• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Sistem Penataan Arsip Dinamis Aktif Pada Bagian Tata Usaha Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatra Utara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Sistem Penataan Arsip Dinamis Aktif Pada Bagian Tata Usaha Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatra Utara"

Copied!
71
0
0

Teks penuh

(1)

LAMPIRAN

A. HASIL TRASNKRIP WAWANCARA

1. Hasil wawancara informan I

Wawancara ini di ambil pada tanggal 12 juni 2014 pada pukul 09:07 wib bertempat

dikantor tata usaha fib usu. P adalah simbol dari penulis dan I adalah informan.

P: Bagaimanakah sistem penataan arsip dinamis aktif pada bagian tata usaha

Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara?

I1: penataan arsip yang dilakukan dibagian tata usaha FIB USU adalah berdasarkan

jenis arsipnya yang langsung dimasikkan kedalam map arsip ataupun folder yang

ada di almari arsip maupun filing cabinet.

2. Hasil wawancara tentang penataan arsip dinamis aktif yang di ajukan kepada petugas bagian tata usaha fakultas ilmu budaya usu.

P: Bagaimana proses penataan arsip dinamis aktif pada bagian tata usaha fib usu? I2: Proses penataan arsip pada Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara ini di

mulai dari datangnya surat yang di terima antara lain:

1. Surat yang masuk diperiksa dan ditunjukan kepada siapa. Pada umumnya

Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara ini tidak pernah menerima

surat yang bersifat rahasia.

2. Surat dibaca, kemudian surat tersebut dicatat pada buku agenda surat masuk yang

berisikan nomor urut, sipengirim, no. dan tanggal surat, isi ringkas surat dan

hubungan dengan nomor agenda berikutnya.

3. Setelah surat diagendakan dan dibuat nomor suratnya, diajukan pada pimpinan

untuk diminta persetujuan balasan/kelanjutan. Jika surat disetujui untuk dibalas,

maka dibuat surat balasan. Sebaliknya jika tidak ada persetujuan balasan maka

surat tersebut akan di simpan jadi arsip.

4. Jika pimpinan menyetujui maka akan dibuat lembar disposisinya.

(2)

P: Bagimana balasan surat masuk yang telah disetujui pimpinan?

I3: Untuk balasan dari surat masuk yang telah disetujui pimpinan, ditulis pada buku

agenda surat keluar. Surat yang telah disetujui atau ditandatangani akan diberikan

kepada pegawai sekertaris untuk disetempel Fakultas Ilmu Budaya Universitas

Sumatera Utara.

P:Untuk keperluan pengorganisasian arsip aktif bagaimanakah sistem penyimpanannya secara sentralisasi atau desentralisasi?

I2:Sistem penyimpanan arsip dinamis aktif pada Fakultas Ilmu Budaya Universitas

Sumatera Utara menggunakan sistem sentralisasi. Dengan sistem ini arsip yang

dimiliki disimpan pada tempat yang disediakan setelah ditulis pada buku

agenda.Berdasarkan keseringan penggunaan penyimpanan arsip dibedakan

tempatnya.Hal ini dilakukan untuk memudahan pencarian arsip yang diinginkan serta

mengetahui mana arsip aktif dan arsip inaktif.

P: Bagaimana Sistem penyimpanan dan penemuan kembali arsip dinamis aktif pada Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara?

I3: Unuk penemuan kembali arsip dinamis aktif pada Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara pegawai atau staf mencari arsip yang ada pada almari arsip ataupun

pada folder penyimpanan arsip.

P: Apa sajakah peralata yang digunakan untuk penyimpanan arsip pada bagian tata usaha fib usu?

I2: Peralatan arsip yang dimiliki Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara

antara lain adalah: komputer, almari arsip, bulu ayam, filing cabinet, map order.

Peralatan lain yang mendukung selama proses penataan arsip adalah lembar disposisi,

(3)

P: Bagaimana tingkat perlindungan terhadap arsip yang disimpan pada bagian tata usaha fib usu?

I3: Perlindungan arsip dinamis aktif pada Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera

Utara adalah belum sesuai dengan teori yang telah dijelaskan pada bab II. Fakultas

Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara ini hanya membersihkan arsip dari debu

dengan bulu ayam, dan tidak pernah melakukan penyemprotan atau fumigasi.Padahal

penyemprotan perlu dilakukan untuk mencegah arsip dari hewan perekat seperti tikus,

kutu buku, kecoa, dan hewan sejenis lainnya.

P: Bagaimana sistem penyusutan arsip pada bagian tata usaha fib usu?

I2: Proses penyusutan arsip yang dilakukan di fakultas ilmu budaya universitas sumatera

utara adalah dengan memindahkan arsip aktif menjadi arsip inaktif. Pemindahan arsip

aktif menjadi inaktif dilakukan agar arsip aktif tidak terganggu oleh arsip

inaktif.Arsip yang telah dipisah dibuat folder masing-masing untuk menjaga dan

memelihara arsip itu. Pemusnahan yang di lakukan di Fakultas Ilmu Budaya

Universitas Sumatera Utara adalah berdasarkan informasi yang terkandung dalam

arsip tersebut apabila arsip tersebut bersifat rahasia maka pemusnahannya dengan

cara membakar arsip tersebut tetapi jika arsip tersebut tidak bersifat rahasia maka

arsip tersebut cukup dibuang ke tempat sampah ataupun diberikan kepada petugas

kebersihan. Pemusnahan arsip berupa penyingkiran ke gudang dilakukan setelah 10

tahun yang sebelumnya ada persetujuan dari pimpinan Fakultas Ilmu Budaya

Universitas Sumatera Utara.

P: Apakah kendala-kendala yang dihadapi dalam sistem penataan arsip dinamis aktif fib usu?

I3: Adapun kendala-kendala yang dihadapi pada Bagian tata usaha Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara adalah :

1. Kurangnya SDM yang menangani masalah kearsipan.

Jumlah SDM yang menangani masalah kearsipan pada bagian tata usaha sangat

(4)

dengan jumlah arsip yang masuk pada bagian tata usaha fakultas ilmu budaya

universitas sumatera utara.

2. Tidak adanya tenaga khusus yang menangani masalah kearsipan.

Tenaga khusus yang menangani masalah kearsipan pada Fakultas Ilmu Budaya

Universitas Sumatera Utara tidak ada, melainkan masih merangkap dengan

pekerjaan-pekerjaan kedinasan yang lain sehingga kinerja tenaga-tenaga

(5)

B. FAKULTAS ILMU BUDAYA

1. Sejarah Singkat

Berdirinya Fakultas Sastra diawali dengan keluarnya Surat Keputusan Menteri

Perguruan Tinggi Ilmu Pengetahuan Nomor: 190/1965 terhitung mulai 25 Agustus

1965. Pada awalnya Fakultas Sastra hanya mempunyai satu jurusan yakni jurusan

Bahasa dan Sastra Indonesia dengan jumlah mahasiswa 45 orang. Kemudian pada

awal tahun 1966, Fakultas Sastra memperoleh gedung sendiri yang terletak

dibahagian depan Sekolah TK Dharma Wanita USU, tetapi gedung ini sangat kecil.

Setahun kemudian Fakultas Sastra mendapat tambahan gedung eks PU di Jl. Prof.

Muhammad Yusuf, tapi masih juga sangat minim dan tidak memenuhi syarat untuk

perkuliahan karena ruangannya hanya empat buah, dua ruang untuk perkuliahan dan

dua ruang untuk administrasi.Pada tahun 1966 Jurusan Sastra Inggris dibuka dengan

jumlah mahasiswa 50 orang.Tahun 1967 Fakultas Sastra dipindahkan ke gedung

Pancasila (sekarang Gedung Pendopo USU), luasnya sudah memenuhi syarat tetapi

ada kendala mengenai air dan lampu yang tidak memadai.Pada tahun 1968 di buka

jurusan Sejarah tetapi belum ada kegiatan karena mahasiswanya belum ada dan pada

tahun 1970 adalah tahun pertama menerima mahasiswa.Tahun 1972 Fakultas Sastra

memperoleh tiga unit Gedung permanen.Tahun 1979 dibuka Jurusan Sastra Daerah

untuk Sastra Batak. Pada tahun ini juga dibuka Jurusan Etnomusikologi satu-satunya

yang ada di Indonesia sampai tahun 1989, Selanjutnya pada tahun 1980 dibuka

Program Studi S1 Bahasa Arab, Jurusan Antropologi, dan Jurusan Ilmu Perpustakaan,

namun pada tahun 1983 Jurusan Ilmu Perpustakaan ditutup dan sebagai gantinya

dibuka Program Studi D3 Perpustakaan. Sedangkan Jurusan Antropologi dipindahkan

ke FISIP USU sesuai dengan SK Rektor USU No. 163/PTO5/SK/0/86 tanggal 4 Mei

1986.

Perkembangan Fakultas Sastra USU telah banyak diketahui oleh masyarakat kota

maupun sampai ke daerah yang berwawasan bahasa dan sastra secara keseluruhan di

(6)

Pada tanggal 30 Januari 2010 dalam rapat Dewan Pertimbangan Fakultas (DPF) yang

diketuai oleh Prof. Syaifuddin, MA, Ph.D dan beranggotakan 25 orang telah

menghasilkan keputusan untuk mengubah nama Fakultas Sastra menjadi Fakultas

Ilmu Budaya, dan hasil Rapat Dewan Pertimbangan Fakultas (DPF) tersebut

kemudian diusulkan kepada Rektor Universitas Sumatera Utara.

