• Tidak ada hasil yang ditemukan

Usulan Perbaikan Fasilitas Kerja Pada Penggilingan Batu Untuk Mengurangi Musculosceletal Disorder Pada Pabrik PT. Masyarakat Pratama Anindita

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Usulan Perbaikan Fasilitas Kerja Pada Penggilingan Batu Untuk Mengurangi Musculosceletal Disorder Pada Pabrik PT. Masyarakat Pratama Anindita"

Copied!
146
0
0

Teks penuh

(1)

USULAN PERBAIKAN FASILITAS KERJA PADA PENGGILINGAN BATU UNTUK MENGURANGI MUSCULOSCELETAL DISORDER PADA

PABRIK PT.MASYARAKAT PRATAMA ANINDITA

TUGAS SARJANA

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat-syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik

Oleh

FERY ANUGRAH AGUSTINUS BANGUN NIM. 080403164

D E P A R T E M E N T E K N I K I N D U S T R I

F A K U L T A S T E K N I K

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

M E D A N

(2)

USULAN PERBAIKAN FASILITAS KERJA PADA PENGGILINGAN BATU UNTUK MENGURANGI MUSCULOSCELETAL DISORDER PADA

PABRIK PT.MASYARAKAT PRATAMA ANINDITA

TUGAS SARJANA

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat-syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik

Oleh

FERY ANUGRAH AGUSTINUS BANGUN NIM. 080403164

Disetujui oleh :

Dosen Pembimbing I, Dosen Pembimbing II,

(Ir. Poerwanto, MSc) (Ikhsan Siregar,ST,M.Eng)

D E P A R T E M E N T E K N I K I N D U S T R I

F A K U L T A S T E K N I K

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

M E D A N

(3)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis sampaikan ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, Maha

Pengasih dan Maha Penyayang atas segala berkat dan karunia-Nya sehingga

penulis dapat menyelesaikan Laporan Tugas Sarjana ini. Tugas Sarjana

merupakan salah satu syarat akademis yang harus dipenuhi oleh mahasiswa

Teknik Industri untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik.

Penulis melaksanakan Tugas Sarjana di PT.Masyarakat Pratama Anindita

cabang medan yang bergerak dibidang pembuatan pupuk Dolomit. Tugas Akhir

ini berjudul “Usulan Perbaikan Fasilitas Kerja pada Penggilingan Batu untuk

mengurangi Musculosceletal Disorder pada Pabrik PT.Masyarakat Pratama

Anindita”

Penulis menyadari bahwa laporan Tugas Sarjana ini masih jauh dari

kesempurnaan, penulis selalu terbuka untuk saran dan kritik yang bersifat

membangun dari semua pihak untuk kesempurnaan tulisan ini ke depan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Medan, Mei 2011

(4)

DAFTAR ISI

BAB HALAMAN

LEMBAR JUDUL... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

ABSTRAK ... xvii

I PENDAHULUAN ... I-1 1.1. Latar Belakang ... I-1 1.2. Perumusan Masalah ... I-2

1.3. Tujuan Penelitian ... I-3

1.4. Manfaat Penelitian ... I-3

1.5. Batasan Masalah dan Asumsi yang digunakan ... I-4

(5)

DAFTAR ISI (LANJUTAN)

BAB HALAMAN

II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN ... II-1

2.1. Sejarah Perusahaan ... II-1

2.2. Ruang Lingkup Bidang Usaha ... II-2

2.3. Organisasi dan Manajemen ... II-3

2.3.1. Struktur Organisasi Perusahaan ... II-3

2.3.2. Uraian Tugas dan Tanggung Jawab ... II-6

2.3.3. Tenaga Kerja dan Jam Kerja ... II-11

2.3.3.1. Tenaga Kerja ... II-11

2.3.3.2. Jam Kerja ... II-13

2.3.4. Sistem Pengupahan dan Fasilitas Lainnya ... II-13

2.3.4.1. Sistem Pengupahan ... II-14

2.3.4.2. Fasilitas yang digunakan ... II-15

2.4. Proses Produksi ... II-16

2.4.1. Bahan ... II-16

2.4.1.1. Bahan Baku ... II-16

2.4.1.2. Bahan Penolong ... II-17

2.4.1.3. Bahan Tambahaan ... II-17

2.4.2. Jumlah dan Spesifikasi Produk ... II-18

(6)

DAFTAR ISI (LANJUTAN)

BAB HALAMAN

2.4.4. Mesin dan Peralatan ... III-19

III LANDASAN TEORI ... III-1

3.1. Ergonomi ... III-1

3.1.1. Definisi Ergonomi... III-1

3.1.2. Aplikasi Ergonomi... III-2

3.2. Perancangan dan perencanaan Fasilitas Kerja ... III-3

3.3. Pendekatan Ergonomi dalam Perancangan Stasiun/Fasilitas Kerja . III-5

3.4. Keluhan Musculoskeletal ... III-7

3.5. Nordic Body Map ... III-10

3.6. Kaitan Ergonomi dengan Postur Kerja ... III-12

3.7. Antropometri ... III-13

3.7.1. Antropometri Statis ... III-14

3.7.2. Antropometri Dinamis ... III-14

3.7.3. Tiga Prinsip dalam Penggunaan Data Antropometri ... III-15

3.8. Rumus Pengujian Data ... III-19

3.8.1. Tingkat Ketelitian dan Tingkat Keyakinan ... III-21

3.8.2. Uji Keseragaman Data ... III-21

3.8.3. Uji Kecukupan Data ... III-22

(7)

DAFTAR ISI (LANJUTAN)

BAB HALAMAN

3.9. Alat Ukur Body Martin ... III-25

IV METODOLOGI PENELITIAN ... IV-1

4.1. Tempat dan Waktu Pelaksanaan Penelitian ... IV-1

4.2. Tahapan Penelitian ... IV-1

4.2.1. Persiapan ... IV-2

4.2.2. Peninjauan Lapangan ... IV-2

4.2.3. Instrumen yang digunakan ... IV-2

4.2.4. Pengumpulan Data ... IV-3

4.2.5. Teknik Sampling ... IV-5

4.2.6. Pengolahaan Data ... IV-5

4.2.7. Analisa Pemecahaan Masalah ... IV-5

4.2.8. Kesimpulan dan Saran ... IV-6

V PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA... V-1

5.1. Pengumpulan Data ... V-1

5.1.1. Urutan Proses Kerja ... V-1

5.1.2. Menentukan jumlah populasi ... V-4

5.1.3. Hasil Kuisioner SNQ ... V-4

(8)

DAFTAR ISI (LANJUTAN)

BAB HALAMAN

5.2.1. Sumber penentuan perancangan fasilitas usulan ... V-11

5.2.2 Dimensi Pengukuran untuk Perancangan ... V-12

5.2.3. Perancangan Fasilitas Kerja Usulan ... V-23

5.2.4. Perancangan Metode Kerja Usulan ... V-28

VI ANALISA PEMECAHAN MASALAH ... VI-1

6.1. Analisis Keluhan berdasarkan Standard Nordic Questionaire ... VI-1

6.2. Metode Kerja Usulan yang telah disesuaikan dengan usulan

fasilitas baru ... VI-2

6.3. Analisis Metode Kerja Usulan berdasarkan Metode OWAS ... VI-7

6.4. Perbandingan Metode Kerja Aktual dengan Rancangan SOP

Usulan ... VI-18

VII KESIMPULAN DAN SARAN ... VII-1

7.1. Kesimpulan ... VII-1

7.2. Saran... VII-5

(9)

DAFTAR GAMBAR

GAMBAR HALAMAN

2.1. Struktur Organisasi PT. Masyarakat Pratama Anindita Cabang Medan. II-5

3.1. Nordic Body Map ... III-10

3.2. Kurva Distribusi Normal dengan Antropometri Persentil 95-th ... III-18

4.1. Martin Human Body Measuring Instrumen Model YM-1 ... IV-3

4.2. Block Diagram Metodologi Penelitian ... IV-7

4.3. Block Diagram Pengolahaan Data ... IV-8

5.1. Operator Mengambil Sekop ... V-1

5.2. Operator mulai memasukkan sekop ke bahan baku ... V-2

5.3. Operator mengangkat bahan baku ... V-2

5.4. Operator memasukkan bahan baku ke Conveyor ... V-3

5.5. Bahan Baku yang sudah siap diolah ... V-3

5.6. Identifikasi Keluhan Musculoskeletal Disorder Operator 1 ... V-5

5.7. Identifikasi Keluhan Musculoskeletal Disorder Operator 2 ... V-7

5.8. Identifikasi Keluhan Musculoskeletal Disorder Operator 3 ... V-9

5.9. Identifikasi Keluhan Musculoskeletal Disorder Operator 4 ... V-10

5.10. Peta Kontrol Uji Keseragaman TP (Tebal Paha) ... V-18

5.11. Peta Kontrol Uji Keseragaman TP (Tebal Paha) Revisi I ... V-20

5.12. Kursi Operator Usulan ... V-26

5.13. Wadah Tempat Bahan Baku Usulan ... V-26

(10)

DAFTAR GAMBAR (LANJUTAN)

GAMBAR HALAMAN

5.15. Fasilitas Kerja secara Keseluruhan dengan Operator ... V-27

5.16. Metode Kerja Usulan untuk Operator yang sedang membuka atau

menutup wadah bahan baku... V-29

5.17. Metode Kerja Usulan untuk Operator sedang membungkuk untuk

mengatur bahan baku ... V-30

5.18. Metode Kerja Usulan untuk Operator yang sedang memastikan bahan

baku tidak kelebihan bergerak menuju Conveyor ... V-31

5.19. Metode Kerja Usulan untuk Operator yang sedang menunggu bahan

baku dalam proses penggilingan batu menjadi pupuk Dolomit ... V-32

6.1. Operator yang sedang membuka atau menutup Pintu wadah bahan

baku ... VI-2

6.2. Operator yang sedang membungkuk untuk mengatur bahan baku ... VI-3

6.3. Operator memastikan bahwa bahan baku tidak kelebihan pada saat

bergerak ke Conveyor ... VI-4

6.4. Operator sedang duduk untuk menunggu bahan baku dalam proses

(11)

