• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perancangan Ruang Terbuka Pondok Indah Townhouse, Jakarta (Kegiatan Magang di PT. Sheils Flynn Asia, Bogor)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perancangan Ruang Terbuka Pondok Indah Townhouse, Jakarta (Kegiatan Magang di PT. Sheils Flynn Asia, Bogor)"

Copied!
127
0
0

Teks penuh

(1)

PONDOK INDAH TOWNHOUSE, JAKARTA

(KEGIATAN MAGANG DI PT SHEILS FLYNN ASIA, BOGOR)

MARISHA DESLIA

DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN

(2)

PERANCANGAN RUANG TERBUKA HIJAU PONDOK INDAH TOWNHOUSE, JAKARTA

(Kegiatan Magang di PT. Sheils Flynn Asia, Bogor)

Adalah benar merupakan hasil karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Semua sumber data dan informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan pada daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, Maret 2013

(3)

MARISHA DESLIA, A44080056. Perancangan Ruang Terbuka Pondok Indah Townhouse (Kegiatan Magang di PT. Sheils Flynn Asia, Bogor). Dibawah bimbingan SITI NURISJAH

Konsep townhouse merupakan konsep penataan pemukiman penduduk

yang sedang intensif dilakukan terutama di kota besar dengan kepadatan penduduk yang tinggi, demikian juga dilakukan di Kota Jakarta. Konsep ini menekankan kepada pengoptimalan ruang terbuka publik yang menyediakan

fasilitas yang lengkap seperti taman komunitas dan sport center, dengan

meminimalkan ruang privat pada setiap bagian unit rumah. Penyusunan setiap

unit rumah pada townhouse juga dengan sistem deret dengan jumlah rumah

berkisar 60-70 unit.

Untuk mempelajari mengenai konsep ruang terbuka pada townhouse,

dilakukan kegiatan magang selama empat bulan di PT. Sheils Flynn Asia (PT. SFA) yang sedang menangani proyek Perancangan Ruang Terbuka Pondok Indah Townhouse, di Jakarta Selatan. Proyek tersebut akan dikembangkan oleh PT. Metropolitan Kentjana, perusahaan yang bergerak di bidang pengembangan real estat, properti pengembangan pusat perbelanjaan, apartemen, ruang kantor dan fasilitas rekreasi.

Tujuan kegiatan magang ini secara umum adalah untuk memperluas wawasan, pengetahuan, serta keterampilan mahasiswa dalam kegiatan

perancangan ruang terbuka townhouse. Dalam pelaksanaannya mahasiswa dapat

secara langsung mempelajari dan menganalisis sistem dan proses kerja pada konsultan, dalam hal ini PT. SFA. Kegiatan magang ini bermanfaat dalam meningkatkan profesionalisme mahasiswa di bidang kerja arsitektur lanskap dalam proses perancangan pada konsultan arsitektur lanskap. PT. Sheils Flynn Asia merupakan perusahaan yang memiliki manajemen perusahaan yang terstruktur, dari segi pembagian kerja, pengaturan waktu kerja, maupun pembagian tanggung jawab dalam pelaksanaan proyek. Sistem kerja studio PT. SFA juga terstruktur dari segi penyimpanan dan pendistribusian data, penamaan gambar kerja, serta proses perancangan yang sesuai standar.

Metode magang yang digunakan berupa partisipasi aktif dalam kegiatan yang berlangsung di perusahaan yakni terlibat dalam proses pengerjaan perancangan ruang terbuka Pondok Indah Townhouse. Selain itu, mahasiswa juga terlibat dalam pengerjaan proyek lain yang sedang ditangani. Pengumpulan data didapatkan melalui wawancara mengenai kelembagaan perusahaan, pengamatan langsung pada sistem kerja di PT. SFA, serta melakukan studi pustaka mengenai

perancangan ruang terbuka townhouse.

Perancangan ruang terbuka Pondok Indah Townhouse dilakukan dengan

tahapan (1) Research and analysis (2) Conceptual Design (3) Design

Development, (4) Construction Documentation. Selama mengikuti kegiatan

magang, mahasiswa terlibat pengerjaan proyek pada tahap design development

(4)

manajemen pembagian kerja. Perbedaan pendapat dalam pemilihan material dapat diatasi melalui musyawarah dengan tim pengerjaan proyek. Kesuksesan pelaksanaan pekerjaan lanskap diwujudkan oleh kerjasama yang baik oleh pihak konsultan lanskap (PT. Sheils Flynn Asia) dan kontraktor (PT. Metropolitan Kentjana).

Hal yang didapat selama mengikuti kegiatan magang adalah peningkatan kemampuan mahasiswa dalam melaksanakan proses perancangan lanskap baik

dari peningkatan kemampuan mengoperasikan software maupun keterampilan

melakukan kegiatan perancangan secara nyata. Kegiatan magang pada konsultan lanskap sangat bermanfaat bagi mahasiswa untuk menjadi bekal mahasiswa terjun langsung ke dunia kerja profesional.

Secara umum, perancangan ruang terbuka Pondok Indah Townhouse telah baik, namun sebaiknya diperhatikan pula keadaan sungai Pesanggrahan melihat rancangan yang memaksimalkan pemandangan alami sungai untuk menjadi nilai tambah kawasan yang didukung dengan pengelolaan sungai agar keindahannya dapat dimanfaatkan. Keberadaan sungai Pesanggrahan menjadi penyatu kedua bagian tapak yang terpisah, hal ini dapat dilihat dari peletakan unit rumah yang menghadap ke sungai. Selain itu, pemilihan vegetasi juga perlu memperhatikan karakteristik pertumbuhan dan kebutuhan setiap tanaman agar dapat tumbuh dengan optimal.

(5)

® Hak Cipta IPB, tahun 2013 Hak Cipta dilindungi Undang-undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan

atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,

penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau

tinjauan suatu masalah, dan pengutipan tersebut tidak merugikan IPB.

Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini

(6)

(KEGIATAN MAGANG DI PT. SHEILS FLYNN ASIA)

MARISHA DESLIA

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada

Departemen Arsitektur Lanskap

DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN

(7)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul Kegiatan Magang : Perancangan Ruang Terbuka Pondok Indah

Townhouse, Jakarta

(Kegiatan Magang di PT. Sheils Flynn Asia, Bogor)

Nama Mahasiswa : Marisha Deslia

NRP : A44080056

Departemen : Arsitektur Lanskap

Menyetujui, Dosen Pembimbing

Dr. Ir. Siti Nurisjah, MSLA NIP. 19480912 197412 2 001

Mengetahui,

Ketua Departemen Arsitektur Lanskap

Dr. Ir. Siti Nurisjah, MSLA NIP. 19480912 197412 2 001

(8)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah Swt. yang telah

memberikan rahmat-Nya sehingga skripsi yang berjudul, “Perancangan Ruang

Terbuka Pondok Indah Townhouse, Jakarta (Kegiatan Magang di PT. Sheils Flynn Asia)” dapat diselesaikan dengan baik. Skripsi ini disusun sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Dr. Ir. Siti Nurisjah, MSLA, selaku dosen pembimbing skripsi dan dosen pembimbing akademik selama penulis menempuh perkuliahan di Departemen Arsitektur Lanskap atas bimbingan, masukan serta sarannya dalam melakukan penulisan skripsi ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Ibu Vera Dian Damayanti, SP, MLA dan Pak Akhmad Arifin Hadi, SP, MA sebagai penguji pada ujian akhir atas masukan yang diberikan kepada penulis dalam penyempurnaan skripsi ini.

Terima kasih juga penulis tujukan kepada PT. Sheils Flynn Asia selaku perusahaan konsultan arsitektur lanskap tempat penulis melakukan kegiatan magang. Terima kasih kepada Pak Rahman Andra Wijaya dan Pak Iman Prastoto Septadarma, Mbak Yasmina Azriani, Pak Dedy Guswandi dan teman-teman staf lainnya yang telah membantu, memberi arahan dan menerima penulis selama melaksanakan kegiatan magang.

Penulis juga mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada kedua orang tua dan keluarga : Mama, Papap, Kak Esa, Kak Ayu, Kak Mei, atas segala dukungan dan doa yang diberikan. Terima kasih juga diucapkan kepada teman-teman yang telah mendukung, memberikan semangat kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa tulisan ini belum sempurna, namun diharapkan skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi pihak-pihak yang membutuhkan.

Bogor, Maret 2013

(9)

RIWAYAT HIDUP

Marisha Deslia, merupakan anak dari pasangan Bapak Komarsa Gandasasmita dan Ibu Lidya Ali yang dilahirkan di Bogor pada tanggal 14 Desember 1989. Penulis merupakan anak bungsu dari empat bersaudara.

Penulis mengawali jenjang pendidikan Sekolah Dasar di SD Regina Pacis, Bogor 1996-2002. Penulis melanjutkan pendidikannya ke Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama di SLTP Regina Pacis Bogor pada tahun 2002-2005. Pada tahun 2005-2008, penulis melanjutkan pendidikannya di sekolah menengah atas SMA Negeri 5 Bogor.

