Lampiran 1. Data Dimensi Serat Kayu Kemenyan
Tabel 1. Nilai Rata-Rata Dimensi dan Turunan Serat Kemenyan Toba
No
Bagian Panjang Serat Diameter Serat Diameter Lumen Tebal Dinding Serat
1 Pangkal 1676,3 29,58 16,51 6,53
2 Tengah 1574,42 28,54 16,04 6,24
3 Ujung 1126,2 23,94 14,53 6,24
Tabel 2. Nilai Rata-Rata Dimensi dan Turunan Serat Kemenyan Bulu
No
Bagian Panjang Serat Diameter Serat Diameter Lumen Tebal Dinding Serat
1 Pangkal 1590,37 29,76 18,62 5,56
2 Tengah 1517,68 29,16 18,5 5,33
3 Ujung 1039,01 23,39 14,69 4,34
Tabel 3. Nilai Rata-Rata Dimensi dan Turunan Serat Kemenyan Durame
No
Bagian Panjang Serat Diameter Serat Diameter Lumen Tebal Dinding Serat
1 Pangkal 1554,84 25,12 13,08 6,01
2 Tengah 1442,88 24,45 12,7 5,87
Lampiran 2. Data Turunan Dimensi Serat Kayu Kemenyan
Tabel 1. Nilai Rata-Rata Turunan Dimensi Serat Kayu Kemenyan Toba
No
Tabel 2. Nilai Rata-Rata Turunan Dimensi Serat Kayu Kemenyan Bulu
No
Tabel 3. Nilai Rata-Rata Turunan Dimensi Serat Kayu Kemenyan Durame
Lampiran 3. Dokumentasi Penelitian
Gambar 1. Potongan Melintang Kayu Kemenyan
a. Toba Pangkal b. Toba Tengah
c. Toba Ujung d. Bulu Pangkal
g. Durame Pangkal h. Durame Tengah
Gambar 2. Proses Maserasi
a. Potongan Kayu Berbentuk Korek Api
c. Potongan Kayu dimasukkan kedalam Waterbath
d. Serat Kayu ditetesi Safranin
DAFTAR PUSTAKA
Aprianis, Y 2009. Dimensi Serat dan Nilai Turunannya dari 7 Jenis Kayu Asal Provinsi Jambi. Jurnal Penelitian Hasil Hutan. Vol. 27 No 1 Maret 2009.
Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara. 2013. Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara. Medan.
Badan Penelitian dan Pengembangan. 2013. Buku Kecil Kemenyan Getah Berharga Tano Batak. Kementrian Kehutanan. Balai Penelitian Aek Nauli.
Damayanti R., Mandang Y.I. dan Waluyo T. 2007. Struktur Anatomi dan Kualitas Serat Batang Kemenyan (Styrax spp) dari Sumatera Utara (Anatomical Properties and Fibre Quality of Styrax Stem from North Sumatra). Vol.25 No.3 Tahun 2007.
Gaol, E dan Bintang CH Simangunsong. 2012. Analisis Profitabilitas dan Tataniaga Kemenyan di Desa Sampean Kabupaten Humbang Hasundutan Sumatera Utara (Profitability and Market Chain Analyses of Sumatera Benzoin at Sampean Village District of Humbang Hasundutan North Sumatera Province). Vol.10 No 2. Tahun 2012.
Gusmalawati. 2014. Struktur Anatomi Batang Ulin (Eusideroxylon zwageri Teijsm. & Binned) Varietas Tando dan Tembaga di Kalimantan Barat. Vol.16 No 2 Desember Tahun 2014.
Haygreen, J.G dan Bowyer, J.L. 1993. Hasil Hutan dan Ilmu Kayu, Suatu Pengantar. Terjemahan. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Lempang, M dan Asdar, M. 2008. Struktur Anatomi Kayu, Sifat Fisis Dan Mekanis Kayu Kumea Batu. Balai Peneliti Kehutanan. Makassar.
Mahfudz. 2014. Mengenal Pohon Kemenyan (Styrax spp) Jenis Dengan Spektrum Pemanfaatan Luas Yang Belum Dioptimalkan. IPB Press. Bogor.
Pandit, I.K.N. 1995. Anatomi Kayu (Pengantar Sifat Anantomi Kayu Sebagai Bahan Baku). Diktat. IPB. Bogor.
Pasaribu, G & dkk. 2013. Sifat Anatomi, Sifat Fisis dan Mekanis Pada Kayu Kemenyan
Toba (
Styrax sumatrana
) Dan Kemenyan Bulu (Styrax paralleloneurus) (Anatomical, Physical and Mechanical Properties ofKemenyan Toba (
Styrax sumatrana
) and Kemenyan Bulu (Styrax paralleloneurus). Pusat Penelitian dan Pengembangan KeteknikanKehutanan dan Pengolahan Hasil Hutan. Bogor.
Properties of Flindersia pimenteliana F. Muell from Wondama Bay West Papua). Vol. 10 No. 2 Juli Tahun 2012.
Praptoyo, H. 2010. Sifat Anatomi dan Sifat Fisika Kayu Mindi (Melia Azedarach Linn) Dari Hutan Rakyat Di Yogyakarta. Vol. 4 No. 1 Januari Tahun 2010.
Siregar, N. 2012. Peluang Benuang Bini (Octomeles sumatrana Miq) Sebagai Bahan Baku Pulp. Vol 7 No 1 April Tahun 2012.
Sitompul, M. 2011. Kajian Pengelolaan Hutan Kemenyan (Styrax sp.) Di Kabupaten Humbang Hasundutan, Provinsi Sumatera Utara. Tesis. IPB Press. Bogor.
Suranto, Y. 2012. Aspek Kualitas Kayu Dalam Konservasi dan Pemugaran Cagar Budaya Berbahan Kayu. Vol. 6 No. 1 Okotober Tahun 2012.