DAFTAR TABEL

TABEL HALAMAN

2.1. Jumlah Karyawan PT.Masyarakat Pratama Anindita cabang medan

Bulan Februari 2010 ... II-13

3.1. Nilai Persentil dan Cara Perhitungannya dalam Distribusi Normal ... III-18

5.1. Data Dimesi Tubuh Operator... V-13

5.2. Perhitungan Nilai Rata-rata, Standart Deviasi, Nilai Minimum dan

Maximum Data Antropometri ... V-16

5.3. Perhitungan Uji Keseragaman Data ... V-17

5.4. Perhitungan Uji Keseragaman Data Revisi I ... V-19

5.5. Uji Kecukupan Data ... V-21

5.6. Uji Kenormalan Data dengan Kolmogorov-Smirnov ... V-22

5.7. Dimensi Tubuh dengan Prinsip Ekstrim ... V-24

6.1. Skor Bagian Belakang OWAS ... VI-7

6.2. Skor Bagian Lengan OWAS ... VI-7

6.3. Skor Bagian Kaki OWAS ... VI-7

6.4. Skor Bagian Berat Beban OWAS ... VI-8

6.5. Skor Akhir Penilaian Metode OWAS ... VI-8

6.6. Katagori Tindakan OWAS ... VI-8

6.7. Skor Bagian Belakang OWAS ... VI-9

6.8. Skor Bagian Lengan OWAS ... VI-9

(12)

DAFTAR TABEL (LANJUTAN)

TABEL HALAMAN

6.10. Skor Bagian Berat Beban OWAS ... VI-10

6.11. Skor Akhir Penilaian Metode OWAS ... VI-10

6.12. Katagori Tindakan OWAS ... VI-10

6.13. Skor Bagian Belakang OWAS ... VI-11

6.14. Skor Bagian Lengan OWAS ... VI-11

6.15. Skor Bagian Kaki OWAS ... VI-11

6.16. Skor Bagian Berat Beban OWAS ... VI-12

6.17. Skor Akhir Penilaian Metode OWAS ... VI-12

6.18. Katagori Tindakan OWAS ... VI-12

6.19. Skor Bagian Belakang OWAS ... VI-13

6.20. Skor Bagian Lengan OWAS ... VI-13

6.21. Skor Bagian Kaki OWAS ... VI-13

6.22. Skor Bagian Berat Beban OWAS ... VI-14

6.23. Skor Akhir Penilaian Metode OWAS ... VI-14

6.24. Katagori Tindakan OWAS ... VI-14

6.25. Skor Bagian Belakang OWAS ... VI-15

6.26. Skor Bagian Lengan OWAS ... VI-15

6.27. Skor Bagian Kaki OWAS ... VI-15

6.28. Skor Bagian Berat Beban OWAS ... VI-16

(13)

DAFTAR TABEL (LANJUTAN)

TABEL HALAMAN

6.30. Katagori Tindakan OWAS ... VI-16

6.31. Rekapitulasi Tindakan OWAS ... VI-17

6.32. Perbandingan antara Metode Kerja Aktual dan Prosedur Kerja Usulan . VI-18

6.33. SOP Metode Kerja Usulan ... VI-19

(14)

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN HALAMAN

1. Peta Kontrol dari Uji Keseragaman... . L-1

2. Peta Kontrol dari Uji Keseragaman Revisi II ... L-2

3. Uji Normal Kolmogorov-Smirnov One Sample Test... L-3

4. Tabel Uji Normal Kolmogorov-Smirnov One Simple Test... L-4

5. Spesifikasi Truck yang mengangkut bahan baku ... L-5

6. Form TA ... L-6

7. Surat Penjajakan ... L-7

8. Surat Balasan ... L-8

9. SK Tugas Sarjana ... L-9

(15)

ABSTRAK

PT.Masyarakat Pratama Anindita cabang medan bergerak dalam bidang pembuatan pupuk Dolomit. Pupuk Dolomit merupakan pupuk yang berguna bagi tumbuhan sawit dan pupuk Dolomit berasal dari kerikil atau bebatuan Dolomit yang dihancurkan menjadi pupuk Dolomit. Pada proses produksi di PT.Masyarakat Pratama Anindita khususnya pada penggilingan batu tidak tersedianya wadah bahan baku sehingga menimbulkan keluhan-keluhan otot karena penggilingan batu tersebut dilakukan dengan manual. Operator melakukan pekerjaannya dengan posisi kerja berdiri, membungkuk, mengangkat yang dilakukan secara manual, dan tidak tersedianya fasilitas kerja sebagai tempat wadah bahan baku. Aktifitas kerja tersebut dilakukan secara berulang-ulang dalam waktu yang cukup lama sehingga menimbulkan Musculosceletal Disorder. Timbulnya Musculosceletal Disorder pada operator dapat mengurangi produktifitas kerja dikarenakan operator melakukan gerakan rileksasi untuk mengurangi rasa sakit tersebut. Sehingga Penelitian ini bertujuan merancang perbaikan fasilitas kerja berupa wadah tempat bahan baku dan kursi kerja untuk mengurangi keluhan Musculosceletal Disorder. Hasil SNQ menunjukkan setiap operator memiliki keluhan yang tidak jauh berbeda, hal ini disebabkan karena setiap pekerja mempunyai tugas yang sama dan pada umumnya keluhan terjadi pada wilayah bagian tubuh atas seperti bahu, lengan, tangan masing-masing pada bagian kanan dan kiri serta wilayah bagian tubuh bagian bawah seperti paha kanan dan kiri, kaki kanan dan kiri, pantat, lutut kanan dan kiri dan betis kanan dan kiri dan banyak lainnya. Salah satu tindakan yang dilakukan untuk memperbaiki kondisi tersebut adalah dengan merancang fasilitas kerja berupa kursi kerja yang disesuaikan dengan operator dan wadah tempat bahan baku yang disesuaikan dengan truk pengangkut bahan baku. Perbaikan juga dilakukan terhadap metode kerja sesuai dengan usulan rancangan fasilitas kerja yang baru. Dengan adanya penambahaan fasilitas kerja tersebut gerakan atau metode kerja yang selama ini menimbulkan keluhan Musculosceletal Disorder dapat dieleminasi atau dihilangkan.

(16)

ABSTRAK

PT.Masyarakat Pratama Anindita cabang medan bergerak dalam bidang pembuatan pupuk Dolomit. Pupuk Dolomit merupakan pupuk yang berguna bagi tumbuhan sawit dan pupuk Dolomit berasal dari kerikil atau bebatuan Dolomit yang dihancurkan menjadi pupuk Dolomit. Pada proses produksi di PT.Masyarakat Pratama Anindita khususnya pada penggilingan batu tidak tersedianya wadah bahan baku sehingga menimbulkan keluhan-keluhan otot karena penggilingan batu tersebut dilakukan dengan manual. Operator melakukan pekerjaannya dengan posisi kerja berdiri, membungkuk, mengangkat yang dilakukan secara manual, dan tidak tersedianya fasilitas kerja sebagai tempat wadah bahan baku. Aktifitas kerja tersebut dilakukan secara berulang-ulang dalam waktu yang cukup lama sehingga menimbulkan Musculosceletal Disorder. Timbulnya Musculosceletal Disorder pada operator dapat mengurangi produktifitas kerja dikarenakan operator melakukan gerakan rileksasi untuk mengurangi rasa sakit tersebut. Sehingga Penelitian ini bertujuan merancang perbaikan fasilitas kerja berupa wadah tempat bahan baku dan kursi kerja untuk mengurangi keluhan Musculosceletal Disorder. Hasil SNQ menunjukkan setiap operator memiliki keluhan yang tidak jauh berbeda, hal ini disebabkan karena setiap pekerja mempunyai tugas yang sama dan pada umumnya keluhan terjadi pada wilayah bagian tubuh atas seperti bahu, lengan, tangan masing-masing pada bagian kanan dan kiri serta wilayah bagian tubuh bagian bawah seperti paha kanan dan kiri, kaki kanan dan kiri, pantat, lutut kanan dan kiri dan betis kanan dan kiri dan banyak lainnya. Salah satu tindakan yang dilakukan untuk memperbaiki kondisi tersebut adalah dengan merancang fasilitas kerja berupa kursi kerja yang disesuaikan dengan operator dan wadah tempat bahan baku yang disesuaikan dengan truk pengangkut bahan baku. Perbaikan juga dilakukan terhadap metode kerja sesuai dengan usulan rancangan fasilitas kerja yang baru. Dengan adanya penambahaan fasilitas kerja tersebut gerakan atau metode kerja yang selama ini menimbulkan keluhan Musculosceletal Disorder dapat dieleminasi atau dihilangkan.

(17)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

PT.Masyarakat Pratama Anindita merupakan suatu perusahaan yang

bergerak dalam bidang penghasil dan import pupuk untuk tumbuhan sawit, alat

pertanian dan obat-obatan pertanian untuk memenuhi kebutuhan- kebutuhan

perkebunan yang ada di berbagai wilayah. Adapun kegiatan dari produksi dari

perusahaan tersebut adalah mengolah pupuk untuk tanaman perkebunan seperti

Borate, Rock Pospat, Formit Acid, Borax, Sulficlic acid, Polibag, NPK, Dolomit,

Zin-sum Sulfat, Mangkuk getah, Garam dapur, Laurie Acid, Kleserite, Coopper,

PPK, Sida Asah, TMTD, Hidrixilimine, Kcl, Urea, Urea Callixin, A Grofog, TSP

dan Za. Salah satu pupuk yang dihasilkan oleh pabrik cabang medan adalah

Dolomit yang berasal dari pengolahaan penghancuran batu merah pantai/sungai.