(10)

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xviii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Tujuan ... 2

1.3 Manfaat ... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 4

2.1 Permukiman ... 4

2.2 Townhouse ... 4

2.2.1 Definisi Townhouse ... 4

2.2.2 Karakteristik Townhouse ... 5

2.2.3 Townhouse sebagai Rumah Tinggal ... 7

2.3 Ruang Terbuka ... 8

2.4 Perancangan Lanskap ... 9

2.5 Konsultan Lanskap ... 10

2.6 Manajemen Proyek Lanskap ... 12

BAB III METODOLOGI ... 13

3.1 Tempat dan Waktu ... 13

3.2 Metode ... 14

3.3 Pengumpulan Data ... 14

3.4 Tahapan Kegiatan Magang ... 16

3.5 Batasan Studi ... 18

BAB IV KONDISI UMUM PT. SHEILS FLYNN ASIA ... 19

4.1 Profil Perusahaan ... 19

4.2 Struktur Organisasi ... 19

4.3 Manajemen Penanganan Proyek ... 20

4.3.1 Penerimaan Proyek ... 20

4.4 Manajemen Penanganan Proyek ... 22

(11)

4.4.1 Sistem Pendistribusian Data ... 22

4.4.2 Sistem Penamaan Proyek dan Berkas Kerja ... 23

4.4.3 Sistem Penamaan Gambar Kerja ... 24

4.4.4 Sistem Penyimpanan Data ... 25

BAB V PERANCANGAN RUANG TERBUKA PONDOK INDAH TOWNHOUSE ... 26

5.6 Design Development ... 39

5.6.1 The Gateway ... 39

5.7 Construction Documentation ... 58

(12)

6.1. Sistem Manajemen PT. Sheils Flynn Asia ... 76

6.1.1 Posisi dan Tanggung Jawab... 76

6.1.2 Sistem Kerja Studio ... 76

6.1.3 Struktur Manajemen Proyek ... 78

6.1.4 Kegiatan Kerjasama ... 78

6.2. Kegiatan Perancangan PT. Sheils Flynn Asia... 80

6.2.1 Tahapan Perancangan Lanskap ... 80

6.2.2 Pengumpulan dan Kelengkapan Data ... 81

6.2.3 Pengembangan Konsep Ruang Terbuka Pondok Indah Townhouse ... 81

6.2.4 Finalisasi Rancangan Ruang Terbuka Pondok Indah Townhouse ... 83

6.3. Produk Perancangan ... 87

6.3.1 Ragam Output ... 87

6.3.2 Standar Kelengkapan Gambar ... 90

BAB VII SIMPULAN DAN SARAN ... 91

7.1 Simpulan ... 91

7.2 Saran ... 91

DAFTAR PUSTAKA ... 93

(13)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Proses perancangan Simonds dan Starke ...11

Tabel 2. Jadwal Kegiatan Magang di PT. SFA, 2012 ...13

Tabel 3. Jenis, bentuk, dan Sumber Data ...15

Tabel 4. Alat dan software yang dibutuhkan ...17

Tabel 5. Perangkat keras pada PT SFA ...22

Tabel 6. Software yang digunakan pada PT SFA ...23

Tabel 7. Penamaan file pada sistem xref di PT SFA ...24

(14)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Ilustrasi Bentuk Townhouse ...5

Gambar 2. Pembentukan Townhouse ...7

Gambar 3. Contoh Taman Lingkungan di Kawasan Permukiman ...8

Gambar 4. Drawing List A127 ...21

Gambar 5. Rumah tipe standar, penthouse, dan luxurius pada PIT ...26

Gambar 6. Kondisi Exsisting Tapak ...27

Gambar 7. Peta Lokasi Proyek ...28

Gambar 8. Pembagian Area Tapak ...28

Gambar 9. Proses Cut and Fill Yang Dilakukan ...31

Gambar 10. Perpindahan Jalan Umum yang Diajukan PT. MK ...32

Gambar 11. Ilustrasi Pembuatan Jembatan Penghubung Tapak ...32

Gambar 12. Gambar Referensi Konsep Riverside ...33

Gambar 13. Konsep Pembagian Ruang ...34

Gambar 14. Konsep Perkerasan (Surfacing) ...36

Gambar 15. Konsep Elemen Air (Water Element) ...36

Gambar 16. Area Hijau Eksisting ...37

Gambar 17. Area Hijau dan Area Terbangun yang Diajukan ...37

Gambar 18. Konsep Penanaman Pohon (Trees) ...38

Gambar 19. Site Plan Pondok Indah Townhouse Tahap Design Development ...43

Gambar 20. Detail Plan West Site (Barat) Tahap Design Development ...44

Gambar 21. Detail Plan West Site (Timur) Tahap Design Development ...45

Gambar 22. Detail Plan East Site (Selatan) Tahap Design Development ...46

Gambar 23. Detail Plan East Site (Utara) Tahap Design Development ...47

Gambar 24. Potongan A Tahap Design Development ...48

Gambar 25. Potongan B Tahap Design Development ...49

Gambar 26. Area Gateway ...50

Gambar 27. Ilustratif Suasana Area Gateway ...50

Gambar 28. Area West Courtyard ...51

Gambar 29. Ilustratif Suasana Area West Courtyard ...52

Gambar 30. Area East Courtyard ...53

(15)

Gambar 32. Area The Alley ...54

Gambar 33. Ilustratif Suasana Area The Alley ...55

Gambar 34. Area Clubhouse ...56

Gambar 35. Site Plan Tipikal Internal Road ...57

Gambar 36. Site Plan Tipikal External Road ...58

Gambar 37. Detail Pola Perkerasan Area Gateway ...59

Gambar 38. Tampak Feature Wall Area Gateway ...59

Gambar 39. Detail Potongan Feature Wall Area Gateway ...60

Gambar 40. Potongan Kolam Area Gateway ...61

Gambar 41. Detail A – Potongan Air Terjun dari Feature Wall Pada Kolam ...62

Gambar 42. Pola Pemasangan Perkerasan pada Upper Terrace ...63

Gambar 43. Potongan Penampang Perkerasan pada Upper Terrace ...63

Gambar 44. Pola Penyusunan Kayu sebagai Perkerasan ...64

Gambar 45. Potongan Horizontal Perkerasan Kayu ...65

Gambar 46. Potongan Vertikal Perkerasan Kayu ...65

Gambar 47. Pola Perkerasan pada Central Courtyard ...66

Gambar 48. Potongan Perkerasan pada Central Courtyard ...66

Gambar 49. Plan area Upper Terrace ...67

Gambar 50. Potongan Border Wall pada Upper Terrace ...67

Gambar 51. Tampak Border Wall pada Upper Terrace ...68

Gambar 52. Detail Penyusunan Material pada Border Wall Upper Terrace ...68

Gambar 53. Tampak Axonometric Kolam pada East Garden ...69

Gambar 54. Plan Furniture Bangku pada The Alley ...70

Gambar 55. Potongan Tipikal Furniture Bangku pada The Alley ...70

Gambar 56. Pola Pemasangan Perkerasan pada Clubhouse ...71

Gambar 57. Detail Potongan Perkerasan pada Clubhouse ...71

Gambar 58. Plan Kolam pada Bagian Depan Clubhouse ...72

Gambar 59. Detail Potongan Wall pada Kolam Bagian Depan Clubhouse ...72

Gambar 60. Pola Pemasangan Concrete Block pada Shared Space ...73

Gambar 61. Detail Potongan Konstruksi Perkerasan pada Shared Space ...73

Gambar 62. Plan Dinding Pembatas Tapak pada External Road ...74

(16)

Gambar 64. Detail Pola Pemasangan Batu pada Dinding Pembatas Tapak ...75

Gambar 65. Detail Potongan Dinding Pembatas Tapak pada External Road ...75

Gambar 66. Struktur Organisasi Penanganan Proyek ...77

Gambar 67. Skema Hubungan Kerjasama Pada Pondok Indah Townhouse ...79

Gambar 68. Tahapan Perancangan PT. SFA 2012 ...80

Gambar 69. Ilustrasi tampak soft material pada area The Gateway ...84

(17)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Jenis Soft Material Yang Digunakan ... 96

2. Jenis Hard Material Yang Digunakan ... 100

3. Keterangan Material pada Ruang Terbuka Pondok Indah Townhouse .... 107

4. Detail Material West Site 1 ... 108

5 Detail Material West Site 2 ... 109

6. Detail Material West Site 3 ... 110

7. Detail Material West Site 4 ... 111

8. Detail Material West Site 5 ... 112

9. Detail Material West Site 6 ... 113

10. Detail Material West Site 7 ... 114

11. Detail Titik Penanaman Pohon West Site 1 ... 115

(18)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sebagai makhluk hidup, manusia memiliki kebutuhan-kebutuhan hidup

yang harus dipenuhi dalam rangka mempertahankan kelangsungan hidupnya. Berdasarkan tingkat intensitas kebutuhannya, manusia memiliki tiga kebutuhan

primer, yaitu sandang, pangan, dan papan. Pangan adalah kebutuhan berupa

makanan, sandang berupa pakaian, serta papan berupa kebutuhan rumah tinggal. Papan atau dapat juga diartikan sebagai tempat tinggal yang merupakan tempat bernaung manusia, terus menerus mengalami perkembangan. Pada awalnya, rumah hanya berfungsi untuk memenuhi kebutuhan manusia yang bersifat fisik seperti tempat untuk berlindung dari cuaca, serangan binatang buas, gejala alam, dan tempat untuk beristirahat. Namun sekarang, rumah tinggal dituntut memiliki kawasan yang dapat mendukung pengembangan diri masing-masing individu (Surayya 2006).

