• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Kesalahan Morfologi Dalam Keterampilan Menulis Cerpen Siswa Kelas Vii Semester 2 Di Mtsn Tangerang Ii Pamulang Tahun Ajaran 2012/2013

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Kesalahan Morfologi Dalam Keterampilan Menulis Cerpen Siswa Kelas Vii Semester 2 Di Mtsn Tangerang Ii Pamulang Tahun Ajaran 2012/2013"

Copied!
253
0
0

Teks penuh

(1)

TAHUN AJARAN 2012/2013

Oleh Ade Nurohmah NIM 109013000020

PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

(2)

l.

KESALAHAN MORFOLOGI

DALAI\T

KETERAMPILAI$ MENIJLIS

CBRPEN SISWA

KELAS

VII

SEMESTER

2

DI MTsN

TANGERAI\G

II

PAMULANGTAHUN

AJARAN

201212013"

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana pendidikan

Oleh: Ade Nurohmah

I{rM

109013000020

Mengetatrui, Dosen Pembimbing

JI]RUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN

SASTRA

INDONESIA

FAKULTAS

ILMU

TARBTYAH

DAN KEGURUAN

T]IN

SYARTT

HIDAYATI]LLAH

JAKARTA

2014
(3)

Menulis

Cerpen

Siswa Kelas

VII

Semester

2

di MTsN

Tangerang

il

Pamulang

Tahun

Ajaran

201212013

disusun

oleh

ADB NUROHMAH

Nomor Induk

Mahasiswa 1090i3000020, diajrftan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan telah dinyatakan lulus dalam Ujian Munaqasah pada tanggal 19 Maret 2Ol4 di hadapan dewan penguji. Karena itu, penulis berhak memperoleh gelar sarjana SI (S. Pd.) dalam bidang Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.

Jakarta, 19 Maret2014 Panitia Ujian Munaqasah

Ketua Panitia (Ketua Jursan/Prograrn Studi) Dra. Mahmudah Fitriyah ZA. M.Pd.

NrP 1 96402121997032001

Sekretaris (Sekretaris Jurusan/Prodi) Dra. Hindun. M.Pd.

NIP 1 970 1 21 52009122001

Penguji

I

Ahmad Bahtiar. M. Hum. NIP 1 97601 1 82009121001

Penguji

ll

Dr: . Nuryani. M.A.

NIP 1 9820 6282409 122003

Tanggal

!:.{:klt

g

{fici onil.i

$

t{u

go(

Mengetahui,

Dekan Fakultas ILmu Tarbiyah dan Keguruan

Nurlena Rifa'I. M.A.. Ph.D

(4)

SENDIRI

Saya yang bertanda tangan di bawah ini,

Nama,."D.Q...

N.gAg..{a^Ak

Tempat/rgl.Lahir,,fuef,.

G

_Ur^t

11..lqg

o

NrM

,

t?g!.1?.p.p

Jurusan/prodi

,..19:1.

.

.-.

..-

..

..

,

_

:

rudur

skripsi

,

.':y!ttS..

KSslfu

tU"Wtq;..!4qy

kc+ntanfit",n

..(*yti:

D'pr^:

s'*,;

t<-i;

;,:,

t;;E'i

i

ut'y_

:w*-

t

welf;n:'ffi

i

t

z/

to

r

s

DoseaPembimbing

2o.

AA.N

dengan ini meayatakan bahwa

siaipsi yairg saya buat benar-benar hasil karya

sendiri dtra saya bertanggungjawab secara akademis

aias apayang

siyahrris-

*q'e

ov''

Pernyataan ini dibrrat sebagai salah

(5)

i

Indonesia. Judul Skripsi “Analisis kesalahan Morfologi dalam Keterampilan Menulis

Cerpen Siswa Kelas VII Semester 2 di MTsN Tangerang II Pamulang Tahun Ajaran

2012/2013.”

Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan kemampuan siswa dalam menulis cerpen dengan menggunakan morfem afiks yang tepat. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VII Madrasah Tsanawiyah Negeri Tangerang II Pamulang. Fokus penelitian ini yaitu pemberian tugas membuat cerpen kepada siswa dengan hal yang berhubungan dengan keluarga, persahabatan, pengalaman, atau hal yang berkaitan dengan lingkungannnya. Data yang terkumpul berjumlah dua puluh delapan cerpen. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif. Setelah data terkumpul dari hasil pengamatan dideskripsikan dalam bentuk tulisan. Teknik analisis yang digunakan oleh peneliti yaitu menggunakan langkah-langkah

pengklasifikasian, pengodean, penabulasian, pembetulan/pengoreksian,

pengalkulasian, penginterpretasian, dan penyimpulan.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dari dua puluh delapan cerpen yang dianalisis, diperoleh dua puluh satu cerpen yang termasuk dalam kesalahan penggunaan morfem afiks. Kesalahan yang sering dilakukan siswa yaitu pada penggunaan prefiks dengan persentase sebanyak 71,1 %. Kesalahan penggunaan konfiks mencapai 17,3 %. Kesalahan penggunaan sufiks 11 %. Sedangkan infiks tidak ditemukan kesalahan.

(6)

ii

MtsN Tangerang II Pamulang Year 2012/2013.

The objective of this study is to describe students’ skill in writing short story

by using the appropiate affix morpheme. The subject of this study is the seventh grade students at Madrasah Tsanawiyah Negeri Tangerang II Pamulang. This study focuses on giving assignment to the students to make short story that relates to family, friendship, experience, or anything about their enviroment. Data collected are twenty-eight short stories. The method used in this study is descriptive method. After the data collected from the observations then it is described in writing. The analysis technique used by the researcher is clasification, coding, tabulation, corection, calculation, interpretation, and conclusion.

The result of this study shows that twenty-eight short stories that were analyzed, obtained twenty-one short stories included in error affix morpheme use. Errors that are often made by the students are use of prefixes with the presentation (71,7%). Any misuse confix reached 17,3%, 11% suffix usage errors, while infix is not found error.

(7)

iii

Rabbi yang telah melimpahkan rahmat, hidayah dan inayah-Nya sehingga dapat

menyelesaikan skripsi ini. Shalawat seiring salam semoga tercurankan kepada junjungan

Nabi besar Muhammad Saw sebagai suri tauladan kita, yang telah membawa kita dari alam

kegelapan sampai ke alam terang benderang seperti sekarang ini.

Skripsi yang berjudul “Analisis Kesalahan Morfologi dalam Keterampilan Menulis

Cerpen Siswa Kelas VII Semester 2 di MTsN Tangerang II Pamulang Tahun Ajaran

2012/2013” disusun untuk memenuhi syarat meraih gelar sarjana strata satu (S1) Pendidikan

Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri

Syarif Hidayatullah, Jakarta.

Selesainya skripsi ini, tidak terlepas dari bantuan yang telah diberikan selama masa

perkuliahan baik berupa ilmu pengetahuan, tenaga, dan motivasi. Untuk itu, penulis

mengucapkan terima kasih kepada :

1. Nurlena Rifa’i, M.A., Ph.D., selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan

Keguruan yang telah memberikan bimbingan dan memotivasi kepada penulis.

2. Dra. Mahmudah Fitriyah ZA, M.Pd., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa

dan Sastra Indonesia dan sebagai dosen pembimbing yang telah sabar, teliti, dan

selalu memberikan motivasi dalam proses penyusunan skripsi.

3. Dra. Hindun, M.Pd., selaku Sekretaris Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra

Indonesia yang selalu memberikan motivasi kepada penulis.

4. Dra. Siti Sahara, selaku Penasehat Akademik yang telah sabar dan selalu

memberikan motivasi kepada penulis.

5. Segenap dosen Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia yang selalu memberikan

motivasi untuk penulis.

6. Kepala Madrasah MTs Negeri Tangerang II Pamulang bapak Drs. Suhardi,

(8)

iv

memberikan senyum semangat kepada penulis

9. Para sahabat, yang telah memberikan semangat dan saran yang berguna untuk

penulisan skripsi.

Tidak dapat dipungkiri adanya kekurangan dan kesalahan dalam penulisan skripsi ini.

Untuk itu saran dan kritik konstruktif dari semua pihak sangat penulis harapkan. Akhir kata

hanya kepada Allah Swt jualah kita berserah diri dan semoga kita selalu berada dalam

lindungan-Nya untuk selalu berjuang di jalan-Nya.

Amin ya Rabbal’alamin.

