STUDI KOMPARASI APLIKASI GADAI EMAS SERTA
STRATEGI PENGEMBANGAN PADA BANK SYARIAH
DAN PERUM PEGADAIAN SYARIAH
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi Syarat-syarat Mencapai Gelar
Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy)
Oleh:
Azis Ariyanto
NIM. 1060 4610 1602
KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH
PROGRAM STUDI MUAMALAT
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
STUDI KOMPARASI APLIKASI GADAI EMAS SERTA
STRATEGI PENGEMBANGAN PADA BANK SYARIAH
DAN PERUM PEGADAIAN SYARIAH
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi Syarat-syarat Mencapai Gelar
Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy)
Oleh:
Azis Ariyanto
NIM. 1060 4610 1602
Pembimbing
Dr. Hasanuddin, M.Ag
NIP. 196103041955031001
KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH
PROGRAM STUDI MUAMALAT
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Universitas Islam Negeri
(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN)
Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya
atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia
menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 25 April 2011 M
21 Jumadil Ula 1432 H
ـ ْحَرلا ـَ لا ـْس
MOTTO
“Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan,
binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia; dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga).” (QS. Al-Imraan 3:14)
“Dunia adalah perhiasan dan sebaik-baik perhiasan adalah wanita sholihah.” (HR. Muslim)
“Bukanlah suatu aib jika kamu gagal dalam suatu usaha, yang merupakan aib adalah jika
kamu tidak bangkit dari kegagalan itu”.(Ali Bin Abi Thalib)
َللا ْ ْ لا
Waktu itu lebih mahal daripada emas.
“Dalam kehidupan ini kita tidak dapat selalu melakukan hal yang besar. Tetapi kita dapat melakukan banyak hal kecil dengan cinta yang besar”.
“(In this life we cannot always do great things. But we can do small things with great
love)”. (Penulis).
“Satu menit mendengar lebih baik dari pada satu jam berbicara.” (Penulis)
PERSEMBAHAN
1) Kedua orangtuaku, yang telah membesarkan dan mendidik dengan cinta,
kesabaran
dan pengorbanannya.
2) Adikku, Salwa Marwariyanti, yang selalu memberikan semangat dan
dukungan pada setiap langkahku.
3) Kekasihku Rischa Astuty Handayani, yang dengan kesabaran memberikan
ABSTRACT
Pawnshop is a Business Entity or Non-Bank Financial Institutions are functioning to provide financing in the form of credit disbursements to the public, in addition to conventional mortgage there are also Islamic pawnshops that provide mortgage financing on the basis of the sharia law with no element of riba. Pledge of sharia (Ar-Rahn) is a contract debts by making goods that have value as collateral so that the person concerned can take the debt. Ar-Rahn payment system proved able to attract the public in obtaining financing with a fast process, practical and reassuring, either pawn in pegadain sharia many benefits that can be accepted by the customer. But in reality, there is still little understanding of the community and employers about the mortgage products issued by non-bank financial institutions this. So the minimal number of customers who apply for finance companies. In this case the Islamic pawnshop loan funds only gives credence to its customers by 90% - 95% of the estimates, whereas the conventional pawnshops estimation according to various customer groups. The most prominent difference between Islamic and conventional mortgage is from the calculations, so we will not hesitate to selecting and using Islamic mortgage products.
Unlike ordinary mortgage products. In the pledge gold, gold objects that are mortgaged. As has been widely known that gold has a value which tends to rise against the currency exchange rate, this is certainly very different from the other lien objects tend to decrease the exchange rate against foreign currencies over time. The advantages are similar, such as land, only physical gold can be brought anywhere, while the land certificate is only a letter that could carry. This is what a difference this mortgage product with a regular mortgage product. By looking at the advantages of gold islamic mortgage products, the Islamic Financial Institutions today many open mortgage products in the gold business transaction is also beneficial because in addition to his business also was relatively small risk because Islamic gold pawn has the potential significant business development in recent years. It was triggered by the increasing price of gold compared with paper currency in recent years. The increase was due to the price of gold has intrinsic value that is more stable and inflation-resistant than paper currency such as dollars or U.S. dollars.
This research approach using Empirical Legal namely a method or procedures used to solve the problem by first examining the existing secondary data and then proceed with a study of the primary data in the field. The data used are primary data that is data obtained directly from the field by using questionnaires or interviews, as well as secondary data obtained by literature study method. Analysis of the data used is a qualitative analysis drawing conclusions deductively. Based on the research, can know how the operational mechanism of gold lien Rahn Islamic products, and the reasons why I Count good rahn product release.
ABSTRAK
Pegadaian merupakan Badan Usaha atau Lembaga Keuangan Bukan Bank yang berfungsi memberikan pembiayaan dalam bentuk penyaluran dana kredit kepada masyarakat, selain pegadaian konvensional ada juga pegadaian syariah yang memberikan pembiayaan atas dasar hukum gadai secara syariah tanpa unsur riba. Gadai syariah (Ar-Rahn) adalah suatu akad utang piutang dengan menjadikan barang yang mempunyai nilai sebagai jaminan sehingga orang yang bersangkutan dapat mengambil utang. Sistem pembayaran Ar-Rahn ini ternyata mampu menarik masyarakat dalam memperoleh pembiayaan dengan proses yang cepat, praktis dan menentramkan, baik menggadaikan di pegadain syariah banyak manfaat yang dapat diterima oleh nasabah yang bersangkutan. Namun kenyataannya, masih sedikit sekali pemahaman masyarakat dan pengusaha mengenai produk pegadaian yang dikeluarkan oleh pihak lembaga keuangan bukan bank ini. Sehingga minimnya jumlah nasabah yang mengajukan permohonan pembiayaan tersebut. Dalam hal ini pada pegadaian syariah hanya memberikan kepercayaan pinjaman dana kepada nasabahnya sebesar 90% - 95% dari taksiran, sedangkan pada pegadaian konvensional taksirannya bermacam-macam sesuai golongan nasabah. Perbedaan yang paling menonjol antara pegadaian syariah dan konvensional adalah dari perhitungannya, sehingga kita tidak akan ragu-ragu lagi untuk memilih dan menggunakan produk gadai syariah.
Berbeda dengan produk gadai biasa. Dalam gadai emas, objek yang digadaikan adalah emas. Seperti yang telah banyak diketahui bahwa emas memiliki nilai yang cenderung naik tukar terhadap mata uang, hal ini tentu sangat berbeda dengan objek gadai yang lain yang cenderung mengalami penurunan nilai tukar terhadap mata uang seiring dengan berjalannya waktu. Kelebihan ini serupa seperti tanah, hanya saja emas bisa dibawa fisiknya ke mana-mana, sementara tanah hanya surat sertifikatnya saja yang bisa dibawa-bawa. Hal inilah yang menjadi perbedaan produk gadai ini dengan produk gadai biasa. Dengan melihat kelebihan dari produk gadai emas syariah tersebut, maka Lembaga Keuangan Syariah sekarang ini banyak membuka produk gadai emas dalam traksaksi bisnisnya karena disamping usahanya juga menguntungkan juga resikonya pun relatif kecil dikarenakan gadai emas syariah memiliki potensi pengembangan bisnis yang cukup signifikan pada tahun belakangan ini. Hal itu dipicu terus meningkatnya harga emas dibanding mata uang kertas dalam beberapa tahun terakhir. Peningkatan harga itu disebabkan karena emas memiliki nilai instrinsik yang lebih stabil dan tahan inflasi dibandingkan mata uang kertas seperti rupiah atau dolar AS.
Analisis data yang digunakan adalah analisis kualitatif yang penarikan kesimpulannya secara deduktif. Berdasarkan hasil penelitian, dapat diketahui perbandingan mekanisme operasional produk Rahn gadai emas pada Bank Jabar Banten Syariah dan UPCS Lebak Bulus I, strategi pengembangan usaha serta alasannya mengapa dikeluarkannya produk rahn.
