hematokrit (Hm),

serum besi, serum ferritin (SF), transferin saturation (TS), free erythrocytes protophophyrin (FEP), dan Unsaturated iron-binding capacity serum.

Beberapa kelebihan dari penggunaan tes Biokimia, yaitu :

1. Objektif.

2. Gradable (dapat diranking).

Beberapa keterbatasan dari penggunaan tes Biokimia, yaitu :

1. Mahal, pada umumnya pemeriksaan biokimia memerlukan biaya yang tidak

sedikit karena berhubungan dengan peralatan dan reagennya.

2. Keberadaan dari laboratorium, terkadang lokasi survei jauh dari dari

(32)

3. Kesukaran yang berhubungan dengan spesimen pada saat pengumpulan,

pengawetan, dan transportasi.

4. Dibutuhkan data referensi untuk menentukan hasil laboratorium.

4. Biofisik

Penentuan status gizi secara biofisik adalah metode penentuan status gizi

dengan melihat kemampuan fungsi (khususnya jaringan) dan melihat

perubahan struktur dari jaringan.

B. Penilaian Status Gizi Secara Tidak Langsung

1. Survei Konsumsi Makanan

Survei konsumsi makanan adalah metode penentuan status gizi secara tidak

langsung dengan melihat jumlah dan jenis zat gizi yang

dikomsumsi.Pengumpulan data komsumsi makanan dapat memberikan

gambaran tentang konsumsi berbagai zat gizi pada masyarakat, keluarga dan

individu.Survei ini dapat mengidentifikasi kelebihan dan kekurangan zat gizi.

2. Statistik Vital

Pengukuran status gizi dengan statistik vital adalah dengan menganalisis data

beberapa statistik kesehatan seperti angka kematian berdasarkan umur, angka

kesakitan dan kematian akibat penyebab tertentu dan data lainnya yang

berhubungan dengan gizi.

3. Faktor Ekologi

Malnutrisi merupakan masalah ekologi sebagai hasil interaksi beberapa faktor

fisik, biologis dan lingkungan budaya.Jumlah makanan yang tersedia sangat

(33)

2.2 Asupan Energi

2.2.1. Kebutuhan Gizi Kerja

Kebutuhan akan zat makanan tergantung kepada usia, jenis kelamin dan

beban kerja. Zat makanan yang dibutuhkan tubuh meliputi keseluruhan zat gizi,

yang paling sesuai adalah makanan seimbang.Hal ini didukung oleh Santoso

(2004) dalam Ginting (2011), proporsi zat gizi yang dibutuhkan tubuh harus

seimbang, agar zat gizi tersebut dapat digunakan di dalam tubuh dengan

sempurna.

Kebutuhan zat gizi diperoleh melalui pola makan yang baik dan sehat.Pola

makan pekerja sebaiknya memenuhi tiga kriteria yaitu jumlah makanan yang

dikonsumsi sesuai atau seimbang antara kebutuhan dengan penggunaan kalori,

jenis dari makanan yang dikonsumsi bervariasi sumbernya.Jadwal makan teratur

sebaiknya tiga kali per hari yaitu dianjurkan makan pagi hari untuk mendapatkan

kalori kerja di awal bekerja.

Menurut Mitayani dan Sartika (2010) dalam Ginting (2011), gizi seimbang

adalah makanan yang dimakan harus beraneka ragam, memenuhi syarat

kecukupan gizi.Sebaiknya makanan, sumber karbohidrat setengah dari kebutuhan

kalori, batasi konsumsi lemak dan minyak sampai seperempat dari kecukupan

kalori.

Tenaga kerja membutuhkan makanan yang cukup dan bergizi untuk

memelihara kondisi tubuh agar selalu prima.Bahan makanan yang dibutuhkan

oleh tenaga kerja adalah bahan makanan yang memenuhi kebutuhan gizi

(34)

melaksanakan pekerjaan.Kekurangan zat gizi mengakibatkan gangguan kesehatan

dan produktivitas kerja.Tingkat gizi terutama bagi pekerja berat adalah faktor

penentu derajat produktivitas kerjanya. Pekerja berat, jika tidak diimbangi dengan

gizi yang cukup, biasanya akan mengalami penurunan berat badan. Makanan dan

beban kerja serta faktor lingkungan kerja, merupakan satu kesatuan yang tidak

terpisahkan dan saling memengaruhi.

2.2.2. Kebutuhan Energi

Kebutuhan energi seseorang menurut FAO/WHO (1985) merupakan

konsumsi energi berasal dari makanan yang diperlukan untuk menutupi

pengeluaran energi seseorang bila ia mempunyai ukuran dan komposisi tubuh

dengan tingkat aktivitas yang sesuai dengan kesehatan jangka panjang dan

memungkinkan pemeliharaan aktivitas fisik yang dibutuhkan secara sosial dan

ekonomi.

