• Tidak ada hasil yang ditemukan

Respon Masyarakat dalam Pemanfaatan Biogas Sebagai Energi Alternatif di Desa Tarumajaya, Kecamatan Kertasari Kabupaten Bandung, Jawa Barat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Respon Masyarakat dalam Pemanfaatan Biogas Sebagai Energi Alternatif di Desa Tarumajaya, Kecamatan Kertasari Kabupaten Bandung, Jawa Barat"

Copied!
141
0
0

Teks penuh

(1)

JAWA BARAT.

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Oleh:

MAULYDA WULANDARI NIM. 1112015000101

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

iii

Kecamatan Kertasari, Kabupaten Bandung, Jawa Barat.

Desa Tarumajaya menjadi Desa yang sedikit banyak warganya telah menggunakan biogas. Penggunaan biogas ini tidak terlepas dari lokasi Desa Tarumajaya yang paling dekat dengan bantaran hulu Citarum tepatnya berada di kaki Gunung Wayang dan sebagai 0 Km Citarum yang mata airnya berasal dari Situ Cisanti. Keadaan ini semakin genting saat adanya isu pencemaran Citarum, oleh karena itu KLH Kabupaten Bandung membuat program biogas untuk mengurangi limbah kotoran sapi yang dibuang langsung ke Citarum.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui respon masyarakat yang telah menggunakan ataupun tidak menggunakan biogas yang dapat dijadikan energi alternatif pengganti gas elpiji atau minyak tanah di Desa Tarumajaya, Kecamatan Kertasari, Kabupaten Bandung, Jawa Barat.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode grounded atau

grounded research. Metode dilakukan untuk mengetahui suatu permasalahan yang masih samar jawabannya kemudian setelah dilakukan penelitian akan mendapatkan hasil yang jelas.

Tehknik pengumpulan data digunakan antara lain wawancara, observasi, dan dokumentasi. Kemudian tekhnik analisis data yang digunakan adalah reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.

Bedasarkan hasil penelitian diketahui respon masyarakat positif terhadap biogas dikemukakan oleh warga yang menggunakan biogas karena gratis, mudah, kandang dekat rumah dan sebagai pengganti elpiji karena harga elpiji disana lumayan mahal. Sedangkan diketahui respon negatif adalah untuk warga yang tidak menggunakan biogas dengan alasan lahan milik orang lain, jarak kandang jauh dengan rumah, dan trauma dengan instalasi biogas dahulu karena pernah meledak.

(7)

iv

Kecamatan Kertasari, Kabupaten Bandung, Jawa Barat.

Tarumajaya village became a little village where many people have been using biogas. The use of biogas is not independent of the location of Tarumajaya village closest to the riverbank upstream Citarum precisely located at the font of Mount Wayang and as 0 km Citarum eyes water comes from Situ Cisanti. This situation is increasingly precarious when the Citarum pollution issues, therefore KLH Bandung regency create biogas program to reduce cow manure waste dumped directly into the Citarum. This study aims to investigate the response of the public who have been using or not using a biogas that can be used as an alternative energy LPG or kerosene in the village Tarumajaya, Kertasari subdistrict.

The method used is this research is grounded or grounded research to determine an issue that is still vague answer later after the study will get the obvious. Also use other data collection techniques used include interviews, observation, and documentation. Then the data analysis technique used is data reduction, data presentation, and conclusion.

Based on the survey results revealed a positive public respons to the biogas expressed by residents who use biogas as a free, easy, stables near the house and as a substitute for LPG because LPG prices there quite expensive. While known negative response is for people who do not use the biogas by reason of land owned by another person, a distance away with the home cages, and trauma to the first biogas installation for ever exploded.

(8)

v

Alhamdulillahirobbil’alamin, segala puji bagi Allah SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat, hidayah serta karunia-Nya sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi yang berjudul ”Respon Masyarakat dalam Pemanfaatan Biogas sebagai Energi Alternatif di Desa Tarumajaya Kecamatan Kertasari Kabupaten Bandung Jawa Barat”. Shalawat bertangkaian salam semoga senantiasa tercurahkan kepada junjungan Nabi Muhammad SAW beserta para

sahabat.

Penulis menyadari penulisan skripsi ini tidak selalu berjalan mulus, sangat

diperlukan niat, do’a yang terus menerus serta usaha keras. Sehubungan dengan

selesainya penulisan skripsi dan seiring ucapan Alhamdulillah penulis haturkan

terimakasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada:

1. Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah

dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2. Dr. Iwan Purwanto, M.Pd, selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu

Pengetahuan Sosial, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta

3. Drs. H. Syaripulloh, M.Si, selaku Sekretaris Jurusan Pendidikan Ilmu

Pengetahuan Sosial, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta

4. Dosen Pembimbing I, Andri Noor Ardiansyah, M.Si yang selalu

memberikan saran dan ilmu tambahan selama menyelesaikan skripsi ini.

Terima kasih Bapak atas bimbingan dari mulai pengerjaan proposal,

hingga skripsi ini selesai.

5. Dosen Pembimbing II, Neng Sri Nuraeni, M.Pd yang selalu memberikan

semangat serta dukungan dalam penulisan skripsi. Ibu membuat

(9)

vi

kasih sayang yang tiada batas dan do’a sepanjang waktu yang sangat berarti.

7. Desty Ristianingsih, kakak kandung satu-satunya yang telah banyak

membantu secara material maupun non material atas selesainnya proposal,

hingga rampungnya skripsi. Memberikan arahan, menjadi pembimbing

dan tempat bertukar pikiran.

8. Segenap keluarga besar di Bogor, Sumedang, Garut dan Bandung, yang

turut memberikan do’a dan dukungan.

9. Aldi Priyandana terima kasih untuk segala waktu, materi, keringat, perjuangan dan do’a demi membantu terselesaikannya skripsi ini. Menjadi penyemangat di segala suasanya, tempat bertukar emosi dan perasaan atas

segala beban di awal dan akhir proposal hingga terselesaikannya skripsi

ini.

10.Kang Uus, Teh Kokom, Kang Ivan, dan tak lupa seluruh warga Kampung

Babakan Ranca dan Kampung Pilar Dua, Desa Tarumajaya yang telah

membantu dengan tulus dalam memberikan informasi tentang Desa

Tarumajaya atas segala bantuan dan kebaikan semoga Allah

membalasnya.

11.Didik Hariyanto, kakak ipar yang telah memberikan bantuan demi

terselesaikannya skripsi ini, terima kasih atas segala bantuan, dorongan serta do’a nya.

12.Sahabat teristimewa Sri Setiyowati, Eni Haryati, Eli Karlina, dan

Khoirunnisa. Terima kasih untuk waktu bersama, beban bersama yang

telah dilewati selama di bangku perkuliahan. Terima kasih juga untuk

tidak pernah bosan dalam memberikan saran nya selama proposal hingga

(10)

vii

angkatan 2012P, khususnya teman-teman Geografi 2013.

14.Segenap pihak yang telah mendukung penulis dalam proses penulisan,

semoga Allah membalas jasa kalian.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb

Ciputat, September 2016

Penulis

(11)

viii

Surat Pernyataan Karya Ilmiah ... i

Lembar Pengesahan Skripsi... ii

Abstrak ... iii

Kata Pengantar ... v

Daftar Isi ... viii

Daftar Gambar ... xi

Daftar Tabel ... xii

Daftar Lampiran ... xiii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 6

C. Pembatasan dan Perumusan Masalah... 6

D. Tujuan Penelitian ... 7

E. Manfaat Penelitian ... 7

BAB II KAJIAN TEORI

A. Kajian Teori 1. Pengertian Respon Masyarakat ... 9

a. Pengertian Respon ... 9

b. Macam-Macam Respon ... 10

c. Pengertian Masyarakat ... 12

d. Pengertian Respon Masyarakat ... 13

2. Pengertian Energi Alternatif ... 13

3. Macam-macam Energi Alternatif ... 14

a. Energi Air ... 14

b. Energi Matahari ... 15

(12)

ix

b. Proses Pembentukan Biogas ... 17

a) Hidrolisis ... 17

b) Pengasaman (Asidifikasi)... 18

c) Metanogenesis ... 18

c. Bahan Baku Pembuatan Biogas ... 19

1) Limbah Peternakan... 19

2) Limbah Pertanian ... 20

3) Limbah Perairan ... 21

4) Sampah Organik ... 21

d. Bagian Instalasi Pembuatan Biogas... 22

1) Unit Digester ... 22

2) Pipa ... 24

3) Pompa Biogas ... 24

4) Kantong Penampung Biogas ... 25

5) Manometer ... 25

6) Katup atau Keran Gas ... 25

5. Membangun Instalasi Biogas ... 25

1) Membuat Lubang Penempatan Digester ... 26

2) Membuat Saluran Pemasukan (Inlet) ... 27

3) Membuat Saluran Pengeluaran dan Penampungan Limbah... 28

4) Memasang Instalasi Biogas ... 28

5) Memelihara Instalasi Biogas ... 29

6. Kelebihan dan Kekurang Penggunaan Biogas ... 30

7. Dampak Positif Biogas Untuk Masyarakat di Desa Peternak ... 31

B. Hasil Penelitian Yang Relevan ... 32

(13)

x

E. Pemeriksaan atau Pengecekan Keabsahan Data ... 40

F. Teknik Analisis Data ... 41

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data 1. GambaranUmumLokasiPenelitian ... 43

a. SejarahGunungWayang... 43

b. Lokasi, Letak, danLuas Daerah Penelitian ... 44

c. Keadaan Iklim Daerah Penelitian... 44

2. KarakteristikInforman ... 46

B. ResponMasyarakatdalamPemanfaatan Biogas... 47

1. ResponKognitifMasyarakatdalamPemanfaatan Biogas SebagaiEnergiAlternatif ... 47

2. ResponAfektifMasyarakatdalamPemanfaatan Biogas SebagaiEnergiAlternatif ... 57

3. ResponBehavioral MasyarakatdalamPemanfaatan Biogas SebagaiEnergiAlternatif ... 60

C. Pembahasan ... 64

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 67

B. Implikasi ... 69

C. Saran ... 69

DAFTAR PUSTAKA ... 71

(14)
(15)

xii

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Produksi Kotoran Ternak Segar Per Hari ... 20

