UJI EFEKTIVITAS SOIL CONDITIONER TERHADAP PERTUMBUHAN
DAN PRODUKSI PADI ( Oryza sativa L. Var. Inpari 3 )
SKRIPSI
OLEH :
ASTARI MITA SILVIA PULUNGAN 070301037/BDP-AGRONOMI
DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
UJI EFEKTIVITAS SOIL CONDITIONER TERHADAP PERTUMBUHAN
DAN PRODUKSI PADI ( Oriza sativa L. Var. Inpari 3 )
SKRIPSI
Oleh:
ASTARI MITA SILVIA PULUNGAN 070301037/BDP-AGRONOMI
Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana di Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara
Disetujui Oleh :
(Ir. Mariati, M.Sc) Ketua Komisi Pembimbing
(Ir. Rosita Sipayung, MP.) Anggota Komisi Pembimbing
DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
Judul Skripsi : Uji Efektivitas Soil Conditioner Terhadap Pertumbuhan dan produksi padi ( oriza sativa l. var. inpari 3 )
Nama : Astari Mita Silvia Pulungan NIM : 070301037
Program Studi : BDP – Agronomi
Disetujui Oleh, Komisi Pembimbing
Ir. Mariati, M.sc. Ir. Rosita Sipayung, MP Ketua Anggota
Mengetahui,
ABSTRAK
ASTARI MITA SILVIA PULUNGAN. Uji Efektifitas Soil Conditioner terhadap Pertumbuhan dan Produksi Padi (Oryza sativa L. Var. Inpari 3). Dibimbing oleh MARIATI SINURAYA dan ROSITA SIPAYUNG.
Pemakaian pupuk anorganik yang berlebihan dapat mengakibatkan degradasi lahan. Degradasi lahan mengakibatkan menurunnya kualitas tanah sehingga menjadi rusak. Untuk meningkatkan pertumbuhan dan produksi padi dilahan sawah memerlukan keadaan tanah sawah yang berkualitas baik sehingga untuk mengatasi permasalahan tersebut soil conditioner bisa diharapkan para petani untuk mendapatkan hasil produksi yang optimal dan memperoleh keuntungan, sebab soil conditioner memiliki fungsi untuk membangun kembali tanah yang telah rusak karena manajemen yang tidak tepat, untuk membuat tanah yang miskin lebih bermanfaat, dan mempertahankan tanah dalam kondisi puncak sehingga agregat tanah menjadi lebih baik dan baik dilakukan untuk areal pertanaman khususnya dilahan sawah. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian soil conditioner terhadap pertumbuhan dan produksi Padi (Oryza sativa L. Var. Inpari 3). Penelitian ini dilaksanakan desa Pasar Melintang, Kecamatan Lubuk Pakam, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara dengan ketinggian tempat + 26 di atas permukaan laut, mulai September 2010 sampai Januari 2011. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan acak kelompok non faktorial dengan 7 perlakuan yaitu T1 (0 ml Soil
conditioner aplikasi benih, 0 ml Soil conditioner dan 125 kg Urea 2MST, 125 kg Urea 7 MST), T2 (2,0 ml Soil conditioner aplikasi benih, 250 ml Soil conditioner
dan 62,5 kg Urea 2MST, 62,5 kg Urea 7 MST), T3 (2,5ml Soil conditioner
aplikasi benih, 250 ml Soil conditioner dan 62,5 kg Urea 2MST, 62,5 kg Urea 7 MST), T4 (0ml Soil conditioner aplikasi benih, 250 ml Soil conditioner dan 125
kg Urea 2MST, 62,5 kg Urea 7 MST), T5 (1,5ml Soil conditioner aplikasi benih, 0
ml Soil conditioner dan 62,5 kg Urea 2MST, 62,5 kg Urea 7 MST), T6 (0 ml Soil
conditioner aplikasi benih, 250 ml Soil conditioner dan 62,5 kg Urea 2MST, 62,5 kg Urea 7 MST), T7 (1,5 ml Soil conditioner aplikasi benih, 500 ml Soil
conditioner dan 62,5 kg Urea 2MST, 62,5 kg Urea 7 MST). Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan menggunakan Soil conditioner dapat meningkatkan bobot kering tajuk (g), luas daun (cm2), bobot 1000 butir (g), jumlah malai per sampel (tangkai), produksi per petak ubin (g), produksi per hektar (ton). Dan berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman (cm), jumlah anakan, bobot kering akar (g), jumlah gabah berisi per sampel (Bulir), persentase jumlah gabah berisi (%), indeks panen, produksi per sampel (g).
Kata kunci : Padi, Soil conditioner.
ABSTRACT
ASTARI MITA SILVIA PULUNGAN. The effectiveness of soil conditioner to the growth and production of rice (Oryza sativa L. Var. inpari 3). Supervised by MARIATI SINURAYA and ROSITA SIPAYUNG.
Uses of more inorganic fertilizer will be land degradation. Land degradation affect declining of soil quality become damaged. For increasing the growth and production of rice in the field need soil conditioner (SC) which in good quality, to complete this problem soil conditioner can be expected by the farmers because the soil conditioner has a function to fix the damaged soil because of inappropriate management, to make poor soil more useable, and to keep soil in top condition so soil aggregate became more and it’s good for doing in rice field particularly. The aim of this research is for knowing the effectiveness of soil conditioner to the growth and production of rice. This research have been done at Lubuk Pakam sub-district, Deli Serdang (±26m asl) in September 2010 – January 2010 using non-factorial randomized block design with 7 treatment: T1 (0
ml Soil conditioner in seed, 0 ml Soil conditioner in field and 125 kg Urea 2MST, 125 kg Urea 7 MST), T2 (2,0 ml Soil conditioner in seed, 250 ml Soil conditioner
in field and 62,5 kg Urea 2MST, 62,5 kg Urea 7 MST), T3 (2,5ml Soil conditioner
in seed, 250 ml Soil conditioner in field and 62,5 kg Urea 2MST, 62,5 kg Urea 7 MST), T4 (0ml Soil conditioner in seed, 250 ml Soil conditioner in field and 125
kg Urea 2MST, 62,5 kg Urea 7 MST), T5 (1,5ml Soil conditioner in seed, 0 ml Soil
conditioner in field and 62,5 kg Urea 2MST, 62,5 kg Urea 7 MST), T6 (0 ml Soil
conditioner in seed, 250 ml Soil conditioner in field and 62,5 kg Urea 2MST, 62,5 kg Urea 7 MST), T7 (1,5 ml Soil conditioner in seed, 500 ml Soil conditioner in
field and 62,5 kg Urea 2MST, 62,5 kg Urea 7 MST). The results showed by using soil conditioner can increase dry crown weight (g), leaf area (cm²), the number of panicles (stem), 1000 grain weight (g), production square meter (g), production per hectare. And show no significant affect plant height (cm), number of stem (stem), dry roots weight (g), a number of grain containing (g), percentase of number grain containing (%), harvest index, production per sample (g).
Key word : Rice, Soil conditioner
RIWAYAT HIDUP
ASTARI MITA SILVIA Pulungan dilahirkan di Medan pada tanggal 18
Desember 1989, anak kedua dari 3 bersaudara, putri ayahanda Zainul Kharnain Pulungan dan ibunda Khairani Batubara.
Tahun 2007 penulis lulus dari SMU Negeri 8 Medan. Dan pada tahun yang sama lulus di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB). Penulis memilih Program Studi Agronomi Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan.
Selama mengikuti perkuliahan, penulis mengikuti kegiatan organisasi HIMADITA. Penulis melaksanakan praktek kerja lapangan (PKL) di PTPN III Gunung Para Provinsi Sumatera Utara pada bulan Juni – Juli 2010.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul ”Uji Efektivitas
Soil Conditioner Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Padi (Oryza sativa l. var. Inpari 3)”.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Ir. Mariati, M.sc selaku ketua komisi pembimbing dan Ibu Ir. Rosita
Sipayung, MP selaku anggota komisi pembimbing, dan Ibu Ir. Ratna Rosanty Lahay yang telah memberikan bimbingan selama penelitian hingga penulisan skripsi ini.
Penulis menyadari skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik guna kesempurnaan penulisan skripsi ini. Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih dan semoga skripsi ini dapat berguna bagi kita semua.
