TAMAN ANAK SHOLEH (TAS) LEMBAGA AMIL ZAKAT
INSAN MULIA (LAZIM) JAKARTA
Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan
Mencapai Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)
ENENG HERAWATI NIM 109053000058
KONSENTRASI MANAJEMEN ZISWAF JURUSAN MANAJEMEN DAKWAH
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UIN SYARIF HIDAYATULLAH
TAMAN ANAK SHOLEH (TAS) LEMBAGA AMIL ZAKAT
INSAN MULIA (LAZIM) JAKARTA
Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan
Mencapai Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)
Oleh:
Eneng Herawati NIM: 109053000058 Di Bawah Bimbingan
Drs. Hasanudin Ibnu Hibban, MA NIP: 196606051994031005
KONSENTRASI MANAJEMEN ZISWAF
JURUSAN MANAJEMEN DAKWAH
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan karya asli saya sendiri yang diajukan untuk
memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Sarjana I (SI)
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini, saya telah
cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya saya atau
merupakan jiplakan dari orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi
yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Bekasi,01 Mei 2013
Sholeh (TAS) Lembaga Amil Zakat Insan Mulia (LAZIM) Jakarta telah diujikan dalam sidang munaqasah Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada hari Selasa 28 Mei 2013 skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar sarjana Ilmu Komunikasi Islam (S.Kom.I) pada Konsentrasi Manajemen ZISWAF Jurusan Manajemen Dakwah.
Jakarta 28 Mei 2013 Sidang Munaqosah
Ketua Merangkap Anggota, Sekretaris Merangkap Anggota,
Drs. H. Mahmud Jalal, M.A H. Mulkanasir, BA., S.Pd, M.M
NIP.195204221981031002 NIP.195501011983021001
Anggota,
Penguji I Penguji II
Drs. H. Mahmud Jalal, M.A Drs. Cecep Castrawijaya, M.A., M.M
NIP.195204221981031002 NIP.196708181998031002
Pembimbing,
i
Pendayagunaan Dana Zakat Untuk Program Taman Anak Sholeh (TAS) Lembaga Amil Zakat Insan Mulia (LAZIM) Jakarta
Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan sumberdaya manusia, jenis pendidikan secara umum ada du yaitu pendidikan formal dan nonformal. Pendayagunaan dana zakat untuk pendidikan nonformal seperti program Taman Anak Sholeh (TAS) akan memberikan manfaat yang besar bagi mustahik yang membutuhkan. Jika manajemen pendayagunaannya sesuai dengan kebutuhan.
Tujuan penelitian ini ingin mengetahui bagaimana manajemen pendayagunaan dana zakat untuk program Taman Anak Sholeh (TAS) serta kontribusi Lembaga Amil Zakat Insan Mulia (LAZIM) Jakarta terhadap program tersebut. Penelitian ini menggunkan metode kualitatif deskriptif, yaitu data yang dikumpulkan berupa kata-kata, gambar dan laporan penelitian akan bersifat kutipan-kutipan atau member gambaran penyajian laporan dengan teknik wawancara, observasi dan dokumentasi.
Hasil dari penelitian pendayagunaan dana zakat untuk program TAS LAZIM Jakarta ditinjau dari manajemen pendayaguaan dana zakat masih belum bisa dikatakan berhasil karena beberapa faktor, diantaranya minimnya dana yang disalurkan untuk program TAS. Sebagai contoh kontribusinya berupa bantuan SPP gratis untuk 30 orang peserta didik, bantuan gaji guru atau relawan sebesar Rp.600.000 untuk empat orang perbulannya selain itu mereka juga mendapat training, bantuan sarana prasarana diawal program sebesar Rp.3.000.000 untuk membeli karpet, meja lipat, buku-buku, juz ama, Iqro, Al-Quran, perlengkapan alat tulis, buku pemantau kegiatan dan lain sebagainya. Total bantuan perbulannya kurang lebih Rp.1.000.000 untuk operasional. Sedangkan jika diakumulasikan dana yang sudah didistribusikan LAZIM untuk Program TAS kurang lebih sekitar Rp.40.000.000.
ii Bismillahirrahmanirrohim
Puji syukur alhamdulilah kami panjatkan ke haribaan Allah SWT Tuhan
Penguasa Alam Semesta, dan dengan limpahan rahmat dan pertolongan-Nya
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Sholawat dan salam semoga tetap
terlimpahkan kepada baginda Rasulullah SAW yang telah menyelamatkan kita
semua dari dunia kegelapan menuju dunia yang terang yakni Din Al-Islam.
Penyusunan sekripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi tugas akhir
perkuliahan sebagai wujud dari partisipasi serta persiapan penulis dalam
mengembangkan diri untuk mengaktualisasikan ilmu pengetahuan yang telah
penulis peroleh selama menimba ilmu pengetahuan dibangku perkuliahan
sehingga diharapkan dapat bermanfaat bagi penulis sendiri dan juga pada
masyarakat umumnya.
Bab demi bab terselesaikan sudah dalam sebuah bentuk karya ilmiah
skripsi yang Insya Allah berguna untuk penulisan dan orang lain nantinya.
Halangan dan rintangan dalam penulisan skripsi ini, tidak terlepas dari bantuan
para dosen maupun pengajar lain yang memiliki intensitas ilmu di bidang
kelembagaan, khususnya dalam bidang pendayagunaan zakat. Penulis merasa
bahwasanya terselesaikannya penulisan sekripsi ini banyak dibantu oleh banyak
orang yang selalu berhubungan langsung maupun tidak langsung kepada penulis,
dan hanya ucapan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada mereka semua,
iii
Kakak tercinta Deden Mulyana tidak lupa sang Adik Rena Restiana.
2. DR. Arief Subhan MA, selaku Dekan Fak. Ilmu Dakwah dan Komunikasi
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Drs. Cecep Castrawijaya MA, selaku Ketua Jurusan Manajemen Dakwah
4. H. Mulkanasir B.A, S.Pd, M.M, selaku sekretaris Jurusan Manajemen
Dakwah
5. Drs. Hasanudin Ibnu Hibban, MA, selaku dosen pembimbing yang telah
banyak memberikan perhatian bimbingan serta pengarahan, sehingga
sekripsi ini bisa cepat terselesaikan.
6. Ketua penguji beserta anggota penguji yang telah menguji dan
memberikan pengarahan perbaikan untuk skripsi ini.
7. Segenap pengurus LAZIM Jakarta, yang telah membantu penulis,
khususnya direktur LAZIM Bapak Nurohman beserta Ibu Rini selaku
Pembimbing untuk Program Taman Anak Sholeh.
8. Seluruh staf Perpustakaan Utama dan Fakultas Ilmu Dakwah dan
Komunikasi, yang telah membantu dalam menyediakan sumber-sumber
pustaka selama penulis merampungkan skripsi ini.
9. Teman-teman MD dan MHU yang selalu memberikan semangat dan
motivasi.
10.Orang tua asuh yang tercinta Ibu Eti Maryati, ST. dan Bapak Bambang
iv
terdapat kelemahan dan kekurangan, karena kesempurnaannya hanya milik Allah
SWT.
Bekasi, 01 Mei 2013
v
ABSTRAK ... i
KATA PENGANTAR ... ii
DAFTAR ISI ... iii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Pembatasan Masalah dan Rumusan Masalah ... 4
C. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian ... 4
D. Tinjauan Pustaka ... 6
E. Metodologi Penelitian ... 6
F. Sistematika Penelitian ... 9
BAB II TINJAUAN TEORITIS TENTANG PENDAYAGUNAAN DANA ZAKAT DAN PENDIDIKAN A. Aspek Fiqh Pendayagunaan Zakat untuk Bidang Pendidikan 1. Pengertian ... 11
2. Dalil AL-Quran dan Hadits tentang Pendayagunaan Zakat ... 12
3. Sumber Dana Zakat ... 15
4. Pandangan Imam Madzhab dan Ulama Kontemporer tentang Pendayagunaan Zakat ... 22
B. Aspek Manajemen Pendayagunaan Zakat 1. Pengertian ... 30
2. Kegiatan Manajemen... 34
a. Perencanaan... 34
b. Pengorganisasian ... 37
c. Pelaksanaan ... 38
vi
2. Unsur-unsur Pendidikan ... 42
3. Pemberdayaan Bidang Pendidikan ... 47
BAB III GAMBARAN UMUM TENTANG PROGRAM TAMAN ANAK SHOLEH (TAS) A. Sejarah Berdirinya Lembaga Amil Zakat Insan Mulia (LAZIM) Jakrta dan Program Taman Anak Sholeh (TAS) ... 48
B. Visi dan Misi Program Taman Anak Sholeh (TAS) ... 52
C. Struktur Organisasi Program Taman Anak Sholeh (TAS) ... 53
BAB IV ANALISIS PENDAYAGUNAAN DANA ZAKAT PADA BIDANG PENDIDIKAN A. Manajemen Pendayagunaan Dana Zakat untuk Program Taman Anak Sholeh (TAS) Lembaga Amil Zakat Insan Mulia (LAZIM) Jakrta ... 53
1. Perencanaan ... 54
2. Pengorganisasian ... 56
3. Pelaksanaan ... 58
4. Controling dan Evaluasi ... 62
B. Kontribusi Lembaga Amil Zakat Insan Mulia (LAZIM) Jakrta terhadap Program Taman Anak Sholeh (TAS) 1. Bantuan Biaya SPP... 62
2. Bantuan Sarana dan Prasarana ... 64
3. Bantuan Gaji Guru ... 66
4. Pelatihan untuk Guru……… 67
vii
B. Saran ... 72
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Zakat dan pendayagunaannya membutuhkan manajemen yang baik, agar
bukan hanya bernilai ibadah tapi juga bisa memberikan manfaat yang optimal
untuk mustahiq. Ajaran zakat pada masa-masa perkembangan Islam bukan hanya
merupakan perwujudan dari ketaatan perintah Allah dan Rosulnya sekaligus
menjadi kekuatan sosial yang berfungsi memperkokoh bangunan kebersamaan
diantara sesama umat muslim. Jika pada masa Nabi zakat diperuntukkan bagi
fakir miskin, yatim piatu, termasuk janda-janda sholihah yang ditinggal suaminya
karena gugur di medan perang. Sejalan dengan berkemkembangnya masyarakat
muslim dari waktu ke waktu, pelaksanaan ajaran zakatpun menghadapi
permasalahan yang tidak ada pada masa Nabi dan para sahabatnya. Seorang
pemikir Islam kontemporer, Yusuf Qardawi, merumuskan berbagai rumusan
fiqhyah dalam zakat. Berbagai telaah menyebutkan bahwa untuk memelihara tujuan disyariatkannya zakat diperlukan ijtihad-ijtihad sosial yang memberikan
efek produktif bagi kemaslahatan umat.1 Dengan alasan tersebut pendayagunaan
sekarang ini memfokuskan pada lima program utama yaitu program ekonomi,
program sosial, program kesehatan, program dakwah dan program pendidikan,
kelima program tersebut memang penting untuk kemaslahatan umat islam.
