• Tidak ada hasil yang ditemukan

Energi Metabolis Ransum Mengandung Bungkil Inti Sawit dengan dan tanpa Penyaringan pada Ayam Broiler

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Energi Metabolis Ransum Mengandung Bungkil Inti Sawit dengan dan tanpa Penyaringan pada Ayam Broiler"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

ENERGI METABOLIS RANSUM MENGANDUNG BUNGKIL

INTI SAWIT DENGAN DAN TANPA PENYARINGAN PADA

AYAM BROILER

ARI CANDRA WIBAWA

DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN FAKULTAS PETERNAKAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Energi Metabolis Ransum Mengandung Bungkil Inti Sawit dengan dan tanpa Penyaringan pada Ayam Broiler adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Maret 2014

Ari Candra Wibawa

(4)

ABSTRAK

ARI CANDRA WIBAWA. Energi Metabolis Ransum Mengandung Bungkil Inti Sawit dengan dan tanpa Penyaringan pada Ayam Broiler. Dibimbing oleh NAHROWI dan RITA MUTIA.

Penelitian ini dilakukan untuk mengevaluasi energi metabolis ransum mengandung bungkil inti sawit dengan dan tanpa penyaringan pada ayam broiler. Sebanyak 20 ekor ayam broiler (berumur 5 minggu) disusun secara acak menjadi 4 perlakuan, 4 ulangan, dan 1 perlakuan endogenus. Perlakuan yang digunakan adalah P1= ransum mengandung 7.5% bungkil inti sawit tanpa disaring; P2= ransum mengandung 7.5% bungkil inti sawit disaring; P3= ransum mengandung 7.5% bungkil inti sawit disaring + batok; P4= ransum mengandung 7.5% bungkil inti sawit disaring + grit komersil. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode Farrell. Peubah yang diamati terdiri dari retensi energi, retensi nitrogen, dan energi metabolis (energi metabolis semu dan energi metabolis murni). Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa bungkil inti sawit disaring mengalami penurunan serat kasar 33.13% menjadi 30.58%. Retensi energi, retensi nitrogen, dan energi metabolis tidak nyata dipengaruhi oleh penyaringan. Dapat disimpulkan bahwa penyaringan bungkil inti sawit menggunakan saringan 0.5899 mm tidak mampu meningkatkan nilai energi metabolis ransum mengandung 7.5% bungkil inti sawit pada ayam broiler.

Kata kunci: ayam broiler, bungkil inti sawit, energi metabolis

ABSTRACT

ARI CANDRA WIBAWA. Metabolizable Energy Containing Palm Kernel Cake (PKC) with and without Screening on Broilers. Supervised by NAHROWI and RITA MUTIA.

Metabolizable energy of ration containing Palm Kernel Cake (PKC) with and without screening were evaluated in broilers. 20 broilers (5 weeks of age) were assigned randomly to 4 treatments and 4 replications. The treatments were P1= Diet containing 7.5% PKC without screening, P2= Diet containing 7.5% PKC with screening of PKC, P3= Diet containing 7.5% PKC screening+shell of PKC, P4= Diet containing 7.5% PKC screening+commercial grit. Parameters measured were energy retention, nitrogen retention and metabolizable energy (Apparent Metabolizable Energy, True Metabolizable Energy). The result showed that metabolizable energy of ration containing PKC with and without screening were not significant and were lower compared with metabolizable energy of commercial diet. It is concluded that screening of PKC using 0.589 mm mash was not effective to improve metabolizable energy of ration containing 7.5% PKC in broiler.

(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan

pada

Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan

ENERGI METABOLIS RANSUM MENGANDUNG BUNGKIL

INTI SAWIT DENGAN DAN TANPA PENYARINGAN PADA

AYAM BROILER

ARI CANDRA WIBAWA

DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN FAKULTAS PETERNAKAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(6)
(7)

Judul Skripsi: Energi Metabolis Ransum Mengandung Bungkil Inti Sawit dengan dan tanpa Penyaringan pada Ayam Broiler

Nama : Ari Candra Wibawa NIM : D24090063

Disetujui oleh

Prof Dr Ir Nahrowi MSc Pembimbing I

Dr Ir Rita Mutia MAgr Pembimbing II

Diketahui oleh

Prof Dr Ir Panca Dewi MHK, MSi Ketua Departemen

(8)
(9)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan pada bulan April ini ialah pengaruh penyaringan bungkil inti sawit terhadap nilai energi metabolis, dengan judul Energi Metabolis Ransum Mengandung Bungkil Inti Sawit dengan dan tanpa Penyaringan pada Ayam Broiler.