Medan, Juni 2011 Penulis
DAFTAR ISI
ABSTRACT ... i
ABSTRAK ... ii
RIWAYAT HIDUP ... iii
KATA PENGANTAR ... iv
DAFTAR ISI...vi
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR GAMBAR ... ix
DAFTAR LAMPIRAN ... x
PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1
Tinjuan Penelitian ... 2
Hipotesis Penelitian ... 3
Kegunaan Penelitian ... 3
TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman ... 4
Syarat Tumbuh Iklim ... 6
Tanah ... 8
Soil Conditioner ... 9
BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu ... 14
Bahan dan Alat ... 14
Metode Penelitian ... 14
PELAKSANAAN PENELITIAN Persiapan Areal Persemaian ... 16
Perendaman Benih ... 16
Penyemaian Benih………...16
Persiapan Areal Tanam………..………..16
Pembuatan Plot Percobaan………..16
Pembuatan Jarak Tanam ... 17
Penanaman Bibit ... 17
Pemeliharaan ... 17
Penyulaman ... 17
Pemupukan ... 18
Pengendalian Hama dan Penyakit ... 18
Pemanenan ... 18
Pengamatan Parameter ... 18
Tinggi Tanaman (cm) ... 18
Jumlah Anakan per Sampel (tangkai) ... 19
Indeks Panen ... 19
Bobot Kering Tajuk (g) ... 19
Bobot Kering Akar (g) ... 19
Luas Daun Bendera (cm2) ... 20
Jumlah Malai Per Sampel (tangkai) ... 20
Jumlah Gabah Berisi (butir) ... 20
Persentase Gabah Berisi (%)………..20
Bobot 1000 butir (g) ... 20
Produsi Tanaman per Sampel (g) ... 21
Produksi per Petak Ubin (g) ... 21
Produksi per Hektar (Ton) ... 21
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil ... 21
Pembahasan ... 33
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 44
Saran ... 45 DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
No. Hal 1. Perlakuan yang diaplikasikan saat penelitian... 14 2. Rataan Tinggi Tanaman 4, 6, dan 8 MST (cm) pada pemberian
soil conditioner (pembenah tanah) ... 22 3. Rataan Jumlah Anakan 4, 6, dan 8 MST (batang) pada pemberian
soil conditioner (pembenah tanah)... ... 23 4. Rataan Berat Kering Tajuk (g) pada pemberian soil conditioner
(pembenah tanah) ... 24 5. Rataan Berat Kering Akar (g) pada pemberian soil conditioner
(pembenah tanah)... ... 25 6. Rataan Luas Daun Bendera (cm²) pada pemberian soil
conditioner (pembenah tanah)... ... 25 7. Rataan Jumlah Malai per Sampel (batang) pada pemberian soil
conditioner (pembenah tanah).... ... 26 8. Rataan Jumlah Gabah Berisi (butir) pada pemberian soil
conditioner (pembenah tanah)... ... 27 9. Rataan Persentase Gabah Berisi (%) pada pemberian soil
conditioner (pembenah tanah)... ... 28 10.Rataan Indeks Panen (g) pada pemberian soil conditioner
(pembenah tanah)... ... 28
11.Rataan Bobot 1000 butir (g) pada pemberian soil conditioner (pembenah tanah)... ... 29 12.Rataan Produksi per Sampel (g) pada pemberian soil conditioner
(pembenah tanah) ... 30 13.Rataan Produksi per Petak Ubin (g) pada pemberian soil
conditioner (pembenah tanah) ... 30 14.Rataan Produksi per Hektar (Ton) pada pemberian soil
conditioner (pembenah tanah) ... 31
DAFTAR GAMBAR
No. Hal
1. Histogram Berat Kering Tajuk (g)... ... 24
2. Histogram Luas Daun Bendera (cm2) ... 26
3. Histogram Jumlah Malai (Tangkai) ... 27
4. Histogram Bobot 1000 butir (g) ... 29
5. Histogram Produksi per Petak Ubin (g)... ... 31
6. Histogram Produksi per Hektar (Ton)... ... 32
DAFTAR LAMPIRAN
No. Hal
1. Deskripsi Padi Varietas Inpari 3... ... 48
2. Bagan Percobaan... ... 49
3. Bagan Sistem Tanam Legowo... ... 50
4. Jadwal Kegiatan Penelitian ... 51
5. Data Pengamatan Tinggi Tanaman 4 MST (cm)... ... 52
6. Sidik Ragam Tinggi Tanaman 4 MST... ... 52
7. Data Pengamatan Tinggi Tanaman 6 MST (cm)... ... 52
8. Sidik Ragam Tinggi Tanaman 6 MST... ... 53
9. Data Pengamatan Tinggi Tanaman 8 MST (cm)... ... 53
10. Sidik Ragam Tinggi Tanaman 8 MST .... ... 53
11. Data Pengamatan Jumlah Anakan 4 MST (cm)... ... 54
12. Sidik Ragam Jumlah Anakan 4 MST ... ... 54
13. Data Pengamatan Jumlah Anakan 6 MST (cm)... ... 54
14. Sidik Ragam Jumlah Anakan 6 MST ... ... 55
15. Data Pengamatan Jumlah Anakan 8 MST (cm)... ... 55
16. Sidik Ragam Jumlah Anakan 8 MST... ... 55
17. Data Pengamatan Berat Kering Tajuk (g)... ... 56
18. Sidik Ragam Berat Kering Tajuk... ... 56
19. Uji Kontras Berat Kering Tajuk... ... 56
20. Data Pengamatan Berat Kering Akar (g)... ... 57
22. Data Pengamatan Luas Daun Bendera (cm2)... ... 57
23. Sidik Ragam Luas Daun Bendera ... ... 58
24. Uji Kontras Luas Daun Bendera ... ... 58
25. Data Pengamatan Jumlah Malai per Sampel (tangkai)... 58
26. Sidik Ragam Jumlah Malai per Sampel ... ... 59
27. Uji Kontras Jumlah Malai per Sampel ... ... 59
28. Data Pengamatan Jumlah Gabah Berisi (g)... ... 59
29. Sidik Ragam Jumlah Gabah Berisi ... ... 60
30. Data Pengamatan Persentase Gabah Berisi (%)... ... 60
31. Sidik Ragam Jumlah Persentase Gabah Berisi (%)... 60
32. Data Pengamatan Indeks Panen ... ... 61
33. Sidik Ragam Indeks Panen ... ... 61
34. Data Pengamatan Bobot 1000 butir (g)... ... 61
35. Sidik Ragam Bobot 1000 butir ... ... 62
36. Uji Kontras Bobot 1000 butir ... ... 62
37. Data Pengamatan Produksi per Sampel (g)... ... 62
38. Sidik Ragam Produksi per Sampel ... ... 63
39. Data Pengamatan Produksi per Petak Ubin (g)... ... 63
40. Sidik Ragam Produksi per Petak Ubin... ... 63
41. Uji Kontras Produksi per Petak Ubin... ... 64
42. Data Pengamatan Produksi per Hektar (Ton)... ... 64
43. Sidik Ragam Produksi per Hektar ... ... 64
44. Uji Kontras Produksi per Hektar ... ... 65
46. Analisis Tanah Sawah Pasar Melintang ... 68 47. Foto Sampel Gabah 1000 Butir` ... 69 48. Foto Lahan Penelitian ... 70
ABSTRAK
ASTARI MITA SILVIA PULUNGAN. Uji Efektifitas Soil Conditioner terhadap Pertumbuhan dan Produksi Padi (Oryza sativa L. Var. Inpari 3). Dibimbing oleh MARIATI SINURAYA dan ROSITA SIPAYUNG.
Pemakaian pupuk anorganik yang berlebihan dapat mengakibatkan degradasi lahan. Degradasi lahan mengakibatkan menurunnya kualitas tanah sehingga menjadi rusak. Untuk meningkatkan pertumbuhan dan produksi padi dilahan sawah memerlukan keadaan tanah sawah yang berkualitas baik sehingga untuk mengatasi permasalahan tersebut soil conditioner bisa diharapkan para petani untuk mendapatkan hasil produksi yang optimal dan memperoleh keuntungan, sebab soil conditioner memiliki fungsi untuk membangun kembali tanah yang telah rusak karena manajemen yang tidak tepat, untuk membuat tanah yang miskin lebih bermanfaat, dan mempertahankan tanah dalam kondisi puncak sehingga agregat tanah menjadi lebih baik dan baik dilakukan untuk areal pertanaman khususnya dilahan sawah. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian soil conditioner terhadap pertumbuhan dan produksi Padi (Oryza sativa L. Var. Inpari 3). Penelitian ini dilaksanakan desa Pasar Melintang, Kecamatan Lubuk Pakam, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara dengan ketinggian tempat + 26 di atas permukaan laut, mulai September 2010 sampai Januari 2011. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan acak kelompok non faktorial dengan 7 perlakuan yaitu T1 (0 ml Soil
conditioner aplikasi benih, 0 ml Soil conditioner dan 125 kg Urea 2MST, 125 kg Urea 7 MST), T2 (2,0 ml Soil conditioner aplikasi benih, 250 ml Soil conditioner
dan 62,5 kg Urea 2MST, 62,5 kg Urea 7 MST), T3 (2,5ml Soil conditioner
aplikasi benih, 250 ml Soil conditioner dan 62,5 kg Urea 2MST, 62,5 kg Urea 7 MST), T4 (0ml Soil conditioner aplikasi benih, 250 ml Soil conditioner dan 125
kg Urea 2MST, 62,5 kg Urea 7 MST), T5 (1,5ml Soil conditioner aplikasi benih, 0
ml Soil conditioner dan 62,5 kg Urea 2MST, 62,5 kg Urea 7 MST), T6 (0 ml Soil
conditioner aplikasi benih, 250 ml Soil conditioner dan 62,5 kg Urea 2MST, 62,5 kg Urea 7 MST), T7 (1,5 ml Soil conditioner aplikasi benih, 500 ml Soil
conditioner dan 62,5 kg Urea 2MST, 62,5 kg Urea 7 MST). Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan menggunakan Soil conditioner dapat meningkatkan bobot kering tajuk (g), luas daun (cm2), bobot 1000 butir (g), jumlah malai per sampel (tangkai), produksi per petak ubin (g), produksi per hektar (ton). Dan berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman (cm), jumlah anakan, bobot kering akar (g), jumlah gabah berisi per sampel (Bulir), persentase jumlah gabah berisi (%), indeks panen, produksi per sampel (g).
Kata kunci : Padi, Soil conditioner.
ABSTRACT
ASTARI MITA SILVIA PULUNGAN. The effectiveness of soil conditioner to the growth and production of rice (Oryza sativa L. Var. inpari 3). Supervised by MARIATI SINURAYA and ROSITA SIPAYUNG.
