• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENELANTARAN ISTRI SEBAGAI ALASAN GUGAT CERAI (Studi Kasus Perkara Putusan No.1117/ Pdt.G/ 2014 /PA.Mlg dan 392/Pdt.G/2014/PA.Mlg)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENELANTARAN ISTRI SEBAGAI ALASAN GUGAT CERAI (Studi Kasus Perkara Putusan No.1117/ Pdt.G/ 2014 /PA.Mlg dan 392/Pdt.G/2014/PA.Mlg)"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

PENELANTARAN ISTRI SEBAGAI ALASAN GUGAT CERAI (Studi Kasus Perkara Putusan No.1117/ Pdt.G/ 2014 /PA.Mlg dan

392/Pdt.G/2014/PA.Mlg)

SKRIPSI

Oleh: AGUS SANTOSO NIM. 201110020311060

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG FAKULTAS AGAMA ISLAM

(2)
(3)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur atas segala nikmat dan rahmat dari Allah SWT. yang telah memberikan segala kasih sayangnya kepada semua makhluk-Nya, serta mengajarkan ilmu dan betapa pentingnya ilmu tersebut agar bisa menjadi cahaya yang menerangi jalannya selama hidup di dunia. Dengan ilmu manusia bisa ditinggikan derajatnya serta dapat menjadi bekal di akhirat kelak. Dengan ini, melalui rahmat yang diberikan Allah SWT, akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi tepat waktu dan melalui perjuangan yang panjang.

Penulis menyadari bahwa selama menyelesaikan tugas akhir ini, membutuhkan proses yang sangat panjang dan tidak akan selesai tanpa adanya bantuan berbagai pihak. Baik secara langsung maupun tidak langsung. Maka dari itu, penulis perlu menyampaikan rasa syukur dan ucapan terimakasih sebesar-besarnya kepada:

1. Kedua orangtua, ayahanda Sukarji dan ibunda tersayang Sujiati, yang tanpa hentinya memberikan dukungan serta doa dalam perjalanan penulis untuk menuntut ilmu, keberhasilan dan kesuksesan penulis. Tanpa itu semua tugas akhir ini tidak akan bisa selesai.

2. Kepada nenek dari ayah dan ibu, yang selama ini memberikan doa, semangat dan motivasi.

3. Kepada adik penulis, Susi Indah Sari yang tercinta.

4. Kepada Moch. Dzajuli selaku bapak asuh waktu tinggal di asrama ar-rahmah yang telah mendukung dan memberikan kesempatan waktunya untuk mengarahkan penulis sampai seperti ini.

(4)

6. Prof. Dr. Muhadjir Effendy, M. Ap. Selaku Rektor Universitas Muhammadiyah Malang. Yang telah memberikan kesempatan pada penulis untuk menuntut ilmu di kampus ini.

7. Drs. Faridi, M. Si. Selaku Dekan Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Malang yang telah memberikan izin penulisan tugas akhir ini.

8. Idaul Hasanah, M.HI. selaku dosen pembimbing II sekaligus Ketua Jurusan Syariah Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Malang yang telah mendidik dan memberikan bekal ilmu pengetahuan kepada penulis untuk menyelesaikan tugas akhir ini.

9. Ahda Bina Afianto, LC., M.HI. selaku dosen wali angkatan 2011, yang selalu memberikan nasehat dan arahan kepada penulis dan teman-teman selama perkuliahan. 10. Dr. Pradana Boy ZTF, MA. Selaku dosen pembimbing I yang telah memberikan pengarahan dan masukan kepada penulis sehingga skripsi ini diselesaikan dengan baik.

11. Teman-teman seperjuangan angkatan 2011 baik syariah maupun tarbiyah yang telah menjadi teman perantauan selama 4 tahun ini.

12. Dan kepada semua pihak yang telah membantu penulis menyelesaikan tugas akhir ini, yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.

Pada akhir kata ini, penulis menyampaikan dalam skripsi ini tidak ada kebenaran yang mutlak. Pasti ada kesalahan baik itu dari tulisan ini, maka dari itu penulis mengucapkan permohonan maaf. Muda-mudahan skripsi ini bermanfaat dan menambah wawasan bagi yang membacanya. Amin.

