• Tidak ada hasil yang ditemukan

UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI FRAKSI n-HEKSANA DAUN Coleus scutellarioides TERHADAP BAKTERI Staphylococcus aureus DENGAN METODE BIOAUTOGRAFI KONTAK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI FRAKSI n-HEKSANA DAUN Coleus scutellarioides TERHADAP BAKTERI Staphylococcus aureus DENGAN METODE BIOAUTOGRAFI KONTAK"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

RATNA ENDAH LESTARI

UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI FRAKSI

n-

HEKSANA DAUN

Coleus scutellarioides

TERHADAP BAKTERI

Staphylococcus aureus

DENGAN METODE BIOAUTOGRAFI KONTAK

PROGRAM STUDI FARMASI

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

(2)
(3)
(4)

iv

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya ucapkan kepada Allah SWT karena berkat Rahmat dan Karunia-Nya saya dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Shalawat beserta salam semoga senantiasa terlimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW, kepada keluarga, Para sahabat, hingga kepada umatnya hingga akhir zaman.

Penulisan skripsi ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Strata 1 pada Program Studi Farmasi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Malang. Judul yang saya ajukan adalah

“Uji Aktivitas Antibakteri Fraksi n-Heksana Daun Coleus scutellarioides Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus Dengan Metode Bioautografi Kontak”.

Dalam penyusunan dan penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan, bimbingan serta dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu dalam kesempatan ini saya dengan senang hati menyampaikan terima kasih kepada yang terhormat :

1. Yoyok Bekti Prasetyo, M.Kep., Sp.Kom. selaku Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Malang.

2. Nailis syifa’, S.Farm., M.Sc., Apt.selaku Ketua Program Studi Farmasi Universitas Muhammadiyah Malang.

3. Ibu Siti Rofida, S.Si., M.Farm., Apt. Selaku pembimbing I yang selalu sabar, bijaksana, dan senang hati memberikan bimbingan, nasehat serta waktunya selama proses penyusunan, penelitan, hingga akhir penulisan skripsi ini. 4. Bapak Ahmad Shobrun Jamil, S.Si., MP. Selaku pembimbing II yang telah

membimbing, menasehati dan meluangkan waktunya selama proses penulisan skripsi ini.

5. Ibu Sovia Aprina Basuki, S.Farm., M.Si., Apt. selaku penguji dan kepala

labolatorium farmasi yang telah memberikan nasehat dan masukkan dalam proses penyusunan skripsi.

6. Ibu Engrid Juni Astuti, M.Farm., Apt. selaku penguji yang telah memberikan

nasehat dan masukkan dalam proses penyusunan skripsi.

(5)

v

8. Bapak (Akuwan) dan ibu (Siti Khotimah) tercinta atas jasa-jasanya, kesabaran, doa, nasehat, dukungan dan tidak pernah lelah dalam mendidik, membesarkan dengan penuh kasih sayang, dan cinta yang tulus kepada saya sejak kecil hingga sampai sekarang ini.

9. Pakde Juwari yang telah membantu dan rela mengorbankan waktunya dalam proses penelitian untuk mendapatkan tanaman Daun Coleus scutellarioides. 10.Saudara-saudara tercinta yang telah banyak memberikan dorongan, semangat

dan bantuan baik secara moril maupun materil demi lancarnya penyusunan skripsi ini.

11.Teman-teman Farmasi 2012 atas kebersamaan, kekeluargaan, dukungan dan bantuannya selama ini yang sangat berarti bagi saya. Semoga persahabat kita selalu terjaga.

12.Mbak evi selaku laboran yang telah membantu dan menyiapkan semua keperluan dalam proses penelitain di labolatorium.

13.Teman seperjuangan Lisa Dewi Purnama Rizki yang selau ada dalam suka dan duka, perhatian, serta semangatnya senang bisa mengenalmu dengan

baik. Semoga persahabatan kita selalu terjaga.

14.Staf poliklinik (mbak lusi, mbak wulan, bu nanik, dan para dokter poliklinik) atas kesempatannya, menerima dan mempercayai saya bisa parttime di

polikinik UMM.

Untuk semua pihak yang membantu penyelesaian skripsi ini, semoga Allah SWT senantiasa memudahkan setiap langkah–langah kita menuju kebaikan dan salalu menganugrahkan kasih sayang–Nya untuk kita semua. Akhir kata penulis memohon maaf apa bila masih banyak kekurangan dalam penyusunan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak khususnya kepada pembaca. Amin.

