• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perilaku Ibu Dalam Pemberian Suplemen Pada Balita Di Asrama Kowilhan Kelurahan Sidorame Barat Kecamatan Medan Perjuangan Tahun 2010

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Perilaku Ibu Dalam Pemberian Suplemen Pada Balita Di Asrama Kowilhan Kelurahan Sidorame Barat Kecamatan Medan Perjuangan Tahun 2010"

Copied!
71
0
0

Teks penuh

(1)

PERILAKU IBU DALAM PEMBERIAN SUPLEMEN PADA BALITA

DI ASRAMA KOWILHAN KELURAHAN SIDORAME BARAT I

KECAMATAN MEDAN PERJUANGAN

TAHUN 2010

SKRIPSI

OLEH

061000039 SYLVIA AZHARI

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi Dengan Judu l :

PERILAKU IBU DALAM PEMBERIAN SUPLEMEN PADA BALITA

DI ASRAMA KOWILHAN KELURAHAN SIDORAME BARAT I

KECAMATAN MEDAN PERJUANGAN

TAHUN 2010

Yang dipersiapkan dan dipertahankan oleh:

NIM. 061000039 Sylvia Azhari

Telah Diuji dan Dipertahankan Dihadapan Tim Penguji Skripsi Pada Tanggal 27 April 2010

Dinyatakan Telah Memenuhi Syarat Untuk Diterima TIM PENGUJI

Ketua Penguji Penguji I

Dra. Syarifah, MS

NIP. 196112191987032002 NIP. 196712191993031003

Dr.Drs. R. Kintoko Rochadi, MKM

Penguji II Penguji III

Drs. Alam Bakti Keloko, M.Kes Ernawati Nst, SKM, M.Kes NIP. 19620604199203100 NIP. 197002121995012001

Medan, 27 April 2010 Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara Dekan,

(3)

ABSTRAK

Balita merupakan kelompok umur yang paling sering menderita penyakit akibat kekurangan gizi. Salah satu penyebab kekurangan gizi pada balita adala karena kesalahan dalam pemberian makanan. Ibu sebagai orang yang bertanggung jawab terhadap pemenuhan gizi anak mengambil inisiatif untuk memberikan suplemen pada anak sebagai cara untuk memenuhi kebutuhan gizi anak walaupun gizinya sudah cukup.

Penelitian ini dilakukan di Asrama Kowilhan yang bertujuan untuk mengetahui perilaku ibu dalam pemberian suplemen pada balita di Asrama Kowilhan Kelurahan Sidorame Barat I Kecamatan Medan Perjuangan.

Jenis penelitian ini bersifat deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Adapun variabel yang diukur adalah umur, tingkat pendidikan, pekerjaan, penghasilan keluarga, pengetahuan ibu, sikap ibu dan tindakan ibu. Metode yang digunakan adalah metode wawancara dengan menggunakan kuesioner. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu yang memiliki balita yang ada di Asrama Kowilhan dengan jumlah sample 46 orang. Pengambilan sampel menggunakan metode Purposive Sampling.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa 58,7% responden memiliki pengetahuan yang kurang dan 45,7% responden memiliki sikap kurang sedangkan 63,0 % responden memiliki tindakan yang digolongkan dalam kategori kurang.

Berdasarkan hasil penelitian disarankan Perlu diadakan upaya pemberian informasi kepada ibu-ibu agar tidak langsung memilih suplemen sebagai alternatif menambah asupan gizi anak. Kepada masyarakat supaya memberikan suplemen sesuai dengan kondisi dan kebutuhan anak. Perlu diadakan upaya pemberian informasi secara berkesinambungan kepada ibu-ibu yang memiliki balita tentang konsumsi suplemen yang sesuai dengan kebutuhan.

(4)

ABSTRACT

Toddlers are the group most often suffer from diseases caused by malnutrition, One of the causes of malnutrition among children under five are due to errors in feeding. Mother as one who is responsible for the fulfillment of nutritional supplements to take initiative to give the child as a way to meet the nutritional needs of children despite their nutrition is sufficient.

This research was conducted in a Dormitory Kowilhan which aims to study the behavior of the mother in giving supplements to toddlers in Dormitory Kowilhan, Sidorame Barat I, Medan Perjuangan.

This descriptive research with quantitative approach. The variables measured were age, educational level, occupation, family income, knowledge, attitudes and actions of the mother. Methods used were interviews using a questionnaire. Population in this study are all mothers who have children in Dormitory Kowilhan with sample size 46 people. Sampling was purposive sampling method.

Result showed that 58,7 % of respondent had less knowledge and 45,7% of respondents had less attitude, while 63,0% of respondents have actions which fall in poor category.

Based on research results, suggested there should be efforts to provide information to the mothers that do not directly choose the supplements as alternative to increase nutrient intake of children. To the community that provide supplements in accordance with the conditions and needs of children. Need to be continuous efforts to provide the information to the mothers who have children about the consumption of supplements as needed.

(5)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : SYLVIA AZHARI

Tempat/ Tgl. Lahir : Padangsidempuan, 12 Juli 1989

Agama : Islam

Status Perkawinan : Belum Menikah

Jumlah Anggota Keluarga : 3 Orang

Alamat Rumah : Jl. Sembada V No. 8 Komplek Koserna, Padang

Bulan Medan Nama orang tua

- Ayah : Azhari Adrian

- Ibu : Herawati

Riwayat Pendidikan : 1. SD Negeri 15 Padangsidimpuan (1994-2000) 2. SLTP Negeri 1 Padangsidimpuan

(2000-2003)

3. SMU Swasta Nurul Ilmi Padangsidimpuan (2003- 02006)

(6)

DAFTAR ISI

Halaman Halaman Pengesahan

Abstrak ... i

Daftar Riwayat Hidup ... iii

Kata Pengantar ... iv

Daftar Isi ... vii

Daftar Tabel... x

Daftar Lampiran ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 7

1.3 Tujuan Penelitian ... 7

1.3.1. Tujuan Umum ... 7

1.3.2. Tujuan Khusus ... 7

1.4. Manfaat Penelitian ... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 8

2.1. Konsep Perilaku ... 8

2.1.1. Perilaku Kesehatan ... 11

2.2. Ranah Perilaku ... 11

2.2.1. Perilaku dalam Bentuk Pengetahuan ... 13

2.2.2. Perilaku dalam Bentuk Sikap ... 13

2.2.3. Perilaku dalam Bentuk Tindakan... 13

2.3. Suplemen ... 14

2.3.1. Defenisi Suplemen ... 14

2.4. Suplemen Pada Anak ... 15

2.4.1. Manfaat Suplemen Pada Anak ... 18

(7)

2.5. Kerangka Teori ... 20

2.6. Kerangka Konsep ... 21

BAB III METODE PENELITIAN ... 22

3.1. Jenis Penelitian ... 20

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 22

3.2.1. Lokasi Penelitian ... 22

3.2.2. Waktu Penelitian ... 22

3.3. Populasi dan Sampel ... 22

3.3.1. Populasi ... 22

3.3.2. Sampel ... 22

3.4. Metode Pengumpulan Data... 23

3.4.1. Data Primer ... 23

3.4.2. Data Sukunder ... 23

3.5. Defenisi Operasional ... 23

3.6. Instrumen dan Cara Pengukuran ... 24

3.6.1. Instrumen ... 24

3.6.2. Cara Pengukuran ... 24

3.7. Metode Pengolahan dan Penyajian Data ... 26

BAB IV HASIL PENELITIAN ... 27

4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 27

4.1.1. Letak Geografis ... 27

4.1.2. Data Demografi ... 27

4.1.3. Fasilitas Kesehatan ... 29

4.2. Hasil Penelitian ... 29

4.2.1. Faktor Predisposing ... 29

4.2.2. Pengetahuan Responden ... 30

4.2.3. Sikap Responden ... 33

(8)

BAB V PEMBAHASAN ... 38

5.1. Karakteristik Responden ... 38

5.2. Pengetahuan Responden ... 39

5.3. Sikap Responden Tentang Pemberian Suplemen ... 41

5.3.1. Kategori Sikap Responden ... 42

5.4. Tindakan Responden Tentang Suplemen ... 42

5.4.1. Kategori Tindakan Responden ... 44

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ... 45

6.1. Kesimpulan ... 45

6.2. Saran ... 45

(9)

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1. Distribusi Jumlah Penduduk Kelurahan Sidorame Barat I

Kecamatan Medan Perjuangan Tahun 2009 ... 28 Tabel 4.2. Distribusi Umur Penduduk di Kelurahan Sidorame Barat I

Kecamatan Medan Perjuangan ... 28 Tabel 4.3. Distribusi Karakteristik Responden di Asrama Kowilhan

Kelurahan Sidorame Barat I Kecamatan Medan Perjuangan

Tahun 2010 ... 29 Tabel 4.4. Distribusi Pengetahuan Responden Tentang Suplemen di Asrama

Kowilhan Kelurahan Sidorame Barat I Kecamatan Medan Perjuangan Tahun 2010 ... 31 Tabel 4.5. Kategori Responden Berdasarkan Pengetahuan Tentang Suplemen di

Asrama Kowilhan Kelurahan Sidorame Barat I Kecamatan Medan

Perjuangan Tahun 2010 ... 32 Tabel 4.6. Distribusi Sikap Responden Tentang Suplemen di Asrama Kowilhan

Kelurahan Sidorame Barat I Kecamatan Medan Perjuangan

Tahun 2010 ... 33 Tabel 4.7. Kategori Responden Berdasarkan Sikap Tentang Suplemen di

Asrama Kowilhan Kelurahan Sidorame Barat I Kecamatan Medan

Perjuangan Tahun 2010 ... 34 Tabel 4.8. Distribusi Tindakan Responden Tentang Suplemen di Asrama Kowilhan

Kelurahan Sidorame Barat I Kecamatan Medan Perjuangan

Tahun 2010 ... 35 Tabel 4.9. Kategori Responden Berdasarkan Tindakan Tentang Suplemen di

Asrama Kowilhan Kelurahan Sidorame Barat I Kecamatan Medan

(10)

ABSTRAK

Balita merupakan kelompok umur yang paling sering menderita penyakit akibat kekurangan gizi. Salah satu penyebab kekurangan gizi pada balita adala karena kesalahan dalam pemberian makanan. Ibu sebagai orang yang bertanggung jawab terhadap pemenuhan gizi anak mengambil inisiatif untuk memberikan suplemen pada anak sebagai cara untuk memenuhi kebutuhan gizi anak walaupun gizinya sudah cukup.

