• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peran Komite Sekolah Dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan (Studi Deskriptif Pada Sekolah Menengah Atas Negeri 3 Tebing Tinggi)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Peran Komite Sekolah Dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan (Studi Deskriptif Pada Sekolah Menengah Atas Negeri 3 Tebing Tinggi)"

Copied!
86
0
0

Teks penuh

(1)

PERAN KOMITE SEKOLAH DALAM MENINGKATKAN MUTU PENDIDIKAN

(Studi Deskriptif Pada Sekolah Menengah Atas Negeri 3 Tebing Tinggi) SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sosial

DISUSUN OLEH BONNY WENLES A S

070901058

DEPARTEMEN SOSIOLOGI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

ABSTRAK

Komite Sekolah SMA Negeri 3 Tebing Tinggi adalah badan mandiri yang mewadahi peran serta masyarakat dalam rangka meningkatkan mutu, pemerataan, dan efisiensi pengelolaan pendidikan di satuan pendidikan SMA Negeri 3 Tebing Tinggi. Keberadaan Komite Sekolah ini sesuai dengan konsep dasar yang ditentukan oleh pemerintah yaitu pada Kepmendiknas nomor: 044/U/2002. Sesuai dengan tujuan dan perananan Komite Sekolah yang telah ditetapkan oleh pemerintah, Komite Sekolah ini mulai dibentuk pada tahun 2003 yang lalu dan masih ada hingga saat ini.

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif yang bersifat deskriptif. Melihat bagaimana dan menganalisis peran Komite Sekolah terhadap peningkatan mutu pendidikan di Sekolah Menengah Atas Negeri 3 Tebing Tinggi. Adapun teknik pengumpulan data yang dilakukan oleh penulis yaitu melaui observasi dan wawancara mendalam dengan informan kunci yaitu ketua Komite Sekolah dan kepala sekolah SMA N 3 tebing tinggi.

(3)

KATA PENGANTAR

Segala pujian dan syukur saya haturkan Kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah menuntun hambaNya dalam menjalani hidup ini, dan atas segala anugerah yang selalu diberikan kepada saya selama menjalani perkuliahan sampai menyelesaikan skripsi ini.

Skripsi ini berjudul “Peran Komite Sekolah Dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan (Studi Deskriptif Pada Sekolah Menengah Atas Negeri 3 Tebing Tinggi).” Penelitian ini dilakukan di Kota Tebing Tinggi tepatnya di jalan Kom. Yos Sudarso, bersampingan dengan Sekolah Menengah Negeri Atas Negeri 1 Tebing Tinggi. Penelitian ini melihat bagaimanakah peran Komite Sekolah didalam meningkatkan mutu pendidikan di Sekolah Menengah Atas Negeri 3 Tebing Tinggi.

Peneliti sendiri melihat adanya output dari peran yang dilakukan oleh Komite Sekolah di SMA Negeri 3 Tebing Tinggi, dimana para pengurus Komite Sekolah menjalankan peran dan tugasnya sesuai dengan apa yang tertulis dalam program Komite Sekolah SMA Negeri 3 Tebing Tinggi.

(4)

Skripsi ini dapat diselesaikan atas berkat kerjasama dan bantuan serta dukungan dari semua pihak baik itu secara moril maupun materil, doa-doa dan fasilitas yang mendukung penelitian sampai terselaikannya skripsi ini. Untuk itu pada kesempatan ini juga penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Prof.Dr.Badaruddin, M.Si selaku Dekan FISIP USU.

2. Ibu Dra. Lina Sudarwati, M.Si sebagai Ketua Departemen Sosiologi

3. Ibu Drs. Sismudjito, M.Si, sebagai Dosen Pembimbing yang telah banyak memberikan masukan, dorongan, dan nasehat dan bimbingan kepada Penulis.

4. Ibu Dra. Rosmiani, M.A Sebagai Dosen Penguji yang telah memberikan penjelasan dan terima kasih juga dengan penelitian-penelitian yang dilakukan selama ini.

5. Ibu Dra. Harmona Daulay, S.Sos, M.Si, selaku Dosen Wali yang telah banyak membantu penulis selama perkuliahan di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.

6. Seluruh staf pengajar FISIP USU yang telah banyak memberikan ilmu dan membagi pengetahuan kepada penulis.

(5)

8. Dengan rasa cinta dan kasih sayang yang tidak dapat terkatakan, penulis mengucapkan terima kasih kepada kedua orang tua saya Bapak A.Sembiring dan Ibu B.M. Purba serta adikku Vinesa Ruby yang telah sabar menunggu hingga terselesaikannya perkuliahan saya.

9. Kak Feny, Kak Betty, Pak Manan, dan seluruh staf Pegawai FISIP USU yang telah banyak membantu dalam penyelesaian Administrasi.

10.Seluruh teman-teman senior dan junior yang ada di Departemen Sosiologi.

11.Teman-teman Sosiologi stambuk 2007 Hadi, Emby, Dinog, Helen, Martogi, Maghdalena, Aspipin, Adrian, Ninda, Tari, Popy, Fatma, Roma, Nanda, Royan, Evi, Mutiara, Ester Pasaribu, dan yang lainnya. Terima kasih atas kebersamaan yang telah kita lalui selama ini.

12.Seluruh Teman-teman PERMATA Pardis Tebing Tinggi.

13.Seluruh teman-teman tim Voly CHARO, Yuda Tarigan, Daus Barus, Iwan Ginting, Bonafit Tarigan, Brando Ginting, Toper Perangin-angin. Semoga kita semakin kompak dan meraih juara satu tahun ini.

14.Seluruh Keluarga Besar saya, Sembiring dan Purba Mergana. Terima kasih atas semua dukungannya selama ini.

(6)

Penulis menyadari masih banyak terdapat kekurangan dalam penulisan Skripsi ini. Penulis mengharapkan saran dan kritik yang berguna untuk penyempurnaan skripsi yang lebih baik lagi dihari-hari yang akan datang. Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi setiap orang yang membacanya.

Medan, Februari 2014

Penulis

(7)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... vi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 9

1.3. Tujuan Penelitian ... 9

1.4. Manfaat Penelitian ... 10

1.5. Defenisi Konsep ... 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Fungsionalisme Struktural Oleh Robert K.Merton ... 13

2.2 Teori Peran ... 14

2.3 Lembaga Dan Organisasi ... 15

2.4 Komite Sekolah ... 21

2.4.1. Konsep Dasar Komite Sekolah ... 21

2.4.2. Peran Komite Sekolah ... 23

2.5 Hubungan Sekolah Dengan Komite Sekolah ... ... 24

(8)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian ... 27

3.2 Lokasi Penelitian ... 27

3.3 Unit Analisis dan Informan ... 28

3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 28

3.4.1. Data Primer ... 29

3.4.2. Data Sekunder ... 29

3.5 Interpretasi Data ... 30

BAB IV TEMUAN DAN INTERPRETASI DATA 4.1 Sejarah Singkat SMA Negeri 3 Tebing Tinggi ... 32

4.1.1 Visi Dan Misi Sekolah ... 33

4.1.2 Tujuan Pendidikan ... 33

4.2 Struktur Organisasi ... 34

4.3 Sarana Dan Prasarana Sekolah ... 35

4.4 Karakteristik Informan ... 36

4.4.1 Ogamota Hulu, SH ... 36

4.4.2 Drs. Parlindungan Nainggolan ... 38

4.5 Organisasi Komite Sekolah SMA Negeri 3 Tebing Tinggi ... 38

4.6 Hubungan Masyarakat Dengan Sekolah SMA Negeri 3 Tebing Tinggi ... 47

(9)

4.8 Prestasi SMA Negeri 3 Tebing Tinggi ... 55

4.8.1 Pencapaian SMA Negeri 3 Tebing Tinggi Pada Predikat SKM-PSB (Sekolah Kategori Mandiri – Pusat Sumber Belajar ... 55

4.8.2 Suasana Disiplin di Lingkungan SMA Negeri 3 Tebing Tinggi ... 57

4.8.3 Prestasi di Bidang Ilmu Pengetahuan Dan Teknologi ... 60

4.8.4 Kompetensi Lulusan ... 62

4.8.5 SMA Negeri 3 Tebing Tinggi Sebagai Salah Satu Sekolah Favorit di Kota Tebing Tinggi ... 65

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan ... 69

6.2. Saran ... 70

DAFTAR PUSTAKA ... 71

(10)

ABSTRAK

Komite Sekolah SMA Negeri 3 Tebing Tinggi adalah badan mandiri yang mewadahi peran serta masyarakat dalam rangka meningkatkan mutu, pemerataan, dan efisiensi pengelolaan pendidikan di satuan pendidikan SMA Negeri 3 Tebing Tinggi. Keberadaan Komite Sekolah ini sesuai dengan konsep dasar yang ditentukan oleh pemerintah yaitu pada Kepmendiknas nomor: 044/U/2002. Sesuai dengan tujuan dan perananan Komite Sekolah yang telah ditetapkan oleh pemerintah, Komite Sekolah ini mulai dibentuk pada tahun 2003 yang lalu dan masih ada hingga saat ini.

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif yang bersifat deskriptif. Melihat bagaimana dan menganalisis peran Komite Sekolah terhadap peningkatan mutu pendidikan di Sekolah Menengah Atas Negeri 3 Tebing Tinggi. Adapun teknik pengumpulan data yang dilakukan oleh penulis yaitu melaui observasi dan wawancara mendalam dengan informan kunci yaitu ketua Komite Sekolah dan kepala sekolah SMA N 3 tebing tinggi.

(11)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Secara umum pendidikan berkenaan dengan peningkatan kualitas manusia, pengembangan potensi, kecakapan dan karakteristik generasi muda kearah yang diharapkan masyarakat. Pendidikan secara formal difokuskan kepada generasi muda, tetapi pada hakikatnya pendidikan juga diberikan kepada anak, remaja, orang dewasa, bahkan usia lanjut, dan berlangsung dalam lingkungan keluarga, sekolah,perguruan,lembaga diklat, dalam masyarakat serta berbagai satuan lingku ngan kerja.