Bungkil inti sawit merupakan hasil samping pengolahan minyak inti sawit yang mengandung protein tinggi. Akan tetapi selain mengandung protein yang tinggi, bungkil inti sawit mempunyai kandungan serat kasar yang tinggi, sedangkan ayam tidak toleran terhadap serat kasar yang tinggi. Serat kasar pada bungkil inti sawit tinggi disebabkan oleh keberadaan batok, oleh karena itu metode panyaringan untuk memisahkan antara bungkil inti sawit dengan batoknya merupakan salah satu cara yang tepat untuk menurunkan nilai serat kasar yang terkandung dalam bungkil inti sawit tersebut.

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk kelulusan dan memperoleh gelar Sarjana Peternakan di Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Maret 2014

(10)
(11)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vii

DAFTAR LAMPIRAN vii

PENDAHULUAN 11

METODE 2

Bahan 2

Alat 2

Lokasi dan Waktu Penelitian 2

Prosedur Percobaan 2

Pelaksanaan Pemeliharaan 2

Peubah yang Diamati 3

Analisis Data 4

HASIL DAN PEMBAHASAN 4

Kandungan Nutrien Ransum dan Bungkil Inti Sawit 4

Konsumsi Energi dan Ekskresi Energi 6

Pengaruh Perlakuan terhadap Nilai Energi Metabolis 7

SIMPULAN DAN SARAN 9

Simpulan 9

Saran 9

DAFTAR PUSTAKA 9

LAMPIRAN 11

RIWAYAT HIDUP 13

(12)

DAFTAR TABEL

1 Komposisi ransum broiler finisher 4

2 Kandungan nutrien pakan 5

3 Komposisi nutrien BIS dengan dan tanpa penyaringan serta batok

BIS 5

4 Rataan nilai konsumsi dan ekskresi energi ransum penelitian 6 5 Rataan Nilai Energi Metabolis Ransum dalam 100% BK 7 6 Rataan nilai konsumsi, ekskresi, dan retensi nitrogen 8

DAFTAR LAMPIRAN

1 Hasil analisis ragam (ANOVA) konsumsi energi 11 2 Hasil analisis ragam (ANOVA) ekskresi energi 11 3 Hasil analisis ragam (ANOVA) konsumsi nitrogen 11 4 Hasil analisis ragam (ANOVA) ekskresi nitrogen 11

5 Uji lanjut Duncan ekskresi nitrogen 11

6 Hasil analisis ragam (ANOVA) retensi nitrogen 12 7 Hasil analisis ragam (ANOVA) energi metabolis semu 12 8 Hasil analisis ragam (ANOVA) energi metabolis murni 12 9 Hasil analisis ragam (ANOVA) energi metabolis semu terkoreksi

nitrogen 12

10 Hasil analisis ragam (ANOVA) energi metabolis murni terkoreksi

(13)

PENDAHULUAN

Nilai energi metabolis merupakan salah satu dasar dalam penyusunan ransum. Energi metabolis adalah energi bruto bahan pakan atau ransum dikurangi energi bruto feses, urin, dan gas yang dihasilkan selama proses pencernaan. Nilai energi metabolis bahan pakan ternak sangat bervariasi, seperti yang terdapat pada jagung 3350 kkal kg-1, sorgum 3275 kkal kg-1, gandum 3066 kkal kg-1, dedak padi 2700 kkal kg-1, bekatul 3000 kkal kg-1, singkong 2950 kkal kg-1, pollard 2200 kkal kg-1 (Haryono dan Ujianto 2000). Perbedaan nilai energi metabolis pada bahan pakan ternak disebabkan oleh perbedaan kandungan protein dan serat kasar. Semakin rendah protein kasar atau semakin tinggi serat kasar, maka semakin rendah energi metabolis.