KATA PENGANTAR
Dengan Rahmat Allah SWT, dan didorong oleh keinginan yang luhur,
Alhamdulillah penulis telah dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul
“STUDI KOMPARASI APLIKASI GADAI EMAS SERTA STRATEGI
PENGEMBANGAN PADA BANK SYARIAH DAN PERUM PEGADAIAN SYARIAH”, sebagai suatu syarat untuk mendapatkan derajat sarjana S-1 pada Program Studi Muamalat Jurusan Perbankan Syariah UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
Selama proses penulisan skripsi ini sejak penyusunan rancangan penelitian, studi
kepustakaan, pengumpulan data di lapangan serta pengolahan hasil penelitian sampai
terselesaikannya penulisan skripsi ini, penulis telah banyak mendapatkan bantuan
baik sumbangan pemikiran maupun tenaga yang tak ternilai harganya dari berbagai
pihak. Untuk itu pada kesempatan ini perkenakanlah penulis dengan segala
kerendahan hati dan penuh keikhlasan untuk menyampaikan rasa terima kasih yang
tulus kepada :
1. Bapak Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, S.H, M.A, M.M., sebagai Dekan
Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta yang selalu memberikan motivasi kepada seluruh mahasiswa di Fakultas
Syariah dan Hukum, baik semasa perkuliahan berlangsung, ataupun pada saat
2. Ibu Dr. Euis Amalia, M.A., sebagai Ketua Jurusan Muamalat (Ekonomi Islam)
Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta, yang selalu memberikan dorongan kepada mahasiswa untuk selalu giat
dalam mengikuti perkuliahan.
3. Bapak Dr. Hasanudin, M.Ag., sebagai Dosen Pembimbing skripsi yang telah
sangat banyak meluangkan waktu dan pikirannya, dan perhatian membantu
penulis dalam memberikan pengarahan dan petunjuk tata cara penulisan skripsi.
4. Bapak H. Ah. Azharuddin Lathif, M.Ag, MH sebagai Pembimbing Akademik
yang juga senantiasa mengingatkan dan mengarahkan penulis semasa mengikuti
perkuliahan hingga akhirnya menyelesaikan penulisan skripsi ini.
5. Segenap pihak Perum Pegadaian Syariah Pusat dan UPCS Lebak Bulus I yang
telah memberikan izin untuk melakukan penelitian dan wawancara serta banyak
membantu dalam pembuatan skripsi ini khusunya kepada Bapak Rudy Kurniawan
dan Mba Yuki Lengkana yang telah banyak membantu penulis dalam
melaksanakan penelitian di Perum Pegadaian Syariah UPCS Lebak Bulus I.
6. Orang Tua ku Tercinta Bapak H. Aep Yunardih & Ibu Ai Maemunah, Adiku
Salwa Marwariyanti, dan seluruh keluarga besar yang telah memberikan kasih
sayang serta doa restunya hingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
7. Kekasihku Rischa Astuty Handayani, yang dengan kesabaran memberikan
semangat dan motivasi untuk menyelesaikan skripsi ini
Penulis hanya mampu berharap semoga bantuan yang telah diberikan dalam
skripsi yang sederhana dan masih jauh dari sempurna ini bermanfaat bagi penulis dan
semua pihak. Penulis sangat mengharapkan masukan berupa saran dan kritik dari
pembaca yang bersifat membangun demi perbaikan skripsi ini di masa mendatang.
Jakarta, 25 April 2011 M
21 Jumadil Ula 1432 H
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI ... ii
LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN MUNAQASYAH ... iii
LEMBAR PERNYATAAN ... iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... v
ABSTRACT ... vi
ABSTRAK ... vii
KATA PENGANTAR ... viii
DAFTAR ISI ... ix
DAFTAR TABEL, GAMBAR DAN LAMPIRAN ... x
BAB I : PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 4
C. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian ... 5
D. Tinjauan Pustaka ... 7
E. Kerangka Teori ... 10
F. Metode Penelitian ... 13
G. Sistematika Penulisan ... 18
BAB II : LANDASAN TEORITIS ... 19
A. Konsep Gadai Emas Syariah... 19
2. Dasar Hukum Rahn Emas ... 22
3. Rukun dan Syarat Syah Rahn Emas ... 25
4. Fungsi dan Tujuan Rahn Emas ... 28
5. Manfaat Gadai Emas Syariah ... 29
6. Pendapat Ahli Hukum tentang Manfaat Barang Gadai Syariah 30 7. Persamaan dan Perbedaan Rahn dengan Gadai Konvensional .. 34
B. Pengertian Taksiran Nilai Emas ... 38
C. Pengertian Lelang ... 39
BAB III : PERBANDINGAN APLIKASI AKAD GADAI EMAS PADA BANK DAN PERUM PEGADAIAN SYARIAH ... 45
A. Akad Gadai Emas yang digunakan pada Perbankan Syariah ... 45
B. Akad Gadai Emas yang digunakan pada Pegadaian Syariah ... 49
C. Persamaan dan Perbedaan akad yang digunakan pada kedua Lembaga ... 57
BAB IV : PEMBAHASAN DAN ANALISIS APLIKASI GADAI EMAS SERTA STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA PADA BANK DAN PERUM PEGADAIAN SYARIAH ... 59
A. Penerbitan Gadai Emas Syariah ... 59
B. Mekanisme dan Prosedur Gadai Emas pada Bank Syariah ... 62
C. Mekanisme dan Prosedur Gadai Emas pada Pegadaian Syariah ... 66
Syariah dan Pegadaian Syariah ... 81
E. Prospek dan Strategi Pengembangan Gadai Emas Syariah ... 96
BAB V : PENUTUP ... 101
Kesimpulan ... 101
Saran ... 107
DAFTAR PUSTAKA ... 108
DAFTAR TABEL
TABEL 2.1 : Persamaan dan Perbedaan antara Rahn dengan Gadai
Konvensional ... 36 TABEL 2.2 : Perbedaan teknis Pegadaian Syariah – Pegadaian Konvensional 37 TABEL 2.3 : Perbandingan perhitungan pegadaian syariah dengan pegadaian
Konvensional ... 37 TABEL 4.1 : Penggolongan Pinjaman di Pegadaian Syariah ... 79 TABEL 4.2 : Tarif Ijarah ... 80 TABEL 4.3 : Tarif Biaya Administrasi dan Surat Hilang di Pegadaian Syariah 81 TABEL 4.4 : Perbadingan Umum gadai emas pada BJB Syariah dan UPCS
Lebak Bulus ... 88
DAFTAR GAMBAR
GAMBAR 4.1 : Skema Akad Gadai Emas pada Bank Jabar Banten Syariah ... 65
GAMBAR 4.2 : Skema Akad Gadai Emas pada UPCS Lebak Bulus I ... 67 GAMBAR 4.3 : Skema Tata Cara Memperoleh Pinjaman ... 70
GAMBAR 4.4 : Skema Tata Cara Pelunasan Pinjaman ... 71
DAFTAR LAMPIRAN 1. Hasil Wawancara.
2. Surat Keterangan Wawancara.
3. Surat Keterangan Izin Penelitian.
4. Fatwa MUI Mengenai Rahn dan Rahn Emas.
5. Skema Pemberian Pinjaman Gadai Emas Syariah.
6. Skema Pelunasan Pinjaman Gadai Emas Syariah.
7. Plafon Tarif Ijarah dan Biaya Administrasi Gadai Emas Syariah.
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Ajaran Islam yang mengandung unsur Syari‟ah berisikan hal-hal yang mengatur
hubungan manusia dan pencipta (hablu min Allah) dan hubungan sesama manusia
(hablu min Nas) yang dikenal dengan Muamalah Islam. Di antara amalan Muamalah
tersebut melingkupi aktivitas perekonomian seperti, perdagangan,
pinjamam-meminjam, gadaian barang dan aktifitas ekonomi lainnya.
Kebutuhan masyarakat akan uang tunai terkadang menjadi kebutuhan yang
segera pada waktu-waktu tertentu untuk memenuhi kebutuhan yang sangat
mendesak yang mencakupi kebutuhan primer, sekunder maupun pelengkap demi
keberlangsungan hidup. Namun demikian, kebutuhan tersebut adakala tidak
diimbangi dengan ketersediaannya uang tunai yang dimiliki. Maka solusi untuk
mengatasi hal tersebut masyarakat akan mendatangi lembaga keuangan atau
individu-individu yang bisa menalangi dengan perjanjian ada barang yang
diserahkan sebagai jaminan seperti Perbankan dan Pegadaian.
Kehadiran lembaga pegadaian dan Perbankan di Indonsia bukanlah hal yang
asing lagi. Bahkan lembaga ini menjadi sangat populer dikalangan masyarakat
(khususnya Jakarta), ketika menjelang lebaran tiba. Sudah merupakan tradisi bagi
syawal. Dengan menitipkan emas, kendaraan bermotor atau barang berharga lainnya
sebagai jaminan atas uang yang dipinjam, keinginan untuk bertemu sanak saudara
dikampung dengan kerinduan yang sangat pun terobati.
