• Tidak ada hasil yang ditemukan

Asuhan Keperawatan pada Ny.A dengan. Prioritas Masalah Kebutuhan Dasar Istirahat. Tidur Di RSJ Prof. Dr. M. Ildrem.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Asuhan Keperawatan pada Ny.A dengan. Prioritas Masalah Kebutuhan Dasar Istirahat. Tidur Di RSJ Prof. Dr. M. Ildrem."

Copied!
62
0
0

Teks penuh

(1)

Asuhan Keperawatan pada Ny.A dengan Prioritas Masalah Kebutuhan Dasar Istirahat

Tidur Di RSJ Prof. Dr. M. Ildrem Pemprovsu Medan

Karya Tulis Ilmiah (KTI)

Disusun dalam Rangka Menyelesaikan Program Studi DIII Keperawatan

Oleh

Yunisyah Mawaddah S 132500038

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

JUNI 2016

(2)
(3)
(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat dan karunia-Nya yang telah memberikan kemudahan bagi penulis sehingga dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini dengan baik.

Adapun judul Karya Tulis Ilmiah ini adalah “ Asuhan Keperawatan pada Ny. A dengan Prioritas Masalah Kebutuhan Dasar Istirahat Tidur di RSJ Daerah Provsu Medan”. Penulis menyadari masih terdapat banyak kekurangan dalam Karya Tulis Ilmiah ini, untuk itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun yang akan penulis gunakan untuk perbaikan dimasa akan datang.

Dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini, penulis banyak menerima bantuan secara moril maupun material dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih yang sebesar- besarnya khususnya pada.

1. Bapak Setiawan, S.Kp, MNS, Ph.D selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Sri Eka Wahyuni, S.Kep, Ns, M.Kep, selaku Wakil Dekan I, Ibu Cholina T.

Siregar, S.Kep, Ns, M.Kep, Sp.KMB, selaku Wakil Dekan II dan, Ibu Dr. Siti Saidah Nasution, S.Kp, M.Kep, Sp.Mat, selaku Wakil Dekan III Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Nur Afi Darti, S.Kp, M.Kep, selaku ketua Prodi DIII Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

4. Ibu Wardiyah Daulay, S.Kep, Ns, M.Kep, selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini dan Ibu Sri Eka Wahyuni, S.Kep, Ns, M.Kep selaku dosen penguji.

5. Direktur Rumah Sakit Jiwa Medan yang memberi penulis izin untuk praktek di Rumah Sakit Jiwa Medan.

6. Seluruh Staf pengajar serta Staf Pegawai Keperawatan Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan ilmu dan nasehat kepada penulis selama di bangku perkuliahan.

7. Teristimewa kepada kedua orang tua tercinta, Ayah Diansyah Silalahi dan Ibu Yudia Nasution yang telah memberikan dukungan materil, motivasi, do’a dan

(5)

dorongan kepada saya untuk dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini, teruntuk Aulia Utari, selaku adik kandung saya, yang selalu member motivasi, dukungan, dan do’anya.

8. Untuk Khairul Imam dan Ahmad Dzaki, terimakasih telah member banyak bantuan, berupa do’a dan motivasi.

9. Seluruh teman-teman DIII Keperawatan Stambuk 013, terutama Endah Oktari Hrp, Evi Syahfitri, Lily Putri Marito, Larasati Inayah, Devi Fadhila Lubis, dan Almh. Rizkina Rahmi, Siti Khairiah, Nur Chairani, Isah M. Girsang, Syahfitri Handayani (kak fie), Astrianda, Ilham Wahyu Putra dkk, dan untuk semua yang telah mendukung saya mohon maaf tidak bisa saya sebutkan satu persatu.

10. Untuk teman seperjuangan sesame dosen pembimbing, Nur Aisyah Harahap, Meilan Kaban, dan Wan Dyan Rahmaini, Terimakasih kerjasamanya dan bantuan yang telah duberikan selama ini.

Penulis menyadari akan keterbatasan, kemampuan serta pengetahuan yang penulis miliki, maka dari itu penulis mengharapkaan saran dan kritik yang sifatnya membangun dari pembaca untuk penyempurnaan Karya Tulis Ilmiah ini.

Akhir kata penulis berharap semua Karya Tulis Ilmiah ini dapat memberikan manfaat kepada pembaca dan penulis.

Medan, 21 Juni 2016 Penulis

Yunisyah Mawaddah S 132500038

(6)

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Tujuan….. ... 4

1.3 Manfaat ... 5

BAB II PENGELOLAAN KASUS A. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan dengan Masalah Kebutuhan Dasar Istirahat Tidur 1. Pengkajian ... 18

2. Rumusan Masalah ... 21

3. Analisa Data ... 22

4. Diagnosa ... 22

5. Perencanaan ... 24

B. Asuhan Keperawatan Kasus 1. Pengkajian ... 24

2. Analisa Data ... 30

3. Rumusan Masalah ... 31

4. Perencanaan dan Rasional ... 32

5. Pelaksanaan Keperawatan ... 36

BAB III KESIMPULAN dan SARAN 3.1 Kesimpulan ... 39

3.2 Saran ... 40

DAFTAR PUSTAKA ... 41 LAMPIRAN

(7)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kebutuhan dasar manusia adalah hal-hal seperti makanan, air, keamanan, dan cinta yang merupakan hal yang penting untuk bertahan hidup dan kesehatan.

Walaupun setiap orang mempunyai sifat tambahan, kebutuhan yang unik, setiap orang mempunyai kebutuhan dasar yang sama (Potter & Perry, 2005).

Hirarki kebutuhan dasar manusia menurut Maslow adalah sebuah teori yang dapat digunakan perawat untuk memahami hubungan antara kebutuhan dasar manusia pada saat memberikan perawatan. Menurut teori ini, beberapa kebutuhan manusia tertentu lebih dasar daripada kebutuhan lainnya; oleh karena itu, beberapa kebutuhan harus dipenuhi daripada kebutuhan lain (Potter & Perry, 2005).

Setiap manusia mempunyai kebutuhan dasar fisologis untuk istirahat teratur.

Jumlah kebutuhan istirahat bervariasi, bergantung pada kualitas tidur, status kesehatan, pola aktivitas, gaya hidup, dan umur seseorang (Potter & Perry, 2005).

Istirahat dan tidur adalah kebutuhan dasar yang mutlak harus dipenuhi oleh semua orang. Dengan istirahat dan tidur yang cukup, tubuh baru dapat berfungsi secara optimal (Mubarak & Chayatin, 2008).

Istirahat berarti suatu keadaan yang tenang, relaks, tanpa tekanan emosional, dan bebas dari perasaan gelisah. Istirahat bukan berarti tidak melakukan aktivitas sama sekali, terkadang berjalan santai ditaman juga dikatakan sebagai suatu bentuk istirahat (Mubarak & Chayatin, 2008).

Tidur adalah status perubahan kesadaran ketika persepsi dan reaksi individu terhadap lingkungan menurun. Tidur dikarakteristikkan dengan aktivitas fisik yang minimal, tingkat kesadaran yang bervariasi, perubahan proses fisiologi tubuh, dan penurunan respon terhadap stimulus eksternal (Mubarak & Chayatin, 2008).

(8)

Organisasi kesehatan dunia (WHO) mendefinisikan kesehatan sebagai

“keadaan sehat fisik, mental, dan sosial, bukan semata-mata keadaan tanpa penyakit atau kelemahan.” Definisi ini menekankan kesehatan sebagai suatu keadaan sejahtera yang positif, bukan sekedar keadaan tanpa penyakit (Sheila, 2008).

Kesehatan jiwa menurut undang-undang No 3 tahun 1966, adalah suatu kondisi yang memungkinkan perkembangan fisik, intelektual dan emosional yang optimal dari seseorang dan perkembangan itu selaras dengan keadaan orang lain.

Makna kesehatan jiwa mempunyai sifat yang harmonis dan memperhatikan segi kehidupan manusia dan cara berhubungan dengan orang lain (Sujono Riyadi, 2009).

American Psychiatric Association (1994) mendefinisikan gangguan jiwa sebagai “suatu sindrom atau pola psikologis atau perilaku yang penting secara klinis yang terjadi pada seseorang dan dikaitkan dengan adanya distres (mis., gejala nyeri) atau disabilitas (yaitu kerusakan pada satu atau lebih area fungsi yang penting) atau disertai peningkatan risko kematian yang menyakitkan, nyeri, disabilitas, atau sangat kehilangan kebebasan.” (Sheila, 2008).

Skizofrenia adalah gangguan psikotik yang ditandai dengan gangguan utama dalam pikiran, emosi, dan perilaku-pikiran yang terganggu, dimana berbagai pemikiran tidak saling berhubungan secara logis; persepsi danperhatian yang keliru; afek yang datar atau tidak sesuai; dan berbagai gangguan aktivitas motorik yang bizarre. Pasien skizofrenia menarik diri dari orang lain dan kenyataan, sering kali masuk kedalam kehidupan fantasi yang penuh delusi dan halusinasi (Gerald, 2006).

Skizofrenia merupakan gangguan yang benar-benar membingungkan atau menyimpan banyak teka-teki. Pada suatu saat, orang-orang dengan skizofrenia berfikir dan berkomunikasi dengan sangat jelas, memiliki pandangan yang tepat atas realita, berfungsi secara baik dalam kehidupan sehari-hari. Pada saat yang lain, pemikiran dan kata-kata mereka terbalik-balik, mereka kehilangan sentuhan

(9)

(touch) dengan realita, dan mereka tidak mampu memelihara diri mereka sendiri, bahkan dalam banyak cara yang mendasar (Sutardjo, 2005).

Gejala umum yang biasanya terjadi pada pasien dengan skizofrenia meliputi, waham; yaitu keyakinan keliru yang sangat kuat, yang tidak dapat dikurangi dengan menggunakan logika., Asosiasi longgar; kurangnya hubungan yang logis antara pikiran dan gagasan, yang dapat tercermin pada berbagai gejala., Halusinasi;persepsi sensorik yang keliru dan melibatkan panca indra; dalam skizofrenia, halusinas pendengaran merupakan halusinasi yang paling banyak terjadi (Ann Isaacs, (2005) dalam Kennedy, 2010).