Kebutuhan energi total orang dewasa diperlukan untuk :

1. Metabolisme Basal

Angka Metabolisme Basal (AMB) atau Basal Metabolic Rate (BMR) adalah kebutuhan energi minimal yang dibutuhkan tubuh untuk menjalankan

proses tubuh yang vital. Kebutuhan energi metabolisme basal termasuk jumlah

energi yang diperlukan untuk pernafasan, peredaran darah, pekerjaan ginjal,

pankreas, dan lain-lain alat tubuh, serta untuk proses metabolisme di dalam

sel-sel dan untuk mempertahankan suhu tubuh.

Kebutuhan energi terbesar pada umumnya diperlukan untuk metabolisme

(35)

untuk kebutuhan aktivitas metabolisme basal tubuh.Kebutuhan energi basal

ditentukan oleh ukuran dan komposisi tubuh serta umur. Menurut Almatsier

(2009), Harris dan Benedict pada tahun 1990 menentukan rumus untuk

menghitung kebutuhan energi basal sebagai berikut :

AMB Laki-Laki = 66,5 + 13,7 BB (kg) + 5,0 TB (cm) – 6,8 U AMB Perempuan = 65,5 + 9,6 BB (kg) + 1,8 TB (cm) – 4,7 U Keterangan :

BB = Berat badan dalam kilogram

TB = Tinggi Badan dalam sentimeter

U = Umur

FAO/WHO/UNU/1985 juga mengeluarkan rumus untuk menaksir nilai

AMB dari berat badan dengan menggunakan rumus regresi linier.Rumus

untuk menaksir AMB tersebut adalah sebagai berikut.

Tabel 2.2. Rumus untuk Menaksir Nilai AMB dari Berat Badan

Kelompok Umur (Tahun)

AMB (kkal/hari)

Laki-Laki Perempuan

18-30 15,3 B + 679 14,7 B + 496

30-60 11,6 B + 879 8,7 B + 829

≥60 13,5 B + 487 10,5 B + 596

Sumber : Almatsier (2009)

2. Aktivitas Fisik

Aktivitas Fisik adalah gerakan yang dilakukan oleh otot tubuh dan sistem

(36)

metabolisme untuk bergerak, sedangkan jantung dan paru-paru memerlukan

tambahan energi untuk mengantarkan zat-zat gizi dan oksigen ke seluruh tubuh

dan untuk mengeluarkan sisa-sisa dari tubuh.

Banyaknya energi yang dibutuhkan bergantung pada berapa banyak otot

yang bergerk, berapa lama dan berapa berat pekerjaan yang dilakukan.Seorang

yang gemuk menggunakan lebih banyak energi untuk melakukan pekerjaan

daripada seorang yang kuru, karena orang gemuk membutuhkan usaha lebih

besar untuk menggerakkan berat badan tambahan.

3. Efek Makanan atas Pengaruh Dinamik Khusus (Specific Dynamic Action / SDA)

Pengaruh termis makanan atau kegiatan dinamik khusus adalah energi

tambahan yang diperlukan tubuh untuk pencernaan, absorpsi dan metabolisme

zat-zat gizi yang menghasilkan energi.SDA bergantung pada jumlah energi

yang dikonsumsi, yaitu kurang lebih 10% dari kebutuhan energi untuk

metabolisme basal dan untuk aktivitas fisik.

2.2.3. Pengertian Asupan Energi

Energi yang digunakan tubuh bukan hanya diperoleh dari metabolisme zat

gizi yang tersimpan di dalam tubuh, tetapi juga berasal dari energi yang

terkandung dalam makanan yang kita konsumsi.(Arisman, 2009).Energi yang

(37)

2.2.4. Sumber Asupan Energi

Energi pada manusia dapat timbul disebabkan adanya pembakaran

karbohidrat, protein dan lemak.Zat karbohidrat, protein dan lemak merupakan zat

gizi yang dapat memberikan kalori pada tubuh manusia.

1. Karbohidrat

Karbohidrat merupakan zat tepung/pati dan gula.Bahan pangan rakyat di

Indonesia memiliki kandungan karbohidrat yang cukup tinggi, yaitu sekitar

70-80%. WHO menyebutkan kebutuhan karbohidrat yang dianjurkan adalah

55-75% dari total konsumsi energi.(Syafiq, 2007). Menurut Almatsier (2009),

sumber karbohidrat adalah padi-padian, umbi-umbian, kacang-kacang kering

dan gula.

