PENGARUH PENGAWASAN TERHADAP PRODUKTIVITAS KERJA (Studi Pada Kantor PT. Kereta Api Indonesia Divisi Regional Sumatera
Utara)
SKRIPSI
Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Oleh:
090903066
HUSNI PRATAMA PUTRA. M
DEPARTEMEN ILMU ADMINISTRASI NEGARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU ADMINISTRASI NEGARA
HALAMAN PERSETUJUAN
Skripsi ini disetujui untuk diperbanyak dan dipertahankan oleh:
Nama : Husni Pratama Putra Munthe NIM : 090903066
Departemen : Ilmu Administrasi Negara
Judul : Pengaruh Pengawasan Terhadap Produktivitas Kerja (Studi Pada Kantor PT. Kereta Api Indonesia Divisi Regional
Sumatera Utara)
Medan, Ketua Departemen
Dosen Pembimbing Ilmu Administrasi Negara
Arlina, SH, M. Hum
NIP: 195603041977102001 NIP: 196401081991021001 Drs. M. Husni Thamrin, M.Si
Dekan,
FISIP USU MEDAN
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim ... Assallamualaikum Wr.Wb
Syukur alhamdulillah penulis ucapkan ke hadirat Allah SWT atas rahmad
dan anugerah-Nya penulis mendapat kesempatan untuk menyelesaikan studi di
Departemen Ilmu Administrasi Negara FISIP USU dan atas pertolongan-Nya pula
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sesuai jadwal. Serta salawat dan salam
kepangkuan Nabi Besar Muhammdad SAW yang telah membawa umat manusia
ke jalan kebenaran.
Skripsi ini merupakan salah satu syarat wajib bagi setiap mahasiswa
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Departemen Ilmu Administrasi Negara. Hal
ini dimaksudkan agar mahasiswa mendapatkan gambaran langsung tentang ilmu
yang diperoleh dibangku kuliah dan menambah bekal pengalaman yang
berhubungan dengan ilmu sosial dan ilmu politik secara khusus.
Dalam melakukan penelitian dan penyusunan skripsi yang membahas
mengenai “Pengaruh Pengawasan Terhadap Produktivitas Kerja (Studi Pada
Kantor PT. Kereta Api Indonesia Divisi Regional Sumatera Utara)”, penulis
dibantu oleh banyak pihak. Bantuan tersebut berupa materi, moril, maupun
spiritual sehingga penulis dapat termotivasi untuk menyelesaikan penelitian dan
penyusunan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih yang
sebanyak-banyaknya kepada pihak-pihak yang telah membantu penulis,
1. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M. Si, selaku Dekan FISIP USU.
2. Bapak Drs. M. Husni Thamrin Nasution, M. Si, selaku Ketua
Depatemen Ilmu Administrasi Negara.
3. Ibu Dra. Elita Dewi, M. Sp, selaku Sekretaris Departemen Ilmu
Administrasi Negara.
4. Ibu Arlina, SH, M. Hum, selaku dosen pembimbing yang telah
bersedia meluangkan waktu untuk membimbing dan memberi petunjuk
serta arahan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
5. Bapak Drs. Alwi Hasyim, M.Si, selaku dosen wali yang membantu
penulis selama masa perkuliahan.
6. Seluruh dosen dan pegawai Departemen Ilmu Administrasi Negara
FISIP USU. Terutama Kak Dian dan Kak Mega yang telah membantu
penulis dalam urusan administrasi
7. Kepala Bagian Sumber Daya Manusia PT. Kereta Api Indonesia
beserta seluruh staf dan pegawainya yang telah memberikan
kesempatan kepada penulis untuk mengadakan penelitian di kantor
tersebut.
8. Teristimewa dan terkasih buat kedua orang tua saya, Husin Simbolon
dan Neti Ayuni yang telah memberikan banyak kasih sayang,doa dan
dorongan moril yang tak pernah henti kepada penulis, Insya Allah
Penulis akan sekuat tenaga untuk selalu melakukan yang terbaik.
9. Buat Amalia Puspita Dewi, terima kasih buat cinta dan perhatiannya
adik-adikku yang selalu mendukung penulis untuk menyelesaikan masa
kuliah, terima kasih banyak buat dukugan serta doanya.
10.Buat teman-teman di AN 2009, terima kasih buat pertemanan yang
sudah terjalin semenjak sama-sama masuk kuliah.
11.Buat Bambang Hermanto S.Sos yang telah membantu penulis dan
kawan Administrasi Negara yang lain yang tidak bisa disebutin satu
per satu.
12.Dan banyak lagi pihak-pihak yang telah membantu penulis dalam
penyelesaian skripsi ini tapi tidak dapat disebutkan satu persatu.
Penulis ucapkan terima kasih banyak.
Dengan keterbatasan ilmu yang penulis miliki, penulis menyadari bahwa
skripsi ini masih banyak kekurangan dalam penelitian ini. Oleh karenanya penulis
mengharapkan adanya masukan dan saran yang sifatnya membangun dari semua
pihak, guna untuk menyempurnakan penelitian ini agar menjadi lebih baik lagi.
Semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Medan, Juni 2014 Penulis
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1Latar Belakang ... 1
1.2.Rumusan Masalah ... 3
1.3.Tujuan Penelitian... 4
1.4.Manfaat Penelitian... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 6
II.1. Pengawasan ... 6
II.1.1. Pengertian Pengawasan ... 6
II.1.2. Tujuan Pengawasan ... 6
II.1.3. Tipe – Tipe Pengawasan ... 8
II.1.4. Teknik Pengawasan ... 9
II.1.5. Ciri – Ciri Pengawasan Yang Baik ... 11
II.2.Produktifitas Kerja ... 13
II.2.1. Pengertian Produktifitas Kerja ... 13
II.2.2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Produktifitas Kerja 16 II.3.Pengaruh Pengawasan Terhadap Produktifitas Kerja ... 18
II.4. Hipotesisi ... 19
II.5.Defenisi Konsep ... 20
II.6. Defenisi Operasional ... 21
BAB III METODE PENELITIAN ... 26
III.1 Bentuk Penelitian ... 26
III.2 Lokasi Penelitian ... 26
III.3 Populasi Dan Sampel ... 26
III.3.1. Populasi ... 26
III.3.2. Sampel ... 27
III.4. Teknik Pengumpulan Data ... 27
III.5. Teknik Penentuan Skor ... 28
III.6. Teknik Analisa Data ... 29
BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN ... 32
IV. 1. Sejarah Berdirinya PT. KAI ... 32
IV.1.1. Sejarah Berdirinya PT. KAI DivRe Sumut ... 35
IV.2. Logo Serta Visi Dan Misi ... 39
IV. 3. Budaya Perusahaan ... 40
IV. 4. Pelayanan ... 41
IV. 5. Sumber Daya Manusia ... 42
BAB V PENYAJIAN DATA ... 44
BAB VI ANALISA DATA ... 83
VI.1. Koefisien Korelasi Product Moment... 83
VI.2. Koefisien Determinan ... 86
VI. 3. Uji Hipotesis ... 86
BAB VII PENUTUP ... 91
VII.1. Kesimpulan ... 91
VII.2. Saran ... 92
DEPARTEMEN ILMU ADMINISTRASI NEGARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
HUSNI PRATAMA PUTRA MUNTHE 090903066
ABSTRAK
PENGARUH PENGAWASAN TERHADAPA PRODUKTIVITAS KERJA (Studi Pada Kantor PT. Kereta Api Indonesia (Persero) Divisi Regional
Sumatera Utara)
Pengawasan mencakup upaya memeriksa apakah semua terjadi sesuai dengan rencana yang ditetapkan, perintah yang dikeluarkan, prinsip yang dianut dan juga dimaksudkan untuk mengetahui kelemahan dan kesalahan agar dapat dihindari kejadiannya dikemudian hari. Sedangkan produktivitas kerja pegawai mengandung pengertian adanya kemampuan pegawai untuk dapat menghasilkan barang atau jasa yang dilandasi sikap mental bahwa hari ini harus lebih baik dari hari ini, hari esok harus lebih baik dari hari ini.
Penelitian ini dilakukan di Kantor PT. Kereta Api Indonesia (Persero) Divisi Regional Sumatera Utara, Jln,. H.M. Yamin Kota Medan. Penelitian ini termasuk penelitian kuantitatif, dengan jumlah populasi sebanyak 121 orang, dan yang menjadi sampel dalam penelitian ini sebanyak 25% dari jumlah populasi sebanyak 30 orang. Metode pengumpulan data dilakukan dengan bantuan metode angket dimana jawaban responden diukur dengan menggunakan skala likert yaitu pemberian nilai numerikal dimana setiap skor yang diperoleh akan memiliki tingkat pengukuran ordinal. Nilai numerik tersebut dianggap sebagai objek dan selanjutnya melalui proses transformasi yang ditempatkan kedalam interval.
Data yang diperoleh pada penelitian ini diolah dengan menggunakan teknik analisis data korelasi product moment, dari persamaan tersebut hasil perhitungan yang didapat 0,91 dimana hubungan antara variabel X dan variabel Y berada pada kategori Sangat Tinggi. Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan uji signifikan didapat harga thitung adalah 11,05 dimana adanya
hubungan antara pengawasan terhadap produktivitas kerja. .
