• Tidak ada hasil yang ditemukan

Fenomena Pet Boom Dan Pengaruhnya Terhadap Bisnis Binatang Peliharaan Di Jepang Dewasa Ini

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Fenomena Pet Boom Dan Pengaruhnya Terhadap Bisnis Binatang Peliharaan Di Jepang Dewasa Ini"

Copied!
73
0
0

Teks penuh

(1)

FENOMENA PET BOOM DAN PENGARUHNYA TERHADAP BISNIS HEWAN PELIHARAAN DI JEPANG DEWASA INI

PETTO BUUMU GENSHOU TO GENZAI NO NIHON NO PETTO BIJINESU KAIHATSU NI TAISHITE NO EIKYOU

SKRIPSI

Skripsi Ini Diajukan Kepada Panitia Ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Medan Untuk Melengkapi Salah Satu Syarat

Ujian Sarjana Dalam bidang Ilmu Sastra Jepang

Oleh: GRACE SILIA

110708036

DEPARTEMEN SASTRA JEPANG FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

FENOMENA PET BOOM DAN PENGARUHNYA TERHADAP BISNIS BINATANG PELIHARAAN DI JEPANG DEWASA INI

PETTO BUUMU GENSHOU TO GENZAI NO NIHON NO PETTO BIJINESU KAIHATSU NI TAISHITE NO EIKYOU

SKRIPSI

Skripsi Ini Diajukan Kepada Panitia Ujian Departemen Sastra Jepang Fakultas IlmBudaya Universitas Sumatera Utara Medan Untuk Melengkapi Salah Satu Syarat Ujian Sarjana

Dalam Bidang Ilmu sastra Jepang Oleh :

GRACE SILIA 110708036

Pembimbing I Pembimbing II

Prof. Hamzon Situmorang, M.S, Ph.D

NIP. 195807041984 12 1 001 NIP. 19600919 1988 03 1 001

Drs. Eman Kusdiyana, M. Hum

DEPARTEMEN SASTRA JEPANG FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

Disetujui oleh :

Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Medan

Medan, Oktober 2015 Departemen Sastra Jepang Ketua,

(4)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan hanya bagi Tuhan Yesus Kristus, oleh karena anugerah-Nya yang melimpah, kemurahan dan kasih setia yang besar akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang merupakan syarat untuk mencapai gelar sarjana di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara. Adapun skripsi ini berjudul “FENOMENA

PET BOOM DAN PENGARUHNYA TERHADAP BISNIS BINATANG

PELIHARAAN DI JEPANG DEWASA INI”.

Skripsi ini merupakan bagian dari proses pembelajaran yang memiliki keterbatasan dalam memaknai fenomena yang terjadi di masyarakat. Secara jujur penulis mengakui adanya keterbatasan dan kemampuan penulis dalam proses penyelesaian skripsi ini namun atas dukungan dan arahan dari berbagai pihak yang dengan tulus dan ikhlas memberikan sumbangan pemikiran, sehingga penulisan skripsi ini dapat diselesaikan.

Skripsi ini penulis persembahkan kepada kedua orang tua (Bapak Drs. R. Sibarani dan Ibu T. Simarmata ) yang telah tulus ikhlas memberikan kasih sayang, cinta, doa, perhatian, dukungan moral dan materil yang telah diberikan selama ini. Terima kasih telah meluangkan segenap waktunya untuk mengasuh, mendidik, membimbing, dan mengiringi perjalanan hidup penulis dengan dibarengi alunan doa yang tiada henti agar penulis sukses dalam menggapai cita-cita.

(5)

1. Bapak Dr. Syahron Lubis, M.A, selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs. Eman Kusdiyana, M.Hum, selaku Ketua Departemen Sastra Jepang Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara yang telah mengizinkan penulis untuk mengikuti program Jenesys 2.0 di Jepang selama 8 hari pada tahun 2015.

3. Bapak Prof. Drs. Hamzon Situmorang, MS,. Ph.D, selaku dosen pembimbing I yang telah demikian banyak meluangkan waktu dan tenaga, serta memberi perhatian penuh untuk membimbing penulis dalam penyusunan skripsi ini.

4. Bapak Drs. Eman Kusdiyana, M.Hum, selaku dosen pembimbing II yang telah meluangkan waktu untuk membimbing penulis di tengah-tengah kesibukan beliau dan selalu memberikan nasehat, masukan serta arahan dengan sabar sehingga skripsi ini dapat penulis selesaikan dengan baik. 5. Seluruh Dosen Departemen Sastra Jepang Fakultas Ilmu Budaya Universitas

Sumatera Utara yang telah memberikan ilmu yang berguna bagi penulis dalam dunia kerja.

6. Abang Djoko Santoso sebagai administrasi jurusan Sastra Jepang yang selalu membantu mengurus keperluan akademik dan surat-surat penulis. 7. Khairun Ar Rasyid yang sudah banyak membantu penulis dalam

(6)

yang telah memberikan banyak saran, tips, dan nasehat kepada penulis. Kalian batu! You guys are rock!

8. Teman-teman satu stambuk 2011 Sastra Jepang “S-Eleven”, Ghaisani, Sion, Aida, Lora, Sarah, Dea, Juli, Cindy, Agnes Tiara, Ester Rika, Rio, dan semua teman-teman yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang selama empat tahun bersama melewati setiap tahap perkuliahan.

9. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang membantu dan memberikan dukungan kepada penulis. Semoga apa yang kalian kerjakan mendapatkan berkat dari Tuhan.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan karena menyadari segala keterbatasan yang ada. Untuk itu demi sempurnanya skripsi ini, penulis sangat membutuhkan dukungan dan sumbangsih pikiran yang berupa kritik dan saran yang bersifat membangun. Akhir kata, semoga skripsi ini berguna dan bermanfaat bagi penulis serta para pembaca.

Medan, Oktober 2015 Penulis,

(7)

ABSTRAK

Masyarakat Jepang dikenal sebagai masyarakat yang menyukai binatang, terlihat dari banyaknya jumlah populasi binatang peliharaan di Jepang saat ini. Di Jepang terdapat banyak fenomena yang sedang berkembang salah satunya adalah pet boom. Pet boom merupakan sebuah fenomena di mana meningkatnya jumlah binatang peliharaan. Pet boom berkembang mulai dari tahun 1996 dan sampai saat ini masih terus berkembang. Fenomena ini pernah terjadi pada 1989 namun tidak ada peningkatan yang signifikan dalam perkembangan memelihara binatang pada saat itu.

Perkembangan fenomena Pet Boom di Jepang yang semakin meningkat didorong oleh beberapa faktor. Dalam analisis ini, faktor-faktor berkembangnya fenomena

pet boom dibagi menjadi dua, yaitu kegemaran kaum muda terhadap binatang peliharaan dan kegemaran lansia terhadap binatang peliharaan. Banyak anak-anak di Jepang merasa kesepian karena ditinggal sibuk bekerja oleh kedua orang tuanya. Sehingga mereka memilih untuk memelihara binatang. Binatang peliharaan tersbut dapat dijadikan teman bermain dan bisa mengurangi rasa sepi yang mereka rasakan. Selain itu, anak muda yang sudah bekerja juga memilih untuk memelihara binatang. Dengan bermain bersama binatang peliharaannya, anak muda ini bisa mengurangi lelah dan stres akibat bekerja seharian.

(8)

Binatang tersebut tidak menggantikan sosok keluarga sepenuhnya, tetapi dapat menjadi teman bermain serta dapat membantu menjalani kehidupan sehari-hari bagi seorang lansia.

(9)

要旨

日本社会は動物が好きな社会と知られている。それは現在日本でペ

ットの数がたくさんある。日本で現象がたくさん流行っている。その一つ

はペットブームである。ペットブームとはペットの数が非常に増えた現在

である。ペットブームは 1996 年から今まで開発していく。この現象は

1989 年に発生したことがあるが、ペットを飼う開発に非常な増加があま

りなかった。

ペットブームの現象の開発はいくつかの要因で増加していく。本論

文はペットブームの現象の開発する要因は2つに分けれている。それはペ

ットに対する若者の情熱とペットに対する老人の情熱である。多くの日本

の子供は両親が仕事に多忙で寂しくなった。そのため、彼らがペットを飼

うことにしている。そのペットは遊ぶのに友達になれるし、寂しい感じを

したことも減らせられる。その他、働いている若者もペットを飼うことに

している。ペットと遊んだら、一日中に仕事で多忙のストレスが減らせら

れる。

年配になってから、老人は家族にあまり見かけてもらわなく、コミュニケ

ーションも減ってきた。それは子供が仕事に多忙からである。家庭で相互

作用が減るので、うちにいる友達としてペットを飼うことにしている。そ

のペットは本物の家族のメンバーを返さなく、ただ遊ぶ友達として老人の

(10)

日本でペットブームが開発しているとともに、ペットのビジネスも

開発するようになってきた。多くの起業家はペット向けの製品を販売する

ために、日本での開発しているペットブームを利用している。ペットを買

っている人も、その製品を疑う余地なく買う。そのビジネスは食べ物をは

じめ、飲み物、服、アクセッソリー、ペット向きの病院、ペットの保険、

ペット向きのホテルまでである。その他、ペットのビジネスはペットを飼

っている人を満たすだけじゃなく、自分でペットが飼えない人も満たすこ

とができる。例えば、ペットカフェと犬のレンタルのところである。

本論文の結果は日本社会がペットを好むことでペットブームの現象が発生

した。このペットブームの現象があるので、起業家はペットに関するビジ

ネスのチャンスを見つけるようになった。ペットブームの現象が開発して

(11)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

ABSTRAK ... iii

DAFTAR ISI ... viii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1.Latar Belakang Masalah ... 1

