Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan
Disusun oleh
Devia Rahmawati 801111300037
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Saya yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama : Devia Rahmawati
Tempat/Tgl Lahir : Bogor, 6 Juli 1981
NIM : 801111300030
Jurusan/ Prodi : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Judul Skripsi : Nilai-nilai Pendidikan dalam Novel Pertemuan Dua Hati Karya NH. Dini
Dosen Pembimbing : Drs. Jamal D. Rahman, M.Hum
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang saya buat benar-benar hasil karya
sendiri dan saya bertanggung jawab secara akademis atas apa yang saya tulis.
Jakarta, 08 Desember 2014
i
DEVIA RAHMAWATI, NIM: 1811013000030. “Nilai-nilai Pendidikan dalam novel Pertemuan Dua Hati karya Nh. Dini”. Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Judul Skripsi, Pembimbing Drs. Jamal D. Rahman, M. Hum. 2014.
Tujuan skripsi ini adalah mendeskripsikan nilai-nilai pendidikan yang terdapat pada novel Pertemuan Dua hati karya Nh. Dini. Penulis pun memilih novel ini karena merupakan salah satu karya yang mampu menarik hati dan minat pembacanya.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif. Novel Pertemuan Dua Hati ini menafsirkan data yang berkenaan dengan situasi yang terjadi, sikap dan pandangan yang menggejala di masyarakat. Tehnik pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan memilih bahan, membaca dan memahami, mencari dan mengidentifikasi, dan memasukan hasil identifikasi data ke dalam tabel.
Hasil penelitian dapat penulis simpulkan bahwa nilai-nilai pendidikan dalam novel Pertemuan Dua Hati karya Nh. Dini meliputi: Nilai Religi meliputi doa; bersyukur, dan salat. Nilai Moral meliputi menghormati; menghargai, Nilai Budaya, dan Nilai Sosial meliputi saling tolong menolong. Nilai-nilai yang terdapat pada novel Pertemuan Dua Hati karya Nh. Dini terdiri dari 135 kutipan yang meliputi 14 kutipan nilai pendidikan religi, 61 kutipan nilai pendidikan nilai moral, 5 kutipan nilai pendidikan budaya, dan 5 kutipan nilai pendidikan nilai sosial.
ii
Puji syukur ke hadirat Allah karena berkat rahmat dan hidayah-Nya,
penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Nilai-Nilai Pendidikan dalam Novel Pertemuan Dua Hati Karya Nh. Dini.
Skripsi ini diajukan untuk memenuhi syarat mencapai Gelar Sarjana
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta. Penulis menyadari bahwa berbagai kesulitan penulis alami.
Namun, berkat adanya dukungan dari berbagai pihak yang telah membantu baik
moril maupun materil, kendala-kendala tersebut dapat teratasi. Oleh karena itu,
ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada semua pihak yang telah
memberikan bantuan-bantuannya, khususnya kepada:
1. Nurlena Rifai, Ph, D., Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK)
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
2. Didin Syafrudin, M. A., Ph.D Plt, selaku Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa
dan Sastra Indonesia UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta
3. Dra. Hindun, M.Pd., Sekretaris Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia,
4. Drs. Jamal D. Rahman, M. Hum. Selaku pembimbing yang telah meluangkan
waktu, tenaga, dan pikiran untuk memberikan bimbingan dan pengarahan
kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini,
5. Dra. Hindun, M.Pd dan Novi Diah Haryanti M. Hum, selaku dosen penguji
tercinta yang telah banyak memberikan banyak saran dan masukannya,
6. Staf Tata Usaha Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Program Studi DMS
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Syarif Hidayatullah
Jakarta,
7. Sahabat-sahabatku yang senantiasa bersama dalam suka maupun duka: Bu
Emi, Bu Novi, Bu Ade, Teteh Nurul, Bunda Lastri, Bu Mar, Bu Ade dan
iii
9. Papah, Mamah, kakak, dan Adikku yang telah berkorban baik moril maupun
materil, memberikan dorongan, dan mendoakan dengan penuh keikhlasan
yang tiada hentinya kepada penulis.
Semoga amal dan budi baik yang telah mereka berikan mendapatkan
imbalan yang setimpal dari Allah swt.
Penulis menyadari, bahwa penyusunan skripsi ini masih jauh dari
sempurna. Oleh karena itu, saran dan kritik yang sifatnya membangun sangat
penulis harapkan demi kesempurnaan skripsi ini.
Penulis berharap, semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca.
Bogor, 26 Agustus 2014
Penulis
iv LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIDI
ABSTRAK ... i
KATA PENGANTAR ... ii
DAFTAR ISI ... iv
DAFTAR TABEL ... vi
DAFTAR LAMPIRAN ... vii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 4
C. Pembatasan Masalah ... 5
D. Rumusan Masalah ... 5
E. Tujuan Penelitian ... 5
F. Manfaat Penelitian ... 6
G. Metode Penelitian ... 7
BAB II KAJIAN TEORI A. Definisi Sastra dan Karya Sastra ... 10
B. Definisi Novel ... 11
C. Jenis-jenis Novel... 13
D. Unsur-unsur Novel ... 14
1. Unsur Instrinsik ... 14
2. Unsur Ekstrinsik ... 20
E. Definisi Nilai ... 23
1. Jenis-jenis Nilai ... 24
v
F. Penelitian yang Relevan ... 31
BAB III PROFIL NH. DINI
A. Biografi Nh. Dini ... 33
B. Sinopsis ... 36
BAB IV PENUTUP
A. Analisis Unsur dalam Novel Pertemuan Dua Hati Karya
Nh. Dini ... 39
B. Analisis Temuan Nilai-nilai Pendidikan ... 47
C. Analisis Nilai Pendidikan Beberapa Tokoh ... 74
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ... 76
B. Saran ... 77
DAFTAR PUSTAKA ... 78
LAMPIRAN-LAMPIRAN UJI REFERENSI
vi
Tabel 1 Rekapitulasi Data Nilai-Nilai Pendidikan
Tabel 2 Nilai Pendidikan Religi
Tabel 3 Nilai Pendidikan Moral
Tabel 4 Nilai Pendidikan Budaya
vii
Lampiran 1 : Nilai-nilai Pendidikan dalam novel Pertemuan Dua hati Lampiran 2 : Surat Bimbingan Skripsi
Lampiran 3 : Surat Keterangan Ibadah Qiroah
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Sastra merupakan sebuah ciptaan, sebuah kreasi, bukan
pertama-tama sebuah imitasi. Sang seniman menciptakan sebuah dunia baru,
meneruskan proses penciptaan di dalam semesta alam, bahkan
menyempurnakannya.1
Sastra memiliki arti karangan atau lukisan yang indah. Sastra
berarti segala tulisan atau karangan yang mengandung nilai-nilai kebaikan
yang ditulis dengan bahasa yang indah. Suatu karya baru dapat dikatakan
memiliki nilai sastra apabila di dalamnya terdapat kesepadanan antara
bentuk dan isinya.2
Sastra mengemukakan berbagai peristiwa yang masuk akal dan
harus terjadi berdasarkan tuntutan konsistensi dan logika cerita.3 Sastra
dapat mengemukakan hal-hal yang mungkin terjadi, hal-hal yang bersifat
hakiki dan universal. Sastra dapat mengemukakan ungkapan seseorang
dalam menciptakan sesuatu. Isi dari setiap karya sastra harus saling
mengisi, yaitu dapat menimbulkan kesan yang mendalam di hati para
pembacanya sebagai perwujudan nilai-nilai karya seni. Apabila isi tulisan
cukup baik tetapi cara pengungkapan bahasanya tidak baik, karya tersebut
tidak dapat dikatakan sebagai cipta sastra dan begitupun sebaliknya.
Contoh karya sastra yang sering kita lihat adalah puisi, cerpen, novel, dan
drama. Masing-masing dari karya sastra tersebut memiliki ciri khas dan
isinya pun beragam bergantung pada pembuat karya sastra. Pembuat karya
1
Java Van Luxemburg, Mieke Bal, dan Willem G. Weststeijn, Pengantar Ilmu Sastra, Terjemahan Dick Hartoko, (Jakarta; Gramedia,1982), h. 5.
2Ibid. 3
sastra menjadikan karya tersebut menjadi karya yang dapat menarik hati
dan minat para pembacanya.
Dalam kehidupan masyarakat, sastra mempunyai beberapa fungsi
yaitu, dapat memberikan hiburan yang menyenangkan bagi penikmat atau
pembacanya karena nila-nilai kebenaran yang terkandung di dalamnya.
Sastra dapat memberikan keindahan bagi pembaca karena sifat
keindahannya, mampu memberikan pengetahuan kepada pembaca
sehingga mengetahui moral yang baik dan buruk, karena sastra yang baik
selalu mengandung moral yang tinggi. Kemudian tidak kalah penting,
sastra mampu memghasilkan karya-karya yang mengandung ajaran agama
yang dapat diteladani para penikmat atau pembaca sastra.
