• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) PADA MATERI POKOK EKOSISTEM TERHADAP KETERAMPILAN BERPIKIR KREATIF SISWA (Studi Eksperimen Semu pada Siswa Kelas VII SMPN 13 Bandar Lampung Semester Genap T.P 2011/2012)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) PADA MATERI POKOK EKOSISTEM TERHADAP KETERAMPILAN BERPIKIR KREATIF SISWA (Studi Eksperimen Semu pada Siswa Kelas VII SMPN 13 Bandar Lampung Semester Genap T.P 2011/2012)"

Copied!
53
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) PADA MATERI POKOK EKOSISTEM TERHADAP

KETERAMPILAN BERPIKIR KREATIF SISWA

(Studi Eksperimen Semu Pada Siswa Kelas VII SMPN 13 Bandar Lampung Semester Genap T. P 2011/2012)

(Skripsi)

Oleh

SEPTINA WIJAYANTI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(2)

ii ABSTRAK

PENGARUH PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) PADA MATERI POKOK EKOSISTEMTERHADAP KETERAMPILAN

BERPIKIR KREATIF SISWA

(Studi Eksperimen Semu pada Siswa Kelas VII SMPN 13 Bandar Lampung Semester Genap T.P 2011/2012)

Oleh Septina Wijayanti

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan guru biologi yang mengajar di

kelas VII SMPN 13 Bandar Lampung, diketahui bahwa keterampilan berpikir kreatif

siswa belum dikembangkan secara optimal. Hal ini dikarenakan selama ini guru

menggunakan metode/model pembelajaran yang tidak memfasilitasi siswa untuk

mengembangkan keterampilan berpikir kreatif. Salah satu alternatif yang dapat

digunakan untuk meningkatkan keterampilan berpikir kreatif siswa yaitu dengan

model PBL. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penerapan model

Problem Based Learning (PBL) pada materi pokok ekosistem terhadap keterampilan berpikir kreatif siswa.

(3)

iii

dianalisis secara statistik menggunakan uji-t pada taraf kepercayaan 5% melalui

program SPSS 17. Data kualitatif berupa deskripsi keterampilan berpikir kreatif

siswa, dan data aktivitas belajar siswa terhadap penerapan model Problem Based Learning (PBL) yang dianalisis secara deskriptif.

Hasil penelitian ini menunjukkan terjadinya peningkatan keterampilan berpikir kreatif

siswa pada kelas eksperimen dengan rata-rata N-gain 59,45 lebih tinggi dari N-gain kelas kontrol 54,51. Indikator keterampilan berpikir kreatif siswa dengan kriteria

sedang yang dicapai siswa melalui model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) yakni kemampuan menilai atau mengevaluasi (evaluation). Aktivitas siswa yang menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) juga mengalami peningkatan dari pertemuan I ke pertemuan II, dengan rata-rata pada

pertemuan I (78,86) kemudian meningkat pada pertemuan II (83,42), aspek

kemampuan berdiskusi merupakan aktivitas dengan kriteria sangat tinggi yang dicapai

siswa pada kelas yang menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL).

Kesimpulan dari penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran

Problem Based Learning (PBL) dapat meningkatkan keterampilan berpikir kreatif siswa dan meningkatkan aktivitas belajar siswa pada materi pokok ekosistem.

(4)

iv

PENGARUH PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) PADA MATERI POKOK EKOSISTEM TERHADAP

KETERAMPILAN BERPIKIR KREATIF SISWA

(Studi Eksperimen Semu Pada Siswa Kelas VII SMPN 13 Bandar Lampung Semester Genap T. P 2011/2012)

Oleh

SEPTINA WIJAYANTI

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar SARJANA PENDIDIKAN

pada

Jurusan Pendidikan MIPA Program Studi Pendidikan Biologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(5)

v

Judul Skripsi : PENGARUH PENERAPAN MODEL

PROBLEM BASED LEARNING (PBL) PADA MATERI POKOK EKOSISTEM TERHADAP

KETERAMPILAN BERPIKIR KREATIF SISWA SEMESTER GENAP SMP NEGERI 13

BANDAR LAMPUNG TAHUN AJARAN 2011/2012

Nama : Septina Wijayanti

Nomor Pokok Mahasiswa : 0543024042

Program Studi : Pendidikan Biologi

Jurusan : Pendidikan MIPA

Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

MENYETUJUI

1. Komisi Pembimbing

Dr. Tri Jalmo, M.Si RiniRita T. Marpaung S.Pd, M.Pd

NIP 19610910 198603 1 005 NIP 19770715 200801 2 020

2. Ketua Jurusan Pendidikan MIPA

Dr. Caswita, M.Si

(6)

vi

PERNYATAAN SKRIPSI MAHASISWA

Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Septina Wijayanti

Nomor Pokok Mahasiswa : 0543024042

Program Studi : Pendidikan Biologi

Jurusan : Pendidikan MIPA

Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi tidak terdapat karya yang pernah

diajukan memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi dan

sepengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau disebut dalam daftar pustaka diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara

tertulis di acu dalam naskah ini dan.

Bandar Lampung, 04 Oktober 2012 Yang menyatakan

(7)

vii

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : Dr. Tri Jalmo, M.Si _____________

Sekretaris : Rini Rita T. Marpaung, S.Pd, M.Pd _____________

Penguji

Bukan Pembimbing : Drs. Darlen Sikumbang M. Biomed _____________

2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Dr. H. Bujang Rahman, M.Si. NIP 19600315 198503 1 003

(8)

x

RIWAYAT HIDUP

Penulis yang dilahirkan di Kotabumi pada tanggal 10 September ,

merupakan anak pertama dari 7 bersaudara dari pasangan bahagia

Bapak Suwito dan Ibu Paryati.

Penulis mengawali pendidikan formal di SD Negeri 1 Teladan Gapura pada tahun

1993-1999. Tahun 1999 diterima di SLTP Kemala Bhayangkari 1 Kotabumi yang

di selesaikan pada tahun 2002. Tahun 2002 diterima di SMA Madrasah Aliyah

Negeri 1 Kotabumi yang diselesaikan pada tahun 2005 dan pada tahun yang sama

penulis diterima di Universitas Lampung Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Jurusan Pendidikan MIPA Program Studi Pendidikan Biologi.

Pada tahun 2006-2007 penulis terdaftar menjadi anggota UKM Karatedo UNILA

dan pada tahun 2009 penulis melaksanakan Program Pengalaman Lapangan (PPL)

di SMP Negeri 5 Bandar Lampung, dan pada tahun 2012 penulis melakukan

penelitian di SMP Negeri 13 Bandar Lampung guna untuk meraih gelar sarjana

(9)

xi

Dengan menyebut nama Allah yang Maha pengasih lagi Maha penyayang

PERSEMBAHAN

Alhamdulillahi robbil ‘alamin, segala puji untuk Mu ya Rabb atas segala kemudahan, limpahan rahmad dan karunia yang Engkau berikan selama ini. Teriring doa, rasa syukur dan

segala kerendahan hati.

Dengan segala cinta dan kasih sayang kupersembahkan karya sederhana ini untuk orang-orang yang akan selalu berharga dalam hidupku:

Bapakku (Suwito) dan Ibuku (Paryati)

Terimakasih untuk cinta dan kasih sayang yang tiada terhingga untukku... I will always love you ..

Adik – adikku, Adik (Agung) , Adik (Arif) dan Adik (Iqbal)

Terimakasih untuk segala cinta dan dukungan yang kalian berikan untuk mba....

Insan pilihan ALLAH SWT yang menjadi imamku (Hardiyanto SH)

Terimakasih untuk cinta, kasih sayang, kesetiaan yang diberikan pada ku dan terima kasih

telah menjadi penyemangat ku dikala suka dan duka.

Para Pendidikku (Guru-guruku)

Terima kasih atas bimbingan yang diberikan pada ku hingga aku dapat melihat dunia dengan ilmu...

(10)

xii

Motto

Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum

sebelum mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri.

( QS Ar-Ra’d : 11)

Agar dapat membahagiakan seseorang, isilah tangannya dengan kerja,

hatinya dengan kasih sayang, pikirannya dengan tujuan,

ingatannya dengan ilmu yang bermanfaat, dan masa

depannya dengan harapan.