Pengusulan nama ini kemudian disetujui dan diterbitkan Surat Keputusan perubahan

namanya oleh Rektor USU (Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, M.Sc (CTM),

Sp.A(K) pada tanggal 5 April 2011 dengan SK No. 981/H5.1.R/SK/PRS/2011 untuk

selanjutnya nama Fakultas Sastra USU menjadi Fakultas Ilmu Budaya.

Visi :

Pada tahun 2020, Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara maju sebagai

pusat pendidikan, penelitian dan kegiatan pengabdian pada masyarakat dalam bidang

ilmu kemanusiaan yang diunggulkan dan menguasai teknologi informasi.

Misi :

1. Melaksanakan Tri Dharma Perguruan Tinggi yang berorientasi pada

manajemen organisasi modern.

2. Meningkatkan dan memberdayakan dukungan dana dan peraturan secara

optimal.

3. Meningkatkan sumber daya manusia dalam penguasaan dan pemanfaatan

teknologi informasi dan komunikasi dalam bidang pendidikan, penelitian dan

pengabdian pada masyarakat.

4. Meningkatkan peran aktif stakeholders untuk kepentingan Fakultas Ilmu

Budaya sebagai lembaga pendidikan

5. Meningkatkan kreatifitas dan kualitas pendidikan yang berorientasi pada

(7)

II. Kedudukan

Adapun kedudukan dari Fakultas Ilmu Budaya adalah pelaksana akademik yang

dipimpin oleh Dekan yang bertanggung jawab langsung kepada Rektor.

III. Tugas Pokok

Adapun Tugas pokokFakultas Ilmu Budaya adalah mengkoordinasi dan

atau/melaksanakan pendidikan Akademik dalam satu atau seperangkat cabang ilmu

pengetahuan, dan/atau kesenian tertentu.

IV. Fungsi

Adapun fungsi Fakultas Ilmu Budaya adalah:

a. melaksanakan dan mengembangkan pendidikan;

b. melaksanakan penelitian untuk pengembangan ilmu dan/atau kesenian;

c. melaksanakan pengabdian kepada masyarakat;

d. melaksanakan pembinaan sivitas akademika;

e. melaksanakan urusan tata usaha Fakultas;

V. Stuktur Organisasi

Struktur Organisasi adalah suatu susunan dan hubungan antara tiap bagian

serta posisi yang ada pada suatu organisasi atau instansi dalam menjalankan kegiatan

operasional untuk mencapai tujuan yang di harapakan dan di inginkan. Struktur

Organisasi menggambarkan dengan jelas pemisahan kegiatan pekerjaan antara yang

satu dengan yang lain dan bagaimana hubungan aktivitas dan fungsi dibatasi. Dalam

struktur organisasi yang baik harus menjelaskan hubungan wewenang siapa melapor

kepada siapa dan Struktur organisasi merupakan alat untuk membantu manajemen

dalam mencapai tujuannya.Struktur organisasi dapat memiliki pengaruh yang besar

(8)
(9)

Sesuai struktur organisasi pada fakultas ilmu budaya yang telah ditetapkan dekan dan

pembantu dekan memiliki fungsi dan tugas masing-masing sebagai berikut:

a. Fungsi

Dekan

1. Dekan adalah pimpinan utama di Fakultas bertugas dan bertanggung

jawab kepada Rektor, melaksanakan arahan serta kebijakan yang

ditetapkan oleh senat Fakultas dan pimpinan universitas.

2. Didalam menjalankan fungsinya, dekan mempunyai kewenangan

untuk menetapkan peraturan, norma dan tolok ukur penyelenggaraan

pendidikan atas dasar keputusan senat Fakultas dan tidak bertentangan

dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.

3. Dekan memimpin penyelenggaraan pendidikan, penelitian dan

pengabdian kepada masyarakat serta membina tenaga kependidikan,

mahsiswa dan tenaga administrasi, termasuk membina hubungan ke

dalam dan luar fakultas.

Pembantu Dekan

1. Pembantu Dekan bidang akademik mewakili Dekan dalam memimpin

pelaksanaan pendidikan dan pengajaran, penelitian dan pengabdian kepada

masyarakat yang selanjutnya disebut pembantu Dekan I.

2. Pembantu Dekan bidang administrasi umum dan keuangan mewakili Dekan

dalam memimpin pelaksanaan kegiatan di bidang keuangan dan administrasi

umum yang selanjutnya disebut pembantu Dekan II;

3. Pembantu Dekan bidang kemahasiswaan membantu Dekan dalam kegiatan di

bidang pembinaan serta pelayanan kesejahteraan mahasiswa yang selanjutnya

(10)

Bagian Tata Usaha

Bagian tata usaha mempunyai tugas melaksanakan administrasi akademik,

umum dan perlengkapan, keuangan, kepegawaian dan kemahasiswaan di fakultas.

1. Tata usaha adalah unit pelaksanaan teknis dan administrasi di

lingkungan Fakultas yang berada di bawah Dekan.

2. Bagian tata usaha dipimpin oleh seorang kepala yang bertanggung

jawab langsung kepada Dekan.

3. Bagian tata usaha membawahi 4 (empat) sub bagian yaitu:

1) Sub bagian pendidikan

2) Sub bagian umum dan perlengkapan

3) Sub bagian keuangan dan kepegawaian

4) Sub bagian kemahasiswaan

1. Sub bagian pendidikan mempunyai tugas melakukan administrasi

pendidikan.

2. Sub bagian umum dan perlengkapan mempunyai tugas melakukan

urusan tata usaha, rumah tangga dan perlengkapan.

3. Sub bagian keuangan dan kepegawaian mempunyai tugas

melakukan administrasi keuangan dan kepegawaian.

4. Sub bagian kemahasiswaan mempunyai tugas melakukan

administrasi kemahasiswaan dan alumni.

b. Tugas

Dekan

1. Dekan mempunyai tugas memimpin penyelenggaraan pendidikan,

penelitian, pengabdian kepada masyarakat, membina tenaga

kependidikan, mahasiswa, tenaga administrasi dan administrasi

(11)

2. Dalam melaksanakan tugas, Dekan bertanggung jawab kepada Rektor.

Pembantu Dekan

1. Untuk melaksanakan tugas pembantu DekanI mempunyai fungsi menilik serta

mengkoordinasikan kegiatan di lingkungan fakultas yang meliputi:

a. Perencanaan, pelaksanaan, pengembangan, pendidikan, dan pengajaran serta

penelitian;

b. Pembinaan tenaga pengajar dan tenaga peneliti;

c. Persiapan program pendidikan baru berbagai tingkat maupun bidang;

d. Penyusunan program bagi usaha pengembangan daya penalaran mahasiswa;

e. Perencanaan dan pelaksanaan kerjasama pendidikan dan penelitian dengan

fakultas di lingkungan universitas/institut;

f. Pengolahan data yang menyangkut bidang pendidikan dan pengajaran,

penelitian dan pengabdian kepada masyarakat;

g. Kerja sama dengan fakultas di lingkungan universitas/institut dalam setiap

usaha bidang pengabdian pada masyarakat.

2. Untuk melaksanakan tugas pembantu DekanII mempunyai fungsi mengawasi dan

memelihara ketertiban serta mengkoordinasikan kegiatan di lingkungan fakultas

yang meliputi;

a. Pengolahan keuangan;

b. Pengurusan kepegawaian;

c. Pengolahan perlengkapan;

d. Pengurusan kerumahtanggaan dari pemeliharaan ketertiban;

e. Penyelenggaraan hubungan masyarakat;

f. Pengolahan data yang menyangkut bidang administrasi umum

dan keuangan.

3. Untuk melaksanakan tugas pembantu DekanIII mempunyai fungsi menilik dan

(12)

1. Pelaksanaan pembinaan mahasiswa oleh seluruh staf pengajar dalam

pengembangan sikap orientasi serta kegiatan mahasiswa antara lain dalam

seni budaya dan olahraga sebagai bagian pembinaan sivitas akademika

yang merupakan sebagian dari tugas pendidikan tinggi pada umumnya;

2. Pelaksanaan usaha kesejahteraan mahasiswa serta usaha bimbingan dan

penyuluhan bagi mahasiswa;

3. Pelaksanaan usaha pengembangan daya penalaran mahasiswa yang sudah

diprogramkan oleh pembantu Dekan III;

4. Kerja sama dengan fakultas di lingkungan universitas/institut dalam

setiap usaha di bidang kemahasiswaan;

5. Penciptaan iklim pendidikan program pembiaan pemeliharaan kesatuan

dan persatuan bangsa berdasarkan pancasila dan UUD 1945;

6. Pelaksanaan kegiatan di bidang pengabdian pada masyarakat dalam

rangka turut membantu memecahkan masalah-masalah yang dihadapi

masyarakat dan pembangunan;

7. Pengolahan data yang menyangkut bidang pendidikan yang bersifat

ko-kurikuler.

Bagian Tata Usaha

1. Menyusun rencana dan program kerja bagian dan mempersiapkan penyusunan

rencana dan program kerja fakultas.

