• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGELOLAAN PEMBELAJARAN IPA DI SD NEGERI PAJANG IV SURAKARTA Pengelolaan Pembelajaran Ipa Di SD Negeri Pajang IV Surakarta.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGELOLAAN PEMBELAJARAN IPA DI SD NEGERI PAJANG IV SURAKARTA Pengelolaan Pembelajaran Ipa Di SD Negeri Pajang IV Surakarta."

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

PENGELOLAAN PEMBELAJARAN IPA DI SD NEGERI

PAJANG IV SURAKARTA

ARTIKEL PUBLIKASI

Diajukan Kepada

Program Studi Magister Administrasi Pendidikan Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Surakarta untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Guna Memperoleh Gelar Magister Pendidikan

Oleh :

TIWI ASKUNDARI

NIM. Q. 100 140 118

352*5$0678', SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

(2)
(3)
(4)
(5)

PENGELOLAAN PEMBELAJARAN IPA DI SD NEGERI PAJANG IV SURAKARTA

Oleh: Tiwi Askundari1, Sofyan Anif2, Wafrotur Rohmah3

Mahasiswa UMS1, Staff Pengajar UMS2, Staff Pengajar UMS3

Email:

ABSTRACT

Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan perencanaan pembelajaran IPA; pengorganisasian pembelajaran IPA; Pelaksanaan pembelajaran IPA; dan penilaian dan tindak lanjut pembelajaran IPA. Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan desain etnografi. Lokasi penelitian dilakukan pada SD Negeri Pajang IV Surakarta. Teknik pengumplan data dengan wawancara mendalam, dokumentasi, dan observasi. Analisis data dengan tiga tahapan yaitu reduksi data, sajian data, dan penarikan simpulan dengan verifikasinya. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perencanaan pembelajaran IPA disusun melalui kelompok kerja guru dan dikembangkan oleh guru masing-masing dengan mengacu pada kurikulum dan silabus yang berlaku Nasional. Pengorganisasian pembelajaran pengorganisasian pembelajaran IPA, terdiri dari 3 (tiga) tahap, yaitu tahap sebelum pengajaran, tahap pengajaran, dan tahap sesudah pengajaran. Pelaksanaan pembelajaran merupakan implementasi dari RPP. Dilaksanakan oleh guru kelas meliputi kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup. Model evalusi yang digunakan dalam pembelajaran IPA dilakukan melalui evaluasi sumatif dan formatif. Penilaian dilakukan secara tertulis dan lisan. Soal tes yang digunakan oleh guru dalam penilaian secara tertulis belum dilakukan uji validitas butir.

Kata Kunci: perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, penilaian, IPA.

ABSTRACT

(6)

and orally. About the tests used by teachers in a written assessment test has not been performed validity.

Keywords: planning, organizing, implementation, assessment, and IPA.

PENDAHULUAN

Penekanan Pembelajaran IPA pada pemberian pengalaman langsung dan pemahaman untuk mengembangkan kompetensi siswa agar siswa mampu menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Pembelajaran IPA merupakan suatu wahana untuk mengembangkan siswa berpikir rasional dan ilmiah. Pendidikan IPA dapat membantu siswa untuk memperoleh pemahaman lebih mendalam tentang alam sekitar. Siswa wajib untuk mempelajari Ilmu Pengetahuan Alam terutama siswa Sekolah Dasar.

Agar pembelajaran IPA dapat bermanfaat dan efektif, diperlukan pengelolaan baik, dari segi perencanaan, pelaksanaan, maupun evaluasi. Khusus di SD Negeri Pajang IV, pengelolaan pembelajaran IPA selalu mendapat perhatian oleh kepala sekolah dan guru, mengingat mata pelajaran IPA termasuk mata pelajaran Ujian Akhir Nasional. Perhatian kepala sekolah dan guru dalam pengelolaan pembelajaran IPA tersebut terlihat dari tertib guru dalam menyusun perencanaan pembelajaran, tertib guru dalam melaksanakan pembelajaran, dan melakukan evaluasi secara berkala. Adanya upaya-upaya tersebut terbukti membuahkan hasil yang positif, dimana SD Negeri Panjang IV, selalu meluluskan seluruh siswa dalam mengikuti UAN.

(7)

Pajang IV, menekankan pada pengalaman belajar secara langsung melalui penggunaan dan pengembangan keterampilan proses dan sikap ilmiah.

