• Tidak ada hasil yang ditemukan

Nilai-nilai pendidikan dalam novel Pertemuan Dua Hati karya NH. Dini

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Nilai-nilai pendidikan dalam novel Pertemuan Dua Hati karya NH. Dini"

Copied!
159
0
0

Teks penuh

(1)

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan

Disusun oleh

Devia Rahmawati 801111300037

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

(2)
(3)
(4)

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Devia Rahmawati

Tempat/Tgl Lahir : Bogor, 6 Juli 1981

NIM : 801111300030

Jurusan/ Prodi : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Judul Skripsi : Nilai-nilai Pendidikan dalam Novel Pertemuan Dua Hati Karya NH. Dini

Dosen Pembimbing : Drs. Jamal D. Rahman, M.Hum

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang saya buat benar-benar hasil karya

sendiri dan saya bertanggung jawab secara akademis atas apa yang saya tulis.

Jakarta, 08 Desember 2014

(5)

i

DEVIA RAHMAWATI, NIM: 1811013000030. “Nilai-nilai Pendidikan dalam novel Pertemuan Dua Hati karya Nh. Dini”. Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Judul Skripsi, Pembimbing Drs. Jamal D. Rahman, M. Hum. 2014.

Tujuan skripsi ini adalah mendeskripsikan nilai-nilai pendidikan yang terdapat pada novel Pertemuan Dua hati karya Nh. Dini. Penulis pun memilih novel ini karena merupakan salah satu karya yang mampu menarik hati dan minat pembacanya.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif. Novel Pertemuan Dua Hati ini menafsirkan data yang berkenaan dengan situasi yang terjadi, sikap dan pandangan yang menggejala di masyarakat. Tehnik pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan memilih bahan, membaca dan memahami, mencari dan mengidentifikasi, dan memasukan hasil identifikasi data ke dalam tabel.

Hasil penelitian dapat penulis simpulkan bahwa nilai-nilai pendidikan dalam novel Pertemuan Dua Hati karya Nh. Dini meliputi: Nilai Religi meliputi doa; bersyukur, dan salat. Nilai Moral meliputi menghormati; menghargai, Nilai Budaya, dan Nilai Sosial meliputi saling tolong menolong. Nilai-nilai yang terdapat pada novel Pertemuan Dua Hati karya Nh. Dini terdiri dari 135 kutipan yang meliputi 14 kutipan nilai pendidikan religi, 61 kutipan nilai pendidikan nilai moral, 5 kutipan nilai pendidikan budaya, dan 5 kutipan nilai pendidikan nilai sosial.

(6)

ii

Puji syukur ke hadirat Allah karena berkat rahmat dan hidayah-Nya,

penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Nilai-Nilai Pendidikan dalam Novel Pertemuan Dua Hati Karya Nh. Dini.

Skripsi ini diajukan untuk memenuhi syarat mencapai Gelar Sarjana

Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta. Penulis menyadari bahwa berbagai kesulitan penulis alami.

Namun, berkat adanya dukungan dari berbagai pihak yang telah membantu baik

moril maupun materil, kendala-kendala tersebut dapat teratasi. Oleh karena itu,

ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada semua pihak yang telah

memberikan bantuan-bantuannya, khususnya kepada:

1. Nurlena Rifai, Ph, D., Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK)

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,

2. Didin Syafrudin, M. A., Ph.D Plt, selaku Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa

dan Sastra Indonesia UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta

3. Dra. Hindun, M.Pd., Sekretaris Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra

Indonesia,

4. Drs. Jamal D. Rahman, M. Hum. Selaku pembimbing yang telah meluangkan

waktu, tenaga, dan pikiran untuk memberikan bimbingan dan pengarahan

kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini,

5. Dra. Hindun, M.Pd dan Novi Diah Haryanti M. Hum, selaku dosen penguji

tercinta yang telah banyak memberikan banyak saran dan masukannya,

6. Staf Tata Usaha Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Program Studi DMS

Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Syarif Hidayatullah

Jakarta,

7. Sahabat-sahabatku yang senantiasa bersama dalam suka maupun duka: Bu

Emi, Bu Novi, Bu Ade, Teteh Nurul, Bunda Lastri, Bu Mar, Bu Ade dan

(7)

iii

9. Papah, Mamah, kakak, dan Adikku yang telah berkorban baik moril maupun

materil, memberikan dorongan, dan mendoakan dengan penuh keikhlasan

yang tiada hentinya kepada penulis.

Semoga amal dan budi baik yang telah mereka berikan mendapatkan

imbalan yang setimpal dari Allah swt.

Penulis menyadari, bahwa penyusunan skripsi ini masih jauh dari

sempurna. Oleh karena itu, saran dan kritik yang sifatnya membangun sangat

penulis harapkan demi kesempurnaan skripsi ini.

Penulis berharap, semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca.

Bogor, 26 Agustus 2014

Penulis

(8)

iv LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIDI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR LAMPIRAN ... vii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 4

C. Pembatasan Masalah ... 5

D. Rumusan Masalah ... 5

E. Tujuan Penelitian ... 5

F. Manfaat Penelitian ... 6

G. Metode Penelitian ... 7

BAB II KAJIAN TEORI A. Definisi Sastra dan Karya Sastra ... 10

B. Definisi Novel ... 11

C. Jenis-jenis Novel... 13

D. Unsur-unsur Novel ... 14

1. Unsur Instrinsik ... 14

2. Unsur Ekstrinsik ... 20

E. Definisi Nilai ... 23

1. Jenis-jenis Nilai ... 24

(9)

v

F. Penelitian yang Relevan ... 31

BAB III PROFIL NH. DINI

A. Biografi Nh. Dini ... 33

B. Sinopsis ... 36

BAB IV PENUTUP

A. Analisis Unsur dalam Novel Pertemuan Dua Hati Karya

Nh. Dini ... 39

B. Analisis Temuan Nilai-nilai Pendidikan ... 47

C. Analisis Nilai Pendidikan Beberapa Tokoh ... 74

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ... 76

B. Saran ... 77

DAFTAR PUSTAKA ... 78

LAMPIRAN-LAMPIRAN UJI REFERENSI

(10)
[image:10.595.106.525.161.548.2]

vi

Tabel 1 Rekapitulasi Data Nilai-Nilai Pendidikan

Tabel 2 Nilai Pendidikan Religi

Tabel 3 Nilai Pendidikan Moral

Tabel 4 Nilai Pendidikan Budaya

(11)

vii

Lampiran 1 : Nilai-nilai Pendidikan dalam novel Pertemuan Dua hati Lampiran 2 : Surat Bimbingan Skripsi

Lampiran 3 : Surat Keterangan Ibadah Qiroah

(12)

BAB I

PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang Masalah

Sastra merupakan sebuah ciptaan, sebuah kreasi, bukan

pertama-tama sebuah imitasi. Sang seniman menciptakan sebuah dunia baru,

meneruskan proses penciptaan di dalam semesta alam, bahkan

menyempurnakannya.1

Sastra memiliki arti karangan atau lukisan yang indah. Sastra

berarti segala tulisan atau karangan yang mengandung nilai-nilai kebaikan

yang ditulis dengan bahasa yang indah. Suatu karya baru dapat dikatakan

memiliki nilai sastra apabila di dalamnya terdapat kesepadanan antara

bentuk dan isinya.2

Sastra mengemukakan berbagai peristiwa yang masuk akal dan

harus terjadi berdasarkan tuntutan konsistensi dan logika cerita.3 Sastra

dapat mengemukakan hal-hal yang mungkin terjadi, hal-hal yang bersifat

hakiki dan universal. Sastra dapat mengemukakan ungkapan seseorang

dalam menciptakan sesuatu. Isi dari setiap karya sastra harus saling

mengisi, yaitu dapat menimbulkan kesan yang mendalam di hati para

pembacanya sebagai perwujudan nilai-nilai karya seni. Apabila isi tulisan

cukup baik tetapi cara pengungkapan bahasanya tidak baik, karya tersebut

tidak dapat dikatakan sebagai cipta sastra dan begitupun sebaliknya.

Contoh karya sastra yang sering kita lihat adalah puisi, cerpen, novel, dan

drama. Masing-masing dari karya sastra tersebut memiliki ciri khas dan

isinya pun beragam bergantung pada pembuat karya sastra. Pembuat karya

1

Java Van Luxemburg, Mieke Bal, dan Willem G. Weststeijn, Pengantar Ilmu Sastra, Terjemahan Dick Hartoko, (Jakarta; Gramedia,1982), h. 5.

2Ibid. 3

(13)

sastra menjadikan karya tersebut menjadi karya yang dapat menarik hati

dan minat para pembacanya.

Dalam kehidupan masyarakat, sastra mempunyai beberapa fungsi

yaitu, dapat memberikan hiburan yang menyenangkan bagi penikmat atau

pembacanya karena nila-nilai kebenaran yang terkandung di dalamnya.

Sastra dapat memberikan keindahan bagi pembaca karena sifat

keindahannya, mampu memberikan pengetahuan kepada pembaca

sehingga mengetahui moral yang baik dan buruk, karena sastra yang baik

selalu mengandung moral yang tinggi. Kemudian tidak kalah penting,

sastra mampu memghasilkan karya-karya yang mengandung ajaran agama

yang dapat diteladani para penikmat atau pembaca sastra.