Syafii, W dan I.Z. Siregar. 2006. Sifat kimia dan dimensi serat kayu mangium (Acacia mangium Willd.) dari tiga provenans. Jurnal Ilmu dan Teknologi Kayu
Tropis. Vol. 4 No 1 Tahun 2006.
Uslinawaty, Z. 2010. Persentase Kayu Gubal dan Kayu Teras Kayu Jati Putih (Gmelina arborea). Vol 18 No 2 Juli 2010 Tahun 2010.
Wahyudi, I. 2013. Hubungan Struktur Anatomi Kayu Dengan Sifat Kayu, Kegunaan dan Pengolahannya. Bogor.
METODE PENELITIAN
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian makroskopis dan maserasi dilakukan di Laboratorium
Teknologi Hasil Hutan, Program Studi Kehutanan, Fakultas Pertanian, Universitas
Sumatera Utara. Pengamatan mikroton dilakukan di Pusat Penelitian dan
Pengembangan Bogor dan Pengamatan dimensi serat dilakukan di Laboratorium
Mikrobiologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas,
Universitas Sumatera Utara. Pelaksanaan penelitian ini dimulai dari bulan Mei
2015 sampai dengan Agustus 2015.
Alat dan Bahan Penelitian
Bahan baku kayu yang digunakan dalam penelitian ini adalah kayu
Kemenyan (Styrax spp). Adapun jenis-jenis kemenyan yang diteliti yaitu
kemenyan toba (Styrax sumatrana), kemenyan bulu (Styrax paralleloneurus) dan kemenyan durame (Styrax benzoine ).
Prosedur Penelitian
Persiapan Bahan Baku
Pohon Kemenyan (Styrax) ditebang dari perkebunan yang berlokasi di kawasan hutan Batang Toru Blok Barat, Kecamatan Adiankoting meliputi desa Banuaji IV, Kabupaten Tapanuli Utara. Jenis-jenis pohon kemenyan tersebut adalah kemenyan toba (Styrax sumatrana), kemenyan bulu (Styrax
paralleloneurus) dan kemenyan durame (Styrax benzoine). Pada setiap pohon
diambil dalam bentuk disk setebal 5 cm pada bagian pangkal, tengah dan ujung
untuk menentukan persentase kayu teras dan kayu gubal. Selanjutnya diamati sifat
makroskopis kayu dari bagian disk tersebut.
Pada disk bagian pangkal dipotong dengan ukuran 2 x 2 x 10 cm. Sampel
ini digunakan untuk pengujian dimensi serat.
Pengujian Sifat Anatomi
1. Pengamatan Makroskopis Kayu
Sifat makroskopis kayu yang diamati antara lain : warna kayu, kilap, serat, tekstur kesan raba dan kekerasan. Pengamatan ini dilakukan pada disk bagian pangkal, tengah dan ujung pada setiap jenis kemenyan.
2. Kayu Teras dan Kayu Gubal
perhitungan luas penampang kayu secara keseluruhan. Selanjutnya dilakukan perhitungan persentasi kayu gubal dan kayu teras dengan rumus sebagai berikut : % kayu teras = Luas kayu teras x 100
1. Contoh uji sebesar batang korek api dimasukkan kedalam tabung reaksi berisi 30 % larutan hydrogen peroksida 60 % larutan asam asetat glasial dengan perbandingan 1 : 1 sampai terendam.
2. Tabung reaksi dipanaskan dalam watterbath sampai potongan kayu bewarna putih dan terlihat adanya tanda-tanda serabut mulai lepas.
3. Kemudian cuci dengan air ledeng 2-3 kali, selanjutnya dengan aquades dan dikocok untuk mendapatkan serabut-serabut yang terlepas dengan sempurna. 4. Cuci kembali berulang-ulang dengan aquades sampai bebas asam.
5. Setelah itu serabut dipindahkan ke cawan petridis dan diberi 2-4 tetes saftranin 2 %. Tunggu selama 6-8 jam agar zat warna benar-benar meresap dalam serabut. 6. Setelah itu sel-sel serabut dicuci kembali dengan air ledeng. Bila diiginkan zat pewarna tahan lama maka dicuci berturut-turut dalam alkohol 10 %, 30%, dan 70 % masing-masing selama 2 menit.
8. Preparat lalu diberi setetes Canada balsam (entelan) dan ditutup dengan cover glass, penutupan dilakukan dengan hati-hati agar tidak ada gelembung udara yang terperangkap.
4. Pengukuran Dimensi Serat
Pengukuran dan pengamatan serat dilakukan dengan menggunakan mikroskop yang dilengkapi dengan micrometer okuler yang telah dikoreksi skalanya dengan mikroskop objektif. Pengamatan menggunakan perbesaran 40 kali untuk diameter serat dan diameter lumen serta panjang serat sedangkan untuk tebal dinding serat diperoleh dari perhitungan diameter serat dikurangi diameter lumen lalu dibagi dua.
Serat dipindahkan dengan kuas kecil agar mudah dilihat seratnya satu persatu. Dalam pengukuran dimensi serat yang meliputi panjang serat, diameter serat, diameter lumen dan tebal dinding serat, dipilih serat yang utuh atau tidak patah, rusak terlipat, pecah, terpotong dan kerusakan lainnya.
Selanjutnya data hasil pengukuran serat dihitung rataan dari nilai turunannya. Nilai turunan serat dapat dihitung dengan menggunakan rumus :
1. Runkle Ratio (Bilangan Runkel) =
2. Felting Power/Slenderness (Daya Tenun) =
3. Mulhsteph Ratio (Bilangan Muhlsteph) =
5. Flexibility Ratio (Bilangan Fleksibilitas) =
Keterangan : w = tebal dinding serat l = diameter lumen L = panjang serat d = diameter serat
Nilai kualitas serat sebagai bahan baku pulp dan kertas dapat ditentukan dengan membandingkan nilai-nilai dimensi serat dan turunannya yang didapatkan dari hasil pengukuran dan perhitungan terhadap nilai-nilai dimensi serat dan turunannya yang terdapat dalam tabel persyaratan dan nilai serat. Kriteria Penilaian Serat Kayu Indonesia untuk Bahan Baku Pulp dan Kertas menurut Anonim (1976) dalam Widiarty (2003) dapat dilihat pada Tabel dibawah :
Tabel 2. Kriteria Penilaian Serat Kayu Indonesia untuk Bahan Baku Pulp dan Kertas
Selang Nilai 450-600 225-449 <225
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Persentase Kayu Teras dan Kayu Gubal
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pada 3 jenis kayu kemenyan yaitu Toba, Bulu dan Durame memiliki persentase kayu teras dan kayu gubal yang bervariasi seperti disajikan pada Tabel 3.
