• Tidak ada hasil yang ditemukan

Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Industri di PT. Indofarma (Persero) Tbk. Jalan Indofarma No. 1, Cikarang Barat 17530, Bekasi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Industri di PT. Indofarma (Persero) Tbk. Jalan Indofarma No. 1, Cikarang Barat 17530, Bekasi"

Copied!
119
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI INDUSTRI

di

PT. INDOFARMA (Persero) Tbk.

Jalan Indofarma No. 1, Cikarang Barat 17530, Bekasi

Disusun oleh:

Winda Gusti Enda, S. Farm NIM 093202158

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI APOTEKER FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(2)

Lembar Pengesahan

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER FARMASI INDUSTRI

di

PT. INDOFARMA (Persero) Tbk.

Jalan Indofarma No. 1, Cikarang Barat 17530, Bekasi (1 November – 30 November 2010)

Laporan ini disusun untuk melengkapi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Apoteker pada Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara

Disusun oleh:

Winda Gusti Enda, S.Farm 093202158

Pembimbing,

(Dra. Sya Indradewi, Apt.) Manager Pemastian Mutu PT. Indofarma (Persero) Tbk.

Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara

Dekan,

(3)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat yang diberikan dan

shalawat beserta salam untuk Rasul Allah Muhammad SAW yang telah membawa kita ke

alam yang berilmu pengetahuan, sehingga penulis dapat menyelesaikan Praktek Kerja

Profesi (PKP) dan penyusunan laporan di PT. Indofarma (Persero) Tbk.

Dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada keluarga besar kami atas semangat, do’a dan

dukungannya kepada penulis selama ini. Pelaksanaan PKP dan penyusunan

laporan ini dapat berjalan lancar tidak terlepas dari bantuan dan dukungan dari

berbagai pihak. Dengan segala ketulusan hati penulis juga menyampaikan rasa

terima kasih yang sebesar-besarnya kepada kepada:

1. Ibu Dra. Sya Indradewi, Apt., selaku Manager Pemastian Mutu PT. Indofarma

(Persero) Tbk dan pembimbing tugas umum yang telah memberikan bimbingan

selama penulis melaksanakan PKP sampai penyusunan laporan ini selesai.

2. Bapak Hugo Koen Christanto, S.Farm, Apt., selaku Asisten Manager Seksi

Formulasi Bidang Litbang PT. Indofarma (Persero) Tbk dan pempimbing tugas

khusus yang telah memberikan arahan, masukan dan saran selama penulis

melaksanakan PKP sampai penyusunan laporan ini selesai.

3. Bapak Drs. Probo Winanto selaku Koordinator PKP di PT. Indofarma (Persero)

Tbk.

4. Bapak Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi

USU Medan.

5. Bapak Drs. Wiryanto, SU, Apt. selaku Koordinator Program Pendidikan Profesi

(4)

6. Bapak dan Ibu staf Pengajar Program Pendidikan Profesi Apoteker Fakultas

Farmasi USU Medan yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang selalu

memberikan bimbingan, pengetahuan dan bantuan kepada penulis.

7. Seluruh karyawan di PT. Indofarma (Persero) Tbk atas ilmu, pengalaman, kerja

sama dan bantuan yang diberikan selama penulis melakukan PKP.

8. Kepada rekan-rekan mahasiswa PKP PT. Indofarma (Persero) Tbk angkatan 62

dari Universitas Pancasila, Universitas Muhammadiah Dr. Hamka, ISTN ,

Universitas Islam Indonesia, Universitas Ahmad Dahlan dan Universitas

Muhammadiah Purwokerto, atas kerja samanya selama ini.

9. Kepada rekan-rekan mahasiswa Program Pendidikan Profesi Apoteker dan

mahasiswa Farmasi yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang selalu

memberikan bantuan dan semangat selama ini sehingga laporan ini dapat selesai.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna, oleh

karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun. Dan semoga laporan

ini dapat memberikan manfaat bagi ilmu pengetahuan khususnya di bidang Farmasi.

Medan, Februari 2011 Penulis

Winda Gusti Enda, S. Farm 093202158

(5)

RINGKASAN

Telah dilakukan Praktek Kerja Profesi (PKP) di industri farmasi PT.

Indofarma (Persero) Tbk yang merupakan salah satu program dalam pendidikan

profesi apoteker, yang bertujuan agar mahasiswa mengetahui dan memahami

tugas dan fungsi apoteker dalam industri farmasi, yang diharapkan dapat sebagai

bekal untuk menghadapi dunia kerja yang sesungguhnya. Mahasiswa juga

diharuskan dapat memperoleh wawasan dan pengetahuan yang lebih luas,

memahami penerapan Cara Pembuatan Obat yang Baik di PT. Indofarma

(Persero) Tbk, serta mengetahui gambaran tentang situasi dan kondisi kerja PT.

Indofarma (Persero) Tbk. PKP di Industri Farmasi PT. Indofarma (Persero) Tbk

dilaksanakan pada tanggal 1 November – 30 November 2010. Kegiatan yang

dilakukan selama PKP di industri antara lain membuat catatan kegiatan harian,

tutorial, tinjauan lapangan, pelaksanaan tugas khusus dan presentasi hasil tugas

(6)

DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

RINGKASAN ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Tujuan ... 2

1.3 Pelaksanaan Kegiatan ... 3

1.4 Manfaat Kegiatan ... 3

BAB II TINJAUAN PT. Indofarma (Persero) Tbk ... 4

2.1 Sejarah dan Perkembangan ... 4

2.2 Struktur Organisasi PT. Indofarma (Persero) Tbk ... 8

2.3 Visi dan Misi PT. Indofarma (Persero) Tbk ... 10

2.4 Moto PT. Indofarma (Persero) Tbk ... 10

2.5 Logo PT. Indofarma (Persero) Tbk ... 10

2.6 Kebijakan Mutu ... 11

2.7 Kedudukan, Fungsi dan Peranan ... 12

2.8 Lokasi dan Fasilitas ... 14

2.9 Produk PT. Indofarma (Persero) Tbk ... 15

(7)

2.10.1.1 Bidang Produksi I ... 16

2.10.1.2 Bidang Produksi II ... 25

2.10.1.3 Bidang Pengadaan/ Procurement ... 32

2.10.1.4 Bidang Teknik dan Pemeliharaan ... 34

2.10.1.5 Bidang PPPP ... 36

2.10.1.6 Bidang Penelitian dan Pengembangan ... 39

2.10.1.7 Bidang QC/ QA ... 45

2.10.2 Direktorat Umum dan Sumber Daya Manusia ... 53

2.10.2.1 Bidang Sumber Daya Manusia ... 54

2.10.2.2 Bidang Logistik Bahan Awal ... 55

2.10.2.3 Bidang Logistik Produk Jadi ... 58

2.10.2.4 Bidang Umum ... 59

2.10.2.5 Bidang PKBL ... 62

2.10.3 Direktorat Pemasaran ... 63

2.10.4 Direktorat Keuangan ... 64

2.10.5 Non Direktorat ... 65

2.11 Sertifikasi PT. Indofarma (Persero) Tbk ... 67

BAB III PEMBAHASAN ... 68

3.1 Manajemen Mutu ... 69

3.2 Personalia ... 70

3.3 Bangunan dan Fasilitas ... 73

3.4 Peralatan ... 75

3.5 Sanitasi dan Higiene ... 77

3.6 Personalia ... 78

3.7 Pengawasan Mutu ... 81

(8)

Penarikan Kembali Produk dan Produk Kembalian ... 84

3.10 Dokumentasi ... 84

3.11 Pembuatan dan Analisa Berdasarkan Kontrak ... 85

3.12 Kualifikasi dan Validasi ... 86

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN ... 87

4.1 Kesimpulan ... 87

4.2 Saran ... 88

(9)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Ukuran ruangan masing-masing bagian di

PT. Indofarma (Persero) Tbk ... 14

(10)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Struktur Organisasi PT. Indofarma (Persero) Tbk ... 9

Gambar 2.2 Logo PT. Indofarma (Persero) Tbk ... 11

Gambar 2.3 Struktur Organisasi Direktorat Produksi PT. Indofarma (Persero) Tbk ... 16

Gambar 2.4 Struktur Organisasi Bidang Produksi I PT. Indofarma (Persero) Tbk ... 16

Gambar 2.5 Skema Kegiatan Seksi Solid I ... 20

Gambar 2.6 Skema Kegiatan Seksi Solid II ... 20

Gambar 2.7 Skema Kegiatan Seksi Pengemasan ... 21

Gambar 2.8 Struktur Organisasi Bidang Produksi II PT. Indofarma (Persero) Tbk ... 25

Gambar 2.9 Struktur Organisasi Bidang Pengadaan/ Procurement PT. Indofarma (Persero) Tbk ... 32

Gambar 2.10 Struktur Organisasi Bidang Teknik dan Pemeliharaan PT. Indofarma (Persero) Tbk ... 34

Gambar 2.11 Struktur Organisasi Bidang PPPP PT. Indofarma (Persero) Tbk ... 36

Gambar 2.12 Hubungan Kerja Bidang PPPP dengan Bagian Lain di PT. Indofarma (Persero) Tbk ... 37

Gambar 2.13 Struktur Organisasi Bidang Penelitian dan Pengembangan PT. Indofarma (Persero) Tbk ... 39

(11)

PT. Indofarma (Persero) Tbk ... 54

Gambar 2.16 Struktur Organisasi Direktorat Pemasaran

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampira 1. Denah Lokasi PT. Indofarma (Persero) Tbk ... 91

Lampiran 2. Tata Letak Bangunan di PT. Indofarma (Persero) Tbk ... 92

Lampiran 3. Bagan Sistem Pengolahan Air

PT. Indofarma (Persero) Tbk ... 93

Lampiran 4. Bagan Sistem Pengaturan Udara

PT. Indofarma (Persero) Tbk ... 95

Lampiran 5. Bagan Sistem Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL)

PT. Indofarma (Persero) Tbk ... 96

Lampiran 6. Alur Proses Produksi Sediaan Tablet Cetak Langsung

Secara Vertical Close System... 97 Lampiran 7. Alur Proses Produksi Sediaan Tablet Granulasi Basah

Secara Vertical Close System... 98 Lampiran 8. Alur Proses Produksi Sediaan Kapsul

Secara Vertical Close System ... 99 Lampiran 9. Alur Proses Produksi Sediaan Herbal

(13)

RINGKASAN

Telah dilakukan Praktek Kerja Profesi (PKP) di industri farmasi PT.

