Asuhan Keperawatan pada Tn. M dengan
Prioritas Masalah Gangguan Kebutuhan Dasar
Aman dan Nyaman ; Nyeri Pada Post Op Appendicsi
tis di
RSUD. Dr. Pirngadi Medan
Karya Tulis Ilmiah (KTI)
Disusun dalam Rangka Menyelesaikan
Program Studi DIII Keperawatan
Oleh
Fitria Sawitri
112500021
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN
FAKULTAS KEPERAWATAN
KATA PENGANTAR
“Bismillahhirrohmannirohim”
Sembah sujud syukur kehadirat Allah SWT, karena dengan hanya izinnya dan ridhonya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ( KTI) ini dengan judul “Asuhan Keperawatan Pada Tn. M Dengan Kebutuhan Dasar Rasa Aman dan Nyaman ; Nyeri pada Post Op Appendicsitis di RSUD.dr Pirngadi Medan.
Dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini penulis menyadari bahwasannya jauh dari kesempurnaan. Untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak demi kesempurnaan Karya Tulis Ilmiah ini.
Adapun maksud dan tujuan pembuatan Karya Tulis Ilmiah ini adalah untuk memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan Program Diploma III Keperawatan di Fakultas Keperarwatan USU.
Penulis menyadari bahwa Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari kesempurnaan, baik isi dan makna maupun tata bahasa tata cara penulisan oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak yang sifatnya membangun demi kesempurnaan Karya Tulis Ilmiah ini.
Pada kesempatan ini izinkanlah penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada ibu Ibu Nur Afi Darti, S.Kp, M.Kep selaku dosen pembimbing dalam pembuatan Karya Tulis Ilmiah ini dimana beliau telah meluangkan waktunya dan kesempatanya untuk membimbing, mengarahkan dan memberikan masukan kepada penulis dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.
Dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini penulis banyak mendapatkan bimbingan dari berbagai pihak, untuk itu penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada:
1. Bapak dr. Dedi Ardinata, M.Kes selaku Dekan Fakultas Keperawatan. 2. Ibu Erniyati, S.Kp, MNS selaku Pembantu Dekan I.
3. Ibu Evi Karota Bukit, S.Kp, M.Kep selaku Pembantu Dekan II
5. Ibu Nur Afi Darti, S.Kp, M.Kep selaku ketua Prodi DIII Keperawatan Fakultas Keperawatan USU dan sekaligus selaku Pembimbing Karya Tulis Ilmiah ini.
6. Ibu Siti Saidah SKpM.Kep.Sp.Mat selaku dosen penguji karya tulis ilmiah ini. 7. Seluruh Staf Dosen dan Staf Administrasi Fakultas Keperawatan USU
8. Staf Pegawai khususnya di ruang Melati III Rumah Sakit Umum Daerah dr.Pirngadi Medan.
Dalam kesempatan ini juga, penulis secara khusus ingin memberikan penghargaan yang sebesar-besarnya beserta ucapan rasa terima kasih yang setulus-tulusnya kepada :
1. Terutama sekali sembah sujud ananda serta ucapan terima kasih yang sangat mendalam ananda persembahkan kepada kedua orang tua yang telah mendidik dan membesarkan ananda dengan penuh kesabaran dan kasih sayang dan juga do’a yang tak pernah henti-hentinya serta dukungan baik moril maupun materil serta do’a tulusnya sehingga ananda sukses dalam menempuh perkuliahan ini, ananda berjanji tidak akan menyia-nyiakan pengorbanan ayahanda dan ibunda. Semoga ALLAH SWT selalu memudahkan rezeki, dan selalu melindungi ayah bundaku, Amiiin. 2. Kepada Abang saya Alfath Andre dan Adik ku Fatwahul Andini serta keluarga yang terus memberikan motivasi buat saya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.
3.Kepada Teman dekat saya Muhammad Fazil Hekar yang terus memberikan motivasi buat saya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini. 4.Seluruh sahabat-sahabatku Oneheart : Furqan faisal, Rika Kurniawati, Rukia riskita dewi harahap, Ririen feby shara, Asmah Nasution, Marina Safitri, Stella purnama sari, Nanda putri utami, Khairunisa, Siti hardianti, Nina noviani, Wara madina yang telah banyak membantu dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.
Medan, juni 2013
Penulis
DAFTAR ISI
Lembar Pengesahan ... i
Kata Pengantar ... ii
Daftar Isi ... iv
Bab I Pendahuluan 1.1Latar Belakang ... 1
1.2Tujuan ... 3
1.3 Manfaat ... 3
Bab II Pengelolaan Kasus 2.1 Konsep Dasar Nyeri ... 4
2.2 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan dengan Masalah Kebutuhan Dasar Nyeri ... 4
2.2.1 Pengkajian ... 9
2.2.2 Analisa Data ... 12
2.2.3 Rumusan Masalah ... 12
2.2.4 Perencanaan ... 13
2.3 Asuhan Keperawatan Kasus ... 15
2.3.1 Pengkajian ... 15
2.3.2 Analisa Data ... 16
2.3.3 Rumusan Masalah ... 18
2.3.4 Perencanaan ... 18
2.3.5 Implementasi dan Evaluasi ... 21
Bab III Kesimpulan dan Saran 3.1 Kesimpulan ... 24
3.2 Saran ... 24
BAB 1 PENDAHULUAN
A.Latar belakang
Nyeri adalah suatu pengalaman sensorik dan emosional yang tidak
menyenangkan akibat dari kerusakan jaringan yang bersifat subjektif. Keluhan
sensori yang dinyatakan sepeti pegal, linu, ngilu yang dapat dianggap sebagai
modalitas nyeri. Walaupun rasa nyeri hanya salah satu rasa protopatik (primer),
namun pada hakikatnya ada yang tersirat dalam rasa nyeri itu adalah rasa
majemuk yang diwarnai oleh nyeri, panas atau dingin, dan rasa tekan (Muttaqin,
2011).
Pada peninjauan selanjutnya nyeri harus dimengerti sebagai pengertian
yang mewakili rasa majemuk, yaitu kombinasi segala komponen rasa protopatik
(kepekaan terhadap rangsangan sakit dan suhu yang daya pembedanya rendah
atau kurang). Meskipun penting artinya bagi setiap perawat untuk mempercayai
klien yang melaporkan nyeri, yang juga sama pentingnya untuk waspada terhadap
klien yang mengabaikan nyeri saat nyeri terjadi. Seorang perawat yang menduga
nyeri pada klien yang menyangkal nyeri harus menggali bersama klien terhadap
dugaan nyeri, seperti pernyataan bahwa gangguan atau prosedur biasanya
menimbulkan nyeri, atau bahwa klien meringis saat bergerak atau menghindari
gerakan (Muttaqin, 2011).
Salah satu penyakit yang menimbulkan nyeri adalah Appendicsitis (usus
buntu). Appendiks adalah ujung seperti jari yang kecil panjangnya kira-kira 10 cm
94 inci, melekat pada sekum tepat dibawah katup ileoksial. Appendiks berisi
makanan dan mengosongkan diri secara teratur ke dalam sekum. Karena
pengosongannya tidak efektif dan lumennya kecil, appendiks cenderung menjadi
tersumbat dan rentan terhadap infeksi (Haryono, 2012).
Appendiksitis merupakan peradang pada appendiks (umbai cacing).
Kira-kira7% populasi akan mengalami appendiksitis pada waktu yang bersamaan
dalam hidup mereka. Pria lebih cenderung terkena appendiksitis dibanding wanita.
Appendiksitis lebih sering menyerang pada usia 10 sampai 30 tahun. Penyebab
oleh beberapa faktor diantaranya : Hiperplasia jaringan limfe, fekalit tambahan
tumor appendiks dan cacing askaris tetap menyumbat (Haryono, 2012).