Malang,

(5)

DAFTAR ISI

SAMPUL DEPAN……… i

SAMPUL DALAM………ii

LEMBAR PERSETUJUAN………iii

LEMBAR PENGESAHAN……….………..iv

MOTTO……….……..v

PERSEMBAHAN……….…….vi

PERNYATAAN KEASLIAN………..……….vii

ABSTRAK……….viii

KATA PENGANTAR……….. ix

DAFTAR ISI………..xi

DAFTAR LAMPIRAN………...………..xiii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang………..……….. 1

B. Rumusan Masalah………..………. 9

C. Tujuan Penelitian……….………... 9

D. Manfaat Penelitian……….………. 9

E. Telaah Pustaka………..……..………... 10

F. Metode Penelitian………....………... 12

1. Jenis Penelitian……….………….……... 12

(6)

3. Pendekatan Penelitian ... 13

4. Sumber Data……….……….. 13

G. Sistematika Penulisan……….……… 14

BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Umum Tentang Hak dan Kewajiban Suami Istri……….. 17

1. Pengertian Suami dan Istri………. 17

2. Hak dan Kewajiban Suami – Istri……….. 26

B. Tinjauan Umum Tentang Perceraian……….. 32

1. Pengertian Percerain………... 32

2. Bentuk Putusan Perceraian……… 40

3. Alasan Perceraian ...………... 44

C. Tinjauan Umum Tentang Penelantaran……….. 45

1. Pengertian Penelantaran………. 45

2. Penelantaran Sebagai Alasan Istri Mengajukan Cerai Gugat………… 47

D. Peran dan Tugas Hakim ... 56

BAB III ANALISA dan HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Perkara……….. 61

B. Landasan Hukum……….. 69

C. Pertimbangan Hakim……… 76

D. Analisis Gugat Cerai Menurut Ulama’ Mazhab ...……… 90

BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan……….………. 109

(7)

DAFTAR PUSTAKA……….……… 112

LAMPIRAN-LAMPIRAN A. Daftar Riwayat Hidup……….………. 114

B. Perkara Putusan ... 114

1. Putusan I Nomor 1117/Pdt.G/2014/PA.Mlg ... 115

(8)

DAFTAR PUSTAKA

Al-Quran. (2009). Terjemah & Asbabul Nuzul. Surakarta: Al-Hanan. Undang-undang No. 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan

Ropaun Rambe & Murki Agafi. (2001). Implementasi Hukum Islam. Jakarta: Pt Perca. Setiawan, Aang. (2012). Ketidakmampuan Suami Mmberi Nafkah Dalam Kasus Perceraian.

Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga.

Ma’arief, Akhsanoel. (2008). Tinjaun Hukum Islam Terhadap Pernikahan Lanjut Usia Kaitannya Dengan Pemenuhan Nafkah Suami Terhadap Istri. Institut Agama Islam Negeri Wali Songo Semarang.

Ropaun Rambe & Murki Agafi. (2001). Implementasi Hukum Islam. Jakarta: Pt Perca. Syarifuddin, Amir. (2006). Hukum Perkawinan Islam Di Indonesia; Antara Fiqh Munakahat

dan Undang-Undang Perkawinan. Jakarta: Kencana.

Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alvabeta. Jhonson. (1988). C.L. Ex Familia. New Brunswick: Rutger University Press.

Gray, John. (2000). Mars and Venus Together Forever, Mars dan Venus Bersatu Selamanya. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Hadikusuma, Hilma. (1990). Hukum Perkawinan Indonesia “Menurut Perundangan, Hukum Adat dan Hukum Agama”. Bandung: Penerbit Mandar Maju.

Simanjuntak. (1999). Pokok-Pokok Hukum Perdata Indonesia. Jakarta: Karya Unipress. Komariah. (2013). Hukum Perdata. Malang: UMM Press.

(9)

Djoko Prakoso dan Ketut Murtika. (1987). Asas-Asas Hukum Perkawinan Di Indonesia. Jakarta: Bina Aksara.