2. Menghimpun dan menelaah peraturan perundang-undangan dibidang

ketatausahaan, akademik, dan kemahasiswaan;

3. Mengumpulkan, mengolah dan menganalisis data ketatausahaan, akademik dan

kemahasiswaan;

4. Melaksanakan urusan surat-surat dan kearsipan;

5. Melaksanakan urusan kerumahtanggaan;

6. Melaksanakan urusan rapat dinas dan upacara resmi;

7. Melaksanakan urusan pengelolaan barang perlengkapan;

(13)

9. Melaksanakan urusan pengelolaan keuangan;

10. Melaksanakan administrasi pendidikan, penelitian dan pengabdian pada

masyarakat;

11. Melaksanakan administrasi kemahasiswaan dan hubungan alumni:

12. Melaksanakan pemantauan dan evaluasi kegiatan di lingkungan fakultas;

13. Melaksanakan administrasi perencanaan dan pelayanan informasi;

14. Melaksanakan penyimpanan dokumen dan surat yang berhubungan dengan

kegiatan fakultas;

15. Menyusun laporan bagian dan mempersiapkan penyusunan laporan fakultas.

1) Sub Bagian Pendidikan

1. Menyusun rencana dan program kerja sub bagian dan mempersiapkan

penyusunan rencana dan program kerja bagian;

2. Menghimpun dan mengkaji peraturan perundang-undangan pada bidang

akademik;

3. Mengumpulkan, mengolah dan menganalisis data pada bidang pendidikan,

penelitian dan pengabdian pada masyarakat;

4. Melakukan penyusunan jadwal perkuliahan, praktikum, dan pelaksanaan ujian.

5. Melakukan penyusunan rencana kebutuhan sarana akademik;

6. Melakukan administrasi perkuliahan, praktikum, dan pelaksanaan ujian;

7. Menghimpun dan mengklasifikasi data pencarian target kurikulum;

8. Melakukan urusan kegiatan pertemuan ilmiah di lingkungan fakultas;

9. Melakukan administrasi penelitian dan pengabdian kepada masyarakat di

lingkungan fakultas;

10. Melakukan penyimpanan dokumen dan surat-surat pada bidang pendidikan,

penelitian dan pengabdian masyarakat;

11. Menyusun laporan sub bagian dan mempersiapkan penyusunan laporan bagian.

(14)

2. Menghimpun dan mengkaji peraturan perundang-undangan dibidang

ketatausahaan, kerumahtanggaan, dan perlengkapan.

3. Mengumpulkan, mengolah dan menganalisis data ketatausahaan,

kerumahtanggaan dan perlengkapan;

4. Melakukan urusan persuratan dan kearsipan di lingkungan fakultas;

5. Melakukan pemeliharaan kebersihan, keindahan dan keamanan lingkungan;

6. Melakukan urusan penerimaan tamu pimpinan;

7. Mempersiapkan sarana pelaksanaan rapat dinas, upacara resmi dan pertemuan

ilmiah di lingkungan fakultas;

8. Melakukan urusan pengelolaan barang perlengkapan;

9. Melakukan penyusunan instrumen pemantauan kegiatan ketatausahaan,

kerumahtanggaan dan perlengkapan;

10. Melakukan penyimpanan dokumen dan surat pada bidang ketatausahaan,

kerumahtanggaan, dan perlengkapan;

11. Melakukan urusan hukum dan ketatalaksanaan;

12. Menyusun laporan sub bagian.

3) Sub Bagian Keuangan Dan Kepegawaian 1. Menyusun rencana dan program kerja sub bagian;

2. Menghimpun dan mengkaji peraturan perundang-undangan pada bidang

keuangan serta kepegawaian;

3. Mengumpulkan, mengolah, dan menganalisis data pada bidang keuangan serta

kepegawaian;

4. Melakukan penerimaan, penyimpanan, pengeluaran, pembukuan, dan

pertanggung jawaban keuangan;

5. Melakukan pembayaran gaji, tunjangan ikatan dinas, lembur, vakasi,

perjalanan dinas, pekerjaan borongan dan pembelian;

6. Mempersiapkan usulan formasi pegawai;

7. Mempersiapkan usul mutasi, pengembangan, dan kesejahteraan pegawai;

(15)

9. Melakukan urusan pemberian cuti pegawai;

10. Melakukan penyusunan daftar penilaian pelaksanaan pekerjaan (DP3), daftar

urut kepangkatan (DUK), kartu pegawai, (karpeg), kartu induk (karin), kartu

istri (karis), kartu suami(karsu), asuransi kesehatan (askes), tabungan asuransi

pegawai negeri (taspen), surat keterangan untuk mendapatkan pembayaran

tunjangan keluarga (KP4) dan lembar pembayaran pajak pembangunan

(LP2P);

11. Melakukan urusan penyelesaian kasus kepegawaian;

12. Mempersiapkan usul pemberian penghargaan pegawai;

13. Melakukan penyimpanan dokumen dan surat pada bidang keuangan dan

kepegawaian;

14. Menyusun laporan sub bagian.

4)Sub Bagian Kemahasiswaan 1. Menyusun rencana dan program kerja sub bagian;

2. Menghimpun dan mengkaji peraturan perundang-undangan pada bidang

kemahasiswaan dan alumni.

3. Mengumpulkan, mengolah, dan menganalisis data pada bidang

kemahasiswaan dan alumni;

4. Melakukan urusan pemberian izin/rekomendasi;

5. Mempersiapkan usul pemilihan mahasiswa berprestasi;

6. Mempersiapkan pelaksanaan kegiatan kemahasiswaan;

7. Melakukan administrasi kegiatan kemahasiswaan;

8. Melaukan pengurusan beasiswa, pembinaan karier dan layanan kesejahteraan

mahasiswa;

9. Melakukan pemantauan pelaksanaan kegiatan pembinaan kemahasiswaan;

10. Melakukan penyajian informasi pada bidang kemahasiswaan;

11. Melakukan penyimpanan dokumen dan surat pada bidang kemahasiswaan;

(16)
(17)

DAFTAR PUSTAKA

Abubakar, hadi. 1997. Cara-cara pengolahan kearsipan yang praktis dan efisien. Jakarta: djambatan.

Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

---2002.Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : Rineka Cipta.

Hasugian, Joner. 2003.Pengantar Kearsipan. Medan : Program Studi Ilmu Perpustakaan Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara.

Martono, Boedi. 1992. Penataan Berkas Dalam Manajemen Kearsipan. Jakarta : Pustaka Sinar Harapan

---.1994.Penyusutan Dan Pengamanan Arsip Vital Dalam Manajemen Kearsipan.Jakarta : Pustaka Sinar Harapan.

Moleong J. Lexy. 2002. Metodologi Penelitian Kualitaitif. Bandung : PT Remaja Rosdakarya

Mulyono, Sularso dkk. 1985. Dasar-Dasar Kearsipan. Yogyakarta : Liberty.

Musyarofah, Siti. 2010. pelaksanaan manajemen kearsipan dalam ketatausahaan di smp dua mei ciputat, Jakarta: Program Studi Manajemen Pendidikan Jurusan Kependidikan Islam Fakultas Ilmu Tarbiah Dan Keguruan Uin Syarif Hidayatullah Jakarta.

Nainggolan, Nurmei. 2004. Pelaksanaan Sistem Keasipan Pada Kantor Dinas Kesehatan Propisi Sumatra Utara Medan.Medan : Program Diploma III Fakultas Ekonomi Universitas Sumatra Utara.

(18)

Nurmala, Ita. 2006. Pelaksanaan Sistem Kearsipan Pada PT.Pertamina Unit Pemasaran di Medan Propinsi Sumatra Utara. Medan : Program Diploma III Fakultas Ekonomi Universitas Sumatra Utara.

Oktavianto, Sigit. 2005. Sistem Penataan Arsip Dinamis Aktif Pada Sub Bagian Umum Dinas Pertanian Tanaman Pangan Propinsi Jawa Tengah.Semarang :Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Semarang

Sedarmayanti, 2003.Tata Kearsipan Dengan Memanfatkan Teknologi Modern.Bandung : Mandar Jaya

Sugiyono, 1998.Metode Penelitian. Bandung : Alfa Beta

---2009. Metode Penelitian Administrasi. Bandung: Alfabeta.

Wijaja, A.W. 1986. Administrasi Kearsipan. Jakarta : Rajawali Pers

Wijasa, Thomas, 2003. Tugas Sekertaris Dalam Mengelola Surat dan Arsip Dinamis.Jakarta : Pradnya Paramita

Wursanto, Ig. 1989. Kearsipan 1. Yogyakarta : Kanisius.

---,. 1989. Kearsipan 2. Yogyakarta : Kanisius

(19)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif

deskriptif. Menurut (Nazir, 2011:54) Metode deskriptif adalah suatu metode

dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu

sistem pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Yang

memiliki tujuan untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara

sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan

antarfenomenayang diselidiki. Karena penelitian ini menggambarkan fakta-fakta

dan menjelaskan objek penelitian sesuai kenyataan sebagaimana adanya dan

mencoba menganalisa untuk memberi kebenarannya berdasarkan data yang

diperoleh.

3.2 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Sub Bagian Tata Usaha Fakultas Ilmu Budaya

Universitas Sumatera Utara, yang berlokasi di Jl. Universitas No.19 Kampus

USU, Medan 20155.

3.3 Informan

Menurut (Arikunto, 2010:188), “Informan adalah orang yang memberikan

informasi. Dengan pengertian ini maka informan dapat dikatakan sama dengan

responden”.

Informan yang ditentukan dalam penelitian ini berjumlah 3(tiga) orang yaitu

terdiri dari kepala bagian tata usaha dan staf dibagian tata usaha Fakultas Ilmu

(20)

3.4 Teknik Sampling

Sesuai dengan jenis penelitian kualitatif maka teknik yang digunakandalam

penarikan sample adalah purposive sampling ( sample bertujuan ).Dalam hal ini

peneliti memilih informan yang dianggap mengetahui masalahnya secara

mendalam dan dapat dipercaya sebagai sumber data.

Menurut (Lexy J. Moleong, 2002: 165) “Dalam teknik purposive sampling ini

terkandung maksud untuk menyaring sebanyak mungkin informasi dari berbagai

macam sumber data dan bangunannya”.