Uses of more inorganic fertilizer will be land degradation. Land degradation affect declining of soil quality become damaged. For increasing the growth and production of rice in the field need soil conditioner (SC) which in good quality, to complete this problem soil conditioner can be expected by the farmers because the soil conditioner has a function to fix the damaged soil because of inappropriate management, to make poor soil more useable, and to keep soil in top condition so soil aggregate became more and it’s good for doing in rice field particularly. The aim of this research is for knowing the effectiveness of soil conditioner to the growth and production of rice. This research have been done at Lubuk Pakam sub-district, Deli Serdang (±26m asl) in September 2010 – January 2010 using non-factorial randomized block design with 7 treatment: T1 (0
ml Soil conditioner in seed, 0 ml Soil conditioner in field and 125 kg Urea 2MST, 125 kg Urea 7 MST), T2 (2,0 ml Soil conditioner in seed, 250 ml Soil conditioner
in field and 62,5 kg Urea 2MST, 62,5 kg Urea 7 MST), T3 (2,5ml Soil conditioner
in seed, 250 ml Soil conditioner in field and 62,5 kg Urea 2MST, 62,5 kg Urea 7 MST), T4 (0ml Soil conditioner in seed, 250 ml Soil conditioner in field and 125
kg Urea 2MST, 62,5 kg Urea 7 MST), T5 (1,5ml Soil conditioner in seed, 0 ml Soil
conditioner in field and 62,5 kg Urea 2MST, 62,5 kg Urea 7 MST), T6 (0 ml Soil
conditioner in seed, 250 ml Soil conditioner in field and 62,5 kg Urea 2MST, 62,5 kg Urea 7 MST), T7 (1,5 ml Soil conditioner in seed, 500 ml Soil conditioner in
field and 62,5 kg Urea 2MST, 62,5 kg Urea 7 MST). The results showed by using soil conditioner can increase dry crown weight (g), leaf area (cm²), the number of panicles (stem), 1000 grain weight (g), production square meter (g), production per hectare. And show no significant affect plant height (cm), number of stem (stem), dry roots weight (g), a number of grain containing (g), percentase of number grain containing (%), harvest index, production per sample (g).
Key word : Rice, Soil conditioner
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Padi merupakan tanaman yang paling luas dibudidayakan, meliputi sekitar 143,5 juta hektar, dan 90% lebih berada dikawasan Asia. Luas areal padi disetiap negara sangat tergantung dari kebijaksanaan masing – masing pemerintah. Padi dapat tumbuh pada semua jenis tanah dari yang bertopografi datar sampai miring (Noor, 1996).
Sebagai bahan makanan, nasi dan beberapa bahan makanan pokok lainnya merupakan sumber untuk mendapatkan karbohidrat dan lemak. Pencernaan karbohidrat di dalam tubuh menghasilkan kalor, kalor inilah yang kemudian diubah menjadi energi. Dibandingkan bahan makanan lainnya beras merupakan bahan makanan yang paling lengkap dan sangat tinggi kandungan karbohidrat, lemak dan proteinnya. Hal ini menjadikan padi sebagai tanaman pangan yang terpenting di Indonesia dan menyebabkan permintaan terhadap padi terus bertambah (Sugeng, 2001).
Angka sementara produksi padi tahun 2009 sebesar 64,33 juta ton gabah kering giling. Dibandingkan produksi tahun 2008 terjadi peningkatan sebanyak 4
juta ton (6,64%). Angka ramalan tahun produksi 2010 diperkirakan sebesar 64,9 juta ton gabah kering giling. Dibandingkan produksi tahun 2009 terjadi
Penggunaan pupuk kimia yang dilakukan secara terus menerus dapat mengganggu keseimbangan hara, berkurangnya unsur mikro seperti Zn, Fe, Cu, Mn, dan Mo di dalam tanah, mempengaruhi aktivitas organisme tanah, membuat secara tidak langsung tanah menjadi rusak serta menurunkan produktivitas pertanaman padi dalam jangka panjang. Selain itu penggunaan pupuk kimia dengan harga yang cukup mahal menyebabkan tingginya biaya produksi pertanian padi (Nugraha dan Sulistyawati, 2010).
Lahan yang mengalami degradasi (penurunan kualitas) semakin meningkat dari tahun ke tahun, baik dari segi luasan maupun tingkat degradasinya. Oleh karena itu diberikan suatu usaha untuk mempercepat laju pemulihan lahan-lahan tersebut. Salah satunya dengan penggunaan bahan soil conditioner (pembenah tanah) (Dariah, 2007).
Soil conditioner atau disebut juga dengan pembenah tanah dibuat untuk memperbaiki struktur tanah dalam beberapa cara. Tanah cenderung menjadi padat dari waktu ke waktu, dan soil conditioner dapat memperbaiki tekstur untuk menjaga tanah menjadi longgar (Smith, 2010).
Berdasarkan uraian diatas penulis tertarik untuk melakukan penelitian
guna meningkatkan produktivitas padi dengan menggunakan soil conditioner
(pembenah tanah).
Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui efektivitas soil conditioner terhadap pertumbuhan dan
Hipotesa Penelitian
Pemberian soil conditioner (pembenah tanah) meningkatkan pertumbuhan dan produksi padi (Oryza sativa L. var. Inpari 3).
Kegunaan Penelitian
TINJAUAN PUSTAKA
Botani Tanaman
Menurut Aak (1990) klasifikasi tanaman padi termasuk didalam Kingdom
Plantae, Divisio Spermatophyta, Sub Divisio Angiospermae, Class
Monocotyledonae, Ordo Graminales, Famili Graminae (Poaceae), Genus Oryza,
dan Species Oryza sativa L.
Akar tanaman padi adalah akar yang sangat baik dan efektif dalam
penyerapan unsur hara tetapi peka terhadap kekeringan. Akar padi dapat dibedakan menjadi beberapa bagian. Akar tunggang, jika akar lembaga tumbuh
terus menjadi akar pokok yang bercabang. Akar pokok yang berasal dari akar
lembaga disebut akar tunggang. Padi dapat beradaptasi pada lingkungan tergenang
(anaerob) karena pada akarnya terdapat saluran aerenchyma. Walaupun mampu beradaptasi pada lingkungan tergenang, padi juga dapat dibudidayakan pada lahan
yang tidak tergenang (lahan kering, ladang) yang kondisinya aerob (Purwono dan Purnamawati, 2007).
Perakaran yang dalam dan tebal, sehat, mencengkeram tanah lebih luas serta kuat menahan kerebahan memungkinkan penyerapan air dan hara lebih efisien terutama saat stadia pengisian gabah. Penyebaran akar yang lebih luas di
dalam tanah akan menurunkan tahanan akar dalam menyerap air tanah (Suardi, 2002).
Batang padi dibedakan dari titik tumbuh embrio, pada awalnya tertutup
oleh koleoptil. Tinggi batang utama tergantung pada jumlah ruas dan panjangnya,
yang sebanding yang lebih menentukan adalah karakteristik varietas. Strain awal
metode pematangan yang pendek umumnya memiliki ruas lebih sedikit
dibandingkan dengan periode pematangan yang lama, tetapi terdapat
pengecualian, jumlah ruas dapat bervariasi dari sekitar sepuluh sampai dua puluh
(Grist, 1960).
Daun terdiri dari dua bagian, sarung yang membungkus batang dan lidah
atau lamina. Daun berada pada suatu sumbu yang jumlahnya sama dengan
luasnya. Karena jumlah node lebih sedikit daripada jumlah sumbu utama, maka
jumlah daun pada anakan lebih sedikit. Daun yang pertama merupakan selubung
daun atau koleoptil. Daun kedua muncul melalui celah koleoptil itu, ukurannya
lebih kecil dan tidak memiliki lidah daun. Daun yang lain sama, kecuali daun
yang paling atas atau daun bendera yang sedikit berbeda (Girst, 1960).
Bunga padi merupakan bunga diceus dan bakal buah berada diatasnya.
Malai adalah sekumpulan bunga padi (spikelet) yang keluar dari buku paling atas.
Bulir – bulir padi terletak pada cabang pertama dan cabang kedua, sedangkan
sumbu utama malai adalah ruas buku terakhir pada batang. Panjang malai
tergantung varietas, kultur teknis dan lingkungan. Dari sumbu utama pada ruas
buku yang terakhir inilah biasanya panjang malai diukur. Jumlah cabang pada
setiap malai berkisar antara 15 – 20 buah. Jumlah cabang ini akan mempengaruhi
rendemen tanaman (Aak, 1990).
Tanaman padi berbentuk rumpun dengan anakannya, biasanya anakan
tumbuh pada dasar batang. Anakan pertama tumbuh diantara dasar batang dan
daun sekunder, sedangkan pada pangkal batang anakan pertama berbentuk
berikutnya. Anakan kedua tumbuh pada batang bawah anakan pertama yaitu pada
buku pertama, dan juga membentuk perakaran sendiri. Anakan ketiga tumbuh
pada buku pertama pada batang anakan kedua. Jumlah anakan maksimum dicapai
pada umur 50-60 hari setelah tanam (Aak,1990).
Biji padi atau gabah terdiri dari dua penyusun utama yaitu 72-82% bagian
yang dapat dimakan (kariopsis) dan 18-28% kulit gabah atau sekam. Kariopsis
tersusun dari 1-2% perikarp, 4-6% aleuron dan testa, 2-3% lemma dan 89-94%
endosperm (Haryadi,2006).
Gabah / buah padi ini adalah buah padi yang diselubungi oleh sekam / kulit gabah. Gabah / buah padi ini juga dapat rusak karena gangguan hama yang memakan buah padi. Gangguan tanaman padi yang penyebarannya sangat cepat ialah hama padi, karena dalam waktu yang sangat singkat populasi hama berkembang dengan cepat (Aak, 1990).
Syarat Tumbuh 1. Iklim
Temperatur sangat mempengaruhi pengisian biji padi. Temperatur yang rendah dan kelembaban yang tinggi pada waktu pembungaan akan mengganggu proses pembuahan yang mengakibatkan gabah menjadi hampa. Hal ini terjadi akibat tidak membukanya bakal biji. Temperatur yang juga rendah pada waktu bunting dapat menyebabkan rusaknya pollen dan menunda pembukaan tepung sari (Luh, 1991)
pengembangan daripada kecambah, sehingga pemindahan terlambat dan pembentukan anakan berkurang. Sedangkan suhu rendah setelah pembentukan malai akan menyebabkan peningkatan sterilitas dan mengurangi berat biji. Perbedaan suhu yang jelas antara siang dan malam akan mempercepat pematangan biji, terutama bila suhu malam yang rendah (Hasyim, 2000).
