TINGKAT PENGETAHUAN DIET PASIEN DIABETES
MELLITUS SERTA KOMPLIKASINYA DI
POLI-ENDOKRINOLOGI, DEPARTMEN ILMU PENYAKIT
DALAM, RSUP HAJI ADAM MALIK, MEDAN, TAHUN 2010.
KARYA TULIS ILMIAH
Oleh:
BARAN PALANIMUTHU
070100287
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
TINGKAT PENGETAHUAN DIET PASIEN DIABETES
MELLITUS SERTA KOMPLIKASINYA DI
POLI-ENDOKRINOLOGI, DEPARTMEN ILMU PENYAKIT
DALAM, RSUP HAJI ADAM MALIK, MEDAN, TAHUN 2010.
KARYA TULIS ILMIAH
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh kelulusan
Sarjana Kedokteran
Oleh:
BARAN PALANIMUTHU
070100287
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
LEMBAR PENGESAHAN
TINGKAT PENGETAHUAN DIET PASIEN DIABETES MELLITUS SERTA KOMPLIKASINYA DI POLI-ENDOKRINOLOGI, DEPARTMEN ILMU PENYAKIT DALAM, RSUP HAJI ADAM MALIK, MEDAN,
TAHUN 2010.
Nama : BARAN PALANIMUTHU
NIM : 070100287
Pembimbing Penguji
(dr. Soegiarto Gani, Sp.PD) (dr. Johny Marpaung, SpOG.)
NIP: 19710322 200501 1 1 004
(dr. Lita Feriyawati, M.Kes.)
Medan, 25 November 2010 Dekan
Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara
ABSTRAK
Diabetes mellitus atau penyakit gula merupakan satu penyakit kronis yang disebabkan berkurangnya produksi insulin dari pankrease maupun insulin yang dihasilkan tidak efektif dalam mengurangi kadar gula darah. Keadaan ini akan meningkatkan kadar gula darah sehingga merusakkan kebanyakkan sistem badan. Penyakit dengan prevalensi yang tinggi ini tidak dapat diobati secara tuntas, tetapi dapat dicegah atau.dikontrol supaya tidak menjadi kronik. Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat pengetahuan diet Diabetes Mellitus serta komplikasinya di Poli-Endokrinologi, RSUP Haji Adam Malik, Medan. Manakala, tujuan khusus penelitian ini meliputi sejauh mana masyarakat faham akan kepentingan diet diabetes serta komplikasi dari perjalanan penyakit ini. Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian survei deskriptif dengan desain cross sectional. Kesemua 75 orang responden yang menjadi sampel dalam penelitian ini merupakan pasien yang berobat ke Poli-Endokrinologi dan dipilih dengan metode simple random sampling. Hasil penelitian ini menunjukka n bahawa seramai 43 orang (57,3%) responden mempunyai tingkat pengetahuan yang sedang, manakala 26 orang (34,7%) responden memiliki tingkat pengetahuan yang kurang dan hanya 6 orang (8%) responden mempunyai tingkat pengetahuan yang baik mengenai diet Diabetes Mellitus serta komplikasinya. Kesimpulannya kebanyakan ahli masyarakat mempunyai pengetahuan yang baik serta sedang mengenai diet Diabetes Mellitus serta komplikasinya. Namun, masih ada sebahagian besar lagi masih mempunyai pengetahuan yang kurang mengenai perkara ini yang boleh memperparah perjalanan penyakit DM mereka.
ABSTRACT
Diabetes Mellitus is a chronic disease caused by decreased insulin production by pancrease or ineffectiveness of insulin in reducing blood sugar level. This condition will increase the blood glucose level until it effects majority of body system. These highly prevalenced disease can’t be fully cured but can be prevented or controlled. The general purpose of these study is to to determine the level of knowledge about diabetic diet and its complication among patients in Poly-Endocrine, Department of Internal Medicine, Haji Adam Malik General Hospital.The specific objectives of this study is to review the communities level of knowledge regarding diabetic diet and complications. Cross-sectional descriptive survey have been applied in these study. All 75 respondants who are the sample of these study are patients from Poly-Endocrinology and been choosen using simple random sampling method. The study results shows that 45 respondance (53.3%) achieved ‘intermediate’ knowledge level, wherelse 26 respondance (34.7%) have ‘low’ level of knowledge. There is only 6 respondance (8%) achieved the level of ‘high’ knowledge of diabetic diet and complications. In conclusion, majority of people have high and intermediate level of knowledge regarding diabetic diet and complications. But there are also a big number of people who are lack of knowledge, hence worsen the disease
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan karena berkat rahmat dan hidayah-Nya
sehingga saya dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini dalam rangka
memenuhi kewajiban untuk diajukan sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan
gelar Sarjana Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
Rasa hormat, cinta dan terima kasih yang dalam saya persembahkan
kepada kedua orang tua saya, serta kakak-kakakku atas doa dan dukungannya
selama ini kepada saya selama menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.
Saya mengucapkan terima kasih kepada dr. Soegiarto Gani, Sp.PD selaku
dosen pembimbing Karya Tulis Ilmiah ini yang telah menyediakan waktu, tenaga,
pemikiran dan kesabarannya sehingga saya dapat menyelesaikan Karya Tulis
Ilmiah ini dengan baik. Dalam penelitian Karya Tulis Ilmiah ini, saya juga
mendapatkan bantuan dari banyak pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini
peneliti mengucapkan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Dosen penguji seminar proposal dan hasil penelitian dr. Johny Marpuang,
SpOG dan dr. Lita Feriyawati, M.Kes.
2. Dekan Fakultas Kedokteran USU dan seluruh staf pengajar FK USU.
3. Pimpinan RSUP Haji Adam Malik yang telah memberikan peluang kepada
saya untuk melaksanakan penelitian di Poli-Endokrinologi RSUP Haji
Adam malik, Medan.
4. Loga, Simran, Kavitha, Mugin ,Kam Hong dan Akash yang sudah sangat
membantu baik moral atau materi, memberikan masukan serta motivasi
demi selesainya Karya Tulis Ilmiah ini.
5. Teman-teman sekelompok saya, karena walaupun tugasan ini
merupakan tugasan individu, tetapi mereka tetap banyak membantu
6. Semua pasien di poli-endokrin, Departemen Penyakit Dalam, Rumah
Sakit Haji Adam Malik yang sudi menjadi responden pada penelitian
ini.
7. Orang tua saya yang memberi semangat kepada saya sepanjang
pelaksanaan penelitian saya, saya ucapkan ribuan terima kasih.
Saya menyadari bahwa Karya Tulis Ilmiah ini masih banyak kekurangan
baik dari segi isi maupun bahasanya. “Tak ada gading yang tak retak”. Untuk itu
saya mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi
menyempurnakan Karya Tulis Ilmiah ini di masa yang akan datang. Akhirnya
peneliti mengharapkan semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat membawa manfaat
terutama bagi peneliti sendiri dan para pembaca sekalian.
