PENGARUH PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) PADA MATERI POKOK EKOSISTEM TERHADAP
KETERAMPILAN BERPIKIR KREATIF SISWA
(Studi Eksperimen Semu Pada Siswa Kelas VII SMPN 13 Bandar Lampung Semester Genap T. P 2011/2012)
(Skripsi)
Oleh
SEPTINA WIJAYANTI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG
ii ABSTRAK
PENGARUH PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) PADA MATERI POKOK EKOSISTEMTERHADAP KETERAMPILAN
BERPIKIR KREATIF SISWA
(Studi Eksperimen Semu pada Siswa Kelas VII SMPN 13 Bandar Lampung Semester Genap T.P 2011/2012)
Oleh Septina Wijayanti
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan guru biologi yang mengajar di
kelas VII SMPN 13 Bandar Lampung, diketahui bahwa keterampilan berpikir kreatif
siswa belum dikembangkan secara optimal. Hal ini dikarenakan selama ini guru
menggunakan metode/model pembelajaran yang tidak memfasilitasi siswa untuk
mengembangkan keterampilan berpikir kreatif. Salah satu alternatif yang dapat
digunakan untuk meningkatkan keterampilan berpikir kreatif siswa yaitu dengan
model PBL. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penerapan model
Problem Based Learning (PBL) pada materi pokok ekosistem terhadap keterampilan berpikir kreatif siswa.
iii
dianalisis secara statistik menggunakan uji-t pada taraf kepercayaan 5% melalui
program SPSS 17. Data kualitatif berupa deskripsi keterampilan berpikir kreatif
siswa, dan data aktivitas belajar siswa terhadap penerapan model Problem Based Learning (PBL) yang dianalisis secara deskriptif.
Hasil penelitian ini menunjukkan terjadinya peningkatan keterampilan berpikir kreatif
siswa pada kelas eksperimen dengan rata-rata N-gain 59,45 lebih tinggi dari N-gain kelas kontrol 54,51. Indikator keterampilan berpikir kreatif siswa dengan kriteria
sedang yang dicapai siswa melalui model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) yakni kemampuan menilai atau mengevaluasi (evaluation). Aktivitas siswa yang menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) juga mengalami peningkatan dari pertemuan I ke pertemuan II, dengan rata-rata pada
pertemuan I (78,86) kemudian meningkat pada pertemuan II (83,42), aspek
kemampuan berdiskusi merupakan aktivitas dengan kriteria sangat tinggi yang dicapai
siswa pada kelas yang menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL).
Kesimpulan dari penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran
Problem Based Learning (PBL) dapat meningkatkan keterampilan berpikir kreatif siswa dan meningkatkan aktivitas belajar siswa pada materi pokok ekosistem.
iv
PENGARUH PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) PADA MATERI POKOK EKOSISTEM TERHADAP
KETERAMPILAN BERPIKIR KREATIF SISWA
(Studi Eksperimen Semu Pada Siswa Kelas VII SMPN 13 Bandar Lampung Semester Genap T. P 2011/2012)
Oleh
SEPTINA WIJAYANTI
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar SARJANA PENDIDIKAN
pada
Jurusan Pendidikan MIPA Program Studi Pendidikan Biologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG
v
Judul Skripsi : PENGARUH PENERAPAN MODEL
PROBLEM BASED LEARNING (PBL) PADA MATERI POKOK EKOSISTEM TERHADAP
KETERAMPILAN BERPIKIR KREATIF SISWA SEMESTER GENAP SMP NEGERI 13
BANDAR LAMPUNG TAHUN AJARAN 2011/2012
Nama : Septina Wijayanti
Nomor Pokok Mahasiswa : 0543024042
Program Studi : Pendidikan Biologi
Jurusan : Pendidikan MIPA
Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan
MENYETUJUI
1. Komisi Pembimbing
Dr. Tri Jalmo, M.Si RiniRita T. Marpaung S.Pd, M.Pd
NIP 19610910 198603 1 005 NIP 19770715 200801 2 020
2. Ketua Jurusan Pendidikan MIPA
Dr. Caswita, M.Si
vi
PERNYATAAN SKRIPSI MAHASISWA
Yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Septina Wijayanti
Nomor Pokok Mahasiswa : 0543024042
Program Studi : Pendidikan Biologi
Jurusan : Pendidikan MIPA
Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi tidak terdapat karya yang pernah
diajukan memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi dan
sepengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau disebut dalam daftar pustaka diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara
tertulis di acu dalam naskah ini dan.
Bandar Lampung, 04 Oktober 2012 Yang menyatakan
vii
MENGESAHKAN
1. Tim Penguji
Ketua : Dr. Tri Jalmo, M.Si _____________
Sekretaris : Rini Rita T. Marpaung, S.Pd, M.Pd _____________
Penguji
Bukan Pembimbing : Drs. Darlen Sikumbang M. Biomed _____________
2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Dr. H. Bujang Rahman, M.Si. NIP 19600315 198503 1 003
x
RIWAYAT HIDUP
Penulis yang dilahirkan di Kotabumi pada tanggal 10 September ,
merupakan anak pertama dari 7 bersaudara dari pasangan bahagia
Bapak Suwito dan Ibu Paryati.
Penulis mengawali pendidikan formal di SD Negeri 1 Teladan Gapura pada tahun
1993-1999. Tahun 1999 diterima di SLTP Kemala Bhayangkari 1 Kotabumi yang
di selesaikan pada tahun 2002. Tahun 2002 diterima di SMA Madrasah Aliyah
Negeri 1 Kotabumi yang diselesaikan pada tahun 2005 dan pada tahun yang sama
penulis diterima di Universitas Lampung Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Jurusan Pendidikan MIPA Program Studi Pendidikan Biologi.
Pada tahun 2006-2007 penulis terdaftar menjadi anggota UKM Karatedo UNILA
dan pada tahun 2009 penulis melaksanakan Program Pengalaman Lapangan (PPL)
di SMP Negeri 5 Bandar Lampung, dan pada tahun 2012 penulis melakukan
penelitian di SMP Negeri 13 Bandar Lampung guna untuk meraih gelar sarjana
xi
Dengan menyebut nama Allah yang Maha pengasih lagi Maha penyayang
PERSEMBAHAN
Alhamdulillahi robbil ‘alamin, segala puji untuk Mu ya Rabb atas segala kemudahan, limpahan rahmad dan karunia yang Engkau berikan selama ini. Teriring doa, rasa syukur dan
segala kerendahan hati.
Dengan segala cinta dan kasih sayang kupersembahkan karya sederhana ini untuk orang-orang yang akan selalu berharga dalam hidupku:
Bapakku (Suwito) dan Ibuku (Paryati)
Terimakasih untuk cinta dan kasih sayang yang tiada terhingga untukku... I will always love you ..
Adik – adikku, Adik (Agung) , Adik (Arif) dan Adik (Iqbal)
Terimakasih untuk segala cinta dan dukungan yang kalian berikan untuk mba....Insan pilihan ALLAH SWT yang menjadi imamku (Hardiyanto SH)
Terimakasih untuk cinta, kasih sayang, kesetiaan yang diberikan pada ku dan terima kasihtelah menjadi penyemangat ku dikala suka dan duka.
Para Pendidikku (Guru-guruku)
Terima kasih atas bimbingan yang diberikan pada ku hingga aku dapat melihat dunia dengan ilmu...
xii
Motto
Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum
sebelum mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri.
( QS Ar-Ra’d : 11)
Agar dapat membahagiakan seseorang, isilah tangannya dengan kerja,
hatinya dengan kasih sayang, pikirannya dengan tujuan,
ingatannya dengan ilmu yang bermanfaat, dan masa
depannya dengan harapan.
