• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Risiko Penjualan Pada Usaha Reptil Di Kota Jakarta (Studi Kasus, Savera Reptile Jakarta)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Risiko Penjualan Pada Usaha Reptil Di Kota Jakarta (Studi Kasus, Savera Reptile Jakarta)"

Copied!
86
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS RISIKO PENJUALAN PADA USAHA REPTIL

DI KOTA JAKARTA

(Studi Kasus: Savera Reptile Jakarta)

ALDRIAN NURANDA FIKRI

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Risiko Penjualan Pada Usaha Reptil di Kota Jakarta (Studi kasus: Savera Reptile Jakarta) merupakan karya saya dengan arahan dari dosen komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Desember 2014

(4)
(5)

Kota Jakarta (Study Kasus: Savera Reptile Jakarta). Dibimbing oleh Netti Tinaprilla.

Permasalahan yang dihadapi Savera Reptile ialah tingkat fluktuasi penjualan hewan reptil yang dapat menyebabkan produk reptil tidak terjual. Tujuan dari penelitian ini mengidentifikasi sumber-sumber risiko penjualan, menganalisis risiko penjualan, serta merumuskan alternatif penanganan yang dilakukan untuk mengatasi risiko penjualan hewan reptil. Metode yang digunakan ialah pemetaan risiko, analisis deskriptif, analisis z-score, dan analisis Value at Risk. Sumber risiko penjualan yang terjadi pada Savera Reptile yaitu tampilan fisik produk, persaingan pasar, serangan penyakit, pemeliharaan, dan dayabeli masyarakat. Status sumber risiko terbesar yang dihadapi ialah persaingan pasar sedangkan yang terendah ialah pemeliharaan. Alternatif penanganan yang dapat dilakukan yaitu preventif dan mitigasi.

Kata Kunci: Bisnis Reptil, Risiko penjualan, Fluktuasi Penjualan

ABSTRACT

ALDRIAN NURANDA FIKRI. Sales Risk Analysis On Reptile Business In Jakarta (Case Study: Savera Reptile Jakarta). Supervised by NETTI TINAPRILLA.

The problems faced by Savera Reptile is sales fluctuation of reptile that tend to fluctuate. This research aims to identify the risk of sales, analyzing risk status, and formulates an alternative treatment that can be used in order to overcome price risk animals of reptiles. This research use several method such as risk mapping, descriptive analyze, z-score, and Value at Risk. Sales risk source that happened in Savera Reptile due to high product was lack of selling and high mortality rates, this was due to product quality, market competition, disease, food

availability, and the community’s purchasing power. The biggest risk source challenge is market competition while the lowest is the food availability. The handling alternative which can reduce of risk occurence are prevention and mitigation.

(6)
(7)

(Studi Kasus: Savera Reptile Jakarta)

ALDRIAN NURANDA FIKRI

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi

pada

Departemen Agribisnis

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(8)
(9)

NIM : H34114059

Disetujui oleh

Dr. Ir. Netti Tinaprilla, MM. Pembimbing

Diketahui oleh

Dr. Ir.Dwi Rachmina, M.Si Ketua Departemen

(10)
(11)

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan

karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Risiko Penjualan Pada Usaha Reptil di Kota Jakarta (Study Kasus: Savera Reptile Jakarta)”. Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk lulus dari Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr. Ir Netti Tinaprilla, MM selaku dosen pembimbing yang telah banyak memberi saran. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Bapak Robert, Ibu Lyna, Pak Iwan, dan Ibu Queen yang telah bersedia menjadi responden dalam penelitian ini, serta anggota Savera Reptile lain yang telah membantu selama pengumpulan data. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, dan seluruh keluarga, serta teman-teman atas segala doa dan kasih sayangnya.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Desember 2014

(12)
(13)

DAFTAR ISI xi

DAFTAR TABEL xiii

DAFTAR GAMBAR xiii

DAFTAR LAMPIRAN xiv

PENDAHULUAN 1

Rumusan Masalah 4

Tujuan Penelitian 5

Manfaat Penelitian 5

TINJAUAN PUSTAKA 5

Agribisnis Hewan Reptil 5

Risiko komoditi Agribisnis 7

Sumber – sumber risiko 9

Strategi Pengelolaan Risiko 10

KERANGKA PEMIKIRAN 11

Kerangka Pemikiran Teoritis 11

Konsep Dasar Risiko dan Ketidakpastian 11

Tipe-Tipe Resiko 11

Sumber – Sumber Risiko 13

Pengukuran Risiko 14

Pemetaan Risiko 15

Manajemen Risiko 16

Konsep Permintaan, Penawaran, dan Harga 18

Fluktuasi Penjualan 19

Kerangka Pemikiran Operasional 21

METODE PENELITIAN 22

Lokasi dan Waktu Penelitian 22

Data dan Sumber Data 22

Metode Pengumpulan Data 22

Metode Analisis Data 22

Analisis Kuantitatif 23

Analisis Probabilitas Risiko 23

Pengukuran Dampak Risiko 24

Analisis Manajemen Risiko 24

HASIL DAN PEMBAHASAN 26

Sejarah dan Perkembangan Savera Reptile 26

Visi, Misi dan Motto Savera Reptile 27

(14)

Identifikasi Sumber Resiko di Savera Reptile 30 Analisis Probabilitas Risiko Penjualan Pada Hewan Reptil 38 Analisis Dampak Risiko Penjualan Hewan Reptil 43

Tampilan Fisik Produk 43

Persaingan Pasar 44

Serangan Penyakit 45

Pemeliharaan 45

Daya Beli Masyarakat 46

Pemetaan Risiko Penjualan Hewan Reptil 47

Alternatif Penanganan Risiko 49

Strategi Preventif 49

Simpulan 60

Saran 60

(15)

1 Daftar Peserta Kontes Reptil Yang di Adakan Di Kota Jakarta Tahun 2007-2013 1

2 Jenis hewan reptil serta negara tujuan produk reptil ular asal Indonesia (%) Selama

tahun 2000-2003 2

3 Harga Jual Reptil Pada Pengusaha X di Kota Bogor Pada Bulan Februari 2014 3

4 Contoh – contoh risiko murni 12

5 Contoh – contoh risiko spekulatif 13

6 Reptil Tidak Terjual Akibat Sumber Risiko Tampilan Fisik Produk 32

7 Reptil Tidak Terjual Akibat Sumber Risiko Persaingan Pasar 34

8 Reptil Tidak Terjual Akibat Sumber Risiko Serangan Penyakit 35

9 Reptil Tidak Terjual Akibat Sumber Risiko Pemeliharaan 36

10 Reptil Tidak Terjual Akibat Sumber Risiko Daya Beli Masyarakat 37

11 Probabilitas Sumber Risiko Tampilan Fisik Produk 39

12 Probabilitas Sumber Risiko Persaingan Pasar 40

13 Probabilitas Sumber Risiko Serangan Penyakit 41

14 Probabilitas Sumber Risiko Pemeliharaan 41

15 Probabilitas Sumber Risiko Daya Beli Masyarakat 42

16 Dampak sumber risiko tampilan fisik produk reptil pada tingkat harga Rp 340.054 44

17 Dampak Sumber Risiko Penjualan Hewan Reptil Akibat Persaingan Pasar Pada

Tingkat Harga Rp. 340.054 44

18 Dampak Sumber Risiko Penjualan Hewan Reptil Akibat Serangan Penyakit Pada

Tingkat Harga Rp. 340.054 45

19 Dampak Sumber Risiko Penjualan Hewan Reptil Akibat Pemeliharaan Pada

Tingkat Harga Rp. 340.054 46

20 Dampak Sumber Risiko Penjualan Hewan Reptil Akibat Daya Beli Masyarakat

Pada Tingkat Harga Rp. 340.054 46

21 Probabilitas, Dampak dan Status Risiko 47

22 Jenis Penyakit dan Penangan 52

23 Strategi Mitigasi Sumber Risiko Persaingan Pasar 56

24 Data Penjualan Hewan Reptil di Savera Reptile Periode Desember 2013-April

2014 59

DAFTAR GAMBAR

1 Fluktuasi harga reptil pada usaha reptil di pengusaha Y tahun 2012-2013 di kota

bogor 3

2 Fluktuasi Penjualan Reptil di Savera Reptile Periode Desember 2013-April 2014 4

3 Peta Risiko, Kountur (2008) 16

4 Sistematika pengelolaan risiko, Kountur (2008) 17

(16)

8 Penghindaran Risiko (Strategi Preventif) 25

9 Meminimalisir dampak risiko (Strategi Mitigasi) 26

10 Struktur Organisasi Savera Reptile 28

11 Pemetaan Risiko Penjualan Hewan Reptil 48

12 Strategi Preventif Pada Sumber Risiko Tampilan Fisik Produk 50

13 Strategi Preventif Pada Sumber Risiko Persaingan Pasar 51

14 Strategi Preventif Pada Sumber Risiko Serangan Penyakit 53

15 Strategi Preventif Pada Sumber Risiko Pemeliharaan 54

16Strategi Preventif Pada Sumber Risiko Daya Beli Masyarakat 55

17 Strategi Mitigasi pada Sumber Risiko Persaingan Pasar 57

18 Strategi Mitigasi pada Sumber Risiko Daya Beli Masyarakat 58

DAFTAR LAMPIRAN

1 Jenis dan Jumlah Reptil Hewan Ular yang Tersedia Pada Savera Reptile 63

2 Jenis dan Jumlah Reptil Hewan Kura-Kura yang Tersedia Pada Savera Reptile 64

3 Jenis dan Jumlah Reptil Hewan Kadal yang Tersedia Pada Savera Reptile 65

4 Lokasi dan Tempat Penelitian 66

5 Reptil Tidak Terjual Akibat Tampilan Fisik Produk 67

6 Reptil Tidak Terjual Akibat Penyakit 67

7 Pakan dan Peralatan Penunjang i

8 Hasil Perhitungan Probabilitas Risiko Penjualan Hewan Reptil di Savera Reptile

(17)

PENDAHULUAN

Agribisnis adalah bisnis berbasis usaha pertanian atau bidang lain yang mendukungnya, baik di sektor hulu maupun di sektor hilir.sebagai subjek tertentu, agribisnis berkaitan erat dengan mengelola aspek budaidaya, penyedia bahan baku, pengelolaan, pascapanen, proses pengolahan, himgga tahap pemasaran.

