• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perancangan Sistem Pengaman Kendaraan Roda Dua Menggunakan Password Dengan Bunyi Alarm Berbasis Mikrokontroller AT89S51

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Perancangan Sistem Pengaman Kendaraan Roda Dua Menggunakan Password Dengan Bunyi Alarm Berbasis Mikrokontroller AT89S51"

Copied!
74
0
0

Teks penuh

(1)

RODA DUA MENGGUNAKAN PASSWORD DENGAN BUNYI

ALARM BERBASIS MIKROKONTROLLER AT89S51

TUGAS AKHIR

DEDI ANDIKA

052408039

PROGRAM STUDI D-3 FISIKA INSTRUMENTASI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

ALARM BERBASIS MIKROKONTROLLER AT89S51

TUGAS AKHIR

Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat mencapai gelar Ahli Madya

DEDI ANDIKA

052408039

PROGRAM STUDI D-3 FISIKA INSTRUMENTASI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

Judul : PERANCANGAN SISTEM PENGAMAN KENDARAAN RODA DUA MENGGUNAKAN

PASSWORD DENGAN BUNYI ALARM BERBASIS MIKROKONTROLLER AT89S51

Kategori : TUGAS AKHIR

Nama : DEDI ANDIKA

Nomor Induk Mahasiswa : 052408039

Program Studi : DIPLOMA 3 FISIKA INSTRUMENTASI Departemen : FISIKA

Fakultas : MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM (FMIPA) UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

NIP. 130887995 NIP. 132238628

(4)

PERANCANGAN SISTEM PENGAMAN KENDARAAN RODA DUA MENGGUNAKAN PASSWORD DENGAN BUNYI ALARM BERBASIS

MIKROKONTROLLER AT89S51

TUGAS AKHIR

Saya mengakui bahwa tugas akhir ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.

Medan, Juli 2008

(5)

PENGHARGAAN

Assalamu’alaikum Wr.Wb

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir dengan judul “Perancangan Sistem Pengaman Kendaraan Roda Dua Menggunakan Password Dengan Bunyi Alarm Berbasis Mikrokontroller AT89S51” dengan baik dan lancar. Tugas akhir ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan dalam menempuh pendidikan program Diploma Tiga (D-3) pada Jurusan Fisika Instrumentasi Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara.

Penulis menyadari bahwa tugas akhir ini masih jauh dari kesempurnaan, mengingat keterbatasan pengetahuan, keilmuan, pengalaman serta referensi yang dimiliki. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun sehingga dapat menyempurnakan tugas akhir ini dimasa-masa yang akan datang.

(6)

Terwujudnya laporan tugas akhir ini tidak lepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, untuk itu penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada:

1. Dr. Eddy Marlianto, M.Sc selaku Dekan FMIPA USU 2. Dr. Sutarman, M.Sc selaku Pembantu Dekan I FMIPA USU

3. Dr. Marhaposan Situmorang, M.Sc selaku Ketua Departemen Fisika FMIPA USU 4. Drs. Syahrul Humaidi M.Sc selaku Ketua Departemen D3 Fisika Instrumentasi

FMIPA USU

5. Dra. Justinon, M.Si selaku Dosen Pembimbing

6. Seluruh Staf Pengajar dan Keseketariatan FMIPA USU

7. Bang Brian yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan alat dan laporan proyek.

8. Seluruh rekan – rekan mahasiswa D3 Fisika Instrumentasi khususnya Stambuk 2005 , terima kasih atas dukungan dan semangatnya.

9. Teman – teman satu kost yang telah banyak memberikan saran.

Pada akhirnya penulis berharap semoga Laporan tugas akhir ini bermanfaat bagi kita semua dan apabila ada kata-kata yang kurang berkenan penulis mengharapkan maaf yang sebesar-besarnya, semoga ALLAH SWT selalui meridhoi kita semua.Amiiin

Medan, Juli 2008

(7)

ABSTRAK

(8)

DAFTAR ISI

2.1Mikrokontroler AT89S51 5

2.1.1 Struktur Memori 7

2.1.2 Konfigurasi Pin AT89S51 8

2.2 ADC (Analog to Digital Converter) 13

2.3 Relay 14

2.4 Resistor (tahanan) 15

2.5 Kapasitor 17

2.6 Dioda 18

2.7 Transistor 19

2.7.1 Transistor Sebagai Saklar 21

2.8Bahasa Assembly MCS-51 24

2.9Software 8051 Editor, Assembler, Simulator (IDE) 29

2.10 Software Downloader 30

BAB 3 PERANCANGAN ALAT 31

3.1 Rangkaian Power Supply 31

3.2 Rangkaian Mikrokontroler AT89S51 32

3.3 Display seven segment 34

3.4 Rangkaian Relay Lampu 35

3.5 Rangkaian Buzzer 36

3.6 Perancangan rangkaian keypad 38

3.7 Perancangan Rangkaian Sensor Tegangan 39

3.8 Diagram Blok 40

(9)

BAB 4 PENGUJIAN RANGKAIAN 43 4.1 Pengujian Rangkaian Mikrokontroller AT89S51 43 4.2 Pengujian Rangkaian Display Seven Segment 45 4.3 Pengujian Rangkaian Relay Lampu 47

4.4 Pengujian Rangkaian Buzzer 48

4.5 Pengujian Rangkaian Keypad 50

4.6 Pengujian Rangkaian Sensor Tegangan 52

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 54

5.1 Kesimpulan 54

5.2 Saran 55

DAFTAR PUSTAKA 56

Lampiran

Program Assembly MCS-51

(10)

DAFTAR GAMBAR Gambar.2.6 : Bentuk Kapasitor pada rangkaian 18

Gambar.2.7 : Bentuk dioda pada rangkaian 19

Gambar 2.8 : Bentuk transistor pada rangkaian 20 Gambar 2.9 : (a) Bias basis. (b) Garis beban dc. 21 Gambar 2.10 : Contoh transistor yang digunakan sebagai switch 24 Gambar 2.11 : 8051 Editor, Assembler, Simulator (IDE) 29

Gambar 2.12 : ISP- Flash Programmer 30

Gambar 3.1 : Rangkaian Power Supply 31

Gambar 3.2 : Rangkaian minimum mikrokontroller AT89S51 32 Gambar 3.3 : R angkaian display seven segmen 34

Gambar 3.9 : Flowchart system pengaman kendaraan

dengan menggunakan password sebagai identity code 41

(11)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 : Konfigurasi Port 3 Mikrokontroler AT89S51 10

Tabel 2.2 : Kode warna resistor 16

Tabel 4.1 : Perintah mnemonic 44

Tabel 4.2 : Pengiriman data ke port serial 45

Tabel 4.3 : Penekanan tombol 51

(12)

ABSTRAK

(13)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Keamanan merupakan suatu hal yang sangat penting oleh setiap orang. Antara lain keamanan kendaraan. Kendaraan roda dua yang diparkir di suatu tempat sering membuat risau pemiliknya, apakah kendaraan tersebut aman atau tidak dari pencurian.

