PENGARUH SINETRON RELIGI TERHADAP SIKAP
KEBERAGAMAAN SISWA
(Studi Kasus di SMP Negeri 1 Cigombong-Bogor)
Disusun Oleh :
AN-AN SITI FARIHAH
102011023581
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
PENGARUH SINETRON RELIGI TERHADAP SIKAP KEBERAGAMAAN SISWA
(Studi Kasus Di SMPN 1 Cigombong Bogor)
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar
Sarjana Pendidikan Islam (S. Pd. I)
Oleh:
AN-AN SITI FARIHAH
NIM:102011023581
Di Bawah Bimbingan:
Pembimbing I, Pembimbing II,
Drs. H. M. Alisuf Sobri Drs. Rusdi Jamil, M. A
NIP. 150 033 454 NIP. 150 274 762
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi yang berjudul “PENGARUH SINETRON RELIGI TERHADAP
SIKAP KEBERAGAMAAN SISWA (Studi Kasus di SMP Negeri 1
Cigombong-Bogor)” telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 17
November 2006. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar sarjana Program Strata 1 (S1) pada Jurusan Pendidikan Agama
Islam.
Jakarta, 17 November 2006
Sidang Munaqasyah
Dekan/ Pembantu Dekan I/
Ketua Merangkap Anggota Sekretaris Merangkap Anggota
Prof. Dr. Dede Rosyada, M. A Prof. Dr. H. Aziz Fahrurrozi, M. A NIP. 150 231 356 NIP. 150 202 343
Anggota
Penguji I Penguji II
Drs. Khalimi, M. Ag Dra. Hj. Siti Salmiah, M. A
KATA PENGANTAR
ـﱠ ا
ـــــــــْ ــــــــ ﺣﱠﺮ ا
ـــــــ ْﺣﱠﺮ ا
ﻪــــــ
Segala puji serta syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat, taufiq dan hidayah-Nya, sehingga penulis mempunyai kekuatan
dan ketabahan untuk menyelesaikan penelitian ini.
Shalawat serta salam penulis haturkan kepada junjungan Nabi Muhammad
SAW, beserta para keluarga dan sahabatnya.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih yang
sebesar-besarnya atas segala bimbingan, bantuan serta pengarahan-pengarahan sehingga
penelitian ini dapat terselesaikan. Ucapan terima kasih ini ditujukan kepada:
1. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Ketua, Sekertaris beserta staf
Jurusan Pendidikan Agama Islam
2. Bapak Drs. HM. Alisuf Sabri dan Bapak Rusdi Jamil, M. Ag, selaku Dosen
Pembimbing I dan II yang telah membimbing dan meluangkan waktu, tenaga dan
pikiran di sela-sela kesibukannya untuk memberikan bimbingan kepada penulis
dalam menyelesaikan penelitian ini.
3. Kepala Sekolah SMPN I Cigombong, Bapak Drs. H. Ade Tatang Risyadi, MM.
beserta keluarga besar SMPN 1 Cigombong yang telah membantu pelaksanaan
penelitian.
4. Yang tercinta dan tersayang, kedua orang tuaku Ayahanda (Bapak Drs. H.
Isnaeni) dan segenap keluarga besar H. R. M. Cholil Wirakarta (Alm) yang
dengan penuh keikhlasan memberikan perhatian, dorongan dan bantuan yang tak
terhingga.
5. Seluruh staf Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan
Perpustakaan Umum Islam Iman Jama’ yang telah bersedia memberikan fasilitas
kepada penulis pada saat mencari referensi.
6. Belahan jiwaku Muhammad Ihsan, S. Th.I yang tak henti-hentinya memberikan
perhatian, do’a, dorongan dan motivasi sehingga penulis dapat menyelesaikan
tugas penelitian ini dengan sebaik-baiknya. Teman-teman satu kost yang telah
memberikan motivasinya selama penulis menyelesaikan penelitian ini.
Rekan-rekan PAI kelas “D” seluruh angkatan 2002 spesial untuk Ai Ida Rosdiana,
Keluarga Istana dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu,
namun tidak mengurangi rasa sayang dan persahabatan yang telah terjalin.
Akhirnya, besar harapan penulis semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi
penulis khususnya dan para pembaca budiman umumnya.
Ciputat, November 2006
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR... i
DAFTAR ISI ... iii
DAFTAR TABEL ... v
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah... 4
C. Tujuan Penelitian ... 5
D. Metode Pembahasan... 6
E. Sistematika Penulisan ... 7
BAB II KAJIAN TEORITIS A. Televisi... ... 1...Definisi ... 8
3...Isi
Tayangan Televisi ... 11
B. Sinetron Religi ... 12
1...Pengerti
an Sinetron Religi... 12
2...
Macam-macam Sinetron Religi... 16
3...Nilai
Pendidikan Dalam Sinetron Religi... 21
4...Indikator
Sinetron Religi yang Mendidik ... 22
C. Sikap Keberagamaan... 23
1...Pengerti
an Sikap Keberagamaan... 23
2...Dimensi
Sikap Keberagamaan... 27
3...Faktor
Yang Mempengaruhi Sikap Keberagamaan... 30
4...Indikator
Sikap Keberagamaan... 34
D. Kerangka Berfikir ... 35
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ... 38
B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 41
C. Populasi dan Sampel ... 41
D. Teknik Pengumpulan Data... 42
E. Teknik Analisis dan Pengolahan Data ... 43
BAB IV HASIL PENELITIAN A...Kondisi Kependidikan SMPN 1 Cigombong Bogor ... 48
1...Sejarah Berdirinya SMPN 1 Cigombong Bogor... 48
2...Kondisi Guru, Siswa dan Fasilitas Pendidikan... 49
3...Kurikulu m dan Pendidikan Agama Islam ... 57
B...Deskrips i Data ... 64
C...Analisa dan Interpretasi Data ... 86
2...Interpret
asi Data... 88
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ... 91
B. Saran-saran... 92
DAFTAR PUSTAKA ... 93
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Salah satu aspek positif dari modernitas zaman adalah berkembangnya teknologi dan
media informasi dewasa ini. Media itu dapat berupa media cetak, elektronik, audio
dan masih banyak lagi. Contoh kongkrit jenis media elektronik adalah seperti televisi
dan radio.
Dari sekian banyak media massa yang ada saat ini, televisi merupakan salah
satu produk kemajuan teknologi komunikasi yang lebih sempurna dan dapat
menutupi kekurangan yang ada pada media komunikasi lainnya yaitu, surat kabar,
majalah, radio dan film. Televisi secara utuh mampu menampilkan gambar secara
nyata dan lengkap dengan suara aslinya, sehingga dapat dikatakan bahwa televisi
akan mempunyai pengaruh yang lebih besar dan lebih luas.
Televisi merupakan salah satu media informasi dan sarana komunikasi umum
yang tak dapat dipisahkan dari kehidupan masyarakat. Tak dapat dipungkiri televisi
mempunyai banyak manfaat, khususnya acara-acara yang menayangkan berita aktual,
film dokumenter, dan mengungkap alam dan ilmu pengetahuan. Hal ini karena
adanya kelebihan yang dimiliki oleh cara kerjanya, yaitu memadukan antara gambar
lapisan. Disamping itu, acara-acara televisi sangat digemari oleh anak-anak karena
mengandung daya pikat dan kemampuan yang tinggi dalam menghipnotis anak untuk
menghabiskan waktu di depan televisi disamping mudah diperoleh dan mudah
dioperasikannya.1
Para ahli mengatakan bahwa “75 % dari pengetahuan manusia sampai ke
otaknya melalui mata dan yang selebihnya melalui pendengaran dan indera-indera lainnya.”2 dalam hal ini, televisi adalah media yang memberikan pengetahuan yang lebih mudah diterima oleh manusia. Televisi mampu menembus ruang dan waktu,
menembus batas-batas negara, batas-batas ideologi, keyakinan dan agama.
Kebanyakan orang menganggap bahwa televisi merupakan suatu kebutuhan
primer yang mendesak, sehingga hampir semua rumah memiliki pesawat televisi.
Pesawat ini diduga dapat menguasai hati orang dewasa terlebih anak, dan kebanyakan
orang senantiasa mengikuti acara-acara penayangannya, tanpa membatasi diri atau
membuat aturan, sehingga seringkali waktu anak menyaksikannya lebih lama dari
waktu yang digunakan untuk belajar, bermain, sosialisasi dengan teman lainnya.3
Sebagaimana kita ketahui bahwa stasiun televisi kita di tanah air, memiliki
kecenderungan untuk meniru satu dengan lainnya. Jika sebuah program di sebuah
1
Fadhlan Abu Yasir, Pengaruh Media Televisi Terhadap Pendidikan Aqidah Anak, (Solo: Makalah Seminar Horor, Mei 2004)
2
Amir Sulaiman Hamzah, Media Audio Visual Untuk Pengajaran dan Penyuluhan, (Jakarta : Gra media, 1981), h. 17
3
stasiun TV ternyata booming, stasiun-stasiun TV lain akan beramai-ramai meniru program itu dan menampilkannya dengan sedikit rekayasa agar terkesan berbeda.
Tiru-meniru menjadi lumrah, duplikasi progam bukan hal aneh.