(Frederick E. Crane)

“ Ketika hidup tak lagi memiliki mimpi untuk di wujudkan, manusia

hanyalah mayat hidup. Hidup butuh mimpi, dan mimpi butuh

semangat untuk mewujudkannya “

(11)

xv

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Sintaks model pembelajaran Problem Based Learning (PBL)………. 15

2. Indikator keterampilan berpikir kreatif siswa………... 21

3. Lembar observasi aktivitas siswa ... 33

4. Keterampilan berpikir kreatif siswa………. 37

5. Hasil uji normalitas dan homogenitas nilai rata-rata pretest, posttest, dan N-gain keterampilan berpikir kreatif siswa pada kelas

eksperimen dan kontrol... 39

6. Hasil uji persamaan dan perbedaan dua rata-rata nilai pretest, posttest, dan N-gain keterampilan berpikir kreatif siswa pada kelas

eksperimen dan kontrol ………... 40

7. Hasil analisis rata-rata N-gain setiap indikator keterampilan berpikir

kreatif siswa pada kelas eksperimen dan kontrol ………... 41

8. Data peningkatan keterampilan berpikir kreatif siswa pada kelas

eksperimen dan kontrol ………. 42

(12)

xvi

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat………...… 10

2. Desain pretest posttest non-equivalen………..……... 27

3. Grafik persentase aktivitas belajar siswa kelas eksperimen dan

kelas kontrol………... 44

4. Grafik persentase peningkatan keterampilan berpikir kreatif siswa... 49

5. Contoh jawaban siswa untuk indikator berpikir lancar (kelas eksperimen) 52

6. Contoh jawaban siswa untuk indikator berpikir lancar (kelas kontrol)…. 52

7. Contoh jawaban siswa untuk indikator berpikir luwes dan kemampuan menilai atau mengevaluasi (kelas eksperimen) ... 54

8. Contoh jawaban siswa untuk indikator berpikir luwes dan kemampuan menilai atau mengevaluasi (kelas kontrol) ... 54

9. Contoh jawaban siswa untuk indikator berpikir orisinal (kelas

eksperimen) ... .... 57

10. Contoh jawaban siswa untuk indikator berpikir orisinal (kelas kontrol).. 57

11. Contoh jawaban siswa untuk indikator berpikir merinci (kelas

eksperimen) ... 59

12. Contoh jawaban siswa untuk indikator berpikir merinci (kelas kontrol) . 59

(13)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Undang-undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003 tentang sistem

pendidikan nasional pasal 1 menyebutkan bahwa, Pendidikan adalah usaha

sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses

pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya

untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,

kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,

masyarakat, bangsa dan negara.

Berdasarkan undang-undang tersebut pendidikan merupakan usaha sadar dan

terencana. Artinya proses pendidikan di sekolah merupakan proses yang

terencana dan mempunyai tujuan sehingga segala sesuatu yang dilakukan

guru dan siswa diarahkan pada pencapaian tujuan pembelajaran. Proses

pendidikan yang terencana itu diarahkan untuk mewujudkan suasana belajar

yang kondusif serta proses belajar yang menyenangkan. Dengan demikian,

dalam pendidikan antara proses dan hasil belajar harus berjalan secara

seimbang. Suasana belajar dan pembelajaran itu diarahkan agar peserta didik

dapat mengembangkan potensi dirinya, sehingga pendidikan itu harus

berorientasi pada siswa (student active learning). Sedangkan tugas pendidik

(14)

Pelajaran Biologi sebagai salah satu bidang IPA menyediakan berbagai

pengalaman belajar untuk memahami konsep dan proses sains. Salah satu

tujuan dari mata pelajaran Biologi agar peserta didik memiliki kemampuan

mengembangkan kemampuan berpikir analitis, induktif, dan deduktif dengan

menggunakan konsep dan prinsip Biologi. Dengan demikian siswa akan

membudayakan berpikir ilmiah secara kritis, kreatif, dan mandiri (BSNP,

2006:iv).

Berpikir kreatif berkaitan erat dengan kualitas hidup seseorang. Seseorang

akan memiliki kemampuan untuk melihat hidup sebagai pendidikan yang

berproses dan akan terus-menerus belajar untuk meningkatkan kualitas

hidupnya. Kemampuan berpikir kreatif dapat dikembangkan dalam pelajaran

IPA, termasuk Biologi. Menurut Jarvis (dalam Fauziah, 2011:99), siswa harus

diperkenalkan dengan IPA sebagai mata pelajaran yang menarik karena bisa

membantu memahami dunia dan diri sendiri. Oleh sebab itu, penting bagi

siswa mengembangkan kemampuan berpikir kreatifnya sehingga terjadi

transformasi pembelajaran IPA yaitu dari belajar dengan menghafal menjadi

belajar berpikir (Suastra dalam Fauziah, 2011:99). Pembelajaran IPA harus

bisa meningkatkan daya imajinasi, kreasi, dan logis dalam berpikir. Guru

memegang peranan penting dalam mengembangkan kemampuan berpikir

kreatif siswa di sekolah (Sanjaya dalam Fauziah, 2011:99).

Oleh karena itu, keterampilan berpikir kreatif merupakan salah satu tuntutan

yang perlu dilatih dan dikembangkan dalam proses pembelajaran. Menurut

(15)

kreatif) ialah memberikan macam-macam kemungkinan jawaban berdasarkan

informasi yang diberikan dengan penekanan pada keragaman jumlah dan

kesesuaian” .“Proses berpikir kreatif merupakan suatu proses yang

mengkombinasikan berpikir logis dan berpikir divergen. Berpikir divergen

digunakan untuk mencari ide-ide untuk menyelesaikan masalah sedangkan

berpikir logis digunakan untuk memverifikasi ide-ide tersebut menjadi sebuah

penyelesaian yang kreatif”.

Proses berpikir kreatif dimaksudkan untuk menemukan hal-hal baru menuju

lahirnya inovasi. Berpikir kreatif dilandasi oleh dorongan keingintahuan serta

daya imajinasi tinggi, yang terintegrasi pada kebutuhan untuk memecahkan

masalah. Dengan demikian, lahirnya kreativitas perlu didukung oleh suasana

yang kondusif, seperti adanya kebebasan berpendapat, transparansi, memiliki

wawasan pengetahuan yang luas, keberanian mengutarakan gagasan, serta

keberanian menanggung resiko atas inisiatifnya itu. Berpikir kreatif tidak

dapat diukur secara nyata, karena berpikir kreatif memiliki bidang kajian

yang luas dan kompleks. Kreativitas adalah suatu kondisi, sikap atau keadaan

yang sangat khusus sifatnya dan hampir tidak mungkin dirumuskan secara

tuntas (Monalisa 2007: 5).

Hasil observasi dan diskusi dengan guru Biologi yang mengajar di kelas VII

SMP N 13 Bandar Lampung, diketahui bahwa pengusaan beberapa materi

biologi siswa kurang optimal, salah satunya yaitu materi ekosistem. Dari hasil

observasi yang dilakukan, nilai siswa cukup rendah yaitu, nilai rata-rata

(16)

baru mencapai 55. Hasil tersebut masih rendah jika dibandingkan dengan

standar ketuntasan belajar minimal di sekolah tersebut yaitu ≥ 65.

Berdasarkan hasil wawancara dengan guru biologi di SMPN 13 Bandar

Lampung, model pembelajaran ini belum pernah diterapkan dalam proses

pembelajaran. Selama ini guru menggunakan metode ceramah, diskusi,

latihan soal, dan terkadang diselingi kegiatan praktikum. Metode-metode

seperti ini diduga kurang memfasilitasi siswa untuk mengembangkan

kemampuan siswa untuk memecahkan masalah secara luas dan kreatif.

Metode ceramah menyebabkan siswa hanya diam mendengarkan penjelasan

guru, diskusi tidak efektif karena hanya bersifat informatif saja, latihan soal

tidak optimal karena siswa hanya mengerjakan soal-soal latihan di buku

biologi yang tersedia di perpustakaan sekolah dengan cara memindahkan

jawaban yang sudah tersedia di buku tersebut, sedangkan praktikum

umumnya bersifat pengujian teoritis dasar saja. kurangnya perhatian guru

terhadap siswa mengakibatkan hanya sebagian siswa saja yang aktif

memperhatikan penjelasan dari guru, sedangkan lainya cenderung pasif serta

melakukan tindakan yang tidak relevan dengan kegiatan pembelajaran seperti

mengobrol, bercanda atau melakukan aktivitas lain. Oleh karena itu, cara

keterampilan berpikir kreatif siswa sangat minim.

Untuk itu diperlukan perubahan dalam metode, model maupun media

pembelajaran di sekolah. Adanya perubahan kurikulum, guru harus mampu

merancang pembelajaran yang mampu memotivasi peserta didik untuk lebih

(17)

sekarang ini, dalam proses pembelajaran guru berperan sebagai fasilitator

sedangkan yang lebih aktif adalah peserta didik. Hal yang harus dilakukan

seorang guru antara lain dengan menerapkan model pembelajaran yang sesuai

dan berusaha menambah pengetahuan tentang materi biologi itu sendiri. Maka

diperlukan suatu inovasi penggunaan model pembelajaran yang sesuai. Salah

satu model pembelajaran yang dapat dijadikan sebagai alternative adalah

model pembelajaran berbasis masalah PBL. Rusman (2011:237-242)

menjelaskan bahwa pembelajaran PBL merupakan suatu pembelajaran yang

menuntut aktivitas mental siswa untuk memahami suatu konsep pembelajaran

melalui situasi dan masalah yang disajikan pada awal pembelajaran. Masalah

yang dikemukakan kepada siswa bertujuan untuk membangkitkan pemahaman

siswa terhadap masalah, sebuah kesadaran akan adanya kesenjangan,

keinginan memecahkan masalah, dan adanya persepsi bahwa mereka mampu

memecahkan masalah tersebut.

