• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Paritas dengan Kejadian Kanker Serviks di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Pirngadi Medan Tahun 2011

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Hubungan Paritas dengan Kejadian Kanker Serviks di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Pirngadi Medan Tahun 2011"

Copied!
61
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN PARITAS DENGAN KEJADIAN KANKER SERVIKS DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DR. PIRNGADI MEDAN

TAHUN 2011

Oleh :

AMANDA FULVIONA 090100138

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

HUBUNGAN PARITAS DENGAN KEJADIAN KANKER SERVIKS DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DR. PIRNGADI MEDAN

TAHUN 2011

“Karya Tulis Ilmiah ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh kelulusan Sarjana Kedokteran”

Oleh :

AMANDA FULVIONA 090100138

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul : Hubungan Paritas dengan Kejadian Kanker Serviks di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Pirngadi Medan Tahun 2011

Nama : Amanda Fulviona NIM : 090100138

Medan, Desember 2012 Dekan

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

( Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp.PD–KGEH ) NIP: 19540220 198011 1 001

Penguji I

(dr. Elvita Rahmi Daulay, Sp.Rad)

NIP: 19710910 200212 2 002 Pembimbing

(dr. Wan Naemah, Sp.PA)

NIP:19601001 198712 2 001

Penguji II

(dr. Djohan, Sp.KK)

(4)

ABSTRAK

Latar Belakang: Kanker serviks merupakan salah satu keganasan yang paling banyak menyebabkan kematian wanita di Indonesia. Menurut Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, diprediksikan akan terjadi peningkatan kematian akibat penyakit ini mencapai 25% hingga 10 tahun ke depan. Paritas merupakan salah satu faktor risiko terjadinya kanker serviks yang berhubungan dengan pengaruh hormon dan trauma saat persalinan.

Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran distribusi paritas pasien dengan kanker serviks dan mengetahui hubungan antara jumlah paritas dengan kejadian kanker serviks di RSUD. dr. Pirngadi Medan pada tahun 2011. Metode: Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah analitik observasional dengan menggunakan pendekatan cross sectional. Populasi yang digunakan pada penelitian ini ada seluruh pasien yang didiagnosis kanker serviks dan bukan kanker serviks berdasarkan hasil pemeriksaan histopatologi serviks yang tercatat pada rekam medis RSUD. dr. Pirngadi Medan pada tahun 2011. Sampel pada penelitian ini menggunakan total sampling, dimana seluruh populasi digunakan sebagai sampel penelitian. Analisis data menggunakan program SPSS dengan uji hipotesis Chi Square.

Hasil: Dari hasil penelitian didapatkan sebanyak 57 pasien kanker serviks dan 54 pasien tanpa kanker serviks. Paritas paling banyak yang didapatkan pada pasien kanker serviks adalah 4 kali sebanyak 16 orang (28,1 %), sedangkan yang paling rendah adalah 9 dan 11 kali sebanyak 1 orang (1,8 %). Hasil uji Chi Square menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara jumlah paritas dengan kejadian kanker serviks (p=0,001) dengan RP=2,060 (95% : CI 1,268 - 3,348) yang menunjukkan bahwa paritas merupakan faktor risiko terjadinya kanker serviks.

(5)

ABSTRACT

Background: Cervical cancer is the most causes of woman deaths in Indonesia. According to Health Ministry of Republic of Indonesia, it predicted there will be an increase of deaths from the disease up to 25% for 10 years later. Parity is one of the risk factors for cervical cancer relating to hormones and birth trauma. Objective: This study aims to reveal the parity distribution of patients with cervical cancer and determine the relationship between the number of parity with the incidence of cervical cancer in dr. Pirngadi Medan General Hospital in 2011. Methods: This study was an observational analityc study with cross sectional design. The population of the study is the number of patients which is diagnosed with cervical cancer and without cervical cancer based on cervical histopathologic examination from medical record in dr. Pirngadi Medan General Hospital in 2011. The sample of this study uses total sampling, so that the entire population is used as sample. Data was analysed using SPSS with Chi Square Test hypotheses testing.

Results: The result showed that there are 57 patients with cervical cancer and 54 patients without cervical cancer. In cervical cancer group, the most patients have parity over 4 times as many as 16 person (28.1%), and the least patients have parity over 9 and 11 times as many as 1 person (1.8%). Chi Square Test results show that there is a significant relationship between the number of parity with the incidence of cervical cancer (p=0.001) with RP=2.060 (95%: CI 1.268 to 3.348), which means that parity is a risk factor for cervical cancer.

(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan hasil penelitian yang berjudul ”Hubungan Paritas dengan Kejadian Kanker Serviks di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Pirngadi Medan Tahun 2011”. Karya Tulis Ilmiah ini merupakan syarat untuk memperoleh kelulusan sarjana kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Dalam penyelesaian laporan proposal penelitian ini, penulis banyak mendapat bimbingan dan pengarahan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada: 1. Prof. Dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp PD-KGEH, selaku Dekan Fakultas

Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian.

2. Direktur RSUD. dr. Pirngadi Medan yang telah memberikan izin peneliti untuk melaksanakan penelitian di rumah sakit, serta kepada staf pegawai RSUD. dr. Pirngadi Medan yang telah banyak membantu penulis mulai sari survei awal hingga pengumpulan data.

3. dr. Hj. Wan Naemah, Sp.PA, selaku dosen pembimbing penulis atas kesabaran, waktu, dan masukan-masukan yang diberikan kepada penulis untuk menyelesaikan laporan hasil penelitian ini. Kepada dr. Elvita Rahmi Daulay, Sp.Rad dan dr. Djohan, Sp.KK selaku dosen penguji yang telah memberikan saran dan masukan yang membangun untuk penelitian ini.

4. dr. Hendrianto M.Ked (PA), Sp.PA dan dr. Herza Piasiska M.Ked (PA), Sp.PA yang telah memberikan masukan dan saran kepada penulis.

5. dr. Aldy Syafruddin Rambe, Sp.S yang telah menjadi dosen penasihat akademik penulis selama menjalani pendidikan di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

(7)

7. Kedua orang tua penulis, Ayahanda M. Yenis dan Ibunda Ismaizar, serta adik penulis, Florensia Pratiwi yang telah senantiasa mendukung dan memberikan dukungan serta bantuan dalam menyelesaikan laporan hasil penelitian ini. 8. Zuhdi Mahendra dan semua teman-teman penulis yang telah memberi bantuan

berupa saran, kritikan, dan motivasi selama penyusunan penelitian.

Penulis menyadari bahwa penelitian ini masih jauh dari sempurna karena keterbatasan ilmu pengetahuan dan pengalaman penulis. Oleh karena itu, segala saran dan kritik sangat diharapkan demi kemajuan kualitas penelitian ini. Penulis mengharapkan agar penelitian ini dapat memberikan manfaat kepada semua orang untuk pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya dalam dunia kedokteran.