Fenomena “latah” inilah yang seringkali kita lihat pada dunia pertelevisian
kita dewasa ini. Beberapa waktu yang lalu, dunia pertelevisian kita diwarnai oleh
tayangan-tayangan misteri. Tayangan tersebut tidak hanya digandrungi oleh kalangan
biasa, namun bagi kalangan elit pun tayangan misteri ini mendapat rating yang cukup
tinggi.
Fenomena tersebut, masih ada sampai saat ini dengan menjamurnya
tayangan-tayangan religi, termasuk diantaranya sinetron yang bertemakan religius. Cerita yang
ditayangkan, biasanya diambil dari majalah-majalah Islami yang sebelumnya telah
mendapat tempat di hati masyarakat kita. Banyak dari majalah tersebut mengangkat
kisah-kisah nyata. Hingga saat ini, hampir semua stasiun televisi seolah tidak ingin
ketinggalan untuk menayangkan tayangan-tayangan religi tersebut.
Akibat dari banyaknya tayangan religi tersebut, tentunya memiliki pengaruh
yang tidak dapat disangkal lagi. Tentunya ada pengaruh yang positif dan ada pula
yang negatif. Pengaruh positif diantaranya dapat memberikan motivasi kepada kita
untuk selalu berbuat baik sesuai dengan yang diajarkan agama, sedangkan dampak
buruknya dapat menciptakan suatu masyarakat yang selalu bermimpi (dreaming
beranggapan bahwa do’a itu sifatnya instan saja, tanpa memerlukan usaha dari kita.
Padahal tidak demikian, selain berdo’a kita juga harus berusaha.
Televisi yang menayangkan program religi tersebut bisa berpengaruh terhadap
kehidupan dunia anak. Apalagi anak-anak zaman sekarang tidak dapat lepas dari
menonton televisi. Tentunya mereka mengetahui tayangan-tayangan religi, termasuk
diantaranya sinetron religi. Lalu, dengan sinetron religi tersebut apakah dapat
berpengaruh terhadap keberagamaan? Apakah dengan menonton sinetron religi bisa
memperbaiki kualitas ibadah?. Oleh karena itulah, penulis merasa tertarik untuk
membahas masalah ini dalam bentuk skripsi, yang berjudul :
“PENGARUH SINETRON RELIGI TERHADAP SIKAP
KEBERAGAMAAN SISWA; Studi Kasus di SMPN 1 Cigombong-Bogor”
Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
a. Sinetron religi hanya dibatasi pada sinetron “Rahasia Ilahi” yang ditayangkan
di TPI, “Hidayah” yang ditayangkan TRANS TV, dan “Maha Kasih” yang
ditayangkan RCTI.
b. Sikap siswa (menyangkut persepsi, afeksi dan konasi) setelah menyaksikan
sinetron religi
2. Perumusan Masalah
a. Bagaimana pandangan siswa setelah menyaksikan sinetron religi?
b. Dimensi keberagamaan apa saja yang dipengaruhi oleh sinetron religi?
c. Bagaimana sikap keberagamaan siswa setelah menyaksikan sinetron
religi?
d. Nilai pendidikan apa saja yang bisa diambil dari menyaksikan sinetron
religi?
e. Seberapa besar frekuensi menonton sinetron religi “Rahasia Ilahi”,
“Hidayah”, dan “Maha Kasih”
Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh sinetron religi terhadap
sikap keberagamaan siswa SMPN 1 Cigombong-Bogor
2. Manfaat Penelitian
Sedangkan kegunaan dari penelitian ini adalah: Jika memang
religi, maka penulis berharap dapat menjadi masukan bagi pihak-pihak terkait
untuk melakukan kebijakan yang positif.
Metode Pembahasan
Metode pembahasan yang digunakan adalah penelitian deskriptif analisis.
Yaitu menganalisa keterkaitan antara variabel-variabel dalam suatu fenomena yang
diteliti dan menguraikan data-data yang ada untuk kemudian disimpulkan. Adapun
sifat penelitian ini adalah:
Library Reseach (Penelitian Kepustakaan)
Yaitu dengan cara membaca buku-buku yang ada hubungannya dengan
permasalahan ini.
Field Reseach (Penelitian Lapangan)
Yaitu dengan cara meneliti langsung ke obyeknya. Metode seperti ini
menggunakan fenomena yang ada di lapangan, tanpa membuat manipulasi
terhadap variabel yang akan dilihat atau diukur. Metode penelitian ini
digunakan dengan tujuan agar hasil yang diperoleh – pengaruh tayangan
sinetron religi terhadap sikap keberagamaan siswa – mendekati gambaran
yang sama dengan keadaan seharusnya.
Teknis penulisan skripsi ini berpedoman kepada buku pedoman Skripsi, Tesis
dan Disertasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang diterbitkan oleh UIN JAKARTA
Sistematika Penulisan
Sistematika Penulisan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
BAB I Pendahuluan, pada bab ini dikemukakan latar belakang masalah,
identifikasi masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan
manfaat penelitian, metode pembahasan serta sistematika penulisan.
BAB II Kajian Teori, yang terdiri atas pembahasan pengertian televisi,
keuntungan dan keterbatasan media televisi, isi tayangan televisi,
pengertian sinetron religi, macam-macam sinetron religi, nilai
pendidikan dalam sinetron religi, indikator sinetron religi yang
mendidik, pengertian sikap keberagamaan, dimensi sikap
keberagamaan, faktor-faktor yang mempengaruhi keberagamaan,
indikator sikap keberagamaan, kerangka berfikir dan hipotesis.
BAB III Metodologi Penelitian, yang berisi variabel penelitian dan definisi
operasional, tempat dan waktu penelitian, populasi dan sampel,
metode penelitian, teknik pengumpulan data, serta teknik pengolahan
dan analisis data.
BAB IV Hasil Penelitian, merupakan hasil yang terdiri atas gambaran umum
objek penelitian dan analisis data.
BAB II
KAJIAN TEORI
TELEVISI
Definisi Televisi
Kata televisi berasal dari bahasa Inggris, television. Kata tele diambil dari bahasa Yunani yang berarti jauh dan vision diambil dari bahasa Latin yang berarti
pandangan atau pemandangan.4 M.O. Pelapah dan Atang Syamsuddin menjelaskan
bahwa “televisi adalah salah satu bentuk mass media yang memancarkan suara dan gambar yang berarti sebagai reproduksi dari kenyataan yang disiarkan melalui gelombang-gelombang elektromagnetik sehingga dapat diterima oleh pesawat penerima di rumah.”5
Dalam Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer dikemukakan bahwa “televisi
(pesawat televisi) adalah pesawat sistem penyiaran gambar yang objeknya bergerak
dan disertai suara, digunakan untuk menyiarkan pertunjukan, berita, dan sebagainya.6
Menurut Arsyad Azhar, televisi adalah sistem elektronik yang mengirimkan
gambar diam dan gambar hidup bersama suara melalui kabel atau ruang.7 Sedangkan
4
Takariawan Cahyadi, Media Massa Virus Peradaban, (Tarbiyatuna, November ) Cet. I, h. 15
5
Depdikbud RI, Pesan-pesan Budaya Film Anak-Anak dalam Tayangan Televisi; (Studi Tentang Pengaruh Sistem Terhadap Perilaku Sosial Remaja Kota Ciganjur), (Jakarta : CV. Eka Putra, 1955), h. 31
6
Salim Peter dan Yeni Salim, Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer, (Jakarta : Modern English Press, 1991), Cet. Ke-I, l. 1570
7
Oemar Hamalik (1985: 134): “Television is an electric motion picture with conjoinded or attended sound;both picture and sound reach the eye and ear simultaneously from remote broad cast point”.8 Definisi tersebut menjelaskan bahwa televisi sesungguhnya adalah perlengkapan elektronik yang pada dasarnya sama
dengan gambar hidup yang meliputi gambar dan suara. Maka televisi sebenarnya
sama dengan film, yang dapat didengar dan dilihat. Media ini berperan sebagai
gambar hidup dan juga sebagai radio yang dapat dilihat dan didengar secara
bersamaan. Televisi juga dapat memberikan kejadian-kejadian sebenarnya pada saat
suatu peristiwa terjadi dengan disertai komentar penyiarnya. Kedua aspek tersebut
secara simultan dapat didengar dan dilihat oleh para pemirsa. Peristiwa-peristiwa atau
kejadian-kejadian tersebut langsung disiarkan dari stasiun pemancar televisi tersebut.
Televisi sebagai media massa memiliki tiga fungsi utama, yaitu sebagai media
informasi (information), sebagai media pendidikan (education), sebagai media
hiburan (entertainment).9 Walaupun kebanyakan orang membeli televisi dengan
tujuan untuk mendapatkan hiburan melalui acara yang ditayangkan, namun mereka
tetap mengharapkan di dalam hiburan tersebut terdapat unsur pendidikan.10
8
Asnawir dan Basyirudin Usman, Media Pembelajaran, (Jakarta : Ciputat Press, 2000), Cet. I, h. 101
9
Zamris Habib, et. al., Penelitian Film Anak-Anak di televise Dalam Rangka Pembangunan Pendidikan Budi Pekerti Melalui Televisi, Jurnal Teknodi, Vol IX (Oktober ; 2001), h. 7
10
Keuntungan dan Keterbatasan Televisi
Televisi sebagai media pengajaran mengandung beberapa keuntungan antara
lain :
a. Bersifat langsung dan nyata, serta dapat menyajikan peristiwa-peristiwa
sebenarnya;
b. Memperluas tinjauan kelas, melintasi berbagai daerah atau negara;
c. Dapat menciptakan kembali peristiwa masa lampau;
d. Dapat mempertunjukkan banyak hal dan banyak segi yang beraneka
ragam;
e. Banyak mempergunakan sumber-sumber masyarakat;
f. Menarik minat anak;
g. Dapat melatih guru baik dalam free-service maupun in service training;
h. Masyarakat diajak berpartisipasi dalam rangka meningkatkan perhatian
mereka terhadap sekolah.