DEPARTEMEN ILMU ADMINISTRASI NEGARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
HUSNI PRATAMA PUTRA MUNTHE 090903066
ABSTRAK
PENGARUH PENGAWASAN TERHADAPA PRODUKTIVITAS KERJA (Studi Pada Kantor PT. Kereta Api Indonesia (Persero) Divisi Regional
Sumatera Utara)
Pengawasan mencakup upaya memeriksa apakah semua terjadi sesuai dengan rencana yang ditetapkan, perintah yang dikeluarkan, prinsip yang dianut dan juga dimaksudkan untuk mengetahui kelemahan dan kesalahan agar dapat dihindari kejadiannya dikemudian hari. Sedangkan produktivitas kerja pegawai mengandung pengertian adanya kemampuan pegawai untuk dapat menghasilkan barang atau jasa yang dilandasi sikap mental bahwa hari ini harus lebih baik dari hari ini, hari esok harus lebih baik dari hari ini.
Penelitian ini dilakukan di Kantor PT. Kereta Api Indonesia (Persero) Divisi Regional Sumatera Utara, Jln,. H.M. Yamin Kota Medan. Penelitian ini termasuk penelitian kuantitatif, dengan jumlah populasi sebanyak 121 orang, dan yang menjadi sampel dalam penelitian ini sebanyak 25% dari jumlah populasi sebanyak 30 orang. Metode pengumpulan data dilakukan dengan bantuan metode angket dimana jawaban responden diukur dengan menggunakan skala likert yaitu pemberian nilai numerikal dimana setiap skor yang diperoleh akan memiliki tingkat pengukuran ordinal. Nilai numerik tersebut dianggap sebagai objek dan selanjutnya melalui proses transformasi yang ditempatkan kedalam interval.
Data yang diperoleh pada penelitian ini diolah dengan menggunakan teknik analisis data korelasi product moment, dari persamaan tersebut hasil perhitungan yang didapat 0,91 dimana hubungan antara variabel X dan variabel Y berada pada kategori Sangat Tinggi. Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan uji signifikan didapat harga thitung adalah 11,05 dimana adanya
hubungan antara pengawasan terhadap produktivitas kerja. .
BAB I PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Dalam suatu instansi pemerintah maupun instansi swasta sangat
diperlukan adanya produktivitas kerja untuk mencapai tujuan dari instansu
yang telah ditetapkan. Produktivitas kerja merupakan suatu akibat dari
persyaratan kerja yang harus dipenuhi oleh pegawai untuk memperoleh hasil
yang maksimal dimana dalam pelaksanaanya, produktivitas kerja terletak pada
faktor manusia sebagai pelaksana kegiatan pekerjaan.
Tujuan utama dari peningkatan produktivitas kerja pegawai adalah
agar pegawai dapat memberikan pelayanan terbaik kepada masyarakat yang
memiliki sikap yang produktif, efektif dan efesien dalam menjalankan tugasnya.
Karena fakta nya dalam kehidupan nyata banyak orang dalam suatu instansi
pemerintah maupun swasta ataupun juga dalam suatu organisasi tidak produktif
dalam mengerjakan tugas sehingga memberikan pelayanan yang buruk kepada
masyarakat.
Untuk mendapatkan hasil yang terbaik dari pekerjaan yang dilakukan
maka perlu dilakukan pengawasan. Pengawasan adalah suatu tindakan yang
berfungsi untuk memonitor atau menyoroti dan membandingkan apakah pegawai
tersebut bekerja sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan. Pengawasan adalah
pemerintahan ataupun sektor swasta, dan dengan adanya pengawasan suatu
pekerjaan dapat terlaksana dengan baik dan mendapatkan hasil yang maksimal.
Pengawasan dapat dilakukan oleh pihak internal ataupun eksternal dari organisasi
ataupun instansi tersebut. Dari pihak internal misalnya, Pengawasan juga
merupakan kewajiban setiap atasan untuk mengawasi bawahannya.
Dan lebih lanjut pengawasan merupakan bagian dari fungsi menajemen
yang diharapkan mampu menciptakan efisiensi dan efektifitas kerja yang
dilakukan oleh para pegawai. Dengan pengawasan yang baik diharapkan akan
berkurangnya kesalahan dan penyimpangan yang terjadi. Tugas seorang pemimpin
adalah untuk mengawasi para pegawai yang ada dalam lingkup organisasinya
ataupun lingkup kantornya dalam menjalankan tugas dan fungsinya.
Dari pendapat tersebut jelaslah bahwa peranan pengawasan adalah sesuatu
hal yang sangat essensial dan tidak dapat diabaikan. Karena, pada hakekatnya
pengawasan adalah suatu usaha untuk mendeteksi kegiatan yang dilakukan oleh
pegawai apakah kegiatan tersebut telah mengikuti peraturan yang telah ditetapkan
oleh organisasi serta untuk menilai pegawai dalam hal ketaatanya dan mematuhi
kebijakan-kebijakan serta peraturan - peraturan yang berlaku di lingkungan kerja.
Pengawasan adalah kewajiban setiap atasan untuk mengatasi setiap
bawahannya yang bersifat preventif dan pembinaan, untuk menciptakan aparatur
yang lebih efektif, efisien, bersih dan berwibawa terutama dalam menanggulangi
masalah korupsi, penyalahgunaan wewenang, kebocoran dan pemborosan
keuangan Negara. Sehingga pimpinan dapat mengetahui kegiatan-kegiatan nyata
lingkungan suatu organisasi masing-masing yang selanjutnya bilamana terjadi
penyimpangan, dapat segera langsung dapat mengambil langkah-langakh
perbaikan dan tindakan seperlunya sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan
sebelumnya serta peraturan perundang-undangan yang berlaku.
PT. Kereta Api Indonesia (Persero) divisi regional Sumatera Utara sebagai
salah satu perusahaan transportasi milik pemerintah dituntut untuk memberikan
pelayanan kepada pelanggan dengan baik sebagai wujud nyata dari keinginan
pemerintah yang ingin mempermudah setiap masyarakat dalam hal menikmati jasa
transportasi yang aman, nyaman dan murah. Untuk memberikan pelayanan
maksimal tentunya diperlukan produktivitas kerja agar dapat menunjang tujuan
dari PT. Kereta Api Indonesia (Persero) divisi regional Sumatera Utara, karena
dirasa produktifitas kerja pegawai memegang peranan yang sangat penting dalam
keberlangsungan perusahaan tersebut.
Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik melakukan penelitian
dengan judul “Pengaruh Pengawasan Terhadap Produktivitas Kerja Pada
Kantor PT. Kereta Api Indonesia (Persero) Divisi Regional Sumatera Utara“.
I.2 Perumusan Masalah
Untuk dapat memudahkan dalam penelitian ini dan agar penelitian ini
memiliki arah yang jelas dalam menginterprestasikan fakta dan data ke dalam
penulisan skripsi, maka terlebih dahulu dirumuskan permasalahannya. Adapun
Pengawasan Terhadap Produktivitas Kerja Pada Kantor PT. Kereta Api (Persero)
Divisi Regional Sumatera Utara?”
I.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui bagaimana pengawasan di Kantor PT. Kereta Api
Indonesia (Persero) Divisi Regional Sumatera Utara.
2. Untuk mengetahui bagaimana pengawasan di Kantor PT. Kereta Api
Indonesia (Persero) Divisi Regional Sumatera Utara.
3. Untuk mengetahui apakah ada pengaruh pengawasan terhadap
produktivitas kerja di Kantor PT. Kereta Api Indonesia (Persero) Divisi
Regional Sumatera Utara.
I.4 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan dari peneitian ini adalah:
1. Bagi penulis secara subjektif adalah sebagai suatu tahapan untuk melatih
dan mengembangkan kemampuan berfikir secara sistematis dan teoritis
dalam memecahkan suatu permasalahan secara objektif dan kritis melalui
suatu karya ilmiah sehingga diperoleh suatu kesimpulan yang bersifat
2. Bagi mahasiswa lainnya sebagi khasanah ilmiah untuk penelitian lainnya.
3. Bagi FISIP-USU khususnya Departemen Ilmu Administrasi Negara
sebagai bahan referensi, bahan kajian dan bahan perbandingan bagi
mereka yang memerlukannya dan orang-orang yang tertarik dengan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Pengawasan
II.1.1 Pengertian Pengawasan
Dalam pengertian umum, pengawasan dapat diartikan sebagai perbuatan
untuk melihat dan memonitor terhadap orang agar ia berbuat sesuai dengan
kehendak yang telah ditentukan sebelumnya. Sedangkan dalam ilmu manajemen,
pengawasan adalah merupakan salah satu fungsi manajemen yang merupakan
faktor penentu bagi kelangsungan hidup suatu organisasi. Sistem pengawasan
yang baik sangat berpengaruh dalam proses pelaksanaan kegiatan, baik dalam
organisasi pemerintah maupun swasta.
Menurut Harahap (2001:10), menyatakan bahwa pengawasan mencakup
upaya memeriksa apakah semua terjadi sesuai dengan rencana yang ditetapkan,
perintah yang dikeluarkan, prinsip yang dianut dan juga dimaksudkan untuk
mengetahui kelemahan dan kesalahan agar dapat dihindari kejadiannya
dikemudian hari.
Menurut Herujito (2001:242) pengawasan adalah mengamati dan
mengalokasikan dengan tepat penyimpangan-penyimpangan yang terjadi.
Menurut Manullang (2002:173), pengawasan adalah suatu proses untuk
menetapkan pekerjaan apa yang sudah dilaksanakan, menilainya dan mengkoreksi
bila perlu dengan maksud supaya pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan rencana-
Sedangkan menurut Kadarman (2001:159) pengawasan adalah upaya yang
sistematis untuk menetapkan kinerja standar pada rencana untuk merancang
sistem umpan balik informasi untuk menetapkan apakah telah terjadi suatu
penyimpangan dan mengukur signifikan penyimpangan tersebut, serta untuk
mengambil tindakan perbaikan yang diperlukan untuk menjamin bahwa semua
sumber daya yang telah digunakan seefektif dan seefesien mungkin guna
mencapai informasi. Jadi dalam setiap kegiatan yang diselenggarakan,
pengawasan sangat dibutuhkan.
II.1.2. Tujuan Pengawasan
Adapun tujuan pengawasan adalah agar hasil pelaksanaan pekerjaan
diperoleh secara berdaya guna (efisien) dan berhasil guna (efektif) sesuai dengan
rencana yang telah ditentukan sebelumnya (Simbolon,2004:62).
Menurut Kadarman dan udaya (2001:159) tujuan pengawasan adalah
menemukan kelemahan dan kesalahan untuk kemudian dikoreksi dan mencegah
pengulangannya.
Sedangkan Soekarno dalam Gouzali Saydam (1993 :197) mengemukakan
tujuan pengawasan antara lain adalah :
a) Untuk mengetahui apakah suatu kegiatan sudah berjalan sesuai dengan
rencana.
b) Untuk mengetahui kesulitan-kesulitan dan kelemahan-kelemahan
c) Untuk mengetahui apakah suatu kegiatan sudah sesuai dengan
instruksi yang diberikan.
d) Untuk mencari jalan keluar bila ada kesulitaan, kelemahan atau
kegagalan kearah perbaikan.
II.1.3 Tipe-Tipe Pengawasan
Menurut Handoko (2003:361-362), ada tiga tipe-tipe dasar pengawasan yaitu:
1. Pengawasan Pendahuluan ( feedforward control) : Pengawasan yang
dirancang untuk mengantisipasi masalah-masalah atau
penyimpangan-penyimpangan standar atau tujuan dan memungkinkan koreksi dibuat
sebelum suatu tahap kegiatan tertentu diselesaikan.
2. Pengawasan Concurrent : Pengawasan yang dilakukan bersamaan
dengan pelaksanaan kegiatan. Tipe pengawasan seperti ini merupakan
proses dimana aspek tertentu dari suatu prosedur harus disetujui dulu,
atau syarat tertentu harus dipenuhi terlebih dahulu sebelum kegiatan
tersebut dilakukan untuk mencapai suatu ketetapan dari pelaksanaan
tujuan.
3. Pengawasan umpan balik (feedback control) : Pengawasan yang
dilakukan untuk mengukur hasil-hasil dari suatu kegiatan yang telah
diselesaikan.
Sedangkan menurut Handayaningrat (1983:144) pada dasarnya
a. Pengawasan dari dalam organisasi (internal control) : Pengawasan
dari dalam artinya pengawasan dilakukan oleh unit atau aparat
pengawasan yang berasal dari dalam organisasi, dimana hasil
tindakanya berupa data atau informasi yang berguna bagi pimpinan
dalam menilai kebijakan yang telah ada atau menentukan
kebijakan berikutnya, sebagai perbaikan terhadap pelaksanaan
pekerjaan.
b. Pengawasan dari luar organisasi (eksternal control) : Pengawasan
ini dilakukan oleh aparat atau unit pengawasan dari luar organisasi
yang bertindak atas nama pimpinan organisasi.
c. Pengawasan preventif : Pengawasan dilakukan sebelum rencana itu
dilaksanakan dengan maksud agar tidak ada kesalahan atau
penyimpangan data dalam melakukan kegiatan organisasi.
d. Pengawasan Represif : Pengawasan ini dilakukan setelah adanya
pelaksanaan pekerjaan, dengan cara menilai dan membandingkan
pelaksanaan pekerjaan dengan rencana yang telah ditetapkan.
II.1.4 Teknik Pengawasan
Pengawasan dapat dilakukan dengan mempergunakan cara-cara sebagai
berikut:
a. 1.Pengawasan langsung : Pengawasan dilakukan oleh pimpinan atau
manajer pada waktu kegiatan- kegiatan yang sedang berjalan. Pengawasan
a. Inspeksi langsung
b. Observasi ditempat (on the spot observation)
c. Laporan ditempat (on the spot report), penyampaian keputusan
ditempat bila diperlukan.
b. Pengawasan tidak langsung : Pengawasan dari jarak jauh melalui laporan
yang disampaikan oleh para bawahan.
Menurut Manullang (2004 : 178-179), Laporan ini dapat berbentuk:
a) Laporan tertulis : Laporan tertulis ( written report ) merupakan
suatu pertanggung jawaban kepada atasan mengenai pekerjaan
yang dilaksanakannya, sesuai dengan instruksi dan tugas-tugas
yang diberikan atasan kepadanya. Dengan laporan tertulis yang
diberikan oleh bawahannya, maka atasan dapat membaca apakah
bawahan-bawahan tersebut melaksanakan tugas-tugas yang
diberikan kepadanya dengan penggunaan hak-hak atau kekuasaan
yang didelegasikan kepadanya.
b) Laporan lisan : Pengawasan melalui laporan lisan berupa
wawancara yang diberikan ditujukan kepada orang-orang atau
segolongan orang tertentu yang dapat memberi gambaran dari
hal-hal yang ingin diketahui, terutama tentang hasil
II.1.5 Ciri-ciri Pengawasan yang Efektif
Menurut Siagian (1992:175), pengawasan yang efektif memiliki ciri-ciri
sebagai berikut:
a) Pengawasan harus merefleksikan sifat dari berbagai kegiatan
yang diselenggarakan yaitu bahwa teknik pengawasan harus sesuai
antara lain dengan penemuan informasi tentang siapa yang
melakukan pengawasan dan kegiatan apa yang menjadi sasaran
pengawasan tersebut.
b) Pengawasan harus segera memberikan petunjuk tentang
kemungkinan adanya deviasi atau penyimpangan yang mungkin
terjadi sebelum penyimpangan itu menjadi kenyataan.
c) Objektifitas dalam melakukan pengawasan : Salah satu komponen
yang harus terlihat dalam rencana adalah standar prestasi kerja
yang diharapkan dipenuhi oleh para pelaksana kegiatan
operasional. Standar demikian harus jelas terlihat bukan saja dalam
prosedur dan mekanisme kerja, akan tetapi juga dalam kriteria
yang menggambarkan persyaratan kuantitatif dan kualitatif dan
sedapat mungkin dinyatakan secara tertulis. Dengan adanya
kriteria maka pengawasan dapat dilakukan dengan objektif.
d) Keluwesan Pengawasan : Hal ini berarti pengawasan harus tetap
bisa berlangsung meskipun kondisi lingkungan organisasi
mengalami perubahan kerja karena timbulnya keadaan yang
perubahan tersebut dan dengan demikian penyesuaian yang
diperlukan dapat dilakukan dalam pelaksanaan kegiatan
pengawasan.
e) Efesiensi pelaksanaan pengawasan : Pengawasan dilakukan agar
keseluruhan organisasi bekerja dengan tingkat efisiensi yang
semakin tinggi. Hal ini berarti , setiap organisasi atau lembaga
harus menciptakan suatu sistem pengawasan yang sesuai dengan
kebutuhan organisasi yang bersangkutan karena hanya dengan
demikianlah efesiensi pengawasan dapat ditingkatkan.
f) Pengawasan harus bersifat bimbingan, apabila dalam pengawasan
ditemukan sesuatu yang tidak beres dan ditemukan faktor-faktor
penyebabnya maka seorang pimpinan atau manajer harus berani
mengambil tindakan yang dipandang paling tepat, sehingga
kesalahan yang diperbuat oleh bawahan tidak terulang kembali
meskipun kecendrungan berbuat kesalahan yang lain dapat
terjadi. Dalam memberikan tindakan yang dianggap tepat seperti
sebuah sanksi atau hukuman, pemimpin atau manajer tetap harus
memiliki sikap membimbing, mendidik, objektif dan rasional
serta didasarkan pada kriteria yang dapat dipahami dan diterima
II.2. Produktifitas Kerja
II.2.1. Pengertian Produktivitas Kerja
Menurut Simanjuntak (1998:26), produktivitas kerja pegawai mengandung
pengertian adanya kemampuan pegawai untuk dapat menghasilkan barang atau
jasa yang dilandasi sikap mental bahwa hari ini harus lebih baik dari hari ini, hari
esok harus lebih baik dari hari ini. Sikap kerja yang demikian ini akan tetap
melekat dalam diri pegawai yang memiliki produktivitas kerja yang tinggi.
Penilaian terhadap produktivitas kerja pegawai dapat di ukur melalui pelaksanaan
kerja yang relatif baik, sikap kerja, tingkat keahlian dan disiplin kerja. Dan untuk
mengukur produktivitas kerja pegawai itu sendiri harus mencakup aspek kuantitas
dan kualitas pekerjaannya.
Selanjutnya, menurut Siagian (2002:10), produktivitas kerja dapat dilihat
sebagai masalah keperilakuan, tetapi juga dapat mengandung aspek-aspek teknis.
Untuk mengatasi hal itulah perlu pemahaman yang tepat tentang faktor-faktor
penentu keberhasilan meningkatkan produktivitas kerja, sebagian diantaranya
berupa etos kerja yang haru dipegang teguh oleh semua orang dalam suatu
organis Banyak hasil penelitian yang memperlihatkan bahwa produktivitas
sangat dipengaruhi oleh faktor: knowledge, skills, abilities, attitudes, dan
behaviours dari para pekerja yang ada di dalam organisasi sehingga banyak
program perbaikan produktivitas meletakkan hal-hal tersebut sebagai
asumsi-asumsi dasarnya (Gomes, 1995, p.160,http:/ www.
Menurut Blecher dalam Wibowo (2007:241) produktivitas kerja adalah
hubungan antara keluaran atau hasil organisasi dengan yang diperlukan.
Produktivitas dapat dikuantifikasi dengan membagi keluaran dengan masukan
dengan membagi keluaran dengan masukan. Menaikkan produktivitas dapat
diakukan dengan memperbaiki rasio produktivitas, dengan menghasilkan lebih
banyak keluaran atau output yang lebih baik dengan tingkat masukan sumber daya
tertentu.
Lebih lanjut, Kopelman (dalam Moeljono 2003:56), secara lebih luas
mengartikan produktivitas sebagai suatu konsepsi sistem. Produktivitas dalam
wujudnya diekspresikan sebagai rasio yang merefleksikan bagaimana sumber
daya – sumber daya yang ada dimanfaatkan secara efisien untuk menghasilkan
keluaran.
Produktivitas erat terkait dengan hasil kerja yang dicapai oleh pegawai.
Hasil kerja pegawai tersebut merupakan produktivitas kerja sebagai target yang
didapat melalui kualitas kerjanya dengan melaksanakan tugas yang sesuai dengan
peraturan yang ditetapkan oleh organisasi. Kemudian (Dharma, 1995:476)
mengemukakan beberapa faktor yang dinyatakan sebagai indikator dari
produktivitas kerja Kualitas Pekerjaan antara lain:
a. Kualitas pekerjaan : Kualitas kerja menyangkut mutu yang
dihasilkan. Seorang pegawai dituntut untuk memberikan kualitas
yang terbaik dalam melaksanakan tugasnya. Seorang pegawai
sebagai sumber daya yang menjalankan dan melaksanakan
yang berkualitas. Kehidupan kerja yang berkualitas yang dimaksud
adalah keadaan dimana para pegawai dapat memenuhi
kebutuhannya dengan bekerja di dalam organisasi.
b. Kuantitas Pekerjaan : Perkembangan organisasi menuntut adanya
kuantitas pekerjaan. Kuantitas pekerjaan menyangkut pencapaian
target, hasil kerja yang sesuai dengan rencana organisasi. Rasio
kuantitas pegawai harus seimbang dengan kuantitas pekerjaan
sehingga dengan perimbangan tersebut dapat menjadi tenaga kerja
yang produktif untuk meningkatkan produktivitas kerja di dalam
organisasi tersebut.
c. Ketepatan Waktu : Seorang pegawai harus memiliki ketepatan
waktu dalam mengerjakan tugas-tugasnya. Dalam mengerjakan
tugas-tugas yang diberikan orang tepat pada waktu yang
ditentukan serta mengutamakan efisiensi.
d. Semangat Kerja : Semangat kerja dapat didefenisikan sebagai
gambaran perasaan yang berhubungan dengan jiwa, semangat
kelompok, kegembiraan, dan kegiatan. Semangat kerja sangat
penting bagi organisasi karena semangat kerja yang tinggi tentu
dapat mengurangi angka absensi atau tidak bekerja karena malas,
II.2.2 Faktor-Faktor yang mempengaruhi Produktivitas Kerja
Produktivitas karyawan banyak dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik
yang berhubungan dengan karyawan itu sendiri, maupun faktor-faktor lainnya.
Sehubungan dengan itu, Menurut Sedarmayanti (2001:72-76) dalam manajemen
sumber daya manusia dan produktivitas faktor-faktor yang mempengaruhi
produktivitas kerja adalah:
a. Sikap mental berupa :
I. Motivasi kerja : Pada umumnya orang
mempunyai motivasi kerja yang tinggi akan
bekerja lebih rajin, giat sehingga dengan begitu dia
akan dapat mencapai prestasi kerja yang tinggi
sehingga produktivitas pun meningkat.
II. Disiplin kerja : Orang yang memiliki disiplin
kerja yang tinggi akan bertanggung jawab
terhadap tugas-tugas yang diberikan kepadanya
hal ini akan mendorong gairah kerja,
semangat kerja dan akan terwujudnya tujuan
perusahaan/instansi dan produktivitas pun akan
meningkat.
III. Etika kerja : Pada umumnya orang yang memiliki
etika yang baik akan kelihatan dalam penampilan
kerja sehari-hari berupa kerja sama, kehadiran,
pekerjaan dan kreatifitas. Wujud kerja tersebut
sangat mempengaruhi hasil kerja.
b. Pendidikan : Pada umumnya orang yang memiliki pendikan yang
tinggi akan mempunyai wawasan yang lebih luas terutama dalam
penghayatan produktivitas. Pendidikan tersebut dapat berupa
informal ataupun formal.
c. Keterampilan : Pada aspek tertentu apabila pegawai semakin
terampil maka pegawai lebih mampu bekerja serta menggunakan
fasilitas kerja dengan baik. Pegawai akan lebih terampil apabila
mempunyai kecakapan dan pengalaman yang cukup.
d. Manajemen : Pengertian manajemen disini dapat berkaitan dengan
system yang diterapkan oleh pimpinan untuk mengelolah atau
memimpin serta mengendalikan bawahannya. Apabila
manajemennya tepat akan menimbulkan semangat kerja dan
mempengaruhi produktivitas kerja.
e. Tingkat penghasilan : Apabila tingkat penghasilan memadai dapat
menimbulkan kosentrasi kerja dan kemampuan yang dimiliki dapat
meningkatkan produktivitas kerja.
f. Lingkungan dan iklim kerja : Lingkungan dan iklim kerja yang
baik akan mendorong pegawai senang bekerja dan meningkatkan
rasa tanggung jawab dalam melaksanakan tugas dengan lebih baik
g. Teknologi : Apabila teknologi yang dipakai tepat dan lebih maju
tingkatannya maka akan memungkinkan:
I. Tepat waktu dalam mengerjakan proses
produksi/tugas.
II. Jumlah produksi baik berupa barang dan jasa
lebih banyak dan bermutu.
III. Memperkecil terjadinya pemborosan bahan sisa.
h. Kesempatan berprestasi : Apabila ada kesempatan untuk
berprestasi, maka akan ada dorongan psikologis untuk
meningkatkan dedikasi serta pemanfaatan potensi yang dimiliki
untuk meningkatkan produktivitas kerja.
II.3. Pengaruh Pengawasan Terhadap Produktivitas Kerja
Produktivitas kerja merupakan kemampuan seseorang atau sekelompok
orang untuk menghasilkan barang dan jasa dalam jangka waktu tertentu
yang telah ditentukan atau sesuai dengan rencana. Untuk dapat meningkatkan
kerja pegawai, pengawasan adalah suatu bentuk tindakan yang sangat perlu
dilakukan. Pengawasan dalam hal ini adalah sebagai upaya yang sistematik untuk
mengamati atau memantau apakah berbagai fungsi , aktivitas serta kegiatan
dalam suatu organisasi tersebut terlaksana sesuai dengan waktunya. Jika dalam
pelaksanaan tugas-tugasnya seorang pegawai didapati adanya penyimpangan
maka tindakan yang sebaiknya diambil adalah tindakan korektif atau koreksi,
sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan selama ini. Dengan kata lain
pengawasan adalah suatu fungsi yang membandingkan isi rencana dengan kinerja
nyata.
Dalam melaksanakan pengawasan, pengawasan adalah suatu instrument
untuk mengubah perilaku disfungsional atau menyimpang, bukan juga hanya
untuk memberikan sanksi atau hukuman ketika terjadi kesalahan tetapi untuk
membantu yang bersangkutan mengubah perilakunya serta bersikap seperti
seharusnya sebagai seorang pegawai dalam memberikan pelayanan yang terbaik
kepada masyarakat. Apapun teknik yang dilakukan dalam pengawasan, sasaran
utamanya adalah untuk menemukan apa yang tidak beres dalam pelaksanaan
berbagai tugas dan kegiatan dalam suatu organisasi dan bukan mencari siapa yang
salah. Secara implisit pengawasan merupakan suatu bentuk tindakan yang
tepat dan ampuh dalam meningkatkan produktivitas.
II.4.HIPOTESIS
Hipotesis merupakan jawaban sementara dari penelitian yang akan
dilaksanakan, yang sama kebenarannya perlu untuk di uji serta dibuktikan melalui
penelitian. Dikatakan sementara, karena jawaban yang diberikan baru didasarkan
pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta empiris yang
diperoleh melalui pengumpulan data. Dengan kata lain hipotesis dapat juga
dikatakan sebagai jawaban teoritis terhadap rumusan masalah penelitian, belum
Berdasarkan pada perumusan masalah dan kerangka teori yang telah
dipaparkan diatas maka hipotesis dalam penelitian ini adalah:
Ha : Ada pengaruh Pengawasan terhadap Produktivitas Kerja Pegawai pada
Kantor PT. Kereta Api Indonesia (Persero) Divisi Regional Sumatera
Utara.
Ho : Tidak ada pengaruh antara pengawasan terhadap produktivitas kerja
pegawai pada Kantor PT. Kereta Api Indonesia (Persero) Divisi Regional
Sumatera Utara.
II.5. Defenisi Konsep
Konsep adalah suatu hasil pemaknaan dalam intelektual manusia yang
memang merajuk ke gejala nyata kea lam empiric. Konsep adalah sarana merujuk
kedua empiris dan bukan merupakan refleksi sempurna ( Mutlak) dunia empiris
bahkan konsep bukanlah dunia empiris itu sendiri.
Berdasarkan pengertian tersebut, maka penulis mengemukakan definisi
dari beberapa konsep yang digunakan :
i. Pengawasan adalah merupakan kegiatan yang dapat dilakukan
setiap saat.Kegiatan pengawasan dimaksudkan untuk mencegah
atau memperbaiki kesalahan, penyimpangan, ketidaksesuaian,
penyelewengan dan lainnya yang tidak sesuai dengan tugas dan
wewenang yang telah ditentukan. dengan demikian pengawasan
bukan mencari kesalahan tetapi mencari kebenaran terhadap
ii. Produktivitas Kerja adalah hubungan antara keluaran atau hasil
organisasi dengan yang diperlukan. Produktivitas dapat
dikuantifikasi dengan membagi keluaran dengan masukan.
Menaikkan produktivitas dapat diakukan dengan memperbaiki
rasio produktivitas, dengan menghasilkan lebih banyak keluaran
atau output yang lebih baik dengan tingkat masukan sumber daya
tertentu.
II.6. Defenisi Operasional
Menurut Singarimbun (1995:46) defenisi operasional adalah unsur
penelitian yang memberitahukan bagaimana caranya mengukur suatu variabel.
Defenisi operasional merupakan uraian dari konsep yang sudah dirumuskan dalam
bentuk indikator-indikator agar lebih memudahkan operasional dari suatu
penelitian adalah:
1. Variabel bebas (X)
Variabel Bebas adalah variabel yang akan mempengaruhi variabel terikat.
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah Pengawasan (X), adapun indikator
dalam pengawasan adalah:
a.Pemantauan : yaitu memeriksa langsung perihal atau
orangnya sendiri ditempat dimana peristiwa terjadi dan
dimana bawahan bertugas.
b.Pemeriksaan : yaitu pengawasan yang dilakukan melalui
secara cermat dan sistematis serta melalui penilaian
terhadap segala yang ada kaitannya dengan pekerjaan.
c.Bimbingan dan Pengarahan : yaitu segala kegiatan yang
dilakukan pimpinan dalam memberikan saran terhadap
pelaksanaan tugas.
d.Tindakan Disiplin : yaitu segala usaha yang dilakukan
pimpinan terhadap bawahan dalam rangka memberikan
sanksi bagi yang melanggar ketentuan yang berlaku.
e.Tindakan Koreksi : yaitu terhadap peraturan orgnanisasi,
memperhatikan dan melaksanakan segala tugas dan apa
yang dianjurkan atau diperintahkan oleh atasan dari
oraganisasai ataupun perusahaan.
2. Variabel Terikat (Y)
Variabel Terikat adalah variabel yang dipengaruhi oleh Variabel bebas.
Dalam penelitian ini variabel Terikat (Y) adalah Variabel Produktivitas Kerja,
indikator Produktivitas Kerja yaitu:
a. Sikap mental berupa :
i. Motivasi kerja : Pada umumnya orang mempunyai motivasi
kerja yang tinggi akan bekerja lebih rajin, giat sehingga
dengan begitu dia akan dapat mencapai prestasi kerja yang
ii. Disiplin kerja : Orang yang memiliki disiplin kerja yang
tinggi akan bertanggung jawab terhadap tugas-tugas yang
diberikan kepadanya hal ini akan mendorong gairah kerja,
semangat kerja dan akan mendorong terwujudnya tujuan
perusahaan/instansi dan produktivitas pun akan meningkat.
iii. Etika kerja : Pada umumnya orang yang memiliki etika yang
baik akan kelihatan dalam penampilan kerja sehari-hari berupa
kerja sama, kehadiran, antusias, inisiatif, tanggung jawab
terhadap pekerjaan dan kreatifitas. Wujud kerja tersebut sangat
mempengaruhi produktivitas kerja.
b. Pendidikan : Pada umumnya orang yang memiliki pendidikan yang
tinggi akan mempunyai wawasan yang lebih luas terutama dalam
penghayatan produktivitas. Pendidikan tersebut dapat berupa informal
ataupun formal
c. Keterampilan : pada aspek tertentu apabila pegawai semakin terampil
maka pegawai lebih mampu bekerja serta menggunakan fasilitas kerja
dengan baik. Pegawai akan lebih terampil apabila mempunyai
kecakapan dan pengalaman yang cukup
d. Manajemen : pengertian manajemen disini dapat berkaitan dengan
system yang diterapkan oleh pimpinan untuk mengelolah atau
memimpin serta mengendalikan bawahannya. Apabila manajemennya
tepat akan menimbulkan semangat kerja dan mempengaruhi
e. Tingkat penghasilan : apabila tingkat penghasilan memadai dapat
menimbulkan kosentrasi kerja dan kemampuan yang dimiliki dapat
meningkatkan produktivitas kerja.
f. Lingkungan dan iklim kerja : lingkungan dan iklim kerja yang baik
akan mendorong pegawai senang bekerja dan meningkatkan rasa
tanggung jawab dalam melaksanakan tugas dengan lebih baik dan
menuju kearah peningkatan produktivitas kerja.
g. Teknologi : apabila teknologi yang dipakai tepat dan lebih maju
tingkatannya.
h. Kesempatan berprestasi : apabila ada kesempatan untuk berprestasi,
maka akan ada dorongan psikologis untuk meningkatkan dedikasi serta
pemanfaatan potensi yang dimiliki untuk meningkatkan produktivitas
II.5. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan yang disusun dalam rangka memaparkan
keseluruhan hasil penelitian ini secara singkatdapat diketahui sebagai berikut:
BAB I : PENDAHULUAN
Bab ini memuat latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan
penelitian, manfaat penelitian.
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
BAB III : METODE PENELITIAN
Bab ini memuat bentuk penelitian, lokasi penelitian, populasi dan sampel,
teknik pengumpulan data, teknik penentuan skor, teknik analisa data dan
sistematika penulisan.
BAB IV :DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN
Bab ini berisi gambaran umum tentang objek atau lokasi penelitian yang
relefan dengan topik penelitian .
BAB V : PENYAJIAN DATA ANALISIS DATA
Bab ini memuat penyajian data yang diperoleh selama penelitian
dilapangan atau berupa dokumen-dokumen yang akan.
BAB V :ANALISA DATA
Bab ini berisi tentang uraian data-data yang diperoleh setelah
melaksanakan penelitian.
BAB V :KESIMPULAN DAN SARAN
BAB III
METODE PENELITIAN
III.1. Bentuk Penelitian
Bentuk penelitian yang penulis gunakan adalah bentuk penelitian
korelasional, yaitu penelitian yang tujuannya adalah untuk melihat apakah ada
pengaruh variabel bebas (X) terhadap variabel terikat (Y). Dan untuk memperkuat
hipotesis tersebut, maka penulis menggunakan analisis kuantitatif sehingga
diharapkan dapat menjelaskan apakah ada pengaruh pengawasan terhadap
produktivitas kerja pada kantor PT. Kereta Api Indonesia (Persero) Divisi
Regional Sumatera Utara.
III.2 Lokasi Penelitian
Adapun yang menjadi lokasi penelitian ini adalah Kantor PT. Kereta Api
Indonesia (Persero) Divisi Regional Sumatera Utara.
III.3 Populasi dan Sampel III.3.1 Populasi
Populasi merupakan keseluruhan objek penelitian yang dapat berupa
manusia, benda, hewan, tumbuhan, gejala, nilai test, atau peristiwa sebagai
sumber data yang memiliki karakteristik tertentu dalam suatu penelitian. Adapun
Api Indonesia (Persero) Divisi Regional Sumatera Utara yang berjumlah 121
orang.
III.3.2 Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut. Pengambilan sebagian itu dimaksudkan sebagai refresentatif
dari seluruh populasi, sehingga kesimpulan juga berlaku bagi keseluruhan
populasi.
Menurut Arikunto, bila populasi kurang dari 100 orang, maka diambil
keseluruhannya, sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi.
Selanjutnya jika populasi lebih dari 100 orang, maka dapat diambil 10-15 persen
atau 20-25 persen sampel atau lebih.
III.4 Teknik Pengumpulan Data
Data dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder,
dimana dalam pengumpulan data dilakukan dengan cara:
a. Data Primer : Data primer adalah data yang diperoleh melalui pengamatan
langsung terhadap gejala-gejala yang dapat diamati dari objek penelitian.
Cara-cara yang dilakukan adalah
a. Angket (kuesioner), yaitu mengajukan pertanyaan secara tertutup
yang disebarkan kepada pegawai PT. Kereta Api Indonesia
b. Metode wawancara(interview), yaitu mengadakan tanya jawab
langsung kepada pihak-pihak yang terkait dan memiliki relevansi
terhadap masalah penelitian
b. Data Sekunder : Data sekunder adalah data yang mendukung data primer
yang diperoleh dari:
a. Penelitian kepustakaan yang bersumber dari buku-buku.
b. Dokumentasi dari lokasi penelitian dan sumber-sumber lainnya
yang berkaitan dengan masalah penelitian.
III.5 Teknik Penentuan Skor
Untuk menganalisa data yang diperoleh, dianalisis dengan analisis
kuantitatif dengan melihat korelasi antara variabel X dengan variabel Y. Teknik
penentuan skor dalam penelitian ini adalah dengan memakai skala ordinat untuk
menilai secara umum jawaban dari angket. Adapun penentuan skor adalah:
Jawaban a diberi skor 5
Jawaban b diberi skor 4
Jawaban c diberi skor 3
Jawaban d diberi skor 2
Jawaban e diberi skor 1
Untuk penentuan klasifikasi jawaban variable didasarkan atas skala
interval dengan terlebih dahulu menghitung panjang kelas (p) yang ditentukan
Rentang = skor maksimum – skor minimum
Sehingga dapat diketahui kategori jawaban responden untuk
masing-masing variabel, yaitu: Kategori jawaban responden
Kategori Nilai
III.6 Teknik Analisis Data
III.6.1 Koefisien Korelasi Product Moment
Selanjutnya untuk mengetahui hubungan antara variable digunakan
analisis korelasi Product Moment sebagaiman disebutkan Sugiyono dengan rumus
sebagai berikut:
Y = Skor Variabel terikat (Efektifitas Kerja)
n = Jumlah Responden
Untuk mengetahui adanya hubungan yang tinggi, sedang atau rendah
antara kedua variabel berdasarkan nilai r (koefisien korelasi) digunakan penafsiran
atau interpretasi angka sebagai berikut:
Interval Koefisien Tingkat Hubungan
0,00 – 0,199
Dengan nilai r yang diperoleh, maka dapat diketahui apakah nilai r yang
diperoleh berarti atau tidak dan bagaimana tingkat hubungannya melalui tabel
korelasi. Tabel korelasi menentukan batas-batas r yang signifikan. Bila nilai r
tersebut signifikan, artinya hipotesis alternatif (Ha) diterima.
III.6.2 Uji “t”
Untuk menguji keberartian koefisien antara variable, digunakan uji statistic
(Sutrisno hadi,2001:365) Kriteria pengujian adalah:
jika harga t hitung < t tabel maka hipotesis alternatif ditolak.
jika harga t hitung > t tabel maka hipotesis alternatif diterima.
III.6.3 Koefisien Determinan
Selanjutnya untuk mengetahui besarnya hubungan variable bebas dengan
variable terikat, maka digunakan uji determinasi (D) dimana :
( )
r 2x100%D= xy
Keterangan:
D = Koefisien Determinan
BAB IV
DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN
IV.I. Sejarah Berdirinya PT. Kereta Api Indonesia
Kehadiran kereta api di Indonesia ditandai dengan pencangkulan pertama
pembangunan jalan KA di desa Kemijen, Jum'at tanggal 17 Juni 1864 oleh
Gubernur Jenderal Hindia Belanda, Mr. L.A.J Baron Sloet van den Beele.
Pembangunan diprakarsai oleh Naamlooze Venootschap Nederlandsch Indische
Spoorweg Maatschappij (NV. NISM) yang dipimpin oleh Ir. J.P de Bordes dari
Kemijen menuju desa Tanggung (26 Km) dengan lebar sepur 1435 mm. Ruas
jalan ini dibuka untuk angkutan umum pada hari Sabtu, 10 Agustus 1867.
Keberhasilan swasta, NV. NISM membangun jalan KA antara Kemijen -
Tanggung, yang kemudian pada tanggal 10 Februari 1870 dapat menghubungkan
kota Semarang - Surakarta (110 Km), akhirnya mendorong minat investor untuk
membangun jalan KA di daerah lainnya. Tidak mengherankan, kalau pertumbuhan
panjang jalan rel antara 1864 - 1900 tumbuh de-ngan pesat. Kalau tahun 1867
baru 25 Km, tahun 1870 menjadi 110 Km, tahun 1880 mencapai 405 Km, tahun
1890 menjadi 1.427 Km dan pada tahun 1900 menjadi 3.338 Km.
Selain di Jawa, pembangunan jalan KA juga dilakukan di Aceh (1874),
Sumatera Utara (1886), Sumatera Barat (1891), Sumatera Selatan (1914), bahkan
tahun 1922 di Sulawasi juga telah dibangun jalan KA sepanjang 47 Km antara
Ujungpandang - Maros belum sempat diselesaikan. Sedangkan di Kalimantan,
meskipun belum sempat dibangun, studi jalan KA Pontianak - Sambas (220 Km)
sudah diselesaikan. Demikian juga di pulau Bali dan Lombok, pernah dilakukan
studi pembangunan jalan KA.
Sampai dengan tahun 1939, panjang jalan KA di Indonesia mencapai
6.811 Km. Tetapi, pada tahun 1950 panjangnya berkurang menjadi 5.910 km,
kurang Iebih 901 Km raib, yang diperkirakan karena dibongkar semasa
pendudukan Jepang dan diangkut ke Burma untuk pembangunan jalan KA di sana.
Jenis jalan rel KA di Indonesia semula dibedakan dengan lebar sepur 1.067
mm; 750 mm (di Aceh) dan 600 mm di beberapa lintas cabang dan tram kota.
Jalan rel yang dibongkar semasa pendudukan Jepang (1942 - 1943) sepanjang 473
Km, sedangkan jalan KA yang dibangun semasa pendudukan Jepang adalah 83
km antara Bayah - Cikara dan 220 Km antara Muaro - Pekanbaru. Ironisnya,
dengan teknologi yang seadanya, jalan KA Muaro - Pekanbaru diprogramkan
selesai pembangunannya selama 15 bulan yang mempekerjakan 27.500 orang,
25.000 diantaranya adalah Romusha. Jalan yang melintasi rawa-rawa, perbukitan,
serta sungai yang deras arusnya ini, banyak menelan korban yang makamnya
bertebaran sepanjang Muaro- Pekanbaru.
Setelah kemerdekaan Indonesia diproklamir-kan pada tanggal 17 Agustus
1945, karyawan KA yang tergabung dalam Angkatan Moeda Kereta Api (AMKA)
mengambil alih kekuasa-an perkeretaapian dari pihak Jepang. Peristiwa bersejarah
oleh Ismangil dan sejumlah anggota AMKA lainnya, menegaskan bahwa mulai
tanggal 28 September 1945 kekuasaan perkeretaapian berada di tangan bangsa
Indonesia. Orang Jepang tidak diperbolehkan campur tangan lagi urusan
perkeretaapi-an di Indonesia. Inilah yang melandasi ditetapkannya 28 September
1945 sebagai Hari Kereta Api di Indonesia, serta dibentuknya Djawatan Kereta
Api Republik Indonesia (DKARI).
Periode Status Dasar Hukum
Th. 1864
Pertama kali dibangun Jalan Rel sepanjang 26 km antara Kemijen Tanggung oleh Pemerintah Hindia Belanda
1864 s.d 1945
Staat Spoorwegen (SS) Verenigde Spoorwegenbedrifj (VS) Deli
1998 s.d. 2010 PT. KERETA API (Persero)
PP. No. 19 Th.
PT. KERETA API INDONESIA (PERSERO)
IV.1.1. Sejarah Berdirinya PT. Kereta Api Indonesia Divisi Regional Sumatera Utara
Pembangunan jaringan Kereta Api di tanah Deli merupakan inisiatif J. T.
Cremer yakni manajer perusahaan Deli (Deli Matschappij) yang menganjurkan
agar jaringan Kereta Api di Deli sesegera mungkin dapat dibangun dan
direalisasikan mengingat pesatnya perkembangan perusahaan perkebunan Deli.
Beliau juga telah menganjurkan pembukaan jalan yang menghubungkan antara
Sumatera Utara-Berastagi dengan fasilitas hotel seperti hotel grand Berastagi dan
Bukit Kubu sekarang sebagai tempat peristirahatan pengusaha perkebunan.
Pembangunan jaringan Kereta Api ini dimungkinkan oleh pemberlakuan UU
Agraria Tahun 1870 dimana penguasa kolonial Belanda dimungkinkan untuk
menyewa tanah dalam waktu relatif lama yang tidak saja diprioritaskan bagi
sektor perkebunan. Disamping itu, berkembangnya Belawan sebagai bandar kapal
ekspor hasil perkebunan ke Eropa telah pula mendorong laju percepatan
pembangunan jaringan Kereta Api yang menghubungkan daerah-daerah
perkebunan di Sumatra Timur. Kecuali itu, jalur transportasi sungai dinilai cukup
lambat dalam proses angkutan hasil produksi perkebunan menuju Belawan.
Berdasarkan surat Keputusan Gubernur Jenderal Belanda maka pada
tanggal 23 Januari 1883, permohonan konsesi dari pemerintah Belanda untuk
pembangunan jaringan kereta api yang menghubungkan Belawan-Sumatera
Utara-Delitua-Timbang Langkat (Binjai) direalisasikan. Pada bulan Juni 1883, izin
konsesi tersebut dipindahtangankan pengerjaannya dari Deli Matschappij kepada
DSM, Peter Wilhem Janssen merealisaikan pembangunan rel kereta api pertama
sekali di Sumatra Timur yang menghubungkan Sumatera Utara-Labuhan yang
diresmikan penggunaanya pada tanggal 25 Juli 1886.
Perkembangan jaringan kereta api cukup signifikan sejalan dengan
ekspansi pengusaha perkebunan ke beberapa kawasan di Sumatra Timur. Pada
tahun 1888 kawasan-kawasan seperti Belawan, Deli dan Binjai telah dapat dilalui
oleh kereta api. Pembangunan jaringan kereta Api Labuhan-Belawan tercatat pula
Tjong A Fie-milyalder Kota Sumatera Utara-sebagai donatur. Demikian pula sejak
tahun 1902, pembangunan kereta api dilanjutkan dengan menghubungkan antara
Lubuk Pakam-Bangun Purba yang dapat digunakan pada tahun 1904. Selanjutnya,
pada tahun 1916 dibangun jaringan Kereta Api yang menghubungkan Sumatera
Utara-Siantar yang menjadi pusat perkebunan Teh. Pada tahun 1929-1937 turut
pula dibangun jaringan Kereta Api yang menghubungkan Kisaran-Rantau Prapat.
Rencana pemerintah kolonial ialah menjadikan Sumatera Timur sebagai
pusat perkebunan di Sumatera dan Belawan adalah pelabuhan Internasional ekspor
dan import hasil perkebunan. Sejalan dengan rencana itu, pengusaha Kerata Api
Deli (DSM) berencana untuk menghubungkan jaringan kereta api Deli di Sumatra
Timur dengan Kereta Api milik negara di Aceh (Atjeh Staatspoor) dengan
jaringan Kereta Api Sumatra Barat. Dalam studi kelayakan yang dilakukan oleh
DSM, direncanakan akan membangun jaringan kereta api Lubuk Linggau-Kota
Pinang sesuai usulan Ligveot dan van Zuylen menjadi lintas kereta api lintas
Sumatra. Rencana tersebut diusulkan pada tahun 1909 sehingga Belawan dapat
jaringan kereta api di Sumatera Barat dilakukan dengan terlebih dahulu
membangun rel yang menghubungkan lintas Taluk-Teluk Bayur (273 Km), lintas
Taluk-Tembilahan (212 Km) dan lintas Taluk-Pekan Baru (155 Km). Bila
dicermati, pengusaha dan penguasa kolonial telah merencanakan jaringan kereta
api Trans Sumatra yang menhubungkan kota-kota di Sumatra, mulai dari Aceh
hingga Palembang. Sumatra Timur (Sumatera Utara) direncanakan sebagai Pusat
perkebunan dan Belawan menjadi Pelabuhan Internasional eksport dan import.
Hingga pada tahun 1940, pengusaha Kereta Api Deli (DSM) telah membangun
jaringan kereta api di Sumatera Timur sepanjang 553.223 Km.
Karyawan yang dipekerjakan pada perusahaan DSM adalah orang Eropa,
Asia dan Inlanders. Pada tahun 1915, tercatat bahwa jumlah karyawan Eropa
adalah sebanyak 198 orang sedang dari Inlanders berjumlah 2.285 orang.
Umumnya, orang Inlanders ditempatkan pada posisi pekerjaan yang kurang
membutuhkan keterampilan. Selanjutnya, pada tahun 1920, jumlah karyawan
orang Eropa menjadi 250 orang sedangkan inlanders sebanyak 3.704 orang.
Jumlah tersebut belum dihitung pemegang saham yang berkedudukan di
Amsterdam. Hingga pada tahun 1939, perusahaan DSM telah memiliki struktur
organisasi yang jelas yang berkedudukan di Sumatera Utara dan Amsterdam.
Struktur organisasi dimaksud terdiri dari i) dewan komisaris, 2) direktur, 3)
sekretaris, 4) komisi wilayah Sumatera Utara dan 5) administratur Sumatera
Utara. Tercatat pula, salah seorang Dewan Komisi Wilayah Sumatera Utara
pernah dipegang oleh orang Indonesia yakni Djaidin Purba yang juga pernah
Apabila memperhatikan pembangunan jaringan Kereta Api di Sumatra itu,
sebenarnya Sumatera Utara telah direncanakan menjadi kota berstandar
internasional dan Sumatra Utara dibentuk sebagai kawasan (pusat) perkebunan di
Indonesia. Hal ini tentu saja didukung oleh pelabunan Belawan yang sudah ramai
dikunjungi sebelum kedatangan pengusaha kolonial seperti pada waktu kejayaan
Kota Cina, dimana Belawan telah dikenal sebagai Bandar niaga yang super sibuk
pada abad 12-13M. Disamping itu, jalur sungai (riverine) yang terdapat di
Sumatera Utara-Sumatra Utara telah menjadi pintu masuk (entrance) menuju
Belawan. Tampaknya, pengusaha dan penguasa kolonial di Sumatera Utara telah
mengetahui benar terhadap situasi dan kondisi ini sehingga lebih mudah bagi
mereka untuk mengembangkannya.
Namun demikian, upaya untuk menuntaskan jalur Kereta Api Trans
Sumatra itu tidak tercapai seiring dengan meningkatnya ketegangan Indonesia dan
Belanda pasca tahun 1940. Ironisnya, tidak saja pembangunan jaringan Kereta Api
yang terbengkalai, tetapi juga nasib perkebunan mengalami goncangan khususnya
setelah takluknya Belanda kepada Jepang yang ditandai oleh turunya sekitar
60.000 pasukan Jepang di Batavia pada tanggal 1 Maret 1942. Sayangnya pula,
pemerintah kolonial yang baru itu tidak melanjutkan rencana yang ditetapkan oleh
pemerintah kolonial terdahulu. Akibatnya, rencana pembangunan jaringan Kereta
Api Trans Sumatra itu hingga kini tidak pernah tercapai.
Pasca Indonesia meredeka dan memasuki awal tahun 1950-an, kabinet
pemerintahan Indonesia dibawah kendali Bung Karno melakukan nasionalisasi
itu, jaringan Kereta Api Deli (DSM) dirubah menjadi Perjan Kereta Api sebelum
akhirnya menjadi PT. Kereta Api Indonesia (PT. KAI) Divisi Regional-I
Sumut-NAD.
IV.2. Logo Perusahaan serta Visi Dan Misi
a. 3 Garis melengkung melambangkan gerakan yang dinamis PT KAI
dalam mencapai Visi dan Misinya.
b. 2 Garis warna orange melambangkan proses Pelayanan Prima (Kepuasan
Pelanggan) yang ditujukan kepada pelanggan internal dan eksternal. Anak
panah berwarna putih melambangkan Nilai Integritas, yang harus
dimiliki insan PT KAI dalam mewujudkan Pelayanan Prima.
c. 1 Garis lengkung berwarna biru melambangkan semangat Inovasi yang
harus dilakukan dalam memberikan nilai tambah ke stakeholders. (Inovasi
dilakukan dengan semangat sinergi di semua bidang dan dimulai dari hal
Visi : menjadi penyedia jasa perkeretaapian terbaik yang fokus pada pelayanan
pelanggan dan memenuhi harapan stakeholders
Misi : menyelenggarakan bisnis perkeretaapian dan bisnis usaha penunjangnya,
melalui praktek bisnis dan model organisasi terbaik untuk memberikan nilai
tambah yang tinggi bagi stakeholders dan kelestarian lingkungan berdasarkan 4
pilar utama : Keselamatan, Ketepatan waktu, Pelayanan dan Kenyamanan.
IV.3. Budaya Perusahaan
INTEGRITAS
Kami insan PT. KERETA API INDONESIA (PERSERO) bertindak
konsisten sesuai dengan nilai-nilai kebijakan organisasi dan kode etik perusahaan.
Memiliki pemahaman dan keinginan untuk menyesuaikan diri dengan kebijakan
dan etika tersebut dan bertindak secara konsisten walaupun sulit untuk
melakukannya.
