PENILAIAN NELAYAN TERHADAP PROGRAM
PENGEMBANGAN PERIKANAN TANGKAP KHUSUSNYA
PEMBERIAN BANTUAN ALAT TANGKAP IKAN
(Kasus: Kecamatan Teluk Mengkudu Kabupaten Serdang Bedagai)SKRIPSI
OLEH: TUMPAK MANIK
080309034 PKP
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
PENILAIAN NELAYAN TERHADAP PROGRAM
PENGEMBANGAN PERIKANAN TANGKAP KHUSUSNYA
PEMBERIAN BANTUAN ALAT TANGKAP IKAN
(Kasus: Kecamatan Teluk Mengkudu Kabupaten Serdang Bedagai)SKRIPSI
OLEH: TUMPAK MANIK
080309034 PKP
Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat untuk Dapat Memperoleh Gelar Sarjana di Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian,
Universitas Sumatera Utara, Medan
Disetujui Oleh:
Ketua Komisi Pembimbing Anggota Komisi Pembimbing
(Prof. Dr. Ir. Meneth Ginting, MADE) (Ir. Sinar Indra Kusuma, M.Si) NIP : 130231560 NIP :196509261993031002
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
RINGKASAN
TUMPAK MANIK (080309034) dengan judul skripsi “PENILAIAN NELAYAN TERHADAP PROGRAM PENGEMBANGAN PERIKANAN TANGKAP KHUSUSNYA PEMBERIAN BANTUAN ALAT TANGKAP IKAN (Studi Kasus: Kecamatan Teluk Mengkudu, Kabupaten Serdang Bedagai)” yang dilakukan pada Bulan Januari s.d.April 2013 dan dibimbing oleh Bapak Prof. Dr. Ir. Meneth Ginting, MADE dan Bapak Ir. Sinar Indra Kesuma, M.Si.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perkembangan program pengembangan perikanan tangkap, mengetahui sikap nelayan terhadap program, mengetahui hubungan karakteristik sosial ekonomi nelayan dengan sikap nelayan, mengetahui pengaruh karakteristik sosial ekonomi terhadap siakp nelayan dan mengetahui hambatan-hambatan yang dihadapi pelaksana program. Daerah penelitian ditentukan secara sengaja (purposive) berdasarkan pertimbangan tertentu. Penarikan sampel dilakukan dengan Metode Simple Random Sampling, yaitu sampel diambil secara acak sejumlah 60 orang dari 2019 jumlah populasi. Metode analisis yang digunakan adalah Analisis Deskriptif, Analisis Korelasi Rank Spearman dan Analisis Regresi Linear Berganda.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa program pengembangan perikanan tangkap tidak mengalami peningkatan dari tahun 2011 sampai tahun 2012 ditinjau dari segi jumlah pelaksana dan jumlah anggota, ditinjau dari segi jumlah penerima bantuan, program mengalami penurunan sebanyak 7 kelompok atau sebesar 20,59% dari jumlah penerima pada tahun 2011 sebanyak 34 kelompok. 43,33% dari jumlah sampel bersikap positif, selebihnya 56,67% dari jumlah sampel bersikap negatif terhadap program pengembangan perikanan tangkap. Karakteristik sosial ekonomi nelayan tidak memiliki hubungan yang nyata dengan sikap nelayan. Secara serempak dan secara parsial, karakteristik sosial ekonomi nelayan tidak berpengaruh nyata terhadap sikap nelayan. Hambatan yang dihadapi pelaksana program adalah kurangnya kesadaran nelayan akan pentingnya kelompok nelayan, kurangnya kepedulian dan rasa ingin tahu nelayan serta banyaknya kelompok-kelompok baru ketika ada bantuan.
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Barisan Mesin pada tanggal 15 Juni 1990 dari
ayahnda Sabar Manik dan ibunda Ramaindah Hasugian. Penulis merupakan anak
ke 3 (tiga) dari 6 (enam) bersaudara.
Pendidikan yang pernah ditempuh penulis adalah sebagai berikut.
1. Tahun 1996 masuk Sekolah Dasar di SD Negeri 033920 Rantebesi dan tamat
tahun 2002.
2. Tahun 2002 masuk Sekolah Menengah Pertama di SMP Negeri 3 Sidikalang
dan tamat tahun 2005.
3. Tahun 2005 masuk Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri 1 Sidikalang dan
tamat tahun 2008.
4. Tahun 2008 diterima di Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian,
Sumatera Utara, melalui jalur Ujian Masuk Bersama (UMB).
5. Bulan Juli 2012 melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Bagan
Asahan Pekan, Kecamatan Tanjung Balai, Kabupaten Asahan.
6. Bulan Januari s.d. Mei 2013 melakukan penelitian di Kecamatan Teluk
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Adapun judul dari skripsi ini adalah “PENILAIAN NELAYAN TERHADAP PROGRAM PENGEMBANGAN PERIKANAN TANGKAP KHUSUSNYA PEMBERIAN BANTUAN ALAT TANGKAP IKAN (Studi Kasus: Kecamatan Teluk Mengkudu, Kabupaten Serdang Bedagai)”.
Penyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari bimbingan, dukungan, dan
bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Meneth Ginting, MADE sebagai ketua komisi
pembimbing.
2. Bapak Ir. Sinar Indra Kesuma, M,Si sebagai anggota komisi pembimbing.
3. Ibu Dr. Ir. Salmiah M.S. selaku Ketua Program Studi Agribisnis FP USU dan
Dr. Ir. Satia Negara Lubis, M.Ec. selaku Sekretaris Program Studi Agribisnis
FP USU.
4. Seluruh staf pengajar dan pegawai di Program Studi Agribisnis khususnya dan
di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara pada umumnya.
5. Ayahanda dan ibunda tercinta Sabar Manik dan Ramaindah Hasugian yang
telah menjadi sumber motivasi serta memberi dukungan dan do’a bagi penulis
dalam menyelesaikan pendidikan di Universitas Sumatera Utara.
6. Saudara-saudara yang kusayang Inda Yoseva, Samaydar, Hejli Sandi, Mulya
7. Para responden yang telah memberikan waktu dan kesediaan diri dalam
membantu penulis selama melakukan penelitian.
8. Rekan-rekan seperjuangan di Program Studi Agribisnis, Arif Maulana, Deni
Kurniawan, Amiruddin Panjaitan, M. Rullyanda Azmi, Rofiqoh Ahmad,
Silvira, Ameriyani, Azni Uno Chank, Farwah Inal Abdi, Mila Zulfa, dan Rizki
Ramadhani serta Kiki Fasilia Siregar.
9. Segenap pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah
memberikan bantuan dan dukungan selama penulis menempuh pendidikan dan
menyusun skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi
kesempurnaan skripsi ini.
Akhirnya penulis ucapkan terima kasih dan berharap semoga skripsi ini
bermanfaat bagi semua pihak yang bersangkutan.
Medan, Juni 2013
DAFTAR ISI
RINGKASAN ... i
RIWAYAT HIDUP ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR GAMBAR ... viii
DAFTAR LAMPIRAN ... ix
PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1
Identifikasi Masalah ... 6
Tujuan Penelitian ... 6
Kegunaan Penelitian ... 7
TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN Tinjauan Pustaka ... 8
Landasan Teori ... 11
Sikap ... 11
Skala Likert ... 13
Karakteristik Sosial Ekonomi ... 15
Kerangka Pemikiran ... 17
Hipotesis Penelitian ... 19
METODE PENELITIAN Metode Penentuan Daerah Penelitian ... 20
Metode Pengambilan Sampel ... 20
Metode Pengumpulan Data ... 21
Metode Analisis Data ... 21
Definisi dan Batasan Operasional ... 31
Definisi ... 27
Batasan Operasional ... 28
DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN Luas dan Letak Geografis Kecamatan Teluk Mengkudu ... 29
Penduduk dan Tenaga Kerja ... 30
HASIL DAN PEMBAHASAN
Perkembangan Program Perikanan Tangkap di Kecamatan Teluk
Mengkudu, Kabupaten Serdang Bedagai ... 37
Sikap Nelayan Terhadap Program Pengembangan Perikanan Tangkap .... 39
Hubungan Karakteristik Sosial Ekonomi Nelayan Dengan Sikap Nelayan Terhadap Program Pengembangan Perikanan Tangkap ... 43
Pengaruh Karakteristik Sosial Ekonomi Nelayan Terhadap Sikap Nelayan ... 48
Hambatan-Hambatan yang Dihadapi Oleh Pelaksana Program... 54
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 56
Saran ... 57
Saran Kepada Nelayan ... 57
Saran Kepada Pemerintah ... 58
Saran Kepada Peneliti Selanjutnya ... 59
DAFTAR TABEL
No. Judul Hal.
