• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Penerapan Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja Terhadap Perilaku keselamatan Karyawan PT PDSI Rantau Aceh Tamiang Tahun 2014

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Penerapan Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja Terhadap Perilaku keselamatan Karyawan PT PDSI Rantau Aceh Tamiang Tahun 2014"

Copied!
164
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PENERAPAN MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DAN KONDISI LINGKUNGAN KERJA

TERHADAP PERILAKU KESELAMATAN KARYAWAN PT PDSI RANTAU ACEH TAMIANG TAHUN 2014

TESIS

Oleh

ELVY SYAHNI NASUTION 127032147/IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(2)

THE INFLUENCE OF THE APPLICATION OF OCCUPATIONAL HEALTH AND SAFETY MANAGEMENT AND THE CONDITION OF WORK

ENVIRONMENT ON THE SAFETY BEHAVIOR OF THE EMPLOYEES OF PT PDSI RANTAU

ACEH TAMIANG IN 2014

THESIS

By

ELVY SYAHNI NASUTION 127032147/IKM

MAGISTER OF PUBLIC HEALTH SCIENCE STUDY PROGRAM FACULTY OF PUBLIC HEALTH

UNIVERSITY OF SUMATERA UTARA MEDAN

(3)

PENGARUH PENERAPAN MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DAN KONDISI LINGKUNGAN KERJA

TERHADAP PERILAKU KESELAMATAN KARYAWAN PT PDSI RANTAU ACEH TAMIANG TAHUN 2014

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat

untuk memperoleh Gelar Magister Kesehatan (M.Kes) dalam Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat

Minat Studi Kesehatan Kerja pada Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara

Oleh

ELVY SYAHNI NASUTION 127032147/IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(4)

Judul Tesis : PENGARUH PENERAPAN MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DAN KONDISI LINGKUNGAN KERJA TERHADAP PERILAKU KESELAMATAN KARYAWAN PT PDSI RANTAU ACEH TAMIANG TAHUN 2014

Nama Mahasiswa : Elvy Syahni Nasution Nomor Induk Mahasiswa : 127032147

Program Studi : S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi : Kesehatan Kerja

Menyetujui Komisi Pembimbing

(Dr. Ir. Gerry Silaban, M.Kes) (dr. Halinda Sari Lubis, M.K.K.K) Ketua Anggota

Dekan

(Dr. Drs. Surya Utama, M.S)

(5)

Telah Diuji

pada Tanggal : 15 Juli 2014

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Dr. Ir. Gerry Silaban, M.Kes

Anggota : 1. dr. Halinda Sari Lubis, M.K.K.K 2. dr. Makmur Sinaga, M.S

(6)

PERNYATAAN

PENGARUH PENERAPAN MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DAN KONDISI LINGKUNGAN KERJA

TERHADAP PERILAKU KESELAMATAN KARYAWAN PT PDSI RANTAU ACEH TAMIANG TAHUN 2014

TESIS

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah di ajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka.

Medan, Juli 2014

(7)

ABSTRAK

Tindakan tidak aman merupakan salah satu faktor penyumbang terbesar kecelakaan kerja, yang merupakan cerminan dari perilaku pekerja terhadap keselamatan kerja. PT PDSI Rantau Aceh Tamiang telah menerapkan manajemen K3 namun belum dapat mencapai zero accident. Sebagian besar karyawan bekerja di lapangan dimana risiko untuk terjadi kecelakaan akibat kerja sangat besar karena proses pengeboran yang memerlukan ketelitian dan kehati-hatian dalam melakukan pekerjaan dan kondisi lingkungan yang tidak aman.

Penelitian ini dilakukan di PT PDSI Rantau Aceh Tamiang tahun 2014 dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh penerapan manajemen K3 terhadap pengetahuan, sikap dan tindakan, untuk mengetahui pengaruh kondisi lingkungan kerja terhadap pengetahuan, sikap dan tindakan keselamatan kerja. Jenis penelitian yang digunakan adalah survei analitik dengan menggunakan rancangan cross

sectional. Populasi penelitian adalah seluruh karyawan PT PDSI dengan pengambilan

sampel secara random sampling.

Hasil uji statistik pada α = 0,05 menunjukkan komitmen dan kebijakan K3 memiliki hubungan positif signifikan dengan pengetahuan (p= 0,004), sikap (p= 0,008) dan tidak ada hubungan signifikan dengan tindakan keselamatan kerja (p=0,168). Perencanaan memiliki hubungan positif signifikan dengan pengetahuan (p= 0,013), sikap (p= 0,014) dan tidak ada hubungan signifikan dengan tindakan keselamatan kerja (p=0,331). Pelaksanaan K3 memiliki hubungan positif signifikan dengan pengetahuan (p= 0,000), sikap (p=0,018) dan tindakan (0,010). Pemeriksaan dan tindakan perbaikan tidak mempunyai hubungan signifikan dengan pengetahuan (p= 0,055), sikap (p= 0,169) tetapi memiliki hubungan positif signifikan dengan tindakan (p= 0,004). Kaji ulang manajemen K3 tidak memiliki hubungan signifikan dengan pengetahuan (p=0,461), sikap (0,158) maupun tindakan keselamatan (0,319). Lingkungan fisik tidak mempunyai hubungan signifikan dengan pengetahuan (p=0,232), sikap (p=0,228) tetapi memiliki hubungan positif signifikan dengan tindakan (p=0,005). Lingkungan sosial memiliki hubungan positif signifikan dengan pengetahuan (p=0,016), sikap (p=0,007) tetapi tidak ada hubungan signifikan dengan tindakan keselamatan (p=0,279).

Disarankan supaya pihak manajemen K3 PT PDSI Rantau Aceh Tamiang untuk lebih meningkatkan pengawasan terhadap tindakan karyawan dalam bekerja dengan berusaha menjadikan Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) sebagai budaya kerja.

(8)

ABSTRACT

Unsafe action is one of the biggest factors contributing to occupational accidents which is a reflection of the work behavior of employees to occupational safety. PT. PDSI Rantau, Aceh Tamiang has applied the Occupational Health and safety Management but it has not been able to achieve zero accidents. Most of the employees are working in the fieldemployees working in the field where the risk for the incident of work-related accidents is huge because the drilling process that requires precision and caution in doing the work and the unsafe environmental condition.

The purpose of this analytical survey study with crosss-sectional design conducted at PT. PDSI Rantau, Aceh Tamiang in 2014 was to find out the influence of the application of Occupational Health and Safety Management on the knowledge, attitude and action and to find out the influence of the work environment condition on the knowledge, attitude, and occupational safety actions. The population of this study was all of the employees of PT. PDSI Rantau, Aceh Tamiang and the samples for this study were selected through random sampling technique.

The result of statistical test at α = 0.05 showed that the committment and

policy of Occupational Health and Safety had positive and significant relationship with knowledge (p = 0.004), attitude (p = 0.008), and did not have any significant relationship with occupational safety actions (p = 0.168). Planning had positive and significant relationship with knowledge (p = 0.013), attitude (p = 0.014), and did not have any significant relationship with occupational safety actions (p = 0.331). the implementation of Occupational Health and Safety had positive and significant relationship with knowledge (p = 0.000), attitude (p = 0.018), and action (0.010).Review and remedial action did not have any significant relationship with knowledge (p = 0.055), attitude (p = 0.169) but they had positive and significant relationship with action (p = 0.004). The review of Occupational Health and Safety Management did not have any significant relationship with knowledge (p = 0.461), attitude (p = 0.158) and remedial action (p = 0.319). Physical environment did not have any significant relationship with knowledge (p = 0.232), attitude (p = 0.228) but it had positive and significant relationship with action (p = 0.005). Social environment had positive and significant relationship with knowledge (p = 0.016), attitude (p = 0.007), but did not have any significant relationship with safety actions (p = 0.279).

The officials of Occupational Health and Safety Management of PT. PDSI Rantau, Aceh Tamiang are suggested to improve their monitoring on the actions of employees when working through an effort to make the Occupational Health and Safety Management as work culture.

(9)

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirahim

Alhamdulillah penulis bersyukur ke hadirat Allah SWT karena atas limpahan

rahmat dan karuniaNya penulis dapat menyelesaikan penyusunan hasil penelitian ini

dengan judul “Pengaruh Penerapan Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Terhadap Perilaku keselamatan Karyawan PT PDSI Rantau Aceh Tamiang Tahun

2014”. Tesis ini diajukan sebagai salah satu persyaratan dalam penyelesaian program

studi pascasarjana Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat studi Kesehatan Kerja di

Universitas Sumatera Utara.

Dalam proses penyelesaian hasil tesis ini penulis banyak sekali memperoleh

dukungan baik materi, tenaga maupun pemikiran serta dorongan dari berbagai pihak.

Penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang tulus kepada yang

terhormat :

1. Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM & H, M.Sc (CTM), Sp.A(K), selaku Rektor

Universitas Sumatera Utara Medan.

2. Dr. Drs. Surya Utama, M.S, selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara Medan.

3. Dr. Ir. Evawany Aritonang, M.Si, selaku Sekretaris Program Studi S2 Ilmu

Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera

(10)

4. Dr. Ir. Gerry Silaban, M.Kes, selaku pembimbing satu dan dr. Halinda Sari

Lubis, M.K.K.K, selaku pembimbing dua yang telah banyak meluangkan waktu

dan kesempatan dalam membimbing dan memberikan masukan demi

kesempurnaan tesis ini.