Hamdani. (2002). Risalah Nikah (Hukum Perkawinan Islam). Jakarta: Pustaka Amani. Majid, Abdul. (2005). Panduan Hukum Keluarga Sakinah. Surakarta: Era intermedia.

Undang-Undang Perkawinan Indonesia No. 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan. Jakarta: Cemerlang.

Undang-Undang No. 23 Tahun 2004 Pasal 1 angka 1 tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga (UU PKDRT)

Banjirembun.blogspot.co.id/2012/06/landasan-hakim-dalam-memutuskan-perkara.html?m=1 diakses pada tanggal 7 maret 2016 jam 22.00

(10)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Allah SWT telah menciptakan manusia dari jenis laki-laki dan perempuan

dimuka bumi ini dengan dibekali kesempurnaan akal dan hawa nafsu. Dia tidak

mau menjadikan manusia seperti mahluk lainnya yang hidup bebas mengikuti

nalurinya, sehingga tidak mengenal adanya batas-batas yang telah digariskan

ajaran agama. Oleh karena itu, demi kehormatan dan martabat serta demi

kelestarian hidup manusia, Allah telah memberi jalan yang terbaik bagi

mahluk-Nya supaya merasakan kebahagiaan, karena setiap manusia yang berada di atas

pemukaan bumi ini pada umumnya selalu menginginkan bahagia.

Salah satu jalan untuk mencapai bahagia dan memperoleh kehormatan

ialah dengan jalan perkawinan yakni ikatan lahir batin antara seorang pria

dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga,

rumah tangga yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.1

Setelah berlangsung akad nikah maka suami dan istri akan diikat oleh

ketentuan-ketentuan agama yang berhubungan dengan kehidupan suami istri. Untuk dapat

dilangsungkan perkawinan, diperlukan syarat-syarat, baik menurut ketentuan

hukum Islam maupun ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.2

1Undang-Undang Perkawinan Indonesia No. 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan pasal 1. Jakarta:

Cemerlang. Hal.2

(11)

2 Berkaitan dengan hidup berumah tangga, setiap orang pasti mengharapkan

kehidupan yang layak membina rumah tangga bahagia, hidup rukun dan damai,

harmonis dan ideal, memikul tanggung jawab, baik untuk mereka berdua

maupun untuk keturunan mereka. Agama menetapkan bahwa suami

bertanggungjawab mengurus kehidupan istri. Oleh karena itu, suami diberi

derajat setingkat lebih tinggi daripada istrinya. Penetapan ini menunjukan bahwa

laki-laki lebih berkuasa dari wanita tetapi hanya menunjukan bahwa laki-laki

adalah pemimpin rumah tangga disebabkan telah terjadinya akad nikah. Allah

menganugrahkan laki-laki kekuatan jasmani untuk berusaha dan dalam

menghadapi persoalan laki-laki lebih banyak menggunakan akal pikiran

dibanding wanita.

Dalam perkawinan, Islam menempatkan wanita pada kedudukan yang

terhormat dan kepadanya diberikan hak-hak kemanusiaan yang sempurna.

Wanita (istri) adalah pasangan dan partner pria dalam membina rumah tangga

dan mengembangkan keturunan hal ini sebagaimana yang tersirat didalam

firman-Nya:

Artinya :“Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang

telah menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanya Allah menciptakan

(12)

3

perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan

(mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan

(peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan

mengawasi kamu.”3

Dalam perkawinan derajat suami istri sama, Jika ada perbedaan maka itu

hanya akibat fungsi dan tugas utama yang diberikan Allah kepada

masing-masing sehingga kelebihan suami yang tidak ada pada istri dan sebaliknya akan

saling melengkapi, bantu membantu dan saling menopang. Jelas terlihat bahwa

tanggungjawab nafkah istri dan keluarga adalah dibebankan kepada suami.

Kewajiban suami dalam hal ini memberikan yang terbaik bagi keluarganya

sejauh yang dimiliki dan diusahakannya.