Objek agribisnis dapat berupa hewan, tumbuhan, serta organisme lainnya. Pemanfaatan sendiri dapat berarti juga menjual atau menukar untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari, pada bidang agribisnis di bagi menjadi kebutuhan primer, sekunder, dan tersier.

Kebutuhan manusia yang masuk kedalam kebutuhan primer terkait dengan agribisnis ialah pangan yang dapat diperoleh dari pertanian berupa beras, jagung, maupun umbi-umbian. Kebutuhan sekunder terkait dengan agribisnis ialah pakayan berbahan sutra yang dihasilkan dari benang-benang yang telah diolah dan berasal dari ulat sutra. Kebutuhan tersier yang berkaitan dengan agribisnis ialah kebutuhan untuk memelihara hewan peliharaan yang dihasilkan dari peternakan hewan seperti kucing, anjing, ular, dan kelinci.

Bisnis hewan peliharaan seperti kucing, anjing, kelinci dan reptil, merupakan bisnis yang saat ini sedang berkembang. Memelihara reptil menurut pendapat sebagian orang merupakan hobi yang unik. Keberadaan komunitas pecinta reptil menjadi indikasi bahwa memelihara hewan reptil semakin di gemari oleh banyak orang.

Daftar komunitas pecinta hewan reptile di kota Jakarta adalah Reptile Corner, Djayakarta Reptile Community, Komunitas Reptil Jakarta, Obvious Community, Derik Merah, Derik Hijau, BCC, dan Sailfin Dragon Community. Komunitas-komunitas pecinta hewan reptil tersebut menjadi indikasi bahwa memelihara reptil semakin digemari oleh banyak orang. Kontes reptil pun sudah sering diadakan di beberapa kota di Indonesia. Kontes bertujuan untuk mensosialisasikan kepada masyarakat sehingga tidak lagi ada anggapan yang keliru mengenai pemeliharaan hewan reptil. Hal tersebut dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1 Daftar Peserta Kontes Reptil Yang di Adakan Di Kota Jakarta Tahun 2007-2013

Tahun Tempat Jumlah Peserta (orang)

2007 Jakarta ( Lap. Banteng) 159

2008 Jakarta (Lap. Banteng) 237

2009 Jakarta (WTC Mangga dua) 344 2010 Jakarta (WTC Mangga dua) 389 2011 Jakarta (WTC Mangga dua) 451

2012 Jakarta (Lap. Banteng) 743

2013 Jakarta (WTC Mangga dua) 723 Sumber: Panitia Reptile National Event and Contest 20131

1

(18)

Menurut daftar CITES (Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora) sejak tahun 1983-1999 dengan adanya sosialisasi mengenai terancamnya kepunahan melalui kategori daftar hewan dilindungi tingkat 1 yang berarti hewan yang terancam punah dan dilarang untuk di perjualbelikan dapat menekan tingkat kepunahan komoditi tersebut. Adapun salah satu komoditi yang telah berubah status dari hewan dilindungi tingkat 1 menjadi hewan dilindungi tingkat 2 yaitu buaya muara yang saat ini sudah banyak di tangkarkan sehingga populasinya meningkat secara pesat.

Oleh sebab itu saat ini buaya muara dan beberapa hewan reptil yang tidak masuk kedalam hewan dilindungi tingkat 1 sudah dapat di ekspor kenegara-negara tujuan yang membutuhkan hewan tersebut baik sebagai hewan peliharaan maupun sebagai bahan baku industri. Berikut ialah jenis hewan reptil yang diekspor ke-negara-negara peminat hewan reptil.

Tabel 2 Jenis hewan reptil serta negara tujuan produk reptil ular asal Indonesia (%) Selama tahun 2000-2003

No Jenis Negara Tujuan Persentase (%)

1 Python Reticulatus - Amerika Serikat - Spanyol 2 Ptyas Mucocus - Amerika Serikat

- Spanyol 4 Carberus Rhycops - Amerika Serikat

- Hongkong

Sumber: Pelaksanaan Konvensi CITES di Indonesia (Soehartono, 2003).

(19)

Adapun keuntungan yang dapat di peroleh ialah 25%-300% dari modal yang dikeluarkan. Hal tersebut dapat di lihat pada studi pendahuluan pada pengusaha X di kota bogor.

Tabel 3 Harga Jual Reptil Pada Pengusaha X di Kota Bogor Pada Bulan Februari 2014

Jenis Reptil Modal (Rp) Harga Jual (Rp) Keuntungan (%)

Reticulatus Python 60.000 150.000 150

Albino Molurus Python 1.650.000 2.200.000 33,33

Green Tree Python 300.000 400.000 33,33

Candoia Carinata 35.000 100.000 185,71

Boa Constrictor Imperator 850.000 1.100.000 29,41

Sumber: Pengusaha X di Kota Bogor

Tingginya keuntungan ini berdampak pada semakin banyaknya penjual reptil. Saat ini yang menjadi sorotan dalam usaha reptil ialah adanya permintaan pasar yang menitik beratkan pada kualitas produk dan keunikan dari produk reptil yang ditawarkan. Dari hal-hal tersebut muncul permasalahan baru yang dapat mengurangi pendapatan dari pengusaha reptil. Salah satunya ialah timbulnya fluktuasi harga yang mempengaruhi penjualan hewan reptil. Hal tersebut dapat kita lihat pada gambar 1.

Gambar 1 Fluktuasi harga reptil pada usaha reptil di pengusaha Y tahun 2012-2013 di kota bogor

(20)

lebih mendalam mengenai risiko penjualan pada usaha reptil agar pengusaha reptil dapat bertahan dalam menjalankan usaha tersebut.

Rumusan Masalah

Sejak tahun 1983, bisnis reptil tidak mengunakan konsep pelestarian satwa. Pelaku usaha mengeksploitasi dengan semena – mena terhadap satwa untuk dijual kulitnya, organ tubuhnya, dan sebagainya untuk dijadikan hiasan rumah, aksesoris pribadi atau obat - obatan. Setelah munculnya peraturan peraturan terkait pelestarian lingkungan hidup maka hewan - hewan tersebut dikembangbiakan secara bijaksana. Hal ini menjdai bisnis yang menarik terutama di jakarta. Mengingat permintaan pasar yang semakin meningkat, hewan reptil tersebut menjanjikan keuntungan yang besar bagi pengusaha atau investor sepanjang usaha itu bijaksana. Selain dengan peraturan pelestarian satwa, kini telah berdiri komunitas – komunitas pengembangan usaha reptile. Bisnis reptile ini diusahakan baik secara individu maupun kelompok.

Banyaknya pengusaha yang tujuannya ke bisnis reptile di Jakarta ini menimbulkan masalah baru yaitu persaingan. Setiap pebisnis berusaha untuk menjual reptil dengan kualitas tinggi. Kualitas reptil ditentukan dengan melihat kesehatan, keindahan corak, keamanan dan legalitas. Reptil ini perlu dipelihara dengan baik agar menghasilkan kualitas baik pula. Namun jika produk ini tidak segera terjual, maka akan menjadi beban biaya pemeliharaannya yang nantinya akan menimbulkan kerugian dalam penjualan hewan reptil. Berikut ialah fluktuasi penjualan yang terjadi pada Savera Reptile Jakarta.

Gambar 2 Fluktuasi Penjualan Reptil di Savera Reptile Periode Desember 2013-April 2014

(21)

menderita kerugian karena persaingan dengan peternak lokal dan importir hewan reptil. Hal ini semakin dipicu oleh biaya pemeliharaan dari hewan reptil itu sendiri. Hal tersebut dapat mengakibatkan produk yang terjual semakin berfluktuasi akibat harga yang dinaikan sesuai dengan pengeluaran hewan tersebut. Oleh sebab itu penulis melakukan penelitian mengenai risiko penjualan pada Savera Reptile yang merupakan salah satu pengusaha reptil terbesar di kota Jakarta. Berdasarkan uraian diatas, permasalahan penelitian ini dapat dirumuskan sebagai :

1. Apa saja yang menjadi sumber – sumber risiko penjualan pada usaha reptil di Savera Reptile?

2. Seberapa peluang dan dampak risiko penjualan yang ditimbulkan dari sumber risiko tersebut ?

3. Strategi apa yang dapat diterapkan untuk menekan risiko penjualan tersebut ?

Tujuan Penelitian

1. Menganalisis sumber – sumber risiko penjualan pada Savera Reptile. 2. Menganalisis peluang terjadinya risiko penjualan dan dampak yang

ditimbulkan akibat resiko penjualan tersebut.

3. Menganalisis alternatif strategi untuk menekan risiko penjualan tersebut.

Manfaat Penelitian

1. Bagi pengusaha dan calon pengusaha reptil tulisan ini berguna sebagai reverensi pengembangan usaha melalui antisipasi risiko yang ditimbulkan. 2. Bagi penulis, tulisan ini berguna sebagai aplikasi teori yang telah

diperoleh di bangku kuliah kedalam kondisi di lapangan sehingga penulis dapat memahami risiko penjualan dari usaha reptil baik secara teori maupun empirik.