Dalam menghasilkan pupuk Dolomit maka terdapat beberapa proses

produksi diantaranya menghancurkan dengan cara menggiling batu tersebut

dengan menggunakan mesin penghancur batu.

Dalam persaingan industri pupuk sekarang ini semakin meningkat dalam

memenuhi permintaan pasar. Pada proses pembuatannya PT.Masyarakat Pertama

Anindita tidak menggunakan bahan atau zat tambahan yang keras dan beracun,

dengan alasan agar produk tersebut tidak merusak tanah dan harga penjualan

(18)

Pada penelitian awal di PT.Masyarakat Pratama Anindita cabang medan,

khususnya pada proses penghancuran atau penggilingan batu merah. Operator

sering melakukan gerakan relaksasi yaitu gerakan untuk perenggangan otot agar dapat

menghilangkan rasa sakit pada tangan, kaki, dan bagian tubuh lainnya. Selain itu rasa

nyeri diduga timbul karena para operator bekerja secara berdiri, membungkuk dan

melakukan pekerjaan berulang serta tidak menggunakan fasilitas yang baik, dengan

metode kerja yang tidak efektif pada proses penggilingan batu Dolomit

Dengan memperhatikan keadaan yang nyata operator selalu mengalami

keluhan Musculoskeletal Disorder (keluhan rasa nyeri pada otot skeletal) oleh

karena itu peneliti harus melakukan perbaikan fasilitas kerja pada operator

khususnya pada proses penggilingan batu di PT.Masyarakat Pertama Anindita

cabang medan yang telah disesuaikan dengan antropometri operator.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan beberapa keluhan yang dirasakan oleh operator pada proses

penggilingan batu, perlu dilakukan perancangan fasilitas kerja. Penelitian ini

selain membuat rancangan fasilitas kerja sebagai wadah tempat bahan baku yang

disesuaikan dengan ukuran Conveyor serta disesuaikan dengan truk pengangkut

bahan baku dan dilakukan perancangan kursi yang ergonomis yang di sesuai

dengan operator. Penelitian juga melakukan perbaikan metode kerja agar operator

dapat menyesuaikan metode kerja dengan rancangan fasilitas kerja yang baru

(19)

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

Tujuan umum dari penelitian yang dilakukan ini adalah merancang

fasilitas kerja pada proses penggilingan batu untuk mengurangi Musculoskeletal

Disorder dengan mengusulkan SOP (Standart Operation Prosedure) yang baru

kepada operator.

1.3.2. Tujuan Khusus

Tujuan khusus dari penelitian ini adalah :

1. Mengidentifikasi keluhan Musculoskeletal Disorder pada operator

2. Penentuan dimensi antropometri yang sesuai untuk melakukan perbaikan

rancangan fasilitas kerja.

3. Menganalisa kondisi pekerja pada saat menggunakan fasilitas kerja yang ada

4. Membuat rancangan fasilitas kerja penampungan untuk bahan baku

5. Perbaikan prosedur kerja pada penggilingan batu.

1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Sebagai bahan masukan bagi perusahaan dalam perbaikan fasilitas kerja

untuk menjaga terjadinya keluhan Musculoskeletal Disorder.

2. Peningkatan keterampilan peneliti untuk dapat menyelesaikan permasalahan

yang sebenarnya terjadi di lapangan melalui penerapan ilmu yang telah

(20)

3. Mempererat kerjasama antara perusahaan/industri dengan Departeman

Teknik Industri serta memperluas pengenalan akan Departemen Teknik

Industri Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara. Sebagai bahan

informasi dan pengembangan bagi penelitian sejenis serta berkelanjutan.

4. Bagi peneliti sebagai bahan untuk menambah wawasan dalam aplikasi

keilmuan.

1.5. Batasan Masalah dan Asumsi yang Digunakan

Agar penyelesaian masalah tidak menyimpang dari tujuan dan

menghindari kemungkinan meluasnya pembahasan dari yang seharusnya diteliti,

maka penulis membuat batasan masalah dan asumsi.

Pembatasan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Penelitian dilakukan pada pekerja di PT.Masyarakat Pertama Anindita pada

proses penggilingan batu tanpa dipengaruhi oleh komponen atau system

kerja lainnya.

2. Data Antropometri pekerja bagian penggilingan batu

3. Tidak ada dilakukan kajian aspek biaya dalam perancangan fasilitas kerja.

Sedangkan asumsi yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Operator yang diamati adalah operator yang bekerja dalam kondisi normal

serta sehat secara jasmani dan rohani.

2. Mekanisme dan aktivitas pada proses penggilingan batu pada perusahaan

berjalan normal.

(21)

4. Tidak ada perubahan metode kerja selama penelitian berlangsung.

5. Rancangan yang dibuat hanya berupa usulan kepada perusahaan.

6. Penambahaan fasilitas adalah Wadah bahan baku dan kursi Operator.

1.6. Sistematika Penilaian Tugas Sarjana

Agar lebih mudah dipahami dan ditelusuri maka sistematika penulisan

tugas akhir ini akan disajikan dalam beberapa bab sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Menguraikan latar belakang permasalahaan, perumusan

masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan

batasan-batasan masalah serta asumsi yang digunakan serta

sistematika penulisan.

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

Berisi tentang gambaran perusahaan secara umum, dimulai

dari sejarah berdirinya perusahaan tersebut, proses produksi

dan sebagainya.

BAB III LANDASAN TEORI

Memaparkan tentang teori-teori yang digunakan dalam

pemecahaan masalah pada penelitian ini.

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

Mengemukakan dari beberapa tahapan-tahapan dan

(22)

BAB V PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAAN DATA

Mengidentifikasi keseluruhan data dari hasil pengumpulan

data dan dilanjutkan pengolahaan dari data yang telah

diidentifikasi .

BAB VI ANALISA PEMECAHAAN MASALAH

Menganalisa hasil dari pengolahaan data untuk dapat

dilakukan pemecahaan masalah

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

Melakukan dan memberi beberapa kesimpulan yang di

peroleh berdasarkan hasil pengolahaan data dan analisa

pemecahaan masalah agar dapat memberikan masukan dan

saran-saran yang bermanfaat bagi perusahaan.

(23)

BAB II

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

2.1. Sejarah Perusahaan

PT.Masyarakat Pratama Anindita pertama kali didirikan di Jakarta pada

tahun 1965. Pada saat pendiriannya masih dalam bentuk persekutuan

Commanditer (CV). Kegiatannya bergerak dalam bidang impor pupuk, alat-alat

pertanian dan obat-obatan pertanian.

Kemudian pada tanggal 1 Oktober 1980 didirikan PT.Masyarakat Pratama

Anindita cabang Medan dengan akte notaries Drs.Gde Ngurah Rai, SH No.19

diumumkan dalam tambahan berita Negara Republik Indonesia No.11 tanggal 5

Februari 1982. Kegiatan perusahaan ini bergerak dalam bidang impor pupuk,

alat-alat pertanian dan obat-obatan pertanian untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan

perkebunan yang ada di daerah Sumatera Utara, Aceh, Sumatera Barat, Sumatera

Selatan, Lampung dan Kalimantan Barat. Sejak tahun 1980 kegiatan perusahaan

berkembang pada bidang Freight Forweder, ekspor pupuk urea dan ekspor hasil

perkebunan atau hasil pertanian lainnya.

Kantor pusat PT.Masyarakat Pratama Anindita berada di Jakarta. Untuk

melayani dan menyalurkan pupuk serta kebutuhan lainnya, PT.Masyarakat

Pratama Anindita membuka cabang-cabang.

Kantor cabang PT.Masyarakat Pratama Anindita adalah

1. Medan

(24)

3. Surabaya

4. Singapura

Kantor cabang PT.Masyarakat Pratama Anindita cabang medan

berkedudukan di Jalan Guru Patimpus No.15 H, dipimpin oleh Kepala

cabang Bapak Romel Ketaren. Dimana jumlah karyawan PT.Masyarakat

Pratama Anindita cabang Medan sebanyak dua puluh orang karyawan

yang mempunyai tanggung jawab dan wewenang masing-masing.

Tujuan didirikan perusahaan selain untuk memperoleh keuntungan juga

memiliki tujuan lain seperti :

1. Mengusahakan kesejahteraan bagi pemilik perusahaan, pegawai/karyawan

dan masyarakat umum.

2. Menggali dan berusaha menerapkan nilai-nilai positif dalam berusaha

yang secara langsung akan meningkatkan kemampuan setiap pribadi untuk

bekerja di dalam perusahaan.

2.2. Ruang Lingkup Bidang Usaha

PT.Masyarakat Pratama Anindita cabang medan menghasilkan pupuk

pertanian yang merupakan konsumsi oleh perusahaan perkebunan di beberapa

wilayah. Peningkatan produksi yang dilakukan oleh PT.Masyarakat Pratama

Anindita Cabang Medan membuat masyarakat sekitar terpacu untuk lebih

mendalami lagi terhadap pembuatan pupuk. Harga jual jual pada PT.Masyarakat

Pratama Anindita sangat tinggi, oleh karena itu masyarakat sekitar lebih tertarik

(25)

perusahaan sangat bergantung pada bahan baku yang ada pada masyarakat dan

alam. Sekitar 65% bahan baku untuk proses produksi berasal dari masyarakat.