Jakarta, Maret 2014

(9)

v

SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI

ABSTRAK………. i

ABSTRAK………. ii

KATA PENGANTAR……….. iii

DAFTAR ISI……….. v

DAFTAR TABEL………. vii

DAFTAR LAMPIRAN... xi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah……….. 1

B. Identifikasi Masalah……… 4

C. Batasan Masalah……….. 5

D. Rumusan Masalah………... 5

E. Tujuan Penelitian………. 5

F. Manfaat Penelitian……….. 6

G. Sistematika Penulisan………. 6

BAB II ACUAN TEORETIS A. Landasan Teoretis……… 8

1. Analisis Kesalahan... 8

2. Hakikat Morfologi... 8

3. Proses Morfologis... 9

4. Penggolongan Morfem... 14

5. Keterampilan Menulis ... 16

6. Cerpen... 17

7. Unsur-unsur Cerpen... 17

(10)

vi

B. Lokasi Penelitian……… 22

C. Metode Pengumpulan Data……… 22

D. Fokus Penelitian……….. 22

E. Metode Analisis Data………. 23

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Profil Sekolah... 24

B. Deskripsi Data... 30

C. Interpretasi Data... 112

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Simpulan... 113

B. Saran... 113

(11)

vii

Tabel 4.1 Data Tenaga Kependididkan MTs 27

Negeri Tangerang II Pamulang

Tabel 4.2 Data Siswa MTs Negeri Tangerang 27

II Pamulang

Tabel 4.3 Jumlah Rombel MTs Negeri Tangerang 28

II Pamulang

Tabel 4.4 Jumlah dan Luas Ruang MTs Negeri 28

Tangerang II Pamulang

Tabel 4.5 Analisis Penggunaan Morfem dalam 30

Keterampilan Menulis Cerpen Siswa

Putri Salsabila (Senang Berakhir sedih)

Tabel 4.6 Analisis Penggunaan Morfem dalam 34

Keterampilan Menulis Cerpen Siswa

Elsa Damayanti (The Little Heroes)

Tabel 4.7 Analisis Penggunaan Morfem dalam 39

Keterampilan Menulis Cerpen Siswa

[image:11.612.112.489.144.686.2]
(12)
[image:12.612.111.492.151.725.2]

viii

Tabel 4.9 Analisis Penggunaan Morfem dalam 45

Keterampilan Menulis Cerpen Siswa

Salman Hazami Kamal (Para

Pencari Cinta/PPC)

Tabel 4.10 Analisis Penggunaan Morfem dalam 50

Keterampilan Menulis Cerpen Siswa

Nurul Khotimah (Demi Senyum Ibuku)

Tabel 4.11 Analisis Penggunaan Morfem dalam 55

Keterampilan Menulis Cerpen Siswa

Wardah Febriani (Penyesalan

yang tak Terlupakan)

Tabel 4.12 Analisis Penggunaan Morfem dalam 57

Keterampilan Menulis Cerpen Siswa

Nurul Komariah (Si Kembar yang

Berbeda Karakter)

Tabel 4.13 Analisis Penggunaan Morfem dalam 62

Keterampilan Menulis Cerpen Siswa

Wafiatun Nida (Ibu)

Tabel 4.14 Analisis Penggunaan Morfem dalam 67

(13)

ix

Afini N. B. R (Hadiah Terakhir dari

[image:13.612.112.489.172.735.2]

Sahabat)

Tabel 4.16 Analisis Penggunaan Morfem dalam 72

Keterampilan Menulis Cerpen Siswa

Willi Arisandy (Kisah Persahabatan

yang Abadi Selamanya Susah Senang

Selalu Bersama)

Tabel 4.17 Analisis Penggunaan Morfem dalam 76

Keterampilan Menulis Cerpen Siswa

Meidy Serojaningtyas (Senang, Sedih,

dan Gelisah saat Pulang kampung)

Tabel 4.18 Analisis Penggunaan Morfem dalam 82

Keterampilan Menulis Cerpen Siswa

Azzahra Zakiah (Bintang Jatuh)

Tabel 4.19 Analisis Penggunaan Morfem dalam 84

Keterampilan Menulis Cerpen Siswa

Amrina Rosyada (Persami)

Tabel 4.20 Analisis Penggunaan Morfem dalam 87

Keterampilan Menulis Cerpen Siswa

(14)
[image:14.612.108.495.163.704.2]

x

Tabel 4.22 Analisis Penggunaan Morfem dalam 96

Keterampilan Menulis Cerpen Siswa

Ahmad Aulia Rahman Habibi

(Duka Ditinggal Ayah)

Tabel 4.23 Analisis Penggunaan Morfem dalam 98

Keterampilan Menulis Cerpen Siswa

Indira Aulia Attifah (Vega Tak

Menangis)

Tabel 4.24 Analisis Penggunaan Morfem dalam 99

Keterampilan Menulis Cerpen Siswa

Mohammad Riza Fathoni (Teman Sejati

dan Cita-citanya)

Tabel 4.25 Analisis Penggunaan Morfem dalam 101

Keterampilan Menulis Cerpen Siswa

Shafina Azzahran (Kebaikan Rini dan

Chika)

Tabel 4.26 Analisis Penggunaan Morfem dalam 105

Keterampilan Menulis Cerpen Siswa

(15)
[image:15.612.114.494.238.549.2]

xi

Tabel 4.28 Analisis Penggunaan Morfem dalam 107

Keterampilan Menulis Cerpen Siswa

Shakina Ayu L. (Rencana Berkemah)

Tabel 4.29 Analisis Penggunaan Morfem dalam 110

Keterampilan Menulis Cerpen Siswa

(16)

xii

Lampiran 2. Surat Bimbingan Skripsi

Lampiran 3. Surat Keterangan

Lampiran 4. Cerpen Siswa

(17)

1

Bahasa merupakan kebutuhan bagi setiap orang sebagai alat

komunikasi. Namun, tidak semua orang bisa menggunakan bahasa dengan

baik dan benar, karena setiap orang mempunyai kompetensi yang

berbeda-beda. Hal ini tentunya tergantung dari kebiasaan seseorang. Jika seorang

anak dibiasakan menggunakan bahasa dengan baik dan benar tentunya ia

akan membawa kebiasaan itu ketempat yang lain. Namun, jika lingkungan

di sekitarnya memberikan dampak yang buruk pada bahasanya, maka

kemungkinan ia akan terkena dampak itu. Untuk mengantisipasi hal itu,

tentunya perlu peranan seorang pembimbing dalam menggunakan bahasa

yang baik dan benar. Seorang pembimbing yang dimaksud adalah guru

yang mempunyai peran penting di lingkungan sekolah yang didukung oleh

orang tua, masyarakat, dan lingkungan sekitarnya.

Selain Faktor kebiasaan, yang menyebabkan kesalahan berbahasa

khususnya dalam menulis, juga bisa dikarenakan kurangnya minat siswa

dalam menulis. Selain karena kurang membaca, siswa memiliki

perbendaharaan kata yang terbatas. Hal inipun juga dipengaruhi oleh

kebiasaan siswa. Jika seorang siswa gemar membaca dan menulis, tentu

kesalahan yang ditemukan akan sedikit bahkan tidak ditemukan. Hal ini

dikarenakan siswa terbiasa menggunakan bahasa yang tepat dalam sebuah

tulisan.

Kebiasaan siswa di kelas juga sangat berpengaruh terhadap hasil

tulisannya. Misalnya, siswa sering diajak berlatih menulis di kelas untuk

melatih kemampuan menulis yang baik. Ini tentu akan berdampak positif

bagi siswa untuk melatih kebiasaan menulis dengan baik.

Seperti yang kita ketahui, menulis merupakan cara seseorang untuk

berekspresi. Dalam pembelelajaran Bahasa Indonesia di sekolah, siswa

(18)

2

karena jika siswa tidak menyesuaikan afiks dalam sebuah tulisan, ini akan

menjadi sebuah kesalahan. Tentu hal ini harus menjadi perhatian bagi

calon guru maupun guru Bahasa Indonesia.

Ketika siswa diminta untuk membuat karangan cerpen dalam bahasa

Indonesia, tentu siswa tersebut harus mempunyai ketelitian dalam

pengunaan bahasa baik. Kesalahan berbahasa sering dijumpai pada

berbagai tulisan dan lisan, namun di sini penulis lebih memfokuskan pada

tulisan. Penggunaan morfem yang salah seringkali terjadi dalam sebuah

tulisan. Faktor lain yang menjadi sumber kesalahan selain bahasa yang

dikuasainya, juga lingkungan dan media informasi mempunyai pengaruh

yang cukup besar. Pengaruh yang cukup besar dalam penggunaan bahasa

Indonesia, tentu akan menimbulkan kesalahan jika dwibahasawan

menggunakannya dalam bahasa lisan maupun tulisan. Lalu berkaitan

dengan tulisan tentu harus ada minat dari diri siswa dalam menulis.

Banyak siswa yang merasa bahwa kegiatan menulis itu sangat sulit. Hal

ini, tentu menjadi tantangan bagi guru bahasa Indonesia untuk

meningkatkan motivasi siswa dalam menulis. Misalnya saja, seorang guru

menyarankan agar siswa selalu mencatat hal-hal yang pernah dialami

siswa. Kegiatan mencatat ini bisa dilakukan setiap hari agar siswa gemar

dalam menulis.

Siswa kelas VII sudah diharapkan mampu menulis sebuah cerpen.

Memang ini bukan pekerjaan yang mudah, oleh karena itu, penulis

menyarankan pada siswa agar menceritakan hal-hal yang pernah dialami.

Sebelum siswa diberikan tugas membuat cerpen, siswa diberikan materi

mengenai cerpen dan diminta untuk membaca cerpen anak. Hal ini

(19)

3

Cohtohnya pada prefiks di- terkadang tertukar dengan kata depan. Afiks

atau yang kita kenal dengan kata imbuhan tak pernah lepas dari kata dasar

yang mengikutinya. Hal ini berkaitan dengan morfem terikat.