(12)

pendidikan berkembang dengan maju dapat dipastikan masyarakatnya hidup sejahtera.

Demikian halnya di negara Indonesia pendidikan juga menjadi salah satu perhatian pemerintah hal ini terwujud diterbitkannya kebijakan wajib belajar 9 tahun bagi warga negara Indonesia dengan tujuan mencerdaskan kehidupan bangsa. Dalam Undang – Undang Sistem Pendidikan Nasional No.20 Tahun 2003 pada Bab I Ketentuan Umum Pasal 1 dinyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Pendidikan merupakan upaya mencerdaskan bangsa, menanamkan nilai – nilai moral dan agama, membina kepribadian, mengajarkan pengetahuan, melatih kecakapan, keterampilan, memberikan bimbingan, arahan, tuntunan, teladan, disiplin dan yang lainnya.(http://search.yahoo.com/search;_ylt=A0oGdWeVynBP.TsAVEBXNyoA? p=keputusan menteri tentang komite sekolah&fr2=sb-top&fr=yhs-avg&type .diakses pada tanggal 28 Maret 2012 pukul 23.21 wib).

(13)

memiliki fungsi untuk mengembangkan apa yang secara potensial dan aktual yang dimiliki peserta didik. Proses pendidikan terarah pada peningkatan penguasaan pengetahuan, kemampuan, keterampilan, pengembangan sikap dan nilai – nilai dalam rangka pembentukan dan pengembangan diri peserta didik (Didin Saripudin, 2010:34-35). Pengembangan diri ini dibutuhkan untuk menghadapi tugas–tugas dalam kehidupannya sebagai pribadi, sebagai siswa, karyawan, maupun sebagai warga masyarakat. Dalam pendidikan formal tujuan pendidikan ditetapkan didalam peraturan atau undang – undang dan kemudian dari undang – undang atau kebijakan itu, dituangkan kedalam ketentuan – ketentuan bagi tujuan – tujuan lembaga tertentu, misalnya lembaga pendidikan tinggi, lembaga pendidikan Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah, pendidikan angkatan bersenjata, kejuruan dan sebagainya (Didin Saripudin, 2010:36). Maksud dari itu semua adalah untuk memberikan gambaran secara umum tentang mutu/kualitas manusia sebagai makhluk sosial yang dicita – citakan pada lembaga – lembaga tersebut.

(14)

dan prasarana, pengelolaan, dan pembiayaan.” Oleh sebab itu, maka pemerintah dan pemerintah daerah wajib memberikan pelayanan yang bermutu mengacu pada standar nasional pendidikan. Namun demikian pemerintah atau negara tidak sepenuhnya mampu memenuhi semua kebutuhan pendidikan yang ada di negara ini. Pemerintah membutuhkan kerja sama dengan pihak lain termasuk masyarakat dalam hal ini orang tua para siswa guna mencapai tujuan sesuai standar nasional. Untuk itu pemerintah mengambil kebijakan membentuk Komite Sekolah melalui Keputusan Menteri Pendidikan Nasional nomor : 044/U/2002 tanggal 2 April 2002. Penggantian nama BP3 menjadi Komite Sekolah didasarkan atas perlunya keterlibatan masyarakat secara penuh dalam meningkatkan mutu pendidikan (Didin Saripudin, 2010:37)

(15)

Ditinjau dari perspektif historis penyelenggaraan persekolahan di Indonesia, peran serta masyarakat khususnya orang tua siswa dalam pendidikan sudah berjalan sejak lama. Sebelum tahun 1974 orang tua siswa telah membentuk Persatuan Orang tua Murid dan Guru (POMG). Mulai tahun 1974 POMG ini dibubarkan dan diganti dengan Badan Pembantu Penyelenggara Pendidikan (BP3). pembentukan BP3 didasarkan pada Instruksi Menteri pendidikan dan Kebudayaan, dan Menteri Dalam Negeri No. 17/0/1974 dan No. 29/0/1974. Secara konseptual, lembaga BP3 ini memang memiliki segi-segi positif dan negatif. Dari segi positif, peran BP3 kurang lebih memang sama dengan peran komite sekolah yang ada sekarang. Lembaga ini sama dengan lembaga yang ada di beberapa negara lain, seperti Persatuan Ibu dan Bapa dan Guru (PIBG) di Malaysia, atau Parent Teacher Organization (PTO) atau Parent Teacher Association (PTA) di beberapa negara maju. Meskipun demikian, proses pembentukan BP3 diatur dari pemerintah pusat, dengan AD/ART tersebut ditetapkan bahwa kepala sekolah berstatus sebagai pembina, dengan kedudukan berada di atas BP3 dan memiliki hubungan hierarkis dengan BP3. Meski peran BP3 memang tidak hanya berlaku dalam aspek pemberian bantuan dalam bidang finansial atau keuangan, namun dalam praktek di lapangan peran utama BP3 memang terbatas kepada peran finansial tersebut.

(16)

bantuan finansial semata pada sekolah namun dapat mendorong pengembangan sekolah melalui program-program yang ada.

Keberadaan Komite Sekolah harus bertumpu pada landasan partisipasi masyarakat dalam meningkatkan kualitas pelayanan dan hasil pendidikan di satuan pendidikan/sekolah. Oleh karena itu, pembentukan Komite Sekolah harus memperhatikan pembagian peran sesuai posisi dan otonomi yang ada. Peran Komite Sekolah adalah :

1. Sebagai lembaga pemberi pertimbangan (advisory agency) dalam penentuan dan pelaksanaan kebijakan pendidikan di satuan pendidikan

2. Sebagai lembaga pendukung (supporting agency), baik yang berwujud finansial, pemikiran, maupun tenaga dalam penyelenggaraan pendidikan di satuan pendidikan.

3. Sebagai lembaga pengontrol (controlling agency) dalam rangka ransparansi dan akuntabilitas penyelenggaraan dan keluaran pendidikan di satuan pendidikan.

4. Sebagai lembaga mediator (mediator agency) antara pemerintah (eksekutif) dengan masyarakat di satuan pendidikan.

Fungsi Komite Sekolah

(17)

1. Mendorong tumbuhnya perhatian dan komitmen masyarakat terhadap penyelenggaraan pendidikan yang bermutu.

2. Melakukan kerjasama dengan masyarakat (Perorangan/organisasi/dunia usaha dan dunia industri (DUDI)) dan pemerintah berkenaan dengan penyelengaraan pendidikan bermutu.

3. Menampung dan menganalisis aspirasi, ide, tuntutan, dan berbagai kebutuhan pendidikan yang diajukan oleh masyarakat.

4. Memberikan masukan, pertimbangan, dan rekomendasi kepada satuan pendidikan mengenai :

a. Kebijakan dan program pendidikan

b. Rencana Anggaran Pendidikan dan Belanja Sekolah (RAPBS)

c. Kriteria kinerja satuan pendidikan

d. Kriteria tenaga kependidikan

e. Kriteria fasilitas pendidikan.

f. Hal-hal lain yang terkait dengan pendidikan

5. Mendorong orang tua siswa dan masyarakat untuk berpartisipasi dalam pendidikan guna mendukung peningkatan mutu pendidikan dan pemerataan pendidikan.

(18)

7. Melakukan evaluasi dan pengawasan terhadap kebijakan, program, penyelenggaraan, dan keluaran pendidikan di satuan pendidikan.

Pada prinsipnya keberadaan Komite Sekolah di setiap satuan pendidikan atau kelompok satuan pendidikan adalah untuk meningkatkan mutu pendidikan di satuan pendidikan tersebut. Ada prinsip yang harus dipegang oleh semua anggota Komite Sekolah, yaitu Komite Sekolah tidak mengambil peran satuan pendidikan, tidak juga mengambil peran pemerintah atau birokrasi. usan menteri tentang komite sekolah&fr2=sb-top&fr=yhs-avg&type. diakses pada tanggal 29 Maret 2012 pukul 17:24 Wib).

(19)

Seiring dengan dijalankannya program Komite Sekolah yang ada saat ini berbagai prestasi yang diraih SMA Negeri 3 Tebing Tinggi. Beberapa tahun belakangan ini SMA Negeri 3 banyak memperoleh prestasi yang belum pernah didapatkan selama ini yaitu menjadi salah satu sekolah yang siswanya banyak diterima di perguruan tinggi negeri melalui jalur undangan, sekolah yang selalu mengadakan kompetisi di bidang olah raga dan seni setiap tahunnya. Saat ini SMA Negeri 3 Tebing Tingi menjadi sekolah favorit di Tebing Tinggi hal ini yang tidak terlepas dari peran Komite Sekolah. Untuk menjadi siswa di sekolah SMA Negeri 3 tebing tinggi harus melalui ujian masuk bagi para calon siswa. Melalui prestasi dan program-progam yang dijalankan saat ini menjadikan SMA N 3 salah satu sekolah yang diperhitungkan di kota Tebing Tinggi.

Sesuai dengan hal tersebut penulis merasa tertarik untuk meneliti tentang peran Komite Sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikan pada sekolah SMA Negeri 3 Tebing Tinggi.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan dalam latar belakang masalah di atas, maka yang menjadi perumusan masalah dalam penelitian ini adalah : Bagaimana Peran Komite Sekolah Dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan Pada Sekolah Menengah Atas Negeri 3 Tebing Tinggi ?

1.3 Tujuan Penelitian

(20)

1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Teoritis

Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi yang baik dan efektif terhadap perkembangan ilmu Sosial khususnya dalam ilmu sosiologi pendidikan yang ada dilingkungan FISIP USU. Bagi penulis penelitian ini dapat menambah wawasan penulis dalam membuat karya tulis ilmiah, dan melalui penelitian ini juga dapat menambah pengetahuan penulis mengenai masalah yang sedang diteliti.