3. Bagi pemerintah, sebagai salah satu referensi untuk mengetahui risiko penjualan usaha reptil dan strategi pengelolaan risikonya, sehingga dapat menjadi aman dalam kebijakan pengembangan usaha reptil yang berwawasan pelestarian.

TINJAUAN PUSTAKA

Agribisnis Hewan Reptil

(22)

tertentu dapat mengelupas atau melakukan pergantian kulit baik secara total maupun sebagain. Pengelupasan secara total misalnya pada anggota sub-ordo ophidia dan pengelupasan sebagian pada anggota sub-ordo lacertilia. Sedangkan pada ordo chelonia dan crocodilia sisiknya hampir tidak pernah mengalami pergantian atau pengelupasan. Kulit pada Reptil memiliki sedikit sekali kelenjar kulit.

Reptilia merupakan kelompok vertebrata yang beradaptasi untuk hidup di darat dengan lingkungannya kering. Adanya sisik dan kulit yang menanduk mencegah hilangnya kelembaban tubuh dan membantu hewan untuk hidup di permukaan yang kasar. Nama kelas Reptilia menunjukkan cara berjalan (latin: retum=melata). Reptilia tersebar baik di daerah teropis maupun daerah subtropics. Pada daerah-daerah yang mendekati kutub dan tempat-tempat yang lebih tinggi jumlah dan jenisnya makin sedikit.

Fosil Reptilia ditemukan dalam ukuran yang bervariasi, dari kecil sampai berukuran besar. Dari Reptilia yang ada pada masa sekarang, anaconda di Amerika Serikat dapat tumbuh sampai 990 cm, komodo (varanus komodoensis) memiliki panjang tubuh 285 cm. Beberapa jenis kura-kura darat dari pulau Galapagos mencapai panjang 120 cm. Buaya yang ditemukan tahun 1821 di Luzzon Philipina mencapai panjang 610 cm. Ular Laptotyphlops dari Siria berukuran seperti jarum renda, dan ada pula kadal Lepidoblepharis dari Panama yang panjangnya 5 cm. sebagian besar di Amerika Utara berukuran 20-120 cm, dan kadal dengan panjang di bawah 30 cm.

Kelompok reptil seperti kadal, ular dan kura-kura merupakan hewan-hewan yang fertilisasinya terjadi di dalam tubuh (fertilisasi internal). Umumnya reptil bersifat ovipar, namun ada juga reptil yang bersifat ovovivipar, seperti ular garter dan kadal. Telur ular garter atau kadal akan menetas di dalam tubuh induk betinanya. Namun makanannya diperoleh dari cadangan makanan yang ada dalam telur. Reptil betina menghasilkan ovum di dalam ovarium. Ovum kemudian bergerak di sepanjang oviduk menuju kloaka. Reptil jantan menghasilkan sperma di dalam testis. Sperma bergerak di sepanjang saluran yang langsung berhubungan dengan testis, yaitu epididimis. Dari epididimis sperma bergerak menuju vas deferens dan berakhir di hemipenis. Hemipenis merupakan dua penis yang dihubungkan oleh satu testis yang dapat dibolak-balik seperti jari-jari pada sarung tangan karet. Pada saat kelompok hewan reptil mengadakan kopulasi, hanya satu hemipenis saja yang dimasukkan ke dalam saluran kelamin betina.

Ovum reptil betina yang telah dibuahi sperma akan melalui oviduk dan pada saat melalui oviduk, ovum yang telah dibuahi akan dikelilingi oleh cangkang yang tahan air. Hal ini akan mengatasi persoalan setelah telur diletakkan dalam lingkungan basah. Pada kebanyakan jenis reptil, telur ditanam dalam tempat yang hangat dan ditinggalkan oleh induknya. Dalam telur terdapat persediaan kuning telur yang berlimpah.

(23)

Selain itu, reptil merupakan satwa dilindungi Undang-undang negara RI, sehingga pemanfaatannya mulai dari penangkaran, perijinan hingga prosedur ekspor harus memenuhi aturan-aturan yang berlaku sesuai dengan Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.57/Menhut-II/2008 Tentang Arahan Strategis Konservasi Spesies Nasional 2008 – 2018.

Untuk kegiatan perdagangan ke luar negeri jenis hewan reptil dapat dilakukan oleh Badan Usaha yang telah memiliki izin sebagai pengedar hewan reptil ke luar negeri. Izin sebagai pengedar hewan reptil ke luar negeri diterbitkan oleh Direktur Jenderal perlindungan Hutan dan Konservasi Alam, Departemen Kehutanan. Pemegang izin sebagai pengedar ke luar negeri dapat mengangkut/mengirim hewan reptil ke luar negeri sesuai ketentuan yang berlaku yang dilengkapi dengan dokumen CITES-ekspor. Beberapa yang sudah memiliki izin edar hewan reptil di Indonesia berada di Kota Jakarta.

Keluar atau masuknya suatu produk reptil harus memenuhi persyaratan-persyaratan yang berlaku, yaitu memenuhi surat keterangan kesehatan hewan ( Veteriner Health certificate yang dikeluarkan oleh Instansi yang berwenang ( Dinas Peternakan atau Dinas yang membidangi Peternakan ) dari daerah asal pemerintah kota atau kabupaten, Izin / Rekomendasi ekspor ternak dari instansi yang berwenang, surat izin pengeluaran / Cites dari Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam ( PHKA ) khusus satwa liar seperti : burung,reptil, kera dan satwa liar lainnya baik yang masih hidup maupun yang sudah mati / diawetkan, serta produk – produknya, dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan / diminta oleh negara pengimpor / tujuan.

Risiko komoditi Agribisnis

Arfah (2009) meneliti tentang Analisis Risiko Penjualan Anggrek Phalaenopsis pada PT Eka Karya Graha Flora di Cikampek, Jawa Barat. Permasalahan penjualan yang terjadi diperusahaan disebabkan adanya klaim penjualan tanaman anggrek Phalaenopsis baik pemasaran lokal maupun ekspor. Klaim penjualan ini disebabkan karenaadanya pengembalian tanaman dan pemusnahan tanaman, kontaminasi dan kerusakan mekanis, serta tanaman yang tidak sesuai dengan criteria standar pemesanan. Adanya risiko penjualan ini dapat mempengaruhi realisasi penjualan dan ketidakpastian terhadap keuntungan atau pendapatan yang akan diperoleh perusahaan. Analisis risiko menggunakan variance, standard deviation, coefficient variation pada kegiatan spesialisasi dan analisis pendapatan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa risiko penjualan pada kegiatan spesialisasi berdasarkan realisasi penjualan anggrek Phalaenopsis pada pasar lokal dan ekspor diperoleh risiko tertinggi yaitu pasar ekspor sebesar 0,114. Sedangakan risiko terendah pada pasar lokal sebesar 0,099. Hal ini dikarenakan penjualan pada pasar ekspor sangat rentan terhadap klaim penjualan yang mengakibatkan pengembalian dan pemusnahan tanamanserta kerusakan mekanis dibandingkan pada pasar lokal.

(24)

dendrobium campur sedang, dan dendrobium campur kecil. Penelitian ini menggunakan metode analisis risiko yaitu variance, standard deviation, dan coefficient variation serta melihat pengaruh diversifikasi untuk mengurangi risiko. Indikasi adanya risiko dalam usaha pemeliharaan dan penjualan dendrobium terlihat dari nilai penjualan yang berfluktuasi. Sumber risiko pada tahapan pra penjualan disebabkan oleh perubahan iklim dan cuaca serta serangan hama yang dapat menurunkan jumlah persediaan. Risiko dalam penjualan (pasar) disebabkan oleh fluktuasi harga jual, kerusakan tanaman pada proses pengiriman, dan selera konsumen yang tidak sesuai dengan jenis anggrek yang dijual.

Berdasarkan hasil penilaian risiko tunggal menggunakan ukuran coefficien variation diketahui bahwa usaha penjualan kelompok dendrobium canpur sedang menghadapi risiko tertinggi dibandingkan dengan kelompok dendrobium lainnya yaitu sebesar 0,764. Pada hasil analisis risiko usaha diversifikasi antara dua kelompok dan tiga kelompok dendrobium, diperoleh kombinasi yang memiliki nilai risiko paling tinggi yaitu dendrobium campur besar dan sedang sebesar 0,737. Sedangkan nilai risiko paling rendah dimiliki oleh kombinasi dendrobium campur besar dan kecil sebesar 0,433.

Solihin (2009) meneliti tentang risiko produksi dan harga serta pengaruhnya terhadap pendapatan peternakan ayam broiler CV AB Farm, Kecamatan Bojonggenteng, Sukabumi. Risiko yang dihadapi perusahaan adalah risiko produksi akibat perubahan cuaca dan wabah penyakit serta kualitas sapronak. Sedangkan risiko harga yang terjadi akibat fluktuasi harga sarana produksi ternak tiap periodenya dengan tren harga yang terus naik. Begitu juga dengan harga jual ayam dipasar yang fluktuatif.Dengan harga pakan yang tinggi dan harga jual ayam yang rendah menyebabkan pendapatan peternak rendah dan bahkan merugi. Pengolahan dan analisis data dilakukan dengan menggunakan Variance, Standard Deviation, Coefficient Variation, dan metode Z-score. Berdasarkan hasil analisa, nilai expected return CV AB Farm sebesar Rp -17.765.158 dengan nilai coefficient variation adalah 2,63. Risiko produksi yang terjadi akibat penyimpangan Indeks Prestasi Produksi perusahaan terhadap Indeks Prestasi Produksi standar yang seharusnya dicapai selama tujuh periode sebesar 23,0% (Tabel Z-Score).