(Frederick E. Crane)
“ Ketika hidup tak lagi memiliki mimpi untuk di wujudkan, manusia
hanyalah mayat hidup. Hidup butuh mimpi, dan mimpi butuh
semangat untuk mewujudkannya “
xv
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Sintaks model pembelajaran Problem Based Learning (PBL)………. 15
2. Indikator keterampilan berpikir kreatif siswa………... 21
3. Lembar observasi aktivitas siswa ... 33
4. Keterampilan berpikir kreatif siswa………. 37
5. Hasil uji normalitas dan homogenitas nilai rata-rata pretest, posttest, dan N-gain keterampilan berpikir kreatif siswa pada kelas
eksperimen dan kontrol... 39
6. Hasil uji persamaan dan perbedaan dua rata-rata nilai pretest, posttest, dan N-gain keterampilan berpikir kreatif siswa pada kelas
eksperimen dan kontrol ………... 40
7. Hasil analisis rata-rata N-gain setiap indikator keterampilan berpikir
kreatif siswa pada kelas eksperimen dan kontrol ………... 41
8. Data peningkatan keterampilan berpikir kreatif siswa pada kelas
eksperimen dan kontrol ………. 42
xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat………...… 10
2. Desain pretest posttest non-equivalen………..……... 27
3. Grafik persentase aktivitas belajar siswa kelas eksperimen dan
kelas kontrol………... 44
4. Grafik persentase peningkatan keterampilan berpikir kreatif siswa... 49
5. Contoh jawaban siswa untuk indikator berpikir lancar (kelas eksperimen) 52
6. Contoh jawaban siswa untuk indikator berpikir lancar (kelas kontrol)…. 52
7. Contoh jawaban siswa untuk indikator berpikir luwes dan kemampuan menilai atau mengevaluasi (kelas eksperimen) ... 54
8. Contoh jawaban siswa untuk indikator berpikir luwes dan kemampuan menilai atau mengevaluasi (kelas kontrol) ... 54
9. Contoh jawaban siswa untuk indikator berpikir orisinal (kelas
eksperimen) ... .... 57
10. Contoh jawaban siswa untuk indikator berpikir orisinal (kelas kontrol).. 57
11. Contoh jawaban siswa untuk indikator berpikir merinci (kelas
eksperimen) ... 59
12. Contoh jawaban siswa untuk indikator berpikir merinci (kelas kontrol) . 59
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Undang-undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003 tentang sistem
pendidikan nasional pasal 1 menyebutkan bahwa, Pendidikan adalah usaha
sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan negara.
Berdasarkan undang-undang tersebut pendidikan merupakan usaha sadar dan
terencana. Artinya proses pendidikan di sekolah merupakan proses yang
terencana dan mempunyai tujuan sehingga segala sesuatu yang dilakukan
guru dan siswa diarahkan pada pencapaian tujuan pembelajaran. Proses
pendidikan yang terencana itu diarahkan untuk mewujudkan suasana belajar
yang kondusif serta proses belajar yang menyenangkan. Dengan demikian,
dalam pendidikan antara proses dan hasil belajar harus berjalan secara
seimbang. Suasana belajar dan pembelajaran itu diarahkan agar peserta didik
dapat mengembangkan potensi dirinya, sehingga pendidikan itu harus
berorientasi pada siswa (student active learning). Sedangkan tugas pendidik
Pelajaran Biologi sebagai salah satu bidang IPA menyediakan berbagai
pengalaman belajar untuk memahami konsep dan proses sains. Salah satu
tujuan dari mata pelajaran Biologi agar peserta didik memiliki kemampuan
mengembangkan kemampuan berpikir analitis, induktif, dan deduktif dengan
menggunakan konsep dan prinsip Biologi. Dengan demikian siswa akan
membudayakan berpikir ilmiah secara kritis, kreatif, dan mandiri (BSNP,
2006:iv).
Berpikir kreatif berkaitan erat dengan kualitas hidup seseorang. Seseorang
akan memiliki kemampuan untuk melihat hidup sebagai pendidikan yang
berproses dan akan terus-menerus belajar untuk meningkatkan kualitas
hidupnya. Kemampuan berpikir kreatif dapat dikembangkan dalam pelajaran
IPA, termasuk Biologi. Menurut Jarvis (dalam Fauziah, 2011:99), siswa harus
diperkenalkan dengan IPA sebagai mata pelajaran yang menarik karena bisa
membantu memahami dunia dan diri sendiri. Oleh sebab itu, penting bagi
siswa mengembangkan kemampuan berpikir kreatifnya sehingga terjadi
transformasi pembelajaran IPA yaitu dari belajar dengan menghafal menjadi
belajar berpikir (Suastra dalam Fauziah, 2011:99). Pembelajaran IPA harus
bisa meningkatkan daya imajinasi, kreasi, dan logis dalam berpikir. Guru
memegang peranan penting dalam mengembangkan kemampuan berpikir
kreatif siswa di sekolah (Sanjaya dalam Fauziah, 2011:99).
Oleh karena itu, keterampilan berpikir kreatif merupakan salah satu tuntutan
yang perlu dilatih dan dikembangkan dalam proses pembelajaran. Menurut
kreatif) ialah memberikan macam-macam kemungkinan jawaban berdasarkan
informasi yang diberikan dengan penekanan pada keragaman jumlah dan
kesesuaian” .“Proses berpikir kreatif merupakan suatu proses yang
mengkombinasikan berpikir logis dan berpikir divergen. Berpikir divergen
digunakan untuk mencari ide-ide untuk menyelesaikan masalah sedangkan
berpikir logis digunakan untuk memverifikasi ide-ide tersebut menjadi sebuah
penyelesaian yang kreatif”.
Proses berpikir kreatif dimaksudkan untuk menemukan hal-hal baru menuju
lahirnya inovasi. Berpikir kreatif dilandasi oleh dorongan keingintahuan serta
daya imajinasi tinggi, yang terintegrasi pada kebutuhan untuk memecahkan
masalah. Dengan demikian, lahirnya kreativitas perlu didukung oleh suasana
yang kondusif, seperti adanya kebebasan berpendapat, transparansi, memiliki
wawasan pengetahuan yang luas, keberanian mengutarakan gagasan, serta
keberanian menanggung resiko atas inisiatifnya itu. Berpikir kreatif tidak
dapat diukur secara nyata, karena berpikir kreatif memiliki bidang kajian
yang luas dan kompleks. Kreativitas adalah suatu kondisi, sikap atau keadaan
yang sangat khusus sifatnya dan hampir tidak mungkin dirumuskan secara
tuntas (Monalisa 2007: 5).
Hasil observasi dan diskusi dengan guru Biologi yang mengajar di kelas VII
SMP N 13 Bandar Lampung, diketahui bahwa pengusaan beberapa materi
biologi siswa kurang optimal, salah satunya yaitu materi ekosistem. Dari hasil
observasi yang dilakukan, nilai siswa cukup rendah yaitu, nilai rata-rata
baru mencapai 55. Hasil tersebut masih rendah jika dibandingkan dengan
standar ketuntasan belajar minimal di sekolah tersebut yaitu ≥ 65.
Berdasarkan hasil wawancara dengan guru biologi di SMPN 13 Bandar
Lampung, model pembelajaran ini belum pernah diterapkan dalam proses
pembelajaran. Selama ini guru menggunakan metode ceramah, diskusi,
latihan soal, dan terkadang diselingi kegiatan praktikum. Metode-metode
seperti ini diduga kurang memfasilitasi siswa untuk mengembangkan
kemampuan siswa untuk memecahkan masalah secara luas dan kreatif.
Metode ceramah menyebabkan siswa hanya diam mendengarkan penjelasan
guru, diskusi tidak efektif karena hanya bersifat informatif saja, latihan soal
tidak optimal karena siswa hanya mengerjakan soal-soal latihan di buku
biologi yang tersedia di perpustakaan sekolah dengan cara memindahkan
jawaban yang sudah tersedia di buku tersebut, sedangkan praktikum
umumnya bersifat pengujian teoritis dasar saja. kurangnya perhatian guru
terhadap siswa mengakibatkan hanya sebagian siswa saja yang aktif
memperhatikan penjelasan dari guru, sedangkan lainya cenderung pasif serta
melakukan tindakan yang tidak relevan dengan kegiatan pembelajaran seperti
mengobrol, bercanda atau melakukan aktivitas lain. Oleh karena itu, cara
keterampilan berpikir kreatif siswa sangat minim.
Untuk itu diperlukan perubahan dalam metode, model maupun media
pembelajaran di sekolah. Adanya perubahan kurikulum, guru harus mampu
merancang pembelajaran yang mampu memotivasi peserta didik untuk lebih
sekarang ini, dalam proses pembelajaran guru berperan sebagai fasilitator
sedangkan yang lebih aktif adalah peserta didik. Hal yang harus dilakukan
seorang guru antara lain dengan menerapkan model pembelajaran yang sesuai
dan berusaha menambah pengetahuan tentang materi biologi itu sendiri. Maka
diperlukan suatu inovasi penggunaan model pembelajaran yang sesuai. Salah
satu model pembelajaran yang dapat dijadikan sebagai alternative adalah
model pembelajaran berbasis masalah PBL. Rusman (2011:237-242)
menjelaskan bahwa pembelajaran PBL merupakan suatu pembelajaran yang
menuntut aktivitas mental siswa untuk memahami suatu konsep pembelajaran
melalui situasi dan masalah yang disajikan pada awal pembelajaran. Masalah
yang dikemukakan kepada siswa bertujuan untuk membangkitkan pemahaman
siswa terhadap masalah, sebuah kesadaran akan adanya kesenjangan,
keinginan memecahkan masalah, dan adanya persepsi bahwa mereka mampu
memecahkan masalah tersebut.
