• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Budaya Organisasi Terhadap Stres Kerja Pegawai Negeri Sipil Di Kanwil Kementrian Agama Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Budaya Organisasi Terhadap Stres Kerja Pegawai Negeri Sipil Di Kanwil Kementrian Agama Medan"

Copied!
131
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH BUDAYA ORGANISASI TERHADAP STRES

KERJA PEGAWAI NEGERI SIPIL DI KANWIL

KEMENTRIAN AGAMA MEDAN

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi persyaratan

Ujian Skripsi Psikologi

Oleh:

SAHRANI SIHOTANG

081301107

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

LEMBAR PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi saya yang berjudul:

Pengaruh Budaya Organisasi Terhadap Stres Kerja Pegawai Negeri Sipil Di Kanwil Kementrian Agama Medan

Adalah hasil karya sendiri dan belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi manapun.

Adapun bagian-bagian tertentu dalam penulisan skripsi ini saya kutip dari hasil karya orang lain yang telah dituliskan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah, dan etika penulisan ilmiah.

Apabila di kemudian hari ditentukan adanya kecurangan di dalam skripsi ini, saya bersedia menerima sanksi dari Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Medan, Januari 2013

(3)

Pengaruh Budaya Organisasi terhadap Stres Kerja Pegawai Negeri Sipil di Kanwil Kementrian Agama Medan

Sahrani Sihotang & Emmy Mariatin

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh budaya organisasi terhadap stres kerja pegawai. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif yang

bersifat korelasional. Subjek yang digunakan dalam penelitian ini adalah Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang bekerja di instansi pemerintah Kanwil Kementrian Agama (Kemenag) Medan yang berjumlah 93 orang yang diambil dari populasi. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah dua buah skala yaitu, skala budaya organisasi (Denison & Mishra, 1995), dan skala stres menurut Behr dan Newman (dalam Rice, 1999). Skala budaya organisasi memiliki nilai reliabilitas (rxx’=0,960) dan skala stres kerja (rxx’ = 0,916).

Metode analisis data yang digunakan adalah regresi sederhana. Hasil analisis data menunjukkan bahwa ada pengaruh negatif budaya organisasi terhadap stres kerja. Pengaruh ini mengindikasikan bahwa semakin kuat budaya organisasi maka akan semakin rendah tingkat stres kerja pada pegawai. Serta budaya organisasi memberikan sumbangan efektif sebesar 25,6 % dalam menurunkan stres kerja pada pegawai.

(4)

Influence of Organizational Culture on Job Stress Among Employees in Kanwil Kementrian Agama (Kemenag) Medan

Sahrani Sihotang & Emmy Mariatin

ABSTRAK

This research was conducted to investigate the influence of organizational culture on job stress among employees. This study uses quantitative methods are correlational. Data were gathered from 93 civil servant workers in Kanwil Kementrian Agama (Kemenag) Medan, which collected by population. Measuring instruments used in this study were two scales is, organizational culture (Denison & Mishra, 1995), and job stress (Behr & Newman, in Rice 1999). Organizational culture scales has a value of reliability (rxx’= 0,960) and job stress scales has a value of reliability (rxx’ = 0,916).

The data were analyzed by using simple regression method. The result showed that organizational culture have a significant/negative effect on job stress among employees. The influence indicated that strong organizational culture will be followed by the lower the stress level among employees. Organizational culture give 25,6 % effective contribution in reducing job stress among employees.

(5)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT atas rahmat dan kasih karunia-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi ini guna memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan di Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara serta meraih gelar Strata 1 (S1).

Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, baik dari masa perkuliahan sampai penyusunan skripsi ini sangatlah sulit bagi saya untuk menyelesaikan skripsi ini. Untuk itu penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Ibu Prof. Dr. Irmawati, M.Si, psikolog selaku dekan Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara

2. Ibu Emmy Mariatin, M.A., PhD., psikolog, selaku dosen pembimbing saya yang selalu penuh kesabaran dalam membimbing serta menyediakan waktu ditengah kesibukannya.

3. Pak Eka Danta Jaya Ginting, MA, psikolog selaku penguji 2. Terimakasih atas masukannya yang sangat bermanfaat bagi saya

4. Pak Ferry Novliadi, M.Si selaku proffesional judgement sekaligus penguji 3. Terimakasih atas koreksi masukan untuk skala uji coba saya, sangat bermanfaat.

(6)

6. Kepada kedua orangtua saya Abdul Rahman Sihotang dan Maswarni Pasaribu yang selalu memberikan yang terbaik bagi saya

7. Kepada Kakak (Henni Rahmawani Sihotang, SE), Abang (Arif Gunawan Sihotang), dan Adik (Armahas Sihotang). Terimakasih dukungannya 8. Kepada Bapak Drs. H. Ahmad Hanafi selaku Kabag TU Kanwil

Kementrian Agama Medan yang sudah memberikan ijin penelitian

kepada saya. Terimakasih om atas kemudahannya

9. Kepada pasangan yang selalu mendukung saya selama ini, yaitu Muhlis

Fahdiar Sembiring, SH.,MKn

10.Sahabat-sahabat tersayang yang selalu memberi memberi dukungan, yaitu: Puspa, Winda, Vina, Eka, Olip

11.Sahabat seperjuangan di Psikologi yang selalu memberi masukan, yaitu: Wulan, Dini, Dewi

12.Kepada teman-teman angkatan 2008 yang tidak bisa disebutkan namanya satu persatu

13.Kepada Hitler (2008) yang sudah memberi aplikasi IBM SPSS Ver.20.

Akhir kata, penulis berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas segala kebaikan saudara-saudara semua. Dan semoga skripsi ini membawa manfaat bagi rekan-rekan semua.

Medan, Januari 2014

(7)

DAFTAR ISI

E. Sistematika Penulisan... 10

BAB II LANDASAN TEORI ... 12

1. Definisi Budaya Organisasi... 17

2. Fungsi Budaya Organisasi... 20

3. Dimensi Budaya Organisasi ... 21

C. Pengaruh Budaya Organisasi terhadap Stres Kerja ... 22

(8)

BAB III METODE PENELITIAN... 26

A. Identifikasi Variabel Penelitian ... 26

B. Definisi Operasional... 26

C. Lokasi Penelitian ... 28

D. Populasi Penelitian ... 28

E. Metode Pengumpulan Data ... 29

1. Skala Stres Kerja ... 29

2. Skala Budaya Organisasi... 31

F. Uji Coba Alat Ukur ... 34

1. Validitas Alat Ukur ... 34

2. Uji Daya Beda Aitem ... 34

3. Reliabilitas Alat Ukur ... 35

4. Hasil Uji Coba Alat Ukur ... 35

G. Prosedur Pelaksanaan Penelitian ... 41

1. Tahap Persiapan Penelitian ... 41

2. Tahap Pelaksanaan Penelitian ... 42

3. Tahap Pengolahan Data... 42

H. Metode Analisis Data ... 43

1. Uji Normalitas ... 43

2. Uji Linieritas ... 43

BAB IV ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN ... 45

A. Gambaran Umum Subjek Penelitian ... 45

1. Gambaran Subjek Berdasarkan Jenis Kelamin ... 45

2. Gambaran Subjek Berdasarkan Usia ... 46

3. Gambaran Subjek Berdasarkan Masa Kerja ... 47

B. Hasil Penelitian ... 48

1. Hasil Uji Asumsi ... 48

a. Uji Normalitas ... 48

(9)

2. Hasil Utama Penelitian ... 53

a. Hasil Analisis Data ... 53

b. Nilai Empirik dan Nilai Hipotetik Data Penelitian ... 55

C. Pembahasan Hasil Penelitian ... 58

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 63

A. Kesimpulan ... 63

B. Saran ... 64

(10)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Skor Alternatif Jawaban Skala ... 30

Tabel 2 Blue Print Skala Stres Kerja Sebelum Uji Coba ... 31

Tabel 3 Skor Alternatif Jawaban Skala ... 32

Tabel 4 Blue Print Skala Budaya Organisasi Sebelum Uji Coba... 33

Tabel 5 Aitem yang Memiliki Daya Beda Tinggi Skala Stres Kerja ... 36

Tabel 6 Penomoran Aitem Skala Stres Kerja dalam Penelitian ... 37

Tabel 7 Tabel yang Memiliki Daya Beda Aitem Tinggi pada Skala Budaya Organisasi... 38

Tabel 8 Penomoran Aitem Skala Budaya Organisasi dalam Penelitian ... 39

Tabel 9 Gambaran Subjek Berdasarkan Jenis Kelamin ... 45

Tabel 10 Gambaran Subjek Berdasarkan Usia ... 46

Tabel 11 Gambaran Subjek Berdasarkan Masa Kerja... 47

Tabel 12 Normalitas Sebaran Variabel Stres Kerja dan Budaya Organisasi 49 Tabel 13 Hasil Pengujian Linieritas ... 51

Tabel 14 Hasil Ringkasan Uji Hipotesis ... 53

Tabel 15 Nilai Empirik dan Nilai Hipotetik Budaya Organisasi... 55

Tabel 16 Nilai Empirik dan Nilai Hipotetik Stres Kerja ... 56

Tabel 17 Kategorisasi Data Hipotetik Budaya Organisasi ... 57

(11)

DAFTAR GRAFIK

Grafik 1 Grafik Normalitas Pengaruh Budaya Organisasi Terhadap Stres Kerja ... 50 Grafik 2 Grafik Linieritas Pengaruh Budaya Organisasi Terhadap Stres

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Skala Uji Coba ... 70

Lampiran 2 Skala Penelitian ... 79

Lampiran 3 Uji Daya Beda dan Reliabilitas Aitem ... 86

Lampiran 4 Hasil Olah Data Penelitian ... 98

Lampiran 5 Data Demografik ... 102

(13)

Pengaruh Budaya Organisasi terhadap Stres Kerja Pegawai Negeri Sipil di Kanwil Kementrian Agama Medan

Sahrani Sihotang & Emmy Mariatin

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh budaya organisasi terhadap stres kerja pegawai. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif yang

bersifat korelasional. Subjek yang digunakan dalam penelitian ini adalah Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang bekerja di instansi pemerintah Kanwil Kementrian Agama (Kemenag) Medan yang berjumlah 93 orang yang diambil dari populasi. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah dua buah skala yaitu, skala budaya organisasi (Denison & Mishra, 1995), dan skala stres menurut Behr dan Newman (dalam Rice, 1999). Skala budaya organisasi memiliki nilai reliabilitas (rxx’=0,960) dan skala stres kerja (rxx’ = 0,916).

Metode analisis data yang digunakan adalah regresi sederhana. Hasil analisis data menunjukkan bahwa ada pengaruh negatif budaya organisasi terhadap stres kerja. Pengaruh ini mengindikasikan bahwa semakin kuat budaya organisasi maka akan semakin rendah tingkat stres kerja pada pegawai. Serta budaya organisasi memberikan sumbangan efektif sebesar 25,6 % dalam menurunkan stres kerja pada pegawai.

(14)

Influence of Organizational Culture on Job Stress Among Employees in Kanwil Kementrian Agama (Kemenag) Medan

Sahrani Sihotang & Emmy Mariatin

ABSTRAK

This research was conducted to investigate the influence of organizational culture on job stress among employees. This study uses quantitative methods are correlational. Data were gathered from 93 civil servant workers in Kanwil Kementrian Agama (Kemenag) Medan, which collected by population. Measuring instruments used in this study were two scales is, organizational culture (Denison & Mishra, 1995), and job stress (Behr & Newman, in Rice 1999). Organizational culture scales has a value of reliability (rxx’= 0,960) and job stress scales has a value of reliability (rxx’ = 0,916).

The data were analyzed by using simple regression method. The result showed that organizational culture have a significant/negative effect on job stress among employees. The influence indicated that strong organizational culture will be followed by the lower the stress level among employees. Organizational culture give 25,6 % effective contribution in reducing job stress among employees.

(15)

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Persaingan yang semakin tajam sebagai dampak globalisasi dan perkembangan ilmu dan teknologi (IPTEK) mengharuskan suatu organisasi melakukan usaha peningkatan mutu dan menciptakan keunggulan kompetitif yang bisa menjamin kelangsungan hidup sumber daya manusia dan perkembangan organisasi.

Globalisasi adalah sesuatu yang tidak dapat dihindari dan memberikan dampak terhadap semua aspek kehidupan, termasuk dalam lingkungan organisasi. Dengan adanya perubahan pada lingkungan organisasi, maka hal tersebut akan memberikan dampak kepada sumber daya manusia suatu organisasi (Kendall, et al, 2000). Dampak tersebut harus menjadi perhatian suatu organisasi karena

sumber daya manusia merupakan aset yang penting bagi suatu organisasi untuk mencapai tujuan organisasi (Nawawi, 2006).

Pesatnya perkembangan ilmu dan teknologi di bidang industri membawa dampak pada masyarakat secara umum, termasuk pada pegawai yang terlibat dalam organisasi. Akibatnya, pegawai memiliki tuntutan yang lebih tinggi untuk lebih meningkatkan kinerjanya. Ketika individu yang tidak dapat menyesuaikan diri dengan perkembangan tersebut, maka akan mudah mengalami stres (Ie, 2004).

(16)

kerja, termasuk pegawai negeri sipil (PNS). Pegawai Negeri Sipil (PNS) merupakan salah satu sumber daya manusia sebagai pelaksana sistem pemerintahan di Indonesia. Pegawai Negeri Sipil pada dasarnya adalah sebagai tulang punggung pemerintah. Pegawai Negeri Sipil (PNS) berperan sebagai penghubung antara negara dengan rakyat (Musanef, 1986). Oleh karena itu Pegawai Negeri Sipil (PNS) dituntut untuk mampu beradaptasi terhadap perubahan lingkungan agar roda pemerintahan dapat berjalan dengan baik.

Pada lingkungan kerja, seringkali dijumpai individu atau kelompok individu yang bekerja sebagai pegawai negeri sipil (PNS) baik secara langsung maupun tidak langsung, tidak menunjukkan ciri-ciri yang sesuai dengan tuntutan lingkungan tersebut. Berdasarkan survei yang dilakukan oleh Political and Economic Risk Consultancy pada tahun 2013, dimana kinerja Pegawai Negeri

Sipil yang berada di Indonesia menempati urutan yang terburuk se-Asia setelah India (asiarisk.com, 2013).

Hasil survey yang menunjukkan bahwa PNS Indonesia memiliki kualitas buruk bisa jadi disebabkan oleh adanya benturan-benturan, ketegangan, tekanan atau penyesuaian dirinya yang kurang harmonis dengan lingkungan yang pada akhirnya menimbulkan stres. Sejalan dengan pendapat Sarafino (1994) yang mengatakan bahwa stres terjadi ketika individu berhubungan dengan lingkungan dan merasakan ketidaksesuaian antara tuntutan sosial dengan sumber daya biologis, fisiologis, dan sosial yang dimilikinya.

(17)

sering terlihat seperti tidak masuk kerja, datang terlambat, pekerjaan yang tidak diselesaikan dengan baik, dan pelanggaran lainnya (Harianterbit.com, 2013).

Adanya pelanggaran yang dilakukan oleh PNS tersebut bisa jadi disebabkan adanya stres kerja yang dialami pegawai. Karena menurut Behr dan Newman (dalam Rice, 1992), ketika seseorang mengalami stres kerja maka seseorang akan menunjukkan gejala perilaku seperti menunda pekerjaan, menghindari pekerjaan, peningkatan absensi, dan sebagainya.

Salah satu instansi pemerintah yaitu Kanwil Kementrian Agama (Kemenag) Medan pada prinsipnya berpijak pada prinsip mewujudkan masyarakat Indonesia yang taat beragama, rukun, cerdas, mandiri, dan sejahtera lahir batin (kemenag.go.id, 2013). Maka dengan demikian Kanwil Kementrian Agama (Kemenag) sangat memperhatikan bagaimana perkembangan lingkungan organisasi.

Berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu pegawai di Kanwil Kementrian Agama (Kemenag) Medan, dapat dikatakan bahwa sebagian besar stres yang terjadi di Kanwil Kementrian Agama (Kemenag) Medan adalah adanya beban tugas yang harus dilakukan oleh masing-masing individu. Hal tersebut dikarenakan banyaknya tugas-tugas pokok organisasi, salah satunya apabila sudah memasuki akhir tahun dalam penyusunan laporan pertanggung jawaban kegiatan keuangan, pendataan pernikahan masyarakat, pelaksanaan haji setiap tahun, penyusunan kurikulum pendidikan, dan sebagainya.

(18)

karyawan. Tingkat stres yang rendah sampai sedang dapat mempunyai pengaruh positif terhadap kinerja karyawan, karena dapat meningkatkan daya dorong atau semangat, serta menambah motivasi diri sehingga dapat meningkatkan kinerja (Gibson et al, 1996).

Tingkat stres yang tinggi dan berkepanjangan dapat berdampak negatif, merusak, dan secara potensial berbahaya. Pada tingkat ini, stres akan mengganggu pelaksanaan pekerjaan, karyawan kehilangan kemampuan untuk mengendalikannya, sehingga tidak mampu untuk mengambil keputusan‐keputusan dan perilakunya menjadi tidak teratur, dampak selanjutnya adalah menurunnya kinerja karyawan tersebut (Gibson, 1996). Dengan demikian dapat dikatakan bahwa dalam kadar tertentu stres juga diperlukan bagi seseorang untuk bisa meningkatkan kualitas pekerjaanya.

Pada saat kinerja karyawan mengalami penurunan, maka pencapaian tujuan organisasi juga akan terganggu. Sejalan dengan pendapat yang dikemukakan oleh Steers (1985) bahwa tanpa kinerja yang baik disemua tingkatan organisasi, maka pencapaian tujuan dan keberhasilan organisasi menjadi sesuatu yang sangat sulit bahkan mustahil.