1.2.Rumusan Masalah ... 4

1.3.Ruang Lingkup Pembahasan ... 5

1.4.Tinjauan Pustaka dan Kerangka Teori ... 5

1.4.1 Tinjauan Pustaka ... 5

1.4.2 Kerangka Teori ... 6

1.5.Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian ... 8

1.5.1 Tujuan Penelitian ... 8

1.5.2 Manfaat Penelitian ... 8

1.6.Metode Penelitian ... 8

BAB II GAMBARAN UMUM TERHADAP PET BOOM DI JEPANG ... 11

2.1.Binatang dan Jenis-jenis Binatang ... 11

2.1.1 Definisi Binatang Peliharaan ... 11

2.1.2 Jenis-jenis Binatang Peliharaan dan Persentasenya di Jepang ... 14

(12)

2.2.Perkembangan Fenomena Pet Boom di Jepang ... 24

BAB III PENGARUH FENOMENA PET BOOM TERHADAP BISNIS BINATANG PELIHARAAN DI JEPANG ... 27

3.1. Faktor-faktor Berkembangnya Fenomena Pet Boom di Jepang ... 27

3.1.1 Kegemaran Kaum Muda Terhadap Binatang Peliharaan di Jepang ... 28

3.1.2 Kegemaran Lansia Terhadap Binatang Peliharaan di Jepang ... 29

3.2. Peran Binatang Peliharaan di Keluarga Jepang ... 32

3.3. Pengaruh Pet Boom Terhadap Bisnis Binatang Peliharaan di Jepang ... 33

3.3.1 Veterinaian di Jepang ... 35

3.3.2 Bisnis Perawatan dan Kebersihan Binatang Peliharaan di Jepang ... 36

3.3.3 Tempat Penitipan Binatang Peliharaan ... 37

3.3.4 Makanan dan Minuman Binatang Peliharaan ... 37

3.3.5 Tempat Bermain Binatang Peliharaan ... 38

3.3.6 Tempat Pelatihan Binatang Peliharaan ... 39

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN ... 40

4.1. Kesimpulan ... 40

4.2. Saran ... 42 DAFTAR PUSTAKA

(13)

ABSTRAK

Masyarakat Jepang dikenal sebagai masyarakat yang menyukai binatang, terlihat dari banyaknya jumlah populasi binatang peliharaan di Jepang saat ini. Di Jepang terdapat banyak fenomena yang sedang berkembang salah satunya adalah pet boom. Pet boom merupakan sebuah fenomena di mana meningkatnya jumlah binatang peliharaan. Pet boom berkembang mulai dari tahun 1996 dan sampai saat ini masih terus berkembang. Fenomena ini pernah terjadi pada 1989 namun tidak ada peningkatan yang signifikan dalam perkembangan memelihara binatang pada saat itu.

Perkembangan fenomena Pet Boom di Jepang yang semakin meningkat didorong oleh beberapa faktor. Dalam analisis ini, faktor-faktor berkembangnya fenomena

pet boom dibagi menjadi dua, yaitu kegemaran kaum muda terhadap binatang peliharaan dan kegemaran lansia terhadap binatang peliharaan. Banyak anak-anak di Jepang merasa kesepian karena ditinggal sibuk bekerja oleh kedua orang tuanya. Sehingga mereka memilih untuk memelihara binatang. Binatang peliharaan tersbut dapat dijadikan teman bermain dan bisa mengurangi rasa sepi yang mereka rasakan. Selain itu, anak muda yang sudah bekerja juga memilih untuk memelihara binatang. Dengan bermain bersama binatang peliharaannya, anak muda ini bisa mengurangi lelah dan stres akibat bekerja seharian.

(14)

Binatang tersebut tidak menggantikan sosok keluarga sepenuhnya, tetapi dapat menjadi teman bermain serta dapat membantu menjalani kehidupan sehari-hari bagi seorang lansia.

(15)

要旨

日本社会は動物が好きな社会と知られている。それは現在日本でペ

ットの数がたくさんある。日本で現象がたくさん流行っている。その一つ

はペットブームである。ペットブームとはペットの数が非常に増えた現在

である。ペットブームは 1996 年から今まで開発していく。この現象は

1989 年に発生したことがあるが、ペットを飼う開発に非常な増加があま

りなかった。

ペットブームの現象の開発はいくつかの要因で増加していく。本論

文はペットブームの現象の開発する要因は2つに分けれている。それはペ

ットに対する若者の情熱とペットに対する老人の情熱である。多くの日本

の子供は両親が仕事に多忙で寂しくなった。そのため、彼らがペットを飼

うことにしている。そのペットは遊ぶのに友達になれるし、寂しい感じを

したことも減らせられる。その他、働いている若者もペットを飼うことに

している。ペットと遊んだら、一日中に仕事で多忙のストレスが減らせら

れる。

年配になってから、老人は家族にあまり見かけてもらわなく、コミュニケ

ーションも減ってきた。それは子供が仕事に多忙からである。家庭で相互

作用が減るので、うちにいる友達としてペットを飼うことにしている。そ

のペットは本物の家族のメンバーを返さなく、ただ遊ぶ友達として老人の

(16)

日本でペットブームが開発しているとともに、ペットのビジネスも

開発するようになってきた。多くの起業家はペット向けの製品を販売する

ために、日本での開発しているペットブームを利用している。ペットを買

っている人も、その製品を疑う余地なく買う。そのビジネスは食べ物をは

じめ、飲み物、服、アクセッソリー、ペット向きの病院、ペットの保険、

ペット向きのホテルまでである。その他、ペットのビジネスはペットを飼

っている人を満たすだけじゃなく、自分でペットが飼えない人も満たすこ

とができる。例えば、ペットカフェと犬のレンタルのところである。

本論文の結果は日本社会がペットを好むことでペットブームの現象が発生

した。このペットブームの現象があるので、起業家はペットに関するビジ

ネスのチャンスを見つけるようになった。ペットブームの現象が開発して

(17)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Binatang adalah salah satu makhluk ciptaan Tuhan yang diciptakan untuk menemani kehidupan manusia. Dengan adanya binatang kehidupan manusia sangat banyak terbantu. Binatang-binatang tersebut dimanfaatkan sesuai dengan kebutuhan kita, ada yang dijadikan binatang peliharaan dan ada juga yang dijadikan makanan bagi kita. Di sekitar kita terdapat banyak jenis binatang, baik binatang liar maupun binatang peliharaan. Dalam penelitian ini, penulis akan memfokuskan pembahasan kepada binatang peliharaan.

Binatang peliharaan atau di Jepang disebut dengan Petto (ペット) adalah binatang yang dipelihara oleh manusia dalam jangka waktu yang singkat maupun lama untuk memenuhi kebutuhan manusia. Baik yang bersifat ekonomis maupun emosional. Biasanya binatang dipelihara sebagai teman sehari-hari manusia. Binatang yang banyak dipelihara merupakan binatang yang memiliki sifat setia kepada Tuannya, memiliki penampilan yang menarik ataupun mempunyai kemampuan menarik seperti mempunyai suara yang indah. Secara teori kita bisa memilih binatang apapun untuk dipelihara, namun pada prakteknya hanya spesies-spesies tertentu saja yang dipelihara. Binatang peliharaan yang paling sering dijumpai adalah seperti anjing, kucing, burung, kelinci dan ikan.

(18)

Binatang peliharaan juga dapat membantu kehidupan sehari-hari, seperti menjaga rumah. Mulai dari anak kecil, remaja, dewasa hingga orang tua tertarik untuk mempunyai binatang peliharaan.

Di Jepang, binatang yang paling banyak dipelihara adalah anjing dan kucing. Memelihara petto dalam kehidupan orang Jepang sebenarnya telah ada sejak lama. Jika kita melihat kembali tiga puluh hingga empat puluh tahun silam, meskipun tetap menghargai dan menyayangi binatang, tidak banyak masyarakat Jepang yang menganggap binatang peliharaan sebagai bagian dari keluarga (Thanghan, 2008). Seperti yang telah disebutkan, pada awalnya alasan seseorang memelihara binatang adalah karena tertarik dan hanya ingin menjadikannya sebagai binatang penjaga. Namun, kini terlihat bahwa pemikiran tersebut mulai berubah. Sekarang banyak binatang peliharaan yang menjadi bagian dari keluarga bahkan dianggap sebagai anggota keluarga dan dianggap sama pentingnya dengan anggota keluarga yang lain.

Dengan persepsi yang telah berubah, semakin banyak keluarga dan masyarakat Jepang yang memelihara binatang peliharaan, sehingga meningkatnya jumlah binatang yang dipelihara masyarakat Jepang pada tahun 1996 menimbulkan sebuah fenomena yang disebut pet boom. Pet boom yang secara harafiah dapat berarti sebagai ledakan binatang, yaitu meningkatnya jumlah populasi binatang peliharaan secara drastis.

(19)

mahal harga anjing yang dimiliki semakin tinggi pula status sosial dan kedudukannya di masyarakat. Namun, seiring dengan menurunnya ekonomi Jepang, meredup pula fenomena pet boom yang sedang berkembang di Jepang. Selang beberapa tahun kemudian, sekitar tahun 1996-1998, jumlah binatang peliharaan kembali meningkat cukup drastis. Menurut hasil survey Pet Industry Figures dalam artikel yang ditulis oleh Yamauchi Mari, saat ini terdapat sembilan belas juta binatang peliharaan baik anjing dan kucing.

Banyak yang menyebabkan fenomena pet boom semakin berkembang. Antara lain, banyaknya pasangan yang telah menikah tetapi belum memiliki anak lebih memilih untuk memelihara binatang, anak remaja yang kedua orang tuanya sibuk bekerja sehingga tidak memiliki teman di rumah juga memilih untuk memelihara binatang sebagai teman bermain, dan para lansia yang kesepian di hari tuanya memutuskan untuk memelihara binatang agar dapat membantu kehidupan sehari-harinya. Selain itu, fenomena pet boom ini juga membuka peluang bisnis yang berkaitan dengan binatang peliharaan. Banyaknya masyarakat Jepang yang tertarik untuk memiliki binatang peliharaan mengundang para pebisnis di Jepang yang jeli melihat peluang untuk membuka lahan usaha yang berkaitan dengan binatang.