Tujuan dasar setiap pembentukan rumah tangga yaitu untuk

mendapatkan keturunan yang shaleh, dapat hidup tentram, tercipta suasana

sakinah yang disertai rasa kasih sayang. Ikatan rumah tangga telah diawali oleh

ijab qobul yang dilakukan oleh calon suami dan wali nikah pada waktu akad

nikah. Sesuai dengan prinsip perkawinan yang dikandung dalam

Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang perkawinan pasal 31 bahwa kedudukan

suami istri adalah sama dan seimbang baik dalam kehidupan rumah tangga

maupun dalam kehidupan bermasyarakat. Kewajiban suami terhadap istrinya

adalah memberikan nafkah lahir (sandang, pangan dan papan) dan batin yakni

menggauli istri dengan baik, menjaga,dan melindungi istri serta harus dapat

mewujudkan kehidupan perkawinan yang diharapkan Allah yakni keluarga yang

(13)

4 sakinah, mawadah dan rahmah. Sedangkan kewajiban istri terhadap suami

adalah menggauli suami dengan baik, memberikan rasa cinta kasih yang

seutuhnya untuk suami, taat dan patuh kepada perintah suami selama suami tidak

menyuruh untuk melakukan perbuatan maksiat, menjaga diri dan harta suami

jika suami tidak ada dirumah serta manjaga diri dari segala hal yang tidak

disenangi suami.

Adapun kewajiban bersama antara suami dan istri yaitu memelihara dan

mendidik anak keturunan yang lahir dari perkawinan tersebut serta memelihara

kehidupan rumah tangga bersama yang sakinah, mawadah dan rahmah.

Sebagaimana yang diatur dalam ketentuan hukum islam dan juga peraturan

perundang-undangan yang berlaku, bahwa suami istri tidak hanya mempunyai

hak, namun juga mempunyai kewajiban yang harus dilaksanakan dalam rangka

mencapai tujuan perkawinan itu sendiri.4

Tercapainya tujuan tersebut sangat bergantung pada eratnya hubungan

antara keduanya baik suami maupun istri dan pergaulan baik antara keduanya.

Akan lebih eratnya lagi apabila hubungan tersebut antara keduanya baik suami

dan istri tetap menjalankan kewajibannya sebagai suami istri yang baik. Hal ini

sebagaimana yang tertuang dalam firman Allah SWT:

(14)

5

Artinya :“Wanita-wanita yang ditalak hendaklah menahan diri

(menunggu) tiga kali quru’. Tidak boleh mereka menyembunyikan apa yang

diciptakan Allah dalam rahimnya, jika mereka beriman kepada Allah dan

hari akhirat. Dan suami-suaminya berhak merujuknya dalam masa menanti

itu jika mereka (para suami) itu menghendaki ishlah. Dan para wanita

mempunyai hak yang seimbang dengan kewajibannya menurut cara yang

ma’ruf. Akan tetapi para suami, mempunyai satu tingkat kelebihan

daripada istrinya. Dan Allah Mahaperkasa lagi Mahabijaksana.”5

Pada dasarnya perkawinan dilakukan untuk selamanya sampai matinya

salah seorang dari suami istri tersebut. Inilah yang dikehendaki agama islam,

namun dalam keadaan tertentu ada hal-hal yang menghendaki putusnya

pekawinan itu dalam arti bilamana hubungan perkawinan tetap dilanjutkan maka

kemudharatan akan terjadi, dalam hal ini Islam membenarkan putusnya

pekawinan sebagai langkah terakhir dari usaha melanjutkan rumah tangga dan

dengan hal itu bermaksud juga sebagai suatu jalan keluar yang terbaik.6

5QS. Al-Baqarah [2]:228

(15)

6 Perkawinan di Indonesia selain diatur dalam UU No. 1 Tahun 1974

tentang perkawinan juga diatur dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI). Dalam

KHI terdapat tambahan mengenai alasan terjadinya perceraian yang berlaku

khusus kepada suami istri yang memeluk Agama Islam, yaitu suami melanggar

taklik talak atau jatuhnya karena suatu syarat yang disepakati setelah akad.