Fungsi karbohidrat dalam tubuh antara lain :

a. Sebagai sumber energi.

b. Pemberi rasa manis pada makanan.

c. Memberikan volume pada isi usus dan melancarkan gerak peristaltik usus.

d. Simpanan energi dalam hati dan otot.

e. Penghemat protein dan pengatur metabolisme lemak.

f. Memberi rasa manis pada makanan.

g. Membantu pengeluaran feses

2. Protein

Protein merupakan bahan pembentuk enegi, di samping lemak dan

karbohidrat, yang diperoleh dari bahan makan nabati dan hewani. Protein

(38)

karbohidrat, dan berbagai vitamin, terdapat di sekujur tubuh pada otot, kulit,

rambut, jantung, paru, otak, dan organ tubuh lainnya.Kebutuhan protein harus

terpenuhi sebesar 10-20 % dari eneri total (Syafiq, 2007).

Fungsi protein dalam tubuh adalah sebagai berikut :

a. Sebagai zat pembangun bagi pertumbuhan dan pemeliharaan jaringan tubuh.

b. Sebagai pengatur kelangsungan proses di dalam tubuh.

c. Sebagai pembentuk ikatan-ikatan esensial tubuh.

d. Sebagai pengatur keseimbangan air dan memelihara netralitas tubuh.

e. Sebagai pembentuk antibodi.

f. Sebagai pengangkut zat-zat gizi.

g. Sebagai pemberi tenaga dalam keadaan energi kurang tercukupi oleh

karbohidrat dan lemak.

3. Lemak

Lemak sebagai sumber pembentuk energi yang menghasilkan bobot energi

yang paling besr dibandingkan pembentuk energi yang lain. Tiap 1 gram

lemak menghasilkan 9 kalori, 1 gram karbohidrat dan protein menghasilkan 4

kalori.Zat lemak di dalam tubuh terbentuk dari berbagai bahan makan yang

biasa dikonsumsi setiap harinya. WHO (menganjurkan konsumsi lemak

berkisar 10-30 persen dari total kebutuhan energi (Syafiq, 2007).

Menurut Almatsier (2009) sumber utama lemak adalah minyak

tumbuh-tumbuhan (minyak kelapa, kelapa sawit, kacang tanah, kacang kedelai,

jagung dan sebagainya), mentega, margarin, dan lemak hewan (lemak daging

(39)

2.2.5. Faktor Yang Mempengaruhi Kebutuhan Energi Pekerja

Kebutuhan gizi seseorang dengan orang lain belum tentu sama. Menurut

Suma’mur (2009) kebutuhan gizi terutama energi dipengaruhi oleh usia, ukuran

tubuh, dan jenis kelamin. Faktor lain penentu kebutuhan gizi yaitu jenis pekerjaan

atau aktivitas yang dilakukan sehari-hari, keadaan fisiologis, keadaan khusus;

seperti pada pemulihan kesehatan dan anemia, keadaan lingkungan kerja.

Faktor-faktor tersebut di atas harus menjadi dasar dalam perhitungan besarnya energi,

komposisi zat gizi dan menu untuk konsumsi pekerja.

Menurut Suma’mur (1989), jumlah kalori yang dibutuhkan orang dewasa

ditentukan oleh:

Pengelompokan aktivitas atau beban kerja (ringan, sedang dan berat)

berdasarkan proporsi waktu kerja dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 2.3. Pengelompokan Aktifitas Atau Beban Kerja (Ringan, Sedang,

Berat Berdasarkan Proporsi Waktu Kerja).

Kelompok

Aktifitas Jenis Kegiatan

Faktor

Aktifitas Contoh Aktifitas

Ringan

berdiri dan 25% untuk berdiri dan berpindah

(moving)

1,58 1,45

(40)

(Sumber :Depkes 2004)

2.2.6. Standard Kebutuhan Energi

Standard kebutuhan energi seseorang dalam sehari ditampilkan dalam

tabel berikut.

Tabel 2.4. Standard Gizi Per Hari bagi Pekerja Menurut Umur, Jenis Kelamin dan Aktivitas Fisik

Jenis

adalah untuk kegiatan kerja khusus dalam bidang pekerjaannya

1,67 1,55

Bekerja naik turun tangga, olahraga ringan, pekerjaan rumah tangga, berdiri mengisikan batang korek api

(perempuan), mengambil kotak

berisi pentul korek api & berjalan memindahkannya kesekitar mesin (laki-laki)

berdiri dan 60% untuk kegiatan kerja khusus

dalam bidang

pekerjaannya

1,88 1,75

Pekerjaan lapangan, kuli bangunan, memecah batu (perempuan), berdiri

mengangkat balok kayu dan

(41)

Perempuan 50 – 64th BB 55 kg

Ringan 1650 50 12 9,3 150 500 75 1 1,1 1,5 14

Sedang 1750 50 12 9,3 150 500 75 1 1,1 1,5 14

Berat 2000 50 12 9,3 150 500 75 1 1,1 1,5 14

Sumber : AKG 2004 dalam Depkes RI (2009)

Kebutuhan energi seseorang selama bekerja (8 jam) diperkirakan 40-50%

dari kebutuhan energi sehari, sehingga diperoleh kebutuhan energi yang

dibutuhkan seorang pekerja untuk bekerja selama 8 jam sebagai berikut.