Tabel 2.2. Kelebihan dan Kekurangan Beberapa Jenis Digester ... 23

Tabel 2.3. Ukuran Lubang Untuk Penempatan Digester... 27

Tabel 3.1. Jadwal Penelitian ... 35

Tabel 3.2. Kisi-kisi Pedoman Wawancara ... 42

Tabel 3.3. Kisi-kisi Lembar Observasi ... 48

(16)

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Kisi-kisi Pedoman Wawancara ... 74

Lampiran 2 . Instrumen Pedoman Wawancara Tokoh Masyarakat ... 75

Lampiran 3. Instrumen Pedoman Wawancara Aktivis Lingkungan ... 76

Lampiran 4. Instrumen Pedoman Wawancara Peternak Biogas ... 77

Lampiran 5 . Instrumen Pedoman Wawancara Warga Setempat ... 78

Lampiran 6. Instrumen Penelitian Pedoman Observasi ... 79

Lampiran 7 . Kisi-kisi Lembar Observasi ... 80

Lampiran 8. Transkip Wawancara ... 81

Lampiran 9 . Transkip Wawancara ... 88

Lampiran 10. Transkip Wawancara ... 91

Lampiran 11. Transkip Wawancara ... 99

Lampiran 12. Transkip Wawancara ... 102

Lampiran 13. Transkip Wawancara ... 104

(17)

1 A. Latar Belakang Masalah

Energi merupakan salah satu kebutuhan paling mendasar bagi manusia.

Seiring dengan meningkatnya kebutuhan manusia, tidak dapat dipungkiri

kebutuhan akan energi pun bertambah. Pasalnya, berbagai aktivitas manusia tidak

telepas dari energi. Mulai dari aktivitas sehari-hari seperti dalam rumah tangga,

penerangan, hingga pergerakan transportasi, tanpa adanya energi aktivitas

kehidupan manusia akan terganggu.1 Kebutuhan manusia yang terus meningkat

tak jarang menimbulkan kerusakan secara tidak langsung untuk lingkungan yang

ditempati tak terkecuali soal pasokan energi yang tidak dikelola secara bijak akan

berdampak pula pada keberlangsungan hajat orang banyak.

Penggunaan energi sebagai sektor utama terpenting penggerak kehidupan

tentunya harus dioptimalkan dengan baik. Manusia sebagai motor penggerak

kehidupan mempunyai tugas sebagai penanggung jawab terhadap pasokan energi,

dalam hal ini manusia harus memiliki berbagai cara untuk terus melakukan

inovasi terbarukan dalam rangka mengelola energi lebih baik untuk kedepannya.

Pada dasarnya, penggunaan energi untuk kehidupan sehari-hari sudah

dilakukan sejak lama. Sejarah penggunaan energi sudah dilakukan sejak zaman

dahulu hingga sekarang. Manusia dahulu mendapatkan sumber energi dan

bahan-bahan yang diambil atau dikumpulkan dari alam, seperti kayu bakar. Keadaan ini

terus berkembang hingga ditemukan batu bara untuk penggunaan mesin uap.2

Kebutuhan energi yang setiap tahun terus meningkat tidak dibarengi

dengan pasokan ketersediaan energi di muka bumi yang terbatas atau tidak dapat

1

Sri Wahyuni, Biogas Energi Alternatif pengganti BBM, Gas, dan Listrik, ( Jakarta : Agro Media Pustaka, 2013), h.2.

2

(18)

diperbaharui. Sebagai negara kepulauan, Indonesia merupakan negara dengan

banyak potensial energi yang dapat diperbaharui namun begitu belum banyak

halyang dilakukan oleh masyarakat maupun pemerintah sendiri dalam upaya

menjaga ketahanan kestabilan energi. Terhitung sejak tahun 2013 Indonesia

memiliki cadangan terbukti (proven reserve) minyak bumi sekitar 4 miliar barrel, gas bumi sekitar 104 miliar ton cubic feet (tcf) dan batubara sekitar 21 miliar ton. Laju produksi minyak saat ini sekitar 900.000 barrel per hari (bph), gas sekitar 1,5

juta barrel setara minyak (bsm), dan batubara 340 juta ton. Sementara konsumsi

domestik minyak sekitar 1,3 juta bph, gas 750.000 bsm, dan batubara 67 juta ton.3

Keadaan seperti ini apabila terus berlanjut akan menyebabkan permasalahan krisis

energi.

Dampak dari krisis energi yakni semakin menipisnya cadangan energi di

muka bumi yang mengakibatkan berdampak kepada semua aspek. Selain

berdampak langsung kepada kegiatan manusia, energi yang tereksploitasi secara

besar-besaran melalui proses penggunaan bahan bakar fosil, penggunaan tata guna

lahan, limbah industri, dan kebakaran hutan dapat menyebabkan dampak paling

bahaya yang biasa disebut sebagai “global warming” atau pemanasan global. Menurut Sri Wahyuni dalam Biogas Energi Alternatif Pengganti BBM, Gas dan

Listrik, salah satu gejala yang dapat dirasakan saat ini adalah kelangkaan bahan

bakar minyak, seperti minyak tanah, solar, dan bensin. Kondisi ini telah menuntun

untuk dilakukan inovasi-inovasi baru yang bertujuan untuk menemukan sumber

energi baru yang terbarukan.4

Oleh karena itu dalam mengatasi krisis energi yang tiap tahun jumlahnya

semakin meningkat, energi perlu dilakukan pembaharuan secara terus-menerus

melalui inovasi terbarukan untuk kemudian dapat menjadi sumber energi baru

yang dapat diperbaharui.

Macam-macam energi terbarukan meliputi energi air, energi matahari,

energi angin, dan energi panas bumi, energi gelombang laut, biomassa, bioetanol,

3

Sukandarrumidi, Herry Zardak Kotta, dan Djoko Wintolo, Energi Terbarukan Konsep Dasar Menuju Kemandirian Energi ( Yogyakarta : Gadjah Mada University Press, 2013), h.27-28

4

(19)

biogas, dan masih banyak lagi. Semua macam energi alternatif tersebut berpotensi

besar dikembangkan di Indonesia. Sumber energi alternatif tersebut dapat

dikembangkan oleh pemerintah maupun kelompok masyarakat. Sumber energi

yang membutuhkan modal besar seperti air, matahari, angin, geotermal dan

gelombang laut dikembangkan oleh pemerintah atau perusahaan yang memiliki

modal besar. Sedangkan sumber energi yang tidak membutuhkan banyak modal

seperti biogas, bioetanol, dapat dikembangkan secara individual oleh kelompok

masyarakat. Seperti masyarakat di Desa Tarumajaya yang mengembangkan energi

alternatif biogas.

Desa Tarumajaya merupakan Desa yang terletak sekitar 50 km di selatan

Kota Bandung. Desa Tarumajaya yang terletak di kaki Gunung Wayang ini berada

di ketinggian antara 1.400 hingga 1.700 m di atas permukaan laut. Sebagai daerah

yang memiliki ketinggian sekitar 1000 m di atas permukaan laut, Desa

Tarumajaya memiliki potensi besar dalam sektor perkebunan khususnya

perkebunan teh, kentang, dan wortel. Selain perkebunan, Desa Tarumajaya juga

menjadi desa peternakan sebagai pemasok susu yang dihasilkan melalui

peternakan sapi ke PT. Ultra Jaya dan Frisian Flag melalui KPBS Pangalengan.5

Permukiman warga yang dekat dengan sungai Citarum membuat mudah

sebagaian masyarakat dapat membuang limbah rumah tangga maupun limbah

kotoran sapi ke dalam Sungai. Tercatat ada sekitar 784 peternak di desa ini.

Sedangkan dari kegiatan dokumentasi di aliran 10 km Sungai Citarum yang

dilakukan Cita-Citarum dan Citarum Recovery Program (CRP) bersama warga

pada bulan Juni 2013 lalu, setidaknya ditemukan 24 kandang sapi dan sekitar 663

ekor sapi. Sebagian besar peternak masih membuang limbah kotoran sapi ke

sungai. Dari para peternak, diketahui bahwa satu ekor sapi setidaknya membuang

kotoran sekitar 15 – 20 kilogram per harinya. Jika dihitung secara sederhana saja,

5

(20)

maka setidaknya di Desa Tarumajaya ini menghasilkan sekitar 10 ton kotoran sapi

setiap harinya.6

Pencemaran yang terus terjadi di aliran sungai Citarum apabila tidak di

atasi dengan baik, tak payah menjadikan sungai Citarum tercemar oleh kotoran

sapi yang lama kelamaan akan menjadi polusi air di Citarum. Sekitar tahun 2008,

penggunaan biogas telah dilaksanakan di Desa ini. Dengan pembangunan

sebanyak 100 unit biogas yang dibantu oleh Dinas Pertanian dan Peternakan.