Selain bergerak dalam bidang penjualan dan pengolahan pupuk khusus

pupuk Dolomit, PT.Masyarakat Pratama Anindita juga bergerak pada bidang

alat-alat pertanian. Hasil dari alat-alat-alat-alat pertanian dari PT.Masyarakat Pratama Anindita

dipasarkan ke berbagai daerah di Indonesia. Dalam pemenuhan bahan baku saat

ini PT.Masyarakat Pratama Anindita berupaya melakukan pendekatan kepada

masyarakat yang bergerak dalam bidang peternakan dan lain-lain.

2.3. Organisasi dan Manajemen 2.3.1. Struktur Organisasi Perusahaan

Struktur organisasi pada suatu pabrik adalah bagian yang penting dalam

pendirian suatu perusahaan untuk memperlancar jalannya tugas dan wewenang,

sehingga pendistribusian tugas, dan tanggung jawab serta hubungan antara jabatan

satu dan yang lainnya menjadi jelas. Struktur organisasi menggambarkan

hubungan kerjasama antara dua orang atau lebih dengan tugas yang berkaitan satu

dengan yang lain untuk mencapai tujuan tertentu yang diharapkan oleh semua

pihak yang terkait didalamnya.

Organisasi ditentukan atau dipengaruhi oleh badan usaha, jenis usaha dan

besarnya usaha dan sistem produksi perusahaan. Dengan adanya struktur

organisasi dan uraian tugas yang telah ditetapkan akan menciptakan suasana kerja

yang baik dan tidak terjadi kekacauan akibat kesalahan dalam pemberian perintah

(26)

Struktur organisasi dari perusahaan ini berbentuk struktur organisasi

campuran lini, fungsional dan staff. Sruktur lini merupakan struktur dimana

didalamnya terdapat garis wewengang yang menghubungkan langsung secara

vertikal antara atasan dan bawahan. Struktur fungsional merupakan struktur

organisasi dimana wewenang dari pimpinan tertinggi dilimpahkan kepada

Pimpinan Cabang yang mempunyai jabatan fungsional untuk dikerjakan kepada

pelaksanan dengan keahlian khusus, dan hubungan Kepala Seksi (Kasie) yang

merupakan hubungan atasan dengan staff khusus. Struktur Organisasi

(27)

Gambar 2.1. Struktur Organisasi Perusahaan

Keterangan :

= Hubungan Lini

= Hubungan Fungsional Kepala Kantor Cabang

Wakil Pimpinan Kantor Cabang

(28)

2.3.2. Uraian Tugas dan Tanggung Jawab

Tugas dan tanggung jawab antara atasan dan bawahan, dapat diketahui

dari struktur organisasi. Dimana dalam struktur digambarkan hubungan antara

atasan dan bawahan, baik hubungan secara langsung maupun hubungan yang

tidak langsung. Berikut wewenang dan tanggung jawab untuk masing-masing

jabatan pada PT.Masyarakat Pratama Anindita Cabang Medan ;

1. Kepala Kantor Cabang

Tugas dan tanggung jawab

a. Memimpin kantor cabang sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab

b. Melaksanakan pemasaran dan pendistribusian setiap pupuk yang telah

direncanakan untuk masing-masing wilayah dengan memperhatikan situasi

daerahnya.

c. Menjalankan kerja sama yang baik dengan instansi atau jawatan

pemerintah setempat.

d. Melaksanakan kegiatan pengendalian dan pengawasan seluruh kegiatan

organisasi.

e. Menetukan prioritas kegiatan, langkah-langkah kegiatan yang

dilaksanakan dan sarana-saranan kerja yang diperlukan dalam

melaksanakan program kerja yang telah ditentukan.

f. Melakukan pemeriksaan terhadap mekanisme kegiatan.

g. Mengadakan evaluasi atas pelaksanaan kegiatan usaha, penyusunan dan

perhitungan laba rugi, menyelenggarakan adminitrasi dan laporan

(29)

h. Pencapaian sasaran atas rencana kerja dan anggaran yang telah ditetapkan.

i. Kelancaran tugas-tugas operasional, efisiensi dan pencapaian sasaran.

2. Wakil Kepala Kantor Cabang

Tugas dan Tanggung Jawab adalah

a. Membantu kepala kantor cabang dalam menjalankan tugas dan fungsinya

b. Menyelenggarakan adminitrasi dan kepengurusan kegiatan usaha.

3. Kepala Seksi Admintrasi/Keuangan

Tugas dan Tanggung Jawab

a. Mengelola adminitrasi dan keuangan kantor pemasaran wilayah sesuai

dengan program yang telah ditentukam.

b. Melaksanakan adminitrasi kepegawaian sesuai dengan

ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan.

c. Menjaga ketetapan dan ketertiban adminitrasi pembukuan, surat-surat

berharga dan dokumen penting lainnya.

d. Menyusun anggaran kantor pemasaran wilayah, laporan keuangan,

inventaris kantor pemasaran wilayah serta kepegawaian.

e. Melaksanakan kegiatan dan tata usaha adminitrasi kantor pemasaran

wilayah.

f. Melaksanakan pencatatan dan pengurusan atas hak dan kewajiban yang

(30)

g. Melaksanakan fungsi kebendaharaan, admininitrasi penerimaan dan

pembayaran.

h. Melaksanakan penyusutan atas pengadaan dan penggunaan tenaga kerja.

4. Pool Faktur

Tugas dan Tanggung Jawab adalah mengamakan kelengkapan faktur-faktur

yang belum ditagih.

Tugas pokoknya adalah

a. Memeriksa kelengkapan pengambilan seluruh faktur asli yang belum

lunas.

b. Menerima dan meyimpan faktur debet nota/kredit nota dari bagian

keuangan.

c. Mengarsipkan faktur debet/kredit nota secara rapi dan teratur.

d. Menyiapkan daftar tagihan beserta aslinya untuk ditagih pada waktu jatuh

tempo.

e. Mengontrol secara aktif faktur tagihan yang telah lewat jatuh tempo.

f. Mencocokkan hasil tagihan dan sisa faktur dengan jumlah/nilai faktur

dalam daftar tagihan.

5. Collector

Tugas dan Tanggung Jawab adalah

(31)

b. Mempertanggungjawabkan faktur-faktur tagihan pada saat dilakukan

penagihan.

c. Uang hasil tagihan langsung disetor kebagian keuangan.

d. Memberikan informasi atau laporan terhadap piutang-piutang yang sulit

ditagih.

6. Kepala Seksi Ekspor dan Development.

Tugas dan Tanggung Jawab

a. Mengadakan ekspansi kepada bidang-bidang usaha yang lain.

b. Melaksanakan penelitian atas masalah-maslaah yang timbul dari

penggunaan pupuk baru.

c. Memasarkan dan melaksanakan alokasi penyaluran maupun penjualan

pupuk serta alat-alat pertanian lainnya.

7. Kepala Seksi Agronomi

Tugas dan Tanggung Jawab

a. Mempromosikan, memberikan penyuluhan penggunaan berbagai jenis

pupuk hadil produksi yang berasal dari dalam negeri maupun berasal dari

luar negeri untuk mendapatkan, meningkatkan ataupun mempertahankan

pasar.

b. Melaksanakan kegiatan promosi dengan cara memberikan brosur-brosur.

c. Bekerjasama dengan instansi didaerah-daerah yang ada hubungannya

(32)

d. Melaksanakan penelitian-penelitian sehubungan dengan kegiatan promosi

dan penyuluhan.

8. Kepala Seksi Penjualan

Tugas dan Tanggung Jawab

a. Melaksanakan penjualan dan pendistribusian pupuk dan non pupuk sesuai

dengan rencana yang ditetapkan

b. Menyetujui atau menolak pesanan pembelian kredit dengan pertimbangan

penagihan.

c. Membuat ketentuan harga, biaya penyaluran dan penjualan sarana

produksi pertanian serta rencana anggaran kegiatan penjualan dan

pendistribusian.

d. Membuat laporan kebutuhan pupuk secara priode.

e. Menginventariskan seluruh kebutuhan pupuk dan non pupuk dan

melaporkan kepala kantor cabang.

9. Kepala Seksi Penyediaan atau Penggudangan Tugas dan Tanggung Jawab

a. Melaksanakan kegiatan penyediaan dan penggudangan pupuk dan non

pupuk diwilayah kerja kantor cabang sesuai dengan yang telah

direncanakan.

b. Mengatur saran angkutan dan prasarana gudang-gudang tempat

(33)

c. Mengontrol seluruh biaya pelaksanaan penerimaan atau penyimpanan

pupuk atau non pupuk dibandingkan dengan rencana yang dianggarkan.

d. Mengatur kegiatan penggudangan dan penempatan pupuk dan non pupuk.

Adapun gudang-gudang tempat penyimpanan pupuk dan non pupuk adalah

1. Gudang penyimpanan pupuk dijalan Binjai Km.7,8

2. Gudang penyimpanan pupuk dijalan Medan-Belawan Km.8,7

3. Gudang penyimpanan pupuk dijalan Medan-Belawan Km.17

4. Gudang penyimpanan pupuk di kawasan Industri Mabar

5. Gudang penyimpanan pupuk PELNI

10. Kepala Mandor Gudang 1,2, 3, 4, 5 Tugas dan Tanggung Jawab

a. Bertanggung jawab terhadap kelancaran Pabrik

b. Membatu tugas dan tanggung jawab Kepala Seksi Penyediaan atau

Penggudangan.

c. Melaporkan persediaan pupuk dan non pupuk

2.3.3. Tenaga Kerja dan Jam Kerja 2.3.3.1.Tenaga Kerja

Tenaga kerja pada PT.Masyarakat Pratama Anindita Cabang Medan terdiri

atas beberapa bagian. Bagian tersebut diantaranya, bagian Kantor dan tenaga kerja

lapangan, Perekrutan Tenaga Kerja pada bagian tersebut diatur oleh perusahaan

(34)

kebutuhan. Tenaga kerja kontrak biasanya berasal dari tenaga kerja lokal dan pada

level karyawan upahnya dibayar berdasarkan hari kerja (Daily Paid).