Halusinasi merupakan salah satu gejala yang sering ditemukan pada klien dengan gangguan jiwa. Halusinasi sering diidentikkan dengan skizofrenia. Dari seluruh skizofrenia, 70% diantaranya mengalami halusinasi. Para pasien skizofrenia seringkali menuturkan bahwa dunia tampak berbeda dalam satu atau lain cara atau bahkan tidak nyata bagi mereka (Gerald, 2006).

Halusinasi merupakan suatu pengalaman indrawi tanpa adanya stimulasi dari lingkungan. Yang paling sering terjadi adalah halusinasi pendengaran. 74% dari suatu sampel menuturkan mengalami halusinasi pendengaran (Gerald, 2006).

Ada beberapa tipe halusinasi yang terjadi pada pasien dengan halusinasi auditori (pendengaran), diantaranya yaitu, beberapa pasien menuturkan bahwa mereka mendengar pikiran mereka diucapkan oleh suara lain., beberapa pasien mengklaim bahwa mereka mendengar suara-suara yang saling berdebat., dan ada juga beberapa pasien mendengar suara-sura yang mengomentari perilaku mereka (Gerald, 2006).

Pengambilan kasus karya tulis ini dilaksanakan diruang Mawar Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara Medan selama 5 hari dimulai dari tanggal 17-21 Mei 2016. Berdasarkan pengkajian yang dilakukan penulis terdapat 33 orang jumlah pasien yang ada di ruangan Mawar pada bulan Mei dan belum ada penambahan pasien. Ada sekitar 18 orang diantaranya (60%) dengan diagnosa yang dominan yaitu halusinasi pendengaran. Sementara ada sekitar 15 orang diantaranya (50%) yang mengalami gangguan kebutuhan dasar istirahat tidur.

(10)

Maka dari itu perlulah dilakukan beberapa upaya untuk dapat mencapai pemenuhan kebutuhan istirahat tidur pada klien dengan halusinasi.

Berdasarkan latar belakang diatas tersebut, maka penulis tertarik untuk mengangkat kasus yang berjudul “Asuhan Keperawatan pada Ny. A dengan prioritas masalah kebutuhan istirahat tidur di RSJ Prof. Dr. M. Ildrem Pemprovsu Medan”

1.2 Tujuan

Tujuan Umum

Tujuan penulisan karya tulis ilmiah ini adalah untuk mengetahui bagaimana asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan kebutuhan dasar istirahat tidur khususnya pada Ny.A di ruangan Mawar Rumah Sakit Jiwa Pemrovsu Medan.

Tujuan Khusus

a. Mampu melakukan pengkajian pada Ny. R dengan masalah kebutuhan istirahat tidur

b. Mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada Ny. R dengan masalah kebutuhan istirahat tidur

c. Mampu menyusun rencana asuhan keparawatan pada Ny. R dengan masalah kebutuhan istiharat tidur

d. Mampu melakukan implementasi pada Ny. R dengan masalah kebutuhan istirahat tidur

e. Mampu melakukan evaluasi pada Ny. R dengan masalah kebutuhan dasar istirahat tidur.

(11)

1.3 Manfaat

a. Bagi Pendidikan Keperawatan

Membekali mahasiswa untuk dapat melakukan asuhan keperawatan pada pasien dengan kebutuhan istirahat tidur.

b. Bagi Pelayanan/ Praktek Keperawatan di Rumah Sakit Jiwa

Menjadi masukan bagi perawat saat melakukan pemenuhan kebutuhan dasar khususnya pada pasien dengan masalah kebutuhan istirahat tidur.

c. Bagi Penulis

Sebagai sarana ilmu untuk mengaplikasikan asuhan keperawatan pasien khususnya pada pasien dengan kebutuhan istirahat tidur.

(12)

BAB II

PENGELOLAAN KASUS

A. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan dengan Masalah Kebutuhan Dasar Istirahat Tidur

2.1 Definisi Istirahat Tidur

Istirahat dan tidur merupakan kebutuhan dasar yang mutlak harus dipenuhi oleh semua orang. Dengan istirahat dan tidur yang cukup, tubuh baru dapat berfungsi secara optimal. Istirahat dan tidur sendiri memiliki makna yang berbeda pada setiap individu. Secara umum, istirahat berarti suatu keadaan tenang, relaks, tanpa tekanan emosional, dan bebas dari perasaan gelisah. Jadi, beristirahat bukan berarti tidak melakukan aktivitas sama sekali. Terkadang, berjalan-jalan ditaman juga bisa dikatakan sebagai suatu bentuk istirahat (Mubarak & Chayatin, 2008).

Sedangkan tidur adalah status perubahan kesadaran ketika persepsi dan reaksi individu terhadap lingkungan menurun. Tidur dikarakteristikkan dengan aktivitas fisik yang minimal, tingkat kesadaran yang bervariasi, prubahan proses fisiologi tubuh, dan penurunan respons terhadap simulus eksternal.

Hampir sepertiga dari waktu kita, kita gunakan untuk tidur. Hal tersebut didasarkan pada keyakinan bahwa tidur dapat memulihkan atau mengistirahatkan fisik setelah seharian beraktivitas, mengurangi stress dan kecemasan, serta dapat meningkatkan kemampuan dan konsentrasi saat hendak melakukan aktivitas sehari-hari (Mubarak & Chayatin, 2008).

2.2 Fisiologi Tidur

Tidur adalah proses fisologis yang berputar dan bergantian, dengan periode jaga yang lebih lama. Siklus tidur-bangun mempengaruhi dan mengatur fungsi fisiologis dan respon perilaku (Pottre & Perry, 2010).

Fisiologi tidur merupakan pengaturan kegiatan tidur oleh adanya hubungan mekanisme serebral yang secara bergantian untuk mengaktifkan dan menekan pusat otak agar dapat tidur dan bangun. Salah satu aktivitas tidur

(13)

ini diatur oleh sistem pengaktivasi retikularis yang merupakan sistem yang mengatur seluruh tingkatan kegiatan susunan saraf pusat termasuk pengaturan kewaspadaan dan tidur (Alimul, 2006).

Aktivitas tidur diatur dan dikontrol oleh dua sistem pada batang otak, yaitu Reticular Activating System (RAS) dan Bulbar Synchronizir Region (BSR).

RAS dibagian atas batang otak diyakini memiliki sel-sel khusus yang dapat mempertahankan kewaspadaan dan kesadaran; memberi stimulus visual, pendengaran, nyeri, dan sensori raba; serta emos dan proses berfikir. Pada saat sadar, RAS melepaskan katekolamin, sedangkan pada saat tidur terjadi pelepasan serum serotonin dari BSR (Tarwoto, Wartonah (2003) dalam Mubarak & Chayatin, 2008).

A. Ritme Sikardian

Manusia mengalami irama yang berputar sebagai bagian dari kehidupan sehari-hari mereka. Irama yang paling dikenal adalah irama 24 jam, irama siang-malam dikenal sebagai diurnal atau irama sikardian(berasal dari bahasa latin: circa, “sekitar”, dan dies, “hari”).

Irama sikardian memengaruhi hampir semua fungsi biologis dan kebiasaan. Perubahan yang dapat diprediks adalah perubahan suhu tubuh, denyut jantuung, tekanan darah, sekresi hormon, ketajaman pancaindra, dan suasana hati tergantung dari pemeliharaan siklus sirkadian 24 jam (Menurut Izac (2006) dalam Potter & Perry, 2010).

Setiap makhluk hidup memiliki bioritme (jam biologis) yang berbeda.

Pada manusia,bioritme ini dikontrol oleh tubuh dan disesuaikan dengan faktor lingkungan (mis., cahaya, kegelapan, gravitasi, dan stimulus elektromagnetik). Bentuk bioritme yang paling umum adalah ritme sikardian – yang melengkapi siklus selama 24 jam. Dalam hal ini, fluktuasi denyut jantung, tekanan darah, temperatur tubuh, sekresi hormon, metabolisme, dan penampilan serta perasaan individu bergantung pada ritme sirkadiannya. Sinkronisasi sirkadian terjadi jika individu memilki pola tidur-bangun yang mengikuti jam biologisnya: individu akan bangun

(14)

pada saat ritme fisologis dan psikologis paling tinggi atau paling aktif dan akan tidur pada saat ritme tersebut paling rendah (Menurut Lilis, Taylor, Lemone (1989) dalam Mubarak & Chayatin, 2008).

2.3 Tahapan Tidur

Berdasarkan penelitian yang dilakukan dengan bantuan alatelektroensefalogram (EEG), elektro-okulogram (EOG), dan elektromiogram (EMG), diketahui ada dua tahapan tidur, yaitu non-rapid eye movement (NREM) dan rapid eye movement (REM) (Mubarak & Chayatin,

2008).

1. Tidur NREM

Tidur NREM disebut juga sebagai tidur gelombang-pendek karena gelombang otak yang ditunjukka oleh orang yang tidur lebih pendek daripada gelombang alfa dan beta yang ditunjukkan orang yang sadar. Pada tidur NREM terjadi penurunan sejumlah fungsi fisiologis tubuh. Disamping itu, semua proses metabolik termasuk tanda-tanda vital, metabolisme, dan kerja otot melambat. Tidur NREM sendiri terbagi atas 4 tahap (I-IV). Tahap I-II disebut sebagai tidur ringan (light sleep) dan tahap III-IV disebut sebagai tidur dalam (deep sleep atau delta sleep) (Mubarak & Chayatin, 2008).