Walaupun pelaksanaan pembelajaran IPA di SD Negeri Pajang IV, telah mampu meluluskan 100%, namun tidak sepenuhnya kelulusan tersebut disebabkan oleh pelaksanaan pembelajaran yang menerapkan strategi dan metode pembelajaran yang melibatkan siswa secara langsung saja, namun tentunya tidak lepas dari perencanaan, pengorganisasian, dan evaluasi pembelajaran yang selama ini dilakukan. Pada kenyataannya dalam pelaksnaan pembelajaran IPA guru masih sering memberikan pembelajaran remidi kepada beberapa siswa yang belum tuntas, hal ini menunjukkaan bahwa masih ada beberapa permasalahan dalam proses pembelajaran IPA tersebut.

Pada tahun 2014 Nadire melakukan penelitian yang menyimpulkan bahwa proses pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam dapat berkembang secara kontinyu seperti organisasi. Pergeseran paradigma dalam pendidikan yang mempengaruhi teori juga mampu merubah peran guru dan siswa. System pengelolaan pembelajaran merupakan cara yang bagus bagi guru untuk mengatur, mengelola, dan menyampaikan materi pembelajaran IPA.

Pada tahun 2012 Shulamit melakukan penelitian yang menyimpulkan bahwa lingkungan E-learning yang diterapkan menggunakan Moodle (lingkungan belajar dinamis berorientasi objek) dalam pembelajaran IPA dengan menyertakan aktivitas interaktif dikombinasikan dengan simulasi, video pendek, pengalaman langsung, permainan dan lainnya, dengan tujuan untuk menambah pembelajaran interaktif berdasarkan teori konstruktifitas dan membiarkan siswa dan guru mempelajari keterampilan dalam menggunakan komunikasi informasi dan teknologi, mempermudah guru untuk untuk menambah, mengubah atau menggunakan materi sesuai kebutuhan.

(8)

Pada tahun 2011 Matthew melakukan penelitian dengan hasil bahwa kesuksesan dalam menggunakan pendekatan pembelajaran dengan permasalahan sebagai model utama pembelajaran IPA di tingkat sekolah dasar. Model pendekatan pembelajaran dengan permasalahan dalam pengajaran IPA sangat cocok dan direkomendasikan oleh New South Wales Science dan Technology K-6 syllabus design dan proses perencanaan pengelolaan pembelajaran. Pendekatan ini berdampak

positif terhadap motivasi guru dalam mengajar IPA dan mengaitkannya dengan konteks dunia nyata.

Pelaksanaan Pembelajaran atau proses belajar mengajar itu adalah proses uang diatur dengan tahapan-tahapan tertentu, agar pelaksanaannya mencapai hasil yang diharapkan. Tahapan-tahapan kegiatan pembelajaran menurut Majid (2008: 104) meliputi: kegiatan awal, kegiatan inti dan kegaitan penutup. Usman (2008: 120) mengemukakan pelaksanaan pembelajaran mengikuti prosedur memulai pelajaran, mengelola kegiatan belajar mengajar, mengorganisasikan waktu, siswa dan fasilitas belajar, melaksanakan penilaian proses dan hasil belajar dan mengakhiri pelajaran.

Dimyati dan Mudjiono (2010: 200) “Evaluasi hasil belajar merupakan proses untuk menentukan nilai belajar siswa melalui kegiatan penilaian dan/atau pengukuran hasil belajar”. Tujuan utamanya adalah untuk mengetahui tingkat keberhasilan yang dicapai oleh siswa setelah mengikuti suatu kegiatan pembelajaran, di mana tingkat keberhasilan tersebut kemudian ditandai dengan skala nilai berupa huruf atau kata atau simbol. Menurut Abdullah (2010: 18) menjelaskan bahwa IPA merupakan pengetahuan teoritis yang diperoleh atau disusun dengan cara melakukan observasi, eksperimentasi, penyimpulan, penyusunan teori, eksperimentasi, observasi dan demikian seterusnya kait mengkait antara cara yang satu dengan cara yang lain.

(9)

berkala. Adanya upaya-upaya tersebut terbukti membuahkan hasil yang positif, dimana SD Negeri Panjang IV, selalu meluluskan seluruh siswa dalam mengikuti UAN (Observasi, 23 Maret 2016).