Malang, 21Juni 2016

(6)

vi

RINGKASAN

Penyakit infeksi merupakan jenis penyakit yang paling banyak diderita oleh penduduk di negara berkembang termasuk Indonesia. Salah satu penyebab penyakit infeksi adalah bakteri. Mikroorganisme alami yang ada dalam tubuh manusia disebut mikroorganisme normal atau flora normal. Meskipun flora normal ini tidak patogen, namun dalam keadaan tertentu dapat bersifat patogen dan menimbulkan penyakit infeksi. Contoh flora normal yang dapat menjadi mikroorganisme patogen adalah bakteri Staphylococcus aureus (Sylvia, 2008). S. aureus dapat ditemukan pada permukaan kulit sebagai flora normal, terutama disekitar hidung, mulut, alat kelamin, dan sekitar anus. Selain itu, dapat menyebabkan infeksi pada luka biasanya berupa abses yang merupakan kumpulan nanah atau cairan dalam jaringan yang disebabkan oleh infeksi bakteri (Wahyudi dan Sukarjati, 2013).

S. aureus juga merupakan bakteri penyebab infeksi nosokomial yang banyak terjadi di Indonesia. Di Jakarta pada periode tahun 1986-1993 terjadi peningkatan angka kejadian infeksi S. aureus hampir empat kali lipat dari 2,5% menjadi 9,4% (Nasir, 2010). Menurut penelitian yang dilakukan oleh Dudy dkk (2010), di Rumah Sakit Dr. Kariadi Semarang, terdapat 23 kasus infeksi luka pasca operasi yang disebabkan oleh S. aureus. Tidak hanya di Indonesia, di negara maju, seperti Amerika Serikat, ditemukan 20.000 kematian setiap tahun akibat infeksi nosokomial yang disebabkan oleh bakteri S. aureus. Di seluruh dunia, 10% pasien rawat inap di rumah sakit mengalami infeksi baru selama dirawat sebanyak 1,4 juta infeksi setiap tahun.

Indonesia merupakan salah satu negara dengan kekayaan hayati terbesar di dunia yang memiliki lebih dari 30.000 spesies tanaman tingkat tinggi. Hingga saat ini, tercatat 7000 spesies tanaman telah diketahui khasiatnya namun kurang dari 300 tanaman yang digunakan sebagai bahan baku industri farmasi (Saifudin dkk, 2011).

Penggunaan bahan obat alam terutama tumbuhan telah melekat di dalam kehidupan masyarakat dari generasi ke generasi hingga saat ini. Fakta bahwa obat berbasis tumbuhan telah melekat di dalam kehidupan masyarakat, kecenderungan orang menggunakan tumbuhan yang memiliki peran penting sebagai sumber obat (Saifudin dkk, 2011).

Salah satu spesies dari genus Coleus yaitu Coleus scutellarioides merupakan tanaman hias yang dapat dimanfaatkan sebagai obat tradisional yang berasal dari Asia Tenggara. Corak, bentuk dan warna C. scutellarioides beranekaragam, tetapi yang berkhasiat sebagai obat adalah daun yang berwarna merah kecoklatan (Dalimartha, 2007). C. scutellarioides, salah satu tanaman asli Indonesia khususnya di Provinsi Sulawesi Utara (Ahmad, 2014). Tanaman ini juga dapat berkhasiat meredakan rasa nyeri sebagai antiinflamasi, antioksidan, antimikroba, antibakteri, dan mempercepat penyembuhan luka (Rudianto, 2013).

(7)

vii

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui aktivitas hambatan melalui pengukuran diagonal zona hambat fraksi n-heksana daun C. scutellarioides terhadap S. aureus dengan metode bioautografi kontak dan untuk memperoleh golongan senyawa yang berkhasiat sebagai antibakteri dalam fraksi n-heksana daun C. scutellarioides.

Dengan demikian untuk mengetahui aktifitas antibakteri C. scutellarioides yang dapat dilakukan dengan mengekstrasi golongan senyawa kimia secara bertingkat menggunakan metode bioautografi kontak. Cara ini bertujuan untuk memisahkan golongan senyawa kimia yang bersifat non polar, semi polar, dan polar pada daun C. scutellarioides dengan pelarut yang sesuai. Pelarut yang digunakan yaitu n-heksana, etil asetat, dan etanol. Pada fraksi n-heksana dilakukan pengujian antibakteri menggunakan metode bioautografi kontak. Dalam penelitian ini, golongan senyawa yang terkandung dalam fraksi n-heksana C. scutellarioides dilakukan penotolan pada plat KLT yang di eluasi menggunakan eluen yang sesuai kemudian muncul noda yang terpisah. Noda yang terbentuk pada plat KLT dipotong sesuai dengan bentuk noda, disterilkan dan didifusikan pada media agar yang telah berisi biakan bakteri, kemudian diinkubasi selama 24 jam. Timbul zona bening dibawah plat, kemudian diukur diagonal zona bening tersebut. Diagonal zona bening yang terukur menunjukkan aktivitas antibakteri.