Penggunaan masalah dalam pembelajaran sangat bermanfaat bagi siswa dalam
memecahkan masalah di dunia nyata. Masalah yang dipecahkan adalah
permasalahan atau persoalan otentik. Masalah otentik banyak didefinisikan
sebagai ill-structured problem ialah persoalan yang tidak hanya mempunyai
satu macam solusi, persoalan yang melibatkan berbagai disiplin ilmu/kajian,
dan berupa persoalan yang memancing pemikiran untuk menemukan alternatif
terhadap suatu masalah. Dengan bidang ilmu itulah yang menjadi ciri belajar :
kemampuan untuk berpikir secara kreatif dalam bidang ilmunya, kemampuan
untuk berkolaborasi, berdiskusi dan berargumentasi dengan teman tentang isu
melakukan diagnosis terhadap isu tersebut. Kelebihan PBL menurut (Pannen,
dkk, 2005:65) yaitu keterampilan dan pengetahuan, pengembangan sikap dan
jenjang pencapaian pembelajaran dapat ditingkatkan.
Berdasarkan uraian di atas, dapat dikatakan bahwa model PBL merupakan
model pembelajaran yang dapat digunakan oleh guru untuk meningkatkan
keterampilan berpikir kreatif siswa dengan harapan siswa mampu menerapkan
materi yang telah diberikan guru dalam menghadapi permasalahan
dikehidupan nyata.
Penerapan pembelajaran PBL diperkuat dengan adanya penelitian terdahulu
tentang masalah yang serupa yaitu penelitian yang dilakukan oleh Marpaung
(2005:108) menemukan bahwa siswa memberikan respon positif sebesar
80,52 % terhadap penggunan lembar kegiatan pembelajaran berbasis masalah
(LKPBM) sebagai asesment alternatif untuk meningkatkan kemampuan
berpikir kritis dan hasil belajar biologi siswa. Hal ini juga didukung oleh hasil
penelitian Maulina (2010:40) pada mata pelajaran biologi materi pokok jamur.
Dari hasil penelitian tersebut disimpulkan bahwa penggunaan model
pembelajaran berbasis masalah dapat meningkatkan hasil belajar biologi siswa
kelas X semester ganjil SMA AL-Kautsar Bandar Lampung Tahun Pelajaran
2009/2010. Dan salah satu penelitian yang menguji efektivitas kemampuan
berpikir kreatif siswa adalah penelitian Pande (2006:44) dengan menggunakan
model pembelajaran pengajuan masalah (Problem Posing) dapat
meningkatkan kemampuan berpikir kreatif dan hasil belajar siswa dari siklus
Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk mengadakan
penelitian dengan judul “ Pengaruh Penerapan Model PBL Pada materi pokok
Ekosistem Terhadap Keterampilan Berpikir Kreatif Siswa Kelas VII SMPN
13 Bandar Lampung Tahun Ajaran 2011-2012 “.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah:
1. Apakah penerapan model PBL dapat meningkatkan keterampilan berpikir
kreatif siswa?
2. Apakah penerapan model PBL dapat meningkatkan aktivitas siswa?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah, maka penelitian ini
bertujuan untuk:
1. Mengetahui pengaruh peningkatan PBL terhadap keterampilan berpikir
kreatif siswa.
2. Mengetahui pengaruh peningkatan aktivitas siswa selama pembelajaran
dengan modelPBL.
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi yang nyata bagi
pendidikan, khususnya bagi:
1. Bagi peneliti, dapat memberikan wawasan, pengalaman, dan bekal
berharga bagi peneliti sebagai calon guru biologi yang profesional,
masalah PBL.
2. Bagi guru, dapat memberikan informasi mengenai pembelajaran berbasis
masalah PBL sehingga dapat dijadikan alternatif dalam memilih model
pembelajaran yang tepat untuk megembangkan keterampilan berpikir
kreatif siswa.
3. Bagi siswa, dapat memberikan pengalaman belajar yang berbeda sehingga
diharapkan mampu melatih, mengasah, serta mengembangkan kemampuan
siswa dalam memecahkan masalah.
4. Sekolah, yaitu sebagai masukan dalam meningkatkan mutu proses dan
hasil belajar dalam mata pelajaran biologi.
E. Ruang Lingkup Penelitian
Untuk menghindari kesalahan dalam penafsiran, maka ruang lingkup
penelitian ini adalah:
1. Pembelajaran berbasis masalah (PBL)yang dimaksud dalam penelitian ini
adalah model pembelajaran yang menggunakan “masalah” yang nyata
dalam menyajikan materi pelajaran sehingga siswa dapat menggunakan
dan mengembangkan berbagai keterampilan yang dimilikinya untuk
memecahkan masalah tersebut. Langkah-langkah dalam model PBL
adalah orientasi siswa pada masalah, mengorganisasi siswa untuk belajar,
membimbing penyelidikan individu maupun kelompok, mengembangkan
dan menyajikan hasil karya, dan menganalisis dan mengevaluasi proses
pemecahan masalah.
2. Keterampilan berpikir kreatif, yaitu keterampilan individu dalam
konstruktif dan baik, berdasarkan konsep-konsep yang rasional, persepsi
dan intuisi individu.
3. Penelitian ini dilakukan pada siswa kelas VII semester genap SMPN 13
Bandar Lampung.
4. Materi pokok pada penelitian ini adalah ekosistem terdapat pada KD 7.1
menentukan ekosistem dan saling hubungan antar komponen ekosistem
Biologi SMP Kelas VII.
F. Kerangka Pemikiran
Keterampilan berpikir kreatif sangat penting dimiliki oleh siswa SMP.
Namun, fakta di SMP Negeri 13 Bandar Lampung menunjukkan bahwa
keterampilan berpikir kreatif oleh siswa masih tergolong rendah.
Kemungkinan hal ini terjadi karena selama ini guru menggunakan metode atau
model pembelajaran yang kurang menggali kemampuan tersebut. Oleh karena
itu, diperlukan suatu model pembelajaran yang dapat memfasilitasi siswa
dalam mengembangkan kemampuan berpikirnya.
Salah satu model yang diduga dapat mengembangkan keterampilan ini adalah
PBL. Salah satu karakteristik model pembelajaran ini adalah penyajian
masalah terbuka sebagai stimulus belajar. Guru berpeluang untuk membantu
siswa dalam memahami dan mengelaborasi ide-ide kreatif siswa untuk
berpikir lancar (fluency), berpikir luwes (fleksibility), berpikir orisinil
(originality), kemampuan merinci (elaboration), dan kemampuan menilai atau
memahami suatu topik dan keterkaitannya dengan topik lain, baik dalam
pelajaran biologi maupun dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini tentu akan
melatih keterampilan berpikir kreatif oleh siswa. Dengan demikian
diharapkan keterampilan berpikir kreatif oleh siswa akan meningkat.
Penelitian ini mengenai pengaruh penerapan PBL terhadap keterampilan
berpikir kreatif oleh siswa. Variabel bebas (X) pada penelitian ini adalah
model PBL, sedangkan variabel terikatnya (Y) adalah keterampilan berpikir
kreatif oleh siswa. Hubungan antara kedua variabel tersebut digambarkan
dalam diagram berikut:
Gambar 1. Hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat. Keterangan:X = Model PBL
Y = Keterampilan berpikir kreatif siswa
G. Hipotesis Penelitian
Hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. H0 = Penerapan model PBL tidak dapat meningkatkan keterampilan
berpikir kreatif siswa kelas VII SMPN 13 Bandar Lampung pada
materi pokok Ekosistem.
H1 = Penerapan model PBL dapat meningkatkan keterampilan berpikir
kreatif siswa kelas VII SMPN 13 Bandar Lampung pada materi
pokok Ekosistem.
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Model Problem Based Learning (PBL)
Model PBL dikembangkan oleh Barrows sejak tahun 1970-an. “Model PBL
berfokus pada penyajian suatu pemecahan masalah (nyata/stimulasi) pada
siswa. Kemudian siswa diminta mencari pemecahan melalui serangkaian
percobaan yang berdasarkan teori, konsep dari suatu bidang ilmu (Pannen,
dkk. 2005:85)”
Model PBL adalah suatu model yang menggunakan masalah dunia nyata
sebagai suatu konteks untuk belajar tentang cara berpikir kritis dan
keterampilan pemecahan masalah serta untuk memperoleh pengetahuan dan
konsep yang esensial dari materi pelajaran. Model PBL menuntut
kemampuan untuk melihat sebab akibat, mengobservasi masalah, mencari
hubungan antara berbagai data yang terkumpul kemudian menarik
kesimpulan yang merupakan hasil pemecahan masalah (Sriyono, 1991:118).
Model PBL merupakan salah satu bentuk model pembelajaran yang berbasis
pada paradigma kontruktivisme serta berfokus pada penyajian masalah,
berfokus pada siswa dan berorientasi pada proses belajar siswa. Oleh karena
itu, pemecahan masalah yang dapat menumbuhkan proses belajar siswa
Permasalahan menjadi fokus stimulus, dan pemandu proses belajar,
sementara guru menjadi fasilitator dan dan pembimbing. Untuk dapat
memecahkan masalah, siswa mencari informasi, memperkaya wawasan dan
keterampilannya melalui berbagai upaya aktif dan mandiri, sehingga proses
belajar individu terjadi secara
langsung (Supriyadi, 2010:13-14).