Maslow (1943) menjabarkan kebutuhan dasar manusia di antaranya

menjadi kebutuhan fisiologis (physiological needs) dan kebutuhan rasa aman dan

perlindungan (safety and security needs). Kebutuhan fisiologis merupakan

kebutuhan yang paling mendasar yang harus dipenuhi yang berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan dasar semua manusia seperti, makan, minum, menghirup udara. Setelah kebutuhan fisiologis terpenuhi, kebutuhan rasa aman dan perlindungan akan meningkat. Kebutuhan akan rasa aman dan perlindungan ini berhubungan dengan keamanan, stabilitas, proteksi manusia. Kedua kebutuhan dasar manusia itu dapat terpenuhi secara fisik salah satunya dengan adanya rumah tinggal.

Sebagai tempat bernaung dan berlindung dari bahaya, rumah juga tempat untuk melakukan interaksi sosial. Apabila kebutuhan ini tidak terpenuhi maka manusia tidak akan dapat tumbuh dan berkembang dengan baik. Faktor keamanan, kenyamanan, fasilitas, dan lokasi adalah alasan utama orang memilih kawasan rumah tinggal..

(19)

tersebut dapat dipenuhi dengan adanya ruang terbuka, baik ruang terbuka hijau maupun ruang terbuka biru. Fasilitas ruang terbuka di dalam kawasan perumahan menjadi sangat penting selain untuk pemenuhan kebutuhan manusia, berfungsi juga sebagai area peningkatan mutu kawasan. Ruang terbuka hijau dengan memanfaatkan fungsi vegetasi berfungsi untuk menciptakan kawasan yang nyaman, sehat, indah dan bersih. Ruang terbuka biru memberikan kesan tidak kaku dan dapat juga meningkatkan iklim mikro. Selain itu, perancangan ruang terbuka dapat mengundang satwa liar seperti burung yang dapat menjadi nilai tambah untuk lingkungan kawasan perumahan tersebut.

Di kota besar dengan lahan terbatas seperti Jakarta, pembangunan

lingkungan kawasan perumahan dengan konsep townhouse sedang intensif

dilakukan. Penerapan konsep townhouse dipilih karena tidak memerlukan lahan

terlalu besar, namun sudah memiliki fasilitas yang lengkap. Townhouse

merupakan komplek perumahan dengan jumlah rumah yang terbatas, namun memiliki fasilitas yang lengkap.

Untuk menciptakan lingkungan kawasan perumahan yang baik, diperlukan perencanaan ruang yang matang didukung dengan desain yang fungsional dengan mengutamakan keamanan dan kenyamanan penghuni dan memberikan nilai estetik. Diperlukan pengerjaan yang profesional untuk keseluruhan proses perancangan yang dimulai dengan tahap persiapan, analisis dan pengumpulan data dan diakhiri dengan implementasi yang sesuai dengan teori. Kegiatan magang diperlukan untuk memperlajari proses pengerjaan perancangan yang profesional dari konsultan guna menciptakan karya perancangan yang berkualitas.

1.2 Tujuan

Tujuan kegiatan magang ini secara umum adalah untuk memperluas wawasan, pengetahuan, serta keterampilan mahasiswa dalam kegiatan

perancangan townhouse. Dalam pelaksanaannya diharapkan pula mahasiswa dapat

mengetahui secara langsung sistem pekerjaan pada konsultan, dalam hal ini SFA khususnya. Adapun tujuan khusus kegiatan magang ini adalah :

1. mempelajari dan menganalisis sistem kerja divisi perancangan dan sistem

kerja studio pada PT. SFA;

(20)

3. mempelajari proses dan tahapan perancangan terkait Perancangan Ruang Terbuka Pondok Indah Townhouse secara intensif.

1.3 Manfaat

Manfaat dari kegiatan magang di konsultan lanskap PT Sheils Flynn Asia ini adalah:

1. mengembangkan profesionalisme kerja di dalam lingkup keilmuan arsitektur

lanskap;

2. meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam proses perancangan terutama

pada perancangan ruang terbuka townhouse;

3. mengaplikasikan dan menerapkan ilmu yang telah dipelajari di dalam

(21)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Permukiman

Menurut undang-undang RI no 4 tahun 1992, mendefinisikan arti permukiman dan perumahan sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian untuk mengembangkan kehidupan dan penghidupan keluarga. Lingkungan permukiman berupa kawasan perumahan, yaitu tempat untuk menyelenggarakan kegiatan bermasyarakat dalam lingkungan yang terbatas. Lingkungan perumahan ini dilengkapi dengan penataan ruang, sarana dan prasarana yang terstruktur.

Permukiman merujuk kepada tempat bermukim manusia, tinggal menetap dan melakukan aktifitas sehari-hari sebagai upaya peningkatan nilai penghidupannya. Dapat diartikan pula sebagai ruang di mana konsentrasi penduduknya tinggi, hidup bersama, bersosialisasi menggunakan fasilitas lingkungan bersama-sama. Menurut Nurisjah dan Pramukanto (1995), kawasan permukiman merupakan lingkungan hunian yang memberikan lingkungan yang baik bagi warganya, dapat memuaskan, aman, nyaman, dan menyenangkan. Lanskap permukiman harus dapat menunjang kegiatan individu yang bermukim di dalamnya.

Simonds dan Starke (2006) menyatakan bahwa permukiman diidentifikasi dari adanya kelompok-kelompok rumah yang memiliki ruang terbuka bersama untuk melaksanakan kegiatan umum seperti berbelanja, lapangan bermain, serta adanya daerah penyangga. Kebutuhan ruang terbuka ini cukup besar untuk menampung aktifitas beberapa kelompok masyarakat.

Permukiman penduduk modern memiliki beberapa tipe, di antaranya linier, plaza, dan permukiman dengan area bersama. Tipe permukiman dengan area bersama memiliki fasilitas umum yang digunakan. Permukiman tipe ini

contohnya cluster, townhouse, dan muster.

2.2 Townhouse

2.2.1 Definisi Townhouse

Townhouse merupakan kawasan rumah tinggal berupa kumpulan rumah yang memiliki tipe dan bentukan yang sama dengan jumlah yang terbatas. Di

(22)

rumah diletakkan secara dempet, dengan lahan pekarangan yang minim. Townhouse memiliki karakteristik seperti memiliki satu akses keluar, memiliki fasilitas umum seperti kolam renang, area olahraga, dan ruang terbuka berupa taman komuniti (Herman 2005).

Townhouse merupakan rumah yang sejenis, yang dibuat berderetan. Menurut Kepala Riset Jones Lang Lasalle, Anton Sitorus dalam Anna Suci, townhouse , yang disebut juga rowhouse, memiliki kelemahan dari segi sosial.

Jumlah rumah dalam satu kawasan townhouse yang terbatas, mengakibatkan

minim dan terbatasnya sosialisasi antar penghuni. Selain itu, peraturan yang biasa

diterapkan dalam townhouse yang tidak mengijinkan modifikasi bentukan rumah

yang merubah bentuk aslinya mengakibatkan sulitnya pembangunan tambahan rumah.

Surayya (2006) mendefinisikan townhouse sebagai unit permukiman

milik pribadi keluarga tunggal yang menempel dengan unit lainnya yang merupakan bagian dari unit-unit lain yang serupa dan berhubungan satu sama lain dibatasi oleh dinding tanpa bukaan atau akses (Gambar 1) .

Gambar 1. Ilustrasi Bentuk Townhouse (Sumber : Surayya, 2006)

2.2.2 Karakteristik Townhouse

(23)

akses masuk. Dengan minimnya lahan milik pribdi, lingkungan townhouse harus dilengkapi dengan fasilitas umum untuk menunjang aktivitas penghuninya.

Adapun ciri perumahan dengan konsep townhouse menurut Surayya (2006)

sebagai berikut:

1. Townhouse menawarkan kenyamanan dan fasilitas yang sama dengan

single family house kecuali adanya halaman samping.

2. Townhouse merupakan hunian independen yang memiliki kavlingnya

sendiri.

3. Karena susunannya yang berderet dan ada pengulangan fungsi, maka pada

fasad/ tampak depan dan tata letak ruang (denah) tipikal mengalami pengulangan pula.

