FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI BIDAN DALAM PELAKSANAAN INISIASI MENYUSUI DINI DI RUMAH SAKIT SANTA
ELISABETH MEDAN
SKRIPSI
Oleh
Winda Susanti Silaban 101101029
FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Judul : Faktor-faktor yang Mempengaruhi Bidan dalam Pelaksanaan
Inisiasi Menyusui Dini di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan
Nama : Winda Susanti Silaban
Nim : 101101029
Fakultas : Keperawatan
Tahun akademik : 2013/2014
ABSTRAK
Inisiasi menyusui dini adalah memberi kesempatan pada bayi baru lahir untuk menyusu sendiri pada ibu dalam satu jam pertama kelahirannya. Praktik inisiasi menyusui dini akan tercapai apabila ada dukungan dari penerima pelayanan kesehatan dan pemberi pelayanan kesehatan yaitu Bidan. bidan seharusnya menerapkan IMD setiap kali menolong persalinan dan memberikan dukungan kepada ibu yang melakukan persalinan untuk melakukan IMD. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan Faktor-faktor yang Mempengaruhi Bidan dalam Pelaksanaan Inisiasi Menyusui Dini dengan menggunakan desain penelitian deskriptif. Sampel diambil dari bidan di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan sebanyak 54 orang. Sampel diambil dengan teknik total sampling. Pengumpulan data mulai 22 Maret – 26 Maret 2014. Data dianalisa secara univariat dan menggunakan teknik komputerisasi uji statistik deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa seluruh bidan melaksanakan IMD. Mayoritas bidan berusia <30 tahun yang selalu melaksanakan IMD sebanyak 27 bidan (50%), mayoritas bidan yang selalu melaksanakan IMD berpengaruh terhadap pendidikan sebanyak 36 bidan (66,7%), bidan yang selalu melaksanakan IMD memiliki motivasi sebanyak 34 bidan (62,9%), dan mayoritas bidan yang berpengalaman selalu melaksanakan IMD sebanyak 34 bidan (62,9%). Diharapkan peneliti selanjutnya juga meneliti lebih lanjut mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan pelaksanaan IMD dan melakukan penelitian terkait dengan faktor eksternal dikarenakan penelitian ini hanya membahas tentang faktor internal.
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
“Faktor-faktor yang Mempengaruhi Bidan dalam Pelaksanaan Inisiasi Menyusui
Dini di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan”.
Penulis menyadari bahwa dalam proses penulisan skripsi ini banyak
mengalami kendala namun berkat bantuan, bimbingan, kerjasama dari berbagai
pihak sehingga kendala-kendala yang dihadapi tersebut dapat diatasi. Dalam
penyusunan skripsi ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Ayahanda S.H.
Silaban dan Ibunda M. Sinaga yang sangat banyak memberikan bantuan moril,
material, arahan, dan selalu mendoakan keberhasilan dan keselamatan selama
menempuh pendidikan.
Terima kasih yang sebesar-besarnya juga kepada Ibu Erniyati, S.Kp.,MNS,
selaku dosen pembimbing yang telah dengan sabar, tekun, tulus dan ikhlas
meluangkan waktu, tenaga dan pikiran memberikan bimbingan, motivasi, arahan,
dan saran-saran yang sangat berharga kepada penulis selama menyusun skripsi ini
dan sekaligus sebagai pembantu dekan I Fakultas Keperawatan Universitas
Sumatera Utara.
Penulis juga menyampaikan ucapan terima kasih kepada :
1. Bapak dr. Dedi Ardinata, M.Kes selaku dekan Fakultas Keperawatan
2. Ibu Nur Afi Darti, S.Kp.,M.Kep, selaku dosen penguji I yang telah
bersedia meluangkan waktu dan pikiran untuk menguji saya dalam siding
skripsi.
3. Ibu Roxana Devi T. S,Kep.,Ns.,M.Nurs, selaku dosen penguji II yang
telah bersedia meluangkan waktu dan pikiran untuk menguji saya dalam
siding skripsi.
4. Bapak Achmad Fathi, S.Kep, Ns, MNS selaku dosen Pembimbing
Akademik, seluruh staf pengajar Fakultas Keperawatan USU, atas
keikhlasan memberikan ilmu dan pengetahuan selama mengikuti program
perkuliahan.
5. Direktur Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan, atas ijin tempat penelitian.
6. Seluruh responden yang telah bersedia berpartisipasi dalam proses
penelitian ini.
7. Adik penulis Suyudi silaban dan Richard silaban yang telah memberikan
semangat dalam penulisan skripsi ini, beserta seluruh keluarga.
8. Rekan-rekan mahasiswa Fakultas Keperawatan USU stambuk 2010 yang
telah banyak memberikan masukan kepada penulis baik selama dalam
mengikuti perkuliahan maupun dalam penulisan skripsi ini, khususnya
teman seperjuangan Dewi yuliana, Fischa agustina, Rasyid yang saling
memberikan dukungan.
9. Sahabat-sahabat penulis Christ malau, Winda silalahi, Desrianty sibuea,
Eva erwindayang telah banyak membantu dan memberikan semangat
10.Semua pihak yang tidak dapat penulis sebut satu persatu yang telah
membantu dalam penyelesaian penulisan skripsi ini.
Akhirnya, dengan segala kerendahan hati penulis menyadari masih
banyak terdapat kekurangan-kekurangan, sehingga penulis mengharapkan
adanya saran dan kritik yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi
ini.
Medan, Juli 2014
DAFTAR ISI
1) Pengertian Inisiasi Menyusui Dini ... 6
2) Manfaat Inisiasi Menyusui Dini ... 6
3) Proses Inisiasi Menyusui Dini ... 8
4) Penghambat Inisiasi Menyusui Dini ... 10
2. Bidan ... 12
1) Defenisi Bidan ... 12
2) Pendidikan Bidan ... 13
3) Lisensi Bidan ... 14
... 4) Peran Bidan dalam Inisiasi Menyusui Dini ... 15
BAB 3 KERANGKA PENELITIAN ... 22
5. Instrumen Penelitian ... 26
6. Uji Validitas dan Uji Reliabilitas ... 27
1) Uji Validitas ... 27
2) Uji Reliabilitas ... 28
7. Pengumpulan Data ... 29
8. Analisa Data ... 30
BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN ... 33
1. Hasil penelitian ... 33
1) Karakteristik demografi ... 33
2) Pelaksanaan IMD ... 34
3) Deskriptif faktor-faktor yang mempengaruhi bidan dalam pelaksanaan IMD ... 34
2. Pembahasan ... 41
1) Keterbatasan penelitian ... 41
2) Hasil pembahasan ... 41
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ... 46
1. Kesimpulan ... 46
2. Saran ... 46
DAFTAR PUSTAKA ... 48
LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 50
1. Informed Concern ... 51
2. Instrumen Penelitian ... 52
3. Taksasi Dana ... 56
4. Jadwal Penelitian ... 57
DAFTAR TABEL
Tabel 3.2.1 Defenisi Operasional Variabel Penelitian
Tabel 5.1.1.1. Distribusi frekuensi dan persentase karakteristik demografi bidan
Tabel 5.1.2.1. Distribusi frekuensi dan persentase pelaksanaan inisiasi menyusui
dini (n = 54)
Tabel 5.1.2.1.1. Faktor-faktor yang mempengaruhi bidan dalam pelaksanaan IMD
berdasarkan usia (n = 54)
Tabel 5.1.3.2.1. Distribusi frekuensi dan persentase pendidikan (n = 54)
Tabel 5.1.3.2.2. Faktor-faktor yang mempengaruhi bidan dalam pelaksanaan IMD
berdasarkan pendidikan (n = 54)
Tabel 5.1.3.3.1. Distribusi frekuensi dan persentase motivasi (n = 54)
Tabel 5.1.3.3.2. Faktor-faktor yang mempengaruhi bidan dalam pelaksanaan IMD
berdasarkan motivasi (n = 54)
Tabel 5.1.3.4.1. Distribusi frekuensi dan persentase pengalaman
Tabel 5.1.3.4.2. Faktor-faktor yang mempengaruhi bidan dalam pelaksanaan IMD
berdasarkan pengalaman (n = 54)
Tabel 5.1.3.4.3. Tabulasi Pelaksanaan Inisiasi Menyusui Dini terhadap faktor
LAMPIRAN Lampiran 1 Inform Concern
Lampiran 2 Instrumen Penelitian
Lampiran 3 Taksasi Dana
Lampiran 4 Jadwal Penelitian
Judul : Faktor-faktor yang Mempengaruhi Bidan dalam Pelaksanaan
Inisiasi Menyusui Dini di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan
Nama : Winda Susanti Silaban
Nim : 101101029
Fakultas : Keperawatan
Tahun akademik : 2013/2014
ABSTRAK
Inisiasi menyusui dini adalah memberi kesempatan pada bayi baru lahir untuk menyusu sendiri pada ibu dalam satu jam pertama kelahirannya. Praktik inisiasi menyusui dini akan tercapai apabila ada dukungan dari penerima pelayanan kesehatan dan pemberi pelayanan kesehatan yaitu Bidan. bidan seharusnya menerapkan IMD setiap kali menolong persalinan dan memberikan dukungan kepada ibu yang melakukan persalinan untuk melakukan IMD. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan Faktor-faktor yang Mempengaruhi Bidan dalam Pelaksanaan Inisiasi Menyusui Dini dengan menggunakan desain penelitian deskriptif. Sampel diambil dari bidan di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan sebanyak 54 orang. Sampel diambil dengan teknik total sampling. Pengumpulan data mulai 22 Maret – 26 Maret 2014. Data dianalisa secara univariat dan menggunakan teknik komputerisasi uji statistik deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa seluruh bidan melaksanakan IMD. Mayoritas bidan berusia <30 tahun yang selalu melaksanakan IMD sebanyak 27 bidan (50%), mayoritas bidan yang selalu melaksanakan IMD berpengaruh terhadap pendidikan sebanyak 36 bidan (66,7%), bidan yang selalu melaksanakan IMD memiliki motivasi sebanyak 34 bidan (62,9%), dan mayoritas bidan yang berpengalaman selalu melaksanakan IMD sebanyak 34 bidan (62,9%). Diharapkan peneliti selanjutnya juga meneliti lebih lanjut mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan pelaksanaan IMD dan melakukan penelitian terkait dengan faktor eksternal dikarenakan penelitian ini hanya membahas tentang faktor internal.