Dari beberapa uraian di atas tentang model PBL, dapat dipahami bahwa
model PBL adalah model pembelajaran yang menggunakan “masalah” yang
nyata dalam menyajikan materi pelajaran agar siswa dapat menggunakan dan
mengembangkan berbagai keterampilan yang dimilikinya untuk memecahkan
masalah tersebut. Dengan demikian proses pembelajaran menjadi bermakna
dan siswa dapat menerapkan apa yang yang ia pelajari di sekolah untuk
memecahkan masalah yang ia temui di kehidupan nyata.
Dalam model PBL, fokus pembelajaran pada masalah sehingga siswa tidak
hanya mempelajari konsep-konsep yang berhubungan dengan masalah, tetapi
juga metode ilmiah untuk memecahkan masalah tersebut. Menurut Sanjaya
(2007:214), masalah dalam model PBL adalah yang bersifat terbuka. Artinya
jawaban dari masalah tersebut belum pasti. Setiap siswa, bahkan guru, dapat
mengembangkan kemungkinan jawaban. Dengan demikian, model
pembelajaran berbasis masalah memberikan kesempatan pada siswa untuk
bereksplorasi, mengumpulkan dan menganalisis data secara lengkap untuk
memecahkan masalah yang dihadapi. Ada beberapa kriteria pemilihan materi
1. Materi pelajaran harus mengandung isu-isu yang berisikan konflik yang biasa bersumber dari berita, rekaman video, gambar, dan yang lainnya.
2. Materi yang dipilih adalah materi yang bersifat familiar dengan siswa, sehingga setiap siswa dapat mengikutinya dengan baik.
3. Materi yang dipilih merupakan bahan yang berhubungan dengan kepentingan orang banyak, sehingga terasa manfaatnya.
4. Materi yang dipilih merupakan materi yang mendukung tujuan atau kompetensi yang harus dimiliki oleh siswa sesuai dengan kurikulum yang berlaku.
5. Materi yang dipilih sesuai dengan minat siswa sehingga setiap siswa merasa perlu mempelajarinya (Sanjaya, 2007:214).
Dalam model PBL situasi atau masalah menjadi titik tolak pembelajaran
untuk memahami konsep, prinsip dan mengembangkan keterampilan dalam
memecahkan masalah. Menurut Arends (dalam Riyanto, 2001: 287)
mengidentifikasi adanya karakteristik model PBL yakni:
1) Pengajuan masalah
Langkah awal dari Pembelajaran Berbasis Masalah adalah mengajukan masalah yang diajukan menghindari jawaban yang sederhana tetapi memungkinkan adanya berbagai macam solusi untuk menyelesaikan masalah itu.
2) Keterkaitan antar disiplin ilmu
Walaupun Pembelajaran Berbasis Masalah ditujukan pada suatu ilmu bidang tertentu tetapi dalam pemecahan masalah-masalah aktual, peserta didik dapat menyelidiki dari berbagai ilmu.
3) Menyelidiki masalah autentik
Peserta didik diharuskan melakukan penyelidikan autentik untuk menyelesaikan masalah meliputi: menganalisis dan mendefinisikan masalah, mengembangkan hipotesis, dan meramalkan, melaksanakan eksperimen (jika diperlukan), membuat inferensi (acuan) dan
menyimpulkan.
4) Memamerkan hasil kerja
Model ini membelajarkan peserta didik untuk menyusun dan memamerkan hasil kerja sesuai kemampuannya.
5) Kolaborasi
Kerjasama dalam menyelesaikan tugas-tugas dan meningkatkan temuan dan dialog pengembangan keterampilan berfikir dan keterampilan sosial.
Model PBL mengorganisasikan masalah nyata yang penting secara sosial dan
kehidupan nyata yang tidak dapat diberi jawaban-jawaban sederhana hal ini
mendorong mereka untuk berpikir lebih mendalam untuk memecahkan
masalah yang dihadapi serta memiliki tujuan yang cukup jelas, selain
mengembangkan kemampuan berpikir dan kemampuan memecahkan
masalah, siswa juga belajar peranan orang dewasa, yaitu belajar untuk
mengambil keputusan sendiri dalam menghadapi masalah dan belajar
menghargai pendapat orang lain. Selain itu, siswa juga menjadi pembelajar
yang mandiri dan tidak harus bergantung pada orang lain seperti halnya
bergantung pada guru (Ibrahim dan Nur dalam Jannati, 2006:13).
Model PBL mempunyai berbagai potensi manfaat yaitu;
1) Menjadi lebih ingat dan meningkat pemahamannya atas materi ajar,
Dengan konteks yang dekat dan sekaligus melakukan deep lerning (karena
banyak mengajukan pertanyaan) bukan hanya surface larning (sekedar
menghafal saja), maka peserta didik akan lebih memahami materi.
2) Meningkatkan fokus pada pengetahuan yang relevan.
3) Mendorong untuk berpikir, Dengan adanya proses yang mendorong
peserta didik untuk mempertanyakan, kritis, reflektif .
4) Membangun kerja tim, kepemimpinan, dan keterampilan social.
5) Membangun kecakapan belajar.
6) Memotivasi peserta didik, pembelajaran berbasis masalah mempunyai
peluang untuk membangkitkan minat dari dalam diri peserta didik. Dengan
adanya masalah yang menantang peserta didik merasa bergairah untuk
Sintaks model PBL dikembangkan bervariasi : (Arends dalam Marpaung,
2005:16) menguraikan ada 5 tahapan model PBL yang diawali dengan guru
memperkenalkan siswa dengan masalah otentik dan diakhiri dengan penyajian
dan analisis hasil kerja siswa. Perilaku guru setiap tahapan diringkas dalam
tabel 1.
Tabel 1. Sintaks model PBL
no Tahapan Kegiatan Guru Kegiatan Siswa 1. Tahapan 1
Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang menyiapkan karya yang sesuai seperti: laporan, video, dan model serta membantu mereka untuk berbagi tugas dengan temannya.
Siswa
mempersentasikan hasil kerja siswa di depan kelas dan
Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses-proses yang mereka gunakan.
Empat hal penting pada proses ini, yaitu:
(1) tujuan utama pembelajaran ini tidak untuk mempelajari sejumlah besar
informasi baru, tetapi lebih kepada belajar bagaimana menyelidiki
(2) permasalahan dan pertanyaan yang diselidiki tidak mempunyai jawaban
mutlak “benar”, sebuah masalah yang rumit atau kompleks mempunyai
banyak penyelesaian dan seringkali bertentangan.
(3) selama tahap penyelidikan (dalam pengajaran ini), siswa didorong untuk
mengajukan pertanyaan dan mencari informasi, guru akan bertindak
sebagai pembimbing yang siap membantu, tetapi siswa harus berusaha
untuk bekerja mandiri atau dengan temannya.
(4) selama tahap analisis dan penjelasan, siswa akan didorong untuk
menyatakan ide-idenya secara terbuka dan penuh kebebasan, tidak ada ide
yang akan ditertawakan oleh guru atau teman sekelas, semua siswa diberi
peluang untuk menyumbang kepada penyelidikan dan menyampaikan
ide-ide mereka.
Dengan menerapkan model PBL dapat membantu siswa menjadi pembelajar
yang mandiri dan otonom. Bimbingan guru yang berulang-ulang mendorong
dan mengarahkan siswa untuk mengajukan pertanyaan-pertanyaan, mencari
penyelesaian terhadap masalah nyata oleh mereka sendiri. Menurut (John
Dewey dalam Trianto, 2007:31), metode reflektif di dalam memecahkan
masalah adalah suatu proses berpikir aktif, hati-hati, yang dilandasi proses
berpikir ke arah kesimpulan-kesimpulan yang definitif melalui lima langkah,
sebagai berikut:
1. Siswa mengenali masalah, masalah itu datang dari luar siswa itu sendiri. 2. Selanjutnya siswa akan menyelidiki dan menganalisis kesulitannya dan menentukan masalah yang dihadapinya.
4. Kemudian siswa menimbang kemungkinan jawaban atau hipotesis dengan akibatnya masing-masing.
5. Selanjutnya siswa mencoba mempraktikan salah satu kemungkinan
pemecahan yang dipandangnya terbaik. Jika pemecahan masalah tersebut kurang tepat, maka siswa akan mencoba kemungkinan lain sampai menemukan pemecahan yang tepat.
