• Tidak ada hasil yang ditemukan

Corporate Social Responsibility Menurut Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Corporate Social Responsibility Menurut Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas"

Copied!
152
0
0

Teks penuh

(1)

CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY MENURUT

UNDANG-UNDANG NOMOR 40 TAHUN 2007 TENTANG

PERSEROAN TERBATAS

TESIS

Oleh

SAHARA BEBY

08701112/MKn

PROGRAM STUDI MAGISTER KENOTARIATAN

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY MENURUT

UNDANG-UNDANG NOMOR 40 TAHUN 2007 TENTANG

PERSEROAN TERBATAS

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Kenotariatan dalam Program Studi Kenotariatan

pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

Oleh

SAHARA BEBY

08701112/MKn

PROGRAM STUDI MAGISTER KENOTARIATAN

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(3)

Judul Tesis : CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY MENURUT

UNDANG-UNDANG NOMOR 40 TAHUN 2007

TENTANG PERSEROAN TERBATAS Nama Mahasiswa : Sahara Beby

Nomor Pokok : 08701112 Program Studi : Kenotariatan

Menyetujui Komisi Pembimbing

(Prof. Dr. Alvi Syahrin, SH.,MS) Ketua

(Prof. Dr. Ningrum Natasya Sirait, SH., MLi) (Prof. Dr. Runtung. SH, M.Hum) Anggota Anggota

Ketua Program Studi Direktur

(Prof. Dr. Muhammad Yamin, SH.,MS.,CN) (Prof. Dr. Runtung, SH., M.Hum)

(4)

Telah diuji pada

Tanggal : 07 Oktober 2010

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. Dr. Alvi Syahrin, SH.,MS

Anggota : Prof. Dr. Ningrum Natasya Sirait, SH., MLi Prof. Dr. Runtung. SH, M.Hum

(5)

CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY MENURUT

UNDANG-UNDANG NOMOR 40 TAHUN 2007 TENTANG PERSEROAN

TERBATAS

Perusahaan adalah organ yang penting di dalam masyarakat. Perusahaan sebagai bagian dari kehidupan memiliki kewajiban terhadap sosial dan lingkungan sekitar. Dalam menjalankan roda perekonomian perusahaan memiliki kewajiban selain hanya mendapatkan laba. Kewajiban ini telah diatur di dalam peraturan perundang-undangan.

Penelitian ini bersifat normatif, maksudnya adalah suatu penelitian yang mengacu kepada norma-norma hukum yang terdapat pada peraturan perundang-undangan dan putusan pengadilan. Dengan menggunakan metode pengumpulan data yaitu studi pustaka. Kemudian dianalisis secara kualitatif dengan menggunakan metode deduktif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perusahaan memiliki tanggung jawab berupa kewajiban terhadap sosial dan lingkungan sekitar (yang selanjutnya disebut dengan CSR) yang merupakan suatu etika di dalam bisnis. Pengaturan mengenai tanggung jawab perusahaan ini dituangkan di dalam Pasal 74 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas. CSR memberikan manfaat bukan saja kepada perusahaan tetapi juga kepada masyarakat dan lingkungan sekitar. Penerapan CSR dalam pembangunan berwawasan lingkungan saat ini memiliki dampak yang begitu besar terhadap perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup. CSR dalam penerapannya memiliki kendalan dan hambatan. Pemegang saham merupakan bagian yang penting di dalam perusahaan. Oleh karena itu pemegang saham memiliki

1

Mahasisiwi Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum, Universitas Sumatera Utara.

2

Dosen Pembimbing Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum, Universitas Sumatera Utara.

3

Dosen Pembimbing Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum, Universitas Sumatera Utara.

4

(6)

kewajiban terhadapa pelaksanaan CSR. Berdasarkan hasil penelitian, maka disarankan kepada Pemerintah untuk membuat Peraturan Pemerintah (PP), sebagai tindak lanjut dalam pengaturan CSR, dan perusahaan hendaknya lebih peka dalam isu lingkungan yang berkembang saat ini, serta pemegang saham melakukan kewajibannya melakukan CSR dengan memberikan arahan kepada direktur/manajer perusahaan untuk lebih mengembangkan CSR di dalam perusahaan.

(7)

CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY BY LAW NUMBER 40 OF 2007 ON

The company is an important organ within the community. Company as a part of life have an obligation to the social and environmental surroundings. In running the economy the company has an obligation other than just profit. This obligation has been set in legislation.

This research is normative, that is a study that refers to the legal norms contained in legislation and court decisions. By using the data collection method that is book study. Then analyzed qualitatively by using the deductive method.

The results showed that the company has a responsibility in the form of social and environmental liabilities to approximately (hereinafter referred to as CSR) which is an ethics in business. Settings on corporate responsibility is set out in Article 74 of Law Number 40 Year 2007 concerning Limited Liability Company. CSR provides benefits not only to companies but also to the society and the environment. Implementation of CSR in the development of environmentally sound today have such a huge impact on the protection and management of the environment. CSR has application kendalan and barriers. Shareholders is an important part in the company. Therefore, shareholders have an obligation terhadapa implementation of CSR. Based on the research, it is recommended to the Government to make the Government Regulation (PP), as a follow-up in the regulation of CSR, and companies should be more sensitive in environmental issues that developed at this time, and perform its obligations to shareholders of CSR by giving direction to the director / manager company to further develop CSR within the company.

Keywords: Company, Responsibility, Social and Environmental.

5

Public Notary Mahasisiwi Studies Program Faculty of Law, University of North Sumatra

6

Supervisor Master of Notary Law Faculty, University of North Sumatra

7

Supervisor Master of Notary Law Faculty, University of North Sumatra

8

(8)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang Maha Pengasih dan

Maha Penyayang atas segala rahmat dan karunia Nya sehingga tesis ini dapat

diselesaikan.

Penulis menyadari bahwa penulisan ini masih terdapat kekurangan sehingga

penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun serta terdapat

penelitian-penelitian lain yang lebih baik dan relevan dengan tesis ini pada masa yang

akan datang.

Penulis juga menyadari bahwa tesis ini dapat diselesaikan karena dukungan

dan bantuan berbagai pihak, untuk itu penulis mengucapkan terima kasih yang tulus

kepada:

1. Bapak Prof. DR. Syahril Pasaribu, selaku Rektor USU

2. Bapak Prof. DR. Runrung, SH, M.Hum, selaku Dekan Fakultas Hukum USU

3. Bapak Prof. DR. M. Yamin,SH, CN selaku ketua bagian Magister

Kenotariatan USU

4. Ibu DR. T. Keizerina Devi Anwar, Selaku Sekretaris bagian Magister

Kenotariatan USU

5. Bapak Prof.DR. Alvi Syahrin, SH, MS, Selaku dosen pembimbing.terima

(9)

6. Ibu Prof. DR. Ningrum Natasya Sirait, SH, MLI, Selaku dosen pembimbing

penulis. Penulis sangat berterimakasih atas arahan serta bimbingan yang telah

ibu berikan

7. Bapak prof. DR. Runtung, SH, M.Hum, Selaku dosen pembimbing penulis

8. Bapak Prof. DR.M. Yamin, SH, CN, Selaku Komisi Penguji

9. Ibu DR. T. Keizerina Devi Anwar, Selaku Komisi Penguji

10.Untuk seluruh staff pengajar di magister kenotariatan, Terima Kasih banyak

atas ilmu yang telah diberikan kepada penulis. Insyaallah ilmu yang didapat

mendapatkan berkah dari Nya.

11.Buat mama penulis Hj. Rohaya yang telah memberikan semangat, dukungan

baik moril dan materil. You are the best mom in the world. Buat kakak, Adra

Nadria Spd, Hareseh Kumar dan Muhammad Said Ibrahim…terima kasih

dukungan yang telah diberikan dan buat Fajar Family, yang tidak bisa

disebutin namanya satu-satu terima kasih

12.Buat sahabat dan teman teman penulis, Terima kasih banyak telah mendukung

penulis.

