• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perancangan Hotel Resort Wisata Alam Geopark Sipiso-piso

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perancangan Hotel Resort Wisata Alam Geopark Sipiso-piso"

Copied!
164
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

Asia. Diambil dari: www.bisnis.liputan6.com/read/2305784/pemerintah-bakal-sulap-danau-toba-jadi-monaco-asia. Diakses pada tanggal 08 Maret 2016.

Agustinus, Michael. 2015. Pemerintah akan Bentuk Badan Otoritas Pariwisata Danau Toba. Diambil dari: www.finance.detik.com/read/ 2015/12/28/150130/3105588/4/pemerintah-akan-bentuk-badan-otoritas-pariwisata-danau-toba. Diakses pada tanggal 08 Maret 2016.

Antara. 2015. Geopark Kaldera Toba Jadi Ikon Pariwisata Sumut. Diambil dari: www.travel.kompas.com/read/2015/07/06/120900227/Geopark.Kaldera.Toba.Jadi.Ikon. Pariwisata.Sumut. Diakses pada tanggal 08 Maret 2016.

Bupati Samosir. 2012. Pemberdayaan Kekayaan dan Potensi Geologi untuk Pengembangan Ikon Pariwisata (Geo-Wisata) di Kawasan Toba dan Sekitarnya Sebagai Kawasan Strategis Pariwisata Nasional. International Workshop on Aspiring Geoparks of Indonesia Museum Gunung Api Batur Freed, E. C. (2012). A Brief History of Organic Architecture. Diambil dari:

www.organicarchitect.com. Diakses pada tanggal 05 Oktober 2016. Frick, Heinz. 1988. Arsitektur dan Lingkungan. Yogyakarta: Kanisius

Geopark Toba. Diambil dari: www.geotourindonesia.com/p/geopark-toba_2.html. Diakses pada tanggal 05 April 2016.

Ginting, N., & Rahman, N. V. (2016). Maimoon Palace Heritage District in Medan, Indonesia: What We Preserve and Why We Preserve? Procedia-Social and Behavioral Sciences, 222, 332–341.

Ginting, N., & Wahid, J. (2015). Exploring Identity’s Aspect of Continuity of Urban Heritage Tourism. Procedia-Social and Behavioral Sciences, 202,

(3)

tanggal 05 April 2016.

Kompas Siang. 2015. Samosir Gencarkan Sosialisasi Geopark Kaldera Toba. Diambil dari: www.travel.kompas.com/read/2015/02/20/141700527/Samosir.Gencarkan.Sosialisasi.G eopark.Kaldera.Toba. Diakses pada tanggal 08 Maret 2016.

Lampiran I Peraturan Menteri Pariwisata Dan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia Nomor Pm. 53/Hm.001/Mpek/ 2013 Tentang Standar Usaha Hotel

Marlina, Endy. 2008. Panduan Perancangan Bangunan Komersial. Yogyakarta: C.V Andi Offset

Marpaung, Happy dan Herman Bahar. 2002. Pengantar Pariwisata. Bandung: Alfabeta

Neufert, Ernst. 2002. Data Arsitek. Jakarta: Erlangga

Oktariadi, Oki. 2014. Geopark dan Penataan Ruang. Badan GeologiKementerian Energi dan Sumber Daya Mineral

Polycarpus, Rudy. 2016. Pengembangan Pariwisata Danau Toba Dipercepat. Diambil dari: www.mediaindonesia.com/news/read/31726/pengembangan-pariwisata-danau-toba-dipercepat/2016-03-02. Diakses pada tanggal 08 Maret 2016

Renaissance Hotel Resorts. 2009. Design Standards

Sinulingga, Sukaria. 2011. Metode Penelitian. Medan. USU Press

(4)

Surat Keputusan Menteri Perhubungan Indonesia No. PM10/PW 301/ PHB-17 Tentang Usaha Dan Klasifikasi Hotel.

Surat Keputusan Menteri Pariwisata Pos dan Telekomunikasi No. KM.37/PW.340/MPPT-86 tentang peraturan Usaha dan Penggolongan Hotel pada Bab 1 Pasal 1 ayat b.

Suwana, Jimmy S. 2005. Panduan Sistem Bangunan Tinggi untuk Arsitek dan Praktisi Bangunan. Jakarta: Erlangga

Tujuan Wisata. Diambil dari: www.karokab.go.id/in/index.php/potensi-daerah/pariwisata/tujuan-wisata/454-air-terjun-sipiso-piso. Diakses pada tanggal 22 Maret 2016.

www.en.wikipedia.org/wiki/Sipisopiso. Diakses pada tanggal 22 Maret 2016. www.academia.edu/4689797/10_teori_ttg_arsitektur. Diakses pada tanggal 22

Maret 2016.

www.archdaily.com. Diakses pada tanggal 22 Maret 2016. www.karokab.com. Diakses pada tanggal 22 Maret 2016. www.karokab.com. Diakses pada tanggal 29 Maret 2016.

(5)
(6)

BAB III

METODOLOGI

Pada bab III ini akan membahas metode penelitian yang terdiri dari beberapa pokok pembahasan yaitu jenis metode penelitian, penetapan lokasi penelitian, sumber data, dan analisa data.

3.1. Jenis Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah etnografi. James P. Spradley dalam Metode Etnografi (1997) menjelaskan, bahwa metode etnografi adalah merupakan pekerjaan mendeskripsikan sebuah kebudayaan. Tujuan utamanya adalah memahami pandangan hidup dari sudut pandang penduduk asli (native’s point of view). Oleh karena itu, penelitian etnografi melibatkan aktifitas belajar mengenai dunia orang lain dan belajar berbagai hal dari mereka (Spradlay, 1997:3). Sehingga data yang dikumpulkan adalah data kualitatif. Penggunaan metode etnografi terpilih karena dalam merancang hotel resor di Sipiso-piso, Kabupaten Karo kita harus menyesuiakan desain dan program ruang dengan kebiasaan dan perilaku masyarakat sehari-hari yang ada disana.

Etnografi sebagai bentuk penelitian memiliki beberapa karakteristik, yaitu selalu menekankan pada penggalian alamiah fenomena sosial yang khusus; memiliki data yang terstruktur; rancangan penelitiannya bersifat terbuka; dalam melakukan penelitian, peneliti bertindak sebagai instrumen yang berupaya menggali data yang dibutuhkan terkait dengan fokus penelitian; kasus yang diteliti cenderung sedikit atau bahkan hanya satu kasus yang kemudian dikaji secara mendalam; analisis data tentang makna dan fungsi perilaku manusia ditafsirkan secara eksplisit dalam bentuk deskripsi dan penjelasan verbal; etnografi tidak menggunakan analisis statistik namun tidak berarti menolak data yang berupa angka-angka.

(7)

bahkan yang lebih dalam ke hal-hal yang dirasakan, seperti hembusan angin, ranting-ranting yang berjatuhan dan lain-lain.

3.2. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data diperoleh dengan cara: 1) Studi Kepustakaan

Merupakan data sekunder berupa studi literatur yang memiliki hubungan dengan judul dan tema yang dibahas pada skripsi ini untuk memperkuat fakta secara alamiah.

2) Observasi Lapangan (survey)

Dilakukan dengan melakukan pengamatan dan pendataan langsung di lokasi sehingga dapat mengetahui dan merasakan suasana sekitar secara langsung.

3) Studi Banding

Mencari data bangunan yang hampir serupa dengan bangunan yang akan dirancang dari segi tertentu untuk mendukung perencanaan dan perancangan.

4) Diskusi Kelompok

Melakukan sharing agar dapat membuka pikiran dan menambah ide dalam merancang dan menentukan program ruang yang akan dibuat.

3.3. Penentuan Lokasi Penelitian

(8)

Kajian ini akan lebih difokuskan pada kawasan pariwisata Sipiso-piso di Kecamatan Merek, Kabupaten Karo. Lokasi penelitian ini (Gambar 3.1) bertempat di dekat air terjun Sipiso-piso sekaligus sebagai lokasi perancangan hotel resort.

Gambar 3.1. Peta Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di air terjun Sipiso-piso ini karena memiliki banyak sekali potensi yang dapat memajukan pendapatan negara di bidang pariwisata karena keindahan alamnya yang sangat indah dan semburan airnya yang sangat deras.

Masyarakat di Sipiso-piso merupakan masyarakat pertanian yang sebagian besar memanfaatkan lingkungan alam sekitar mereka sebagai sumber mata pencaharian. Hal ini karena secara geografis, Sipiso-piso terletak di daerah yang kelembapannya tinggi dengan suhu yang sejuk sehingga cocok untuk banyak tanam-tanaman.

3.4. Pembahasan

Data kualitatif yang akan diperoleh berasal dari observasi peneliti ke lokasi. Tahap-tahap proses penelitian kualitatif (lihat Diagram 3.1) adalah tahap deskripsi, tahap reduksi, tahap seleksi, dan waste (Sinulingga, 2011).

(9)

tema investigasinya dengan cara mengkonstruksikan data yang diperoleh menjadi sebuah bangunan pengetahuan dan hipotesis yang kelak menjadi ilmu baru setelah pengujian hipotesis berhasil.

Data dan informasi yang tidak Tahap Deskripsi

Program pembangunan daerah dari pemerintah Kabupaten Karo yaitu mengembangkan pertanian, pariwisata, industri, dan perdagangan berbasis agribisnis yang berdaya saing dan berwawasan lingkungan serta pelestarian hutan dan rehabilitasi lahan yang kritis.

Tahap Reduksi

Menemukan dan menyelesaikan masalah dalam pembangunan dan pengembangan pariwisata daerah di Kabupaten Karo dan menjadikan program pembangunan daerah yang lainnya sebagai pendukung untuk memajukan pariwisata di Kabupaten Karo.

Tahap Seleksi

Mengkonstruksikan data yang telah diperoleh untuk menemukan tema investigasi (perancangan hotel) menjadi sebuah bangunan pengetahuan dan hipotesis yang nantinya menjadi ilmu baru setelah pengujian hipotesis

Waste

Temuan Sementara I

Pemerintah Kabupaten Karo sedang gencar-gencarnya ingin mengembangkan pariwisata seperti halnya Presiden (Jokowi) dan Menteri Kepariwisataan (Arief Yahya) yang akan menjadikan pariwisata sebagai pemasukan (devisa) terbesar negara Indonesia dengan cara memperbaiki infrastruktur seperti perbaikan jalan, bandara, dan penambahan hotel untuk menampung wisatawan yang akan ditargetkan meningkat. perilaku dan kebiasaan sehari-hari masyarakat setempat sebagai salah satu solusi mendukung program pemerintah dalam hal penambahan target wisatawan dan juga mengatasi permasalahan pembangunan dan pengembangan pariwisata. Hotel yang akan dirancang tersebut juga harus memasukkan beberapa poin program pembangunan pemerintah Karo seperti memasukkan pertanian, reboisasi hutan, dan perdagangan yang berbasis agribisnis dalam daftar program wisata hotel.

Temuan-temuan Akhir (Perancangan Hotel Resor Wisata Alam Geopark

Sipiso-piso)

Informasi yang menjelaskan

saling hubungan antar variabel

dalam gejala pada objek

(10)

Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan maka ditemukan: 1) Infrastruktur

Infrastruktur yang dimaksud untuk lokasi penelitian adalah hotel-hotel lain (gambar 3.2.) dan jalan arteri untuk menuju ke lokasi. Pertama, untuk hotel, di sekitar Sipiso-piso belum ada hotel yang disediakan untuk para wisatawan yang datang. Sementara untuk mendapatkan dan memesan hotel atau penginapan lainnya wisatawan harus turun ke Tongging untuk menginap dan beristirahat.

Gambar 3.2. Salah Satu Penginapan yang Ada di Tongging

Kedua, dari pengamatan yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa aspal jalan arteri (gambar 3.3.) yang menuju ke lokasi masih dalam keadaan baik dan bagus sehingga membuat para pengendara dan para wisatawan yang hendak berkunjung merasa nyaman dan aman. Jalan yang terdapat di lokasi pada umumnya memiliki tanjakan karena dipengaruhi oleh kontur sekitar lokasi.

(11)

2) Keadaan dan potensi alam

Keadaan alam sekaligus potensi alam yang ada di lokasi salah satunya memiliki lahan yang berkontur. Lahan yang berkontur sangat cocok untuk hotel resort karena dengan berkontur memiliki kesempatan lebih besar untuk memberikan suasana yang lebih dramatis.

3) Kebiasaan/perilaku masyarakat sehari-hari

Kebiasaan masyarakat sehari-hari di lokasi penelitian adalah bertani dan berdagang. Karena tanahnya yang subur, maka sangat banyak masyarakat setempat yang memanfaatkan keadaan alam tersebut dengan cara bertani dan berkebun (gambar 3.4.(a)). Dan juga karena merupakan kawasan wisata maka masyarakat juga memanfaatkannya sebagai lahan mata pencaharian yaitu berdagang (gambar 3.4.(b) & (c)), misalnya, membuka usaha rumah makan, pakaian, sovenir, dll.

(a) Perkebunan Masyarakat (b) Rumah Makan (c) Kios Sovenir & Pakaian Gambar 3.4. Mata Pencaharian Masyarakat di Sipiso-piso

4) Program pengembangan daerah dari pemerintah Kabupaten Karo

(12)
(13)

BAB IV

ANALISA PERANCANGAN

4.1. Analisa Kondisi Tapak dan Lingkungan 4.1.1. Lokasi

4.1.1.1. Analisa Lokasi

Lokasi perancangan (Gambar 4.1) berada di Pulau Sumatera tepatnya provinsi Sumatera Utara, Kabupaten Karo, Kecamatan Merek pada wisata alam Air Terjun Sipiso-piso. Secara geografis letak Kabupaten Karo berada diantara 2˚50’-3˚19’ Lintang Utara dan 97˚55’-98˚38’ Bujur Timur dengan luas 2127,25 km2 atau 2,97% dari luas Provinsi Sumatera Utara. Kecamatan Merek memiliki luas wilayah sebesar 125,51 m2 dengan jumlah penduduk 19655 jiwa (situs Kabupaten Karo).

Gambar 4.1. Peta Lokasi Perancangan (Sumber: Google, Google Earth, www.karokab.com)

(14)

dikembangkan sebagai suatu kawasan wisata (khususnya wisata alam). Batas Tapak Kabupaten Karo:

a) Utara : Kabupaten Langkat, dan Kabupaten Deli Serdang b) Selatan : Kabupaten Dairi dan Toba Samosir

c) Timur : Kabupaten Deli Serdang dan Kabupaten Simalungun d) Barat : Provinsi Nangroe Aceh Darusalam

4.1.1.2.Kondisi Eksisting Lahan

 Kasus Proyek : Hotel Resor Wisata Alam Geopark Sipiso-piso  Status Proyek : Fiktif

 Pemilik Proyek: Swasta dan Pribadi

 Lokasi Tapak: Kecamatan Merek, Kabupaten Karo  Batas Tapak

a) Utara : Jalan besar menuju Tongging, semak belukar, pepohonan b)Timur : Perkebunan warga setempat

c) Barat : Kawasan penatapan Air Terjun Sipiso-piso d)Selatan : Danau Toba

e) Tenggara : Danau Toba

f) Timur Laut : Bukit Gundul/Bukit Sipiso-piso g)Barat Daya : Air Terjun Sipiso-piso

 Luas Lahan : 3,7 Ha (37.000 m2)  Peruntukan Lahan: Kawasan wisata  Kontur: Lahan berkontur (ketinggian 5 m)  Pemilik Lahan: Pemerintah

 KLB: -  GSB: -

(15)

Gambar 4.2. Kondisi Eksisting Site Perancangan

4.1.1.3.Kriteria Pemilihan Lokasi

1. Tinjauan terhadap Struktur Kota

Menurut situs Kabupaten Karo, program pengembangan daerah Kabupaten Karo tepatnya pada misi ketiga yang akan dilaksanakan yaitu mengembangkan pertanian, pariwisata, industri, dan perdagangan berbasis agribisnis yang berdaya saing dan berwawasan lingkungan serta pelestarian hutan dan rehabilitasi lahan yang kritis.

Gambar 4.3. Peta Daerah Kecamatan Merek (Sumber: www.karokab.com)

Pada program pariwisata bertujuan untuk meningkatkan kapasitas sumber daya dan kerjasama antar lembaga untuk mendukung pembangunan pariwisata dan kebudayaan daerah yang ada. Sasaran dan tujuan yang ingin dicapai pada program ini adalah meningkatkan bentuk-bentuk kerjasama dalam mendukung realisasi pariwisata Karo yang maju dan didukung oleh SDM yang profesional dan berdaya saing tinggi. Kegiatan-kegiatan utamanya meliputi:

(16)

2. Mengembangkan penataan sarana, prasarana, dan fasilitas pada obyek-obyek wisata Karo secara maksimal

3. Meningkatkan SDM pariwisata dan masyarakat guna menunjang pemasaran wisata Karo

4. Menyelenggarakan acara-acara hiburan budaya dan kesenian secara teratur dan terjadwal

5. Melakukan promosi wisata Karo di dalam dan di luar negeri

6. Menjalin kerjasama dengan pemerintah, pemerintah provinsi Sumatera Utara dalam pengembangan pariwisata Karo.

7. Membuka dan menjalin kerjasama dengan negara lain (mancanegara) sebagai pintu gerbang promosi pariwisata Karo.

2. Pencapaian/Aksesibilitas

Jarak yang ditempuh untuk menuju Sipiso-piso cukup jauh sehingga membutuhkan waktu ±2,5 jam jika ditempuh melalui jalur darat. Jalan menuju lokasi site hanya dapat ditempuh menggunakan perjalanan darat,yang dapat diakses oleh kendaraan pribadi maupun kendaraan umum.

3. Area Pelayanan

Area pelayanan Hotel Resort dan Spa di Sipiso-piso mencakup dan menyediakan akomodasi kepada para wisatawan mancanegara dan wisatawan domestik yang memiliki destinasi ke tempat-tempat wisata di Kabupaten Karo, Kabupaten Simalungun, Kabupaten Samosir, Kabupaten Toba Samosir,

Kabupaten Dairi, Kabupaten Humbang Hasundutan, dan Kabupaten Tapanuli Utara.

4.1.1.4.Deskripsi Kondisi Eksisting Lokasi sebagai Tapak Rancangan

1. Bangunan Eksisting

(17)

lagi dan beberapa bangunan yang berfungsi sebagai tempat tinggal warga. Di lokasi perancangan masih banyak terdapat kios-kios para pedagang yang tidak teratur dan tidak terawat dengan baik sehingga mengurangi estetika tempat wisata. Kios yang berada di dekat jalan menuju ke gedung restoran lama seharusnya ditata lebih bagus dan lebih rapi lagi.

Gambar 4.4. Letak Beberapa Bangunan Eksisting di Site Perancangan Selain itu kios-kios toko makanan dan minuman yang berderet juga mempunyai bentuk dan penataan yang tidak seirama sehingga menjadi terkesan kumuh dan tidak rapi. Tampak belakang kios yang terlihat asal-asalan dan juga pembuangan dari kamar mandi tidak dirancang dengan baik sehingga pemandangan yang tidak pantas pun terjadi.

2. Keistimewaan Site/Analisa Potensi Lahan

(18)

Gambar 4.5. Letak Beberapa Potensi di sekitar Site dan Kawasan

Potensi lainnya yang ada pada site ini adalah salah satu wisata heritage-nya (Gambar 4.6) yang terkenal di mata dunia yaitu Tomok, Samosir. Disini para wisatawan dapat melihat peradaban dan kehidupan sehari-hari masyarakat setempat serta banyak lagi tempat-tempat indah yang akan menanti para wisatawan yang menginap di hotel resor yang akan dirancang ini.

Gambar 4.6. Tomok, Samosir (Sumber: Google Picture)

(19)

4.1.2. Analisa Makro 4.1.2.1.Tata Guna Lahan

Gambar 4.7. Tata Guna Lahan Site

Pada gambar 4.7 dapat kita lihat bahwa tata guna lahan site perancangan berada di lokasi yang banyak sekali ruang terbuka hijau sehingga sangat jarang ditemukan pemukiman warga. Bangunan komersil yang terdapat di lokasi ini merupakan usaha warga setempat sebagai mata pencahariannya. Sehingga yang paling dominan adalah ruang terbuka hijau dengan Air Terjun Sipiso-piso yang mengalir deras. Untuk suasana dan kondisi dari site perancangan dapat kita lihat pada gambar 4.8.

(20)

4.1.2.2.Arsitektur Sekitar

Tidak semua bangunan yang terdapat di lokasi perancangan yang memiliki arsitektur yang khas. Karena pada umumnya bangunan yang ada kios dan rumah warga yang dibangun dengan menggunakan material batu bata, kayu, dan beratapkan seng (gambar 4.9).

Gambar 4.9. Arsitektur yang Paling Sederhana

Sementara itu untuk (Gambar 4.10) bangunan loket tiket Air Terjun Sipiso-piso dan Masjid menggunakan bentuk dan struktur atap yang sama seperti rumah adat Karo sedangkan untuk badan bangunan bentuknya seperti bangunan pada umumnya.

Gambar 4.10. Bentuk Atap yang Bertingkat

Arsitektur bangunan yang khas hanya terdapat pada restoran yang tidak berfungsi lagi dan gazebo yang ada di kawasan Air Terjun Sipiso-piso. Atap kedua bangunan tersebut ditambahkan dekorasi ciri khas rumah adat Karo (Gambar 4.11).

Arsitektur rumah warga Arsitektur kios usaha warga

Atap loket masuk Air Terjun Sipiso-piso

Atap Masjid yang berada di lokasi site

(21)

Gambar 4.11. Arsitektur yang sudah Lebih Terlihat

4.1.2.3.Analisa Pencapaian

Gambar 4.12. Pencapain ke Lokasi Perancangan

Akses ke lokasi perancangan sangat mudah karena lokasi yang sudah banyak diketahui oleh banyak orang (Gambar 4.12). Jalan masuk yang dilewati untuk masuk ke lokasi dalam keadaan baik dan bersih sehingga untuk membuat entrance bangunan sangat mudah karena langsung dapat diakses tanpa harus kesusahan untuk mencari jalannya. Ada dua alternatif jalan yang dapat dilalui jika ingin ke Sipiso-piso (Diagram 4.1), yaitu:

1. Medan– Pancur Batu – Sembahe – Sibolangit –Bandar Baru – Berastagi – Lingga – Tigapanah – Merek –Sipiso-piso dengan menempuh jarak 146,2 km.

Jalan masuk ke lokasi

Akses jalan raya dari Medan menuju ke

lokasi site

Akses jalan raya dari Tongging menuju ke

lokasi site

Jalan berkelok tajam dr Tongging

(22)

2. Medan– Pancur Batu – Sembahe – Sibolangit –Bandar Baru – Berastagi – Kabanjahe – Tigapanah – Merek – Sipiso-piso dengan menempuh jarak

140.1 km.

Diagram 4.1. Alur Pencapaian Site

4.1.2.4.Jalan dan Kemacetan

Kondisi jalan utama dan jalan masuk lokasi dalam keadaan baik. Jalan yang ramai digunakan adalah jalan utama yang berada sebelum jalan masuk site. Sementara untuk jalan yang menuju ke lokasi site sangat sepi dan dapat dikatakan tidak ada kemacetan yang mengganggu lingkungan ini. Volume jalan bertambah jika ada hari raya besar atau hari penting lainnya karena akan banyak wisatawan yang akan berkunjung ke Air Terjun Sipiso-piso ataupun ke Danau Toba.

Gambar 4.13. Tingkat Kemacetan Jalan di Lokasi Perancangan Tingkat kemacetan:

(23)

Pada gambar 4.13 tingkat kemacetan sedang → tinggi terdapat pada jalan utama yang bentuknya persimpangan. Tingkat kemacetan rendah → sedang

terdapat di jalan sekunder yaitu jalan masuk ke lokasi perancangan. Tingkat kemacetan tidak ada → rendah ada di jalan lingkungan dan jalan setapak karena jalan ini digunakan oleh warga setempat. Peningkatan volume pengguna jalan dapat terjadi jika ada hari libur nasional ataupun hari raya besar yang berpotensi dikunjungi oleh banyak wisatawan lokal dan asing.

4.1.3. Analisa Mikro

4.1.3.1.Pemandangan (view) ke Luar Site

Gambar 4.14. Analisa View ke Luar Site View ke loket masuk

Air Terjun Sipiso-piso

View ke loket masuk Air Terjun Sipiso-piso

View ke arah kebun warga dan jalan utama

View ke arah kebun warga View ke arah Air

Terjun Sipiso-piso

View ke arah Danau Toba

View ke Bukit Gundul /Bukit Sipiso-piso View ke restoran

(24)

Pada Gambar 4.14 dapat kita lihat bahwa view yang paling menguntungkan atau yang paling bagus adalah view ke arah Air Terjun Sipiso-piso, Danau Toba, dan Bukit Gundul. View yang berpotensi tersebut dapat dimanfaatkan untuk merancang hotel resor.

Berdasarkan analisa yang dilakukan maka solusi perancangan yang dapat diterapkan adalah memanfaatkan view ke luar yang terbaik dan akan menentukan orientasi bangunan utama (hotel). Kamar hotel akan menghadap ke arah view yang terbaik ini. View tersebut bisa menjadi nilai jual yang tinggi bagi hotel resor yang akan dirancang.

4.1.3.2.Pemandangan (view) ke Dalam Site

Kebun warga setempat View ke loket masuk

Air Terjun Sipiso-piso

Lahan site yang berkontur

Sebagian lahan kosong dan vegetasi View ke restoran

kosong

(25)

Berdasarkan analisa yang telah dilakukan view ke dalam lokasi site memiliki kemungkinan yang tinggi untuk dijadikan sebagai lokasi perancangan. Kios-kios warga akan dialokasikan ke hotel resor dan kebun warga setempat yang akan dirancang sebagai lokasi baru untuk warga berwirausaha.

4.1.3.3.Iklim

1. Matahari

Gambar 4.16. Analisa Matahari

Sinar matahari mempunyai kekurangan dan kelebihan. Pada site perancangan ini view terbaik ada pada bagian Barat site sehingga sulit untuk menentukan orientasi bangunan yang akan dirancang. Tetapi untuk mencapai desain yang optimal maka bangunan akan berorientasi ke arah Barat (Gambar 4.16). Untuk mengatasi permasalahan tersebut maka perancang melakukan solusi perancangan sebagai berikut:

U

Masalah: Silau dan panas dari matahari akan mengenai bidang bangunan yang lebih luas jika posisi bangunan tersebut langsung diletakkan menghadap ke arah timur dan barat serta menimbulkan silau sinar matahari.

Terbit Terbenam

(26)

1. Orientasi Bangunan

Acuan utama untuk orientasi bangunan pada hotel resor ini terletak pada view maksimal yang didapatkan oleh pengguna saat menginap di hotel resor. Pesona Air Terjun Sipiso-piso lebih terlihat saat matahari sore datang. Oleh karena itu, perancang akan meletakkan kamar pada bagian Barat site tetapi tetap memperhatikan pencegahan agar sinar dan panas matahari sore tidak masuk berlebihan ke dalam kamar hotel. Maka untuk mencegah sinar dan panas matahari masuk ke dalam kamar hotel maka akan dirancang balkon dan sunshading pada balkon (Gambar 4.17).

Gambar 4.17. Balkon dan Sunshading 2. Solusi Perancangan Lainnya

(a) Pengaturan Vegetasi Lansekap (b) Sunshading (c) Pergola pada pedestrian

(d) Passive cooling (e) Water Feature Gambar 4.18. Solusi Perancangan Lainnya

KAMAR

HOTEL

Sunshading

(27)

Keterangan:

(a.) Menanami dan mengatur letak pepohonan dan lansekap dengan baik dan benar agar bangunan yang terkena paparan sinar matahari menjadi lebih sejuk (gambar 4.18.(a)).

(b.) Membuat sunshading untuk mengurangi sinar matahari yang silau masuk secara berlebihan di bagian bangunan sebelah Timur dan Barat (gambar 4.18.(b)).

(c.) Menyediakan pergola untuk pedestrian agar pejalan kaki tidak merasa kepanasan saat menikmati lansekap hotel resort (gambar 4.18.(c)).

(d.) Menciptakan passive cooling dengan memberikan dan mendesain bukaan yang banyak pada bangunan bagian Utara dan Selatan (gambar 4.18.(d)). (e.) Membuat kolam baik kolam renang ataupun kolam ikan untuk mendingikan

dan menyejukkan ruang luar yang panas (gambar 4.18.(e)).

2. Angin

Gambar 4.19. Analisa Angin

U

Masalah: Angin sulit untuk diarahkan ke dalam bangunan untuk memberikan kenyamanan termal untuk pengguna bangunan.

Potensi: Sirkulasi angin dan udara yang baik memberikan kenyamanan termal kepada para wiasatawan yang menginap dan pengunjung yang menikmai liburan mereka

Bulan Oktober-Maret arah angin dari Barat

(28)

Sirkulasi angin dan udara sangat penting untuk kenyamanan para tamu hotel yang menginap di hotel resor ini. Kebersihan udara dan angin juga mempengaruhi kesehatan dari para tamu yang menginap sehingga perancang harus mampu membuat sirkulasi angin dan udara menjadi baik. Berdasarkan permasalahan dan potensi yang ada maka solusi perancangan yang akan dilakukan dapat dilihat pada Gambar 2.20.

(a) Kulit Pelindung (b) Pendingin Pasif (c) Area Hijau

(d) Ventilasi Silang (e) Balkon dan Ruang Transisi (f) Bukaan Tiap Lantai Gambar 4.20. Solusi Pemanfaatan Angin pada Bangunan

(Sumber: Google Picture) Keterangan:

(a.) Memberikan kulit pelindung untuk mengurangi radiasi sinar matahari (gambar 4.20.(a)).

(b.) Pendingin pasif berasal dari pemanfaatan angin yang berasal dari alam sendiri untuk mendinginkan dinding bangunan agar tidak menyebabkan panas di dalam bangunan (gambar 4.20.(b)).

(c.) Area hijau juga membantu dalam memberikan udara yang sejuk (gambar 4.20.(c)).

(29)

(e.) Balkon dan ruang transisi sangat penting sebagai tempat pengumpulan angin untuk selanjunya disalurkan ke banyak ruangan (gambar 4.20.(e)).

(f.) Setiap ruangan dan setiap lantai sangat memerlukan bukaan agar ruangan tidak lembap dan tidak pengap sehingga udara di dalam ruangan tetap berganti (gambar 4.20.(f)).

3. Kelembapan Udara dan Curah Hujan

Kabupaten Karo beriklim tropis dan mempunyai dua musim yaitu musim hujan dan musim kemarau. Musim hujan pertama mulai bulan Agustus sampai dengan bulan Januari dan musim kedua pada bulan Maret sampai dengan bulan Mei, sedangkan musim kemarau biasanya pada bulan Februari, Juni, dan Juli.

Curah hujan di Kabupaten Karo tahun 2014 tertinggi pada bulan April sebesar 348 mm dan terendah pada bulan Juli sebesar 17 mm. Sedangkan jumlah hari hujan tertinggi pada bulan November sebanyak 23 hari dan terendah pada bulan Januari dan Juni sebanyak 4 hari. Suhu udara berkisar antara 15,6°C sampai dengan 23,0°C dengan kelembapan udara rata-rata setinggi 89,12 persen (lihat pada Tabel 4.1).

(30)

4.1.3.4.Analisa Kebisingan

Berdasarkan analisa yang telah dilakukan oleh perancang lokasi perancangan tidak terlalu ribut karena lokasi perancangan termasuk sepi dari keramaian dan kebisingan karena lokasinya yang berada jauh dari hiruk pikuk perkotaan. Pada umumnya hanya berasal dari mobil atau kendaraan lain yang hendak parkir dan melewati jalan utama.

Karena tingkat kebisingan tidak terlalu tinggi maka sangat cocok jika hotel resor berada di lokasi site perancangan tersebut. Suara Air Terjun Sipiso-piso juga bisa menjadi daya tarik kepada para wisatawan yang berlibur ke tempat ini untuk menikmati udara dan ketenangan alam Sipiso-piso.

Gambar 4.21. Analisa Kebisingan Sekitar Site Keterangan:

Tingkat kebisingan yang menonjol terjadi pada gambar I, J, K, dan L karena gambar tersebut merupakan jalan utama dan persimpangan.

Setelah melakukan analisa maka perancang menemukan solusi perancangan yang akan diterapkan pada desain bangunan hotel resor yang sapat dilihat pada Gambar 4.22.

TINGKAT KEBISINGAN:

(31)

Gambar 4.22. Peredam Kebisingan Alami dari Vegetasi (Sumber: Google Picture)

Kebisingan yang ada di sekitar lokasi perancangan dapat dicegah dan dapat diredam dengan menanam banyak vegetasi pada sekitar asal kebisingan yang ada.

4.1.3.5.AnalisaVegetasi

Gambar 4.23. Analisa Vegetasi

1

2

3

4 5

6 7 8 9

10

Keterangan :

1. Cemara 6. Keladi

2. Tanaman Pucuk Merah 7. Bunga Azalea 3. Golden Shrimp 8. Tomat

(32)

Berdasarkan analisa di atas, perancang melihat bahwa site didominasi oleh tumbuhan dan pohon besar dan tinggi seperti pohon cemara dan pohon besar lainnya yang memiliki fungsi sebagai peneduh. Untuk perkebunan, tanaman yang mendominasi adalah tomat dan bunga kol. Pohon cemara memiliki fungsi sebagai pemecah angin, sebagai pembatas, dan sebagai pengarah jalan untuk para pejalan kaki maupun kendaraan.

Selain pepohonan ada juga bunga indah yang dapat tumbuh di site yaitu penstemon, bunga kamboja, scarlet sage, dsb. Banyaknya variasi tanaman bunga dan pohon yang tumbuh di tempat ini menjadi potensi untuk perancang untuk menghias site perancangan dengan banyaknya bunga. Penataan lansekap yang indah merupakan salah satu komponen utama untuk meningkatkan nilai estetika hotel resor yang akan dirancang.

4.1.3.6.Analisa Utilitas

Analisa Saluran Air Kotor (Parit)

Gambar 4.24. Parit di sekitar Site

SITE dapat menjadi penyebab menggenangnya air saat hujan karena akan menghalangi mangalirnya air.

Solusi:

(33)

Analisa Jaringan Listrik

Gambar 4.25. Trafo dan Tiang Listrik di sekitar Site

4.1.3.7.Sirkulasi Kendaraan

Sirkulasi kendaraan pada jalan lokasi site memiliki dua jalur yang berlawanan (Gambar 4.26). dapat menjadi penyebab menggenangnya air saat hujan karena akan menghalangi mangalirnya air.

Solusi:

(34)

4.1.3.8. Keadaan Tapak (Topografi)

Keadaan tapak (topografi) pada lokasi site perancangan berkontur. Pada bagian tertentu ada kontur yang sangat curam. Topografi dapat dilihat pada Gambar 4.27 di mana pada gambar tersebut ada gambar potongan tapak yang menunjukkan ketinggian dan jarak antarkontur satu dengan yang lainnya. Ketinggian kontur pada site ini mencapai 5 m. Puncak titik kontur tertinggi mencapai ± 1405 m di atas permukaan laut.

Gambar 4.27. Potongan Topografi/Kontur Site

4.2. Analisa Fungsional 4.2.1. Analisa Pengunjung

(35)

Tabel 4.2. Data Pengunjung 2010

Tabel 4.3. Data Pengunjung 2014

NO. KABUPATEN DOMESTIK MANCA

Jumlah 758,632 106,100 864,723

Tabel 4.4. Jumlah Hotel Berbintang Tahun 2014

(36)

Berdasarkan data yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik Kabupaten Karo, jumlah tamu hotel dan akomodasi lainnya pada tahun 2009-2014 adalah sebagai berikut :

Tabel 4.5. Jumlah Tamu Hotel Menurut Asal Negara, 2009-2014

ASAL NEGARA

TAMU HOTEL DAN AKOMODASI LAINNYA MENURUT ASAL NEGARA (JIWA)

2009 2010 2011 2012 2013 2014

Domestik 136171 84715 132306 180049 183469 203244 Asing 19774 14668 33020 33446 29502 29055 Tabel 4.6. Jumlah Tamu Hotel Berbintang Menurut Asal Negara, 2013-2014

HOTEL

BERBINTANG

2013 2014

ASAL NEGARA (JIWA) ASAL NEGARA (JIWA)

Domestik Asing Jumlah Domestik Asing Jumlah

Bintang 1 4234 3418 7652 3340 2583 5923 Berdasarkan berita dalam Liputan6.com, dikatakan bahwa proyek pengembangan wisata Danau Toba akan dilaksanakan pada tahun 2019 dengan target wisatawan mancanegara sebanyak 1.000.000 wisatawan, sementara target wisatawan domestik belum diketahui jumlahnya. Untuk itu, maka kita perlu mencari jumlah wisatawan domestik dengan rumus:

P0 = Po + b(x)

P0 = Jumlah pengunjung pada tahun yang dinginkan (2019) Po = Data Awal Tahun Perhitungan (2010)

(37)

Perhitungan :

- Untuk mencari target jumlah wisatawan domestik pada tahun 2019 : b = �1−�0 =758 .632−586 .875

5 = 34.354

Jumlah wisatawan domestik P0 = Po + b (x)

= 758.623 + 34.354 = 930.393 wisatawan - Jumlah target wisatawan pada tahun 2019 seluruhnya

= Domestik + Mancanegara = 930.393 + 1.000.000 = 1.930.393 wisatawan

Berdasarkan perbandingan data tahun 2014, pengunjung yang datang berwisata ke Kabupaten Karo berjumlah 232.299 wisatawan atau sekitar 26% dari keseluruhan pengunjung yang datang berwisata di sekitaran Danau Toba. Bila persentase pada tahun 2014 kita terapkan di tahun 2019 dengan jumlah keseluruhan wisatawan adalah 1.930.393 wisatawan, maka wisatawan yang datang di Kabupaten Karo adalah 501.902 wisatawan. Apabila kita berasumsi bahwa wisatawan yang menginap adalh 76% dari keseluruhan wisatawan yang akan datang = 376.427 wisatawan

4.2.2.Analisa Kebutuhan Ruang, Program Ruang, dan Besaran Ruang

Jumlah kamar yang dibutuhkan adalah :

Jumlah kamar =

60% 1,75 365

= 376 .427 1,11

383 ,25 = 1091 Kamar ( Sekitaran Danau Toba) Proyeksi wisatawan hotel berbintang di Karo tahun 2019

b = �1−� = 232 .299−150 .839

(38)

Po = Po + b(x)

= 232,299 + 16292 (5) = 313.759

- Jumlah Kamar =

60% 1,75 365 =

313 ,759 1,11

383 ,25 = 909 kamar - Kamar yang telah tersedia adalah = 848 kamar

- Kamar yang dibutuhkan = 909 kamar - Jadi, Kekurangan kamar adalah = 61 kamar

Kamar yang dibutuhkan Kabupaten Karo dari segi wisata Danau Toba skala besar = 1091 kamar

- Kamar yang sudah tersedia = 848 kamar - Kamar yang dibutuhkan = 243 kamar

Perhitungan kamar yang disediakan oleh hotel resor wisata alam geopark Sipiso-piso adalah sebagai berikut:

- Jumlah kamar yang dibutuhkan di Kabupaten Karo pada tahun 2019 = 243 unit kamar

- Jumlah kamar yang akan disediakan = 30% x 243 = 72,9 ≈ 73 unit kamar - Jadi, hotel resor wisata alam geopark Sipiso-piso akan menyediakan 30%

kamar dari yang dibutuhkan yaitu 73 unit kamar.

(39)

Tabel 4.7. Tabel Jumlah Tamu Menginap di Hotel Resor Wisata Alam Geopark

(40)

Tabel 4.8. Kebutuhan Ruang dan Besaran Ruang KEBUTUH

AN RUANG

SUB. KEBUTUHAN

RUANG STANDAR SUMBER

KAPASIT

Total luas kamar + sirkulasi (30%) = 2.095,6 m2

(41)

Toko Sovenir 0,19 m2 TSS 8 org 30,4 m2

Total luas lobby + sirkulasi (30%) = 453,31 m2

Coffee

Total luas coffee shop + sirkulasi (30%) = 412,75 m2

Restoran

Total luas lounge and bar + sirkulasi (30%) = 274,56 m2

(42)

Room Area Penonton 1,2 m2/org NAD 200 org 240 m2

Total luas function room + sirkulasi (30%) = 709,8 m2

Taman

Total luas kolam renang + sirkulasi (30%) = 604,5 m2

Area

Total luas area parkir hotel + sirkulasi (30%) = 903,5 m2

Fasilitas Hiburan Hotel

Total luas sanggar budaya + sirkulasi (30%) = 296,4 m2

Musholla

Total luas musholla dan toilet umum + sirkulasi (30%) = 48,1 m2

Retail 16 m2 4 unit 64 m2

Total luas retail + sirkulasi (30%) = 83,2 m2

Plaza dan

(43)

Oubound Area outbound 1300 m2 1 unit 1300 m2

Total luas area outbound + sirkulasi (30%) = 1690 m2

Kebun

Total luas lahan tanam tumbuhan + sirkulasi (30%) = 2080 m2

Pembbitan

Total luas pembibitan tanaman baru + sirkulasi (30%) = 89,7 m2

Resto dan

Total luas resto dan café + sirkulasi (30%) = 424,32 m2

Taman

Area Taman Bunga 800 m2 1 unit 800 m2

Area Taman Kelinci 395 m2 1 unit 395 m2

Area Taman Labirin 314 m2 1 unit 314 m2

Total luas taman labirin, kelinci, dan bunga + sirkulasi (30%) = 1961,7 m2

Area

Total luas area parkir fasilitas hiburan hotel + sirkulasi (30%) = 521,3 m2

(44)

Kamar Mandi 4 m2

Total luas bangunan servis + sirkulasi (30%) = 154,7 m2

Kantor

Total luas kantor pengelola + sirkulasi (30%) = 260,4 m2

Laundry

Total luas laundry and housekeeping + sirkulasi (30%) = 289,12 m2

Purchasin

Total luas purchasing and Store + sirkulasi (30%) = 280,36 m2

(45)

4.2.3.Analisa Fasilitas Parkir

Perhitungan Jumlah Parkir Mobil, Sepeda Motor, dan Bus pada Bangunan Utama (Hotel)

a) Mobil dan Bus Pariwisata

- Untuk penghuni kamar superior, deluxe, dan suite total ada 56 kamar. Parkir 1 unit mobil untuk setiap 5 unit kamar maka penghuni kamar superior, deluxe, dan suite diberikan jatah parkir = 56 : 5 = 11 unit mobil

- Untuk penghuni kamar cottage ada 19 kamar.

Parkir 1 unit mobil untuk setiap 1 unit kamar maka penghuni kamar superior, deluxe, dan suite diberikan jatah parkir = 19 unit mobil

- Untuk karyawan dan pengelola hotel

Ratio perbandingan antara jumlah kamar dengan jumlah tenaga kerja = 1 : 1,6 (1 kamar dilayani 1,6 karyawan), maka:

Misalkan jumlah kamar hotel dan cottage = a; jumlah tenaga kerja = b Jumlah kamar tipe hotel + kamar cottage = 75

a : b = 1 : 1,6 → b = 75 x 1,6 = 120 orang

Prosentasi mobil karyawan = 10% maka, 10% x 120 = 12 unit mobil

Untuk penambahan, disediakan parkir bus pariwisata dengan asumsi akan ada

2 unit bus pariwisata yang akan parkir.

Jadi, total unit parkir mobil yang dibutuhkan untuk pengguna bangunan utama adalah 44 unit.

b) Sepeda Motor

(46)

- Untuk karyawan dan pengelola hotel diasumsikan akan melakukan pergantian shift yaitu shift pagi dan malam maka: 120 : 2 = 60 unit sepeda motor karyawan

Jadi, total seluruhnya parkir sepeda motor yang dibutuhkan adalah 65 unit sepeda motor.

Perhitungan Jumlah Parkir Mobil, Sepeda Motor, dan Bus pada Fasilitas Hiburan Hotel

Berdasarkan perhitungan data tahun 2019 wisatawan ada 501.902 jiwa yang ditergetkan akan berkunjung, sehingga pengunjung/wisatawan per hari = 501.902 jiwa : 365 hari = 1375,07 ≈ 1375 org/hari. Diasumsikan hotel resor dapat menampung sekitar 10% dari total wisatawan = 10% x 1375 = 137,5 ≈ 138 org/hari. Dari perhitungan tersebut disimpulkan bahwa fasilitas hiburan hotel resor akan membutuhkan parkir sebanyak:

- Kapasitas mobil = 4 orang

Berdasarkan asumsi, prosentasi pengunjung yang menggunakan mobil = 75% dari total pengunjung (138 x 75% = 103,5 ≈ 104 org). Maka jumlah unit mobil untuk parkir fasilitas hiburan hotel resor = 104 : 4 = 26 unit mobil. Sebagai tambahan disediakan parkir bus pariwisata sebanyak 2 unit.

Jadi, total seluruhnya parkir mobil dan bus yang dibutuhkan adalah 28 unit.

- Kapasitas sepeda motor = 2 orang

Berdasarkan asumsi, prosentasi pengunjung yang menggunakan mobil = 25% dari total pengunjung (138 x 25% = 34,5 ≈ 35 org). Maka jumlah unit mobil untuk parkir fasilitas hiburan hotel resor = 35 : 2 = 17,5≈ 18 unit sepeda motor.

(47)

4.2.4.Analisa Bentuk

Pada tema arsitektur organik bentukan massa dipengaruhi oleh orientasi lahan terhadap matahari dan bentuk site. Setiap bentuk massa yang tercipta harus melalui bentuk dasar yang dikembangkan menjadi bentuk massa yang diinginkan. Analisa bentuk dasar bangunan dapat melalui bentuk dasar geometri, yaitu :

Tabel 4.9. Analisa Bentuk Massa Bangunan

Kriteria

Bentuk Dasar Bangunan

Kesesuaian Bentuk

Site Baik Baik Kurang

Orientasi Bangunan Baik, orientasi jelas

Baik, orientasi ke

segala arah Tidak jelas

Efisiensi Ruang Efisien Kurang efisien Tidak efisien

Efisiensi Struktur dan

Konstruksi Bangunan Sangat mudah Cukup sulit Mudah

Ekonomi Bangunan Lebih hemat Hemat Kurang hemat

Kesan yang Ingin

Dicapai Baik Baik Baik

Bentuk massa yang akan didesain akan menyerupai bentuk garis kontur. Jadi, perancang akan memilih bentuk lingkaran yang akan dipadukan dengan bentuk persegi untuk menambah kesan yang unik dan natural.

4.3. Analisa Teknologi

4.3.1.Analisa Struktur dan Konstruksi

Pada sebuah bangunan terdapat 2 bagian struktur, yaitu: a) Pondasi Bangunan (Sub Structure)

Dalam memilih pondasi yang sesuai untuk Hotel Resor Wisata Alam Geopark Sipiso-piso ada beberapa hal yang harus dipertimbangkan, yaitu:

(48)

- Bila tanah pendukung pondasi terletak pada 2-3 meter di bawah permukaan tanah, maka pondasinya jenis pondasi telapak.

- Bila tanah pendukung pondasi terletak pada kedalaman sekitar 10 meter di bawah permukaan tanah maka pondasi yang dipakai adalah pondasi tiang/tiang apung.

- Bila tanah pendukung pondasi terletak pada kedalaman sekitar 20 meter di bawah permukaan tanah maka pondasi jenis tiang pancang yang dipakai. - Bila tanah pendukung pondasi terletak pada kedalaman sekitar 30 meter di

bawah permukaan tanah pondasi yang dipakai adalah tiang baja atau tiang yang dicor ditempat.

 Batasan akibat konstruksi di atasnya, harus memperhatikan: - Kondisi beban

- Sifat dinamis bangunan

- Kegunaan dan kepentingan bangunan  Batasan dari sekelilingnya

b) Badan dan Atap Bangunan (Upper Structure)  Struktur Badan Bangunan

Pemilihan struktur badan bangunan berdasarkan pertimbangan yang dapat memenuhi fungsi bangunan serta ekonomis, tahan gempa, dan mudah dalam pelaksanaannya.

 Rangka Atap Bangunan

Struktur atap yang menggunakan truss atau rangka kaku yang ringan, efisien, dan dapat mengekspresikan bentuk bangunan dengan bebas.

(49)

Tabel 4.10. Contoh Peletakan Inti Bangunan

Pada Tabel 4.10, terdapat beberapa letak inti bangunan yang dapat dipilih, yaitu inti bangunan di ujung, di tengah, dan di sudut. Berdasarkan analisa di atas, bangunan Hotel Resor Wisata Alam Geopark Sipiso-piso akan menggunakan konstruksi beton dan memakai pondasi tiang pancang sebagai akar dari bangunan utama.

4.3.2.Analisa Utilitas

Penggunaan sistem utilitas dan kelengkapan servis bangunan dipertimbangkan terhadap beberapa hal yaitu:

a) Keamanan pengguna terhadap suhu, cahaya, kebisingan dan bahaya kebakaran.

b) Kemudahan dalam pemeliharaan area utilitas agar kegiatan semua pengguna tidak terganggu oleh kesalahan teknis.

4.3.3.Sistem Pencahayaan

Sistem pencahayaan yang akan diterapkan pada hotel resor ada dua yaitu: a) Pencahayaan alami

(50)

b) Pencahayaan buatan

Pencahayaan buatan akan digunakan untuk ruang-ruang yang tertutup dan ruangan yang memerlukan permainan cahaya lampu seperti function room.

4.3.4.Sistem Pengkondisian Udara

Sistem pencahayaan yang akan diterapkan pada hotel resor ada dua yaitu: a) Pengkondisian alami

Sirkulasi udara yang alami juga dengan membuat bukaan/jendela yang lebar, membuat void, dan membuat ventilasi agar udara dalam ruangan berputar dan bertukar dengn baik sehingga ruangan tidak terasa panas dan tidak pengap.

b) Pengkondisian buatan

Pengkondisian buatan dibutuhkan untuk ruang-ruang yang tertutup dan yang membutuhkan tingkat kenyamanan yang tinggi seperti kamar hotel, kantor pengelola, function room, dsb. Pada dasarnya ada dua system tata udara yaitu:

 Sistem tata udara langsung (direct cooling)

Sistem tata udara ini udara diturunkan suhunya oleh refrigerant dan disalurkan ke dalam ruangan tanpa saluran udara (ducting). Jenis umum yang digunakan adalah AC Window, AC Split Unit, dan AC Package Unit.

Pada AC Window, kondensor, kompresor, evaporator, dan blower berada dalam satu kotak. Air yang disebabkan oleh proses kondensasi ditampung di bagian bawah kotak untuk disalurkan ke luar.

Pada AC Split Unit terbagi atas 2 unit yaitu, satu di bagian luar ruangan (outdoor unit) berisi kondensor dan kompresor, yang satunya lagi di bagian dalam ruangan (indoor unit) berisi evaporator dan kipas udara (fan atau blower).

(51)

Split). Unit luar terdiri dari kondensor, kompresor, dan kipas udara kemudian unit dalam terdiri dari kumparan pendingin, saringan udara, filter, dan panel kontrol.

 Sistem tata udara tidak langsung (indirect cooling)

Dalam system ini refrigeran yang digunakan bukan Freon tetapi air es (chilled water) dengan suhu 5°C. Air es dihasilkan dalam chiller (mesin pembuat es yang menggunakan refrigeran sebagai zat pendingin). Sistem tata udara ini dikenal dengan nama sistem tata udara terpusat (Central AC System).

4.4.Analisa dan Penerapan Tema (Pendekatan Perancangan)

Perancangan Hotel Resor Wista Alam Geopark Sipiso-piso ini menggunakan tema arsitektur organik yang menyelaraskan alam dengan massa bangunan dan lansekapnya. Arsitektur organik sangat cocok dengan lokasi wisata yang mengandalkan alamnya sebagai daya tarik wistawan. Pendekatan perancangan yang akan digunakan pada proyek ini adalah sebagai berikut :

a) Bentuk Bangunan

Pada bangunan hotel mengambil bentuk garis kontur yang melengkung. Bentuk bangunan mengikuti bentuk garis kontur tersebut agar bentuk bangunan tidak bertentangan dengan bentuk alam sekitarnya sehingga perancang menjadikan bangunan menjadi bagian dari alam tersebut. Sementara itu, untuk cottage perancang membuatnya seperti rumah panggung dimana sebagian material yang digunakan adalah bahan kayu.

Gambar 4.28. Bentuk Bangunan

Bentuk Kontur = Bentuk Massa Hotel

Massa Hotel Bentuk Dasar 2

(52)

b) Jendela dan Bukaan Hotel

Hotel resor menggunakan sirkulasi kamar single koridor sehingga untuk mengalirkan udara diperlukan bukaan yang lebar dan ventilasi yang cukup. Perancang tidak menggunakan AC pada koridor untuk menghemat energi. Pada koridor menggunakan kisi-kisi yang diisi dengan tanaman dan bunga. Selain itu, bentuk dari teralis jendela dibentuk sesuai dengan bentukan alam seperti dahan dan ranting pohon seperti pada Gambar 4.29.

Gambar 4.29. Teralis pada Jendela c) Ornamen

Gambar 4.30. Ornamen pada Entrance Hotel (Sumber: Google Picture)

(53)

kekerabatan antara kalimbubu (awan tebal bagian atas) dan anak beru (bayangan awan di bagian bawah).

4.5.Kesimpulan

Berdasarkan analisa yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Perancangan dan perencanaan Hotel Resor Wisata Alam Geopark Sipiso-piso berada pada daerah pengembangan pariwisata yaitu di Kecamatan Merek, Kabupaten Karo yang berbatasan langsung dengan Air Terjun Sipiso-piso dan Bukit Gundul/Bukit Sipiso-piso.

2. Perancangan dan perencanaan bangunan ini dilatarbelakangi oleh program pemerintahan yaitu “New Tourism Development” yang dapat menarik wisatawan dengan fasilitas akomodasi yang juga menyediakan fasilitas rekreasi dan hiburan yang dapat menarik wisatawan lokal maupun mancanegara di daerah Kabupaten Karo.

3. Luas lahan perancangan yaitu ±3,7 Ha dengan kondisi lahan yang berkontur tinggi dengan ketinggian masing-masing kontur 5 m.

5. Orientasi bangunan yang sangat menarik adalah dengan meletakkan bangunan menghadap ke arah Barat karena kamar akan mendapatkan view ke arah Air Terjun Sipiso-piso dengan solusi setiap kamar yang dilengkapi balkon diberi sunshading untuk mengurangi silau dan panas matahari yang menyentuh langsung kamar bangunan hotel.

6. Perancangan dan perencanaan bangunan ini menggunakan pendekatan terhadap tema arsitektur organik yang menyelaraskan alam dengan bangunan melalui bentuk bangunan yang mengikuti bentuk garis kontur yang ada pada site perancangan.

(54)
(55)

BAB V

KONSEP PERANCANGAN

5.1. Konsep Dasar

Konsep dasar Perancangan Hotel Resort Wisata Alam Geopark Sipiso-piso ini menginterpretasikan penerapan tema arsitektur organik yang memadukan ruang, lingkungan, dan keterpaduan. Bangunan (Gambar 5.1) dirancang sedemikian rupa agar selaras dengan keadaan alam sekitar sehingga bangunan tidak mencolok dan sederhana tetapi tetap indah dan menarik.

Berdasarkan prinsip gaya arsitektur Frank Lloyd Wright, maka akan diterapkan, yaitu, fasad bangunan yang sederhana tetapi tetap menarik, bentuk bangunan tidak terlalu mencolok sehingga tidak mengganggu keindahan alam sekitar melainkan bangunan tetap selaras dengan alam agar komposisinya terlihat seimbang, penggunaan warna cat yang netral dan alami pada fasad dan interior bangunan merupakan simbol alam sekitar agar bangunan tidak mencolok dan lebih sederhana, menggunakan bahan kayu, batu bata, dan sejenisnya yang menyerupai dengan bentukan dan material dari alam agar terlihat lebih natural, sesuai dengan selera manusia yang dilihat dari kenyamanan para pengguna terhadap suasana ruang yang diciptakan oleh desain perancang,

(56)

5.2. Konsep Perancangan Tapak

5.2.1. Pemintakan Tapak atau Penzoningan Tapak

Konsep penzoningan pada tapak dan lahan adalah sebagai bentuk respon dari analisa site yang telah dilakukan pada Bab IV. Penzonaan dilakukan untuk menata lahan perancangan menjadi lebih teratur dan menjadi lebih indah peletakannya. Zona untuk lahan perancangan (Gambar 5.2) hotel resor ini dibagi empat yaitu:

1. Zona Publik

Pada zona ini para tamu yang menginap ataupun tamu yang berkunnjung tidak dibatasi dalam menggunakan dan berbagi fasilitas, jalan, dan aktivitas/kegiatan.

2. Zona Semipublik

Para tamu yang menginap ataupun tamu yang berkunjung sudah mulai dibatasi lingkup kegiatannya. Pada zona ini sudah ada suatu fasilitas atau kegiatan tertentu yang tidak boleh sembarangan digunakan dimana harus melakukan aturan-aturan yang ada agar bisa memasuki zona ini.

3. Zona Semiprivasi

Zona ini sudah sangat membatasi tamu berkunjung yang akan masuk sehingga hanya tamu berkunjung tertentu dan berkepentingan saja yang diperbolehkan masuk oleh pihak hotel resor. Tamu menginap sudah menjadi prioritas utama dalam zona ini karena fasilitas dan kegiatan yang sudah ada di zona semiprivasi merupakan sarana hiburan ataupun kebutuhan dari lingkup zona privasi (para tamu yang menginap).

4. Zona Privasi

(57)

5. Zona Servis

Zona servis merupakan tempat loading dock persediaan barang-barang perlengkapan hotel, peletakan trafo, genset, dan kebutuhan servis lainnya untuk hotel resor beserta fasilitas lainnya.

Gambar 5.2. Konsep Pemintakan Tapak pada Lahan Perancangan

Gambar 5.3. Letak Bangunan dan Fasilitas Berdasarkan Pemintakan Tapak Pada Gambar 5.3 sudah terlihat susunan bangunan, sirkulasi, dan fasilitas-fasilitas yang disediakan hotel sesuai dengan konsep pemintakan tapak. Zona

Zona Publik Zona Semipublik

Zona Privasi Zona Semiprivasi

Zona Servis Zona Publik

Zona Semipublik

Zona Privasi Zona Semiprivasi

(58)

publik terdiri dari pintu utama hotel resort dan sirkulasi menuju ke fasilitas hiburan yang hotel resor sediakan.

Zona semipublik terdiri dari parkir para tamu yang berkunjung ke fasilitas hiburan hotel, pintu masuk ke fasilitas hiburan hotel, retail-retail yang menjual souvenir, musholla dan kamar mandi umum, bangku dan pondok-pondok kecil tempat istirahat pengunjung, jalan setapak menuju ke Air Terjun Sipiso-piso, sanggar budaya dengan ampiteaternya, café dan restoran, taman labirin, taman bunga, bangunan pembibitan tanaman baru, taman kelinci, kebun organik, dan outbound.

Zona semiprivasi terdiri dari parkir yang disediakan untuk para tamu yang menginap di hotel resor dan para pengelola hotel resor, area bermain anak, taman piknik BBQ dan api unggun. Sementara itu, untuk zona privasi terdiri dari bangunan utama (hotel resor), cottage, gazebo, kolam renang anak, kolam renang dewasa, ruang ganti kolam renang, dan kantor pengelola kolam renang. Pada zona servis terdapat bangunan servis (ruang genset, ruang trafo, ruang tangki air, ruang pengawas cctv area luar, dan tangki BBM), area loading dock barang persediaan hotel, dan bak sampah.

5.2.2. Tata Ruang Luar

Zona Tamu Menginap dan Tamu Berkunjung

Zona Pintu Masuk dan Keluar Tamu Menginap dan Tamu Berkunjung

(59)

Letak massa bangunan dan fasilitas yang disediakan oleh hotel resor dikelompokkan berdasarkan pengguna (pada Gambar 5.4) yaitu zona khusus untuk para tamu yang menginap dan zona untuk tamu yang berkunjung (publik). Pada zona tamu yang berkunjung (publik) tersebut tamu yang menginap diperbolehkan masuk dengan leluasa tanpa membayar untuk menikmati fasilitasnya sedangkan tamu yang tidak menginap atau hanya yang sekedar berkunjung saja dikenakan biaya jika masuk ke dalamnya untuk menikmati fasilitas. Fasilitas hiburan yang ada dan dapat dinikmati di zona publik tersebut adalah taman labirin, taman kelinci, taman bunga, pembibitan tanaman baru, kebun organik, outbound, sanggar budaya, ampiteater, dan trecking ke Air Terjun Sipiso-piso. Sementara untuk fasilitas pendukungnya yaitu café dan restoran, retail souvenir, musholla, gazebo, dan kamar mandi umum.

Gambar 5.5. Massa Bangunan dan Tapaknya

(60)

5.2.3. Gubahan Massa

Konsep massa bangunan pada arsitektur organik umumnya mengikuti bentukan alam di sekitar dan tidak mencolok sehingga perancang memilih gubahan massa yang meniru bentuk dari garis kontur site. Bentuknya yang melengkung membuat massa menyatu dengan alam sekitar (Gambar 5.6).

Gambar 5.6. Konsep Bentuk Massa Bangunan Utama

Selain dari gubahan massa bangunan, konfigurasi bentuk lansekap seperti pedestrian, taman, dan kolam renang juga mengikuti bentuk lengkung dari garis kontur yang dinamis (Gambar 5.7).

Bentuk Kontur

18: Entrance Fasilitas Hiburan Hotel

19: Musholla dan Kamar Mandi Umum

20: Retail Sovenir

(61)

5.2.4. Pencapaian

Gambar 5.8. Sirkulasi Pencapaian Tapak

Tapak perancangan dapat diakses melalui jalan utama yang merupakan jalan masuk ke lokasi site yang menuju entrance utama, drop-off, dan parkir bagi penghuni hotel (Gambar 5.8 sebelah kiri) sedangkan untuk pengunjung menuju entrance utama, parkir, dan loket pembayaran tiket masuk (Gambar 5.8 sebelah kanan). Pintu masuk utama hotel hanya ada satu tetapi di pertengahan jalan masuk penghuni, pengelola, dan pengunjung hotel dibagi menjadi dua jalan masuk. Untuk pengelola dan penghuni hotel berada pada jalur masuk yang sama ke parkir sedangkan untuk pengunjung hotel area parkir dan jalur masuk mempunyai jalan tersendiri.

(62)

penghuni, dan pengunjung hotel tidak kesulitan ketika ingin keluar dari lokasi perancangan.

Gambar 5.9. Sirkulasi Pencapaian Tapak

5.2.5. Hierarki Ruang

a) Bangunan Utama (Hotel)

(a) Lantai 1 (b) Lantai 2

(63)

(a) Lantai 3-5 (b) Lantai 6-7

Diagram 5.2. Hirarki Bangunan Utama (Hotel) Lantai 3-5 dan Lantai 6-7 b) Cottage

(a) Tipe Single Plus (b) Tipe Single (c) Tipe Couple Diagram 5.3. Hirarki Cottage

c) Fasilitas Hiburan Hotel

(64)

5.2.6. Sirkulasi

Sirkulasi para penghuni hotel berpusat pada bangunan utama (hotel) sedangkan untuk para pengunjung fasilitas hiburan yang disediakan hotel resor berada pada tempat parkir dan pintu masuk utama fasilitas hiburan. Sirkulasi antara para pengunjung dan penghuni hotel dipisahkan agar lebih teratur dan lebih memberikan privasi dan pembatas agar sirkulasi para penghuni hotel lebih tenang dan aman (lihat Gambar 5.10).

(65)

5.2.7. Parkir

Area parkir di Hotel Resor Wisata Alam Geopark Sipiso-piso (Gambar 5.11) dibagi menjadi dua berdasarkan para penggunanya, yaitu parkir khusus untuk tamu menginap dan parkir untuk tamu yang tidak menginap.

Pembagian parkir ini berdasarkan pertimbangan kenyamanan para penghuni hotel. Parkir yang terpisah juga akan lebih memudahkan para pengguna untuk menemukan tempat tujuannya sehingga terhindar dari pembauran yang mengganggu antara penghuni hotel dengan pengunjung hotel. Pintu masuk parkir juga sangat dibedakan agar pengguna juga mudah untuk masuk dan keluar berdasarkan fasilitas yang digunakannya.

Untuk parkir khusus pengelola dan penghuni hotel dapat memuat sebanyak 52 unit mobil, 50 sepeda motor, dan 2 bus pariwisata. Sementara untuk parkir khusus pengunjung (tidak menginap) hotel dapat memuat sebanyak 59 mobil, dan 2 bus pariwisata.

(66)

5.2.8. Utilitas

Sistem utilitas bangunan utama sebagian besar dimasukkan ke dalam bangunan servis (Gambar 5.12) agar penyaluran dan pemeliharaan dapat lebih mudah. Cooling tower dan tangki air atas diletakkan di rooftop bangunan utama.

Gambar 5.12. Konsep Peletakan Utilitas Bangunan

5.3. Konsep Perancangan Bangunan

5.3.1.Pemintakan Bangunan atau Penzoningan Bangunan

Pengelompokkan ruangan berdasarkan sifatnya dibuat ke dalam 6 zona yaitu zona publik, zona semipublik, zona privasi, zona servis, dan core bangunan (Gambar 5.13). Lantai 1 mempunyai zona publik (taman entrance, lobby, resepsionis), zona semipublik (lounge, toko souvenir, drug store, coffee shop), zona privasi (kantor pengelola), zona servis (toilet, gudang loading dock, dapur coffee shop), dan zona core (lift tamu, lift servis, dsb).

(67)

Sementara itu pada lantai 3-7 hanya terdapat zona privasi (kamar hotel) dan zona core (lift tamu, lift servis, dsb).

Gambar 5.13. Pemintakan Ruang Bangunan Utama

5.3.2.Tata Ruang Dalam (Interior)

Tata ruang dalam pada bangunan utama pada lantai 1 dan lantai 2 menggunakan konsep linear (Gambar 5.14), dimana setelah tamu dari lobby sirkulasi berpencar sesuai dengan tujuan ruang-ruang lainnya. Sementara untuk tata ruang dalam kamar hotel memakai konsep single loaded dimana koridor yang ada hanya melayani sirkulasi satu sisi deretan kamar-kamar hotel.

Gambar 5.14. Tata Ruang Bangunan Utama

Semipublik Publik

Privasi Servis

Tangga Kebakaran Core

Kantor Pengelola dan Lounge and Bar Coffee Shop, Restoran,

Kamar Hotel

Core Servis

Tangga Kebakaran Lobby

(68)

5.3.3.Sirkulasi

Pada desain bangunan hotel resor, sirkulasi horizontal (Gambar 5.15) yang digunakan adalah sistem single loaded pada kamar hotel (lantai 3-lantai 7) dan sirkulasi linear pada lantai 1 dan lantai 2.

Gambar 5.15. Konsep Sirkulasi Horizontal

Untuk sirkulasi vertikal mall (Gambar 5.16), pada desain tersedia beberapa transportasi yaitu :

 Tangga di lantai 1 menuju ke lantai 2, sebagai transportasi vertikal yang tidak memerlukan waktu tunggu;

 Lift, terbagi dua, lift servis dan lift tamu menginap, sebagai transportasi vertikal untuk langsung menuju lantai-lantai tertentu;

 Tangga kebakaran, sebagai transportasi vertikal darurat jikalau terjadi kebakaran.

Lantai 1 menggunakan sirkulasi horizontal

yang linear

Lantai 2 juga menggunakan sirkulasi

horizontal yang linear

Lantai 3-5 memiliki sirkulasi horizontal yang single loaded

(69)

Gambar 5.16. Konsep Sirkulasi Vertikal

5.3.4.Bentuk dan Estetika Bangunan

Dalam menentukan bentukan bangunan perancang menggunakan garis kontur sebagai pedoman bentukan bangunan utama agar sesuai dengan tema arsitektur organik yang menjadikan desain bangunan tidak mencolok dari alam sekitarnya tetapi tetap menarik dan memberikan kesan dan pengalaman kepada pengguna.

Gambar 5.17. Bentuk Bangunan Utama dari Tampak Depan

Bentuk dari Massa Bangunan yang

melengkung mengikuti bentuk

garis kontur LIFT

TANGGA

LT. 1 → LT.2

(70)

Pada lantai 1 dan lantai 2 menggunakan jendela dengan bentuk yang menyerupai ranting dan dahan pohon (Gambar 5.18). Kesan yang ingin ditimbulkan melalui teralis jendela yang unik dan mempunyai bentuk seperti alam agar terlihat lebih natural dan sederhana. Pada dinding luar lantai 2 juga ditambahkan lapisan kayu sintetis yang disusun secara horizontal. Untuk dinding luar lantai 1 dilapisi dengan batu alam yang berwarna coklat muda menambah kesan yang sangat natural pada bangunan utama ini.

(a) Lantai 1 (b) Lantai 2 Gambar 5.18. Jendela dan Finishing Fasad Hotel

Lantai 3-lantai 7 merupakan lantai yang berisikan kamar-kamar hotel. Setiap kamar hotel memiliki balkon. Bentuk balkon yang setengah lingkaran juga ikut dirancang agar bangunan terlihat dinamis dan unik (Gambar 5.19).

Gambar 5.19. Balkon Kamar Hotel Resor

(71)

5.20.(a) terlihat bagaimana suasana koridor dengan kisi-kisi yang terbuka sehingga udara dan sinar matahari dapat dengan bebas memasuki ruangan koridor.

(a) Interior Koridor Kamar Hotel (b) Susunan Tangga Kebakaran Gambar 5.20. Sketsa Tampak Belakang Bangunan Utama

5.4. Konsep Perancangan Struktur Bangunan 5.4.1.Konsep Dasar Struktur dan Konstruksi

Pada bangunan hotel, struktur yang digunakan adalah struktur rigid frame, yang memiliki kemampuan untuk menahan gaya pada arah vertikal dan horizontal dengan stabil (Gambar 5.21). Dengan struktur ini, maka dapat disusun ruang-ruang dalam yang lebih efisien.

Gambar 5.21. Potongan A-A’ Bangunan Utama Hotel

(72)

Gambar 5.22. Pondasi pada Core dan Detail Pondasi

Untuk bagian atap pada bentang lebar, perancang menggunakan struktur space frame untuk menjadi rangka atapnya. Untuk atap core di gunakan rangka baja yang biasanya.

Gambar 5.23. Potongan B-B’ Bangunan Utama Hotel Rangka Space

Frame Rangka Atap

(73)

Gambar 5.24. Potongan Cottage

Cottage menggunakan rangka atap kayu, rangka atap biasa yang dipakai untuk bangunan kecil. Pondasi cottage yang dipakai adalah pondasi umpak khusus untuk rumah panggung.

5.4.2.Konsep Pemilihan Jenis Struktur, Bahan, dan Sistem Konstruksi

Jenis struktur yang digunakan sebagai struktur utama bangunan-bangunan desain adalah sistem struktur rigid frame. Alasan pemilihan struktur ini karena struktur pada bangunan ini tidak ditonjolkan dan konsep desain bangunan memiliki konfigurasi struktural yang umum. Bahan struktur yang dipilih sebagai struktur utama bangunan adalah struktur betun bertulang. Struktur ini dipilih dengan beberapa pertimbangan yaitu karena kekuatannya. Sedangkan untuk bentang lebarnya menggunakan space frame sebagai strukturnya. Pondasi yang dipilih untuk bangunan lainnya yang bertingkat dua menggunakan pondasi telapak seperti pada resto dan café.

5.4.3.Konsep dan Metoda Membangun dan Tahapan Pembangunan

Metoda pembangunan dalam membangun Hotel Resor Wisata Alam Geopark Sipiso-piso yaitu:

a) Sebelum membangun, yang pertama dilakukan adalah:  Pembersihan lahan

(74)

Alat berat yang digunakan dalam pekerjaan lahan adalah shovel dan excavator.

b)Setelah pekerjaan lahan, dilakukan pencegahan bahaya longsor dengan struktur dinding penahan tanah, kemudian dimulailah pekerjaan galian.

c) Pengecoran dasar kolom, balok, dan plat lantai dikerjakan secara bertahap dari lantai terbawah ke lantai teratas setelah pekerjaan galian selesai.

d)Setelah itu adalah pekerjaan pondasi, dimana pada bangunan hotel resor ini menggunakan pondasi tiang pancang.

e) Setelah pekerjaan pondasi selesai, dilakukan pekerjaan struktur bagian atas. f) Kolom dan balok bangunan dicor dan ditunggu sampai kering.

g)Pengecoran beton dilakukan dengan mengangkut adukan beton dari bawah ke elevasi lantai dengan ember semen ukuran besar.

h)Kemudian dimulailah instalasi bangunan

Dari penjabaran di atas metoda pembangunan dapat disimpulkan menjadi: a) Pekerjaan lahan/site

b) Penggalian tanah c) Pekerjaan pondasi

d) Pengecoran kolom dan balok e) Pemasangan Instalasi

f) Finishing

5.4.4.Perhitungan Umum Dimensi Struktur dan Konstruksi

(75)

a) Balok Induk = bentang : 12

 Tinggi balok induk = 10000 : 12 = 833,3 ≈ 85 cm  Lebar balok induk = 85 : 2 = 42,5 ≈ 45 cm

b)Balok Anak = bentang : 16

 Tinggi balok anak = 10000 : 16 = 625 ≈ 65 cm  Lebar balok anak = 65 : 2 = 32,5 ≈ 35 cm

c) Kolom = lebar balok induk + 2 x (10 s/d 15 cm) = 45+20 = 65 ≈ 70 cm d)Sloof

sl1 = 45x85; sl2 = 35x65 e) Plat Lantai

Bentang plat diantara pendukungnya pl1 (5m) = 500 : 30 = 16,66 ≈ 20 cm

5.5. Konsep Perancangan Utilitas Bangunan

5.5.1. Konsep Sistem Penyediaan Air Bersih dan Pembuangan Air Kotor dan Limbah

Dalam perancangan Hotel Resor Wisata Alam Geopark Sipiso-piso, sistem distribusi yang dipilih adalah down feed system. Pemilihan tersebut didasari dengan pertimbangan bahwa sistem pemompaan air ke menara air kemudian didistribusikan ke bangunan dengan memanfaatkan gaya gravitasi merupakan sistem yang lebih efektif dan efisien (Gambar 5.5). Selain itu, lebih menghemat listrik, karena pompa tidak bekerja terus menerus melainkan air ditampung pada tangki penampungan air sebagai pasokan utama.

(76)

Untuk pembuangan air kotor dapat disalurkan langsung ke parit pembuangan kota sedangkan untuk limbah terutama limbah padat akan ditampung di dalam bak kontrol dan septic tank (Gambar 5.6).

Diagram 5.6. Skema Konsep Drainase Air Kotor dan Limbah

5.5.2.Konsep Sistem Elektrikal

Sumber utama untuk mensuplai listrik ke dalam bangunan adalah tenaga listrik dari PLN. Kapasitas sumber listrik dari generator set (genset) disesuaikan dengan kebutuhan bangunan. Genset memiliki sistem otomatis yang dapat mengalihkan pasokan listrik dari PLN apabila terjadi pemadaman listrik. Cara kerja dari genset (Diagram 5.7).

Diagram 5.7. Skema Listrik Kawasan

Gambar

Gambar 4.21. Analisa Kebisingan Sekitar Site
Gambar 4.22. Peredam Kebisingan Alami dari Vegetasi
Gambar 4.24. Parit di sekitar Site
Gambar 4.25. Trafo dan Tiang Listrik di sekitar Site
+7

Referensi

Dokumen terkait

Sedang wisata seni Budaya seperti Taman Budaya r*ang tertulis pada sebuah brosur wisda B'-ota Padang Tarnan Budayz selalu nreoyajikan Saluang dal Dendang (lihat

Selanjutnya untuk setiap dokumen penawaran yang masuk akan dilakukan evaluasi dengan metode sistem gugur. LERI

Dalam rangka pelaksanaan pelelangan paket pekerjaan pada Pokja Pengadaan Barang dan Jasa Deputi IGT Badan Informasi Geospasial Tahun Anggaran 2016 , dengan ini kami

Kehadiran peserta lelang dalam proses pembuktian dokumen kualifikasi dengan tidak membawa semua dokumen asli/legalisir yang diminta beserta personil tenaga ahli, maka peserta

Dalam rangka pelaksanaan pelelangan paket pekerjaan pada Pokja Pengadaan Barang dan Jasa Deputi IGT Badan Informasi Geospasial Tahun Anggaran 2016 , dengan ini kami

Dalam rangka pelaksanaan pelelangan paket pekerjaan pada Pokja Pengadaan Barang dan Jasa Deputi IGT Badan Informasi Geospasial Tahun Anggaran 2016 , dengan ini kami

c. Pembinaan dan penyelenggaraan tugas dibidang lingkungan hidup daerah meliputi standarisasi dan pemulihan kualitas lingkungan, ekonomi, sumber daya dan teknologi

Karena percobaan ini menggunakan jaringan lokal, dan IP Publik yang digunakan masih menggunakan Jaringan Publik luar maka implementasi ini masih sangat sederhana dan