Dengan menerapkan model PBL dapat membantu siswa menjadi pembelajar
yang mandiri dan otonom. Bimbingan guru yang berulang-ulang mendorong
dan mengarahkan siswa untuk mengajukan pertanyaan-pertanyaan, mencari
penyelesaian terhadap masalah nyata oleh mereka sendiri. Menurut Riyanto
(2001: 286) keunggulan model PBL adalah:
1. Peserta didik dapat belajar, mengingat, menerapkan, dan melanjutkan
proses belajar secara mandiri. Prinsip-prinsip “membelajarkan” seperti ini
tidak bisa dilayani melalui pembelajaran tradisional yang banyak
menekankan pada kemampuan menghafal.
2. Peserta didik diperlakukan sebagai pribadi yang dewasa. Perlakuan ini
memberikan kebebasan kepada peserta didik untuk mengimplementasikan
pengetahuan atau pengalaman yang dimiliki untuk memecahkan masalah.
Adapun kelemahan-kelemahan dalam model PBL diantaranya adalah:
a) Manakala siswa tidak memiliki minat atau tidak mempunyai kepercayaan
bahwa masalah yang dipelajari sulit untuk dipecahkan, maka mereka akan
merasa enggan untuk mencoba.
b) Keberhasilan model PBL membutuhkan cukup waktu untuk persiapan.
c) Pemahaman mengapa mereka berusaha untuk memecahkan masalah yang
sedang dipelajari, maka mereka tidak akan belajar apa yang mereka ingin
2. Keterampilan Berpikir kreatif
Keterampilan berpikir kreatif, yaitu keterampilan individu dalam
menggunakan proses berpikirnya untuk menghasilkan suatu ide yang baru,
konstruktif dan baik, berdasarkan konsep-konsep yang rasional, dan intuisi
individu, (Suprapto dalam Darmiyati, 2006:127). Dalam hal ini, kita dapat
mengembangkan kapasitas untuk mengenal prinsip-prinsip baru, menyatukan
fenomena-fenomena yang berbeda-beda, dan menyederhanakan situasi yang
kompleks. Inilah hakikat berpikir kreatif dan produktif yang memungkinkan
seseorang dapat memecahkan masalah.
Berpikir kreatif atau berpikir divergen adalah kemampuan berdasarkan data
atau informasi yang tersedia sehingga menemukan banyak kemungkinan
jawaban terhadap suatu masalah, dimana penekanannya adalah pada kuantitas,
ketepatgunaan, dan keragaman jawaban. Semakin banyak kemungkinan
jawaban yang dapat diberikan terhadap suatu masalah, maka semakin
kreatiflah seseorang. Tentu saja jawaban-jawaban tersebut harus sesuai
dengan masalahnya. Jadi, tidak semata-mata kuantitas namun juga kualitas
jawaban (Munandar, 1985:48).
Keterampilan berpikir kreatif adalah kemampuan menciptakan gagasan,
mengenal kemungkinan alternative, melihat kombinasi yang tidak diduga,
memiliki keberanian untuk mencoba sesuatu yang tidak lazim, dan sebagainya
(Cropley, 1994 dalam Munandar, 2004:9). Ciri-ciri berpikir kreatif meliputi
kelancaran, kelenturan (fleksibilitas), dan orisinalitas dalam berpikir (Guilford,
Pola berpikir kreatif membutuhkan imajinasi dan akan membawa kepada
kemungkinan jawaban atau ide-ide yang banyak, sejumlah ide-ide yang
banyak itu selanjutnya dianalisis untuk mendapatkan satu atau beberapa yang
mungkin dapat diimplementasikan. Pola berpikir kreatif bersifat divergen,
diawali dari suatu uraian permasalahan kemudian menyebar untuk
menghasilkan berbagai macam ide untuk pemecahan permasalahan tersebut
atau menyediakan berbagai kemungkinan jawaban untuk masalah itu. Dalam
kenyataannya, pola berpikir kreatif menghasilkan ide-ide dalam jumlah banyak
yang selanjutnya dapat dipilih jawaban yang paling tepat (Rawlinson, 1989:4).
Sikap kreatif siswa perlu adanya pengembangan dan peningkatan. Ada empat
aspek yang diperlukan dalam upaya pengembangan kreativitas siswa yaitu:
pribadi, pendorong, proses dan produk (Munandar, 1999 dalam Anton,
2007:11-12). Pribadi, kreatif adalah ungkapan (ekspresi) dari keunikan
individu dalam interaksi dengan lingkungannya, sehingga timbul ide-ide baru
dan produk-produk yang inovatif, sebagai etika seorang pendidik harus
menghargai keunikan pribadi dan bakat-bakat siswa. Pendorong(press/gaya),
bakat kreatif siswa akan terwujud jika ada dorongan dan dukungan dari
lingkungan ataupun jika ada dorongan kuat dalam dirinya sendiri (internal
motivation) untuk menghasilkan sesuatu. Proses, untuk mengembangkan
kreatif anak perlu diberi kesempatan untuk bersibuk diri secara kreatif, dalam
hal ini yang penting adalah memberi kebebasan kepada anak untuk
mengekpresikan dirinya secara kreatif. Produk, kondisi seseorang
kondisi lingkungannya, yaitu sejauh mana keduanya mendorong seseorang
untuk melibatkan dirinya dalam proses.
Ada beberapa tingkatan atau stages menurut Walgito (2010:208-209) sampai
seseorang memperoleh sesuatu hal yang baru atau pemecahan masalah dalam
berpikir kreatif. Tingkatan-tingkatan tersebut adalah:
1. Persiapan (preparation); tingkatan seseorang memformulasikan masalah
dan mengumpulkan fakta-fakta atau materi yang dipandang berguna dalam
memperoleh pemecahan yang baru. Ada kemungkinan apa yang
dipikirkan itu tidak segera memperoleh pemecahannya, tetapi soal itu tidak
hilang begitu saja, tetapi masih terus berlangsung dalam diri individu yang
bersangkutan. Hal ini menyangkut fase atau tingkatan kedua yaitu fase
inkubasi.
2. Tingkat inkubasi (incubation); berlangsungnya masalah tersebut dalam
jiwa seseorang karena individu tidak segera memperoleh pemecahan
masalah.
3. Tingkat pemecahan atau iluminasi (illumination); tingkat mendapatkan
pemecahan masalah, orang mengalami “Aha”, secara tiba-tiba
memperoleh pemecahan tersebut.
4. Tingkat evaluasi (evaluation); mengecek apakah pemecahan yang
diperoleh pada tingkat iluminasi itu cocok atau tidak. Apabila tidak cocok
lalu meningkat pada tingkat berikutnya.
5. Tingkat revisi (revision); mengadakan revisi terhadap pemecahan yang
Ciri-ciri kemampuan berpikir kreatif (aptitude) meliputi berpikir lancar,
luwes, orisinal, kemampuan memperinci dan menilai. Dalam tabel berikut
diuraikan ciri-ciri berpikir kreatif dengan memberikan perumusan (definisi)
yang menjelaskan konsepnya, serta contoh perilaku siswa yang mencerminkan
ciri-ciri tersebut sebagai tuntunan bagi para pendidik (William, 1977 dalam
Munandar, 1985:88-90).
Tabel 2. Indikator berpikir kreatif menurut (William 1977, dalam Munandar, 1985:88-90).
No. Berpikir Kreatif Indikator Definisi Perilaku Siswa
1.
Berpikir lancar
(fluency) Mencetuskan banyak gagasan, jawaban, penyelesaian masalah atau pertanyaan.
Memberikan banyak cara atau saran untuk melakukan berbagai hal.
Selalu memikirkan lebih dari satu jawaban.
Mengajukan banyak pertanyaan.
Menjawab dengan sejumlah jawaban jika ada Bekerja lebih cepat dan
melakukan lebih banyak daripada anak-anak lain. Dapat dengan cepat melihat
kesalahan atau kekurangan pada suatu obyek atau situasi.
2.
Berpikir luwes
(flexibility) Menghasilkan gagasan, jawaban, atau pertanyaan yang bervariasi.
Dapat melihat suatu masalah dari sudut pandang yang berbeda-beda. Mencari banyak alternatif
atau arah yang berbeda-beda.
Mampu mengubah cara pendekatan atau cara pemikiran.
Memberikan aneka ragam penggunaan yang tidak lazim terhadap suatu obyek. Memberikan
macam-macam penafsiran
(interpretasi) terhadap suatu gambar, cerita, atau masalah.
Menerapkan suatu konsep atau asas dengan cara yang berbeda-beda.
dari mayoritas kelompok. Jika diberikan suatu
masalah biasanya
Mampu mengubah arah berpikir secara spontan. 3. Berpikir orisinal
(originality) Mampu melahirkan ungkapan yang baru dan unik.
Memikirkan cara yang tidak lazim untuk masalah atau hal-hal yang tidak pernah terpikirkan oleh orang lain.
Mempertanyakan cara-cara yang lama dan berusaha memikirkan cara-cara yang baru.
Memilih asimetri dalam menggambar atau membuat desain.
Memiliki cara berpikir yang lain dari yang lain.
Setelah membaca atau mendengar gagasan-gagasan, bekerja untuk menemukan penyelesaian yang baru.