Tenaga kerja pada PT.Masyarakat Pratama Anindita Cabang Medan

dikelompokkan berdasarkan Pimpinan, staff / Kepala Seksi serta karyawan.

Berdasarkan sistem pembayaran karyawan dikelompokkan menjadi 3, yaitu

karyawan tetap, karyawan lepas dan free labor. Karyawan tetap biasanya digaji

setiap bulannya (monthly paid), sedangkan karyawan lepas digaji setiap harinya

(daily paid) .

Jumlah karyawan pada PT.Masyarakat Pratama Anindita Cabang Medan

setiap bulannya berubah, hal ini diakibatkan perubahan terhadap jumlah karywan

tidak tetap yang berubah setiap bulannya. Jumlah tenaga kerja pada

PT.Masyarakat Pratama Anindita Cabang Medan pada akhir Januari 2010 dapat

(35)

Tabel 2.1. Jumlah Karyawan PT.Masyarakat Pratama Anindita Cabang Medan Bulan Februari 2010

No Bagian Jumlah (Orang)

1 Pimpinan/Wakil Pimpinan

Cabang

Sumber : PT.Masyarakat Pratama Anindita Cabang Medan

2.3.3.2.Jam Kerja

Penjadwalan kerja pada PT.Masyarakat Pratama Anindita Cabang Medan

tidak berdasarkan shift biasanya diberlakukan bagi karyawan kantor. Berdasarkan

Syarat Kerja Umum (SKU) setiap pekerja mempunyai syarat maksimum 7-8 jam

kerja/ hari dan bekerja 6 hari/ minggu. Apabila waktu kerja lebih dari 8 jam kerja,

maka jam kerja berikutnya terhitung sebagai lembur.

Ketentuan kerja pada PT.Masyarakat Pratama Anindita Cabang Medan

adalah sebagai berikut :

a. Tidak Berdasarkan shift

Senin-jumat

• Waktu Kerja Pukul 07.00-12.00

(36)

• Waktu Kerja Pukul 13.30-16.00

b. Berdasarkan Shift

Senin-Jumat

• Waktu Kerja Pukul 07.00-12.00

• Waktu Istirahat Pukul 12.00-13.30

• Waktu Kerja Pukul 14.00-17.00

Sabtu

• Waktu Kerja Pukul 07.00-12.00

2.3.4. Sistem Pengupahan dan Fasilitas yang Digunakan 2.3.4.1.Sistem Pengupahan

Sistem pengupahan pada PT.Masyarakat Pratama Anindita Cabang Medan

dibedakan berdasarkan golongan, jabatan serta latar belakang pendidikan. Bagi

para karyawan sistem pengupahan dibagi menjadi yaitu monthly paid, daily paid

dan free labor. Pengaturan sistem pengupahan untuk monthly paid, daily paid

dan free labor adalah sebagai berikut :

1. Sistem pembayaran Daily Paid, karyawan pada kategori ini dibayar

berdasarkan hari kerja dan upahnya dibayarkan setiap 2 minggu sekali.

Besarnya upah harian berdasarkan kesepakatan yang dibuat oleh

PT.Masyarakat Pratama Anindita Cabang Medan dengan pekerja

(37)

2. Sistem pembayaran Monthly Paid, karyawan pada kategori ini upah

dibayarkan setiap bulannya berdasarkan Upah Minimum Regional (UMR).

Karyawan. Monthly Paid merupakan karyawan tetap yang mendapat

fasilitas kesehatan maupun perumahan.

3. Free Labor

Pekerja dengan jenis ini memiliki masa periode kerja yang telah

ditentukan. Apabila periode kerja telah habis, maka perusahaan tidak

memiliki keterkaitan dengan pekerja tersebut. Untuk jenis pekerja free

labor upah yang dibayarkan sebesar Rp. 625.000,00/ bulan.

Selain upah regular, upah lembur juga diberikan apabila kerja lembur

dilakukan atas permintaan perusahaan. Kerja lembur biasa dilakukan apabila

target produksi belum terpenuhi.

2.3.4.2. Fasilitas yang Digunakan

Fasilitas-fasilitas yang diperoleh karyawan dibedakan menurut golongan

dan jabatan masing-masing. Adapun fasilitas-fasilitas yang diberikan oleh

PT.Masyarakat Pratama Anindita Cabang Medan secara umum adalah :

1. Penyediaan sarana kesehatan berupa fasilitas rumah sakit bagi karyawan

tetap dan keluarga.

2. Setiap karyawan diikut sertakan dalam keanggotaan Jamsostek khusunya

kepada karyawan yang bekerja di pergudangan atau pada pabrik (Jaminan

Sosial Tenaga Kerja)

(38)

4. Pemberian Tunjangan Hari Raya (THR), sebesar 2 bulan gaji ditambah

dengan utang bonus

5. Pemberian uang pooding pada karyawan setiap 1 bulan sekali

6. Pemberian uang bahan bakar kendaraan setiap 1 bulan sekali, dan untuk

karyawan yang bekerja di lapangan diberikan kendaraan

7. Setiap karyawan diikutsertakan dalam keanggotaan koperasi.

8. Penyediaan sarana transportasi bagi karyawan.

2.4. Proses Produksi 2.4.1. Bahan

2.4.1.1.Bahan Baku

Bahan baku adalah bahan utama yang digunakan dalam pembuatan

produk, ikut dalam proses produksi dan dapat dilihat oleh kasat mata.

PT.Masyarakat Pratama Anindita khusus cabang medan dalam memproduksi

Pupuk Dolomit mengambil bahan baku dari batu merah yang berada di sungai

seperti sungai pancur batu.

Untuk menjaga kenyamanan pelanggan terhadap persediaan pupuk di

PT.Masyarakat Pratama Anindita khusus cabang medan, perusahaan mewajibkan

bahan baku untuk dihabiskan paling lama sekali pengangkutan dalam seminggu

(39)

2.4.1.2.Bahan Penolong

Bahan penolong adalah bahan yang ditambahkan dalam suatu produksi

sehingga dapat meningkatkan mutu produk menjadi lebih baik . Bahan penolong

yang digunakan dalam di PT.Masyarakat Pratama Anindita khusus cabang medan

untuk memproduksi Pupuk Dolomit adalah Air (H20).

Air (H20) berfungsi untuk mempermudah penggilingan batu. 2.4.1.3.Bahan Tambahaan

Bahan tambahaan adalah bahan yang ditambahkan untuk meningkatkan

mutu produk menjadi bernilai guna namun bahan tersebut tidak ikut dalam proses

produksi.

Adapun bahan tambahan yang digunakan adalah sebagai berikut:

1. Penutup Kemasan 30 Kg

Penutup kemasan 30 Kg adalah plastic yang disebut Lid dan untuk kemasan

adalah berbentuk cap yang telah tercetak label perusahaan dan diproduksi

diluar PT.Masyarakat Pratama Anindita.

2. Cap Seal

Cap Seal digunakan untuk menutupi kemasan. Cap Seal ini terbuat dari plastic yang tercetak merk perusahaan dan diproduksi di luar PT.Masyarakat

Pratama Anindita digunakan untuk kemasan 30 Kg.

3. Label

Label berfungsi untuk menunjukkan merk produksi. Label ini terbuat dari

plastic, dan ditempelken kepada goni.

(40)

Karung/Goni berfungsi untuk sebagai tempat produk jadi yaitu

pupuk.Dolomit

5. Benang Karung

Benang Karung berfungsi untuk melekatkan karung pupuk tersebut.

2.4.2. Jumlah dan Spesifikasi Produk

PT.Masyarakat Pratama Anindita khusus cabang medan memproduksi

khusus pupuk Dolomit dengan merek kapasitas kurang lebih 10 Ton perminggu.

Pupuk Dolomit yang diproduksikan tersebut adalah berukuran 30 Kg,

Disamping itu PT.Masyarakat Pratama Anindita khusus cabang medan

untuk menjaga ketersediaan pupuk pada wilayah pemasarannya melibatkan

PT.Masyarakat Pratama Anindita khusus cabang lain yang ada disekitar medan

seperti Aceh, Jakarta dan lain-lain.

2.4.3 Uraian Proses Produksi

Proses Produksi adalah teknik atau metode yang digunakan untuk

menghasilkan suatu barang atau jasa sehingga nilainya bertambah dengan

menggunakan sumber-sumber daya (resources) yang tersedi, antara lain tenaga

kerja, mesin, bahan baku, modal, metode dan energy.

Uraian proses produksi dimulai setelah mencari sumber batu merah yang

ada di sekitar pantai atau sungai di wilayah medan.

Proses Produksi yang pertama adalah dengan melakukan :

(41)

Proses ini bertujuan untuk mempermudah penggilingan batu ketika didalam

mesin penggiling batu.

2. Memasukkan Batu merah kedalam Mesin Penggiling Batu dibatu oleh

Conveyor.

Proses yang bertujuan untuk menghancurkan batu tetapi sebelumnya pekerja

memasukkan batu merah kedalam mesin penggiling batu melalui Conveyor.

3. Proses Pengepakan

Pada proses ini setelah batu melawati mesin penggiling batu dan telah hancur

seperti pasir lalu dimasukkan kedalam karung pupuk dan siap untuk dibawa

ke wilayah pemasaran.