Kesalahan penggunaan afiks atau imbuhan, bisa karenakan

kurangnyan pengetahuan siswa mengenai penggunaan afiks atau imbuhan

dan atau kurangnya perhatian guru kepada siswa. Selain itu proses

pembelajaran juga perlu dibenahi agar waktu yang sudah ditentukan

berdasarkan jam pelajaran dapat digunakan secara maksimal. Jika waktu di

sekolah sangat minim untuk pembelajaran, maka guru bisa memberikan

tugas di rumah yang bertujuan untuk mengurangi kesalahan yang

dilakukan siswa dalam hal menulis. Hal ini setidaknya membuat siswa

tidak takut lagi dalam menulis, karena guru sudah membiasakan di

sekolah. Perlu diperhatikan juga adanya kerjasama antara guru dan orang

tua. Agar siswa dapat menggunakan kompetensinya sebaik mungkin. Jika

siswa sudah terbiasa menulis dan membuat tulisannya dengan baik, maka

bukan tidak mungkin hal itu bisa menjadikan hobi yang bernilai tinggi.

Penelitian ini, penulis ingin menganalisis kesalahan afiks dalam

cerpen siswa kelas VII semester 2 di MTsN Tangerang II Pamulang,

khususnya dalam keterampilan menulis cerpen. Seberapa besar kesalahan

penggunaan morfem yang dilakukan siswa dalam karangan cerpen. Oleh

karena itu, penulis mencoba untuk menganalis kesalahan-kesalahan

berbahasa siswa, khususnya pada penggunaan afiks. Penggunaan afiks

terkadang tertukar dengan kata depan. Oleh karena itu penulis merasa

tertarik untuk menganalisis penggunaan morfem yang tepat dalam

(20)

4

1. Penggunaan afiks yang tepat dalam menulis cerpen siswa kelas VII

MTsN.

2. Minat siswa dalam menulis cerpen siswa kelas VII MTsN.

3. Tingkat kesalahan yang dilakukan dalam menulis cerpen siswa VII

MTsN.

C. Batasan Masalah

Agar pembahasan masalah dalam penelitian ini tidak terlalu luas,

maka diperlukannya batasan masalah. Dalam penelitian ini, penulis

memfokuskan pada masalah Analisis Kesalahan Morfologi pada Aspek

Afiksasi Saja, yang Meliputi: Prefiks, Infiks, Sufiks, dan konfiks dalam

Keterampilan Menulis Cerpen Siswa Kelas VII Semester II Di MTsN

Tangerang II Pamulang.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penulis

merumuskan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimanakah kesalahan morfologi khususnya Prefiks, Infiks, Sufiks,

dan konfiks dalam cerpen siswa kelas VII semester 2 di MTsN

Tangerang II Pamulang tahun ajaran 2012/2013?

E. Tujuan Penelitian

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kesalahan

morfologi pada cerpen siswa kelas VII Semester II di MTsN Tangerang II

Pamulang. Selain itu, Jika ditemukan kesalahan di dalam cerpen siswa,

maka dapat dijadikan pembelajaran untuk penulis dan tenaga pengajar

(21)

5

1. Siswa akan terbiasa menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan

benar terutama dalam membuat karangan cerpen.

2. Mampu memberikan sumbangan ilmu pengetahuan dalam

keterampilan menulis cerpen dengan penggunaan morfem afiks

yang tepat.

b. Manfaat Praktis

1. Menjadi pembelajaran bagi siswa agar dapat mengasah

keterampilan menulis, khususnya menulis cerpen.

2. Menjadi acuan bagi guru untuk membuat pembelajaran menulis

cerpen yang sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia.

3. Bagi peneliti untuk memberikan sumbangan terhadap pola

penyajian dan pengembangan bahasa terutama bahasa Indonesia

sebagai alat komunikasi baik lisan maupun tulisan.

4. Bagi mahasiswa jurusan bahasa Indonesia, dapat digunakan untuk

penelitian lebih lanjut mengenai penggunaan morfologi dalam

keterampilan menulis.

G. Sistematika Penulisan

Untuk memudahkan proses penelitian dan pembahasan hasil

penelitian, maka peneliti menyusun sistematika penelitian ke dalam lima

bagian yaitu:

BAB I PENDAHULUAN

Bagian pertama merupakan latar belakang masalah, batasan masalah,

rumusan masalah, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian.

(22)

6

Bagian ketiga merupakan waktu dan metode penelitian, lokasi penelitian,

metode pengumpulan data, fokus penelitian, dan metode analisis data.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bagian keempat merupakan profil sekolah yang meliputi letak geografis

MTsN Tangerang II Pamulang, sejarah singkat MTsN Tangerang II

Pamulang, visi misi dan tujuan MTsN Tangerang II Pamulang, data guru

dan siswa, sarana dan prasarana, sumber belajar, deskripsi data, dan

interpretasi data.

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

(23)

8

Menurut Ellis, Analisis kesalahan adalah suatu prosedur kerja,

yang biasa digunakan oleh para peneliti dan guru bahasa, yang

meliputi pengumpulan sampel, pengidentifikasian kesalahan yang

terdapat salam sampel, penjelasan kesalahan tersebut,

pengklasifikasian kesalahan berdasarkan penyebabnya, serta penilaian

taraf keseriusan kesalahan.1 Dalam penelitian ini, peneliti lebih

memfokuskan pada kesalahan morfologi yaitu pada bagian afiks.

Adapun pengertian dari kesalahan morfologi adalah kesalahan

memakai bahasa disebabkan salah memilih afiks, salah menggunakan

kata ulang, salah menyusun kata majemuk, dan salah memilih bentuk

kata.2

2. Hakikat Morfologi

Secara etimologi kata morfologi berasal dari kata morf yang

berarti „bentuk’ dan kata logi yang berarti ilmu. Jadi secara harfiah

kata morfologi berarti ilmu mengenai bentuk.3 Menurut Ramlan,

morfologi ialah bagian ilmu bahasa yang membicarakan atau yang

mempelajari seluk –beluk bentuk kata serta pengaruh

perubahan-perubahan bentuk kata terhadap golongan dan arti kata.4 Morphology

is the study of word structure.5 Artinya morpologi adalah ilmu yang

mengenai struktur kata. Menurut Nirmala Sari, morphologi is the

1

Bambang Yulianto dan Maria Mintowati, Analisis Kesalahan Berbahasa. (Jakarta: Universitas terbuka, 2009), hlm. 2.5

2

Henri Guntur Tarigan dan Djago Tarigan, Pengajaran Analisis Kesalahan Berbahasa,(Bandung: Angkasa, 1990), hlm. 198

3

Abdul Chaer, Morfologi Bahasa Indonesia (Pendekatan Proses), (Jakarta: PT Rineke Cipta, 2008), hlm. 3

4

Ramlan, Morfologi Suatu Tinjauan Deskriptif, (Yogyakarta: CV. Karyono, 2001), hlm. 21

5

(24)

studyof word formation.6 Artinya, morfologi merupakan pembelajaran

dari formasi kata.Menurut Sutarna, morfologi ialah salah satu cabang

linguistik yang menyelidiki seluk-beluk struktur internal kata dan

pengaruh perubahan struktur tersebut terhadap arti dan golongan kata.7

Selain itu, Matthew mengatakan bahwa morfologi adalah cabang dari

ilmu bahasa yang mempelajari seluk-beluk bentuk kata dalam berbagai

penggunaan dan kontruksi.8 Dari definisi di atas dapat disimpulkan

bahwa morfologi adalah ilmu bahasa yang mempelajari bentuk kata

serta pengaruh perubahan bentuk kata.

3. Proses Morfologis

Proses morfologis adalah peristiwa penggabungan morfem satu

dengan morfem yang lain menjadi kata.9 Pendapat lain mengatakan

proses morfologis ialah cara pembentukan kata-kata dengan

menghubungkan morfem yang satu dengan morfem yang lain.10 Jadi,

proses morfologis adalah proses penggabungan antar morfen yang satu

dan lainnya, sehingga membentuk kata. Dalam proses morfologis

terdapat proses afiks (afiksasi), Proses pengulangan (reduplikasi),dan

proses pemajemukan (komposisi)

a. Proses Afiks (Afiksasi)

Menurut Masnur Muslich Afiks ialah bentuk kebahasaan terikat

yang hanya mempunyai arti gramatikal, yang merupakan unsur

langsung suatu kata, tetapi bukan merupakan bentuk dasar, yang

memiliki kesanggupan untuk membentuk kata-kata baru. Pendapat lain

mengatakan, afiks adalah suatu satuan gramatik terikat yang tidak

pernah menjadi bentuk dasar bagi struktur yang lebih besar dan tidak

memiliki arti leksikal. Bersama dengan morfem atau morfem-morfem

yang merupakan bentuk dasarnya, afiks membentuk kata. Proses

6

Nirmala Sari, An Introduction to linguistics. Jakarta: Depdikbud, 1988

7

Sutarna, Morfologi bahasa Indonesia, (Jartata: Universitas terbuka, 2007), hlm.1.10