Lebih senang mensintesis daripada menganalisa situasi.
4. Kemampuan memerinci (elaboration)
Mampu memperkaya dan mengembangkan suatu gagasan atau produk. Menambahkan detil-detil
dari suatu obyek, gagasan, atau situasi sehingga menjadi lebih menarik.
Mencari arti yang lebih mendalam terhadap
Mencoba atau menguji detil-detil untuk melihat arah yang akan ditempuh. Mempunyai rasa keindahan
yang kuat sehingga tidak puas dengan penampilan
mengevaluasi
(evaluation) menentukan apakah suatu pertanyaan benar, suatu rencana sehat, atau suatu tindakan bijaksana. Mampu mengambil
keputusan terhadap situasi yang terbuka.
Tidak hanya mencetuskan gagasan, tetapi juga melaksanakannya.
sendiri.
Menentukan pendapat sendiri mengenai suatu hal. Menganalisis masalah atau
penyelesaian secara kritis dengan selalu menanyakan “Mengapa?”.
Mempunyai alasan yang dapat
dipertanggungjawabkan untuk mencapai suatu keputusan.
Merancang suatu rencana kerja dari gagasan-gagasan yang tercetus.
Pada waktu tertentu tidak menghasilkan gagasan-gagasan tetapi menjadi peneliti atau penilai yang kritis.
Menentukan pendapat atau bertahan terhadapnya.
Pencapaian keberhasilan pendidikan yang mengembangkan kemampuan
berpikir kreatif ditopang oleh tiga komponen yang bersinergi, yaitu keluarga,
sekolah, dan masyarakat. Guru memegang peranan yang penting dalam
memunculkan, memupuk, dan merangsang pertumbuhan kemampuan berpikir
kreatif siswa. Menurut (Ariwibowo, 2007) kemampuan ini bertujuan untuk:
Memahamkan konsep terhadap suatu nilai, konsep atau masalah tertentu.
Mampu menerapkan konsep / memecahkan masalah.
Mampu mengkreasikan sesuatu berdasarkan pemahaman tersebut.
Pengembangan keterampilan berpikir kreatif merupakan level berpikir kelas
tinggi. Hal ini harus tercermin dalam indikator hasil belajar yang guru
kembangkan dalam RPP. Menurut Ellis yang dipublikasikan melalui
berpikir kreatif dapat diukur dengan berbagai indikator prilaku belajar siswa
seperti di bawah ini.
Menunjukkan sikap percaya diri, mandiri, dan menyenangkan. Kemandirian siswa dalam berpikir terlihat menunjukkan kesenangan terhadap hal yang dipelajari, terintegrasi dan fokus pada pokok bahasan, menunjukan sikap empati dan keterlibatan emosional pada hal yang dilakukan, dan menunjukkan motivasi diri untuk mencapai target yang diharapkannya.
Aktif berkolaborasi dan berkomunikasi yang dapat dilihat dalam prilaku yang dapat bekerja untuk mewujudkan tujuan melalui kerja sama dalam kelompok, aktif berdiskusi dalam tim, memberikan saran dengan penuh pertimbangan, mendengar dengan serius, merespon dengan sungguh-sungguh, mengatasi masalah dan mengungkapkan gagasan. Bertindak kreatif yang ditandai dengan munculnya kemampuan untuk
mengintegrasikan berbagai ide dalam rumusan singkat, bertanya, menghubungkan gagasan yang satu dengan gagasan lain, mengambil resiko, dan melakukan percobaan, mengekspresikan pikiran sendiri dalam produk belajar yang artistik.
Menunjukkan daya imajinasi dan mampu memainkan yang
ditunjukkan dengan kemampuan mengidentifikasi, melakukan eksplorasi berbagai alternatif, mengembangkan berbagai perencanaan atau program, mendemonstrasikan perkembangan secara atistik yang didukung dengan kecapan yang spesifik, dan kemampuan mengontrol yang semakin meningkat.
Berpengetahuan dan memiliki pemahaman yang ditunjukkan dengan kesadaran untuk membedakan berbagai format, gaya, atistik, taradisi kultural, dan melakukan berbagai teknik melakukan berbagai hal secara kreatif. uses subject specific knowledge and language with understanding. Merefleksikan dan mengevaluasi yang ditandai dengan kemampuan
merespon, berkomentar, mengerjakan sendiri, sehingga dapat
menunjukkan pengembangan daya berpikir logis, artistik, imajinatif. dalam bekerja, dan mampu mengevaluasi pekerjaan yang dialaminya.
Orang- orang yang kreatif bersikap positif terhadap pemecahan masalah,
mereka menganggap masalah sebagai suatu tantangan, suatu kesempatan
untuk memperoleh pengalaman baru, dan suatu pengayaan perbendaharaan
sarana berpikir, suatu pengalaman belajar. Dengan sikap positif, usaha yang
mungkin menyebabkan frustasi dalam mencari suatu solusi terkompensasi
proses menemukan suatu solusi. Orang-orang yang kreatif memandang suatu
rintangan dalam memecahkan masalah sebagai suatu tantangan, suatu
petualangan intelektual dan emosional (Darmiyati, 2006:128).
Pembelajaran keterampilan berpikir kreatif mempunyai kelemahan dan
kelebihan. Adapun kelemahan-kelemahannya adalah kurang siapnya guru
dan siswa untuk terlibat dalam pembelajaran ini serta memerlukan waktu
yang cukup panjang. Sedangkan kelebihannya diantaranya siswa menjadi
lebih kreatif dan produktif. Kekuatan pembelajaran ini membuahkan proses
dan hasil belajar yang dapat memacu kreatifitas sekaligus meningkatkan
kualitas pembelajaran. Oleh karena itu, sangat diharapkan guru untuk dapat
menerapkan pembelajaran ini dan mengembangkan sesuai dengan bidang
III. METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Maret 2012 semester genap di
SMPN 13 Bandar Lampung.
B. Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII SMPN 13 Bandar
Lampung Tahun Pelajaran 2011/2012, yaitu sebanyak sembilan kelas. Dari
sembilan kelas tersebut diambil dua kelas sebagai sampel penelitian dengan
menggunakan teknik cluster random sampling. Hasilnya, siswa pada kelas VIID
terpilih sebagai kelas eksperimen dan siswa pada kelas VIIE sebagai kelas
kontrol. Cluster random sampling ialah pemilihan sampel yang bukan
didasarkan pada individual, melainkan lebih didasarkan pada kelompok, daerah,
atau kelompok subjek yang secara alami berkumpul bersama.
C. Desain Penelitian
Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain pretest-posttest
non-equivalen. Kelas kontrol maupun kelas eksperimen menggunakan kelas dalam
satu level dengan kondisi yang homogen. Kelas eksperimen diberi perlakuan
dengan model PBL, sedangkan kelas kontrol dengan menggunakan metode
Sampel mendapat penilaian keterampilan berpikir kreatif yang sama. Sehingga
struktur desain penelitiannya adalah sebagai berikut:
Kelompok pretest perlakuan posttest
I O1 X O2
II O1 C O2
Gambar 2. Desain pretest-posttest non-equivalen
Keterangan : I = Kelas eksperimen (kelas VIId) II = Kelas kontrol (kelas VIIe)
Penelitian ini terdiri dari dua tahap, yaitu prapenelitian dan pelaksanaan
penelitian. Adapun langkah-langkah dari tahap tersebut sebagai berikut:
1. Prapenelitian
Kegiatan yang dilakukan pada prapenelitian adalah:
a. Membuat dan menyampaikan surat izin penelitian ke sekolah.
b. Mengadakan observasi ke sekolah tempat diadakannya penelitian,
untuk mendapatkan informasi tentang keadaan sekolah dan kelas
yang akan diteliti.
c. Menetapkan sampel penelitian untuk kelas eksperimen dan kelas
kontrol.
d. Mengambil data berupa nilai akademik siswa semester ganjil yang akan
digunakan sebagai acuan dalam pembuatan kelompok.
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Kartu Masalah atau Problem Card
(PC) untuk kelas eksperimen, dan Lembar Kerja Kelompok (LKK)
untuk kelas kontrol.
f. Melakukan pengelompokan siswa secara heterogen berdasarkan
kemampuan akademik. Kemampuan akademik diperoleh dari nilai ujian
semester ganjil TP. 2009/2010. Setiap kelompok terdiri dari 6 siswa
yang terdiri dari 2 siswa dengan nilai tinggi, 2 siswa dengan nilai
sedang, dan 2 siswa dengan nilai yang rendah (Lie, 2004:42).