5. dr. H.M. Makmur Sinaga, M.S, dan Ir. Kalsum, M.Kes, selaku penguji satu dan

penguji dua yang telah banyak memberikan saran dan masukan demi

kesempurnaan tesis ini.

6. Drilling Manager dan seluruh karyawan PT PDSI Rantau Aceh Tamiang yang

telah memberikan izin untuk melakukan penelitian sehingga tesis ini selesai.

7. Seluruh staf pengajar pada Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Sumatera Utara (USU) Medan.

8. Ibunda tersayang Hj. Ernawati yang telah memberikan dukungan moral beserta

doa-doa beliau yang selalu mengiringi perjalanan penulis dalam perkuliahan

sampai selesainya pendidikan.

9. Suami tercinta Iskandar Syah S.T yang telah banyak berkorban dan bersabar

dengan selalu memberikan perhatian, motivasi dan doa sampai selesainnya

penulisan tesis dan pendidikan ini.

10.Anak-anakku tersayang, Atira Faraghina, Alya Tsabita dan Ahmad Ali Pasha,

penyemangat hidup saya yang selalu saya rindukan, yang selalu sabar menanti

ibundanya dalam menempuh pendidikan.

11.Seluruh staf akademik/administrasi Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat

Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara Medan yang telah

(11)

12.Rekan-rekan seangkatan 2012/2013 dan semua pihak yang berpartisipasi dalam

penyusunan tesis ini.

Atas segala bantuan dan bimbingan yang telah diberikan, maka penulis

memohon kehadirat Allah SWT semoga mendapat balasan yang setimpal.

Akhirnya penulis menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari kesempurnaan.

Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritikan dan saran demi kesempurnaan

penelitiaan ini. Amin ya rabbal ‘alamin

Medan, Juli 2014 Penulis

(12)

RIWAYAT HIDUP

Elvy Syahni Nasution, lahir pada tanggal 17 Februari 1979 di Rantau Panjang,

berjenis kelamin perempuan, beragama Islam, anak ketiga dari lima bersaudara dari

pasangan Almarhumah Ayahanda H. Dahrul Nasution dan ibunda Hj. Ernawati,

bertempat tinggal di Aceh Tamiang.

Pendidkan formal penulis, dimulai dari pendidikan dasar di Sekolah Dasar

Negeri Pertamina Rantau Panjang Pereulak Aceh Timur selesai tahun 1991, Sekolah

Menengah Pertama di Rantau Panjang Pereulak Aceh Timur selesai tahun 1994,

Sekolah Menengah Atas SMA Negeri 1 Langsa 1997, Sarjana Kedokteran Gigi di

Universitas Sumatera Utara Medan selesai tahun 2002, dan Profesi Dokter Gigi di

Universitas Sumatera Utara Madan selesai tahun 2003.

Mulai bekerja sebagai dokter gigi sejak tahun 2003 di Puskesmas Karang

Baru Kabupaten Aceh Tamiang sampai sekarang.

Tahun 2012 penulis mengikuti pendidikan lanjutan pada Program Studi S2

Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera

(13)

DAFTAR ISI

2.1. Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja ... 14

2.2. Lingkungan Kerja ... 20

2.2.1. Lingkungan Kerja Sosial ... 21

2.2.2. Lingkungan Kerja Fisik ... 22

2.3. Perilaku ... 28

2.3.1. Pembentukan Perilaku ... 30

2.3.2. Proses Perubahan Perilaku ... 31

2.3.3. Faktor Penentu Perilaku ... 31

2.3.4. Perilaku Keselamatan ... 35

2.4. Landasan Teori ... 38

3.4.1. Alat Pengumpulan data... 44

3.4.2. Uji Validitas dan Reliabilitas ... 45

3.5. Variabel dan Definisi Operasional ... 46

3.5.1. Variabel Penelitian ... 46

(14)

3.6. Metode Pengukuran ... 48

3.7. Metode Analisis Data ... 54

BAB 4. HASIL PENELITIAN... 55

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 55

4.2 Analisis Univariat ... 57

4.2.1 Penerapan Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja .. 57

4.2.2 Lingkungan Kerja ... 58

4.2.3 Perilaku Keselamatan ... 58

4.3 Analisis Bivariat ... 59

4.3.1. Pengaruh antara Penerapan Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja terhadap Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Karyawan Berdasarkan Lima Prinsip SMK3 Kerja di PT PDSI Rantau Aceh Tamiang Tahun 2014 ... 59

4.3.2. Pengaruh antara Lingkungan Kerja dengan Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Keselamatan Kerja Karyawan PT PDSI Rantau Aceh Tamiang Tahun 2014 ... 62

BAB 5. PEMBAHASAN ... 65

5.1 Perilaku Keselamatan Kerja ... 65

5.2 Pengaruh antara Komitmen dan Kebijakan K3 dengan Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Keselamatan Kerja Karyawan PT PDSI Rantau Aceh Tamiang Tahun 2014 ... 68

5.3 Pengaruh antara Perencanaan K3 dengan Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Keselamatan Kerja Karyawan PT PDSI Rantau Aceh Tamiang Tahun 2014 ... 70

5.4 Pengaruh antara Pelaksanaan K3 dengan Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Keselamatan Kerja Karyawan PT PDSI Rantau Aceh Tamiang Tahun 2014 ... 71

5.5 Pengaruh antara Pemeriksaan dan Tindakan Perbaikan K3 dengan Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Keselamatan Kerja Karyawan PT PDSI Rantau Aceh Tamiang Tahun 2014 ... 73

5.6 Pengaruh antara Kaji Ulang Manajemen K3 dengan Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Keselamatan Kerja Karyawan PT PDSI Rantau Aceh Tamiang tahun 2014 ... 74

5.7 Pengaruh antara Lingkungan Fisik dengan Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Keselamatan Kerja Karyawan PT PDSI Rantau Aceh Tamiang Tahun 2014 ... 74

(15)

BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN ... 78

6.1. Kesimpulan ... 78

6.2. Saran ... 79

(16)

DAFTAR TABEL

No Judul Halaman

3.1. Jumlah Karyawan pada Setiap Rig di PT PDSI Rantau Aceh Tamiang Tahun 2014 dan Jumlah Sampel yang Diambil ... 44

3.2 Penentuan Skor Jawaban Responden ... 48

3.3. Aspek Pengukuran Variabel Penelitian ... 49

4.1 Distribusi Frekuensi Variabel Penerapan Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja Berdasarkan Lima Prinsip SMK3 di PT PDSI Rantau Aceh Tamiang Tahun 2014 ... 57

4.2 Distribusi Frekuensi Variabel Lingkungan Kerja di PT PDSI Rantau Aceh Tamiang Tahun 2014 ... 58

4.3 Distribusi Frekuensi Perilaku Keselamatan Kerja di PT PDSI Rantau Aceh Tamiang Tahun 2014 ... 58

4.4 Pengaruh antara Penerapan Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja terhadap Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Karyawan Berdasarkan Lima Prinsip SMK3 Kerja di PT PDSI Rantau Aceh Tamiang Tahun 2014 ... 59

(17)

DAFTAR GAMBAR

No Judul Halaman

2.1 Kerangka Teori Ramsey ... 40

(18)

DAFTAR LAMPIRAN

No Judul Halaman

1. Kuisioner Penelitian ... 84

2. Hasil Uji Statistik (Kendall Tau)... 92

3. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas ... 102

4. Master Tabel Penilaian Kuisioner ... 112

5. Dokumentasi Penelitian ... 152

(19)

ABSTRAK

Tindakan tidak aman merupakan salah satu faktor penyumbang terbesar kecelakaan kerja, yang merupakan cerminan dari perilaku pekerja terhadap keselamatan kerja. PT PDSI Rantau Aceh Tamiang telah menerapkan manajemen K3 namun belum dapat mencapai zero accident. Sebagian besar karyawan bekerja di lapangan dimana risiko untuk terjadi kecelakaan akibat kerja sangat besar karena proses pengeboran yang memerlukan ketelitian dan kehati-hatian dalam melakukan pekerjaan dan kondisi lingkungan yang tidak aman.

Penelitian ini dilakukan di PT PDSI Rantau Aceh Tamiang tahun 2014 dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh penerapan manajemen K3 terhadap pengetahuan, sikap dan tindakan, untuk mengetahui pengaruh kondisi lingkungan kerja terhadap pengetahuan, sikap dan tindakan keselamatan kerja. Jenis penelitian yang digunakan adalah survei analitik dengan menggunakan rancangan cross

sectional. Populasi penelitian adalah seluruh karyawan PT PDSI dengan pengambilan

sampel secara random sampling.