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Inisiasi menyusui dini adalah memberi kesempatan pada bayi baru lahir
untuk menyusu sendiri pada ibu dalam satu jam pertama kelahirannya
(Roesli,2008). Ketika bayi sehat diletakkan di atas perut atau dada ibu segera
setelah lahir dan terjadi kontak kulit (skin to skin contact) merupakan
pertunjukkan yang menakjubkan, bayi akan bereaksi oleh karena rangsangan
sentuhan ibu, dia akan bergerak diatas perut ibu dan menjangkau payudara.
Dengan kontak tersebut, ibu dan bayi akan merasa lebih tenang dan secara
psikologis ikatan yang lebih kuat akan terbentuk lebih dini.
Pentingnya inisiasi menyusui dini adalah dada ibu menghangatkan bayi
dengan tepat selama bayi merangkak mencari payudara, ibu dan bayi merasa lebih
tenang, ada ikatan kasih sayang antara ibu dan bayi, bayi mendapatkan ASI
kolostrum (ASI yang pertama kali keluar), bayi yang diberi kesempatan menyusui
dini lebih berhasil menyusui eksklusif dan akan lebih lama disusui (Roesli, 2008).
Inisiasi menyusui dini merupakan salah satu cara untuk menurunkan angka
kematian bayi. Selain menurunkan angka kematian bayi, IMD juga dapat
membantu ibu dalam menyusui yang merupakan alternatif terbaik untuk
mencegah pemberian makanan/minuman prelaktal. Hasil penelitian yang
dilakukan Fika dan Syafiq tahun 2003 bahwa dengan melakukan IMD, ibu
4 atau 6 bulan dibandingan dengan ibu yang tidak melakukan IMD. Menurut
penelitian yang dilakukan Dr. Karen Edmond tahun 2006, 22% kematian bayi
baru lahir yaitu kematian bayi yang terjadi dalam satu bulan pertama dapat
dicegah bila bayi disusui oleh ibunya dalam satu jam pertama kelahiran (Roesli,
2012). Pencapaian 6 bulan ASI eksklusif bergantung pada keberhasilan inisiasi
menyusui dini dalam satu jam pertama (Departemen Kesehatan, 2007).
Menyelamatkan satu juta bayi dimulai dengan satu tindakan yaitu memberi
dukungan selama satu jam dan dengan satu pesan yaitu biarkan bayi menyusu
sendiri dalam satu jam setelah lahir (Roesli, 2008). Program "Inisiasi Menyusu
Dini" diperkirakan dapat menyelamatkan sekurang-kurangnya 30.000 bayi
Indonesia yang meninggal dalam bulan pertama kelahiran dan dapat menekan
Angka Kematian Bayi baru lahir hingga mencapai 22%. Di Indonesia, praktik
inisiasi menyusui dini masih sangat rendah. Berdasarkan data SDKI tahun 2007,
bayi yang mendapatkan ASI dalam satu jam pertama masih sekitar 43,9%. Angka
pemberian ASI dalam satu jam pertama terus menurun dari waktu ke waktu. Hasil
RISKESDAS 2010, pemberian ASI pada bayi dalam kurun waktu kurang dari satu
jam adalah sebesar 29,3%. Untuk Provinsi Sumatera Utara, pemberian ASI bayi
dalam kurun waktu kurang dari satu jam hanya sebesar 20,2%.
Praktik inisiasi menyusui dini akan tercapai apabila ada dukungan dari
penerima pelayanan kesehatan dan pemberi pelayanan kesehatan yaitu Bidan
(Niswah, 2011). Bidan sebagai salah satu tenaga kesehatan, mempunyai waktu
yang banyak untuk berinteraksi dengan pasien bersalin. Selain pengetahuan dan
menolong persalinan dan memberikan dukungan kepada ibu yang melakukan
persalinan untuk melakukan IMD karena pada umumnya ibu akan mematuhi apa
yang dikatakan oleh bidan (Dayati, 2011).
Terkait dengan pentingnya peranan seorang Bidan dalam melakukan IMD,
maka terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi Bidan dalam pelaksanaan
IMD yaitu Faktor Individu (Kemampuan dan Keterampilan, Latar belakang
keluarga, Pengalaman dan Karakteristik demografi), Faktor Psikologis (Persepsi,
Sikap, Kepribadian dan motivasi), dan Faktor Organisasi (Sumber daya manusia,
Kepemimpinan, Imbalan, Struktur dan desain pekerjaan).
Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
tentang “Faktor-faktor yang Mempengaruhi Bidan dalam Pelaksanaan Inisiasi
Menyusui Dini di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas penulis merumuskan permasalahan
penelitian yaitu “Apa faktor-faktor yang mempengaruhi Bidan dalam pelaksanaan
Inisiasi Menyusui Dini di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan”?
1.3 Tujuan penelitian 1.3.1 Tujuan umum
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Bidan dalam Pelaksanaan Inisiasi Menyusui Dini di Rumah Sakit
1.3.2 Tujuan khusus
Tujuan khusus penelitian ini :
1.3.2.1Menggambarkan pelaksanaan Inisiasi Menyusui Dini
1.3.2.2Menggambarkan faktor usia yang mempengaruhi pelaksanaan
Inisiasi Menyusui Dini
1.3.2.3Menggambarkan faktor pendidikan yang mempengaruhi
pelaksanaan Inisiasi Menyusui Dini
1.3.2.4Menggambarkan faktor motivasi yang mempengaruhi
pelaksanaan Inisiasi Menyusui Dini
1.3.2.5Menggambarkan faktor pengalaman yang mempengaruhi
pelaksanaan Inisiasi Menyusui Dini
1.3.2.6Menggambarkan pelaksanaan Inisiasi Menyusui Dini terhadap
faktor yang berpengaruh
1.4 Manfaat penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk :
1.4.1 Bagi Tempat Penelitian
Sebagai masukan untuk meningkatkan pelayanan yang maksimum
kepada ibu nifas dan neonatus.
1.4.2 Bagi Institusi Pendidikan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan acuan bagi peneliti
1.4.3 Bagi Tenaga Kesehatan
Sebagai masukan untuk tetap meningkatkan peayanan kesehatan
bagi ibu nifas dan neonatus dalam pelaksanaan inisiasi menyusui
dini, agar kegagalan menyusui berkurang.
1.4.4 Bagi Ibu Nifas
Diharapkan penelitian ini dapat menambah pengetahuan ibu dan
lebih memperhatikan bayinya dalam hal inisiasi menyusui dini.
1.4.5 Bagi Masyarakat
Menambah pengetahuan kepada masyarakat, supaya masyarakat
mengetahui pentingnya inisiasi menyusui dini dilakukan dan dapat
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Inisiasi Menyusui Dini
2.1.1 Pengertian Inisiasi Menyusui Dini
Inisiasi menyusui dini (IMD) adalah bayi mulai menyusu sendiri
setelah lahir (awal menyusu). Setelah lahir, bayi segera didekatkan kepada
ibu dengan cara ditengkurapkan di dada atau perut ibu dengan kontak kulit
bayi dan kulit ibu. Bayi dibiarkan mencari puting susu ibu, setelah puting
susu ketemu maka bayi menyusu sendiri. Ibu dapat merangsang bayi
dengan sentuhan lembut (Roesli, 2012).
2.1.2 Manfaat Inisiasi Menyusui Dini
Manfaat dari Inisiasi Menyusui Dini adalah :
2.1.2.1 Anak yang menyusu dini dapat mudah sekali menyusu
kemudian, sehingga kegagalan menyusui akan jauh sekali
berkurang. Selain mendapatkan kolostrum yang
bermanfaat untuk bayi, pemberian ASI ekslusif akan
menurunkan kematian.
2.1.2.2 Inisiasi menyusui dini dapat melatih motorik bayi. Setelah
lahir, bayi segera dikeringkan dan diletakkan di perut ibu
dengan kontak kulit ke kulit. Biarkan bayi diatas perut ibu
dalam 30 menit pertama bayi diam tidak bergerak, sesekali
matanya terbuka lebar melihat ibunya. Kemudian bayi
mengeluarkan suara, gerakan mulut seperti ingin minum,
mencium, dan menjilat tangan. Bayi mencium dan
merasakan cairan ketuban yang ada ditangannya, bau
cairan ketuban sama dengan cairan yang dikeluarkan
payudara ibu. Bau dan rasa ini akan membimbing bayi
untuk menemukan payudara dan puting susu ibu.
