• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Pengawasan Terhadap Produktivitas Kerja (Studi Pada Kantor PT. Kereta Api Indonesia Divisi Regional Sumatera Utara)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Pengawasan Terhadap Produktivitas Kerja (Studi Pada Kantor PT. Kereta Api Indonesia Divisi Regional Sumatera Utara)"

Copied!
104
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PENGAWASAN TERHADAP PRODUKTIVITAS KERJA (Studi Pada Kantor PT. Kereta Api Indonesia Divisi Regional Sumatera

Utara)

SKRIPSI

Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Oleh:

090903066

HUSNI PRATAMA PUTRA. M

DEPARTEMEN ILMU ADMINISTRASI NEGARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU ADMINISTRASI NEGARA

HALAMAN PERSETUJUAN

Skripsi ini disetujui untuk diperbanyak dan dipertahankan oleh:

Nama : Husni Pratama Putra Munthe NIM : 090903066

Departemen : Ilmu Administrasi Negara

Judul : Pengaruh Pengawasan Terhadap Produktivitas Kerja (Studi Pada Kantor PT. Kereta Api Indonesia Divisi Regional

Sumatera Utara)

Medan, Ketua Departemen

Dosen Pembimbing Ilmu Administrasi Negara

Arlina, SH, M. Hum

NIP: 195603041977102001 NIP: 196401081991021001 Drs. M. Husni Thamrin, M.Si

Dekan,

FISIP USU MEDAN

(3)

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim ... Assallamualaikum Wr.Wb

Syukur alhamdulillah penulis ucapkan ke hadirat Allah SWT atas rahmad

dan anugerah-Nya penulis mendapat kesempatan untuk menyelesaikan studi di

Departemen Ilmu Administrasi Negara FISIP USU dan atas pertolongan-Nya pula

penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sesuai jadwal. Serta salawat dan salam

kepangkuan Nabi Besar Muhammdad SAW yang telah membawa umat manusia

ke jalan kebenaran.

Skripsi ini merupakan salah satu syarat wajib bagi setiap mahasiswa

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Departemen Ilmu Administrasi Negara. Hal

ini dimaksudkan agar mahasiswa mendapatkan gambaran langsung tentang ilmu

yang diperoleh dibangku kuliah dan menambah bekal pengalaman yang

berhubungan dengan ilmu sosial dan ilmu politik secara khusus.

Dalam melakukan penelitian dan penyusunan skripsi yang membahas

mengenai “Pengaruh Pengawasan Terhadap Produktivitas Kerja (Studi Pada

Kantor PT. Kereta Api Indonesia Divisi Regional Sumatera Utara)”, penulis

dibantu oleh banyak pihak. Bantuan tersebut berupa materi, moril, maupun

spiritual sehingga penulis dapat termotivasi untuk menyelesaikan penelitian dan

penyusunan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih yang

sebanyak-banyaknya kepada pihak-pihak yang telah membantu penulis,

(4)

1. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M. Si, selaku Dekan FISIP USU.

2. Bapak Drs. M. Husni Thamrin Nasution, M. Si, selaku Ketua

Depatemen Ilmu Administrasi Negara.

3. Ibu Dra. Elita Dewi, M. Sp, selaku Sekretaris Departemen Ilmu

Administrasi Negara.

4. Ibu Arlina, SH, M. Hum, selaku dosen pembimbing yang telah

bersedia meluangkan waktu untuk membimbing dan memberi petunjuk

serta arahan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

5. Bapak Drs. Alwi Hasyim, M.Si, selaku dosen wali yang membantu

penulis selama masa perkuliahan.

6. Seluruh dosen dan pegawai Departemen Ilmu Administrasi Negara

FISIP USU. Terutama Kak Dian dan Kak Mega yang telah membantu

penulis dalam urusan administrasi

7. Kepala Bagian Sumber Daya Manusia PT. Kereta Api Indonesia

beserta seluruh staf dan pegawainya yang telah memberikan

kesempatan kepada penulis untuk mengadakan penelitian di kantor

tersebut.

8. Teristimewa dan terkasih buat kedua orang tua saya, Husin Simbolon

dan Neti Ayuni yang telah memberikan banyak kasih sayang,doa dan

dorongan moril yang tak pernah henti kepada penulis, Insya Allah

Penulis akan sekuat tenaga untuk selalu melakukan yang terbaik.

9. Buat Amalia Puspita Dewi, terima kasih buat cinta dan perhatiannya

(5)

adik-adikku yang selalu mendukung penulis untuk menyelesaikan masa

kuliah, terima kasih banyak buat dukugan serta doanya.

10.Buat teman-teman di AN 2009, terima kasih buat pertemanan yang

sudah terjalin semenjak sama-sama masuk kuliah.

11.Buat Bambang Hermanto S.Sos yang telah membantu penulis dan

kawan Administrasi Negara yang lain yang tidak bisa disebutin satu

per satu.

12.Dan banyak lagi pihak-pihak yang telah membantu penulis dalam

penyelesaian skripsi ini tapi tidak dapat disebutkan satu persatu.

Penulis ucapkan terima kasih banyak.

Dengan keterbatasan ilmu yang penulis miliki, penulis menyadari bahwa

skripsi ini masih banyak kekurangan dalam penelitian ini. Oleh karenanya penulis

mengharapkan adanya masukan dan saran yang sifatnya membangun dari semua

pihak, guna untuk menyempurnakan penelitian ini agar menjadi lebih baik lagi.

Semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Medan, Juni 2014 Penulis

(6)

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1Latar Belakang ... 1

1.2.Rumusan Masalah ... 3

1.3.Tujuan Penelitian... 4

1.4.Manfaat Penelitian... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 6

II.1. Pengawasan ... 6

II.1.1. Pengertian Pengawasan ... 6

II.1.2. Tujuan Pengawasan ... 6

II.1.3. Tipe – Tipe Pengawasan ... 8

II.1.4. Teknik Pengawasan ... 9

II.1.5. Ciri – Ciri Pengawasan Yang Baik ... 11

II.2.Produktifitas Kerja ... 13

II.2.1. Pengertian Produktifitas Kerja ... 13

II.2.2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Produktifitas Kerja 16 II.3.Pengaruh Pengawasan Terhadap Produktifitas Kerja ... 18

II.4. Hipotesisi ... 19

II.5.Defenisi Konsep ... 20

II.6. Defenisi Operasional ... 21

(7)

BAB III METODE PENELITIAN ... 26

III.1 Bentuk Penelitian ... 26

III.2 Lokasi Penelitian ... 26

III.3 Populasi Dan Sampel ... 26

III.3.1. Populasi ... 26

III.3.2. Sampel ... 27

III.4. Teknik Pengumpulan Data ... 27

III.5. Teknik Penentuan Skor ... 28

III.6. Teknik Analisa Data ... 29

BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN ... 32

IV. 1. Sejarah Berdirinya PT. KAI ... 32

IV.1.1. Sejarah Berdirinya PT. KAI DivRe Sumut ... 35

IV.2. Logo Serta Visi Dan Misi ... 39

IV. 3. Budaya Perusahaan ... 40

IV. 4. Pelayanan ... 41

IV. 5. Sumber Daya Manusia ... 42

BAB V PENYAJIAN DATA ... 44

BAB VI ANALISA DATA ... 83

VI.1. Koefisien Korelasi Product Moment... 83

VI.2. Koefisien Determinan ... 86

VI. 3. Uji Hipotesis ... 86

(8)

BAB VII PENUTUP ... 91

VII.1. Kesimpulan ... 91

VII.2. Saran ... 92

(9)

DEPARTEMEN ILMU ADMINISTRASI NEGARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

HUSNI PRATAMA PUTRA MUNTHE 090903066

ABSTRAK

PENGARUH PENGAWASAN TERHADAPA PRODUKTIVITAS KERJA (Studi Pada Kantor PT. Kereta Api Indonesia (Persero) Divisi Regional

Sumatera Utara)

Pengawasan mencakup upaya memeriksa apakah semua terjadi sesuai dengan rencana yang ditetapkan, perintah yang dikeluarkan, prinsip yang dianut dan juga dimaksudkan untuk mengetahui kelemahan dan kesalahan agar dapat dihindari kejadiannya dikemudian hari. Sedangkan produktivitas kerja pegawai mengandung pengertian adanya kemampuan pegawai untuk dapat menghasilkan barang atau jasa yang dilandasi sikap mental bahwa hari ini harus lebih baik dari hari ini, hari esok harus lebih baik dari hari ini.

Penelitian ini dilakukan di Kantor PT. Kereta Api Indonesia (Persero) Divisi Regional Sumatera Utara, Jln,. H.M. Yamin Kota Medan. Penelitian ini termasuk penelitian kuantitatif, dengan jumlah populasi sebanyak 121 orang, dan yang menjadi sampel dalam penelitian ini sebanyak 25% dari jumlah populasi sebanyak 30 orang. Metode pengumpulan data dilakukan dengan bantuan metode angket dimana jawaban responden diukur dengan menggunakan skala likert yaitu pemberian nilai numerikal dimana setiap skor yang diperoleh akan memiliki tingkat pengukuran ordinal. Nilai numerik tersebut dianggap sebagai objek dan selanjutnya melalui proses transformasi yang ditempatkan kedalam interval.

Data yang diperoleh pada penelitian ini diolah dengan menggunakan teknik analisis data korelasi product moment, dari persamaan tersebut hasil perhitungan yang didapat 0,91 dimana hubungan antara variabel X dan variabel Y berada pada kategori Sangat Tinggi. Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan uji signifikan didapat harga thitung adalah 11,05 dimana adanya

hubungan antara pengawasan terhadap produktivitas kerja. .