Untuk memberikan rasa aman, pemilik kendaraan memasang alarm pada kendaraan tersebut. Alarm yang digunakan alarm sistem getaran, dimana alarm ini akan berbunyi jika ada getaran pada kendaraan tersebut. Sistem menganggap getaran yang terjadi sebagai adanya paksaan untuk menghidupkan kendaraan, sehingga jika sistem diaktifkan kemudian ada yang menghidupkan kunci kontak kendaraan, maka sistem menganggap orang tersebut sebagai pencuri dan sistem akan menghidupkan alarm untuk memberitahukan kepada pemilik bahwa ada orang asing yang mencoba untuk mencuri kendaraan.

(14)

Mikrokontroller AT89S51”. Dengan sistem ini, kendaraan hanya dapat digunakan bila pemilik kendaraan telah memasukkan password yang benar. Dan jika password yang dimasukkan salah, maka alarm pada kendaraan akan berdering.

1.2 Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan tugas akhir ini adalah sebagai berikut:

1. Memanfaatkan mikrokontroler sebagai pusat dari sistem pengamanan kendaraan.

2. Memanfaatkan relay untuk memutuskan/menghubungkan jalur api pada kendaraan.

3. Membuat sistem pengamanan kendaraan dengan menggunakan password.

1.3 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dari tugas akhir ini adalah :

1. Bagaimana cara kerja mikrokontroller sebagai pusat pengolahan data. 2. Bagaimana relay dapat memutuskan/menghubungkan jalur api.

1.4 Batasan Masalah

Adapun batasan masalah dari tugas akhir ini adalah : 1. Mikrokontroler yang digunakan adalah AT89S51.

(15)

4. Untuk menampilkan angka dari setiap penekanan password digunakan display seven segment.

5. Password yang digunakan terdiri dari empat digit.

1.5 Sistematika Penulisan

Untuk mempermudah pembahasan dan pemahaman maka penulis membuat sistematika pembahasan bagaimana sebenarnya prinsip kerja sistem pengaman kendaraan menggunakan roda dua menggunakan password dengan bunyi alarm berbasis mikrokontroller AT89S51, maka penulis menulis tugas akhir ini sebagai berikut:

BAB 1. PENDAHULUAN

Dalam bab ini berisikan mengenai latar belakang, rumusan masalah, tujuan penulisan, batasan masalah, serta sistematika penulisan.

BAB 2. LANDASAN TEORI

(16)

BAB 3. PERANCANGAN ALAT

Pada bagian ini akan dibahas perancangan dari alat yaitu diagram blok rangkaian dan skematik dari masing-masing rangkaian.

BAB 4. PENGUJIAN RANGKAIAN

Pada bab ini akan dibahas hasil analisa dari rangkaian.

BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini merupakan penutup yang meliputi tentang kesimpulan dari

(17)

BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1 M

ikrokontroller AT89S51

Mikroprosesor ialah suatu chip (rangkaian terintegrasi yang sangat komplek) yang berfungsi sebagai pemroses data dari input yang diterima pada suatu sistem digital. Mikroprosesor merupakan CPU (Central Processing Unit) yang dipaket menjadi 1 chip. Sedangkan mikrokontroller ialah keseluruhan komputer yang dibuat dalam 1 chip.

Untuk mendukung hal tersebut, tidak dapat dilakukan oleh mikroprosesor standar. Hal ini karena mikroprosesor membutuhkan komponen eksternal tambahan seperti memori, pengolah analog ke digital, dan perangkat komunukasi serial. Oleh karena itu dikembangkanlah chip yang di dalam kemasan tersebut sudah terdapat mikroprosesor, I/O pendukung, memori, bahkan ADC (Analog digital Converter) yang dikenal dengan istilah mikrokontroller.

(18)

1. CPU (Central Processing Unit)

CPU ialah bagian yang paling penting dari suatu mikroprosesor, dan juga melakukan pemrosesan data.

2. RAM (Random Access Memory)

RAM digunakan untuk menyimpan data sementara.

3. EPROM/PROM/ROM (Erasable Programmable Read Only Memory) ROM digunakan untuk menyimpan program yang bersifat permanen. 4. I/O (Input/Output) – serial dan parallel

Unit ini berfungsi agar mikrokontroller dapat berkomunikasi dalam format serial atau parallel, sehingga dapat dengan mudah berkomunikasi dengan PC dan peralatan standar digital lainnya.

5. Timer

Timer berguna untuk mengatur perwaktuan pada sistem berbasis

mikrokontroler, misal untuk delay atau pencacah.

6. Interrupt Controller

Berfungsi menangani suatu request pada saat mikrokontroller sedang

running.

(19)

port 2, dan port 3. Nomor dari masing – masing jalur (kaki) pertama port 0 disebut sebagai p0.0 dan jalur terakhir untuk port 3 adalah p3.7. (Agfianto : 2004)

2.1.1 Struktur Memori

AT89S51 mempunyai struktur memori yang terdiri dari RAM internal, Special

function register dan Flash PEROM. Spesifikasi dari masing-masing struktur memori

tersebut adalah sebagai berikut :

1. RAM Internal : Merupakan memori sebesar 128 byte yang biasanya digunakan untuk menyimpan variabel atau data yang sifatnya sementara. RAM internal dialamati oleh RAM Address Register.

2. Special Function Register : Memori yang berisi register-register yang mempunyai fungsi-fungsi khusus yang disediakan oleh mikrokontroler tersebut, seperti timer, serial dan lain-lain. AT89S51 mempunyai 21 Special Function Register yang terletak antara alamat 80H hingga FFH.

(20)

2.1.2 Konfigurasi Pin AT89S51

Mikrokontroller AT89S51 memiliki 40 pin seperti yang terlihat pada gambar 2.1 berikut ini :

Gambar 2.1 Konfigurasi kaki AT89S51

Spesifikasi dari IC AT89S51 :

1. Kompatibel dengan produk MCS-51.

2. 4 Kbyte In-System Reprogammable Flash Memory. 3. Daya tahan 1000 kali baca/tulis.

4. Fully Static Operation : 0 Hz sampai 24 MHz.

5. Tiga level kunci memori program. 6. 128 x 8 bit RAM internal.

(21)

8. Tiga 16 bit Timer/Counter. 9. Enam sumber interupt. 10.Jalur serial dengan UART.

Deskripsi pin-pin pada mikrokontroler AT89S51 :

a. VCC (Pin 40)

Berfungsi sebagai suplai tegangan 5 Volt.

b. GND (Pin 20)

Berfungsi sebagai ground.

c. Port 0 (Pin 39 – Pin 32)

Port 0 dapat berfungsi sebagai I/O biasa, low order multiplex address/data ataupun penerima kode byte pada saat flash programming Pada fungsinya sebagai I/O biasa port ini dapat memberikan output sink ke delapan buah TTL input atau dapat diubah sebagai input dengan memberikan logika 1 pada port tersebut. Pada fungsinya sebagai low order multiplex address/data, port ini akan mempunyai internal pull up. Pada saat flash programming diperlukan eksternal pull up, terutama pada saat verifikasi program.

d. Port 1 (Pin 1 – Pin 8)

Port 1 berfungsi sebagai I/O biasa, pada kaki ke 6, ke 7 dan ke 8 terdapat Mosi, Miso dan Sck sebagai masukan dari ISP Programmer yang terhubung ke komputer. Tanpa adanya port ini maka mikrokontroler tidak dapat diprogram oleh ISP Programmer.

