TAHUN AJARAN 2012/2013
Oleh Ade Nurohmah NIM 109013000020
PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
l.
KESALAHAN MORFOLOGI
DALAI\T
KETERAMPILAI$ MENIJLIS
CBRPEN SISWA
KELAS
VII
SEMESTER
2DI MTsN
TANGERAI\G
II
PAMULANGTAHUN
AJARAN
201212013"Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana pendidikan
Oleh: Ade Nurohmah
I{rM
109013000020Mengetatrui, Dosen Pembimbing
JI]RUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN
SASTRA
INDONESIA
FAKULTAS
ILMU
TARBTYAH
DAN KEGURUAN
T]IN
SYARTTHIDAYATI]LLAH
JAKARTA
2014Menulis
Cerpen
Siswa KelasVII
Semester2
di MTsN
Tangerang
il
Pamulang
Tahun
Ajaran
201212013
disusun
oleh
ADB NUROHMAHNomor Induk
Mahasiswa 1090i3000020, diajrftan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan telah dinyatakan lulus dalam Ujian Munaqasah pada tanggal 19 Maret 2Ol4 di hadapan dewan penguji. Karena itu, penulis berhak memperoleh gelar sarjana SI (S. Pd.) dalam bidang Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.Jakarta, 19 Maret2014 Panitia Ujian Munaqasah
Ketua Panitia (Ketua Jursan/Prograrn Studi) Dra. Mahmudah Fitriyah ZA. M.Pd.
NrP 1 96402121997032001
Sekretaris (Sekretaris Jurusan/Prodi) Dra. Hindun. M.Pd.
NIP 1 970 1 21 52009122001
Penguji
I
Ahmad Bahtiar. M. Hum. NIP 1 97601 1 82009121001
Penguji
ll
Dr: . Nuryani. M.A.
NIP 1 9820 6282409 122003
Tanggal
!:.{:klt
g
{fici onil.i$
t{u
go(
Mengetahui,
Dekan Fakultas ILmu Tarbiyah dan Keguruan
Nurlena Rifa'I. M.A.. Ph.D
SENDIRI
Saya yang bertanda tangan di bawah ini,
Nama,."D.Q...
N.gAg..{a^Ak
Tempat/rgl.Lahir,,fuef,.
G
_Ur^t
11..lqg
o
NrM
,
t?g!.1?.p.p
Jurusan/prodi
,..19:1.
..-.
..-
..
..
,
_
:rudur
skripsi
,
.':y!ttS..KSslfu
tU"Wtq;..!4qy
kc+ntanfit",n
..(*yti:
D'pr^:
s'*,;
t<-i;
;,:,
t;;E'i
i
ut'y_
:w*-
t
welf;n:'ffi
i
tz/
to
r
s
DoseaPembimbing
2o.
AA.Ndengan ini meayatakan bahwa
siaipsi yairg saya buat benar-benar hasil karya
sendiri dtra saya bertanggungjawab secara akademis
aias apayang
siyahrris-
*q'e
ov''Pernyataan ini dibrrat sebagai salah
i
Indonesia. Judul Skripsi “Analisis kesalahan Morfologi dalam Keterampilan Menulis
Cerpen Siswa Kelas VII Semester 2 di MTsN Tangerang II Pamulang Tahun Ajaran
2012/2013.”
Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan kemampuan siswa dalam menulis cerpen dengan menggunakan morfem afiks yang tepat. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VII Madrasah Tsanawiyah Negeri Tangerang II Pamulang. Fokus penelitian ini yaitu pemberian tugas membuat cerpen kepada siswa dengan hal yang berhubungan dengan keluarga, persahabatan, pengalaman, atau hal yang berkaitan dengan lingkungannnya. Data yang terkumpul berjumlah dua puluh delapan cerpen. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif. Setelah data terkumpul dari hasil pengamatan dideskripsikan dalam bentuk tulisan. Teknik analisis yang digunakan oleh peneliti yaitu menggunakan langkah-langkah
pengklasifikasian, pengodean, penabulasian, pembetulan/pengoreksian,
pengalkulasian, penginterpretasian, dan penyimpulan.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dari dua puluh delapan cerpen yang dianalisis, diperoleh dua puluh satu cerpen yang termasuk dalam kesalahan penggunaan morfem afiks. Kesalahan yang sering dilakukan siswa yaitu pada penggunaan prefiks dengan persentase sebanyak 71,1 %. Kesalahan penggunaan konfiks mencapai 17,3 %. Kesalahan penggunaan sufiks 11 %. Sedangkan infiks tidak ditemukan kesalahan.
ii
MtsN Tangerang II Pamulang Year 2012/2013.
The objective of this study is to describe students’ skill in writing short story
by using the appropiate affix morpheme. The subject of this study is the seventh grade students at Madrasah Tsanawiyah Negeri Tangerang II Pamulang. This study focuses on giving assignment to the students to make short story that relates to family, friendship, experience, or anything about their enviroment. Data collected are twenty-eight short stories. The method used in this study is descriptive method. After the data collected from the observations then it is described in writing. The analysis technique used by the researcher is clasification, coding, tabulation, corection, calculation, interpretation, and conclusion.
The result of this study shows that twenty-eight short stories that were analyzed, obtained twenty-one short stories included in error affix morpheme use. Errors that are often made by the students are use of prefixes with the presentation (71,7%). Any misuse confix reached 17,3%, 11% suffix usage errors, while infix is not found error.
iii
Rabbi yang telah melimpahkan rahmat, hidayah dan inayah-Nya sehingga dapat
menyelesaikan skripsi ini. Shalawat seiring salam semoga tercurankan kepada junjungan
Nabi besar Muhammad Saw sebagai suri tauladan kita, yang telah membawa kita dari alam
kegelapan sampai ke alam terang benderang seperti sekarang ini.
Skripsi yang berjudul “Analisis Kesalahan Morfologi dalam Keterampilan Menulis
Cerpen Siswa Kelas VII Semester 2 di MTsN Tangerang II Pamulang Tahun Ajaran
2012/2013” disusun untuk memenuhi syarat meraih gelar sarjana strata satu (S1) Pendidikan
Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah, Jakarta.
Selesainya skripsi ini, tidak terlepas dari bantuan yang telah diberikan selama masa
perkuliahan baik berupa ilmu pengetahuan, tenaga, dan motivasi. Untuk itu, penulis
mengucapkan terima kasih kepada :
1. Nurlena Rifa’i, M.A., Ph.D., selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan
Keguruan yang telah memberikan bimbingan dan memotivasi kepada penulis.
2. Dra. Mahmudah Fitriyah ZA, M.Pd., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa
dan Sastra Indonesia dan sebagai dosen pembimbing yang telah sabar, teliti, dan
selalu memberikan motivasi dalam proses penyusunan skripsi.
3. Dra. Hindun, M.Pd., selaku Sekretaris Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia yang selalu memberikan motivasi kepada penulis.
4. Dra. Siti Sahara, selaku Penasehat Akademik yang telah sabar dan selalu
memberikan motivasi kepada penulis.
5. Segenap dosen Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia yang selalu memberikan
motivasi untuk penulis.
6. Kepala Madrasah MTs Negeri Tangerang II Pamulang bapak Drs. Suhardi,
iv
memberikan senyum semangat kepada penulis
9. Para sahabat, yang telah memberikan semangat dan saran yang berguna untuk
penulisan skripsi.
Tidak dapat dipungkiri adanya kekurangan dan kesalahan dalam penulisan skripsi ini.
Untuk itu saran dan kritik konstruktif dari semua pihak sangat penulis harapkan. Akhir kata
hanya kepada Allah Swt jualah kita berserah diri dan semoga kita selalu berada dalam
lindungan-Nya untuk selalu berjuang di jalan-Nya.
Amin ya Rabbal’alamin.