4. Keuntungannya, townhouse dapat saja menempati kavling yang sempit

sehingga menjadi populer akhir-akhir ini karena keterbatasan lahan di daerah perkotaan

Herman (2005) menambahkan, permukiman dengan tipe townhouse

merupakan kawasan setengah perumahan, setengah apartemen. Dengan fasilitas

lengkap yang dimiliki, baik dari segi keamanan, townhouse menyerupai

apartemen, namum dari luasan, dan pembangunan rumah secara horizontal, tidak menyerupai apartemen.

Dalam perancangan setiap townhouse, terdapat ciri yang menjadi kekhasan

townhouse tersebut. Ciri khas tersebut dapat berupa pemilihan vegetasi, pemilihan elemen keras, maupun bentuk bangunan townhouse itu sendiri. (Herman 2005).

Sebagai contoh, kawasan townhouse dengan pemilihan vegetasi pinus sehingga

dapat menjadi ciri khas townhouse tersebut.

Konsep townhouse adalah penggabungan beberapa rumah tinggal di mana

biasanya rumah memiliki kavling masing-masing dengan fasilitas halaman depan,

halaman belakang dan halaman samping. Rumah pada townhouse mengeleminasi

(24)

Gambar 2. Pembentukan Townhouse (Sumber : Surayya, 2006)

2.2.3 Townhouse sebagai Rumah Tinggal

Pengguna townhouse adalah masyarakat kelas menengah ke atas, dengan

kesibukan yang padat sehingga tidak memungkinkan untuk melakukan pemeliharaan secara intensif pada taman dengan area yang luas. Berikut ini adalah

sasaran penghuni townhouse menurut Surayya (2006) :

1. Pasangan muda tanpa anak dengan tipe satu kamar.

2. Pasangan dengan anak usia balita dengan tipe dua kamar (1 kamar double

dan 1 kamar single)

3. Pasangan dengan anak usia remaja/menuju dewasa dengan tipe tiga kamar

(1 kamar double, 2 kamar single)

4. Pasangan usia pensiun tanpa anak dengan tipe satu kamar/ tipe studio

Fasilitas yang ada pada townhouse adalah:

1. Kantor pemasaran dan pengelola 2. Laundry

3. Restoran

4. Fasilitas Olahraga 5. Ruang Serbaguna

6. Convenient Store/Minimarket

7. Childcare Center

(25)

9. Fasilitas pelengkap (satpam, tempat penampungan sampah, gardu listrik)

2.3 Ruang Terbuka

Departemen Pekerjaan Umum (2008) mendefinisikan ruang terbuka adalah ruang-ruang dalam kota atau wilayah yang lebih luas baik dalam bentuk area/kawasan maupun dalam bentuk area memanjang/jalur dimana dalam penggunaannya lebih bersifat terbuka yang pada dasarnya tanpa bangunan. Ruang terbuka terdiri atas ruang terbuka hijau dan ruang terbuka non hijau.

Menurut Simonds dan Starke (2006) ruang terbuka adalah suatu karakter arsitektural yang mendekati bagian utama yaitu bangunan. Ruang terbuka dibatasi dari elemen-elemen yang bersifat tegas dan jelas, seperti dinding, bangunan, pagar, barisan pohon, semak, serta pembatas lainnya.dalam suatu wilayah, ruang terbuka merupakan suatu area yang tidak tertutupi bangunan, jalan, hanya berupa bentukan yang bersifat alami. Dalam pengaplikasiannya, ruang terbuka dapat berupa taman, kolam, plaza, maupun barisan tanaman.

Untuk memenuhi ketersediaan ruang terbuka, kawasan permukiman menyediakan ruang terbuka berupa taman lingkungan, area bermain, maupun menyediakan koridor hijau di sepanjang jalan permukiman. Menurut Departemen Pekerjaan Umum (2008), Taman lingkungan, adalah lahan terbuka yang berfungsi sosial dan estetik sebagai sarana kegiatan rekreatif, edukasi atau kegiatan lain pada tingkat lingkungan. Gambar 3 menunjukkan beberapa contoh taman lingkungan.

(26)

2.4 Perancangan Lanskap

Proses perencanaan dan perancangan terdiri dari proses commission,

research, analysis, synthesis, construction dan operation. (Simond dan Starke 2006). Penjelasan setiap proses dijelaskan dalam Tabel 1.

Menurut Booth (1983) proses perancangan suatu proyek, memiliki tahapan sebagai berikut:

1. penerimaan dan administrasi proyek, terjadinya kesepakatan mengenai

proposal kerjasama proyek antar arsitek lanskap dan klien

2. riset dan analisis, pengumpulan data yang terkait dengan tapak pengerjaan

proyek, meliputi:

a. persiapan dan penyusunan rencana dasar

b. pengumpulan data

c. wawancara dengan pemilik

d. analisis

e. pembentukan rencana kerja

3. desain

a. diagram fungsi ideal, permulaan dari pembuatan grafis suatu desain untuk mengidentifikasi hubungan yang paling cepat antara fungsi usulan pertama dengan ruang perancangan

b. diagram keterhubungan ruang, mengadopsi hubungan yang telah

terbentuk dari diagram fungsi untuk mengetahui kondisi tapak tersebut

c. rencana konsep, pengembangan langsung dari diagram hubungan tapak

dengan adanya pembagian ke dalam beberapa penggunaan yang spesifk pada area tersebut

d. pengembangan konsep, proses bentuk perancangan, pemasukan semua

elemen desain untuk menciptakan satu kesatuan

e. desain awal, pembuatan master plan perbaikan den penghalusan desain

awal

f. pengembangan desain, pengerjaan detail desain sampai pemilihan

(27)

4. pembuatan gambar kerja, media komunikasi dalam pembangunan semua elemen dalam proyek, meliputi:

a. rencana pelaksanaan (layout plan)

b. rencana perbaikan lahan (grading plan)

c. rencana penanaman (planting plan)

d. detail konstruksi

5. pelaksanaan, tahap pembangunan proyek oleh kontraktor dengan

pemantauan oleh arsitek lanskap

6. evaluasi setelah implementasi, observasi dan analisis pryek untuk

mengetahui perkembangannya

7. pemeliharaan (maintenance), pengelolaan atau pemeliharaan lanskap yang

telah selesai dibangun.

2.5 Konsultan Lanskap

Konsultan adalah layanan jasa keahlian profesional di bidang tertentu yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan pelanggan yang disusun secara sistematis, memiliki susunan AD/ART yang jelas dan bekerja secara professional (Gold 1980). Untuk menjadi konsultan yang profesional, diperlukan kriteria yang harus dipenuhi, di antaranya :

1. memiliki pengalaman dan reputasi yang baik

2. mengetahui dengan jelas latar belakang staf yang ada dan memenuhi

persyaratan kerja

3. memiliki kemampuan yang sesuai dengan pekerjaan yang dilakukan

4. tersedianya ahli di setiap bidangnya dan tersertifikasi

5. memiliki tanggung jawab secara profesional dalam pekerjaan dan sosial.

(28)

Tabel 1. Proses perancangan Simonds dan Starke

Kegiatan Keterangan

1. Commissions pemaparan kebutuhan klien

pendefinisian kemampuan dan pelayanan

3. Analysis proses analisis tapak

mereview peraturan pemerintah memaksimalkan potensi

upaya mereduksi kendala alternatif solusi

4. Synthesis perbandingan terbaik hasil analisis kesimpulan pembangunan

pemberian alternatif rencana penyusunan rencana

implementasi

5. Construction persiapan gambar konstruksi kontrak kerja

pengawasan kegiatan konstruksi

6. Operation kunjungan secara periodik

(29)

2.6 Manajemen Proyek Lanskap

Kegiatan manajemen adalah proses pelaksanaan teori, analisis, di mana terdapat kegiatan memimpin, mengatur, serta menjalankan tujuan sesuai dengan rencana secara sistematis, koordinatif, dan adanya kerja sama antar setiap pihak (Obenlender 1993). Sedangkan manajemen proyek adalah ilmu dan seni dalam mengatur sumber daya manusia, waktu, barang, sampai biaya di dalam lingkup pekerjaan proyek guna meghasilkan hasil yang optimal dengan pekerjaan yang terkoordinasi dengan baik.

Krauz dan Curtis (1982) memandang manajemen proyek di dalam lanskap sebagai seni mengeksplor kemampuan diri untuk mengelarkan kemampuan, intuisi, aspirasi seseorang untuk melakukan mengatur suatu lanskap serta bekerja sama dengan pihak lain secara objektif dan feksibel di dalam melakukan kegiatan manejerial suatu proyek lanskap. Proses manajemen proyek lanskap mencangkup

4 bidang, yaitu perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing),

(30)

BAB III METODOLOGI

3.1 Tempat dan Waktu

Kegiatan magang dilakukan di PT Sheils Flynn Asia (PT. SFA) yang berlokasi di Jalan Juanda no. 13, komplek Kebun Raya Bogor, Bogor Jawa Barat, Indonesia. Kegiatan magang dilaksanakan selama 16 minggu, dimulai pada minggu kedua bulan Februari, sampai minggu kedua Juni 2012. Kegiatan magang meliputi tahap persiapan, pengenalan perusahaan, proses perancangan serta kegiatan pendukung magang. Jadwal kegiatan magang dijelaskan pada Tabel 2.