Karya sastra merupakan hasil dari cipta karya manusia. Karya

sastra memiliki nilai estetis apabila dapat memberikan dan menyajikan

sesuatu yang mampu menjadikan karya sastra tersebut sebagai suatu karya

yang indah. Novel merupakan salah satu bentuk karya sastra yang

mencerminkan kehidupan realitas yang tinggi dan psikologi yang

mendalam. Novel merupakan sebuah karya sastra prosa fiksi yang tertulis

dan bersifat naratif.

Pada umumnya sebuah novel bercerita tentang tokoh-tokoh dan

perilaku mereka dalam kehidupan sehari-hari dengan menitikberatkan

pada sisi kehidupan naratif tersebut. Novel Pertemuan Dua Hati karya Nh. Dini yang diterbitkan oleh PT Gramedia Jakarta pada 1986. Novel ini

memberikan kisah insfiratif, dimana kisah dalam novel ini mencerminkan

sisi kehidupan seorang guru sekolah dasar yang selalu memiliki tanggung

jawab besar dalam menjalankan profesinya. Novel ini merupakan salah

satu karya yang mampu menarik hati dan minat pembacanya.

Peneliti memilih novel ini sebagai bahan kajian penilitian proposal,

(14)

yang sangat tinggi. Tapi pada novel ini, pengarang menyajikan alur cerita

yang mampu mengubah suatu hal yang tak mungkin menjadi mungkin.

Nilai merupakan sesuatu yang diharapkan oleh manusia. Nilai juga

merupakan sesuatu yang baik yang diciptakan manusia. Contohnya, semua

manusia mengharapkan keadilan. Keadilan sebagai nilai adalah normatif.

Nilai menjadikan manusia terdorong untuk melakukan tindakan agar

harapan itu terwujud dalam kehidupannya. Nilai diharapkan manusia

sehingga mendorong manusia berbuat atau melakukan sesuatu. Misalnya,

seorang guru berharap siswanya pandai, maka guru itu memerintahkan

siswanya mengerjakan setiap tugas yang diberikan. Kegiatan manusia

pada dasarnya digerakkan atau di dorong oleh nilai.

Nilai pendidikan adalah nilai yang mengandung unsur-unsur

pendidikan yang dapat ditinjau dari berbagai macam nilai-nilai kehidupan.

Diantaranya, nilai religius yaitu nilai yang merupakan nilai sudut pandang

yang mengikat manusia dengan Tuhan pencipta alam dan isinya. Berbicara

tentang hubungan manusia tidak terlepas dari pembahasan agama. Agama

merupakan pegangan hidup bagi manusia. Agama dapat pula bertindak

sebagai pemicu faktor kreatif kedinamisan hidup atau pemberi makna

kehidupan.

Nilai religius bersifat mutlak dan bersumber pada keyakinan

manusia. Melalui agama manusia dapat mempertahankan kebutuhan

masyarakat agar hidup dalam pola kemasyarakatan untuk meraih masa

depan yang lebih baik. Selain nilai religius, nilai pendidikan pun dapat

dilihat dari segi nilai pendidikan moral.

Nilai moral sering disamakan dengan menilai etika, yaitu nilai

yang menjadi ukuran patut/tidaknya manusia bersosialisasi dalam

kehidupan masyarakat. Moral merupakan tingkah laku atau perbuatan

yang dipandang dari nilai individu itu berada. Sikap disiplin termasuk nilai

moral yang tidak hanya dilakukan dalam hal beribadah saja, tetapi dalam

segala hal. Sikap yang penuh dengan kedisiplinan akan menghasilkan

(15)

shalat tepat waktu akan mendapatkan pahala lebih banyak. Demikian juga

disiplin pada pelajaran lainnya dan tanpa memandang siapa yang berperan

dalam melakukan perbuatan disiplin tersebut.

Nilai tercipta secara sosial, bukan secara biologis atau bawaan

sejak lahir. Manusia sebagai makhluk yang bernilai akan memaknai nilai

sebagai sesuatu yang objektif, apabila dia memandang nilai itu ada

meskipun tanpa ada yang menilainya, bahkan memandang nilai telah ada

sebelum adanya manusia sebagai penilai. Baik dan buruk, benar dan salah,

bukan hadir karena hasil persepsi dan penafsiran manusia, tetapi ada

sebagai sesuatu yang ada dan menuntun manusia dalam kehidupannya.

Persoalannya bukan bagaimana seseorang harus menemukan nilai yang

telah ada tersebut tetapi lebih kepada bagaimana menerima dan

mengaplikasikan nilai tersebut dalam kehidupan sehari-hari.

Nilai estetika adalah nilai yang membahas tentang segala sesuatu

yang memiliki unsur keindahan, seperti keindahan dalam arti estetik yang

menyangkut pengalaman seseorang dalam hubungannya dengan sesuatu

yang diserapnya, atau keindahan dalam arti terbatas yang menyangkut

benda-benda yang diserap dengan penglihatan, yakni berupa keindahan

bentuk dan warna, karena nilai keindahan atau nilai estetis bersumber pada

perasaan manusia.

Dalam kajian ini, peneliti akan meneliti sejauh mana nilai-nilai

pendidikan yang ada dalam novel Pertemuan Dua Hati karya Nh. Dini. Dalam novel ini, banyak sekali nilai kehidupan yang mengandung

nilai-nilai positif yang dapat dijadikan pembelajaran hidup.

B.

Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, dapat diuraikan masalah yang dapat di

identifikasi sebagai berikut:

1. Dalam karya sastra khususnya novel terdapat nilai-nilai yang bisa

(16)

2. Nilai-nilai pendidikan dapat digali dari karya sastra khususnya dari

novel.

3. Nilai-nilai pendidikan merupakan suatu yang sangat penting untuk

diajarkan dan ditanamkan dalam diri para siswa, termasuk melalui

karya sastra.

4. Nilai-nilai pendidikan sangat bermanfaat bagi kehidupan seluruh

manusia.

5. Karya sastra memiliki nilai estetis apabila dapat memberikan dan

menyajikan karya sastra tersebut sebagai suatu karya sastra yang indah.

C.

Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka penelitian ini

dibatasi pada nilai-nilai pendidikan dalam novel Pertemuan Dua Hati karya Nh. Dini yang meliputi nilai religi, nilai moral, nilai budaya, nilai

estetika dan nilai sosial.

D.

Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah di atas, dapat dirumuskan penelitian sebagai

berikut; Nilai-nilai pendidikan apa sajakah yang terdapat dalam novel

Pertemuan Dua Hati karya Nh. Dini.

E.

Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, beberapa tujuan yang ingin dicapai

dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Mendeskripsikan nilai-nilai

pendidikan yang terdapat pada novel Pertemuan Dua Hati karya Nh. Dini.

F. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian diharapkan dapat bermanfaat baik secara teoritis maupun

(17)

1. Manfaat Teoritis

a. Manfaat ini diharapkan dapat memberikan sumbangan dalam

mengaplikasikan ilmu pengetahuan khususnya dibidang sastra.

b. Hasil penelitian ini dapat bermanfaat untuk memperkaya

penggunaan teori-teori sastra secara teknik analisis terhadap karya

sastra.

2. Manfaat Praktis

a) Bagi Peneliti

1. Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan

memberikan masukan untuk dapat menciptakan karya sastra

yang lebih baik.

2. Penelitian ini dapat menambah pembelajaran bagaimana

pentingnya meneliti nilai-nilai yang terdapat di dalam suatu

karya sastra khususnya novel Pertemuan Dua Hati karya Nh. Dini ini.

3. Penelitian ini dapat memperkaya wawasan sastra dan

menambah khasanah penelitian sastra Indonesia sehingga

bermanfaat bagi perkembangan sastra Indonesia.

b) Bagi Pembaca Umum

1. Penelitian ini diharapkan dapat menambah minat baca dan

pengetahuan pembaca umum dalam mengapresiasikan

karya sastra.

2. Penelitian ini dapat menjelaskan bagaimana pentingnya

nilai-nilai pendidikan yang terdapat di dalam suatu karya

(18)

G.

Metode Penelitian

Adapun metode penelitian dalam skripsi ini adalah sebagai berikut:

1. Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat yang digunakan dalam penelitian ini tidak terikat pada

suatu tempat karena objek yang dikaji berupa naskah (teks) novel.

Artinya setiap tempat dapat digunakan jika memungkinkan dan

mendukung untuk dilaksanakan penelitian. Waktu yang digunakan

dalam penelitian mulai dari 08 April 2014 sampai dengan 26 Agustus

2014.

2. Sumber Data

Sumber data merupakan tempat ditemukannya data-data yang

akan ditulis. Adapun sumber data dalam penelitian ini berupa sumber

data tertulis yang terdapat pada novel Pertemuan Dua Hati karya Nh. Dini. Sumber data yang diperoleh yaitu berdasarkan cerita atau

analisis tentang novel Pertemuan Dua Hati dan analisis pengarang dengan karya-karyanya.