Hasil uji statistik pada α = 0,05 menunjukkan komitmen dan kebijakan K3 memiliki hubungan positif signifikan dengan pengetahuan (p= 0,004), sikap (p= 0,008) dan tidak ada hubungan signifikan dengan tindakan keselamatan kerja (p=0,168). Perencanaan memiliki hubungan positif signifikan dengan pengetahuan (p= 0,013), sikap (p= 0,014) dan tidak ada hubungan signifikan dengan tindakan keselamatan kerja (p=0,331). Pelaksanaan K3 memiliki hubungan positif signifikan dengan pengetahuan (p= 0,000), sikap (p=0,018) dan tindakan (0,010). Pemeriksaan dan tindakan perbaikan tidak mempunyai hubungan signifikan dengan pengetahuan (p= 0,055), sikap (p= 0,169) tetapi memiliki hubungan positif signifikan dengan tindakan (p= 0,004). Kaji ulang manajemen K3 tidak memiliki hubungan signifikan dengan pengetahuan (p=0,461), sikap (0,158) maupun tindakan keselamatan (0,319). Lingkungan fisik tidak mempunyai hubungan signifikan dengan pengetahuan (p=0,232), sikap (p=0,228) tetapi memiliki hubungan positif signifikan dengan tindakan (p=0,005). Lingkungan sosial memiliki hubungan positif signifikan dengan pengetahuan (p=0,016), sikap (p=0,007) tetapi tidak ada hubungan signifikan dengan tindakan keselamatan (p=0,279).

Disarankan supaya pihak manajemen K3 PT PDSI Rantau Aceh Tamiang untuk lebih meningkatkan pengawasan terhadap tindakan karyawan dalam bekerja dengan berusaha menjadikan Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) sebagai budaya kerja.

(20)

ABSTRACT

Unsafe action is one of the biggest factors contributing to occupational accidents which is a reflection of the work behavior of employees to occupational safety. PT. PDSI Rantau, Aceh Tamiang has applied the Occupational Health and safety Management but it has not been able to achieve zero accidents. Most of the employees are working in the fieldemployees working in the field where the risk for the incident of work-related accidents is huge because the drilling process that requires precision and caution in doing the work and the unsafe environmental condition.

The purpose of this analytical survey study with crosss-sectional design conducted at PT. PDSI Rantau, Aceh Tamiang in 2014 was to find out the influence of the application of Occupational Health and Safety Management on the knowledge, attitude and action and to find out the influence of the work environment condition on the knowledge, attitude, and occupational safety actions. The population of this study was all of the employees of PT. PDSI Rantau, Aceh Tamiang and the samples for this study were selected through random sampling technique.

The result of statistical test at α = 0.05 showed that the committment and

policy of Occupational Health and Safety had positive and significant relationship with knowledge (p = 0.004), attitude (p = 0.008), and did not have any significant relationship with occupational safety actions (p = 0.168). Planning had positive and significant relationship with knowledge (p = 0.013), attitude (p = 0.014), and did not have any significant relationship with occupational safety actions (p = 0.331). the implementation of Occupational Health and Safety had positive and significant relationship with knowledge (p = 0.000), attitude (p = 0.018), and action (0.010).Review and remedial action did not have any significant relationship with knowledge (p = 0.055), attitude (p = 0.169) but they had positive and significant relationship with action (p = 0.004). The review of Occupational Health and Safety Management did not have any significant relationship with knowledge (p = 0.461), attitude (p = 0.158) and remedial action (p = 0.319). Physical environment did not have any significant relationship with knowledge (p = 0.232), attitude (p = 0.228) but it had positive and significant relationship with action (p = 0.005). Social environment had positive and significant relationship with knowledge (p = 0.016), attitude (p = 0.007), but did not have any significant relationship with safety actions (p = 0.279).

The officials of Occupational Health and Safety Management of PT. PDSI Rantau, Aceh Tamiang are suggested to improve their monitoring on the actions of employees when working through an effort to make the Occupational Health and Safety Management as work culture.

(21)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Tindakan tidak aman merupakan salah satu faktor penyumbang terbesar

kecelakaan kerja, yang merupakan cerminan dari perilaku pekerja terhadap

keselamatan kerja. Tindakan tidak aman ini dapat dianggap sebagai hasil dari

kesalahan yang dilakukan baik oleh pekerja yang terlibat secara langsung maupun

kesalahan yang dilakukan oleh organisasi yaitu pihak manajemen. Suatu tindakan

tidak aman yang merupakan pelanggaran dari peraturan atau standar yang dilakukan

oleh pekerja bisa secara sadar maupun tidak sadar, memungkinkan sebagai penyebab

terjadinya suatu kecelakaan. Dengan meningkatkan perilaku pekerja dan

memfokuskan pada pengurangan tindakan tidak aman terhadap keselamatan kerja

dapat mencegah atau mengurangi timbulnya kecelakaan kerja (Prasetiyo, 2011).

Menurut data International Labour Organization (ILO), setiap tahun terjadi 1,1 juta kematian yang disebabkan oleh karena penyakit atau kecelakaan akibat

hubungan pekerjaan. Sekitar 300.000 kematian terjadi dari 250 juta kecelakaan dan

sisanya adalah kematian karena penyakit akibat hubungan pekerjaan, dimana

diperkirakan terjadi 160 juta penyakit akibat hubungan pekerjaan baru setiap

tahunnya (Depnakertrans RI, 2010). Setiap jamnya, sedikitnya terjadi satu kasus

kecelakaan kerja di Indonesia. Data Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi

(22)

kerja dimana jumlah ini telah mengalami penurunan bila dibandingkan tahun 2009

sebanyak 96.314 kasus kecelakaan kerja. Walaupun demikian, kasus kecelakaan kerja

di Indonesia masih relatif tinggi bila dibandingkan dengan negara lain. Berdasarkan

hasil penelitian yang diadakan ILO mengenai standar kecelakaan kerja, Indonesia

menempati urutan ke-152 dari 153 negara yang diteliti (Depnakertrans RI, 2010).

Sebesar 80-85% kecelakaan kerja disebabkan oleh kelalaian manusia. Selain

kelalaian saat bekerja faktor manusia yang lain yaitu perilaku penggunaan Alat

Pelindung Diri (APD). Tenaga kerja sebagai sumber daya manusia mempunyai peran

yang penting dalam rangka mengembangkan dan memajukan suatu industri. Oleh

sebab itu pekerja harus diberi perlindungan melalui usaha-usaha peningkatan dan

pencegahan, sehingga semua industri baik formal maupun informal diharapkan dapat

menerapkan K3 di lingkungan kerjanya (Dianingtyas, 2012).

Keberhasilan pelaksanaan peraturan Keselamatan dan Kesehatan Kerja

(K3) di perusahaan tidak lepas dari sikap kepatuhan personal baik dari pihak

karyawan maupun pihak manajerial dalam melaksanaan peraturan dan kebijakan

K3. Menurut Saifuddin dalam Wardani (2009) kepatuhan merupakan sikap

seseorang untuk bersedia mentaati dan mengikuti spesifikasi, standar atau aturan

yang telah diatur dengan jelas, dimana aturan tersebut diterbitkan oleh perusahaan

yang bersangkutan dan lembaga lain yang berwenang. Dalam hal ini peraturan

tersebut bersifat spesifik dan tertuang dalam safety policy statement serta buku pedoman K3 (Occupation of Health and Safety Handbook). Prasetyo dan Haris

(23)

terhadap perilaku keselamatan kerja di Semarang adalah komitmen manajerial.

Sejalan dengan penelitian Prasetyo dan Haris (2011), sementara Basri (2013) dalam

penelitiannya menyatakan bahwa ternyata manajemen K3 berhubungan dengan

terjadinya kecelakaan kerja di Laboratorium patologi klinik Rumah Sakit Umum

Daerah Dr. H. Moh. Anwar Sumenep.

Keselamatan Kesehatan Kerja (K3) merupakan salah satu aspek perlindungan

tenaga kerja sekaligus melindungi aset perusahaan. Hal ini tercermin dalam

pokok-pokok pikiran dan pertimbangan dikeluarkannya Undang- undang No. 1 Tahun 1970

tentang Keselamatan Kerja yaitu bahwa setiap tenaga kerja berhak mendapat

perlindungan atas keselamatan dalam melakukan pekerjaan, dan setiap orang lainnya

yang berada di tempat kerja perlu terjamin pula keselamatannya serta setiap sumber

produksi perlu dipakai secara aman dan efisien, sehingga proses produksi berjalan

lancar (Anizar, 2009). Hal lain yang dapat mendukung adanya keselamatan kerja

adalah sifat dari para pekerja. Apabila seorang pekerja ternyata tidak mempunyai sifat

atau kesadaran untuk melakukan usaha keselamatan kerja dan ternyata pihak

pengusaha sudah berupaya untuk melakukan keselamatan bagi para pekerjanya,

sangatlah sulit mewujudkan adanya keselamatan kerja tersebut.

Untuk meningkatkan kinerja agar lebih baik perlu ditunjang dengan adanya

lingkungan kerja yang mendukung. Lingkungan yang menyenangkan dan

memberikan kepuasan serta rasa aman memiliki kecenderungan mempengaruhi

peningkatan kinerja, karena karyawan tidak merasa terganggu dalam melaksanakan

(24)

tugas-tugasnya. Zainun (2004) mengatakan bahwa kinerja pegawai ditentukan pula

oleh faktor-faktor lingkungan luar dan iklim kerja organisasi. Bahkan kemampuan

kerja dan motivasi itu pun ditentukan pula oleh faktor-faktor lingkungan organisasi

itu. Sedangkan Hendiana dalam Ishak dan Tanjung (2004) mengatakan faktor

motivasi yang berhubungan nyata terhadap kondisi pemberdayaan pegawai di

antaranya yaitu kondisi lingkungan kerja baik secara fisik maupun non fisik.