Tabel 3. Hasil Pengukuran Kayu Teras dan Kayu Gubal
Jenis Kayu Lokasi Luas (cm2) Persentase (%)
Ketinggian Teras Gubal Teras Gubal
Pangkal 155, 06 66, 06 70,12 29,88
Persentase kayu teras terbesar terdapat pada kayu Kemenyan Bulu pada
bagian pangkal yaitu sebesar 70,12 % dan terendah pada kayu Kemenyan Bulu
juga pada bagian ujung yaitu sebesar 22,23 %. Persentase kayu gubal terbesar
terdapat pada kayu Kemenyan Bulu pada bagian ujung yaitu sebesar 82,43% dan
terendah pada kayu Kemenyan Toba pada bagian ujung yaitu sebesar 29,88 %.
Berdasarkan Tabel 2 juga terlihat kayu teras pada bagian pangkal paling
besar dan mengalami penurunan sampai bagian ujung batang, baik pada
kemenyan jenis Toba, Bulu dan Durame. Sebaliknya pada kayu gubal bagian
pangkal paling kecil dan mengalami penaikan sampai bagian ujung batang. Hasil
mengalami penurunan persentase kayu teras mulai dari bagian pangkal sampai
dengan ujung batang. Sebaliknya mengalami penaikan kayu gubal pada bagian
pangkal sampai dengan ujung batang.
Kayu teras dan kayu gubal pada tiap jenis dari pohon kemenyan
(styrax sp) memiliki batas yang kurang jelas karena adanya perbedaan warna kayu
yang hampir sama. Pada kayu kemenyan, kayu teras bewarna coklat tua
sedangkan pada gubal bewarna coklat muda (Gambar 1). Berikut disajikan
potongan melintang dari setiap jenis kayu Kemenyan (Styrax spp).
a. Toba b. Bulu c. Durame
Warna kayu teras pada setiap kayu berbeda-beda. Ada kayu teras yang
bewarna putih seperti pulai; putih kream seperti jelutung; kream seperti ramin;
kuning seperti nangka; merah terang seperti suren dan meranti; ungu atau
keabu-abuan seperti terentang; coklat seperti jati; dan hitam seperti ebony (Pandit, 1995).
Perbedaan antara kayu teras dan kayu gubal hampir seluruhnya bersifat
kimia, maka adanya bahan-bahan kimia ini merupakan penyebab utama sifat-sifat
kayu teras yang unik, beberapa diantaranya seperti
a. Kayu teras mungkin lebih gelap warnanya daripada kayu gubal
c. Kayu teras sukar ditembus oleh cairan (seperti halnya bahan kimia pengawet)
d. Kayu teras sukar dikeringkan
e. Kayu teras memiliki bau yang khas
f. Kayu teras sedikit lebih berat per satuan volume daripada kayu gubal.
2. Ciri Umum Kayu Kemenyan
Setelah dilakukan pengamatan terhadap ciri umum kayu kemenyan, maka didapatkan hasil sebagai berikut :
Tabel 4. Hasil Pengamatan Ciri Umum Kayu Kemenyan Jenis Kayu
Kemenyan Bagian Warna Kilap Serat Tekstur
Kesan
Warna kayu sendiri akan mampu menimbulkan corak bagi kayu yang
akan menciptakan keindahan tersendiri bagi kayu, keindahan ini tentunya akan
meningkatkan nilai ekonomis suatu jenis kayu. Pada kayu kemenyan jenis
Permukaan kayu kemenyan jenis Kemenyan Toba, Kemenyan Bulu dan Kemenyan Durame yaitu mengkilap. Hal ini disebabkan oleh karena arah dari
kayu kemenyan yang lurus sesuai dengan pernyataan Pasaribu (2013) yang menyatakan bahwa arah serat: lurus hingga agak berpadu, mengkilap, tingkat kekerasan kayu yang agak keras.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kayu kemenyan jenis Kemenyan Toba, Kemenyan Bulu dan Kemenyan Durame sama–sama memiliki kelas
kekerasan tinggi. Dimana pada saat penyayatan pada arah melintang kayu, kayu
tersebut sulit untuk disayat dan tidak meninggalkan bekas pada kayu (sampel)
pada saat ditekan dengan menggunakan kuku. Hal ini karena kerapatan kayu
kemenyan berkisar 0,53-0,57 (Pasaribu, 2013).
Kesan raba dari suatu jenis kayu diperoleh pada saat kayu tersebut diraba.
Kayu Kemenyan Toba memberi kesan raba licin pada saat diraba. Begitu juga
dengan Kayu Kemenyan dan Kemenyan Durame sama–sama memberi kesan raba
licin pada saat diraba.
3. Pengukuran Dimensi Serat
Dimensi serat meliputi beberapa bagian, termasuk panjang serat, diameter
lumen dan tebal dinding serat. Antara bagian–bagian serat ini memiliki hubungan
yang kompleks, dimana satu dan yang lainnya saling mempengaruhi, pengaruhnya
itu sendiri mengarah terhadap tujuan penggunaannya. Pengukuran dimensi serat
diperoleh dari hasil rata – rata masing- masing dimensi serat.
Nilai rata-rata panjang serat ketiga varietas kemenyan menunjukkan
ujung semakin pendek (Tabel 3). Hal ini sesuai dengan Tavita (2001) dalam
Gusmalawati (2014) yang menyatakan bahwa pola variasi panjang serat
cenderung menurun dari pangkal ke ujung suatu cabang.