3. Teknik Pengumpulan Data

Untuk mengumpulkan data, penulis menggunakan teknik

pustaka yaitu dengan menganalisis isi. Pada analisis ini peneliti

kemudian mencatat dokumen-dokumen yang diambil dari data primer

yang berkaitan dengan masalah dan tujuan penelitian. Datanya berupa

novel, maka peneliti mencoba menelaah isi novel. Adapun

langkah-langkah pengumpulan data dalam novel Pertemuan Dua Hati yaitu: a. Membaca secara cermat novel Pertemuan Dua hati karya Nh. Dini, b. Menentukan unsur intrinsik dalam novel Pertemuan Dua Hati, c. Mencatat kalimat yang menggambarkan adanya nilai-nilai

pendidikan dalam novel Pertemuan Dua hati karya Nh. Dini, d. Menganalisis nilai-nilai pendidikan dalam novel Pertemuan dua

Hati karya Nh. Dini.

(19)

Penelitian ini dilakukan melalui berbagai tahapan untuk

mendapatkan kesempurnaan sesuai dengan yang peneliti harapkan.

Maka dari itu, dalam melakukan penelitian ini peneliti menggunakan

bentuk analisis data berupa tabel analisis data dan penggolongan

nilai-nilai pendidikan, terkait dengan kajian terhadap novel yang peneliti

analisis. Kelompok kategori penggolongan nilai-nilai pendidikan dari

novel tersebut di antaranya, nilai religi, nilai moral, nilai sosial dan

nilai budaya yang terdapat pada novel Pertemuan Dua Hati karya Nh. Dini.

Dari pengumpulan data di atas, dapat dijelaskan dalam tabel

[image:19.595.106.523.175.675.2]

analisis sebagai berikut:

Tabel 1

FORMAT ANALISIS DATA NILAI-NILAI PENDIDIKAN NOVEL PERTEMUAN DUA HATI

No Kutipan/Kalimat Hal Nilai-nilai Pendidikan

NR NM NB NE NS

Tabel 2

(20)

NOVEL PERTEMUAN DUA HATI

No Nilai-nilai Pendidikan Cek Halaman Jumlah 1. Nilai Religi

2. Nilai Moral 3. Nilai Budaya 4. Nilai Estetika 5. Nilai Sosial Keterangan:

NR : Nilai Religi

NM : Nilai Moral

NB : Nilai Budaya

NS : Nilai Estetika

NE : Nilai Sosial

Analisis Nilai Religi ...

Analisis Nilai Moral ...

Analisis Nilai Budaya ...

Analisis Nilai Estetika ...

(21)

BAB II

LANDASAN TEORI

A.

Definisi Sastra dan Karya Sastra

Berdasarkan asal-usulnya, istilah kesusastraan berasal dari bahasa sansekerta, yaitu susastra. Su berarti “bagus” atau “indah”, sedangkan sastra bararti “buku", “tulisan”, atau “huruf”. Berdasarkan dua kata itu susastra diartikan sebagai tulisan atau teks yang bagus

atau tulisan yang indah. Istilah tersebut kemudian mengalami

perkembangan. Kesusastraan tidak hanya berupa tulisan. Adapula

yang berbentuk lisan. Karya semacam itu dinamakan sastra lisan. Oleh

karena itu, sekarang kesusastraan meliputi karya lisan dan karya

tulisan dengan ciri khas pada keindahan bahasanya. 1

Mempelajari sifat-sifat teks sastra secara sistematik serta

fungsinya di dalam masyarakat dapat membantu kita untuk mengerti

teks itu dengan lebih baik sehingga kita lebih banyak pengertian untuk

menjadi seorang penggemar sastra, yakni nafsu ingin tahu dan

kesabaran, pengalaman dalam membaca karya-karya sastra dan

pengalaman mengenai hidup itu sendiri. Dalam penelitian yang

bersifat hermeneuitik (menerangkan teks) penafsiran serta penilaian terhadap karya-karya sastra sendiri justru menjadi kancah perhatian.2

Pendek kata pengertian tentang sastra sendiri sering

dimutlakkan dan dijadikan sebuah tolak ukur universal; padahal perlu

diperhatikan kenisbian historik sebagai titik pangkal.3 Sastra adalah

karya tulis yang, jika dibandingkan dengan karya tulis yang lain,

memiliki berbagai ciri keunggulan seperti keorisinilan, keartistikan,

1

E. Kosasih. Apresiasi Sastra Indonesia. (Jakarta: Nobel Edumedia, 2008), h.1.

2

Java Van Luxemburg, Mieke Bal, dan Willem G. Weststeijn, Pengantar Ilmu Sastra, Terjemahan Dick Hartoko, (Jakarta: Grameedia,1982), h. 2.

3

Ibid., h. 4.

(22)

serta keindahan dalam isi dan ungkapannya. Ada tiga aspek yang

harus ada dalam sastra, yaitu keindahan, kejujuran, dan kebenaran.

Kalau ada sastra yang mengorbankan salah satu aspek ini, misalnya

karena alasan komersial, maka sastra itu kurang baik. Sastra pun

terdiri atas tiga jenis, yaitu puisi, prosa dan drama.4

Banyak sudah definisi sastra yang telah dikemukakan oleh para ahli sastra. Pada dasarnya, definisi tersebut mempunyai dasar

pengertian yang sama, meskipun diuraikan dengan kalimat dan bahasa

yang berbeda.5 Secara intuitif, memang siapapun mengetahui apa yang

disebut sastra itu. Namun, deskripsi dari pengertian yang ada pada

pikiran kita itulah yang masih sulit dirumuskan dalam bentuk kalimat

yang tepat. Jika kita mencoba merumuskan definisi sastra berdasarkan

intuisi tersebut biasanya banyak gejala yang luput dari kalimat yang

kita susun. Sebagai contoh, merumuskan kata sastra saja, masih

banyak perbedaan persepsi. Sastra misalnya dalam bahasa sansekerta

berasal dari kata sas yang berarti mengarahkan, memberi petunjuk atau instruksi, sedang tra berarti alat atau sarana.6

Pengertian tentang sastra yang berlaku pada zaman

Romantik tidak merupakan suatu kesatuan. Tidak semua tokoh

Romantik mempunyai pendapat yang sama mengenai sastra. Sekalipun

demikian kita dapat menyebut beberapa ciri yang selalu muncul

kembali.

a. Sastra merupakan sebuah ciptaan, sebuah kreasi, bukan pertama-tama sebuah imitasi. Sang seniman menciptakan sebuah dunia

baru, meneruskan proses penciptaan di dalam semesta alam,

bahkan menyempurnakannya. Sastra terutama merupakan suatu

luapan emosi yang spontan.

4

Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Buku Praktis Bahasa Indonesia Jilid 1, (Jakarta Timur, Cetakan keenam, 2009), h. 159.

5

Zainuddin Fananie, Telaah Sastra, (Surakarta: Muhamadiyah University Press, 2002), h.3.

6

(23)

b. Sastra bersifat otonom, tidak mengacu kepada sesuatu yang lain; sastra tidak bersifat komunikatif. Sang penyair hanya mencari

keselarasan di dalam karyanya sendiri.7

Karya sastra adalah artefak, adalah benda mati, baru

mempunyai makna dan menjadi objek estetik 8 bila diberi arti oleh

manusia pembaca sebagaimana artefak peninggalan manusia purba

mempunyai arti bila diberi makna oleh arkeolog. Seperti telah

dikemukakan bahwa karya sastra sebagai artefak tidak mempunyai

makna tanpa diberi makna oleh pembaca. Disini faktor pembaca

menjadi penting sebagai pemberi makna.

Dalam memberi makna kepada karya sastra itu, tentulah

kritikus (pembaca) tidak hanya semau-maunya melainkan terikat

kepada teks karya sastra sendiri sebagai sistem tanda yang mempunyai

konvensi sendiri berdasarkan kodrat atau hakikat karya sastra. 9

Karya sastra tidak lahir dalam situasi kosong, tidak lepas dari

sejarah sastra. Artinya sebelum karya sastra dicipta, sudah ada karya

sastra yang mendahuluinya. Pengarang tidak begitu saja mencipta,

melainkan ia menerapkan konvensi-konvensi yang sudah ada. Karya

sastra selalu berada dalam ketegangan antara konvensi dan revolusi,

antara yang lama dan yang baru.10 Oleh karena itu, untuk memberi

makna karya sastra, maka prinsip kesejarahan harus diperhatikan.

Definisi-definisi sastra yang ada yang selama ini sering

dijadikan patokan tentang pengertian sastra, umumnya masih bersifat

parsial sehingga belum mampu memberikan gambaran pengertian

sastra secara utuh. Keparsialan definisi tersebut oleh Jan Van

Luxemburg, digolongkan menjadi 4 bagian yang meliputi:

7

Luxemburg. Op. cit., h. 5

8

Ibid., h.191

9

Prof. Dr. Rachmat Djoko Pradopo, Beberapa Teori Sastra, Metode Kritik, dan

Penerapannya, (Yogyakarta: Pustaka Belajar,1995), h. 107.