Dari hasil penelitian didapatkan daya hambat fraksi n-heksana daun Coleus scutellarioides terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus pada konsentrasi 50 μg/ml adalah Rf 1 = 6,75 mm, Rf 2 = 7,0 mm, Rf 3 = 9,15 mm, Rf 4 = 9,2 mm, Rf 5 = 9,55 mm. Daya hambat terkecil yang terbentuk pada Rf 1 yaitu 6,75 mm, sedangkan daya hambat terbesar yang terbentuk pada Rf 5 yaitu 9,55 mm. Pada Rf tersebut didapatkan hasil identifikasi golongan senyawa kimia pada fraksi n-heksana daun Coleus scutellarioides yaitu terpenoid, flavonoid, polifenol, alkaloid dan antrakuinon. Antibiotik yang digunakan sebagai pembanding (kontrol positif) dalam penelitian ini adalah kloramfenikol. Diameter zona bening yang terbentuk adalah 23,5 mm.

(8)

viii

DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

LEMBAR PENGUJIAN... iii

KATA PENGANTAR... iv

RINGKASAN... vi

ABSTRAK... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ...xiv

DAFTAR GAMBAR ...xv

DAFTAR LAMPIRAN ...xvi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1Latar Belakang Masalah ... 1

1.2Rumusan Masalah... 5

1.3Tujuan Penelitian ... 5

1.4Manfaat Penelitian ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA... 6

2.1Tinjauan Coleus scutellarioides ... 6

2.1.1 Klasifikasi Daun Coleus scutellarioides ... 6

2.1.2 Morfologi Tumbuhan ... 7

2.1.3 Manfaat Tanaman ... 7

2.1.4 Kandungan C. scutellaroides ... 8

2.1.5 Aktivitas Biologis C. scutellaroides ... 8

2.2 Tinjauan Tentang Staphylococcus aureus ... 9

2.2.1 Klasifikasi dan Morfologi ... 9

2.2.2 Organela ... 10

2.2.3 Patogenitas ... 11

2.2.4 Pengobatan ... 11

2.3 Tinjauan Tentang Antibiotik ... 12

2.3.1 Mekanisme Kerja Kloramfenikol ... 12

(9)

ix

2.5 Uji Aktivitas Antimikroba Secara In-vitro ... 15

2.5.1 Metode Dilusi ... 15

2.5.2 Metode Difusi ... 16

2.5.3 Metode Bioautografi ... 16

2.6 Kromatografi ... 18

2.6.1 Kromatografi Lapis Tipis ... 18

2.7 Tinjauan Tentang Ekstrak ... 19

2.7.1 Metode Ekstraksi ... 19

2.8 Tinjauan Sifat Pelarut ... 20

2.8.1 Pelarut n-heksana ... 21

BAB III KERANGKA KONSEPTUAL ... 23

3.1 Bagan Kerangka Konsep ... 23

3.2 Kerangka Konseptual ... 24

BAB IV METODE PENELITIAN ... 26

4.1 Bahan Penelitian ... 26

4.1.1 Bahan Uji ... 26

4.1.2 Bahan Ekstraksi ... 26

4.1.3 Bahan Penguji Bioautografi ... 26

4.1.4 Bahan yang Digunakan untuk Uji Skrining ... 26

4.2 Lokasi Penelitian ... 27

4.3 Alat-alat Penelitian ... 27

4.3.1 Proses Ekstrasi ... 27

4.3.2 Pengujian Bioautografi ... 27

4.3.3Identifikasi Profil KLT... 27

4.4 Populasi dan Sampel Penelitian ... 28

4.4.1 Populasi ... 28

4.4.2 Sampel ... 28

4.5 Variabel Penelitian ... 28

4.5.1 Variabel Bebas... 28

4.5.2 Variabel Terikat ... 28

4.6 Penyiapan Sterilisasi Alat dan Bahan... 28

(10)