Tabel 5. Nilai rata-rata dimensi serat kemenyan
Jenis
Dari tabel diatas diketahui bahwa panjang serat dari tiga jenis kayu
kemenyan pada bagian pangkal, tengah dan ujung pohon tersebut berkisar
1039,01-1.676,305 mikron. Menurut kriteria kayu sebagai bahan baku pulp dalam
Siregar (2012), Kemenyan Toba termasuk kelas serat cukup panjang yaitu
1.676,305 mikron. Sedangkan yang termasuk kelas medium adalah Kemenyan
Bulu dengan panjang serat 1039,01 mikron. Berikut disajikan panjang serat dari
setiap jenis kayu Kemenyan (Styrax spp).
Semakin panjang serat kayu maka pulp yang dihasilkan memiliki kekuatan
yang tinggi. Hal ini disebabkan serat panjang memberikan bidang persentuhan
yang lebih luas dan anyaman lebih baik antara satu serat dengan lainnya, yang
memungkinkan lebih banyak terjadi ikatan hidrogen antar serat-serat tersebut.
Lebih lanjut, pulp serat panjang lebih sulit lolos saringan, sehingga lebih mudah
dicuci. Panjang serat mempengaruhi sifat-sifat tertentu pulp dan kertas, termasuk
ketahanan sobek, kekuatan tarik dan daya lipat.
a. Toba b. Bulu c. Durame
Diameter serat dari ketiga jenis kayu kemenyan (Gambar 3) pada bagian
pangkal, tengah dan ujung tersebut berkisar 21,574-29,7612 mikron. Sementara itu
diameter lumen berkisar 11,9316- 18,6292 mikron. Diameter serat dan diameter
lumen terkecil terdapat pada jenis Kemenyan Durame, sedangkan diameter serat
dan diameter lumen terbesar terdapat pada jenis kayu Kemenyan Toba. Tebal
dinding serat tiga jenis kayu kemenyan tersebut berkisar antara 3,63- 6,53 mikron.
Jenis Kemenyan Toba mempunyai dinding serat yang paling tipis pada bagian
ujungnya yaitu 3,63 mikron dan mempunyai dinding serat paling tebal pada bagian
pangkalnya yaitu 6,53 mikron. Serat yang berdinding tipis mengakibatkan serat
yang lebih padat dan keteguhan letup pecah lebih baik dibandingkan dengan serat
berdinding tebal. Untuk memperoleh keteguhan retak dan sobek yang tinggi, serat
yang berdinding tebal perlu dicampur dengan serat yang panjang dan berdinding
tipis, misalnya dengan serat kayu daun jarum, atau digiling sesudah diolah
menjadi pulp selama beberapa waktu seminggu terjadi penipisan dinding serat.
4. Turunan Dimensi Serat
Selain panjang serat, persyaratan serat untuk bahan baku pulp dan kertas
juga ditentukan oleh nilai turunan dimensi serat. Dimensi serat dan turunannya
merupakan salah satu sifat penting kayu yang dapat digunakan untuk menduga
sifat-sifat pulp yang dihasilkan. Nilai turunan dimensi serat (bilangan
Runkle Ratio, Felting Power/Slenderness (Daya Tenun), Mulhsteph Ratio
(Bilangan Muhlsteph), Coefficient og Rigidity (Koefisien Kekakuan), Flexibility
Tabel 6. Turunan dimensi serat untuk ketiga jenis kemenyan
Keterangan : PS (Panjang Serat); DS( Dinding Serat); DL(Dinding Lumen); TDS(Total Dinding Serat) RR(Runkle Ratio); DT(Daya Tenun); BM(Bilangan Mulsteph); KK(Koefisien Kekakuan); BF(Bilangan Fleksibilitas)
Pada Tabel 5 terlihat bahwa bilangan Runkel untuk jenis Kemenyan Toba
pada bagian pangkal, tengah dan ujung pohon berkisar 0,39-0,44, Kemenyan Bulu
0,36-0,37 dan Kemenyan Durame 0,44-0,47. Berdasarkan kriteria penilaian serat
menunjukkan bahwa ketiga jenis kemenyan tersebut termasuk kayu kelas II. Kayu
untuk pembuatan pulp serat yang baik yaitu memiliki bilangan Runkel kecil
menunjukkan bahwa kayu memiliki dinding sel yang tipis dan diameter lumen
lebar sehingga serat dalam lembaran pulp menggepeng seluruhnya dan ikatan
antar serat baik.
Nilai daya tenun yang dihasilkan dari jenis Kemenyan Toba pada bagian
pangkal, tengah dan ujung pohon berkisar 47,85-57,557, Kemenyan Bulu berkisar
antara 46,10-56,62 dan Kemenyan Durame berkisar antara 49,802-64,88.
Berdasarkan kriteria penilaian serat kayu Indonesia untuk bahan baku pulp dan
kertas (Anonim Anonim, 1976 dalam Widiarty, 2003), daya tenun yang kecil atau sama >50 termasuk kelas III dan apabila nilai daya tenun berkisar antara 50-90
termasuk kelas II. Hal ini menunjukkan bahwa ketiga jenis kemenyan tersebut
termasuk kayu kelas II dan III karena berkisar dari 40 sampai dengan 70. Nilai
daya tenun merupakan perbandingan panjang serat dengan diameter serat.
Semakin besar perbandingan tersebut maka semakin tinggi kekuatan sobek dan
semakin baik daya tenun seratnya. Dengan kekuatan sobek yang tinggi itu juga
berarti panjang serat juga semakin panjang karena dalam menjalin antara serat
semakin panjang dan gaya sobek akan terbagi dalam luasan yang lebih besar
(Syafii dan Siregar, 2006).