Televisi disamping memiliki keuntungan, tapi juga memiliki keterbatasan
diantaranya adalah:
a. Film bersuara tidak dapat diselingi dengan keterangan-keterangan sewaktu
film diputar, penghentian pemutaran akan mengganggu konsentrasi
audiens;
b. Audiens tidak dapat mengikuti dengan baik kalau film diputar secara
c. Apa yang telah lewat sulit diulang kecuali memutar kembali secara
keseluruhan;
d. Biaya pembuatan dan peralatannya cukup tinggi dan mahal.
Isi Tayangan Televisi
Budaya menonton televisi telah demikian mengakar pada bangsa Indonesia.
Masuknya media elektronik berupa televisi dan maraknya stasiun pertelevisian swasta
yang menawarkan beraneka macam hiburan, juga turut menopang lestarinya budaya
tersebut. Memang, bangsa kita tengah mengalami lompatan budaya, dimana belum
tercapainya reading society, maka telah didahului oleh watching society sebagai gambaran yang tidak asing lagi dalam masyarakat kita. Masyarakat kita berada dalam
posisi kenyamanan dalam kebudayaan kelisanan (watching society termasuk di
dalamnya), seakan tidak mengenal budaya tulisan (literer).
Ketika dalam masyarakat kita terbentuk watching society, maka content dari media pertelevisian menjadi teramat penting. Apapun yang disuguhkan oleh lebih
dari 10 stasiun televisi berskala nasional, dan sejumlah besar stasiun televisi lokal
sebagai media hiburan dan informasi, akan menimbulkan pengaruh pada
pembentukan persepsi umum yang ada di masyarakat.11
11
Ada beberapa macam isi tayangan televisi menurut Anggota Komisi
Penyiaran Indonesia Daerah (KPID) Jawa Barat Dian Wardiana Sjuchro
mengungkapkan fakta, di televisi banyak kekerasan, seks, jurnalisme menyimpang,
takhayul, dan mistik. Tokoh masyarakat, Ny. Otje Djundjunan, dengan mengutip apa
yang dikatakan Presiden SBY mengungkapkan, dewasa ini sering ada
tayangan-tayangan yang menurut kacamata kita orang timur kurang pada tempatnya. Menurut
psikolog Afra Hafny Noer, materi seksual lebih banyak diekspos daripada (unsur)
pendidikannya. Sedangkan Asri Arum Sari yang khusus membahas mengenai
tayangan sinetron, mengungkapkan kegetirannya oleh banyaknya sinetron yang tidak
bermutu tetapi daya serap penontonnya cukup tinggi.12
Sinetron Religi
Pengertian Sinetron Religi
Sinetron merupakan penggabungan dan pemendekan dari sinema dan
elektronika. Elektronika disini tidak semata mengacu pada pita kaset yang proses
perekamannya berdasar kaidah-kaidah elektronis. Elektronika dalam sinetron itu lebih
mengacu pada mediumnya. Yaitu televisi dan televisual, yang merupakan medium
elektronik selain siaran radio.13
Sinetron disebutkan juga sama dengan televisi play, sama dengan teledrama,
sama dengan sandiwara televisi atau sama dengan lakon televisi. Inti persamaannya
12
http://www.pikiran-rakyat.com
13
sama-sama ditayangkan di media audio visual yang disebut televisi. Seperti telah
disebutkan diatas, sinetron adalah kependekan dari sinema dan elektronika
berdasarkan kata sinema saja, ini sudah mengarah pada sebuah konsep film (sinema).
Oleh sebab itu, sinetron dalam penerapannya tidak jauh berbeda dengan film layar
putih (layar lebar). Demikian juga tahapan penulisan dan format naskah. Yang
berbeda hanyalah film layar putih menggunakan kamera optik, bahan seloid dan
medium sajiannya menggunakan proyektor dan layar putih di gedung bioskop.
Sedangkan sinetron menggunakan kamera elektronik dengan video record dan pita di
dalam kaset sebagai bahannya, penayangannya melalui medium televisi.14
Walaupun sinetron memiliki beberapa prinsip dasar yang sama dengan film
layar putih (layar lebar) tetapi masing-masing memiliki dinamika yang berbeda.
Televisi memiliki dinamikanya sendiri, yang pertama adalah dalam ukuran layar, film
layar yang dipancarkan proyektor lalu terlayang pada sebuah layar yang besar.
Sementara gambar sinetron yang direkam langsung dalam pita kaset ditayangkan
melalui televisi yang layarnya relatif kecil.
Kedua dari segi penonton/pemirsa, penonton film adalah mereka yang sejak
awal benar-benar memiliki niat untuk menonton. Adapun penonton sinetron karena
tak pernah langsung memilih (dari jenis sinema, judul, hingga jadwal waktu), jenis
14
penontonnya jauh lebih beragam, beragam dari tingkat ekonominya,
intelektualitasnya, dan kategori lainnya.15
Film layar lebar dapat ditonton secara khusus, diruang khusus biasanya
dengan sistem pembayaran tertentu. Sinetron justru sebaliknya yaitu selalu membuka
peluang ditonton secara tidak khusus/ tidak ada bayaran khusus. Misalnya ditonton
sambil menerima tamu, arisan atau makan, tempatnya bisa ditempat tidur, bandara,
kafe dan lain-lain. Sinetron memiliki jeda yang biasanya berupa iklan. Dengan kata
lain sudut pembuatannya sinetron adalah karya plus, artinya semua elemen dasarnya
sama, tetapi khusus sinetron harus puas disesuaikan untuk konsumsi televisi.16
Atas kondisi diatas, maka dinamika dan ritme plot sinema televisi harus
mampu menarik perhatian penonton. Caranya bisa beragam, misalnya menghadirkan
cuplikan adegan-adegan yang menarik yang akan muncul pada malam itu dengan
tujuan penonton akan terpaku untuk menyaksikan adegan demi adegan yang
menarik. Cara lainnya, sesuai dengan kondisi pemirsa yang tidak bisa memilih, maka
irama kisah tidak bisa dibiarkan berlama-lama untuk sampai pada jeda tertentu, atau
pouse. Biasanya untuk iklan pada saat jeda inilah pemirsa bisa ke dapur terlebih dahulu, kamar dulu mengambil sesuatu dan kegiatan lainnya lagi sebelum kisah
dimulai lagi, inilah satu ciri-ciri sinetron.
15
Veven Sp. Wardana, op. cit., h. 279
16
Kelebihan-kelebihan sinetron seperti yang telah disebutkan diatas tadi maka
tak heran mengapa sinetron banyak ditonton pemirsa. Beberapa faktor yang
membuat sinetron disukai yaitu:
a. Isi pesannya sesuai dengan realitas sosial pemirsa
b. Isi pesannya mengandung cerminan tradisi nilai luhur dari budaya
masyarakat (pemirsa)
c. Isi pesannya lebih banyak mengangkat permasalahan atas persoalan
yang terjadi dalam kehidupan masyarakat.17
Paket sinetron yang tampil di televisi adalah salah satu bentuk untuk mendidik
masyarakat dalam bersikap dan berprilaku sesuai dengan tatanan norma dan nilai
budaya setempat. Otomatis, isi pesan yang terungkap secara simbolis dalam paket
sinetron berwujud kritik sosial dan kontrol sosial terhadap
penyimpangan-penyimpangan yang terjadi dalam masyarakat.
Kelahiran sinetron di Indonesia, secara tidak langsung adalah akibat dari
maraknya industri televisi di Indonesia saat ini. Televisi swasta lahir sepanjang tahun
1989-2002 (RCTI, SCTV, TPI, ANTV, INDOSIAR, METRO TV, LATIVI, TRANS
TV, TV7, GLOBAL TV) yang ternyata mampu mempengaruhi kehidupan
masyarakat dengan banyaknya acra-acara yang ditampilkan bagi masyarakat. Sebagai
implikasi dari bangkitnya industri televisi di Indonesia adalah stasiun televisi harus
mampu menyediakan tayangan program acara untuk memikat pemirsa. Sebuah
17
survey telah memberi data akurat bahwa tayangan lokal lebih disukai. Hal ini karena,
fakta menunjukkan ada titik jenuh pemirsa terhadap produk yang tidak berpijak pada
budaya sendiri.18
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, religi adalah kepercayaan terhadap
Tuhan; kepercayaan akan adanya kekuatan adikodrati di atas manusia; kepercayaan
(animisme, dinamisme); agama.