Tabel 2. Jadwal Kegiatan Magang di PT. SFA, 2012

(31)

3.2 Metode

Kegiatan magang di PT Sheils Flynn Asia dilaksanakan berdasarkan jadwal kerja dengan metode yang dilakukan dengan cara :

1. kegiatan aktif partisipatif dalam kegiatan perancangan pada proyek utama

yaitu Perancangan Ruang Terbuka Pondok Indah Townhouse,

Pesanggrahan, Jakarta Selatan;

2. kegiatan aktif partisipatif dalam membantu penanganan proyek lain yang sedang dikerjakan;

3. melakukan pengamatan langsung mengenai proses pelaksanaan proyek;

4. melakukan studi pustaka mengenai proses perancangan guna mendukung

pelaksanaan kegiatan magang;

5. mengenal kelembagaan dan proses serta administrasi proyek yang

dilakukan di PT SFA;

6. melakukan analisa mengenai terhadap hasil kegiatan magang yang telah

dilaksanakan.

3.3 Pengumpulan Data

Data menyangkut kegiatan magang yang diperlukan dikumpulkan untuk kemudian dianalisis sesuai metode. Terdapat dua jenis data berdasarkan cara pengambilannya , yaitu :

1. Data Primer

Wawancara dengan pihak investor perumahan pihak-pihak yang terkait, studi banding tentang pengguna, macam kegiatan, dan fasilitas yang tersedia, serta lokasi dan tapak.

2. Data Sekunder

Studi literatur dari buku-buku mengenai pemukiman, perumahan, dan real-estate untuk mencari data tentang pengertian, karakteristik, bentuk

kegiatan serta fasilitas penunjang dalam townhouse. Pengumpulan data

(32)

kondisi wilayah, seperti pola tata guna lahan, jaringan utilitas, transportasi, dan jenis tanah

Pengumpulan data yang dilakukan meliputi dua aspek, yaitu aspek kelembagaan perusahaan, serta aspek penanganan proyek perancangan. Adapun jenis, bentuk, serta sumber data yang diambil dijelaskan dalam Tabel 3.

Tabel 3. Jenis, bentuk, dan Sumber Data

Jenis Data Bentuk Data

A. Kelembagaan Perusahaan

(33)

3.4 Tahapan Kegiatan Magang

Kegiatan magang yang dilakukan di PT Sheils Flynn Asia dilakukan dengan melalui tahapan sebagai berikut :

1. Persiapan

Pada tahap persiapan ini dilakukan pembuatan proposal magang serta pengurusan administrasi dokumen-dokumen demi kelancaran kegiatan magang.

2. Pengenalan perusahaan

Pengenalan perusahaan ini dilakukan untuk mengetahui seluruh staf yang bekerja di perusahaan, khususnya yang terlibat dalam proses perancangan proyek lanskap. Pengenalan perusahaan mencangkup pengambilan data mengenai perusahaan seperti sistem dan pembagian kerja, metode pengerjaan, metode penanganan proyek.

3. Proses perancangan

a. Inventarisasi, analisis dan sintesis

Pada tahap ini para profesional perancang lanskap mengumpulkan dan mencatat informasi tentang karakreristik fisik dari sebuah tapak, seperti ukuran tapak dan bangunan, tumbuhan, tanah, iklim, drainase, arah pandang dan faktor lainnya yang berpengaruh pada tapak. Ikut serta dalam melakukan survei lapangan dan pengumpulan data, baik data primer maupun data sekunder yang diperoleh melalui studi pustaka, melakukan kegiatan analisis dengan data yang didapat, sampai pengambilan keputusan pengerjaan proyek.

b. Konsep desain

Tahap konsep desain merupakan waktu ketika ide-ide awal desain dan hubungannya dengan fungsi mulai digali. Mempelajari proses penggalian ide dan pemunculan konsep untuk menciptakan inovasi pada setiap proyek perancangan lanskap.

(34)

Memunculkan ide-ide yang lebih spesifik untuk menghasilkan rancangan yang dapat diterapkan.

d. Desain akhir

Mengerjakan perancangan proyek sesuai kesepakatan kerja dan dipresentasikan di depan klien. Satu set dokumen pelaksanaan konstruksi yang berisi gambar kerja dipersiapkan untuk digunakan oleh berbagai kontraktor pelaksana. Gambar desain mencangkup detail konstruksi, detail penanaman vegetasi, dll.

4. Studi literatur dan studi banding

Kegiatan ini dilakukan dengan mencari informasi yang terkait pengerjaan proyek, mencari pustaka yang diperlukan untuk mendukung pengerjaan proyek, mengamati proyek lanskap yang telah selesai dikerjakan. Tujuannya adalah untuk membandingkan proyek lanskap satu dengan lainnya.

Tabel 4. Alat dan software yang dibutuhkan

Alat dan Bahan Kegunaan

PC / laptop Merubah gambar menjadi format digital

LCD Proyektor Kebutuhan presentasi

Kamera digital Kebutuhan dokumentasi tapak

GPS Mengambil data inventarisasi

AutoCAD LT 2006, AutoCad 2000, 3d

Studio Max, Adobe Photoshop 7.0,

Adobe Ilustrator,Adobe Acrobat,

Adobe Pagemaker, Google SketchUp,

ArcGis 9.1, Adobe InDesign,

(35)

3.5 Batasan Studi

Fokus kegiatan magang di PT Sheils Flynn Asia dalam kurun waktu 4

bulan terbatas pada proses perancangan ruang terbuka Pondok Indah Townhouse

(36)

BAB IV KONDISI UMUM PT. SHEILS FLYNN ASIA

4.1 Profil Perusahaan

Sheils Flynn Asia (SFA) merupakan biro konsultasi arsitektur lanskap berbentuk PT (perseroan terbatas). Berdiri sejak tahun 2001, Sheils Flynn Asia bekerja dengan cangkupan berbagai spektrum desain, seperti perencanaan dan perancangan lanskap perkotaan, studi kebijakan lanskap, konservasi lanskap, restorasi lanskap dan revitalisasi lanskap jalan dan publik. PT SFA berlokasi di Jl. Ir. H. Juanda No. 13, tepatnya di dalam Kebun Raya Bogor.

PT Sheils Flynn Asia merupakan cabang Sheils Flynn LTD yang berada di London, United Kingdom (UK). Eoghan Sheils, Kate Collins dan Stephen Flynn, sebagai direktur Sheils Flynn LTD, memiliki kesamaan visi untuk mengekspresikan potensi dan karakter yang melekat pada suatu tempat dengan pengembangan imajinasi dengan tetap mempertimbangkan keinginan dan kebutuhan klien. Sheils Flynn LTD tidak hanya menangani proyek dari UK saja, tetapi banyak juga proyek dari Asia. Atas pertimbangan tersebut, Sheils Flynn mendirikan perusahaan anak cabang di Asia, tepatnya di Indonesia yaitu PT SFA. PT SFA dipimpin oleh dua orang direktur, yaitu Iman Prastoto Septadarma sebagai penanggung jawab dalam desain serta Rahman Andra Wijaya yang bertanggung jawab pada proyek. Selain menangani proyek di Asia, PT SFA juga mendapat limpahan proyek dari Sheils Flynn LTD untuk proyek UK. Dalam setiap pengerjaan proyek PT SFA, Eoghan Sheils, Kate Collins dan Stephen Flynn ikut menentukan pengambilan keputusan serta memberi masukan dalam desain.

4.2 Struktur Organisasi

Sheils Flynn UK dan Sheils Flynn Asia merupakan satu kesatuan dalam struktur organisasi terpusat pada Sheils Flynn LTD, Inggris. Terdiri dari direktur utama (pusat), direktur desain dan direktur proyek yang berada di cabang Asia,

sekretaris, tim desain yang terdiri dari senior landscape architect, junior

(37)

Berikut ini adalah struktur organisasi pada PT Sheils Flynn Asia:

Direktur Utama : Eoghan Sheils

Kate Collins Stephen Flynn

Direktur Desain : Imam Prastoto S

Direktur Proyek : Rahman Andra Wijaya

Sekteraris : Nita Hendri

Arsitek Lanskap Senior : Dedy Guswandi

Yasmina Azriani

Arsitek Lanskap Junior : Yttria Ariewahjoedi

Roria Simorangkir

Hersanti E. Ratnaningrum Astri Widoretno

Binar Tyagita Caesarin

Ahli Teknik Sipil : Deden Rhamdani

Teknisi dan Konsultan IT : Nurachman

4.3 Manajemen Penanganan Proyek

4.3.1 Penerimaan Proyek

Pada pelaksanaan suatu proyek, biasanya klien terlebih dahulu melakukan seleksi awal konsultan mana yang akan dipilih untuk menangani proyek tersebut. Pemilihan pilhan konsultan yang akan bekerja pada proyek tersebut biasanya berdasarkan hasil-hasil kerja maupun reputasi konsultan. Klien memilih beberapa konsultan yang dipercaya untuk memberikan ide mengenai penanganan proyek

tersebut (initial thought). Pada jangka waktu yang ditentukan, konsultan

memberikan gambaran secara umum mengenai konsep pengembangan proyek. Setelah menerima beberapa alternatif pengembangan konsep dari beberapa konsultan, sampailah tahap seleksi. Pada tahap ini, akan terjadi pengurangan

(38)

memiliki ide konsep yang dianggap sejalan dengan klien, akan melakukan presentasi dengan pengembangan konsep yang lebih detail.