Medan, 8 Desember 2012

(8)

DAFTAR ISI

HALAMAN PERSETUJUAN ………. i

ABSTRAK ………. ii

ABSTRACT ………... iii

KATA PENGANTAR ……….. iv

DAFTAR ISI ……….. vi

DAFTAR TABEL ………. ix

DAFTAR GAMBAR ……… x

DAFTAR SINGKATAN ……….……… xi

DAFTAR LAMPIRAN ……… xii

BAB 1 PENDAHULUAN ………... 1

1.1. Latar Belakang………... 1

1.2. Rumusan Masalah ……… 2

1.3. Tujuan Penelitian ………. 2

1.4. Manfaat Penelitian ………... 3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ………... 4

2.1. Serviks ………... 4

2.1.1. Anatomi Serviks ………... 4

2.1.2. Histologi Serviks ………. 5

2.2.3. Kanker Serviks ……… 6

2.2.1. Definisi Kanker Serviks ……….. 6

2.2.2. Epidemiologi Kanker Serviks ………... 7

2.2.3. Etiologi Kanker Serviks ……….. 8

2.2.4. Faktor Risiko Kanker Serviks ………... 8

2.2.5. Patologi ………... 11

2.2.6. Gambaran Klinis Kanker Serviks ………... 12

(9)

2.2.8. Pengobatan ……….. 15

2.2.9. Prognosis Kanker Serviks ………... 15

2.2.10. Pencegahan ………... 16

2.3. Paritas ……… 17

2.3.1. Definisi Paritas ……… 17

2.3.2. Klasifikasi Paritas ………... 17

2.3.3. Faktor-faktor yang Menpengaruhi Paritas ……….. 18

2.3.4. Hubungan Paritas dengan Terjadinya Kanker Serviks ... 18

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL ... 20

3.1. Kerangka Konsep ……….. 20

3.2. Variabel dan Definisi Operasional ……… 20

3.2.1. Paritas ……….. 20

3.2.2. Kanker Serviks ……… 21

3.3. Hipotesis ………... 21

BAB 4 METODE PENELITIAN ……… 22

4.1. Jenis Penelitian ………... 22

4.2. Waktu dan Tenpat Penelitian ……….... 22

4.3. Populasi dan Sampel ………. 22

4.3.1. Populasi ………... 22

4.3.2. Sampel ………. 22

4.4. Teknik Pengumpulan Data ……… 23

4.5. Pengolahan dan Analisis Data ………... 23

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ……….. 24

5.1. Hasil Penelitian ………. 24

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian ……… 24

5.1.2. Deskripsi Karakteristik Sampel ……….. 24

(10)

5.2. Pembahasan ………... 28

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ………... 30

6.1. Kesimpulan ………... 30

6.2. Saran ………... 30

(11)

DAFTAR TABEL

(12)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

(13)

DAFTAR SINGKATAN

ACCP Alliance for Cervical Cancer Prevention CIN Cervix Intraephitel Neoplasma

CRF Chronic Renal Failure DNA Deoxyribonucleic Acid

FIGO International Federation of Gynecology and Obstetric HPV Human Papiloma Virus

HSV Herpes Simplex Virus KB Keluarga Berencana RNA Ribonucleic acid

(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul

(15)

ABSTRAK

Latar Belakang: Kanker serviks merupakan salah satu keganasan yang paling banyak menyebabkan kematian wanita di Indonesia. Menurut Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, diprediksikan akan terjadi peningkatan kematian akibat penyakit ini mencapai 25% hingga 10 tahun ke depan. Paritas merupakan salah satu faktor risiko terjadinya kanker serviks yang berhubungan dengan pengaruh hormon dan trauma saat persalinan.

Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran distribusi paritas pasien dengan kanker serviks dan mengetahui hubungan antara jumlah paritas dengan kejadian kanker serviks di RSUD. dr. Pirngadi Medan pada tahun 2011. Metode: Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah analitik observasional dengan menggunakan pendekatan cross sectional. Populasi yang digunakan pada penelitian ini ada seluruh pasien yang didiagnosis kanker serviks dan bukan kanker serviks berdasarkan hasil pemeriksaan histopatologi serviks yang tercatat pada rekam medis RSUD. dr. Pirngadi Medan pada tahun 2011. Sampel pada penelitian ini menggunakan total sampling, dimana seluruh populasi digunakan sebagai sampel penelitian. Analisis data menggunakan program SPSS dengan uji hipotesis Chi Square.

Hasil: Dari hasil penelitian didapatkan sebanyak 57 pasien kanker serviks dan 54 pasien tanpa kanker serviks. Paritas paling banyak yang didapatkan pada pasien kanker serviks adalah 4 kali sebanyak 16 orang (28,1 %), sedangkan yang paling rendah adalah 9 dan 11 kali sebanyak 1 orang (1,8 %). Hasil uji Chi Square menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara jumlah paritas dengan kejadian kanker serviks (p=0,001) dengan RP=2,060 (95% : CI 1,268 - 3,348) yang menunjukkan bahwa paritas merupakan faktor risiko terjadinya kanker serviks.

(16)

ABSTRACT

Background: Cervical cancer is the most causes of woman deaths in Indonesia. According to Health Ministry of Republic of Indonesia, it predicted there will be an increase of deaths from the disease up to 25% for 10 years later. Parity is one of the risk factors for cervical cancer relating to hormones and birth trauma. Objective: This study aims to reveal the parity distribution of patients with cervical cancer and determine the relationship between the number of parity with the incidence of cervical cancer in dr. Pirngadi Medan General Hospital in 2011. Methods: This study was an observational analityc study with cross sectional design. The population of the study is the number of patients which is diagnosed with cervical cancer and without cervical cancer based on cervical histopathologic examination from medical record in dr. Pirngadi Medan General Hospital in 2011. The sample of this study uses total sampling, so that the entire population is used as sample. Data was analysed using SPSS with Chi Square Test hypotheses testing.

Results: The result showed that there are 57 patients with cervical cancer and 54 patients without cervical cancer. In cervical cancer group, the most patients have parity over 4 times as many as 16 person (28.1%), and the least patients have parity over 9 and 11 times as many as 1 person (1.8%). Chi Square Test results show that there is a significant relationship between the number of parity with the incidence of cervical cancer (p=0.001) with RP=2.060 (95%: CI 1.268 to 3.348), which means that parity is a risk factor for cervical cancer.

(17)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kanker serviks merupakan keganasan leher rahim (serviks) yang paling banyak disebabkan oleh Human Papiloma Virus (HPV). Menurut WHO (2005), kanker serviks merupakan penyakit kanker nomor dua terbanyak yang diderita wanita di dunia, yaitu sekitar 500.000 kasus baru dan kematian 250.000 setiap tahun. Sekitar 90% kasus kanker serviks ditemukan di negara dengan pendapatan rendah dan negara yang sedang berkembang, termasuk Indonesia.

Di Indonesia kanker serviks merupakan kanker terbanyak pada wanita. Menurut Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, diprediksikan akan terjadi peningkatan kematian akibat penyakit ini mencapai 25% hingga 10 tahun kedepan. Hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) menunjukkan bahwa proporsi kematian karena kanker serviks meningkat dari 1,3% pada tahun 1976 menjadi 4,8% pada tahun 1992 (Nuranna, 1992). Menurut Yayasan Kanker Indonesia (2006), kanker serviks menempati urutan pertama dengan angka kejadian sebesar 16%, yang kemudian disusul dengan kanker payudara (15%). Menurut Globocan (2011), sebanyak 37 wanita di Indonesia didiagnosis menderita kanker serviks setiap hari dan satu wanita meninggal setiap satu jam karena kanker ini. Di Rumah Sakit dr. Cipto Mangunkusumo, kanker serviks mencapai 76,2% dari 1717 kanker ginekologi dari tahun 1989-1992 dengan angka harapan hidup selama 5 tahun berkisar antara 56,7% - 72%.

(18)

Menurut hasil penelititian Melva (2008), jumlah kehamilan (paritas) <3 merupakan faktor protektif terhadap kejadian kanker serviks. Kanker serviks paling banyak dijumpai pada wanita yang sering melahirkan, umumnya 3-5 kali (Tambunan, 1996). Menurut hasil penelitian Surbakti (2004), paritas memiliki hubungan bermakna dengan terjadinya kanker serviks. Wanita dengan paritas ≥3 kali memiliki risiko 4,375 kali dibandingankan wanita dengan paritas <3 kali.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka masalah penelitian ini adalah bagaimana hubungan antara paritas dengan kejadian kanker serviks di RSUD. dr. Pirngadi Medan tahun 2011.

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

Mengetahui gambaran distribusi dan hubungan antara paritas dengan kejadian kanker serviks di RSUD. dr. Pirngadi Medan tahun 2011.

1.3.2. Tujuan Khusus

Yang menjadi tujuan khusus penelitian ini adalah:

1) Mengetahui gambaran distribusi paritas pasien yang menderita kanker serviks di RSUD. dr. Pirngadi Medan tahun 2011.

(19)

1.4. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, yaitu:

1) Tambahan informasi bagi masyarakat mengenai hubungan paritas dengan kejadian kanker serviks.