Kelulusan 100% dalam mengikuti UAN, mengindikasikan bahwa pengelolaan pembelajaran 3 (tiga) mata pelajaran yaitu Bahasa Indonesia, Matematika, dan Ilmu Pengetahuan Alam telah dilaksanakan dengan baik. Berdasarkan pengamatan di lapangan khususnya dalam pengelolaan pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), guru lebih banyak menerapkan strategi dan metode pembelajaran yang melibatkan siswa secara langsung, guru lebih banyak menerapkan pemelajaran secara inkuiri ilmiah (scientific inquiry) dengan tujuan untuk menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja dan bersikap ilmiah serta mengkomunikasikannya sebagai aspek penting kecakapan hidup. Oleh karena itu karakteristik pembelajaran IPA di SD Negeri Pajang IV, menekankan pada pengalaman belajar secara langsung melalui penggunaan dan pengembangan keterampilan proses dansikap ilmiah.

Dari uraian di atas, maka keberhasilan guru dalam mengelola pembelajaran IPA tersebut perlu dikaji lebih mendalam. Untuk itu penelitian yang berjudul: Pengelolaan Pembelajaran IPA di SD Negeri Pajang IV Surakarta ini akan mengkaji lebih mendalam tentang pengelolaan pembelajaran IPA yang diselenggarakan di SD Negeri Pajang IV Surakarta.

Rumusan masalah dalam penelitian ini, ”Bagaimana pengelolaan pembelajaran IPA di SD Negeri Pajang IV Surakarta?. Berdasarkan fokus tersebut, maka sub fokus dalam penelitian ini adalah: (1) Bagaimana perencanaan pembelajaran IPA? (2) Bagaimana pengorganisasian pembelajaran IPA? (3) Bagaimana Pelaksanaan pembelajaran IPA? Dan (4) Bagaimana penilaian dan tindak lanjut pembelajaran IPA?

Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan (1) perencanaan pembelajaran IPA. (2) pengorganisasian pembelajaran IPA (3) Pelaksanaan pembelajaran IPA. Dan (4) penilaian dan tindak lanjut pembelajaran IPA.

METODE PENELITIAN

(10)

cara yang lebih menekankan pada aspek pemahaman secara mendalam terhadap suatu permasalahan, bersifat deskriptif dan cenderung menggunakan analisis serta lebih menonjolkan proses dan makna (Moleong, 2007: 98). Penelitian ini menggunakan desain etnografi. Penelitian tentangpengelolaan pembelajaran IPA dengan mengambil lokasi di SD Negeri Pajang IV Surakarta. Waktu yang digunakan delam penelitian ini selama 3 bulan, yang dimulai dari bulan Februari 2016 sampai dengan bulan Juli 2016.

Teknik pengumpulan data dengan menggunakan wawancara mendalam, observasi, dan dokumentasi. Analisis data dilakukan secara deskriptif kualitatif. Analisis data ini menggunakan pendekatan proses alur; data dianalisis sejak tindakan pembelajaran dilaksanakan, dikembangkan selama proses pembelajaran berlangsung sampai diperoleh pembelajaran yang berkualitas / profesional. Teknis analisis data tersebut di atas mengacu pendapat Miles dan Huberman (2007). Pertama, analisis data yang muncul berwujud kata-kata, data ini dikumpulkan dari survey/observasi, wawancara mendalam dan model pembelajaran. Kedua, analisis ini terdiri dari tiga alur kegiatan yang terjadi secara bersamaan yaitu; reduksi data, penyajian data, penarikan kesimpulan/verifikasi. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis struktural dan analisis model interaktif (interactive model of analysis). Menurut pendapat Poerwandari (2005) koding digunakan untuk

(11)

Tahap terakhir dalam penelitian adalah penarikan kesimpulan. Penarikan kesimpulan dilakukan selama proses penelitian berlangsung seperti halnya proses reduksi data, setelah data terkumpul cukup memadai maka selanjutnya diambil kesimpulan sementara, dan setelah data benar-benar lengkap maka diambil kesimpulan akhir. Keabsahan data dengan menggunakan perpanjangan pengamatan dan Triangulasi sumber, artinya untuk mengguji keabsahan data peneliti melakukan pengecekan data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber, dan Triangulasi waktu, artinya untuk menguji keabsahan data peneliti melakukan pengamatan, wawancara dalam waktu dan situasi yang berbeda.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Perencanaan pembelajaran IPA di SD Negeri Pajang IV Surakarta