(22)

Port 2 berfungsi sebagai I/O biasa atau high order address, pada saat

mengakses memori secara 16 bit. Pada saat mengakses memori 8 bit, port ini akan mengeluarkan isi dari P2 special function register. Port ini mempunyai

internal pull up dan berfungsi sebagai input dengan memberikan logika 1.

Sebagai output, port ini dapat memberikan output sink ke empat buah input TTL.

f. Port 3 (Pin 10 – pin 17)

Port 3 merupakan 8 bit port I/O dua arah dengan internal pull up. Port 3 juga mempunyai fungsi pin masing-masing, yaitu sebagai berikut :

Nama Pin Fungsi

P3.0 (Pin 10) RXD (Port Input Serial)

P3.1 (Pin 11) TXD (Port Output Serial)

P3.2 (Pin 12) INTO (Interrupt 0 Eksternal)

P3.3 (Pin 13) INT1 (Interrupt 1 Eksternal)

P3.4 (Pin 14) T0 (Input Eksternal Timer 0)

P3.5 (Pin 15) T1 (Input Eksternal Timer 1)

P3.6 (Pin 16) WR (untuk menulis eksternal data memori)

P3.7 (Pin 17) RD (untuk membaca eksternal data memori)

(23)

g. RST (pin 9)

Reset akan aktif dengan memberikan input high selama 2 cycle.

h. ALE/PROG (pin 30)

Address Latch Enable adalah pulsa output untuk me-latch byte bawah dari

alamat selama mengakses memori eksternal. Selain itu, sebagai pulsa input program (PROG) selama memprogram Flash.

i. PSEN (pin 29)

Program store enable digunakan untuk mengakses memori program eksternal.

j. EA (pin 31)

Pada kondisi low, pin ini akan berfungsi sebagai EA yaitu mikrokontroller akan menjalankan program yang ada pada memori eksternal setelah sistem

di-reset. Jika kondisi high, pin ini akan berfungsi untuk menjalankan program

yang ada pada memori internal. Pada saat flash programming, pin ini akan mendapat tegangan 12 Volt.

k. XTAL1 (pin 19)

Berfungsi sebagai input untuk clock internal.

l. XTAL2 (pin 18)

Berfungsi sebagai output dari osilator.

(24)

Gambar 2.2 Blok Diagram Fungsional AT89S51

(25)

2.2 ADC (Analog to Digital Converter)

ADC (Analog to Digital Conveter) 0804 merupakan suatu IC (Integrated Circuit) yang dapat mengubah besaran analog menjadi besaran digital. ADC merupakan piranti masukan, artinya mikrokontroller mendapatkan data dari ADC. ADC memerlukan sinyal write dan read. Sinyal write digunakan sebagai perintah bagi ADC untuk memulai konversi.

Proses kenversi akan dimulai setelah mendapatkan sinyal write ini. Proses ini membutuhkan waktu yang cukup lama, yaitu sekitar 120 µS. Selama proses sedang berlangsung, pin INTR berada dalam kondisi high. Segera setelah konversi selesai, pin INTR akan berubah menjadi low. Inilah tanda bahwa ADC sudah memperoleh data valid yang sudah boleh diambil.

Ada beberapa cara yang dapat dilakukan dalam menangani ADC. Pertama, menghubungkan pin INTR dari ADC dengan pin INT0/INT1 dari mikrokontroller, dan melakukan pembacaan data ADC di dalam prosedur interupsi. Kedua, menyambungkan pin INTR dari ADC ke pin mana saja dari mikrokontroler dan membuat perintah looping untuk menunggu sampai pin tersebut berubah menjadi low, baru mengambil data dari ADC. Ketiga, tidak menghubungkan pin INTR dengan mikrokontroler.

(26)

mungkin dibutuhkan untuk proses konversi, yaitu menunggu sampai sekitar 120 µS atau lebih. (A.K.Jain : 1989)

2.3 Relay

Relay merupakan saklar elektromagnetik yang cara kerjanya ditentukan oleh arus yang mengalir pada kumparan kawat penghantar yang dipasang pada sebuah angker elektromagnetik bersama-sama dengan sebuah kumparan. Bila relay dialiri arus, maka akan terjadi medan magnet disekitar kumparan sehingga angker akan menjadi magnet. Medan magnet pada angker akan menarik saklar sehingga akan menutup. Jika arus yang mengalir pada kumparan terlepas maka hubungan akan terputus (Gambar 2.3).

Gambar 2.3 Relay (www.atrmel.com)

Saklar dapat menjadi kontraktor magnet. Kontraktor magnet adalah sejumlah kotak yang mempunyai aksi menutup dan membuka akibat adanya tarikan magnet. Terdapat dua macam kontak yang berada dalam kontraktor magnet, yaitu:

1. Normally Open (NO) yaitu kontak dalam kondisi terbuka, saat kontraktor magnet

(27)

2. Normally Close (NC) yaitu kontak dalam kondisi tertutup, saat kontraktor magnet

bekerja.

2.4 Resistor (tahanan)

Hampir semua proyek rangkaian elektronika menggunakan komponen, tahanan

mungkin lebih banyak dipakai daripada komponen-komponen lainnya, sebuah tahanan

biasanya secara fisik terlihat seperti silinder kecil dengan kawat pada tengah-tengah

kedua ujungnya. Nilai tahanannya dinyatakan dengan satuan Ohm dan dengan suatu

sistem kode warna, dengan menandakan empat buah pita berwarna yang

melingkarinya. Di pasaran terdapat dua jenis resistor, yaitu resistor dengan nilai

tahanan tetap dan resistor dengan nilai tahanan dapat diubah-ubah atau yang dikenal

dengan resistor variabel atau trimpot atau potensiometer.

Gambar 2.4 Bentuk resistor pada rangkaian

(28)

Tabel 2.2 kode warna resistor

Satuan dari nilai tahanan yaitu Ohm, disingkat dengan huruf Yunani omega besar

(Ω). Satu Ohm adalah resistivitas yang terdapat jika tegangan sebesar satu Volt

menghasilkan arus sebesar satu Amper. Resistivitas juga disebut sebagai tahanan dan

besar resistivitas menunjukkan berapa kuat suatu komponen (misalnya resistor)

menahan arus, jika resistivitas besar, berarti daya untuk menahan arus juga besar

sehingga arus menjadi kecil atau voltase harus besar untuk mendapatkan arus tertentu.

Besarnya nilai tahanan ditulis pada resistor dengan memakai lingkaran

berwarna sebagai kode warna. Lingkaran pertama menunjukkan angka pertama, angka

kedua menunjukkan nilai kedua, lingkaran ketiga menunjukkan berapa banyak nol

harus ditambahkan pada dua angka pertama. Lingkaran ketiga bisa juga dipahami

(29)

didapatkan dari kedua angka pertama. Sedangkan lingkaran keempat menunjukkan

toleransi dari suatu nilai tahanan, dinyatakan dalam persen.