Jakarta, Maret 2014
v
SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI
ABSTRAK………. i
ABSTRAK………. ii
KATA PENGANTAR……….. iii
DAFTAR ISI……….. v
DAFTAR TABEL………. vii
DAFTAR LAMPIRAN... xi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah……….. 1
B. Identifikasi Masalah……… 4
C. Batasan Masalah……….. 5
D. Rumusan Masalah………... 5
E. Tujuan Penelitian………. 5
F. Manfaat Penelitian……….. 6
G. Sistematika Penulisan………. 6
BAB II ACUAN TEORETIS A. Landasan Teoretis……… 8
1. Analisis Kesalahan... 8
2. Hakikat Morfologi... 8
3. Proses Morfologis... 9
4. Penggolongan Morfem... 14
5. Keterampilan Menulis ... 16
6. Cerpen... 17
7. Unsur-unsur Cerpen... 17
vi
B. Lokasi Penelitian……… 22
C. Metode Pengumpulan Data……… 22
D. Fokus Penelitian……….. 22
E. Metode Analisis Data………. 23
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Profil Sekolah... 24
B. Deskripsi Data... 30
C. Interpretasi Data... 112
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Simpulan... 113
B. Saran... 113
vii
Tabel 4.1 Data Tenaga Kependididkan MTs 27
Negeri Tangerang II Pamulang
Tabel 4.2 Data Siswa MTs Negeri Tangerang 27
II Pamulang
Tabel 4.3 Jumlah Rombel MTs Negeri Tangerang 28
II Pamulang
Tabel 4.4 Jumlah dan Luas Ruang MTs Negeri 28
Tangerang II Pamulang
Tabel 4.5 Analisis Penggunaan Morfem dalam 30
Keterampilan Menulis Cerpen Siswa
Putri Salsabila (Senang Berakhir sedih)
Tabel 4.6 Analisis Penggunaan Morfem dalam 34
Keterampilan Menulis Cerpen Siswa
Elsa Damayanti (The Little Heroes)
Tabel 4.7 Analisis Penggunaan Morfem dalam 39
Keterampilan Menulis Cerpen Siswa
[image:11.612.112.489.144.686.2]viii
Tabel 4.9 Analisis Penggunaan Morfem dalam 45
Keterampilan Menulis Cerpen Siswa
Salman Hazami Kamal (Para
Pencari Cinta/PPC)
Tabel 4.10 Analisis Penggunaan Morfem dalam 50
Keterampilan Menulis Cerpen Siswa
Nurul Khotimah (Demi Senyum Ibuku)
Tabel 4.11 Analisis Penggunaan Morfem dalam 55
Keterampilan Menulis Cerpen Siswa
Wardah Febriani (Penyesalan
yang tak Terlupakan)
Tabel 4.12 Analisis Penggunaan Morfem dalam 57
Keterampilan Menulis Cerpen Siswa
Nurul Komariah (Si Kembar yang
Berbeda Karakter)
Tabel 4.13 Analisis Penggunaan Morfem dalam 62
Keterampilan Menulis Cerpen Siswa
Wafiatun Nida (Ibu)
Tabel 4.14 Analisis Penggunaan Morfem dalam 67
ix
Afini N. B. R (Hadiah Terakhir dari
[image:13.612.112.489.172.735.2]Sahabat)
Tabel 4.16 Analisis Penggunaan Morfem dalam 72
Keterampilan Menulis Cerpen Siswa
Willi Arisandy (Kisah Persahabatan
yang Abadi Selamanya Susah Senang
Selalu Bersama)
Tabel 4.17 Analisis Penggunaan Morfem dalam 76
Keterampilan Menulis Cerpen Siswa
Meidy Serojaningtyas (Senang, Sedih,
dan Gelisah saat Pulang kampung)
Tabel 4.18 Analisis Penggunaan Morfem dalam 82
Keterampilan Menulis Cerpen Siswa
Azzahra Zakiah (Bintang Jatuh)
Tabel 4.19 Analisis Penggunaan Morfem dalam 84
Keterampilan Menulis Cerpen Siswa
Amrina Rosyada (Persami)
Tabel 4.20 Analisis Penggunaan Morfem dalam 87
Keterampilan Menulis Cerpen Siswa
x
Tabel 4.22 Analisis Penggunaan Morfem dalam 96
Keterampilan Menulis Cerpen Siswa
Ahmad Aulia Rahman Habibi
(Duka Ditinggal Ayah)
Tabel 4.23 Analisis Penggunaan Morfem dalam 98
Keterampilan Menulis Cerpen Siswa
Indira Aulia Attifah (Vega Tak
Menangis)
Tabel 4.24 Analisis Penggunaan Morfem dalam 99
Keterampilan Menulis Cerpen Siswa
Mohammad Riza Fathoni (Teman Sejati
dan Cita-citanya)
Tabel 4.25 Analisis Penggunaan Morfem dalam 101
Keterampilan Menulis Cerpen Siswa
Shafina Azzahran (Kebaikan Rini dan
Chika)
Tabel 4.26 Analisis Penggunaan Morfem dalam 105
Keterampilan Menulis Cerpen Siswa
xi
Tabel 4.28 Analisis Penggunaan Morfem dalam 107
Keterampilan Menulis Cerpen Siswa
Shakina Ayu L. (Rencana Berkemah)
Tabel 4.29 Analisis Penggunaan Morfem dalam 110
Keterampilan Menulis Cerpen Siswa
xii
Lampiran 2. Surat Bimbingan Skripsi
Lampiran 3. Surat Keterangan
Lampiran 4. Cerpen Siswa
1
Bahasa merupakan kebutuhan bagi setiap orang sebagai alat
komunikasi. Namun, tidak semua orang bisa menggunakan bahasa dengan
baik dan benar, karena setiap orang mempunyai kompetensi yang
berbeda-beda. Hal ini tentunya tergantung dari kebiasaan seseorang. Jika seorang
anak dibiasakan menggunakan bahasa dengan baik dan benar tentunya ia
akan membawa kebiasaan itu ketempat yang lain. Namun, jika lingkungan
di sekitarnya memberikan dampak yang buruk pada bahasanya, maka
kemungkinan ia akan terkena dampak itu. Untuk mengantisipasi hal itu,
tentunya perlu peranan seorang pembimbing dalam menggunakan bahasa
yang baik dan benar. Seorang pembimbing yang dimaksud adalah guru
yang mempunyai peran penting di lingkungan sekolah yang didukung oleh
orang tua, masyarakat, dan lingkungan sekitarnya.
Selain Faktor kebiasaan, yang menyebabkan kesalahan berbahasa
khususnya dalam menulis, juga bisa dikarenakan kurangnya minat siswa
dalam menulis. Selain karena kurang membaca, siswa memiliki
perbendaharaan kata yang terbatas. Hal inipun juga dipengaruhi oleh
kebiasaan siswa. Jika seorang siswa gemar membaca dan menulis, tentu
kesalahan yang ditemukan akan sedikit bahkan tidak ditemukan. Hal ini
dikarenakan siswa terbiasa menggunakan bahasa yang tepat dalam sebuah
tulisan.
Kebiasaan siswa di kelas juga sangat berpengaruh terhadap hasil
tulisannya. Misalnya, siswa sering diajak berlatih menulis di kelas untuk
melatih kemampuan menulis yang baik. Ini tentu akan berdampak positif
bagi siswa untuk melatih kebiasaan menulis dengan baik.
Seperti yang kita ketahui, menulis merupakan cara seseorang untuk
berekspresi. Dalam pembelelajaran Bahasa Indonesia di sekolah, siswa
2
karena jika siswa tidak menyesuaikan afiks dalam sebuah tulisan, ini akan
menjadi sebuah kesalahan. Tentu hal ini harus menjadi perhatian bagi
calon guru maupun guru Bahasa Indonesia.
Ketika siswa diminta untuk membuat karangan cerpen dalam bahasa
Indonesia, tentu siswa tersebut harus mempunyai ketelitian dalam
pengunaan bahasa baik. Kesalahan berbahasa sering dijumpai pada
berbagai tulisan dan lisan, namun di sini penulis lebih memfokuskan pada
tulisan. Penggunaan morfem yang salah seringkali terjadi dalam sebuah
tulisan. Faktor lain yang menjadi sumber kesalahan selain bahasa yang
dikuasainya, juga lingkungan dan media informasi mempunyai pengaruh
yang cukup besar. Pengaruh yang cukup besar dalam penggunaan bahasa
Indonesia, tentu akan menimbulkan kesalahan jika dwibahasawan
menggunakannya dalam bahasa lisan maupun tulisan. Lalu berkaitan
dengan tulisan tentu harus ada minat dari diri siswa dalam menulis.
Banyak siswa yang merasa bahwa kegiatan menulis itu sangat sulit. Hal
ini, tentu menjadi tantangan bagi guru bahasa Indonesia untuk
meningkatkan motivasi siswa dalam menulis. Misalnya saja, seorang guru
menyarankan agar siswa selalu mencatat hal-hal yang pernah dialami
siswa. Kegiatan mencatat ini bisa dilakukan setiap hari agar siswa gemar
dalam menulis.
Siswa kelas VII sudah diharapkan mampu menulis sebuah cerpen.
Memang ini bukan pekerjaan yang mudah, oleh karena itu, penulis
menyarankan pada siswa agar menceritakan hal-hal yang pernah dialami.
Sebelum siswa diberikan tugas membuat cerpen, siswa diberikan materi
mengenai cerpen dan diminta untuk membaca cerpen anak. Hal ini
3
Cohtohnya pada prefiks di- terkadang tertukar dengan kata depan. Afiks
atau yang kita kenal dengan kata imbuhan tak pernah lepas dari kata dasar
yang mengikutinya. Hal ini berkaitan dengan morfem terikat.