Perencanaan pembelajaran IPA merupakan skenario pembelajaran yang disusun oleh guru sebelum melaksanakan pembelajaran, sebelum menyusun RPP guru harus memiliki persyaratan yaitu: memahami tujuan pendidikan, menguasai bahan pengajaran, memahami teori pendidikan selain teori pengajaran, memahami prinsip-prinsip mengajar, memahami teori-teori belajar, memahami metode mengajar, memahami model-model pengajaran, memahami prinsip-prinsip evaluasi, dan memahami langkah-langkah membuat RPP. Perencanaan pembelajaran IPA di SD Negeri Pajang IV Surakarta disusun oleh guru secara kelompok, dan dikembangkan oleh guru masing-masing. Penyusunan RPP mengacu pada kurikulum dan silabus yang berlaku Nasional. RPP sekurang-kurangnya memuat. Identitas, standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator, metode pembelajaran, langkah pembelajaran, sumber belajar, alat peraga, dan penilaian.

(12)

standar proses kurang, layanan peningkatan profesionalisme guru kurang, guru kurang mendapat bimbingan dan pelatihan untuk mempersiapkan perangkat pembelajaran, iklim kerja sekolah yang kurang kondusif, fasilitas pembelajaran kurang memadai, karakteristik siswa beragam, kemampuan siswa berbahasa Indonesia rendah, dan motivasi siswa serta orang tua rendah.

Pengorganisasian Pembelajaran IPA di SD Negeri Pajang IV Surakarta

Pengorganisasian pembelajaran merupakan serangkaian perilaku guru dalam upayanya menciptakan dan memelihara kondisi kelas yang memungkinkan para peserta didik mencapai tujuan-tujuan belajarnya secara efesien atau memungkinkan peserta didik belajar dengan baik, pengorganisasian pembelajaran IPA di SD Negeri Pajang IV Surakarta, terdiri dari 3 (tiga) tahap, yaitu tahap sebelum pengajaran, tahap pengajaran, dan tahap sesudah pengajaran. Tahap Sebelum Pengajaran (persiapan mengajar) guru menyusun rencana mengajar, mempelajari situasi umum, mempelajari kesiapan siswa, mempelajari dan memahami kompetensi dasar dan tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.Persiapan lainnya yaitumempersiapkan materi pembelajaran, dan bahan ajar, mempersiapkan dalam metode mengajar dan sarana penunjangnya. mempersiapkan alat-alat pembantu. Dan mempesiapkan instrumen evaluasi.

Tahap pengajaran, merupakan tahap kegiatan yang dilakukan oleh guru saat berada di dalam kelas, pada tahap ini berlangsung interaksi antara guru dengan siswa, siswa dengan siswa, siswa group atau siswa secara individual. Pada tahap ini guru melakukan kegiatan berbagai kegiatan yaitu:melakukan pengelolaan dan pengendalian kelas, memeriksa kehadiran nama siswa, menciptakan rasa akrab dengan cara membuat humor, memberi pujian yang tulus, menyampaikan bahan ajar, menerapkan tingkah laku verbal, melakukan berbagai cara untuk mendapatkan balikan, memberikan: motivasi, pengulangan, pemberian penguatan, balikan kognitif, pokok-pokok yang akan dikembangkan, mata rantai kognitif, tranfer, keterlibatan aktif siswa, dan mendiagnosa kesulitan belajar.

(13)

muka dengan siswa. Beberapa perbuatan guru yang nampak pada tahap sesudah mengajar antara lain: menilai pekerjaan siswa, membuat perencanaan untuk pertemuan berikutnya, dan menilai kembali proses belajar mengajar yang telah berlangsung.

RPP yang disusun oleh guru merupakan penjabaran dari kurikulum dan silabus, dalam bentuk rencana yang operasional. Secara garis besar tujuan pembelajaran, dan standar kompetensi pada perngkat pembelajaran telah dirumuskan dalam kurikulum, dengan kata lain kurikulum merupakan haluan dalam melaksanakan pendidikan, suatu program yang terencana yang menggambarkan pandangan secara menyeluruh, sehingga kurikulum ini dipakai oleh guru sebagai tujuan menyeluruh dalam pelaksanaan pendidikan. Hal ini sesuai dengan pengertian kurikulum yang dikemukakan oleh Hamalik (2007: 5) yang menyatakan bahwa kurikulum adalah sebagai suatu program kegiatan terencana (program of planned activities) memiliki rentang yang cukup luas, hingga membentuk suatu pandangan yang menyeluruh.