2.4.4. Mesin dan Peralatan

Sarana produksi pada PT.Masyarakat Pratama Anindita khusus cabang

medan sebagai berikut;

1. Mesin Conveyor

Merek : Marelli Motor

Buatan/tahun : Italy

Type : RMT 85 P

Spesifikasi : 380 V, 1,5 kVA, 3 phase

Jumlah : 2 unit

Fungsi : Menggerakan batu dari bawah ke Mesin

(42)

2. Mesin Penggiling Batu

Merek : Super Micro Mill

Buatan/tahun : Italy

Type : RMT 85 P

Spesifikasi : 1.7 s/d 2.2 ton per jam dan kehalusan hingga 1250

mess.

Jumlah : 2 unit

(43)

BAB III

LANDASAN TEORI

3.1. Ergonomi

3.1.1. Definisi Ergonomi

Ergonomi berasal dari bahasa Latin yaitu ergon yang berarti “kerja” dan

nomos yang berarti “hukum alam”. Ergonomi dapat didefinisikan sebagai studi

tentang aspek-aspek manusia dalam lingkungan kerjanya yang ditinjau secara

anatomi, fisiologi, psikologi, engineering, manajemen dan desain/perancangan

(Nurmianto, 2004) 1. Ergonomi ialah suatu cabang ilmu yang sistematis untuk

memanfaatkan informasi-informasi mengenai sifat, kemampuan dan keterbatasan

manusia untuk merancang suatu sistem kerja sehingga orang dapat hidup dan

bekerja pada sistem itu dengan baik, yaitu mencapai tujuan yang diinginkan

melalui pekerjaan itu, dengan efektif, aman dan nyaman (Sutalaksana dkk.,

1979)2

Secara umum tujuan dari penerapan ergonomi adalah (Tarwaka, 2004) .

3

1

Eko Nurmianto, Ergonomi Konsep Dasar dan Aplikasinya, edisi kedua, Guna Widya, Surabaya, 1998,p.1

2

Sutalaksana, I.Z., dkk. 1979. ”Teknik Tata Cara Kerja”. Bandung, p.65 3

Tarwaka, Dkk. 2004. “Ergonomi untuk Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Produktivitas”. Surakarta : Uniba Press

.

1. Meningkatkan kesejahteraan fisik dan mental melalui upaya pencegahan

cedera dan penyakit akibat kerja, menurunkan beban kerja fisik dan

(44)

2. Meningkatkan kesejahteraan sosial melalui peningkatan kualitas kontak

sosial, mengelola dan mengkoordinir kerja secara tepat guna dan

meningkatkan jaminan sosial baik selama kurun waktu usia produktif

maupun setelah tidak produktif.

3. Menciptakan keseimbangan rasional antara berbagai aspek yaitu aspek

teknis, ekonomis, antropologis dan budaya dari setiap sistem kerja yang

dilakukan sehingga tercipta kualitas kerja dan kualitas hidup yang tinggi.

3.1.2. Aplikasi Ergonomi 4

7. Perancangan pegangan perkakas berbentuk kurva disesuaikan dengan bentuk

genggaman tangan akan memudahkan cara pengoperasian alat tersebut.

Ergonomi banyak diaplikasikan dalam berbagai proses perancangan

produk ataupun operasi kerja sehari-harinya. Contoh aplikasi ergonomi untuk

efisiensi, efektivitas dan produktivitas yaitu:

1. Penentuan batas beban yang diangkat secara manual oleh manusia, jam istirahat

pekerja dan shift kerja.

2. Dimensi meja dan kursi kerja.

3. Bentuk meja dan kursi.

4. Pengaturan sikap kerja.

5. Perancangan lingkungan kerja.

6. Semua fasilitas kerja seperti peralatan material harus diletakkan di depan dan

berdekatan (jarak jangkauan normal) dengan posisi pekerja bekerja.

4

(45)

3.2. Perancangan dan perencanaan fasilitas kerja 5

1. Mengatur atau menata sesuatu sesuai dengan keinginan atau sesuai dengan

kebutuhan.

Perancangan dapat didefinisikan dalam dua hal yaitu :

2. Proses, cara, atau perbuatan merancang ( Departemen Pendidikan Nasional

hal.815)

Perencanaan dapat didefinisikan sebagai proses menentukan dengan tepat

apa yang akan dilakukan oleh seseorang/pihak yang berkaitan/pihak yang

bersangkutan untuk mencapai tujuannya. Dalam istilah yang lebih resmi

perencanaan dapat didefinisikan sebagai perkembangan sistematis dari program

tindakan yang ditujukan pada pencapaian tujuan yang telah disepakati dengan

proses analisa, evaluasi, seleksi dianatara kesempatan yang diprediksi terlebih

dahulu.

Dalam perencanaan dan perancangan stasiun kerja yang dirancang secara

benar akan mampu memberikan keselamatan dan kenyamanan kerja bagi operator

yang selanjutnya akan berpengaruh secara signifikan didalam menentukan tingkat

kinerjanya.

Banyak orang kurang menyadari kalau ketidak-nyamanan kerja yang

dirasakan oleh seorang pekerja ternyata diakibatkan kesalahan-kesalahan didalam

perancangan fasilitas kerja yang harus dioperasikan maupun stasiun kerja dimana

operator akan menghabiskan sebagian besar waktunya dalam area kerja (work

(46)

oleh posisi kerja yang tidak benar (misalkan terlalu lama duduk, jongkok maupun

berdiri) dan memerlukan energi tambahan yang akhirnya bisa mempercepat

datangnya kelelahan, penurunan kinerja dan produktivitas. Stasiun kerja dirancang

sedemikian rupa sehingga pekerja akan mampu melaksanakan aktivitasnya secara

efektif, leluasa dan nyaman.

Spesifikasi rancangan stasiun kerja akan terkait erat dengan karakteristik

fisik manusia (data antropometri) yang diukur baik melalui metode pengukuran

statik maupun dinamik yang akan berinteraksi dengan sistem kerja yang ada.

Menurut Stevenson (1987, 1989) dan Wignjosoebroto (2000, 2001, 2003)

antropometri adalah satu kumpulan data numerik yang berhubungan dengan

karakteristik fisik tubuh manusia, ukuran dan kekuatan serta penerapan dari data

tersebut untuk penanganan masalah desain (perancangan). Rancangan suatu

produk atau fasilitas kerja agar nantinya sesuai dengan tubuh manusia yang

mengoperasikannya, maka harus diperhatikan prinsip-prinsip dalam aplikasi data

anthropometri. Ada 2 (dua) faktor penentu untuk mencapai kondisi tersebut yang

harus diperhitungkan dalam proses perancangan sebuah stasiun kerja, yaitu (a)

harus selalu diingat bahwa populasi pekerja akan sangat bervariasi dan

berbeda-beda baik dalam bentuk maupun ukuran tubuh (antropometri)-nya; dan (b) harus

dipahami benar tentang karakteristik dari populasi pemakai produk ataupun

fasilitas kerja seperti pendidikan, kultur, skill, attitude, kemampuan fisik maupun

mental, dan lain-lain. Kesalahan pokok yang sering dilakukan oleh seorang

`perancang adalah menempatkan karakteristik dan spesifikasi ukuran yang ada

(47)

Prinsip yang ingin diterapkan disini adalah “if I can use it, it must be

designed well” . Kesalahan mendasar semacam ini hanya dapat dieliminir dengan

cara menerapkan data antropometri yang tepat dan relevan dengan populasi

terbesar pemakainya.

3.3. Pendekatan Ergonomi dalam Perancangan Stasiun/Fasilitas Kerja

Ergonomi yang secara umum diartikan sebagai ”the study of work” telah

mampu membawa perubahan yang signifikan dalam mengimplementasikan

konsep peningkatan produktivitas melalui efisiensi penggunaan tenaga kerja dan

pembagian kerja berdasarkan spesialisasi-keahlian kerja manusia (Bridger, 1995;

Sanders & McCormick, 1992). Konsep produktivitas yang terjadi dalam lini

produksi di industri telah menggeser struktur ekonomi agraris yang berbasis pada

kekayaan sumber daya alam untuk kemudian beranjak menuju ke struktur

ekonomi produksi (industri) yang menekankan arti pentingnya nilai tambah

(added value). Fokus dari apa yang telah diteliti, dikaji dan direkomendasikan

oleh para pionir studi tentang kerja di industri ini yang selanjutnya dicatat sebagai

awal dari era “scientific management” telah memberikan landasan kuat untuk

menempatkan ”engineer as economist” didalam perancangan sistem produksi.

Dalam hal ini implementasi ergonomi industri berkisar pada 2 (dua) tema pokok

yaitu (a) telah mengenai“interfaces” manusia dan di mesin dalam sebuah sistem

kerja, dan (b) analisa sistem produksi (industri) untuk memperbaiki serta

(48)

Pendekatan ergonomi dalam perancangan stasiun dan/atau fasilitas kerja di

industri telah menempatkan rancangan sistem kerja manusia-mesin yang awalnya

serba rasional-mekanistik menjadi tampak lebih manusiawi. Disini faktor yang

terkait dengan fisik (faal/fisiologi) maupun perilaku (psikologi) manusia baik

secara individu pada saat berinteraksi dengan mesin dalam sebuah rancangan

sistim manusia-mesin dan lingkungan kerja fisik akan dijadikan pertimbangan

utama. Persoalan perancangan tata cara kerja di lini aktivitas produksi nampaknya

juga akan terus terarah pada segala upaya untuk mengimplementasikan konsep

“human-centered engineered systems” dalam perancangan teknologi produk

maupun proses dengan mengkaitkan faktor manusia didalamnya. Pendekatan

ergonomi yang dilakukan dalam perancangan sistem produksi di lantai produksi

akan mampu menghasilkan sebuah rancangan sistem manusia-mesin yang sesuai

dengan ekspektasi manusia pekerja atau tanpa menyebabkan beban kerja yang

melebihi ambang batas (fisik maupun psikologis) manusia untuk menahannya.