10

(24)

1. Definisi yang mencakup aspek terlalu banyak, sering lupa antara

definisi deskriptif mengenai sastra itu apa dengan definisi evaluatif

yang berkaitan dengan nilai yang menentukan suatu karya bernilai

tinggi atau tidak;

2. Definisi yang ada merupakan definisi ontologis yaitu definisi yang mengungkapkan hakikat sebuah karya sastra sambil melupakan

bahwa hendaknya didefinisikan di dalam situasi para pemakai atau

pembaca sastra, norma, dan deskripsi sering dicampurbaurkan

sehingga tidak disadari bahwa sementara karya untuk orang ini

termasuk sastra sedang menurut orang lain bukan sastra;

3. Definisi yang terlalu dititikberatkan pada contoh sastra barat khususnya sejak jaman Renaissance, tanpa memperhitungkan sastra di luar jaman tersebut. Padahal di luar kebudayaan sastra

Eropa, banyak dijumpai karya sastra yang berbeda yang

mempunyai kekhasan;

4. Definisi yang hanya berkecenderungan dengan jenis-jenis sastra tertentu sehingga tidak relevan apabila diterapkan pada semua

jenis sastra.11

B.

Definisi Novel

Novel merupakan salah satu hasil karya sastra yang diciptakan

oleh seorang sastrawan. Biasanya novel disebut juga sebuah fiksi atau

karya rekaan hasil imajinasi sastrawan itu sendiri, ada yang hanya

imajinasi atau khayalan. Novel berasal dari novella (yang dalam bahasa Jerman: novelle). Secara harfiah Abrams mengungkapkan novella sebuah barang baru yang kecil, dan kemudian diartikan sebagai cerita pendek dalam bentuk prosa. Istilah novella dan novelle mengandung pengertian yang sama dengan istilah novelet (inggris:

11

(25)

novellet), yang berarti sebuah karya prosa fiksi yang panjang, namun

juga tidak terlalu pendek.12

Dari istilah bahasa Inggris novel dan Prancis roman. Prosa

rekaan yang panjang yang menyuguhkan tokoh-tokoh dan

menampilkan serangkaian peristiwa dan latar secara tersusun. Cerita

rekaan yang melukiskan puncak-puncak peristiwa kehidupan

seseorang, mengenai kejadian-kejadian yang luar biasa dalam

kehidupannya, secara melompat-lompat, dan berpindah-pindah. Dari

berbagai peristiwa itu lahirlah konflik, suatu pertikaian yang

kemudian justru mengubah nasib orang tersebut.13

Novel merupakan sebuah struktur organisme yang kompleks,

unik, dan mengungkapkan sesuatu secara tidak langsung. Hal inilah,

antara lain, yang menyebabkan sulitnya pembaca untuk

menafsirkannya. Untuk itu, diperlukan suatu upaya (boleh dibaca:

kritik) untuk dapat menjelaskannya, dan biasanya, hal itu disertai

bukti-bukti hasil kerja analisis. Dengan demikian, tujuan utama kerja

analisis kesastraan, fiksi, puisi, ataupun yang lain, adalah untuk dapat

memahami secara lebih baik karya sastra yang bersangkutan, di

samping untuk membantu menjelaskan pembaca yang kurang dapat

memahami karya itu. 14

Dari segi panjang cerita, novel (jauh) lebih panjang daripada

cerpen. Oleh karena itu, novel dapat mengemukakan sesuatu secara

bebas, menyajikan sesuatu secara lebih banyak, lebih rinci, lebih detil,

dan lebih banyak melibatkan berbagai permasalahan yang lebih

kompleks.15

12

Burhan Nurgiyantoro, Teori Pengkajian Fiksi, (Bulaksumur, Yogyakarta: Gadjah Mada University Press; 2005), h. 9-10.

13

Perpustakaan Nasional RI, Dewan Direksi, Ensiklopedi Sastra Indonesia,(Bandung: Titian Ilmu;2004), h. 546.

14

Nurgiyantoro,op. cit., h. 31-32.

15

(26)

C.

Jenis-Jenis Novel

Dalam dunia kesusastraan sering ada usaha untuk mencoba

membedakan antara novel serius dengan novel populer. Usaha itu

dibandingkan dengan perbedaan antara novel dengan cerpen, atau

antara novel dengan roman, sungguh tidak lebih mudah dilakukakan,

dan lebih dari itu bersifat riskan. Pada kenyataannya sungguh tidak

mudah untuk menggolongkan sebuah novel ke dalam kategori serius

atau populer.16

Dari kedua jenis novel tersebut dijelaskan sebagai berikut:

a. Novel Serius

Novel serius biasanya berusaha mengungkapkan sesuatu

yang baru dengan cara pengucapan yang baru pula. Singkatnya;

unsur kebaruan diutamakan. Novel serius bersifat mengabdi kepada

selera pembaca, dan memang, pembaca novel jenis ini tidak

(mungkin) banyak. Hal itu tidak perlu dirisaukan benar (walau

tentu saja hal itu tetap saja memprihatinkan). Jumlah novel dan

pembaca serius, walau tidak banyak, akan punya gaung dan

bertahan dari waktu ke waktu. Karena cuma novel serius inilah

yang selama ini banyak dibicarakan pada dunia kritik sastra walau

ada juga kritikus yang secara intensif membahas novel-novel

populer.17

b. Novel Populer

Novel populer adalah novel yang populer pada masanya dan

banyak penggemarnya, khususnya pembaca dikalangan remaja. Ia

menampilkan masalah-masalah yang aktual dan selalu menjaman,

namun hanya sampai pada tingkat permukaan. Novel populer tidak

16Ibid.,

h.17.

17

(27)

menampilkan permasalahan kehidupan secara lebih intens, tidak

berusaha meresapi hakikat kehidupan. Sebab, jika demikian halnya,

novel populer akan menjadi berat, dan berubah menjadi novel

serius dan boleh jadi ditinggalkan oleh pembacanya. Oleh karena

itu, novel populer bersifat artifisial, hanya bersifat sementara, cepat

ketinggalan zaman, dan tidak memaksa orang untuk membacanya

sekali lagi. Ia biasanya, cepat dilupakan orang, apalagi dengan

munculnya novel-novel baru yang lebih populer pada masa

sesudahnya.18

Novel Pertemuan Dua Hati karya Nh. Dini ini bisa disebut novel yang tergolong novel populer, karena novel ini novel yang

populer pada masanya.

D.

Unsur-unsur Novel

Karya sastra seperti halnya novel terbentuk atas unsur-unsur yang

membentuknya, yaitu unsur instrinsik adalah unsur-unsur yang

membentuk utuhnya sebuah novel yang meliputi tema, alur, latar,

tokoh dan penokohan, sudut pandang (point of view), gaya cerita, dan

amanat. Sedangkan unsur ekstrinsik adalah unsur-unsur yang berada

di luar, yang secara tidak langsung dapat mempengaruhi bangunan

suatu karya sastra. Kedua unsur tersebut tidak dapat dipisahkan,

karena saling berkaitan satu sama lainnya. Peneliti akan menjabarkan

masing-masing unsur yang membangun sebuah novel.

1. Unsur Instrinsik

Berbicara mengenai novel maka akan dapat kita ketahui

bahwasannya sebuah novel dibangun oleh beberapa unsur, salah

satunya yaitu unsur intrinsik. Unsur intrinsik adalah unsur-unsur

yang membangun karya sastra itu sendiri. Unsur-unsur inilah yang

18

(28)

menyebabkan karya sastra hadir sebagai karya sastra, unsur-unsur

yang secara faktual akan dijumpai jika orang membaca karya

sastra.19

a. Tema

Kata tema seringkali disamakan dengan pengertian

topi; padahal kedua istilah itu mengandung pengertian yang berbeda. Kata topik berasal dari bahasa Yunani topoi yang berarti tempat. Topik dalam suatu tulisan atau karangan berarti

pokok pembicaraan. Sedangkan tema merupakan tulisan atau karya fiksi. 20

Tema merupakan gagasan pokok atau subject matter yang dikemukakan oleh penyair.21 Tema adalah ide, gagasan,

pandangan hidup pengarang yang melatarbelakangi ciptaan

karya sastra. Karena sastra merupakan refleksi kehidupan

masyarakat.22

Dari kutipan-kutipan di atas dapat disimpulkan

bahwa, tema adalah suatu cerita yang di dalamnya terdapat ide

atau gagasan yang akan disampaikan pengarang lewat cerita

yang disajikannya.

b. Tokoh dan Penokohan

Tokoh cerita adalah orang yang ditampilkan dalam

suatu karya naratif, atau drama, yang oleh pembaca ditafsirkan

memiliki kualitas moral dan cenderung tertentu seperti

yangdiekspresikan dalam ucapan dan apa yang dilakukan

dalam tindakan. Dalam hal ini, khususnya dari pandangan teori

19

Nurgiyantoro, op. cit., h. 23.

20

Prof. M. Atar, Semi. Anatomi Sastra, (Padang: Angkasa Raya), h. 42.

21

Herman J, Waluyo, Teori Apresiasi Sastra,(Jakarta: Erlangga, 1987), h. 106.

22

(29)

resepsi, pembacalah sebenarnya yang memberi arti semuanya.