(10)

DEPARTEMEN ILMU ADMINISTRASI NEGARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

HUSNI PRATAMA PUTRA MUNTHE 090903066

ABSTRAK

PENGARUH PENGAWASAN TERHADAPA PRODUKTIVITAS KERJA (Studi Pada Kantor PT. Kereta Api Indonesia (Persero) Divisi Regional

Sumatera Utara)

Pengawasan mencakup upaya memeriksa apakah semua terjadi sesuai dengan rencana yang ditetapkan, perintah yang dikeluarkan, prinsip yang dianut dan juga dimaksudkan untuk mengetahui kelemahan dan kesalahan agar dapat dihindari kejadiannya dikemudian hari. Sedangkan produktivitas kerja pegawai mengandung pengertian adanya kemampuan pegawai untuk dapat menghasilkan barang atau jasa yang dilandasi sikap mental bahwa hari ini harus lebih baik dari hari ini, hari esok harus lebih baik dari hari ini.

Penelitian ini dilakukan di Kantor PT. Kereta Api Indonesia (Persero) Divisi Regional Sumatera Utara, Jln,. H.M. Yamin Kota Medan. Penelitian ini termasuk penelitian kuantitatif, dengan jumlah populasi sebanyak 121 orang, dan yang menjadi sampel dalam penelitian ini sebanyak 25% dari jumlah populasi sebanyak 30 orang. Metode pengumpulan data dilakukan dengan bantuan metode angket dimana jawaban responden diukur dengan menggunakan skala likert yaitu pemberian nilai numerikal dimana setiap skor yang diperoleh akan memiliki tingkat pengukuran ordinal. Nilai numerik tersebut dianggap sebagai objek dan selanjutnya melalui proses transformasi yang ditempatkan kedalam interval.

Data yang diperoleh pada penelitian ini diolah dengan menggunakan teknik analisis data korelasi product moment, dari persamaan tersebut hasil perhitungan yang didapat 0,91 dimana hubungan antara variabel X dan variabel Y berada pada kategori Sangat Tinggi. Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan uji signifikan didapat harga thitung adalah 11,05 dimana adanya

hubungan antara pengawasan terhadap produktivitas kerja. .

(11)

BAB I PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang

Dalam suatu instansi pemerintah maupun instansi swasta sangat

diperlukan adanya produktivitas kerja untuk mencapai tujuan dari instansu

yang telah ditetapkan. Produktivitas kerja merupakan suatu akibat dari

persyaratan kerja yang harus dipenuhi oleh pegawai untuk memperoleh hasil

yang maksimal dimana dalam pelaksanaanya, produktivitas kerja terletak pada

faktor manusia sebagai pelaksana kegiatan pekerjaan.

Tujuan utama dari peningkatan produktivitas kerja pegawai adalah

agar pegawai dapat memberikan pelayanan terbaik kepada masyarakat yang

memiliki sikap yang produktif, efektif dan efesien dalam menjalankan tugasnya.

Karena fakta nya dalam kehidupan nyata banyak orang dalam suatu instansi

pemerintah maupun swasta ataupun juga dalam suatu organisasi tidak produktif

dalam mengerjakan tugas sehingga memberikan pelayanan yang buruk kepada

masyarakat.

Untuk mendapatkan hasil yang terbaik dari pekerjaan yang dilakukan

maka perlu dilakukan pengawasan. Pengawasan adalah suatu tindakan yang

berfungsi untuk memonitor atau menyoroti dan membandingkan apakah pegawai

tersebut bekerja sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan. Pengawasan adalah

(12)

pemerintahan ataupun sektor swasta, dan dengan adanya pengawasan suatu

pekerjaan dapat terlaksana dengan baik dan mendapatkan hasil yang maksimal.

Pengawasan dapat dilakukan oleh pihak internal ataupun eksternal dari organisasi

ataupun instansi tersebut. Dari pihak internal misalnya, Pengawasan juga

merupakan kewajiban setiap atasan untuk mengawasi bawahannya.

Dan lebih lanjut pengawasan merupakan bagian dari fungsi menajemen

yang diharapkan mampu menciptakan efisiensi dan efektifitas kerja yang

dilakukan oleh para pegawai. Dengan pengawasan yang baik diharapkan akan

berkurangnya kesalahan dan penyimpangan yang terjadi. Tugas seorang pemimpin

adalah untuk mengawasi para pegawai yang ada dalam lingkup organisasinya

ataupun lingkup kantornya dalam menjalankan tugas dan fungsinya.

Dari pendapat tersebut jelaslah bahwa peranan pengawasan adalah sesuatu

hal yang sangat essensial dan tidak dapat diabaikan. Karena, pada hakekatnya

pengawasan adalah suatu usaha untuk mendeteksi kegiatan yang dilakukan oleh

pegawai apakah kegiatan tersebut telah mengikuti peraturan yang telah ditetapkan

oleh organisasi serta untuk menilai pegawai dalam hal ketaatanya dan mematuhi

kebijakan-kebijakan serta peraturan - peraturan yang berlaku di lingkungan kerja.

Pengawasan adalah kewajiban setiap atasan untuk mengatasi setiap

bawahannya yang bersifat preventif dan pembinaan, untuk menciptakan aparatur

yang lebih efektif, efisien, bersih dan berwibawa terutama dalam menanggulangi

masalah korupsi, penyalahgunaan wewenang, kebocoran dan pemborosan

keuangan Negara. Sehingga pimpinan dapat mengetahui kegiatan-kegiatan nyata

(13)

lingkungan suatu organisasi masing-masing yang selanjutnya bilamana terjadi

penyimpangan, dapat segera langsung dapat mengambil langkah-langakh

perbaikan dan tindakan seperlunya sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan

sebelumnya serta peraturan perundang-undangan yang berlaku.

PT. Kereta Api Indonesia (Persero) divisi regional Sumatera Utara sebagai

salah satu perusahaan transportasi milik pemerintah dituntut untuk memberikan

pelayanan kepada pelanggan dengan baik sebagai wujud nyata dari keinginan

pemerintah yang ingin mempermudah setiap masyarakat dalam hal menikmati jasa

transportasi yang aman, nyaman dan murah. Untuk memberikan pelayanan

maksimal tentunya diperlukan produktivitas kerja agar dapat menunjang tujuan

dari PT. Kereta Api Indonesia (Persero) divisi regional Sumatera Utara, karena

dirasa produktifitas kerja pegawai memegang peranan yang sangat penting dalam

keberlangsungan perusahaan tersebut.

Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik melakukan penelitian

dengan judul “Pengaruh Pengawasan Terhadap Produktivitas Kerja Pada

Kantor PT. Kereta Api Indonesia (Persero) Divisi Regional Sumatera Utara“.

I.2 Perumusan Masalah

Untuk dapat memudahkan dalam penelitian ini dan agar penelitian ini

memiliki arah yang jelas dalam menginterprestasikan fakta dan data ke dalam

penulisan skripsi, maka terlebih dahulu dirumuskan permasalahannya. Adapun

(14)

Pengawasan Terhadap Produktivitas Kerja Pada Kantor PT. Kereta Api (Persero)

Divisi Regional Sumatera Utara?”

I.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui bagaimana pengawasan di Kantor PT. Kereta Api

Indonesia (Persero) Divisi Regional Sumatera Utara.

2. Untuk mengetahui bagaimana pengawasan di Kantor PT. Kereta Api

Indonesia (Persero) Divisi Regional Sumatera Utara.

3. Untuk mengetahui apakah ada pengaruh pengawasan terhadap

produktivitas kerja di Kantor PT. Kereta Api Indonesia (Persero) Divisi

Regional Sumatera Utara.

I.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dari peneitian ini adalah:

1. Bagi penulis secara subjektif adalah sebagai suatu tahapan untuk melatih

dan mengembangkan kemampuan berfikir secara sistematis dan teoritis

dalam memecahkan suatu permasalahan secara objektif dan kritis melalui

suatu karya ilmiah sehingga diperoleh suatu kesimpulan yang bersifat

(15)

2. Bagi mahasiswa lainnya sebagi khasanah ilmiah untuk penelitian lainnya.

3. Bagi FISIP-USU khususnya Departemen Ilmu Administrasi Negara

sebagai bahan referensi, bahan kajian dan bahan perbandingan bagi

mereka yang memerlukannya dan orang-orang yang tertarik dengan

(16)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Pengawasan

II.1.1 Pengertian Pengawasan

Dalam pengertian umum, pengawasan dapat diartikan sebagai perbuatan

untuk melihat dan memonitor terhadap orang agar ia berbuat sesuai dengan

kehendak yang telah ditentukan sebelumnya. Sedangkan dalam ilmu manajemen,

pengawasan adalah merupakan salah satu fungsi manajemen yang merupakan

faktor penentu bagi kelangsungan hidup suatu organisasi. Sistem pengawasan

yang baik sangat berpengaruh dalam proses pelaksanaan kegiatan, baik dalam

organisasi pemerintah maupun swasta.

Menurut Harahap (2001:10), menyatakan bahwa pengawasan mencakup

upaya memeriksa apakah semua terjadi sesuai dengan rencana yang ditetapkan,

perintah yang dikeluarkan, prinsip yang dianut dan juga dimaksudkan untuk

mengetahui kelemahan dan kesalahan agar dapat dihindari kejadiannya

dikemudian hari.