Tanaman padi dapat tumbuh di daerah tropis/subtropis pada 450 LU– 450 LS dengan cuaca panas dan kelembapan tinggi dengan musim hujan 4 bulan. Rata–rata curah hujan yang baik adalah 200 mm/bulan atau 1500–2000 mm/tahun. Padi dapat ditanam di musim kemarau atau hujan. Pada musim kemarau, produksi meningkat asalkan air irigasi selalu tersedia. Di musim hujan, walaupun air melimpah produksi dapat menurun, karena penyerbukan kurang intensif (Warintek, 2008).
Tanaman padi dapat tumbuh pada daerah mulai dari dataran rendah sampai dataran tinggi. Di dataran rendah padi memerlukan ketinggian tempat 0–650 m dpl dengan temperatur 220 C–27 0 C sedangkan di dataran tinggi 650–1.500 m dpl dengan temperatur 190 C–230 C (Warintekbantul, 2008).
2. Tanah
Padi tumbuh baik di daerah tropis maupun subtropis. Untuk padi sawah, ketersediaan air yang mampu menggenangi lahan tempat penanaman sangat penting. Oleh karena air menggenang terus menerus maka tanah sawah harus
memiliki kemampuan menahan air yang tinggi, seperti tanah lempung (Suparyono dan Setyono, 1997).
Tanah yang baik adalah tanah yang tercukupi unsur haranya, unsur hara yang diberikan secara berlebihan juga akan mengganggu pertumbuhan dan produksi tanaman, misalnya unur hara N yang diperlukan tanaman khususnya didalam fotosintesa. unsur hara N didalam tanah untuk tanaman yang terpenting adalah sebagai penyusun atau bahan dasar protein dan pembentukan klorofil, karena itu unsur N mempunyai fungsi Membuat bagian – bagian tanaman menjadi lebih hijau, banyak mengandung butir – butir hijau dan yang penting dalam proses fotosintesa. Mempercepat pertumbuhan tanaman yang dalam hal ini menambah tinggi tanaman dan merangsang jumlah anakan, menambah ukuran daun dan besar gabah serta memperbaiki kualitas tanaman dan gabah, menambah kadar protein beras, menyediakan bahan makanan bagi mikrobia (jasad- jasad renik) yang
bekerja menghancurkan bahan – bahan organik didalam tanah (Departemen Pertanian, 1977).
Unsur hara N mempunyai fungsi untuk mempergiat pembentukan klorofil, memperbanyak anakan, mempercepat pertumbuhan dan menambah lebar luas daun (Soemartono, dkk, 1982).
Soil Conditioner (Pembenah Tanah)
Soil conditioner berfungsi menambahkan nutrisi, memperkaya tanah dan memungkinkan tanaman untuk tumbuh lebih besar dan kuat. Soil conditioner dapat digunakan untuk meningkatkan retensi air di tanah kering, tanah kasar yang tidak menahan air dengan baik, dan ditambahkan untuk menyesuaikan pH tanah agar memenuhi kebutuhan tanaman tertentu atau untuk membuat tanah sangat asam atau alkali lebih bermanfaat . Beberapa contoh soil conditioner meliputi: bonemeal, gambut, ampas kopi, kompos, sabut, pupuk kandang, jerami, vermikulit, belerang, kapur, bloodmeal, teh kompos, pupuk kimia, dan sphagnum lumut. Mulsa juga merupakan bentuk conditioner tanah, Seperti yang biasa digunakan untuk membantu mempertahankan kelembaban tanah dan nutrisi sehingga tanaman tetap sehat. Banyak soil conditioner datang dalam bentuk produk organik bersertifikat. Beberapa soil conditioner bekerja masuk ke dalam tanah dan diserap akar tanaman. Juga dapat diterapkan sebelum atau setelah tanam, atau secara periodik selama musim pertumbuhan, seperti halnya dengan pupuk kimia dan mulsa (Smith. 2010).
Konsep penggunaan bahan pembenah tanah adalah: (1) pemantapan agregat tanah untuk mencegah erosi dan pencemaran, (2) merubah sifat hidropobik atau hidrofilik, sehingga merubah kapasitas tanah menahan air (water holding capacity), (3) meningkatkan kapasitas tukar kation (KTK) tanah.
meskipun jumlahnya relatif kecil dan seringkali tidak semua unsur hara terkandung dalam bahan pembenah tanah dan dapat segera digunakan untuk tanaman (Dariah, 2007).
Soil Conditioner mengendurkan tanah liat berat untuk memudahkan penetrasi lebih dalam udara dan air (tanah liat dan tanah dipadatkan ketat membatasi pertumbuhan akar & penetrasi air). Penetrasi lebih baik dari udara & air dan pertumbuhan akar tidak dibatasi, meningkatkan pertumbuhan keseluruhan tanaman, sayuran, bunga dan mengendurkan (berpori) tanah memfasilitasi penyerapan yang lebih baik dari nutrisi dan air. Menetralisir garam yang tidak diinginkan untuk memungkinkan pertumbuhan rumput dan semak belukar (Indiamart, 2010).
Mikroorganisme Tanah
patogen seperti Alternaria dan Fusarium. Sifat Azotobacter ini dapat menjelaskan pengaruh menguntungkan yang dapat diamati pada bakteri ini dalam meningkatkan tingkat perkecambahan biji, pertumbuhan tanaman, tegakan tanaman, dan pertumbuhan vegetatif (Iqbal, 2010).
Mikroorganisme berperan dalam menstabilkan keadaan kimia dan fisika tanah, sehingga secara keseluruhan merupakan soil conditioner. Selain itu, mikroorganisme juga berfungsi untuk merangsang pertumbuhan pseudomonas putida dan pseudomonas flourescent yang bersimbiosis dengan tanaman (Parnata, 2010).
Fungsi lain dari mikroorganisme adalah menguraikan bahan kimia yang sulit diserap menjadi bentuk yang mudah diserap tanaman. Mikroorganisme ternyata mengeluarkan suatu jenis zat yang berfungsi untuk memperlancar penyaluran hara dan air dari akar ke daun. Zat yang dikeluarkan oleh mikroorganisme ini dapat membantu penyebaran air dan nutrisi ke seluruh permukaan daun. Keadaan ini akan meningkatkan produksi tanaman karena penyaluran air dan nutrisi ke permukaan daun berjalan lancar (Parnata, 2010).
Sawah
Tanah yang baik untuk areal persawahan adalah tanah yang mampu memberikan kondisi tumbuh tanaman padi. Kondisi yang baik untuk pertumbuhan tanaman padi sangat ditentukan oleh beberapa faktor, yaitu posisi topografi yang berkaitan dengan kondisi hidrologi, porositas tanah yang rendah dan tingkat keasaman tanah yang netral dan sumber air alam (Suparyono dan Setyono, 1997).
Pengolahan sawah yang dilumpurkan (pudling) pada lahan bukaan baru telah diteliti meskipun belum dikaitkan dengan produksi tanaman padi. Hasilnya, makin intensif pelumpuran yang dilakukan, maka makin kecil air yang hilang
melalui perkolasi yang berimplikasi pada efisiensi pemanfatan air (Subagyono dkk., 2001).
Profil tanah sawah memiliki lapisan oksidasi dan reduksi. Pada lapisan reduksi tanah sawah merupakan lapisan yang baik dalam penyerapan unsur hara tanaman, karena kestabilan haranya terjaga sehingga dapat di manfaatkan oleh akar tanaman padi (Hasibuan, 2006).
Legowo
pada barisan tengah) x 10 cm (barisan pinggir) x 40 cm (barisan kosong) (BPTP Banten, 2009).
Menanam bibit di sawah biasanya dilaksanakan dengan pola tanam tertentu salah satunya adalah dengan pola legowo. Penanaman padi perlu diatur agar tidak terjadi persaingan yang hebat untuk mendapatkan unsur-unsur makanan dan cahaya matahari, penyianganpun mudah. Penanaman yang terlalu dalam dapat juga menyebabkan pertumbuhan akar terlambat dan anakan berkurang (Soemartono, dkk, 1982)
BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian lapangan dilakukan di Desa Pasar Melintang, Kecamatan Lubuk Pakam, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara, dengan ketinggian ± 26 m di atas permukaan laut dengan topografi datar. Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan September 2010 sampai dengan bulan Januari 2011.
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih padi Varietas inpari 3, Pupuk Urea, Pupuk TSP, Pupuk KCL, Soil Conditioner (pembenah tanah yang diuji) dengan merek dagang Bali Soil Nutrient dan plastik.
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah cangkul, tali, meteran, alat tulis, papan lat, hand sprayer, leaf area meter, timbangan analitik, oven.