Penelitian ini dilakukan di Asrama Kowilhan yang bertujuan untuk mengetahui perilaku ibu dalam pemberian suplemen pada balita di Asrama Kowilhan Kelurahan Sidorame Barat I Kecamatan Medan Perjuangan.

Jenis penelitian ini bersifat deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Adapun variabel yang diukur adalah umur, tingkat pendidikan, pekerjaan, penghasilan keluarga, pengetahuan ibu, sikap ibu dan tindakan ibu. Metode yang digunakan adalah metode wawancara dengan menggunakan kuesioner. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu yang memiliki balita yang ada di Asrama Kowilhan dengan jumlah sample 46 orang. Pengambilan sampel menggunakan metode Purposive Sampling.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa 58,7% responden memiliki pengetahuan yang kurang dan 45,7% responden memiliki sikap kurang sedangkan 63,0 % responden memiliki tindakan yang digolongkan dalam kategori kurang.

Berdasarkan hasil penelitian disarankan Perlu diadakan upaya pemberian informasi kepada ibu-ibu agar tidak langsung memilih suplemen sebagai alternatif menambah asupan gizi anak. Kepada masyarakat supaya memberikan suplemen sesuai dengan kondisi dan kebutuhan anak. Perlu diadakan upaya pemberian informasi secara berkesinambungan kepada ibu-ibu yang memiliki balita tentang konsumsi suplemen yang sesuai dengan kebutuhan.

(11)

ABSTRACT

Toddlers are the group most often suffer from diseases caused by malnutrition, One of the causes of malnutrition among children under five are due to errors in feeding. Mother as one who is responsible for the fulfillment of nutritional supplements to take initiative to give the child as a way to meet the nutritional needs of children despite their nutrition is sufficient.

This research was conducted in a Dormitory Kowilhan which aims to study the behavior of the mother in giving supplements to toddlers in Dormitory Kowilhan, Sidorame Barat I, Medan Perjuangan.

This descriptive research with quantitative approach. The variables measured were age, educational level, occupation, family income, knowledge, attitudes and actions of the mother. Methods used were interviews using a questionnaire. Population in this study are all mothers who have children in Dormitory Kowilhan with sample size 46 people. Sampling was purposive sampling method.

Result showed that 58,7 % of respondent had less knowledge and 45,7% of respondents had less attitude, while 63,0% of respondents have actions which fall in poor category.

Based on research results, suggested there should be efforts to provide information to the mothers that do not directly choose the supplements as alternative to increase nutrient intake of children. To the community that provide supplements in accordance with the conditions and needs of children. Need to be continuous efforts to provide the information to the mothers who have children about the consumption of supplements as needed.

(12)

BAB I PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Tujuan utama pembangunan nasional adalah peningkatan kualitas sumber daya

manusia secara berkelanjutan. Salah satu hal yang harus diperhatikan secara khusus

adalah masalah pemenuhanan gizi yaitu sejak masih dalam kandungan dan pada masa

balita (Soetjiningsih, 1995).

Masa balita adalah masa dimana anak berada pada usia 0- 48 bulan. Usia balita ini

merupakan masa kritis dalam pertumbuhan dan perkembangannya, karena dimasa inilah

periode tumbuh kembang anak yang paling optimal baik untuk intelegensianya maupun

fisiknya (Anonimous, 2003).

Pertumbuhan berkaitan dengan masalah perubahan dalam besar jumlah, ukuran

atau dimensi tingkat sel, organ maupun individu, yang bisa diukur dengan ukuran berat

(gram, pound, kilogram), ukuran panjang (cm,meter), umur tulang dan keseimbangan

metabolik (retensi kalsium dan nitrogen tubuh). Sedangkan perkembangan adalah

bertambahnya kemampuan (skill) dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks

dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan, sebagai hasil dari proses pematangan

(Wahyudi, 2009).

Pertumbuhan dan perkembangan anak pada dasarnya dimulai sejak dalam

kandungan dan berlangsung cepat sampai dengan usia empat tahun. Menurut Bloom,

perkembangan intelegensia mencapai 20% pada usia 2 tahun, 50% pada usia 4 tahun,

80% pada usia 8 tahun dan 100% pada usia 17 tahun. Dengan demikian usia sampai

(13)

intelegensia anak. Sehingga pemberian gizi yang baik pada usia balita membantu

perkembangan dan pertumbuhan yang optimal pada anak (Eva, 2008).

Dewasa ini, pertumbuhan dan perkembangan anak menjadi suatu permasalahan

yang menjadi perhatian orangtua. Salah satu masalah yang banyak menjadi perhatian

orangtua adalah masalah pemenuhan gizi bagi anak balita. Permasalahan gizi pada usia

balita merupakan permasalahan yang penting karena menyangkut kualitas sumber daya

manusia di masa yang akan datang, karena di masa inilah periode tumbuh kembang yang

paling optimal baik untuk inteligensinya maupun fisiknya (Ali, 2008).

Balita merupakan kelompok umur yang paling sering menderita penyakit akibat

kekurangan gizi. Salah satu penyebab kekurangan gizi pada balita adalah karena

kesalahan dalam pemberian makanan. Banyak diantara ibu mengeluh dalam memberikan

makan pada anaknya karena anak yang tidak mau memakan semua jenis makanan, dan

hanya mau memakan jenis makanan tertentu saja, misalnya tidak mau makan nasi tetapi

hanya mau minum susu, cepat bosan terhadap makanan yang diberikan, makan terlalu

sedikit, tidak nafsu makan (anoreksia). Keluhan lain misalnya anak makan berjam-jam

(diemut), makanan disembur-semburkan atau dimuntahkan (Yulia, 2008). Kesulitan

makan yang berat dan berlangsung lama akan berdampak negatif. Dampak kesulitan

makan ini dapat mengakibatkan berkurangnya pemasukan zat gizi ke dalam tubuh anak.

Jika jumlah masukan zat gizi berkurang untuk jangka waktu yang lama, kemungkinan

yang terjadi adalah hambatan pertumbuhan dan perkembangan disebut gagal tumbuh

(Akhmadi, 2009).

Orang tua yang berlebihan dalam memberikan asupan gizi untuk anaknya juga

(14)

anak yang sehat adalah anak yang gemuk, padahal ada batasan-batasan tertentu untuk

menilai apakah pertumbuhan dan perkembangan anak sudah optimal atau belum.

Batasan-batasan itu antara lain apakah berat badannya telah sesuai dengan umurnya dan

tinggi badannya, umumnya dapat dilihat dari grafik kesehatan yang ada di kartu menuju

sehat (KMS) anak. Grafik kesehatan anak ini ada kalanya tidak terlalu di mengerti oleh

orang tua, walaupun anak telah cukup sehat namun tetap dianggap kurang sehat ataupun

gizinya kurang mencukupi. Ibu sebagai orang yang bertanggung jawab terhadap

pemenuhan gizi anak mengambil inisiatif untuk memberikan suplemen pada anak sebagai

cara untuk memenuhi kebutuhan gizi anak. Perilaku ibu ini sebenarnya tidaklah dapat

dibenarkan karena yang membuat berat badan anak naik adalah makanan yang bergizi,

bukan suplemen (Eva, 2008).

Ibu cendrung memberikan suplemen pada anaknya walaupun gizinya sudah cukup

karena ibu merasa bahwa zat-zat gizi yang ada pada makanan yang diberikan tidak

mampu memenuhi kebutuhan zat gizi anak. Selain itu pada saat sekarang ini banyak iklan

suplemen yang dapat mempengaruhi ibu-ibu untuk memberikan suplemen pada anaknya

dengan tujuan agar anak sehat seperti apa yang diiklankan.

Suplemen adalah makanan yang ditambahkan kedalam makanan pokok sebagai

makanan tambahan, dalam upaya mencapai tumbuh kembang yang optimal. Suplemen

dapat berupa vitamin, mineral, atau zat gizi lain seperti asam lemak, asam amino.

Suplemen bukanlah obat karena obat adalah zat kimia yang digunakan untuk

menyembuhkan suatu penyakit dan meringankan rasa sakit diderita. Obat merupakan zat

yang cukup keras bekerja bagi tubuh dan seringkali mempunyai efek samping

(15)

suplemen sebagian besar bekerja sebagai tambahan gizi selain makanan yang dikonsumsi

sehari-hari. Suplemen juga merupakan zat yang membantu mengoptimalkan hormon dan

fungsi tubuh (Yulia, 2008).

Dalam dunia kedokteran, suplemen digolongkan sebagai nutraceutical, sementara

obat-obatan termasuk pharmaceutical. Berbeda dari obat-obatan yang harus diuji

efektivitasnya secara klinis lewat serangkaian prosedur, suplemen tidak perlu melalui uji

klinis seperti itu. Sehingga sebelum memberikan suplemen kepada anak ada beberapa hal

yang harus dicermati oleh ibu, diantaranya adalah aturan pemakaian agar efektif dan

tanggal kedaluwarsa.

Suplemen mampu melengkapi kekurangan zat gizi untuk menjaga vitalitas bagi

anak. Suplemen dianjurkan bagi anak untuk menghindari risiko gangguan pertumbuhan.