Sampai saat ini program biogas di Desa Tarumajaya terus dilakukan selain itu

banyak program yang diperbaharukan, mengingat banyaknya isu yang

memberitakan banyak permasalahan yang terjadi di hulu sungai Citarum. Program

yang saat ini tengah dicanangkan adalah rencana pembangunan 150 unit biogas di

Desa Tarumajaya yang diberikan melalui Program BIRU (Biogas Rumah),

kerjasama antara Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) dan

Pemerintah Belanda.7

Bukan saja Desa Tarumajaya yang telah menggunakan biogas, di daerah

Jawa Barat ternyata sangat potensial dalam mengembangkan biogas, salah satunya

yaitu Desa Kebon Pedes di Kabupaten Bogor. Perkembangan pengelolaan biogas

di daerah ini sudah cukup baik dan dibantu oleh instansi pemerintah, yaitu Dinas

Peternakan Kabupaten Bogor. Digester disini dikelola secara mandiri, rata-rata

peternak memiliki 6 ekor sapi namun apabila kurang para peternak ini bergabung

dengan tetangganya. Jenis digester yang digunakan yakni jenis fixed dome.Di

Desa Kebon Pedes sendiri, hasil pengelolaan biogas digunakan sebagai sumber

untuk memasak dan untuk penerangan.8

Program biogas di Desa Tarumajaya tentu banyak menuai pro dan kontra.

Di lirik dari masyarakat yang kurang wawasan mengenai biogas tentu akan

memandang sebelah mata manfaat yang dihasilkan biogas ini. Seharusnya setiap

6

Cita-citarum Recovery, Limbah Sapi di Desa Tarumajaya, 2013, (http://citarum.org/info-citarum/berita-artikel/1359-limbah-sapi-di-desa-tarumajaya.html di akses Minggu 06 September 2015 pukul 20:50 WIB).

7

Ibid.,

8

(21)

warga yang tidak tahu menahu tentang biogas didampingi dulu untuk pemanfaatan

kotoran sapi, jadi pupuk organik misalnya. Tetapi didampingi hingga

pemasarannya, sehingga bisa menambah pemasukan ekonomi. Untuk biogas,

yang perlu dilakukan adalah pendamping dan aktivasi kembali biogas yang sudah

ada. Dimaksimalkan saja dulu yang sudah ada.9 Faktor lain selain dari

masyarakat, kekhawatiran lain juga muncul untuk alat yang digunakan sebagai

tempat pembuatan biogas (digester) ini rusak. Bagaimana pengelolaannya dan

bagaimana pemeliharaannya, semua harus diberikan pengarahan juga sosialisasi

berkelanjutan untuk dapat mengoptimalkan program biogas kedepannya.

Selain faktor diatas, faktor yang paling penting adalah biaya.

Dibandingkan dengan pembuatan pupuk kandang, biogas memerlukan biaya yang

cukup mahal untuk membeli setiap alat demi menunjang prosesnya. Pembuatan

pupuk kandang hanya melibatkan kotoran sapi tanpa melalui proses yang panjang.

Dapat disimpulkan bahwa terjadinya perbedaan respon baik itu negatif

maupun positif dari masyarakat Desa Tarumajaya mengenai program biogas yang

telah berjalan hingga saat ini. Masyarakat yang masih awam tentang biogas

beranggapan bahwa biogas memerlukan biaya yang banyak, belum lagi kurangnya

pengetahuan dan sosialisasi akan manfaat yang dihasilkan dari biogas. Maka dari

itu penggunaan biogas saat ini diharapkan dapat diterima positif oleh masyarakat

Desa Tarumajaya dalam upaya memperbaiki keadaan sungai Citarum dan menjadi

energi alternatif untuk keberlangsungan hidup bersama.

Penelitian terdahulu telah dilakukan oleh Shofian Rinazani tahun 2011

mengenai respon masyarakat terhadap pemanfaatan energi biogas di Desa

Tarumajaya, hasil yang didapatkan menunjukan ada 3 respon yakni respon

masyarakat yang menolak biogas dikarenakan kurangnya pelatihan dan informasi,

respon kedua yakni masyarakat menerima tapi tidak pernah mempraktekan

dikarenakan tidak sepenuhnya memahami akan manfaat biogas, dan respon

9

(22)

terakhir yakni masyarakat yang telah menerima informasi dan telah menggunakan

biogas sampai saat ini.10

Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan

penelitian dengan judul: “Respon Masyarakat Dalam Pemanfaatan Biogas Sebagai Energi Alternatif di Desa Tarumajaya Kecamatan Kertasari Kabupaten Bandung Jawa Barat”.

B. Identifikasi Masalah

Setelah paparan yang didapatkan dari latar belakang masalah, faktor-faktor

penyebab pemanfaatan biogas sebagai energi alternatif di Desa Tarumajaya,

Kecamatan Kertasari adalah:

1. Pencemaran sungai Citarum oleh kotoran sapi

2. Banyaknya kotoran sapi yang tidak dimanfaatkan secara baik oleh warga

sekitar.

3. Kurangnya pemanfaatan biogas di Desa Tarumajaya.

4. Kurangnya respon masyarakat Desa Tarumajaya mengenai biogas

khususnya kotoran sapi sebagai energi alternatif.

C. Pembatasan dan Perumusan Masalah

Masalah penelitian ini dibatasi pada wilayah Desa Tarumajaya. Variabel

yang dijadikan fokus kajian:

1. Pemanfaatan biogas di Desa Tarumajaya Kecamatan Kertasari Kabupaten

Bandung

2. Respon masyarakat dalam pemanfaatan biogas sebagai energi alternatif di

Desa Tarumajaya, Kecamatan Kertasari, Kabupaten Bandung.

10

Shofian Rinazani, “ Respon Masyarakat Terhadap Pemanfaatan Energi Alternatif (

(23)

Berdasarkan pembatasan masalah tersebut penulis menemukan rumusan

masalah :

1. Bagaimana pemanfaatan biogas di Desa Tarumajaya, Kecamatan

Kertasari, Kabupaten Bandung?

2. Bagaimana respon masyarakat dalam pemanfaatan biogas sebagai energi

alternatif di Desa Tarumajaya, Kecamatan Kertasari, Kabupaten

Bandung?

D. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan uraian yang telah dikemukakan tujuan dari penelitian ini

adalah :

1. Untuk mengidentifikasi pemanfaatan biogas di Desa Tarumajaya,

Kecamatan Kertasari, Kabupaten Bandung.

2. Untuk mengukur respon masyarakat dalam pemanfaatan biogas

sebagai energi alternatif di Desa Tarumajaya, Kecamatan Kertasari,

Kabupaten Bandung.

E. Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

Hasil ini dapat dijadikan sumber wawasan dalam khasanah ilmu

pengetahuan khususnya bagi diri penulis maupun bagi masyarakat

pada umumnya.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi mahasiswa: Hasil ini dapat dijadikan bahan dalam

pemanfaatan biogas di Desa Tarumajaya Kecamatan Kertasari

sebagai upaya menemukan sumber daya baru untuk menghasilkan

energi alternatif yang dapat diperbaharui dan dapat dimanfaatkan

untuk kebutuhan orang banyak di Desa Tarumajaya.

b. Bagi masyarakat: Hasil ini dapat dijadikan sumber wawasan baru

(24)

masyarakat Desa Tarumajaya mengenai pemanfaatan biogas, yang

kedepannya dapat ikut membantu melestarikan lingkungan agar

lingkungan tetap bersih serta dapat mengatasi kekurangan energi

yang tengah terjadi saat ini.

c. Bagi pemerintah: Hasil ini dapat dijadikan referensi guna

mendapatkan energi alternatif dengan mudah dan hemat.

d. Bagi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Hasil ini dapat dijadikan

koleksi kepustakaan untuk pemenuhan kebutuhan mahasiswa

kedepannya, dan dapat diaplikasikan oleh mahasiswa dengan

(25)

9 A. Kajian Teori

1. Pengertian Respon Masyarakat a. Pengertian Respon

Menurut Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer disebutkan bahwa respon

adalah tanggapan atau reaksi.1 Pengertian respon menurut Anggi Ria, adalah

respon terbentuk dari proses rangsangan atau pemberian aksi atau sebab yang

berujung pada reaksi dan akibat dari proses rangsangan. Respon akan muncul

dari penerimaan pesan setelah terjadinya serangkaian komunikasi.2

Pendapat lain dikemukakan oleh John dan Hasan, respon berasal dari kata

response yang berarti jawaban, balasan dan tanggapan.3 Respon juga diartikan sebagai suatu balasan, tanggapan, atau jawaban sebagai reaksi

terhadap suatu rangsangan yang mengenai diri seseorang.4

Jadi, dapat disimpulkan dari beberapa pengertian diatas, bahwa respon

merupakan suatu rangsangan atau tanggapan yang didapatkan dari hasil

komunikasi, sifatnya bisa otomatis dan kendali.

b. Macam-macam Respon

Secara umum hasil respon mencakup tiga aspek, berdasarkan teori yang

ada di buku Psikologi Komunikasi, Jalaludin Rahmat dalam Galih Aulia

Rachman dibagi menjadi tiga respon, yaitu:

1. Respon kognitif terjadi apabila ada perubahan pada apa yang diketahui, dipahami, atau dipersepsi tentang khalayak. Respon ini

1

Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. Kamus Bahasa Indonesia, (Jakarta : Pusat Bahasa, 2008). h.1204

2

Anggi Ria Puspitasari, Respon Siswa SMP Negeri 3 Kelapa Banga Belitung Terhadap Film Laskar Pelangi, Skripsi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011, tidak dipublikasikan

3

John Echlos & Hasan Shadily. Kamus Besar Bahasa Inggris Indonesia. Jakarta : Gramedia, 1996), h. 481

4Kadarina Wastuti, “ Respon Masyarakat Badegan Terhadap Siaran Dakwah K.H.