1. Luas Areal Budidaya Perikanan Menurut Kecamatan, 2010... 3
2. Pengelompokan Variabel ... 22
3. Luas Wilayah, Jumlah Penduduk, Jenis Kelamin, Rasio Jenis Kelamin dan Kepadatan Penduduk per km2 di Kecamatan Teluk Mengkudu
Tahun 2011 ... 31
4. Banyaknya Penduduk Menurut Agama Dirinci per Desa Tahun 2011 ... 31
5. Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur Tahun 2011 ... 33
6. Perkiraan Mata Pencaharian Kepala Rumah Tangga Dirinci Tiap Desa
Tahun 2011 ... 34
7. Karakteristik Sosial Ekonomi Nelayan yang Belum Pernah Mendapatkan Bantuan Alat Tangkap Ikan ... 35
8. Karakteristik Sosial Ekonomi Nelayan yang Pernah Mendapatkan
Bantuan Alat Tangkap Ikan ... 35
9. Perkembangan Program Pengembangan Perikanan Tangkap di
Kecamatan Teluk Mengkudu, Kabupaten Serdang Bedagai ... 38
10. Sikap Nelayan yang Belum Pernah Mendapatkan Bantuan Alat Tangkap Ikan Terhadap Program Pengembangan Perikanan Tangkap ... 40
11. Sikap Nelayan yang Pernah Mendapatkan Bantuan Alat Tangkap Ikan
Terhadap Program Pengembangan Perikanan Tangkap ... 41
12. Nilai Hubungan Korelasi menurut Guilford ... 43
13. Analisis Korelasi Rank Spearman Karakteristik Sosial Ekonomi Nelayan Yang Belum Pernah Mendapatkan Bantuan Alat Tangkap Ikan ... 44
14. Analisis Korelasi Rank Spearman Karakteristik Sosial Ekonomi Nelayan Yang Pernah Mendapatkan Bantuan Alat Tangkap Ikan ... 46
Ikan Dengan Sikap Nelayan ... 48
16. Pengaruh Karakteristik Sosial Ekonomi Nelayan yang Belum Pernah
Mendapatkan Bantuan Alat Tangkap Ikan Terhadap Sikap Nelauan ... 49
17. Pengaruh Karakteristik Sosial Ekonomi Nelayan yang Pernah
DAFTAR GAMBAR
No. Judul Hal.
DAFTAR LAMPIRAN
No. Judul
1. Program Pengembangan Perikanan Tangkap Kabupaten Serdang Bedagai
2. Kegiatan Perikanan Tangkap Tahun 2011 ...
3. Kegiatan Bidang Tangkap Perikanan dan Kelautan 2012 ...
4. Jenis dan Frekuensi Pelaksanaan Program Pengembangan Perikanan Tangkap di Kabupaten Serdang Bedagai ...
5. Karakteristik Sosial Ekonomi Nelayan yang Belum Pernah Mendapatkan Bantuan Alat Tangkap Ikan ...
6. Karakteristik Sosial Ekonomi Nelayan yang Pernah Mendapatkan Bantuan Alat Tangkap Ikan ...
7. Jawaban Nelayan Sampel yang Belum Pernah Mendapatkan Bantuan Alat Tangkap Ikan Terhadap Pernyataan Sikap ...
8. Total Nilai Jawaban Sampel yang Belum Pernah Mendapatkan Bantuan Alat Tangkap Ikan Terhadap Pernyataan Sikap ...
9. Jawaban Nelayan Sampel yang Pernah Mendapatkan Bantuan Alat Tangkap Ikan Terhadap Pernyataan Sikap ...
10. Total Nilai Jawaban Nelayan Sampel yang Pernah Mendapatkan Bantuan Alat Tangkap Ikan Terhadap Pernyataan Sikap ...
11. Skor Sikap Nelayan yang Belum Pernah Mendapatkan Bantuan Alat Tangkap Ikan dan Interpretasinya ...
12. Skor Sikap Nelayan yang Pernah Mendapatkan Bantuan Alat Tangkap Ikan ...
13. Hubungan Umur Nelayan yang Belum Pernah Mendapatkan Bantuan Alat Tangkap Ikan Dengan Sikap ...
14. Hubungan Tingkat Pendidikan Nelayan yang Belum Pernah Mendapatkan Bantuan Alat Tangkap Ikan Dengan Sikap ...
16. Hubungan Jumlah Tanggungan Nelayan yang Belum Pernah Mendapatkan Bantuan Alat Tangkap Ikan Dengan Sikap ...
17. Hubungan Pendapatan per Hari Nelayan yang Belum Pernah Mendapatkan Bantuan Alat Tangkap Ikan Dengan Sikap ...
18. Hubungan Umur Nelayan yang Pernah Mendapatkan Bantuan Alat Tangkap Ikan Dengan Sikap ...
19. Hubungan Tingkat Pendidikan Nelayan yang Pernah Mendapatkan Bantuan Alat Tangkap Ikan Dengan Sikap ...
20. Hubungan Pengalaman Melaut Nelayan yang Pernah Mendapatkan Bantuan Alat Tangkap Ikan Dengan Sikap ...
21. Hubungan Jumlah Tanggungan Nelayan yang Pernah Mendapatkan Bantuan Alat Tangkap Ikan Dengan Sikap ...
22. Hubungan Pendapatan per Hari Nelayan yang Pernah Mendapatkan Bantuan Alat Tangkap Ikan Dengan Sikap ...
23. Hasil Regresi Linear Berganda Pengaruh Umur, Tingkat Pendidikan, Pengalaman Melaut, Jumlah Tanggungan dan Jumlah Pendapatan per Hari Nelayan yang Belum Pernah Mendapatkan Bantuan Alat Tangkap Ikan Terhadap Sikap ...
RINGKASAN
TUMPAK MANIK (080309034) dengan judul skripsi “PENILAIAN NELAYAN TERHADAP PROGRAM PENGEMBANGAN PERIKANAN TANGKAP KHUSUSNYA PEMBERIAN BANTUAN ALAT TANGKAP IKAN (Studi Kasus: Kecamatan Teluk Mengkudu, Kabupaten Serdang Bedagai)” yang dilakukan pada Bulan Januari s.d.April 2013 dan dibimbing oleh Bapak Prof. Dr. Ir. Meneth Ginting, MADE dan Bapak Ir. Sinar Indra Kesuma, M.Si.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perkembangan program pengembangan perikanan tangkap, mengetahui sikap nelayan terhadap program, mengetahui hubungan karakteristik sosial ekonomi nelayan dengan sikap nelayan, mengetahui pengaruh karakteristik sosial ekonomi terhadap siakp nelayan dan mengetahui hambatan-hambatan yang dihadapi pelaksana program. Daerah penelitian ditentukan secara sengaja (purposive) berdasarkan pertimbangan tertentu. Penarikan sampel dilakukan dengan Metode Simple Random Sampling, yaitu sampel diambil secara acak sejumlah 60 orang dari 2019 jumlah populasi. Metode analisis yang digunakan adalah Analisis Deskriptif, Analisis Korelasi Rank Spearman dan Analisis Regresi Linear Berganda.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa program pengembangan perikanan tangkap tidak mengalami peningkatan dari tahun 2011 sampai tahun 2012 ditinjau dari segi jumlah pelaksana dan jumlah anggota, ditinjau dari segi jumlah penerima bantuan, program mengalami penurunan sebanyak 7 kelompok atau sebesar 20,59% dari jumlah penerima pada tahun 2011 sebanyak 34 kelompok. 43,33% dari jumlah sampel bersikap positif, selebihnya 56,67% dari jumlah sampel bersikap negatif terhadap program pengembangan perikanan tangkap. Karakteristik sosial ekonomi nelayan tidak memiliki hubungan yang nyata dengan sikap nelayan. Secara serempak dan secara parsial, karakteristik sosial ekonomi nelayan tidak berpengaruh nyata terhadap sikap nelayan. Hambatan yang dihadapi pelaksana program adalah kurangnya kesadaran nelayan akan pentingnya kelompok nelayan, kurangnya kepedulian dan rasa ingin tahu nelayan serta banyaknya kelompok-kelompok baru ketika ada bantuan.
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Indonesia merupakan negara maritim yang memiliki luas laut sebesar 5,8
juta kilometer persegi dan panjang pantai 81.000 kilometer, didalamnya
terkandung kekayaan laut yang sangat besar dan beraneka ragam.
Sayangnya potensi yang sedemikian besar tidak dimanfaatkan secara benar
selama beberapa dekade. Realitas memperlihatkan bahwa hingga saat ini belum
mampu dimanfaatkan secara optimal sehingga belum mampu memberi
sumbangan yang maksimal bagi kesejahteraan masyarakat Indonesia. Ironisnya
lagi, dibalik potensi kelautan yang begitu melimpah, justru komunitas nelayan
menderita kemiskinan. Bahkan komunitas nelayan selalu diidentikkan dengan
kemiskinan.
Secara moncolok dan tragis sebagian besar kehidupan masyarakat desa
pantai penuh dengan penderitaan, kemiskinan, kekurangan pangan dan
terabaikannya kesehatan serta tak jarang pula menimbulkan perselisihan di antara
sesama mereka dan bahkan sering mendapat perlakuan tidak adil yang ditandai
dengan semakin melebar dan tajamnya jurang antara kaya dan miskin. Padahal
menurut beberapa catatan dan penelitian yang dikemukakan oleh Saidin (2005)
menunjukkan bahwa potensi sumberdaya kelautan dan desa pantai Indonesia
seharusnya mampu memberi makan 200 juta penduduk Indonesia.
Oleh karena itu, sudah menjadi keharusan pengelolaan dan pengembangan
potensi perikanan dan kelautan di masa yang akan datang harus berpihak kepada
pendapatan mereka. Pemanfaatan sumberdaya perikanan harus dirancang secara
optimal dan berkelanjutan.
Wilayah pesisir pantai yang dihuni oleh nelayan merupakan konsentrasi
pemukiman nelayan yang masih sangat kecil, tersebar, dan lemah sebagai suatu
desa nelayan. Di antara desa-desa nelayan yang mempunyai potensi dan prospek
pengembangan yang cukup positif dapat dipilih sebagai pusat penangkapan dan
pengolahan ikan, yang akan dikembangkan pada masa depan untuk menjadi suatu
“kota pantai”. Maka kota pantai dapat diberi batasan yaitu sebagai kota yang
terletak di tepi pantai, yang berkembang karena kegiatan masyarakatnya yan
berbasis pada sumberdaya kemaritiman (Adisasmita, 2006).