Metode Penelitian
Penelitian disusun menggunakan rancangan acak kelompok (randomized complete block design) non faktorial yang terdiri atas:
Tabel 1. Perlakuan yang Diaplikasikan Saat Penelitian
Aplikasi benih Aplikasi dilapangan
SC (ml kg /Benih) 2 MSPT (SC ml/ 750 L air) 7 MSPT
T1 ---- 125 kg urea 125 kg urea
T2 2.0 ml 250 ml SC + 62,5 kg urea 62,5 kg urea T3 2.5 ml 250 ml SC + 62,5 kg urea 62,5 kg urea T4 ---- 250 ml SC + 125 kg urea 62,5 kg urea
T5 1.5 ml 62,5 kg urea 62,5 kg urea
Jarak Tanam : 20 x 10 cm Jumlah Plot : 28 plot Jarak antar plot : 50 cm Jarak antar Blok : 30 cm Ukuran Plot : 5 m x 4 m Jumlah populasi/plot : 720
Jumlah sampel/plot : 10 Jumlah tanaman seluruhnya : 20. 160 Jumlah sampel seluruhnya : 280
Model linear yang diasumsikan untuk Rancangan Acak Kelompok non faktorial adalah sebagai berikut:
Yij = µ + ρi + σij + εij i = 1,2,3,4 j = 1,2,3,4,5,6,7 dimana:
Yij = hasil pengamatan pada blok ke i dan perlakuan ke j µ = nilai tengah sebenarnya
ρi = pengaruh soil conditioner (pembenah tanah) pada taraf ke i
σij = pengaruh blok pada taraf ke j
εij = pengaruh eror pada blok ke i dan perlakuan ke j
PELAKSANAAN PENELITIAN
Persiapan Areal persemaian
Ukuran lahan persemaian adalah 1/25 dari luas sawah yang akan ditanami yaitu 5 m x 4 m, yang dibersihkan terlebih dahulu dari sisa rumput bekas tanaman lain. Lahan persemaian terdiri atas campuran tanah, kompos, dan disiram setiap hari.
Perendaman Benih
Benih direndam dengan air selama ± 24 jam kemudian ditiriskan selama ± 6 jam kemudian diberikan soil conditioner (pembenah tanah) sesuai dengan perlakuan.
Penyemaian Benih
Benih kemudian disemai pada tempat persemaian yang telah dipersiapkan dengan keadaan merata dan tidak terlalu rapat. Benih yang digunakan sebanyak 0.125kg benih / m2
Persiapan areal tanam
Seminggu sebelum pengolahan tanah, dilakukan penggenangan air ± 5cm
untuk melunakkan tanah sawah, lahan sawah yang digunakan berukuran 22.5 m x 26.1 m, areal tanah kemudian digemburkan dengan cara membajak
selanjutnya digaru untuk mendapatkan permukaan tanah yang baik. Setelah itu dibuat blok dengan jarak antar blok 30 cm.
Pembuatan Plot Percobaan
ukuran plot percobaan 500 cm x 400 cm, sehingga luas lahan penelitian adalah 22.5 m x 26.1 m atau sama dengan 587.25 m2.
Pembuatan Jarak Tanam
Jarak tanam yang digunakan adalah menggunakan sistem legowo (Lampiran 3). Tiap plot dibuat empat baris yang rapat kemudian diberi sela satu barisan kosong, kemudian ditanam lagi empat baris yang rapat. Tanaman ditanam dengan jarak 20 cm x 10 cm membentuk satu baris, agar barisan lurus gunakan tali dan papan lat.
Penanaman Bibit
Penanaman bibit ke sawah dilakukan pada saat umur persemaian berumur 13 hari ketika daun sudah tumbuh 2-3 helai, tidak kuning, sehat dan bebas dari hama penyakit. Pencabutan bibit dilakukan dengan hati-hati, sehingga tidak merusak akar. Bibit yang dicabut dengan persemaian langsung ditanam ke lubang tanam dengan jumlah bibit 1 perlubang tanam. Tujuan pemindahan bibit dengan umur yang muda agar bibit cepat kembali beradaptasi dengan areal tanam yang baru, sehingga akar dapat tumbuh kuat dan dalam, menghasilkan anakan yang lebih banyak, tahan rebah, tahan kekeringan dan tanaman lebih cepat menyerap pupuk
Pemeliharaan Tanaman 1. Penyulaman
2. Pemupukan
Pemupukan dilakukan sebanyak dua kali yakni dua minggu setelah tanam (aplikasi pupuk I) berupa pupuk TSP 130 kg/ha dan KCL 50 kg/ha, sedangkan pupuk Urea dan Soil conditioner (pembenah tanah yang diuji) diberikan sesuai konsentrasi pada perlakuan. Kemudian empat minggu setelah pemupukan pertama (aplikasi pupuk II) berupa pupuk urea dengan konsentrasi yang sama pada pemupukan pertama. Pupuk diberikan dengan cara disebarkan secara merata pada tiap plot.
3. Pengendalian Hama dan Penyakit
Pemberian Insektisida spontan dan Kurater serta racun keong mas sebagai tindakan pengendalian hama penyakit diberikan saat seminggu sebelum buka lahan.
4. Penyiangan
Penyiangan dilakukan dengan mencabut rumput yang disekitar pertanaman. Penyiangan dilakukan secara rutin pada saat 2, 4, 6 dan 8 MSPT (minggu setelah pindah tanam).
5. Pemanenan
Pemanenan pada penelitian ini dilakukan saat bulir telah menguning yaitu tanaman berumur 105 hari, bagian bawah malai masih terdapat sedikit gabah hijau.
Pengamatan Parameter 1. Tinggi Tanaman (cm)
Tanaman diukur mulai pangkal batang (permukaan tanah) hingga ujung daun tertinggi setelah diluruskan.
2. Jumlah Anakan per Sampel (batang/ anakan)
Jumlah anakan dihitung dengan menghitung jumlah seluruh batang pertanaman kemudian dikurangi satu batang. Pengukuran dilakukan pada saat tanaman berumur 4 MST sampai akhir masa vegetatif 8 MST dan dilakukan dengan interval 2 minggu sekali.
3. Indeks Panen
Indeks panen merupakan cara untuk mengetahui nilai ekonomis dari sebuah tanaman. Pada padi indeks panen dihitung dengan rumus sebagai berikut :
Indeks panen = Berat basah Tanaman Berat Kering Gabah 4. Bobot Kering Tajuk (g)
Dilakukan dengan cara dibersihkan tajuk dari kotoran, dipisahkan dengan akar dan dikering anginkan, lalu diovenkan tajuk atas tanaman pada suhu 600 C selama 24 jam, lalu ditimbang dengan timbangan analitik untuk mengetahui bobot keringnya. Penimbangan dilakukan setelah panen.
5. Bobot Kering Akar (g)
6. Luas Daun Bendera(cm2)
Diukur pada daun bendera pada saat daun bendera telah membuka sempurna dengan menggunakan leaf area meter. Daun bendera adalah daun teratas dan biasanya terletak di bawah malai. Pengukuran luas daun bendera dilakukan setelah panen.
7. Jumlah Malai per Sampel (tangkai)
Jumlah malai pertanaman dapat dihitung pada saat tanaman mengeluarkan malai secara keseluruhan pada anakan, penghitungan malai dilakukan pada saat malai telah keluar penuh pada saat umur 80 HST dan dihitung pada saat pemanenan.
8. Jumlah Gabah Berisi per Sampel (Butir)
Jumlah gabah berisi per sampel dihitung dari seluruh malai yang ada dan pada saat bulir padi telah mengalami pemasakan yang sempurna pada waktu pemanenan dari masing-masing sampel.
9. Persentase gabah berisi per rumpun (%)
Dihitung presentase gabah berisi permalai dengan rumus:
% gabah berisi = X 100%
10. Bobot 1000 butir (g)
11. Produksi per Sampel (g)
Produksi tanaman dihitung dengan menimbang bobot kering, dari masing – masing sample yang ada di setiap plot dengan kadar air 14% setelah pemanenan pada masing-masing plot.
12. Produksi per Petak Ubin (g)
Produksi tanaman dihitung dengan menimbang keseluruhan dari hasil gabah kering berisi dengan kadar air 14% setelah pemanenan pada masing-masing petak ubin. Jumlah tanaman per petak ubin 64 tanaman.
13. Produksi per Hektar (ton)
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Dari hasil analisis sidik ragam menunjukkan pemberian soil conditioner (pembenah tanah) berpengaruh nyata terhadap parameter bobot kering tajuk (g), luas daun bendera (cm²), jumlah malai per sampel (tangkai), produksi per petak ubin (g), bobot seribu butir (g) dan produksi per hektar (ton). Tetapi berpengaruh tidak nyata terhadap parameter tinggi tanaman (cm), jumlah anakan per sampel (batang), bobot kering akar (g), jumlah gabah berisi per sampel (butir), persentase gabah berisi (%), indeks panen, dan produksi per sampel (g).
1. Tinggi Tanaman (cm)
Hasil pengamatan dan analisis sidik ragam tinggi tanaman pada 4, 6, 8 minggu setelah tanam (MST) dapat dilihat dari Lampiran 5-10. Rataan tinggi tanaman (cm) pada 4, 6, 8 MST dapat dilihat pada tabel 2.
Tabel 2. Rataan Tinggi Tanaman 4, 6, dan 8 MST pada pemberian soil conditioner
Perlakuan Tinggi Tanaman
4 MST 6 MST 8 MST
T1 47.69 64.47 79.47
T2 48.15 61.33 73.19
T3 47.96 63.46 75.58
T4 48.39 64.36 74.70
T5 48.65 55.60 71.87
T6 48.31 61.61 74.99
T7 46.45 59.64 72.43
Pada parameter tinggi tanaman (cm) 6 MST rataan tertinggi terdapat pada T1 (64,47) dan terendah pada T5 (55,60). Pada parameter tinggi tanaman (cm) 8 MST rataan tertinggi pada T1 (79,47) dan terendah adalah T5 (71,87).
