• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pendayagunaan Dana Zakat Untuk Program Taman Anak Sholeh (Tas) Lembaga Amil Zakat Insan Mulia (Lazim) Jakarta

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pendayagunaan Dana Zakat Untuk Program Taman Anak Sholeh (Tas) Lembaga Amil Zakat Insan Mulia (Lazim) Jakarta"

Copied!
109
0
0

Teks penuh

(1)

TAMAN ANAK SHOLEH (TAS) LEMBAGA AMIL ZAKAT

INSAN MULIA (LAZIM) JAKARTA

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan

Mencapai Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)

ENENG HERAWATI NIM 109053000058

KONSENTRASI MANAJEMEN ZISWAF JURUSAN MANAJEMEN DAKWAH

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UIN SYARIF HIDAYATULLAH

(2)

TAMAN ANAK SHOLEH (TAS) LEMBAGA AMIL ZAKAT

INSAN MULIA (LAZIM) JAKARTA

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan

Mencapai Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)

Oleh:

Eneng Herawati NIM: 109053000058 Di Bawah Bimbingan

Drs. Hasanudin Ibnu Hibban, MA NIP: 196606051994031005

KONSENTRASI MANAJEMEN ZISWAF

JURUSAN MANAJEMEN DAKWAH

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(3)

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan karya asli saya sendiri yang diajukan untuk

memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Sarjana I (SI)

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini, saya telah

cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya saya atau

merupakan jiplakan dari orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi

yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Bekasi,01 Mei 2013

(4)

Sholeh (TAS) Lembaga Amil Zakat Insan Mulia (LAZIM) Jakarta telah diujikan dalam sidang munaqasah Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada hari Selasa 28 Mei 2013 skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar sarjana Ilmu Komunikasi Islam (S.Kom.I) pada Konsentrasi Manajemen ZISWAF Jurusan Manajemen Dakwah.

Jakarta 28 Mei 2013 Sidang Munaqosah

Ketua Merangkap Anggota, Sekretaris Merangkap Anggota,

Drs. H. Mahmud Jalal, M.A H. Mulkanasir, BA., S.Pd, M.M

NIP.195204221981031002 NIP.195501011983021001

Anggota,

Penguji I Penguji II

Drs. H. Mahmud Jalal, M.A Drs. Cecep Castrawijaya, M.A., M.M

NIP.195204221981031002 NIP.196708181998031002

Pembimbing,

(5)

i

Pendayagunaan Dana Zakat Untuk Program Taman Anak Sholeh (TAS) Lembaga Amil Zakat Insan Mulia (LAZIM) Jakarta

Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan sumberdaya manusia, jenis pendidikan secara umum ada du yaitu pendidikan formal dan nonformal. Pendayagunaan dana zakat untuk pendidikan nonformal seperti program Taman Anak Sholeh (TAS) akan memberikan manfaat yang besar bagi mustahik yang membutuhkan. Jika manajemen pendayagunaannya sesuai dengan kebutuhan.

Tujuan penelitian ini ingin mengetahui bagaimana manajemen pendayagunaan dana zakat untuk program Taman Anak Sholeh (TAS) serta kontribusi Lembaga Amil Zakat Insan Mulia (LAZIM) Jakarta terhadap program tersebut. Penelitian ini menggunkan metode kualitatif deskriptif, yaitu data yang dikumpulkan berupa kata-kata, gambar dan laporan penelitian akan bersifat kutipan-kutipan atau member gambaran penyajian laporan dengan teknik wawancara, observasi dan dokumentasi.

Hasil dari penelitian pendayagunaan dana zakat untuk program TAS LAZIM Jakarta ditinjau dari manajemen pendayaguaan dana zakat masih belum bisa dikatakan berhasil karena beberapa faktor, diantaranya minimnya dana yang disalurkan untuk program TAS. Sebagai contoh kontribusinya berupa bantuan SPP gratis untuk 30 orang peserta didik, bantuan gaji guru atau relawan sebesar Rp.600.000 untuk empat orang perbulannya selain itu mereka juga mendapat training, bantuan sarana prasarana diawal program sebesar Rp.3.000.000 untuk membeli karpet, meja lipat, buku-buku, juz ama, Iqro, Al-Quran, perlengkapan alat tulis, buku pemantau kegiatan dan lain sebagainya. Total bantuan perbulannya kurang lebih Rp.1.000.000 untuk operasional. Sedangkan jika diakumulasikan dana yang sudah didistribusikan LAZIM untuk Program TAS kurang lebih sekitar Rp.40.000.000.

(6)

ii Bismillahirrahmanirrohim

Puji syukur alhamdulilah kami panjatkan ke haribaan Allah SWT Tuhan

Penguasa Alam Semesta, dan dengan limpahan rahmat dan pertolongan-Nya

penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Sholawat dan salam semoga tetap

terlimpahkan kepada baginda Rasulullah SAW yang telah menyelamatkan kita

semua dari dunia kegelapan menuju dunia yang terang yakni Din Al-Islam.

Penyusunan sekripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi tugas akhir

perkuliahan sebagai wujud dari partisipasi serta persiapan penulis dalam

mengembangkan diri untuk mengaktualisasikan ilmu pengetahuan yang telah

penulis peroleh selama menimba ilmu pengetahuan dibangku perkuliahan

sehingga diharapkan dapat bermanfaat bagi penulis sendiri dan juga pada

masyarakat umumnya.

Bab demi bab terselesaikan sudah dalam sebuah bentuk karya ilmiah

skripsi yang Insya Allah berguna untuk penulisan dan orang lain nantinya.

Halangan dan rintangan dalam penulisan skripsi ini, tidak terlepas dari bantuan

para dosen maupun pengajar lain yang memiliki intensitas ilmu di bidang

kelembagaan, khususnya dalam bidang pendayagunaan zakat. Penulis merasa

bahwasanya terselesaikannya penulisan sekripsi ini banyak dibantu oleh banyak

orang yang selalu berhubungan langsung maupun tidak langsung kepada penulis,

dan hanya ucapan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada mereka semua,

(7)

iii

Kakak tercinta Deden Mulyana tidak lupa sang Adik Rena Restiana.

2. DR. Arief Subhan MA, selaku Dekan Fak. Ilmu Dakwah dan Komunikasi

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Drs. Cecep Castrawijaya MA, selaku Ketua Jurusan Manajemen Dakwah

4. H. Mulkanasir B.A, S.Pd, M.M, selaku sekretaris Jurusan Manajemen

Dakwah

5. Drs. Hasanudin Ibnu Hibban, MA, selaku dosen pembimbing yang telah

banyak memberikan perhatian bimbingan serta pengarahan, sehingga

sekripsi ini bisa cepat terselesaikan.

6. Ketua penguji beserta anggota penguji yang telah menguji dan

memberikan pengarahan perbaikan untuk skripsi ini.

7. Segenap pengurus LAZIM Jakarta, yang telah membantu penulis,

khususnya direktur LAZIM Bapak Nurohman beserta Ibu Rini selaku

Pembimbing untuk Program Taman Anak Sholeh.

8. Seluruh staf Perpustakaan Utama dan Fakultas Ilmu Dakwah dan

Komunikasi, yang telah membantu dalam menyediakan sumber-sumber

pustaka selama penulis merampungkan skripsi ini.

9. Teman-teman MD dan MHU yang selalu memberikan semangat dan

motivasi.

10.Orang tua asuh yang tercinta Ibu Eti Maryati, ST. dan Bapak Bambang

(8)

iv

terdapat kelemahan dan kekurangan, karena kesempurnaannya hanya milik Allah

SWT.

Bekasi, 01 Mei 2013

(9)

v

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Pembatasan Masalah dan Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian ... 4

D. Tinjauan Pustaka ... 6

E. Metodologi Penelitian ... 6

F. Sistematika Penelitian ... 9

BAB II TINJAUAN TEORITIS TENTANG PENDAYAGUNAAN DANA ZAKAT DAN PENDIDIKAN A. Aspek Fiqh Pendayagunaan Zakat untuk Bidang Pendidikan 1. Pengertian ... 11

2. Dalil AL-Quran dan Hadits tentang Pendayagunaan Zakat ... 12

3. Sumber Dana Zakat ... 15

4. Pandangan Imam Madzhab dan Ulama Kontemporer tentang Pendayagunaan Zakat ... 22

B. Aspek Manajemen Pendayagunaan Zakat 1. Pengertian ... 30

2. Kegiatan Manajemen... 34

a. Perencanaan... 34

b. Pengorganisasian ... 37

c. Pelaksanaan ... 38

(10)

vi

2. Unsur-unsur Pendidikan ... 42

3. Pemberdayaan Bidang Pendidikan ... 47

BAB III GAMBARAN UMUM TENTANG PROGRAM TAMAN ANAK SHOLEH (TAS) A. Sejarah Berdirinya Lembaga Amil Zakat Insan Mulia (LAZIM) Jakrta dan Program Taman Anak Sholeh (TAS) ... 48

B. Visi dan Misi Program Taman Anak Sholeh (TAS) ... 52

C. Struktur Organisasi Program Taman Anak Sholeh (TAS) ... 53

BAB IV ANALISIS PENDAYAGUNAAN DANA ZAKAT PADA BIDANG PENDIDIKAN A. Manajemen Pendayagunaan Dana Zakat untuk Program Taman Anak Sholeh (TAS) Lembaga Amil Zakat Insan Mulia (LAZIM) Jakrta ... 53

1. Perencanaan ... 54

2. Pengorganisasian ... 56

3. Pelaksanaan ... 58

4. Controling dan Evaluasi ... 62

B. Kontribusi Lembaga Amil Zakat Insan Mulia (LAZIM) Jakrta terhadap Program Taman Anak Sholeh (TAS) 1. Bantuan Biaya SPP... 62

2. Bantuan Sarana dan Prasarana ... 64

3. Bantuan Gaji Guru ... 66

4. Pelatihan untuk Guru……… 67

(11)

vii

B. Saran ... 72

(12)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Zakat dan pendayagunaannya membutuhkan manajemen yang baik, agar

bukan hanya bernilai ibadah tapi juga bisa memberikan manfaat yang optimal

untuk mustahiq. Ajaran zakat pada masa-masa perkembangan Islam bukan hanya

merupakan perwujudan dari ketaatan perintah Allah dan Rosulnya sekaligus

menjadi kekuatan sosial yang berfungsi memperkokoh bangunan kebersamaan

diantara sesama umat muslim. Jika pada masa Nabi zakat diperuntukkan bagi

fakir miskin, yatim piatu, termasuk janda-janda sholihah yang ditinggal suaminya

karena gugur di medan perang. Sejalan dengan berkemkembangnya masyarakat

muslim dari waktu ke waktu, pelaksanaan ajaran zakatpun menghadapi

permasalahan yang tidak ada pada masa Nabi dan para sahabatnya. Seorang

pemikir Islam kontemporer, Yusuf Qardawi, merumuskan berbagai rumusan

fiqhyah dalam zakat. Berbagai telaah menyebutkan bahwa untuk memelihara tujuan disyariatkannya zakat diperlukan ijtihad-ijtihad sosial yang memberikan

efek produktif bagi kemaslahatan umat.1 Dengan alasan tersebut pendayagunaan

sekarang ini memfokuskan pada lima program utama yaitu program ekonomi,

program sosial, program kesehatan, program dakwah dan program pendidikan,

kelima program tersebut memang penting untuk kemaslahatan umat islam.

Pendayagunaan dana zakat selama ini lebih cenderung dialokasikan pada

program ekonomi, program sosial, program kesehatan, dan program dakwah.

1Dikutip dari Kata Pengantar Penasehat Syari’ah Baitul Maal Pupuk Kujang KH. DR.

(13)

Sedangkan pendidikan yang merupakan suatu hal yang tidak dapat dipisahkan dari

proses kehidupan seolah dipandang “sebelah mata” karena pendayagunaan zakat

melalui program pendidikan tidak bisa secara instan merubah mustahiq menjadi muzakki. Padahal pendidikan merupakan aspek yang sangat penting dalam

menunjang kehidupan bangsa dimasa depan, melalui pendidikan manusia sebagai

subjek pembangunan dapat dididik, dibina, dan dikembangkan

potensi-potensinya, bahkan dari usia dini sekalipun. Intinya pendidikan mempunyai

pengaruh yang sangat besar terhadap keberlangsungan dan kesejahteraan manusia.

Pendayagunaan dana zakat untuk program pendidikan secara umum

terbagi dua yaitu pendidikan yang bersifat formal dan nonformal. Formal, bentuk

pendayagunaannya seperti beasiswa, renovasi bangunan sekolah TK, SD, SMP

sampai SMA, ada juga yang melengkapi sarana prasarana mengajar dan lain

sebagainya. Nonformal, membuat perpustakaan umum, mendirikan sekolah

agama untuk melengkapi pendidikan formal, menggaji guru honorer, dan lain

sebagainya.

Pendidikan merupakan sebuah proses transformasi masyarakat dari

kebodohan menuju kecerdasan. Pendidikan adalah proses perubahan masyarakat

dari ketidakmampuan menjadi keahlian. Sekaligus pendidikan adalah sarana

mengubah kemalasan menjadi kesadaran oleh karena itu pendidikan menjadi

fondasi yang penting dalam perubahan masyarakat menuju kesejahteraan.

Sehingga pendidikan harus mendapatkan prioritas yang tinggi dalam

pembangunan.2

Selain itu, dengan pendidikan diharapkan mampu menciptakan sumber

2

(14)

daya manusia yang berkualitas dan berwawasan serta membentuk peradaban

manusia yang bermartabat dan juga baik (sholeh). Namun pendidikan di Indonesia

sekarang ini seolah tidak pernah surut dari permasalahan seperti minimnya biaya,

sarana prasarana dan lain-lain.

Adanya pendayagunaan dana zakat diharapkan mampu meminimalisir permasalahan pendidikan tersebut. Agar pendayagunaan ini sesuai dengan

harapan maka harus ada sebuah lembaga amil zakat yang peduli terhadap pendayagunaan yang bersifat pemberdayaan, khususnya pemberdayaan dana zakat pada sektor pendidikan dengan tidak melupakan aspek fiqh dan manajemen pendayagunaan zakat agar sesuai dengan syariat Islam.

Di antara salah satu Lembaga Amil Zakat yang melakukan gebrakan baru dalam mengembangkan pemberdayaan zakat dalam rangka memberdayakan

mustahiq adalah Lembaga Amil Zakat Insan Mulia (LAZIM) Jakarta. Keunikan dari LAZIM adalah pendayagunaannya yang fokus pada pendayagunaan yang bersifat kreatif (empowering atau pemberdayaan masyarakat).

Salah satu program pemberdayaan yang dilakukan oleh Lembaga Amil Zakat Insan Mulia (LAZIM) Jakarta adalah membuat program Taman Anak Soleh. Seperti yang sudah dikemukakan di atas kata kunci dari berhasil atau

tidaknya lembaga tersebut memberdayakan mustahiq melalui program itu adalah terlahirnya generasi yang soleh. Maka harus ada sebuah penelitian secara ilmiah agar bisa mengklasifikasikan unsur-unsur pendidikan apa saja yang menjadi

(15)

B. Pembatasan Masalah dan Rumusan Masalah a. Pembatasan Masalah

Agar dalam pembahasan ini tidak terlalu meluas dan keluar dari tema

persoalan, maka dalam hal ini peneliti membatasi pada bahasan Dana Zakat

dan Program Pendidikan.

b. Rumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah, maka perumusan masalahnya

adalah:

1. Bagaimana manajemen pendayagunaan dana zakat untuk program Taman

Anak Sholeh (TAS) Lembaga Amil Zakat Insan Mulia (LAZIM) Jakarta?

2. Apa saja kontribusi yang dilakukan Lembaga Amil Zakat Insan Mulia

(LAZIM) Jakarta untuk program Taman Anak Sholeh (TAS)?

C. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian a. Tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk menganalisa bagaimana manajemen pendayagunaan dana zakat

untuk program Taman Anak Sholeh (TAS) Lembaga Amil Zakat Insan

Mulia (LAZIM) Jakarta

2. Untuk mengetahui apa saja kontribusi yang dilakukan Lembaga Amil

Zakat Insan Mulia (LAZIM) Jakarta untuk program Taman Anak

Sholeh (TAS)

b. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitan ini tentang pemberdayaan zakat dalam

upaya mengangkat kesejahteraan mustahiq diharapkan bermanfaat baik secara

(16)

1. Kegunaan Teoritis.

Secara teoritis diharapkan sebagai bentuk dalam mengembangkan

konsep dalam pendayagunaan zakat yang baik dan efektif sesuai dengan

makna diperintahkan zakat.

Selain itu bisa dijadikan sebagai literatur dan rujukan terutama yang

berkaitan dengan masalah pendayagunaan zakat dan memberikan pemahaman

bagi pihak akademisi khususnya Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi

untuk melakukan kajian mendalam mengenai pengelolaan zakat untuk

pendidikan khususnya mahasiswa jurusan manajemen dakwah konsentrasi

manajemen ZISWAF.

2. Kegunaan Praktis

Dapat dijadikan sebagai bahan evaluasi bagi lembaga amil zakat yang

diteliti dan pedoman bagi Lembaga Amil Zakat yang lain dalam pelaksanaan

pendayagunaan zakat dengan baik dan efektif melalui sebuah program, serta

sebagai sumbangan positif bagi lembaga yang lain dalam hal pemahaman

tentang pendayagunaan zakat dan sebagai sumbangan positif bagi dunia

akademisi untuk menambah wawasan di bidang hazanah keilmuan tentang

pendayagunaan zakat.

D. Tinjauan Pustaka

Ada penelitian terdahulu yang pembahasannya hampir mirip dengan yang

ditulis oleh penulis. Adapun penelitian tersebut diantaranya:

Karya milik Muhammad Zainuddin dengan judul ”Pendayagunaan Zakat

Lembaga Amil Zakat Portalinfaq untuk Pendidikan Anak Pemulung Di Bantar

(17)

bagaimana pendayagunaan dana zakat dalam pendidikan untuk anak-anak

pemulung yang berada di Bantar Gebang Bekasi.

Karya milik Nurul Fajriyah dengan judul “ Pola Pendayagunaan Dana Zakat

pada Badan Amil Zakat Daerah (BAZDA) Kota Tangerang Dalam Upaya

Meningkatkan Mutu Pendidikan". Berisi tentang pola pendayagunaan atau

pendistribusian dalam upaya peningkatan pendidikan kota Tangerang serta faktor

penghambat dan pendukung dalam pendayagunaan dana zakat di BAZDA kota

Tangerang.

Persamaan penulisan skripsi ini dengan karya di atas terletak pada

pendayagunaan dana zakat untuk sektor pendidikan, sedangkan perbedaannya

terletak pada subjek dan objek penelitiannya. Dimana subjeknya adalah Lembaga

Amil Zakat Insan Mulia (LAZIM) Jakarta sedangkan objeknya adalah

pendayagunaan dana zakat untuk program Taman Anak Soleh (TAS).

E. Metodologi Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan jenis penelitian sosiologis atau

empiris dengan menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif, berikut beberapa

prosedur pendekatan kualitatif yang akan digunakan dalam penelitian ini,

diantaranya:

1. Sumber Data

Yang dijadikan sumber data oleh peneliti yaitu:

a. Data-data tertulis baik yang sudah dipublikasikan seperti buku-buku

tentang manajemen pendayagunaan zakat dan majalah islam yang

memberitakan pemberdayaan zakat, buletin tentang pendayagunaan

(18)

sekretariat atau pengurus Lembaga Amil Jakat Insan Mulia (LAZIM)

Jakarta.

b. Data dari narasumber yakni, narasumber biasa diambil dari masyarakat umum yang dianggap mampu dan memahami terhadap

masalah yang diajukan seperti para muzakki atau para pegawai di LAZIM Jakarta yang menjadi donatur merangkap amil dan

narasumber utama Ketua LAZIM serta tokoh-tokoh agama dan tokoh masyarakat.

2. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang dilakukan pada penelitian ini adalah:

a. Pengamatan langsung atau dengan melakukan observasi dilokasi

Lembaga Amil Jakat Insan Mulia (LAZIM) Jakarta.

b. Peneliti melakukan beberapa wawancara dengan pengurus LAZIM,

dan beberapa mustahiq yang telah menjadi objek dari program taman anak soleh.

c. Peneliti juga mengumpulkan data menggunakan dokumentasi dari

majalah Islam, buku bulletin, dokumen dari pengurus LAZIM Jakarta

beserta gambar dan foto-foto.

3. Pendekatan

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

kualitatif. Maka yang peneliti akan lakukan yakni:

a. Peneliti akan mengamati langsung dilokasi seperti mengamati

berjalannya program taman anak soleh dan aktifitas di lingkungan

(19)

b. Peneliti melakukan wawancara dengan pengurus LAZIM dan beberapa

muzakki yang telah memberikan dananya.

c. Peneliti membaca dari berbagai majalah islam, bulletin LAZIM

Jakarta, dokumen dari pengurus LAZIM, gambar dan foto.

4. Metode Analisa

Proses analisa diawali dengan membaca kembali keseluruhan data

yang telah diperoleh baik melalui wawancara dan pengamatan maupun

dari dokumen, gambar, dan foto-foto. Selanjutnya peneliti

mengkategorikan data yang telah diperoleh berdasarkan pendekatan yang

digunakan, selanjutnya data yang diperoleh di klasifikasikan kembali

apakah data yang didapat berhubungan dengan judul.

Setelah melakukan tahap pengkategorian dan klasifikasi maka data

tersebut dibandingkan dengan melihat pada pendekatan yang digunakan.

Karena peneliti menggunakan pendekatan kualitatif maka metode

analisanya adalah analisa kualitatif atau deskriptif analisis yaitu peneliti

mencoba mendeskripsikan perilaku perubahan dengan menggunakan

beberapa teori.

5. Objek dan Subjek Penelitian

Obyek penelitian ini adalah Pendayagunaan Dana Zakat untuk

Program Taman Anak Sholeh (TAS) ditinjau dari manajemen

pendayagunaannya serta kontribusi LAZIM untuk program TAS. Subjek

penelitiannya adalah Bapak Nurohman sebagai Direktur LAZIM, Bapak

Abdul Apif Hamid sebagai Manajer Pendayagunaan LAZIM, Ibu Rini

[image:19.595.104.515.232.586.2]
(20)

orang tua siswa untuk Program Taman Anak Sholeh (TAS) Lembaga Amil

Zakat Insan Mulia (LAZIM) Jakarta yang terletak di Jl. Bangka IV No.

28C Pela Mampang, Jakarta Selatan 12720. Alamat Web,

www.lazim.jakarta@yahoo.co.id

F. Sistematika Penelitian

Untuk mempermudah pengkajian, penulisan pemahaman dan penyusunan

skripsi ini, maka penulis membuat sistematika pembahasan yang terdiri dari lima

bab, dengan susunan sebagai berikut:

Bab IPendahuluan, dalam bab ini penulis menerangkan secara garis besar

mengenai latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah,

rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, tinjauan pustaka, metode

penelitian, dan sistematika pembahasan.

Bab II Tinjauan teoritis, pada bab ini membahas mengenai pengertian

pendayagunaan, sifat pendayagunaan dan sumber dana zakat serta yang berkaitan

dengan manajemen juga fiqh pendayagunaan zakat, dan pendidikan disertai

unsur-unsur pendidikan.

Bab III Gambaran umum dalam bab ini penulis menerangkan tentang

profil Lembaga Amil Zakat Insan Mulia (LAZIM) Jakarta dan program Taman

Anak Sholeh (TAS), visi misi, struktur organisasi program Taman Anak Sholeh

(TAS).

Bab IV Analisis Pendayagunaan Dana Zakat yang Dilakukan oleh LAZIM

Jakarta untuk Bidang Pendidikan, dalam bab ini penulis menerangkan

pendayagunaan dana zakat LAZIM Jakarta untuk program Taman Anak Sholeh

(21)

Bab V Penutup, menguraikan tentang kesimpulan dan saran-saran yang

menjadi penutup dari pembahasan skripsi ini.3

3

(22)

BAB II

TINJAUAN TEORITIS TENTANG PENDAYAGUNAAN DANA

ZAKAT DAN PENDIDIKAN

A. Aspek Fiqh Pendayagunaan Zakat Pada Bidang Pendidikan 1. Pengertian

a. Pengertian Aspek

Dalam bahasa aspek bermakna tanda atau sudut pandangan atau

pemunculan, atau penginterpretasian gagasan, masalah, situasi dan

sebagainya.

b. Pengertian Fiqh

Menurut bahasa artinya faham, sedangkan menurut istilah fiqh

merupakan salah satu bidang ilmu dalam syariat islam yang secara khusus

membahas persoalan hukum yang mengatur berbagai aspek kehidupan

manusia, baik kehidupan pribadi,sesame manusia atau dengan Tuhannya.

c. Pengertian pendayagunaan

Sesuai kutipan pemakalah dari www.artikata.com bahwa

pendayagunaan bermakna pengusahaan agar mampu mendatangkan hasil

dan manfaat.

d. Pengertian Zakat

Arti zakat secara bahasa adalah tumbuh, berkembang atau bisa juga

(23)

harta tertentu yang diwajibkan Allah diserahkan kepada orang-orang yang

berhak” disamping berarti “mengeluarkan jumlah tertentu itu sendiri” 4

e. Aspek Fiqh berarti pandangan ilmu hukum islam terhadap sesuatu.

f. Pendayagunaan Zakat berarti mengusahakan zakat agar mampu

mendatangkan hasil yang lebih manfaat.

g. Pendidikan adalah usaha yang disengaja diadakan baik langsung maupun

dengan cara yang tidak langsung, untuk membantu anak dalam

perkembangan mecapai kedewasaan

h. Aspek Fiqh Pendayagunaan Zakat berarti pandangan ilmu fiqh tentang

pendayagunaan atau pemanfaatan dana zakat untuk bidang pendidikan.

2.Dalil Al-Quran dan Hadits tentang Pendayagunan Zakat Al-Quran Surat At-Taubah:60

Artinya:

Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para muallaf yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang berutang, untuk jalan Allah dan orang-orang yang sedang dalam perjalanan, sebagai sesuatu ketetapan yang diwajibkan Allah; dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana”.

4

Fahrudin, Fiqih dan Manajemen Zakat di Indonesia, (Malang: UIN Malang Press, 2008), h. 13

(24)

Al-Quran Surat At-Taubah ayat 103

Artinya:

Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka, dan mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui”.

Adapun dalil dari As-Sunnah atau Hadits adalah sabda Nabi Shalallahu

Alaihi Wassalam dalam sebuah haditsnya :

(25)

Dari Salim bin Abdullah bin 'Umar dari bapaknya ( Umar bin Khatab ) mudah-mudahan Allah meridhoi mereka, bahwasanya Rasulullah pernah memberikan Umar bin Khatab suatu pemberian, lalu Umar berkata " berikanlah kepada orang yang lebih fakir dari saya, lalau Nabi bersabda "Ambilah dahulu, setelah itu milikilah ( kembangkanlah ) dan sedekahkan kepada orang lain dan apa yang datang kepadamu dari harta semacam ini sedang engkau tidak membutukannya dan bukan engkau minta, maka ambilah. Dan mana-mana yang tidak demikian maka janganlah engkau turutkan nafsumu. HR Muslim.

Dalam ayat dan hadits diatas jelaslah bahwa zakat itu diberikan dan

diambil dari orang-orang tertentu untuk diberikan kepada orang-orang

tertentu. Yakni dalam surat at-taubah:60 dijelaskan tentang siapa sajakah

yang berhak menerima zakat.

Arah dan kebijaksanaan pendayagunaan dana zakat yang dimaksud

adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan usaha pemerintah dalam

rangka memanfaatkan hasil pengumpulan zakat kepada sasaran dalam

pengertian yang lebih luas sesuai cita dan rasa secara tepat guna, efektif

manfaatnya dengan sistem distribusi yang serba guna tentunya yang

produktif, sesuai dengan pesan dan kesan syariat serta tujuan sosial yang

ekonomis dari zakat.

Sebelum membahas lebih lanjut, perlu kita jadikan dasar pemikiran

tentang pendayagunaan zakat bahwa :

a. Allah tidak menetapkan perbandingan yang tetap antara bagian

masing-masing delapan pokok alokasi ( asnaf )

b. Allah tidak menetapkan delapan asnaf harus diberi semuanya. Allah hanya menetapkan zakat dibagikan kepada delapan asnaf tidak boleh

(26)

c. Allah tidak menetapkan harus dibagikan dengan segera setelah masa

pungutan zakat, dan tidak ada ketentuan bahwa semua hasil pungutan

zakat (baik sedikit maupun banyak) harus tetap dibagikan semuanya.

d. Allah tidak menetapkan bahwa yang diserah terimakan itu berupa in

cash (uang tunai) atau in kind (bermacam-macam hasil alam)

3. Sumber Dana Zakat

Menurut Al-Qur’an, yang wajib dikeluarkan zakatnya adalah harta

bernada atau kekayaan (QS. 9:103). Jenis-jenis kekayaan tersebut dapat

dikelompokkan sebagai berikut:

a) Emas dan Perak

Semua ulama sepakat bahwa emas dan perak wajib dikeluarkan

zakatnya (QS. 9:34). Mengenai nisab emas ada tiga pendapat ulama.

Pertama, umumnya ulama termasuk Imam Malik, Imam Syafi’i, Imam

Hanafi, Imam Hanbal dan pengikutnya, berpendapat bahwa nisab emas

adalah 20 dinar atau kurang lebih sama dengan 96 gram emas. Kedua,

ulama lain, termasuk Hasan bin Abu Hasan al-Basari dan sebagian

pengikut Dawud bin Khalaf al-Isfahani, berpendapat bahwa pada emas

dikenakan zakat jika sudah mencapai jumlah 40 dinar. Ketiga, ulama yang

lainnya lagi berpendapat bahwa nisab emas sama dengan nilai tukar atau

harga 200 dirham, baik jika emas itu telah mencapai jumlah 20 dinar

maupun jika kurang dari 20 dinar. Akan tetapi, jika emas itu telah

mencapai 40 dinar, maka yang dijadikan pegangan adalah jumlah

dinarnya. Dalam hal ini mirip dengan pendapat kedua. Adapun kadar zakat

(27)

sependapat bahwa nisabnya 200 dirham atau sekitar 672 gram. Kadar

zakat dan haulnya sama dengan emas.5

b) Hewan Ternak

Sebagian besar ulama berpendapat bahwa jenis hewan yang wajib

dikeluarkan zakatnya adalah unta, lembu/sapi/kerbau, dan kambing. Kuda

yang dipelihara untuk piaraan, pengangkutan, dan perang tidak wajib

dikeluarkan zakatnya. Sedangkan kuda yang diperdagangkan dan diternakkan

wajib dikeluarkan zakatnya karena mempunyai sifat berkembang. Hewan

ternak lainnya yang juga wajib dikeluarkan zakatnya adalah ayam, unggas,

bebek, dan binatang lain sejenisnya. Haul dari hewan ternak tersebut adalah

satu tahun.

Mengenai nisab unta yang jumlahnya lebih dari l20 ekor, ada dua

pendapat. Pertama, setiap bertambah 40 ekor unta, zakatnya 1 ekor binti labun

(unta betina yang berumur 2 tahun lebih), dan setiap bertambah 50 ekor unta,

zakatnya 1 ekor hiqqah (unta betina yang berumur 3 tahun lebih). Maka apabila seseorang memiliki 130 ekor unta, ia dikenakan zakat sebanyak 1 ekor

hiqqah dan 2 ekor bintilabun. Pendapat ini didukung oleh Imam Malik, Imam

Syafi’i, dan para pengikut mereka. Dasar hukum yang digunakan ialah risalah

zakat yang diperintahkan Rasulullah SAW dan dilaksanakan oleh Khalifah

Abu Bakar as-Siddiq dan Umar bin Khattab. Hadis ini menjelaskan sabda

Nabi SAW yang artinya: ” Adapun jika lebih dari 120 ekor, maka pada tiap

-tiap 40 ekor dikenakan seekor unta binti labun, dan pada tiap-tiap 50 ekor dikenakan seekor unta hiqqah.”

5

(28)

Kedua, fukaha (ahli fikih) Kufah, yaitu Abu Hanifah dan para

pengikutnya serta as-Sauri, berpendapat bahwa apabila jumlah unta lebih

dari 120 ekor, maka ketentuannya kembali kepada semula, yaitu pada

tiap-tiap 5 ekor unta dikenakan zakat seekor kambing. Maka apabila seseorang

memiliki unta sebanyak 125 ekor, zakatnya ialah 2 ekor hiqqah dan seekor

kambing. Pendapat ini didasarkan pada hadis yang diriwayatkan oleh Abu

Bakar bin Amr bin Hazm, yang artinya: “Jika unta lebih dari 120 ekor,

maka zakatnya dimulai dengan memakai ketentuan semula.” Jumhur

(mayoritas) fukaha lebih menguatkan pendapat pertama karena hadisnya

lebih sahih.

Adapun tentang jenis kambing yang dikeluarkan untuk zakat, para

ulama berbeda pendapat. Imam Malik berpendapat bahwa jenis kambing

yang dizakatkan adalah jenis kambing yang terbanyak bilangannya. Jika

sama banyaknya, petugas zakat boleh memilih. Hal ini sama dengan

pendapat Imam Abu Hanifah. Sementara Imam Syafi’i berpendapat bahwa

petugas zakat mengambil yang pertengahan dan bermacam-macam jenis.

Namun ada ulama yang menetapkan untuk tidak mengambil kambing

jantan, kambing.yang buta sebelah, dan kambing tua sebagai zakat.

c) Harta Perdagangan.

Para ulama sepakat bahwa harta perdagangan wajib dikeluarkan

zakatnya apabila telah mencapai nisab dan haulnya. Hal ini didasarkan pada

firman Allah SWT yang artinya: “Hai orang-orang yang beriman,

nafkahkanlah (di jalan Allah) sebagian dari hasil usahamu yang baik- baik dan

(29)

Nisab harta perdagangan sama dengan nisab emas dan perak. Sedangkan

haulnya satu tahun dan kadar zakatnya 2,5% atau 1/40 dari harga barang

dagangannya.

d) Hasil Tanaman dan Buah-Buahan

Gandum, padi, kurma, dan anggur kering wajib dikeluarkan zakatnya

apabila telah mencapai nisabnya pada waktu memanen. Hal ini didasarkan

pada hadis yang artinya: “Bahwa Rasulullah SAW mengutus mereka ke

Yaman untuk mengajari manusia soal agama. Maka mereka dipersilakan

untuk tidak memungut zakat kecuali dari yang empat macam ini: gandum,

sya’ir (gandum), kurma dan anggur kering” (HR. Daruqutni, al-Hakim,

at-Tabrani, dan al-Baihaki yang mengatakan bahwa periwayatnya dapat

dipercaya dan badis ini hadis muttasil).

Adapun nisab hasil tanaman adalab lima wasaq (652,8/653 kg).

Sedangkan kadar pungutan zakatnya adalab 10% apabila tanaman itu disiram

air bujan dan 5% jika tanaman itu disiram dengan mempergunakan alat.

Sedangkan tanaman yang kadang-kadang disiram dengan menggunakan alat

dan kadang-kadang disiram air hujan dengan perbandingan yang sama, maka

zakatnya 7,5%. Mengenai basil pertanian ini, zakatnya dikeluarkan di saat

memanen hasil tanaman atau buah-buahan.

Di Indonesia, disepakati bahwa semua hasil tumbuh-tumbuhan yang

bernilai ekonomis wajib dikeluarkan zakatnya. Hasil tanaman dan

buah-buahan yang wajib dikeluarkan zakatnya antara lain adalah:

1. Biji-bijian, seperti padi, jagung, kacang bijau, kacang tanah, dan

(30)

2. Umbi-umbian dan sayur-sayuran, seperti ubi, kentang, ubi kayu, ubi

jalar, bengkuang, bawang, cabe, petai, kol, dan bayam.

3. Buah-buahan, seperti kelapa, pisang, durian, rambutan, duku, salak,

apel, jeruk, pepaya, alpukat, mentimun, pala, lada, dan pinang.

4. Tanaman hias, seperti anggrek dan segala jenis bunga.

5. Tanaman keras, seperti karet, kelapa sawit, cengkih, kopi, kayu

cendana, kayu jati, dan kayu manis.

6. Rumput-rumputan, seperti serai (minyak serai) dan bambu.

7. Daun- daunan, seperti teh dan tembakau.

e) Harta Rikaz dan Ma’din

Harta Rikaz adalah harta-harta yang terpendam atau tersimpan.

Termasuk ke dalam harta Rikaz ini antara lain berbagai macam harta benda yang disimpan oleh orang-orang terdahulu di dalam tanah, seperti emas,

perak, tembaga, dan pundi-pundi berharga. Adapun ma’dinadalah pemberian bumi yang terbentuk dari benda lain tetapi berharga, seperti emas, perak,

timah, besi, intan, batu permata, akik, batu bara, dan minyak bumi. Orang

yang menemukan benda- benda ini diwajibkan mengeluarkan zakatnya 1/5

bagian. Zakat Rikaz wajib tanpa syarat nisab (ukuran jumlah) dan tanpa haul

(ukuran waktu). Dalam harta ma’din, meskipun waktu satu tahun penuh (haul)

tidak diperhitungkan, tetapi zakatnya wajib dikeluarkan pada saat

barang-barang/benda-benda itu ditemukan. Nilai barang tambang tersebut harus

mencapai satu nisab uang, yaitu 20 misqal (96 gram) untuk emas dan 200

dirham (672 gram) untuk perak. Adapun kadar zakatnya 2,5%. Sementara itu

(31)

f) Hasil Laut

Jumhur ulama berpendapat bahwa hasil laut, baik berupa mutiara,

merjan (manik-manik), zabarjad (kristal untuk batu permata) maupun ikan,

ikan paus, dan lain-lainnya, tidak wajib dizakati. Namun Imam Ahmad bin

Hanbal (Imam Hanbali) berpendapat bahwa hasil laut wajib dikeluarkan

zakatnya apabila sampai satu nisab. Pendapat terakhir ini nampaknya sangat

sesuai dengan situasi dan kondisi sekarang ini karena hasil ikan yang telah

digarap oleh perusahaan-perusahaan besar dengan peralatan modern

menghasilkan uang yang sangat banyak. Nisab ikan senilai 200 dirham (672

gram perak). Mengenai zakat hasil laut ini memang tidak ada landasannya

yang tegas, sehingga di antara para ulama sendiri terjadi perbedaan pendapat.

Namun jika dilihat dari surah al-Baqarah ayat 267, jelas bahwa setiap usaha

yang menghasilkan uang dan memenuhi syarat, baik nisab maupun haulnya,

wajib dikeluarkan zakatnya. Adapun waktu mengeluarkan zakatnya sama

seperti tanaman, yaitu di saat hasil itu diperoleh.

g) Harta Profesi

Zakat harta profesi termasuk dalam kelompok zakat mal, yaitu al-mal

al-mustafad (kekayaan yang diperoleh oleh seorang muslim melalui bentuk

usaha baru yang sesuai dengan syariat agama). Adapun profesi yang dimaksud

antara lain dokter, insinyur, dan pengacara. Para ulama sepakat bahwa harta

pendapatan wajib dikeluarkan zakatnya apabila mencapai batas nisab. Adapun

nisabnya sama dengan nisab uang, dengan kadar zakat 2,5%.

Mengenai harta profesi ini, para ulama berbeda pendapat dalam hal

(32)

zakatnya apabila mencapai masa setahun penuh, kecuali jika pemiliknya

mempunyai harta sejenis. Untuk itu harta penghasilan dikeluarkan pada

permulaan tahun dengan syarat sudah mencapai batas nisab. Tetapi Imam

Malik berpendapat bahwa harta penghasilan tidak dikeluarkan zakatnya

sampai satu tahun penuh, baik harta tersebut sejenis dengan harta pemiliknya

atau tidak sejenis. Sedangkan Imam Syafi’i dan Imam Ahmad berpendapat

bahwa harta penghasilan itu dikeluarkan zakatnya bila mencapai waktu satu

tahun meskipun ia memiliki harta sejenis yang sudah cukup nisab.

h) Investasi

Para ulama yang berpandangan luas berpendapat bahwa hasil investasi,

seperti hasil sewa gedung, pabrik, taksi, dan bus, wajib dikeluarkan zakatnya.

Namun mereka berbeda pendapat mengenai cara memandang kekayaan itu,

yakni apakah harus diperlakukan sebagai modal perdagangan yang harus

dihitung setelah satu tahun dan dipungut zakatnya sebesar 2,5% dari

keseluruhan atau hanya dibatasi atas hasil investasi dan keuntungan saja jika

nilainya cukup satu nisab. Pendapat pertama menyatakan bahwa pemilik

benda- benda yang diinvestasikan, seperti gedung, kapal terbang, kapal laut,

taksi, bus, dan sejenisnya, diperlakukan sama seperti pemilik barang dagang.

Dengan demikian gedung itu harus dinilai harganya setiap tahun, lalu

ditambahkan keuntungannya yang ada, dan kemudian dikeluarkan zakatnya

2,5%. Menurut pendapat kedua, zakat tidak dipungut dari keseluruhan harga

setiap tahun, tetapi dipungut dari keuntungan dan hasil investasi. Kadar

zakatnya 2,5% tanpa mempersyaratkan satu tahun. Sedangkan menurut

(33)

modalnya, dengan kadar zakat 10% dari hasil bersih apabila hasil bersih

setelah biaya-biaya dikeluarkan dapat diketahui. Tetapi apabila hasil bersih

tidak bisa diketahui, maka zakat dikenakan berdasarkan seluruh hasil dengan

kadar zakat sebesar 5%. Adapun nisabnya sama dengan nisab uang, yakni 96

gram emas.

4.Pandangan Imam Madzhab dan Ulama Kontemporer tentang pendayagunaan zakat

Para Ulama telah Ijma' bahwa kedelapan asnaf tersebut adalah para mustahiq zakat, walaupun dalam pendistribusiannya sebagian ulama ada yang

berpendapat harus dibagikan secara merata seperti Imam Syafi'i namun

sebagian ulama lain berpendapat bahwa zakat tidak harus diberikan kepada

semua asnaf tersebut. Khalifah Umar bin Khatab pada masa pemerintahannya

tidak memberikan zakat kepada muallaf, dan hal ini tidak dipermasalahkan

oleh sahabat Nabi lainnya sehingga menjadi ijma'.

Dalam perkembangannya para mustahiq zakat tersebut mengalami beberapa perubahan dan pengembangan pemikiran. Sjechul Hadi Permono

memberikan beberapa pengembangan dari para mustahiq zakat, beliau

menukil pendapat dari Shawki Isma’il Shehatah yang menyatakan bahwa

bagian untuk fakir miskin dapat diberikan kepada lembaga-lembaga yang

mengurusi santunan kepada fakir miskin serta untuk kepentingan umum yang

berupa pelayanan umum. Ini berarti bisa saja dana zakat bagi fakir miskin

digunakan untuk membuat balai pengobatan cuma-cuma ataupun rumah sakit

(34)

untuk asnaf ini bisa dipindahkan kepada para tawanan perang Muslim atau

juga untuk membantu Negara muslim yang ingin lepas dari perbudakan dan

penjajahan Negara lain, hal ini tentu sesuai dengan makna riqab yang

menghilangkan segala bentuk perbudakan. Sementara makna fi

sabilillahdikembangkan oleh Sahri Muhammad dengan jalan iman dan ilmu/teknologi yaitu jalan untuk kemaslahatan agama dan masyarakat umum.

Demikian juga mustahiq-mustahiq zakat yang lain, walaupun jumlahnya tetap

delapan asnaf namun interpretasinya semakin berkembang.

Begitulah dengan berubahnya waktu ternyata alokasi bagi para

mustahiq zakat berkembang, namun hal ini tidaklah mengurangi manfaat dari zakat bahkan akan semakin terasa manfaatnya ketika kita bisa

memberdayakannya.

Adapun pola penyaluran harta zakat kepada orang-orang yang berhak

menerimanya dapat digunakan dengan dua cara yaitu :

a. Zakat Konsumtif

Zakat konsumtif yaitu zakat yang diberikan kepada mustahiq untuk

memenuhi kebutuhan hidupnya seperti makan, tempat tinggal meneruskan

perjalanan dan lain-lain. Fungsi ini adalah asal dari fungsi zakat yaitu

memberikan zakat untuk kebutuhan sehari-hari. Seperti zakat fitrah yang

memang diberikan untuk konsumsi fakir miskin selama hari raya. Dalilnya

(35)

“(Berinfaqlah) kepada orang-orang fakir yang terikat (oleh jihad) di jalan Allah; mereka tidak dapat (berusaha) di bumi; orang yang tidak tahu menyangka mereka orang kaya karena memelihara diri dari minta-minta. Kamu kenal mereka dengan melihat sifat-sifatnya, mereka tidak meminta kepada orang secara mendesak. Dan apa saja harta yang baik yang kamu nafkahkan (di jalan Allah), maka sesungguhnya Allah Maha Mengatahui”.

Ayat di atas menceritakan tentang orang-orang miskin yang tidak

suka meminta-minta kepada manusia, kepada mereka diberikan zakat

untuk kebutuhan mereka dalam bentuk zakat konsumtif.

b. Zakat Produktif

Adapun zakat produktif adalah zakat yang diberikan kepada fakir

miskin berupa modal usaha atau yang lainnya yang digunakan untuk usaha

produktif yang mana hal ini akan meningkatkan taraf hidupnya, dengan

harapan seorang mustahiq akan bisa menjadi muzakki jika dapat menggunakan harta zakat tersebut untuk usahanya. Hal ini juga pernah

dilakukan oleh Nabi, dimana beliau memberikan harta zakat untuk

digunakan shahabatnya sebagai modal usaha. Hal ini seperti yang

disebutkan oleh Didin Hafidhuddin yang berdalil dengan hadits yang

diriwayatkan oleh Muslim yaitu ketika Rasulullah memberikan uang zakat

kepada Umar bin Al-Khatab yang bertindak sebagai amil zakat seraya

bersabda :

(36)

ambilah. Dan mana-mana yang tidak demikian maka janganlah engkau turutkan nafsumu. HR Muslim”.6

Kalimat هلَوَمَتَف (fatamawalhu) berarti mengembangkan dan

mengusahakannya sehingga dapat diberdayakan, hal ini sebagai satu

indikasi bahwa harta zakat dapat digunakan untuk hal-hal selain kebutuhan

konsumtif, semisal usaha yang dapat menghasilkan keuntungan. Hadits

lain berkenaan dengan zakat yang didistribusikan untuk usaha produktif

adalah hadits yang diriwayatkan dari Anas bin Malik, katanya :

Bahwasanya Rasulallah tidak pernah menolak jika diminta sesuatu

atas nama Islam, maka Anas berkata "Suatu ketika datanglah seorang

lelaki dan meminta sesuatu pada beliau, maka beliau memerintahkan untuk

memberikan kepadanya domba (kambing) yang jumlahnya sangat banyak

yang terletak antara dua gunung dari harta shadaqah, lalu laki-laki itu

kembali kepada kaumnya seraya berkata " Wahai kaumku masuklah kalian

ke dalam Islam, sesungguhnya Muhammad telah memberikan suatu

pemberian yang dia tidak takut jadi kekurangan !" HR. Ahmad dengan

sanad shahih.

Pemberian kambing kepada muallafah qulubuhum di atas adalah sebagai bukti bahwa harta zakat dapat disalurkan dalam bentuk modal

usaha.

Pendistribusian zakat secara produktif juga telah menjadi pendapat

ulama sejak dahulu. Masjfuk Zuhdi mengatakan bahwa Khalifah Umar bin

Al-Khatab selalu memberikan kepada fakir miskin bantuan keuangan dari

zakat yang bukan sekadar untuk memenuhi perutnya berupa sedikit uang

6

(37)

atau makanan, melainkan sejumlah modal berupa ternak unta dan lain-lain

untuk mencukupi kebutuhan hidupnya dan keluarganya. Demikian juga

seperti yang dikutip oleh Sjechul Hadi Permono yang menukil pendapat

Asy-Syairozi yang mengatakan bahwa seorang fakir yang mampu

tenaganya diberi alat kerja, yang mengerti dagang diberi modal dagang,

selanjutnya An-Nawawi dalam syarah Al-Muhazzab merinci bahwa

tukang jual roti, tukang jual minyak wangi, penjahit, tukang kayu, penatu

dan lain sebagainya diberi uang untuk membeli alat-alat yang sesuai, ahli

jual beli diberi zakat untuk membeli barang-barang dagangan yang

hasilnya cukup buat sumber penghidupan tetap.

Pendapat Ibnu Qudamah seperti yang dinukil oleh Yusuf

Qaradhawi mengatakan “Sesungguhnya tujuan zakat adalah untuk

memberikan kecukupan kepada fakir miskin….” Hal ini juga seperti

dikutip oleh Masjfuk Zuhdi yang membawakan pendapat Asy-Syafi’i, An

-Nawawi, Ahmad bin Hambal serta Al-Qasim bin Salam dalam kitabnya

Al-Amwal, mereka berpendapat bahwa fakir miskin hendaknya diberi

dana yang cukup dari zakat sehingga ia terlepas dari kemiskinan dan dapat

mencukupi kebutuhan hidupnya dan keluarganya secara mandiri.

Secara umum tidak ada perbedaan pendapat para ulama mengenai

dibolehkannya penyaluran zakat secara produktif. Karena hal ini hanyalah

masalah tekhnis untuk menuju tujuan inti dari zakat yaitu mengentaskan

kemiskinan golongan fakir dan miskin.

Pendidikan adalah kebutuhan yang amat primer bagi setiap

(38)

keyakinan, dan sikap hidup yang berujung pada kualitas hidup.

Singkatnya performance lahir dan batin manusia sangat dipengaruhi oleh pendidikan yang didekatnya.

Sebegitu pentingnya pendidikan bagi manusia, pada awalnya, baik

pendidikan pada tingkat keluarga maupun di luar keluarga, dapat diakses

dengan gratis. Barulah setelah pendidikan utamanya di luar keluarga

mengalami perkembangan pesat dalam bentuk pelaksanaannya, menjadi

kebutuhan primer yang beribiaya. Akibatnya, sebagian orang mampu

mengakses dengan baik, tetapi sebagian lain kebutuhan primernya itu tak

terpenuhi.

Harta zakat sebagai alat bantu pengentasan masalah sosial, telah

ditetapkan untuk didistriusikan kepada delapan asnaf yang sudah diuraikan

di atas, diantara delapan asnaf yang diantaranya adalah fakir miskin, yaitu

dua kelompok manusia yang berciri khusus tidak mampu memenuhi

keutuhan dasarnya, baik sebagai makhluk hidup yang berarti perlu pangan

dan kesehatan, sebagai makhluk sosial butuh sandang, pangan, papan dan

pasangan (zawj/zawjah), serta sebagai khalifah Allah yang harus bermodal

pendidikan. Atas dasar itu penyaluran dana zakat dalam sektor pendidikan

adalah sangat beralasan secara syar’i. Secara rinci alasan tersebut dapat

disusun sebagai berikut:

1) Pendidikan adalah termasuk kebutuhan primer, maka dari itu pihak yang

lemah ekonomi sehingga terhalang dari memenuhi keutuhan pendidikan

(39)

2) Bila demi kebutuhan fisik guna keberlangsungan hidup layak dalam

kehidupan duniawi sesaat berupa pangan, sandang, dan papan saja zakat

dapat diberikan, apalagi secara qiyas awlawi terkait dengan pendidikan yang membawa kepada kemaslahatan ukrawi yang tiada batasnya, maka

lebih layak disalurkan.

3) Secara manusiawi akar masalah kemiskinan adalah pada minimnya

pendidikan, sehingga seseorang tidak mampu mengetahui potensi dirinya,

mengembangkannya, dan apalagi memanfaatkannya. Begitu pula, akibat

minimnya pendidikan ia juga tidak mampu mengeksplorasi potensi

lingkungannya, tetumbuhan, hewan, tanah, air, dan kekayaan yang

dikandungnya.7

Memang perlu ditegaskan bahwa maksud dari pengalokasian zakat dalam

sektor pendidikan, penggunaannya dalam bentuk:

1) Membiayai orang miskin untuk mendapat pendidikan, misalnya

menyantuninya untuk membayar biaya sekolah. Pada masa dahulu ulama

telah perhatian dalam hal ini walaupun dalam bentuk sedikit berbeda.

Mereka mengatakan bahwa bila orang miskin gara-gara tidak dapat

bekerja karena siuk mendalami ilmu syariat, maka halal baginya menerima

dana zakat. Menurut mereka alasannya adalah karena mereka sibuk

melakukan sesuatu yang bersifat fardu kifayah yang manfaatnya bersifat umum bagi masyarakat luas.

2) Mendirikan sekolah dan memenuhi kebutuhan operasionalnya, dalam

rangka membendung dan melawan hegemoni pendidikan kapitalis,

7

(40)

komunis, sekuler, dan sebagainya memuju kepada pendidikan Islam yang

murni. Yang demikian berarti zakat tersebut dialokasikan atas nama

sabilillah.

Salah satu fungsi zakat adalah fungsi sosial sebagai sarana saling

berhubungan sesama manusia terutama antara orang kaya dan orang

miskin, karena dana zakat dapat di manfaatkan secara kreatif untuk

mengatasi kemiskinan yang merupakan masalah sosial yang selalu ada

dalam kehidupan masyarakat8

Dalam Al-Qur’an dijelaskan ada delapan asnaf yang berhak

menerima zakat yaitu: fakir, miskin, amil, muallaf, riqab, gharim, sabilillah dan ibnussabil. Sedangkan infak dan shadaqah dapat merupakan

sebagian dari harta yang dikeluarkan untuk kebaikan, baik yang ditentukan

penggunaannya maupun tidak. Kami berpendapat bahwa pembagian dana

ZIS tidak harus sama rata untuk masing-masing asnaf tersebut melainkan

perlu berdasarkan keperluan. Dengan demikian pendayagunaan dana zakat

untuk sektor pendidikan dibolehkan selama yang menjadi objeknya tidak

keluar dari delapan asnaf yang disebutkan dalam Al-Qur’an.

Pendayagunaan dana zakat pada sektor pendidikan boleh untuk

semua unsur pendidikan (guru, murid, sarana prasarana, biaya dan

lain-lain) maupun salah satu dari unsur pendidikan. Contohnya untuk

membiayai SSP saja yang diwujudkan melalui beasiswa.

8

(41)

B. Aspek Manajemen Pendayagunaan Zakat 1. Pengertian

a. Pengertian Aspek

Dalam bahasa aspek bermakna tanda atau sudut pandangan atau

pemunculan, atau penginterpretasian gagasan, masalah, situasi dan

sebagainya.

b. Pengertian Manajemen

Manajemen berasal dari bahasa Prancis kuno yaitu ménagement,

yang memiliki arti seni melaksanakan dan mengatur. Definisi manajemen

yg dikemukakan oleh McHugh, manajemen adalah sebuah proses yang

dilakukan untuk mewujudkan tujuan organisasi melalui rangkaian

kegiatanberupa perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan

pengendalian orang-orang serta sumber daya organisasi lainnya.9

Daft mendefinisikan manajemen sebagai pencapaian tujuan

organoisasi dengan cara yang efektif dan efisien lewat perencanaan,

pengorgansasian, pengarahan, dan pengawasan sumberdaya organisasi.

Mary Parker Follet yang dikutip oleh Handoko, manajemen

merupakan seni dalam menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain.

Definisi ini mengandung arti bahwa para manajer mencapai tujuan-tujuan

organisasi melalui pengaturan orang-orang lain untuk melaksanakan

berbagai tugas yang mungkin diperlukan.10

9

Erni Tisnawati dkk., Pengantar Manajemen, Jakarta: Prenada media Group, 2005. h.6

10

(42)

Selanjutnya, bila kita mempelajari literatur manajemen, maka akan

ditemukan bahwa istilah manajemen mengandung dua pengertian yaitu :

1. Manajemen sebagai suatu proses

2. Manajemen sebagai suatu seni (Art) dan sebagai suatu ilmu

pengetahuan (Science)

Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa

manajemen pada dasarnya merupakan seni atau proses dalam

menyelesaikan sesuatu yang terkait dengan pencapaian tujuan. Dalam

peneyelesaian akan sesuatu tersebut, terdapat tiga faktor yang terlibat:

1. Adanya pengguanaan sumber daya organisasi, baik sumber daya

manusia, maupun faktor-faktor produksi lainnya. Atau sumber daya

tersebut meliputi sumber daya manusia, sumber daya alam, sumber

daya keuangan, serta informasi.

2. Adanya proses yang bertahap dari mulai perencanaan, pengorganisasian,

pengarahan, dan pengimplementasian, hingga pengendalian dan

pengawasan.

3. Adanya seni dalam menyelesaikan pekerjaan.

Dari gambar di atas menunjukkan bahwa manajemen adalah Suatu

keadaan terdiri dari proses yang ditunjukkan oleh garis (line) mengarah

kepada proses perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan, dan

pengendalian, yang mana keempat proses tersebut saling mempunyai

fungsi masing-masing untuk mencapai suatu tujuan organisasi.

Manajemen juga memiliki arti yang luas dan sempit. Manajemen

(43)

dan pengendalian (P4) sumber daya organisasi untuk mencapai tujuan

secara efektif dan efisien. Dalam arti sempit manajemen merujuk kepada

suatu bidang, contohnya manajemen zakat. Perencanaan,

pengorganisasian, pengarahan, dan pengendaliannya berhubungan dengan

zakat.11

Dapat disimpulkan bahwa manajemen adalah seni untuk mengatur

organisasi untuk mencapai tujuan secara efektif dan efisien dengan proses

perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengendalian (P4)

sumber daya organisasi yang dilakukan oleh manajer atau pemimpin.

c. Pengertian Pendayagunaan Zakat

Zakat menurut bahasa arab artinya tumbuh, tambah, berkah, suci.

Menurut istilah, zakat adalah sejumlah harta tertentu yang diwajibkan

oleh Allah, untuk diserahkan kepada yang berhak menerimanya dengan

syarat-syarat tertentu.

Pembicaraan tentang pendayagunaan zakat, berarti membicarakan

usaha atau kegiatan yang saling berkaitan dalam menciptakan tujuan

tertentu dari penggunaan hasil zakat secara baik, tepat dan terarah sesuai

dengan tujuan zakat itu disyariatkan oleh Al-qur’an dan Sunnah serta yang

dicontohkn oleh para fuqoha.

Jika berbicara tentang kemashlahatan, senantiasa berkembang

sesuai dengan perkembangan dan tuntutan kebutuhan umat. Dimana saat

ini permasalahan yang dihadapi lebih banyak dan beragam.Untuk

penentuan tingkat kemaslahatan, biasa dikenal dengan adanya skala

11

(44)

prioritas. Metode prioritas ini dapat di pakai sebagai alat yang efektif

untuk melaksanakan fungsi alokasi dan distribusi dalam kebijaksanaan

pendayagunaan zakat.

Maka dapat disimpulkan bahwa pendayagunaan Zakat adalah

bagaimana cara atau usaha dalam mendatangkan hasil dan manfaat zakat

yang lebih besar serta lebih baik agar tercapai kemaslahatan bagi umat

muslim.

d. Aspek Manajemen Pendayagunaan Zakat

Sudut pandang manajemen terhadap pengaturan dan pengelolaan

zakat melalui proses perencanaan pengorganisasian pengarahan dan

pengawasan sumberdaya organisasi/lembaga zakat dengan cara yang

efektif dan efisien agar mendatangkan hasil dan manfaat zakat yang lebih

besar serta lebih baik sehingga tercapai kemaslahatan bagi umat islam

sesuai dengan tujuan zakat yang telah disyariatkan.

2. Kegiatan Manajemen

Kegiatan manajemen secara umum meliputi perencanaan,

pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan.

a. Perencanaan

Perencanaan adalah pemilihan sekumpulan kegiatan dan pemutusan

selanjutnya apa yang harus dilakukan , kapan, bagaimana dan oleh

siapa perencanaan yang baik dapat dicapai dengan mempertimbangkan

(45)

kegiatan yang diputuskan akan dilasanakan, serta periode sekarang

pada saat rencana dibuat. 12

Beberapa aspek yang harus diperhatikan, antara lain sebagai berikut:

1) Hasil yang ingin dicapai

2) Yang akan melakukan

3) Waktu dan skala prioritas

4) Dana (kapital)13

Pada dasarnya manajemen merupakan suatu rangkaian cara

beraktivitas. Bagi seorang muslim manajemen bisa menjadi wahana amal

kebajikan. Manajemen menumbuhkan kesadaran untuk mengaplikasikan

cara-cara bekerja dengan landasan ajaran Islam. Manajemen Islam

memang tidak bebas nilai. Kaidah halal dan thayyib menjadi nilai utama organisasi. Hal ini berlaku dari awal pengambilan keputusan, perencanaan

hingga aplikasi dan evaluasinya yang tetap melandaskan pada nilai-nilai

halal dan thayyib.14

Menyusun visi misi adalah langkah awal dalam perencanaan, dari

visi misi akan dilahirkan program-program unggulan untuk

mengimplementasikan pengelolaan zakat. Dari sejumlah program yang

dicanangkan Badan/Lembaga Pengelola Zakat dapat dikelompokkan

12

T. Hani Handoko, Manajemen, Edisi Kedua, EPFE Yogyakarta, Cet. XIV, 1999, hlm. 78

13

Didin Hafidhuddin dan Hendri Tanjung, Manajemen Syariah dalam Praktek, Gema Insani Press, Jakarta, 2003, h. 78

14

(46)

menjadi empat program besar (grand programme), yaitu program

ekonomi, program social, program pendidikan, dan program dakwah.15

1. Program Ekonomi

Program pemberdayaan ekonomi melalui pendayagunaan dana zakat

yang dilakukan oleh Lembaga Amil Zakat (LAZ) dapat menjawab dan

memberikan solusi atas berbagai permasalahan yang dihadapi olehh

masyarakat. Lembaga Amil Zakat (LAZ) yang sudah ada programnya

berorientasi pada pemberdayaan ekonomi mencakup antara lain:

a) Pengembangan potensi agribisnis termasuk industry rakyat

berbasis kekuatan lokal.

b) Pengembangan lembaga keuangan berbasis ekonomi syari’ah.

c) Pemberdayaan masyarakat petani dan pengrajin

d) Pemberdayaan keuangan mikro dan usaha riil berupa industri

beras, air minum, peternakan, pertanian, dan tanamn keras.

e) Pemberdayaan ekonomi melalui usaha kecil dengan program

pendampingan dan bimbingan.

f) Pemberdayaan ekonomi umat melalui program pelatihan

kewirausahaan.

2. Program Sosial

Masalah sosial merupakan yang melekat pada setiap masyarakat

sehingga perlu mendapat perhatian. Program sosial yang mendapat

perhatian Lembaga Amil Zakat (LAZ) antara lain:

15

(47)

a) Penyelamatan kemanusiaan melalui bantuan kesehatan pengungsi,

sembako dan pakaian layak.

b) Menyediakan dana santunan layanan sosial.

c) Aksi pelayanan sosial dan kesehatan di daera-daerah minus.

d) Bantuan darurat untuk daerah bencana dan kerusuhan berupa

pengiriman tim medis dan obat-obatan.

e) Pembinaan anak jalanan lewat rumah singgah dan khitanan massal

3. Program Pendidikan

Pendidikan adalah jalan untuk mencapai hari esok yang lebih baik.

Diantara program pendidikan yang dilaksanakan oleh Lembaga Amil

Zakat adalah:

1) Mengembangkan potensi mustaik dari segi pendidikan untuk

percepatan peningkatan kualitas sumber daya umat.

2) Menyediakan bantuan beasiswa dan rehabilitasi sekolah serta

menyediakan pendidikan alternatif bagi pengungsi.

3) Peduli pendidikan dasar (paket cerdas) dan program orang tua

asuh.

4) Menyediakan media informasi sebagai sarana pendidikan umat.

5) Mengelola perpustakaan dan menyalurkan buku-buku agama.

6) Santunan anak yatim, beasiswa dhuafa dan anak jalanan.

7) Pelatihan manajemen dan teknologi tepat guna.

4. Program Dakwah

(48)

berkaitan dengan program dakwah ini adalah:

a) Bantuan Sembako kepada para muallaf .

b) Pembinaan mental dan rehabilitasi tempat ibadah.

c) Program klub keluarga sakinah.

d) Pelatihan dan kursus bagi para da’i ke daerah-daerah terpencil dan

tranmigrasi.

e) Pembinaan majlis ta’lim.

b. Pengorganisasian

Menurut Terry (1986) sebagaimana dikutip Ahmad Ibrahim Abu Sinn

mengatakan bahwa istilah pengorganisasian merupakan sebuah entitas

yang menunjukkan sebagai bagian-bagian yang terintegrasi sedemikian

rupa, sehingga hubungan mereka satu sama lain dipengaruhi oleh

hubungan mereka terhadap keseluruhan. Lebih jauh, istilah ini

diartikan sebagai tindakan mengusahakan hubungan-hubungan

kelakuan yang efektif antar individu, sehingga mereka dapat

bekerjasama secara efisien, sehingga memperoleh kepuasan pribadi

dalam melaksanakan tugas-tugas tertentu, dalam lingkungan tertentu

guna mencapai tujuan dan sasaran tertentu.16 Dalam pandangan Islam,

organisasi bukan semata-mata wadah melainkan lebih menekankan

pada bagaimana sebuah pekerjaan dilakukan dengan baik dan rapi.

Organisasi lebih menekankan pengaturan mekanisme kerja. Oleh

karena itu, maka dalam organisasi ada koordinasi serta wewenang dan

16

(49)

tanggung jawab. Koordonasi merupakan upaya penyatuan sikap dan

langkah dalam pencapaian tujuan.

Secara garis besar pengorganisasian yang berkaitan dengan zakat

meliputi:

a) Pengorganisasian struktur organisasi zakat Badan/Lembaga Amil

Zakat.

b) Pengorganisasian mustahiq.

c) Pengorganisasian pendayagunaan zakat.

c. Pelaksanaan

1. Pelaksanaan dalam penghimpunan zakat

Pengumpulan zakat dilakukan oleh Badan/Lembaga Amil Zakat

dengan cara menerima atau mengambil dari muzakki atas

pemberitahuan muzakki. Badan/Lembaga Amil Zakat dapat bekerja

sama dengan Bank dalam pengumpulan zakat. Badan/Lembaga Amil

Zakat dapat menerima harta selain zakat, seperti infaq, shadaqah,

hibah, wasiat dan kaffarat.

Dalam Buku Manajemen Pengelolaan Zakat Departemen Agama

disebutkan ada tiga strategi dalam pengumpulan zakat, yaitu:

a) Pembentukan unit pengumpulan zakat. Hal ini dilakukan untuk

memudahkan pengumpulan zakat, baik kemudahan bagi lembaga

pengelola maupun kemudahan bagi para muzakki untuk membayar

zakatnya.

b) Pembukaan kounter penerima zakat. Selain membuka unit

(50)

dapat membuat kounter atau loket tempat pembayaran zakat di

kantor atau secretariat lembaga yang bersangkutan.

c) Pembukaan rekening Bank. Yang perlu diperhatikan di sini adalah bahwa dalam membuka rekenig harus dipisahkan antara

masing-masing rekening sehingga dengan demikian akan memudahkan

para muzakki dalam pengiriman zakatnya.

2. Pelaksanaan dalam Pendistribusian dan Pendayagunaan Zakat

Semangat yang dibawa perintah zakat adalah perubahan kondisi

seseorang dari mustahiq menjadi muzakki. Bertambahnya muzakki

akan mengurangi beban kemiskinan yang ada di masyarakat.

Namun keterbatasan dana zakat yang berhasil dihimpun sangat

terbatas. Hal ini menuntut adanya pengaturan yang baik sehingga

potensi umat dapat dimanfaatkan secara optimal.

Lembaga-lembaga pengelola zakat dituntut merancang program yang baik,

selain itu lembaga pengelola zakat perlu melakukan skala prioritas

program.

d. Pengawasan

Pengawasan didefinisikan sebagai proses untuk menjamin

bahwa tujuan-tujuan organisasi dan manajemen tercapai. Ini berkenaan

dengan cara-cara membuat kegiatan sesuai dengan yang telah

direncanakan sebelumnya. Pengertian ini menunjukkan adanya

hubungan yang erat antara perencanaan dengan pengawasan.17 Oleh

karena itu, pengawasan mempunyai peranan atau kedudukan yang

17

(51)

sangat penting dalam manajemen, karena mempunyai fungsi untuk

menguji apakah pelaksanaan kerja itu teratur, tertib, terarah atau tidak.

Dalam Islam, pengawasan (control) paling tidak terbagi menjadi dua, yaitu: Pertama, kontrol yang berasal dari diri sendiri

yang bersumber dari tauhid dan keimanan kepahda Allah SWT.

Kedua, kontrol dari luar, pengawasan ini dilakukan dari luar diri

sendiri. Sistem pengawasan ini dapat terdiri atas mekanisme

pengawasan dari pimpinan yang berkaitan. Dalam lembaga zakat

biasanya ada Dewan Syariah.

C. Pemberdayaan Bidang Pendidikan 1. Pengertian

Kata pemberdayaan adalah terjemahan dari istilah bahasa inggris yaitu

empowerment. Pemberdayaan berasal dari kata dasar power berarti kemampuan berbuat, mencapai, melakukan atau memungkinkan. Awalan em

berasal dari bahasa latin atau yunani, yang berarti di dalamnya, karena itu

pemberdayaan dapat berarti kekuatan dalam diri manusia, suatu sumber

kreatifitas.

Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia kata pemberdayaan

diterjemahkan sebagai upaya pendayagunaan, pemanfaatan yang

sebaik-baiknya dan hasil yang memuaskan.18 Istilah pemberdayaan diartikan sebagai

upaya memperluas horizon pilihan bagi masyarakat, dalam upaya

pendayagunaan potensi, pemanfaatan yang sebaik-baiknya dengan hasil yang

18

(52)

memuaskan. Ini berarti masyarakat diberdayakan untuk melihat dan memilih

sesuatu yang bermanfaat bagi dirinya, dapat dikatakan masyarakat yang

berdaya adalah yang dapat memilih dan mempunyai

Pemberdayaan adalah serangkaian kegiatan untuk memperkuat

kekuasaan atau keberdayaan kelompok lemah dalam masyarakat, termasuk

individu-individu yang mengalami masalah kemiskinan.

Pendidikan adalah serangkaian proses yang dengannya seorang atau

anak dapat mengembangkan kemampuan, sikap dan bentuk-bentuk tingkah

laku lainnya yang bernilai atau berguna di masyarakat.

Beberapa ahli mengartikan bahwa pendidikan adalah sebagai berikut:

a. Langaveld: mendidik adalah mempengaruhi anak dalam

membimbingnya agar menjadi dewasa. Usaha membimbing haruslah

usaha yang disadari dan dilaksanakan dengan sengaja. Oleh karena itu,

pendidikan hanya terdapat dalam pergaulan yang disengaja antara

orang dewasa dengan anak yang diarahkan kepada tujuan pendidikan.

b. SA. Branata, dkk: pendidikan adalah usaha yang sengaja diadakan baik

langsung maupun dengan cara yang tidak langsung, untuk membantu

anak dalam perkembangannya mencapai kedewasaan. 19

Pemberdayaan bidang pendidikan adalah serangkaian kegiatan

untuk memperkuat kekuasaan atau keberdayaan kelompok lemah dalam

masyarakat agar dapat mengembangkan kemampuan, sikap dan

bentuk-bentuk tingkah laku lainnya yang bernilai atau berguna di masyarakat.

19

(53)

2. Unsur-unsur pendidikan a. Guru atau pendidik

Guru adalah suatu jabatan professional yang memiliki peranan dan

kompetensi professional.20 Ada juga mengartikan guru adalah pendidik

Gambar

gambar, dan
Tabel 1

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan knowledge management dan budaya organisasi berkonstribusi langsung secara positif dan signifikan terhadap peningkatan kinerja

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka industri kreatif BO Production dinilai sangat menarik untuk diteliti, sehingga peneliti tertarik untuk menuangkan

contoh batubara II C diklasifikasikan sebagai batubara lignit (peringkat rendah) yang berdasarkan standar ASTM dengan kandungan karbon tertambat, nilai kalori yang

Survey ini akan menggunakan kuesioner sederhana dengan metode pemberian ranking yang bertujuan untuk mengetahui aplikasi mana yang memiliki nilai kebutuhan paling tinggi (1-5)

Dengan diterapkannya Algoritma K-Nearest Neighbor maka diharapkan Bank Muamalat dapat menerapkan kecerdasan bisnis yakni memprediksi potensi calon kreditur berdasarkan

Dengan demikian tujuan penelitian ini dimaksudkan untuk menganalisis apakah terdapat pengaruh pertumbuhan penjualan (GS) , struktur aktiva (FTA), profitabilitas (NPM), likuiditas

Hasil penelitian ini berkesesuian dengan hasil penelitian Nuryadin (2016) yang menyatakan bahwa secara parsial sanksi hukuman mempunyai pengaruh yang signifikan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) terdapat pengaruh langsung kecerdasan numerik terhadap prestasi belajar matematika ditunjukkan angka koefisien jalur -0,372, (2)