Dalam alasan tersebut, untuk memenuhi kehidupan keluarga yang bahagia dan

tentram, dibutuhkan masing-masing suami istri yang bisa manjalankan hak dan

kewajibanya. Sehingga satu sama lain merasa tercukupi dan tidak ada yang

merasa ditelantarkan atau keadilan tidak terpenuhi. Seperti halnya suami yang

menelantarkan istrinya dengan tidak menafkahi, maka kehidupan dalam

keluarga itu bisa retak bahkan istri bisa mengajukan cerai. Ketika dalam rumah

tangga tidak bisa lagi di pertahankan maka hukum yang terdapat dalam UU No.

1 Tahun 1974 tentang perkawinan diatas bisa dijadikan dasar.

Setiap perkara perceraian yang diajukan ke Pangadilan Agama harus

memenuhi salah satu ketentuan pasal 116 Kompilasi Hukum Islam tersebut.

Salah satu putusan perceraian yang akan dikaji peneliti adalah Putusan

Pengadilan Agama No. 1117/Pdt.G/2014/PA.Mlg dan 392/Pdt.G/2014/PA.Mlg

tentang perceraian dengan alasan penelantaran istri.

Dalam pasal di atas bisa dijadikan alasan atau dasar yang kuat untuk

memutuskan perkara nomor 1117/Pdt.G/2014 dan 392/Pdt.G/2014/PA.Mlg

yang ada di Pengadilan Agama Malang tentang perceraian antara suami istri.

Bahwa penggugat dan tergugat pada kedua perkara tersebut yang semula

(16)

7 pertengkaran yang disebabkan Tergugat tidak mencukupi nafkah kepada

Penggugat, dan sering membentak-bentak Penggugat dengan mengatakan

kata-kata yang kotor dan bukan pada tempatnya serta dalam perkara nomor

392/Pdt.G/2014/PA.Mlg Tergugat malah meninggalkan Penggugat selama 3

tahun dan tidah sama sekali memberi nafkah serta tidak ada kabar sampai

gugatan ini diajukan di Pengadilan Agama. Sedangkan di dalam al-Quran sudah

dijelaskan tentang tanggung jawab sebagai suami yang artinya:

ِفوُﺮْ َْﺎِ ُﻬُـَﻮْﺴَِو ُﻬُـْزِﺜ َُ ِﺚﻮُْﻮَْﺒ ﻰََ َو

Artinya :“kewajiban ayah memberi Makan dan pakaian kepada

Para ibu dengan cara ma'ruf’7

Selain itu dalam perkara nomor 1117/Pdt.G/2014/PA.Mlg, Akibat

perselisihan atau pertengkaran tersebut di atas mengakibatkan terjadinya pisah

ranjang selama 2 (dua) tahun berjalan sejak gugatan tersebut diajukan, dan

Tergugat dalam perselisihan atau pertengkaran malah menjadi rumah tangga

tidak menentu, berani dengan ibu Penggugat dengan mengatakan yang

bukan-bukan sebagai seorang kepala rumah tangga, artinya menunjukkan rumah tangga

antara Penggugat dan Tergugat jelas-jelas tidak dapat dipertahankan lagi, maka

jalan keluar yang terbaik adalah perceraian daripada membina rumah tangga

yang selalu berselisih atau bertengkar. Tergugat sebagai seorang suami

seharusnya bertanggung jawab terhadap Penggugat dan anaknya, akan tetapi

(17)

8 Tergugat tidak memperdulikan Penggugat dan Penggugat bekerja sendiri untuk

mencukupi dirinya sendiri.

Jika dengan sengaja suami menelantarkan dan menzdahalimi istri dan

anaknya dengan meninggalkan sampai beberapa tahun lamanya tidak ada kabar

dan tidak memberikan nafkah. Maka itu adalah kesalahan dan dia (suami)

berdosa karena telah melalaikan kewajibannya sebagai seorang suami dan ayah

bagi anak-anaknya. Istri dapat menuntut hak-haknya, Jika nafkah tersebut tidak

dapat dipenuhi oleh suami. Kemudian suami menginggalkan istri dua tahun

berturut-turut, atau tidak memberi nafkah wajib tiga bulan lamanya, atau

menyakiti badan/jasmani istri, atau membiarkan/tidak mempedulikan istri enam

bulan lamanya. Maka dengan alasan tersebut istri dapat mengajukan gugatan ke

Pengadilan Agama. Gugatan ini dapat berakibat kepada perceraian. Yang

disebut dengan tafriq qadha’I (peceraian melalui Pengadilan Agama).