Energi metabolis telah menjadi standar umum dalam pengukuran ketersediaan energi pada ayam dan ternak unggas lainnya (Lesson dan Summer 2001). Menurut McDonald et al. (2002) dalam penentuan energi metabolis perlu dikoreksi terhadap jumlah retensi nitrogen karena kemampuan ternak dalam memanfaatkan energi bruto dan protein kasar sangat bervariasi. Nitrogen yang diretensi ini menggambarkan efisiensi penggunaan protein pada ayam pedaging. Perhitungan nilai retensi protein dilakukan untuk mengetahui nilai kecernaan protein suatu bahan makanan.

Bungkil inti sawit merupakan hasil samping dari pengolahan minyak inti sawit. Kandungan nutrisi pada bungkil inti sawit cukup tinggi selain itu ketersediaanya di Indonesia cukup melimpah dan harganya cukup bersaing. Kandungan protein kasar pada bungkil inti sawit berkisar antara 16%-18%. Penggunaan bungkil inti sawit sebagai bahan penyusun ransum unggas sangat potensial dengan kandungan nutrisi yang tinggi, tetapi ada hal yang membatasi penggunaan bungkil inti sawit pada ransum unggas yaitu kandungan serat kasar yang tinggi (Sinurat et al. 2009). Beberapa penelitian telah dilakukan untuk mengkaji nilai energi metabolis bungkil inti sawit. Sinurat dan Mathius (2001), menyatakan bahwa nilai energi metabolis bungkil inti sawit yaitu 2050 kkal kg-1 sedangkan menurut pendapat Hernentis et al. (2002) nilai energi metabolis bungkil inti sawit yaitu 2324.36 kkal kg-1. Yatno et al. (2008) menyatakan bahwa nilai energi metabolis bungkil inti sawit 2684.69 kkal kg-1. Perbedaan energi metabolis pada unggas disebabkan oleh kandungan protein kasar dan serat kasar pada ransum yang digunakan saat perlakuan (Prabowo et al. 2002).

(14)

2

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji nilai energi metabolis ransum yang mengandung bungkil inti sawit dengan dan tanpa penyaringan, termasuk di dalamnya energi metabolis semu, energi metabolis murni, energi metabolis semu terkoreksi nitrogen, dan energi metabolis murni terkoreksi nitrogen.

METODE

Bahan

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah ayam broiler jantan sejumlah 20 ekor berumur 5 minggu, ransum mengandung 7.5% bungkil inti sawit disaring dengan ukuran 0.589 mm, ransum mengandung 7.5% bungkil inti sawit tanpa disaring dan larutan H2SO4 0.01%.

Alat

Peralatan yang digunakan dalam penelitian adalah kandang metabolis sebanyak 20 buah, tempat pakan dan minum, plastik tahan panas, oven, mesin pendingin (freezer) dan alat penyemprot.

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan selama satu minggu di kandang unggas blok C Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pakan. Pengukuran energi metabolis ransum dilakukan di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pakan, Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.

Prosedur Percobaan

Pelaksanaan Pemeliharaan

Pengukuran energi metabolis menggunakan metode Farrell (1978). Ayam broiler yang digunakan adalah ayam jantan berumur 5 minggu sebanyak 20 ekor dalam kondisi sehat yang diberi pakan kontrol (ransum broiler komersil). Masa adaptasi dilakukan selama tiga hari, setelah itu ayam dipuasakan selama 24 jam tetapi air minum tetap diberikan. Bobot badan ayam ditimbang sebelum dan sesudah puasa untuk mengetahui penyusutan bobot badan. Kemudian dilakukan pengelompokan ayam antar perlakuan dan ayam yang digunakan untuk perlakuan endogenus.

Ayam yang telah dipuasakan diberi pakan sebanyak 80% dari kebutuhan hidup pokok (120 gram). Ayam perlakuan hanya diberi waktu 2 jam untuk makan setelah itu pemberian pakan dihentikan dan sisa konsumsi dihitung, sedangkan ayam endogenus dipuasakan secara penuh. Ayam dipuasakan kembali selama 24-36 jam dan selama itu dilakukan collecting feses dan penyemprotan H2SO4 0.01%

(15)

3 oven 60oC selama 24 jam. Feses kering dibersihkan dan ditimbang, setelah itu feses dihaluskan untuk dianalisis kandungan protein kasar, energi bruto dan kadar air.

Peubah yang Diamati

Peubah yang diamati pada penelitian ini adalah :

1. Konsumsi energi (kkal). Konsumsi energi diperoleh dari hasil perkalian jumlah pakan yang dikonsumsi (BK) dengan kandungan energi ransum.