Apabila seseorang mengalami kehilangan tidur NREM, maka akan menunjukkan gejala-gejala sebagai berikut:

a. Menarik diri, apatis, dan respo menurun.

b. Merasa tidak enak badan.

c. Ekspresi wajah kuyu.

d. Malas bicara.

e. Kantuk yang berlebihan (Asmadi, 2008)

(15)

Karakteristik Tahapan Tidur NREM

Tahap Karakteristik

Tahap I

Tahap II

Tahap III

Tahap IV

-Merupakan tahap transisi antara bangun dan tidur. Individu cenderung relaks, masih sadar dengan lingkungannya, dan mudah dibangunkan. Normalnya, tahap ini berlangsung beberapa menit dan merupakan 5% dari total tidur.

-Individu masuk pada tahap tidur, namun masih dapat bangun dengan mudah. Otot mulai relaksasi.

Normalnya tahap iniberlangsung selama 10-20 menit dan merupakan 50%-55% dari total tidur.

-Merupakan awal dari tahap tidur nyenyak. Tidur dalam, relaksasi otot menyeluruh, dan individu cenderung sulit dibangunkan. Tahap ini berlangsung selama 15-30 menit dan merupakan 10% dari total tidur.

- Tidur semakin dalam atau delta sleep.

Individu menjadi ulit dibangunkan sehingga membutuhkan simulus.

Terjadi perubahan fisologis, yakni : EEG gelombang otak melemah, nadi dan pernapasan menurun, tekanan darah menurun, tonus otot menurun, metabolisme lambat, temperatur tubuh menurun. Tahap ini merupakan 10%

dari total tidur.

(16)

Tabel 2.1 (Mubarak & Chayatin, 2008) 2. Tidur REM

Tidur REM biasanya terjadi setiap 90 menit dan berlangsung selama 5-30 menit. Tidur REM tidak senyenyak tidur NREM, dan sebagian besar mimpi terjadi pada tahap ini. Selama tidur REM, otak cenderung aktif dan metabolismenya meningkat hingga 20%. Pada tahap ini individu menjadi sulit untuk dibangunkan atau justru dapat bangun dengan tiba-tiba, tonus otot terdepresi, sekresi lambung meningkat, dan frekuensi jantung dan pernapasan sering kali tidak teratur (Mubarak & Chayatin, 2008).

Apabila seseorang mengalami kehilangan tidur REM, maka akan menunjukkan gejala-gejala sebagai berikut:

a. Cenderung hiperaktif

b. Kurang dapat mengendalikan diri dan emosi (emosinya labil) c. Nafsu makan bertambah

d. Bingung dan curiga (Asmadi, 2008).

2.4 Siklus Tidur

Pola tidur normal untuk orang dewasa dimulai dengan periode pratidur di mana orang tersebut hanya sadar dari kantuk yang secara bertahap meningkat.

Priode ini basanya berlangsung 10 hingga 30 menit, tetapi jika seseorang memiliki kesulitan untuk tertidur, hal itu akan berlangsung satu jam atau lebih (Potter & Perry, 2010).

Selama tidur individu melewati tahap tidur NREM dan REM. Siklus tidur yang komplet normalnya berlangsung selama 1,5 jam, dan setiap orang biasanya melalui empat hingga lima sklus selama 7-8 jam tidur. Siklus tersebut dimlai dari tahap NREM, yang berlanjut ke tahap REM. Tahap NREM I-III berlangsung selama 30 menit, kemudian diteruskan ke tahap IV selama ± 20 menit. Setelah itu, individu kembali melalui tahap III dan II selama 20 menit. Tahap I REM muncul sesudahnya dan berlangsung selama 10 menit (Mubarak & Chayatin, 2008).

(17)

Perpindahan antar tahap tidur cenderung menyertai gerkan tubuh.

Perpindahan ke tidur ringan atau terjaga cenderung terjadi tiba-tiba, sedangkan pergeseran ke tidur nyenyak cenderung bertahap (Izac, 2006).Jumlah siklus tidur tergantung jumlah waktu yang orang menghabiskan waktu tidur (Potter

& Perry, 2010).

2.5 Fungsi Tidur

Tidur berkontribusi dalam menjaga kondisi fisologis dan psikologis. Tidur NREM membantu perbaikan jaringan tubuh (McCance dan Huether, 2006).

Selama tidur NREM, fungsi biologis lambat. Denyut jantung normal orang dewasa sehat sepanjang hari rata-rata 70-80 denyut per menit atau kurang jika individu berada dalam kondisi fisik yang sangat baik. Namun, selama tidur denyut jantung turun sampai 60 denyut per menit atau kurang. Ini berarti bahwa selama tidur jantung berdetak 10-20 kali lebih lambat dalam setiap menit atau 60-120 kali lebih sedikit dalam setiap jam. Oleh karena itu, tidur nyenyak bermanfaat dalam mempertahankan fungsi jantung (Menurut McCance dan Huether (2006) dalam Potter & Perry, 2010).

Teori lain tentang tujuan dari tidur adalah bahwa tubuh menghemat eneri selama tidur. Otot-otot rangka semakin rileks, dan tidak adanya kontraks otot mempertahankan energi kimia untuk proses seluler. Tidur akan menurunkan laju metabolisme basal yang selanjutnya dapat menghemat suplai energi tubuh (Menurut Izac (2006) dalam Potter & Perry 2010).

2.6 Persyaratan dan Pola Tidur Normal

Durasi tidur dan kualitas bervariasi antara orang-orang dari semua kelompok umur. Misalnya, satu orang merasa cukup beristirahat dengan tidur 4 jam, sedangkan yag lain memerlukan waktu 10 jam (Potter & Perry, 2010).

(18)

Kebutuhan dan Pola Tidur Normal menurut Potter & Perry (2010), yaitu:

1. Neonatus

Neonatus atau bayi baru lahir sampai usia 3 bulan tidur rata-rata sekitar 16 jam sehari, tidur hampir terus-menerus selama minggu pertama.

Siklus tidur umumnya 40-50 menit degan bangun setelah 1-2 siklus tidur.

Sekitar 50% dari tidur ini adaalah tidur REM yang merangsang pusat otak yang lebih tinggi. Hal penting untuk perkembangan karena neonatus tidak terjaga cukup lama untuk stimulasi eksternal yang signifikan.

2. Bayi

Bayi biasanya mengembangkan pola tidur malam dengan mimpi buruk dari usia 3 bulan. Bayi biasanya melakukan beberapa kali tidur siang, namun tidur rata-rata selama 8-10 jam di malam hari dengan waktu tidur total 15 jam setiap hari. Sekitar 30% dari waktu tidur adalah dalam suklus REM. Bangun umumnya terjadi di pagi hari, meskipun tidak biasa bagi bayi terbangun di malam hari.

3. Balita

Pada umur 2 tahun, anak-anak biasanya tidur sepanjang malam dan tidur siang setiap hari. Total tidur rata-rata 12 jam sehari. Setelah 3 tahun, anak-anak sering tidak tidur siang (Hockenberry dan Wilson, 2006).

Umum bagi balita untuk terbangun di malam hari. Persentase tidur REM terus menurun. Selama masa ini, balita mungkin tidak mau tidur pada malam hari karena kebutuhan otonomi atau takut berpisah dari orang tua mereka.

4. Anak-anak Prasekolah

Rata-rata lama tidur anak prasekolah adalah sekitar 12 jam semalam (sekitar 20% adalah REM). Pada umur 5 tahun, anak prasekolah jarang membutuhkan tidur siang kecuali dalam budaya dimana tidur siang menjadi kebiasaan. Anak prasekolah biasanya mengalami kesulitan untuk

(19)

rileks atau menenangkan diri setelah melewati hari yang sangat aktif dan memiliki masalah dengan ketakutan tidur, bangun pada malam hari, atau mimpi buruk.

5. Anak Usia Sekolah

Anak usia 6 tahun rata-rata tidur 11 sampai 12 jam semalam, sedangkan anak usia 11 tahun tidur sekitar 9 sampai 10 jam. Anak usia 6 atau 7 tahun biasanya akan pergi tidur dengan beberapa dorongan atau dengan melakukan kegiatan yang tenang.

6. Remaja

Rata-rata remaja mendapatkan sekitar 7 ½ jam tidur per malam.

Tipikal remaja yang khass dikarenakan sejumlah perubahan seperti kebutuhan sekolah, kegiatan sosial setelah sekolah, dan pekerjaan paruh waktu yang mengurangi waktu untuk tidur.

7. Dewasa Muda

Kebanyakan orang dewasa muda rata-rata tidur 6-8½ jam per malam.

Sekitar 20% dari waktu tidur adalah REM yang tetap konsisten sepanjang hidup. Tekanan dalam pekerjaan, hubungan keluarga, dan kegiatan sosial sering mengarah pada insomsia dan penggunaan obat tidur.

8. Dewasa Menengah

Selama masa dewasa menengah, total waktu tidur di malam hari mulai menurun. Jumlah tidur di malam hari mulai menurun. Jumlah tidur stadium 4 mulai turun, penurunan terus berlanut seiring dengan meningkatnya usia. Insomsia sangat umum, mungkin karena perubahan dan stres pada usia dewasaa menengah.

9. Lansia

Keluhan kesulitan tidur meningkat seiring dengan meningkatnya umur.

Lebih dari 50% lansia yang berusia 65 tahun atau lebih melaporkan mempunyai masalah dengan tidur (Hoffman, 2003). Episode tidur REM

(20)

cenderung menyingkat. Ada penurunan progresif dalam tidur tahap 3 dan 4 NREM; beberapa lansia hampir tidak memiliki tidur tahap 4 atau tidur nyenyak.

2.7 Faktor-faktor Memengaruhi Tidur

Menurut Mubarak & Chayatin (2008) faktor-faktor yang memengaruhi Tidur adalah sebagai berikut :

a. Penyakit

Penyakit dapat menyebabkan nyeri atau distres fisik yang dapat menyebabkan gangguan tidur. Inidividu yang sakit membutuhkan waktu tidur yang lebih banyak daripada biasanya. Disamping itu, siklus bangun- tidur selama sakit juga dapat megalami gangguan.

b. Lingkungan

Faktor lingkungan dapat membantu sekaligus menghambat proses tidur. Tidak adanya stimulus tertentu atau adanya yang asing dapat menghambat upaya tidur. Sebagai contoh, temperatur yang tidak nyaman atau ventilasi yang buruk dapat memengaruhi tidur seseorang. Akan tetapi, seiring waktu individu bisaberadaptasi dan tidak lagi terpengaruh dengan kondisi tersebut.

c. Kelelahan

Kondisi tubuh yang lelah dapat memngaruhi pola tidur seseorang.