Penggunaan masalah dalam pembelajaran sangat bermanfaat bagi siswa dalam

memecahkan masalah di dunia nyata. Masalah yang dipecahkan adalah

permasalahan atau persoalan otentik. Masalah otentik banyak didefinisikan

sebagai ill-structured problem ialah persoalan yang tidak hanya mempunyai

satu macam solusi, persoalan yang melibatkan berbagai disiplin ilmu/kajian,

dan berupa persoalan yang memancing pemikiran untuk menemukan alternatif

terhadap suatu masalah. Dengan bidang ilmu itulah yang menjadi ciri belajar :

kemampuan untuk berpikir secara kreatif dalam bidang ilmunya, kemampuan

untuk berkolaborasi, berdiskusi dan berargumentasi dengan teman tentang isu

(18)

melakukan diagnosis terhadap isu tersebut. Kelebihan PBL menurut (Pannen,

dkk, 2005:65) yaitu keterampilan dan pengetahuan, pengembangan sikap dan

jenjang pencapaian pembelajaran dapat ditingkatkan.

Berdasarkan uraian di atas, dapat dikatakan bahwa model PBL merupakan

model pembelajaran yang dapat digunakan oleh guru untuk meningkatkan

keterampilan berpikir kreatif siswa dengan harapan siswa mampu menerapkan

materi yang telah diberikan guru dalam menghadapi permasalahan

dikehidupan nyata.

Penerapan pembelajaran PBL diperkuat dengan adanya penelitian terdahulu

tentang masalah yang serupa yaitu penelitian yang dilakukan oleh Marpaung

(2005:108) menemukan bahwa siswa memberikan respon positif sebesar

80,52 % terhadap penggunan lembar kegiatan pembelajaran berbasis masalah

(LKPBM) sebagai asesment alternatif untuk meningkatkan kemampuan

berpikir kritis dan hasil belajar biologi siswa. Hal ini juga didukung oleh hasil

penelitian Maulina (2010:40) pada mata pelajaran biologi materi pokok jamur.

Dari hasil penelitian tersebut disimpulkan bahwa penggunaan model

pembelajaran berbasis masalah dapat meningkatkan hasil belajar biologi siswa

kelas X semester ganjil SMA AL-Kautsar Bandar Lampung Tahun Pelajaran

2009/2010. Dan salah satu penelitian yang menguji efektivitas kemampuan

berpikir kreatif siswa adalah penelitian Pande (2006:44) dengan menggunakan

model pembelajaran pengajuan masalah (Problem Posing) dapat

meningkatkan kemampuan berpikir kreatif dan hasil belajar siswa dari siklus

(19)

Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk mengadakan

penelitian dengan judul “ Pengaruh Penerapan Model PBL Pada materi pokok

Ekosistem Terhadap Keterampilan Berpikir Kreatif Siswa Kelas VII SMPN

13 Bandar Lampung Tahun Ajaran 2011-2012 “.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah:

1. Apakah penerapan model PBL dapat meningkatkan keterampilan berpikir

kreatif siswa?

2. Apakah penerapan model PBL dapat meningkatkan aktivitas siswa?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah, maka penelitian ini

bertujuan untuk:

1. Mengetahui pengaruh peningkatan PBL terhadap keterampilan berpikir

kreatif siswa.

2. Mengetahui pengaruh peningkatan aktivitas siswa selama pembelajaran

dengan modelPBL.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi yang nyata bagi

pendidikan, khususnya bagi:

1. Bagi peneliti, dapat memberikan wawasan, pengalaman, dan bekal

berharga bagi peneliti sebagai calon guru biologi yang profesional,

(20)

masalah PBL.

2. Bagi guru, dapat memberikan informasi mengenai pembelajaran berbasis

masalah PBL sehingga dapat dijadikan alternatif dalam memilih model

pembelajaran yang tepat untuk megembangkan keterampilan berpikir

kreatif siswa.

3. Bagi siswa, dapat memberikan pengalaman belajar yang berbeda sehingga

diharapkan mampu melatih, mengasah, serta mengembangkan kemampuan

siswa dalam memecahkan masalah.

4. Sekolah, yaitu sebagai masukan dalam meningkatkan mutu proses dan

hasil belajar dalam mata pelajaran biologi.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Untuk menghindari kesalahan dalam penafsiran, maka ruang lingkup

penelitian ini adalah:

1. Pembelajaran berbasis masalah (PBL)yang dimaksud dalam penelitian ini

adalah model pembelajaran yang menggunakan “masalah” yang nyata

dalam menyajikan materi pelajaran sehingga siswa dapat menggunakan

dan mengembangkan berbagai keterampilan yang dimilikinya untuk

memecahkan masalah tersebut. Langkah-langkah dalam model PBL

adalah orientasi siswa pada masalah, mengorganisasi siswa untuk belajar,

membimbing penyelidikan individu maupun kelompok, mengembangkan

dan menyajikan hasil karya, dan menganalisis dan mengevaluasi proses

pemecahan masalah.

2. Keterampilan berpikir kreatif, yaitu keterampilan individu dalam

(21)

konstruktif dan baik, berdasarkan konsep-konsep yang rasional, persepsi

dan intuisi individu.

3. Penelitian ini dilakukan pada siswa kelas VII semester genap SMPN 13

Bandar Lampung.

4. Materi pokok pada penelitian ini adalah ekosistem terdapat pada KD 7.1

menentukan ekosistem dan saling hubungan antar komponen ekosistem

Biologi SMP Kelas VII.

F. Kerangka Pemikiran

Keterampilan berpikir kreatif sangat penting dimiliki oleh siswa SMP.

Namun, fakta di SMP Negeri 13 Bandar Lampung menunjukkan bahwa

keterampilan berpikir kreatif oleh siswa masih tergolong rendah.

Kemungkinan hal ini terjadi karena selama ini guru menggunakan metode atau

model pembelajaran yang kurang menggali kemampuan tersebut. Oleh karena

itu, diperlukan suatu model pembelajaran yang dapat memfasilitasi siswa

dalam mengembangkan kemampuan berpikirnya.

Salah satu model yang diduga dapat mengembangkan keterampilan ini adalah

PBL. Salah satu karakteristik model pembelajaran ini adalah penyajian

masalah terbuka sebagai stimulus belajar. Guru berpeluang untuk membantu

siswa dalam memahami dan mengelaborasi ide-ide kreatif siswa untuk

berpikir lancar (fluency), berpikir luwes (fleksibility), berpikir orisinil

(originality), kemampuan merinci (elaboration), dan kemampuan menilai atau

(22)

memahami suatu topik dan keterkaitannya dengan topik lain, baik dalam

pelajaran biologi maupun dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini tentu akan

melatih keterampilan berpikir kreatif oleh siswa. Dengan demikian

diharapkan keterampilan berpikir kreatif oleh siswa akan meningkat.

Penelitian ini mengenai pengaruh penerapan PBL terhadap keterampilan

berpikir kreatif oleh siswa. Variabel bebas (X) pada penelitian ini adalah

model PBL, sedangkan variabel terikatnya (Y) adalah keterampilan berpikir

kreatif oleh siswa. Hubungan antara kedua variabel tersebut digambarkan

dalam diagram berikut:

Gambar 1. Hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat. Keterangan:X = Model PBL

Y = Keterampilan berpikir kreatif siswa

G. Hipotesis Penelitian

Hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. H0 = Penerapan model PBL tidak dapat meningkatkan keterampilan

berpikir kreatif siswa kelas VII SMPN 13 Bandar Lampung pada

materi pokok Ekosistem.

H1 = Penerapan model PBL dapat meningkatkan keterampilan berpikir

kreatif siswa kelas VII SMPN 13 Bandar Lampung pada materi

pokok Ekosistem.

(23)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Model Problem Based Learning (PBL)

Model PBL dikembangkan oleh Barrows sejak tahun 1970-an. “Model PBL

berfokus pada penyajian suatu pemecahan masalah (nyata/stimulasi) pada

siswa. Kemudian siswa diminta mencari pemecahan melalui serangkaian

percobaan yang berdasarkan teori, konsep dari suatu bidang ilmu (Pannen,

dkk. 2005:85)”

Model PBL adalah suatu model yang menggunakan masalah dunia nyata

sebagai suatu konteks untuk belajar tentang cara berpikir kritis dan

keterampilan pemecahan masalah serta untuk memperoleh pengetahuan dan

konsep yang esensial dari materi pelajaran. Model PBL menuntut

kemampuan untuk melihat sebab akibat, mengobservasi masalah, mencari

hubungan antara berbagai data yang terkumpul kemudian menarik

kesimpulan yang merupakan hasil pemecahan masalah (Sriyono, 1991:118).

Model PBL merupakan salah satu bentuk model pembelajaran yang berbasis

pada paradigma kontruktivisme serta berfokus pada penyajian masalah,

berfokus pada siswa dan berorientasi pada proses belajar siswa. Oleh karena

itu, pemecahan masalah yang dapat menumbuhkan proses belajar siswa

(24)

Permasalahan menjadi fokus stimulus, dan pemandu proses belajar,

sementara guru menjadi fasilitator dan dan pembimbing. Untuk dapat

memecahkan masalah, siswa mencari informasi, memperkaya wawasan dan

keterampilannya melalui berbagai upaya aktif dan mandiri, sehingga proses

belajar individu terjadi secara

langsung (Supriyadi, 2010:13-14).

