• Tidak ada hasil yang ditemukan

Strategi Promosi Susu Kuda Sumbawa Organik Asambugar

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Strategi Promosi Susu Kuda Sumbawa Organik Asambugar"

Copied!
493
0
0

Teks penuh

(1)

STRATEGI PROMOSI SUSU KUDA SUMBAWA

ORGANIK ASAMBUGAR

ATIKA SISILIA H34062599

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

RINGKASAN

ATIKA SISILIA. Strategi Promosi Susu Kuda Sumbawa Organik

Asambugar. Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor (Di bawah bimbingan EVA YOLYNDA AVINY).

Upaya pengembangan sektor pertanian organik dapat dilakukan salah satunya melalui pengembangan sektor peternakan organik. Salah satu perusahaan di Indonesia yang menghasilkan produk peternakan organik adalah perusahaan Dr. Diana Hermawati (DH Organik). Perusahaan ini menghasilkan produk berupa susu kuda Sumbawa organik Asambugar. Produk Asambugar yang diproduksi dan dipasarkan oleh perusahaan ini adalah susu yang diperah dari kuda Sumbawa yang biasa dikenal sebagai “kuda liar” yaitu kuda Sumbawa bertuan yang dilepas di padang rumput Pulau Sumbawa, Provinsi Nusa Tenggara Barat, khususnya Kabupaten Dompu. Dr. Diana Hermawati selaku pembina Kelompok Tani Hidup Bersama di Kabupaten Dompu, Pulau Sumbawa, sekaligus menjalin kemitraan dengan kelompok tani tersebut. Susu kuda Sumbawa juga sangat dikenal sebagai minuman kesehatan sekaligus obat alternatif karena berkhasiat menyembuhkan berbagai penyakit seperti penyakit saluran pencernaan, maag, asam urat, diabetes, lever, ginjal, tuberkulosis (TBC), anemia, radang paru-paru dan kanker.

Asambugar merupakan produk susu kuda Sumbawa pertama dan masih satu-satunya di Indonesia yang telah disertifikasi organik. Manfaat sertifikasi organik diantaranya untuk melindungi produsen organik dari penipuan produk non-organik yang diaku organik, dan melindungi konsumen dari segala bentuk kecurangan serta klaim produk organik yang tidak dapat dipertanggungjawabkan. Keuntungan lainnya adalah memberikan jaminan bahwa semua tahapan produksi, pengolahan, penyimpanan, pengangkutan dan pemasaran mematuhi kaidah sistem produksi pangan organik. Sertifikasi juga menjadi alat promosi handal dalam meningkatkan penjualan dan pangsa pasar.

Namun kenyataannya fluktuasi penjualan produk Asambugar sangat tampak terjadi sejak sertifikasi organik diberlakukan pada Januari 2009. Bahkan volume penjualan di pameran Pasar Tani Ragunan yang menjadi lokasi pemasaran andalan dan tetap sangat fluktuatif bahkan cenderung menurun pada bulan Januari – Maret 2010. Untuk meningkatkan penjualan, salah satunya adalah dengan menggiatkan promosi. Oleh karena itu, penting bagi perusahaan untuk mengetahui apakah aktivitas promosi memiliki keunggulan dalam mendapatkan respon dari konsumennya, bauran promosi apa saja yang diterapkan dalam mempromosikan produk Asambugar, faktor-faktor apa saja yang dipertimbangkan dalam merumuskan strategi promosi produk, dan alternatif strategi promosi apa yang sesuai dilakukan oleh DH Organik dalam upaya meningkatkan penjualan dengan keterbatasan sumberdaya yang dimiliki. Tujuan dari penelitian ini adalah menjawab seluruh pertanyaan tersebut.

(3)

pusat perusahaan Dr. Diana Hermawati yang terletak di Perumahan Taman Sari Bukit Damai Blok Ai No.21 Gunungsindur, Bogor, Jawa Barat, Indonesia; serta tempat-tempat pemasaran produk yaitu di Taman Jajan Bumi Serpong Damai Tangerang; dan di Pasar Tani Departemen Pertanian Ragunan Jakarta Selatan. Pemilihan lokasi penelitian ini dilakukan dengan pertimbangan bahwa DH Organik termasuk kriteria usaha kecil yang masih termasuk pemain baru dalam usaha susu kuda segar organik khususnya di wilayah Jabodetabek dan sekitarnya.

Dalam mengevaluasi aktivitas promosi produk Asambugar, penentuan sampel dalam pengisian kuesioner dilakukan dengan kombinasi antara convenience dan snowball sampling untuk diolah secara kualitatif menggunakan analisis deskriptif. Dalam hal ini, dipilih 30 responden yang berusia lebih dari 17 tahun dan pernah mengkonsumsi produk Asambugar. Hasil evaluasi menunjukkan bahwa rata-rata jawaban responden pada setiap pertanyaan adalah setuju dimana secara umum konsumen dapat merespon aktivitas promosi setelah melihat beberapa kali promosi itu.

Aktivitas promosi produk susu kuda organik Asambugar yang telah dilakukan oleh DH Organik yaitu promosi penjualan, periklanan, hubungan masyarakat (humas) dan publisitas, pemasaran langsung, serta penjualan pribadi. Sementara faktor – faktor yang dipertimbangkan memberikan pengaruh dalam perumusan alternatif strategi promosi produk susu kuda organik Asambugar yang meliputi faktor tujuan promosi, faktor perusahaan, faktor karakteristik produk, faktor perusahaan pesaing, faktor konsumen, faktor dana promosi, faktor distribusi, faktor lembaga pendukung, faktor karakteristik pasar, faktor manajemen produksi, dan faktor sumberdaya manusia. Dalam merumuskan dan menganalisis alternatif strategi promosi produk Asambugar, kondisi perusahaan saat ini adalah berada dalam lingkungan persaingan oligopoli dengan keterbatasan sumberdaya yang dimiliki.

Dalam merumuskan alternatif strategi promosi, peneliti menggunakan kuesioner perbandingan berpasangan untuk proses hirarki analitik (PHA).

Pemilihan responden dilakukan dengan metode judgemental sampling. Responden

tersebut adalah ketua dan koordinator seksi pemasaran, dengan pertimbangan

bahwa keduanya ekspert yakni orang yang dipandang mengerti benar atas masalah

yang diajukan, merasakan akibat dari suatu permasalahan, atau berkepentingan terhadap permasalahan tersebut. Hasil pengisian kuesioner diolah secara kuantitatif dengan software Expert Choice 2000. Urutan prioritas strategi promosi Asambugar dari yang paling diprioritaskan adalah fokus promosi penjualan, fokus humas dan publisitas, fokus pemasaran langsung, fokus penjualan pribadi, serta fokus periklanan. Strategi promosi penjualan menjadi prioritas utama karena strategi ini mendapatkan bobot tertinggi yaitu sebesar 0,278. Bauran promosi ini dinilai mampu memberikan dampak positif dalam peningkatan penjualan produk terutama dengan keterbatasan sumberdaya yang dimiliki oleh DH Organik.

(4)

STRATEGI PROMOSI SUSU KUDA SUMBAWA

ORGANIK ASAMBUGAR

ATIKA SISILIA H34062599

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada

Departemen Agribisnis

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(5)

Judul Skripsi : Strategi Promosi Susu Kuda Sumbawa Organik Asambugar

Nama : Atika Sisilia

NIM : H34062599

Menyetujui, Pembimbing

Eva Yolynda Aviny, SP., MM. NIP. 19710402 200604 2 008

Mengetahui,

Ketua Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen

Institut Pertanian Bogor

Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS NIP. 19580908 198403 1 002

(6)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul “Strategi Promosi

Susu Kuda Sumbawa Organik Asambugar” adalah karya sendiri dan belum

diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber

informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak

diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam

bentuk daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, 2 September 2010

(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 11 Desember 1988 sebagai anak

kedua dari tiga bersaudara. Penulis ialah anak kandung dari pasangan Ayahanda

Antonius Sukimin, SH dan Ibunda Endah Rinasih, SE.

Penulis menyelesaikan pendidikan taman kanak-kanak di TK Merpati Pos

Manado, Sulawesi Utara pada tahun 1994. Pendidikan dasar diselesaikan oleh

penulis pada tahun 2000 selama menjalankan pendidikan di SD Puspita Jaya Sakti

1 Manado, Sulawesi Utara (kelas 1-3 SD) dan SD Mardi Yuana 3 Bogor, Jawa

Barat (kelas 4-6 SD). Pendidikan menengah pertama diselesaikan pada tahun 2003

di SMP Negeri 1 Bogor, Jawa Barat. Pendidikan lanjutan menengah atas di SMU

Negeri 1 Bogor, Jawa Barat, diselesaikan pada tahun 2006.

Penulis diterima sebagai mahasiswa Institut Pertanian Bogor melalui jalur

Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) pada tahun 2006. Selama satu tahun

pertama, penulis belum memiliki jurusan dan diwajibkan untuk tinggal di Asrama

Putri A1untuk mengikuti Tes Persiapan Bersama (TPB). Penulis diterima sebagai

mahasiswa di Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut

Pertanian Bogor pada tahun 2007 melalui seleksi pemilihan jurusan setelah

melewati masa TPB.