Medan, Nopember 2010
Baran Palanimuthu
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL... ……….. i
HALAMAN PENGESAHAN... ii
ABSTRAK... iii
ABSTRACT... iv
KATA PENGANTAR ... v
DAFTAR ISI ... ……. vii
DAFTAR GAMBAR... vii
DAFTAR TABEL………..………. x
DAFTAR KATA………... xi
DAFTAR LAMPIRAN……….. xii
BAB I PENDAHULUAN... 1
1.1 Latar Belakang... 1
1.2 Rumusan Masalah... 3
1.3 Tujuan Penelitian... 3
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA... 5
2.1 Diabetes Mellitus... 5
2.1.1. Definisi... 5
2.1.2. Etiologi... ... 5
2.1.3. Epidemologi…...……...……... 6
2.1.4. Faktor Resiko ... 8
2.1.5. Klasifikasi………... 8
2.1.6. Patofisiologi…………... 8
2.1.7. Manifestasi Klinis... 9
2.1.8. Diagnosa... 10
2.1.9. Penatalaksanaan... 11
2.1.10. Komplikasi... 14
2.2. Diet Pasien Diabetes Mellitus... 14
BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFENISI OPERASIONAL.... 18
3.1 Kerangka Konsep Penelitian... 18
BAB 4 METODE PENELITIAN... 20
4.1 Jenis Penelitian... ... 20
4.2 Waktu dan Lokasi Penelitian... 20
4.3 Populasi dan Sampel Penelitian... 21
4.4 Teknik Pengumpulan Data... 22
4.5 Pengolahan dan Analisa Data... 25
BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 26
5.1 Hasil Penelitian... 26
5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian... 26
5.1.2. Deskripsi Karakteristik Responden... 27
5.1.3. Tingkat Pengetahuan Responden... 28
5.2. Pembahasan... 35
5.2.1. Tingkat Pengetahuan responden... 35
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN... 40
6.1. Kesimpulan... 40
6.2. Saran... 40
DAFTAR PUSTAKA ... 42
DAFTAR GAMBAR
Halaman
3.1 Kerangka konsep Pengetahuan Diet pasien DM 18
DAFTAR TABEL
Halaman
4.1 Uji validitas dan Reliabilitas……… 25
5.1 Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin………. 29
5.2 Karakteristik responden berdasarkan kelompok umur……. 29
5.3 Pecahan berdasarkan kategori tingkat pengetahuan diet
pasien Diabetes……… 30
DAFTAR KATA
AIDS Acquired Immunodeficiency Syndrome
n Jumlah/ frekuensi
DM Diabetes Mellitus
P Nilai signifikan uji t
R Nilai koefisien korelasi
CRP Community Resarch Program
FK USU Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara
HIV Human immunodeficiency Virus
KIPDI III Kompetensi Pendidikan Kedokteran Dasar Indonesia
WHO World Health Organization
BMR Basal Metabolism Rate α Alpha value
M Mean
DAFTAR LAMPIRAN
1 Persetujuan Komisi Etik tentang pelaksanaan penelitian bidang kesehatan
2 Lembar penjelasan
3 Surat persetujuan (Informed Consent)
4 Kuesioner penelitian
5 Uji validitas dan reliabilitas kuesioner
6 Data masukan
ABSTRAK
Diabetes mellitus atau penyakit gula merupakan satu penyakit kronis yang disebabkan berkurangnya produksi insulin dari pankrease maupun insulin yang dihasilkan tidak efektif dalam mengurangi kadar gula darah. Keadaan ini akan meningkatkan kadar gula darah sehingga merusakkan kebanyakkan sistem badan. Penyakit dengan prevalensi yang tinggi ini tidak dapat diobati secara tuntas, tetapi dapat dicegah atau.dikontrol supaya tidak menjadi kronik. Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat pengetahuan diet Diabetes Mellitus serta komplikasinya di Poli-Endokrinologi, RSUP Haji Adam Malik, Medan. Manakala, tujuan khusus penelitian ini meliputi sejauh mana masyarakat faham akan kepentingan diet diabetes serta komplikasi dari perjalanan penyakit ini. Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian survei deskriptif dengan desain cross sectional. Kesemua 75 orang responden yang menjadi sampel dalam penelitian ini merupakan pasien yang berobat ke Poli-Endokrinologi dan dipilih dengan metode simple random sampling. Hasil penelitian ini menunjukka n bahawa seramai 43 orang (57,3%) responden mempunyai tingkat pengetahuan yang sedang, manakala 26 orang (34,7%) responden memiliki tingkat pengetahuan yang kurang dan hanya 6 orang (8%) responden mempunyai tingkat pengetahuan yang baik mengenai diet Diabetes Mellitus serta komplikasinya. Kesimpulannya kebanyakan ahli masyarakat mempunyai pengetahuan yang baik serta sedang mengenai diet Diabetes Mellitus serta komplikasinya. Namun, masih ada sebahagian besar lagi masih mempunyai pengetahuan yang kurang mengenai perkara ini yang boleh memperparah perjalanan penyakit DM mereka.
ABSTRACT
Diabetes Mellitus is a chronic disease caused by decreased insulin production by pancrease or ineffectiveness of insulin in reducing blood sugar level. This condition will increase the blood glucose level until it effects majority of body system. These highly prevalenced disease can’t be fully cured but can be prevented or controlled. The general purpose of these study is to to determine the level of knowledge about diabetic diet and its complication among patients in Poly-Endocrine, Department of Internal Medicine, Haji Adam Malik General Hospital.The specific objectives of this study is to review the communities level of knowledge regarding diabetic diet and complications. Cross-sectional descriptive survey have been applied in these study. All 75 respondants who are the sample of these study are patients from Poly-Endocrinology and been choosen using simple random sampling method. The study results shows that 45 respondance (53.3%) achieved ‘intermediate’ knowledge level, wherelse 26 respondance (34.7%) have ‘low’ level of knowledge. There is only 6 respondance (8%) achieved the level of ‘high’ knowledge of diabetic diet and complications. In conclusion, majority of people have high and intermediate level of knowledge regarding diabetic diet and complications. But there are also a big number of people who are lack of knowledge, hence worsen the disease
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Diabetes Mellitus (DM) ditandai dengan penumpukan gula darah (glukosa)
yang membuat kadarnya naik hingga di atas nilai normal, yaitu melebihi ≥ 126 mg % dalam keadaan puasa dan ≥ 200 mg % saat 2 jam setelah makan (Haznam, 1996).
Organisasi kesehatan dunia (WHO) memperkirakan Indonesia menduduki
kedudukan ke-4 di dunia dalam hal jumlah penderita diabetes. Indonesia dengan
populasi 230 juta penduduk, merupakan negara ke-4 terbesar penderita diabetes
setelah China, India dan Amerika Serikat (Xinhua, 2007).
Pada tahun 2000, jumlah penderita diabetes mencapai 8,4 juta dan
diperkirakan pada tahun 2030 jumlah penderita diabetes di Indonesia akan
berjumlah 21,3 juta, kata Sidartawan Soegondo, konsultan diabetik & metabolik
endokrin dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (Xinhua, 2007).
Lebih lanjut dikatakan oleh Soegondo bahwa kasus pre-diabetes di Indonesia
juga sangat tinggi yaitu mencapai 12,9 juta orang, angka ini merupakan yang ke-5
terbesar di dunia, diperkirakan akan naik hingga 20,9 juta di tahun 2025 (Xinhua,
2007).
Ironisnya, hanya 50% dari penderita diabetes di Indonesia menyadari bahwa
mereka menderita diabetes, dan hanya 30% dari penderita melakukan
pemeriksaan secara teratur (Xinhua, 2007).
Sementara di Medan pula,penyakit Diabetes Mellitus menempati urutan
pertama dalam tabel penyakit yaitu diatas penyakit jantung koroner. Sejak bulan
September hingga Oktober 2009, DM merupakan penyakit yang mencatatkan
angka penderita terbanyak dan jumlahnya terus meningkat jika dibandingkan
dengan jumlah pasien Penyakit Jantung Koroner atau penyakit yang lainnya ulas
Berdasarkan data 10 besar diagnosa penyakit di RSU Pirngadi Medan
(RSPM), Edwin mengatakan, pada Oktober 2009 kunjungan pasien rawat jalan
sebanyak 1470 kunjungan, atau meningkat bila dibanding dengan jumlah
kunjungan pasien rawat jalan di bulan September 2009, yaitu sebanyak 1403.
Selain jumlah kunjungan pasien rawat jalan yang mengalami peningkatan, jumlah
pasien rawat inap pun mengalami peningkatan, yaitu pada bulan September
sekitar 58 orang kemudian pada bulan Oktober naik menjadi 112 orang (Waspada
Online,2009).
Edwin menjelaskan, penyakit DM cenderung disebabkan adanya perilaku
penderita yang tidak menjalani pola hidup sehat sehingga mengakibatkan
meningkatnya kadar gula darah dalam tubuh. Penyakit diabetes juga menjadi
penyebab utama kebutaan, amputasi, kanker pankreas, stroke, serangan jantung
dan ginjal. Bahkan DM membunuh lebih banyak dibandingkan dengan HIV/AIDS
(Waspada Online, 2009).
Menurut Pranadji (2000), tujuan diet DM adalah bagi membantu diabetesi
atau penderita diabetes memperbaiki kebiasaan gizi dan olah raga untuk
mendapatkan kontrol metabolik yang lebih baik. Selain itu terdapat beberapa
tujuan khusus antaranya ialah memperbaiki kesehatan umum penderita,
Memberikan jumlah energi yang cukup untuk memelihara berat badan ideal atau
normal dan memberikan sejumlah zat gizi yang cukup untuk memelihara tingkat
kesehatan yang optimal dan aktivitas normal. Antara lain dari tujuan diet DM
ialah menormalkan pertumbuhan anak yang menderita DM, Mempertahankan
kadar gula darah sekitar normal serta Menekan atau menunda timbulnya penyakit
angiopati diabetik .
Dengan banyaknya kasus DM dengan kontrol yang kurang baik, maka
penyuluhan tentang diet haruslah ditingkatkan hingga ke tahap maksimum agar
penderita dapat mengelakkan diri dari prognosis yang jelek dari DM. Oleh sebab
hal ini, saya tertarik untuk mengetahui tingkat pengetahuan diet pasien DM serta
komplikasinya dikalangan pengunjung Poli-Endokrinologi, Departmen Ilmu
1.2. Perumusan Masalah
Sejauh manakah tingkat pengetahuan diet pasien DM serta komplikasinya di
Poli-Endokrinologi Departemen Ilmu Penyakit Dalam, RSUP Haji Adam Malik,
Medan pada tahun 2010.
1.3. Tujuan Penelitian
1.3.1 . Tujuan Umum
Untuk mengetahui Tingkat Pengetahuan Diet Pasien Diabetes Mellitus
Serta Komplikasinya pada pengujung di Poli-Endokrinologi, Departemen Ilmu
Penyakit Dalam, RSUP Haji Adam Malik, Medan.
1.3.2. Tujuan Khusus
Untuk mengetahui angka pengunjung Poli-Endokrinologi Departemen
Ilmu Penyakit Dalam, RSUP Haji Adam Malik, Medan yang sadar tentang diet
pasien Diabetes Mellitus serta komplikasi dari penyakit DM.
1.4. Manfaat Penelitian
1.4.1 Untuk Masyarakat
Dapat dipakai sebagai informasi dalam meningkatkan tahap pengetahuan
mereka berhubung diet Diabetes Mellitus serta komplikasinya.