13.Buat pegawai MKN, makasih ya ibu fatimah, kak sari, kak winda en yang

(10)

RIWAYAT HIDUP

Nama : Sahara Beby

Tempat/Tanggal Lahir: Tebing Tinggi, 11 September 1986

Jenis Kelamin : Perempuan

Nama Orang Tua : 1. Ibu : Hj. Rohaya

2. Ayah : Usman

Nomor telepon : 081375899676 dan 088261606242

Email : beby_sahara@yahoo.co.id

Alamat : Jalan Patuan Anggi Nomor. 167 Pematang Siantar

Pendidikan : SD MUHAMMADDIYAH P. Siantar

SMP NEGERI 4 P. Siantar

SMA NEGERI 2 P. Siantar

Fakultas Hukum Universitas Islam Sumatera Utara Medan

Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sumatera

(11)

DAFTAR ISI

ABSTRAK

ABSTRACT

KATA PENGANTAR

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang……….…..1

B. Perumusan Masalah………..15

C. Tujuan Penelitian………..16

D. Manfaat Penelitian………16

E. Keaslian Penelitian………...18

F. Kerangka Teori……….…19

BAB II PENERAPAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) DALAM ETIKA BISNIS SEBAGAI KEWAJIBAN PERUSAHAN MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 40 TAHUN 2007 TENTANG PERSEROAN TERBATAS A. Tinjauan Umum dan Prinsip Etika Bisnis……….……31

B. Tinjauan Umum Tentang Corporate Social Responsibility (CSR)……34

C. Manfaat dan Tata Cara Corporate Social Responsibility (CSR)...39

(12)

BAB III PENERAPAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) DALAM

PEMBANGUNAN BERWAWASAN LINGKUNGAN MENURUT

UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2009 TENTANG

PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP

A. Tinjauan Umum Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan

Hidup……….…66

B. Bisnis dan Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup…….70

C. Prinsip Pembangunan Berwawasan Lingkungan Menurut

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan

Pengelolaan Lingkungan Hidup………79

D. Beberapa Contoh Penerapan Corporate Sosial Responsibility (CSR) di

Indonesia...88

E. Kendala dan Hambatan dalam Penerapan Corporate Social

Responsibility (CSR)...97

BAB IV KEWAJIBAN PEMEGANG SAHAM DALAM PENERAPAN

CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR)

A. Tinjauan Umum tentang Penanaman Modal………....…...102

B. Peranan Pemegang Saham dalam Perkembangan Iklim Penanaman

Modal di Indonesia...107

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan...117

B. Saran...119

(13)

CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY MENURUT

UNDANG-UNDANG NOMOR 40 TAHUN 2007 TENTANG PERSEROAN

TERBATAS

Perusahaan adalah organ yang penting di dalam masyarakat. Perusahaan sebagai bagian dari kehidupan memiliki kewajiban terhadap sosial dan lingkungan sekitar. Dalam menjalankan roda perekonomian perusahaan memiliki kewajiban selain hanya mendapatkan laba. Kewajiban ini telah diatur di dalam peraturan perundang-undangan.

Penelitian ini bersifat normatif, maksudnya adalah suatu penelitian yang mengacu kepada norma-norma hukum yang terdapat pada peraturan perundang-undangan dan putusan pengadilan. Dengan menggunakan metode pengumpulan data yaitu studi pustaka. Kemudian dianalisis secara kualitatif dengan menggunakan metode deduktif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perusahaan memiliki tanggung jawab berupa kewajiban terhadap sosial dan lingkungan sekitar (yang selanjutnya disebut dengan CSR) yang merupakan suatu etika di dalam bisnis. Pengaturan mengenai tanggung jawab perusahaan ini dituangkan di dalam Pasal 74 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas. CSR memberikan manfaat bukan saja kepada perusahaan tetapi juga kepada masyarakat dan lingkungan sekitar. Penerapan CSR dalam pembangunan berwawasan lingkungan saat ini memiliki dampak yang begitu besar terhadap perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup. CSR dalam penerapannya memiliki kendalan dan hambatan. Pemegang saham merupakan bagian yang penting di dalam perusahaan. Oleh karena itu pemegang saham memiliki

1

Mahasisiwi Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum, Universitas Sumatera Utara.

2

Dosen Pembimbing Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum, Universitas Sumatera Utara.

3

Dosen Pembimbing Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum, Universitas Sumatera Utara.

4

(14)

kewajiban terhadapa pelaksanaan CSR. Berdasarkan hasil penelitian, maka disarankan kepada Pemerintah untuk membuat Peraturan Pemerintah (PP), sebagai tindak lanjut dalam pengaturan CSR, dan perusahaan hendaknya lebih peka dalam isu lingkungan yang berkembang saat ini, serta pemegang saham melakukan kewajibannya melakukan CSR dengan memberikan arahan kepada direktur/manajer perusahaan untuk lebih mengembangkan CSR di dalam perusahaan.

(15)

CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY BY LAW NUMBER 40 OF 2007 ON

The company is an important organ within the community. Company as a part of life have an obligation to the social and environmental surroundings. In running the economy the company has an obligation other than just profit. This obligation has been set in legislation.

This research is normative, that is a study that refers to the legal norms contained in legislation and court decisions. By using the data collection method that is book study. Then analyzed qualitatively by using the deductive method.

The results showed that the company has a responsibility in the form of social and environmental liabilities to approximately (hereinafter referred to as CSR) which is an ethics in business. Settings on corporate responsibility is set out in Article 74 of Law Number 40 Year 2007 concerning Limited Liability Company. CSR provides benefits not only to companies but also to the society and the environment. Implementation of CSR in the development of environmentally sound today have such a huge impact on the protection and management of the environment. CSR has application kendalan and barriers. Shareholders is an important part in the company. Therefore, shareholders have an obligation terhadapa implementation of CSR. Based on the research, it is recommended to the Government to make the Government Regulation (PP), as a follow-up in the regulation of CSR, and companies should be more sensitive in environmental issues that developed at this time, and perform its obligations to shareholders of CSR by giving direction to the director / manager company to further develop CSR within the company.

Keywords: Company, Responsibility, Social and Environmental.

5

Public Notary Mahasisiwi Studies Program Faculty of Law, University of North Sumatra

6

Supervisor Master of Notary Law Faculty, University of North Sumatra

7

Supervisor Master of Notary Law Faculty, University of North Sumatra

8

(16)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Milton Friedman9 sang ekonom pemenang hadiah Nobel bersikap pesimis

atas segala upaya menjadikan perusahaan sebagai alat tujuan sosial. Tujuan

korporasi, menurutnya, hanyalah menghasilkan keuntungan ekonomi bagi

pemegang sahamnya. Jadi korporasi memberikan sebagian keuntungannya bagi

masyarakat dan lingkungan, maka korporasi telah menyalahi kodratnya dimana

korporasi hanya mencari keuntungan sebesar-besarnya demi kepentingan

pemegang saham.

Friedman menyimpulkan bahwa doktrin tanggung jawab sosial dari bisnis

merusak ekonomi pasar bebas. Doktrin ini juga bersifat ancaman terhadap

masyarakat bebas dan demokratis. Kemudian Friedman menyatakan, yang dikutip

dari bukunya Capitalism and Freedom, bahwa dalam masyarakat bebas“ Terdapat

hanya satu tanggung jawab sosial untuk bisnis, yakni memanfaatkan sumber daya

alam dan melibatkan diri dalam kegiatan-kegiatan yang bertujuan meningkatkan

keuntungannya, selama hal itu sebatas aturan-aturan main, artinya, melibatkan

1

K. Bertens, Pengantar Etika Bisnis, (Yogyakarta: Kanisius, 2000), hal. 293

Milton Friedman (1912-) adalah professor emeritus dari Universitas Chicago dan pemenang nobel bagian ekonomi pada tahun 1976. Ia adalah pelopor utama dari Neoliberalisme, aliran dalam ekonomi yang sedapat mungkin menerapkan pemikiran liberalisme klasik (Adam Smith) pada abad ke-20. Ia telah merumuskan pandangannya tentang tanggung jawab perusahaan dalam bukunya,

Capitalism and Freedom (1962), tetapi yang menjadi terkenal dalam konteks ini adalah tulisannya

yang dimuat dalam New York Times Magazine, 13 September 1970, dengan judul The Social

Responsibility of Business is to Increase Its Profits.

(17)

diri dalam kompetisi yang terbuka dan bebas tanpa penipuan dan kecurangan.”10

Bahkan Milton Friedman mengungkapkan bisnis dari bisnis hanyalah bisnis (The

bussiness of bussiness is bussiness). Tanggung jawab sosial hanya ada pada

individu dan tidak melekat pada perusahaan sebab tanggung jawab perusahaan

adalah menghasilkan keuntungan yang sebesar-besarnya bagi pemegang saham.11

Kondisi yang seperti ini yang berkembang di dalam sebuah perusahaan,

bahwa perusahaan hanya mencari keuntungan yang sebesar-besarnya tanpa

memikirkan masyarakat dan lingkungan sekitar. Sungguh ironis kita melihat

keadaan yang berkembang saat ini dimana perusahaan menggunakan masyarakat

serta lingkungan guna mencari keuntungan dari perusahaan tersebut tetapi apa

yang diberikan oleh perusahaan? Mungkin perusahaan hanya memberikan limbah,

racun atau kerusakan lingkungan di sekitar tempat perusahaaan tersebut

beroperasi. Kondisi ini juga diperparah oleh perusahaan yang tidak merasa

bertanggung jawab akan hal tersebut. Perusahaan hanya mengambil haknya yakni

berupa keuntungan tapi tidak dapat memberikan kewajiban yang harus dilakukan

yakni meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan lingkungan hidup.