2. Jumlah Anakan per Sampel (batang)
Hasil pengamatan dan analisis sidik ragam dari jumlah anakan pada 4, 6, dan 8 Minggu Setelah Tanam (MST) dapat dilihat dari Lampiran 11-16. Rataan jumlah anakan (batang) pada 4, 6, dan 8 MST dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Rataan Jumlah Anakan 4, 6, 8 MST (batang) pada pemberian soil conditioner
Perlakuan Jumlah Anakan
4 MST 6 MST 8 MST
T1 10.43 15.68 21.33
T2 10.30 13.65 16.55
T3 10.63 16.10 19.20
T4 12.45 15.60 19.25
T5 12.13 15.18 15.90
T6 11.15 16.48 18.25
T7 8.75 13.28 16.78
Dari Tabel 3 diketahui bahwa rataan jumlah anakan (batang) 4 MST tertinggi terdapat pada perlakuan T4 (12,45) dan terendah pada T7 (8,75). Pada rataan jumlah anakan (batang) 6 MST tertinggi terdapat pada perlakuan T6 (16,48) dan terendah pada T7 (13,28). Pada rataan jumlah anakan (batang) 8 MST tertinggi terdapat pada perlakuan T1 (21,33) sedangkan yang terendah terdapat pada perlakuan T5 (15,90).
3. Bobot Kering Tajuk (g)
Tabel 4. Rataan Bobot Berat Kering Tajuk (g) pada pemberian soil conditioner
Keterangan : Angka – angka yang diikuti oleh huruf kecil yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata menurut uji Duncan pada taraf uji 5%.
Dari Tabel 4 diketahui bahwa rataan bobot kering tajuk (g) tertinggi terdapat pada perlakuan T1 (61,54) sedangkan yang terendah terdapat pada perlakuan T3 (22,63).
0.00 Gambar 1. Histogram Bobot Kering Tajuk (g)
4. Bobot Kering Akar (g)
Tabel 5. Rataan Bobot Kering Akar (g) pada pemberian soil conditioner
Dari Tabel 5 diketahui bahwa rataan bobot kering akar (g) tertinggi terdapat pada perlakuan T1 (41.04) sedangkan yang terendah terdapat pada perlakuan T3 (22,63).
5. Luas Daun Bendera (cm2)
Hasil pengamatan dan analisis sidik ragam dari luas daun bendera (cm2) dapat dilihat dari Lampiran 22-24. Rataan luas daun bendera dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Rataan Luas Daun Bendera (cm²) pada pemberian soil conditioner (pembenah tanah)
Keterangan : Angka – angka yang diikuti oleh huruf kecil yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata menurut uji Duncan pada taraf uji 5%.
Gambar 2. Histogram Luas Daun Bendera (cm2)
6. Jumlah Malai Per Sampel (Tangkai)
Hasil pengamatan dan analisis sidik ragam dari jumlah malai per sampel (tangkai) dapat dilihat dari Lampiran 25-27. Rataan jumlah malai per sampel (tangkai) dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7. Rataan Jumlah Malai per Sampel (tangkai) pada pemberian soil conditioner
Perlakuan Rataan T1 20.80a T2 11.78b T3 11.60b T4 11.18b T5 11.65b T6 12.68b T7 12.25b
Keterangan : Angka – angka yang diikuti oleh huruf kecil yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata menurut uji Duncan pada taraf uji 5%.
Gambar 3. Histogram Jumlah Malai (Tangkai)
7. Jumlah Gabah Berisi (butir)
Hasil pengamatan dan analisis sidik ragam dari jumlah gabah berisi (butir) dapat dilihat dari lampiran 28-29. Rataan jumlah gabah berisi per sampel dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8. Rataan Jumlah Gabah Berisi per Sampel (butir) pada pemberian soil conditioner
Perlakuan Rataan
T1 902.43
T2 721.83
T3 710.95
T4 648.28
T5 763.88
T6 809.80
T7 789.48
8. Persentase Gabah Berisi (%)
Hasil pengamatan dan analisis sidik ragam dari persentase gabah berisi per rumpun (%) dapat dilihat dari Lampiran 30-31. Rataan persentase gabah berisi per rumpun dapat dilihat pada Tabel 9.
Tabel 9. Rataan Persentase Gabah Berisi pada pemberian soil conditioner
Dari Tabel 9 diketahui bahwa rataan persentase gabah berisi per rumpun (%) tertinggi terdapat pada perlakuan T1 (82,17) sedangkan yang terendah terdapat pada perlakuan T4 (79.32).
9. Indeks Panen
Hasil pengamatan dan analisis sidik ragam dari indeks panen dapat dilihat dari Lampiran 30-31. Rataan gabah indeks panen dapat dilihat pada Tabel 10.
Tabel 10. Rataan Persentase Indeks Panen pada pemberian soil conditioner
10. Bobot 1000 butir (g)
Hasil pengamatan dan analisis sidik ragam dari bobot 1000 butir (g) dapat dilihat dari Lampiran 32-34. Rataan bobot 1000 butir dapat dilihat pada Tabel 11. Tabel 11. Rataan Bobot 1000 Butir (g) pada pemberian soil conditioner
Perlakuan Rataan
T1 26.34c
T2 27.02b
T3 30.39a
T4 26.69bc
T5 28.87a
T6 29.83a
T7 27.55a
Keterangan : Angka – angka yang diikuti oleh huruf kecil yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata menurut uji Duncan pada taraf uji 5%.
Dari tabel 11 diketahui bahwa rataan bobot 1000 butir tertinggi terdapat pada perlakuan T3 (30,39) sedangkan yang terendah terdapat pada perlakuan T1 (26,34).
11. Produksi per Sampel (g)
Hasil pengamatan dan analisis sidik ragam dari produksi per sampel (g) dapat dilihat dari lampiran 35-36. Rataan produksi per sampel dapat dilihat pada Tabel 12.
Tabel 12. Rataan Produksi per Sampel (g) pada pemberian soil conditioner Perlakuan Rataan
Dari tabel 12 diketahui bahwa rataan produksi per sampel tertinggi terdapat pada perlakuan T3 (32.99) sedangkan yang terendah terdapat pada perlakuan T4 (26.40).
12. Produksi per Petak Ubin (g)
Hasil pengamatan dan analisis sidik ragam dari produksi per petak ubin (g) dapat dilihat dari lampiran 37-39. Rataan produksi per sampel dapat dilihat pada Tabel 13.
Tabel 13. Rataan Produksi per Petak Ubin (g) pada pemberian soil conditoner Perlakuan Rataan
Dari tabel 13 diketahui bahwa rataan produksi per petak ubin tertinggi terdapat pada perlakuan T3 (948.29) sedangkan yang terendah terdapat pada perlakuan T5 (739.61).
Gambar 5. Histogram Produksi per Petak Ubin
13. Produksi Per Hektar (ton)
Hasil pengamatan dan analisis sidik ragam dari produksi per hektar (ton) dapat dilihat dari lampiran 40-42. Rataan produksi per hektar dapat dilihat pada Tabel 14.
Tabel 14. Rataan produksi per hektar (ton) pada pemberian soil conditioner Perlakuan Rataan
Dari tabel 14 diketahui bahwa rataan produksi per hektar tertinggi terdapat pada perlakuan T3 (9,49) sedangkan yang terendah terdapat pada perlakuan T5 (7.40).
Pembahasan
Uji efektifitas pemberian soil conditioner (pembenah tanah) terhadap pertumbuhan dan produksi padi
Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa pemberian soil conditioner (pembenah tanah) berpengaruh nyata terhadap parameter bobot kering tajuk (g), luas daun (cm²), jumlah malai per sampel (tangkai), produksi per petak ubin (g), bobot seribu butir (g) dan produksi per hektar (ton). Tetapi berpengaruh tidak nyata terhadap parameter tinggi tanaman (cm), jumlah anakan per sampel (batang), bobot kering akar (g), jumlah gabah berisi per sampel (butir), persentase gabah berisi (%), indeks panen, dan produksi per sampel (g).
Dari hasil uji kontras terhadap parameter bobot kering tajuk menunjukan bahwa perlakuan T1 berbeda nyata terhadap semua perlakuan. Sedangkan untuk antar perlakuan lainnya tidak menunjukan perbedaan yang nyata. Hal ini diduga karena dosis pemberian pembenah tanah yang berbeda-beda tidak terlalu berpengaruh terhadap bobot kering tajuk. Diduga tanaman mendapatkan unsur hara yang cukup dan berimbang didalam pertumbuhannya. Hal ini sesuai dengan pernyataan Departemen Pertanian (1977) yang menyatakan tanah yang baik adalah tanah yang tercukupi unsur haranya, bahwa unsur hara harus tercukupi dan berimbang. Akibat kekurangan satu unsur hara saja pertumbuhan tanaman akan terganggu, meskipun jumlah unsur hara yang lain banyak. Sebaliknya, unsur hara yang diberikan secara berlebihan juga akan mengganggu pertumbuhan dan produksi tanaman
Luas daun terbesar adalah terdapat pada perlakuan T6 (4,13) dan terendah pada perlakuan T1 (2,71). T6 terdiri dari 250 ml soil conditioner dan 62,5 kg Urea dua kali aplikasi, dimana pemberian soil conditioner berpengaruh nyata terhadap parameter luas daun. Pemberian soil conditioner (pembenah tanah) diduga menyeimbangi unsur hara yang diberikan pada tanaman padi tersebut. Untuk proses fotosintesis diperlukan unsur Nitrogen yang tercukupi. Diduga dengan pemberian 62,5 kg Urea unsur hara tercukupi dengan ditambahkan soil conditioner sebanyak 250 ml, karena soil conditioner (pembenah tanah) juga mempunyai fungsi mensuplai unsur hara tertentu. Dan unsur hara yang berperan untuk partumbuhan luas daun adalah N yang terkandung didalam Urea. Pemberian pembenah tanah tersebut membantu dalam penyuplaian unsur nitrogen didalam tanah. Melalui unsur hara nitrogen akan terjadinya proses fotosintesis dengan adanya klorofil. Dimana klorofil diperoleh dari unsur nitrogen. Hal ini sesuai dengan pernyataan Pranata (2010) nitrogen juga berperan dalam pembentukan zat hijau daun atau klorofil. Klorofil sangat berguna untuk membantu proses fotosintesis. Selain itu, nitrogen bermanfaat dalam pembentukan protein, lemak, dan berbagai persenyawaan organik lainnya. Dan juga sesuai dengan pernyataan Dariah (2007) yaitu beberapa bahan pembenah tanah juga mampu menyuplai unsur hara tertentu, meskipun jumlahnya relatif kecil dan seringkali tidak semua unsur hara terkandung dalam bahan pembenah tanah dan dapat segera digunakan untuk tanaman.
kali aplikasi. Dengan pemberian Urea 125 kg dua kali aplikasi, diduga konsentrasi N sudah dapat meningkatkan jumlah malai per sampel walau tanpa pemberian soil conditioner (pembenah tanah). keadaan tanah yang subur tanpa pemberian soil conditioner (pembenah tanah) sudah mencukupi tanaman menerima unsur hara yang akan ditranslokasikan. Didalam tanah yang subur terdapat mikroorganisme tanah yang mampu menguraikan unsur hara sehingga mudah diserap tanaman. Sehingga dapat diharapkan produksi tanaman padi meningkat dari jumlah bulir pada malai juga meningkat. Parnata (2010) menyatakan fungsi lain dari mikroorganisme adalah menguraikan bahan kimia yang sulit diserap menjadi bentuk yang mudah diserap tanaman. Keadaan ini akan meningkatkan produksi tanaman karena penyaluran air dan nutrisi ke permukaan daun berjalan lancar.