Indofarma (Persero) Tbk yang merupakan salah satu program dalam pendidikan

profesi apoteker, yang bertujuan agar mahasiswa mengetahui dan memahami

tugas dan fungsi apoteker dalam industri farmasi, yang diharapkan dapat sebagai

bekal untuk menghadapi dunia kerja yang sesungguhnya. Mahasiswa juga

diharuskan dapat memperoleh wawasan dan pengetahuan yang lebih luas,

memahami penerapan Cara Pembuatan Obat yang Baik di PT. Indofarma

(Persero) Tbk, serta mengetahui gambaran tentang situasi dan kondisi kerja PT.

Indofarma (Persero) Tbk. PKP di Industri Farmasi PT. Indofarma (Persero) Tbk

dilaksanakan pada tanggal 1 November – 30 November 2010. Kegiatan yang

dilakukan selama PKP di industri antara lain membuat catatan kegiatan harian,

tutorial, tinjauan lapangan, pelaksanaan tugas khusus dan presentasi hasil tugas

(14)

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Pembangunan kesehatan secara berkesinambungan telah dimulai sejak

dicanangkannya rencana pembangunan lima tahun I pada tahun 1969. Tujuan

umum Pembangunan Kesehatan Nasional adalah tercapainya mutu hidup dan

lingkungan hidup yang optimal bagi setiap penduduk serta tercapainya derajat

kesehatan yang setinggi-tingginya, meliputi kesehatan badaniah, rohaniah, sosial,

dan bukan hanya keadaan bebas dari penyakit, cacat dan kelemahan. Tujuan

tersebut telah diwujudkan secara nyata dengan adanya berbagai pelayanan

kesehatan yang berdampak pada peningkatan derajat kesehatan masyarakat.

Industri farmasi mempunyai peranan penting dalam upaya peningkatan

derajat kesehatan masyarakat yaitu dengan memproduksi obat yang bermutu dan

berkualitas. Untuk menjamin tercapainya pemenuhan obat yang berkualitas,

pemerintah melalui Departemen Kesehatan telah berupaya memberikan suatu

Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) yang mutlak harus diterapkan oleh

semua industri farmasi.

Sesuai dengan pedoman CPOB, mutu obat bergantung pada bahan awal,

proses pembuatan dan pengawasan mutu, peralatan, bangunan dan personalia

yang terlibat. Berdasarkan hal tersebut, maka seorang apoteker diperlukan untuk

mengawasi seluruh kegiatan produksi dan berperan untuk meningkatkan

kesadaran penuh personalia dalam CPOB agar dapat berperan aktif sesuai dengan

(15)

PT. Indofarma (Persero) Tbk merupakan Perusahaan Farmasi Nasional

milik Negara yang telah memiliki sertifikat CPOB dan ISO 9001. Penerapan

CPOB dan ISO 9001 dalam proses dan kegiatan di PT. Indofarma (Persero) Tbk

ini, terkait dengan adanya kesadaran bahwa sebuah perusahaan farmasi memiliki

tanggung jawab moral pada masyarakat untuk menghasilkan obat yang aman,

bermutu serta terjangkau oleh semua lapisan masyarakat. Apoteker dalam industri

farmasi mempunyai tugas untuk melakukan pekerjaan kefarmasian yang meliputi

pembuatan dan pengendalian mutu obat, pengadaan, penyimpanan, distribusi obat,

serta pengembangan obat modern maupun obat tradisional.

Berdasarkan pertimbangan diatas, seorang apoteker dalam industri farmasi

harus memiliki pengetahuan, keterampilan, dan pengalaman berkaitan dengan

pekerjaan kefarmasian di industri farmasi. Salah satu cara untuk mencapai tujuan

tersebut adalah dengan diadakannya Praktek Kerja Profesi (PKP) bagi mahasiswa

Program Pendidikan Profesi Apoteker Fakultas Farmasi, sehingga diharapkan

mahasiswa dapat mengenal, mengetahui, memperdalam fungsi dan peran apoteker

di industri farmasi. Dengan demikian calon Apoteker mendapatkan bekal

ketrampilan dan pengalaman praktis yang kelak akan membantu ketika memasuki

dunia kerja terutama di industri farmasi.

1.2Tujuan

Tujuan diadakannya Praktek Kerja Profesi (PKP) di PT. Indofarma

(Persero) Tbk adalah:

a. Melihat gambaran nyata peran apoteker dan penerapan CPOB di industri

(16)

b. Mengetahui dan memahami dasar-dasar pengelolaan industri farmasi dan

keterkaitannya dengan profesi lain.

c. Membantu mahasiswa dalam membekali diri dengan pengetahuan dan

ketrampilan untuk memasuki dunia kerja, khusunya di industri farmasi.

1.3Pelaksanaan Kegiatan

Praktek Kerja Profesi (PKP) di PT. Indofarma (Persero) Tbk dilaksanakan

selama satu bulan dari tanggal 1 November – 30 November 2010. Kegiatan yang

dilakukan berupa:

a. Tutorial yang diadakan oleh bidang Umum, Perencanaan Produksi dan

Pengendalian Persediaan (PPPP), Strategi, Pengembangan Produk dan Bisnis

(Strategic Business Development/ SBD), Lingkungan dan Keselamatan, Kesehatan Kerja (LK-3), Produksi, Pelaksanaan Program Kemitraan dan Bina

Lingkungan (PKBL), Logistik Bahan Awal (LBA), Sumber Daya Manusia

(SDM), Pengadaan (Procurement), Teknik dan Pemeliharaan/ Utilities. b. Tinjauan ke Lapangan.

c. Pelaksanaan Tugas Khusus pada salah satu bidang.

d. Presentasi hasil tugas khusus.

1.4Manfaat Kegiatan

Melalui materi dan praktek yang diperoleh selama PKP, diharapkan dapat

memantapkan pemahaman serta penerapan ilmu yang telah diperoleh

(17)

BAB II

TINJAUAN UMUM PT. INDOFARMA (Persero) Tbk.

2.1 Sejarah dan Perkembangan

PT. Indofarma (Persero) Tbk merupakan Badan Usaha Milik Negara

(BUMN) yang berada di bawah Departemen Kesehatan, berdiri pada tahun 1918

berupa unit produksi kecil dari Rumah Sakit Pusat Pemerintah Belanda dengan

kegiatan pembuatan salep dan pemotongan kain kasa pembalut yang dilakukan di

Centrale Burgelijke Zienkeninrichring (CBZ), yang sekarang dikenal dengan Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo di Jakarta. Pada tahun 1931, pabrik

berkembang dengan bertambahnya jenis produksi, yaitu obat suntik dan tablet.

Sejalan dengan itu pada tahun 1935 lokasi pabrik dipindahkan ke Jalan Tambak

No. 2 Manggarai, Jakarta sehingga dikenal dengan sebutan ”Pabrik Obat

Manggarai”.

Semenjak berakhirnya penjajahan Belanda dan masuknya Jepang ke

Indonesia, pada tahun 1942 pabrik obat Manggarai diambil alih dan dikelola oleh

perusahaan farmasi Jepang (dibawah manajemen Takeda). Selama masa tersebut

kegiatan produksi tidak banyak mengalami perkembangan. Pada saat penyerahan

kedaulatan dari pemerintah Jepang kepada pemerintah Republik Indonesia pada

tahun 1950, pabrik obat Manggarai diambil alih oleh pemerintah Indonesia yaitu

Departemen Kesehatan melalui Direktorat Jenderal Farmasi. Pada tahun

1960-1967, pabrik tersebut berada di bawah naungan Badan Perlengkapan Kesehatan

(18)

Farmakoterapi, pada perkembangan selanjutnya disebut Lembaga Farmasi

Nasional kemudian menjadi Pusat Pemeriksaan Obat dan Makanan (PPOM).

Pada tanggal 14 Februari 1967, melalui Surat Keputusan Menteri Kesehatan

Republik Indonesia No.008/III/AM/67, nama Pabrik Obat Manggarai diubah

menjadi Pusat Produksi Farmasi Departemen Kesehatan dan ditetapkan sebagai

Unit Operatif setingkat Direktorat Jenderal Farmasi. Tugas pokok dari pabrik ini

adalah memproduksi obat–obatan berdasarkan pesanan dari Departemen

Kesehatan RI. Pada tahun 1969-1975 pabrik direnovasi dan tahun 1975

dikeluarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia

No.125/IV/KAB/BU/75 tentang struktur organisasi Departemen Kesehatan yang

merupakan pelaksanaan lebih lanjut dari Keputusan Presiden Republik Indonesia

No. 44 dan 45 tahun 1974. Namun pabrik farmasi Departemen Kesehatan ini tidak

tercakup dalam keputusan tersebut sehingga statusnya tidak jelas. Hal ini

berlangsung hingga tahun 1978.