2) Masukan bagi petugas kesehatan tentang paritas sebagai faktor risiko terjadinya kanker serviks sehingga dapat dilakukan penyuluhan reproduksi mengenai pembatasan jumlah persalinan dengan KB (Keluarga Berencana). 3) Masukan dan tambahan literatur untuk penelitian selanjutnya yang

(20)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Serviks

2.1.1. Anatomi Serviks

Serviks terdapat di setengah hingga sepertiga bawah uterus, berbentuk silindris, dan menghubungkan uterus dengan vagina melalui kanalis servikalis. Serviks terdiri dari portio vaginalis, yaitu bagian yang menonjol ke arah vagina dan bagian supravaginal. Panjang serviks uteri kira-kira 2,5-3 cm dan memiliki diameter 2-2,5 cm. Pada bagian anterior, serviks berbatasan dengan kandung kemih. Pada bagian posterior, serviks ditutupi oleh peritoneum yang membentuk garis cul-de-sac (Snell, 2006).

Bagian-bagian serviks:

a. Endoserviks: sering disebut juga sebagai kanal endoserviks. b. Ektoserviks: bagian vaginal serviks.

c. Os Eksternal: pembukaan kanal endoserviks ke ektoserviks. d. Forniks: refleksi dinding vaginal yang mengelilingi ektoserviks. e. Os Internal: bagian batas atas kanal.

(21)

2.1.2. Histologi Serviks

Serviks adalah bagian bawah uterus yang struktur histologinya berbeda dari bagian lain uterus. Struktur histologi serviks terdiri dari:

a. Endoserviks : epitel selapis silindris penghasil mukus.

b. Serabut otot polos hanya sedikit dan lebih banyak jaringan ikat padat (85%).

c. Ektoserviks: bagian luar serviks yang menonjol ke arah vagina dan memiliki lapisan basal, tengah, dan permukaan. Ektoserviks dilapisi oleh sel epitel skuamos (gepeng) berlapis.

Sumber: Informasi Reproduksi (2011)

Gambar 2.1. Gambaran Histologi Serviks

Pertemuan epitel silindris endoserviks dengan epitel skuamos ektoserviks disebut squamo-columnar junction (SCJ). Epitel serviks mengalami beberapa perubahan selama perkembangannya sejak lahir sampai usia lanjut sehingga letak SCJ ini juga berbeda pada perkembangannya.

a. Saat lahir: ektoserviks dilapisi oleh epitel skuamos.

(22)

c. Saat dewasa: terjadi regenerasi epitel skuamos dan kolumnar sehingga epitel skuamos kembali melapisi seluruh ektoserviks dan letak SCJ kembali ke tempat awal.

d. Saat menopause atau paparan lama progestin menyebabkan atrofi serviks dan SCJ mundur ke kanalis servikalis.

Area tempat tumbuhnya kembali epitel skuamos atau tempat antara letak SCJ saat lahir dan dewasa muda disebut zona transformasi ( Junqueira, 2007).

Sumber : Junqueira (2007)

Gambar 2.2. Zona Transformasi

2.2. Kanker Serviks

2.2.1. Definisi Kanker Serviks

(23)

2.2.2. Epidemiologi Kanker Serviks

Menurut WHO (2005), kanker serviks merupakan penyakit kanker nomor dua terbanyak yang diderita wanita di dunia, yaitu sekitar 500.000 kasus baru dan kematian 250.000 setiap tahun. Sekitar 90% kasus kanker serviks ditemukan di negara dengan pendapatan rendah dan negara yang sedang berkembang, termasuk Indonesia.

Di Indonesia kanker serviks merupakan kanker terbanyak pada wanita. Menurut Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, diprediksikan akan terjadi peningkatan kematian akibat penyakit ini mencapai 25% hingga 10 tahun ke depan. Hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) menunjukkan bahwa proporsi kematian karena kanker serviks meningkat dari 1,3% pada tahun 1976 menjadi 4,8% pada tahun 1992 (Nuranna, 1992). Menurut Yayasan Kanker Indonesia (2006), kanker serviks menempati urutan pertama dengan angka kejadian sebesar 16%, yang kemudian disusul dengan kanker payudara (15%). Menurut Globocan (2011), sebanyak 37 wanita di Indonesia didiagnosis menderita kanker serviks setiap hari dan satu wanita meninggal setiap satu jam karena kanker ini. Di Rumah Sakit dr. Cipto Mangunkusumo, kanker serviks mencapai 76,2% dari 1717 kanker ginekologi dari tahun 1989-1992 dengan angka harapan hidup selama 5 tahun berkisar antara 56,7% - 72%.

(24)

2.2.3. Etiologi Kanker Serviks

Penyebab langsung dari kanker serviks belum diketahui secara pasti. Kanker sendiri merupakan penyakit yang tidak hanya disebabkan oleh etiologi tunggal tetapi multifaktorial. Namun secara umum faktor-faktor yang dianggap sebagai penyebab kanker adalah faktor kimia, radiasi, virus, dan hormon (Bustan, 2000).

Faktor etiologi kanker serviks berasal dari kelamin, maka beberapa faktor yang ditularkan melalui hubungan seksual dapat terlibat dalam proses inisiasi neoplastik. Ada dua faktor yang perlu mendapat perhatian yaitu, smegma dan infeksi virus(Sitopu, 2011).

Smegma adalah sel deskuamasi dan sekresi sebaseus di bawah preputium pada pria yang tidak disunat, dahulu dianggap sebagai faktor etiologi kanker serviks, tetapi ternyata tidak terbukti secara laboratorium maupun epidemiologik.

Human Papiloma Virus (HPV) memegang peranan sebagai faktor pencetus penyakit ini. Virus ini menimbulkan proliferasi pada permukaan epidermal dan mukosa. Infeksi HPV sering terdapat pada wanita yang aktif secara seksual. Dari hasil pemeriksaan laboratorium pada sebagian besar pengidap kanker serviks ditemukan virus HPV tersebut.

2.2.4. Faktor Risiko Kanker Serviks

Faktor risiko adalah faktor yang mempermudah terjadinya kanker serviks, yaitu:

a. Umur

Pada umumnya kanker serviks sering ditemukan antara umur 30-60 tahun. Insiden terbanyak terjadi pada umur 40-50 tahun, tetapi akan menurun drastis pada umur 60 tahun (Parson yang dikutip dari Sitopu, 2011).

(25)

b. Perkawinan pada usia muda

Semakin muda seorang wanita melakukan hubungan seksual, maka semakin besar risiko terjadinya kanker serviks pada wanita tersebut. Menurut Aziz (2007), wanita yang menikah berusia <16 tahun memiliki risiko 10-12 kali lebih besar menderita kanker serviks dari pada wanita yang telah berusia 20 tahun. Serviks pada remaja lebih rentan terhadap stimulus karsinogen karena terdapat proses metaplasia skuamos yang aktif, yang terjadi di dalam zona transformasi selama periode perkembangan. Proses metaplasia ini biasanya merupakan suatu proses fisologis, tetapi dibawah pengaruh karsinogen. Perubahan sel dapat terjadi sehingga mengakibatkan suatu zona transformasi yang tidak khas. Perubahan yang tidak khas ini menginisiasi suatu proses yang disebut neoplasia intraepitel serviks (Cervix Intraephitel Neoplasma=CIN) yang merupakan fase prainvasif dari kanker serviks (Tambunan, 1996 ; Hidayati, 2001).

c. Jumlah paritas

Kanker serviks paling banyak ditemukan pada wanita yang sering melahirkan, umumnya 3-5 kali melahirkan (Tambunan, 1996).