Tabel 2.5. Kebutuhan Energi Selama Bekerja (8 Jam)

Usia/Jenis Pekerjaan Kebutuhan Energi (Kkal)

Pria Wanita

19-29 Tahun

Ringan 960 720

Sedang 1020 760

Berat 1120 860

30-49 Tahun

Ringan 880 680

Sedang 940 720

Berat 1040 820

50-64 Tahun

Ringan 860 660

Sedang 920 700

Berat 1020 800

Sumber : AKG 2004 dalam Depkes RI 2009

2.2.7. Penilaian Asupan Energi

Berikut merupakan metode yang dapat digunakan untuk melakukan

penilaian asupan energi.

1. 24 Hour Food Recall

Metode ini dilakukan dengan mencatat jenis dan jumlah makanan serta

minuman yang telah dikonsumsi dalam 24 jam yang lalu. (Syafiq, 2007).

(42)

Kelebihan :

a. Mudah dan pencatatan cepat, hanya membutuhkan kurang lebih 20 menit.

b. Murah.

c. Mendapatkan informasi secara detail tentang jenis bahkan jumlah makanan

dan minuman yang dikonsumsi.

d. Dapat memperkirakan asupan zat gizi suatu kelompok.

e. Recall secara beberapa kali dapat digunakan untuk memperkirakan asupan zat gizi tingkat individu. Biasanya 2 atau 3 kali dan dipilih weekday dan

weekend.

f. Lebih objektif daripada metode riwayat diet.

g. Tidak mengubah kebiasaan diet.

Keterbatasan :

a. Recall sekali tidak dapat mencerminkan secara representatif kebiasaan asupan gizi individu.

b. Kadang terjadi under/over reporting.

c. Bergantung pada memori.

d. Kadang mengabaikan saus dan minuman ringan yang menyebabkan

rendahnya asupan energi.

e. Memerlukan data entri.

2. Food Records

Food record adalah catatan responden tentang jenis dan jumlah makanan dan minuman dalam suatu periode waktu, biasanya antara 1 sampai 7 hari.

(43)

estimasi menggunakan ukuran rumah tangga (estimated food record) atau menimbang (weighed food record).

Kelebihan :

a. Tidak tergantung pada memori.

b. Mendapatkan data asupan yang detail.

c. Mendapatkan data tentang eating habit.

d. Multipleday lebih representatif menggambarkan usual intake

Keterbatasan :

a. Membutuhkan kerjasama yang tinggi dari responden.

b. Responden harus bisa membaca dan menulis.

c. Dapat mengubah kebiasaan makan.

d. Analisis intensif dan mahal.

e. Membutuhkan waktu yang lebih lama untuk mendapatkan data, harus

menimbang dan mencatat.

3. Food Frequency Questionare (Frekuensi Makanan)

FFQ merupakan kuesioner yang menggambarkan frekuensi responden

dalam mengonsumsi beberapa jenis makanan dan minuman.Frekuensi

konsumsi makanan dilihat dalam sehari, seminggu, sebulan, atau dalam

setahun.Kuesioner terdiri dari list jenis makanan dan minuman.

Kelebihan :

a. Dapat diisi sendiri oleh responden.

(44)

d. Dapat digunakan untuk melihat hubungan antara diet dan penyakit.

e. Data usual intake lebih representatif dibandingkan diet record beberapa hari.

Keterbatasan :

a. Kemungkinan tidak menggambarkan usual food atau porsi yang dipilih oleh responden.

b. Tergantung pada kemampuan responden untuk mendeskripsikan dietnya

4. Food Account

Food Account adalah mengukur asupan makanan (dietary intake) pada rumah tangga atau institusi seperti asrama.Caranya adalah dengan mencatat

semua makanan baik yang dibeli maupun ditanam selama masa survei.

Konsumsi rata-rata harian per orang dihitung dengan cara menjumlahkan

makanan yang dikonsumsi selama masa survei dibagi jumlah orang yang ada di

institusi tersebut. Untuk mengukur konsumsi makanan tingkat rumah tangga

biasanya periode survei membutuhkan dua sampai empat minggu.

Kelebihan :

a. Cocok digunakan untuk sampel yang besar.

b. Dapat digunakan untuk waktu survei yang cukup panjang.

c. Memberikan data tentag pola kebiasaan makan keluarga atau suatu

kelompok (dietary pattern and habit).

d. Kemungkinan kecil mengakibatkan perubahan dalam diet.

e. Relatif murah.