x

4.6.2 Sterilisasi Panas Basah ... 28

4.6.3 Sterilisasi Radiasi Sinar Ultra Violet (Sinar UV) ... 29

4.7 Rancangan Penelitian ... 29

4.7.1 Kerangka Operasional ... 29

4.8 Prosedur Penelitian ... 30

4.8.1 Pembuatan Simplisia ... 30

4.8.2 Proses Maserasi C. scutellarioides ... 30

4.8.3 Pemisahan Komponen Senyawa ... 31

4.8.4 Identifikasi Komponen Senyawa ... 32

4.9 Pembuatan Media ... 32

4.9.1 Pembuatan Medium Nutrient Agar Plate (NAP) ... 32

4.9.2 Preparrasi Bakteri Staphylococcus aureus ... 32

4.10 Pengujian Bioautografi ... 34

4.11 Bagan Alur Kerja ... 36

4.11.1 Proses Maserasi ... 36

4.11.2 Proses Pengujian Bioautografi ... 37

4.12 Analisis Data ... 37

BAB V HASIL PENELITIAN ... 38

5.1 Determinasi Daun Coleus scutellarioides ... 38

5.2 Pembuatan Serbuk Simplisia Daun Coleus scutellarioides ... 38

5.3 Ekstrak Kental Fraksi n-Heksana Daun Coleus scutellarioides ... 39

5.4 Uji KLT Golongan Senyawa Fraksi n-Heksana Daun Coleus scutellarioides ... 40

5.4.1 Identifikasi Senyawa Alkaloid dengan KLT ... 41

5.4.2 Identifikasi Senyawa Terpenoid dengan KLT ... 41

5.4.3 Identifikasi Senyawa Flavonoid dengan KLT ... 42

5.4.4 Identifikasi Senyawa Polifenol dengan KLT ... 43

5.4.5 Identifikasi Senyawa Antrakuinon dengan KLT ... 44

5.4.6 Perhitungan Nilai Rf dari Kromatografi Lapis Tipis... 44

5.5 Uji Aktivitas Antibakteri Fraksi n-Heksana Daun Coleus scutellarioides pada Bakteri Staphylococcus aureus dengan Metode Bioautografi Kontak ... 45

(11)

xi

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN ... 59

7.1 Kesimpulan ... 59

7.2 Saran ... 59

DAFTAR PUSTAKA... ... 60

(12)

xii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

II.1 Konstanta Dielektrik Pelarut Organik ... 21

V. 1 Derajat Kehalusan Serbuk Simplisia daun Coleus scutellarioides ... 38

V. 2 Nilai Kadar Air Simplisia Serbuk Daun Coleus scutellarioides ... 40

V. 3 Hasil KLT dari Fraksi n-Heksana Daun Coleus scutellarioides

Menggunakan Eluen n-Heksana : Kloroform : Etil Asetat ... 45

(13)

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Daun Miana (Coleus Scutellaroides Linn Benth)... 6

2.2 Staphylococcus aureus ... 9

2.3 Rumus Struktur n-Heksana ... 21

3.1 Bagan Kerangka Konseptual ... 23

4.1 Skema Kerangka Operasional ... 31

4.2 Bagan Proses Preparasi Bakteri ... 34

4.3 Bagan Proses Maserasi ... 36

4.4 Bagan Alir Pengujian Bioautografi ... 37

5.1 Daun Coleus scutellarioides basah (A), daun kering (B), serbuk simplisia daun Coleus scutellarioides(C) ... 39

5.2 Ekstrak Kental Fraksi n-Heksana Daun Coleus scutellarioides ... 40

5.3 Hasil Identifikasi Senyawa Alkaloid dengan KLT ... 41

5.4 Hasil Identifikasi Senyawa Terpenoid dengan KLT ... 42

5.5 Hasil Identifikasi Senyawa Flavonoid dengan KLT ... 43

5.6 Hasil Identifikasi Senyawa Polifenol dengan KLT ... 43

5.7 Hasil Identifikasi Senyawa Antrakuinon dengan KLT ... 44

5.8 Noda yang Digunakan untuk Pengujian Aktivitas Antibakteri ... 46

5.9 Perbandingan Aktivitas antibakteri pada Beberapa Senyawa Fraksi n-Heksana Daun Coleus scutellarioides dengan KLT ... 47

(14)

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1 Daftar Riwayat Hidup ... 63

2. Surat Pernyataan ... 64

3. Surat Determinasi Tanaman Colues scutellarioides ... 65

4. Surat Hasil Uji bakteri Staphylococcus aureus ... 66

5. Bagan Proses Maserasi ... 67

6. Proses Optimasi Eluen ... 69

7. Hasil Optimasi Eluen ... 70

8. Optimasi Konsentrasi ... 74

9. Perhitungan Konsentrasi ... 75

10.Tabel Hasil Data Penelitian... 76

11.Bagan Proses Pewarnaan Bakteri Staphylococcus aureus ... 77

(15)

xv

DAFTAR PUSTAKA

Adyanastri, F., 2012. Etologi Dan Gambaran Klinis Diare Akut Di RSUP Dr. Kariadi Semarang. Semarang: Karya Tulis Ilmiah Universitas Diponegoro.

Ansel, H., 2005. Pengantar Sediaan Farmasi. Jilid IV. Jakarta : UI Press.