Kemudian bayi mulai bergerak kea rah payudara, dengan
kaki menekan perut ibu, menjilat-jilat kulit ibu,
menghentak-hentakkan kepala ke dada ibu, menoleh ke
kanan dan kiri, serta menyentuh dan meremas daerah
puting susu dan sekitarnya. Lalu bayi menemukan,
menjilat, mengulum puting, membuka mulut lebar, dan
melekat dengan baik (Roesli, 2012).
2.1.2.3 Sebagai langkah awal untuk membentuk ikatan batin
antara ibu dan anak. Karena pada 1-2 jam pertama, bayi
dalam keadaan siaga. Setelah itu, biasanya bayi tidur
dalam waktu yang lama (Roesli, 2012).
2.1.2.4 Pengisapan bayi pada payudara merangsang pelepasan
hormon oksitosin sehingga membantu involusi uterus dan
2.1.3 Proses IMD
Sebelum proses persalinan, petugas kesehatan menjelaskan terlebih
dahulu kepada ibu dan suami/keluarga tentang apa yang akan dilakukan.
Suami/keluarga mendampingi ibu sampai proses IMD selesai karena
dengan mengajak suami/keluarga dapat membantu ibu secara aktif
melakukan IMD dan dapat meningkatkan rasa percaya diri ibu. Bersama
ibu, perhatikan bayi merayap di dada ibu, biarkan bayi menjilati kulit ibu,
dan kenali tanda-tanda bayi siap menyusu, yaitu bayi menghisap
tangannya, membuka mulutnya mencari puting, dan keluar air liurnya.
Proses IMD dapat dilakukan sebagai berikut (Kemenkes, 2009
da
Segera setelah bayi lahir, menangis, mulai bernafas, dan dipotong
tali pusatnya, maka :
2.1.3.1 Secepatnya keringkan seluruh tubuh bayi dengan handuk lembut,
kecuali kedua telapak tangannya, karena tangan yang basah oleh
cairan ketuban, baunya sama dengan bau cairan yang dari
dikeluarkan payudara ibu. Bau dan rasa ini yang akan
membimbing bayi mulai merayap untuk menemukan payudara
dan puting susu ibu.
2.1.3.2 Bayi kemudian ditengkurapkan di dada atau perut ibu, dengan
kulit bayi melekat pada kulit ibu.
2.1.3.4 Dengan posisi tengkurap di dada ibu, biarkan bayi merayap
mencari sendiri puting susu ibu. Ibu dapat membantu dengan
sentuhan lembut tetapi jangan memaksa bayi untuk menuju
puting. Biarkan bayi menendang-nendang perut ibu. Tendangan
lembut ini akan menekan perut ibu dan membantu kontraksi
rahim. Kontraksi rahim berperan untuk mengeluarkan plasenta
dan mengurangi pendarahan pasca persalinan. Biarkan tangan
bayi meremas puting ibu. Remasan tangan bayi, hentakan kepala
bayi di dada ibu, dan perilaku bayi menoleh k kanan dan kiri
sambil menggesek payudara ibu dapat merangsang pengeluaran
ASI lebih cepat. Ketika bayi dekat puting susu ibu, bayi akan
mengeluarkan air liur, menjilati puting, dan membuka mulut
secara lebar. Biarkan bayi mengulum puting ibu dan
menghisapnya. Biarkan bayi tengkurap menempel pada dada ibu
sampai bayi selesai menyusu pertama dan melepas puting ibu.
Saat menyusu pertama kalinya, bayi memperoleh kolostrum yang
kaya akan protein dan zat kekebalan tubuh.
Proses IMD minimal satu jam dan berlangsung segera setelah bayi
lahir, sebaiknya harus tetap berlangsung walaupun terjadi pemindahan ibu
dari kamar bersalin atau kamar operasi. Ibu dan bayi tetap bersama dan
dirawat gabung. Rawat gabung ini memungkin bayi tetap dalam jangkauan
ibu dan ibu dapat memberikan ASI nya kapan saja jika bayi
hubungan batin antar ibu dan bayinya. Proses IMD ini hanya dilakukan
pada pasien dengan kondisi yang stabil (ibu dan bayi).
2.1.4 Faktor Penghambat yang mempengaruhi pelaksanaan praktek Inisiasi Menyusui Dini
Ada beberapa pendapat yang menjelaskan penyebab terjadinya
hambatan kontak dini kulit ibu dengan kulit bayi (Roesli, 2008) yaitu :
2.1.4.1 Kesiapan ibu sehabis melahirkan, biasanya merasa terlalu lelah
ataupun merasa khawatir dengan proses penjahitan.
2.1.4.2 Tenaga medis yang kurang mendukung pelaksanaan, karena
kurang tersedianya Sumber Daya Manusia atau kamar operasi
maupun kamar bersalin yang sibuk.
2.1.4.3 Pemikiran ibu yang merasa kasihan kepada bayinya, khawatir
bayi kedinginan atau bayi tidak siaga (alert).
2.1.4.4 Pengetahuan ibu, bahwa bayi yang baru dilahirkan harus segera
dibersihkan, dimandikan, ditimbang, diukur juga pemberian
vitamin K dan tetes mata (mencegah penyakit gonorrhea).
2.1.4.5 Kurangnya pengetahuan ibu bahwa membiarkan bayi menyusu
sendiri segera setelah kelahiran sangat bermanfaat, salah satunya
2.2 Bidan
2.2.1 Definisi bidan
Definisi bidan menurut International Confederation Of Midwives
(ICM) adalah seseorang yang telah mengikuti program pendidikan bidan
yang diakui di negaranya, telah lulus dari pendidikan tersebut, serta
memenuhi kualifikasi untuk didaftar (register) atau memiliki izin yang sah
untuk melakukan praktik bidan (Depkes RI, 2007).
Bidan diakui sebagai tenaga professional yang bertanggungjawab,
yang bekerja sebagai mitra perempuan untuk member dukungan, asuhan,
dan nasehat selama hamil, masa persalinan, dan masa nifas, memimpin
proses persalinan atas pertanggungjawaban sendiri dan memberi asuhan
kepada bayi. Asuhan ini mencakup upaya pencegahan, promosi persalinan
normal, deteksi komplikasi pada ibu dan anak, dan akses bantuan medis
atau bantuan lainnya yang sesuai, serta melaksanakan tindakan
kegawatdaruratan. Selain itu, bidan juga memberikan penjelasan tentang
hal-hal yang mempercepat pulihnya kesehatan ibu dan membentu ibu
untuk memenuhi pemberian ASI (Depkes 2001 dalam Vera 2012).
.
2.2.2 Pendidikan Bidan
Perkembangan pendidikan bida
2.2.2.1 Tahun 1851 pendidikan bidan bagi wanita pribumi tidak
2.2.2.2 Tahun 1902 pendidikan bidan bagi wanita pribumi dibuka
kembali.
2.2.2.3 Tahun 1950 pendidikan bidan, SMP + 3 tahun.
2.2.2.4 Tahun 1954 dibuka sekolah guru bidan.
2.2.2.5 Tahun 1975-1984 sekolah bidan ditutup, IBI terus
berjuang agar sekolah bidan dibuka kembali.
2.2.2.6 Tahun 1985 dibuka Program Pendidikan Bidan Swadaya.
2.2.2.7 Tahun 1989 Crash Program Pendidikan Bidan dan
penempatan bidan di desa.
2.2.2.8 Tahun 1993 Program Pendidikan Bidan B, Akper 1 tahun
hanya dua angkatan.
2.2.2.9 Tahun 1993 Program Pendidikan Bidan C, SMP + 3 tahun.
2.2.2.10Tahun 1994 Program Bidan PTT.
2.2.2.11Tahun 1996 dibuka DIII Kebidanan.
2.2.2.12Tahun 2000 dibuka Program D-IV Bidan Pendidik
2.2.2.12Tahun tahun 2008 dibuka S2 kebidanan.
2.2.3 Lisensi Bidan
Lisensi adalah pemberian izin praktek sebelum diperkenankan
melakukan pekerjaan yang telah ditetapkan IBI.
Tujuan lisensi adalah:
2.2.3.1 Memberikan kejelasan batas wewenang
2.2.3.3 Meyakinkan klien
Aplikasi Lisensi dalam praktik kebidanan adalah dalam bentuk
SIPB (Surat Izin Praktik Bidan). SIPB adalah bukti tertulis yang diberikan
oleh Depkes RI kepada tenaga bidan yang menjalankan praktik setelah
memenuhi persyaratan yang ditetapkan. Bidan yang menjalankan praktik
harus memiliki SIPB, yang diperoleh dengan cara mengajukan
permohonan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten atau Kota
setempat dengan memenuhi persyaratan sebagai berikut: fotokopi SIB
yang masih berlaku, fotokopi ijasah bidan, surat persetujuan atasan, surat
keterangan sehat dari dokter, rekomendasi dari organisasi profesi, pas foto.
Rekomendasi yang telah diberikan organisasi profesi setelah terlebih
dahulu dilakukan penilaian kemampuan keilmuan dan keterampilan,
kepatuhan terhadap kode etik serta kesanggupan melakukan praktik bidan.