Jadi yang dimaksud dengan sinetron religi adalah sebuah tayangan televisi
yang menceritakan tentang peri kehidupan keagamaan Islam, baik yang taat maupun
yang ingkar untuk dijadikan ibrah bagi yang menyaksikannya.
Macam-macam Sinetron Religi
Sinetron religi ada beberapa macam yang bisa kita lihat dari beberapa sudut
pandang. Jika dilihat dari segi penayangannya, maka sinetron religi terdiri dari tiga
macam, yakni: pertama cerita yang berada dalam satu paket (Judul Besar)
ditayangkan per-episode terdapat judul kecil dan langsung selesai. Dan kebanyakan
sinetron religi termasuk ke dalam jenis ini. Contohnya : Hidayah, Maha Kasih,
Rahasia Ilahi, Kuasa Ilahi, Takdir Ilahi, Suratan Takdir, Astagfirullah, dan lain
sebagainya. Yang kedua adalah yang ceritanya bersambung pada setiap episodenya.
Contohnya : Kiamat Sudah Dekat. Dan yang ketiga adalah cerita yang berada dalam
18
satu paket (Judul Besar), dalam setiap penayangannya terdapat judul kecil namun
setiap episodenya bersambung. Contohnya : Lorong Waktu.
Jika dilihat dari latar belakang ceritanya ada sinetron religi yang berasal dari
cerita fiksi (karangan saja dan penulis skenario terinspirasi oleh kisah-kisah Islami),
dan ada pula yang berasal dari kisah nyata (non fiksi).
Tabel 1
Beberapa Judul Sinetron Religi dan Stasiun Televisi Yang Menayangkan :
No Stasiun Televisi Judul
1) TPI Rahasia Ilahi
Suratan Takdir
2) RCTI Pintu Hidayah
Maha Kasih Taqwa
Kusebut Nama-Mu Jalan Kebenaran Cahaya Surga
3) SCTV Astaghfirullah
Lorong Waktu Kiamat Sudah Dekat Kuasa Ilahi
4) INDOSIAR Hikmah 3
Allah Maha Besar
5) ANTV Jalan Menuju Surga
Nauzubillahi Min Dzalik
6) TRANS TV Hidayah
Perkembangan Sinetron Religi di Indonesia
Ternyata, tidak hanya di bulan Ramadhan sinetron Islami digemari pemirsa
dan membawa berkah bagi stasiun televisi. Awalnya, memang tidak pernah
dan Takdir Ilahi, sejumlah stasiun televisi pun berlomba-lomba menyajikan sinetron Islami.
Lihatlah SCTV, yang kini menyajikan sinetron Astagfirullah dan menyusul
Kuasa Ilahi. Lalu, Lativi dengan sinetron Azab Ilahi dan menyusul PadaMu Ya Rabb. Trans TV pun menyajikan sinetron Taubat dan Indosiar dengan tayangan sinetron
Titipan Ilahi.
Sinetron Rahasia Ilahi tiap Senin di TPI mengangkat kisah-kisah nyata yang terjadi di tengah masyarakat yang pernah dimuat di Majalah Hidayah, yakni tentang bagaimana Allah SWT memberi contoh kepada manusia tentang azab yang
diturunkannya. Tiap episode berganti topik dan diakhir cerita ada pesan yang
disampaikan dengan memunculkan ustadz Arifin Ilham.
Sukses Rahasia Ilahi, TPI menghadirkan sinetron sejenis bertajuk Takdir Ilahi. Kalau Rahasia Ilahi berdasarkan kisah nyata, Takdir Ilahi berpedoman pada hadist Bukhari-Muslim yang ditulis oleh Muhammad Amin Al-Jundi Al-Muttaqin
dalam buku Miah Qishshah wa Qishshah fi Anis Ash-Shalihin wa Samir Al-Muttaqin
dan kitab Madarijus Salikin karangan Ibnu Qayyim Al-Jauziah.
''Jadi, kisah yang disuguhkan dalam Takdir Ilahi sama dengan kejadian pada masa Rasulullah SAW. Hanya disesuaikan dengan perkembangan zaman. Formatnya
Menurut Kaonawan, sinetron berdurasi 60 menit yang ditayangkan tiap Jumat
pukul 21.00 itu akan menampilkan seorang ahli hadist, KH Ali Mustafa Yaqub MA,
pada akhir episode. KH Ali akan memberikan gambaran yang dapat diambil
hikmahnya bahwa segala sesuatu yang dikerjakan dengan ikhlas, sabar dan hanya
mengharapkan ridhlo Allah SWT, akan mendapatkan ganjaran yang setimpal.
Yang menarik, sinetron Rahasia Ilahi dan Takdir Ilahi mampu menjadi
kontributor terbesar yang mendongkrak posisi TPI dari tujuh besar ke posisi tertinggi
di Indonesia.
Berdasarkan survei AC Nielsen, dari 15 Maret sampai 15 April 2005, TPI
dengan share 15,8 persen berada di urutan pertama, disusul SCTV (15,2 %), RCTI
(14,9 %), Indosiar (12,4 %), Lativi (11,2 %), Trans TV (share 10,7 %), TV7 (share
6,2%), ANTV (share 6,2 %), Global TV (share 2,8 %), Metro TV (share 2,5 %) dan
TVRI Pusat (share 1,7 %).19
Tidak hanya TPI yang meraup berkah dari sinetron Islami. Sinetron
Astagfirullah di SCTV dan Azab Ilahi di Lativi juga mampu mendongkrak rating kedua stasiun televisi tersebut.
Sinetron Astaghfirullah ditayangkan tiap Senin, pukul 20.30 WIB. Sinetron ini juga berasal dari kisah nyata yang dimuat Majalah Ghoib. Skenarionya digarap
19
oleh H Misbach Yusa Biran. ''Sinetron ini diharapkan dapat menjadi sinetron yang
akan memberi tauladan pada pemirsa. Kisah-kisah nyata seri ini akan memperlihatkan
betapa bukti-bukti kebesaran Allah SAW tiada batas adanya,'' ujar sutradaranya,
Chaerul Umam.
Sedangkan sinetron Azab Ilahi hadir di layar kaca Lativi tiap Jumat pukul 20.30 WIB. Juga sangat digemari dan merupakan salah satu program yang mampu
mendongkrak stasiun televisi ini ke posisi lima besar. ''Kami memang concern pada program bernilai pendidikan,'' kata Raldy Doy, manajer humas Lativi saat peluncuran
sinetron itu awal April lalu.
Booming sinetron Islami, menurut ustadz Jeffry Al Bukhari, harus disambut baik. ''Mencontoh yang berdampak kebaikan justru dianjurkan,'' ujar ustadz Jeffry
yang ikut berperan sebagai penyampai pesan di akhir cerita sinetron Azab Ilahi.
Ustadz Jeffry menilai bermunculan sinetron Islami dapat memberikan dampak
positif untuk menjadi penyeimbang bagi tontonan sejenis yang lebih menekankan sisi
hura-hura dan glamor. ''Kebutuhan akan keseimbangan rohani dalam diri manusia
sangatlah manusiawi,'' kata ustadz muda ini.
Ustadz Jeffry menyarankan perlunya badan syariah untuk mengontrol
maraknya sinetron Islami. Komentar senada dikemukakan Agus Idwar Jumhadi.
nilai keislaman. Di sinilah diperlukan adanya semacam badan syariah terhadap
produk-produk sinetron religius yang kini makin marak,'' kata personil Snada itu.
Kesuksesan sinetron bernuansa Islam, menurut Agus, membuktikan bahwa
masyarakat pemirsa sudah jenuh dan muak pada sinetron yang menjual mimpi,
kemewahan, kegemerlapan dan kekerasan yang banyak menayang di televisi selama
ini.
Nilai Pendidikan Dalam Sinetron Religi
Jikalau kita melihat dari citra yang ditampilkan sinetron religi, maka akan
tampak simbol-simbol Islam di sana. Bagaimana istri yang sholehah mengenakan
jilbabnya dengan anggun. Secara tidak sadar, hal ini bisa berpengaruh terhadap proses
penyadaran kepada Kaum Hawa untuk mengenakan jilbab. Memang, hal ini tidaklah
cukup karena penyadaran untuk mengenakan jilbab semacam itu hanya sebatas
simbol dan bukan kesadaran secara internal yang konsisten. Penguatan lebih lanjut
tentunya diperlukan dengan pendalaman pengetahuan agama dan giat dalam
beribadah.
Nuansa Islam secara simbolis yang ditampilkan sinetron religi ini bisa
menyadarkan umat Islam untuk meningkatkan kadar keberagamaannya. Semisal,
yang mulanya tidak pernah sholat menjadi rajin sholat karena takut kepada Allah.
Karena pencitraan orang yang mendapatkan ganjaran di sinetron tersebut memang
teraniaya dan selamat dari peristiwa mistis tersebut adalah muslim yang taat
beribadah. Hal ini juga dapat menumbuhkan semangat bagi masyarakat pada
umumnya untuk mengenali dan mengkaji Islam lebih mendalam.20
Indikator Sinetron Religi Yang Mendidik
Sinetron religi dengan mistik kerap diresahkan masyarakat. Satu sisi ingin
mengajak ummat bertakwa kepada Sang Pencipta, namun pada sisi lain kemasan
Sinetron itu didominasi dengan adegan berdarah-darah, kuburan atau hantu-hantu
yang berterbangan. Alhasil, bukan pencerahan iman yang didapat tapi kekerasan yang
dipertontonkan.