Misal, sebuah resistor dengan kode warna pertama merah, warna kedua coklat, warna

ketiga hijau dan warna keempat perak.

Gambar 2.6 kode warna cincin resistor

Dari table 2.2 maka diperoleh:

Warna pertama= merah = 2

Warna kedua = coklat = 1

Warna ketiga = hijau = 105

Warna keempat = perak = toleransi 10 %

Dibaca menjadi : 21 x 105

Berarti nilai resistor adalah (210 ± 21) 10

, toleransi 10 % = 2100000 = 2,1 M = 2M1

5

(Cooper, David William : 1994)

(30)

2.5 Kapasitor

Kapasitor digunakan pada rangkaian-rangkaian elektronika. Bentuknya

kadang-kadang mirip seperti resistor. Kapasitor disebut kondensator atau elko (elektrolit

kondensator), lambang atau simbol kapasitor adalah dua garis yang paralel dan tegak

lurus dengan sambungan kabel (Gambar 2.7), lambang ini menunjukkan bahwa

kapasitor pada dasarnya dibentuk oleh dua plat logam yang terpisah oleh isolator.

Kapasitor berdasarkan polaritasnya, ada dua jenis yaitu kapasitor bi-polar dan

kapasitor non-polar, kapasitor bipolar dalam pemasangannya harus mengikuti

petunjuk polaritas positif (+) dan negatif (-) pada kaki kapasitor yang telah diberi

tanda, biasanya digunakan pada rangkaian-rangkaian elektronika dengan sumber

tegangan DC. Sedangkan kapasitor non polar, dalam pemasangannya tidak perlu

memperhatikan polaritas kaki kapasitor terhadap sumber tegangan. Fungsi dari

kapasitor yaitu sebagai penyimpan muatan listrik, besar nilai satuan kapasitor

dinyatakan dalam Farad (F).

Gambar 2.7 Bentuk Kapasitor pada rangkaian

2.6 Dioda

Dioda adalah komponen elektronika yang paling sederhana dari keluarga

(31)

bahwa dioda hanya mengalirkan arus pada satu arah atau arah maju (forward)

sedangkan pada arah sebaliknya (reverse) arus tidak mengalir, arus hanya mengalir

dari kutub anoda ke kutub katoda. Satu sisi dioda disebut anoda untuk pencatuan

positif (+), dan sisi lainnya disebut katoda untuk pencatuan negatif (-), yang dalam

pemasangannya tidak boleh terbalik. Fungsi dioda sebagai penyearah arus yang

mengalir pada rangkaian.

Secara fisik bentuk dioda seperti silinder kecil dan biasanya diberi tanda

berupa lingkaran warna putih, yang menandakan posisi kaki katoda. Jenis-jenis dari

dioda diantaranya : Dioda Zener, LED, Infrared, Photodioda dan sebagainya. Dioda

zener, biasanya dipasang pada suatu rangkaian elektronika sebagai pembatas tegangan

pada nilai tertentu. LED (Light Emitting Diode), yaitu Dioda yang dapat

memancarkan sinar, bisa digunakan sebagai lampu indikator dengan kelebihan yaitu

umur aktifnya sangat lama jika dibandingkan dengan lampu pijar. Infrared, bentuk

fisiknya sama seperti LED, perbedaan terdapat pada outputnya, dimana infrared hanya

memancarkan sinar infra merah yang pancarannya tidak dapat terlihat oleh mata.

(32)

2.7 Transistor

Transistor adalah komponen yang memiliki tiga sambungan, diantaranya yaitu basis, kolektor dan emitter. Transistor pada hakekatnya merupakan penggabungan dua buah dioda yang dirangkai seri, penggabungan kaki-kaki dioda pada kutub yang sama dan hasil penggabungannya disebut kaki basis, sedangkan kaki-kaki lainnya disebut kaki kolektor dan emitter. Ada dua jenis transistor yang terdapat dipasaran yaitu jenis NPN dan jenis PNP.

Fungsi dari transistor diantaranya sebagai penguat, pemotong (switching),

stabilisasi tegangan, modulasi sinyal atau fungsi-fungsi lainnya. Transistor bekerja

seperti kran listrik dimana arus keluaran diatur oleh arus yang masuk pada kaki basis,

dengan kata lain arus pada kolektor tidak akan mengalir jika pada basis tidak

diberikan arus listrik yang cukup untuk memicunya (jika transistor digunakan sebagai

saklar elektronik), masukan arus yang kecil pada basis menyebabkan perubahan arus

yang besar pada kolektor (jika transistor digunakan sebagai penguat). Transistor

adalah komponen yang sangat penting dalam dunia elektronik modern. Dalam

rangkaian analog, transistor digunakan sebagai amplifier atau penguat, rangkaian

analog melingkupi pengeras suara, sumber listrik stabil, dan penguat sinyal radio.

Dalam rangkaian-rangkaian digital, transistor digunakan sebagai saklar berkecepatan

tinggi. Beberapa transistor juga dapat dirangkai sedemikian rupa sehingga berfungsi

(33)

Sebuah transistor memiliki empat daerah operasi yang berbeda yaitu daerah

aktif, daerah saturasi, daerah cutoff dan daerah breakdown. Jika transistor digunakan

sebagai penguat, transistor bekerja pada daerah aktif. Jika transistor digunakan pada

rangkaian digital atau sebagai saklar elektronik, transistor biasanya beroperasi pada

daerah saturasi atau jenuh dan cutoff. Daerah breakdown biasanya dihindari karena

resiko transistor menjadi rusak lebih mudah.

Gambar 2.9 Bentuk transistor pada rangkaian

2.7.1 Transistor Sebagai Saklar

(34)

Gambar 2.10(a) memperlihatkan rangkaian bias basis. Sebuah sumber tegangan VBB membias maju dioda emiter melalui resistor RB

0

membatasi arus. Penjumlahan tegangan di sekitar loop input memberikan :

……….(2.1)

sehingga arus bias pada basis adalah :

Dengan VBE = 0,7 V untuk transistor silikon dan 0,3 V untuk germanium.

Dalam rangkaian kolektor, sumber tegangan Vcc membias balik dioda kolektor melalui RC

Persamaan tegangan kolektor emitter dapat diperoleh melalui hukum ohm, yaitu :

Dalam rangkaian bias basis yang diperlihatkan Gambar 2.10(a), VCC dan RC

C

adalah konstan. Pada persamaan 2.3 apabila di sederhanakan akan dapat di tentukan besarnya arus Ic, seperti terlihat pada persamaan 2.4.

……….(2.4)

(35)

pada VCC. Garis ini disebut garis beban dc karena garis ini menyatakan semua titik

operasi yang mungkin. Perpotongan dari garis beban dc dengan arus basis adalah titik operasi kerja dari transistor. Titik dimana garis beban memotong kurva IB = 0 disebut

titik sumbat (cutoff). Pada titik ini, arus basis nol dan arus kolektor sangat kecil, sehingga dapat diabaikan (hanya ada arus bocor ICEO

CC cutoff

CE V

V ( ) ≅

). Pada titik sumbat, dioda emiter tidak lagi dibias maju,dan transistor kehilangan kerja normalnya. Untuk itu digunakan suatu pendekatan, bahwa tegangan kolektor-emiter adalah :

……….(2.5)

Perpotongan dari garis beban dan kurva IB = IB(sat) disebut saturasi. Pada titik

ini, arus basis sama dengan IB(sat)

Rc Vcc IC(sat)

dan arus kolektor adalah maksimum. Pada saturasi, dioda kolektor tidak lagi dibias balik, dan transistor kehilangan kerja normalnya. Untuk itu digunakan suatu pendekatan, bahwa arus kolektor pada saturasi adalah seperti di perlihatkan pada persamaan 2.6.

………(2.6)

dan arus basis yang tepat menimbulkan saturasi adalah seperti di perlihatkan pada persamaan 2.7.

(36)

beban. Jika sebuah transistor berada dalam keadaan saturasi, transistor tersebut seperti sebuah switch yang tertutup dari kolektor ke emiter. Jika transistor tersumbat (cutoff), transistor seperti sebuah switch yang terbuka. Dalam transistor dikenal istilah aturan disain soft saturation dan hard saturation. Soft saturation berarti kita membuat transistor hampir saturasi, dimana arus basis hanya cukup untuk mengoperasikan transistor pada ujung atas dari garis beban. Soft saturation tidak dapat diandalkan pada produksi massa karena adanya perubahan-perubahan pada ßdc dan IB(sat). Soft

saturation akan mengacu pada rancangan dimana transistor akan jenuh secara

terbatas, dalam hal ini penguatan arus hanya sedikit lebih kecil daripada penguatan arus aktif.

Pada kondisi hard saturation, berarti terdapat arus basis yang cukup kuat untuk membuat transistor saturasi pada semua harga dari ßdc. Untuk keadaan yang paling buruk dari temperatur dan arus, hampir semua transistor silikon sinyal kecil mempunyai ßdc lebih besar daripada 10. Karena itu, suatu pedoman disain untuk hard

saturation adalah mempunyai arus basis kira-kira sepersepuluh dari harga saturasi

arus kolektor, ini menjamin hard saturation pada semua kondisi kerja. Sebagai contoh, jika ujung atas garis beban mempunyai arus kolektor sebesar 10 mA, maka akan didapatkan arus basis sebesar 1 mA. Hal ini menjamin keadaan saturasi untuk semua transistor, arus, temperatur dan sebagainya. Di gunakan aturan 10 : 1 dalam proses mendisain rangkaian switching transistor, kecuali jika di tentukan lain. Jika nilai tahanan standar menghasilkan perbandingan IC/IB sedikit lebih besar daripada

(37)

Gambar 2.11 Contoh transistor yang digunakan sebagai switch.

Gambar 2.11 menunjukkan sebuah rangkaian switching transistor yang digerakkan oleh tegangan step. Jika tegangan input nol, transistor tersumbat (cutoff). Dalam hal ini, transistor kelihatannya seperti sebuah switch yang terbuka. Dengan tidak adanya arus yang mengalir melalui tahanan kolektor, maka tegangan output sama dengan +VBB. Rangkaian ini disebut sebuah LED driver, karena transistor

mengendalikan LED. Jika tegangan input rendah (low), transistor akan tersumbat (cutoff) dan LED padam. Jika tegangan input tinggi (high), transistor saturasi dan LED menyala. (Sutanto : 1996)

2.8 Bahasa Assembly MCS-51

Bahasa yang digunakan untuk memprogram IC mikrokontroler AT89S51 adalah bahasa assembly untuk MCS-51. angka 51 merupakan jumlah instruksi pada bahasa ini hanya ada 51 instruksi. Instruksi –instruksi tersebut antara lain :

(38)

Perintah ini merupakan perintah untuk mengisikan nilai ke alamat atau register tertentu. Pengisian nilai dapat secara langsung atau tidak langsung.

Contoh pengisian nilai secara langsung

MOV R0,#20h

Perintah di atas berarti : isikan nilai 20 Heksadesimal ke register 0 (R0).

Tanda # sebelum bilangan menunjukkan bahwa bilangan tersebut adalah nilai.

Contoh pengisian nilai secara tidak langsung

MOV 20h,#80h

...

...

MOV R0,20h

Perintah di atas berarti : isikan nilai yang terdapat pada alamat 20 Heksadesimal ke register 0 (R0).

Tanpa tanda # sebelum bilangan menunjukkan bahwa bilangan tersebut adalah alamat.

2. Instruksi DJNZ

Decreament Jump If Not Zero (DJNZ) ini merupakan perintah untuk mengurangi nilai register tertentu dengan 1 dan lompat jika hasil pengurangannya belum nol. Contoh :

(39)

Loop: ...

...

DJNZ R0,Loop

...

R0 -1, jika belum 0 lompat ke loop, jika R0 = 0 maka program akan meneruskan ke perintah pada baris berikutnya.

3. Instruksi ACALL

Instruksi ini berfungsi untuk memanggil suatu rutin tertentu. Contoh :

...

ACALL TUNDA

...

TUNDA:

...

4. Instruksi RET

Instruksi RETURN (RET) ini merupakan perintah untuk kembali ke rutin pemanggil setelah instruksi ACALL dilaksanakan. Contoh,

ACALL TUNDA

...

(40)

...

RET

5. Instruksi JMP (Jump)

Instruksi ini merupakan perintah untuk lompat ke alamat tertentu. Contoh,

Loop:

...

...

JMP Loop

6. Instruksi JB (Jump if bit)

Instruksi ini merupakan perintah untuk lompat ke alamat tertentu, jika pin yang dimaksud berlogika high (1). Contoh,

Loop:

JB P1.0,Loop

...

7. Instruksi JNB (Jump if Not bit)

Instruksi ini merupakan perintah untuk lompat ke alamat tertentu, jika pin yang dimaksud berlogika Low (0). Contoh,

Loop:

JNB P1.0,Loop

(41)

8. Instruksi CJNE (Compare Jump If Not Equal)

Instruksi ini berfungsi untuk membandingkan nilai dalam suatu register dengan suatu nilai tertentu. Contoh,

Loop:

...

CJNE R0,#20h,Loop

...

Jika nilai R0 tidak sama dengan 20h, maka program akan lompat ke rutin Loop. Jika nilai R0 sama dengan 20h,maka program akan melanjutkan instruksi selanjutnya.

9. Instruksi DEC (Decreament)

Instruksi ini merupakan perintah untuk mengurangi nilai register yang dimaksud dengan 1. Contoh,

MOV R0,#20h R0 = 20h

...

DEC R0 R0 = R0 – 1

...

10.Instruksi INC (Increament)

Instruksi ini merupakan perintah untuk menambahkan nilai register yang dimaksud dengan 1. Contoh,

(42)

...

INC R0 R0 = R0 + 1

...

11.Dan lain sebagainya.

(43)

2.9 Software 8051 Editor, Assembler, Simulator (IDE)

Instruksi-instruksi yang merupakan bahasa assembly tersebut dituliskan pada sebuah editor, yaitu 8051 Editor, Assembler, Simulator (IDE). Tampilannya seperti di bawah ini.

Gambar 2.12. 8051 Editor, Assembler, Simulator (IDE)

(44)

perubahan ini terjadi pada saat pengcompilean. Bilangan heksadesimal inilah yang akan dikirimkan ke mikrokontroller.

2.10 Software Downloader

Untuk mengirimkan bilangan-bilangan heksadesimal ini ke mikrokontroller digunakan software ISP Flash Programmer 3.0a yang dapat didownload dari internet. Tampilannya seperti gambar di bawah ini :

Gambar 2.13 ISP- Flash Programmer

(45)

Vreg

3.1 Rangkaian Power Supply

Rangkaian power supply berfungsi untuk mensupplay arus ke tegangan ke seluruh rangkaian yang ada. Rangkaian power supply ini terdiri dari dua keluaran, yaitu 5 volt dan 12 volt, keluaran 5 volt digunakan untuk menghidupkan seluruh rangkaian kecuali rangkaian relay, sedangkan keluaran 12 volt digunakan untuk mensupply tegangan ke relay, karena relay memiliki tegangan kerja 12 volt. Rangkaian power supply

ditunjukkan oleh gambar dibawah ini:

Gambar 3.1 Rangkaian Power Supply

(46)

5V

untuk mensupply arus apabila terjadi kekurangan arus pada rangkaian, sehingga regulator tegangan (LM7805CT) tidak akan panas ketika rangkaian butuh arus yang cukup besar. Tegangan 12 volt DC langsung diambil dari keluaran baterai.

3.2 Rangkaian Mikrokontroller AT89S51

Rangkaian ini berfungsi sebagai pusat kendali dari seluruh sistem yang ada. Rangkaian mikrokontroler ditunjukkan pada gambar berikut ini:

(47)

Pin 31 External Access Enable (EA) diset high (H). Ini dilakukan karena mikrokontroller AT89S51 tidak menggunakan memori eskternal. Pin 18 dan 19 dihubungkan ke XTAL 12 MHz dan kapasitor 30 pF. XTAL ini akan mempengaruhi kecepatan mikrokontroller AT89S51 dalam mengeksekusi setiap perintah dalam program. Pin 9 merupakan masukan reset (aktif tinggi). Pulsa transisi dari rendah ke tinggi akan mereset mikrokontroller ini. Pin 32 sampai 39 adalah Port 0 yang merupakan saluran/bus I/O 8 bit open collector dapat juga digunakan sebagai multipleks bus alamat rendah dan bus data selama adanya akses ke memori program

eksternal. Pin 1 sampai 8 adalah port 1. Pin 21 sampai 28 adalah port 2. Dan Pin 10

sampai 17 adalah port 3.

(48)

3.3 Display seven segment

Untuk menampilkan nilai password yang diinputkan melalui keypad diperlukan suatu rangkaian display yang dapat menampilkan nilai nilai password tersebut

Rangkaian display yang digunakan untuk menampilkan nilai nilai password terlihat pada gambar berikut:

Gambar rangkaian display seven segment

Gambar 3.3 rangkaian display seven segmen

(49)

2SC945

disediakan oleh mikrokontroller AT89S51. Sedangkan P3.1 merupakan sinyal clock untuk pengiriman data serial.

Pada rangkaian display ini digunakan dua buah dioda yang berfungsi untuk menurunkan tegangan supply untuk seven segmen. Satu buah dioda dapat menurunkan tegangan sekitar 0,6 volt. Jadi, apabila dioda yang digunakan dua buah maka tegangan yang dapat diturunkannya adalah 1,2 volt. Tegangan ini diturunkan agar umur seven

segmen lebih tahan lama dan karena tegangan maksimum seven segmen adalah 3,7

volt.

3.4 Rangkaian Relay Lampu

Rangkaian relay pada alat ini berfungsi untuk memutuskan atau menghubungkan lampu dengan kunci. Gambar rangkaian relay ini ditunjukkan pada gambar 3.4 berikut ini:

(50)

Output dari relay yang satu dihubungkan ke kunci dan yang lainnya dihubungkan ke lampu. Hubungan yang digunakan adalah normally close.

Prinsip kerja rangkaian ini pada dasarnya memanfaatkan fungsi transistor sebagai saklar elektronik. Tegangan atau sinyal pemicu dari transistor berasal dari mikrokontroler Port 0.0 (P0.0). Pada saat logika pada port 0.0 adalah tinggi (high), maka transistor mendapat tegangan bias dari kaki basis. Dengan adanya tegangan bias ini maka transistor akan aktif (saturation), sehingga arus mengalir ke kumparan relay. Hal ini akan menyebabkan sakar pada relay menjadi terbuka, sehingga hubungan kunci ke lampu akan terputus, dan jika kunci diaktifkan, maka lampu tidak akan menyala. Begitu juga sebaliknya pada saat logika pada P0.0 adalah rendah (low) maka relay tidak dialiri arus. Hal ini akan menyebabkan saklar pada relay tertutup, sehingga kunci dengan lampu akan terhubung, dan jika kunci diaktifkan, maka lampu akan menyala.

3.5 Rangkaian Buzzer

(51)

2SC945

Gambar 3.5 Rangkaian buzzer

(52)

ini akan menyebabkan saklar pada relay terputus, sehingga sumber tegangan 12 volt dengan buzzer akan terputus dan buzzer tidak berbunyi.

3.6 Perancangan rangkaian keypad

Rangkaian keypad berfungsi sebagai tombol untuk memasukan pin. Kemudian data yang diketikkan pada keypad akan diterima oleh mikrokontroler AT89S51 untuk kemudian diolah dan ditampilkan pada display seven segment. Rangkaian keypad ditunjukkan pada gambar berikut ini

(53)

VCC 12V

4.7k฀

1.0k฀ 4.7k฀

2SC945 4.7k฀ 330฀

LED1 Ku n c i

+ b a t e r e i

P0 . 7

Rangkaian keypad yang digunakan adalah rangkaian keypad yang telah ada dipasaran. Keypad ini terdiri dari 16 tombol yang hubungan antara tombol-tombolnya seperti tampak pada gambar di atas. Rangkaian ini dihubungkan ke port 2 mikrokontroler AT89S51.

3.7 Perancangan Rangkaian Sensor Tegangan

Rangkaian ini berfungsi untuk mengirimkan sinyal ke mikrokontroller jika kunci diaktifkan. Gambar rangkaiannya tampak seperti gambar di bawah ini:

Gambar 3.7 Rangkaian sensor tegangan

(54)

(

1 2 2

)

(

)

1000

12 4700 1000

2,1

Out cc

Out

R

V xV x v

R R

V Volt

Ω ==

+ Ω + Ω

=

(55)

3.8 Diagram Blok

Gambar 3.8 Diagram Blok

(56)

3.9 Flowchart

PERANCANGAN SISTEM PENGAMAN KENDARAAN RODA DUA MENGGUNAKAN PASSWORD DENGAN BUNYI ALARM BERBASIS MIKROKONTROLLER AT89S51

Gambar 3.9 Flowchart perancangan sistem pengaman kendaraan roda dua

(57)

Program diawali dengan mulai yang berarti rangkaian dinyalakan. Kemudian program akan mengecek sinyal dari stop kontak, jika tidak ada sinyal maka program akan mengecek penekanan password. Jika tidak ada penekanan password, maka program akan kembali mengecek sinyal dari stop kontak.

Jika ada sinyal dari stop kontak, yang berarti ada yang mengaktifkan stop kontak tanpa memasukkan password, maka program akan menghidupkan alarm dan memutuskan jalur api, sehingga mesin tidak dapat hidup.

(58)

BAB 4

PENGUJIAN RANGKAIAN

4.1 Pengujian Rangkaian Mikrokontroller AT89S51

Untuk mengetahui apakah rangkaian mikrokontroller AT89S51 telah bekerja dengan baik, maka dilakukan pengujian. Pengujian pada bagian ini dilakukan dengan memberikan program sederhana pada mikrokontroller AT89S51. Programnya adalah sebagai berikut:

Loop:

Setb P3.7 Acall tunda Clr P3.7 Acall tunda Sjmp Loop Tunda:

(59)

Djnz r7,tnd Ret

Program di atas bertujuan untuk menghidupkan LED yang terhubung ke P3.7 selama ± 0,13 detik kemudian mematikannya selama ± 0,13 detik secara terus menerus. Perintah Setb P3.7 akan menjadikan P3.7 berlogika high yang menyebabkan transistor aktif, sehingga LED menyala. Acall tunda akan menyebabkan LED ini hidup selama beberapa saat. Perintah Clr P3.7 akan menjadikan P3.7 berlogika low yang menyebabkan transistor tidak aktif sehingga LED akan mati. Perintah acall tunda akan menyebabkan LED ini mati selama beberapa saat. Perintah Sjmp Loop akan menjadikan program tersebut berulang, sehingga akan tampak LED tersebut tampak berkedip. Lamanya waktu tunda dapat dihitung dengan perhitungan sebagai berikut :

Kristal yang digunakan adalah kristal 12 MHz, sehingga 1 siklus mesin membutuhkan

waktu = 12 1

12 MHz= mikrodetik.

Tabel 4.1 Perintah mnemonic

Mnemonic Siklus Waktu Eksekusi

MOV Rn,#data 2 2 x 1 μd = 2 μd

DJNZ 2 2 x 1 μd = 2 μd

(60)

Tunda:

mov r7,#255 Tnd: mov r6,#255

djnz r6,$

djnz r7,loop3

djnz r2,loop8

ret

Jika program tersebut diisikan ke mikrokontroller AT89S51, kemudian mikrokontroller dapat berjalan sesuai dengan program yang diisikan, maka rangkaian minimum mikrokontroller AT89S51 telah bekerja dengan baik.

4.2 Pengujian Rangkaian Display Seven Segment

(61)

jika diberi logika 1. Dari hasil pengujian diperoleh data yang harus dikirimkan ke port serial untuk menampilkan angka desimal adalah sebagai berikut:

Tabel 4.2 Pengiriman data ke port serial

Angka Data yang dikirim

1 0ECH

2 18H

3 88H

4 0C4H

5 82H

6 02H

7 0E8H

8 0h

9 80H

0 20H

Program yang diisikan pada mikrokontroller untuk menampilkan nilai-nilai tersebut adalah sebagai berikut:

(62)

bil5 equ 82h

Program di atas akan menampilkan angka 0 pada semua seven segmen. Sedangkan untuk menampilkan 3 digit angka yang berbeda pada seven segmen adalah dengan mengirimkan ke 3 data angka yang akan ditampilkan pada seven segmen. Programnya adalah sebagai berikut :

(63)

Clr ti sjmp loop

Program di atas akan menampilkan angka 1 pada seven segmen ketiga, angka 2 pada

seven segmen kedua dan angka 3 pada seven segmen pertama.

4.3 Pengujian Rangkaian Relay Lampu

(64)

Pengujian selanjutnya dilakukan dengan menghubungkan input rangkaian ini ke mikrokontroler pada P0.0 kemudian memberikan program sederhana pada mikrokontroler AT89S51. Program yang diberikan adalah sebagai berikut:

Setb P0.0

. . .

Perintah di atas akan memberikan logika high pada P0.0, sehingga P0.0 akan mendapatkan tegangan 5 volt. Tegangan 5 volt ini akan mengaktifkan transistor C945, sehingga relay juga menjadi aktip dan hubungan lampu dengan kunci terputus. Berikutnya memberikan program sederhana untuk menonaktifkan relay. Programnya sebagai berikut:

Clr P0.0

. . .

(65)

4.4 Pengujian Rangkaian Buzzer

Sama seperti pada rangkaian relay lampu, pengujian rangkaian relay dapat dilakukan dengan memberikan tegangan 5 volt dan 0 volt pada basis transistor C945. Transistor C945 merupakan transistor jenis NPN, transistor jenis ini akan aktif jika pada basis diberi tegangan > 0,7 volt dan tidak aktip jika pada basis diberi tegangan < 0,7 volt. Aktifnya transistor akan mengaktifkan relay.

Pada rangkaian ini relay digunakan untuk memutuskan hubungan buzzer dengan sumber tegangan 12 volt, dimana hubungan yang digunakan adalah normally open (NO), dengan demikian jika relay aktif maka hubungan buzzer ke sumber tegangan akan terhubung, sebaliknya jika relay tidak aktif, maka hubungan buzzer ke sumber tegangan akan terputus. Pengujian dilakukan dengan memberikan tegangan 5 volt pada basis transistor, jika relay aktif dan buzzer berbunyi, maka rangkaian ini telah berfungsi dengan baik.

Pengujian selanjutnya dilakukan dengan menghubungkan input rangkaian ini ke mikrokontroller pada P0.1 kemudian memberikan program sederhana pada mikrokontroler AT89S51. Program yang diberikan adalah sebagai berikut:

Setb P0.1

(66)

Perintah di atas akan memberikan logika high pada P0.1, sehingga P0.1 akan mendapatkan tegangan 5 volt. Tegangan 5 volt ini akan mengaktifkan transistor C945, sehingga relay juga menjadi aktif dan buzzer berbunyi. Berikutnya memberikan program sederhana untuk menonaktifkan relay. Programnya sebagai berikut:

Clr P0.1

. . .

Perintah di atas akan memberikan logika low pada P0.1, sehingga P0.1 akan mendapatkan tegangan 0 volt. Tegangan 0 volt ini akan menonaktifkan transistor C945, sehingga relay juga menjadi tidak aktip dan buzzer tidak berbunyi.

4.5 Pengujian Rangkaian Keypad

(67)

Gambar 4.1 Rangkaian keypad

Jika terjadi penekanan pada Tbl 1, maka P2.0 akan terhubung ke P2.4 yang menyebabkan P2.4 juga akan mendapatkan logika low (0). Seperti berikut,

Tabel 4.3 Penekanan tombol

P2.7 P2.6 P2.5 P2.4 P2.3 P2.2 P2.1 P2.0

(68)

Data pada port 2 akan berubah menjadi EEH. Data inilah sebagai indikasi adanya penekanan pada tombol 1. Jika terjadi penekanan pada Tbl 2, maka P2.0 akan terhubung ke P2.5 yang menyebabkan P2.5 juga akan mendapatkan logika low (0). seperti berikut:

Tabel 4.4 Penekanan tombol

P2.7 P2.6 P2.5 P2.4 P2.3 P2.2 P2.1 P2.0

1 1 0 1 1 1 1 0

Data pada port 2 akan berubah menjadi DEH. Data inilah sebagai indikasi adanya penekanan pada tombol 2. Demikian seterusnya untuk tombol-tombol yang lain.

Program yang diisikan pada mikrokontroller untuk menguji rangkaian keypad adalah sebagai berikut:

Tombol1:

Mov P0,#0FEH

Mov a,P0

Cjne a,#0EEH,Tombol2

Setb P3.7

Sjmp Tombol1

Tombol2:

(69)

Clr P3.7

Sjmp Tombol1

Program diatas akan menunggu penekanan pada tombol 1 dan tombol 2, jika tombol 1 ditekan, maka program akan menyalakan LED yang ada pada P3.7. Jika tombol 2 ditekan, maka program akan mematikan LED yang ada pada P3.7. Jika rangkaian telah berjalan sesuai program yang diberikan, maka rangkaian telah berfungsi dengan baik.

4.6 Pengujian Rangkaian Sensor Tegangan

Pengujian pada rangkaian ini dapat dilakukan dengan mengaktifkan kunci, sehingga tegangan 12 volt dari baterei akan terhubung dengan rangakaian, kemudian mengukur tegangan output dari rangkaian tersebut. Dari hasil pengujian didapatkan pada saat kunci tidak diaktifkan , maka output dari rangkaian ini adalah 4,7 volt. Ketika kunci diaktifkan, maka output dari rangkaian ini adalah 0 volt. Dengan demikian rangkaian ini telah berfungsi dengan baik.

Pengujian selanjutnya adalah dengan menghubungkan rangkaian ini dengan rangkaian mikrokontroller pada P0.7, kemudian memberikan program sederhana pada mikrokontroller. Program sebagai berikut :

(70)

Setb P3.7

. . .

(71)

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil yang telah diperoleh selama perencanaan, pembuatan dan pengujian, maka dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Rangkaian mikrokontroller merupakan otak dari semua rangkaian. Karena pengolahan data terjadi pada rangkaian mikrokontroller. Saat program di compile pada IC mikrokontroller AT89S51, maka mikrokontroller akan memerintahkan rangkaian yang lain untuk bekerja sesuai perintah dari mikrokontroller.

2. Rangkaian relay digunakan untuk memutuskan/atau menghubungkan jalur api. Bila ada arus yang mengalir pada mikrokontroller, maka transistor akan mengalami tegangan bias dari kaki basis, sehingga transistor akan satutasi (aktif). Saat transistor aktif, saklar pada relay akan terbuka. Sehingga kendaraan akan menyala. Tetapi bila transistor tidak aktif, maka saklar pada relay akan tertutup.

(72)

5.2 Saran

1. Dengan terselesaikan proyek alat ini maka, penulis berharap semoga proyek ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

2. Semoga proyek alat ini dapat menjadi acuan dalam pengembangan teknologi khususnya dalam bidang instrumentasi.

3. Perancangan sistem pengaman kendaraan roda dua menggunakan password dengan bunyi alarm berbasis mikrokontroller AT89S51 yang di rancang semoga dapat dikembangkan semaksimal mungkin, sehingga dapat dijual di pasaran.

(73)

DAFTAR PUSTAKA

Agfianto, Belajar Mikrokontroler AT89C51/52/55 Teori dan Aplikasi, Edisi Kedua, Penerbit Gava Media, Yogyakarta, 2004.

A.K.Jain, Fundamental of Digital Image Processing, Prentice-Hall International, Inc 1989. Andi, Panduan Praktis Teknik Antarmuka dan Pemrograman Mikrokontroler AT89C51,

Penerbit PT Elex Media Komputindo, Jakarta 2003.

Cooper, David William, Instrumentasi Elektronik Dan teknik Pengukuran, Penerbit Erlangga, Jakarta, 1994.

Malvino, Albert paul, Prinsip-prinsip Elektronika, Jilid 1 & 2, Edisi Pertama, Penerbit: Salemba Teknika, Jakarta, 2003.

Roger L. Thokem, Elektronika Digital, Edisi kedia, Penerbit Erlangga, Jakarta, 1995. Smith, C. Kenneth, Rangkaian Mikroelektronik, Jilid I Penerbit Erlangga, Jakarta, 1990. Suhata, Aplikasi Mikrokontroler Sebagai Pengendali Peralatan Elektronik via Line Telepon,

Penerbit PT Elex Media Komputindo, Jakarta 2004.

Sutanto, Rangkaian Elektronika (Analog), Penerbit Universitas Indonesia, Jakarta, 1996. Sutrisno, Elektronika (Teori Dasar Dan Penerapannya), Jilid 1 Penerbit Institut Teknologi

Bandung,1999.

Wollard, G. Barry, Elektronika Praktis, Penerbit PT Pradnya Paramitha, Jakarta, 2000.

(74)

Gambar

Gambar 2.1 Konfigurasi kaki  AT89S51
Tabel 2.1. Konfigurasi Port 3 Mikrokontroler AT89S51
Gambar 2.2 Blok Diagram Fungsional AT89S51
Gambar 2.3  Relay
+7

Referensi

Dokumen terkait

Persepsi kurang baik terhadap MKU tersebut amat bertentangan dengan tujuan dari penyelenggaraan kelompok mata kuliah tersebut yakni sebagai usaha membantu perkembangan

Oleh sebab itu, dalam melakukan proses rekrutme n politik dibutuhkan langkah-langkah y ang panjang untuk menghasilkan criteria calon yang dapat membawa nama baik dari

Peralatan dalam pencak silat daerah Bali merupakan peralatan yang. menunjukkan identitas

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui analisis pengaruh komponen laporan laba rugi (laba bersih per saham dan laba kotor per saham) dan komponen arus kas (arus kas dari

Berdasarkan pengolahan data, media audio visual tidak berpengaruh secara signifikan terhadap penguasaan gerak kata heian nidan sehingga pembelajaran karate khususnya kata

National Housing Act, 1954. Cara yang dijalankan ialah dengan membangunkan semula sesuatu kawasan tersebut dengan membina semula jalan, utiliti dan kemudahan

Vena aksilaris berjalan keatas pada sisi medial a.aksilaris &amp; berakhir pd pinggir lateral costa I kmd melanjutkan diri sbg vena subclavia Vena aksilaris menampung darah dari vena

 Tes dalam bentuk  lisan dengan  menceritakan isi  gambar tentang  keteladanan Nabi  Idris a.s. 4.5 Melafalkan doa  sebelum dan sesudah