Perusahaan-perusahaan yang ada terlalu fokus kepada kegiatan ekonomi

dan produksi yang mereka lakukan sehingga melupakan keadaaan masyarakat di

sekitar wilayah beroperasinya dan juga melupakan aspek-aspek kelestarian

10

Ibid., hal. 294

3

(18)

lingkungan. Padahal sebagaimana diamanatkan di dalam Undang-Undang Dasar

1945 pada Pasal 28H Ayat (1) yang berbunyi sebagai berikut Setiap orang

berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal dan mendapatkan

lingkungan hidup baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan

kesehatan”.12

Pasal 33 Undang-Undang Dasar 1945 yang berbunyi sebagai berikut:

(1) Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan (2) Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yang menguasai hajat

hidup orang banyak dikuasai oleh negara.

(3) Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat.

(4) Perekonomian nasional diselenggarakan berdasar atas demokrasi ekonomi dengan prinsip kebersamaan, efesiensi berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan, kemandirian, serta dengan menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional.

(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan pasal ini diatur dalam undang-undang.13

Hak yang sama juga diatur di dalam Pasal 9 Undang-Undang No. 39 tahun

1999 Tentang Hak Asasi Manusia Ayat (2)”Setiap orang berhak hidup tentram,

aman, damai, bahagia, sejahtera lahir dan batin”.14 Ayat (3)”Setiap orang berhak

atas lingkungan hidup yang baik dan sehat”.15

Dari aturan-aturan hukum tersebut dapat dilihat dengan jelas bahwa

masyarakat memiliki hak akan kehidupan sosial yang baik dan atas lingkungan

hidup yang sehat. Hak yang dimiliki masyarakat ini haruslah dipenuhi oleh

12

Pasal 28H Ayat (1) Undang-Undang Dasar Tahun 1945

5

Pasal 33 Undang-Undang Dasar Tahun 1945

6

Pasal 9 Ayat (2) Undang-Undang No. 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia

7

(19)

perusahaan-perusahaan dan pelaku usaha dalam menjalankan roda perekonomian

perusahaannya. Selanjutnya kewajiban untuk melakukan pelestarian lingkungan

hidup juga diatur di dalam Pasal 65 Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 Tentang

Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup sebagai berikut:

(1) Setiap orang berhak atas lingkungan hidup yang baik dan sehat sebagai bagian dari hak asasi manusia

(2) Setiap orang berhak mendapatkan pendidikan lingkungan hidup, akses informasi, akses partisipasi, dan akses keadilan dalam memenuhi hak atas lingkungan hidup yang baik dan sehat.

(3) Setiap orang berhak mengajukan usul dan/atau keberatan terhadap rencana usaha dan/atau kegiatan yang diperkirakan dapat menimbulkan dampak terhadap lingkungan hidup

(4) Setiap orang berhak untuk berperan dalam perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

(5) Setiap orang berhak melakukan pengaduan akibat dugaan pencemaran dan/atau perusakan lingkungan hidup.

(6) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pengaduan sebagaimana dimaksud pada ayat (5) diatur dengan peraturan menteri.16

Jelaslah dalam undang-undang ini bahwa masyarakat memiliki hak atas

lingkungan yang baik dan sehat sebagai bagian dari hak asasi manusia, yang

merupakan hak yang paling mendasar yang dimiliki oleh setiap orang. Lingkungan

hidup yang baik dan sehat sangat berperan dalam kelangsungan hidup masyarakat.

Dimana lingkungan yang baik dan sehat dapat menjadikan masyarakat bebas dari

segala penyakit. Masyarakat juga berhak mendapatkan pendidikan lingkungan hidup,

akses informasi, akses partisipasi dan akses keadilan dalam memenuhi hak atas

lingkungan hidup yang baik dan sehat. Pendidikan yang diperoleh mengupayakan

16

(20)

masyarakat lebih sadar akan lingkungan yang baik dan bersih serta dapat

meningkatkan kualitas lingkungan hidup.

Di lain pihak, seiring dengan perkembangan zaman, juga mendorong

masyarakat untuk menjadi semakin kritis dan menyadari hak-hak asasinya, serta

berani mengekspresikan tuntutannya terhadap perkembangan dunia bisnis Indonesia.

Hal ini menuntut para pelaku bisnis untuk menjalankan usahanya dengan semakin

bertanggung jawab. Pelaku bisnis tidak hanya dituntut untuk memperoleh keuntungan

dari lapangan usahanya melainkan mereka juga diminta untuk memberikan kontribusi

positif terhadap lingkungan sosialnya. Sebagaimana tercantum dalam Pasal 47

Undang- Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan

Lingkungan Hidup sebagai berikut:

(1) Setiap usaha dan/atau kegiatan yang berpotensi menimbulkan dampak penting terhadap lingkungan hidup, ancaman terhadap ekosistem dan kehidupan, dan/atau kesehatan dan keselamatan manusia wajib melakukan analisis risiko lingkungan hidup.

a.Analisis risiko lingkungan hidup sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi: 1. Pengkajian risiko;

2. Pengelolaan risiko; dan/atau 3. Komunikasi risiko

(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai analisis risiko lingkungan hidup diatur dalam peraturan pemerintah.17

Perubahan pada tingkat kesadaran masyarakat memunculkan kesadaran baru

tentang pentingnya melaksanakan Corporate Social Responsibility (yang selanjutnya

disebut dengan CSR). Pemahaman itu memberikan pedoman bahwa perusahaan

bukan lagi sebagai entitas yang hanya mementingkan dirinya sendiri saja sehingga

17

(21)

ter-alienasi atau mengasingkan diri dari lingkungan masyarakat di tempat mereka

bekerja, melainkan suatu entitas usaha yang wajib melakukan adaptasi kultural

dengan lingkungan sosialnya. Perusahaan juga diharuskan untuk lebih kooperatif

terhadap kesejahteraan masyarakat dan lingkungan hidup sekitar.

Jika dipandang dari segi moral hakikat manusia maupun hakikat kegiatan

bisnis itu sendiri diyakini bahwa tidak benar kalau para manajer perusahaan hanya

memiliki tanggung jawab dan kewajiban moral kepada pemegang saham. Para

manajer perusahaan sebagai manusia dan sebagai manajer sekaligus mempunyai

tanggung jawab dan kewajiban moral kepada banyak orang dan pihak lain yang

berkaitan dengan kegiatan dan operasi bisnis perusahaan yang dipimpinnya. Para

manajer perusahaan mempunyai tanggung jawab dan kewajiban moral untuk

memperlihatkan hak dan kepentingan karyawan, konsumen, pemasok, penyalur,

masyarakat setempat, dan seterusnya. Singkatnya tanggungjawab dan kewajiban

moral para manajer perusahaan tidak hanya tertuju pada shareholders (pemegang

saham) tetapi juga pada stakeholders (pemangku kepentingan) pada umumnya.18

Hal yang sama juga terjadi pada aspek lingkungan hidup yang menuntut

perusahaan untuk lebih peduli pada lingkungan hidup tempatnya beroperasi.

Sebagaimana hasil Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Bumi (Earth Summit) di Rio de

Janerio, Brasil pada tahun 1992 (yang selanjutnya lebih dikenal dengan KTT Rio).

18

Erni R. Ernawan, Business Ethics: Etika Bisnis, (Bandung : CV.Alfabeta, 2007), hal. 28

11

(22)

Dalam KTT Rio ini memuat berbagai hasil diantaranya yaitu:

1. Deklarasi Rio (terdiri dari 27 prinsip) 2. Agenda 21

3. Konvensi tentang Perubahan Iklim

4. Konvensi tentang Keanekaragaman Hayati; dan 5. Prinsip-Prinsip tentang Hutan;19

Di dalam Agenda 21 merekomendasikan sebagai berikut:

1. Dibentuk prosedur secara hukum dan administrasi di tingkat nasional

2. Dibentuk prosedur secara hukum dan administrasi untuk kompensasi,

pemulihan lingkungan dan lain-lain

3. Adanya akses bagi individu, kelompok dan organisasi.20

Indonesia setelah lama berselang KTT Rio baru membuat Agenda 21 secara

Nasional yang disebut Agenda 21 Indonesia yang disusun berdasarkan

perkembangan, perubahan kebijakan dan program-program mengenai lingkungan.

Agenda 21 Indonesia bertujuan mewujudkan pembangunan berkelanjutan dengan

mengintegrasikan konsep-konsep pembangunan ekonomi, sosial dan lingkungan.21

Selain Agenda 21 ada isu yang tak kalah pentingnya yang dibicarakan dalam

KTT Rio yakni Prinsip Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development).

Pengertian dari Pembangunan Berkelanjutan adalah pembangunan yang memenuhi

kebutuhan generasi sekarang tanpa mengurangi kemampuan generasi yang akan

datang dalam memenuhi kebutuhannya. Defenisi ini diberikan oleh Komisi Dunia

untuk Lingkungan dan Pembangunan (World Commission on Environment and

12Ibid., hal. 146

(23)

Development) sebagaimana tersaji dalam laporan komisi yang terkenal dengan

Komisi Brundtland. Komisi ini merupakan sejarah lahirnya prinsip Pembangunan

Berkelanjutan yang ditandai dengan terbentuknya Komisi Dunia untuk Lingkungan

dan Pembangunan (World Commission on Environment and Development) pada

tahun 1984 yang merumuskan berupa:

If it meets the needs of the present without compromising the ability of

future generations to meet their own needs”22

Istilah pembangunan berkelanjutan kini telah menjadi konsep yang bersifat

Subtle Infiltration, mulai dari perjanjian-perjanjian internasional, dalam implementasi

nasional dan peraturan perundang-undangan. Susan Smith mengartikan Sustainable

Development sebagai meningkatkan mutu hidup generasi kini dengan mencadangkan

modal atau sumber alam bagi generasi mendatang. Menurutnya dengan cara ini dapat dicapai empat hal :23

a. Pemeliharaan hasil-hasil yang dicapai secara berkelanjutan atas sumber daya yang dapat diperbaharui

b. Melestarikan dan menggantikan sumber alam yang bersifat jenuh c. Pemeliharaan sistem-sistem pendukung ekologis; dan

d. Pemeliharaan atas keanekaragaman hayati.

Kemudian di dalam Pertemuan Yohannesburg pada tahun 2002 memunculkan

suatu prinsip baru di dalam dunia usaha yaitu konsep Social Responsibility atau yang

14

David Farrier et. Al., The Environmental Law, Handbook, 3rd Edition Redfren Legal Centre Publishing, 1997, sebagaimana dikutip dari N.H.T Siahaan, Hukum Lingkungan dan Ekologi

Pembangunan, Op.cit., hal. 150

15

Paul Stein dan Susan Smith, Incorporating Sustainability Principles in Legislation, dalam Environmental Outlook, Law and Policy, No. 3, The Federation Press, 1999, sebagaimana dikutip dari N.H.T Siahaan, Hukum Lingkungan dan Ekologi Pembangunan, Op.cit., hal 154

16

(24)

lebih dikenal dengan World Summit on Sustainable Development (WSSD). Hasil

yang dicapai WSSD antara lain dapat dikemukakan sebagai berikut:24

a. Mengadopsi target baru dalam sanitasi dasar untuk mengurangi jumlah penduduk yang tidak memiliki akses pada sanitasi sampai separuhnya pada tahun 2015 b. Pengakuan pengelolaan sumber daya alam berbasis masyarakat. Disini disepakati

komitmen yang di dalamnya tercakup hak- hak masyarakat adat dengan paling sedikit 12 penjabaran termasuk posisi masyarakat sebagai stakeholder dan akses perempuan pada hak atas tanah dan sumber daya lainnya.

c. Masuknya prinsip-prinsip Rio dalam corporate accountability dan responsibility terlepas dari tuntutan Non Goverment Organization (NGO) untuk merundingkan konvensi yang mengikat mengenai isu corporate accountability dan responsibility d. Komitmen pemerintah untuk menjamin akses ke informasi lingkungan, hukum

dan cara kerjanya dalam pengelolaan lingkungan termasuk partisipasi publik dalam pengambilan keputusan.

e. Pengakuan akan pentingnya etika dalam pembangunan berkelanjutan. Hal ini menguatkan keyakinan bahwa isu pembangunan dan lingkungan tidak bisa diimplementasikan secara seimbang kecuali pemerintah, masyarakat, dan perusahaan memahami serta meyakini peran kritis dan norma etika dalam pengambilan keputusan.

Berawal dari munculnya suatu konsep dalam bidang korporasi untuk

memperhatikan aspek lingkungan dan sosialnya maka dalam memo ini akan dibahas

mengenai penerapan prinsip tanggung jawab sosial dan lingkungan oleh perusahaan,

termasuk dengan regulasinya.

Substansi keberadaan Prinsip CSR adalah dalam rangka memperkuat

kemampuan perusahaan untuk beradaptasi dengan lingkungannya, komunitas dan

pemangku kepentingan (stakeholders) yang terkait dengannya baik lokal, nasional,

maupun global. Di dalam pengimplementasiannya diharapkan agar unsur-unsur

perusahaan, pemerintah dan masyarakat saling berinteraksi dan mendukung supaya

(25)

menjalankan keputusan dan pertanggungjawabannya dapat dilaksanakan bersama.

CSR merupakan sebuah etika dalam dunia usaha dimana perusahaan wajib

melakukan hal tersebut.

CSR mungkin masih kurang populer di kalangan pelaku usaha nasional.

Namun tidak berlaku bagi pelaku usaha asing. Kegiatan sosial kemasyarakatan yang

dilakukan secara sukarela itu sudah biasa dilakukan oleh perusahaan-perusahaan

multinasional ratusan tahun lalu.25 Dengan munculnya Undang-Undang No. 40 tahun

2007 Tentang Perseroan Terbatas (yang selanjutnya disebut dengan UU PT)

menandai babak baru pengaturan CSR. Walaupun sebenarnya pembahasan mengenai

CSR sudah dimulai jauh sebelum undang-undang tersebut disahkan. Salah satu

pendorong perkembangan CSR yang terjadi di Indonesia adalah pergeseran

paradigma dunia usaha yang tidak hanya semata-mata untuk mencari keuntungan saja

melainkan juga bersikap etis dan berperan dalam penciptaan investasi sosial. Di

dalam Pasal 74 Undang-Undang Tentang Perseroan Terbatas menyebutkan bahwa “

Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang sumber daya alam”26

dimaksudkan adalah perseroan yang kegiatan usahanya mengelola dan memanfaatkan

sumber daya alam wajib melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan. Jika

tidak dilakukan maka perseroan tersebut akan dikenai sanksi sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan.

25

Sukarmi, “Tanggung jawab Sosial Perusahaan (Corporate Social Responsibility) dan Iklim Penanaman Modal”, http//www.madani-ri.com, diakses pada tanggal 18 Maret 2010.

18

(26)

Tanggung jawab sosial dan lingkungan merupakan ketentuan yang baru diatur

dalam ketentuan undang-undang ini. Kesadaran pentingnya melakukan CSR

merupakan trend global seiring dengan semakin maraknya kepedulian

mengutamakan pemangku kepentingan (stakeholders). Prinsip CSR ini juga tidak

terlepas dengan prinsip Good Corporate Governance (GCG) yang menerapkan

prinsip fairness, transparency dan accountability. 27

Aturan yang lebih tegas sebenarnya juga sudah ada di dalam Undang-Undang

Nomor 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal dalam Pasal 15 huruf b disebutkan

“Setiap penanam modal berkewajiban melaksanakan tanggung jawab sosial

perusahaan”.28 Jika tidak maka dapat dikenai sanksi mulai dari peringatan tertulis,

pembatasan kegiatan usaha, pembekuan kegiatan usaha dan/atau fasilitas penanaman

modal atau pencabutan kegiatan usaha dan/atau fasilitas penanaman modal (Pasal 34

Ayat (1) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal).29

Dengan diaturnya kewajiban bagi penanam modal untuk lebih kooperatif

terhadap masyarakat serta lingkungan hidup hal ini akan memberikan angin segar

bagi masyarakat karena bagaimanapun saat ini perdagangan bebas mulai memasuki

wilayah Indonesia. Penanam modal yang menanamkan modalnya di Indonesia wajib

19

Jamin Ginting, Hukum Perseroan Terbatas (UU NO. 40 Tahun 2007), (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2007), hal. 94

20

Pasal 15 huruf b Undang-Undang No. 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal

21

(27)

melakukan CSR sebagaimana telah diatur di dalam Undang-Undang Nomor 25

Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal dengan dibukanya jalur perdagangan bebas

maka banyak penanam modal yang akan datang ke Indonesia. Tapi yang menjadi

pertanyaan besar yaitu apakah dengan peraturan perundang-undangan yang ada saat

ini akan melindungi masyarakat dan lingkungan hidup atau peraturan

perundang-undangan ini akan menjadi momok bagi penanam modal dalam menanamkan

modalnya di Indonesia. Hal ini kembali lagi kepada etika dari penanam modal yang

menanamkan modalnya di Indonesia apakah CSR yang telah diatur dalam peraturan

perundang-undangan hanya wacana atau sebuah kewajiban.

Namun demikian pengaturan CSR di dalam Peraturan

Perundangan-Undangan Indonesia tersebut masih menciptakan kontroversi dan kritikan. Kalangan

pebisnis CSR dipandang sebagai suatu kegiatan sukarela sehingga tidak diperlukan

pengaturan di dalam peraturan perundang-undangan. Menurut Ketua Umum Kadin,

Mohammad S. Hidayat, CSR adalah kegiatan di luar kewajiban perusahaan yang

umum dan sudah ditetapkan dalam perundang-undangan formal sehingga jika diatur

akan bertentangan dengan prinsip kerelaan dan akan memberikan beban baru kepada

dunia usaha.30 Masalahnya, perusahaan sering melihat bisnis semata-mata sebagai

institusi bisnis mutlak untuk meraih keuntungan maksimal, sehingga pengeluaran

CSR lebih dipandang sebagai biaya daripada kompensasi dan investasi sosial. Para

30

“CSR, Kegiatan Sukarela yang Wajib Diatur”, dimuat dalam www.hukumonline.com, pada tangaal 1 Maret 2008, diakses pada 30 November 2009.

23

(28)

penentang CSR itu juga sering menganggap pembayaran pajak sudah merupakan

kompensasi yang diberikan kepada masyarakat melalui pemerintah.

Di lain pihak Ketua Panitia Khusus UU PT, Akil Mochtar menjelaskan bahwa

kewajiban CSR terpaksa dilakukan karena banyak perusahaan multinasional yang

beroperasi di Indonesia lepas dari tanggung jawabnya dalam mengelola lingkungan.31

CSR sebetulnya perusahaan untuk melindungi dan memberi kontribusi kepada

masyarakat tempat ia berada. Tanggung jawab sosial itu berada dalam tiga domain:

pihak-pihak yang berkepentingan terhadap organisasi (stakeholders), lingkungan

alam, dan kesejahteraan sosial.Selain itu kewajiban CSR sudah diterapkan pada

perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang mewajibkan BUMN untuk

memberikan bantuan kepada pihak ketiga dalam bentuk pembangunan fisik.

Kewajiban ini diatur di dalam berbagai peraturan perundang-undangan yang terkait

dengan BUMN.

Di dalam Undang-undang Nomor 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal,

Pasal 16 tercantum sebagai berikut:

Setiap penanam modal bertanggung jawab:

a. Menjamin tersedianya modal yang berasal dari sumber yang tidak bertentangan dengan ketentuan perundang-undangan

b. Menanggung dan menyelesaikan segala kewajiban dan kerugian jika penanam modal menghentikan atau meninggalkan atau menelantarkan kegiatan usahanya secara sepihak sesuai dengan peraturan perundang-undangan;

c. Menciptakan iklim usaha persaingan yang sehat, mencegah praktik monopoli, dan hal lain yang merugikan negara;

d. Menjaga kelestarian lingkungan hidup;

(29)

e. Menciptakan keselamatan, kesehatan, kenyamanan, dan kesejahteraan pekerja; dan;

f. Mematuhi semua ketentuan perarturan perundang-undangan.32

Undang-undang ini menjelaskan bahwa setiap penanam modal yang

menanamkan modalnya di Indonesia harus menjaga kelestarian lingkungan hidup

serta menjamin kesejahteraan pekerja. Ini merupakan bentuk kontribusi penanam

modal terhadap tanggung jawab sosial dan lingkungan.

Terlepas dari berbagai konflik yang membayangi pengaturan mengenai CSR

di dalam Peraturan Perundang-Undangan Nasional, CSR merupakan suatu konsep

yang penting untuk dilaksanakan oleh perusahaan. Hal ini dimaksudkan untuk

menciptakan hubungan timbal balik yang saling sinergis antara perusahaan dengan

masyarakat dan lingkungan sekitarnya.

Perusahaan yang telah beroperasi di suatu wilayah tertentu, memiliki

kewajiban untuk tetap menjaga kelestarian lingkungan tersebut salah satunya dengan

cara melakukan sistem pengolahan limbah yang baik. Isu pemanasan global (global

warming) meminta kepada negara-negara baik itu negara maju maupun negara yang

sedang berkembang seperti Indonesia untuk lebih peka terhadap lingkungan hidup.

Hal ini juga menuntut peran serta perusahaan untuk lebih serius dalam menjaga

lingkungan serta mencegah terjadinya pemanasan global yang lebih dahsyat.

Sebagaimana kita rasakan saat ini pemanasan global sudah semakin serius dan

mungkin mencapai titik klimaksnya. Mencairnya es di kutub utara dan selatan akan

berakibat buruk bagi kelangsungan ekosistem saat ini. Iklim yang tak menentu,

32

(30)

banyaknya terjadi bencana alam, longsor, kebakaran hutan, banjir dan

bencana-bencana lainnya. Ini merupakan efek dari pemanasan global yang merupakan

tangggung jawab kita bersama untuk lebih koperatif terhadap lingkungan.

Selanjutnya perusahaan juga seharusnya turut berperan serta dalam meningkatkan

kesejahteraan masyarakat di sekitarnya antara lain dengan cara pemberian pelatihan

keterampilan dan penyediaan lapangan kerja bagi masyarakat tersebut.

Di dalam prakteknya penerapan CSR disesuaikan dengan kemampuan

masing-masing perusahaan dan kebutuhan masyarakat. Oleh karena itu kegiatan CSR

sangat beragam. Hal ini bergantung pada proses interaksi sosial bersifat sukarela

didasarkan pada dorongan moral dan biasanya melebihi dari hanya sekedar kewajiban

memenuhi peraturan perundang-undangan.

Perlu disadari banyak manfaat yang akan diperoleh perusahaan yang

melakukan CSR antara lain dapat mempertahankan dan menaikkan reputasi dan

brand image perusahaan sehingga muncul citra yang positif dari masyarakat. Upaya

CSR mampu meningkatkan citra perusahaan dengan mempraktekkan karya ini yang

sering disebut kinerja sosial perusahaan (corporate social performance). Perusahaan

menyadari masih ada hal yang perlu diperhatikan daripada memperoleh laba sebesar

mungkin yakni mempunyai hubungan baik dengan masyarakat di sekitar pabrik dan

masyarakat umum.33

Berdasarkan uraian-uraian di atas, Penulis tertarik untuk membahas tentang

pengaturan Corporate Social Resposibility (CSR) sebagai suatu karya ilmiah dalam

33

(31)

bentuk tesis dengan judul “Corporate Social Responsibility (CSR) menurut UU No.

40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas.”

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut di atas maka dapat dirumuskan

permasalahan sebagai berikut:

1. Bagaimanakah penerapan CSR dalam etika bisnis sebagai sebuah kewajiban

bagi perusahaan menurut Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang

Perseroan Terbatas?

2. Bagaimanakah penerapan CSR dalam pembangunan berwawasan lingkungan

menurut Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan

Pengelolaan Lingkungan Hidup?

3. Bagaimana kewajiban pemegang saham suatu perusahaan dalam penerapan

CSR?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan uraian yang terdapat pada perumusan masalah di atas maka yang

menjadi tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui bagaimana penerapan CSR dalam etika bisnis sebagai

sebuah kewajiban bagi perusahaan menurut Undang-Undang Nomor 40

(32)

2. Untuk mengetahui bagaimanakah CSR dalam pembangunan berwawasan

lingkungan menurut Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang

Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup

3. Untuk mengetahui bagaimana kewajiban pemegang saham suatu perusahaan

dalam penerapan CSR

D. Manfaat Penelitian

Kegiatan penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara

teoritis maupun praktis, yaitu:

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan kajian lebih lanjut bagi para

akademisi maupun masyarakat umum serta diharapkan dapat memberi

manfaat guna menambah khasanah ilmu hukum secara umum dan hukum

perusahan secara khusus di Indonesia

2. Manfaat Praktis

a. Sebagai pedoman dan masukan bagi pemerintah atau badan legislatif

dalam menentukan kebijakan maupun regulasi dalam upaya

pengembangan hukum nasional ke arah pengaturan tanggung jawab

sosial perusahaan.

b. Sebagai informasi dan inspirasi bagi praktisi bisnis (para pelaku usaha,

pemegang saham, dan komisaris) bahkan investor untuk memahami

(33)

sebagai kepedulian dan komitmen dalam pelaksanaan tanggung jawab

sosial perusahaan.

c. Sebagai bahan kajian bagi para akademisi yang dapat mengambil

poin-poin atau modul-modul pembelajaran dari tesis ini dan

diharapkan wacana tanggung jawab sosial perusahaan ini berkembang

ke arah yang lebih baik.

d. Sebagai rujukan dan informasi bagi aktivis Lembaga Swadaya

Masyarakat (LSM), masyarakat umum, dan pemangku kepentingan

(stakeholders) lainnya sehingga mampu bersikap sebagai informan,

promotor sekaligus pengontrol perkembangan implementasi tanggung

jawab sosial perusahaan di Indonesia.

E. Keaslian Penelitian

Menurut data yang ada berdasarkan pemeriksaan dan hasil-hasil judul

penelitian yang ada pada perpustakaan Universitas Sumatera Utara (USU) telah ada

yang meneliti mengenai tanggung jawab sosial yaitu:

1. Ika Safithri, Mahasiswi Pascasarjana Hukum dengan judul penelitian

Analisis Hukum terhadap Pengaturan Corporate Social Responsibility (CSR)

pada Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan terbatas”.

2. Dwi Windarti, Mahasiswi Pascasarjana Hukum dengan judul penelitian

(34)

masyarakat (Studi di PT. Tambang Batubara Bukit Asam (Persero), Tbk

(PTBA))”.

3. Edi Syahputra, Mahasisiwa Pascasarjana Hukum dengan judul penelitian

Implementasi Corporate Social Responsibility (CSR) terhadap masyarakat

lingkungan PTPN IV (Studi Pada Unit Kebun Dolok Ilir, Kabupaten

Simalungun)

4. Martono Anggusti, Mahasiswa Pascasarjana hukum dengan judul penelitian

“Hak Perseroan dan tanggung jawab masyarakat dalam pelaksanaan tanggung

jawab sosial perusahaan”

Jika diperhadapkan permasalahan yang diteliti sebelumnya sebagaimana

disebutkan di atas dengan penelitian yang dilakukan ini adalah berbeda. Oleh karena

itu, penelitian ini dapat dipertanggungjawabkan memiliki keaslian dan sesuai dengan

asas- asas keilmuan yang harus dijunjung tinggi yaitu jujur, rasional, objektif serta

terbuka. Hal ini merupakan implikasi etis dari proses menemukan kebenaran ilmiah

sehingga dengan demikian penelitian ini dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya

secara ilmiah, keilmuan dan terbuka untuk kritisi yang sifatnya konstruktif

(membangun).

F. Kerangka Teori

Dalam dunia ilmu, teori menempati kedudukan yang penting sebagai sarana

untuk merangkum serta memahami masalah secara lebih baik. Hal-hal yang semula

(35)

sama lain secara bermakna. Teori memberikan penjelasan melalui cara

mengorganisasikan dan mensistematisasikan masalah yang dibicarakan.34

Kerangka teori tesis ini menggunakan teori utilitas (utilitarisme) yang

dipelopori Jeremy Bentham dan selanjutnya dikembangkan oleh John Stuart Mill.

Jeremy Bentham dalam karya tulisannya “ An Introduction to Principles of Morals

and Legislation”.35

Bentham menjelaskan lebih jauh bahwa asas manfaat melandasi segala

kegiatan berdasarkan sejauh mana tindakan itu meningkatkan atau mengurangi

kebahagiaan kelompok itu; atau, dengan kata lain meningkatkan atau melawan

kebahagiaan itu.36

Utilitarisme disebut lagi suatu teleologis (dari kata Yunani telos = tujuan),

sebab menurut teori ini kualitas etis suatu perbuatan diperoleh dengan dicapainya

tujuan perbuatan. Perbuatan yang memang bermaksud baik tetapi tidak menghasilkan

apa-apa menurut utilitarisme tidak pantas disebut baik.37

Teori utilitas merupakan pengambilan keputusan etika dengan

mempertimbagkan manfaat terbesar bagi banyak pihak sebagai hasil akhirnya (The

34

Satjipto Raharjo, Ilmu Hukum, (Bandung : PT. Citra Aditya Bakti, 2000), hal. 253

27

Ian Saphiro, Asas dan Moral dalam Politik, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia bekerjasama dengan Kedutaan Besar Amerika Serikat Jakarta dan Freedom Institute, 2006), hal. 13

Jeremy Bentham (1748-1832) karyanya Introduction to the Principles of Morals and

(36)

greatest good for the greatest number) artinya bahwa hal yang benar didefenisikan

sebagai hal yang memaksimalisasi apa yang baik atau meminimalisir apa yang

berbahaya bagi kebanyakan orang. Semakin bermanfaat pada semakin banyak orang

perbuatan itu semakin etis. Dasar moral dari perbuatan hukum ini bertahan paling

lama dan relatif paling banyak digunakan. Utilitarianism (dari kata utilis berarti

manfaat) sering disebut juga aliran konsekuensialisme karena sangat berorientasi

pada hasil perbuatan.38

Perlu dipahami kalau utilitarisme sangat menekankan pentingnya konsekuensi

perbuatan dalam menilai baik buruknya. Kualitas moral suatu perbuatan- baik

buruknya- tergantung pada konsekuensi atau akibat yang dibawakan olehnya. Jika

suatu perbuatan mengakibatkan manfaat paling besar artinya paling memajukan

kemakmuran, kesejahteraan dan kebahagiaan masyarakat maka perbuatan itu adalah

baik. Sebaliknya jika perbuatan membawa lebih banyak kerugian daripada manfaat

perbuatan itu harus dinilai buruk. Konsekuensi perbuatan disini memang menentukan

seluruh kualitas moralnya.39

Menurut teori ini suatu adalah baik jika membawa manfaat, tapi manfaat itu

harus menyangkut bukan saja satu dua orang melainkan masyarakat sebagai

keseluruhan. Jadi utilitarisme ini tidak boleh dimengerti dengan egoistis. Dalam

rangka pemikiran utilitarisme (utilitarianism) kriteria untuk menentukan baik

buruknya suatu perbuatan adalah kebahagiaan terbesar dari jumlah orang terbesar.

31

(37)

Perbuatan yang mengakibatkan paling banyak orang merasa senang dan puas adalah

perbuatan yang terbaik. Mengapa melestarikan lingkungan hidup misalnya

merupakan tanggung jawab moral individu atau korporasi? Utilitarisme menjawab

karena hal itu membawa manfaat paling besar bagi umat manusia sebagai

keseluruhan. Korporasi atau perusahaan tentu bisa meraih banyak manfaat dengan

menguras kekayaan alam melalui teknologi dan industri hingga sumber daya alam

rusak atau habis sama sekali. Karena itu menurut utilitarisme upaya pembangunan

berkelanjutan (Suistanable Development) menjadi tanggung jawab moral individu

atau perusahaan.40

Ada suatu pola pikir masyarakat yang membuatnya mudah untuk dipahami

adalah bahwa konsep yang paling masuk akal dan adil bagi masyarakat adalah konsep

utilitas (manfaat). Suatu masyarakat dapat diatur dengan baik bila perusahaan mampu

memaksimalkan saldo bersih dari kepuasan. Prinsip ini merupakan pilihan yang

diperuntukan bagi banyak orang.

Mudah dipahami bahwa utilitarisme sebagai teori etika sesuai dengan

pemikiran ekonomis. Misalnya teori ini cukup dekat dengan Cost-benefit analysis

(Analisis biaya manfaat) yang banyak dipakai dalam konteks ekonomi. Manfaat yang

dimaksudkan utilitarisme bisa dihitung juga sama seperti menghitung untung dan rugi

atau kredit dan debet dalam konteks bisnis. Keputusan diambil pada manfaat terbesar

32

(38)

dibanding biayanya.41 Prinsip utilitarian dianggap mengasumsikan bahwa kita bisa

mengukur dan menambahkan kuantitas keuntungan yang dihasilkan oleh suatu

tindakan dan menguranginya dengan jumlah kerugian dari tindakan tersebut dan

selanjutnya menentukan tindakan mana yang menghasilkan keuntungan paling besar

atau biaya yang paling kecil.42

Kemudian John Stuart Mill melakukan revisi dan mengembangkan lebih

lanjut teori ini dalam bukunya utilitarianism yangditerbitkan pada tahun 1861 John

Stuart Mill mengasumsikan bahwa pengejaran utilitas masyarakat adalah sasaran

aktivitas moral individual. John Stuart Mill mempostulatkan suatu nilai tertinggi

kebahagiaan yang mengijinkan kesenangan heterogen dalam berbagai bidang

kehidupan. Ia menyatakan bahwa semua pilihan dapat dievaluasi dengan mereduksi

kepentingan yang dipertaruhkan sehubungan dengan kontribusinya bagi kebahagiaan

individual yang tahan lama. Teori ini dikenal dengan utilitarianisme eudaemonistik.

Kriteria utilitas menurutnya harus mampu menunjukkan keadaan sejahtera individual

yang lebih awet sebagai hasil yang diinginkan, yaitu kebahagiaan.43

Selain teori utilitarianisme tesis ini juga menggunakan teori keadilan. Teori

ini dikemukakan oleh John Rawls. Di dalam bukunya yang berjudul A Theory of

Justice, beliau menyaratkan dua prinsip keadilan sosial yang sangat mempengaruhi

pemikiran abad ke-20 yaitu prinsip- prinsip sebagai berikut:

33

Ibid

34

Ibid., hal. 67

43

(39)

1. Paling utama adalah prinsip kebebasan yang sama (Equal liberty) yakni setiap orang memiliki hak atas kebebasan individual (Liberty) yang sama dengan hak orang lainnya.

2. Prinsip kesempatan yang sama (Equal oppurtunity). Dalam hal ini, ketidakadilan ekonomi dalam masyarakat harus diatur untuk melindungi pihak yang tidak beruntung dengan jalan memberi kesempatan yang sama bagi semua orang dengan persyaratan yang adil.44

Apabila kehidupan bisnis ingin berlangsung jangka panjang maka bisnis itu

harus memberi jawaban kepada kebutuhan masyarakat dan memberi masyarakat itu

apa saja yang menjadi kebutuhan mereka. Dengan kata lain dunia bisnis harus

seimbang dengan kehidupan lingkungan yang bermutu.

CSR adalah tanggung jawab perusahaan terhadap masyarakat di luar tanggung

jawab ekonomis. Jika berbicara tanggung jawab sosial perusahaan yang dimaksudkan

adalah kegiatan-kegiatan yang dilakukan perusahaan demi suatu tujuan sosial dengan

tidak memperhitungkan untung atau rugi ekonomis.45 Konsep CSR sudah mulai

dikenal dan dipraktekkan di Indonesia sekitar tahun 1970-an. Dalam pengertiannya

yang paling klasik,CSR dapat dipersepsikan sebagai suatu ideologi yang bersifat amal

(charity) dari pihak pengusaha kepada masyarakat di sekitar tempat beroperasinya

perusahaan tersebut. Ada juga sebagian besar yang mengidentikkan CSR dengan

Community Development (CD). CSR berbeda dengan CD dari segi historis

keberadaan diantara keduanya.

Community Development (CD) merupakan kerelaan perusahaan untuk

memberikan sebentuk benefit bagi masyarakat di sekitar lokasi perusahaan sedangkan

44

John Rawls, A Theory of Justice, (London:Harvard University Press, 1971), hal. 23-24 dikutip dari K. Bertens, Op. cit., hal. 295

37

(40)

CSR muncul sebagai sebuah reaksi atas tuntutan masyarakat yang didasarkan

pemikiran bahwa keberadaan perusahaan di suatu tempat akan dan niscaya

mengurangi hak-hak masyarakat setempat.

Secara umum CSR merupakan peningkatan kualitas hidup mempunyai arti

adanya kemampuan manusia sebagai individu anggota masyarakat untuk dapat

menanggapi keadaan sosial yang ada dan dapat menikmati, memanfaatkan serta

memelihara lingkungan hidup atau dapat dikatakan sebagai proses penting dalam

pengaturan biaya yang dikeluarkan dan keuntungan kegiatan bisnis dari pemangku

kepentingan (stakeholders) baik secara internal maupun eksternal.46 CSR merupakan

komitmen usaha untuk bertindak secara etis beroperasi secara legal untuk

peningkatan ekonomi bersamaan dengan peningkatan kualitas hidup dari karyawan

dan keluarganya beserta masyarakat secara lebih luas. Pengertian ini sama dengan

apa yang didefenisikan oleh The World Bussiness Council for Sustainable

Development (WBCSD)47 dalam publikasinya Making Good Bussiness Sense

mendefenisikan CSR atau tanggung jawab sosial perusahaan “ Continuing

commitment by bussiness to behave ethically and contribute to economic development

while improving the quality of live of the workforce and their families as well as the

38

Erni R Ernawan, Op.cit., hal. 110

39

The World Business Council for Sustainable Development (WBCSD) adalah merupakan

Forum Asosiasi CEO dari sekitar 200 perusahaan yang terlibat secara khusus dengan bisnis pembangunan berkelanjutan, dikutip dari Ika Safithri, Analisis Hukum terhadap Pengaturan Corporate

Social Responsibility (CSR) menurut Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, Tesis, Medan : Pasca Sarjana Hukum USU, 2008), hal. 27

40

Yusuf Wibisono, Membedah Konsep & Aplikasi CSR, (Gresik: Fascho Publishing, 2007), hal. 7

41

(41)

local community and society at large.” (adalah komitmen dunia usaha untuk terus

menerus bertindak secara etis beroperasi secara legal dan berkontribusi untuk

peningkatan ekonomi bersamaan dengan peningkatan kualitas hidup dari karyawan

dan keluarganya sekaligus juga peningkatan kualitas komonitas lokal dan masyarakat

secara lebih luas).48

Selanjutnya Weeden dan Svendsen menyatakan bahwa CSR berkembang

menjadi konsep yang mengandung gagasan tanggung jawab dunia usaha yang

mengenal kinerja etis, ramah lingkungan, berjiwa sosial bisnis dan mengutamakan

hubungan baik dengan semua stakeholders.49

Di Indonesia, defenisi CSR secara etimologis kerap diterjemahkan sebagai

tanggung jawab sosial perusahaan. Dalam konteks lain CSR kadang juga disebut

sebagai tanggung jawab sosial korporasi atau tanggung jawab sosial dunia usaha.

Namun umumnya bila disebut salah satu darinya konotasinya pasti kembali kepada

CSR.

Penerapan CSR tidak luput dari kerjasama pelaku usaha, masyarakat serta

pemerintah untuk menciptakan suatu iklim dunia usaha yang berkesinambungan baik

dari segi ekonomi, sosial serta lingkungan. Pelaku usaha mestilah mengembangkan

kegiatan sosial yang bukan hanya untuk menjaga citra baik perusahaan tetapi juga

menjaga kesinambungan (Sustainability) usaha suatu perusahaan dengan membentuk

suatu relasi sosial yang kuat dengan masyarakat sekitarnya (kemitraan)

(42)

Pada awalnya pelaksanaan CSR di Indonesia bersifat sukarela sehingga sangat

bergantung pada pimpinan puncak korporasi. Artinya kebijakan CSR tidak selalu

dijamin selaras dengan visi dan misi korporasi. Jika pemimpin perusahaan memiliki

kesadaran moral yang tinggi maka korporasi tersebut menerapkan kebijakan CSR

yang benar. Sebaliknya jika orientasi pimpinannya hanya mengarah pada kepentingan

kepuasan pemegang saham serta pencapaian prestasi pribadi maka kebijakan CSR

hanya selalu sekedar penghias saja. Sifat CSR yang sukarela absennya produk hukum

yang menunjang dan lemahnya penegakkan hukum telah menjadikan Indonesia

sebagai negara ideal bagi korporasi yang memang memperlakukan CSR sebagai

penghias saja. Hal yang penting bagi perusahaan model ini hanyalah laporan tahunan

yang baik dan lengkap dengan tampilan aktivitas sosial serta dana program

pembangunan yang telah direalisasi. Padahal program CSR sangat penting sebagai

kewajiban untuk bertanggung jawab atas keutuhan kondisi- kondisi kehidupan umat

manusia di masa mendatang.50

Berkaitan dengan implementasi tanggung jawab sosial dan lingkungan akan

dibuat peraturan pelaksanaanya dalam bentuk Peraturan Pemerintah (PP) termasuk

mengenai besaran kewajibannya, siapa lembaga yang akan mengawasinya serta apa

sanksi jika tanggung jawab diabaikan. Pemerintah masih berupaya mencari titik

keseimbangan yang paling sesuai agar kalangan dunia usaha tidak sampai dirugikan

50

(43)

atau terpaksa mencari lokasi investasi di tempat lain dan masyarakat setempat juga

mendapatkan keuntungan. Tujuan utama membuat aturan main (Rule of the game)

tentang CSR adalah agar perusahaan bisa bekerja dengan tenang.51

Lebih lanjut berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Bussiness for

Social Responsibility,52 adapun manfaat yang dapat diperoleh suatu perusahaan yang

mengimplementasikan CSR antara lain:

a. Peningkatan penjualan dan pangsa pasar (Increased sales and market

share)

b. Memperkuat posisi nama atau merek dagang (Strengthened and brand

positioning)

c. Meningkatkan citra dan pengaruh perusahaan (Enchanced Corporate

Image and Clout)

d. Meningkatkan kemampuan untuk menarik, motivasi dan mempertahankan

karyawan (Increased ability to attract, motivate, and retain employes)

e. Menurunkan biaya operasional perusahaan (Decreasing operating cost)

43

“Pemerintah siap terbitkan PP Tanggung Jawab Sosial Perusahaan”, http//www. Antara.co.id, diakses pada tanggal 8 Desember 2009

44

Philip Kotler dan Nancy Lee, Corporate Social Responsibility :Doing the most good for

your company and your cause, (New Jersey :John Wiley and sons, inc, 2005), hal. 10. Business Social Responsibility adalah suatu organisasi non-profit secara global, yang memberikan informasi,

instrumen, pelatihan-pelatihan dan jasa konsultasi yang berkaitan dengan Corporate Social

(44)

f. Meningkatkan daya tarik bagi investor dan analisis keuangan (Increased

appeal to investors and financial analysts).

G. Metode Penelitian

1. Sifat Penelitian

Sifat penelitian yang dipergunakan adalah penelitian hukum normatif.

Penelitian hukum normatif didefenisikan sebagai penelitian yang mengacu

kepada norma-norma hukum yang terdapat pada peraturan

perundang-undangan dan putusan pengadilan. Disebut juga penelitian hukum doktrinal

yaitu penelitian hukum yang mempergunakan data sekunder.53

5. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah melalui

penelitian kepustakaan (library research) untuk mendapatkan konsepsi teori atau

doktrin, pendapat atau pemikiran konseptual dan penelitian terdahulu yang

berhubungan dengan objek telaahan penelitian ini yang dapat berupa peraturan

perundang-undangan dan karya ilmiah lainnya. Data atau bahan penelitian dalam

tesis ini dihimpun dari beberapa sumber yaitu:

a. Bahan Hukum Primer

yaitu bahan pustaka yang berisikan pengetahuan ilmiah yang baru ataupun

pengertian yang baru tentang fakta yang diketahui maupun mengenai studi

53

(45)

gagasan dalam bentuk Undang-undang yaitu Undang-Undang Nomor 40

Tahun 2007 yang menggantikan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1995

tentang Perseroan Terbatas dan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009

tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.

b. Bahan Hukum Sekunder

yaitu bahan yang memberikan penjelasan mengenai bahan hukum primer,

seperti hasil-hasil seminar atau pertemuan ilmiah lainnya, bahkan dokumen

pribadi atau pendapat dari kalangan pakar hukum sepanjang relevan dengan

objek telaan penelitian.

c. Bahan Hukum Tersier

yaitu bahan hukum penunjang yang memberi petunjuk dan penjelasan

terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder, seperti kamus,

majalah maupun dari internet.

3. Analisis Data

Pengelolaan data penelitian hukum normatif dapat dilakukan dengan cara

melakukan analisis terhadap kaidah hukum dan kemudian konstruksi dilakukan

dengan cara memasukkan pasal-pasal ke dalam kategori-kategori atas dasar

pengertian-pengertian dasar dari sistem hukum tersebut.

Dalam hal bahan-bahan hukum primer, hukum sekunder dan tersier yang

dimaksud telah diperoleh, maka bahan hukum tersebur diperiksa kembali

kelengkapan dan konsistensinya satu sama lain, kemudian disismasir sesuai

(46)

kualitatif dengan melakukan identifikasi yang logis, sistematis sesuai dengan tema

untuk dianalisis. Analisis bahan hukum dilakukan secara kualitatif kemudian ditarik

kesimpulan dengan menggunakan cara deduktif sehingga diharapkan dapat menjawab

(47)

BAB II

PENERAPAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) DALAM ETIKA BISNIS SEBAGAI SEBUAH KEWAJIBAN PERUSAHAAN MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 40 TAHUN 2007 TENTANG

PERSEROAN TERBATAS

A.Tinjauan Umum dan Prinsip Etika Bisnis 1. Pengertian Etika

Secara etimologi kata etika berasal dari bahasa Yunani yang dalam bentuk

tunggal yaitu ethos dan dalam bentuk jamaknya yaitu ta etha. Ethos berarti sikap,

cara berpikir, watak kesusilaan atau adab. Kata ini identik dengan perkataan moral

yang berasal dari kata latin mos yang dalam bentuk jamaknya mores yang berarti juga

adat-istiadat atau cara hidup.54 Etika dan moral memiliki arti yang sama, namun

dalam pemakaian terdapat perbedaan. Moral biasanya dipakai untuk perbuatan yang

sedang dinilai/dikaji (dengan kata lain perbuatan itu dilihat dari dalm diri orang itu

sendiri), artinya moral merupakan subjek, sedangkan etika dipakai untuk pengkajian

sistem nilai-nilai yang ada dalam kelompok atau masyarakat tertentu (merupakan

aktivitas atau hasil pengkajian).55

Etika merupakan penilaian terhadap baik atau buruknya bagi perilaku

manusia. Etika mencari perilaku manusia yang manakah yang baik, artinya etika

merupakan suatu penilaian terhadap perilaku yang paling baik dilakukan manusia.

Penilaian ini bersifat sebuah keharusan, hal ini berbeda dengan moral yang tidak

54

W.Poespoprodjo, Filsafat Moral, Bandung: Remaja Karya, 1986 dikutip dari Erni R. Ernawan, Op.cit., hal. 1

55

(48)

merupakan sebuah keharusan. Moral hanya merupakan penilaian yang hanya terbatas

pada pengetahuan yang dihasilkan dari tenaga manusianya.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia istilah etika diartikan sebagai:

(1) Ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan

kewajiban moral

(3) Kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak

6. Nilai mengenai benar dan salah yang dianut oleh suatu golongan atau

masyarakat.56

Jadi dapat disimpulkan bahwa etika adalah merupakan suatu cabang ilmu

filsafat. Tujuannya adalah mempelajari perilaku, baik moral maupun immoral,

dengan tujuan membuat pertimbangan yang cukup beralasan dan akhirnya sampai

pada rekomendasi yang memadai tentunya dapat diterima oleh suatu golongan

tertentu atau individu.57

Etika merupakan penelaaahan standar moral, proses pemeriksaaan standar

moral atau masyarakat untuk menentukan apakah standar tersebut masuk akal atau

tidak untuk diterpakan dalam situasi dan permasalahan yang konkrit.58 Tujuan akhir

standar moral adalah mengembangkan bangunan standar moral yang kita rasa masuk

akal untuk dianut dan standar yang telah kita pertimbangkan dan kita putuskan secara

56

Erni R.Ernawan, Op.cit., hal. 2

57

Ibid., hal. 7

58

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian dalam uji path menunjukkan bahwa karakteristik biografis tidak berpengaruh terhadap kinerja karyawan melalui motivasi; dan kepemimpinan berpengaruh

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK) yang bertujuan untuk mengetahui bagaimana proses pelaksanaan pembelajaran Two Stay Two Stray (TSTS) dapat meningkatkan

Namun pada tabel diatas, diperoleh nilai p 0,000, karena nilai p 0,000 berarti p<0,05 menunjukan bahwa ada perbedaan pengaruh yang signifikan antara

Kreativitas siswa kelas XII IPA 5 MAN 2 Tulungagung pada materi program linear pada tingkat 0 tidak mampu menunjukkan cara atau metode penyelesaian.. Sehingga

kualitas estetika tinggi hasil penilaian di ruangan dan di lapangan memiliki kesamaan yaitu lanskap hutan kota UI.. Hasil penilaian menggunakan metode SD di ruangan

Dengan teknik pengecatan banding yang dikerjakan pada 20 sampel didapatkan satu kelainan jumlah kromosom yaitu 47,XY,+21 atau Sindrom Down dengan fenotipe sebagai berikut :

Perancangan sentral industri kreativ kulit memberikan fasilitas dan sarana edukasi dan rekreativ yang menjadi ruang penyamakan kulit, pusat produksi 1 untuk mengelola kulit

Masalah etos kerja bagi bangsa Indonesia adalah masalah yang amat krusial, bukan hanya karena banyaknya penganggur yang sampai saat ini masih bertahan pada angka 40 juta orang