Sebagaimana tertuang dalam siqhat ta’liq (alasan perceraian) yang di ikrarkan

oleh suami saat setelah akad nikah berlangsung.

Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka penulis tertarik untuk

melakukan penelitian skripsi mengenai perkara penelantaran seorang suami

terhadap istri. Dengan perkara putusan yang sudah banyak dan tidak asing lagi

di Pengadilan Agama Malang khususnya perkara penelantaran, maka penulis

ingin meneliti beberapa atau dua kasus perkara saja di Pengadilan Agama

Malang yang mengangkat masalah dengan menjadikan fokus penelitian skripsi

yang berjudul “PENELANTARAN ISTRI SEBAGAI ALASAN GUGAT

CERAI” (Studi Kasus Perkara Putusan No.1117/ Pdt.G/ 2014 /PA.Mlg dan

(18)

9

B. Rumusan Masalah

Agar lebih praktis dan operasional, maka peneltian ini dapat di rumuskan

sebagai berikut:

1. Apa dasar hukum dan pertimbangan hakim dalam memutus perkara cerai

gugat terhadap suami menelantarkan istri pada perkara

no.1117/Pdt.G/2014/PA.Mlg dan 392/Pdt.G/2014/PA.Mlg?

2. Bagaimana tinjauan hukum islam terhadap dasar hukum dan pertimbangan

hakim di dalam memutus perkara cerai gugat terhadap putusan perkara

tersebut?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini

adalah :

1. Untuk mengetahui dasar hukum yang berkaitan dengan penelantaran oleh

suami terhadap istri yang diputuskan oleh hakim.

2. Untuk mengkaji bagaimana pandangan hukum islam terhadap putusan nomor

1117/Pdt.G/2014/PA.Mlg dan 392/Pdt.G/2014/PA.Mlg.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:

1. Hasil penelitian ini diharapkan bisa menambah khasanah ilmu pengetahuan

(19)

10

2. Dengan adanya penelitian ini diharapkan bisa memberi tambahan sumber

referensi terhadap Hakim Pengadilan Agama atau Penegak Hukum dalam

memutuskan perkara yang berkaitan dengan penelitian tersebut.

3. Dengan hasil penelitian ini diharapkan agar bisa dijadikan sumber referensi

dan contoh bagi kita semua yakni masyarakat awam/luas agar lebih

berhati-hati dalam berumahtangga dan untuk suami agar bisa menjaga serta

bertanggungjawab atas nafkah atau kebutuhan terhadap istri dan anaknya.

E. Telaah Pustaka

Menurut pengamatan dan penelusuran penyusun terhadap buku-buku

dan berbagai karya ilmiah lainya yang berkaitan dengan cerai gugat ada

beberapa buku dan karya ilmiah yang akan penyusun sebutkan:

Pertama, dalam bukunya H.S.A. Al Hamdani tentang Risalah Nikah

(Hukum Perkawinan Islam), menurutnya ada beberapa hak-hak dan

kewajiban suami istri khususnya nafkah suami terhadap istri, hak-hak bukan

benda misalnya bagaimana memperlakukan istri dan manjaga istri, serta

kemudian bagaimana Perceraian dengan putusan hakim.

Kedua, dalam bukunya R. Abdul Djamali, S.H tentang Hukum Islam

Berdasarkan Ketentuan Kurikulum Konsorsium Ilmu Hukum, menurutnya

ada beberapa kewajiban dan hak suami istri di dalam berumah tangga.