1.4.2 Untuk Institusi / Rumah Sakit
Dapat dipakai sebagai alat ukur bagi mengetahui sejauh mana tingkat
pengetahuan pengunjung tentang diet diabetes serta komplikasinya dan jika
hasilnya kurang maka boleh diambil langkah untuk meningkatkan penyuluhan
1.4.3 Untuk Peneliti Lain
Dapat dipakai sebagai sumber informasi dan rujukan untuk melakukan
penelitian selanjutnya yang berhubungan dengan penelitian yang telah dilakukan
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Diabetes Melitus
2.1.1. Definisi
Diabetes adalah suatu penyakit karena tubuh tidak mampu mengendalikan
jumlah gula, atau glukosa dalam aliran darah. Ini menyebabkan hiperglikemia,
suatu keadaan gula darah yang tingginya sudah membahayakan (Setiabudi, 2008)
Faktor utama pada diabetes ialah insulin, suatu hormon yang dihasilkan
oleh kelompok sel beta di pankreas. Insulin memberi sinyal kepada sel tubuh agar
menyerap glukosa. Insulin, bekerja dengan hormon pankreas lain yang disebut
glukagon, juga mengendalikan jumlah glukosa dalam darah. Apabila tubuh
menghasilkan terlampau sedikit insulin atau jika sel tubuh tidak menanggapi
insulin dengan tepat terjadilah diabetes (Setiabudi, 2008)
Diabetes biasanya dapat dikendalikan dengan makanan yang rendah kadar
gulanya, obat yang di minum, atau suntikan insulin secara teratur.Meskipun
begitu, penyakit ini lama kelamaan minta korban juga, terkadang menyebabkan
komplikasi seperti kebutaan dan stroke (Setiabudi, 2008)
2.1.2. Etiologi
Penyebab diabetes mellitus sampai sekarang belum diketahui dengan pasti
tetapi umumnya diketahui karena kekurangan insulin adalah penyebab utama dan
faktor herediter memegang peranan penting.
a. Insulin Dependent Diabetes Mellitus (IDDM)
Sering terjadi pada usia sebelum 30 tahun. Biasanya juga disebut Juvenille
Diabetes, yang gangguan ini ditandai dengan adanya hiperglikemia
(meningkatnya kadar gula darah) (Bare&Suzanne,2002).
Faktor genetik dan lingkungan merupakan faktor pencetus IDDM. Oleh
misalnya coxsackievirus B dan streptococcus sehingga pengaruh lingkungan
dipercaya mempunyai peranan dalam terjadinya DM ( Bare & Suzanne, 2002).
Virus atau mikroorganisme akan menyerang pulau – pulau langerhans
pankreas, yang membuat kehilangan produksi insulin. Dapat pula akibat respon
autoimmune, dimana antibody sendiri akan menyerang sel bata pankreas. Faktor
herediter, juga dipercaya memainkan peran munculnya penyakit ini (Bare &
Suzanne, 2002)
b. Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM)
Virus dan kuman leukosit antigen tidak nampak memainkan peran terjadinya
NIDDM. Faktor herediter memainkan peran yang sangat besar. Riset
melaporkan bahwa obesitas salah satu faktor determinan terjadinya NIDDM
sekitar 80% klien NIDDM adalah kegemukan. Overweight membutuhkan
banyak insulin untuk metabolisme. Terjadinya hiperglikemia disaat pankreas tidak
cukup menghasilkan insulin sesuai kebutuhan tubuh atau saat jumlah reseptor
insulin menurun atau mengalami gangguan. Faktor resiko dapat dijumpai pada
klien dengan riwayat keluarga menderita DM adalah resiko yang besar.
Pencegahan utama NIDDM adalah mempertahankan berat badan ideal.
Pencegahan sekunder berupa program penurunan berat badan, olah raga dan diet.
Oleh karena DM tidak selalu dapat dicegah maka sebaiknya sudah dideteksi pada
tahap awal tanda-tanda atau gejala yang ditemukan adalah kegemukan, perasaan
haus yang berlebihan, lapar, diuresis dan kehilangan berat badan, bayi lahir lebih
dari berat badan normal, memiliki riwayat keluarga DM, usia diatas 40 tahun, bila
ditemukan peningkatan gula darah ( Bare & Suzanne, 2002)
2.1.3. Epidemologi
Menurut data terkini dari International Diabetes Federation (IDF), seramai
285 juta orang di seluruh dunia menghidap diabetes. Angka ini dikemukakan pada
20th World Diabetes Congress di Montreal, Canada. Hanya di asia tenggara
merupakan salah satu negara dengan kasus diabetes yang paling tinggi yaitu
seramai 7 juta orang (International Diabetes Federation, 2008)
Menurut data Badan Kesehatan Dunia (WHO), Indonesia menempati
urutan ke-4 terbesar dalam jumlah penderita Diabetes Melitus (DM). Sementara
di Medan sendiri menempati urutan pertama diatas penyakit jantung koroner
(WaspadaOnline,2009).
Pada tahun 2009 ini diperkirakan terdapat lebih dari 14 juta orang dengan
diabetes, tetapi baru 50% yang sadar mengidapnya dan di antara mereka baru
sekitar 30% yang datang berobat teratur (Waspada Online, 2009)
Menurut kepala Dinas Kesehatan Kota Medan, Edwin Effendi. Penyakit
DM di Medan, sejak September-Oktober 2009 merupakan penyakit dengan
penderita terbanyak, yang terus mengalami peningkatan jumlahnya, jika
dibanding dengan jumlah pasien Penyakit Jantung Koroner atau yang lainnya kata
(Waspada Online, 2009).
Dengan makin majunya keadaan sosio ekonomi masyarakat Indonesia
serta pelayanan kesehatan yang makin baik dan merata, diperkirakan tingkat
kejadian penyakit diabetes mellitus (DM) akan makin meningkat. Penyakit ini
dapat menyerang segala lapisan umur dan sosio ekonomi. Dari berbagai
penelitian epidemiologis di Indonesia di dapatkan prevalensi sebesar 1,5-2,3 %
pada penduduk usia lebih besar dari 15 tahun. Pada suatu penelitian di Manado
didapatkan prevalensi 6,1 %. Penelitian di Jakarta pada tahun 1993 menunjukkan
prevalensi 5,7% (Hiswani, 2001).
Melihat pola pertambahan penduduk saat ini diperkirakan pada tahun 2020
nanti akan ada sejumlah 178 juta penduduk berusia di atas 20 tahun dan dengan
asumsi prevalensi Diabetes Mellitus sebesar 2 %, akan didapatkan 3,56 juta
pasien Diabetes Mellitus, suatu jumlah yang besar untuk dapat ditanggani sendiri
2.1.4. Faktor Resiko
1. Kedua orang tuanya pernah menderita DM.
2. Pernah mengalami gangguan toleransi glukosa kemudian normal kembali.
3. Pernah melahirkan bayi dengan berat lahir lebih dari 4 kilogram.
2.1.5. Klasifikasi
American Diabetis Association (ADA) memperkenalkan sistem
klasifikasi berbasis etiologi dan kriteria diagnosa untuk diabetes yang
diperbaharui pada tahun 2010. Sistem klasifikasi ini mengelaskan tipe diabetes,
antaranya :
1.Diabetes Mellitus Tipe 1 (IDDM)
2.Diabetes Mellitus Tipe 2 (NIDDM)
3.Diabetes Autoimun Fase Laten
4.Maturity-Onset diabetes of youth
5.Lain-lain sebab.
( Barclay L, 2010)
2.1.6. Patofisiologi a. DM Tipe I
Pada Diabetes tipe I terdapat ketidak mampuan pankreas menghasilkan
insulin karena hancurnya sel-sel beta pulau langerhans. Dalam hal ini
menimbulkan hiperglikemia puasa dan hiperglikemia post prandial (Corwin,
2000).
Dengan tingginya konsentrasi glukosa dalam darah, maka akan muncul
glukosuria (glukosa dalam darah) dan ekskresi ini akan disertai pengeluaran
mengalami peningkatan dalam berkemih (poliuria) dan rasa haus (polidipsia)
(Corwin, 2000).
Defesiensi insulin juga mengganggu metabolisme protein dan lemak
sehingga terjadi penurunan berat badan akan muncul gejala peningkatan selera
makan (polifagia). Akibat yang lain yaitu terjadinya proses glikogenolisis
(pemecahan glukosa yang disimpan) dan glukogeonesis tanpa hambatan sehingga
efeknya berupa pemecahan lemak dan terjadi peningkatan keton yangdapat
mengganggu keseimbangan asam basa dan mangarah terjadinya ketoasidosis
(Corwin, 2000).
b. DM Tipe II
Terdapat dua masalah utama pada DM Tipe II yaitu resistensi insulin dan
gangguan sekresi insulin. Normalnya insulin akan berkaitan pada reseptor kurang
dan meskipun kadar insulin tinggi dalam darah tetap saja glukosa tidak dapat
masuk kedalam sel sehingga sel akan kekurangan glukosa (Corwin, 2000).