Dengan adanya kebijaksanaan pemerintah tanggal 15 November 1978

dalam hal ekonomi dan keuangan, harga obat mendadak melambung tinggi

sehingga persediaan obat terutama di puskesmas mengalami kekosongan karena

sulit mendapatkan obat. Peristiwa ini menyadarkan pemerintah untuk

menyediakan peralatan dan sarana yang dibutuhkan agar dapat mengendalikan

mekanisme pengadaan obat dalam jumlah yang cukup serta memenuhi

persyaratan mutu, keamanan dan distribusi yang merata serta harga terjangkau

sesuai kemampuan dan daya beli masyarakat. Maka pabrik farmasi ini diaktifkan

kembali sesuai dengan fungsinya, berdasarkan SK Menteri Kesehatan Republik

(19)

Pada tahun 1979, pabrik ini ditetapkan sebagai Pusat Produksi Farmasi

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Dalam keputusan tersebut disebutkan

pula bahwa Pusat Produksi Farmasi bertugas membantu usaha pemerintah dalam

meningkatkan kesejahteraan masyarakat di bidang kesehatan, yaitu memproduksi

obat-obat untuk rumah sakit pemerintah dan pusat kesehatan masyarakat.

Obat-obatan yang dimaksud bersifat esensial, artinya bahwa obat tersebut banyak

dibutuhkan oleh masyarakat. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, maka

diputuskan untuk didirikannya sebuah pabrik yang sekaligus untuk memperluas

pelayanan Pusat Produksi Farmasi Departemen Kesehatan. Pada tahun 1980 mulai

dilakukan studi kelayakan untuk pembangunan pabrik ini.

Pada tanggal 11 Juli 1981, berdasarkan PP No.20 tahun 1981, Pusat

Produksi Farmasi diubah menjadi Perusahaan Umum dengan nama Indonesia

Farma (Perum Indofarma) yang direalisasikan pada tanggal 1 April 1988 dengan

mulai dibangunnya pabrik baru yang modern seluas 20 hektar sesuai dengan

konsep dan persyaratan CPOB yang berlokasi di desa Gandasari, Cibitung, Bekasi

dengan bantuan alat dan teknologi dari Italia.

Mulai pertengahan tahun 1991, hampir seluruh kegiatan produksi telah

menempati lokasi di Cibitung, kecuali sediaan steril. Tanggal 31 Januari 1995

fasilitas produksi steril diresmikan oleh Menteri Kesehatan Republik Indonesia

dengan dana pembangunan seluruhnya ditanggung oleh Perum Indofarma.

Pada tanggal 2 Januari 1996 Perum Indonesia Farma diubah menjadi

Perseroan Terbatas Indofarma (PT. Indofarma (Persero)) melalui PP No.34

tanggal 20 September 1995. Perubahan status ini bertujuan untuk mengantisipasi

(20)

renovasi pada bagian Litbang. Tahun 1999 dibangun Extraction Plant dan selesai awal tahun 2000, serta pendirian anak perusahaan PT. Indofarma Global Medika

(PT. IGM) sebagai distributor dan pemasaran produk farmasi termasuk alat

kesehatan dengan 30 cabang di seluruh Indonesia. Tahun 2000 dibangun pabrik

makanan bayi di Lippo Cikarang Industrial Estate Jawa Barat.

Mulai tanggal 17 April 2001, PT. Indofarma melakukan penawaran saham

perdana kepada masyarakat dan mendaftarkan seluruh saham perseroan di Bursa

Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya dengan kode saham INAF serta resmi

menjadi sebuah perusahaan terbuka dengan nama PT. Indofarma (Persero) Tbk.

Dalam rangka untuk merealisasikan visi dan misi perusahaan, maka mulai

dikembangkan kerjasama dengan patner-patner strategi yang dirintis sejak

Oktober 2001 telah dilaksanakan antara lain dengan Oxford Natural Product (England), Praporn Darsut Ltd (Thailand), Lupin (India), Guangda Produksi (Cina), Cowick (Polandia), Nowicky Pharma (Austria) dan lain-lain.

Dengan stuktur permodalan yang kuat, PT. Indofarma (Persero) Tbk

mengembangkan produksi sehingga bukan hanya membuat obat-obat esensial dan

generik, melainkan juga obat dengan nama dagang baik etikal maupun OTC (Over The Counter), obat tradisional (herbal) dan makanan kesehatan. Manajemen PT. Indofarma (Persero) Tbk yakin bahwa kunci keberhasilan untuk memenangkan

persaingan di era globalisasi adalah operational execellence. Guna memperkuat struktur bisnis, pada tahun 2007 perusahaan mengoptimalkan fungsi bisnis yang

ada melalui restrukturisasi lanjutan yang memberikan otonomi luas kepada PT.

IGM, terutama dalam hal penggarapan penjualan. Dengan demikian PT.

(21)

sedangkan PT. IGM pada kegiatan distribusi/ penjualan produk farmasi dan alat

kesehatan.

Guna meletakkan fondasi bisnis yang kuat PT. Indofarma (Persero) Tbk

senantiasa berupaya menerapkan Tata Kelola Perusahaan yang Baik (Good Corporate Governance). Pada 22 Februari 2007 organ utama perusahaan telah bersama-sama menandatangani pernyataan komitmen implementasi GCG. Selain

itu, PT. Indofarma (Persero) Tbk membangun kompetensi personil yang

profesional melalui program pembangunan sumber daya manusia yang terarah,

agar mampu membawa perusahaan memasuki era perdagangan bebas.

Dalam rangka meningkatkan fasilitas produksi guna memenuhi ketentuan

standar Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) terkini, PT. Indofarma (Persero)

Tbk sejak tahun 2008 mulai melaksanakan renovasi fasilitas produksi di Cibitung.

Pada tahun 2009, telah masuk pada tahap penyelesaian. Dampak positif renovasi

adalah peningkatan kapabilitas untuk menciptakan kondisi yang ideal guna

terjaminnya kualitas dan stabilitas produk yang baik.

2.2 Struktur Organisasi PT. Indofarma (Persero) Tbk

PT. Indofarma (Persero) Tbk dipimpin oleh seorang Direktur Utama yang

dibantu oleh empat orang staf direksi, yaitu Direktur Produksi, Direktur Umum

dan SDM, Direktur Pemasaran dan Direktur Keuangan. Masing-masing direktur

membawahi bidang dan tiap bidang membawahi beberapa seksi. Selain itu, ada

beberapa bagian yang bertanggung jawab langsung kepada Direktur Utama (non

(22)

Pengawasan Internal (SPI) dan Supply Chain Management (SCM). Struktur organisasi dapat dilihat pada bagan dibawah ini.

DIREKTUR

Gambar 2.1 Struktur Organisasi PT. Indofarma (Persero) Tbk.

Keterangan:

PPPP (Perencanaan Produksi dan Pengendalian Persediaan) Litbang (Penelitian dan Pengembangan)

QC/ QA (Quality Control/ Quality Assurance) SDM (Sumber Daya Manusia)

(23)

2.3 Visi dan Misi PT. Indofarma (Persero) Tbk

Visi PT. Indofarma (Persero) Tbk adalah menjadi perusahaan yang berperan

secara signifikan pada perbaikan kualitas hidup manusia dengan memberi solusi

terhadap masalah kesehatan dan kesejahteraan masyarakat.

Misi PT. Indofarma (Persero) Tbk adalah:

a. Menyediakan produk dan layanan berkualitas dengan harga terjangkau untuk

masyarakat.

b. Melakukan penelitian dan pengembangan produk yang inovatif dengan

prioritas untuk mengobati penderita penyakit dengan tingkat prevalensi tinggi.

c. Mengembangkan kompetensi sumber daya manusia sehingga memiliki

kepedulian, profesionalisme dan kewirausahaan yang tinggi.

2.4 Moto PT. Indofarma (Persero) Tbk

Motto PT. Indofarma (Persero) Tbk adalah insan Indofarma dalam

menjalankan visi dan misi tersebut yaitu “dilandasi ketaqwaan kepada Tuhan

Yang Maha Esa, kita tingkatkan kualitas kesehatan bangsa”. Insan Indofarma

memiliki nilai-nilai inti yang telah disepakati bersama dan dianut serta

mencerminkan budaya korporat yang membentuk filosofi bisnis dan budaya kerja

Compassionate, Professional, Entrepreneurshi“ disingkat “CPE”, untuk mewujudkan visi dan misi perseroan.

2.5 Logo PT. Indofarma (Persero) Tbk

Perusahaan memiliki logo ”INF” yang melambangkan kependekan nama

(24)

kesehatan masyarakat. Warna biru melambangkan sifat pengabdian perseroan

yang tidak terbatas. Keluasan pengabdian diperluas dengan gradasi warna yang

memiliki dimensi yang luas. Upaya pelayanan perseroan pada masyarakat tersirat

pada ritme dari garis luas dan lengkung. Kesatuan garisnya memberikan kesan

melindungi dan saling mendukung, artinya perseroan siap melindungi masyarakat

dari penyakit dan mendukung masyarakat untuk mewujudkan kesehatan. Posisi

miring melambangkan dinamika perseroan yaitu tidak terpaku pada

konvensi-konvensi yang sudah ada, mengikuti perkembangan zaman dan inovatif tetapi

mengikuti gerak laju teknologi.

Gambar 2.2 Logo PT. Indofarma ( Persero ) Tbk.

2.6 Kebijakan Mutu

Kebijakan mutu yang ditetapkan oleh perusahaan, adalah:

a. Mutu dijadikan prioritas utama demi kepuasan pelanggan eksternal dan

internal.

b. Mutu mencakup seluruh kegiatan perusahaan, mulai dari penelitian dan

(25)

c. Mutu dibangun dalam Sistem Manajemen Mutu terpadu oleh semua pihak

melalui perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian yang efektif dan efisien.

d. Mutu terutama ditentukan oleh faktor manusia, oleh karena itu pendidikan

dan pelatihan bagi karyawan terus dikembangkan sesuai kebutuhan dan

perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

e. Mutu selalu dijaga dan ditingkatkan sesuai kebutuhan pelanggan dengan

memperhatikan kemampuan daya saing melalui proses yang menekan biaya

mutu.