Dalam hal ini akan diaplikasikan segala macam informasi yang berkaitan dengan

faktor manusia (kekuatan, kelemahan/keterbatasan) dalam perancangan sistem

kerja yang meliputi perancangan produk (man-made objects), mesin & fasilitas

kerja dan/atau lingkungan kerja fisik yang lebih efektif, aman, nyaman, sehat dan

efisien. Rekayasa manusia (human engineering) yang dilakukan terhadap sistem

kerja tersebut diharapkan akan mampu (a) memperbaiki performans kerja manusia

seperti menambah kecepatan kerja, ketelitian, keselamatan, kenyamanan dan

mengurangi penggunaan enersi kerja yang berlebihan dan mengurangi kelelahan;

(49)

kerusakan fasilitas kerja karena human errors; dan (c) meningkatkan “functional

effectiveness” dan produktivitas kerja manusia dengan memperhatikan

karakteristik manusia dalam desain sistem kerja (Suyatno, 1985; Wignjosoebroto,

2001).

3.4. Keluhan Musculoskeletal6

6

Tarwaka, Bakri.2004.Ergonomi untuk Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Produktivitas. Pekerja yang melakukan kegiatan berulang-ulang dalam satu siklus sangat

rentan mengalami gangguan musculoskeletal. Keluhan musculoskeletal adalah

keluhan pada bagian–bagian otot skeletal yang dirasakan oleh seseorang mulai

dari keluhan sangat ringan sampai sangat sakit (Tarwaka; 2004). Apabila otot

menerima beban statis secara berulang dalam waktu yang lama, akan dapat

menyebabkan keluhan berupa kerusakan pada sendi, ligamen dan tendon. Keluhan

hingga kerusakan inilah yang biasanya diistilakan dengan keluhan

Musculoskeletal Disorsders (MSDs) atau cedera pada sistem muskuloskeletal.

Apabila pekerjaan berulang tersebut dilakukan dengan cara yang nyaman, sehat

dan sesuai dengan standar yang ergonomis, maka tidak akan menyebabkan

gangguan muskuloskeletal dan semua pekerjaan akan berlangsung dengan efektif

dan efisien.

Secara garis besar keluhan otot yang terjadi dapat dikelompokkan menjadi

(50)

1. Keluhan sementara (reversible), yaitu keluhan otot yang terjadi pada saat

menerima beban statis, namun demikian keluhan tersebut akan hilang apabila

pembebanan dihentikan.

2. Keluhan menetap (persistent), yaitu keluhan otot yang bersifat menetap.

Walaupun pembebanan kerja telah dihentikan, namun rasa sakit pada otot

masih terus berlanjut.

Studi tentang MSDs pada berbagai jenis industri telah banyak dilakukan

dan hasil studi menunjukkan bahwa bagian otot yang sering dikeluhkan adalah

otot rangka (skeletal) yang meliputi leher, bahu, lengan, tangan, jari, punggung,

pinggang dan otot-otot bagian bawah. Diantara keluhan otot skeletal tersebut,

yang paling banyak dialami oleh pekerja adalah otot bagian pinggang (low back

pain = LBP).

Peter vi (2000) menjelaskan bahwa, terdapat banyak faktor yang dapat

menyebabkan terjadi keluhan musculoskeletal sebagai berikut.

1. Peregangan otot yang berlebihan

Peregangan otot yang berlebihan pada umumnya sering dikeluhkan oleh para

pekerja dimana aktivitas kerjanya menuntut pengerahan tenaga yang besar

seperti aktivitas mengangkat, menarik, mendorong dan menahan beban yang

berat. Peregangan otot yang berlebihan ini terjadi karena pengerahan otot yang

diperlukan melampaui kekuatan optimum otot. Apabila hal serupa sering

dilakukan, maka dapat mempertinggi resiko terjadinya keluhan otot, bahkan

dapat menyebabkan terjadinya otot skeletal.

(51)

Aktivitas berulang merupakan pekerjaan yang dilakukan secara terus menerus

seperti pekerjaan mencangkul, membelah kayu besar, angkut dan sebagainya.

Keluhan otot terjadi karena otot menerima tekanan akibat beban kerja secara

terus menerus tenpa memperoleh kesempatan untuk relaksasi.

3. Sikap kerja tidak alamiah

Sikap kerja tidak alamiah adalah sikap kerja yang menyebabkan posisi bagian

bagian tubuh bergerak menjauhi posisi alamiah, misalnya pergerakan tangan

terangkat, punggung terlalu membungkuk, kepala terangkat dan sebagainya.

Semakin jauh posisi tubuh dari pusat gravitasi tubuh, maka semakin tinggi pula

resiko terjadinya keluhan otot skeletal.

4. Faktor penyebab sekunder

Faktor penyebab sekunder ini adalah berupa tekanan langsung dari jaringan

otot yang lunak atau getaran dengan frekuensi tinggi yang menyebabkan

kontraksi otot bertambah.

Ada beberapa cara yang telah diperkenalkan dalam melakukan evaluasi

ergonomi untuk mengetahui hubungan antara tekanan fisik dengan resiko keluhan

otot skeletal. Pengukuran terhadap tekanan fisik ini cukup sulit karena melibatkan

berbagai faktor subjektif seperti kinerja, motivasi, harapan dan toleransi

kelelahan. Alat ukur yang digunakan dapat dilakukan dengan berbagai cara mulai

metode yang sederhana sampai menggunakan sistem komputer. Salah satu dari

(52)

3.5. Nordic Body Map

Nordic Body Map merupakan alat yang dapat mengetahui bagian-bagian otot

yang mengalami keluhan dengan tingkat keluhan mulai dari Tidak Sakit (TS),

Agak Sakit (AS), Sakit (S) dan Sangat Sakit (SS) (Tarwaka; 2004)7

Gambar 3.1. Nordic Body Map Keterangan gambar:

1 = Sakit kaku dibagian leher bagian bawah

2 = Sakit di bahu kiri

3 = Sakit di bahu kanan

. Dengan

melihat dan menganalisis peta tubuh seperti pada Gambar 3.1 maka dapat

diestimasi jenis dan tingkat keluhan otot skeletal yang dirasakan oleh pekerja.

7

(53)

4 = Sakit lengan atas kiri

5 = Sakit di punggung

6 = Sakit lengan atas kanan

7 = Sakit pada pinggang

8 = Sakit pada bokong

9 = Sakit pada pantat

10 = Sakit pada siku kiri

11 = Sakit pada siku kanan

12 = Sakit pada lengan bawah kiri

13 = Sakit pada lengan bawah kanan

14 = Sakit pada pergelangan tangan kiri

15 = Sakit pada pergelangan tangan kanan

16 = Sakit pada tangan kiri

17 = Sakit pada tangan kanan

18 = Sakit pada paha kiri

19 = Sakit pada paha kanan

20 = Sakit pada lutut kiri

21 = Sakit pada lutut kanan

22 = Sakit pada betis kiri

23 = Sakit pada betis kanan

24 = Sakit pada pergelangan kaki kiri

25 = Sakit pada pergelangan kaki kanan

(54)

27 = Sakit pada kaki kanan

Cara ini merupakan cara yang cukup sederhana dan mengandung nilai

ubjektivitas yang tinggi. Untuk menekankan bias yang terjadi, maka sebaiknya

pengukuran dilakukan sebelum dan sesudah melakukan aktivitas kerja.

3.6. Kaitan Ergonomi dengan Postur Kerja8

Ilmu yang mempelajari interaksi antara lingkungan kerja dan manusia atau

sebaliknya disebut dengan ergonomi. Dengan menerapkan ergonomi yang baik,

diharapkan seorang pekerja dapat bekerja secara efektif, nyaman, aman, sehat dan

efisien, sehingga produktivitas kerjanya dapat meningkat. Dari pengertian

ergonomi tersebut dapat dilihat bahwa ergonomi mempelajari manusia dan apabila

ada kesalahan tentang gerakan ataupun fasilitas yang digunakan manusia maka

akan dapat diperbaiki dengan menggunakan ilmu ergonomi, misalnya : apabila

postur kerja seorang pekerja salah atau tidak benar maka dapat dievaluasi dan

diperbaiki dengan menggunakan metode OWAS, REBA, RULA maupun QEC

yang dipelajari dalam ilmu ergonomi. Pertimbangan ergonomi yang berkaitan

dengan postur kerja dapat membantu mendapatkan postur kerja yang nyaman bagi

pekerja baik itu postur kerja yang berdiri, duduk maupun postur kerja lainnya

sehingga dapat meningkatkan produktivitas dan menjamin kesehatan fisik pekerja.

8

(55)

3.7. Antropometri

Istilah antropometri barasal dari anthro yang berarti manusia dan metri

yang berarti ukuran. Secara definitif antropometri dapat dinyatakan sebagai satu

studi yang berkaitan dengan pengukuran dimensi tubuh manusia. Manusia pada

dasarnya akan memiliki bentuk, ukuran, yang berbeda satu dengan yang lainnya.