Karya sastra merupakan hasil dari cipta karya manusia. Karya
sastra memiliki nilai estetis apabila dapat memberikan dan menyajikan
sesuatu yang mampu menjadikan karya sastra tersebut sebagai suatu karya
yang indah. Novel merupakan salah satu bentuk karya sastra yang
mencerminkan kehidupan realitas yang tinggi dan psikologi yang
mendalam. Novel merupakan sebuah karya sastra prosa fiksi yang tertulis
dan bersifat naratif.
Pada umumnya sebuah novel bercerita tentang tokoh-tokoh dan
perilaku mereka dalam kehidupan sehari-hari dengan menitikberatkan
pada sisi kehidupan naratif tersebut. Novel Pertemuan Dua Hati karya Nh. Dini yang diterbitkan oleh PT Gramedia Jakarta pada 1986. Novel ini
memberikan kisah insfiratif, dimana kisah dalam novel ini mencerminkan
sisi kehidupan seorang guru sekolah dasar yang selalu memiliki tanggung
jawab besar dalam menjalankan profesinya. Novel ini merupakan salah
satu karya yang mampu menarik hati dan minat pembacanya.
Peneliti memilih novel ini sebagai bahan kajian penilitian proposal,
yang sangat tinggi. Tapi pada novel ini, pengarang menyajikan alur cerita
yang mampu mengubah suatu hal yang tak mungkin menjadi mungkin.
Nilai merupakan sesuatu yang diharapkan oleh manusia. Nilai juga
merupakan sesuatu yang baik yang diciptakan manusia. Contohnya, semua
manusia mengharapkan keadilan. Keadilan sebagai nilai adalah normatif.
Nilai menjadikan manusia terdorong untuk melakukan tindakan agar
harapan itu terwujud dalam kehidupannya. Nilai diharapkan manusia
sehingga mendorong manusia berbuat atau melakukan sesuatu. Misalnya,
seorang guru berharap siswanya pandai, maka guru itu memerintahkan
siswanya mengerjakan setiap tugas yang diberikan. Kegiatan manusia
pada dasarnya digerakkan atau di dorong oleh nilai.
Nilai pendidikan adalah nilai yang mengandung unsur-unsur
pendidikan yang dapat ditinjau dari berbagai macam nilai-nilai kehidupan.
Diantaranya, nilai religius yaitu nilai yang merupakan nilai sudut pandang
yang mengikat manusia dengan Tuhan pencipta alam dan isinya. Berbicara
tentang hubungan manusia tidak terlepas dari pembahasan agama. Agama
merupakan pegangan hidup bagi manusia. Agama dapat pula bertindak
sebagai pemicu faktor kreatif kedinamisan hidup atau pemberi makna
kehidupan.
Nilai religius bersifat mutlak dan bersumber pada keyakinan
manusia. Melalui agama manusia dapat mempertahankan kebutuhan
masyarakat agar hidup dalam pola kemasyarakatan untuk meraih masa
depan yang lebih baik. Selain nilai religius, nilai pendidikan pun dapat
dilihat dari segi nilai pendidikan moral.
Nilai moral sering disamakan dengan menilai etika, yaitu nilai
yang menjadi ukuran patut/tidaknya manusia bersosialisasi dalam
kehidupan masyarakat. Moral merupakan tingkah laku atau perbuatan
yang dipandang dari nilai individu itu berada. Sikap disiplin termasuk nilai
moral yang tidak hanya dilakukan dalam hal beribadah saja, tetapi dalam
segala hal. Sikap yang penuh dengan kedisiplinan akan menghasilkan
shalat tepat waktu akan mendapatkan pahala lebih banyak. Demikian juga
disiplin pada pelajaran lainnya dan tanpa memandang siapa yang berperan
dalam melakukan perbuatan disiplin tersebut.
Nilai tercipta secara sosial, bukan secara biologis atau bawaan
sejak lahir. Manusia sebagai makhluk yang bernilai akan memaknai nilai
sebagai sesuatu yang objektif, apabila dia memandang nilai itu ada
meskipun tanpa ada yang menilainya, bahkan memandang nilai telah ada
sebelum adanya manusia sebagai penilai. Baik dan buruk, benar dan salah,
bukan hadir karena hasil persepsi dan penafsiran manusia, tetapi ada
sebagai sesuatu yang ada dan menuntun manusia dalam kehidupannya.
Persoalannya bukan bagaimana seseorang harus menemukan nilai yang
telah ada tersebut tetapi lebih kepada bagaimana menerima dan
mengaplikasikan nilai tersebut dalam kehidupan sehari-hari.
Nilai estetika adalah nilai yang membahas tentang segala sesuatu
yang memiliki unsur keindahan, seperti keindahan dalam arti estetik yang
menyangkut pengalaman seseorang dalam hubungannya dengan sesuatu
yang diserapnya, atau keindahan dalam arti terbatas yang menyangkut
benda-benda yang diserap dengan penglihatan, yakni berupa keindahan
bentuk dan warna, karena nilai keindahan atau nilai estetis bersumber pada
perasaan manusia.
Dalam kajian ini, peneliti akan meneliti sejauh mana nilai-nilai
pendidikan yang ada dalam novel Pertemuan Dua Hati karya Nh. Dini. Dalam novel ini, banyak sekali nilai kehidupan yang mengandung
nilai-nilai positif yang dapat dijadikan pembelajaran hidup.
B.
Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, dapat diuraikan masalah yang dapat di
identifikasi sebagai berikut:
1. Dalam karya sastra khususnya novel terdapat nilai-nilai yang bisa
2. Nilai-nilai pendidikan dapat digali dari karya sastra khususnya dari
novel.
3. Nilai-nilai pendidikan merupakan suatu yang sangat penting untuk
diajarkan dan ditanamkan dalam diri para siswa, termasuk melalui
karya sastra.
4. Nilai-nilai pendidikan sangat bermanfaat bagi kehidupan seluruh
manusia.
5. Karya sastra memiliki nilai estetis apabila dapat memberikan dan
menyajikan karya sastra tersebut sebagai suatu karya sastra yang indah.
C.
Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka penelitian ini
dibatasi pada nilai-nilai pendidikan dalam novel Pertemuan Dua Hati karya Nh. Dini yang meliputi nilai religi, nilai moral, nilai budaya, nilai
estetika dan nilai sosial.
D.
Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah di atas, dapat dirumuskan penelitian sebagai
berikut; Nilai-nilai pendidikan apa sajakah yang terdapat dalam novel
Pertemuan Dua Hati karya Nh. Dini.
E.
Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, beberapa tujuan yang ingin dicapai
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Mendeskripsikan nilai-nilai
pendidikan yang terdapat pada novel Pertemuan Dua Hati karya Nh. Dini.
F. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian diharapkan dapat bermanfaat baik secara teoritis maupun
1. Manfaat Teoritis
a. Manfaat ini diharapkan dapat memberikan sumbangan dalam
mengaplikasikan ilmu pengetahuan khususnya dibidang sastra.
b. Hasil penelitian ini dapat bermanfaat untuk memperkaya
penggunaan teori-teori sastra secara teknik analisis terhadap karya
sastra.
2. Manfaat Praktis
a) Bagi Peneliti
1. Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan
memberikan masukan untuk dapat menciptakan karya sastra
yang lebih baik.
2. Penelitian ini dapat menambah pembelajaran bagaimana
pentingnya meneliti nilai-nilai yang terdapat di dalam suatu
karya sastra khususnya novel Pertemuan Dua Hati karya Nh. Dini ini.
3. Penelitian ini dapat memperkaya wawasan sastra dan
menambah khasanah penelitian sastra Indonesia sehingga
bermanfaat bagi perkembangan sastra Indonesia.
b) Bagi Pembaca Umum
1. Penelitian ini diharapkan dapat menambah minat baca dan
pengetahuan pembaca umum dalam mengapresiasikan
karya sastra.
2. Penelitian ini dapat menjelaskan bagaimana pentingnya
nilai-nilai pendidikan yang terdapat di dalam suatu karya
G.
Metode Penelitian
Adapun metode penelitian dalam skripsi ini adalah sebagai berikut:
1. Tempat dan Waktu Penelitian
Tempat yang digunakan dalam penelitian ini tidak terikat pada
suatu tempat karena objek yang dikaji berupa naskah (teks) novel.
Artinya setiap tempat dapat digunakan jika memungkinkan dan
mendukung untuk dilaksanakan penelitian. Waktu yang digunakan
dalam penelitian mulai dari 08 April 2014 sampai dengan 26 Agustus
2014.
2. Sumber Data
Sumber data merupakan tempat ditemukannya data-data yang
akan ditulis. Adapun sumber data dalam penelitian ini berupa sumber
data tertulis yang terdapat pada novel Pertemuan Dua Hati karya Nh. Dini. Sumber data yang diperoleh yaitu berdasarkan cerita atau
analisis tentang novel Pertemuan Dua Hati dan analisis pengarang dengan karya-karyanya.