(20)

dalam bisnis adalah strategi. Bagaimana kita mengatur strategi agar bisnis yang dijalankan berbeda dengan bisnis yang lain yang memiliki keunikan tersendiri. Karena seiring berkembangnya jaman, kita harus semakin jeli melihat peluang bisnis yang ada.

Seperti yang telah dijelaskan, kini di Jepang banyak muncul bisnis-bisnis yang berkaitan dengan binatang. Seperti café untuk binatang peliharaan seperti

Cat Café, Pet Spa (spa untuk binatang peliharaan), dan Pet Hotel (hotel untuk binatang peliharaan). Hal ini dimanfaatkan oleh para pebisnis di Jepang untuk mengambil keuntungan dari berkembangnya fenomena pet boom. Tidak hanya untuk binatang peliharaan, tetapi terdapat juga peluang bisnis untuk pencinta binatang peliharaan yang tidak memiliki waktu untuk memelihara binatang peliharaan.

Dengan adanya fenomena pet boom yang merupakan meningkatnya jumlah binatang peliharaan di Jepang dan seiring dengan munculnya bisnis terkait binatang peliharaan karena mendapat pengaruh dari fenomena pet boom, penulis merasa tertarik untuk meneliti “Fenomena Pet Boom Dan Pengaruhnya Terhadap Perkembangan Bisnis Binatang Peliharaan Di Jepang Dewasa Ini”.

1.2 Perumusan Masalah

(21)

boom juga ikut mempengaruhi dunia bisnis di Jepang dengan munculnya berbagai macam bisnis binatang peliharaan.

Berdasarkan penjelasan di atas, maka penulis merumuskan masalah dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut:

1. Apa faktor- faktor berkembangnya fenomena pet boom di Jepang?

2. Bagaimana pengaruh fenomena pet boom terhadap perkembangan bisnis binatang peliharaan di Jepang?

1.3 Ruang Lingkup Pembahasan

Dalam setiap penelitian diperlukan adanya pembatasan masalah agar pembahasan tidak terlalu melebar sehingga menyulitkan pembaca untuk memahami pokok permasalahan yang dibahas.

Di dalam penelitian ini, pembahasan akan terfokus bagaimana fenomena pet boom memberi pengaruh kepada bisnis di Jepang. Selain itu, pada bab II penulis juga akan memberikan penjelasan mendetail tentang asal muasal fenomena pet boom.

1.4 Tinjauan Pustaka dan Kerangka Teori 1.4.1 Tinjauan Pustaka

(22)

masyarakat. Menurut kamus besar Bahasa Indonesia, fenomena diartikan sebagai hal-hal yang dinikmati oleh panca indra dan dapat ditinjau secara ilmiah.

Saat ini, di Jepang memelihara binatang peliharaan sudah sangat umum. Jika dilihat dari jumlahnya, binatang peliharaan lebih mendominasi dibandingkan dengan persentase kelahiran di Jepang saat ini. Menurut kepala Asosiasi Perencanaan Keluarga Jepang (JFPA), Kunio Kitamura, Negeri Sakura kini mengalami krisis demografi serius. Bahkan, manusia Jepang terancam punah dimasa yang akan datang (www.dunia news.viva.co.id). Masih ingin berkarir atau bekerja menjadi alasan bagi wanita Jepang yang telah menikah untuk menunda memiliki anak.

Memelihara binatang seperti anjing dan kucing memiliki nilai tersendiri bagi masyarakat Jepang, yaitu berupa nilai saling setia, nilai persahabatan dan nilai kebahagiaan. Selain kaum muda, yang banyak memelihara binatang peliharaan adalah lansia. Bagi lansia binatang peliharaan memiliki arti persahabatan, kesetian dan kasih sayang.

Terkait dengan fenomena pet boom, saat ini banyak bisnis yang berhubungan dengan binatang peliharaan bermunculan di Jepang. Tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan binatang peliharaan, orang Jepang juga suka dengan hal-hal yang berbau unik dan lucu.

1.4.2 Kerangka Teori

(23)

bentuk yang nyata. Dalam penelitian suatu kebudayaan masyarakat diperlukan satu atau lebih teori pendekatan yang sesuai dengan objek dan tujuan dari penelitian ini.

Dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan fenomenologis. Pendekatan fenomenologis merupakan pendekatan yang menekankan rasionalitas dan realitas budaya yang ada serta berusaha memahami budaya dari sudut pandang pelaku budaya tersebut (Moleong, 1994:8). Dengan pendekatan fenomenologis, peneliti berusaha memahami arti peristiwa dan kaitan-kaitannya terhadap orang-orang dalam situasi tertentu. Seperti penjelasan pada tinjauan pustaka sebelumnya, telah terjadi sebuah fenomena di tengah-tengah kehidupan masyarakat Jepang, yaitu fenomena pet boom. Di mana meningkatnya jumlah binatang peliharaan di Jepang.

Selain itu penulis menggunakan teori pendekatan psikologi-sosial. Psikologi-sosial merupakan bidang berskala mikro. Bidang ini menilai keseluruhan masyarakat melalui studi pikiran, emosi dan kelakuan dari sekelompok kecil juga individu (Stolte, John F; Fine, Gary Alan; Cook, Karen S.: 2001). Roueck and Warren dalam bukunya Sociology mendefinisikan psikologi sosial ialah ilmu pengetahuan yang mempelajari psikologi daripada tingkah laku manusia, yang dipengaruhi oleh interaksi sosial.

(24)

keluarga bahkan dianggap sama pentingnya dengan anggota keluarga yang lain. Selain itu, semakin banyak masyarakat Jepang yang memelihara binatang peliharaan, sehingga situasi ini dimanfaatkan oleh sebagian orang untuk membuka bisnis yang berkaitan dengan binatang peliharaan. Beberapa ruang kaji psikologi-sosial seperti pada masyarakat, interaksi psikologi-sosial dan perubahan-perubahan yang terdapat di dalamnya merupakan titik tolak penulis dalam mengkaji pengaruh pet boom terhadap bisnis di Jepang.

1.5 Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian 1.5.1 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui apa faktor-faktor berkembangnya fenomena pet boom di Jepang.

2. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh fenomena pet boom terhadap perkembangan bisnis binatang peliharaan di Jepang.

1.5.2 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah :

1. Bagi penulis, diharapkan menambah pengetahuan tentang fenomena pet boom dan perkembangannya.

(25)

1.6 Metode Penelitian

Metode berasal dari kata methodos dalam bahasa latin yang terdiri dari kata

meta dan hodos. Meta berarti menuju, melalui, mengikuti, sesudah, sedangkan

hodos berarti jalan, cara, arah (Ratna, 2009:34). Dalam pengertian yang lebih luas metode dianggap sebagai cara-cara, strategi untuk memahami realitas, langkah-langkah sistematis untuk memecahkan rangkaian sebab akibat berikutnya.

Metode penelitian merupakan rangkaian cara atau kegiatan pelaksanaan penelitian yang didasari oleh asumsi-asumsi dasar, pandangan-pandangan filosofis dan ideologis, pertanyaan dan isu-isu yang dihadapi. Suatu penelitian mempunyai rancangan penelitian (research design) tertentu. Rancangan ini menggambarkan prosedur atau langkah-langkah yang harus ditempuh, waktu penelitian, sumber data dan kondisi arti apa data dikumpulkan, dan dengan cara bagaimana data tersebut dihimpun dan diolah. Tujuan rancangan penelitian adalah melalui penggunaan metode penelitian yang tepat, dirancang kegiatan yang dapat memberikan jawaban yang teliti terhadap pertanyaan-pertanyaan penelitian (https://karobby.wordpress.com).

Metode penelitian merupakan salah satu hal yang sangat diperlukan dalam melakukan penelitian, yaitu untuk menunjang keberhasilan tulisan yang akan disampaikan penulis kepada pembaca. Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara alamiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Untuk itu, dalam pengerjaan penelitian ini, penulis menggunakan metode deskriptif.

(26)

keadaan, gejala, atau kelompok tertentu. Oleh karena itu, data-data yang diperoleh dikumpulkan, disusun, diklasifikasikan sekaligus dikaji dan kemudian diinterpretasikan dengan tetap mengacu pada sumber data dan informasi yang ada.

Selain itu, penulis juga menggunakan metode studi kepustakaan. Studi kepustakaan merupakan studi aktivitas yang sangat penting dalam sebuah penelitian. Beberapa aspek yang yang perlu dicari dan diteliti meliputi masalah, teori, konsep dan penarikan kesimpulan. Dengan kata lain, studi kepustakaan adalah pengumpulan data dengan cara membaca buku-buku yang berkaitan dengan objek penelitian. Data yang diperoleh dari referensi tersebut akan dianalisa untuk dapat ditarik kesimpulan (Nasution, 1996:14).

(27)

BAB II

GAMBARAN UMUM TERHADAP PET BOOM DI JEPANG

2.1 Binatang dan Jenis-jenis Binatang

Binatang adalah kelompok organisme yang diklasifikasikan dalam kerajaan Animalia atau metazoa, adalah salah satu dari berbagai makhluk hidup ciptaan Tuhan di bumi. Binatang bisa juga disebut dengan fauna dan satwa. Binatang yang hidup di dunia ini pada umumnya diklasifikasikan menjadi dua kelompok besar yaitu Vertebrata dan Invertebrata yaitu pengklasifikasian binatang berdasarkan tulang belakangnya. Dari klasifikasi binatang tersebut, terdapat juga berbagai jenis penggolongan binatang seperti berdasarkan jenis makanannya, jenis tempat hidupnya, penutup tubuhnya, cara geraknya, cara bernafasnya serta berdasarkan cara binatang berkembang biak.

Keberadaan binatang di bumi ini juga sangat membantu keberlangsungan hidup manusia sehari-hari. Binatang-binatang yang terdapat di bumi ini ada yang dimanfaatkan sesuai kebutuhan manusia sehari-hari. Ada yang dijadikan bahan makanan bagi manusia, dan ada yang dimanfaatkan jadi binatang peliharaan. Namun, penulis lebih difokuskan pada pemanfaatan binatang sebagai binatang peliharaan.

2.1.1 Definisi Binatang Peliharaan

(28)

binatang peliharaan atau pet berdasarkan kamus Cambridge, pet dalam bahasa Inggris berarti “an animal which is kept in the home as a companion and treated kindly touch them gently and kindly with your hands”. Jika diterjemahkan dalam bahasa Indonesia dapat berarti binatang yang dipelihara di rumah sebagai teman dan diperlakukan dengan baik dan dibelai dengan lembut.

Dalam bahasa Indonesia kata pet disebut sebagai binatang peliharaan yang jika dilihat dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) merujuk pada kata binatang piaraan. Binatang sendiri berarti makhluk bernyawa yang mampu bergerak (berpindah tempat) dan mampu bereaksi terhadap rangsangan, tetapi tidak berakal budi. Sedangkan binatang peliharaan memiliki arti binatang yang biasa dipiara untuk kesenangan (seperti anjing, kucing, dan burung).

Berdasarkan kamus Kokugo Jiten, petto (ペット) memiliki beberapa arti, yaitu:

1. かわいがって飼育している動物

Binatang yang dipelihara dengan kasih sayang.

2. 特にかわいがっている子ども。お気に入りの人

Anak kecil yang disayang dengan berlebihan. Kesayangan.

3. 女性にとって年下の恋人

Bagi wanita, merupakan kekasih yang lebih muda.

Dari ketiga pengertian pet dalam bahasa Jepang di atas, pengertian pet yang lebih sesuai dengan penelitian skripsi ini adalah pengertian yang pertama, yaitu binatang yang dipelihara dengan kasih sayang.

(29)

indah dan unik, berpenampilan menarik, bertingkah lucu dan menggemaskan, dan yang paling penting dapat menghibur majikannya. Tetapi, ada juga yang memelihara binatang karena langka dan kekhasannya. Pada teorinya manusia dapat memelihara binatang apa pun untuk dipelihara. Tetapi, pada prakteknya hanya spesies-spesies tertentu saja, terutama binatang-binatang kecil seperti kucing, anjing, kura-kura, kelinci, burung, dan ikan.

Tidak semua manusia di bumi mempunyai binatang peliharaan. Banyak juga yang beranggapan bahwa memelihara binatang sungguh merepotkan dan menyita banyak waktu. Namun, bagi sebagian orang khususnya pecinta binatang, memelihara binatang merupakan hal yang sangat menyenangkan untuk dilakukan. Memelihara binatang juga memiliki banyak manfaat bagi kehidupan baik dari segi psikologis dan kesehatan. Salah satunya adalah dapat mengurangi stres dan rasa jenuh. Memiliki binatang peliharaan di tempat kerja ternyata dapat mengurangi potensi stres dan meningkatkan kepuasan dalam menyelesaikan pekerjaan. Keberadaan binatang peliharaan tersebut juga akan menghilangkan rasa sepi dan bosan bagi si pemiliknya. Disamping itu, berdasarkan penelitian yang dipublikasikan pada jurnal International Journal of Workplace Health

Management menyebutkan bahwa mengelus binatang peliharaan dapat

meningkatkan hormon oksitosin dan serotonin yang memberikan perasaan nyaman pada seseorang. Dengan hilangnya rasa sepi dan bosan serta munculnya rasa nyaman pada diri sesorang akan mengurangi potensi stres.

(30)

lainnya dengan tepat waktu. Selain itu, menurut penelitian yang dilakukan Bob Poresky, seorang sosiolog dari Kansas State University pada tahun 1988, kemampuan intelegensi anak dapat meningkat dengan memiliki binatang peliharaan (http://mypetshopmojokerto.blogspot.co.id/2014_05_01_archive.html). Memiliki binatang peliharaan dapat mengajarkan anak tentang banyak hal seperti mengenal berbagai macam binatang dan bentuknya, sekaligus mempelajari kehidupan binatang dari dekat. Selain itu memiliki binatang peliharaan dapat mengajarkan anak untuk berempati. Anak-anak dalam memperlakukan binatang seringkali dengan cara yang salah. Dengan memiliki binatang peliharaan, anak dapat diajarkan bagaimana memperlakukan binatang peliharaan dengan benar.

Di samping memiliki banyak efek positif, memiliki binatang peliharaan tetap membutuhkan perlakukan khusus agar binatang terhindar dari penyakit dan tidak menular kepada majikannya dengan melakukan perawatan binatang secara rutin dan teratur.

2.1.2 Jenis-jenis Binatang Peliharaan dan Persentasenya di Jepang

(31)
[image:31.595.115.504.146.397.2]

burung, ikan, kelinci, dan serangga. Jenis-jenis binatang peliharaan di Jepang dapat dilihat dalam tabel berikut ini.

Tabel 2.1

Persentase Jumlah Hewan Peliharaan di Jepang

58.60% 30.90% 19.40% 5.70% 3.60% 3.30% 2.70% 2.60% 1.80% 1.10% 0.20%

0.00% 10.00% 20.00% 30.00% 40.00% 50.00% 60.00% 70.00% Anjing Kucing Ikan Burung Serangga Kelinci Hewan pengerat (Hamster) Cacing Amphibi (Katak, Kadal air) Mamalia lain Lain-lain

(32)

kesialan. Anjing yang dulunya dipelihara di rumah sebagai binatang pembantu (berburu dan penjaga), kini sekedar merupakan binatang kesayangan. Keadaan perumahan Jepang yang rata-rata tidak begitu besar dan hampir tidak mempunyai taman, tidak memungkinkan orang untuk memelihara anjing besar. Dengan demikian orang Jepang lebih banyak yang memelihara anjing yang berukuran kecil seperti spitz, terrier, chihua-hua, toy poodle, dan maltese agar dapat dipelihara di dalam rumah ataupun apartement.

Anjing-anjing tersebut biasanya sangat dimanja. Banyak yang memperoleh perlakuan istimewa bagaikan manusia, seperti dimandikan dengan shampo, dicukur, dan bahkan kakinya dirawat secara teratur. Di toko-toko khusus tersedia tali, kalung, topi, sepatu, baju, kosmetik, mainan, dan tempat tidur serta makanan istimewa yang bergizi untuk anjing.

Para pemelihara anjing juga sangat mematuhi peraturan tentang kepemilikan anjing, misalnya vaksinasi anti rabies dua kali setahun. Tanpa sertifikat vaksinasi tersebut anjing akan disita sebagai anjing liar. Anjing masa kini lebih beruntung karena makin panjang umurnya dan gaya hidup serta makanannya makin mirip seperti gaya hidup dan makanan manusia. Namun, timbul pula masalah lain, anjing masa kini menderita penyakit manusia. Anjing mudah kegemukan, mudah dijangkiti penyakit diabetes, dan penyakit jantung karena makanannya terlalu bergizi. Pengobatan yang diberikan sama seperti pengobatan yang diberikan kepada manusia, yaitu pembedahan, terapi obat, dan terapi penyinaran.

(33)

masyarakat kelas atas hidup dengan kucing. Masyarakat umum juga mulai memelihara kucing di rumah beberapa ratus tahun yang lalu. Menurut sebuah survey yang dilakukan oleh organisasi industri, terdapat sekitar 70% dari kucing peliharaan ini sebagai kucing rumahan, yang berarti kucing-kucing tersebut menghabiskan waktu mereka di dalam rumah majikannya. Hal ini juga merupakan hal yang baik bagi petugas kontrol binatang, pejabat kesehatan masyarakat, dan organisasi kesehatan binatang yang telah berkampanye terus menerus untuk menjaga kucing tetap berada di dalam rumah. Kucing rumahan lebih sehat dan aman, selain itu dengan kucing berada di dalam rumah semakin mengurangi masalah di lingkungan, seperti ketika kucing membuang kotoran sembarangan, menggali di halaman di depan rumah tetangga, dan berjalan serta menggaruk permukaan mobil yang sedang diparkir.

Selain itu, terdapat pula tempat yang menunjukkan jejak hubungan antara kucing dan orang yang tersebar di seluruh Jepang, yaitu Pulau Tashirojima di Ishinomaki terletak di sebelah timur Sendai. Kota ini dikenal sebagai Pulau Kucing. Di tempat ini kucing datang untuk menyambut kapal di pelabuhan. Banyak kucing yang menunggu nelayan dengan sabar di sekitar pelabuhan untuk kembali. Selain itu, ada pula kuil kucing (Neko-Jinja) yang terletak di pusat pulau Tashirojima.

(34)

wadahnya. Sehingga tidak akan memakan banyak tempat di apartement yang kecil. Selain itu, ikan diperbolehkan untuk dipelihara di apartement dibandingkan dengan anjing. Karena ikan tidak mengeluarkan suara yang besar seperti binatang anjing.

Perkembangan goldfish atau ikan hias (mas) sangat besar di Jepang dan di negara-negara Asia lainnya. Ikan hias (mas) pertama di Jepang berasal dari China di Sakai, dekat Osaka, pada bulan Januari 1502. Secara teori, seekor ikan hias (mas) dapat berkembang keberbagai ukuran dan pada umumnya warna ikan hias (mas) mengandung pigmen oranye, kuning, dan hitam. Pertumbuhan ikan hias (mas) ini dipengaruhi oleh makanan, tempat, dan ukuran kolam.

Selain ikan mas, terdapat ikan koi (nishikigoi). Ikan koi adalah spesies ikan hias (mas) yang berharga mahal untuk hidupnya yang lama dan keindahan motifnya. Masyarakat Jepang lebih menyukai ikan koi yang memiliki warna merah dan putih, atau koi triwarna dengan bintik-bintiknya yang berwarna hitam.

(35)

Musim panas di Jepang adalah musim untuk pecinta serangga. Di Jepang, serangga sudah dicintai sebagai binatang peliharaan untuk waktu yang lama. Menangkap serangga masih menjadi hobi populer di kalangan anak-anak sekolah di Jepang. Maka dari itu, tidak jarang terlihat anak-anak membawa jaring raksasa dengan kotak untuk menyimpan serangga yang tergantung di leher mereka di sekitar taman. Selain itu, masyarakat Jepang juga sangat suka mendengar suara serangga pada malam hari di musim panas. Jenis serangga ini disebut dengan jangkrik. Persahabatan yang mereka tawarkan adalah melalui kicau suara yang mereka buat. Suara kicauan ini membuat nyaman kepada orang tua-orang tua pada setiap malam musim panas. Jangkrik yang paling populer adalah Suzumushi. Banyak orang yang masih memelihara suzumushi untuk menikmati suara-sauara mereka yang terdengar seperti denting lonceng. Para pecinta serangga seringkali memasukkan serangga ke dalam terarium kaca dan memungkinkan serangga untuk bertelur di dalam terarium tersebut. Dengan persentase sebesar 3,6% responden memilih serangga sebagai binatang peliharaannya.

Meskipun anjing dan kucing saat ini merupakan binatang peliharaan dalam golongan mamalia paling populer di Jepang, namun kepopuleran kelinci sebagai binatang peliharaan juga patut dipertimbangkan. Terdapat 3,3% responden yang memelihara kelinci. Telinga kelinci yang panjang menjadi daya tarik bagi anak-anak perempuan dan wanita dewasa untuk memeliharanya.

(36)

2.1.3 Hubungan Pemelihara dan Binatang Peliharaan

Manusia merupakan makhluk sosial, dimana bersosialisasi merupakan sesuatu yang mutlak dalam kehidupannya karena manusia hidup saling membutuhkan. Berteman termasuk dalam bersosialisasi. Manusia membutuhkan teman dan seringkali menjadikan binatang peliharaannya sebagai salah satu teman dalam kehidupannya. Di samping menjadikan binatang peliharaanya sebagai salah satu temannya manusia juga memiliki motivasi-motivasi lain dalam memelihara binatang tersebut, seperti anjing sebagai penjaga, burung dan ikan untuk keindahan dipandang, burung untuk keindahan didengar, kuda untuk dikendarai, anjing dan kucing untuk dilombakan.

Binatang peliharaan merupakan binatang yang dijinakan dan diurus oleh pemiliknya, serta memiliki ikatan emosional di antara keduanya. Ikatan emosional akan membentuk sebuah hubungan antara manusia dengan binatang. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa hubungan tersebut memberikan manfaat positif untuk pemiliknya baik itu dalam hal fisik, psikologis, dan kesejahteraan sosial, di mana membuat binatang peliharaan akan menjadi suatu kebutuhan yang semakin penting dalam rumah tangga modern.

Hubungan antara pemilik dengan binatang peliharaannya dipengaruhi oleh persepsi pemilik dan karakteristik binatang peliharaannya. Dengan melihat peran binatang peliharaan dalam hubungannya dengan temuan pada anthrozoologists,

diketahui terdapat 3 dimensi dari hubungan pemilik dengan binatang peliharaannya, yaitu: attachment, interaksi, dan peran binatang peliharaan sebagai

(37)

1. Attachment

Johnson et al. (1992) menyatakan bahwa attachment adalah tingkat kasih sayang yang terdapat di antara seseorang dengan binatang sebagai sahabat mereka. Attachment juga dapat berarti ikatan antara manusia (pemilik) dengan binatang peliharaannya (human-animal bond). Ikatan antara pemilik dengan binatang peliharaannya didefinisikan sebagai kesesuaian antara binatang dan pemilik pada fisik, perilaku, dan psikologis (Budger et al., 1998 dalam Douglas, 2005). Pemilik menganggap binatang peliharaannya sebagai sahabat atau sesuatu yang berharga sehingga kebutuhan binatang peliharaan mereka akan benar-benar dipertimbangkan. Hubungan ini juga dapat mempengaruhi kesehatan dari pemilik. Sebagai contoh, bagaimana keterikatan pada binatang peliharaan dapat mengurangi kesepian dan mengurangi stres pemiliknya, dan karena itu dikatakan dapat meningkatkan kesehatan pemiliknya.

Pengaruh dari attachment ini selanjutnya dapat diamati ketika pemilik membeli jasa perawatan (grooming) atau mainan yang dirancang untuk binatang peliharaan. Menurut para ahli, semakin tinggi attachment, semakin mungkin pemilik membeli produk yang mewah.

2. Interaksi

(38)

telah terbukti akan menyesuaikan perilaku dan gaya hidup mereka ketika berinteraksi satu sama lain. Berdasarkan contoh tersebut, interaksi dapat dianggap sebagai dimensi yang signifikan untuk menguji hubungan antara pemilik dengan binatang peliharaannya.

Hal ini didukung dengan bukti-bukti yang telah diteliti oleh beberapa penelitian sebelumnya (Ellson, 2008; Greenebaum, 2004; dan Holbrook, 1996), di mana perilaku konsumsi beberapa pemilik binatang peliharaan dalam membeli produk dan jasa yang memungkinkan binatang peliharaannya lebih bersosialisasi dengan pemiliknya dan orang lain. Seperti misalnya, pelatihan dan peralatan yang dirancang untuk melibatkan binatang peliharaan dalam kegiatan indoor dan outdoor.

3. Human Substitute

Berdasarkan definisi tentang anthropomorphism, human substitute

dalam penelitian ini mengacu pada kecenderungan memanusiakan sesuatu yang bukan manusia (Chen et al., 2012). Menurut definisi tentang

(39)

Sebagai contoh, ada beberapa pemilik yang akan bersedia membayar mahal perawatan medis untuk binatang peliharaannya karena pemilik menghargai binatang peliharaan tersebut seolah-olah binatang peliharaan tersebut adalah anggota keluarga pemilik. Selain itu terdapat beberapa pemilik yang akan mempersiapkan upacara keagamaan (misalnya pemakaman) untuk binatang peliharaannya, seperti yang mereka lakukan terhadap anggota keluarga mereka sendiri.

Dapat dilihat dalam dimensi ini menyiratkan bahwa pemilik akan melakukan hal-hal yang bermanfaat untuk binatang peliharaannya, seperti membeli barang kualitas unggul.

2.1.4 Pandangan Orang Jepang Terhadap Binatang Peliharaan

Pada saat ini, masyarakat Jepang sangat gemar memelihara binatang peliharaan. Hal ini dapat dilihat dari jumlah binatang peliharaan yang semakin meningkat. Orang Jepang banyak yang memperlakukan binatang peliharaannya secara khusus, yaitu seperti mereka merawat anak sendiri. Mereka memberikan makanan instan yang bergizi tinggi, dan diberikan pakaian yang bagus. Sebagian masyarakat Jepang sudah menganggap binatang peliharaannya adalah teman bagi dirinya, bahkan ada pula yang sudah menganggap binatang peliharaan tersebut sebagai keluarga.

(40)

seorang lelaki di preferktur Hyoho. Diceritakan bahwa pada perut anjing tersebut terlihat tanda Yasakani no Magatama, setelah ia memakan badger milik tuannya. Diceritakan pula (Fujino, hlm.3), ketika Mononobe no Moriya dikalahkan oleh Soga no Umako, anjingnya setia menemani Mononobe no Moriya hingga meninggal.

Dalam Makura no Shoshi yang ditulis oleh Sei Shonagon, terdapat beberapa cerita mengenai anjing. Salah satunya merupakan cerita tentang seekor anjing yang membuat marah Ichijo Tenno (980-1011) hingga akhirnya ia diasingkan ke sebuah pulau. Namun, tak lama kemudian, anjing tersebut muncul kembali di depan rumah tuannya. Meskipun telah diusir berkali-kali, namun anjing tersebut terus menerus muncul di depan rumah pemiliknya.

Dari mitologi tersebut dapat menunjukkan bahwa sejak dahulu masyarakat Jepang telah mencitrakan figur anjing sebagai figur yang setia melayani tuannya. Sejak zaman dahulu pun, masyarakat Jepang telah menghormati dan menyayangi anjing sebagai binatang peliharaan dan teman hidup.

(41)

2.2 Perkembangan Fenomena Pet Boom di Jepang

Binatang peliharaan atau dalam bahasa Jepang disebut dengan petto adalah binatang yang dipelihara oleh manusia, dalam kurun waktu yang sebentar atau pun lama. Di Jepang, kecenderungan jumlah penduduknya yang menurun ternyata tidak berarti jumlah binatang peliharaan mereka (terutama anjing dan kucing) turun juga, bahkan sebaliknya, jumlah binatang peliharaan di Jepang cenderung naik. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, bahwa saat ini sedang terjadi fenomena pet boom di Jepang. Banyaknya masyarakat Jepang yang memelihara binatang membuat fenomena pet boom ini semakin meningkat. Secara harafiah,

pet boom dapat berarti ledakan binatang, yaitu meningkatnya jumlah binatang peliharaan secara drastis.

(42)
[image:42.595.154.471.117.242.2]

Tabel 2.2 Jumlah Hewan Peliharaan di Jepang

0 1000000 2000000 3000000 4000000 5000000 6000000 7000000

1960 1970 1980 1984 1986 1988 1990 1992 1994 1996 1998 2000 2002 Sumber Departemen Kesehatan Jepang (1997)

Jika ditelusuri, pet boom mulai berkembang sejak tahun 1989 ketika eknomi Jepang mulai berkembang. Jumlah orang yang memelihara binatang peliharaan pada tahun 1988 sempat mengalami penurunan yang drastis. Saat itu perekonomian Jepang meredup disebabkan oleh bubble economy sehingga fenomena pet boom yang sempat berkembang pun hilang. Bubble economy

merupakan keadaan ekonomi Jepang dimana nilai mata uang Jepang menguat dan menjadikan harga-harga barang melambung tinggi.

(43)

BAB III

PENGARUH FENOMENA PET BOOM TERHADAP BISNIS BINATANG PELIHARAAN DI JEPANG

3.1 Faktor-faktor Berkembangnya Fenomena Pet Boom di Jepang

[image:43.595.129.505.435.562.2]

Perkembangan fenomena Pet Boom di Jepang yang semakin meningkat tentunya didorong oleh beberapa faktor-faktor yang ada. Faktor dari dalam diri pemilik binatang yang mempengaruhi mereka untuk memelihara binatang peliharaan merupakan salah satu faktor yang mendorong berkembangnya fenomena pet boom. Faktor-faktor yang mempengaruhi pemiliknya untuk memelihara binatang dapat dilihat dari tabel berikut.

Tabel 3.1

Alasan Memelihara Hewan Peliharaan

63.3% 37.1% 29.4% 14.9% 6% 5.6% 9.2%

0 10 20 30 40 50 60 70

Saya dan keluarga menyukai hewan Pemberian orang lain Meminimalisir tingkat kejahatan Lain-lain

Sumber Survey Iyo Bank Ltd

(44)

binatang dapat menjadi alternatif untuk mengurangi tekanan yang berlebih yang dialami di kantor. Bermain dengan binatang peliharaan dikatakan dapat memberikan perasaan nyaman dan tenang ketika sedang stres di dalam pekerjaan. Hal ini bertepatan dengan masyarakat Jepang yang dikenal sebagai masyarakat yang memiliki etos kerja yang sangat tinggi.

Di posisi ketiga dengan persentase 29,4% beralasan dikarenakan binatang peliharaan tersebut adalah pemberian dari orang lain. Sedangkan dengan persentase 14,9% responden menjawab alasan mereka memiliki binatang peliharaan adalah untuk belajar membesarkan anak. Dengan persentase sebesar 5,6% responden memberikan alasan karena dengan memelihara binatang dapat mengurangi rasa sepi di rumah sehingga keadaan rumah menjadi ramai.

Selain alasan memelihara binatang peliharaan tersebut, penulis membagi faktor-faktor berkembangnya fenomena pet boom menjadi dua, yaitu kegemaran kaum muda terhadap binatang peliharaan dan kegemaran lansia terhadap binatang peliharaan.

3.1.1 Kegemaran Kaum Muda Terhadap Binatang Peliharaan di Jepang Untuk mengurangi rasa sepi setelah pulang dari sekolah atau pun kantor, banyak anak muda di Jepang memilih untuk memelihara binatang peliharaan. Binatang yang paling banyak dipelihara adalah anjing dan kucing. Kehadiran binatang peliharaan dalam kehidupan mereka memiliki nilai tersendiri. Nilai tersebut dapat berupa nilai saling setia dan nilai persahabatan.

(45)

Hachiko Monogatari. Hachiko Monogatari menceritakan seekor anjing yang setia menunggu majikannya hingga bertahun-tahun di depan stasiun kereta api Shibuya, meskipun ternyata sang majikan telah meninggal Hachiko tetap menunggu hingga akhir hidupnya. Kesetiaan Hachiko membuat dirinya dikenal diseluruh Jepang maupun dunia. Patung anjing Hachiko pun menjadi landmark dan meeting point

terkenal di Shibuya.

Selain nilai kesetiaan, binatang peliharaan juga dapat memberikan nilai persahabatan yaitu dengan menjadikan binatang peliharaan tersebut sebagai teman. Pada saat ini, tidak heran apabila melakukan perjalanan di luar rumah, sering dijumpai pasangan atau kaum muda Jepang yang berjalan bersama binatang peliharaan mereka. Hal ini membuktikan bahwa binatang peliharaan tersebut telah menjadi sahabat bagi sebagian kaum muda di Jepang yang pada saat ini sebagian dari mereka hidup dalam keadaan sepi di rumah karena ditinggal oleh kedua orang tuanya sibuk bekerja. Selain itu, banyak dari kaum muda di Jepang yang sudah bekerja juga memelihara binatang, karena dengan kehadiran binatang peliharaan dapat mennghilangkan rasa lelah setelah seharian bekerja dengan bermain bersama binatang peliharaan. Kaum muda ini senang membawa binatang peliharaannya jalan-jalan di taman atau pun pergi berbelanja ke supermarket.

3.1.2 Kegemaran Lansia Terhadap Binatang Peliharaan di Jepang

(46)

akan memilih untuk memelihara binatang peliharaan sebagai teman di rumah. Binatang tersebut tidak menggantikan sosok keluarga sepenuhnya, tetapi dapat menjadi teman bermain serta dapat membantu menjalani kehidupan sehari-hari bagi seorang lansia. Karena dengan sifat binatang peliharaan yang dikenal setia dan menjaga tuannya dapat menimbulkan rasa nyaman bagi pemiliknya.

Hubungan keluarga yang merenggang dan menyebabkan hubungan sosial yang tidak intim membuat seseorang kekurangan social companionship. Kebutuhan manusia akan social companionship menjadi alasan lain mengapa seseorang memelihara binatang sebagai teman hidupnya. Walaupun memiliki binatang peliharaan sebagai teman dalam hubungan social companionship

menjadi sebuah pilihan yang tepat karena meskipun tidak berkomunikasi secara aktif, namun keberadaan binatang tersebut dapat memberikan rasa ‘tidak sendiri’.

Masahiro Yamada, memberikan alasan berkembangnya tren memelihara binatang peliharaan adalah karena

to the human longing to be needed, a longing ironically undermined by society’s greatesr triuphs – freedom and independence. Independence breeds indifference, which is contagious. Only our pets need and love us unconditionally”.

Terjemahan: untuk memenuhi kerinduan manusia, ironisnya keinginan masyarakat dirusak

oleh kemenangan terbesar – kebebasan dan kemerdekaan. Kemerdekaan melahirkan

ketidakpedulian yang menular. Hanya binatang peliharaan kita yang membutuhkan dan

mencintai kita tanpa syarat.

(47)

menjadi lebih fokus pada tujuan hidupnya dan secara disengaja ataupun tidak menimbulkan ketidakpedulian kepada individu dan makhluk hidup lain.

Tak hanya dari perkembangan globalisasi, kebebasan individu dan rasa individualisme seseorang akan lebih kuat dengan renggangnya hubungan sosial dalam keluarganya. Kesibukan masing-masing individu dalam keluarga menimbulkan ketidakacuhan akan anggota keluarga yang lain, terutama dengan minimnya interaksi diantara anggota keluarga.

Adanya keadaan tersebut menjadikan seseorang memilih untuk memelihara binatang peliharaan. Karena, seperti yang dikatakan Masahiro Yamada, binatang memberikan cinta tanpa syarat. Binatang juga dapat menerima keadaan manusia apa adanya. Sehingga seseorang akan lebih memilih untuk memelihara binatang sebagai teman. Dengan memelihara seekor binatang, seseorang memilki social companionship dan hubugan sosial yang menjadikan hidupnya tidak kosong. Selain itu, binatang peliharaan dapat menjadi salah satu tujuan hidup dari sang pemilik binatang peliharaan tersebut. Seperti salah satu manfaat yang telah dijelaskan sebelumnya adanya binatang peliharaan membuat seseorang memiliki tujuan hidup dan tentunya menambah kegiatan sang pemilik binatang peliharaan. Dengan demikian, rasa kosong dan kesendirian seseorang akan tersingkirkan dan berkurang dengan adanya kegiatan dan teman dalam hidupnya.

Terdapat berita dalam koran-koran Jepang, mengenai pernyataan beberapa lansia akan kepemilikan binatang dalam kehidupan mereka.

Huzikura Hatsuko (66 tahun)

我が家を明るくしてくれる2匹と、これからも楽しく生活したいと

(48)

Mulai sekarang saya ingin hidup dengan senang dengan adanya dua anjing saya

yang menghidupkan suasana di rumah saya.

Lelaki yang memiliki anjing – Anonim (87 tahun) 触っていたら感触を思い出した。心がなごむね。

Jika mengingat rasa sentuhan (anjing). Hati (terasa) tenang.

Sakamoto Masako (64 tahun)

犬は大切なパートナーで、心のよりどころ。こんなことを言うと、だんな

さんが焼きもちをやくかもしれないけれどね。

Anjing adalah partner yang penting, sebagai inspirasi. Dikatakan seperti itu, suami (saya) terbakar rasa cemburu.

Pada pernyataan pertama di atas membuktikan bahwa dengan adanya anjing di rumahnnya, ia berharap hidupnya menjadi semakin menyenangkan dan dapat merasa lebih bersemangat dalam menjalani hidupnya. Ketika berinteraksi dengan anjing timbul rasa senang dan aman dalam diri lansia, yang dapat kita ketahui dari pernyataan kedua. Pada pernyataan terakhir, anjing bagi pemiliknya merupakan inspirasi dan semangat hidupnya.

(49)

3.2 Peran Binatang Peliharaan di Keluarga Jepang

[image:49.595.152.496.328.513.2]

Pada saat ini, memelihara binatang merupakan suatu hal yang menarik bagi masyarakat Jepang. Pada umumnya, setiap keluarga di Jepang memiliki binatang peliharaan. Peran binatang peliharaan yang dimiliki keluarga Jepang pun tidak hanya sebatas binatang yang menjadi binatang penjaga atau pun teman bermain, namun beberapa keluarga setuju bahwa binatang peliharaan tersebut dianggap sebagai salah satu anggota keluarga mereka. Seperti yang terlihat pada tabel berikut.

Tabel 3.2

Hewan peliharaan sebagai anggota keluarga

70.8 53.3 71.8 73.6 85.8 17.8 26.7 16.8 17.6 14.2 7.2 6 5.9 20 2.1 2.7 2.9 2.1 2.7

0% 20% 40% 60% 80% 100%

Rata-rata Tiga generasi Dua generasi Suami Istri Single

Sumber Survey Iyo Bank Ltd

Sangat Setuju Setuju Tidak Tahu Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju

(50)

3.3 Pengaruh Pet Boom Terhadap Bisnis Binatang Peliharaan di Jepang Jepang merupakan salah satu negara maju dengan perkembangan teknologi yang pesat. Dengan kemajuan teknologi tersebut, tentunya kemajuan di bidang industri juga meningkat. Berbagai industri berkembang sesuai dengan permintaan pasar. Demikian juga industri di bidang pemeliharaan binatang. Tak sedikit yang memanfaatkan perkembangan binatang peliharaan di Jepang dengan memunculkan beragam produk untuk perawatan binatang peliharaan. Para pemilik binatang peliharaan pun tidak ragu untuk memakai produk-produk tersebut.

[image:50.595.131.487.459.656.2]

Dari segi biaya pemeliharaan binatang ini, masyarakat Jepang rata-rata memiliki pengeluaran yang tak sedikit sebagai biaya pemeliharaan binatang peliharaannya. Hal ini terlihat pada tabel berikut.

Tabel 3.2

Jumlah Biaya Pemeliharaan Hewan dari Tahun 1980-1999

14579 13451 13183 10873 10534 10097 8988 9056 7884 6006 12851 6197 8389 7746 7580 7501 6190 5705 5603 5350 4676 ¥0.00 ¥2,000.00 ¥4,000.00 ¥6,000.00 ¥8,000.00 ¥10,000.00 ¥12,000.00 ¥14,000.00 ¥16,000.00

1980 1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999

Sumber Biro Statistik Manajemen dan Badan Koordinasi "Survey Rumah Tangga Laporan Tahun 1999 Edition" (Mei, 2000)

Pet Food dan Kebutuhan Hewan Peliharaan Kebutuhan Hewan Peliharaan

(51)

Tabel 3.2 menunjukkan bahwa terjadi peningkatan yang cukup besar pada pengeluaran masyarakat Jepang dalam biaya pemeliharaan binatang peliharaannya diantara tahun 1995 dan 1996. Terlihat bahwa pada tahun 1995, jumlah pengeluaran rata-rata pemilik binatang peliharaan adalah sekitar 10.873 yen. Sedangkan pada tahun 1996, biaya pemeliharaan binatang naik sebesar 1.978 yen, menjadi 12.851 yen. Nilai tersebut terus meningkat hingga tahun 1999, dengan angka 14.579 yen sebagai rata-rata biaya pemeliharaan hean peliharaan.

Hasil statistik tersebut sesuai dengan meningkatnya jumlah binatang peliharaan ditahun 1996 yang tertera pada tabel 3.2. Biaya yang dihitung dalam pengeluaran tersebut mencakup makanan bagi binatang dan persediaan lainnya. Persediaan lainnya tentu saja sangat beragam, terutama dengan munculnya berbagai jenis pelayanan baik dalam bentuk jasa maupun barang bagi binatang peliharaan.

3.3.1 Veterinarian di Jepang

Dokter hewan atau dapat disebut juga dengan veteriner adalah dokter yang menangani binatang dan penyakit-penyakitnya. Selain bertanggung jawab terhadap kesehatan binatang, dokter hewan juga berperan dalam meningkatkan kesejahteraan binatang serta kesehatan masyarakat veteriner. Selain dokter hewan, terdapat juga teknisi kesehatan binatang atau perawat hewan.

(52)

secara bertahap, sehingga menyebabkan berdirinya sekolah kejuruan dalam bidang teknisi kesehatan binatang.

Sekolah-sekolah ini biasanya menawarkan kurikulum dua tahun belajar, di mana siswa akan mempelajari dasar-dasar kesehatan binatang dan penanganan untuk memungkinkan mereka bekerja sebagai asisten di klinik hewan. Banyak dari sekolah ini menawarkan kursus dalam bidang kesehatan tetapi juga pada pelatihan hewan seperti anjing dan kucing serta perawatan dan kebersihan hewan.

Sejak tahun 1996, sekitar 1000 dokter hewan lulus setiap tahun dari 16 sekolah kedokteran hewan di Jepang. Menurut laporan yang disampaikan oleh Japan Veterinary Medical Association pada tahun 2013, terdapat sekitar 35.379 dokter hewan yang aktif di Jepang pada akhir tahun 2010. Jumlah dokter hewan di Jepang telah meningkat secara bertahap selama 40 tahun terakhir.

3.3.2 Perawatan dan Kebersihan Binatang Peliharaan

Kehadiran binatang peliharaan di rumah konon bisa menggantikan posisi seorang teman. Secara fisik, misalnya anjing dan kucing dilihat dari bentuk badan dan bulu yang panjang dan menggemaskan, mereka memang secara langsung memberikan hiburan tersendiri terutama bagi pemiliknya. Namun itu semua tentunya harus didukung dengan perawatan yang baik dan maksimal.

(53)

Di berbagai pet shop di Jepang aksesoris untuk binatang peliharaan sangat banyak, seperti contohnya adalah baju. Dengan memberikan aksesoris kepada binatang peliharaan, binatang peliharaan akan lebih cantik dan lucu. Tidak hanya sekedar pakaian dan aksesoris lainnya, sekarang di Jepang juga sudah ada pebisnis yang menciptakan kereta dorong dan tempat tidur khusus anjing.

Selain itu, ada juga pet shop yang menawarkan pampers untuk binatang pelliharaan khususnya anjing. Pampers khusus anjing berguna ketika pemilik anjing pergi jalan-jalan bersama anjing mereka. Pemilik anjing tidak perlu lagi membawa kantong plastik dan tisu untuk memungut kotoran anjing.

3.3.3 Tempat Penitipan dan Jual Beli Binatang Peliharaan

Tempat penitipan yang dimaksud di sini adalah penitipan yang seperti dengan hotel. Biasanya, binatang peliharaan yang dititip berupa anjing dan kucing. Salah satu nya adalah hotel Boschetto di Hokuto, Prefektur Yamanashi, yang menyediakan berbagai fasilitas untuk binatang peliharaan tamu yang turut

menginap di sana. Salah satu dari fasilitasnya adalah taman anjing di kompleks

Boschetto, yang terletak di dataran tinggi Kiyosato, di mana tamu dapat bersantai

sementara anjing-anjing peliharaan tamu berlarian dengan bebas di area tersebut.

Selain itu juga ada hotel yang mengizinkan tamu membawa binatang peliharaannya untuk menginap. Banyak orang-orang yang melakukan bisnis dan urusan lain yang tidak bisa meninggalkan binatang peliharaannya di rumah, hotel seperti ini membuat perjalanan mereka menjadi lancar.

Jika binatang peliharaan kita sudah lelah bermain-main, mereka dapat

(54)

ruangan di hotel Boschetto dapat dimasuki oleh binatang peliharaan, kecuali

kamar mandi. Sebuah tempat cuci kaki untuk mencuci kaki binatang peliharaan

tamu disediakan di area depan hotel, dan setiap meja di ruang makan memiliki

pengait untuk tali. Seprai ranjang pun terbuat dari bahan tebal dan tahan air.

Selain tempat penitipan, terdapat bisnis yang juga lagi berkembang. Bisnis ini bergerak dalam bidang jual beli binatang peliharaan. Banyaknya penggemar binatang peliharaan di Jepang membuat bisnis yang menjual binatang untuk dipelihara ini mudah dijumpai. Meskipun dengan harga yang cukup mahal, bagi mereka yang memang menyukai binatang apalagi sebagai teman untuk menghilangkan rasa sepi, harga tidak menjadi masalah.

3.3.4 Makanan dan Minuman Binatang Peliharaan

Seiring berkembangnya zaman, makanan untuk binatang peliharaan pun juga semakin berkembang. Saat ini, para pemilik binatang peliharaan tidak perlu membuat makanan untuk binatang peliharaannya, karena sudah ada yang menjual makanan untuk binatang peliharaannya. Jenis makanan beragam, dari yang makanan biasa, sampai yang bervariasi. Terdapat juga makanan siap saji dan juga makanan olahan yang dikemas seperti bentou. Di berbagai pet shop atau pun swalayan di Jepang akan biasa ditemui makanan untuk binatang peliharaan.

(55)

oleh kucing peliharaannya. Hal ini juga bisa membuat pemilik kucing dan kucing peliharaannya semakin lebih akrab karena memilliki waktu untuk bersama.

3.3.5 Tempat Bermain Binatang Peliharaan

Bisnis menyangkut binatang peliharaan tidak hanya tesedia untuk memuaskan kebutuhan binatang, namun juga untuk para pecinta binatang yang tidak dapat memiliki binatang peliharaan pribadi. Tersedia cafe yang yang menyediakan penyewaan binatang untuk diajak bermain di toko tersebut. Saat ini,

cafe khusus binatang atau yang bisa disebut dengan pet cafe sangatlah populer. Kepopuleran ini dimulai dengan munculnya Cat Cafe, lalu diikuti oleh berbagai jenis cafe lainnya, seperti Dog Cafe, Reptile Cafe, dan Rabbit Cafe. Pada dasarnya, di tempat ini menyediakan binatang peliharaan yang dapat disewa selama beberapa jam. Selain untuk diajak bermain, di tempat ini juga, pengunjung bisa memberikan makanan kepada binatang-binatang tersebut. Ini tentunya memberikan kesempatan bagi masyarakat Jepang yang tidak memiliki waktu yang cukup untuk memelihara seekor binatang peliharaan untuk dapat bermain dan merasakan bagaimana perasaan memiliki seekor binatang peliharaan.

(56)

3.3.6 Tempat Pelatihan Binatang

Pelatihan binatang adalah penerapan analisis perilaku pada binatang untuk memodifikasi perilaku binatang. Pada umumnya, tujuan pelatihan binatang adalah untuk pesahabatan, deteksi, perlindungan, dan hiburan. Jenis pelatihan binatang akan menerima metode pelatihan tergantung tujuan dari melatih binatang tersebut. Seperti contoh, anjing mata-mata akan menerima metode pelatihan berbeda dari binatang liar di sirkus.

(57)

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN 4.1 Kesimpulan

1. Pet boom merupakan sebuah ledakan jumlah binatang peliharaan dikarenakan jumlah pemelihara binatang yang terus meningkat di Jepang yang terjadi pada tahun 1996 dan terus berkembang hingga dewasa ini. Meskipun ledakan ini pernah terjadi pada tahun 1989, namun tidak pernah ada peningkatan yang signifikan dalam perkembangan tren memelihara binatang pada saat itu. Perkembangan fenomena pet boom

di Jepang tentunya didorong oleh beberapa faktor. Faktor dari dalam diri pemilik binatang untuk memelihara binatang peliharaan merupakan salah satu faktor pendorongnya.

(58)

3. Banyaknya masyarakat Jepang yang memelihara binatang peliharaan, membuat pebisnis Jepang menemukan peluang bisnis terkait binatang peliharaan. Mulai dari jual-beli binatang peliharaan, makanan untuk binatang peliharaan, pakaian dan aksesoris binatang peliharaan, penginapan, salon khusus binatang, asuransi binatang peliharaan, dan tempat bermain untuk binatang yang telah berkembang di Jepang saat ini.

4. Produk seperti makanan, pakaian dan aksesoris yang dikhususkan untuk binatang peliharaan ini juga menjadi bermacam-macam menurut permintaan pasar.

5. Munculnya bisnis terkait binatang peliharaan di Jepang tidak hanya memberi keuntungan bagi pebisnis, namun juga memberikan keuntungan bagi orang yang tidak bisa memelihara binatang, hal ini dibuktikan dengan hadirnya bisnis seperti cat cafe reptile cafe, dan bisnis sewa anjing.

6. Orang Jepang sangat pintar dalam melihat peluang bisnis. Oleh karena itu, bisnis terkait binatang peliharaan ini akan terus bertambah, dan tidak tertutup kemungkinan akan hadir lagi bisnis-bisnis baru terkait fenomena pet boom ini nantinya.

4.2 Saran

(59)

lebih baik mempersempit ruang lingkup pembahasan agar kekurangan semakin berkurang.

2. Skripsi ini diharapkan berguna untuk pembaca, sehingga pembaca dapat memahami apa faktor-faktor pendorong perkembangan fenomena pet boom, bagaimana fenomena pet boom yang terjadi di Jepang, alasan-alasan orang Jepang memelihara binatang, pandangan orang Jepang terhadap binatang peliharaan, peran binatang peliharaan, serta bisnis-bisnis yang berkembang terkait binatang peliharaan di Jepang.

(60)

DAFTAR PUSTAKA

Alex. Panduan Lengkap Memelihara Anjing dan Kucing. Yogyakarta: Pustaka Baru Press.

Ashkenazy, Michael. Handbook of Japanese Mythology. Santa Barbaea, California: ABC-Clio, 2003

Baker, Lois. (Maret 1997). Research provides further evidence that pets, music effective reducing stress. Reporter, Vol. 28 No. 25, 27.

Belk, R.W., (1996). “Metaphoric relationships with pets”, Society and Animals, Vol.4, No.2: 121-146

Bogadenta, Aryo. (2013). The Secret Of Business Plan. Jogjakarta: Laksana. Chen, A.H., Hung, K.P., dan Peng, N., (2011). “Planned leisure behaviour and pet

attachment”, Annals of Tourism Research, Vol.38, No.4:1657-1662.

Chen, A., Hung, K.P., and Peng, N., (2012). “A cluster analysis examination of pet owners “consumption values and behavior – segmenting owners strategically”, Journal of Targeting, Measurement and Analysis for Marketing, Vol.20,2:117-132.

Danandjaja, James. (1997). Folklore Jepang: Dilihat dari Kacamata Indonesia.

Jakarta: PT Pustaka Utama Grafiti.

Dradjat, Anita Sawitri. (2010). Kaitan antara Loneliness pada Lansia di hari Tua dengan Pet Boom di Jepang. Depok: Universitas Indonesia

Ellson, T., (2008). “Can we live without a dog? Consumption life cycles in dogowner relationship”. Journal of Business Research, Vol.61, No.5:469-479

Fukumoto, Kazutoshi. (1997). Why Are Japanese People Diligent, Skillfull and Rich?. Jakarta: PT GramediaPustaka Utama.

Johnson, T.P., Garrity, T.F., dan Stallones, L., (1992). “Psychometric evaluation of the Lexington Attachment to Pets Scale (LAPS)”, Anthrozoos.

Judith K. Blackshaw. (2003). Notes On Some Topics In Applied Animal Behaviour,

Univ. Of Sydney.

Junko, Fujino. (Maret 1972). The Dogs Of Japan. The East, Vol. VIII No. 3. Kaneda, Ichikyousuke et al.. (1959). Shinsen Kokugo Jiten. Tokyo: Shougakukan Koentjaraningrat. (1976). Metode-Metode Penelitian Masyarakat. Jakarta:

(61)

Lukiyanto. (2014). Untung Besar Bisnis dari si Manis. Jogjakarta: FlashBook. Machielse, Anna et al.. (2007). Social Isolation and Loneliness.Ohio State

University.

Moleong, Lexy J. (1994). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.

Nasution. (1996). Metodologi Penelitian Naturalistik Kualitatif. Bandung: Penerbit Tarsito

Nazir, Moh. (2003). Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Randolph T. Barker, Janet S. Knisely, Sandra B. Barker, Rachel K. Cobb, Christine M. Schubert. (2012). "Preliminary investigation of employee's dog presence on stress and organizational perceptions", International Journal of Workplace Health Management. Vol. 5 Iss: 1 pp. 15 - 30 Rebick, M & Takenaka. A. (2006). The Changing Japanese Family. New York:

Routledge.

Roucek, Joseph S; Warren, Roland L. (1984). Sosiology. Solo: Bina Aksara.

Semiawan, Conny R. (2010). Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta: Grasindo. Serpell, James PhD. (1991). Beneficial effects of pet ownership on some aspects of

human health & behaviour. Journal of Royal Science Of Medicine, Volume 84, Desember 1991

Stolte, John F; Fine, Gary Alan; Cook, Karen S. (2001). "Sociological miniaturism: seeing the big through the small in social psychology". Annual Review of Sociology. vol. 27: pp. 387–

Sugimoto, Yoshio. (1997). An Introduction to Japanese Society. Cambridge University Press.

Tim Penyusun. (2001). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta.

ダク 雑種. (7 Maret 2010). Yomiuri Shimbun.

「共生できる世の中」願って. (30 November 2009). Asahi Shimbun.

Saitou Hiromi. (9 April 2010). セラピードッグ触れお年寄りに笑顔広がる. Asahi shimbun.

(62)

Armandhanu, Denny dan Santi Dewi. “Kaum Muda Takut Menikah Populasi

Jepang Terancam” dalam

A Menagerie of Good Fortune. (http://www.thetokyotraveler.com/2008/08/a-menagerie-of-good-fortune/in_japan_cats) (07 Mei 2015)

Arif, Nesia Andriana. Anjing di Jepang ikut asuransi.

(http://www.msnbc.msn.com/id/16329567/) (08 Mei 2015)

Barus, Erbina. 2013. “Hari Minggu Saatnya Pamer Anjing Kesaayangan di

Yoyogi Park Jepang” dalam

Cal. 2013. “Neko Jalala We Finally Visit an Akihabara Cat Cafe” dalam

Destriana. 2014. “Nyan Nyan Nyan Day Perayaan Hari Kucing di Jepang” dalam http://palingakt

Gambar

Tabel 2.1
Tabel 2.2 Jumlah Hewan Peliharaan di Jepang
Tabel 3.1
Tabel 3.2Hewan peliharaan sebagai anggota keluarga
+7

Referensi

Dokumen terkait

masyarakat Jepang. 2) Sekentei : rasa malu terhadap masyarakat dan kecenderungan untuk menutupi masalah keluarga jelas lebih kuat di Jepang dibanding negara lain. 3) Sistem sekolah

Hays mengatakan dalam data statistik yang diperoleh oleh Agen Kepolisian Nasional Jepang pada tahun 1995 disebutkan bahwa jumlah remaja putri yang terlibat

yang menyatakan bahwa motivasi para remaja putri Jepang melakukan Enjo Kosai. ialah sekaichuu ni aru kakko ii mono ga te ni iretai (

Seiring dengan panjangnya usia hidup orang Jepang, waktu yang dibutuhkan lansia dalam perawatan di masa tuanya juga semakin panjang, meningkatnya keluarga

burakumin banyak yang menyembunyikan status mereka pada masyarakat non-. buakumin, keluarga bahkan

Meski hubungan seks bebas semakin menjadi hal yang umum di Jepang, survei yang dilakukan pada 2011 lalu menunjukkan bahwa dari 60 persen pria yang tidak

Meningkatnya setiap tahun fenomena Sekkusu shinai shokogun yang terjadi di Jepang merupakan hal yang meresahkan juga bagi masyarakat Jepang sendiri dan memberikan

yang dirasakan oleh sebagian besar kaum lansia Jepang sekarang ini, ditambah tidak adanya lagi sistem keluarga besar dimana dalam satu keluarga dapat hidup. dua sampai