Bentuk penilaian kemampuan keilmuan dan keterampilan inilah yang
diaplikasikan dengan rencana diselenggarakannya Uji Kompetensi bagi
bidan yang mengurus SIPB atau lisensi. Meskipun Uji Kompetensi
sekarang ini baru pada tahap uji coba dibeberapa wilayah, termaksud
Propinsi Jawa Tengah dan Yogyakarta. SIPB berlaku sepanjang SIB belum
habis masa berlakunya dan dapat diperbaharui kembali.
Syarat Lisensi :
2.2.3.1 Fotokopi SIB yang masih berlaku
2.2.3.2 Fotokopi ijasah bidan
2.2.3.4 Rekomendasi dari organisasi profesi
2.2.3.5 Pas foto ukuran 4 x 6 cm sebanyak 2 (dua) lembar
2.2.4 Peran bidan dalam IMD
Bidan merupakan tenaga kesehatan yang paling berperan
dalammelaksanakan IMD karena ibu tidak dapat melakukan IMD tanpa
bantuan dan fasilitasi dari bidan. Bidan di kamar bersalin harus memahami
tatalaksana IMD dan laktasi yang baik dan benar, bidan tersebut
diharapkan selalu mempunyai sikap yang positif terhadap IMD (Setiarini,
2012). Faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan IMD oleh bidan :
2.2.4.1 Faktor Internal
2.2.4.1.1 Usia
Usia menurut KBBI adalah lama waktu hidup atau ada (sejak
dilahirkan) yang dihitung dalam tahun. Secara fisiologi pertumbuhan dan
perkembangan seseorang dapat digambarkan dengan pertambahan usia,
peningkatan usia diharapkan terjadi peningkatan kemampuan motorik
sesuai dengan tumbuh kembangnya. Usia lanjut umumnya lebih
bertanggung jawab dan lebih teliti dibanding dengan usia muda, hal ini
terjadi kemungkinan usia yang lebih muda kurang berpengalaman
(Setiarini, 2012 dalam Robbins 2003). Pernyataan ini sesuai dengan hasil
penelitian dari Mardiah tahun 2011, bahwa bidan yang memiliki kinerja
baik yaitu lebih dari separuh berusia tua atau sebanyak 54,7%.
Pendidikan menurut KBBI adalah proses pengubahan sikap dan
tata laku seseorang atau kelompok dalam usaha mendewasakan manusia
melalui upaya pengajaran dan pelatihan ; proses, cara, perbuatan
mendidik. Secara luas pendidikan mencakup seluruh proses kehidupan
individu, berrupa interaksi individu dengan lingkungannya, baik secara
formal maupun informal (Sunaryo, 2004). Pendidikan formal adalah
segenap bentuk pendidikan atau pelatihan yang diberikan secara
terorganisasi dan berjenjang, baik yang bersifat umum maupun yang
bersifat khusus. Pendidikan kebidanan formal terakhir yang diselesaikan
adalah SPK + 1 tahun, Diploma (DIII dan DIV), dan S2 Kebidanan.
2.2.4.1.3 Motivasi
Motivasi berasal dari kata latin movere yang berarti dorongan atau
menggerakkan. Motivasi menurut KBBI adalah dorongan yang timbul
pada diri seseorang sadar atau tidak sadar untuk melakukan suatu
tindakan dengan tujuan tertentu, atau usaha-usaha yang dapat
menyebabkan seseorang atau sekelompok orang tertentu bergerak
melakukan sesuatu karena ingin mencapai tujuan yang dikehendaki.
Hirarki kebutuhan dari Maslow adalah salah satu teori pendekatan
motivasi oleh Maslow, yaitu :
2.2.4.1.3.1 Teori motivasi kebutuhan
Teori ini menitikberatkan pada pengenalan rangsangan dari
dalam atau kebutuhan individu. Jenjang kebutuhan manusia
akan dicintai dan kasih sayang, kebutuhan akan penghargaan dan
kebutuhan aktualisasi diri.
2.2.4.1.3.2 Teori motivasi dorongan
Teori ini menyebutkan bahwa tingkah laku individu didorong
ke arah suatu tujuan tertentu, karena adanya kebutuhan. Dorongan
tersebut, dibawa sejak lahir atau bersifat intrinsik.
2.2.4.1.3.3 Teori motivasi keadilan
Teori ini berprinsip bahwa individu akan termotivasi, bila
individu mengalami kepuasan dan diterima dari upaya proporsi
atau usaha yang dilakukan.
2.2.4.1.3.4 Teori motivasi harapan
Teori ini berpikir atas dasar harapan hasil prestasi valensi dan
harapan prestasi usaha.
Teori lain adalah teori faktor ganda Herzberg. Teori faktor ganda
merupakan identifikasi dari dua dimensi pekerjaan dasar :
2.2.4.1.3.1 Kondisi luar (extrinsic condition) yang kurang penting, bukan pemuas.
Didalamnya tercakup kebijakan administratif perusahaan, kebersihan
(kondisi) tempat kerja, hubungan antar pegawai, manfaat sampingan,
dan peningkatan dalam penggajian biaya hidup. Herzberg menamakan
kondisi itu sebagai faktor higienis, karena meskipun merupakan
prasyarat penting bagi kepuasan bekerja, kondisi tersebut tidak
membangkitkan performa tinggi. Faktor higienis lebih berpengaruh
terkait langsung dengan motivasi dalam pekerjaan sehingga disebut
juga faktor pemelihara (maintenance factor).
2.2.4.1.3.2 Kondisi tugas itu sendiri (intrinsic condition) atau motivator. Apakah
tugas itu memberikan perasaan telah mencapai sesuatu
(prestasi/achievement) dan pengakuan (recognition) atas pencapaian
tersebut. Apakah tugas itu sendiri (the work it self) cukup menarik,
merupakan sesuatu yang ingin dikenang setelah selesai bekerja.
Apakah tugas itu memberikan rasa keterlibatan dalam lingkungan
pekerjaannya dan menimbulkan dorongan tanggung jawab untuk
menyelesaikannya (responsibility). Apakah tugas memberikan suatu
tantangan sehingga memberikan adanya rasa pertumbuhan
kemampuan (advancement).
Motivasi dalam hubungan seseorang dengan pekerjaannya itu merupakan
hal yang mendasar (Fithananti, 2013). Semakin baik motivasi maka semakin baik
kinerja seseorang. Hal tersebut sesuai dengan penelitian sebelumnya oleh Padmi
Suparti tahun 2010 yang menyatakan bahwa ada hubungan antar motivasi dengan
kinerja bidan. Motivasi yang muncul dari dalam diri bidan berhubungan dengan
rasa tanggungjawab, aktualisasi diri, dan kesadaran.
2.2.4.1.4 Pengalaman
Pengalaman adalah proses pembentukan, pengetahuan atau
keterampilan tentang metode suatu pekerjaan karena keterlibatan
Pengalaman menurut KBBI adalah yang pernah dialami (dijalani,
dirasai, ditanggung). Pengalaman seseorang dapat diukur dari masa
kerja, tingkat pengetahuan dan keterampilan yang dimilikinya.
Pengalaman kerja seseorang sangat ditentukan oleh rentan waktu
lamanya seseorang menjalani pekerjaan tertentu. Semakin lama
seseorang bekerja, maka semakin banyak pengalaman yang dimiliki.
Pernyataan ini sesuai dengan hasil penelitian dari Faizin tahun 2008,
bahwa ada hubungan lama kerja perawat terhadap kinerja. Pengalaman
juga bisa didapat dengan mengikuti pelatihan. Hasil penelitian Mardiah
tahun 2011, menyatakan bahwa pelatihan merupakan variabel yang
paling dominan mempengaruhi kinerja bidan dalam mendukung program
IMD di kota Pekanbaru.
2.2.4.2 Faktor Eksternal
2.2.4.2.1 IBI (Ikatan Bidan Indonesia)
Kode etik hanya dapat ditetapkan oleh organisasi untuk para
anggotanya. Penetapan kode etik IBI harus dilakukan dalam kongres
IBI. Dari 7 bab kode etik, salah satu kode etik bidan yaitu kewajiban
bidan terhadap klien dan masyarakat yang isinyasetiap bidan dalam
menjalankan tugasnya senantiasa berpedoman pada peran, tugas
dan tanggungjawab sesuai dengan kebutuhan klien, keluarga dan
masyarakat, setiap bidan dalam menjalankan tugasnya
menghormati nilai-nilai yang berlaku di masyarakat, setiap bidan
dalam menjalankan tugasnya senantiasa mendahulukan kepentingan
klien, keluarga dan masyarakat dengan identitas yang sama
sesuai dengan kebutuhan berdasarkan kemampuan yang dimilikinya,
setiap bidan senantiasa menciptakan suasana yang serasi dalam
hubungan pelaksanaan - tugasnya, dengan mendorong
partisipasi masyarakat untuk meningkatkan derajat kesehatannya
secara optimal.
2.2.4.2.2 Fasilitas
Fasilitas menurut KBBI adalah sarana untuk melancarkan
pelaksanaan fungsi. Ketersediaan sumber daya kesehatan yang
terwujud dalam lingkungan fisik, tersedia atau tidak tersedianya
fasilitas atau saran-sarana yang merupakan sumber daya untuk
menunjang perilaku. Produktifitas kerja dan kualitas kerja yang
baik sangat ditentukan oleh sarana dan prasarana yang baik
(Setiarini, 2012).