2. Ekskresi energi (kkal). Ekskresi energi diperoleh dari hasil perkalian bobot feses kering dengan kandungan energinya.

3. Retensi energi (%). Retensi energi diperoleh dari konsumsi energi dikurangi ekskresi energi.

4. Konsumsi nitrogen (gram ekor-1). Konsumsi nitrogen adalah jumlah nitrogen dalam pakan yang mampu dicerna ayam.

5. Ekskresi nitrogen (gram ekor-1). Ekskresi nitrogen adalah jumlah nitrogen yang terkandung dalam feses.

6. Retensi nitrogen (gram dan %). Retensi nitrogen dalam satuan gram diperoleh dengan mengurangi jumlah konsumsi nitrogen dengan hasil ekskresi nitrogen yang telah dikoreksi dengan N endogenus yang diperoleh dari koleksi feses pada lima ekor ayam yang dipuasakan dari ransum. Retensi nitrogen dalam satuan persen diperoleh dengan membagi antara retensi nitrogen dengan konsumsi nitrogen.

Retensi N (g) = Konsumsi N (g) – [Ekskresi N (g) – Ekskresi N endogenus (g)] Retensi N (%) = Retensi N (g) x 100%

Konsumsi N (g)

7. Energi metabolis (kkal kg-1). Energi metabolis diperoleh dari mengurangi kandungan energi bruto ransum dengan energi bruto feses, yang meliputi energi metabolis semu (EMS), energi metabolis murni (EMM), energi metabolis semu terkoreksi nitrogen (EMSn), dan energi metabolis murni terkoreksi nitrogen (EMMn).

X = jumlah ransum yang dikonsumsi (g) EBp = energi bruto ransum (kkal g-1) Y = berat ekskreta (g)

(16)

4

Z = berat ekskreta endogenus (g)

EBk = energi bruto ekskreta endogenus (kkal g-1)

RN = retensi nitrogen (g)

Analisis Data

Perlakuan yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu : P1 = Ransum mengandung 7.5% bungkil inti sawit tanpa disaring P2 = Ransum mengandung 7.5% bungkil inti sawit disaring

P3 = Ransum mengandung 7.5% bungkil inti sawit disaring + batok BIS P4 = Ransum mengandung 7.5% bungkil inti sawit disaring + grit komersil

Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) searah dengan 4 perlakuan dan 4 ulangan. Model matematika dalam rancangan tersebut adalah sebagai berikut :

Yij = μ + τ + εij

Yij = Pengamatan pada perlakuan ke-i dan ulangan ke-j μ = Rataan umum

τ = Pengaruh pemberian ransum ke-i (i = 1, 2, 3,4)

εij = pengaruh acak pada perlakuan ke-i ulangan ke-j ( j = 1, 2, 3, 4) Data yang diperoleh akan dianalisis dengan sidik ragam (ANOVA) dan jika terdapat perbedaan diantara perlakuan dilakukan uji lanjut Duncan (Steel dan Torrie 1993)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kandungan Nutrien Ransum dan Bungkil Inti Sawit

(17)

5 Hasil analisis proksimat pakan yang mengandung bungkil inti sawit (BIS) dengan dan tanpa penyaringan dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2 Kandungan nutrien pakan

Nutriena Pakan Mengandung BIS tanpa

Disaring

Hasil analisis Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor (2013).

Hasil analisis proksimat dan energi bruto bungkil inti sawit dengan dan tanpa penyaringan disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3 Komposisi nutrien BIS dengan dan tanpa penyaringan serta batok BIS

Nutriena BIS BIS Disaring Batok BIS

Hasil Analisis Proksimat di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pakan (2013)

Kandungan nutrien antara BIS disaring dan BIS tanpa penyaringan berbeda. Kandungan protein dan energi bruto pada BIS disaring lebih tinggi daripada BIS tanpa disaring, sedangkan kandungan serat kasar BIS disaring lebih rendah daripada BIS tanpa disaring. Hal tersebut menunjukkan bahwa batok pada BIS merupakan komponen utama yang mempengaruhi kandungan nutrisi dari BIS tersebut. Jika dilihat dari kandungan nutrien tersebut, secara teori maka BIS yang disaring lebih cocok digunakan sebagai bahan campuran untuk menyusun ransum unggas daripada BIS tanpa disaring.