Berdasarkan uraian di atas dapat dikemukakan bahwa walaupun RPP telah mengacu pada kurikulum dan silabus yang telah ditetapkan namun capaian hasil pembelajaran belum tentu sama, karena adanya faktor lain yang mempengaruhi keberhasilan pembelajaran. Hal ini mendukung hasil penelitian L. Murniasih, dkk (2013), yang menyimpulkan bahwa bahwa pengelolaan pembelajaran IPA belum berjalan optimal walaupun RPP yang disusun telah mengacu pada kurikulum dan silabus. Hambatan pengelolaan pembelajaran IPA, yaitu: pemahaman guru tentang standar proses kurang, layanan peningkatan profesionalisme guru kurang, guru kurang mendapat bimbingan dan pelatihan untuk mempersiapkan perangkat pembelajaran, iklim kerja sekolah yang kurang kondusif, fasilitas pembelajaran kurang memadai, karakteristik siswa beragam, kemampuan siswa berbahasa Indonesia rendah, dan motivasi siswa serta orang tua rendah.

(14)

proses pembelajaran. Persiapan edukatif yang dilakukan guru tersebut sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Usman, M (2008: 88), yang menyatakan bahwa sebelum mengajar guru harus melakukan persiapan edukatif yaitu persiapan situasi umum, murid, tujuan, bahan, metode, alat bantu mengajar, dan evaluasi pembelajaran.

Hasil penelitian menunjukkan pada tahap pengajaran guru melakukan interaksi dengan siswa, dan siswa dengan siswa lain. Pada tahap ini guru dituntut untuk benar-benar dapat mengelola dan mengendalikan kelas dengan baik. Pada tahap ini guru telan melaksanakan pembelajaran mengikuti prosedur pembelajaran, mengawali pelajaran, mengelola kegiatan belajar mengajar, mengatur waktu pelaksanaana pembelajaran, mengatur fasilitas pembelajaran, dan melakukan evaluasi pembelajaran, hal ini sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh Usman (2008: 120) mengemukakan pelaksanaan pembelajaran mengikuti prosedur memulai pelajaran, mengelola kegiatan belajar mengajar, mengorganisasikan waktu, siswa dan fasilitas belajar, melaksanakan penilaian proses dan hasil belajar dan mengakhiri pelajaran.

Pengorganisasian pembelajaran IPA yang diaksanakan secara terorganisir, melalui persiapan sebelum pembelajaran, proses pembelajaran dan sesudah pembelajaran tersebut merupakan aktivitas yang berkesinambungan dan secara kontinyu dilakukan oleh guru, dengan tujuan untuk merubah perilaku siswa melalui kegiatan mengatur, mengelola, dan menyampaikan materi pembelajaran. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Nadire (2014) yang menyimpulkan bahwa: bahwa proses pembelajaran IPA berkembang secara kontinyu seperti organisasi. Pergeseran paradigma dalam pendidikan yang mempengaruhi teori juga merubah peran guru dan siswa. System pengelolaan pembelajaran merupakan cara yang bagus bagi guru untuk mengatur, mengelola, dan menyampaikan materi pembelajaran IPA.

Pelaksanaan Pembelajaran IPA di SD Negeri Pajang IV Surakarta.

(15)

tujuan pembelajaran, dan menyampaikan cakupan materi dan penjelasan uraian singkat kegiatan sesuai silabus.

Kegiatan inti merupakan proses pembelajaran untuk mencapai kompetensi dasar yang dilakukan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi siswa untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup untuk berprakarsa kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis siswa. Metode pembelajaran IPA yang digunakan oleh guru disesuaikan dengan karakteristik siswa dan mata pelajaran, yang dapat meliputi proses eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi.

Kegiatan eksplorasi, dilakukan oleh guru dengan menyediakan kesempatan seluas-luasnya pada siswa dalam mencari informasi dari topik/tema materi yang dipelajari secara mendalam dengan menerapkan prinsip alam takambang jadi guru dan belajar dari berbagai sumber; menggunakan keberagaman pendekatan pembelajaran, media dan sumber belajar; memfasilitasi terjadinya interaksi antar siswa, siswa lingkungan dan sumber belajar lainnya; mengaktifkan siswa dalam setiap kegiatan pembelajaran; dan memfasilitasi siswa melalui percobaan di laboratorium, studio, dan lapangan.