2.7 Kedudukan, Fungsi dan Peranan

PT. Indofarma (Persero) Tbk adalah suatu Badan Usaha Milik Negara

(BUMN) yang memproduksi obat-obat esensial dan merupakan produsen obat

generik berlogo yang terbesar di Indonesia.

PT. Indofarma (Persero) Tbk sebagai suatu BUMN mempunyai fungsi

antara lain sebagai berikut:

a. Menyelenggarakan kemanfaatan umum dibidang farmasi dalam arti yang

seluas-luasnya terutama dalam bidang pengadaan produk farmasi yang sangat

diperlukan oleh sarana kesehatan pemerintah maupun masyarakat umum.

b. Mendapatkan keuntungan berdasarkan prinsip pengelolaan perusahaan untuk

membiayai serta mengembangkan perusahaan dan untuk disumbangkan bagi

pembangunan nasional sesuai dengan kemampuan perusahaan.

c. Memperluas pemerataan penyediaan obat khususnya bagi masyarakat

(26)

d. Mencukupi kebutuhan obat yang dibutuhkan bagi Puskesmas dan Rumah

Sakit Pemerintah serta penyediaan obat di desa untuk mendukung Pos

Pelayanan Terpadu (POSYANDU)

e. Sebagai Price Leader terhadap obat-obat yang beredar di masyarakat melalui program Obat Generik Berlogo.

f. Meningkatkan penerapan CPOB sebagaimana direkomendasikan oleh WHO

sebagai hasil produksi berstandar internasional.

Peranan PT. Indofarma (Persero) Tbk antara lain dapat dilihat dari setiap

kebijakan yang operasional maupun arah pengembangan perusahaan, yaitu:

a. Andalan utama produsen obat esensial bermutu, dengan demikian PT.

Indofarma (Persero) Tbk merupakan pemasok terbesar obat esensial dan

menggunakan sebagian besar kapasitas produksinya untuk memproduksi obat

esensial.

b. Adanya motto perusahaan yaitu “Untuk Kehidupan yang Lebih Baik”, yang

artinya bahwa PT. Indofarma (Persero) Tbk akan selalu berusaha

meningkatkan derajat kesehatan masyarakat menjadi lebih baik. PT.

Indofarma (Persero) Tbk sebagai Badan Usaha Milik Negara membantu

memenuhi upaya kesehatan yang bersifat menyeluruh dan terpadu termasuk

pemerataan penyediaan obat yang bermutu dengan harga yang terjangkau.

c. PT. Indofarma (Persero) Tbk menjadi tempat pelatihan tenaga farmasis dan

profesi lain dalam rangka meningkatkan kualitas sumber daya manusia di

(27)

2.8 Lokasi dan Fasilitas

Seluruh fasilitas produksi farmasi dan obat herbal dirancang sesuai konsep

CPOB dan CPOTB dimana dibangun diatas tanah seluas ± 20 hektar di Cibitung,

Bekasi, Jawa Barat. Pabrik lainnya yaitu pabrik makanan bayi seluas ± 0,25 hektar

di Cikarang. Pabrik dan kantor pusat PT. Indofarma (Persero) Tbk terletak di

Jalan Indofarma No. 1, Desa Gandasari, Kecamatan Cikarang Barat, Bekasi,

dengan luas tanah 2.000.000 m2 dan luas bangunan 28.035 m2. Bagian-bagian

tersebut dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 1. Ukuran ruangan masing-masing bagian PT. Indofarma (Persero) Tbk

No. Ruang Ukuran (m2)

10. Unit produksi parenteral 2.330

11. Unit produsi obat tradisional dan gudang 5.250

12. Bangunan utilities 898

13. Gudang bahan kimia 216

14. Instalasi pengolahan limbah cair 204

15. Instalasi limbah padat 44

16. Menara air 100

17. Cylinder gas chamber 66

18. Rumah jaga 128

19. Lapangan 1.548

20. Unit penelitian dan pengembangan 700

Sistem tata ruang produksi non steril dibagi dua, yaitu kelas empat dan

(28)

produk jadi dan daerah pengemasan sekunder. Daerah ini ditandai dengan lantai

yang dicat epoksi agar kotoran tidak mudah melekat dan dinding mudah

dibersihkan. Kelas tiga merupakan daerah yang terkait langsung dengan proses

produksi, misalnya daerah proses pengolahan, pengemasan primer, hingga koridor

yang berhubungan. Sedangkan produksi steril dibagi dalam empat kelas.

2.9 Produk PT. Indofarma (Persero) Tbk

Produk yang dihasilkan oleh PT. Indofarma (Persero) Tbk dikelompokkan

berdasarkan produk etikal, OTC dan alat kesehatan. Produk-produk tersebut

antara lain:

a. Generik pharma product (Obat Generik berlogo)

b. Health foods (suplemen kesehatan)

c. Branded generic (obat generik dengan nama dagang)

d. Branded OTC (obat bebas)

e. Herbal product (obat herbal)

f. Exported pharma product (obat diekspor)

g. New product 2009 (produk baru 2009)

h. Spesial product 2009 (produk khusus 2009)

2.10 Pelaksanaan Kegiatan di PT. Indofarma (Persero) Tbk

PT. Indofarma (Persero) Tbk merupakan perusahaan farmasi yang

memproduksi obat generik etikal sebagai produk utama disamping memproduksi

lainnya. Dalam menjalankan perusahaan, PT. Indofarma (Persero) Tbk menitik

(29)

dan kepedulian. Dari segi profesional, perusahaan menjunjung tinggi integritas,

komitmen seluruh insan dan kepurnaan. Dari segi kewirausahaan, dimana

perusahaan berpandangan visioner, inovasi untuk pertumbuhan dan fokus kepada

pelanggan. Dari segi kepedulian, perusahaan menghargai sikap dan pandangan

orang lain, kerja sama tim serta kesetaraan atas kesempatan dan penghargaan.

2.10.1 Direktorat Produksi

Direktorat Produksi PT. Indofarma (Persero) Tbk dipimpin oleh seorang

direktur yang membawahi tujuh bidang, dimana setiap bidang dipimpin oleh

seorang manajer yang dibantu oleh asisten manajer dan supervisor. Struktur

organisasi direktorat produksi sebagai berikut:

PRODUKSI

Procurement

Penelitian & pengembanga

Teknik & Pemeliharaan

Produksi I Produksi II pppp

*) Quality Assurance/Control

Gambar 2.3 Struktur Organisasi Direktorat Produksi PT. Indofarma (Persero) Tbk.

2.10.1.1 Bidang Produksi I

Bidang Produksi I dipimpin oleh seorang manajer yang membawahi empat

seksi Seksi Solid I, Seksi Solid II, Seksi Pengemasan dan Seksi Herbal. Struktur

organisasi bidang produksi I sebagai berikut:

PRODUKSI I

Pengemasan

(30)

Gambar 2.4 Struktur Organisasi Bidang Produksi I PT. Indofarma (Persero) Tbk. Tanggung jawab masing-maing seksi dibidang produksi I sebagai berikut:

a. Seksi Solid I, bertanggung jawab dalam pembuatan massa tablet dan kapsul.

b. Seksi SolidII, bertanggung jawab dalam pencetakan tablet/ filling kapsul. c. Seksi Pengemasan, bertanggung jawab dalam pengemasan tablet dan kapsul

non ß-laktam.

d. Seksi Herbal , bertanggung jawab dalam produksi herbal.

Visi dari bidang Produksi I adalah commit to SQC (Supply, Quality and Cost). Bidang Produksi I dalam menjalankan kegiatannya selalu berkomiten bahwa penyediaan bahan yang sesuai rencana dan tepat waktu akan menjamin

kualitas produk yang dihasilkan sesuai dengan spesifikasinya sehingga efisiensi

biaya tercapai dan keuntungan juga tercapai.

Ukuran kinerja bidang Produksi I ditentukan dengan menggunakan

indikator kunci/ Key Performance Indicator, yaitu:

a. Monthly production achievement (produksi bulanan yang tercapai). b. Process cycle time meet standart (waktu tunggu/ lead time). c. Yield (hasil akhir).

d. Succesfull batch (produk yang berhasil diproduksi). e. Effective machine hour (jam kerja mesin efektif).

Untuk dapat mencapai keberhasilan diatas, maka perlu diperhatikan

faktor-faktor yang menentukan, yaitu perencanaan produksi yang baik, formula, metode,

proses produksi yang handal dan tervalidasi, mesin-mesin yang terkualifikasi dan

terawat, personil yang kompeten, bahan baku yang tersandarisasi dan lingkungan

(31)

Fungsi dan tugas dari bidang Produksi I adalah:

a. Merencanakan produksi.

b. Mengkoordinir pelaksanaan produksi.

c. Mengendalikan pelaksanaan produksi dan sumber daya manusia sebagai

pelaksanaannya.

d. Mengawasi pelaksanaan produksi.

Perencanaan produksi dilakukan berdasarkan rencana penjualan, kemudian

disusun RPB (Rencana Produksi Bulanan) oleh bidang PPPP (Perencanaan

Produksi dan Pengendalian Persediaan) yang berisi item produk dan jumlahnya.