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data penelitian ini adalah:

1. Wawancara

Salah satu teknik pengumpulan data ialah dengan wawancara yaitu mendapatkan informasi dengan cara bertanya langsung kepada responden. Menurut (Sugiono, 2009:194) “Wawancara adalah teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti, dan juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam dan jumlah respondennya sedikit/kecil. Teknik pengumpulan data ini mendasarkan diri pada laporan tentang diri sendiri atau self-report, atau setidak-tidaknya pada pengetahuan dan atau keyakinan pribadi”.

Selanjutnya (menurut Sugiono 2009:138), wawancara dibedakan menjadi

dua macam yaitu:

• Wawancara Tersruktur

Wawancara terstruktur digunakan sebagai teknik

pengumpulan data, bila peneliti atau pengumpul data telah

mengetahui dengan pasti tentang informasi apa yang akan

diperoleh.

2. Observasi

Disamping wawancara, penelitian ini juga melakukan metode

observasi. Menurut (Arikunto, 2002:103) menyatakan bahwa “Observasi

adalah kegiatan yang meliputi pemusatan terhadap objek yang menggunakan

(21)

yang sebenarnya dalam rangka untuk memperoleh data yang diinginkan.

Dalam penelitian ini observasi dibutuhkan untuk dapat memahami proses

terjadinya wawancara dan hasil wawancara dapat dipahami dalam konteksnya.

Observasi yang akan dilakukan adalah observasi terhadap informan, perilaku

informan selama wawancara, interaksi informan dengan peneliti dan hal-hal

yang dianggap relevan sehingga dapat memberikan data tambahan terhadap

hasil wawancara.

3.6 Jenis Sumber Data

Jenis dan sumber data penelitian adalah :

a) Data primer, data yang diperoleh langsung dari responden melalui wawancara

kepada kepala dan staf yang menangani dibidang kearsipan di bagian tata

usaha fakultas ilmu budaya universitas sumatera utara untuk mengetahui

informasi mengenai penataan kearsipan.

b) Data sekunder, data yang mendukung data primer yang bersumber dari jurnal,

buku, majalah, laporan tahunan dan dokumen lain yang berhubungan dengan

masalah penelitian.

3.7 Instrumen Penelitian

Ada beberapa jenis instrument yang dapat digunakan sebagai alat untuk mengumpulkan data dalam melakukan suatu penelitian, menurut

(Sugiono,1998:84) yaitu:

Dalam mengumpulkan data-data penulis membutuhkan alat bantu atau

instrument penelitian. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan 2 alat bantu

yaitu:

1. Pedoman Wawancara, Pedoman wawancara digunakan agar wawancara

yang dilakukan tidak menyimpang dari tujuan penelitian. Pedoman ini

disusun tidak hanya berdasarkan tujuan penelitian, tetapi juga berdasarkan

teori yang berkaitan dengan masalah yang diteliti.

(22)

Perekam suara ini digunakan untuk merekam hasil wawancara dengan

peneliti, karena catatan atau ingatan yang dimiliki masih terbatas, sehingga

perlu adanya perekam suara.

3.8. Analisis Data

Setelah pengumpulan data selesai dilakukan, maka langkah selanjutnya adalah

melakukan analisis data.Analisis data pada penelitian kualitatif yaitu dengan

menginterpretasikan hasil penelitian yang dipeoleh ditempat penelitian.Tahapan

yang dilakukan yaitu mengelompokkan data yang diperoleh dari wawancara.

Pengelompokkan bertujuan untuk mempermudah dalam menganalisis data

sehingga sesuai dengan tujuan penelitian. Langkah selanjutnya ialah dengan

menentukan hal-hal yang dianggap penting dan diambil kata kuncinya. Setelah

data diperoleh, peneliti melakukan analisis data dengan cara menginterpretasikan

data berdasarkan pengamatan peneliti di lapangan dan landasan teori yang ada.

Tahap akhir adalah tahap penarikan kesimpulan.

Dari analisis peneliti yang peneliti lakukan dibagian tata usaha FIB USU

usaha adalah sulitnya melakukan penemuan kembali arsip yang sewaktu-waktu

mereka inginkan. Kesulitan ini karena bagian tata usaha FIB USU belum

melakukan penataan arsip yang bisa cepat dengan mudah untuk penemuan

kembali arsip, berdasarkan pengamatan penataan arsip yang dimiliki masih

berdasarkan jenis arsip, yang langsung dimasukkan kedalam map arsip tanpa ada

penataan dengan sistem lain. Selain hal tersebut kurangnya tenaga ahli yang

mengelola arsip tersebut.

3.9 Keabsahan Data

Dalam menguji keabsahan data penelitian, maka peneliti menggunakan teknik

trianggulasi, yaitu teknik yang dilakukan dengan meminta penjelasan lebih lanjut

mengenai data yang diperoleh dengan mencari informasi lebih dari satu orang.

Adapun teknik triangulasi yang digunakan adalah:

(23)

Menggunakan berbagai sumber data primer dan data sekunder. Data

primer adalah hasil wawancara dan pengamatan penulis berupa kata-kata,

sikap dan pemahaman dari informan yang diteliti sebagai dasar utama

untuk melakukan prensentasi. Data sekunder adalah berbagai sumber

tertulis yang memungkinkan untuk dimanfaatkan dalam penelitian ini dan

akan digunakan semaksimal mungkin demi mendorong keberhasilan

penelitian ini, diantaranya buku- buku literatur, internet, majalah atau

jurnal ilmiah, dan dokumen lain yang berhubungan dengan penelitian ini.

2. Triangulasi Teori

Penggunaan berbagai teori yang berlainan untuk memastikan bahwa data

yang dikumpulkan sudah memenuhi syarat. Pada penelitian ini, berbagai

terori yang telah dijelaskan pada bab II untuk dipergunakan dan menguji

terkumpulnya data tersebut

3. Triangulasi Metode

Penggunaan berbagai metode untuk meneliti suatu hal, sesperti metode

wawancara dan metode observasi. Dalam penelitan ini, peneliti melakukan

metode wawancara yang ditunjang dengan metode observasi pada saat

(24)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Karakteristik informasi

Informan dalam penelitian ini adalah 3 orang pegawai bagian tata usaha FIB USU,

1 kepala bagian tata usaha dan 2 staf bagian tata usaha. Wawancara dilakukan melalui

pendekatan dan perkenalan terlebih dahulu dengan para informan. Setelah melalui

perkenalan barulah kemudian diminta waktunya untuk bersedia diwawancara.

Adapun karakteristik dari para informan tersebut adalah sebagai berikut :

Tabel 4.1. Karakteristik Informan

No. Informan Jabatan Usia Pendidikan

1. I1 Kepala bagian 52 S2 Linguistik

2. I2 Staf 51 S1 Sarjana Pendidikan

3. I3 Staf 53 D3 pariwisata

Wawancara dengan 3 informan berlangsung secara informal, berdasarkan

pada pedoman wawancara. Suasana wawancara berlangsung alamiah, apa adanya,

begitu juga dengan bahasan yang digunakan adalah bahasa informal.

4.2. Kategori

Setelah selesai melakukan observasi dan wawancara, peneliti melakukan

koding dengan cara menyusun kerangka awal analisis data agar mendapatkan hasil

dari penelitian yang telah dilakukan. Selanjutnya peneliti membaca kembali trankrip

wawancara serta melakukan coding untuk mendapatkan pokok permasalahan yang

diteliti, dari coding tersebut maka dapat diperoleh beberapa kategori yang berkaitan

dengan penataan arsip dinamis aktif pada bagian tata usaha FIB USU, yaitu:

1. penataan arsip dinamis aktif

2. langkah-langkah penataan

(25)

4. peralatan yang digunakan

5. perlindungan arsip

6. Pengorganisasian asip dinamis aktif

7. penyusutan arsip

8. kendala-kendala yang dihadapi dalam penataan

4.3. Penataan Arsip Dinamis Aktif

Penataan arsip dinamis aktif merupakan kegiatan dalam kearsipan, karena tanpa ada

kegiatan penataan arsip dinamis aktif pada suatu instansi pemerintah maka penemuan

kembali arsip akan mengalami kesulitan. penataan arsip yang dilakukan dibagian tata

usaha Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara adalah berdasarkan jenis

arsipnya. Hal ini sesuai dengan pernyataan informan berikut:

P: Bagaimanakah penataan arsip dinamis aktif pada bagian tata usaha FIB USU?

I1: penataan arsip yang dilakukan dibagian tata usaha FIB USU adalah berdasarkan

jenis arsipnya yang langsung dimasukkan kedalam map arsip ataupun folder

yang ada di almari arsip maupun filing cabinet.

P: Bagaimana proses penataan arsip dinamis aktif pada bagian tata usaha FIB USU?

I2:Proses penataan arsip pada Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara ini

dimulai dari datangnya surat yang di terima antara lain:

1. Surat yang masuk diperiksa dan ditujukan kepada siapa. Pada umumnya

FIB USU ini tidak pernah menerima surat yang bersifat rahasia.

2. Surat dibaca, kemudian surat tersebut dicatat pada buku agenda surat

masuk yang berisikan nomor urut, sipengirim, no. dan tanggal surat, isi

ringkas surat dan hubungan dengan nomor agenda berikutnya. Format tabel

(26)

Tabel 4.2. Surat-Surat Masuk Nomor

Urut SURAT-SURAT MASUK

Hubungan dengan nomor agenda yg berikutnya

Si pengirim Nomor dan tanggal

Isi ringkas

Nomor urut diatas diisi dengan nomor urut surat yang masuk pada FIB

USU, untuk isi ringkas diisi dengan apa yang

tertera/permintaan/permasalahan pada surat masuk.

1. Setelah surat diagendakan dan dibuat nomor suratnya, diajukan pada

pimpinan untuk diminta persetujuan balasan/kelanjutan. Jika surat disetujui

untuk dibalas, maka dibuat surat balasan. Sebaliknya jika tidak ada

persetujuan balasan maka surat tersebut akan disimpan jadi arsip.