8

Zainuddin, Pengetahuan Kebahasaan, (Surabaya: Usaha Nasional, 1985), hlm. 57

9

Ibid. hlm. 32

10

(25)

penggabungan afiks dengan morfem atau morfem-morfem untuk

membentuk kata itu disebut proses afiksasi.11 Afiks ini meliputi

imbuhan awal (prefiks), imbuhan tengah (infiks), imbuhan akhir

(sufiks), maupun imbuhan terbelah (konfiks atau simulfiks). Proses

afiksasi bukanlah hanya sekedar perubahan bentuk saja, melainkan

juga pembentukan leksem menjadi kelas tertentu.12

Berikut ini adalah contoh penggabungan prefiks, infiks, sufiks, dan

konfiks atau simulfiks dengan bentuk dasar bebas:

a) -Prefiks (ber-) + bentuk dasar bebas (satu) = kata (bersatu)

-Prefiks (meN-) + bentuk dasar bebas (makan) = kata (memakan)

-Prefiks (pe-) + bentuk dasar bebas (tani) = kata (petani)

-Prefiks (di-) + bentuk dasar bebas (sapu) = kata (disapu)

-Prefiks (ter-) + bentuk dasar bebas (pandai) = kata (terpandai)

-Prefiks (se-) + bentuk dasar bebas (nasib) = kata (senasib)

b) -Infiks (-er-) + bentuk dasar bebas (gigi)= kata (gerigi)

-Infiks (-el-) + bentuk dasar bebas (tapak)= kata (telapak)

-Infiks (-em-) + bentuk dasar bebas (getar)= kata (gemetar)

c) -Sufiks (-an) + bentuk dasar bebas (minum) = kata (minuman)

-Sufiks (-kan) + bentuk dasar bebas (lepas) = kata (lepaskan)

-Sufiks (-i) + bentuk dasar bebas (sampul) = kata (sampuli)

d) -Konfiks atau simulfiks (ke-an) + bentuk dasar bebas (baik) = kata

(kebaikan)

-Konfiks atau simulfiks (ber-an) + bentuk dasar bebas (jatuh) =

kata (berjatuhan)

-Konfiks atau simulfiks (peN-an) + bentuk dasar bebas (rencana) =

Kata (perencanaan)

-Konfiks atau simulfiks (per-an) + bentuk dasar bebas (baik) = kata

(perbaikan)

11

Zainuddin, Pengetahuan Kebahasaan, (Surabaya: Usaha Nasional, 1985), hlm. 65

12

(26)

Penggunaan afiks tidak hanya berlaku pada bentuk bebas saja,

tetapi juga pada bentuk terikat, seperti contoh di bawah ini:

a). -Prefiks (meN-) + bentuk dasar bebas (lancong) = kata (melancong)

-Prefiks (ber-) + bentuk dasar bebas (tengkar) = kata (bertengkar)

-Prefiks (peN-) + bentuk dasar bebas (hubung) = kata

(penghubung)

-Prefiks (di-) + bentuk dasar bebas (paksa) = kata (dipaksa)

-Prefiks (ter-) + bentuk dasar bebas (gapai) = kata (tergapai)

-Prefiks (se-) + bentuk dasar bebas (ikat) = kata (seikat)

b). -Infiks (-el-) + bentuk dasar bebas (tunjuk) = kata (telunjuk)

-Infiks (-em-) + bentuk dasar bebas (getar) = kata (gemetar)

c). -Sufiks (-kan) + bentuk dasar bebas (hadap) = kata (hadapkan)

-Sufiks (-i) + bentuk dasar bebas (hindar) = kata (hindari)

-Sufiks (-an) + bentuk dasar bebas (karang) = kata (karangan)

d). -Konfiks atau simulfiks (per-an) + bentuk dasar bebas (temu) =

(pertemuan)

- Konfiks atau simulfiks (peN-an) + bentuk dasar bebas (beri) =

(pemberian)

-Konfiks atau simulfiks (per-an) + bentuk dasar bebas (temu) =

(pertemuan)

b. Proses Pengulangan (Reduplikasi)

Proses pengulangan merupakan peristiwa pembentukan

kata dengan jalan mengulang bentuk dasar, baik seluruhnya

maupun sebagian, baik bervariasi fonem maupun tidak, baik

berkombinasi dengan afiks maupun tidak.13 Adapun jenis

pengulangan adalah:

13

(27)

1. Pengulangan seluruh

Pengulangan seluruh ialah pengulangan bentuk dasar secara

[image:27.595.152.518.196.580.2]

keseluruhan.14 Misalnya terlihat pada tabel berikut:

Tabel 2.1

Pengulangan Seluruh

No Bentuk Dasar Hasil Pengulangan Seluruh

1 Batu Batu-batu

2 sembilan Sembilan-sembilan

3 pembangunan

Pembangunan-pembangunan

2. Pengulangan sebagian

Pengulangan sebagian ialah pengulangan bentuk dasar

secara sebagian, tanpa perubahan fonem.15 Misalnya terlihat

pada tabel berikut:

Tabel 2.2

Pengulangan Sebagian

No Bentuk Dasar Hasil Pengulangan

Sebagian

1 memanggil Memanggil-manggil

2 Menulis Menulis-nulis

3 Seakan Seakan-akan

3. Pengulangan yang berkombinasi dengan pembubuhan afiks

Pengulangan yang berkombinasi dengan pembubuhan afiks

ialah pengulangan bentuk dasar disertai dengan penambahan

afiks secara bersama-sama atau serentak dan bersama-sama

14

Masnur Muslich, Tata Bentuk Bahasa Indonesia (Kajian Ke Arah Tatabahasa Deskriptif), (Jakarta: Bumi Angkasa), hlm. 52

15

(28)

pula mendukung satu arti.16 Misalnya terlihat pada tabel berikut:

Tabel 2.3

Pengulangan yang Berkombinasi dengan Pembubuhan Afiks

Bentuk

Dasar

Pengulangan dan +

Pembubuhan Afiks

= Hasil Pengulangan

rumah + (pengulangan) -an = rumah-rumahan

kuning + ke-(pengulangan)-an = kekuning-kuningan

baik + se-(pengulangan)-nya = sebaik-baiknya

4. Pengulangan dengan perubahan fonem

Pengulangan dengan perubahan fonem ialah pengulangan

bentuk dasar dengan disertai perubahan fonem.17 Misalnya

[image:28.595.152.517.181.566.2]

terlihat pada tabel berikut:

Tabel 2.4

Pengulangan dengan perubahan fonem

No Bentuk Dasar Hasil Pengulangan dengan

Perubahan Fonem

1 Gerak Gerak-gerik

2 Sayur Sayur-mayur

3 Ramah Ramah-tamah

c. Proses Pemajemukan (Komposisi)

Proses pemajemukan atau komposisi adalah peristiwa

bergabungnya dua morfem dasar atau lebih secara padu dan

menimbulkan arti baru.18 Menurut Masnur Muslich, kata mejemuk

berbeda dengan frasa. Konstruksi meja makan dan Nia makan

tentunya mempunyai pengertian yang berbeda. Apabila suatu

16

Masnur Muslich, Tata Bentuk Bahasa Indonesia (Kajian Ke Arah Tatabahasa Deskriptif), (Jakarta: Bumi Angkasa), hlm. 53

17

Ibid. hlm. 54

18

(29)

kontruksi frasa berunsur kata benda dan kata kerja, ia mempunyai

dua kemungkinan fungsi, yaitu fungsi predikat dan fungsi atribut.

Fungsi predikat di sini yang bisa disisipi (akan, telah, sedang)

sedangkan fungsi atribut yang bisa disisipi bentuk yang atau tidak.

Konstruksi meja makan akan terdengar aneh jika disisipi

bentuk-bentuk yang menyatakan aspek akan/telah/sedang, begitu juga

bentuk yang dan tidak. Konstruksi Nia makan adalah bentuk frasa,

karena bisa disisipi kata akan/telah/sedang. Sedangkan konstruksi

meja makan adalah bentuk majemuk.

Dari pemaparan proses morfologis di atas sudah jelas, bahwa

proses itu meliputi proses Afiks (afiksasi), proses pengulangan

(reduplikasi), dan proses penajemukan (komposisi). Namun, dalam

penelitian ini, penulis lebih memfokuskan pada proses afiks

(afiksasi).

4. Penggolongan Morfem

Menurut Sutarna, Morfem lebih menunjuk pada ciri bentuk dan arti

yang dimiliki oleh satuan gramatik terkecil.19 Menurut Kridalaksana,

morfem sebagai satuan lingual (satuan bahasa) terkecil yang maknanya

relative stabil dan yang tidak dapat dibagi atas bagian bermakna yang

lebih kecil.20 Dan menurut Masnur Muslich, morfem adalah

bentuk-bentuk berulang yang paling kecil beserta artinya.21 Dari beberapa

definisi tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa morfem adalah kajian

Morfologi yang menitikberatkan pada bentuk gramatik terkecil yang

memiliki makna dan berulang. Jika dilihat dari cirinya morfem sering

muncul berulang-ulang seperti kata di-, ke, kata dasar, dll.