1.4.2 Manfaat Praktis

Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat mengetahui bagaimana kondisi komite sekolah khususnya peranan yang dilakukan oleh para pengurus komite sekolah pada Sekolah Menengah Atas Negeri 3 Tebing – Tinggi. Disamping itu dapat memberikan masukkan – masukkan kepada pihak – pihak yang terkait atas permasalahan yang diteliti dan juga sebagai referensi untuk kajian atau penelitian selanjutnya.

1.5 Defenisi Konsep

(21)

akibat kesalahan penafsiran dalam sebuah penelitian. Adapun konsep yang digunakan sesuai dengan konteks penelitian ini, antara lain adalah :

a. Sekolah merupakan suatu

b. Komite Sekolah adalah suatu lembaga mandiri yang mewadahi peran serta masyarakat dalam rangka meningkatkan mutu, pemerataan, dan efisiensi pengelolaan pendidikan di satuan pendidikan, baik pada pendidikan pra sekolah, jalur pendidikan sekolah maupun jalur pendidikan di luar sekolah.

(22)

ditetapkan, seperti yang tertuang di dalam UU No.20 tahun 2003 pasal 35.

d. Peran adalah perilaku yang diharapkan untuk mencapai tujuan yang dicita-citakan dalam hal ini dari komite sekolah untuk mencapai tujuan sekolah untuk meningkatkan mutu pendidikan.

(23)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Teori Fungsionalisme Struktural oleh Robert K. Merton

Secara sosiologis terjadinya suatu pembangunan pada masyarakat memiliki kaitan yang erat dengan teori Fungsionalisme Struktural oleh Robert. K. Merton. Teori ini menekankan kepada keteraturan dan mengabaikan konflik dan perubahan perubahan di masyarakat. Adapun yang menjadi konsep utamanya adalah : fungsi, disfungsi, fungsi laten, fungsi manifest dan keseimbangan.

Masyarakat merupakan suatu sistem sosial yang terdiri atas bagian-bagian yang saling berkaitan dan menyatu dalam keseimbangan. Perubahan yang terjadi pada satu bagian masyarakat akan membawa perubahan juga terhadap bagian yang lain. Semua peristiwa dan semua struktur adalah fungsional pada masyarakat.

Robert.K. Merton mengemukakan bahwa :

1. Fungsi adalah akibat-akibat yang dapat diamati yang menuju adaptasi atau penyesuaian dalam suatu sistem.

2. Disfungsi adalah akibat-akibat negatif yang muncul dalam penyesuaian suatu sistem.

3. Fungsi manifest adalah fungsi yang diharapkan. 4. Fungsi laten adalah fungsi yang tidak diharapkan .

(24)

berperan sesuai dengan tujuan yang seharusnya dicapai atau diharapkan maka struktur tersebut berperan dengan baik dalam pengertian bersifat positif dan disebut fungsional. Dan bertolak belakang dengan hal tersebut, apabila peran struktur menimbulkan hal-hal yang negatif disanalah peranan dari sistem maupun struktur yang ada tersebut disfungsional.

2.2 Teori Peran

Teori peranan berkaitan dengan teori stuktural fungsional dalam sosiologi. Teori ini menganggap bahwa orang menduduki posisi dalam struktur sosial dan setiap posisi memiliki peranan. “Peranan (Role) menurut Soerjono Soekanto merupakan aspek dinamis kedudukan (status). Apabila seseorang melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya maka dia menjalankan suatu peranan”. (Soekanto, 2003: 68).

Menurut kamus besar bahasa Indonesia yang dimaksud dengan peranan adalah “Tindakan yang dilakukan oleh seseorang di suatu peristiwa”. (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1991: 751).

(25)

Adapun hal yang mencakup kedalam peranan sebagai berikut :

1. Peranan meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi atau tempat seseorang dalam masyarakat. Peranan dalam arti ini merupakan rangkaian pertauran-pertauran yang membimbing seseorang kedalam kehidupan kemasyarakatan.

2. Peranan adalah suatu konsep tentang apa saja yang dapat dilakukan oleh individu dalam masyarakat sebagai organisasi.

Setiap individu memiliki perannya masing-masing dalam masayarakat baik suatu kekuasaan, kedudukan, status, pengaruh dan yang lainnya, dan apabila setiap individu menjalankan semua yang menjadi hak dan tugas maupun tanggung jawabnya, dalam hal inilah dikatakan seseorang itu menjalankan perannya.

2.3 Lembaga Dan Organisasi Pengertian Lembaga

Istilah “lembaga”, menurut Ensiklopedia Sosiologi diistilahkan dengan “institusi” sebagaimana didefinisikan oleh Macmillan adalah merupakan seperangkat hubungan norma-norma, keyakinan-keyakinan, dan nilai-nilai yang nyata, yang terpusat pada kebutuhan-kebutuhan sosial dan serangkaian tindakan yang penting dan berulang.

(26)

(the rules of the game). Ketiga, mencakup pengaturan yang bersifat kontraktual yang digunakan dalam proses transaksi. Ketiga tingkatan institusi di atas menunjuk pada hirarki mulai dari yang paling ideal (abstrak) hingga yang paling konkrit, dimana institusi yang lebih rendah berpedoman pada institusi yang lebih tinggi tingkatannya.

Pengertian lain dari lembaga adalah “pranata”. Koentjaraningrat misalnya, lebih menyukai sebutan pranata, dan mengelompokkannya ke dalam 8 (delapan) golongan, dengan prinsip penggolongan berdasarkan kebutuhan hidup manusia. Kedelapan golongan pranata tersebut adalah sebagai berikut:

(a). pranata-pranata yang bertujuan memenuhi kebutuhan kehidupan kekerabatan, yang disebut dengan kinship atau domestic institutions;

(b) pranata-pranata yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia, yaitu untuk mata pencaharian, memproduksi, menimbun, mengolah, dan mendistribusi harta dan benda, disebut dengan economic institutions. Contoh: pertanian, peternakan, pemburuan, feodalisme, industri, barter, koperasi, penjualan, dan sebagainya.

(c) pranata-pranata yang bertujuan memenuhi kebutuhan penerangan dan pendudukan manusia supaya menjadi anggota masyarakat yang berguna, disebut educational institutions;

(d) pranata-pranata yang bertujuan memenuhi kebutuhan ilmiah manusia, menyelami alam semesta di sekelilingnya, disebut scientific institutions;

(27)

(f) pranata-pranata yang bertujuan memenuhi kebutuhan manusia untuk berhubungan dengan Tuhan atau dengan alam gaib, disebut religious institutions; (g) pranata-pranata yang bertujuan memenuhi kebutuhan manusia untuk mengatur kehidupan berkelompok secara besar-besaran atau kehidupan bernegara, disebut political institutions. Contoh dari institusi politik di sini adalah pemerintahan, demokrasi, kehakiman, kepartaian, kepolisian, ketentaraan, dan sebagainya; dan

Dari definisi di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa lembaga itu tidak hanya organisasi-organisasi yang memiliki kantor saja tetapi juga aturan-aturan yang ada di masyarakat dapat dikategorikan sebagai suatu lembaga. Beberapa contoh lembaga yang banyak dijumpai di perdesaan misalnya aturan dalam pinjam-meminjan uang atau perkreditan, ketentuan dalam jual beli hasil pertanian, aturan-aturan dalam sewa-menyewa, kaidah-kaidah dalam bagi hasil, dan sebagainya.

Perbedaan Lembaga/Kelembagaan dengan Organisasi

(28)

dan memiliki sesuatu yang formal, ada administrasi staf yang biasanya eksis dan bertanggung jawab serta adanya koordinasi dalam melaksanakan kegiatan anggotanya.

Menurut S.B. Hari Lubis dan Martani Huseini, organisasi sebagai satu kesatuan sosial dari sekelompok manusia yang saling berinteraksi menurut suatu pola tertentu sehingga setiap anggota organisasi memiliki fungsi dan tugasnya masing-masing, yang sebagai satu kesatuan mempunyai tujuan tertentu dan mempunyai batas-batas yang jelas, sehingga bisa dipisahkan secara tegas dari lingkungannya.

Selanjutnya, menurut Lubis & Huseini terdapat 3 (tiga) pendekatan yang lazim digunakan dalam menganalisis organisasi, yaitu: (1) pendekatan Klasik, (2) pendekatan Neo-Klasik, dan (3) pendekatan Moderen atau pendekatan Sistem. Pertama, pendekatan Klasik, yang menurut pandangan Taylor lebih menekankan akan efisiensi organisasi dalam mencapai tujuan. Dalam pendekatan ini peran pekerja dipisahkan dari peran manajer. Pekerja diklasifikasikan pada satu bidang yang hanya bertugas melaksanakan pekerjaan saja, sedangkan manajer bertugas mengelola metode kerja yang sebaiknya digunakan. Akibatnya, pekerja merasa seperti mesin yang dikuras tenaganya untuk melaksanakan tugas-tugas organisasi.

(29)

ini berpengaruh terhadap sikap maupun prestasi anggota kelompok. Interaksi sosial ini perlu diarahkan sehingga dapat membantu pencapaian tujuan-tujuan organisasi.

Ketiga, pendekatan Moderen, yang menekankan pentingnya faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi dan dipengaruhi organisasi, dimana organisasi merupakan bagian dari lingkungannya. Keterbukaan dan ketergantungan organisasi terhadap lingkungannya menyebabkan bentuk organisasi harus disesuaikan dengan lingkungan dimana organisasi itu berada.

Dalam sudut pandang yang lain, organisasi dipandang sebagai wadah berbagai kegiatan dan sebagai proses interaksi antara orang-orang yang terdapat di dalamnya. Sondang P. Siagian misalnya, menyebutkan bahwa organisasi sebagai wadah melihat organisasi sebagai struktur yang memiliki jenjang hirarki jabatan manajerial, berbagai kegiatan operasional, komunikasi yang digunakan, informasi yang digunakan serta hubungan antarsatuan kerja. Kemudian organisasi sebagai wadah, melihat pemilihan dan penggunaan tipe organisasi tertentu, apakah bertipe lini, lini dan staf, fungsional, matrik, dan panitia. Kemudian organisasi dipandang sebagai suatu proses interaksi memiliki anggapan bahwa keberhasilan satuan-satuan kerja di dalam organisasi dalam melaksanakan tugasnya, sangat dipengaruhi interaksi antaranggota, satuan-satuan kerja serta organisasi dengan lingkungannya.