Bukan tanpa alasan karena disaat ongkos dan harga kebutuhan untuk oleh-oleh
yang semakin menggila yang tidak lagi dapat diatasi oleh gaji maupun pendapatan
selama di Jakarta, maka pegadaian merupakan alternatif yang dapat menjawab
tersebut. Sekilas lembaga ini memang terlihat sangat membantu. Dan tentu saja
dengan menyuarakan motto “ mengatasi masalah tanpa masalah”-nya, lembaga ini
berhasil menafsir dan mencitrakan dirinya di mata masyarakat sangat baik. Akan
tetapi, disadari atau tidak ternyata dalam prakteknya lembaga ini belum dapat terlepas
dari persoalan. Dengan berkaca mata pada syariat islam, ketika perjanjian gadai
ditunaikan terdapat unsur-unsur yang dilarang syariat. Hal ini dapat terlihat dari
praktek gadai itu sendiri yang menentukan adanya bunga gadai, yang mana
pembayarannya dilakukan setiap 15 hari sekali. Bukan hanya riba, ketidak jelasan
(gharar), dan qimar juga ikut serta menghiasi aktifitas lembaga ini. Yang secara jelas
terdapat kencenderungan merugikan salah satu pihak. Memang hal ini tidaklah terlalu
diperhatikan oleh masyarakat. Tetapi, ketika mereka terjebak dengan bunga yang
membengkak serta ketidak sanggupan uintuk membayar, maka di sinilah masalah
letak permasalahan itu muncul.
Saat ini, bisnis gadai emas syariah terus berkembang pesat. Di Indonesia, bisnis
ini bertahun-tahun dijalankan oleh Perum Pegadaian. Selain itu, bisnis ini juga
potensi pengembangan bisnis cukup signifikan pada tahun belakangan ini. Hal itu
dipicu terus meningkatnya harga emas dibanding mata uang kertas dalam beberapa
tahun terakhir. Peningkatan harga itu disebabkan karena emas memiliki nilai
instrinsik yang lebih stabil dan tahan inflasi dibandingkan mata uang kertas seperti
rupiah atau dolar AS, Apalagi setelah dikeluarkannya Fatwa DSN NO:
26/DSN-MUI/III/2002 Tentang RAHN EMAS,1 Sehingga masyarakat lebih tertarik
menggadaikan barang jaminannya berupa Emas karena nilai ekonomisnya yang
sangat tinggi dari pada barang elektronik dan kendaraan yang terkadang bisa jatuh
nilai ekonomisnya disebabkan oleh fakto-faktor ekonomis lainnya.
Dengan melihat dasar itulah, penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian,
memberikan gambaran apa dan bagaimana Praktek Produk Rahn (Gadai Emas
Syariah) serta cara strategi pengembangan yang digunakan pada Bank Syariah
(BSM) dan Perum Pegadaian Syariah (UPCS Lebak Bulus I), sehingga penulis
tertarik mengambil judul ”STUDI KOMPARASI APLIKASI GADAI EMAS SYARIAH SERTA STRATEGI PENGEMBANGAN PADA BANK SYARIAH DAN PERUM PEGADAIAN SYARIAH”.
1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Agar permasalahan dalam penelitian skripsi ini tidak meluas serta menjaga
kemungkinan penyimpangan dalam penelitian skripsi ini, maka dalam penulisan
ini, penulis memfokuskan dan membatasi pembahasan hanya dalam ruang
lingkup analisis akad yang digunakan pada gadai emas, Mekanisme Operasional
Gadai Emas Syariah, Cara Penaksiran Nilai Gadai Emas, serta Strategi
Pengembangan Gadai Emas Syariah yang dilakukan oleh Bank Syariah (Bank
Jabar Banten Syariah) dengan Perum Pegadaian Syariah (UPCS Lebak Bulus I) .
2. Perumusan Masalah
Untuk mempermudah penulisan skripsi ini, maka penulis merumuskan
masalah sebagai berikut :
a. Akad apa saja yang digunakan oleh Bank Syariah dan Perum Pegadaian
dalam menjalankan bisnis gadai emas syariah ini?
b. Apa alasan dikeluarkannya produk Gadai Emas Syariah ini sehingga
menjadi alternatif gadai bagi masyarakat?
c. Bagaimana mekanisme operasional Gadai Emas Syariah pada Bank Syariah
(Bank Jabar Syariah) dan Perum Pegadaian Syariah (UPCS Lebak Bulus I)?
d. Bagaimana Strategi yang dilakukan oleh Bank Syariah dan Perum
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Dengan adanya semua perumusan masalah diatas, diharapkan adanya suatu
kejelasan yang dijadikan tujuan bagi penulis dalam skripsi ini. Tujuan yang ingin
dicapai dalam penulisan ini adalah sebagai berikut :
a. Untuk mengetahui perbandingan mekanisme dan prosedur Gadai Emas pada
Bank Syariah dan Perum Pegadaian Syariah sebagai alternatif pegadaian
untuk modal kerja serta kebutuhan masyarakat. Sehingga dapat dilihat sejauh
mana Gadai Emas Syariah mampu memberdayakan Perekonomian serta
menutupi kebutuhan Masyarakat.
b. Untuk mengetahui akad apa saja yang digunakan Bank Syariah dan Perum
Pegadaian Syariah dalam menjalankan usaha Gadai Emas.
c. Untuk mengetahui perbandingan cara menghitung taksiran nilai gadai emas,
lelang serta strategi yang dilakukan pada kedua lembaga tersebut.
d. Mensosialisasikan konsep dan mekanisme Gadai Emas Syariah pada Bank
Syariah dan Perum Pegadaian Syariah sehingga diharapkan dapat
meningkatkan kesadaran masyarakat khususnya muslim untuk menggadaikan
Barang Jaminannya (Emas) pada Lembaga Keuangan Syariah.
e. Untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar (S1) Sarjana Ekonomi Islam
2. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang bisa ditimbulkan dari penelitian ini, penulis ingin
agar penelitian ini bisa memberikan manfaat:
a. Untuk menambah wawasan tingkat pemahaman dan pengetahuan bagi
penulis sendiri khususnya, dan bagi para praktisi maupun akademisi pada
umumnya dalam memahami mekanisme operasional Gadai Emas Syariah
serta strategi pengembangan usaha gadai emas itu sendiri.
b. Sebagai khazanah ilmu pengetahuan untuk menambah referensi terkait
permasalahan gadai khususnya gadai emas syariah.
c. Mampu membandingkan antara gadai dengan Rahn.
d. Menjadi masukan dan saran bagi para praktisi, akademisi dalam
penelitian selanjutnya sehingga bisa menjadi perbandingan bagi penelitian
yang lain.
D. Tinjauan Kajian Terdahulu
Berdasarkan telaah yang sudah dilakukan terhadap beberapa sumber
kepustakaan, penulis menyimpulkan bahwa apa yang menjadi masalah pokok
penelitian ini tampaknya sangat penting.
Adapun kajian pustaka dalam penelitian ini dengan melihat beberapa penelitian
skripsi:
1. Atef Misbahudin, Jurusan Muamalat, Fakultas Syariah dan Hukum UIN
“Strategi Pemasaran Produk Gadai Emas (Rahn) pada BPRS PNM Al
-Ma‟soem dalam meningkatkan pendapatan Bank”. Penelitian ini
menggunakan metode deskriptif analisis yaitu mendeskripsikan sesuatu pada
satuan analisis secara utuh sebagai satuan yang integrasi. Dalam penelitian ini
menghasilkan bahwasannya BPRS Al-Ma‟soem menerapkan strategi
segmenting, targeting dan positioning dengan mengembangkan marketing mix.
Produk perbankan syariah yang ditawarkan oleh BPRS ini dengan
menggunakan akad ijarah. Dimana Pihak bank akan menaksir suatu barang
jaminan berupa emas dengan harga yang standar yang berlaku di pasaran
dengan nilai taksiran itu bank bisa memberikan pembiayaan sebesar 80% dari
nilai taksiran agunan.
2. Nuraeni, Jurusan Muamalat, Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, 2004
“Konsep dan Aplikasi Gadai Emas pada Bank Syariah (Study Kasus pada
PT. Bank Danamon Syariah)”. Metode yang digunakan oleh penulis adalah
Kualitatif dengan desain penelitiannya deskriptif-Analisis yaitu kegiatan
penelitian yang dilakukan dengan dengan menguraikan dan menjelaskan
berbagai permasalahan gadai emas syariah pada bank danamon syariah
meliputi; barang jaminan yang dibawa nasabah akan ditaksir oleh spesialis
gadai untuk mengetahui besar pinjaman dan biaya penitipan yang ditanggung
perbulan sebagai antisipasi terhadap resiko kerusakan dan kehilangan atas
barang yang digadaikan.