Di Indonesia sendiri appendicitis merupakan penyakit dengan urutan keempat
terbanyak pada tahun 2006. Data yang dirilis oleh Departemen Kesehatan RI pada
tahun 2008 jumlah penderita appendicitis diindonesia mencapai 591.891 orang
dan meningkatan pada tahun 2009 sebesar 596.132 orang. Kelompok usia yang
umumnya mengalami appendicitis yaitu pada usia anatar 10-30 tahun. Dimana
insiden laki-laki lebih tinggi daripada perempuan (Eylin,2009).
Pengebotan apendisitis dapat melalui dua cara yaitu operasi dan non operasi
pada kasus ringan apendisitis bisa sembuh hanya dengan pengobatan tetapi untuk
apendisitis yang sudah luas infeksinya maka harus segera dilakukan operasi
appendiktomi. Appendiktomi adalah pembedahan untuk mengangkat appendiks
yang meradang (Smeltzer, 2002). Pembedahan segera dilakukan untuk mencegah
rupture, terbentuknya abses atau peradangan pada selaput rongga parut
(peritonitis) (Smeltzer, 2002). Hasil akhir operasi pun berbeda tergantung dari
tingkatan keparahan, komplikasi setelah operasi antara lain perdarahan,
perlengketan organ dalam, atau infeksi pada daerah operasi (Smeltzer, 2002).
Nyeri harus segera diatasi karena dapat menimbulkan perubahan pada aspek
psikologis (ansietas, depresi), dan gangguan aktifitas dasar sehari-hari. Pasca
operasi appendicsitis pasti meninggalkan luka dan rasa nyeri, itu adalah efek
samping yang normal setelah dilakukan prosedur bedah, perawat memberikan
intervensi sebagai penghilang rasa nyeri. Untuk smenangani rasa nyeri perawat
melakukan intervensi secara mandiri dan kolaboratif. Penanganan rasa nyeri
secara mandiri dilakukan dengan cara tarik nafas dalam, mengalihkan perhatian
dengan cara menonton tv, mendengarkan musik. Dan intervensi secara kolaboratif
dengan dokter dalam pemberian analgetik (Smeltzer, 2002).
Dari hasil pengkajian yang dilakukan pada tanggal 3 Juni 2014 klien
mengatakan bahwa nyeri pada bagian luka bedah appendictomy sangat
mengganggu kegiatannya. Hal ini disebabkan karena klien merasa sakit dan
meringis. Saat sakit efek dari anastesi telah hilang sehingga tidak mampu untuk
Untuk mengatasi nyeri pasca operasi apendictomy dibutuhkan asuhan
keperawatan yang efektif. Manajemen nyeri merupakan intervensi yang dapat
menurunkan rasa nyeri sehingga nyeri dapat ditoleransi oleh klien. Manajemen
nyeri tidak hanya untuk menghilangkan atau menurunkan nyeri tetapi sebagai
upaya untuk meningkatkan kualitas hidup, kemampuan dan kemandirian klien
dalam merawat diri serta membantu klien untuk bersosialisasi dengan keluarga
dan masyarakat.
Berdasarkan hal tersebut saya mengangkat judul KTI yaitu Asuhan
Keperawatan dengan gangguan kebutuhan dasar rasa aman dan nyaman ; nyeri
pada post op appendicsitis diRSU Dr. Pirngadi medan.
B.Tujuan
Sebagai syarat menyelesaikan program D-III Keperawatan.
C.Manfaat
Dalam pembuatan ini penulis mengharapkan dapat memberikan manfaat bagi
pihak-pihak terkait dengan Karya Tulis Ilmiah ini, yaitu:
1. Bagi Penulis
Menambah ilmu pengetahuan dan pengalaman belajar dibidang ilmu
keperawatan.
2. Bagi Institusi / pendidikan
- Untuk menambah khasanah kepustakaan dibidang ilmu kesehatan
yaitu dalam bidang ilmu keperawatan.
- Dapat digunakan sebagai bahan masukan bagi pihak-pihak yang
berkepentingan langsung dalam Karya Tulis Ilmiah ini untuk
tenaga kesehatan khususnya keperawatan.
3. Bagi Rumah Sakit
- Hasil karya tulis ilmiah ini dapat digunakan sebagai tambahan
referensi karya ilmiah yang bertujuan untuk mengembangkan ilmu
kesehatan khususnya dibidang keperawatan.
- Agar dapat meningkatkan kualitas asuhan keperawatan, khususnya
BAB II
PENGELOLAAN KASUS
2.1 Konsep Dasar Nyeri
Pengalaman sensori serta emosi yang tidak menyenangkan dan meningkat
akibat adanya kerusakan jaringan yang aktual atau potensial, digambarkan dalam
istilah seperti awitan yang tiba-tiba atau perlahan dari intensitas ringan sampai
berat dengan akhir yang dapat diantisipasi atau dapat diramalkan dan durasinya
kurang dari enam bulan (NANDA, 2007).
Menurut McCaffery (1980), menyatakan bahwa nyeri adalah segala
sesuatu yang dikatakan seseorang tentang nyeri tersebut dan terjadi kapan saja
saat seseorang mengatakan merasakan nyeri. Suatu sensasi yang tidak
menyenangkan baik secra sensori maupun emosional yang berhungunan dengan
adanya suatu kerusakan jaringan atau faktor lain, sehingga individu merasa
tersiksa, menderita yang akhirnya akan mengganggu aktifitas sehari-hari, psikis
(Asmadi, 2008).
Suatu konsep / nilai yang berkaitan dengan nyeri :
• Nyeri hanya dapat dirasakan dan digambarkan secara akurat oleh individu yang mengalami nyeri itu sendiri.
• Apabila seorang pasien mengatakan bahwa dia nyeri, maka dia benar merasakan nyeri
• Nyeri mencakup dimensi psikis, emosional, kognitif, sosiokultural dan spiritual.
• Nyeri sebagai peringatan terhadap adanya ancaman yang bersifat aktual maupun potensial.
2.1.1 Etiologi
Menurut Asmadi (2008), penyebab nyeri dapat diklasifikasikan ke dalam
dua golongan yaitu penyebab yang berhubungan dengan fisik dan berhubungan
dengan psikis. Secara fisik misalnya, penyebab nyeri adalah trauma (baik trauma
sirkulasi darah. Secara psikis, penyebab nyeri dapat terjadi oleh karena adanya
trauma psikologis.
Nyeri yang disebabkan oleh faktor fiski berkaitan dengan terganggunya
serabut saraf reseptor nyeri. serabut saraf resptor nyeri ini terletak dan tersebar
pada lapisan kulit dan pada jaringan-jaringan tertentu yang terletak lebih dalam.
Sedangkan nyeri yang disebabkan faktor psikologis merupakan nyeri yang
dirasakan bukan karena penyebab organik, melainkan akibat trauma psikologis
dan pengaruhnya terhadap fisik.
2.1.2 Klasifikasi Nyeri
Nyeri dapat diklasifikasikan ke dalam beberapa golongan berdasarkan
pada tempat, sifat, berat ringannya nyeri, dan waktu lamanya serangan.
a. Nyeri berdasarkan tempatnya:
1) Pheripeal pain, yaitu nyeri yang terasa pada permukaan
tubuh misalnya pada kulit, mukosa.
2) Deep pain, yaitu nyeri yang tersa pada permukaan tubuh
yang lebih dalam atau pada organ-organ tubuh visceral.
3) Refered pain, yaitu nyeri dalam yang disebabkan karena
penyakit organ/struktur dalam tubuh yang ditransmisikan
ke bagian tubuh di daerah yang berbeda, bukan daerah asal
nyeri.