Hasil uji kontras jumlah malai perumpun menunjukan hasil yang berbeda nyata dari perlakuan T1 terhadap semua perlakuan, namun tidak menunjukan perbedaan yang nyata antar perlakuannya. Diduga penggunaan soil conditioner (pembenah tanah) belum mampu menggantikan fungsi pemberian pupuk Nitrogen. Dimana nitrogen banyak manfaatnya salah satunya sangat berperan dalam pembentukan klorofil didalam pengisian gabah. Hal ini sesuai dengan pernyataan Soemartono, Samad dan Harjono (1982) bahwa unsur hara N mempunyai fungsi untuk mempergiat pembentukan klorofil, memperbanyak anakan, mempercepat pertumbuhan dan menambah lebar luas daun.
bahwa perlu adanya keseimbangan hara pada tanaman untuk dapat memproduksi dengan maksimal. Pemberian Urea sebanyak 62,5 kg belum mencukupi hara yang akan diserap tanaman. Diduga dengan pemberian soil conditioner membantu tanah mensuplai dan mempelancar nutrisi atau hara yang akan ditranslokasikan ketanaman. Soil conditioner juga dapat sebagai pengganti bahan anorganik yang apabila berlebihan dapat merusak tanah serta menurunkan kualitas produksi padi. Sesuai dengan pernyataan Nugraha dan Sulistyawati (2010) bahwa penggunaan pupuk kimia yang dilakukan secara terus menerus dapat mengganggu keseimbangan hara, penipisan unsur mikro seperti Zn, Fe, Cu, Mn, dan Mo di dalam tanah, mempengaruhi aktivitas organisme tanah, serta menurunkan produktivitas pertanian padi dalam jangka panjang. Selain itu penggunaan pupuk kimia dengan harga yang cukup mahal menyebabkan tingginya biaya produksi pertanian padi.
Pemberian soil conditioner pada tanaman padi berpengaruh nyata terhadap parameter produksi perpetak ubin. Hai ini diduga bahwa pemberian soil conditioner pada tanah mampu meningkatkan fungsi tanah lebih baik, dimana membantu ketersediaan unsur hara didalam tanah yang dibutuhkan tanaman. Melalui ketersediaan unsur hara tersebut tanaman padi mampu menghasilkan gabah berisi yang bernilai ekonomi sehingga produksi yang didapatkan dapat sesuai keinginan petani. Sesuai dengan pernyataan Smith (2010) menyatakan bahwa pembenah tanah juga menambahkan nutrisi, memperkaya tanah memberikan kesempatan untuk tanaman dapat tumbuh lebih besar dan lebih kuat.
nyata pada semua perlakuan. Sedangkan T3 (2,5ml soil conditioner aplikasi benih, 250 ml soil conditioner dan 62,5 kg Urea dengan dua kali aplikasi) berbeda tidak nyata dengan T4 (0ml soil conditioner aplikasi benih, 250 ml soil conditioner dan 125 kg Urea 2MSPT, 62,5 kg Urea 7 MSPT). Dilihat dari hasil uji kontras T4 dapat menggantikan T3 tetapi perlu penambahan 50% Urea pada aplikasi pupuk yang pertama, namun dosis soil conditioner dapat diperkecil pada aplikasi benih. Menunjukkan dengan 2,5ml soil conditioner aplikasi benih + 250 ml soil conditioner dilapang dapat menggantikan dosis urea dilapang 50% dua kali aplikasi, dan dengan 0 ml soil conditioner aplikasi benih + 250 ml soil conditioner dilapang hanya dapat menggantikan dosis urea 50% satu kali aplikasi.
dan fisika tanah, sehingga secara keseluruhan merupakan pembenah tanah. Akibatnya ada perubahan rotasi dan penyerapan unsur hara menjadi optimal.
Produksi per sampel berpengaruh tidak nyata terhadap pemberian soil conditioner pada tanaman padi. Diduga cara pemberian Urea pada tanaman menjadi salah satu faktor pada pertumbuhan tanaman. Pemberian Urea dilakukan dengan cara sebar memungkinkan adanya ketidakmerataan pada saat pemberian Urea pada tanaman padi. Dikarenakan pengambilan sampel kebanyakan berada ditengah sehingga dapat terjadi kekurangan unsur hara. Unsur N pada Urea berperan penting didalam pengisian gabah. Oleh karena itu cara pemberian Urea juga harus diperhatikan.
Rataan bobot kering akar tertinggi terdapat pada perlakuan T1 (41,04) terdiri dari 125 kg Urea dua kali aplikasi. Rataan tertinggi pada perlakuan T1 juga terdapat pada parameter berat kering tajuk (61,54), gabah berisi (902.43), dan jumlah malai per sampel (20,80). Perakaran padi yang memiliki ketebalan dan kuat terbukti mampu menyediakan dan mensuplai unsur hara yang dapat dimanfaatkan secara maksimal oleh tanaman untuk pertumbuhan bagian – bagian dari tanaman tersebut. Akar mampu menyerap air dan zat-zat yang terlarut dari dalam tanah sebagai pendukung tumbuh dan berkembangnya tumbuhan serta sebagai tempat penyimpanan cadangan makanan yang berguna bagi tanaman. Hal ini sesuai dengan pernyataan Suardi (2002) yang menyatakan bahwa perakaran yang dalam dan tebal, sehat, mencengkeram tanah lebih luas serta kuat menahan kerebahan memungkinkan penyerapan air dan hara lebih efisien terutama saat stadia pengisian gabah.
Parameter gabah berisi berpengaruh tidak nyata terhadap pemberian soil conditioner. Ini diduga pada keadaan lingkungan seperti serangan hama. Perlu dilakukanya pemberantasan hama pada tanaman padi yang sangat menganggu saat pengisian bulir padi. Pada saat penelitian terdapat hama walang sangit yang sangat gemar sekali menghisap hasil fotosintesis pada bulir padi sehingga gabah padi sering kosong yang menyebabkan produksi gabah berisi menjadi berkurang. Sesuai dengan pernyataan AAK (1990) menyatakan hama juga menyerang buah padi dalam kondisi masak susu dengan cara menghisap cairannya sehingga menjadi kopong/hampa, dan perkembangannya kurang baik.
soil conditioner tidak memberikan pengaruh besar yang mampu meningkatkan nilai jual padi yang diharapkan petani, dimana Indeks panen tersebut memiliki pengertian adalah cara dalam mengetahui berapa persen bagian tanaman yang dapat dijual dengan otomatis bernilai ekonomi. Tanah pasar melintang juga tergolong bukan tanah masam yaitu dengan ph tanah 5,62 (Lampiran 45) sehingga unsur hara pada tanah tersedia oleh karena itu kemungkinan pembenah tanah tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap pertumbuhan tanaman. Sesuai dengan pernyataan Smith (2010) menyatakan bahwa pembenah tersebut dapat ditambahkan untuk meningkatkan pH tanah untuk menyesuaikan kebutuhan tanaman tertentu atau untuk memanfaatkan tanah masam. Sedangkan tanah didaerah pasar melintang bukan tanah masam.
luas daun. Dan pernyataan Smith (2010) menyatakan bahwa pembenah tanah juga menambahkan nutrisi, memperkaya tanah memberikan kesempatan untuk tanaman dapat tumbuh lebih besar dan lebih kuat.
Rataan jumlah anakan yang tertinggi 10 MST dari hasil sidik ragam diperoleh pada perlakuan T1 (21,33) dan terendah terdapat pada perlakuan T5 (15,90) dimana rataan tertinggi parameter jumlah anakan juga sesuai dengan rataan tertinggi parameter tinggi tanaman yaitu pada perlakuan T1. Untuk memperoleh jumlah anakan yang banyak dikehendaki pengaturan dalam jarak tanam yang tidak terlalu rapat karena memungkinkannya pertumbuhan anakan akan berkurang. Hal ini sesuai dengan pernyataan Soemartono, Samad dan Harjono (1982) yaitu menanam bibit disawah biasanya dilaksanakan dengan pola tanam tertentu. Penanaman padi perlu diatur agar tidak terjadi persaingan yang hebat untuk mendapatkan unsur-unsur makanan dan cahaya matahari, penyianganpun mudah. Penanaman yang terlalu dalam dapat juga menyebabkan pertumbuhan akar terlambat dan anakan berkurang.