Untuk kasus kepribadian seorang tokoh, pemahaman itu

dilakukan berdasarkan kata-kata (verbal) dan tingkah laku lain

(nonverbal). Pembedaan antara tokoh yang satu dengan yang

satu dengan yang lain lebih ditentukan oleh kualitas pribadi

daripada dilihat secara fisik.23

Dengan demikian, istilah “penokohan” lebih luas pengertiannya daripada “tokoh” dan “perwatakan” sebab ia sekaligus mencakup masalah siapa tokoh cerita, bagaimana

perwatakan, dan bagaimana penempatan dan pelukisannya

dalam sebuah cerita sehingga sanggup memberikan gambaran

yang jelas kepada pembaca. Tokoh, watak, dan segala emosi

yang dikandungnya itu adalah aspek isi, sedangkan teknik

perwujudannya dalam karya fiksi adalah bentuk. Jadi, dalam

istilah penokohan itu sekaligus terkandung dua aspek: isi dan

bentuk.

c. Alur

Alur termasuk salah satu unsur intrinsik yang

terpenting dalam suatu cerita. Alur ialah konstruksi yang

dibuat pembaca mengenai sebuah deretan peristiwa yang

secara logis dan kronologis saling berkaitan dan yang

diakibatkan atau dialami oleh para pelaku.24 Alur sebuah cerita

dapat disimpulkan dari data yang disajikan dalam teks. Secara

intuitif ini dilakukan oleh seorang murid yang menceritakan

kembali apa yang dibacanya.

Alur merupakan bagian terpenting dalam cerita

fiksi. Alur tersebut membentuk pola sambung sinambung

23

Nurgiyantoro,op. cit., h. 165-166

24

(30)

dalam sebuah peristiwa yang berdasarkan sebab-akibat. Alur

atau plot adalah struktur rangkaian kejadian dalam cerita yang

disusun sebagai sebuah interelasi fungsional yang sekaligus

menandai urutan bagian-bagian dalam keseluruhan fiksi.

Dapat disimpulkan bahwa alur adalah bagian

terpenting dalam cerita fiksi yang dialami para pelaku dalam

suatu rentetan peristiwa.

d. Latar

Latar atau setting yang disebut juga landas tumpu, yang menyaran pada pengertian tempat, hubungan, dan

lingkungan sosial tempat terjadinya peristiwa-peristiwa yang

diceritakan.25 Latar atau tandas tumpu (setting) cerita adalah lingkungan tempat peristiwa terjadi. Termasuk di dalam latar

ini adalah tempat atau ruang yang dapat diamati, seperti di

kampus, di sebuah kapal yang berlayar ke Hongkong, di

kafetaria, di dalam penjara, di sebuah puskesmas dan

sebagainya. Termasuk di dalam unsur latar atau landas tumpu

ini adalah waktu, hari, tahun, musim, atau periode sejarah. 26

Dari definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa latar

adalah tempat peristiwa yang diceritakan oleh sastrawan. Latar

bukan hanya menunjukkan tempat dan waktu saja, namun juga

menceritakan lingkungan sosial tempat terjadinya

peristiwa-peristiwa yang di ceritakan.

e. Sudut Pandang

Sudut pandang, point of view, viewpoint, merupakan salah satu unsur fiksi yang oleh Stanton digolongkan sebagai

25

Nurgiyantoro,op. cit., h. 216.

26

(31)

sarana cerita, literary device. Walaupun demikian, hal itu tidak berarti bahwa perannya dalam fiksi tidak penting. Sudut

pandang haruslah diperhitungkan kehadirannya, bentuknya,

sebab pemilihan sudut pandang akan berpengaruh terhadap

penyajian cerita. Sudut pandang dalam karya fiksi

mempersoalkan; siapa yang menceritakan, atau dari posisi

mana (siapa) peristiwa dan tindakan itu dilihat. Dengan

demikian, pemilihan bentuk pesona yang dipergunakan, di

samping mempengaruhi perkembangan cerita dan masalah

yang diceritakan, juga kebebasan dan keterbatasan, ketajaman,

ketelitian, dan keobjektifan terhadap hal-hal yang

diceritakan.27

Berdasarkan definisi ahli di atas, dapat disimpulkan

bahwa sudut pandang adalah strategi, teknik maupun siasat

yang dikemukakan oleh pengarang dalam menceritakan sebuah

cerita karya fiksinya.

f. Gaya Bahasa

Bahasa adalah seni sastra dapat disamakan dengan

cat dalam seni lukis. Keduanya merupakan unsur bahan, alat,

sarana, yang diolah untuk dijadikan sebuah karya yang

mengandung nilai lebih daripada sekedar bahannya itu sendiri.

Sastra khususnya fiksi, di samping sering diseebut dunia dalam

kemungkinan, juga dikatakan sebagai dunia dalam kata. Hal itu disebabkan “dunia” yang diciptakan, dibangun, ditawarkan, diabstraksikan, dan sekaligus ditafsirkan lewat kata-kata, lewat

bahasa.28

27Ibid

., h. 246-247.

28

(32)

Gaya bahasa dikenal dalam retorika dengan istilah

style. Kata style diturunkan dari kata latin stilus, yaitu semacam alat untuk menulis di atas lempengan lilin. Walaupun

style berasal dari bahasa latin, orang Yunani sudah mengembangkan sendiri teori-teori mengenai style itu. Gaya bahasa atau style dapat dijelaskan sebagai cara mengungkapkan pikiran melalui bahasa secara khas yang

memperlihatkan jiwa dan kepribadian penulis.29 Bahasa dalam

seni sastra disamakan dengan cat dalam seni lukis, keduanya

merupakan unsur suatu bahan, alat, dan sarana yang dapat

diolah untuk dijadikan sebuah karya sastra yang mengandung “nilai lebih” daripada sekedar bahannya itu sendiri. Sastra, khusunya fiksi di samping sering disebut dunia dalam

kemungkinan juga dikatakan sebagai dunia dalam kata. Hal itu

disebabkan “dunia” yang diciptakan, dibangun, ditawarkan,

diabstraksikan, dan sekaligus ditafsirkan lewat kata-kata, lewat

bahasa.30

Dapat disimpulkan bahwa bahasa sastra berbeda

dengan bahasa nonsastra atau bahasa yang biasa digunakan

dalam percakapan sehari-hari. Dimana gaya bahasa adalah cara

pengucapan bahasa pengarang untuk mengungkapkan sesuatu

yang akan di kemukakan melalui cipta hasil karya sastranya.

g. Amanat

Pada dasarnya amanat berisikan ajakan moral yang

hendak disampaikan pengarang kepada pembaca. Amanat juga

salah satu makna yang terkandung dalam sebuah cerita. Moral

dalam karya sastra biasanya mencerminkan pandangan hidup

29

Gorys Keraf, Diksi dan Gaya Bahasa, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2001), h. 112.

30

(33)

pengarang yang bersangkutan, pandangannya tantangan

nilai-nilai kebenaran, dan hal itulah yang ingin disampaikannya kepada pembaca. Moral ini merupakan “petunjuk” yang sengaja diberikan oleh pengarang tentang berbagai hal yang

berhubungan dengan masalah kehidupan, seperti sikap, tingkah

laku, dan sopan santun pergaulan. Moral ini bersifat praktis sebab “petunjuk” itu dapat ditampilkan, atau ditemukan modelnya, dalam kehidupan nyata, sebagaimana model yang

ditampilkan dalam cerita itu lewat sikap dan tingkah laku

tokoh-tokohnya.

2. Unsur Ekstrinsik

Selain unsur instrinsik, sebuah novel dibangun pula

oleh unsur ekstrinsik. Unsur ekstrinsik merupakan segala

sesuatu yang menginspirasikan penulisan karya sastra dan

mempengaruhi karya sastra secara keseluruhan.

Unsur ekstrinsik adalah unsur-unsur yang berada di

luar karya sastra itu, tetapi secara tidak langsung

mempengaruhi bangunan atau sistem organisme karya sastra,

atau secara lebih khusus ia dapat dikatakan sebagai unsur-unsur

yang mempengaruhi bangun cerita sebuah karya sastra, namun

tidak ikut menjadi dan mempengaruhi di dalamnya. 31

a. Unsur Biografi

Penyebab utama lahirnya karya sastra adalah

penciptanya sendiri. Biografi hanya bernilai sejauh

memberi masukan tentang penciptaan karya sastra. Tetapi

biografi dapat juga dinikmati karena mempelajari hidup

pengarang yang jenius, menelusuri perkembangan moral,

31

(34)

mental, dan intelektualnya, yang tentu menarik. Biografi

dapat juga dianggap sebagai studi yang sistematis tentang

psikologi pengarang dan proses kreatif.32

Jadi, unsur biografi dalam sastra ini merupakan

suatu karya sastra yang berasal dari kehidupan pribadi

pengarang yang dibentuk dalam suatu karya sastra melalui

penyaringan terlebih dahulu, agar mendapatkan gambaran

biografi yang jelas dan baik.

b. Unsur Masyarakat

Sastra adalah institusi sosial yang memakai medium

bahasa. Teknik-teknik sastra tradisional seperti simbolisme

dan matra bersifat sosial karena merupakan konvensi dan

norma masyarakat.33 Pengarang adalah seorang warga

masyarakat yang tentunya memiliki pendapat mengenai

masalah-masalah politik dan sosial yang sangat penting dan

mengikuti perkembangan zaman yang sedang terjadi.