Ketiga, dalam bukunya Abdur Rahman I. Doi tentang Inilah Syariah

Islam, menurutnya ada beberapa pecahnya ikatan perkawinan dan tata cara

(20)

11

Keempat, Skripsi Muhammad Arif Kurniawan yang berjudul “Cerai

Gugat terhadap Suami yang Melakukan Kekerasan terhadap Istri dalam

Rumah Tangga (Studi terhadap Putusan Pengadilan Agama Yogyakarta

Perkara Nomor 0019/Pdt.G/2010/Pa.YK.Tahun 2010”. Dalam skripsi ini

Muhammad Arif Kurniawan menganalisis kasus perkara seorang suami yang

melakukan kekerasan terhadap istrinya di dalam rumah tangga. Alasan yang

dapat diterima oleh hukum adalah salah satu pihak melakukan kekejaman

atau penganiayaan yang membahayakan pihak lain dan mengakibatkan

perselisian serta pertentangan di dalam rumah tangga.

Kelima, Skripsi Akhsanoel Ma’arif yang berjudul ”Tinjauan Hukum

Islam Terhadap Pernikahan Lanjut Usia Kaitannya Dengan Pemenuhan

Nafkah Suami kepada Istri (Studi kasus di panti Wredha Purbowuyono Kec.

Wanasari Kab. Brebes)”. Pembahasannya tentang suami tidak menafkahi istri

karena suami sedang sakit.

Keenam, Skripsi Muntaha yang berjudul “Kriteria Minimal Nafkah

Wajib Kepada Istri (Studi Analisis Pendidikan Imam Syafi’i)”.isi dari

karyanya memaparkan tentang pemberian nafkah kepada istri dan kadar yang

diberikan.8

Ketujuh, Skripsi Aang Setiawan yang berjudul “Ketidakmampuan

Suami Mmberi Nafkah Dalam Kasus Perceraian”. Pembahasannya mengenai

seorang istri tidak dinafkahi suami karena suami tidak bekerja dan suami

8

(21)

12 tidak peduli dengan istrinya sehingga istri terpaksa dibantu orangtuanya

untuk mencukupi kebutuhan dirinya.9

Sedangkan dalam Skripsi penulis lebih menekankan pada aspek

tanggung jawab suami yang lepas mengakibatkan istri mengalami

penelantaran dan istri merasa tidak nyaman atau tidak mau mempertahankan

rumah tangganya karena suami yang tidak bertanggung jawab dan mencukupi

kebutuhan keluarga. Dengan demikian hak-hak istri tidak terpenuhi dan atas

dasar hukum suami diajukan atau digugat ke Pengadilan Agama Malang.

F. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Penelitian ini mengkaji tentang studi putusan perkara nomor

1117/Pdt.G/2014/ PA.Mlg dan 392/Pdt.G/2014/PA.Mlg. Metode yang

penulis lakukan pada penelitian menggunakan metode Yuridis Normatif

yakni metode penelitian hukum yang dilakukan dengan meneliti bahan

pustaka atau data sekunder belaka10.

2. Sifat Penelitian

Penelitian ini menggunakan penyusunan yang bersifat deduktif11.

Yakni prosedur penelitian yang menghasilkan data deskritif berupa

kata-kata tertulis dari apa yang diamati. Adapun yang dibahas dalam penelitian

9

Aang Setiawan. Ketidakmampuan Suami Mmberi Nafkah Dalam Kasus Perceraian. (2012). Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga. hal. 58.

10file:///G:/intnet/contohMetodePenelitianNormatifdenganpenelitianempiris._rul.htm diambil pada

tanggal 20 Oktober 2015 jam 13.00

(22)

13 ini tidak berkenaan dengan angka-angka, tetapi mendiskripsikan, dan

memenguraikan putusan Pengadilan Agama Malang dalam memutuskan

tentang perkara cerai gugat oleh suami yang menelantarkan dan tidak

bertanggung jawab kepada istri.

3. Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

kualitatif, artinya dalam mengumpulkan data cenderung menggunakan

metode studi literatur, yaitu data yang dikumpulkan berasal dari data

putusan dan literatur yang ada. Peneliti menganalisa terhadap masalah

masalah yang ada di dalam putusan dan berkaitan dengan pokok

permasalahan yang diperkarakan.