PROFESIONAL
Kami insan PT. KERETA API INDONESIA (PERSERO) memiliki
kemampuan dan penguasaan dalam bidang pengetahuan yang terkait dengan
pekerjaan, mampu menguasai untuk menggunakan, mengembangkan,
KESELAMATAN
Kami insan PT. KERETA API INDONESIA (PERSERO) memiliki sifat
tanpa kompromi dan konsisten dalam menjalankan atau menciptakan sistem atau
proses kerja yang mempunyai potensi resiko yang rendah terhadap terjadinya
kecelakaan dan menjaga aset perusahaan dari kemungkinan terjadinya kerugian.
INOVASI
Kami insan PT. KERETA API INDONESIA (PERSERO) selalu
menumbuh kembangkan gagasan baru, melakukan tindakan perbaikan yang
berkelanjutan dan menciptakan lingkungan kondusif untuk berkreasi sehingga
memberikan nilai tambah bagi stakeholder.
PELAYANAN PRIMA
Kami insan PT. KERETA API INDONESIA (PERSERO) akan
memberikan pelayanan yang terbaik yang sesuai dengan standar mutu yang
memuaskan dan sesuai harapan atau melebihi harapan pelanggan dengan
memenuhi 6 A unsur pokok: Ability (Kemampuan), Attitude (Sikap), Appearance
(Penampilan), Attention (Perhatian), Action (Tindakan), dan Accountability
(Tanggung jawab).
IV.4. Pelayanan
Sebagai perusahaan yang mengelola perkeretaapian di Indonesia, PT.
baik KA Utama (Komersil dan Non Komersil), maupun KA Lokal di Jawa dan
Sumatera, yang terdiri dari :
a. KA Eksekutif
b. KA Ekonomi
c. KA Bisnis
d. KA Ekonomi AC
e. KA Campuran
f. KA Lokal
g. KRL
Disamping pelayanan penumpang PT. Kereta Api Indonesia juga melayani
pengangkutan barang – barang berbagai komuditas.
IV.5. Sumber Daya Manusia
Sampai dengan Triwulan I Tahun 2014, Kantor PT. Kereta Api Indonesia
(Persero) Divisi Regional Sumatera Utara memiliki karyawan 121 orang untuk
menyelenggarakan pelayanan angkutan kereta api di Sumatera Utara. Jumlah
tersebut terbagi menurut golongan, pendidikan, dan usia pegawai seperti pada
Klasifikasi Pegawai Menurut Golongan
No Golongan Jumlah
1 II/A 25
2 II/B 23
3 II/C 3
4 II/D 5
5 III/A 30
6 III/B 17
7 III/C 12
8 III/D 4
9 IV/A 2
Jumlah 121
Sumber : Bagian Sumber Daya Manusia PT. Kereta Api Indonesia
Klasifikasi Pegawai Menurut Pendidikan
No Tingkat Pendidikan Jumlah
1 D3 3
2 S1 14
3 SD 5
4 SLTA 94
5 SLTP Umum 5
Jumlah 121
BAB V
PENYAJIAN DATA
Penulis akan menyajikan data Penulis akan menyajikan penelitian yang
telah dilakukan selama penulisan skripsi ini dengan menyebarkan kuesioner.
Adapun kuesioner yang disebarkan terdiri atas 2 variabel, yaitu :
Variabel Penelitian, yaitu :
a. Variabel bebas / Pengawasan(X) terdiri atas 12 pertanyaan
b. Variabel terikat / Produktivitas Kerja (Y) terdiri atas 10 pertanyaan
Dalam bab ini digambarkan data-data yang diperoleh di lapangan.
Penguraian berupa data-data karakteristik responden dan data variabel penelitian
yang menggunakan tabel tunggal. Data yang diperoleh tergolong dalam skala
ordinal, populasi penelitian adalah sebanyak 121 orang dan menggunakan 15%
untuk menarik sampel maka diperoleh sampel sebanyak 18.15 dibulatkan menjadi
20 orang.
A. Karakteristik Responden
Penyajian Penyajian karakteristik responden bertujuan untuk mengenal ciri
– ciri khusus yang dimiliki responden sehingga memudahkan untuk mengadakan
analisis. Adapun karakteristik responden dapat dilihat pada tabel – tabel berikut
Tabel V.1 Distribusi Responden Berdasarkan Kelompok Umur
No USIA RESPONDEN JUMLAH PERSENTASE (%)
1 25-35 Tahun 10 Orang 33,3 %
2 36-50 Tahun 18 Orang 60 %
3 51 Tahun ke atas 2 Orang 6,7 %
JUMLAH 30 Orang 100,00 %
Sumber : Kuesioner 2014
Berdasarkan tabel Distribusi Responden Berdasarkan Kelompok Umur
diperoleh informasi bahwa mayoritas responden berusia 36 – 50 tahun yaitu
sebanyak 18 orang atau 60%, lalu diikuti responden berusia 25-35 tahun atau
33,3%, dan paling sedikit adalah yang berusia 51 tahun keatas sejumlah 2 orang
orang atau 6,7%.
Tabel V.2 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
No RESPONDEN JUMLAH PERSENTASE (%)
1 Laki-laki 18 Orang 60 %
2 Perempuan 12 Orang 40 %
JUMLAH 30 Orang 100,00 %
Sumber : Kuesioner 2014
Berdasarkan tabel Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
diperoleh informasi bahwa mayoritas responden adalah laki – laki yaitu sebanyak
Tabel V.3 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan
No PENDIDIKAN
RESPONDEN
JUMLAH PERSENTASE (%)
1 SD - -
2 SLTP 2 Orang 6,7 %
3 SLTA 15 Orang 50%
4 D3 3 Orang 10 %
5 S1 10 Orang 33,3 %
6 S2 - -
JUMLAH 30 Orang 100,00 %
Sumber : Kuesioner 2014
Berdasarkan tabel Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan
diperoleh informasi bahwa mayoritas responden berpendidikan terakhir S1 yaitu
sejumlah 10 orang atau 33,3%, 3 orang atau 10% berpendidikan terakhir D3, 2
atau 6,7 % orang berpendidikan terakhir SLTP, dan 15 orang atau 50%
berpendidikan terakhir SLTA.
Tabel V.4 Distribusi Responden Berdasarkan Masa Kerja
No Masa Kerja/Tahun JUMLAH PERSENTASE (%)
1 < 5 5 Orang 16,7 %
2 5 – 10 15 Orang 50 %
3 10 – 15 8 Orang 26,6 %
JUMLAH 30 Orang 100,00 %
Sumber : Kuesioner 2014
Berdasarkan tabel Distribusi Responden Berdasarkan Masa Kerja
diperoleh informasi bahwa mayoritas responden adalah bekerja 5-10 tahun
sejumlah 15 orang atau 50%, 10 – 15 tahun sejumlah 6 orang atau 26,6%, < 5
tahun sejumlah 5 orang atau 16,7%, 15 – 20 tahun sejumlah 2 orang atau 6,7%.
B. Distribusi Jawaban
B.1 Distribusi Jawaban Variabel Pengawasan ( X )
Tabel V.5 Distribusi Jawaban Responden Mengenai Karyawan Memerlukan Pemantauan Atas Kinerja Agar Dapat Menjalankan Kinerja Secara Baik
No Jawaban Responden Frekuensi Persentase
1 Sangat Setuju 6 20 %
2 Setuju 20 66,7 %
3 Kurang Setuju 4 13,3 %
4 Tidak Setuju 0 0 %
5 Sangat Tidak Setuju 0 0 %
Jumlah 30 100 %
Sumber: Kuesioner 2014
Berdasarkan tabel Karyawan Memerlukan Pemantauan Atas Kinerja Agar
Dapat Menjalankan Kinerja Secara Baik, diperoleh informasi bahwa mayoritas
responden menjawab setuju sejumlah 20 orang atau 66,7% dan sebanyak 6 orang
atau 20% menjawab sangat setuju. Responden yang menjawab setuju dan sangat
dibutuhkan pemantauan. Sedangkan sebanyak 4 orang atau 13,3% menjawab
kurang setuju. Responden yang menjawab kurang setuju berpendapat untuk
menjalankan kinerja yang baik tidak diperlukan pemantauan. Berdasarkan dari
data diatas maka mayoritas responden berpendapat bahwa karyawan Kereta Api
(Persero) Divisi Regional Sumatera Utara memerlukan pemantauan atas kinerja
agar dapat menjalankan kinerja secara baik.
Tabel V.6 Distribusi Jawaban Responden Mengenai Pemantauan Membantu Untuk Meningkatkan Partisipasi Karyawan Dalam Volume Pekerjaan
No Jawaban Responden Frekuensi Persentase
1 Sangat Dapat Membantu 6 20 %
Sumber : Kuesioner 2014
Berdasarkan tabel Pemantauan Membantu Untuk Meningkatkan Partisipasi
Karyawan Dalam Volume Pekerjaan, diperoleh informasi bahwa mayoritas
responden menjawab dapat membantu sejumlah 20 orang atau 66,7% dan
sebanyak 6 orang atau13,3% menjawab sangat dapat membantu. Responden yang
menjawab dapat membantu dan sangat dapat membantu karena responden