2. Jika pimpinan menyetujui maka akan dibuat lembar disposisinya.

3. Surat kemudian disimpan pada folder yang disediakan.

Berikut adalah Format lembar disposisi pada bagian tata usaha FIB USU :

(27)

P: Bagimana balasan surat masuk yang telah disetujui pimpinan?

I3:Untuk balasan dari surat masuk yang telah disetujui pimpinan, ditulis pada bukuagenda

surat keluar. Surat yang telah disetujui atau ditandatangani akan diberikan kepada

pegawai sekertaris untuk disetempel Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera

Utara. Tabel surat keluar Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara adalah

sebagai berikut:

Tabel 4.3. Surat-Surat Keluar

4.4. Peralatan Yang Diperlukan

Peralatan yang ada dibagian tata usaha FIB USU adalah komputer, almari

arsip, bulu ayam, filing cabinet, map biasa, map tebal, meja, kursi. Peralatan lain

yang mendukung selama proses penataan arsip adalah lembar disposisi, buku agenda

surat masuk dan surat keluar. Sesuai dengan pernyataan informan sebagai berikut:

P: Apa sajakah peralata yang digunakan untuk penyimpanan arsip pada bagian tata usaha FIB USU?

I3:Peralatan arsip yang dimiliki FIB USU antara lain adalah: komputer, almari arsip,

bulu ayam, filing cabinet, map order. Peralatan lain yang mendukung selama proses

penataan arsip adalah lembar disposisi, buku agenda surat masuk dan surat keluar. Nomor

Urut SURAT-SURAT KELUAR

Hubungan dengan nomor

agenda yg berikutnya

KETERANGAN

(28)

Gambar 4.2. Filing Cabinet

(29)

Gambar 4.4. Almari Arsip

(30)

4.5. Langkah-Langkah Penataan

Pada bagian tata usaha FIB USU langkah-langkah yang dilakukan dalam

penataan arsip adalah dengan memisah-misah atau mengelompokkan arsip

berdasarkan jenis arsipnya. Pengelompokan arsip pada Bagian tata usaha FIB

USU berdasarkan jenis arsipnya.Arsip yang telah dikelompokkan berdasarkan

jenisnya kemudian dimasukkan kedalam folder atau odner yang telah disiapkan.

Apabila terdapat arsip dengan masalah yang sama dengan jumlah yang sama pula,

maka dapat dimasukkan kedalam beberapa folder. Penataan arsip kedalam folder

berdasarkan jenis arsipnya. Arsip yang dimasukkan kedalam map arsip langsung

disimpan dialmari arsip. Sesuai sengan pernyataan informan sebagai berikut :

P: Bagaimana langkah-langkah penataan pada bagian tata usaha FIB USU?

I2:Langkah-langkah yang dilakukan dalam penataan arsipnya adalah sebagai berikut:

1. Memisah-misahkan arsip berdasarkan jenis arsipnya.

Memisah-misahkan arsip yang ada pada Bagian tata usaha Fakultas Ilmu

Budaya Unifersitas Sumatera Utara berdasarkan jenis arsipnya.

2. Memasukkan atau menyimpan arsip.

Arsip yang telah dipisah-pisahkan berdasarkan jenisnya kemudian

dimasukkan kedalam folder atau odner yang telah disiapkan. Apabila terdapat

arsip dengan masalah yang sama dengan jumlah yang sama pula, maka dapat

dimasukkan kedalam beberapa folder. Penataan arsip kedalam folder

berdasarkan jenis arsipnya. Arsip yang dimasukkan kedalam map arsip

langsung disimpan dialmari arsip.

4.6. Penyimpanan dan Penemuan Kembali Arsip Dinamis Aktif

P: Untuk keperluan pengorganisasian arsip aktif apakah penyimpanannya secara

sentralisasi atau desentralisasi?

I3: Sistem penyimpanan arsip dinamis aktif pada Fakultas Ilmu Budaya

Universitas Sumatera Utara menggunakan sistem sentralisasi. Dengan sistem

(31)

pada buku agenda. Berdasarkan keseringan penggunaan penyimpanan arsip

dibedakan tempatnya. Hal ini dilakukan untuk memudahan pencarian arsip

yang diinginkan serta mengetahui mana arsip aktif dan arsip inaktif.

P: Bagaimana Sistem penyimpanan dan penemuan kembali arsip dinamis aktif pada

FIB USU?

I2:Unuk penemuan kembali arsip dinamis aktif pada bagian tata usaha FIB USU

pegawai atau staf mencari arsip yang ada pada almari arsip ataupun pada folder

penyimpanan arsip.

Dari pernyataan informan Sistem penyimpanan arsip dinamis aktif pada

Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara menggunakan sistem sentralisasi

dan Unuk penemuan kembali arsip dinamis aktif pada FIB USU pegawai atau staf

mencari arsip yang ada pada almari arsip ataupun pada folder penyimpanan arsip.

4.7. Perlindungan dan Pengorganisasian asip dinamis aktif

Usaha perlindungan arsip merupakan bagian dari kearsipan suatu organisasi

atau instansi tertentu. Usaha perlindungan arsip tersebut berupa pemeliharaan

dan pengamanan arsip. Perlindungan arsip bukan hanya perlindungan terhadap

berkasnya tetapi juga perlindungan terhadap informasi yang terkandung didalam

arsip itu sendiri. Perlindungan arsip yang ada dibagian tata usaha FIB USU

adalah membersihkan arsip dari debu dengan bulu ayam, dan tidak pernah

melakukan penyemprotan atau fumigasi. Padahal penyemprotan perlu dilakukan

untuk mencegah arsip dari hewan perekat seperti tikus, kutu buku, kecoa, dan

hewan sejenis lainnya.Perlindungan arsip ini dapat dilihat dari pertanyaan kepada

informan tersebut:

P: Bagaimana tingkat perlindungan terhadap arsip yang disimpan pada bagian tata usaha FIB USU?

I2: Perlindungan arsip dinamis aktif pada FIB USU adalah membersihkan arsip dari

(32)

fumigasi. Padahal penyemprotan perlu dilakukan untuk mencegah arsip dari hewan perekat seperti tikus, kutu buku, kecoa, dan hewan sejenis lainnya.

Sedangkan pengorganisasian arsip yang dilakukan dibagian tata usaha

Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara adalah secara Desentralisasi.

Penyimpanaan arsip secara desentralisasi adalah dimana setiap unit kerja

mengawasi dan menyimpan arsip-arsipnya masing-masing. Hal ini sesuai dengan

pernyataan informan berikut:

P: Bagaimanakah pengorganisasiaan arsip dinamis aktif pada bagian tata usaha

FIB USU?

I1: pengorganisasian arsip yang dilakukan dibagian tata usaha FIB USU adalah

Secara Desentralisasi. Penyimpanaan arsip secara desentralisasi adalah dimana

setiap unit kerja mengawasi dan menyimpan arsip-arsipnya masing-masing

untuk keperluan organisasi.

4.8. Penyusutan

Arsip yang dimiliki FIB USU ini tidak selamanya memiliki nilai abadi untuk

kegiatan administrasinya, karena arsip ada waktunya tidak dipergunakan lagi.

Penyusutan arsip merupakan bagian dari penataan arsip, serta mempermudah

proses penemuan kembali arsip. Penyusutan arsip yang dilakukan di FIB USU

dapat diliat dari petanyaan informan sebagai tersebut:

P: Bagaimana sistem penyusutan arsip pada bagian tata usaha FIB USU?

I3: Bagian tata usaha FIB USU tidak pernah melakukan penyusutan arsip dinamis

akti karena bagian tat usaha FIB USU hanya menyimpan arsip dan apabila arsip

sudah tidak mempunyai nilai guna maka arsip tersebut dimusnahkan. Pemusnahan

yang di lakukan di FIB USUadalah berdasarkan informasi yang terkandung dalam

arsip tersebut apabila arsip tersebut bersifat rahasia maka pemusnahannya dengan

(33)

arsip tersebut cukup dibuang ke tempat sampah ataupun diberikan kepada petugas

kebersihan.

4.9. Kendala-kendala dalam penataan

Kendala-kendala yang dihadapi dalam sistem penataan arsip dinamis aktif FIB

USU adalah Kurangnya SDM yang menangani masalah kearsipan,tidak adanya

tenaga khusus yang menangani masalah kearsipan. Hal ini sesuai dengan pernyataan

informan sebagai berikut:

P: Apakah kendala-kendala yang dihadapi dalam sistem penataan arsip dinamis aktif FIB USU?

I2: Adapun kendala-kendala yang dihadapi pada Bagian tata usaha FIB USUadalah :

1. Kurangnya SDM yang menangani masalah kearsipan.

Jumlah SDM yang menangani masalah kearsipan pada bagian tata usaha sangat

kurang yaitu hanya terdiri dari tiga orang.Jumlah itu jelas tidak seimbang

dengan jumlah arsip yang masuk pada bagian tata usaha fakultas ilmu budaya

universitas sumatera utara.

2. Tidak adanya tenaga khusus yang menangani masalah kearsipan.

Tenaga khusus yang menangani masalah kearsipan pada Fakultas Ilmu Budaya

Universitas Sumatera Utara tidak ada, melainkan masih merangkap dengan

pekerjaan-pekerjaan kedinasan yang lain sehingga kinerja tenaga-tenaga

(34)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Dari hasil penelitian dan pembahasan data yang diperoleh dari Fakultas Ilmu

Budaya Universitas Sumatera Utara, maka penulis mengambil kesimpulan sebagai

berikut:

1. Penataan arsip dinamis aktif pada Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera

Utara adalah penataan berdasarkan jenis arsip, memasukkan kedalam folder

dan kemudian dimasukkan ke filing kabinet atau ditata pada almari arsip.