3. Susan Diyani, Jurusan Muamalat, Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, 2004
“Peranan Media Promosi Dalam Meningkatkan Brand Awareness Public
Produk Gadai Emas Syariah (Study Kasus Bank Danamon Syariah)”.
Metode yang digunakan oleh peneliti adalah dengan menggunakan metode
Pengumpulan Data yaitu dengan teknik Riset Kepustakaan, Riset Lapangan
serta Analisis Data. Dari penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwasannya
Aplikasi media promosi gadai emas pada Bank Danamon Syariah
menggunakan dua media promosi yaitu media Above The Line seperti promosi
melalui jalur media koran, radio, spanduk, televisi, brosur dan Below The Line
(BTL) yaitu promosi melalui jalur non media seperti Promosi ke lokasi pusat
keramaian, kemudian media yang paling banyak diakses dan dijadikan sumber
pengetahuan oleh responden tentang gadai emas di Bank Danamon Syariah
adalah “koran” sebesar 33%, “spanduk” 30%, “radio” 19%, “brosur” sebesar
18%.
4. Faridatun Sa‟adah, Jurusan Muamalat, Fakultas Syariah dan Hukum UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008
“Strategi Pemasaran Produk Gadai Syariah Dalam Upaya Menarik Minat
Nasabah pada Pegadaian Syariah Dewi Sartika”. Metode yang digunakan
kualitatif-deskriptif melalui penelitian pustaka (library research) dan penelitian
lapangan (flied research). Dari penelitian tersebut dapat ditarik kesimpulan
bahwa strategi pemasaran yang dilakukan oleh pegadaian syariah cabang Dewi
Sartika meliputi empat variable dalam bauran pemasaran yaitu: Pertama
strategi produk dengan cara pengembangan produk menjadi ARRUM (ar-Rahn
Untuk Usaha Mikro Kecil) dan pengoptimalan taksiran, Kedua strategi harga
dengan memotong tarif Ijarah Rp.85 menjadi Rp.80 setiap Rp.10.000 nilai
taksiran, Ketiga dengan strategi distribusi, yaitu dilakukan dengan cara
membuka unit pelayanan cabang kecil agar mudah dijangkau oleh para
nasabah, Keempat dengan strategi Promosi, yaitu dilakukan dengan cara
periklanan berupa brosur, spanduk, souvenir.
Sedangkan dalam penelitian skripsi ini membahas tentang ”Studi Komparasi
Aplikasi Gadai Emas serta Strategi Pengembangan pada Bank Syariah dan
Perum Pegadaian Syariah. Yang mana dalam hal ini membahas mengenai
perbandingan mekanisme, prosedur, serta strategi pengembangan usaha gadai emas
yang dilakukan oleh Bank Syariah dan Perum Pegadaian Syariah sebagai Lembaga
Keuangan Syariah. Kemudian yang membedakan skripsi ini dengan yang
terdahulu yaitu dari sisi pembahasannya yang mana penulis mencoba meneliti
perbandingan apilikasi produk rahn khusus rahn emas dengan strategi
pengembangannya saja disertai alasan dikeluarkannya rahn emas kemudian
bisa dijadikan rujukan sebagai perbandingan antara aplikasi rahn di bank dengan
lembaga keuangan syariah non bank (Pegadaian Syariah).
E. Kerangka Teori
Gadai dalam bahasa Arab disebut Rahn. Rahn menurut bahasa adalah
Jaminan Hutang, gadaian2, seperti juga dinamai Al-Habsu, artinya penahanan.
Sebagaimana kita ketahui dalam Kitab Undang-undang Hukum Perdata Pasal
1150 yang berbunyi:
Gadai adalah suatu hak yang diperoleh seorang berpiutang atas suatu barang
bergerak, yang diserahkan kepadanya oleh seorang berutang atau seorang lain atas
namanya, dan yang memberikan kekuasaan kepada si berpiutang itu untuk
mengambil pelunasan dari barang tersebut secara didahulukan dari pada
orang-orang untuk melelang barang tersebut dan biaya yang telah dikeluarkan untuk
menyelamatkannya setelah barang itu digadaikan, biaya-biaya mana harus
didahulukan.3
Berdasarkan Hukum Islam, Pegadaian merupakan suatu tanggungan atas
utang yang dilakukan apabila pengutang gagal menunaikan kewajibannya dan
semua barang yang pantas sebagai barang dagangan dapat dijadikan jaminan.4
2 A.W. Munawir, Kamus Al-Munawir, (Surabaya: Pustaka Progressif, 1997), Ed. II, h. 542
3
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, penerjemah R. Subekti dan R. Tjitrosudibio, (Jakarta: Pradnya Paramita, 1976), Cet VIII, Ps.1150.
4
Sistem Gadai Syariah adalah sistem penyaluran pinjaman secara gadai yang
didasarkan pada penerapan prinsip syariah islam dalam transaksi ekonomi, yaitu
menghindari transaksi pinjam meminjam uang yang mengandung unsur riba.5
Prinsip-prinsip dasar hukum syariah dari gadai itu sendiri dapat dilihat surat
Al-Baqarah ayat 283, dimana ayat tersebut memperbolehkan adanya praktek
gadai.
Artinya: jika kamu dalam perjalanan (dan bermu'amalah tidak secara tunai)
sedang kamu tidak memperoleh seorang penulis, maka hendaklah ada barang
tanggungan yang dipegang (QS. Albaqarah : 283).
Dalam menggadaikan barang (Emas) di pegadaian syariah harus memenuhi
ketentuan-ketentuan sebagai berikut:6
Barang yang tidak boleh dijual tidak boleh digadaikan.
Tidak sah menggadaikan barang rampasan atau barang yang dipinjam.
Gadai tidak sah apabila utangnya belum pasti.
Seandainya ada orang yang menggadaikan barang namun barang tersebut
belum diterima oleh pegadaian, maka orang tersebut boleh
membatalkannya.
Jika barang gadaian tersebut sudah diterima oleh pegadaian, maka akad rahn telah resmi dan tidak dapat dibatalkan.
5
Perum Pegadaian, Keputusan Direksi Perum Pegadaian tentang Pemberlakuan Manual Operasi Unit Layanan Gadai Syariah , Kep. Dirut Perum Pegadaian No. 06.A/UL.3.00.22.3/2003, Pasal 1 Ayat (1).
6
Gadai Emas syariah adalah penggadaian atau penyerahan hak penguasaan
secara fisik atas harta/barang berharga (berupa emas) dari nasabah (arrahin)
kepada Pegadaian Syariah (al-murtahin) untuk dikelola dengan prinsip ar-Rahnu
yaitu sebagai jaminan (al-Marhun) atas peminjam (al-marhun bih) yang diberikan
kepada nasabah/peminjaman tersebut.
Jadi, Kesimpulannya bahwa Rahn Emas Syariah adalah Menahan Barang
jaminan berupa barang berharga (emas) milik si peminjam (rahin) , baik yang
bersifat materi atau manfaat tertentu, sebagai jaminan atas pinjaman yang
diterimanya. Barang yang diterima tersebut memiliki nilai Ekonomis, sehingga
pihak yang menahan (murtahin) memperoleh jaminan untuk mengambil kembali
seluruh atau sebagian hutangnya dari barang gadai tersebut apabila pihak yang
menggadaikannya tidak dapat membayar hutang tepat pada waktunya.
F. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Penelitian ini adalah paduan dari penelitian kepustakaan dan penelitian
lapangan, karena diawali dengan telaah bahan pustaka dan literatur. Penelitian ini
menggunakan metode deskriptif kualitatif dalam bentuk desain deskriptif dan
metode pegumpulan data dengan cara observasi. Deskriptif menurut
pengertiannya adalah:7
7
Penelitian yang bermaksud untuk membuat pencandraan (penulisan : gambaran)
mengenai situasi-situasi atau kejadian-kejadian. Dalam pengertian ini penelitian
deskriptif menggunakan data dasar deskriptif semata, tidak perlu mencari atau
menerangkan saling hubungan, menguji hipotesis, membuat ramalan, atau
mendapatkan makna dan implikasi. Pendapat lainnya mengatakan bahwa ”metode
deskriptif bertujuan untuk menggambarkan sifat sesuatu yang tengah berlangsung
pada saat riset dilakukan dan memeriksa sebab-sebab dari gejala tertentu”8.
2. Pendekatan Penelitian
Adapun tipe atau pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini
berupa penelitian langsung pada Bank Jabar Banten Syariah dan Perum
Pegadaian Syariah (UPCS Lebak Bulus I) dalam rangka mengetahui mekanisme,
serta strategi pengembangan usaha Gadai Emas Syariah. Penelitian ini juga
menggunakan pendekatan dokumen (content analisys) yaitu melakukan
pengumpulan data dan informasi melalui arsip dan dokumen.
3. Jenis Data dan Sumber Data
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menggunakan jenis data yaitu data
kualitatif berupa kata-kata atau gambar bukan angka, kalaupun ada
angka-angka sifatnya hanya sebagai penunjang9. Serta menggunakan dua sumber data
yaitu :
8
Husein Umar, Metode Penelitian untuk Skripsi dan Tesis Bisnis, (Jakarta: Rajawali Press ,
2004), h. 22. 9
a. Sumber Data Primer
Merupakan sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpul
data. Data yang diperoleh langsung dari hasil wawancara dengan pihak Bank
Syariah dan Perum Pegadaian Syariah (UPCS Cabang Lebak Bulus I) yang
kompeten dan ahli mengenai mekanisme serta taksiran Gadai Emas Syariah
b. Sumber Data Sekunder
Merupakan sumber data yang tidak langsung memberikan data kepada
pengumpul data. Data yang diperoleh dari literatur-literatur kepustakaan
seperti buku-buku serta sumber lainnya yang berkaitan dengan materi
penulisan skripsi ini.
4. Teknik Pengumpulan Data
Untuk mendapatkan data yang diperlukan dalam penulisan ini, maka teknik
pengumpulan data yang digunakan adalah :
A. Arsip Dokumen
Yaitu bahan tertulis yang sudah lama digunakan dalam penelitian sebagai
sumber data karena dalam banyak hal dokumen sebagai sumber data
dimanfaatkan untuk menguji, menafsirkan, bahkan untuk meramalakan atau
bisa juga disebut penelitian yang dilakukan dengan cara mengumpulkan dan
mempelajari data-data atau bahan-bahan dari berbagai daftar kesusastraan
yang ada. Dengan cara membaca, mempelajari, mencatat, dan merangkum
teori-teori yang ada kaitannya dengan masalah pokok pembahasan melalui
internet dan media lainnya yang berhubungan dengan pembahasan penelitian
ini.
B. Wawancara
Wawancara merupakan metode pengumpulan data dengan cara bertanya
langsung dengan responden. Dalam wawancara terdapat proses interaksi
antara pewawancara dengan responden. Dalam hal ini penulis melakukan
peninjauan langsung ke lokasi yaitu pada Bank Syariah dan Perum Pegadaian
Syariah (UPCS Lebak Bulus I) yang mengeluarkan Produk Rahn (Gadai
Emas Syariah), Penulis menggunakan teknik wawancara atau interview ini
dengan narasumber yang cakap dan berkompeten pada bidangnya untuk
memberikan keterangan dari masalah yang sedang dibahas.10
C. Observasi (penelitian lapangan)
Secara mudah observasi sering disebut juga sebagai metode pengamatan.
Ringkasnya metode observasi adalah cara pengumpulan data dengan cara
melakukan pengamatan secara cermat dan sistematik. Dalam hal ini penulis
mengamati secara lansung analisis mekanisme operasional gadai emas serta
strategi pengembangan usaha gadai emas tersebut pada Bank Syariah dan
Perum Pegadaian Syariah (UPCS Lebak Bulus I).
10
5. Teknik Pengolahan Data
a. Seleksi Data : setelah memperoleh data dan bahan-bahan baik melalui library
research maupun field research, lalu data diperiksa kembali satu persatu agar
tidak terjadi kekeliruan.
b. Klasifikasi Data : setelah data diperiksa lalu diklasifikasikan dalam bentuk dan
jenis tertentu, kemudian diambil suatu kesimpulan.
6. Teknik Analisa Data
Dalam penelitian ini penulis menggunakan jenis penelitian kualitatif yang
bersifat deskriptif-analitis, yakni penelitian yang menggambarkan data dan
informasi yang berlandaskan fakta-fakta yang diperoleh dilapangan mengenai
perbandingan mekanisme, serta strategi pengembangan usaha Gadai Emas
Syariah yang dijadikan sebagai alternatif pegadaian Syariah dan proses
mendapatkan uang secara cepat yang kemudian akan digunakan untuk modal
kerja dan kebutuhan masyarakat pada Bank Jabar Banten Syariah dan Perum
Pegadaian Syariah (UPCS Lebak Bulus I).
7. Teknik Penulisan
Adapun teknik penulisan dalam penulisan skripsi ini adalah menggunakan
“Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah
G. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan yang digunakan dalam menyusun skripsi ini adalah
sebagai berikut :
BAB I Pendahuluan, yang meliputi Latar Belakang Masalah, Pembatasan dan Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Tinjauan Kajian
Terdahulu, Kerangka Teori, Metode Penelitian serta Sistematika Penulisan.
BAB II Tijauan Teoritis Gadai Emas Syariah, bab ini membahas tentang pengertian, landasan hukum, Syarat sah dan rukun, manfaat dan ketentuan
dalam pegadaian syariah pada barang jaminan emas, Pendapat Ahli
Hukum Islam tentang Manfaat Barang Gadai Syariah, perbedaan Rahn
dengan pegadaian konvensional dan Barang Jatuh Tempo, Peran
Pegadaian Syariah terhadap Pemberdayaan Masyarakat serta
Berakhirnya Akad Gadai Syariah (Rahn).
BAB III Perbadingan akad yang digunakan pada gadai emas di Bank Jabar Banten Syariah dan Pegadaian Syariah UPCS Lebak Bulus I, bab ini membahas sekilas tentang akad yang digunakan oleh Bank Jabar Banten
Syariah dan UPCS Lebak Bulus I dalam menjalankan usaha gadai emas .
mekanisme dan prosedur Gadai Emas Syariah pada BJB Syariah dan
Perum Pegadaian Syariah (UPCS Lebak Bulus I), mulai dari hal yang
melatarbelakangi penerbitan gadai emas, strategi pengembangan usaha
dan Analisis (SWOT) pada kedua lembaga keuangan syariah tersebut,
serta cara penaksiran nilai gadai emas syariah.
BAB V Penutup
Merupakan bagian terakhir penulisan yang akan menunjukkan
pokok-pokok penting dari keseluruhan pembahasan ini. Bagian ini menunjukkan
jawaban ringkas dari permasalahan yang dibahas pada bagian
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Konsep Gadai Emas
1. Pengertian Gadai Emas Syariah
Transaksi gadai dalam fiqih islam disebut Ar-rahn. Ar-rahn adalah suatu jenis
perjanjian untuk menahan suatu barang sebagai tanggungan utang.11 Pengertian ar-rahn
dalam bahasa Arab adalah ats-tsubut wa ad-dawam
(
ا دلا
ثلا
),
12 yang berarti“tetap” dan “kekal”.
Pengertian tersebut merupakan yang tercakup dalam kata kata al-hasbu, yang berarti
menahan. Kata ini merupakan makna yang bersifat materiil. Karena itu, secara bahasa
kata ar-rahn berarti “menjadikan suatu barang yang bersifat materi sebagai pengikat
utang”.13
Secara etimologi rahn (gadai) bermakna tetap dan berkesinambungan, sebagaimana
juga yang digunakan untuk makna kata al-hasbu “menahan”. Penggunaan yang pertama
seperti ungkapan ni‟matun râhinah“nikmat yang kekal”.
Adapun menurut terminologi Islam, rahn sebagaimana didefinisikan oleh para ulama
adalah menjadikan barang yang berharga menurut tinjauan syariat sebagaimana jaminan
11
Zainuddin Ali, Hukum Gadai Syariah, (Jakarta: Sinar Grafika, 2008), h. 1.
12
Abdurrahman Al-Jaziri, Al-Fiqh „ala Al-Madzahib Al-Arba‟ah, (Beirut: Dar Al-fikr, 1996), h.
utang, sekiranya pembayaran utang atau sebagian bisa diambil dari benda yang
digadaikan tersebut.14
Rahn juga dapat diartikan menahan salah satu harta milik si peminjam sebagai
jaminan atas pinjaman yang diterimanya. Barang tersebut memiliki nilai ekonomis.
Dengan demikian, pihak yang menahan memperoleh jaminan untuk dapat mengambil
kembali seluruh atau sebagian piutangnya. Sedangkan dalam pengertian istilah adalah
akad atau perjanjian utang piutang dengan menjadikan marhun sebagai
kepercayaan/penguat marhun bih dan murtahin berhak menjual/melelang barang yang
digadaikan itu pada saat ia menuntut haknya. Secara sederhana dapat dijelaskan bahwa
rahn adalah semacam jaminan utang atau gadai.15
Pengertian gadai yang terungkap dalam pasal 1150 Kitab Undang-Undang Hukum
Perdata adalah suatu hak yang diperoleh seseorang yang mempunyai piutang atas suatu
barng bergerak, karena itu makna gadai dalam bahasa hukum perundang undangan
disebut sebagai barang jaminan, agunan, dan rungguhan.16 Sedangkan pengertian gadai
(rahn) dalam hukum Islam (Syara) adalah:
ُنِكُُْ ُثْيَِِ ٍنْيَدِب ًةَقْ يِثَو ِعْرَشلا ِرَظَن ِِ ٌةَمْيِق اَََ ٍَْْع ُلْعَج
َ
ْ ُ
لا َكِلَ
َ
ْوَا ِنْي
َ
ُدْخ
َِْْعْلا َكْ ِ ْنِ ُ ِ ْعَ ب
14
Sayyid Sabiq, Fiqih Sunah Jilid.3, (Jakarta: Al-I‟tishom, 2008), h. 248.
15
Ahmad Rodoni dan Abdul Hamid, Lembaga Keuangan Syariah, (Jakarta: Zikrul Hakim, 2008), h.187.
16
Menjadikan suatu barang yang mempunyai nilai harta dalam pandangan syara
sebagai jaminan hutang, yang memungkinkan untuk mengambil seluruh atau sebagian
hutang dari barang tersebut.17
Gadai Emas syariah adalah penggadaian atau penyerahan hak penguasaan
secara fisik atas harta/barang berharga (berupa emas) dari nasabah (arrahin) kepada
Bank/Pegadaian (al-murtahin) untuk dikelola dengan prinsip ar-Rahnu yaitu sebagai
jaminan (al-Marhun) atas peminjam (al-marhunbih) yang diberikan kepada
nasabah/peminjaman tersebut.
Pembiayaan gadai emas syariah adalah produk pembiayaan dimana lembaga
keuangan syariah (Pegadaian Syariah) memberikan fasilitas pinjaman kepada nasabah
dengan jaminan berupa emas dengan mengikuti prinsip gadai syariah, emas tersebut
ditempatkan dalam penguasaan dan pemeliharaan pegadaian syariah dan atas
pemeliharaan tersebut pegadaian syariah mengenakan biaya sewa atas dasar prinsip
Ijarah.18
17
Sayyid Sabiq, Al-fiqh As Sunnah, (Beirut: Dar Al-Fikr), h. 187. 18
2. Landasan Hukum dari Gadai syariah yaitu:
Al-Qur’an
Artinya: jika kamu dalam perjalanan (dan bermu'amalah tidak secara tunai) sedang kamu tidak memperoleh seorang penulis, Maka hendaklah ada barang tanggungan yang dipegang (oleh yang berpiutang). akan tetapi jika sebagian kamu mempercayai sebagian yang lain, Maka hendaklah yang dipercayai itu menunaikan amanatnya (hutangnya) dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah. dan janganlah kamu (para saksi) Menyembunyikan persaksian. dan Barangsiapa yang menyembunyikannya, Maka Sesungguhnya ia adalah orang yang berdosa hatinya dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS: Al-Baqarah: 283)
Al-Hadist
َ
ََِِلا َن
َمَ َسَو ِْيَ َع َُ لا ىَ َص
اًعْرِ َََُرَو ٍلَجَ ََِإ ٍيِ وُهَ ي ْنِ اً اَعَط ىَرَ تْشا
ٍديِدَح ْنِ
( م س و ىراخ اور )Artinya : Bahwa Nabi Saw membeli makanan dari seorang Yahudi yang dibayar secara
tangguh (dengan cara berhutang), lalu Nabi Saw menggadaikan baju besinya
(HR: Bukhari dan Muslim).
Hadist dari Anas bin Malik ra. Yang diriwayatkan oleh Ibn Majah yang berbunyi:
يِمَ ْهَْْا ِيِ َع ُنْب ُرْصَن اََ ثَدَح
َ
ِ
،
ْنَع َةَ اَتَ ق ُنْب ُماَشِ اََ ثَدَح
َ
ٍسَن
َلاَق
:
ِاا ُلْوُسَر َنََر ْدَقَل
ماِب ِيِ ْوُهَ ي َدِْع اًعْرِ
َ
َ ِةَْ يِ
َ
اًرْ يِعَس ُِْ ِِ َِِْ َدَخ
(
اور
ةج ا نبا
)
Telah meriwayatkan kepada kami Nash bin Ali Al-Jahdhami, ayahku telah
Anas berkata: sungguh Rasulullah SAW. Menggadaikan baju besinya kepada
seorang yahudi di Madinah dan menukarkannya dengan gandum untuk
keluarganya.19 (HR. Ibn Majah)
Hadist Abu Hurairah yang diriwayatkan oleh Imam Al-Bukhari, yang berbunyi:
َ َ اَنَرَ ْخَ ٍ َراَ ُ ُنْب ِااُدْ َع اَنَرَ ْخَ ٍلِ اَقُ ُنْب ُدَمَُ اََ ثَدَح
اَيِر
ِنَع ِِْعَشلا ِنَع
َلاَق َةَرْ يَرُ ِ َ
:
ُي ُرْهَظلا ِاا ُلْوُسَر َلاَق
ِرَدلا ُْ َلَو اًنْوُْرَ نَاَ اَ ِإ ِِتَقْ َ ِب ُ َ ْر
ُبَرْشَيَو
ِب
ََتَقَ َ ن
ِإاَ
َلا يَ َعَو اًنْوُْرَ َناَ
ِ
ََتَقَ َ لا ُبَرْشَيَو ُ َ ْرَ ي ي
(
يراخ لا اور
)
Telah diriwayatkan kepada kami Muhammad bin Muqatil, mengabarkan kepada kami Abdullah bin Mubarak, mengabarkan kepada kami Zakariya dari Sya‟bi dari Abi Hurairah, dari Muhammad SAW. Bahwasannya beliau bersabda:
kendaraan dapat digunakan dan hewan ternak dapat pula diambil manfaatnya
apabila digadaikan. Pegadai wajib memberikan nafkah dan penerima gadai
boleh mendapatkan manfaatnya.20 (HR. Al-Bukhari)
Hadist Riwayat Abu Hurairah ra, yang berbunyi:
ْنَع
َ
َةَرْ يَرُ ِ
:
ِاا ُلْوُسَر َلاَق
:
ُُ ْرُغ ِْيَ َعَو ُُمُْغ َُل ِِ ِحاَصِل ُنَْرلا ُقَ ْغَ ي ََ
(
يطقلا رادلاو يعف اشلا اور
)
Barang gadai tidak boleh disembunyikan dari pemilik yang menggadaikan,
baginya resiko dan hasilnya. (HR. Asy-Syafi‟i dan Ad-Daruquthni)
Ijtihad Ulama
Perjanjian gadai yang diajarkan dalam al-Qur‟an dan al-Hadist itu dalam
pengembangan selanjutnya dilakukan oleh para Fuqaha dengan jalan Ijtihad, dengan
kesepakatan para ulama bahwa gadai diperbolehkan dan para ulama tidak pernah
19
Zainuddin Ali, Hukum Gadai Syariah, (Jakarta: Sinar Grafika, 2008), h. 7.
20
mempertentangkan kebolehannya demikian juga dengan landasan hukumnya. Namun
demikian perlu dilakukan pengkajian ulang yang lebih mendalam bagaimana seharusnya
penggadaian menurut landasan hukumnya.
Jumhur ulama menyepakati kebolehan status hukum gadai. Hal dimaksud,
berdasarkan pada kisah Nabi Muhammad saw, yang menggadaikan baju besinya untuk
mendapatkan makanan dari seorang Yahudi. Para ulama juga mengambil indikasi dari
contoh Nabi Muhammad saw tersebut, ketika beliau beralih dari yang biasanya
bertransaksi kepada para sahabat yang kaya kepada seorang, Yahudi, bahwa hal itu tidak
lebih sebagai sikap Nabi Muhammad saw. yang tidak mau memberatkan para sahabat
yang biasanya enggan mengambil ganti ataupun harga yang diberikan oleh Nabi
Muhammad saw kepada mereka.
Fatwa DSN
a) Fatwa Dewan Syariah Nasional No : 25/DSN-MUI/III/2002 mengenai Rahn.
b) Fatwa DSN no 26/DSN-MUI/III/2002 tentang Rahn Emas.
c) Fatwa Dewan Syariah Nasional – MUI No: 09/DSN-MUI/IV/2000 tentang
Ijarah.
d) Fatwa Dewan Syariah Nasional – MUI No: 10/DSN-MUI/IV/2000 tentang
Wakalah.
e) Fatwa Dewan Syariah Nasional – MUI No: 43/DSN-MUI/IV/2000 tentang
Ganti rugi.21
21
3. Rukun&Syarat Sah Gadai Syariah
Sebelum dilakukan Rahn, terlebih dahulu dilakukan akad. Akad ini menurut
Mustafa az-Zarqa22 adalah ikatan secara hokum yang dilakukan oleh kedua belah pihak
atau beberapa pihak yang berkeinginan untuk mengikatkan diri. Kehendak pihak yang
mengikatkan diri itu sifatnya tersembunyi dalam hati. Karena itu, untuk menyatakan
bagaimana keinginan masing-masing diungkapkan dalam suatu akad.
Ulama Fiqih berbeda pendapat dalam menetapkan rukun rahn. Menurut Jumhur
Ulama, rukun rahn itu ada 4 (empat), yaitu:
a) Shigat (lafadz ijab dan qabul);
b) Orang yang berakad (rahin dan murtahin);
c) Harta yang dijadikan marhun; dan
d) Utang (marhun bih).
Ulama Hanafiyah berpendapat, rukun rahn itu hanya ijab (pernyataan menyerahkan
barang sebagai jaminan pemilik barang) dan qabul (pernyataan kesediaan memberi utang
dan menerima barang jaminan itu). Menurut ulama Hanafiyah, agar lebih sempurna dan
mengikat akad rahn, maka diperlukan qabdh (penguasaan barang) oleh penerima gadai
(Murtahin). Adapun rahin, murtahin, marhun, dan marhun bih itu bukan termasuk
syarat-syarat rahn, bukan rukunnya hanya sebagai pendukung akad saja.23
22
M. Ali Hasan, Berbagai Macam Transaksi dalam Islam, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2003), h. 102-103.
23
Sedangkan syarat rahn, ulama Fiqh mengemukakannya sesuai dengan rukun rahn itu
sendiri, yaitu:24
1) Syarat yang terikat dengan orang yang berkad, adalah cakap bertindak hukum
(baligh dan berakal). Ulama Hanafiyah hanya mensyaratkan cukup berakal saja.
Karenanya, anak kecil yang mumayyiz (dapat membedakan antara yang baik dan
buruk) boleh melakukan akad rahn, dengan syarat mendapatkan persetujuan dari
walinya.
2) Syarat sight (lafadz). Ulama Hanafiyah mengatakan dalam satu akad itu tidak
boleh dikaitkan dengan syarat tertentu atau dengan masa yang akan datang,
karena akd rahn itu sama dengan akad jual-beli.
3) Syarat marhun bih adalah:
a) Merupakan hak yang wajib dikembalikan kepada murtahin;
b) Marhun bih itu boleh dilunasi dengan marhun tersebut;
c) Marhun bih itu jelas atau tetap dan tertentu.
4) Syarat marhun, menurut pakar fiqh adalah:
a) Marhun itu boleh dijual dan nilainya seimbang dengan marhun bih;
b) Marhun itu bernilai harta dan boleh dimanfaatkan (halal);
c) Marhun itu jelas dan tertentu;
d) Marhun itu milik sah rahin;
e) Marhun itu tidak terikat dengan hak orang lain;
24
f)Marhun itu merupakan harta yang utuh, tidak bertebaran dalam beberapa
tempat; dan
g) Marhun itu boleh diserahkan, baik materinya maupun manfaatnya.
Dewan Syari‟ah Nasional membuat fatwa tersendiri mengenai rahn emas ini, yaitu
dalam Fatwa Dewan Syari‟ah Nasional No. 26/DSN-MUI/III/2002. Secara prinsip,
ketentuan rahn emas juga berlaku ketentuan rahn yang diatur dalam Fatwa DSN No.
25/DSN-MUI/II/2002. Namun, ada sedikit ketentuan khusus mengenai rahn ini, sebagai
berikut:25
1. Ongkos dan biaya penyimpanan barang (marhun) ditanggung oleh penggadai (rahin).
2. Ongkos tersebut besarnya didasarkan pada pengeluaran yang nyata-nyata diperlukan.
3. Biaya penyimpanan barang (marhun) dilakukan berdasarkan akad ijarah.
4. Fungsi dan Tujuan Gadai Emas Syariah
Dalam al-Qur‟an surat Al-Baqarah ayat 283 dijelaskan bahwa gadai pada
hakikatnya merupakan salah satu bentuk dari konsep muamalah, dimana sikap tolong
menolong dan sikap amanah saling ditonjolkan. Begitu juga dalam hadist Rasulullah
SAW yang diriwayatkan Abu Hurairah, disana nampak sikap menolong antara
25
Rasulullah dengan Yahudi saat Rasulullah menggadaikan baju besinya kepada orang
yahudi tersebut.
Maka pada dasarnya, hakikat dan fungsi dari Gadai dalam Islam adalah
semata-mata untuk memberikan pertolongan kepada orang yang membutuhkan dengan bentuk
marhun sebagai jaminan, dan bukan untuk kepentingan komersial dengan mengambil
keuntungan yang sebesar-besarnya tanpa menghiraukan kemampuan orang lain.26akan
tetapi pada prakteknya rahn tersebut berfungsi bukan untuk sekedar tolong menolong,
melainkan berfungsi sebagai jaminan atau utang piutang (Qard).
Produk rahn disediakan untuk membantu nasabah dalam pembiayaan kegiatan
multiguna. Rahn sebagai produk pinjaman, berarti pegadaian syariah hanya memperoleh
imbalan atas biaya administrasi, penyimpanan, pemeliharaan, dan asuransi marhun, maka
produk rahn ini biasanya digunakan bagi keperluan fungsi sosial-konsumtif, seperti
kebutuhan hidup, pendidikan dan kesehatan.27 Sedangkan rahn sebagai produk
pembiayaan, berarti pegadaian syariah mengeluarkan dana kepada nasabah.
Sifat usaha pegadaian pada prinsipnya menyediakan pelayanan bagi kemanfaatan
masyarakat umum dan sekaligus menumpuk keuntungan berdasarkan prinsip
pengelolaan yang baik. Oleh karena itu, adanya pegadaian bertujuan sebagai berikut:28
26
Sasli Rais, Pegadaian Syariah (konsep dan Sistem Opersional), (Jakarta: UI-PRESS, 2006), h. 42.
27
Yadi Janwari dan H.A. Djajuli, Lembaga-Lembaga Perekonomian Umat, (Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada, 2002), h. 82. 28
1) Turut melaksanakan dan menunjang pelaksanaan kebijaksanaan dan
program pemerintah dibidang ekonomi dan pembangunan nasional pada
umumnya melaui penyaluran uang pembiayaan atau pinjaman atas dasar
hukum gadai.
2) Pencegahan praktek ijon, pegadaian gelap, dan pinjaman tidak wajar
lainnya.
3) Pemanfaatan gadai bebas bunga pada gadai syariah memiliki efek jarring
pengaman social karena masyarakat yang membutuhkan dana mendesak
tidak lagi dijerat pinjaman atau pembiayaan berbasis bunga.
4) Membantu orang-orang yang membutuhkan pinjaman dengan syarat
mudah dan proses cepat.
5. Manfaat Gadai Emas Syariah
Adapun manfaat gadai itu sendiri antara lain:29
1) Bagi Nasabah; tersedianya dana dengan prosedur yang relative lebih sederhana dan dalam waktu yang lebih cepat dibandingkan dengan pembiayaan atau kredit
perbankan, disamping itu nasabang juga mendapat manfaat penaksiran nilai
suatu barang bergerak secara professional serta mendapatkan fasilitas penitipan
barang bergerak yang aman dan dapat dipercaya.
2) Bagi Perusahaan Pegadaian; penghasilan yang bersumber dari sewa modal yang dibayarkan oleh peminjam dana, penghasilan yang bersumber dari ongkos
29
Andri Sumitra, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, (Jakarta: Kencana Prenada Media
yang dibayarkan oleh nasabah memperoleh jasa tertentu. Bagi Bank Syariah
yang mengeluarkan produk gadai syariah dapat mendapat keuntungan dari
pembebanan biaya administrasi dan biaya sewa tempat penyimpanan emas.