Pendayagunaan dana zakat selama ini lebih cenderung dialokasikan pada
program ekonomi, program sosial, program kesehatan, dan program dakwah.
1Dikutip dari Kata Pengantar Penasehat Syari’ah Baitul Maal Pupuk Kujang KH. DR.
Sedangkan pendidikan yang merupakan suatu hal yang tidak dapat dipisahkan dari
proses kehidupan seolah dipandang “sebelah mata” karena pendayagunaan zakat
melalui program pendidikan tidak bisa secara instan merubah mustahiq menjadi muzakki. Padahal pendidikan merupakan aspek yang sangat penting dalam
menunjang kehidupan bangsa dimasa depan, melalui pendidikan manusia sebagai
subjek pembangunan dapat dididik, dibina, dan dikembangkan
potensi-potensinya, bahkan dari usia dini sekalipun. Intinya pendidikan mempunyai
pengaruh yang sangat besar terhadap keberlangsungan dan kesejahteraan manusia.
Pendayagunaan dana zakat untuk program pendidikan secara umum
terbagi dua yaitu pendidikan yang bersifat formal dan nonformal. Formal, bentuk
pendayagunaannya seperti beasiswa, renovasi bangunan sekolah TK, SD, SMP
sampai SMA, ada juga yang melengkapi sarana prasarana mengajar dan lain
sebagainya. Nonformal, membuat perpustakaan umum, mendirikan sekolah
agama untuk melengkapi pendidikan formal, menggaji guru honorer, dan lain
sebagainya.
Pendidikan merupakan sebuah proses transformasi masyarakat dari
kebodohan menuju kecerdasan. Pendidikan adalah proses perubahan masyarakat
dari ketidakmampuan menjadi keahlian. Sekaligus pendidikan adalah sarana
mengubah kemalasan menjadi kesadaran oleh karena itu pendidikan menjadi
fondasi yang penting dalam perubahan masyarakat menuju kesejahteraan.
Sehingga pendidikan harus mendapatkan prioritas yang tinggi dalam
pembangunan.2
Selain itu, dengan pendidikan diharapkan mampu menciptakan sumber
2
daya manusia yang berkualitas dan berwawasan serta membentuk peradaban
manusia yang bermartabat dan juga baik (sholeh). Namun pendidikan di Indonesia
sekarang ini seolah tidak pernah surut dari permasalahan seperti minimnya biaya,
sarana prasarana dan lain-lain.
Adanya pendayagunaan dana zakat diharapkan mampu meminimalisir permasalahan pendidikan tersebut. Agar pendayagunaan ini sesuai dengan
harapan maka harus ada sebuah lembaga amil zakat yang peduli terhadap pendayagunaan yang bersifat pemberdayaan, khususnya pemberdayaan dana zakat pada sektor pendidikan dengan tidak melupakan aspek fiqh dan manajemen pendayagunaan zakat agar sesuai dengan syariat Islam.
Di antara salah satu Lembaga Amil Zakat yang melakukan gebrakan baru dalam mengembangkan pemberdayaan zakat dalam rangka memberdayakan
mustahiq adalah Lembaga Amil Zakat Insan Mulia (LAZIM) Jakarta. Keunikan dari LAZIM adalah pendayagunaannya yang fokus pada pendayagunaan yang bersifat kreatif (empowering atau pemberdayaan masyarakat).
Salah satu program pemberdayaan yang dilakukan oleh Lembaga Amil Zakat Insan Mulia (LAZIM) Jakarta adalah membuat program Taman Anak Soleh. Seperti yang sudah dikemukakan di atas kata kunci dari berhasil atau
tidaknya lembaga tersebut memberdayakan mustahiq melalui program itu adalah terlahirnya generasi yang soleh. Maka harus ada sebuah penelitian secara ilmiah agar bisa mengklasifikasikan unsur-unsur pendidikan apa saja yang menjadi
B. Pembatasan Masalah dan Rumusan Masalah a. Pembatasan Masalah
Agar dalam pembahasan ini tidak terlalu meluas dan keluar dari tema
persoalan, maka dalam hal ini peneliti membatasi pada bahasan Dana Zakat
dan Program Pendidikan.
b. Rumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah, maka perumusan masalahnya
adalah:
1. Bagaimana manajemen pendayagunaan dana zakat untuk program Taman
Anak Sholeh (TAS) Lembaga Amil Zakat Insan Mulia (LAZIM) Jakarta?
2. Apa saja kontribusi yang dilakukan Lembaga Amil Zakat Insan Mulia
(LAZIM) Jakarta untuk program Taman Anak Sholeh (TAS)?
C. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian a. Tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Untuk menganalisa bagaimana manajemen pendayagunaan dana zakat
untuk program Taman Anak Sholeh (TAS) Lembaga Amil Zakat Insan
Mulia (LAZIM) Jakarta
2. Untuk mengetahui apa saja kontribusi yang dilakukan Lembaga Amil
Zakat Insan Mulia (LAZIM) Jakarta untuk program Taman Anak
Sholeh (TAS)
b. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitan ini tentang pemberdayaan zakat dalam
upaya mengangkat kesejahteraan mustahiq diharapkan bermanfaat baik secara
1. Kegunaan Teoritis.
Secara teoritis diharapkan sebagai bentuk dalam mengembangkan
konsep dalam pendayagunaan zakat yang baik dan efektif sesuai dengan
makna diperintahkan zakat.
Selain itu bisa dijadikan sebagai literatur dan rujukan terutama yang
berkaitan dengan masalah pendayagunaan zakat dan memberikan pemahaman
bagi pihak akademisi khususnya Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
untuk melakukan kajian mendalam mengenai pengelolaan zakat untuk
pendidikan khususnya mahasiswa jurusan manajemen dakwah konsentrasi
manajemen ZISWAF.
2. Kegunaan Praktis
Dapat dijadikan sebagai bahan evaluasi bagi lembaga amil zakat yang
diteliti dan pedoman bagi Lembaga Amil Zakat yang lain dalam pelaksanaan
pendayagunaan zakat dengan baik dan efektif melalui sebuah program, serta
sebagai sumbangan positif bagi lembaga yang lain dalam hal pemahaman
tentang pendayagunaan zakat dan sebagai sumbangan positif bagi dunia
akademisi untuk menambah wawasan di bidang hazanah keilmuan tentang
pendayagunaan zakat.
D. Tinjauan Pustaka
Ada penelitian terdahulu yang pembahasannya hampir mirip dengan yang
ditulis oleh penulis. Adapun penelitian tersebut diantaranya:
Karya milik Muhammad Zainuddin dengan judul ”Pendayagunaan Zakat
Lembaga Amil Zakat Portalinfaq untuk Pendidikan Anak Pemulung Di Bantar
bagaimana pendayagunaan dana zakat dalam pendidikan untuk anak-anak
pemulung yang berada di Bantar Gebang Bekasi.
Karya milik Nurul Fajriyah dengan judul “ Pola Pendayagunaan Dana Zakat
pada Badan Amil Zakat Daerah (BAZDA) Kota Tangerang Dalam Upaya
Meningkatkan Mutu Pendidikan". Berisi tentang pola pendayagunaan atau
pendistribusian dalam upaya peningkatan pendidikan kota Tangerang serta faktor
penghambat dan pendukung dalam pendayagunaan dana zakat di BAZDA kota
Tangerang.