Pemberian suplemen bagi anak memang dianjurkan jika anak dalam kondisi sakit atau

sedang dalam masa pemulihan. Karena ketika anak sedang sakit maka anak cenderung

tidak nafsu makan yang mengakibatkan asupan gizinya berkurang sedangkan tubuhnya

memerlukan lebih banyak zat gizi dari biasanya. Pada kondisi seperti inilah ibu

memberikan suplemen pada anak. Selain itu, anak yang baru sembuh dari sakit juga perlu

diberi suplemen. Namun bila kondisi kesehatan anak semakin membaik, pemberian

suplemen sebaiknya dikurangi dan dihentikan (Ali, 2008).

Selain itu pemberian suplemen juga disarankan jika nafsu makan anak menurun,

punya masalah makan, mempunyai gangguan pencernaan, atau kemampuan penyerapan

tubuhnya kurang. Pemberian suplemen sebenarnya tidak berefek langsung menambah

nafsu makan karena dalam dunia medis tidak ada vitamin maupun mineral yang

(16)

gizi yang kurang, sedangkan penyebab anak kurang nafsu makan perlu ditelusuri lebih

lanjut (Selamihardja, 2007).

Penelitian yang dilakukan oleh UC Davis School of Medicine terhadap 11.000 anak

berusia 2-17 tahun yang mengonsumsi suplemen vitamin dan mineral sejak 1999-2004

diperoleh data bahwa banyak anak balita dan remaja dalam kondisi sehat di Amerika

Serikat mengonsumsi suplemen yang tidak mereka butuhkan. Penelitian tersebut juga

menemukan 37% anak mengonsumsi suplemen dengan kondisi sangat sehat, dan hanya

sekitar 28% anak-anak yang berada dalam kondisi sakit atau kurang gizi yang

mengonsumsi vitamin. Di dalam penelitian yang sama juga ditemukan bahwa sekitar

30-40% anak dengan overweight atau berat badan berlebih mengonsumsi suplemen (Shaikh,

2009).

Di dalam pemberian suplemen pada anak, orangtua harus mempertimbangkan

kebutuhan anak terhadap suplemen dan memberikan suplemen yang memang khusus

diformulasikan untuk anak dan mudah dikonsumsi. Bagi anak yang tengah mengidap

penyakit tertentu agar pemberian suplemen tidak menyebabkan kontra indikasi dengan

obat untuk penyakitnya (Inayah, 2008). Selain itu, ketika anak mengonsumsi suplemen,

orangtua juga harus memperhatikan efek suplemen tersebut secara periodik karena

konsumsi vitamin dan mineral dalam jumlah banyak dapat menyebabkan efek samping

yang bervariasi, mulai dari muntah sampai efek samping serius seperti kerusakan ginjal

(Ali, 2008).

The American Academy of Pediatrics menganjurkan anak di atas usia 1 tahun

untuk tidak mengonsumsi suplemen. Suplemen dianjurkan untuk anak-anak dengan

(17)

banyak balita di Indonesia yang mengonsumsi suplemen. Perilaku pemberian suplemen

pada anak dengan tujuan agar anak bertambah gemuk, merupakan hal yang sudah sering

terlihat pada masa sekarang ini terutama di kota Medan. Sehingga mulai banyak di

jumpai anak yang mengalami kegemukan. Sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh

Damayanti pada tahun 2008 di 10 kota-kota besar di Indonesia seperti di Medan, Padang,

Palembang, Jakarta, Semarang, Solo, Yogyakarta, Surabaya, Denpasar, dan Manado.

Hasilnya, prevalensi obesitas pada anak tercatat sebesar 17,75 % di Medan, Padang 7,1

%, Palembang 13,2 %, Jakarta 25 %, Semarang 24,3 %, Solo 2,1 %, Yogyakarta 4 %,

Surabaya 11,4 %, Denpasar 11,7 %, dan Manado 5,3 %. Padahal kegemukan pada anak

balita dapat berdampak buruk bagi anak di kemudian harinya, seperti jantung koroner,

diabetes mellitus, dll.

Penelitian yang dilakukan oleh Yuri pada tahun 2008 di sebuah taman

kanak-kanak di Kota Bogor menunjukkan bahwa proporsi anak balita yang mengkonsumsi

suplemen sebesar 80,3%, lama pemberian suplemen umumnya lebih dari satu tahun

(61,40%). Sedangkan untuk alasan pemberian suplemen umumnya untuk menjaga daya

tahan tubuh (31,58%) dan melengkapi kebutuhan vitamin dan gizi anak (21,13%).

Melalui survei awal pada bulan November yang dilakukan terhadap 20 orang ibu

yang memiliki balita di Asrama Kowilhan Kelurahan Sidorame Barat I Kecamatan

Medan Perjuangan, diketahui bahwa sebagian besar yaitu 17 orang ibu rutin memberikan

suplemen bagi anaknya meskipun anak tidak membutuhkan suplemen.

Berdasarkan data yang diperoleh tersebut, maka peneliti tertarik untuk meneliti

perilaku ibu dalam pemberian suplemen pada balita di Asrama Kowilhan Kelurahan

(18)

1.2.Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dalam latar belakang diatas maka yang menjadi permasalahan

dalam penelitian ini adalah Bagaimana Perilaku Ibu Dalam Pemberian Suplemen Pada

Balita Di Asrama Kowilhan Kelurahan Sidorame Barat Kecamatan Medan Perjuangan

Tahun 2010.

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui perilaku ibu dalam pemberian suplemen pada balita di Asrama

Kowilhan Kelurahan Sidorame Barat I Kecamatan Medan Perjuangan Tahun 2010.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui pengetahuan ibu dalam pemberian suplemen pada balita.

2. Untuk mengetahui sikap ibu dalam pemberian suplemen pada balita.

3. Untuk mengetahui tindakan ibu dalam pemberian suplemen pada balita

1.4. Manfaat Penelitian

1. Bagi peneliti, untuk meningkatkan dan mengembangkan ilmu pengetahuan

2. Sebagai bahan acuan bagi pihak yang lain yang akan melanjutkan penelitian ini

ataupun penelitian yang ada kaitanya dengan penelitian ini.

3. Untuk memberikan informasi mengenai gambaran perilaku ibu dalam pemberian

suplemen pada balita di Asrama Kowilhan Kelurahan Sidorame Barat I

Kecamatan Medan Perjuangan Tahun 2010.

4. Penelitian ini diharakan dapat memberikan informasi dan masukan yang

bermanfaat kepada ibu agar memberikan suplemen kepada anak sesuai kebutuhan

(19)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Konsep Perilaku

Pada garis besarnya perilaku manusia dapat dilihat dari 3 aspek yakni aspek fisik,

psikis dan sosial. Akan tetapi dari ketiga aspek tersebut sulit untuk ditarik garis yang

tegas dalam mempengaruhi perilaku manusia. Secara lebih terinci perilaku manusia

sebenarnya merupakan refleksi dari berbagai gejala kejiwaan, seperti pengetahuan,

keinginan, kehendak, minat, motivasi, persepsi, sikap dan sebagainya.

Menurut Lawrence Green (1980), bahwa kesehatan seseorang atau masyarakat

dipengaruhi oleh 2 faktor, yakni faktor perilaku dan faktor diluar perilaku. Selanjutnya

perilaku itu sendiri ditentukan atau terbentuk dari 3 faktor, yakni :

1. Faktor predisposisi(predisposing factors) yang terwujud dalam pengetahuan,

sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai dan sebagainya.

2. Faktor pendukung ( enabling factors) yang terwujud dalam lingkungan fisik,

tersedia atau tidak tersedianya fasilitas- fasilitas atau sarana- sarana kesehatan,

misalnya puskesmas, obat-obatan, alat kontrasepsi, jamban dan sebagainya,

3. Faktor pendorong (reinforcing factors) yang terwujud dalam sikap dan

perilaku petugas kesehatan atau petugas lain yang merupakan kelompok

referensi dari perilaku masyarakat.

Disimpulkan bahwa perilaku seseorang atau masyarakat tentang kesehatan

ditentukan oleh pengetahuan, sikap, kepercayaan, tradisi, dan sebagainya dari orang yang

(20)

kesehatan terhadap kesehatan juga akan mendukung dan memperkuat terbentuknya

perilaku.

WHO menganalisa bahwa yang menyebabkan seseorang itu berperilaku tertentu adalah

karena adanya 4 alasan pokok yakni :

a. Pemikiran dan perasaan yakni dalam bentuk pengetahuan, persepsi, sikap,

kepercayaan- kepercayaan dan penilaian- penilaian seseorang terhadap objek.

b. Orang penting sebagai referensi, apabila seseorang itu penting untuknya, maka

apa yang ia katakan atau perbuat cendrung untuk dicontoh. Orang-orang yang

dianggap penting sering disebut kelompok referensi, misalnya : guru, alim

ulama, kepala desa, dan sebagainya.

c. Sumber- sumber daya , sumber daya disini mencakup fasilitas- fasilitas, uang ,

waktu, tenaga, dan sebagainya. Semua itu berpengaruh terhadap perilaku

seseorang atau kelompok masyarakat. Pengaruh sumber daya terhadap

perilaku dapat bersifat positif maupun negatif.

d. Perilaku normal, kebiasaan, nilai dan penggunaan sumber didalam suatu

masyarakat akan menghasilkan suatu pola hidup yang pada umumnya disebut

kebudayaan. Perilaku yang normal adalah salah satu aspek dari kebudayaan

mempunyai pengaruh yang dalam terhadap perilaku ini.

Dari uraian diatas dapat dilihat bahwa banyak alasan seseorang untuk berperilaku.