4) Central pain, yaitu nyeri yang terjadi karena pemasangan
pada sistem saraf pusat, spinal cord, batang otak, talamus.
b. Nyeri berdasarkan sifatnya:
1) Incedental pain, yaitu nyeri yang timbul sewaktu-waktu
lalu menghilang.
2) Steady pain, yaitu nyeri yang timbul akan menetap serta
dirasakan dalam waktu yang lama.
3) Paroxymal pain, yaitu nyeri yang dirasakan berintensitas
tinggi dan kuat sekali. Nyeri tersebut biasanya menetap
±10-15 menit, lalu menghilang, kemudian timbul lagi.
1) Nyeri ringan, yaitu nyeri dengan intensitas rendah
2) Nyeri sedang, yaitu nyeri yang menimbulkan reaksi
3) Nyeri berat, yaitu nyeri dengan intensitas yang tinggi
d. Nyeri berdasarkan waktu lamanya serangan :
1) Nyeri akut, yaitu nyeri yang dirasakan dalam waktu yang
singkat dan berakhir kurang dari enam bulan, sumber dan
daerah nyeri diketahui dengan jelas.
2) Nyeri kronis, yaitu nyeri yang dirasakan lebih dari enam
bulan. Nyeri kronis ini polanya beragam dan berlangsung
berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun.
Karakteristik Nyeri Akut Nyeri Kronik
Tujuan Memperingatkan klien
terhadap adanya cedera /
masalah
Memberikan alasan pada
klien untuk mencari
Respon otonom Frekuensi jantung
meningkat
Tidak terdapat respon
otonom
Vital sign dalam batas
normal
Keputusasaan
Mudah tersinggung
Menarik diri
Contoh Nyeri bedah, trauma Nyeri kanker, arthritis,
euralgia terminal
2.1.3 Teori Nyeri
Terdapat beberapa teori tentang terjadinya rangasangan nyeri, di
antaranya (Barbara C. Long, 1989):
1. Teori Pemisahan (Specificity Theory)
Menurut teori ini, rangasangan sakit masuk ke medulla spinalis
(spinal cord) melalui kornu dorsalis yang bersinaps di daerah
posterior, kemudian naik ke tractus lissur dan menyilang di garis
median ke sisi lainnya, dan berakhir di korteks sensoris tempat
rangsangan nyeri tersebut diteruskan.
2. Teori Pola (Pattern Theory)
Rangsangan nyeri masuk melalui akar gangglion dorsal ke medulla
spinalis dan merangsang aktivitas sel T. Hal ini mengakibatkan
suatu respons yang merangsang ke bagian yang lebih tinggi, yaitu
korteks serebri, serta kontraksi menimbulkan persepsi dan otot
berkontraksi sehingga menimbulkan nyeri. Persepsi dipengaruhi
oleh modalitas respon dari reaksi sel T.
3. Teori Pengendalian Gerbang (Gate Control Theory)
Menurut teori ini, nyeri tergantung dari kerja seart saraf besar dan
kecil yang keduanya berada dalam akar ganglion dorsalis.
Rangasangan pada serat saraf besar akan meningkatkan aktivitas
substansia gelatinosa yang mengakibatkan tertutupnya pintu
mekanisme sehingga aktivitas sel T terhambat dan menyebablan
hantaran rangasangan ikut terhambat. Rangsangan serat besar dapat
langsung merangsang korteks serebri. Hasil persepsi ini akan
dikembalikan ke dalam medulla spinalis melalui serat eferendan
membuka pintu mekanisme, sehingga merangsang aktivitas sel T
yang selanjutnya akan menghantarkan rangsangan nyeri.
4. Teori Transmisi dan Inhibisi
Adanya stimulus pada nociceptor memulai transmisi impuls-implus
saraf, sehingga transmisi implus nyeri menjadi efektif oleh
neurotransmiter yang spesifik. Kemudian, inhibisi implus nyeri
menjadi efektif oleh implus-implus pada serabut- serabut besar yang
meblok implus-implus pada serabut lamban dan endogen opiate
sistem supresif.
2.1.4 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Nyeri
Menurur Sigit (2010), terdapat berbagai faktor yang dapat mempengaruhi
persepsi dan reaksi masing-masing individu terhadapa nyeri, diantaranya :
• Usia
Usia merupakan variabel yang paling penting dalam mempengaruhi
nyeri pada individu.
• Jenis kelamin
Secara umum pria dan wanita tidak berbeda secara signifikan
dalam berespon terhadapa nyeri. Hanya beberapa budaya yang
mengganggap bahwa seorang anak laki-laki harus lebih berani dan
tidak boleh menangis dibandingkan anak perempuan dalam situasi
yang sama ketika merasakan nyeri.
• Kebudayaan
Banyak yang berasumsi bahwa cara berespon pada setiap individu
dalam masalah nyeri adalah sama, sehingga mencoba mengira
bagaimana pasien berespon terhadap nyeri.
• Makna nyeri
Makna nyeri pada seseorang mempengaruhui pengalaman nyeri
dan cara seseorang beradaptasi terhadap nyeri.
• Lokasi dan tingkat keparahan nyeri
Nyeri yang dirasakan mungkin terasa ringan, sedang atau bisa jadi
• Perhatian
Tingkat perhatian seseorang terhadap nyeri akan mempengaruhi
persepsi nyeri.
• Ansietas (kecemasan)
Hubungan antara nyeri dan ansietas bersifat kompleks, ansietas
yang dirasakan seseorang seringkali meningkatkan persepsi nyeri,
akan tetapi nyeri juga akan menimbulkan ansietas.
• Keletihan
Keletihan yang dirasakan seseorang akan meningkatkan sensasi
nyeri dan menurunkan kemampuan koping individu.
• Pengalaman sebelumnya
Seseorang yang terbiasa merasakan nyeri akan lebih siap dan
mudah mengantisipasi nyeri daripada individu yang mempunyai
pengalaman tentang nyeri.
2.2.1 Pengkajian
Pengkajian keperawatan adalah proses sistematis dari pengumpulan,
verifikasi, dan komunikasi data tentang klien. Tujuan dari pengkajian adalah
menetapkan dasar data tentang kebutuhan, masalah kesehatan, tujuan, nilaai, dan
gaya hidup yang dilakukan klien. (Potter & Perry, 2005).
Pengkajian nyeri yang faktual (terkini), lengkap dan akurat akan
mempermudah di dalam menetapkan data dasar, dalam menegakkan diagnosa
keperawatan yang tepat, merencanakan terapi pengobatan yang cocok, dan
memudahkan dalam mengevaluasi respon klien terhadap terapi yang diberikan.
Yang perlu dilakukan dalam mengkaji pasien selama nyeri akut dalah :
a. Mengkaji perasaan klien (respon psikologis yang muncul).
b. Menetapkan respon fisiologis klien terhadap nyeri dan lokasi nyeri.
c. Mengkaji tingkat keparahan dan kualitas nyeri.
Pengkajian selama episode nyeri akut sebaiknya tidak dilakukan saat klien
dalam keadaan waspada (perhatian penuh pada nyeri), sebaiknya mengurangi
kecemasan klien terlebih dahulu sebelum mencoba mengkaji kuantitas persepsi
Dalam mengkaji respon nyeri yang dialami klien ada beberapa komponen
yang harus diperhatikan :
1. Penentuan ada tidaknya nyeri
Dalam melakukan pengkajian terhadap nyeri, harus mempercayai
ketika pasien melaporkan adanya nyeri, walaupun dalam observasi
tidak ditemukan adanya cedera atau luka.