Auliawan, Riky., Bambang Cahyono., 2014. Efek Hidrolisis Ekstrak Daun Iler (Coleus Scutellarioides) Terhadap Aktivitas Inhibisi Enzim Α-Glukosidase.

Jurnal Sains dan Matematika. Vol. 22 (1): 15-19.

Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran FKUI, Edisi Revisi, Tangerang : Penerbit Binarupa Aksara, Hal 125 Dan 195.

Cowan, M,M., 1999. Plant Products As Antimicrobial Agents. Clin Microbiol Rev. Volume 12 No. 4.

Dalimartha, S., 2007. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia. Jilid 2. Jakarta : Trubus Agriwidya.

Darwis, Welly., Makda Romauli., Kasrina. 2013. Uji Efektivitas Ekstrak Daun Iler-Iler (Coleus Scutellarioides (Linn.) Benth) Sebagai Antibakteri Staphylococcus aureus.Jurnal ilmiah konservasi hayati. ISSN 0216-9487. Vol 09. No. 02. P 55-59.

Deby A. Mpila, Fatimah, Weny I. Wiyono. 2012. Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Mayana (Coleus atropurpureus[L] Benth) Terhadap

Staphylococcus aureus, Esherichia coli dan Pseudomonas aeruginosa

Secara in-vitro. FMIPA UNSRAT Manado.

Departemen Kesehatan RI., 2000. Parameter Standart Umum Ekstrak Tumbuhan Obat. Cetakan Pertama. Jakarta : Direktorat Jendral Pengawasan Obat Dan Makanan.

Departemen Kesehatan RI., 2011. Situasi Diare Di Indonesia. Jakarta : Kementrian Kesehatan RI.

Djide, Dan Sartini., 2008. Dasar-Dasar Mikrobiologi Farmasi. Makasar : Lephas.

Dzen, S.M., Roekistiningsih., Sanarto Santoso., Sri Winarsih., 2003. Bakteriologi Medik. Malang : Bayumedia Publisihing.

Evans, C.W., 2009. Pharmacognosy Trease And Evans 16th Ed. London: Saunders Elsevier. Pages :263, 356.

(16)

xvi

Fayyaz M, Dkk., 2013. In Vitro Susceptibility Of Chloramphenicol Against Methicillin-Resistant Staphylococcus Aureus. J Coll Physicians Surg Pak.Sep;23(9):637-40. Doi: 09.2013/JCPSP.637640.

Finegold,S., 2001. Diagnostic Microbiology. Taranto : Mosby Company.

Gillespie., Stephen & Kathleen Bamford., 2008. At A Glance Mikrobiologi Medis dan Infeksi. Jakarta : Penerbit Erlangga, Hal 32.

Gupte, Satish., 1990. Mikrobiologi Dasar. Edisi Ketiga. Jakarta : Penerbit Binarupa Aksara.

Harbone, JB. 1996. Metode Fitokimia. Edisi II. Bandung : Institut Teknologi Bandung.

Jawtez, Melnick., & Adelberg., 2005. Mikrobiologi Kedokteran. Edisi 21. Jakarta : EGC.

Kumala, Shirly. Cristian Purba. 2015. Uji Aktivitas Antimikroba dari Ekstrak Daun Miana Secara in vitro (Coleus atropurpureus Benth).Fakultas Farmasi Universitas Pancasila

Kodim, Nasrin., 2010. Resistensi Methicillin-Resistant Staphylococcus Aureus Pada Luka Pasca Operasi. Jurnal Medika. Edisi 05 Vol 36.

Lienda, Handoyo., 1995. Teknik Kimia 2. Jakarta: Penerbit Pradnya Paramita. Lukas, Stefanus., 2006. Formulasi Steril. Yogyakarta : Penerbit Andi.

Nurkusuma, Dudy R., Heyder, F., Wahjono, H., 2010. Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Kejadian Methicillin-Resistant Staphylococcus Aureus (MRSA) Pada Kasus Infeksi Luka Pasca-Operasi Di Ruang Perawatan Bedah Rumah Sakit Dokter Kariadi, Semarang. Medika Journal. Vol. 36. No. 05. P. 300-305.

Osvaldo Z.S., Panca Putra S., M. Faizal., 2012. Pengaruh Konsentrasi Asam dan Waktu Pada Proses Hidrolisis dan Fermentasi Pembuatan Bioetanol dari Alang-alang. Jurnal Teknik Kimia. Vol. 18. No. 2.

Prataya, N., Adeanne, C., Paulina V., 2014. Uji Efektivitas Sediaan Salep Ekstrak Daun Miana (Coleus Scutellaroides [L] Benth.) Untuk Pengobatan Luka yang Terinfeksi Staphylococcus Aureus Pada Kelinci (Oryctolagus Cunisulus). Pharmacon., Vol 3 No. 3, ISSN 2302-2493.