Menurut Matingly, kanker serviks memang banyak dijumpai pada wanita yang memiliki riwayat paritas tinggi, tetapi tidak jelas bagaimana hubungannya antara jumlah persalinan dengan terjadinya kanker serviks karena pada wanita yang tidak kawin dan tidak melahirkan juga dijumpai kanker serviks meskipun jumlahnya lebih sedikit (Yakub, 1993).

d. Kebiasaan berganti pasangan

(26)

e. Pendidikan

Berdasarkan penelitian Surbakti (2004), pendidikan memiliki hubungan dengan terjadinya kanker serviks, yaitu wanita dengan tingkat pendidikan rendah memiliki faktor risiko terkena kanker serviks 2 kali lebih tinggi dari pada wanita dengan tingkat pendidikan tinggi.

f. Agen Infeksius

Terdapat sejumlah bukti yang menunjukkan bahwa HPV merupakan penyebab terjadinya neoplasia servikal. HPV tipe 6 dan 11 berhubungan erat dengan displasia ringan yang sering regresi. HPV tipe 16 dan 18 dihubungkan dengan displasia berat, yang jarang regresi dan seringkali progresif menjadi karsinoma in situ (Aziz, 2002). Walaupun semua Herpes Simplex Virus (HSV) tipe 2 belum didemonstrasikan pada sel tumor, teknik hibridisasi in situ telah menunjukkan terdapat HSV RNA spesifik pada sampel jaringan wanita dengan displasia serviks. Infeksi Trikomonas, Sifilis, dan Gonokokus juga ditemukan berhubungan dengan kanker serviks.

g. Sosial ekonomi

Kanker serviks sering ditemukan pada golongan wanita sosioekonomi rendah. Hal ini biasanya dikaitkan dengan higienitas, sanitasi, pemeliharaan kesehatan yang kurang baik, pendidikan rendah, kawin usia muda, jumlah anak yang banyak, pekerjaan dan penghasilan yang tidak tetap, serta faktor gizi yang kurang akan memudahkan terjadinya infeksi akibat imunitas tubuh yang menurun (Yakub, 1993).

h. Merokok

Rokok atau tembakau mengandung bahan-bahan karsinogenik. Asap rokok menghasilkan polyciklic aromatic hydrocarbonas heterocyclic amine yang sangat karsinogen , sedangkan bila dikunyah akan menghasilkan nitrosamin. Bahan yang berasal dari tembakau yang dihisap terdapat di getah serviks wanita perokok dan dapat menjadi ko karsinogenikinfeksi virus (Sitopu, 2011). Hasil penelitian menyimpulkan bahwa semakin banyak dan lama wanita

merokok, maka semakin tinggi risiko untuk terkena kanker serviks (Hidayati,

(27)

i. Kontrasepsi

Pemakaian kontrasepsi oral lebih dari 4 tahun dapat meningkatkan risiko terkena kanker serviks 1,5-2,5 kali. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa kontrasepsi oral menyebabkan wanita sensitif terhadap HPV yang dapat menyebabkan adanya peradangan pada genitalia (Hidayati, 2001). Pil kontrasepsi oral diduga akan menyebabkan defisiensi asam folat yang mengurangi metabolisme mutagen, sedangkan estrogen kemungkinan menjadi salah satu kofaktor yang membuat replikasi DNA HPV (Melva, 2008)

2.2.5. Patologi

Karsinoma timbul di batas antara epitel yang melapisi ektoserviks (porsio) dan endoserviks (kanalis servikalis) yang disebut sebagai squamo-columnar junction (SCJ), histologi antara epitel gepeng berlapis (squamous complex) dari porsio dengan epitel kolumnar dari endoserviks. Pada wanita muda, SCJ berada di luar ostium uteri eksternum, sedangkan pada wanita berumur lebih dari 35 tahun, SCJ berada di dalam kanalis servikalis.

Tumor dapat tumbuh : 1) eksofitik mulai dari SCJ ke arah lumen vagina sebagai masa proliferatif yang mengalami infeksi sekunder dan nekrosis; 2) endofitik mulai dari SCJ tumbuh ke dalam stroma serviks dan cenderung untuk mengadakan infiltrasi menjadi ulkus; 3) ulseratif mulai dari SCJ dan cenderung merusak struktur jaringan serviks dengan melibatkan awal fornises vagina untuk menjadi ulkus yang luas ( Prawirohardjo dan Wiknjosastro, 2008).

(28)

2.2.6. Gambaran Klinis Kanker Serviks a. Keputihan

Pada permulaan penyakit yaitu pada stadium praklinik (karsinoma in situ dan mikroinvasif) belum dijumpai gejala yang spesifik, bahkan sering tidak mempunyai gejala. Tetapi awalnya keluar cairan mukus yang encer, keputihan seperti krem yang tidak gatal, kemudian menjadi merah muda, lalu kecoklatan seperti air kotoran (Surbakti, 2004). Cairan yang keluar dari vagina ini makin lama akan berbau busuk akibat infeksi dan nekrosis jaringan (Prawirohardjo dan Wiknjosastro, 2008).

b. Perdarahan pervaginam

Pada awal stadium invasif kanker serviks, keluhan perdarahan diluar siklus haid sering terjadi. Perdarahan timbul akibat terbukanya pembuluh darah yang semakin lama akan lebih sering terjadi dan dapat menyebabkan pasien anemia. Anemia dan shock biasanya dijumpai pada pasien stadium lanjut (Prawirohardjo dan Wiknjosastro, 2008).

c. Perdarahan kontak

Perdarahan yang dialami segera setelah senggama merupakan gejala kanker serviks (75-80%) dan biasanya terjadi pada awal stadium invasif (Prawirohardjo dan Wiknjosastro, 2008).

d. Nyeri

Rasa nyeri biasanya dirasakan pada perut bagian bawah dan bagian sekitar panggul yang bersifat unilateral. Nyeri bersifat progresif, sering dimulai dengan low back pain di daerah lumbal, menjalar ke pelvis dan tungkai bawah, gangguan miksi, dan berat badan semakin lama akan semakin menurun, khususnya pada stadium lanjut (Tambunan, 1996).

e. Konstipasi

(29)

f. Inkotinensia urin

Gejala ini sering terjadi pada stadium lanjut, merupakan komplikasi akibat terbentuknya fistula dari kandung kemih ke vagina karena lanjutan dari metastasis kanker serviks (Tambunan, 1996).

g. Gejala-gejala lain

(30)

2.2.7. Stadium Klinik Kanker Serviks

[image:30.595.105.514.238.729.2]

Stadium klinik kanker serviks ditentukan berdasarkan pemeriksaan fisik (inspeksi dan palpasi), kolposkopi, histopatologi biopsi atau konisasi, kerokan endoserviks, urografi dan survei metastasis. Stadium yang paling sering digunakan adalah klasifikasi menurut FIGO.

Tabel 2.1. Stadium Kanker Serviks FIGO 2000 Stadium Keterangan

0 Lesi belum menembus membran basalis I Lesi tumor masih terbatas di serviks

IA1 Lesi telah menembus membran basalis kurang dari 3 mm dengan diameter permukaan tumor <7 mm

IA2 Lesi telah menembus membran basalis >3 mm tetapi tetapi <5 mm dengan diameter permukaan tumor <7 mm

IB1 Lesi terbatas di serviks dengan ukuran lesi primer <4cm IB2 Lesi terbatas di serviks dengan ukuran lesi primer >4cm II Lesi telah keluar dari serviks (meluas ke parametrium dan

sepertiga proksimal vagina)

IIA Lesi meluas ke sepertiga vagina proksimal

IIB Lesi telah meluas ke parametrium tetapi tidak mencapai dinding panggul

III Lesi telah keluar dari serviks (menyebar ke parametrium dan atau sepertiga vagina distal)

IIIA Lesi menyebar ke sepertiga vagina distal

IIIB Lesi menyebar ke parametrium sampai dinding panggul IV Lesi menyebar keluar dari organ genitalia

IVA Lesi meluas keluar organ panggul, dan atau menyebar ke mukosa vesika urinaria

(31)

2.2.8. Pengobatan

Jika diagnosis kanker serviks telah dipastikan secara histopatologi, maka pengobatan harus segera dilakukan. Pilihan pengobatan pada kanker serviks dilakukan dengan mempertimbangkan berberapa faktor, diantaranya letak dan luas lesi, usia, jumlah anak dan keinginan untuk menambah jumlah anak lagi, adanya penyakit lain pada uterus, keadaan sosioekonomi, dan fasilitas yang tersedia (Yakub, 1993).