Antropometri secara luas akan digunakan sebagai pertimbangan-pertimbangan

ergonomis dalam memerlukan interaksi manusia. Data antropometri yang berhasil

diperoleh akan diaplikasikan secara luas antar lain dalam hal:

1. Perancangan areal kerja.

2. Perancangan perlatan kerja seperti mesin, equipment, perkakas.

3. Perancangan produk-produk konsumtif seperti pakaian, kursi dan meja.

4. Perancangan lingkungan kerja fisik.

Dalam perancangan produk, ada beberapa faktor yang akan mempengaruhi

ukuran tubuh manusia, antara lain:9

9

Wignjosoebroto, Sritomo.2003. Ergonomi, Studi Gerakan dan Waktu.Surabaya:Guna Widya, 1. Umur

Secara umum tubuh manusia akan tumbuh dan bertambah besar seiring dengan

bertambahnya umur. Sehingga mempengaruhi dimensi tubuh manusia.

2. Jenis kelamin

Dimensi ukuran tubuh laki-laki umumnya akan lebih besar dibandingkan

dengan wanita, terkecuali untuk beberapa bagian tubuh tertentu seperti pinggul.

(56)

Setiap suku, bangsa ataupun kelompok etnik akan memiliki karakteristik fisik

yang akan berbeda-beda satu dengan yang lainnya.

4. Pekerjaan

Jenis pekerjaan tiap orang pasti akan berbeda-beda dan jenis pakaian yang akan

dipakai juga akan berbeda-beda sesuai jenis pekerjaanya.

2.7.1. Antropometri Statis10

Di sini pengukuran dilakukan terhadap posisi tubuh pada saat berfungsi

melakukan gerakan-gerakan tertentu yang berkaitan dengan kegiatan yang harus

diselesaikan. Hal pokok yang ditekankan dalam pengukuran dimensi fungsional

tubuh ini adalah mendapatkan ukuran tubuh yang nantinya akan berkaitan erat

dengan gerakan-gerakan nyata yang diperlukan tubuh untuk melaksanakan

kegiatan-kegiatan tertentu. Jadi, pengukuran dilakukan pada saat tubuh melakukan Antropometri statis disebut juga pengukuran dimensi struktur tubuh

(structural body dimension). Di sini tubuh diukur dalam berbagai posisi standard

dan tidak bergerak (tetap tegak sempurna). Dimensi tubuh yang diukur dengan

posisi tetap antara lain meliputi berat badan, tinggi tubuh dalam posisi berdiri

maupun duduk, ukuran kepala, tinggi/panjang lutut pada saat berdiri atau duduk,

panjang lengan dan sebagainya. Ukuran dalam hal ini diambil dengan percentile

tertentu seperti 5-th dan 95-th percentile.

(57)

gerakan-gerakan kerja atau dalam posisi yang dinamis. Cara pengukuran semacam

ini akan menghasilkan data antropometri dinamis. Antropometri dalam posisi

tubuh melaksanakan fungsinya yang dinamis akan banyak diaplikasikan dalam

proses perancangan fasilitas ataupun ruang kerja. Sebagai contoh perancangan

kursi mobil. Dimana di sini posisi tubuh pada saat melakukan gerakan

mengoperasikan kemudi, tangkai pemindahan gigi, pedal dan juga jarak antara atap

mobil harus menggunakan data antropometri dinamis.

3.7.3. Tiga Prinsip Dalam Penggunaan Data Antropometri11

a. Untuk dimensi minimum yang harus ditetapkan dari suatu rancangan produk

umumnya didasarkan pada nilai percentile yang terbesar seperti 90-th, 95-th, Agar rancangan suatu produk nantinya bisa sesuai dengan ukuran tubuh

manusia yang akan mengoperasikannya, maka prinsip-prinsip yang harus diambil

di dalam aplikasi data antropometri harus ditetapkan terlebih dahulu yaitu:

1. Prinsip perancangan produk bagi individu dengan ukuran yang ekstrim

Di sini rancangan produk dibuat agar bisa memenuhi dua sasaran produk, yaitu:

a. Bisa sesuai untuk ukuran tubuh manusia yang mengikuti klasifikasi ekstrim

dalam arti terlalu besar atau kecil bila dibandingkan dengan rata-ratanya.

b. Tetap bisa digunakan untuk memenuhi ukuran tubuh yang lain (mayoritas dari

populasi yang ada).

Agar bisa memenuhi sasaran pokok tersebut maka ukuran yang diaplikasikan

ditetapkan dengan cara:

11

(58)

atau 99-th percentile. Contoh konkrit pada kasus ini bisa dilihat pada penetapan

ukuran minimal dari lebar dan tinggi pintu darurat, dan lain-lain.

b. Untuk dimensi maksimum yang harus ditetapkan diambil berdasarkan nilai

percentile yang paling rendah (1-th, 5-th, 10-th percentile) dari distribusi data

antropometri yang ada. Hal ini diterapkan dalam contoh penetapan jarak

jangkau dari suatu mekanisme kontrol yang harus dioperasikan oleh seorang

pekerja.

2. Prinsip perancangan produk yang bisa dioperasikan di antara rentang ukuran

tertentu (adjustable)

Di sini rancangan bisa diubah-ubah ukurannya sehingga cukup fleksibel

dioperasikan oleh setiap orang yang memiliki berbagai macam ukuran tubuh.

Contoh yang paling umum dijumpai adalah perancangan kursi mobil yang

mana dalam hal ini letaknya bisa digeser maju/mundur dan sudut sandarannya

bisa berubah-ubah sesuai dengan yang diinginkan. Dalam kaitannya untuk

mendapatkan rancangan yang fleksibel semacam ini maka data antropometri

yang umum diaplikasikan adalah dalam rentang nilai 5-th sampai denagn 95-th

percentile.

3. Prinsip perancangan produk dengan ukuran rata-rata

Dalam hal ini rancangan produk didasarkan terhadap rata-rata ukuran manusia.

Masalah pokok yang dihadapi dalam hal ini justru sedikit sekali mereka yang

berbeda dalam ukuran rata-rata. Di sini produk dibuat dan dirancang untuk

mereka yang berukuran sekitar rata-rata, sedangkan bagi mereka yang

(59)

Adapun aplikasi Aplikasi Data Antropometri Dengan Menggunakan

Persentil Data antropometri jelas diperlukan agar rancangan suatu produk bisa

sesuai dengan orang yang akan mengoperasikannya. Ukuran tubuh yang

diperlukan pada hakekatnya tidak sulit diperoleh dari pengukuran secara

individual, seperti halnya yang dijumpai untuk produk yang dibuat berdasarkan

pesanan (job order). Situasi menjadi berubah manakala lebih banyak lagi produk

standar yang harus dibuat untuk dioperasikan oleh banyak orang. Mengingat

ukuran individu yang bervariasi satu dengan yang lainnya, maka perlu penetapan

data antropometri yang sesuai dengan populasi yang menjadi target sasaran

produk tersebut .

Permasalahan yang terdapat karena adanya variasi ukuran sebenarnya akan

lebih mudah dipecahkan jika dapat merancang produk yang memiliki fleksibilitas

dan adjustable dengan suatu rentang ukuran tertentu. Gambar 2.2 menjelaskan

dalam anthropometi, angka 95 th akan menggambarkan ukuran tubuh manusia

yang terbesar dan 5 th menggambarkan ukuran tubuh manusiayang terkecil

(60)

Gambar 3.2. Kurva Distribusi Normal dengan Data Anthropometri

Persentil 95-th

Pada penetapan data antropometri ini, pemakaian distribusi normal akan

umum diterapkan. Dalam statistik, distribusi normal dapat diformulasikan

berdasarkan harga rata-rata (mean ) dan simpangan standardnya (standard deviation,

σx) dari data yang ada. Dari nilai yang ada tersebut, maka persentil dapat ditetapkan

sesuai dengan tabel probabilitas distribusi normal.

Pemakaian nilai-nilai persentil yang umum diaplikasikan dalam perhitungan

data antropometri dapat dijelaskan dalam Tabel 3.6 seperti berikut ini:

Tabel 3.1. Nilai Persentil dan Cara Perhitungannya dalam Distribusi Normal

Persentil 1-st 2,5-th 5-th 10-th 50-th 90-th 95-th 97,5-th 99-th

Gambar

Tabel 2.1. Jumlah Karyawan PT.Masyarakat Pratama Anindita Cabang
Gambar 3.1. Nordic Body Map
Gambar 4.2. Block Diagram Metodologi Penelitian
Gambar 5.3. Operator mengangkat bahan baku
+7

Referensi

Dokumen terkait

Elemen kegiatan yang dilakukan oleh operator saat melakukan pekerjaan dengan fasilitas baru yaitu memasang kain saring ke wadah penampungan, mengayak bubur kedelai, menjangkau

Dengan adanya meja dan kursi maka operator tidak lagi melakukan aktivitas kerja di lantai, sehingga penilaian level tindakan postur kerja usulan menunjukkan bahwa

Hal yang dilakukan untuk mengurangi keluhan muskuloskeletal adalah dengan melakukan perancangan dan penambahan fasilitas kerja yaitu dudukan operator, wadah penampungan lusi,

Tujuan penelitian ini adalah untuk memperbaiki fasilitas berupa meja dan kursi pada proses memahat yang sudah ada untuk mengurangi keluhan dengan memperbaiki postur

Hasil penelitian berupa rancangan fasilitas kerja yaitu alat pengangkut TBS yang disesuaikan dengan dimensi tubuh sehingga apabila diimplementasikan diharapkan dapat

Hasil Desain Meja dan Kursi Kerja Tampak Belakang ... Kondisi Kerja di Stasiun

Hal ini berdasarkan paparan risiko yang dihasilkan, sehingga usulan perbaikan yang diberikan yaitu dengan merancang ulang stasiun kerja berupa rancangan kursi dan

perancangan fasilitas kerja merupakan tindakan korektif yang dilakukan untuk memperbaiki posisi kerja yang dapat membahayakan sistem musculoskeletal dalam aktivitas