(45)

a. Tidak mencatat makanan yang terbuang/sisa.Responden harus dapat baca

tulis dan koorperatif.

b. Tidak cukup mengukur konsumsi makan tingkat individu.

5. Duplicate Food Collection

Duplicate Food Collection adalah mengumpulkan makanan dan minuman yang sama dengan makanan dan minuman yang dikonsumsi responden baik

jenis maupun ukurannya. Analisis makanan dilakukan di laboratorium setiap

hari dan makanan disimpan dalam lemari es sebelum dibawa ke laboratorium

untuk mencegah kerusakan.

Kelebihan Duplicate Food Collection yaitu data asupan gizi lebih akurat dibandingkan pnghitungan dengan tabel komposisi makanan karena dianalisis

di laboratotium.

Keterbatasan :

a. Mahal.

b. Dibutuhkan waktu dan upaya untuk mengumpulkan duplicate food.

c. Kemungkinan dapat underestimate usual intake.

6. Food Balance Sheet/Neraca Bahan Makanan

Food balance sheet adalah suatu cara tidak langsung untuk memperkirakan konsumsi masyarakat di suatu wilayah atau negara dalam

periode waktu tertentu. Food balance sheet ini dapat menilai food availability/ketersediaan makanan.Caranya adalah dengan menghitung selisih produksi makanan, impor, cadangan dikurangi dengan ekspor, bibit, industri

(46)

Kelebihan :

a. Mudah dan pencatatan cepat, hanya membutuhkan kurang lebih 20 menit.

b. Mendapatkan informasi tentang suplai makanan.

c. Mengidentifikasi kebiasaan makan (food habits) dan trend konsumsi makanan.

d. Digunakan untuk merencanakan kebijakan di bidang makanan dan gizi.

e. Menggambarkan praktik konsumsi makanan di suatu negara/wilayah.

Keterbatasan :

a. Keakuratan data mungkin dipertanyakan.

b. Hanya menggambarkan ketersediaan makanan untuk dikonsumsi.

c. Tidak merepresentasikan konsumsi makanan secara aktual.

d. Tidak mengindikasikan bagaimana makanan didistribusikan.

e. Tidak mencatat makanan yang terbuang (wasted food). 7. Telephone Interview

Metode ini digunakan setelah dilakukan face to face dengan menggunakan

24 hour recall sehingga untuk data 24 hour recall kedua dan ketiga dilakukan dengan metode telpon.

Kelebihan :

a. Menghemat biaya.

b. Mengurangi beban responden

(47)

8. Visual Record (Video, Kamera Foto)

Kelebihan :

a. Dengan menggunakan video dan foto data yang diperoleh memiliki validasi

yang tinggi.

b. Pencatatan food intake membutuhkan waktu yang lebih singkat

dibandingkan dengan 24 hour recalls atau food record..

c. Beban responden menjadi lebih ringan

Keterbatasan :

a. Mahal.

b. Tidak mendapatkan data tentang persiapan bahan makanan

c. Masalah teknis sehubungan dengan peralatan yang canggih

2.3 Kelelahan Kerja

2.3.1. Pengertian Kelelahan Kerja

Menurut Suma’mur (2009), lelah merupakan suatu perasaan yang

mempunyai arti tersendiri dan sifatnya subjektif bagi setiap orang. Ada beberapa

teori kelelahan kerja, yaitu :

a. Kelelahan kerja merupakan proses menurunnya efisiensi, performa kerja, dan

berkurangnya kekuatan/ketahanan fisik tubuh untuk terus melanjutkan kegiatan

yang harus dilakukan (Wignjosoebroto, 2000).

b. Kelelahan Kerja merupakan suatu kondisi yang menyebabkan penurunan

kinerja yang dapat mengakibatkan kesalahan kerja, ketidakhadiran, keluar

kerja, kecelakaan kerja dan berpengaruh terhadap perilaku kerja. (Eraliesa

(48)

c. Kelelahan kerja merupakan gejala yang ditandai adanya perasaan lelah dan

penurunan kesiagaan, persepsi yang lambat dan lemah yang bersifat kronis atau

merupakan penurunan kinerja dan mental/psikologi (Grandjean, 1985).

d. Kelelahan kerja adalah keadaan tubuh baik fisik dan mental yang berbeda

karena suatu pekerjaan dan berakibat pada penurunan daya kerja serta

berkurangnya ketahanan tubuh untuk bekerja.(Suma’mur, 2009).

e. Tarwaka (2004) juga menambahkan bahwa kelelahan menunjukkan kondisi

yang berbeda-beda dari setiap individu, tetapi semuanya bermuara pada

kehilangan efisiensi dan penurunan kapasitas kerja serta ketahanan tubuh.