Mekanisme inilah yang dikatakan sebagai resistensi insulin. Untuk mengatasi
resistensi insulin dan mencegah terbentuknya glukosa dalam darah yang
berlebihan maka harus terdapat peningkatan jumlah insulin yang
disekresikan.Namun demikian jika sel-sel beta tidak mampu mengimbanginya
maka kadar glukosa akan meningkat dan terjadilah DM tipe II (Corwin, 2000)
2.1.7. Manifestasi Klinis a. Poliuria
Kekurangan insulin untuk mengangkut glukosa melalui membrane dalam sel
menyebabkan hiperglikemia sehingga serum plasma meningkat atau
hiperosmolariti menyebabkan cairan intrasel berdifusi kedalam sirkulasi atau
cairan intravaskuler, aliran darah ke ginjal meningkat sebagai akibat dari
hiperosmolariti dan akibatnya akan terjadi diuresis osmotic (poliuria) ( Bare &
b. Polidipsia
Akibat meningkatnya difusi cairan dari intrasel kedalam vaskuler
menyebabkan penurunan volume intrasel sehingga efeknya adalah dehidrasi sel.
Akibat dari dehidrasi sel mulut menjadi kering dan sensor haus teraktivasi
menyebabkan seseorang haus terus dan ingin selalu minum (polidipsia) ( Bare &
Suzanne, 2002).
c. Poliphagia
Karena glukosa tidak dapat masuk ke sel akibat dari menurunnya kadar
insulin maka produksi energi menurun, penurunan energi akan menstimulasi rasa
lapar. Maka reaksi yang terjadi adalah seseorang akan lebih banyak makan
(poliphagia) ( Bare & Suzanne, 2002).
d. Penurunan berat badan
Karena glukosa tidak dapat di transport kedalam sel maka sel kekurangan
cairan dan tidak mampu mengadakan metabolisme, akibat dari itu maka sel akan
menciut, sehingga seluruh jaringan terutama otot mengalami atrofidan penurunan
secara otomatis (Bare & Suzanne, 2002).
e. Malaise atau kelemahan ( Bare & Suzanne, 2002)
2.1.8. Diagnosa
Kriteria untuk diagnosis termasuk pengukuran kadar A1c hemoglobin
(HbA1c), kadar glukosa darah sewaktu atau puasa, atau hasil dari pengujian
toleransi glukosa oral. The American Diabetes Association mendefinisikan
diabetes mempunyai dua kemungkinan yaitu pada pengukuran kadar glukosa
darah puasa,ia menunjukkan bacaan sebanyak minimal 126 mg / dL setelah puasa
selama 8 jam. Kriteria lainnya adalah kadar glukosa darah sewaktu minimal 200
mg / dL dengan adanya kelainan berupa poliuria, polidipsia, penurunan berat
glukosa sewaktu dapat digunakan untuk skrining dan diagnosis, namun
sensitivitas hanyalah 39% hingga 55% (Barclay,2010).
Uji diagnostik yang utama untuk diabetes adalah tes toleransi glukosa oral,
di mana pasien akan diminta untuk berpuasa selama 8 jam dan kemudian
ditambah dengan beban 75 g glukosa. Diagnosis terhadap diabetes akan
ditegakkan sekiranya kadar glukosa darah melebihi 199 mg / dL. Selain itu,
kadar glukosa darah puasa dianggap abnormal sekiranya berkisar antara 140-199
mg / dL selepas 2 jam mengambil beban glukosa. American Diabetes
Association mendefinisikan terdapat gangguan pada kadar glukosa darah puasa
sekiranya KGD diantara 100-125 mg / dL (Barclay,2010).
Pengujian tingkat HbA1c, yang tidak memerlukan puasa sangat berguna
baik untuk diagnosis atau skrining. Diabetes dapat didiagnosa sekiranya kadar
HbA1c adalah minimum 6,5% pada 2 pemeriksaan yang terpisah. Antara
keterbatasannya adalan, mempunyai uji sensitivitas yang rendah dan terdapat
perbedaan pada interpretasi mengikut ras, ada tidaknya anemia, danpada
penggunaan obat-obatan yang tertentu ( Barclay L,2010).
Dengan demikian, meminum larutan glukosa 50 g (Glucola; Ames
Diagnostik, Elkhart, Indiana) adalah tes yang paling umum dilakukan untuk
Gestational Diabetes dimana diperlukan 75-g atau 100-g uji toleransi glukosa oral
untuk mengkonfirmasi hasil tes skrining yang positif ( Barclay L,2010).
2.1.9. Penatalaksanaan
Diabetes Mellitus jika tidak dikelola dengan baik akan menimbulkan
berbagai penyakit dan diperlukan kerjasama semua pihak untuk meningkatan
pelayanan kesehatan. Untuk mencapai tujuan tersebut dilakukan berbagai usaha,
antaranya:
a. Perencanaan Makanan.
Standar yang dianjurkan adalah makanan dengan komposisi yang seimbang
dalam hal karbohidrat, protein dan lemak yang sesuai dengan kecukupan gizi baik
1) Karbohidrat sebanyak 60 – 70 %
2) Protein sebanyak 10 – 15 %
3) Lemak sebanyak 20 – 25 %
Jumlah kalori disesuaikan dengan pertumbuhan, status gizi, umur, stress akut
dan kegiatan jasmani. Untuk kepentingan klinik praktis, penentuan jumlah kalori
dipakai rumus Broca yaitu Barat Badan Ideal = (TB-100)-10%, sehingga
didapatkan =
1) Berat badan kurang = < 90% dari BB Ideal
2) Berat badan normal = 90-110% dari BB Ideal
3) Berat badan lebih = 110-120% dari BB Ideal
4) Gemuk = > 120% dari BB Ideal.
Jumlah kalori yang diperlukan dihitung dari BB Ideal dikali kelebihan kalori
basal yaitu untuk laki-laki 30 kkal/kg BB, dan wanita 25 kkal/kg BB, kemudian
ditambah untuk kebutuhan kalori aktivitas (10-30% untuk pekerja berat). Koreksi
status gizi (gemuk dikurangi, kurus ditambah) dan kalori untuk menghadapi stress
akut sesuai dengan kebutuhan.
Makanan sejumlah kalori terhitung dengan komposisi tersebut diatas dibagi
dalam beberapa porsi yaitu :
1) Makanan pagi sebanyak 20%
2) Makanan siang sebanyak 30%
3) Makanan sore sebanyak 25%
4) 2-3 porsi makanan ringan sebanyak 10-15 % diantaranya.
(Iwan S, 2010)
b. Latihan Jasmani
Dianjurkan latihan jasmani secara teratur (3-4 kali seminggu) selama kurang
lebih 30 menit yang disesuaikan dengan kemampuan dan kondisi penyakit
Sebagai contoh olah raga ringan adalah berjalan kaki biasa selama 30 menit,
olehraga sedang berjalan cepat selama 20 menit dan olah raga berat jogging (Iwan
S, 2010).
c. Obat Hipoglikemik :
1) Sulfonilurea
Obat golongan sulfonylurea bekerja dengan cara :
a) Menstimulasi penglepasan insulin yang tersimpan.
b) Menurunkan ambang sekresi insulin.
c) Meningkatkan sekresi insulin sebagai akibat rangsangan glukosa.
Obat golongan ini biasanya diberikan pada pasien dengan BB normal dan
masih bisa dipakai pada pasien yang beratnya sedikit lebih.Klorpropamid kurang
dianjurkan pada keadaan insufisiensi renal dan orangtua karena resiko
hipoglikema yang berkepanjangan, demikian juga gibenklamid. Glukuidon juga
dipakai untuk pasien dengan gangguan fungsi hati atau ginjal.
(Iwan S, 2010)
2) Biguanid
Preparat yang ada dan aman dipakai yaitu metformin.Sebagai obat tunggal
dianjurkan pada pasien gemuk (imt 30) untuk pasien yang berat lebih (IMT 27-30)
dapat juga dikombinasikan dengan golongan sulfonylurea (Iwan S, 2010).
3) Insulin
Indikasi pengobatan dengan insulin adalah :
a) Semua penderita DM dari setiap umur (baik IDDM maupun NIDDM) dalam
keadaan ketoasidosis atau pernah masuk kedalam ketoasidosis (Bare & Suzanne,
2002).
b) DM dengan kehamilan/ DM gestasional yang tidak terkendali dengan diet
c) DM yang tidak berhasil dikelola dengan obat hipoglikemik oral dosif
maksimal. Dosis insulin oral atau suntikan dimulai dengan dosis rendah dan
dinaikkan perlahan – lahan sesuai dengan hasil glukosa darah pasien. Bila
sulfonylurea atau metformin telah diterima sampai dosis maksimal tetapi tidak
tercapai sasaran glukosa darah maka dianjurkan penggunaan kombinasi
sulfonylurea dan insulin (Bare & Suzanne, 2002).
d) Penyuluhan untuk merancanakan pengelolaan sangat penting untuk
mendapatkan hasil yang maksimal. Edukator bagi pasien diabetes yaitu
pendidikan dan pelatihan mengenai pengetahuan dan keterampilan yang bertujuan
menunjang perubahan perilaku untuk meningkatkan pemahaman pasien akan
penyakitnya, yang diperlukan untuk mencapai keadaan sehat yang optimal.
Penyesuaian keadaan psikologik kualifas hidup yang lebih baik. Edukasi
merupakan bagian integral dari asuhan keperawatan diabetes (Bare & Suzanne,
2002).
2.1.10. Komplikasi
Diabetes Mellitus bila tidak ditangani dengan baik akan menyebabkan
komplikasi pada berbagai organ tubuh seperti mata, ginjal, jantung, pembuluh
darah kaki, saraf, dan lain-lain (Iwan S, 2010).