Masyarakat merindukan sinetron religi yang menyentuh kalbu, jernih, logis
dan dekat dengan keseharian. Masyarakat membutuhkan sinetron religi yang
sesungguhnya. Dengan demikian dapat diketahui bahwa sinetron religi yang
mendidik adalah sebagai berikut :
¾ Sinetron religi yang bisa mencerahkan hati nurani. Oleh karena dalam
penayangannya sinetron religi mempunyai tujuan yang hendak dicapai adalah
menyemarakkan dan melebarkan syiar Islam.
¾ Menghadirkan kisah-kisah menyentuh kalbu tanpa melibatkan mistik, karena
dikhawatirkan akan membuat pemirsanya takut dan akan berakibat syirik.
¾ Bisa merasakan kebesaran Allah SWT ketika menontonnya.
20
¾ Memiliki alur cerita yang tidak membosankan, sehingga orang merasa tertarik
dan tanpa terpaksa untuk menontonnya.
¾ Terdapat tokoh alim yang bisa memberikan keteladanan kepada pemirsanya,
sehingga orang merasa terpanggil untuk melakukan kebaikan.
¾ Tidak menayangkan hal-hal yang bisa merusak aqidah, seperti kepercayaan
adanya hantu gentayangan, pocong, demit dan lain sebagainya.
Sikap Keberagamaan
Pengertian Sikap Keberagamaan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia bahwa “sikap ialah perbuatan dan
sebagainya yang berdasarkan kepada pendirian (pendapat atau keyakinan) atau dapat juga diartikan sebagai pandangan hidup”.21
Dalam Bahasa Inggris sikap disebut attitude adalah “suatu cara bereaksi
terhadap suatu rangsangan atau stimulus”.22
Menurut Alisuf Sobri, dalam bukunya Psikologi Pendidikan Berdasarkan
Kurikulum Nasional IAIN Fakultas Tarbiyah mengemukakan bahwa “sikap atau
21
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1988), h. 700
22
attitude diartikan sebagai kecenderungan untuk bereaksi terhadap suatu hal, orang atau benda dengan suka, tidak suka atau acuh tak acuh”.23
Sikap adalah kesiapan pada seseorang untuk bertindak secara tertentu
terhadap hal-hal tertentu. 24 Jadi sikap ialah suatu hal yang menentukan sifat, hakekat,
baik perbuatan sekarang maupun perbuatan yang akan datang.
Sebelum mengemukakan pendapat para ahli tentang keberagamaan, terlebih
dahulu akan dikemukakan kata dasar dari keberagamaan yaitu agama. Secara
etimologi dalam Kamus Bahasa Arab oleh Mahmud Yunus, agama berasal dari kata
bahasa Arab adalah Diin ( tunduk, patuh, balasan dan beragama).25 Secara etimologi banyak pula yang mendefinisikan agama diantaranya :
Robert H. Thouless mendefinisikan “Agama adalah adalah sikap atau cara
penyesuaian diri terhadap dunia yang mencakup acuan yang menunjukkan lingkungan yang lebih luas dari pada lingkungan dunia fisik yang terikat ruang dan waktu (Dunia Spiritual)”.26
23
M. Alisuf Sobri, Psikologi Pendidikan Berdasarkan Kurikulum Nasional IAIN Fakultas Tarbiyah, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1995), Cet. Ke-I, h. 83
24
Sarlito Wirawan Sarwono, Pengantar Umum Psikologi, (Jakrta: Bulan Bintang, 1996), Cet. Ke-VII, h. 94
25
Mahmud Yunus, Kamus Arab-Indonesia, (Jakarta: PT Hidakarya Agung, 1989), h. 132
26
Muslim Nurdin menyatakan bahwa “Agama adalah sebagai ketentuan Tuhan yang mengantarkan manusia dengan berpegang teguh kepadaNya untuk mendapatkan kebahagiaan dunia akhirat.”27
Taib Abdul Mu’in mengemukakan bahwa, “Agama adalah suatu peraturan
Tuhan yang mendorong jiwa seseorang yang mempunyai akal untuk berkehendak dan pilihannya sendiri mengikuti peraturan tersebut, guna mencapai kebahagiaan dunia akhirat”.28
Menurut Quraish Shihab bahwa “Agama adalah sebagai hubungan antara
makhluk dengan Khaliknya, hubungan ini terwujud dalam sikap batinnya serta tampak pada ibadah yang dilakukannya, dan tercermin pula sikap kesehariannya”.29
Kata “keberagamaan” berasal dari kata “beragama”, kata beragama dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan antara lain: 1. menganut (memeluk), 2.
beribadat, taat kepada agama (baik hidupnya menurut agama). Misalnya “ia berasal
dari keluarga yang taat agama”.30
Keberagamaan (religiusitas) lebih melihat aspek-aspek yang ada “di dalam
hati”, riak gerak hati nurani, dan sikap personal.31
27
Muslim Nurdin, Moral dan Kognisi Muslim, (Bandung: Alfabeta, 1993), Cet. I, h. 20
28
Ahmad Abdul Mujid, Disrosah Islamiyah, (Pasuruan: Garoeda Buana Indah, 2000), Cet. I, h. 12
29
Quraish Shihab, Membumikan Al-Qur’an, (Bandung: Mizan, 1999), Cet. XVII, h. 210
30
J. S. Badudu, Suta Muhammad Zain, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1994), Cet. Ke-I, h. 11
31
Keberagamaan merupakan suatu keadaan yang ada dalam diri seseorang yang
mendorong seseorang untuk bertingkah laku yang berkaitan dengan agama.
Dari uraian mengenai sikap dan keberagamaan
maka dapat disimpulkan bahwa
sikap keberagamaan
adalah suatu keadaan yang ada dalam diri seseorang yang
mendorongnya untuk bertingkah laku yang berkaitan
dengan agama.
Agama menyangkut kehidupan batin
manusia, oleh karena itu kesadaran dan pengalaman
agama seseorang lebih menggambarkan sisi batin dalam
kehidupan yang ada kaitannya dengan sesuatu yang
sakral dan ghaib.
Pengertian sikap keberagamaan di atas sejalan dengan pengertian yang
dikemukakan oleh Jalaluddin, yaitu “sikap keberagamaan merupakan suatu keadaan yang ada dalam diri seseorang yang mendorongnya untuk bertingkah laku sesuai dengan kadar ketaatannya terhadap agama, sikap keberagamaan tersebut oleh adanya konsistensi antara kepercayaan terhadap agama sebagai unsur afektif dan perilaku terhadap agama sebagai unsur konatif”.32
32
Dimensi Sikap Keberagamaan
Tiap-tiap sikap mempunyai tiga aspek, yaitu :
a. Aspek Kognitif
Yaitu persepsi, kepercayaan dan stereotif yang dimiliki individu mengenai
sesuatu. Komponen kognitif ini sering disamakan dengan pandangan atau
opini, terutama apabila menyangkut masalah issu atau problem yang
kontroversial.
Dalam ajaran Islam, aspek kognitif hampir sama dengan aqidah. Aqidah
secara etimologi berasal dari Bahasa Arab, jika dilihat berdasarkan Tasrif
Istilahii aqidah adalah bentuk masdar ghairu miim dari kata kerja :
عقد
–
يعقد
–
اﺪﻘ
-
ةﺪ ﻘ و
, yang berarti mengikat, menyimpulkanatau membuhulkan tali.33
Adapun secara terminologi sering diartikan atau
disamakan dengan keimanan, yang menunjukkan pada
seberapa tingkat keyakinan seseorang terhadap
kebenaran ajaran-ajaran agamanya yang bersifat
fundamental dan dogmatis, sebagaimana dalam
bukunya Yusuf al-Qardhawy yang dikutip dari Sayid
33
Sabiq, bahwa mendefinisikan aqidah atau keimanan itu
terdiri dari 6 perkara, yaitu :
1) Percaya kepada Allah
2) Percaya terhadap alam ghaib
3) Percaya kepada kitab-kitab yang diturunkan oleh Allah
4) Percaya kepada nabi-nabi atau rasul-rasul yang dipilih oleh Allah 5) Percaya terhadap hari akhir dan peristiwa yang berkaitan dengan itu
6) Percaya kepada taqdir (Qadha dan Qadar)
b. Aspek Afektif
Yaitu menyangkut masalah emosional subyektif seseorang terhadap suatu
objek sikap. Komponen afektif ini merupakan perasaan individu terhadap objek
sikap dan menyangkut masalah emosi. Aspek emosional ini yang biasanya
berakar paling dalam sebagai komponen sikap dan merupakan aspek yang paling
bertahan terhadap pengaruh-pengaruh yang mungkin akan mengubah sikap
sesorang atau penilaian.34
Dalam ajaran Islam hampir sama dengan aspek ibadah. Yaitu yang berisi
peraturan-peraturan yang mengatur hubungan langsung seorang muslim dengan
khaliknya dan dengan sesama manusia, yang menunjukkan seberapa patuh tingkat
ketaatan seorang muslim dalam mengerjakan kegiatan-kegiatan ritual keagamaan
34
yang diperintahkan dan yang dianjurkan, baik yang menyangkut ibadah (ritual)
dalam arti khusus maupun dalam arti yang luas,yang merupakan media
komunikasi langsung dan integral serta sarana konsultasi antara makhluk dan
khaliknya.