Pengobatan kanker serviks dilakukan berdasarkan stadium klinis penyakit, secara umum dapat digolongkan kedalam tiga golongan terapi, yaitu:

1. Operasi

Operasi dilakukan pada stadium klinis I dan II, meliputi histerektomi radikal, histerektomi ekstrafasial, dan limpadenoktomi. Pada stadium klinis II, selain operasi juga dilakukan terapi radiasi (Tambunan, 1996). 2. Radioterapi

Radioterapi adalah terapi yang dilakukan dengan menggunakan sinar X berkekuatan tinggi. Terapi radiasi dilakukan pada stadium klinis IB. Selain radiasi, kadang juga dilakukan kemoterapi sebagai terapi kombinasi (Surbakti, 2004).

3. Kemoterapi

Kemoterapi dilakukan bila terapi radiasi tidak mungkin dilakukan karena metastasis sudah sangat jauh. Umumnya diberikan pada stadium klinis IVB dan hanya bersifat paliatif (Prawirohardjo dan Wiknjosastro, 2008).

2.2.9. Prognosis Kanker Serviks

Faktor-faktor yang menentukan prognosis adalah umur penderita, keadaan umum, stadium klinis keganasan, ciri-ciri histologi sel tumor, kemampuan ahli yang menangani, dan fasilitas pengobatan yang tersedia (Prawirohardjo dan Wiknjosastro, 2008). Kemampuan mempertahankan kelangsungan hidup (survival rate) 5 tahun setelah pengobatan, yaitu:

(32)

Untuk stadium klinis II: 30-40% Untuk stadium klinis IV: <10%

2.2.10. Pencegahan

Pencegahan kanker dilakukan dengan cara penghindaran terhadap faktor risiko. Ada beberapa kegiatan pokok untuk pencegahan kanker, yaitu:

a. Pencegahan primer yaitu dengan mengurangi pemaparan terhadap faktor risiko dan peningkatan daya tahan tubuh terhadap bahan karsinogenik dengan cara pembinaan pola hidup sehat.

b. Pencegahan sekunder

Deteksi dini bertujuan untuk menemukan penyakit pada fase prakanker. Salah satu bentuk pencegahan sekunder adalah pemeriksaan pap smir secara teratur. Pap smir adalah semata-mata alat skrining terutama pada wanita yang asimtomatis.

Pemeriksaan pap smir ditujukan pada wanita yang telah melakukan hubungan seksual. Bagi wanita yang hidup normal, terutama wanita yang tidak berganti-ganti pasangan, tidak melakukan hubungan seksual <20 tahun, selalu merawat kebersihan alat kelamin, dan tidak merokok, pemeriksaan pap smir dapat dilakukan sekali setahun. Pada wanita dengan risiko tinggi sebaiknya melakukan pemeriksaan dua kali setahun secara teratur selama dua tahun. Jika hasilnya negatif, maka pemeriksaan selanjutnya dapat dilakukan setiap 3 tahun sekali sampai berumur 65 tahun (Hidayati, 2001).

Pemeriksaan pap smir dapat dilakukan kapan saja, kecuali pada masa haid karena darah haid dapat mengaburkan pada saat pembacaan di bawah mikroskop.

(33)

c. Pencegahan tersier

Pencegahan tersier dilakukan dengan penyuluhan dan konseling terhadap penderita kanker serviks agar dapat menjalani kehidupan seksualnya secara normal.

2.3. Paritas

2.3.1. Definisi Paritas

Paritas menurut kamus kedokteran Dorlan adalah keadaan wanita sehubungan dengan kelahiran anak yang hidup.

2.3.2. Klasifikasi Paritas

Paritas dapat dibedakan menjadi primipara, multipara, dan grandemultipara (Prawirohardjo, 2009).

a. Primipara

Primipara adalah wanita yang telah melahirkan seorang anak, yang cukup besar untuk hidup di dunia luar (Varney, 2007).

b. Multipara

Multipara adalah wanita yang melahirkan anak lebih dari satu kali (Prawirohardjo, 2009).

Multigravida adalah wanita yang sudah hamil dua kali atau lebih (Varney, 2007).

c. Grandemultipara

Grandemultipara adalah wanita yang pernah melahirkan bayi 6 kali atau lebih, hidup atau mati (Mochtar, 2005).

(34)

2.3.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Paritas a. Pendidikan

Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang terhadap perkembangan orang lain menuju ke arah suatu cita-cita tertentu. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka semakin mudah dalam menyerap informasi, sehingga kemampuan ibu dalam berpikir lebih rasional. Ibu yang mempunyai tingkat pendidikan tinggi akan lebih berpikir rasional bahwa jumlah anak yang ideal adalah 2 orang (Friedman, 2003).

b. Pekerjaan

Pekerjaan adalah simbol status seseorang di masyarakat. Pekerjaan merupakan jembatan untuk memperoleh uang dalam rangka memenuhi kebutuhan hidup dan mendapatkan pelayanan kesehatan yang diinginkan. Banyak anggapan bahwa bila status pekerjaan seseorang tinggi, maka boleh mempunyai anak banyak karena mampu dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari dengan baik (Friedman, 2003).

c. Latar belakang budaya

Kebudayaan secara tidak sadar mempengaruhi sikap seseorang di dalam masyarakat. Latar belakang budaya Indonesia yang menyatakan “Banyak anak banyak rezeki” telah mempengaruhi pola pikir dan sikap ibu tentang jumlah anak yang diinginkannya.

d. Pengetahuan

Pengetahuan merupakan faktor yang mempengaruhi perilaku. Apabila ibu mengetahui dan memahami berapa jumlah anak yang ideal, maka ibu tersebut akan berperilaku sesuai dengan apa yang ia ketahui (Friedman, 2003).

2.3.4. Hubungan Paritas dengan Terjadinya Kanker Serviks

(35)
(36)

BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1. Kerangka Konsep

[image:36.595.131.504.248.501.2]

Berdasarkan tujuan penelitian di atas, maka kerangka konsep dalam penelitian ini adalah:

Gambar 3.1. Kerangka Konsep

3.2. Variabel dan Definisi Operasional 3.2.1. Paritas

Paritas adalah jumlah persalinan yang pernah dialami oleh penderita kanker serviks dengan bayi hidup atau mati.

a. Cara Ukur : dengan menganalisis data rekam medis yang menunjukkan paritas pasien yang didiagnosis kanker serviks.

b. Alat Ukur : data rekam medis

Paritas ≥3

Paritas <3 Paritas ≥3 Paritas <3

Histopatologi serviks

(37)

c. Hasil Ukur : dalam hal ini, paritas dibagi 2, yaitu : 1. <3 kali

2. ≥3 kali

d. Skala Pengukuran : nominal

3.2.2. Kanker Serviks

Kanker serviks adalah kanker yang terjadi pada serviks uteri, dalam hal ini berdasarkan hasil diagnosis dokter yang tertulis di rekam medis.

a. Cara Ukur : Menganalisis data rekam medis sediaan histopatologi serviks. b. Alat Ukur : data rekam medis

c. Hasil Ukur : kanker serviks dan non kanker serviks d. Skala Pengukuran : Nominal

3.3. Hipotesis

Dengan mempertimbangkan landasan teori yang telah dikemukakan sebelumnya, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah :

(38)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan studi analitik observasional dengan menggunakan pendekatan cross sectional yang menilai hubungan antara faktor risiko dengan keajadian penyakit.

4.2. Waktu & Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan dengan mengumpulkan data sekunder selama satu tahun mulai dari bulan Januari 2011 sampai dengan Desember 2011.

Penelitian ini telah dilaksanakan di RSUD. dr. Pirngadi Medan, pemilihan lokasi tersebut karena RSUD. dr. Pirngadi Medan merupakan rumah sakit pendidikan, rumah sakit rujukan tipe B, dan memiliki data rekam medis yang baik.

4.3. Populasi dan Sampel 4.3.1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien yang didiagnosis kanker dan bukan kanker serviks berdasarkan rekam medis sediaan histopatologi serviks di RSUD dr. Pirngadi Medan mulai dari bulan Januari 2011 sampai dengan Desember 2011.