Semakin lelah seseorang, semakin pendek siklus tidur REM yang dilaluinya. Setelah beristirahat biasanya siklus REM akan kembali memanjang.

d. Gaya hidup

Individu yang sering berganti jam kerja harus mengatur aktivitasnya agar bisa tidur pada waktu yang tepat.

e. Stres dan emosional

Ansietas dan depresi seringkali mengganggu tidur seseorang. Kondisi ansietas dapat meningkatkan kadar norepinefrin darah melalui

(21)

stimulasi sistem saraf simpatis. Konsis ini menyebabkan berkurangnya sklus tidur NREM tahap IV dan tidur REM serta seringya terjaga saat tidur.

f. Stimulan dan alkohol

Kafein yang terkandung dalam bebrapa minuman dapat merangsang SSP sehingga dapat mengganggu pola tidur. Sedangkang konsums alkohol yang berlebihan dapat mengganggu suklus tidur REM. Ketika pengaruh alkohol telah hilang, individu sering kali mengalami mimpi buruk.

g. Diet

Penurunan berat badan dikaitkan dengan penurunan waktu tidur dan seringnya terjaga di malam hari.sebaliknya, penambahan berat badan dikaitkan dengan peningkatan total tidur dan sedikitnya periode terjaga di malam hari.

2.8 Gangguan Tidur

Gangguan tidur adalah suatu kondisi yang jika tidak diobati umumnya menyebabkan tidur terganggu yang menghaslkan salah satu dari tiga masalah insomnia, yaitu: gerakan abnormal atau sensasi saat tidur atau ketika terbangun di malam hari , atau kantuk yang berlebihan di siang hari (Malow, 2005, dalam Potter & Perry, 2010).

Klasifikasi gangguan tidur menurut Potter & Perry, (2010) yaitu:

1. Insomnia

Insomnia dapat berupa kesulitan untuk tidur atau kesulitan untuk tetap tidur. Bahkan seseorang yang terbangun dari tidr , tetapi merasabelum cukup tidur dapat disebut mengalami insomnia (Japardi,2002). Dengan demikian, insomnia merupakan ketidakmampuan untuk mencukupi kebutuhan tidur baik secara kualitas ataupun kuantitas (Asmadi, 2008).

Insomnia adalah gejala yang dialami klien ketika mereka mengalami kesulitan tidur kronis, sering terbangun dari tidur, dan/atau tidur pendek atau tidur non-restoratif (Edinger dan Sarana, 2005). Ini adalah keluhan

(22)

tidur yang paling umum. Para penderita nsomnia mengeluh kantuk yang berlebihan di siang hari, serta kualitas dan kuantitas tidur yang tidak memadai. Namun demikian, klien seringkali tidur lebih lama dari yang dia sadari. Insomnia sering menunjukkan tanda gangguan fisk atau pskologis yang mendasarinya. Insomnia lebih sering terjadi pada wanita (Potter &

Perry, 2010).

Ada tiga jenis insomnia yaitu insomnia inisial, insomnia intermiten, dan insomnia terminal. Insomnia inisial adalah ketidakmampuan eseorang untuk dapat memulai tidur. Insomnia intermiten adalah ketidakmampuan seseorang untuk mempertahankan tidur atau keadaan sering terjaga dari tidur. Sedagkan insomnia terminal adalah bangun secara dini dan tidak dapat tidur lagi (Asmadi, 2008).

2. Parasomnia

Parasomnia adalah perilaku yang dapat mengganggu tidur atau muncul saat sesseorang tidur. Gangguan ini umum terjadi pada anak-anak.

Beberapa turunan parasomnia antara lain sering terjaga (mis., tidur berjalan,Night terror), gangguan transis bangun-tidur (mis, mengigau), parasomnia yang terkait dengan tidur REM (mis.,mimpi buruk), dan lainnya (mis.,bruksisme) (Mubarak & Chayatin, 2008).

3. Hipersomnia

Hipersomnia merupakan gangguan tidur dnegan kriteria tdur berlebihan, pada umumnya lebih dari sembilan jam pada malam hari, disebabkan oleh kemungkinan adanya masalah psikologis, depresi, kecemasan, gangguan susunan saraf pusat, ginjal, hati, dan ganggua metabolism (Alimul, 2006).

(23)

4. Narkolepsi

Narkolepsi adalah disfungsi mekanisme yang mengatur kondisi tidur dan terjaga. Kantuk berlebihan di siang hari merupakan keuhan yang paling umum berkaitan dengan gangguan ini. Di siang hari, seseorang tiba- tiba merasakan rasakantuk yang luar biasa dan kemudian tertidur, tidur REM terjadi dalam waktu 15 menit setelah tertidur (Potter & Perry, 2010).

Penyebab narkolepsi secara pasti belum jelas, tetapi di duga terjadi akibat kerusakan genetika sistem saraf pusat diamaperiode REM tidak dapat dikendalikan.obat-obat agripnotik dapat digunakan ntuk mengendalikan narkolepsi yaitu sejenisobat yang membuat orang tidak dapat tidur. Obat tersebut diantaranya jenis amfetamin (Asmadi, 2008).

5. Apnea saat tidur

Apnea saat tidur atau sleep apnea adalah kondisi terhentinya napas secara periodik pada saat tidur. Kondisi ini diduga terjadi pada orang yang mendengkur dengan keras, sering terjaga di malam hari, insomnia, mengantuk berlebihan pada siang hari, sakit kepala di pagi hari, iritabilitas, atau mengalami perubahan psikologis seperti hipertensi atau aitmia jantung (Mubarak & Chayatin, 2008).

6. Somnambulisme

Somnambulisme merupakan gangguan tingkah laku yang sangat kompleks mencakup adanya otomatis dan semipuposeful aksi motorik, seperti membuka pintu, menutup pintu, duduk di tempat tidur, menabrak kursi, berjalan kaki, dan berbicara. Termasuk tingkah laku berjalan dalam beberapa menit dan kembali tidur (Japardi, 2002). Sonambulisme ini lebih sering terjadi pada anak-anak dibandingkan orang dewasa (Asmadi, 2008).

7. Kurang Tidur

Kurang tidur adalah masalah yang paling banyak dialami klien sebagai hasil dar disomnia. Penyebabnya meliputi penyakit (misalnya: demam,

(24)

obat sesak napas, atau sakit), stres emosional, pengobatan, gangguan lingkungan (misalnya: tindakan perawatan yang sering), dan variabilitas dalam waktu tidur karena shift kerja.

Respon seseorang terhadap kurang tidur sangat bervariasi. Klien mengalami berbagai gejala fisiologis dan psikologis. Tingkat keparahan gejala sering dikaitkan dengan kurangnya durasi. Pengobatan yang sangstefektif untuk kejadian kurang tidur adalah mengeliminasi atau mengoreksi faktor yang mengganggu pola tidur.

2.9 Proses Asuhan Keperawatan dengan Prioritas Masalah Kebutuhan Istirahat Tidur

2.9.1 Pengkajian

Mengkaji pola tidur klien dengan menggunakan riwayat keperawatan untuk mengumpulkan informasi tentang faktor-faktor yang biasanya memengaruhi tidur. Tidur adalah pengalaman subjektif. Hanya klien yang dapat melaporkan apakah hal itu sudah cukup atau sudah tenang (Potter &

Perry, 2010).

Pengkajian tentang pola tidur klien meliputi riwayat tidur, catatan tidur, pemeriksaan fisik, dan tinjauan pemeriksaan diagnostik (Mubarak & Chayatin 2008).

a.) Riwayat Tidur

Pengkajian riwayat tidur secara umum dilakukan segera setelah klien memasuki fasilitas perawatan. Ini memungkinkan perawat menggabungkan kebutuhan klien dan hal-hal yang ia sukai ke dalam rencana perawatan (Mubarak & Chayatin, 2008).

(25)

Menurut Mubarak & Chayatin (2008) ada beberapa hal yang harus di kaji dalam riwayat tidur, yaitu :

• Pola tidur yang biasa

Menurut Potter & Perry (2010) ada beberapa pertanyaan yang dapat di ajukan pada klien untuk menentukan pola tidur klien, diantaranya :

1. Jam berapa anda biasanya berada di tempat tidur setiap malam?

2. Jam berapa biasanya anda tertidur? Apakah anda melakukan sesuatu hal khusus untuk membantu anda tertidur?

3. Berapa kali anda bangun pada malam hari? Mengapa?

4. Jam berapa biasanya Anda bangun di pagi hari?

5. Berapa rata-rata jumlah jam Anda tidur setiap malam?

• Ritual sebelum tidur

Tanyakan pada klien apa yang mereka lakukan untuk persiapan sebelum tidur. Seperti membaca buku, melakukan ibadah, atau buang air kecil. Kaji kebiasaan yang menguntungkan kemudian bandingkan dengan hal-hal yang menganggu tidur. (Potter & Perry, 2010)

• Penggunaan obat tidur atau obat-obat lainnya

Kaji juga riwayat pengobatan klien, termasuk deskripsi obat-obat yang tidak di resepkan. Apakah klien memakai obat untuk membantu tidur, kumpulkan informasi tentang jenis dan jumlah obat yang digunakan klien.

• Lingkungan tidur

Dalam hal ini minta klien untuk menggambarkan kondisi lingkungan tidurnya. Dalam lingkungan perawatan kesehatan terdapat gangguan lingkungan yang sering mengganggu tidur, seperti : kondisinya gelap, bising, suara televise di kamar, monitor elektronik, perawat yang berada di posnya dan berisik, atau klien lain yang berteriak dimalam hari, dll. (Potter & Perry, 2010).