(25)

Namun permintaan tidak responsif terhadap perubahan harga bawang merah dan pendapatan. Respon permintaan bawang merah terhadap perubahan pendapatan akan lebih elastis apabila didukung oleh peningkatan industri pengolahan bawang merah. Lebih lanjut, penelitian Tentamia menunjukkan bahwa harga bawang merah di tingkat produsen Jawa Tengah dan Luar Jawa Tengah dipengaruhi oleh harga di tingkat konsumen Indonesia namun dengan respon yang bersifat inelastis. Hal ini disebabkan antara lain oleh marjin pemasaran bawang merah yang cukup tinggi. Faktor lain yang berpengaruh sangat nyata terhadap harga bawang merah di Jawa Tengah dan Indonesia adalah penawaran. Dalam jangka panjang harga bawang merah di Indonesia bersifat responsif terhadap perubahan penawaran.

Amri (2011) meneliti tentang Risiko Harga Sayuran di Indonesia. Analisis risiko dilakukan dengan menganalisis tingkat risiko harga kentang, kubis, dan tomat dengan menggunakan model ARCH-GARCH dan perhitungan Value at Risk (VaR). Model yang diajukan untuk kentang, kubis, dan tomat adalah GARCH (1,1) yang berarti bahwa pola pergerakan harga komoditas tersebut dipengaruhi oleh volatilitas dan varianharga pada satu hari sebelumnya. Berdasarkan nilai VaR, menunjukkan bahwa kenaikan penerimaan sebesar satu rupiah akan meningkatkan risiko harga kentang sebesar 6,42 persen, kubis sebesar 16,12 persen, dan tomat sebesar 15,46 persen. Risiko terendah pada periode satu hari terjadi pada komoditi kentang, tetapi pada periode tujuh dan 14 hari cenderung meningkat dibandingkan komoditas kubis dan tomat. Hal ini disebabkan oleh besarnya investasi yang dilakukan pedagang untuk komoditas kentang dalam waktu satu hari. Sedangkan untuk komoditas kubis dan tomat pada periode satu hari memiliki nilai yang lebih besar karena kedua komoditas ini memiliki karakteristik mudah busuk dan tidak tahan lama. Oleh sebab itu, kedusa komoditas ini harus terjual dalam satu hari.

Sumber – sumber risiko

(26)

Strategi Pengelolaan Risiko

Strategi pengelolaan risiko perlu dilakukan agar dapat meminimalisir dampak dari risiko yang ditimbulkan. Beberapa penelitian terdahulu banyak yang menggunakan pemetaan risiko untuk mengetahui alternatif pilihan strategi yang dijalankan oleh perusahaan yang diteliti pada masing-masing penelitian. Pemetaan risiko dapat dibuat jika sebelumnya telah mengukur probabilitas risiko dan dampak dari risiko yang ditimbulkan dari kegiatan penelitian.

Menurut (Arfah,2009) Strategi yang dilakukan oleh PT Eka Karya Graha Flora dalam meminimalisir risiko penjualan dan pengembangan usaha anggrek phaleopsis di perusahaan tersebut dengan melakukan peningkatan teknologi pada pengaturan cahaya green house, penerapan teknologi biopestisida sebagai pengendali hama dan penyakit, bimbingan manajemen mutu dan pasca panen. Penanganan risiko juga dapat dilakukan dengan menerapkan sistem standar operasional terhadap kebijakan mutu produk. Selain itu perlu adanya peningkatan manajemen perusahaan dengan melakukan fungsi-fungsi manajemen yang terarah dengan baik.

Menurut (Pangabean,2011) strategi yang dapat dilakukan ialah Diversifikasi pada beberapa kelompok dendrobium yang dapat menekan risiko, namun diversifikasi tidak serta merta dapat menghilangkan risiko sepenuhnya. Saran yang direkomendasikan adalah integrasi vertikal, diversifikasi usaha, kontrak pemasaran dan perbaikan sarana serta prasarana produksi. Hal yang cukup penting untuk diterapkan adalah strategi kontrak pemasaran, yaitu untuk mengurangi besarnya pengaruh risiko harga dalam pengusahaan dendrobium. Selain itu memperbaikipenerapan dalam penanganan serangan hama dan penyakit yang dapat mematikantanaman.

Menurut (Tentamia, 2002) strategi yang dapat dilakukan dalam mengendalikan fluktuasi harga bawang merah di Indonesia ialah dengan menurunkan fluktuasi produksi dari setiap produk. Dengan mengurangi fluktuasi diharapkan dapat mengurangi fluktuasi harga produk sehingga dapat meningkatkan harga jual dari produk yang ditawarkan.

(27)

KERANGKA PEMIKIRAN

Kerangka Pemikiran Teoritis

Penelitian ini disusun melalui dasar pemikiran yang dilandasi dengan konsep-konsep dan teori yang relevan guna memecahkan masalah penelitian. Dalam kerangka pemikiran teoritis ini, dijelaskan beberapa teori yang berkaitan erat dengan topik penelitian yang membahas risiko . Terdapat beberapa bahasan teori mengenai risiko yang akan diulas dalam kerangka teori ini, seperti konsep risiko dan ketidakpastian, tipe-tipe risiko, sumber-sumber risiko, pengukuran risiko, manajemen risiko.

Konsep Dasar Risiko dan Ketidakpastian

Di dalam sebuah kegiatan bisnis, pasti didapatkan beberapa masalah yang muncul yang mengakibatkan kerugian yang berdampak negatif pada kelangsungan usaha bisnis, sehingga masalah tersebut perlu ditangani pelaku kegiatan bisnis untuk mengurangi kerugian yang ditimbulkannya. Masalah-masalah yang muncul dalam kegiatan bisnis tersebut seringkali disebut sebagai risiko atau ketidakpastian oleh para pelaku bisnis, sehingga risiko dan ketidakpastian sangat erat kaitannya, namun keduanya memiliki makna yang berbeda. Risiko (Risk) diartikan sebagai peluang suatu kejadian yang dapat menimbulkan kerugian pada kegiatan usaha tertentu (Robinson & Barry, 1987; Harwood et al, 1999; & Kountur, 2006), dimana peluang kejadian tersebut dapat diukur kuantitasnya (Robinson & Barry, 1987; Djohanputro, 2008) dikarenakan tersedianya informasi apa yang terjadi (Hardaker, 1997; Kountur 2008) atau terdapat beberapa hasil/outcome dari data historis kegiatan terdahulu. Sedangkan Ketidakpastian sendiri diartikan sebagai peluang suatu kejadian yang dapat menimbulkan kerugian pada kegiatan usaha tertentu (Robinson & Barry, 1987; Harwood et al, 1999; Kountur, 2006), dimana peluang kejadian tersebut tidak dapat diukur kuantitasnya (Robinson & Barry, 1987; Djohanputro, 2008) dikarenakan tidak tersedianya informasi apa yang terjadi (Hardeker,1997; Kountur, 2008) atau tidak terdapat hasil outcome dari data historis kegiatan terdahulu.

Berdasarkan pengertian risiko dan ketidakpastian di atas, maka letak perbedaan antara risiko dan ketidakpastian terdapat pada bisa atau tidaknya dilakukan pengukuran kuantitatif terhadap peluang kejadian yang dapat menimbulkan kerugian pada kegiatan usaha bisnis, serta ada tidaknya data historis kegiatan terdahulu berupa hasil/outcome yang menunjang dalam kegiatan pengukuran tersebut. Di dalam penelitian ini, konsep risiko dijadikan sebagai acuan dalam penelitian, adanya peluang kejadian yang merugikan yang dapat diukur kuantitasnya berdasarkan data historis kegiatan terdahulu merupakan hal mutlak yang harus ada dalam kegiatan penelitian ini.

Tipe-Tipe Resiko

(28)

1. Resiko murni (pure risks) adalah resiko dimana kemungkinan kerugian ada, tetapi kemungkinan keuntungan tidak ada. Contoh : kecelakaan, kebakaran, kebanjiran dsb.

2. Resiko spekulatif adalah resiko dimana kita mengharapkan terjadinya kerugian dan juga keuntungan. Contoh: usaha bisnis, membeli saham. Disamping kategori murni dan spekulatif, resiko juga bisa dibedakan antara resiko yang dinamis dan statis. Resiko statis muncul dari kondisi keseimbangan tertentu. Contoh: resiko terkena petir merupakan resiko yang muncul dari kondisi alam yang tertentu. Karakteristik resiko ini praktis tidak berubah dari waktu kewaktu. Resiko dinamis muncul dari perubahan kondisi tertentu. Contoh: perubahan kondisi masyarakat semakin kritis, sadar akan haknya, maka resiko hukum (legal risk) yang muncul karena masyarakat lebih berani mengajukan gugatan hukum (sue) terhadap perusahaan akan semakin besar.

Resiko bisa bersifat subyektif dan obyektif. Resiko subyektif berkaitan dengan persepsi seseorang terhadap resiko. Dengan kata lain, kondisi mental seseorang akan menentukan kesimpulan tinggi rendahnya resiko tertentu. Contoh: untuk standar deviasi return pasar yang sama sebesar 25%, dua orang dengan kepribadian berbeda akan mempunyai cara pandang yang berbeda. Orang yang konservatif akan menganggap resiko investasi di pasar modal terlalu tinggi. Sementara bagi orang agresif, resiko investasi di pasar modal dianggap tidak terlalu tinggi. Resiko obyektif adalah resiko yang didasarkan pada observasi parameter yang obyektif. Contoh: fluktuasi harga atau tingkat keuntungan invetasi di pasar modal bisa diukur melalui standar deviasi, misal standar deviasireturn saham adalah 25% pertahun.

Tabel 4 Contoh – contoh risiko murni

TIPE RESIKO DEFINISI ILUSTRASI

Risiko aset fisik Risiko yang terjadi karena kejadian tertentu berakibat buruk (kerugian) pada aset fisik organisasi.