2.Karakteristik nyeri ( Metode P, Q, R, S, T)
• Faktor pencetus ( P : Provocate)
Mengakaji tentang penyebab atau stimulus- stimulus nyeri
pada klien, dalam hal ini juga dapat melakukan observai
bagian- bagian tubuh yang mengalami cedera. Menanyakan
pada klien perasaan-perasaan apa yang dapat mencetuskan
nyeri.
• Kualitas (Q : Quality)
Kualitas nyeri merupakan sesuatu yang subjektif yang
diungkapkan oleh klien, seringkali klien mendeskripsikan
nyeri dengan kalimat-kalimat: tajam, tumpul, berdenyut,
berpindah-pindah, seperti tertindih, perih tertusuk dimana
tiap-tiap klien mungkin berbeda-beda dalam melaporkan
kualitas nyeri yang dirasakan.
• Lokasi (R: Region )
Untuk mengakji lokasi nyeri maka meminta klien untuk
menunjukkan semua bagian / daerah dirasakan tidak
nyaman oleh klien. Untuk melokalisasi nyeri lebih spesifik,
maka perawat dapat meminta klien untuk melacak daerah
nyeri dan titik yang paling nyeri, kemungkinan hal ini akan
sulit apabila nyeri yang dirasakan bersifat difus (menyebar).
• Keparahan (S: Severe)
Tingkat keparahan pasien tentang nyeri merupakan
karakteristik yang paling subjektif. Pada pengkajian ini
klien diminta untuk menggambarkan nyeri yang ia rasakan
• Me
danr
dira
Pengkajian ny
yang paling umum y
nyeri, angka 1-3 ada
adalah nyeri hebat, an
paling hebat (Potter &
Skala nyeri numerik (0-10) :
Skala nyeri analog visual (VAS) :
Skala nyeri wajah :
Durasi (T: Time)
enanyakan pada pasien untuk menentukan
danrangkaiian nyeri. Menanyakan “Kapan
dirasakan?”, “Sudah berapa lama nyeri dirasaka
nyeri dengan menggunakan skala numerik
yaitu dengan menggunakan angka 0-10. An
dalah nyeri ringan,angka 4-5 adalah nyeri seda
, angka 9 adalah nyeri sangat hebat dan angka
r & Perry, 2006).
n awitan, durasi,
an nyeri mulai
kan?”.
k merupakan alat
ngka 0 tidak ada
sedang, angka 6-8
2.2.2 Analisa Data
Pada kasus Tn. M dari hasil pengkajian didapatkan data subyektif yaitu
pasien mengatakan nyeri perut dibagian kanan bawah atau bagian yang habis
dioperasi, nyeri perih dan seperti ditusuk-tusuk, skala nyeri 7, nyeri yang
dirasakan hilang timbul. Sedangkan data objektif yaitu pasien tampak lemah dan
meringis kesakitan, tekanan darah 120/90 mmHg, nadi 80x/menit, pernafasan 28
x/menit, suhu 38 C, skala nyeri 7. Maka penulis melakukan analisa data sehingga
dapat diangkut masalah keperawatan utama yaitu nyeri akut. Berdasarkan hasil
perumusan masalah tersebut, penulis menegakkan diagnose keperawatan utama
nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik (pembedahan apendiktomi).
2.2.3 Rumusan Masalah
Selain bisa ditetapkan sebagai label diagnosis, masalah nyeri bisa pula
dijadikan etiologi untuk diagnosis keperawatan yang lain. Menurut NANDA,
label diagnosis untuk masalah nyeri meliputi Gangguan Mobilisasi dan Risiko
Infeksi. Sedangkan label diagnosis dengan masalah nyeri sebagai etiologi
bergantung pada area fungsi atau sistem yang dipengaruhi (Wahid, 2008).
Diagnosa
Nyeri akut dapat didiagnosis berdasarkan laporan pasien saja karena
kadang-kadang hanya hal tersebut satu-satunya tanda nyeri. Tidak ada satupun
batasan karakteristik lain yang berdiri sendiri dan dapat mencukupi untuk
mendiagnosisi nyeri akut. Faktor yang berhubungan mengindikasi bahwa seorang
pasien dapat menderita Nyeri Akut fisik dan psikologis. Kata-kata pemberi sifat
harus ditambahkan pada diagnosis ini untuk mengindikasikan keparahan, lokasi,
dan sifat nyeri (NANDA, 2012). Nyeri berhubungan dengan :
- Proses pembedahan
- Nyeri insisi
- Trauma jaringan
1. Nyeri diabdomen seperti ditusuk-tusuk yang berhubungan dengan post opp
apendicsitis ditandai dengan tampak pasien menahan nyeri, terdapat luka
jahitan diabdomen, klien tampak melindungi daerah jahitan, muka klien
tampak pucat dan tidak rileks, TD: 120/90, Nadi: 85 x/menit, RR: 22
x/menit, T: 38o C (NANDA, 2012).
2.2.4 Perencanaan
Secara umum tujuan asuhan keperawatan untuk klien yang mengalami
gangguan nyeri, bergantung pada diagnosis dan batasan karakteristik
masing-masing individu. Menurut Sigit (2010), beberapa tujuan umum pada pasien yang
mengalami masalah nyeri :
• Mampu mengontrol nyeri setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam
• Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi dan tanda nyeri)
• Melaporkan adanya peningkatan rasa nyaman
• Mampu mempertahankan fungsi fisik dan psikologis yang dimiliki
• Mampu menjelaskan faktor-faktor penyebab nyeri
• Dapat menggunakan terapi yang diberikan untuk mengurangi rasa nyeri saat dirumah
Perawat membuat perencanaan intervensi terapeutik terhadap klien yang
bermasalah nyeri. Perawat merencanakan terapi sesuai dengan skala nyeri klien,
dan perencanaan bersifat individu disesuaikan perkembangan klien, tingkat
kesehatan, dan gaya hidup.
Rencana keperawatan di dasari oleh satu atau lebih tujuan berikut :
1. Tanda-tanda vital dalam batas normal
2. Nadi dalam batas normal
3. Suhu dalam batas normal
4. Ekpresi wajah tampak tenang dan rileks
5. Nyeri berkurang
6. Skala nyeri 3
8. Klien bisa tidur nyenyak
(NANDA, 2012).
Perencanaan Keperawatan
Tujuan dan kriteria hasil :
- Nyeri berkurang atau terkontrol
- Skala nyeri 3
- Wajah tidak tampak meringis dan tidak terlihat menahan
nyeri
- Rileks, dapat beristirahat, dan beraktivitas sesuai
kemampuan
- Tanda-tanda vital dalam batas normal
Intervensi Rasional
Mandiri
1.Lakukan pengkajian secara
komprehensif tentang nyeri
meliputi lokasi, karakteristik,
durasi, frekuensi, kualitas,
intensitas nyeri dan faktor
presipitasi.
2. Observasi respon nonverbal
dari ketidaknyamanan
(misalnya wajah meringis)
terutama ketidakmampuan
untuk berkomunikasi secara
efektif.
3. Kaji efek pengalaman nyeri
terhadap kualitas hidup
4. Ajarkan menggunakan teknik
nonanalgetik (relaksasi
progresif, latihan napas dalam,
1. Mempengaruhi pilihan /
pengawasan keefektifan
intervensi.
2. Tingkat ansietas dapat
mempengaruhi persepsi /
reaksi terhadap nyeri
3. Mengetahui sejauh mana
pengaruh nyeri terhadap
kualitas hidup pasien.
4. Memfokuskan kembali
perhatian, meningkatkan
imajinasi, sentuhan
terapeutik.)