(26)

• Perubahan terkini pada pola tidur

Catat perubahan pola tidur yang dialami klien.

Selain itu, riwayat ini juga mencangkup berbagai masalah yang di temui pada pola tidur, penyebabnya, kapan pertama kali masalah tersebut muncul, frekuensinya, pengaruhnya terhadap kesehatan klien, dan bagaimana klien berkoping dengan masalah tersebut.

b.) Catatan Tidur

Catatan tidur sangatlah bermanfaat, khususnya untuk klien yang memiliki masalah tidur sebab catatan ini berisi berbagai informasi penting terkait pola tidur klien. Catatan tidur dapat mencangkup keseluruhan atau sebagian dari informasi berikut.

• Jumlah jam tidur total per hari.

• Aktivitas yang dilakukan 2-3 jam sebelum tidur (jenis, durasi, dam waktu).

• Waktu (a) pergi tidur, (b) mencoba tidur, (c) tertidur, (d) terjaga di malam hari dan durasinya, serta (e) bangun tidur di pagi hari.

• Adanya masalah yang klien yakni dapat memengaruhi tidurnya.

• Faktor yang klien yakni member pengaruh positif atau negative pada tidurnya.

c.) Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan fisik meliputi observasi penampilan, perilaku, dan tingkat energy klien. Penampilan yang menandakan klien mengalami masalah tidur antara lain adanya lingkarang hitam di sekitar mata, konjungtiva kemerahan, kelopak mata bengkak, dll. Sedangkan indikasi perilaku dapat meliputi iritabilitas, gelisah, tidak perhatian, bicara lambat, menguap, dll. Di samping itu, klien yang mengslami masalah tidur juga dapat terlihat lemah, letargi, atau lelah akibat kekurangan energi.

(27)

d.) Pemeriksaan diagnostik

Tidur dapat diukur secara objektif dengan menggunakan alat yang disebut polisomnografi. Alat ini dapat merekam elektroensefalogram (EEG), elektromiogram (EMG), dan elektro-okulagram (EOG) sekaligus. Dengan alat ini, kita dapat mengkaji aktivitas klien selama tidur. Aktivitas yang klien lakukan tanpa sadar tersebut bisa jadi merupakan penyebab seringnya klien terjaga di malam hari.

e.) Penyakit fisik dan Psikologis

Tentukan apakah klien sebelumnya sudah mempunyai masalah kesehatan yang mengganggu tidur. Riwayat masalah kejiwaan juga membuat perbedaan. (Potter & Perry, 2010)

f.) Emosional dan Status Mental

Emosi dan status mental klien memengaruhi kemampuan untuk tidur.

Sebagai contoh, jika klien mengalami kecemasan, stress emosional yang berhubungan dengan sakit, kehilangan pekerjaan atau orang yang dicintai, maka insomnia sering dialami. Klien dengan gangguan jiwa mungkin memerlukan sedasi ringan untuk istirahat yang cukup. (Potter & Perry, 2010) g.) Harapan Klien

Kurangnya tidur malam untuk klien sering kali memicu dimulainya lingkaran setan kecemasan yang diantisipasi. Klien takut bahwa tidur akan terganggu lagi ketika mencoba lebih keras untuk tidur. (Menurut Attarian,(2000) dalam Potter & Perry, 2010)

2.9.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan Potter & Perry (2005), masalah keperawatan yang muncul adalah:

− Gangguan pola tidur

− Ansietas

− Insomnia

(28)

2.9.3 Analisa Data 1. Data Subjektif

− Klien mengatakan susah tidur pada malam hari

− Klien mengatakan mendengarkan suara-suara

− Klien mengatakan melihat bayangan hitam sehingga sulit tidur 2. Data Objektif

− Klien tampak cemas

− Terlihat lingkaran hitam dibawah mata

− Klopak mata bengkak

− Mata tampak cekung

− Klien tampak cemas dan gelisah

− Klien tampak tidak semangat dalam melakukan aktivitas

− Konjungtiva merah

− Klien sering menguap

2.9.4 Diagnosis Keperawatan

Menurut NANDA (2003), diagnosis keperawatan yang dapat ditengakkan untuk klien dengan masalah tidur adalah Gangguan Pola Tidur.

Etiologi untuk label diagnosis ini dapat bervariasi dan spesifik untuk masing- masing individu. Hal ini meliputi ketidaknyamanan fisik atau nyeri, ansietas, perubahan waktu tidur yang sering, serta perubahan lingkungan tidur atau ritual sebelum tidur (Mubarak & Chayatin, 2008).

Selain sebagai label diagnosis, gangguan pola tidur juga bias menjadi etiologi untuk diagnosis yang lain seperti Risiko Cedera, Kelelahan, Ketidakefektifan Koping, Ansietas, Intoleransi Aktivitas., dll (Mubarak

&Chayatin, 2008).

(29)

Menurut Potter & Perry (2010) ada beberapa contoh diagnosis keperawatan untuk klien dengan masalah tidur, antara lain:

• Ansietas

• Pola napas tidak efektif

• Kebingungan akut

• Koping keluarga yang dikompromikan

• Koping yang tidak efektif

• Kelelahan

• Perlindungan yang tidak efektif

• Insomnia

• Gangguan persepsi sensori

• Gangguan tidur

Menurut NANDA (2012-2014), diagnosis keperawatan yang juga dapat ditegakkan pada klien dengan masalah tidur adalah Insomnia.

Etiologi untuk label diagnosis ini dapat bervariasi dan spesifik untuk masing-masing indidivu. Hal ini meliputi ansietas, ketakutan, stress emosional, gangguan pola tidur normal, depresi, dan gangguan persepsi sensori.

Insomnia juga bisa menjadi etiologi untuk berbagai label diagnosis lain, seperti Gangguan Persepsi Sensori, Halusinasi Pendengaran, Ansietas, dan Ketidakefektifan Koping dll.

Ansietas juga dapat ditegakkan untuk klien dengan masalah tidur.

Etiologi pada label diagnosis ini berupa, emosional, gangguan pola tidur, terror tidur, gangguan persepsi sensori, dan perasaan yang tidak adekuat.

Menurut NANDA (2012-2014), Gangguan Persepsi Sensori dapat ditegakkan untuk klien dengan masalah tidur. Etiologi untuk diagnosis ini dapat berupa, perubahan penerimaan sensori, stress emosional, stress psikologis, kehilangan pekerjaan atau orang yang dicintai.

(30)

2.9.5 Perencanaan

Tujuan utama asuhan keperawatan untuk klien dengan gangguan tidur adalah untuk mempertahankan ( atau membentuk) pola tidur yang memberikan energi yang cukup untuk menjalankan aktivitas sehari-hari.

Sedangkan tujuan lainnya yang terkait dengan upaya meningkatkan perasaan sejahtera klien atau meningkatkan kualitas tidurnya (Mubarak & Chayatin, 2008).

Rencana Tindakan Menurut Alimul (2006) :

• Lakukan identifikasi faktor yang memengaruhi masalah tidur.

• Lakukan pengurangan distraksi lingkungan dan hal-hal yang dapat mengganggu tidur.

• Tingkatkan aktivitas pada siang hari.

• Coba untuk memicu tidur (induce sleep).

• Kurangi potensial cidera selama tidur.

• Berikan pendidikan kesehatan dan lakukan rujukan jika diperlukan.

B. Asuhan Keperawatan Kasus 1. Pengkajian

Berdasarkan Penugasan dan dinas yang telah dilakukan penulis di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara Pada Tanggal 17-21 Mei 2016 penulis melakukan pengkajian pada Ny. A. Berikut deskripsi dari hasil pengkajian yang telah dilakukan dan terdapat pada lampiran.

(31)

1. Biodata

Seorang klien perempuan, bernama Ny.A berusia 43 Tahun, status pernikahan klien ditinggal mati oleh suaminya sekitar 1 Tahun silam (cerai mati), bragama islam, beralamat di Jl. Dusun I Desa Manggis, Kec.

Serba Jadi, Kabupaten Serdang Bedagai. Klien dirawat di rumah sakit sejak 16 April 2016.Klien di rawat diruang Mawar, klien merupakan pasien berulang yang di rawat di Rumah Sakit Jiwa.

2. Keluhan Utama

Pada saat pengkajian, Klien mengeluh sering sulit tidur pada malam hari karena mendengar suara-suara yang menyuruhnya keluar dari rumah sakit. Klien sering menjerit-jerit, bicara sendiri, marah-marah, menangis dan mondar mandir.

3. Riwayat Kesehatan Sekarang

Klien mengeluh sering sekali mengalami sulit tidur, dan terbangun saat tengah malam karena mendengar suara-suara atau bisikan yang menyuruhnya keluar dari ruangan, terkadang suara tersebut seperti menghasut, sesekali klien juga mendengar suara orang yang ia kenal dikampungnya memanggil namanya. Hal tersebut terjadi selama klien di rawat di Rumah Sakit Jiwa.Saat klien mendengar suara tersebut yang dilakukannya adalah menutup telinganya dengan bantal dan memejamkan mata, terkadang klien juga mengusir suara yang datang dan keadaan mulai membaik.Setelah di rawat di Rumah Sakit Jiwa selama kurang lebih satu bulan klien merasa lebih tenang, namun suara yang mengganggunya tersebut terkadang masih datang.Saat dilakukan wawancara klien terlihat kooperatif walau menjawab pertanyaan dengan agak lamban. Klien merasa terganggu dengan keadaan sekarang dan klien sering meminta kepada perawat bagaimana cara mengatasi suara-suara tersebut. Dan sampai saat ini klien masih mengalami gangguan tersebut.

(32)

4. Riwayat Kesehatan Masa Lalu

Klien sudah mengalami gangguan jiwa selama kurang lebih satu tahun, dan di rawat berulang ke Rumah Sakit Jiwa.Sekitar seminggu yang lalu klien mengalami demam dan flu.Klien dirawat dan diberi pengobatan yang baik selama di rawat di Rumah Sakit Jiwa.Klien terakhir kali di rawat dan di bawa ke Rumah Sakit Jiwa sekitar 1 bulan yang lalu.Klien tidak memlki riwayat alergi, dan klien juga mengatakan mendapat imunisasi lengkap.