Proses penerimaan satu proyek dapat terjadi melalui tender, pengajuan proposal, penunjukan langsung PT SFA sebagai konsultan perancangan, maupun limpahan proyek yang didapat dari SF UK. Setelah terdapat perjanjian kerja atau kontrak antara klien dan perusahaan, PT SFA membentuk tim yang dipimpin oleh Project Manager, yaitu salah satu satu direktur Asia, serta Project Leader yang merupakan arsitek lanskap yang mengkoordinasi pelaksanaan proyek tersebut.

Project Leader ditunjuk berdasarkan besarnya skala proyek dengan kemampuan berdasarkan pengalaman, serta intensitas pekerjaan lain yang sedang

dilakukan pada waktu yang sama. Project Leader didukung oleh supported team,

yaitu arsitek lanskap yang lain, tenaga spesialis grafis, serta ahli sipil dalam setiap

pengerjaan proyek. Project Leader bertugas membagi dan mengontrol pekerjaan

anggota tim, melaporkan kemajuan pekerjaan kepada Project Manager dan

direktur UK, serta membuat drawing list sebagai tahapan awal pengerjaan proyek.

Drawing list berisikan gambar-gambar apa saja yang dibutuhkan dengan keterangan skala dan ukuran kertas yang digunakan sebagai luaran dari proyek tersebut. Drawing list menjadi acuan perkembangan proyek dan pekerjaan yang dilakukan dengan menggunakan huruf A sampai D. Huruf A gambar pertama, huruf B berarti revisi pertama, huruf C berarti revisi kedua, dan huruf D berarti revisi ketiga. Berikut ini adalah contoh drawing list (Gambar 4) proyek A127 Pondok Indah Townhouse.

(39)

4.4 Manajemen Penanganan Proyek

4.4.1 Fasilitas Studio

PT SFA memiliki fasilitas yang cukup lengkap untuk mendukung penyelesaian proyek yang dilaksanakan. Fasilitas yang tersedia berupa perangkat

keras maupun perangkat lunak (software) penunjang kegiatan perancangan.

Fasilitas perangkat komputer dengan spesifikasi yang tinggi didukung dengan terhubungkannya setiap komputer dengan printer mempermudah proses kerja perancangan. Perangkat lunak yang berlisensi resmi menunjang proses pengerjaan

proyek. Fasilitas yang terdapat di PT SFA ditampilkan pada Tabel 5 dan software

yang digunakan pada Tabel 6

Tabel 5. Perangkat keras pada PT SFA

Alat dan Bahan Jumlah

1.

PT SFA menggunakan sistem penyimpanan dan pendistribusian data server client. Server client menggunakan satu komputer sebagai server yaitu

pengumpul data dan komputer lainnya sebagai client atau penerima. Data

disimpan di komputer server dan dapat dibuka di semua komputer staf. Untuk penggunaan laptop, data dapat diakses menggunakan Wi-Fi.

(40)

mempercepat pendistribusian data, tidak membebani komputer client dengan data, sehingga kecepatan akses bisa lebih tinggi. Namun, ada pula kelemahan

penggunaan server client adalah ketergantungan kerja pada server, apabila server

bermasalah, maka pekerjaan akan terhambat, serta biaya yang mahal dalam pengaplikasian sistem ini

Tabel 6. Software yang digunakan pada PT SFA

Software Kegunaan Komunikasi internal maupun eksternal

Mapping, GIS

Map searching

4.4.2Sistem Penamaan Proyek dan Berkas Kerja

Sistem penamaan data pada PT SFA berdasarkan abjad serta huruf. Hal tersebut berdasarkan lokasi proyek tersebut. Apabila proyek yang dikerjakan berlokasi di luar negeri, maka sistem penamaannya menggunakan 3 digit angka yang menunjukan urutan proyek yang masuk diikuti nama proyek, contoh : 295 Victoria Park. Sedangkan untuk proyek dalam negeri penamaan foldernya menggunakan abjad A diikuti dengan tiga digit angka urutan proyek, contoh :

A127 – Pondok Indah Townhouse.

Penyimpanan data suatu proyek sesuai dengan tahapan pengerjaannya.

Terdapat tahapan research and analysis, concept design, design development,

(41)

akan dibuka. Setiap gambar memiliki nomor yang berbeda berdasarkan urutan pengerjaannya. Pemberian nomor gambar menyesuaikan dengan data pada drawing list.

4.4.3Sistem Penamaan Gambar Kerja

Penamaan pada setiap gambar kerja menyesuaikan dengan jenis gambar yang dikerjakan. Hal ini dimaksudkan untuk memudahkan dalam melakukan pengecekan pengerjaan serta memberikan standar yang sama dalam penamaan setiap proyek.

PT SFA menggunakan sistem xref (extra references) dalam pengerjaan

gambar dengan menggunakan CAD. Sistem xref ini memudahkan dalam proses

perancangan karena cara kerjanya dengan di-overlay. Apabila data asli berubah, maka data yang di-xref juga akan berubah. Hal ini menjadi kelebihan karena proses perancangan setiap jenis gambar akan lebih cepat, tepat, dan ukuran file tidak besar. Penamaan file yang digunakan dalam sistem xref dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Penamaan file pada sistem xref di PT SFA

Jenis gambar Sistem Penamaan

Informasi bangunan (Building) (Project No)-B.dwg

Gambar survei (Project No)-S.dwg

Orientasi di sekitar tapak (Project No)-OS.dwg

Modifikasi survey (Project No)-MOS.dwg

Keterangan spesifikasi material pada legenda

(Project No)-LG1.dwg

Siteplan (Project No)-SP.dwg

Planting Plan (Project No)-PP.dwg

Layout gambar sesuai ukuran kertas dalam format portrait

(Project No)-T(paper size)P.dwg

Layout gambar sesuai ukuran kertas dalam format landscape

(Project No)-T(paper size)L.dwg

(42)

4.4.4 Sistem Penyimpanan Data

Dalam satu folder proyek, terdapat beberapa sub-folder lainnya, yaitu: 1. Contract and Proposal

Sub-folder ini berisi dokumen penawaran terder, proposal pelaksanaan proyek, serta fee proposal perjanjian kerjasama proyek.

2. Client

Sub-folder ini berisi data dari klien yang digunakan untuk mendukung proses desain lanskap proyek.

3. SFL

SFL merupakan akronim dari Sheils Flynn London, di mana pada sub-folder ini terdapat data komentar dan masukan dari direktur pusat terhadap desain pada proyek yang dikerjakan.

4. Drawing

Sub-folder drawing berisi data gambar proyek yang dibagi berdasarkan

tahapan pelaksanaan. Terdapat 4 sub-folder yaitu Concept Design, Design development, Final Design Development, dan Construction Set. Dalam setiap sub-folder tersebut terdapat lagi pembagian berdasarkan format data, yaitu jpg untuk file dengan format .jpg, pdf untuk file dengan format .pdf, psd untuk file dengan format .psd, sub-folder xref, serta file sub-folder lain jika dibutuhkan, seperti sub-folder material yang berisi data pengerjaan material, dan detail untuk pengerjaan detail desain.

5. Photography

Sub-folder ini berisi foto-foto pada saat survey pada tapak yang menggambarkan kondisi eksisting tapak tersebut.

6. Minutes

Sub-folder ini berisi notulensi pada setiap pertemuan dengan klien. Laporan ini menggambarkan kemajuan pengerjaan proyek setiap tahapnya. 7. References

(43)

BAB V PERANCANGAN RUANG TERBUKA PONDOK INDAH TOWNHOUSE

5.1 Deskripsi Proyek

Pondok Indah Townhouse (PIT) merupakan proyek pengembangan perumahan dengan tipe rumah berderet tanpa adanya taman samping pada setiap rumah. PIT berisi 83 rumah dengan sistem cluster ditujukan untuk kalangan menengah ke atas. PIT memiliki tiga tipe unit rumah yang berbeda, 58 unit tipe standar , 12 unit tipe penthouse, dan 13 unit tipe luxurius. Unit rumah dengan tipe

standar memiliki luas (6x30) m2, tipe rumah penthouse dengan luas (7x30) m2 dan

tipe rumah luxurius dengan luas (8x30) m2 (Gambar 5)

Gambar 5. Rumah tipe standar, penthouse, dan luxurius pada PIT (Sumber PT. SFA)

(44)

untuk proyek sebelumnya, yaitu Wisma Metropolitan II. Pengerjaan proyek PIT diperoleh PT SFA melalui penunjukan langsung oleh PT MK. Penunjukan langsung tersebut didasari oleh kepercayaan PT MK atas kinerja PT SFA terhadap beberapa proyek yang telah dikerjakan.