Kegiatan elaborasi dilakukan dengan memberi tugas-tugas yang mengarah kepada pembiasaan membaca dan menulis yang beragam; memfasilitasi siswa melalui pemberian tugas diskusi, atau yang lainnya untuk memunculkan gagasan baru baik secara lisan maupun tertulis; memberi kesempatan untuk berpikir, menganalisis, menyelesaikan masalah, dan bertindak tanpa rasa takut; memfasilitsi siswa dalam pembelajaran kooperatif dan kolaboratif; memfasilitasi siswa berkompetisi secara sehat untuk meningkatkan prestasi lisan maupun tertulis, secara individual maupun kelompok; memfasilitasi siswa untuk menyajikan hasil kerja individual maupun kelompok; memfasilitasi siswa melakukan pameran, turnamen, festifal, serta produk yang dihasilkan; dan memfasilitasi siswa melakukan kegiatan yang menumbuhkan kebanggaan dan rasa percaya diri.

(16)

berbagai sumber; memfasilitasi siswa melakukan refleksi untuk memperoleh pengalaman belajar yang telah dilakukan, memfasilitasi siswa untuk memperoleh pengalaman belajar yang bermakna dalam mencapai kompetensi dasar melalui layanan dalam pemecahan masalah, penggunaan bahasa yang baku dan benar, pemberian acuan agar siswa dapat merecek hasil eksplorasi, pemberian informasi agar siswa bereksplorasi lebih jauh; dan memotivasi siswa yang belum atau kurang berpartisipasi aktif.

Kegiatan penutup merupakan kegiatan guru untuk merangkum atau membuat simpulan pelajaran bersama siswa. Pada saat bersamaan guru juga melakukan penilaian dan/atau refleksi terhadap kegiatan yang sudah dilaksanakan secara konsisten dan terprogram, memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran, dan merencanakan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pembelajaran remedi, program pengayaan, layanan konseling dan/atau memberi tugas baik individual atau kelompok sesuai dengan hasil belajar siswa, serta menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan berikutnya.

Pelaksanaan pembelajaran IPA menuntut guru harus memiliki kemampuan yang cukup dan menguasai teori pembelajaran IPA, karena dalam proses pembelajaran, sebelum siswa melakukan observasi, guru harus memilih alat peraga yang tepat sesuai dengan tujuan pembelajaran dan memberikan contoh langkah nyata terkait dengan materi pembelajaran IPA. Hal ini telah dilakukan oleh guru IPA kelas V di SD Negeri Pajang IV Surakarta. Dengan demikian aktivitas guru dalam menggunakan memilih metode dan media pembelajaran sejalan dengan hasil penelitian Barbara (2007) yang menyimpulkan bahwa kemampuan guru dalam menggabungkan metode pembelajaran, fasilitas pembelajaran yang cukup, dan kompetensi guru dalam memanfaatkan dan memilih media yang tepat dapat memberikan pemahaman materi pembelajaran kepada siswa.

(17)

pembelajaran dengan waktu yang tersedia. Pelaksanaan pembelajaran yang berbasis keaktifan siswa tersebut menunjukkan bahwa guru kelas di SD Negeri Pajang IV, telah menguasai materi pembelajaran dengan baik dan mampu menganalisis waktu pembelajaran dengan tepat. Hal ini berbeda dengan hasil penelitian L.U. Ali, dkk (2013) yang menyimpulkan bahwa guru yang memiliki pemahaman kurang baik tentang hakikat sains, mengakibatkan guru jarang menerapkan hakikat sains dalam pembelajaran, sehingga dalam melaksanakan pembelajaran banyak hambatan yang dialami, diantaranya adalah ketidaksesuaian materi pelajaran dengan alokasi waktu, orientasi aspek kognisi, kesiapan mental siswa, dan guru kurang memahami hakikat sains. Akibat dari permasalahan tersebut dalam pelaksanaan pembelajaran sains, guru lebih dominan menggunakan metode diskusi dan ceramah dibandingkan dengan metode inquiri dalam mengelola pembelajaran.