c. Aspek Konatif
Yaitu berwujud proses tendensi atau kecenderungan untuk berbuat sesuatu
objek misalnya : kecenderungan memberi pertolongan, menjauhkan diri dan
sebagainya.35
Dalam ajaran Islam hampir sama dengan akhlak. Secara etimologi, kata
akhlak berasal dari Bahasa Arab, yaitu jamak dari kata khuluq
(
خلق
–
خلقان
–
اخلاق
)
yang berarti tabi'at, budi pekerti, kebiasaan atau adat,keperwiraan, kesatriaan, kejantanan dan kemarahan.36
Secara terminology, kata akhlak didefinisikan dalam beberapa pendapat, salah
satunya adalah pendapat Al-Ghozali bahwa akhlak adalah :
ﻖْ ْﺎ
ةرﺎ
ْ
ﺔﺌْه
ﻰ
ْ ﱠ ا
ﺔ ار
ﺎﻬْ
رﺪْﺼ
لﺎ ْ ﻻْا
ﺔ ْﻮﻬ
ﺮ و
ْ
ﺮْﻏ
ﺔ ﺎﺣ
ﻰ إ
ﺮْﻜ
ﺔ ْؤرو
35
Abu Ahmadi, Psikologi Sosial (edisi revisi), (Jakarta: Rineka Cipta, 1991), cet. Ke-I, h. 162
36
Artinya : "Sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan perbuatan-perbuatan yang dengan gampang dan mudah, tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan"
Faktor Yang Mempengaruhi Sikap Keberagamaan
Faktor Penunjang
a. Faktor Intern
"Manusia adalah homo religius (makhluk beragama) karena manusia sudah
mempunyai potensi untuk beragama. Potensi tersebut bersumber dari faktor intern
manusia yang termuat dalam aspek kejiwaan manusia seperti naluri, akal, perasaan
maupun kehendak dan sebagainya”.37
1). Kebutuhan manusia akan agama (naluri untuk beragama), yaitu kebutuhan
manusia terhadap pedoman hidup yang dapat menunjukan jalan kearah kebahagiaan
dunia dan akhirat.
Hasan Langgulung mengatakan: "salah satu ciri fitrah ini ialah, bahwa
manusia menerima Allah sebagai Tuhan, dengan kata lain manusia itu adalah dari
asal mempunyai kecenderungan beragama, sebab agama itu sebagian dari
fitrahnya".38
37
Abu Ahmadi, op.cit., h. 226
38
2). Adanya dorongan untuk bersyukur, taat, patuh atau mengabdi kepada Allah SWT
sesuai dengan firman-Nya yang menegaskan tentang tujuan diciptakannya manusia
yang berbunyi:
ْﻘ ﺎ و
ﱠ ْا
ﻹْاو
نوﺪ ْ ﱠﻻإ
Artinya:
"Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku”. (Q.S. al-Dzariyat 56)
b. Faktor Ekstern
Faktor ekstern (luar) yang mempengaruhi
perkembangan sikap keberagamaan manusia, faktor
tersebut berupa interaksi sosial di luar kelompok.
Faktor-faktor tersebut antara lain:
1) Lingkungan keluarga
Keluarga mempunyai peranan yang penting terhadap pembentukan
sikap keberagamaan seseorang, hal ini dikarenakan keluarga merupakan
lingkungan terdekat yang dikenali seseorang setelah ia dilahirkan ke dunia.
Menurut Rasulullah SAW fungsi dan peran orang tua bahkan mampu
untuk membentuk arah dan keyakinan anak-anak mereka. Menurut beliau
bentuk keyakinan agama yang dianut anak sepenuhnya tergantung dari
bimbingan, pemeliharaan dan pengaruh kedua orang tua mereka.39
Keluarga disebut lingkungan pertama karena dalam keluarga inilah
anak pertama kalinya mendapatkan pendidikan dan bimbingan. Dan keluarga
disebut sebagai lingkungan pendidikan yang utama karena sebagian besar
hidup anak berada dalam keluarga, maka pendidikan yang paling banyak
diterima oleh anak adalah di dalam keluarga.
Demikian besar dan sangat mendasar pengaruh keluarga terhadap
perkembangan pribadi anak terutama dasar-dasar kelakuan seperti sikap,
reaksi dan dasar-dasar kehidupan lainnya seperti kebiasaan makan, cara
berpakaian, cara bicara, sikap terhadap orang lain termasuk sifat-sifat
kepribadian lainnya yang semuanya itu terbentuk pada diri anak melalui
interaksinya dengan pola-pola kehidupan yang terjadi dalam keluarga.
Peranan keluarga dalam pendidikan terdapat dalam Undang-Undang
Sistem Pendidikan Nasional, Nomor 2 tahun 1989, pasal 10, ayat 4 dan
penjelasannya mengemukakan bahwa Pendidikan Keluarga merupakan bagian
dari jalur pendidikan luar sekolah yang diselenggarakan dalam keluarga yang
tugas dan peranannya adalah untuk memberikan/menanamkan : keyakinan
agama, nilai-nilai budaya, nilai-nilai moral dan keterampilan.
39
Dengan demikian, pendidikan di lingkungan keluarga ini oleh
Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional, diakui sangat penting
peranannya dalam upaya pendidikan pada umumnya, sehingga berarti tanpa
adanya pendidikan dalam keluarga yang terlaksana dengan baik maka
pembentukan kepribadian yang diharapkan oleh tujuan pendidikan nasional
akan sulit dapat diwujudkan oleh lembaga-lembaga pendidikan selanjutnya
karena dasar-dasar kepribadiannya kurang terbentuk dengan baik waktu di
lingkungan keluarga.40
2) Lingkungan sekolah
Pendidikan agama di lembaga pendidikan akan memberi pengaruh
bagi pembentukan jiwa keagamaan pada anak. Namun demikian besar
kecilnya pengaruh tersebut sangat tergantung bagaimana faktor yang dapat
memotivasi anak untuk memahami nilai-nilai agama. Sebab pendidikan
agama pada hakikatnya merupakan pendidikan nilai oleh karena itu
pendidikan agama lebih dititikberatkan pada bagaimana membentuk
kebiasaan yang selaras dengan tuntutan agama. Fungsi sekolah dalam
kaitannya dengan pembentukan jiwa keagamaan pada anak antara lain sebagai
penerus pendidikan agama di lingkungan keluarga atau membentuk jiwa
keagamaan pada diri anak yang tidak menerima pendidikan agama dalam
keluarga.
40
Selain itu, pendidikan di sekolah itu sebenarnya adalah bagian dari
pendidikan dalam keluarga yang sekaligus juga merupakan lanjutan dari
pendidikan dalam keluarga. Dan kehidupan di sekolah adalah merupakan
jembatan bagi anak yang akan menghubungkan kehidupan dalam keluarga
dengan kehidupan masyarakat kelak.41
3) Lingkungan masyarakat
Masyarakat merupakan lapangan pendidikan yang ketiga. Masyarakat
yang dimaksud sebagai faktor lingkungan di sini bukan dari segi kumpulan
orang-orangnya, tetapi dari segi karya manusianya, budayanya dan
sistem-sistemnya serta pemimpin-pemimpin masyarakat baik yang formal maupun
informalnya. Media massa seperti televisi, radio, surat kabar, majalah dan
lain-lain mempunyai pengaruh besar dan pemberian sugesti yang dapat
mengarahkan opini seseorang dan kepercayaan orang. Para pendidik
umumnya sependapat bahwa lapangan pendidikan yang ikut mempengaruhi
perkembangan anak didik adalah keluarga, kelembagaan pendidikan dan
lingkungan masyarakat. Keserasian antara ketiga lapangan pendidikan ini
41
akan memberi dampak yang positif bagi perkembangan anak, termasuk dalam
pembentukan jiwa keagamaan mereka.
Indikator Sikap Keberagamaan
Menurut Yusuf al-Qardhawy dimensi-dimensi atau pokok-pokok Islam yang
secara garis besar dibagi tiga,42 yaitu:
Aqidah
Percaya kepada Allah SWT
Percaya kepada alam ghaib
Percaya kepada kitab-kitab yang diturunkan oleh Allah SWT
Percaya kepada nabi-nabi dan rasul-rasul yang dipilih oleh Allah SWT
Percaya kepada hari akhir
Percaya kepada qadha dan qadar
Ibadah
Melaksanakan shalat5 waktu
Melaksanakan shalat sunnah
Melaksanakan puasa di bulan Ramadhan
Melaksanakan ibadah haji bagi yang mampu
Akhlak
Menghormati orang yang lebih tua (orang tua, guru dan sebagainya)
42
Suka menolong
Jujur
Bersedekah
Suka memaafkan
Menyayangi sesama
Memiliki sikap toleransi
Kerangka Berfikir
Sinetron religi adalah sebuah tayangan televisi yang menceritakan tentang
peri kehidupan religi, baik yang taat maupun yang ingkar untuk dijadikan ibrah bagi
yang menyaksikannya.
