• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Sub Kontrak Antara Partonun Dengan Toke (Studi Kasus Pada Industri Kerajinan Ulos Di Kecamatan Siatas Barita Kabupaten Tapanuli Utara )

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Hubungan Sub Kontrak Antara Partonun Dengan Toke (Studi Kasus Pada Industri Kerajinan Ulos Di Kecamatan Siatas Barita Kabupaten Tapanuli Utara )"

Copied!
160
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)

HUBUNGANSUBKONTRAKANTARA

PARTONUN

DENGAN

TOKE

(Studi

Kasus

Pada Industri Kerajinan U10s Di Kecamatan

Siatas Barita Kabupaten Tapanuli Utara )

Nama Mahasiswa

BONTOR ARIFIN HUTASOIT

Nomor Induk Mahasiswa

037024055

Program Magister

:

Studi Pembangunan

Menyetujui

Komisi Pembimbing,

Ketua Program Studi

c

Drs. SUBHlLfu\R. MA

NIP.

I31754528

Ketua

| \

Drs.

R.

hamd

D

BARAHAP, M.Si

Tanggal Lulus: 21 November 2005

(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
(12)

ABSTRAK

Usaha kerajinan ulos (kain tenun tradisional Batak) di Kecamatan Siatas

Barita Kabupaten Tapanuli Utara, sebagaimana usaha industri kecillainnya selalu

menghadapi permasalahan modal, pemasaran, bahan baku, teknologi, tenaga kerja

dan managemen.

Permasalahan ini telah memunculkan adanya hubungan

subkontrak (desentralisasi produksi ulos) antara pengrajin ulos (partonun) dengan

pengusaha ulos (toke).

Studi ini berusaha menggambarkan bagaimana hubungan yang terjadi

antara partonun dengan toke yang terkait dalam hubungan subkontrak pada

industri kerajinan ulos di Kecamatan Siatas Barita, dengan melihat aspek modal,

bahan baku, pemasaran dan tenaga kerja, Pada akhimya akan dapat disimpulkan

apakah hubungan tersebut eksploitatif atau mutualistik.

Sistem subkontrak yang terjadi antara

partonun

dengan toke terjadi secara

spontan, informal, dan tidak tertulis, dan merupakan commercial subcontracting

vertical, artinya proses pengerjaan tenunan ulos dilakukan oleh partonun sebagai

subkontraktor dan toke sebagai prinsipal hanya memasarkan kepada konsurnen

dan menyiapkan sumber-sumber input seperti modal dan bahan baku. Motivasi

melakukan hubungan subkontrak disebabkan adanya full capacity subcontracting,

dimana toke menghadapi kegiatan melebihi kapasitas produksi. Complementary

atau

intermittent

subcontracting

dilakukan

untuk

menghadapi

fluktuasi

permintaan. Cost saving subcontracting, yaitu toke dapat mengurangi berbagai

pengeluaran biaya. Motivasi terakhir adalah specialized subcontracting untuk

memanfaatkan keterampilan dan peralatan yang dimiliki partonun. Bagi partonun

keterbatasan akses terhadap pasar dan modal yang terbatas menjadi motivasi

dominan terjadinya hubungan subkontrak. Hubungan

subkontrak antara toke

dengan

partonun

merupakan hubungan saling ketergantungan yang eksploitatif.

Sifat

ketergantungan

cenderung

searah,

yakni

dari

partonun

ke

toke.

Kecenderungan ini muncul karena pilihan partonun dibanding toke lebih sedikit

dan terbatas sehingga neraca ketergantungan bergeser sepihak ke arah partonun.

Sumber ketimpangan faktor produksi yang paling dominan

memunculkan

eksploitatif ini adalah permodalan, yang mengakibatkan terjadinya proses

pinjam-meminjam uang antara partonun dengan toke diluar

dari

proses produksi ulos,

pada

akhirnya telah mengakibatkan partonun tidak otonom dan mandiri.Upaya

melestarikan hubungan subkontrak dilakukan dengan hubungan-hubungan sosial,

yaitu: Hubungan arisan, saling mengunjungi apabila ada musibah atau pesta,

memberikan nang rnuka, dan piknik mengunjungi daerah-daerah wisata. Usaha

untuk mengembangkan kerajinan ulos dengan relasi yang lebih seimbang antara

partonun dengan toke dapat dilakukan dengan memutus ketergantungan modal

dari

partonun kepada toke. Intervensi pemerintah dalam hal ini sangat dibutuhkan

terutama dalam

penyediaan

modal,

serta

mengupayakan

agar hubungan

subkontrak dilakukan secara tertulis. Pemberian modal hendaknya langsung

kepada

partonun,

namun

apabila

diberikan

melalui

kelompok partonun,

pemerintah atau pemberi modal harus memastikan bahwa kelompok partonun

tersebut bukanlah kelompok yang tcrjalin dalam hubungan subkontrak.

xii

(13)

ABSTRACT

Handicraft industry of ulos (traditional cloth of Batak) in subdistrict of

Siatas Barita, district of Tapanuli Utara, as weIl as another smaIl scale industry

face the financial

capital, marketing, raw material, technology, labor, and

management problems. These problems has resulted the subcontracting

relationship (decentralization of ulos production) between the ulos craftsman

(partonun)

and entrepreneur

(toke).

This study describe how the subcontracting relationship between

partonun

and

toke

in ulos industry in subdistrict of Siatas Barita based on financial capital,

raw material, marketing, and labor aspect. Finally it will be concluded whether the

subcontracting relationship is exploitative or mutualistic.

Subcontracting system between

partonun

and

toke

are spontaneous,

informal, and unwritten form.