Lazarus & Folkman (dalam Rhoades& Eisenberger, 2002) mengemukakan bahwa stres mengacu pada ketidakmampuan individu dalam mengatasi tuntutan dari lingkungan. Stres dapat juga didefinisikan sebagai suatu keadaan tertekan, baik secara fisik maupun psikologis (Chapplin, 1999).

(19)

psikologis, yang merupakan konsekuensi setiap tindakan dari luar (lingkungan), situasi, atau peristiwa yang menetapkan permintaan psikologi atau fisik berlebihan kepada seseorang (Gibson, et.al, 1996).

Menurut Robbins (2003), sumber stres dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu faktor lingkungan, faktor organisasi, dan faktor individu. Segala hal yang berasal dari lingkungan dan organisasi bisa menjadi pemicu stres yang dialami oleh seseorang. Pendapat tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan Luthans (1998) yang mengatakan bahwa pemicu stres bisa berasal dari interaksi seseorang dengan pekerjaan dan lingkungan kerjanya yang tidak nyaman.

Menurut pendapat Ivancevich dan Donnely (dalam Luthans, 1998), stres kerja dipengaruhi oleh kondisi organisasi, seperti penetapan arah dan kebijaksanaan organisasi, perubahan strategi organisasi, dan keuangan, tuntutan kerja, tanggung jawab atas orang lain, perubahan waktu kerja, hubungan yang kurang baik antar kelompok kerja dan konflik peran (Luthans, 1998).

(20)

Menurut Robbins (2006), budaya organisasi merupakan suatu sistem makna bersama yang dianut oleh anggota-anggota organisasi yang membedakan organisasi itu dari organisasi-organisasi lain. Selanjutnya Schein (1992) menyatakan bahwa budaya organisasi merupakan asumsi-asumsi dasar yang dipelajari baik sebagai hasil memecahkan masalah yang timbul dalam proses penyesuaian dengan lingkungannya, maupun sebagai hasil memecahkan masalah yang timbul dari dalam organisasi, antarunit-unit organisasi yang berkaitan dengan integrasi. Budaya timbul sebagai hasil belajar bersama dari para anggota organisasi agar dapat tetap bertahan.

Budaya organisasi ialah salah satu unsur penting dalam sebuah organisasi (Schein, 1992). Budaya organisasi menunjukkan suatu nilai-nilai, kepercayaan dan prinsip-prinsip yang mendasari suatu sistem manajemen organisasi (Denison, 1990). Fungsi budaya organisasi untuk memecahkan masalah yang berkaitan dengan internal maupun eksternal organisasi. Dikatakan bahwa budaya organisasi yang kuat dapat membantu melancarkan aktivitas organisasi dalam pencapaian tujuannya (Robbins, 2006).

(21)

dikembangkan dalam organisasi dapat dijadikan pedoman tingkah laku bagi anggota organisasi (Mangkunegara, 2005).

Setiap organisasi memiliki budaya organisasi yang unik yang dapat membedakan organisasinya dengan organisasi lain (Robbins, 2006). Kanwil Kementrian Agama (Kemenag) Medan juga memiliki budaya organisasi. Berdasarkan wawancara dengan pegawai Kanwil Kementrian Agama (Kemenag) Medan maka dapat digambarkan aspek budaya organisasi yang ada di dalam Kemenag, yaitu aspek involvement (keterlibatan) dimana para pegawai diberikan kesempatan untuk mengeluarkan pendapat dalam pengambilan keputusan dalam organisasi. kemudian aspek consistency (kekonsistenan) dimana organisasi selalu memegang teguh terhadap nilai-nilai dan peraturan organisasi.

Aspek adaptability (adaptabilitas) yaitu organisasi selalu memperhatikan segala perubahan lingkungan, dan organisasi selalu berusaha memperbaiki segala kekurangan untuk bisa memberikan pelayanan lebih baik kepada masyarakat. Selanjutnya aspek mission (misi) yaitu adanya misi yang jelas dalam organisasi, yaitu salah satunya untuk meningkatkan kualitas kehidupan beragama, kerukunan umat beragama, pendidikan keagamaan, kualitas penyelenggaraan haji, dan mengelola kepemerintahan yang bersih dan berwibawa (kemenag.go.id, 2013).

(22)

Kanwil kementrian Agama Medan, ketika nilai-nilai yang ada di dalam organisasi tersebut dirasakan tidak sesuai dengan individu, maka individu bisa mengalami stres. Oleh karena itu, dengan adanya budaya organisasi yang efektif, maka individu bisa menyesuaikan diri dengan lingkungan dan terhindar dari stres (Gibson, et al, 1996)

Berdasarkan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Mariani (2007) mengatakan bahwa budaya perusahaan mempunyai hubungan nyata dan negatif dengan stres kerja. Jadi dapat dikatakan dengan semakin kuatnya budaya perusahaan maka akan menurunkan tingkat stres kerja yang ada. Penelitian yang dilakukan oleh Saputra (2010) juga mengatakan bahwa terdapat pengaruh budaya organisasi terhadap stres kerja sehingga hal tersebut hendaklah menjadi perhatian suatu organisasi.

Berdasarkan penelitian-penelitian terdahulu maka dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa budaya organisasi berpengaruh terhadap stres kerja pegawai. Hal tersebut dikarenakan salah satu faktor penyebab stres adalah interaksi antara individu dengan lingkungan, dan juga individu dengan organisasi. Dalam hal ini budaya organisasi sebagai salah satu faktor organisasi dijadikan pedoman bagi karyawan dalam berperilaku di dalam organisasi.

(23)

B. RUMUSAN MASALAH

Masalah dalam penelitian ini dirumuskan dalam pertanyaan penelitian, yaitu: ”Apakah ada pengaruh budaya organisasi terhadap stres kerja pegawai negeri sipil di Kanwil Kementrian Agama Medan?”

C. TUJUAN PENELITIAN

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh budaya organisasi terhadap stres kerja pegawai negeri serta melihat gambaran tingkat budaya organisasi dan tingkat stres kerja pegawai negeri sipil di Kanwil Kementrian Agama Medan.

D. MANFAAT PENELITIAN

1. Manfaat Teoritis

(24)

2. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan gambaran pada organisasi, untuk mengetahui tingkat stres kerja pegawai dan mengetahui seberapa kuat budaya organisasi di Kanwil Kementrian Agama Medan.

E. SISTEMATIKA PENULISAN

Sistematika penulisan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Bab I : Pendahuluan

Bab ini terdiri dari latar belakang masalah yang akan diteliti, rumusan masalah dalam penelitian ini, tujuan dilakukannya penelitian, manfaat penelitian baik manfaat teoritis maupun manfaat praktis dan sistematika penulisan yang akan digunakan dalam penelitian ini

Bab II : Landasan Teori

Bab ini akan menguraikan kepustakaan yang menjadi landasan teori yang berkaitan dengan variable yang diteliti, hubungan antar variabel dan hipotesa.

Bab III : Metode Penelitian

(25)

Bab IV : Analisa Data dan Pembahasan

Bab ini terdiri dari gambaran umum subjek penelitian, hasil penelitian dan pembahasan.

Bab V : Kesimpulan dan Saran

(26)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. STRES KERJA

1. Definisi Stres Kerja Menurut Lazarus & Folkman (dalam Morgan, 1986) stres merupakan suatu keadaan internal yang dapat diakibatkan oleh tuntutan fisik dari tubuh atau kondisi lingkungan dan sosial yang dinilai membahayakan dan melebihi kemampuan individu untuk mengatasinya.

Menurut Schuler (Robbins, 2003), stres merupakan suatu kondisi dinamik yang di dalamnya seorang individu di konfrontasikan dengan suatu peluang, kendala, atau tuntutan yang dikaitkan dengan apa yang sangat diinginkannya dan hasilnya dipersepsikan sebagai tidak pasti dan penting.

Baron dan Greenberg (1990) mendefinisikan stres sebagai reaksi-reaksi emosional dan psikologis yang terjadi pada situasi dimana tujuan individu mendapat halangan dan tidak bisa mengatasinya.

(27)

Dale dan Staudohar (1982), menyatakan stres kerja merupakan suatu tekanan yang dirasakan oleh seseorang yang mempengaruhi emosi, proses pikiran dan kondisi fisik seseorang di mana tekanan ini disebabkan oleh lingkungan pekerjaan di mana individu tersebut berada.

Rogers & Cobb (1974) mendefinisikan stres kerja sebagai suatu ketidakcocokan antara keterampilan seseorang, kemampuan, dan tuntutan yang diberikan oleh lingkungan pekerjaan yang tidak sesuai dengan kebutuhan seseorang. (Wijono, 2010).

Beehr and Newman (1978) mengemukakan bahwa stres kerja adalah kondisi dimana tuntutan pekerjaan melebihi kemampuan pekerja menghadapinya sehingga menyebabkan tergganggunya fungsi normal fisik maupun psikologis sang pekerja. Menurut Van Harrison & Pinneau (1975) beserta Caplan et al (dalam Beehr & Newman, 1978), stres kerja merupakan setiap karakteristik lingkungan kerja yang bisa menjadi ancaman bagi individu.

Stres kerja juga didefiniskan sebagai perasaan yang menekan atau tertekan yang dialami oleh pegawai dalam menghadapi suatu pekerjaan. Stres kerja dapat dilihat dari simptom, misalnya, emosi yang tidak stabil, perasaan tidak senang, suka menyendiri, sulit tidur, merokok berlebihan, cemas, gugup, mengalami gangguan pencernaan, serta tekanan darah meningkat (Mangkunegara, 2005).

(28)

Stres kerja adalah kondisi dimana tuntutan pekerjaan melebihi kemampuan pekerja menghadapinya sehingga menyebabkan tergganggunya fungsi normal fisik maupun psikologis sang pekerja. (Beehr and Newman, 1978).

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa stres kerja merupakan suatu tekanan yang dirasakan oleh seseorang yang berasal dari interaksi antara individu dengan lingkungan pekerjaan dimana terdapat ketidakcocokan antara keterampilan seseorang, kemampuan, dan tuntutan yang diberikan oleh lingkungan pekerjaan yang bisa mempengaruhi emosi, proses pikiran dan kondisi fisik seseorang di dalam bekerja.

2. Faktor Stres Kerja

Menurut Robbins (2003), faktor–faktor yang dapat menimbulkan stres kerja antara lain:

1. Faktor lingkungan

(29)

2. Faktor organisasi

Faktor yang berasal dari organisasi seperti adanya tuntutan tugas yang berlebihan, tekanan untuk menyelesaikan pekerjaan. atasan yang kaku, tidak peka dan terlalu banyak menuntut, rekan sekerja yang tidak mendukung, bisa menjadi faktor organisasi yang bisa menyebabkan stres pada karyawan. Faktor organisasi merupakan suatu kondisi organisasi yang langsung mempengaruhi individu (Gibson,1996). Budaya organisasi merupakan salah satu faktor organisasi yang menyebabkan stres kerja karyawan. Hal tersebut dikarenakan nilai-nilai yang ada di dalam budaya organisasi tersebut dijadikan pedoman dalam berperilaku dalam organisasi (Mangkunegara,2005).

3. Faktor individual

(30)

3. Dimensi Stres Kerja

Dimensi stres kerja oleh Beehr dan Newman (dalam Rice, 1999), antara lain:

1. Fisiologis

Menurut Behr dan Newman (dalam rice, 1999), aspek fisiologis merupakan suatu penurunan kesehatan fisik secara bertahap yang muncul dalam diri seseorang yang bisa muncul pada pegawai dalam kondisi stres kerja. Aspek fisiologis yang terlihatpada pegawai bisa dilihat melalui:

a. Meningkatnya detak jantung b. Lebih mudah lelah

c. Terdapat gangguan pernapasan d. Lebih sering berkeringat e. Lebih sering sakit kepala f. Memiliki gangguan tidur. 2. Psikologis

Menurut Behr dan Newman (dalam rice, 1999) aspek psikologis merupakan suatu masalah emosi dan kognitif yang muncul dalam diri seseorang yang bisa muncul pada pegawai dalam kondisi stres kerja. Aspek stres yang muncul pada keadaan psikologis pegawai dapat dilihat melalui:

a. Lebih mudah mengalami kecemasan b. Lebih mudah marah dan bersifat sensitif c. Sulit berkomunikasi

(31)

e. Sulit untuk berkonsentrasi f. Kehilangan kreativitas g. Kehilangan semangat hidup h. Menurunnya rasa percaya diri 3. Aspek Perilaku

Menurut Behr dan Newman (dalam rice, 1999) aspek perilaku merupakan perilaku yang timbul akibat adanya stres kerja. Aspek stres yang dikaitkan dengan perubahan perilaku pegawai dapat dilihat melalui:

a. Menunda atau menghindari pekerjaan b. Penurunan prestasi dan produktivitas c. Minum minuman keras dan mabuk d. Perilaku makan yang tidak normal e. Agresivitas dan Kriminalitas

f. Penurunan kualitas hubungan interpersonal B. BUDAYA ORGANISASI

1. Definisi Budaya Organisasi

(32)

Robbins (2006), menyatakan bahwa budaya organisasi merupakan suatu sistem makna bersama yang dianut oleh anggota-anggota organisasi yang membedakan organisasi itu dari organisasi-organisasi lain.

Tosi, Rizzo, Carroll (dalam Munandar, 2001) mengatakan bahwa budaya organisasi merupakan cara-cara berpikir, berperasaan, dan bereaksi berdasarkan pola-pola tertentu yang ada di dalam organisasi atau yang ada pada bagian-bagian organisasi.

Budaya organisasi menunjukkan suatu nilai-nilai, kepercayaan dan prinsip-prinsip yang mendasari suatu sistem manajemen organisasi (Denison, 1990). Adanya perspektif budaya organisasi memusatkan perhatian terhadap nilai-nilai dasar, keyakinan-keyakinan, dan asumsi-asumsi yang hidup dalam organisasi, pola-pola perilaku yang berasal dari shared meanings, dan simbol-simbol yang mengekspresikan hubungan-hubungan antara asumsi-asumsi, nilai-nilai dan perilaku dari anggota-anggota organisasi (Denison,1990).

Budaya Organisasi menurut Davis dan John Newstrom (dalam Mangkunegara, 2005) bahwa budaya organisasi merupakan seperangkat asumsi, kepercayaan, sistem-sistem nilai, dan norma yang disepakati tiap anggota organisasi.

(33)

Menurut Luthans (1998), setiap anggota akan berperilaku sesuai dengan budaya yang berlaku, agar diterima oleh lingkungannya. Dengan demikian, budaya organisasi merupakan norma-norma dan nilai-nilai yang mengarahkan perilaku anggota organisasi.

Hal yang sama juga diungkapkan oleh Mangkunegara (2005) yang menyatakan bahwa budaya organisasi adalah seperangkat asumsi atau sistem keyakinan, nilai-nilai, dan norma yang dikembangkan dalam organisasi yang dijadikan pedoman tingkah laku bagi anggota organisasi untuk mengatasi masalah adaptasi eksternal dan internal.

Menurut Melinda (2004) dalam penelitiannya terhadap budaya organisasi, pengukuran terhadap budaya organisasi bukanlah untuk mengetahui bentuk budaya organisasi, melainkan untuk mengetahui sampai sejauh mana budaya organisasi telah diserap dan dijadikan landasan kerja oleh seluruh anggota organisasi. Hal tersebut juga sejalan dengan pendapat yang dikemukakan Robbins (2003) yang mengatakan bahwa budaya organisasi yang kuat merupakan suatu keadaan dimana nilai-nilai inti organisasi dipegang secara intensif dan dianut bersama oleh anggota organisasi. Oleh karena itu, semakin kuatnya budaya organisasi, berarti semakin menunjukkan bahwa nilai-nilai organisasi terinternalisasi ke dalam diri pegawai.

(34)

organisasi serta dijadikan sebagai pedoman dalam berperilaku di dalam suatu organisasi.

2. Fungsi Budaya Organisasi

Fungsi Budaya Organisasi menurut Robbins (2006), yaitu:

1. Budaya Organisasi berfungsi sebagai pembeda. Hal tersebut berarti budaya yang ada di dalam suatu organisasi dapat menciptakan pembedaan yang jelas antara satu organisasi dengan organisasi yang lain.

2. Budaya Organisasi dapat memberikan suatu rasa identitas bagi anggota organisasi. Dengan budaya organisasi yang kuat, anggota organisasi akan memiliki identitas yang merupakan ciri khas organisasi.

3. Budaya Organisasi sebagai komitmen. Adanya budaya organisasi dapat menumbuhkan komitmen pada anggota organisasi.

4. Budaya organisasi dapat menjaga stabilitas organisasi. Hal tersebut mengandung pengertian bahwa adanya kesatuan komponen-komponen organisasi yang direkatkan dengan pemahaman budaya yang sama akan membuat kondisi organisasi relatif stabil.

(35)

3. Dimensi Budaya Organisasi

Adapun dimensi budaya organisasi menurut Denison (dalam Sobirin, 2007), yaitu:

1. Involvement (keterlibatan)

Dimensi involvement (keterlibatan) ini menekankan pada sejauh mana tingkat partisipasi karyawan (anggota organisasi) dalam proses pengambilan keputusan. Budaya organisasi yang efektif menekankan prinsip-prinsip keterlibatan (involvement), partisipasi, dan keterpaduan dari kepentingan-kepentingan individu dengan kepentingan-kepentingan-kepentingan-kepentingan organisasi (Denison, 1990).

2. Consistency (kekonsistenan)

Dimensi ini menunjukkan bagaimana tingkat kesepakatan anggota organisasi terhadap terhadap asumsi dasar dan nilai-nilai inti organisasi. Budaya yang kuat menekankan sistem keyakinan, nilai-nilai, dan simbol yang dipahami secara luas oleh anggota-anggota organisasi mengenai perilaku, sistem, dan makna yang secara terpadu menuntut kepatuhan individual daripada partisipasi sukarela (Denison & Mishra, 1995).

3. Adaptability (adaptabilitas)

(36)

dalam perubahan perubahan kognitif, perilaku dan struktur internal organisasi (Denison & Mishra, 1995).

4. Mission (misi)

Dimensi ini menunjukkan tujuan inti organisasi yang menjadikan organisasi teguh dan fokus terhadap apa yang dianggap penting oleh organisasi. Pandangan ini menekankan pentingnya suatu pemahaman yang sama dari anggota organisasi mengenai fungsi dan tujuan organisasi (Denison, 1990). Manfaatnya antara lain, memberikan tujuan dan makna, serta sekumpulan alasan-alasan mengenai pentingnya kegiatan-kegiatan organisasi, memberikan kepastian dan pengendalian dalam menentukan jenis-jenis tindakan yang cocok bagi organisasi dan anggotanya (Denison, 1990). C. PENGARUH BUDAYA ORGANISASI TERHADAP STRES KERJA

Davis dan John Newstrom (dalam Mangkunegara, 2005) mengatakan bahwa budaya organisasi merupakan seperangkat asumsi, kepercayaan, sistem-sistem nilai, dan norma yang disepakati tiap anggota organisasi.

Setiap organisasi tentu memiliki tujuan organisasi yang hendak dicapai. Keberhasilan suatu organisasi untuk mengimplementasikan aspek-aspek atau nilai-nilai (values) budaya organisasinya dapat mendorong perusahaan tersebut tumbuh dan berkembang (Lako dan Irmawati 1997).

(37)

Rogers & Cobb (1974) mengartikan stres kerja sebagai ketidakcocokan antara keterampilan seseorang, kemampuan, dan tuntutan yang diberikan oleh lingkungan pekerjaan yang tidak sesuai dengan kebutuhan seseorang. (Wijono, 2010).

Beberapa hal yang dapat menyebabkan stres kerja di dalam pekerjaan, antara lain: beban kerja yang berlebihan, tekanan atau desakan waktu, buruknya kualitas supervisi, iklim politis yang tidak aman, umpan balik tentang pelaksanaan kerja yang tidak memadai, wewenang yang tidak cukup untuk melaksanakan tanggung jawab, kemenduaan peranan, frustasi, konflik antar pribadi dan antar kelompok dan perbedaan antara nilai-nilai perusahaan dan karyawan (Handoko, 2000). Dampak dari stres tersebut bisa menghasilkan suatu kelelahan emosi, perubahan kepribadian, burnout, dan pencapaian kinerja yang menurun (Ivancevich et al, 2007).

(38)

Faktor yang menyebabkan stres kerja dapat berasal dari faktor lingkungan, faktor organisasi, dan faktor individu (Robbins, 2006). Dikatakan pula oleh Robbins (2006) bahwa budaya organisasi yang kuat dalam suatu organisasi dapat membantu melancarkan aktivitas organisasi dalam pencapaian tujuannya.

Sejalan dengan pendapat tersebut dikatakan bahwa stres kerja juga dipengaruhi oleh kondisi organisasi, seperti penetapan arah dan kebijaksanaan organisasi, perubahan strategi organisasi, dan keuangan, tuntutan kerja, tanggung jawab atas orang lain, perubahan waktu kerja, hubungan yang kurang baik antar kelompok kerja dan konflik peran (Luthans, 1998).

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa ketika nilai-nilai yang ada di dalam organisasi, maka stres kerja dapat diatasi oleh organisasi. pada dasarnya fungsi budaya organisasi adalah untuk mengatasi masalah adaptasi eksternal dan internal organisasi (Mangkunegara, 2005). Ketika nilai-nilai organisasi yang ada di dalam organisasi tersebut sudah terinternalisasi dengan kuat ke dalam diri pegawai maka stres kerja juga akan semakin lemah.

(39)

Berdasarkan uraian diatas dapat diperoleh sebuah kerangka pemahaman bahwa budaya organisasi berpengaruh terhadap stres yang dialami karyawan. Karena budaya organisasi yang kuat dapat melancarkan aktivitas organisasi dalam pencapaian tujuannya. Dan ketika nilai-nilai dalam budaya organisasi dirasakan tidak sesuai dengan karyawan dalam organisasi, maka karyawan bisa mengalami stres, dan begitu juga sebaliknya ketika nilai-nilai yang ada di dalam budaya organisasi dirasakan sesuai dengan karyawan, maka karyawan akan merasa puas dan menghasilkan kinerja yang baik yang bisa mengarahkan kepada tingkat stres yang rendah.

Berdasarkan penelitian-penelitian terdahulu dan teori-teori yang telah dikemukakan oleh para ahli tersebut maka peneliti tertarik untuk melihat apakah budaya organisasi berpengaruh terhadap penurunan tingkat stres kerja pegawai negeri sipil di Kanwil Kementrian Agama (Kemenag) Medan.

D. HIPOTESA PENELITIAN

Berdasarkan uraian teoritis diatas, maka hipotesa yang diajukan dalam penelitian ini adalah: “Ada pengaruh negatif budaya organisasi terhadap stres

(40)

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode penelitian sangat menentukan suatu penelitian karena menyangkut cara yang benar dalam mengumpulkan data, analisis data dan pengambilan kesimpulan hasil penelitian (Hadi, 2000). Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif yang bersifat korelasional. Adapun penelitian korelasional bertujuan untuk melihat sejauh mana variasi dalam satu variabel berkaitan dengan variasi pada satu atau lebih variabel lain. Pembahasan didalam metode penelitian ini antara lain; identifikasi variabel penelitian, defenisi operasional, populasi dan metode pengambilan sampel, metode pengambilan data, validitas dan reabilitas, prosedur penelitian serta metode analisis data.

A. IDENTIFIKASI VARIABEL PENELITIAN

Agar dapat menguji hipotesis penelitian, maka terlebih dahulu mengidentifikasi variable-varaibel penelitian. Identifikasi variabel utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Variabel bebas (Independent Variable) : Budaya Organisasi 2. Variabel tergantung (Dependent Variable) : Stres Kerja

B. DEFINISI OPERASIONAL

1. Stres Kerja

(41)

menggunakan skala berdasarkan dimensi yang dikemukakan oleh Behr dan Newman (dalam Rice, 1999), yaitu dimensi fisiologis, psikologis, dan perilaku.

Stres kerja dapat dilihat dari skor skala stres kerja. Semakin tinggi skor skala stres kerja yang diperoleh karyawan, berarti menunjukkan adanya stres kerja yang tinggi dan sebaliknya semakin rendah skor yang diperoleh karyawan dalam skala stres kerja, menunjukkan adanya stres kerja yang rendah pada karyawan. 2. Budaya Organisasi

Budaya organisasi merupakan suatu penilaian terhadap sistem nilai– nilai yang diyakini oleh semua anggota organisasi dan yang dipelajari, diterapkan serta dan dipelihara dalam waktu yang cukup lama, berfungsi untuk memecahkan masalah penyesuaian eksternal dan internal yang dapat dijadikan acuan berperilaku dalam organisasi untuk mencapai tujuan organisasi. Budaya organisasi dapat diungkap menggunakan skala berdasarkan aspek-aspek budaya organisasi menurut Denison dan Mishra. (1995), yaitu Involvement, Consistency, Adaptability, dan Mission.

(42)

C. LOKASI PENELITIAN

Lokasi yang digunakan untuk melakukan penelitian adalah bertempat di Kanwil Kementrian Agama (Kemenag) yang bertempat di Jl. Jend. Gatot Subroto No. 261 Medan, Sumatera Utara.

D. POPULASI PENELITIAN

Populasi menurut Azwar (1997) adalah sekelompok subjek yang dikenai generalisasi hasil penelitian. Menurut Hadi (2000), populasi dibatasi sebagian sejumlah subjek atau individu yang paling sedikit memiliki satu sifat yang sama. Sedangkan sampel merupakan sebagian dari populasi yang dikenakan dalam penelitian (Hadi, 2000). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pegawai yang bekerja di Kanwil Kementrian Agama Medan. Jumlah populasi dalam penelitian ini sebanyak 192 orang. Penelitian ini menggunakan seluruh pegawai negeri sipil (PNS) yang bekerja di Knawil Kementrian Agama Medan.

Karakteristik populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah pegawai tetap yang menyandang status Pegawai Negeri Sipil (PNS) dengan masa kerja minimal selama satu tahun dengan alasan bahwa pegawai yang sudah bekerja minimal satu tahun dianggap sudah beradaptasi paham mengenai budaya yang ada di dalam organisasinya (Wulandari, 2013).

(43)

tenaga karena subjek penelitian adalah orang yang sama. Subjek penelitian dalam try out sekaligus digunakan sebagai subjek penelitian.

Dari hasil penyebaran skala yang didapatkan, jumlah populasi yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 192 orang. Namun hanya 93 orang yang bisa digunakan sebagai penelitian. Hal tersebut dikarenakan keterbatasan peneliti dalam menjangkau seluruh populasi. Sehingga subjek yang digunakan sebagai try out sekaligus digunakan sebagai penelitian.

E. METODE PENGUMPULAN DATA

Dalam penelitian ini metode pengambilan data yang digunakan adalah dengan metode skala. Menurut Hadi (2000), metode skala adalah suatu metode pengumpulan data yang merupakan suatu daftar pernyataan yang harus dijawab oleh subjek secara tertulis. Beberapa kelebihan metode skala menurut Hadi (2000), sebagai berikut:

a. Subjek merupakan orang yang paling mengetahi dirinya

b. Apa yang dinyatakan oleh subjek dalam penelitian adalah benar dan dapat dipercaya

c. Interpretasi subjek tentang pernyataan-pernyataan yang diajukan kepadanya adalah sama dengan apa yang dimaksudkan oleh peneliti 1. Skala Stres Kerja

(44)

pernyataan diperoleh dari jawaban subjek yang menyatakan mendukung (favorable) atau tidak mendukung (unfavorable).

Tabel 1.

Skor Alternatif Jawaban Skala

Favorable Unfavorable

Alternatif Jawaban Skor Alternatif Jawaban Skor

Sangat setuju 5 Sangat setuju 1

Setuju 4 Setuju 2

Netral 3 Netral 3

Tidak setuju 2 Tidak setuju 4

Sangat tidak setuju 1 Sangat tidak setuju 5

Skala yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala stres kerja yang dirancang peneliti berdasarkan aspek-aspek stres kerja yang dikemukakan oleh Beehr dan Newman (dalam Rice, 1999), yaitu:

(45)

Tabel 2.

Blue Print Skala Stres KerjaSebelum Uji Coba

2. Skala Budaya Organisasi

Metode skala yang digunakan adalah metode Likert (Azwar, 2012). Setiap aitem meliputi lima pilihan jawaban yaitu Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Netral (N), Tidak Setuju (TS), dan Sangat Tidak Setuju (STS). Nilai skala setiap pernyataan diperoleh dari jawaban subjek yang menyatakan mendukung (favorable) atau tidak mendukung (unfavorable)

No Dimensi Favorable Unfavorable Jumla

(46)

Tabel 3.

Skor Alternatif Jawaban Skala

Favorable Unfavorable

Alternatif Jawaban Skor Alternatif Jawaban Skor

Sangat setuju 5 Sangat setuju 1

Setuju 4 Setuju 2

Netral 3 Netral 3

Tidak setuju 2 Tidak setuju 4

Sangat tidak setuju 1 Sangat tidak setuju 5

Skala yang digunakan untuk mengukur budaya organisasi adalah berdasarkan pada adaptasi skala budaya organisasi yang dikemukakan oleh Denison & Misra (1995). Adapun dimensi budaya organisasi yang digunakan dalam penelitian, yaitu:

1. Involvement (Keterlibatan), diukur berdasarkan indikator pemberdayaan, orientasi tim, dan pengembangan kemampuan

2. Consistency (Konsistensi), diukur berdasarkan indikator nilai-nilai inti, kesepakatan, dan koordinasi & integrasi

3. Adaptability (Adaptabilitasi), dapat diukur berdasarkan indikator menciptakan perubahan, focus pelanggan, dan pembelajaran organisasi 4. Mission.(Misi), dapat diukur berdasarkan indikator arah strategis dan

(47)

Tabel 4.

Blue Print Skala Budaya Organisasi Sebelum Uji Coba

No Dimensi Indikator

(48)

G.UJI COBA ALAT UKUR

1. Validitas Alat Ukur

Validitas alat ukur adalah sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya. Suatu validitas yang tinggi adalah apabila alat tersebut mampu menjalankan fungsi ukurnya atau memberikan hasil yang sesuai dengan maksud dilakukannya pengukuran tersebut. Penelitian ini menggunakan validitas isi (content validity). Pengukuran validitas isi tidak melalui analisis statistik tetapi menggunakan validitas rasional (Azwar, 2004).

Pengujian validitas isi menggunakan analisis rasional berkaitan dengan kemampuan suatu instrument mengukur isi konsep yang harus diukur. Pertama-tama peneliti menyusun aitem berdasarkan blue print, setelah itu peneliti meminta pertimbangan dari professional judgement dan pihak-pihak lain yang berkompeten dalam memberikan pertimbangan.

2. Uji Daya Beda Aitem

Uji daya beda aitem dalam penelitian adalah untuk membedakan antara individu yang memiliki atribut dengan yang tidak memiliki atribut yang hendak diukur (Azwar, 2012). Pengujian daya beda aitem ini dilakukan dengan komputasi koefisien korelasi antara distribusi skor pada setiap aitem dengan suatu kriteria yang relevan yaitu distribusi skor skala itu sendiri. Komputasi ini dapat dilakukan dengan menggunakan teknik korelasi Pearson Product Moment (Azwar, 2012).

(49)

Sehingga aitem yang berada di bawah 0,30 akan gugur. Aitem yang tidak memenuhi syarat kualitas aitem tidak diikutkan menjadi bagian tes.

3. Reliabilitas Alat ukur

Reliabilitas adalah suatu pengujian untuk melihat konsistensi dan sejauh mana hasil suatu pengukuran dapat dipercaya (Azwar, 2004). Dalam penelitian ini digunakan uji reliabilitas alat ukur melalui pendekatan konsistensi internal yaitu single trial administration yang artinya sekelompok subjek dikenakan satu bentuk

tes dalam sekali saja. Pendekatan ini adalah pendekatan yang ekonomis, praktis dan berefesiensi tinggi (Azwar, 2004).

Dalam aplikasinya, reliabilitas dinyatakan oleh koefisien reliabilitas yang angkanya berada dalam rentang dari 0 sampai dengan 1, yang artinya semakin tinggi koefisien reliabilitas mendekati angka 1 berarti semakin tinggi reliabilitas, sebaliknya koefisien yang semakin rendah mendekati angka 0 berarti semakin rendah reliabilitasnya.

Uji reliabilitas alat ukur dalam penelitian ini menggunakan Alpha Cronbach dengan bantuan computer dari program SPSS 20.00 for Windows yang nantinya akan menghasilkan reliabilitas dari skala Budaya Organisai dan Stres Kerja.

4. Hasil Uji Coba Alat Ukur

(50)

menyandang status Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan sudah bekerja di instansi tersebut selama minimal satu tahun.

Pada uji coba ini peneliti menyebarkan kedua skala kepada 192 orang pegawai yang terpilih melalui accidental sampling. Kemudian skala yang dikembalikan ke peneliti juga berjumlah 93. Dengan demikian hanya 93 skala yang dapat digunakan dalam penelitian. Uji daya beda aitem dan reliabilitas skala penelitian dihitung menggunakan program IBM SPSS versi 20.0 for windows.

a. Skala Stres Kerja

Hasil uji coba skala stres kerja menunjukkan bahwa dari 54 aitem terdapat 18 aitem yang gugur, yaitu aitem nomor 4, 6, 9, 10, 16, 17, 18, 21, 26, 27, 29, 34, 37, 38, 40, 43, 45, 52. Uji daya beda aitem ini menggunakan batasan rix ≥ 0,30. Jadi apabila aitem yang memiliki daya beda dibawah 0,30 dianggap gugur (Azwar, 2012).

(51)

Table 5.

Aitem yang Memiliki Daya Beda Tinggi pada Skala Stres Kerja

Setelah diketahui aitem-aitem yang memiliki daya beda tinggi pada skala stres kerja, maka aitem-aitem tersebut akan digunakan dalam penelitian. Dengan membuang aitem-aitem yang gugur, maka skala tersebut disusun kembali dengan melakukan penyesuaian nomor bagi aitem-aitem tersebut untuk dilakukan pengukuran selanjutnya.

Tabel 6.

Penomoran Aitem-Aitem Skala Stres Kerja dalam Penelitian

(52)

Berdasarkan hasil uji daya beda aitem dan reliabilitas tersebut, maka aitem-aitem pada skala stres kerja tersebut dapat diandalkan untuk dilakukan pengukuran selanjutnya. Hasil uji daya beda aitem dan reliabilitas skala stres kerja dapat dilihat pada lampiran 3.

b. Skala Budaya Organisasi

Hasil uji coba skala stres kerja menunjukkan bahwa dari 56 aitem terdapat 10 aitem yang gugur yaitu aitem nomor 14, 16, 22, 23, 26, 27, 32, 35, 39, 54. Hasil uji daya beda aitem ini menggunakan batasan rix ≥ 0,30. Jadi apabila aitem yang memiliki daya beda dibawah 0,30 dianggap gugur (Azwar, 2012).

Pada skala budaya organisasi menunjukkan hasil reliabilitas dengan menggunakan teknik reliabilitas Alpha Cronbach, maka diperoleh hasil rxx’ = 0.960 yang berarti tingkat reliabilitasnya memuaskan.

Tabel 7

Aitem yang Memiliki Daya Beda Tinggi pada Skala Budaya Organisasi

No Dimensi Indikator

(53)

(Konsistensi) 2.Kesepakatan 20, 21, 24

(54)

Tabel 8.

Penomoran Aitem Skala Budaya Organisasi Dalam Penelitian

No Dimensi Indikator Perilaku Nomor Aitem Jlh P (%) 2.Kesepakatan 18, 19, 20

(55)

Berdasarkan hasil uji daya beda aitem dan reliabilitas tersebut, maka aitem-aitem pada skala budaya organisasi tersebut dapat diandalkan untuk dilakukan pengukuran selanjutnya. Hasil uji daya beda aitem dan reliabilitas skala budaya organisasi dapat dilihat pada lampiran 3.

H. PROSEDUR PELAKSANAAN PENELITIAN

Prosedur pelaksanaan penelitian terdiri dari 3 tahap. Ketiga tahap tersebut adalah tahap persiapan, tahap pelaksanaan, dan tahap pengolahan data.

1. Tahap Persiapan Penelitian

Pada tahap ini terdapat beberapa langkah yang dilakukan oleh peneliti yaitu:

a) Perizinan

Hal yang pertama dilakukan oleh peneliti dalam proses persiapan untuk melakukan penelitian adalah mengurus surat izin untuk melakukan penelitian dari Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara ke organisasi yang akan dituju. Peneliti mengajukan surat permohonan pengambilan data penelitian ke Kanwil Kementrian Agama Medan. Surat permohonan ini diberikan langsung oleh peneliti kepada pihak instansi yaitu Kanwil Kementrian Agama pada November 2013.

b) Pembuatan Alat Ukur

(56)

Behr dan Newman (dalam Rice, 1999). Peneliti membuat 56 aitem untuk skala budaya organisasi dan 54 aitem untuk skala stres kerja. Setelah kedua skala tersebut selesai dibuat, maka aitem-aitem tersebut akan ditelaah dengan analisis rasional dari professional judgement untuk mengetahui validitas alat ukur tersebut.

c) Uji coba alat ukur

Untuk memperoleh alat ukur yang memiliki validitas dan reliabilitas yang memadai, peneliti terlebih dahulu melakukan uji coba alat ukur. Uji coba alat ukur dikenakan kepada 192 pegawai di Kanwil Kementrian Agama. Namun hanya 93 skala yang bisa digunakan dalam penelitian.

Pegawai yang dijadikan subjek untuk uji coba alat ukur memiliki karakteristik yakni berstatus PNS dan sudah bekerja di instansi tersebut selama minimal satu tahun. Hasil penelitian subjek yang digunakan sebagai try out juga langsung digunakan sebagai penelitian dengan membuang aitem yang tidak memenuhi kriteria daya beda rendah.

2. Tahap Pelaksanaan Penelitian

(57)

3. Tahap Pengolahan Data

Setelah diperoleh data dari aitem yang digunakan untuk penelitian, maka untuk pengolahan data selanjutnya, yaitu analisis regresi diolah dengan menggunakan IBM SPSS versi 20.0 for windows.

I. METODE ANALISIS DATA

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini untuk mengetahui pengaruh budaya organisasi terhadap stres kerja adalah dengan menggunakan analisis regresi sederhana. Analisis data pada penelitian ini menggunakan program IBM SPSS versi 20.0 for windows. Sebelum dilakukan analisis data, terlebih dahulu dilakukan uji asumsi penelitian yaitu uji normalitas dan uji linieritas.

1. Uji Normalitas

Uji normalitas merupakan pengujian untuk melihat apakah sampel yang berasal dari populasi sudah terdistribusi normal. Penelitian ini uji normalitas dilakukan dengan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov dengan bantuan program computer IBM SPSS versi 20.0 for windows.

(58)

2. Uji Linieritas

Uji linieritas hubungan untuk mengetahui linier atau tidaknya hubungan antara variabel bebas dan variabel tergantung serta untuk mengetahui signifikansi penyimpangan dari linieritas hubungan tersebut. Apabila penyimpangan tersebut tidak signifikan maka hubungan antara variabel bebas dengan variabel tergantung dinyatakan linier. Uji linieritas dilakukan dengan menggunakan metode statistik uji F dengan bantuan program IBM SPSS versi 20.0 for windows.

(59)

BAB IV

ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini akan dijelaskan mengenai analisis data dan pembahasan. Pembahasan akan dimulai dengan memberikan gambaran umum subjek penelitian serta dilanjutkan mengenai hasil penelitian sesuai dengan data yang diperoleh, dan dilanjutkan dengan pembahasan hasil penelitian.

A. GAMBARAN UMUM SUBJEK PENELITIAN

Populasi dalam penelitian ini adalah Pegawai Negeri Sipil (PNS) di Kanwil Kementrian Agama (Kemenag) yang berjumlah 192 orang. Sebelum dilakukan analisis data terlebih dahulu diuraikan gambaran subjek penelitian berdasarkan jenis kelamin, usia, dan masa kerja.

1. Gambaran Subjek Berdasarkan jenis Kelamin

Berdasarkan jenis kelamin subjek penelitian, maka dapat digambarkan penyebarannya seperti tabel berikut.

Tabel 9.

Gambaran Subjek Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin Jumlah (N) Persentase

Laki-laki 56 60,2%

Perempuan 37 39,8%

(60)

Berdasarkan tabel di atas maka dapat dilihat bahwa subjek yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 60,2%, sedangkan yang berjenis kelamin perempuan sebanyak 39,8%. Oleh karena itu dapat dismpulkan bahwa jenis kelamin laki-laki lebih banyak dari jenis kelamin perempuan.

2. Gambaran Subjek Berdasarkan Usia

Berdasarkan usia subjek penelitian, maka dapat digambarkan penyebaran subjek sebagai berikut.

Tabel 10.

Gambaran Subjek Berdasarkan Usia

Usia Jumlah (N) Persentase

20 – 40 tahun 35 37,6 %

40 – 60 tahun 58 62,4 %

Total 93 100 %

(61)

Usia merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya stres kerja. Pegawai yang memiliki usia yang lebih tua akan memiliki pengalaman yang dimiliki pegawai yang berusia lebih muda.

3. Gambaran Subjek Berdasarkan Masa Kerja

Berdasarkan masa kerja subjek, maka dapat digambarkan penyebaran subjek sebagai berikut.

Tabel 11.

Gambaran Subjek Berdasarkan Masa Kerja

Masa Kerja Jumlah (N) Persentase

< 10 tahun 33 35,5 %

10 – 19 tahun 13 14 %

20 – 29 tahun 37 39,8 %

> 30 tahun 10 10,7 %

Total 93 100 %

Berdasarkan UU No. 20 Tahun 2009 mengenai gelar, tanda jasa, dan tanda kehormatan, maka pemberian penghargaan kepada Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang telah bekerja terus menerus sekurang-kurangnya 10 tahun, 20 tahun, dan 30 tahun dalam bentuk tanda kehormatan Satyalancana Karya Satya dianugerahkan

kepada Pegawai Negeri Sipil yang dalam melaksanakan tugasnya telah

(62)

Berdasarkan penghargaan tanda kehormatan Satya Lencana Karya, maka PNS yang telah bekerja kurang dari 10 tahun belum berhak menerima penghargaan Satya Lencana Karya Satya. Bentuk tanda kehormatan Satya Lencana Karya dibagi menjadi tiga, yaitu:

1. PNS yang telah bekerja selama 10 – 19 tahun diberi penghargaan Satya Lencana Karya Satya 10 tahun (perunggu).

2. PNS yang telah bekerja selama 20 – 29 tahun diberi penghargaan Satya Lencana Karya Satya 20 tahun (perak).

3. PNS yang sudah bekerja selama lebih dari 30 tahun akan diberi penghargaan Satya Lencana Karya Satya 30 tahun (emas).

Berdasarkan tabel dapat dikatakan bahwa Pegawai Negeri Sipil (PNS) di Kanwil Kementrian Agama sudah bekerja selama 20-29 tahun (39,8%). Masa kerja yang lebih lama erat kaitannya dengan pengalaman dan pemahaman. Sehingga dapat dikatakan bahwa pemahaman pegawai terhadap budaya organisasi sudah baik.

B. HASIL PENELITIAN

1. Hasil Uji Asumsi

(63)

a) Uji Normalitas

Hasil uji normalitas untuk mengetahui apakah data tersebar secara normal dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 12.

Normalitas Sebaran Variabel Stres Kerja dan Budaya Organisasi

Variabel Z p Keterangan

Stres Kerja 1,079 0,195 Normal

Budaya organisasi 1,021 0,248 Normal

Kaidah normal yang digunakan adalah jika p > 0,05 maka sebarannya dinyatakan normal dan sebaliknya jika p < 0,05 maka sebarannya dinyatakan tidak normal (Hadi, 2000).

Hasil uji normalitas terhadap variabel stres kerja diperoleh nilai Z = 1,079 dan p = 0,195. Hasil menunjukkan bahwa nilai p (0,195) > 0,05 maka data dari variabel stres kerja terdistribusi secara normal.

Hasil uji normalitas terhadap variabel budaya organisasi diperoleh nilai Z = 1,021 dan p = 0,248. Hasil menunjukkan bahwa nilai p (0,248) > 0,05 maka data dari variabel budaya organisasi terdistribusi secara normal.

(64)

Gambar 1.

Grafik Normalitas Budaya Organisasi Terhadap Stres Kerja Berdasarkan grafik di atas dapat dilihat bahwa data terdistribusi secara normal, karena kebanyakan titik-titik tersebut berada cukup dekat dengan garis bahkan ada yang menempel pada garis. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa data dalam penelitian ini mengikuti distribusi normal.

b) Uji Linieritas

(65)

Tabel 13.

Hasil Pengujian Linieritas

Variabel F P Keterangan

Stres Kerja*Budaya Organisasi 40,217 0,000 Linier

Berdasarkan tabel di atas, dapat dikatakan bahwa kedua variable yaitu variabel stres kerja dan variabel budaya organisasi memiliki hubungan linier. Uji linieritas dapat diketahui dengan hasil analisis statistik yaitu dengan metode statistik uji F. Menurut Hadi (2000) untuk mengetahui linier atau tidaknya hubungan antara variabel bebas dengan variabel tergantung adalah jika p < 0,05 maka hubungannya antara variabel bebas dengan variabel tergantung dinyatakan linier, sebaliknya jika p > 0,05 berarti hubungan antara variabel bebas dengan variabel tergantung dinyatakan tidak linier.

Hasil uji linieritas pada variabel stres kerja dan budaya organisasi diperoleh nilai F=40,217 dan nilai p=0,000. Hasil tersebut menunjukkan bahwa nilai p(0,000)<0,05 maka dapat dikatakan bahwa kedua variabel tersebut memiliki hubungan yang linier.

(66)

Gambar 2.

Grafik Linieritas Budaya Organisasi Terhadap Stres Kerja

(67)

2. Hasil Utama Penelitian

a) Hasil Analisis Data

1. Uji Hipotesis

Berikut ini akan dijelaskan tentang hasil pengolahan data mengenai pengaruh budaya organisasi terhadap stres kerja yang diperoleh dengan teknik analisis regresi sederhana dengan menggunakan program IBM SPSS versi 20.0 for windows. Hasil pengolahan data dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 14.

Hasil Ringkasan Uji Hipotesis

Variabel R R2 F p

Hipotesis dalam penelitian ini yaitu:

H0 : Tidak ada pengaruh negatif budaya organisasi terhadap stres kerja

H1 : Ada pengaruh negatif budaya organisasi terhadap stres kerja

(68)

antara kedua variabel bernilai negatif. Dengan demikian, budaya organisasi berpengaruh negatif terhadap stres kerja, dimana semakin kuat budaya organisasi terinternalisasi dalam diri pegawai maka akan semakin rendah tingkat stres kerja.

Hasil analisis regresi pada tabel di atas diketahui bahwa nilai koefisien korelasi (R) sebesar 0,506 dan nilai koefisien determinan (R2) sebesar 0,256 atau 25,6 %. Hal ini menunjukkan bahwa pengaruh budaya organisasi terhadap stres kerja sebesar 25,6 %. Artinya budaya organisasi memberikan sumbangan efektif sebesar 25,6 % dalam menurunkan stres kerja pada pegawai.

Persamaan garis regresi pada penelitian ini adalah Y = 151,391+(-0,391))X. stres kerja dilambangkan dengan (Y) dan budaya organisasi dilambangkan dengan (X). Berdasarkan persamaan garis regresi dapat dijelaskan bahwa konstanta sebesar 151,391, artinya jika budaya organisasi (X) nilainya 0 maka stres kerja (Y) nilainya positif sebesar 151,391. Koefisien regresi variabel budaya organisasi (X) sebesar -0,391, artinya jika budaya organisasi mengalami kenaikan sebesar satu satuan maka stres kerja akan mengalami penurunan sebesar 0,391. Koefisien bernilai negatif artinya ada pengaruh negatif budaya organisasi terhadap stres kerja, semakin kuat budaya organisasi maka akan semakin lemah tingkat stres kerja.

b) Nilai Empirik dan Nilai Hipotetik Data Penelitian

(69)

Jumlah aitem yang digunakan pada variabel budaya organisasi adalah sebanyak 46 aitem yang diformat dengan skala Likert dalam lima alternatif pilihan jawaban. Hasil perhitungan mean empirik dan mean hipotetik dapat dilihat pada tabel di bawah ini

Tabel 15.

Nilai Empirik dan Nilai HipotetikBudaya Organisasi

Variabel

Nilai Empirik Nilai Hipotetik

Min Max Mean SD Min Max Mean SD

Budaya

organisasi 122 225 176,38 21,465 46 230 138 31

Berdasarkan tabel di atas maka diperoleh mean empirik (X) sebesar 176,38 dengan SD empirik (s) sebesar 21,465, sedangkan mean hipotetik (µ) sebesar 138 dengan SD hipotetik ( ) sebesar 31.

Perbandingan mean empirik (X) dan mean hipotetik (µ) dari variabel budaya organisasi menunjukkan X (176,38) > µ (138), maka dapat disimpulkan bahwa penerimaan pegawai terhadap budaya organisasi pada subjek penelitian memiliki kekuatan yang lebih besar daripada rata-rata penerimaan pegawai terhadap budaya organisasi pada populasi umumnya.

2. Nilai Empirik dan Nilai Hipotetik Stres Kerja

(70)

pilihan jawaban. Hasil perhitungan mean empirik dan mean hipotetik dapat dilihat pada tabel di bawah ini

Tabel 16.

Nilai Empirik dan Nilai HipotetikStres Kerja

Variabel

Nilai Empirik Nilai Hipotetik

Min Max Mean SD Min Max Mean SD

Stres Kerja 41 117 82,44 16,576 36 180 108 24

Berdasarkan tabel di atas maka diperoleh mean empirik (X) sebesar 82,44 dengan SD empirik (s) sebesar 16,576, sedangkan mean hipotetik (µ) sebesar 108 dengan SD hipotetik ( ) sebesar 24.

Perbandingan mean empirik (X) dan mean hipotetik (µ) dari variabel stres kerja menunjukkan X (82,44) < µ (108), maka dapat disimpulkan bahwa tingkat stres kerja pada pegawai lebih rendah daripada rata-rata tingkat stres kerja pada populasi umumnya.

1. Kategorisasi Data Budaya Organisasi

(71)

Tabel 17.

Kategorisasi Data Hipotetik Budaya Organisasi

Variabel Rentang Nilai Kategori Frekuensi Persentase

Budaya organisasi

X < 107 Lemah - -

107 X < 169 Sedang 28 30,1%

X 169 Kuat 65 69,9%

Total 93 100 %

Berdasarkan kategori tabel di atas, dapat dilihat bahwa kebanyakan pegawai tergolong ke dalam penerimaan budaya organisasi kuat, yaitu sebnayak 65 orang sebesar 69,9%. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa budaya organisasi sudah terinternalisasi dengan kuat ke dalam diri pegawai.

2. Kategorisasi Data Stres Kerja

(72)

Tabel 18.

Kategorisasi Data Hipotetik stres kerja

Variabel Rentang Nilai Kategori Frekuensi Persentase

Stres Kerja

X < 84 Rendah 36 38,7%

84 X < 132 Sedang 57 61,3%

X 132 Tinggi - -

Total 93 100 %

Berdasarkan kategori di atas, dapat dilihat bahwa kebanyakan pegawai berada dalam rentang stres sedang, yaitu sebesar 61,3%, dan rentang stres rendah yaitu sebesar 38,7%, dan tidak ada yang masuk dalam rentang stres tinggi. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa tingkat stres pegawai berada kategori rendah sampai sedang.

C. PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

Gambar

Tabel 1.
Tabel 2.
Tabel 3.
Tabel 4.
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hal tersebut menunjukkan bahwa variabel stres kerja yang terdiri dari variabel konflik kerja (X 1 ), variabel beban kerja (X 2 ), dan variabel waktu kerja (X 3 ) memiliki

Kepuasan kerja merupakan perasaan yang dirasakan pegawai perasaan yang menggambarkan suatu sikap umum terhadapat pekerjaan seseorang, apabila seseorang memiliki tingkat kepuasan

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan coping strategi adalah suatu cara atau upaya individu untuk menangulangi stres yang sedang dihadapinya yaitu dengan mencari akar

Berdasarkan hasil dan pembahasan yang telah diuraikan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa stres kerja, komunikasi, komitmen organisasi dan motivasi berpengaruh

Pengaruh Stres Kerja, Employee Engagment, Dan Kedisiplinan Terhadap Kinerja Dengan Kepuasan Kerja Sebagai Variabel Intervening Pada Karyawan CV.. Karya Manunggal

Pada penelitian tersebut juga dikatakan bahwa terdapat berbagai faktor yang dapat mempengaruhi stres kerja, antara lain adalah penilaian individu dalam beradaptasi

Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan disiplin kerja adalah sikap kesetiaan dan ketaatan seseorang atau sekelompok orang terhadap

Berdasarkan beberapa pengertian disiplin dapat disimpulkan disiplin kerja adalah merupakan ketaatan dan kesetiaan seseorang atau sekelompok orang terhadap peraturan tertulis maupun