19

Sutarna, Morfologi Bahasa Indonesia, (Jartata: Universitas terbuka, 2007), hlm. 1.35

20

Sutarna, dkk, Morfologi Bahasa Indonesia, (Jartata: Universitas terbuka, 1999), hlm.1.27

21

(30)

Morfem-morfem dalam setiap bahasa dapat digolongkan

berdasarkan beberapa kriteria. Antara lain berdasarkan kebebasannya,

keutuhannya, dan maknanya.22

a. Morfem bebas dan morfem terikat

Morfem bebas adalah morfem yang tanpa kehadiran

morfem lain dapat muncul dalam ujaran. Misalnya bawa,

simpan, maju, dll. Morfem terikat adalah morfem yang tanpa

digabung dulu dengan morfem lain tidak dapat muncul dalam

ujaran. Semua imbuhan (afiks) dalam bahasa Indonesia adalah

morfem terikat.23

b. Morfem utuh dan morfem terbagi

Klasifikasi morfem atas morfem utuh dan morfem terbagi

berdasarkan bentuk formal yang dimiliki morfem tersebut,

yaitu apakah merupakan satu kesatuan yang utuh atau

merupakan dua bagian yang terpisah atau terbagi, karena

disisipi morfem lain.24 Contoh morfem utuh ialah kata (laut),

(meja), dan morfem terikat, sedangkan morfem terbagi adalah

sebuah morfem yang terdiri dari dua bagian yang terpisah, satu

di awal dan satu di belakang.25misalnya (ke-/-an), (per-/-an),

dll.

c. Morfem segmental dan suprasegmental

Morfem segmental adalah morfem yang dibentuk oleh

fonem-fonem segmental, seperti morfem (lari), (kah), (kali),

dan (ter). Jadi, semua morfem yang berwujud bunyi adalah

morfem segmental. Sedangkan morfem suprasegmental adalah

morfem yang dibentuk oleh unsur-unsur suprasegmental.26

22

Alek, linguistik Umum, (Jakarta: FITK Press UIN Jakarta, 2009), hlm. 60

23

Ibid.hlm. 60-61

24

Ibid. hlm. 62

25

Ibid. hlm. 62

26

(31)

Dalam bahasa Babah misalnya ada kata botar (tekanan pada

suku pertama), artinya “putih” di samping bentuk botar (tekanan pada suku kedua artinya “darah. Di sini unsur

segmental kedua bentuk itu sama yaitu b, o, t, a, r sedang unsur

suprasegmentalnya adalah tekanan.

5. Keterampilan menulis

Keterampilan menulis merupakan salah satu dari keterampilan

berbahasa yang dikuasai seseorang sesudah menguasai keterampilan

menyimak, berbicara, dan membaca.27 Menulis adalah segenap

rangkaian kegiatan seseorang dalam rangka mengungkapkan gagasan

dan menyampaikannya melalui bahasa tulis kepada orang lain agar

mudah dipahami.28 Definisi lain mengatakan, Menulis dapat

didefinisikan sebagai suatu kegiatan penyampaian pesan (komunikasi)

dengan menggunakan bahasa tulis sebagai alat tulis atau medianya.29

Menulis dapat didefinisikan sebagai suatu kegiatan penyampaian pesan

dengan menggunakan tulisan sebagai mediumnya.30 Selain itu menulis

merupakan suatu keterampilan berbahasa yang dipergunakan untuk

berkomunikasi secara tidak langsung, tidak secara tatap muka dengan

orang lain.31 Alek mengatakan, menulis adalah suatu kegiatan untuk

menciptakan suatu catatan atau informasi pada suatu media dengan

menggunakan aksara.32 Jadi, menulis adalah kegiatan berkomunikasi

yang dilakukan secara tertulis untuk menyampaikan suatu pesan.

27

Kundaru Saddhono dan St. Y. Slamet, Meningkatkan Keterampilan Berbahasa Indonesia, Teori dan Aplikasi, (Bandung: Karya Putra Darwati, 2012), hlm. 96

28

Nurudin, Dasar-Dasar Penulisan, (Malang: UMM press,2010), hlm. 4

29

Suparno dan Mohamad Yunus, Keterampilan Dasar Menulis, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2007), hlm. 1.3

30

Sabarti Alkhadiah,dkk. Menulis I. (Jakarta: Universitas terbuka, 2007), hlm. 1.3

31

Henry Guntur tarigan, Menulis, (Bandung: Angkasa, 2008), hlm. 3

32

(32)

6. Cerpen

Cerpen merupakan kependekan dari cerita pendek. Cerpen

merupakan bentuk prosa rekaan yang pendek. Pendek di sini masih

mempersyaratkan adanya keutuhan cerita, bukan asal sedikit

halaman.33 Cerpen masih bisa dibagi lagi menjadi cerpen yang panjang

(cerpenpan) dan cerpen yang pendek, biasa disebut cerita mini

(misalnya “Cermin” di majalah Gadis). Cerpen yang panjang bisa kita

temui, antara lain, dalam karya Budi Dharma yang berjudul “Foto” (42

halaman) dan “Kritikus Adinan” (56 halaman). Cerita mini biasanya

terdiri atas satu halam atau kurang dari itu. Dalam Kamus Besar

Bahasa Indonesia (1996: 186), cerpen diartikan sebagai kisahan

pendek (kurang dari 10.000 kata) yang memberikan kesan tunggal

yang dominan dan memusatkan diri pada satu tokoh di satu situasi

(pada suatu ketika).34

7. Unsur-unsur Cerpen

Dalam karya sastra seperti cerpen, tentu tak lepas dari unsur intrinsik

dan ektrinsik. Unsur intrinsik (intrinsic) adalah unsur-unsur yang

membangun karya sastra itu sendiri.35 Unsur ekstrinsik (extrinsic)

adalah unsur-unsur yang berada di luar karya sastra itu, tetapi secara

tidak langsung mempengaruhi bangunan atau sistem organisme karya

sastra.36 Berikut ini adalah unsur intriksik yang ada di dalam cerita :

a. Tema

Tema (theme), menurut Stanton dan Kenny adalah makna yang

dikandung oleh sebuah cerita37

b. Plot

Menurut Stanton, plot adalah cerita yang berisi urutan kejadian,

namun tiap kejadian itu hanya dihubungkan secara sebab aklibat,

33

Wahyudi siswanto, Pengantar Teori Sastra, (Malang: Grasindo, 2008), hlm. 141.

34

Ibid. hlm. 142

35

Burhan Nurgiantoro. Teori Pengkajian Fiksi. (Yogyakarta: Dadjah Mada University Press, 2005), hlm.23, cet, ke-5

36

Ibid. hlm. 23

37

(33)

peristiwa yang satu disebabkan atau menyebabkan terjadinya

peritiwa yang lain.38

c. Tokoh & Penokohan

Tokoh menunjuk pada orangnya, pelaku cerita, sedangkan

penokohan sering disamakan artinya dengan karakter dan

perwatakan menunjuk pada penempatan tokoh-tokoh tertentu dan

watak-watak tertentu dalam sebuah cerita.39

d. Latar

Menurut Abrams, Latar atau setting yang disebut juga sebagai

landas tumpu, menyaran pada pengertian tempat, hubungan

waktu, dan lingkungan sosial tempat terjadinya

peristiwa-peristiwa yang diceritakan.40

e. Sudut Pandang

Sudut pandang pada hakikatnya merupakan strategi, teknik, siasat,

yang secara sengaja dipilih pengarang untuk mengemukakkan

gagasan dan ceitanya. 41

f. Bahasa

Bahasa dalam seni sastra dapat disamakan dengan cat dalam seni

lukis. Keduanya merupakan unsure bahan, alat, dan sarana, yang

diolah untuk dijadikan sebuah karya yang mengandung “nilai lebih” daripada sekedar bahannya itu sendiri. Bahasa merupakan

sarana pengungkapan sastra.42

8. Ciri-ciri Cerpen

Ciri-ciri dari sebuah cerpen adalah sebagai berikut43

a. Bentuk tulisannya singkat, padat, dan lebih pendek daripada novel

38

Burhan Nurgiantoro. Teori Pengkajian Fiksi. (Yogyakarta: Dadjah Mada University Press, 2005), hlm.113, cet, ke-5

39

Ibid. hlm.165, cet, ke-5

40

Ibid. hlm.. 216, cet, ke-5

41

Ibid. hlm. 248

42

Ibid. hlm. 272

43

(34)

b. Kurang dari 10.0000 kata

c. Sumber cerita dari kehidupan sehari-hari, baik pengalaman sendiri

maupun orang lain.

d. Tidak melukiskan seluruh kehidupan pelakuknya karena

mengangkat masalah tunggal atau sarinya saja.

e. Habis dibaca sekali duduk dan hanya mengisahkan sesuatu yang

berarti bagi pelakunya saja.

f. Tokoh-tokohnya dilukiskan mengalami konflik sampai pada

penyelesaiannya.

g. Penggunaan kata-katanya sangat ekonomis dan mudah dikenal

masyarakat.

h. Sanggup meninggalkan kesan mendalam dan mampu

meninggalkan efek pada perasaan pembaca.

i. Beralur tunggal dan lurus.

j. Penokohannya sangat sederhana, singkat, dan tidak mendalam.

B. Penelitian yang Relevan

Penelitian mengenai morfologi pernah dilakukan oleh Suyatno

dengan judul, “Proses Morfologis Morfem Dasar Terikat Bahasa

Indonesia” dari Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro 2009.