4.3.2. Sampel

Sampel pada penelitian ini menggunakan total sampling, dimana seluruh populasi digunakan sebagai sampel penelitian yang telah memenuhi criteria inklusi dan eksklusi.

a. Kriteria Inklusi

(39)

b. Kriteria Eksklusi

Rekam medis yang rusak, tidak terbaca, dan tidak ditemukan.

4.4. Teknik Pengumpulan Data

Jenis data yang dikumpulkan pada penelitian ini adalah data sekunder, yaitu data rekam medis bagian Patologi Anatomi dan data rekam medis pada bagian Ginekologi di RSUD. dr. Pirngadi Medan pada bulan Januari 2011 sampai Desember 2011.

4.5. Pengolahan dan Analisis Data

(40)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil Penelitian

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian ini berlangsung di Rumah Sakit Umum dr. Pirngadi Medan yang berlokasi di jalan Prof. HM. Yamin, SH, jalan Perintis Kemerdekaan, dan jalan Thamrin Medan. Rumah Sakit Umum dr. Pirngadi merupakan rumah sakit milik Pemerintah Kota Medan dengan kualifikasi kelas B pendidikan berdasarkan akreditasi Departemen Kesehatan Republik Indonesia nomor HK.00.06.3.5.738 tanggal 9 Februari 2007. Penelitian ini dilakukan di bagian Patologi Anatomi dan bagian rekam medis Rumah Sakit Umum dr. Pirngadi Medan.

5.1.2. Deskripsi Karakteristik Sampel

Sampel penelitian ini adalah seluruh pasien yang didiagnosis kanker dan bukan kanker serviks berdasarkan hasil pemeriksaan histopatologi serviks. Jumlah data yang dijadikan sampel dalam penelitian adalah sebanyak 111 orang.

a. Umur

[image:40.595.112.517.580.753.2]

Berdasarkan umur, hasil penelitian ini memperoleh sampel terbanyak pada kelompok umur 41-50 tahun sebanyak 39 orang (35,1 %) dan terendah pada kelompok umur ≤20 tahun sebanyak 1 orang. Hal ini dapat dilihat pada table 5.1.

Tabel 5.1. Distribusi Sampel Berdasarkan Umur

Kelompok Umur Frekuensi Persentase (%)

≤20 1 0,9

21–30 7 6,3

31–40 19 17,1

41–50 39 35,1

51–60 31 27,9

≥6 1 14 12,6

(41)
[image:41.595.110.518.229.401.2]

Berdasarkan umur, hasil penelitian ini memperoleh sampel yang didiagnosis kanker serviks terbanyak pada kelompok umur 51-60 tahun sebanyak 21 orang (36,8 %), sedangkan pada kelompok umur ≤20 tahun tidak ditemukan kasus kanker serviks.

Tabel 5.2. Distribusi Umur Sampel dengan Kanker Serviks

Kelompok Umur Frekuensi Persentase (%)

≤20 0 0

21–30 2 3,5

31–40 8 14

41–50 18 31,6

51–60 21 36,8

≥6 1 8 14

Total 57 100,0

b. Diagnosis Kanker Serviks

Berdasarkan karakteristik diagnosis histopatologi serviks, hasil penelitian ini memperoleh sampel dengan diagnosis kanker serviks sebanyak 57 orang (51,4 %) dan bukan kanker serviks sebanyak 54 orang (48,6 %). Hal ini dapat dilihat pada tabel 5.3.

Tabel 5.3. Distribusi Sampel Berdasarkan Diagnosis Kanker Serviks

Diagnosis Frekuensi Persentase (%)

Non Kanker Serviks 54 48,6

Kanker Serviks 57 51,4

Total 111 100

c. Paritas

[image:41.595.110.517.559.643.2]
(42)
[image:42.595.107.515.136.220.2]

Tabel 5.4. Distribusi Sampel Berdasarkan Jumlah Paritas

Jumlah Paritas Frekuensi Persentase (%)

<3 42 37,8

≥3 69 62,2

Total 111 100,0

5.1.3. Hasil Analisis Data

a. Gambaran Distribusi Paritas Sampel dengan Kanker Serviks

Tabel 5.5. Distribusi Paritas Sampel dengan Kanker Serviks

Paritas Frekuensi Persentase (%)

0 6 10.5

1 2 3.5

2 5 8.8

3 8 14.0

4 16 28.1

5 6 10.5

6 6 10.5

7 2 3.5

8 4 7.0

9 1 1.8

11 1 1.8

Total 57 100.0

[image:42.595.117.508.309.585.2]
(43)

b. Hubungan antara Paritas dengan Kanker Serviks

[image:43.595.109.517.233.385.2]

Penelitian ini bertujuan untuk melihat ada atau tidaknya hubungan antara jumlah paritas dengan kejadian kanker serviks. Data hasil penelitian dapat dilihat pada tabel 5.6.

Tabel 5.6. Hubungan Paritas dengan Kanker Serviks

Paritas Kanker Total p RP CI

95 % Kanker

Serviks

Non Kanker Serviks

N % N % N %

≥ 3 44 77,2 25 46,3 69 100 0,001 2,060 1,268-3,348 < 3 13 22,8 29 53,7 42 100

Total 57 100 54 100

Dari tabel 5.6. dapat dilihat bahwa 77,2 % wanita yang didiagnosis kanker serviks memiliki jumlah paritas ≥3 kali, sedangkan wanita yang didiagnosis non kanker serviks paling sering memiliki jumlah paritas <3 kali sebanyak 53,7 %.

(44)

5.2. Pembahasan

Pada penelitian ini didapatkan proporsi terbesar penderita kanker serviks adalah kelompok umur 51-60 tahun sebanyak 21 orang (36,8 %). Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Melva (2008) yang menemukan bahwa penderita kanker serviks terbanyak berada pada kelompok umur ≥40 tahun sebesar 76,7 %. Pada kelompok umur ≥20 tahun tidak ditemukan kasus kanker serviks, hal ini mungkin disebabkan karena rendahnya jumlah paritas wanita dengan umur ≥20 tahun dan masih rendahnya faktor risiko lain, seperti belum pernah melakukan hubungan seksual.

Dari hasil penelitian didapatkan proporsi terbesar penderita kanker serviks adalah wanita yang memiliki paritas ≥3 kali sebanyak 44 orang (77,2 %), khususnya pada wanita dengan jumlah paritas 4 kali sebanyak 16 orang (28,1 %). Hasil ini sejalan dengan penelitian Nasution (2010) yang menemukan bahwa 58,5 % penderita kanker serviks merupakan multipara. Irianti (2003) menemukan bahwa penderita kanker serviks mayoritas memiliki paritas >3 kali sebanyak 82,1 %, sedangkan menurut penelitian Aida (2010) jumlah paritas paling sering adalah ≥6 kali (58,7 %).

Paritas sebanyak 9 dan 11 kali hanya ditemukan kasus kanker serviks sebanyak 1 orang, hasil ini tidak mendukung teori yang menyebutkan bahwa semakin banyak jumlah paritas semakin besar risiko terjadinya kanker serviks. Hal tersebut mungkin terjadi karena perubahan kebiasaan wanita zaman sekarang yang hanya memiliki anak sebanyak 3-4 orang, sehingga hasil tersebut tidak dapat dijadikan acuan bahwa jumlah anak 9 dan 11 orang bukan risiko terjadinya kanker serviks.

(45)

lebih besar menderita kanker serviks. Menurut hasil penelitian IARC (2002), pada wanita nulipara (paritas 1-2) memiliki risiko menderita kanker serviks 1,8 kali, sedangkan wanita dengan paritas 3-6 memiliki risiko 2,6-2,8, dan risiko 3,8 kali pada wanita dengan paritas ≥7.

Menurut hasil penelitian Melva (2008), paritas <3 merupakan faktor protektif terhadap kejadian kanker serviks pada wanita, sedangkan menurut Hoyo, et al. (2007), paritas >5 merupakan faktor risiko terjadinya kanker serviks.