Kelelahan menurunkan kapasitas kerja dan ketahanan kerja yang ditandai oleh

sensasi lelah, motivasi menurun, aktivitas menurun. Keadaan yang ditandai

oleh adanya perasaan kelelahan kerja dan penurunan kesiagaan ini merupakan

fenomena kompleks yang dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal.

f. Kelelahan kerja akan menurunkan kinerja dan menambah tingkat kesalahan

kerja. Meningkatnya kesalahan kerja akan memberikan peluang terjadinya

kecelakaan kerja dalam industri. (Nurmianto, 2003).

2.3.2. Jenis-Jenis Kelelahan Kerja

Kelelahan Kerja dapat dibedakan berdasarkan :

a. Waktu terjadinya kelelahaan

1. Kelelahan akut, terutama disebabkan oleh kerja suatu organ atau seluruh

(49)

2. Kelelahan kronis, yaitu kelelahan yang disebabkan oleh sejumlah faktor

yang berlangsung secara terus-menerus dan terakumulasi. Gejala-gejala

yang tampak jelas akibat lelah kronis ini dapat dicirikan seperti :

a. Meningkatnya emosi dan rasa jengkel sehingga orang menjadi kurang

toleran atau antisosial terhadap orang lain.

b. Munculnya sikap apatis terhadap orang lain.

c. Depresi yang berat, dan lain-lain.

b. Penyebab terjadinya kelelahaan

1. Faktor fisiologis, yaitu akumulasi dari substansi toksin (asam laktat) dalam

darah penurunan waktu reaksi.

2. Faktor psikologis, yaitu konflik yang mengakibatkan stress yang

berkepanjangan, ditandai dengan menurunnya prestasi kerja, rasa lelah dan

ada hubungannya dengan faktor psikososial.

c. Proses dalam otot

1. Kelelahan Otot (Muscular Fatigue)

Kelelahan otot adalah suatu penurunan kapasitas otot dalam bekerja akibat

kontraksi yang berulang/ kontraksi otot yang berlangsung lama

mengakibatkan keadaan yang dikenal sebagai kelelahan otot. Otot yang

lelah akan menunjukkan kurangnya kekuatan, bertambahnya waktu

kontraksi dan relaksasi, berkurangnya koordinasi serta otot menjadi gemetar

(50)

2. Kelelahan Umum

Kelelahan umum adalah suatu perasaan yang menyebar yang disertai

adanya penurunan kesiagaan dan lambanan pada setiap aktivitas. Perasaan

adanya kelelahan secara umum dapat ditandai dengan berbagai kondisi

antara lain : lelah pada organ penglihatan (mata), mengantuk, stress (pikiran

tegang), dan rasa malas bekerja atau circandian fatigue. Selain itu kelelahan umum dicirikan dengan menurunnya perasaan ingin bekerja yang sebabnya

adalah pekerjaan yang monoton, intensitas dan lamanya kerja fisik, keadaan

lingkungan, Sebab-sebab mental, status kesehatan dan keadaan

gizi.(Grandjean, 1985 dalam Tarwaka, 2004).

Secara umum gejala kelelahan dapat dimulai dari yang sangat ringan

sampai perasaan yang sangat melelahkan. Kelelahan subyektif biasanya

terjadi pada akhir jam kerja, apabila beban kerja melebihi 30-40% dari

tenaga aerobik. Pengaruh-pengaruh ini seperti berkumpul didalam tubuh dan

mengakibatkan perasaan lelah (Suma’mur, 2009).

d. Proses hasil perubahan fisiologi, psikologi dan mekanik

Kelelahan ini dikategorikan menjadi dua kelompok, yaitu kelelahan yang

bersifat lokal dan kelelahan seluruh tubuh.

2.3.3. Penyebab Kelelahan Kerja

Menurut Theron dan Herden (2011) dalam Mulyani (2012), penyebab

kelelahan kerja terbagi kedalam dua kelompok penyebab, yaitu kelelahan yang

berhubungan dengan pekerjaan dan kelelahan yang tidak berhubungan dengan

(51)

Gambar 2.1. Penyebab Fatigue dalam The Journal of The Southern African Institude of Mining and Metalurgi , W.J. Theron dan G.M.J. Van Heerden 2011

Teori faktor penyebab kelelahan kerja lainnya juga dikemukakan oleh

Grandjean dalam Tarwaka (2004).Faktor penyebab terjadinya kelelahan kerja di

industri sangat bervariasi. Untuk memelihara kesehatan dan efisiensi kerja makan

proses penyegaran harus dilakukan. Proses penyegaran dapat dilakukan dengan

istirahat selama tidur malam atau memanfaatkan periode istirahat di tempat kerja.