Dapat disimpulkan bahwa pendekatan masyarakat

ini, melibatkan sosial, dan politik masyarakat itu sendiri.

Pengarang adalah bagian dari masyarakat dan makhluk

sosial, maka itu membutuhkan satu sama lain dalam suatu

kehidupan masyarakat.

c. Unsur Psikologi

Istilah “psikologi sastra” mempunyai empat

kemungkinan pengertian, yaitu:

32

Rene Wellek&Austin Warren, Teori Kesusastraan, (Jakarta: PT Gramedia, 1989), h. 82.

33

(35)

1) Studi psikologi pengarang sebagai tipe atau sebagai

pribadi

2) Studi proses kreatif

3) Dampak sastra bagi pembaca.34

Berikut penjelasan masing-masing dari istilah

psikologi sastra, di antaranya:

1) Studi psikologi pengarang sebagai tipe atau sebagai

pribadi

Memiliki arti bahwa penyair atau seorang

pengarang adalah pelamun yang diterima oleh

masyarakat. Penyair tidak perlu mengubah

pengertiannya, ia boleh meneruskan dan

mempublikasikan lamunannya.

2) Studi proses kreatif

Studi ini meliputi seluruh tahapan, mulai

dari dorongan bawah sadar yang melahirkan karya

sastra sampai pada perbaikan terakhir yang dilakukan

pengarang. Bagi sejumlah pengarang, bagian akhir ini

yang merupakan tahapan yang paling kreatif.

Setiap pembahasan modern mengenai proses

kreatif pasti menyorot kepada peran alam bawah sadar

pengarang. Pengarang yang sering membicarakan

proses kreatifnya akan lebih suka menyinggung

prosedur teknis yang dilakukan dengan sadar daripada

membicarakan “bakat alam” atau pengalaman yang

34

(36)

menjadi bahan karya, atau karya sebagai cermin atau

prisma dari pribadi mereka.

3) Dampak sastra bagi pembaca

Dampak sastra ini dapat dibagi menjadi dua

bagian yaitu, yang bersifat fositif dan dampak yang

bersifat negatif. Dampak yang bersifat positif

ditunjukkan dengan si pembaca mampu mengambil

hikmah dari sebuah cerita yang dibacanya dan mampu

meniru hal-hal yang positif. Sedangkan dampak yang

bersifat negatif ditunjukkan oleh pembaca dengan

meniru serta mengambil hal-hal atau prilaku yang lebih

tertuju kepada hal yang jelek dalam suatu cerita.

Dari paparan di atas dapat disimpulkan

bahwa kebenaran psikologi merupakan suatu karya seni

mutlak keberadaannya dalam sebuah karya sastra.

E.

Definisi Nilai

Nilai merupakan sesuatu yang berhubungan dan diyakini oleh seseorang atau masyarakat sebagai acuan dalam bertindak.

Nilai bermanfaat bagi kehidupan manusia baik lahir maupun batin

jika difungsikan dengan baik dan benar. Nilai adalah kualitas dari

suatu yang bermanfaat bagi kehidupan manusia, nilai dijadikan

landasan, alasan, atau motivasi dalam bersikap dan bertingkah laku

baik disadari maupun tidak.35 Berdasarkan pendapat Kaelan di atas,

pada prinsipnya nilai adalah kualitas dari suatu yang bermanfaat

dalam kehidupan. Sehingga manusia dapat mengetahui apa yang

seharusnya dilakukan, nilai juga dapat dijadikan landasan serta

motivasi untuk bertingkah laku baik itu secara sadar atau

35

(37)

sebaliknya, jadi dengan adanya sikap seperti ini maka manusia ada

alasan untuk bersikap baik atau buruk terhadap orang lain

tergantung bagaimana manusia itu sendiri yang menjalankannya.

Spranger mengungkapkan, nilai diartikan sebagai suatu tatanan yang dijadikan panduan oleh individu untuk menimbang

dan memilih alternatif keputusan dalam situasi sosial tertentu.

Dengan demikian, nilai merupakan sesuatu yang diyakini

kebenarannya dan mendorong orang untuk mewujudkannya. Nilai

merupakan sesuatu yang memungkinkan individu atau kelompok

sosial untuk membuat keputusan mengenai apa yang dibutuhkan

atau sebagai suatu yang ingin dicapai. Secara dinamis, nilai

dipelajari dari produk sosial dan secara perlahan diinternalisasikan

oleh individu ke dalam dirinya serta diterima sebagai milik

bersama dengan kelompoknya. Nilai merupakan standar

konseptual yang relatif stabil yang secara eksplisit atau implisit

membimbing individu dalam menentukan tujuan yang ingin

dicapai serta aktivitas dalam rangka memenuhi kebutuhan

psikologisnya.36

Jadi kesimpulan yang peneliti bisa ambil bahwa nilai adalah

sesuatu yang penting dan berguna yang dijadikan panduan oleh

individu untuk menimbang dan memilih alternatif keputusan dalam

situasi sosial tertentu.

1. Jenis-jenis Nilai

Nilai dipandang penting oleh setiap orang, namun

pandangan orang tentang nilai tentulah berbeda-beda, itulah

sebabnya nilai memiliki pengertian dan jenis. Nilai

berhubungan erat dengan kegiatan manusia menilai. Menilai

36

(38)

berarti menimbang, yaitu kegiatan manusia menghubungkan

sesuatu dengan sesuatu yang lain, yang selanjutnya diambil

suatu keputusan. Keputusan nilai dapat menyatakan berguna

atau tidak berguna, benar atau tidak benar, baik atau buruk,

manusiawi atau tidak manusiawi, religius atau tidak religius.

Penilaian ini dihubungkan dengan unsur-unsur atau hal-hal

yang ada pada manusia, seperti jasmani, cipta, karsa, rasa dan

keyakinan.

Sesuatu dipandang bernilai karena sesuatu itu

berguna, maka disebut nilai kegunaan, bila benar dipandang

bernilai maka disebut nilai kebenaran, indah dipandang bernilai

maka disebut nilai keindahan (estetis), baik dipandang bernilai

maka disebut nilai moral, religius dipandang bernilai maka

disebut nilai keagamaan.

Jenis-jenis nilai yang dikemukakan oleh

Notonegoro membagi nilai menjadi tiga macam:37

1. Nilai Material, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi

kehidupan jasmani manusia, atau kebutuhan material

ragawi manusia.

2. Nilai Vital, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi manusia

untuk dapat mengadakan kegiatan atau aktivitas.

3. Nilai Kerohanian, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi

rohani manusia. Nilai ini dapat dibedakan atas empat

macam:

a. Nilai kebenaran yang bersumber pada akal (rasio, budi,

cipta) manusia

37

(39)

b. Nilai keindahan atau nilai estetis, yang bersumber pada

unsur perasaan manusia

c. Nilai Kebaikan atau nilai moral, yang bersumber pada

unsur kehendak manusia

d. Nilai religius, yang merupakan nilai kerohanian

tertinggi dan mutlak. Nilai religius ini bersumber pada

kepercayaan atau keyakinan.

Peneliti menyimpulkan bahwa nilai merupakan

landasan penting bagi kehidupan manusia. Nilai membatasi

manusia dalam menilai sesuatu, dan dengan berpedoman

pada nilai- nilai kehidupan, manusia akan dapat terjaga

etika, kesopanan dan sikap dalam hidup bermasyarakat.

2. Definisi Pendidikan

Pendidikan, seperti sifat sasarannya yaitu manusia,

mengandung banyak aspek dan sifatnya sangat kompleks.

Karena sifatnya yang kompleks itu, maka tidak sebuah batasan

pun yang cukup memadai untuk menjelaskan arti pendidikan

secara lengkap.38

Sifat hakikat manusia diartikan sebagai ciri-ciri

karakteristik, yang secara prinsipal (jadi bukan hanya gradual)

membedakan manusia dari hewan. Meskipun antara manusia

dengan hewan banyak kemiripan terutama jika dilihat dari segi

biologisnya.39

Selanjutnya dikatakan pula bahwa, memanusiakan

manusia atau proses humanisasi melihat manusia sebagai suatu

38

Tirtarahardja, Umar, dan S.L. La Sulo. Pengantar Pendidikan Edisi Revisi, (PT Rineka Cipta, 2013), h. 37.

39

(40)

keseluruhan di dalam eksistensinya. Eksistensi ini menurut

penulis adalah menempatkan kedudukan manusia pada

tempatnya yang terhormat dan bermartabat. Kehormatan itu

tentunya tidak lepas dari nilai-nilai luhur yang selalu dipegang

umat manusia.

3. Nilai-nilai Pendidikan

Nilai pendidikan adalah nilai yang dapat

menyiapkan peserta didik dalam peranannya di masa yang akan

datang melalui pengajaran dan latihan. Dengan kata lain,

pendidikan merupakan bagian integral pengajaran itu sendiri.

Adapun macam-macam nilai pendidikan terdiri dari nilai

religius, nilai moral, nilai sosial, nilai budaya dan nilai estetika.