3. Teknik Pengumpulan Data
Untuk mengumpulkan data, penulis menggunakan teknik
pustaka yaitu dengan menganalisis isi. Pada analisis ini peneliti
kemudian mencatat dokumen-dokumen yang diambil dari data primer
yang berkaitan dengan masalah dan tujuan penelitian. Datanya berupa
novel, maka peneliti mencoba menelaah isi novel. Adapun
langkah-langkah pengumpulan data dalam novel Pertemuan Dua Hati yaitu: a. Membaca secara cermat novel Pertemuan Dua hati karya Nh. Dini, b. Menentukan unsur intrinsik dalam novel Pertemuan Dua Hati, c. Mencatat kalimat yang menggambarkan adanya nilai-nilai
pendidikan dalam novel Pertemuan Dua hati karya Nh. Dini, d. Menganalisis nilai-nilai pendidikan dalam novel Pertemuan dua
Hati karya Nh. Dini.
Penelitian ini dilakukan melalui berbagai tahapan untuk
mendapatkan kesempurnaan sesuai dengan yang peneliti harapkan.
Maka dari itu, dalam melakukan penelitian ini peneliti menggunakan
bentuk analisis data berupa tabel analisis data dan penggolongan
nilai-nilai pendidikan, terkait dengan kajian terhadap novel yang peneliti
analisis. Kelompok kategori penggolongan nilai-nilai pendidikan dari
novel tersebut di antaranya, nilai religi, nilai moral, nilai sosial dan
nilai budaya yang terdapat pada novel Pertemuan Dua Hati karya Nh. Dini.
Dari pengumpulan data di atas, dapat dijelaskan dalam tabel
[image:19.595.106.523.175.675.2]analisis sebagai berikut:
Tabel 1
FORMAT ANALISIS DATA NILAI-NILAI PENDIDIKAN NOVEL PERTEMUAN DUA HATI
No Kutipan/Kalimat Hal Nilai-nilai Pendidikan
NR NM NB NE NS
Tabel 2
NOVEL PERTEMUAN DUA HATI
No Nilai-nilai Pendidikan Cek Halaman Jumlah 1. Nilai Religi
2. Nilai Moral 3. Nilai Budaya 4. Nilai Estetika 5. Nilai Sosial Keterangan:
NR : Nilai Religi
NM : Nilai Moral
NB : Nilai Budaya
NS : Nilai Estetika
NE : Nilai Sosial
Analisis Nilai Religi ...
Analisis Nilai Moral ...
Analisis Nilai Budaya ...
Analisis Nilai Estetika ...
BAB II
LANDASAN TEORI
A.
Definisi Sastra dan Karya Sastra
Berdasarkan asal-usulnya, istilah kesusastraan berasal dari bahasa sansekerta, yaitu susastra. Su berarti “bagus” atau “indah”, sedangkan sastra bararti “buku", “tulisan”, atau “huruf”. Berdasarkan dua kata itu susastra diartikan sebagai tulisan atau teks yang bagus
atau tulisan yang indah. Istilah tersebut kemudian mengalami
perkembangan. Kesusastraan tidak hanya berupa tulisan. Adapula
yang berbentuk lisan. Karya semacam itu dinamakan sastra lisan. Oleh
karena itu, sekarang kesusastraan meliputi karya lisan dan karya
tulisan dengan ciri khas pada keindahan bahasanya. 1
Mempelajari sifat-sifat teks sastra secara sistematik serta
fungsinya di dalam masyarakat dapat membantu kita untuk mengerti
teks itu dengan lebih baik sehingga kita lebih banyak pengertian untuk
menjadi seorang penggemar sastra, yakni nafsu ingin tahu dan
kesabaran, pengalaman dalam membaca karya-karya sastra dan
pengalaman mengenai hidup itu sendiri. Dalam penelitian yang
bersifat hermeneuitik (menerangkan teks) penafsiran serta penilaian terhadap karya-karya sastra sendiri justru menjadi kancah perhatian.2
Pendek kata pengertian tentang sastra sendiri sering
dimutlakkan dan dijadikan sebuah tolak ukur universal; padahal perlu
diperhatikan kenisbian historik sebagai titik pangkal.3 Sastra adalah
karya tulis yang, jika dibandingkan dengan karya tulis yang lain,
memiliki berbagai ciri keunggulan seperti keorisinilan, keartistikan,
1
E. Kosasih. Apresiasi Sastra Indonesia. (Jakarta: Nobel Edumedia, 2008), h.1.
2
Java Van Luxemburg, Mieke Bal, dan Willem G. Weststeijn, Pengantar Ilmu Sastra, Terjemahan Dick Hartoko, (Jakarta: Grameedia,1982), h. 2.
3
Ibid., h. 4.
serta keindahan dalam isi dan ungkapannya. Ada tiga aspek yang
harus ada dalam sastra, yaitu keindahan, kejujuran, dan kebenaran.
Kalau ada sastra yang mengorbankan salah satu aspek ini, misalnya
karena alasan komersial, maka sastra itu kurang baik. Sastra pun
terdiri atas tiga jenis, yaitu puisi, prosa dan drama.4
Banyak sudah definisi sastra yang telah dikemukakan oleh para ahli sastra. Pada dasarnya, definisi tersebut mempunyai dasar
pengertian yang sama, meskipun diuraikan dengan kalimat dan bahasa
yang berbeda.5 Secara intuitif, memang siapapun mengetahui apa yang
disebut sastra itu. Namun, deskripsi dari pengertian yang ada pada
pikiran kita itulah yang masih sulit dirumuskan dalam bentuk kalimat
yang tepat. Jika kita mencoba merumuskan definisi sastra berdasarkan
intuisi tersebut biasanya banyak gejala yang luput dari kalimat yang
kita susun. Sebagai contoh, merumuskan kata sastra saja, masih
banyak perbedaan persepsi. Sastra misalnya dalam bahasa sansekerta
berasal dari kata sas yang berarti mengarahkan, memberi petunjuk atau instruksi, sedang tra berarti alat atau sarana.6
Pengertian tentang sastra yang berlaku pada zaman
Romantik tidak merupakan suatu kesatuan. Tidak semua tokoh
Romantik mempunyai pendapat yang sama mengenai sastra. Sekalipun
demikian kita dapat menyebut beberapa ciri yang selalu muncul
kembali.
a. Sastra merupakan sebuah ciptaan, sebuah kreasi, bukan pertama-tama sebuah imitasi. Sang seniman menciptakan sebuah dunia
baru, meneruskan proses penciptaan di dalam semesta alam,
bahkan menyempurnakannya. Sastra terutama merupakan suatu
luapan emosi yang spontan.
4
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Buku Praktis Bahasa Indonesia Jilid 1, (Jakarta Timur, Cetakan keenam, 2009), h. 159.
5
Zainuddin Fananie, Telaah Sastra, (Surakarta: Muhamadiyah University Press, 2002), h.3.
6
b. Sastra bersifat otonom, tidak mengacu kepada sesuatu yang lain; sastra tidak bersifat komunikatif. Sang penyair hanya mencari
keselarasan di dalam karyanya sendiri.7
Karya sastra adalah artefak, adalah benda mati, baru
mempunyai makna dan menjadi objek estetik 8 bila diberi arti oleh
manusia pembaca sebagaimana artefak peninggalan manusia purba
mempunyai arti bila diberi makna oleh arkeolog. Seperti telah
dikemukakan bahwa karya sastra sebagai artefak tidak mempunyai
makna tanpa diberi makna oleh pembaca. Disini faktor pembaca
menjadi penting sebagai pemberi makna.
Dalam memberi makna kepada karya sastra itu, tentulah
kritikus (pembaca) tidak hanya semau-maunya melainkan terikat
kepada teks karya sastra sendiri sebagai sistem tanda yang mempunyai
konvensi sendiri berdasarkan kodrat atau hakikat karya sastra. 9
Karya sastra tidak lahir dalam situasi kosong, tidak lepas dari
sejarah sastra. Artinya sebelum karya sastra dicipta, sudah ada karya
sastra yang mendahuluinya. Pengarang tidak begitu saja mencipta,
melainkan ia menerapkan konvensi-konvensi yang sudah ada. Karya
sastra selalu berada dalam ketegangan antara konvensi dan revolusi,
antara yang lama dan yang baru.10 Oleh karena itu, untuk memberi
makna karya sastra, maka prinsip kesejarahan harus diperhatikan.