Persamaan penulisan skripsi ini dengan karya di atas terletak pada
pendayagunaan dana zakat untuk sektor pendidikan, sedangkan perbedaannya
terletak pada subjek dan objek penelitiannya. Dimana subjeknya adalah Lembaga
Amil Zakat Insan Mulia (LAZIM) Jakarta sedangkan objeknya adalah
pendayagunaan dana zakat untuk program Taman Anak Soleh (TAS).
E. Metodologi Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan jenis penelitian sosiologis atau
empiris dengan menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif, berikut beberapa
prosedur pendekatan kualitatif yang akan digunakan dalam penelitian ini,
diantaranya:
1. Sumber Data
Yang dijadikan sumber data oleh peneliti yaitu:
a. Data-data tertulis baik yang sudah dipublikasikan seperti buku-buku
tentang manajemen pendayagunaan zakat dan majalah islam yang
memberitakan pemberdayaan zakat, buletin tentang pendayagunaan
sekretariat atau pengurus Lembaga Amil Jakat Insan Mulia (LAZIM)
Jakarta.
b. Data dari narasumber yakni, narasumber biasa diambil dari masyarakat umum yang dianggap mampu dan memahami terhadap
masalah yang diajukan seperti para muzakki atau para pegawai di LAZIM Jakarta yang menjadi donatur merangkap amil dan
narasumber utama Ketua LAZIM serta tokoh-tokoh agama dan tokoh masyarakat.
2. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang dilakukan pada penelitian ini adalah:
a. Pengamatan langsung atau dengan melakukan observasi dilokasi
Lembaga Amil Jakat Insan Mulia (LAZIM) Jakarta.
b. Peneliti melakukan beberapa wawancara dengan pengurus LAZIM,
dan beberapa mustahiq yang telah menjadi objek dari program taman anak soleh.
c. Peneliti juga mengumpulkan data menggunakan dokumentasi dari
majalah Islam, buku bulletin, dokumen dari pengurus LAZIM Jakarta
beserta gambar dan foto-foto.
3. Pendekatan
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
kualitatif. Maka yang peneliti akan lakukan yakni:
a. Peneliti akan mengamati langsung dilokasi seperti mengamati
berjalannya program taman anak soleh dan aktifitas di lingkungan
b. Peneliti melakukan wawancara dengan pengurus LAZIM dan beberapa
muzakki yang telah memberikan dananya.
c. Peneliti membaca dari berbagai majalah islam, bulletin LAZIM
Jakarta, dokumen dari pengurus LAZIM, gambar dan foto.
4. Metode Analisa
Proses analisa diawali dengan membaca kembali keseluruhan data
yang telah diperoleh baik melalui wawancara dan pengamatan maupun
dari dokumen, gambar, dan foto-foto. Selanjutnya peneliti
mengkategorikan data yang telah diperoleh berdasarkan pendekatan yang
digunakan, selanjutnya data yang diperoleh di klasifikasikan kembali
apakah data yang didapat berhubungan dengan judul.
Setelah melakukan tahap pengkategorian dan klasifikasi maka data
tersebut dibandingkan dengan melihat pada pendekatan yang digunakan.
Karena peneliti menggunakan pendekatan kualitatif maka metode
analisanya adalah analisa kualitatif atau deskriptif analisis yaitu peneliti
mencoba mendeskripsikan perilaku perubahan dengan menggunakan
beberapa teori.
5. Objek dan Subjek Penelitian
Obyek penelitian ini adalah Pendayagunaan Dana Zakat untuk
Program Taman Anak Sholeh (TAS) ditinjau dari manajemen
pendayagunaannya serta kontribusi LAZIM untuk program TAS. Subjek
penelitiannya adalah Bapak Nurohman sebagai Direktur LAZIM, Bapak
Abdul Apif Hamid sebagai Manajer Pendayagunaan LAZIM, Ibu Rini
[image:19.595.104.515.232.586.2]orang tua siswa untuk Program Taman Anak Sholeh (TAS) Lembaga Amil
Zakat Insan Mulia (LAZIM) Jakarta yang terletak di Jl. Bangka IV No.
28C Pela Mampang, Jakarta Selatan 12720. Alamat Web,
www.lazim.jakarta@yahoo.co.id
F. Sistematika Penelitian
Untuk mempermudah pengkajian, penulisan pemahaman dan penyusunan
skripsi ini, maka penulis membuat sistematika pembahasan yang terdiri dari lima
bab, dengan susunan sebagai berikut:
Bab IPendahuluan, dalam bab ini penulis menerangkan secara garis besar
mengenai latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah,
rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, tinjauan pustaka, metode
penelitian, dan sistematika pembahasan.
Bab II Tinjauan teoritis, pada bab ini membahas mengenai pengertian
pendayagunaan, sifat pendayagunaan dan sumber dana zakat serta yang berkaitan
dengan manajemen juga fiqh pendayagunaan zakat, dan pendidikan disertai
unsur-unsur pendidikan.
Bab III Gambaran umum dalam bab ini penulis menerangkan tentang
profil Lembaga Amil Zakat Insan Mulia (LAZIM) Jakarta dan program Taman
Anak Sholeh (TAS), visi misi, struktur organisasi program Taman Anak Sholeh
(TAS).
Bab IV Analisis Pendayagunaan Dana Zakat yang Dilakukan oleh LAZIM
Jakarta untuk Bidang Pendidikan, dalam bab ini penulis menerangkan
pendayagunaan dana zakat LAZIM Jakarta untuk program Taman Anak Sholeh
Bab V Penutup, menguraikan tentang kesimpulan dan saran-saran yang
menjadi penutup dari pembahasan skripsi ini.3
3
BAB II
TINJAUAN TEORITIS TENTANG PENDAYAGUNAAN DANA
ZAKAT DAN PENDIDIKAN
A. Aspek Fiqh Pendayagunaan Zakat Pada Bidang Pendidikan 1. Pengertian
a. Pengertian Aspek
Dalam bahasa aspek bermakna tanda atau sudut pandangan atau
pemunculan, atau penginterpretasian gagasan, masalah, situasi dan
sebagainya.
b. Pengertian Fiqh
Menurut bahasa artinya faham, sedangkan menurut istilah fiqh
merupakan salah satu bidang ilmu dalam syariat islam yang secara khusus
membahas persoalan hukum yang mengatur berbagai aspek kehidupan
manusia, baik kehidupan pribadi,sesame manusia atau dengan Tuhannya.
c. Pengertian pendayagunaan
Sesuai kutipan pemakalah dari www.artikata.com bahwa
pendayagunaan bermakna pengusahaan agar mampu mendatangkan hasil
dan manfaat.
d. Pengertian Zakat
Arti zakat secara bahasa adalah tumbuh, berkembang atau bisa juga
harta tertentu yang diwajibkan Allah diserahkan kepada orang-orang yang
berhak” disamping berarti “mengeluarkan jumlah tertentu itu sendiri” 4
e. Aspek Fiqh berarti pandangan ilmu hukum islam terhadap sesuatu.
f. Pendayagunaan Zakat berarti mengusahakan zakat agar mampu
mendatangkan hasil yang lebih manfaat.
g. Pendidikan adalah usaha yang disengaja diadakan baik langsung maupun
dengan cara yang tidak langsung, untuk membantu anak dalam
perkembangan mecapai kedewasaan
h. Aspek Fiqh Pendayagunaan Zakat berarti pandangan ilmu fiqh tentang
pendayagunaan atau pemanfaatan dana zakat untuk bidang pendidikan.
2.Dalil Al-Quran dan Hadits tentang Pendayagunan Zakat Al-Quran Surat At-Taubah:60
Artinya:
“Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para muallaf yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang berutang, untuk jalan Allah dan orang-orang yang sedang dalam perjalanan, sebagai sesuatu ketetapan yang diwajibkan Allah; dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana”.
4
Fahrudin, Fiqih dan Manajemen Zakat di Indonesia, (Malang: UIN Malang Press, 2008), h. 13
Al-Quran Surat At-Taubah ayat 103
Artinya:
“Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka, dan mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui”.
Adapun dalil dari As-Sunnah atau Hadits adalah sabda Nabi Shalallahu
Alaihi Wassalam dalam sebuah haditsnya :
Dari Salim bin Abdullah bin 'Umar dari bapaknya ( Umar bin Khatab ) mudah-mudahan Allah meridhoi mereka, bahwasanya Rasulullah pernah memberikan Umar bin Khatab suatu pemberian, lalu Umar berkata " berikanlah kepada orang yang lebih fakir dari saya, lalau Nabi bersabda "Ambilah dahulu, setelah itu milikilah ( kembangkanlah ) dan sedekahkan kepada orang lain dan apa yang datang kepadamu dari harta semacam ini sedang engkau tidak membutukannya dan bukan engkau minta, maka ambilah. Dan mana-mana yang tidak demikian maka janganlah engkau turutkan nafsumu. HR Muslim.
Dalam ayat dan hadits diatas jelaslah bahwa zakat itu diberikan dan
diambil dari orang-orang tertentu untuk diberikan kepada orang-orang
tertentu. Yakni dalam surat at-taubah:60 dijelaskan tentang siapa sajakah
yang berhak menerima zakat.
Arah dan kebijaksanaan pendayagunaan dana zakat yang dimaksud
adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan usaha pemerintah dalam
rangka memanfaatkan hasil pengumpulan zakat kepada sasaran dalam
pengertian yang lebih luas sesuai cita dan rasa secara tepat guna, efektif
manfaatnya dengan sistem distribusi yang serba guna tentunya yang
produktif, sesuai dengan pesan dan kesan syariat serta tujuan sosial yang
ekonomis dari zakat.
Sebelum membahas lebih lanjut, perlu kita jadikan dasar pemikiran
tentang pendayagunaan zakat bahwa :
a. Allah tidak menetapkan perbandingan yang tetap antara bagian
masing-masing delapan pokok alokasi ( asnaf )
b. Allah tidak menetapkan delapan asnaf harus diberi semuanya. Allah hanya menetapkan zakat dibagikan kepada delapan asnaf tidak boleh
c. Allah tidak menetapkan harus dibagikan dengan segera setelah masa
pungutan zakat, dan tidak ada ketentuan bahwa semua hasil pungutan
zakat (baik sedikit maupun banyak) harus tetap dibagikan semuanya.
d. Allah tidak menetapkan bahwa yang diserah terimakan itu berupa in
cash (uang tunai) atau in kind (bermacam-macam hasil alam)
3. Sumber Dana Zakat
Menurut Al-Qur’an, yang wajib dikeluarkan zakatnya adalah harta
bernada atau kekayaan (QS. 9:103). Jenis-jenis kekayaan tersebut dapat
dikelompokkan sebagai berikut:
a) Emas dan Perak
Semua ulama sepakat bahwa emas dan perak wajib dikeluarkan
zakatnya (QS. 9:34). Mengenai nisab emas ada tiga pendapat ulama.
Pertama, umumnya ulama termasuk Imam Malik, Imam Syafi’i, Imam
Hanafi, Imam Hanbal dan pengikutnya, berpendapat bahwa nisab emas
adalah 20 dinar atau kurang lebih sama dengan 96 gram emas. Kedua,
ulama lain, termasuk Hasan bin Abu Hasan al-Basari dan sebagian
pengikut Dawud bin Khalaf al-Isfahani, berpendapat bahwa pada emas
dikenakan zakat jika sudah mencapai jumlah 40 dinar. Ketiga, ulama yang
lainnya lagi berpendapat bahwa nisab emas sama dengan nilai tukar atau
harga 200 dirham, baik jika emas itu telah mencapai jumlah 20 dinar
maupun jika kurang dari 20 dinar. Akan tetapi, jika emas itu telah
mencapai 40 dinar, maka yang dijadikan pegangan adalah jumlah
dinarnya. Dalam hal ini mirip dengan pendapat kedua. Adapun kadar zakat
sependapat bahwa nisabnya 200 dirham atau sekitar 672 gram. Kadar
zakat dan haulnya sama dengan emas.5
b) Hewan Ternak
Sebagian besar ulama berpendapat bahwa jenis hewan yang wajib
dikeluarkan zakatnya adalah unta, lembu/sapi/kerbau, dan kambing. Kuda
yang dipelihara untuk piaraan, pengangkutan, dan perang tidak wajib
dikeluarkan zakatnya. Sedangkan kuda yang diperdagangkan dan diternakkan
wajib dikeluarkan zakatnya karena mempunyai sifat berkembang. Hewan
ternak lainnya yang juga wajib dikeluarkan zakatnya adalah ayam, unggas,
bebek, dan binatang lain sejenisnya. Haul dari hewan ternak tersebut adalah
satu tahun.
Mengenai nisab unta yang jumlahnya lebih dari l20 ekor, ada dua
pendapat. Pertama, setiap bertambah 40 ekor unta, zakatnya 1 ekor binti labun
(unta betina yang berumur 2 tahun lebih), dan setiap bertambah 50 ekor unta,
zakatnya 1 ekor hiqqah (unta betina yang berumur 3 tahun lebih). Maka apabila seseorang memiliki 130 ekor unta, ia dikenakan zakat sebanyak 1 ekor
hiqqah dan 2 ekor bintilabun. Pendapat ini didukung oleh Imam Malik, Imam
Syafi’i, dan para pengikut mereka. Dasar hukum yang digunakan ialah risalah
zakat yang diperintahkan Rasulullah SAW dan dilaksanakan oleh Khalifah
Abu Bakar as-Siddiq dan Umar bin Khattab. Hadis ini menjelaskan sabda
Nabi SAW yang artinya: ” Adapun jika lebih dari 120 ekor, maka pada tiap
-tiap 40 ekor dikenakan seekor unta binti labun, dan pada tiap-tiap 50 ekor dikenakan seekor unta hiqqah.”
5
Kedua, fukaha (ahli fikih) Kufah, yaitu Abu Hanifah dan para
pengikutnya serta as-Sauri, berpendapat bahwa apabila jumlah unta lebih
dari 120 ekor, maka ketentuannya kembali kepada semula, yaitu pada
tiap-tiap 5 ekor unta dikenakan zakat seekor kambing. Maka apabila seseorang
memiliki unta sebanyak 125 ekor, zakatnya ialah 2 ekor hiqqah dan seekor
kambing. Pendapat ini didasarkan pada hadis yang diriwayatkan oleh Abu
Bakar bin Amr bin Hazm, yang artinya: “Jika unta lebih dari 120 ekor,
maka zakatnya dimulai dengan memakai ketentuan semula.” Jumhur
(mayoritas) fukaha lebih menguatkan pendapat pertama karena hadisnya
lebih sahih.
Adapun tentang jenis kambing yang dikeluarkan untuk zakat, para
ulama berbeda pendapat. Imam Malik berpendapat bahwa jenis kambing
yang dizakatkan adalah jenis kambing yang terbanyak bilangannya. Jika
sama banyaknya, petugas zakat boleh memilih. Hal ini sama dengan
pendapat Imam Abu Hanifah. Sementara Imam Syafi’i berpendapat bahwa
petugas zakat mengambil yang pertengahan dan bermacam-macam jenis.
Namun ada ulama yang menetapkan untuk tidak mengambil kambing
jantan, kambing.yang buta sebelah, dan kambing tua sebagai zakat.
c) Harta Perdagangan.
Para ulama sepakat bahwa harta perdagangan wajib dikeluarkan
zakatnya apabila telah mencapai nisab dan haulnya. Hal ini didasarkan pada
firman Allah SWT yang artinya: “Hai orang-orang yang beriman,
nafkahkanlah (di jalan Allah) sebagian dari hasil usahamu yang baik- baik dan
Nisab harta perdagangan sama dengan nisab emas dan perak. Sedangkan
haulnya satu tahun dan kadar zakatnya 2,5% atau 1/40 dari harga barang
dagangannya.
d) Hasil Tanaman dan Buah-Buahan
Gandum, padi, kurma, dan anggur kering wajib dikeluarkan zakatnya
apabila telah mencapai nisabnya pada waktu memanen. Hal ini didasarkan
pada hadis yang artinya: “Bahwa Rasulullah SAW mengutus mereka ke
Yaman untuk mengajari manusia soal agama. Maka mereka dipersilakan
untuk tidak memungut zakat kecuali dari yang empat macam ini: gandum,
sya’ir (gandum), kurma dan anggur kering” (HR. Daruqutni, al-Hakim,
at-Tabrani, dan al-Baihaki yang mengatakan bahwa periwayatnya dapat
dipercaya dan badis ini hadis muttasil).
Adapun nisab hasil tanaman adalab lima wasaq (652,8/653 kg).
Sedangkan kadar pungutan zakatnya adalab 10% apabila tanaman itu disiram
air bujan dan 5% jika tanaman itu disiram dengan mempergunakan alat.
Sedangkan tanaman yang kadang-kadang disiram dengan menggunakan alat
dan kadang-kadang disiram air hujan dengan perbandingan yang sama, maka
zakatnya 7,5%. Mengenai basil pertanian ini, zakatnya dikeluarkan di saat
memanen hasil tanaman atau buah-buahan.
Di Indonesia, disepakati bahwa semua hasil tumbuh-tumbuhan yang
bernilai ekonomis wajib dikeluarkan zakatnya. Hasil tanaman dan
buah-buahan yang wajib dikeluarkan zakatnya antara lain adalah:
1. Biji-bijian, seperti padi, jagung, kacang bijau, kacang tanah, dan
2. Umbi-umbian dan sayur-sayuran, seperti ubi, kentang, ubi kayu, ubi
jalar, bengkuang, bawang, cabe, petai, kol, dan bayam.
3. Buah-buahan, seperti kelapa, pisang, durian, rambutan, duku, salak,
apel, jeruk, pepaya, alpukat, mentimun, pala, lada, dan pinang.
4. Tanaman hias, seperti anggrek dan segala jenis bunga.
5. Tanaman keras, seperti karet, kelapa sawit, cengkih, kopi, kayu
cendana, kayu jati, dan kayu manis.
6. Rumput-rumputan, seperti serai (minyak serai) dan bambu.
7. Daun- daunan, seperti teh dan tembakau.
e) Harta Rikaz dan Ma’din
Harta Rikaz adalah harta-harta yang terpendam atau tersimpan.
Termasuk ke dalam harta Rikaz ini antara lain berbagai macam harta benda yang disimpan oleh orang-orang terdahulu di dalam tanah, seperti emas,
perak, tembaga, dan pundi-pundi berharga. Adapun ma’dinadalah pemberian bumi yang terbentuk dari benda lain tetapi berharga, seperti emas, perak,
timah, besi, intan, batu permata, akik, batu bara, dan minyak bumi. Orang
yang menemukan benda- benda ini diwajibkan mengeluarkan zakatnya 1/5
bagian. Zakat Rikaz wajib tanpa syarat nisab (ukuran jumlah) dan tanpa haul
(ukuran waktu). Dalam harta ma’din, meskipun waktu satu tahun penuh (haul)
tidak diperhitungkan, tetapi zakatnya wajib dikeluarkan pada saat
barang-barang/benda-benda itu ditemukan. Nilai barang tambang tersebut harus
mencapai satu nisab uang, yaitu 20 misqal (96 gram) untuk emas dan 200
dirham (672 gram) untuk perak. Adapun kadar zakatnya 2,5%. Sementara itu
f) Hasil Laut
Jumhur ulama berpendapat bahwa hasil laut, baik berupa mutiara,
merjan (manik-manik), zabarjad (kristal untuk batu permata) maupun ikan,
ikan paus, dan lain-lainnya, tidak wajib dizakati. Namun Imam Ahmad bin
Hanbal (Imam Hanbali) berpendapat bahwa hasil laut wajib dikeluarkan
zakatnya apabila sampai satu nisab. Pendapat terakhir ini nampaknya sangat
sesuai dengan situasi dan kondisi sekarang ini karena hasil ikan yang telah
digarap oleh perusahaan-perusahaan besar dengan peralatan modern
menghasilkan uang yang sangat banyak. Nisab ikan senilai 200 dirham (672
gram perak). Mengenai zakat hasil laut ini memang tidak ada landasannya
yang tegas, sehingga di antara para ulama sendiri terjadi perbedaan pendapat.
Namun jika dilihat dari surah al-Baqarah ayat 267, jelas bahwa setiap usaha
yang menghasilkan uang dan memenuhi syarat, baik nisab maupun haulnya,
wajib dikeluarkan zakatnya. Adapun waktu mengeluarkan zakatnya sama
seperti tanaman, yaitu di saat hasil itu diperoleh.
g) Harta Profesi
Zakat harta profesi termasuk dalam kelompok zakat mal, yaitu al-mal
al-mustafad (kekayaan yang diperoleh oleh seorang muslim melalui bentuk
usaha baru yang sesuai dengan syariat agama). Adapun profesi yang dimaksud
antara lain dokter, insinyur, dan pengacara. Para ulama sepakat bahwa harta
pendapatan wajib dikeluarkan zakatnya apabila mencapai batas nisab. Adapun
nisabnya sama dengan nisab uang, dengan kadar zakat 2,5%.
Mengenai harta profesi ini, para ulama berbeda pendapat dalam hal
zakatnya apabila mencapai masa setahun penuh, kecuali jika pemiliknya
mempunyai harta sejenis. Untuk itu harta penghasilan dikeluarkan pada
permulaan tahun dengan syarat sudah mencapai batas nisab. Tetapi Imam
Malik berpendapat bahwa harta penghasilan tidak dikeluarkan zakatnya
sampai satu tahun penuh, baik harta tersebut sejenis dengan harta pemiliknya
atau tidak sejenis. Sedangkan Imam Syafi’i dan Imam Ahmad berpendapat
bahwa harta penghasilan itu dikeluarkan zakatnya bila mencapai waktu satu
tahun meskipun ia memiliki harta sejenis yang sudah cukup nisab.
h) Investasi
Para ulama yang berpandangan luas berpendapat bahwa hasil investasi,
seperti hasil sewa gedung, pabrik, taksi, dan bus, wajib dikeluarkan zakatnya.
Namun mereka berbeda pendapat mengenai cara memandang kekayaan itu,
yakni apakah harus diperlakukan sebagai modal perdagangan yang harus
dihitung setelah satu tahun dan dipungut zakatnya sebesar 2,5% dari
keseluruhan atau hanya dibatasi atas hasil investasi dan keuntungan saja jika
nilainya cukup satu nisab. Pendapat pertama menyatakan bahwa pemilik
benda- benda yang diinvestasikan, seperti gedung, kapal terbang, kapal laut,
taksi, bus, dan sejenisnya, diperlakukan sama seperti pemilik barang dagang.
Dengan demikian gedung itu harus dinilai harganya setiap tahun, lalu
ditambahkan keuntungannya yang ada, dan kemudian dikeluarkan zakatnya
2,5%. Menurut pendapat kedua, zakat tidak dipungut dari keseluruhan harga
setiap tahun, tetapi dipungut dari keuntungan dan hasil investasi. Kadar
zakatnya 2,5% tanpa mempersyaratkan satu tahun. Sedangkan menurut
modalnya, dengan kadar zakat 10% dari hasil bersih apabila hasil bersih
setelah biaya-biaya dikeluarkan dapat diketahui. Tetapi apabila hasil bersih
tidak bisa diketahui, maka zakat dikenakan berdasarkan seluruh hasil dengan
kadar zakat sebesar 5%. Adapun nisabnya sama dengan nisab uang, yakni 96
gram emas.
4.Pandangan Imam Madzhab dan Ulama Kontemporer tentang pendayagunaan zakat
Para Ulama telah Ijma' bahwa kedelapan asnaf tersebut adalah para mustahiq zakat, walaupun dalam pendistribusiannya sebagian ulama ada yang
berpendapat harus dibagikan secara merata seperti Imam Syafi'i namun
sebagian ulama lain berpendapat bahwa zakat tidak harus diberikan kepada
semua asnaf tersebut. Khalifah Umar bin Khatab pada masa pemerintahannya
tidak memberikan zakat kepada muallaf, dan hal ini tidak dipermasalahkan
oleh sahabat Nabi lainnya sehingga menjadi ijma'.
Dalam perkembangannya para mustahiq zakat tersebut mengalami beberapa perubahan dan pengembangan pemikiran. Sjechul Hadi Permono
memberikan beberapa pengembangan dari para mustahiq zakat, beliau
menukil pendapat dari Shawki Isma’il Shehatah yang menyatakan bahwa
bagian untuk fakir miskin dapat diberikan kepada lembaga-lembaga yang
mengurusi santunan kepada fakir miskin serta untuk kepentingan umum yang
berupa pelayanan umum. Ini berarti bisa saja dana zakat bagi fakir miskin
digunakan untuk membuat balai pengobatan cuma-cuma ataupun rumah sakit
untuk asnaf ini bisa dipindahkan kepada para tawanan perang Muslim atau
juga untuk membantu Negara muslim yang ingin lepas dari perbudakan dan
penjajahan Negara lain, hal ini tentu sesuai dengan makna riqab yang
menghilangkan segala bentuk perbudakan. Sementara makna fi
sabilillahdikembangkan oleh Sahri Muhammad dengan jalan iman dan ilmu/teknologi yaitu jalan untuk kemaslahatan agama dan masyarakat umum.
Demikian juga mustahiq-mustahiq zakat yang lain, walaupun jumlahnya tetap
delapan asnaf namun interpretasinya semakin berkembang.
Begitulah dengan berubahnya waktu ternyata alokasi bagi para
mustahiq zakat berkembang, namun hal ini tidaklah mengurangi manfaat dari zakat bahkan akan semakin terasa manfaatnya ketika kita bisa
memberdayakannya.
Adapun pola penyaluran harta zakat kepada orang-orang yang berhak
menerimanya dapat digunakan dengan dua cara yaitu :
a. Zakat Konsumtif
Zakat konsumtif yaitu zakat yang diberikan kepada mustahiq untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya seperti makan, tempat tinggal meneruskan
perjalanan dan lain-lain. Fungsi ini adalah asal dari fungsi zakat yaitu
memberikan zakat untuk kebutuhan sehari-hari. Seperti zakat fitrah yang
memang diberikan untuk konsumsi fakir miskin selama hari raya. Dalilnya
“(Berinfaqlah) kepada orang-orang fakir yang terikat (oleh jihad) di jalan Allah; mereka tidak dapat (berusaha) di bumi; orang yang tidak tahu menyangka mereka orang kaya karena memelihara diri dari minta-minta. Kamu kenal mereka dengan melihat sifat-sifatnya, mereka tidak meminta kepada orang secara mendesak. Dan apa saja harta yang baik yang kamu nafkahkan (di jalan Allah), maka sesungguhnya Allah Maha Mengatahui”.
Ayat di atas menceritakan tentang orang-orang miskin yang tidak
suka meminta-minta kepada manusia, kepada mereka diberikan zakat
untuk kebutuhan mereka dalam bentuk zakat konsumtif.
b. Zakat Produktif
Adapun zakat produktif adalah zakat yang diberikan kepada fakir
miskin berupa modal usaha atau yang lainnya yang digunakan untuk usaha
produktif yang mana hal ini akan meningkatkan taraf hidupnya, dengan
harapan seorang mustahiq akan bisa menjadi muzakki jika dapat menggunakan harta zakat tersebut untuk usahanya. Hal ini juga pernah
dilakukan oleh Nabi, dimana beliau memberikan harta zakat untuk
digunakan shahabatnya sebagai modal usaha. Hal ini seperti yang
disebutkan oleh Didin Hafidhuddin yang berdalil dengan hadits yang
diriwayatkan oleh Muslim yaitu ketika Rasulullah memberikan uang zakat
kepada Umar bin Al-Khatab yang bertindak sebagai amil zakat seraya
bersabda :
ambilah. Dan mana-mana yang tidak demikian maka janganlah engkau turutkan nafsumu. HR Muslim”.6
Kalimat هلَوَمَتَف (fatamawalhu) berarti mengembangkan dan
mengusahakannya sehingga dapat diberdayakan, hal ini sebagai satu
indikasi bahwa harta zakat dapat digunakan untuk hal-hal selain kebutuhan
konsumtif, semisal usaha yang dapat menghasilkan keuntungan. Hadits
lain berkenaan dengan zakat yang didistribusikan untuk usaha produktif
adalah hadits yang diriwayatkan dari Anas bin Malik, katanya :
Bahwasanya Rasulallah tidak pernah menolak jika diminta sesuatu
atas nama Islam, maka Anas berkata "Suatu ketika datanglah seorang
lelaki dan meminta sesuatu pada beliau, maka beliau memerintahkan untuk
memberikan kepadanya domba (kambing) yang jumlahnya sangat banyak
yang terletak antara dua gunung dari harta shadaqah, lalu laki-laki itu
kembali kepada kaumnya seraya berkata " Wahai kaumku masuklah kalian
ke dalam Islam, sesungguhnya Muhammad telah memberikan suatu
pemberian yang dia tidak takut jadi kekurangan !" HR. Ahmad dengan
sanad shahih.
Pemberian kambing kepada muallafah qulubuhum di atas adalah sebagai bukti bahwa harta zakat dapat disalurkan dalam bentuk modal
usaha.
Pendistribusian zakat secara produktif juga telah menjadi pendapat
ulama sejak dahulu. Masjfuk Zuhdi mengatakan bahwa Khalifah Umar bin
Al-Khatab selalu memberikan kepada fakir miskin bantuan keuangan dari
zakat yang bukan sekadar untuk memenuhi perutnya berupa sedikit uang
6
atau makanan, melainkan sejumlah modal berupa ternak unta dan lain-lain
untuk mencukupi kebutuhan hidupnya dan keluarganya. Demikian juga
seperti yang dikutip oleh Sjechul Hadi Permono yang menukil pendapat
Asy-Syairozi yang mengatakan bahwa seorang fakir yang mampu
tenaganya diberi alat kerja, yang mengerti dagang diberi modal dagang,
selanjutnya An-Nawawi dalam syarah Al-Muhazzab merinci bahwa
tukang jual roti, tukang jual minyak wangi, penjahit, tukang kayu, penatu
dan lain sebagainya diberi uang untuk membeli alat-alat yang sesuai, ahli
jual beli diberi zakat untuk membeli barang-barang dagangan yang
hasilnya cukup buat sumber penghidupan tetap.
Pendapat Ibnu Qudamah seperti yang dinukil oleh Yusuf
Qaradhawi mengatakan “Sesungguhnya tujuan zakat adalah untuk
memberikan kecukupan kepada fakir miskin….” Hal ini juga seperti
dikutip oleh Masjfuk Zuhdi yang membawakan pendapat Asy-Syafi’i, An
-Nawawi, Ahmad bin Hambal serta Al-Qasim bin Salam dalam kitabnya
Al-Amwal, mereka berpendapat bahwa fakir miskin hendaknya diberi
dana yang cukup dari zakat sehingga ia terlepas dari kemiskinan dan dapat
mencukupi kebutuhan hidupnya dan keluarganya secara mandiri.
Secara umum tidak ada perbedaan pendapat para ulama mengenai
dibolehkannya penyaluran zakat secara produktif. Karena hal ini hanyalah
masalah tekhnis untuk menuju tujuan inti dari zakat yaitu mengentaskan
kemiskinan golongan fakir dan miskin.
Pendidikan adalah kebutuhan yang amat primer bagi setiap
keyakinan, dan sikap hidup yang berujung pada kualitas hidup.
Singkatnya performance lahir dan batin manusia sangat dipengaruhi oleh pendidikan yang didekatnya.
Sebegitu pentingnya pendidikan bagi manusia, pada awalnya, baik
pendidikan pada tingkat keluarga maupun di luar keluarga, dapat diakses
dengan gratis. Barulah setelah pendidikan utamanya di luar keluarga
mengalami perkembangan pesat dalam bentuk pelaksanaannya, menjadi
kebutuhan primer yang beribiaya. Akibatnya, sebagian orang mampu
mengakses dengan baik, tetapi sebagian lain kebutuhan primernya itu tak
terpenuhi.
Harta zakat sebagai alat bantu pengentasan masalah sosial, telah
ditetapkan untuk didistriusikan kepada delapan asnaf yang sudah diuraikan
di atas, diantara delapan asnaf yang diantaranya adalah fakir miskin, yaitu
dua kelompok manusia yang berciri khusus tidak mampu memenuhi
keutuhan dasarnya, baik sebagai makhluk hidup yang berarti perlu pangan
dan kesehatan, sebagai makhluk sosial butuh sandang, pangan, papan dan
pasangan (zawj/zawjah), serta sebagai khalifah Allah yang harus bermodal
pendidikan. Atas dasar itu penyaluran dana zakat dalam sektor pendidikan
adalah sangat beralasan secara syar’i. Secara rinci alasan tersebut dapat
disusun sebagai berikut:
1) Pendidikan adalah termasuk kebutuhan primer, maka dari itu pihak yang
lemah ekonomi sehingga terhalang dari memenuhi keutuhan pendidikan
2) Bila demi kebutuhan fisik guna keberlangsungan hidup layak dalam
kehidupan duniawi sesaat berupa pangan, sandang, dan papan saja zakat
dapat diberikan, apalagi secara qiyas awlawi terkait dengan pendidikan yang membawa kepada kemaslahatan ukrawi yang tiada batasnya, maka
lebih layak disalurkan.
3) Secara manusiawi akar masalah kemiskinan adalah pada minimnya
pendidikan, sehingga seseorang tidak mampu mengetahui potensi dirinya,
mengembangkannya, dan apalagi memanfaatkannya. Begitu pula, akibat
minimnya pendidikan ia juga tidak mampu mengeksplorasi potensi
lingkungannya, tetumbuhan, hewan, tanah, air, dan kekayaan yang
dikandungnya.7
Memang perlu ditegaskan bahwa maksud dari pengalokasian zakat dalam
sektor pendidikan, penggunaannya dalam bentuk:
1) Membiayai orang miskin untuk mendapat pendidikan, misalnya
menyantuninya untuk membayar biaya sekolah. Pada masa dahulu ulama
telah perhatian dalam hal ini walaupun dalam bentuk sedikit berbeda.
Mereka mengatakan bahwa bila orang miskin gara-gara tidak dapat
bekerja karena siuk mendalami ilmu syariat, maka halal baginya menerima
dana zakat. Menurut mereka alasannya adalah karena mereka sibuk
melakukan sesuatu yang bersifat fardu kifayah yang manfaatnya bersifat umum bagi masyarakat luas.
2) Mendirikan sekolah dan memenuhi kebutuhan operasionalnya, dalam
rangka membendung dan melawan hegemoni pendidikan kapitalis,
7
komunis, sekuler, dan sebagainya memuju kepada pendidikan Islam yang
murni. Yang demikian berarti zakat tersebut dialokasikan atas nama
sabilillah.
Salah satu fungsi zakat adalah fungsi sosial sebagai sarana saling
berhubungan sesama manusia terutama antara orang kaya dan orang
miskin, karena dana zakat dapat di manfaatkan secara kreatif untuk
mengatasi kemiskinan yang merupakan masalah sosial yang selalu ada
dalam kehidupan masyarakat8
Dalam Al-Qur’an dijelaskan ada delapan asnaf yang berhak
menerima zakat yaitu: fakir, miskin, amil, muallaf, riqab, gharim, sabilillah dan ibnussabil. Sedangkan infak dan shadaqah dapat merupakan
sebagian dari harta yang dikeluarkan untuk kebaikan, baik yang ditentukan
penggunaannya maupun tidak. Kami berpendapat bahwa pembagian dana
ZIS tidak harus sama rata untuk masing-masing asnaf tersebut melainkan
perlu berdasarkan keperluan. Dengan demikian pendayagunaan dana zakat
untuk sektor pendidikan dibolehkan selama yang menjadi objeknya tidak
keluar dari delapan asnaf yang disebutkan dalam Al-Qur’an.
Pendayagunaan dana zakat pada sektor pendidikan boleh untuk
semua unsur pendidikan (guru, murid, sarana prasarana, biaya dan
lain-lain) maupun salah satu dari unsur pendidikan. Contohnya untuk
membiayai SSP saja yang diwujudkan melalui beasiswa.
8
B. Aspek Manajemen Pendayagunaan Zakat 1. Pengertian
a. Pengertian Aspek
Dalam bahasa aspek bermakna tanda atau sudut pandangan atau
pemunculan, atau penginterpretasian gagasan, masalah, situasi dan
sebagainya.
b. Pengertian Manajemen
Manajemen berasal dari bahasa Prancis kuno yaitu ménagement,
yang memiliki arti seni melaksanakan dan mengatur. Definisi manajemen
yg dikemukakan oleh McHugh, manajemen adalah sebuah proses yang
dilakukan untuk mewujudkan tujuan organisasi melalui rangkaian
kegiatanberupa perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan
pengendalian orang-orang serta sumber daya organisasi lainnya.9
Daft mendefinisikan manajemen sebagai pencapaian tujuan
organoisasi dengan cara yang efektif dan efisien lewat perencanaan,
pengorgansasian, pengarahan, dan pengawasan sumberdaya organisasi.
Mary Parker Follet yang dikutip oleh Handoko, manajemen
merupakan seni dalam menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain.
Definisi ini mengandung arti bahwa para manajer mencapai tujuan-tujuan
organisasi melalui pengaturan orang-orang lain untuk melaksanakan
berbagai tugas yang mungkin diperlukan.10
9
Erni Tisnawati dkk., Pengantar Manajemen, Jakarta: Prenada media Group, 2005. h.6
10
Selanjutnya, bila kita mempelajari literatur manajemen, maka akan
ditemukan bahwa istilah manajemen mengandung dua pengertian yaitu :
1. Manajemen sebagai suatu proses
2. Manajemen sebagai suatu seni (Art) dan sebagai suatu ilmu
pengetahuan (Science)
Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
manajemen pada dasarnya merupakan seni atau proses dalam
menyelesaikan sesuatu yang terkait dengan pencapaian tujuan. Dalam
peneyelesaian akan sesuatu tersebut, terdapat tiga faktor yang terlibat:
1. Adanya pengguanaan sumber daya organisasi, baik sumber daya
manusia, maupun faktor-faktor produksi lainnya. Atau sumber daya
tersebut meliputi sumber daya manusia, sumber daya alam, sumber
daya keuangan, serta informasi.
2. Adanya proses yang bertahap dari mulai perencanaan, pengorganisasian,
pengarahan, dan pengimplementasian, hingga pengendalian dan
pengawasan.
3. Adanya seni dalam menyelesaikan pekerjaan.
Dari gambar di atas menunjukkan bahwa manajemen adalah Suatu
keadaan terdiri dari proses yang ditunjukkan oleh garis (line) mengarah
kepada proses perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan, dan
pengendalian, yang mana keempat proses tersebut saling mempunyai
fungsi masing-masing untuk mencapai suatu tujuan organisasi.
Manajemen juga memiliki arti yang luas dan sempit. Manajemen
dan pengendalian (P4) sumber daya organisasi untuk mencapai tujuan
secara efektif dan efisien. Dalam arti sempit manajemen merujuk kepada
suatu bidang, contohnya manajemen zakat. Perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan, dan pengendaliannya berhubungan dengan
zakat.11
Dapat disimpulkan bahwa manajemen adalah seni untuk mengatur
organisasi untuk mencapai tujuan secara efektif dan efisien dengan proses
perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengendalian (P4)
sumber daya organisasi yang dilakukan oleh manajer atau pemimpin.
c. Pengertian Pendayagunaan Zakat
Zakat menurut bahasa arab artinya tumbuh, tambah, berkah, suci.
Menurut istilah, zakat adalah sejumlah harta tertentu yang diwajibkan
oleh Allah, untuk diserahkan kepada yang berhak menerimanya dengan
syarat-syarat tertentu.
Pembicaraan tentang pendayagunaan zakat, berarti membicarakan
usaha atau kegiatan yang saling berkaitan dalam menciptakan tujuan
tertentu dari penggunaan hasil zakat secara baik, tepat dan terarah sesuai
dengan tujuan zakat itu disyariatkan oleh Al-qur’an dan Sunnah serta yang
dicontohkn oleh para fuqoha.
Jika berbicara tentang kemashlahatan, senantiasa berkembang
sesuai dengan perkembangan dan tuntutan kebutuhan umat. Dimana saat
ini permasalahan yang dihadapi lebih banyak dan beragam.Untuk
penentuan tingkat kemaslahatan, biasa dikenal dengan adanya skala
11
prioritas. Metode prioritas ini dapat di pakai sebagai alat yang efektif
untuk melaksanakan fungsi alokasi dan distribusi dalam kebijaksanaan
pendayagunaan zakat.
Maka dapat disimpulkan bahwa pendayagunaan Zakat adalah
bagaimana cara atau usaha dalam mendatangkan hasil dan manfaat zakat
yang lebih besar serta lebih baik agar tercapai kemaslahatan bagi umat
muslim.
d. Aspek Manajemen Pendayagunaan Zakat
Sudut pandang manajemen terhadap pengaturan dan pengelolaan
zakat melalui proses perencanaan pengorganisasian pengarahan dan
pengawasan sumberdaya organisasi/lembaga zakat dengan cara yang
efektif dan efisien agar mendatangkan hasil dan manfaat zakat yang lebih
besar serta lebih baik sehingga tercapai kemaslahatan bagi umat islam
sesuai dengan tujuan zakat yang telah disyariatkan.
2. Kegiatan Manajemen
Kegiatan manajemen secara umum meliputi perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan.
a. Perencanaan
Perencanaan adalah pemilihan sekumpulan kegiatan dan pemutusan
selanjutnya apa yang harus dilakukan , kapan, bagaimana dan oleh
siapa perencanaan yang baik dapat dicapai dengan mempertimbangkan
kegiatan yang diputuskan akan dilasanakan, serta periode sekarang
pada saat rencana dibuat. 12
Beberapa aspek yang harus diperhatikan, antara lain sebagai berikut:
1) Hasil yang ingin dicapai
2) Yang akan melakukan
3) Waktu dan skala prioritas
4) Dana (kapital)13
Pada dasarnya manajemen merupakan suatu rangkaian cara
beraktivitas. Bagi seorang muslim manajemen bisa menjadi wahana amal
kebajikan. Manajemen menumbuhkan kesadaran untuk mengaplikasikan
cara-cara bekerja dengan landasan ajaran Islam. Manajemen Islam
memang tidak bebas nilai. Kaidah halal dan thayyib menjadi nilai utama organisasi. Hal ini berlaku dari awal pengambilan keputusan, perencanaan
hingga aplikasi dan evaluasinya yang tetap melandaskan pada nilai-nilai
halal dan thayyib.14
Menyusun visi misi adalah langkah awal dalam perencanaan, dari
visi misi akan dilahirkan program-program unggulan untuk
mengimplementasikan pengelolaan zakat. Dari sejumlah program yang
dicanangkan Badan/Lembaga Pengelola Zakat dapat dikelompokkan
12
T. Hani Handoko, Manajemen, Edisi Kedua, EPFE Yogyakarta, Cet. XIV, 1999, hlm. 78
13
Didin Hafidhuddin dan Hendri Tanjung, Manajemen Syariah dalam Praktek, Gema Insani Press, Jakarta, 2003, h. 78
14
menjadi empat program besar (grand programme), yaitu program
ekonomi, program social, program pendidikan, dan program dakwah.15
1. Program Ekonomi
Program pemberdayaan ekonomi melalui pendayagunaan dana zakat
yang dilakukan oleh Lembaga Amil Zakat (LAZ) dapat menjawab dan
memberikan solusi atas berbagai permasalahan yang dihadapi olehh
masyarakat. Lembaga Amil Zakat (LAZ) yang sudah ada programnya
berorientasi pada pemberdayaan ekonomi mencakup antara lain:
a) Pengembangan potensi agribisnis termasuk industry rakyat
berbasis kekuatan lokal.
b) Pengembangan lembaga keuangan berbasis ekonomi syari’ah.
c) Pemberdayaan masyarakat petani dan pengrajin
d) Pemberdayaan keuangan mikro dan usaha riil berupa industri
beras, air minum, peternakan, pertanian, dan tanamn keras.
e) Pemberdayaan ekonomi melalui usaha kecil dengan program
pendampingan dan bimbingan.
f) Pemberdayaan ekonomi umat melalui program pelatihan
kewirausahaan.
2. Program Sosial
Masalah sosial merupakan yang melekat pada setiap masyarakat
sehingga perlu mendapat perhatian. Program sosial yang mendapat
perhatian Lembaga Amil Zakat (LAZ) antara lain:
15
a) Penyelamatan kemanusiaan melalui bantuan kesehatan pengungsi,
sembako dan pakaian layak.
b) Menyediakan dana santunan layanan sosial.
c) Aksi pelayanan sosial dan kesehatan di daera-daerah minus.
d) Bantuan darurat untuk daerah bencana dan kerusuhan berupa
pengiriman tim medis dan obat-obatan.
e) Pembinaan anak jalanan lewat rumah singgah dan khitanan massal
3. Program Pendidikan
Pendidikan adalah jalan untuk mencapai hari esok yang lebih baik.
Diantara program pendidikan yang dilaksanakan oleh Lembaga Amil
Zakat adalah:
1) Mengembangkan potensi mustaik dari segi pendidikan untuk
percepatan peningkatan kualitas sumber daya umat.
2) Menyediakan bantuan beasiswa dan rehabilitasi sekolah serta
menyediakan pendidikan alternatif bagi pengungsi.
3) Peduli pendidikan dasar (paket cerdas) dan program orang tua
asuh.
4) Menyediakan media informasi sebagai sarana pendidikan umat.
5) Mengelola perpustakaan dan menyalurkan buku-buku agama.
6) Santunan anak yatim, beasiswa dhuafa dan anak jalanan.
7) Pelatihan manajemen dan teknologi tepat guna.
4. Program Dakwah
berkaitan dengan program dakwah ini adalah:
a) Bantuan Sembako kepada para muallaf .
b) Pembinaan mental dan rehabilitasi tempat ibadah.
c) Program klub keluarga sakinah.
d) Pelatihan dan kursus bagi para da’i ke daerah-daerah terpencil dan
tranmigrasi.
e) Pembinaan majlis ta’lim.
b. Pengorganisasian
Menurut Terry (1986) sebagaimana dikutip Ahmad Ibrahim Abu Sinn
mengatakan bahwa istilah pengorganisasian merupakan sebuah entitas
yang menunjukkan sebagai bagian-bagian yang terintegrasi sedemikian
rupa, sehingga hubungan mereka satu sama lain dipengaruhi oleh
hubungan mereka terhadap keseluruhan. Lebih jauh, istilah ini
diartikan sebagai tindakan mengusahakan hubungan-hubungan
kelakuan yang efektif antar individu, sehingga mereka dapat
bekerjasama secara efisien, sehingga memperoleh kepuasan pribadi
dalam melaksanakan tugas-tugas tertentu, dalam lingkungan tertentu
guna mencapai tujuan dan sasaran tertentu.16 Dalam pandangan Islam,
organisasi bukan semata-mata wadah melainkan lebih menekankan
pada bagaimana sebuah pekerjaan dilakukan dengan baik dan rapi.
Organisasi lebih menekankan pengaturan mekanisme kerja. Oleh
karena itu, maka dalam organisasi ada koordinasi serta wewenang dan
16
tanggung jawab. Koordonasi merupakan upaya penyatuan sikap dan
langkah dalam pencapaian tujuan.
Secara garis besar pengorganisasian yang berkaitan dengan zakat
meliputi:
a) Pengorganisasian struktur organisasi zakat Badan/Lembaga Amil
Zakat.
b) Pengorganisasian mustahiq.
c) Pengorganisasian pendayagunaan zakat.
c. Pelaksanaan
1. Pelaksanaan dalam penghimpunan zakat
Pengumpulan zakat dilakukan oleh Badan/Lembaga Amil Zakat
dengan cara menerima atau mengambil dari muzakki atas
pemberitahuan muzakki. Badan/Lembaga Amil Zakat dapat bekerja
sama dengan Bank dalam pengumpulan zakat. Badan/Lembaga Amil
Zakat dapat menerima harta selain zakat, seperti infaq, shadaqah,
hibah, wasiat dan kaffarat.
Dalam Buku Manajemen Pengelolaan Zakat Departemen Agama
disebutkan ada tiga strategi dalam pengumpulan zakat, yaitu:
a) Pembentukan unit pengumpulan zakat. Hal ini dilakukan untuk
memudahkan pengumpulan zakat, baik kemudahan bagi lembaga
pengelola maupun kemudahan bagi para muzakki untuk membayar
zakatnya.
b) Pembukaan kounter penerima zakat. Selain membuka unit
dapat membuat kounter atau loket tempat pembayaran zakat di
kantor atau secretariat lembaga yang bersangkutan.
c) Pembukaan rekening Bank. Yang perlu diperhatikan di sini adalah bahwa dalam membuka rekenig harus dipisahkan antara
masing-masing rekening sehingga dengan demikian akan memudahkan
para muzakki dalam pengiriman zakatnya.
2. Pelaksanaan dalam Pendistribusian dan Pendayagunaan Zakat
Semangat yang dibawa perintah zakat adalah perubahan kondisi
seseorang dari mustahiq menjadi muzakki. Bertambahnya muzakki
akan mengurangi beban kemiskinan yang ada di masyarakat.
Namun keterbatasan dana zakat yang berhasil dihimpun sangat
terbatas. Hal ini menuntut adanya pengaturan yang baik sehingga
potensi umat dapat dimanfaatkan secara optimal.
Lembaga-lembaga pengelola zakat dituntut merancang program yang baik,
selain itu lembaga pengelola zakat perlu melakukan skala prioritas
program.
d. Pengawasan
Pengawasan didefinisikan sebagai proses untuk menjamin
bahwa tujuan-tujuan organisasi dan manajemen tercapai. Ini berkenaan
dengan cara-cara membuat kegiatan sesuai dengan yang telah
direncanakan sebelumnya. Pengertian ini menunjukkan adanya
hubungan yang erat antara perencanaan dengan pengawasan.17 Oleh
karena itu, pengawasan mempunyai peranan atau kedudukan yang
17
sangat penting dalam manajemen, karena mempunyai fungsi untuk
menguji apakah pelaksanaan kerja itu teratur, tertib, terarah atau tidak.
Dalam Islam, pengawasan (control) paling tidak terbagi menjadi dua, yaitu: Pertama, kontrol yang berasal dari diri sendiri
yang bersumber dari tauhid dan keimanan kepahda Allah SWT.
Kedua, kontrol dari luar, pengawasan ini dilakukan dari luar diri
sendiri. Sistem pengawasan ini dapat terdiri atas mekanisme
pengawasan dari pimpinan yang berkaitan. Dalam lembaga zakat
biasanya ada Dewan Syariah.
C. Pemberdayaan Bidang Pendidikan 1. Pengertian
Kata pemberdayaan adalah terjemahan dari istilah bahasa inggris yaitu
empowerment. Pemberdayaan berasal dari kata dasar power berarti kemampuan berbuat, mencapai, melakukan atau memungkinkan. Awalan em
berasal dari bahasa latin atau yunani, yang berarti di dalamnya, karena itu
pemberdayaan dapat berarti kekuatan dalam diri manusia, suatu sumber
kreatifitas.
Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia kata pemberdayaan
diterjemahkan sebagai upaya pendayagunaan, pemanfaatan yang
sebaik-baiknya dan hasil yang memuaskan.18 Istilah pemberdayaan diartikan sebagai
upaya memperluas horizon pilihan bagi masyarakat, dalam upaya
pendayagunaan potensi, pemanfaatan yang sebaik-baiknya dengan hasil yang
18
memuaskan. Ini berarti masyarakat diberdayakan untuk melihat dan memilih
sesuatu yang bermanfaat bagi dirinya, dapat dikatakan masyarakat yang
berdaya adalah yang dapat memilih dan mempunyai
Pemberdayaan adalah serangkaian kegiatan untuk memperkuat
kekuasaan atau keberdayaan kelompok lemah dalam masyarakat, termasuk
individu-individu yang mengalami masalah kemiskinan.
Pendidikan adalah serangkaian proses yang dengannya seorang atau
anak dapat mengembangkan kemampuan, sikap dan bentuk-bentuk tingkah
laku lainnya yang bernilai atau berguna di masyarakat.
Beberapa ahli mengartikan bahwa pendidikan adalah sebagai berikut:
a. Langaveld: mendidik adalah mempengaruhi anak dalam
membimbingnya agar menjadi dewasa. Usaha membimbing haruslah
usaha yang disadari dan dilaksanakan dengan sengaja. Oleh karena itu,
pendidikan hanya terdapat dalam pergaulan yang disengaja antara
orang dewasa dengan anak yang diarahkan kepada tujuan pendidikan.
b. SA. Branata, dkk: pendidikan adalah usaha yang sengaja diadakan baik
langsung maupun dengan cara yang tidak langsung, untuk membantu
anak dalam perkembangannya mencapai kedewasaan. 19
Pemberdayaan bidang pendidikan adalah serangkaian kegiatan
untuk memperkuat kekuasaan atau keberdayaan kelompok lemah dalam
masyarakat agar dapat mengembangkan kemampuan, sikap dan
bentuk-bentuk tingkah laku lainnya yang bernilai atau berguna di masyarakat.
19
2. Unsur-unsur pendidikan a. Guru atau pendidik
Guru adalah suatu jabatan professional yang memiliki peranan dan
kompetensi professional.20 Ada juga mengartikan guru adalah pendidik