(26)

berkaitan dengan transmisi pengetahuan, keterampilan, kepercayaan atau informasi.

2. Respon afektif timbul apabila ada perubahan pada apa yang dirasakan, disegani atau dibenci khalayak. Respon ini ada hubungannya dengan emosi, sikap, atau nilai.

3. Respon behavioral merujuk kepada perilaku nyata yang dapat diamati yang meliputi pola-pola tindakan, kegiatan, atau kebiasaan perilaku.5

Berdasarkan pernyataan Jalaludin Rahmat mengenai klasifikasi respon,

penulis menyimpulkan bahwa respon dibagi menjadi 3 macam. Yang pertama

respon kognitif berisi tentang pengetahuan, keterampilan maupun informasi.

Respon kedua yakni respon afektif atau biasa dikenal dengan respon sikap.

Didalam respon ini berhubungan dengan sikap, nilai maupun emosi dari

setiap orang. Terakhir respon behavioral, respon ini dikenal dengan respon

tindakan, yang didalamnya merujuk kepada perilaku sehari-hari dari tiap

individu.

Winkel mengklasifikasikan ranah kognitif, afektif. Berikut adalah

taksonomi dan klasifikasi:

1) Ranah kognitif (cognitive domain)

a. Pengetahuan (knowledge), mencakup ingatan akan hal-hal yang pernah dipelajari dan disimpan dalam ingatan.

b. Pemahaman (comprehension), mencakup kemampuan untuk menangkap makna dari arti bahan yang dipelajari.

c. Penerapan (application), mencakup kemampuan untuk menerapkan suatu kaidah atau metode bekerja pada suatu kasus atau problem yang kongkrit dan baru.

d. Analisis (analysis), mencakup kemampuan untuk merinci suatu kesatuan kedalam bagian-bagian suatu struktur. e. Sintesis (synthesis), mencakup kemampuan untuk

membentuk suatu kesatuan atau pola baru.

f. Evaluasi (evaluation), mencakup kemampuan untuk membentuk suatu pendapat mengenai sesuatu atau beberapa hal.6

Penulis menyimpulkan, dalam ranah kognitif atau pengetahuan

klasifikasinya terbagi menjadi 6 bagian yaitu pengetahuan tentang apa yang

5

Galih Aulia Rachman, Respon Masyarakat Terhadap Implementasi Program Keluarga Harapan (PHK) di Dusun Bulurejo Desa Mongol Kecamatan Saptosari Kabupaten Gunung Kidul Yogyakarat, Skripsi pada UIN Sunan Kalijati Yogyakarta, 2015. h. 19

6

(27)

pernah dipelajari dan kemudian disimpan dalam ingatan, yang kedua

pemahaman mencakup kemampuan untuk menangkap makna dari

pembelajaran, ketiga yaitu penerapan mencakup kemampuan untuk

menerapkan atau menyelesaikan suatu kasus. Keempat analisis mencakup

kemampuan untuk merinci struktur-struktur, kelima ialah sistesis mencakup

kemampuan membentuk suatu pola baru, dan terakhir evaluasi mencakup

kemampuan untuk dapat memberikan suatu pendapat atau

pertanggungjawaban.

2) Ranah afektif (Affective domain)

a. Penerimaan (receiving), mencakup kepekaan adanya suatu perangsang.

b. Partisipasi (responding), mencakup kerelaan untuk memperhatikan secara aktif dan berpartisipasi dalam suatu kegiatan.

c. Penilaian (valuing), mencakup kemampuan untuk memberikan penilaian terhadap sesuatu dan membawa diri sesuai dengan penilaian itu.

d. Organisasi (organization), mencakup kemampuan untuk membentuk suatu sistem nilai sebagai pedoman dan pegangan dalam hidup.

e. Pembentukan pola hidup (characterization by a value complex), mencakup kemampuan untuk mengahayati nilai-nilai kehidupan7.

Selanjutnya dalam ranah afektif bagian-bagiannya meliputi penerimaan,

partisipasi, penilaian, organisasi, dan pembentukan pola baru. Penerimaan

mencakup kepekaan terhadap rangsangan. Partisipasi mencakup kemampuan

untuk memperhatikan dan berpartisipasi dalam setiap kegiatan. Penilaian

kemampuan untuk memberikan penilaian terhadap suatu objek tertentu.

Organisasi mencakup kemampuan dalam membentuk sistem dan nilai untuk

dijadikan pedoman hidup, dan terakhir adalah pembentukan pola baru

mencakup kemampuan untuk dapat terus menghayati nilai-nilai dalam suatu

kehidupan.

7

(28)

c. Pengertian Masyarakat

Masyarakat menurut Shadily dalam Abu Ahmadi, adalah “golongan besar

atau kecil dari beberapa manusia, dengan atau karena sendirinya, bertalian

secara golongan dan mempunyai pengaruh kebatinan satu sama lain”.8

Masyarakat bisa diartikan pula sebagai kelompok manusia yang saling

berinteraksi dan saling mempengaruhi yang memiliki peranan untuk mencapai

tujuan bersama.

Pendapat J.L. Gillin dan J. P. Gillin mengatakan bahwa masyarakat adalah “kelompok manusia terbesar dan mempunyai kebiasaan, tradisi, sikap dan perasaan persatuan yang sama. Masyarakat itu meliputi pengelompokan-pengelompokan yang lebih kecil”.9

Dalam bahasa Inggris masyarakat disebut sebagai society, asal kata socius

yang berarti kawan. Adapun “masyarakat” berasal dari bahasa Arab yaitu

syirk yang artinya bergaul. Adanya saling begaul itu tentu karena ada bentuk-bentuk aturan hidup, yang bukan disebabkan oleh manusia sebagai perseorangan, melainkan oleh unsur-unsur kekuatan lain dalam lingkungan sosial yang merupakan kesatuan.10

JBAF Mayor Polak dalam Abu Ahmadi menyebut masyarakat adalah “wadah segenap antar hubungan sosial terdiri atas banyak sekali kolektiva -kolektiva serta kelompok dan tiap-tiap kelompok terdiri atas

kelompok-kelompok lebih baik atau sub kelompok-kelompok”.11

Masyarakat dapat diartikan sebagai kelompok-kelompok yang besar

didalamnya terdiri sub-sub kelompok atau pengelompokan lebih kecil lagi.

Dapat disimpulkan dari pernyataan diatas, Masyarakat berasal dari 2

bahasa yaitu bahasa Inggris dan Arab yang memiliki pengertian yakni kawan

dan bergaul maksudnya adalah sekolompok individu-individu yang memiliki

kepentingan dan tujuan sama dengan cara berinteraksi antara yang satu dengan

yang lainnya.

8

Abu Ahmadi, dkk, Ilmu Sosial Dasar, (Jakarta; PT Rineka Cipta, 2009), h. 106

9

Ibid.

10

M. Munandar Soelaeman, Ilmu Sosial Dasar Edisi Revisi, ( Bandung: PT Eresco, 1995) h. 63

11

(29)

d. Pengertian Respon Masyarakat

Berdasarkan pernyataan diatas tentang respon dan masyarakat. Dapat

disimpulkan respon masyarakat adalah tanggapan tentang suatu hal yang

didapatkan dari hasil komunikasi antara individu yang satu dengan yang lain,

yang bersifat terkendali ataupun otomatis.

2. Pengertian Energi Alternatif

Asan Damanik mendifinisikan “Energi sebagai kemampuan untuk melakukan usaha (kerja). Yang melakukan usaha (kerja) itu dinamakan gaya (force). Tidak semua gaya menghasilkan usaha atau kerja. Sedangkan energi alternatif atau disebut dengan energi terbarukan yang layak diteliti dan dikembangkan sebaiknya energi yang menghasilkan seminimal mungkin emisi atau produk buangan yang dapat merusak lingkungan dan harganya terjangkau oleh masyarakat luas”.12

Berdasarkan pengertian diatas, energi alternatif disebut juga sebagai energi

terbarukan yang harus dikembangkan, dalam hal ini energi yang dikembangkan

adalah energi yang menghasilkan seminimal mungkin emisi yang dapat

merusak lingkungan.

Menurut Tuti Haryati, Energi alternatif merupakan perpaduan kata energi dan alternatif yang bermakna masing-masing. Energi adalah sebuah kemampuan melakukan kegiatan dalam menjalani kehidupan. Seperti tubuh manusia yang membutuhkan fungsi karbohidrat, fungsi protein, dan zat-zat lain untuk proses metabolisme tubuh. Kemudian untuk kata “alternatif” berarti pengganti dari suatu barang tanpa harus kehilangan kegunaannya.13

Energi alternatif dapat dijabarkan sebagai energi terbarukan sebagai

pengganti energi konvensional.

Energi alternatif adalah istilah yang merujuk kepada semua energi yang

dapat bertujuan untuk menggantikan bahan bakar konvensional. Berdasarkan

Intergovernmental Panel On Climate Change umumnya istilah ini digunakan

untuk mengurangi bahan bakar hidrokarbon yang dapat mengakibatkan

12

Asan Damanik, Fisika Energi, ( Yogyakarta : Penerbit Universitas Sanata Dharma, 2011), h.21

13

Tuti Haryati, Biogas: Limbah Peternakan yang Menjadi Sumber Energi Alternatif.

(30)

kerusakan lingkungan diakibatkan emisi karbon dioksida yang tinggi, yang

berkontribusi besar terhadap pemanasan global14.

Menurut Mediastika, “Istilah alternatif merujuk pada sesuatu yang dipilih kemudian. Artinya, selama alternatif pertama (yaitu, energi yang selama ini

digunakan atau energi tak terbarukan) masih dapat digunakan, alternatif

selanjutnya belum pernah digunakan. Istilah energi alternatif disarankan untuk

tidak digunakan dan istilah energi terbarukan-lah yang terus dimasyarakatkan”.15

Dapat disimpulkan dari pernyataan diatas, pengertian energi dan alternatif

memiliki unsur yang berbeda. Energi adalah kemampuan yang digunakan

untuk melakukan suatu kegiatan, sedangkan yang dimaksud dengan alternatif

adalah pengganti atau pembaharuan. Jadi energi alternatif apabila disimpulkan

menjadi energi yang bertujuan untuk menghentikan penggunaan sumber daya

alam atau pengrusakan lingkungan.

3. Macam-macam Energi Alternatif a. Energi Air

Sumber energi alternatif yang pertama yaitu air. Air merupakan salah satu

energi terbarukan dengan banyak manfaatnya. Pemanfaatan energi air secara

mekanis pertama kali ditemukan di Mesir, Cina, dan Persia khususnya untuk

menggerakan gilingan padi dan keperluan lain.16

Energi air digunakan untuk menggerakan turbin dan penggunaan moda

transportasi. Penggunaan energi air biasanya dilakukan untuk menggerakan

turbin dan penggunaan moda transportasi.

14Budisan, “Fikruzzaman, Muhammad. “Lakon Ekonomi Rendah Karbon”. Harian

Kompas Siang (E-Paper), Jakarta 02 November 2013.http://budisansblog.blogspot.in/2013/11/l... diakses tanggal 11 Oktober 2016 Pukul 20:49 WIB

15

Christina E. Mediastika, Hemat Energi & Lestari Lingkungan melalui Bangunan, ( Yogyakarta : C.V Andi Offset, 2013), h. 5

16

(31)

b. Energi Matahari

Matahari adalah bola berpijar dengan senyawa penyusun utamanya berupa

gas Hidrogen (74%) dan helium (25%). Cahaya matahari berasal dari hasil

reaksi fusi hidrogen menjadi helium.17

Pancaran matahari yang kita rasakan setiap hari didapatkan dari sinar

matahari. Sinar matahari menjadi sumber utama panas bumi yang mudah

didapatkan. Pemanfaatan sinar matahari digunakan untuk menjemur segala

jenis keperluan manusia, berupa menjemur pakaian, menjemur badan untuk

mendapatkan asupan vitamin D, dan menjemur bermacam jenis makanan.

Sinar matahari dijadikan sebagai energi alternatif dengan mengggunakan

sinar matahari sebagai energi pembangkit listrik, yang dapat mengaliari listrik

ke rumah-rumah. Energi matahari diserap oleh sel surya dari sel surya ini di

hasilkan listrik. Listrik ini dapat dimanfaatkan untuk menyalakan televisi,

memberikan penerangan, dan kebutuhan rumah tangga lainnya.

c. Energi Angin

Angin adalah udara yang bergerak yang diakibatkan oleh rotasi bumi dan

juga karena adanya perbedaan tekanan atau suhu udara.18

Arah angin yang cepat digunakan sebagai pemutar kincir angin yang

nantinya akan menghasilkan energi listrik. Energi angin memutar turbin

angin, hasilnya setelah turbin bergerak diteruskan menuju generator, dari

generator tersebut dihasilkan energi listrik, yang dapat dipergunakan

sehari-hari dalam memenuhi keperluan sesehari-hari-sehari-hari.

d. Energi Panas Bumi

Energi panas bumi adalah energi yang dieksraksi dari panas yang

tersimpan di dalam bumi. Energi panas ini berasal dari aktivitas tektonik di

17

Christina, op cit h.15

18

(32)

dalam bumi. Wilayah sumber panas bumi terbesar saat ini di dunia, disebut

The Geyser berada di Islandia, Kutub Utara.19

Pembangkit panas bumi ini hanya dapat dilakukan apabila daerah dekat

dengan sumber panas bumi dimana letaknya sekitaran lempeng tektonik.

Energi panas bumi juga terbilang ekonomis dan ramah lingkungan. Dampak

yang dihasilkan oleh panas bumi tidak berdampak langsung kepada

lingkungan. Hasil panas bumi ini dapat menghasilkan listrik yang dapat

memenuhi kebutuhan sehari-hari. Sejak tahun 2004, pengunaan panas bumi

sudah dilakukan oleh kelima negara berikut yang daerahnya dekat dengan

lempeng tektonik, El Savador, Kenya, Filipina, Islandia, dan Kostarika.20

4. Biogas

a. Pengertian Biogas

Menurut Sukandarrumidi, Herry Zardak Kotta, dan Djoko Wintolo, “Biogas (dari asal kata biologi dan gas) merupakan salah satu jenis energi terbarukan

yang terbentuk melalui proses fermentasi bahan-bahan limbah organik,

seperti kotoran ternak, sampah organik, serta bahan-bahan lainnya oleh bakteri metanogenik dalam kondisi anaerob ( tanpa oksigen )”.21

Berdasarkan pendapat Sukandarrumidi, biogas adalah energi terbarukan

yang terbentuk berdasarkan proses fermentasi bahan-bahan limbah organik

dalam kondisi anaerob.

Dewi Hastusi (Dosen Fakultas Pertanian Wahid Hasyim) mendefinisikan,

gas mudah terbakar (flammable) yang dihasilkan dari proses fermentasi bahan-bahan organik oleh bakteri anaerob (bakteri yang hidup dalam keadaan

kedap udara)”.22

Definisi lain di kemukakan oleh Tuti Haryati menurutnya biogas adalah

renewable energy yang dapat dijadikan bahan bakar alternatif untuk

19

Sukandarrumidi, Herry Zardak Kotta, dan Djoko Wintolo, Energi Terbarukan Konsep Dasar Menuju Kemandirian Energi ( Yogyakarta : Gadjah Mada University Press, 2013), h.118

20

Ibid., h.119

21

Ibid ., h.288

22

(33)

menggantikan bahan bakar yang berasal dari fosil seperti minyak tanah dan

gas alam”.23

Berdasarkan pengertian diatas, dapat dikemukakan biogas adalah jenis

energi terbarukan yang terbentuk melalui proses fermentasi bahan-bahan

limbah organik, seperti kotoran ternak, sampah organik, pengelolaan limbah

air, pengelolahan limbah organik pertanian, peternakan, industri, dan

perkotaan oleh bakteri metanogenik dalam kondisi anaerob ( tanpa oksigen )

yang menghasilkan suatu gas yang sebagian besar terdiri atas campuran

metan dan arang dioksida. Penggunaan biogas sebagai energi alternatif

digunakan dalam rangka menemukan sumber energi baru yang dapat

diperbaharui.

b. Proses Pembentukan Biogas

Biogas secara karakteristik fisik bersifat gas. Oleh karenanya proses

pembentukannya harus dalam keadaan tertutup dan dalam kondisi kedap

udara. Proses yang berlangsung secara tertutup juga memberikan keuntungan

kepada lingkungan karena tidak menimbulkan bau. Biogas sendiri terbentuk

melalui serangkaian proses kimiawi yang melibatkan mikroorganisme. Proses

pembentukan biogas terbagi menjadi tiga proses yakni: hidrolisis,

pengasaman, dan metanogenesis.24

a) Hidrolisis

Hidrolisis adalah proses pemecahan molekul komplek berukuran

besar menjadi molekul yang sederhana. Fermentasi adalah proses

penguraian senyawa-senyawa organik kompleks menjadi senyawa

sederhana dalam kondisi anaerob. Pada tahap ini, bahan-bahan organik

seperti karbohidrat, lipid dan protein didegradasi menjadi senyawa dengan

rantai pendek.25

23

Tuti Haryati, op. cit., h. 160

24

Sri Wahyuni, Biogas Energi Alternatif pengganti BBM, Gas, dan Listrik, ( Jakarta : Agro Media Pustaka, 2013), h. 17

25LailanNi’mah, Biogas From Solid Waste Of Tofu Production And Cow Manure

(34)

Tahap ini juga diartikan sebagai struktur dari bentuk polimer menjadi

bentuk monomer. Senyawa yang dihasilkan dari proses hidrolisis di

antaranya senyawa asam organik, glukosa, etanol, CO₂, dan senyawa

hidrokarbon lainnya. Senyawa ini akan dimanfaatkan mikroorganisme

sebagai sumber energi untuk melakukan aktivitas fermentasi.

b) Pengasaman ( Asidifikasi )

Senyawa-senyawa yang terbentuk pada tahap hidrolisis akan

dijadikan sumber energi bagi mikroorganisme untuk tahap selanjutnya,

yaitu pengasaman atau asidifikasi.

Haryati mengungkapkan pada tahap pengasaman komponen manomer (gula sederhana) yang terbentuk pada tahap hidrolisis akan menjadi bahan makanan bagi bakteri pembentuk asam. Produk ahkir dari perombakan gula-gula sederhana tadi yaitu asam asetat, asam propionat, asam butirat, dan asam laktat beserta produk sampingan berupa alkohol, CO₂, hidrogen, dan zat amonia.26

Dapat disimpulkan bahwa proses pengasaman adalah suatu proses

awal mula berkembangnya beberapa sumber energi yang nantinya dapat

dijadikan sebagai bahan makanan untuk mikroorganisme yang berperan

dalam proses pembentukan asam yang selanjutnya menghasilkan gas.

c) Metanogenesis

Menurut Gunawan dalam Sri Maryani mengungkapkan bahwa

bakteri metanogen adalah bakteri yang terdapat pada bahan-bahan organik

dan menghasilkan metana secara anaerob. Bakteri metanogen

menggunakan senyawa karbon dan energi untuk melakukan proses

metanogenesis.27

Bakteri metanogen seperti methanococus, methanosarcina dan methano bactherium akan mengubah produk lanjutan dari tahap pengemasan menjadi gas metan, karbondioksida, dan air yang merupakan komponen

26

Tuti Haryati, op. cit, h. 160-169 27

(35)

penyusun biogas. Sedangkan bakteri non metanogen yang terlibat dalam

proses pembentukan biogas sebagai bakteri hidrolitik dan pembentukan

asam yakni Bacteroidesfragilis, Peptostreptococcus, Clistridium diffeliclie, E. Coli, Micrococcus, Bacillus, Bacillusanthracis, Bacillus Subtilis Coryne bacteium mamycolatum, Pseudemonasborbori, Salmonella enteris Streptococcus bovis Entrococus.

Peranan bakteri hidrolitik untuk menghidrolisis bahan-bahan yang ada di

dalam digester. Seperti adalah satunya adalah Bacillus Subtilis yang

merupakan bakteri gram positif dan motilitas positif.

Gas metana yang terkandung dalam komposisi biogas menjadi penentu

jumlah energi yang dikeluarkan, semakin banyak jumlah metana dalam

setiap komponennya maka semakin baik pula hasil energi yang dihasilkan.

Begitu juga sebaliknya, semakin sedikit jumlah metana maka semakin

rendah pula energi yang dihasilkan.

c. Bahan Baku Pembuatan Biogas

Bahan baku pembuatan biogas merupakan limbah-limbah hasil aktivitas

manusia. Limbah ini antara lain: limbah peternakan, limbah pertanian, limbah

industri, limbah perairan, hingga sampahorganik.

1) Limbah Peternakan

Komoditas peternakan masih menjadi sektor unggulan Indonesia yang tiap

tahun terus mengalami peningkatan. Kebutuhan masyarakat akan

peternakan tidak terlepas dari kebutuhan manusia akan daging, telur, dan

susu yang dijadikan kebutuhan dasar dalam pemenuhan gizi.

Terlepas dari pemenuhan gizi yang di dapat dari hasil peternakan,

produksi hasil ternak juga menghasilkan produksi limbah peternakan.

Limbah peternakan hewan ternak juga terus mengalami peningkatan.

Keadaan ini apabila terus di diamkan akan menimbulkan masalah yang

cukup serius bagi kesehatan lingkungan terutama dalam hal kebersihan.

(36)

Sisa hasil produksi dapat dijadikan pupuk organik sebagai penyubur

tanaman. Ada beberapa karakteristik limbah peternakan sapi perah

menurut Hidayatullah, dkk yaitu dapat dimanfaatkan dan menghasilkan

milai ekonomis karena limbah dari ternak tersebut dapat diolah menjadi

kompos, biogas.28

Tabel 2.1 Produksi Kotoran Ternak Segar Per Hari

Jenis ternak Bobot ternak (kg/ekor) Produksi (kg/hari)

Sapi potong 400-500 20-29

Sapi perah 500-600 30-50

Ayam petelur 1,5-2,0 0,10

Ayam pedaging 1,0-1,5 0,06

Babi dewasa 80-90 7,00

Domba 30-40 2,00

Sumber : United Nations, 1984 dalam Wahyuni

Dapat disimpulkan bahwa sapi merupakan hewan yang memproduksi kotoran

ternak paling banyak per harinya dibanding hewan lain.

2) Limbah Pertanian

Pertanian merupakan sektor usaha di Indonesia yang terbilang luas selain

dari sektor peternakan. Pertanian masih mendominasi ladang usaha

masyarakat kawasan pedesaan. Semakin banyak jumlah pertanian semakin

banyak pula jumlah limbah pertanian. Limbah pertanian yang dihasilkan

berupa jerami atau sekam.29

Pemanfaatan jerami ini belum dilaksanakan dengan baik, masih banyak

sisa jerami yang menumpuk menjadi sampah di areal sekitar persawahan,

yang nantinya berakibat buruk kepada lingkungan. Padahal apabila jerami

ini apabila dikelola lagi dapat membawa keutungan. Pengelolaan limbah

pertanian ini yanng tepat dapat di kelola menjadi biogas, selain dapat

28

Hidayatullah, Penerapan Produksi Bersih Pada Usaha Peternakan Sapi Perah (Studi Kasus di CV. Lembah Hijau Multifarm, Solo-Jawa Tengah), Tesis di Program PascaSarjana IPB, 2002, h.41-43

29

(37)

menghasilkan gas sisa-sisa jerami yang nantinya sudah tidak terpakai lagi

akan digunakan menjadi pupuk kandang yang bermanfaat bagi kesuburan

tanaman.

3) Limbah Perairan

Limbah perairan yang banyak di manfaatkan berupa eceng gondok,

rumpur laut, dan alga. Kebanyakan masyarakat mengkonsumsi limbah

perairan ini untuk kebutuhan makanan sehari-hari sebagai pelengkap

sayur-mayur. Namun begitu terlepas dari konsumsi masyarakat akan

limbah perairan, justru semakin banyak limbah perairan malah berakibat

sebagai perusak biota air laut.Pengelolaan limbah perairan yang baik dapat

di kelola menjadi biogas. Selain menggunakan limbah peternakan dan

limbah pertanian, hasil dari limbah perairan berupa rumput laut dan eceng

gondok dapat di manfaatkan menjadi bahan baku pembuatan biogas.30

4) Sampah Organik

Keberadaan sampah memang sudah tidak dapat diragukan lagi,

selain mengotori lingkungan sampah yang sulit terurai menjadi ancaman

yang serius bagi keberlangsungan kehidupan manusia.

Menurut Kuncoro Sejati, ada beberarapa macam penggolongan

sampah. Sampah organik atau sampah basah, sampah anorganik atau

sampah kering dan sampah berbahaya, berikut penjelasannya:

a) Sampah oraganik/basah adalah sampah yang berasal dari makhluk hidup, seperti daun-daunan, sampah dapur, sampah kotoran, sisa sayuran, sisa buah, dll. Sampah jenis ini dapat terdegradasi (membusuk/hancur) secara alami.

b) Sampah anorganik/kering adalah sampah yang tidak dapat terdegradasi secara alami. Contohnya: logam, besi, kaleng, plastik, karet, botol, dll.

30

Diyanti Rizki Rahayu, dkk. Pembuatan Biogas dari Eceng Gondok (Eichorniacrassipes) Melalui Pretreatment dengan Jamur Phanerochaete chrysospirium dan Trichodermaharzianum.

(38)

c) Sampah berbahaya ini berbahaya bagi manusia. Contohnya: Baterai, jarum suntik bekas, limbah racun kimia, limbah nuklir, dll. Sampah jenis ini memerlukan penanganan khusus.31

Berdasarkan pernyataan diatas, sampah terbagi menjadi tiga,

sampah organik dapat dimanfaatkan ulang, sampah kering tidak dapat

dimanfaatkan ulang dan juga sampah berbahaya untuk manusia karena

sampah jenis ini perlu penanganan lebih lanjut. Melihat macam-macam

sampah diatas, sampah organik lah yang dapat dimanfaatkan menjadi

bahan baku pembuatan biogas selanjutnya.

d. Bagian Instalasi Pembuatan Biogas

Bagian terpenting pembuatan biogas harus melirik pada alat yang

berkualitas agar hasil yang di keluarkan juga baik. Komponen utama instalasi

biogas diantaranya digester yang dilengkapi dengan lubang pemasukan (inlet)

danlubang pengeluaran (outlet), penampungan gas, serta penampungan sludge

(sisa buangan dalam bentuk padat dan cair).32

1) Unit digester

Pemilihan digester mencakup beberapa hal penting yang perlu

diperhatikan seperti ukuran, model, bahan, dan juga ketahannya terhadap

suhu, banjir dan juga gempa. Jika ukuran digester terlalu kecil maka akan

sulit untuk menampung kotoran sapi yang setiap harinya makin bertambah,

begitupun sebaliknya jika digester terlalu besar gas yang dihasilkan kurang

maksimal.

Menurut Widarto dan Sudarto, dalam Sukandarrumidi, dkk, perihal perhitungan kapasitas alat didasarkan pada jumlah ternak sapi dan tinja yang dihasilkan:

1) Tiap 1 ekor sapi menghasilkan 2 ember kotoran per hari. 2) Kotoran perlu diencerkan dengan 3 ember air.

3) Volume untuk 1 ember adalah sekitar kurang lebih 10 liter.

4) Jumlah ternak yang diusahakan untuk digunakan minimal 4 ekor sapi.

31

Kuncoro Sejati, Pengolahan Sampah Terpadu dengan Sistem Node, Sub Point, Center Point, ( Yogyakarta: Penerbit Kanisius, 2009), h. 15

32

(39)

5) Lamanya fermentasi (proses pembentukan gas kurang lebih 30 hari).33

Berdasarkan perhitungan diatas, maka setiap hari kotoran yang masuk

sebagai umpan dalam digester adalah 2 ember (tinja) + 3 ember (air) = 5

ember. Bila 1 ember = 10 liter, maka ada 50 liter campuran tinja dan air untuk

1 ekor sapi. Lama proses pembentukan gas dalam digester 30 hari, maka tiap

ekor sapi membutuhkan ruang digester 30X50 liter = 1.500 liter. Bila jumlah

ternak yang diusahakan 4 ekor sapi, maka volume digester yang harus dibuat

4X1.500 liter = 6.000 liter atau 6 meter kubik.

Menurut Ruhimat Mamat, adapun alat-alat yang digunakan saat pembuatan biogas adalah mesin las listrik, mesin gerinda, gergaji besi, palu, thermometer, meteran, dan anemometer. Sedangkan bahan-bahan yang digunakan adalah drum ukuran 200 liter sebanyak 3 buah, pipa ukuran 0.5 in sebanyak 2 batang, pipa ukuran 2 in sebanyak 120 cm, kompor gas sebanyak 1 buah, stop kran 0,5 sebanyak 4 buah, selang karet sebanyak 1 buah, plat besi 3 mm 50x30 sebanyak 1 buah, panci ukuran 6 liter air.34

Tabel 2.2 Kelebihan dan Kekurangan Beberapa Jenis Digester Beton/bata Fiber glass ( PT SWEN

IT)

Sukandarrumidi, Herry Zardak Kotta, dan Djoko Wintolo, op. cit. h. 270.

34

(40)

Kebocoran sullit

Sumber : Riset PT Swen Inovasi Transfer dalam Wahyuni

2) Pipa

Instalasi pipa berfungsi sebagai media penyaluran atau pendistribusian gas

dari digester ke peralatan aplikasi biogas. Jumlah yang dibutuhkan tergantung

pada jarak anatara digester dengan peralatan listrik, disarankan jaraknya tidak

lebih dari 30 meter agar mempermudah kontrol penggunaan dan keamanan.35

3) Pompa Biogas

Pompa berfungsi untuk megeluarkan biogas dari kantong penampung

biogas (biogas storage bag). Biasanya, terdiri dari pompa besar dan pompa kecil, perbedaan kedua pompa ini hanya terletak pada penggunaan baterai

(41)

4) Kantong Penampung Biogas

Kantong ini berfungsi sebagai tempat penampungan sementara untuk gas

yang dihasilkan pada proses metanogenesis. Hasil biogas yang telah

megalami proses metanogenesis kemudian disalurkan dengan menggunakan

pompa menuju tempat lain. Tempat lain yang dimaksud ialah tempat yang

akan dialiri biogas biasanya slang yang telah dipasang untuk kemudian

mengaliri biogas ke kompor atau alat penerang.37

5) Manometer

Alat ini berfungsi sebagai indikator pengukur tekanan biogas di dalam

digester dan tempat penampungan pada saat akan digunakan. Pada umumnya,

manometer ini diletakkan pada bagian bawah kubah digester dan tempat

peralatan aplikasi biogas.38

6) Katup atau Keran Gas

Katup ini berfungsi sebagai pengatur besar atau kecilnya aliran gas.

Pemasangan biasanya terdapat pada slang atau alat aplikasi. Jumlah keran

yang dibutuhkan tergantung kepada banyak tidaknya peralatan aplikasi

biogas. Biasanya, untuk satu unit biogas dibutuhkan 3-6 buah keran. Terdapat

beberapa jenis katup atau keran gas seperti katup berbahan plastik dan katup

besi.39

5. Membangun Instalasi Biogas

Menurut Sukandarrumidi, dkk, mengungkapkan beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menentukan lokasi instalasi biogas:

a. Yakinkan bahwa tanah yang akan di jadikan lokasi pemasangan instalasi biogas itu stabil, tidak mudah longsor atau ambles, dan bukan tempat bekumpulnya air hujan (tempat yang rendah).

b. Pilih tempat yang selalu terkena sinar matahari secara langsung agar gas yang dihasilkan tetap hangat.

37

Ibid., h. 28

38

Ibid.

39

(42)

c. Dekat dengan bahan baku yang berupa feses ternak, sebaiknya berdekatan dengan kandang ternak yang akan dimanfaatkan feses-nya. Jarak nya berkisar kurang lebih 50m. Hal ini agar memudahkan proses dalam pembuatan biogas.

d. Dekat dengan sumber air dan persediaan yang cukup untuk bahan pengencer kotoran ternak maupun untuk menggelontor masuknya kotoran ternak ke dalam digester.

e. Usahakan lokasinya tidak begitu jauh dari dapur, akan lebih baik bila kurang dari 100 meter, namun tidak terlalu dekat dengan sumber air. f. Demi estetika, digester jangan diposisikan di depan atau samping

rumah. Tempatkan digester dibelakang rumah agar dekat dengan kandang sapi dan dekat dengan sumber air. Bangunan digester jangan menyatu dengan rumah induk.40

Berdasarkan pernyataan diatas, hal-hal yang perlu dilakukan sebelum

menentukan lokasi dalam memasang instalasi biogas yakni yakinkan bahwa

tanah yang akan dipasang instalasi bukan tempat yang rendah hal ini

dilakukan karena dikhawatirkan akan merusak instalasi biogas.

Yang kedua pilihlah tempat yang selalu terkena sinar matahari untuk tetap

membuat hasil gas yang tetap hangat. Langkah ketiga usahakan dekat dengan

bahan baku (feses) dan dekat dengan sumber air. Usaha ini dilakukan untuk memudahkan dan tidak membuang banyak waktu dan tempat.Selanjutnya,

simpan digester dibelakang rumah. Selain menambah estetika hal ini juga

dilakukan agar tidak mencemari lingkungan sekitar khususnya wilayah depan

rumah.

Langkah selanjutnya setelah menentukan lokasi adalah membangun

instalasi biogas. Pembangunan instalasi biogas mencakup 5 hal

yaitu:1)Membangun Lubang Penempatan Digester, 2)Membuat Saluran

Pemasukan (inlet), 3)Membuat Saluran Pengeluaran dan Penampungan Limbah, 4) Memasang Instalasi Biogas, 5)Pemeliharaan Instalasi Biogas.41

1) Membuat Lubang Penempatan Digester

Setelah menentukan jenis, bentuk, ukuran dan lokasi pembangunan

digester, langkah awal adalah membuat lubang penempatan digester.

40

Sukandarrumidi, Herry Zardak Kotta, dan Djoko Wintolo, op.,cit. h.295

41

(43)

Pembuatan lubang bertujuan untuk menempatkan digesterke dalam posisi

yang lebih rendah. Lubang penempatan digester dibuat dengan ukuran dan

bentuk digester. Karena itu, sebelum membuat lubang perhatikan ukuran dan

besarnya digester agar kedalaman dan lebar tanah yang di gali

sesuai.Biasanya pada instalasi biogas yang berbahan baku kotoran sapi,

digester dibuat ditanah yang digali sehingga posisinya lebih rendah dari

kandang sapi.42

Tabel 2.3 Ukuran Lubang Untuk Penempatan Digester

Sumber : Riset PT Swen Inovasi Transfer dalam Wahyuni.