Menurut Herujito (2001:242) pengawasan adalah mengamati dan

mengalokasikan dengan tepat penyimpangan-penyimpangan yang terjadi.

Menurut Manullang (2002:173), pengawasan adalah suatu proses untuk

menetapkan pekerjaan apa yang sudah dilaksanakan, menilainya dan mengkoreksi

bila perlu dengan maksud supaya pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan rencana-

(17)

Sedangkan menurut Kadarman (2001:159) pengawasan adalah upaya yang

sistematis untuk menetapkan kinerja standar pada rencana untuk merancang

sistem umpan balik informasi untuk menetapkan apakah telah terjadi suatu

penyimpangan dan mengukur signifikan penyimpangan tersebut, serta untuk

mengambil tindakan perbaikan yang diperlukan untuk menjamin bahwa semua

sumber daya yang telah digunakan seefektif dan seefesien mungkin guna

mencapai informasi. Jadi dalam setiap kegiatan yang diselenggarakan,

pengawasan sangat dibutuhkan.

II.1.2. Tujuan Pengawasan

Adapun tujuan pengawasan adalah agar hasil pelaksanaan pekerjaan

diperoleh secara berdaya guna (efisien) dan berhasil guna (efektif) sesuai dengan

rencana yang telah ditentukan sebelumnya (Simbolon,2004:62).

Menurut Kadarman dan udaya (2001:159) tujuan pengawasan adalah

menemukan kelemahan dan kesalahan untuk kemudian dikoreksi dan mencegah

pengulangannya.

Sedangkan Soekarno dalam Gouzali Saydam (1993 :197) mengemukakan

tujuan pengawasan antara lain adalah :

a) Untuk mengetahui apakah suatu kegiatan sudah berjalan sesuai dengan

rencana.

b) Untuk mengetahui kesulitan-kesulitan dan kelemahan-kelemahan

(18)

c) Untuk mengetahui apakah suatu kegiatan sudah sesuai dengan

instruksi yang diberikan.

d) Untuk mencari jalan keluar bila ada kesulitaan, kelemahan atau

kegagalan kearah perbaikan.

II.1.3 Tipe-Tipe Pengawasan

Menurut Handoko (2003:361-362), ada tiga tipe-tipe dasar pengawasan yaitu:

1. Pengawasan Pendahuluan ( feedforward control) : Pengawasan yang

dirancang untuk mengantisipasi masalah-masalah atau

penyimpangan-penyimpangan standar atau tujuan dan memungkinkan koreksi dibuat

sebelum suatu tahap kegiatan tertentu diselesaikan.

2. Pengawasan Concurrent : Pengawasan yang dilakukan bersamaan

dengan pelaksanaan kegiatan. Tipe pengawasan seperti ini merupakan

proses dimana aspek tertentu dari suatu prosedur harus disetujui dulu,

atau syarat tertentu harus dipenuhi terlebih dahulu sebelum kegiatan

tersebut dilakukan untuk mencapai suatu ketetapan dari pelaksanaan

tujuan.

3. Pengawasan umpan balik (feedback control) : Pengawasan yang

dilakukan untuk mengukur hasil-hasil dari suatu kegiatan yang telah

diselesaikan.

Sedangkan menurut Handayaningrat (1983:144) pada dasarnya

(19)

a. Pengawasan dari dalam organisasi (internal control) : Pengawasan

dari dalam artinya pengawasan dilakukan oleh unit atau aparat

pengawasan yang berasal dari dalam organisasi, dimana hasil

tindakanya berupa data atau informasi yang berguna bagi pimpinan

dalam menilai kebijakan yang telah ada atau menentukan

kebijakan berikutnya, sebagai perbaikan terhadap pelaksanaan

pekerjaan.

b. Pengawasan dari luar organisasi (eksternal control) : Pengawasan

ini dilakukan oleh aparat atau unit pengawasan dari luar organisasi

yang bertindak atas nama pimpinan organisasi.

c. Pengawasan preventif : Pengawasan dilakukan sebelum rencana itu

dilaksanakan dengan maksud agar tidak ada kesalahan atau

penyimpangan data dalam melakukan kegiatan organisasi.

d. Pengawasan Represif : Pengawasan ini dilakukan setelah adanya

pelaksanaan pekerjaan, dengan cara menilai dan membandingkan

pelaksanaan pekerjaan dengan rencana yang telah ditetapkan.

II.1.4 Teknik Pengawasan

Pengawasan dapat dilakukan dengan mempergunakan cara-cara sebagai

berikut:

a. 1.Pengawasan langsung : Pengawasan dilakukan oleh pimpinan atau

manajer pada waktu kegiatan- kegiatan yang sedang berjalan. Pengawasan

(20)

a. Inspeksi langsung

b. Observasi ditempat (on the spot observation)

c. Laporan ditempat (on the spot report), penyampaian keputusan

ditempat bila diperlukan.

b. Pengawasan tidak langsung : Pengawasan dari jarak jauh melalui laporan

yang disampaikan oleh para bawahan.

Menurut Manullang (2004 : 178-179), Laporan ini dapat berbentuk:

a) Laporan tertulis : Laporan tertulis ( written report ) merupakan

suatu pertanggung jawaban kepada atasan mengenai pekerjaan

yang dilaksanakannya, sesuai dengan instruksi dan tugas-tugas

yang diberikan atasan kepadanya. Dengan laporan tertulis yang

diberikan oleh bawahannya, maka atasan dapat membaca apakah

bawahan-bawahan tersebut melaksanakan tugas-tugas yang

diberikan kepadanya dengan penggunaan hak-hak atau kekuasaan

yang didelegasikan kepadanya.

b) Laporan lisan : Pengawasan melalui laporan lisan berupa

wawancara yang diberikan ditujukan kepada orang-orang atau

segolongan orang tertentu yang dapat memberi gambaran dari

hal-hal yang ingin diketahui, terutama tentang hasil

(21)

II.1.5 Ciri-ciri Pengawasan yang Efektif

Menurut Siagian (1992:175), pengawasan yang efektif memiliki ciri-ciri

sebagai berikut:

a) Pengawasan harus merefleksikan sifat dari berbagai kegiatan

yang diselenggarakan yaitu bahwa teknik pengawasan harus sesuai

antara lain dengan penemuan informasi tentang siapa yang

melakukan pengawasan dan kegiatan apa yang menjadi sasaran

pengawasan tersebut.

b) Pengawasan harus segera memberikan petunjuk tentang

kemungkinan adanya deviasi atau penyimpangan yang mungkin

terjadi sebelum penyimpangan itu menjadi kenyataan.

c) Objektifitas dalam melakukan pengawasan : Salah satu komponen

yang harus terlihat dalam rencana adalah standar prestasi kerja

yang diharapkan dipenuhi oleh para pelaksana kegiatan

operasional. Standar demikian harus jelas terlihat bukan saja dalam

prosedur dan mekanisme kerja, akan tetapi juga dalam kriteria

yang menggambarkan persyaratan kuantitatif dan kualitatif dan

sedapat mungkin dinyatakan secara tertulis. Dengan adanya

kriteria maka pengawasan dapat dilakukan dengan objektif.

d) Keluwesan Pengawasan : Hal ini berarti pengawasan harus tetap

bisa berlangsung meskipun kondisi lingkungan organisasi

mengalami perubahan kerja karena timbulnya keadaan yang

(22)

perubahan tersebut dan dengan demikian penyesuaian yang

diperlukan dapat dilakukan dalam pelaksanaan kegiatan

pengawasan.

e) Efesiensi pelaksanaan pengawasan : Pengawasan dilakukan agar

keseluruhan organisasi bekerja dengan tingkat efisiensi yang

semakin tinggi. Hal ini berarti , setiap organisasi atau lembaga

harus menciptakan suatu sistem pengawasan yang sesuai dengan

kebutuhan organisasi yang bersangkutan karena hanya dengan

demikianlah efesiensi pengawasan dapat ditingkatkan.

f) Pengawasan harus bersifat bimbingan, apabila dalam pengawasan

ditemukan sesuatu yang tidak beres dan ditemukan faktor-faktor

penyebabnya maka seorang pimpinan atau manajer harus berani

mengambil tindakan yang dipandang paling tepat, sehingga

kesalahan yang diperbuat oleh bawahan tidak terulang kembali

meskipun kecendrungan berbuat kesalahan yang lain dapat

terjadi. Dalam memberikan tindakan yang dianggap tepat seperti

sebuah sanksi atau hukuman, pemimpin atau manajer tetap harus

memiliki sikap membimbing, mendidik, objektif dan rasional

serta didasarkan pada kriteria yang dapat dipahami dan diterima

(23)

II.2. Produktifitas Kerja

II.2.1. Pengertian Produktivitas Kerja

Menurut Simanjuntak (1998:26), produktivitas kerja pegawai mengandung

pengertian adanya kemampuan pegawai untuk dapat menghasilkan barang atau

jasa yang dilandasi sikap mental bahwa hari ini harus lebih baik dari hari ini, hari

esok harus lebih baik dari hari ini. Sikap kerja yang demikian ini akan tetap

melekat dalam diri pegawai yang memiliki produktivitas kerja yang tinggi.

Penilaian terhadap produktivitas kerja pegawai dapat di ukur melalui pelaksanaan

kerja yang relatif baik, sikap kerja, tingkat keahlian dan disiplin kerja. Dan untuk

mengukur produktivitas kerja pegawai itu sendiri harus mencakup aspek kuantitas

dan kualitas pekerjaannya.

Selanjutnya, menurut Siagian (2002:10), produktivitas kerja dapat dilihat

sebagai masalah keperilakuan, tetapi juga dapat mengandung aspek-aspek teknis.