Bidang produksi mengkonfirmasi kesanggunpan RPB dengan memperhitungkan

kapasitas mesin, personel dan waktu kerja. RPB selanjutnya di break down menjadi RPM (Rencana Produksi Mingguan). RPB maupun RPM yang telah

disetujui oleh PPPP selanjutnya direalisasikan dengan penerbitan PP (Perintah

Produksi) dan PK (Perintah Kemas). PP dan CPB (Catatan Produksi Bets) digunakan sebagai bon permintaan bahan baku kepada bagian penyimpanan/ LBA

(Logistik Bahan Awal). Di gudang, bahan yang diminta bidang Produksi I

dipersiapkan untuk diproses. Penimbangan dilakukan oleh petugas dispensing

dengan disaksikan oleh petugas IPC (In Proces Control), kemudian dilakukan serah terima bahan baku kepada bidang Produksi I. Proses produksi dilaksanakan

sesuai persyaratan CPOB. Dokumen yang menyertai proses produksi yaitu CPB,

pengolahan dan pengemasan. Setelah diperoleh produk ruahan, bidang Produksi I

membuat Bukti Penyerahan Produk Ruahan (BPPR) untuk bidang PPPP sebagai

dasar untuk dibuat PK (Perintah Kemas). BPPR dibuat setelah produk ruahan

(32)

berdasarkan prosedur tetap yang berlaku dan setiap tahap dilakukan IPC, baik

oleh personel produksi maupun personel bidang Pemastian Mutu.

Proses produksi tablet dibidang Produksi I dilakukan dengan metode

Vertical Closed Sistem, yaitu sistem vertikal tertutup dimana proses produksi dilakukan dengan memanfaatkan gaya gravitasi. Metode ini dilaksanakan

dibidang Produksi I karena bentuk bangunan memungkinkan metode tersebut

dilakukan (tiga lantai) dan produksinya besar sehingga efisiensi tenaga tercapai.

Keuntungan sistem ini adalah dapat meminimalkan terjadinya kontaminasi silang,

bets dapat dibuat dalam kapasitas besar, efisiensi dari segi waktu, tenaga, tempat maupun energi.

Seksi Solod I

Seksi ini bertugas dalam persiapan pengolahan, penyiapan bahan awal, dan

pembuatan massa. Pembuatan massa meliputi pembuatan massa tablet dan kapsul

non β laktam. Bahan yang telah ditimbang dibawa ke lantai tiga bersama CPB

(Catatan Pengolahan Bets) kemudian dilakukan penimbangan ulang (sebagai recheck). Bahan aktif dan bahan penolong tersebut dipindahkan dengan menggunakan pipa penyedot vakum (azo) yang didalamnya dilengkapi ayakan berputar (rotatif sieve) dan filter untuk memisahkan partikel besar. Kemudian dimasukkan ke dalam bin sebagai penampung. Bahan dalam bin dibawa dengan forklift dan siap dibuat massa melalui proses mixing yang dilakukan dengan menggunakan mixer diosna di lantai II. Setelah homogen, campuran diperiksa oleh petugas IPC, sementara menunggu hasil uji, wadah campuran diberi label

(33)

Skema kegiatan dapat dilihat pada bagan berikut:

Gambar 2.5 Skema Kegiatan Seksi Solid I Permintaan bahan LBA (Logistik Bahan Awal)

BPPA (Bukti Penyerahan Produk Antara)

Seksi Solid II

Seksi ini berada di lantai II, bertugas melakukan pencetakan massa tablet

dan pengisian kapsul dari seksi solid I (pembuatan massa) yang telah dinyatakan

lolos uji, sampai menjadi produk ruahan yang lolos uji dan siap dikemas.

Tahap-tahap yang dilakukan oleh seksi pencetakan dapat dilihat pada skema berikut:

Pencetakan

Gambar 2.6 Skema Kegiatan Seksi Solid II

Keterangan:

(34)

Pemeriksaan kualitas produk antara dan produk ruahan oleh operator

dilakukan selama proses berlangsung dan sewaktu-waktu oleh IPC agar produk

yang dihasilkan senantiasa memenuhi persyaratan mutu yang ditetapkan. Produk

ruahan yang sudah lolos uji diserahkan ke seksi pengemasan dari seksi Solid II

untuk dikemas menjadi produk jadi.

Seksi Pengemasan

Proses pengemasan adalah bagian siklus produksi yang dilakukan terhadap

produk ruahan untuk menghasilkan produk jadi. Pengemasan berhubungan

dengan stabilitas obat yang berfungsi melindungi obat terhadap kelembaban,

suhu, cahaya, iklim, dan benturan. Selain itu kemasan juga mempengaruhi daya

tarik produk terhadap konsumen. Skema kegiatan seksi pengemasan dapat dilihat

dibawah ini: ke LPJ bersama BPPJ

Gambar 2.7 Skema Kegiatan Seksi Pengemasan

Keterangan:

PK (Perintah Kemas)

(35)

Jika ditinjau dari waktu dikeluarkannya PP dan PK, dikenal dua proses

yaitu:

a. In line process yaitu proses dimana hasil produksi langsung dikemas dalam wadah pengemasnya, PP dan PK dikeluarkan bersamaan. Jadi mulai dari

bahan awal sampai menjadi produk dalam kemasan akhir, proses tidak

terputus. Proses ini diterapkan dalam sirup cair, sirup kering, salep dan oralit.

b. Non in line process, PP dan PK tidak dikeluarkan bersamaan. Setelah PP dikeluarkan, dilakukan penyiapan bahan awal sampai menjadi produk yang

siap dikemas. Produk ini dikarantina menunggu dikeluarkannya PK. Proses

ini diterapkan dalam pembuatan tablet, kapsul dan produk steril.

Pengemasan merupakan terminal akhir produksi sebelum dipasarkan,

sehingga suatu produk harus memenuhi syarat-syarat pengemasan yang baik,

yaitu:

a. Melindungi produk.

b. Inert, spesifik bahan pengemasnya.

c. Harus aman, tidak mudah dibuka oleh anak-anak.

d. Menarik terutama untuk kemasan obat bebas.

Tujuan dilakukan perubahan kemasan adalah:

a. Untuk memberikan proteksi obat yang lebih baik.

b. Image baru.

c. Menonjolkan produk tersebut dari produk lainnya (competitor). d. Promosi.

(36)

Bahan pengemas dibedakan menjadi tiga macam yaitu:

a. Bahan pengemas primer, yaitu bahan pengemas yang langsung berhubungan

dengan produk, misalnya tube, botol, ampul, stripping, dan blister.

b. Bahan pengemas sekunder, yaitu bahan pengemas yang tidak berhubungan

langsung dengan produk obat, tetapi berhubungan dengan pengemas primer

misalnya kotak untuk ampul/ strip/ blister/ salep.

c. Bahan pengemas tersier, yaitu bahan pengemas yang berhubungan langsung

dengan pengemas sekunder, misalnya karton.

Bahan pengemas dari gudang bila berupa karton akan dilakukan

penyablonan yang berisi nama produk, nomor bets, expired date, sedangkan untuk etiket dan kotak akan dilakukan coding (pemberian code) antara lain nomor bets, manufacturing date, expired date, dan HET (Harga Eceran Tertinggi).

Produk ruahan yang akan dikemas dan bahan kemas yang diterima dari

gudang/ LBA semuanya sudah diluluskan oleh quality control. Proses pengemasan dapat berupa pengisian ke botol, stripping, blistering dan sacheting. Jenis pengemasan yang digunakan disesuaikan dengan sifat produk ruahan dan

permintaan pasar. Selama proses pengemasan dilakukan pengujian oleh IPC,

misalnya uji kebocoran strip, blister, dan pengisian kedalam sachet. Selanjutnya dilakukan proses dokumentasi untuk bidang pengemasan meliputi Catatan

Pengolahan Bets, catatan sanitasi, catatan produksi harian yang terdiri dari kontrol

harian mesin, pengepakan dan laporan bulanan.

Seksi Herbal

(37)

tradisional yang bahan bakunya dapat berasal dari dalam negeri maupun dari luar

negeri. Obat tradisional yang bahan bakunya berasal dari dalam negeri nama

produk berawal “Pro”, misalnya Prolipid, Probagin dan Prouric. Obat tradisional

yang bahan baku yang diimpor nama produknya berawalan “Bio”, misalnya

Biovision, Bioginko dan lain-lain.

Kegiatan produksi diseksi herbal meliputi sortasi, pencucian simplisia,

ekstraksi, formulasi dan pengemasan. Proses pengolahan ekstrak dimulai dari

perajangan kemudian ekstraksi (penyarian), pengentalan, pengeringan kering yang

kemudian menghasilkan ekstrak kering. menggunakan metode ekstraksi berupa

maserasi, perkolasi dan gabungan keduanya. Pengeringan ekstrak menggunakan

tiga metode yaitu spray dryer, dehumidifier, dan vaccum dryer. Sistem produksi sesuai dengan CPOTB (Cara Pembuatan Obat Tradisional yang Baik). Produksi

herbal di PT. Indofarma (Persero) Tbk berupa horizontal close system.

Bahan baku dipenuhi dengan cara membeli langsung dari supplier, melalui petani binaan atau bekerja sama dengan institusi lain. Bahan baku tersebut harus

memenuhi spesifikasi yang ditetapkan oleh PT. Indofarma (Persero) Tbk seperti

kadar air (lebih kecil dari 10%), kadar sari larut dalam air dan kadar sari larut

dalam alkohol (tergantung simplisia) mengacu kepada buku resmi yang ditetapkan

yaitu Materia Medika Indonesia. Bahan pendukung produksi terdiri dari pelarut

seperti etanol dan air yang digunakan untuk ektraksi, bahan penolong (aerosil,

(38)

2.10.1.2 Bidang Produksi II

Bidang Produksi II dipimpin oleh seorang manager. Bidang ini membawahi

tiga seksi, yaitu Seksi β laktam, Seksi Salep, Sirup, Serbuk (SSS) dan Seksi

Produksi Steril. Struktur organisasi bidang produksi II dapat dilihat pada bagan

dibawah ini:

Produksi steril

Sediaan β

laktam

Sediaan salep, sirup serbuk

PRODUKSI II

Gambar 2.8 Struktur Organisasi Bidang Produksi II PT. Indofarma (Persero) Tbk.