Menurut teori pada umumnya kanker serviks paling banyak dijumpai pada wanita yang sering melahirkan. Hal ini diduga akibat perubahan hormonal yang terjadi selama masa kehamilan dan trauma servikal yang terjadi saat melahirkan (ACCP, 2004). Kehamilan juga dihubungkan dengan terjadinya immunosuppression yang memungkinkan terjadinya proses keganasan dan replikasi HPV (Hoyo, et al., 2007). Menurut Manuaba (2002), peningkatan kejadian infeksi semakin besar pada kehamilan dan persalinan ≥3 kali,

diperkirakan risiko 3-5 kali lebih besar pada wanita yang sering partus untuk terjadi kanker serviks.

(46)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan penelitian, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Ditemukan kejadian kanker serviks lebih banyak pada sampel yang memiliki jumlah paritas ≥3 kali sebanyak 44 orang (77,2 %). Proporsi terbesar adalah pada wanita dengan jumlah paritas 4 kali sebesar 28,1 %. 2. Melalui uji Chi Square dan kemaknaan nilai RP, diketahui keeratan

hubungan antara paritas sebagai faktor risiko terjadinya kanker serviks, yakni wanita yang memiliki paritas ≥3 kali mempunyai risiko menderita kanker serviks 2,060 lebih besar dibandingkan dengan wanita yang memiliki paritas <3 kali.

6.2. Saran

Dari seluruh proses penelitian yang telah dijalankan, dapat diungkapkan beberapa saran yang mungkin bermanfaat bagi semua pihak yang berperan dalam penelitian ini.

1. Kebanyakan penderita datang pada stadium lanjut, sehingga diharapkan bagi petugas kesehatan dan instansi terkait untuk meningkatkan upaya sosialisasi kepada masyarakat mengenai deteksi dini kanker serviks kepada keluarga pasien dan masyarakat umum.

2. Diharapkan kepada petugas kesehatan khususnya di Rumah Sakit Umum dr. Pirngadi agar semua pasien yang menderita kanker serviks ditanya secara lengkap dan juga mencantumkan hasil diagnosis pada rekam medis dengan lengkap.

(47)

Berencana sebagai salah satu cara untuk menurunkan risiko terjadinya kanker serviks.

4. Kepada wanita disarankan untuk membatasi jumlah kehamilan dan kelahiran anak dengan mengikuti program Keluarga Berencana (KB), yaitu cukup melahirkan 2 anak saja, sehingga dapat menurunkan risiko terjadinya kanker serviks.

(48)

DAFTAR PUSTAKA

Aida, 2010. Karakteristik penderita kanker serviks yang dirawat inap di RSUP. H. Adam Malik Medan tahun 2009. Medan: FK USU.

Alliance for Cervical Cancer Prevention, 2004. Risk Factors for Cervical Cancer: Evidence to Date. USA: Alliance for Cervical Cancer Prevention.

Available from:

[Accessed 12 April 2012]

Aziz, M.F., 2000. Skrining dan Deteksi Dini Penyakit Kanker. Jakarta: FK UI. Aziz, M.F., 2002. Skrining dan Deteksi Dini Kanker Serviks. In: Ramli, M.,

Umbas, R., & Panigoro , S.S., ed. Deteksi Dini Kanker. Jakarta: FK UI: 97-100

Aziz.M.F., 2007. Program Pencegahan Kanker Serviks See and Treat. Jakarta: FK UI.

Bustan, M.N., 2000. Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Jakarta: Rineka Cipta : 71-80.

Evennett, K., 2003. Pap Smear: Apa yang Perlu Anda Ketahui. Jakarta: Arcan. FIGO Committee on Gynecologic Oncology, 2006. Staging Classifications and

Clinical Practice Guidelines for Gynaecological Cancers. Available from: http://www.figo.org/files/figo-corp/docs/staging_booklet.pdf

Globocan, 2011. Cervical Cancer. Available from: [Accessed 10 April 2012].

Friedman, M.M., 2003. Keperawatan Keluarga: Teori dan Praktek. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.

[Accessed 20 Maret 2012]

Hidayati, W.B., 2001. Kanker Serviks Displasia Dapat Disembuhkan. Medika XXVIII (3): 97

(49)

International Agency for Research on Cancer (IARC), 2002. Oral Contraceptives, Parity, and Cervical Cancer. USA: Alliance for Cervical Cancer Prevention. Available from:

Irianti, E., 2003. Karakteristik Penderita Kanker Serviks Uteri Rawat Inap Di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan Tahun 1998 – 2002. Medan: FK USU.

Junqueira, L.C. & Carneiro, J., 2007. Sistem Reproduksi Wanita. In: Junqueira, L.C. & Carneiro, J., ed. Histologi Dasar Teks dan Atlas. 10th ed. Jakarta : EGC. 441 – 446.

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia,. Vaksin HPV Untuk Perangi Kanker

Serviks. Available from

Maret 2012]

Kumala, P., Komala, S., Santoso, A.H., Sulaiman, J.R., Rienita, Y., Nuswantari, D., 2011. Kamus Saku Kedokteran Dorland. 28th ed. Jakarta: EGC.

Manuaba, 2002. Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin Obstetri Ginekologi/KB. 1st ed. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.

Medicastrore. 2012. Kanker Leher Rahim (Serviks). Available from:

[Accessed 25 Maret 2012]

Melva, 2008. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kejadian Kanker Leher Rahim Pada Penderita yang Datang Berobat di RSUP. H. Adam Malik Medan

Tahun 2008. Medan: FK USU.Tesis.

Mochtar, R., 2005. Sinopsis Obstetri: Obstetri Operatif, Obstetri Sosial. Jakarta: EGC.

(50)

Norwitz, E., 2008. At a Glance Obstetri dan Ginekologi. 2nd ed. Jakarta: Erlangga. Novak, E. R., 2007. Berek & Novak’s Textbook of Gynecology 14th ed. London:

The Williams & Wilkins

Nuranna, L., 1992. Tindak Lanjut Test Pap Abnormal dan Permasalahan Pelaksanaan di Indonesia. MOGI 28 (1): 47-54.

Prawirohardjo, S., 2009. Ilmu Kebidanan. Jakarta: P.T. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Prawirohardjo, S. & Wiknjosastro, H., 2008. Ilmu Kandungan. Jakarta: P.T. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo

Robbins, Kumar & Cotran, 2007. Buku Ajar Patologi Volume 2. 7th ed. Jakarta: EGC.

Sarjadi, 1995. Patologi Ginekologi. Jakarta: Hipokrates: 44-56.

Sastroasmoro, S. & Sofyan, I., 2011. Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis. 4th ed. Jakarta: Sagung Seto.

Sitopu, S.D., 2011. Hubungan Karakteristik, Pengetahuan dan Sikap Ibu Serta Dukungan Suami dengan Tindakan Pap Smear di RSUP. H. Adam Malik

Medan. Medan: FK USU.Tesis.

Snell, R. S., 2006. Anatomi Klinik. 6th ed. Jakarta:EGC. 350-360.

Surbakti, E. 2004. Pendekatan Faktor Risiko Sebagai Rancangan Alternatif dalam Penanggulangan Kanker Serviks Uteri di RSU Pirngadi Medan. Medan: Tesis FK USU.

Tambunan, G. W., 1996. Diagnosis dan Tatalaksana Sepuluh Jenis Kanker Terbanyak di Indonesia. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Tortora, G.J., 2007. The Reproductive Systems. In: Tortora, G.J. & Derrickson, B.H., ed. Principles of Anatomy and Physiology. Edisi 12. London : Harper & Row: 1095-1105.

Varney, H., 2007. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Volume 2. 4th ed. Jakarta: EGC: 36-39.