Pratiwi, Sylvia T., 2008. Mikrobiologi Farmasi. Jakarta : Penerbit Erlangga. Radji, M., 2011. Mikrobiologi. Jakarta : Buku Kedokteran ECG.

Robinson,T., 1991. Kandungan Organik Tumbuhan Tingkat Tinggi. Bandung : ITB.

(17)

xvii

Setyawati, R.,Ismunandar. A., Nurul Quroatun Ngaeni., 2014. Indentifikasi Senyawa Antrakuinon Pada Daun Mengkudu (morinda citrifolia L) Menggunakan Kromatografi Lapis Tipis. ISBN 978-602-14930-3-8. P 384-287.

Siswandono., Bambang Sokardjo., 2008. Kimia Medisinal. Surabaya: Penerbit Airlangga University Press.

Stahl, Egon., 1985. Analisis Obat Secara Kromatografi Dan Mikroskopi. Bandung : ITB.

Sudarmaji, S, Dkk., 1989. Analisa Bahan Makanan Dan Pertanian. Yogyakarta: Penerbit Liberty.

Sundari, D., & Winarno, M.W., 1996. Pemanfaatan Tumbuhan Sebagai Obat Diare Di Indonesia. Cermin Dunia Kedokteran 109: 25-32.

Syamsuhidayat, S.S., Dan Hutapea, J.R., 1991. Inventaris Tanaman Obat Indonesia., Jakarta : Departemen Kesehatan RI.

Venkateshappa, S.M., Sreenath, K.P. 2013. Potential Medicinal Plants Of Lamiaceae. American International Journal Of Research In Formal, Applied & Natural Sciences. 3 (1) : P. 82-87.

Volk, W.A., Dan Wheeler, M.F., 1989. Mikrobiologi Dasar. Edisi Kelima. Jakarta : Erlangga.

Waluyo, Lud., 2008. Teknik Dan Metode Dasar Dalam Mikrobiologi. Malang: UMM Press.

Wilson, g., 1982. Kimia Farmasi dan Medisinal Organik. Surabaya : Airlangga University Press.

Winarto, W.P., 2007. Tanaman Obat Indonesia Untuk Pengobatan Herba. Ed Ke-1. Jakarta: Karyasari Herba Media.

(18)

1

BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang

Penyakit infeksi masih merupakan jenis penyakit yang paling banyak diderita oleh penduduk di negara berkembang termasuk Indonesia. Salah satu penyebab penyakit infeksi adalah bakteri. Mikroorganisme alami yang ada dalam tubuh manusia disebut mikroorganisme normal atau flora normal. Meskipun flora normal ini tidak patogen, namun dalam keadaan tertentu dapat bersifat patogen dan menimbulkan penyakit infeksi. Contoh flora normal yang dapat menjadi mikroorganisme patogen adalah bakteri Staphylococcus aureus (Sylvia, 2008).

S. aureus dapat ditemukan pada permukaan kulit sebagai flora normal, terutama disekitar hidung, mulut, alat kelamin, dan sekitar anus. Dapat menyebabkan infeksi pada luka biasanya berupa abses yang merupakan kumpulan nanah atau cairan dalam jaringan yang disebabkan oleh infeksi. Infeksi oleh S. aureus bisa menyebabkan sindroma kulit (Wahyudi dan Sukarjati, 2013).

Luka adalah kerusakan pada struktur anatomi kulit yang menyebabkan terjadinya gangguan kulit. Contoh yang paling mudah jika jari tangan tersayat oleh pisau, maka luka yang timbul akan menyebabkan terjadinya kerusakan pada

kulit sehingga kulit tidak lagi dapat melindungi struktur yang ada dibawahnya. Infeksi pada luka dapat terjadi jika luka terkontaminasi oleh debu atau bakteri, hal ini disebabkan karena luka tidak dirawat dengan baik. Salah satu bakteri yang menyebabkan infeksi pada kulit luka yaitu bakteri S. aureus. (Dzen, 2003).

(19)

2

Menurut WHO di 55 rumah sakit pada 14 negara di seluruh dunia, menunjukkan 8,7% pasien rumah sakit menderita infeksi selama perawatan di rumah sakit. Sedangkan di negara berkembang terdapat lebih dari 40% pasien terserang infeksi nosokomial. Bakteri yang paling umum ditemukan pada kasus infeksi adalah S. aureus (Fauziah, 2012).