Kesalahan penggunaan afiks atau imbuhan, bisa karenakan
kurangnyan pengetahuan siswa mengenai penggunaan afiks atau imbuhan
dan atau kurangnya perhatian guru kepada siswa. Selain itu proses
pembelajaran juga perlu dibenahi agar waktu yang sudah ditentukan
berdasarkan jam pelajaran dapat digunakan secara maksimal. Jika waktu di
sekolah sangat minim untuk pembelajaran, maka guru bisa memberikan
tugas di rumah yang bertujuan untuk mengurangi kesalahan yang
dilakukan siswa dalam hal menulis. Hal ini setidaknya membuat siswa
tidak takut lagi dalam menulis, karena guru sudah membiasakan di
sekolah. Perlu diperhatikan juga adanya kerjasama antara guru dan orang
tua. Agar siswa dapat menggunakan kompetensinya sebaik mungkin. Jika
siswa sudah terbiasa menulis dan membuat tulisannya dengan baik, maka
bukan tidak mungkin hal itu bisa menjadikan hobi yang bernilai tinggi.
Penelitian ini, penulis ingin menganalisis kesalahan afiks dalam
cerpen siswa kelas VII semester 2 di MTsN Tangerang II Pamulang,
khususnya dalam keterampilan menulis cerpen. Seberapa besar kesalahan
penggunaan morfem yang dilakukan siswa dalam karangan cerpen. Oleh
karena itu, penulis mencoba untuk menganalis kesalahan-kesalahan
berbahasa siswa, khususnya pada penggunaan afiks. Penggunaan afiks
terkadang tertukar dengan kata depan. Oleh karena itu penulis merasa
tertarik untuk menganalisis penggunaan morfem yang tepat dalam
4
1. Penggunaan afiks yang tepat dalam menulis cerpen siswa kelas VII
MTsN.
2. Minat siswa dalam menulis cerpen siswa kelas VII MTsN.
3. Tingkat kesalahan yang dilakukan dalam menulis cerpen siswa VII
MTsN.
C. Batasan Masalah
Agar pembahasan masalah dalam penelitian ini tidak terlalu luas,
maka diperlukannya batasan masalah. Dalam penelitian ini, penulis
memfokuskan pada masalah Analisis Kesalahan Morfologi pada Aspek
Afiksasi Saja, yang Meliputi: Prefiks, Infiks, Sufiks, dan konfiks dalam
Keterampilan Menulis Cerpen Siswa Kelas VII Semester II Di MTsN
Tangerang II Pamulang.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penulis
merumuskan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimanakah kesalahan morfologi khususnya Prefiks, Infiks, Sufiks,
dan konfiks dalam cerpen siswa kelas VII semester 2 di MTsN
Tangerang II Pamulang tahun ajaran 2012/2013?
E. Tujuan Penelitian
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kesalahan
morfologi pada cerpen siswa kelas VII Semester II di MTsN Tangerang II
Pamulang. Selain itu, Jika ditemukan kesalahan di dalam cerpen siswa,
maka dapat dijadikan pembelajaran untuk penulis dan tenaga pengajar
5
1. Siswa akan terbiasa menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan
benar terutama dalam membuat karangan cerpen.
2. Mampu memberikan sumbangan ilmu pengetahuan dalam
keterampilan menulis cerpen dengan penggunaan morfem afiks
yang tepat.
b. Manfaat Praktis
1. Menjadi pembelajaran bagi siswa agar dapat mengasah
keterampilan menulis, khususnya menulis cerpen.
2. Menjadi acuan bagi guru untuk membuat pembelajaran menulis
cerpen yang sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia.
3. Bagi peneliti untuk memberikan sumbangan terhadap pola
penyajian dan pengembangan bahasa terutama bahasa Indonesia
sebagai alat komunikasi baik lisan maupun tulisan.
4. Bagi mahasiswa jurusan bahasa Indonesia, dapat digunakan untuk
penelitian lebih lanjut mengenai penggunaan morfologi dalam
keterampilan menulis.
G. Sistematika Penulisan
Untuk memudahkan proses penelitian dan pembahasan hasil
penelitian, maka peneliti menyusun sistematika penelitian ke dalam lima
bagian yaitu:
BAB I PENDAHULUAN
Bagian pertama merupakan latar belakang masalah, batasan masalah,
rumusan masalah, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian.
6
Bagian ketiga merupakan waktu dan metode penelitian, lokasi penelitian,
metode pengumpulan data, fokus penelitian, dan metode analisis data.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Bagian keempat merupakan profil sekolah yang meliputi letak geografis
MTsN Tangerang II Pamulang, sejarah singkat MTsN Tangerang II
Pamulang, visi misi dan tujuan MTsN Tangerang II Pamulang, data guru
dan siswa, sarana dan prasarana, sumber belajar, deskripsi data, dan
interpretasi data.
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
8
Menurut Ellis, Analisis kesalahan adalah suatu prosedur kerja,
yang biasa digunakan oleh para peneliti dan guru bahasa, yang
meliputi pengumpulan sampel, pengidentifikasian kesalahan yang
terdapat salam sampel, penjelasan kesalahan tersebut,
pengklasifikasian kesalahan berdasarkan penyebabnya, serta penilaian
taraf keseriusan kesalahan.1 Dalam penelitian ini, peneliti lebih
memfokuskan pada kesalahan morfologi yaitu pada bagian afiks.
Adapun pengertian dari kesalahan morfologi adalah kesalahan
memakai bahasa disebabkan salah memilih afiks, salah menggunakan
kata ulang, salah menyusun kata majemuk, dan salah memilih bentuk
kata.2
2. Hakikat Morfologi
Secara etimologi kata morfologi berasal dari kata morf yang
berarti „bentuk’ dan kata logi yang berarti ilmu. Jadi secara harfiah
kata morfologi berarti ilmu mengenai bentuk.3 Menurut Ramlan,
morfologi ialah bagian ilmu bahasa yang membicarakan atau yang
mempelajari seluk –beluk bentuk kata serta pengaruh
perubahan-perubahan bentuk kata terhadap golongan dan arti kata.4 Morphology
is the study of word structure.5 Artinya morpologi adalah ilmu yang
mengenai struktur kata. Menurut Nirmala Sari, morphologi is the
1
Bambang Yulianto dan Maria Mintowati, Analisis Kesalahan Berbahasa. (Jakarta: Universitas terbuka, 2009), hlm. 2.5
2
Henri Guntur Tarigan dan Djago Tarigan, Pengajaran Analisis Kesalahan Berbahasa,(Bandung: Angkasa, 1990), hlm. 198
3
Abdul Chaer, Morfologi Bahasa Indonesia (Pendekatan Proses), (Jakarta: PT Rineke Cipta, 2008), hlm. 3
4
Ramlan, Morfologi Suatu Tinjauan Deskriptif, (Yogyakarta: CV. Karyono, 2001), hlm. 21
5
studyof word formation.6 Artinya, morfologi merupakan pembelajaran
dari formasi kata.Menurut Sutarna, morfologi ialah salah satu cabang
linguistik yang menyelidiki seluk-beluk struktur internal kata dan
pengaruh perubahan struktur tersebut terhadap arti dan golongan kata.7
Selain itu, Matthew mengatakan bahwa morfologi adalah cabang dari
ilmu bahasa yang mempelajari seluk-beluk bentuk kata dalam berbagai
penggunaan dan kontruksi.8 Dari definisi di atas dapat disimpulkan
bahwa morfologi adalah ilmu bahasa yang mempelajari bentuk kata
serta pengaruh perubahan bentuk kata.