5. Riwayat Kesehatan Keluarga

Klien mengatakan kedua orangtua klien tidak pernah mengalami gangguan jiwa seperti yang dialami klien, namun ayah klien memiliki riwayat penyakit jantung.Klien adalah anak ke 3 dari 5 bersaudara, saudara kandung klien tidak pernah mengalami gangguan jiwa seperti yang dialami klien.Tidak ada penyakit keturunan yang terjadi di dalam keluarga klien, klien memiliki 5 orang anak dari hasil perkawinannya dengan Alm.suaminya dua orang anaknya meninggal saat usia balita dan suaminya meninggal 1 tahun yang lalu. Jadi didalam keluarga ada 3 anggota keluarga yang sudah meninggal.Suami klien meninggal karena penyakit komplikasi seperti paru-paru dan jantung.Dan anak klien meninggal karena penyakit yang tidak diketahui klien.

6. Riwayat Keadaan Psikososial

Persepsi klien tentang penyakitnya klien menyadari gangguan jiwa yang dialaminya dan klien ingin cepat sembuh dan berkumpul kembali bersama anak-anaknya. Dari hasil yang dikaji tentang konsep diri klien, gambaran klien tentang dirinya ia menyukai seluruh bentuk tubuhnya dan tidak ada yang istimewa. Ideal dirinya, klien ingin segera sembuh pulang kerumah dan berkumpul dengan anak-anaknya. Harga diri : klien merasa kurang dihargai dikeluarga karena penyakitnya. Peran diri : klien berperan sebagai ibu di dalam keluarga. Identitas :klien sudah menikah dan sekarang mempunyai 3 orang anak.Keadaan emosi klien cukup

(33)

terkontrol dan tenang saat diajak berbicara.Hubungan sosoialnya, klien mengatakan orang yang berarti saat ini ialah anak kandungnya.Klien juga mengatakan hubungannya dengan keluarganya dekat dan klien sangat menyayangi keluarganya. Hubungan klien dengan orang lain: klien mengatakan pernah sempat sangat dekat dan percaya pada tetangganya dan orang sekitar, tetapi karena suatu kejadian, sekarang klien tidak ingin menjalin hubungan komunikasi yang baik lagi dengan tetangga atau orang sekitar. Hambatan klien dalam berhubungan dengan orang lain ialah klien pernah bertengkar hebat dengan tetangganya, dan klien merasa tidak perlu lagi dekat dengan tetangga. Klien menganut agama islam dan meyakini agamanya sepenuhnya, selama dirawat klien tidak pernah melakukan ibadah seperti sholat.

7. Status Mental

Tingkat kesadaran klien penuh (compos mentis), klien tampak rapi dan mampu memilih pakaian yang serasi, saat dilakukan pengkajian klien terlihat lambat dalam menjawab pertanyaan. Klien tampak menguap saat pengkajian, alam perasan klien: klien tampak lemah namun dengan suasan hati yang baik, klien mengatakan jika diajak bicara dia merasa lebih tenang. Afek klien yang terlihat datar, selama dilakukan wawancara klien tampak kooperatif, interaksi berjalan dengan baik, klien sering tersenyum dan kontak mata dengan perawat baik. klien mengalami gangguan persepsi pendengaran karena sering mendengar suara-suara yang memerintahnya tapi tidak ada wujudnya. Isi Pikir:selama wawancara klien menjawab pertanyaan dan berbicara sesuai dengan topik pembicaraan. klien tidak mengalami waham apapun. Klien saat wawancara mampu mengontrol pikirannya.Memori klien : saat diwawancarai klien mampu mengingat masalahnya dan kejadian beberapa tahun lalu serta menceritakannya secara cukup baik.

(34)

8. Pemeriksaan Fisik

Keadaan umum klien, Klien dalam keadaan compos mentis, klien terlihat lemah dan letih, mata klien terlihat bengkak karna kurang tidur, klien tampak malas-malasan saat melakukan aktivitas di rumah sakit.

Klien sering mengeluh pusing. TTV klien : suhu tubuh 37°C, tekanan darah 110/80 mmHg, nadi 84x/menit, pernafasan 22x/menit, tinggi badan 158 cm, berat badan 60 kg. bentuk kepala bulat simetris, ubun-ubun normal dan kulit kepala tampak kurang bersih, penyebaran dan keadaan rambut pendek dan rata, rambut sedikit bau, warna kulit normal yaitu kuning langsat. Kulit wajah berwarna kuning langasat dan tampak simetris (bulat). Kedua mata klien lengkap dan tampak simetris, keadaan mata tampak cekung dan berkantung mata, tidak ada kelainan pada palpebra, reaksi pupil terhadap cahaya cukup baik, tidak ditemukan kelainan pada kornea dan iris, visus (-), tidak dilakukan pemeriksaan pada bola mata, bentuk dan ukuran telingan normal,dan simetris kanan-kiri, tidak ditemukan kelainan pada lubang telinga klien, klien dapat mendengarkan dengan baik saat diajak bicara. Keadaan bibir klien tampak lembab, gusi klien merah muda dan gigi klien tampak kuning dan kurang bersih, lidah tampak bersih dan tidak ditemukan kelainan pada orofaring. Posisi tracea normal dibagian medial, tidak ditemukan adanya pembengkakn tyroid, suara klien normal, tidak ditemukan pembengkakan pada kelenjar limfe dan vena jugularis, denyut nadi teraba.Kulit klien dalam keadaan kurang bersih, suhu tubuh klien dalam keadaan normal, kulit klien berwarna kunig langsat dan turgor kulit normal, kembali dalam <2 detik, kulit tampak kering dan tidak ditemukan kelainan pada kulit.

9. Pola Kebiasaan Sehari-hari

Frekuensi makan klien 3 kali sehari, selama dirawat nafsu makan klien tampak berkurang, tidak ditemukan nyeri ulu hati dan alergi terhadap makanan pada diri klien, klien tidak merasakan mual dan muntah saat makan.Klien makan dengan 1 porsi jenisnya ada nasi, lauk, dan sayur.terkadang ditambah dengan sepotong buah. Klien makan pagi, siang

(35)

dan sore. Klien tidak mengalami kesulitan mengunyah dan menelan makanan. Kebersihan tubuh klien cukup baik, dan klien mandi sebanyak 2 sampai 3 kali sehari, gigi dan mulut klien saat ini tampak bersih. Kuku tangan dan kaki klien tampak pendek dan rapi.Mandi dan makan dilakukan klien secara mandiri, BAB dan BAK dilakukan secara mandiri tanpa bantuan perawat atau orang lain, klien mandi 2 kali sehari, ganti pakaian dilakukan secara mandiri dan klien tampak lemas tidak bersemangat untuk melakukan aktivitas didalam ruangan. Klien BAB sebanyak 1 sampai 2 kali sehari, karakter feses lembek dan tidak ada kelainan, klien BAB terakhir kali sehari yang lalu, klien tidak mengalami diare dan tidak menggunakan obat laksatif. Klien BAK sebanyak 6-8 kali sehari, klien tidak mersakan nyeri atau kesulitan saat BAK.Klien juga tidak meiliki riwayat peyakit ginjal.Klien tidak sedang menggunakan obat diuretik. Mekanisme koping yang didapat saat melakukan pengkajian pada klien Adaptif : klien mau berbicara dengan perawat tapi kurang berinteraksi dengan teman satu ruangannya. Maladaptif : selama melakukan wawancara respon klien lambat dikarenakan klien masih mengalami halusinasi dan tampak lemas karnakurang tidur.

(36)

2. Analisa Data

No Data Penyebab Masalah Keperawatan

1 DS :

Klien mengatakan sering sulit tidur pada malam hari karena mendengar suara-suara yang

menyuruhnya keluar dari Rumah Sakit Jiwa DO :

- Klien tampak lemas - Terlihat lingkaran hitam di bawah mata

-Klien tampak malas- malasan

- Klien sering menguap saat di wawancarai di siang hari

Gangguan Persepsi Sensori

Halusinasi

Ansietas

Ketakutan

Insomnia

Insomnia

2. DS :

Klien mengatakan sering mengantuk di siang hari, sulit berkonsentrasi, dan merasa sangat letih dan pusing.

DO :

- Klien tampak menguap

- Klien tampak lesu - Reaksi lambat

Gangguan persepsi sensori

Halusinasi:

Penglihatan

Teror tidur

Ansietas

Ansietas

3. DS :

Klien mengatakan ada yang menyuruhnya untuk pergi dari Rumah Sakit Jiwa, lalu ada suara orang dia kenal memanggil namanya.

DO :

- klien tampak sering menyendiri

-klien sering murung dan melamun

- klien tampak lemas -klien sering menguap

Stres psikologis

Perubahan penerimaan sensori

Halusinasi

Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi

Pendengaran

Gangguan persepsi sensori : Halusinasi

Pendengaran

(37)

3. Masalah Keperawatan Insomnia

Ansietas

Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi Pendengaran Diagnosa Keperawatan (Prioritas)

1. Insomnia berhubungan dengan Halusinasi Pendengaran ditandai dengan klien mengatakan sering sulit tidur pada malam hari karena mendengar suara-suara yang menyuruhnya keluar dari Rumah Sakit Jiwa dan klien tampak lemas, terlihat lingkaran hitam di bawah mata, klien tampak malas-malasan, klien juga sering menguap saat di wawancarai di siang hari.

2. Ansietas berhubungan dengan Halusinasi Penglihatan ditandai dengan Klien mengatakan terbangun pada malam hari dan melihat ada yang mencoba membuka pintu kamar rawatan di Rumah Sakit Jiwa dan klien merasa takut, klien tampak tampak letih, klien tampak lesu, reaksi klien lambat,dan klien tampak gelisah

3. Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi Pendengaran berhubungan dengan stress psikologis ditandai dengan klien mengatakan ada yang menyuruhnya untuk pergi dari Rumah Sakit Jiwa, lalu ada suara orang dia kenal memanggil namanya, klien tampak sering menyendiri, klien sering murung dan melamun, klien tampak lemas, dan klien sering menguap.

(38)

4. Perencanaan Keperawatan dan Rasional Hari/

Tanggal

No. Dx Perencanaan Tindakan

18 Mei 2016

1. Insomnia Tujuan dan Kriteria Hasil :

Pasien memperlihatkan tidur, yang dibuktikan dengan skala 3 pada indikator :

1. Jumlah jam tidur (sedikitnya 5 jam per 24 jam sehari)

2. Pola, kualitas dan rutinitas tidur 3. Perasaan segar setelah tidur 4. Terbangun di waktu yang sesuai

Rencana Tindakan Rasional

Nic : Peningkatan Tidur 1. Tentukan efek samping

pengobatan terhadap pola tidur pasien.

2. Bantu pasien untuk

mengidentifikasi faktor-faktor yang menyebabkan kurang tidur, seperti ketakutan.

3. Anjurkan klien untuk mandi dengan air hangat di sore hari 4. Fasilitasi untuk mempertahankan

rutinitas waktu tidur pasien, persiapan sebelum tidur, dan benda yang familier seperti buku bacaan

5. Bantu pasien untuk membatasi tidur di siang hari dengan memberikan aktivitas yang

1. Banyak obat-obatan yang justru mempengaruhi tidur klien.

2. Ketakutan merupakan hal yang memicu klien untuk tidak tidur.

3. Untuk menyeimbangkan suhu tubuh dan suhu ruangan dan menjadikan klien lebih rileks dan tenang.

4. Buku bacaan merupakan persiapan tidur yang cukup efektif.

5. Tidur di siang hari justru menjadikan klien sulit tidur di malam hari.

(39)

membuat pasien terjaga 6. Berikan tindakan kenyamanan

seperti masase, pengaturan posisi.

6. Memberikan kenyamanan

mempermudah klien mencapai kualitas tidur yang baik.

Hari/

Tanggal

No. Dx Perencanaan Tindakan

19 Mei 2016

Ansietas Tujuan dan Kriteria Hasil : NOC :

1. Ansietas berkurang, klien menunjukkan Pengendalian-Diri Terhadap Ansietas, yan dibuktikan dengan skala 3 pada indikator : - Merencanakan strategi koping untuk

situasi penuh tekanan

- Mempertahankan perfoma peran - Memantau distorsi persepsi sensori

- Memantau perilaku manifetasi perilaku ansietas

- Menggunakan teknik relakasasi untuk meredakan ansietas

Rencana Tindakan Rasional

1. Beri dorongan kepada pasien untuk mengungkapkan secara verbal pikiran dan perasaan untuk mengeksternalisasikan ansietas.

2. Sediakan pengalihan melalui televise, radio, permainan, dan buku bacaan untuk menurunkan ansietas dan memperluas focus.

1. Dengan demikian klien dapat mengenal ansietas yang dialaminya

2. Untuk mengurangi ansietas dan memperluas fokus.

(40)

3. Berikan penguatan positif ketika pasien mampu meneruskan aktivitas sehari-hari dan aktivitas lainnya meskipun mengalami ansietas

4. Yakinkan kembali pasien melalui sentuhan, dan sikap empatik secara verbal dan non verbal secara bergantian

5. Kurangi rangsangan yang berlebihan dengan menyediakan lingkungan yang tenang

6. Bantu klien mengidentifikasi situasi yang mencetuskan ansietas.

3. Agar klien mampu mengalihakn dan mengurangi ansietas.

4. Empati memeberikan rasa aman dan mengurangi ketakutan klien

5. Lingkungan yang tenang membantu klien untuk relaksasi

6. Mengidentifikasi hal yang mencetuskan ansietas dapat menurunkan ansietas

Hari/

Tanggal

No. Dx Perencanaan Tindakan

20 Mei 2016

1. Gangguan

Persepsi Sensori : Halusinasi

Pendengaran

Tujuan dan Kriteria Hasil :

1. Klien menunjukkan status neurologis : Fungsi Motorik Sensorik/kranial, yang di buktikan dengan skla 3 pada indikator : - Pendengaran, sensasi wajah, gerakna

otot wajah, gerakan terarah

2. Klien menunjukkan orientasi kognitif, dibuktikan oleh indikator dengan skala 3, yaitu :

- Mengidentifikasi diri, orang terdekat, tempat saat ini, hari, bulan, tahun, dan musim yang benar

(41)

Rencana Tindakan Rasional 1. Kaji lingkungan terhadap kemungkinan

bahaya terhadap keamanan.

2. Pantau tingkat kesadaran pasien 3. Identifikasi faktor yang menimbulkan

gangguan persepsi sensori

4. Kurangi jumlah stimulus untuk mencapai input sensori yang sesuai (misalnya, lampu yang redup, batasi pengunjung, dan

sediakan waktu istirahat pasien)

5. Orientasikan pada orang, tempat, waktu, dan situasi dalam setiap interaksi.

6. Peningkatan Komunikasi (NIC) :

7. Beri satu arahan yang sederhana dalam satu waktu

8. Tinggikan volume suara jika perlu 9. Tarik perhatian pasien melalui sentuhan

1. Keamanan lingkungan dapat mengurangi stimulus

gangguan persepsi 2. Untuk memudahkan

memberikan intervensi.

3. Untuk mengetahui factor pencetus halusinasi 4. Melakukan pengkajian

dengan kondisi yang kondusif

5. Mengetahui sejauh mana kondisi neurologis dan orientasi kognitif klien 6. Peningkatan komunikasi

yang baik antar perawat dank lien dapat memudahkan melakukan intervensi.

(42)

5. Pelaksanaan Keperawatan

Hari/Tanggal No. Dx Implementasi Keperawatan

Evaluasi (SOAP) Rabu, 18 Mei

2016

Insomnia 1. Menentukan efek samping pengobatan terhadap pola tidur pasien.

2. Membantu pasien untuk

mengidentifikasi faktor-faktor yang menyebabkan kurang tidur, seperti

ketakutan.

3. Menganjurkan klien untuk mandi dengan air hangat di sore hari.

4. Membantu pasien untuk membatasi tidur di siang hari dengan memberikan aktivitas yang membuat pasien terjaga.

S :

Klien mengatakan sudah mulai bisa tidur dengan tenang diatas pukul 22;00 malam, klien masih mengeluh mengantuk pada siang hari.

O :

Klien masih tampak lemas

Terdapat lingkaran hitam di bawah mata klien

Klien menguap saat di wawancarai di siang hari.

A :

Masalah sebagian teratasi

P :

Intervensi dilanjutkan

Kamis, 19 Mei 2016

Ansietas 1. Memberi dorongan kepada pasien untuk mengungkapkan secara verbal pikiran dan perasaan untuk mengeksternalisasika

S :

Klien mengatakan masih merasa gelisah dan cemas saat akan tidur di malam hari. Di siang hari klien mulai

(43)

n ansietas.

2. Menyediakan pengalihan melalui televisi, radio, permainan, dan buku bacaan untuk

menurunkan ansietas dan memperluas fokus.

3. Memberikan penguatan positif ketika pasien mampu meneruskan aktivitas sehari-hari dan aktivitas lainnya meskipun mengalami ansietas.

4. Membantu klien mengidentifikasi situasi yang mencetuskan ansietas.

mengalihkan

kecemasan dengan melakukan aktivitas di ruangan.

O :

Klien tampak letih

Klien tampak lesu

Reaksi klien lambat Klien tampak gelisah A :

Masalah teratasi sebagian.

P :

Intervensi dilanjutkan

Jum’at 20 Mei 2016

Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi Pendengaran

1. Mengkaji lingkungan terhadap

kemungkinan bahaya terhadap keamanan.

2. Memantau tingkat kesadaran pasien.

3. Mengidentifikasi faktor yang menimbulkan gangguan persepsi

S :

Klien mengatakan masih sesekali

mendengar suara-suara yang menyuruhnya keluar dari Rumah Sakit Jiwa. Klien merasa terganggu dengan suara-suara tersebut

(44)

sensori.

4. Mengurangi jumlah stimulus untuk mencapai input sensori yang sesuai (misalnya, lampu yang redup, batasi pengunjung, dan sediakan waktu istirahat pasien) 5. Mengorientasikan

pada orang, tempat, waktu, dan situasi dalam setiap interaksi.

6. Meningkatkan Komunikasi (NIC) : 7. Memberi satu arahan

yang sederhana dalam satu waktu.

8. Menarik perhatian pasien melalui sentuhan

O :

Klien tampak sering

menyendiri Klien sering murung dan melamun.

Klien tampak lemas.

Klien sering menguap.

A :

Klien sudah mengetahui realita bahwa suara yang didengarnya tidak nyata. Pengkajian dilanjutkan P :

Intervensi dilanjutkan

(45)

BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

Setelah melakukan asuhan keperawatan kepada Ny. A dengan Prioritas Maslah Kebutuhan Istirahat dan Tidur maka penulis menarik kesimpulan sebagai berikut :

A. Kesimpulan

1. Pada pengkajian tahap awal dari proses keperawatan ditemukan data yang menjadifokus dalam kebutuhan istirahat tidur yaitu klien mengalami kesulitan tidur di malam hari, klien mendengar suara- suara yang menyuruhnya keluar dari Rumah Sakit Jiwa, hal itu membuat klien mengalami ketakutan dan kegelisahan dalam tidur, klien tampak lesu dan lemah, TD : 110/80 mmHg, suhu tubuh 37°C, nadi 84x/menit, pernafasan 22x/menit, klien juga pernah terbangun dari tidurnya ditengah malam dan mengatakan melihat ada orang yang mencoba masuk keruang tidurnya. Klien merasa takut dan cemas.

2. Setiap masalah keperawatan yang ditemukan pada Ny.A dibuat suatu perencanaan untuk memecahkan masalah yang disusun sesuai dengan perencanaan dan prioritas masalah serta dengan sarana dan fasilitas yang tersedia dirumah sakit.