Sumatera Utara, misalnya, mempunyai posisi yang cukup strategis dalam
pembangunan dan pengembangan perikanan di Indonesia. Sumatera utara
mempunyai daerah perairan yang cukup luas. Namun sampai tahun 2010,
kontribusi subsektor perikanan terhadap Produk Domestik Regional Bruto
(PDRB) Sumatera Utara berdasarkan harga berlaku pada tahun tersebut berada
pada angka 2,23 persen. Sedangkan berdasarkan harga konstan tahun 2000,
kontribusi subsektor perikanan memberikan kontribusi sebesar 2,45 persen atau
sedikit mengalami penurunan dari tahun sebelumnya yakni sebesar 0,03 persen.
Kabupaten Serdang Bedagai, salah satu kabupaten yang ada di Sumatera
Utara, merupakan sebuah kapubaten yang memiliki perairan yang cukup potensial
Tabel 1. Luas Areal Budidaya Perikanan dan Perairan Menurut Kecamatan,
Sumber : Badan Pusat Statisti Sumatera Utara Tahun 2010
Dari Tabel 1. Dapat dilihat bahwa potensi air payau terbesar berada di
Kecamatan Bandar Khalifah yakni sebesar 1.200 Ha atau sekitar 33,99 persen dari
total keseluruhan luas air payau. Sedangkan luas yang lebih produktif adalah
Kecamatan Teluk Mengkudu yang memiliki luas produktif sebesar 120 Ha atau
sekitar 0,34 persen dari total luas perairan air payau.
Untuk mendukung program Pembangunan Nasional dengan meningkatkan
pendapatan nelayan dan meningkatkan kontribusi subsektor perikanan terhadap
PDRB Sumatera Utara diperlukan pendampingan dan peran serta pemerintah
terhadap nelayan. Misalnya dengan memberikan bantuan-bantuan berupa alat
perikanan tangkap guna meningkatkan hasil tangkapan nelayan, sehingga
peningkatan jumlah pendapatan pun tercapai.
Berangkat dari hal tersebut, Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten
Serdang Bedagai menyusun rencana kerja berupa beberapa program yang
berkaitan dengan pengembangan perikanan tangkap dan pemberdayaan
masyarakat pesisir. Adapun program kegiatan Dinas Perikanan dan Kelautan
Kabupaten Serdang Bedagai untuk mengembangkan perikanan tangkap nelayan
adalah sebagai berikut.
1. Kegiatan Perikanan Tangkap Tahun 2011
- Pembangunan MCK
- Pengadaan mesin kapal kayu
- Pengadaan Rumpon
- Pengadaan Jaring Udang
- Pengadaan Jaring Kepiting
- Pengadaan Jaring Gill Net
- Pengadaan Jaring Gembung
- Pengadaan Millenium
- Pengadaan Motorisasi
- Pengadaan Echo Sounder
- Pengadaan Penangkaran Penyu
- Perlengkapan Peralatan Selam
- Perlengkapan Rumah Ikan
2. Rencana Kegiatan Perikanan Tangkap Tahun 2012
- Pengadaan Jaring Udang
- Pengadaan Jaring Kepiting
- Pengadaan Alat Deteksi Ikan (Fish Finder)
- Pengadaan Alat Tangkap Pancing Rawe
- Pengadaan Jaring Aso-aso
- Pengadaan Jaring Gembung
- Alat Tangkap Cakar Kerang
- Pengadaan Rumpon
- Pengadaan Jaring Gill Net
- Mesin Motorisasi
- Rumah Ikan
Namun bagaimanakah pelaksanaan dan perkembangan program dan
bagaimanakah sikap nelayan terhadap program yang dibuat oleh Dinas Perikanan
dan Kelautan Kabupaten Serdang Bedagai tersebut?
Pertanyaan inilah yang melatarbelakangi perlunya dilakukan penelitian.
Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang, dirumuskan beberapa masalah
sebagai berikut :
1. Bagaimana Perkembangan Program Pengembangan Perikanan Tangkap di
daerah penelitian?
2. Bagaimana sikap nelayan terhadap Program Pengembangan Perikanan
Tangkap di daerah penelitian?
3. Bagaimana hubungan antara karakteristik nelayan dengan sikap nelayan
terhadap Program Pengembangan Perikanan Tangkap?
4. Bagaimana pengaruh karakteristik nelayan terhadap sikap nelayan dalam
mengikuti Program Pengembangan Perikanan Tangkap?
5. Apakah ada hambatan yang dihadapi pelaksana Program Pengembangan
Perikanan Tangkap?
Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui perkembangan Program Pengembangan Perikanan
Tangkap di daerah penelitian.
2. Untuk mengetahui karakteristik nelayan yang mengikuti Program
Pengembangan Perikanan Tangkap.
3. Untuk mengetahui hubungan karakteristik nelayan dengan sikap nelayan
terhadap Program Pengembangan Perikanan Tangkap.
5. Untuk mengetahui hambatan-hambatan yang dihadapi oleh pelaksana
Program Pengembangan Perikanan Tangkap di daerah penelitian.
Kegunaan Penelitian
1. Sebagai bahan informasi bagi pihak yang membutuhkan, baik untuk
kepentingan akademis maupun non akademis.
2. Sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan bagi pihak-pihak
yang berkepentingan, khususnya pemerintah dalam program pengembangan
TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN
KERANGKA PEMIKIRAN
Tinjauan Pustaka
Berbagai ukuran geostatistik memang menunjukkan bahwa Indonesia
merupakan negara kepulauan terbesar di dunia. Luas wilayah lautnya mencapai
5,8 juta km2, sedangkan panjang garis pantainya 81.000 kl merupakan ke dua
terpanjang di dunia setelah Kanada. Jumlah pulau, baik besar dan kecil sebanyak
17.504 buah (Dahuri, 1999). Secara geografi letak kepulauan Indonesia sangat
strategis yang diapit oleh dua samudera besar (Samudera Hindia dan Samudera
Pasifik) berada di daerah khatulistiwa telah menjadikan indonesia sebagai negara
yang sangat kaya sumberdaya alam dengan keanekaragaman hayati yang luar
biasa sehingga dimasukkan ke dalam kelompok negara mega-biodiversity
(Basri, 2007).
Dilihat dari potensi lestari total ikan laut, ada 7,5 persen (6,4 juta
ton/tahun) dari potensi dunia berada di perairan laut Indonesia di satu sisi,
sedangkan disisi lain berkisar 24 juta hektar perairan laut dangkal Indonesia cocok
untuk budidaya laut (mariculture) ikan kerapu, kakap, baronang, kerang mutiara,
teripang, rumput laut, dan biota laut lainnya yang bernilai ekonomis tinggi,
dengan potensi produksi 47 juta ton/tahun. Lahan pesisir (coastal land) yang
sesuai untuk usaha budidaya tambak udang, bandeng, kerapu, kakap, kepiting,
rajungan, rumput laut, dan biota lainnya diperkirakan 1,2 juta hektar dengan
produksi sebesar 5 juta ton/tahun. Lebih dari itu, Indonesia memiliki
keanekaragaman hayati laut pada tingkat genetik, spesies, maupun ekosistem
Indonesia yang sebagian besar wilayahnya terdiri dari lautan dan memiliki
potensi kelautan cukup besar, seharusnya mampu mensejahterakan kehidupan
masyarakat nelayan yang menggantungkan hidup pada potensi kelautan (maritim)
tersebut. Realitasnya, kehidupan masyarakat nelayan senantiasa dilanda
kemiskinan, bahkan kehidupan nelayan sering diidentikkan dengan “kemiskinan”.
Menurut Dahuri (1999), tingkat kesejahteraan para pelaku perikanan (nelayan)
pada saat ini masih di bawah sektor-sektor lain, termasuk sektor pertanian agraris.
Menurut data BPS (1998), jumlah masyarakat miskin Indonesia mencapai
49.000.000 jiwa, dari jumlah tersebut sekitar 60% nya merupakan masyarakat
pesisir (termasuk nelayan). Nelayan (khususnya nelayan buruh dan nelayan
tradisional) merupakan kelompok masyarakat yang dapat digolongkan sebagai
lapisan sosial yang paling miskin di antara kelompok masyarakat lain di sektor
pertanian (Winahayu dan Santiasih, 1993). Dalam kondisi kesenjangan sosial
ekonomi yang semakin tajam (terpolarisasi), secara teoritis akan rentan dengan
potensi konflik (Badaruddin, 2005).
Melihat potensi besar yang dimilik wilayah kelautan, maka perlu
dilakukan berbagai upaya untuk menggali potensi tersebut. Menurut Basri (2007),
salah stu hal yang perlu diperhatikan dalam upaya mengoptimalkan sumberdaya
kelautan dan perikanan dan demi meningkatkan kesejahteraan masyarakat nelayan
atau penduduk pesisir pada umumnya adalah pengaturan wilayah pesisir. Bahkan,
menurut Dahuri rusaknya lingkungan akibat tsunami tidak berdiri sendiri. Ada
keterikatan kerusakan lingkungan dan bencana alam tsunami. Gelombang tsunami
merupakan aksi alam yang tidak bisa diduga. Namun, dampak gempa bisa
ruang pesisir sangat penting dilakukan. Selama ini tata ruan pesisir belum menjadi
prioritas. Sampai saat ini, masyarakat masih memprioritaskan tata ruang daratan.
Program pemberdayaan nelayan dengan cara memperkuat kelembagaan
sosial ekonomi masyarakat memiliki peluang yang besar untuk memberikan
kontribusi yang efektif dan efisien terhadap perubahan sosial, ekonomi, dan
politik, serta dinamiki pembangunan kawasan. Keberhasilan pencapaian ini akan
menjadi landasan membangun masyarakat madani dan tata pemerintahan lokal
yang semakin baik di kawasan pesisir pada masa-masa mendatang
(Tim Pemberdayaan Masyarakat Pesisir PSKP Jember, 2007).
Untuk merumuskan dan menentukan jenis program pembangunan yang
bermanfaat dan paling sesuai dengan kebutuhan masyarakat, dilakukan dengan
cara mendasarkan pada prioritas peringkat yang pertama atau yang tertinggi.
Penentuan program yang diusulkan (dipilih) telah dilakukan melalui sosialisasi,
wawancara, dan diskusi (pembahasan) di tingkat desa-desa (kecamatan), setelah
membandingkan dengan program lain dengan menggunakan kriteria yang terukur
(Adisasmita, 2006).
Optimasi keberhasilan suatu kegiatan sangat dipengaruhi oleh ketetapan
pengorganisasian, sistem kerja yang dijalankan dan unsur-unsur pendukungnya
yaitu, mutu orang-orangnya serta sarana yang diperlukan. Dalam keadaan
demikian maka akan dapat dicapai suatu penyelenggaraan pemerintahan dan
pembangunan yang berdaya guna dan berhasil guna meskipun sumber-sumber
sangat terbatas. Sejalan dengan itu, maka dalam penyelenggaraan pembangunan
diperlukan pengorganisasian yang mampu menggerakkan masyarakat untuk
yang semakin rasional, tidak didasarkan pada tuntutan emosional yang sukar
dipertanggungjawabkan pelaksanaannya (Suwignjo. 1986).
Sasaran pembangunan wilayah pesisir dan lautan adalah terwujudnya
kedaulatan atas wilayah perairan Indonesia yang yurisdiksi nasional dalam
wawasan nusantara, terciptanya industri kelautan yang kukuh dan maju yang
didorong oleh kemitraan usaha yang erat antara badan usaha koperasi, negara dan
swasta serta pendayagunaan sumber daya laut yang didukung oleh sumberdaya
manusia yang berkualitas, maju dan profesional dengan iklim usaha yang sehat,
serta pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi sehingga terwujud
kemampuan untuk mendayagunakan potensi laut guna peningkatan kesejahteraan
rakyat secara optimal, serta tepeliharanya kelestarian fungsi lingkungan hidup
(Mulyadi S, 2005).
Landasan Teori Sikap
Sikap adalah determinasi perilaku, karena mereka berkaitan dengan
persepsi, kepribadian, dan motivasi. Sebuah sikap merupakan suatu keadaan siap
mental, yang dipelajari dan diorganisasi menurut pengalaman, dan yang
menyebabkan timbulnya pengaruh khusus atau reaksi seseorang terhadap
orang-orang, objek-objek, dan situasi-situasi dengan siapa ia berhubungan. Defenisi
tersebut tentang sikap menimbulkan implikasi-implikasi tertentu bagi seseorang
(Winardi, 2004).
Sikap manusia atau untuk singkatnya kita sebut sikap, telah didefenisikan
dalam berbagai versi oleh para ahli. Berkowitz bahkan menemukan adanya lebih
dapat dimasukkan ke dalam salah satu diantara tiga kerangka pemikiran. Pertama
adalah kerangka pemikiran yang diwakili oleh para ahli psikologi seperti Louis
Thurstone (salah seorang tokoh terkenal di bidang pengukuran sikap), Rensis
Likert (seorang pionir di bidang pengukuran sikap), dan Charles Osgood. Menurut
mereka, sikap adalah suatu bentuk evaluasi atau reaksi perasaan. Berkowitz
(1972) dalam Azwar (1995) menyatakan bahwa sikap seseorang terhadap suatu
objek adalah perasaan mendukung atau memihak (favorable) maupun perasaan
tidak mendukung atau tidak memihak (unfavorable) pada objek tersebut. Secara
lebih spesifik, Thurstone sendiri memformulasikan sikap sebagai derajat efek
positif atau negatif terhadap suatu objek psikologis (Azwar, 1995).
Sikap seseorang terhadap suatu objek selalu berperan sebagai perantara
antara responnya dan objek yang bersangkutan. Respon diklasifikasikan dalam
tiga macam yaitu, respon kognitif (respon perseptual dan pernyataan mengenai
apa yang diyakini), respon efektif (respon syaraf simpatetik dan pernyataan
afeksi), serta respon perilaku atau konatif (respon berupa tindakan dan pernyataan
mengenai perilaku). Dengan melihat salah satu saja diantara ketiga bentuk respon
tersebut sikap seseorang sudah dapat diketahui. Walaupun begitu, deskripsi
lengkap mengenai sikap individu tentu haru diperoleh dengan melihat ketiga
macam respon secara lengkap (Azwar, 2007).
Menurut Ahmadi (1999), disamping pembagian sikap atas sosial dan
individual, sikap dapt pula dibeddakan sebagai berikut.
1. Sikap Positif, Sikap positif yaitu sikap yang menunjukkan atau
memperlihatkan, menerima, mengakui, menyetujui, serta melaksanakan
2. Sikap Negatif, Sikap negatif yaitu yang menunjukkan atau memperlihatkan
penolakan atau tidak menyetujui terhadap norma-norma yang berlaku dimana
individu itu berada.
Pengukuran sikap dapat dilakukan dengan menilai pernyataan
sikapseseorang. Pernyataan sikap adalah serangkaian kalimat yang mengatakan
sesuatu mengenai objek sikap yang hendak diungkap. Pernyataan sikap mungkin
berisi atau mengatakan hal yang positif mengenai objek sikap yaitu kalimatnya
bersifat mendukung atau memihak pada objek sikap. Pernyataan ini disebut
dengan pernyataan yang favourable. Sebaliknya pernyataan sikap mungkin pula
berisi hal-hal yang negatif mengenai objek sikap yang bersifat tidak mendukung
maupun kontra terhadap objek sikap. Pernyataan ini yang disebut dengan
pernyataan yang unfavourable. Suatu skala sikap sedapat mungkin diusahakan
agar terdiri atas pernyataan favourable dan unfavourable dalam jumlah yang
seimbang. Dengan demikian pernyataan yang disajikan tidak semua positif dan
tidak semua negatif yang seolah-olah isi skala memihak atau tidak mendukung sama sekali objek sikap(Azwar, 2005).
Skala Likert
Salah satu aspek yang sangat penting guna memahami sikap dan perilaku
manusia adalah masalah pengungkapan (assessment) atau pengukuran
(measurement) sikap. Pengungkapan sikap dengan menggunakan skala sikap
sangat populer di kalangan ahli psikologi sosial dan para peneliti. Hal ini
dikarenakan selain praktis, skala sikap yang dirancang dengan baik opada
umumnya memiliki relibilitas yang memuaskan. Skala sikap berwujud kumpulan
sehingga respon seseorang terhadap pernyataan tersebut dapat diberi angka (skor)
dan kemudian dapat diinterpretasikan (Azwar, 2007).
Menurut Suryabrata (2002), Skala Likert tergolong skala untuk orang,
pada rancangan dasarnya untuk mengukur sikap. Berkenaan dengan pengukuran
sikap, maka ada dua hal yang selalu harus diingat mengenai sikap yaitu sebagai
berikut.
1. Sikap selalu mempunyai objek, objek sikap yaitu sesuatu yang menjadi
sasaran sikap.
2. Sikap itu digambarkan dalam suatu kontinum dari negatif, lewat daerah netral
ke positif.
Menurut Azwar (2007), metode rating yang dijumlahkan popular dengan
nama penskalaan Model Likert, merupakan metode penskalaan pernyataan sikap
yang menggunakan distribusi respon sebaga dasar penentuan nilai skalanya.
Prosedur penskalaan Model Likert didasari oleh dua asumsi yaitu sebagai berikut.
1. Setiap pernyataan sikap yang telah ditulis dapat disepakatiu sebagai termasuk
pernyataan yan favorable atau pernyataan yang unfavorable.
2. Jawaban yang diberikan oleh individu yang mempuyai sikap positif harus
diberi bobot atau nilai yang lebih tinggi daripada jawaban yang diberikan oleh
responden yang mempunyai sikap negatif.
Untuk melakukan penskalaan dengan metode ini, sejumlah pernyataan
telah ditulis berdasarkan kaidah penulisan pernyataan dan didasarkan pada
rancangan skala yang ditetapkan. Responden akan diminta untuk menyatakan
kesetujuan atau ketidaksetujuannya terhadap isi pernyataan dalam lima macam
dapat menentukan” atau “ragu-ragu” (R), “setuju” (S), dan “sangat setuju” (SS).
Salah satu skor standar yang biasanya digunakan dalam skala Model Likert adalah
skor T, yaitu :
T = 50 + 10[X−Xrataan
� ]
Keterangan :
T = skor standar
X = skor responden pada skala sikap yang hendak diubah menjadi skor T
Xrataan = mean skor kelompok
S = deviasi standar kelompok
Karakteristik Sosial Ekonomi
Pengertian sosial pada hakikatnya merupakan interaksi dalam pergaulan
hidup manusia dalam bermasyarakat. Dalam proses ini terkandung di dalamnya
nilai-nilai kebersamaan, solidaritas dan kesamaan nasib sebagai unsur pemersatu
kelompok. Untuk berinteraksi dalam masyarakat dan dalam usaha penangkapan
ikan seseorang nelayan pastinya memiliki karakteristik masing-masing yang
berbeda seperti umur, pendidikan, pengalaman melaut, jumlah tanggungan dan
jumlah pendapatan.
1. Umur
Umur dapat dijadikan sebagai tolak ukur dalam melihat aktivitas seseorang
dalam bekerja. Bilamana dalam kondisi umur yang masih produktif maka
kemungkinan besar seseorang dapat bekerja dengan baik dan maksimal (Hasyim,
2006).
Umur seseorang menentukan prestasi kerja atau kinerja orang tersebut.
turun pula prestasinya. Namun, dalam hal tanggung jawab semakin tua umur
tenaga kerja tidak akan berpengaruh karena justru semakin berpengalaman
(Suratiyah, 2008).
2. Pendidikan
Tingkat pendidikan manusia pada umumnya menunjukkan daya kreativitas
manusia dalam berpikir dan bertindak. Pendidikan rendah mengakibatkan
kurangnya pengetahuan dalam memanfaatkan sumber daya alam yang tersedia.
Usaha-usaha penduduk berakibat hanya mampu menghasilkan pendapatan rendah
(Kartasapoetra, 1994).
Menurut Ahmadi (2003) menyatakan bahwa keberhasilan pembangunan
sangat ditentukan oleh berbagai faktor seperti: kualitas sumber daya manusia,
tersedianya sumber daya alam yang memadai, adanya birokrasi pemerintahan
yang kuat dan efisien dan sebagainya. Namun demikian, tidak dapat disangkal
bahwa kualitas sumber daya manusia merupakan faktor yang sangat menentukan
dalam proses pembangunan. Hal ini karena manusia bukan semata-mata menjadi
obyek pembangunan, tetapi sekaligus juga merupakan subyek pembangunan.
3. Pengalaman Melaut
Pengalaman seseorang sangat berpengaruh dalam menerima inovasi dari
luar. Di dalam mengadakan suatu penelitian pengalaman diukur mulai sejak kapan
orang tersebut aktif secara mandiri mengusahakan usahanya sampai diadakan
penelitian (fauziah, 1991).
Menurut Soekartawi (1999), pengalaman seseorang dalam berusaha
pengalaman yang sudah cukup lama akan lebih mudah menerapkan inovasi dari
pada pemula.
Senada dengan hal diatas, Lubis (2000) juga berpendapat bahwa orang
yang mempunyai pengalaman yang relatif berhasil dalam mengusahakan
usahanya, biasanya mempunyai pengetahuan, sikap dan keterampilan yang lebih
baik dibandingkan dengan orang yang kurang berpengalaman.
4. Jumlah Tanggungan
Menurut Hasyim (2006) jumlah tanggungan keluarga adalah salah satu
faktor yang perlu diperhatikan dalam menentukan pendapatan dalam memenuhi
kebutuhannya. Banyaknya jumlah tanggungan keluarga akan mendorong petani
untuk melakukan banyak aktivitas dalam mencari dan menambah pendapatan
keluarganya.
Semakin banyak anggota keluarga akan semakin besar pula beban hidup
yang akan ditanggung atau harus dipenuhi. Jumlah anggota keluarga akan
mempengaruhi keputusan dalam berusaha. (Soekartawi, 1999).
5. Jumlah Pendapatan
Menurut Suratiyah (2009), pendapatan bersih adalah selisih dari
pendapatan kotor dengan biaya.
Kerangka Pemikiran
Dalam upaya mendukung dan mensukseskan program pemerintah untuk
memanfaatkan sumberdaya kelautan terkhusus perikanan dan meningkatkan
pendapatan dan kesejahteraan nelayan, pemerintah Kabupaten Serdang Bedagai
telahmenyusunbeberapa program melalui Dinas Perikanan dan Kelautan yakni
Dalampelaksanaan program tersebut, tentu saja mengundang tanggapan
dari para nelayan berupa sikapnya terhadap program tersebut. Sikap tersebut
dibagi atas sikap positif dan sikap negatif. Sikap nelayan dalam menanggapi
program tersebut dapat dipengaruhi oleh karakteristik nelayan itu sendiri yang
meliputi: umur, tingkat pendidikan, pengalaman melaut, jumlah tanggungan
keluarga, dan jumlah pendapatan.
Berdasarkan uraian di atas, maka kerangka pemikiran mengenai sikap
nelayan terhadap Program Pengembangan Perikanan Tangkap Kabupaten Serdang
Bedagai dapat dilihat pada skema berikut ini.
Gambar 1.SkemaKerangkaPemikiran Keterangan:
: Menyatakan Pengaruh : Menyatakan Hubungan
Program
PengembanganPerikanan
Nelayan I Karakteristik Sosial
Ekonomi Nelayan: - Umur
- Tingkat pendidikan - Pengalamanmelaut - Jumlahtanggungan - Jumlahpendapatan
Sikap
SikapPositif
Nelayan
SikapNegatif
Nelayan II Karakteristik Sosial
Ekonomi Nelayan: - Umur
HipotesisPenelitian
1. Program Pengembangan Perikanan Tangkap mengalami perkembangan dari
tahun ke tahun.
2. Sikap nelayan terhadap Program Pengembangan Perikanan Tangkap adalah
Positif.
3. Ada hubungan antara karakeristik nelayan dengan sikap nelayan terhadap
Program Pengembangan Perikanan Tangkap.
4. Ada pengaruh karakteristik nelayan terhadap sikap nelayan dalam mengikuti
Program Pengembangan Perikanan Tangkap.
5. Ada beberapa hambatan yang dihadapi oleh pelaksana Program
METODE PENELITIAN
Metode Penentuan Daerah Penelitian
Penelitian dilakukan di Kecamatan Teluk Mengkudu, Kabupaten Serdang
Berdagai. Penentuan daerah penelitian ditentukan berdasarkan pertimbangan
bahwa Kecamatan Teluk Mengkudu merupakan kecamatan yang paling banyak
mendapatkan program dari Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Serdang
Bedagai. Jumlah program yang diterima oleh Kecamatan Teluk Mengkudu pada
tahun 2011 adalah sebanyak 11 program dan 9 program pada tahun 2012 (dapat
dilihat pada lampiran 4).
Metode Penentuan Sampel
Populasi dalam penelitian adalah seluruh nelayan di Kecamatan Teluk
Mengkudu, Kabupaten Serdang Bedagai, yaitu sebanyak 2.019 nelayan. Penarikan
sampel dilakukan dengan cara simple random sampling, yaitu sampel diambil
secara acak.
Jumlah sampel yang diambil sebanyak 60 petani sampel. Roescoe dalam
buku Research Methods For Business memberikan saran tentang penelitian salah
satunya adalah ukuran sampel yang layak dalam penelitian antara 30 sampai
dengan 500 (Sugiyono, 2010). Di daerah penelitian terdapat 2.019 nelayan, dari
jumlah 2.019 nelayan tersebut kemudian diambil sampel sebanyak 60 nelayan.
Untuk membandingkan apakah ada perbedaan sikap nelayan yang pernah
mendapatkan bantuan alat tangkap ikan dan yang belum pernah mendapatkan alat
nelayan yang belum pernah mendapatkan bantuan alat tangkap ikan dan 30
sampel nelayan yang pernah mendapatkan bantuan alat tangkap ikan.
Metode Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri atas data primer dan
data sekunder. Data primer diperoleh dari hasil observasi (pengamatan) dan
wawancara langsung dengan nelayan sampel di daerah penelitian melalui alat
bantu berupa daftar pertanyaan (kuesioner). Sedangkan data sekunder merupakan
data yang diperoleh dari lembaga/instansi terkait seperti BPS SUMUT, Dinas
Perikanan dan Kelautan Kabupaten Serdang Berdagai, dan Kantor Kecamatan
Teluk Mengkudu.
Metode Analisis Data
Semua data yang diperoleh dari lapangan ditabulasikan terlebih dahulu,
kemudian dianalisis dengan metode analisis yang sesuai.
Hipotesis 1 dianalisis dengan metode analisis deskriptif, yaitu akan
dijelaskan mengenai perkembangan Program Pengembangan Perikanan Tangkap
di daerah penelitian ditinjau dari segi jumlah pelaksana, jumlah program,
banyaknya bantuan dan jumlah penerima program.
Hipotesis 2 dianalisis dengan metode analisis skala sikap Likert, yaitu
mengelompokkan variabel dengan menjumlahkan skor dari nilai seperangkat
variabel yang bersangkutan berupa pernyataan positif dan pernyataan negatif.
Adapun skor untuk pernyataan positif adalah SS = 4, S = 3, R = 2, TS = 1, dan
STS = 0; sedangkan untuk pernyataan negatif adalah SS = 0, S = 1, R = 2, TS = 3,
Tabel 2. Pengelompokan Variabel
No. Pernyataan Positif Pernyataan Negatif
1 Program Dinas Perikanan dan Kelautan sangat berperan penting dalam pengembangan usaha perikanan tangkap
Program Dinas Perikanan dan Kelautan tidak memberikan keuntungan bagi nelayan
2 Program Dinas Perikanan dan Kelautan memotivasi (mendorong) nelayan untuk meningkatkan dan mengembangkan usahanya
Program Dinas Perikanan dan Kelautan yang berjalan tidak sesuai dengan harapan nelayan
3 Program Dinas Perikanan dan
Kelautan membantu mengembangkan potensi masyarakat
nelayan
Pengadaan bantuan membuat nelayan menjadi konsumtif (tidak menghasilkan)
4 Program Dinas Perikanan dan Kelautan merupakan perwujudan aspirasi nelayan
Bantuan-bantuan yang diberikan tidak mendukukng kegiatan pengangkapan ikan dilaut
5 Program Dinas Perikanan dan Kelautan membantu memecahkan masalah nelayan
Alat-alat tangkap yang diberikan tidak memenuhi standar operasional
6 Program-program yang dijalankan Dinas Perikanan dan Kelautan sangat memperhatikan potensi daerah setempat
Bantuan yang diberikan tidak mendukung dengan kondisi yang ada dilapangan
7 Program Dinas Perikanan dan Kelautan mampu meningkatkan pendapatan
Penyaluran bantuan berjalan lambat
8 Bantuan alat tangkap yang diberikan sudah sesuai dengan kebutuhan nelayan
Prosedur dalam penyaluran bantuan memberatkan nelayan untuk
memperoleh bantuan 9 Pemberian bantuan sudah tepat
sasaran
Sosialisasi yang diberikan tidak membantu masyarakat nelayan
10 Bantuan pengadaan alat tangkap membantu meningkatkan hasil tangkapan
11 Perahu motor yang diberikan sangat membantu nelayan dalam kegiatan penangkapan ikan di laut
12 Pemberian bantuan tepat waktu 13 Antara nelayan dengan Dinas
Perikanan dan Kelautan terjadi interaksi (hubungan) yang baik
Menurut Azwar (2007), dalam analisis ini responden akan diminta untuk
memilih salah satu dari sejumlah kategori yang tersedia dari variabel yang
bersangkutan yaitu, Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Ragu-Ragu (R), Tidak Setuju
(TS), dan Sangat Tidak Setuju (STS), kemudian diukur dengan skala pengukuran
sikap Likert dengan rumus:
T = 50 + 10[X−Xrataan
� ]
Keterangan :
T = skor standar
X = skor responden pada skala sikap yang hendak diubah menjadi skor T
Xrataan = mean skor kelompok
S = deviasi standar kelompok
Kriteria uji :
• Jika T ≥ 50, maka sikap positif
• Jika T < 50, maka sikap negatif
Hipotesis 3 dianalsisi dengan menggunakan alat bantu statistik korelasi
“Rank Spearman” dengan bantuan SPSS. Metode korelasi Rank Spearman
digunakan untuk mengukur keeratan hubungan antara dua variabel dimana dua
variabel itu tidak mempunyai normal dan variasinya tidak sama (terdapat
perbedaanantara variabel yang satu dengan variabel yang lain). Rumus korelasi
Rank Spearman (rs) adalah:
�� = 1−6∑ �
�=1 ��2
�3− �
�ℎ =��� � −2 1− ��2
Dimana:
rs = nilai koefisien korelasi Rank Spearman
di = perbedaan setiap pasangan rangking
n = jumlah pengamatan
α = DerajatNyata
db = DerajatBebas
Kriteria pengambilan keputusan adalah :
Jika th≤ tα berarti H0 diterima (tidak ada hubungan antara karakteristik sosial
ekonomi nelayan (umur, tingkat pendidikan, pengalaman, jumlah
tanggungan dan pendapatan) dengan sikap nelayan terhadap
program).
Jika th > tα berarti H1 diterima (ada hubungan antara karakteristik sosial
ekonomi nelayan (umur, tingkat pendidikan, pengalaman, jumlah
tanggungan dan pendapatan) dengan sikap nelayan terhadap
program).
(Supriana, 2010).
Untuk hipotesis 4 dianalisis dengan menggunakan menggunakan analisis
liniear berganda. Rumus regresi linear berganda adalah sebagai berikut:
Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5
Dimana :
Y = Sikap nelayan terhadap program
X1 = Umur nelayan
X2 = Tingkat Pendidikan
X4 = Jumlah tanggungan
X5 = Jumlah Pendapatan
a = Koefisien intersep
b = Koefisien regresi untuk masing-masing variabel
Untuk menguji variabel-variabel tersebut berpengaruh secara serempak
terhadap sikap nelayan digunakan analisis uji F, yaitu:
�ℎ�� = �
2/�
(1− �)/(� − � −1)
Dimana :
r2 = Koefisien deterninasi
n = Jumlah sampel
k = Derajat bebas pembilang
n-k-1 = Derajat bebas penyebut
Kriteria uji untuk uji serempak adalah:
Fhitung≥ Ftabel : maka H0 ditolak (H1 diterima)
Fhitung < Ftabel : maka H0 diterima (H1 ditolak)
Untuk menguji variabel-variabel tersebut secara parsial terhadap sikap
nelayan, maka digunakan analisis uji t dengan rumus:
�ℎ�� = ���1 1
��1 =�∑ �21��12(1−�212 ��12= �∑(�−�′
2)
�−3
Dimana:
bi = Parameter b (i = 1,2)
Sbi = Standar error parameter (i = 1,2)
X = Variabel yang diuji
r12 = Koefisien korelasi sederhana antara X1 dan X2
Kriteria untuk uji t adalah:
thitung≥ ttabel... H0 ditolak
thitung < ttabel... H0 diterima
(Hasan, 2004)
Untuk hipotesis 5 dianalisis dengan metode analisis deskriptif, yaitu akan
dijelaskan mengenai hambatan-hambatan yang dialami oleh pelaksana program di
Defenisi dan Batasan Operasional Defenisi
Defenisi dibuat untuk menghindari kekeliruan dan kesalahpahaman dalam
menafsirkan penelitian.
1. Program adalah suatu gambaran atau acuan mengenai kegiatan yang akan
dilasanakan berikut petunjuk-petunjuk cara pelaksanaannya.
2. Karakteristik nelayan adalah ciri dan keadaan mengenai diri nelayan yang
mencakup umur, tingkat pendidikan, pengalaman melaut, jumlah tanggungan
keluarga, dan jumlah pendapatan.
3. Umur adalah usia nelayan sejak dilahirkan hingga saat penelitian dilakukan
yang dinyatakan dalam tahun.
4. Tingkat pendidikan adalah tingkat pendidikan formal terkahir yang ditempuh
oleh nelayan.
5. Pengalaman melaut adalah lamanya usaha nelayan menangkap ikan di laut,
mulai dari awal melaut sampai saat penelitian dilakukan yang dinyatakan
dalam tahun.
6. Jumlah tanggungan keluarga adalah semua anggota keluarga yang masih
menjadi beban tanggungan nelayan sampel.
7. Jumlah pendapatan adalah seluruh pendapatan anggota keluarga, baik dari
usaha melaut, maupun dari usaha non melaut.
8. Sikap positif adalah sikap yang menunjukkan atau memperlihatkan,
menerima, menyutujui, serta melaksanakan program.
9. Sikap negatif adalah sikap yang menunjukkan atau memperlihatkan
Batasan Operasional
1. Sikap adalah sikap nelayan terhadap Program Perikanan Tangkap yang
dilaksanakan oleh Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Serdang Bedagai
2. Program pengembangan perikanan tangkap dalam penelitian ini adalah
program berupa pemberian bantuan alat tangkap guna meningkatkan hasil
tangkapan nelayan sekaligus meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan
nelayan.
3. Penelitian dilakukan pada bulan Desember 2012 – Maret 2013.
4. Daerah penelitian adalah Kecamatan Teluk Mengkudu Kabupaten Serdang
BAB IV
DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN
Luas dan Letak Geografis Kecamatan Teluk Mengkudu
Secara geografis, Kecamatan Teluk Mengkudu terletak pada bagian utara
Kabupaten serdang Bedagai. Luas wilayah Kecamatan Teluk Mengkudu adalah
69,95 km2, sebagian besar merupakan dataran rendah. Berdasarkan luas desa di
Kecamatan Teluk Mengkudu, luas desa terbesar adalah Desa Matapao dengan luas
12,06 km2 atau sekitar 18,02% dari luas total kecamatan Teluk Mengkudu, diikuti
Desa Sentang dengan luas 8,88 km2 atau 13,26 %, kemudian Desa Liberia dengan
luas 7,62 km2 atau 11,39 %. Luas desa terkecil adalah Desa Sialang Buah dengan
luas 1,68 km2 atau sekitar 2,52 persen dari total luas Kecamatan Teluk Mengkudu.
Ibukota Kecamatan mengkudu berada di desa Pematang Guntungan. Jarak antara
pusat pemerintahan dengan kantor Bupati Serdang Bedagai lebih kurang 17 km.
Kecamatan Teluk Mengkudu terdiri dari 12 desa, dan 66 dusun. Jumlah
dusun terbanyak ada di Desa Sei Buluh yaitu 10 dusun, sedangkan dusun terkecil
ada di Desa Liberia dan Desa Sentang masing-masing terdiri dari tiga dusun.
Berdasarkan kllasifikasi swakarya, swadaya dan swasembada, Kecamatan Teluk
Mengkudu terdiri atas empat desa swakarya dan delapan desa swasembada. Yang
tergolong desa swakarya adalah Desa Makmur, Pematang Guntung, Sentang, dan
Desa Bogak Besar. Sedangkan desa-desa yang lainnya adalah tergolong desa
Kecamatan Teluk Mengkudu mempunyai batas wilayah sebagai berikut :
• Sebelah utara berbatasan dengan Selat Malaka
• Sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Tanjung Beringin dan
Kecamatan Sei Rampah.
• Sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Sei Rampah.
• Sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Perbaungan.
Penduduk dan Tenaga Kerja
Jumlah penduduk Kecamatan Teluk Mengkudu, berdasarkan proyeksi
penduduk pertengahan tahun 2011 sebanyak 41.469 jiwa, dengan jumlah
penduduk laki-laki sebanyak 20.904 jiwa (50,41%) dan jumlah penduduk
perempuan sebanyak 20.565 jiwa (49,59%). Rasio jenis kelamin (sex ratio)
penduduk Kecamatan Teluk Mengkudu sebesar 102 %, yang berarti dalam setiap
100 penduduk perempuan ada 102 penduduk laki-laki. Dengan luas wilayah 79,91
km2, maka rata-rata kepadatan penduduk kecamatan Teluk Mengkudu mencapai
519 jiwa/km2. Desa Sialang Buah adalah desa yang mempunyai kepadatan
penduduk terbesar yaitu 1.649 jiwa/km2, sedangkan kepadatan penduduk terkecil
adalah Desa Matapao sebesar 140 jiwa/km2. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 3
berikut :
Tabel 3. Luas Wilayah, Jumlah Penduduk, Jenis Kelamin, Rasio Jenis Kelamin dan Kepadatan Penduduk per km2 di Kecamatan Teluk Mengkudu Tahun 2011
No
Jenis Kelamin Rasio Jenis Kelamin
Kepadatan Pendudk/km2
Laki-laki Perempuan
1
Pekan Sialang Buah Sialang Buah Pematang Guntung Sentang
Bogak Besar Pematang Kuala
6,95
Sumber : Proyeksi BPS Kabupaten Serdang Bedagai
Jumlah penduduk Kecamatan Teluk Mengkudu berdasarkan agam dapat
dilihat pada tabel 4. berikut ini :
Tabel 4. Banyaknya Penduduk Menurut Agama Dirinci per Desa Tahun 2011
Pekan Sialang Buah Sialang Buah Pematang Guntung Sentang
Bogak Besar Pematang Kuala
8949
Dari tabel 4. dapat dilihat bahwa penduduk beragama Islam terbesar
berada di Desa Sei Buluh dengan jumlah penduduk yang beragama Islam sebesar
8949 jiwa atau 21,099% dari jumlah penduduk total Kecamatan Teluk mengkudu.
Desa dengan jumlah penganut agama Islam terkecil adalah Desa Sialang buah
dengan jumlah penduduk beragama Islam sebesar 1314 jiwa atau 3,098% dari
jumlah total penduduk Kecamatan Teluk mengkudu. Desa dengan jumlah
penduduk beragam Kristen terbesar adalah desa Sialang Buah dengan jumlah
1960 jiwa atau 4,621% dari jumlah total penduduk Teluk Mengkudu, sedangkan
desa dengan jumlah penganut agama Kristen terkecil adalah desa Pasar Baru
dengan Jumlah 20 jiwa atau 0,047% dari jumlah total penduduk Kecamatan Teluk
Mengkudu.
Jika dilihat secara menyeluruh, agama Islam adalah agama yang mayoritas
dianut oleh penduduk kecamatan Teluk Mengkudu dengan jumlah penganut
sebesar 36723 jiwa atau 86,582% dari jumlah total penduduk Kecamatan Teluk
Mengkudu. Kemudian disusul oleh agam Kristen dengan jumlah penganut sebesar
4874 jiwa atau 11,491% dari jumlah total. Sementara agama dengan jumlah
penganut terkecil atau minoritas adalah agama Kong Hucu dengan jumlah 357
jiwa atau 0,842% dari jumlah total penduduk Kecamatan Teluk Mengkudu.
Jumlah penduduk menurut kelompok umur di Kecamatan Teluk
Tabel 5. Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur Tahun 2011
No Kelompok Umur (Tahun) Jumlah Jiwa Persentase
1
Sumber : Badan Pusat Statistik
Dari tabel 5. dapat dilihat bahwa penduduk Kecamatan Teluk Mengkudu
yang berada pada kelompok umur 0-4 tahun merupakan angka terbesar, yakni
5860 jiwa atau sebesar 13,817% dari jumlah total penduduk, kemudian disusul
oleh kelompok umur 5-9 tahun dengan jumlah 5466 jiwa atau sekitar 12,888%
dari jumlah total penduduk. Kelompok umur yang memiliki jumlah terkecil adalah
kelompok umur 65+ dengan jumlah 1053 jiwa atau sekitar 2,483% dari jumlah
total penduduk.
Namun jika disusun berdasarkan kriteria kelompok produktif dengan
nonproduktif, maka kelompok produktif (15-54 tahun) merupakan kelompok yang
dominan atau mayoritas dengan jumlah sebesar 22382 jiwa atau sekitar 52,772%
dari jumlah total penduduk. Kelompok non produktif berkisar 20031 jiwa atau
47,228 dari jumlah total penduduk. Dari angka ini dapat dilihat bahwa antara
penduduk yang produktif dengan penduduk yang non produktif memiliki
setiap 1 orang penduduk yang produktif harus menanggung 1 orang penduduk
yang tidak produktif.
Tabel 6. Perkiraan Mata Pencaharian Kepala Rumah Tangga Dirinci Tiap Desa Tahun 2011
No Desa Petani Pedagang Nelayan Pegawai Negeri
Karyawan Swasta
Karyawan
kebun Lainnya
1 P. Sialang Buah Sialang Buah
Sumber : Koordinator Statistik Kecamatan Teluk Mengkudu
Dari tabel 6. Dapat dilihat bahwa jumlah penduduk terbesar Kecamatan
Teluk Mengkudu berprofesi sebagai petani dengan jumlah 3810 jiwa. Disusul oleh
profesi nelayan dengan jumlah sebesar 2019 jiwa. Sedangkan profesi terkecil
adalah penduduk dengan profesi sebagai karyawan swasta dengan jumlah sebesar
896 jiwa.
Karakteristik Nelayan Sampel
Karakteristik sampel yang dimaksud adalah karakteristik nelayan yang
dijadikan sebagai responden pada penelitian ini. Karakteristik tersebut meliputi
umur, tingkat pendidikan, pengalaman melaut, jumlah tanggungan keluarga, dan
jumlah pendapatan. Secara lebih jelas, karakteristik nelayan sampel dapat dilihat
Tabel 7. Karakteristik Sosial Ekonomi Nelayan yang Belum Pernah Mendapatkan Bantuan Alat Tangkap Ikan
No. Karakteristik
Sampel Satuan Rentang Rataan
1. Umur Tahun 33-57 47,33
2. Tingkat Pendidikan Tahun 6-9 7,3
3. Pengalaman Melaut Tahun 15-40 27,37
4. Jumlah Tanggungan Keluarga
Jiwa 1-4 2,8
5. Jumlah Pendapatan Keluarga
Rupiah/Hari 35.000-45.000 41.666,67
Sumber : Diolah dari lampiran 4
Dari tabel 7. dapat dilihat bahwa nelayan yang belum pernah mendapatkan
bantuan alat tangkap ikan yang menjadi sampel memiliki rentang umur 33-57
tahun dengan rataan 47,33 tahun. Tingkat pendidikan nelayan memiliki rentang
6-9 tahun dengan rataan 7,3 tahun. Dari angka ini dapat diketahui bahwa nelayan
yang belum pernah mendapatkan alat tangkap rata-rata berpendidikan rendah.
Pengalaman melaut nelayan memiliki rentang 15-40 dengan rataan 27,37. Jumlah
tanggungan keluarga nelayan memiliki rentang 1-4 jiwa dengan rataan 2,8 jiwa
per nelayan sampel. Jumlah pendapatan nelayan per hari memiliki rentang Rp
35.000 – Rp. 45.000 dengan rataan Rp 41.666,67. Hal ini menunjukkan bahwa
pendapatan nelayan tergolong rendah.
Sementara karakteristik nelayan sampel yang pernah mendapatkan bantuan
alat tangkap ikan dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 8. Karakteristik Sosial Ekonomi Nelayan yang Pernah Mendapatkan Bantuan Alat Tangkap Ikan
No. Karakteristik Sampel Satuan Rentang Rataan
1. Umur Tahun 35-56 47
2. Tingkat Pendidikan Tahun 6-9 7
3. Pengalaman Melaut Tahun 15-36 26,13
4. Jumlah Tanggungan Keluarga Jiwa 2-5 3,3
Dari tabel 8. dapat dilihat bahwa nelayan yang pernah mendapatkan
bantuan alat tangkap ikan yang menjadi sampel memiliki rentang umur 35-56
tahun dengan rataan 47 tahun. Tingkat pendidikan nelayan memiliki rentang 6-9
tahun dengan rataan 7 tahun. Dari angka ini dapat diketahui bahwa nelayan yang
belum pernah mendapatkan alat tangkap rata-rata berpendidikan rendah.
Pengalaman melaut nelayan memiliki rentang 15-36 dengan rataan 26,13. Jumlah
tanggungan keluarga nelayan memiliki rentang 2-5 jiwa dengan rataan 3,3 jiwa
per nelayan sampel. Jumlah pendapatan nelayan per hari memiliki rentang Rp
35.000 – Rp. 45.000 dengan rataan Rp 40.166,67. Hal ini menunjukkan bahwa
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
Perkembangan Program Perikanan Tangkap di Kecamatan Teluk Mengkudu, Kabupaten Serdang Bedagai.