2.2.4.2.3 Sistem pelayanan kesehatan
Sistem pelayanan kesehatan merupakan bagian penting dalam
meningkatkan pelayanan kesehatan. Keberhasilan sistem
pelayanan kesehatan tergantung dari berbagai komponen yang
masuk dalam pelayanan kesehatan antara tim kesehatan yang satu
meningkatkan kesejahteraan masyarakat dalam pelayanan
kesehatan, arah kebijakan pemerintah diprioritaskan pada
(Pratiwi, 2010) :
2.2.4.2.3.1 Meningkatkan jumlah, jaringan, dan kualitas pusat
kesehatan masyarakat
2.2.4.2.3.2 Meningkatkan kuantitas dan kualitas tenaga
kesehatan
2.2.4.2.3.3 Mengembangkan sistem jaminan kesehatan bagi
masyarakat
2.2.4.2.3.4 Meningkatkan sosialisasi kesehatan lingkungan pada
pola hidup sehat
2.2.4.2.3.5 Meningkatkan pendidikan kesehatan kepada
masyarakat sejak usia dini
2.2.4.2.3.6 Meningkatkan pemerataan dan kualitas fasilitas
BAB 3
KERANGKA PENELITIAN
3.1 Kerangka Konseptual
Kerangka konsep dalam penelitian ini menggambarkan faktor-faktor yang
mempengaruhi bidan dalam pelaksanaan inisiasi menyusui dini, Faktor Internal
(Usia, Pendidikan, Motivasi, Pengalaman) dan Faktor Eksternal (IBI, Fasilitas,
Sistem pelayanan kesehatan). Dalam kerangka konsep ini dijelaskan bahwa hanya
faktor internal yang dapat diteliti, sedangkan faktor eksternal diabaikan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi bidan dalam pelaksanaan Inisiasi
Menyusui Dini di gambar ilustrasi pada gambar 1 berikut ini :
Keterangan : …….. = tidak diteliti
= diteliti
Gambar 1 : Faktor-faktor yang mempengaruhi bidan dalam pelaksanaan Inisiasi Menyusui Dini
3.2 Defenisi operasional
Tabel 3.2.1 : Defenisi Operasional Variabel Penelitian Faktor Internal :
- Usia - Pendidikan - Motivasi - Pengalaman
Faktor Eksternal : - IBI
- Fasilitas
- Sistem Pelayanan Kesehatan
No. Variabel/Sub Variabel
Defenisi Operasional Alat ukur Hasil ukur Skala
1.
2.
Pelaksanaan IMD oleh Bidan
Faktor Internal : - Usia
- Pendidikan
- Motivasi
- Pengalaman
Bidan melaksanakan proses IMD pada ibu-ibu yang melakukan persalinan.
Usia adalah lama hidup bidan yang dihitung dalam tahun mulai dari lahir sampai saat lama kerja bidan di ruang bersalin rumah sakit dan pelatihan IMD yang pernah
diikuti. 3 bulan-1 tahun = Kurang berpengala
man >1 tahun = Berpengala
BAB 4
METODE PENELITIAN
4.1 Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif yang
bertujuan untuk memperoleh gambaran faktor-faktor yang mempengaruhi bidan
dalam pelaksanaan IMD di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan.
4.2 Populasi dan Sampel 4.2.1 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah keseluruhan bidan yang
bertugas di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan yang berjumlah 54 bidan.
4.2.2 Sampel
Cara pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah Total
Sampling. Total Sampling adalah seluruh populasi diteliti (Machfoedz,
2013). Hal ini dilakukan karena jumlah populasi kurang dari 100
(Sugiyono, 2010).
4.3 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan.
Penelitian dilakukan pada 22 Maret – 26 Maret 2014.
Penelitian ini dilakukan setelah proposal penelitian disetujui dan peneliti
mendapat izin dari Fakultas Keperawatan serta menerima surat ethical clearance.
Kemudian peneliti menemui responden dengan menjelaskan maksud dan tujuan
penelitian ini. Calon responden yang bersedia, dipersilahkan untuk
menandatangani informed concern. Tetapi bagi calon responden yang tidak
bersedia, calon barhak untuk menolak dan mengundurkan diri. Pemgunduran diri
dapat dilakukan pada saat mulai pengumpulan data. Peneliti memberi kesempatan
untuk bertanya-tanya tentang hal yang tidak dimengerti sehubungan dengan
penelitian ini. Penelitian ini tidak menimbulkan resiko bagi individu yang menjadi
responden baik itu resiko fisik maupun psikis. Privasi kerahasiaan
(confidentiality) responden merupakan masalah etika yang paling utama dalam
penelitian ini dan kerahasiaan catatan mengenai data calon responden akan dijaga,
dengan tidak menuliskan nama pada instrument (anonymity). Data-data yang
diperoleh dari calon responden digunakan untuk kepentingan penelitian saja.
4.5 Instrumen Penelitian
Pada penelitian ini instrumen yang digunakan adalah kuesioner yang
dibuat sendiri oleh peneliti berdasarkan konsep tentang faktor-faktor yang
mempengaruhi bidan dalam pelaksanaan inisiasi menyusui dini yang dijabarkan
dalam Bab II tinjauan pustaka. Kuesioner terdiri dari 2 bagian yaitu bagian
pertama, data demografi. Bagian kedua, faktor-faktor yang mempengaruhi bidan
dalam pelaksanaan inisisasi menyusui dini.
Data demografi responden meliputi nama, usia, pendidikan terakhir,
dan pelaksanaan inisiasi menyusui dini.
4.5.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi bidan dalam pelaksanaan inisiasi
menyusui dini
Faktor ini dibagi menjadi 4 bagian yaitu usia, pendidikan, motivasi,
pengalaman. Untuk usia ada 3 kategori (<30 tahun, 30-45 tahun, >45
tahun), pendidikan ada 6 pernyataan (1,2,3,4,5,6), motivasi ada 10
pernyataan (1,2,3,4,5,6,7,8,9,10), dan pengalaman ada 2 pertanyaan (1,2).
Kuesioner faktor-faktor yang mempengaruhi bidan dalam pelaksanaan
inisiasi menyusui dini menggunakan skala gutman dalam 2 alternatif
jawaban yaitu “YA” dan “TIDAK”. Bobot nilai yang diberikan bagi
pernyataan untuk jawaban YA = 1 dan TIDAK = 0.
4.6 Uji Validitas dan Reliabilitas 4.6.1 Uji Validitas
Validitas adalah pengukuran pengamatan yang berarti
kehandalan instrumen dalam mengumpulkan data. Instrumen
penelitian harus dapat mengukur apa yang seharusnya diukur
(Nursalam, 2008). Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan
validitas isi untuk mengukur kevaliditasan kuesioner. Validitas isi
adalah tingkat reprentativitas isi atau substansi pengukuran
terhadap konsep variabel sebagaimana dirumuskan dalam defenisi
operasional (Machfoedz, 2013). Karena instrumen ini dibuat sesuai
berdasarkan tujuan penellitian yaitu untuk menggambarkan
faktor-faktor yang mempengaruhi bidan dalam pelaksanaan Inisiasi
Menyusui Dini di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan. Pada
penelitian ini tidak dilakukan uji validitas.
4.6.2 Uji Reliabilitas
Reliabilitas merupakan indeks yang menunjukkan sejauh mana
suatu alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan
(Saryono, 2008). Instrumen yang sudah dapat dipercaya, yang
reliabel akan menghasilkan data yang dapat dipercaya juga.
Apabila datanya memang benar sesuai dengan kenyataannya, maka
berapa kali pun diambil, tetap akan sama (Arikunto, 2010).
Dalam penelitian ini digunakan uji reliabilitas dengan
menggunakan rumus K-R 21 karena peneliti memiliki instrumen
dengan jumlah butir pernyataan genap. Uji reliabilitas pada
penelitian ini dilakukan sebelum pengumpulan data pada tanggal
10 februari-13 februari 2014 terhadap 30 orang responden yang
memenuhi kriteria sampel dan hasil uji reliabilitas harus > 0,7. Uji
reliabilitas dilakukan terhadap DIV Kebidanan di Fakultas
Keperawatan Universitas Sumatera Utara dengan jumlah responden
30 orang. Peneliti menemui responden ke ruangan DIV Kebidanan
Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara dengan
menjelaskan maksud dan tujuan uji reliabilitas ini. Calon responden
Bagi calon responden tidak bersedia, calon berhak untuk menolak.
Dilakukan secara manual dengan rumus :
r
₁₁
=
�
��−1
� �
1
−
�(�−�)
���
�
dimana : r₁₁ = reliabilitas instrumen
k = banyaknya butir soal atau butir pertanyaan
M = skor rata-rata
V� = varians total
Hasil uji reliabilitas untuk faktor-faktor yang mempengaruhi
bidan dalam pelaksanaan inisiasi menyusui dini adalah 0,7742,
sehingga dapat disimpulkan bahwa kuesioner faktor-faktor yang
mempengaruhi bidan dalam pelaksanaan inisiasi menyusui dini
adalah reliabel.