3. Implementasi yang dilakukan penulis pada Ny.A sesuai dengan rencana tindakan yang sudah disusun sebelumnya dan disesuaikan sarana fasilitas yang ada dirumah sakit.

(46)

B. Saran

Setelah membahas dan memperlihatkan masalah-masalah yang dihadapi didalam perawatan pasien dengan masalah kebutuhan Istirahat dan Tidur, maka penulis dapat memberikan saran sebagai berikut :

1. Bagi Pendidikan Keperawatan

Diharapkan kepada pihak institusi pendidikan agar dapat menyediakan dan menambah refrensi terbaru, terutama mengenai buku-buku keperawatan jiwa untuk memberikan asuhan keperawatan dengan masalah Istirahat dan Tidur.

2. Bagi Pelayanan/Praktek Keperawatan di Rumah Sakit Jiwa

Agar peran perawat lebih mengoptimalkan dalam memberikan pelayanan terhadap kebutuhan dasar istirahat dan tidur sehingga dapat mencegah masalah kebutuhan dasar istirahat dan tidur yang lebih buruk.

3. Bagi Penulis

Diharapkan kepada penulis untuk selalu belajar dan memperbaiki setiap kesalahan guna memperluas ilmu pengetahuan.

(47)

DAFTAR PUSTAKA

Alimul, Aziz H, (2006). Kebutuhan Dasar Manusia, Edisi 2 Jakarta: Selemba Medika.

Potter & Perry. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses, dan Buku Kedokteran, Edisi 4, Jakarta:EGC

Wilkinson, Judith M (2012). Buku Saku Diagnosa Keperawatan dengan Intervensi NIC dan Kriteria Hasil NOC: Edisi 9, Jakarta: EGC

Videbeck, Sheila L (2008). Buku Ajar Keperawatan Jiwa, Jakarta: EGC Durand, Mark V (2007). Intisari Psikologi Abnormal Edisi Ke 4, Yogyakarta:

Pustaka Belajar

Riyadi Sujono ; Teguh Purwanto (2009). Asuhan Keperawatan Jiwa,Yogyakarta:

Graha Ilmu

Asmadi (2008).Konsep dan Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien,Jakarta: Salemba Medika.

(48)

LAMPIRAN

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN FAKULTAS KEPERAWATAN USU

FORMAT PENGKAJIAN PASIEN DI RUMAH SAKIT

I. BIODATA

IDENTITAS PASIEN

Nama : Ny. A

Jenis Kelamin : Perempuan

Umur : 43 Tahun

Status Perkawinan : Cerai Mati

Agama : Islam

Pendidikan : SMP

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Alamat : Dusun I Desa Manggis Kec. Serba jadi Kab. Serdang Bedagai

Tanggal Masuk RS : 16 April 2016 No. Register : 02.52.99 Ruangan/kamar : Mawar Golongan darah : -

Tanggal Pengkajian : 19 Mei 2016 Tanggal Operasi : -

Diagnosa Medis : Skizofrenia Paranoid & Gang. Afektif Bipolar

(49)

II. KELUHAN UTAMA :

Klien mengeluh sering sulit tidur pada malam hari karna mendengar suara-suara yang menyuruhnya keluar dari rumah sakit.Klien sering menjerit-jerit, bicara sendiri, marah-marah, menangis dan mondar mandir.

III. RIWAYAT KESEHATAN SEKARANG A. Provocative/palliative

1. Apa penyebabnya

Klien mengeluh setiap malam susah tidur karna ada suara seperti menyuruh keluar dari ruangan, menyuruh memukul tetangga saat dirumah.

2. Hal-hal yang memperbaiki keadaan

Untuk memperbaiki keadaan klien sering menyendiri dan menjerit mengusir suara agar tidak terdengar lagi dan mengalihkannya dengan menutup kepala dengan bantal untuk mengedapkan suara.

B. Quantity/ quality 1. Bagaimana dirasakan

Klien merasa lebih tenang setelah dirawat di rumah sakit jiwa.Klien merasa suara-suara itu masih datang walau hanya kadang-kadang.

2. Bagaimana dilihat

Klien terlihat kooperatif, mudah diajak bicara, lebih tenang dan sering tersenyum saat bercerita.

C. Severity

Klien merasa terganggu dengan keadaan sekarang.

D. Time

Sampai saat ini klien masih mengalami kondisi itu.

(50)

IV. RIWAYAT KESEHATAN MASA LALU A. Penyakit yang pernah dialami

± selama 1 tahun klien mengalami gangguan jiwa dan telah dibawa berulang ke rumah sakit jiwa. Seminggu yang lalu klien mengalami demam tinggi dan flu.

B. Pengobatan/tindakan yang dilakukan

Klien dirawat dengan baik dan diberi pengobatan selama di rumah sakit jiwa sampai saat ini.

C. Pernah dirawat/ dioperasi

Klien sampai saat ini dirawat di rumah dengan diagnosa medis Skizofrenia Paranoid. & Gangguan Afektif Bipolar

D. Lama dirawat

Klien sudah dirawat di rumah sakit jiwa sekitar sebulan yang lalu.

E. Alergi

Klien tidak pernah mempunyai riwayat alergi.

F. Imunisasi

Klien mengatakan mendapat imunisasi lengkap.

V. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA A. Orang tua

Kedua orangtua klien tidak pernah mengalami gangguan jiwa seperti yang dialami klien, tapi ayah klien memiliki riwayat penyakit jantung.

B. Saudara Kandung

Klien adalah anak ke 3 dari 5 bersaudara, dan saudara kandung klien tidak pernah mengalami gangguan seperti yang dialami klien.

C. Penyakit Keturunan yang ada

Tidak ada penyakit keturunan dalam keluarga klien.

D. Anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa

Tidak ada anggota keluarga klien yang mengalami gangguan jiwa.

(51)

E. Anggota keluarga yang meninggal

Klien memiliki 5 orang anak dari hasil perkawinannya dengan Alm.Suaminya, dan 2 orang anaknya meninggal dan juga suaminya.Jadi ada 3 anggota keluarga klien yang meninggal.

F. Penyebab meninggal

Suami klien meninggal karna penyakit komplikasi seperti paru- paru dan jantung. Dan 2 anak klien meninggal di usia balita karna penyakit yang tidak diketahui.

VI. RIWAYAT KEADAAN PSIKOSOSIAL A. Persepsi pasien tentang penyakitnya

Klien menyadari penyakit jiwa yang dialaminya dan ingin segera sembuh dan pulang kerumah berkumpul bersama anak-anaknya.

B. Konsep Diri :

- Gambaran diri : klien menyukai seluruh bentuk tubuhnya dan tidak ada yang istimewa.

- Ideal diri : klien ingin sembuh dan pulang berkumpul dengan anak-anak.

- Harga diri : klien merasa kurang dihargai dikeluarga karna penyakitnya.

- Peran diri : klien berperan sebagai ibu didalam keluarga.

- Identitas : klien sudah menikah dan sekarang mempunyai 3 orang anak.

C. Keadaan Emosi

Emosi klien tidak terlihat dan cukup terkontrol saat diajak berbicara.

D. Hubungan sosial

- Orang yang berarti : anak kandung

- Hubungan dengan keluarga :klien mengatakan dekat dengan keluarganya dan dia sangat menyayangi ketiga anaknya.

(52)

- Hubungan dengan orang lain : klien mengatakan sempat sangat dekat dengan tetangga nya dan orang sekitar, tetapi karna ada suatu kejadian, hal itu membuat klien tidak ingin menjalin komunikasi dalam bentuk apapun dengan tetangga.

- Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain : karna klien pernah bertengkar dengan tetangga dan klien merasa tidak perlu dekat lagi dengan tetangga.

E. Spiritual

- Nilai dan keyakinan : klien menganut agama islam dan dan yakin sepenuhnya dengan islam.

- Kegiatan ibadah : selama dirawat di rumah sakit jiwa klien tidak pernah melakukan ibadah seperti sholat.

VII. STATUS MENTAL

- Tingkat kesadaran : klien sadar penuh (compos mentis) tapi terlihat lemah dan letih.

- Penampilan : klien terlihat rapi dan mampu memilih pakaian yang serasi.

- Pembicaraan : saat dilakukan pengkajian klien terlihat lambat menjawab setiap pertanyaan.

- Alam perasaan : klien tampak lemah namun tetap dalam suasana hati yang baik, klien mengatakan jika diajak berbicara dia merasa lebih tenang.

- Afek : afek klien datar

- Interaksi selama wawancara : selama dilakukan wawancara klien tampak kooperatif, interaksi berjalan dengan baik, klien sering tersenyum dan kontak mata dengan perawat baik.

- Persepsi : klien mengalami gangguan persepsi pendengaran karna sering mendengar suara-suara yang memerintahnya tapi tidak ada wujudnya.

Referensi

Dokumen terkait

height — secured in a wooden frame — during a 5-min period. Immediately after being tested for straw consumption, lambs in Group 1 were given intraruminal infusions of a

Setelah pengukuran awal, aset keuangan AFS diukur dengan nilai wajar dengan keuntungan atau kerugian yang timbul dari perubahan nilai wajar diakui pada pendapatan komprehensif

Unofficial and preliminary rice exports (excluding premium white and fragrant rice) for September 4-10, 2017, totaled 185,583 metric tons, down 2,220 metric tons from the previous

The purpose of this paper is not to review the literature to evaluate the effectiveness of different treatments of reproductive disorders or methods used in pharmaceutical control

1) Kurikulum SMA/MA Kelas X terdiri atas 16 mata pelajaran, muatan lokal, dan pengembangan diri seperti tertera pada Tabel 4. Muatan lokal merupakan kegiatan kurikuler

[r]

Mahasiswa mampu memahami prosedur instalasi dan pengaturan Orcale Express 10g hingga pembuatan database sederhana..

measurement of financial instruments, except for financial instruments at fair value through profit and loss (FVPL), includes transaction costs. Biaya transaksi