2.2. Diet Pasien Diabetes Mellitus
Penyakit Diabetes Mellitus (DM) ini terjadi akibat terjadinya gangguan
mekanisme kerja hormon insulin, sehingga gula darah yang ada di dalam tubuh
tidak dapat dinetralisir. Gizi juga dapat menunjukkan peranannya dalam
terjadinya Diabetes Mellitus dalam dua arah yang berlawanan. Gizi lebih yang
merupakan petunjuk umum peningkatan taraf kesejahteraan perorangan,
memperbesar kemungkinan manifestasi DM, terutama pada mereka yang memang
dilahrikan dengan bakat tersebut. Pada keadaan yang demikian gejala DM dapat
di atasi dengan pengaturan kembali keseimbangan metabolisme zat gizi dalam
Sebaiknya, gizi buruk pada masa pertumbuhan atau pengambilan bahan
makanan yangmengandung racun seperti Cyanida, dapat menimbulkan gangguan
pada proses pertumbuhan dan perkembangan jaringan kelenjar pankreas.
Tingginya angka prevalensi gizi kurang padaanak-anak serta adanya kemungkinan
konsumsi bahan makanan beracun dinegara berkembang memperbesar perkiraan
bahwa tropical diabetes akan dijumpai lebih banyak dalam masyarakat negara
berkembang ( Hiswani, 2010).
Program perbaikan gizi di Indonesia, diarahkan pada peningkatan
kuantitas dan kualitas makanan. Belum adanya pedoman yang nyata akan taraf
gizi yang dianggap optimal membuka peluang terjadinya gizi lebih dan yang
diketahui cenderung lebih mudah jatuh dalam Diabetes Mellitus. Disamping itu,
usaha diversifikasi menu makanan rakyat, perlu diimbangi dengan
kegiatan-kegiatan lain untuk membebaskan bahan makanan yang potensial untuk dimakan
dari racun yang dapat merugikan pertumbuhan jaringan dalam tubuh manusia (
Hiswani, 2010).
Di negara maju DM termasuk dalam kelompok 5 penyebab utama kematian.
Indonesia sebagai negara luas dengan jumlah penduduk menempati urutan ke
empat terbesar di dunia sedang berkembang menuju taraf yang lebih maju. Tak
dapat dipungkiri bahwa pada suatu saat DM akan menjadi penyebab kematian
yang penting seperti halnya dengan negara maju yang lain, apabila tidak ada
upaya pencegahannya yang terarah ( Hiswani, 2010).
Kemajuan suatu daerah antara lain ditandai oleh peningkatan daya beli serta
perubahan gaya hidup masyarakat yang bersangkutan. Kemudahan-kemudahan
dalam memperoleh bahan makanan yang memenuhi selera akan mempercepat
terjadinya ketidak-seimbangan antara masukan zat gizi melalui makanan dengan
jumlah yang dibutuhkan untuk mempertahankan hidup sehat ( Hiswani, 2010).
Peningkatan efisiensi tenaga fisik dengan pemanfaatan perlatan mekanik
sebagai dampak positif kemajuan, diikuti oleh penurunan kegiatan fisik individu
yang bersangkutan yang menjadiawal terjadinya obesitas. Diantara masyarakat
rupanya adanya ketidak-seimbang antara masukan zat gizi melalui makanan,
kebutuhan zat gizi tubuh, kemampuan jaringan mencerna zat gizi yang tersedia
dan ketersediaan bahan-bahan pembantu metabolisme zat gizi, misalnya hormon
insulin, berakibat pada timbulnya gejala DM ( Hiswani, 2010).
Sesuai dengan klasifikasinya, penanganan NIDDM tidak memerlukan insulin.
Dengan pengaturan kembali keseimbangan antara masukan zat gizi terhadap
kebutuhan dan kemampuan jaringan tubuh, gejala DM akan teratasi. Pada orang
dewasa, makanan yang mana membekalkan zat gizi yang diperlukan oleh tubuh.
Kebutuhan makanan yang harus dimakan umumnya disesuaikan dengan jumlah
tenaga yang harus dikeluarkan (WHO, 1974). Variasi kebutuhan enersi ini
dipengaruhi oleh jenis kegiatan fisik yang dilakukan, umur serta ukuran tubuh
masing-masing (Hiswani,2010).
Kelebihan jumlah tenagai yang dimakan akan disimpan dalam bentuk lemak
tubuh. Makin tinggi jumlah kelebihan tenaga, makin besarlah jumlah cadangan
lemak, yang mana akan memperbesar ukuran tubuh seseorang. Jumlah energi
yang diperlukan untuk menggerakkan tubuh, misalnya berjalan atau mengerjakan
pekerjaan, akan meningkat sebanding dengan besarnya ukuran tubuh. Sebaliknya
bila terjadi defisit dalam intake tenaga, maka untuk memenuhi kebutuhan basal
serta kegiatan fisik akan dipergunakan cadangan yang tersedia (lemak tubuh) (
Hiswani, 2010).
Pemecahan lemak tubuh yang berlangsung terus menerus akan menurunkan
ukuran tubuh yang berasangkutan. Proses pembentukan cadangan dan pengurasan
cadangan dengan rentang variasi yang luas dan terjadi berulang kali suatu saat
akan tidak berlangsung dengan sempurna, sehingga timbul gejala
ketidak-seimbangan metabolisme seperti halnya pada Diabetes Mellitus ( Hiswani, 2010).
Pada orang dewasa proses pertumbuhan sudah berhenti. Oleh karena itu
jumlah protein yang dibutuhkan dimaksudkan hanya untuk keperluan penggantian
sel-sel tubuh yang haus atau rusak akibat usia atau penyakit (regenerasi).
Demikian pula halnya dengan vitamin dan mineral yang jumlah kebutuhannya
penelitian melaporkan bahwa kebutuhan enersi erat kaitannya dengan jumlah sel
otot yang aktif untuk keperluan yang dimaksud, yang pada pria jumlahnya lebih
tinggi dibandingkan dengan pada wanita. Oleh karena itu perhitungan jumlah
kebutuhan enersi seseorang akan lebih tepat apabila ukuran tubuh yang digunakan
adalah berat badan bebas lemak (lean body mass), yang pada praktek sehari-hari
dinyatakan dalam bentuk BMI (body mass index) ( Hiswani, 2010).
Zimmet dan King (1984) dalam penelitiannya pada masyarakat Mikronesia
mendapatkan korelasi yang kuat antara intake enersi, hidrat arang dan lemak.
Intake lemak seseorang dapat dipakai sebagai petunjuk terjadinya NIDDM.
Menurut peneliti penemuan ini perlu ditinjau kembali dengan penelitian lanjutan.
Interaksi antara gizi, aktivitas fisik dan ukuran tubuh bersifat kompleks, dan akan
sulit membedakan apakah mekanisme faktor yang satu lebih menonjol
dibandingkan dengan yang lain, terutama dalam kehidupan sehari-hari.
Akan tetapi, bahwa perubahan gaya hidup seseorang dapat mempengaruhi
timbulnya NIDDM sudah dilaporkan oleh beberapa peneliti antara lain oleh
Watkin (1986). Untuk memastikan adanya interaksi yang sama diantara
masyarakat Indonesia perlu dilakukan pengamatan dengan cara-cara yang tidak
berbeda dengan metode yang pernah diikuti oleh pengamat sebelumnya (
BAB 3
KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASONAL
3.1 Kerangka Konsep Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian di atas maka kerangka konsep dalam penelitian ini
adalah:
Gambar 3.1
3.2 Definisi Operasional
Judul Penelitian: Tingkat Pengetahuan Diet Pasien Diabetes Mellitus Serta
Komplikasinya di Poli-Endokrinologi, Departmen Ilmu Penyakit Dalam, RSUP
Haji Adam Malik, Medan.
• Definisi Operasional:
• Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui tentang diet diabetes oleh pasien diabetes.
• Diet diabetes adalah pola pemakanan normal yang sepatutnya dijadikan amalan oleh pasien DM yang telah ditentukan dokter atau ahli gizi.
• Pasien DM adalah semua pasien laki-laki dan perempuan dengan riwayat DM yang datang ke Poli-Endokrinologi RSUP Haji Adam Malik bagi
tujuan kontrol dari bulan Augustus 2010. Pasien DM yang datang ke
poli-Endikrinologi RSUP HAM,Medan yang mempunyai pengetahuan
tentang diet DM serta komplikasinya.
• Cara Ukur : Angket
• Alat Ukur: Kuesioner, diajukan sebanyak 15 pertanyaan dengan 3 pilihan jawaban:
Jawaban yang benar diberi skor 2 Jawaban yang tidak pasti diberi skor 1 Jawaban yang salah diberi skor 0
Kategori: Pengukuran tingkat pengetahuan diet pasien DM serta komplikasinya dan berdasarkan pertanyaan yang diberikan responden
menggunakan skala pengukuran Pratomo (1966) maka dapat dibahagi menjadi
tiga kategori yaitu:
Pengetahuan baik apabila jawaban responden benar lebih dari 75% dari nilai tertinggi.
Pengetahuan sedang apabila jawaban responden benar antara 40% sampai 75% dari nilai tertinggi.
Pengetahuan kurang apabila jawaban responden benar kurang dari 40% dari nilai tertinggi.