4.7 Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan adalah memberikan kuesioner
kepada responden. Pengumpulan data dilakukan setelah peneliti menerima ethical
clearance dari Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara ke Rumah Sakit
Santa Elisabeth Medan dan menerima surat izin pelaksana penelitian dari Fakultas
Keperawatan Universitas Sumatera Utara, kemudian mengantarkan surat izin
penelitian tersebut ke Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan. Pada saat
pengumpulan data peneliti menjelaskan kepada calon responden tentang tujuan,
manfaat, dan cara mengisi kuesioner. Selanjutnya peneliti menanyakan kesediaan
calon responden untuk mengikuti penelitian, bagi calon responden yang setuju
dimulai dari calon responden yang bersedia mengisi kuesioner. Peneliti memberi
kesempatan pada calon responden bila ada pertanyaan yang tidak dimengerti. Dan
setiap calon responden berhak menolak/tidak mengikuti penelitian ini. Kelemahan
pada penelitian ini yaitu pada saat pengumpulan data, peneliti tidak berhadapan
langsung dengan responden pada saat pengisian kuesioner.
4.8 Analisa Data
Analisa data dilakukan setelah semua data terkumpul dimulai dari
pengolahan data dengan memeriksa semua kelengkapan identitas dan data dari
responden serta memastikan bahwa data tersebut telah diisi. Kemudian data yang
telah terkumpul diberi kode untuk mengklasifikasikan jawaban-jawaban
responden kedalam kategori dengan menggunakan kode angka pada
masing-masing jawaban. Hasil pengolahan data akan diolah dengan menggunakan
bantuan software komputer. Analisa data yang digunakan adalah analisa deskriptif
untuk menggambarkan faktor-faktor yang mempengaruhi bidan dalam
pelaksanaan inisiasi menyusui dini. Data yang sudah diperoleh kemudian diolah
secara komputerisasi :
4.8.1 Editing
Dalam tahapan ini dilakukan pemeriksaan terhadap
kelengkapan data yang ada dalam instrumen penelitian, kesesuaian
data hasil penelitian untuk masing-masing responden, data yang
dikumpulkan sehingga tidak terjadi kekeliruan dalam pengisiannya.
atau kekurangan dapat langsung diperbaiki (minimalisasi
kesalahan).
4.8.2 Coding
Memberikan kode pada setiap variabel jawaban yang
diberikan. Jawaban yang berbentuk huruf diubah menjadi bentuk
angka untuk mempermudah analisa data. Setelah data terkumpul,
peneliti melakukan pengkodean dan mengubah data berbentuk
huruf menjadi data berbentuk angka dari setiap jawaban. Data
coding sebelum penelti melakukan proses observasi.
4.8.3 Entry
Peneliti memasukkan semua data yang terkumpul kedalam
komputer sesuai dengan variabel masing-masing dengan
menggunakan bantuan software komputer dan diproses lebih lanjut.
4.8.4 Cleaning
Melakukan pengecekan kembali apakah terjadi kesalahan dalam
entry data, jika terdapat data yang salah entry maka harus
diperbaiki sesuai dengan kuesioner.
4.8.5 Processing
Setelah semua kuesioner terisi penuh, benar dan telah melewati
pengkodean, dilakukan proses data untuk dianalisis. Statistik yang
digunakan untuk menganalisa data deskriptif yaitu frekuensi,
persentase.
Setelah data di processing, hasilnya dibuat dalam tampilan
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Hasil Penelitian
Bab ini menguraikan hasil penelitian mengenai faktor-faktor yang
mempengaruhi bidan dalam pelaksanaan inisiasi menyusui dini yang diperoleh
melalui proses pengumpulan data yang dilakukan sejak 18 Maret - 22 Maret 2014
di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan.
5.1.1 Karakteristik Demografi
Karakteristik demografi responden yang dipaparkan mencakup
usia, pendidikan terakhir. Data yang diperoleh (tabel 5.1.1.1) menunjukkan
mayoritas bidan berusia <30 tahun (79,6%), mayoritas pendidikan terakhir
DIII Kebidanan (92,6%).
Tabel 5.1.1.1. Distribusi frekuensi dan persentase karakteristik demografi (n = 54)
Karakteristik Frekuensi Persentase
5.1.2 Pelaksanaan Inisiasi Menyusui Dini
Dari data yang diperoleh (Tabel 5.1.2.1) menunjukkan dari 54
bidan, seluruh bidan melaksanakan IMD. Frekuensi pelaksanaan IMD mayoritas
bidan selalu melaksanakan IMD (66,7%), sisanya kadang-kadang (22,2%), sering
(11,1%).
Tabel 5.1.2.1. Distribusi frekuensi dan persentase pelaksanaan inisiasi menyusui dini (n = 54)
Pelaksanaan IMD Frekuensi Persentase Pelaksanaan IMD
5.1.3 Deskripsi Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Bidan dalam Pelaksanaan Inisiasi Menyusui Dini
Deskripsi faktor-faktor yang mempengaruhi bidan dalam
pelaksanaan inisiasi menyusui dini meliputi variabel usia, pendidikan,
motivasi, dan pengalaman.
5.1.3.1 Usia
Berdasarkan hasil penelitian (tabel 5.1.2.1.1) menunjukkan bahwa
mayoritas bidan yang berusia <30 tahun (79,6%), sisanya bidan berusia 30
Tabel 5.1.2.1.1. Faktor-faktor yang mempengaruhi bidan dalam
pelaksanaan IMD berdasarkan usia (n = 54)
Usia Frekuensi Persentase
Usia
- <30 tahun 43 79,6
- 30-45 tahun 9 16,7
- >45 tahun 2 3,7
Total 54 100
5.1.3.2 Pendidikan
Berdasarkan tabel 5.1.3.2.1 menunjukkan keseluruhan pendidikan
bidan berpengaruh (100%) terhadap pelaksanaan IMD.
Tabel 5.1.3.2.1. Distribusi frekuensi dan persentase pendidikan (n = 54)
Pendidikan Frekuensi Persentase
Pendidikan
- Berpengaruh 53 100
- Tidak berpengaruh 0 0
Total 54 100
Dari faktor-faktor yang mempengaruhi bidan dalam pelaksanaan
inisiasi menyusui dini dari aspek pendidikan, hasil penelitian (tabel
5.1.2.2.1) menunjukkan bahwa mayoritas pengetahuan bidan tentang cara
melaksanakan IMD dipelajari selama menjalani pendidikan bidan (98,1%),
keterampilan bidan melaksanakan IMD diperoleh selama menjalani
selama menjalani pendidikan bidan (98,1%), pengetahuan bidan tentang
cara melaksanakan IMD bukan setelah mengikuti pelatihan tentang IMD
(96,2%), keterampilan bidan melaksanakan IMD terbentuk bukan setelah
mengikuti pelatihan tentang IMD (96,2%), dan sikap positif bidan
terhadap IMD terbentuk bukan setelah mengikuti pelatihan tentang IMD
(96,2%). Hampir keseluruhan bidan memperoleh pendidikan tentang
pelaksanaan IMD melalui pendidikan formal tanpa harus mengikuti
pendidikan informal atau lanjutan.
Tabel 5.1.3.2.2. Faktor-faktor yang mempengaruhi bidan dalam
pelaksanaan IMD berdasarkan pendidikan (n = 54)
Pernyataan mengenai Pendidikan
Ya Tidak
f (%) f (%)
Pengetahuan tentang cara melaksanakanIMD
saya pelajari selama menjalani pendidikan bidan
Pengetahuan tentang cara melakukan IMD saya pelajari setelah mengikuti pelatihan
tentang IMD Keterampilan
melaksanakanIMD saya peroleh setelah mengikuti pelatihan tentang IMD Sikap positif terhadap IMD terbentuk setelah mengikuti pelatihan tentang IMD
2 (3,7) 52 (96,
5.1.3.3 Motivasi
Berdasarkan tabel 5.1.3.3.1 menunjukkan bidan mayoritas
memiliki motivasi (87%).
Tabel 5.1.3.3.1. Distribusi frekuensi dan persentase motivasi (n = 54)
Motivasi Frekuensi Persentase
Motivasi
- Ada motivasi 47 87
- Tidak ada motivasi 7 13
Total 54 100
Berdasarkan hasil penelitian (tabel 5.1.3.3.2) menunjukkan bahwa
mayoritas bidan senang bila IMD berhasil dilakukan (100%), bidan
melakukan IMD karena sudah menjadi tanggungjawabnya sebagai bidan
(100%), bidan senang mendapat pujian karena melakukan IMD (96,3%),
bidan tidak mudah menyerah apabila menghadapi kesulitan dalam
melakukan IMD (98,1%), bidan melakukan IMD karena kewajibannya
Ikatan Bidan Indonesia (85,1%), bidan memikirkan kualitas IMD yang
dilakukan (100%), IMD bukan suatu rutinitas dalam pekerjaan (98,1%),
bidan mau melakukan IMD meskipun tidak berpengaruh terhadap
peningkatan penghasilan (100%), dan bidan merasa terdorong melakukan
IMD bukan karena mendapat penghargaan dari rumah sakit (98,1%).
Tabel 5.1.3.3.2. Faktor-faktor yang mempengaruhi bidan dalam
pelaksanaan IMD berdasarkan motivasi (n = 54)
Faktor-faktor yang
yang penting saya sudah melaksanakan tugas saya IMD hanya suatu rutinitas dalam pekerjaan saya Saya mau melakukan IMD apabila berpengaruh terhadap peningkatan penghasilan Saya merasa terdorong melakukan IMD, apabila mendapat penghargaan dari rumah sakit
5.1.3.4 Pengalaman
Berdasarkan tabel 5.1.3.4.1 menunjukkan mayoritas bidan
berpengalaman sebesar 83,3%, kurang berpengalaman 16,7%, dan tidak
ada bidan yang tidak berpengalaman.
Tabel 5.1.3.4.1. Distribusi frekuensi dan persentase pengalaman
Pengalaman Frekuensi Persentase
Pengalaman
- Berpengalaman 45 83,3
- Kurang berpengalaman - Tidak berpengalaman
9 -
16,7 -
Total 54 100
Dari faktor-faktor yang mempengaruhi bidan dalam pelaksanaan
inisiasi menyusui dini dari aspek pengalaman, hasil penelitian (tabel
mengikuti pelatihan tentang IMD (87%), dan lama bekerja bidan >1 tahun
(85,2%).
Tabel 5.1.3.4.2. Faktor-faktor yang mempengaruhi bidan dalam pelaksanaan IMD
berdasarkan pengalaman (n = 54)
Pengalaman Frekuensi Persentase
Pelatihan
Tabel 5.1.3.4.3. Tabulasi Pelaksanaan Inisiasi Menyusui Dini terhadap faktor yang berpengaruh
Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Pelaksanaan IMD
Kadang-kadang
Sering Selalu
Usia - Tidak berpengaruh
- Ada motivasi - Tidak ada motivasi
Pengalaman
- Berpengalaman
- Kurang berpengalaman - Tidak berpengalaman
7
Hasil penelitian (tabel 5.1.3.4.3) menunjukkan dari faktor usia bahwa
mayoritas bidan yang berusia <30 tahun selalu melaksanakan IMD sebanyak 27
bidan, mayoritas bidan yang selalu melaksanakan IMD berpengaruh terhadap
pendidikan sebanyak 36 bidan, pada faktor motivasi bahwa bidan yang ada
motivasi selalu melaksanakan IMD sebanyak 34 bidan, dan mayoritas bidan yang
berpengalaman selalu melaksanakan IMD sebanyak 34 bidan.
5.2 Pembahasan
5.2.1 Keterbatasan Penelitian
Dalam penelitian ini tidak semua variabel faktor-faktor yang
mempengaruhi bidan dalam pelaksanaan IMD dapat diteliti. Variabel yang diteliti
adalah faktor internal (usia, pendidikaan, motivasi, pengalaman), sedangkan
variabel yang tidak diteliti adalah faktor eksternal (IBI, fasilitas, sistem pelayanan
kesehatan) sehingga masih diperlukan penelitian selanjutnya.
5.2.2 Hasil Pembahasan
Inisiasi menyusui dini yaitu bayi yang diberikan peluang untuk mulai
(inisiasi) menyusu sendiri segera setelah lahir dengan meletakkan bayi menempel
di dada atau perut ibu, bayi dibiarkan merayap mencari putting susu sendiri lalu
menyusu, berlangsung selama lebih kurang satu jam sejak bayi baru lahir
(Depkes, 2009).
Pada proses ini, yang terpenting adalah rangsangan atau hisapan bayi pada
putting ibu tanpa memperhitungkan ASI sudah keluar atau belum. Peran bidan
sebagai tenaga kesehatan yang memberikan pertolongan persalinan sangat penting
dalam pelaksanaan IMD karena bidan sebagai fasilitator yang mendukung dan
membantu ibu dalam pelaksanaan IMD.
Pada penelitian ini diketahui bahwa seluruh bidan di Rumah Sakit Santa
Elisabeth Medan melaksanakan Inisiasi Menyusui Dini, lebih setengah dari 54
bidan di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan selalu melaksanakan inisiasi
menyusui dini.
Dari hasil penelitian juga diketahui faktor-faktor yang mempengaruhi
bidan dalam pelaksanaan inisiasi menyusui dini di Rumah Sakit Santa Elisabeth
Medan adalah usia, pendidikan, motivasi, dan pengalaman.
Para ahli mengemukakan bahwa IMD sangat bermanfaat bagi bayi, untuk
itu semua bidan diharapkan mendukung dan komitmen untuk melaksanakan IMD
pada setiap pertolongan persalinan. Proses ini juga member kesempatan terjadinya
hipotermi, dan mencegah kematian bayi baru lahir melalui pemberian ASI sedini
mungkin pada satu jam kelahirannya (Depkes RI, 2009).
5.2.2.2 Usia
Usia merupakan salah satu faktor yang berperan penting dalam
pembentukan tingkat kedewasaan seseorang. Pada penelitian ini diketahui
mayoritas bidan yang usianya <30 tahun selalu melaksanakan IMD. Hasil analisis
variabel usia bidan bahwa bidan yang usianya <30 tahun lebih banyak yang selalu
melaksanakan IMD. Dengan kata lain, usia yang tergolong muda selalu
melaksanakan IMD. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Yusnita (2012), yaitu semakin tinggi usia bidan maka
kecenderungan untuk melaksanakan IMD semakin tinggi.
5.2.2.3 Pendidikan
Pendidikan merupakan kesempatan meningkatnya pengetahuan dan
kesadaran seseorang terhadap perilaku kesehatan (Yusnita, 2012). Pada penelitian
ini, keseluruhan bidan yang selalu melaksanakan IMD berpengaruh terhadap
pendidikan. Pendidikan tersebut didapat dari pendidikan formal, tanpa harus
diperoleh dari pendidikan informal. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian
yang dilakukan oleh Sumiyati (2011) memperoleh tidak ada perbedaan proporsi
bidan yang melaksanakan IMD antara bidan yang berpendidikan rendah dengan
bidan yang berpendidikan tinggi. Hal ini dapat disebabkan karena akses informasi
tentang IMD secara mendalam hanya didapat dari bangku pendidikan kebidanan.
Motivasi adalah dorongan yang timbul pada diri seseorang sadar atau tidak
sadar untuk melakukan suatu tindakan dengan tujuan tertentu, atau usaha-usaha
yang dapat menyebabkan seseorang atau sekelompok orang tertentu bergerak
melakukan sesuatu karena ingin mencapai tujuan yang dikehendaki. Pada
penelitian ini, mayoritas bidan yang selalu melaksanakan IMD memiliki adanya
motivasi. Dengan kata lain, bidan selalu melaksanakan IMD karena memiliki
faktor motivasi dari dalam dirinya. Motivasi yang dimiliki oleh bidan dalam
melaksanakan IMD merupakan motivasi instrinsik yang mempengaruhi individu
untuk bekerja dengan baik. Motivasi tersebut akan terefleksi dalam pekerjaan
mereka. Hal ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Mardiah
(2011) di pekanbaru bidan yang memiliki motivasi baik dalam mendukung
program IMD namun dalam kenyataannya bidan yang memiliki motivasi kurang
lebih baik kinerjanya didalam mendukung program IMD.
5.2.2.5 Pengalaman
Pelatihan merupakan peluang dalam meningkatnya pengetahuan,
keterampilan, dan pengalaman seseorang. Bidan yang sudah pernah mengikuti
pelatihan akan mempunyai wawasan yang lebih luas, keterampilan, dan
pengalaman yang lebih banyak terkait dengan pelaksanaan IMD. Untuk itu, bidan
yang sudah mengikuti pelatihan seharusnya selalu melaksanakan IMD pada setiap
persalinan yang ditolong. Pada penelitian ini, bidan yang selalu melaksanakan
IMD mayoritas bidan yang memiliki pengalaman. Dapat ditunjukkan bahwa
mayoritas bidan memiliki lama bekerja >1 tahun. Dikatakan berpengalaman
Sakit Santa Elisabeth Medan yang bekerja >1 tahun sudah dapat melaksanakan
IMD secara mandiri. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Yusnita (2012) bahwa semakin tinggi lama kerja bidan maka kecenderungan
untuk melaksanakan IMD semakin tinggi. Pada penelitian ini, bidan yang
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi
Bidan dalam pelaksanaan Inisiasi Menyusui Dini di Rumah Sakit Santa Elisabeth
Medan. Berdasarkan analisis yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan
bahwa:
1. Keseluruhan bidan di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan melaksanakan
IMD.
2. Bidan yang usianya <30 tahun mayoritas selalu melaksanakan IMD.
3. Keseluruhan bidan yang selalu melaksanakan IMD berpengaruh terhadap
pendidikan formal.
4. Mayoritas bidan yang ada motivasi selalu melaksanakan IMD.
5. Bidan yang selalu melaksanakan IMD mayoritas bidan yang
berpengalaman.
6.2 Saran
1. Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan
Untuk mempertahankan motivasi bidan, sebaiknya rumah sakit selalu
mendukung bidan untuk terus berkembang dengan memberikan reward
yang sesuai sehingga bidan semakin termotivasi dalam peningkatan
Untuk selalu mempertahankan motivasi yang sudah dimiliki dalam
pelaksanaan IMD, dan meningkatkan pendidikan dengan meningkatkan
pendidikan lanjut ke jenjang yang lebih tinggi, serta mengikuti
pelatihan-pelatihan yang diselenggarakan oleh pihak rumah sakit.
3. Penelitian selanjutnya
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai faktor-faktor yang
berhubungan dengan pelaksanaan IMD dan dilakukan penelitian lebih
lanjut terkait dengan faktor eksternal dikarenakan penelitian ini hanya
DAFTAR PUSTAKA
Aprilia (2012).Analisa faktor-faktor yang mempengaruhi penerapan asuhan keperawatan di Ruang Interna RSUD PROF.DR.HI.Aloei Saboe Kota
Gorantalo. Diambil pada 30 Juni 2014
dari http://eprints.ung.ac.id/id/eprints/5118.