Untuk mengatasi hal itulah perlu pemahaman yang tepat tentang faktor-faktor

penentu keberhasilan meningkatkan produktivitas kerja, sebagian diantaranya

berupa etos kerja yang haru dipegang teguh oleh semua orang dalam suatu

organis Banyak hasil penelitian yang memperlihatkan bahwa produktivitas

sangat dipengaruhi oleh faktor: knowledge, skills, abilities, attitudes, dan

behaviours dari para pekerja yang ada di dalam organisasi sehingga banyak

program perbaikan produktivitas meletakkan hal-hal tersebut sebagai

asumsi-asumsi dasarnya (Gomes, 1995, p.160,http:/ www.

(24)

Menurut Blecher dalam Wibowo (2007:241) produktivitas kerja adalah

hubungan antara keluaran atau hasil organisasi dengan yang diperlukan.

Produktivitas dapat dikuantifikasi dengan membagi keluaran dengan masukan

dengan membagi keluaran dengan masukan. Menaikkan produktivitas dapat

diakukan dengan memperbaiki rasio produktivitas, dengan menghasilkan lebih

banyak keluaran atau output yang lebih baik dengan tingkat masukan sumber daya

tertentu.

Lebih lanjut, Kopelman (dalam Moeljono 2003:56), secara lebih luas

mengartikan produktivitas sebagai suatu konsepsi sistem. Produktivitas dalam

wujudnya diekspresikan sebagai rasio yang merefleksikan bagaimana sumber

daya – sumber daya yang ada dimanfaatkan secara efisien untuk menghasilkan

keluaran.

Produktivitas erat terkait dengan hasil kerja yang dicapai oleh pegawai.

Hasil kerja pegawai tersebut merupakan produktivitas kerja sebagai target yang

didapat melalui kualitas kerjanya dengan melaksanakan tugas yang sesuai dengan

peraturan yang ditetapkan oleh organisasi. Kemudian (Dharma, 1995:476)

mengemukakan beberapa faktor yang dinyatakan sebagai indikator dari

produktivitas kerja Kualitas Pekerjaan antara lain:

a. Kualitas pekerjaan : Kualitas kerja menyangkut mutu yang

dihasilkan. Seorang pegawai dituntut untuk memberikan kualitas

yang terbaik dalam melaksanakan tugasnya. Seorang pegawai

sebagai sumber daya yang menjalankan dan melaksanakan

(25)

yang berkualitas. Kehidupan kerja yang berkualitas yang dimaksud

adalah keadaan dimana para pegawai dapat memenuhi

kebutuhannya dengan bekerja di dalam organisasi.

b. Kuantitas Pekerjaan : Perkembangan organisasi menuntut adanya

kuantitas pekerjaan. Kuantitas pekerjaan menyangkut pencapaian

target, hasil kerja yang sesuai dengan rencana organisasi. Rasio

kuantitas pegawai harus seimbang dengan kuantitas pekerjaan

sehingga dengan perimbangan tersebut dapat menjadi tenaga kerja

yang produktif untuk meningkatkan produktivitas kerja di dalam

organisasi tersebut.

c. Ketepatan Waktu : Seorang pegawai harus memiliki ketepatan

waktu dalam mengerjakan tugas-tugasnya. Dalam mengerjakan

tugas-tugas yang diberikan orang tepat pada waktu yang

ditentukan serta mengutamakan efisiensi.

d. Semangat Kerja : Semangat kerja dapat didefenisikan sebagai

gambaran perasaan yang berhubungan dengan jiwa, semangat

kelompok, kegembiraan, dan kegiatan. Semangat kerja sangat

penting bagi organisasi karena semangat kerja yang tinggi tentu

dapat mengurangi angka absensi atau tidak bekerja karena malas,

(26)

II.2.2 Faktor-Faktor yang mempengaruhi Produktivitas Kerja

Produktivitas karyawan banyak dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik

yang berhubungan dengan karyawan itu sendiri, maupun faktor-faktor lainnya.

Sehubungan dengan itu, Menurut Sedarmayanti (2001:72-76) dalam manajemen

sumber daya manusia dan produktivitas faktor-faktor yang mempengaruhi

produktivitas kerja adalah:

a. Sikap mental berupa :

I. Motivasi kerja : Pada umumnya orang

mempunyai motivasi kerja yang tinggi akan

bekerja lebih rajin, giat sehingga dengan begitu dia

akan dapat mencapai prestasi kerja yang tinggi

sehingga produktivitas pun meningkat.

II. Disiplin kerja : Orang yang memiliki disiplin

kerja yang tinggi akan bertanggung jawab

terhadap tugas-tugas yang diberikan kepadanya

hal ini akan mendorong gairah kerja,

semangat kerja dan akan terwujudnya tujuan

perusahaan/instansi dan produktivitas pun akan

meningkat.

III. Etika kerja : Pada umumnya orang yang memiliki

etika yang baik akan kelihatan dalam penampilan

kerja sehari-hari berupa kerja sama, kehadiran,

(27)

pekerjaan dan kreatifitas. Wujud kerja tersebut

sangat mempengaruhi hasil kerja.

b. Pendidikan : Pada umumnya orang yang memiliki pendikan yang

tinggi akan mempunyai wawasan yang lebih luas terutama dalam

penghayatan produktivitas. Pendidikan tersebut dapat berupa

informal ataupun formal.

c. Keterampilan : Pada aspek tertentu apabila pegawai semakin

terampil maka pegawai lebih mampu bekerja serta menggunakan

fasilitas kerja dengan baik. Pegawai akan lebih terampil apabila

mempunyai kecakapan dan pengalaman yang cukup.

d. Manajemen : Pengertian manajemen disini dapat berkaitan dengan

system yang diterapkan oleh pimpinan untuk mengelolah atau

memimpin serta mengendalikan bawahannya. Apabila

manajemennya tepat akan menimbulkan semangat kerja dan

mempengaruhi produktivitas kerja.

e. Tingkat penghasilan : Apabila tingkat penghasilan memadai dapat

menimbulkan kosentrasi kerja dan kemampuan yang dimiliki dapat

meningkatkan produktivitas kerja.

f. Lingkungan dan iklim kerja : Lingkungan dan iklim kerja yang

baik akan mendorong pegawai senang bekerja dan meningkatkan

rasa tanggung jawab dalam melaksanakan tugas dengan lebih baik

(28)

g. Teknologi : Apabila teknologi yang dipakai tepat dan lebih maju

tingkatannya maka akan memungkinkan:

I. Tepat waktu dalam mengerjakan proses

produksi/tugas.

II. Jumlah produksi baik berupa barang dan jasa

lebih banyak dan bermutu.

III. Memperkecil terjadinya pemborosan bahan sisa.

h. Kesempatan berprestasi : Apabila ada kesempatan untuk

berprestasi, maka akan ada dorongan psikologis untuk

meningkatkan dedikasi serta pemanfaatan potensi yang dimiliki

untuk meningkatkan produktivitas kerja.

II.3. Pengaruh Pengawasan Terhadap Produktivitas Kerja

Produktivitas kerja merupakan kemampuan seseorang atau sekelompok

orang untuk menghasilkan barang dan jasa dalam jangka waktu tertentu

yang telah ditentukan atau sesuai dengan rencana. Untuk dapat meningkatkan

kerja pegawai, pengawasan adalah suatu bentuk tindakan yang sangat perlu

dilakukan. Pengawasan dalam hal ini adalah sebagai upaya yang sistematik untuk

mengamati atau memantau apakah berbagai fungsi , aktivitas serta kegiatan

dalam suatu organisasi tersebut terlaksana sesuai dengan waktunya. Jika dalam

pelaksanaan tugas-tugasnya seorang pegawai didapati adanya penyimpangan

maka tindakan yang sebaiknya diambil adalah tindakan korektif atau koreksi,

(29)

sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan selama ini. Dengan kata lain

pengawasan adalah suatu fungsi yang membandingkan isi rencana dengan kinerja

nyata.

Dalam melaksanakan pengawasan, pengawasan adalah suatu instrument

untuk mengubah perilaku disfungsional atau menyimpang, bukan juga hanya

untuk memberikan sanksi atau hukuman ketika terjadi kesalahan tetapi untuk

membantu yang bersangkutan mengubah perilakunya serta bersikap seperti

seharusnya sebagai seorang pegawai dalam memberikan pelayanan yang terbaik

kepada masyarakat. Apapun teknik yang dilakukan dalam pengawasan, sasaran

utamanya adalah untuk menemukan apa yang tidak beres dalam pelaksanaan

berbagai tugas dan kegiatan dalam suatu organisasi dan bukan mencari siapa yang

salah. Secara implisit pengawasan merupakan suatu bentuk tindakan yang

tepat dan ampuh dalam meningkatkan produktivitas.

II.4.HIPOTESIS

Hipotesis merupakan jawaban sementara dari penelitian yang akan

dilaksanakan, yang sama kebenarannya perlu untuk di uji serta dibuktikan melalui

penelitian. Dikatakan sementara, karena jawaban yang diberikan baru didasarkan

pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta empiris yang

diperoleh melalui pengumpulan data. Dengan kata lain hipotesis dapat juga

dikatakan sebagai jawaban teoritis terhadap rumusan masalah penelitian, belum

(30)

Berdasarkan pada perumusan masalah dan kerangka teori yang telah

dipaparkan diatas maka hipotesis dalam penelitian ini adalah:

Ha : Ada pengaruh Pengawasan terhadap Produktivitas Kerja Pegawai pada

Kantor PT. Kereta Api Indonesia (Persero) Divisi Regional Sumatera

Utara.