5.2 Kondisi Umum Tapak

Pondok Indah Townhouse berada di dalam wilayah administrasi Kecamatan Pesanggrahan, Jakarta Selatan. PIT dibangun di atas lahan kosong seluas 66.621 m2. Akses menuju tapak relatif mudah mengingat tapak berada dekat dengan jalan bebas hambatan. Wilayah Kecamatan Pesanggrahan merupakan wilayah permukiman padat penduduk. Lahan ini berada di tepi sungai Pesanggrahan dengan kondisi beberapa area tapak akan tergenang air sungai ketika pasang. (Gambar 6).

Gambar 6. Kondisi Exsisting Tapak (Sumber PT. SFA)

(45)

proyek berada di wilayah yang strategis sebagai kawasan permukiman. Dengan akses dari Jalan Raya Deplu, Pondok Indah Townhouse berada dekat dengan wilayah pendidikan, wilayah ruko dengan fasilitas tempat makan, minimarket, dan apotek dan fasilitas kesehatan. Lokasi dan pembagian area pada tapak dapat dilihat pada Gambar 7 dan 8.

Gambar 7. Peta Lokasi Proyek (Sumber PT. SFA)

(46)

5.3 Persiapan

Tahap persiapan pada Perancangan Ruang Terbuka Pondok Indah Townhouse terfokuskan pada persiapan kontrak kerja mengingat proyek tersebut diberikan PT. Metropolitan Kentjana (PT.MK) sebagai klien kepada PT. Sheils Flynn Asia (PT. SFA) sebagai konsultan arsitek lanskap melalui penunjukan langsung. Tahapan pengerjaan yang telah disepakati di dalam kontrak kerja terbagi menjadi 5 bagian sebagai berikut :

a. Tahap I meliputi proses research, appraisal dan mobilization dengan waktu pengerjaan 1 minggu. Klien membayar sebesar 10% dari total biaya konsultasi yang dilakukan oleh PT SFA.

b. Tahap II merupakan tahap concept design yang dilakukan selama 6

minggu. Klien membayar sebesar 20% dari total biaya konsultasi

sampai dengan tahap pembuatan concept design.

c. Tahap III merupakan tahap pengerjaan draft design development yang

dilakukan selama 6 minggu. Klien membayar sebesar 20% dari total

biaya konsultasi sampai dengan tahap draft design development.

d. Tahap IV merupakan tahap final design development yang dilakukan

selama 6 minggu. Klien membayar sebesar 20 % dari total biaya

konsultasi sampai pada tahap final design development.

e. Tahap V merupakan tahap construction documentation yang dilakukan

selama 10 minggu. Klien membayar sebesar 30% dari total biaya

konsultasi untuk tahap pembuatan construction documentation.

5.4 Data dan Analisis

(47)

Proses pengumpulan data untuk pembuatan peta dasar dilakukan dengan 2 cara, yaitu tinjauan langsung ke lokasi proyek maupun didapat dari klien dan studi pustaka. Data primer didapatkan melalui tinjauan langsung ke lapangan, sedangkan data sekunder didapatkan dari klien maupun studi pustaka. Pada proyek PIT, PT SFA mendapatkan data melalui klien. Data yang didapatkan yaitu data survey berupa topografi dan orientasi tapak terhadap sekitarnya.

Data yang didapatkan diolah sehingga menghasilkan data S (Survey) yaitu

data topografi hasil survey, data MOS (Modify Orientation Survey) yaitu

modifikasi hasil survey dengan keadaan di sekitar tapak, yang dilengkapi data batas tapak, badan air, dan jalan, serta data B (Building) yaitu data letak bangunan pada tapak yang diajukan klien. Keseluruhan data tersebut disajikan dalam format CAD. Data yang didapat dari klien baik skematik maupun deskriptif diperkuat dengan dilakukannya survey langsung ke tapak (site inventory). Site inventory dilakukan untuk mendapatkan gambaran secara langsung mengenai tapak dan memastikan keakuratan peta dasar yang dibuat.

Kondisi tapak yang berupa ruang yang terbengkalai, dengan kondisi

eksisting fisik yang kurang beragam, memfokuskan kegiatan site inventory untuk

menganalis keadaan tapak dari segi visual. Kegiatan ini difokuskan pada pengamatan meliputi kualitas estetika, fungsi, serta memposisikan diri sebagai pengguna untuk menyimpulkan desain yang terbaik untuk kenyamanan pengguna. Dalam kegiatan ini, dilakukan juga pengambilan gambar kondisi tapak untuk merekam kondisi di lapang sebagai bahan diskusi di studio. Hasil pengolahan peta dasar serta rangkuman data yang didapat pada saat inventarisasi diolah menjadi kumpulan data yang mudah dipahami kondisi dan keadaan tapaknya untuk kemudian dilakukan analisis terhadap tapak tersebut.

Analisis Topografi

(48)

memiliki ketinggian yang berbeda cukup jauh dari tapak bagian timur (selisih 17 m) dan tapak di sekitarnya (8 m).

Analisis topografi yang telah dilakukan oleh PT. MK menyimpulkan perlu

dilakukannya proses cut and fill untuk mencegah luapan air sungai Pesanggrahan

masuk ke dalam tapak. Perincian proses cut and fill tersebut adalah tapak bagian

barat dengan ketinggian level 22 mdpl akan diurug menjadi 26 mdpl (proses fill)

dan tapak bagian timur akan dipangkas dari 39 mdpl menjadi 32 mdpl (proses

cut). Pada Gambar 9 menjelaskan mengenai proses cut and fill pada proyek PIT.

Gambar 9. Proses Cut and Fill Yang Dilakukan

(Sumber PT. SFA)

Analisis Sirkulasi dan Aksesibilitas

(49)

Gambar 10. Perpindahan Jalan Umum yang Diajukan PT. MK (Sumber PT. SFA)

Gambar 11. Ilustrasi Pembuatan Jembatan Penghubung Tapak (Sumber PT. SFA)

5.5 Konseptual Desain

Setelah dilakukan riset dan analisis tapak, PT SFA melanjutkan proses perancangan ke tahap konseptual desain. Pada tahap ini, PT SFA merumuskan ide dan konsep yang akan dikembangkan pada tapak tersebut. Penentuan konsep dasar

pengembangan Pondok Indah Townhouse dilakukan pada sesi diskusi antar

(50)

dikembangkan. Selain itu, diskusi mengenai konsep yang akan dikembangkan pada tapak juga didiskusikan dengan pihak Sheils Flynn UK. Kumpulan ide dari setiap anggota tim tersebut kemudian dirumuskan menjadi satu kesatuan konsep dan disepakati untuk dilakukan pada tapak.

Konsep yang disepakati untuk digunakan pada desain ruang terbuka Pondok Indah Townhouse adalah riverside. Konsep riverside ini menegaskan keberadaan lokasi tapak yang berdampingan dengan sungai, dan juga membawa nuansa tepi sungai ke dalam disain pada tapak. Konsep ini digambarkan dengan adanya kolam dengan arus menyerupai sungai dengan taman-taman berbentuk pulau yang berada pada area bersama.Gambar 12 merupakan beberapa contoh

situasi yang dijadikan referensi pembuatan desain sesuai dengan konsep riverside.

Gambar 12. Gambar Referensi Konsep Riverside

(Sumber penelurusan google.com)

Pada setiap bagian tapak, baik west site maupun east site, terdapat

pengembangan konsep berdasarkan elemen yang digunakan. Selain

pengembangan konsep ruang, konsep sirkulasi, konsep elemen keras (hardscape)

serta konsep elemen lunak (softscape).

5.5.1 Konsep Ruang

(51)

berfungsi sama seperti taman lingkungan yang memiliki akses terbatas, yaitu

pemilik rumah ataupun tamu yang sedang berkunjung. Area Courtyard dan

clubhouse merupakan salah satu ruang semi-privat. Pembagian ruang yang terakhir yaitu ruang publik. Ruang publik merupakan area yang dapat diakses oleh seluruh penghuni maupun pengunjung. Gambar konsep pembagian ruang pada PIT terdapat pada Gambar 13.

Gambar 13. Konsep Pembagian Ruang

5.5.2 Konsep Sirkulasi

Pada proyek PIT, sirkulasi terbagi menjadi sirkulasi primer dan sekunder. Sirkulasi primer adalah sirkulasi untuk kendaraan bermotor, sedangkan sirkulasi sekunder adalah sirkulasi untuk pejalan kaki. Sirkulasi kendaraan bermotor mengambil konsep loop, yaitu sirkulasi kendaraan yang memutar. Kendaraan bermotor yang masuk ke area PIT, dapat langsung menuju unit rumah. Jalur sirkulasi primer merupakan jalur yang dapat diakses dengan 2 arah.

Sirkulasi sekunder menghubungkan ruang privat, semi-privat, dan ruang publik dengan perkerasan. Perkerasan untuk area pejalan kaki menggunakan

konsep shared space. Konsep ini merupakan penggabungan area pengguna jalan

dan kerdaraan bermotor agar lebih efisien. Dalam konsep ini, jalur pejalan kaki

Ruang semi-privat Ruang publik

(52)

dan jalan untuk kendaraan bermotor disamakan ketinggiannya dan pembatas

berupa kanstin ditiadakan. Penggunaan sign diminimalisir, diganti dengan

perbedaan paving yang cukup mencolok sebagai penanda area shared space.

Konsep shared space ini menciptakan keharmonisan antara pejalan kaki dan kendaraan bermotor, memberikan kesan kedudukan yang setara antara pejalan kaki dan pengguna kendaraan bermotor di jalan. Pengguna kendaraan bermotor akan terpengaruh secara psikologis untuk berhati-hati dan memperlambat kecepatan kendaraan di area shared space, sedangkan pejalan kaki merasa lebih nyaman dan aman untuk berjalan di area yang berfungsi sebagai plaza tersebut.

5.5.3 Konsep Elemen Keras (Hardscape)

Elemen keras pada proyek PIT didominasi oleh perkerasan berupa plaza. Area perkerasan merupakan area publik yang diakses oleh pejalan kaki dan menghubungkan setiap bagian ruang publik di dalam tapak untuk memudahkan aksesibilitas pengguna. Area perkerasan terdapat mulai dari area penerimaan, area courtyard, fasilitas publik seperti tennis court, serta pedestrian track di depan setiap unit rumah (Gambar 14).

Selain perkerasan, elemen lain seperti wall, kolam, seating, artwork, gate dan bollard juga banyak digunakan. Penempatan wall pada tapak berbeda-beda fungsinya. Feature wall yang berfungsi sebagai point of interest pada tapak, seating wall yang difungsikan juga sebagai tempat duduk, edge wall sebagai batas

tepi dan juga pengamanan, serta pond wall yang merupakan dinding pada kolam.

5.5.4 Konsep Elemen Lunak (Softscape)

Elemen lunak pada proyek PIT terbagi menjadi elemen air dan tanaman.

Secara garis besar, desain elemen air Pondok Indah Townhouse mengambil tema

aliran air pada sungai maupun riak di tepi pantai pada area di sekitar island.

Perwujudan ide desain tersebut tertuang ke dalam kolam sepanjang area courtyard

(53)

Gambar 14. Konsep Perkerasan (Surfacing) (Sumber PT. SFA)

Gambar 15. Konsep Elemen Air (Water Element)

(Sumber PT. SFA)

Tanaman sebagai elemen lunak yang lain, mendominasi tapak. Tanaman

ini diletakkan pada area hijau atau green area, yang merupakan area penanaman

pohon dan semak. Pada proyek Pondok Indah Townhouse, area hijau terletak

(54)

luas yang lebih besar dari green area pada RTRW kota. Area hijau eksisting seluas 5.509 m2 sedangkan area hijau yang diajukan seluas 7.709 m2 dengan luas area terbangun seluas 22.882 m2 pada tapak bagian barat dan 7.805 m2 pada tapak bagian timur. Penambahan area hijau pada tapak PIT dapat dilihat secara spasial pada Gambar 16 dan 17.

Gambar 16. Area Hijau Eksisting (Sumber PT. SFA)

(55)

Konsep penanaman tanaman terbagi menjadi penanaman pohon dan semak yang disusun bertingkat untuk mengisi area hijau dengan optimal.

1. Pohon

Jenis pohon yang digunakan memiliki variasi ukuran, jenis pohon tinggi, pohon sedang, maupun pohon rendah dan bersifat menyebar pada keseluruhan tapak (Gambar 18).

Gambar 18. Konsep Penanaman Pohon (Trees)

(Sumber PT. SFA)

2. Semak

Semak dan tanaman penutup tanah (TPT) pada area ruang terbuka Pondok Indah Townhouse ditanam menyebar pada keseluruhan area hijau. Semak dan TPT berada di sekitar pohon untuk memberikan ketinggian level yang berbeda serta mengisi ruang yang kosong. Penanaman semak juga memberikan fungsi estetik pada tapak.

(56)

5.6 Design Development

Tahap pengembangan desain merupakan tahap pengolahan konsep desain yang telah dipilih untuk dikembangkan pada tapak. Site plan dan ilustrasi tahap

pengembangan desain dapat dilihat pada Gambar 19 – 25. Design development

terbagi menjadi dua langkah, draft design development dan final design

development. Pada draft design development, pengembangan konsep terbatas

sampai bentuk, posisi, dan karakteristik material yang digunakan, sedangkan final

design development merupakan pendetailan bentuk dan jenis material yang digunakan, serta gambaran ilustrasi suasana tapak setelah dirancang. Jenis material yang digunakan dapat dilihat pada Lampiran 1-2.

Tapak terbagi menjadi area west site dan east site yang dipisahkan oleh sungai Pesanggrahan. Pengembangan area west site terdiri dari (1) the gateway, (2) west courtyard, (3) east courtyard (4) the alley, (5) clubhouse, (6) internal

road, (7) external road sedangkan pengembangan pada area east site mengalami

kendala sehingga pengerjaannya ditunda.

5.6.1 The Gateway

The Gateway merupakan area penerimaan yang berupa plaza dengan luas ± 475 m2. Area ini terletak tepat di akses masuk utama pada PIT west site. Site plan dari area The Gateway ini dapat dilihat pada Gambar 26. Dilihat dari fungsinya sebagai area penerimaan, maka pada area ini terdapat fasilitas seperti

pos penjagaan dan gerbang yang menandakan wilayah PIT. Water feature juga

terdapat pada kolam dengan lebar 20 m yang diberi aksen air terjun yang mengalir dari dinding di belakang kolam. Dinding yang terdapat pada bagian belakang

kolam berfungsi sebagai feature wall dengan tulisan Pondok Indah Townhouse

yang menempel pada dinding tersebut.

Soft material yang digunakan pada area ini adalah Dyera costulata yang berfungsi sebagai feature tree dan Ficus hillii yang memiliki fungsi screening.

Area Gateway didominasi oleh plaza dengan jenis material yang digunakan adalah

Batu Andesit ‘Dark Grey’ (Lusty Maya). Pada bagian feature wall, material yang

digunakan adalah batu white palimanan dan batu Green Sukabumi digunakan

(57)
(58)
(59)
(60)
(61)
(62)
(63)
(64)

Gambar 26. Area Gateway (Sumber PT. SFA)

Gambar 27. Ilustratif Suasana Area Gateway

(65)

5.6.2 West Courtyard

Area courtyard berfungsi sebagai taman lingkungan pada PIT. Tema pada

area courtyard adalah dominasi elemen air. Area courtyard terbagi menjadi dua, west courtyard dan east courtyard yang dipisahkan oleh the alley. West courtyard memiliki luas 2000 m2 yang terdiri dari plaza, island, dan playground area. Area west courtyard terlihat pada Gambar 28.

Gambar 28. Area West Courtyard

(Sumber PT. SFA)

Area hijau pada area ini berupa island kering, lawn, dan little forest. Soft material yang digunakan di antaranya jenis palem Archontophoenix alexandrae dan Dypsis leptocheilos untuk area island dan lawn, Anthocephalus cadamba untuk daerah little forest, dan pohon berbunga menarik seperti Plumeria rubra dan Saracca indica pada bagian belakang rumah. Semak dan tanaman penutup

tanah pada area west courtyard terdiri dari beberapa jenis. Beberapa semak seperti

Alocasia ‘Golden’, Etlingera elatior, Eucharis grandiflora, Sanchezia speciosa dan Hibiscus rosa-sinensis.

Hard material yang terdapat pada area west courtyard di antaranya

perkerasan yang terbagi pada beberapa lokasi, terrace wall, dan furniture berupa water feature pada bagian belakang rumah dan jembatan serta steppingstone pada

Gambar

Gambar 7. Peta Lokasi Proyek
Gambar 10. Perpindahan Jalan Umum yang Diajukan PT. MK
Gambar 13. Konsep Pembagian Ruang
Gambar 14. Konsep Perkerasan (Surfacing)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Faktor penunjang kegiatan perancangan lanskap secara umum yaitu struktur organisasi perusahaan yang cukup komplek dengan adanya berbagai multi disiplin ilmu di

Adapun tahap-tahap yang dilakukan dalam proses perancangan tata ruang kantor di Departemen Sekretariat Perusahaan PT PINDAD (Persero) yakni pertama dilakukan studi lokasi

 Partisipasi antar instansi dalam pelaksanaan koordinasi horizontal terkait pengelolaan ruang terbuka hijau di Kota Surabaya dikatakan sesuai dengan pedoman kerja