3. Proses Morfologis
Proses morfologis adalah peristiwa penggabungan morfem satu
dengan morfem yang lain menjadi kata.9 Pendapat lain mengatakan
proses morfologis ialah cara pembentukan kata-kata dengan
menghubungkan morfem yang satu dengan morfem yang lain.10 Jadi,
proses morfologis adalah proses penggabungan antar morfen yang satu
dan lainnya, sehingga membentuk kata. Dalam proses morfologis
terdapat proses afiks (afiksasi), Proses pengulangan (reduplikasi),dan
proses pemajemukan (komposisi)
a. Proses Afiks (Afiksasi)
Menurut Masnur Muslich Afiks ialah bentuk kebahasaan terikat
yang hanya mempunyai arti gramatikal, yang merupakan unsur
langsung suatu kata, tetapi bukan merupakan bentuk dasar, yang
memiliki kesanggupan untuk membentuk kata-kata baru. Pendapat lain
mengatakan, afiks adalah suatu satuan gramatik terikat yang tidak
pernah menjadi bentuk dasar bagi struktur yang lebih besar dan tidak
memiliki arti leksikal. Bersama dengan morfem atau morfem-morfem
yang merupakan bentuk dasarnya, afiks membentuk kata. Proses
6
Nirmala Sari, An Introduction to linguistics. Jakarta: Depdikbud, 1988
7
Sutarna, Morfologi bahasa Indonesia, (Jartata: Universitas terbuka, 2007), hlm.1.10
8
Zainuddin, Pengetahuan Kebahasaan, (Surabaya: Usaha Nasional, 1985), hlm. 57
9
Ibid. hlm. 32
10
penggabungan afiks dengan morfem atau morfem-morfem untuk
membentuk kata itu disebut proses afiksasi.11 Afiks ini meliputi
imbuhan awal (prefiks), imbuhan tengah (infiks), imbuhan akhir
(sufiks), maupun imbuhan terbelah (konfiks atau simulfiks). Proses
afiksasi bukanlah hanya sekedar perubahan bentuk saja, melainkan
juga pembentukan leksem menjadi kelas tertentu.12
Berikut ini adalah contoh penggabungan prefiks, infiks, sufiks, dan
konfiks atau simulfiks dengan bentuk dasar bebas:
a) -Prefiks (ber-) + bentuk dasar bebas (satu) = kata (bersatu)
-Prefiks (meN-) + bentuk dasar bebas (makan) = kata (memakan)
-Prefiks (pe-) + bentuk dasar bebas (tani) = kata (petani)
-Prefiks (di-) + bentuk dasar bebas (sapu) = kata (disapu)
-Prefiks (ter-) + bentuk dasar bebas (pandai) = kata (terpandai)
-Prefiks (se-) + bentuk dasar bebas (nasib) = kata (senasib)
b) -Infiks (-er-) + bentuk dasar bebas (gigi)= kata (gerigi)
-Infiks (-el-) + bentuk dasar bebas (tapak)= kata (telapak)
-Infiks (-em-) + bentuk dasar bebas (getar)= kata (gemetar)
c) -Sufiks (-an) + bentuk dasar bebas (minum) = kata (minuman)
-Sufiks (-kan) + bentuk dasar bebas (lepas) = kata (lepaskan)
-Sufiks (-i) + bentuk dasar bebas (sampul) = kata (sampuli)
d) -Konfiks atau simulfiks (ke-an) + bentuk dasar bebas (baik) = kata
(kebaikan)
-Konfiks atau simulfiks (ber-an) + bentuk dasar bebas (jatuh) =
kata (berjatuhan)
-Konfiks atau simulfiks (peN-an) + bentuk dasar bebas (rencana) =
Kata (perencanaan)
-Konfiks atau simulfiks (per-an) + bentuk dasar bebas (baik) = kata
(perbaikan)
11
Zainuddin, Pengetahuan Kebahasaan, (Surabaya: Usaha Nasional, 1985), hlm. 65
12
Penggunaan afiks tidak hanya berlaku pada bentuk bebas saja,
tetapi juga pada bentuk terikat, seperti contoh di bawah ini:
a). -Prefiks (meN-) + bentuk dasar bebas (lancong) = kata (melancong)
-Prefiks (ber-) + bentuk dasar bebas (tengkar) = kata (bertengkar)
-Prefiks (peN-) + bentuk dasar bebas (hubung) = kata
(penghubung)
-Prefiks (di-) + bentuk dasar bebas (paksa) = kata (dipaksa)
-Prefiks (ter-) + bentuk dasar bebas (gapai) = kata (tergapai)
-Prefiks (se-) + bentuk dasar bebas (ikat) = kata (seikat)
b). -Infiks (-el-) + bentuk dasar bebas (tunjuk) = kata (telunjuk)
-Infiks (-em-) + bentuk dasar bebas (getar) = kata (gemetar)
c). -Sufiks (-kan) + bentuk dasar bebas (hadap) = kata (hadapkan)
-Sufiks (-i) + bentuk dasar bebas (hindar) = kata (hindari)
-Sufiks (-an) + bentuk dasar bebas (karang) = kata (karangan)
d). -Konfiks atau simulfiks (per-an) + bentuk dasar bebas (temu) =
(pertemuan)
- Konfiks atau simulfiks (peN-an) + bentuk dasar bebas (beri) =
(pemberian)
-Konfiks atau simulfiks (per-an) + bentuk dasar bebas (temu) =
(pertemuan)
b. Proses Pengulangan (Reduplikasi)
Proses pengulangan merupakan peristiwa pembentukan
kata dengan jalan mengulang bentuk dasar, baik seluruhnya
maupun sebagian, baik bervariasi fonem maupun tidak, baik
berkombinasi dengan afiks maupun tidak.13 Adapun jenis
pengulangan adalah:
13
1. Pengulangan seluruh
Pengulangan seluruh ialah pengulangan bentuk dasar secara
[image:27.595.152.518.196.580.2]keseluruhan.14 Misalnya terlihat pada tabel berikut:
Tabel 2.1
Pengulangan Seluruh
No Bentuk Dasar Hasil Pengulangan Seluruh
1 Batu Batu-batu
2 sembilan Sembilan-sembilan
3 pembangunan
Pembangunan-pembangunan
2. Pengulangan sebagian
Pengulangan sebagian ialah pengulangan bentuk dasar
secara sebagian, tanpa perubahan fonem.15 Misalnya terlihat
pada tabel berikut:
Tabel 2.2
Pengulangan Sebagian
No Bentuk Dasar Hasil Pengulangan
Sebagian
1 memanggil Memanggil-manggil
2 Menulis Menulis-nulis
3 Seakan Seakan-akan
3. Pengulangan yang berkombinasi dengan pembubuhan afiks
Pengulangan yang berkombinasi dengan pembubuhan afiks
ialah pengulangan bentuk dasar disertai dengan penambahan
afiks secara bersama-sama atau serentak dan bersama-sama
14
Masnur Muslich, Tata Bentuk Bahasa Indonesia (Kajian Ke Arah Tatabahasa Deskriptif), (Jakarta: Bumi Angkasa), hlm. 52
15
pula mendukung satu arti.16 Misalnya terlihat pada tabel berikut:
Tabel 2.3
Pengulangan yang Berkombinasi dengan Pembubuhan Afiks
Bentuk
Dasar
Pengulangan dan +
Pembubuhan Afiks
= Hasil Pengulangan
rumah + (pengulangan) -an = rumah-rumahan
kuning + ke-(pengulangan)-an = kekuning-kuningan
baik + se-(pengulangan)-nya = sebaik-baiknya
4. Pengulangan dengan perubahan fonem
Pengulangan dengan perubahan fonem ialah pengulangan
bentuk dasar dengan disertai perubahan fonem.17 Misalnya
[image:28.595.152.517.181.566.2]terlihat pada tabel berikut:
Tabel 2.4
Pengulangan dengan perubahan fonem
No Bentuk Dasar Hasil Pengulangan dengan
Perubahan Fonem
1 Gerak Gerak-gerik
2 Sayur Sayur-mayur
3 Ramah Ramah-tamah
c. Proses Pemajemukan (Komposisi)
Proses pemajemukan atau komposisi adalah peristiwa
bergabungnya dua morfem dasar atau lebih secara padu dan
menimbulkan arti baru.18 Menurut Masnur Muslich, kata mejemuk
berbeda dengan frasa. Konstruksi meja makan dan Nia makan
tentunya mempunyai pengertian yang berbeda. Apabila suatu
16
Masnur Muslich, Tata Bentuk Bahasa Indonesia (Kajian Ke Arah Tatabahasa Deskriptif), (Jakarta: Bumi Angkasa), hlm. 53
17
Ibid. hlm. 54
18
kontruksi frasa berunsur kata benda dan kata kerja, ia mempunyai
dua kemungkinan fungsi, yaitu fungsi predikat dan fungsi atribut.
Fungsi predikat di sini yang bisa disisipi (akan, telah, sedang)
sedangkan fungsi atribut yang bisa disisipi bentuk yang atau tidak.
Konstruksi meja makan akan terdengar aneh jika disisipi
bentuk-bentuk yang menyatakan aspek akan/telah/sedang, begitu juga
bentuk yang dan tidak. Konstruksi Nia makan adalah bentuk frasa,
karena bisa disisipi kata akan/telah/sedang. Sedangkan konstruksi
meja makan adalah bentuk majemuk.
Dari pemaparan proses morfologis di atas sudah jelas, bahwa
proses itu meliputi proses Afiks (afiksasi), proses pengulangan
(reduplikasi), dan proses penajemukan (komposisi). Namun, dalam
penelitian ini, penulis lebih memfokuskan pada proses afiks
(afiksasi).
4. Penggolongan Morfem
Menurut Sutarna, Morfem lebih menunjuk pada ciri bentuk dan arti
yang dimiliki oleh satuan gramatik terkecil.19 Menurut Kridalaksana,
morfem sebagai satuan lingual (satuan bahasa) terkecil yang maknanya
relative stabil dan yang tidak dapat dibagi atas bagian bermakna yang
lebih kecil.20 Dan menurut Masnur Muslich, morfem adalah
bentuk-bentuk berulang yang paling kecil beserta artinya.21 Dari beberapa
definisi tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa morfem adalah kajian
Morfologi yang menitikberatkan pada bentuk gramatik terkecil yang
memiliki makna dan berulang. Jika dilihat dari cirinya morfem sering
muncul berulang-ulang seperti kata di-, ke, kata dasar, dll.