Definisi-definisi sastra yang ada yang selama ini sering
dijadikan patokan tentang pengertian sastra, umumnya masih bersifat
parsial sehingga belum mampu memberikan gambaran pengertian
sastra secara utuh. Keparsialan definisi tersebut oleh Jan Van
Luxemburg, digolongkan menjadi 4 bagian yang meliputi:
7
Luxemburg. Op. cit., h. 5
8
Ibid., h.191
9
Prof. Dr. Rachmat Djoko Pradopo, Beberapa Teori Sastra, Metode Kritik, dan
Penerapannya, (Yogyakarta: Pustaka Belajar,1995), h. 107.
10
1. Definisi yang mencakup aspek terlalu banyak, sering lupa antara
definisi deskriptif mengenai sastra itu apa dengan definisi evaluatif
yang berkaitan dengan nilai yang menentukan suatu karya bernilai
tinggi atau tidak;
2. Definisi yang ada merupakan definisi ontologis yaitu definisi yang mengungkapkan hakikat sebuah karya sastra sambil melupakan
bahwa hendaknya didefinisikan di dalam situasi para pemakai atau
pembaca sastra, norma, dan deskripsi sering dicampurbaurkan
sehingga tidak disadari bahwa sementara karya untuk orang ini
termasuk sastra sedang menurut orang lain bukan sastra;
3. Definisi yang terlalu dititikberatkan pada contoh sastra barat khususnya sejak jaman Renaissance, tanpa memperhitungkan sastra di luar jaman tersebut. Padahal di luar kebudayaan sastra
Eropa, banyak dijumpai karya sastra yang berbeda yang
mempunyai kekhasan;
4. Definisi yang hanya berkecenderungan dengan jenis-jenis sastra tertentu sehingga tidak relevan apabila diterapkan pada semua
jenis sastra.11
B.
Definisi Novel
Novel merupakan salah satu hasil karya sastra yang diciptakan
oleh seorang sastrawan. Biasanya novel disebut juga sebuah fiksi atau
karya rekaan hasil imajinasi sastrawan itu sendiri, ada yang hanya
imajinasi atau khayalan. Novel berasal dari novella (yang dalam bahasa Jerman: novelle). Secara harfiah Abrams mengungkapkan novella sebuah barang baru yang kecil, dan kemudian diartikan sebagai cerita pendek dalam bentuk prosa. Istilah novella dan novelle mengandung pengertian yang sama dengan istilah novelet (inggris:
11
novellet), yang berarti sebuah karya prosa fiksi yang panjang, namun
juga tidak terlalu pendek.12
Dari istilah bahasa Inggris novel dan Prancis roman. Prosa
rekaan yang panjang yang menyuguhkan tokoh-tokoh dan
menampilkan serangkaian peristiwa dan latar secara tersusun. Cerita
rekaan yang melukiskan puncak-puncak peristiwa kehidupan
seseorang, mengenai kejadian-kejadian yang luar biasa dalam
kehidupannya, secara melompat-lompat, dan berpindah-pindah. Dari
berbagai peristiwa itu lahirlah konflik, suatu pertikaian yang
kemudian justru mengubah nasib orang tersebut.13
Novel merupakan sebuah struktur organisme yang kompleks,
unik, dan mengungkapkan sesuatu secara tidak langsung. Hal inilah,
antara lain, yang menyebabkan sulitnya pembaca untuk
menafsirkannya. Untuk itu, diperlukan suatu upaya (boleh dibaca:
kritik) untuk dapat menjelaskannya, dan biasanya, hal itu disertai
bukti-bukti hasil kerja analisis. Dengan demikian, tujuan utama kerja
analisis kesastraan, fiksi, puisi, ataupun yang lain, adalah untuk dapat
memahami secara lebih baik karya sastra yang bersangkutan, di
samping untuk membantu menjelaskan pembaca yang kurang dapat
memahami karya itu. 14
Dari segi panjang cerita, novel (jauh) lebih panjang daripada
cerpen. Oleh karena itu, novel dapat mengemukakan sesuatu secara
bebas, menyajikan sesuatu secara lebih banyak, lebih rinci, lebih detil,
dan lebih banyak melibatkan berbagai permasalahan yang lebih
kompleks.15
12
Burhan Nurgiyantoro, Teori Pengkajian Fiksi, (Bulaksumur, Yogyakarta: Gadjah Mada University Press; 2005), h. 9-10.
13
Perpustakaan Nasional RI, Dewan Direksi, Ensiklopedi Sastra Indonesia,(Bandung: Titian Ilmu;2004), h. 546.
14
Nurgiyantoro,op. cit., h. 31-32.
15
C.
Jenis-Jenis Novel
Dalam dunia kesusastraan sering ada usaha untuk mencoba
membedakan antara novel serius dengan novel populer. Usaha itu
dibandingkan dengan perbedaan antara novel dengan cerpen, atau
antara novel dengan roman, sungguh tidak lebih mudah dilakukakan,
dan lebih dari itu bersifat riskan. Pada kenyataannya sungguh tidak
mudah untuk menggolongkan sebuah novel ke dalam kategori serius
atau populer.16
Dari kedua jenis novel tersebut dijelaskan sebagai berikut:
a. Novel Serius
Novel serius biasanya berusaha mengungkapkan sesuatu
yang baru dengan cara pengucapan yang baru pula. Singkatnya;
unsur kebaruan diutamakan. Novel serius bersifat mengabdi kepada
selera pembaca, dan memang, pembaca novel jenis ini tidak
(mungkin) banyak. Hal itu tidak perlu dirisaukan benar (walau
tentu saja hal itu tetap saja memprihatinkan). Jumlah novel dan
pembaca serius, walau tidak banyak, akan punya gaung dan
bertahan dari waktu ke waktu. Karena cuma novel serius inilah
yang selama ini banyak dibicarakan pada dunia kritik sastra walau
ada juga kritikus yang secara intensif membahas novel-novel
populer.17
b. Novel Populer
Novel populer adalah novel yang populer pada masanya dan
banyak penggemarnya, khususnya pembaca dikalangan remaja. Ia
menampilkan masalah-masalah yang aktual dan selalu menjaman,
namun hanya sampai pada tingkat permukaan. Novel populer tidak
16Ibid.,
h.17.
17
menampilkan permasalahan kehidupan secara lebih intens, tidak
berusaha meresapi hakikat kehidupan. Sebab, jika demikian halnya,
novel populer akan menjadi berat, dan berubah menjadi novel
serius dan boleh jadi ditinggalkan oleh pembacanya. Oleh karena
itu, novel populer bersifat artifisial, hanya bersifat sementara, cepat
ketinggalan zaman, dan tidak memaksa orang untuk membacanya
sekali lagi. Ia biasanya, cepat dilupakan orang, apalagi dengan
munculnya novel-novel baru yang lebih populer pada masa
sesudahnya.18
Novel Pertemuan Dua Hati karya Nh. Dini ini bisa disebut novel yang tergolong novel populer, karena novel ini novel yang
populer pada masanya.
D.
Unsur-unsur Novel
Karya sastra seperti halnya novel terbentuk atas unsur-unsur yang
membentuknya, yaitu unsur instrinsik adalah unsur-unsur yang
membentuk utuhnya sebuah novel yang meliputi tema, alur, latar,
tokoh dan penokohan, sudut pandang (point of view), gaya cerita, dan
amanat. Sedangkan unsur ekstrinsik adalah unsur-unsur yang berada
di luar, yang secara tidak langsung dapat mempengaruhi bangunan
suatu karya sastra. Kedua unsur tersebut tidak dapat dipisahkan,
karena saling berkaitan satu sama lainnya. Peneliti akan menjabarkan
masing-masing unsur yang membangun sebuah novel.
1. Unsur Instrinsik
Berbicara mengenai novel maka akan dapat kita ketahui
bahwasannya sebuah novel dibangun oleh beberapa unsur, salah
satunya yaitu unsur intrinsik. Unsur intrinsik adalah unsur-unsur
yang membangun karya sastra itu sendiri. Unsur-unsur inilah yang
18
menyebabkan karya sastra hadir sebagai karya sastra, unsur-unsur
yang secara faktual akan dijumpai jika orang membaca karya
sastra.19
a. Tema
Kata tema seringkali disamakan dengan pengertian
topi; padahal kedua istilah itu mengandung pengertian yang berbeda. Kata topik berasal dari bahasa Yunani topoi yang berarti tempat. Topik dalam suatu tulisan atau karangan berarti
pokok pembicaraan. Sedangkan tema merupakan tulisan atau karya fiksi. 20
Tema merupakan gagasan pokok atau subject matter yang dikemukakan oleh penyair.21 Tema adalah ide, gagasan,
pandangan hidup pengarang yang melatarbelakangi ciptaan
karya sastra. Karena sastra merupakan refleksi kehidupan
masyarakat.22
Dari kutipan-kutipan di atas dapat disimpulkan
bahwa, tema adalah suatu cerita yang di dalamnya terdapat ide
atau gagasan yang akan disampaikan pengarang lewat cerita
yang disajikannya.
b. Tokoh dan Penokohan
Tokoh cerita adalah orang yang ditampilkan dalam
suatu karya naratif, atau drama, yang oleh pembaca ditafsirkan
memiliki kualitas moral dan cenderung tertentu seperti
yangdiekspresikan dalam ucapan dan apa yang dilakukan
dalam tindakan. Dalam hal ini, khususnya dari pandangan teori
19
Nurgiyantoro, op. cit., h. 23.