Dari beberapa uraian di atas tentang model PBL, dapat dipahami bahwa

model PBL adalah model pembelajaran yang menggunakan “masalah” yang

nyata dalam menyajikan materi pelajaran agar siswa dapat menggunakan dan

mengembangkan berbagai keterampilan yang dimilikinya untuk memecahkan

masalah tersebut. Dengan demikian proses pembelajaran menjadi bermakna

dan siswa dapat menerapkan apa yang yang ia pelajari di sekolah untuk

memecahkan masalah yang ia temui di kehidupan nyata.

Dalam model PBL, fokus pembelajaran pada masalah sehingga siswa tidak

hanya mempelajari konsep-konsep yang berhubungan dengan masalah, tetapi

juga metode ilmiah untuk memecahkan masalah tersebut. Menurut Sanjaya

(2007:214), masalah dalam model PBL adalah yang bersifat terbuka. Artinya

jawaban dari masalah tersebut belum pasti. Setiap siswa, bahkan guru, dapat

mengembangkan kemungkinan jawaban. Dengan demikian, model

pembelajaran berbasis masalah memberikan kesempatan pada siswa untuk

bereksplorasi, mengumpulkan dan menganalisis data secara lengkap untuk

memecahkan masalah yang dihadapi. Ada beberapa kriteria pemilihan materi

(25)

1. Materi pelajaran harus mengandung isu-isu yang berisikan konflik yang biasa bersumber dari berita, rekaman video, gambar, dan yang lainnya.

2. Materi yang dipilih adalah materi yang bersifat familiar dengan siswa, sehingga setiap siswa dapat mengikutinya dengan baik.

3. Materi yang dipilih merupakan bahan yang berhubungan dengan kepentingan orang banyak, sehingga terasa manfaatnya.

4. Materi yang dipilih merupakan materi yang mendukung tujuan atau kompetensi yang harus dimiliki oleh siswa sesuai dengan kurikulum yang berlaku.

5. Materi yang dipilih sesuai dengan minat siswa sehingga setiap siswa merasa perlu mempelajarinya (Sanjaya, 2007:214).

Dalam model PBL situasi atau masalah menjadi titik tolak pembelajaran

untuk memahami konsep, prinsip dan mengembangkan keterampilan dalam

memecahkan masalah. Menurut Arends (dalam Riyanto, 2001: 287)

mengidentifikasi adanya karakteristik model PBL yakni:

1) Pengajuan masalah

Langkah awal dari Pembelajaran Berbasis Masalah adalah mengajukan masalah yang diajukan menghindari jawaban yang sederhana tetapi memungkinkan adanya berbagai macam solusi untuk menyelesaikan masalah itu.

2) Keterkaitan antar disiplin ilmu

Walaupun Pembelajaran Berbasis Masalah ditujukan pada suatu ilmu bidang tertentu tetapi dalam pemecahan masalah-masalah aktual, peserta didik dapat menyelidiki dari berbagai ilmu.

3) Menyelidiki masalah autentik

Peserta didik diharuskan melakukan penyelidikan autentik untuk menyelesaikan masalah meliputi: menganalisis dan mendefinisikan masalah, mengembangkan hipotesis, dan meramalkan, melaksanakan eksperimen (jika diperlukan), membuat inferensi (acuan) dan

menyimpulkan.

4) Memamerkan hasil kerja

Model ini membelajarkan peserta didik untuk menyusun dan memamerkan hasil kerja sesuai kemampuannya.

5) Kolaborasi

Kerjasama dalam menyelesaikan tugas-tugas dan meningkatkan temuan dan dialog pengembangan keterampilan berfikir dan keterampilan sosial.

Model PBL mengorganisasikan masalah nyata yang penting secara sosial dan

(26)

kehidupan nyata yang tidak dapat diberi jawaban-jawaban sederhana hal ini

mendorong mereka untuk berpikir lebih mendalam untuk memecahkan

masalah yang dihadapi serta memiliki tujuan yang cukup jelas, selain

mengembangkan kemampuan berpikir dan kemampuan memecahkan

masalah, siswa juga belajar peranan orang dewasa, yaitu belajar untuk

mengambil keputusan sendiri dalam menghadapi masalah dan belajar

menghargai pendapat orang lain. Selain itu, siswa juga menjadi pembelajar

yang mandiri dan tidak harus bergantung pada orang lain seperti halnya

bergantung pada guru (Ibrahim dan Nur dalam Jannati, 2006:13).

Model PBL mempunyai berbagai potensi manfaat yaitu;

1) Menjadi lebih ingat dan meningkat pemahamannya atas materi ajar,

Dengan konteks yang dekat dan sekaligus melakukan deep lerning (karena

banyak mengajukan pertanyaan) bukan hanya surface larning (sekedar

menghafal saja), maka peserta didik akan lebih memahami materi.

2) Meningkatkan fokus pada pengetahuan yang relevan.

3) Mendorong untuk berpikir, Dengan adanya proses yang mendorong

peserta didik untuk mempertanyakan, kritis, reflektif .

4) Membangun kerja tim, kepemimpinan, dan keterampilan social.

5) Membangun kecakapan belajar.

6) Memotivasi peserta didik, pembelajaran berbasis masalah mempunyai

peluang untuk membangkitkan minat dari dalam diri peserta didik. Dengan

adanya masalah yang menantang peserta didik merasa bergairah untuk

(27)

Sintaks model PBL dikembangkan bervariasi : (Arends dalam Marpaung,

2005:16) menguraikan ada 5 tahapan model PBL yang diawali dengan guru

memperkenalkan siswa dengan masalah otentik dan diakhiri dengan penyajian

dan analisis hasil kerja siswa. Perilaku guru setiap tahapan diringkas dalam

tabel 1.

Tabel 1. Sintaks model PBL

no Tahapan Kegiatan Guru Kegiatan Siswa 1. Tahapan 1

Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang menyiapkan karya yang sesuai seperti: laporan, video, dan model serta membantu mereka untuk berbagi tugas dengan temannya.

Siswa

mempersentasikan hasil kerja siswa di depan kelas dan

Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses-proses yang mereka gunakan.

Empat hal penting pada proses ini, yaitu:

(1) tujuan utama pembelajaran ini tidak untuk mempelajari sejumlah besar

informasi baru, tetapi lebih kepada belajar bagaimana menyelidiki

(28)

(2) permasalahan dan pertanyaan yang diselidiki tidak mempunyai jawaban

mutlak “benar”, sebuah masalah yang rumit atau kompleks mempunyai

banyak penyelesaian dan seringkali bertentangan.

(3) selama tahap penyelidikan (dalam pengajaran ini), siswa didorong untuk

mengajukan pertanyaan dan mencari informasi, guru akan bertindak

sebagai pembimbing yang siap membantu, tetapi siswa harus berusaha

untuk bekerja mandiri atau dengan temannya.

(4) selama tahap analisis dan penjelasan, siswa akan didorong untuk

menyatakan ide-idenya secara terbuka dan penuh kebebasan, tidak ada ide

yang akan ditertawakan oleh guru atau teman sekelas, semua siswa diberi

peluang untuk menyumbang kepada penyelidikan dan menyampaikan

ide-ide mereka.

Dengan menerapkan model PBL dapat membantu siswa menjadi pembelajar

yang mandiri dan otonom. Bimbingan guru yang berulang-ulang mendorong

dan mengarahkan siswa untuk mengajukan pertanyaan-pertanyaan, mencari

penyelesaian terhadap masalah nyata oleh mereka sendiri. Menurut (John

Dewey dalam Trianto, 2007:31), metode reflektif di dalam memecahkan

masalah adalah suatu proses berpikir aktif, hati-hati, yang dilandasi proses

berpikir ke arah kesimpulan-kesimpulan yang definitif melalui lima langkah,

sebagai berikut:

1. Siswa mengenali masalah, masalah itu datang dari luar siswa itu sendiri. 2. Selanjutnya siswa akan menyelidiki dan menganalisis kesulitannya dan menentukan masalah yang dihadapinya.

(29)

4. Kemudian siswa menimbang kemungkinan jawaban atau hipotesis dengan akibatnya masing-masing.

5. Selanjutnya siswa mencoba mempraktikan salah satu kemungkinan

pemecahan yang dipandangnya terbaik. Jika pemecahan masalah tersebut kurang tepat, maka siswa akan mencoba kemungkinan lain sampai menemukan pemecahan yang tepat.

Dengan menerapkan model PBL dapat membantu siswa menjadi pembelajar

yang mandiri dan otonom. Bimbingan guru yang berulang-ulang mendorong

dan mengarahkan siswa untuk mengajukan pertanyaan-pertanyaan, mencari

penyelesaian terhadap masalah nyata oleh mereka sendiri. Menurut Riyanto

(2001: 286) keunggulan model PBL adalah:

1. Peserta didik dapat belajar, mengingat, menerapkan, dan melanjutkan

proses belajar secara mandiri. Prinsip-prinsip “membelajarkan” seperti ini

tidak bisa dilayani melalui pembelajaran tradisional yang banyak

menekankan pada kemampuan menghafal.

2. Peserta didik diperlakukan sebagai pribadi yang dewasa. Perlakuan ini

memberikan kebebasan kepada peserta didik untuk mengimplementasikan

pengetahuan atau pengalaman yang dimiliki untuk memecahkan masalah.