Dengan demikian, penilaian terhadap pengetahuan responden berdasarkan sistem
skoring, yaitu:
Skor 23 hingga 30 : Baik Skor 12 hingga 22 : Sedang Skor dibawah 12 (<12) : Kurang
BAB 4
METODE PENELITIAN 4.1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian survei
deskriptif dengan desain cross sectional. Di mana, penelitian ini akan
menggambarkan tingkat pengetahuan yang dimiliki pasien DM yang mengunjungi
Poli-Endokrinologi RSUP Haji Adam Malik tentang diet DM serta
komplikasinya.
Survei adalah suatu cara penelitian deskriptif yang dilakukan terhadap
sekumpulan objek yang biasanya cukup banyak dalam jangka waktu tertentu.
Penelitian deskriptif adalah penelitian yang diarahkan untuk mendeskripsikan atau
menguraikan suatu keadaan di dalam komunitas atau masyarakat (Notoatmodjo,
2005).
Menurut Sastroasmoro (1995) penelitian cross sectional merupakan
penelitian yang di mana peneliti melakukan observasi atau pengukuran variabel
pada satu saat. Satu saat di sini artinya, setiap subjek hanya di observasi satu kali
saja dan pengukuran variabel subjek dilakukan pada saat pemeriksaan tersebut.
4.2. Waktu dan Tempat Penelitian
4.2.1 Waktu Penelitian
Waktu penelitian ini terdiri dari tiga tahap yaitu, (1) tahap persiapan, (2)
tahap pelaksanaan dan (3) tahap penyelesaian.
Tahap persiapan merupakan tahap proses persiapan proposal penelitian ini
termasuk menyediakan kuesioner. Ini dilaksanakan dari bulan Februari hingga
Mei 2010.
Tahap pelaksanaan akan dilakukan pada bulan Augustus 2010 hingga
November 2010. Tahap ini meliputi konsultasi pelaksanaan, pengambilan data
melalui penyebaran kuesioner, mengumpul jawaban, menilai jawaban, mengolah
Tahap penyelesaian adalah tahap terakhir yaitu penulisan, ujian, revisi,
penjilidan dan penyerahan hasil karya tulis ilmiah pada akhir bulan November.
4.2.2. Tempat Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan di Poli-Endokrinologi, Departement Ilmu
Penyakit Dalam, RSUP Haji Adam Malik, Medan.
4.3. Populasi dan Sampel
4.3.1 Populasi
Populasi penelitian ini adalah semua penderita DM laki-laki dan perempuan
yang mengunjungi Poli-Endokrinologi bagi tujuan kontrol.
Lokasi ini dipilih karena RSUP Haji Adam Malik merupakan rumah sakit
rujukan utama di kota Medan.
4.3.2 Sampel (arikunto = notoatmodjo 05)
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Arikunto, 2006).
Untuk mendapatkan sampel, dapat digunakan teknik random sampling (sampel
acak). Sampel acak digunakan apabila populasi dari mana sampel diambil
merupakan populasi homogen yang hanya mengandung satu ciri dan semua
subjek mempunyai kesempatan yang sama untuk dipilih sebagai sampel.
(Arikunto, MANAJEMEN).
Kriteria inklusif
1) Seramai 75 orang pasien laki-laki dan perempuan di Poli-Endokrinologi yang
secara sukarela mahu mengambil bahagian dalam penelitian ini.
Kriteria ekslusif
1) Pasien yang tidak boleh membaca dan menulis dikecualikan dari penelitian ini.
2) Pasien yang berkerja dalam bidang kesehatan juga dikecualikan dari penelitian
ini.
3) Pasien hanya boleh menjawab kuesioner sakali.
Terdapat beberapa jenis random sampling yang bisa digunakan untuk mencari
besar sampel. Dalam penelitian ini digunakan metode simple random sampling, di
mana setiap anggota atau unit dari populasi mempunyai kesempatan yang sama
untuk diseleksi sebagai sampel. (Notoatmodjo, 2005).
Perkiraan besar sample yang minimal pada penelitian ini diambil berdasarkan
rumus dibawah ini.
n = Za²PQ
d²
n = besar sampel
Za = deviat baku alfa
P = proporsi kategori variable yang diteliti
Q = 1- Q
d = persisi (5%)
n = Za²PQ
d²
n = 1,96² (0,05) (1-0,05)
(0,05)²
n = 72,9904
n ~ 73
Maka diperoleh 73 sampel. Jumlah sampel ini dibulatkan menjadi 75 sampel.
4.4 Teknik Pengumpulan Data
4.4.1 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
1. Metode Dokumentasi
Data-data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan atau laporan,
jurnal, buku, koran atau berbagai artikel tentang topik penelitian dicari dan
dikumpul untuk tujuan kepustakaan dan memperoleh informasi tentang penelitian
ini. Dokumen-dokumen tersebut digunakan untuk mendapatkan data sekunder
(Arikunto,prosedur).
2. Metode Angket
Data penelitian ini dikumpul dengan metode angket. Pada penelitian ini,
lembaran kuesioner diberikan kepada responden dan responden sendiri akan
mengisikan jawabannya. Angket pada penelitian ini adalah berstruktur dan
berbentuk pilihan. Di mana, kuesioner yang diberikan disusun secara tegas,
definitif, terbatas dan konkret serta pilihan jawabannya juga telah diberi agar
responden mudah menjawab pertanyaan yang diajukan. Pertanyaan yang
ditanyakan adalah tentang diet pasien DM serta komplikasi dan diajukan sebanyak
15 pertanyaan. Dan responden hanya perlu menjawab jawaban yang benar sahaja
(Notoatmodjo, 2005). Maka kuesioner sebagai instrument pengumpul data dalam
penelitian ini perlu diuji validitas dan reliabilitas dengan cara melakukan uji cobe
pada sekelompok responden yang hampir sama cirinya dengan populasi penelitian
ini.
4.4.2 Uji Validitas dan Reliabilitas
Berdasarkan Notoatmodjo (2005), untuk menguji ketepatan kuesioner yang
akan digunakan, telah dilakukan dilakukan uji coba paling sedikit pada 20 orang
responden yang karakterisitknya yang mirip dengan sampel penelitian. Hasil uji
coba ini kemudian digunakan untuk mengetahui sejauh mana alat ukur yaitu
kuesioner yang telah disusun tadi memiliki validitas dan reliabilitas. Setelah
diperoleh skor tiap pertanyaan, telah dihitung kolerasi antara skor masing-masing
pertanyaan dengan skor total.
Validitas adalah suatu indeks yang menunjukkan alat ukur itu benar-banar
validitasnya dengan SPSS 17.0 (Statistical Products and Service Solution).
Kuesioner penelitian ini telah disusun sebelumnya dengan jumlah pertanyaan
sebanyak 23, kemudian telah dilakukan uji validitas dan didapati sebanyak 15 soal
valid. Pengujian ini menggunakan perangkat lunak SPSS 17.0. Uji validitas ini
dilakukan pada bulan Agustus 2010.
Uji validitas dilakukan dengan korelasi Pearson, skor yang didapati dari
setiap pertanyaan dikorelasikan dengan skor total untuk setiap variabel. Setelah
semua korelasi untuk setiap pertanyaan dengan skor total diperoleh, nilai-nilai
tersebut dibandingkan dengan nilai r tabel. Nilai r tabel untuk jumlah responden
20 orang dengan taraf signifikasi 0.1 adalah 0.444. Jika nilai koefisien korelasi
Pearson dari suatu pertanyaan tersebut berada di atas nilai r tabel, maka
pertanyaan tersebut valid.
Menurut Notoatmodjo (2005), reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan
sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau diandalkan.Uji reliabilitas
dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan SPSS 17.0. Uji reliabilitas
ini dilaksanakan pada bulan Agustus 2010. Uji reliabilitas dilakukan pada semua
pertanyaan yang valid dengan koefisien Reliabilitas Alpha pada aplikasi SPSS
17.0. Jika nilai alpha lebih besar dari nilai r tabel,maka pertanyaan tersebut
reliabel.
Tabel 4.1 Uji validitas dan Reliabilitas
12
4.5 Pengolahan dan Analisa Data
Prosedur analisis data dilakukan dengan tahapan seperti berikut:
1. Melakukan uji coba dengan memberikan kuesioner pada beberapa responden
untuk menguji validitas dan relibilitas kuesioner,
2. Menguji validitas dan realibilitas alat ukur kuesioner.
3. Melakukan penelitian dengan memberikan kuesioner kepada semua
responden.
4. Memeriksa atau menyeleksi kelengkapan data kuesioner.
5. Melakukan analisa data
Data yang akan dikumpul dianalisa dengan menggunakan program komputer
SPSS (statistical product and service solution). Data akan dianalisa secara
deskriptif. Hasil yang diperolehi akan ditampilkan dalam tabel bentuk yaitu dalam
bentuk distribusi frekuensi, persentase dari tiap variabel dan bentuk grafik. Pada
penelitian ini variabel pengetahuan berupa data kuantitatif (skor hasil pengisian
kuesioner) akan diubah menjadi data kualitatif (baik, sedang dan kurang) dengan
analisa kualitatif melalui cara indukt if, yakni pengambilan kesimpulan
BAB 5
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1. Hasil Penelitian
5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Poli-Endokrinologi, Departmen Ilmu Penyakit
Dalam, RSUP Haji Adam Malik, Medan. Rumah Sakit ini merupakan Rumah
Sakit Umum Kelas A di Medan yang berdasarkan pada Keputusan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor: 335/Menkes/SK/VII/1990. Namun, nama
rumah sakit ini mengalami perubahan yang pada mulanya bernama Rumah Sakit
Umum Kelas A di Medan menjadi Rumah Sakit Umum Haji Adam Malik.