Perbandingan Muhlsteph serat dari ketiga jenis tenun yang dihasilkan dari
jenis Kemenyan Toba pada bagian pangkal, tengah dan ujung pohon berkisar
63,33-67,87, Kemenyan Bulu berkisar antara 59,24-60,94 dan Kemenyan Durame
berkisar antara 68,97-72,19. Perbandingan Muhlsteph serat Kemenyan Bulu
Durame termasuk kedalam kelas III menurut (Anonim, 1976 dalam Widiarty, 2003). Besarnya perbandingan Muhlsteph berpengaruh terhadap kerapatan lembaran pulp yang pada akhirnya berpengaruh pula pada kekuatan pulp yang
dihasilkan. Semakin kecil perbandingan Muhlsteph maka kerapatan lembaran pulp
yang dihasilkan akan semakin tinggi dengan sifat kekuatan tinggi pula.
Sebaliknya, perbandingan Muhlsteph yang tinggi menghasilkan lembaran pulp
dengan kerapatan yang rendah dan kekuatan rendah pula.
Koefisien kekakuan yang dihasilkan dari ketiga jenis kemenyan berkisar
antara 0,18–0,23. Menurut (Anonim, 1976 dalam Widiarty, 2003) maka ketiga jenis kemenyan tersebut termasuk ke dalam kelas III. Perbandingan Koefisien
Kekakuan ini menunjukkan korelasi negatif terhadap kekuatan panjang putus
(kekuatan tarik), artinya semakin tinggi koefisien kekakuan maka semakin rendah
kekuatan tarik dari kertas tersebut. Sebaliknya semakin rendah koefisien kekakuan
maka semakin tinggi kekuatan tarik kertas bersangkutan. Maka untuk pembuatan
pulp sebaiknya mempunyai nilai koefisien kekakuan yang rendah
(Syafii dan Siregar, 2006).
Perbandingan fleksibilitas dari ketiga jenis kayu kemenyan berkisar antara
0,52–0,63. Menurut (Anonim, 1976 dalam Widiarty, 2003) ketiga jenis kemenyan tersebut termasuk ke dalam kelas II. Perbandingan fleksibilitas adalah
perbandingan diameter lumen dengan diameter serat, dimana perbandingan
tersebut mempunyai hubungan parabolis dengan kekuatan tarik. Artinya serat
dengan perbandingan fleksibilitas tinggi berarti serat tersebut mempunyai tebal
dinding yang tipis dan mudah berubah bentuk. Kemampuan berubah bentuk ini
terjadi ikatan serat yang lebih baik dan akan menghasilkan lembaran pulp dengan
kekuatan baik (Syafii dan Siregar, 2006).
Maka jumlah nilai panjang serat dengan nilai turunan dimensi serat
menghasilkan nilai kualitas serat untuk ketiga jenis kayu Kemenyan tersebut
berdasarkan Tabel 5 di atas, menurut klasifikasi dari (Anonim, 1976 dalam Widiarty, 2003) termasuk kedalam kelas II. Jenis kayu Kemenyan Toba pada bagian pangkal, tengah dan ujung dengan nilai kualitas serat berturut-turut adalah
250, 250, 225. Jenis kayu Kemenyan Bulu pada bagian pangkal, tengah dan ujung
dengan nilai kualitas serat berturut-turut adalah 250, 275, 225. Dan jenis kayu
Kemenyan Durame pada bagian pangkal, tengah dan ujung dengan nilai kualitas
serat berturut-turut adalah 250, 250, 225. Dari data tersebut maka ketiga jenis
kayu kemenyan tersebut termasuk ke dalam kelas II. Karakteristik kelas mutu II
adalah jenis kayu agak ringan sampai berat, dinding sel tipis sampai sedang dan
lumen agak lebar. Dalam pembentukan lembaran pulp, serat mudah menggepeng
dengan ikatan antar serat dan tenunan baik, menghasilkan lembaran dengan
keteguhan sobek dan tarik yang sedang dan dapat diinformasikan mempunyai
KESIMPULAN
Persentase kayu teras terbesar terdapat pada kayu Kemenyan Bulu pada
bagian pangkal yaitu sebesar 70,12% dan terendah pada kayu Kemenyan Bulu
juga pada bagian ujung yaitu sebesar 17.56%. Persentase kayu gubal terbesar
terdapat pada kayu Kemenyan Bulu pada bagian ujung yaitu sebesar 82,43% dan
terendah pada kayu Kemenyan Toba pada bagian pangkal yaitu sebesar 29,88 %.
Pada ketiga jenis kemenyan tidak ada perbedaan jelas warna antara kayu teras dan kayu gubal dengan kesan raba yang licin dan mengkilap. Ketiga jenis kayu Kemenyan yaitu Kemenyan Toba, Kemenyan Bulu dan Kemenyan Durame
termasuk ke dalam kelas II serta dapat diinformasikan mempunyai potensi untuk
TINJAUAN PUSTAKA
Kemenyan (Styrax sp) merupakan pohon penghasl getah bernilai
ekonomis cukup tinggi dan menjadi andalan Provinsi Sumatera Utara. Adapun
taksonomi kemenyan menurut Mahfudz (2014) adalah sebagai berikut.
1. Taksonomi Kemenyan
Taksonomi pohon Kemenyan sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Superdivisio : Spermatophyta
Divisio : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Subkelas : Dilleniidae
Ordo : Ebenales
Famili : Styracaceae
( Mahfudz, 2014).
2. Morfologi Kemenyan
Pohon
Kemenyan termasuk pohon besar, tinggi dapat mencapai 20 - 40m dan
diameter batang mencapai 60 – 100 cm. Batang lurus dengan percabangan sedikit.
Daun
Berdaun tunggal dan tersusun secara spiral. Daun berbentuk oval bulat,
bulat memanjang (ellips) dengan dasar daun bulat dengan ujung runcing. Sebelah
atas daun berwarna hijau dan sebelah bawah berwarna kekuning-kuningan dengan
pinggiran daun rata. Panjang daun mencapai 4 - 15 cm, lebar daun 5 - 7,5 cm,
tangkai daun 5 – 13 cm, helai daun mempunyai nervi 7 - 13 pasang. Warna daun
jenis Toba lebih gelap kecoklatan dan lebih tebal dibandingkan jenis Durame dan
Bulu.