2. Langkah-langkah penataan arsip yang dilakukan di FIB USU adalah

Memisah-misah atau mengelompokkan arsip berdasarkan jenis arsipnya,

Arsip yang telah dikelompokkan berdasarkan jenisnya kemudian dimasukkan

kedalam folder atau odner yang telah disiapkan.

3. Pengorganisasian arsip yang dilakukan di FIB USU adalah secara

desentralisasi dimana setiap bagian mengelola arsipnya masing-masing untuk

keperluan organisasi.

4. Kendala yang dihadapi dalam penataan arsip dinamis aktif adalah kurannya

SDM yang menangani bidang kearsipan, tidak adanya tenaga khusus yang

menangani masalah kearsipan, kurangnya atensi dari pimpinan di bidang

kearsipan, sehingga kerja, para tenaga kearsipan kurang efektif dan efisien.

5.2. Saran

Dari hasil observasi data yang diperoleh dari Fakultas Ilmu Budaya

Universitas Sumatera Utara, maka penulis memberikan saran sebagai berikut:

1. Penataan arsip dinamis aktif diperlukan pegawai/tenaga ahli untuk

menanganinya, agar mudah dalam melakukan penemuan kembali arsip.

2. Perlindungan arsip perlu diperhatikan untuk memperlancar kegiatan

(35)

3. Perlu peningkatan kualitas SDM dengan cara mengikutsertakan pegawai yang

menangani arsip dalam bimbingan atau kursus.

4. Perlunya atensi dari pimpinan di bidang kearsipan, sehingga kerja, para tenaga

(36)

PEDOMAN WAWANCARA

1. Bagaimanakah sistem penataan arsip dinamis aktif pada bagian tata usaha

Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara?

2. Bagaimana proses penataan arsip dinamis aktif pada bagian tata usaha fib

usu?

3. Bagimana balasan surat masuk yang telah disetujui pimpinan?

4. Untuk keperluan pengorganisasian arsip aktif apakah penyimpanannya

secara sentralisasi atau desentralisasi?

5. Bagaimanakah tingkat perlindungan terhadap arsip yang disimpan pada

bagian tata usaha Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara?

6. Apa saja alat yang digunakan untuk penyimpanan arsip pada bagian tata

usaha Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara?

7. Bagaimanakah sistem temu kembali arsip dinamis aktif pada bagian tata

usaha Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara?

8. Bagaimana sistem penyusutan arsip pada bagian tata usaha Fakultas Ilmu

Budaya Universitas Sumatera Utara ?

9. Apakah kendala-kendala yang dihadapi dalam sistem penataan arsip

dinamis aktif pada bagian tata usaha Fakultas Ilmu Budaya Universitas

(37)

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1. Penataan Arsip Dinamis Aktif

Dalam setiap kegiatan yang dilakukan di sebuah perguruan Tinggi atau

universitas tentu menghasilkan arsip, seiring berjalannya waktu tentu arsip yang

dihasilkan bertambah berkembang sehingga menjadikan arsip semakin beragam jenis

dan besar volumenya. Oleh karena itu, penting dilakukan penataan arsip dinamis aktif

yang sesuai dengan lembaga kearsipan universitas terkait.

Penataan arsip dinamis aktif memiliki beberapa definisi yang dikemukakan oleh

para tokoh diantaranya adalah :

Menurut Hadi Abubakar, dalam buku (Oktavianto, 2005:11) “menata berkas

(filling) mengatur, menyusun berkas-berkas sesuai dengan pola klasifikasi kearsipan

yang telah dibuat”.

Menurut (Martono, 1992:21) Penataan arsip sama dengan penataan berkas adalah mengatur , menyusun sehingga membentuk berkas sesuai dengan tipe dan kegunaan arsip bagi kepentingan pekerjaan. Dalam pemberkasan ini termasuk didalamnya mempersiapkan kelengkapan atau sarana serta penempatan berkas pada tempat penyimpanan.

Dari definisi diatas maka dapat dikatakan bahwa penaaan arsip dinamis aktif

adalah menata, menyusun dan mengatur arsip yang sejenis serta menempatkan berkas

pada tempatnya.

Sedangkan penataan arsip dinamis aktif yang dilakukan dibagian tata usaha

fakultas ilmu budaya unifersitas sumatera utara adalah ditata masih berdasarkan jenis

arsip, yang langsung dimasukkan kedalam map arsip tanpa ada penataan dengan

sistem lain.

Menurut (Abubakar, 1997:27) penataan arsip adalah penataan file/record yang

(38)

Menurut (Wursanto, 1989:26) Yang dimaksud dengan sistem perawat simpanan arsip ialah “sistem yang dipergunakan dalam pemeliharaan dan pengamanan arsip”. Penyimpanan yang aman terhadap arsip sangat penting, mengingat arsip mempunyai peranan penting bagi kelangsungan hidup organisasi.Penataan berkas adalah “cara menata dokumen di dalam berkas dan mengatur berkas dalam susunan yang sistematis”. Penyimpanan arsip harus dilakukan secara sistematis sehingga dapat ditemukan kembali dengan cepat dan tepat. Tahap-tahap penataan arsip :

a. Memisah-misahkan arsip yang akan disimpan dengan arsip yang sedang

dikelola. Pada tahap ini kelengkapan-kelengkapan arsip yang tidak memiliki

keterangan bernilai seperti amplop kosong, blangko kosong, dan lain-lain

segera dimusnahkan.

b. Memeriksa, tindakan ini meliputi :

• Memeriksa apakah lampiran sesuai dengan yang tersebut dalam surat, jika tidak dicatat dalam kartu kendali kolom

catatan.

• Menyisihkan salinan-salinan yang rangkap, kalau tidak diperlukan lagi dapat dimusnahkan.

c. Menentukan kode; setiap arsip dipelajari isinya untuk mengetahui lingkup dan

kajian masalah yang tersirat di dalam surat.

d. Mengelompokkan arsip: berdasarkan kesamaan dalam suatu proses, kesamaan

masalah, atau kesamaan jenis.

e. Menentukan title: arsip yang telah dihimpun ditentukan titlenya yang

berfungsi sebagai tanda pengenal berkas , dimana title tersebut dicantumkan

pada tab folder.

f. Penempatan arsip dalam folder : pada tab folder diberi kode klasifikasi dan

title yang telah ditentukan.

g. Penataan sekat : penyusunannya dimulai dari sekat untuk pokok urusan,

kemudian diusul untuk sub urusan, penyusunannya secara berdiri kebelakang

atau berderet ke samping.

h. Penataan tanpa sekat : penataan berkas aktif dilakukan tanpa menggunakan

(39)

Sedangkan menurut (Sedarmayanti, 2003:68) Tahap-tahap penataan arsipnya adalah antara lain :

• Memisah-misahkan arsip (segregating) yaitu kegiatan mensortir pendahuluan untuk mengelompokkan arsip sesuai dengan pokok permasalahan.

• Meneliti disposisi yaitu mengdakan penelitian, agar diketahui surat yang disimpan telah mendapat disposisi atau belum. Jika belum pernah mendapatkan persetujuan oleh pejabat yang berwenang.

• Memadukan (asembling) yaitu mengelompokkan arsip yang merupakan bagian langsung dari suatu masalah yang berkaitan.

• Mengklasifikasikan, menentukan klasifikasi arsip.

• Mengindeks yaitu menentukan inti dan isi surat dan menentukan perencanaan kembali arsip.

• Mempersiapkan tunjuk silang (cross reference) yaitu menggunakan tujuk silang untuk memudahkan perencanaan kembali arsip.

• Menyusun arsip yang sudah diberi kode bersamaan untuk tunjuk silang sesuai dengan sistem yang digunakan.

• Menyimpan arsip secara benar ke dalam tempat penyimpanan sesuai kode masing-masing

Sedangkan Menurut (Mulyono dkk, 1985 : 8) didalam penataan arsip terkandung adanya tiga unsur pokok yaitu : “penyimpanan, penempatan dan penemuan kembali. Jadi arsip tidak hanya sekedar utuk disimpan begitu saja, tetapi perlu diatur bagaimana penyimpananya, bagaimana prosedurnya, langkah-langkah apa yang perlu diikuti”.Sehingga apabila diperlukan arsip itu dapat dikemukan dengan mudah dan cepat.

Menurut (Mulyono dkk, 1985 : 12) Sistem penataan arsip dapat digolongkan menjadi 5 sistem yang masing-masing adalah:

1. Sistem abjad.

Sistem abjad adalah penyimpanan yang didasarkan atas urutan abjad, jadi pemberian kode arsip dengan menggunakan abjad dari A – Z. kode abjad tersebut diindek dari nama orang, organisasi atau badan lain yang sejenis.

2. Sistem pokok soal (subyek)

Penyimpanan arsip dengan sistem pokok soal (subyek) adalah penyimpanan arsip yang didasarkan atas perihal surat atau pokok soal isi surat.

3. Sistem tanggal (kronologis)

(40)

4. Sistem nomor

Sistem nomor dalam penyimpanan arsip dimaksudkan, bahwa arsip yang akan disimpan diberikan nomer kode dengan angka-angka. Nomor disini adalah nomor kode penyimpanan bukan nomor surat.

1) Sistem klasifikasi desimal

Sistem penyimpanan ini sering disebut dengan sistem Dewey, atau orang sering menyebut dengan sistem klasifikasi atau bahkan sering disebut dengan sistem desimal.Penyimpanan dengan sistem ini banyak digunakan di perpustakaan. 2) Sistem terminal digit

Sistem penyimpanan berdasarkan nomor terminal digit, sebenarnya dapat digunakan untuk penyimpanan arsip dalam jumlah yang besar.Oleh karena itu sistem ini biasanya digunakan padaperusahaan-perusahaan besar.