Harus kita akui memang benar sinetron memberikan peluang untuk terjadinya
peniruan perilaku apakah itu positif atau negatif. Perilaku disini difahami sebagai
manifestasi dari proses psikologis yang merentang dari persepsi sampai sikap. Suatu
rangsangan dalam bentuk sinetron dipersepsi kemudian dimaknai berdasarkan
struktur kognitif yang telah dimiliki seseorang. Jika tayangan tersebut sesuai,
rangsangan itu akan dia hayati yang menyebabkan pembentukan sikap. Sikap inilah
yang secara kuat memberikan bobot dan warna kepada pelaku.
Para ahli mengatakan bahwa “75 % dari pengetahuan manusia sampai ke
lainnya.” 43 dalam hal ini, televisi adalah media yang memberikan pengetahuan yang
lebih mudah diterima oleh manusia. Televisi mampu menembus ruang dan waktu,
menembus batas-batas negara, batas-batas ideologi, keyakinan dan agama.
Untuk kita ketahui bersama, rangsangan yang ditimbulkan oleh televisi
melalui program-programnya jauh lebih tinggi dibandingkan media cetak. Karena,
pada televisi gambar-gambarnya bersifat moving, sedangkan media cetak bersifat statis. Menurut psikologi gambar yang moving dapat tertanam dalam benak kita dalam tempo lama sekali. Makin besar daya pikatnya atau rangsangan yang
ditimbulkannya, makin dalam pula dampak yang ditimbulkannya. Artinya, kita akan
sering teringat dan membayangkannya.
Dari sinilah timbul suatu pemikiran bahwa sinetron religi pun bisa mempengaruhi
sikap keberagamaan seseorang. Karena sesuai dengan yang disajikan dalam sinetron
religi maka tayangan-tayangannya akan dipersepsi kemudian dimaknai berdasarkan
struktur kognitif yang dimiliki seseorang. Sehingga, memberikan peluang untuk
terjadinya peniruan perilaku.
Hipotesis
Hipotesis menurut Amirul Hadi-Haryono dalam bukunya Metodologi Penelitian
Pendidikan 2 adalah dugaan yang mungkin benar juga salah setelah dilakukan
pengujian.44
43
Hipotesis akan diterima jika bukti-bukti akan membenarkan dan akan ditolak jika
tidak benar. Penolakan dan penerimaan hipotesa tergantung pada penyelidikan
bukti-bukti yang dikumpulkan. Dalam penelitian ini terdapat dua variabel, pertama sinetron
religi sebagai variabel bebas (X), yang kedua sikap keberagamaan sebagai variabel
terikat (Y), dengan demikian hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut :
1) Hipotesis Alternatif (Ha), yaitu ada pengaruh sinetron religi (X) terhadap
sikap keberagamaan (Y)
2) Hipotesis Nol (Ho), yaitu tidak ada pengaruh antara sinetron religi (X)
terhadap sikap keberagamaan (Y).
44
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah field reseach
atau penelitian lapangan. Metode seperti ini menggunakan fenomena yang ada di
lapangan, tanpa membuat manipulasi terhadap variabel yang akan dilihat atau diukur.
Metode penelitian ini digunakan dengan tujuan agar hasil yang diperoleh – pengaruh
tayangan sinetron religi terhadap sikap keberagamaan siswa – mendekati gambaran
yang sama dengan keadaan seharusnya.
Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
1. Variabel Penelitian
Variabel adalah segala sesuatu yang menjadi objek penelitian. Dengan
demikian penelitian ini terdapat dua variabel, yaitu :
a. Variabel Bebas atau Independent Variabel adalah variabel yang
mempengaruhi, yaitu sinetron religi
b. Variabel Terikat atau Dependent Variabel adalah variabel yang dipengaruhi,
yaitu sikap keberagamaan siswa.
2. Definisi Operasional
Untuk dapat mengukur variabel yang dijadikan objek penelitian oleh penulis,
bagaimana cara mengukur suatu variabel. Adapun definisi operasional dari kedua
variabel diatas adalah ;
Sinetron religi adalah tayangan/gambar hidup yang berisi tentang sesuatu
yang bersifat keagamaan Islam. Sinetron religi yang dimaksud adalah Rahasia Ilahi
(TPI), Hidayah (Trans TV) dan Maha Kasih (RCTI).
Secara operasional yang dimaksud sikap keberagamaan siswa adalah skor yang
diperoleh para responden dengan menggunakan perangkat angket terhadap keadaan
yang ada dalam diri seseorang yang mendorongnya untuk bertingkah laku sesuai
dengan kadar ketaatannya terhadap agama dan adanya konsistensi antara kepercayaan
terhadap agama sebagai unsur kognitif, perasaan terhadap agama sebagai unsur
afektif dan perilaku terhadap agama sebagai unsur konatif, melalui indikator
aspek-aspek aqidah, ibadah dan akhlak.
Berdasarkan definisi tersebut, variabel sinetron religi dapat diukur melalui angket
(kuisioner) dengan menggunakan pendekatan dimensi dan indikator seperti pada tabel
berikut :
Tabel 2
Kisi-Kisi Angket Untuk Variabel X (Sinetron Religi)
No Dimensi Indikator No. Item
1 Alur Cerita Mencerahkan hati nurani
Bisa merasakan kebesaran Allah SWT
setelah menonton
Tidak membuat pemirsanya bosan
Ceritanya mengandung unsur kebenaran
Tidak menakuti (mengandung unsur
mistik)
1
3 4, 5 dan 6
19 2 dan 13
Memperlihatkan kepedulian kepada orang lain
12
3 Keberadaan tokoh
alim
Keinginan untuk melihat tokoh alim
Keinginan untuk mengikuti tokoh alim
8 dan 18 9, 10 dan
11
4 Unsur Pendidikan Memperlihatkan azab bagi orang
sombong
Meningkatkan ketaqwaan
Menenangkan hati
13, 14, 15 dan 20
16 17
[image:50.612.109.535.110.598.2]Adapun variabel sikap keberagamaan dapat diukur melalui angket :
Tabel 3
Kisi-Kisi Angket Untuk Variabel Y (Sikap Keberagamaan)
No Dimensi Indikator No. Item
1 Aqidah Percaya kepada Allah SWT
Percaya kepada nabi-nabi dan rasul-rasul yang dipilih oleh Allah SWT
Percaya kepada hari akhir
Percaya kepada qadha dan qadar
3, 4, 6 dan11
2
5 1
2 Ibadah Melaksanakan shalat
Melaksanakan puasa di bulan Ramadhan
Melaksanakan ibadah haji bagi yang
mampu
Berdo’a
Zikir
7, 13 dan 16 14, 15
12
9, 10, 17 dan 18
8
3 Akhlak Menghormati orang yang lebih tua
(orang tua, guru dan sebagainya)
Suka menolong
Patuh pada aturan agama
19
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di SMPN 1 Cigombong Bogor pada bulan
September 2006 sampai dengan Oktober 2006.
Alasan penulis memilih tempat penelitian di SMPN 1 Cigombong adalah :
1. Lokasi SMPN 1 Cigombong dekat dengan rumah penulis sehingga dapat
dijangkau dengan mudah.
2. Penulis sudah mengenal keadaan sekolah tersebut sehingga memudahkan
dalam observasi.
Populasi dan Sampel
Populasi
Populasi adalah keseluruhan obyek penelitian yang terdiri dari
manusia, benda, hewan, tumbuh-tumbuhan, peristiwa sebagai sumber data
yang menilai karakteristik tertentu dalam sebuah penelitian.45
Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII yang memiliki
10 kelas. Jumlah populasi yang ada mencapai 419 siswa.
Sampel
Sampel adalah sebagian dari populasi yang memiliki sifat dan
karakteristik yang sama, sehingga betul-betul mewakili populasi. Guna
menyederhanakan proses pengumpulan dan pengolahan data maka penulis
45
mengambil teknik sampling. Dalam penelitian ini yang menjadi sampel
sebanyak 25 % dari jumlah populasi yang ada yaitu 419 dengan perhitungan
25 % x 419 = 104 responden (pembulatan). Hal ini berdasarkan pendapat
Suharsimi Arikunto sebagai berikut :
"Apabila subjeknya kurang dari 100, lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Selanjutnya jika jumlah subjeknya besar dapat diambil antara 10 – 15 %, atau 20 – 25 % atau lebih."46
Sedangkan teknik pengambilan sampelnya dengan menggunakan
teknik random sampling. Adapun pengambilan secara random dimaksudkan
agar setiap kelas terwakili populasinya sebagai responden dalam dalam
memberikan pandangannya mengenai sinetron religi terhadap sikap
keberagamaan siswa.
Teknik Pengumpulan Data
Observasi
Yaitu pengamatan dan pencatatan dengan sistematika fenomena yang
diselidiki dalam arti yang luas. Dimana observasi ini dilakukan dengan cara
mengunjungi SMPN 1 Cigombong untuk mengamati siswa, guru, sarana
pendukung kegiatan, lingkungan sekitarnya sebagai data penelitian.