Kebakaran yang melanda gudang atau bangunan perusahaan. Banjir mengakibatkan kerusakan pada bangunan dan peralatan

Risiko karyawan Risiko karena karyawan organisasi mengalami peristiwa yang

Risiko legal Risiko kontrak tidak sesuai yang diharapkan, dokumentasi yang tidak benar.

Terjadi perselisihanm sehingga perusahaan lain menuntut ganti rugi yang signifikan.

Sumber: Kountur (2008)

(29)

Tabel 5 Contoh – contoh risiko spekulatif

TIPE RESIKO DEFINISI ILUSTRASI

Risiko pasar Risiko yang terjadi dari pergerakan harga atau volatilitas harga pasar.

Risiko kredit Risiko karena counter party / gagal memenuhi kewajibannya kepada perusahaan.

Debitur tidak bisa membayar cicilan dan bunga hutang, sehingga perusahaan mengalami kerugian. Piutang dagang tidak terbayar.

Risiko likuiditas Risiko tidak bisa memenuhi kebutuhan kas, resiko tidak bisa menjual dengan cepat karena ketidaklikuidan atau gangguan pasar.

Perusahaan tidak mempunyai kas untuk membayar kewajibannya (misal melunasi hutang). Perusahaan terpaksa menjual tanah dengan harga murah (dibawah standar) karena sulit menjual tanah tersebut (tidak likuid) padahal perusahaan membutuhkan kas dengan cepat. Risiko operasional Risiko kegiatan operasional tidak

berjalan lancar dan mengakibatkan kerugian, kegagalan sistem, human error, pengendalian dan prosedur yang kurang.

Risiko yang terjadi di dalam kegiatan suatu usaha beranekaragam jenisnya dan di tiap jenis risiko tersebut terdapat beberapa sumber atau penyebab yang menimbulkan munculnya jenis-jenis risiko tersebut. Jenis-jenis risiko yang sering dihadapi petani atau pelaku bisnis meliputi risiko produksi, risiko kelembagaan, risiko pasar atau harga, risiko kebijakan, dan risiko finansial (Harwood et al, 1999).

Risiko produksi berkaitan erat dengan peluang kejadian yang merugikan yang ada pada kegiatan produksi atau operasional suatu usaha. Sumber risiko atau penyebab munculnya risiko produksi yaitu gagal panen, rendahnya produktivitas, kerusakan barang (mutu tidak sesuai) yang ditimbulkan oleh serangan hama penyakit, perbedaan iklim, kesalahan sumberdaya manusia dan lain sebagainya.

Risiko kelembagaan berkaitan erat dengan aturan atau organisasi yang ada di sekitar usaha dan keberlangsungan kegiatan usaha. Sumber risiko yang menimbulkan risiko kelembagaan yaitu aturan tertentu yang membuat anggota suatu organisasi menjadi kesulitan untuk memasarkan ataupun meningkatkan hasil produksinya.

(30)

barang akibat ketidakpastian mutu, permintaan rendah, ketidakpastian harga output, inflasi, daya beli masyarakat, persaingan dan lain sebagainya, sedangkan sumber risiko yang menimbulkan risiko pasar input adalah terjadinya kenaikan harga input akibat inflasi menyebabkan sulitnya mencari sumber bahan baku yang terjangkau.

Risiko kebijakan berkaitan erat dengan kebijakan pemerintah setempat terhadap usaha yang dilakukan. Sumber risiko yang menyebabkan munculnya risiko kebijakan antara lain adanya suatu kebijakan tertentu yang dapat menghambat kemajuan suatu usaha, misalnya kebijakan tarif ekspor.

Risiko finansial merupakan risiko yang berkaitan erat dengan masalah keuangan yang ada pada usaha atau kegiatan bisnis yang sedang dijalankan. Sumber risiko yang menimbulkan risiko finansial meliputi adanya piutang tak tertagih, likuiditas yang rendah sehingga perputaran usaha menjadi terhambat, putarna barang rendah, laba menurun karena terjadinya krisis ekonomi dan lain-lain.

Berdasarkan penjelasan jenis risiko beserta sumber-sumber risiko yang dapat menimbulkan risiko pada kegiatan usaha, maka penelitian ini memfokuskan atau memusatkan ruang lingkupnya terhadap penelitian risiko pasar, sehingga sumber-sumber risiko yang dapat menyebabkan pasar seperti rendahnya produktivitas, kerusakan barang (mutu tidak sesuai) yang ditimbulkan oleh serangan penyakit, tidak terjualnya barang akibat ketidakpastian mutu, permintaan rendah, ketidakpastian harga output, inflasi, daya beli masyarakat, persaingan dan lain sebagainya, menjadi acuan dasar dalam kegiatan penelitian ini.

Pengukuran Risiko

Pengukuran risiko perlu dilakukan dalam rangka meminimalisir kerugian yang di dapat, dengan cara mendata serta mengurutkan sumber-sumber risiko yang terjadi sehingga terbentuk tingkat prioritas yang akan digunakan dalam pemilihan alternatif atau solusi dalam menghadapi beberapa sumber risiko tersebut. Pengukuran risiko yang menggunakan cara pengukuran kemungkinan terjadinya risiko bisa disebut dengan analisis probabilitas. Analisis probabilitas meliputi pengukuran kejadian yang merugikan dengan pengukuran dampak kerugian yang ditimbulkan dari kejadian merugikan tersebut. Analisis probbilitas, meliputi kegiatan pengukuran rata-rata kejadian berisiko, pengukuran nilai standar deviasi dari kejadian berisiko, penghitungan Z-score dan terakhir pengukuran dampak risiko dengan menggunakan metode Value at Risk (VaR). Pengukuran dampak risiko ini hanya dapat dilakukan apabila terdapat data historis sebelumnya. Hasil analisis probabilitas akan menunjukan tingkat kemungkinan terjadinya suatu sumber risiko beserta tingkat kerugian yang ditimbulkan dari sumber risiko tersebut (Kountur, 2008).

(31)

berupa pendapatan, produksi atau harga. Hasil keputusan yang tepat dalam menganalisis risiko suatu kegiatan usaha harus menggunakan perbandingan dengan satuan yang sama. Ukuran risiko yang dapat membandingkan dengan satuan yang sama adalah coefficient variation. coefficient variation merupakan ukuran yang tepat bagi pengambil keputusan dalam menilai suatu kegiatan usaha dengan mempertimbangkan risiko yang dihadapi untuk setiap return yang diperoleh dari kegiatan usaha tersebut. Dengan ukuran coefficient variation, penilaian risiko terhadap kegiatan usaha sudah dilakukan dengan ukuran yang sama yaitu besarnya risiko untuk setiap return. return yang diperoleh dapat berupa pendapatan, produksi atau harga.

Pemetaan Risiko

Menurut Djohanputro (2008), risiko selalu terkait dengan dua dimensi,pemetaan yang paling tepat juga menggunakan dua dimensi yang sama. Keduadimensi yang dimaksud adalah probabilitas terjadinya risiko dan dampaknya bilarisiko tersebut terjadi. Probabilitas yang merupakan dimensi pertama menyatakan tingkat kemungkinan suatu risiko terjadi. Semakin tinggi tingkat kemungkinan risiko terjadi, semakin perlu mendapat perhatian. Sebaliknya, semakin rendah kemungkikan risiko terjadi, semakin rendah pula kepentingan manajemen untuk memberi perhatian kepada risiko yang bersangkutan. Umumnya probabilitas dibagi menjadi tiga kategori yaitu tinggi, sedang, dan rendah.

Dimensi kedua yaitu dampak, merupakan tingkat kegawatan atau biaya yang terjadi jika risiko yang bersangkutan benar-benar menjadi kenyataan. Semakin tinggi dampak suatu risiko, maka semakin perlu mendapat perhatiankhusus. Sebaliknya, semakin rendah dampak yang terjadi dari suatu risiko makasemakin rendah pula kepentingan manajemen untuk mengalokasikan sumber dayauntuk menangani risiko yang bersangkutan. Umumnya dimensi dampak dibagimenjadi tiga tingkat yaitu tinggi, sedang, dan rendah.

Matriks antara kedua dimensi menghasilkan empat kuadran utama, menurut gambar 4, Kuadran I merupakan area dengan tingkat probabilitas sedang sampai tinggi dantingkat dampak sedang sampai tinggi. Pada kuadran I merupakan kategori risikoyang masuk ke dalam prioritas utama. Bila risiko-risiko pada kuadran I terjadiakan menyebabkan terancamnya pencapaian tujuan perusahaan.

Kuadran II merupakan area dengan tingkat probabilitas kejadian antararendah sampai sedang, namun dengan dampak yang tinggi. Artinya, risiko-risikodalam kuadran II cukup jarang terjadi tetapi apabila sampai terjadi maka akanmengakibatkan tidak tercapainya tujuan dan target perusahaan.

Kuadran III merupakan area dengan tingkat probabilitas kejadian yangtinggi, namun dengan dampak yang rendah. Risiko yang secara rutin terjadi initidak terlalu mengganggu pencapaian tujuan dan target perusahaan. Kadangkadangterasa mengganggu bila risiko yang bersangkutan muncul sebagaikenyataan. Biasanya, perusahaan mampu dengan cepat mengatasi dampak yangmuncul.

(32)

demikian, manajemen tetap perlu untuk memonitor risiko yang masuk dalamkuadran IV karena suatu risiko bersifat dinamis. Risiko yang saat ini masuk dalamkuadran IV dapat pindah ke kuadran lain bila ada perubahan ekternal maupuninternal yang signifikan.