Atanay (2008). Analisa faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan di Rumah Sakit Umum Fak-Fak. Diambil pada 3 Juli 2014 dari http://eprints.undip.ac.id/10322/
Dahlan, M. S. (2011). Statistik umum kedokteran dan kesehatan. Jakarta: Salemba Medica.
Depkes RI. (2008). Profil kesehatan Indonesia 2007. Diambil pada 20 Oktober 2013
da
Gatot, D.W., Adisasmito, W. (2004). Hubungan karakteristik perawat, isi pekerjaan, dan lingkungan pekerjaan terhadap kepuasan kerja perawat di Instalasi Rawat Inap RSUD Gunung Jati Cirebon. Diambil pada 30 Juni 2014 dari journal.ui.ac.id/health/article/download/347/343
Gillies, D. A. (1996). Manajemen keperawatan suatu pendekatan system, Edisi 2. Alih bahasa: Sukmana, D & Sukmana, R. W. Philadelphia: W. B. Saunders Company.
Hasibuan, M. S. P. (1996). Organisasi dan motivasi. Jakarta: Sinar Grafika Offset.
Hidayat, A. A. A. (2008). Pengantar konsep dasar keperawatan. Jakarta: Salemba Medica.
Hikmet, N. G. (2009). Pengaruh faktor kepemimpinan individual dan organisasi terhadap motivasi perawat dalam pengisian rekam medik di ruang rawat
inap Rumah Sakit Haji Medan. Diambil pada 5 Desember 2013
da
Khoir, A. M. (2011). Pengaruh kepemimpinan kepala ruangan terhadap motivasi kerja perawat pelaksana di Rumah Sakit Malahayati Medan. Diambil pada 5 Desember 2013 dari Kunto, V. (2004). Analisis hubungan persepsi pasien terhadap mutu pelayanan
dengan minat pemanfaatan ulang pelayanan untuk rawat inap umum di RS
Kusta Kelat Jepara. Diambil pada 19 Juli 2014
dari eprints.undip.ac.id/14669/.
Marquis, B. L., & Huston, C. J. (2010). Kepemimpinan dan manajemen keperawatan teori dan aplikasi. Jakarta: EGC.
Mulyono, M. H., Hamzah, A., & Abdullah, A. A. (2012). Faktor yang berpengaruh terhadap kinerja perawat di Rumah Sakit Tingkat III 16.06.01
Ambon. Diambil pada tanggal 20 Oktober 2013
da
Notoatmodjo, S. (2010). Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Nursalam. (2012). Manajemen keperawatan aplikasi dan praktek keperawatan professional. Jakarta: Salemba M
Pinem (2010). Pengaruh Budaya Organisasi Dan Penerapan Standar Operasional Prosedur Pelayanan Keperawatan Terhadap Kinerja Perawat Di RSU Mitra Sejati Medan Tahun 2010. Diambil pada 5 desember 2014 dari repository.usu.ac.id/handle/123456789/20872
Pratiwi, Margareta, Kartasurya, dkk (2014). Hubungan lingkungan kerja dengan kepuasan kerja perawat pelaksana di Ruang Rawat Inap RSUD Sunan
Kalijaga Kabupaten Demak. Diambil tanggal 30 Juni 2014
dari http://eprints.undip.ac.id/42952
Roatib, A., Suhartini, S., Supriyadi (2007). Hubungan Antara Karakteristik Perawat dengan Motivasi Perawat Pelaksana dalam Menerapkan Komunikasi Terapeutik Pada Fase Kerja Di Rumah Sakit Islam Sultan
Agung Semarang. Diambil pada 20 Juni 2014
da
Robbins, S.P. & Judge, T.A. (2008). Perilaku Organisasi. Jakarta: Salemba Empat.
Sumarni, T (2008). Pengaruh kecerdasan emosional pemimpin terhadap motivasi kerja perawat di Rumah Sakit Bangkatan Binjai. Diambil pada 14 juni 2014 dari http : // repository.usu.ac.id/handle/123456789/6767.
Suyanto. (2009). Mengenal kepemimpinan dan manajemen keperawatan di rumah sakit. Yogyakarta: Mitra Cendikia Press.
Wahyuni, I (2012). Hubungan motivasi terhadap kinerja perawat pelaksana di Rumah Sakit Bhayangkara Medan. Diambil pada 14 Juni 2014 dari http : // repository.usu.ac.id/handle/123456789/34820
Winardi. (2001). Motivasi dan pemotivasian dalam manajemen. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada
Wulandari (2013). Pengaruh gaya kepemimpinan kepala ruangan dan motivasi kerja perawat terhadap kinerja perawat ruang rawat inap. Diambil pada
21 Juni 2014 dari http://skripsi.veteranbantara.ac.id/index.php/fkesmasyarakat/article/vie
w/9
Yuliana A. (2013). Permenkes no.147 tahun 2010. Diambil pada tanggal 20 Oktober 2013 dari
Lampiran 1 FORMULIR PERSETUJUAN PENELITIAN
(INFORMED CONCERN)
Saya mahasiswa Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara, saya
adalah mahasiswa yang sedang melakukan penelitian dengan judul “Faktor-Faktor
yang Mempengaruhi Bidan dalam Pelaksanaan Inisiasi Menyusui Dini di Wilayah
Kerja Puskesmas Kecamatan Perhentian Raja, Pekanbaru”. Penelitian ini
dilakukan dalam rangka memenuhi skripsi.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran faktor-faktor
yang mempengaruhi bidan dalam pelaksanaan inisiasi menyusui dini. Saya sangat
mengharapkan kesediaan anda untuk mengisi kuesioner ini dengan jujur dan apa
adanya. Jika anda bersedia, silahkan menandatangani persetujuan ini sebagai bukti
bahwa anda bersedia ikut serta dalam penelitian ini.
Semua informasi yang anda berikan akan saya jaga kerahasiaannya.
Namun, jika anda tidak bersedia, anda berhak tidak ikut berpartisipasi, karena
tidak ada unsure paksaan dalam pengisian kuesioner ini. Jika ada hal yang kurang
anda pahami ketika mengisi kuesioner ini, anda dapat bertanya langsung kepada
saya. Demikian informasi ini saya sampaikan. Atas bantuan, partisipasi, dan
kesediaan waktu anda, saya ucapkan terima kasih.
Medan, Februari 2014
Lampiran 2 INSTRUMEN PENELITIAN
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Bidan dalam Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini
No. Responden : (diisi oleh peneliti)
Isilah pertanyaan atau pernyataan di bawah ini sesuai dengan petunjuk.
I. Karakteristik Demografi
Jawablah pertanyaan berikut ini sesuai dengan keadaan anda sebenarnya.
1. Nama (Inisial) : ………….
2. Usia : …….tahun
3. Pendidikan terakhir : SPK +1 tahun
DIII Kebidanan
DIV Kebidanan
S2 Kebidanan
4. Apakah anda melakukan Inisiasi Menyusu Dini ?
Tidak
Ya, ( ) Kadang-kadang
( ) Sering
( ) Selalu
II. Faktor-faktor yang mempengaruhi bidan dalam pelaksanaan IMD 1. Usia
Usia :
< 30 tahun
30 – 45 tahun
2. Pendidikan
No. Pernyataan Jawaban
Ya Tidak 1. Pengetahuan tentang cara
melaksanakan IMD saya pelajari selama menjalani pendidikan bidan. 2. Keterampilan melaksanakan IMD saya
peroleh selama menjalani pendidikan bidan.
3. Sikap positif terhadap IMD terbentuk selama menjalani pendidikan bidan. 4. Pengetahuan tentang cara melakukan
IMD saya pelajari setelah mengikuti pelatihan tentang IMD.
5. Keterampilan melaksanakan IMD saya peroleh setelah mengikuti pelatihan tentang IMD.
6. Sikap positif terhadap IMD terbentuk setelah mengikuti pelatihan tentang IMD.
3. Motivasi Bidan terhadap IMD
Berilah tanda checklist (√) pada kolom pilihan jawaban yang tersedia tentang motivasi anda dalam pelaksanaan IMD sesuai pernyataan disebelahnya.
No. Pernyataan Jawaban
YA
TIDAK
1. Saya senang bila IMD berhasil dilakukan.
tanggungjawab saya sebagai bidan.
3. Saya senang mendapat pujian karena saya melakukan IMD.
4. Saya tidak mudah menyerah apabila menghadapi kesulitan dalam melakukan IMD.
5. Sayamelakukan IMDkarenakewajiban saya sebagai bidan.
6. Saya melakukan IMD karena ada kebijakan dari Ikatan Bidan Indonesia.
7. Saya tidak memikirkan kualitas IMD yang saya lakukan, yang penting saya sudah melaksanakan tugas saya.
8. IMD hanya suatu rutinitas dalam pekerjaan saya.
9. Saya mau melakukan IMD apabila berpengaruh terhadap peningkatan penghasilan.
10. Saya merasa terdorong melakukan IMD, apabila mendapat penghargaan dari rumah sakit.
4. Pengalaman Bidan
Berilah tanda checklist (√) di kolom pada pernyataan yang sesuai dengan keadaan anda.
1. Apakah anda pernah mengikuti pelatihan tentang IMD ? 1. Tidak pernah
2. Lama bekerja : …..tahun
<3 bulan
3 bulan - 1 tahun