4. Macam-macam Nilai Pendidkan a. Nilai Religius

Nilai-nilai religius bertujuan untuk mendidik agar

manusia lebih baik menurut tuntutan agama dan selalu ingat

kepada Tuhan. Nilai-nilai religius yang terkandung dalam

karya sastra dimaksudkan agar penikmat karya tersebut

mendapatkan renungan-renungan batin dalam kehidupan

yang bersumber pada nilai-nilai agama. Nilai-nilai religius

dalam bersifat individual dan personal.

Agama merupakan kunci sejarah, kita baru dapat

memahami jiwa suatu masyarakat, bila kita memahami

agamanya.40 Kehadiran unsur religius dan keagamaan

dalam sastra adalah sebuah keberadaan sastra itu sendiri.41

Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa

40

Semi. Op. cit., h. 21.

41

(41)

Nilai religius yang merupakan nilai kerohanian tertinggi

dan mutlak bersumber pada kepercayaan aatau keyakinan

manusia.

b. Nilai Moral

Moral merupakan landasan bagaimana manusia

harus bertindak atau berprilaku. Jika manusia tidak

menjalankan landasan tersebut maka terjadilah

perilaku-perilaku yang menyimpang yang tidak diinginkan dalam

kehidupan bermasyarakat.

Moral merupakan ajaran tentang baik buruk yang

diterima umum mengenai perbuatan, sikap, dan kelakuan

mengenai akhlak, budi pekerti, kewajiban, dan

sebagainya.42 Pendapat yang dikemukakan Kenny, bahwa

moral dalam cerita biasanya dimaksudkan sebagai suatu

sarana yang berhubungan dengan ajaran moral tertentu

yang bersifat praktis, dapat diambil (ditafsirkan) lewat

cerita yang bersangkutan oleh pembaca. Moral merupakan

petunjuk yang sengaja diberikan oleh pengarang tentang

berbagai hal yang berhubungan dengan masalah kehidupan,

seperti sikap, tingkah laku, dan sopan santun pergaulan. 43

Nilai moral yang terkandung dalam karya seni

bertujuan untuk mendidik manusia agar mengenal

nilai-nilai apa yang harus dihindari, dan apa yang harus

dikerjakan, sehingga tercipta suatu tatanan hubungan

manusia dalam masyarakat yang dianggap baik, serasi, dan

bermanfaat bagi masyarakat yang dianggap baik.

42

Depdikbud. Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, 1988), h. 592.

43

(42)

Pendapat yang dikemukakan oleh Kenny lebih

berhubungan dengan pembaca karena pengarang sengaja

menghubungkan masalah kehidupan seperti tingkah laku,

sikap, serta kesantunan dalam pergaulan, karena moral

sipatnya praktis, oleh sebab itu moral bisa ditonjolkan atau

ditampilkan dalam cerita lewat tingkah laku para tokoh

secara nyata.

Ada perbedaan antara Kamus Besar Bahasa

Indonesia dan Kenny tentang moral yaitu, dalam KBBI

lebih mengarah kepada bagaimana manusia itu berprilaku

terhadap dirinya sendiri, terhadap orang lain, terhadap

tuhan, serta menekankan manusia sadar dan memahami

supaya tidak terjadi perilaku-perilaku yang menyimpang

dalam menjalani kehidupan. Kenny menyatakan lebih

menghubungkan masalah sikap manusia dalam pergaulan,

karena menurutnya moral itu sifatnya praktis, sehingga

mudah untuk ditiru oleh manusia, tetapi bagaimana

manusia itu sendiri menanggapinya.

Pada dasarnya nilai moral adalah landasan yang

telah disepakati dan dijadikan tolak ukur untuk menetukkan

baik buruk tingkah laku, budi pekerti seseorang. Remaja

dikatakan bermoral jika mereka memiliki kesadaran hal-hal

yang boleh dilakukan atau tidak boleh dilakukan.

Tindakan-tindakan tidak bermoral terjadi ketika orang menghindari

proses menjadi diri sendiri dengan berbagai alasan atau

komitmen untuk membiarkan diri dikuasai dan diarahkan

oleh nilai moral itu sendiri.

Dari pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa

(43)

yang dilakukan secara sadar kepada dirinya, orang lain,

serta kepada Tuhannya supaya tidak terjadi perilaku

menyimpang dalam pergaulan.

c. Nilai Sosial

Kata “sosial” berarti hal-hal yang berkenan dengan masyarakat atau kepentingan umum. Nilai sosial

merupakan hikmah yang dapat diambil dari perilaku sosial

dan tata cara hidup sosial. Perilaku sosial berupa sikap

seseorang terhadap peristiwa yang terjadi di sekitarnya

yang ada hubungannya dengan orang lain, cara berfikir, dan

hubungan sosial bermasyarakat antar individu.

Manusia tidak terlepas dari pengaruh masyarakat,

rumah, sekolah dan lingkungan yang lebih besar dalam

kehidupannya. Oleh karena itu, manusia dikatakan sebagai

makhluk sosial, yaitu makhluk yang di dalam kehidupannya

tidak dapat melepaskan diri dari pengaruh manusia lain.

Manusia dikatakan sebagai makhluk sosial, karena pada diri

manusia ada dorongan untuk berhubungan (interaksi)

dengan orang lain. Ada kebutuhan untuk hidup

berkelompok dengan manusia lain, seperti kebutuhan atau

sikap tolong menolong, kasih sayang, kepedulian sosial,

kepekaan terhadap sesama.

d. Nilai Estetika

Berbicara tentang sastra tidak dapat terlepas dari

berbicara tentang keindahan karena sastra itu adalah salah

(44)

mengandung unsur keindahan. Keindahan adalah persoalan

sulit yang belum dapat dipisahkan. 44

Sastra sebagai suatu karya seni jelas merupakan

hasil ciptaan seniman, karena itu keindahan yang terdapat

padanya bukanlah keindahan alamiah melainkan

merupakan daya cipta dan hasil kreasi.

F.

Penelitian yang Relevan

1. Kori Lovita Dewi dalam penelitiannya yang berjudul “Analisis Nilai Sosial Pada Novel dari Rue Saint Simon ke Jalan Lembang karya Nh. Dini”. Dalam kesimpulannya novel ini menganalisis nilai sosial yang terkandung di

dalamnya yaitu pada novel Rue Saint Simon karya Nh. Dini, novel ini menceritakan keadaan suhu di Eropa selain

itu perbedaan tingkah laku dan pola pikir manusia yang

memang dapat mempengaruhi individu lainnya.

2. Panji Pradana dalam penelitiannya yang berjudul “Kajian Interstektual Dalam Novel Namaku Hiroko karya Nh. Dini”. Dalam kesimpulannya kajian ini dimaksudkan sebagian kajian terhadap sejumlah teks sastra yang

mempunyai bentuk-bentuk hubungan tertentu, misalnya

untuk menemukan adanya hubungan unsur-unsur instrinsik

seperti ide, gagasan, peristiwa, plot, penokohan, gaya

bahasa dan lain sebagainya diantara teks yang dikaji.

3. Nani Frigiawati dalam penelitiannya yang berjudul “Analisis Nilai Moral dalam Novel Pada Sebuah Kapal karya Nh. Dini dan Implikasinya terhadap Pembelajaran Sastra di SMA”. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi nilai moral yang ada dalam novel Pada Sebuah Kapal, yang

44

(45)

terdiri atas hubungan manusia dengan diri sendiri,

hubungan suami dengan istri, hubungan manusia dengan

tuhan. Nilai moral yang dominan digambarkan pengarang

ialah hubungan manusia dengan manusia lain, yaitu

hubungan kasih sayang orang tua dengan anak dan

(46)

33 A. Biografi Nh. Dini

Nh. Dini nama lengkapnya Nurhayati Sri Hardini lahir tanggal 29

Februari 1936 di Semarang, Jawa Tengah. Dia adalah putri bungsu dari

pasangan Salyowijoyo, seorang pegawai perusahaan kereta api, dan

Kusaminah. Nh. Dini berkakak empat orang, yaitu (1) Heratih, (2)

Mohamad Nugroho, (3) Siti Maryam, dan (4) Teguh Asmar. Dari keempat

saudaranya itu yang paling akrab dengan Dini adalah Teguh Asmar karena

keduanya sama-sama seniman. Nh. Dini juga dekat dengan ayahnya yang

telah membimbingnya dalam mencintai seni. Sebelum meninggal, ayahnya

berpesan agar Dini belajar menari dan memukul gamelan yang tujuannya

untuk mendidiknya supaya memahami kelembutan dalam kehidupan.