2) Membuat Saluran Pemasukan (Inlet)

Guna mempermudah proses penyaluran kotoran dari kandang sapi ke

dalam digester, sebaiknya dibuat saluran dari arah kandang menuju lubang

pemasukan digester dengan diameter 20-30 cm. Saluran tersebut terbuat dari

42

Ibid.,h. 46

Kapasitas Digester m³

Dimensi Lubang

Tinggi ( m ) Diameter ( m ) Tebal ( m )

4,0

2,5 1,5 3-5

5,0

2,5 1,7 5-8

6,4

2,5 2,0 5-8

7,0

2,5 2,0 3-5

11,0

2,5 2,6 5-8

17,0

(44)

pasangan batu bata yang diplester. Kedalaman saluran disesuaikan dengan

kemiringan agar kotoran dan air yang mengalir lancar ke dalam digester.43

3) Membuat Saluran Pengeluaran dan Penampungan Limbah

Saluran ini dibuat untuk menghubungkan lubang pengeluaran bahan

organik yang sudah tidak menghasilkan biogas lagi dengan bak

penampungan. Bak penampungan dibangun dengan membuat galian

berbentuk kotak segi empat berukuran 1 m x 1 m dengan kedalaman 1 meter

dari pasangan batu bata yang diplester. Outlet atau saluran pengeluaran dapat

dibuat dari satu kotak dengan jarak dari lubang digester dengan posisi searah

dengan lubang pemasukan sekitar 20 cm. Sisa bahan baku yang tertampung

pada outlet dapat dijadikan pupuk kandang.44

4) Memasang Instalasi Biogas

Instalasi yang dipasang merupakan sarana penghubung antara peralatan

aplikasi dan digester sebagai sumber biogas. Instalasi terdiri dari saluran

penghubung berupa pipa atau slang, keran atau ketup penutup, dan alat untuk

memeriksa tekanan dan persediaan gas. Beberapa langkah pemasangan

instalasi biogas:

a) Lakukan penyetelan dan pemeriksaan terhadap kondisi digester sebelum dimasukkan ke dalam lubang.

b) Masukkan digester secara perlahan-lahan ke dalam lubang untuk menghindari kerusakan atau pecahnya digester. Selain itu, pastikan posisi inlet dan outlet sudah pas.

c) Usahakan saluran gas terbuat dari bahan polimer pipa PVC dengan ukuran diameter pipa 0,5 inci.

d) Pasang keran gas kontrol pada salah satu bagian pipa paralon yang ada di bagian atas kubah digester. Sementara itu, satu pipa lainnya disambungkan ke dapur atau generator penghasil listrik. e) Lakukan penimbunan tanah di sekeliling digester jika digester

tersebut telah terisi kotoran ternak.

f) Sambung slang dengan keran gas yang telah disediakan ke kompor dan slang direkatkan dengan benar.45

(45)

Dalam memasang instalasi biogas cara yang paling awal yakni dengan

melakukan penyetelan akan kondisi digester sebelum dimasukkan ke dalam

lubang yang telah dibuat dengan diameter 1 meter. Langkah selanjutnya

masukan digester perlahan agar tidak rusak pastikan kembali posisi inlet dan

outlet sudah pas. Setelah digester masuk kedalam lubang, pasang gas yang

telah terhubung dengan bagian atas digester untuk pipa lainnya

disambungkan ke dapur untuk menghasilkan panas. Langkah selanjutnya

timbun tanah disekeliling digester tersebut. Terakhir sambungkan slang yang

telah disediakan ke kompor agar dapat menyalurakan gas hasil fermentasi

tersebut.

5) Pemeliharaan Instalasi Biogas

Berikut beberapa hal yang harus diperhatikan agar biogas dapat

memproduksi gas secara terus-menerus:

a) Mengisi bahan baku berupa kotoran ternak segar ke dalam digester sesuai dengan kapasitas harian agar produksi dapat kontinu.

b) Mencegah bahan penghambat (pestisida, disinfektan, air detergen, atau sabun) masuk ke dalam digester.

c) Membersihkan peralatan seperti kompor dan generator secara teratur.

d) Mengelola limbah biogas secara teratur.

e) Mengaplikasikan hasil olahan sisa bahan baku pembuatan biogas agar tidak terjadi penumpukan pada bak penampungan.

f) Segera perbaiki jika terjadi kebocoran pada instalasi peralatan biogas.46

Berdasarkan pernyataan tentang pemeliharaan instalasi biogas,

disebutkan bahwa dalam memelihara instalasi biogas hal pertama yang

perlu dilakukan adalah mengisi bahan baku agar dapat dilakukan proses

fermentasi secara kontinu dan mengurangi limbah peternakan. Kedua

yakni mencegah bahan penghambat masuk salah satunya yaitu sabun hal

ini di khawatirkan akan menyumbat atau mengurangi hasil gas karena

tercampur bahan dari luar.

46

(46)

Selanjutnya membersihkan dan mengelola limbah secara teratur

agar terlihat selalu bersih. Selanjutnya yakni mengaplikasikan atau

mendaur ulang hasil olahan sisa pembuatan biogas menjadi pupuk agar

tidak mengasilkan bau. Terakhir segera perbaiki jika terjadi kerusakan

pada instalasi biogas.

6. Kelebihan dan Kekurangan Penggunaan Biogas

P. Renosari mengungkapkan beberapa kelebihan dan kekurangan dari biogas adalah sebagai berikut:

a. Masyarakat tak perlu menebang pohon untuk dijadikan kayu bakar. b. Kotorannya dapat digunakan sebagai bahan bakar pengganti gas

elpiji.

c. Sisa limbah yang dikeluarkan dari biodigester dapat dijadikan pupuk sehingga tidak mencemari lingkungan.

d. Dapat berkontribusi menurunkan emisi gas rumah kaca melalui pengurangan pemakaian bahan bakar kayu dan bahan bakar minyak.

e. Relatif lebih aman dari ancaman bahaya kebakaran.

f. Mengurangi penggunaan bahan bakar lain (minyak tanah, kayu, dan lain sebagainya) oleh rumah tangga atau komunitas.

g. Menjadi metode pengolahan sampah (raw waste) yang baik dan mengurangi pembuangan sampah ke lingkungan (aliran air/sungai). h. Meningkatkan kualitas udara karena mengurangi asap dan jumlah karbodioksida akibat pembakaran bahan bakar minyak/kayu bakar. i. Secara ekonomi, murah dalam instalasi serta menjadi investasi

yang menguntungkan dalam jangka panjang.

Selain keuntungan dari penggunaan biogas sebagai energi

alternatif, adapun kekurangan dari penggunaan biogas antara lain:

a. Memerlukan dana tinggi untuk aplikasi dalam bentuk instalasi biogas.

b. Tenaga kerja tidak memiliki kemampuan memadai terutama dalam proses produksi.

c. Belum dikenal masyarakat.

d. Tidak dapat dikemas dalam bentuk cair dalam tabung.47

Penulis menyimpulkan, biogas memiliki beberapa kelebihan juga

kekurangan. Biogas yang memiliki harga murah, relatif aman,

47

(47)

menggurangi penggunaan bahan bakar lain seperti minyak tanah, kayu,

juga dapat mengurangi pembuangan sampah ke lingkungan. Dampak

negatif dari biogas belum terlalu nampak sejauh penelitian yang telah

dilakukan, hanya saja program biogas memang belum banyak diketahui

oleh masyarakat dikarenakan kurangnya sosialisasi.Terlebih dari

banyaknya keuntungan yang didapatkan dari penggunaan biogas

ketimbang dari kekurangannya, hal ini menjadi tidak berlebihan ketika

biogas dapat digunakan menjadi energi alternatif yang mudah, murah, dan

berjangka panjang.

7. Dampak Positif Biogas untuk Masyarakat di Desa Peternak

Penggunaan biogas di daerah pedesaan telah banyak memberi

dampak positif bagi masyarakat terutama untuk lingkungan sekitar, tak

terkecuali para peternak yang menggunakan kotoran sapinya untuk

dijadikan biogas. Manfaat biogas selain mudah pembuatannya, murah

bahan bakunya juga relatif aman digunakan untuk memenuhi kebutuhan

rumah tangga, biogas juga dapat dijadikan mata pencaharian sampingan

yakni hasil pupuk nya dapat dijual di pasar-pasar. Seperti yang telah

dilakukan oleh kelompok tani Pasanggani Limboro yang bekerja sama

dengan Balai Penelitian Tekhnologi Pertanian (BPTP) Sulawesi Tengah

melalui program peningkatan pendapatan petani melalui inovasi yang

dibiayai oleh Asian Development Bank.

Menurut Ahyar selaku tehknis biogas Limbaro mengungkapkan,

manfaat biogas sudah sangat terasa di desa ini. Biasanya kami

membutuhkan 20 liter minyak tanah perbulan, namun semenjak adanya

Gambar

Gambar 3.1.  Peta Administrasi Desa Tarumajaya .............................................
Tabel 2.1. Produksi Kotoran Ternak Segar Per Hari ...........................................
Tabel 2.1 Produksi Kotoran Ternak Segar Per Hari
Tabel 2.2 Kelebihan dan Kekurangan Beberapa Jenis Digester
+7

Referensi

Dokumen terkait

Air kelapa sangat baik digunakan sebagai bahan baku dalam pembuatan nata, karena mengandung nutrisi yang dibutuhkan bagi pertumbuhan dan perkembangbiakan bakteri

Inhibitory Effect of Carbon Dioxide on Bacterial Cellulose Production by Acetobacter in Agitated culture.. Nanotechnology Systems of Innovation – An Analysis of Industry

Dibutuhkan jenis baterai yang dapat digunakan sebagai sumber energi dan2. ramah lingkungan , untuk itu baterai yang memungkinkan yaitu jenis

Sehubungan dengan Surat Penawaran Saudara pada Paket Pekerjaan Pengadaan Bahan Bangunan Yang Akan di Serahkan ke Masyarakat di Kecamatan Lumbis Ogong pada Badan

In this group the students will share their idea in written from then elaborate it by using conjunction as one of cohesive devices, so the students can write a good

In relation to the above needs, the Administrative Council of the Fund has instructed to the Secretariat of the Fund to Conduct an Evaluation of programs of HCDF & National

Sambungan merupakan bagian t erl emah dari suat u st rukt ur. Karena pada sambungan t erj adi pemut usan serat sehi ngga j uga t erj adi pemut usan aliran gaya. Maka

Regional strategic framework on intersectoral actions addressing social determinants