Dalam teorinya, Grandjean mengibaratkan kelelahan kerja seperti air yang ada di

dalam suatu wadah dan faktor-faktor yang dapat memicu terjadinya kelelahan

seperti air yang dimasukkan ke dalam wadah tersebut. Air akan berkurang di

dalam wadah apabila dialirkan atau dibuang. Oleh karena itu, kelelahan dapat

dihilangkan atau dipulihkan apabila faktor penyebab kelelahan dihilangkan. Work Unrelated Fatigue

(Kelelahan yang tidak berhubungan dengan pekerjaan)

Work Related Fatigue

(Keleahan yang berhubungan dengan pekerjaan)

 Waktu perjalanan dari dan ke tempat kerja

 Kewajiban keluarga dan sosial

Community activities

 Isu emosional

 Umur

 Level kebugaran fisik dan kesehatan

 Jam lembur

 Shift kerja

 Rentang waktu antara istirahat dan shift

 Desain pekerjaan

 Pekerjaan tambahan

(52)

Gambar 2.2. Teori Kombinasi Pengaruh Penyebab Kecelakaan dan Penyegaran

2.3.4. Gejala Kelelahan Kerja

Kelelahan dapat menyebabkan gejala-gejala, baik fisik, mental dan

emosional.(Theron dan Herdeen, 2011 dalam Mulyani, 2012). Gejala tersebut

antara lain :

a. Melakukan kesalahan/error yang sifatnya kecil, misalnya menjatuhkan barang,

salah membawa barang dll.

b. Perasaan kantuk yang kronis (seseorang tidak merasa segar dan lelah setelah

bangun dari tidur).

c. Susah menahan mata untuk tetap terbuka, kepala menunduk dan tertidur saat

sedang bekerja.

d. Menguap dan mengantuk.

e. Microsleep, yaitu tertidur saat dalam waktu kurang dari satu sampai beberapa detik dan tidak sadar dengan apa yang sudah dilakukan.

Intensitas dan lamanya kerja fisik dan mental

Problem fisik

Lingkungan : iklim, penerangan,

kebisingan, getaran dll. Kenyerian dan Kondisi Kesehatan

Circardian Rhytm Nutrisi

Tingkat Kelelahan

(53)

f. Sakit kepala atau pusing.

g. Kelemahan otot.

h. Reflek dan respon lama.

i. Berkurangnya kemampuan untuk membuat keputusan.

j. Moodines.

k. Berkurangnya kemampuan koordinasi antara tangan dan mata, mata

mengalami penglihatan yang kabur.

l. Hilangnya selera makan dan berkurangnya sistem daya tahan tubuh.

m. Mengalami masalah dalam memori jangka pendek, daya konsentrasi rendah

dan halusinasi.

n. Berkurangnya kemampuan untuk memberikan perhatian pada kondisi tertentu.

o. Motivasi rendah

2.3.5. Metode Pengukuran Kelelahan Kerja

Menurut Tarwaka (2004) saat ini belum ada cara untuk mengukur tingkat

kelelahan secara langsung. Pengukuran-pengukuran yang dilakukan oleh para

peneliti sebelumnya hanya berupa indikator yang menunjukkan terjadinya

kelelahan akibat kerja.Grandjean (1985) mengelompokkan metode kelelahan kerja

dalam beberapa kelompok sebagai berikut.

1. Kualitas dan Kuantitas Output

Dalam metode ini, kualitas output digambarkan sebagai jumlah proses

kerja atau proses operasi yang dilakukan setiap unit waktu. Meskipun

demikian, banyak faktor yang haru dipertimbangkan : target produksi, faktor

(54)

2. Uji Psiko-motor

Metode ini melibatkan fungsi persepsi, interpretasi, dan reaksi miror.

Salah satu cara adalah dengan pengukuran waktu reaksi. Pengukuran reaksi

adalah jangka waktu dari pemberian suatu rangsang sampai kepada suatu saat

kesadaran atau dilaksanakan kegiatan.Dalam uji ini, digunakan nyala lampu,

denting suara, sentuhan kulit atau goyangan badan. Terjadinya pemanjangan

waktu reaksi merupakan petunjuk adanya pelambatan pada proses faal syaraf

dan otot.

3. Uji Hilang kelipan (Flicker-Fusion Test)

Dalam kondisi lelah, kemampuan tenaga kerja untuk melihat kelipan akan

berkurang. Semakin lelah akan semakin panjang waktu yang diperlukan untuk

jarak antara dua kelipan.