Oleh sebab itu perilaku yang sama diantara beberapa orang dapat disebabkan oleh sebab

(21)

2.1.1. Perilaku kesehatan

Menurut Notoadmodjo (2003), perilaku kesehatan adalah suatu respon seseorang

(organisme terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sakit dan penyakit,

sistem pelayanan kesehatan, makanan dan minuman ,serta lingkungan. Dari batasan ini,

perilaku kesehatan dapat di klasifikasikan menjadi tiga kelompok, yaitu :

1. Perilaku pemeliharaan kesehatan (health maintanance)

Adalah perilaku atau usaha- usaha seseorang untuk memelihara atau menjaga

kesehatan agar tidak sakit dan usaha untuk penyembuhan bilamana sakit. Oleh

sebab itu perilaku pemeliharaan kesehatan ini terdiri dari tiga aspek.

a. Perilaku pencegahan penyakit dan penyembuhan penyakit bila sakit, serta

pemulihan kesehatan bilamana telah sembuh dari sakit.

b. Perilaku peningkatan kesehatan apabila seseorang berada dalam keadaan

sehat, karena kesehatan itu sangat dinamis dan relatif, maka dari itu orang

sehat pun perlu diupayakan supaya mencapai tingkat kesehatan seoptimal

mungkin.

c. Perilaku gizi (makanan dan minuman). Makanan dan minuman dapat

memelihara dan meningkatkan kesehatan seseorang, tetapi sebaliknya

makanan dan minuman dapat menjadi penyebab menurunnya kesehatan

seseorang, bahkan dapat mendatangkan penyakit. Hal ini sangat

tergantung pada perilaku seseorang terhadap makanan dan minuman

tersebut.

2. Perilaku pencarian dan penggunaan sistem atau fasilitas pelayanan kesehatan atau

(22)

3. Perilaku kesehatan lingkungan.

Menurut Becker salah satu klasifikasi lain tentang perilaku kesehatan adalah

perilaku hidup sehat yang mencakup: perilaku makan dengan menu seimbang

(appropriate diet). Menu seimbang dalam arti kualitas (mengandung zat- zat gizi yang

diperlukan tubuh), dan kuantitas dalam arti jumlahnya cukup untuk memenuhi kebutuhan

tubuh (tidak kurang tetapi juga tidak lebih). Secara kualitas mungkin di Indonesia dikenal

dengan ungkapan empat sehat lima sempurna (Notoadmodjo, 1993).

2.2. Ranah Perilaku

Perilaku manusia sangatlah kompleks dan mempunyai ruang lingkup yang sangat

luas. Benyamin Bloom (1908), seseorang ahli psikologi pendidikan, membagi perilaku itu

kedalam 3 domain (ranah/ kawasan), meskipun kawasan tersebut tidak mempunyai

batasan yang jelas dan tegas.

Dalam perkembangan selanjutnya oleh para ahli pendidikan, dan untuk

kepentingan pengukuran hasil pendidikan, ketiga domain ini diukur dari :

a. Pengetahuan peserta didik terhadap materi pendidikan yang diberikan.

b. Sikap atau anggapan peserta didik terhadap materi pendidikan yang diberikan.

c. Praktek atau tindakan yang dilakukan oleh peserta didik sehubungan dengan

materi pendidikan yang diberikan.

Seseorang dapat bertindak atau berperilaku baru tanpa terlebih dahulu mengetahui

makna dari stimulus yang diterimanya. Dengan kata lain, tindakan seseorang tidak harus

didasari oleh pengetahuan dan sikap.

(23)

Pengetahuan adalah hasil dari tahu dan nilai terjadi setelah orang melakukan

pengindraan terhadap suatu objek tertentu dan pengetahuan sebagai segala apa yang

diketahui berkenaan dengan sesuatu hal. Pada dasarnya pengetahuan terdiri dari jumlah

fakta dan teori yang memungkinkan seeorang dapat memahami suatu gejala dan

memecahkan masalah yang sedang dihadapi.

2.2.2. Perilaku dalam bentuk sikap

Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap

suatu stimulus atau objek. Sikap tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat

ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Menurut Newcomb, salah

seseorang ahli psikologi sosial, menyatakan bahwa sikap itu merupakan kesiapan atau

kesediaan untuk bertindak dan bukan pelaksanaan motif terlalu dan sikap mengandung

suatu penilaian emosional /afektif (senang, benci, sedih dan sebagainya).

2.2.3. Perilaku dalam bentuk tindakan

Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan. Untuk terwujudnya

sikap agar menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi

yang memungkinkan antara lain adalah fasilitas.

2.3. Suplemen

2.3.1. Defenisi Suplemen

Suplemen makanan adalah produk yang digunakan untuk melengkapi makanan

yang mengandung satu atau lebih bahan makanan . Hal itu bisa berupa vitamin, mineral,

atau bahan yang berasal dari tumbuhan, asam amino atau bahan untuk meningkatkan

Angka Kecukupan Gizi (AKG), atau konsentrat, ekstrak atau kombinasi dari beberapa

(24)

Suplemen makanan umumnya berasal dari bahan-bahan alami tanpa tambahan

zat-zat kimia walaupun pada vitamin tertentu ada yang sintetis. Suplemen vitamin seperti

asam folat dalam bentuk sintetis memang lebih mudah terserap dalam tubuh, walaupun

vitamin E dari bahan alami jauh lebih baik penyerapannya daripada yang sintetis ( Wuri,

2008).

Suplemen makanan merupakan makanan yang mengandung zat-zat gizi dan non

gizi, bisa dalam bentuk kapsul, kapsul lunak, tablet, bubuk, atau cairan yang fungsinya

sebagai pelengkap kekurangan zat gizi yang dibutuhkan untuk menjaga agar vitalitas

tubuh tetap prima. Sebagai pelengkap, suplemen makanan bukan diartikan sebagai

pengga nti (substitusi) makanan kita sehari-hari ( Ida, 2009)

Suplemen makanan digolongkan sebagai nutraceutical, sedangkan obat-obatan

masuk golongan pharmaceutical. Berbeda dengan obat-obatan yang harus diuji

efektivitasnya secara klinis mengikuti serangkaian prosedur, suplemen makanan itu

khasiatnya tidak perlu dibukt ikan melalui uji klinis. Sampai saat ini pun jenis

nutraceutical boleh dijual secara bebas, tapi tidak boleh diklaim memiliki khasiat untuk

mengobati penyakit, seperti halnya obat-obatan (Wuri, 2008).

Kata nutraceutical merupakan kombinasi dari kata nutrition dan pharmaceutical,

yang berarti produk tersebut memiliki pengaruh yang menguntungkan bagi kesehatan

manusia. Nutraceutical seringkali disebut sebagai functional foods atau makanan

fungsional. Produk-produk makanan tersebut dapat meningkatkan kesehatan dan juga

mencegah terjadinya penyakit.

(25)

Tumbuh kembang anak membutuhkan asupan nutrisi yang cukup yang idealnya

bisa didapat dari menu harian yang bergizi lengkap dan seimbang. Sayangnya, banyak

anak yang mengalami susah makan atau sangat pemilih. Padahal kebiasaan seperti itu

beresiko menyebabkan kekurangan ragam asupan gizi, kekurangan satu atau lebih zat

gizi.

Masalah kekurangan gizi ini tidak selalu menunjukkan gejala fisik yang mudah

dideteksi. Karena tidak setiap anak yang kekurangan zat gizi memperlihatkan tanda atau

keluhannya. Namun, kekurangan yang sedikitpun sudah bisa mengganggu proses tumbuh

kembang anak. Saat ini, banyak pilihan suplemen untuk anak yang beredar dipasar. Jika

dilihat dari kegunaannya, suplemen – suplemen yang beredar di pasaran dapat terbagi

menjadi beberapa kategori, diantaranya :

A. Suplemen untuk otak

Konsumsi suplemen ini dimaksudkan untuk membantu perkembangan atau

kinerja otak. Omega 3, banyak di jumpai dalam suplemen otak karena asam lemak

essensial ini merupakan zat yang berperan vital dalam proses pertumbuhan sel- sel

neuron otak. Asam alfa linoleat (LNA), etikosapentaeonat (EPA) serta dohosaheksaenoat

(DHA) adalah tiga bentuk asam omega 3 yang telah masuk dalam proses dipanjangkan

dan deaturated (diubah menjadi tidak jenuh). Omega 3 (EPA dan DHA ) masuk dalam

golongan asam lemak essensial dan tidak diproduksi secara alami oleh tubuh manusia.

Karena itu, EPA dan DHA harus diasup dari luar.

Namun, kebutuhan akan EPA dan DHA sangat beragam, tergantung akan tingkat

kebutuhan masing-masing. WHO telah menetapkan rekomendasi tentang asupan omega-3

(26)

linoleat). Asam lemak ini dapat ditemukan pada biji labu, ikan laut, dan minyak ikan

yang sering dimasukkan sebagai kandungan utama dalam suplemen.

Selain itu, vitamin dan mineral lain juga sangat dibutuhkan untuk

mengoptimalkan fungsi otak. Vitamin A, C, E adalah antioksidan yang berfungsi untuk

melindungi otak dari racun dan polusi. Masalah sulit berkonsentrasi, ingatan yang lemah,

dan depresi biasa dihubungkan dengan kurangnya vitamin B.

B. Suplemen peningkat daya tahan tubuh

Anak yang tidak suka makan buah dan sayur beresiko kekurangan vitamin C.

Vitamin ini sangat dibutuhkan sebagai peningkat daya tahan (imunitas) tubuh dan

jaringan penghubung bawah kulit, serta melindungi tubuh dari radikal bebas. Suplemen

imunitas yang beredar dipasaran biasanya bersifat imunomodulator. Artinya suplemen

tersebut bertugas mengatur, mengadaptasi dan mengendalikan sistem imun tubuh agar

bekerja secara optimal. Salah satu hal yang perlu diperhatikan adalah suplemen ini

dibutuhkan jika tubuh mengalami gangguan daya tahan tubuh, bukan untuk kondisi anak

sedang sehat. Orang tua perlu mengenali indikasi gangguan kekebalan tubuh pada

anaknya. Misalnya saat terserang flu, anak diberi suplemen imunitas, agar sistem

kekebalan tubuhnya meningkat.

Selain dari suplemen, bantuan untuk pembentukan sistem kekebalan tubuh anak

juga ditemukan dari bahan makanan atau minuman yang mengandung prebiotik.

Prebiotik berfungsi imunomodulator alami dan dapat dengan mudah ditemukan pada susu

(27)

C. Suplemen penambah nafsu makan

Anak dibawah 6 tahun seringkali kurang nafsu makan, sehingga orang tua merasa

perlu untuk mengatasinya dengan memberikan suplemen penambah nafsu makan.

Suplemen jenis ini umumnya memilki kandungan utama berbagai vitamin dan mineral.

Beberapa diantaranya adalah vitamin B1, B2 dan lisin.

Vitamin B1 penting untuk menghasilkan energi untuk sel- sel tubuh, mengubah

gula darah menjadi energi untuk sel, mengkonversi asam lemak dan asam amino menjadi

hormon, protein dan enzim. Vitamin B2, penting untuk pertumbuhan, metabolisme tubuh,

protein, karbohidrat dan lemak serta replikasi DNA dan pertumbuhan sel. Sementara lisin

adalah asam amino essensial yang tidak bisa di produksi sendiri oleh tubuh dan hanya

bisa di dapat dari luar tubuh (makanan ). Kebutuhan lisin, yang banyak terdapat pada

daging, ayam , keju, ikan sardin, telur dan kacang hijau ini, pada anak- anak mencapai

3-4 kali lebih besar dari pada orang dewasa. Lisin penting bagi tumbuh kembang dan

produksi energi, serta kesehatan tulang dan gigi. Kekurangan lisin dapat ditandai dengan

berkurangnya nafsu makan, mual, lesu.

D. Suplemen penambah darah

Pasokan zat besi pada masa tumbuh kembang anak, usia 0-7 tahun, perlu

mendapat perhatian khusus dari orang tua. Pada masa tersebut, pasokan zat gizi tak bisa

ditawar lagi bagi anak. Kekurangan zat besi dapat menyebabkan anak terkena anemia

yang bisa mempengaruhi kecerdasan dan kesehatan fisik anak. Penyebab anemia terbesar

adalah kekurangan zat besi dengan gejala, anak mengalami lemah, lesu., letih dan lalai.

Anemia dapat mengakibatkan penurunan produktivitas kerja otak dan otot. Anak

(28)

berat, mungkin saja dapat menyebabkan komplikasi gagal jantung pada anak. Karena itu,

kecukupan gizi dari makanan yang mengandung zat besi amat penting. Jika anak tidak

mendapatkan asupan makanan bergizi lengkap dan seimbang dari menu harian keluarga,

suplemen yang mengandung zat dapat dijadikan alternatif.

Pemberian asupan suplemen yang mengandung zat besi pada anak dapat

membantu proses peredaran darah dan mencegah terjadinya kekurangan hemoglobin

pada anak. Zat besi berperan dalam pembentukan sel darah merah, diantarnya dapat

mengikat oksigen untuk diberikan ke seluruh tubuh, pada berbagai reaksi biokimia tubuh,

serta pembentukan energi dan enzim.

2.4.1. Manfaat Suplemen Pada Anak

Ada beberapa manfaat yang diperoleh jika memberikan suplemen pada anak

dalam kondisi anak yang tepat. Kondisi anak yang tepat untuk diberikan suplemen adalah

ketika anak sakit ataupun dalam masa pemulihan, pada saat kondisi ini anak tidak nafsu

makan, sehingga asupan makanan jadi terganggu yang dapat menyebabkan anak

kekurangan zat gizi yang dibutuhkanya. Selain itu dalam kondisi anak yang terjadi

gangguan penyerapan. Pada kondisi ini anak tidak dapat menyerap zat gizi sehingga anak

dapat kekurangan gizi. Pada saat inilah anak memerlukan suplemen karena suplemen

dapat memenuhi kebutuhan gizi anak yang mungkin tidak didapatkan di dalam makanan.

2.4.2. Dampak Suplemen pada anak

Selain memiliki manfaat, suplemen juga memilki dampak. Diantaranya adalah

Mengonsumsi suplemen vitamin dan mineral dalam jumlah banyak dapat menyebabkan

efek samping yang bervariasi, mulai dari muntah sampai efek samping serius seperti

(29)

jika mengkonsumsi vitamin yang berlebih. Kelebihan vitamin yang larut air, seperti

vitamin C, biotin, thiamin (B1), riboflavin (B2), niacin (B3), asam pantotenat (B5),

pyridoxine (B6), asam folat (B9) dan cobalamin (B12) dapat membuat beban kerja ginjal

berlebihan sehingga fungsinya terganggu atau menyebabkan penumpukan dan muncullah

batu ginjal. Sedangkan kelebihan vitamin larut lemak (vitamin A, D, E, dan K ) bisa

membebani hati yang bisa memicu gangguan fungsi hati, problem pembekuan darah,

serta keracunan vitamin ( Wati, 2008 ).

Selain itu Hasil penelitian American Academy Pediatrics (AAP) yang menyebutkan

pemberian suplemen vitamin terlalu dini, justru dapat meningkatkan risiko timbulnya

alergi dan asma pada anak. (Purnamawati, 2009). Sedangkan, kelebihan asupan kalsium,

akibat terlalu banyak mengkonsumsi suplemen kalsium, maka hal itu justru bisa saja

mengakibatkan pengapuran jangka panjang. , tulang tubuhnya menjadi agak menonjol

dan keras (Wati, 2006).

2.5. Kerangka Teori

Teori yang digunakan adalah teori green, dimana perilaku ditentukan oleh 3 faktor,

yaitu :

Faktor Predisposisi (Predisposing factor)

Faktor pendorong (reinforcing factor) Faktor Pendukung

(30)

Kerangka teori diatas menggambarkan ada tiga faktor yang mempengaruhi perilaku

seseorang. Tetapi dalam penelitian ini hanya di fokuskan pada satu faktor yaitu faktor

predisposisi, karena faktor predisposisi yang paling berperan dalam mempengaruhi

perilaku ibu dalam memberikan suplemen pada anak.

2.6. Kerangka Konsep

Dari kerangka konsep diatas dapat dijelaskan bahwa faktor predisposing yaitu

umur responden, tingkat pendidikan, pekerjaan, penghasilan keluarga, iklan,

pengetahuan dan sikap ibu yang mempengaruhi tindakan ibu dalam pemberian suplemen

pada balita.

Tindakan ibu Faktor Predisposing

- Umur

- Tingkat Pendidikan - Pekerjaan

(31)

2

)

(

1

N

d

N

n

+

=

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini bersifat deskriptif dengan pendekatan kuantitatif yang bertujuan

untuk melihat gambaran perilaku ibu dalam pemberian suplemen pada balita di Asrama

Kowilhan Kelurahan Sidorame barat I Kecamatan Medan Perjuangan Tahun 2010.

3.2. Lokasi dan Waktu penelitian 3.2.1. Lokasi Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Asrama Kowilhan Kelurahan Sidorame Barat I

Kecamatan Medan Perjuangan sebagai tempat pengambilan sampel. Adapun alasan

pemilihan lokasi ini adalah karena banyaknya ibu memilih suplemen makanan untuk

mencukupi kebutuhan anaknya.

3.2.2. Waktu Penelitian

Penelitian mulai dilaksanakan pada bulan November – Maret 2010.

3.3. Populasi dan Sampel 3.3.1. Populasi

Populasi penelitian ini adalah seluruh ibu yang memiliki anak balita di Asrama

Kowilhan yang berjumlah 84 orang.

3.3.2. Sampel

Besar sampel dalam penelitian ibu dihitung dengan menggunakan rumus

(32)

Keterangan :

N = Jumlah Populasi

n = besar sampel

d = tingkat kepercayaan/ ketepatan yang diinginkan (0,1)

Maka,

Dari hasil perhitungan rumus diatas diperoleh jumlah sample sebesar 46 ibu yang

memiliki balita. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara Purposive Sampling.

3.4. Metode Pengumpulan Data 3.4.1. Data Primer

Untuk pengumpulan data primer diperoleh melalui wawancara langsung dengan

menggunakan kuesioner yang meliputi pendidikan, pekerjaan, penghasilan,

pengetahuan, sikap dan tindakan ibu dalam pemberian suplemen pada balita.

3.4.2. Data Sekunder

Data sekunder diperoleh dari kantor lurah Sidorame Barat I yaitu jumlah

penduduk, pekerjaan sedangkan dari puskesmas yaitu jumlah balita, gambaran KMS

(33)

3.5. Defenisi Operasional

1. Umur adalah lamanya usia hidup responden yang dihitung sejak dilahirkan

sampai pada saat wawancara berdasarkan pengakuannya dalam tahun (umur

ibu)

2. Tingkat Pendidikan adalah jenjang pendidikan responden secara formal yang

pernah diikuti ibu. Tingkat pendidikan dikategorikan menjadi 3 yaitu rendah,

sedang dan tinggi.

3. Pekerjaan adalah kegiatan yang dilakukan responden untuk mendapatkan upah

(pekerjaan ibu)

4. Penghasilan Keluarga adalah penghasilan rata-rata sebulan yang diterima oleh

keluarga. Penghasilan keluarga dapat diukur dengan mengelompokannya

menjadi dua kategori berdasarkan Upah Minimum Propinsi sumatera Utara

Tahun 2010 adalah Rp 965.000,00

5. Iklan adalah semua iklan yang berhubungan dengan suplemen anak.

6. Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui ibu tentang suplemen balita.

7. Sikap adalah respon/ penilaian responden tentang pemberian suplemen pada

balita.

8. Tindakan adalah bentuk nyata responden dalam pemberian suplemen pada

balita.

3.6. Instrumen dan Cara pengukuran 3.6.1. Instrumen

(34)

3.6.2. Cara Pengukuran

Cara pengukuran pada penelitian ini dilakukan melalui langkah- langkah sebagai

berikut (Arikunto, 2000) :

a. Memberikan skor pada tiap butir pertanyaan

b. Menjumlahkan skor dari pertanyaan- pertanyaan

c. Memberikan penilaian 3 kategori yaitu baik, cukup, kurang sesuai dengan

pengelompokan skor.

1. Pengukuran Pengetahuan

Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui ibu yang memiliki balita

tentang suplemen ,diukur dengan 7 pertanyaan dengan total nilai 14. Penilaian diberikan

dengan angka 2 jika jawaban benar, angka 1 jika jawaban 1 sedang dan angka 0 jika

jawaban salah dengan kategori :

- Kategori baik bila jawaban responden benar > 75 % dengan total nilai > 11

- Kategori cukup bila jawaban responden benar 40-75 % dengan total nilai

6-11

- Kategori kurang bila jawaban responden benar < 40 % dengan total nilai < 6

2. Pengukuran sikap

Sikap adalah respon/ penilaian ibu tentang konsumsi suplemen, diukur dengan 8

pertanyaan dengan total nilai 8. Penilaian diberikan angka 1 jika jawaban benar dan

angka 0 jika jawaban salah dengan kategori :

- Kategori baik bila jawaban responden benar > 75 % dengan total nilai > 6

- Kategori cukup bila jawaban responden benar 40-75 % dengan total nilai 3-6

(35)

3. Pengukuran Tindakan

Tindakan adalah bentuk nyata respon ibu dalam pemberian suplemen pada anak

diukur dengan 10 pertanyaan.

Untuk pertanyaan 1, 2, 7, 8, 9, 10 skor tertinggi adalah 2 dan skor terendah adalah 0.

Untuk pertanyaan 4 skor tertinggi adalah 1.

Untuk pertanyaan 6 skor tertinggi adalah 1 dan skor terendah adalah 0.

- Kategori baik bila jawaban responden benar > 75 % dengan total nilai > 18

- Kategori cukup bila jawaban responden benar 40-75 % dengan total nilai

10-18

- Kategori kurang bila jawaban responden benar 40-75 % dengan total nilai <

10

3.7. Metode Pengolahan dan Penyajian data

Data yang terkumpul diedit dan diolah dengan bantuan computer dan disajikan

(36)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 4.1.1. Letak Geografis

Kelurahan Sidorame Barat I Kecamatan Medan Perjuangan merupakan sebuah

daerah yang penduduk dimana terdapat 8376 jiwa. Luas wilayah Kelurahan Sidorame

Barat I Kecamatan Medan Perjuangan adalah sebesar 0,178 km² dengan batas wilayah

sebagai berikut :

- Sebelah Utara : Kelurahan Glugur Barat II

- Sebelah Selatan : Kelurahan Perintis

- Sebelah Barat : Kelurahan Durian

- Sebelah Timur : Kelurahan Sidorame Barat II Kec. Medan Timur

4.1.2. Data Demografi

Berdasarkan data yang diperoleh dari kantor Kelurahan Sidorame Barat I terdapat

jumlah penduduk pada tahun 2009 sebanyak 8376 jiwa yang dapat dilihat pada tabel

(37)

Tabel 4.1. Distribusi Jumlah Penduduk Kelurahan Sidorame Barat I Kecamatan Medan Perjuangan Tahun 2009

No Lingkungan Jumlah Penduduk

1 I 325

Sumber : Profil Kelurahan Sidorame Barat I tahun 2009

Tabel 4.2. Distribusi Umur Penduduk di Kelurahan Sidorame Barat I Kecamatan Medan Perjuangan Tahun 2009

Umur

Sumber : Profil Kelurahan Sidorame Barat I tahun 2009

Dari Tabel 4.1. di atas menunjukkan bahwa penduduk di Kelurahan Sidorame

Barat I terbanyak terdapat pada kelompok umur 22-59 tahun sebanyak 4.368 orang

(49,2%) dan terkecil terdapat pada kelompok umur > 60 tahun sebanyak 275 orang

(38)

4.1.3. Fasilitas Kesehatan

Kelurahan Sidorame Barat I terdapat 15 posyandu di setiap lingkungan, 8 toko

obat, dan 4 dokter praktek.

4.2. Hasil Penelitian 4.2.1. Faktor Predisposing

Berdasarkan hasil penelitian yang merupakan faktor predisposing responden yaitu

umur, tingkat pendidikan, pekerjaan dan penghasilan keluarga dapat dilihat pada tabel di

bawah ini :

Tabel 4.3. Distribusi Karakteristik Responden di Asrama Kowilhan Kelurahan Sidorame Barat I Kecamatan Medan Perjuangan Medan Tahun 2010

No Karakteristik N %

(39)

No Karakteristik N %

4 Pekerjaan

Ibu Rumah Tangga Pegawai Negeri / BUMN Pegawai Swasta

5 Penghasilan keluarga

< 1.000.000

1.000.000 – 2.000.000 > 2.000.000

Dari tabel 4.3. dapat dilihat bahwa jumlah responden berdasarkan umur yang

paling banyak adalah umur 23 – 29 bulan yaitu 28 orang (60,86 %) sedangkan umur

responden yang paling sedikit adalah umur 37- 43 bulan yaitu 8 orang (17,41), Untuk

umur anak responden yang paling banyak adalah umur 13-24 bulan yaitu 19 orang

(41,3%), yang paling sedikit adalah umur 0-12 bulan yaitu 3 orang (6,5%).

Sebanyak 54,3% responden berpendidikan sedang (tamat SMA) dan 9 orang

(19,7%) berpendidikan tinggi. Pekerjaan responden yang paling banyak adalah ibu rumah

tangga yaitu 31 orang (67,4%) sedangkan 1 orang (2,2 %) memiliki pekerjaan sebagai

pedagang. Untuk penghasilan keluarga yang paling banyak adalah keluarga yang

memiliki penghasilan > 2.000.000,- yaitu 27 orang (58,7%) dan hanya 4 orang (8,7%)

yang berpenghasilan < 1.000.000,-.

4.2.2. Pengetahuan Responden Tentang Suplemen

Bedasarkan hasil penelitian yang dilakukan maka dapat dilihat pengetahuan

(40)

Tabel 4.4. Distribusi Pengetahuan Responden Tentang Suplemen di Asrama Kowilhan Kelurahan Sidorame Barat I Kecamatan Medan Perjuangan Medan Tahun 2010

No Pengetahuan N %

1 Pengetahuan tentang Suplemen

Makanan Tambahan

Obat meningkatkan daya tahan tubuh Obat untuk menambah nafsu makan

26

2 Fungsi Suplemen

Untuk membuat anak jadi pintar dan gemuk Untuk membuat anak sehat

Untuk menambah asupan gizi yang kurang dari makanan sehari-hari

3 Jenis Suplemen yang dijual di pasaran

Suplemen otak, penambah nafsu makan, daya tahan tubuh, penambah darah

Suplemen untuk anak gemuk, tinggi dan pintar Suplemen otak, penambah nafsu makan, daya tahan tubuh

4 Informasi Tetang Suplemen

Petugas Kesehatan (dokter, perawat, bidan) Iklan di televisi

Keluarga, teman, tetangga Sales Suplemen

5 Kondisi Anak diberi Suplemen

Ketika anak sembuh sakit Ketika anak sehat

Ketika anak tidak nafsu makan

13

6 Yang Membuat anak jadi sehat dan tumbuh optimal

Makanan zat gizi terdiri dari empat sehat lima sempurna

Makanan yang banyak dan minum susu Suplemen

Dari tabel 4.4. dapat dilihat bahwa 26 orang (56,5 % ) berpendapat bahwa

suplemen adalah makanan tambahan yang ditambahkan kedalam makanan pokok

(41)

tahan tubuh. Sebanyak 24 orang (52,2%) berpendapat bahwa fungsi suplemen adalah

untuk membuat anak jadi pintar dan gemuk sedangkan 7 orang (15,2%) menyatakan

bahwa fungsi suplemen adalah untuk membuat anak sehat.

Hanya 3 orang (6,5%) menyatakan bahwa jenis suplemen yang dijual di pasaran

adalah suplemen untuk anak gemuk, tinggi dan pintar. Untuk sumber informasi yang

paling berperan adalah iklan televisi 25 orang (54,3%), dan hanya 3 orang (6,5%) yang

menyatakan bahwa sales suplemen merupakan sumber informasi.

Pengetahuan tentang anak yang perlu diberi suplemen, sebahagian besar (63,0%)

menyatakan ketika anak sehat, dan sebanyak (8,7%) menyatakan ketika anak tidak nafsu

makan. Sementara itu informan yang menyatakan bahwa yang membuat anak jadi sehat

dan pintar adalah makanan zat gizi yang terdiri dari empat sehat lima sempurna sebanyak

29 orang (63%) dan 8 orang menyatakan makanan yang banyak dan minum susu.

Dari data diatas maka pengetahuan responden dapat dikategorikan pada uraian

sebagai berikut :

Tabel 4.5. Kategori Responden Berdasarkan Pengetahuan Tentang suplemen di Asrama Kowilhan Kelurahan Sidorame Barat I Kecamatan Medan Perjuangan Medan Tahun 2010

No Pengetahuan N %

1 Baik 10 21,7

2 Cukup 9 19,6

3 Kurang 27 58,7

Total 46 100,0

Berdasarkan tabel 4.5. diketahui bahwa dari 46 responden ternyata 27 orang

(58,7%) memiliki pengetahuan kurang, 10 orang, 9 orang (19,6%) memiliki pengetahuan

cukup dan (21,7%) memilki pengetahuan baik. Hal ini berarti sebahagian besar responden

(42)

4.2.3. Sikap Responden

Bedasarkan hasil penelitian yang dilakukan maka dapat dilihat sikap responden

seperti pada tabel berikut :

Tabel 4.6. Distribusi Sikap Responden Tentang Suplemen di Asrama Kowilhan Kelurahan Sidorame Barat I Kecamatan Medan Perjuangan Medan Tahun 2010

No Sikap N %

1 Kondisi gizi anak kurang diberi suplemen

Setuju

2 Anak kurus perlu diberikan suplemen penambah nafsu makan

3 Suplemen membuat anak yang kurus menjadi gemuk

4 Suplemen diberikan ketika anak melakukan kegiatan yang lebih dari biasanya

Setuju

5 Anak tidak perlu diberikan suplemen jika asupan gizinya seimbang

Setuju

(43)

Berdasarkan tabel 4.6. dapat diketahui bahwa 23 orang responden setuju bahwa

suplemen diberikan jika kondisi gizi anak kurang, hal tersebut sejalan dengan jawaban

responden dimana hanya 20 orang (43,5%) yang setuju anak tidak perlu diberikan

suplemen jika asupan gizinya seimbang

Disamping itu sebanyak 38 orang (82,6%) menyatakan bahwa anak kurus perlu

diberi suplemen penambah nafsu makan, dan 84,8% menyatakan bahwa suplemen dapat

membuat anak yang kurus jadi gemuk. Sebanyak 39 orang (84,8%) setuju bahwa anak

perlu diberikan suplemen ketika melakukan kegiatan yang lebih dari biasanya dan 40

orang (87%) agar anak cerdas perlu diberikan suplemen.

Dari data diatas maka sikap responden dapat dikategorikan pada uraian sebagai

berikut :

Tabel 4.7. Kategori Responden Berdasarkan Sikap Tentang Pemberian Suplemen di Asrama Kowilhan Kelurahan Sidorame Barat I Kecamatan Medan Perjuangan Medan Tahun 2010

No Sikap N %

1 Baik 9 19,6

2 Cukup 16 34,8

3 Kurang 21 45,7

Total 46 100,0

Berdasarkan tabel 4.7. diketahui bahwa sebagian besar responden 21 (45,7%)

memiliki kategori kurang yang berarti bahwa ibu mempunyai sikap mendukung

pemberian suplemen pada anak sedangkan sebagian kecil berada pada kategori baik

(44)

4.2.4. Tindakan Responden

Bedasarkan hasil penelitian yang dilakukan maka dapat dilihat tindakan

responden dapat seperti pada tabel berikut :

Tabel 4.8. Distribusi Tindakan Responden Tentang Suplemen di Asrama Kowilhan Kelurahan Sidorame Barat I Kecamatan Medan Perjuangan Medan Tahun 2010

No Tindakan N %

1 Alasan Pemberian Suplemen

Anak tidak nafsu makan

Anak sakit atau dalam masa pemulihan

Khawatir zat gizi dari makanan sehari-hari tidak mencukupi

2 Kategori suplemen yang diberikan pada anak

Suplemen daya tahan tubuh Suplemen penambah nafsu makan Suplemen penambah darah

3

3 Alasan pemberian suplemen

Mutu Bagus 4 Kondisi pemberian suplemen anak

Setiap hari walau sehat Nafsu makan turun

41 5

89,1 10,9

Total 46 100

5 Frekuensi pemberian suplemen pada balita

Tergantung kondisi Satu kali sehari Dua kali sehari Tiga kali sehari

3

6 Lama pemberian rutin suplemen pada balita

Lebih dari satu tahun Dua tahun

Baru beberapa bulan

16

7 Hal yang dilakukan sebelum pemberian suplemen

Membaca petunjuk penggunaan

Bertanya kepada orang lain (tetangga, teman) cara penggunaannya

33 11

(45)

Total 46 100,0 8 Dampak pemberian suplemen terus-menerus

Anak semakin sehat dan pintar Anak kelebihan gizi

Zat-zat berlebihan akan bisa tertimbun di dalam tubuh dan dapat menyebabkan timbulnya penyakit

Dari table 4.8 dapat dilihat bahwa sebanyak 35 orang (76,1%) menyatakan bahwa

alasan memberikan suplemen pada balita adalah karena anak tidak nafsu makan

sedangkan 4 orang (8,7%) menyatakan khawatir zat gizi dari makanan sehari-hari tidak

mencukupi. Untuk kategori suplemen yang paling banyak diberikan pada anak adalah

suplemen penambah nafsu makan yaitu sebanyak 23 orang (50%) dan 3 orang (6,5%)

yang menyatakan memilih suplemen untuk meningkatkan daya tahan tubuh.

Sedangkan alasan pemberian suplemen adalah adalah sebanyak 40 orang (87%)

karena mutunya bagus, hanya 6 orang (13%) menjawab karena harganya murah.

Mengenai kondisi pemberian suplemen pada anak adalah sebanyak 41 orang (89,1%)

menyatakan bahwa memberikan suplemen setiap hari walau anak sehat dan 5 orang

(10,9%) menyatakan ketika nafsu makan anak turun.

Sebanyak 24 orang (53,5%) menyatakan memberikan suplemen satu kali sehari.

Untuk lama pemberian suplemen secara rutin sebanyak 24 orang (53,5%) telah dua tahun

memberikan suplemen pada anakmya.

Hal yang dilakukan ibu sebelum memberikan suplemen pada anaknya adalah 33

orang (73,3%) menyatakan membaca petunjuk penggunaan dan 2 orang (4,5%) langsung

(46)

pemberian suplemen pada anak adalah sebanyak 32 orang menyatakan anak semakin

sehat dan pintar dan 1 orang (2,2%) menyatakan anak akan kelebihan gizi.

Dari data diatas maka pengetahuan responden dapat dikategorikan pada uraian

sebagai berikut :

Tabel 4.8. Kategori Responden Berdasarkan Tindakan Pemberian Suplemen di Asrama Kowilhan Kelurahan Sidorame Barat I Kecamatan Medan Perjuangan Medan Tahun 2010

No Tindakan N %

1 Baik 1 2,2

2 Cukup 16 34,8

3 Kurang 29 63,0

Total 46 100,0

Berdasarkan tabel 4.8. diketahui bahwa dari 46 responden ternyata 29 orang (63,0

%) dalam kategori kurang , 16 orang (34,8 % ) dalam kategori cukup dan 1 orang (2,2 %)

memiliki kategori baik. Asumsi Peneliti bahwa sebahagian besar responden memberikan

suplemen pada anaknya walaupun telah memberikan gizi yang cukup dari makanan

(47)

BAB V PEMBAHASAN

5.1. Karakteristik Responden

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh faktor predisposing responden yaitu umur,

pendidikan, pekerjaan dan penghasilan keluarga . Berdasarkan tabel 4.2. dapat dilihat

bahwa umur responden terbanyak berusia 23-29 tahun yaitu 28 orang (60,86%). Dilihat

dari pendidikan responden, yang paling banyak adalah SLTA yaitu 25 orang (54,3%).

Menurut pendapat Dian (2005) pendidikan orang tua terutama ibu sangat

mempengaruhi perilaku anak dalam memilih makanan tertentu. Selain itu pendidikan ibu

juga mempengaruhi perhatiannya kepada anak dalam tingkat konsumsi makanan, dimana

ibu yang memiliki pendidikan tinggi cendrung lebih memperhatikan pemenuhan zat gizi

anaknya.

Pekerjaan responden yang paling banyak adalah sebagai ibu rumah tangga yaitu

sebanyak 31 orang (67,4%). Kenyataannya bahwa pekerjaan sebagai ibu rumah tangga

tentu lebih banyak bisa meluangkan waktu dengan anak dari pada ibu yang memiliki

pekerjaan diluar rumah. Hal ini sesuai dengan penelitian Eva (2006) ibu rumah tangga

lebih optimal mengurus anaknya di bandingkan ibu yang bekerja di luar rumah.

Bila dilihat dari penghasilan keluarga, penghasilan yang paling banyak adalah >

2.000.000 yaitu sebanyak 27 keluarga (58,7%). Selain itu Sajogyo (1994) menyatakan

bahwa rendahnya pendapatan merupakan rintangan lain yang menyebabkan orang-orang

tidak mampu lagi membeli pangan dalam jumlah yang diperlukan. Penghasilan

merupakan sebagai faktor ekonomi yang mempunyai pengaruh terhadap konsumsi

(48)

dialokasikan untuk pangan semakin sedikit, dan semakin rendah penghasilan keluarga

maka persentase penghasilan yang dialokasikan untuk pangan semakin tinggi. Hal ini

dikarenakan semua hasil penghasilan digunakan untuk mencukupi kebutuhan pangan

(Suhardjo, 1996).

Hal ini sesuai dengan penelitian Wuri (2005) yang menyatakan alasan ibu

memberikan suplemen kepada anaknya antara lain dipengaruhi oleh tingkat pendidikan,

pekerjaan dan penghasilan. Hal ini didukung juga oleh penelitian Evi (2009) bahwa ada

hubungan antara tingkat pendidikan dan penghasilan sangat berhubungan dengan perilaku

konsumsi suplemen pada anak. Green (2005) perilaku dipengaruhi oleh faktor

predisposisi dimana faktor-faktor ini mencakup pengetahuan dan sikap, tingkat

pendidikan dan tingkat sosial ekonomi.

5.2. Pengetahuan Responden Tentang Suplemen

Berdasarkan tabel 4.3. dapat dilihat bahwa sebahagian besar responden menjawab

bahwa fungsi suplemen adalah untuk membuat anak jadi pintar dan gemuk. Hal ini tidak

sesuai dengan pendapat Firman (2008) yang mengatakan bahwa fungsi suplemen hanya

lah untuk melengkapi (kalau ada) kekurangan vitamin dan mineral dalam tubuh.

Suplemen sama sekali tidak dapat digunakan untuk menggantikan vitamin alami (yang

diperoleh dari makanan) karena satu jenis makanan memiliki kombinasi berbagai jenis

vitamin dan zat-zat lain (seperti nutrisi utama, mineral, sampai antioksidan) yang

diperlukan oleh tubuh.

Suplemen itu merupakan makanan tambahan sebagai penambah asupan gizi yang

kurang dari makanan sehari-hari jadi suplemen itu bukan merupakan zat yang dapat

(49)

gemuk bukan hanya dari asupan makanan saja tetapi lebih kepada upaya bagaimana

orangtua mendidik anaknya sejak usia dini. Selain itu adanya asumsi ibu yang

mengatakan bahwa anak yang gemuk adalah anak yang sehat.

Hal ini menunjukkan bahwa banyak ibu yang menganggap bahwa suplemen itu

merupakan makanan tambahan yang dapat menggantikan vitamin alami dan dapat

membuat anak menjadi pintar dan gemuk. Selain itu berdasarkan tabel 4.3. sebanyak 25

orang (54,3%) memilih iklan sebagai sumber informasi tentang suplemen. Hal ini sesuai

dengan penelitian yang dilakukan oleh Kuswandi (1996), peranan iklan di televisi yaitu

menimbulkan minat sasaran, mencapai sasaran yang lebih banyak, merangsang sasaran

untuk mau melaksanakan/membeli barang (produk) yang diiklankan.

Sesuai dengan pendapat Jefkins (1996), yang mengatakan bahwa salah satu

keunggulan iklan televisi adalah repetisi/pengulangan. Iklan televisi biasa ditayangkan

hingga beberapa kali dalam sehari sampai dipandang cukup bermanfaat yang

memungkinkan sejumlah masyarakat untuk menyaksikannya, dan dalam frekuensi yang

cukup sehingga pengaruh iklan itu bangkit.

Hal ini menunjukkan, iklan yang disaksikan terus menerus akan mempengaruhi

sikap seseorang untuk menggunakan produk yang ditayangkan, seperti suplemen. Iklan

suplemen yang menampilkan tokoh balita yang sehat, cerdas dan pintar mampu

mempengaruhi ibu untuk memberikan suplemen pada balitanya.

Berdasarkan tabel 4.3. sebanyak 29 orang (63%) menyatakan bahwa anak sehat

perlu diberi suplemen. Hal ini tidak sesuai dengan pendapat Ali (2009 ) bahwa pemberian

suplemen pada anak memang diperlukan jika anak dalam keadaan tertentu. Di antaranya

(50)

suplemen dibutuhkan untuk membantu mencukupi pemenuhan zat gizinya. Terlebih lagi

jika nafsu makannya belum baik. Pemberian suplemen juga disarankan apabila menu

harian anak kurang lengkap, atau nafsu makan anak menurun.

Asumsi peneliti adanya anggapan ibu bahwa ketika anak sehat perlu diberi

suplemen karena ibu menganggap bahwa ketika anak sehat perlu diberi tambahan asupan

suplemen karena khawatir apabila tidak diberi suplemen maka kondisi anak akan

menurun.

Berdasarkan tabel 4.3 dapat dilihat bahwa kategori pengetahuan responden

tentang suplemen yaitu kurang (58,7%). Hal ini sesuai dengan pendapat Green (2005),

yang menyebutkan bahwa pengetahuan merupakan salah satu faktor mempermudah

terjadinya perilaku seseorang. Dalam hal ini pengetahuan ibu tentang suplemen masih

dalam kategori kurang berarti ibu masih menganggap bahwa suplemen itu adalah bukan

hanya sebagai makanan tambahan tetapi fungsinya juga untuk membuat anak jadi pintar

dan gemuk.

5.3. Sikap Responden Tentang Pemberian Suplemen

Sikap responden tentang anak sehat perlu diberikan suplemen, diketahui bahwa

sebanyak 23 orang (50%) setuju jika kondisi gizi anak kurang, maka perlu diberi

suplemen. Hal ini sesuai dengan pendapat Suciningsih (2008) yang menyatakan suplemen

adalah sebagai tambahan makanan untuk melengkapi asupan gizi yang kurang dari

makanan sehari-hari jadi bukan merupakan asupan makanan pokok. Peneliti berasumsi

bahwa ibu memberikan suplemen kepada anaknya karena merasa asupan gizi yang

(51)

makannya berkurang sehingga asupan gizinya berkurang. Dalam keadaan inilah anak

perlu diberikan suplemen.

Berdasarkan tabel 4.5. diketahui bahwa 39 orang (84,8%) suplemen membuat

anak yang kurus menjadi gemuk, Hal ini tidak sesuai dengan penelitian Yanthi (2008)

yang menyatakan bahwa tidak perlu memberikan suplemen pada anak agar anak gemuk

karena anak yang kurus belum tentu anak yang kurus anak yang kurang gizi. Asumsi

peneliti adalah tidak perlu memberikan suplemen kepada anak walaupun anak tersebut

kurus.

Berdasarkan table 4.5. diketahui bahwa 26 orang (56,5%) tidak setuju anak tidak

perlu diberikan suplemen jika asupan gizinya seimbang. Sedangkan menurut Inayah

(2008) suplemen tidak perlu diberikan jika asupan zat gizinya seimbang karena zat gizi

yang didapat dari makanan alami lebih baik dibanding yang di dapatkan dari suplemen

dan selain itu adanya asumsi bahwa suplemen otak bisa membuat anak pintar merupakan

motivasi bagi ibu untuk memberikan suplemen pada anaknya. Peneliti berpendapat

bahwa ibu menganggap bahwa zat yang di makan dari makanan sehari-hari tidak dapat

memenuhi asupan zat gizi sang anak sehingga ia lebih memilih suplemen untuk

melengkapi asupan zat gizi anaknya.

5.3.1. Kategori Sikap Responden

Berdasarkan tabel 4.6. dapat dilihat bahwa sikap responden terhadap pemberian

suplemen pada kategori kurang yaitu sebanyak 21 orang (45,7%). Hal ini menunjukkan

bahwa ibu lebih memilih menggunakan suplemen dibandingkan melengkapi kebutuhan

gizi anak dengan makanan sehari-hari, ini dikarenakan ibu masih memilki anggapan

(52)

5.4. Tindakan responden tentang suplemen

Berdasarkan tabel 4.7. sebanyak 35 orang (76,1%) menjawab bahwa alasan

memberikan suplemen pada balita adalah karena tidak nafsu makan. Hal ini tidak sesuai

menurut pendapat Sutomo (2005) yang mengatakan bahwa anak yang tidak nafsu makan

sebaiknya tidak perlu diberikan suplemen penambah nafsu makan. Langkah utama yang

harus ditempuh orangtua adalah berupaya agar selera makan anak kembali normal, dan

mencari penyebab anak menjadi susah/tidak mau makan, atau mencari tahu mengapa

berat badan anak sulit naik.

Asumsi peneliti adalah adanya anggapan ibu bahwa jika anak tidak nafsu makan

maka suplemen penambah nafsu makan merupakan salah satu solusinya. Padahal hal

tersebut tidak benar karena tidak ada

Selain itu sebanyak 41 orang (81,9%) menjawab memberikan suplemen kepada

balita setiap hari walau anak sehat. Hal ini sesuai dengan penelitian wuri (2008)

menyatakan bahwa ibu-ibu tetap memberikan suplemen kepada balita setiap hari walau

anak sehat. Hal ini bertentangan dengan pendapat firman bahwa suplemen diberikan jika

anak tidak memperoleh asupan vitamin yang cukup. Misalnya, anak mengalami

gangguan penyerapan zat gizi atau anak picky eater (sempit selera makannya). Jadi, anak

tidak perlu diberi suplemen jika dalam keadaan yang sehat.

Hasil penelitian yang terdapat pada tabel 4.7. menunjukkan sebanyak 24 orang

(53,5%) selama 2 tahun memberikan suplemen pada anaknya secara rutin. Menurut

Pendapat Ali (2007) suplemen tidak boleh diberikan secara terus menerus kepada anak.

Gambar

Tabel 4.1.
Tabel 4.3. Distribusi Karakteristik Responden di Asrama Kowilhan Kelurahan
Tabel 4.4. Distribusi Pengetahuan Responden Tentang Suplemen di Asrama Kowilhan Kelurahan Sidorame Barat I Kecamatan Medan Perjuangan
Tabel 4.5. Kategori Responden Berdasarkan Pengetahuan Tentang suplemen di Asrama Kowilhan Kelurahan Sidorame Barat I Kecamatan Medan Perjuangan Medan Tahun 2010
+3

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Dalam kegiatan pramuka partisipasi ini dapat terwujud dalam perilaku seperti saat mendapat tugas baik dari pembina pramuka maupun sesama anggota dalam satu ambalan, menerima

Figure 2: Footprint detection workflow; (a) rotated panchromatic aerial image, (b) normalized DSM (nDSM), (c) detected line seg- ments using the LSD algorithm, (d) line

(2) Lokasi sebagaimana dimaksud ayat (1) merupakan faktor pendukung pengembangan potensi kelautan dan perikanan di wilayah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, yang

Ketika liabilitas keuangan awal digantikan dengan liabilitas keuangan lain dari pemberi pinjaman yang sama dengan ketentuan yang berbeda secara substansial, atau

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mendapatkan lama perendaman entres terbaik dengan air kelapa terhadap pertumbuhan sambung samping kakao (Theobroma

bahwa demi terarahnya program perencanaan kegiatan Pemerintah Kota Padang Tahun 2014-2019 pengaturan tentang indikator kinerja utama di lingkungan Pemerintah Kota

Supaya gambarnya membentuk lingkaran cd, terlebih dahulu sobat harus bikin objek lingkaran seperti leingkaran cd dengan menggunakan tool oval yang ada di sebelah kiri layar..