Dalam penelitiannya, Proses afiksasi memunculkan gejala yang disebut

morfofonemik, yaitu perubahan fonem pada awal morfem akibat

pertemuan dengan morfem lain. Kaidah morfofonemik reduplikasi yang

berkombinasi dengan afiksasi terdapat tiga kaidah, yaitu: kaidah peluluhan

fonem, kaidah pemunculan fonem, dan kaidah pergeseran fonem. Selain

itu jenis morfem dasar terikat bahasa Indonesia ternyata sangat produktif

dan terus mengalami perkembangan. Hal ini tentu saja semakin

memperkaya khazanah bahasa Indonesia.

Penelitian mengenai morfologi juga pernah dilakukan oleh Oleh

Nurmalia dari Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 2012.

(35)

2011 dan Implikasinya terhadap Pembelajaran Bahasa Indonesia.

penelitian ini membahas tentang kesalahan morfologi pada majalah Hai

edisi juli 2011 untuk mengetahui frekuensi kesalahan yang dilakukan oleh

pemakai bahasa Indonesia di majalah, sehingga dapat diambil penilaian

yang objektif tentang pemakaian bahasa Indonesia di majalah.

Selanjutnya, penelitian mengenai morfologi dengan judul Analisis

Morfologi pada majalah remaja dan implikasinya terhadap pembelajaran

bahasa Indonesia, pernah dilakukan oleh Ratih Sugianti dari Universitas

Islam Negeri Jakarta 2006. Penelitian ini membahas tentang bentuk

afiksasi dan abreviasi kata bahasa Indonesia. Data yang diambil yaitu dari

majalah Aneka Yess! Gadis, Hai, dan Kawanku. Adapun data yaitu berupa

kata untuk analisis afiksasi dan abreviasi. Penelitian ini difokuskan pada

analisis morfologi kata bahasa Indonesia pada majalah remaja khususunya

pada proses afiksasi dan abreviasi

Dari hasil penelitian di atas Maka penulis merasa tertarik untuk

mengadakan penelitian dengan judul yang berbeda, tujuannya agar

menambah ilmu pengetahuan untuk kalangan akademika dan masyarakat

(36)

21

menggunakan data cerpen siswa kelas 7. Metode deskriptif ini

menggunakan penelitian kualitatif dalam penggunaannya. Penelitiann

kualitatif merupakan “penelitian yang menggunakan pendekatan naturalistik untuk mencari dan menemukan pengertian atau pemahaman

atau fenomena dalam suatu latar yang berkonteks khusus”.1

Selain itu, ada

yang mengatakan bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian yang ingin

mencari makna kontekstual secara menyeluruh (holistic) berdasarkan

fakta-fakta (tindakan, ucapan, sikap, dan sebagainya) yang dilakukan

subjek penelitian dalam latar alamiah secara emic, menurut yang

dikonstruk subjek penelitian untuk membangun teori (nomotetik, mencari

hukum keberlakuan umum).2

Penelitian ini bertujuan mencari data tentang kesalahan-kesalahan

yang terjadi dalam penggunaan bahasa Indonesia yang terdapat pada

cerpen karangan siswa kelas 7. Kesalahan yang dimaksud adalah

terjadinya ketidakbenaran dalam tataran morfologi terutama pada bagian

afiks.

a. Waktu dan Metode Penelitian

Waktu yang dipergunakan untuk meneliti yakni bulan Februari

2013 dan selesai pada bulan Mei 2013. Adapun metode yang

digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitaif yang bersifat

deskriptif. Metode penelitian kualitatif sering disebut metode

penelitian naturaliastik karena penelitiannya dilakukan dengan kondisi

yang alamiah (natural setting); disebut juga sebagai metode

etnographi, karena pada awalnya metode ini lebih banyak digunakan

1

Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009), hllm 5.

2

(37)

untuk penelitsian bidang antropologi budaya; disebut sebagai metode

kualitatif, karena data yang terkumpul dan analisisnya lebih bersifat

kaulitatif.3

b. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di MTsN Tangerang II Pamulang, yang

beralamat di jalan Padjajaran No. 31 Pamulang Kota Tangerang

Selatan Provinsi Banten.

c. Metode Pengumpulan Data

Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah pemberian tes.

Pemberian tes dilakukan ketika siswa diminta untuk mengarang cerpen

yang berkaitan dengan pengalaman hidup baik mengenai keluarga,

sahabat, keadaan lingkungan, dan lain-lain. Data yang digunakan

untuk penelitian ini yaitu dari kelas 7.2, 73, dan 7.4 yang berjumlah

110 orang, setiap individu dalam populasinya mempunyai peluang

yang sama untuk dijadikan subjek penelitian. Namun karena

keterbatasan penulis, jumlah siswa dalam sampel penelitian ini

sebanyak 25% yaitu 28 siswa. Menurut Suharsimi, jika jumlah

subjeknya besar, dapat diambil antara 10 - 15% atau 20 - 25% atau

lebih.4

Penelitian ini diperoleh melalui teknik simple random sampling,

dikatakan simple (sederhana) karena pengambilan anggota sampel dari

populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada

dalam populasi itu.5

d. Fokus Penelitian

Teknik yang digunakan untuk menganalisis data ini adalah analisis

hasil belajar siswa. penelitian ini dibantu dengan tabel pengamatan,

3

Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2010), hlm. 14, cet, ke-11

4

Suharsimi Arikunto. Prosedur Penelitian (Suatu Pendekatan Praktik), (Jakarta: PT Rineke Cipta, 2006), hlm. 134, Edisi Revisi VI.

5

(38)

untuk mencatat data berupa kalimat yang terdapat kesalahan morfem

[image:38.595.149.511.243.640.2]

pada aspek afiksasi, seperti contoh:

Tabel 3.1

Tabel Analisis Penggunaan morfem Nama siswa (Judul Cerpen)

No kalimat Kesalahan morfem Afiks

prefiks Infiks Sufiks Konfiks perbaikan

e. Metode Analisis Data

Data yang diperoleh adalah dengan cara memberikan tugas kepada

siswa, yaitu membuat cerpen berdasarkan pengalamanan pribadinya

baik yang berhubungan dengan persahabatan, keluarga, atau

pengalaman hidup lainnya. Setelah data terkumpul, data dianalisis

dengan menggunakan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Pengklasifikasian

2. pengodean

3. Penabulasian

4. Pembetulan/pengoreksian

5. Pengalkulasian dengan menggunakan rumus

Keterangan :

x

= Frekuensi kalimat yang Dianalisis

X2 = Jumlah Kesalahan

(39)

24 data.

A. Profil Sekolah

1. Letak Geografis MTs Negeri Tangerang II Pamulang

MTs Negeri Tangerang II Pamulang terletak di Jalan Padjajaran

No. 31 Kecamatan Pamulang Barat, Kota Tangerang Selatan, Provinsi

Banten. MTs Negeri Tangerang II Pamulang memiliki lokasi yang sangat

strategis, hanya 100 M dari jalan raya, di sekitar MTs Negeri Tangerang

II Pamulang terdapat 6 perguruan tinggi yaitu Universitas Islam Negeri

(UIN) Jakarta, Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ), STIE Ahmad

Dahlan Jakarta, Universitas Pamulang (UNPAM), Sekolah Tinggi

Multimedia, dan Institut Teknologi Indonesia.

2. Sejarah Singkat MTs Negeri Tangerang II Pamulang

MTs Negeri Tangerang II Pamulang berdiri sejak tahun 1981 di

Cimanggis, Ciputat (waktu itu belum ada pemekaran kecamatan

ciputat).Kepala madrasah pertama kali dijabat oleh Drs. Syamsuddin,

M.Pd. Berkat perjuangan yang gigih dari kepala madrasah dengan

melakukan pendekatan ke berbagai pihak, terutama pihak pemerintahan

desa dan kecamatan, lima tahun kemudian, tahun 1987, MTsNegeri

Pamulang yang dulunya bernama MTsNegeri Tanggerang II Pamulang,

dipindahkan ke kelurahan Pamulang di atas tanah seluas 4000 M2.

Pada masa tersebut merupakan masa-masa yang gigih untuk

memantapkan eksistensi madrasah, yang pada saat itu masih dihadapkan

pada pencitraan madrasah yang kurang menguntugkan dari masyarakat.

Mereka menganggap madrasah itu lebih banyak mengajarkan ilmu-ilmu

agama dibandingkan ilmu-ilmu umum. Padahal komposisi kurikulum di

(40)

Masyarakan juga memandang bahwa madrasah adalah sekolah

dakwah yang dalam banyak hal kurang dikelola secara professional.

paradigma seperti ini tentu saja kurang menguntungkan, karena ada kesan

bahwa kalau sesuatu itu diletakan dalam bingkai dakwah, maka wajar

kalau tidak dikelola secara professional. Kalau dikelola secara tidak

professional, maka wajar kalau dalam banyak hal juga seadanya,

termasuk di dalamnya adalah partisipasi keuangan, maka dampaknya

akan mengena pada hal-hal lain, misalnya pada pembangunan sarana dan

prasarana, penyediaan fasilitas belajar, kesejahteraan guru, pegawai, dan

lain sebagainya.