Berdasarkan kedua pendapat di atas dapat dikatakan bahwa lingkungan kerja

berperan penting dalam meningkatkan kinerja yang lebih baik. Jika lingkungan kerja

menyenangkan, maka karyawan akan bekerja dengan bergairah dan lebih serius.

Lingkungan kerja yang kurang mendapat perhatian akan membawa dampak

negatif dan menurunkan semangat kerja, hal ini disebabkan pegawai dalam

melaksanakan tugas mengalami gangguan, sehingga kurang semangat dan kurang

mencurahkan tenaga dan pikirannya terhadap tugasnya. Penciptaan iklim yang

menyenangkan, antara lain dengan adanya pengaturan penerangan, pengontrolan

terhadap suara-suara yang mengganggu dan perlu adanya penerangan yang sesuai

dengan kebutuhan dan sirkulasi udara dalam ruangan yang menyegarkan serta

perlunya kebersihan lingkungan yang menimbulkan rasa nyaman. Diyahrini (2010)

mengatakan penciptaan lingkungan kerja yang sehat untuk menjaga kesehatan para

karyawan dari gangguan-gangguan penglihatan, pendengaran, kelelahan dan lain-lain.

Purnomo (2008) dalam penelitiannya mengenai kepemimpinan, motivasi kerja, dan

(25)

Dimana variabel motivasi kerja dan lingkungan yang mempunyai pengaruh yang

signifikan terhadap kinerja karyawan.

Selain faktor motivasi kerja, lingkungan kerja tempat karyawan tersebut

bekerja juga tidak kalah pentingnya didalam meningkatkan kinerja karyawan.

Lingkungan Kerja adalah kondisi - kondisi material dan psikologis yang ada dalam

organisasi. Maka dari itu organisasi harus menyediakan lingkungan kerja yang

memadai seperti lingkungan fisik (tata ruang kantor yang nyaman, lingkungan yang

bersih, pertukaran udara yang baik, warna, penerangan yang cukup maupun musik

yang merdu), serta lingkungan non fisik (suasana kerja karyawan, kesejahteraan

karyawan, hubungan antar sesama karyawan, hubungan antar karyawan dengan

pimpinan, serta tempat ibadah). Lingkungan kerja yang baik dapat mendukung

pelaksanaan kerja sehingga karyawan memiliki semangat bekerja dan meningkatkan

kinerja karyawan (

Interaksi antara individu dengan lingkungan menimbulkan persepsi yang

berbeda-beda dari masing-masing individu. Persepsi merupakan salah satu fungsi

kognitif yang dimiliki oleh setiap individu. Persepsi terhadap lingkungan kerja fisik,

menurut Bechtel dan Chruchman (2002), dapat dievaluasi melalui perilaku

keselamatan kerja. Hal serupa juga diungkapkan Mcloy (2002), dimana lingkungan

kerja fisik dapat dievaluasi sebagai adaptasi, kelelahan, stres, keselamatan dan

keamanan.

Diyahrini 2010).

Pencegahan dan pengurangan kecelakaan serta penyakit akibat kerja dapat

(26)

(SMK3). Hal ini disebabkan oleh kecelakaan kerja selama ini sebagian besar

disebabkan oleh faktor manajemen, di samping faktor manusia dan teknis (Institut K3

Indonesia, 1998). Sastrohadiwiryo (2005) menyatakan bahwa tujuan dan sistem

manajemen K3 adalah menciptakan suatu sistem dengan tujuan untuk mencegah

dan mengurangi kecelakaan serta penyakit yang dikibatkan oleh pekerjaan,

menciptakan lingkungan kerja yang aman, efisien, dan produktif, dimana program

ini merupakan suatu sistem keselamatan dan kesatuan kerja yang melibatkan unsur

manajemen, tenaga kerja, kondisi, dan lingkungan yang terintegrasi.

Penelitian Amin (2011) dengan judul “Pengaruh Penerapan Manajemen

Keselamatan dan kesehatan Kerja (K3) terhadap Produktivitas Karyawan Melalui

Pencapaian zero accident (Studi pada PT Pertamina Depot Malang)” meneliti

variabel K3, produktivitas karyawan dan pencapaian zero accident, dengan menggunakan teknik analisis jalur (Path Analysis). Hasil penelitian menunjukkan terdapat pengaruh secara langsung dan signifikan antara variable K3 terhadap

pencapaian zero accident dan produktivitas karyawan, terdapat pengaruh secara tidak langsung terhadap produktivitas karyawan melalui pencapaian zero accident,

dan terdapat pengaruh secara tidak langsung kesehatan kerja terhadap produktivitas

karyawan melalui pencapaian zero accident.

Hofman dan Moregson (dalam Freaney, 2011) mendefinisikan perilaku

keselamatan adalah sikap kepatuhan terhadap prosedur dan praktek-praktek

keselamatan yang ditetapkan. Selain itu perilaku keselamatan juga dapat diartikan

(27)

Penelitiaan Cooper dan Philips (2004) menunjukkan adanya hubungan antara

persepsi iklim keselamatan dengan perilaku keselamatan. Sementara Arezes dan

Miguel (2008), serta Larsson, Pousette dan Torner (2008), mengemukakan salah satu

dimensi iklim keselamatan adalah lingkungan kerja fisik. Hal ini menggambarkan

hubungan antara persepsi lingkungan kerja fisik dengan perilaku keselamatan kerja.

Perilaku Keselamatan (safety performance) adalah perilaku kerja yang relevan

dengan keselamatan dapat dikonseptualisasikan dengan cara yang sama dengan

perilaku-perilaku kerja lain yang membentuk perilaku kerja. Perilaku keselamatan

merupakan aplikasi dari perilaku petugas yang ada di tempat kerja (Griffin dan Neal,

2000). Perilaku keselamatan adalah perilaku tugas dan perilaku kontekstual, Borman

dan Motowidlo, (1993) dalam (Griffin dan Neal, 2000) yaitu pematuhan dan

partisipasi individu pada aktivitas-aktivitas pemeliharaan keselamataan di tempat

kerja. Sebagai umpan balik maka karyawan hendaknya menyadari arti pentingnya

keselamatan bagi dirinya maupun bagi perusahaan tempat bekerja.

Rahaidi (2011) dalam penelitiannya menunjukkan bahwa para karyawan

mempersepsikan lingkungan kerja fisik mereka memiliki suhu udara yang panas dan

berdebu, kondisi tersebut menjadi keluhan utama para karyawan yang ada disana,

kenyataannya penggunaan alat pelindung diri sebagai upaya teknis mencegah

terjadinya kecelakaan masih belum dilaksanakan sebagaimanamestinya. Hal ini

menunjukkan anggapan karyawan terhadap risiko di lingkungan kerja masih belum

tampak dalam perilaku keselamatan karyawan, sehingga menunjukkan masih

(28)

PT PDSI Rantau Aceh Tamiang merupakan anak perusahaan PT Pertamina

(Persero) yang berdiri sejak tahun 2007 yang bergerak dalam bidang jasa pengeboran

Minyak Bumi dan Gas. PT PDSI Rantau Aceh Tamiang mempunyai karyawan

sebanyak 416 orang yang tersebar di enam Rig pengeboran. Sebagian besar karyawan

bekerja di lapangan dimana risiko untuk terjadi kecelakaan akibat kerja sangat besar

karena proses pengeboran yang memerlukan ketelitian dan kehati-hatian dalam

melakukan pekerjaan dan kondisi lingkungan yang tidak aman. Manajemen PT

Pertamina Drilling Serivices Indonesia (PDSI) mempunyai visi kepemimpinan serta

komitmen yang kuat, dan memastikan bahwa komitmen tersebut telah diterjemahkan

dalam bentuk keperdulian terhadap sumber daya, untuk perkembangan,

pengoperasian dan memelihara sistem aspek Kesehatan, Keselamatan Kerja dan

Lindungan Lingkungan (K3LL) dan untuk mencapai tujuan dari kebijakan K3LL

yang telah disepakati. Manajemen memastikan untuk bertanggung jawab atas

kebijakan yang telah disepakati dan akan mendukung penuh terhadap perlindungan

K3LL.

Pimpinan Drilling area Nad - Sumbagut secara berkala setidaknya satu bulan

sekali melakukan inspeksi dari pelaksanaan K3LL, menghadiri rapat K3LL yang

dihadiri oleh seluruh pekerja di lingkungan proyek untuk memantau penerapan

K3LL di lokasi pekerjaan pada proyek Pengeboran dan KUPL di lapangan PT

PERTAMINA EP Field Rantau. Tim manajemen Proyek berkewajiban: menyediakan

sumber daya yang cukup untuk K3LL; berpartisipasi dalam program audit K3 dan

(29)

area dalam pengontrolan vendor dan harus sangat terlibat dalam rencana ini;

bertindak secara benar dan secepatnya dengan semua yang tidak sesuai dengan

aturan-aturan K3LL; berpartisipasi dalam penyelidikan kecelakaan dan meneliti

laporan kecelakaan dan menentukan dan melaksanakan cara-cara perbaikannya; yakin

bahwa vendor dan pemasok sadar dan menuruti K3LL Plan dan sasaran-sasarannya

dan memonitor pelaksanaan K3LL semua seksi yang dikontrolnya. Dari laporan

management K3LL PT PDSI Rantau Aceh Tamiang tersebut juga terlihat bahwa

pihak manajemen telah mengadakan pemantauan kondisi lingkungan fisik setiap

tahun.

Dari laporan pengukuran kualitas udara di tempat kerja yang dilakukan oleh

pihak manajemen PT PDSI pada tanggal 9 Januari tahun 2014, di tempat Rig H35

UY6 lokasi 6B-22 terdapat dua lokasi yang tidak memenuhi persyaratan untuk suhu

(180 C-280 C) yaitu pada portcamp opr.Crane 290 C dan portcamp driver 29,90 C.

Pemantauan tingkat pencahayaan yang dilakukan pada tanggal 15 Januari 2014 untuk

tempat Rig H35 UY6 lokasi 6B-22 dari 8 titik pengukuran terdapat 2 titik pengukuran

dengan hasil kurang baik; di tempat CWKT 210B No.24/41 lokasi RNT-S2 16

terdapat 5 titik pengukuran kurang baik dari 12 titik pengukuran; di tempat

IH30FD/23 lokasi PT-10 dari 13 titik pengukuran terdapat 5 titik pengukuran yang

tidak baik; tempat SKYTOP RR 650 lokasi P-252 TW dari 8 titik pengukuran

terdapat 2 titik pengukuran kurang baik; di tempat LTO 300/37 lokasi R-071 dari 8

titik pengukuran terdapat 1 titik pengukuran kurang baik dan untuk tempat kantor,

(30)

Sementara dari hasil pengukuran kebisingan yang dilakukan pada tanggal 9

Januari tahun 2014, di tempat Rig H35 UY6 lokasi 6B-22 dari 8 titik pengetesan

terdapat 4 titik yang direkomendasikan harus menggunakan ear plug; di tempat CWKT 210B No.24/41 lokasi RNT-S2 16 dari 9 titik pengetesan terdapat 4 titik yang

direkomendasikan harus menggunakan ear plug ; di tempat IH30FD/23 lokasi PT-10 dari 6 titik pengetesan terdapat 1 titik yang direkomendasikan harus menggunakan

ear plug; tempat SKYTOP RR 650 lokasi P-252 TW dari 8 titik pengetesan terdapat 1 titik yang direkomendasikan harus menggunakan ear plug dan di tempat LTO 300/37 lokasi R-071 dari 8 titik pengetesan terdapat 3 titik yang direkomendasikan

harus menggunakan ear plug.

Penerapan manajemen K3 oleh PT PDSI Rantau Aceh Tamiang belum dapat

mencapai zero accident. Hal ini dapat dilihat dari laporan investigasi yang dibuat

oleh manajemen K3LL PT PDSI Rantau Aceh Tamiang pada tahun 2009 ditemukan 2

kasus kecelakaan pada pekerja, yaitu 1 orang meninggal karena perdarahan akibat

terbentur patahan Skid saat hendak memindahkan Mud Tank I ke Trailer

menggunakan Crane. 1 orang lagi cidera pada jari kelingking dan jari manis sebelah

kanan saat memindahkan air winch dari Matting ke hoist dengan menggunakan

Mobile Crane Cmeh. Data kecelakaan tahun 2010, kecelakaan kerja terjadi pada 5

orang pekerja, 1 orang cidera pada jari telunjuk kanan akibat terjepit dan 4 orang

cidera karena terjatuh dari Mobile Crane Cmeh (betis kaki kiri mengalami memar,

luka ibu jari sebelah kanan, luka pada pelipis mata kiri dan luka robek 1 cm pada jari

(31)

Data kecelakaan tahun 2011, terjadi 5 kecelakaan pada pekerja, yaitu 2 orang

cidera karena jatuh dari atas Genset saat memperbaiki Sling Crane dan tertimpa

Boom Crane saat menurunkan Mud Pump Pz-9 dari kenderaan OFT-24 dilokasi

RNT-IA6, kebakaran 1 orang dan cidera 2 orang. Sementara pada tahun 2012, terjadi

kecelakaan tambang pada 2 orang pekerja, dan pada tahun 2013, jumlah kecelakaan 3

orang, 2 orang pada bulan Pebruari dan 1 orang pada bulan Desember.

Wawancara yang dilakukan peneliti dengan pihak manajemen pada waktu

melakukan survei awal ke PT PDSI Rantau Aceh Tamiang menyatakan bahwa masih

ada karyawan yang bekerja tidak berdasarkan SOP yang telah ditetapkan. Perilaku

keselamatan dalam keselamatan kerja berhubungan langsung dengan perilaku

karyawan dalam bekerja demi keselamatan individu dan sangat berhubungan erat

dengan iklim keselamatan kerja dan sikap pengetahuan keselamatan kerja, karena

dengan keadaan iklim keselamatan kerja ada dalam perusahaan mempengaruhi

tingkat kesehatan karyawan dan dengan adanya pengetahuan keselamatan kerja, maka

karyawan mampu mengerti dan memahami arti keselamatan kerja. Dari hasil survei

awal di atas, penulis tertarik mengadakan penelitian untuk mengetahui bagaimana

pengaruh penerapan manajemen keselamatan dan kesehatan kerja dan kondisi

lingkungan kerja terhadap perilaku keselamatan kerja di PT PDSI Rantau Aceh

(32)

1.2. Masalah Penelitian

Penerapan manajemen keselamatan dan kesehatan kerja yang telah dilakukan

oleh PT PDSI Rantau Aceh Tamiang belum dapat mencapai zero accident, sehingga menjadi pertanyaan penelitian yaitu bagaimanakah pengaruh penerapan manajemen

keselamatan dan kesehatan kerja dan kondisi lingkungan kerja terhadap perilaku

keselamatan karyawan PT PDSI Rantau Aceh Tamiang tahun 2014.

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui pengaruh penerapan manajemen K3 terhadap perilaku

keselamatan karyawan PT PDSI Rantau Aceh Tamiang tahun 2014.

2. Untuk mengetahui pengaruh kondisi lingkungan kerja terhadap perilaku

keselamatan karyawan PT PDSI Rantau Aceh Tamiang tahun 2014.

1.4. Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah :

1. Terdapat pengaruh pelaksanaan manajemen keselamatan dan kesehatan kerja

(komitmen dan kebijakan K3, perencanaan K3, pelaksanaan K3, pemeriksaan

dan tindakan perbaikan K3 dan kaji ulang manajemen K3) terhadap perilaku

keselamatan karyawan (Pengetahuan, sikap dan tindakan) PT PDSI Rantau

(33)

2. Terdapat pengaruh kondisi lingkungan kerja (lingkungan fisik dan lingkungan

non fisik/sosial) terhadap perilaku keselamatan karyawan (pengetahuan, sikap

dan tindakan) PT PDSI Rantau Aceh Tamiang tahun 2014.

1.5. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat :

1. Sebagai bahan masukan bagi manajemen PT PDSI Rantau Aceh Tamiang dalam

membuat program untuk meningkatkan keselamatan dan kesehatan pekerja.

2. Bagi dunia ilmu pengetahuan diharapkan dapat menambah informasi yang ada

tentang pengaruh penerapan manajemen K3 dan kondisi lingkungan kerja

terhadap perilaku keselamatan kerja, serta hasil penelitian ini diharapkan dapat

bermanfaat bagi peneliti lanjutan sebagai informasi atau masukan mengenai

pengaruh penerapan manajemen keselamatan dan kesehatan kerja dan kondisi

(34)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Sistem Manajemen Keselamatan dan kesehatan Kerja (SMK3) adalah bagian

dari sistem manajemen perusahaan secara keseluruhan dalam rangka pengendalian

risiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja yang aman,

efisien dan produktif (Peraturan Pemerintah RI No. 50 Tahun 2012). Pelaksanaan

SMK3 dalam Peraturan Pemerintah No. 50 Tahun 2012 tersebut dilakukan dengan

tujuan :

1. Untuk meningkatkan efektifitas perlindungan K3 dengan cara : terencana,

terukur, terstruktur, terintegrasi.

2. Untuk mencegah kecelakaan kerja dan mengurangi penyakit akibat kerja, dengan

melibatkan : manajemen, tenaga kerja/pekerja dan serikat pekerja.

SMK3 diwajibkan bagi perusahaan, mempekerjakan lebih dari 100 orang dan

mempunyai tingkat potensi bahaya tinggi. Untuk itu perusahaan diwajibkan

menyusun rencana K3, dalam menyusun rencana K3 tersebut, pengusaha melibatkan

Ahli K3, Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3), Wakil Pekerja

dan Pihak Lain yang terkait. Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan

Kesehatan Kerja (SMK3) berdasarkan Peraturan Pemerintah RI No. 50 Tahun 2012

yaitu Penetapan kebijakan K3, perencanaan K3, pelaksanaan rencana K3,

(35)

Penerapan SMK3 berdasarkan prinsip standar OHSAS 18001:2008 yang

terdiri dari lima prinsip.

a. Komitmen dan Kebijakan K3

Manajemen perusahaan memiliki komitmen untuk patuh terhadap peraturan

perundangan K3, mencegah kecelakaan kerja, penyakit akibat kerja, dan pencemaran.

Wewenang yang dimiliki manajemen puncak adalah memberi sanksi kepada

karyawan yang bekerja dan investor di area pabrik tidak menggunakan alat

keselamatan kerja.

b. Perencanaan K3

Perencanaan yang dilakukan perusahaan adalah membuat jadwal rencana

kegiatan yang terdiri dari beberapa kegiatan yang dilakukan oleh divisi yang terkait

untuk menerapkan SMK3 di perusahaan. Perusahaan melakukan identifikasi bahaya,

penilaian risiko, dan pengendalian risiko K3 serta menanggulangi limbah terhadap

pengendalian dampak lingkungan.

c. Pelaksanaan K3

Struktur dan tanggung jawab pelaksanaan SMK3 di perusahaan dengan

dibentuknya tim P2K3 (Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja) yang

merupakan bagian dari divisi keselamatan lingkungan dan damkar. Tim P2K3 adalah

tim yang memiliki kewenangan, tanggung jawab, menyediakan sumber daya manusia,

sarana dan prasarana yang berkaitan tentang pelaksanaan SMK3 dengan manajemen

perusahaan. Program-program yang dilakukan perusahaan sebagai pelaksanaan

(36)

keselamatan, dan program lingkungan. Program keselamatan yang dilakukan

diantaranya memasang rambu-rambu penggunaan alat pelindung diri di setiap area

kerja, rambu-rambu peringatan akan bahaya kerja yang akan terjadi, menerapkan

toolbox meeting, memberikan dan menyediakan alat pelindung diri bagi tenaga kerja

secara gratis, sosialisasi dan rapat panitia pembina keselamatan dan kesehatan kerja

(P2K3), mengadakan pelatihan K3 tentang P3K dan pelatihan tanggap darurat,

melakukan patroli control setiap pagi selama jam kerja, dan penyedian alat pemadam kebakaran di setiap area kerja serta pemberian jalur evakuasi atau jalur hijau.

Program peduli lingkungan yang diterapkan meliputi pengolahan limbah cair dan

penggunaan kembali hasil limbah cair, penyediaan tempat sampah dan area

penghijauan.

d. Pemeriksaan dan tindakan perbaikan K3

Pemeriksaan SMK3 yang dilakukan adalah dengan memantau dan mengukur

faktor lingkungan kerja termasuk peralatan yang digunakan dan dampak terhadap

lingkungan. Pemantauan dan pengukuran meliputi pencatatan informasi dan kejadian

yang terjadi di lapangan secara kualitatif dan kuantitatif, melaksanakan audit K3

secara periodik. Tindakan perbaikan yang dilakukan meliputi patroli kontrol,

mengevaluasi peraturan SMK3 yang diterapkan, melaporkan insiden yang terjadi

dilapangan, mengidentifikasi pelaksanaan perbaikan seperti mendatangkan tim dari

luar untuk pengujian emisi dan sertifikasi peralatan pabrik, melaporkan, perawatan

alat keselamatan seperti alat pemadam kebakaran, dan mengevaluasi tentang

(37)

e. Kaji ulang manajemen K3

Pengkajian ulang manajemen yang diterapkan dilakukan untuk menjamin

kesinambungan antara perencananan, pelaksanaan dan perbaikan berjalan sesuai yang

diharapkan. Pengkajian ulang manajemen dilakukan dengan menyelengarakan rapat

dan tinjauan antara tim P2K3 dengan manajemen puncak seperti direksi dan kepala

divisi lainnya.

Lima prinsip penerapan SMK3 yang telah diterapkan untuk terus dilakukan

perbaikan berkelanjutan oleh manajemen perusahaan. Perbaikan berkelanjutan

dilakukan agar kesinambungan penerapan SMK3 dapat ditingkatkan sehingga

mengurangi angka kecelakan kerja atau mendapatkan zero accident. SMK3 yang diterapkan diberlakukan untuk semua karyawan secara terintegrasi antara mesin,

manusia, material dan lingkungan, sehingga menghasilkan penghargaan zero accident.

Potensi bahaya kerja yang teridentifikasi yaitu dengan kategori dominan low

risk atau L menunjukkan bahwa program SMK3 di lingkungan kerja yang sudah memliki SMK3 dan penghargaan zero accident lebih ditingkatkan dalam

penerapannya agar dapat diminimalisir dan mengantisipasi potensi bahaya yang

akan terjadi. Pengawasan lebih ketat terhadap penerapan SMK3 yaitu dengan

menerapkan juga reward terhadap karyawan yang patuh dan punishment terhadap

karyawan yang melanggar, sehingga karyawan peduli akan keselamatan dan

kesehatan kerja. Peraturan yang lebih ketat terhadap karyawan yang melanggar

(38)

dengan peduli keselamatan dan kesehatan bukan karena unsafe behaviour.

Untuk menerapkan Sistem Manajemen K3, setiap perusahaan diwajibkan

untuk membentuk Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3). P2K3

adalah badan pembantu di tempat kerja yang merupakan wadah kerjasama antara

pengusaha dan pekerja untuk mengembangkan kerjasama, saling pengertian dan

partisipasi efektif dalam penerapan keselamatan dan kesehatan kerja. P2K3

mempunyai tugas memberikan saran dan petimbangan baik diminta maupun tidak,

kepada pengusaha atau pengurus mengenai masalah keselamatan dan kesehatan kerja.

Sastrohadiwiryo (2005) menyatakan sistem manajemen Kesehatan dan

Keselamatan kerja adalah bagian dari sistem manajemen yang mencakup struktur

organisasi, perencanaan, tanggung jawab, pelaksanaan, tata kelola/prosedur, proses

dan sumber daya yang dibutuhkan dalam hal pengembangan, penerapan,

pencapaian, pengkajian, serta pemeliharaan kebijakan kesehatan dan keselamatan

kerja dengan tujuan mengendalikan risiko yang behubungan dengan kegiatan

produksi/kerja untuk menciptakan tempat kerja yang aman, efisien dan produktif

bagi pekerja maupun orang lain yang berada di dalam lingkungan tersebut. Tujuan

dan sistem manajemen K3 adalah menciptakan suatu sistem dengan tujuan untuk

mencegah dan mengurangi kecelakaan serta penyakit yang diakibatkan oleh

pekerjaan, menciptakan lingkungan kerja yang aman, efisien, dan produktif, dimana

program ini merupakan suatu sistem keselamatan dan kesehatan kerja yang

melibatkan unsur manajemen, tenaga kerja, kondisi, dan lingkungan yang

(39)

Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) menurut Joint Committee ILO dan

WHO ialah: “The promotion and maintenance of the highest degree of physical, mental, and social well being of in all occupations; the prevention among workers of departures from health caused bt their working conditions; the protection of

workers in their employment from risks resulting from factors adverse to health; the placing and maintenance of the worker in an occupational environment

adapted to his physiological equipment; to summarize: the adaptation of work to man

and each man to his job” (Dauly, 2010).

Menurut Budiono (2003), Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah: “Suatu

ilmu multi disiplin yang menerapkan upaya pemeliharaan dan peningkatan

kondisi lingkungan kerja, keselamatan dan kesehatan tenaga kerja serta melindungi

tenaga kerja terhadap risiko bahaya dalam melakukan pekerjaannya serta mencegah

terjadinya kerugian akibat kecelakaan kerja, penyakit akibat kerja, kebakaran,

peledakan, dam pencemaran lingkungan.” Sedangkan menurut Depnaker RI (2005),

Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah: “Keselamatan dan kesehatan Kerja adalah

segala daya upaya dan pemikiran yang dilakukan dalam rangka mencegah,

mengurangi dan menanggulangi terjadinya kecelakaan dan dampaknya melalui

langkah-langkan identifikasi, analisa, dan pengendalian bahaya secara tepat dan

melaksanakan perundang - undangan tentang keselamatan dan kesehatan kerja”

(Rizky, 2009).

Dari beberapa definisi tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa keselamatan

(40)

menangani atau mengendalikan bahaya dan risiko yang ada di atau dari tempat kerja,

yang dapat menyebabkan gangguan kesehatan dan atau keselamatan pada pekerja

maupun masyarakat sekitar lingkungan kerja (Tjipto, 2009).

2.2. Lingkungan Kerja

Lingkungan kerja adalah suasana dimana karyawan melakukan aktivitas

setiap harinya. Lingkungan kerja yang kondusif memberikan rasa aman dan

memungkinkan karyawan untuk dapat bekerja optimal. Lingkungan kerja dapat

mempengaruhi emosional karyawan. Jika karyawan menyenangi lingkungan kerja

dimana dia bekerja, maka karyawan tersebut akan betah di tempat kerjanya,

melakukan aktivitasnya sehingga waktu kerja dipergunakan secara efektif.

Palin (2012) menyatakan bahwa: “Lingkungan kerja adalah faktor- faktor

di luar manusia baik fisik maupun non fisik dalam suatu organisasi. Faktor fisik ini

mencakup peralatan kerja, suhu di tempat kerja, kesesakan dan kepadatan,

kebisingan, luas ruang kerja sedangkan non fisik mencakup hubungan kerja yang

terbentuk di perusahaan antara atasan dan bawahan serta antara sesama karyawan”.

Lingkungan kerja itu mencakup hubungan kerja yang terbentuk antara sesama

karyawan dan hubungan kerja antara bawahan dan atasan serta lingkungan fisik

tempat karyawan bekerja. Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kinerja

karyawan adalah lingkungan kerja. Lingkungan kerja yang menyenangkan menjadi

(41)

Lingkungan kerja menurut Nitisemito, dalam Rodhiah (2008) adalah segala

sesuatu yang ada disekitar pekerja dan yang dapat mempengaruhi dirinya dalam

menjalankan tugas-tugas yang dibebankan. Sementara itu, menurut Fieldman dalam

Rodhiah (Jurnal Manajemen, 2008) menjelaskan bahwa lingkungan kerja merupakan

faktor - faktor di luar manusia baik fisik maupun non fisik dalam suatu organisasi

yang pembentukannya terkait dengan kemampuan manusia. Berdasarkan definisi

tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa lingkungan kerja adalah sebuah hal yang

berada di sekitar pekerjaan yang dapat mempengaruhi karyawan dalam

melaksanakan tugas, kondisi kerja, hubungan karyawan di dalam perusahaan dan

kinerja karyawan tersebut.

2.2.1. Lingkungan Kerja Sosial

Lingkungan kerja sosial mencakup hubungan yang terbina dalam perusahaan.

Seorang pegawai bekerja di dalam perusahaan tidak sendiri. Di dalam melakukan

aktivitas, pegawai pasti membutuhkan orang lain. Dengan demikian pegawai wajib

membina hubungan yang baik antara rekan kerja, bawahan maupun atasan karena

pegawai saling membutuhkan. Hubungan kerja yang terbentuk sangat mempengaruhi

psikologis karyawan. Mello (2002) menyatakan bahwa “labor relations is key strategic issue for organizations because the nature of the relationship between the

employeer and can have a significant inpact on morale,motivation and

productivity”. (Hubungan kerja adalah isu strategis kunci bagi organisasi karena sifat

hubungan antara pemberi kerja dan dapat memiliki impact signifikan terhadap moral,

(42)

Komunikasi yang baik merupakan kunci untuk membangun hubungan kerja.

Komunikasi yang buruk dapat menyebabkan kesalahpahaman karena gagal

menyampaikan pikiran dan perasaan satu sama lain. Komunikasi yang baik dapat

digunakan sebagai alat untuk memotivasi prestasi kerja karyawan dan

membangun tim kerja yang solid. Untuk membangun hubungan kerja yang baik,

menurut Mangkunegara (2003) diperlukan: “(1) pengaturan waktu, (2) tahu

posisi diri, (3) adanya kecocokan, (4) menjaga keharmonisan, (5) pengendalian

desakan dalam diri, (6) memahami dampak kata-kata atau tindakan anda pada

diri orang lain, (7) jangan mengatur orang lain sampai anda mampu mengatur diri

sendiri, (8) tidak mengumbar kemarahan pada orang lain, (9) besikap bijak dan

bijaksana”. Hal ini menunjukkan bahwa untuk membangun hubungan kerja yang

baik diperlukan pengendalian emosional dengan baik di tempat kerja.

Mangkunegara (2009) menyatakan bahwa “untuk menciptakan hubungan

relasi kerja yang harmonis dan efektif, pimpinan dan manajer perlu (1) meluangkan

waktu untuk mempelajari aspirasi-aspirasi emosi karyawan dan bagaimana mereka

berhubungan dengan tim kerja serta (2) menciptakan suasana, memperhatikan dan

memotivasi kreativitas”. Dari pernyataan ini dapat kita simpulkan bahwa pengelolaan

hubungan kerja dan pengendalian emosional di tempat kerja itu sangat perlu untuk

diperhatikan karena akan memberikan dampak terhadap prestasi kerja karyawan. Hal

ini disebabkan karena manusia itu bekerja bukan sebagai mesin.

Manusia mempunyai perasaan untuk dihargai dan bukan bekerja untuk uang

(43)

segalanya. Menusia bekerja untuk mendapatkan lebih dari sekedar uang, manusia

memerlukan penghargaan dari perusahaan, memiliki hubungan yang baik dengan

sesama karyawan dan manajer serta memiliki pekerjaan yang layak. Jadi uang bukan

merupakan alat motivasi yang utama untuk meningkatkan prestasi kerja karyawan

sebaliknya hubungan kerja yang baik di lingkungan perusahaan merupakan kunci

utama untuk mendapatkan kepercayaan dan loyalitas karyawan yang pada akhirnya

memberikan dampak positif terhadap prestasi kerja karyawan.

2.2.2. Lingkungan Kerja Fisik

Lingkungan kerja fisik adalah tempat kerja karyawan melakukan aktivitasnya.

Lingkungan kerja fisik mempengaruhi semangat dan emosi kerja karyawan. Faktor -

faktor fisik ini mencakup suhu udara di tempat kerja, luas ruang kerja, kebisingan,

kepadatan, dan kesesakan. Faktor-faktor fisik ini sangat mempengaruhi tingkah laku

manusia. Robbins (2002) menyatakan bahwa “faktor-faktor yang mempengaruhi

lingkungan kerja fisik adalah:

a. Suhu

Suhu adalah satu variabel dimana terdapat perbedaan individual yang besar.

Suhu yang nyaman bagi seseorang mungkin merupakan neraka bagi orang lain.

Dengan demikian untuk memaksimalkan produktivitas, adalah penting bahwa

karyawan bekerja di suatu lingkungan dimana suhu diatur sedemikian rupa sehingga

berada di antara rentang kerja yang dapat diterima setiap individu.

b. Kebisingan

(44)

konstan atau dapat diramalkan pada umumnya tidak menyebabkan penurunan kinerja

sebaliknya efek dari suara-suara yang tidak dapat diramalkan memberikan pengaruh

negatif dan mengganggu konsentrasi karyawan.

c. Penerangan

Bekerja pada ruang yang gelap dan samara-samar akan menyebabkan

ketegangan pada mata. Intensitas cahaya yang tepat dapat membantu karyawan

dalam memperlancar aktivitas kerjanya. Tingkat yang tepat dari intensitas cahaya

juga tergantung pada usia karyawan. Pencapaian kinerja pada tingkat penerangan

yang lebih tinggi adalah lebih besar untuk karyawan yang lebih tua dibanding

yang lebih muda.

d. Mutu Udara

Merupakan fakta yang tidak bisa disangkal bahwa jika menghirup udara

tercemar membawa efek yang merugikan pada kesehatan pribadi. Udara yang

tercemar dapat mengganggu kesehatan pribadi keryawan. Udara yang tercemar di

lingkungan kerja dapat menyebabkan sakit kepala, mata perih, kelelahan, lekas marah

dan depresi.

Faktor lainnya yang mempengaruhi lingkungan kerja fisik adalah rancangan

ruang kerja. Rancangan ruang kerja yang baik dapat menimbulkan kenyaman bagi

karyawan di tempat kerjanya. Faktor - faktor dari rancangan ruang kerja tersebut

menurut Robbins (2002) terdiri atas :

a. Ukuran ruang Kerja

(45)

sempit dan membuat karyawan sulit bergerak akan menghasilkan kinerja yang lebih

rendah jika dibanding dengan karyawan yang memiliki ruang kerja yang luas.

b. Pengaturan

Jika ukuran ruang kerja merujuk pada besarnya ruangan per karyawan,

pengaturan merujuk pada jarak antara orang dan fasilitas. Pengaturan ruang kerja itu

penting karena sangat mempengaruhi interaksi sosial. Orang lebih mungkin

berinteraksi dengan individu - individu yang dekat secara fisik. Oleh karena itu lokasi

kerja karyawan mempengaruhi informasi yang ingin diketahui.

c. Privasi

Privasi dipengaruhi oleh dinding, partisi dan sekatan-sekatan fisik lainnya.

Kebanyakan karyawan menginginkan tingkat privasi yang besar dalam pekerjaan

mereka (khususnya dalam posisi manajerial, dimana privasi diasosiasikan dalam

status). Namun kebanyakan karyawan juga menginginkan peluang untuk berinteraksi

dengan rekan kerja, yang dibatasi dengan meningkatnya privasi. Keinginan akan

privasi itu kuat dipihak banyak orang. Privasi membatasi gangguan yang terutama

sangat menyusahkan orang - orang yang melakukan tugas-tugas rumit.

Lingkungan Kerja merupakan salah satu faktor penting dalam menciptakan

kinerja karyawan. Karena Lingkungan kerja mempunyai pengaruh langsung terhadap

karyawan didalam menyelesaikan pekerjaan yang pada akhirnya akan meningkatkan

kinerja oragnisasi. Suatu kondisi lingkungan kerja dikatakan baik apabila karyawan

dapat melaksanakan kegiatan secara optimal, sehat, aman, dan nyaman. Oleh karena

(46)

keberhasilan pencapaian tujuan organisasi. Sebaliknya apabila lingkungan kerja yang

tidak baik akan dapat menurunkan motivasi serta semangat kerja dan akhirnya dapat

menurunkan kinerja karyawan.

Sedarmayanti (2001) menyatakan bahwa secara garis besar, jenis lingkungan

kerja terbagi menjadi 2 yaitu:

1. Lingkungan Kerja Fisik

Lingkungan kerja fisik adalah semua keadaan berbentuk fisik yang terdapat di

sekitar tempat kerja yang dapat mempengaruhi karyawan baik secara langsung

maupun secara tidak langsung (Sedarmayanti, 2001). Menurut Nitisemito (2002)

Lingkungan kerja fisik adalah segala sesuatu yang ada di sekitar para pekerja

yang dapat mempengaruhi dirinya dalam menjalankan tugas-tugas yang

dibebankan, misalnya penerangan, suhu udara, ruang gerak, keamanan,

kebersihan, musik dan lain-lain. Berdasarkan definisi tersebut bahwa lingkungan

kerja fisik adalah segala sesuatu yang ada di sekitar tempat kerja karyawan lebih

banyak berfokus pada benda-benda dan situasi sekitar tempat kerja sehingga

dapat mempengaruhi karyawan dalam melaksanakan tugasnya. Faktor-faktor

lingkungan kerja fisik yaitu pewarnaan, penerangan, udara, suara bising, ruang

gerak, keamanan, kebersihan.

2. Lingkungan Kerja Non Fisik

Lingkungan kerja non fisik adalah semua keadaan yang terjadi yang berkaitan

dengan hubungan kerja, baik hubungan dengan atasan maupun hubungan dengan

(47)

2001). Lingkungan kerja non fisik ini tidak kalah pentingnya dengan lingkungan

kerja fisik. Semangat kerja karyawan sangat dipengaruhi oleh keadaan lingkungan

kerja non fisik, misalnya hubungan dengan sesama karyawan dan dengan

pemimpinnya. Apabila hubungan seorang karyawan dengan karyawan lain dan

dengan pimpinan berjalan dengan sangat baik maka akan dapat membuat karyawan

merasa lebih nyaman berada di lingkungan kerjanya.

Ada 5 aspek lingkungan kerja non fisik yang bisa mempengaruhi

perilaku karyawan, yaitu:

1. Struktur kerja, yaitu sejauh mana bahwa pekerjaan yang diberikan

kepadanya memiliki struktur kerja dan organisasi yang baik.

2. Tanggung jawab kerja, yaitu sejauh mana pekerja merasakan bahwa pekerjaan

mengerti tanggung jawab mereka serta bertanggung jawab atas tindakan mereka.

3. Perhatian dan dukungan pemimpin, yaitu sejauh mana karyawan merasakan

bahwa pimpinan sering memberikan pengarahan, keyakinan, perhatian serta

menghargai mereka.

4. Kerja sama antar kelompok, yaitu sejauh mana karyawan merasakan ada

kerjasama yang baik diantara kelompok kerja yang ada.

5. Kelancaran komunikasi, yaitu sejauh mana karyawan merasakan adanya

komunikasi yang baik, terbuka, dan lancar, baik antara teman sekerja ataupun

(48)

2.3. Perilaku

Geller (2001) menyatakan bahwa perilaku itu mengacu pada tingkah laku atau

tindakan individu yang dapat diamati oleh orang lain. Dengan kata lain, perilaku

adalah apa yang seseorang katakan atau lakukan yang merupakan hasil dari

pikirannya, perasaannya, atau diyakininya. Perilaku manusia menurut Dolores dan

Johnson (dalam Anggraini, 2011) adalah sekumpulan perilaku yang dimiliki oleh

manusia dan dipengaruhi oleh adat, sikap, emosi, nilai, etika, kekuasaan, persuasi,

dan atau genetika.

Faktor penentu perilaku terbagi atas 2 bagian yakni faktor internal, yaitu

karakteristik orang yang bersangkutan yang bersifat bawaan dan berfungsi untuk

mengolah rangsangan dari luar, misalnya tingkat pengetahuan, kecerdasan, persepsi,

emosi, motivasi, jenis kelamin, dan sebagainya dan faktor eksternal, meliputi

lingkungan sekitar, baik fisik maupun non-fisik, seperti iklim, manusia, sosial,

budaya, ekonomi, politik, kebudayaan dan sebagainya. Faktor lingkungan ini sering

merupakan faktor yang dominan mewarnai perilaku seseorang.

Dalam pengertian umum perilaku adalah segala perbuatan atau tindakan yang

dilakukan mahluk hidup dan pada dasarnya perilaku dapat diamati melalui sikap dan

tindakan. Namun demikian tidak berarti bahwa perilaku hanya dapat dilihat dari

sikap dan tindakannya. Perilaku juga bersifat potensial, yakni dalam bentuk

pengetahuan, motivasi dan persepsi. Perilaku sebagai perefleksian faktor-faktor

kejiwaan seperti : keinginan, minat, kehendak, pengetahuan, emosi, sikap, motivasi,

(49)

fisik, sosio, masyarakat dan sebagainya (Notoatmodjo, 2003). Perilaku manusia

cenderung bersifat holistik (menyeluruh). Hal ini dapat diartikan bahwa sulit untuk

dibedakan yang mana faktor yang mempengaruhi dan berkontribusi dalam

pembentukan perilaku manusia.

Skinner seorang ahli psikologi, merumuskan bahwa perilaku merupakan

proses atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Oleh karena

perilaku ini terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap organisme, dan kemudian

organisme tersebut merespons, maka teori Skinner ini disebut teori “S-O-R” atau

Stimulus-Organisme-Respons. Skinner membedakan adanya dua respons, yaitu:

1. Respondent response atau reflexive, yakni respons yang ditimbulkan oleh

rangsangan-rangsangan (stimulus) tertentu. Stimulus semacam ini disebut

elicting stimulation karena menimbulkan respons-respons yang relatif tetap.

Respondent response ini juga mencakup perilaku emosional.

2. Operant response atau instrumental respons, yakni respons yang timbul dan

berkembang, kemudian diikuti oleh stimulus atau perangsang tertentu.

Perangsang ini disebut reinforcing stimulation karena memperkuat atau

reinforce, karena memperkuat respon.

Dilihat dari bentuk respons terhadap stimulus ini, maka perilaku dapat

dibedakan menjadi dua:

1. Perilaku Tertutup (covert behavior)

Respons seseorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung atau tertutup

(50)

persepsi, pengetahuan atau kesadaran, dan sikap yang terjadi pada orang yang

menerima stimulus tersebut, dan belum dapat diamati secara jelas oleh orang lain.

2. Perilaku Terbuka (overt behavior)

Respons seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau

terbuka. Respons terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan atau

praktik, yang dengan mudah dapat diamati atau dilihat oleh orang lain.

2.3.1. Pembentukan Perilaku

Notoatmodjo (2003) menyebutkan faktor yang memegang peranan didalam

pembentukan perilaku, yaitu: faktor intern dan ekstern. Faktor intern berupa

kecerdasan, persepsi, motivasi, minat, emosi, dan sebagainya untuk mengolah

pengaruh-pengaruh dari luar. Faktor ekstern meliputi objek, orang, kelompok dan

hasil-hasil kebudayaan yang dijadikan sasaran dalam mewujudkan bentuk

perilakunya. Kedua faktor tersebut akan dapat terpadu menjadi perilaku yang selaras

dengan lingkungan apabila perilaku tersebut dapat diterima oleh lingkungannya dan

dapat diterima oleh individu yang bersangkut an.

Reason (1997) mengungkapkan bahwa adanya saling mempengaruhi antara

faktor psikologis dan faktor situasi dalam perilaku manusia dimana faktor

manusia dipengaruhi faktor internal yaitu: faktor yang berkaitan dengan diri perilaku,

seperti : kebutuhan, motivasi, kepribadian, harapan, pengetahuan, persepsi, dan faktor

eksternal yaitu faktor yang berasal dari luar diri perilaku atau dari lingkungan

sekitarnya, seperti: kelompok, organisasi, atasan, teman, orang tua, dan lain-lain

Gambar

Gambar 2.1 Kerangka Teori Ramsey
Gambar. 2.2. Kerangka Konsep Penelitian
Tabel 3.1. Jumlah Karyawan pada Setiap Rig di PT PDSI Rantau Aceh
Tabel 3.3. Aspek Pengukuran Variabel Penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait

Sumber: PT. Pati Sari Aceh Tamiang.. Tabel 3.1 menunjukan rata-rata tingkat punishment pada perusahaan PT. Dan dapat disimpulkan bahwa tingkat komitmen atau kedisiplinan

menyelesaikan skripsi dengan judul “ Analisis Jabatan yang Tepat untuk Meningkatkan Efektivitas Kerja pada PT.PERTAMINA EP Field Rantau Aceh Tamiang .”..

Menurut Salafudin, dkk 2013 dalam penelitiannya menunjukkan bahwa penerapan sistem manajemen K3 pada PT PLN Persero area pengatur distribusi Jawa Tengan & D.I Yogyakarta telah

Berdasarkan hasil penelitian ini maka dapat disimpulkan bahwa perilaku perawat dalam penerapan manajemen Kesehatan Dan Keselamatan Kerja (K3) ditinjau dari faktor

kecelakaan kerja, yang merupakan cerminan dari perilaku pekerja terhadap..

Bekerja sesuai dengan Standar operasi prosedur kerja yang telah ditetapkan untuk keselamatan dan kesehatan pekerja. 4 Fasilitas isi kotak P3K

ANALISIS PENGETAHUAN, PENERAPAN DAN PENGAWASAN K3 TERHADAP SISTEM MANAJEMEN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA (SMK3) DI PT MUJUR LESTARI LABUHAN BATU SELATAN TESIS OLEH HOTBONA NOVANDI

PENGARUH PELATIHAN DAN DISIPLIN KERJA TERHADAP KINERJA KARYAWAN PADA PT PERKEBUNAN PATI SARI, KECAMATAN.. TENGGULUN DI