5. Kontrol faktor - faktor
lingkungan yang yang dapat
mempengaruhi respon pasien
terhadap ketidaknyamanan
(ruangan, suhu, cahaya, dan
suara)
Kolaborasi
Penggunaan kontrol analgetik, jika
perlu.
harga diri dan kemampuan
koping
5. Memberikan ketenangan
kepada pasien sehingga
nyeri tidak bertambah
Analgetik dapat mengurangi
pengikatan mediator kimiawi
nyeri pada reseptor nyeri
sehingga dapat mengurangi
rasa nyeri
2.3 Asuhan Keperawatan Kasus 2.3.1 Pengkajian
Berdasarkan penugasan dan sesuai dengan jadwal mahasiswa praktek di
rumah sakit untuk mengambil kasus sehubungan dengan penyususnan tugas akhir,
pada tanggal 03 Juni 2014 mahasiswa melakukan pengkajian keperawatan pada
pasien Tn.M. Berikut deskripsi dari hasil pengkajian yang dilakukan dan secara
lengkap terdapat di lampiran 1.
Klien seorang laki-laki atas nama Tn.M, berusia 19 tahun belum menikah
dan beragama Islam. Tn. M bekerja sebagai seorang nelayan sebelum sakit dan
tinggal di Tanjung balai Asahan. Pada tanggal 26 Mei 2014 klien dirawat di
RSUD. Pirngadi Medan dengan No Rekam Medik 00.04.02.32, di ruang Melati 3
kamar 8, klien dioperasi pada tanggal 2 Juni 2014 atas indikasi appendicitis. Klien
mengatakan setelah dioperasi terasa nyeri dibagian sekitar luka insisi yaitudi
klien tampak meringis, muka pucat, dan lemas. Skala nyeri klien 7. Klien
mengatakan setelah dioperasi terasa nyeri dibagian sekitar luka insisi yaitu
diabdomen seperti ditusuk-tusuk, nyeri dirasakan ketika klien merubah posisi,
muka klien tampak meringis, muka pucat, dan lemas. Skala nyeri klien 7. Klien
mengatakan nyeri dialami disebabkan oleh post op appendicsitis. Klien
mengatakan nyeri yang dirasakan berkurang dengan minum obat, disertai dengan
istirahat dan tarik nafas dalam. Klien mengatakan nyeri yang dirasakan sangat
sakit, dengan skala nyeri 7. Klien tampak meringis, wajah pucat, berkeringat.
Klien mengatakan nyeri terasa pada daerah abdomen sebelah kanan bawah. Klien
mengatakan nyeri yang dirasakan tidak menyebar. Klien mengatakan nyeri yang
dirasa sangat mengganggu.
Secara umum klien tampak lemas, tidak bersemangat dan sangat terlihat
klien terganggu dengan rasa aman dan nyaman ;nyeri diabdoomen dibagian kanan
bawah,. Saat dikaji tanda-tanda vital, suhu tubuh klien 380C, Tekanan Darah:
120/90 mmhg, HR: 85 kali/menit dan pernapasan klien 28 kali/menit. Pada saat
dikaji skala nyeri 7 karena klien tampak memegang abdomen dibagian kanan
bawah dan tampak kesakitan. Diperkirakan tinggi badan klien 165 cm dengan
berat badan 60 kg. Pada pemeriksaan abdomen, saat diinspeksi bentuk simetris,
ada luka insisi diabdomen bagian kanan bawah. Peristaltik usus 6 kali / menit,
tidak ada suara tambahan. Palpasi tidak dilakukan karena klien masih merasakan
sangat nyeri dibagian abdomen yang dioperasi, tidak dilakukan perkusi karena
klien sangat nyeri. Pada pemeriksaan kelamin dan diaderah sekitarnya tidak
dilkukan. Pada pemeriksaan musculoskeletal/ekstremitas tidak dikukan
pemeriksaan.
2.3.2 Analisa Data
Berdasarkan hasil pengkajian yang dilakukan pada tanggal 03 Juni 2014
dari data-data yang diperoleh dilakukan analisa data dengan mengelompokkan
ANALISA DATA
NO DATA Penyebab Masalah
Keperawatan
1. DS:
Klien mengatakan nyeri pada
jahitan operasinya,seperti ditusuk
tusuk dan skala nyeri 7.
P : kilen mengatakan nyeri
bertambah jika bergerak (alih
baring) dan berkurang bila tidur,
dan istirahat
Q : nyeri seperti di tusuk-tusuk
R : nyeri di area luka
Terdapat luka jahitan di abdomen
Klien tampak melindungi daerah
2.3.3 Rumusan Masalah
Dari analisa data yang dilakukan ditemukan satu masalah keperawatan
menurut NANDA yaitu: Gangguan Rasa Aman dan Nyaman ; Nyeri
Diagnosa Keperawatan
Nyeri akut dapat didiagnosis berdasarkan laporan pasien saja karena
kadang-kadang hanya hal tersebut satu-satunya tanda nyeri. Tidak ada satupun
batasan karakteristik lain yang berdiri sendiri dan dapat mencukupi untuk
mendiagnosisi nyeri akut. Faktor yang berhubungan mengindikasi bahwa seorang
pasien dapat menderita Nyeri Akut fisik dan psikologis. Kata-kata pemberi sifat
harus ditambahkan pada diagnosis ini untuk mengindikasikan keparahan, lokasi,
dan sifat nyeri (NANDA, 2012).
1.Nyeri diabdomen seperti ditusuk-tusuk yang berhubungan dengan post opp
apendicsitis ditandai dengan tampak pasien menahan nyeri, terdapat luka jahitan
diabdomen, klien tampak melindungi daerah jahitan, muka klien tampak pucat
dan tidak rileks, TD: 120/90, Nadi: 85 x/menit, RR: 22 x/menit, T: 38o C
(NANDA, 2012).
2.3.4 Perencanaan Keperawatan
Rencana keperawatan adalah tahap bukti tertulis dari tahap dua dan tahap
tiga proses keperawatan yang mengidentifikasi masalah/kebutuhan pasien,
tujuan/hasil perawatan, dan intervensi untuk mencapai hasil yang diharapkan dan
menangani masalah/kebutuhan pasien (Doenges, 2000).
Setelah melakukan pengkajian keperawatan, dari data yang diperoleh dilakukan
analisa dan menemukan masalah-masalah keperawatan kemudian dirumuskan
dalam diagnosa keperawatan. Pada saat itu juga perawat melakukan perencanaan
tindakan keperawatan untuk memberi asuhan keperawatan kepada Tn. M.
Perencanaan keperawatan dan rasional dari setiap diagnosa dapat dilihat di tabel
PERENCANAAN KEPERAWATAN No.
Dx Perencanaan Keperawatan
1 Tujuan dan kriteria hasil :
- Nyeri berkurang atau terkontrol
- Skala nyeri 3
- Wajah tidak tampak meringis dan tidak terlihat menahan nyeri
- Rileks, dapat beristirahat, dan beraktivitas sesuai kemampuan
Tanda-tanda vital dalam batas normal
Intervensi Rasional
Mandiri
1. Lakukan pengkajian secara
komprehensif tentang nyeri
meliputi lokasi, karakteristik,
durasi, frekuensi, kualitas,
intensitas nyeri dan faktor
presipitasi.
2. Observasi respon nonverbal
dari ketidaknyamanan
(misalnya wajah meringis)
terutama ketidakmampuan
untuk berkomunikasi secara
efektif.
3. Kaji efek pengalaman nyeri
terhadap kualitas hidup
4. Ajarkan menggunakan teknik
nonanalgetik (relaksasi
progresif, latihan napas dalam,
1. Mempengaruhi pilihan /
pengawasan keefektifan
intervensi.
2. Tingkat ansietas dapat
mempengaruhi persepsi / reaksi
terhadap nyeri
3. Mengetahui sejauh mana
pengaruh nyeri terhadap
kualitas hidup pasien.
4. Memfokuskan kembali
perhatian, meningkatkan
imajinasi, sentuhan terapeutik.)