Adapun kelemahan-kelemahan dalam model PBL diantaranya adalah:

a) Manakala siswa tidak memiliki minat atau tidak mempunyai kepercayaan

bahwa masalah yang dipelajari sulit untuk dipecahkan, maka mereka akan

merasa enggan untuk mencoba.

b) Keberhasilan model PBL membutuhkan cukup waktu untuk persiapan.

c) Pemahaman mengapa mereka berusaha untuk memecahkan masalah yang

sedang dipelajari, maka mereka tidak akan belajar apa yang mereka ingin

(30)

2. Keterampilan Berpikir kreatif

Keterampilan berpikir kreatif, yaitu keterampilan individu dalam

menggunakan proses berpikirnya untuk menghasilkan suatu ide yang baru,

konstruktif dan baik, berdasarkan konsep-konsep yang rasional, dan intuisi

individu, (Suprapto dalam Darmiyati, 2006:127). Dalam hal ini, kita dapat

mengembangkan kapasitas untuk mengenal prinsip-prinsip baru, menyatukan

fenomena-fenomena yang berbeda-beda, dan menyederhanakan situasi yang

kompleks. Inilah hakikat berpikir kreatif dan produktif yang memungkinkan

seseorang dapat memecahkan masalah.

Berpikir kreatif atau berpikir divergen adalah kemampuan berdasarkan data

atau informasi yang tersedia sehingga menemukan banyak kemungkinan

jawaban terhadap suatu masalah, dimana penekanannya adalah pada kuantitas,

ketepatgunaan, dan keragaman jawaban. Semakin banyak kemungkinan

jawaban yang dapat diberikan terhadap suatu masalah, maka semakin

kreatiflah seseorang. Tentu saja jawaban-jawaban tersebut harus sesuai

dengan masalahnya. Jadi, tidak semata-mata kuantitas namun juga kualitas

jawaban (Munandar, 1985:48).

Keterampilan berpikir kreatif adalah kemampuan menciptakan gagasan,

mengenal kemungkinan alternative, melihat kombinasi yang tidak diduga,

memiliki keberanian untuk mencoba sesuatu yang tidak lazim, dan sebagainya

(Cropley, 1994 dalam Munandar, 2004:9). Ciri-ciri berpikir kreatif meliputi

kelancaran, kelenturan (fleksibilitas), dan orisinalitas dalam berpikir (Guilford,

(31)

Pola berpikir kreatif membutuhkan imajinasi dan akan membawa kepada

kemungkinan jawaban atau ide-ide yang banyak, sejumlah ide-ide yang

banyak itu selanjutnya dianalisis untuk mendapatkan satu atau beberapa yang

mungkin dapat diimplementasikan. Pola berpikir kreatif bersifat divergen,

diawali dari suatu uraian permasalahan kemudian menyebar untuk

menghasilkan berbagai macam ide untuk pemecahan permasalahan tersebut

atau menyediakan berbagai kemungkinan jawaban untuk masalah itu. Dalam

kenyataannya, pola berpikir kreatif menghasilkan ide-ide dalam jumlah banyak

yang selanjutnya dapat dipilih jawaban yang paling tepat (Rawlinson, 1989:4).

Sikap kreatif siswa perlu adanya pengembangan dan peningkatan. Ada empat

aspek yang diperlukan dalam upaya pengembangan kreativitas siswa yaitu:

pribadi, pendorong, proses dan produk (Munandar, 1999 dalam Anton,

2007:11-12). Pribadi, kreatif adalah ungkapan (ekspresi) dari keunikan

individu dalam interaksi dengan lingkungannya, sehingga timbul ide-ide baru

dan produk-produk yang inovatif, sebagai etika seorang pendidik harus

menghargai keunikan pribadi dan bakat-bakat siswa. Pendorong(press/gaya),

bakat kreatif siswa akan terwujud jika ada dorongan dan dukungan dari

lingkungan ataupun jika ada dorongan kuat dalam dirinya sendiri (internal

motivation) untuk menghasilkan sesuatu. Proses, untuk mengembangkan

kreatif anak perlu diberi kesempatan untuk bersibuk diri secara kreatif, dalam

hal ini yang penting adalah memberi kebebasan kepada anak untuk

mengekpresikan dirinya secara kreatif. Produk, kondisi seseorang

(32)

kondisi lingkungannya, yaitu sejauh mana keduanya mendorong seseorang

untuk melibatkan dirinya dalam proses.

Ada beberapa tingkatan atau stages menurut Walgito (2010:208-209) sampai

seseorang memperoleh sesuatu hal yang baru atau pemecahan masalah dalam

berpikir kreatif. Tingkatan-tingkatan tersebut adalah:

1. Persiapan (preparation); tingkatan seseorang memformulasikan masalah

dan mengumpulkan fakta-fakta atau materi yang dipandang berguna dalam

memperoleh pemecahan yang baru. Ada kemungkinan apa yang

dipikirkan itu tidak segera memperoleh pemecahannya, tetapi soal itu tidak

hilang begitu saja, tetapi masih terus berlangsung dalam diri individu yang

bersangkutan. Hal ini menyangkut fase atau tingkatan kedua yaitu fase

inkubasi.

2. Tingkat inkubasi (incubation); berlangsungnya masalah tersebut dalam

jiwa seseorang karena individu tidak segera memperoleh pemecahan

masalah.

3. Tingkat pemecahan atau iluminasi (illumination); tingkat mendapatkan

pemecahan masalah, orang mengalami “Aha”, secara tiba-tiba

memperoleh pemecahan tersebut.

4. Tingkat evaluasi (evaluation); mengecek apakah pemecahan yang

diperoleh pada tingkat iluminasi itu cocok atau tidak. Apabila tidak cocok

lalu meningkat pada tingkat berikutnya.

5. Tingkat revisi (revision); mengadakan revisi terhadap pemecahan yang

(33)

Ciri-ciri kemampuan berpikir kreatif (aptitude) meliputi berpikir lancar,

luwes, orisinal, kemampuan memperinci dan menilai. Dalam tabel berikut

diuraikan ciri-ciri berpikir kreatif dengan memberikan perumusan (definisi)

yang menjelaskan konsepnya, serta contoh perilaku siswa yang mencerminkan

ciri-ciri tersebut sebagai tuntunan bagi para pendidik (William, 1977 dalam

Munandar, 1985:88-90).

Tabel 2. Indikator berpikir kreatif menurut (William 1977, dalam Munandar, 1985:88-90).

No. Berpikir Kreatif Indikator Definisi Perilaku Siswa

1.

Berpikir lancar

(fluency)  Mencetuskan banyak gagasan, jawaban, penyelesaian masalah atau pertanyaan.

 Memberikan banyak cara atau saran untuk melakukan berbagai hal.

 Selalu memikirkan lebih dari satu jawaban.

 Mengajukan banyak pertanyaan.

 Menjawab dengan sejumlah jawaban jika ada  Bekerja lebih cepat dan

melakukan lebih banyak daripada anak-anak lain.  Dapat dengan cepat melihat

kesalahan atau kekurangan pada suatu obyek atau situasi.

2.

Berpikir luwes

(flexibility)  Menghasilkan gagasan, jawaban, atau pertanyaan yang bervariasi.

 Dapat melihat suatu masalah dari sudut pandang yang berbeda-beda.  Mencari banyak alternatif

atau arah yang berbeda-beda.

 Mampu mengubah cara pendekatan atau cara pemikiran.

 Memberikan aneka ragam penggunaan yang tidak lazim terhadap suatu obyek.  Memberikan

macam-macam penafsiran

(interpretasi) terhadap suatu gambar, cerita, atau masalah.

 Menerapkan suatu konsep atau asas dengan cara yang berbeda-beda.

(34)

dari mayoritas kelompok.  Jika diberikan suatu

masalah biasanya

 Mampu mengubah arah berpikir secara spontan. 3. Berpikir orisinal

(originality)  Mampu melahirkan ungkapan yang baru dan unik.

 Memikirkan cara yang tidak lazim untuk masalah atau hal-hal yang tidak pernah terpikirkan oleh orang lain.

 Mempertanyakan cara-cara yang lama dan berusaha memikirkan cara-cara yang baru.

 Memilih asimetri dalam menggambar atau membuat desain.

 Memiliki cara berpikir yang lain dari yang lain.

 Setelah membaca atau mendengar gagasan-gagasan, bekerja untuk menemukan penyelesaian yang baru.

 Lebih senang mensintesis daripada menganalisa situasi.

4. Kemampuan memerinci (elaboration)

 Mampu memperkaya dan mengembangkan suatu gagasan atau produk.  Menambahkan detil-detil

dari suatu obyek, gagasan, atau situasi sehingga menjadi lebih menarik.

 Mencari arti yang lebih mendalam terhadap

 Mencoba atau menguji detil-detil untuk melihat arah yang akan ditempuh.  Mempunyai rasa keindahan

yang kuat sehingga tidak puas dengan penampilan

(35)

mengevaluasi

(evaluation) menentukan apakah suatu pertanyaan benar, suatu rencana sehat, atau suatu tindakan bijaksana.  Mampu mengambil

keputusan terhadap situasi yang terbuka.

 Tidak hanya mencetuskan gagasan, tetapi juga melaksanakannya.

sendiri.

 Menentukan pendapat sendiri mengenai suatu hal.  Menganalisis masalah atau

penyelesaian secara kritis dengan selalu menanyakan “Mengapa?”.

 Mempunyai alasan yang dapat

dipertanggungjawabkan untuk mencapai suatu keputusan.

 Merancang suatu rencana kerja dari gagasan-gagasan yang tercetus.

 Pada waktu tertentu tidak menghasilkan gagasan-gagasan tetapi menjadi peneliti atau penilai yang kritis.

 Menentukan pendapat atau bertahan terhadapnya.

Pencapaian keberhasilan pendidikan yang mengembangkan kemampuan

berpikir kreatif ditopang oleh tiga komponen yang bersinergi, yaitu keluarga,

sekolah, dan masyarakat. Guru memegang peranan yang penting dalam

memunculkan, memupuk, dan merangsang pertumbuhan kemampuan berpikir

kreatif siswa. Menurut (Ariwibowo, 2007) kemampuan ini bertujuan untuk:

 Memahamkan konsep terhadap suatu nilai, konsep atau masalah tertentu.

 Mampu menerapkan konsep / memecahkan masalah.

 Mampu mengkreasikan sesuatu berdasarkan pemahaman tersebut.

Pengembangan keterampilan berpikir kreatif merupakan level berpikir kelas

tinggi. Hal ini harus tercermin dalam indikator hasil belajar yang guru

kembangkan dalam RPP. Menurut Ellis yang dipublikasikan melalui

(36)

berpikir kreatif dapat diukur dengan berbagai indikator prilaku belajar siswa

seperti di bawah ini.

Menunjukkan sikap percaya diri, mandiri, dan menyenangkan. Kemandirian siswa dalam berpikir terlihat menunjukkan kesenangan terhadap hal yang dipelajari, terintegrasi dan fokus pada pokok bahasan, menunjukan sikap empati dan keterlibatan emosional pada hal yang dilakukan, dan menunjukkan motivasi diri untuk mencapai target yang diharapkannya.

Aktif berkolaborasi dan berkomunikasi yang dapat dilihat dalam prilaku yang dapat bekerja untuk mewujudkan tujuan melalui kerja sama dalam kelompok, aktif berdiskusi dalam tim, memberikan saran dengan penuh pertimbangan, mendengar dengan serius, merespon dengan sungguh-sungguh, mengatasi masalah dan mengungkapkan gagasan.  Bertindak kreatif yang ditandai dengan munculnya kemampuan untuk

mengintegrasikan berbagai ide dalam rumusan singkat, bertanya, menghubungkan gagasan yang satu dengan gagasan lain, mengambil resiko, dan melakukan percobaan, mengekspresikan pikiran sendiri dalam produk belajar yang artistik.

Menunjukkan daya imajinasi dan mampu memainkan yang

ditunjukkan dengan kemampuan mengidentifikasi, melakukan eksplorasi berbagai alternatif, mengembangkan berbagai perencanaan atau program, mendemonstrasikan perkembangan secara atistik yang didukung dengan kecapan yang spesifik, dan kemampuan mengontrol yang semakin meningkat.

Berpengetahuan dan memiliki pemahaman yang ditunjukkan dengan kesadaran untuk membedakan berbagai format, gaya, atistik, taradisi kultural, dan melakukan berbagai teknik melakukan berbagai hal secara kreatif. uses subject specific knowledge and language with understanding.  Merefleksikan dan mengevaluasi yang ditandai dengan kemampuan

merespon, berkomentar, mengerjakan sendiri, sehingga dapat

menunjukkan pengembangan daya berpikir logis, artistik, imajinatif. dalam bekerja, dan mampu mengevaluasi pekerjaan yang dialaminya.

Orang- orang yang kreatif bersikap positif terhadap pemecahan masalah,

mereka menganggap masalah sebagai suatu tantangan, suatu kesempatan

untuk memperoleh pengalaman baru, dan suatu pengayaan perbendaharaan

sarana berpikir, suatu pengalaman belajar. Dengan sikap positif, usaha yang

mungkin menyebabkan frustasi dalam mencari suatu solusi terkompensasi

(37)

proses menemukan suatu solusi. Orang-orang yang kreatif memandang suatu

rintangan dalam memecahkan masalah sebagai suatu tantangan, suatu

petualangan intelektual dan emosional (Darmiyati, 2006:128).

Pembelajaran keterampilan berpikir kreatif mempunyai kelemahan dan

kelebihan. Adapun kelemahan-kelemahannya adalah kurang siapnya guru

dan siswa untuk terlibat dalam pembelajaran ini serta memerlukan waktu

yang cukup panjang. Sedangkan kelebihannya diantaranya siswa menjadi

lebih kreatif dan produktif. Kekuatan pembelajaran ini membuahkan proses

dan hasil belajar yang dapat memacu kreatifitas sekaligus meningkatkan

kualitas pembelajaran. Oleh karena itu, sangat diharapkan guru untuk dapat

menerapkan pembelajaran ini dan mengembangkan sesuai dengan bidang

(38)

III. METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Maret 2012 semester genap di

SMPN 13 Bandar Lampung.

B. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII SMPN 13 Bandar

Lampung Tahun Pelajaran 2011/2012, yaitu sebanyak sembilan kelas. Dari

sembilan kelas tersebut diambil dua kelas sebagai sampel penelitian dengan

menggunakan teknik cluster random sampling. Hasilnya, siswa pada kelas VIID

terpilih sebagai kelas eksperimen dan siswa pada kelas VIIE sebagai kelas

kontrol. Cluster random sampling ialah pemilihan sampel yang bukan

didasarkan pada individual, melainkan lebih didasarkan pada kelompok, daerah,

atau kelompok subjek yang secara alami berkumpul bersama.

C. Desain Penelitian

Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain pretest-posttest

non-equivalen. Kelas kontrol maupun kelas eksperimen menggunakan kelas dalam

satu level dengan kondisi yang homogen. Kelas eksperimen diberi perlakuan

dengan model PBL, sedangkan kelas kontrol dengan menggunakan metode

(39)

Sampel mendapat penilaian keterampilan berpikir kreatif yang sama. Sehingga

struktur desain penelitiannya adalah sebagai berikut:

Kelompok pretest perlakuan posttest

I O1 X O2

II O1 C O2

Gambar 2. Desain pretest-posttest non-equivalen

Keterangan : I = Kelas eksperimen (kelas VIId) II = Kelas kontrol (kelas VIIe)

Penelitian ini terdiri dari dua tahap, yaitu prapenelitian dan pelaksanaan

penelitian. Adapun langkah-langkah dari tahap tersebut sebagai berikut:

1. Prapenelitian

Kegiatan yang dilakukan pada prapenelitian adalah:

a. Membuat dan menyampaikan surat izin penelitian ke sekolah.

b. Mengadakan observasi ke sekolah tempat diadakannya penelitian,

untuk mendapatkan informasi tentang keadaan sekolah dan kelas

yang akan diteliti.

c. Menetapkan sampel penelitian untuk kelas eksperimen dan kelas

kontrol.

d. Mengambil data berupa nilai akademik siswa semester ganjil yang akan

digunakan sebagai acuan dalam pembuatan kelompok.

(40)

Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Kartu Masalah atau Problem Card

(PC) untuk kelas eksperimen, dan Lembar Kerja Kelompok (LKK)

untuk kelas kontrol.

f. Melakukan pengelompokan siswa secara heterogen berdasarkan

kemampuan akademik. Kemampuan akademik diperoleh dari nilai ujian

semester ganjil TP. 2009/2010. Setiap kelompok terdiri dari 6 siswa

yang terdiri dari 2 siswa dengan nilai tinggi, 2 siswa dengan nilai

sedang, dan 2 siswa dengan nilai yang rendah (Lie, 2004:42).

2. Pelaksanaan Penelitian

Mengadakan kegiatan pembelajaran dengan menerapkan model PBL untuk kelas

eksperimen dan metode diskusi untuk kelas kontrol. Penelitian ini dilakukan

sebanyak 2 kali pertemuan. Pertemuan pertama membahas materi pokok

komponen-komponen penyusun ekosistem, satuan-satuan kehidupan dalam

ekosistem dan macam-macam ekosistem. Pertemuan kedua membahas materi

pokok saling ketergantungan antar komponen dalam ekosistem dan pola

interaksi dalam ekosistem. Adapun langkah-langkah pembelajarannya sebagai

berikut :

Kelas eksperimen ( pembelajaran dengan menggunakan model

pembelajaran Problem Based Learning)

a. Kegiatan Pendahuluan

1) Siswa mengerjakan soal tes awal (pretest) (Pertemuan 1).

2) Apersepsi dilakukan oleh siswa dengan memperhatikan penjelasan guru,

(41)

gen, spesies, dan ciri-ciri mahluk hidup . Sekarang kita akan belajar

memecahkan masalah yang berkaitan dengan satuan-satuan dalam

ekosistem dan komponen penyusun ekosistem, serta saling

ketergantungan antar komponen dalam ekosistem dan pola interaksi di

dalam ekosistem kemudian mengkomunikasikannya” (Pertemuan 1-2).

3) Siswa memperoleh motivasi dari guru, ”Dengan mempelajari materi ini

kita dapat mengetahui apa saja masalah-masalah yang berhubungan

dengan satuan-satuan dalam ekosistem dan komponen penyusun

ekosistem, serta saling ketergantungan antar komponen dalam

ekosistem dan pola interaksi di dalam ekosistem” (Pertemuan 1-2).

b. Kegiatan Inti

1) Setiap kelompok siswa memperoleh kartu masalah (Problem Card)

sesuai dengan jumlah anggota kelompoknya (Pertemuan 1-2).

2) Setiap siswa bekerja sama dalam kelompok untuk menemukan dan

menyajikan data yang berkaitan dengan satuan-satuan dalam ekosistem

dan komponen penyusun ekosistem, saling ketergantungan antar

komponen dalam ekosistem dan pola interaksi di dalam ekosistem dalam

bentuk tabel/gambar/deskripsi (Pertemuan 1-2).

3) Siswa berdiskusi untuk menjawab kartu masalah (Problem Card) yang

berisi tentang permasalahan-permasalahan yang berkaitan dengan

satuan-satuan dalam ekosistem dan komponen penyusun ekosistem,

saling ketergantungan antar komponen dalam ekosistem dan pola

interaksi di dalam ekosistem (Pertemuan 1-2).

(42)

dilanjutkan dengan diskusi kelas (Pertemuan 1-2).

5) Siswa menanyakan hal-hal yang belum dipahami ketika guru

memberikan konfirmasi (Pertemuan 1-2).

c. Kegiatan Penutup

1) Siswa membuat simpulan/rangkuman materi yang telah dipelajari

dengan bimbingan guru (Pertemuan 1-2).

2) Siswa mengerjakan tes akhir (posttest) (Pertemuan 2).

3) Siswa memperhatikan penyampaian guru tentang umpan balik terhadap

proses dan hasil pembelajaran.

Kelas Kontrol (pembelajaran menggunakan metode diskusi).

a. Kegiatan pendahuluan

1) Siswa mengerjakan soal tes awal (pretest) (Pertemuan 1).

2) Apersepsi dilakukan oleh siswa dengan memperhatikan penjelasan guru,

”Pertemuan yang lalu kalian sudah belajar tentang keanekaragaman

gen, spesies, dan ciri-ciri mahluk hidup . Sekarang kita akan belajar

memecahkan masalah yang berkaitan dengan satuan-satuan dalam

ekosistem dan komponen penyusun ekosistem, serta saling

ketergantungan antar komponen dalam ekosistem dan pola interaksi di

dalam ekosistem kemudian mengkomunikasikannya” (Pertemuan 1-2).

3) Siswa memperoleh motivasi dari guru, ”Dengan mempelajari materi ini

kita dapat mengetahui apa saja masalah-masalah yang berhubungan

dengan satuan-satuan dalam ekosistem dan komponen penyusun

(43)

ekosistem dan pola interaksi di dalam ekosistem”(Pertemuan 1-2).

b. Kegiatan Inti

1) Setiap kelompok siswa memperoleh LKK sesuai dengan jumlah

anggota kelompoknya (Pertemuan 1-2).

2) Setiap siswa bekerja sama dalam kelompok untuk menemukan dan

menyajikan data yang berkaitan dengan satuan-satuan dalam ekosistem

dan komponen penyusun ekosistem, saling ketergantungan antar

komponen dalam ekosistem dan pola interaksi didalam ekosistem dalam

bentuk tabel/gambar/deskripsi (Pertemuan 1-2).

3) Siswa berdiskusi untuk menjawab LKK yang berkaitan dengan

satuan-satuan dalam ekosistem dan komponen penyusun ekosistem, saling

ketergantungan antar komponen dalam ekosistem dan pola interaksi di

dalam ekosistem (Pertemuan 1-2).

4) Setiap kelompok mempresentasikan hasil karyanya kemudian

dilanjutkan dengan diskusi kelas (Pertemuan 1-2).

5) Siswa menanyakan hal-hal yang belum dipahami ketika guru

memberikan konfirmasi (Pertemuan 1-2).

c. Kegiatan penutup

1) Siswa membuat simpulan/rangkuman materi yang telah dipelajari

dengan bimbingan guru (Pertemuan 1-2).

2) Siswa mengerjakan tes akhir (posttest) (Pertemuan 2).

3) Siswa memperhatikan penyampaian guru tentang umpan balik terhadap

(44)

E. Jenis dan Teknik Pengambilan Data

Terdapat dua jenis data yang diperoleh dalam penelitian ini, yaitu data

kuantitatif dan data kualitatif.

1. Jenis Data

a) Data kuantitatif

Data kuantitatif dalam penelitian ini adalah data keterampilan berpikir

kreatif siswa yang diambil melalui nilai pretest dan nilai posttest.

Kemudian dihitung selisih antara nilai pretest dengan posttest. Selisih

tersebut disebut sebagai N-gain.

b) Data kualitatif

Data dalam penelitian ini digunakan untuk mendeskripsikan

keterampilan berpikir kreatif siswa baik sebelum, selama, maupun

setelah pembelajaran. Selain itu, digunakan data pendukung berupa data

aktivitas belajar siswa terhadap penerapan model PBL.

2. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

a) Pretest dan Posttest

Data keterampilan berpikir kreatif adalah berupa nilai pretest dan

posttest. Nilai pretest diambil pada pertemuan pertama setiap kelas,

baik eksperimen maupun kontrol, sedangkan nilai posttest di akhir

pertemuan kedua setiap kelas. Soal yang diberikan adalah 10 butir soal

essay.

b) Lembar Kerja Kelompok (LKK)

(45)

siswa di kedua kelas selama proses pembelajaran. Kelas eksperimen

menggunakan LKK dalam bentuk kartu masalah (Problem Card),

sedangkan kelas kontrol menggunakan LKK dalam bentuk tanpa kartu

masalah.

c) Lembar Observasi Aktivitas Siswa

Lembar observasi aktivitas siswa berisi aspek kegiatan yang diamati

pada saat proses pembelajaran di kedua kelas. Setiap siswa diamati poin

kegiatan yang dilakukan dengan cara memberi tanda (√ ) pada lembar

observasi sesuai dengan aspek yang telah ditentukan.

Tabel 3. lembar observasi aktivitas siswa

No Nama

Aspek yang di amati

Xi

0 tidak mengungkapkan pendapat

1 mengungkapkan pendapat tetapi tidak sesuai dengan permasalahan 2 mengungkapkan pendapat sesuai dengan permasalahan

B. Bertanya:

0 tidak mengajukan pertanyaan

1 mengajukan pertanyaan tetapi tidak mengarah pada pertanyaan 2 mengajukan pertanyaan mengarah pada pertanyaan

C. Berdiskusi:

0 tidak melakukan diskusi

(46)

D. Mengumpulkan informasi: 0 tidak mengumpulkan informasi

1 mengumpulkan informasi tetapi tidak sesuai dengan permasalahan 2 mengumpulkan informasi sesuai dengan permasalahan

E. Menyiapkan hasil karya:

0 tidak menyiapkan hasil karya

1 menyiapkan hasil karya tetapi tidak lengkap 2 menyiapkan hasil karya dengan lengkap

F. Memperhatikan penjelasan:

0 tidak memperhatikan penjelasan

1 memperhatikan penjelasan tetapi tidak focus 2 memusatkan perhatian pada penjelasan

G. Membuat kesimpulan:

0 tidak membuat kesimpulan

1 membuat kesimpulan tetapi tidak lengkap 2 membuat kesimpulan dengan lengkap

F. Teknik Analisis Data

1. Data Kuantitatif

Data penelitian ini berupa data kuantitatif, yaitu keterampilan berpikir kreatif

siswa materi pokok ekosistem yang diperoleh dari nilai pretest dan posttest.

Untuk pretest diberikan sebelum pertemuan pertama dan posttest diberikan

setelah pertemuan kedua. Kemudian dihitung selisih antara nilai pretest

dengan posttest. Nilai selisih tersebut disebut sebagai gain score, lalu

dianalisis secara statistik. Untuk mendapatkan N-Gain pada setiap pertemuan

menggunakan formula Hake (dalam Loranz, 2008:3) sebagai berikut:

(47)

Nilai pretest, posttest, dan N-gain pada kelas eksperimen dan kontrol

dianalisis menggunakan uji t dengan program SPSS versi 17, yang

sebelumnya dilakukan uji prasyarat berupa uji normalitas dan kesamaan dua

varians (homogenitas) data:

a) Uji Normalitas Data

Uji normalitas data dihitung menggunakan uji Liliefors dengan

menggunakan softwere SPSS versi 17.

Hipotesis

Ho : Sampel berdistribusi normal H1 : Sampel tidak berdistribusi normal

Kriteria Pengujian

Terima Ho jika Lhitung < Ltabel dan tolak Ho jika Lhitung > Ltabel (Sudjana, 2002: 468) atau terima Ho jika p-value > 0,05, tolak Ho untuk harga yang lainnya (Nurgiyantoro dkk, 2002:118)

b)Kesamaan Dua Varians

Apabila masing-masing data berdistribusi normal, maka dilanjutkan

dengan uji kesamaan dua varian dengan menggunakan program SPSS 17.