Bunga
Kemenyan berkelamin dua, dengan tangkai bunga memiliki panjang 6-11
cm. Daun mahkota bunga 9 - 12 helai berukuran 2 - 3 mm, kelopak dan mahkota
bunga masing-masing 5 buah. Kemenyan berbunga secara teratur 1 kali setiap
tahun. Waktu berbunga pada bulan November sampai Januari.
Buah dan biji
Buah Kemenyan berbentuk bulat gepeng dan lonjong berukuran 2,5 - 3
cm. Biji berukuran 15 - 19 mm, dengan warna coklat keputihan. Biji Kemenyan
terdapat di dalam buah dengan kulit buah berukuran 1,75 mm – 3,1 mm. Biji
Kemenyan Toba berwarna coklat tua dan lebih gelap.
3. Tempat Tumbuh Kemenyan
Tempat tumbuh tanaman kemenyan bervariasi, mulai dari dataran rendah
sampai dataran tinggi, yaitu pada ketinggian tempat 60-2.100 meter dari
permukaan laut. Tanaman kemenyan tidak memerlukan persyaratan tempat
tumbuh yang istimewa. Tanaman ini dapat tumbuh pada jenis-jenis tanah:
berbagai asosiasi lainnya, mulai dari tanah yang bertekstur berat sampai ringan,
dan tanah yang kurang subur sampai yang subur. Selain itu, tanaman ini juga
dapat tumbuh pada tanah yang berporositas tinggi, yaitu yang mudah meneruskan
atau meresapkan air (Sitompul, 2011).
4. Penyebaran Kemenyan
Pohon Kemenyan menyebar pada berbagai negara meliputi Malaysia,
Thailand, Indonesia dan Laos. Indonesia memiliki daerah sebaran pohon
Kemenyan di Pulau Sumatera, Pulau Jawa bagian Barat dan Kalimantan Barat.
Sumatera memiliki sebaran terluas, terutama daerah Tapanuli dan Dairi.
Diperkirakan hampir 67% dari luas kebun Kemenyan yang ada di Indonesia
terdapat di daerah Tapanuli Utara. Pohon Kemenyan menyebar pada berbagai
elevasi (60 m – 2100 m dpl). Di daerah Palembang (Sumatera Selatan) dan
Tapanuli Selatan, pohon Kemenyan banyak ditemukan pada daerah dengan
ketinggian 60 - 320 m dpl. Sentra kebun Kemenyan di Tapanuli Utara yang
dikenal secara luas rata-rata berada pada ketinggian lebih dari 600 m dpl
( Mahfudz, 2014).
5. Karakteristik Kayu Kemenyan
Peluang pemanfaatan kayu kemenyan cukup prospektif karena memiliki
karakteristik yang baik (Mahfudz, 2014) sebagaimana tertera pada Tabel 1.
Tabel 1. Karakteristik Kayu Kemenyan Sifat Anatomis Kayu Pohon Kemenyan Tidak
Disadap Pohon Kemenyan Disadap
Warna Kayu Coklat Muda Merah Kecoklatan
Tekstur Halus sampai agak kasar Halus sampai agak halus
Arah Serat Pada umumnya lurus Pada umumnya
bergekombang
Kesan Raba Agak licin Licin
Kekerasan Relatif lunak Relatif keras
Volumetris 16,05 18,24
Kelas Kuat
Dalam memanfaatkan suatu jenis kayu, pengetahuan akan sifat dasar dan
sifat pengolahan kayu sangat diperlukan dalam rangka tujuan pemanfaatan yang
paling optimal. Diantara keempat sifat dasar tersebut, pengetahuan akan struktur
anatomi sel-sel penyusun kayu menjadi penting karena sifat fisis, mekanis dan
kimia serta sifat pengolahan kayu sangat bergantung pada struktur anatomi sel-sel
penyusun kayu (Purnawati, 2012).
Ketepatan pemilihan jenis kayu untuk sesuatu pemakaian memerlukan
pengetahuan tentang sifat dasarnya. Sifat dasar tersebut, diantaranya berat jenis,
kekuatan, dan stabilitas dimensi. Sifat tersebut bisa dipengaruhi oleh sifat atau
karakteristik anatomi kayu. Sebagai contoh pohon yang membentuk kayu dengan
berat jenis tinggi dipengaruhi antara lain oleh dinding sel yang tebal dan kadar zat
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kemenyan merupakan tanaman penghasil getah dengan nilai ekonomi cukup tinggi serta menjadi tanaman khas Provinsi Sumatera Utara, khususnya di Kabupaten Tapanuli Utara dan Kabupaten Humbang Hasundutan. Getah kemenyan telah memberi kontribusi ekonomi bagi petani di daerah tersebut dan menjadi komoditas unggulan propinsi Sumatera Utara. Kemenyan merupakan komoditi ekspor yang terutama digunakan untuk keperluan industri parfum dan kosmetik.
Pohon kemenyan yang sudah tua, biasanya kurang produktif kemudian ditebang dan kayunya digunakan sebagai kayu bakar. Bentuk pemanfaatan ini sudah berlangsung sejak lama, sehingga pemanfaatan kayu kemenyan hanya untuk energi. Keterbatasan ragam penggunaan kayu kemenyan terutama disebabkan oleh keterbatasan informasi mengenai karakteristik kayu kemenyan.
Pohon Kemenyan banyak ditanam oleh masyarakat, hal ini dapat dilihat
dari luas kebun Kemenyan yang terdapat di beberapa daerah di Sumatera Utara,
terutama di daerah Tapanuli. Data Statistik Sumatera Utara (2013) menunjukkan
bahwa Sumatera Utara memiliki luas kebun Kemenyan seluas 22 862 ha dengan
produksi total mencapai 4 769,50 ton/tahun. Tapanuli Utara memiliki luas kebun
Kemenyan seluas 16 183 ha dengan produksi total mencapai 3 630 ton/tahun.
Pengusahaan kebun Kemenyan tersebut sedikitnya telah melibatkan 60.209 KK
Keunikan yang dimiliki pohon Kemenyan belum sepenuhnya ditangani
secara optimal, hal ini ditunjukkan oleh konsentrasi pengusahaan yang masih
tradisionil dan sangat mengandalkan produk getah mentah. Setelah pohon tua dan
tidak produktif, biasanya batangnya hanya dijadikan kayu bakar dan kayu untuk
rumah dengan harga yang relatif murah. Hal ini karena informasi mengenai
sifat-sifat kayu belum banyak diketahui seperti sifat-sifat anatomi kayu kemenyan.
Berdasarkan hal tersebut diatas, maka dilakukan penelitian sifat anatomi kayu kemenyan antara lain, kayu kemenyan toba (Styrax sumatrana), kemenyan bulu (Styrax paralleloneurus) dan kemenyan durame (Styrax benzoine ) untuk mengetahui sifat dasar kayu kemenyan terutama sifat anatominya,baik itu sifat makroskopis maupun sifat mikroskopisnya. Sifat makrokopis kayu yang diamati meliputi warna kayu, kilap, serat, tekstur, kesan raba dan kekerasan kayu kemenyan. Sifat mikrokopisnya meliputi serat (fiber), parenkim, pori-pori dan lain-lain.
Tujuan
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat berupa :
1. Mengetahui sifat anatomi kayu kemenyan toba (Styrax sumatrana), kemenyan bulu (Styrax paralleloneurus) dan kemenyan durame (Styrax benzoine ).
2. Membedakan kayu kemenyan toba (Styrax sumatrana), kemenyan bulu (Styrax paralleloneurus) dan kemenyan durame (Styrax benzoine ).
3. Mengetahui potensi kayu kemenyan sebagai bahan baku pulp kertas
ABSTRAK
SONDANG AMBARITA : Sifat Anatomi Kayu Kemenyan (Styrax spp.) Dari
Tapanuli Utara. Dibimbing oleh Dr. Apri Heri Iswanto, S.Hut.,M.Si dan
Dr. Rudi Hartono, S.Hut.,M.Si
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mendapatkan informasi ilmiah tentang sifat dasar kayu kemenyan toba (Styrax sumatrana), kemenyan bulu (Styrax paralleloneurus) dan kemenyan durame (Styrax benzoine ) yang meliputi sifat anatominya dan membedakan ketiga jenis kayu kemenyan berdasarkan sifat anatominya. Jumlah serat yang diukur sebanyak 300 serat.
Persentase kayu teras terbesar terdapat pada kayu Kemenyan Toba pada bagian pangkal yaitu sebesar 70,12% dan terendah pada kayu Kemenyan Bulu pada bagian ujung yaitu sebesar 17,56%. Persentase kayu gubal terbesar terdapat pada kayu Kemenyan Bulu pada bagian ujung yaitu sebesar 82,43% dan terendah pada kayu Kemenyan Toba pada bagian pangkal yaitu sebesar 29,88%. Pada ketiga jenis kemenyan tidak ada perbedaan jelas warna antara kayu teras dan kayu gubal
dengan kesan raba yang licin dan mengkilap. Ketiga jenis kayu Kemenyan yaitu Kemenyan Toba, Kemenyan Bulu dan Kemenyan Durame termasuk ke dalam kelas II dan dapat diinformasikan mempunyai potensi untuk menghasilkan pulp yang baik.
ABSTRACT
Sondang Ambarita : The anatomy characteristic of Styrax wood (Styrax spp.)
From North Tapanuli. Guided by Dr. Apri Heri Iswanto, S.Hut.,M.Si and
Dr. Rudi Hartono, S.Hut.,M.Si
This study aims to identify and obtain scientific information about the nature of the wood (Styrax sumatrana), (Styrax paralleloneurus) and (Styrax benzoine) which includes the anatomic nature and distinguish three types of wood incense based nature of its anatomy. The amount of fiber that measured up to 300 fibers. The patio wood percentage contained in Styrax sumatrana wood at the base that is equal to 70.12% and the lowest in Styrax benzoine wood on the end that is equal to 17.56%. The percentage sapwood contained in Styrax benzoine wood on the end that is equal to 82.43% and the lowest in Styrax sumatrana wood at the base that is equal to 29.88%. In the third type of incense was no clear distinction between the color of the wood porch and sapwood with touch impression slick and shiny. The third type of wood that is Styrax sumatrana, Styrax paralleloneurus and Styrax benzoine belong to a class II and can be informed has the good potential to produce pulp.
SIFAT MAKROSKOPIS DAN TURUNAN DIMENSI
SERAT KAYU KEMENYAN (Styrax spp.)
DARI TAPANULI UTARA
SKRIPSI
Oleh : Sondang Ambarita
121201035
PROGRAM STUDI KEHUTANAN
FAKULTAS KEHUTANAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ABSTRAK
SONDANG AMBARITA : Sifat Anatomi Kayu Kemenyan (Styrax spp.) Dari
Tapanuli Utara. Dibimbing oleh Dr. Apri Heri Iswanto, S.Hut.,M.Si dan
Dr. Rudi Hartono, S.Hut.,M.Si
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mendapatkan informasi ilmiah tentang sifat dasar kayu kemenyan toba (Styrax sumatrana), kemenyan bulu (Styrax paralleloneurus) dan kemenyan durame (Styrax benzoine ) yang meliputi sifat anatominya dan membedakan ketiga jenis kayu kemenyan berdasarkan sifat anatominya. Jumlah serat yang diukur sebanyak 300 serat.
Persentase kayu teras terbesar terdapat pada kayu Kemenyan Toba pada bagian pangkal yaitu sebesar 70,12% dan terendah pada kayu Kemenyan Bulu pada bagian ujung yaitu sebesar 17,56%. Persentase kayu gubal terbesar terdapat pada kayu Kemenyan Bulu pada bagian ujung yaitu sebesar 82,43% dan terendah pada kayu Kemenyan Toba pada bagian pangkal yaitu sebesar 29,88%. Pada ketiga jenis kemenyan tidak ada perbedaan jelas warna antara kayu teras dan kayu gubal
dengan kesan raba yang licin dan mengkilap. Ketiga jenis kayu Kemenyan yaitu Kemenyan Toba, Kemenyan Bulu dan Kemenyan Durame termasuk ke dalam kelas II dan dapat diinformasikan mempunyai potensi untuk menghasilkan pulp yang baik.
ABSTRACT
Sondang Ambarita : The anatomy characteristic of Styrax wood (Styrax spp.)
From North Tapanuli. Guided by Dr. Apri Heri Iswanto, S.Hut.,M.Si and
Dr. Rudi Hartono, S.Hut.,M.Si
This study aims to identify and obtain scientific information about the nature of the wood (Styrax sumatrana), (Styrax paralleloneurus) and (Styrax benzoine) which includes the anatomic nature and distinguish three types of wood incense based nature of its anatomy. The amount of fiber that measured up to 300 fibers. The patio wood percentage contained in Styrax sumatrana wood at the base that is equal to 70.12% and the lowest in Styrax benzoine wood on the end that is equal to 17.56%. The percentage sapwood contained in Styrax benzoine wood on the end that is equal to 82.43% and the lowest in Styrax sumatrana wood at the base that is equal to 29.88%. In the third type of incense was no clear distinction between the color of the wood porch and sapwood with touch impression slick and shiny. The third type of wood that is Styrax sumatrana, Styrax paralleloneurus and Styrax benzoine belong to a class II and can be informed has the good potential to produce pulp.
RIWAYAT HIDUP
Sondang Ambarita dilahirkan di Pematang Siantar 13 Mei 1994. Penulis
merupakan anak pertama dari empat bersaudara dari pasangan Objen Ambarita
dan Renni Simanjuntak. Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SD RK Budi
Mulia 2 Pematang Siantar selesai pada tahun 2006 dan melanjutkan pendidikan di
SMP NEGERI 3 Pematang Siantar selesai pada tahun 2009. Tamat Sekolah
Menengah Atas pada tahun 2012 di SMA Negeri 1 Pematang Siantar. Tahun
2012, penulis diterima di Universitas Sumatera Utara, Fakultas Pertanian,
Program Studi Kehutanan melalui Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi
Negeri (SNMPTN).
Dalam menyelesaikan kegiatan akademik, pada tahun 2014 telah
mengikuti kegiatan Praktik Pengenalan Ekosistem Hutan (PEH) dikawasan Pulau
Sembilan Kabupaten Langkat . Tahun 2016 Penulis melakukan Praktik Kerja
Lapang di Perum Perhutani KPH Pekalongan Timur Jawa Tengah. Selanjutnya
Penulis melakukan penelitian yang berjudul “Sifat Makroskopis dan Turunan
Dimensi Serat Kayu Kemenyan (Styrax spp) Dari Tapanuli Utara” dibawah
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis sampaikan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas Kasih
Karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Sifat
Makroskopis dan Turunan Dimensi Serat Kayu Kemenyan (Styrax sp) Dari
Tapanuli Utara”. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah tentang sifat dasar kayu kemenyan toba (Styrax sumatrana), kemenyan bulu (Styrax paralleloneurus) dan kemenyan durame (Styrax benzoine) yang meliputi sifat anatominya dan membedakan ketiga jenis kayu kemenyan berdasarkan sifat anatominya kepada pihak yang membutuhkan juga sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Kehutanan di Program Studi Kehutanan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara.
Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Dr. Apri Heri Iswanto,S.Hut.,M.Si dan Dr. Rudi
Hartono,S.Hut.,M.Si selaku Komisi Pembimbing yang telah banyak
meluangkan waktu untuk membimbing, mengoreksi serta memberikan
saran dan kritik demi kesempurnaan skripsi ini.
2. Ibu Siti Latifah, S.Hut.,M.Si.,P.hD selaku Dekan Fakultas Kehutanan,
Universitas Sumatera Utara.
3. Ayahanda Objen Ambarita dan Ibunda Renni Simanjuntak dan Tulang
Ernist Simanjuntak serta adikku Okta Verina Ambarita, Olivera Ambarita
4. Sahabat penulis Gomal Situmorang, Agnes Tobing, Agung Wibowo dan
Friska Sianturi atas segala dukungan, motivasi dan bantuan selama ini.
5. Asisten Laboratorium Mikorobiologi MIPA yang membantu penulis
dalam penelitian.
6. Semua pihak yang telah memberikan bantuan baik moril maupun meteril,
terima kasih.
Akhirnya penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna.
Menyadari hal inilah penulis dengan segala kerendahan hati menerima segala
saran dan kritikan yang sifatnya membangun demi kesempurnaan skripsi ini.
Medan, Mei 2016
DAFTAR ISI
Morfologi Kemenyan... 4
Tempat Tumbuh Kemenyan ... 5
Penyebaran Kemenyan ... 6
Karakteristik Kayu Kemenyan ... 6
METODOLOGI PENELITIAN ... 8
Waktu dan Tempat Penelitian ... 8
Alat dan Bahan Penelitian ... 8
Prosedur Penelitian ... 9
Persiapan Bahan Baku ... 9
Pengamatan Makrokopis Kayu ... 9
Kayu Teras dan Kayu Gubal ... 9
Preparat Maserasi ... 10
Pengukuran Dimensi Serat ... 11
DAFTAR TABEL
No Halaman
1. Karakteristik Kayu Kemenyan ... 6
2. Kriteria Penilaian Serat Kayu Indonesia untuk Bahan Baku Pulp dan Kertas ... 12
3. Hasil Pengukuran Kayu Teras dan Kayu Gubal ... 13
4. Hasil Pengamatan Ciri Umum Kayu Kemenyan ... 15
5. Nilai rata-rata dimensi serat kemenyan ... 17