46
Angket
Angket adalah daftar yang langsung diberikan kepada siswa yang ingin
dimintai sikap atau pendapatnya dalam hal pencapaian tujuan penelitian. Penelitian
memberikan tes tertulis untuk dijawab secara tertulis pula oleh responden. Melalui
angket ini penulis dapat memperoleh data tentang pengaruh sinetron religi terhadap
sikap keberagamaan siswa SMPN 1 Cigombong-Bogor.
Angket atau kuesioner yang digunakan penulis adalah angket atau kuesioner
tertutup yang berisi pertanyaan yang disertai sejumlah jawaban terikat pada sejumlah
kemungkinan jawaban yang sudah disediakan.
Teknik Analisis dan Pengolahan Data
Data yang berasal dari kepustakaan digunakan sebagai teori yang dijadikan
pedoman penulis untuk penelitian lapangan. Adapun data yang telah dikumpulkan
dalam penelitian ini selanjutnya diolah dan dianalisa untuk mengungkapkan pokok
masalah yang diteliti, sehingga dapat diperoleh kesimpulan.
Dalam menganalisa hasil penelitian berupa “Pengaruh Sinetron Religi Terhadap
Sikap Keberagamaan Siswa” digunakan analisa kuantitatif yaitu analisa yang
dilakukan terhadap data yang berwujud angka, dengan cara menjumlahkan,
mengklasifikasikan, mentabulasikan dan selanjutnya dilakukan perhitungan dengan
Dalam pengolahan data, penulis menggunakan teknik sebagai berikut :
1. Editing, yaitu memeriksa kelengkapan dan pengisian angket atau kuesioner
yang berhasil dikumpulkan.
2. Skoring, yaitu memberikan nilai pada setiap jawaban angket sebagai
berikut:
Tabel 4
Skor Item Alternatif Jawaban Responden
Positif ( + ) Negatif ( - )
Jawaban Skor Jawaban Skor
Sangat Setuju 5 Sangat Setuju 1
Setuju 4 Setuju 2 Ragu 3 Ragu 3
Tidak Setuju 2 Tidak Setuju 4
Sangat Tidak Setuju 1 Sangat Tidak Setuju 5
3. Tabulating, yaitu mentabulasi data jawaban yang berhasil dikumpulkan ke
dalam tabel yang telah disediakan.
Setelah pengumpulan data dilakukan, maka tahap berikutnya data tersebut di analisa
dengan analisa kuantitatif secara deskriptif analisis yang sebelumnya telah ditentukan
prosentasenya dengan menggunakan rumus distribusi frekuensi :
Rumus : P = F x 100 % N
Keterangan :
P : Presentase
F : Frekuensi
Kemudian, untuk mengetahui bagaimana pengaruh sinetron religi (variabel x)
terhadap sikap keberagamaan siswa (variabel y), penulis menggunakan rumus
product moment dari Carl Pearson sebagai teknik analisanya. Cara operasional data
dilakukan melalui tahap sebagai berikut:47
a. Mencari angka korelasi dengan rumus :
rxy = N Σ XY – (Σ X) (ΣY)
√[NΣX2 – (ΣX) 2] [NΣY2 – (ΣY)2]
Keterangan :
rxy : Angka Indeks korelasi “r” Product moment
N : Number of Cases
ΣXY : Jumlah hasil perkalian antara skor X dan skor Y
ΣX : Jumlah seluruh skor X
ΣY : Jumlah seluruh skor
b. Memberikan interpretasi terhadap rxy yaitu
1. Memberikan sederhana dengan cara mencocokkan hasil perhitungan dengan
[image:55.612.115.532.191.665.2]indeks korelasi “r” product moment seperti dibawah ini :
Tabel 5
Indeks Korelasi Product Moment
Besarnya “r” Product Moment (rxy) Interpretasi
0,00 – 0,20 Antara variabel X dan variabel Y
memang terdapat korelasi, akan tetapi korelasi itu sangat lemah atau sangat rendah sehingga korelasi itu diabaikan (dianggap tidak ada korelasi antara variabel X dan variabel Y).
0,20 – 0,40 Antara variabel X dan variabel Y
terdapat korelasi yang lemah atau rendah.
0,40 – 0,70 Antara variabel X dan variabel Y
47
terdapat korelasi yang sedang atau cukup.
0,70 – 0,90 Antara variabel X dan variabel Y
terdapat korelasi yang kuat atau tinggi.
0,90 – 1,00 Antara variabel X dan variabel Y
terdapat korelasi yang sangat tinggi.
2. Interpretasi terhadap indeks korelasi product moment dengan jalan
berkonsultasi pada table nilai “r” product moment. Apabila cara ini akan
ditempuh maka prosedur yang akan dilalui adalah sebagai berikut :
- Merumuskan hipotesis alternatif (Ha) dan hipotesis nihil (Ho)
- Menguji kebenaran dari hipotesa yang telah dirumuskan dengan jalan
membandingkan besarnya “r” product moment dengan “r” yang
tercantum dalam tabel (rt) baik pada taraf signifikansi 1% maupun 5%
namun terlebih dulu mencari derajat bebasnya (db) atau Degrees or
Freedomnya (df).
Rumusnya : df = N – nr
Keterangan :
df : degree of freedom (derajat bebas)
N : Jumlah subjek penelitian (sampel)
nr : Jumlah variabel
Karena jumlah sampel dalam penelitian sebanyak 104, maka df nya
adalah (104 – 2 = 102), jika r hitung lebih besar dari tabel maka korelasi
penghitungan lebih kecil dari tabel nilai maka korelasi tidak signifikan atau
Ho diterima dan Ha ditolak.
Setelah memberikan interpretasi secara kasar atau sederhana maupun
interpretasi dengan menggunakan nilai r tabel. Langkah selanjutnya yakni
mencari seberapa kontribusi yang diberikan variabel x terhadap variabel y,
dalam hal ini penulis menggunakan rumus sebagai berikut :48
KD = r2 x 100 %
Keterangan :
KD : Kontribusi variabel x terhadap variabel y
r2 : Koefisien korelasi antara variabel x dan variabel y.
48
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Kondisi Kependidikan SMPN 1 Cigombong Bogor
1. Sejarah Berdirinya SMPN 1 Cigombong
SMP Negeri 1 Cigombong Kabupaten Bogor didirikan pada tahun 1980 oleh Drs. H. Atang Suriaatmadja, beliau menjabat sebagai Kepala SMP Negeri 1 Cigombong Kabupaten Bogor yang pertama. Pada saat pendirian menempati lokasi di Sekolah Dasar Cigombong III dan IV, yang memiliki 9 (sembilan) ruang kelas belajar, sehingga SMP Negeri 1 Cigombong untuk kegiatan pembelajaran dilaksanakan siang hari.
[image:58.612.114.533.277.553.2]Pada tahun 1981 SMP Negeri 1 Cigombong pindah lokasi ke Kampung Bojong Kiharib Desa Wates Jaya Kecamatan Cigombong hingga sekarang.
Tabel 6
Susunan Kepala Sekolah Yang Pernah Menjabat
No. Nama Periode menjabat
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Drs. Atang Suriaatmadja
Drs. Omal Syarif
Drs. Jayus Masjudin
H. Endjang Surjadi, Amd.Pd.
Dra. Hj. Sri Sugiharti, M.Pd.
Drs. H. Ade Tatang Risyadi, MM.
1979 – 1989
1990 – 1995
1996 – 1999
1999 – 2002
2002 – 2006
2006 – sekarang
SMP Negeri 1 Cigombong Kabupaten Bogor pada saat kepemimpinan Bapak
Drs. Jayus Masjudin, mengantarkan dalam berbagai prestasi, yaitu sebagai Juara II
Lomba Kebersihan Tingkat Provinsi Jawa Barat yang dilanjutkan oleh kepala sekolah
selanjutnya, sehingga prestasi terus dipertahankan sebagai sekolah yang paling
2. Kondisi Guru, Siswa dan Fasilitas Pendidikan
Tabel 7
Jumlah Tenaga Kependidikan Tahun 2006
No. Mata Pelajaran GT GTT Jumlah Ket
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. Pendidikan Agama PPkn Bahasa Indonesia Matematika Bahasa Inggris Penjaskes Kertakes IPA-Fisika IPA-Biologi IPS-Geografi IPS-Ekonomi IPS-Sejarah Bahasa Sunda Mulok Pembukuan Mulok Komputer BP/BK 1 1 3 6 4 2 - 2 5 1 3 2 1 2 1 1 3 2 4 1 3 1 2 - - - 2 - - 1 - - 4 3 7 7 7 3 2 2 5 1 5 2 1 3 1 1 JUMLAH
34 20 54
Tabel 8
Gambaran Pendidikan Guru
No. Mata Pelajaran D1 D2 D3 S1 S2 Jumlah
1. Pendidikan Agama 4 4
2. PPKn 2 1 3
3. Bahasa Indonesia 2 5 7
4. Matematika 7 7
5. Bahasa Inggris 6 6
6. Kertakes 2 2
7. Penjaskes 1 2 3
8. IPA-Fisika 1 1 2
9. IPA-Biologi 5 5
11. IPS-Ekonomi 2 3 5
12. IPS-Sejarah 2 2
13. Bahasa Sunda 1 1
14. Mulok Pembukuan 1 1 1 3
15. Mulok Komputer 1 1
16. BP/BK 1 1
[image:60.612.106.542.110.590.2] <