6. Pendapat Ahli Hukum Islam tentang Manfaat Barang Gadai Syariah
Pada dasarnya, marhun tidak boleh diambil manfaatnya, baik oleh rahin maupun
murtahin, kecuali apabila mendapat izin masing-masing pihak yang bersangkutan. Hak
murtahin hanya sebatas menahan dan tidak berhak menggunakan atau mengambil
hasilnya terkecuali apabila kedua rahin dan murtahin ada kesepakatan satu sama lainnya.
Adapun mengenai boleh atau tidaknya marhun diambil manfaatnya, beberapa
ulama berbeda pendapat. Namun menurut Syafi‟I dari beberapa pendapat ulama yang
tergabung dalam 4 madzhab tersebut yaitu Malikiyyah, Syafi‟iyyah, Hambaliyyah, dan
Hanafiyyah, sebenarnya ada titik temu, inti dari kesamaan pendapat 4 madzhab tersebut
terletak pada pemanfaatan marhun tersebut sudah mendapatkan izin dari pihak rahin
maupun murtahin, maka pemanfaatan marhun diperbolehkan.30
1. Pendapat Ulama Syafi’iyyah
Imam Syafi‟iyyah mengatakan bahwa manfaat dari marhun adalah hak bagi rahin,
tidak ada sesuatupun dari marhun bagi murtahin. Menurut ulama Syafi‟i bahwa rahinlah
yang mempunyai hak atas marhun, meskipun marhun itu ada di bawah kekuasaan
30
murtahin. Kekuasaannya tidak akan hilang kecuali ketika mengambil manfaat atas
marhun tersebut. Alasan yang digunakan ulama syafi‟iyyah adalah sebagai berikut:
Dalam hadist Rasullah Saw, yang artinya:
“Dari Abu Hurairah ra. berkata bahwasanya Rasulullah Saw bersabda: “Barang
jaminan itu dapat ditunggangi dan diperah”.
Berdasarkan hadist diatas, menurut ulama Syaf‟iyah bahwa barang gadai (marhun)
hanya sebagai jaminan atau kepercayaan atas penerima gadai (murtahin), sedangkan
kepemilikan tetap ada pada rahin. Dengan demikian, manfaat atau hasil dari barang yang
digadaikan adalah milik rahin. Pengurangan terhadap nilai atau harga dari barang gadai
tidak diperbolehkan kecuali atas izin pemilik barang gadai.
2. Pendapat Ulama Malikiyyah
Mahzab Maliki berpendapat, gadai wajib dengan akad orang yang menggadaikan
(rahn) dipaksakan untuk menyerahkan borg (jaminan) untuk dipegangkan oleh yang
memegang gadaian (murtahin). Jika borg sudah berada di tangan pemegang gadaian
(murtahin) orang yang menggadaikan (rahin) mempunyai hak memanfaatkan, berbeda
dengan pendapat Imam Asy-Syafi‟i yang mengatakan, hak memanfaatkan berlaku
selama tidak merugikan/membahayakan pemegang gadaian.
Murtahin hanya dapat memanfaatkan barang gadai atas izin pemilik barang gadai
dengan beberapa syarat:31
31
Hutang disebabkan karena jual beli (Ba‟i), bukan karena mengutangkan (Qardh).
Hal ini dapat terjadi seperti orang menjual barang dengan tangguh, kemudian
orang tersebut meminta gadai dengan suatu barang sesuai dengan hutangnya
maka hal ini diperbolehkan.
Pihak murtahin mensyaratkan bahwa manfaat dari marhun adalah untuknya.
Jangka waktu mengambil manfaat yang telah disyaratkan harus ditentukan,
apabila tidak ditentukan batas waktunya, maka menjadi batal.
Landasan hukumnya adalah hadist Nabi Muhammad Saw. Yang artinya:
“Dari Umar bahwasanya Rasulullah Saw bersabda: “Hewan sesorang tidak
boleh diperas tanpa seizin pemilinya”.(HR.Bukhari)
3. Pendapat Ulama Hanabillah
Menurut ulama Hanabilah syarat bagi murtahin untuk mengambil barang gadai yang
bukan berupa hewan adalah:32
a) Ada izin dari pemilik barang (rahin).
b) Adanya gadai bukan sebab menghutangkan.
Apabila barang gadai berupa hewan yang tidak dapat diperah dan tidak dapat
ditunggangi, maka boleh menjadikannya sebagai khadam. Tetapi apabila barang gadai
berupa rumah, sawah, kebun, dan lain sebagainya maka tidak boleh mengambil
manfaatnya. Dalil yang mendasar yang membolehkan murtahin mengambil manfaat dari
32
Sasli Rais, Pegadaian Syariah Konsep dan Sistem Operasional. (Jakarta: UIP, 2006), hal.
barang gadai (marhun) yang dapat ditunggangi adalah hadist Nabi Saw yang artinya:
“Barang gadai (marhun dikendarai)oleh sebab nafkahnya apabila ia digadaikan dan
susunya diminum, dengan nafkahnya abapila digadaikan dan atas yang mengendarai
dan meminum susunya wajib nafkahnya”. (HR.Bukhari)
4. Pendapat Ulama Hanafiyyah
Menurut ulama Hanafiyah, tidak ada perbedaan antara pemnafaatan barang gadai
yang mengakibatkan kurangnya harga atau tidak, alasannya adalah hadist Nabi Saw yang
artinya:
Abu Shalih dari Abu Hurairah, sesungguhnya Nabi Saw. bersabda: “Barang
Jaminan utang dapat ditunggangi dan diperah, serta atas dasar menunggangi dan
memerah susunya, wajib menafkahi”.
Menurut ulama Hanafiyah, sesuai dengan fungsi dari barang gadai (marhun) sebagai
barang jaminan dan kepercayaan bagi penerima gadai (murtahin) dikuasai oleh penerima
gadai (murtahin). Apabila barang tersebut tidak dimanfaatkan oleh penerima gadai
(murtahin), maka berarti menghilangkan manfaat dari barang tersebut, padahal barang
tersebut memerlukan biaya untuk pemeliharaan. Hal tersebut dapat mendatangkan
mudharat bagi kedua belah pihak, terutama bagi pemberi gadai (Rahin). Hanapi
menambahkan, bahwa pegadai boleh memanfaatkan barang gadaian itu atas seizin
pemiliknya.33
33
7. Persamaan dan Perbedaan antara Rahn dengan Gadai Konvensional
a) Persamaan
Hak gadai atas pinjaman uang
Adanya agunan sebagai jaminan utang.
Tidak boleh mengambil manfaat barang yang digadaikan.
Biaya barang yang digadaikan ditanggung oleh para pemberi gadai.
Apabila batas waktu pinjaman uang habis barang yang digadaikan boleh
dijual atau dilelang.
b) Perbedaan
Gadai menurut hukum perdata disamping berprinsip tolong menolong
juga menarik keuntungan dengan cara menarik bunga atau sewa modal
sedangkan Rahn dalam hukum Islam dilakukan secara sukarela atas dasar
tolong menolong tanpa mencari keuntungan.
Dalam hukum perdata hak gadai hanya berlaku pada benda yang bergerak
sedangkan pada Rahn berlaku pada seluruh benda baik yang bergerak
maupun yang tidak bergerak.
Adanya istilah bunga (memungut biaya dalam bentuk bunga yang bersifat
akumulatif dan berlipat ganda) sedangkan pada rahn tidak ada istilah
bunga (biaya penitipan, pemeliharaan, penjagaan dan penaksiran).
Dalam hukum perdata gadai dilaksanakan melalui suatu lembaga yang
ada di Indonesia disebut Perum Pegadaian sedangkan pada Rahn menurut
hukum Islam dapat dilaksanakan tanpa melalui suatu lembaga
.Menarik bunga 10%-14% untuk jangka waktu 4 bulan, plus asuransi
sebesar 0,5% dari jumlah pinjaman. Jangka waktu 4 bulan itu bisa terus
diperpanjang, selama nasabah mampu membayar bunga sedangkan pada
Hanya memungut biaya (termasuk asuransi barang) sesuai dengan
golongan tarif yang telah ditentukan oleh Perum Pegadaian Syariah untuk
jangka waktu 4 bulan. Bila lewat 4 bulan nasabah tak mampu menebus
barangnya, masa gadai bisa diperpanjang dua periode. Jadi. Total waktu
maksimalnya 6 bulan. ”Tidak ada tambahan pungutan biaya untuk
perpanjangan waktu. Tapi, jika melewati masa 6 bulan, pihak pegadaian
akan langsung men