Ho : Tidak ada pengaruh antara pengawasan terhadap produktivitas kerja

pegawai pada Kantor PT. Kereta Api Indonesia (Persero) Divisi Regional

Sumatera Utara.

II.5. Defenisi Konsep

Konsep adalah suatu hasil pemaknaan dalam intelektual manusia yang

memang merajuk ke gejala nyata kea lam empiric. Konsep adalah sarana merujuk

kedua empiris dan bukan merupakan refleksi sempurna ( Mutlak) dunia empiris

bahkan konsep bukanlah dunia empiris itu sendiri.

Berdasarkan pengertian tersebut, maka penulis mengemukakan definisi

dari beberapa konsep yang digunakan :

i. Pengawasan adalah merupakan kegiatan yang dapat dilakukan

setiap saat.Kegiatan pengawasan dimaksudkan untuk mencegah

atau memperbaiki kesalahan, penyimpangan, ketidaksesuaian,

penyelewengan dan lainnya yang tidak sesuai dengan tugas dan

wewenang yang telah ditentukan. dengan demikian pengawasan

bukan mencari kesalahan tetapi mencari kebenaran terhadap

(31)

ii. Produktivitas Kerja adalah hubungan antara keluaran atau hasil

organisasi dengan yang diperlukan. Produktivitas dapat

dikuantifikasi dengan membagi keluaran dengan masukan.

Menaikkan produktivitas dapat diakukan dengan memperbaiki

rasio produktivitas, dengan menghasilkan lebih banyak keluaran

atau output yang lebih baik dengan tingkat masukan sumber daya

tertentu.

II.6. Defenisi Operasional

Menurut Singarimbun (1995:46) defenisi operasional adalah unsur

penelitian yang memberitahukan bagaimana caranya mengukur suatu variabel.

Defenisi operasional merupakan uraian dari konsep yang sudah dirumuskan dalam

bentuk indikator-indikator agar lebih memudahkan operasional dari suatu

penelitian adalah:

1. Variabel bebas (X)

Variabel Bebas adalah variabel yang akan mempengaruhi variabel terikat.

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah Pengawasan (X), adapun indikator

dalam pengawasan adalah:

a.Pemantauan : yaitu memeriksa langsung perihal atau

orangnya sendiri ditempat dimana peristiwa terjadi dan

dimana bawahan bertugas.

b.Pemeriksaan : yaitu pengawasan yang dilakukan melalui

(32)

secara cermat dan sistematis serta melalui penilaian

terhadap segala yang ada kaitannya dengan pekerjaan.

c.Bimbingan dan Pengarahan : yaitu segala kegiatan yang

dilakukan pimpinan dalam memberikan saran terhadap

pelaksanaan tugas.

d.Tindakan Disiplin : yaitu segala usaha yang dilakukan

pimpinan terhadap bawahan dalam rangka memberikan

sanksi bagi yang melanggar ketentuan yang berlaku.

e.Tindakan Koreksi : yaitu terhadap peraturan orgnanisasi,

memperhatikan dan melaksanakan segala tugas dan apa

yang dianjurkan atau diperintahkan oleh atasan dari

oraganisasai ataupun perusahaan.

2. Variabel Terikat (Y)

Variabel Terikat adalah variabel yang dipengaruhi oleh Variabel bebas.

Dalam penelitian ini variabel Terikat (Y) adalah Variabel Produktivitas Kerja,

indikator Produktivitas Kerja yaitu:

a. Sikap mental berupa :

i. Motivasi kerja : Pada umumnya orang mempunyai motivasi

kerja yang tinggi akan bekerja lebih rajin, giat sehingga

dengan begitu dia akan dapat mencapai prestasi kerja yang

(33)

ii. Disiplin kerja : Orang yang memiliki disiplin kerja yang

tinggi akan bertanggung jawab terhadap tugas-tugas yang

diberikan kepadanya hal ini akan mendorong gairah kerja,

semangat kerja dan akan mendorong terwujudnya tujuan

perusahaan/instansi dan produktivitas pun akan meningkat.

iii. Etika kerja : Pada umumnya orang yang memiliki etika yang

baik akan kelihatan dalam penampilan kerja sehari-hari berupa

kerja sama, kehadiran, antusias, inisiatif, tanggung jawab

terhadap pekerjaan dan kreatifitas. Wujud kerja tersebut sangat

mempengaruhi produktivitas kerja.

b. Pendidikan : Pada umumnya orang yang memiliki pendidikan yang

tinggi akan mempunyai wawasan yang lebih luas terutama dalam

penghayatan produktivitas. Pendidikan tersebut dapat berupa informal

ataupun formal

c. Keterampilan : pada aspek tertentu apabila pegawai semakin terampil

maka pegawai lebih mampu bekerja serta menggunakan fasilitas kerja

dengan baik. Pegawai akan lebih terampil apabila mempunyai

kecakapan dan pengalaman yang cukup

d. Manajemen : pengertian manajemen disini dapat berkaitan dengan

system yang diterapkan oleh pimpinan untuk mengelolah atau

memimpin serta mengendalikan bawahannya. Apabila manajemennya

tepat akan menimbulkan semangat kerja dan mempengaruhi

(34)

e. Tingkat penghasilan : apabila tingkat penghasilan memadai dapat

menimbulkan kosentrasi kerja dan kemampuan yang dimiliki dapat

meningkatkan produktivitas kerja.

f. Lingkungan dan iklim kerja : lingkungan dan iklim kerja yang baik

akan mendorong pegawai senang bekerja dan meningkatkan rasa

tanggung jawab dalam melaksanakan tugas dengan lebih baik dan

menuju kearah peningkatan produktivitas kerja.

g. Teknologi : apabila teknologi yang dipakai tepat dan lebih maju

tingkatannya.

h. Kesempatan berprestasi : apabila ada kesempatan untuk berprestasi,

maka akan ada dorongan psikologis untuk meningkatkan dedikasi serta

pemanfaatan potensi yang dimiliki untuk meningkatkan produktivitas

II.5. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan yang disusun dalam rangka memaparkan

keseluruhan hasil penelitian ini secara singkatdapat diketahui sebagai berikut:

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini memuat latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan

penelitian, manfaat penelitian.

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

(35)

BAB III : METODE PENELITIAN

Bab ini memuat bentuk penelitian, lokasi penelitian, populasi dan sampel,

teknik pengumpulan data, teknik penentuan skor, teknik analisa data dan

sistematika penulisan.

BAB IV :DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

Bab ini berisi gambaran umum tentang objek atau lokasi penelitian yang

relefan dengan topik penelitian .

BAB V : PENYAJIAN DATA ANALISIS DATA

Bab ini memuat penyajian data yang diperoleh selama penelitian

dilapangan atau berupa dokumen-dokumen yang akan.

BAB V :ANALISA DATA

Bab ini berisi tentang uraian data-data yang diperoleh setelah

melaksanakan penelitian.

BAB V :KESIMPULAN DAN SARAN

(36)

BAB III

METODE PENELITIAN

III.1. Bentuk Penelitian

Bentuk penelitian yang penulis gunakan adalah bentuk penelitian

korelasional, yaitu penelitian yang tujuannya adalah untuk melihat apakah ada

pengaruh variabel bebas (X) terhadap variabel terikat (Y). Dan untuk memperkuat

hipotesis tersebut, maka penulis menggunakan analisis kuantitatif sehingga

diharapkan dapat menjelaskan apakah ada pengaruh pengawasan terhadap

produktivitas kerja pada kantor PT. Kereta Api Indonesia (Persero) Divisi

Regional Sumatera Utara.

III.2 Lokasi Penelitian

Adapun yang menjadi lokasi penelitian ini adalah Kantor PT. Kereta Api

Indonesia (Persero) Divisi Regional Sumatera Utara.

III.3 Populasi dan Sampel III.3.1 Populasi

Populasi merupakan keseluruhan objek penelitian yang dapat berupa

manusia, benda, hewan, tumbuhan, gejala, nilai test, atau peristiwa sebagai

sumber data yang memiliki karakteristik tertentu dalam suatu penelitian. Adapun

(37)

Api Indonesia (Persero) Divisi Regional Sumatera Utara yang berjumlah 121

orang.

III.3.2 Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

populasi tersebut. Pengambilan sebagian itu dimaksudkan sebagai refresentatif

dari seluruh populasi, sehingga kesimpulan juga berlaku bagi keseluruhan

populasi.

Menurut Arikunto, bila populasi kurang dari 100 orang, maka diambil

keseluruhannya, sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi.

Selanjutnya jika populasi lebih dari 100 orang, maka dapat diambil 10-15 persen

atau 20-25 persen sampel atau lebih.

III.4 Teknik Pengumpulan Data

Data dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder,

dimana dalam pengumpulan data dilakukan dengan cara:

a. Data Primer : Data primer adalah data yang diperoleh melalui pengamatan

langsung terhadap gejala-gejala yang dapat diamati dari objek penelitian.

Cara-cara yang dilakukan adalah

a. Angket (kuesioner), yaitu mengajukan pertanyaan secara tertutup

yang disebarkan kepada pegawai PT. Kereta Api Indonesia

(38)

b. Metode wawancara(interview), yaitu mengadakan tanya jawab

langsung kepada pihak-pihak yang terkait dan memiliki relevansi

terhadap masalah penelitian

b. Data Sekunder : Data sekunder adalah data yang mendukung data primer

yang diperoleh dari:

a. Penelitian kepustakaan yang bersumber dari buku-buku.

b. Dokumentasi dari lokasi penelitian dan sumber-sumber lainnya

yang berkaitan dengan masalah penelitian.