Hipotesis

Ho : Kedua sampel mempunyai varians sama H1 : Kedua sampel mempunyai varians berbeda

Kriteria Uji

- Jika F hitung < F tabel atau probabilitasnya > 0,05 maka Ho diterima - Jika F hitung > F tabel atau probabilitasnya < 0,05 maka Ho ditolak (Pratisto, 2004:18)

c) Pengujian Hipotesis

(48)

perbedaan 2 rata-rata dengan menggunakan program SPSS 17.

Uji Kesamaan Dua Rata-rata

Hipotesis

H0 = Rata-rata N-gain kedua sampel sama H1 = Rata-rata N-gain kedua sampel tidak sama

Kriteria Uji

- Jika –t tabel < t hitung < t tabel, maka Ho diterima

- Jika t hitung < -t tabel atau t hitung > t tabel maka Ho ditolak (Pratisto, 2004:18)

Uji Perbedaan dua Rata-rata

Hipotesis

H0 = rata-rata N-gain pada kelas eksperimen sama dengan kelas kontrol.

H1 = rata-rata N-gain pada kelas eksperimen lebih tinggi dari kelas kontrol.

Kriteria Uji :

- Jika –t tabel < t hitung < t tabel, maka Ho diterima

- Jika t hitung < -t tabel atau t hitung > t tabel, maka Ho ditolak (Pratisto, 2004:12).

2) Data Kualitatif

a. Keterampilan berpikir kreatif oleh Siswa

 Memberi skor sesuai rubrik penilaian keterampilan berpikir kreatif

(49)

Tabel 4. Keterampilan berpikir kreatif siswa

Keterangan : P = Persentase (%); F = Jumlah point/skor keterampilan berpikir kreatif yang diperoleh; N = Jumlah total point/skor keterampilan berpikir kreatif ; A= Fluency; B = Fleksibliity; C = Original; D = Elaboration ; E = Evaluation

 Menjumlahkan skor (F) setiap siswa.

 Menentukan nilai (P) pada setiap indikator keterampilan berpikir kreatif dengan menggunakan rumus:

P = F x 100 N

Keterangan: P = Persentase (%), F = Jumlah point/skor keterampilan berpikir kreatif yang di peroleh, N = Jumlah total point/skor keterampilan berpikir kreatif (Sudijono, 1996:318).

 Setelah data diolah dan diperoleh nilainya, maka keterampilan berpikir

kreatif siswa tersebut dapat dilihat dari kriteria di bawah ini:

81 % - 100 % termasuk dalam kategori tinggi sekali

b. Aktivitas Belajar Siswa

Data aktivitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung merupakan data

yang diambil melalui observasi. Data tersebut dianalisis dengan

(50)

belajar siswa. Langkah-langkah yang dilakukan untuk adalah sebagai berikut:

 Menghitung rata-rata aktivitas dengan menggunakan rumus:

100

x n

x X

i

Keterangan : X = Rata-rata skor aktivitas siswaxi = Jumlah skor yang diperoleh n = Jumlah skor maksimum

 Menafsirkan atau menentukan persentase aktivitas belajar siswa sesuai

indeks kriteria. Indeks aktivitas siswa ditentukan berdasarkan kategori

berikut:

0,00 – 29,99 termasuk dalam kategori sangat rendah 30,00 – 54,99 termasuk dalam kategori rendah

55,00 – 74,99 termasuk dalam kategori sedang 75,00 – 89,99 termasuk dalam kategori tinggi

90,00 – 100,00 termasuk dalam kategori sangat tinggi

(51)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dalam pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Penerapan model PBL dapat meningkatkan keterampilan berpikir kreatif

siswa pada siswa kelas VII semester genap SMPN 13 Bandar Lampung pada

materi pokok Ekosistem.

2. Penerapan model PBL dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa pada kelas

VII semester genap SMPN 13 Bandar Lampung pada materi pokok

Ekosistem.

B. SARAN

Berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan, penulis memberikan beberapa

saran sebagai berikut :

1. Pembelajaran menggunakan model PBL dapat digunakan oleh guru biologi

sebagai salah satu alternatif model pembelajaran yang dapat meningkatkan

keterampilan berpikir kreatif siswa pada materi pokok Ekosistem.

2. Dalam menentukan waktu pengerjaan soal pretest dan posttest keterampilan

berpikir kreatif hendaknya mempertimbangkan kemampuan siswa dalam

(52)

menyimpang dari Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang sudah

dirancang.

3. Artikel dalam Problem Card (kartu masalah) yang dijadikan sumber masalah

sebaiknya disusun sedemikian rupa sehingga memuat semua bahan diskusi

yang disajikan dalam Problem Card (kartu masalah) tersebut agar

memudahkan siswa dalam mengaitkan semua materi pokok pembahasan

dengan permasalahan di kehidupan nyata.

4. Pada proses pembelajaran menggunakan model PBL siswa diberikan

kesempatan untuk aktif dan mandiri dalam pemecahan masalah antara lain

dengan berdiskusi, sehingga guru harus pandai mengendalikan kondisi kelas

dengan cara bersikap tegas terhadap siswa yang tidak fokus terhadap

(53)

Ad- duweisy, Abdullah, M. 2003. Menjadi Guru Yang Sukses dan Berpengaruh. Karimi Surabaya: Pustaka Elba.

Arikunto, S. 2001. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. PT. Bina Aksara.Jakaarta.

Belina, W. W. 2008. Peningkatan Kecakapan Berpikir Rasional Siswa Dalam

Pembelajaran Fisika di SMP pada Pokok Bahasan Pemantulan Cahaya Melalui Model Pembelajaran PBI (Penelitian Eksperimen pada Siswa

Kelas VIII di salah satu SMP Swasta di Kota Bandung). Skripsi. Jurusan

Pendidikan Fisika UPI. Bandung. Tidak diterbitkan.

BSNP. 2006. Petunjuk Teknis Pengembangan Silabus dan Contoh/Model Silabus

SMA/MA. Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta

Darmiyati. 2006. Humanisasi Pendidikan. Bumi Aksara. Jakarta.

Dasna, IW, Sutrisno.2007. Model-model Pembelajaran Inovatif. Lembaga

Pengembangan Pendidikan dan Pembelajaran. Universitas Negeri Malang. Malang.

Didin, uninus. 2011. Pengaruh PBL Terhadap Kemampuan Siswa Berfikir

Kreatif Di Smp Negeri 42 palembang. Universitas PGRI Palembang.

Palembang.

Ellis, 1999. www. ec.europa.eu/…learning…/creativity/ellis. (03 Maret 2011;

16:06 WIB)

Fauziah, Y. N. 2011. Analisis Kemampuan Guru dalam Mengembangkan

Keterampilan Berpikir Kreatif Sekolah Dasar Kelas V pada Pembelajaran

IPA. (Jurnal). Universitas Pendidikan Indonesia.Bandung.://jurnal.

upi.edu/file/11-Yuli_Nurul-EDIT.pdf (02 November 2011; 16:06 WIB)

Hadjar, I. 1999. Dasar-dasar Metodologi Penelitian Kwantitatif Dalam

Pendidikan. PT Grafindo Persada, Jakarta.

Jannati. 2006. Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar Fisika Siswa

Menggunakan PBL Pada Pokok Bahasan Kalor Dan Perpindahannya

Pada SMP N 12 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2005/2006 (Skripsi).

FKIP UNILA. Bandar Lampung.

Kusmini. 2005. Model PBM untuk Mengembangkan Kecakapan Matematika

Siswa SD Kelas V sebagai Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi

Gambar

Tabel 1. Sintaks model PBL
gambar, cerita, atau
gambarnya sendiri atau
Gambar 2. Desain  pretest-posttest non-equivalen
+3

Referensi

Dokumen terkait

Cara pengukuran tingkat penerapan kegiatan-kegiatan standar tersebut pada usahatani padi responden adalah dengan memberikan nilai satu pada setiap kegiatan yang

Semakin besar rasio perubahan total aset perusahaan maka kemungkinan kecurangan laporan keuangan semakin tiggi. Hal tersebut didukung dengan penelitian yang

Three-choice model Merupakan model dimana tingkat kepuasan konsumen terhadap pilihan saat ini mempengaruhi perilaku pilihan pengganti yang juga dipengaruhi oleh brand recognition

Peningkatan laju pertumbuhan dan kelangsungan hidup dapat dilakuakan dengan menggunakan proobiotik, salah satu probiotik yang dapat mempercepat pertumbuhan dan

PENERAPAN PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK DAN PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH PADA MATA PELAJARAN FISIKA UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN ABAD 21 (4Cs) SISWA SMP Universitas

Kesimpulan yang diperoleh dalam penelitian ini adalah kegiatan ekstrakurikuler bola basket berkontribusi positif terhadap kecerdasan emosional dan perilaku hidup sehat

Indonesia dan Mesir tidak ada perjanjian pengiriman tenaga kerja ataupun MoU (Memorandum of Understanding) yang layaknya dilakukan Indonesia dengan negara tujuan

Khalayak sasaran strategis dalam pelaksanaan kegiatan ini adalah binaan dari Koperasi Serba Usaha Peternak Sapi Perah (KSU) “Margo Makmur Mandiri” yang berdiri tahun 2002