Itulah sebabnya, mengapa tokoh utama wanita dalam novelnya Pada Sebuah Kapal sangat menonjol kelembutannya. Nh. Dini juga berdarah Bugis, selain Jawa.1

Tahun 1960 Nh. Dini dipersunting seorang diplomat Prancis

bernama Yves Coffin yang pada saat itu sedang bertugas di Indonesia

selama empat tahun. Setelah menikah, mereka pindah ke Jepang. Setahun

kemudian, yaitu tahun 1961 lahir anak pertamanya yang diberi nama

Marie Glaire Lintang. Dari Jepang mereka pindah ke Kamboja tahun

1967 lahir pula anak kedua (laki-laki) bernama Louis Padang di L‟Hay

-„les Roses, Prancis. Akhirnya, mereka menetap di Prancis. Akan tetapi,

rumah tangga pasangan Nh. Dini dan Yves Coffin ini akhirnya setelah

1

(47)

mereka jalani selama kurang lebih dua puluh tahun. Setelah

menyelesaikan urusan perceraiannya, tahun 1980 Nh. Dini kembali ke

tanah air dalam keadaan sakit kanker. Akan tetapi, kini kesehatannya

telah pulih kembali dan aktif menulis sambil memupuk bakat menulis

kepada anak-anak bersama pondok bacanya di desa Kedung Pani,

beberapa kilometer arah barat laut kota Semarang. Pondok baca yang

semula berada di Semarang itu pindah ke Yogyakarta mengikuti

kepindahan Nh. Dini yang kini tinggal di Graha Wredha Mulya 1-A

(2003). Selain itu, ada pula pondok baca cabang Jakarta, dan Kupang

Timur.

Dalam hal keyakinan, Nh. Dini tidak tegas memeluk salah satu

agama, hanya diakuinya bahwa dia pernah mendapat pendidikan agama

Islam Jawa. Kepada anaknya dia juga tidak memaksakan agama apa yang

harus mereka anut walaupun dia mengirim anak-anaknya ke gereja ketika

mereka masih kecil. Dini memberikan kebebasan memilih agama kepada

anaknya, hanya pendidikan tentang budaya yang harus dianut

anak-anaknya dia berikan. Mereka diberi kesempatan untuk mendengarkan

Indonesia, seperti gamelan Jawa, Bali, Sunda, di samping menari.

Dini tidak sempat mengenyam pendidikan di perguruan tinggi

karena ketika usianya tiga belas tahun, ayahnya meninggal dunia. Akan

tetapi, dia sangat haus akan ilmu. Oleh karena itu, setiap ada kesempatan,

dia menyempatkan diri mengikuti pendidikan, seperti mengikuti

pendidikan untuk menjadi pegawai GIA. Di samping itu, dengan

kelincahannya dia juga mengikuti Kursus BI Sejarah dan bahasa asing

pada tahun 1957.

Nh. Dini pernah bekerja sebagai penyiar RRI Semarang. Setelah

lulus pendidikan di GIA, dia bekerja sebagai pramugari di Jakarta

(1957-1960). Akan tetapi, setelah bersuami pada tahun 1960, Dini berhenti dari

(48)

Sebagai sastrawan, Nh. Dini menulis berbagai genre sastra, yaitu

puisi, drama, cerita pendek, dan novel. Akan tetapi, dia sangat terkenal

sebagai novelis. Bakat kepengarangannya terbina sejak kecil, terutama

karena dorongan ayahnya yang selalu menyediakan bacaan bagi putri

bungsunya ini. Dia baru menyadari bahwa bakat menulisnya muncul

ketika gurunya di sekolah mengatakan bahwa tulisannya merupakan yang

terbaik di antara tulisan kawan-kawannya dan tulisannya dijadikan

sebagai contoh tulisan yang baik. Dia memupuk bakatnya dengan selalu

mengisi majalah dinding di sekolahnya. Dia juga menulis esai dan puisi

secara teratur dalam buku hariannya. Tahun 1952 puisi Nh. Dini dimuat

dalam majalah Budaja dan Gadjah Mada di Yogyakarta dan juga dibacakan pada acara “Kuntjup Mekar” di Radio Jakarta. Cerpennya dimuat di dalam majalah Kisah dan Mimbar Indonesia, seperti “Kelahiran” (1956), “Persinggahan” (1957), dan “Hati yang Damai” (1960). Di dalam lembar kebudayaan majalah Siasat dimuat cerita

pendek yang berjudul “Penungguan” (1955), “Pagi Hudjan” (1957),

Pengenalan” (1959), “Sebuah Teluk” (1959), “ Hati yang Damai”

(1959). Dan “Seorang Paman” (1960).

Bakat kesenimanannya tidak terbatas pada karya sastra. Bersama

kakaknya, Teguh Asmar, Nh. Dini mendirikan perkumpulan seni “Kuntjup Seri” yang kegiatannya berlatih karawitan atau gamelan, bermain sandiwara, dan menyanyi, baik lagu-lagu Jawa maupun lagu Indonesia. Di

samping aktif dalam kegiatan itu, Nh. Dini juga masih sempat bekerja

sebagai anggota redaksi ruangan “Kebudayaan” dalam majalah pelajar kota Semarang, Gelora Muda.

Kariernya sebagai sastrawan diawali dengan menulis puisi dalam

buku harian. Selanjutnya, dia aktif menulis drama yang disajikan di RRI

Semarang. Dalam acara lomba drama, cerita pendek juga merupakan

(49)

dalam berbagai media massa. Ada juga cerita pendeknya yang sudah

diterbitkan dalam kumpulan cerita pendek.

Tentang kesusastraannya, A. Teeuw berpendapat dalam bukunya

Sastra Indonesia Modern II, 1989 bahwa Nh. Dini adalah pengarang sastra

prosa Indonesia modern terkemuka. Menurut Teeuw, novel-novelnya

sangat mengesankan, baik jumlah maupun mutunya. Karya-karyanya

dipuji sebagai karya yang menunjukkan jejak-jejak kecenderungan dan

pengalaman internasional sang pengarang, bukan sebagai novelis

pertama-tama. Walaupun demikian, dia hampir tidak terpengaruh oleh penulisan

novel Barat Modern, tetapi berpegang pada pribadinya.2

B. Sinopsis

Bu Suci adalah seorang guru SD yang selalu memiliki tanggung

jawab besar untuk menjalankan profesinya. Pada suatu hari, ia harus

pindah mengajar ke Semarang karena suaminya dipindahtugaskan ke kota

tersebut. Dalam hatinya telah terbayang masa penantian yang lama

sebelum ia mendapatkan tempat mengajar yang baru. Ia membayangkan

bahwa hari-harinya yang dilalui di kota itu akan dirasakan sangat panjang

dan menyiksa. Namun, semua yang dibayangkan itu menjadi sirna ketika

diterima disebuah sekolah dasar yang tidak jauh dari tempat tinggalnya.

Bahkan, ia dipercaya memegang dua kelas sekaligus.

Sejak saat itu Bu Suci menjadi guru disekolah tersebut. Ia

mendapat sambutan yang hangat dari rekan-rekan sesama guru. Ia tidak

mengalami kesulitan dalam beradaptasi dengan lingkungannya yang baru,

sehingga ia dapat melaksanakan tugasnya dengan baik. Pada hari keempat,

Bu Suci baru menyadari bahwa salah seorang muridnya bernama Waskito

tidak pernah masuk sekolah tanpa ada keterangan yang pasti. Tak ada satu

muridpun yang mengetahui alasan ketidakhadiran Waskito. Ketika ia

2Ibid

(50)

menanyakan tentang murid tersebut kepada rekan guru, ia mendapat

jawaban yang tidak memuaskan hatinya. Bahkan, ia diminta untuk tidak

memperdulikan ketidakhadiran Waskito karena kedatangan anak itu

disekolah hanya akan menambah masalah bagi dirinya. Kenakalannya

terkadang melewati batas. Tentu saja sebagai seorang guru, hati Bu Suci

terpanggil untuk

Gambar

Tabel 1    Rekapitulasi Data Nilai-Nilai Pendidikan
Tabel 1 FORMAT ANALISIS DATA NILAI-NILAI PENDIDIKAN
Tabel 1 Rekapitulasi Data
Tabel 2 Nilai Pendidikan Religius
+4

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penelitian ini adalah (1) mendeskripsikan struktur novel Rumah Tanpa Jendela karya Asma Nadia, (2) nilai-nilai pendidikan dalam novel Rumah Tanpa Jendela

Perumusan masalah penelitian ini adalah unsur intrinsik dan nilai-nilai moral apa sajakah yang terdapat dalam novel Catatan Hati Seorang Istri karya Asma

Tokoh ini digambarkan sebagai tokoh yang anatgonis dan protagonis, karena pada novel tersebut tokoh Waskito adalah anak yang labil. Dia jahat, suka memukul,

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan nilai moral tokoh utama yang terkait dengan hati nurani, kebebasan dan tanggung jawab, hak dan kewajiban, serta

Budaya Universitas Sumatera Utara yang telah banyak memberikan ilmu kepada penulis selama mengikuti perkuliahan. Kedua orang tua yang sangat saya sayangi, Ayahanda

Reza Pahlevi (2013) dalam skripsi nya yang berjudul Analisis Tindak Tutur dalam Dialog Film Perempuan Punya Cerita menyimpulkam bahwa setiap tuturan dalam film tersebut

“ Analisis Tindak Tutur dalam Dialog Film Perempuan Punya Cerita ”.. Fakultas Ilmu Budaya, Universitas

Tujuan penelitian ini untuk: (1) mendeskripsikan struktur yang membangun novel Menggapai Matahari karya Adnan Katino, (2) mendeskripsikan nilai-nilai