Program pengembangan perikanan tangkap dilaksanakan mulai tahun 2011
sebagai pengganti dari program pemberdayaan masyarakat pesisir. Program
dijalankan oleh Dinas Perikanan dan Kelautan khususnya bidang perikanan
tangkap. Berbagai kegiatan yang tercakup di dalam program pengembangan
perikanan tangkap ini bertujuan untuk meningkatkan produksi perikanan dan
meningkatkan pendapatan nelayan kecil. Pemberian bantuan alat tangkap ikan
merupakan bagian dari program pengembangan perikanan tangkap. Bantuan alat
tangkap ikan disalurkan oleh Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Serdang
Bedagai kepada nelayan-nelayan yang tergabung di dalam kelompok nelayan.
Namun masih banyak nelayan yang tidak tergabung dalam kelompok
nelayan yang disebabkan oleh kurangnya sosialisasi dari Dinas Perikanan dan
Kelautan. Masih banyak nelayan yang belum mengerti akan pentingnya kelompok
nelayan ini. Sehingga masih banyak nelayan yang belum mengetahui tentang
program pengembangan perikanan tangkap ini.
Prosedur yang harus dijalankan oleh nelayan untuk mendapatkan bantuan
alat tangkap ikan dinilai oleh nelayan sendiri tidak terlalu memberatkan. Dimana
prosedur tersebut adalah sebagai berikut :
1. Nelayan membentuk kelompok nelayan lengkap dengan kepengurusan
2. Kelompok nelayan melakukan diskusi anggota mengenai potensi daerah dan
peralatan yang dibutuhkan oleh nelayan dalam rangka meningkatkan hasil
tangkapan dan pendapatan nelayan.
3. Kelompok nelayan mengajukan proposal kepada Dinas Perikanan dan
Kelautan Kabupaten Serdang Bedagai yang berisi tentang kebutuhan mereka
dalam rangka meningkatkan hasil tangkapan.
4. Proposal-proposal yang masuk dinilai oleh Dinas Perikanan dan Kelautan.
5. Proposal yang dinilai bagus akan dan memenuhi syarat akan diseleksi lagi
oleh Dinas Perikanan dan Kelautan.
6. Kelompok nelayan yang dinilai layak untuk mendapatkan bantuan alat
tangkap sesuai dengan potensi daerah akan dipanggil dan diberikan sosialisasi
oleh Dinas Perikanan dan Kelautan.
7. Kelompok nelayan mendapatkan bantuan sesuai dengan kebutuhan mereka.
Perkembangan program pengembangan tangkap dapat dilihat pada tabel
9. berikut:
Tabel 9. Perkembangan Program Pengembangan Perikanan Tangkap di Kecamatan Teluk Mengkudu, Kabupaten Serdang Bedagai
No Kriteria Tahun
2011 2012
1 2 3
Jumlah Pelaksana
Jumlah Penerima Bantuan Jumlah Anggota
15 Orang 11 Kelompok 125 Kelompok
15 Orang 9 Kelompok 125 Kelompok Sumber : Data primer
Dari tabel 9. dapat dilihat bahwa berdasarkan jumlah pelaksana, program
pengembangan perikanan tangkap dapat dikatakan stagnan atau tidak mengalami
pada tahun 2011, dan pada tahun 2012 jumlah pelaksana masih tetap sebanyak 15
orang. Beradasarkan jumlah penerima bantuan, program pengembangan perikanan
tangkap mengalami penurunan jumlah penerima. Pada tahun 2011 jumlah
penerima bantuan sebanyak 11 kelompok nelayan. Sedangkan pada tahun 2012
jumlah penerima bantuan hanya sebanyak 9 kelompok nelayan. Jumlah penerima
bantuan menurun sebanyak 7 kelompok nelayan atau menurun sebesar 20,59 %.
Dan berdasarkan jumlah anggota, program perkembangan perikanan tangkap tidak
mengalami perkembangan. Jumlah anggota pada tahun 2011 masih sama dengan
tahun 2012 yaitu sebanyak 125 kelompok nelayan.
Berdasarkan uraian diatas dapat dibuat kesimpulan bahwa perkembangan
program pengembangan perikanan tangkap cenderung stabil dari tahun 2011 ke
tahun 2012. Sehingga dengan demikian Hipotesis 1 yang menyatakan program
pengembangan perikanan tangkap mengalami perkembangan dari tahun ke tahun,
ditolak.
Sikap Nelayan Terhadap Program Pengembangan Perikanan Tangkap
Sikap Nelayan terhadap Program Pengembangan Perikanan Tangkap
Khususnya Pemberian Bantuan Alat Tangkap Ikan diperlihatkan oleh jawaban
nelayan terhadap pernyataan-pernyataan yang diberikan. Baik berupa pernyataan
positif maupun pernyataan negatif. Interpretasi terhadap skor masing-masing
responden dilakukan dengan mengubah skor tersebut ke dalam skor standar yang
mana dalam hal ini digunakan Model Skala Likert (Skor T). Nilai S (standar
deviasi) berbeda untuk masing-masing kemlompok sampel yang diteliti.
�=��+ ��[�−�������
� ]
Jika diperoleh nilai skor standar (T) ≥ 50, maka sikap dinyatakan positif. Sementara jika
nilai skor standar (T) < 50, maka sikap dinyatakan negatif.
a. Sikap nelayan yang belum pernah mendapatkan bantuan alat tangkap ikan
Nilai standar deviasi yang diperoleh untuk kelompok nelayan yang belum
pernah mendapatkan bantuan alat tangkap ikan dalah sebesar 1,73669. Sikap
nelayan yang belum pernah mendapatkan bantuan alat tangkap ikan dapat dilihat
pada tabel berikut ini :
Tabel 10. Sikap Nelayan yang Belum Pernah Mendapatkan Bantuan Alat Tangkap Ikan Terhadap Program Pengembangan Perikanan Tangkap
No. Kategori Jumlah (Jiwa) Persentase (%)
1. Positif 13 43,33
2. Negatif 17 56,67
Jumlah 30 100
Sumber : data diolah dari lampiran 11
Dari tabel 10. dapat dilihat bahwa dari 30 sampel yang diambil, 13 sampel
(43,33%) memiliki sikap positif terhadap Program Pengembangan Perikanan
Tangkap. Dan 17 sampel (56,67%) memikil sikap negatif terhadap Progaram
Pengembangan Perikanan Tangkap. Mayoritas dari sampel memiliki sikap yang
negatif, sehingga dapat dikatakan bahwa sampel nelayan yang belum pernah
mendapatkan bantuan alat tangkap ikan memiliki sikap negatif terhadap Program
b. Sikap nelayan yang pernah mendapatkan bantuan alat tangkap ikan
Nilai standar deviasi untuk kelompok nelayan sampel yang pernah
mendapatkan bantuan alat tangkap ikan adalah sebesar 4,588842. Sikap nelayan
yang pernah mendapatkan bantuan alat tangkap ikan dapat dilihat pada tabel 11.
Tabel 11. Sikap Nelayan yang Pernah Mendapatkan Bantuan Alat Tangkap Ikan Terhadap Program Pengembangan Perikanan Tangkap
No. Kategori Jumlah (Jiwa) Persentase (%)
1. Positif 13 43,33
2. Negatif 17 56,67
Jumlah 30 100
Sumber : data diolah dari lampiran 12
Dari tabel 11. dapat dilihat bahwa dari 30 sampel yang diambil, 13 sampel
(43,33%) memiliki sikap positif terhadap Program Pengembangan Perikanan
Tangkap. Dan 17 sampel (56,67%) memikil sikap negatif terhadap Progaram
Pengembangan Perikanan Tangkap. Mayoritas dari sampel memiliki sikap yang
negatif, sehingga dapat dikatakan bahwa sampel nelayan yang belum pernah
mendapatkan bantuan alat tangkap ikan memiliki sikap negatif terhadap Program
Pengembangan Perikanan Tangkap.
c. Perbandingan sikap antara nelayan yang belum pernah dan yang pernah mendapatkan bantuan alat tangkap ikan terhadap Program Pengembangan Perikanan Tangkap
Dari tabel 10. dan tabel 11. dapat dilihat perbandingan sikap nelayan
sampel yang belum pernah dan yang sudah pernah mendapatkan bantuan alat
tangkap ikan. Dimana perbandingan jumlah sampel yang bersikap positif untuk
masing-masing kelompok nelayan adalah 13:13. Dan perbandingan jumlah sampel
yang bersikap negatif adalah 17:17. Dari perbandingan ini dapat kita lihat bahwa
bantuan alat tangkap ikan memiliki sikap yang sama terhadap Program
Perkembangan Perikanan Tangkap. Mayoritas sampel dari masing-masin
kelompok memiliki sikap yang negatif. Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa
nelayan di Kecamatan Teluk Mengkudu bersikap negatif Terhadap Program
Pengembangan Perikanan Tangkap.
Ada beberapa alasan mengapa Sikap Nelayan terhadap Program Unggulan
Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Deli Serdang negatif, yaitu sebagai
berikut.
1. Penyaluran bantuan yang dinilai para nelayan masih berjalan lambat dan
belum tepat sasaran. Serta masih banyak di antara para nelayan yang belum
menerima bantuan dari Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Serdang
Bedagai.
2. Kurangnya perhatian pemerintah terhadap aspirasi para nelayan.
3. Kurangnya interaksi yang baik antara nelayan dengan Dinas Perikanan dan
Kelautan.
4. Kurangnya sosialisai dalam kegiatan pendampingan pada kelompok nelayan
dari Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Serdang Bedagai terhadap para
nelayan.
5. Nelayan menilai pemberian bantuan alat tangkap kurang sesuai dengan
kondisi yang dialami oleh nelayan. Hal ini disebabkan karena nelayan
minimnya hasil tangkapan nelayan bukan karena peralatan, melainkan