Perubahan nama rumah sakit ini berdasarkan pada Keputusan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor: 775/MENKES/SK/IX/1992. Adapun alasan
pergantian nama rumah sakit ini disebabkan karena perlunya pencantuman nama
Pahlawan Nasional Sebagai Nama Rumah Sakit Umum Pemerintah yang
merupakan bagian penghargaan dan kebangganan rakyat Indonesia. Nama Haji
Adam Malik perlu diabadikan pada rumah sakit umum pemerintah sebagai
penghargaan dan kebanggan terhadap Pahlawan Nasional, terlebih lagi Adam
Malik merupakan ikon kebanggaan masyarakat Sumatera Utara yang mana
namanya tidak hanya dikenal di Indonesia saja, tetapi juga di Internasional.
RSUP H. Adam Malik ini beralamat di Jalan Bunga Lau no. 17, Medan,
terletak di kelurahan Kemenangan, kecamatan Medan Tuntungan. Letak RSUP H.
Adam Malik ini agak berada di daerah pedalaman yaitu berjarak +- 1 Km dari
jalan Djamin Ginting yang merupakan jalan raya menuju ke arah Brastagi. Rumah
sakit ini merupakan Rumah Sakit kelas A sesuai dengan SK Menkes No.
335/Menkes/SK/VIII/1990. Di samping itu, RSUP H. Adam Malik adalah Rumah
Sakit Rujukan untuk wilayah pembangunan A yang meliputi Propinsi Sumatera
sebagai Rumah Sakit Pendidikan berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI
No.502/Menkes/IX/1991 tanggal 6 September 1991 dan secara resmi pusat
pendidikan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara dipindahkan ke
RSUP H. Adam Malik pada tanggal 11 Januari 1993. Dengan ditetapkannya
RSUP H. Adam Malik sebagai Rumah Sakit Pendidikan, maka Fakultas
Kedokteran Universitas Sumatera Utara dapat menggunakannya sebagai Pusat
Pendidikan Klinik calon dokter dan Pendidikan Keahlian calon dokter spesialis.
RSUP H. Adam Malik mulai berfungsi sejak tanggal 17 Juni 1991 dengan
pelayanan rawat jalan dan untuk pelayanan rawat inap mulai berfungsi tepatnya
pada tanggal 2 Mei 1992. Rumah Sakit ini mulai beroperasi secara total pada
tanggal 21 Juli 1993 yang diresmikan oleh mantan Presiden RI, H. Soeharto.
5.1.2 Deskripsi Karakteristik Responden
Jumlah responden yang terlibat dalam studi ini adalah sebesar 75 responden
yang merupakan semua penderita DM laki-laki dan perempuan yang mengunjungi
Poli-Endokrinologi, Departmen Ilmu Penyakit Dalam, RSUP Haji Adam Malik,
Medan bagi tujuan kontrol. Jumlah sampel ini adalah sama dengan jumlah sampel
yang diperlukan yaitu seramai 75 orang. Lebih dari setengah responden yang
terpilih adalah laki-laki dengan persentase 57,3 % yaitu seramai 43 orang
sedangkan perempuan berjumlah 32 orang dengan persentase 42,7 % seperti yang
dilampirkan pada tabel 5.1.
Berdasarkan umur, mayoritas responden dalam kelompok usia 31-40 tahun
dan 51-60 tahun dengan jumlah responden masing-masing 22 orang dan
persentase sebanyak 29 %. Kelompok umur 71-80 tahun mempunyai persentase
responden yang paling kecil yaitu hanya 3 % dengan jumlah responden seramai 2
Tabel 5.1 Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin
Jenis Kelamin Frekuensi Persen (%)
Pria
Wanita
43
32
57,3
42,7
Total 75 100
Tabel 5.2 Karakteristik responden berdasarkan kelompok umur
Umur (Tahun) Frekuensi Persen (%)
21-30 4 5
31-40 22 29
41-50 14 19
51-60 22 29
61-70 11 15
71-80 2 3
Total 75 100
5.1.3 Tingkat Pengetahuan Responden
Keseluruhan responden yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah
seramai 75 orang. Tingkat pengetahuan diet pasien Diabetes dibahagi menjadi 3
kategori utama yaitu Baik, Sedang dan Kurang dengan jumlah skor yang
jumlah skor lebih dari 75% dari nilai tertinggi , Kategori sedang sekiranya jumlah
skor diantara 40 - 75 % dari nilai tertinggi dan dikatakan kurang sekiranya skor
responden kurang dari 40% dari nilai tertinggi. Nilai skor tertinggi dalam
penelitian ini adalah sebanyak 30.
Tabel 5.3 Pecahan berdasarkan kategori tingkat pengetahuan diet pasien Diabetes
Kategori Total Skor Jumlah Responden
Persentase Responden(%)
Baik 23-30 6 8
Sedang 12-22 43 57.3
Kurang <12 26 34.7
Total 75 100
Berdasarkan penelitian ini, 8 % dari total responden mempunyai tingkat
pengetahuan yang baik mengenai diet pasien diabetes. Ini merupakan kelompok
terkecil dari keseluruhan jumlah sampel dengan bilangan hanya 6 orang sahaja.
Seramai 43 responden mempunyai tingkat pengetahuan yang sedang
mengenai diet pasien Diabetes. Kelompok ini merupakan kelompok terbesar dari
jumlah sampel dengan persentase sebanyak 57,3 %.
Selain itu,seramai 26 orang responden dengan persentase 34,7 %
mempunyai tingkat pengetahuan yang kurang mengenai diet pasien Diabetes dan
kelompok ini merupakan kelompok kedua terbesar dari total sampel.
Seramai 6 orang responden dengan tingkat pedndidikan S-1 mempunyai
tingkat pengetahuan yang baik. Selain itu,14 orang responden dengan pendidikan
responden dengan pendidikan SMP mempunyai tingkat pengetahuan yang kurang
mengenai diet diabetes serta komplikasinya.
Daripada 75 responden yang mengambil bahagian, sebanyak 15 responden
atau dengan persentase 20% berpandapat bahwa memakan terlalu banyak gula
(glukosa) bukan merupakan faktor utama Diabetes Mellitus. Seramai 55 orang
atau 73,3 % orang berpendapat sebaliknya manakala 6,7 % lagi yaitu seramai 5
orang tidak pasti dengan kedua jawaban yang diberikan.
Sebanyak 53 responden atau dengan persentase 70,7% setuju bahwa
Diabetes Mellitus bisa sebabkan ketajaman penglihatan berkurang. Sedangkan 20
orang dengan persentase 26,7 % berpendapat Diabetes Mellitus tidak akan
memyebabkan ketajaman penglihatan berkurang tetapi hanya 2,7% atau 2 orang
tidak pasti dengan jawaban yang diberikan.
Seramai 38 orang dengan persentase 50,7% tidak berpendapat penyakit
Diabetes Mellitus sudah pasti bisa diobati, 38,7% dengan frekuensi 29 orang
berpendapat penyakit Diabetes Mellitus sudah pasti dapat diobati dan 10,7% atau
seramai 8 orang responden tidak pasti dengan jawaban mereka.
Sebanyak 64 orang responden ( 85,3 %) berpendapat sekiranya insulin
diambil pada pagi hari tetapi tidak memakan sarapan,kadar gula darah akan
menurun.Sebaliknya, seramai 8 orang (10,7 %) tidak mendukung jawaban ini.
Manakala sisanya seramai 3 orang (4 %) tidak pasti dengan jawaban mereka.
Sebanyak 18,7% atau 14 orang mengakui bahwa jus buahan yang tidak
dicampur gula akan tetap menaikkan kadar gula darah.Seramai 57 orang (76 %)
berpendapat jus buahan yang tidak dicampur gula tidak akan menaikkan kadar
gula darah.Sisanya seramai 4 orang dengan persentase 5,3 % tidak pasti dengan
jawaban mereka.
Lebih separuh dari total responder yaitu seramai 56 orang (74,7 %)
berpendapat bahwa Diabetes Mellitus adalah disebabkan kegagalan ginjal untuk
tidak bersependapat dengan golongan ini dan sisanya 4 orang dengan persentase
5,3 % tidak pasti dengan jawaban mereka.
Dari 75 responden yang mengambil bahagian, 25 orang dengan persentase
33,3 % menyetujui pendapat Diabetes Mellitus merupakan faktor utama yang
menyebabkan badan seseorang penderita sangat penat walaupun hanya melakukan
kerja yang ringan. 24 orang lagi (32%) tidak menyetujui perkara ini dan sisanya
seramai 26 orang (34,7 %) tidak pasti dengan jawaban mereka.
Sebanyak 48% dari jumlah responden (36 orang) berpendapat bahwa
tindakan terbaik untuk memeriksa kadar gula penderita Diabetes Mellitus adalah
dengan periksa urin. 33 orang lagi dengan persentase 44 % tidak setuju dengan
perkara ini dan 8% atau 6 orang responden lagi tidak pasti dengan jawaban
mereka.