5. Kontrol faktor - faktor
lingkungan yang yang dapat
mempengaruhi respon pasien
terhadap ketidaknyamanan
(ruangan, suhu, cahaya, dan
suara)
Kolaborasi
Penggunaan kontrol analgetik, jika
perlu.
harga diri dan kemampuan
koping
5. Memberikan ketenangan kepada
pasien sehingga nyeri tidak
bertambah
Analgetik dapat mengurangi
pengikatan mediator kimiawi nyeri
pada reseptor nyeri sehingga dapat
PELAKSANAAN KEPERAWATAN
Hari / Tanggal
Implementasi Keperawatan Evaluasi (SOAP)
selasa /
03 Juni
2014
- Melakukan pengkajian secara
komprehensif tentang nyeri meliputi
lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
kualitas, intensitas nyeri.
- Mengobservasi respon nonverbal dari
ketidaknyamanan (misalnya wajah
meringis) terutama ketidakmampuan
untuk berkomunikasi secara efektif.
- Kaji efek pengalaman nyeri terhadap
kualitas hidup
- Ajarkan menggunakan teknik
nonanalgetik : relaksasi progresif,
latihan napas dalam
S: Klien mengatakan
nyeri masih terasa
- Memberikan analgetik jahitan
- Ajarkan menggunakan teknik
nonanalgetik seperti relaksasi progresif,
latihan napas dalam, imajinasi, sentuhan
terapeutik
- Kontrol faktor - faktor lingkungan
yang yang dapat mempengaruhi respon
pasien terhadap ketidaknyamanan seperti
ruangan, suhu, cahaya, dan suara
RR : 22 x/menit
T : 36,2⁰C
A: Masalah sebagian
teratasi
P: Intervensi
BAB III
Kesimpulan dan Saran
3.1Kesimpulan
Hasil pengkajian dengan masalah kebutuhan dasar rasa aman dan nyaman
; nyeri pada Tn,M. Klien mengatakan nyeri di daerah abdomen seperti di
tusuk-tusuk, klien terlihat gelisah, klien meringis kesakitan, nyeri dirasakan ketika klien
merubah posisi,skala nyeri 7 TD 110/70,Temp 36,50c, HR 84 x/menit, RR 22
x/menit, dan klien tampak cemas.
Diagnosa keperawatan yang ditemui yaitu gangguan rasa aman dan
nyaman ; nyeri pada post op appendicsitis berhubungan dengan luka insisi pada
abdomen.
Setiap masalah keperawatan yang ditemukan pada Tn.M dibuat suatu
perencanaan untuk memecahkan masalah, perencanaan tersebut meliputi tujuan
dan kriteria hasil seperti nyeri berkurang atau terkontrol, skala nyeri 3, wajah
tidak tampak meringis. Salah satu intervensi yang dilakukan yaitu dengan tekhnik
relaksasi nafas dalam. Setelah itu diimplementasikan secara mandiri dan
didapatkan evaluasi klien mampu miring kiri dan kanan secara perlahan, skala
nyeri menjadi 3, masalah masih teratasi sebagian dan intervensi dilanjutkan.
3.2 Saran
Adapun saran-saran yang dapat penulis simpulkan adalah sebagai berikut :
1. Bagi Institusi Pelayanan Kesehatan
Diharapkan institusi pelayanan kesehatan dapat meningkatkan kualitas
pelayanan kesehatan terutama pada kasus post op appendicsitis, yaitu
dengan cara pengobatan dan pendkes.
2. Bagi pendidikan
Diharapkan agar dapat meningkatkan mutu pelayanan pendidikan yang
berkualitas dan professional, guna terciptanya perawat-perawat yang
profesional, terampil, cekatan dan handal dalam memberikan asuhan
3. Bagi Klien dan Keluarga
Diharapkan kepada Klien untuk lebih menjaga pola makan yang sehat dan
keluarga menerapkan pendkes yang telah diajarkan dirumah sakit oleh
Daftar Pustaka
Asmadi, (2008). Tekhnik Prosedural Keperawatan: Konsep dan Aplikasi
Kebutuhan Dasar Klien. Jakarta: Salemba Medika.
Eylin, (2009), Keperawatan Dasar Googlebook. Jakarta : Salemba
Hidayat, A, (2009). Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia: Aplikasi Konsep
dan Proses Keperawatan, Jakarta: Salemba Medika.
Haryono,R, (2012).Keperawatan Medikal Bedah Sistem Pencernaan, Jakarta :
Gosyeng Publishing.
Muttaqin, A, (2011). Buku ajarAsuhan Keperawatan dengan gangguan Sistem
Persarafan.Jakarta :Salemba.
Mubarak, Wahid Iqbal, (2008). Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia. Cetakan
pertama, Jakarta: EGC.
Nanda, (2007). Diagnosis Keperawatan. Edisi 9,Jakarta : EGC.
Nanda, (2012). Diagnosis Keperawatan. Edisi 9, Jakarta : EGC
Perry, Potter, (2006). Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Edisi 4. Jakarta :
EGC.
Prasetyo, Sigit, (2010). Konsep dan Proses Keperawatan Nyeri. Edisi 1,
Lampiran
: Tanjung balai, Asahan
suk RS : Kamis, 26 mei 2014
edis : Post Op Appendicsitis
AMA
ngatakan setelah dioperasi terasa nyeri dibagian se
seperti ditusuk-tusuk, nyeri dirasakan ketika
n tampak meringis, muka pucat, dan lemas. Skala
ESEHATAN SEKARANG ative
ya
yeri yang dialami disebabkan oleh post apendi N
U
n sekitar luka insisi
ka klien merubah
la nyeri klien 7.
2. Hal – hal yang memperbaiki
Klien mengatakan nyeri yang dirasakan berkurang dengan minum obat, disertai
dengan istirahat dan tarik nafas dalam.
B. Quantity/quality 1. Bagaimana dirasakan
Klien mengatakan nyeri yang dirasakan sangat sakit, dengan skala nyeri 7.
2. Bagaimana dilihat
Klien tampak meringis, wajah pucat, berkeringat.
C.Region
1. Dimana lokasinya
Klien mengatakan nyeri terasa pada daerah abdomen sebelah kanan bawah.
2. Apakah menyebar
Klien mengatakan nyeri yang dirasakan tidak menyebar.
D.Severity
Klien mengatakan nyeri yang dirasa sangat mengg
E.Time
Klien mengatakan nyeri yang dirasakan pada daerah abdomen sebelah kanan
bawah, muncul pada saat merubah posisi, klien mengatakan skala nyeri 7.
IV. RIWAYAT KESEHATAN MASA LALU A. Penyakit yang pernah alami
Klien mengatakan tidak ada penyekit kronik yang pernah dialami
B.Pengobatan/tindakan yang dilakukan
Klien mengatakan tidak pernah melakukan pengobatan/tindakan sebelumnya
karena tidak pernah mengalami penyakit kronik
C. Pernah dirawat/dioperasi
D. Lama dirawat
Klien tidak memiliki riwayat rawat inap sebelumnya, dan saat dilakukan
pengkajian, klien mengatakan telah empat hari dirawat dirumah sakit Dr. Pirngadi
Medan.
E.Alergi
Klien mengatakan tidak ada riwayat alergi.
F.Imunisasi
Saat dilakukan pengkajian klien mengatakan imunisasinya tidak lengkap.
V. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA A. Orang tua
Klien mengatakan alm. Ibunya pernah menderita diabetes, dan ayahnyanya tidak
memiliki riwayat penyakit keturunan.
B. Saudara kandung
Klien mengatakan tidak ada anggota keluarga atau saudara kandungnya yang
menderita penyakit diabetes, atau penyakit yang sama seperti yang dialami klien
saat ini.