5. Sistem wilayah

Penyimpanan arsip didasarkan pada sistem wilayah adalah penyimpanan yang dikelompokkan atas wilayah tertentu. Dalam hal ini pengelompokannya dapat didasarkan pada pembagian pulau, propinsi, kota bahkan menurut pembagian tingkat kecamatan sampai kelurahan. Sedangkan untuk keperluan pengorganisasian arsip aktif ada beberapa pilihan yang sesuai dengan organisasi atau perusahaan yang bersangkutan, yaitu :

1. Penyimpanan Arsip Secara Terpusat (Sentralisasi).

Penyimpanan arsip secara terpusat berarti bahwa semua arsip aktif, kecuali yang masih dalam proses pekerjaan, disimpan pada lokasi terpusat (satu lokasi). Keuntungan yang diperoleh dari sistem ini antara lain :

1) Arsip hilang atau salah penyimpanan kecil sekali terjadi, karena arsip dikelola oleh tenaga-tenaga yang telah dipersiapkan untuk tugas pengelolaan arsip.

2) Kemungkinan penyimpanan arsip ganda kecil sekali, karena akan segera diketahui apakah apakah arsip yang bersangkutan merupakan duplikasi atau bukan.

3) Penggunaan ruangan dan peralatan lebih efektif.

4) Pelaksanaan penyusutan arsip akan lebih lancar. Secara terprogram akan dapat dilakukan pemusnahan ataupun pemindahan ke file inaktif.

2. Penyimpanan Arsip Secara Desentralisasi

Penyimpanan arsip secara desentralisasi adalah dimana setiap unit kerja mengawasi dan menyimpan arsip arsipnya sendiri. Jika sistem ini dijalankan akan diperoleh beberapa kerugian antara lain :

1) Akan terjadi penyimpanan duplikasi yang berlebihan. 2) Penggunaan ruangan dan peralatan tidak efisien.

3) Tidak adanya pengawasan terhadap pelaksanaan kearsipan, khususnya pelaksanaan penataan berkas.

(41)

5) Petugas kearsipan di unit-unit kerja kurang kurang memiliki pengetahuan dan keterampilan dibidang kearsipan karena dianggap bukan pekerjaan pokok mereka.

3. Penyimpanan Desentral Terkendali

Penyimpanan desentral terkendali adalah kombinasi antara sistem sentralisasi dan desentralisasi. Masing-masing unit kerja mempunyai tanggung jawab menyimpan dan memelihara arsip aktif yang diciptakannya (desentral), namun pelaksanaannya namun pelaksanaannya tetap dalam pengawasan dari pusat (sentral) oleh unit kearsipan.Dengan demikian konsistensi, keseragaman dan ketertiban pelaksanaan penataan berkas dapat terjamin.

2.2. Peralatan dan Perlengkapan

kearsipan merupakan salah satu kegiatan dalam bidang ketatausahaan.

Menurut (Wursanto, 1991:32) alat-alat yang dipergunakan dalam bidang

kearsipan pada dasarnya sebagian besar sama dengan alat-alat yang dipergunakan

dalam bidang kearsipan misalnya: map, folder, guide, filing cabinet, lemari, rak

dan rotary filing.

a. Map

Map adalah lipatan kertas atau karton (kertas manila) map dapat dibedakan

menjadi 4 macam yaitu:

1. Map biasa, disebut juga stopmap yang lebih lengkap disebut stopmap folio.

Karena hanya dapat dipergunakan untuk menyimpan warkat t arsip yang

paling luas ukuran folio (21x34 cm). gunanya untuk menyimpan sementara

warkat-warkat atau arsip.

(42)

2. Stopmap tali, adalah stopmap yang memakai tali pengikat sebagai

merekatnya.

Gambar 2.2. Stopmap Tali

3. Map jepitan, adalah map yang memakai jepitan dari logam untuk memegang

warkat atau arsip dengan kuat sehingga arsip didalamnya tidak mudah

terlepas.

Gambar 2.3. Map Jepitan

4. Map tebal atau map besar dengan jepitan, adalah map dengan memakai

jepitan khusus dan bentuknya kokoh atau kuat sehingga dapat disimpan secara

(43)

Gambar 2.4. Map Tebal

b. Folder

Folder merupakan lipatan kertas tebal/karton manila berbentuk segi empat panjang

untuk menyimpan atau menempatkan arsip atau sekelompok arsip didalam

file/filingcabinet.

Gambar 2.5. Folder

c. Guide

(44)

Gambar 2.6. Guide

d. Filing Cabinet

Filing cabinet adalah perabot kantor berbentuk segi empat panjang yang diletakkan secara vertikal (berdiri) dipergunakan untuk menyimpan berkas-berkas

atau arsip.

(45)

e. Almari Arsip

Almari Arsip seperti almari biasa, terdiri dari susunan rak-rak. Dinamakan almari

arsip, karena dipergunakan untuk menyimpan berkas-berkas atau arsip.Oleh

karena itu almari yang tidak digunakan untuk menyimpan arsip tidak dinamakan

almari arsip.

Gambar 2.8. Almari Arsip

f. Meja

Meja merupakan salah satu perabot kantor yang dipergunakan untuk keperluan

menulis atau untuk mengetik.

(46)

g. Kursi

Kursi merupakan salah satu prabot kantor, merupakan perlengkapan meja yang

dipergunakan sebagai tempat duduk oleh para pegawai pada waktu membaca,

menulis atau mengetik.

Gambar 2.10. Kursi

h. Berkas Kotak (Box File)

Berkas kotak atau box file adalah kotak yang dipergunakan untuk menyimpan

berbagai warkat. Berkas kotak yang berisi warkat ditempatkan pada rak arsip.

(47)

i. Rak arsip

Rak arsip adalah sejenis almari tidak berpintu, yang merupakan rakitan dari

beberapa keeping papan, kemudian diberi tiang untuk menaruh atau menyimpan

berkas-berkas atau arsip.

Gambar 2.12. Rak Arsip

j. Rotary filing

Rotary filing adalah peralatan yang dapat berputar, dipergunakan untuk

menyimpan warkat-warkat atau arsip (terutama yang berupa kartu).

(48)

k. Cardex (card index)

Cardex adalah alat yang dipergunakan untuk menyimpan warkat-warkat, arsip (kartu-kartu) dengan mempergunakan laci-laci yang dapat di tarik keluar

memanjang.

Gambar 2.14. Cardex (Card Index)

l. File Yang Dapat Dilihat

File yang dapat dilihat (visible reference record file) adalah alat yang

dipergunakan untuk menyimpan kertas-kertas, warkat-warkat, yang berisi

keterangan-keterangan, nama-nama, dan alamat-alamat yang ditempelkan pada

papan/buku yang dapat dilihat dan dibaca dengan segera.

(49)

m. Mesin-Mesin Kantor

Mesin-mesin kantor ialah semua peralatan kantor yang cara kerjanya secara

otomatis baik secara mekanis, elektris maupun elektronis. Mesin-mesin kantor

yang dipergunakan dalam bidang kearsipan misalnya: mesin ketik, mesin fotokopi,

mesin pengganda, komputer dan lain-lain.

1. Mesin Ketik

Mesin ketik atau Mesin tik adal

set tombol-tombol yang, apabila ditekan, menyebabkan huruf dicetak pada

dokumen, biasanya

Gambar 2.16. Mesin Ketik

2. Mesin Fotokopi

Mesin fotokopi atau photo copying machine adalah mesin kantor yang

dipergunakan untuk menyalin warkat dengan cara pemotretan.

(50)

3. Mesin Pengganda

mesin pengganda atau mesin ganda disebut juga duplicating machine atau

duplication machine adalah mesin kantor yang dipergunakan untuk

menggandakan atau untuk memperbanyak suatu warkat dalam jumlah yang

cukup banyak sesuai dengan kebutuhan.

Gambar 2.18. Mesin Pengganda

4. Komputer

komputer adalah alat elektronis yang mampu menerima data, melaksanakan

perhitungan aritmatika, maupun pengambilan kesimpulan untuk kemudian

menyajikannya dalam bentuk pengeluaran; telah banyak dipergunakan dalam

berbagai bidang pekerjaan.

Gambar 2.19. Komputer

n. Alat-Alat Tulis

Yang dimaksud dengan alat-alat tulis adalah alat-alat yang berhubungan dengan

(51)

2.3. Langkah-Langkah Penataan

Agar pekerjaan penataan dapat berjalan lancar, mudah dan tepat, menurut

(Wursanto, 1989:177) perlu melakukan beberapa langkah:

1. Memisah-misahkan arsip.

Memisah-misahkan atau segregating warkat merupakan pekerjaan

menyortir untuk memisahkan dan mengelompokkan warkat, dari warkat/surat

keluar dipisahkan dari warkat atau surat masuk. Kemudian warkat-warkat

dikelompokkan menurut subjek-subjek seperti yang tercantum dalam jartu

kendali.

2. Meneliti warkat yag akan disimpan.

Warkat-warkat yang sudah sampai di unit kearsipan sebelum diadakan

penyimpanan perlu diadakan penelitian terlrbih dahulu kegiatan penelitian ini

meliputi:

1. Meneliti tanda disposisi

2. Meneliti indeks

3. Meneliti lampiran

3. Mengklasifikasi.

Warkat- warkar yang akan disimpan harus diklasifikasikan lebih dahulu

menurut permasalahannya untuk menentukan kelasnya (subjek-subjek)

berikut penentuan kodenya secara cermat.