Belajar dari kondisi yang kurang menguntungkan inilah yang

tampak terus menerus ingin diluruskan oleh para pejuang awal MTs

Negeri Tangerang II Pamulang, baik oleh kepala madrasah maupun oleh

guru-gurunya. Mereka tidak henti-hentinya melakukan sosialisasi tentang

madrasah dan memberikan gambaran serta pemahaman yang benar

tentang madrasah, baik melalui pengajian, forum-forum pertemuan

pemerintah, kegiatan madrasah, dan pertemuan dengan orang tua siswa.

Berkat perjuangan yang tidak mengenal lelah dibawah

kepemimpinan Drs. H. Syamsuddin, M.Pd, Drs. H Edy Djunaedy dan

Drs. Nasharuddin Sarbini, Masyarakat mulai menyadari akan pentingnya

partisipasi khususnya dalam bantuan finansial, sehingga mulai tahun

1990-an kesediaan masyarakat untuk membantu mulai terlihat. Hasilnya

adalah secara bertahap mulai ada peningkatan jumlah dan kualitan

bangunan gedung. Selanjutnya di bawah kepemimpinan Dra.Hj. Iis

Aisyah, Drs.M. Askolani dan Drs. Suhardi, M.Ag., bangunan gedung

MTs Negeri Tangerang II Pamulang secara perlahan menjadi sangat

memadai dan menjadi kebanggaan masyarakat. Bangunan yang pada

mulanya sangat sederhana, kini terlihat tampak lebih nyaman dan terlihat

megah.

Kini, MTs Negeri Tangerang II Pamulang banyak meraih prestasi

(41)

tingkat provinsi dan nasional. Seperti di tahun 2008-2012 yang

merupakan “tahun prestasi” yaitu, mendapat juara I Madrasah Berprestasi

Tingkat Nasional dari Kementrian Agama. Selanjutnya, juara I (piala

Wapres dan Piala Presiden) dalam lomba Marching Band dan Juara 1

pada lomba Sekolah Sehat (LSS) tingkat nasional.

3. Visi, Misi, dan Tujuan MTs Negeri Tangerang II Pamulang

Visi, Misi dan Tujuan MTs Negeri Tangerang II Pamulang adalah

sebagai berikut :

Visi

“Madrasah insan kamil berprestasi nasional berwawasan global”

Misi

Untuk mewujudkan visi diatas, maka ada beberapa agenda misi

yang hendak diupayakan oleh segenap warga MTs Negeri Tangerang II

Pamulang dengan mengerahkan seluruh potensi yang ada, yaitu:

a. Menanamkan keimanan yang kokoh

b. Membina ketaatan beribadah

c. Membudayakan akhlak mulia dan amal sholeh

d. Mengembangkan kecerdasan

e. Membudayakan hidup sehat

f. Menanamkan nasionalisme

g. Mengembangkan prestasi nasional berwawasan global

Tujuan

Tujan akhir dari dirumuskan visi dan misi diatas adalah

dimaksudkan untuk mengupayakan terciptanya kondisi-kondisi tertentu

yang diharapkan, yaitu:

a. Terwujudnya insan-insan kamil, yakni insan yang beriman dan

bertaqwa kepada Allah SWT

b. Diraihnya prestasi madrasah tingkat nasional, baik dalam bidang

(42)

c. Dimanfaatkannya secara positif era globalisasi untuk kepentingan

pendidikan

4. Data Guru dan Siswa

a. Guru

Tabel 4.1

Data Tenaga Kependidikan MTs Negeri Tangerang II Pamulang

Status TU Keling Keamanan Driver Jumlah

PNS 7 0 0 0 7

Honor 7 6 2 1 16

Jumlah 14 6 2 1 23

b. Siswa

Berkaitan dengan data peserta didik akan dijelaskan hal-hal

sebagai berikut:

1. Proses penerimaan siswa baru didasarkan pada tes masuk. Adapun

materi tes yang harus diikuti oleh siswa meliputi: tes Baca Tulis

Al-Qur’an, Tes Bakat Skolastik, Tes Potensi Akademik, dan

Wawancara.

[image:42.595.134.513.234.724.2]

2. Jumlah siswa secara keseluruhan adalah sebagai berikut:

Tabel 4.2

Data Siswa MTs Negeri Tangerang II Pamulang

Tahun Kelas VII Kelas VIII Kelas IX Jumlah

2008/2009 380 325 298 1103

2009/2010 325 298 394 1017

2010/2011 361 324 294 979

2011/2012 336 358 324 1018

2012/2013 329 334 344 1007

(43)

Tabel 4.3

Jumlah RombelMTs Negeri Tangerang II Pamulang

Tahun Kelas VII Kelas VIII Kelas IX Jumlah

2008/2009 11 kls 10 kls 10 kls 31 kls

2009/2010 10 kls 10 kls 10 kls 30 kls

2010/2011 11 kls 10 kls 9 kls 30 kls

2011/2012 10 kls 11 kls 10 kls 31 kls

2012/2013 10 kls 10 kls 11 kls 31 kls

c. Sarana dan Prasarana

1. Tanah dan Halaman

Tanah MTs Negeri Tangerang II Pamulang sepenuhnya milik negara

dengan luas seluruhnya 6.852 M2, sedangkan luas bangunan 3.864 M2 disebelah timur berseblahan langsung dengan SDN Pamulang I, II, III

[image:43.595.116.503.140.765.2]

2. Gedung Madrasah

Tabel 4.4

Jumlah dan Luas Ruang MTs Negeri Tangerang II Pamulang No Ruang Jumlah Luas (m2) Kondisi

1 Ruang Teori/kelas 31 7 x 8 Baik

2 Laboratorium Fisika 1 7 x 8 Baik

3 Laboratorium Biologi 1 7 x 10 Baik

4 Laboratorium Bahasa 1 7 x 10 Baik

5 Laboratorium Komputer 2 7 x 8 Baik

6 Laboratorium ICBC 1 7 x 2,5 Baik

7 Ruang Perpustakaan 2 8 x 9 Baik

8 Ruang UKS 1 7 x 8 Baik

9 Ruang Pramuka 1 7 x 3 Baik

10 Ruang Audio Visual 1 7 x 3 Baik

11 Ruang Aula 1 7 x 24 Baik

12 Ruang Kepala Madrasah 1 6 x 5 Baik

13 Ruang Guru 1 7 x 18 Baik

14 Ruang Tata Usaha 2 6 x 7 Baik

(44)

16 Kamar Mandi/WC Guru 2 2 x 2 Baik

17 Kamar Mandi/WC

Murid

4 3 x 5 Baik

18 Gudang 1 8 x 9 Baik

19 Mushalla 1 7 x 24 Baik

20 Ruang Penjaga 1 1,2 x 2 Baik

21 Ruang Piket 1 2 x 2 Baik

22 Ruang Komite 1 3 x 4 Baik

23 Ruang Koperasi 1 7 x 4 Baik

24 Ruang BK 1 7 x 4 Baik

25 Ruang Studio Musik 1 7 x 3 Baik

26 Ruang Wakabid 1 6 x 7 Baik

27 Ruang Alat Drumband 1 7 x 5 Baik

28 Kantin 1 54 x 9 Baik

29 Tempat Wudhu 1 9 x 4 Baik

d. Sumber Belajar

1. Sarana Sumber Belajar

Perpustakaan merupakan pusat sumber ilmu yang utama, maka di

perpustakaan MTsN Pamulang dilengkapi dengan berbagai buku

sumber, meliputi.

a) Jumlah total : ± 15.163 eksemplar

b) Jumlah buku pelajaran : 9.620 eksemplar

c) Jumlah judul buku : 1.574 eksemplar

d) Koran/surat kabar : setiap hari 3 surat kabar

e) Majalah : setiap bulan 2 majalah

2. Media Pembelajaran

Media pembelajaran yang tersedia meliputi:

- Perpustakaan lengkap, serta multimedia.

- TV di tiap kelas khusus.

- VCD player di tiap kelas khusus.

(45)

- LCD proyektor tersedia di tiap kelas.

- Komputer 60 dan akses internet 24 jam.

- Kaset dan video rekorder.

- Aula dilengkapi dengan sound sistem.

- Masjid At-Taqwa sebagai prasarana ibadah, yang sekaligus sebagai

laboratorium keagamaan.

- Laboratorium IPA, Lab. Bahasa 1 lokal dengan 40 both, Lab.

Komputer, ICBC, greenhouse, studio music, dan drumband.

- Tanaman obat.

- Kolam ikan.

- Taman untuk tempat belajar outdoor.

- 31 lokal untuk ruang belajar.

- Ruang BK.

- Lapangan futsal dan basket.

B. Deskripsi Data

Pada bagian deskripsi ini, penulis akan menguraikan frekuensi

kesalahan siswa dalam keterampilan menulis cerpen. Setelah diketahui

kesalahannya, data-data tersebut dianalisis dan hasilnya disajikan dalam

[image:45.595.116.514.113.714.2]

bentuk deskripsi.

Tabel 4.5

Analisis penggunaan morfem dalam keterampilan menulis cerpen siswa Putri Salsabila

(Senang Berakhir Sedih)

No Kalimat Kesalahan morfologi afiksasi

1 2 3 4 Perbaik

an

1 …yang selalu setia

temanin dia di kala suka maupun duka

 menem

ani

2 …kalau pergi

kesekolahnya.

(46)

sekolah

nya

3 …karena arah perjalanan

kesana.