(18)

6

karena unggas tidak menghasilkan enzim pemecah serat dalam saluran pencernaan.

Penggunaan BIS sebagai bahan penyusun ransum unggas harus dibatasi karena baik BIS disaring maupun tanpa disaring masih mempunyai kandungan serat kasar yang tinggi berkisar antara 30.58%-33.13%. Sinurat et al. (2009) menyatakan bahwa batok yang terkandung dalam BIS sangat tinggi berkisar antara 9.1%-22.8%. Pemakaian 7.5% BIS akan menyumbangkan serat kasar sebanyak 58%, yang menurut perhitungan masih baik jika diberikan untuk unggas, SNI batas pemberian serat kasar pakan untuk unggas adalah sebesar 5.5%.

Konsumsi Energi dan Ekskresi Energi

Perbandingan nilai konsumsi energi dan ekskresi energi dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4 Rataan nilai konsumsi dan ekskresi energi ransum penelitian

Perlakuan Konsumsi Energi

P1: Ransum mengandung 7.5% bungkil inti sawit tidak disaring; P2: Ransum mengandung 7.5% bungkil inti sawit disaring; P3:Ransum mengandung 7.5% bungkil inti sawit disaring + batok; P4: Ransum mengandung 7.5% bungkil inti sawit disaring + grit komersil.

Menurut Wahju (2004), tingkat energi dalam ransum merupakan faktor penentu banyaknya konsumsi pakan oleh ternak. Ayam mengkonsumsi ransum untuk memenuhi kebutuhan energinya dan akan berhenti jika energi telah terpenuhi. Energi yang dikonsumsi oleh ayam tidak sepenuhnya akan dimetabolis oleh tubuh, karena sebagian akan dibuang melalui ekskreta. Energi dari ransum dimetabolis ayam untuk menjalankan fungsi tubuh dan memperlancar reaksi-reaksi sintesis dalam tubuh. Hal tersebut terlihat dari nilai rataan konsumsi energi yang lebih besar dari nilai ekskresi energi pada ayam. Konsumsi energi berpengaruh terhadap pertumbuhan (Leeson dan Summers 2005), semakin tinggi konsumsi energi maka pertumbuhan ayam akan semakin bagus.

(19)

7

Pengaruh Perlakuan terhadap Nilai Energi Metabolis

Energi metabolis merupakan energi bruto bahan pakan atau ransum dikurangi dengan energi bruto ekskreta. Rataan nilai energi metabolis ransum perlakuan yang meliputi energi metabolis semu (EMS), energi metabolis murni (EMM), energi metabolis semu terkoreksi nitrogen (EMSn), dan energi metabolis murni terkoreksi nitrogen (EMMn) disajikan pada Tabel 5.

Tabel 5 Rataan nilai energi metabolis ransum dalam 100% BK

Perlakuan EMS P1: Ransum mengandung 7.5% bungkil inti sawit tidak disaring; P2: Ransum mengandung 7.5% bungkil inti sawit disaring; P3:Ransum mengandung 7.5% bungkil inti sawit disaring + batok; P4: Ransum mengandung 7.5% bungkil inti sawit disaring + grit komersil.

Perbedaan energi metabolis disebabkan oleh perbedaan kandungan protein kasar dan serat kasar antar perlakuan (Prabowo et al. 2002). Data pada Tabel 5 menunjukkan bahwa proses penyaringan bungkil inti sawit yang terkandung dalam ransum tidak nyata mempengaruhi nilai EMS, EMM, EMSn, dan EMMn perlakuan. Hal tersebut diduga karena perbedaan protein kasar dan serat kasar pada ransum perlakuan tidak menunjukkan selisih yang signifikan.