III.5 Teknik Penentuan Skor

Untuk menganalisa data yang diperoleh, dianalisis dengan analisis

kuantitatif dengan melihat korelasi antara variabel X dengan variabel Y. Teknik

penentuan skor dalam penelitian ini adalah dengan memakai skala ordinat untuk

menilai secara umum jawaban dari angket. Adapun penentuan skor adalah:

Jawaban a diberi skor 5

Jawaban b diberi skor 4

Jawaban c diberi skor 3

Jawaban d diberi skor 2

Jawaban e diberi skor 1

Untuk penentuan klasifikasi jawaban variable didasarkan atas skala

interval dengan terlebih dahulu menghitung panjang kelas (p) yang ditentukan

(39)

Rentang = skor maksimum – skor minimum

Sehingga dapat diketahui kategori jawaban responden untuk

masing-masing variabel, yaitu: Kategori jawaban responden

Kategori Nilai

III.6 Teknik Analisis Data

III.6.1 Koefisien Korelasi Product Moment

Selanjutnya untuk mengetahui hubungan antara variable digunakan

analisis korelasi Product Moment sebagaiman disebutkan Sugiyono dengan rumus

sebagai berikut:

(40)

Y = Skor Variabel terikat (Efektifitas Kerja)

n = Jumlah Responden

Untuk mengetahui adanya hubungan yang tinggi, sedang atau rendah

antara kedua variabel berdasarkan nilai r (koefisien korelasi) digunakan penafsiran

atau interpretasi angka sebagai berikut:

Interval Koefisien Tingkat Hubungan

0,00 – 0,199

Dengan nilai r yang diperoleh, maka dapat diketahui apakah nilai r yang

diperoleh berarti atau tidak dan bagaimana tingkat hubungannya melalui tabel

korelasi. Tabel korelasi menentukan batas-batas r yang signifikan. Bila nilai r

tersebut signifikan, artinya hipotesis alternatif (Ha) diterima.

III.6.2 Uji “t”

Untuk menguji keberartian koefisien antara variable, digunakan uji statistic

(41)

(Sutrisno hadi,2001:365) Kriteria pengujian adalah:

jika harga t hitung < t tabel maka hipotesis alternatif ditolak.

jika harga t hitung > t tabel maka hipotesis alternatif diterima.

III.6.3 Koefisien Determinan

Selanjutnya untuk mengetahui besarnya hubungan variable bebas dengan

variable terikat, maka digunakan uji determinasi (D) dimana :

( )

r 2x100%

D= xy

Keterangan:

D = Koefisien Determinan

(42)

BAB IV

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

IV.I. Sejarah Berdirinya PT. Kereta Api Indonesia

Kehadiran kereta api di Indonesia ditandai dengan pencangkulan pertama

pembangunan jalan KA di desa Kemijen, Jum'at tanggal 17 Juni 1864 oleh

Gubernur Jenderal Hindia Belanda, Mr. L.A.J Baron Sloet van den Beele.

Pembangunan diprakarsai oleh Naamlooze Venootschap Nederlandsch Indische

Spoorweg Maatschappij (NV. NISM) yang dipimpin oleh Ir. J.P de Bordes dari

Kemijen menuju desa Tanggung (26 Km) dengan lebar sepur 1435 mm. Ruas

jalan ini dibuka untuk angkutan umum pada hari Sabtu, 10 Agustus 1867.

Keberhasilan swasta, NV. NISM membangun jalan KA antara Kemijen -

Tanggung, yang kemudian pada tanggal 10 Februari 1870 dapat menghubungkan

kota Semarang - Surakarta (110 Km), akhirnya mendorong minat investor untuk

membangun jalan KA di daerah lainnya. Tidak mengherankan, kalau pertumbuhan

panjang jalan rel antara 1864 - 1900 tumbuh de-ngan pesat. Kalau tahun 1867

baru 25 Km, tahun 1870 menjadi 110 Km, tahun 1880 mencapai 405 Km, tahun

1890 menjadi 1.427 Km dan pada tahun 1900 menjadi 3.338 Km.

Selain di Jawa, pembangunan jalan KA juga dilakukan di Aceh (1874),

Sumatera Utara (1886), Sumatera Barat (1891), Sumatera Selatan (1914), bahkan

tahun 1922 di Sulawasi juga telah dibangun jalan KA sepanjang 47 Km antara

(43)

Ujungpandang - Maros belum sempat diselesaikan. Sedangkan di Kalimantan,

meskipun belum sempat dibangun, studi jalan KA Pontianak - Sambas (220 Km)

sudah diselesaikan. Demikian juga di pulau Bali dan Lombok, pernah dilakukan

studi pembangunan jalan KA.

Sampai dengan tahun 1939, panjang jalan KA di Indonesia mencapai

6.811 Km. Tetapi, pada tahun 1950 panjangnya berkurang menjadi 5.910 km,

kurang Iebih 901 Km raib, yang diperkirakan karena dibongkar semasa

pendudukan Jepang dan diangkut ke Burma untuk pembangunan jalan KA di sana.

Jenis jalan rel KA di Indonesia semula dibedakan dengan lebar sepur 1.067

mm; 750 mm (di Aceh) dan 600 mm di beberapa lintas cabang dan tram kota.

Jalan rel yang dibongkar semasa pendudukan Jepang (1942 - 1943) sepanjang 473

Km, sedangkan jalan KA yang dibangun semasa pendudukan Jepang adalah 83

km antara Bayah - Cikara dan 220 Km antara Muaro - Pekanbaru. Ironisnya,

dengan teknologi yang seadanya, jalan KA Muaro - Pekanbaru diprogramkan

selesai pembangunannya selama 15 bulan yang mempekerjakan 27.500 orang,

25.000 diantaranya adalah Romusha. Jalan yang melintasi rawa-rawa, perbukitan,

serta sungai yang deras arusnya ini, banyak menelan korban yang makamnya

bertebaran sepanjang Muaro- Pekanbaru.

Setelah kemerdekaan Indonesia diproklamir-kan pada tanggal 17 Agustus

1945, karyawan KA yang tergabung dalam Angkatan Moeda Kereta Api (AMKA)

mengambil alih kekuasa-an perkeretaapian dari pihak Jepang. Peristiwa bersejarah

(44)

oleh Ismangil dan sejumlah anggota AMKA lainnya, menegaskan bahwa mulai

tanggal 28 September 1945 kekuasaan perkeretaapian berada di tangan bangsa

Indonesia. Orang Jepang tidak diperbolehkan campur tangan lagi urusan

perkeretaapi-an di Indonesia. Inilah yang melandasi ditetapkannya 28 September

1945 sebagai Hari Kereta Api di Indonesia, serta dibentuknya Djawatan Kereta

Api Republik Indonesia (DKARI).

Periode Status Dasar Hukum

Th. 1864

Pertama kali dibangun Jalan Rel sepanjang 26 km antara Kemijen Tanggung oleh Pemerintah Hindia Belanda

1864 s.d 1945

Staat Spoorwegen (SS) Verenigde Spoorwegenbedrifj (VS) Deli

1998 s.d. 2010 PT. KERETA API (Persero)

PP. No. 19 Th.

PT. KERETA API INDONESIA (PERSERO)

(45)

IV.1.1. Sejarah Berdirinya PT. Kereta Api Indonesia Divisi Regional Sumatera Utara

Pembangunan jaringan Kereta Api di tanah Deli merupakan inisiatif J. T.

Cremer yakni manajer perusahaan Deli (Deli Matschappij) yang menganjurkan

agar jaringan Kereta Api di Deli sesegera mungkin dapat dibangun dan

direalisasikan mengingat pesatnya perkembangan perusahaan perkebunan Deli.

Beliau juga telah menganjurkan pembukaan jalan yang menghubungkan antara

Sumatera Utara-Berastagi dengan fasilitas hotel seperti hotel grand Berastagi dan

Bukit Kubu sekarang sebagai tempat peristirahatan pengusaha perkebunan.

Pembangunan jaringan Kereta Api ini dimungkinkan oleh pemberlakuan UU

Agraria Tahun 1870 dimana penguasa kolonial Belanda dimungkinkan untuk

menyewa tanah dalam waktu relatif lama yang tidak saja diprioritaskan bagi

sektor perkebunan. Disamping itu, berkembangnya Belawan sebagai bandar kapal

ekspor hasil perkebunan ke Eropa telah pula mendorong laju percepatan

pembangunan jaringan Kereta Api yang menghubungkan daerah-daerah

perkebunan di Sumatra Timur. Kecuali itu, jalur transportasi sungai dinilai cukup

lambat dalam proses angkutan hasil produksi perkebunan menuju Belawan.

Berdasarkan surat Keputusan Gubernur Jenderal Belanda maka pada

tanggal 23 Januari 1883, permohonan konsesi dari pemerintah Belanda untuk

pembangunan jaringan kereta api yang menghubungkan Belawan-Sumatera

Utara-Delitua-Timbang Langkat (Binjai) direalisasikan. Pada bulan Juni 1883, izin

konsesi tersebut dipindahtangankan pengerjaannya dari Deli Matschappij kepada

(46)

DSM, Peter Wilhem Janssen merealisaikan pembangunan rel kereta api pertama

sekali di Sumatra Timur yang menghubungkan Sumatera Utara-Labuhan yang

diresmikan penggunaanya pada tanggal 25 Juli 1886.

Perkembangan jaringan kereta api cukup signifikan sejalan dengan

ekspansi pengusaha perkebunan ke beberapa kawasan di Sumatra Timur. Pada

tahun 1888 kawasan-kawasan seperti Belawan, Deli dan Binjai telah dapat dilalui

oleh kereta api. Pembangunan jaringan kereta Api Labuhan-Belawan tercatat pula

Tjong A Fie-milyalder Kota Sumatera Utara-sebagai donatur. Demikian pula sejak

tahun 1902, pembangunan kereta api dilanjutkan dengan menghubungkan antara

Lubuk Pakam-Bangun Purba yang dapat digunakan pada tahun 1904. Selanjutnya,

pada tahun 1916 dibangun jaringan Kereta Api yang menghubungkan Sumatera

Utara-Siantar yang menjadi pusat perkebunan Teh. Pada tahun 1929-1937 turut

pula dibangun jaringan Kereta Api yang menghubungkan Kisaran-Rantau Prapat.

Rencana pemerintah kolonial ialah menjadikan Sumatera Timur sebagai

pusat perkebunan di Sumatera dan Belawan adalah pelabuhan Internasional ekspor

dan import hasil perkebunan. Sejalan dengan rencana itu, pengusaha Kerata Api

Deli (DSM) berencana untuk menghubungkan jaringan kereta api Deli di Sumatra

Timur dengan Kereta Api milik negara di Aceh (Atjeh Staatspoor) dengan

jaringan Kereta Api Sumatra Barat. Dalam studi kelayakan yang dilakukan oleh

DSM, direncanakan akan membangun jaringan kereta api Lubuk Linggau-Kota

Pinang sesuai usulan Ligveot dan van Zuylen menjadi lintas kereta api lintas

Sumatra. Rencana tersebut diusulkan pada tahun 1909 sehingga Belawan dapat

(47)

jaringan kereta api di Sumatera Barat dilakukan dengan terlebih dahulu

membangun rel yang menghubungkan lintas Taluk-Teluk Bayur (273 Km), lintas

Taluk-Tembilahan (212 Km) dan lintas Taluk-Pekan Baru (155 Km). Bila

dicermati, pengusaha dan penguasa kolonial telah merencanakan jaringan kereta

api Trans Sumatra yang menhubungkan kota-kota di Sumatra, mulai dari Aceh

hingga Palembang. Sumatra Timur (Sumatera Utara) direncanakan sebagai Pusat

perkebunan dan Belawan menjadi Pelabuhan Internasional eksport dan import.

Hingga pada tahun 1940, pengusaha Kereta Api Deli (DSM) telah membangun

jaringan kereta api di Sumatera Timur sepanjang 553.223 Km.

Karyawan yang dipekerjakan pada perusahaan DSM adalah orang Eropa,

Asia dan Inlanders. Pada tahun 1915, tercatat bahwa jumlah karyawan Eropa

adalah sebanyak 198 orang sedang dari Inlanders berjumlah 2.285 orang.

Umumnya, orang Inlanders ditempatkan pada posisi pekerjaan yang kurang

membutuhkan keterampilan. Selanjutnya, pada tahun 1920, jumlah karyawan

orang Eropa menjadi 250 orang sedangkan inlanders sebanyak 3.704 orang.

Jumlah tersebut belum dihitung pemegang saham yang berkedudukan di

Amsterdam. Hingga pada tahun 1939, perusahaan DSM telah memiliki struktur

organisasi yang jelas yang berkedudukan di Sumatera Utara dan Amsterdam.

Struktur organisasi dimaksud terdiri dari i) dewan komisaris, 2) direktur, 3)

sekretaris, 4) komisi wilayah Sumatera Utara dan 5) administratur Sumatera

Utara. Tercatat pula, salah seorang Dewan Komisi Wilayah Sumatera Utara

pernah dipegang oleh orang Indonesia yakni Djaidin Purba yang juga pernah

(48)

Apabila memperhatikan pembangunan jaringan Kereta Api di Sumatra itu,

sebenarnya Sumatera Utara telah direncanakan menjadi kota berstandar

internasional dan Sumatra Utara dibentuk sebagai kawasan (pusat) perkebunan di

Indonesia. Hal ini tentu saja didukung oleh pelabunan Belawan yang sudah ramai

dikunjungi sebelum kedatangan pengusaha kolonial seperti pada waktu kejayaan

Kota Cina, dimana Belawan telah dikenal sebagai Bandar niaga yang super sibuk

pada abad 12-13M. Disamping itu, jalur sungai (riverine) yang terdapat di

Sumatera Utara-Sumatra Utara telah menjadi pintu masuk (entrance) menuju

Belawan. Tampaknya, pengusaha dan penguasa kolonial di Sumatera Utara telah

mengetahui benar terhadap situasi dan kondisi ini sehingga lebih mudah bagi

mereka untuk mengembangkannya.

Namun demikian, upaya untuk menuntaskan jalur Kereta Api Trans

Sumatra itu tidak tercapai seiring dengan meningkatnya ketegangan Indonesia dan

Belanda pasca tahun 1940. Ironisnya, tidak saja pembangunan jaringan Kereta Api

yang terbengkalai, tetapi juga nasib perkebunan mengalami goncangan khususnya

setelah takluknya Belanda kepada Jepang yang ditandai oleh turunya sekitar

60.000 pasukan Jepang di Batavia pada tanggal 1 Maret 1942. Sayangnya pula,

pemerintah kolonial yang baru itu tidak melanjutkan rencana yang ditetapkan oleh

pemerintah kolonial terdahulu. Akibatnya, rencana pembangunan jaringan Kereta

Api Trans Sumatra itu hingga kini tidak pernah tercapai.

Pasca Indonesia meredeka dan memasuki awal tahun 1950-an, kabinet

pemerintahan Indonesia dibawah kendali Bung Karno melakukan nasionalisasi

(49)

itu, jaringan Kereta Api Deli (DSM) dirubah menjadi Perjan Kereta Api sebelum

akhirnya menjadi PT. Kereta Api Indonesia (PT. KAI) Divisi Regional-I

Sumut-NAD.

IV.2. Logo Perusahaan serta Visi Dan Misi

a. 3 Garis melengkung melambangkan gerakan yang dinamis PT KAI

dalam mencapai Visi dan Misinya.

b. 2 Garis warna orange melambangkan proses Pelayanan Prima (Kepuasan

Pelanggan) yang ditujukan kepada pelanggan internal dan eksternal. Anak

panah berwarna putih melambangkan Nilai Integritas, yang harus

dimiliki insan PT KAI dalam mewujudkan Pelayanan Prima.

c. 1 Garis lengkung berwarna biru melambangkan semangat Inovasi yang

harus dilakukan dalam memberikan nilai tambah ke stakeholders. (Inovasi

dilakukan dengan semangat sinergi di semua bidang dan dimulai dari hal

(50)

Visi : menjadi penyedia jasa perkeretaapian terbaik yang fokus pada pelayanan

pelanggan dan memenuhi harapan stakeholders

Misi : menyelenggarakan bisnis perkeretaapian dan bisnis usaha penunjangnya,

melalui praktek bisnis dan model organisasi terbaik untuk memberikan nilai

tambah yang tinggi bagi stakeholders dan kelestarian lingkungan berdasarkan 4

pilar utama : Keselamatan, Ketepatan waktu, Pelayanan dan Kenyamanan.

IV.3. Budaya Perusahaan

INTEGRITAS

Kami insan PT. KERETA API INDONESIA (PERSERO) bertindak

konsisten sesuai dengan nilai-nilai kebijakan organisasi dan kode etik perusahaan.

Memiliki pemahaman dan keinginan untuk menyesuaikan diri dengan kebijakan

dan etika tersebut dan bertindak secara konsisten walaupun sulit untuk

melakukannya.

PROFESIONAL

Kami insan PT. KERETA API INDONESIA (PERSERO) memiliki

kemampuan dan penguasaan dalam bidang pengetahuan yang terkait dengan

pekerjaan, mampu menguasai untuk menggunakan, mengembangkan,

(51)

KESELAMATAN

Kami insan PT. KERETA API INDONESIA (PERSERO) memiliki sifat

tanpa kompromi dan konsisten dalam menjalankan atau menciptakan sistem atau

proses kerja yang mempunyai potensi resiko yang rendah terhadap terjadinya

kecelakaan dan menjaga aset perusahaan dari kemungkinan terjadinya kerugian.

INOVASI

Kami insan PT. KERETA API INDONESIA (PERSERO) selalu

menumbuh kembangkan gagasan baru, melakukan tindakan perbaikan yang

berkelanjutan dan menciptakan lingkungan kondusif untuk berkreasi sehingga

memberikan nilai tambah bagi stakeholder.

PELAYANAN PRIMA

Kami insan PT. KERETA API INDONESIA (PERSERO) akan

memberikan pelayanan yang terbaik yang sesuai dengan standar mutu yang

memuaskan dan sesuai harapan atau melebihi harapan pelanggan dengan

memenuhi 6 A unsur pokok: Ability (Kemampuan), Attitude (Sikap), Appearance

(Penampilan), Attention (Perhatian), Action (Tindakan), dan Accountability

(Tanggung jawab).

IV.4. Pelayanan

Sebagai perusahaan yang mengelola perkeretaapian di Indonesia, PT.

(52)

baik KA Utama (Komersil dan Non Komersil), maupun KA Lokal di Jawa dan

Sumatera, yang terdiri dari :

a. KA Eksekutif

b. KA Ekonomi

c. KA Bisnis

d. KA Ekonomi AC

e. KA Campuran

f. KA Lokal

g. KRL

Disamping pelayanan penumpang PT. Kereta Api Indonesia juga melayani

pengangkutan barang – barang berbagai komuditas.

IV.5. Sumber Daya Manusia

Sampai dengan Triwulan I Tahun 2014, Kantor PT. Kereta Api Indonesia

(Persero) Divisi Regional Sumatera Utara memiliki karyawan 121 orang untuk

menyelenggarakan pelayanan angkutan kereta api di Sumatera Utara. Jumlah

tersebut terbagi menurut golongan, pendidikan, dan usia pegawai seperti pada

(53)

Klasifikasi Pegawai Menurut Golongan

No Golongan Jumlah

1 II/A 25

2 II/B 23

3 II/C 3

4 II/D 5

5 III/A 30

6 III/B 17

7 III/C 12

8 III/D 4

9 IV/A 2

Jumlah 121

Sumber : Bagian Sumber Daya Manusia PT. Kereta Api Indonesia

Klasifikasi Pegawai Menurut Pendidikan

No Tingkat Pendidikan Jumlah

1 D3 3

2 S1 14

3 SD 5

4 SLTA 94

5 SLTP Umum 5

Jumlah 121

(54)

BAB V

PENYAJIAN DATA

Penulis akan menyajikan data Penulis akan menyajikan penelitian yang

telah dilakukan selama penulisan skripsi ini dengan menyebarkan kuesioner.

Adapun kuesioner yang disebarkan terdiri atas 2 variabel, yaitu :

Variabel Penelitian, yaitu :

a. Variabel bebas / Pengawasan(X) terdiri atas 12 pertanyaan

b. Variabel terikat / Produktivitas Kerja (Y) terdiri atas 10 pertanyaan

Dalam bab ini digambarkan data-data yang diperoleh di lapangan.

Penguraian berupa data-data karakteristik responden dan data variabel penelitian

yang menggunakan tabel tunggal. Data yang diperoleh tergolong dalam skala

ordinal, populasi penelitian adalah sebanyak 121 orang dan menggunakan 15%

untuk menarik sampel maka diperoleh sampel sebanyak 18.15 dibulatkan menjadi

20 orang.

A. Karakteristik Responden

Penyajian Penyajian karakteristik responden bertujuan untuk mengenal ciri

– ciri khusus yang dimiliki responden sehingga memudahkan untuk mengadakan

analisis. Adapun karakteristik responden dapat dilihat pada tabel – tabel berikut

(55)

Tabel V.1 Distribusi Responden Berdasarkan Kelompok Umur

No USIA RESPONDEN JUMLAH PERSENTASE (%)

1 25-35 Tahun 10 Orang 33,3 %

2 36-50 Tahun 18 Orang 60 %

3 51 Tahun ke atas 2 Orang 6,7 %

JUMLAH 30 Orang 100,00 %

Sumber : Kuesioner 2014

Berdasarkan tabel Distribusi Responden Berdasarkan Kelompok Umur

diperoleh informasi bahwa mayoritas responden berusia 36 – 50 tahun yaitu

sebanyak 18 orang atau 60%, lalu diikuti responden berusia 25-35 tahun atau

33,3%, dan paling sedikit adalah yang berusia 51 tahun keatas sejumlah 2 orang

orang atau 6,7%.

Tabel V.2 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

No RESPONDEN JUMLAH PERSENTASE (%)

1 Laki-laki 18 Orang 60 %

2 Perempuan 12 Orang 40 %

JUMLAH 30 Orang 100,00 %

Sumber : Kuesioner 2014

Berdasarkan tabel Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

diperoleh informasi bahwa mayoritas responden adalah laki – laki yaitu sebanyak

(56)

Tabel V.3 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan

No PENDIDIKAN

RESPONDEN

JUMLAH PERSENTASE (%)

1 SD - -

2 SLTP 2 Orang 6,7 %

3 SLTA 15 Orang 50%

4 D3 3 Orang 10 %

5 S1 10 Orang 33,3 %

6 S2 - -

JUMLAH 30 Orang 100,00 %

Sumber : Kuesioner 2014

Berdasarkan tabel Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan

diperoleh informasi bahwa mayoritas responden berpendidikan terakhir S1 yaitu

sejumlah 10 orang atau 33,3%, 3 orang atau 10% berpendidikan terakhir D3, 2

atau 6,7 % orang berpendidikan terakhir SLTP, dan 15 orang atau 50%

berpendidikan terakhir SLTA.

Tabel V.4 Distribusi Responden Berdasarkan Masa Kerja

No Masa Kerja/Tahun JUMLAH PERSENTASE (%)

1 < 5 5 Orang 16,7 %

2 5 – 10 15 Orang 50 %

3 10 – 15 8 Orang 26,6 %

(57)

JUMLAH 30 Orang 100,00 %

Sumber : Kuesioner 2014

Berdasarkan tabel Distribusi Responden Berdasarkan Masa Kerja

diperoleh informasi bahwa mayoritas responden adalah bekerja 5-10 tahun

sejumlah 15 orang atau 50%, 10 – 15 tahun sejumlah 6 orang atau 26,6%, < 5

tahun sejumlah 5 orang atau 16,7%, 15 – 20 tahun sejumlah 2 orang atau 6,7%.

B. Distribusi Jawaban

B.1 Distribusi Jawaban Variabel Pengawasan ( X )

Tabel V.5 Distribusi Jawaban Responden Mengenai Karyawan Memerlukan Pemantauan Atas Kinerja Agar Dapat Menjalankan Kinerja Secara Baik

No Jawaban Responden Frekuensi Persentase

1 Sangat Setuju 6 20 %

2 Setuju 20 66,7 %

3 Kurang Setuju 4 13,3 %

4 Tidak Setuju 0 0 %

5 Sangat Tidak Setuju 0 0 %

Jumlah 30 100 %

Sumber: Kuesioner 2014

Berdasarkan tabel Karyawan Memerlukan Pemantauan Atas Kinerja Agar

Dapat Menjalankan Kinerja Secara Baik, diperoleh informasi bahwa mayoritas

responden menjawab setuju sejumlah 20 orang atau 66,7% dan sebanyak 6 orang

atau 20% menjawab sangat setuju. Responden yang menjawab setuju dan sangat

(58)

dibutuhkan pemantauan. Sedangkan sebanyak 4 orang atau 13,3% menjawab

kurang setuju. Responden yang menjawab kurang setuju berpendapat untuk

menjalankan kinerja yang baik tidak diperlukan pemantauan. Berdasarkan dari

data diatas maka mayoritas responden berpendapat bahwa karyawan Kereta Api

(Persero) Divisi Regional Sumatera Utara memerlukan pemantauan atas kinerja

agar dapat menjalankan kinerja secara baik.

Tabel V.6 Distribusi Jawaban Responden Mengenai Pemantauan Membantu Untuk Meningkatkan Partisipasi Karyawan Dalam Volume Pekerjaan

No Jawaban Responden Frekuensi Persentase

1 Sangat Dapat Membantu 6 20 %

Sumber : Kuesioner 2014

Berdasarkan tabel Pemantauan Membantu Untuk Meningkatkan Partisipasi

Karyawan Dalam Volume Pekerjaan, diperoleh informasi bahwa mayoritas

responden menjawab dapat membantu sejumlah 20 orang atau 66,7% dan

sebanyak 6 orang atau13,3% menjawab sangat dapat membantu. Responden yang

menjawab dapat membantu dan sangat dapat membantu karena responden

Gambar

Tabel V.2 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Tabel V.3 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Tabel V.5 Distribusi Jawaban Responden Mengenai Karyawan Memerlukan
Tabel V.6 Distribusi Jawaban Responden Mengenai Pemantauan Membantu
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa besar pengaruh kompensasi finansial terhadap kepuasan kerja karyawan pada PT Kereta Api Indonesia

15,546 dan untuk variabei kepemimpinan sebesar = 7,860. Maka dapat dijelaskan.. 2) Pengaruh Variabei motivasi secara Parsial terhadap kinerja karyawan. Berdasarkan tabel coefficients

Tabel 4.12 Distribusi Jawaban Responden Mengenai Frekuensi Penggunaan Software Yang Berhubungan Dengan Pekerjaan ... 88 Tabel 4.12 Distribusi Jawaban Responden Mengenai

Pengaruh Pelatihan Dan Disiplin Kerja Terhadap Kinerja Karyawan Pada PT Perkebunan Pati Sari, Kecamatan Tenggulun di Aceh Tamiang.. A Study of Job Satisfaction and IT’s Impact on

Tabel.3.11 Distribusi Jawaban Responden Terhadap karyawan bank sumut memiliki pengetahuan yang baik dalam memberikan penjelasan kepada nasabah... 79Tabel.3.12 Distribusi

Terhadap Masalah yang Dihadapi Rekan Kerja 74 Tabel 4.6 Distribusi Jawaban Responden Tentang Kesediaan Karyawan Untuk Pulang Lebih Lama Dari Jadwal yang

i) Jawaban responden tentang peraturan yang ditetapkan menjadikan karyawan termotivasi dalam menyelesaiakn tugas yang diberikan pimpinan dengan mayoritas responden

DISTRIBUSI JAWABAN RESPONDEN BERDASARKAN PERTANYAAN “MENURUT BAPAK/IBU, APAKAH KUALITAS KINERJA PARA PEGAWAI DALAM PROGRAM IPA SUDAH MEMENUHI STANDAR KERJA PERUSAHAAN?” No