19
Sutarna, Morfologi Bahasa Indonesia, (Jartata: Universitas terbuka, 2007), hlm. 1.35
20
Sutarna, dkk, Morfologi Bahasa Indonesia, (Jartata: Universitas terbuka, 1999), hlm.1.27
21
Morfem-morfem dalam setiap bahasa dapat digolongkan
berdasarkan beberapa kriteria. Antara lain berdasarkan kebebasannya,
keutuhannya, dan maknanya.22
a. Morfem bebas dan morfem terikat
Morfem bebas adalah morfem yang tanpa kehadiran
morfem lain dapat muncul dalam ujaran. Misalnya bawa,
simpan, maju, dll. Morfem terikat adalah morfem yang tanpa
digabung dulu dengan morfem lain tidak dapat muncul dalam
ujaran. Semua imbuhan (afiks) dalam bahasa Indonesia adalah
morfem terikat.23
b. Morfem utuh dan morfem terbagi
Klasifikasi morfem atas morfem utuh dan morfem terbagi
berdasarkan bentuk formal yang dimiliki morfem tersebut,
yaitu apakah merupakan satu kesatuan yang utuh atau
merupakan dua bagian yang terpisah atau terbagi, karena
disisipi morfem lain.24 Contoh morfem utuh ialah kata (laut),
(meja), dan morfem terikat, sedangkan morfem terbagi adalah
sebuah morfem yang terdiri dari dua bagian yang terpisah, satu
di awal dan satu di belakang.25misalnya (ke-/-an), (per-/-an),
dll.
c. Morfem segmental dan suprasegmental
Morfem segmental adalah morfem yang dibentuk oleh
fonem-fonem segmental, seperti morfem (lari), (kah), (kali),
dan (ter). Jadi, semua morfem yang berwujud bunyi adalah
morfem segmental. Sedangkan morfem suprasegmental adalah
morfem yang dibentuk oleh unsur-unsur suprasegmental.26
22
Alek, linguistik Umum, (Jakarta: FITK Press UIN Jakarta, 2009), hlm. 60
23
Ibid.hlm. 60-61
24
Ibid. hlm. 62
25
Ibid. hlm. 62
26
Dalam bahasa Babah misalnya ada kata botar (tekanan pada
suku pertama), artinya “putih” di samping bentuk botar (tekanan pada suku kedua artinya “darah. Di sini unsur
segmental kedua bentuk itu sama yaitu b, o, t, a, r sedang unsur
suprasegmentalnya adalah tekanan.
5. Keterampilan menulis
Keterampilan menulis merupakan salah satu dari keterampilan
berbahasa yang dikuasai seseorang sesudah menguasai keterampilan
menyimak, berbicara, dan membaca.27 Menulis adalah segenap
rangkaian kegiatan seseorang dalam rangka mengungkapkan gagasan
dan menyampaikannya melalui bahasa tulis kepada orang lain agar
mudah dipahami.28 Definisi lain mengatakan, Menulis dapat
didefinisikan sebagai suatu kegiatan penyampaian pesan (komunikasi)
dengan menggunakan bahasa tulis sebagai alat tulis atau medianya.29
Menulis dapat didefinisikan sebagai suatu kegiatan penyampaian pesan
dengan menggunakan tulisan sebagai mediumnya.30 Selain itu menulis
merupakan suatu keterampilan berbahasa yang dipergunakan untuk
berkomunikasi secara tidak langsung, tidak secara tatap muka dengan
orang lain.31 Alek mengatakan, menulis adalah suatu kegiatan untuk
menciptakan suatu catatan atau informasi pada suatu media dengan
menggunakan aksara.32 Jadi, menulis adalah kegiatan berkomunikasi
yang dilakukan secara tertulis untuk menyampaikan suatu pesan.
27
Kundaru Saddhono dan St. Y. Slamet, Meningkatkan Keterampilan Berbahasa Indonesia, Teori dan Aplikasi, (Bandung: Karya Putra Darwati, 2012), hlm. 96
28
Nurudin, Dasar-Dasar Penulisan, (Malang: UMM press,2010), hlm. 4
29
Suparno dan Mohamad Yunus, Keterampilan Dasar Menulis, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2007), hlm. 1.3
30
Sabarti Alkhadiah,dkk. Menulis I. (Jakarta: Universitas terbuka, 2007), hlm. 1.3
31
Henry Guntur tarigan, Menulis, (Bandung: Angkasa, 2008), hlm. 3
32
6. Cerpen
Cerpen merupakan kependekan dari cerita pendek. Cerpen
merupakan bentuk prosa rekaan yang pendek. Pendek di sini masih
mempersyaratkan adanya keutuhan cerita, bukan asal sedikit
halaman.33 Cerpen masih bisa dibagi lagi menjadi cerpen yang panjang
(cerpenpan) dan cerpen yang pendek, biasa disebut cerita mini
(misalnya “Cermin” di majalah Gadis). Cerpen yang panjang bisa kita
temui, antara lain, dalam karya Budi Dharma yang berjudul “Foto” (42
halaman) dan “Kritikus Adinan” (56 halaman). Cerita mini biasanya
terdiri atas satu halam atau kurang dari itu. Dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia (1996: 186), cerpen diartikan sebagai kisahan
pendek (kurang dari 10.000 kata) yang memberikan kesan tunggal
yang dominan dan memusatkan diri pada satu tokoh di satu situasi
(pada suatu ketika).34
7. Unsur-unsur Cerpen
Dalam karya sastra seperti cerpen, tentu tak lepas dari unsur intrinsik
dan ektrinsik. Unsur intrinsik (intrinsic) adalah unsur-unsur yang
membangun karya sastra itu sendiri.35 Unsur ekstrinsik (extrinsic)
adalah unsur-unsur yang berada di luar karya sastra itu, tetapi secara
tidak langsung mempengaruhi bangunan atau sistem organisme karya
sastra.36 Berikut ini adalah unsur intriksik yang ada di dalam cerita :
a. Tema
Tema (theme), menurut Stanton dan Kenny adalah makna yang
dikandung oleh sebuah cerita37
b. Plot
Menurut Stanton, plot adalah cerita yang berisi urutan kejadian,
namun tiap kejadian itu hanya dihubungkan secara sebab aklibat,
33
Wahyudi siswanto, Pengantar Teori Sastra, (Malang: Grasindo, 2008), hlm. 141.
34
Ibid. hlm. 142
35
Burhan Nurgiantoro. Teori Pengkajian Fiksi. (Yogyakarta: Dadjah Mada University Press, 2005), hlm.23, cet, ke-5
36
Ibid. hlm. 23
37
peristiwa yang satu disebabkan atau menyebabkan terjadinya
peritiwa yang lain.38
c. Tokoh & Penokohan
Tokoh menunjuk pada orangnya, pelaku cerita, sedangkan
penokohan sering disamakan artinya dengan karakter dan
perwatakan menunjuk pada penempatan tokoh-tokoh tertentu dan
watak-watak tertentu dalam sebuah cerita.39
d. Latar
Menurut Abrams, Latar atau setting yang disebut juga sebagai
landas tumpu, menyaran pada pengertian tempat, hubungan
waktu, dan lingkungan sosial tempat terjadinya
peristiwa-peristiwa yang diceritakan.40
e. Sudut Pandang
Sudut pandang pada hakikatnya merupakan strategi, teknik, siasat,
yang secara sengaja dipilih pengarang untuk mengemukakkan
gagasan dan ceitanya. 41
f. Bahasa
Bahasa dalam seni sastra dapat disamakan dengan cat dalam seni
lukis. Keduanya merupakan unsure bahan, alat, dan sarana, yang
diolah untuk dijadikan sebuah karya yang mengandung “nilai lebih” daripada sekedar bahannya itu sendiri. Bahasa merupakan
sarana pengungkapan sastra.42
8. Ciri-ciri Cerpen
Ciri-ciri dari sebuah cerpen adalah sebagai berikut43
a. Bentuk tulisannya singkat, padat, dan lebih pendek daripada novel
38
Burhan Nurgiantoro. Teori Pengkajian Fiksi. (Yogyakarta: Dadjah Mada University Press, 2005), hlm.113, cet, ke-5
39
Ibid. hlm.165, cet, ke-5
40
Ibid. hlm.. 216, cet, ke-5
41
Ibid. hlm. 248
42
Ibid. hlm. 272
43
b. Kurang dari 10.0000 kata
c. Sumber cerita dari kehidupan sehari-hari, baik pengalaman sendiri
maupun orang lain.
d. Tidak melukiskan seluruh kehidupan pelakuknya karena
mengangkat masalah tunggal atau sarinya saja.
e. Habis dibaca sekali duduk dan hanya mengisahkan sesuatu yang
berarti bagi pelakunya saja.
f. Tokoh-tokohnya dilukiskan mengalami konflik sampai pada
penyelesaiannya.
g. Penggunaan kata-katanya sangat ekonomis dan mudah dikenal
masyarakat.
h. Sanggup meninggalkan kesan mendalam dan mampu
meninggalkan efek pada perasaan pembaca.
i. Beralur tunggal dan lurus.
j. Penokohannya sangat sederhana, singkat, dan tidak mendalam.