(30)

organisasi dalam upaya untuk memenuhi kebutuhan anggotanya. Dengan demikian di dalam suatu lembaga ini terkandung prinsip-prinsip ekonomi.

Walaupun organisasi membutuhkan adanya pola-pola perilaku yang membawa keefektifan suatu organisasi, namun definisi lembaga di atas, dapat dilihat adanya perbedaan organisasi dengan lembaga atau institusi. Menurut Uphoff, organisasi merupakan struktur yang mengakui dan menerima adanya peranan. Organisasi bergerak pada bidang formal dan informal dimana struktur yang ada, dihasilkan dari adanya interaksi diantara peranan yang semakin kompleks.

Dari kedua definisi di atas dapat dilihat bahwa lembaga hadir untuk memenuhi kebutuhan satu kelompok manusia dan bukan kebutuhan perorangan. Naluri manusia yang membutuhkan orang lain untuk berinteraksi, seperti misalnya ketertarikan terhadap seks pada diri manusia, yang mengakibatkan manusia untuk hidup berkelompok. Ada tua dan muda serta laki-laki dan perempuan yang secara harafiah manusia membutuhkan bantuan orang lain. Kemudian akan terjadi aksi sosial, tingkah laku sosial di dalam kelompok, sehingga tercipta suatu lembaga yang memenuhi kebutuhan seks manusia. Begitu pula akan lembaga-lembaga lain yang hadir di sekitar masyarakat itu sendiri.

(31)

dengan melihat tingkah laku satu orang atau beberapa orang sebagai sampel. Hal ini karena pada sebuah kelompok terdiri dari beberapa individu yang memiliki karakter yang berbeda dan individu ini saling mempengaruhi sehingga tidak dapat berdiri sendiri.

2.4 Komite Sekolah

2.4.1 Konsep Dasar Komite Sekolah

Komite Sekolah merupakan nama baru pengganti Badan Pembantu Penyelenggara Pendidikan (BP3). Secara substansial kedua istilah tersebut tidak begitu mengalami perbedaan. Yang membedakan hanya terletak pada pengoptimalan peran serta masyarakat dalam mendukung dan mewujudkan mutu pendidikan. Komite Sekolah adalah suatu lembaga mandiri yang mewadahi peran serta masyarakat dalam rangka meningkatkan mutu, pemerataan, dan efisiensi pengelolaan pendidikan di satuan pendidikan, baik pada pendidikan pra sekolah, jalur pendidikan sekolah maupun jalur pendidikan di luar sekolah (Kepmendiknas nomor: 044/U/2002).

Adapun tujuan pembentukan Komite Sekolah adalah:

a. Mewadahi dan menyalurkan aspirasi serta prakarsa masyarakat dalam melahirkan kebijakan operasional dan program pendidikan di satuan pendidikan.

b. Meningkatkan tanggung jawab dan peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan disatuan pendidikan.

(32)

Adapun fungsi Komite Sekolah, sebagai berikut:

a. Mendorong tumbuhnya perhatian dan komitmen masyarakat terhadap penyelenggaraan pendidikan yang bermutu.

b. Melakukan kerjasama dengan masyarakat (perorangan/organisasi/ dunia usaha/dunia industri) dan pemerintah berkenaan dengan penyelenggaraan pendidikan yang bermutu.

c. Menampung dan menganalisis aspirasi, ide, tuntutan, dan berbagai kebutuhan pendidikan yang diajukan oleh masyarakat.

d. Memberikan masukan, pertimbangan, dan rekomendasi kepada satuan pendidikan mengenai:

1) Kebijakan dan program pendidikan

2) Rencana Anggaran Pendidikan dan Belanja Sekolah (RAPBS) 3) Kriteria Kinerja Satuan pendidikan

4) Kriteria tenaga kependidikan 5) Kriteria fasilitas Pendidikan, dan

6) Hal-hal lain yang terkait dengan pendidikan

e. Mendorong orang tua dan masyarakat berpartisipasi dalam pendidikan guna mendukung peningkatan mutu dan pemerataan pendidikan.

f. Menggalang dana masyarakat dalam rangka pembiayaan penyelenggaraan pendidikan di satuan pendidikan.

(33)

2.4.2 Peran Komite Sekolah

Secara kontekstual, Peran Komite Sekolah sebagai :

a. Pemberi pertimbangan (advisory agency) dalam penentuan dan pelaksanan kebijakan pendidikan di satuan pendidikan.

b. Pendukung (supporting agency), baik yang berwujud finansial, pemikiran, maupun tenaga dalam penyelenggaraan pendidikan di satuan pendidikan. c. Pengontrol (controlling agency) dalam rangka transparansi dan

akuntabilitas penyelenggaraan dan keluaran pendidikan di satuan pendidikan.

d. Mediator antara pemerintah (eksekutif) dengan masyarakat di satuan pendidikan(Kepmendiknas nomor: 044/U/2002).

Depdiknas dalam bukunya Partisipasi Masyarakat, menguraikan tujuhperanan Komite Sekolah terhadap penyelenggaraan sekolah, yakni :

a. Membantu meningkatkan kelancaran penyelenggaraan kegiatan belajar-mengajar di sekolah baik sarana, prasarana maupun teknis pendidikan. b. Melakukan pembinaan sikap dan perilaku siswa. Membantu usaha

pemantapan sekolah dalam mewujudkan pembinaan dan pengembangan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, pendidikan demokrasi sejak dini (kehidupan berbangsa dan bernegara, pendidikan pendahuluan bela negara, kewarganegaraan, berorganisasi, dan kepemimpinan), keterampilan dan kewirausahaan, kesegaran jasmani dan berolah raga, daya kreasi dan cipta, serta apresiasi seni dan budaya.

(34)

d. Melakukan penilaian sekolah untuk pengembangan pelaksanaan kurikulum, baik intra maupun ekstrakurikuler dan pelaksanaan manajemen sekolah, kepala/wakil kepala sekolah, guru, siswa, dan karyawan.

e. Memberikan penghargaan atas keberhasilan manajemen sekolah.

f. Melakukan pembahasan tentang usulan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Sekolah (RAPBS).

g. Meminta sekolah agar mengadakan pertemuan untuk kepentingan tertentu (Kepmendiknas nomor: 044/U/2002).

Mengacu pada peranan Komite Sekolah terhadap peningkatan mutu pendidikan, sudah barang tentu memerlukan dana. Dana dapat diperoleh melalui iuran anggota sesuai kemampuan, sumbangan sukarela yang tidak mengikat, usaha lain yang tidak bertentangan dengan maksud dan tujuan pembentukan Komite Sekolah.

2.5 Hubungan Sekolah dengan Komite Sekolah

Sekolah bukanlah suatu lembaga yang terpisah dari masyarakat. Sekolah merupakan lembaga yang bekerja dalam konteks sosial. Sekolah mengambil siswanya dari masyarakat setempat, sehingga keberadaannya tergantung dari dukungan sosial dan finansial masyarakat. Oleh karena itu, hubungan sekolah dan masyarakat merupakan salah satu komponen penting dalam keseluruhan kerangka penyelenggaraan pendidikan.

(35)

Orang tua dan masyarakat membantu menyediakan fasilitas pendidikan, memberikan bantuan dana serta pemikiran atau saran yang diperlukan sekolah.

b. Orang tua memberikan informasi kepada sekolah tentang potensi yang dimiliki anaknya dan,

c. Orang tua menciptakan rumah tangga yang edukatif bagi anak. d. Berkenaan dengan peningkatan hubungan sekolah dengan

masyarakat, subtansi pembinaannya harus diarahkan kepada meningkatkan kemampuan seluruh personil sekolah dalam :

1. Memupuk pengertian dan pengetahuan orang tua tentang pertumbuhan pribadi anak.

2. Memupuk pengertian orang tua tentang cara mendidik anak yang baik, dengan harapan mereka mampu memberikan bimbingan yang tepat bagi anak-anaknya dalam mengikuti pelajaran.

3. Memupuk pengertian orang tua dan masyarakat tentang program pendidikan yang sedang dikembangkan di sekolah.

4. Memupuk pengertian orang tua dan masyarakat tentang hambatan-hambatan yang dihadapi sekolah.

(36)

6. Mengikutsertakan orang tua dan tokoh masyarakat dalam merencanakan dan mengawasi program sekolah (Depdiknas, 2001:20).

2.6 Mutu Pendidikan

Mutu dalam konteks "hasil" pendidikan mengacu pada prestasi yang dicapai oleh sekolah pada setiap kurun waktu tertentu. Prestasi yang dicapai atau hasil pendidikan (student achievement) dapat berupa hasil tes kemampuan akademis, dapat pula prestasi bidang lain seperti olah raga, seni atau keterampilan tertentu (komputer, beragam jenis teknik, jasa). Bahkan prestasi sekolah dapat berupa kondisi yang tidak dapat dipegang (intangible) seperti suasana disiplin, keakraban, saling menghormati, kebersihan, dan sebagainya.

(37)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian

Adapun jenis penelitian pada karya tulis ini adalah penelitian studi deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Penelitian kualitatif merupakan suatu metode yang bermaksud untuk memahami apa yang dialami oleh subjek penelitian secara holistik (holistic) dan dengan cara deskriptif dalam bentuk kata – kata dan bahasa pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah (Moleong, 2006:1). Penelitian studi deskriptif ini merupakan suatu cara yang digunakan untuk memecahkan suatu masalah yang ada dan bertujuan untuk menggambarkan atau melukiskan apa yang diteliti serta berusaha memberikan gambaran yang jelas mengenai apa yang menjadi pokok penelitian.

3.2 Lokasi Penelitian

(38)

3.3 Unit Analisis dan Informan

Unit analisis adalah satuan tertentu yang diperhitungkan sebagai subjek penelitian (Arikunto, 1999:22). Adapun unit analisis dalam penelitian ini adalah Peran Komite Sekolah Dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan Pada Sekolah Menengah Atas Negeri 3 yang berada di jalan Kol.Yos Sudarso Tebing Tinggi. Adapun orang – orang yang menjadi sumber informasi dari data penelitian ini selanjutnya disebut informan terbagi atas 2 kategori :

1. Informan Kunci, yaitu pihak sekolah dan pengurus Komite Sekolah SMA Negeri 3 Tebing Tinggi.

2. Informan Biasa :

a. Para siswa yang terdaftar di SMA Negeri 3 Tebing – Tinggi yang dapat memberikan informasi - informasi mengenai Peran Komite Sekolah SMA Negeri 3 Tebing Tinggi.

b. Masyarakat setempat baik orang tua para siswa dan pihak lain yang juga dapat memberikan informasi mengenai Peran Komite Sekolah SMA Negeri 3 Tebing Tinggi.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

(39)

Adapun data penelitian yang lazim digolongkan menjadi dua bagian, yaitu data primer dan data sekunder.

3.4.1 Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari objek penelitian melalui observasi dan wawancara, baik secara parsitipasif maupun secara mendalam. Oleh karena itu, untuk mendapatkan data primer dalam penelitian ini dilakukan dengan cara penelitian lapangan, yaitu sebagai berikut :

1. Observasi, yaitu pengamatan langsung terhadap berbagai gejala yang tampak pada saat penelitian. Dalam penelitian ini, peneliti langsung turun ke lapangan untuk mengamati aktivitas para pengurus Komite Sekolah di SMA Negeri 3. Hasil observasi atau pengamatan ini kemudian dituangkan dalam bentuk catatan lapangan.

2. Wawancara Mendalam, yaitu proses tanya jawab secara langsung yang ditujukan terhadap informan di lokasi penelitian dengan menggunakan pedoman wawancara atau panduan wawancara dan menuliskan setiap informasi yang diberikan informan ataupun menggunakan rekaman. Wawancara terhadap informan kunci ditujukan untuk memperoleh data dan informasi secara lengkap.

3.4.2 Data Sekunder

(40)

data dan mengambil informasi dari buku – buku referensi, dokumen, majalah, jurnal, internet, yang dianggap relevan dengan masalah yang diteliti. Dalam hal ini tentunya yang berkaitan dengan Peran Komite Sekolah Dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan Pada SMA Negeri 3 Tebing Tinggi.

3.5 Interpretasi Data

Metode analisis data yang digunakan pada penulisan karya tulis ini adalah metode analisi deskriptif kualitatif, dimana analisa deskriptif kualitatif merupakan suatu metode yang digunakan untuk mengumpulkan, mengolah, dan menyajikan data kedalam bentuk penyajian yang sesuai.

Analisa data yang dikerjakan sejak peneliti mengumpulkan data dan dilakukan secara intensif setelah pengumpulan data selesai. Merujuk pada Lexy J.Moleong (2006:190), pengolahan data ini dimulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber yaitu wawancara, pengamatan (observasi) yang sudah dituliskan dalam catatan lapangan,dokumen resmi, gambar foto, dan sebagainya.

Data tersebut setelah dibaca, dipelajari dan ditelaah, maka langkah selanjutnya ialah mengadakan reduksi data yang dilakukan dengan jalan abstraksi. Abstraksi merupakan usaha membuat rangkuman inti, proses, dan pernyataan – pernyataan yang perlu, sehingga tetap di dalam fokus penelitian.

(41)
(42)

BAB IV

TEMUAN DAN INTERPRETASI DATA

4.1 Sejarah Singkat SMA Negeri 3 Tebing Tinggi

Sejarah SMA Negeri 3 Tebing Tinggi berawal dari tahun 1968, berdirinya sekolah pendidikan guru yaitu SPG Persiapan Negeri (SPG HKBP) yang semula menempati gedung perguruan Sederhana (Perguruan Ir.H.Djuanda).

Tahun 1969 sampai dengan tahun 1989 sekolah ini ditetapkan pemerintah sebagai SPG Negeri Tebing Tinggi. Tahun 1989 sampai tahun 1991 status sekolah berganti menjadi SMA Alih Fungsi.

Berdasarkan SK Mendikbud RI No.0426/10/1991 tanggal 7 Mei 1991 sekolah ini berganti nama menjadi SMU Negeri 3 Tebing Tinggi. nama SMA Negeri 3 Tebing Tinggi resmi di pakai mulai tahun 1993, dengan nama yang baru ini masyarakat Tebing Tinggi mengenalnya dengan sebutan SMANTI yang merupakan akronim dari SMA Negeri 3 Tebing Tinggi.

(43)

4.1.1 Visi Dan Misi Sekolah

Visi

Unggul dalam bidang akademik dan non akademik serta mampu bersaing dalam era globalisasi dengan berlandaskan kepada ketaqwaan dan keimanan kepada Tuhan Yang Maha Esa

Misi

• Meningkatkan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa • Meningkatkan keimanan kepada Tuhan Yang Maha Esa • Meningkatkan keunggulan dan prestasi akademik • Meningkatkan keunggulan dan prestasi nonakademik • Meningkatkan kualitas pembelajaran berbasis TIK

Meningkatkan kemampuan bersaing dalam eraglobalisasi

4.1.2 Tujuan Pendidikan

• Membentuk peserta didik menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa

kepada Tuhan Yang Maha Esa.

• Membentuk peserta didik menjadi manusia yang berakhlak mulia.

• Membentuk karakter peserta didik bersifat toleransi sesuai dengan nilai

budaya bangsa.

• Membentuk peserta didik sehat jasmani dan rokhani serta menumbuhkan

rasa sportivitas.

• Membentuk sikap percaya diri dan bertanggungjawab atas perilaku

(44)

• Membangun dan menerapkan informasi, pengetahuan, dan teknologi

secara logis, kritis, kreatif dan inovatif.

• Membentuk peserta didik menguasai teknologi dan informasi.

• Mampu mengakses informasi dalam rangka menganalisis dan

memecahkan masalah.

• Membentuk sikap kompetitif, sportif untuk mendapatkan hasil prestasi

terbaik.

• Meningkatkan rasa cinta terhadap lingkungan yang asri, aman, berseri,

rapi dan indah.

• Meningkatkan dan menerapkan pembelajaran berbasis TIK .

• Membekali peserta didik pengetahuan dan keterampilan untuk mampu

bersaing dalam era globalisasi.

4.2 Struktur Organisasi

(45)

4.3 Sarana Dan Prasarana Sekolah

1Pos Satpam 2.Parkir Sepeda Motor 3.Parkir Sepeda Motor 4Kantin 5.Lab Kimia

STRUKTUR KOMITE SMA NEGERI 3 TEBING TINGGI PERIODE 2009-2012

Ketua komite : Tajuddin Tanjung.SS

Wakil ketua : Ogamota Hulu.SH

Sekretaris : Latib Ritonga, S.Pd

(46)

Anggota : 1. Samsudin Silitonga

2. Rakim Sihaloho

3. J. Sihotang

4.4 Karakteristik Informan

Dalam suayu penelitian, keberadaan informan tentunya menjadi elemen yang sangat penting dalam pengumpulan data, yang pastinya menjadi kunci utama dalam penulisan laporan penelitian ini. Penetapan didalam pengambilan informan merupakan langkah yang harus dilakukan guna mendapatkan informasi akurat dan terjamin secara valid. Informan yang diambil oleh peneliti sebanyak 2 orang diantaranya bapak Drs. Ogamota Hulu, SH sebagai informan kunci yang peneliti anggap sebagai orang yang mengetahui peran Komite Sekolah baik dalam perencanaan program maupun dalam pelaksaana program-program kegiatan yang telah ditetapkan di SMA Negeri 3 Tebing Tinggi. Informan berikutnya adalah informan biasa yaitu bapak Drs. Parlindungan Nainggolan selaku Kepala Sekolah SMA Negeri 3 Tebing Tinggi.

4.4.1 Ogamota Hulu, SH

(47)

Proses wawancara berlangsung sangat tenang, pada waktu itu masih menunjukkan pukul 0.8.00 WIB saat peneliti berada di kantor IPTEK untuk melakukan proses wawancara dengan ketua Komite Sekolah, suasana yang sangat tenang dan nyaman menambah proses wawancara berjalan dengan lancar dan lebih fokus, sesuai dengan harapan penelitian yaitu wawancara mendalam pada informan kunci tersebut. Beliau selain menjabat sebagai ketua Komite Sekolah SMA N 3 Tebing Tinggi, berpotensi juga sebagai seorang pengusaha dan aktif berpartisipasi dalam organisasi kepemudaan dan oraganisasi politik di kota Tebing Tinggi, saat ini bapak Ogamota Hulu SH menjabat sebagai ketua umum Gerakan Aksi Muda-Mudi Kristen Indonesia (GAMKI) dan juga sebagai Sekretaris Jendral partai Hanura kota Tebing Tinggi.

Dalam wawancara yang dilakukan peneliti dengan bapak dari 3 orang anak ini, beliau memberikan penjelasan dengan lugas, maklum saja beliau adalah seorang lulusan Sarjana Hukum dan memiliki pengetahuan di bidang organisasi dan tentunya organisasi Komite Sekolah yang cukup memadai.

(48)

4.4.2 Drs.Parlindungan Nainggolan

Pada tanggal 7 Januari 2013, adalah waktu pertama saya wawancara dengan Bapak Drs.Parlindungan Nainggolan, dikantor Kepala Sekolah SMA N 3 Tebing Tinggi. Bapak yang menjabat sebagai kepala sekolah ini langsung menyambut kedatangan saya dengan ramah ketika peneliti memperkenalkan diri dan menerangkan maksud dan tujuan kedatangan peneliti. Proses wawancara dengan bapak Drs.Parlindungan Nainggolan dilakukan pada hari pertama kedatangan saya, dan pada kesempatan itu juga bapak Drs.Parlindungan Nainggolan banyak memberikan keterangan mengenai SMAN3 Tebing Tinggi seperti profil sekolah, keadaan fisik sekolah serta keadaan guru dan siswa.

Sebagai seorang Kepala Sekolah bapak Drs. Parlindungan Nainggolan memiliki tanggung jawab yang besar demi kemajuan SMA Negeri 3 Tebing Tinggi yang dipimpinnya. Pria kelahiran Balige, 5 Juli 1958 ini adalah alumni sarjana IKIP Medan Jurusan Matematika tahun 1984 dan magister manajemen Universitas HKBP Nommensen 2010, dan hingga saat ini menjabat sebagai Kepala Sekolah dengan golongan IV/A.

4.5 Organisasi Komite Sekolah SMA Negeri 3 Tebing Tinggi

(49)

sekolah yaitu bapak ogamota hulu diketahui bahwa keberadaan atau status komite sekolah SMA Negeri 3 Tebing Tinggi ini sesuai dengan ketentuan yang dikeluarkan oleh pemerintah yakni dinas pendidikan, berikut petikan wawancara dengan beliau :

“komite sekolah di SMA Negeri 3 Tebing Tinggi dibentuk mengikuti ketentuan dari dinas pendidikan yaitu peraturan Kepmendiknas nomor: 044/U/2002. Mulai dari pembentukkannya, program kerjanya, masa periode kepengurusan dan yang lainnya tentu mengikuti peraturan yang telah ditetapkan dinas pendidikan tersebut”

Keberadaan Komite Sekolah merupakan organisasi resmi yang dikoordinasikan secara sadar, dengan sebuah batasan yang relatif dapat diidentifikasi, yang bekerja atas dasar keterikatan yang relatif terus menerus untuk mencapai tujuan dalam peningkatan mutu pendidikan. Kesatuan sosial dalam Komite Sekolah meliputi masyarakat sekolah yang peduli pendidikan dan berinteraksi satu sama lain. Pengertian dikoordinasikan secara sadar bahwa organisasi itu dijalankan berdasarkan prinsip-prinsip manajemen, artinya roda organisasi harus dijalankan berdasarkan prinsip-prinsip manajemen moderen. Sebagaimana telah diuraikan sebelumnya ada empat tujuan pembentukan Komite Sekolah, dan tujuan utamanya adalah meningkatkan mutu pembelajaran di satuan pendidikan tersebut, sehingga dihasilkan lulusan yang bermutu ditinjau dari aspek akademik dan non-akademik.

(50)

Sma Negeri 3 Tebing Tinggi dibentuk guna menjalankan roda organisasi tersebut. Sesuai dengan ketentuan yang ada (yang telah dijelaskan pada pendahuluan ) Komite Sekolah Negeri 3 Tebing Tinggi dibentuk menjadi sebuah organisasi yang terdiri atas Ketua, Sekretaris, Bendahara, dan Anggota. Pembentukan Struktur Organisasi disertai job description setiap personel dan tata-hubungan antar personel, Panduan Organisasi (antara lain berupa AD/ART), fasilitas penunjang (Kantor/Sekretariat, tenaga adminstrasi).

Sesuai dengan keterangan bapak Kepala Sekolah SMA Negeri 3 Tebing Tinggi, Komite Sekolah mulai dibentuk pada tahun 2003 yang lalu dan masih ada hingga saat ini. Menurut beliau pembentukan Komite Sekolah tersebut dilakukan sesuai dengan ketentuan yang dikeluarkan pemerintah. Dari penuturan bapak Parlindungan Nainggolan selaku kepala sekolah yang di wawancarai penulis di ruangan kantornya tersebut, demikian petikan wawancara dengan beliau :

“Komite Sekolah di SMA Negeri 3 tebing tinggi ini, mulai terbentuk pada tahun 2003 yang lalu, pembentukkannya tentu mengikuti peraturan yang telah ditetapkan dinas pendidikan, komite ini masih tetap berjalan dengan baik di sekolah ini hingga saat ini.,,,,,,pada waktu itu pembentukkannya dilakukan melalui musyawarah dalam rapat yang diadakan di sekolah ini, yang dihadiri oleh pihak sekolah, pemerintah setempat, masyarakat, dan para orang tua siswa.”

(51)

dianggap memiliki kapasitas dan perhatian kepada dunia pendidikan di lingkungan sekolah khususnya pada SMA Negeri 3 Tebing Tinggi. Sesuai dengan keterangan bapak Parlindungan Nainggolan berikut ini :

“pada waktu itu sekolah mengundang orang-orang yang selama ini memiliki perhatian pada dunia sekolah, dalam pemilihan pengurus komite sekolah di sma negeri 3 tebing tinggi waktu itu dipilihlah orang yang dianggap memiliki kapasitas dan perhatian terhadap sekolah. para pengurus tersebut ada yang berasal dari pihak sekolah, pemerintah setempat, masyarakat, dan para orang tua siswa.”

Dari data yang diperoleh penulis dari keterangan pihak Komite Sekolah bahwasannya periode masa jabatan pengurus Komite Sekolah adalah selama 3 tahun, dan apabila masa jabatan pengurus telah berakhir akan diadakan kembali rapat atau musyawarah untuk memilih kembali para pengurus komite berikutnya. Berikut ini penuturan bapak Ogamota Hulu selaku ketua Komite Sekolah SMA Negeri 3 Tebing Tinggi periode 2012-2015 yang di wawancarai penulis di ruangan Kantor Komite Sekolah :

(52)

Berikut ini adalah data Susunan Kepengurusan Komite Sekolah sejak tahun 2003 sampai dengan tahun 2012 yaitu sebagai berikut :

STRUKTUR KEPENGURUSAN KOMITE SMA NEGERI 3 TEBING TINGGI

Periode Tahun 2003-2006

Ketua Komite : Drs.Hasan Damanik

Wakil Ketua : Drs.J. Saragih

Sekretaris : R Sihaloho, S.Pd

Bendahara : Merry Manullang,S.Pd

Anggota : 1. J Simarmata S.Pd

2. Rudi Hartanto

3. Bambang

Periode Tahun 2006-2009

Ketua Komite : Drs.Hasan Damanik

Wakil Ketua : Tadjudin Tanjung

Sekretaris : Latib Ritonga

Bendahara : Bunga Malem Purba

Anggota : 1. M Simanjuntak, S.Pd

2. Rakim Sihaloho

(53)

Periode Tahun 2009-2012

Ketua Komite : Tadjudin Tanjung S.S

Wakil Ketua : Ogamota Hulu,SH

Sekretaris : Latib Ritonga S.Pd

Bendahara : Bunga Malem Purba

Anggota : 1. Samsudin Silitonga

2. Rakim Sihaloho

3. J. Sihotang

Periode Tahun 2012-2015

Ketua Komite : Ogamota Hulu,SH

Wakil Ketua : J R M Sirait,S.Pd

Sekretaris : Jonner Sitorus

Wakil Sekretaris : Safrizal,S.Pd

Bendahara : Merdianta Herawati Siburian,S.Pd

Wakil Bendahara : Bunga Malem Purba

Anggota : 1.Drs.P Ginting

2. Slamet Riyadi

(54)

Tujuan pembentukan Komite Sekolah adalah:

a. Mewadahi dan menyalurkan aspirasi serta prakarsa masyarakat dalam melahirkan kebijakan operasional dan program pendidikan di satuan pendidikan.

b. Meningkatkan tanggung jawab dan peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan di satuan pendidikan.

c. Menciptakan suasana dan kondisi transparan, akuntabel, dan demokratis dalam penyelenggaraan dan pelayanan pendidikan yang bermutu di satuan pendidikan (Kepmendiknas nomor: 044/U/2002). Adapun fungsi Komite Sekolah, sebagai berikut :

a. Mendorong tumbuhnya perhatian dan komitmen masyarakat terhadap penyelenggaraan pendidikan yang bermutu.

b. Melakukan kerjasama dengan masyarakat (perorangan/organisasi/ dunia usaha/dunia industri) dan pemerintah berkenaan dengan penyelenggaraan pendidikan yang bermutu.

c. Menampung dan menganalisis aspirasi, ide, tuntutan, dan berbagai kebutuhan pendidikan yang diajukan oleh masyarakat.

d. Memberikan masukan, pertimbangan, dan rekomendasi kepada satuan pendidikan mengenai:

1) kebijakan dan program pendidikan

2) rencana anggaran pendidikan dan belanja sekolah (RAPBS)

3) kriteria kinerja satuan pendidikan

(55)

5) kriteria fasilitas pendidikan, dan

6) hal-hal lain yang terkait dengan pendidikan

e. Mendorong orang tua dan masyarakat berpartisipasi dalam pendidikan

guna mendukung peningkatan mutu dan pemerataan pendidikan

f. Menggalang dana masyarakat dalam rangka pembiayaan

penyelenggaraan pendidikan di satuan pendidikan.

g. Melakukan evaluasi dan pengawasan terhadap kebijakan, program, penyelenggaraan, dan keluaran pendidikan di satuan pendidikan (Kepmendiknas nomor: 044/U/2002).

2. Peranan Komite Sekolah

Secara kontekstual, peran Komite Sekolah sebagai:

a. Pemberi pertimbangan (advisory agency) dalam penentuan dan pelaksanan kebijakan pendidikan di satuan pendidikan.

b. Pendukung (supporting agency), baik yang berwujud finansial, pemikiran, maupun tenaga dalam penyelenggaraan pendidikan di satuan pendidikan.

c. Pengontrol (controlling agency) dalam rangka transparansi dan akuntabilitas penyelenggaraan dan keluaran pendidikan di satuan pendidikan.

(56)

Depdiknas dalam bukunya Partisipasi Masyarakat, menguraikan tujuh peranan Komite Sekolah terhadap penyelenggaraan sekolah, yakni:

a. Membantu meningkatkan kelancaran penyelenggaraan kegiatan belajar-mengajar di sekolah baik sarana, prasarana maupun teknis pendidikan. b. Melakukan pembinaan sikap dan perilaku siswa. Membantu usaha

pemantapan sekolah dalam mewujudkan pembinaan dan pengembangan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, pendidikan demokrasi sejak dini (kehidupan berbangsa dan bernegara, pendidikan pendahuluan bela negara, kewarganegaraan, berorganisasi, dan kepemimpinan), keterampilan dan kewirausahaan, kesegaran jasmani dan berolah raga, daya kreasi dan cipta, serta apresiasi seni dan budaya.

c. Mencari sumber pendanaan untuk membantu siswa yang tidak mampu. d. Melakukan penilaian sekolah untuk pengembangan pelaksanaan

kurikulum, baik intra maupun ekstrakurikuler dan pelaksanaan manajemen sekolah, kepala/wakil kepala sekolah, guru, siswa, dan karyawan.

e. Memberikan penghargaan atas keberhasilan manajemen sekolah.

f. Melakukan pembahasan tentang usulan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Sekolah (RAPBS).

g. Meminta sekolah agar mengadakan pertemuan untuk kepentingan tertentu (Depdiknas, 2001:17).

(57)

usaha lain yang tidak bertentangan dengan maksud dan tujuan pembentukan Komite Sekolah.

4.6. Hubungan Masyarakat Dengan Sekolah SMA Negeri 3 Tebing Tinggi Sekolah bukanlah suatu lembaga yang terpisah dari masyarakat. Sekolah merupakan lembaga yang bekerja dalam konteks sosial. Sekolah mengambil siswanya dari masyarakat setempat, sehingga keberadaannya tergantung dari dukungan sosial dan finansial masyarakat. Oleh karena itu, hubungan sekolah dan masyarakat merupakan salah satu komponen penting dalam keseluruhan kerangka penyelenggaraan pendidikan.

Adanya hubungan yang harmonis antar sekolah dan masyarakat yang diwadahi dalam organisasi Komite Sekolah, sudah barang tentu mampu mengoptimalkan peran serta orang tua dan masyarakat dalam memajukan program pendidikan, dalam bentuk:

a. Orang tua dan masyarakat membantu menyediakan fasilitas pendidikan, memberikan bantuan dana serta pemikiran atau saran yang diperlukan sekolah.

b. Orang tua memberikan informasi kepada sekolah tentang potensi yang dimiliki anaknya, dan

c. Orang tua menciptakan rumah tangga yang edukatif bagi anak (Depdiknas, 2001:19).

(58)

masyarakat khususnya orang tua siswa pada berbagai kegiatan di sekolah, seperti pada pembagian raport siswa yang diwakili orangtua siswa, rapat penaikan kelas, rapat penaikan kelas, rapat komite sekolah, dan kegiatan-kegiatan atau perlombaan yang dilaksanakan oleh sekolah yang biasanya dihadiri oleh masyarakat setempat khususnya para orang tua siswa. Hal ini penulis ketahui dari penuturan bapak Parlindungan Nainggolan selaku kepala sekolah dan juga bapak Ogatama Hulu sebagai keteua komite sekolah, berikut pernyataan bapak Parlindungan Nainggolan :

“ ,,,,hubungan sekolah dengan masyarakat khususnya para orang tua siswa selalu dijaga, kehadiran para orangtua siswa maupun masyarakat yang peduli dengan dunia pendidikan selalu kami hargai. Dari berbagai kegiatan yang dilaksanakan di sekolah seperti rapat komite, rapat kenaikan kelas, dan yang lainnya hampir dipastikan bahwa pihak sekolah selalu memberikan undangan untuk orang tua siswa dan hubungan dengan mereka itu selalu terjaga”

Berikut ini penuturan bapak Ogamota Hulu selaku ketua Komite Sekolah SMA Negeri 3 Tebing Tinggi :

(59)

kebijakan di sekolah akan dipertimbangkan pihak sekolah. Dengan adanya hal tersebut hubungan dengan mereka semakin dekat”

Berkenaan dengan peningkatan hubungan sekolah dengan masyarakat, subtansi pembinaannya harus diarahkan kepada meningkatkan kemampuan seluruh personil sekolah dalam:

a. Memupuk pengertian dan pengetahuan orang tua tentang pertumbuhan pribadi anak.

b. Memupuk pengertian orang tua tentang cara mendidik anak yang baik, dengan harapan mereka mampu memberikan bimbingan yang tepat bagi anak-anaknya dalam mengikuti pelajaran.

c. Memupuk pengertian orang tua dan masyarakat tentang program pendidikan yang sedang dikembangkan di sekolah.

d. Memupuk pengertian orang tua dan masyarakat tentang hambatan-hambatan yang dihadapi sekolah.

e. Memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk berperan serta memajukan sekolah.

(60)

4.7. Peranan Komite Sekolah SMA Negeri 3 Tebing Tinggi Dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan

Pendidikan memegang peranan yang sangat penting dalam proses peningkatan kualitas sumber daya manusia dan merupakan suatu proses yang terintegrasi dengan proses peningkatan kualitas sumber daya manusia itu sendiri. Menyadari pentingnya proses peningkatan kualitas sumber daya manusia, maka Pemerintah telah berupaya mewujudkan amanat tersebut melalui berbagai usaha pembangunan pendidikan yang lebih berkualitas melalui pengembangan dan perbaikan kurikulum dan sistem evaluasi, perbaikan sarana pendidikan, pengembangan dan pengadaan materi ajar, serta pelatihan bagi guru dan tenaga kependidikan lainnya. Tetapi kenyataan belum cukup dalam meningkatkan kualitas pendidikan (Depdiknas, 2001:2). Salah satu wujud aktualisasinya dibentuklah suatu badan yang mengganti keberadaan Badan Pembantu Penyelenggara Pendidikan (BP3) yakni Komite Sekolah melalui Keputusan Menteri Pendidikan Nasional nomor : 044/U/2002 tanggal 2 April 2002. Penggantian nama BP3 menjadi Komite Sekolah didasarkan atas perlunya keterlibatan masyarakat secara penuh dalam meningkatkan mutu pendidikan.

(61)

“ ,,,, kalau berbicara mengenai peran yang dilakukan komite sekolah untuk meningkatkan mutu pendidikan sekolah, itu jelas ada baik berupa materi maupun gagasan-gagasan demi kemajuan mutu sekolah. Dalam mencapai hal tersebut tentunya harus dilaksanakan berbagai upaya untuk mendongkrak mutu sekolah, dalam melaksanakan kegiatan ini sudah tentu butuh dana, disinilah salah satu peran komite sekolah dalam peningkatan mutu pendidikan yakni ikut serta menghimpun bantuan kepada sekolah berupa bantuan dana rutin dalam setiap tahun ajaran yang berlangsung”

Adapun dana bantuan yang dimaksud yaitu pengeluaran rutin yang dikeluarkan oleh badan komite sekolah per tahun pelajaran yang terdiri dari :

1. Bantuan Untuk Peningkatan Dan Pengembangan Standar Pendidik Dan Tenaga Kependidikan

Dana yang bersumber dari Komite Sekolah dalam hal ini ialah untuk pengembangan tenaga pendidik mulai dari kepala sekolah, wakil kepala sekolah, tenaga representaif khusus, penanggung jawab SKM Model, penanggung jawab PSB TIK, KTU, dan bendahara sekolah.

(62)

mata pelajaran agama islam, agama kristen protestan, agama khatolik, bimbingan penyuluhan (BP), geografi, TIK, seni, sejarah.

Hal ini sesuai dengan keterangan yang diberikan oleh ketua komite sekolah bapak Ogamota Hulu, SH berikut ini :

“karena memang tenaga guru yang bertugas di sekolah ini masih dapat dikatakan kurang, maka keberadaan komite sekolah unutk membantu memberikan dana untuk gaji para honorer sangat penting. Ada berbagai mata pelajaran yang belum memadai tenaga guru di bidang tersebut, seperti mata pelajaran agama Islam, agama Kristen Protestan, agama Khatolik, bimbingan penyuluhan (BP), geografi, TIK, seni, sejarah. Jadi gaji mereka dapat dikatakan bersumber dari komite sekolah”

(63)

2. Bantuan Untuk Peningkatan Dan Pengembangan Standar Pengelolaan Pendidikan

Pengelolaan laboratorium fisika, pengelolaan laboratorium biologi, pengelolaan laboratorium komputer, pengeloaan laboratorium kimia, pengelolaan petamanan/ kebersihan, kordinator piket, kordinator BP.

3. Bantuan Untuk Peningkatan Dan Pengembangan Standar Proses Belajar Mengajar

Wali kelas, home visit, pembinaan olimpiade, foto kopi media pembelajaran, bantuan dana penggunaan internet, koran, MK3S, minuman aqua, bantuan dalam pelaksaan rapat bulanan, bantuan transportasi ke dinas, biaya pengadaan data siswa(BP), MGMP guru.

4. Peningkatan Kompetensi Lulusan

(64)

5. Bantuan Untuk Peningkatan Dan Pengembangan Standar Sarana Dan Prasarana

Pengadaan cangkul,pengadaan beko,bantuan perbaikan alt-alat listrik, bantuan perbaikan meja dan kursi,pengadaan sarana dan prasarana kebun, bantuan biaya blocgrant TIK, bantuan pengadaan bunga dan pot, P3K, pengadaan parang mesin babat,pembelian minyak bensin, pembelian oli mesin babat, pembelian racun rumput, pengadaan pembersih alat-alat WC, bantuan pakaian PKS, bantuan pengadaan perangkat kelas, biaya perbaikan alat komputer.

6. Pengembangan Dan Penyaluran Bakat Siswa

Pramuka diantaranya pelatih dan penanggung jawab, karate diantaranya pelatih dan penanggung jawab, bola volley diantaranya pelatih dan uji tanding antar sekolah, sepak bola diantaranya pelatih, uji tanding antar sekolah dan kompetisi. Perlombaan sains dan olah raga, paduan suara(dialihkan menjadi rapat komite dengan kasek wakasek dan pengawas sekolah), kegiatan kesenian, kegiatan sastra dan bahasa indonesia, kegiatan sastra jerman, kegiatan sastra dan bahasa inggris, Imtaq, pesantren kilat, biaya latihan paskibraka, bantuan perlengkapan paskibraka, patroli keamanan siswa, kegiatan mulok.

7. Dana Peringatan Hari-Hari Besar Nasional Dan Keagamaan

(65)

4.8. Prestasi SMA Negeri 3 Tebing Tinggi

Salah satu tujuan pembentukan Komite Sekolah adalah meningkatkan tanggung jawab dan peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan di satuan pendidikan. Hal ini berarti peran serta masyarakat sangat dibutuhkan dalam peningkatkan mutu pendidikan, bukan hanya sekadar memberikan bantuan berwujud material saja, namun juga diperlukan bantuan yang berupa pemikiran, ide, dan gagasan-gagasan inovatif demi kemajuan suatu sekolah.

Mutu dalam konteks hasil pendidikan mengacu pada prestasi yang dicapai oleh sekolah pada setiap kurun waktu tertentu. Prestasi yang dicapai atau hasil pendidikan (student achievement) dapat berupa hasil tes kemampuan akademis, dapat pula prestasi bidang lain seperti olah raga, seni atau keterampilan tertentu (komputer, beragam jenis teknik, jasa). Bahkan prestasi sekolah dapat berupa kondisi yang tidak dapat dipegang (intangible) seperti suasana disiplin, keakraban, saling menghormati, kebersihan, dan sebagainya (Umaedi, 1999:9).

4.8.1. Pencapaian SMA Negeri 3 Tebing Tinggi pada predikat SKM-PSB ( Sekolah Kategori Mandiri - Pusat Sumber Belajar )

(66)

harus dicapai oleh semua SMA dan merupakan induk dari program ini, sedangkan PBKL merupakan upaya pemerintah untuk memberikan pembekalan pengetahuan/keterampilan dan PSB merupakan tuntutan global dalam rangka mendapatkan sumber belajar yang bervariasi dan mewujudkan pembelajaran berbasis TIK.

Dalam mendukung program dan kegiatan tersebut dapat terlaksana secara efektif didukung upaya dan aktivitas di sekolah SMA Negeri 3 Tebing Tinggi. Pembiayaan pelaksanaan program implementasi SMA Model SKM-PBKL-PSB yang berkaitan dengan inventarisasi kondisi; sosialisasi, asistensi dan sinkronisasi program kerja, pemberian dana bantuan block grant, dan supervisi dan evaluasi dibebankan pada anggaran Dit. Pembinaan SMA Tahun berjalan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Sedangkan pembiayaan diluar kegiatan di atas yang berkaitan dengan pemenuhan SNP ditingkat Provinsi dan Kabupaten/Kota dibebankan kepada Dinas Pendidikan Provinsi, Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota dan Sekolah sesuai dengan tugas, tanggungjawab dan kewenangannya masing-masing.

Secara garis besar, pembiayaan pelaksanaan SMA Model SKM-PBKL-PSB bersumber dari :

1. RAPBS dari Pemerintah kota Tebing Tinggi 2. Pemerintah Provinsi Sumatera Utara

3. APBN

(67)

4.8.2. Suasana Disiplin Di Lingkungan SMA Negeri 3 Tebing Tinggi

Dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar pada SMA N 3 Tebing Tinggi, setiap elemen yang ada di sekolah tersebut diwajibkan untuk menjaga ketertiban dan mematuhi setiap peraturan yang berlaku di sekolah demi terwujudnya kondisi yang kondusif dalam menjalankan kegiatan belajar mengajar yang ada di lingkungan sekolah. Peraturan yang dibuat sekolah dimaksudkan untuk menjaga suasana disiplin untuk tercapainya kegiatan belajar mengajar yang sesuai dengan program sekolah. Suasana disiplin dapat terlihat dari pembagian waktu yang sudah ditetapkan dari sekolah, misalnya dari segi waktu jam masuk sekolah, pergantian les mata pelajaran, hingga pulang sekolah.

Hal ini peneliti dapatkan melalui penjelasan kepala sekolah melalui penuturan bapak Drs.Parlindungan Nainggolan berikut ini:

(68)

Berikut ini Tata Tertib siswa SMA Negeri 3 tebing tinggi yaitu sebagai berikut:

1. Siswa tidak boleh membawa uang dan perhiasan yang berlebihan ke sekolah.

2. Siswa tidak boleh membawa benda – benda tajam yang membahayakan ke sekolah.

3. Siswa tidak dibenarkan membawa gitar dan alat – alat musik lainnya ke sekolah tanpa ijin guru kesenian.

4. Siswa tidak dibenarkan membawa teman dari sekolah lain pada saat KBM berlangsung.

5. Siswa tidak dibenarkan membawa majalah , gambar VCD dan walkman diluar dari media KBM.

6. Siswa tidak dibenarkan membawa kartu joker, domino dan sejenisnya diluar dari media KBM.

7. Siswa tidak dibenarkan membawa rokok dan sejenisnya kesekolah.

8. Siswa tidak dibenarkan membawa minuman yang mengandung alkohol dan sejenisnya ke sekolah.

9. Siswa dilarang keras membawa / mengedar / memakai narkoba. 10.Siswa harus sampai disekolah sebelum pukul 7.15. Wib.

11.Siswa harus berada didalam kelas selama KBM berlangsung.

12.Siswa harus memberikan keterangan dan apabila tidak hadir selama 3 hari tanpa keterangan maka orang tua siswa dipanggil ke sekolah.

13.Siswa harus mengikuti upacara bendera.

(69)

15.Siswa harus berpakaian rapi , kemeja / blus harus dimasukkan, memakai ikat pinggang hitam dengan gasper kecil.

16.Setiap siswa harus memakai sepatu kain warna hitam / kaos kaki putih. 17.Bagi siswa perempuan harus memakai bedak sewajarnya, kuku harus

dipotong pendek dan rambut tidak diberi warna.

18.Bagi siswa laki – laki harus beranbut pendek dan rapi serta tidak boleh diberi warna. Bagi siswa perempuan yang berpakaian muslimah harus memakai rok dibatas pinggang dengan mode lipat hadap.

19.Bagi siswa perempuan yang berpakaian muslimah harus memakai jilbab putih dengan mode persegi empat.

20.Bagi siswa laki – laki dan perempuan harus memakai pakaian sopan, kemeja yang tidak tembus pandang , blus / kemeja dimasukkan.

21.Bagi siswa perempuan yang memakai rok pendek harus dibatas pinggang dan panjang rok 5 cm dibawah lutut dengan mode lipat hadap.

22.Bagi siswa perempuan harus memakai tas sekolah dengan mode sederhana dan disesuaikan untuk pelajar.

23.Siswa laki – laki harus memakai celana dengan mode yang sesuai untuk pelajar

( tidak boleh ketat dan terlalu longgar )’

24.Seluruh siswa harus menonaktifkan HP ketika KBM berlangsung.

25.Siswa dilarang keras berkeliaran didalam / diluar lingkungan sekolah pada saat KBM berlangsung.

(70)

27.Siswa tidak dibenarkan melakukan acara ulang tahun disekolah dalam bentuk apapun.

28.Siswa harus menjaga lingkungan sekolah dan membuang sampah pada tempatnya.

29.Setiap siswa harus menghormati teman yang sedang menjalankan ibadah puasa.

30.Setiap siswa harus menjalin hubungan yang akrab dan harmonis dilingkungan sekolah , berkata sopan terhadap guru dan teman.

31.Setiap siswa dilarang keras mengadakan kegiatan yang tidak sesuai dengan KBM.

Sumber: Data SMA negeri 3 Tebing Tinggi, Tahun 2012

Dari penampilan yang ditunjukkan siswa pada sekolah tersebut memberikan kesan yang rapi dalam berbusana, dalam hal ini siswa memakai seragam sesuai dengan aturan sekolah lengkap dengan atribut yang diwajibkan untuk dikenakan. Dari temuan yang peneliti dapatkan dilapangan bahwasanya para siswa-siswi yang mengenyam pendidikan selokah menengah atas yang belajar di sekolah ini dapat dikatakan memiliki disiplin yang tinggi mulai dari disiplin waktu, bertingkah laku, dan berpakaian layaknya sebagai seorang pelajar.

4.8.3. Prestasi Di Bidang Ilmu Pengetahuan Dan Teknologi

Referensi

Dokumen terkait

Angka Levene atau F-test untuk Usability adalah sebesar 0,905 dengan probabilitas (sig) sebesar 0,406 Oleh karena angka probabilitas > 0,05 maka H0 diterima dan H1

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan membuktikan secara empiris pengaruh partisipasi penyusunan anggaran, motivasi dan komitmen organisasi terhadap kinerja

“Tinjauan Hukum Islam Terhadap Putusan Pengadilan Agama Sidoarjo Tentang Hak Anak Angkat Terhadap Harta Peninggalan Orang Tua Angkatnya (Studi Kasus Putusan Pengadilan Agama

Berdasarkan hasil penelitian tindaka kelas yang dilaksanakan pada kelas V SDN 2 Mlati Lor Kudus dapat disimpulkan bahwa model Make A Match berbantuan media puzzle dapat

Immunomodulatory activity in vivo from EPS was measured using phagocytic activity and phagocytic capacity macrophage cells from mice peritoneal cavity

Pemanfaatan Tepung Ubi Jalar (Ipomoea batatas L.) Klon BB00105.10 sebagai Bahan Dasar Produk Olahan Goreng Serta Evaluasi Mutu Gizi dan Indeks Glikemiknya

Direktorat Jenderal Pendidikan Islam, Kementerian Agama R.I, menyatakan bahwa lembaga di bawah ini telah melakukan updating data Pendidikan Islam (EMIS) Periode Semester GENAP

sebagaimana mestinya untuk menyusun suatu skripsi dengan judul “TINJAUAN HUKUM TERHADAP PEMBERIAN SANTUNAN YANG DITERIMA OLEH PENYANDANG DISABILITAS YANG MENGALAMI