2. Pelaksanaan Penelitian
Mengadakan kegiatan pembelajaran dengan menerapkan model PBL untuk kelas
eksperimen dan metode diskusi untuk kelas kontrol. Penelitian ini dilakukan
sebanyak 2 kali pertemuan. Pertemuan pertama membahas materi pokok
komponen-komponen penyusun ekosistem, satuan-satuan kehidupan dalam
ekosistem dan macam-macam ekosistem. Pertemuan kedua membahas materi
pokok saling ketergantungan antar komponen dalam ekosistem dan pola
interaksi dalam ekosistem. Adapun langkah-langkah pembelajarannya sebagai
berikut :
Kelas eksperimen ( pembelajaran dengan menggunakan model
pembelajaran Problem Based Learning)
a. Kegiatan Pendahuluan
1) Siswa mengerjakan soal tes awal (pretest) (Pertemuan 1).
2) Apersepsi dilakukan oleh siswa dengan memperhatikan penjelasan guru,
gen, spesies, dan ciri-ciri mahluk hidup . Sekarang kita akan belajar
memecahkan masalah yang berkaitan dengan satuan-satuan dalam
ekosistem dan komponen penyusun ekosistem, serta saling
ketergantungan antar komponen dalam ekosistem dan pola interaksi di
dalam ekosistem kemudian mengkomunikasikannya” (Pertemuan 1-2).
3) Siswa memperoleh motivasi dari guru, ”Dengan mempelajari materi ini
kita dapat mengetahui apa saja masalah-masalah yang berhubungan
dengan satuan-satuan dalam ekosistem dan komponen penyusun
ekosistem, serta saling ketergantungan antar komponen dalam
ekosistem dan pola interaksi di dalam ekosistem” (Pertemuan 1-2).
b. Kegiatan Inti
1) Setiap kelompok siswa memperoleh kartu masalah (Problem Card)
sesuai dengan jumlah anggota kelompoknya (Pertemuan 1-2).
2) Setiap siswa bekerja sama dalam kelompok untuk menemukan dan
menyajikan data yang berkaitan dengan satuan-satuan dalam ekosistem
dan komponen penyusun ekosistem, saling ketergantungan antar
komponen dalam ekosistem dan pola interaksi di dalam ekosistem dalam
bentuk tabel/gambar/deskripsi (Pertemuan 1-2).
3) Siswa berdiskusi untuk menjawab kartu masalah (Problem Card) yang
berisi tentang permasalahan-permasalahan yang berkaitan dengan
satuan-satuan dalam ekosistem dan komponen penyusun ekosistem,
saling ketergantungan antar komponen dalam ekosistem dan pola
interaksi di dalam ekosistem (Pertemuan 1-2).
dilanjutkan dengan diskusi kelas (Pertemuan 1-2).
5) Siswa menanyakan hal-hal yang belum dipahami ketika guru
memberikan konfirmasi (Pertemuan 1-2).
c. Kegiatan Penutup
1) Siswa membuat simpulan/rangkuman materi yang telah dipelajari
dengan bimbingan guru (Pertemuan 1-2).
2) Siswa mengerjakan tes akhir (posttest) (Pertemuan 2).
3) Siswa memperhatikan penyampaian guru tentang umpan balik terhadap
proses dan hasil pembelajaran.
Kelas Kontrol (pembelajaran menggunakan metode diskusi).
a. Kegiatan pendahuluan
1) Siswa mengerjakan soal tes awal (pretest) (Pertemuan 1).
2) Apersepsi dilakukan oleh siswa dengan memperhatikan penjelasan guru,
”Pertemuan yang lalu kalian sudah belajar tentang keanekaragaman
gen, spesies, dan ciri-ciri mahluk hidup . Sekarang kita akan belajar
memecahkan masalah yang berkaitan dengan satuan-satuan dalam
ekosistem dan komponen penyusun ekosistem, serta saling
ketergantungan antar komponen dalam ekosistem dan pola interaksi di
dalam ekosistem kemudian mengkomunikasikannya” (Pertemuan 1-2).
3) Siswa memperoleh motivasi dari guru, ”Dengan mempelajari materi ini
kita dapat mengetahui apa saja masalah-masalah yang berhubungan
dengan satuan-satuan dalam ekosistem dan komponen penyusun
ekosistem dan pola interaksi di dalam ekosistem”(Pertemuan 1-2).
b. Kegiatan Inti
1) Setiap kelompok siswa memperoleh LKK sesuai dengan jumlah
anggota kelompoknya (Pertemuan 1-2).
2) Setiap siswa bekerja sama dalam kelompok untuk menemukan dan
menyajikan data yang berkaitan dengan satuan-satuan dalam ekosistem
dan komponen penyusun ekosistem, saling ketergantungan antar
komponen dalam ekosistem dan pola interaksi didalam ekosistem dalam
bentuk tabel/gambar/deskripsi (Pertemuan 1-2).
3) Siswa berdiskusi untuk menjawab LKK yang berkaitan dengan
satuan-satuan dalam ekosistem dan komponen penyusun ekosistem, saling
ketergantungan antar komponen dalam ekosistem dan pola interaksi di
dalam ekosistem (Pertemuan 1-2).
4) Setiap kelompok mempresentasikan hasil karyanya kemudian
dilanjutkan dengan diskusi kelas (Pertemuan 1-2).
5) Siswa menanyakan hal-hal yang belum dipahami ketika guru
memberikan konfirmasi (Pertemuan 1-2).
c. Kegiatan penutup
1) Siswa membuat simpulan/rangkuman materi yang telah dipelajari
dengan bimbingan guru (Pertemuan 1-2).
2) Siswa mengerjakan tes akhir (posttest) (Pertemuan 2).
3) Siswa memperhatikan penyampaian guru tentang umpan balik terhadap
E. Jenis dan Teknik Pengambilan Data
Terdapat dua jenis data yang diperoleh dalam penelitian ini, yaitu data
kuantitatif dan data kualitatif.
1. Jenis Data
a) Data kuantitatif
Data kuantitatif dalam penelitian ini adalah data keterampilan berpikir
kreatif siswa yang diambil melalui nilai pretest dan nilai posttest.
Kemudian dihitung selisih antara nilai pretest dengan posttest. Selisih
tersebut disebut sebagai N-gain.
b) Data kualitatif
Data dalam penelitian ini digunakan untuk mendeskripsikan
keterampilan berpikir kreatif siswa baik sebelum, selama, maupun
setelah pembelajaran. Selain itu, digunakan data pendukung berupa data
aktivitas belajar siswa terhadap penerapan model PBL.
2. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
a) Pretest dan Posttest
Data keterampilan berpikir kreatif adalah berupa nilai pretest dan
posttest. Nilai pretest diambil pada pertemuan pertama setiap kelas,
baik eksperimen maupun kontrol, sedangkan nilai posttest di akhir
pertemuan kedua setiap kelas. Soal yang diberikan adalah 10 butir soal
essay.
b) Lembar Kerja Kelompok (LKK)
siswa di kedua kelas selama proses pembelajaran. Kelas eksperimen
menggunakan LKK dalam bentuk kartu masalah (Problem Card),
sedangkan kelas kontrol menggunakan LKK dalam bentuk tanpa kartu
masalah.
c) Lembar Observasi Aktivitas Siswa
Lembar observasi aktivitas siswa berisi aspek kegiatan yang diamati
pada saat proses pembelajaran di kedua kelas. Setiap siswa diamati poin
kegiatan yang dilakukan dengan cara memberi tanda (√ ) pada lembar
observasi sesuai dengan aspek yang telah ditentukan.
Tabel 3. lembar observasi aktivitas siswa
No Nama
Aspek yang di amati
Xi
0 tidak mengungkapkan pendapat
1 mengungkapkan pendapat tetapi tidak sesuai dengan permasalahan 2 mengungkapkan pendapat sesuai dengan permasalahan
B. Bertanya:
0 tidak mengajukan pertanyaan
1 mengajukan pertanyaan tetapi tidak mengarah pada pertanyaan 2 mengajukan pertanyaan mengarah pada pertanyaan
C. Berdiskusi:
0 tidak melakukan diskusi
D. Mengumpulkan informasi: 0 tidak mengumpulkan informasi
1 mengumpulkan informasi tetapi tidak sesuai dengan permasalahan 2 mengumpulkan informasi sesuai dengan permasalahan
E. Menyiapkan hasil karya:
0 tidak menyiapkan hasil karya
1 menyiapkan hasil karya tetapi tidak lengkap 2 menyiapkan hasil karya dengan lengkap
F. Memperhatikan penjelasan:
0 tidak memperhatikan penjelasan
1 memperhatikan penjelasan tetapi tidak focus 2 memusatkan perhatian pada penjelasan
G. Membuat kesimpulan:
0 tidak membuat kesimpulan
1 membuat kesimpulan tetapi tidak lengkap 2 membuat kesimpulan dengan lengkap
F. Teknik Analisis Data
1. Data Kuantitatif
Data penelitian ini berupa data kuantitatif, yaitu keterampilan berpikir kreatif
siswa materi pokok ekosistem yang diperoleh dari nilai pretest dan posttest.