Bidang Produksi II bertugas untuk memastikan tersedianya produk tablet,

kapsul dan sirup kering β laktam, salep, sirup, serbuk, dan produk steril sesuai

dengan target dengan cara merencanakan, mengkoordinasi, dan mengendalikan

aktivitas pengolahan, pengemasan dan kegiatan lainnya yang terkait. Pelaksanaan

proses produksi dibidang Produksi II menggunakan vertical closed system untuk menghindari kontak dengan lingkungan. Sistem ini diterapkan untuk produksi

serbuk seperti oralit. Sedangkan untuk produksi sediaan β-laktam, salep dan sirup

menggunakan horizontal closed system, dimana penyiapan bahan awal sampai produk akhir diproses dalam lantai yang sama, karena sediaan yang diproduksi

dalam jumlah yang relatif kecil.

Seksi Sediaan β Laktam

Seksi sediaan β laktam bertugas memproduksi sediaan antibiotika yang

(39)

produksi lain (non β laktam). Pembuatan sediaan β laktam dibedakan sebagai

berikut:

a. Sediaan sirup kering

Produksi sirup kering di seksi β laktam meliputi sirup kering Ampisilin 125

mg/5 ml dan sirup kering Amoksisilin 125 mg/5 ml. Proses produksi sirup kering

dilakukan secara In Line Process, yaitu proses produksi yang menjadi satu kesatuan proses mulai dari pengisian sampai pengemasan. Alur proses pembuatan

sediaan sirup kering derivat β laktam adalah sebagai berikut:

1. Penimbangan bahan aktif di lakukan di LBA β laktam dan untuk bahan bahan

penolong dilakukan di LBA non β laktam/ dispensing.

2. Persiapan pembuatan massa, dilakukan penimbangan ulang.

3. Pencampuran akhir dalam mixer. 4. Penimbangan massa sirup siap isi.

5. Pengisian massa sirup kering dalam botol.

6. Petugas IPC mengambil sampel untuk diuji.

7. Pengemasan.

Botol yang datang dari supplier terlebih dahulu dicuci dan dikeringkan.

Ruang tempat pengisian massa sirup kering memerlukan kelembaban tertentu,

yaitu tidak boleh lebih dari 50%. Hal ini untuk menjaga kualitas massa serbuk

kering agar mempunyai aliran yang baik, menjaga kestabilan zat aktif dan

mengendalikan keseragaman bobot. Operator mesin melakukan pengontrolan

terhadap bobot sirup kering dalam botol setiap 15 menit sejumlah masing-masing

(40)

Bets. Bagian IPC juga melakukan kontrol produk. Dalam satu rangkaian proses

setelah pengisian, dilanjutkan dengan penutupan botol (capping). b. Sediaan tablet dan kapsul

Proses produksi dilakukan secara In Line Process, yaitu proses produksi yang menjadi satu kesatuan proses mulai dari pengisian sampai pengemasan. Alur

proses pembuatan sediaan sediaan tablet dan kapsul derivat β laktam hampir sama

dengan produksi tablet dan kapsul non β laktam.

Seksi Sediaan Salep, Sirup dan Serbuk

Seksi Salep, Sirup dan Serbuk memproduksi sediaan salep kulit, krim,

serbuk, sirup cair dan sirup kering. Pembuatan sediaan sebagai berikut:

a. Salep

Alur proses produksi sediaan salep kulit adalah sebagai berikut:

1. Penimbangan bahan awal yang telah lolos uji.

2. Pelelehan basis di dalam vessel tanpa pengaduk.

3. Basis dipindahkan ke dalam vessel yang dilengkapi pengaduk melalui pompa dengan filter, kemudian dilakukan pengeringan basis. Massa basis selanjutnya

didinginkan dan dilakukan pemeriksaan kadar air oleh bagian IPC.

4. Bahan aktif, penolong dan pengawet ditambahkan ke dalam massa basis

sambil diaduk.

5. Massa salep dihomogenkan dengan menggunakan homogenizer dan

kemudian divakumkan untuk mengusir udara yang terperangkap.

(41)

dengan penimbangan 20 tube setiap 15 menit dan dibuat peta kendalinya.

Petugas IPC akan melakukan sampling untuk diuji.

b. Krim

Alur proses sediaan krim adalah sebagai berikut:

1. Penimbangan bahan awal yang telah lolos uji.

2. Pembuatan fase minyak dan fase air, menurut sifat kelarutan masing–masing

bahan penolongnya.

3. Kemudian dilakukan pencampuran fase minyak dan fase air di dalam vessel untuk pembentukan emulsi. Pada tahap ini proses dilakukan secara hati–hati

agar krim tidak pecah. Setelah ditambahkan bahan aktif kedalamnya.

4. Massa krim yang terbentuk ini divakumkan untuk menghilangkan udara yang

terperangkap.

5. Bila hasil pengujian IPC memenuhi syarat maka massa krim siap untuk

diisikan kedalam tube dan dikemas. Proses selanjutnya sama seperti proses

produksi salep.

c. Serbuk

Oralit merupakan contoh sedian padat (serbuk) berbentuk granul yang

dikemas dalam sachet kedap udara. Pengadukan oralit dilakukan dalam mixer diosna. Pemeriksaan kualitas terhadap massa oralit dilakukan oleh bagian Quality Control yang meliputi kadar, warna, homogenitas, distribusi partikel, dan kadar air. Untuk oralit kelembaban udara ruangan harus rendah karena produk

mempunyai sifat sangat higroskopis. Pengendalian proses yang dilakukan antara

(42)

Alur proses produksinya adalah sebagai berikut:

1. Penimbangan bahan awal yang telah lolos uji.

2. Setelah penimbangan, bahan–bahan dari mesin penyedot vakum (azo) ditransfer ke dalam bin. Selanjutnya bin dipasang pada loading station di lantai III dan massa dialirkan ke lantai II untuk dilakukan proses pengadukan

dengan menggunakan mixer diosna. Massa hasil pengadukan tersebut kemudian dilakukan uji kadar air dan homogenitas.

3. Apabila massa telah homogen maka dilakukan proses pengisian. Untuk oralit

proses pengisiannya dilakukan dengan menggunakan sachet filling machine. Selama proses pengisian, dilakukan pengawasan mutu terhadap keseragaman

bobot dan dilakukan pengujian.

4. Pengemasan kedalam pengemas sekunder dan tersier.

d. Sirup cair

Tahap–tahap produksi sediaan sirup cair:

1. Pembuatan sirup cair diawali dengan pemeriksaan air/ DIW yang akan

digunakan sebagai bahan baku.

2. Dispensing bahan–bahan awal yang telah dinyatakan memenuhi syarat. 3. Pembuatan larutan bahan dalam DIW dan pembuatan suspensi induk.

4. Pencampuran larutan bahan dan suspensi induk dalam vessel yang dilengkapi pengaduk, kemudian dilakukan sirkulasi dengan menggunakan pompa,

flavouring agent ditambahkan pada suhu massa suspensi 40ºC kemudian dilakukan pengecekan oleh IPC terhadap massa suspensi.

(43)

penutup botol dan mesin penempel etiket. Selama proses pengisian dilakukan,

pengawasan terhadap keseragaman bobot dengan pemeriksaan bobot 6 botol

setiap 15 menit dan dibuat peta kendalinya. Petugas IPC akan melakukan

sampling untuk diuji.

6. Pengemasan ke dalam wadah pengemas sekunder dan tersier.

e. Sirup kering

Tahap-tahap proses sesiaan sirup kering:

1. Proses diawali dengan pengayakan dan granulasi.

2. Penimbangan kemudian pencampuran dengan bahan tambahan didalam

diosna.

3. Dilanjutkan dengan pengisian dan pengemasan. Pada semua proses dilakukan

kontrol oleh IPC.

Untuk pembuatan sirup kering ini, kelembaban udara diatur sedemikian

rupa sehingga kurang dari 50%, menggunakan alat dehumiditifier. Massa sirup kering yang telah memenuhi syarat dimasukkan kedalam botol, pengisian sirup

kering ini masih dilakukan secara manual. Setelah dilakukan pengisian, botol

ditutup, diberi etiket dan dikemas.

Seksi Produksi Steril

Seksi produk steril bertanggung jawab dalam memproduksi sediaan steril,

dipimpin oleh seorang asisten manager yang membawahi dua subseksi, yaitu:

a. Subseksi pengolahan (penimbangan dan pelarutan, pengisian, sterilisasi,

pengolahan cepalosporin dan dokumentasi).

b. Subseksi pengemasan (pengepakan, pemeriksaan kejernihan sediaan ampul,

(44)

Produk yang dihasilkan antara lain:

a. Sedian steril cairan, seperti injeksi vitamin B12, deksametason, diazepam,

lidokain compositum, papaverin HCl, atropine sulfat dan aqua PI, furosemid

injeksi dan metoklopramida (dibuat dengan cara sterilisasi akhir). Sedangkan

gentamicin dan ranitidine injeksi (dibuat secara aseptis).

b. Tetes mata, seperti gentamicin 40 mg/ml.

c. Sediaan steril powder, seperti injeksi derivat sefalosporin yang dibuat secara aseptis yaitu Cefotaxim, Ceftriaxon.

Ruang produksi steril dibagi menjadi beberapa kelas sesuai dengan

persyaratan CPOB. Pembagian ini didasarkan kepada derajat kebersihannya,

yaitu:

a. Ruang kelas I merupakan ruang kelas di bawah LAF (Laminar Air Flow) yang dilengkapi dengan HEPA (High Efficiency Particulare Air) filter berefisiensi 99,995%. Besarnya pertukaran udara adalah 20–40 kali/jam.

Jumlah cemaran partikel dengan diameter kurang dari 0,5 µm tidak boleh

lebih dari 100 partikel/feet kubik.

b. Ruang kelas II sama dengan ruang kelas I tetapi tanpa LAF. Jumlah cemaran

partikel dengan diameter kurang dari 0,5 µm tidak boleh lebih dari 10.000

partikel/ feet kubik.

c. Ruang kelas III dilengkapi dengan filter berefisiensi 95%. Jumlah cemaran

partikel dengan diameter kurang dari 0,5 µm tidak boleh lebih dari 100.000

partikel/ feet kubik, ruangan ini digunakan untuk pencucian.

d. Ruang kelas IV dengan persyaratan harus bersih secara visual, jumlah partikel

(45)

Keempat ruangan di atas, masing-masing dipisahkan dengan ruang antara

dan dilengkapi dengan sistem air lock, air shower, pass box dan sistem air handling unit (AHU) yang memiliki peranan dalam pengaturan suhu, kelembaban, tekanan dan sirkulasi udara. Aliran udara diatur berdasarkan perbedaan tekanan,

dimana ruangan dengan kelas yang lebih tinggi memiliki tekanan yang lebih

tinggi dari pada kelas yang lebih rendah.

2.10.1.3 Bidang Pengadaan/ Procurement

Bidang Pengadaan/ Procurement dipimpin oleh seorang manajer yang membawahi dua seksi, yaitu seksi Pengadaan Bahan I dan seksi Pengadaan Bahan

II. Struktur organisasi dapat dilihat pada bagan dibawak ini:

Procurement

Pegadaan bahan I

Pengadaan bahan II

Gambar 2.9 Struktur Organisasi Bidang Procurement PT. Indofarma (Persero) Tbk.

Tugas masing-masing seksi sebagai berikut:

a. Seksi Pengadaan Bahan I bertugas mengadakan barang impor yaitu bahan

baku (bahan aktif dan bahan penolong) baik yang dibeli dari luar negeri,

maupun dalam negeri.

b. Seksi Pengadaan Bahan II bertugas mengadakan bahan pengemas dan barang

umum non-farmasi seperti peralatan laboratorium, produksi, peralatan umum,

(46)

Pengadaan dihadapkan pada dua hal yang berbeda, yaitu mutu dan harga.

Dapat dikatakan bahwa mutu hasil produksi dapat tergantung pada mutu bahan

awalnya. Demikian pula mengenai harga jual produk sangat dipengaruhi oleh

harga perolehannya. Pada umumnya mutu dan harga berbanding lurus, mutu

bahan awal yang baik akan mempunyai harga yang tinggi. Dengan demikian

menjadi suatu tantangan untuk mendapatkan bahan bermutu baik dengan harga

relatif rendah. Terlebih lagi bagi PT. Indofarma (Persero) Tbk yang mengemban

misi sebagai produsen utama obat generik berlogo yang ditujukan untuk konsumsi

masyarakat luas. Bidang Pengadaan melayani permintaan bahan farmasi dan

non-farmasi yang sangat kompleks. Oleh karena itu tanpa adanya spesifikasi yang

jelas, prosedur dan sistem administrasi yang baik, maka akan sulit mencapai hasil

yang diinginkan.

Prosedur dalam pengadaan/ procurement, meliput pengadaan bahan awal, seleksi dan evaluasi rekanan, pengadaan barang non bahan awal dan investasi dan

pengadaan sampel bahan awal dan suplies khusus. Bidang pembelian dan pengadaan memperhatikan masalah QCD (Quality, Cost, Delivery). Upaya yang dilakukan dalam pengadaan barang/ bahan berkualitas dengan cara membeli

sesuai spesifikasi dan membuat daftar approved supplier/ producers. Untuk bahan aktif, bahan pengemasan dan bahan penolong mengikuti spesifikasi yang telah

dibuat bidang Pemastian Mutu dan Litbang, sedangkan untuk mesin dan

pemeliharaan dilakukan oleh bagian teknik dalam mengendalikan harga

(47)

2.10.1.4 Bidang Teknik dan Pemeliharaan

Bidang Teknik dan Pemeliharaan dipimpin oleh seorang menejer yang

membawahi empat seksi yaitu seksi Perencanaan, evaluasi dan workshop, seksi Pemeliharaan, seksi Rekayasa dan seksi Utilities. PT. Indofarma (Persero) Tbk bertugas melakukan pengawasan dan pemeliharaan terhadap seluruh mesin dan

peralatan produksi. Struktur organisasi dapat dilihat pada pagan dibawah ini:

Teknik dan pemeliharaan

Pemeliharaan Perencanaan

evaluasi & workshop

Utilities Rekayasa

Gambar 2.10 Struktur Organisasi Bidang Teknik dan Pemeliharaan PT. Indofarma (Persero) Tbk.

Sarana pendukung pabrik yang digunakan di PT. Indofarma (Persero) Tbk,

antara lain:

a. Listrik

Sistem kelistrikan di PT. Indofarma (Persero) Tbk, menggunakan sumber

kelistrikan dari PLN dan generator milik perusahaan sendiri.

b. Air

Sistem pengelolaan air di PT. Indofarma (Persero) Tbk, menggunakan

sumber air tanah (sumur dalam ± 150 meter), dimana perusahaan memiliki empat

sumur air. Tujuan pengelolaan air ini adalah untuk menghilangkan cemaran

sesuai standar kualitas air yang ditetapkan. Air dihilangkan dari pengaruh zat besi

dan ditampung didalam bak penampung yang berisi kaporit untuk menghilangkan

(48)

menggunakan multimedia filter, dimana filter-filter ini tersusun dalam suatu

tabung (vessel) dengan bagian bawah tabung diberikan pasir sebagai alas tabung, filter ini sering juga disebut send filter. Selanjutnya air saring dengan karbon aktif, berfungsi sebagai pre-treatment sebelum proses deionisasi untuk menghilangkan klorin, kloramin, pestisida, bahan-bahan organik, warna, bau dan

rasa dalam air. Selanjutnya air dihilangkan kation dan anionnya (water softener filter) dengan menggunakan resin untuk menghilangkan atau menurunkan kesadahan air dengan cara mengikat calsium dan magnesium yang menyebabkan

tingginya tingkat kesadahan air. Selanjutnya air dialirkan ke gedung water system. Air yang digunakan untuk produksi disirkulasikan selama 24 jam, untuk itu dalam purified water system dilengkapi dengan looping system sehingga dapat memungkinkan air tersebut disirkulasi selama 24 jam. Sistem ini juga dilengkai

dengan filter ultraviolet dan ozonasi.

c. Tata udara (Air Handling Unit)

Sistem tata udara untuk mengontrol suhu, kelembaban, tekanan udara,

jumlah partikel dan pola aliran udara sesuai dengan yang dibutuhkan untuk setiap

ruangan. Dilengkapi dengan cooling coil/ evaporator yang berfungsi untuk mengontrol suhu dan kelembaban relatif udara yang akan didistribusikan ke

ruangan produksi. Udara yang dialirkan berasal dari campuran udara balik (return air) dan udara luar (fresh air). Blower/ static pressure fan berfungsi menggerakkan udara disepanjang sistem distribusi udara yang terhubung

dengannya. Filter berfungsi untuk mengendalikan dan mengontrol jumlah

partikel dan mikroorganisme yang mengkontaminasi udara yang masuk ke dalam

(49)

dibagi dalam beberapa tipe berdasarkan efisiensinya, yaitu prefilter (efisiensi penyaringan 35%), medium filter (efisiensi penyaringan 95%) dan high effisiency particulate air/ HEPA filter (efisiensi penyaringan 99,997%). Ducting berfungsi sebagai saluran tertutup tempat mengalirnya udara.

d. Penanganan terhadap debu

Sistem penanganan debu dilakukan dengan menggunakan dust collector dimana dilengkapi dengan filter/ penyaringan.

e. Uap air (steam)

Uap air diperoleh melalui unit steam boiler, digunakan sebagai sumber panas pada pengeringan granul (dengan oven atau fluid bed dryer) sterilisasi dengan autoclav dan lain-lain.

2.10.1.5 Bidang Perencanaan Produksi dan Pengendalian Persediaan (PPPP)

Bidang Perencanaan dan Pengendalian Produksi dan Persediaan (PPPP)

dipimpin oleh seorang manajer yang membawahi empat seksi, yaitu seksi

Perencanaan dan Pengendalian Bahan Baku dan Pengemas, seksi Perencanaan dan

Pengendalian Produksi I, seksi Perencanaan dan Pengendalian Produksi II dan

Herbal serta seksi Toll Manufacturing dan Pelayanan Produk. Struktur organisasi dapat dilihat pada bagan dibawah ini:

PPPP

(50)

PPPP mempunyai peranan strategis dalam peningkatan efisiensi dan

produktifitas, proses pabrikasi, pengendalian persediaan sehingga diharapkan

dapat menghasilkan produk dengan mutu, harga, jumlah, dan waktu serta

pelayanan yang tepat.

Seksi Perencanaandan pengendalian mempunyai dua fungsi, yaitu fungsi

perencanaan dan fungsi pengendalian. Fungsi perencanaan, merupakan landasan

umum dalam penentuan permintaan marketing dan langkah-langkah yang diperlukan untuk memastikan tercapainya permintaan tersebut. Fungsi

pengendalian, merupakan alat manajemen untuk memastikan tersedianya bahan

awal, produk ruah, dan produk jadi untuk terpenuhinya permintaan marketing, serta pengaturan agar tidak terjadi over stock atau out of stock.

Hubungan kerja PPPP dengan berbagai bidang lain:

Perencanaan produk Supply product Marketing

Permintaan bahan awal Pengendalian persediaan

PPPP Logistik

Produksi

Pengadaan

Gambar 2.12 Hubungan Kerja Bidang PPPP dengan Bidang lain di PT. Indofarma (Persero) Tbk.

Alur proses kegiatan bidang PPPP dibagi menjadi dua tahap, yaitu alur

proses perencanaan dan alur proses pengendalian bahan. Alur proses perencanaan

dimulai dari bidang Pemasaran menyerahkan rencana penjualan satu tahun kepada

(51)

Direktur Produksi. Kedua rencana tersebut digunakan sebagai dasar pembuatan

Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP) yang disusun setiap tahun

kemudian dijabarkan dalam Konsep Rencana Produksi Periodik (KRPP) dan

Konsep Rencana Kedatangan Bahan (KRKB) perkuartal. Berdasarkan KRPP dan

KRKB perkuartal dibuat Rencana Produksi Bulanan (RPB). RPB ini digunakan

untuk menyiapkan Perintah Produksi (PP) dan Perintah Kemas (PK) serta

penyiapan Surat Pesanan Permintaan Barang (SPPB) untuk dimintakan

persetujuan Direktur Produksi.

Alur proses pengendalian bahan dimulai dari diterbitkannya Perintah

Pengolahan (PP) sekaligus berlaku sebagai bon permintaan bahan ke gudang

penyimpanan bahan baku dan bahan penolong. Kemudian diterbitkannya Bukti

Penyerahan Produk Ruah (BPPR), selanjutnya keluar Perintah Kemas (PK) dan

Bukti Penyerahan Produk Jadi (BPPJ). Berdasarkan PP dan PK bidang Produksi

membuat Rencana Produksi Mingguan (RPM) yang selanjutnya digunakan

sebagai pedoman proses produksi. Proses produksi dilaporkan dalam bentuk

laporan produksi dan ditujukan antara lain kepada bidang PPPP sebagai informasi

untuk fungsi pengendalian produksi. Bidang Pengadaan kemudian memberikan

informasi kemajuan proses pengadaan kepada PPPP untuk fungsi pengendalian

bahan.

Seksi perencanaan produksi mempunyai fungsi, antara lain mengumpulkan

data dan analisa (ramalan penjualan, kapasitas produksi, stok produk antara, ruah

dan jadi), menyusun rencana produksi, evaluasi rencana produksi secara periodik,

evaluasi efisiensi dan produkrifitas, evaluasi kendala-kendala produksi dan

(52)

Seksi Toll Manufacturing dibagi menjadi dua, toll out (dimana perusahaan membuat produk ke pabrik farmasi lain) dan toll in (dimana perusahaan menerima pembuatan produk dari pabrik farmasi lain).

2.10.1.6 Bidang Penelitian dan Pengembangan

Bagian Penelitian dan Pengembangan dipimpin oleh seorang manajer yang

membawahi lima seksi, yaitu seksi Formulasi, seksi Metode Analisa, seksi Herbal,

seksi Registrasi dan seksi Pengembangan Kemasan. Struktur organisasi dapat

dilihat pada bagan berikut ini:

Pengembangan

kemasaan 

Formulasi   Metode Analisa Herbal Registrasi

Litbang

Gambar 2.13 Struktur Organisasi Bidang Litbang PT. Indofarma (Persero) Tbk.

Bidang Penelitian dan Pengembangan berperan dalam pengembangan

produk baru, peningkatan daya saing produk existing dan upaya peningkatan daya saing dengan perusahaan farmasi lain. Tugas bidang ini, antara lain:

a. Meneliti dan mengembangkan produk.

b. Mengoptimalkan produk, yang meliputi optimasi formula termasuk optimasi

dan substitusi bahan.

c. Pengembangan metode analisis.

d. Penyiapan dokumen registrasi lokal dan ekspor.

e. Desain kemasan.

(53)

g. Mengadakan kerja sama di bidang penelitian dengan instansi lain seperti LIPI

(Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia) dan perguruan tinggi.

Seksi Formulasi

Seksi formulasi bertugas menyiapkan formula dan proses pembuatan obat

baru, mendesain formula, merancang metode pembuatan, pengembangan bahan

substitusi dan reformulasi dan reproses.

Penelitian formulasi meliputi:

a. Penelitian spesifikasi produk.

b. Penentuan bahan yang akan dipakai.

c. Penelitian formula.

d. Pembuatan master formula.

e. Pembuatan alur proses.

f. Merencanakan dan mengusahakan proses produksi yang pendek.

g. Persyaratan obat yang sama atau lebih ketat dari farmakope.

h. Mendesain formula yang mudah dianalisis.

i. Produk yang dihasilkan mempunyai stabilitas yang baik.

j. Efek farmakologi yang baik dan efek samping yang minimal.

k. Validasi formula dengan cara:

1.Prospektif : 3 bets pertama divalidasi 2.Retrospektif : 20 bets produksi

l. Melakukan efisiensi formula.

Bagian Formulasi bertugas mengembangkan formula untuk produk baru,

melakukan reformulasi, yaitu memperbaiki formula dari produk yang sudah ada

(54)

mengembangkan cara produksi untuk mempersingkat dan memperkecil biaya

produksi, menguji stabilitas produk baru serta membuat prosedur kerja tetap untuk

bagian produksi.

Bagian pengembangan produk harus mengembangkan produk-produk baru,

sehingga dapat dipertimbangkan oleh direksi. Marketing, SBD, proses pengembangan formula tersebut meliputi studi literatur, penetapan spesifikasi

produk, seleksi bahan baku aktif dan penolong, trial uji stabilitas, scalling up ke skala produksi.

Proses lahirnya produk baru dimulai dengan adanya usulan dari bagian

pemasaran atau divisi lain. Usulan tersebut dibahas oleh tim produk baru yang

terdiri antara lain dari bidang SBD, Litbang, PPPP, Produksi, Pemastian Mutu dan

Pemasaran. Tim produk baru mendiskusikan mengenai bentuk sediaan, dosis,

rencana kemasan dan rencana peluncuran produk. Selain itu bagian Litbang juga

bertugas memilih spesifikasi bahan, trial formula, desain kemasan, penyiapan alat, dokumen registrasi dan uji stabilitas. Produk baru yang telah siap didaftarkan

ke Badan POM disertai dokumen-dokumen yang diperlukan untuk memperoleh

nomor registrasi. Dengan adanya nomor regristrasi, produk baru tersebut dapat

diproduksi. Produksi skala besar dilakukan bidang produksi bersama-sama dengan

bidang Litbang dan Pemastian Mutu.

Kegiatan pengembangan produk baru dilakukan selama tiga tahun, meliputi:

a. Studi Pustaka.

Mencari spesifikasi bahan aktif, bahan pembantu dan obat tidak tercampurkan

(55)

yang baik sesuai dengan bentuk sediaan dan kapasitas produksi yang tersedia

serta menentukan peralatan yang akan digunakan.

b. Screening Bahan.

c. Trial Formulasi I dan Analisa.

Membuat formula yang aman, berkhasiat, bermutu, efektif dan efisien dari

segi proses dan biaya serta mempunyai nilai kompetitif dari kompetitor.

d. Penyediaan Bahan

Bagian Litbang berhubungan dengan bagian Purchasing untuk kesediaan bahan.

e. Trial Formulasi II.

f. Kemas dan Uji Stabilitas.

g. Praregistrasi.

h. Uji BE.

i. Registrasi.

Bidang penelitian dan pengembangan juga melakukan reformulasi terhadap

produk-produk yang sudah diproduksi. Reformulasi adalah memperbaiki formula

yang sudah ada hal ini terjadi karena adanya masalah yang timbul pada produk

tersebut baik permasalahan pada formula, proses produksi dan proses

penyimpanan. Usulan reformulasi biasanya berasal dari pemasaran, pengawasan

mutu, produksi serta bagian penelitian dan pengembangan itu sendiri.

Seksi Metode Analisis dan Stabilitas Tugas-tugas seksi ini adalah:

a. Memilih dan mempersiapkan metode analisis untuk bahan aktif, bahan baku

Gambar

Gambar 2.1 Struktur Organisasi PT. Indofarma (Persero) Tbk.
Gambar 2.2 Logo PT. Indofarma ( Persero ) Tbk.
Tabel 1. Ukuran ruangan masing-masing bagian PT. Indofarma (Persero) Tbk
Gambar 2.3 Struktur Organisasi Direktorat Produksi PT. Indofarma (Persero) Tbk.
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penilaian hendaklah meliputi semua faktor yang relevan termasuk kondisi pembuatan, hasil pengujian atau pengawasan selama proses, pengkajian dokumen produksi termasuk

Bagian pengawasan mutu hendaklah memberikan bantuan yang diperlukan atau mengambil bagian dalam pelaksanaan validasi berkala oleh bagian lain, khususnya bagian produksi untuk

produksi dan pengawasan mutu sesuai dengan prosedur dan spesifikasi yang

Penilaian hendaklah meliputi semua faktor yang relevan termasuk kondisi pembuatan, hasil dan Pengawasan Selama Proses (In Process Control/IPC), pengkajian dokumen produksi

Uji Distribusi Panas Otoklaf dengan Muatan Pakaian Kerja Steril ... Uji Penetrasi Panas Otoklaf dengan Muatan Pakaian Kerja

selaku pembimbing 2 dan Koordinator Bidang Apotek Program Studi Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya yang telah meluangkan waktu,

Lannie Hadisoewignyo, Msi., Apt., selaku koordinator PKPA Industri Farmasi Program Studi Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya yang

Kegiatan praktik kerja profesi di PT Aventis Pharma yang dilakukan antara lain melihat secara langsung kegiatan produksi obat, mulai dari penimbangan bahan baku,