Widjastuti et al. (2007) menyatakan bahwa nilai energi metabolis pada ayam broiler yang diberi ransum mengandung BIS sebesar 2177 kkal kg-1, sedangkan Sembiring (2009) menyatakan nilai energi metabolis ayam broiler yang diberi ransum mengandung BIS sebesar 2261 kkal kg-1. Nilai EMS yang diperoleh dari hasil penelitian ini berkisar antara 2422.45-2505.11 kkal kg-1, sedangkan nilai EMM berkisar antara 2882.37-2992.46 kkal kg-1. Nilai energi metabolis penelitian ini lebih tinggi dibanding dengan nilai energi metabolis pada penelitian sebelumnya, hal ini karena kandungan serat kasar pada ransum penelitian ini lebih rendah jika dibandingkan dengan penelitian sebelumnya, sehingga ransum pada penelitian ini lebih mudah dicerna oleh ayam. McDonald et al. (2002) menyatakan bahwa serat kasar adalah suatu zat makanan yang berpengaruh terhadap kecernaan, dan kecernaan merupakan faktor yang berpengaruh terhadap energi metabolis bahan pakan. Nilai EMM yang diperoleh lebih tinggi daripada nilai EMS, karena dalam menghitung EMM memperhitungkan nilai ekskreta endogenus yang merupakan energi asal jaringan alat pencernaan, sisa-sisa proses metabolisme dan cairan empedu yang dikeluarkan melalui feses (Sibbald dan Wolynetz 1984). Nilai EMSn perlakuan berkisar 2147.05-2327.01 kkal kg-1 dan nilai EMMn berkisar antara 2704.77-2800.10 kkal kg-1. Nilai EMSn lebih kecil dari EMS, dan nilai EMMn lebih kecil dari EMM, hal ini disebabkan energi metabolis dikoreksi terhadap retensi nitrogen dengan tujuan untuk memperkecil ragam nilai yang diperoleh, karena tiap bahan pakan dalam ransum mempunyai retensi nitrogen yang beraneka ragam.

(20)

8

bervariasi (McDonald et al. 2002). Rataan nilai konsumsi, ekskresi, dan retensi nitrogen yang diperoleh dari hasil analisis dan perhitungan terhadap ransum dan feses disajikan pada Tabel 6.

Tabel 6 Rataan nilai konsumsi, ekskresi, dan retensi nitrogen

Perlakuan Konsumsi N bungkil inti sawit disaring; P3:Ransum mengandung 7.5% bungkil inti sawit disaring + batok; P4: Ransum mengandung 7.5% bungkil inti sawit disaring + grit komersil.

Data pada Tabel 6 menunjukkan bahwa proses penyaringan BIS pada ransum perlakuan tidak nyata mempengaruhi tingkat konsumsi nitrogen, tetapi nyata mempengaruhi nilai ekskresi nitrogen (P<0.05). Wahju (2004) menyatakan bahwa salah satu ukuran untuk mengevaluasi kualitas protein secara biologis adalah dengan mengukur nitrogen yang diretensi, karena nilai retensi nitrogen berbanding lurus dengan retensi protein. Ayam P4 menunjukkan nilai ekskresi nitrogen yang lebih baik daripada ayam perlakuan yang lain. Ekskresi nitrogen mencerminkan jumlah nitrogen pakan yang tidak dicerna maupun terserap oleh tubuh. Menurut data pada Tabel 6 pemberian grit pada ayam yang mengkonsumsi ransum mengandung serat kasar yang cukup tinggi diduga mampu menurunkan nilai ekskresi energi, karena grit dapat membantu proses pendegradasian serat dalam saluran pencernaan ayam. Ayam P1, P2, P3, dan P4 cukup banyak mengkonsumsi nitrogen namun banyak juga keluar bersama feses, menurut pendapat Yatno et al. (2008) BIS merupakan bahan pakan yang banyak mengandung serat kasar dan beberapa komponen lain terutama protein yang masih berikatan dengan glikoprotein, sehingga protein yang ada tidak termanfaatkan secara baik. Kualitas protein suatu bahan pakan tidak terlepas dari asam amino yang menyusunnya. Komposisi asam amino merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam menentukan kualitas protein.

(21)

9

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Penyaringan bungkil inti sawit (BIS) menggunakan saringan berukuran 0.589 mm tidak mampu memperbaiki nilai energi metabolis ransum mengandung 7.5% BIS.

Saran

Perlu penelitian lebih lanjut tentang teknik pemisahan antara batok dengan non batok agar penurunan serat kasar yang terkandung dalam BIS maksimal.

DAFTAR PUSTAKA

Farida WS, Wardhani KK, Tjakradijadja AS, Diapari D. 2008. Konsumsi dan penggunaan pakan pada tarsius (Tarsisius bancanus) betina di penangkaran. J Biodiv. 9(2): 148-151.

Farrell DJ. 1978. Rapid determination of metabolizable energy of food using cockerels. Brit Poult Sci. 19: 303-308.

Haryono, Ujianto A. 2000. Penentuan energi metabolis bahan pakan ayam di kandang percobaan unggas Ciawi. Laporan Penelitian. Bogor (ID): Balai Penelitian Ternak.

Hernentis, Herawati R, Desmaiyar, Marlina. 2002. Evaluasi kualitas campuran bungkil inti sawit dan onggok yang difermentasikan dengan kapang N. sitophila. J Pet Ling. 8(3):40-46.

Lesson S, Summers JD. 2001. Nutrition of the Chicken. 4th ed. Guelph (CN): Univ Books.

Lesson S, Summers JD. 2005. Commercial Poultry Nutrition. 3rd ed. Ontario (CN): Ensminger.

McDonald P, Edwards RA, Greennalgh JFD, Morgan CA. 2002. Animal Nutrition. 6th ed. New York (USA): Longman Scientific and Technical. Prabowo A, Zuprizal, Yuwanto T. 2002. Evaluasi kandungan nutrien, energi

metabolis, kecernaan protein invitro, kelarutan dan berat molekul protein serta kandungan asam amino enceng gondok. J Agrosains. 15(1): 99-110. Scott ML, Nesheim MC, Young RJ. 1982. Nutrition of the Chicken. 3rd ed. New

york (USA): Scott ML and Assosiation Ithaca.

(22)

10

Sinurat AP, Mathius IW. 2001. Pemanfaatan bahan pakan inkonvensional untuk ternak. Wartazoa. 2(2): 20-31.

Sinurat AP, Purwadaria T, Pasaribu T, Ketaren P, Hamid H, Emmi E, Fredick, Udjianto, Haryono. 2009. Proses pengolahan bungkil inti sawit dan evaluasi biologis pada ayam. Laporan Penelitian. Bogor (ID): Balai Penelitian Ternak.

Steel RGD, Torrie JH. 1993. Prinsip dan Prosedur Statistika Suatu Pendekatan Geometrik. Sumantri B, penerjemah. Jakarta (ID): Gramedia Pustaka Utama.

Wahju J.2004. Ilmu Nutrisi Unggas. Yogyakarta (ID): UGM Pr.

Widjastuti T, Abun MP, Wiwin T, Indrawati YA. 2007. Pengolahan bungkil inti sawit melalui fermentasi oleh jamur Marasmius sp guna menunjang bahan pakan alternatif untuk ransum ayam broiler. [makalah ilmiah]. Univ Padjajaran.

(23)

11

LAMPIRAN

Lampiran 1 Hasil analisis ragam (ANOVA) konsumsi energi

Sumber Jumlah kuadrat Db Rataan kuadrat F hitung Sig.

Perlakuan 3967.893 3 1322.631 0.681 0.580

Galat 23310.329 12 1942.527

Total 27278.223 15

Lampiran 2 Hasil analisis ragam (ANOVA) ekskresi energi

Sumber Jumlah kuadrat Db Rataan kuadrat F hitung Sig.

Perlakuan 54.234 3 18.078 0.237 0.869

Galat 914.756 12 76.230

Total 968.990 15

Lampiran 3 Hasil analisis ragam (ANOVA) konsumsi nitrogen

Sumber Jumlah kuadrat Db Rataan kuadrat F hitung Sig.

Perlakuan 0.240 3 0.080 0.496 0.692

Galat 1.933 12 0.161

Total 2.173 15

Lampiran 4 Hasil analisis ragam (ANOVA) ekskresi nitrogen

Sumber Jumlah kuadrat Db Rataan kuadrat F hitung Sig.

Perlakuan 0.204 3 0.068 4.660 0.022

Galat 0.175 12 0.015

Total 0.379 15

Lampiran 5 Uji lanjut Duncan ekskresi nitrogen

Perlakuan N Selang kepercayaan = 0.05

1 2

4 4 1.0142

2 4 1.2368

1 4 1.2736

3 4 1.2991

(24)

12

Lampiran 6 Hasil analisis ragam (ANOVA) retensi nitrogen

Sumber Jumlah kuadrat Db Rataan kuadrat F hitung Sig.

Perlakuan 336.987 3 112.329 1.748 0.210

Galat 770.949 12 64.246

Total 1107.937 15

Lampiran 7 Hasil analisis ragam (ANOVA) energi metabolis semu Sumber Jumlah kuadrat Db Rataan kuadrat F hitung Sig.

Perlakuan 65385.253 3 21795.084 0.834 0.501

Galat 313748.222 12 26145.685

Total 379133.475 15

Lampiran 8 Hasil analisis ragam (ANOVA) energi metabolis murni Sumber Jumlah kuadrat Db Rataan kuadrat F hitung Sig.

Perlakuan 28674.492 3 9558.164 1.409 0.288

Galat 81400.788 12 6783.399

Total 110075.280 15

Lampiran 9 Hasil analisis ragam (ANOVA) energi metabolis semu terkoreksi nitrogen

Sumber Jumlah kuadrat Db Rataan kuadrat F hitung Sig.

Perlakuan 67273.891 3 22424.630 1.084 0.393

Galat 248184.273 12 20682.023

Total 315458.165 15

Lampiran 10 Hasil analisis ragam (ANOVA) energi metabolis murni terkoreksi nitrogen

Sumber Jumlah kuadrat Db Rataan kuadrat F hitung Sig.

Perlakuan 21140.276 3 7046.759 1.457 0.276

Galat 58052.702 12 4837.725

(25)

13

RIWAYAT HIDUP

Penulis di lahirkan di Rembang tanggal 7 Agustus 1991. Penulis adalah anak pertama dari 2 bersaudara dari pasangan Supriyanto dan Mundari. Pendidikan yang ditempuh yaitu sekolah menengah pertama di SMPN 2 Rembang, dan dilanjutkan di SMAN 1 Rembang. Penulis diterima masuk ke Institut Pertanian Bogor pada tahun 2009-2010 melalui jalur penerimaan USMI dan masuk ke departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan. Selama kuliah, penulis mendapatkan prestasi juara 1 kompetisi Fapet Super League tahun 2012 dan

2013, juara 1 kejuaraan futsal CSS CUP tahun 2011, juara 1 kejuaraan futsal JATIM CUP tahun 2012, medali perak OMI 2012 cabang sepakbola, medali perunggu OMI 2013 cabang sepakbola dan futsal. Selama masa perkuliahan, penulis juga aktif sebagai Ketua Fieldtrip INTP 46 Goes to Bali tahun 2013, Wakil Ketua bidang olahraga Pakuwojo (Pasukan Khusus Wong Jowo) 2010-hingga sekarang, dan Ketua Divisi Humas Himpunan Keluarga Rembang di Bogor (HKRB) tahun 2010-2012.

UCAPAN TERIMAKASIH

Gambar

Tabel 1 Komposisi ransum broiler finisher
Tabel 2 Kandungan nutrien pakan

Referensi

Dokumen terkait

o Fungsi : mengangkat mandibula untuk merapatkan gigi sewaktu mengunyah... o Ini adalah otot kuadrangularis yang mencakup aspek lateral ramus dan proses koronoideus mandibula. o

Untuk meningkatkan minat siswa untuk mengidentifikasi unsur cerita diharapkan guru dapat menggunakan metode mengajar yang bervariasi, salah satu diantaranya adalah

Apakah ada hubungan antara tingkat konsumsi protein dengan status gizi anak usia 1-3 tahun berdasarkan indeks antropometri berat badan menurut umur (BB/U), tinggi badan menurut

Pengalaman penulis selama bertugas sebagai Marine and Fisheries Specialist diantaranya mendesain Vessel Monitoring System (VMS) Departemen Kelautan dan Perikanan (2001),

1) Dengan adanya negosiasi antara pihak nasabah dengan pihak bank, tercapai suatu hal yang saling menguntungkan, maka dengan prinsip ini kedua belah pihak akan merasa

8.1.1. Siswa dapat menyusun teks berupa dialog terkait dengan ungkapan menyatakan sapaan beserta responnya dalam bahasa.. digunakan untuk pengajaran dikelas nantinya. RPP akan

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2011 Tentang Penambahan Penyertaan Modal Negara Republik Indonesia Ke Dalam Modal Saham Perusahaan Perseroan (Persero)

Not long ago the sight would have had me sprinting in the direction that best carried me away from the two horrors before us, but I’d seen my share of dead, both in and out of Hell,