Pengobatan infeksi yang disebabkan oleh S. aureus karena banyaknya kasus infeksi yang terjadi, sehingga munculnya resistensi terhadap berbagai jenis antibiotik. S. aureus menghasilkan enzim penisilinase sehingga mudah resisten terhadap golongan penisilin, misalnya metilisin dan oksasilin. Namun demikian, juga dikenal S. aureus yang resisten terhadap metisilin yang disebut Methicillin Resistant Staphylococcus Aureus (MRSA) yang menimbulkan masalah klinik karena sifatnya yang resisten terhadap berbagai antibiotik golongan β-laktam, tetapi biasanya masih peka terhadap vankomisin atau golongan aminoglikosida (Dzen, 2003). Sebagian besar galur Staphylococcus sudah resisten terhadap berbagai antibiotik tersebut, sehingga perlu diberikan antibiotik berspektrum lebih luas seperti kloramfenikol, vankomisin, dan tetrasiklin (Jawetz et al., 2012).

Mikroorganisme adalah kelompok organisme hidup yang ukurannya sangat kecil dan heterogen, seperti bakteri, virus, jamur, dan protozoa. Beberapamikroorganisme memiliki manfaat atau tidak, tergantung pada efek host

terhadap mikroorganisme tersebut. Namun ditemukan beberapa spesies patogen yang sangat berbahaya bagi manusia. Terkait spesies patogen tersebut ada senyawa yang dapat membunuh dan menghambat mikroorganisme patogen, ini yang dikenal sebagai antimikroba. Pencarian atau penemuan zat antimikroba yang memiliki aktivitas selektif terhadap mikroorganisme patogen tertentu, tanpa efek racun pada hewan dan manusia, serta yang dapat menguntungkan adalah dengan melakukan penelitian terhadap produk alam (Narwal, 2009).

(20)

3

menggantungkan sistem pengobatan tradisional yang mayoritas melibatkan tumbuhan untuk menyembuhkan penyakit dan lebih dari 80% penduduk dunia menggunakan obat herbal untuk mendukung kesehatan mereka. Fakta-fakta tersebut menunjukkan bahwa tumbuhan obat memiliki arti penting yakni secara mendasar mendukung kehidupan maupun potensi perdagangan. (Saifudin dkk, 2011).

Penggunaan bahan obat alam terutama tumbuhan telah melekat di dalam kehidupan masyarakat dari generasi ke generasi hingga kini. Selain itu, seiring dengan berbagai fakta bahwa bahan-bahan sintesis termasuk obat sintesis memiliki efek samping yang tidak bisa dianggap hal yang biasa. Khusus di Indonesia, fakta-fakta di atas menunjukkan bahwa obat herbal memiliki peran penting didalam bidang kesehatan masyarakat dalam aspek pengobatan sebagai agen pencegahan bahkan penyembuhan. Fakta bahwa obat berbasis tumbuhan telah melekat didalam kehidupan masyarakat, kecenderungan orang menggunakan tumbuhan yang memiliki peran penting sebagai sumber obat (Saifudin dkk, 2011). Tumbuhan yang memiliki keanekaragaman jenis dan bentuk ini merupakan

sumber utama untuk mendapatkan berbagai golongan senyawa yang terkandung seperti senyawa fenolik, terpenoid, steroid, alkaloid dan metabolit sekunder lain yang memiliki sifat antioksidan, antimikroba, antikarsinogenik, dan diuretik.

Produk alam yang dihasilkan oleh tumbuhan ini penting dalam pengobatan untuk penelitian farmakologi dan pengembangan obat (Ahmad, 2014).

Diantara beberapa genus dari family Lamiaceae yang digunakan sebagai obat tradisional. Tanaman dari genus Coleus dari family Lamiaceae atau Labiatae berpotensi dalam teraupetik yang bersifat pereda nyeri, diuretik, tonik, antijamur, antimikroba, antiradang, dan penangkal infeksi (Venkateshappa, 2013). Tanaman yang berasal dari family ini digunakan untuk obat tradisional karena memiliki aktifitas farmakologi seperti antimikroba, antioksidan, dan antiseptik. Penyebaran genus Coleus ini terdiri dari 300 spesies dan ditemukan di berbagai bagian tropis Afrika, Australia dan Asia, terutama di Indonesia (Ahmad, 2014).

(21)

4

yang berkhasiat obat adalah daun yang berwarna merah kecoklatan (Dalimartha, 2007). C. scutellarioides, salah satu tanaman asli Indonesia khususnya di Provinsi Sulawesi Utara (Ahmad, 2014). Tanaman C. scutellarioides ditanam di lingkungan berhawa sejuk dengan kecukupan air. Tanaman C. scutellarioides berkhasiat sebagai melancarkan menstruasi, menambah nafsu makan, menetralisir racun dalam tubuh, menekan pertumbuhan bakteri, menyembuhkan bisul, membunuh cacing didalam tubuh (Afin, dkk, 2013). Tanaman ini juga dapat meredakan rasa nyeri sebagai antiinflamasi, antioksidan, antimikroba, antibakteri, dan mempercepat penyembuhan luka (Rudianto, 2013).