4. Mengindeks.

Pengertian mengindeks hendaknya dibedakan dengan pengertian indeks dan

penyusunan indeks.

Pengertian indeks berarti menunjukan alat, yaitu alat untuk menunjukan,

mentukan keterangan, isi masalah (topik) Perihal suatu arsip atau kelompok

arsip.

Menyusun indeks ialah menempatkan indeks-indeks dalam suatu susunan atau

aturan yang sistematis dan logis dalam bentuk suatu daftar, baik berupa buku

ataupun berupa kartu-kartu seperti katalogus dalam perpustakaan.

(52)

Lembar tajuk silang atau cross reference sheet, hendaknya dibuat dalam

bentuk formulir dalam ukuran kwarto.

Keterangan-keterangan yang terdapat pada formulir lembar tajuk silang (cross

reference sheet form), ialah: • Nomor surat

• Tanggal surat

• Tanggal terima surat • Caption (judul) • Hal

• Asal surat (dari mana dan dari siapa) 6. Menyusun arip-arsip yang akan disimpan.

Arsip-arsip yang akan disimpan hendaknya sudah dalam keadaan disortir dan

disusun menurut sistem filing yang dipergunakan: misalnya, kalau

menggunakan sistem abjad menurut: • Nama tempat

• Nama daerah • Nama orang

Maka arsip-arsip tersebut sudah tersusun secara abjad nama daerah, tempat,

dan orang. Sehingga dapat mudah dalam hal penyusunan arsip.

7. Memasukkan atau menyimpan arsip.

Setelah disusun menurut kelompoknya, arsip-arsip tersebut siap untuk

disimpan.

Peralatan yang dipergunakan dalam bidang kearsipan pada dasarnya

sebahagian besar sama dengan alat-alat yang dipergunakan dalam bidang

ketatausahaan pada umumnya.

Peralatan yang dipergunakan terutama untuk menyimpan arsip, minimal

(53)

• Guide

Filing cabinet

• Almari arsip

Berkas kotak (box file) • Rak arsip

Rotary (car index)

File yang dapat dilihat (visible reference record file)

2.4. Penemuan Kembali

Menurut (Hasugian, 2003:8) Keberhasilan pelaksanaan manajemen arsip

dinamis atau arsip aktif, akan nampak dengan jelas, bilamana semua bahan yang

dibutuhkan mudah ditemukan kembali, dan mudah pula dikembalikan ke tempat

semula. Karena, penemuan atau pencarian dokumen merupakan salah satu kegiatan

dalam bidang kearsipan, yang bertujuan untuk menemukan kembali arsip, karena

akan dipergunakan dalam proses penyelengaraan administrasi. Menemukan kembali,

juga berarti memastikan dimana suatu arsip yang akan dipergunakan itu disimpan,

dalam kelompok berkas apa arsip itu berada, disusun menurut sistem apa, dan

bagaimana cara mengambilnya.

Menemukan kembali arsip, tidak hanya sekedar menemukan kembali arsip

dalam bentuk fisiknya, akan tetapi juga menemukan informasi yang terkandung

didalamnya. Oleh karena itu, penemuan kembali ini sangat berhubungan dengan

keakuratan sistem pemberkasan atau penyimpanannya.Kegiatan penemuan kembali

merupakan barometer efisiensinya penyajian informasi kearsipan.Siklus penemuan

kembali arsip yang dibutuhkan (retrieval/finding cyclus), dan siklus penempatan

kembali (filing cyclus) merupakan prosedur yang memerlukan penanganan tersendiri.

Salah satu hal penting yang sering diabaikan dalam penemuan kembali arsip

ialah, tidak melakukan pencatatan dalam transaksi peminjaman. Kita sering

mengambil arsip tanpa melalui bukti tertulis, atau hanya meminjam lisan saja, bahkan

mungkin menggunakannya tanpa seijin petugas, karena merasa sesame teman kantor.

(54)

disembarang tempat. Oleh karena itu, bila kita meminjam arsip sebaiknya

mempergunakan surat pinjam atau kartu permintaan pinjam melalui petugas yang

menanganinya. Untuk menghindari hal itu, maka perlu dibuat lembar/kartu pinjam

arsip.

Setelah peminjam mengisi lembar peminjaman, maka perlu dipertanyakan

apakah peminjam boleh langsung melakukan akses ke laci filling cabinet atau ke

almari arsip?. Sebelum menjawab pertanyaan itu, perlu disampaikan bahwa ada

2(dua) sistem layanan yaitu: (a) layanan terbuka (opened access) yaitu pengguna

diperbolehkan langsung mengambil dokumen yang diingininya dari tempatnya (rak,

laci, folder, dsb.), (b) layanan tertutup (closed access), yaitu pengguna tidak

diperbolehkan mengambil sendiri dokumen yang diinginkannya dari tempatnya

melainkan harus melalui petugas. Biasanya untuk arsip, sistem yang dipakai ialah

sistem layanan tertutup.

2.5. Pengorganisasian Arsip Dinamis Aktif

Menurut (Martono,1992:74) Untuk keperluan pengorganisasin arsip dinamis aktif

ada beberapa pilihan yang dapat diterapkan sesuai dengan tipe organisasi atau

perusahaan yang bersangkutan, yakni:

• Penyimpanan secara terpusat (sentralisasi) • Penyimpanan secara terpencar (desentralisasi) • Desentralisasi terkendali (diawasi)

a. Penyimpanan secara terpusat (sentralisasi)

Penyimpanan arsip dinamis aktif decara terpusat berarti bahwa semuah arsip

dinamis aktif, kecuali yang masih dalam proses pekerjaan, disimpan pada lokasi

terpusat (satu lokasi). Keuntungan yang diperoleh dari siste ini antara lain:

• Arsip hilang atau salah penyimpanan kecil sekali terjadi, karena arsip dkelola oleh tenaga-tenaga yang telah dipersiapkan untuk tugas

(55)

• Kemungkinan penyimpanan arsip ganda kecil sekali, karena akan segera diketahui apakah arsip yang bersangkutan merupakan duplikasi atau

bukan.

• Penggunaan ruangan dan peralatan lebih efektif.

• Pelaksaan penyusutan arsip akan lebih lancar. Seara terprogram akan dapat dilakukan pemusnahan ke file inaktif.

b. Penyimpanan arsip secara desentral

Lawan dari sentralisasi adalah desentralisasi, dimana setiap unit kerja mengawasi

dan menyimpan arsip-arsipnya sendiri. Jika sistem ini dilaksanakan akan

diperoleh beberapa kerugian diantaranya adalah:

• Akan terjadi penyimpanan duplikasi yang berlebihan • Penggunaan ruangan dan peralatan tidak efisien

• Tidak adanya pengawasan terhadap pelaksanaan penataan berkas. Penataan berkas pada unit-unit kerja sering kali tidak diperhatikan, karena

kegiatan ini dianggap kurang penting, sehingga mendapat prioritas

terakhir. Akibatnya arsip sering kali tidak terorganisir secara baik bahkan

cenderung kacau.

• Kebijaksanaan penyusutan arsip tidak diikuti, sehingga pertubuhan arsip semakin meningkat memenuhi ruang kerja. Jika dilaksanakan penyusutan,

dilaksanakan secara tidak terprogram. Pemusnahan arsip dilaksanakan

secara tidak terprogram. Pemusnahan arsip dilaksanakan tidak melalui

ketentuan yang berlaku, seringkali terjadi pemusnahan terhadap arsip yang

selayaknya dipertahankan. Sehingga tidak jarang organisasi kehilangan

bahan bukti. Di pihak lain jika dilakukan pemindahan, arsip yang

dipindahkan dalam keadaan yang sama sekali tidak teratur, sehingga

memberi kesan pemindahan “sampah” ketempat lain. Dengan dimikian

tujuan penyusutan tetap tidak mencapai sasaran.

• Petugas kearsipan di unit-unit kerja kurang memiliki pengetahuan dan keterampilan di bidang kearsipan. Hal ini disebabkan pekerjaan kearsipan

Gambar

Tabel  4.1. Karakteristik Informan
Gambar 4.1 Lembar Disposisi
Tabel 4.3. Surat-Surat Keluar
Gambar 4.3. Buku Agenda
+7

Referensi

Dokumen terkait

JUDUL TUGAS AKHIR : PERANAN KOMPUTER SEBAGAI PENGOLAH DATA AKUNTANSI PADA BAGIAN TATA USAHA FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.. Medan,

PERANAN FASILITAS KERJA PADA BAGIAN TATA USAHA FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.. Diajukan

Meilinda Sihotang : Sistem Pengelolaan Arsip Dinamis Pada Kantor Wilayah I Direktorat Jenderal Pajak Sumatera Bagian Utara, 2002... Meilinda Sihotang : Sistem Pengelolaan Arsip

Martines, Agnes. Literasi Media Mahasiswa Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara. Program Studi Perpustakaan Dan Sains Informasi, Fakultas Ilmu

Akan tetapi dalam pelaksanaannya masih terdapat permasalahan yang terjadi, diantaranya : kurang optimalnya penanganan arsip dinamis baik aktif maupun in-aktif Subbag,

Pujiati M,Soc.Sc Ph.d selaku Ketua Departemen Bahasa Arab Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatra Utara yang banyak membantu hingga dapat menamatkan kuliah di Fakultas Ilmu

Dengan ini penulis menyatakan bahwa tesis ini disusun sebagai syarat untuk memperoleh gelar Magister dari Program Studi Linguistik Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera

Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa penataan arsip in aktif di Dinas Prasarana Jalan, Tata Ruang dan Permukiman Provinsi Sumatera Barat belum terlaksana sebagimana mestinya,