C. Penyakit keturunan yang ada
Klien mengatakan alm. Ibunyanya pernah menderita diabetes, tetapi tidak ada
anggota keluarga yang mengalami penyakit yang sama seperti yang dialami alm.
Ibunyanya.
D. Anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa
Klien mengatakan tidak ada anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa.
E. Anggota keluarga yang meninggal
Klien mengatakan ibunya sudah meninggal sejak empat tahun yang lalu.
F. Penyebab meninggal
Disebabkan karena penyakit diabetes yang dideritanya.
VI.RIWAYAT KEADAAN PSIKOSOSIAL A. Persepsi pasien tentang penyakitnya
B.Konsep diri
- Gambaran diri
Klien mengatakan ia yakin penyakit yang dialaminya akan sembuh secara total.
- Ideal diri
Klien mengatakan ia ingin cepat sembuh
- Harga diri
Klien mengatakan ia menerima keadaanya yang sekarang.
- Peran diri
Klien bekerja sebagai nelayan untuk membantu keuangan keluarganya.
-Identitas
klien adalah anak kedua dari empat bersaudara, klien bekerja sebagai nelayan.
C.Keadaan emosi
Saat dilakukan pengkajian, keadaan emosi klien stabil.
D.Hubungan sosial 1. Orang yang berarti
Orang yang berarti bagi klien adalah orang tua (ayah), dan ketiga saudara
kandungnya.
2. Hubungan dengan keluarga
Klien mengatakan tidak ada masalah dengan keluarganya.
3. Hubungan dengan orang lain:
Klien memiliki hubungan yang baik dengan lingkungan sekitarnya. klien
tidak ada masalah dengan tetangganya dan klien yang berada dalam ruangan
tempat ia dirawat
4. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain:
Klien mengatakan tidak ada hambatan dalam berhubungan dengan orang
lain disekitar rumah, tetapi di ruangan tempat ia dirawat klien tidak dapat
berkomunikasi dengan baik karena masih dalam kondisi lemah.
E.Spiritual
2. Kegiatan ibadah : Sholat, tetapi selama dirawat di rumah sakit klien
tidak pernah beribadah (sholat).
VII.PEMERIKSAAN FISIK A.Keadaan umum
Saat dilakukan pengkajian keadaan umum klien lemah dan sangat terlihat
klien terganggu dengan rasa aman dan nyaman ; nyeri diabdomen bagian kanan
bawah.
B.Tanda-tanda vital
- Suhu tubuh : 38 C
- Tekanan darah : 120/90
- Nadi : 80 x/i
- Pernafasan : 28 x/i
- Skala nyeri : 7
- TB : 165 cm
- BB : 60 kg
C.Pemeriksaan Head to toe Kepala dan rambut
• Bentuk : Bulat
• Ubun-ubun : Keras dan tertutup
• Kulit kepala : Tidak dijumpai kelainan pada kulit kepala
Rambut
• Penyebaran dan keadaan
• Rambut : Merata di seluruh kepala, rambut lebat dan terlihat kotor.
• Bau : Berbau keringat
• Warna rambut : Rambut klien berwarna hitam
Wajah
• Warna kulit : Wajah terlihat pucat
Mata
• Kelengkapan dan kesimetrisan : Struktur mata lengkap, dan simetris antara kiri dan kanan
• Palpebra : Ptosis (-), edema (-), tidak dijumpai tanda radang
• Konjungtiva dan sclera :Konjungtiva tidak anemis, edema (-), sclera terliha kemerahan
• Pupil :Ukuran pupil 3mm, reflek cahaya (+), isokor antara kanan dan kiri
• Kornea dan iris :Edema (+), tidak dijumpai pengapuran katarak
• Visus :Klien dapat membaca pada jarak 5
meter, klien dapat melihat lambaian tangan pada jarak 1 meter
• Tekanan bola mata :Tidak dilakukan pemeriksaan pada tekanan bola mata.
Hidung
• Tulang hidung dan posisi septum nasi :Simetris di medialis
• Lubang hidung :Tidak ada secret dan tidak di jumpai tanda randang
• Cuping hidung :Tidak dijumpai pernafasan cuping hidung
Telinga
• Bentuk telinga :Simetris kiri dan kanan
• Ukuran telinga :Normal
• Lubang telinga :Tidak dijumpai tanda radang
• Ketajaman pendengaran :Baik, klien tidak mengalami penurunan ketajaman pendengaran
Mulut dan faring
• Keadaan bibir :Terdapat luka jahitan pada bibir atas, mukosa bibir kering,
• Keadaan lidah :Makroglosia (-), glosoptosis (-), klien mengeluhkan tidak bisa menjulurkan lidah karena terasa sakit pada saat membuka
mulut
• Orofaring :Tidak ada tanda radang
Leher
• Posisi trachea :Terdapat pada medial leher
• Thyroid :Tidak dijumpai pembesaran kelenjar
thyroid
• Suara : Normal dan jelas
• Kelenjar limfe :Tidak ada kelainan pada kelenjar limfe
• Vena jugularis :Tidak ada distensi pada vena jugulari
• Denyut nadi karotis :Teraba jelas, iramanya teratursaan
Pemeriksaan integument
• Kebersihan :Saat dilakukan pengkajian kulit klien terlihat agak sedikit kotor karena selama dirawat di rumah sakit klien tidak
pernah mandi atau melakukan perawatan diri
• Kehangatan :Normal
• Warna :Kecoklatan
• Turgor :Normal, kembali < 2 detik
• Kelembaban :Kulit terasa kering
• Kelainan pada kulit :Tidak dijumpai kelainan pada kulit klien
Pemeriksaan payudara dan ketiak
• Ukuran dan b\entuk :Simetris
• Warna payudara dan areola :Areola berwarna hitam
• Kondisi payudara dan putting :Normal, tidak dijumpai kelainan
• Produksi asi :Tidak ada
• Aksila dan Clavicula :Tidak ada kelainan Pemeriksaan thoraks/dada
• Pernafasan :22 x/menit, regular (teratur)
• Tanda kesulitan bernafas :Tidak dijumpai tanda kesulitan bernafas
Pemeriksaan paru
• Palpasi getaran suara :Fremitus taktil simetris kiri dan kanan
• Perkusi :Pada saat dilakukan pengkajian
terdengar resonan
• Auskultasi :Suara nafas vesikuler, suara ucapan jelas dan tidak terdapat suara tambahan
Pemeriksaan jantung
• Inspeksi :Tidak dijumpai ictus cordis
• Perkusi :Batas jantung intercostal 5,
kardiomegali (-)
• Auskultasi :Suara jantung I dan II terdengar jelas dengan frekwensi 88 x/menit dan regular (teratur)
Pemeriksaan abdomen
• Inspeksi :Simetris, ada luka insisi di abdomen
bagian kanan bawah
• Auskultasi :Peristaltik usus 6 x/menit, tidak ada suara tambahan
• Palpasi :Tidak dilakukan palpasi karena klien
masih merasakan sangat nyeri
• Perkusi :Tidak dilakukan perkusi karena
klien sangat nyeri
Pemeriksaan pemeriksaan kelamin dan daerah sekitar
• Genitalia :Tidak dilakukan pemeriksaan
• Anus dan perineum :Tidak dilakukan pemeriksaan Pemeriksaan musculoskeletal/ekstremitas
Pemeriksaan neurilogi (nervus cranialis)
• N I : Fungsi indera penciuman baik
• N II : Fungsi indera penglihatan baik
• N III, IV, VI : Baik
• N V : Baik
• N VII : Persepsi pengecapan baik
• N VIII : Keseimbangan klien baik
• N IX, X : Klien mampu menelan dengan baik
• N XI : Baik
• N XII : Lidah simetris, indera pengecapan baik
Fungsi motorik
• Klien mampu berjalan dengan bantuan keluarga Fungsi sensorik
• Klien mampu mengidentifikasi sentuhan kapas, tajam-tumpul, panas-dingin.
VIII.POLA KEBIASAAN SEHARI HARI I. Pola makan dan minum
- Frekuensi makan/hari : 2 kali sehari
- Nafsu/selera makan : 3 sendok dan sangat sedikit sekali
- Nyeri ulu hati : Sangat nyeri
- Alergi : Tidak ada alergi
- Mual dan muntah : Tidak ada mual dan muntah
Waktu pemberian makan
Pagi, siang, malam dan kadang diselingi dengan cemilan
Jumlah dan jenis makan
Setiap kali makan klien menghabiskan 1 porsi makanan ; klien makan makanan
yang disediakan dari rumah sakit dan kadang membeli makanan dari luar untuk
makanan selingan
Waktu pemberian cairan/minum
Masalah makan dan minum (kesulitan menelan, mengunyah) :
Tidak ada masalah dalam makan dan minum, tidak ada kesulitan ,menelan dan
mengunyah
II. Perawatan diri/personal hygiene
- Kebersihan tubuh : Bersih
- Kebersihan gigi dan mulut : Bersih
- Kebersihan kuku kaki dan tangan: Bersih
III. Pola kegiatan/Aktivitas
- Uraian aktivitas pasien untuk mandi, makan, eliminasi, ganti pakaian dilakukan
secara mandiri, sebahagian, atau total.
Klien tidak mandi dikarenakan post operasi,prinsipnya harus kering. Klien makan
dibantu oleh keluarga dengan memakan bubur secara perlahan dikarena abdomen
klien masih merasakan nyeri, eliminasi klien kurang baik karena post operasi jadi
ada percampuran darah, kemudian ganti pakaian dibantu oleh keluarga.
- Uraikan aktivitas ibadah pasien selama dirawat/sakit
Klien tidak melakukan ibadah sewaktu dirawat dirumah sakit.
Pola eliminasi 1. BAB
- Pola BAB : 1 kali sehari
- Karakter feses : Lembek
- Riwayat perdarahan : Tidak ada
- BAB terakhir : 3 juni 2014, pagi hari
- Diare : Tidak ada
- Penggunaan laksatif : Tidak ada
2. BAK
- Pola BAK : 3 kali sehari
- Karakter urine : Kuning kemerahan
- Nyeri/rasa terbakar/kesulitan BAK : Tidak ada
- Riwayat penyakit ginjal/kandung kemih : Tidak ada
- Penggunaan diuretik : Tidak ada
ANALISA DATA
NO DATA Penyebab Masalah
Keperawatan
1. DS:
Klien mengatakan nyeri pada
jahitan operasinya,seperti ditusuk
tusuk dan skala nyeri 7.
P : kilen mengatakan nyeri
bertambah jika bergerak (alih
baring) dan berkurang bila tidur,
dan istirahat
Q : nyeri seperti di tusuk-tusuk
R : nyeri di area luka
Terdapat luka jahitan di abdomen
Klien tampak melindungi daerah
Masalah Keperawatan
1.Gangguan aman dan nyaman ; Nyeri
Diagnosa Keperawatan (Prioritas)
1.Nyeri diabdomen seperti ditusuk-tusuk yang berhubungan dengan post opp
apendicsitis ditandai dengan tampak pasien menahan nyeri, terdapat luka jahitan
diabdomen, klien tampak melindungi daerah jahitan, muka klien tampak pucat
dan tidak rileks, TD: 120/90, Nadi: 85 x/menit, RR: 22 x/menit, T: 38o C
(NANDA, 2012).
PERENCANAAN KEPERAWATAN
No.
Dx Perencanaan Keperawatan
1 Tujuan dan kriteria hasil :
- Nyeri berkurang atau terkontrol
- Skala nyeri 3
- Wajah tidak tampak meringis dan tidak terlihat menahan nyeri
- Rileks, dapat beristirahat, dan beraktivitas sesuai kemampuan
Tanda-tanda vital dalam batas normal
Intervensi Rasional
Mandiri
1. Lakukan pengkajian secara
komprehensif tentang nyeri
meliputi lokasi,
karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas,
intensitas nyeri dan faktor
presipitasi.
2. Observasi respon nonverbal
dari ketidaknyamanan
(misalnya wajah meringis)
terutama ketidakmampuan
2. Tingkat ansietas dapat
mempengaruhi persepsi /
3. Kaji efek pengalaman nyeri
terhadap kualitas hidup
4. Ajarkan menggunakan teknik
nonanalgetik (relaksasi
progresif, latihan napas dalam,
imajinasi, sentuhan terapeutik.)
5. Kontrol faktor - faktor
lingkungan yang yang dapat
mempengaruhi respon pasien
terhadap ketidaknyamanan
(ruangan, suhu, cahaya, dan
suara)
Kolaborasi
Penggunaan kontrol analgetik, jika
perlu.
3. Mengetahui sejauh mana
pengaruh nyeri terhadap
kualitas hidup pasien.
4. Memfokuskan kembali
perhatian, meningkatkan
kontrol dan meningkatkan
harga diri dan kemampuan
koping
5. Memberikan ketenangan kepada
pasien sehingga nyeri tidak
bertambah
Analgetik dapat mengurangi
pengikatan mediator kimiawi nyeri
pada reseptor nyeri sehingga dapat
PELAKSANAAN KEPERAWATAN
Hari / Tanggal
Implementasi Keperawatan Evaluasi (SOAP)
selasa /
03 Juni
2014
- Melakukan pengkajian secara
komprehensif tentang nyeri meliputi
lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
kualitas, intensitas nyeri.
- Mengobservasi respon nonverbal dari
ketidaknyamanan (misalnya wajah
meringis) terutama ketidakmampuan
untuk berkomunikasi secara efektif.
- Kaji efek pengalaman nyeri terhadap
kualitas hidup
- Ajarkan menggunakan teknik
nonanalgetik : relaksasi progresif,
latihan napas dalam
S: Klien mengatakan
nyeri masih terasa
- Memberikan analgetik jahitan
- Ajarkan menggunakan teknik
nonanalgetik seperti relaksasi progresif,
latihan napas dalam, imajinasi, sentuhan
terapeutik
- Kontrol faktor - faktor lingkungan
yang yang dapat mempengaruhi respon
pasien terhadap ketidaknyamanan seperti
ruangan, suhu, cahaya, dan suara
RR : 22 x/menit
T : 36,2⁰C
A: Masalah sebagian
teratasi
P: Intervensi
Lampiran
CATATAN PERKEMBANGAN
Implementasi dan Evaluasi Keperawatan
No. DX Hati/Tanggal Pukul (wib) Tindakankeperawatan Evaluasi (SOAP) 1. Selasa, 03
tentang nyeri meliputi
lokasi, karakteristik,
durasi, frekuensi, kualitas,
intensitas nyeri.
2. Mengobservasi respon
nonverbal dari
3. Kaji efek pengalaman
nyeri terhadap kualitas
2014
11.40
teknik nonanalgetik :
relaksasi progresif, latihan
1. Ajarkan menggunakan
teknik nonanalgetik
seperti relaksasi progresif,
latihan napas dalam,
imajinasi, sentuhan
terapeutik
2. Kontrol faktor - faktor
lingkungan yang yang
dapat mempengaruhi
respon pasien terhadap
12.20
dan suara
3. Memberikan analgetik
Tanda-tanda vital :
TD :120/70 mmHg
Nadi : 72 x/menit
RR : 22 x/menit
T : 36,2⁰C
A: Masalah sebagian
teratasi
P:Intervensi