Evaluasi Pembelajaran IPA di SD Negeri Pajang IV

Model evalusi yang digunakan dalam pembelajaran IPA di SD Negeri Pajang IV Surakarta dilakukan melalui evaluasi sumatif dan formatif, jenis penilaian yang digunakan oleh guru yaitu: penilaian unjuk kerja, penilaian secara tertulis, penilaian proyek, penilaian produk, penilaain portofolio, dan penilaian diri. Penilaian unjuk kerja. Penilaian dilakukan secara tertulis dan lisan, penilaian lisan dilakukan oleh guru pada kegiatan evaluasi pre test, post test, dan akhir kompetensi dasar, evaluasi secara tertulis, yaitu evaluasi yang dilakukan oleh guru melalui tes tertulis, yang merupakan tes dimana soal dan jawaban yang diberikan kepada siswa dalam bentuk tulisan dalam bentuk, soal dengan memilih jawaban (pilihan ganda, dua pilihan (benar-salah, ya-tidak), dan menjodohkan), Soal dengan mensuplai-jawaban (isian singkat atau melengkapi, uraian terbatas, uraian obyektif/non obyektif, dan uraian terstruktur/nonterstruktur), dan soal berbentuk uraian.

(18)

hasil belajar merupakan proses untuk menentukan nilai belajar siswa melalui kegiatan penilaian dan/atau pengukuran hasil belajar”.

Pelaksanaan evaluasi yang dilakukan oleh guru kelas tersebut memungkinkan guru dapat mengetahui capaian tujuan pembelajaran. Berdasarkan hasil penilaian tersebut guru dapat mendiagnosis perkembangan belajar siswa, mengetahui tingkat efektifitas dan efisiensi berbagai komponen pembelajaran yang dipergunakan guru dalam jangka waktu tertentu, menentukan tindak lanjut pembelajaran bagi siswa. Berdasarkan aktivitas guru dalam melaksanakan evaluasi pembelajaran dapat diketahui bahwa penilaian hasil belajar IPA di SD Negeri Pajang IV, pada dasarnya tidak hanya sekedar untuk mengevaluasi siswa, tetapi juga seluruh komponen proses pembelajaran, seperti guru, dan tujuan belajar.

Walaupun latar belakang pendidikan guru kelas bukan dari IPA, namun dalam menyusun soal-soal, guru telah dapat menyesuaikan dengan tujuan pembelajaran, namun sayangnya sejauh ini soal-soal yang disusun oleh guru belum pernah dilakukan uji validitas butir dengan melakukan uji daya beda, maupun uji tingkat kesukaran soal. Namun demikian soal tes yang digunakan oleh guru telah dapat mengukur tingkat pengetahuan dan ketrampilan siswa. Hal ini berbeda dengan hasil penelitian Nurdin (2003) yang menyimpulkan bahwa: dalam menyusun soal-soal tes IPA terdapat masalah-masalah yang dihadapi.Adapun permasalahan yang dihadapi guru tersebut ialah latar belakang pendidikan guru IPA MI yang kebanyakan tidak sesuai (mismatch) dan mereka juga kurang dan tidak pernah mendapat pelatihan dalam menyusun dan melaksanakan evaluasi pembelajaran IPA pada khususnya. Selanjutnya, Guru masih kurang memiliki buku-buku evaluasi sebagai penunjang pengembangan profesionalismenya untuk mengevaluasi pembelajaran IPA.

PENUTUP SIMPULAN

(19)

langkah pembelajaran, sumber belajar, alat peraga, dan penilaian. Perencanaan pembelajaran IPA di SD Negeri Pajang IV Surakarta dipersiapkan oleh guru sebelum tahun ajaran baru.

Pengorganisasian pembelajaran pengorganisasian pembelajaran IPA di SD Negeri Pajang IV Surakarta, terdiri dari 3 (tiga) tahap, yaitu tahap sebelum pengajaran, tahap pengajaran, dan tahap sesudah pengajaran. Tahap Sebelum Pengajaran (persiapan mengajar) guru menyusun rencana mengajar, mempelajari situasi umum, mempelajari kesiapan siswa, mempelajari dan memahami kompetensi dasar dan tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan, menyiapkan materi pembelajaran, dan bahan ajar, mempersiapkan metode mengajar dan sarana penunjangnya, mempersiapkan alat-alat pembantu, dan mempesiapkan instrumen evaluasi. Tahap pengajaran, merupakan tahap kegiatan yang dilakukan oleh guru saat berada di dalam kelas, pada tahap ini berlangsung interaksi antara guru dengan siswa, siswa dengan siswa, siswa group atau siswa secara individual. Tahap sesudah pengajaran, merupakan tahap sesudah guru selesai melakukan pengajaran, tahap ini merupakan kegiatan atau perbuatan setelah pertemuan tatap muka dengan siswa.