4. Sumber Data

Sumber data adalah subyek dari mana data di peroleh atau sesuatu

yang dapat memberikan informasi yang dibutuhkan dalam penelitian ini.12

Berdasarkan sumbernya, sumber data dalam penelitian dikelompokan

menjadi dua, yaitu sumber data primer dan sekunder.

a. Sumber Primer

Sumber data primer adalah subyek dari mana data diperoleh secara

langsung dari obyek penelitian yang menggunakan alat pengambilan data

langsung pada obyek sebagai sumber informasi yang dicari. Adapun sumber

data primer dalam penelitian ini adalah dari keputusan Pengadilan Agama

(23)

14

Malang Perkara Nomor 1117/Pdt.G/2014/Pa.Mlg dan

392/Pdt.G/2014/PA.Mlg.

b. Sumber sekunder

Sumber data sekunder adalah subyek dari mana data diperoleh dari

pihak lain, tidak langsung diperoleh dari obyek penelitian. Yakni

Undang-undang dan Kompilasi Hukum Islam (KHI).

G. Sistematika Penulisan

Agar pembahasan lebih terarah dan mudah dipahami, maka dalam

menguraikan peneliti berusaha menyusun kerangka secara sistematik.

Sebelum memasuki Bab pertama dan berikutnya, maka penulis skripsi

diawali dengan bagian muka, yang memuat judul, nota pembibing,

pengesahan, persembahan, abstraksi, kata pengantar dan daftar isi.

Penulisan dalam penelitian ini di susun menjadi beberapa BAB,

Pada Bab I akan di sajikan tentang Pendahuluan yakni:

A. Latar Belakang

B. Rumusan Masalah

C. Tujuan Penelitian

D. Manfaat Penelitian

E. Tinjauan Pustaka

F. Metodologi Penelitian

(24)

15 Pada Bab II berisi tentang Landasan teori yakni:

A. Tinjauan Umum Tentang Hak dan Kewajiban Suami Istri

1. Pengertian Suami dan Istri

2. Hak dan Kewajiban Suami – Istri

B. Tinjauan Umum Tentang Perceraian

1. Pengertian Percerain

2. Bentuk Putusan Perceraian

3. Hal yang Menyebabkan Perceraian

C. Tinjauan Umum Tentang Penelantaran

1. Pengertian Penelantaran

2. Penelantaran Sebagai Alasan Istri Mengajukan Cerai Gugat

D. Peran dan Tugas Hakim

Pada Bab III membahas tentang Analisa dan Hasil Penelitian yakni:

A. Deskripsi Perkara

B. Landasan hukum

C. Pertimbangan Hakim

D. Analisa Gugat Cerai Menurut Ulama Mazhab

Pada Bab IV yaitu bab terakhir/penutup yang memuat:

A. Kesimpulan

Referensi

Dokumen terkait

1) Emal, Zain (2006), dalam skripsinya yang berjudul Analisa Dan Koordinasi Sinyal Antar Simpang Pada Ruas Jalan Diponegoro Surabaya mengambil kesimpulan bahwa keempat

secara khusus. 3) Tanpa adanya sarana atau fasilitas tertentu maka tidak mungkin penegakan hukum akan berlangsung dengan lancar sarana fasilitas tersebut antara lain

Pada tugas akhir penulis akan membangun sebuah perangkat lunak sistem ERP yang khusus menangani domain fungsi Account Payable, Account Receivable dan Fixed Asset

 Secara mandiri siswa diminta untuk membaca teks materi mengenai karya tiga dimensi, unsur-unsur karya seni rupa tiga dimensi, dan jenis benda yang biasa dituangkan dalam

Polisakarida sulfat (fukoidan) yang diekstraksi dengan metode MAE menggunakan pelarut akuades dari alga Fucus vesiculosus (Rodriguez-Jasso et al., 2011) dan Ascophyllum

1) Melakukan Instalasi dan Konfigurasi jaringan komunikasi data pada server di dinas dan unit pelayanan teknis kategori 1 dan 2 (ADB Kependudukan Ahli pratama, angka

Pola data yang didapat dari PT DASA BUSANA SAKTI adalah pola data musiman dengan kecendrungan linier/trend, dilihat dari penghitungan error data peramalan terkecil, sehingga

sangat ketat, perusahaan harus mampu memberikan harga dan kualitas produk yang berkualitas terhadap pembelinya karena perusahaan dikatakan berhasil mencapai