It

is a

commercial subcontracting vertical,

means

the working on ulos are done by

partonun

as the subcobtractor, and

toke

as the

principal market the product to the costumer, and supply any input resources, such

as financial capital and raw material. Motivation to do subcontracting relationship

i.e,

Full capacity subcontracting,

means

toke

face the over production activities.

Complementary or intermittent subcontracting

are performed to face the demand

fluctuation.

Cost saving subcontracting,

means toke can minimize the cost

expenditure. The last motivation is

specialized subcontracting

to use the available

skill and equipment owned by

partonun.

For

partonun,

the limitation of access to

the market and financial capital to be a dominant motivation for the

subcontracting relationship. Subcontracting relationship between

toke

and

partonun

is an exploitative dependence. This dependence is one way, i.e. from

partonun

to

toke.

This trend rised for the requirement of

partonun

is little than

toke,

so dependence balance moved to

partonun

in one direction. The dominant

discrepancy of production factor cause the exploitative is financial capital, it

results the lending process between

partonun

and

toke

out of ulos production

process, finally it makes

partonun

in the unauthonomous position. The

subcontracting relationship are maintened by the social relationship, such us

regular social gathering, visiting in calamity or party, the pay of downpayment,

ang go picnic to the tourism object. The development of ulos handicraft in a

balance dependence between

partonun

and

toke

can be solved by eliminate the

financial dependence of

partonun

to

toke.

Government interference in this case is

very important to supply of financial

capital, and to strive for the subcontracting

relationship in written form. The financial capital must be supplied to the

partonun

directly, but if it must be doing through the group of

partonun,

government or contributor of financial capital must determine that the group of

partonun

is not a group that involved in the subcontracting relationship.

xiii

(14)
[image:14.560.73.503.91.735.2]

Tabel1.1.

Tabel4.1.

TabeI4.2.

TabeI4.3.

TabeI4.4.

TabeI4.5.

DAHARTABEL

Produk Domestik Bruto Menurut Lapangan Usaha Industri

Sandang Atas Dasar Harga BerIaku dan Harga Konstan

Tahun 1998-2002

.

Jumlah Desa Di Kecamatan Siatas Barita Beserta Luas

Wilayahnya

Tahun 2004

.

Jumlah Penduduk Kecamatan Siatas Barita Tahun 2005 ...

Jumlah Penduduk Kecamatan Siatas Barita Berdasarkan

Pekerjaan Tahun 2005

.

Jumlah Penduduk Kecamatan Siatas Barita Yang Bekerja

Pada Industri Kerajinan Ulos Tahun 2005

.

Jenis Dan Penggunaan Ulos

,

.

xiv

Hal.

7

59

60

61

62

67

(15)
(16)
(17)
(18)
(19)
(20)
(21)
(22)
(23)
(24)
(25)
(26)
(27)
(28)
(29)
(30)
(31)
(32)
(33)
(34)
(35)
(36)
(37)
(38)
(39)
(40)
(41)
(42)
(43)
(44)
(45)
(46)
(47)
(48)
(49)
(50)
(51)
(52)
(53)
(54)
(55)
(56)
(57)
(58)
(59)
(60)
(61)
(62)
(63)
(64)
(65)
(66)
(67)
(68)
(69)
(70)
(71)
(72)
(73)
(74)
(75)
(76)
(77)
(78)
(79)
(80)
(81)
(82)
(83)
(84)
(85)
(86)
(87)
(88)
(89)
(90)
(91)
(92)
(93)
(94)
(95)
(96)
(97)
(98)
(99)
(100)
(101)
(102)
(103)
(104)
(105)
(106)
(107)
(108)
(109)
(110)
(111)
(112)
(113)
(114)
(115)
(116)
(117)
(118)
(119)
(120)
(121)
(122)
(123)
(124)
(125)
(126)
(127)
(128)
(129)
(130)
(131)
(132)
(133)
(134)
(135)
(136)
(137)
(138)
(139)
(140)
(141)
(142)
(143)
(144)
(145)
(146)
(147)
(148)
(149)
(150)
(151)
(152)
(153)
(154)
(155)
(156)
(157)
(158)
(159)
(160)

Gambar

Tabel1.1.Produk Domestik Bruto Menurut Lapangan Usaha IndustriSandang Atas Dasar Harga BerIaku dan Harga Konstan

Referensi

Dokumen terkait

Kenyamanan didalam ruangan dicapai dengan pengendalian udara yang baik dari pembukaan pintu jendela, celah dinding, suhu ruangan rendah akibat dipakainya teritisan lebar

Pada hari ini Selasa tanggal Dua puluh Lima bulan September tahun Dua Ribu Dua Belas pukul 10.00 WIB sampai dengan 14.00 WIB, Pokja ULP Kemeneterian Agama

bahasa Jawa krama inggil yang harusnya digunakan dalam upacara tujuh. bulanan akan menimbulkan masalah baru seperti

Upacara atau ceremony adalah sistem atau rangkaian tindakan yang ditata oleh adat atau hukum yang berlaku dalam masyarakat yang berhubungan dengan berbagai macam

In this study, experiments were performed with the plant, Brassica napus, to test whether UV-B directly and indirectly influences (a) the decomposi- tion of litter by a select group

Keunt ungan (kerugian) dari perubahan nilai aset keuangan dalam kelompok t ersedia unt ukc.

We hypothesized that, in addition to more favorable edaphic factors, the inoculum potential of beneficial vesicular–arbuscular mycorrhizal (VAM) fungi was higher, and therefore,

Prosedur Pencairan/ penyaluran dana bantuan Kemitraan Penyelenggaraan Ujian Akhir Madrasah (UAM) Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam dan bahasa Arab untuk MI,