Dari hasil penelitian sebelumnya telah diteliti menggunakan ekstrak etanol daun C. scutellarioides yang memiliki aktivitas sebagai antibakteri terhadap S. aureus pada konsentrasi ektrak yang digunakan 20% (10,67 mm), 40% (11,17 mm), 80% (12,33mm) (Deby, 2012). Selain itu, telah dilakukan penelitian uji aktivitas antibakteri daun C. scutellarioides menggunkan ekstraksi bertingkat dengan pelarut nonpolar, semipolar dan polar pada konsentrasi 25% dengan metode difusi cakram. Pada fraksi n-heksana diameter zona inhibisi (7,67 mm),

fraksi etil asetat (11.33 mm), dan fraksi metanol (8,67 mm) (Kumala, 2015). Menurut penelitian yang dilakukan Prataya, dkk (2014).hasil analisis menunjukkan kandungan kimiadaun C. scutellarioides seperti flavonoid, tanin,

triterpenoid, steroid, dan minyak atsiri yang mampu memberikan efek antibakteri. Dengan demikian untuk mengetahui aktifitas antibakteri C. scutellarioides yang dapat digunakan lebih lanjut dalam pencarian obat baru, dilakukan dengan mengekstrasi komponen golongan senyawa kimia secara bertingkat menggunakan metode bioautografi kontak. Cara ini bertujuan untuk memisahkan komponen kimia yang bersifat non polar, semi polar, dan polar pada daun C. scutellarioides dengan pelarut yang sesuai. Pada penelitian ini serbuk daun C. scutellarioides diektraksi secara bertingkat dengan n-heksana, etil asetat, dan etanol. Pada fraksi n-heksana dilakukan pengujian antibakteri menggunakan metode bioautografi

(22)

5

bakteri, kemudian diinkubasi selama 24 jam. Timbul zona bening pada sekitar plat, kemudian diukur diagonal zona hambat. Diagonal zona hambat yang terukur menunjukkan aktivitas antibakteri.

1.2 Rumusan Masalah

Dari latar belakang tersebut dapat dibuat rumusan masalah :

1. Berapakah diagonal zona hambat komponen senyawa yang terdapat pada fraksi n-heksana daun C. scutellarioides terhadap bakteri S. aureus menggunakan metode bioautografi kontak?

2. Golongan senyawa apakah yang terkandung dalam fraksi n-heksana daun C. scutellarioides yang dapat berkhasiat sebagai antibakteri?

1.2Tujuan Penelitian 1.2.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui aktivitas antibakteri fraksi n-heksana daun Coleus scutellarioides terhadap S. aureus.

1.2.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui aktivitas penghambatan melalui pengukuran diagonal zona hambat fraksi n-heksana daun C. scutellarioides terhadap S. aureus dengan metode bioautografi.

2. Untuk memperoleh golongan senyawa yang berkhasiat sebagai antibakteri dalam fraksi n-heksana daun C. scutellarioides.

1.3Manfaat Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Studi pustaka diperlukan untuk mengetahui teknik pembuatan karya dan sejarah legenda Ciung Wanara yang dituangkan dalam sebuah karya cerita bergambar.. Dari segi

Antena horn conical sudah dapat bekerja dengan baik pada frekuensi kerja c-band dengan VSWR simulasi bernilai 2,02 dan VSWR realisasi bernilai 1,679 yang artinya sudah

20 Urusan Wajib Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum, Adm KeuDa, Perangkat Daerah, Kepegawaian. Organisasi

Justeru, inisiatif memperkasakan kearifan tempatan adalah satu cara yang berkesan dalam memelihara kemahiran hidup komuniti Bajau Ubian di Pulau Mantanani agar

Oleh itu, perkhidmatan sosial dilihat sebagai satu sistem atau program yang dirancang oleh kerajaan untuk memperbaiki kesejahteraan individu dengan menjamin tahap kesejahteraan dan

Napak tilas Diana dalam dunia kreatif telah membawa nama Indonesia ke kancah internasional, antara lain di Super Design Show 2018, pameran yang merupakan bagian dari perhelatan

Kedua pernyataan di atas menunjukkan kepada kita bahwa sikap sosial dalam interaksi anak di lingkungan madrasah dapat dibina dengan beragam kegiatan kependidikan yang

Penelitian terbatas mengenai partisipasi dan motivasi kerja karyawan serta pengaruhnya terhadap perkembangan usaha Koperasi Simpan Pinjam Sarana Aneka Jasa, Ceper, Klaten..