B. Penelitian yang Relevan
Penelitian mengenai morfologi pernah dilakukan oleh Suyatno
dengan judul, “Proses Morfologis Morfem Dasar Terikat Bahasa
Indonesia” dari Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro 2009.
Dalam penelitiannya, Proses afiksasi memunculkan gejala yang disebut
morfofonemik, yaitu perubahan fonem pada awal morfem akibat
pertemuan dengan morfem lain. Kaidah morfofonemik reduplikasi yang
berkombinasi dengan afiksasi terdapat tiga kaidah, yaitu: kaidah peluluhan
fonem, kaidah pemunculan fonem, dan kaidah pergeseran fonem. Selain
itu jenis morfem dasar terikat bahasa Indonesia ternyata sangat produktif
dan terus mengalami perkembangan. Hal ini tentu saja semakin
memperkaya khazanah bahasa Indonesia.
Penelitian mengenai morfologi juga pernah dilakukan oleh Oleh
Nurmalia dari Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 2012.
2011 dan Implikasinya terhadap Pembelajaran Bahasa Indonesia.
penelitian ini membahas tentang kesalahan morfologi pada majalah Hai
edisi juli 2011 untuk mengetahui frekuensi kesalahan yang dilakukan oleh
pemakai bahasa Indonesia di majalah, sehingga dapat diambil penilaian
yang objektif tentang pemakaian bahasa Indonesia di majalah.
Selanjutnya, penelitian mengenai morfologi dengan judul Analisis
Morfologi pada majalah remaja dan implikasinya terhadap pembelajaran
bahasa Indonesia, pernah dilakukan oleh Ratih Sugianti dari Universitas
Islam Negeri Jakarta 2006. Penelitian ini membahas tentang bentuk
afiksasi dan abreviasi kata bahasa Indonesia. Data yang diambil yaitu dari
majalah Aneka Yess! Gadis, Hai, dan Kawanku. Adapun data yaitu berupa
kata untuk analisis afiksasi dan abreviasi. Penelitian ini difokuskan pada
analisis morfologi kata bahasa Indonesia pada majalah remaja khususunya
pada proses afiksasi dan abreviasi
Dari hasil penelitian di atas Maka penulis merasa tertarik untuk
mengadakan penelitian dengan judul yang berbeda, tujuannya agar
menambah ilmu pengetahuan untuk kalangan akademika dan masyarakat
21
menggunakan data cerpen siswa kelas 7. Metode deskriptif ini
menggunakan penelitian kualitatif dalam penggunaannya. Penelitiann
kualitatif merupakan “penelitian yang menggunakan pendekatan naturalistik untuk mencari dan menemukan pengertian atau pemahaman
atau fenomena dalam suatu latar yang berkonteks khusus”.1
Selain itu, ada
yang mengatakan bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian yang ingin
mencari makna kontekstual secara menyeluruh (holistic) berdasarkan
fakta-fakta (tindakan, ucapan, sikap, dan sebagainya) yang dilakukan
subjek penelitian dalam latar alamiah secara emic, menurut yang
dikonstruk subjek penelitian untuk membangun teori (nomotetik, mencari
hukum keberlakuan umum).2
Penelitian ini bertujuan mencari data tentang kesalahan-kesalahan
yang terjadi dalam penggunaan bahasa Indonesia yang terdapat pada
cerpen karangan siswa kelas 7. Kesalahan yang dimaksud adalah
terjadinya ketidakbenaran dalam tataran morfologi terutama pada bagian
afiks.
a. Waktu dan Metode Penelitian
Waktu yang dipergunakan untuk meneliti yakni bulan Februari
2013 dan selesai pada bulan Mei 2013. Adapun metode yang
digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitaif yang bersifat
deskriptif. Metode penelitian kualitatif sering disebut metode
penelitian naturaliastik karena penelitiannya dilakukan dengan kondisi
yang alamiah (natural setting); disebut juga sebagai metode
etnographi, karena pada awalnya metode ini lebih banyak digunakan
1
Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009), hllm 5.
2
untuk penelitsian bidang antropologi budaya; disebut sebagai metode
kualitatif, karena data yang terkumpul dan analisisnya lebih bersifat
kaulitatif.3
b. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di MTsN Tangerang II Pamulang, yang
beralamat di jalan Padjajaran No. 31 Pamulang Kota Tangerang
Selatan Provinsi Banten.
c. Metode Pengumpulan Data
Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah pemberian tes.
Pemberian tes dilakukan ketika siswa diminta untuk mengarang cerpen
yang berkaitan dengan pengalaman hidup baik mengenai keluarga,
sahabat, keadaan lingkungan, dan lain-lain. Data yang digunakan
untuk penelitian ini yaitu dari kelas 7.2, 73, dan 7.4 yang berjumlah
110 orang, setiap individu dalam populasinya mempunyai peluang
yang sama untuk dijadikan subjek penelitian. Namun karena
keterbatasan penulis, jumlah siswa dalam sampel penelitian ini
sebanyak 25% yaitu 28 siswa. Menurut Suharsimi, jika jumlah
subjeknya besar, dapat diambil antara 10 - 15% atau 20 - 25% atau
lebih.4
Penelitian ini diperoleh melalui teknik simple random sampling,
dikatakan simple (sederhana) karena pengambilan anggota sampel dari
populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada
dalam populasi itu.5
d. Fokus Penelitian
Teknik yang digunakan untuk menganalisis data ini adalah analisis
hasil belajar siswa. penelitian ini dibantu dengan tabel pengamatan,
3
Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2010), hlm. 14, cet, ke-11
4
Suharsimi Arikunto. Prosedur Penelitian (Suatu Pendekatan Praktik), (Jakarta: PT Rineke Cipta, 2006), hlm. 134, Edisi Revisi VI.
5
untuk mencatat data berupa kalimat yang terdapat kesalahan morfem
[image:38.595.149.511.243.640.2]pada aspek afiksasi, seperti contoh:
Tabel 3.1
Tabel Analisis Penggunaan morfem Nama siswa (Judul Cerpen)
No kalimat Kesalahan morfem Afiks
prefiks Infiks Sufiks Konfiks perbaikan
e. Metode Analisis Data
Data yang diperoleh adalah dengan cara memberikan tugas kepada
siswa, yaitu membuat cerpen berdasarkan pengalamanan pribadinya
baik yang berhubungan dengan persahabatan, keluarga, atau
pengalaman hidup lainnya. Setelah data terkumpul, data dianalisis
dengan menggunakan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Pengklasifikasian
2. pengodean
3. Penabulasian
4. Pembetulan/pengoreksian
5. Pengalkulasian dengan menggunakan rumus
Keterangan :
x
= Frekuensi kalimat yang DianalisisX2 = Jumlah Kesalahan
24 data.
A. Profil Sekolah
1. Letak Geografis MTs Negeri Tangerang II Pamulang
MTs Negeri Tangerang II Pamulang terletak di Jalan Padjajaran
No. 31 Kecamatan Pamulang Barat, Kota Tangerang Selatan, Provinsi
Banten. MTs Negeri Tangerang II Pamulang memiliki lokasi yang sangat
strategis, hanya 100 M dari jalan raya, di sekitar MTs Negeri Tangerang
II Pamulang terdapat 6 perguruan tinggi yaitu Universitas Islam Negeri
(UIN) Jakarta, Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ), STIE Ahmad
Dahlan Jakarta, Universitas Pamulang (UNPAM), Sekolah Tinggi
Multimedia, dan Institut Teknologi Indonesia.
2. Sejarah Singkat MTs Negeri Tangerang II Pamulang
MTs Negeri Tangerang II Pamulang berdiri sejak tahun 1981 di
Cimanggis, Ciputat (waktu itu belum ada pemekaran kecamatan
ciputat).Kepala madrasah pertama kali dijabat oleh Drs. Syamsuddin,
M.Pd. Berkat perjuangan yang gigih dari kepala madrasah dengan
melakukan pendekatan ke berbagai pihak, terutama pihak pemerintahan
desa dan kecamatan, lima tahun kemudian, tahun 1987, MTsNegeri
Pamulang yang dulunya bernama MTsNegeri Tanggerang II Pamulang,
dipindahkan ke kelurahan Pamulang di atas tanah seluas 4000 M2.
Pada masa tersebut merupakan masa-masa yang gigih untuk
memantapkan eksistensi madrasah, yang pada saat itu masih dihadapkan
pada pencitraan madrasah yang kurang menguntugkan dari masyarakat.
Mereka menganggap madrasah itu lebih banyak mengajarkan ilmu-ilmu
agama dibandingkan ilmu-ilmu umum. Padahal komposisi kurikulum di
Masyarakan juga memandang bahwa madrasah adalah sekolah
dakwah yang dalam banyak hal kurang dikelola secara professional.
paradigma seperti ini tentu saja kurang menguntungkan, karena ada kesan
bahwa kalau sesuatu itu diletakan dalam bingkai dakwah, maka wajar
kalau tidak dikelola secara professional. Kalau dikelola secara tidak
professional, maka wajar kalau dalam banyak hal juga seadanya,
termasuk di dalamnya adalah partisipasi keuangan, maka dampaknya
akan mengena pada hal-hal lain, misalnya pada pembangunan sarana dan
prasarana, penyediaan fasilitas belajar, kesejahteraan guru, pegawai, dan
lain sebagainya.
Belajar dari kondisi yang kurang menguntungkan inilah yang
tampak terus menerus ingin diluruskan oleh para pejuang awal MTs
Negeri Tangerang II Pamulang, baik oleh kepala madrasah maupun oleh
guru-gurunya. Mereka tidak henti-hentinya melakukan sosialisasi tentang
madrasah dan memberikan gambaran serta pemahaman yang benar
tentang madrasah, baik melalui pengajian, forum-forum pertemuan
pemerintah, kegiatan madrasah, dan pertemuan dengan orang tua siswa.
Berkat perjuangan yang tidak mengenal lelah dibawah
kepemimpinan Drs. H. Syamsuddin, M.Pd, Drs. H Edy Djunaedy dan
Drs. Nasharuddin Sarbini, Masyarakat mulai menyadari akan pentingnya
partisipasi khususnya dalam bantuan finansial, sehingga mulai tahun
1990-an kesediaan masyarakat untuk membantu mulai terlihat. Hasilnya
adalah secara bertahap mulai ada peningkatan jumlah dan kualitan
bangunan gedung. Selanjutnya di bawah kepemimpinan Dra.Hj. Iis
Aisyah, Drs.M. Askolani dan Drs. Suhardi, M.Ag., bangunan gedung
MTs Negeri Tangerang II Pamulang secara perlahan menjadi sangat
memadai dan menjadi kebanggaan masyarakat. Bangunan yang pada
mulanya sangat sederhana, kini terlihat tampak lebih nyaman dan terlihat
megah.
Kini, MTs Negeri Tangerang II Pamulang banyak meraih prestasi
tingkat provinsi dan nasional. Seperti di tahun 2008-2012 yang
merupakan “tahun prestasi” yaitu, mendapat juara I Madrasah Berprestasi
Tingkat Nasional dari Kementrian Agama. Selanjutnya, juara I (piala
Wapres dan Piala Presiden) dalam lomba Marching Band dan Juara 1
pada lomba Sekolah Sehat (LSS) tingkat nasional.
3. Visi, Misi, dan Tujuan MTs Negeri Tangerang II Pamulang
Visi, Misi dan Tujuan MTs Negeri Tangerang II Pamulang adalah
sebagai berikut :
Visi
“Madrasah insan kamil berprestasi nasional berwawasan global”
Misi
Untuk mewujudkan visi diatas, maka ada beberapa agenda misi
yang hendak diupayakan oleh segenap warga MTs Negeri Tangerang II
Pamulang dengan mengerahkan seluruh potensi yang ada, yaitu:
a. Menanamkan keimanan yang kokoh
b. Membina ketaatan beribadah
c. Membudayakan akhlak mulia dan amal sholeh
d. Mengembangkan kecerdasan
e. Membudayakan hidup sehat
f. Menanamkan nasionalisme
g. Mengembangkan prestasi nasional berwawasan global
Tujuan
Tujan akhir dari dirumuskan visi dan misi diatas adalah
dimaksudkan untuk mengupayakan terciptanya kondisi-kondisi tertentu
yang diharapkan, yaitu:
a. Terwujudnya insan-insan kamil, yakni insan yang beriman dan
bertaqwa kepada Allah SWT
b. Diraihnya prestasi madrasah tingkat nasional, baik dalam bidang
c. Dimanfaatkannya secara positif era globalisasi untuk kepentingan
pendidikan
4. Data Guru dan Siswa
a. Guru
Tabel 4.1
Data Tenaga Kependidikan MTs Negeri Tangerang II Pamulang
Status TU Keling Keamanan Driver Jumlah
PNS 7 0 0 0 7
Honor 7 6 2 1 16
Jumlah 14 6 2 1 23
b. Siswa
Berkaitan dengan data peserta didik akan dijelaskan hal-hal
sebagai berikut:
1. Proses penerimaan siswa baru didasarkan pada tes masuk. Adapun
materi tes yang harus diikuti oleh siswa meliputi: tes Baca Tulis
Al-Qur’an, Tes Bakat Skolastik, Tes Potensi Akademik, dan
Wawancara.
[image:42.595.134.513.234.724.2]2. Jumlah siswa secara keseluruhan adalah sebagai berikut:
Tabel 4.2
Data Siswa MTs Negeri Tangerang II Pamulang
Tahun Kelas VII Kelas VIII Kelas IX Jumlah
2008/2009 380 325 298 1103
2009/2010 325 298 394 1017
2010/2011 361 324 294 979
2011/2012 336 358 324 1018
2012/2013 329 334 344 1007
Tabel 4.3
Jumlah RombelMTs Negeri Tangerang II Pamulang
Tahun Kelas VII Kelas VIII Kelas IX Jumlah
2008/2009 11 kls 10 kls 10 kls 31 kls
2009/2010 10 kls 10 kls 10 kls 30 kls
2010/2011 11 kls 10 kls 9 kls 30 kls
2011/2012 10 kls 11 kls 10 kls 31 kls
2012/2013 10 kls 10 kls 11 kls 31 kls
c. Sarana dan Prasarana
1. Tanah dan Halaman
Tanah MTs Negeri Tangerang II Pamulang sepenuhnya milik negara
dengan luas seluruhnya 6.852 M2, sedangkan luas bangunan 3.864 M2 disebelah timur berseblahan langsung dengan SDN Pamulang I, II, III
[image:43.595.116.503.140.765.2]2. Gedung Madrasah
Tabel 4.4
Jumlah dan Luas Ruang MTs Negeri Tangerang II Pamulang No Ruang Jumlah Luas (m2) Kondisi
1 Ruang Teori/kelas 31 7 x 8 Baik
2 Laboratorium Fisika 1 7 x 8 Baik
3 Laboratorium Biologi 1 7 x 10 Baik
4 Laboratorium Bahasa 1 7 x 10 Baik
5 Laboratorium Komputer 2 7 x 8 Baik
6 Laboratorium ICBC 1 7 x 2,5 Baik
7 Ruang Perpustakaan 2 8 x 9 Baik
8 Ruang UKS 1 7 x 8 Baik
9 Ruang Pramuka 1 7 x 3 Baik
10 Ruang Audio Visual 1 7 x 3 Baik
11 Ruang Aula 1 7 x 24 Baik
12 Ruang Kepala Madrasah 1 6 x 5 Baik
13 Ruang Guru 1 7 x 18 Baik
14 Ruang Tata Usaha 2 6 x 7 Baik
16 Kamar Mandi/WC Guru 2 2 x 2 Baik
17 Kamar Mandi/WC
Murid
4 3 x 5 Baik
18 Gudang 1 8 x 9 Baik
19 Mushalla 1 7 x 24 Baik
20 Ruang Penjaga 1 1,2 x 2 Baik
21 Ruang Piket 1 2 x 2 Baik
22 Ruang Komite 1 3 x 4 Baik
23 Ruang Koperasi 1 7 x 4 Baik
24 Ruang BK 1 7 x 4 Baik
25 Ruang Studio Musik 1 7 x 3 Baik
26 Ruang Wakabid 1 6 x 7 Baik
27 Ruang Alat Drumband 1 7 x 5 Baik
28 Kantin 1 54 x 9 Baik
29 Tempat Wudhu 1 9 x 4 Baik
d. Sumber Belajar
1. Sarana Sumber Belajar
Perpustakaan merupakan pusat sumber ilmu yang utama, maka di
perpustakaan MTsN Pamulang dilengkapi dengan berbagai buku
sumber, meliputi.
a) Jumlah total : ± 15.163 eksemplar
b) Jumlah buku pelajaran : 9.620 eksemplar
c) Jumlah judul buku : 1.574 eksemplar
d) Koran/surat kabar : setiap hari 3 surat kabar
e) Majalah : setiap bulan 2 majalah
2. Media Pembelajaran
Media pembelajaran yang tersedia meliputi:
- Perpustakaan lengkap, serta multimedia.
- TV di tiap kelas khusus.
- VCD player di tiap kelas khusus.
- LCD proyektor tersedia di tiap kelas.
- Komputer 60 dan akses internet 24 jam.
- Kaset dan video rekorder.
- Aula dilengkapi dengan sound sistem.
- Masjid At-Taqwa sebagai prasarana ibadah, yang sekaligus sebagai
laboratorium keagamaan.
- Laboratorium IPA, Lab. Bahasa 1 lokal dengan 40 both, Lab.
Komputer, ICBC, greenhouse, studio music, dan drumband.
- Tanaman obat.
- Kolam ikan.
- Taman untuk tempat belajar outdoor.
- 31 lokal untuk ruang belajar.
- Ruang BK.
- Lapangan futsal dan basket.
B. Deskripsi Data
Pada bagian deskripsi ini, penulis akan menguraikan frekuensi
kesalahan siswa dalam keterampilan menulis cerpen. Setelah diketahui
kesalahannya, data-data tersebut dianalisis dan hasilnya disajikan dalam
[image:45.595.116.514.113.714.2]bentuk deskripsi.
Tabel 4.5
Analisis penggunaan morfem dalam keterampilan menulis cerpen siswa Putri Salsabila
(Senang Berakhir Sedih)
No Kalimat Kesalahan morfologi afiksasi
1 2 3 4 Perbaik
an
1 …yang selalu setia
temanin dia di kala suka maupun duka
menem
ani
2 …kalau pergi
kesekolahnya.
sekolah
nya
3 …karena arah perjalanan
kesana.
Ke sana
4 Saat dijalan Dika melihat
seorang anak gadis yang
sangat cantik melintas
sekilas didepan Dika….
-Di
jalan
-Di
depan
5 …ada sebuah rumah
disini jadi akhirnya kami
mampir…
Di sini
6 Kami disini hanya tinggal
berdua…
Di sini
7 Kami tinggal disini
karena ini adalah tanah warisan orang tua kami satu-satunya dan yang lain kami tidak punya.
Di sini
8 …. Sampai disitulah
gadis tadi yang bernama Tiwi dan Tika berjumpa dan mereka kembali
kerumah.
-Di
situlah
-Ke
rumah
9 …semakin disadarinya pula tak sedikit pun tabiat
ayahnya menjamahi
lakunya.
menjam
ah
10 Sejenak bersemayam di
ngiang benaknya…
dingian
g
11 Hatinya jadi semakin di
desak pulang
Didesa
k
4. Konfiks
Berdasarkan tabel 4.5 di atas, diketahui bahwa frekuensi kesalahan
penggunaan morfem yang dilakukan oleh Putri Salsabila sebanyak dua belas.
1. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat pertama
a. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem sufiks
Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan morfem (in),
morfem ini tidak ada dalam bahasa indonesia. Kata temenin seharusnya
diganti menjadi menemani.
2. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat kedua
a. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem prefiks
Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan morfem (ke),
morfem ini tidak tepat digunakan pada kata yang menunjukkan tempat,
tetapi seharusnya kata kerja. (ke) di sini bukanlah morfem melainkan
kata depan, yang seharusnya ke sekolahnya bukan kesekolahnya.
3. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat ketiga
a. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem prefiks
Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan morfem (ke),
morfem ini tidak tepat digunakan pada kata yang menunjukkan tempat,
tetapi seharusnya kata kerja. (ke) di sini bukanlah morfem melainkan
kata depan, yang seharusnya ke sana bukan kesana.
4. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat kempat
a. Kesalahan yang dilakukan oleh siswa pada penggunaan morfem prefiks
Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan morfem (di),
morfem ini tidak tepat digunakan pada kata yang menunjukkan tempat,
tetapi seharusnya kata kerja. (di) di sini bukanlah morfem melainkan
kata depan yang penulisannya dipisah, seharusnya di jalan bukan
dijalan. Selain itu, kesalahan yang dilakukan juga terdapat pada kata
didepan yang seharusnya menjadi di depan.
5. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat kelima
Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan morfem (di),
morfem ini tidak tepat digunakan pada kata yang menunjukkan tempat,
tetapi seharusnya kata kerja. (di) di sini bukanlah morfem melainkan
kata depan yang penulisannya dipisah, seharusnya di sini bukan disini.
6. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat keenam
a. Kesalahan yang dilakukan oleh siswa pada penggunaan morfem prefiks
Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan morfem (di),
morfem ini tidak tepat digunakan pada kata yang menunjukkan tempat,
tetapi seharusnya kata kerja. (di) di sini bukanlah morfem melainkan
kata depan yang penulisannya dipisah, seharusnya di sini bukan disini.
7. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat ketujuh
a. Kesalahan yang dilakukan oleh siswa pada penggunaan morfem prefiks
Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan morfem (di),
morfem ini tidak tepat digunakan pada kata yang menunjukkan tempat,
tetapi seharusnya kata kerja. (di) di sini bukanlah morfem melainkan
kata depan yang penulisannya dipisah, seharusnya di sini bukan disini.
8. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat kedelapan
a. Kesalahan yang dilakukan oleh siiswa padfa penggunaan prefiks
Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan morfem (di),
morfem ini tidak tepat digunakan pada kata yang menunjukkan tempat,
tetapi seharusnya kata kerja. (di) di sini bukanlah morfem melainkan
kata depan yang penulisannya dipisah, seharusnya di situlah bukan
disitulah.
9. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat kesembilan
a. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem konfiks
Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan morfem (me-,-i),
morfem ini tidak tepat digunakan pada kata dasar jamah, dalam kamus
bahasa Indonesia tidak terdapat kata menjamahi, adapun kata yang tepat
adalah jamah.
10. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat kesepuluh
Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan morfem (di),
morfem ini terikat dengan kata kerja, yang secara penulisannya digabung
dengan bentuk dasarnya. Ngiang adalah kata kerja, jadi seharusnya
dingiang bukan di ngiang.
11. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat kesebelas
a. Kesalahan yang dialkukan siswa pada penggunaan morfem prefiks
Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan morfem (di),
morfem ini terikat dengan kata kerja, yang secara penulisannya digabung
dengan bentuk dasarnya. Desak adalah kata kerja, jadi seharusnya
didesak bukan di desak.
12. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat kedua belas
a. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem konfiks
Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan morfem (di-,-i),
morfem ini tidak tepat digunakan pada kata dasar nista, dalam kamus
bahasa Indonesia tidak terdapat kata dinistai, adapun kata yang tepat
adalah dinista.
Tabel 4.6
Analisis penggunaan morfem dalam keterampilan menulis cerpen siswa
Elsa Damayanti
(The Little Heroes)
No Kalimat Kesalahan morfologi afiksasi
1 2 3 4 Perbaikan
1 Aku biasa di panggil
“Isan” Dipanggil
2 ...siapa yang nakalin
kamu?
Menakali
3 Itu tadi aku dilempalin
pensil, sama di semplot
pake ail.
Dilempari
Disemprot
4 Loh! Emangnya Arumi
nakal, sampe digituin
sama teman-teman.
5 …bantuin kakak masak
ya… Bantu
6 ….bibi disini aja. Di sini
7 …kita bantuin dia gituin
beras-beras.
Membantu
Begitukan 8 …ajak ibu makan bersama
disini…
Di sini
9 …Arumi masuk kedalam
kamar…meletakkan bantal
tersebut dibelakang
punggung ibu.
Ke dalam
Di belakang
10 …abis matanannya
enak… Makanannya
11 …hari ini udah agak
enakan ko,…
Mendingan
12 …untuk menambah kan
gerah karet… Menambahkan
13 …aku masuk kedalam
rumah,…dengan di tutupi
kain putih.
-Ke dalam
-Ditutupi
14 …jangan tinggalin Isan
bu,… Tinggalkan
15 Isan maunya ada ibu disini Di sini
16 …endak ada dilumah Di rumah
17 …emangnya ibu pergi
kemana?
Ke mana
18 …ibu sama ayah pergi
kemanasih,…
Ke mana
19 …surga itu dimana Di mana
Berdasarkan tabel 4.6 di atas, diketahui bahwa frekuensi kesalahan
penggunaan morfem yang dilakukan oleh Elsa Damayanti sebanyak Sembilan
belas.
1. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat pertama
a. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem prefiks
Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan morfem (di-) pada
kata di panggil. Seharusnya kata dasar panggil digabung dengan morfem
(di) sehingga menjadi dipanggil.
2. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat kedua
Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan morfem (in),
morfem ini tidak tepat digunakan pada kata nakalin, karena dalam
bahasa Indonesia tidak ada morfem yang berakhiran (-in). Kata nakalin
seharusnya menjadi menakali.
3. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat ketiga
a. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem konfiks
Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan morfem (in),
morfem ini tidak tepat digunakan pada kata dilemparin, karena dalam
bahasa Indonesia tidak ada morfem yang berakhiran (-in). Kata
dilempalin seharusnya menjadi dilempari.
4. Kesalahan penggunaan morfem pada kalimat keempat
a. Kesalahan yang dilakukan siswa pada penggunaan morfem konfiks
Kesalahan yang dilakukan berada pada penempatan morfem (in), morfem
ini tidak tepat digunakan pada kata digituin, karena dalam bahasa
Indonesia tidak ada morfem yang berakhiran (-in). Kata digituin
seharusnya