Seramai 61,3 % atau 46 orang dari jumlah responden setuju dengan
pernyataan insulin merupakan hormon utama yang mengatur kadar gula darah. 16
% atau 12 orang tidak setuju dengan pernyataan ini. Manakala 17 orang lagi
dengan persentase 22,7 % tidak pasti dengan jawaban mereka.
Selain itu, lebih dari separuh responden yaitu seramai 41 orang sengan
persentase 54,7 % berpendapat kekurangan insulin atau penurunan dari kerja
insulin menyebabkan kadar gula darah naik (Diabetes Mellitus). Manakala 18
orang atau 24 % lagi tidak bersependapat dan sisanya seramai 16 orang ( 21,3 % )
tidak pasti dengan jawaban mereka.
Sebanyak 22,7 % atau 17 orang dari total sampel berpendapat makanan
segera (seperti mie instant) mempunyai kalori yang lebih tinggi jika dibandingkan
dengan semangkok nasi. 49 orang dengan persentase 65,3 % berpendapat
sebaliknya yaitu semangkok nasi mempunyai kalori lebih tinggi jika dibandingkan
dengan mie instant. Sisa 9 orang dengan persentase 12 % tidak pasti dengan
Persentase terbesar yaitu sebanyak 48 % atau 36 orang dari total sampel
setuju dengan pernyataan pasien Diabetes Mellitus dianjurkan meminum
minuman penambah energi ( seperti minuman isotonik). 40 % dengan jumlah
responden seramai 30 orang tidak menyetujui pernyataan ini dan sebanyak 12 %
atau 9 orang tidak pasti dengan jawaban mereka.
Seramai 49 orang dengan persentase 65,3 % berpendapat bahwa berolahraga
secara teratur akan meningkatkan kebutuhan insulin atau obat-obatan insulin
sehari-hari. Sebaliknya, 14,7 % atau 11 orang dari jumlah responden tidak
menyetujui pernyataan ini. Sisanya seramai 15 orang atau dengan persentase 20 %
tidak pasti dengan jawaban mereka.
Selain itu, 60 % atau seramai 45 orang dari jumlah sampel mempunyai
pendapat menggeletar (shaking) dan berkeringat merupakan tanda peningkatan
kadar gula darah. 33,3 % atau 25 orang tidak setuju dengan pendapat ini dan
sisanya seramai 5 orang dengan persentase 6,7 % tidak pasti dengan jawaban
mereka.
Lebih dari separuh responden dengan perentase 52 % yaitu 39 orang dari
jumlah responden tidak setuju dengan pendapat sering BAK dan dahaga
merupakan tanda dari kadar gula darah yang rendah. Sebaliknya, 28 orang
responden dengan persentase 37,3 % menyetujui pernyataan ini dan 10,7 % lagi
dengan jumlah responden seramai 8 orang tidak pasti dengan jawaban mereka.
Data mengenai distribusi frekuensi jawaban responden dapat dilihat pada tabel
Tabel 5.4. Distribusi Frekuensi Jawaban Responden
NO PERTANYAAN JAWABAN
BENAR TIDAK
PASTI
SALAH
F % F % F %
1. Memakan terlalu banyak gula(glukosa) merupakan faktor utama DM
15 20 5 6,7 55 73,3
2. DM bisa sebabkan ketajaman penglihatan berkurang
53 70,7 2 2,7 20 26,7
3. Penyakit DM sudah pasti bisa diobati
38 50,7 8 10,7 29 38,7
4. Jika anda mengambil insulin pada pagi hari tetapi tidak memakan sarapan, kadar gula darah anda akan menurun
64 85,3 3 4 8 10,7
5. Jus buahan yang tidak dicampur gula akan menaikkan kadar gula darah
14 18,7 4 5,3 57 76
6. Diabetes Mellitus adalah disebabkan kegagalan ginjal untuk mempertahankan gula tubuh (glukosa) dari urine.
7. Diabetes Mellitus merupakan
8. Tindakan terbaik untuk memeriksa kadar gula penderita Diabetes Mellitus adalah dengan periksa urine
33 44 6 8 36 48
9. Insulin merupakan hormon utama yang mengatur kadar gula darah
46 61,3 17 22,7 12 16
10. Kekurangan insulin atau penurunan dari kerja insulin menyebabkan kadar gula darah naik (Diabetes Mellitus)
41 54,7 16 21,3 18 24
11. Makanan segera (seperti Mie Instant) mempunyai kalori yang lebih tinggi jika dibanding dengan semangkok nasi
17 22,7 9 12 49 65,3
12. Pasien Diabetes Mellitus dianjurkan meminum minuman penambah energi (e.g minuman isotonik)
30 40 9 12 36 48
13. Berolahraga secara teratur akan meningkatkan kebutuhan insulin atau obat-obatan insulin sehari-hari.
11 14,7 15 20 49 65,3
14. Menggeletar (shaking) dan berkeringat merupakan tanda peningkatan kadar gula darah
15. Selalu BAK dan dahaga merupakan tanda dari kadar gula darah yang rendah
39 52 8 10,7 28 37,3
5.2. Pembahasan
5.2.1 Tingkat Pengetahuan Responden
Beberapa penelitian tentang tingkat pengetahuan pasien tentang
diabetes juga dilakukan di negara yang lain seperti di Nepal Barat, Kenya, Turkey
dan Amerika Serikat. Dari hasil penelitian Julie D. West (2002) di Amerika
Serikat, seramai 31% pasien mancapai tingkat baik, 33% sedang, dan 36% kurang
(Medscape, 2002). Ini menunjukkan tingkat pengetahuan pasien di Amerika
Serikat dan pasien penelitian ini tidak berjauh beda. Namun, didapati bahwa
soalan kuensioner yang dipakai oleh Julie D. West adalah lebih spesifik dan
dalam.
Menurut hasil penelitian Didem Arslantas (2008) di Eskisehir, Turkey, usia
rata-rata pasien diabetes adalah 58.84 ± 10.02. Ini menyokong hasil penelitian
saya karena usia rata-rata pasien diabetes yang saya peroleh dari penelitian adalah
sebanyak 48.55. Hal ini karena kelompok umur <60 memberikan kerjasama yang
lebih mudah jika dibandingkan dengan kelompok umur >60 tahun. Komunikasi
dengan kelompok umur ini juga lebih efektif karena mayoritas dari mereka faham
akan kepentingan penelitian ini serta manfaatnya. Kelompok umur > 60 juga
kebanyakan mereka tidak tahu membaca dan menulis dan merupakan faktor
eksklusif dalam penelitian ini.
Tabel 5.3 menunjukkan pecahan kategori tingkat pengetahuan tentang diet
pasien DM. Sekitar 65,3 % (8 % + 57,3%) dari masyarakat mempunyai
pengetahuan yang baik dan sedang tentang diet pasien DM serta komplikasi.
Sisanya sekitar 34,7 % masyarakat masih mempunyai tahap pemikiran yang
kurang. Namun, dari penelitian William Kiberenge Maina (2010) di Kenya,
’baik’ , 72,8% pasien mencapai tingkat ’kurang’. Perbedaan jumlah sampel
berperan besar dalam hasil yang diperoleh oleh saya karena jumlah sampel yang
digunakan oleh Maina adalah seramai 478 orang manakala jumlah sampel saya
peroleh hanyalah seramai 75 orang.
Berpandukan penelitian William Kiberenge Maina (2010) di Kenya yang
sama, seramai 27,7% responden laki-laki dan 26,9% perempuan mempunyai
tingkat pengetahuan yang baik. Sebaliknya, sebanyak 36% laki-laki dan 29,3%
perempuan di Medan memiliki tingkat pengetahuan yang baik mengenai
pengetahuan DM yang juga meliputi diet serta komplikasinya. Nilai yang
diperoleh saya tidak jauh berbeda dari penelitian Maina, namun perbedaan jumlah
sampel antara Maina (478 orang) dan saya (75 orang) adalah sangat besar.
Sebanyak 55 orang responden dengan persentase 73,3 % masih berpendapat
memakan terlalu banyak gula (glukosa) merupakan faktor utama DM dan hanya
15 orang atau 20 % dari responden tidak menyetujui pernyataan tersebut.
Sebenarnya, Faktor utama pada diabetes ialah insulin, suatu hormon yang
dihasilkan oleh kelompok sel beta di pankreas. Insulin memberi sinyal kepada sel
tubuh agar menyerap glukosa. Insulin, bekerja dengan hormon pankreas lain yang
disebut glukagon, juga mengendalikan jumlah glukosa dalam darah. Apabila
tubuh menghasilkan terlampau sedikit insulin atau jika sel tubuh tidak
menanggapi insulin dengan tepat terjadilah diabetes. (Setiabudi, 2008)
Setengah dari jumlah responden yaitu sebanyak 50,7 % setuju dengan
pernyataan bahwa penyakit DM sudah pasti bisa diobati. Ironiknya, masih
terdapat sekelompok besar masyarakat masih berpendapat DM boleh diobati
secara tuntas. Hakikatnya,penyakit DM bersifat irriversible dimana pasien hanya
boleh mengontrol kadar gula darah supaya di ambang normal. Diabetes Mellitus
bila tidak ditangani dengan baik akan menyebabkan komplikasi pada berbagai
organ tubuh seperti mata, ginjal, jantung, pembuluh darah kaki, saraf, dan