Gambar 3 Peta Risiko, Kountur (2008)

Manajemen Risiko

Kountur (2004), manajemen risiko perusahaan adalah cara bagaimana menangani semua risiko yang ada di dalam perusahaan tanpa memilih risiko-risiko tertentu saja. Penanganan risiko-risiko dapat dianggap sebagai salah satu fungsi dari manajemen. Beberapafungsi manajemen yang sudah dikenal yaitu merencankan, mengorganisasi, mengarahkan dan melakukan pengendalian atau Planning, Organizing, Actuating, Controling (POAC).Dengan demikian ditambahkan satu fungsi lagi yang sangat penting yaitu menangani risiko. Dapat disimpulkan bahwa, manajemen risiko adalah suatu cara (proses atau metode) yang digunakan perusahaan untuk menangani risiko-risiko yang dihadapi dalam usaha mencapai tujuannya.Adanya manajemen risiko maka akan mengurangi risiko yang ada dalam perusahaan. Manajemen risiko dapat dilakukan dengan adanya kesadaran mengenai risiko yakni dapat dilakukan dengan mengidentifikasi risiko yang ada mengukur risiko, memikirkan mengenai konsekuensi risiko-risiko yang ada, dan mengkomunikasikan ke seluruh bagian berbagai risiko yang ada sehingga dapat dicari penanganannya. Sistematika pengelolaan risiko menurut Kountur (2008) dapat dilihat pada Gambar 4.

Kuadran II Kuadran I

Kuadran IV Kuadran III

Probabilitas (%)

Dampak (Rp)

Tinggi Rendah

Tinggi

Sedang

(33)

Proses

Output

Gambar 4 Sistematika pengelolaan risiko, Kountur (2008)

Proses manajemen atau pengelolaan risiko dapat dilakukan dengan mengidentifikasi risiko-risiko apa saja yang dihadapi perusahaan,kemudian mengukur risiko-risiko yang telah diidentifikasi untuk mengetahui seberapa besar kemungkinanterjadinya risiko dan seberapa besar dampak dari risiko tersebut. Selanjutnya menangani risiko-risiko untuk memberikan usulan apa yang akan dilakukan untuk menangani risiko-risiko tersebut sehingga segala kemungkinan kerugian dapat diminimalisasi (Kountur 2008).

Menurut Kountur (2004), ada empat cara menangani risiko yaitu dengan cara menerima atau menghadapi risiko, menghindari risiko, mengendalikan risiko dan mengalihkan risiko. Mengendalikan risiko yaitu mengelola risiko dengan meminimalkan risiko dengan cara pencegahan, sedangkan mengalihkan risiko dapat dilakukan dengan mengalihkan pada pihak lain seperti asuransi, hedging, faktorial,leasing, outsourcing dan kontrak. Sedangkan menurut Lam (2008) bahwa manajemen risiko dapat didefinisikan dalam pengertian bisnis seluas-luasnya. Manajemen risiko adalah mengelola keseluruhan risiko yang dihadapi perusahaan, dimana dapat mengurangi potensi risiko yang bersifat merugikan dan terkait dengan upaya untuk meningkatkan peluang keberhasilan sehingga perusahaan dapat mengoptimalisasikan profil risiko/hasilnya. Hal penting untuk mengoptimalisasikan profil risiko/hasil adalah dengan mengintegrasikan manajemen risiko kedalam proses bisnis perusahaan. Manajemen risiko sangat penting dalam pelaksanaanya karena hal ini akan berakibat pada hasil atau keuntungan perusahaan.

(34)

dilakukan dengan mengidentifikasi risiko yang ada, mengukur risiko, memikirkan mengenai konsekuensi risiko-risiko yang ada, dan mengkomunikasikan ke seluruh bagian berbagai risiko yang ada sehingga dapat dicari penanganannya.

Konsep Permintaan, Penawaran, dan Harga

Dalam teori ekonomi mikro dijelaskan bahwa permintaan dan penawaran merupakan dua kekuatan yang mempengaruhi proses terbentuknya harga. Menurut Lipsey et al.(1995), hubungan antara harga dengan jumlah yang diminta mengikuti suatu hipotesis dasar yang menyatakan bahwa semakin tinggi harga suatu komoditi maka semakin sedikit jumlah yang diminta, dengan asumsi variabel lain dianggap konstan (ceteris paribus), dan terjadi sebaliknya. Sementara itu hubungan antara harga suatu komoditi dengan jumlah yang ditawarkan mengikuti suatu hipotesis dasar ekonomi yang menyatakan bahwa secara umum, semakin tinggi harga suatu komoditi maka semakin besar jumlah komoditi yang ditawarkan dengan asumsi variabel lain dianggap konstan (ceteris paribus) dan terjadi sebaliknya.

Menurut Soekartawi (2002), permintaan suatu komoditi pertanian (termasuk kubis dan bawang merah) dipengaruhi oleh harga produk tersebut, harga produk subtitusi atau harga produk komplemen, selera dan keinginan, jumlah konsumen dan pendapatan konsumen yang bersangkutan. Sedangkan penawaran suatu komoditi pertanian (termasuk kubis dan bawang merah) dipengaruhi oleh teknologi, harga input (seperti pupuk, benih, dan obat-obatan), harga produk yang lain, jumlah produsen, harapan produsen terhadap harga produksi dimasa yang akan datang, dan elastisitas produksi.

Lebih lanjut, Lipsey et al.(1995) menjelaskan bahwa kekuatan permintaan dan kekuatan penawaran akan saling berinteraksi dalam menentukan harga yang terjadi dalam suatu pasar yang bersaing. Perpotongan antara kurva permintaan dan kurva penawaran akan membentuk suatu kondisi keseimbangan dimana jumlah yang diminta sama dengan jumlah yang ditawarkan. Pada kondisi ini, kedua pihak baik konsumen maupun produsen akan sama-sama diuntungkan. Proses terjadinya kondisi keseimbangan dapat dijelaskan melalui Gambar 5.

Gambar 5 Pembentukan Harga oleh Permintaan dan Penawaran

Sumber : Lipsey et al.(1995)

Gambar 5 menggambarkan bahwa pada kondisi harga di titik Pa terjadi kelebihan penawaran dimana jumlah yang ditawarkan produsen lebih besar

Harga

Jumlah Supply

Demand Pa

(35)

dibandingkan dengan jumlah yang diminta konsumen. Melihat kondisi ini para produsen akan berusaha menurunkan harga agar kelebihan penawaran tersebut bisa terjual. Jadi dalam keadaan excess supply akan terjadi suatu tekanan ke bawah terhadap harga. Disisi lain jika harga berada pada titik Pb, ketika jumlah yang ditawarkan produsen lebih kecil dibandingkan jumlah yang diminta konsumen maka akan terjadi kelebihan permintaan terhadap penawaran (excess demand). Pada kondisi ini konsumen akan bersaing untuk mendapatkan komoditas tersebut dan berani membayar dengan harga yang lebih tinggi. Produsenjugaakanmemanfaatkan kesempatan ini untuk meningkatkan harga. Jadi, dalam kondisi iniakan ada tekanan ke atas terhadap harga. Kedua kondisi tersebut akan mengarahkan harga pada titik Pe, dimana jumlah yang diminta sama dengan jumlah yangditawarkan. Kondisi inilah yang disebut dengan kondisi keseimbangan.

Fluktuasi Penjualan

Salah satu penyebab terjadinya fluktuasi penjualan adalah terjadinya ketidak seimbangan antara jumlah yang diminta dengan jumlah yang ditawarkan. Hal ini dapat terjadi akibat adanya pergerakandan pergeseran kurva permintaan dan kurva penawaran. Berdasarkan hukumpermintaan dan penawaran, pergerakan dan pergeseran kurva permintaan danpenawaran akan mengakibatkan terjadinya harga disekuilibrium yaitu harga yang terjadi ketika jumlah yang diminta tidak sama dengan jumlah yang ditawarkan. Jika ada kelebihan permintaan atau kelebihan penawaran di dalam pasar, maka pasar itu dikatakan berada dalam keadaan disekuilibrium dan harga pasar akanterus berubah. Pada kondisi ini akan ada salah satu pihak yang merasa dirugikan(Lipsey et al. 1995).

(36)

Gambar 6 (a) dan (b). Pergeseran kurva permintaan dan kurva penawaran

Sumber : Lipsey et al. (1995)

Berdasarkan Gambar 6, dapat dilihat bahwa terjadi pergeseran kurva permintaan dan penawaran yang akan mengakibatkan terjadinya perubahan harga dan jumlah komoditas yang diminta atau ditawarkan. Pergeseran kurva permintaan dan kurva penawaran merupakan akibat dari perubahan salah satu faktor yang mempengaruhi jumlah yang diminta dan jumlah yang ditawarkan,kecuali harga komoditi itu sendiri. Gambar (6a) menunjukkan bahwa terjadi pergeseran kurva permintaan ke kanan atas (dari D0 ke D1) yang menyebabkan jumlah barang yang dimintameningkat (dari Q0 ke Q1) disertai dengan adanya peningkatan harga dari P0.

Dalam bidang pertanian, hal ini seringkali terjadi saat hari besar atau hari raya dimana permintaan akan komoditi pertanian meningkat melebihi penawarannya. Hal ini mengakibatkan harga melonjak tajam melebihi harga normal. Selain itu, dapat juga terjadi sebaliknya dimana permintaan konsumen akan suatu komoditi berkurang atau menurun sehingga menyebabkan kurva permintaan bergeser ke bawah (dari D1 ke D0) dan terjadi penurunan harga (dari P1 ke P0). Hal ini jelas akan merugikan pihak produsen karena akan mengurangi keuntungan, akibat dari penurunan jumlah produk yang diminta (dari Q1 ke Q0). Pada Gambar (6b) dapat dilihat bahwa terjadi peningkatan jumlah penawaran atau produksi (dari Q0 ke Q1) yang menyebabkan terjadinya penurunan harga dari P0 ke P1 sehingga mengakibatkan pergeseran kurva penawaran kekanan bawah (dari S0 ke S1). Hal ini terjadi pada saat panen raya dimana jumlah produksi yang dihasilkan petani melebihi jumlah yang diminta oleh konsumen sehingga mengakibatkan harga produk pertanian seperti kubis dan bawang merah menjadi jauh lebih rendah daripada harga normal. Keadaan ini jelas sangat merugikan petani. Akan tetapi, dapat juga terjadi keadaan sebaliknya dimana jumlah produksi yang direncanakan (Q1) maka harga yang akan diterima produsen (P1). Namun pada kenyataannya, seringkali produksi tidak sesuai dengan yang direncanakan akibat perubahan faktor-faktor yang mempengaruhi proses produksi. Akibatnya harga keseimbangan akan naik ke P1 dan jumlah keseimbangan turun ke (Q0). Dalam bidang pertanian, misalnya faktor cuaca yang buruk, serangan hama penyakit yang dapat menyebabkan produksi turun jauh dibawah produksi

(37)

yang direncanakan sehingga menggeser kurva penawaran ke kiri atas (dari S1 ke S0).