World Health Organization, 2005. Cancer of Cervix. Available from :

(51)

Yakub, M.Y., 1993. Tinjauan Kasus Penderita Kanker Leher Rahim yang Dirawat di RSU Pirngadi Medan Periode 1 Januari 1981-31 Desember

(52)

LAMPIRAN 1

RIWAYAT HIDUP PENELITI

Nama : Amanda Fulviona

Tempat/Tanggal Lahir : Batusangkar/20 Oktober 1991

Agama : Islam

Alamat : Jalan Pikauli No. 6 USU Medan Orang Tua : Ayah : M.Yenis SH, MPd, MH

Ibu : Ismaizar SPd

(53)

LAMPIRAN 2

(54)

LAMPIRAN 3

(55)

LAMPIRAN 4

DATA INDUK PENELITIAN

No. MR Usia Kanker

Serviks

Paritas

1 127 58 + 3

2 295 50 + 3

3 956 51 + 3

4 577 40 + 2

5 179 55 + 5

6 816 53 + 4

7 916 78 + 6

8 652 45 + 5

9 369 68 + 0

10 053 62 + 1

11 625 44 + 3

12 076 51 + 3

13 960 43 + 8

14 584 51 + 4

15 830 43 + 0

16 089 53 + 3

17 098 45 + 1

18 788 42 + 4

19 635 29 + 0

20 479 46 + 8

21 670 54 + 3

22 721 40 + 4

23 608 45 + 4

24 862 65 + 8

25 257 52 + 5

26 972 38 + 4

27 017 37 + 4

28 006 44 + 8

29 262 38 + 5

30 878 56 + 5

31 325 41 + 2

32 871 45 + 6

33 119 33 + 4

34 861 49 + 0

35 485 47 + 4

36 604 54 + 6

37 820 47 + 11

(56)

39 957 66 + 4

40 636 51 + 4

41 604 35 + 4

42 277 29 + 3

43 995 60 + 6

44 730 54 + 4

45 670 54 + 4

46 951 53 + 0

47 162 49 + 4

48 507 62 + 7

49 529 39 + 2

50 876 63 + 0

51 926 53 + 4

52. 482 60 + 5

53. 751 35 - 0

54. 677 48 - 1

55. 880 46 - 0

56. 784 46 - 2

57. 393 54 - 5

58. 151 56 - 4

59. 559 66 - 6

60. 126 41 - 3

61. 725 66 - 8

62. 266 29 - 3

63. 679 57 - 6

64. 777 58 - 2

65. 396 41 - 0

66. 365 66 - 8

67. 004 31 - 2

68. 139 40 - 4

69. 189 27 - 1

70. 775 59 + 6

71. 295 30 - 1

72. 357 42 - 1

73. 534 48 - 7

74. 353 48 - 0

75. 388 28 - 0

76. 090 41 - 1

77. 671 38 - 3

78. 946 57 - 4

79. 783 67 + 7

80. 101 60 - 5

81. 677 43 - 1

(57)

83. 561 65 - 8

84. 369 37 - 2

85. 376 47 - 3

86. 363 36 - 3

87. 200 48 - 2

88. 207 40 - 2

89. 338 41 - 3

90. 087 53 - 3

91. 918 19 - 0

92. 917 42 - 1

93. 644 49 - 2

94. 844 38 - 3

95. 358 54 - 1

96. 280 48 - 2

97. 610 45 + 2

98. 668 41 - 3

99. 396 55 - 1

100. 247 43 - 2

101. 258 60 - 1

102. 079 35 - 1

103. 570 42 - 6

104. 608 45 - 3

105. 787 40 - 2

106. 645 49 - 5

107. 255 69 - 3

108. 662 51 + 9

109. 823 70 - 6

110. 069 38 - 2

(58)

LAMPIRAN 5

OUTPUT KOMPUTERISASI PENELITIAN

A. Distribusi Sampel Berdasarkan Umur

Umur Sampel

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid ≤20 1 .9 .9 .9

21-30 7 6.3 6.3 7.2

31-40 19 17.1 17.1 24.3

41-50 39 35.1 35.1 59.5

51-60 31 27.9 27.9 87.4

≥61 14 12.6 12.6 100.0

Total 111 100.0 100.0

B. Distribusi Umur Sampel dengan Kanker Serviks

Umur Sampel

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 21-30 2 3.5 3.5 3.5

31-40 8 14.0 14.0 17.5

41-50 18 31.6 31.6 49.1

51-60 21 36.8 36.8 86.0

≥61 8 14.0 14.0 100.0

(59)

C. Distribusi Sampel Berdasarkan Diagnosis Kanker Serviks

Diagnosis Kanker Serviks

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid Kanker Serviks 57 51.4 51.4 51.4

Non Kanker Serviks

54 48.6 48.6 100.0

Total 111 100.0 100.0

D. Distribusi Sampel Berdasarkan Jumlah Paritas

Paritas Sampel

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid ≥3 69 62.2 62.2 62.2

<3 42 37.8 37.8 100.0

(60)

E. Distribusi Paritas Sampel dengan Kanker Serviks

Paritas Pasien

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 0 6 10.5 10.5 10.5

1 2 3.5 3.5 14.0

2 5 8.8 8.8 22.8

3 8 14.0 14.0 36.8

4 16 28.1 28.1 64.9

5 6 10.5 10.5 75.4

6 6 10.5 10.5 86.0

7 2 3.5 3.5 89.5

8 4 7.0 7.0 96.5

9 1 1.8 1.8 98.2

11 1 1.8 1.8 100.0

Total 57 100.0 100.0

F. Hubungan Paritas dengan Kanker Serviks

Paritas * Diagnosis Kanker Crosstabulation Kanker Total Kanker Serviks Non Kanker Serviks

paritaskelompok ≥3 Count 44 25 69

% within Kanker

77.2% 46.3% 62.2%

<3 Count 13 29 42

% within Kanker

22.8% 53.7% 37.8%

Total Count 57 54 111

% within Kanker

(61)

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided) Pearson Chi-Square 11.254a 1 .001

Continuity Correctionb 9.979 1 .002 Likelihood Ratio 11.471 1 .001

Fisher's Exact Test .001 .001

Linear-by-Linear Association

11.153 1 .001

N of Valid Cases 111

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 20.43. b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

Value

95% Confidence Interval Lower Upper Odds Ratio for

paritaskelompok (risiko / tanpa risiko)

3.926 1.733 8.895

For cohort Kanker = Kanker Serviks

2.060 1.268 3.348

For cohort Kanker = Non Kanker Serviks

.525 .361 .762

Gambar

Gambar 2.1. Gambaran Histologi Serviks
Gambar 2.2. Zona Transformasi
Tabel 2.1. Stadium Kanker Serviks FIGO 2000
Gambar 3.1. Kerangka Konsep
+5

Referensi

Dokumen terkait

dapat dilihat bahwa proporsi tertinggi penderita kanker serviks berdasarkan penatalaksanaan medis adalah radioterapi 47,8% diikuti lain-lain (pemberian obat-obatan yang

Distribusi Frekuensi Penderita Kanker Serviks Berdasarkan Alat Kontrasepsi Yang Digunakan Di RSUD.dr.Pirngadi Kota Medan Tahun

Tabel 4.4 Karakteristik Kanker Serviks Menurut Stadium Pertama Kali Penderita Didiagnosis

persalinan di RSUD.dr.Pirngadi Kota Medan Tahun 2014 ...28 Tabel 5.4 : Distribusi frekuensi penderita kanker serviks berdasarkan riwayat. komplikasi persalinan

Ada hubungan antara paritas dengan kejadian kanker serviks, dimana kejadian kanker servik terjadi pada ibu yang berisiko tinggi yaitu ibu yang mempunyai anak 2-4

Pirngadi Medan agar meningkatkan pelayanan dan pemberian informasi kepada penderita kanker prostat yang pulang berobat melakukan pemeriksaan untuk mengurangi kadar PSA

Berdasarkan dari uraian di atas maka dilakukan penelitian tentang karakterisktik penderita kanker prostat yang dirawat di Rumah Sakit Umum Daerah Dr.5. 1.2

Distribusi proporsi keluhan utama penderita kanker serviks berdasarkan stadium klinik di Rumah Sakit Vina Estetica Medan tahun 2015 dapat dilihat pada gambar berikut ini