Untuk pretest diberikan sebelum pertemuan pertama dan posttest diberikan
setelah pertemuan kedua. Kemudian dihitung selisih antara nilai pretest
dengan posttest. Nilai selisih tersebut disebut sebagai gain score, lalu
dianalisis secara statistik. Untuk mendapatkan N-Gain pada setiap pertemuan
menggunakan formula Hake (dalam Loranz, 2008:3) sebagai berikut:
Nilai pretest, posttest, dan N-gain pada kelas eksperimen dan kontrol
dianalisis menggunakan uji t dengan program SPSS versi 17, yang
sebelumnya dilakukan uji prasyarat berupa uji normalitas dan kesamaan dua
varians (homogenitas) data:
a) Uji Normalitas Data
Uji normalitas data dihitung menggunakan uji Liliefors dengan
menggunakan softwere SPSS versi 17.
Hipotesis
Ho : Sampel berdistribusi normal H1 : Sampel tidak berdistribusi normal
Kriteria Pengujian
Terima Ho jika Lhitung < Ltabel dan tolak Ho jika Lhitung > Ltabel (Sudjana, 2002: 468) atau terima Ho jika p-value > 0,05, tolak Ho untuk harga yang lainnya (Nurgiyantoro dkk, 2002:118)
b)Kesamaan Dua Varians
Apabila masing-masing data berdistribusi normal, maka dilanjutkan
dengan uji kesamaan dua varian dengan menggunakan program SPSS 17.
Hipotesis
Ho : Kedua sampel mempunyai varians sama H1 : Kedua sampel mempunyai varians berbeda
Kriteria Uji
- Jika F hitung < F tabel atau probabilitasnya > 0,05 maka Ho diterima - Jika F hitung > F tabel atau probabilitasnya < 0,05 maka Ho ditolak (Pratisto, 2004:18)
c) Pengujian Hipotesis
perbedaan 2 rata-rata dengan menggunakan program SPSS 17.
Uji Kesamaan Dua Rata-rata
Hipotesis
H0 = Rata-rata N-gain kedua sampel sama H1 = Rata-rata N-gain kedua sampel tidak sama
Kriteria Uji
- Jika –t tabel < t hitung < t tabel, maka Ho diterima
- Jika t hitung < -t tabel atau t hitung > t tabel maka Ho ditolak (Pratisto, 2004:18)
Uji Perbedaan dua Rata-rata
Hipotesis
H0 = rata-rata N-gain pada kelas eksperimen sama dengan kelas kontrol.
H1 = rata-rata N-gain pada kelas eksperimen lebih tinggi dari kelas kontrol.
Kriteria Uji :
- Jika –t tabel < t hitung < t tabel, maka Ho diterima
- Jika t hitung < -t tabel atau t hitung > t tabel, maka Ho ditolak (Pratisto, 2004:12).
2) Data Kualitatif
a. Keterampilan berpikir kreatif oleh Siswa
Memberi skor sesuai rubrik penilaian keterampilan berpikir kreatif
Tabel 4. Keterampilan berpikir kreatif siswa
Keterangan : P = Persentase (%); F = Jumlah point/skor keterampilan berpikir kreatif yang diperoleh; N = Jumlah total point/skor keterampilan berpikir kreatif ; A= Fluency; B = Fleksibliity; C = Original; D = Elaboration ; E = Evaluation
Menjumlahkan skor (F) setiap siswa.
Menentukan nilai (P) pada setiap indikator keterampilan berpikir kreatif dengan menggunakan rumus:
P = F x 100 N
Keterangan: P = Persentase (%), F = Jumlah point/skor keterampilan berpikir kreatif yang di peroleh, N = Jumlah total point/skor keterampilan berpikir kreatif (Sudijono, 1996:318).
Setelah data diolah dan diperoleh nilainya, maka keterampilan berpikir
kreatif siswa tersebut dapat dilihat dari kriteria di bawah ini:
81 % - 100 % termasuk dalam kategori tinggi sekali
b. Aktivitas Belajar Siswa
Data aktivitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung merupakan data
yang diambil melalui observasi. Data tersebut dianalisis dengan
belajar siswa. Langkah-langkah yang dilakukan untuk adalah sebagai berikut:
Menghitung rata-rata aktivitas dengan menggunakan rumus:
100
x n
x X
iKeterangan : X = Rata-rata skor aktivitas siswa ∑xi = Jumlah skor yang diperoleh n = Jumlah skor maksimum
Menafsirkan atau menentukan persentase aktivitas belajar siswa sesuai
indeks kriteria. Indeks aktivitas siswa ditentukan berdasarkan kategori
berikut:
0,00 – 29,99 termasuk dalam kategori sangat rendah 30,00 – 54,99 termasuk dalam kategori rendah
55,00 – 74,99 termasuk dalam kategori sedang 75,00 – 89,99 termasuk dalam kategori tinggi
90,00 – 100,00 termasuk dalam kategori sangat tinggi
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dalam pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Penerapan model PBL dapat meningkatkan keterampilan berpikir kreatif
siswa pada siswa kelas VII semester genap SMPN 13 Bandar Lampung pada
materi pokok Ekosistem.
2. Penerapan model PBL dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa pada kelas
VII semester genap SMPN 13 Bandar Lampung pada materi pokok
Ekosistem.
B. SARAN
Berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan, penulis memberikan beberapa
saran sebagai berikut :
1. Pembelajaran menggunakan model PBL dapat digunakan oleh guru biologi
sebagai salah satu alternatif model pembelajaran yang dapat meningkatkan
keterampilan berpikir kreatif siswa pada materi pokok Ekosistem.
2. Dalam menentukan waktu pengerjaan soal pretest dan posttest keterampilan
berpikir kreatif hendaknya mempertimbangkan kemampuan siswa dalam
menyimpang dari Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang sudah
dirancang.
3. Artikel dalam Problem Card (kartu masalah) yang dijadikan sumber masalah
sebaiknya disusun sedemikian rupa sehingga memuat semua bahan diskusi
yang disajikan dalam Problem Card (kartu masalah) tersebut agar
memudahkan siswa dalam mengaitkan semua materi pokok pembahasan
dengan permasalahan di kehidupan nyata.
4. Pada proses pembelajaran menggunakan model PBL siswa diberikan
kesempatan untuk aktif dan mandiri dalam pemecahan masalah antara lain
dengan berdiskusi, sehingga guru harus pandai mengendalikan kondisi kelas
dengan cara bersikap tegas terhadap siswa yang tidak fokus terhadap
Ad- duweisy, Abdullah, M. 2003. Menjadi Guru Yang Sukses dan Berpengaruh. Karimi Surabaya: Pustaka Elba.
Arikunto, S. 2001. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. PT. Bina Aksara.Jakaarta.
Belina, W. W. 2008. Peningkatan Kecakapan Berpikir Rasional Siswa Dalam
Pembelajaran Fisika di SMP pada Pokok Bahasan Pemantulan Cahaya Melalui Model Pembelajaran PBI (Penelitian Eksperimen pada Siswa
Kelas VIII di salah satu SMP Swasta di Kota Bandung). Skripsi. Jurusan
Pendidikan Fisika UPI. Bandung. Tidak diterbitkan.
BSNP. 2006. Petunjuk Teknis Pengembangan Silabus dan Contoh/Model Silabus
SMA/MA. Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta
Darmiyati. 2006. Humanisasi Pendidikan. Bumi Aksara. Jakarta.
Dasna, IW, Sutrisno.2007. Model-model Pembelajaran Inovatif. Lembaga
Pengembangan Pendidikan dan Pembelajaran. Universitas Negeri Malang. Malang.
Didin, uninus. 2011. Pengaruh PBL Terhadap Kemampuan Siswa Berfikir
Kreatif Di Smp Negeri 42 palembang. Universitas PGRI Palembang.
Palembang.
Ellis, 1999. www. ec.europa.eu/…learning…/creativity/ellis. (03 Maret 2011;
16:06 WIB)
Fauziah, Y. N. 2011. Analisis Kemampuan Guru dalam Mengembangkan
Keterampilan Berpikir Kreatif Sekolah Dasar Kelas V pada Pembelajaran
IPA. (Jurnal). Universitas Pendidikan Indonesia.Bandung.://jurnal.
upi.edu/file/11-Yuli_Nurul-EDIT.pdf (02 November 2011; 16:06 WIB)
Hadjar, I. 1999. Dasar-dasar Metodologi Penelitian Kwantitatif Dalam
Pendidikan. PT Grafindo Persada, Jakarta.
Jannati. 2006. Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar Fisika Siswa
Menggunakan PBL Pada Pokok Bahasan Kalor Dan Perpindahannya
Pada SMP N 12 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2005/2006 (Skripsi).
FKIP UNILA. Bandar Lampung.
Kusmini. 2005. Model PBM untuk Mengembangkan Kecakapan Matematika
Siswa SD Kelas V sebagai Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi