• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peranan Anggaran Biaya Operasional Sebagai Alat Perencanaan Dan Pengendalian Manajemen Pada PT. Putra Bangga Kirana

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Peranan Anggaran Biaya Operasional Sebagai Alat Perencanaan Dan Pengendalian Manajemen Pada PT. Putra Bangga Kirana"

Copied!
72
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

PERANAN ANGGARAN BIAYA OPERASIONAL SEBAGAI ALAT PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN MANAJEMEN PADA PT.

PUTRA BANGGA KIRANA

OLEH :

Nama : Titien Anggereini

NIM : 060522047

Departemen : Akuntansi

Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

(2)

PERNYATAAN

Dengan ini, saya menyatakan skripsi yang berjudul “Peranan Anggaran Biaya

Operasional Sebagai Alat Perencanaan dan Pengendalian Manajemen pada PT. Putra Banggan Kirana”.

Skripsi ini adalah benar hasil karya sendiri dan judul yang dimaksud belum pernah dimuat, dipublikasikan, atau diteliti oleh mahasiswa lain, dalam konteks penulisan skripsi Program S-1 Ekstensi Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara Medan.

Semua sumber data, dan informasi yang diperoleh telah dinyatakan dengan jelas, dan benar apa adanya. Apabila di kemudian hari pernyataan ini tidak benar, saya bersedia menerima sanksi yang ditetapkan oleh Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara Medan.

Medan, 23 Juli 2009

Yang Membuat Pernyataan,

(3)

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulilah, dengan rahmat dan karunia Allah SWT penulis

dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Peranan Anggaran Biaya

Operasional Sebagai Alat Perencanaan dan Pengendalian Manajemen pada PT. Putra Bangga Kirana”. Skripsi ini dibuat guna memenuhi salah satu syarat

untuk menyelesaikan Pendidikan Program S1-Ekstensi Akuntansi di Fakultas

Ekonomi Universitas Sumatera Utara Medan. Penulis juga mengaturkan ucapan

salawat dan salam kepada Nabi Besar Muhammad SAW, yang telah membawa

dinamika kehidupan manusia ke dalam cakrawala pemikiran yang cendikia.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari

sempurna. Untuk itu, dengan hati yang tulus dan ikhlas penulis menerima kritik

dan saran yang bersifat membangun guna penyempurnaan skripsi ini.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis banyak memperoleh bantuan dan

petunjuk dari berbagai pihak. Untuk itu, dengan segala kerendahan hati penulis

mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec., selaku Dekan Fakultas Ekonomi

Universitas Sumatera Utara Medan.

2. Bapak Drs. Hasan Sakti Siregar, M.Si, Ak., selaku Ketua Departemen

Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara Medan.

3. Ibu Dra. Mutia Ismail, M.Si, Ak, selaku Sekretaris Departemen Akuntansi

(4)

4. Bapak Drs Chairul Nazwar, M.Si., Ak., selaku Dosen Pembimbing yang telah

bersedia meluangkan waktunya untuk membimbing dan mengarahkan penulis

sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.

5. Bapak Fahmi Natigor Nasution, SE, M.Acc, Ak, selaku Penguji I yang telah

memberikan saran kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini.

6. Bapak Drs. Hasan Sakti Siregar, M.Si., Ak., selaku Penguji II yang telah

memberikan saran kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini.

7. Bapak-bapak dan Ibu-ibu Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera

Utara Medan yang telah memberikan pengajaran yang berharga selama

perkuliahan.

8. Pimpinan serta seluruh karyawan PT. Putra Bangga Kirana, yang telah

memberikan izin kepada penulis untuk mengambil data yang diperlukan dalam

penyusunan skripsi ini.

9. Kepada kedua orang tua dan saudara-saudara, yang telah banyak berkorban

baik moral maupun material serta doa dan dorongan kepada penulis selama

kuliah hingga dapat diselesaikannya penulisan skripsi ini.

Akhirnya penulis mengharapkan kiranya skripsi ini bermanfaat bagi semua

pihak dan semoga yang kita lakukan mendapat rahmat dan ridho Allah SWT.

Medan, 23 Juli 2009

Penulis,

(5)

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah anggaran biaya operasional telah berperan sebagai alat perencanaan dan pengendalian manajemen pada PT. Putra Bangga Kirana.

Metode analisis data yang digunakan adalah teknik analisis deskriptif, yaitu dengan cara mengumpulkan semua data dari PT. Putra Bangga Kirana untuk mendukung tulisan ini untuk diinterpretasikan, sehingga dapat memberikan gambaran yang objektif tentang masalah yang diteliti.

Dari hasil penelitian yang dilakukan, diketahui bahwa anggaran biaya operasional pada perusahaan belum berperan sebagai alat perencanaan dan pengendalian manajemen. Terjadi penyimpangan yang cukup besar antara anggaran biaya operasional dengan realisasinya pada biaya pemeliharaan kantor dimana terjadi selisih sebesar Rp 49.662.194,-. Penyimpangan yang terjadi antara anggaran biaya operasional dengan realisasi pengeluarannya berdampak pada perolehan laba perusahaan, dimana perolehan laba perusahaan lebih kecil Rp 105.862.942,- Faktor penyebab terjadinya penyimpangan antara anggaran biaya operasional dengan realisasi pengeluaran biaya operasional adalah pelaksanaan fungsi perencanaan yang kurang optimal, karena kurangnya kegiatan pengendalian manajemen yang diterapkan dan pelaksanaan fungsi pengendalian tidak dapat diterapkan dengan baik, sehingga jumlah yang dianggarkan tidak sesuai dengan realitas. Oleh karena itu, perusahaan perlu melakukan perbaikan fungsi perencanaan, fungsi pengendalian manajemen dan penambahan bagian audit yang independen dalam membantu manajer keuangan untuk mengawasi setiap transaksi biaya operasional.

(6)

ABSTRACT

Goal of this research is conducted to know whether the budget has been operational costs as a means of planning and control in the management of PT. Putra Bangga Kirana.

Data analysis method used is descriptive analysis technique, a way to collect data from the PT. Putra Bangga Kirana to support this paper to be interpreted, so that it can provide an objective picture of the object and the issues examined.

From the results of the research conducted, it is known that the operational budget cost not to participate in the company as a means of planning and control management. There was a detour that is big enough, with the realization of budget in the cost of repairing office, where the difference occurs at Rp 49.662.194,-. The detour that happens between operational cost budget and its realization cause at the profit company, where the difference occurs at Rp 105.862.942,-. The cause of the occurrences of irregularities between the budget operational costs is less than optimal planning function, due o the lack of be applied correctly, so the amount budgeted does not match the reality. Therefore, companies need to make improvements to the planning, management an control functions of the addition of the independent audit, to help finance manager to oversee the operational cost of each transaction.

(7)

DAFTAR ISI

PERNYATAAN ... i

KATA PENGANTAR ... ii

ABSTRAK ... iv

ABSTRACT... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

BAB I: PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Batasan Masalah ... 4

C. Perumusan Masalah ... 4

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian... 5

1. Tujuan Penelitian ... 5

2. Manfaat Penelitian ... 5

E. Kerangka Konseptual ... 5

BAB II: TINJAUAN PUSTAKA ... 7

A. Perencanaan Strategi ... 7

B. Sistem Pengendalian Manajemen ... 9

1. Struktur Pengendalian Manajemen ... 11

2. Proses Pengendalian Manajemen ... 23

(8)

C. Anggaran ... 24

1. Pengertian Anggaran... 24

2. Penyusunan Anggaran ... 27

3. Klasifikasi Anggaran ... 30

D. Biaya Operasional... 31

1. Pengertian Biaya Operasional ... 31

2. Jenis-Jenis Biaya Operasional ... 32

E. Anggaran Biaya Operasional ... 33

F. Anggaran Biaya Operasional Sebagai Perencanaan dan Pengendalian Manajemen ... 34

BAB III: METODE PENELITIAN ... 36

A. Jenis, Tempat dan Waktu Penelitian ... 36

B. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ... 36

C. Sumber dan Jenis Data ... 37

D. Teknik Pengumpulan Data ... 37

E. Metode Analisis Data ... 37

BAB IV: HASIL PENELITIAN ... 39

A. Gambaran Umum Perusahaan ... 39

1. Sejarah Singkat Perusahaan ... 39

2. Struktur Organisasi Perusahaan ... 40

B. Data Perusahaan... 45

1. Data Anggaran Biaya Operasional ... 45

(9)

C. Analisis Hasil Penelitian ... 47

1. Peranan Anggaran Biaya Operasional Sebagai Alat Perencanaan dan Pengendalian Manajemen ... 47

2. Pembahasan Hasil Analisis ... 54

BAB V: KESIMPULAN DAN SARAN ... 57

C. Kesimpulan ... 58

D. Saran... 59

(10)

DAFTAR TABEL

Tabel Judul Halaman

4.1 Data Anggaran Biaya Operasional ... 45

4.2 Laporan Laba Rugi Perusahaan Tahun 2008 ... 48

4.3 Perbandingan Anggaran Biaya Operasional Dengan

Realisasi ... 50

(11)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Judul Halaman

1.1 Kerangka Konseptual ... 6

2.1 Bentuk Proses Pembuatan Anggaran ... 24

(12)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam melaksanakan kegiatan operasional, setiap perusahaan harus

mempunyai tujuan dan sasaran yang hendak dicapai. Salah satu tujuan perusahaan

adalah memperoleh laba yang maksimal dengan pengorbanan tertentu untuk

mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan. Dalam pencapaian tujuan

perusahaan yang efektif dan efisien, diperlukan perencanaan dan pengawasan

yang baik terhadap biaya operasional perusahaan. Perencanaan disusun sebagai

dasar pengawasan atas pelaksanaan kegiatan perusahaan.

Perencanaan adalah suatu proses penentuan terlebih dahulu tentang

aktivitas atau kegiatan yang akan dilakukan di waktu yang akan datang, yang di

dalamnya terdapat strategi dan teknik yang akan dilakukan dengan menggunakan

sumber daya yang ada, dalam usaha mencapai tujuan perusahaan. Perencanaan di

anggap sebagai suatu kumpulan keputusan-keputusan yang mencakup hal-hal

yang berhubungan dengan keadaan di masa yang akan datang. Oleh karena itu,

perencanaan harus mempunyai kemampuan melakukan pilihan-pilihan terbaik

yang dapat dilaksanakan untuk menghindari kegagalan.

Adapun yang dimaksud dengan pengawasan adalah suatu kegiatan dalam

mengadakan penilaian, pengukuran, dan perbaikan mengenai suatu aktivitas yang

dilaksanakan, dan untuk mengetahui sampai sejauh mana pelaksanaan rencana

(13)

Dengan adanya perencanaan, maka perusahaan akan lebih efisien dalam

menggunakan dana untuk membiayai kegiatan operasional perusahaan, dan

memudahkan untuk melakukan pengawasan, sehingga pemborosan dana dapat

ditekan seminimal mungkin. Dalam suatu perencanaan, jumlah dan unsur-unsur

biaya operasional perlu dianggarkan terlebih dahulu untuk memperoleh suatu

ukuran daya guna yang tepat. Anggaran adalah penjabaran dari fungsi

perencanaan. Anggaran memberikan suatu proyeksi yang dapat dipercaya

mengenai hasil-hasil dari rencana sebelum rencana dilaksanakan, karena pada

waktu mempersiapkan anggaran, kita dipaksa untuk memperhatikan dan

menyelidiki semua faktor-faktor yang mempengaruhi dan harus membuat analisa

yang diteliti berdasarkan kenyataan yang ada.

Anggaran biaya operasional pada setiap perusahaan umumnya terdiri dari

anggaran biaya penjualan dan anggaran biaya administrasi dan umum. Anggaran

biaya penjualan adalah anggaran yang direncanakan secara lebih terperinci

tentang beban-beban yang terjadi dan terdapat di lingkungan bagian penjualan

serta beban-beban lain yang berhubungan dengan kegiatan yang dilakukan oleh

bagian penjualan. Anggaran biaya administrasi dan umum adalah anggaran yang

direncanakan secara terperinci tentang beban-beban yang terjadi dan terdapat di

dalam lingkungan kantor administrasi perusahaan, serta biaya-biaya yang sifatnya

untuk keperluan perusahaan secara keseluruhan.

Dalam membuat rancangan anggaran, pihak manajemen harus

mempertimbangkan laporan realisasi anggaran pada periode sebelumnya,

(14)

operasional dapat diketahui penyimpangan yang terjadi, baik yang bersifat

menguntungkan maupun bersifat merugikan. Selain itu, dapat juga diketahui

sebab-sebab terjadinya penyimpangan-penyimpangan tersebut, dan dapat segera

diupayakan tindakan-tindakan yang dilakukan untuk mengurangi penyimpangan

yang mungkin terjadi di masa yang akan datang. Tindakan yang diambil tersebut

bertujuan agar biaya yang sebenarnya tidak menguntungkan dapat dikendalikan

sesuai dengan standar yang telah ditetapkan terlebih dahulu. Dengan demikian,

tingkat efisiensi yang tinggi dalam perusahaan dapat dicapai yang juga akan

berpengaruh pada tingkat laba.

Sebagai tindak lanjut dari perencanaan tersebut maka dilakukan

pengawasan terhadap biaya operasional perusahaan. Anggaran yang telah

ditetapkan sebelumnya akan dihadapkan dengan realisasinya guna menemukan

penyimpangan yang terjadi dan untuk mengetahui apakah penyimpangan itu

terjadi karena perencanaan yang kurang baik atau pada sistem pengawasannya

yang kurang baik.

PT. Putra Bangga Kirana merupakan perusahaan yang bergerak di bidang

penjualan pelumas seperti minyak Mesran, Meditran dan lainnya. Pada awal

tahun, perusahaan merencanakan dan menyusun anggaran biaya operasional, yang

meliputi anggaran biaya penjualan, dan anggaran biaya administrasi dan umum

untuk mengupayakan agar pengeluaran biaya operasional dapat terarah dengan

seefisien mungkin. Berdasarkan penelitian pendahuluan yang penulis lakukan,

penulis menemukan penyimpangan yang material pada realisasi pengeluaran

(15)

disebabkan adanya biaya perbaikan dan perluasan ruangan kantor yang tidak

diperhitungkan terlebih dahulu biayanya.

Dari uraian di atas, dapat diketahui bahwa anggaran biaya operasional

pada perusahaan belum berperan sebagai alat perencanaan dan pengendalian

manajemen yang efektif, sehingga pihak manajemen tidak dapat terbantu

mengendalikan biaya operasional agar terarah dengan seefisien mungkin, dan hal

ini dapat mengakibatkan terjadinya selisih yang cukup besar realisasi biaya

operasional dibandingkan dengan anggarannya. Berdasarkan masalah yang terjadi

di perusahaan, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian pada perusahaan

ini dengan memilih judul : ”Peranan Anggaran Biaya Operasional Sebagai

Alat Perencanaan dan Pengendalian Manajemen pada PT. Putra Bangga Kirana”.

B. Batasan Masalah

Penulis membatasi masalah dalam penulisan skripsi ini dalam hal-hal yang

berkaitan dengan anggaran biaya operasional. Kemudian anggaran tersebut dikaji

penggunaannya dalam perencanaan dan pengendalian biaya oleh manajemen.

C. Perumusan Masalah

Untuk dapat mengarahkan dan memudahkan dalam penelitian yang

terfokus dan sistematis, penulis mencoba merumuskan masalah yang akan dibahas

dalam penulisan skripsi ini yaitu: Apakah anggaran biaya operasional telah

(16)

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Tujuan penulis melakukan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah

anggaran biaya operasional telah berperan sebagai alat perencanaan dan

pengendalian manajemen pada PT. Putra Bangga Kirana.

2. Manfaat Penelitian

Manfaat penulis melakukan penelitian adalah :

a. Bagi penulis sendiri, yaitu sebagai bahan masukan untuk menambah

pengetahuan atau wawasan mengenai peranan anggaran biaya operasional

sebagai alat perencanaan dan pengendalian manajemen.

b. Sebagai masukan dan pertimbangan bagi perusahaan guna menemukan

alternatif dalam memecahkan masalah yang berkaitan dengan peranan

anggaran biaya operasional sebagai alat perencanaan dan pengendalian

manajemen.

c. Sebagai masukan bagi penelitian selanjutnya yang ada hubungan dengan

peranan anggaran biaya operasional sebagai alat perencanaan dan

pengendalian manajemen.

E. Kerangka Konseptual

Bagan kerangka konseptual pada peranan anggaran biaya operasional

sebagai alat perencanaan dan pengendalian manajemen, seperti Gambar 1.1.

(17)

Gambar 1.1. Kerangka Konseptual

Penjelasan dari kerangka konseptual di atas adalah:

1. Salah satu perencanaan pada perusahaan adalah menyusun anggaran biaya

operasional.

2. Anggaran biaya operasional pada perusahaan meliputi anggaran biaya

penjualan dan anggaran biaya administrasi dan umum.

3. Untuk mengawasi kegiatan pelaksanaan anggaran biaya operasional (biaya

penjualan dan biaya administrasi dan umum) tersebut diperlukan sistem

pengendalian manajemen yang baik, agar pihak manajemen dapat terbantu

untuk mengendalikan biaya tersebut agar terarah dengan seefisien mungkin.

Perencanaan Pengendalian

Manajemen Anggaran Biaya Operasional

Anggaran Biaya Penjualan

(18)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Perencanaan Strategi

Anthony dan Govindarajan (2005:9) mendefinisikan strategi adalah

“rencana-rencana untuk mencapai tujuan organisasi.“ Setiap organisasi memiliki

strategi yang berbeda-beda dan pengendalian harus disesuaikan dengan syarat

strategi spesifik. Strategi yang berbeda memerlukan prioritas tugas berbeda, faktor

penentu keberhasilan berbeda dan ketrampilan, perspektif, dan perilaku yang

berbeda pula. Perusahaan perlu memperhatikan desain sistem pengendalian adalah

apakah perilaku yang didorong oleh sistem tersebut merupakan perilaku yang

diperlukan oleh suatu strategi.

Anthony dan Govindarajan (2005:6) menambahkan proses perencanaan

strategi formal dapat memberikan kepada organisasi:

1. Kerangka kerja untuk mengembangkan anggaran tahunan.

2. Alat pengembangan manajemen.

3. Mekanisme untuk memaksa manajemen agar memikirkan jangka panjang dan

alat untuk menyejajarkan manajer dengan strategi jangka panjang perusahaan.

Tujuan organisasi umumnya ditetapkan dalam suatu rencana yang disebut

dengan perencanaan strategi. Untuk mencapai tujuan yang ditetapkan, suatu

organisasi dipimpin oleh seorang atau beberapa pemimpin yang disebut dengan

manajer. Bagi organisasi yang relatif kecil, umumnya dipimpin oleh seorang

(19)

diperlukan beberapa manajer untuk memimpin organisasi tersebut. Dalam

organisasi yang relatif kecil, umumnya dibagi menjadi bagian-bagian atau

unit-unit yang masing-masing dipimpin oleh seorang manajer.

Strategi dapat ditemukan pada dua tingkatan, yaitu strategi untuk

organisasi keseluruhan (korporat) dan strategi untuk unit bisnis dalam organisasi.

Strategi korporat adalah mengenai keberadaan di tengah-tengah bauran bisnis

yang tepat. Oleh karena itu, strategi korporat lebih berkenaan dengan pertanyaan

di mana sebaiknya bersaing dan bukannya bagaimana bersaing dalam industri

tertentu, yang merupakan strategi unit bisnis. Analisis strategi tingkat korporat

menghasilkan keputusan yang melibatkan bisnis yang akan ditambah, bisnis yang

akan dipertahankan, bisnis yang akan ditekankan, bisnis yang akan dikurangi

perhatiannya dan bisnis yang didivestasi (dijual). Pada tingkat korporat,

masalahnya adalah:

1. Definisi bisnis di mana perusahaan akan berpartisipasi.

2. Penugasan sumber daya antar bisnis-bisnis tersebut.

Dalam strategi unit bisnis, persaingan antar perusahaan dengan

diversifikasi tidak berlangsung pada tingkat korporat. Sebaliknya, unit bisnis

dalam satu perusahaan bersaing dengan unit bisnis dalam perusahaan lain. Kantor

korporat dari perusahaan dengan diversifikasi tidak menghasilkan laba dari

dirinya sendiri, melainkan pendapatan dihasilkan dan biaya ditanggung dalam

unit-unit bisnis. Strategi unit bisnis berkenaan dengan bagaimana menciptakan

dan memelihara keunggulan kompetitif dalam masing-masing industri yang telah

(20)

pada dua aspek yang saling berkaitan misinya (“apakah tujuan keseluruhannya ?”)

dan keunggulan kompetitifnya (“bagaimana sebaiknya unit bisnis bersaing dalam

industrinya untuk melaksanakan misinya ?”).

Dalam perusahaan dengan diversifikasi, tugas dari manajemen senior

adalah mengalokasikan sumber daya yaitu membuat keputusan mengenai

penggunaan kas yang dihasilkan dari beberapa unit bisnis untuk mendanai

pertumbuhan dalam unit bisnis lain. Beberapa model perencanaan lebih

dikembangkan untuk membantu manajer tingkat korporat dalam mengalokasikan

sumber daya secara efektif.

Model-model ini, menyarankan bahwa perusahaan memiliki unit-unit

bisnis dalam beberapa kategori, yang diidentifikasikan dengan misinya, strategi

yang tepat untuk setiap kategori tentu berbeda. Secara bersama-sama, beberapa

unit membentuk satu portofolio yang komponennya berbeda dalam hal

karakteristik risiko/penghargaan sebagaimana komponen portofolio investasi

berbeda.

B. Sistem Pengendalian Manajemen

Anthony dan Govindarajan (2005:8) mendefinisikan pengendalian

manajemen merupakan “proses dengan mana para manajer mempengaruhi

anggota organisasi lainnya untuk mengimplementasikan strategi organisasi”.

Sedangkan Halim dan Supomo (2005:9) mendefinisikan “pengendalian

manajemen sebagai suatu sistem yang terdiri dari struktur pengendalian

(21)

Anthony dan Govindarajan (2005:59) mendefinisikan bahwa sistem

pengendalian manajemen merupakan “alat untuk mengimplementasikan strategi,

dimana setiap organisasi memiliki strategi yang berbeda-beda dan pengendalian

harus disesuaikan dengan syarat strategi spesifik.”

Pengendalian manajemen merupakan keharusan dalam suatu organisasi

yang mempraktikkan desentralisasi. Pandangan berargumentasi bahwa sistem

pengendalian manajemen harus sesuai dengan strategi perusahaan. Ini

menyiratkan bahwa strategi pertama kali dikembangkan melalui proses formal dan

rasional dan strategi ini kemudian menentukan desain sistem manajemen

perusahaan. Satu perspektif alternatif mengatakan bahwa strategi muncul melalui

eksperimentasi yang dipengaruhi oleh sistem manajemen perusahaan. Menurut

pandangan ini, sistem manajemen dapat mempengaruhi perkembangan strategi.

Bila perusahaan beroperasi dalam konteks industri yang perubahan

lingkungannya dapat diprediksikan, maka perusahaan dapat menggunakan proses

formal dan rasional untuk mengembangkan strategi terlebih dahulu, kemudian

mendesain sistem pengendalian manajemen untuk melaksanakan strategi tersebut.

Meskipun demikian, dalam lingkungan yang cepat berubah, perusahaan

mengalami kesulitan dalam merumuskan strategi terlebih dahulu, lalu kemudian

mendesain sistem manajemen untuk melaksanakan strategi yang dipilih. Mungkin

dalam konteks seperti ini, strategi muncul melalui eksperimentasi dan proses di

luar rencana yang secara signifikan dipengaruhi oleh sistem pengendalian

(22)

Sistem pengendalian manajemen terdiri dari struktur pengendalian

manajemen dan proses pengendalian manajemen.

1. Struktur Pengendalian Manajemen

Menurut Halim dan Supomo (2005:133), struktur pengendalian

manajemen adalah “unsur-unsur yang menbentuk sistem pengendalian manajemen

yang terdiri dari pusat pertanggungjawaban dan ukuran prestasi.” Dengan

demikian, struktur pengendalian manajemen meliputi pusat pertanggungjawaban

dan ukuran prestasi.

Menurut Halim dan Supomo (2005:134), pusat pertanggungjawaban

adalah “bagian atau unit organisasi yang dipimpin oleh seorang manajer yang

bertanggung jawab terhadap unit yang dipimpinnya.” Sementara Anthony dan

Govindarajan (2005:171) mendefinisikan pusat tanggung jawab merupakan

“organisasi yang dipimpin oleh seorang manajer yang bertanggungjawab terhadap

aktivitas yang dilakukan.”

Dengan demikian, setiap pusat pertanggungjawaban mempunyai

wewenang dan tanggung jawab sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh

organisasi yang bersangkutan. Desentralisasi atau pendelegasian wewenang

pimpinan kepada bawahannya, umumnya diberikan dalam suatu organisasi yang

relatif besar. Desentralisasi berarti pula pembagian tugas dan tanggung jawab

dalam suatu organisasi untuk melaksanakan kegiatan masing-masing bagian. Hasil

kegiatan masing-masing bagian tersebut diarahkan dan dikendalikan untuk

(23)

untuk mempercepat proses pengambilan keputusan, yang dapat dilakukan oleh

manajer yang peringkatnya lebih rendah sesuai dengan batas wewenang yang

dimilikinya.

Pembagian organisasi ke dalam bagian-bagian dan pemisahan wewenang

dan tanggung jawab dari setiap bagian organisasi, umumnya disusun dalam

struktur organisasi. Dalam struktur organisasi, bagian organisasi yang mempunyai

wewenang yang paling tinggi dan tanggung jawab yang paling berat, terletak pada

jenjang paling atas. Bagian organisasi yang terletak pada jenjang dibawahnya,

mempunyai wewenang yang paling rendah dan tanggung jawab yang lebih

ringan. Demikian seterusnya, semakin ke bawah jenjang suatu bagian organisasi,

semakin sedikit wewenang dan semakin ringan tanggung jawab yang dimiliki oleh

bagian organisasi yang bersangkutan.

Menurut Anthony dan Govindarajan (2005:175), ada 3 jenis pusat

tanggung jawab digolongkan menurut sifat input dan output moneter yang diukur

untuk tujuan pengendalian yaitu:

1. Pusat pendapatan.

2. Pusat beban/biaya

3. Pusat laba

Menurut Halim dan Supomo (2005:139), pusat pendapatan merupakan

“pusat pertanggungjawaban yang prestasi manajernya dinilai berdasarkan

pendapatan pusat pertanggungjawaban yang dipimpinnya.”

Di pusat perdagangan, suatu output (yaitu pendapatan) diukur secara

(24)

input (yaitu beban atau biaya) dengan output. Jika beban dikaitkan dengan

pendapatan, maka unit tersebut akan menjadi pusat laba. Pada umumnya, pusat

perdagangan merupakan unit pemasaran/penjualan yang tidak memiliki

wewenang untuk menetapkan harga jual dan tidak bertanggung jawab atas harga

pokok penjualan dari barang-barang yang mereka pasarkan. Penjualan atau

pesanan aktual diukur terhadap anggaran dan kuota dan manajer dianggap

bertanggung jawab atas beban yang terjadi secara langsung di dalam unitnya, akan

tetapi ukuran utamanya adalah pendapatan.

Menurut Halim dan Supomo (2005:137), pusat biaya merupakan

“pusat pertanggungjawaban yang prestasi manajernya dinilai berdasarkan

biaya pusat pertanggungjawaban yang dipimpinnya.” Pusat beban adalah pusat

tanggung jawab yang inputnya diukur secara moneter, namun outputnya tidak.

Ada dua jenis umum dari pusat beban yaitu pusat beban teknik dan pusat

beban kebijakan. Dua istilah ini berkaitan dengan dua jenis biaya. Biaya teknik

adalah biaya-biaya yang jumlahnya secara tepat dan memadai dapat diestimasikan

dengan keandalan yang wajar. Contoh biaya pabrik untuk tenaga kerja langsung,

bahan baku langsung, komponen, perlengkapan dan keperluan-keperluan. Biaya

kebijakan (juga disebut dengan biaya yang dikelola) adalah biaya yang tidak

tersedia estimasi tekniknya. Di pusat beban kebijakannya, biaya-biaya yang

dikeluarkan tergantung pada penilaian manajemen atas jumah yang memadai

dalam kondisi tertentu.

Anthony dan Govindarajan (2005:175) menambahkan pusat beban teknik

(25)

1. Input-inputnya dapat diukur secara moneter.

2. Input-inputnya dapat diukur secara fisik.

3. Jumlah dolar optimum dan input yang dibutuhkan untuk memproduksi satu

unit output dapat ditentukan.

Pusat laba umumnya terdapat pada organisasi yang terbagi-bagi

berdasarkan divisi-divisi penghasil laba (organisasi divisional), biaya pada pusat

pertanggungjawaban yang dipimpinnya. Dengan demikian, pusat laba merupakan

pusat pertanggungjawaban yang masukan dan keluarannya diukur dengan

menghitung selisih antara pendapatan dengan biaya. Departemen pemasaran

bukan merupakan pusat laba karena biaya yang dikeluarkan oleh departemen

tersebut hanya merupakan sebagian biaya yang dapat dikurangi dengan

pendapatan yang dihasilkannya. Biaya produksi, biaya administrasi dan umum,

bukan menjadi tanggung jawab Departemen pemasaran.

Ketika kinerja finansial suatu pusat tanggung jawab diukur dalam ruang

lingkup laba yaitu selisih antara pendapatan dan beban, maka pusat ini disebut

sebagai pusat laba (profit center).

Dengan menjadikan unit organisasi sebagai pusat laba, maka kualitas

keputusan dapat meningkat, karena keputusan tersebut dibuat oleh para manajer

yang paling dekat dengan titik keputusan. Hal ini disebabkan manajer di kantor

pusat bebas dari pengambilan keputusan harian, sehingga dapat berkonsentrasi

pada hal-hal yang lebih luas. Selain itu, manajer lebih bebas untuk menggunakan

imajinasi dan inisiatifnya untuk mengembangkan perusahaan dan kecepatan

(26)

mendapat persetujuan terlebih dahulu dari kantor pusat. Karena pusat laba serupa

dengan perusahaan yang indenpenden, maka pusat laba memberikan tempat

pelatihan yang lebih baik bagi manajemen umum. Para manajer mendapatkan

pengalaman dalam mengelola seluruh area fungsional dan manajemen yang lebih

tinggi mendapatkan kesempatan untuk mengevaluasi potensi pekerjaan yang

tingkatnya lebih tinggi. Oleh karena keluaran yang dihasilkan pusat laba telah siap

pakai, maka pusat laba lebih responsif terhadap tekanan untuk meningkatkan

kinerja kompetitifnya.

Selain itu, kesadaran laba dapat lebih ditingkatkan karena para manajer

yang bertanggung jawab atas laba akan selalu mencari cara dan tindakan yang

tepat untuk meningkatkan labanya. Hal ini seperti seorang manajer yang

bertanggung jawab untuk kegiatan pemasaran cenderung untuk menyetujui

pengeluaran promosi yang dapat meningkatkan penjualan. Begitu juga manajer

yang bertanggung jawab atas laba akan termotivasi untuk membuat promosi yang

akan meningkatkan laba. Pusat laba memberikan informasi yang siap pakai bagi

manajemen puncak mengenai profitabilitas dari komponen-komponen individual

perusahaan.

Selain keuntungan yang diperoleh manajemen dari pusat laba, pusat laba

juga dapat menimbulkan beberapa kesulitan seperti pengambilan keputusan yang

terdesentralisasi akan memaksa manajemen puncak untuk lebih mengandalkan

laporan pengendalian manajemen dan bukan wawasan pribadinya atas suatu

operasi, sehingga mengakibatkan hilangnya pengendalian. Akan tetapi, jika

(27)

daripada manajer pusat laba, maka kualitas keputusan yang diambil pada tingkat

unit akan berkurang. Hal ini menyebabkan terjadinya peningkatan perselisihan

karena adanya argumen-argumen seperti mengenai harga transfer yang sesuai,

pengalokasian biaya umum yang tepat dan kredit untuk pendapatan yang

sebelumnya dihasilkan secara bersama-sama oleh dua atau lebih unit bisnis.

Selain kesulitan hilangnya pengendalian manajemen, unit-unit organisasi

yang pernah bekerja sama sebagai unit fungsional akan saling berkompetisi satu

sama lain, dimana hal ini menyebabkan peningkatan laba untuk satu manajer dan

pengurangan laba bagi manajer yang lain. Dalam situasi ini, bisa terjadi seorang

manajer gagal untuk memberikan potensi penjualan ke unit lain yang lebih tepat

untuk merealisasikannya, menimbun pegawai atau peralatan yang lebih baik dari

sudut pandang seluruh perusahaan, membuat keputusan yang memiliki

konsekuensi biaya yang tidak diinginkan bagi unit lain dan lainnya. Para manajer

umum yang kompeten mungkin saja tidak ada dalam organisasi fungsional karena

tidak adanya kesempatan yang cukup bagi untuk mengembangkan kompetensi

manajemen umum.

Selain itu, juga dapat mengakibatkan biaya tambahan, karena adanya

tambahan manajemen, pegawai dan pembukuan yang dibutuhkan, dan mungkin

mengakibatkan duplikat tugas di setiap pusat laba. Perusahaan perlu memikirkan

pengelolaan suatu pusat laba dalam hal pengendalian atas keputusan produk

(barang atau jasa apa saja yang harus dibuat atau dijual), keputusan pemasaran

(bagaimana, dimana dan berapa jumlah barang atau jasa yang akan dijual ?) dan

(28)

jasa). Jika seorang manajer unit bisnis mengendalikan aktivitas tersebut, biasanya

tidak akan kesulitan dalam melaksanakan tanggung jawab laba dan mengukur

kinerja.

Pada umumnya, semakin besar tingkat integrasi dalam suatu perusahaan,

maka semakin sulit melaksanakan tanggung jawab pusat laba tunggal untuk ketiga

aktivitas tersebut dalam lini produk yang ada, yaitu akan lebih sulit jika keputusan

produksi, sourcing dan pemasaran untuk lini produk tunggal dipecah ke dalam

dua unit bisnis atau lebih, sehingga memisahkan kontribusi tiap-tiap unit bisnis

demi kesuksesan lini produk secara keseluruhan.

Setiap pusat pertanggungjawaban mengolah masukan (input) menjadi

keluaran (output). Masukan yang diolah menjadi pusat pertanggungjawaban dapat

berupa bahan baku, tenaga kerja dan berbagai macam jasa yang lain. Sedangkan

keluaran yang dihasilkan oleh setiap pusat pertanggungjawaban dapat berupa

produk atau jasa, yang akan ditransfer ke pusat pertanggungjawaban yang lain dan

atau dijual ke pihak di luar perusahaan. Pengendalian manajemen merupakan

suatu proses dimana manajemen menjamin bahwa organisasi telah melaksanakan

strateginya dengan efektif dan efisien. Dalam hal ini, efektivitas diukur

berdasarkan kaitan antara keluaran pusat pertanggungjawaban dengan tujuan atau

target yang ditetapkan, sedangkan efisiensi adalah perbandingan antara keluaran

dengan masukan pusat pertanggungjawaban.

Akuntansi pertanggungjawaban menyajikan informasi mengenai masukan

yang diolah dan keluaran yang dihasilkan pusat pertanggungjawaban. Masukan

(29)

dalam satuan uang yang disebut dengan pendapatan. Hal ini merupakan ukuran

prestasi perusahaan.

Ukuran prestasi perusahaan dapat diukur melalui pusat biaya, pusat

pendapatan dan pusat laba. Pusat biaya dapat juga merupakan pusat

pertanggungjawaban yang mengolah masukan dan menghasilkan keluaran, tetapi

keluaran yang dihasilkan tidak digunakan sebagai dasar ukuran prestasi

manajernya.

Menurut Halim dan Supomo (2005:135), dilihat dari hubungan antara

masukan dan keluarannya, pusat biaya dapat dibedakan menjadi dua macam,

yaitu:

1. Pusat biaya enjiner (engineered expense center).

2. Pusat biaya diskresionari (discretionary expense center).

Pusat biaya enjiner adalah pusat biaya yang sebagian besar masukannya

mempunyai hubungan yang jelas dengan keluarannya. Hubungan masukan secara

fisik dapat diamati dengan jelas dan umumnya keluarannya berupa produk atau

jasa yang dapat dikuantitatifkan. Contoh pusat biaya enjiner adalah Departemen

Produksi, yang mengolah masukan berupa bahan baku dan tenaga kerja yang

mempunyai hubungan yang jelas secara fisik dengan produk atau jasa yang

dihasilkannya.

Pusat biaya diskresionari adalah pusat biaya yang sebagian besar

masukannya tidak mempunyai hubungan yang jelas dengan keluarannya.

Keluaran Pusat Biaya Diskresionari umumnya sulit dikuantitatifkan. Misalnya

(30)

Departemen Riset dan Pengembangan, Departemen Hubungan Masyarakat dan

Departemen Hukum. Departemen-departemen tersebut menghasilkan keluaran

yang sulit diukur dengan satuan uang dan tidak mempunyai hubungan secara fisik

yang jelas dengan masukanya.

Penilaian prestasi terhadap pusat biaya enjiner dinilai berdasarkan

perbandingan anatra masukan dan keluaran pusat pertanggungjawaban tersebut.

Kriteria efisiensi dalam hal ini adalah dengan masukan yang sama dihasilkan

keluaran yang besar dan dengan masukan yang lebih kecil dihasilkan keluaran

yang sama. Pengukuran efisiensi pusat biaya enjiner umumnya dilakukan dengan

cara membandingkan antara biaya standar dengan biaya sesungguhnya pada pusat

biaya enjiner tersebut. Selisih yang timbul dianalisis dan jika biaya sesungguhnya

lebih kecil daripada biaya standar maka pusat biaya enjiner dinilai efisien.

Sebaliknya pusat biaya enjiner dinilai tidak efisien jika biaya

sesungguhnya lebih besar daripada biaya standar. Efektivitas pusat biaya enjiner

dinilai berdasarkan kemampuan pusat biaya enjiner untuk menghasilkan keluaran

sesuai dengan kuantitas dan kualitas yang ditargetkan. Pusat biaya enjiner dinilai

efektif jika mampu menghasilkan produk atau jasa dalam kuantitas dan kualitas

yang sama atau melebihi dari yang ditargetkan. Pusat biaya diskresionari tidak

dapat dinilai efisiensinya, karena keluaran yang dihasilkan sulit diukur dan tidak

dapat dibandingkan dengan masukannya. Sedangkan efektivitas Pusat biaya

diskresionari dinilai berdasarkan kaitan antara keluaran yang dihasilkan dengan

(31)

Pusat pendapatan juga merupakan pusat biaya, tetapi ukurannya

prestasinya yang paling penting adalah pendapatan yang dihasilkannya.

Departemen pemasaran umumnya merupakan contoh pusat pendapatan dan

sekaligus merupakan pusat biaya. Prestasi Departemen Pemasaran diukur

berdasarkan pendapatan yang dihasilkannya dari penjualan produk atau jasa.

Sebagai pusat biaya diskresionari, Departemen Pemasaran dapat pula diukur

berdasarkan biaya yang dikeluarkannya, tetapi biaya tersebut tidak dapat dikaitkan

dengan pendapatan yang dihasilkan oleh departemen tersebut.

Pusat pendapatan merupakan pusat pertanggungjawaban yang prestasi

manajernya dinilai berdasarkan keluaran yang dinilai dengan satuan uang berupa

pendapatan. Meskipun pusat pendapatan mengolah masukan, tetapi dalam hal ini

keluaran merupakan faktor penting dalam penilaian prestasi pusat pendapatan.

Penilaian prestasi pusat pendapatan dilakukan dengan cara

membandingkan anggaran pendapatan dengan realisasinya. Pusat pendapatan

dinilai efektif, jika jumlah reasisasi pendapatan lebih besar daripada jumlah

pendapatan yang dianggarkan. Selisih antara anggaran pendapatan dengan

realisasi pendapatan selanjutnya dianalisis kedalam selisih harga jual dan selisih

kuantitas penjualan. Selisih harga jual timbul karena harga jual sesungguhnya per

unit lebih tinggi atau lebih rendah daripada harga jual per unit yang dianggarkan.

Sedangkan selisih kuantitas penjualan timbul karena kuantitas produk yang

sesungguhnya dijual lebih besar atau lebih kecil daripada anggaran kuantitas

(32)

Selisih kuantitas penjualan dapat dianalisis ke dalam selisih komposisi

penjualan dan selisih kuantitas penjualan final. Analisis selisih tersebut timbul

pada perusahaan yang menjual lebih dari satu macam produk atau jasa.

Selanjutnya selisih kuantitas penjualan final dianalisis ke dalam selisih pasar

industri dan selisih pangsa pasar.

Prestasi pusat laba dinilai berdasarkan perbandingan antara realisasi laba

dengan anggaran laba yang telah ditetapkan untuk pusat laba yang bersangkutan.

Umumnya masalah yang dijumpai dalam penilaian prestasi pusat laba adalah

masalah yang berkaitan dengan pengukuran laba divisi. Perusahaan yang

menghasilkan lebih dari satu macam produk atau jasa, organisasinya di bagi ke

dalam divisi-divisi penghasil laba, setiap divisi mungkin saja tidak hanya

mengadakan transaksi dengan pihak luar perusahaan, tetapi juga melakukan

pertukaran produk atau jasa dengan divisi penghasil laba yang lain di dalam

perusahaan.

Pusat laba akan menimbulkan beberapa masalah bagi perusahaan jika tidak

ditangani dengan baik, seperti dalam hal pendapatan bersama, biaya bersama,

penentuan harga transfer dan konsep laba divisi. Masalah pendapatan bersama

dapat terjadi jika departemen pemasaran suatu divisi berhasil mendapatkan

pembeli, tetapi pembeli tersebut melakukan transaksi pembelian dengan divisi lain

di dalam perusahaan. Hal ini akan menyebabkan antar divisi menjadi saling

berebutan pendapatan. Untuk mengatasi hal tersebut, diperlukan suatu manajemen

(33)

Masalah biaya bersama dapat terjadi jika lebih dari satu divisi

menggunakan fasilitas perusahaan secara bersamaan. Untuk mengatasi masalah

tersebut, biaya yang timbul atas penggunaan fasilitas tersebut harus dialokasikan

kepada setiap divisi sesuai dengan proporsi manfaat yang dinikmatinya.

Masalah harga transfer dapat terjadi jika terdapat transaksi pertukaran

produk atau jasa antara dua divisi atau lebih di dalam perusahaan. Hal ini

menyebabkan terjadinya masalah dalam penentuan antar divisi di dalam

perusahaan. Untuk mengatasi masalah tersebut, maka di satu pihak harga transfer

merupakan pendapatan bagi divisi penjual dan di pihak lain merupakan biaya bagi

divisi pembeli.

Masalah konsep laba divisi dapat terjadi karena terdapat beberapa konsep

yang dapat digunakan untuk mengukur laba suatu divisi seperti laba kontribusi

divisi, yang dihitung dari pendapatan divisi dikurangi biaya variabel terkendali

divisi dan biaya variabel tak terkendali divisi, laba terkendali divisi, yang dihitung

dari pendapatan divisi dikurangi dengan semua biaya terkendali divisi (biaya tetap

terkendali dan biaya variabel terkendali), laba langsung divisi, yang dihitung dari

pendapatan divisi dikurangi biaya langsung divisi (biaya total terkendali dan biaya

total tidak terkendali), laba bersih sebelum pajak divisi, yang dihitung dari

pendapatan divisi dikurangi biaya langsung divisi, alokasi biaya dari kantor pusat,

sebelum diperhitungkan pajak penghasilan divisi dan laba bersih setelah pajak

divisi, yang dihitung dari pendapatan divisi dikurangi biaya langsung divisi,

(34)

tersebut, diperlukan pemilihana konsep yang tepat untuk mengukur laba suatu

divisi, dimana hal ini tergantung pada kebijakan perusahaan itu sendiri.

2. Proses Pengendalian Manajemen

Menurut Halim dan Supomo (2005:141), proses pengendalian manajemen

merupakan “proses bekerjanya pengendalian manajemen yang terdiri dari

penyusunan program, penyusunan anggaran, pelaksanaan dan pengukuran,

pelaporan dan analisis.” Proses pengendalian yang digunakan oleh manajer

mengandung elemen yang sama dengan elemen pada sistem pengendalian yang

lebih sederhana seperti detector, assessor, effector dan sistem komunikasi.

Detector melaporkan apa yang sedang terjadi atas organisasi, assessor

membandingkan informasi ini dengan keadaan yang diinginkan, effector

mengambil tindakan koreksi terhadap perbedaan yang signifikan antara keadaan

aktual dengan keadaan yang diinginkan dan sistem komunikasi memberitahukan

kepada para manajer apa yang sedang terjadi dan bagaimana hal tersebut

dibandingkan dengan keadaan yang diinginkan.

Pengendalian manajemen terletak antara formulasi strategi dan

pengendalian tugas dalam beberapa hal. Formulasi strategi memfokuskan pada

jangka panjang, sementara pengendalian manajemen memfokuskan pada kegiatan

jangka pendek, sementara pengendalian manajemen terletak di antaranya.

Formulasi strategi menggunakan perkiraan kasar akan masa depan, pengendalian

(35)

antaranya. Masing-masing kegiatan meliputi perencanaan dan pengendalian, tetapi

dengan penekanan yang berbeda pada masing-masing kegiatan.

C. Anggaran

1. Pengertian Anggaran

Salah satu perencanaan strategi perusahaan adalah anggaran. Nafarin

(2004:12) mendefinisikan anggaran sebagai “suatu rencana keuangan periodik

yang disusun berdasarkan program yang telah disahkan.” Sementara Anthony dan

Govindarajan (2005:3) mendefinisikan anggaran merupakan “alat penting untuk

perencanaan dan pengendalian jangka pendek yang efektif dalam organisasi”.

Dengan demikian, anggaran merupakan alat untuk merencanakan dan

mengendalian keuangan perusahaan dimana dalam penyusunannya dilakukan

secara periodik.

Bentuk proses pembuatan anggaran seperti pada Gambar 2.1. berikut:

Gambar 2.1. Bentuk Proses Pembuatan Anggaran

Sumber :Anthony dan Govindarajan, 2005:3

Perencanaan Strategi

Opsi strategi A

Opsi strategi B

Opsi strategi C

Opsi strategi D

Pembuatan Anggaran

Opsi strategi A

(36)

Menurut Halim dan Supomo (2005:167), kegunaan atau manfaat anggaran

adalah sebagai:

1. Alat bantu untuk membuat dan mengkoordinasikan perencanaan jangka pendek (short-range plans).

2. Alat komunikasi antara rencana yang disusun dengan para manajer pusat pertanggungjawaban.

3. Alat untuk memotivasi para manajer dalam mencapai tujuan pusat pertanggungjawaban yang dipimpinnya.

4. Dasar untuk mengendalikan kegiatan-kegiatan yang sedang dilaksanakan.

5. Pedoman untuk mengevaluasi prestasi para manajer dan pusat

pertanggungjawaban yang dipimpinnya. 6. Piranti pendidikan bagi manajer.

Berdasarkan kegunaan atau manfaat anggaran, maka anggaran mempunyai

fungsi perencanaan, komunikasi, motivasi, pengendalian, evaluasi dan

pendidikan. Dalam fungsi perencanaan, anggaran merupakan kegiatan yang

berkaitan dengan perencanaan, di samping program. Para manajer dalam

menyusun anggaran harus mempertimbangkan kemungkinan perubahan kondisi

pada masa yang akan datang dan menentukan langkah yang diperlukan dalam

menghadapi perubahan kondisi tersebut.

Dalam fungsi komunikasi, rencana kegiatan yang telah disusun oleh

manajemen tidak akan dapat dilaksanakan dengan baik, jika manajemen yang

bersangkutan tidak cukup memahami apa yang dimaksud dalam rencana tersebut.

Pemahaman yang cukup, tidak hanya pengetahuan mengenai rencana tertentu,

misalnya jumlah produk atau jasa yang dihasilkan, metode produksi yang

digunakan, spesifikasi tenaga kerja dan peralatan yang digunakan, jumlah bahan

baku yang diperlukan atau penentuan harga jual, tetapi meliputi pemahaman

(37)

maksimum untuk iklan, pemeliharaan dan administrasi. Demikian juga

pengetahuan mengenai tingkat upah, jam kerja dan tingkat kualitas yang

diinginkan.

Dalam fungsi motivasi, anggaran dapat berfungsi sebagai alat pendorong

yang dapat membangkitkan para manajer dalam mencapai tujuan pusat

pertanggungjawaban yang dipimpinnya dan tujuan perusahaan secara

keseluruhan. Motivasi tersebut akan semakin meningkat, jika para manajer

berperan secara aktif dalam menyusun dan melaksanakan anggaran tersebut.

Dalam fungsi pengendalian, suatu anggaran memuat tentang hasil-hasil

yang diinginkan oleh suatu organisasi atau bagian organisasi dalam jangka waktu

tertentu. Anggaran perlu disusun secara cermat, agar dapat digunakan sebagai

dasar pembanding bagi realisasi anggaran. Dalam proses pengendalian,

manajemen menjamin bahwa kegiatan yang dilaksanakan sesuai dengan

hasil-hasil yang diinginkan seperti yang termuat dalam anggaran.

Oleh karena itu, peran anggaran selain sebagai alat perencanaan dan

koordinasi, juga sebagai alat pengendalian untuk menilai prestasi dari setiap

manajer dan pusat pertanggungjawaban yang dipimpinnya. Dalam fungsi evaluasi,

hasil pembandingan antara realisasi dengan anggaran selama satu tahun umumnya

merupakan faktor yang menentukan untuk mengevaluasi setiap manajer dan pusat

pertanggungjawaban yang dipimpinnya.

Dalam fungsi pendidikan, anggaran berfungsi sebagai piranti pendidikan

(38)

dalam pusat pertanggungjawaban yang dipimpinnya dan pertaliannya dengan

pusat-pusat pertanggungjawaban yang lain di dalam organisasi.

2. Penyusunan Anggaran

Proses penyusunan anggaran terdiri dari perencanaan strategi dan prediksi.

Perencanaan strategi merupakan proses untuk memutuskan hakikat dan ukuran

dari beberapa program yang harus dijalankan guna mengimplementasikan

berbagai strategi organisasi. Baik perencanaan strategi dan penyusunan anggaran

melibatkan perencanaan, namun jenis aktivitas perencanaannya adalah berbeda

antara kedua proses tersebut.

Proses penyusunan anggaran fokus pada satu tahun, sementara

perencanaan strategi fokus pada aktivitas–aktivitas yang mencakup periode

beberapa tahun. Perencanaan strategi mendahului penyusunan anggaran dan

menyediakan kerangka kerja dalam mana anggaran tahunan dikembangkan. Suatu

anggaran, intinya merupakan potongan satu tahun dari rencana strategi organisasi

dimana proses penyusunan anggaran mencakup lebih dari sekedar mengiris satu

potongan. Perbedaan lain antara rencana strategi dan anggaran adalah bahwa

rencana strategi intinya berstruktur berdasarkan lini produk atau program lain,

sementara anggaran terstruktur berdasarkan pusat tanggung jawab.

Pengaturan ulang program diperlukan berkaitan dengan pusat tanggung

jawab yang bertugas untuk melaksanakannya adalah penting, karena anggaran

tersebut akan digunakan untuk memengaruhi kinerja manajer sebelum terjadi dan

(39)

beberapa hal. Suatu anggaran merupakan suatu rencana manajemen dengan

asumsi implisit bahwa langkah–langkah positif akan diambil oleh pembuat

anggaran dimana manajer yang menyusun anggaran guna membuat kegiatan nyata

sesuai dengan rencana. Suatu prediksi hanyalah suatu perkiraan akan apa yang

mungkin terjadi, tetapi tidak mengandung implikasi bahwa pembuat prediksi akan

berupaya untuk membentuk kejadian sehingga prediksinya akan terealisasi.

Anggaran laba memuat taksiran laba atau rugi perusahaan selama periode

anggaran. Anggaran ini disusun dari anggaran dan digunakan sebagai dasar

perencanaan laba. Dengan adanya anggaran laba, perusahaan dapat merencanakan

strategi dan manajemen yang baik untuk mencapai laba tersebut. Hal ini

disebabkan tujuan utama dari setiap perusahaan yang berorientasi pada laba

adalah memperoleh laba yang memuaskan. Oleh karena itu, laba merupakan tolak

ukur yang penting atas efektivitas. Laba merupakan selisih antara pendapatan

(ukuran output) dan biaya (ukuran input). Dengan demikian, laba mengukur

efektivitas dan efisiensi. Ketika ukuran tersebut tidak ada, maka perlu untuk

mengklasifikasikan ukuran kinerja sebagai ukuran yang berkaitan dengan

efektivitas dan efisiensi.

Dalam proses penyusunan anggaran, memerlukan tindakan pengambilan

keputusan yang tepat dalam menentukan jumlah anggaran yang sesuai. Tujuan

pengambilan keputusan ini adalah untuk memutuskan suatu masalah dengan

pemilihan alternatif yang terbaik. Di dalam ruang lingkup perusahaan yang masih

(40)

tetapi, dalam ruang lingkup perusahaan yang sudah luas dengan aktivitas yang

sudah kompleks, pengambilan keputusan akan menjadi lebih rumit.

Dalam pengambilan keputusan perlu diketahui hakekat daripada masalah

yang dihadapi, dengan perkataan lain mendefinisikan masalah yang dihadapi

dengan setepat-tepatnya, mengumpulkan fakta-fakta dan data yang relevan,

mengolah fakta-fakta dan data tersebut, menentukan beberapa alternatif yang

mungkin ditempuh, memilih cara pemecahan dari alternatif-alternatif yang telah

diolah dengan matang, memutuskan tindakan apa yang hendak dilakukan dan

menilai hasil-hasil yang diperoleh sebagai akibat daripada keputusan yang telah

diambil.

Dalam penyusunan anggaran, perusahaan perlu mengetahui jelas cara

penyusunan program dan cara penyusunan anggaran, dimana keduanya

merupakan pelaksanaan fungsi perencanaan dalam suatu organisasi. Akan tetapi,

keduanya mempunyai perbedaan, dimana program merupakan rencana kegiatan

suatu organisasi dalam jangka panjang dan taksiran jumlah sumber yang akan

dialokasikan untuk setiap program, yang umumnya disusun sesuai dengan jenis

atau keluarga produk yang dihasilkan, sedangkan pada anggaran umumnya

disusun dalam jangka waktu satu tahun dan program disusun sebelum penyusunan

anggaran.

Dalam penyusunan anggaran, perusahaan perlu meninjau kembali program

yang sedang dilaksanakan, mempertimbangkan dan mengambil keputusan atas

usulan program baru dan mengkoordinasi antarprogram dalam sistem penyusunan

(41)

kemungkinan terjadinya perubahan pada masa yang akan datang dan memutuskan

tindakan yang diperlukan untuk menghadapi kemungkinan tersebut. Dalam

mempertimbangkan dan mengambil keputusan atas usulan program baru, harus

dilakukan dengan teliti mengingat akan berkaitan dengan penggunaan dana dalam

jumlah yang cukup besar dan terikat pada waktu relatif lama.

3. Klasifikasi Anggaran

Dalam menyusun anggaran, perusahaan perlu melakukan klasifikasi

anggaran. Klasifikasi anggaran dapat diartikan sebagai pengelompokkan anggaran

agar terlihat lebih jelas dan terarah. Menurut Nafarin (2004:22), anggaran dapat

diklasifikasikan sebagai berikut:

1. Menurut dasar penyusunan, anggaran terdiri dari :

a. Anggaran variabel, yaitu anggaran disusun berdasarkan interral (kisar) kapasitas (aktivitas) tertentu dan disesuaikan pada tingkat aktivitas berbeda.

b. Anggaran tetap, yaitu anggaran yang disusun berdasarkan suatu tingkat kapasitas tertentu.

2. Menurut cara penyusunan, anggaran terdiri dari :

a. Anggaran periodik adalah anggaran yang disusun untuk satu periode tertentu (umumnya satu tahun).

b. Anggaran kontinu adalah anggaran yang dibuat untuk memperbaiki anggaran yang telah dibuat, sehingga anggaran yang dibuat dalam setahun mengalami perubahan.

3. Menurut jangka waktu, anggaran terdiri dari :

a. Anggaran jangka pendek, yaitu anggaran yang dibuat dengan jangka waktu paling lama satu tahun.

b. Anggaran jangka panjang, yaitu anggaran yang dibuat untuk jangka waktu lebih dari satu tahun.

4. Menurut bidangnya, anggaran terdiri dari anggaran operasional dan anggaran keuangan. Bila kedua anggaran ini dipadukan disebut anggaran induk. Anggaran operasional adalah anggaran untuk menyusun anggaran laba rugi. Anggaran keuangan adalah anggaran untuk menyusun neraca. 5. Menurut kemampuan menyusun, anggaran terdiri dari :

(42)

b. Anggaran parsial, yaitu anggaran yang disusun tidak secara lengkap, anggaran yang hanya menyusun bagian anggaran tertentu saja.

6. Menurut fungsinya, anggaran terdiri dari :

a. Appropriasi adalah anggaran yang dibentuk bagi tujuan tertentu dan tidak boleh digunakan untuk tujuan yang lain.

b. Anggaran kinerja adalah anggaran yang disusun berdasarkan fungsi kegiatan yang dilakukan dalam organisasi.

D. Biaya Operasional

1. Pengertian Biaya Operasional

Sugiri (2002:21) mendefinisikan biaya adalah “pengorbanan sumber daya

ekonomis tertentu untuk memperoleh sumber daya ekonomi lainnya”. Pengukuran

biaya sebagian besar bergantung pada kemampuan untuk menelusuri biaya

terhadap objek biaya. Carter dan Usry (2004:30) mendefinisikan objek biaya

adalah “suatu item atau aktivitas yang biayanya diakumulasi dan diukur”.

Kemampuan untuk menelusuri biaya terhadap objek biaya bervariasi

tingkatannya. Cara umum untuk membedakan karakter biaya adalah dengan

memberikan label biaya langsung atau tidak langsung dari suatu objek biaya

tertentu.

Menurut Mulyadi (2005:8), biaya adalah ”pengorbanan sumber ekonomi

yang diukur dalam satuan uang, yang telah terjadi atau kemudian yang terjadi

untuk tujuan tertentu”. Untuk hal ini, ada empat unsur pokok dalam definisi biaya

tersebut di atas, yaitu : 1. Biaya merupakan pengorbanan sumber ekonomi, 2.

Diukur dalam satuan uang, 3. Yang telah terjadi atau yang secara potensial akan

(43)

Informasi biaya sangat diperlukan perusahaan, tanpa informasi biaya

manajemen tidak memiliki ukuran apakah masukan yang dikorbankan memiliki

nilai ekonomi yang lebih rendah daripada nilai keluarannya. Akibatnya

manajemen tidak memiliki informasi apakah kegiatan usahanya menghasilkan

laba atau tidak. Begitu juga tanpa informasi biaya manajemen tidak memiliki

dasar untuk mengalokasikan berbagai sumber ekonomi yang dapat dikorbankan

dalam menghasilkan sumber ekonomi lain. Akuntansi biaya menyediakan

informasi biaya yang memungkinkan manajemen melakukan pengelolaan alokasi

berbagai sumber ekonomi untuk menjamin dihasilkannya keluaran yang memiliki

nilai ekonomis yang lebih tinggi dibandingkan dengan nilai masukan yang

dikorbankan.

2. Jenis-Jenis Biaya Operasional

Rayburn (2001:31) mengklasifikasikan biaya operasional menjadi 3

bagian yaitu:

1. Biaya produksi (production cost), yaitu termasuk biaya bahan langsung, biaya tenaga kerja langsung dan overhead pabrik yang dikeluarkan untuk mempengaruhi barang atau jasa.

2. Biaya pemasaran (marketing cost), dihasilkan dari penjualan dan pengiriman produk serta mencakup biaya promosi penjualan, biaya transportasi dan lainnya.

3. Biaya administrasi (administrative cost), dihasilkan dari pengerahan dan pengendalian perusahaan serta kegiatan umum seperti fungsi personalia dan fungsi hukum.

Suprioyono (2001:200) mengemukakan bahwa biaya operasional dapat

dibagi menjadi 2 yaitu:

1. Biaya penjualan

(44)

2. Biaya administrasi dan umum

Yaitu biaya yang terjadi dan sehubungan dengan fungsi administrasi dan umum.

E. Anggaran Biaya Operasional

Anggaran biaya operasional merupakan pernyataan tertulis mengenai

rencana pengeluaran biaya operasional perusahaan untuk masa yang akan datang

guna mencapai tujuan perusahaan yaitu memperoleh laba yang maksimal.

Anggaran diperlukan karena ada tujuan dan manfaatnya. Nafarin

(2004:15) menjelaskan tujuan dan manfaat anggaran biaya operasional adalah:

1. Digunakan sebagai landasan yuridis formal dalam memilih sumber dan investasi dana.

2. Memberi batasan atas jumlah dana yang dicari dan digunakan. 3. Merinci jenis sunber dana yang dicari.

4. Merasionalkan sumber dan investasi dana agar dapat mencapai hasil yang maksimal.

5. Menyempurnakan rencana yang telah disusun, karena dengan anggaran lebih jelas dan nyata.

6. Menampung dan menganalisa serta memutuskan setiap usulan yang berkaitan dengan keuangan.

Dari tujuan anggaran di atas, dapat diambil garis besar bahwa tujuan

anggaran adalah sebagai landasan yuridis formal dalam memilih sumber dan

investasi dana dengan memberikan batasan atas jumlah dana yang dicari. Juga

digunakan agar dapat mencapai hasil yang maksimal dengan cara

menyempurnakan rencana yang telah disusun serta menganalisa serta

(45)

F. Anggaran Biaya Operasional Sebagai Perencanaan dan Pengendalian Manajemen

Anggaran biaya operasional dapat digunakan sebagai alat perencanaan dan

pengendalian manajemen. Menurut Anthony dan Govindarajan (2005:8),

pengendalian manajemen tersebut meliputi kegiatan:

1. Merencanakan apa yang seharusnya dilakukan organisasi.

2. Mengkoordinasikan aktivitas–aktivitas dari beberapa bagian organisasi. 3. Mengkomunikasikan informasi.

4. Mengevaluasi informasi.

5. Memutuskan tindakan apa yang seharusnya diambil jika ada. 6. Mempengaruhi orang–orang untuk mengubah perilaku mereka.

Dari kegiatan pengendalian manajemen di atas, jika dikaitkan dengan

fungsi anggaran biaya operasional sebagai alat perencanaan dan pengendalian

manajemen, maka perusahaan harus:

1. Merencanakan tindakan dan manajemen yang tepat agar perencanaan

anggaran biaya operasional dapat berjalan dengan baik.

2. Mengkoordinasikan aktivitas–aktivitas dari beberapa bagian organisasi yang

mendukung perencanaan anggaran biaya operasional.

3. Mengkomunikasikan dan mengevaluasi informasi yang diperlukan dalam

perencanaan anggaran biaya operasional.

4. Pengambilan keputusan berupa tindakan apa yang seharusnya diambil jika

terdapat penyimpangan anggaran biaya operasional.

5. Mengubah tindakan dan manajemen perusahaan termasuk perilaku organisasi

ke arah yang lebih baik sehingga masalah yang terjadi saat ini tidak terulang

(46)

Anggaran biaya operasional memerlukan komitmen sumber daya untuk

tahun mendatang. Oleh karena itu, manajemen perlu membuat komitmen sumber

daya semacam itu dengan ide yang jelas mengenai kearah mana arah organisasi

untuk beberapa tahun ke depan. Suatu perencanaan anggaran biaya operasional

menyediakan kerangka kerja yang lebih luas tersebut. Dengan demikian, manfaat

penting dari perencanaan anggaran biaya operasional adalah bahwa rencana

tersebut memfasilitasi formulasi dari anggaran yang efektif pada perusahaan.

Perencanaan anggaran biaya operasional harus sesuai dengan sumber dana

dan investasi dana, serta perlu diketahui secara jelas sumber dana perusahaan

seperti diperoleh dari mana dan jumlah investasi dana yang disanggupi

perusahaan, dimana hal ini memerlukan pelaksanaan fungsi perencanaan dan

pengendalian.

Dengan dilaksanakannya fungsi perencanaan dan pengendalian,

perusahaan dapat lebih mudah melakukan tindakan, pengawasan dan pengambilan

keputusan seperti memberikan batasan atas jumlah dana yang akan dicari dan

digunakan untuk anggaran biaya operasional, merinci jenis sumber dana yang

dicari maupun jenis investasi dana, sehingga dapat memudahkan pengawasan

anggaran biaya operasional, menyempurnakan rencana yang telah disusun karena

dengan anggaran biaya operasional, terlihat lebih jelas dan nyata, merealisasikan

sumber dan investasi dana agar dapat mencapai hasil yang maksimal serta

menampung dan menganalisis serta memutuskan setiap usulan yang berkaitan

(47)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis, Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini termasuk jenis penelitian studi kasus, yaitu dengan

pendekatan deskriptif berdasarkan teori yang mendukung tentang topik yang

dibahas.

Penelitian dilakukan pada PT. Putra Bangga Kirana. Lokasi penelitian

beralamat di jalan Bangka No. 56/62 Medan. Jadwal penelitian dilakukan pada

bulan September 2008 s.d April 2009.

B. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

Variabel penelitian yang digunakan dan definisi operasionalnya adalah:

1. Anggaran biaya operasional

Merupakan rencana pengeluaran biaya operasional perusahaan untuk masa

yang akan datang.

2. Perencanaan

Merupakan penyusunan strategi perusahaan dalam mencapai suatu tujuan.

3. Pengendalian manajemen

Merupakan proses yang dilakukan perusahaan untuk mengimplementasikan

(48)

C. Sumber dan Jenis Data

Sumber dan jenis data yang digunakan yaitu:

1. Data primer, yaitu data yang diproses dari hasil wawancara tentang objek

penelitian dan data tersebut merupakan data yang belum diolah, seperti

prosedur perusahaan dalam menyusun anggaran biaya operasional, masalah

yang dihadapi dan lainnya.

2. Data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari perusahaan dan data tersebut

sudah diolah seperti sejarah singkat perusahaan, struktur organisasi perusahaan

dan data anggaran biaya operasional.

D. Teknik Pengumpulan Data

Dalam proses penelitian dan penulisan skripsi, penulis menggunakan dua

metode pendekatan dalam pengumpulan data dan keterangan yang berkaitan

dengan judul skripsi, yaitu:

1. Teknik wawancara, yaitu dengan melakukan tanya jawab langsung dengan

pihak yang kompeten dalam hal ini karyawan yang berwenang, yaitu bagian

akuntansi dan bagian keuangan.

2. Teknik dokumentasi, yaitu mengadakan pengamatan langsung pada laporan

keuangan perusahaan.

E. Metode Analisis Data

Metode analisis data yang digunakan adalah teknik analisis deskriptif,

(49)

diinterpretasikan, sehingga dapat memberikan gambaran yang objektif tentang

(50)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Perusahaan 1. Sejarah Singkat Perusahaan

PT. Putra Bangga Kirana merupakan perusahaan yang bergerak di bidang

penjualan pelumas. Perusahaan didirikan pada tahun 1997 dan berada di jalan

Bangka No. 56/62 Medan. Pada awal pendirian, perusahaan ini mengalami

hambatan dalam penjualan, karena rendahnya daya beli konsumen dan kurang

dikenalnya profil perusahaan oleh masyarakat. Untuk mengatasi hal tersebut,

perusahaan melakukan serangkaian promosi dan tindakan untuk menarik

kepercayaan masyarakat akan mutu dari pelumas tersebut.

Hasilnya pada awal tahun 2002, perusahaan ini mulai berkembang dan

mulai dapat bersaing dengan perusahaan lain yang juga bergerak di bidang usaha

yang sama, dimana perusahaan mulai mendapatkan laba dengan banyaknya

transaksi pembelian oleh konsumen.

Adapun visi PT. Putra Bangga Kirana adalah menjadi salah satu

perusahaan yang mendistribusikan pelumas merek Mesran, Meditran dan lainnya

agar dapat dikenal luas oleh masyarakat khususnya kota Medan. Sedangkan

misinya adalah berkomitmen untuk memberikan pelayanan yang terbaik kepada

pelanggan dengan layanan purnajual yang baik.

(51)

1. Memperoleh laba.

2. Memasarkan dan memperkenalkan pelumas untuk wilayah Sumatera Utara,

khususnya Medan.

3. Membantu program pemerintah dalam menciptakan lowongan kerja.

Merek-merek pelumas yang dijual perusahaan seperti Mesran Super,

Mesran 40, Meditran S40, Mesran B40, Mesran Prima XP, Mesrania 2T Sport,

Meditran SC, Rored EPA 90/140, Fastron, Enduro 4T, Rored HAD 90/40 dan

Meditran SX.

2. Struktur Organisasi Perusahaan

Struktur organisasi perusahaan merupakan pola formal yang akan

mempengaruhi sistem kerja dari perusahaan tersebut. Struktur organisasi yang

baik harus dapat memisahkan antara fungsi, kedudukan, batas wewenang,

tanggung jawab, serta kewajiban dari masing-masing karyawan, agar para

karyawan mengetahui apa saja yang menjadi tugas dan tanggung jawab mereka.

PT. Putra Bangga Kirana membagi tugas masing-masing karyawannya

dengan teratur agar tujuan perusahaan dapat terlaksana dengan baik. PT. Putra

Bangga Kirana menggunakan struktur organisasi lini/komando.Adapun bentuk

(52)

Gambar 3.1. Struktur Organisasi PT. Putra Bangga Kirana

Sumber : PT. Putra Bangga Kirana

Adapun tugas dan tanggung jawab masing-masing bagian adalah sebagai

berikut:

1. Direktur

Tugas dan tanggung jawab Direktur adalah:

a. Menentukan arah kebijaksanaan perusahaan serta menetapkan rencana

kerja dan tata pelaksanaannya.

b. Memilih pegawai yang akan menduduki posisi pimpinan atau staf serta

menetapkan kekuasaan dan tanggung jawab dari setiap pimpinan dalam

lingkungan staf.

c. Melakukan pengawasan terhadap kondisi keuangan perusahaan.

d. Menerima pertanggungjawaban dari masing-masing manajer.

2. Manajer Keuangan

Tugas dan tanggung jawab Manajer Keuangan adalah :

a. Menyusun anggaran perusahaan, seperti anggaran biaya operasional.

(53)

c. Melakukan pengawasan keuangan perusahaan, agar sesuai dengan

perencanaan anggaran.

d. Memeriksa laporan keuangan perusahaan.

e. Mengatur aliran kas perusahaan.

f. Melakukan pemeriksaan

3. Bagian Keuangan

Tugas dan tanggung jawab Bagian Keuangan adalah :

a. Melakukan pencatatan penerimaan kas dan pengeluaran kas.

b. Menerima dan melakukan pembayaran kas.

c. Bertanggungjawab atas penerimaan kas dan pengeluaran kas perusahaan.

d. Menyajikan laporan penerimaan kas dan pengeluaran kas kepada manajer

keuangan.

4. Bagian Akuntansi

Tugas dan tanggung jawab Bagian Akuntansi adalah :

a. Membukukan segala transaksi yang terjadi di dalam perusahaan yang

bersifat finansial dan pada setiap akhir periode tertentu.

b. Menyusun laporan keuangan.

c. Memberikan laporan keuangan yang dibutuhkan oleh manajer keuangan

dalam rangka pengambilan keputusan.

d. Mencatat dan membuat laporan biaya tetap dan biaya variabel perusahaan.

e. Membantu manajer keuangan dalam mengawasi anggaran yang telah

(54)

5. Manajer Penjualan

Tugas dan tanggung jawab Manajer Penjualan adalah :

a. Mengatur kerja bagian penjualan.

b. Menentukan target laba yang ingin dicapai.

c. Memeriksa hasil perencanaan bagian penjualan dalam mencapai target

laba.

d. Menyusun strategi dan tindakan untuk pencapaian target laba.

6. Bagian Penjualan

Tugas dan tanggung jawab Bagian Penjualan adalah :

a. Memberikan informasi produk yang dijual perusahaan

b. Mencatat data pelanggan

c. Membuat faktur penjualan.

d. Membuat laporan penjualan.

7. Manajer Operasional

Tugas dan tanggung jawab Manajer Operasional adalah :

a. Mengatur kerja bagian pembelian dan gudang.

b. Melakukan pemeriksaan jumlah biaya pembelian barang.

c. Melakukan pemeriksaan laporan persediaan barang.

8. Bagian Pembelian

Tugas dan tanggung jawab Bagian Pembelian adalah :

a. Memilih supplier yang tepat untuk perusahaan.

b. Menentukan jumlah pembelian barang.

Gambar

Tabel                                              Judul                                                      Halaman
Gambar                                        Judul                                                        Halaman
Gambar 1.1. Kerangka Konseptual
Gambar 2.1. Bentuk Proses Pembuatan Anggaran
+6

Referensi

Dokumen terkait

rekan kerjanya yang juga tidak menikah. 4) Masalah yang Membuat Stress Serta Gejala atau Akibat. yang Dirasakan

[r]

[r]

Berdasarkan penelitian Ruchayati (2009) terhadap 30 ibu hamil trisemester ketiga dengan anemia menunjukkan hubungan antara kadar hemoglobin di bawah normal dan

Penelitian dilakukan terhadap balok beton bertulang yang diberi lubang, dengan menggunakan software Atena 2D v4 Demo kemudian menganalisis pengaruh lubang tersebut

Oleh karena itu, teoritis dan praktis harus sejalan sebab teoritis yang tidak relevan dengan implikasi praktis justru memberikan gambaran yang abstrak, sebaliknya teoritis yang

iv) Beri 1 markah bagi setiap huraian yang jelas dan lengkap. ix) Calon tidak menjawab 0 markah... ii) Jawapan hendaklah dalam ayat-ayat yang lengkap.. iii) Beri 1 markah

seksama, apakah pencilan itu merupakan kesalahan dalam pencatatan amatan atau pencilan tersebut muncul dari kombinasi keadaan yang tidak biasa. yang mungkin saja sangat penting