250 ml soil conditioner dan 62,5 kg Urea dua kali aplikasi dilapang). Dilihat dari hasil sidik ragam produksi per hektar yang tertinggi terdapat pada perlakuan T3 (2,5ml soil conditioner aplikasi benih, 250 ml soil conditioner dan 62,5 kg Urea dua kali aplikasi dilapang). Menunjukkan dengan 2,5 ml aplikasi benih dan 250 ml soil conditioner aplikasi lapang produksi gabah per hektar optimal dibanding dengan hanya 1,5 ml dan 2,0 ml soil conditioner kemudian mampu menggantikan dosis Urea dilapang sebesar 50%.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Pemberian soil conditioner (pembenah tanah) berpengaruh nyata terhadap parameter bobot kering tajuk (g), luas daun (cm³), jumlah malai per sampel (tangkai), produksi perpetak ubin (g), bobot seribu butir (g) dan produksi perhektar (ton).
2. Dari seluruh perlakuan, perlakuan T3 (2,5ml soil conditioner aplikasi benih, 250 ml soil conditioner dan 62,5 kg Urea dua kali aplikasi dilapang) adalah yang paling baik untuk produksi padi per hektarnya (ton) karena mendapatkan hasil yang lebih dari perlakuan lain yaitu sebesar 9.49 ton/ha. Dan terendah pada perlakuan T5 (1,5ml soil conditioner aplikasi benih dan 6,25 kg Urea dua kali aplikasi dilapang) sebesar 7.40 ton/ha.
3. Perlakuan yang paling tinggi menghasilkan produksi terdapat pada perlakuan T3 dan berbeda tidak nyata terhadap perlakuan T1, T4 dan T6.
Saran
DAFTAR PUSTAKA
Aak, 1990. Budidaya Tanaman Padi. Kanisius. Jakarta
BPTP BANTEN. 2009. Budidaya Padi Hibrida.http://www.bptp-sulsel.com. diakses 21 Juli 2010.
BPS. 2010. Produksi Padi, Jagung dan Kedelei. Http://www.BPS.com. [19 Agustus 010].
Dariah, A. 2007. Bahan pembenah tanah: prospek dan pemanfaatannya. Dikutip dari sinar Tani edisi mei 2007 : http://www.pustaka-deptan.go.id/inovasi/
Departemen Pertanian. 1977. Pedoman bercocok tanam Padi Palawija Sayur-sayuran. Departemen Pertanian Satuan Pengendali BIMAS. Jakarta.
Direktorat Jendral Pengelolaan Lahan Dan Air. 2007. Penjelasan Istilah. XA23. Diakses 21 Juli 2010.
Grish, D. H. 1960. Rice. Longmans
Haryadi. 2006. Teknologi Pengolahan Beras. Gajah Mada University Press. Yogyakarta
Hasibuan, B. E. 2006. Pupuk dan Pemupukan. Usu Press. Medan Hasyim, H., 2000. Padi. USU Press, Medan.
Iqbal, A. 2010. Peran mikroorganisme Dalam Kehidupan. http://iqbalali.com/2010. [20 januari 2011].
Indiamart. 2010. Kekuatan soil conditioner. Http://www.indiamart.com/arihantbiofertichem/soil-conditioner.html. [18
Desember 2010].
Luh, BS. 1991. Rice Volume I. Van Nostrand Reinhold, University of California New York.
Parnata, A. S. 2010. Meningkatkan Hasil Panen Dengan Pupuk Organik. Agromedia Pustaka. Jakarta.
Noor, M. 1996. Padi Lahan Marjinal. Penebar swadaya. Jakarta
Nugraha, R dan Sulistyawati, E. 2010. Efektivitas Kompos Sampah Perkotaan Sebagai Pupuk Organik Dalam Meningkatkan Produktivitas dan Menurunkan Biaya Produksi Budidaya Padi. Sekolah Tinggi Ilmu & Teknologi Hayati. Institut Teknologi Bandung.
Smith, S. E., 2010. What is soil conditioner. http:// www. wisegeek.com/what-is-soil-conditioner.htm. [11 oktober 2010].
Soemartono, B. Samad, dan R. Hadjono. 1982. Bercocok Tanam Padi. Penerbit Cv. Yasaguna. Jakarta.
Suardi, D. 2002. Perakaran Padi Dalam Hubungannya dengan Toleransi Tanaman Terhadap Kekeringan dan Hasil. Jurnal. Balai Penelitian Bioteknologi dan Sumber Daya Genetik Pertanian.
Subagyono, K., A. Dariah, E. Surmaini dan U. Kurnia. 2001. Pengelolaan Air Pada Lahan Sawah. Diusulkan sebagai salah satu bab dalam buku Lahan Sawah Dan Pengelolaannya.
Sugeng, H. R. 2001. Bercocok Tanam Padi. Aneka Ilmu. Semarang.
Sumarseno. 2010. Sistem Legowo Dongkrak Produksi Padi. www.Sripoku.com. [11 oktober 2010].
Suparyono dan Setyono, A. 1997. Mengatasi Permasalahan Budidaya Padi. Penebar Swadaya. Jakarta.
Warintekristek. 2008. Padi (Oryza sativa). Http://www. warintek.ristek.go.id. [4 September 2009].
Lampiran 1: Deskripsi padi varietas Inpari 3 Nomor persilangan : BP3448E-4-2
Asal persilangan : Digul/BPT164-C-68-7-2
Golongan : Cere
Umur tanaman : 110 hari Bentuk tanaman : Sedang Tinggi tanaman : 95 – 100 cm Anakan produktif : 17 anakan
Warna kaki : Hijau
Warna telinga daun : Putih Warna lidah daun : Hijau
Warna daun : Hijau
Permukaan daun : Kasar
Posisi daun : Tegak
Ketahanan terhadap hama : Agak tahan terhadap hama wereng batang coklat 1,2 dan agak rentan terhadap biotipe 3
Ketahanan terhadap penyakit : agak tahan terhadap hawar daun, bakteri strain III, agak rentan terhadap bakteri hawar daun strain IV dan VIII, agak tahan terhadap virus tungro
inokulum varian 073, 013 dan 031.
Keterangan : Cocok ditanam pada lahan irigasi pada ketinggian tempat sampai 600 mdpl.
Lampiran 2 Bagan Percobaan
T6 T1 T6
T3
T4 T3 T1 T5
T7 T6 T7 T2
T2 T5 T2 T6
T3 T7 T5 T4
T5 T4 T4 T7
T1 T2 T3 T1
Jarak Tanam : 20 x 10 cm
Jumlah Plot : 28
Lampiran 3
Lampiran 4. Jadwal Kegiatan Penelitian
No. Jenis Kegiatan Minggu ke-
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
1 Persiapan Areal persemaian X
2 Penyemaian
Benih X
3 Persiapan areal
tanam X
4 Pembuatan Plot
Percobaan X
5 Pembuatan Jarak
Lampiran 5. Data Pengamatan Tinggi Tanaman 4 MST (cm)
Perlakuan Ulangan Total
Rata-rata
Total 337.51 334.20 325.07 345.57 1342.35
Rataan 48.22 47.74 46.44 49.37 47.94
Lampiran 6. Sidik Ragam Tinggi Tanaman 4 MST
SK dB JK KT fhit Ftab5%
Ulangan 3 30.84132 10.28044 0.97 tn 3.16
Perlakuan 6 12.66504 2.11084 0.20 tn 2.66
Galat 18 190.29 10.57153
Total 27 233.79
FK 64353.7
KK 0.067821
Lampiran 7. Data Pengamatan Tinggi Tanaman 6 MST (cm)
Perlakuan Ulangan Total Rata-rata
I II III IV
Total 436.63 438.55 417.00 429.70 1721.88
Lampiran 8. Sidik Ragam Tinggi Tanaman 6 MST
SK dB JK KT fhit Ftab5%
Ulangan 3 40.75226 13.58409 0.23 tn 3.16
Perlakuan 6 236.7531 39.45885 0.67 tn 2.66
Galat 18 1052.51 58.47264
Total 27 1330.01
FK 105888.2 KK 0.124346
Lampiran 9. Data Pengamatan Tinggi Tanaman 8 MST (cm)
Perlakuan Ulangan Total Rata-rata
I II III IV
T1 87.97 82.55 69.37 78.00 317.89 79.47
T2 71.40 72.25 73.50 75.60 292.75 73.19
T3 73.60 76.80 71.40 80.50 302.30 75.58
T4 76.65 71.48 74.15 76.50 298.78 74.70
T5 77.00 63.26 72.20 75.00 287.46 71.87
T6 71.45 84.15 67.90 76.45 299.95 74.99
T7 72.50 67.45 71.70 78.05 289.70 72.43
Total 530.57 517.94 500.22 540.10 2088.83
Rataan 75.80 73.99 71.46 77.16 74.60
Lampiran 10. Sidik Ragam Tinggi Tanaman 8 MST
SK dB JK KT Fhit Ftab5%
Ulangan 3 127.3827 42.4609 1.70 tn 3.16
Perlakuan 6 156.1958 26.03263 1.04 tn 2.66
Galat 18 449.37 24.96526
Total 27 732.95 FK 155828.5
Lampiran 11. Data Pengamatan Jumlah Anakan 4 MST (batang)
Perlakuan Ulangan Total Rata-rata
I II III IV
T1 13.20 9.90 4.20 14.40 41.70 10.43
T2 8.60 12.10 10.60 9.90 41.20 10.30
Total 71.90 75.10 71.00 85.30 303.30
Rataan 10.27 10.73 10.14 12.19 10.83
Lampiran 12. Sidik Ragam Jumlah Anakan 4 MST
SK dB JK KT fhit Ftab5%
Lampiran 13. Data Pengamatan Jumlah Anakan 6 MST (batang)
Perlakuan Ulangan Total