Selama masa pendidikan, penulis tercatat sebagai pengurus Unit Kegiatan

Mahasiswa (UKM) Keluarga Mahasiswa Katolik (Kemaki) IPB pada Divisi

Kerohanian periode tahun 2006 – 2008 dan bergabung dalam kepanitiaan di

berbagai event seperti Christmas Event kolaborasi antara Persekutuan Fakultas

Ekonomi dan Manajemen (FEM) dengan Persekutuan Fakultas Matematika dan

IPA (FMIPA) sebagai koordinator Divisi Konsumsi periode tahun 2008;

Orientation For Agribusiness New Generation untuk mahasiswa baru Departemen

Agribisnis IPB sebagai panitia Divisi Acara (event organizer) periode tahun 2008;

Orientation For New Generation untuk mahasiswa baru FEM IPB sebagai panitia

Divisi Hubungan Masyarakat (Humas) dan Dana Usaha (Danus) periode tahun

2008; panitia pembuatan film Departemen Agribisnis IPB sebagai konseptor pada

periode tahun 2009; dan kepanitiaan di beberapa event lainnya.

Selain itu, penulis juga pernah menjadi volunteer pada beberapa kegiatan

(8)

diselenggarakan oleh Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) bidang Pengabdian

Masyarakat periode tahun 2009 di Desa Cikarawang, Kabupaten Bogor, Jawa

Barat; dan pelatihan pembuatan ice cream dengan bahan dasar ubi yang

diselenggarakan oleh Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Himpunan Profesi

Mahasiswa Agribisnis (Hipma) pada periode tahun 2009 di Desa Cikarawang,

Kabupaten Bogor, Jawa Barat.

Selama pendidikan di IPB, penghargaan akademis yang pernah diterima

oleh penulis antara lain meraih juara 1 dalam Kompetisi Pemikiran Kritis

Mahasiswa (KPKM) Tingkat Nasional bidang Kesejahteraan Masyarakat pada

periode tahun 2008 yang diselengarakan oleh Direktorat Jenderal Pendidikan

Tinggi, Departemen Pendidikan Nasional, Republik Indonesia. Penulis juga

pernah mendapatkan penghargaan non-akademis seperti meraih juara 1 lomba

Cipta Lagu FEM (Cilafem) dengan judul MARS FEM yang diselenggarakan oleh

Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) FEM IPB pada periode tahun 2008; meraih

juara 1 dalam kompetisi vocal group yang diselenggarakan oleh panitia gabungan

antara Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Kemaki and PMK IPB periode tahun

2008; dan meraih sertifikat penghargaan sebagai composer of FEM

AMBASSADOR theme song yang diselenggarakan oleh BEM FEM IPB pada

periode tahun 2009.

Dalam upaya pengembangan softskill dan jiwa entrepreneurship, selama

sebagai mahasiswa IPB, penulis bergabung dalam bisnis supplier kertas bekas

with education yang didirikan oleh entrepreneur muda yakni Lisnawati

Hermawan (mahasiswa Agribisnis IPB) dan M. Bharata Adhi (mahasiswa

Manajemen IPB). Nama perusahaan tersebut adalah Pappy Lisna Investama.

Selama periode 2007-2008, penulis menjabat sebagai staff sekaligus koordinator

wilayah Bekasi pada proyek Pappy Green Campaign Goes to School 2008.

Selanjutnya periode 2008-2009, penulis menjabat sebagai Finance and

Accounting Manager sekaligus koordinator wilayah Bogor pada proyek Pappy

(9)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa

karena atas berkat dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan

judul “Strategi Promosi Susu Kuda Sumbawa Organik Asambugar”. Selama

penyusunan skripsi ini, penulis dibimbing oleh Eva Yolynda Aviny, SP., MM

selaku dosen pembimbing skripsi.

Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi aktivitas promosi produk

Asambugar yang telah dilakukan oleh perusahaan Dr. Diana Hermawati (DH

Organik) dalam upaya mendapatkan respon dari konsumennya, mengidentifikasi

bauran promosi produk Asambugar, mengidentifikasi faktor-faktor yang

dipertimbangkan dalam merumuskan strategi promosi produk Asambugar, serta

merumuskan dan menganalisis alternatif strategi promosi produk Asambugar yang

sesuai untuk dilaksanakan oleh DH Organik dalam upaya meningkatkan penjualan

dengan keterbatasan sumberdaya yang dimiliki oleh perusahaan saat ini. Hasil dari

penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi penulis, pemerintah,

perusahaan Dr. Diana Hermawati, pembaca, dan peneliti selanjutnya,.

Penelitian ini telah dilakukan dengan sebaik-baiknya berdasarkan kondisi

aktual di lapangan dan teori-teori yang diperoleh selama perkuliahan di

Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian

Bogor. Namun ada peribahasa yang mengatakan bahwa tak ada gading yang tak

retak, maka penulis menyadari masih terdapat kekurangan karena keterbatasan

dan kendala yang dihadapi. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik dan saran

yang membangun dalam mendukung penyempurnaan skripsi ini.

Bogor, 2 September 2010

(10)

UCAPAN TERIMA KASIH

Skripsi ini dapat diselesaikan dengan bantuan berbagai pihak. Sebagai

bentuk puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, penulis hendak

mengucapkan terima kasih dan penghargaan kepada:

1. Eva Yolynda Aviny, SP., MM., selaku dosen pembimbing skripsi atas

bimbingan, arahan, waktu dan kesabaran yang telah diberikan kepada penulis

selama penyusunan skripsi ini.

2. Ir. Lukman Mohammad Baga, MEc., dan Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS., selaku

dosen penguji pada ujian sidang penulis, yang telah meluangkan waktunya

serta memberikan kritik dan saran demi perbaikan skripsi ini.

3. Dr. Ir. Harianto, MS selaku pembimbing akademik atas bimbingannya selama

penulis menjadi mahasiswa Agribisnis hingga penulisan skripsi ini.

4. Seluruh dosen dan staf Departemen Agribisnis yang secara langsung dan tidak

langsung membantu kelancaran penyusunan skripsi ini.

5. Dr. Diana Hermawati, Jahid Kosasih, Bu Nurjanah dan Yeni atas waktu,

kesempatan, informasi serta dukungan yang telah diberikan kepada penulis.

6. Seluruh konsumen dan pelanggan susu kuda organik Asambugar selaku

responden penelitian atas waktu, kesempatan, informasi, dan partisipasi yang

telah diberikan kepada penulis selama penelitian berlangsung.

7. Ayahanda Antonius Sukimin SH, Ibunda Endah Rinasih SE, Dian

Manggiasih, dan keluarga tercinta untuk setiap motivasi, kasih sayang dan doa

yang diberikan kepada penulis. Semoga ini dapat menjadi persembahan

terbaik.

8. Teman-teman Agribisnis Institut Pertanian Bogor khususnya angkatan 43 atas

semangat dan sharing selama penelitian hingga penulisan skripsi.

9. Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu atas dukungannya

secara tidak langsung demi kelancaran skripsi ini.

Bogor, 2 September 2010

(11)

DAFTAR ISI

2.1.2. Faktor-Faktor yang Dipertimbangkan dalam Merumuskan Alternatif Strategi Promosi ... 17

2.1.3. Subfaktor-Subfaktor yang Dipertimbangkan dalam Merumuskan Alternatif Strategi Promosi ... 18

2.1.4. Alternatif Strategi Promosi ... 22

2.1.5. Alat Analisis yang Sesuai untuk Merumuskan dan Menganalisis Alternatif Strategi Promosi ... 24

2.2. Keunggulan dan Kelemahan Penelitian Terdahulu ... 25

III KERANGKA PEMIKIRAN ... 28

3.1. Kerangka Teoritis ... 28

3.1.1. Pengertian, Konsep Pemasaran dan Strategi Pemasaran ... 28

3.1.2. Unsur Pokok Komunikasi Pemasaran ... 31

3.1.3. Definisi Promosi dan Jenis - Jenis Bauran Promosi ... 32

3.1.4. Evaluasi Aktivitas Promosi Susu Kuda Organik Asambugar ... 47

(12)

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN ... 70

5.1. Sejarah dan Perkembangan Perusahaan Dr. Diana Hermawati ... 70

5.2. Lokasi dan Keadaan Perusahaan ... 78

5.3. Visi dan Misi Perusahaan ... 78

5.4. Struktur Organisasi Perusahaan ... 73

5.5. Bauran Pemasaran Selain Promosi yang Telah Dilakukan oleh DH Organik dan Kaitannya dengan Bauran Promosi Asambugar ... 80

5.5.1. Identifikasi Bauran Produk yang Telah Dilakukan oleh DH Organik dan Kaitannya dengan Bauran Promosinya ... 80

5.5.2. Identifikasi Bauran Harga yang Telah Dilakukan .. oleh DH Organik dan Kaitannya dengan Bauran Promosinya ... 82

5.5.3. Identifikasi Bauran Distribusi yang Telah Dilakukan oleh DH Organik dan Kaitannya dengan Bauran Promosinya ... 85

VI EVALUASI PROMOSI SUSU KUDA ORGANIK ASAMBUGAR ... 87

6.1. Evaluasi Aktivitas Promosi Susu Kuda Organik Asambugar ... 87

6.1.1. Karakteristik Responden ... 87

6.1.2. Analisis Deskriptif dalam Mengevaluasi Aktivitas Promosi Produk ... 99

6.2. Bauran Promosi yang Dilakukan oleh Perusahaan Dr. Diana Hermawati ... 123

(13)

VII PERUMUSAN DAN ANALISIS ALTERNATIF STRATEGI

PROMOSI PRODUK ASAMBUGAR ... 137

7.1. Urutan Tingkatan Pada Model Hirarki Keputusan dalam Perumusan Alternatif Strategi Promosi Produk ... 137

7.2. Prioritas Faktor dan Subfaktor yang Dipertimbangkan Dalam Merumuskan Strategi Promosi Susu Kuda Organik Asambugar ... 137

7.2.1. Prioritas Pertama ... 138

7.2.1. Prioritas Kedua ... 141

7.2.1. Prioritas Ketiga ... 145

7.2.1. Prioritas Keempat ... 150

7.2.1. Prioritas Kelima ... 152

7.2.1. Prioritas Keenam ... 159

7.2.1. Prioritas Ketujuh ... 161

7.3. Alternatif Strategi Promosi Produk Asambugar yang Sesuai untuk Dijalankan oleh Perusahaan Dr. Diana Hermawati ... 163

VIII PENUTUP ... 166

8.1. Kesimpulan ... 166

8.2. Saran ... 167

DAFTAR PUSTAKA ... 170

(14)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Kriteria Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) ... 5

2. Daftar Perusahaan Pesaing yang Menawarkan Produk Susu Kuda Liar ... 7

3. Penjualan Produk Susu Kuda Organik Asambugar Sebelum (Juli-Desember 2008) dan Setelah (Januari- Juni 2009) Sertifikasi Organik ... 8

4. Penjualan Produk Asambugar di Pasar Tani Ragunan Jakarta Selatan ... 10

5. Nilai Skala Banding Berpasangan ... 65

6. Matriks Pendapat Individu ... 66

7. Matriks Pendapat Gabungan ... 66

8. Nilai Indeks Acak ... 68

9. Komposisi Kandungan Zat Gizi pada Susu Kuda, Susu Hewan Ternak Lain dan Susu Manusia ... 72

10. Kandungan Gizi Susu Kuda Asambugar Per 100 Gram .... 73

11. Komposisi dan Sifat Susu Kuda Sumbawa dan Susu Kuda Pacu ... 74

12. Standar Nasional Indonesia (SNI) Sistem ... 75

13. Daftar Harga Perusahaan Pesaing Produk Susu Kuda Liar ... 85

14. Prioritas Faktor-Faktor yang Dipertimbangkan dalam Merumuskan Strategi Promosi Susu Kuda Organik Asambugar ... 138

15. Prioritas Subfaktor dari Faktor Konsumen yang Dipertimbangkan dalam Merumuskan Strategi Promosi Asambugar ... 139

16. Prioritas Subfaktor dari Faktor Karakteristik Produk yang Dipertimbangkan dalam Perumusan Strategi Promosi Asambugar ... 142

17. Prioritas Subfaktor dari Faktor Sumberdaya Manusia yang Dipertimbangkan dalam Perumusan Strategi Promosi Asambugar ... 144

(15)

19. Prioritas Subfaktor dari Faktor Karakteristik Pasar yang Dipertimbangkan dalam Perumusan Strategi Promosi

Asambugar ... 148

20. Prioritas Subfaktor dari Faktor Lembaga Pendukung

yang Dipertimbangkan dalam Perumusan Strategi

Promosi Asambugar ... 151

21. Prioritas Subfaktor dari Faktor Tujuan Promosi yang

Dipertimbangkan dalam Perumusan Strategi Promosi

Asambugar ... 153

22. Prioritas Subfaktor dari Faktor Perusahaan

yang Dipertimbangkan dalam Perumusan Strategi

Promosi Asambugar ... 156

23. Prioritas Subfaktor dari Faktor Manajemen Produksi

yang Dipertimbangkan dalam Perumusan Strategi

Promosi Asambugar ... 157

24. Prioritas Subfaktor dari Faktor Distribusi yang

Dipertimbangkan dalam Perumusan Strategi Promosi

Asambugar ... 159

25. Prioritas Subfaktor dari Faktor Perusahaan Pesaing

yang Dipertimbangkan dalam Perumusan Strategi

Promosi Asambugar ... 162

26. Alternatif Strategi Promosi Produk Asambugar yang

Sesuai untuk Dijalankan oleh Perusahaan

(16)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Penjualan Produk Asambugar Juli 2008 – Juni 2009

(dalam Liter) ... 9

2. Penjualan Susu Kuda Organik Asambugar Januari 2009 – Maret 2010 di Pameran Pasar Tani Ragunan (dalam Rupiah) ... 10

3. Kerangka Operasional Penelitian ... 60

4. Struktur Organisasi Perusahaan Dr. Diana Hermawati ... 79

5. Proporsi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 88

6. Proporsi Responden Berdasarkan Lokasi Tempat Tinggal ... 89

7. Proporsi Responden Berdasarkan Usia ... 91

8. Proporsi Responden Berdasarkan Status Pernikahan ... 92

9. Proporsi Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan ... 93

10. Proporsi Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir ... 94

11. Proporsi Responden Berdasarkan Pendapatan Rata-Rata Per Bulan ... 96

12. Proporsi Responden Berdasarkan Asal Mengetahui Produk ... 97

13. Proporsi Responden Berdasarkan Rata-Rata Pengeluaran Per Bulan untuk Membeli Produk Susu Kuda Organik Asambugar ... 99

14. Proporsi Jawaban Responden untuk Menilai Aktivitas Promosi Produk Susu Kuda Organik Asambugar adalah Baik ... 100

15. Proporsi Jawaban Responden untuk Menilai Aktivitas Promosi Produk Susu Kuda Organik Asambugar Menarik Perhatian ... 102

16. Proporsi Jawaban Responden untuk Menilai Aktivitas Promosi Produk Susu Kuda Organik Asambugar Disukai Responden ... 104

(17)

18. Proporsi Jawaban Responden untuk Menilai Aktivitas Promosi Produk Susu Kuda Organik Asambugar Menyampaikan Pesan yang Mudah Dimengerti dan

Diingat oleh Responden ... 109

19. Proporsi Jawaban Responden untuk Menilai Aktivitas

Promosi Susu Kuda Organik Asambugar Lebih

Menonjolkan Kualitas Produknya daripada Memaparkan

Model dan Kemewahannya ... 111

20. Proporsi Jawaban Responden untuk Menilai Aktivitas

Promosi Produk Susu Kuda Organik Asambugar

Membuat Responden Menyukai Produk Tersebut ... 113

21. Proporsi Jawaban Responden untuk Menilai Aktivitas

Promosi Susu Kuda Organik Asambugar Membuat Responden Menyadari Kelebihan Produk dibandingkan

Merek Lain ... 116

22. Proporsi Jawaban Responden untuk Menilai Aktivitas

Promosi Susu Kuda Organik Asambugar Lebih Jelas

dibandingkan Promosi Produk Merek Lain ... 118

23. Proporsi Jawaban Responden untuk Menilai Aktivitas

Promosi Susu Kuda Organik Asambugar Membuat Responden dapat Mengenali Desain Kemasan Produk

Susu Kuda Organik Asambugar ... 120

24. Proporsi Jawaban Responden untuk Menilai Aktivitas

Promosi Susu Kuda Organik Asambugar Membuat

(18)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Lokasi Pemasaran Produk Perusahaan Dr. Diana

Hermawati di Pasar Tani Ragunan Jakarta Selatan ... 173

2. Lokasi Pemasaran Produk Perusahaan Dr. Diana

Hermawati di Taman Jajan Bumi Serpong Damai

Tangerang ... 174

3. Kuesioner Penelitian untuk Mengevaluasi Aktivitas

Promosi Susu Kuda Organik Asambugar yang Dilakukan

oleh DH Organik ... 175

4. Kuesioner Perbandingan Berpasangan untuk Pihak

Manajemen Perusahaan Dr. Diana Hermawati ... 181

5. Upah Minimum Propinsi 2010 di Indonesia ... 227

6. Iklan Produk yang Dihasilkan oleh UKM Diana

Hermawati dan Diterbitkan dalam Majalah Berita Umat

Edisi Mei 2010 ... 228

7. Model Hirarki Keputusan Bagi Perumusan dan Analisis

Strategi Promosi Produk Susu Kuda Organik

Asambugar ... 229

8. Treeview Perumusan dan Analisis Alternatif Strategi

Promosi Asambugar ... 230

9. Output Expert Choice 2000 untuk Perumusan dan

(19)

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Sebagai negara yang dianugerahi kekayaan keanekaragaman hayati tropika

yang unik, kelimpahan sinar matahari, air dan tanah; maka Indonesia memiliki

modal dasar yang diperlukan untuk mengembangkan sektor pertanian organik.1

Trend pertanian Indonesia telah mengalami peralihan dari sistem pertanian

konvensional menuju pertanian organik. Peralihan tersebut seiring dengan

meningkatnya kesadaran masyarakat akan bahaya mengkonsumsi makanan yang

terkontaminasi oleh bahan-bahan sintetik/kimia. Terdapat bukti menunjukkan

bahwa banyak penyakit yang ditimbulkan oleh residu bahan sintetik/kimia yang

terkandung di dalamnya, salah satunya adalah kanker. Kini masyarakat cenderung

bersedia membayar “lebih” untuk pangan organik agar mendapatkan kesehatan

yang memang mahal harganya.2

Sekjen Masyarakat Pertanian Organik Indonesia (Maporina), Ririen

Prihandarini (2009) menunjukkan data penduduk dunia yang mulai menaruh

perhatian pada produk-produk pangan organik. Masyarakat Cheska menghabiskan

15,9 juta dolar AS (Amerika Serikat) untuk membeli produk organik. Sementara

di Swiss, sekitar 10 – 15 persen rumah tangga di sana membeli produk organik

secara teratur. Swiss merupakan pembeli produk organik terbesar di dunia dengan

menghabiskan 160 Swiss Franc atau sekitar Rp 1,2 juta per orang setiap tahunnya

untuk produk-produk organik tertentu. Pertumbuhan permintaan pangan organik

di pasar Kanada diprediksi mencapai 17,41 persen pada periode 2007-2011.

Padahal permintaan tahun sebelumnya hanya 3 – 4 persen. Media organik Inggris

menulis bahwa di Asia penjualan produk organik meningkat 20 persen setiap

tahunnya.3

!"" # "

$ %# &# ' % (' % ' % ' % ') % *

+ ,

- +. / 0 1 0 0 2 3 45

/ 3 1 0 67 !""((( # " & 7 " *

8 ,

7 3 9 7 !"" (

(20)

Upaya pengembangan sektor pertanian organik dapat dilakukan salah

satunya melalui pengembangan sektor peternakan organik. Pentingnya

pengembangan sektor peternakan organik disebabkan oleh penggunaan antibiotik

yang berlebihan pada peternakan non-organik sehingga menjadi residu dan

terbawa dalam produk-produk ternak seperti daging, telur dan susu. Produk yang

terkontaminasi oleh residu tersebut membahayakan konsumen yang

mengkonsumsinya.4 Bakteri patogen yang ditemukan pada hewan ternak saat ini

memiliki kekebalan terhadap antibiotik yang lebih tinggi daripada bertahun-tahun

yang lalu. Untuk menjaga agar tetap sehat dan bisa dipotong pada waktunya,

hewan ternak disuntik dengan kadar antibiotik yang lebih kuat atau lebih tinggi.

Hal ini menyebabkan hewan ternak dapat menjadi lebih berbahaya.5

Resistensi mikroba dapat ditransfer dari ternak ke tubuh manusia melalui

kontak langsung manusia dengan ternak maupun secara tidak langsung melalui

konsumsi produk hewani. Di dalam tubuh manusia, bakteri akan berkoloni dan

dapat mengakibatkan berbagai gangguan kesehatan, bahkan dapat menimbulkan

kematian.6

Para peneliti maupun praktisi kedokteran kini mengkhawatirkan semakin

banyaknya bakteri yang kebal antibiotik. Penyebabnya adalah penggunaan

antibiotik yang tidak rasional di sektor peternakan. Setiap tahunnya, di Amerika

Serikat terdapat 94 ribu kasus infeksi bakteri yang kebal hampir semua antibiotik.

Sebagian besar para remaja dan olahragawan tertular bakteri kebal antibiotik

karena mengkonsumsi daging dari peternakan yang mempraktekkan pemberian

antibiotik pada hewan ternaknya.7 Union of Concerned Scientists (UCS)

memperkirakan bahwa 70 persen dari antibiotik dan obat terkait digunakan pada

4

Rahardjo Y. 2009. Dokter Hewan: Antibiotik dalam Pakan Ternak. http://www. kedokteranhewan.blogspot.com/2009/01/antibiotik-dalam-pakan-ternak.html# [10 Juli 2010].

5

Grinningplanet.com. 2009. Makanan Organik dan Masalah Kekebalan terhadap Antibiotik. http://organic foodstore.wordpress.com/2009/02/22/makanan-organik-dan-masalah-kekebalan-terhadap-antibiotik/ [10 Juli 2010]

6

Ulfah M. 2007. Netfarm Fapet Unpad: Antibiotik dan Ruminansia. http://netfarm. blogsome.com/2007/10/01/antibiotik-dan-ruminansia/ [10 Juli 2010]

7

(21)

binatang di Amerika Serikat.8 Dari seluruh antibiotik yang beredar di Australia,

60 persen digunakan pada binatang ternak, bukan pada manusia.9

The British Medical Association telah memperingatkan bahwa kekebalan

terhadap antibiotik merupakan ‘salah satu ancaman kesehatan publik utama yang

akan dihadapi di abad 21’. Sementara World Health Organization (WHO) telah

memerintahkan pengurangan penggunaan antibiotik pada pertanian dan

peternakan.10 Kandungan residu obat yang melewati batas maksimum residu

(BMR) yang ditetapkan akan menyebabkan daging dan susu tidak aman

dikonsumsi, karena dapat menimbulkan reaksi alergi, keracunan, resistensi

mikroba tertentu atau mengakibatkan gangguan fisiologis pada manusia.11

Dalam peternakan organik, penggunaan antibiotik sangat dibatasi.

Binatang ternak yang hidup secara lebih layak dan lebih baik di peternakan

organik, meminimasi penggunaan antibiotik dan obat-obatan hewan lainnya.

Obat-obatan dan antibiotik digunakan hanya ketika sangat diperlukan.12

Peternakan organik telah diterapkan di beberapa negara dengan membatasi

penggunaan senyawa antibiotik pada ternak seperti di Swedia tahun 1986,

Denmark tahun 1995, Jerman tahun 1996 dan Swiss tahun 1999.13

Pengembangan peternakan organik di Indonesia pun semakin ditingkatkan

sebagai salah satu bagian dalam upaya pengembangan pertanian organik melalui

program-program untuk mencapai Go Organic 2010 yang diharapkan mampu

menghantarkan Indonesia menjadi produsen organik terkemuka di dunia.14 Salah

satu perusahaan di Indonesia yang menghasilkan produk peternakan organik

adalah perusahaan Dr. Diana Hermawati. Perusahaan yang berdiri sejak tahun

8

Delaney J. 2009. Peternakan Mendorong Resistensi Antibiotik. http://erabaru.net/top-news/39-news4/2873-peternakan-mendorong-resistensi-antibiotik [10 Juli 2010]

(22)

2006 tersebut menghasilkan dan memasarkan produk susu kuda Sumbawa organik

dengan merek dagang Asambugar.

Produk Asambugar yang diproduksi dan dipasarkan oleh Dr. Diana

Hermawati adalah susu segar yang diperah dari kuda Sumbawa betina atau biasa

dikenal sebagai “kuda liar” karena kuda tersebut dilepas di padang rumput Pulau

Sumbawa, Provinsi Nusa Tenggara Barat, khususnya di Kabupaten Dompu.

Menurut Riyadh (2003), susu kuda liar adalah susu yang dihasilkan dari

pemerahan kuda-kuda yang hidup secara bebas di suatu lokasi yang mirip dengan

padang penggembalaan sampai di lereng-lereng perbukitan. Kuda-kuda itu hidup

di lokasi tersebut sejak dilahirkan hingga dewasa, kemudian berkembangbiak

secara alami. Namun kuda-kuda itu adalah kuda-kuda yang bertuan. Jadi, semua

kuda yang terdapat di lokasi tersebut adalah milik para peternak setempat.

Diketahui bahwa persentase kejadian cemaran antibiotik pada susu dari

hewan ternak cukup tinggi (lebih dari 50 persen) dibandingkan produk hewani

lain seperti daging dan hati.15 Kondisi tersebut mendukung upaya Dr. Diana

Hermawati untuk memperkenalkan produk Asambugar sebagai produk susu kuda

Sumbawa yang dijamin organik dan aman bagi kesehatan.

Untuk membuktikan jaminan mutu produk Asambugar, Dr. Diana

Hermawati mengupayakan pelaksanaan sertifikasi organik pada produk susu kuda

Sumbawa yang dihasilkan oleh suppliernya yaitu Kelompok Tani Hidup Bersama.

Manfaat sertifikasi organik diantaranya melindungi produsen organik dari

penipuan produk non-organik yang diakui organik, dan melindungi konsumen dari

segala bentuk kecurangan serta klaim produk organik yang tidak dapat

dipertanggungjawabkan.16 Perusahaan Dr. Diana Hermawati merupakan pelopor

dan masih satu-satunya perusahaan di Indonesia yang produk susu kuda

Sumbawanya telah bersertifikasi organik. Sejak produk Asambugar telah

bersertifikasi organik, perusahaan Dr. Diana Hermawati memiliki logo perusahaan

bertuliskan DH Organik.

15

Rahardjo Y. 2007. Op.cit

16

(23)

Saat ini DH Organik masih termasuk perusahaan perseorangan dengan

Nomor TDP: 10,20,5,15,11315 yang berlaku sampai tanggal 14 September 2012.

Usaha ini juga masih tergolong usaha mikro hingga kecil karena meskipun omzet

-nya masih kurang dari Rp300 juta, tetapi total asset yang dimilikinya berada

dalam interval Rp50 juta – 500 juta (Tabel 1).

Tabel 1. Kriteria Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM)

No. Uraian Kriteria (Rupiah)

Asset Omzet

1. Usaha Mikro Max. 50 juta Max. 300 juta

2. Usaha Kecil > 50 juta – 500 juta > 300 juta – 2,5 M

3. Usaha Menengah > 500 juta – 10 M > 2,5 M – 50 M

Sumber: Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang UMKM

DH Organik merupakan perusahaan yang berperan sebagai pengemas,

pemasar dan pengendali mutu produk Asambugar. Sebagai pengemas, perusahaan

ini melakukan pengemasan dengan tetap memperhatikan karakteristik produk

Asambugar sekaligus mempertahankan mutu produk tersebut. Kemasan produk

Asambugar merupakan kemasan khusus jenis food grade yang kedap cahaya

sehingga melindungi susu dari kontak langsung cahaya matahari. Kemasan ini

juga steril sehingga relatif aman bagi produk makanan atau minuman.

Sebagai pengendali mutu, Dr. Diana Hermawati telah melakukan

manajemen mutu produk Asambugar yang baik. Proses pengemasan produk

Asambugar dilakukan di laboratorium milik Dr. Diana Hermawati sehingga

mudah bagi beliau untuk mengawasi agar mutu produk tetap terjaga selama proses

pengemasan berlangsung. Bahkan sebelum dikemas, Dr. Diana Hermawati

melakukan uji laboratorium untuk memastikan dan menjamin bahwa susu segar

kuda Sumbawa yang akan dikemas benar-benar organik dan bebas dari zat-zat

berbahaya.

Selain berperan sebagai pengemas dan pengendali mutu, DH Organik juga

berperan sebagai pemasar. DH Organik memang menjalankan usahanya dengan

lebih fokus pada pemasaran produk karena perusahaan tersebut dibentuk pertama

kali dengan tujuan untuk membantu Kelompok Tani Hidup Bersama di Dompu

(24)

Dalam memasarkan produk Asambugar, perusahaan ini menjalankan

empat bauran pemasaran yang meliputi bauran produk, bauran distribusi, bauran

harga, dan bauran promosi. Produk Asambugar telah dijamin organik sehingga

memudahkan DH Organik dalam menjalankan bauran produk. Bauran distribusi

produk Asambugar pun dijalankan oleh DH Organik dengan strategi distribusi

langsung sehingga memudahkan perusahaan dalam mengetahui motif pembelian

produk Asambugar oleh konsumen sasarannya.

Harga produk Asambugar yang ditawarkan oleh DH Organik masih relatif

murah yaitu Rp30.000 untuk kemasan 250 ml; dibandingkan dengan produk

pesaingnya yang mencapai Rp50.000 untuk kemasan 250 ml. Dengan mutu

produk Asambugar yang dijamin organik, DH Organik mampu menjual produk

dengan harga yang bersaing dan relatif murah dibanding harga produk susu kuda

Sumbawa pesaing yang belum memiliki jaminan organik. Kondisi tersebut

memudahkan DH Organik dalam menjalankan bauran harga produknya.

Selain menjalankan bauran produk, bauran distribusi, dan bauran harga;

DH Organik juga menjalankan bauran promosi. Menurut Tjiptono (2008),

promosi merupakan salah satu penentu keberhasilan suatu program pemasaran.

Betapapun berkualitasnya suatu produk, bila konsumen belum pernah

mendengarnya dan tidak yakin bahwa produk itu akan berguna bagi mereka, maka

mereka tidak akan pernah membelinya.

DH Organik telah menjalankan bauran promosi produk Asambugar tetapi

strategi tersebut ditujukan kepada masyarakat luas, bukan pada ceruk pasar

tertentu. Padahal produk Asambugar merupakan produk minuman kesehatan yang

lebih mengarah pada fokus diferensiasi dengan melayani niche market atau ceruk

pasar tertentu. Hasil identifikasi selama penelitian berlangsung menunjukkan

bahwa ceruk pasar produk Asambugar adalah orang-orang yang sedang menderita

penyakit seperti penyakit saluran pencernaan, maag, asam urat, diabetes, lever,

ginjal, tuberculosis (TBC), anemia, radang paru-paru dan kanker.

Gagasan pokok dalam menggarap ceruk pasar adalah spesialisasi. Dalam

hal ini, DH Organik adalah nicher. Salah satu kunci sukses nicher adalah

kemampuan mereka untuk mengenal konsumennya sehingga dapat melayani

(25)

agar dapat memperbesar kemampuannya untuk bertahan hidup. Oleh karena itu,

nicher membutuhkan tenaga pemasaran dengan jumlah memadai serta mampu

mencari ceruk pasar baru, memperluas, mengembangkan, dan melindungi ceruk

pasar tersebut. Oleh karena itu, bauran promosi yang dijalankan oleh DH Organik

sebaiknya lebih ditujukan kepada ceruk-ceruk pasar yang telah dijangkau maupun

ceruk pasar potensial yang akan dijangkau. Oleh karena itu, bauran promosi

produk Asambugar yang telah dilakukan oleh DH Organik penting untuk

dianalisis sesuai dengan kondisi perusahaan saat ini.

1.2. Perumusan Masalah

Saat ini DH Organik berada dalam lingkungan persaingan oligopoli pada

industri susu kuda. Terdapat beberapa perusahaan pesaing dalam industri susu

kuda liar yang diketahui oleh Dr. Diana Hermawati (Tabel 2). Beberapa

perusahaan pesaing yang pernah ikut serta dalam beberapa pameran yang juga

diikuti oleh DH Organik antara lain CV. Bima Asyifa Bandung, PT. Vini Vidi

Vici Bandung, dan CV. Dian Sukabumi. Dari keseluruhan perusahaan tersebut,

CV. Bima Asyifa yang paling dikenal pelanggan produk Asambugar dan sekaligus

merupakan pesaing potensial bagi DH Organik.

Tabel 2. Daftar Perusahaan Pesaing yang Menawarkan Produk Susu Kuda Liar No. Nama Perusahaan Lokasi Perusahaan Pusat

1. CV. Bima Asyifa Bandung

2. PT. Vini Vidi Vici Bandung

3. CV. Dian Sukabumi

4. Usaha Karya Mandiri Jakarta

5. Green Herbal Yogyakarta

6. CV. Alfatihatul Ikhsan Yogyakarta

7. Arief Jogistgroup Sumbawa Besar

8. 55 Samawa Sumbawa Besar

9. CV. Karya Abadi Dompu, NTB

Sumber: indonetwork.co.id (Data Diolah, 2010)17

Dalam pasar persaingan oligopoli, DH Organik cenderung menetapkan

harga produk Asambugar yang relatif sama dengan pihak pesaing.

Pertimbangannya adalah hanya terdapat beberapa perusahaan yang

masing-masing selalu mengamati harga pihak pesaing, demikian pula calon pembelinya.

17

(26)

Penyimpangan harga yang sekecil-kecilnya cenderung akan mengalihkan calon

pembeli kepada perusahaan yang menetapkan harga lebih murah. Namun jika

calon pembeli belum mengetahui dan mengenal produk Asambugar yang

berkualitas dan menawarkan harga relatif murah, maka mereka tidak akan pernah

membelinya. Oleh karena itu, tindakan penting yang harus dilakukan oleh DH

Organik adalah mempromosikan produk susu kuda organik Asambugar agar

dikenal, diingat dan diminati oleh konsumen sasarannya. Adanya sertifikasi

organik juga seharusnya mampu menjadi alat promosi yang handal untuk

memenangkan persaingan dan meningkatkan volume penjualan.

Namun kenyataannya, volume penjualan produk Asambugar tampak

sangat fluktuatif setelah adanya sertifikasi organik. Volume penjualan produk

Asambugar setelah mendapat sertifikat organik mengalami peningkatan untuk

ukuran 500 ml sebesar 1,08 persen, tetapi produk Asambugar ukuran 250 ml

mengalami penurunan sebesar 2,79 persen (Tabel 3).

Tabel 3. Penjualan Produk Asambugar Sebelum (Juli-Desember 2008) dan Setelah (Januari-Juni 2009) Sertifikasi Organik

No. Bulan Jumlah Penjualan (Botol)

Ukuran 500 ml Ukuran 250 ml

Total Sebelum Sertifikasi 1947 1614

7 Januari 2009 332 285

Total Sesudah Sertifikasi 1968 1569

Persentase Selisih (%) 1,08 (2,79)

Trend Penjualan 318 288

Sumber : Hermawati (2009)18

18

(27)

Keberadaan sertifikasi organik sejak bulan Januari 2009 memang

menunjukkan peningkatan penjualan, terutama untuk produk Asambugar ukuran

250 ml. Namun pada bulan Februari 2009 kembali menurun drastis, dan tampak

sangat fluktuatif. Jika dilihat dari trend line selama periode penjualan Juli 2008 –

Juni 2009, produk Asambugar ukuran 500 ml tampak lebih diminati dibanding

ukuran 250 ml. Sesudah sertifikasi, volume penjualan produk Asambugar

kemasan 250 ml relatif masih berada di bawah trend line, dibandingkan kemasan

500 ml. Selain itu, penjualan keduanya tampak sangat fluktuatif (Gambar 1).

Penyebabnya diidentifikasikan karena pemasaran produk mengandalkan

pameran-pameran sehingga peningkatan penjualan terjadi hanya saat pameran-pameran berlangsung.

Gambar 1. Penjualan Produk Asambugar Juli 2008 – Juni 2009 (dalam Liter) Volume penjualan produk Asambugar di Pasar Tani Ragunan Jakarta juga

tampak sangat fluktuatif (Tabel 4). Padahal pameran Pasar Tani Ragunan

(28)

Tabel 4. Penjualan Produk Asambugar di Pasar Tani Ragunan Jakarta Selatan

Tahun Bulan Penjualan (Rupiah)

2009

Januari 5.700.000

Februari 5.250.000

Maret 5.145.000

April 4.620.000

Mei 6.420.000

Juni 5.485.000

Juli 6.545.000

Agustus 5.465.000

September 4.682.000

Oktober 6.061.000

November 4.007.000

Desember 5.217.000

2010

Januari 6.090.000

Februari 5.115.000

Maret 3.690.000

Trend Penjualan 5.692.392

Sumber : Nurjanah (2010)19

Penjualan produk Asambugar di pameran Pasar Tani Ragunan tampak

mengalami penurunan di bawah trend line sejak sertifikasi organik berlaku pada

Januari 2009. Kemudian berfluktuasi hingga pada bulan Maret 2010, penjualan

produk Asambugar hanya mencapai Rp3.690.000 yang juga menjadi titik

penjualan terendah (Gambar 2).

19

(29)

Gambar 2. Penjualan Susu Kuda Organik Asambugar Januari 2009-Maret 2010 di Pameran Pasar Tani Ragunan (dalam Rupiah)

DH Organik berharap agar penjualan produknya tidak semakin fluktuatif

apalagi cenderung mengarah pada penurunan penjualan. Perusahaan berharap agar

penjualan selalu meningkat atau minimal konstan sehingga meminimasi terjadinya

penumpukan produk Asambugar yang belum terjual di gudang penyimpanan

karena dapat meningkatkan cost yang berpotensi mengurangi keuntungan yang

seharusnya didapatkan oleh perusahaan. Kapasitas produksi yang dicapai

perusahaan saat ini cenderung konstan yaitu sekitar 60 liter dalam sekali produksi

dengan memproduksi 3-4 kali setiap bulan, atau dalam sebulan menghasilkan

sekitar 300 botol ukuran 500 ml dan 250 botol ukuran 250 ml. Penawaran bahan

baku susu segar kuda Sumbawa dari Dompu pun diperkirakan akan meningkat

sehingga DH Organik semakin dituntut untuk meningkatkan penjualan produk

Asambugarnya agar tidak terjadi overstock atau kelebihan bahan baku.

Kondisi fluktuasi yang mengarah kepada penurunan penjualan produk

Asambugar terutama sejak Januari – Maret 2010 diidentifikasikan penyebabnya

antara lain (1) DH Organik cenderung mengandalkan keikutsertaan dalam

pameran-pameran dalam menjual produknya sehingga peningkatan penjualan

produk terjadi ketika pameran berlangsung; (2) rasa susu kuda yang asam

membuat Asambugar kurang disukai sehingga pelanggan cenderung enggan

mengkonsumsinya kembali terutama sebagai minuman kesehatan untuk

menambah stamina tubuh; (3) konsumsi produk cenderung hanya untuk

pengobatan penyakit dan pelanggan akan mengurangi bahkan berhenti

mengkonsumsi setelah sembuh; (4) konsumsi produk dalam takaran sendok

sehingga membutuhkan waktu yang cukup lama untuk menghabiskan produk dan

melakukan pembelian ulang; dan (5) DH Organik masih menilai produknya

ditujukan untuk masyarakat luas padahal produknya mengarah pada fokus

diferensiasi dengan ceruk pasar tertentu sehingga produk Asambugar masih

kurang dikenal oleh konsumen sasarannya.

Tjiptono (2008) mengemukakan bahwa promosi bertujuan untuk

menginformasikan, mempengaruhi, membujuk, serta mengingatkan pelanggan

(30)

promosi yang telah diterapkan oleh DH Organik adalah keputusan konsumen

sasaran untuk membeli hingga memutuskan untuk melakukan pembelian ulang.

Bahkan tanpa disadari, pelanggan menginformasikan keberadaan dan keunggulan

produk Asambugar pada rekannya hingga rekannya memutuskan untuk

mengkonsumsi produk secara rutin. Rangkaian hasil yang diharapkan tersebut

tentunya akan meningkatkan penjualan produk Asambugar.

Namun bauran promosi yang telah diterapkan oleh DH Organik terutama

selama bulan Januari – Maret 2010 masih belum mampu meningkatkan penjualan.

Dalam perencanaan dan penetapan bauran promosi, diakui bahwa DH Organik

mengalami kendala yaitu keterbatasan modal dan tenaga kerja. Keterbatasan

modal diakibatkan oleh sumber dana yang berasal dari hasil penjualan

sebelumnya sehingga fluktuasi penjualan sebelumnya akan mempengaruhi

kebijakan perusahaan dalam menjalankan bauran promosi selanjutnya, salah

satunya dengan mengganti-ganti media promosi. Ketidakkonsistenan penggunaan

media promosi tersebut memungkinkan perusahaan kehilangan peluang untuk

meraih pasar dari media promosi sebelumnya. Akibatnya, penjualan produk

Asambugar menjadi semakin fluktuatif. Siklus hubungan sebab-akibat tersebut

jika terus terjadi maka penurunan penjualan produk semakin sulit dihindari.

Selain itu, keterbatasan tenaga kerja juga menjadi kendala bagi DH

Organik untuk menjalankan bauran promosinya. Tenaga kerja yang tersedia sejak

Januari 2010 mengalami pengurangan menjadi empat orang termasuk Dr. Diana

Hermawati. Selain berperan sebagai tenaga promosi, seluruh tenaga kerja tersebut

juga berperan sebagai pencatat hasil penjualan, tenaga penjual, dan pengontrol

stock barang; dua diantaranya juga berperan pada bagian produksi, pelabelan

kemasan hingga distribusi produk. Keterbatasan tenaga kerja tersebut

mengakibatkan implementasi bauran promosi saat ini semakin kurang optimal.

Kondisi tersebut tampak ketika terdapat pelanggan yang mendatangi kediaman

Dr. Diana Hermawati, mereka bukan dilayani oleh salah satu dari tenaga kerja

tersebut melainkan pembantu yang bekerja di kediaman beliau. Padahal mereka

adalah salah satu anggota dari ceruk pasar yang seharusnya mendapatkan

pelayanan khusus. Salah satu kondisi tersebut memungkinkan terciptanya

(31)

ulang. Akibatnya, penjualan produk Asambugar di masa mendatang akan

mengalami penurunan karena berkurangnya jumlah pelanggan tetap yang dimiliki

oleh perusahaan. Padahal upaya untuk mendapatkan pelanggan baru relatif mahal

dibandingkan mempertahankan pelanggan tetap yang sudah ada.

Meskipun DH Organik masih mengalami keterbatasan modal dan tenaga

kerja selama penelitian berlangsung, perusahaan mengharapkan agar bauran

promosi yang dijalankannya membuat penjualan produknya tidak semakin

berfluktuasi dan menurun. Hasil penelitian Siwang (2009) yang menganalisis

strategi pemasaran susu kuda organik Asambugar, menunjukkan bahwa salah satu

strategi pemasaran yang direkomendasikan bagi perusahaan ini adalah

menggiatkan promosi.

Dalam upaya menggiatkan promosi, penting untuk mengetahui strategi

promosi apa saja yang diterapkan oleh DH Organik dalam rangka meningkatkan

penjualan. Hasil identifikasi bauran promosi yang telah dijalankan oleh

perusahaan selama penelitian berlangsung adalah periklanan, promosi penjualan,

humas dan publisitas, pemasaran langsung, serta penjualan pribadi. Dengan

keterbatasan modal dan tenaga kerja, diakui bahwa DH Organik belum mampu

menjalankan seluruh bauran promosi tersebut sekaligus secara bersamaan.

Kondisi tersebut tampak ketika perusahaan sempat tidak menyanggupi permintaan

pelanggan untuk mengantarkan produk ke lokasi pelanggan, karena keterbatasan

tenaga untuk mengantar. Dalam menanggapi kondisi tersebut, Dr. Diana

Hermawati mengakui bahwa perusahaan masih belum mengetahui bagaimana

respon pelanggan produk Asambugar saat ini terhadap seluruh aktivitas promosi

yang telah dilakukannya. Respon yang baik belum tentu dapat mendukung

peningkatan penjualan produk karena kecepatan dan kemudahan konsumen untuk

merespon aktivitas promosi, akan mempengaruhi lama atau tidaknya konsumen

memutuskan untuk membeli produk Asambugar. Kondisi tersebut akan

mempengaruhi fluktuasi penjualan produk karena lambatnya respon konsumen

terhadap aktivitas promosi produk Asambugar dapat mengakibatkan penundaan

pembelian, bahkan memungkinkan pembatalan pembelian produk.

Penting juga bagi DH Organik untuk mengetahui apakah bauran promosi

(32)

tertentu. Untuk mengetahuinya, perlu dilakukan identifikasi dan analisis

faktor-faktor yang dipertimbangkan berpotensi mempengaruhi keputusan manajemen

dalam merumuskan promosi tersebut. Setiap faktor tersebut akan mempengaruhi

kesesuaian penetapan strategi promosi sesuai kondisi yang diinterpretasikan

dalam faktor-faktor tersebut. Bauran promosi yang dijalankan oleh DH Organik

saat ini masih belum disesuaikan dengan kondisi faktor-faktor yang berpotensi

mempengaruhi perumusan strategi promosi sebelum diterapkan. Akibatnya,

penjualan produk Asambugar pun berfluktuasi karena bauran promosi yang

diterapkan belum dirumuskan dengan baik.

DH Organik juga perlu mengetahui strategi promosi yang diterapkan

apakah dapat terus meningkatkan volume penjualan. Strategi promosi tersebut pun

harus mampu mentolerir keterbatasan modal dan tenaga kerja yang masih dialami

oleh DH Organik. Perusahaan mengakui bahwa seluruh strategi promosi tidak

dapat dijalankan secara bersamaan karena keterbatasan tersebut. Saat ini

perusahaan belum mengetahui strategi promosi mana yang perlu diprioritaskan

terutama untuk meningkatkan penjualan produk Asambugar.

Berdasarkan uraian permasalahan tersebut, maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah:

1. Apakah aktivitas promosi yang telah dilakukan oleh DH Organik memiliki

keunggulan dalam upaya mendapatkan respon dari konsumennya?

2. Bauran promosi apa saja yang diterapkan dalam mempromosikan produk

Asambugar saat ini?

3. Faktor-faktor apa saja yang dipertimbangkan dalam merumuskan strategi

promosi produk Asambugar?

4. Alternatif strategi promosi apakah yang sesuai untuk dilaksanakan oleh DH

Organik dalam upaya meningkatkan penjualan dengan keterbatasan

sumberdaya yang dimiliki oleh perusahaan saat ini?

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah yang telah dijelaskan, maka tujuan dari

penelitian ini adalah:

1. Mengevaluasi aktivitas promosi yang telah dilakukan oleh DH Organik dalam

(33)

2. Mengidentifikasi bauran promosi produk Asambugar saat ini.

3. Mengidentifikasi faktor-faktor yang dipertimbangkan dalam merumuskan

strategi promosi produk Asambugar.

4. Merumuskan alternatif strategi promosi produk Asambugar yang sesuai untuk

dilaksanakan oleh DH Organik dalam upaya meningkatkan penjualan dengan

keterbatasan sumberdaya yang dimiliki oleh perusahaan saat ini.

1.4. Manfaat Penelitian

Dengan tercapainya tujuan penelitian tersebut, maka hasil penelitian ini

diharapkan mampu memberikan manfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan

diantaranya:

1. Bagi peneliti, penelitian ini adalah ujian komprehensif serta memanfaatkan

ilmu yang diperoleh selama di perkuliahan.

2. Bagi pemerintah, dapat menjadi bahan rujukan untuk merumuskan kebijakan

pengembangan usaha kecil menengah di Indonesia, khususnya wilayah Bogor.

3. Bagi perusahaan (DH Organik), dapat membantu dalam mempertimbangkan

penetapan strategi promosi di masa yang akan datang.

4. Bagi pembaca, dapat memperluas wawasan mengenai potensi susu kuda

organik dengan jaminan keamanan dan khasiat produk bagi kesehatan.

5. Bagi peneliti selanjutnya, dapat dijadikan bahan rekomendasi bagi

penelitian-penelitian selanjutnya misalnya dalam pengembangan usaha kecil menengah.

1.5. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dibatasi pada perusahaan DH Organik selaku pengemas,

pemasar, dan pengendali mutu produk susu kuda Sumbawa organik merek

Asambugar. Penelitian ini juga dibatasi pada bauran pemasaran yang spesifik

yaitu bauran promosi produk Asambugar. Selain itu, penelitian ini tidak

memperdalam masalah medis dan proses produksi secara terperinci; serta tidak

menganalisis bauran pemasaran lainnya seperti harga, produk, dan distribusi

secara terperinci. Selain itu, peneliti mengalami keterbatasan untuk memperoleh

data keuangan (data penggunaan anggaran untuk aktivitas promosi Asambugar)

(34)

Dalam mengevaluasi aktivitas promosi, peneliti mengalami keterbatasan

untuk memperoleh responden yang pernah mengkonsumsi produk Asambugar

karena tidak ada catatan daftar pelanggan yang berasal dari Jabotabek. Selain itu,

produk Asambugar bukan termasuk produk konsumsi sehari-hari dan

pemakaiannya per hari dengan takaran sendok, sehingga membutuhkan jangka

waktu yang cukup lama untuk menghabiskan produk dan melakukan pembelian

ulang. Selain itu, perusahaan ini melakukan penjualan hanya di pameran-pameran

dalam periode waktu terbatas dimana pembelinya didominasi oleh orang-orang

yang belum pernah mengkonsumsi produk Asambugar sebelumnya. Oleh karena

itu, peneliti membatasi jumlah responden sebanyak 30 orang yang telah melalui

screening. Screening tersebut meliputi responden yang berusia lebih dari 17 tahun

dan pernah mengkonsumsi produk Asambugar sebelumnya.

Dalam menetapkan prioritas alternatif strategi promosi Asambugar,

peneliti menggunakan alat analisis berupa proses hirarki analitik (PHA) yang

diolah dengan software Expert Choice 2000. Responden yang dipilih untuk

mengisi kuesioner matriks banding berpasangan adalah para pengambil keputusan

(manajemen) pada DH Organik yang terlibat langsung dalam perumusan dan

pelaksanaan strategi promosi, serta berkepentingan terhadap hasil penelitian.

Responden yang dipilih berjumlah dua orang yaitu ketua dan koordinator seksi

pemasaran.

Ruang lingkup penelitian ini lebih fokus untuk menetapkan dan

menganalisis prioritas strategi promosi produk Asambugar yang sesuai dengan

kondisi DH Organik saat ini. Produk yang diteliti adalah produk susu kuda

organik segar merek Asambugar, sedangkan produk-produk turunannya

(kosmetik) dan produk tambahan lainnya (madu hutan Sumbawa organik,

detergen, sabun pencuci piring, sabun pembersih lantai) tidak diteliti karena

produk utamanya adalah susu kuda Sumbawa organik, dan nama Dr. Diana

Hermawati telah identik dengan ‘susu kuda’-nya. Hasil penelitian ini diharapkan

mampu menjadi solusi dalam mengatasi kendala keterbatasan sumberdaya dalam

mempromosikan produk Asambugar, sedangkan aplikasinya diserahkan kepada

(35)

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Penelitian Terdahulu

Beberapa penelitian terdahulu mengenai perumusan dan penetapan strategi

promosi dilakukan oleh Simorangkir (2009) yang meneliti strategi promosi

produk minuman kesehatan Curma (Temulawak dan Madu) di PT Biofarmaka

Indonesia, Subangkit (2009) yang menganalisis strategi promosi industri rumah

tangga Natural Handmade Soap di Tanah Kusir Jakarta, dan Syavriani (2009)

yang menganalisis strategi promosi Restoran Gurih 7 Bogor.

2.1.1. Evaluasi Aktivitas Promosi

Aktivitas promosi yang dilakukan oleh perusahaan saat ini penting untuk

dievaluasi untuk mengetahui penilaian konsumen terhadap aktivitas promosi

perusahaan. Karakteristik responden yang diidentifikasikan oleh Subangkit (2009)

dalam mengevaluasi aktivitas promosi meliputi jenis kelamin, lokasi tempat

tinggal, status pernikahan, usia, pendidikan terakhir, pekerjaan, rata-rata

pendapatan per bulan, cara mengetahui produk, dan rata-rata pengeluaran

responden untuk membeli produk.

Hasil dari evaluasi aktivitas promosi diharapkan dapat mendukung upaya

rekomendasi prioritas alternatif strategi promosi yang tepat bagi perusahaan.

Evaluasi aktivitas promosi yang dilakukan oleh suatu perusahaan dapat dilakukan

dengan menggunakan analisis deskriptif. Analisis tersebut dilakukan dengan

menganalisis hasil kuesioner dari 30 responden yang merupakan

konsumen/pelanggan produk perusahaan. Kuesioner tersebut memanfaatkan skala

pengukuran berupa skala likert dengan skor 1-5 yang menunjukkan penilaian

sangat setuju – sangat tidak setuju. Teknik evaluasi ini terdapat dalam penelitian

Subangkit (2009).

2.1.2. Faktor-Faktor yang Dipertimbangkan dalam Merumuskan Alternatif Strategi Promosi

Faktor-faktor yang dipertimbangkan dalam menetapkan prioritas alternatif

strategi promosi antara lain faktor tujuan promosi, faktor dana/anggaran, faktor

karakteristik produk, faktor karakteristik pasar, dan faktor pelanggan/konsumen;

(36)

Syavriani (2009). Faktor pesaing dan faktor daur hidup produk juga

mempengaruhi penentuan strategi promosi dalam penelitian Subangkit (2009) dan

Syavriani (2009). Selain itu, faktor bauran pemasaran selain promosi pun dapat

mempengaruhi strategi promosi dalam penelitian Simorangkir (2009).

Selain faktor-faktor yang telah disebutkan, terdapat beberapa faktor lain

yang juga dapat mempengaruhi penetapan strategi promosi perusahaan,

diantaranya faktor manajemen perusahaan secara umum yang terdapat dalam

penelitian Subangkit (2009); faktor manajemen produksi yang terdapat dalam

penelitian Simorangkir (2009); faktor perusahaan yang terdapat dalam penelitian

Simorangkir (2009) dan Subangkit (2009); faktor sumberdaya manusia yang

terdapat dalam penelitian Simorangkir (2009); serta faktor distribusi produk,

faktor teknologi, dan faktor lembaga pendukung yang terdapat dalam penelitian

Simorangkir (2009).

Menurut penelitian Subangkit (2009) dan Syavriani (2009), faktor

karakteristik produk menjadi faktor yang paling berpengaruh karena

perusahaannya cenderung mengandalkan mutu produk yang dinilai lebih mampu

menarik minat konsumen sasarannya. Sedangkan Simorangkir (2009) menetapkan

faktor dana sebagai prioritas pertama karena dana yang tersedia sangat terbatas

dan berpotensi menjadi kendala bagi perusahaannya dalam menjalankan aktivitas

promosinya.

Selama penelitian berlangsung, penulis mengidentifikasikan beberapa

faktor yang mempengaruhi penetapan prioritas strategi promosi produk susu kuda

organik Asambugar yaitu faktor tujuan promosi, faktor perusahaan, faktor

karakteristik produk, faktor perusahaan pesaing, faktor konsumen, faktor dana

promosi, faktor distribusi, faktor lembaga pendukung, faktor karakteristik pasar,

faktor manajemen produksi, dan faktor sumberdaya manusia.

2.1.3. Subfaktor-Subfaktor yang Dipertimbangkan dalam Merumuskan Alternatif Strategi Promosi

Beberapa subfaktor dari faktor tujuan promosi seperti menginformasikan

keberadaan produk, meningkatkan penjualan, memperluas pangsa pasar, dan

menghadapi pesaing; terdapat dalam penelitian Simorangkir (2009), Subangkit

(37)

kepada konsumen, terdapat dalam penelitian Simorangkir (2009) dan Syavriani

(2009). Subfaktor meningkatkan image perusahaan juga merupakan subfaktor dari

faktor tujuan promosi yang terdapat dalam penelitian Subangkit (2009).

Menurut penelitian Syavriani (2009) dan Subangkit (2009), subfaktor

menginformasikan keberadaan produk menjadi prioritas pertama karena produk

Natural Handmade Soap cenderung termasuk produk baru, sedangkan Restoran

Gurih 7 menghasilkan menu andalan yang penting untuk diinformasikan kepada

konsumen sasarannya melalui aktivitas promosinya. Penelitian Simorangkir

(2009) menunjukkan bahwa subfaktor meningkatkan penjualan menjadi prioritas

pertama karena perusahaannya berharap dapat membujuk konsumen sasaran agar

memilih merek Curma sebagai produk minuman kesehatannya.

Subfaktor dari faktor anggaran seperti sale (besarnya dana promosi produk

yang disediakan berdasarkan penjualan tahun sebelumnya) dan cash (besarnya

dana promosi produk berdasarkan keadaan perputaran kas perusahaan); terdapat

dalam penelitian Subangkit (2009) dan Simorangkir (2009). Subfaktor lainnya

yaitu penetapan dana dan sumber dana, terdapat dalam penelitian Simorangkir

(2009).

Subfaktor sumber dana menjadi prioritas utama dalam penelitian

Simorangkir (2009) karena sumber dana yang digunakan berasal dari perputaran

kas dan penjualan produk sebelumnya sehingga menyebabkan keterbatasan

pengalokasian dana untuk melaksanakan aktivitas promosi produk Curma. Hasil

penelitian Syavriani (2009) menunjukkan bahwa subfaktor perputaran kas

menjadi prioritas karena anggaran yang disediakan bergantung pada kemampuan

perusahaan, serta disesuaikan dengan situasi dan kondisi Restoran Gurih 7 saat

penelitian tersebut berlangsung. Hasil penelitian Subangkit (2009) juga sama

dengan Syavriani (2009) karena perusahaannya berpendapat bahwa kegiatan

promosi yang dilakukan merupakan salah satu bentuk investasi, yang hasilnya

akan dapat dirasakan pada masa yang akan datang.

Beberapa subfaktor dari faktor karakteristik produk seperti sifat produk

dan mutu produk terdapat dalam penelitian Subangkit (2009) dan Simorangkir

(2009). Subfaktor lainnya seperti harga produk terdapat dalam penelitian

(38)

subfaktor dari faktor karakteristik produk, yang terdapat dalam penelitian

Subangkit (2009).

Syavriani (2009) dan Subangkit (2009) menetapkan subfaktor mutu

produk sebagai prioritas pertama karena perusahaan sebaiknya menonjolkan

segala kelebihan yang dimilikinya dengan tujuan agar konsumen tertarik untuk

mengkonsumsi produknya seperti Natural Handmade Soap yang mengandung

bahan alami berbeda dengan sabun biasa yang masih banyak menggunakan

campuran bahan kimia dan Restoran Gurih 7 dengan menu andalannya.

Subfaktor dari faktor karakteristik pasar seperti segmen pasar terdapat

dalam penelitian Simorangkir (2009), Subangkit (2009), dan Syavriani (2009).

Subfaktor lainnya seperti jenis pelanggan/konsumen sasaran terdapat dalam

penelitian Subangkit (2009) dan Syavriani (2009), sedangkan subfaktor

konsentrasi pasar terdapat dalam penelitian Syavriani (2009). Selain itu, subfaktor

dari faktor karakteristik pasar lainnya seperti PLC (product life cycle) dan trend

pasar, terdapat dalam penelitian Simorangkir (2009).

Hasil penelitian Syavriani (2009) dan Subangkit (2009) menetapkan

subfaktor segmen pasar sebagai prioritas pertama karena segmen pasar yang

dituju oleh Restoran Gurih 7 adalah kalangan menengah atas yang

diidentifikasikan dari jumlah pengunjung yang datang dan harga yang ditawarkan

oleh Restoran Gurih 7, sedangkan segmen pasar untuk Natural Handmade Soap

adalah keluarga terutama wanita dan kelas ekonomi menengah ke atas. Subfaktor

PLC menjadi prioritas pertama dalam penelitian Simorangkir (2009) karena daur

hidup produk Curma masih berada dalam tahap perkenalan (introduction)

sehingga aktivitas promosi menjadi fokus perhatian perusahaannya.

Beberapa subfaktor dari faktor konsumen/pelanggan seperti karakteristik

konsumen dan loyalitas konsumen; terdapat dalam penelitian Simorangkir (2009),

Subangkit (2009), dan Syavriani (2009). Subfaktor tahap kesiapan konsumen juga

merupakan subfaktor dari faktor konsumen yang terdapat dalam penelitian

Simorangkir (2009) dan Syavriani (2009).

Menurut penelitian Simorangkir (2009), subfaktor karakteristik konsumen

menjadi prioritas pertama karena kegiatan promosi yang sesuai dengan

(39)

membuat konsumen loyal terhadap produk Curma. Subfaktor loyalitas konsumen

menjadi prioritas pertama dalam penelitian Syavriani (2009) dan Subangkit (2009)

karena konsumen yang loyal akan menciptakan promosi person to person dan

diharapkan akan melakukan pembelian ulang.

Subfaktor dari faktor pesaing seperti kegiatan promosi pesaing terdapat

dalam penelitian Simorangkir (2009), Subangkit (2009), dan Syavriani (2009).

Subfaktor keberadaan pesaing juga merupakan subfaktor dari faktor pesaing yang

terdapat dalam penelitian Subangkit (2009) dan Syavriani (2009). Selain itu,

subfaktor dari faktor pesaing lainnya seperti merek pesaing (kekuatan dan

keragamannya), terdapat dalam penelitian Simorangkir (2009) dan Subangkit

(2009).

Syavriani (2009) dan Subangkit (2009) menetapkan subfaktor keberadaan

pesaing di pasar sebagai prioritas pertama karena keberadaan pesaing di pasar

berdasarkan banyaknya pesaing yang terlebih dahulu berada di pasar sehingga

konsumen juga banyak mengenal produk lain dan usahanya sudah mendapat

tempat di pasar. Hasil penelitian Simorangkir (2009) menunjukkan bahwa

aktivitas promosi pesaing dan merek pesaing memiliki prioritas yang sama karena

perusahaannya menilai bahwa keduanya merupakan hambatan yang perlu

diperhatikan oleh perusahaan dalam memilih strategi promosinya agar dapat

membujuk konsumen untuk beralih ke produk minuman kesehatan Curma.

Subfaktor dari faktor manajemen produksi seperti kapasitas produksi dan

kontinuitas produksi; subfaktor dari faktor distribusi produk seperti jaringan

distribusi dan mitra usaha; serta subfaktor dari faktor lembaga pendukung seperti

lembaga pemerintah dan lembaga swasta; terdapat dalam penelitian Simorangkir

(2009). Berdasarkan penelitiannya, subfaktor kontinuitas produksi menjadi

prioritas pertama karena produksi Curma yang tidak menentu dan tidak

berkelanjutan sehingga perusahaan sulit melakukan kegiatan promosi apabila

produk belum diproduksi. Subfaktor jaringan distribusi menjadi prioritas pertama

karena distribusi produk Curma masih dilakukan secara langsung sehingga

menghambat pemilihan strategi promosi. Subfaktor lembaga pemerintah menjadi

Gambar

Gambar 1. Penjualan Produk Asambugar Juli 2008 – Juni 2009 (dalam Liter)
Tabel 4.  Penjualan Produk Asambugar di Pasar Tani Ragunan Jakarta Selatan
Gambar 3.  Kerangka Operasional Penelitian
Tabel 5. Nilai Skala Banding Berpasangan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Bapak Handoko M.Eng yang telah memberi topik ini dan membimbing baik dalam penulisan, memberi ide-ide untuk pengujian dan penulisan dan memberikan dorongan

Teori yang menjelaskan hal ini dikemukakan oleh Lawrence dan Atac (1992) dalam penelitiannya yang menjelaskan bahwa pada pasien luka bakar terjadi denaturasi

Dalam analisis ini peneliti memasukkan hasil perolehan nilai Tes tentang pemahaman mata pelajaran pendidikan agama islam dan hasil nilai angket tentang

Kalimat yang digaris bawahi di atas, terdapat kata-kata yang bermakna referensial atau memiliki referen (acuan). Kata ‘ roti’ ‘ roti’ berarti mengacu kepada sebuah

1 )   Penagihan dipandang sebagai perolehan kembali harga pokok. Penagihan per  kas atas kontrak penjualan cicilan terutama menyatakan perolehan kembali harga  pokok . Setelah

Winkel (2009: 472) menyatakan bahwa modul pembelajaran sebagai satuan program belajar mengajar yang terkecil yang dipelajari sendiri secara perseorangan atau diajarkan

 Mengetahui tentang definisi daya, energi dan hubungan antara tegangan, arus, hambatan dan waktu Kuliah, mimbar Papan tulis, OHP Latihan soal : Menghitung arus,

Perjanjian dilaksanaan selama 146 hari, maka nilai t yaitu 0.4 (1 tahun 365 hari) dan harga saham saat opsi dibuat sebesar $50 per lembar dengan volatilitas harga saham 24%, tipe