Kerangka Pemikiran Operasional

Pengusaha reptil di kota Jakarta sebagian besar bergelut pada bidang jual-beli walaupun ada beberapa penjual yang telah dapat melakukan breeding/beternak hewan reptile itu sendiri. Beberapa dari pengusaha reptile menyediakan hewan reptile baik bersifat tangkapan alam maupun ternakan dari beberapa peternak reptile dari berbagai daerah di Indonesia.

Saat ini sudah menjamur para penjual reptile mengingat proses penjualan yang cukup mudah dan keuntungan yang menggiurkan dari penjualan reptile tersebut. Namun fluktuasi harga yang sering sekali berubah-rubah terkait dengan ketersediaan produk reptil, kualitas produk serta persaingan dengan masuknya produk reptile yang di impor dari beberapa negara penyuplai produk reptile itu sendiri.

Untuk meminimalkan berbagai risiko yang ada, dapat dilakukan analisis manajemen risiko dengan menggunakan analisis deskriptif yaitu berupa observasi, wawancara dan diskusi dengan pihak pengusaha reptil. Selanjutnya dianalisis alternatif strategi dalam mengatasi risiko pasar reptil yang baik dan tepat pada pengusaha reptil agar permasalahan yang terkait dengan risiko pasar dapat diatasi. Alur kerangka pemikiran operasional dapat dilihat dari gambar 7.

Gambar 7 Kerangka pemikiran operasional Analisis risiko Penjualan Pada Usaha Reptil di Kota Jakarta (Studi Kasus : Savera Reptile Jakarta)

Kegiatan Usaha Reptil di Savera Reptile

Peluang Probabilitas (Z-Score)

Strategi Serta Alternatif Penanganan

Risiko Risiko Penjualan Dampak

(Metode Value at Risk/VaR)

Sumber Risiko Penjualan

Tampilan Fisik Produk, Serangan Penyakit, Pemeliharaan, Daya Beli Masyarakat menurun, dan Persaingan Pasar

(38)

METODE PENELITIAN

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada Savera Reptile yang merupakan salah satu pengusaha reptil terbesar di kota Jakarta. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa Savera Reptile merupakan salah satu sentra penjualan produk reptile terbesar pertama di Indonesia. Penelitian dilaksanakan selama 20 minggu dari Desember 2013–April 2014.

Data dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data primer dan data sekunder baik data yang bersifat kualitatif maupun kuantitatif. Data primer diperoleh melalui wawancara meliputi keadaan umum perusahaan, manajemen perusahaan yang diterapkan dan kegiatan usaha penjualan reptil yang dijalankan oleh pengusaha reptil. Sedangkan data sekunder diperoleh dari data pengusaha reptil, literatur-literatur dan instansi yang terkait seperti Departemen kehutanan, LSI IPB dan Bahan Pustaka laian yang relevan.

Metode Pengumpulan Data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder berupa data harga reptil mingguan pengusaha reptil selama 20 minggu dari Desember 2013 sampai April 2014. Data primer diperoleh dari pengusaha reptil dengan cara observasi, wawancara, dan diskusi langsung dengan manajer pemasaran. Dalam pengumpulan data tersebut dilakukan langsung oleh peneliti. Observasi dilakukan dengan pencatatan langsung dilokasi penelitian tentang aktivitas bisnis perusahaan dan berbagai kendala risiko yang dihadapi oleh perusahaan. Wawancara dan diskusi yaitu mengadakan tanya jawab secara langsung kepada manajer pemasaran tentang manajemen risiko harga yang diterapkan pengusaha reptil. Selain itu juga dilakukan studi literatur untuk memperlengkap data yang akan dianalisis. Adapun data yang dikumpulkan meliputi manajemen perusahaan yang diterapkan perusahaan untuk meminimalkan risiko harga.

Pengumpulan data untuk analisis risiko dilakukan dengan observasi, wawancara dan diskusi untuk mengetahui risiko penjualan dengan mengetahui fluktuasi penjualan reptil. Kemudian dilakukan analisis untuk mengetahui alternatif penanganan risiko tersebut.

Metode Analisis Data

(39)

penjualan perusahaan yang berfluktuatif (dilihat dari hasil penjualan) yang dihadapi oleh Savera Reptile Jakarta. Sedangkan untuk analisis kualitatif digunakan untuk mengetahui keadaan atau gambaran mengenai keadaan umum perusahaan dan manajemen risiko yang diterapkan pengusaha secara pendekatan deskriptif.

Analisis kuantitatif yang dilakukan dalam penelitian ini adalah analisis risiko penjualan dengan menggunakan sistem wawancara dalam menentukan prioritas dari sumber-sumber risiko yang ada. Lalu penilaian risiko di dasari pada rata-rata kejadian berisiko, menghitung nilai standar deviasi dari kejadian berisiko, dan menghitung Z-Score. Pengukuran dampak risiko penjualan pada kegiatan penelitian ini menggunakan metode pengukuran VaR (Value at Risk) yang menunjukan besarnya potensi kerugian dari suatu kejadian yang bisa terjadi pada suatu periode tertentu ke depan dengan tingkat toleransi tertentu.

Analisis Kuantitatif

Analisis kuantitatif terdiri dari analisis risiko penjualan yang meliputi analisis Pengukuran risiko penjualan, probabilitas risiko penjualan, dan dampak risiko penjualan pada kegiatan penjualan hewan reptil di Savera Reptile Jakarta.

Analisis Probabilitas Risiko

Penilaian risiko yang dilakukan pada penelitian ini didasarkan pada pengukuran probabilitas. Beberapa ukuran yang dapat digunakan untuk mengukur probabilitas diantaranya adalah dengan menghitung rata-rata kejadian berisiko, menghitung nilai standar deviasi dari kejadian berisiko, dan menghitung Z-Score. Hal ini dapat dijelaskan dengan lebih rinci sebagai berikut :

a. Menghitung rata-rata kejadian berisiko

Rumus yang digunakan untuk mengitung rata-rata adalah :

Dimana :

x = Rata-rata kejadian berisiko pada hewan reptil di Savera Reptile

xi = Data kejadian berisiko pada hewan reptil per minggu selama 20 minggu selama periode desember 2013 hingga April 2014

n = Jumlah data kejadian berisiko pada produk tidak terjual selama 20 minggu selama periode desember 2013 hingga april 2014

b. Menghitung nilai standar deviasi

Rumus yang digunakan untuk nilai standar deviasi adalah :

Dimana :

(40)

x = Nilai rata-rata dari kejadian berisiko n = Jumlah data

c. Menghitung nilai standar (z-score) risiko

Rumus yang digunakan untuk menghitung nilai standar adalah :

Dimana :

z = Nilai Z-Score dari kejadian berisiko

y = Batas dari risiko yang dianggap masih menguntungkan dan ditentukan perusahaan

x = Nilai rata-rata kejadian berisiko s = Standar deviasi dari kejadian berisiko d. Menghitung probababilitas terjadinya risiko

Setelah nilai Z-score didapat dari hasil perhitungan diatas, maka akan dilanjutkan pada pencarian probabilitas terjadinya risiko pasar dengan menggunakan tabel distribusi Z (Normal) sehingga dapat diketahui tingkat persentase kemungkinan terjadinya kejadian atau keadaan pada kegiatan yang mendatangkan kerugian.

Pengukuran Dampak Risiko

Pengukuran dampak risiko pada kegiatan penelitian ini menggunakan metode pengukuran VaR (Value at Risk) yang menunjukan besarnya potensi kerugian dari suatu kejadian yang bisa terjadi pada suatu periode tertentu ke depan dengan tingkat toleransi tertentu, tentunya pengukuran dengan metode tersebut didukung dengan data historis yang ada pada usaha reptil. VaR dihitung dengan rumus berikut :

Dimana :

VaR = Value at risk dari risiko penjualan reptil di Savera Reptile selama 20 minggu selama periode Desember 2013 hingga April 2014

x = Rata-rata kejadian merugikan

z = Nilai z yang diambil dari tabel distribusi normal dengan alfa 5%

s = Standar deviasi

n = Banyaknya kejadian merugikan

Analisis Manajemen Risiko

(41)

penyebab-penyebab adanya risiko harga, kemudian melakukan pengukuran risiko, menangani risiko dan mengevaluasi risiko serta melihat sejauh mana fungsi manajemen risiko yang diterapkan pada usaha reptil tersebut.

Sebelum penanganan risiko perlu adanya pembuatan peta risiko, yang akan berguna dalam pemilihan alternatif strategi dari penanganan risiko yang akan dilakukan. peta risiko dapat dilihat pada gambar 1. Setelah risiko dipetakan hal selanjutnya adalah penanganan atau manajemen risiko pada kegiatan usaha. Umumnya strategi penanganan risiko yang dilakukan oleh perusahaan dalam menjalankan usaha ada dua, yakni : strategi penghindaran risiko (preventif) atau strategi mitigasi (meminimalkan terjadinya risiko).

a. Strategi Preventif

Strategi preventif dilakukan untuk risiko yang tergolong dalam probabilitas atau kemungkinan terjadinya risiko yang besar. Penanganan risiko pada strategi preventif akan menggeser risiko yang berada pada kuadran I ke kuadran II dan menggeser risiko pada kuadran III ke kuadran IV. Penanganan risiko ini dapat dilihat pada Gambar 8 :

Gambar 8 Penghindaran Risiko (Strategi Preventif)

b. Strategi Mitigasi

(42)

Gambar 9 Meminimalisir dampak risiko (Strategi Mitigasi)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Sejarah dan Perkembangan Savera Reptile

Pembentukan Savera Reptile dilatar belakangi atas dasar hobie bapak Robert dalam memelihara hewan reptil, adapun hal lain yang tidak kalah pentingnya adalah mengenai ketidak puasan bapak Robert terhadap pelayanan dan ketersediaan hewan reptil yang di perjualbelikan sebelumnya oleh beberapa pedagang hewan reptil di Indonesia. Pada awalnya Savera merupakan suatu usaha yang bergerak di bidang perikanan atau yang biasa dikenal dengan Savera Aquarium dan di pimpin oleh ayah dari bapak Robert. Setelah itu pada tanggal 21-Desember-2007 diresmikanlah suatu cabang usaha yang di pimpin oleh Bapak Robert yaitu Savera Reptile. Pada awalnya Savera Reptile menjual beberapa hewan reptil lokal yang didapatnya dari beberapa daerah di Indonesia, namun semakin berkembangnya zaman dan permintaan pasar yang semakin bervariatif menuntut Savera Reptil untuk menyediakan produk-produk hewan reptil impor dari beberapa negara seperti Africa, Inggris, Australia dan beberapa negara lain yang memiliki komoditas hewan reptil yang eksotik.

(43)

penunjang pemeliharaan reptil. Untuk produk penunjang lain seperti aksesoris media pemeliharaan reptil, Savera Reptil bekerja sama dengan pengrajin-pengrajin di kota yogyakarta dalam penyediaannya. Adapun suplay produk reptil yang di perjualbelikan berasal dari peternak-peternak reptil yang ada di Indonesia serta Importir reptil seperti World Of Reptile, Exo Reptile, dan Enzick Reptile.

Visi, Misi dan Motto Savera Reptile

Usaha tersebut memiliki Visi sebagai penyedia kebutuhan penghobi hewan reptile serta menjadi salah satu penjual produk reptil terbesar di Indonesia. Misi yang diterapkan oleh Savera Reptile antara lain:

1. Mengenalkan berbagai jenis hewan reptil baik lokal maupun mancanegara 2. Menjadi penjual reptil terlengkap yang menyediakan seluruh kebutuhan

pasar

3. Mampu bekerja sama dengan seluruh komunitas pecinta reptil dalam kegiatan penunjang pemasaran hewan reptil

4. Memberikan yang terbaik dengan kualitas produk yang memuaskan pasar Moto yang diterapkan oleh Savera Reptile ialah “Melayani dengan profesionalitas dan menjadi yang terdepan”. Moto tersebut mencakup keramah -tamahan serta pemberian informasi yang lengkap kepada pasar mengenai kualitas,cara pemeliharaan, serta seluruh pelayanan terhadap hewan reptil yang akan dipelihara.

Organisasi dan Sumberdaya Manusia

(44)

Gambar 10 Struktur Organisasi Savera Reptile

Struktur organisasi pada Gambar 10 memiliki peranan penting dalam setiap bagian, peranan tersebut antara lain:

1. Direktur bertindak memberikan informasi kepada manajer umum, seperti adanya event atau struktur penjualan pada Savera Reptile. Selain itu memberikan persetujuan terhadap sebuah keputusan dan mengatur bagian-bagian yang berada di bawahnya.

2. Manajer Umum bertindak sebagai orang yang mengkoordinasikan kegiatan yang dimandatkan oleh direktur serta menentukan produk yang di terima oleh pasar.

3. Bidang keuangan bertugas mencatat aliran kas masuk dan kas keluar terkait aktivitas pada Savera Reptile, serta memegang buku penjualan dan pembelian produk. Dana yang dibutuhkan oleh pelaksana harus melalui bidang keuangan terlebih dahulu.

4. Bidang pemasaran bertugas membuat pemikiran-pemikiran yang dapat menginformasikan kepada pembeli terkait dengan kemajuan Savera Reptile.

5. Bidang Perawatan bertugas sebagai penanggung jawab produk yang akan di perjual belikan ke pasar terkait dengan pemeliharaan dan pengembangan produk.

6. Bagian lapang bertugas menangani langsung pembeli yang datang ke-Savera Reptile serta merawat produk-produk yang di jual.

Kegiatan Penjualan Reptil di Savera Reptile

Kegiatan penjualan reptil di Savera Reptile terdiri dari 5 (kegiatan) penunjang penjualan. Kegiatan survey pasar, pembelian stok reptil, penyediaan media pemeliharaan, penentuan harga jual, dan pemasaran produk.

1. Kegiatan Survey Pasar

Survey pasar adalah suatu kegiatan yang di terapkan oleh Savera Reptile sebelum melakukan pembelian atau penyediaan produk reptil yang akan di

Direktur

Manajer Umum

Bidang Keuangan

Bidang Pemasara

n

Bidang Perawatan

(45)

tawarkan kepada pasar. Pada kegiatan ini ibu Lyna sebagai manager umum Savera Reptile bertugas sebagai orang yang mengecek kebutuhan apa saja yang di butuhkan oleh pasar, serta jenis reptil apa saja yang sedang di minati oleh pasar. Cara-cara yang dilakukan oleh ibu Lyna antara lain: - Menghubungi komunitas-komunitas reptil terdekat mengenai jenis

reptil apa saja yang kemungkinan akan diminati oleh anggota komunitas tersebut saat ini dan kedepannya.

- Survey pada situs-situs penjualan reptil mengenai produk-produk yang sedang di cari oleh pasar dan produk apa saja yang banyak di jual di situs tersebut.

- Analisis trend jenis hewan reptil yang akan di minati pasar 2. Pembelian Stock

Pembelian stock adalah kegiatan yang dilakukan setelah melakukan survey pasar. Proses kegiatan pembelian produk reptil itu sendiri meliputi proses pencarian, pemesanan, pengecekan, dan pembayaran produk reptil.

- Proses pencarian: proses ini dilakukan dengan menghubungi suplayer yang telah bekerjasama dengan Savera Reptile mengenai barang yang tersedia dan yang akan datang.

- Pemesanan: proses pemesanan dilakukan apabila produk reptil yang sedang dicari tidak tersedia. Biasanya proses pemesanan dilakukan selama 30-45 hari terhitung sejak pemesanan hewan reptil tersebut. - Pengecekan: proses pengecekan produk reptil dilihat ketika produk

reptil yang telah di pesan sudah datang. Pengecekan hewan reptil itu sendiri meliputi kesehatan produk dan tingkat kemulusan produk tersebut.

- Pembayaran produk reptil: proses pembayaran kepada suplayer yang dilakukan oleh Savera Reptile meliputi pembayaran cash dan pembayaran bertenggang yaitu terkait dengan jangka waktu yang telah disepakati di awal transaksi.

3. Penyediaan Media Pemeliharaan

Penyediaan media pemeliharaan di Savera Reptil di sediakan oleh bagian lapang. Hal-hal yang harus di sediakan antara lain penyediaan akuarium/gex sebagai media reptil, penyediaan alas (tergantung jenis reptil tersebut), pemberian pakan, serta memilah produk yang akan di display. 4. Penentuan Harga Jual

Penentuan harga jual dilakukan dengan melihat beberapa aspek, yaitu: - Menghitung modal pembelian produk

- Menghitung estimasi pengeluaran dari setiap produk reptil - Penentuan persen (%) keuntungan

5. Pemasaran Produk

Gambar

Gambar 3 Peta Risiko, Kountur (2008)
Gambar 4 Sistematika pengelolaan risiko, Kountur (2008)
Gambar 5 Pembentukan Harga oleh Permintaan dan Penawaran
Gambar 6 (a) dan (b). Pergeseran kurva permintaan dan kurva penawaran
+7

Referensi

Dokumen terkait

Identifikasi sumber- sumber risiko, analisis probabilitas terjadinya risiko, dan analisis dampak risiko yang bersumber dari mortalitas akan membantu Plasma X

Hasil dari perhitungan probabilitas dan dampak dari tiap-tiap sumber risiko produksi, selanjutnya dikombinasikan untuk mengetahui status risiko dari setiap risiko,

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan sumber-sumber risiko produksi pada Pasir Gaok Fish Farm, menganalisis tingkat probabilitas dan dampak risiko yang

Alternatif keempat ini dikembangkan dengan data probabilitas risiko yang diambil melalui survei pendahuluan dan data besaran dampak risiko yang diambil melalui survei detail

Mengurangi risiko (reducing risk) yaitu memperkecil kemungkinan/probabilitas untuk terjadinya risiko tersebut atau memperkecil kerugian atau akibat risiko yang

Penelitian ini mengacu pada ketiga penelitian sebelumnya yaitu bertujuan untuk menganalisis kemungkinan-kemungkinan risiko dan dampak yang bisa saja terjadi, serta memberikan

Alternatif keempat ini dikembangkan dengan data probabilitas risiko yang diambil melalui survei pendahuluan dan data besaran dampak risiko yang diambil melalui survei detail

Hal ini mencakup penilaian terhadap dampak (impact) apabila suatu risiko terjadi, serta kemungkinan terjadinya risiko (likelihood) dengan menggunakan kuisioner