20
Prof. M. Atar, Semi. Anatomi Sastra, (Padang: Angkasa Raya), h. 42.
21
Herman J, Waluyo, Teori Apresiasi Sastra,(Jakarta: Erlangga, 1987), h. 106.
22
resepsi, pembacalah sebenarnya yang memberi arti semuanya.
Untuk kasus kepribadian seorang tokoh, pemahaman itu
dilakukan berdasarkan kata-kata (verbal) dan tingkah laku lain
(nonverbal). Pembedaan antara tokoh yang satu dengan yang
satu dengan yang lain lebih ditentukan oleh kualitas pribadi
daripada dilihat secara fisik.23
Dengan demikian, istilah “penokohan” lebih luas pengertiannya daripada “tokoh” dan “perwatakan” sebab ia sekaligus mencakup masalah siapa tokoh cerita, bagaimana
perwatakan, dan bagaimana penempatan dan pelukisannya
dalam sebuah cerita sehingga sanggup memberikan gambaran
yang jelas kepada pembaca. Tokoh, watak, dan segala emosi
yang dikandungnya itu adalah aspek isi, sedangkan teknik
perwujudannya dalam karya fiksi adalah bentuk. Jadi, dalam
istilah penokohan itu sekaligus terkandung dua aspek: isi dan
bentuk.
c. Alur
Alur termasuk salah satu unsur intrinsik yang
terpenting dalam suatu cerita. Alur ialah konstruksi yang
dibuat pembaca mengenai sebuah deretan peristiwa yang
secara logis dan kronologis saling berkaitan dan yang
diakibatkan atau dialami oleh para pelaku.24 Alur sebuah cerita
dapat disimpulkan dari data yang disajikan dalam teks. Secara
intuitif ini dilakukan oleh seorang murid yang menceritakan
kembali apa yang dibacanya.
Alur merupakan bagian terpenting dalam cerita
fiksi. Alur tersebut membentuk pola sambung sinambung
23
Nurgiyantoro,op. cit., h. 165-166
24
dalam sebuah peristiwa yang berdasarkan sebab-akibat. Alur
atau plot adalah struktur rangkaian kejadian dalam cerita yang
disusun sebagai sebuah interelasi fungsional yang sekaligus
menandai urutan bagian-bagian dalam keseluruhan fiksi.
Dapat disimpulkan bahwa alur adalah bagian
terpenting dalam cerita fiksi yang dialami para pelaku dalam
suatu rentetan peristiwa.
d. Latar
Latar atau setting yang disebut juga landas tumpu, yang menyaran pada pengertian tempat, hubungan, dan
lingkungan sosial tempat terjadinya peristiwa-peristiwa yang
diceritakan.25 Latar atau tandas tumpu (setting) cerita adalah lingkungan tempat peristiwa terjadi. Termasuk di dalam latar
ini adalah tempat atau ruang yang dapat diamati, seperti di
kampus, di sebuah kapal yang berlayar ke Hongkong, di
kafetaria, di dalam penjara, di sebuah puskesmas dan
sebagainya. Termasuk di dalam unsur latar atau landas tumpu
ini adalah waktu, hari, tahun, musim, atau periode sejarah. 26
Dari definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa latar
adalah tempat peristiwa yang diceritakan oleh sastrawan. Latar
bukan hanya menunjukkan tempat dan waktu saja, namun juga
menceritakan lingkungan sosial tempat terjadinya
peristiwa-peristiwa yang di ceritakan.
e. Sudut Pandang
Sudut pandang, point of view, viewpoint, merupakan salah satu unsur fiksi yang oleh Stanton digolongkan sebagai
25
Nurgiyantoro,op. cit., h. 216.
26
sarana cerita, literary device. Walaupun demikian, hal itu tidak berarti bahwa perannya dalam fiksi tidak penting. Sudut
pandang haruslah diperhitungkan kehadirannya, bentuknya,
sebab pemilihan sudut pandang akan berpengaruh terhadap
penyajian cerita. Sudut pandang dalam karya fiksi
mempersoalkan; siapa yang menceritakan, atau dari posisi
mana (siapa) peristiwa dan tindakan itu dilihat. Dengan
demikian, pemilihan bentuk pesona yang dipergunakan, di
samping mempengaruhi perkembangan cerita dan masalah
yang diceritakan, juga kebebasan dan keterbatasan, ketajaman,
ketelitian, dan keobjektifan terhadap hal-hal yang
diceritakan.27
Berdasarkan definisi ahli di atas, dapat disimpulkan
bahwa sudut pandang adalah strategi, teknik maupun siasat
yang dikemukakan oleh pengarang dalam menceritakan sebuah
cerita karya fiksinya.
f. Gaya Bahasa
Bahasa adalah seni sastra dapat disamakan dengan
cat dalam seni lukis. Keduanya merupakan unsur bahan, alat,
sarana, yang diolah untuk dijadikan sebuah karya yang
mengandung nilai lebih daripada sekedar bahannya itu sendiri.
Sastra khususnya fiksi, di samping sering diseebut dunia dalam
kemungkinan, juga dikatakan sebagai dunia dalam kata. Hal itu disebabkan “dunia” yang diciptakan, dibangun, ditawarkan, diabstraksikan, dan sekaligus ditafsirkan lewat kata-kata, lewat
bahasa.28
27Ibid
., h. 246-247.
28
Gaya bahasa dikenal dalam retorika dengan istilah
style. Kata style diturunkan dari kata latin stilus, yaitu semacam alat untuk menulis di atas lempengan lilin. Walaupun
style berasal dari bahasa latin, orang Yunani sudah mengembangkan sendiri teori-teori mengenai style itu. Gaya bahasa atau style dapat dijelaskan sebagai cara mengungkapkan pikiran melalui bahasa secara khas yang
memperlihatkan jiwa dan kepribadian penulis.29 Bahasa dalam
seni sastra disamakan dengan cat dalam seni lukis, keduanya
merupakan unsur suatu bahan, alat, dan sarana yang dapat
diolah untuk dijadikan sebuah karya sastra yang mengandung “nilai lebih” daripada sekedar bahannya itu sendiri. Sastra, khusunya fiksi di samping sering disebut dunia dalam
kemungkinan juga dikatakan sebagai dunia dalam kata. Hal itu
disebabkan “dunia” yang diciptakan, dibangun, ditawarkan,
diabstraksikan, dan sekaligus ditafsirkan lewat kata-kata, lewat
bahasa.30
Dapat disimpulkan bahwa bahasa sastra berbeda
dengan bahasa nonsastra atau bahasa yang biasa digunakan
dalam percakapan sehari-hari. Dimana gaya bahasa adalah cara
pengucapan bahasa pengarang untuk mengungkapkan sesuatu
yang akan di kemukakan melalui cipta hasil karya sastranya.
g. Amanat
Pada dasarnya amanat berisikan ajakan moral yang
hendak disampaikan pengarang kepada pembaca. Amanat juga
salah satu makna yang terkandung dalam sebuah cerita. Moral
dalam karya sastra biasanya mencerminkan pandangan hidup
29
Gorys Keraf, Diksi dan Gaya Bahasa, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2001), h. 112.
30
pengarang yang bersangkutan, pandangannya tantangan
nilai-nilai kebenaran, dan hal itulah yang ingin disampaikannya kepada pembaca. Moral ini merupakan “petunjuk” yang sengaja diberikan oleh pengarang tentang berbagai hal yang
berhubungan dengan masalah kehidupan, seperti sikap, tingkah
laku, dan sopan santun pergaulan. Moral ini bersifat praktis sebab “petunjuk” itu dapat ditampilkan, atau ditemukan modelnya, dalam kehidupan nyata, sebagaimana model yang
ditampilkan dalam cerita itu lewat sikap dan tingkah laku
tokoh-tokohnya.
2. Unsur Ekstrinsik
Selain unsur instrinsik, sebuah novel dibangun pula
oleh unsur ekstrinsik. Unsur ekstrinsik merupakan segala
sesuatu yang menginspirasikan penulisan karya sastra dan
mempengaruhi karya sastra secara keseluruhan.
Unsur ekstrinsik adalah unsur-unsur yang berada di
luar karya sastra itu, tetapi secara tidak langsung
mempengaruhi bangunan atau sistem organisme karya sastra,
atau secara lebih khusus ia dapat dikatakan sebagai unsur-unsur
yang mempengaruhi bangun cerita sebuah karya sastra, namun
tidak ikut menjadi dan mempengaruhi di dalamnya. 31
a. Unsur Biografi
Penyebab utama lahirnya karya sastra adalah
penciptanya sendiri. Biografi hanya bernilai sejauh
memberi masukan tentang penciptaan karya sastra. Tetapi
biografi dapat juga dinikmati karena mempelajari hidup
pengarang yang jenius, menelusuri perkembangan moral,
31
mental, dan intelektualnya, yang tentu menarik. Biografi
dapat juga dianggap sebagai studi yang sistematis tentang
psikologi pengarang dan proses kreatif.32
Jadi, unsur biografi dalam sastra ini merupakan
suatu karya sastra yang berasal dari kehidupan pribadi
pengarang yang dibentuk dalam suatu karya sastra melalui
penyaringan terlebih dahulu, agar mendapatkan gambaran
biografi yang jelas dan baik.
b. Unsur Masyarakat
Sastra adalah institusi sosial yang memakai medium
bahasa. Teknik-teknik sastra tradisional seperti simbolisme
dan matra bersifat sosial karena merupakan konvensi dan
norma masyarakat.33 Pengarang adalah seorang warga
masyarakat yang tentunya memiliki pendapat mengenai
masalah-masalah politik dan sosial yang sangat penting dan
mengikuti perkembangan zaman yang sedang terjadi.
Dapat disimpulkan bahwa pendekatan masyarakat
ini, melibatkan sosial, dan politik masyarakat itu sendiri.
Pengarang adalah bagian dari masyarakat dan makhluk
sosial, maka itu membutuhkan satu sama lain dalam suatu
kehidupan masyarakat.
c. Unsur Psikologi
Istilah “psikologi sastra” mempunyai empat
kemungkinan pengertian, yaitu:
32
Rene Wellek&Austin Warren, Teori Kesusastraan, (Jakarta: PT Gramedia, 1989), h. 82.
33
1) Studi psikologi pengarang sebagai tipe atau sebagai
pribadi
2) Studi proses kreatif
3) Dampak sastra bagi pembaca.34
Berikut penjelasan masing-masing dari istilah
psikologi sastra, di antaranya:
1) Studi psikologi pengarang sebagai tipe atau sebagai
pribadi
Memiliki arti bahwa penyair atau seorang
pengarang adalah pelamun yang diterima oleh
masyarakat. Penyair tidak perlu mengubah
pengertiannya, ia boleh meneruskan dan
mempublikasikan lamunannya.
2) Studi proses kreatif
Studi ini meliputi seluruh tahapan, mulai
dari dorongan bawah sadar yang melahirkan karya
sastra sampai pada perbaikan terakhir yang dilakukan
pengarang. Bagi sejumlah pengarang, bagian akhir ini
yang merupakan tahapan yang paling kreatif.
Setiap pembahasan modern mengenai proses
kreatif pasti menyorot kepada peran alam bawah sadar
pengarang. Pengarang yang sering membicarakan
proses kreatifnya akan lebih suka menyinggung
prosedur teknis yang dilakukan dengan sadar daripada
membicarakan “bakat alam” atau pengalaman yang
34
menjadi bahan karya, atau karya sebagai cermin atau
prisma dari pribadi mereka.
3) Dampak sastra bagi pembaca
Dampak sastra ini dapat dibagi menjadi dua
bagian yaitu, yang bersifat fositif dan dampak yang
bersifat negatif. Dampak yang bersifat positif
ditunjukkan dengan si pembaca mampu mengambil
hikmah dari sebuah cerita yang dibacanya dan mampu
meniru hal-hal yang positif. Sedangkan dampak yang
bersifat negatif ditunjukkan oleh pembaca dengan
meniru serta mengambil hal-hal atau prilaku yang lebih
tertuju kepada hal yang jelek dalam suatu cerita.
Dari paparan di atas dapat disimpulkan
bahwa kebenaran psikologi merupakan suatu karya seni
mutlak keberadaannya dalam sebuah karya sastra.
E.
Definisi Nilai
Nilai merupakan sesuatu yang berhubungan dan diyakini oleh seseorang atau masyarakat sebagai acuan dalam bertindak.
Nilai bermanfaat bagi kehidupan manusia baik lahir maupun batin
jika difungsikan dengan baik dan benar. Nilai adalah kualitas dari
suatu yang bermanfaat bagi kehidupan manusia, nilai dijadikan
landasan, alasan, atau motivasi dalam bersikap dan bertingkah laku
baik disadari maupun tidak.35 Berdasarkan pendapat Kaelan di atas,
pada prinsipnya nilai adalah kualitas dari suatu yang bermanfaat
dalam kehidupan. Sehingga manusia dapat mengetahui apa yang
seharusnya dilakukan, nilai juga dapat dijadikan landasan serta
motivasi untuk bertingkah laku baik itu secara sadar atau
35
sebaliknya, jadi dengan adanya sikap seperti ini maka manusia ada
alasan untuk bersikap baik atau buruk terhadap orang lain
tergantung bagaimana manusia itu sendiri yang menjalankannya.
Spranger mengungkapkan, nilai diartikan sebagai suatu tatanan yang dijadikan panduan oleh individu untuk menimbang
dan memilih alternatif keputusan dalam situasi sosial tertentu.
Dengan demikian, nilai merupakan sesuatu yang diyakini
kebenarannya dan mendorong orang untuk mewujudkannya. Nilai
merupakan sesuatu yang memungkinkan individu atau kelompok
sosial untuk membuat keputusan mengenai apa yang dibutuhkan
atau sebagai suatu yang ingin dicapai. Secara dinamis, nilai
dipelajari dari produk sosial dan secara perlahan diinternalisasikan
oleh individu ke dalam dirinya serta diterima sebagai milik
bersama dengan kelompoknya. Nilai merupakan standar
konseptual yang relatif stabil yang secara eksplisit atau implisit
membimbing individu dalam menentukan tujuan yang ingin
dicapai serta aktivitas dalam rangka memenuhi kebutuhan
psikologisnya.36
Jadi kesimpulan yang peneliti bisa ambil bahwa nilai adalah
sesuatu yang penting dan berguna yang dijadikan panduan oleh
individu untuk menimbang dan memilih alternatif keputusan dalam
situasi sosial tertentu.
1. Jenis-jenis Nilai
Nilai dipandang penting oleh setiap orang, namun
pandangan orang tentang nilai tentulah berbeda-beda, itulah
sebabnya nilai memiliki pengertian dan jenis. Nilai
berhubungan erat dengan kegiatan manusia menilai. Menilai
36
berarti menimbang, yaitu kegiatan manusia menghubungkan
sesuatu dengan sesuatu yang lain, yang selanjutnya diambil
suatu keputusan. Keputusan nilai dapat menyatakan berguna
atau tidak berguna, benar atau tidak benar, baik atau buruk,
manusiawi atau tidak manusiawi, religius atau tidak religius.
Penilaian ini dihubungkan dengan unsur-unsur atau hal-hal
yang ada pada manusia, seperti jasmani, cipta, karsa, rasa dan
keyakinan.
Sesuatu dipandang bernilai karena sesuatu itu
berguna, maka disebut nilai kegunaan, bila benar dipandang
bernilai maka disebut nilai kebenaran, indah dipandang bernilai
maka disebut nilai keindahan (estetis), baik dipandang bernilai
maka disebut nilai moral, religius dipandang bernilai maka
disebut nilai keagamaan.
Jenis-jenis nilai yang dikemukakan oleh
Notonegoro membagi nilai menjadi tiga macam:37
1. Nilai Material, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi
kehidupan jasmani manusia, atau kebutuhan material
ragawi manusia.
2. Nilai Vital, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi manusia
untuk dapat mengadakan kegiatan atau aktivitas.
3. Nilai Kerohanian, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi
rohani manusia. Nilai ini dapat dibedakan atas empat
macam:
a. Nilai kebenaran yang bersumber pada akal (rasio, budi,
cipta) manusia
37
b. Nilai keindahan atau nilai estetis, yang bersumber pada
unsur perasaan manusia
c. Nilai Kebaikan atau nilai moral, yang bersumber pada
unsur kehendak manusia
d. Nilai religius, yang merupakan nilai kerohanian
tertinggi dan mutlak. Nilai religius ini bersumber pada
kepercayaan atau keyakinan.
Peneliti menyimpulkan bahwa nilai merupakan
landasan penting bagi kehidupan manusia. Nilai membatasi
manusia dalam menilai sesuatu, dan dengan berpedoman
pada nilai- nilai kehidupan, manusia akan dapat terjaga
etika, kesopanan dan sikap dalam hidup bermasyarakat.
2. Definisi Pendidikan
Pendidikan, seperti sifat sasarannya yaitu manusia,
mengandung banyak aspek dan sifatnya sangat kompleks.
Karena sifatnya yang kompleks itu, maka tidak sebuah batasan
pun yang cukup memadai untuk menjelaskan arti pendidikan
secara lengkap.38
Sifat hakikat manusia diartikan sebagai ciri-ciri
karakteristik, yang secara prinsipal (jadi bukan hanya gradual)
membedakan manusia dari hewan. Meskipun antara manusia
dengan hewan banyak kemiripan terutama jika dilihat dari segi
biologisnya.39
Selanjutnya dikatakan pula bahwa, memanusiakan
manusia atau proses humanisasi melihat manusia sebagai suatu
38
Tirtarahardja, Umar, dan S.L. La Sulo. Pengantar Pendidikan Edisi Revisi, (PT Rineka Cipta, 2013), h. 37.
39
keseluruhan di dalam eksistensinya. Eksistensi ini menurut
penulis adalah menempatkan kedudukan manusia pada
tempatnya yang terhormat dan bermartabat. Kehormatan itu
tentunya tidak lepas dari nilai-nilai luhur yang selalu dipegang
umat manusia.
3. Nilai-nilai Pendidikan
Nilai pendidikan adalah nilai yang dapat
menyiapkan peserta didik dalam peranannya di masa yang akan
datang melalui pengajaran dan latihan. Dengan kata lain,
pendidikan merupakan bagian integral pengajaran itu sendiri.
Adapun macam-macam nilai pendidikan terdiri dari nilai
religius, nilai moral, nilai sosial, nilai budaya dan nilai estetika.
4. Macam-macam Nilai Pendidkan a. Nilai Religius
Nilai-nilai religius bertujuan untuk mendidik agar
manusia lebih baik menurut tuntutan agama dan selalu ingat
kepada Tuhan. Nilai-nilai religius yang terkandung dalam
karya sastra dimaksudkan agar penikmat karya tersebut
mendapatkan renungan-renungan batin dalam kehidupan
yang bersumber pada nilai-nilai agama. Nilai-nilai religius
dalam bersifat individual dan personal.
Agama merupakan kunci sejarah, kita baru dapat
memahami jiwa suatu masyarakat, bila kita memahami
agamanya.40 Kehadiran unsur religius dan keagamaan
dalam sastra adalah sebuah keberadaan sastra itu sendiri.41
Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa
40
Semi. Op. cit., h. 21.
41
Nilai religius yang merupakan nilai kerohanian tertinggi
dan mutlak bersumber pada kepercayaan aatau keyakinan
manusia.
b. Nilai Moral
Moral merupakan landasan bagaimana manusia
harus bertindak atau berprilaku. Jika manusia tidak
menjalankan landasan tersebut maka terjadilah
perilaku-perilaku yang menyimpang yang tidak diinginkan dalam
kehidupan bermasyarakat.
Moral merupakan ajaran tentang baik buruk yang
diterima umum mengenai perbuatan, sikap, dan kelakuan
mengenai akhlak, budi pekerti, kewajiban, dan
sebagainya.42 Pendapat yang dikemukakan Kenny, bahwa
moral dalam cerita biasanya dimaksudkan sebagai suatu
sarana yang berhubungan dengan ajaran moral tertentu
yang bersifat praktis, dapat diambil (ditafsirkan) lewat
cerita yang bersangkutan oleh pembaca. Moral merupakan
petunjuk yang sengaja diberikan oleh pengarang tentang
berbagai hal yang berhubungan dengan masalah kehidupan,
seperti sikap, tingkah laku, dan sopan santun pergaulan. 43
Nilai moral yang terkandung dalam karya seni
bertujuan untuk mendidik manusia agar mengenal
nilai-nilai apa yang harus dihindari, dan apa yang harus
dikerjakan, sehingga tercipta suatu tatanan hubungan
manusia dalam masyarakat yang dianggap baik, serasi, dan
bermanfaat bagi masyarakat yang dianggap baik.
42
Depdikbud. Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, 1988), h. 592.
43
Pendapat yang dikemukakan oleh Kenny lebih
berhubungan dengan pembaca karena pengarang sengaja
menghubungkan masalah kehidupan seperti tingkah laku,
sikap, serta kesantunan dalam pergaulan, karena moral
sipatnya praktis, oleh sebab itu moral bisa ditonjolkan atau
ditampilkan dalam cerita lewat tingkah laku para tokoh
secara nyata.
Ada perbedaan antara Kamus Besar Bahasa
Indonesia dan Kenny tentang moral yaitu, dalam KBBI
lebih mengarah kepada bagaimana manusia itu berprilaku
terhadap dirinya sendiri, terhadap orang lain, terhadap
tuhan, serta menekankan manusia sadar dan memahami
supaya tidak terjadi perilaku-perilaku yang menyimpang
dalam menjalani kehidupan. Kenny menyatakan lebih
menghubungkan masalah sikap manusia dalam pergaulan,
karena menurutnya moral itu sifatnya praktis, sehingga
mudah untuk ditiru oleh manusia, tetapi bagaimana
manusia itu sendiri menanggapinya.
Pada dasarnya nilai moral adalah landasan yang
telah disepakati dan dijadikan tolak ukur untuk menetukkan
baik buruk tingkah laku, budi pekerti seseorang. Remaja
dikatakan bermoral jika mereka memiliki kesadaran hal-hal
yang boleh dilakukan atau tidak boleh dilakukan.
Tindakan-tindakan tidak bermoral terjadi ketika orang menghindari
proses menjadi diri sendiri dengan berbagai alasan atau
komitmen untuk membiarkan diri dikuasai dan diarahkan
oleh nilai moral itu sendiri.
Dari pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa
yang dilakukan secara sadar kepada dirinya, orang lain,
serta kepada Tuhannya supaya tidak terjadi perilaku
menyimpang dalam pergaulan.
c. Nilai Sosial
Kata “sosial” berarti hal-hal yang berkenan dengan masyarakat atau kepentingan umum. Nilai sosial
merupakan hikmah yang dapat diambil dari perilaku sosial
dan tata cara hidup sosial. Perilaku sosial berupa sikap
seseorang terhadap peristiwa yang terjadi di sekitarnya
yang ada hubungannya dengan orang lain, cara berfikir, dan
hubungan sosial bermasyarakat antar individu.
Manusia tidak terlepas dari pengaruh masyarakat,
rumah, sekolah dan lingkungan yang lebih besar dalam
kehidupannya. Oleh karena itu, manusia dikatakan sebagai
makhluk sosial, yaitu makhluk yang di dalam kehidupannya
tidak dapat melepaskan diri dari pengaruh manusia lain.
Manusia dikatakan sebagai makhluk sosial, karena pada diri
manusia ada dorongan untuk berhubungan (interaksi)
dengan orang lain. Ada kebutuhan untuk hidup
berkelompok dengan manusia lain, seperti kebutuhan atau
sikap tolong menolong, kasih sayang, kepedulian sosial,
kepekaan terhadap sesama.
d. Nilai Estetika
Berbicara tentang sastra tidak dapat terlepas dari
berbicara tentang keindahan karena sastra itu adalah salah
mengandung unsur keindahan. Keindahan adalah persoalan
sulit yang belum dapat dipisahkan. 44
Sastra sebagai suatu karya seni jelas merupakan
hasil ciptaan seniman, karena itu keindahan yang terdapat
padanya bukanlah keindahan alamiah melainkan
merupakan daya cipta dan hasil kreasi.
F.
Penelitian yang Relevan
1. Kori Lovita Dewi dalam penelitiannya yang berjudul “Analisis Nilai Sosial Pada Novel dari Rue Saint Simon ke Jalan Lembang karya Nh. Dini”. Dalam kesimpulannya novel ini menganalisis nilai sosial yang terkandung di
dalamnya yaitu pada novel Rue Saint Simon karya Nh. Dini, novel ini menceritakan keadaan suhu di Eropa selain
itu perbedaan tingkah laku dan pola pikir manusia yang
memang dapat mempengaruhi individu lainnya.
2. Panji Pradana dalam penelitiannya yang berjudul “Kajian Interstektual Dalam Novel Namaku Hiroko karya Nh. Dini”. Dalam kesimpulannya kajian ini dimaksudkan sebagian kajian terhadap sejumlah teks sastra yang
mempunyai bentuk-bentuk hubungan tertentu, misalnya
untuk menemukan adanya hubungan unsur-unsur instrinsik
seperti ide, gagasan, peristiwa, plot, penokohan, gaya
bahasa dan lain sebagainya diantara teks yang dikaji.
3. Nani Frigiawati dalam penelitiannya yang berjudul “Analisis Nilai Moral dalam Novel Pada Sebuah Kapal karya Nh. Dini dan Implikasinya terhadap Pembelajaran Sastra di SMA”. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi nilai moral yang ada dalam novel Pada Sebuah Kapal, yang
44
terdiri atas hubungan manusia dengan diri sendiri,
hubungan suami dengan istri, hubungan manusia dengan
tuhan. Nilai moral yang dominan digambarkan pengarang
ialah hubungan manusia dengan manusia lain, yaitu
hubungan kasih sayang orang tua dengan anak dan
33 A. Biografi Nh. Dini
Nh. Dini nama lengkapnya Nurhayati Sri Hardini lahir tanggal 29
Februari 1936 di Semarang, Jawa Tengah. Dia adalah putri bungsu dari
pasangan Salyowijoyo, seorang pegawai perusahaan kereta api, dan
Kusaminah. Nh. Dini berkakak empat orang, yaitu (1) Heratih, (2)
Mohamad Nugroho, (3) Siti Maryam, dan (4) Teguh Asmar. Dari keempat
saudaranya itu yang paling akrab dengan Dini adalah Teguh Asmar karena
keduanya sama-sama seniman. Nh. Dini juga dekat dengan ayahnya yang
telah membimbingnya dalam mencintai seni. Sebelum meninggal, ayahnya
berpesan agar Dini belajar menari dan memukul gamelan yang tujuannya
untuk mendidiknya supaya memahami kelembutan dalam kehidupan.
Itulah sebabnya, mengapa tokoh utama wanita dalam novelnya Pada Sebuah Kapal sangat menonjol kelembutannya. Nh. Dini juga berdarah Bugis, selain Jawa.1
Tahun 1960 Nh. Dini dipersunting seorang diplomat Prancis
bernama Yves Coffin yang pada saat itu sedang bertugas di Indonesia
selama empat tahun. Setelah menikah, mereka pindah ke Jepang. Setahun
kemudian, yaitu tahun 1961 lahir anak pertamanya yang diberi nama
Marie Glaire Lintang. Dari Jepang mereka pindah ke Kamboja tahun
1967 lahir pula anak kedua (laki-laki) bernama Louis Padang di L‟Hay
-„les Roses, Prancis. Akhirnya, mereka menetap di Prancis. Akan tetapi,
rumah tangga pasangan Nh. Dini dan Yves Coffin ini akhirnya setelah
1
mereka jalani selama kurang lebih dua puluh tahun. Setelah
menyelesaikan urusan perceraiannya, tahun 1980 Nh. Dini kembali ke
tanah air dalam keadaan sakit kanker. Akan tetapi, kini kesehatannya
telah pulih kembali dan aktif menulis sambil memupuk bakat menulis
kepada anak-anak bersama pondok bacanya di desa Kedung Pani,
beberapa kilometer arah barat laut kota Semarang. Pondok baca yang
semula berada di Semarang itu pindah ke Yogyakarta mengikuti
kepindahan Nh. Dini yang kini tinggal di Graha Wredha Mulya 1-A
(2003). Selain itu, ada pula pondok baca cabang Jakarta, dan Kupang
Timur.
Dalam hal keyakinan, Nh. Dini tidak tegas memeluk salah satu
agama, hanya diakuinya bahwa dia pernah mendapat pendidikan agama
Islam Jawa. Kepada anaknya dia juga tidak memaksakan agama apa yang
harus mereka anut walaupun dia mengirim anak-anaknya ke gereja ketika
mereka masih kecil. Dini memberikan kebebasan memilih agama kepada
anaknya, hanya pendidikan tentang budaya yang harus dianut
anak-anaknya dia berikan. Mereka diberi kesempatan untuk mendengarkan
Indonesia, seperti gamelan Jawa, Bali, Sunda, di samping menari.
Dini tidak sempat mengenyam pendidikan di perguruan tinggi
karena ketika usianya tiga belas tahun, ayahnya meninggal dunia. Akan
tetapi, dia sangat haus akan ilmu. Oleh karena itu, setiap ada kesempatan,
dia menyempatkan diri mengikuti pendidikan, seperti mengikuti
pendidikan untuk menjadi pegawai GIA. Di samping itu, dengan
kelincahannya dia juga mengikuti Kursus BI Sejarah dan bahasa asing
pada tahun 1957.
Nh. Dini pernah bekerja sebagai penyiar RRI Semarang. Setelah
lulus pendidikan di GIA, dia bekerja sebagai pramugari di Jakarta
(1957-1960). Akan tetapi, setelah bersuami pada tahun 1960, Dini berhenti dari
Sebagai sastrawan, Nh. Dini menulis berbagai genre sastra, yaitu
puisi, drama, cerita pendek, dan novel. Akan tetapi, dia sangat terkenal
sebagai novelis. Bakat kepengarangannya terbina sejak kecil, terutama
karena dorongan ayahnya yang selalu menyediakan bacaan bagi putri
bungsunya ini. Dia baru menyadari bahwa bakat menulisnya muncul
ketika gurunya di sekolah mengatakan bahwa tulisannya merupakan yang
terbaik di antara tulisan kawan-kawannya dan tulisannya dijadikan
sebagai contoh tulisan yang baik. Dia memupuk bakatnya dengan selalu
mengisi majalah dinding di sekolahnya. Dia juga menulis esai dan puisi
secara teratur dalam buku hariannya. Tahun 1952 puisi Nh. Dini dimuat
dalam majalah Budaja dan Gadjah Mada di Yogyakarta dan juga dibacakan pada acara “Kuntjup Mekar” di Radio Jakarta. Cerpennya dimuat di dalam majalah Kisah dan Mimbar Indonesia, seperti “Kelahiran” (1956), “Persinggahan” (1957), dan “Hati yang Damai” (1960). Di dalam lembar kebudayaan majalah Siasat dimuat cerita
pendek yang berjudul “Penungguan” (1955), “Pagi Hudjan” (1957),
“Pengenalan” (1959), “Sebuah Teluk” (1959), “ Hati yang Damai”
(1959). Dan “Seorang Paman” (1960).
Bakat kesenimanannya tidak terbatas pada karya sastra. Bersama
kakaknya, Teguh Asmar, Nh. Dini mendirikan perkumpulan seni “Kuntjup Seri” yang kegiatannya berlatih karawitan atau gamelan, bermain sandiwara, dan menyanyi, baik lagu-lagu Jawa maupun lagu Indonesia. Di
samping aktif dalam kegiatan itu, Nh. Dini juga masih sempat bekerja
sebagai anggota redaksi ruangan “Kebudayaan” dalam majalah pelajar kota Semarang, Gelora Muda.
Kariernya sebagai sastrawan diawali dengan menulis puisi dalam
buku harian. Selanjutnya, dia aktif menulis drama yang disajikan di RRI
Semarang. Dalam acara lomba drama, cerita pendek juga merupakan
dalam berbagai media massa. Ada juga cerita pendeknya yang sudah
diterbitkan dalam kumpulan cerita pendek.
Tentang kesusastraannya, A. Teeuw berpendapat dalam bukunya
Sastra Indonesia Modern II, 1989 bahwa Nh. Dini adalah pengarang sastra
prosa Indonesia modern terkemuka. Menurut Teeuw, novel-novelnya
sangat mengesankan, baik jumlah maupun mutunya. Karya-karyanya
dipuji sebagai karya yang menunjukkan jejak-jejak kecenderungan dan
pengalaman internasional sang pengarang, bukan sebagai novelis
pertama-tama. Walaupun demikian, dia hampir tidak terpengaruh oleh penulisan
novel Barat Modern, tetapi berpegang pada pribadinya.2
B. Sinopsis
Bu Suci adalah seorang guru SD yang selalu memiliki tanggung
jawab besar untuk menjalankan profesinya. Pada suatu hari, ia harus
pindah mengajar ke Semarang karena suaminya dipindahtugaskan ke kota
tersebut. Dalam hatinya telah terbayang masa penantian yang lama
sebelum ia mendapatkan tempat mengajar yang baru. Ia membayangkan
bahwa hari-harinya yang dilalui di kota itu akan dirasakan sangat panjang
dan menyiksa. Namun, semua yang dibayangkan itu menjadi sirna ketika
diterima disebuah sekolah dasar yang tidak jauh dari tempat tinggalnya.
Bahkan, ia dipercaya memegang dua kelas sekaligus.
Sejak saat itu Bu Suci menjadi guru disekolah tersebut. Ia
mendapat sambutan yang hangat dari rekan-rekan sesama guru. Ia tidak
mengalami kesulitan dalam beradaptasi dengan lingkungannya yang baru,
sehingga ia dapat melaksanakan tugasnya dengan baik. Pada hari keempat,
Bu Suci baru menyadari bahwa salah seorang muridnya bernama Waskito
tidak pernah masuk sekolah tanpa ada keterangan yang pasti. Tak ada satu
muridpun yang mengetahui alasan ketidakhadiran Waskito. Ketika ia
2Ibid
menanyakan tentang murid tersebut kepada rekan guru, ia mendapat
jawaban yang tidak memuaskan hatinya. Bahkan, ia diminta untuk tidak
memperdulikan ketidakhadiran Waskito karena kedatangan anak itu
disekolah hanya akan menambah masalah bagi dirinya. Kenakalannya
terkadang melewati batas. Tentu saja sebagai seorang guru, hati Bu Suci
terpanggil untuk