• Tidak ada hasil yang ditemukan

Upaya meningkatkan kemampuan menulis matematis melalui pendekatan matematika realistik (penelitian tindakan kelas pada siswa kelas III MIN Bantargebang)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Upaya meningkatkan kemampuan menulis matematis melalui pendekatan matematika realistik (penelitian tindakan kelas pada siswa kelas III MIN Bantargebang)"

Copied!
199
0
0

Teks penuh

(1)

(Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas III MIN Bantargebang)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana

Pendidikan

Oleh

Shifa Fauziah

NIM 1110018300035

JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)

SYARIF HIDAYATULLAH

(2)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana

Pendidikan

Oleh

Shifa Fauziah NIM 1110018300035

Di bawah bimbingan

NIP 19670812 199402 1 001

JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

(3)

Siswa Kelas III MIN Bantargebang” disusun oleh Shifa Fauziah, NIM

1110018300035, Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah, Fakultas Ilmu

Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Telah melalui bimbingan dan dinyatakan sah sebagai karya ilmiah yang berhak untuk diujikan pada sidang munaqasah sesuai ketentuan yang ditetapkan oleh pihak fakultas.

Jakarta, 11 Juni 2015

Yang mengesahkan,

Pembimbing

(4)

NIM : 1110018300035

Jurusan/Program Studi : Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah Angkatan Tahun : 2010

Alamat : Komplek Sapta Taruna IV, Blok D no.50 RT 06/ RW 06 Sumur Batu, Bantargebang, Bekasi

MENYATAKAN DENGAN SESUNGGUHNYA

Bahwa skripsi yang berjudul “Upaya Meningkatkan Kemampuan Menulis Matematis Melalui Pendekatan Matematika Realistik: Penelitian

Tindakan Kelas pada Siswa Kelas III MIN Bantargebang” adalah benar hasil

karya sendiri di bawah bimbingan dosen: Nama : Dr. Kadir, M.Pd.

NIP : 19670812 199402 1 001 Dosen Jurusan : Pendidikan Matematika

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan saya siap menerima segala konsekuensi apabila terbukti bahwa skripsi ini bukan hasil karya sendiri.

(5)
(6)

i

Tindakan Kelas pada Siswa Kelas III Madrasah Ibtidaiyah Negeri (MIN)

Bantargebang. Skripsi Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah, Fakultas

Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2015.

Matematika realistik merupakan pendekatan dalam pembelajaran matematika yang menggunakan konteks dunia nyata untuk menjembatani konsep matematika dengan kemampuan pemahaman siswa. Adapun kemampuan menulis matematis merupakan kemampuan untuk mengekspresikan ide-ide matematis ke dalam bentuk tulisan yang benar, runtut dan logis sebagai upaya pencarian solusi atau pemecahan masalah matematis.

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan menulis matematis siswa melalui pendekatan matematika realistik dan untuk meningkatkan aktivitas siswa di dalam pembelajaran tersebut. Penelitian ini dilaksanakan di kelas III MIN Bantargebang pada semester II tahun ajaran 2014/2015. Subjek penelitian ini terdiri dari 35 siswa kelas III MIN Bantargebang.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Desain penelitian tindakan kelas yang digunakan dalam penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas kolaboratif. Ini berarti bahwa penulis berkolaborasi dengan guru matematika kelas III MIN Bantargebang selaku observer dan kolaborator. Penelitian ini dilaksanakan sesuai dengan prosedur penelitian tindakan: perencanaan, pelaksanaan, obervasi dan refleksi. Penelitian ini terdiri dari dua siklus. Siklus pertama terdiri dari empat pertemuan dan siklus kedua tiga pertemuan. Pengumpulan data penelitian ini melalui wawancara, observasi, catatan lapangan dan tes.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi peningkatan kemampuan menulis matematis siswa. Hampir semua siswa secara bertahap meraih skor yang bagus di akhir siklus kedua. Skor kriteria ketuntasan minimal (KKM) dari mata pelajaran matematika ialah 70. Skor rata-rata siswa di siklus I ialah 59,91 dan di siklus II menjadi 70,43. Selain itu, hasil penelitian juga menunjukkan bahwa partisipasi aktif siswa mencapai 55,83% di siklus I dan meningkat menjadi 77,78% di siklus II.

(7)

ii

Classroom Action Research in 3rd Grade of State Islamic Elementary School (MIN) Bantargebang. Scientific paper of Islamic Elementary School Teachers Education at Faculty of Tarbiyah and Teaching’s Science of Syarif Hidayatullah State Islamic University Jakarta, 2015.

Realistic Mathematics was an approach in learning mathematics which using context of real-world to connect mathematical concepts with student’s ability of mathematical concepts understanding. Meanwhile, mathematical writing ability was an ability to express mathematical ideas into mathematical sentences correctly, systematically and logically as an effort to solve mathematical problems.

The purpose of this study was to improve the student’s ability in mathematical writing through realistic mathematics approach and also to improve student’s activity in the learning process. This study was held in the second year of 3rd grade of MIN Bantargebang academic year 2014/2015. The subjects of this study were consisted of 35 student’s 3rd grade of MIN Bantargebang.

The method used in this study was Classroom Action Research (CAR). The classroom action research design applied in this study was a collaborative classroom action research. It meant that the writer collaborated with the Mathematics teacher of 3rd grade of MIN Bantargebang as an observer and collaborator. This study was conducted following procedures of the action research: planning, acting, observing, and reflecting. The study was carried out in two cycles. The 1st cycle consisted of four meetings and the 2nd was three. The data gathering in this study through interview, observation checklist, fieldnotes and tests.

The results of the study showed that there was improvement of the student’s ability in mathematical writing. Most of students gradually gained good scores at the end of the 2nd cycle. The score of Minimum Mastery Criterion of Mathematics lesson was 70 (seventy). The student’s mean score in the 1st cycle was 59,91 and in the 2nd cycle became 70,43. Besides, it also showed that student’s active participation in the 1st cycle gained 55,83% and became 77,78% in the 2ndcycle.

(8)

iii

Segala puji syukur penulis sampaikan ke hadirat Allah Subhaanahu Wa Ta’aala, yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Upaya Meningkatkan Kemampuan Menulis Matematis Melalui Pendekatan Matematika Realistik: Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas III Madrasah Ibtidaiyah Negeri (MIN) Bantargebang. Shalawat dan salam penulis panjatkan kepada Nabi Muhammad Shollallaahu ‘Alaihi Wa sallam, sebagai teladan terbaik bagi umat manusia dan pembawa rahmat bagi seluruh alam.

Penulisan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di bidang pendidikan di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Penulis menyadari bahwa banyak kesulitan dan hambatan yang dialami. Namun, berkat kesungguhan hati, usaha, do’a dan dukungan dari berbagai pihak untuk penyelesaian skripsi ini, semua dapat dilewati. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. H. Ahmad Thib Raya, MA, selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan.

2. Dr. Khalimi, M.Ag, selaku Ketua Jurusan KI/PGMI.

3. Dr. Kadir, M.Pd, selaku dosen pembimbing yang selalu sabar dalam membimbing, mengoreksi, memotivasi, serta memberikan nasihat kepada penulis, selama proses penulisan skripsi ini.

4. Abdul Ghofur, MA, selaku dosen pembimbing akademik yang telah memberikan motivasi dan nasihat dengan bijak.

5. Seluruh Dosen PGMI UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dan dosen-dosen jurusan lainnya yang telah memberikan ilmu pengetahuan dan pengalamannya kepada penulis selama mengikuti perkuliahan. Semoga ilmu yang telah kalian berikan menjadi amal jariyah dan mendapat ganjaran pahala dari Allah SWT. 6. H. Genon, S.Ag, selaku Kepala MIN Bantargebang yang telah memberikan

(9)

iv

8. Teristimewa kepada kedua orang tuaku, Bapak Abdul Azis, M.Si., dan Mama Ida Ratnaningsih atas curahan kasih sayang, nasihat dan do’a untuk penulis dalam setiap fase kehidupan. Satu-satunya kakakku, Dawam Fikri, S.Kep. dan kedua adikku, Riza Sofyan dan Samira Rizkia yang telah memberikan do’a, semangat dan hiburan ketika penulis sedang badmood. Kepada semua sanak saudaraku—yang tidak dapat disebutkan satu-persatu—yang juga mendo’akan dan memotivasi penulis.

9. Teman-teman dekatku, “Miss-miss” Alen, Dini, Dwi, Eva, Mega, Rahmi, dan Yuliyanti, serta kawan-kawan di LDK Syahid, khususnya forkat An-Najm yang telah memberikan banyak motivasi, do’a, bantuan dan saran kepada penulis selama perkuliahan dan penulisan skripsi ini.

10.Teman-teman mahasiswa PGMI 2010 yang telah banyak memberikan dukungan kepada penulis serta pengalaman yang sulit dilupakan selama perkuliahan, khususnya kepada A’Community (Alfi, Fatah, Irfan, Uus, Aila, Miar, Lia, Pela, Tuti, Rama, Asiah, grup “Lusinan” dan rekan-rekan lainnya yang tidak bisa dituliskan satu persatu).

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan di dalam penulisan skripsi ini yang perlu diperbaiki. Oleh karenanya, kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan dalam upaya penyempurnaan. Akhir kata, penulis sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan dan penyusunan skripsi ini.

Wassalaamu’alaikum Warahmatullaahi Wabarakaatuh.

Tangerang, 11 Juni 2015

(10)

v

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR BAGAN ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR DIAGRAM ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Identifikasi Area dan Fokus Penelitian ... 6

C. Pembatasan Fokus Penelitian ... 6

D. Perumusan Masalah Penelitian ... 7

E. Tujuan dan Kegunaan Hasil Penelitian ... 7

BAB II KAJIAN TEORETIK DAN PENGAJUAN KONSEPTUAL INTERVENSI TINDAKAN A. Acuan Teori Area dan Fokus yang Diteliti ... 9

1. Kemampuan Menulis Matematis ... 9

a. Pengertian Kemampuan Menulis ... 9

b. Fungsi Menulis ... 11

c. Tujuan Menulis ... 12

d. Menulis Matematis ... 13

2. Pendekatan Matematika Realistik ... 17

a. Definisi Pendekatan Matematika Realistik ... 17

b. Karakteristik Pendekatan Matematika Realistik ... 19

c. Prinsip-prinsip Pendekatan Matematika Realistik ... 20

(11)

vi BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 29

B. Metode Penelitian dan Rancangan Siklus Penelitian ... 29

1. Metode Penelitian ... 29

2. Rancangan Siklus Penelitian ... 30

C. Subjek Penelitian ... 32

D. Peran dan Posisi Peneliti dalamPenelitian ... 32

E. Tahapan Intervensi Tindakan ... 32

F. Hasil Intervensi Tindakan yang Diharapkan ... 34

G. Data dan Sumber Data ... 34

H. Instrumen Penelitian ... 35

I. Teknik Pengumpulan Data ... 36

J. Teknik Pemeriksaan Keterpercayaan ... 37

K. Analisis Data dan Interpretasi Data ... 41

L. Pengembangan Perencanaan Tindakan ... 43

BAB IV DESKRIPSI, ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data Hasil Intervensi Tindakan ... 44

1. Pelaksanaan Siklus I ... 44

a. Tahap Perencanaan ... 45

b. Tahap Pelaksanaan ... 45

c. Observasi dan Analisis ... 60

d. Refleksi ... 68

2. Pelaksanaan Siklus II ... 70

a. Tahap Perencanaan ... 70

b. Tahap Pelaksanaan ... 70

(12)

vii

C. Pembahasan Temuan Penelitian ... 95

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ... 98 B. Saran ... 99

(13)

viii

Tabel 2.2 Rubrik Kemampuan Menulis Matematis ... 17

Tabel 2.3 Langkah-langkah Pembelajaran Matematika Realistik ... 23

Tabel 3.1 Waktu Penelitian ... 29

Tabel 3.2 Tahapan Intervensi Tindakan ... 33

Tabel 3.3 Klasifikasi Tingkat Reliabilitas ... 40

Tabel 3.4 Klasifikasi Tingkat Kesukaran ... 40

Tabel 3.5 Klasifikasi Daya Pembeda ... 41

Tabel 3.6 Kategorisasi Persetase Hasil Tes ... 42

Tabel 4.1 Distribusi Kelompok Hasil Tes Kemampuan Menulis Matematis Siklus I ... 60

Tabel 4.2 Perolehan Nilai Berdasarkan Dimensi Kemampuan Menulis Matematis Siklus I ... 62

Tabel 4.3 Hasil Observasi Aktivitas Siswa pada Siklus I ... 65

Tabel 4.4 Hasil Refleksi Terhadap Siklus I ... 69

Tabel 4.5 Distribusi Kelompok Hasil Tes Kemampuan Menulis Matematis Siklus II ... 80

Tabel 4.6 Perolehan Nilai Berdasarkan Dimensi Kemampuan Menulis Matematis Siklus II ... 81

Tabel 4.7 Hasil Observasi Aktivitas Siswa pada Siklus II ... 85

Tabel 4.8 Rekapitulasi Hasil Tes Kemampuan Menulis Matematis ... 88

Tabel 4.9 Persentase Kemampuan Menulis Matematis Siswa Perdimensi ... 91

(14)

ix

(15)

x

Gambar 4.1 Jawaban Siswa pada LKS 1 (sesi 1) ... 48

Gambar 4.2 Siswa menyelesaikan masalah kontekstual menggunakan benda nyata ... 51

Gambar 4.3 Jawaban Siswa pada LKS 1 (sesi 2) ... 52

Gambar 4.4 Jawaban Siswa pada LKS 2 ... 54

Gambar 4.5 Jawaban Siswa pada LKS 3 ... 57

Gambar 4.6 Suasana Kelas Ketika Tes Akhir Siklus I ... 59

Gambar 4.7 Jawaban Siswa pada Dimensi Ketepatan... 63

Gambar 4.8 Jawaban Siswa pada Dimensi Penggunaan Istilah Matematis .. 64

Gambar 4.9 Jawaban Siswa pada Dimensi Penjelasan Berpikir Matematis . 64 Gambar 4.10 Siswa sedang Menyelesaikan Masalah Kontekstual ... 72

Gambar 4.11 Jawaban Siswa pada LKS 4 ... 73

Gambar 4.12 Jawaban Siswa pada LKS 5 ... 75

Gambar 4.13 Siswa sedang Menyelesaikan Masalah Kontekstual ... 76

Gambar 4.14 Jawaban Siswa pada LKS 6 ... 77

Gambar 4.15 Suasana Kelas Ketika Tes Akhir Siklus II ... 79

Gambar 4.16 Jawaban Siswa pada Dimensi Ketepatan... 82

Gambar 4.17 Jawaban Siswa pada Dimensi Penggunaan Istilah Matematis .. 83

(16)

xi

Diagram 4.2 Histogram dan Poligon Hasil Tes Kemampuan Menulis

Matematis Siklus II ... 80

Diagram 4.3 Perolehan Rata-rata Skor Kemampuan Menulis Matematis Siswa

Siklus I dan II ... 89

Diagram 4.4 Persentase Kemampuan Menulis Matematis Siswa Perdimensi..92

Diagram 4.5 Histogram dan Poligon Hasil Observasi Aktivitas Siswa pada

(17)

xii

Lampiran 2 Lembar Kerja Siswa ... 121

Lampiran 3 Kisi-Kisi Instrumen Tes Kemampuan Menulis Matematis ... 131

Lampiran 4 Pedoman Penskoran Tes Kemampuan Menulis Matematis ... 135

Lampiran 5 Lembar Tes Kemampuan Menulis Matematis ... 138

Lampiran 6 Pedoman Jawaban Tes Kemampuan Menulis Matematis ... 142

Lampiran 7 Lembar Observasi Aktivitas Siswa ... 144

Lampiran 8 Lembar Pedoman Wawancara Guru ... 151

Lampiran 9 Lembar Pedoman Wawancara Siswa ... 152

Lampiran 10 Penghitungan Uji Validitas, Reliabilitas, Taraf Kesukarandan Daya Pembeda ... 153

Lampiran 11 Penghitungan Daftar Distribusi Frekuensi Hasil Tes Kemampuan Menulis Matematis ... 157

Lampiran 12 Penghitungan Skor Tes Kemampuan Menulis Matematis Siswa ... 161

Lampiran 13 Penghitungan Hasil Lembar Observasi Siswa ... 163

Lampiran 14 Transkrip Hasil Wawancara Guru ... 164

Lampiran 15 Transkrip Hasil Wawancara Siswa ... 168

Lampiran 16 Catatan Lapangan ... 171

Lampiran 17 Lembar Uji Referensi ... 173

Lampiran 18 Surat Bimbingan Skripsi ... 178

Lampiran 19 Profil Sekolah ... 179

Lampiran 20 Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian ... 181

(18)

1

A.

Latar Belakang Masalah

Bangsa Indonesia menyadari bahwa pendidikan mempunyai peran yang sangat strategis untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Hal tersebut diperjelas dalam Undang-undang RI tentang Sisdiknas nomor 20 Tahun 2003 Bab II (tentang dasar, fungsi dan tujuan) Pasal 3 yang berbunyi:

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.1

Maka, berbagai upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas manusia melalui pendidikan sudah seharusnya mendapat perhatian khusus dari para pemangku kepentingan, mulai dari pemerintah melalui kementrian pendidikan dan

kebudayaan, orangtua−sebagai “sekolah pertama” bagi anak, para pendidik dan

pengajar, hingga masyarakat. Jika semua pihak tersebut menjalankan peran dan fungsinya dengan baik dan saling bersinergi dalam mendidik generasi muda maka bukan tidak mungkin akan melahirkan generasi muda yang karakteristiknya sesuai dengan kriteria yang termaktub dalam UU Sisdiknas No.20 pasal 3 tersebut.

Pendidikan di Indonesia masih tergolong masih rendah jika dibandingkan dengan negara-negara Asia Tenggara lainnya, seperti Malaysia. Hal ini berdasarkan hasil survei yang sudah dirilis oleh TIMSS tahun 2011 lalu, terkait kemampuan rata-rata siswa di bidang matematika. Hasil survei tersebut menunjukkan bahwa dari 42 negara partisipan, kemampuan matematika siswa di Indonesia menduduki peringkat 38, dengan pencapaian skor hanya sebesar 386 poin, kalah oleh Malaysia yang meraih skor 440. Padahal, skor ideal yang

1

(19)

ditetapkan oleh TIMSS untuk kedua bidang itu sebesar 500 poin.2 Tentunya fakta tersebut memprihatinkan bagi dunia pendidikan tanah air, karena pada dasarnya matematika adalah ilmu yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan sehari-hari.

Dalam Lampiran Permendiknas Nomor 20 tahun 2006 tentang Standar Isi dikemukakan bahwa pembelajaran matematika di sekolah bertujuan supaya siswa memiliki beberapa kemampuan sebagai berikut: 1) memahami konsep matematika; 2) menggunakan penalaran pada pola dan sifat; 3) memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah dan merancang model matematika; 4) mengkomunikasikan gagasan; dan 5) memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan.3 Jika diperhatikan, bisa kita katakan bahwa sebenarnya pendidikan matematika di Indonesia telah memperhatikan pengembangan kemampuan komunikasi matematis. Hal ini dapat kita lihat pada tujuan ketiga dan keempat. Namun sayangnya, banyak guru yang cenderung masih kurang memperhatikan tujuan-tujuan tersebut.

Terkait komunikasi, matematika dapat dikatakan sebagai bahasa karena mampu menyampaikan gagasan antar-manusia dengan menggunakan angka dan simbol yang khas dan memiliki aturan-aturan penulisan tertentu. Dalam kegiatan pembelajaran matematika, pengungkapan gagasan matematis akan mudah disampaikan dengan menggunakan bahasa matematis. Dengan demikian, akan terciptalah suatu komunikasi yang matematis. Selanjutnya, Baroody (1993: 2-99) menyatakan bahwa ada lima aspek dalam kegiatan komunikasi, yaitu merepresentasi (representing), mendengar (listening), membaca (reading), berdiskusi (discussing), dan menulis (writing).4 Jadi, dapat disimpullkan bahwa menulis merupakan salah satu aspek dari komunikasi, terrmasuk dalam komunikasi matematis.

2

Overview TIMSS and PIRLS 2011 Achievement.pdf. http://timssandpirls.bc.edu./data-release-2011. Diakses pada 10 Mei 2014 pukul 06:38.

3

Standar Isi untuk satuan Pendidikan Dasar dan Menengah: Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar SD/MI, (Jakarta: Badan Standar Nasional Pendidikan, 2006), h.148.

4

(20)

Kegiatan menulis matematis merupakan proses yang tidak dapat dipisahkan dalam pembelajaran matematika. Sekalipun seseorang mampu melakukan operasi matematis yang hanya direpresentasikan secara internal (melalui aktivitas berpikir), namun untuk mencapai kemampuan pemecahan masalah matematis sampai pada level itu, tentunya tidak lepas dari kegiatan menulis matematis. Ketika orang tersebut diminta untuk mengkomunikasikannya kepada orang lain, atau ketika melakukan pembuktian atau pengecekan ulang atas perhitungannya maka disaat itulah kemampuan menulis matematis yang baik dibutuhkan. Karenanya, kemampuan menulis matematis harus diajarkan sejak di jenjang pendidikan dasar.

Sayangnya, hal tersebut tidak sesuai dengan fakta yang penulis temukan di MIN Bantargebang. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara pra-penelitian yang peneliti lakukan terhadap guru dan siswa kelas III pada Desember 2014, terkuak bahwa siswa mengalami kesulitan dalam memahami konsep matematika. Guru matematika mengakui bahwa penggunaan strategi pembelajaran matematika di kelas masih minim, termasuk pendekatan dalam pembelajaran. Padahal pendekatan pembelajaran yang tepat akan membuat proses pembelajaran lebih efektif dan tujuan pembelajaran tercapai. Kondisi siswa kelas III cenderung pasif, hanya menerima informasi dari guru. Dalam proses pembelajaran hanya ada beberapa siswa saja yang bertanya kepada guru, bahkan beberapa siswa memilih untuk tidak mengerjakan soal yang diberikan oleh guru jika mereka tidak paham. Saat diwawancara, siswa mengatakan bahwa matematika adalah pelajaran yang sulit. Selain itu, pembelajaran matematika yang berlangsung ternyata masih terpusat pada guru dan berlangsung secara konvensional.

(21)

menggunakan alat peraga dan minim media pembelajaran lainnya. Hal tersebut tentu menambah kesulitan siswa dalam memahami konsep-konsep matematika. Wajar saja, karena seperti yang diungkapkan Piaget, tingkat kognisi anak-anak usia sekolah dasar (7-11 tahun) masih berada dalam tahap pemikiran pra-operasional/konkret-operasional, yaitu masa di mana aktivitas mental anak terfokus pada objek-objek yang nyata atau pada berbagai kejadian yang pernah dialaminya.5

Pembelajaran konvensional tersebut membuat siswa bergantung kepada guru, sehingga setiap memulai mengerjakan soal, pasti selalu bertanya terlebih dahulu sebelum mencoba. Jika soal yang diberikan kepada siswa diubah sedikit konteks kalimat atau model pertanyaannya maka siswa langsung kebingungan dan tidak mau mengerjakannya. Ini mengindikasikan bahwa pemahaman konsep matematika siswa masih rendah.

Berdasarkan wawancara dengan guru matematika kelas III, dalam pembelajaran aspek menulis matematis tidak ditekankan, baik dalam mencatat maupun dalam mengerjakan soal. Siswa tidak terbiasa mengerjakan soal esai yang dapat memaksa mereka untuk menuliskan ide-ide yang muncul dalam pikiran mereka, sehingga mereka tidak terbiasa mengeksplorasi ide-ide dan mengasah kemampuan menulis matematisnya. Dalam penyelesaian soal, sering ditemukan siswa menuliskan simbol atau bahasa matematika yang kurang tepat. Padahal guru tersebut mengakui bahwa penulisan yang salah akan menimbulkan persepsi yang salah sehingga pemahaman konsep siswapun menjadi rendah. Akan tetapi aspek tersebut diabaikan begitu saja.

Hal yang terlihat sepele ini dapat menimbulkan masalah serius jika dibiarkan. Pasalnya, menulis matematis merupakan sarana penanaman sekaligus sebagai refleksi dari pemahaman konsep seseorang dikarenakan tulisan adalah salah satu bentuk representasi bahasa yang digunakan dalam penyampaian suatu informasi. Jika terdapat penulisan yang salah maka akan menimbulkan kesalahan pembaca dalam menerima informasi yang seharusnya. Jadi, diperlukan strategi

5

(22)

atau pendekatan dalam pembelajaran matematika yang dapat membantu siswa memahami konsep-konsep dasar matematika, mengasah kemampuan menulis matematis serta meningkatkan aktivitas siswa. Salah satu pendekatan sederhana dalam pembelajaran matematika di Indonesia adalah pendekatan matematika realistik Indonesia atau yang biasa disingkat PMRI.

Berdasarkan studi pustaka yang telah penulis lakukan, pendekatan Matematika Realistik (PMR)− yang merupakan adaptasi dari pendekatan Realistic Mathematic of Education (RME)−adalah salah satu pendekatan dalam pembelajaran matematika yang dapat meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa (Anisa, 2014). RME sendiri pertama kali diperkenalkan dan dikembangkan di Belanda sekiar tahun 1970 oleh Institut Freudenthal. Pendekatan pembelajaran ini berorientasi pada pendapat Hans Freudenthal yang mengatakan bahwa matematika merupakan aktivitas manusia. Jadi, matematika bukanlah suatu “produk jadi” yang diajarkan guru melainkan proses yang harus dialami siswa.

Selain itu, menurut Badan Standar Nasional Pendidikan, “...dalam setiap

kesempatan, pembelajaran matematika hendaknya dimulai dengan pengenalan

masalah yang sesuai dengan situasi (contextual problem). Dengan mengajukan

masalah kontekstual, peserta didik secara bertahap dibimbing untuk menguasai

konsep matematika”.6 Jadi, dengan menerapkan pembelajaran matematika

berbasis pendekatan matematika realistik −yang dapat memfasilitasi siswa dalam

menguasai konsep matematika−diharapkan juga dapat memfasilitasi upaya untuk

meningkatkan kemampuan menulis matematis siswa.

Berdasarkan pemaparan di atas, penulis menduga bahwa dengan menerapkan pendekatan Matematika Realistik, kemampuan menulis matematis siswa dapat ditingkatkan. Hal tersebut yang mendorong penulis untuk melakukan penelitian yang berjudul “Upaya Meningkatkan Kemampuan Menulis Matematis Melalui Pendekatan Matematika Realistik: Penelitian Tindakan

Kelas pada Siswa Kelas III MIN Bantargebang”.

6

(23)

B.

Identifikasi Area dan Fokus Penelitian

Beberapa permasalahan yang ditemukan berdasarkan latar belakang pada penelitian ini adalah:

1. Masih banyak siswa yang beranggapan bahwa matematika adalah mata pelajaran yang sulit.

2. Siswa bersikap pasif dalam pembelajaran.

3. Siswa mengalami kesulitan dalam memahami konsep matematika.

4. Pembelajaran masih teacher centric dan konvensional yakni langsung memperkenalkan konsep pada tataran formal, sehingga pembelajaran minim strategi.

5. Rendahnya kemampuan menulis matematis siswa.

Adapun fokus penelitian ini adalah upaya untuk meningkatkan kemampuan menulis matematis siswa kelas tiga di MIN Bantargebang dengan menerapkan pendekatan matematika realistik.

C.

Pembatasan Fokus Penelitian

Melihat banyaknya permasalahan yang muncul dalam identifikasi masalah, peneliti dalam hal ini perlu membatasi masalah-masalah yang akan diteliti pada masalah rendahnya kemampuan menulis matematis. Untuk mengatasinya akan diterapkan pendekatan Matematika Realistik (PMR), dan untuk membatasi masalah yang begitu luas dapat dibuat pembatasan masalah sebagai berikut:

1. Pendekatan Matematika Realistik, sebagai pendekatan dalam pembelajaran matematika dibatasi untuk meningkatkan kemampuan menulis matematis siswa. Selain itu, mengacu pada fokus Matematika Realistik dalam penggunaan suatu situasi yang bisa dibayangkan oleh siswa. Jadi, tidak harus selalu menggunakan alat peraga/benda nyata.

(24)

kejelasan penulisan atau penjelasan dari berpikir matematis, penggunaan istilah matematis dan ketepatan dalam perhitungannya.

3. Materi ajar dibatasi pada kelas III semester II, yakni pokok bahasan “Pecahan”.

D.

Perumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan uraian identifikasi area dan fokus penelitian di atas, maka masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini dapat dirumuskan menjadi:

1. Bagaimanakah Pendekatan Matematika Realistik dapat meningkatkan kemampuan menulis matematis siswa kelas III di MIN Bantargebang? 2. Bagaimanakah aktivitas siswa kelas III MIN Bantargebang dalam

pembelajaran matematika dengan pendekatan Matematika Realistik?

E.

Tujuan dan Kegunaan Hasil Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan peningkatan kemampuan menulis matematis dan aktivitas siswa kelas III (tiga) MIN Bantargebang selama pembelajaran matematika berbasis pendekatan matematika realistik.

Adapun kegunaannya, antara lain sebagai berikut: 1. Bagi siswa:

a. Dapat meningkatkan kemampuan menulis matematis siswa.

b. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk aktif mengembangkan kemampuan komunikasi matematis lainnya.

c. Meningkatkan aktivitas siswa dalam pembelajaran matematika. 2. Bagi guru:

a. Dapat membantu guru dalam menyusun rencana pembelajaran matematika yang dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa.

(25)

3. Bagi sekolah:

a. Penelitian ini dapat memberikan kontribusi pemikiran dalam pengembangan pembelajaran matematika, khususnya terkait dengan penerapan pendekatan pembelajaran yang sesuai dengan perkembangan psikologis siswa.

b. Diharapkan mampu meningkatkan kualitas lulusan. c. Meningkatkan kredibilitas sekolah yang bersangkutan. 4. Bagi Peneliti:

a. Sebagai lahan praktik untuk menerapkan berbagai teori kependidikan dan keguruan yang telah diperoleh selama belajar di bangku perkuliahan.

b. Menjadi bekal pengalaman dalam menerapkan salah satu pendekatan matematika untuk diterapkan dalam kegiatan pembelajaran yang lebih realistis, ketika sudah terjun ke masyarakat kelak.

5. Bagi Pembaca:

a. Dapat dijadikan bahan kajian dan bahan referensi dalam rangka diadakannya penelitian lebih lanjut

(26)

9

A.

Acuan Teori Area dan Fokus yang Diteliti

1. Kemampuan Menulis Matematis

a. Pengertian Kemampuan Menulis

Setiap makhluk hidup terlahir dengan kemampuan yang khas dan bervariasi, terutama antara jenis yang satu dengan yang lain. Begitupun manusia, setiap individu yang lahir telah dianugerahi dengan potensi berupa bakat dan kemampuan yang berbeda-beda. Bakat dan kemampuan itu dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti kondisi fisik dan kecerdasan (yang berasal dari genetik), serta kekuatan dan keterampilan yang merupakan faktor lingkungan (sebagai akibat dari pengalaman, kebiasaan, latihan, dsb.). Demikian halnya dengan kemampuan menulis, merupakan hasil dari pengajaran dan latihan yang dilakukan seseorang.

Menurut Urquhart, “writing is the ability to compose text effectively for different purposes and audiences” (menulis merupakan kemampuan untuk menyusun teks secara efektif bagi tujuan dan audiens yang berbeda).1 Adapun keterampilan menulis merupakan salah satu dari keterampilan berbahasa yang dikuasai seseorang sesudah menguasai keterampilan menyimak, berbicara dan membaca. Oleh karena itu, menulis merupakan keterampilan yang sukar dan kompleks.2

Menulis sering diidentikkan dengan ungkapan the silent activity (aktivitas hening). Hal ini dikarenakan, banyak orang yang lebih sering melakukan aktivitas menulis dalam keadaan atau suasana yang relatif hening, tidak banyak kebisingan. Tentu saja ada beberapa alasan yang melatarbelakangi hal itu. Biasanya,

1

Vicki Urquhart, Using Writing in Mathematics to Deepen Student Learning, (Colorado: McREL, 2009), h. 3.

2

(27)

alasannya ialah karena orang tersebut memang terbiasa dengan suasana hening dalam menjalani rutinitasnya atau karena orang tersebut merasa lebih bisa berkonsentrasi mencurahkan berbagai idenya ketika menulis jika dalam situasi hening.

Terkait menulis, ada berbagai pendapat dari beberapa ahli mengenai pengertian menulis, yakni sebagai berikut:

1) Menulis adalah membuat huruf (angka,dsb) dengan pena, melahirkan pikiran dan perasaan (seperti mengarang, membuat surat) dengan tulisan; mengarang di majalah, mengarang roman (cerita, membuat surat).

2) Menulis adalah menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa, yang dipahami oleh seseorang, sehingga orang lain dapat membaca lambang-lambang grafik tersebut kalau mereka memahami bahasa gambar itu.

3) Menulis adalah kegiatan melahirkan pikiran dan perasaan dengan tulisan. Dapat juga diartikan bahwa menulis adalah berkomunikasi mengungkapkan pikiran, perasaan, dan kehendak kepada orang lain secara tertulis.

4) Robert Lado mengatakan bahwa: “to write is to put down the graphic symbols that represent a language one understands, so that other can read these graphic representation”. Menulis adalah menempatkan simbol-simbol grafis yang menggambarkan suatu bahasa yang dimengerti oleh seseorang, kemudian dapat dibaca oleh orang lain yang memahami bahasa tersebut beserta simbol-simbol grafisnya. 3

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa menulis adalah kemampuan seseorang dalam melukiskan lambang-lambang grafik untuk menyampaikan ide atau gagasan yang dapat dimengerti oleh orang lain.4 Selain itu, dapat disimpulkan bahwa menulis adalah salah satu keterampilan berbahasa yang digunakan sebagai alat komunikasi secara tidak langsung antara penulis dengan pembaca dalam ragam bahasa tulis (tulisan).

3

Novi Resmini dan Dadan Juanda, Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di Kelas Tinggi, Edisi Kesatu, (Bandung: UPI Press, 2007), h.115.

4

(28)

b. Fungsi Menulis

Menulis merupakan salah satu dari empat keterampilan berbahasa, selain membaca, menyimak, dan berbicara. Dalam kegiatan berbahasa, menulis memiliki fungsi utama yaitu sebagai alat komunikasi secara tertulis dan tidak langsung. Selain dapat membantu memperjelas pikiran-pikiran si penulis, menulis juga memiliki fungsi lain, yakni sebagai berikut:

1) Fungsi Penataan

Ketika menulis terjadi penataan terhadap gagasan, pikiran pendapat, imajinasi dan yang lainnya, serta terhadap penggunaan bahasa untuk mewujudkannya. Oleh karena itu, pikiran dan lainnya mempunyai wujud yang tersusun.

2) Fungsi Pengawetan

Mengarang mempunyai fungsi untuk mengawetkan pengutaraan sesuatu dalam wujud dokumen tertulis. Dokumen sangat berharga, misalnya untuk mengungkapkan kehidupan pada zaman dahulu.

3) Fungsi Penciptaan

Dengan mengarang, kita menciptakan atau mewujudkan sesuatu yang baru. Karangan sastra menunjukkan fungsi demikian. Begitu pula karangan fisafat dan keilmuan, ada yang menunjukkan fungsi penciptaan.

4) Fungsi Penyampaian

Penyampaian itu terjadi bukan saja kepada orang yang berdekatan tempatnya, melainkan juga kepada orang yang berjauhan. Malahan penyampaian itu dapat terjadi pada masa yang berlainan, misalnya surat wasiat.5

Dengan demikian, fungsi menulis itu bukan hanya untuk berkomunikasi secara tertulis atau tidak langsung saja, melainkan juga berfungsi sebagai penataan, pengawetan, penciptaan dan penyampaian. Jika dikaitkan dengan fungsi menulis matematis maka aktivitas menulis dalam kelas matematika tidak hanya berfungsi sebagai pengawetan/dokumentasi, melainkan juga berfungsi sebagai penataan dan penciptaan dan penyampaian berbagai gagasan matematis. Hal ini seperti yang dinyatakan Urquhart dalam prolog jurnalnya, seperti berikut:

“… When many of us reflect on our own school experiences, we recall writing in English and history classes, but not in mathematics. Math

5

(29)

classes previously relied on skill building and conceptual understanding activities. Today, teachers are realizing that writing during a math lesson is more than just a way to document informations; it is a way to deepen student learning and a tool for helping students gain new perspectives”.6

c. Tujuan Menulis

Kemampuan menulis merupakan kemampuan berbahasa yang bersifat produktif. Artinya, kemampuan menulis itu merupakan kemampuan yang menghasilkan; dalam hal ini, menghasilkan tulisan. Menulis di sini merupakan kegiatan yang memerlukan kemampuan yang bersifat kompleks. Kemampuan yang diperlukan antara lain kemampuan berpikir secara teratur dan logis, kemampuan mengungkapkan pikiran atau gagasan secara jelas, dengan menggunakan bahasa yang efektif. Setiap penulis dituntut untuk mampu mengekspresikan gagasan-gagasannya ke dalam bentuk tulisan yang bisa dipahami oleh orang lain.

Seseorang melakukan aktivitas menulis pasti memiliki tujuan atau alasan yang melatarbelakanginya. Sehubungan dengan “tujuan” penulisan tersebut, Hugo Hartig merangkumkannya sebagai berikut:

1) Assignment Purpose (tujuan penugasan)

Artinya, penulis menulis bukan atas dasar kemauan sendiri, melainkan karena ada unsur paksaan, yakni memenuhi tugas.

2) Altruistic Purpose (tujuan altruistik)

Penulis bertujuan menyenangkan pembaca, ingin menolong pembaca memahami, menghargai perasaan dan penalarannya.

3) Persuasive Purpose (tujuan persuasif)

Tulisan yang bertujuan meyakinkan para pembaca akan kebenaran gagasan yang diutarakan.

4) Informational Purpose (tujuan informasi)

Tulisan yang bertujuan memberikan informasi atau keterangan/ penerangan kepada pembaca

5) Self-expressive Purpose (tujuan mengekspresikan diri)

Tulisan yang bertujuan memperkenalkan atau menyatakan diri sang pengarang kepada pembaca.

6) Creative Purpose (tujuan kreatif)

Tulisan ini bertujuan mencapai nilai-nilai artistik dan nilai-nilai kesenian.

6

(30)

7) Problem-solving Purpose (tujuan pemecahan masalah) Tulisan ini bertujuan memecahkan masalah yang dihadapi.7

Berdasarkan beberapa macam tujuan di atas, dapat dikatakan bahwa tujuan menulis matematis bisa termasuk ke dalam beberapa tujuan sekaligus, misalnya tujuan pemecahan masalah, kreatif dan atau mengekspresikan diri.

d. Menulis Matematis

Menuliskan ide matematika adalah menugaskan kepada siswa untuk menuliskan mengenai konsep khusus matematika.8 Aktivitas menuangkan ide-ide secara tertulis yang berkaitan dengan matematika merupakan bagian dari menulis matematis. Gipayana, seperti dikutip Iwan, menyatakan bahwa menulis sebagai aspek kemampuan berbahasa pada hakikatnya merupakan refleksi pikiran. Karena itu aktivitas menulis matematis merupakan representasi dari gambaran mental seseorang yang divisualisasikan dalam bentuk simbol-simbol grafis maupun simbol-simbol matematis.9

Representasi dapat dinyatakan secara internal maupun secara eksternal. Berpikir ide matematis yang dikomunikasikan dalam wujud verbal, gambar, grafik, tabel, diagram, dan benda konkrit merupakan representasi eksternal (Hudoyo, 2005). Knuth (1989) menyatakan bahwa ada aturan dasar dalam menulis matematis seperti (a) memisahkan simbol-simbol yang berbeda dari kata, (b) tidak memulai kalimat dengan simbol, (c) tidak menggunakan simbol-simbol

⇔, ⇒, ∃,∴, ∋, ∀ dan lain-lain di awal teks kalimat, kecuali digunakan pada logika, dan (d) menulis kalimat atau teorema secara lengkap. Representasi yang memiliki peraturan seperti itu membuat matematika layaknya suatu bahasa, yang membuatnya lebih praktis, sistematis dan efisien dalam mengkomunikasikan ide-ide matematis.

7

Henry Guntur Tarigan, Menulis Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa, (Bandung: Angkasa, 2008), h. 25.

8

http://id.wikipedia.org/wiki/ide diakses pada tanggal 6 Juli 2015 pukul 22.15

9

(31)

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa kemampuan menulis matematis adalah kemampuan seseorang untuk mengekspresikan ide-ide matematika ke dalam bentuk tulisan yang benar, runtut dan logis sebagai upaya pencarian solusi atau pemecahan masalah matematis.

Menulis tidak dapat dipisahkan dari kurikulum matematika, menulis merupakan bagian darinya. Di antara tujuan pembelajaran menurut NCTM adalah mengatur seluruh siswa untuk mengkomunikasikan pemikiran matematika mereka.10 Jadi, menulis merupakan kegiatan yang esensial dalam pembelajaran matematika, seperti yang diungkapkan oleh Profesor Maurer sebagai berikut:

Writing is an essential form of communication, especially for subtle material like mathematics. Some people think writing and mathematics are disjoint activities, but far from it. In mathematics, you use all the tools of ordinary language plus the additional conventions of mathematical symbolism-solution consist of both word and symbols. So, writing plays an important role in my course”.11

Adapun Dr. Kevin P. Lee mengungkapkan manfaat dari kegiatan menulis dalam pembelajaran matematika sebagai berikut:

“You will find that writing good mathematical explanations will improve your knowledge and understanding of the mathematical ideas you encounter. Putting an idea on paper requires careful thought and attention. Hence, mathematics which is written clearly and carefully is more likely to be correct. The process of writing will help you learn and retain the concepts which you will be exploring in your math class”.12 Countryman (1992), seseorang yang mengeksplorasi hubungan antara matematika dan menulis, menawarkan empat kelebihan menulis matematis, yaitu: 1) Siswa menulis untuk terus menjaga apa saja yang mereka kerjakan dan pelajari; 2) Siswa menulis untuk menyelesaikan masalah matematika; 3) Siswa menulis untuk memaparkan ide matematika; dan 4) Siswa menulis untuk menggambarkan

10

Vicki Urquhart, Using Writing in Mathematics to Deepen Student Learning, (Colorado: McREL, 2009), h. 6.

11

Delano P. Wegener, Writing Mathematics Correctly: Guidelines for Math 160C.

http://www.college-algebra.com/essays/writing-mathematics-correctly.pdf.18-Agustus-2014.

12

(32)

proses pembelajaran.13 Menurut Junaedi (2005), “beberapa keuntungan dari menulis matematika antara lain: 1) dapat meningkatkan pemahaman, 2) meningkatkan penalaran dan problem solving, 3) dapat sebagai stimulasi untuk problem posing dan 4) membuat mandiri dan independendalam belajar”.14

Lebih lanjut, David Pugalee (2005), yang meneliti hubungan antara bahasa dan pembelajaran matematika, menegaskan bahwa menulis mendukung penalaran dan penyelesaian masalah matematis dan membantu para siswa menginternalisasikan karakteristik-karakteristik dari komunikasi efektif. Dia menyarankan agar para guru membaca tulisan siswa sebagai bukti kesimpulan-kesimpulan logis, pembenaran atas berbagai jawaban dan proses, serta penggunaan fakta-fakta untuk menjelaskan pemikiran siswa.15

Lantas, tentu pertanyaan yang muncul selanjutnya adalah: Bagaimana cara untuk mengukur kemampuan menulis matematis seseorang? Apa saja kriteria yang digunakan untuk mengukurnya?

Agar struktur penulisan dalam penyelesaian persoalan matematika menjadi lebih jelas dan terarah, lazimnya guru matematika memberikan instruksi kepada siswa tentang hal-hal yang perlu ditulis dalam menyelesaikan soal. Misalnya, dimulai dengan mengidentifikasi: hal yang diketahui, hal yang ditanyakan atau diminta, hingga akhirnya memikirkan langkah-langkah penyelesaian serta kesimpulannya. Tetapi hal itu tidak lantas menjamin siswa mampu menyelesaikan persoalan matematika dengan baik hingga akhir perhitungan atau penarikan kesimpulan. Hal ini dikarenakan beberapa faktor, misalnya seperti kesalahan dalam mengidentifikasi soal, kesalahan dalam proses komputasi, namun yang paling utama adalah rendahnya pemahaman siswa terhadap konsep matematika atau bahkan miskonsepsi.

13

Vicki Urquhart, Using Writing in Mathematics to Deepen Student Learning, (Colorado: McREL, 2009), h. 6.

14

L. Winayawati, dkk., “Implementasi Model Pembelajaran Kooperatif dengan Strategi Think-Talk-Write Terhadap Kemampuan Menulis Rangkuman dan Pemahaman Matematis Materi Integral”, Unnes Journal of Research Mathematics Education, h. 66, dipublikasikan pada Juni 2012.

15

(33)

Seperti halnya kemampuan yang lain, kemampuan menulis matematis juga bisa diukur. Tentu saja ada berbagai pandangan dari para ahli terkait teknik dan indikator yang menjadi tolok ukur yang digunakan untuk mengungkapkan kemampuan tersebut, walaupun pada prinsipnya semua pandangan itu sejalan. Menurut Cai, Lane dan Jakabesin (1996), untuk mengungkapkan kemampuan menulis matematis dapat dilakukan dengan berdiskusi mengerjakan berbagai bentuk soal, baik soal pilihan ganda maupun uraian.16

Dalam penelitian ini, peneliti memilih untuk menggunakan soal berbentuk isian terbatas dan uraian saja. Hal ini karena peneliti menganggap bahwa soal berbentuk uraian cenderung lebih bisa mengeksplorasi kemampuan menulis matematis siswa daripada soal berbentuk pilihan ganda yang pilihan jawabannya telah disediakan dan memungkinkan terjadinya aksi tebak-tebakan oleh siswa. Terkait tolok ukur tersebut, Dr. Kevin P. Lee menawarkan sebuah daftar cek berisi sebelas kriteria seperti berikut:

Tabel 2.1

A Mathematical Writing Checklist17

Below is a checklist which will help you follow the guidelines outlined above in your mathematical writing.

1) Is your paper neatly typed? 2) Has there an introduction? 3) Is the paper been proofread?

4) Did you state all of your assumptions? 5) Is the writing clear and easy to understand? 6) Are the mathematical symbols used correctly?

7) Are all of the variables defined and described adequately? 8) Are the words used correctly and precisely?

9) Are the diagrams, tables, graphs, and any other pictures you include clearly labeled?

10)Is the mathematics correct? 11)Did you solve the problem?

16

Iwan Junaedi, “Pembelajaran Matematika dengan Strategi Writing in Performance Tasks (WiPT) untuk Meningkatkan Kemampuan Menulis Matematis”, Disertasi pada Sekolah Pascasarjana UPI Bandung, ,h. 35, tidak dipublikasikan.

17

(34)
[image:34.595.115.511.187.573.2]

Lalu ada pula kriteria yang ditawarkan oleh Stacie Lefler melalui rubrik journal entry-nya sebagai berikut:

Tabel 2.2

Rubrik Kemampuan Menulis Matematis18

Dimensi 1 2 3 4

Ketepatan Respon

terhadap pertanyaan tidak tepat Respon terhadap pertanyaan agak tepat Respon terhadap pertanyaan tepat, namun ada yang keliru Respon terhadap pertanyaan tepat Penggunaan Istilah Matematis Tidak ada penggunaan istilah matematika Berusaha menggunakan, tapi tidak benar atau pengguna-annya sedikit Menggunakan beberapa istilah matematika dan sedikit kesalahan Menggunakan istilah matematika dengan benar Penjelasan Berpikir Matematis Tidak meliputi permasalah-an Minim penjelasan dan/ atau sangat membingung-kan Penjelasan kurang lengkap namun mudah dipahami Penjelasan lengkap dan mudah dipahami

Berdasarkan kriteria yang ditawarkan oleh Dr. Kevin P.Lee dan Stacie Lefler tersebut, peneliti memilih untuk mengadaptasi rubrik journal entry yang ditawarkan oleh Stacie Lefler tersebut untuk dijadikan rubrik penilaian kemampuan menulis matematis siswa.

2. Pendekatan Matematika Realistik

a. Definisi Pendekatan Matematika Realistik

Secara bahasa, kata “pendekatan” merupakan terjemahan dari kata “approach” dalam bahasa Inggris, diartikan sebagai come nearto..(menghampiri);

18

(35)

atau road, way (jalan).19 Adapun secara istilah, HM. Chabib Thaha mendefinisikan pendekatan sebagai “cara memproses subjek atas objek untuk mencapai tujuan. Pendekatan juga bisa diartikan cara pandang terhadap sebuah objek persoalan, di mana cara pandang itu adalah cara pandang dalam konteks yang lebih luas”.20 Sedangkan Lawson dalam konteks belajar, mendefinisikan pendekatan sebagai “segala cara atau strategi yang digunakan peeserta didik untuk menunjang keefektifan, keefisienan dalam proses pembelajaran materi tertentu”.21 Berdasarkan beberapa definisi para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa pendekatan merupakan titik tolak atau sudut pandang pembelajar terhadap proses pembelajaran.

Salah satu pendekatan yang khas dalam pembelajaran matematika adalah pendekatan matematika realistik. Pendekatan Matematika Realistik (MR) sudah diterapkan di Indonesia sejak tahun 2001 dengan nama PMRI (Pendidikan Matematika Realistik Indonesia), yang merupakan adaptasi dari Realistic Mathematics of Education (RME).

RME sendiri merupakan salah satu pendekatan pembelajaran yang menekankan pada kebermaknaan ilmu pengetahuan, yang pertama kali diperkenalkan dan dikembangkan di Belanda sekiar tahun 1970 oleh Institut Freudenthal. Pendekatan pembelajaran ini berorientasi pada pendapat Hans Freudenthal yang mengatakan bahwa matematika merupakan aktivitas manusia (mathematics is a human activity). Ia juga memandang bahwa matematika bukan sebagai suatu produk jadi yang guru berikan kepada siswa, melainkan suatu proses yang dikonstruksi oleh siswa.

Dalam bukunya yang berjudul Pendidikan Matematika Realistik: Suatu Alternatif Pendekatan Pembelajaran Matematika, Ariyadi mengungkapkan bahwa kata “realistik” sering disalah-artikan oleh banyak pihak sebagai “real-world” (dunia nyata), dan menunjukkan bahwa pendekatan matematika realistik harus selalu menggunakan masalah sehari-hari. Padahal, menurut Van den

19

Oxford Learner’s Pocket Dictionary: Third Edition. (China: Oxford University Press, 2005), h. 17.

20

Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2006), h. 169.

21

(36)

Panhuizen, penggunaan kata “realistic” tersebut tidak sekadar menunjukkan adanya keterkaitan dengan dunia nyata (real-world) tetapi lebih mengacu pada fokus Pendidikan Matematika Realistik dalam menempatkan penekanan penggunaan situasi yang bisa dibayangkan oleh siswa. Jadi, suatu masalah realistik tidak harus selalu berupa masalah yang ada di dunia nyata (real-world problem) dan bisa ditemukan dalam kehidupan sehari-hari siswa. Suatu masalah disebut “realistik” jika masalah tersebut dapat dibayangkan atau nyata dalam pikiran siswa.22

b. Karakteristik Pendekatan Matematika Realistik

Seperti yang dikutip oleh Ariyadi dalam bukunya, Treffers (1987) merumuskan lima karakteristik Pendidikaan Matematika Realistik, yaitu:23

1) Penggunaan konteks atau permasalahan realistik sebagai titik awal pembelajaran matematika.

Konteks tidak harus berupa masalah dunia nyata namun bisa dalam bentuk permainan, penggunaan alat peraga, atau situasi lain selama hal itu bermakna dan bisa dibayangkan oleh siswa.

2) Penggunaan model untuk matematisasi.

Dalam Pendidikan Matematika Realistik, model digunakan dalam melakukan matematisasi secara progresif, sebagai jembatan dari pengetahuan dan matematika tingkat konkret menuju pengetahuan matematika tingkat formal.

3) Pemanfaatan hasil konstruksi siswa.

Mengacu pada pandangan Freudenthal terhadap matematika, maka dalam PMR siswa memiliki posisi sebagai subjek belajar. Artinya, siswa memiliki kebebasan untuk mengembangkan strategi pemecahan masalah, sehingga diharapkan akan didapat strategi yang bervariasi. Selanjutnya, hasil kerja dan konstruksi siswa dimanfaatkan untuk landasan pengembangan konsep matematika.

22

Ariyadi Wijaya, Pendidikan Matematika Realistik: Suatu Alternatif Pendekatan Pembelajaran Matematika, (Jogjakarta: Graha Ilmu, 2012), Cet.I, h. 20-21.

23

(37)

4) Adanya interaktivitas.

Disadari atau tidak, proses belajar yang dialami oleh seseorang bukan berarti hanya melibatkan dirinya, melainkan juga melibatkan orang-orang di sekitarnya, baik secara langsung maupun tidak langsung. Pemanfaatan interaksi dalam pembelajaran matematika bermanfaat dalam mengembangkan kemampuan kognitif dan afektif siswa secara simultan.

5) Adanya keterkaitan antarkonsep matematika.

Perlu kita ketahui, bahwa konsep-konsep dalam matematika tidak bersifat parsial, namun memiliki keterkaitan satu sama lainnya. Karenanya, Pendidikan Matematika Realistik menempatkan keterkaitan tersebut sebagai hal yang harus dipertimbangkan dalam proses pembelajaran.

c. Prinsip-prinsip Pendekatan Matematika Realistik

Widayanti, dkk. dalam bukunya yang berjudul Pembelajaran Matematika MI, mengungkapkan bahwa ada tiga prinsip utama dalam PMR, yakni:24

1) Penemuan kembali terbimbing (guided reinvention) dan matematisasi progresif (progressive mathematization).

Freudenthal mengenalkan istilah guided reinvention sebagai proses yang dilakukan siswa secara aktif untuk menemukan kembali suatu konsep matematika dengan bimbingan guru.

2) Fenomenologi didaktik (didactical phenomenology).

Maksudnya ialah bahwa dalam membelajarkan siswa mengenai berbagai konsep matematika, guru perlu bertolak dari berbagai permasalahan dan fenomena kontekstual, yang dapat dibayangkan oleh siswa.

3) Mengembangkan model sendiri (self-developed models).

Maksudnya ialah dalam mempelajari konsep-konsep matematika melalui masalah yang kontekstual, siswa perlu diberikan kebebasan untuk mengembangkan sendiri model matematisasi sebagai upaya pemecahan masalah tersebut.

24

(38)

d. Langkah-langkah Pembelajaran Matematika Realistik

Sebelumnya telah dipaparkan mengenai prinsip-prinsip dan karakteristik pendekatan matematika realistik. Kini, peneliti akan menyampaikan prosedur pembelajaran yang berbasis pendekatan matematika realistik. Pembelajaran matematika realistik dapat dilaksanakan melalui empat fase, yaitu: memahami masalah kontekstual, menyelesaikan masalah kontekstual, membandingkan dan mendiskusikan jawaban, dan menyimpulkan (Arends, dalam Yuwono, 2007:4).25 Berikut penjabarannya:

1) Memahami masalah kontekstual

Guru memberi masalah kontekstual dan meminta siswa memahaminya. Masalah yang disajikan tidak harus konkret, asalkan dapat dibayangkan oleh siswa. Guru menjelaskan situasi dan kondisi masalah dengan memberikan petunjuk atau pertanyaan pancingan seperlunya terhadap bagian tertentu yang belum dipahami siswa. Jadi, melalui kegiatan bertanya, siswa dapat secara aktif berusaha mengkonstruksi pemahaman dan pengetahuannya sendiri dengan mengaitkan penjelasan guru dengan pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki. Karakteristik yang muncul pada fase ini yaitu penggunaan masalah kontekstual (prinsip fenomenologi didaktis).

2) Menyelesaikan masalah kontekstual

Guru memberi bantuan terbatas. Selebihnya guru mendorong dan memberi kesempatan siswa secara mandiri menghasilkan penyelesaian dari masalah yang disajikan. Siswa diberi kesempatan mengalami proses layaknya konsep-konsep matematika ditemukan sehingga dapat “menemukan kembali” sifat, definisi, teorema, atau prosedur.

Siswa didorong untuk menyelesaikan masalah kontekstual dengan cara mereka sendiri, baik secara individual maupun kelompok. Siswa perlu membangun kerjasama interaktif antarsiswa maupun siswa dengan guru agar proses pemecahan masalah dapat diselesaikan dengan lebih baik. Dalam menyelesaikan masalah kontekstual, dapat digunakan model berupa benda

25

(39)

manipulatif, skema, atau diagram untuk menjembatani kesenjangan antara konkret dan abstrak atau dari abstraksi yang satu ke abstraksi lanjutannya. Karakteristik yang muncul pada fase ini yaitu penggunaan model untuk matematisasi dan prinsip guided reinvention.

3) Membandingkan dan mendiskusikan jawaban

Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk membandingkan dan mendiskusikan jawaban secara berkelompok kecil, agar siswa dapat belajar mengemukakan pendapat dan menanggapi pendapat orang lain. Guru harus berusaha agar semua siswa berpartisipasi dan berkontribusi selama diskusi.

Selanjutnya, beberapa siswa mewakili kelompoknya masing-masing untuk memaparkan strategi pemecahan masalah hasil diskusinya di depan siswa-siswa lainnya. Melalui membandingkan hasil temuan, siswa-siswa dapat menyampaikan pendapat (proses pemikiran) untuk menemukan pemecahan yang lebih baik sekaligus media untuk meningkatkan level belajar. Karakteristik yang muncul pada fase ini yaitu adanya interaktivitas.

4) Menyimpulkan

Berdasarkan hasil membandingkan dan mendiskusikan jawaban, guru mengarahkan siswa untuk menarik kesimpulan suatu konsep matematika. Guru meminta siswa membuat kesimpulan tentang apa yang telah dikerjakan. Jika siswa gagal, guru perlu mengarahkan ke arah kesimpulan yang seharusnya.Karakteristik yang muncul pada fase ini adalah pemanfaatan hasil konstruksi siswa.

(40)
[image:40.595.112.513.148.723.2]

Tabel 2.3

Langkah-langkah Pembelajaran Matematika Realistik26

Tahapan Kegiatan Guru Kegiatan Siswa

Fase ke-1 Memahami masalah kontekstual

1)Memberikan siswa masalah kontekstual 2)Meminta siswa untuk

memahami masalah tersebut secara individual 3)Guru menjelaskan masalah

kontekstual dengan cara memberikan petunjuk seperlunya

1) Menanyakan masalah yang belum dipahami

2) Berusaha mengkonstruksi pemahaman dan

pengetahuannya, dengan cara mengaitkan penjelasan guru dengan pengetahuannya. Fase ke-2 Menyelesai-kan masalah kontekstual

Mengamati dan memberi bimbingan dan pengarahan terbatas, sehingga siswa dapat menyelesaikan

masalah kontekstual tersebut

1)Memikirkan strategi pemecahan masalah yang memungkinkan

2)Menyelesaikan masalah dengan caranya sendiri berdasarkan pengetahuan awal yang dimiliki Fase ke-3

Membanding kan dan mendiskusi-kan jawaban

1)Meminta siswa

membentuk kelompok kecil

2)Meminta siswa untuk mendiskusikan

penyelesaian masalah yang telah dikerjakan secara individual

3)Mengarahkan jalannya diskusi dan membimbing siswa untuk

menyimpulkan hasil diskusinya

4)Meminta perwakilan tiap kelompok untuk

menyampaikan dan atau menuliskan jawaban kelompoknya

1)Membentuk kelompok kecil 2)Berdiskusi, dengan

membandingkan hasil jawaban yang telah dibuat secara individual

3)Dengan bimbingan guru, siswa membuat kesimpulan sementara dari permasalahan yang telah diselesaikan 4)Satu orang mewakili

kelompoknya, maju untuk menuliskan dan mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya Fase ke-4 Menyimpul-kan

Mengarahkan siswa untuk membuat kesimpulan dari hasil presentasi yang telah dipelajari bersama

Bersama guru, membuat kesimpulan pembelajaran pada hari itu.

26

(41)

e. Kelebihan dan Kekurangan Pendekatan Matematika Realistik

Sama halnya dengan pendekatan pembelajaran lainnya, dalam pendekatan Matematika Realistik yang merupakan adaptasi dari Realistic Mathematic Education ini terdapat kelebihan dan kekurangan, diantaranya:27

Kelebihan Realistic Mathematic Education:

1) Karena siswa membangun sendiri pengetahuannya maka siswa tidak mudah lupa dengan pengetahuannya

2) Suasana dalam proses pembelajaran menyenangkan karena menggunakan realitas kehidupan sehingga siswa tidak cepat bosan belajar matematika

3) Siswa merasa dihargai dan semakin terbuka karena setiap jawaban ada nilainya

4) Memupuk kerjasama siswa dalam kelompok

5) Melatih keberanian siswa karena harus menjelaskan jawabannya 6) Melatih siswa untuk terbiasa berfikir dan mengemukakan pendapat

7) Pendidikan budi pekerti, misalnya saling kerjasama dan menghormati teman yang sedang berbicara

Kekurangan Realistic Mathematic Education:

1) Karena sudah terbiasa diberikan informasi terlebih dahulu maka siswa masih kesulitan dalam menemukan sendiri jawabannya

2) Membutuhkan waktu yang lama terutama bagi siswa yang lemah

3) Siswa yang pandai kadang-kadang tidak sabar untuk menanti temannya yang belum selesai

4) Membutuhkan alat peraga yang sesuai dengan situasi pembelajaran saat itu

B.

Hasil Penelitian yang Relevan

Berikut ini peneliti uraikan beberapa hasil penelitian lain yang dianggap relevan, yang berguna sebagai bahan penguat penelitian ini yang berfokus pada upaya meningkatkan kemampuan menulis matematis siswa melalui penerapan pendekatan matematika realistik:

27

(42)

1. Witri Nur Anisa (2014) dalam penelitiannya yang berjudul “Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah dan Komunikasi Matematik Melalui Pembelajaran Pendidikan Matematika Realistik Untuk Siswa SMP Negeri di Kabupaten Garut”.

Hasil analisis penelitiannya menunjukkan bahwa peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematik dan kemampuan komunikasi matematik siswa dengan pembelajaran pendidikan matematika realistik lebih baik dibandingkan peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematik dan kemampuan komunikasi matematik dengan pembelajaran langsung.28 2. Raudatul Husna, Sahat Saragih dan Siman (2012) dalam penelitiannya yang

berjudul “Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah dan Komunikasi Matematik Melalui Pendekatan Matematika Realistik pada Siswa SMP Kelas VII Langsa”.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: (1) adanya peningkatan kemampuan pemecahan masalah dan komunikasi matematik siswa dengan menggunakan pendekatan matematika realistik lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional; (2) tidak terdapat interaksi antara pembelajaran dengan kemampuan awal siswa terhadap peningkatan kemampuan pemecahan masalah dan komunikasi matematik siswa; (3) proses penyelesaian masalah jawaban siswa yang pembelajarannya dengan menggunakan pendekatan matematika realistik lebih baik dibandingkan dengan pembelajaran konvensional.29

Berdasarkan uraian di atas, hasil-hasil penelitian tersebut relevan untuk penelitian ini, yang bertujuan meningkatkan kemampuan menulis matematis dan aktivitas siswa melalui penerapan pendekatan matematika realistik. Hal ini dikarenakan terdapat persamaan antara variabel-varibel penelitian tersebut dengan variabel penelitian yang akan dilakukan.

28

Witri Nur Anisa, “Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah dan Komunikasi Matematik Melalui Pembelajaran Pendidikan Matematika Realistik Untuk Siswa SMP Negeri di Kabupaten Garut”, Jurnal Pendidikan dan Keguruan Vol.1 No. 1, 2014, artikel 8.

29

(43)

Variabel yang dimaksud ialah kemampuan komunikasi matematik−yang

merupakan “rumah” bagi kemampuan menulis matematis−dan pendekatan matematika realistik. Adapun perbedaannya terletak pada jenis dan subjek penelitiannya. Kedua penelitian tersebut merupakan penelitian kuasi eksperimen yang menggunakan siswa SMP sebagai subjek penelitiannya, sedangkan penelitian ini merupakan penelitian tindakan yang menggunakan siswa SD sebagai subjek penelitiannya.

C.

Pengajuan Konseptual Intervensi Tindakan

Kemampuan komunikasi matematis merupakan salah satu tujuan yang ingin dicapai dalam pembelajaran matematika. Komunikasi dalam perspektif Baroody terdiri atas lima aspek, salah satunya ialah menulis. Menulis matematis merupakan kegiatan yang esensial dalam pembelajaran matematika. Dengan melihat tulisan tersebut, dapat diketahui tingkat pemahaman seseorang terhadap suatu konsep dan konteks permasalahan. Oleh karena itu, kemampuan menulis sebagai bagian dari aspek komunikasi matematis merupakan salah satu kemampuan yang harus diperhatikan, dilatih dan dikembangkan, terutama sejak dalam pembelajaran matematika di sekolah dasar, yang notabene merupakan tempat penanaman berbagai konsep dan pelatihan keterampilan dasar.

(44)

bernilai salah. Begitu juga dengan proses penarikan kesimpulan terhadap suatu konsep sebagai bentuk pemanfaatan hasil konstruksi siswa, bisa keliru.

Selain itu, adanya interaktivitas antarsiswa dalam pembelajaran matematika realistik menunjukkan bahwa pendekatan ini menghendaki terciptanya efektivitas dan kebermaknaan dalam pembelajaran matematika. Hal ini dapat dilihat jelas dari langkah-langkah pembelajarannya, yang dimulai dari tahap menyelesaikan masalah kontekstual, membandingkan jawaban hingga menyimpulkan konsep. Tidak sampai disitu, pendekatan ini juga menempatkan keterkaitan antar konsep matematika sebagai hal yang harus dipertimbangkan dalam pembelajaran karena memang pada dasarnya berbagai konsep dalam matematika tidak bersifat parsial. Karenanya, konsep-konsep tersebut tidak diperkenalkan secara terpisah. Melalui keterkaitan ini, dalam satu pembelajaran diharapkan bisa mengenalkan dan membangun lebih dari satu konsep matematika secara bersamaan (walau ada konsep yang dominan). Misalnya saja dalam konsep pecahan, guru dapat memanfaatkan konsep pembagian yang telah dipelajari siswa sebagai pengantar untuk mengenalkan konsep pecahan.

(45)

Bagan 2.1 Kerangka Konseptual Intervensi Tindakan

D.

Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kajian teoritik dan kerangka berpikir yang telah dipaparkan maka dapat dirumuskan hipotesis tindakan sebagai berikut: “Penerapan pendekatan matematika realistik dalam pembelajaran matematika kelas III (tiga) di MIN Bantargebang dapat meningkatkan: (1) kemampuan menulis matematis siswa dan (2) aktivitas siswa dalam pembelajaran matematika”.

Pola pikir siswa masih tahap konkret-operasional

1. Asumsi siswa bahwa matematika adalah mata pelajaran yang sulit. 2. Siswa mengalami kesulitan dalam memahami konsep matematika 3. Model pembelajaran masih teacher centric dan konvensional

Kemampuan menulis matematis siswa rendah

Pendekatan Matematika Realistik

1. Memahami masalah kontekstual 2. Menyelesaikan masalah kontekstual

3. Membandingkan dan mendiskusikan jawaban 4. Menyimpulkan

1. Membantu siswa dalam menguasai konsep matematika 2. Meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematik 3. Meningkatkankemampuan komunikasi matematik

(46)

29

A.

Tempat dan Waktu Penelitian

[image:46.595.118.510.273.589.2]

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di MIN Bantargebang Kota Bekasi, yang beralamat di Desa Cisalak RT.01 RW.04 Kelurahan Sumurbatu, Kecamatan Bantargebang Kota Bekasi. Adapun waktu pelaksanaannya ialah pada semester genap tahun ajaran 2014/2015, tepatnya selama bulan Januari 2015.

Tabel 3.1 Waktu Penelitian

No. Kegiatan

2014 2015

S ep tem b er O kt obe r N ove m be r D es em b er Jan u ar i F eb ru ar i M ar et A p ri l

1 Persiapan

2 Perencanaan (Studi Lapangan)

3 Pelaksanaan Pembelajaran 4 Analisis Data

5 Laporan Penelitian

B.

Metode Penelitian dan Rancangan Siklus Penelitian

1. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK), yakni suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan yang sengaja dimunculkan dan terjadi di sebuah kelas.11Model penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah model Lewin. Secara garis besar, terdapat 4 (empat) tahapan yang lazim dilalui dalam setiap siklus,

1

(47)
[image:47.595.113.507.148.708.2]

yaitu 1) perencanaan (planning), 2) tindakan (acting), 3) pengamatan (observing) dan 4) refleksi (reflecting).

Gambar 3.1: Desain Model Kurt Lewin

2. Rancangan Siklus Penelitian

Adapun rancangan siklus penelitian yang digunakan dalam penelitian tindakan kelas (PTK) digambarkan dalam bagan di bawah ini: 2

Bagan 3.1

Siklus Penelitian Tindakan Kelas

2

Arikunto, dkk, op.cit., h. 16..

Perencanaan 1

Refleksi SIKLUS 1 Pelaksanaan

Pengamatan

Perencanaan 2

Refleksi SIKLUS 2 Pelaksanaan

Pengamatan

? ACTING

OBSERVING

(48)

Penelitian ini terdiri dari dua siklus, pada setiap siklus terdiri dari empat tahap kegiatan, yaitu tahap perencanaan (planning), pelaksanaan tindakan (acting), observasi (observing), dan refleksi (reflecting).

a. Perencanaan

Pada tahap ini peneliti merencanakan tindakan berdasarkan tujuan penelitian. Peneliti membuat rencana dan skenario pembelajaran yang akan disajikan dalam materi penelitian. Selain itu pada tahap ini juga peneliti menyiapkan instrumen penelitian yang terdiri dari soal yang harus dijawab oleh siswa, lembar observasi dan lembar wawancara.

b. Pelaksanaan

Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah melaksanakan rencana dan skenario pembelajaran yang telah dibuat sebelumnya.

c. Observasi

Observasi atau pengamatan dilakukan pada waktu tindakan sedang berlangsung. Peneliti dibantu oleh observer yang mengamati segala aktivitas siswa selama proses pembelajaran. Observasi dimaksudkan sebagai kegiatan mengamati, mengenali dan mendokumentasikan semua gejala atau indikator dari proses, hasil tindakan terencana maupun efek sampingnya.

d. Refleksi

Kegiatan refleksi dilakukan ketika peneliti sudah selesai melakukan tindakan. Hasil yang diperoleh dari pengamatan dikumpulkan dan dianalisis bersama oleh peneliti dan observer, sehingga dapat diketahui apakah kegiatan yang dilaksanakan mencapai tujuan yang diharapkan atau masih perlu adanya perbaikan. Refleksi ini dilakukan untuk memperoleh masukan bagi rencana tindakan siklus berikutnya.

(49)

hambatan atau kesulitan yang ditemukan dalam siklus pertama? Hasil keputusan tersebut dijadikan untuk rancangan siklus kedua. Setelah menyusun rancangan untuk siklus kedua, guru dapat melanjutkan ke tahap 2, 3 dan 4, seperti yang terjadi dalam siklus pertama. Jadi, penambahan siklus akan didasarkan pada hasil refleksi siklus sebelumnya.

C.

Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah siswa kelas III MIN Bantargebang, yang sedang menjalani semester genap tahun ajaran 2014/2015. Kelas ini memiliki 35 siswa, terdiri dari 20 orang siswa laki-laki dan 15 orang siswa perempuan. Alasan dipilihnya siswa kelas tiga sebagai subjek penelitian ini adalah karena peneliti menemukan masalah saat proses belajar mengajar matematika, yaitu rendahnya kemampuan menulis matematis siswa. Temuan ini berdasarkan hasil observasi dan wawancara pra-penelitian yang dilakukan pada bulan Desember 2014.

D.

Peran dan Posisi Peneliti dalam Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti bertindak sebagai perancang sekaligus pelaksana kegiatan penelitian. Peneliti membuat perencanaan, melaksanakan tindakan, melakukan pengamatan, mengumpulkan dan menganalisis data serta melaporkan hasil penelitian. Dalam penelitian ini, peneliti dibantu oleh kolaborator, yaitu walikelas sekaligus guru matematika kela

Gambar

Tabel 2.2
Tabel 2.3
Tabel 3.1  Waktu Penelitian
Gambar 3.1: Desain Model Kurt Lewin
+7

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Sampel dalam penelitian ini adalah adalah ibu nifas hari pertama yang melahirkan pada bulan mei sampai dengan nopember 2015 yang memenuhi kriteria inklusi: Ibu

Hal ini dikarenakan ruang lingkup sosiologi mencakup semua interaksi sosial yang berlangsung antara individu dengan individu, individu dengan kelompok, serta kelompok

Penerapan model learning cycle pada materi perubahan sifat benda dapat membuat peserta didik lebih aktif dalam dalam proses pembelajaran, karena pembelajaran

Pada hasil analisis koefisien determinasi didapat nilai Adjusted R Square sebesar 0,786 atau 78,6% yang berarti variabel kinerja karyawan dapat dijelaskan oleh variabel

KEEFEKTIFAN METODE TURNAMEN MEMBACA DALAM PEMBELAJARAN MEMBACA PEMAHAMAN Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu.. KEEFEKTIFAN METODE

Beberapa penyebab penurunan serta penaikan kinerja karyawan yang kurang signifikan dikearenakan fasilitas pada perusahaan yang harus dibenahi lagi, seperti tempat parkir baik bagi

Untuk itu dalam penulisan ilmiah ini penulis membuat website yang dapat memberikan informasi kepada khalayak ramai yang berhubungan dengan dunia bisnis (e-commerce) yaitu