 Ke sana

4 Saat dijalan Dika melihat

seorang anak gadis yang

sangat cantik melintas

sekilas didepan Dika….

 -Di

jalan

-Di

depan

5 …ada sebuah rumah

disini jadi akhirnya kami

mampir…

 Di sini

6 Kami disini hanya tinggal

berdua…

 Di sini

7 Kami tinggal disini

karena ini adalah tanah warisan orang tua kami satu-satunya dan yang lain kami tidak punya.

 Di sini

8 …. Sampai disitulah

gadis tadi yang bernama Tiwi dan Tika berjumpa dan mereka kembali

kerumah.

 -Di

situlah

-Ke

rumah

9 …semakin disadarinya pula tak sedikit pun tabiat

ayahnya menjamahi

lakunya.

 menjam

ah

10 Sejenak bersemayam di

ngiang benaknya…

 dingian

g

11 Hatinya jadi semakin di

desak pulang

 Didesa

k

(47)

4. Konfiks

Berdasarkan tabel 4.5 di atas, diketahui bahwa frekuensi kesalahan

penggunaan morfem yang dilakukan oleh Putri Salsabila sebanyak dua belas.

1. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat pertama

a. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem sufiks

Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan morfem (in),

morfem ini tidak ada dalam bahasa indonesia. Kata temenin seharusnya

diganti menjadi menemani.

2. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat kedua

a. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem prefiks

Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan morfem (ke),

morfem ini tidak tepat digunakan pada kata yang menunjukkan tempat,

tetapi seharusnya kata kerja. (ke) di sini bukanlah morfem melainkan

kata depan, yang seharusnya ke sekolahnya bukan kesekolahnya.

3. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat ketiga

a. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem prefiks

Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan morfem (ke),

morfem ini tidak tepat digunakan pada kata yang menunjukkan tempat,

tetapi seharusnya kata kerja. (ke) di sini bukanlah morfem melainkan

kata depan, yang seharusnya ke sana bukan kesana.

4. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat kempat

a. Kesalahan yang dilakukan oleh siswa pada penggunaan morfem prefiks

Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan morfem (di),

morfem ini tidak tepat digunakan pada kata yang menunjukkan tempat,

tetapi seharusnya kata kerja. (di) di sini bukanlah morfem melainkan

kata depan yang penulisannya dipisah, seharusnya di jalan bukan

dijalan. Selain itu, kesalahan yang dilakukan juga terdapat pada kata

didepan yang seharusnya menjadi di depan.

5. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat kelima

(48)

Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan morfem (di),

morfem ini tidak tepat digunakan pada kata yang menunjukkan tempat,

tetapi seharusnya kata kerja. (di) di sini bukanlah morfem melainkan

kata depan yang penulisannya dipisah, seharusnya di sini bukan disini.

6. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat keenam

a. Kesalahan yang dilakukan oleh siswa pada penggunaan morfem prefiks

Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan morfem (di),

morfem ini tidak tepat digunakan pada kata yang menunjukkan tempat,

tetapi seharusnya kata kerja. (di) di sini bukanlah morfem melainkan

kata depan yang penulisannya dipisah, seharusnya di sini bukan disini.

7. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat ketujuh

a. Kesalahan yang dilakukan oleh siswa pada penggunaan morfem prefiks

Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan morfem (di),

morfem ini tidak tepat digunakan pada kata yang menunjukkan tempat,

tetapi seharusnya kata kerja. (di) di sini bukanlah morfem melainkan

kata depan yang penulisannya dipisah, seharusnya di sini bukan disini.

8. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat kedelapan

a. Kesalahan yang dilakukan oleh siiswa padfa penggunaan prefiks

Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan morfem (di),

morfem ini tidak tepat digunakan pada kata yang menunjukkan tempat,

tetapi seharusnya kata kerja. (di) di sini bukanlah morfem melainkan

kata depan yang penulisannya dipisah, seharusnya di situlah bukan

disitulah.

9. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat kesembilan

a. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem konfiks

Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan morfem (me-,-i),

morfem ini tidak tepat digunakan pada kata dasar jamah, dalam kamus

bahasa Indonesia tidak terdapat kata menjamahi, adapun kata yang tepat

adalah jamah.

10. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat kesepuluh

(49)

Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan morfem (di),

morfem ini terikat dengan kata kerja, yang secara penulisannya digabung

dengan bentuk dasarnya. Ngiang adalah kata kerja, jadi seharusnya

dingiang bukan di ngiang.

11. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat kesebelas

a. Kesalahan yang dialkukan siswa pada penggunaan morfem prefiks

Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan morfem (di),

morfem ini terikat dengan kata kerja, yang secara penulisannya digabung

dengan bentuk dasarnya. Desak adalah kata kerja, jadi seharusnya

didesak bukan di desak.

12. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat kedua belas

a. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem konfiks

Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan morfem (di-,-i),

morfem ini tidak tepat digunakan pada kata dasar nista, dalam kamus

bahasa Indonesia tidak terdapat kata dinistai, adapun kata yang tepat

adalah dinista.

Tabel 4.6

Analisis penggunaan morfem dalam keterampilan menulis cerpen siswa

Elsa Damayanti

(The Little Heroes)

No Kalimat Kesalahan morfologi afiksasi

1 2 3 4 Perbaikan

1 Aku biasa di panggil

“Isan”  Dipanggil

2 ...siapa yang nakalin

kamu?

 Menakali

3 Itu tadi aku dilempalin

pensil, sama di semplot

pake ail.

 Dilempari

Disemprot

4 Loh! Emangnya Arumi

nakal, sampe digituin

sama teman-teman.

(50)

5 …bantuin kakak masak

ya…  Bantu

6 ….bibi disini aja.  Di sini

7 …kita bantuin dia gituin

beras-beras.

 Membantu

Begitukan 8 …ajak ibu makan bersama

disini

 Di sini

9 …Arumi masuk kedalam

kamar…meletakkan bantal

tersebut dibelakang

punggung ibu.

 Ke dalam

Di belakang

10 …abis matanannya

enak…  Makanannya

11 …hari ini udah agak

enakan ko,…

 Mendingan

12 …untuk menambah kan

gerah karet…  Menambahkan

13 …aku masuk kedalam

rumah,…dengan di tutupi

kain putih.

 -Ke dalam

-Ditutupi

14 …jangan tinggalin Isan

bu,…  Tinggalkan

15 Isan maunya ada ibu disini  Di sini

16 …endak ada dilumah  Di rumah

17 …emangnya ibu pergi

kemana?

 Ke mana

18 …ibu sama ayah pergi

kemanasih,…

 Ke mana

19 …surga itu dimana  Di mana

Berdasarkan tabel 4.6 di atas, diketahui bahwa frekuensi kesalahan

penggunaan morfem yang dilakukan oleh Elsa Damayanti sebanyak Sembilan

belas.

1. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat pertama

a. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem prefiks

Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan morfem (di-) pada

kata di panggil. Seharusnya kata dasar panggil digabung dengan morfem

(di) sehingga menjadi dipanggil.

2. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat kedua

(51)

Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan morfem (in),

morfem ini tidak tepat digunakan pada kata nakalin, karena dalam

bahasa Indonesia tidak ada morfem yang berakhiran (-in). Kata nakalin

seharusnya menjadi menakali.

3. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat ketiga

a. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem konfiks

Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan morfem (in),

morfem ini tidak tepat digunakan pada kata dilemparin, karena dalam

bahasa Indonesia tidak ada morfem yang berakhiran (-in). Kata

dilempalin seharusnya menjadi dilempari.

4. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat keempat

a. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem konfiks

Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan morfem (in), morfem

ini tidak tepat digunakan pada kata digituin, karena dalam bahasa

Indonesia tidak ada morfem yang berakhiran (-in). Kata digituin

seharusnya

Gambar

Tabel 3.1
Tabel 4.9
Tabel 4.16
Tabel 4.22
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kontribusi penguasaan unsur-unsur intrinsik cerpen terhadap kemampuan menulis cerpen oleh siswa kelas IX SMP Negeri 1

Simpulan penelitian ini adalah penggunaan media lagu dapat meningkatkan motivasi dan kemampuan menulis cerpen pada siswa kelas X-6 SMA Batik 2 Surakarta Tahun

Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan: (1) perbedaan kemampuan menulis cerpen yang signifikan antara siswa yang mengikuti pembelajaran dengan menggunakan

Berdasarkan hasil penelitian, ada beberapa kesimpulan yang dapat dikemukakan, yaitu sebagai berikut. 1) Kemampuan siswa dalam menulis cerpen di kelas eksperimen sebelum

Berdasarkan hasil analisis ini, dapat dismpulkan bahwa (1) terdapat perbedaan kemampuan menulis cerpen antara siswa yang mendapatkan pembelajaran menggunakan

Tujuan dari penelitian ini adalah (1) mendeskripsikan gambaran pembelajaran menulis cerpen di SMP serta mendiskripsikan penilaian siswa dan guru terhadap materi

Simpulan penelitian ini berdasarkan analisis tersebut adalah: (1) terdapat perbedaan yang signifikan kemampuan menulis cerpen antara siswa yang diberi

Studi pendahuluan ini meliputi kemampuan siswa dalam menulis teks cerpen, penilaian materi cerpen pada buku teks pelajaran bahasa Indonesia yang digunakan, dan