4. Perasaan Kelelahan secara Subjektif (Subjective Feeling of Fatigue)

Subjective Self Rating Test dari Industrial Fatigue Research Committe (IFRC) Jepang, merupakan salah satu kuesioner yang dapat mengukur tingkat

kelelahan subjektif (Tarwaka, 2004).Tes ini berisi pertanyaan yang

berhubungan dengan gejala kelelahan. Skala IRFC berjumlah 30 buah

pertanyaan dan jawaban kuesioner terbagi ke dalam 4 kategori besar, yaitu

Sangat Sering (SS) jika hampir setiap hari terasa lelah dalam seminggu dengan

nilai 4. Sering (S) jika terasa lelah 3-4 hari dalam seminggu, diberi nilai 3.

Kadang-Kadang (K) jika 1-2 selama seminggu terasa lelah, diberi nilai 2.Tidak

(55)

1.Untuk menentukan tingkat kelelahan, setiap jawaban diberi skor yang telah

ditentukan dan dijumlahkan.

Kuesioner tersebut berisi 30 daftar pertanyaan yang terdiri dari : 10

pertanyaan tentang pelemahan kegiatan : Perasaan berat di kepala, lelah

seluruh tubuh, berat di kaki, menguap, pikiran kacau, mengantuk, ada beban

pada mata, gerakan canggung dan kaku, berdiri tidak stabil, ingin berbaring ;

10 Pertanyaan tentang pelemahan motivasi : susah berpikir, lelah untuk

berbicara, gugup, tidak berkonsentrasi, sulit memusatkan perhatian, mudah

lupa, kepercayaan diri berkurang, merasa cemas, sulit mengkontrol sikap, tidak

tekun dalam pekerjaan ; 10 Pertanyaan tentang gambaran kelelahan fisik : sakit

di kepala, kaku di bahu, nyeri di punggung, sesak nafas, haus, suara serak,

merasa pening, sparse (terasa berat) di kelopak mata, tremor (gemetar) pada

anggota badan dan merasa kurang sehat.

Hasil pengukuran IFRC disesuaikan dengan kategori dari skala yang sudah

ditentukan, yaitu :

1. Nilai 30 : Tidak Lelah.

2. Nilai 31-60 : Lelah Ringan

3. Nilai 61-90 : Lelah Sedang

4. Nilai 91-120 : Lelah Berat

5. Uji Mental

Pada metode ini konsentrasi merupakan salah satu pendekatan yang dapat

(56)

2.4 Kerangka Konsep

Kerangka konsep penelitian ini adalah sebagai berikut.

Gambar 2.3. Kerangka Konsep Status Gizi

1) Gizi Kurang 2) Gizi Normal 3) Gizi Lebih

Asupan Energi

1) Sesuai 2) Tidak Sesuai

Kelelahan Kerja

1) Tidak Lelah 2) Lelah Ringan 3) Lelah Sedang 4) Lelah Berat

Gambar

Tabel 2.1. Status Gizi Berdasarkan Perhitungan Indeks Massa Tubuh
Tabel 2.2. Rumus untuk Menaksir Nilai AMB dari Berat Badan
Tabel 2.3. Pengelompokan Aktifitas Atau Beban Kerja (Ringan, Sedang,
tabel berikut.
+7

Referensi

Dokumen terkait

Metode yang digunakan pada Pabrik Kelapa Sawit PT Perkebunan Nusantara III Rambutan untuk penilaian kinerja karyawan dengan menilai pada fomulir penilaian karya yang diisi

Perkebunan Nusantara III Pabrik Kelapa Sawit Aek Nabara Selatan adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang pengolahan kelapa sawit menjadi CPO dan inti sawit.. Sistem

Analisis Kemampuan Finansial Perkebunan Kelapa Sawit (Kasus di PT Perkebunan Nusantara I1 (Persero), Sumatera Utara).. Kelapa sawit adalah komoditas perkebunan yang penting

Gambar 1.2 Grafik Biaya Produksi Pabrik Kelapa Sawit selama 5 (lima) Tahun di PT Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan. Dari Gambar 1.2 terlihat bahwa terjadi peningkatan

Dalam uraian diatas terlihat bahwa sistem  informasi  pengolahan  CPO  di  Pabrik  Kelapa  Sawit  PT.  Perkebunan  Nusantara  IV  Pabatu  masih  mempunyai 

Petunjuk : Anda diminta memberikan tanggapan atau pernyataan yang terdapat pada kuesioner berikut, sesuai dengan keadaan, pendapat atau perasaan Anda pada saat skala ini

Tulisan ini merupakan Skripsi dengan judul “ Pengomposan Tandan Kosong Kelapa Sawit Menggunakan Pupuk Organik Aktif Dari Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit : Pengaruh Lubang

Perkebunan Nusantara XIII Unit Pabrik Kelapa Sawit (PKS) Pelaihari sangat baik juga memberikan motivasi terhadap bawahanya, yang memiliki kemampuan dalam memimpin tegas