Pelaksanaan pembelajaran merupakan implementasi dari RPP. Dilaksanakan oleh guru di kelas dan di luar kelas. Pembelajaran di kelas dilaksanakan dengan menerapkan pembelajaran yang berbasis siswa aktif. Selain pembelajaran di dalam kelas, guru melaksanakan pembelajaran di luar kelas dengan memanfaatkan sekolah dengan pendekatan kontekstual. Proses pembelajaran dilakukan melalui pengamatan langsung sesuai dengan materi pembelajaran.

(20)

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, 2010, Pembelajaran IPA di SD, Jakarta : Universitas Terbuka

Dimyati dan Mudjiono, 2010, Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: PT. Rineka Cipta. Hamalik, Oemar, 2007, Manajemen Pengembangan Kurikulum, Bandung: PT.

Remaja Rosdakarya.

L. Murniasih, I.W. Subagia, dan I.B. Nyoman Sudria, 2013, Pembelajaran IPA: Studi Kasus Pada SMP di Daerah Terdepan, Terluar, dan Tertinggal, e-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha Program Studi Administrasi Pendidikan, Volume 4

L.U. Ali, I.W. Suastra, dan A.A.I.A.R. Sudiatmika, 2013, Pengelolaan Pembelajaran IPA Ditinjau Dari Hakikat Sains Pada SMP di Kabupaten Lombok Timur, e-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha Program Studi Administrasi Pendidikan, Volume 3

Majid, Abdul. 2008. Perencanaan Pembelajaran Mengembangkan Standar Kompotensi Guru. Bandung: Remaja Rosda Karya.

Matthew B. Etherington. 2011. “Investigative Primary Science: A Problem-based

Learning Approach”. Australian Journal of Teacher Education Volume 36. Issue 9.

Miles, B. Mathew dan A. Michael Huberman. 2004. Analisis Data Kualitatif. Jakarta: UI Press.

Moleong, Lexy J. 2007, Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosda Karya.

Nadire Cavus and Muhammed Sharif Alhih. 2014. “Learning management systems

use in science education”. Procedia - Social and Behavioral Sciences 143 ( 2014 ) 517 520

Nurdin, Syahidan, 2013, Aspek Aplikasi Konsep Sains Dalam Evaluasi Pembelajaran IPA di MI, Jurnal Pionir, Volume 1, Nomor 1, Bulan Juli-Desember

Poerwandari, E.K. 2005. Pendekatan Kualitatif untuk penelitian perilaku manusia. Jakarta : Lembaga Pengembangan Sarana Pengukuran dan pendidikan Psikologi Fakultas Psikologi Universitas Indonesia.

Shulamit Kotzer and Yossi Elran. 2012. ”Learning and teaching with Moodle-based E-learning environments, combining learning skills and content in the fields

of Math and Science & Technology”. Moodle ResearchConference Heraklion, Crete-Greece SEPTEMBER, 14 15

Referensi

Dokumen terkait

ÞßÞ ××× ÓÛÌÑÜÛ ÐÛÒÛÔ×Ì×ßÒòòòòòòòòòòòòòòòòòòòòòòòòòòòòòòòòòòòòòòòòòòòòòòòòòòòòòòòòòòòòòòòòòòòòòòòòòòòòòòòòòòòò

Tujuan penelitian ini adalah membuat suatu sistem yang dapat menentukan kombinasi bahan pangan yang optimal untuk memenuhi kebutuhan zat gizi makro orang dewasa sehat

Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant Watudakon Jombang. Hasil : Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada instalasi pengolahan air limbah PT. Kimia Farma Plant Watudakon Jombang

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas aplikasi kombinasi ultraviolet (UV) dan High Pulsed Electric Field (HPEF) dalam mereduksi bakteri patogen

pasien pra, intra dan post operasi tindakan Laparatomi pada

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai kajian konsumsi nutrien pada pemeliharaan dan pengamatan burung kenari dewasa pejantan unggul yang siap

Sering kali, jadi malas karena sebentar sebentar harus melihat kamus.. Apalagi kalau

Prodi Bahasa dan Sastra Arab Fakultas Adab dan Humaniora Gd. 3 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta