Asuhan Keperawatan Pada Tn. V dengan Prioritas
Masalah Kebutuhan Dasar Konsep Diri di Rumah
Sakit Jiwa Prof. Dr. Muhammad Ildrem
Provinsi Sumatera Utara
Karya Tulis Ilmiah (KTI)
Disusun Dalam Rangka Menyelesaikan
Program Studi DIII Keperawatan
Oleh
ROSELAINA BANCIN
122500041
PROGRAM STUDI DIII
KEPERAWATAN FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan bekat dan rahmatNya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya
tulis ilmiah ini yang berjudul “ Asuhan Keperawatan Dengan Prioritas Masalah
Kebutuhan Dasar Konsep Diri”. Karya tulis ilmiah ini disusun sebagai syarat
dalam menyelesaikan program pendidikan Ahlimadya Keperawatan di program
Studi D III Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara
Medan.
Dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini penulis banyak mendapat bantuan,
bimbingan, dan arahan dari berbagai pihak. Untuk itu, dalam kesempatan ini
penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak dr. Dedi Ardinata M.Kes, selaku Dekan Fakultas Keperawatan
Universitas Sumatera Utara (USU) Medan.
2. Ibu Erniyati, S.Kp, MNS, selaku Wakil Dekan I Fakultas Keperawatan
Universitas Sumatera Utara.
3. Ibu Evi Karota Bukit, S.Kp, MNS, selaku Wakil Dekan II Fakultas
Keperawatan Universitas Sumatera Utara
4. Ibu Roxsana Devi Tumanggor, MNurs (MntlHlth) selaku pembimbing yang
telah memberikan bimbingan dan meluangkan waktu, tenaga serta pikiran
dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini.
5. Ibu Lufthiani, S.Kep, Ns, M.Kes, selaku penguji yang meluangkan waktu
6. Ibu Nur Afi Darti, S.Kp, M.Kep, selaku ketua Program Studi D III
Keperawatan Universitas Sumatera Utara (USU) Medan.
7. Yang terhormat dan saya sayangi kepada kedua orang tua saya, Bapak
N.bancin dan Ibunda N. br Padang, serta kepada saudara-saudari saya
Herianto Bancin (Abang), Sriyanti Bancin (kakak), swemfri roganda Bancin
(Abang), Wisudarman Bancin (Adik ), yang tidak pernah lelah memberi
dukungan baik secara moral, doa sehingga saya dapat menyelesaikan karya
tulis ilmiah ini.
8. Tak lupa juga kepada Adinda saya Lady Gracia Sitohang yang telah banyak
memberikan saya dukungan lewat doa dan tak lelah mengajari saya dalam
mengerjakan Karya Tulis Ilmiah saya ini, sehingga dengan dukungannya,
saya
semakin semangat dan bisa lebih mengerti mengenai Karya Tulis Ilmiah
penulis ini.
9. Terkhusus buat teman-teman seperjuangan saya, Herman lubis, Rizka
Wahyuni,Sintia Ningsih, dan suci, terima kasih atas dukungan semangat,
dorongan motivasi dan juga kebersamaan dalam menyelesaikan karya tulis
ini.
10. Rekan-rekan mahasiswa Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara
(USU) Medan khususnya Program Studi D III Keperawatan Stambuk 2012
yang telah berpartisipasi dan mendukung selama penyusunan karya tulis
ilmiah ini, terlebih kepada sahabat saya Imelda Anastasia Sinulingga, Nova
Sehingga saya dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini dengan
sebaik-baiknya. Namun demikian,saya menyadari masih banyak kekurangan baik dari isi
maupun susunannya. Oleh karena itu, saya menerima kritik dan saran dari semua
pihak yang bersifat membangun demi kesempurnaan karya tulis ilmiah ini.
Akhirnya saya berharap karya tulis ilmiah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak
dan pembaca yang budiman.
Medan, 29 Juni 2015
Hormat penulis
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN ... i
KATA PENGANTAR ... ii
DAFTAR ISI ... v
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATARBELAKANG ... 1
1.2 TUJUAN ... 3
1.2.1 Tujuan Umum ... 3
1.2.2 Tujuan Khusus ... 3
1.3 MANFAAT ... 4
BAB II PEMBAHASAN 2.1 Konsep Dasar Konsep Diri ... 5
2.1.1 Definisi Konsep Diri ... 5
2.1.2 Komponen Konsep Diri ... 5
2.1.3 Faktor –faktor yang memepengaruhi konsep diri ... .... 7
2.1.4 Faktor risiko gangguan konsep diri ... ... 8
2.2 Proses Keperawatan Konsep Diri... 9
2.2.1 Pengkajian ... 9
2.2.2 Analisa data ... 14
2.2.3 Rumusan masalah ... 15
2.2.4 Diagnosa Keperawatan... 17
2.2.5 Perencanaan... 18
2.2.7 Intervensi Keperawatan ... 20
2.2.8 Evaluasi ... 22
2.3 ASUHAN KEPERAWATAN KASUS 2.3.1 Pengkajian ... 23
2.3.2 Analisa data ... 37
2.3.3 Rumusan masalah ... 38
2.3.4 Diagnosa Keperawatan... 38
2.3.5 Perencanaan Keperawatan ... 39
2.3.6 Pelaksanaan keperawatan ... 44
BAB III KESIMPULAN DAN 3.1 Kesimpulan ... 46
3.2 Saran ... 46
Daftar Pustaka ... 47
Lampiran
BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Skizofrenia adalah suatu penyakit yang mempengaruhi otak dan
menyebabkan timbulnya pikiran, persepsi, emosi, gerakan, dan prilaku yang aneh
dan terganggu (Videbeck, 2008). Skizofrenia merupakan salah satu bentuk
gangguan kejiwaan yang memiliki tingkat keparahan yang tinggi , dimana hingga
saat ini penanganannya belum memuaskan. Hal ini terutama terjadi di
negara-negara yang sedang berkembang karena ketidaktahuan keluarga maupun
masyarakat terhadap jenis gangguan jiwa ini (Hawari, 2003).
Menurut Dharmono (2007), penelitian yang dilakukan WHO diberbagai
negara menunjukkan sebesar 20-30% klien yang datang kepelayanan kesehatan
mengalami gangguan jiwa. Departement of Health and Human Service (1999),
memperkirakan 51 juta penduduk Amerika dapat didiagnosa mengalami
gangguan jiwa. Dari jumlah tersebut 6,5 juta mengalami disabilitas akibat
gangguan jiwa yang berat dan 4 juta diantaranya adalah anak-anak dan dewasa
( Videbeck, 2008).
Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesda), tahun 2013 menunjukkan
prevalensi gangguan jiwa berat, termaksud skizofrenia, mencapai 1,7 per mil atau
1-2 orang dari 1.000 warga di indonesia. Dari jumlah tersebut sebagian besar
belum mendapat pengobatan yang tepat, sehingga mengakibatkan kondisi orang
Sedangkan pendataan Rumah Sakit Jiwa Prof. Dr. Muhammad Ildrem
Provinsi Sumatera Utara Medan, pada awal tahun 2015 data klien terbaru
terhitung 1- 5 Januari 2015 ada 380 klien gangguan jiwa yang sedang dirawat
inap (Gultom, 2015).
Pada pasien skizofrenia untuk mengidentifikasi bagaimana perubahan dan
respon individu terhadap stresor dan pandangan individu mengenai dirinya sendiri
perawat dapat menganalisanya melalui konsep diri klien. Sebagaimana konsep diri
ini merupakan salah satu unsur pengkajian dan merupakan konsep dasar yang
perlu diketahui perawat untuk mengerti prilaku dan pandangan klien tentang
dirinya, masalah serta lingkungan (Riyadi, 2009). Konsep diri merupakan citra
mental individu. Konsep diri yang positif penting untuk kesehatan mental dan
fisik individu. Individu yang memiliki konsep diri positif lebih mampu
mengembangkan dan mempertahankan hubungan interpersonal dan lebih tahan
terhadap penyakit psikologis dan fisik. Individu yang memiliki konsep diri yang
kuat seharusnya lebih mampu menerima atau beradaptasi dengan perubahan yang
mungkin terjadi sepanjang hidupnya. Cara pandang individu terhadap dirinya
memengaruhi interaksi dengan orang lain.
Selain mengidentifikasi individu yang memiliki konsep diri negatif,
perawat juga bertanggung jawab mengidentifikasi kemungkinan penyebab konsep
diri negatif guna membantu individu tersebut mengembangkan pandangan positif
terhadap dirinya. Individu yang memilki konsep diri yang buruk dapat
mengungkapkan perasaan tidak berharga, tidak menyukai dirinya sendiri , atau
bahkan membenci dirinya sendiri, yang dapat diproyeksikan kepada orang lain.
dan dapat menyatakan tidak memilki energi, bahkan untuk melakukan tugas yang
paling sederhana sekalipun (Kozier,2010).
Oleh sebab itu dalam proses pelayanan keperawatan yang bersifat holistik
atau menyeluruh salah satu hal yang harus dipahami perawat dalam memberikan
asuhan keperawatan adalah konsep diri klien. Respon individu terhadap stresor
atau stimulus dapat dianalisa dari berbagai komponen konsep diri sehingga
perawat dapat merencanakan asuhan yang lebih tajam dan berkualitas
(Riyadi, 2009).
Maka melihat tingginya prevalensi gangguan jiwa dan pentingnya
pemahaman konsep diri, penulis tertarik untuk membahas lebih dalam lagi
mengenai konsep diri terkhususnya pada klien skizofrenia, untuk mengetahui
bagaimana perubahan mengenai konsep diri klien skizofrenia, sehingga dengan
mengetahui konsep diri tersebut perawat dapat melaksanakan asuhan keperawatan
pada klien. Sebagaimana dijelaskan bahwa memahami konsep diri sangat penting
bagi perawat dalam memberikan asuhan keperawatan secara utuh, bukan hanya
tertuju kepada penyakit klien , melainkan juga untuk menghadapi individu yang
mempunyai pandangan, nilai dan pendapat tertentu tentang dirinya ( Dalami,
2009).
1.2Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Tujuan dari penulisan karya tulis ilmiah ini adalah untuk mengetahui dan
dapat mengaplikasikan bagaimana asuhan keperawatan kepada klien dengan
1.2.2 Tujuan Khusus
a. Mampu melakukan pengkajian padaTn V. dengan masalah konsep diri
b. Mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada Tn V. dengan masalah
konsep diri
c. Mampu menyusun rencana asuhan keperawatan pada Tn V dengan
masalah konsep diri
d. Mampu melakukan implementasi pada Tn Vdengan masalah konsep diri
e. Mampu melakukan evaluasi pada Tn V dengan masalah konsep diri
1.3 Manfaat
1. Penulis
Karya tulis ini diharapkan mampu menambah pengetahuan bagi penulis
dan menambah wawasan mengenai asuhan keperawatan gangguan konsep diri
sehingga kedepan dapat mengaplikasinya dalam pelayanan kesehatan
dimasyarakat.
2. Institusi pendidikan
Sebagai tolak ukur kemampuan mahasiswa dalam melakukan penulisan
karya tulis ilmiah untuk meningkatkan kualitas pendidikan bagi mahasiswa,
khususnya mahasiswa D3 keperawatan USU.
3. Perawat
Karya tulis ini diharapakan dapat bermenfaat bagi rekan sesama perawat
dalam menambah ilmu atau pengetahuan serta dapat mengaplikasikan ilmu
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Kebutuhan Dasar Konsep Diri
2.1.1 Definisi Konsep Diri
Diri (self) adalah hubungan kita yang paling intim, jelasnya salah satu dari
aspek terpenting pengalaman hidup kita, namun yang paling sulit didefinisikan.
Apa yang kita pikirkan dan rasakan tentang diri kita mempengaruhi perawatan
yang kita berikan kepada diri kita secara fisik dan emosional dan perawatan yang
kita berikan kepada orang lain ( Potter, 2009).
Konsep diri adalah semua perasaan, kepercayaan, dan nilai yang diketahui
individu tentang dirinya dan mempengaruhi individu dalam berhubungan dengan
orang lain. Konsep diri berkembang secara bertahap saat bayi mulai mengenal
dan membedakan dirinya dengan orang lain. Pembentukan konsep diri ini sangat
dipengaruhi oleh asuhan keperawatan orang tua dan lingkungannya ( Tarwoto,
2006).
2.1.2 Komponen konsep diri
Terdapat 4 komponen konsep diri yaitu identitas personal , citra diri (body
image), harga diri (self esteem), dan performa peran (Kozier, 2010).
1. Identitas personal
Identitas personal individu merupakan kesadaran akan keunikan diri
sendiri yang bersumber dari penilaian dan observasi diri sendiri. Individu sering
memandang identitas mereka dari nama, jenis kelamin, usia, ras, asal etnis atau
budaya, pekerjaan atau peran, bakat, dan karakteristiksituasional lainnya. Identitas
1. Citra diri ( body image)
Citra tubuh (body image) adalah cara individu mempersepsikan ukuran
,penampilan, fungsi tubuh dan bagian-bagiannya. Citra tubuh memiliki aspek
kognitif dan aspek afektif. Aspek kognitif adalah pengetahuan mengenai materi
tubuh dan kelekatannya, sedangkan aspek afektif mencakup sensai tubuh, seperti
nyeri, kesengangan, keletihan, dan gerakan fisik. Citra tubuh adalah gabungan
sikap, kesadaran, dak ketiaksadaran, yang dimiliki seseorang terhadap tubuhnya.
2. Harga diri ( self esteem)
Harga diri adalah penilaian pribadi terhadap hasil yang dicapai dengan
menganalisa seberapa jauh perilaku memenuhi ideal diri. Frekuensi pencapaian
tujuan akan menghasilkan harga diri rendah atau tinggi. Jika individu selalu
sukses maka cenderung harga diri tinggi tetapi apabila individu sering gagal maka
kesenderungan memiliki harga diri rendah.
Terdapat dua jenis harga diri yaitu, harga diri umum dan harga diri
spesifik. Harga diri umum adalah respo seberapa besar individu menyukai dirinya
sendiri secara keseluruhan. Harga diri spesifik adalah sebarapa besar individu
meneriman bagian tertentu dari dirinya.
3. Performa peran ( self role)
Sepanjang hidup, manusia menagalami berbagai peran. Peran merupakan
sekumpulan harapan mengenai bagaimana individu yang menempati satu posisi
tertentu berprilaku. Performa peran adalah serangkaian pola prilaku yang
diharapkan oleh lingkungan sosial berhubungan dengan fungsi individu di
adalah pola aprilaku, sikap, nilai, dan asspirassi yang diharapkan individu
berdasarkan posisinya dimasayarakat. Setiap individu disibukkan oleh bebagai
macam peran yang terkait dengan posisinya.
2.1.3 Faktor –faktor yang mempengaruhi konsep diri.
Pada perkembangan konsep diri beberapa faktor yang mempengaruhi konsep
diri seseorang diantaranya adalah sebagai berikut (Tarwoto & Wartonah, 2010).
1) Tingkat perkembangan dan kematangan
Saat individu berkembang, faktor yang mempengaruhi konsep diri
berubah. Sebagai contoh, bayi membutuhkan lingkungan yang suportif dan penuh
kasih sayang, sementara anak-anak membutuhkan kebebasan untuk menggali dan
belajar.
2) Keluarga dan Budaya
Nilai yang dianut anak kecil dipengaruhi oleh keluarga dan budaya.
Selanjutnya, teman sebaya mempengaruhi anak dan dengan demikian
memepengaruhi rasa dirinya.
3) Sumber Daya
Individu memiliki sumber daya internal dan sumber eksternal. Contoh
sumber daya internal adalah rasa percaya diri dan nilai diri, sedangkan sumber
daya eksternal meliputi jaringan dukungan, pendanaan yang memadai, dan
organisasi. Secara umum semakin besar sumber daya yang dimilki dan digunakan
4) Riwayat keberhasilan dan kegagalan
Individu yang pernah mengalami kegagalan menganggap diri mereka
sebagai orang gagal, sementara individu yang memiliki riwayat keberhasilan,
memiliki konsep diri yang lebih positif, yang kemungkinan dapat mencapai lebih
banyak keberhasilan.
5) Stresor
Stresor dapat menguatkan konsep diri saat individu berhasil menghadapi
masalah. Dipihak lain stersor yang berlebihan dapat menyebabkan respon
maladaptif termaksud penyalahgunaan zat, menarik diri, dan ansietas.
Kemampuan individu untuk menangani stersor sangat bergantung pada sumber
daya personal
2.1.4 Faktor risiko gangguan konsep diri
Faktor –faktor risiko yang mempengaruhi seseorang mengalami gangguan
konsep diri diantaranya adalah sebagai berikut :
1) Gangguan identitas diri
a. Perubahan perkembangan
b. Trauma
c. Jenis kelamin tidak sesuai
d. Budaya yang tida sesuai
2) Gangguan citra tubuh
a. Hilangkan bagian tubuh
b. Perubahan perkembangan
3) Gangguan harga diri
a. Hubungan interpersonal yang tidak harmonis
b. Kegagalan perkembangan
c. Kegagalan mencapai tujuan hidup
d. Kegagalan dalam mengikuti aturan moral
4) Gangguan peran
a. Kehilangan peran
b. Peran ganda
c. Konflik peran
d. Ketidakmampuan menampilkan peran.
2.2Proses Keperawatan Konsep Diri
2.2.1 Pengkajian
Pengkajian merupakan langkah pertama dari proses keperawatan dengan
mengumpulkan data-data yang akurat dari klien sehingga akan diketahui berbagai
permasalahan yang ada (Hidayat, 2008).
Pengkajian yang menyeluruh meliputi pengkajian psikososial klien dan
keluarga atau orang pendukung karena hal ini memberi petunjuk masalah aktual
dan potensial. Perawat yang mengkaji konsep diri berfokus pada empat komponen
yaitu, identitas diri, citra tubuh, harga diri, dan performa peran. Sebelum
melakukan pengkajian, perawat harus membina hubungan saling percaya dan
kerja sama dengan klien. Pedoman untuk melakukan pengkajian psikososial
meliputi (Kozier, 2010) :
2. Minimalkan gangguan jika mungkin.
3. Pertahankan kontak mata.
4. Duduk berhadapan dengan klien.
5. Tunjukkan ketertarikan terhadap kekhawatiran klien.
6. Tunjukkan penerimaan terhadap klien dengan tidak mengkritik,
mengernyitkan dahi, dan menunjukkan keterkejutan.
7. Untuk mendorong klien bicara , ajukan pertanyaan terbuka, bukan
pertanyaaan tertutup yang cenderung membatasi keinginana klien untuk
berbagi.
8. Jangan ajukan pertanyaan yang terlalu personal.
9. Minimalkan mencatat secara detail selama wawancara karena hal ini dapat
membuat klien khawatir bahwa materi rahasia “dicatat” dan mengganggu
konsentrasi anda untuk berfokus pada apa yang dikatakan klien.
10.Tentukan apakah keluarga dapat memberikan informasi tambahan.
11.Pertahankan kerahasiaan.
12.Waspada akan prasangka dan ketidaknyamanan anda yang dapat
mempangaruhi proses pengkajian.
13.Pertimbangkan bagaimana prilaku klien dipengaruhi oleh budaya.
Selain itu, penting juga bagi perawat untuk mengidentifikasi setiap stresor
yang dapat memengaruhi aspek konsep diri. Ketika stresor teridentifikasi, perawat
perlu menentukan bagaimana persepsi klien terhadap stresor tersebut. Persepsi
positif yang berorientasi pada pertumbuhan terhadap kejadian yang penuh tekanan
akan menguatkan haga diri sedangkan persepsi negatif, putus asa, dan mudah
mengidentifikasi strategi ini dengan efektif, dengan mengajukan pertanyaan
berikut kepada klien.
1. Ketika anda memiliki masalah atau mengahadapi situasi yang penuh
tekanan, bagaimanan anda biasanya menghadapinya?
2. Apakah metode ini berhasil?
A. Wawancara pengkajian identitas personal
Ketika mengkaji konsep diri, informasi pertama yang dibutuhkan oleh
perawat adalah mengenai identitas klien, salah satunya tentang siapa diri klien.
Beberapa contoh pertanyaan pengkajian mengenai identitas diri antara lain:
1. Bagaiaman anda mengembangkan karakteristik personal anda? Atau,
bagaimana anda memandang diri anda sendiri?
2. Bagaimana pendapat orang lain mengenai diri anda?
3. Apa yang anda sukai dari diri anda?
4. Apa yang bisa anda kerjakan?
5. Apa saja kekuatan, bakat, dan kemampuan personal anda?
6. Apa yang ingin anda ubah pada diri anda apabila anda dapat
mengubahnya?
7. Apakah akan sangat mengganggu anda, apabila anda berfikir bahwa
ada seseorang yang tidak menyukai anda?
B. Wawancara pengkajian citra tubuh
Apabila ada indikasi gangguan citra tubuh, perawat harus mengkaji klien
disebabkan oleh deformitas atau malfungsi aktual atau antisipasi. Selain respon
yang dinyatakan terhadap masalah, penting juga untuk mengkaji prilaku terkait.
Beberapa contoh pertanyaan mengenai citra tubuh antara lain :
1. Apakah ada bagian tubuh anda yang ingin anda ubah?
2. Apakah anda merasa nyaman mendiskusikan mengenai pembedahan
anda?
3. Apakah anda merasa berbeda atau inferior terhadap orang lain?
4. Bagaimana perasaan anda mengenai penampilan anda?
5. Perubahan seperti apa yang anda harapkan terjadi pada tubuh anda
stetelah pembedahan?
6. Bagaimana orang terdekat dalam hidup anda bereaksi terhadap
perubahan pada tubuh anda?
C. Wawancara pengkajian harga diri
Untuk mengkaji mengenai harga diri perawat dapat mengajukan beberapa
pertanyaan ini.
1. Apakah anda puas dengan hidup anda?
2. Apakah yang anda rasakan mengenai diri anda sendiri?
3. Apakah anda mendapatkan apa yang anda inginkan?
4. Tujuan apa dalam hidup anda yang penting bagi anda?
Penting bagi perawat untuk mengetahui latar belakang klien terlebih dahulu
agar tidak salah interpretasi terhadap prilaku tertentu. Prilaku berikut
mencerminkan harga diri rendah atau mungkin salah diinterpretasikan karena latar
1. Menghindari kontak mata
2. Postur tubuh membungkuk dan gemulai.
3. Kurang berhias dan memilki penampilan yang kurang rapi dan bersih.
4. Berbicara ragu-ragu atau terbata-bata.
5. Mengkritik diri secara berlebihan.
6. Mengkritik orang lain secara berlebihan.
7. Tidak mampu menerima ucapan positif mengenai diri sendiri.
8. Sering meminta maaf.
9. Mengatakan perasaan putus asa, tidak berdaya, dan mudah menyerah.
D. Wawancara pengkajian performa peran
Perawat mengkaji kepuasan dan ketidakpuasan klien yang berhubungan
dengan tanggung jawab dan hubungan peran yang meliputi peran keluarga, peran
kerja, peran siswa, dan peran sosial. Peran keluarga terutama penting bagi
individu karena hubungan anggota keluarga dekat. Hubungan dapat suportif dan
menciptakan pertumbuhan atau sebaliknya, dapat menimbulkan tekanan yang
sangat besar jika terdapat kekerasan atau penganiayaan. Pengkajian hubungan
peran keluarga ini dappat dimulai aspek struktural, seperti jumlah anggota
keluarga, usia dan lokasi tempat tinggal. Beberapa contoh pertanyaan dalam
mengkaji performa peran.
1. Ceritakan mengenai keluarga anda.
2. Bagaimana situasi rumah anda?
3. Bagaimana hubungan anda dengan pasangan/ partner/ orang terdekat
4. Bagaimana hubungan anda dengan saudara-saudara anda yang lain?
5. Bagaimana pembuatan keputusan yang penting dalam keluarga anda?
6. Apa tanggung jawab anda dalam keluarga?
7. Sebarapa baik anda merasa anda mencapai apa yang diharapkan dari
diri anda?
8. Peran atau tanggung jawab apa yang ingin anda ubah?
9. Apakah anda bangga dengan anggota keluarga anda?
10.Apakah anda berfikir anggota keluarga anda bagga terhadap anda?
Beberapa pertanyaan mengenai peran kerja dan peran sosial.
1. Apakah anda menyukai pekerjaan anda?
2. Bagaimana anda berbuat ditempat kerja anda?
3. Bagaimana dengan pekerjaan nada, apakah anda ingin mengubahnya
apabila anda dapat mengubahanya?
4. Bagamana anda mengahabiskan waktu luang anda?
5. Apakah anda terlibat dalam anggota komunitas?
6. Kapan anda merasa paling nyaman, apakah saat sendiri, dengan orang
lain, atau dalam kelompok?
7. Siapa yang paling penting dalam hidup anda?
8. Siapa yang akan anda minta bantuan?
2.2.2 Analisa data
Analisa data adalah pengumpulan informasi tentang klien yang dilakukan
secara sistematis untuk menentukan masalah-masalah serta kebutuhan
a. Data Subjektif
Persepsi klien tentang masalah kesehatan mereka. Data ini hanya klien yang
dapat memberikan informasi. Data ini biasanya mencakup perasaan
ansietas,ketidaknyamanan fisik,atau stres mental (Potter & Perry, 2005).
b. Data Objektif
Data objektif adalah data yang didapat diobservasi dan diukur, dapat
diperoleh menggunakan panca indera (lihat, dengar, cium, sentuh/raba) selama
pemeriksaan fisik, kemudian mengkaji batasan karakteristik dan faktor yang
berhubungan (Potter & Perry, 2005).
2.2.3 Rumusan masalah
Rumusan masalah ini bertujuan untuk mendiskripsikan masalah apa yang
akan dicapai. Masalah keperawatan yang akan dicapai dilihat berdasarakan teori
kebutuhan dasar dan hasil pengkajian kasus klien. Rumusan masalah pada
Penyakit
Riwayat keberhasilan dan kegagalan
Faktor yang mempengaruhi konsep diri
faktot- faktor yang mempengaruhi konsep diri
Harga Diri/Self Esteem Identitas Diri/ self
identity
Peran Diri/ Self Role
Citra Tubuh/Bodi Image
Citra tubuh:
1.Perubahan ukuran tubuh
2.Perubahan penampilan tubuh
3.Kecacatan
4.Keterbatasan gerak
5.Prubahan perkembangan.
Harga diri :
1. Hubungan interpersonal yang tidak harmonis
2. Kegagalan perkembangan
3. Kegagalan mencapai tujuan hidup
4. Kegagalan dalam mengikuti aturan moral.
Identitas Diri :
1. Perubahan perkembangan
2. Trauma
3. Jenis kelamin yang tidak sesuai
4. Budaya yang tidak sesuai.
Peran Diri :
1. Kehilangan peran
2. Peran ganda
3. Konflik peran
4. Ketidakmampun
menampilkan peran.
Tanda dan gejala :
1. Menolak melihat dan
menyentuh bagian tubuh yang berubah
2. Tidak menerima
perubahan yang telah terjadi
3. Menolak penjelasan
perubahan tubuh
4. Mengungkapkan
keputusasaan
5. Mengungkapkan
ketakutan
Tanda dan gejala :
1. Perasaan malu terhadap diri sendiri dan orang lain 2. Rasa bersalah terhadap diri
sendiri dan orang lain.
3. Merendahkan martabat,
misalnya saya tidak bisa 4. Gangguan hubungan sosial
seperti , menarik diri,tidak ingin bertemu orang lain 5. Kurang percaya diri.
6. Mencederai diri akibat
harga diri yang rendah disertai harapan yang suram.
Tanda dan gejala :
1. Tidak percaya diri
2. Sukar mengambil
keputusan
3. Ketergantungan
4. Masalah dalam
hubungan interpersonal
5. Ragu dan tidak yakin
dalam keinginan
6. Proyeksi yaitu
menyalahkan.
Tanda dan gejala :
1. Mengingkari ketiakmampuan
2. Ketidakpuasan peran
3. Kegagalan
menjalankan peran yang baru
4. Ketegangan
menjalankan peran yang baru
5. Kurang tanggung
jawab
6. Apatis, bosan dan
putus asa.
Masalah keperawatan:
1. Gangguan citra tubuh 2. Harga diri rendah/
situasional 3. Keputusasaan 4. Ketidakberdayaan 5. Gangguan
penyesuaian.
Masalah keperawatan Harga diri :
1. Harga diri rendah
situasional
2. Harga diri rendah
kronik 3. Keputusasaan Masalah keperawatan:
1. Gangguan identitas
personal
2. Ketidakberdayaan 3. keputusasaan
Masalah keperawatan: 1. Ketidakefektifan
performa peran
2. Harga diri rendah/
2.2.4 Diagnosa Keperawatan Konsep Diri Berdasarkan North American
Nursing Diagnoses Assocation ( NANDA)
Diagnosa keperawatan yang berhubungan dengan gangguan konsep diri
(Riyadi, 2009) diantaranya yaitu :
1. Gangguan penyesuaian individu.
2. Keputuasaan.
3. Ketidakefektifan koping.
4. Isolasi sosial .
5. Ketidakberdayaan.
6. Sindrom trauma perkosaan.
7. Gangguan pola tidur.
8. Distres spiritual.
9. Harga diri rendah/ situasional.
10.Gangguan identitas pribadi.
11.Gangguan citra tubuh.
12.Hambatan komunikasi verbal.
13.Gangguan perawatan diri.
14.Gangguan performa peran.
15.Ansietas.
16.Gangguan seksualitas.
2.2.5.Perencanaan
Perawat menyusun rencana dengan berkolaborasi dengan klien dan orang
pendukung jika mungkin, berdasarkan status kesehatan klien, tingkat ansietas,
sumber-sumber, mekanisme koping, dan afisilasi sosiokultural dan agama.
Tujuan yang ditetapkan dalam perencanaan dapat bervariasi, bergantung pada
diagnosa dan batasan karakterisitk yang berkaitan dengan masing-masing
individu.
2.2.6. Kriteria Hasil
1. Defenisi Nursing Outcomes Clasification (NOC)
Defenisi Nursing Outcomes Clasification (NOC) adalah hasil keperawatan
klien yang senditif yang meliputi individu, keluarga, atau prilaku masyarajat, atau
persepsi yang di ukur sepanjang kontinum dalam menanggapi intervensi
keperwatan.
Nursing outcome classification (NOC) menggambarkan respon klien
terhadap tindakan keperawatan. NOC mengevaluasi hasil pelayanan keperawatan
sebagai bagian dari pelayanan kesehatan. Standar kriteria hasil klien sebagai dasar
untuk menjamin keperawatan sebagai partisipan penuh dalam evaluasi klinik
bersama dengan disiplin ilmu kesehatan lain.
2. Tujuan dari aplikasi Nursing Outcomes Clasification (NOC)
Tujuan dari aplikasi Nursing Outcomes Clasification (NOC) ini adalah hal
yang akan kita tuju atau capai selama perawatan klien. Dalam penentuan tujuan
Tujuan dari aplikasi ini dinyatalan dengan prinsip SMART ( Spesifik,
Measureable, Achieveable, Rational, Time Line). Indikator juga dinyatakan
dalam penilaian skala sebagai berikut:
1. tidak dilakukan
2. jarang dilakukan
3. kadang dilaukan.
4. sering dilakukan
5. selalu dilakukan.
Manfaat NOC dalam keperawatan adalah sebagai berikut :
1. Memberikan label dan ukuran-ukuran untuk kriteria hasil yang
komprehensif.
2. Sebagai hasil dari intervensi keperawatan.
3. Mendefinisikan kriteria hasil yang berfokus pada klien dan dapat
digunakan perawat-perawat dan disiplin ilmu lain.
4. Memberikan informasi kriteria hasil yang lebih spesifik dari status
kesehatan yang umum.
5. Menggunakan skala untuk mengukur kriteria hasil dan memberikan
informasi kuantitatif (Bulecheck dan McClokey, 1996)
3. Perumusan Nursing outcomes clasification (NOC )
Perumusan Nursing outcomes clasification (NOC ) perawat dituntut harus
dapat berfikir secara sistematis dan kritis. Penentuan noc dengan kriteria hasil
yang akan kita capai harus sesuai dengan diagnosa keperawatan yang sesuai
4. Penulisan Nursing outcomes clasification (NOC)
Penulisan NOC diawali dengan tujuan yang akan dicapai berdasarkan kriteria
hasil dengan skala yang ditentukan dan membuat waktu pencapaian dari
pelaksanaan tujuan keperawatan tersebut. Sehingga dengan adanya kriteria hasil
dari tujuan yang dicapai, perawat dapat menentukan bagaimana tingkat
pencapaian dari intervensi keperawatan yang akan dilaksanakan.
2.2.7 Intervensi Keperawatan
1. Pengetian Nursing Intervention clasification (NIC)
Nursing Interventions Classification (NIC) adalah suatu klasifikasi/
pengelompokan dari tindakan- tindakan yang sudah terstandarisari secara
komprehensif yang dilakukan oleh perawat. Nursing Intervention
Classification digunakan disemua area keperawatan dan spesialis. Intervensi
keperawatan merupakan tindakan yang berdasarkan kondisi klinik dan
pengetahuan yang dilakukan perawat untuk membantu klien mencapai hasil yang
diharapkan.
Dibawah ini merupakan beberapa tujuan dari NIC yaitu:
1. Merencanakan sebuah asuhan,
2. Dokumentasi /pencatatan klinis,
3. Pengaturan komunikasi antar asuhan
4. Penyatuan antara data-data sistematis
5. Keefektifan penelitian
6. Pengukuruan produktivitas
8. Penghemat pembiayaan rumah sakit
9. Pengajaran/edukasi
10.Pengaturan perencanaan
Pengelompokan/klasifikasi intervensi yang dibentuk di dalam NIC merupakan
tindakan keperawatan yang dilakukan perawat berdasarkan kebutuhan klien,
intervensi mandiri dan kolaboratif, asuhan keperawatan langsung dan tidak
langsung. Intervensi didefenisikan sebagai suatu perlakuan (treatment)
berdasarkan penemuan klinis dan pengetahuan yang dilakukan oleh seorang
perawat untuk meningkatkan kemajuan pada kondisi klien.
2. Tujuan Dari Aplikasi Nursing Interventions Classification (NIC)
Nursing Interventions Classification (NIC) dapat ditujukan pada semua
setting / tempat ( dari pelayanan akut sampai unit pelayanan intensif, pelayanan
home care , pelayanan komunitas dan pelayanan dasar) dan semua kekhususan
(dari asuhan keperawatan jiwa, asuhan, asuhan keperawatan medikal keperawatan
kritis ke asuhan keperawatan anak bedah dan keperawatan gerontik). Secara
umum Intervensi dalam NIC menyangkut pada dua hal yaitu kebutuhan fisiologis
(seperti manejemen asam basa) dan kebutuhan psikologis (seperti penurunan
kecemasan).
3. Perumusan Nursing Interventions Classification (NIC)
Perumusan NIC berhubungan dengan NANDA–I (North American Nursing
Diagnoses Assocation International) sebagai diagnosa keperawatan. Sebuah
yang dirumuskan dalam (NANDA) yang mengacu pada hasil pengkajian perawat.
Hasil pengkajian berupa data subjektif dan objektif yang tertuang dalam batasan
karakteristik (defining characteristic) di buku NANDA.
4. Penulisan Nursing Interventions Classification (NIC)
Penulisan NIC diawali dengan tindakan/ intervensi seperti kaji,observasi
pantau (assesst, observe, monitoring) yang artinya perawat dalam melakukan
perencanaan kegiatan selalu diawali dengan melakukan reevaluasi. Selanjutnya
diikuti dengan tindakan mandiri, kemudian tindakan kolaboratif, dan diakhiri
dengan edukasi kesehatan. Dalam penentukan intervensi ini juga tetap tidak lepas
dari diagnosa yang sudah ditentukan.
2.2.8. Evaluasi
Evaluasi perkembangan kesehatan klien dapat dilihat dari hasilnya,
tujuannya adalah untuk mengetahui sejauh mana tujuan perawatan dapat dicapai
dan memberikan feedback terhadap asuhan keperawatan yang diberikan.
Langkah langkah evaluasi :
1. Daftarkan tujuan-tujuan klien
2. Lakukan pengkajian apakah klien dapat melakukan sesuatu
3. Bandingkan tujuan dan kemampuan klien
4. Diskusikan dengan klien, apakah tujuan dapat tercapai atau tidak. Jika
tujuan tidak tercapai, makan perlu dikaji ulang letak kesalahannya, dicari
2.3 ASUHAN KEPERAWATAN KASUS
Pengkajian dalam laporan karya tulis ilmiah ini menggunakan format yang telah
ditentukan seperti berikut ini.
FORMAT PENGKAJIAN PASIEN DI
RUMAH SAKIT JIWA PROF. MUHAMMAD ILDREM MEDAN
2.3.1 Pengkajian
I. BIODATA
INDENTITAS KLIEN
Nama
Jenis Kelamin
Umur
Status Perkawaninan
Agama
Pendidikan
Pekerjaan
Alamat
Tanggal Masuk RS
No. Register
Ruangan/Kamar
Golongan Darah
Tanggal Pengkajian
Tanggal Operasi
:
Kristen Protestan
SLTA
Wiraswasta
Jl. Gambir Raya no 19 Perumnas
Diagnosa Medis : Skizofrenia Paranaoid Berulang
II. KELUHAN UTAMA
Tn. V mengatakan ia diantar kerumah sakit karena memukul istrinya karena
stres tidak mempunyai pekerjaan yang menetap. Tn. V mengatakan merasa malu
dan merasa rendah didepan keluarga dan saudara istrinya yang mempunyai
pekerjaan yang bagus/ pegawai negeri sipil (PNS) sementara ia hanya seorang
buruh dan kadang tidak bekerja. Klien juga mengatakan setelah beberapa kali
dirawat dirumah sakit keluarga dan istrinya tidak pernah lagi mengunjunginya
semenjak diantar terakhir kali kerumah sakit. Tn V mengatakan ia adalah mantan
mahasiswa ITM jurusan tehnik mesin, yang dikeluarkan karena terlibat aksi demo
pada semester akhir. Setelah dikeluarkan dari kampus Tn V mengatakan stres dan
mengurung diri selama 2 tahun. Klien tidak melakukan aktivitas apapun dan
jarang berinteraksi dengan keluarga, orang disekitarnya dan hanya menyendiri.
Klien mengatakan merasa tidak beguna dan sulit mendapat pekerjaan yang layak
karena ia hanya tamatan SLTA .
III. RIWAYAT KESEHATAN MASA LALU
A. Penyakit yang pernah dialami
Klien mengatakan sudah pernah dirawat dirumah sakit jiwa sebelumnya
dan klien dibawa pulang oleh keluarga.
B. Pengobatan /tindakan yang dilakukan
Klien mengatakan mendapat perawatan dari rumah sakit dan pegawai
C. Pernah dirawat/dioperasi
Klien mengatakan tidak pernah dioperasi
D. Lama dirawat
Klien sudah dirawat berulang, mulai masuk rumah sakit mulai tahun
2008 dan sudah beberapa kali dibawa pulang kerumah dan masuk
rumah sakit lagi.
E. Alergi
Klien tidak memiliki riwayat alergi.
IV. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA
A. Orang Tua
Klien mengatakan orang tuanya tidak memiliki penyakit serius.
B. Saudara Kandung
Klien tidak memiliki saudara kandung dengan penyakit serius.
C. Penyakit keturunan yang ada
Klien mengatakan tidak ada riwayat penyakit keturunan.
D. Anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa
Tidak ada anggota keluarga klien yang mengalami gangguan jiwa.
E. Anggota keluarga yang meninggal
Ayah klien telah meninggal dunia karena sudah tua, dan 2 adik
perempuannya meninggal karena kecelakaan lalu lintas.
F. Penyebab meninggal
Klien mengatakan ayah klien meninggal karena sudah tua dan
sedangkan kedua adik perempuannya meninggal karena kecelakan lalu
V. RIWAYAT KEADAAN PSIKOSOSIAL
A. Persepsi tentang penyakitnya
Klien mengatakan bahwa sakit yang dialami nya saat ini bisa
sembuh,namun akan butuh waktu lama dan keluarganya akan sulit
menerimanya karena ia sakit jiwa.
VI. RIWAYAT KEADAAN PSIKOSOSIAL
B. Persepsi tentang penyakitnya
Klien mengatakan bahwa sakit yang dialami nya saat ini bisa
sembuh,namun akan butuh waktu lama dan keluarganya akan sulit
C. Konsep diri
1. Gambaran diri
2. Ideal diri
3. Harga diri
4. Peran diri
5. Identitas diri
6. Keadaan emosi
D. Hubungan sosial
1. Orang yang berarti
2. Hubungan dengan
:
:
:
:
:
:
:
:
Klien mengatakan menerima seluruh
bagian tubuhnya.
Klien berharap ia dapat sembuh dengan
segera, dan tidak lagi mengalami sakit yang
ia alami saat ini, sehingga ia bisa bersama
dengan keluarganya.
Klien mengatakan merasa sedih, tidak
berguna, tidak dapat melakukan apa-apa,
karena hanya seorang buruh dan dirawat
dirumah sakit jiwa.
Klien mengatakan sebelum dirawat dirumah
sakit jiwa klien hanya bisa bekerja sebagai
buruh bangunan atau kuli bangunan dengan
gaji pas-pasan yang bertanggung jawab
sebagai kepala keluarga
Klien mampu untuk menyebutkan nama,
alamat, status dan pekerjaaan klien
Labil, klien terkadang tampak sedih, bicara
dengan lambat,pelan dan kontak mata kurang.
Orang tua klien
keluarga
3. Hubungan dalam
berhubungan dengan
orang lain
4. Hambatan dalam
berhubungan dengan
orang lain
E. Spritual
1. Nilai dan keyakinan
2. Kegiatan ibadah
:
:
:
:
keluarganya baik tapi mulai jarang
berkunjung kerumah sakit.
Klien mengatakan tidak terlalu sering
berinteraksi dengan orang lain, karena klien
lebih suka sendiri karena ia malu berinteraksi
dan sering menarik diri.
Klien mengatakan jarang berkomunikasi
dengan orang-orang satu ruangannya , karena
ia lebih sering menyendiri dan tidak ingin
cerita dan memilih untuk tidur
Klien menganut agama Kristen Protestan dan
ia mempercayai agama yang dianutnya
Selama dirawat dirumah sakit klien jarang
mengikuti kebaktian bersama diruangan
kebaktian, klien mengatakan ia lebih tenang
berdoa sendiri di ruanggannya
3. Tingkat kesadaran : Compos mentis, klien dalam keadaan sadar
ketika di beri pertanyaan.
4. Penampilan : Klien tampak bersih dan rapi.
5. Alam perasaan : Lesu, saat diajak berbicara klien tampak tak
bersemangat dan menarik diri
6. Pembicaraan : lambat,klien menjawab pertanyaan dengan
7. Afek : tidak sesuai.
8. Interaksiselama
wawancara
: Kontak mata kurang, klien sering menghindar
saat diajak berbicara, dan tidak berani
menatap perawat.
9. Persepsi : Klien mengatakan tidak mengalami gangguan
persepsi.
10. Isi pikir : Rendah diri dibuktikan dengan klien selalu
mengatakan dirinya tidak bisa berbuat apa-apa
karena ia tidak lulus kuliah,dan hanya kuli
bangunan
A. Tanda-tanda Vital
1. Suhu tubuh
2. Tekanan darah
3. Nadi
:
:
:
36,5 0C
120/80 mmhg
4. Pernafasan
B. Pemeriksaan Head to Toe
Kepala
1. Bentuk
2. Kulit kepala
:
:
Simetris
Bersih,kulit kepala tampak putih.
Rambut
1. Penyebaran dan keadaan
rambut
Struktur wajah bulat
Mata
1. Kelengkapan dan
kesimetrisan
2. Konjungtiva dan sclera
3. Pupil
4. Cornea dan iris
5. Visus
6. Tekanan bola mata
:
Kedua mata lengkap dan simetris
Konjungtiva tidak anemis, sclera
bewarna putih dan tidaK
Tidak dilakukan pemeriksaan
Tidak dilakukan pemeriksaan
Tidak dilakukan pemeriksaan
Hidung
1. Tulang hidung dan posisi
septum nasi
2. Lubang hidung
3. Cuping hidung
:
:
:
Hidung dan septum nasI berada dalam
posisi normal
Tidak ada perdarahan, kebersihan
kurang baik
Tidak ditemukan cuping hidung
Telinga
1. Bentuk telinga
2. Ukuran telinga
3. Lubang telinga
4. Ketajaman
Normal dan simetris
Ukuran telinga dalam batas normal
Ada kotoran, tidak ada infeksi
Tidak dilakukan Pemeriksaan
Mulut dan Faring
1. Mukosa bibir
2. Keadaan gusi dan gigi
3. Keadaan lidah
4. Orofaring
:
:
:
:
Mukosa bibir kering
Tidak ada perdarahan pada gusi
Tidak ada lesi dan perdarahan pada
lidah
Tidak dilakukan pemeriksaan.
Leher
Dalam posisi normal
Tidak ada pembesaran thyroid
Bicara dengan nada pelan
Tidak ada pembesaran kelenjar
4. Kelenjar limfe
5. vena jugularis
6. Denyut nadi teraba
:
:
Tidak ada pembesaran
Tidak ada pembesaran
Pemeriksaan integumen
1. Kebersihan
2. Kehangatan
3. Warna
4. Turgor
5. Kelembaban
6. Kelainan pada kulit
:
Sawo matang
Kulit kembali cepat
Lembab
Tidak ada kelainan pada kulit
Pemeriksaan payudara dan
ketiak
1. Ukuran dan bentuk
2. Warna payudara dan
Areola
3. Kondisi payudara dan
putting
:
:
:
:
Tidak dilakukan pemeriksaan
Tidak dilakukan pemeriksaan
Tidak dilakukan pemeriksaan
Tidak dilakukan pemeriksaan
Pemeriksaan thoraks/dada
1. Inspeksi thorak
2. Pernafasan (frekuensi,
irama)
3. Tanda kesulitan bernafas
:
:
:
Dada simetris
22x/i,irama reguler/beraturan.
Tidak ditemukan kesulitan dalam
ada gangguan.
Pemeriksaan paru
1. Palpasi getaran suara
2. Perkusi
3. Auskultasi
:
:
:
Tidak dilakukan pemeriksaan Tidak
dilakukan pemeriksaan
Tidak dilakukan pemeriksaan
Pemeriksaan Abdomen
1. Inspeksi
2. Auskultasi
3. Palpasi
:
:
:
tidak ada benjolan, dan tidak ada
distensi pada abdomen
Peristaltik 24x/i
tidak ada nyeri tekan dirasakan oleh
klien.
Pemeriksaan kelamin dan daerah
sekitarnya
1. Genetalia
2. Anus dan perineum
:
:
Tidak dilakukan pemeriksaan
Tidak dilakukan pemeriksaan
X. POLA KEBIASAAN
SEHARI-HARI
I. Pola makan dan minum
1. Frekuensi makan/hari
2. Nafsu/ selera makan
3. Nyeri ulu hati
4. Alergi
5. Mual dan muntah
6. Tampak makan memisahkan
:
Kadang klien tidak menghabiskan
makanannya.
Tidak ada nyeri ulu hati
Tidak ada alergi
diri
7. Waktu pemberian makan
8. Jumlah dan jenis makanan
9. Waktu pemberian minum
10.Masalah makan dan minum
:
:
:
:
:
Klien makan bersama dengan teman
seruangannya dan kadang menjauh
karena klien mengatakan kadang
makanannya diambil oleh teman satu
ruangannya
Pagi pukul 08.00 wib, siang pukul
12.00 wib, malam pukul 18.00 wib
1 porsi jenis makanan nasi
Saat klien merasa haus
Tidak ada masalah makan dan minum
II. Perawatan diri/Personal
Hygiene
1. Kebersihan tubuh
2. Kebersihan gigi dan mulut
3. Kebersihan kuku kaki dan
tangan
III.Pola kegiatan/aktivitas
1. Uraian aktivitas klien klien
untuk mandi makan,
eliminasi, ganti pakaian
dilakukan secara mandiri,
:
:
:
:
Klien tampak bersih,tidak jorok
Pada gigi ada lubang,mulut tidak ada
lesi.
Kuku pendek dan bersih
Klien melakukan aktivitas mandi
secara mandiri, klien mampu makan
secara mandiri ketika makanan sudah
sebagian, atau total.
2. Uraikan aktivitas ibadah
klien selama dirawat/sakit
IV. Pola eliminasi
BAB
1. Pola BAB
2. Karakter feses
3. Riwayat pendarahan
4. BAB terakhir
5. Diare
6. Penggunaan laksati
BAK
1. Pola BAK
2. Karakter urine
3. Nyeri/rasa terbakar/kesulitan
BAK
klien mampu mengontrol sendiri
eliminasinya seperti BAK/BAB,klien
mampu mengganti pakaiannya secara
mandiri dengan baju yang diberikan
oleh perawat.
Selama dirawat dirumah sakit klien
jarang mengikuti kebaktian bersama
diruangan kebaktian, klien mengatakan
ia lebih tenang berdoa sendiri di
ruanggannya
1x/hari
Tidak dilakukan pemeriksaan
Tidak ada perdarahan
Sehari yang lalu
Tidak pernah diare
Tidak ada penggunaan laktasi
4-5 X /hari
Warna urine kekuningan
V. Mekanisme koping
1. Mekanisme koping yang maladaptif yaitu klien mengatakan apabila ada
masalah maka klien lebih memilih untuk merokok. klien jarang
membicarakan masalahnya dengan dengan orang lain karena tidak suka
menceritakan masalahnya dan lebih baik menyelesaikannya sendiri. Klien
juga pernah memukul istrinya karena merasa sangat stres dengan
kehidupannya dan dirinya yang tidak bisa berbuat apa-apa dan tidak
2.3.2 Analisa Data
No Data Diagnosa Keperawatan
1. DS: Tn. V mengatakan merasa sangat
malu dan merasa rendah didepan keluarga dan saudara istrinya yang mempunyai pekerjaan yang bagus/ pegawai negeri sipil (PNS) sementara ia hanya seorang buruh buruh bergaji pas-pasan dan kadang tidak bekerja.
- klien selalu mengatakan dirinya
tidak bisa melakukan apa-apa, tidak mampu, hanya mantan mahasiswa yang tidak lulus kuliah karena dikeluarkan dari kampus.
- Klien mengatakan ia hanya
seorang tamatan SLTA dan hanya sebagai buruh dan tidak bisa menjadi apa-apa selain buruh.
DO: pada waktu menceritakan masa
lalu dan pengalamannya klien tampak menunduk,menarik diri, kadang terdiam, tidak bersemangat.
Harga diri rendah kronik berhubungan dengan persepsi kurang dihargai oleh orang lain ditandai dengan klien mengatakan merasa tidak mampu, malu hanya seorang tamatan SLTA, hanya mantan seorang mahasiswa yang tidak lulus kuliah, klien hanya bekerja sebagai buruh bergaji pas-pasan dan kadang tidak bekerja, sehingga membuat klien merasa malu dan rendah diri didepan saudara dan keluarga istrinya yang mempunyai pekerjaan yang bagus/ pegawai negeri sipil (PNS) sementara ia hanya seorang buruh.
2 Ds : klien mengatakan mengurung diri
selama 2 tahun setelah dikeluarkan dari kampus.
- Klien mengatakan setelah
beberapa kali dirawat dirumah sakit, keluarga dan istrinya sudah mulai jarang mengunjunginya semenjak ia dirawat pada tahun 2008 hingga saat ini.
Do : Klien tampak menarik diri, sering
duduk meyendiri disudut ruangan tanpa melakukan interaksi dengan orang lain.
Isolasi sosial berhubungan dengan sumber personal yang tidak adekuat ditandai dengan klien mengatakan bahwa istri dan keluarganya mulai jarang mengunjunginya kerumah sakit semenjak dirawat pada tahun 2008 hingga saat ini. Klien merasa tidak diperhatian dan tidak dipedulikan oleh istri dan keluarganya,klien juga tampak menyendiri disudut ruangannya.
3 DS: Klien mengatakan selalu merasa
sendiri, merasa tidak diperhatikan dan tidak dipedulikan lagi oleh
keluarganya.
- Klien juga mengatakan bahwa
keluarganya jarang mengunjunginya dirumah sakit semenjak diantar terakhir kalinya.
- Klien juga jarang berinteraksi
dengan satu ruangannya, tidak melakukan kegiatan apapun, lebih sering menyendiri.
Do : sering duduk menyendiri di sudut
ruangan,jarang berinteraksi dengan orang lain, menarik diri.
merasa sendiri,merasa tidak diperhatikan dan tidak dipedulikan lagi oleh keluarganya, klien juga mengatakan jarang berinteraksi dengan orang lain, klien sering duduk di sudut ruangan menyendiri, tidak melakukan kegiatan apapun dan hanya terdiam dan menarik diri.
4. Ds: Klien mengatakan keluarganya
mulai jarang mengunjunginya dirumah sakit semenjak diantar kerumah sakit terakhir kalinya. Klien merasa keluarganya akan sulit menerimanya dengan keadaanya karena sudah dirawat berulang dirumah sakit jiwa semenjak tahun 2008 hingga sekarang.
Do: klien tampak sedih dan menarik
diri.
Penurunan koping keluarga berhubungan dengan sedikitnya dukungan yang diberikan kepada klien ditandai dengan keluarga klien mulai jarang mengunjungi klien dirumah sakit, semenjak tahun 2008, hingga saat ini.
5 Ds: klien mengatakan apabila sedang
ada masalah klien jarang membicarakan masalahnya dengan dengan orang lain karena tidak suka menceritakan masalahnya. Klien malah mengatakan ia memilih untuk merokok , karena klien merasa dengan merokok klien dapat memikirkan masalahnya dan mencari solusi.
Do: tampak pada jari2 tangan klien ada
bekas terbakar yang menghitam akibat sering merokok.
2.3.3 Rumusan Masalah
1. Harga diri rendah kronik
2. Isolasi sosial
3. Resiko kesepian
4. Penurunan koping keluarga
5. Perilaku kesehatan cenderung beresiko.
2.3.4 Diagnosa Keperawatan
1. Harga diri rendah kronik berhubungan dengan persepsi kurang dihargai oleh
orang lain ditandai dengan klien mengatakan malu hanya seorang tamatan
SLTA, hanya mantan seorang mahasiswa yang tidak lulus kuliah, bekerja
sebagai buruh bergaji pas-pasan dan kadang tidak bekerja, sehingga
membuat klien merasa malu dan rendah diri didepan saudara dan keluarga
istrinya mempunyai pekerjaan yang bagus/ pegawai negeri sipil (PNS)
sementara ia hanya seorang buruh.
2. Isolasi sosial berhubungan dengan sumber personal yang tidak adekuat
ditandai dengan klien mengatakan bahwa istri dan keluarganya mulai jarang
mengunjunginya kerumah sakit semenjak dirawat pada tahun 2008 hingga
saat ini. Klien merasa tidak diperhatian dan tidak dipedulikan oleh istri dan
keluarganya, klien juga tampak menyendiri disudut ruangannya.
3. Resiko kesepian berhubungan dengan isolasi sosial ditandai dengan klien
mengatakan selalu merasa sendiri, merasa tidak diperhatikan dan tidak
dipedulikan lagi oleh keluarganya, klien juga tampak jarang berinteraksi
4. Penurunan koping keluarga berhubungan dengan sedikitnya dukungan yang
diberikan kepada klien ditandai dengan keluarga klien mulai jarang
mengunjungi klien dirumah sakit, semenjak tahun 2008, hingga saat ini.
5. Perilaku kesehatan cenderung beresiko berhubungan dengan kebiasaan
merokok ditandai klien mengatakan jika klien memilki masalah maka klien
lebih memilih untuk merokok untuk memikirkan masalahnya. Klien jarang
membicarakan dan menceritakan masalah nya kepada orang lain, pada jari
tangan klien tampak bekas terbakar yang menghitam akibat sering merokok.
2.3.5 PERENCANAAN KEPERAWATAN DAN RASIONAL
Hari/tang
gal No.Dx Perencanaan
Selasa/19
mei 2015 1.
Tujuan dan kriteria hasil:
Dalam waktu 1x6 jam klien akan menunjukkan self esteem/ harga diri dengan indikator :
1. Mengungkapkan penerimaan diri secara verbal dengan
skala 3
2. Mempertahanakan kontak mata dengan skala 3
3. Menerima kritik yang membangun dari orang lain dengan
skala 3
4. Melatih perilaku yang dapat meningkatkan rasa percaya
diri skala 3
Harga diri
rendah kronik
Rencana tindakan : Rasional
Nic: self-esteem enchancement/
Peningkatan harga diri
1. Pantau pernyataan klien
tentang harga diri.
2. Bantu klien untuk
menemukaan penerimaan diri.
3. Dorong klien untuk
mempertahankan kontak mata saat berkomunikasi dengan orang.
4. Bantu klien menggunakan
kemampuan positif yang dimiliki klien.
1. Pernyataan klien tentang
pandangan harga diri klien mengidentifikasi kepada penyebab harga diri.
2. Reinforcement positif akan meningkatkan harga diri klien.
3. Kemampuan positif yang
dimilki klien dapat meningkatkan rasa percaya diri klien.
4. Mengembangkan
kemampuan klien dengan
5. Fasilitasi lingkungan dan aktivitas yang akan meningkatkan harga diri.
6. Beri penghargaan atau
pujian atas kemajuan klien dalam mencapai tujuan yang tercapai.
dimilkinya.
5. Mempermudah klien untuk
meningkatkan harga diri.
6. Pujian dan penghargaan
yang diberikan memberikn rasa percaya diri kepada klien.
Selasa/19
mei 2015 2.
Tujuan dan kriteria hasil
Isolasi sos
ial
Klien akan menunjukkan social involvement / keterlibatan sosial dalam waktu 1x 6 jam dengan indikator :
1. Berinteraksi dengan teman dekat dengan skala 3
2. Berinteraksi dengan tetangga dengan skala 3
3. Berinteraksi dengan anggota keluarga dengan skala 3
Perencanaan Rasional
Nic: socialization
enhancement /peningkatan sosialisasi:
1. Motivasi klien untuk
meningkatkan hubungan.
2. Gunakan tehnik bermain
peran dalam mempraktekkan tehnik
dan keterampilan komunikasi.
3. Dukung klien untuk
terlibat dalam aktivitas kelompok atau individu.
4. Anjurkan pasien untuk berdiskusi tentang masalah-masalah yang dialaminya dengan orang lain.
5. Rujuk klien ke
kelompok komunikasi interpersonal dimana pesien bisa memahami
Nic: peningkatan sosialisasi:
1. Hubungan interaksi dengan
orang lain akan membantu klien untuk menghindari rasa kesepian.
2. Kemampuan klien dalam
berkomunikasi dapat meningkatkan rasa percaya diri klien dalam berinteraksi dengan oran lain.
3. Melibatkan klien dalam
aktivitas kelompok , akan mengurangi rasa kesepian yang dialami klien.
4. Dengan pasien diskusi dan
cerita bersama temannya , klien akan bisa mengurangi rasa stres yang dirasakan.
5. Meningkatkan kemampuan
kemampuan untuk bertransaksi/negosiasi.
Nic: support system
enchancement / peningkatan
sistem dukungan:
1. Identifikasi respon
psikologi terhadap situasi dan kemampuan sistem pendukung.
2. Identifikasi tingkat
dukungan
keluarga,dukungan
keuangan,dan sumber lainnya
3. Dorong klien untuk
memiliki hubungan dengan orang-orang yang memilki minat dan hobi yang sama.
4. Libatkan keluarga,orang
yang terdekat, dan teman-teman dalam perawatan dan perencanaan.
5. Jelaskan kepada orang
disekitar bagaimana mereka bisa membantu
support system enchancement /
peningkatan sistem dukungan.
1. Perubahan respon
psikologis memungkinkan
perubahan terhadap kemampuan mendukung kesehatan klien.
2. Mengidentifikasi
sumber-sumber
dukungan yang dapat membantu klien dalam mencapai keberhasilan pengobatan. Adanya keluarga /orang terdekat membantu klien dalam proses penyembuhan.
3. Membantu klien untuk
mengembangkan
hubungan bersama dengan orang-orang disekitar.
4. Keikutsertaan
keluarga,orang terdekat akan meningkatkan rasa dicintai ,dihargai pad klien yang pada akhirnya akan meningkatkan harga diri
klien.
5. Meningkatkan
partisipasi orang terdekat dalam upaya membantu motivasi kesembuhan klien.
Rabu, 20
mei 2015 3 Tujuan dan kriteria hasil
kesepian interaction skills/ dalam waktu 1x 6 jam dengan indikator :
1. pasien mampu menunjukkan penerimaan denga skala 3
2. menunjukkan sikap yang tenang dengan skla 4
3. Bekerja sama dengan orang lain dengan skala 3 4. Rileks dengan skala 5
5. kompromi dengan skala dengan skala 3
Perencanaan Rasional
Nic : behavior modification :
social skills/ Modifikasi prilaku:
keterampilan sosial
1. Bantu klien
mengidentifikasi
masalah interpersonal yang dihasilkan dari kurangnya kemampuan sosial.
2. Dukung pasien untuk
mengungkakan perasaan yang berhubungan dengan masalah interpersonal.
3. Bantu klien untuk
mengidentifikasi
langkah –langkah prilaku untuk keterampilan sosial yang
ditargetkan.
4. Berikan umpan balik
kepada klien dan orang
terdekat tentang kesesuaian respon sosial
yang mereka tunjukkan dalam latihan
5. Libatkan orang terdekat
untuk melatih keterampilan sosial klien.
1. Masalah interpersonal dapat mempengaruhi
keterampilan dan interaksi klien dalam melakukan aktivitas.
2. Mempermudah klien untuk
mengenali masalah yang mengakibatkan klien sulit
untuk melakukan keterampilan sosial.
3. Mempermudah klien untuk
melakukan keterampilan sosial.
4. Umpan balik yang positif
meningkatkan rasa percaya diri dan harga diri klien.
5. Semakin banyak orang
terlibat maka klien akan
termotivasi untuk berinteraksi lebih aktif lagi
6. Menjaga kemungkinan
buruk yang akan terjadi selama interaksi dan melatih koping adaptif.
Rabu,20
mei 2015 4.
Tujuan dan kriteria hasil
Penurunan koping
keluarga
Dalam waktu 1x6 jam keluarga akan mampu menunjukkan family
coping/ koping keluarga yang efektif dengan indikator:
1. Keluarga akan mampu untuk memanejem masalah
mengambil keputusan dengan skala 3.
3. Memperdulikan kebutuhan semua anggota keluarga dengan
skala 4
Perencanaan Rasional
Nic: Family support/ Dukungan keluarga
1. Kaji reaksi emosi keluarga terhadap kondisi klien
2. Pertimbangkan beban
psikologis akibat prognosis bagi keluarga.
3. Identifikasi sifat dukungan spiritual untuk keluarga
4. Dengarkan keluhan ,
perasaan, dan pertanyaan keluarga.
5. Fasilitasi komunikasi
tentang keluhan dan perasaan antara klien dan keluarga atau antara anggota keluarga.
6. Jawab semua pertanyaan
anggota keluarga atau bantu mereka untuk mendapatkan jawaban.
7. Berikan umpan balik untuk
keluarga menyangkut koping mereka.
8. Bantu keluarga untuk
memperoleh
pengetahuan,keterampilan, dan peralatan yang dibutuhkan untuk melanjutkan keputusan mereka tentang klien
1. Reaksi keluarga terhadap
kondisi klien mempengaruhi rencana
tindakan kesehatan klien
2. Beban psikologis keluarga
mempengaruhi proses keluarga dalam pemenuhan kebutuhan.
3. Dukungan spiritual
mempengaruhi pandangan keluarga terhadap kesehatan klien
4. Keluarga akan merasa
terbantu dan tidak tertekan dengan kondisi kesehatan keadaan klien serta meningkatkan koping adaptif
5. Meningkatkan komunikasi
antara anggota keluarga.
6. Membantu keluarga dalam
mengetahui informasi menganai keondisi anggota keluarga.
7. Umpan balik akan
membantu keluarga dalam
peningkatan koping keluarga.
8. Pemenuhan pengetahuan
dan keterampilan keluarga akan membantu dalam perawatan lanjutan klien. kamis,21
mei 2015 5.
Tujuan dan kriteria hasil
Prilaku cenderun
g
beresiko
Klien akan mampu menunjukkan health orientation / orientasi kesehatan skala 3 dengan indikator:
1. Fokus dalam menjaga prilaku kesehatan
2. Fokus untuk pencegahan penyakit
3. Persepsi bahwa prilaku kesehatan sangat relevan terkait
dengan kesehatan seseorang
Perencanaan Rasional
1. Identifikasi masalah kebiasaan klien dalam hal prilaku.
2. Identifikasi sasaran
prilaku kesehatan yang spesifik secara konkret
3. Tentukan apakah saran
prilaku yang di identifikasi perlu untuk
di tingkatkan ,diturunkan atau diajari.
4. Diskusikan proses
modifikasi prilaku dengan klien atau orang terdekat.
5. Fasilitasi keterlibatan
penyedia perawatan kesehatan lainnya dalam proses modifikasi yang sesuai .
dilakukan mengenai
prilaku terhadap masalah kesehatan yang
dialami klien.
2. Memberikan
pengetahuan kepada klien mengenai tujuan prilaku kesehatan untuk
mengubah dan kebiasaan.
3. Mengetahui bagaimana
prilaku atau kebiasaan
itu berpengaruh terhadap peningkatan prilaku kesehatan
4. Memberkan dukungan
dalam proses perubahan prilaku.
5. Memberikan fasilitas
terhadap klien untuk melakukan kebiasaan yang mendukung prilaku yang mendukung kesehatan.
2.3.6 PELAKSANAAN KEPERAWATAN.
Hari/ta nggal
No.dx Pukul Implementasi Evaluasi (SOAP)
Rabu/2
Nic: self-esteem enchancement/ Peningkatan harga diri
1. Memantau pernyataan
klien tentang harga diri.
2. Membantu klien untuk
menemukaan penerimaan diri.
3. Mendukung klien untuk
mempertahankan kontak mata saat berkomunikasi dengan orang.
4. Membantu klien
menggunakan
kemampuan positif yang dimiliki klien.
5. Memfasilitasi lingkungan
hidup and aktivitas yang akan meningkatkan harga
S : klien mengatakan bersyukur masih memilki kemampuan positif( klien masih bisa bekerja walaupun hanya buruh), bisa melakukan kegiatan yang sederhana seperti menyapu ,mengepel dan mencuci piring.
- Klien mengatakan
bersyukur masih memiliki kesepatan untuk sehat jasmani
O : klien tampak kooperatif,klien mulai mau bercerita,mampu
mengungkapkan kemampuan yang dimiliki
diri.
6. Memberi penghargaan
atau pujian atas kemajuan klien dalam mencapai tujuan yang tercapai.
P: intervensi dilanjutkan
Dalam wakti 1 x 6 jam klien akan mampu menunjukkan harga diri dengan skala 4.
Kamis
Nic: socialization
enchancement /peningkatan
sosialisasi:
1. Memotivasi klien untuk
meningkatkan hubungan.
2. Mengunakan tehnik bermain
peran dalam mempraktekkan tehnik dan keterampilan komunikasi.
3. Mendorongg klien untuk
terlibat dalam aktivitas kelompok atau individu.
4. Membantu meningkatkan
kesadaran dan keterbatasan dalam berkomunikasi dengan orang lain.
5. Merujuk klien ke kelompok
komunikasi interpersonal dimana pesien bisa
memahami dan memingkatkan kemampuan
untuk bertransaksi/negosiasi.
S: Klien mengatakan kadang sudah mulai berkomunikasi dengan satu ruangannya.
Klien mengatakan sudah memiliki teman cerita didalam ruangannya
Klien mengatakan sudah mulai melakukan aktivitas bersama-sama dengan teman satu ruangan seperti menyapu ruangan.
O : Klien tampak mulai berinteraksi, klien mulai melakukan kegiatan seperti menyapu bersama satu ruangannya.
A: Masalah teratasi sebagian P: Intervensi dilanjutkan
Dalam waktu 1x6 jam klien
akan menunjukkan peningkatan sisoalisasi dengan
BAB III KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan
Konsep diri adalah semua perasaan, kepercayaan, dan nilai yang diketahui
individu tentang dirinya dan mempengaruhi individu dalam berhubungan dengan
orang lain. Konsep diri berkembang secara bertahap saat bayi mulai mengenal
dan membedakan dirinya dengan orang lain. Pembentukan konsep diri ini sangat
dipengaruhi oleh asuhan keperawatan orang tua dan lingkungannya ( Tarwoto,
2006).
Karya tulis ilmiah ini membahas kasus pada klien yaitu Tn. V berusia 36
tahun, dengan diagnosa medis skizofrenia paranoid berulang, masuk ke Rumah
Sakit Jiwa Medan dan dirawat inap di Ruangan Singgalang. Setelah dilakukan
pengkajian , ditemukan data sujektif mengenai perubahan konsep diri klien yang
menyatakan bahwa klien Tn. V merasa malu dan merasa rendah didepan keluarga
dan saudara istrinya yang mempunyai pekerjaan yang bagus/ pegawai negeri sipil
(PNS) sementara ia hanya seorang buruh dan kadang tidak bekerja, sehingga klien
merasa sangat tidak berguna. Klien juga tampak sering menarik diri, tidak banyak
berinteraksi dan sering menunduk. Setelah mendapat data-data diatas penulis
merumuskan beberapa masalah keperawatan dengan prioritas masalah harga diri
rendah. Setalah melakukan asuhan keperawatan kepada klien selama 5 hari mulai
dari pengkajian, maka ditemukan perkembangan klien, berupa klien mulai untuk
berkomunikasi dengan orang disekitar dan mulai melakukan aktivitas yang
sederahana seperti menyapu. Saat berkomunikasi dengan perawat klien mulai