• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 1 2 3 4 5 SEKRIPSI Sary

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "BAB 1 2 3 4 5 SEKRIPSI Sary"

Copied!
52
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada masa Kerajaan Sunda pelabuhan Sunda Kalapa sudah menjadi pelabuhan utama. Ibukota kerajaan ini, Pakuan Pajajaran, terletak di Batutulis (Bogor) dan pada masa itu dapat dicapai dalam dua hari perjalanan dengan menyusuri Ciliwung. Sunda Kalapa dikunjungi kapal-kapal dari Palembang, Tanjungpura, Malaka, Makassar, dan Madura, bahkan oleh pedagang-pedagang dari India, Tiongkok Selatan, dan Kepulauan Ryuku (kini Jepang). Sunda Kalapa mengekspor antara lain lada, pala, beras, dan juga emas, seperti juga cula badak ke Tiongkok (Heuken SJ, 1997: 22).

(2)

Pelabuhan Tanjung Priok adalah pelabuhan air modern terbesar se-Indonesia di Jakarta. Dimana dibangun untuk menggantikan pelabuhan lama yakni Pasar Ikan yang dinilai sudah tidak memenuhi syarat sebagai pelabuhan. Lokasinya berjarak sekitar 9 km di sebelah timur dari pelabuhan lama. Wilayahnya masuk dalam lingkup administratif pemerintahan Kelurahan Tanjung Priok, Kec. Tanjung Priok, wilayah Kotamadya Jakarta Utara. Pelabuhan Tanjung Priok merupakan suatu pelabuhan laut dalam yang pertama di mana kapal-kapal dapat bersandar, memuat batu bara dan diperbaiki di suatu dok yang sudah kering. Selain itu sebuah jalan kereta api juga dibuat untuk menghubungkan Tanjung Priok dengan kota lama Batavia dan daerah baru di selatan. Bermula dari kritik atas kelemahan fasilitas pelabuhan lama di Batavia yaitu Pelabuhan Sunda Kelapa, maka Tanjung Priok sampai sekarang masih tetap eksis sebagai pelabuhan penting bagi Jakarta untuk lalu lintas kapal-kapal besar.

Menurut Tome Pires (1511-1515) menggambarkan Pelabuhan Sunda Kelapa ramai disinggahi pedagang-pedagang dan pelaut dari luar seperti Sumatra, Malaka, Sulawesi Selatan, Jawa dan Madura. Menurut Tome pires, Sunda Kelapa banyak diperdagangkan lada, beras, asam, hewan potong, emas, sayuran serta buah-buahan. Sekitar tahun 1859 Sunda Kelapa tak seramai sebelumnya. Karena pendangkalan kapal-kapal, sehingga kapal tidak dapat bersandar di dekat pelabuhan.

(3)

orang-Pelabuhan Tanjung Priok dibangun dalam beberapa periode. tahun 1877-1933 oleh Gubernur Jenderal Johan Wilhelm Van Lasberge. Alasan Belanda membangun pelabuhan di Tanjung Priok karena Sunda Kelapa tidak mampu menampung arus barang masuk dan keluar.

Pelabuhan Tanjung Priok di bangun dalam beberapa periode tahun 1877-1932. Dengan rampungnya tiga pelabuhan yang dibangun oleh Belanda, Tanjung Priok menjadi pintu gerbang utama lalu-lintas Perdagangan Hindia-Belanda (Candra, 1978;22).

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka terungkap beberapa masalah yang ada dalam sejarah Pelabuhan Tanjung Priok, dapat diidentifiksasikan sebagai berikut:

1. Bagaimana Latar Belakang Berdirinya Kerajaan Sunda Kelapa. 2. Bagaimana Latar Belakang Berdirinya Pelabuhan Sunda Kelapa. 3. Bagaimana Latar Belakang Berdirinya Pelabuhan Tanjung Priok.

4. Bagaimana Latar Belakang Perubahan Fungsi Pelabuhan Sunda Kelapa ke pada Pelabuhan Tanjung Priok.

5. Bagaimanakah Pengaruh pelabuhan Tanjung Priok terhadap mata pencarian masyarakat setempat.

C. Pembatasan Masalah

Untuk terarahnya pembahasan maka penulisan ini adalah bentuk karya ilmiah penelitian saya sebagai perwujudan rasa ingin tahu yang besar terhadap Perkembangan Pelabuhan Tanjung Priok Di Jakarta Utara, agar tidak meluas dengan Permasalahan lain maka Peneliti Membatasi Masalah yaitu: Sejarah Pelabuhan Tanjung Priok periode I tahun 1877- 1883 sampai periode III tahaun 1921- 1932.

(4)

Berdasarkan uraian permasalahan yang telah dikemukakan di atas maka penulisan ini dapat di rumuskan sebabagai berikut :

1. Bagaimana Latar Belakang Berdirinya Kerajaan Sunda Kelapa. 2. Bagaimana Latar Belakang Berdirinya Pelabuhan Sunda Kelapa. 3. Bagaimana Latar Belakang Berdirinya Pelabuhan Tanjung Priok.

4. Bagaimana Latar Belakang Perubahan Fungsi Pelabuhan Sunda Kelapa ke pada Pelabuhan Tanjung Priok.

E. Tujuan Penelitian dan Kegunaan Penelitian

Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :

1. Menjelaskan Latar Belakang Berdirinya Kerajaan Sunda Kelapa 2. Menjelaskan Latar Belakang Berdirinya Pelabuhan Sunda Kelapa 3. Menjelaskan Latar Belakang Berdirinya Pelabuhan Tanjung Priok 4. Menjelaskan Latar Belakang Perubahan Fungsi Pelabuhan Sunda

Kelapa ke pada Pelabuhan Tanjung Priok.

Adapun Kegunaann yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah: 1. Untuk menambah informasi mengenai Latar Belakang Berdirinya

Pelabuhan Sunda Kelapa.

2. Untuk menambah informasi mengenai Sejarah Latar Belakang Pelabuhan Tanjung Priok.

3. Untuk menambah pengetahuan akan sejarah lokal.

4. Untuk pihak lain ini boleh dipergunakan sebagai refensi untuk memperkaya penulisan sejarah terutama dalam pengenalan Maritim di Indonesia yang kaya akan lautannya.

(5)

Dalam penyusunan hasil penelitian ini, penulis membagi ke dalam 5 Bab dan setiap babnya terdiri dari sub-sub bab yang masing-masing berkaitan dengan judul yang ditentukan. Adapun Sistematika Penulisannya adalah sebagai berikut:

BAB 1 : Pendahuluan

Dalam Bab ini dijelaskan tentang latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, sistimatika penulisan dan teknik penulisan.

BAB II : Definisi Konsep Dan Kerangka Berfikir

Dalam Bab ini diuraikan mengenai literature yang berhubungan dengan permasalahan yang akan dikaji dalam penelitan, antaranya Buku-buku yang berkaitan dengan Pelabuhan Tanjung Priok.

BAB III : Metodologi Peneletian

(6)

terhadap fakta-fakta yang telah didapatkan dari kegiatan sebelumnya. Historiografi ialah merupakan hasil akhir dari penelitian yang dijadikan laporan sesuai dengan pedoman penulisan karya ilmiah yang berlaku di UNINDRA PGRI.

BAB IV : Hasil Penelitian

Dalam Bab ini membahas tentang hasil penelitian dan pembahasan mengenai latar belakang Pelabuhan Tanjung Priok. Pada bab ini juga diuraikan mengenai aspek-aspek yang ditanyakan dalam rumusan masalah.

BAB V : Simpulan Dan Saran

Dalam Bab ini diuraikan tentang kesimpulan dan saran dari kajian penafsiran yang diperoleh dari hasil penelitian akan latar belakang Sejarah Pelabuhan Tanjung Priok, temuan hasil ini telah dibahas dibab IV dan juga hasil dari penjelasan pada bab-bab sebelumnya yang telah diuraikan penulis lalu disimpulkan dalam sebuah analisis.

(7)

BAB II

(8)

A. Landasan Teori

Sejarah adalah Asal usul keturunan silsilah, kejadian dan peristiwa yang benar-benar terjadi pada masa lampau, riwayat, tambo. Menurut Prof Dr. Kuntowijoyo, Sejarah dibagi dua yaitu secara positif dan negatif. Secara positif, Sejarah adalah ilmu tentang manusia, tentang waktu, tentang sesuatu yang mempunyai makna sosial dan ilmu tentang sesuatu yang terinci dan tertentu. Sedangkan secara negatif sejarah adalah Sejarah bukan mitos, bukan fisafat, bukan ilmu alam dan bukan sastra.

1. Pelabuhan

Sebelum melangkah pada pemaparan hasil penelitian, maka penulis memulainya dengan memaparkan pengertian tentang pelabuhan. Menurut Kamus Sejarah Indonesia Pelabuhan adalah tempat berlabuh setengah terlindung, dimana kapal-kapal berlabuh di lepas pantai untuk dimuat dan dibongkar muatannya menggunakan kapal-kapal lebih kecil.

Pelabuhan secara harfiah adalah sebagai tempat berlabuh dan tempat bertambahnya kapal-kapal serta kendaraan air lainnya, tempat untuk menaikan dan menurunkan penumpang, bongkar muatan barang dan sebagai daerah lingkungan kerja, kegiatan ekonomi. Sedangkan pengertian lainnya pelabuhan adalah kawasan yang terdiri dari daratan dan perairan di sekitarnya dengan batas-batas tertentu sebagai tempat kegiatan pemerintahan dan kegiatan ekonomi yang dilengkapi dengan fasilitas keselamatan perlayaran dan kegiatan penunjang pelabuhan (Kosasih Anang 2013:9).

(9)

Tahun 2008 tentang pelayaran adalah tempat yang terdiri dari daratan dan perairan di sekitarnya dengan batas-batas tertentu sebagai tempat kegiatan pemerintahan dan kegiatan ekonomi yang dipergunakan sebagai tempat kapal bersandar, berlabuh, naik turun penumpang dan bongkar muat barang dilengkapi dengan fasilitas keselamatan pelayaran dan kegiatan penunjang pelabuhan serta sebagai tempat perpindahan intra dan antar moda transportasi (Sunoyo, 2001:1).

Bertolak dari definisi diatas dapat diartikan bahwa pelabuhan adalah sebuah fasilitas di ujung samudra, sungai, atau danau untuk menerima kapal dan memindahkan barang maupun penumpang ke dalamnya. pelabuhan juga daerah perairan yang terlindungi dari gelombang laut dan dilengkapi dengan fasilitas terminal.

(10)

Menurut Bambang 2007:45, Pelabuhan adalah Daerah perairan yang terlindungi terhadap gelombang, yang dilengkapi dengan fasilitas terminal laut meliputi dermaga dimana kapal akan bertambat untuk bongkar muat barang.

2. Tanjung Priok a. Tanjung

Menurut kamus besar bahasa Indonesia, Tanjung adalah tanah (ujung) atau pegunungan yang menganjur ke laut (ke danau). Menurut kamus umum bahasa Indonesia tanjung adalah 1 tanah (ujung) atau pegunungan yang menganjur kelaut

b. Priok

Menurut Kamus Sejarah Indonesia, Priok adalah (Priuk) yaitu semacam panci masak tanah liat yang merupakan komoditas perdagangan sejak zaman dulu. Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa Tanjung Priok adalah daratan yang menjorok kelaut, merupakan hasil bumi dan kerajinan setempat yang dapat dimanfaatkan sebagai ekspor bahan mentah yang dapat digolongkan menurut standar perdagangan internasional.

B. Hasil Penelitian yang Relevan

Skripsi Anang Hermansyah 2013, “Pelabuhan Sunda Kalapa Sekitar Awal Abad XVI”, mengungkapkan Kerajaan Sunda meliputi separuh pulau Jawa, juga dikemukakan bahwa kerajaan Sunda memiliki struktur perwilayahan yang terdiri dari kerajaan-kerajaan daerah. Namun point yang saya dapat ambil disini mengenai pelabuhan dan bagaimana fungsi dari pelabuhan itu sendiri.

(11)

Priok mempunyai wilayah Perairan (Didalam pelabuhan / breakweater) seluas 424 ha dan wilayah daratan seluas 604 ha, dan mempunyai tiga jenis terminal, yaitu terminal penumpang, terminal barang konvensional dan terminal peti kemas. Sebagai Pelabuhan yang penting tidak saja bagi wilayah metropolitan Jakarta tetapi juga bagi seluruh Indonesia ini dan dimasa Mendatang, Tanjung Priok menghadapi berbagai masalah besar yang bermuara pada pengembangan kapasitas, efisiensi/produktifitas, serta lingkungan. Di harapkan bahwa sesudah adanya Pelabuhan Tanjung Priok tidak ada lagi kendala-kendala yang terjadi seperti penumpukan kapasita`s muatan, baik itu muatan barang ataupun orang.

Tesis Susanto Zuhdi 2002 yang berjudul Cilacap 1830-1942, Bangkit dan Runtuhnya Suatu Pelabuhan di jawa. Memberikan gambaran ke aarah pembahasan fungsi dan kedudukan pelabuhan, jadi ada kejelasan hubungan mati dan hidupnya suatu pelabuhan. Bagaimana aktivitas pelabuhan berpengaruh pada keberadaannya dapat menjadi pembanding keadan di pelabuhan Tanjung Priok.

(12)

Buku yang berjudul “Jakarta Sejarah 400tahun”, karya dari Susan Blackburn tahun 2001 memuat Kota Kolonial Batavia Pada Abad ke-19 menemukan kembali mengenai pembahasan bahwa kesulitan mendarat Didermaga Sunda penyebab utama pemindahan Pelabuhan utama ini Ke Tanjung Priok.

Tesis Andi Syamsu Rijal 2011, Dua Pelabuhan Satu Selat: Sejarah Pelabuhan Merak dan Pelabuhan Bakauheni di Selat Sunda 1912-2009. Mengungkap kan dan memahami sejarah Pelabuhan Merak dan Pelabuhan Bakauheni yang berada di Selat Sunda dari tahun 1912-2009. Selat ini memiliki posisi yang sangat starategis menyatukan dan melayani dua pulau besar dan utama di Indonesia yaitu Pulau Jawa dan Sumatera.

Dari tulisan-tulisan diatas tampak bahwa permasalahan utama yang diangkat dalam penelitian belum terjawab, karena perbedaan dalam tujuan penulisan dan pusat perhatian. Namun tulisan-tulisan tersebut memberikan wawasan yang mendalam bagaimana bentuk dan proses sejarah maritim sesungguhnya.

C. Kerangka berfikir

(13)

di bawah kekuasaan kerajaan Sunda maka kemudian pelabuhan ini disebut Sunda Kelapa.

Pelabuhan Sunda Kelapa telah dikenal semenjak abad ke-12 dan kala itu merupakan pelabuhan terpenting Kerajaan Sunda yang beribukota di Pajajaran. Kemudian pada masa masuknya Islam dan para penjelajah Eropa, Sunda Kelapa diperebutkan antara kerajaan-kerajaan Nusantara dan Eropa. Akhirnya Belanda berhasil menguasainya cukup lama sampai lebih dari 300 tahun. Para penakluk ini mengganti nama-nama pelabuhan Sunda Kelapa dan daerah sekitarnya. Namun pada awal tahun 1970-an, nama kuno “Sunda Kelapa” kembali digunakan sebagai nama resmi pelabuhan tua ini.

Tahun 1859, Sunda Kelapa tidak seramai masa-masa sebelumnya, akibat pedangkalan, kapal-kapal tidak dapat bersandar dekat pelabuhan yang mengakibatkan barang-barang dari tengah laut harus diangkut dengan perahu. Maka di bangunlah tanjung priok, yang jaraknya sekitar 15km ketimur dari sunda kelapa ( Supratikno, 1996:21).

Syahbandar adalah badan yang melaksanakan pemeriksaan surat-surat kapal, agar kapal dapat keluar masuk pelabuhan. Syahbandar adalah penegak hukum dalam ketertiban Bandar dan pengawas keselamatan pelayaran. Kapal-kapal harus memiliki dokumen yang menyatakan bahwa kapal layak serta memenuhi syarat dan ketentuan keselamatan pelayaran (suyono, 2001:19).

(14)

binatang buas dan gerombolan budak , rakyat dari Sunda Kelapa berpindah wilayah ke selatan (Gonda, 1951:348).

Pembangunan Pelabuhan Tanjung Priok dimulai pada 1877, Tanjung Priok adalah Pelabuhan baru yang di bangun untuk menggantikan Pelabuhan Sunda Kelapa yang dikembangkan oleh Pemerintah Kolonial Belanda. Perencanaan pelabuhan dibangun untuk pusat kawasan bisnis, dengan demikian Jawa memiliki pelabuhan laut dalam pertama dimana kapal-kapal dapat ditambatkan ke dermaga, memuat batu bara, dan menjalani perbaikan di tempat yang kering. Kebutuhan dunia akan bahan-bahan baku dan peningkatan industri. Sering kali memerlukan pembukaan suatu daerah industri dan pertambangan baru. Pengetahauan tentang perkembangan suatu kota bukan hanya dilihat dari tempat wisatanya. Namun pasar labuhan adalah wilayah yang paling tepat untuk pengembangan suatu kota.

(15)

Pelabuhan Tanjung Priok pada tahun 1877-1932. Menunjukan pelabuhan yang mampu menarik banyak peminat untuk berlabuh di pelabuhan tersebut. hal itu terjadi karena pelabuhan tersebut memiliki sarana yang memadai sebagai pelabuhan yang nyaman. Pengaruh pembangunan Pelabuhan Tanjung Priok terhadap mata pencaharian penduduk asli sebagai berikut: pengangkat barang, pengatur lalu lintas di pelabuhan, juga sebagai petugas kebersihan. Sebagai penduduk asli Tanjung Priok dapat memanfaatkan kesempatan tersebut sebagai mata pencarian.

Penulis mencoba mengungkapkan tentang sejarah pembangunan Pelabuhan Tanjung Priok 1877-1932, baik yang menyangkut masalah latar belakang pencetus ide, pelaksana pembangunan, dan bagaimana keadaan pelabuhan tersebut sebagai kawasan pelabuhan, serta pengaruh pembangunan pelabuhan terhadap mata pencaharian masyarakat setempat

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian

(16)

penjelasan tentang masa silam dan masih memungkinkan untuk mengadakan penelitian pada masa kini dan juga yang akan datang. Intepretasi penelitian terhadap fakta yang ada memberikan dampak terakhir bagi penulisan kembali pada peristiwa sejarah secara diskriptif analitis.

Pendekatan yang digunakan penulis adalah sosiologi, politik dan ekonomi. Serta pendekatan penelitian yang dilakukan oleh penulis ialah menggunakan pendekatan kualitatif, sehingga hasil akhir yang diharapkan penulis dari penulisan ini dalam bentuk penjelasan naratif dan untuk mendapatkan data-data juga sumber yang dibutuhkan maka penulis memperoleh bahan kajian didapat dari dokumen dan kajian pustaka yang penulis lakukan di Arsip Nasional Indonesia, Perpustakaan Pusat Universitas Indonesia, Perpustakaan Universitas Indraparasta PGRI, Perpustakaan Nasional Indonesia. Adapun waktu penelitian penulis targetkan selama empat bulan dimulai bulan Maret-Agustus 2015.

B. Metode Penelitian

(17)

sebagai “mengetahui bagaimana harus mengetahui” (to know how to know), (Sjamsudin, 2007:14).

Teknik penulisan skripsi ini menggunakan studi literatur sebagai tehnik yang dipergunakan dalam memperoleh data-data yang bersifat teoritis, sehingga diperoleh data akurat yang dibutuhkan dalam menulis skripsi. Dalam upaya yang dilakukan penulis untuk merekontruksi peristiwa sejarah yang menjadi objek kajian ialah melalui pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memperoleh informasi dari berbagai buku dan artikel-artikel melalui internet yang relevan sesuai dengan masalah ynag diangkat dan dikaji, berdasarkan uraian tersebut penulis melakukan empat langkah penting penelitian dalam menyususn skripsi ini. Sjamsudin 1996:67-187 menjelaskan dalam bukunya Metodelogi Sejarah, antaranya:

1) Heuristik, yaitu proses pencairan dan pengumpulan sumber sejarah yang relevan dengan penelitian.

(18)

3) Interpretasi, yaitu memberikan penafsiran terhadap fakta-fakta yang memberikan penafsiran terhadap fakta-fakta yang diperoleh selama penelitian.

4) Historiografi, yaitu proses penyusunan dan penuangan seluruh hasil penelitian kebentuk tulisan.

Sedangkan untuk mengetahui bagaimana sejarah dengan menggunakan metodologi dapat dilakukan dengan pendekatan teoritis (Leirissa, 1999:40-59). Empat tahap atau fase yang harus dilalui dalam metode sejarah secara berurutan dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Heuristik

(19)

Untuk tahap selanjutnya berupa berupa verifikasi atau kritik yaitu mencoba memberikan pemilihan terhadap sumber-sumber yang telah dikumpulkan sehingga sumber-sumber yang ada itu diharapkan diperoleh sumber yang sesuai dengan topik penelitian. Secara teoritik kritik terhadap sumber dapat dilakukan melalui :

a. Kritik Intern yaitu menilai otentisitas atau keabsahan dari sumber yang ditemukan (bisa dilihat dari bahan dan tulisan).

b. Kritik Ekstern yaitu menilai keabsahan (kredibilitas) dari isi atau materi yang dikandung oleh sumber yang ditemukan dengan menggunakan pendekatan “Hermeneutika” (memahami suasana zaman ketika dokumen dihasilkan).

3. Interpretasi atau Penafsiran

Fase ketiga dari metode sejarah. Kegiatan yang dilakukan oleh peneliti memberikan penjelasan (eksplanasi) terhadap data-data sejarah yang telah dihimpun dan diseleksi dengan cara membuat analisis untuk menghasilkan sintesis berdasarkan atas interpretasi atau penafsirannya. Pada fase inilah seorang peneliti dituntut untuk mencurahkan kemampuannya dalam memhami peristiwa yang sedang diteliti, dan hal ini akan menentukan kualitas karya ilmiah yang dihasilkannya. Dalam penelitian sejarah, hasil penelitian dan pembahasan adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan.

Hasil penelitian sejarah berupa data-data sejarah dalam bentuk kutipan atau suntingan dari sumber sejarahnya, sedangkan pembahasan adalah analisis terhadap data-data sejarah sebagai bukti kebenaran peristiwa yang dibahas. Analisis dapat berupa pandangan, pernyataan setuju atau tidak setuju berdasarkan interpretasi atau penafsiran penulisnya.

(20)

Tahap atau fase terakhir dari metode sejarah adalah histioriografi. Dari fakta baru yang merupakan hasil interpretasi yang penulis lakukan pada tahap sebelumnya, selanjutnya direkonstruksi kembali dengan senantiasa memperhatikan aspek-aspek historis berdasarkan tema-tema penting sehingga akan menghasilkan sejarah yang keobjektifasannya dapat di pertanggungjawabkan secara ilmiah dengan memihak kepada bukti-bukti yang didapatkan.

C. Sumber Sejarah

Sumber sejarah adalah segala sesuatu yang dapat memberikan informasi mengenai data dari suatu peristiwa. Berdasarkan sumbernya, dibedakan menjadi dua, yaitu data primer dan data sekunder.

1. Data primer yaitu data yang dibuat oleh peneliti untuk maksud khusus menyelesaikan permasalahan yang sedang ditanganinya. Data dikumpulkan sendiri oleh peneliti langsung dari sumber pertama atau tempat objek penelitian dilakukan.

2. Data sekunder yaitu data yang telah dikumpulkan untuk maksud selain menyelesaikan masalah yang sedang dihadapi. Data ini dapat ditemukan dengan cepat. Dalam penelitian ini yang menjadi sumber data sekunder adalah literatur, artikel, jurnal serta situs di internet yang berkenaan dengan penelitian yang dilakukan (Sugiyono 2009: 137).

(21)

dengan judul penulis, dimana penulis memperoleh dari berbagai buku-buku teks, skripsi, artikel dan sebagainya. Sumber-sumber tersebur diperoleh di Perpustakaan Nasional Republik Indonesia, Perpustakaan Universitas Indraprasta PGRI, Perpustakaan Pusat Universitas Indonesia, Arsip Nasional Indonesia. Sumber yang penulis gunakan diantaranya adalah Buku mengenai laporan-laporan, Dokumen, Skripsi, Dan Buku mengenai Tanjung Priok Masa Hindi-Belanda yang tersimpan oleh Kantor Arsip Nasional Republik Indonesia. Dalam arsip ini dijabarkan mengenai pendirian Pelabuhan Tanjung Priok, Letak Pendirian Pelabuhan Tanjung Priok pada masa Hindia-Belanda.

Sumber utama meliputi:

(22)

menegaskan bahwa Kerajaan Sunda meliputi separo Pulau Jawa. Orang lain yang dianggap lebih kompeten berkata bahwa Kerajaan Sunda mencakup sepertiga Pulau Jawa ditambah seperdelapannya lagi”.

2. Hardi Lasmidja 1987. Buku Jakarta Ku Jakarta Mu Jakarta Kita, Yayasan peginta sejarah dan pemerintah daerah khusus Ibukota. Nama Kerajaan Sunda baru kita kenal dari prasasti bogor tahun 926 m. Ibu Kota kerajaan terletak di Cicurug Kabupaten Sukabumi. Chau Yu-Kua dalam karyanya ling-wai-tai ta yang dibuat pada tahun 1178 menggambarkan Kerajaan Sunda. penduduk hidup dari hasi pertanian, rumah mereka berdiri diatas tiang beratap kulit kayu. Hasil buminya lada yang ditanami di pegunungan. Bahnya cukup kecil namun mutunya cukup tinggi.

3. Hanna A. Willard 1988 ,Hikayat jakarta, secara garis besar buku ini bercerita tentang perkembangan kota jakrta dari masa kerajaan Sunda Kalapa hingga penjajahan Belanda. Tetapi sumber tertulis dibuku ini, yang saya gunakan ialah mengenai peranan pelabuhan Sunda Kalapa Pada masa Jayakarta dan kedatangan VOC Belanda.

(23)

mempunyai tiga jenis terminal, yaitu terminal penumpang, terminal barang konvensional dan terminal peti kemas. Sebagai Pelabuhan yang penting tidak saja bagi wilayah metropolitan Jakarta tetapi juga bagi seluruh Indonesia ini dan dimasa Mendatang, Tanjung Priok menghadapi berbagai masalah besar yang bermuara pada pengembangan kapasitas, efisiensi atau produktifitas, serta lingkungan. Di harapkan bahwa sesudah adanya Pelabuhan Tanjung Priok tidak ada lagi kendala-kendala yang terjadi seperti penumpukan kapasitas muatan, baik itu muatan barang ataupun orang.

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Tinjauan Umum

1) Kajian latar Belakang Kerajaan Sunda

(24)

kerajaan-kerajaan tersebut. Sumber tertulis yang tertua berupa prasasti yang menyebutkan adanya kerajaan Sunda adalah prasasti Kebon Kopi II yang berangka tahun Saka dalam bentuk candrasengkala kawi haji panca pasagi (= 854 S.) yang bertepatan dengan tahun 932 M. Prasasti Kebon Kopi II menyebutkan sebuah peristiwa penting dalam sejarah Tatar Sunda, yaitu pemulihan kekuasaan kepada raja Sunda (barpulihkan haji sunda) (Djafar, 2008:1-2).

Demikian juga halnya dengan Antonio Pigafetta yang menulis buku Primo viaggio intorno al mondo pada 1522 yang memberitakan Sunda sebagai sebuah daerah yang banyak menghasilkan lada. Bahkan, dari masa yang sama itu juga terdapat kesaksian seorang penyair yang ikut dalam pelayaran keliling dunia dengan Magelhaens, Camoes, telah mengenal adanya kerajaan bernama Sunda (Lubis dkk., 2003: 80-81). Bujangga Manic juga melaporkan adanya pelabuhan (kalapa) dalam naskah yang ditulisnya sekitar (XIV-XV) menjelaskan bahwa kerajaan sunda telah memfungsikan pelabuhan kalapa (Ridwan Saidi, 1993:31).

(25)

bahasa Sunda Kuna dengan aksara pasca Palawa yang memiliki kesamaan dalam bentuk paleografinya, prasasti tersebut. Menyebutkan pula raja yang berkuasa pada waktu itu ialah Sri Baduga Raharaja Ratu Haji dari Pakuan Pajajaran (Djafar, 2008: 3-4).

Dari sumber-sumber yang ada dapat pula digambarkan bagaimana bentuk keraton pada zaman Kerajaan Sunda. Tome Pires (1512-1515) telah memberitakan tentang ibu kota Kerajaan Sunda yang dapat dicapai dua hari perjalanan dari Kalapa. Kota besar itu penuh dengan rumah-rumah yang kokoh dari daun rumbia dan kayu. Dikatakan bahwa kediaman raja (keraton) mempunyai 330 tiang dari kayu yang tebalnya seperti drum anggur dengan tinggi lima fadem serta di bagian puncaknya diukir indah, merupakan bangunan yang kokoh (Lubis dkk., 2003: 83).

(26)

kaitannya dengan pemasukan pendapatan kerajaan dari pajak ekspor dan impor perdagangan internasional (Leirissa dkk., 1997: 22-23).

Pelabuhan Sunda Kelapa dari sisi ekonomi memang memiliki nilai strategis, karena berdekatan dengan pusat-pusat perdagangan di Jakarta, seperti Glodok, Pasar Pagi, Mangga Dua, dan lain-lain. Wisatawan yang berkunjung ke sini dapat melihat keramaian aktivitas bongkar muat barang-barang kapal antarpulau berukuran 175 BRT (500 m2) yang mengangkut barang kebutuhan sehari-hari, seperti sembako dan tekstil. Selain itu, pengunjung juga dapat melihat aktivitas bongkar muat barang-barang lainnya, seperti, besi beton, kayu gergajian, rotan, kaoliang, dan kopra. Yang menarik, bongkar muat barang di pelabuhan ini masih menggunakan cara tradisional, yakni menggunakan tenaga manusia.

(27)

Periode akhir Kerajaan Sunda semakin jelas karena sumber-sumber sezaman, baik sumber dalam negeri maupun sumber luar negeri, saling menguatkan data. Rekonstruksi periode akhir Kerajaan Sunda adalah Sebelum Portugis menguasai Malaka, jalur perniagaan di Kepulauan Nusantara senantiasa melewati Selat Malaka, baik yang bertujuan ke Cina maupun ke Maluku. Oleh karena itu, pelabuhan-pelabuhan yang terdapat di Pesisir Utara Kerajaan Sunda kurang begitu berkembang meskipun tetap terlibat dalam perdagangan di Kepulauan Nusantara. Seiring dengan penguasaan Malaka oleh Portugis, Selat Sunda memegang peranan yang sangat penting dalam perdagangan di Kepulauan Nusantara. Hal tersebut dimungkinkan karena para pedagang Muslim tidak mau berdagang melalui Selat Malaka. Akibatnya, pelabuhan-pelabuhan yang terdapat di sepanjang Pesisir Utara Kerajaan Sunda semakin memegang peranan yang sangat penting dalam perdagangan di Kepulauan Nusantara (Kosasih Anang 2013:29-30).

Dari bukti-bukti tersebut dapat disimpulkan kembali sebagai berikut: 1. Di Tatar Sunda hanya ada satu kerajaan, yaitu Kerajaan Sunda.

2. Galuh, Kawali dan Pajajaran, bukanlah nama kerajaan, melainkan nama pusat pemerintahan atau ibukota (dayeuh) dari kerajaan-kerajaan daerah. 3. Telah terjadi perpindahan pusat kerajaan, mulai dari Galuh dan berakhir di

Pakuan Pajajaran.

2) Kajian Latar Belakang Berdirinya Pelabuhan Sunda Kelapa

(28)

dalam peta-peta pelayaran dan perniagaan, sekitar tahun 1500-1600 yang dibuat oleh orang-orang Portugis.

Bagi Kerajaan Sunda, perkembangan pelabuhan-pelabuhan tersebut memberikan keuntungan yang signifikan bagi perkembangan perekonomiannya. Sektor perdagangan semakin memberikan kontribusi besar bagi perkembangan ekonomi Kerajaan Sunda. Di pihak lain, perkembangan pelabuhan-pelabuhan tersebut melahirkan kekhawatiran yang semakin besar di kalangan penguasa Sunda karena perkembangan tersebut diiringi pula dengan masuknya faktor yang bisa menghancurkan negara. Faktor tersebut adalah semakin banyaknya saudagar Islam yang singgah di pelabuhan-pelabuhan Kerajaan Sunda. Penguasaan Sunda merasa khawatir dengan kenyataan tersebut karena dengan demikian agama Islam akan semakin besar pengaruhnya di Kerajaan Sunda. Sejak tahun 1479 pengaruh Islam di Kerajaan Sunda sudah cukup kuat seiring dengan tumbuhnya Cirebon sebagai pusat kekuasaan baru di pesisir utara Tatar Sunda. Bagi Kerajaan Sunda, pertumbuhan Cirebon tersebut merupakan ancaman serius terhadap eksistensinya karena daerah ini telah mengembangkan kehidupan yang bercorak Islam.

(29)

pelabuhannya di Teluk Banten melalui Jasinga, Rangkasbitung, samapai Banten Girang di Serang kini. Demikian pula ada jalan dari Banten Girang ke pelabuhannya melalui Sungai Cubanten. Dari Ibukota Kerajaan Sunda ke pelabuhan Tanggerang ada jalan darat melalui Ciampea dan Rumpin, yang dapat diteruskan melalui Sungai Cisadane sampai ke Tanggerang dan pelabuhannya. Ada kemungkinan pula dari Pakuan Pajajaran sudah menggunakan jalan Sungai Cisadane, mengingat sungai ini disebutkan dalam prasasti Muara pada zaman kerajaan Taruma sehingga mungkin sudah berperan sebagai hubungan lalulintas antara daerah pedalaman dan daerah pesisir.

Menurut sumber Portugis, Sunda Kelapa merupakan salah satu pelabuhan yang dimiliki Kerajaan Sunda selain pelabuhan Banten, Pontang, Cigede, Tamgara dan Cimanuk. Sunda Kelapa yang dalam teks ini disebut Kalapa dianggap pelabuhan yang terpenting karena dapat ditempuh dari ibu kota kerajaan yang disebut dengan nama Dayo (dalam bahasa Sunda modern: dayeuh yang berarti kota) dalam tempo dua hari. Pelabuhan ini telah dipakai sejak zaman Tarumanagara dan diperkirakan sudah ada sejak abad ke-5 dan saat itu disebut Sundapura. Pada abad ke-12, pelabuhan ini dikenal sebagai pelabuhan lada yang sibuk milik Kerajaan Sunda, yang memiliki ibukota di Pakuan Pajajaran atau Pajajaran yang saat ini menjadi Kota

Bogor. Kapal-kapal asing yang berasal dari Tiongkok, Jepang, India Selatan, dan

(30)
(31)

3) Tanjung Priok dibawah kekuasaan Sunda

Pelabuhan Sunda Kelapa adalah nama sebuah pelabuhan dan tempat sekitarnya di Jakarta, Indonesia. Pelabuhan ini terletak di kelurahan Penjaringan, kecamatan Penjaringan, Jakarta Utara. Pelabuhan Sunda Kelapa merupakan salah satu pelabuhan bersejarah peninggalan Kota Jakarta. Pelabuhan Sunda Kelapa terletak di Jalan Baruna Raya No.2, Kelurahan Penjaringan, Kecamatan Penjaringan, Jakarta Utara, Propinsi DKI Jakarta, Indonesia. Pelabuhan Sunda Kelapa memiliki berbagai daya tarik yang berbeda dengan pelabuhan-pelabuhan lainnya. Yaitu dengan adanya peninggalan dan jejak sejarah yang dapat menarik para wisatawan domestic maupun wisatawan asing untuk mengunjingi pelabuhan.

(32)

diperkirakan merupakan ibu kota Tarumanagara yang disebut Sundapura. Pada abad ke-12, pelabuhan ini dikenal sebagai pelabuhan lada yang sibuk. Kapal-kapal asing yang berasal dari Tiongkok, Jepang, India Selatan, dan Timur Tengah sudah berlabuh di pelabuhan ini membawa barang-barang seperti porselen, kopi, sutra, kain, wangi-wangian, kuda, anggur, dan zat warna untuk ditukar dengan rempah-rempah yang menjadi komoditas dagang saat itu.

Jakarta tempo dulu ketika berada di bawah kekuasaan kerajaan Sunda yaitu Galuh Pakuan Pajajaran bernama Sunda Kelapa, yang namanya telah digunakan sekitar abad ke 12. Nama Sunda Kelapa tersebut di ubah menjadi Jayakarta (Soekanto 1954:55). Pada waktu Faletehan berhasil mengalahkan Portugis yang atas izin kerajaan Galuh Pakuan Pajajaran mendirikan benteng di wilayah Sunda Kelapa (Gie 1958:6). Nama Jayakarta tidak lama, hanya dapat bertahan kurang lebih satu abad, karena oleh bangsa Belanda pada Maret 1621 secara resmi namanya diganti menjadi Batavia (Gie, 1958:15). Kota itu kemudian dijadikan sebagai pusat perdagangan serta pemerintahan Bangsa Belanda.

(33)

Sultan Agung. dalam perdagangan yang dijalankannya memiliki keuntungan yang tidak sedikit dari perdagangannya (Poesponegoro & Notosusanto 2010:120).

Pengusaha swasta juga menanam modal di Indonesia dengan membuka perkebunan misalnya tembakau, kopi, karet, dan kelapa sawit. Untuk mendukung pelaksanaan dan pengembangan usaha swasta, dibangun sarana dan prasarana yaitu irigasi, jalan raya, jembatan dan kereta api. Bagi Belanda sistem ini telah memberi keuntungan yang besar karena meningkatkan tanaman ekspor seperti gula, kopi dan teh. Dalam perdagangan tidak adanya perbedaan antara pelaksana perdagangan dan yang melaksanakan pelayaran, nahkoda, dan pedagang. Ketiganya berada dalam satu individu. Angkutan laut dilayani oleh pengangkutan Belanda bernama (KPM) Koninklijke Paketvaart Maatchappij (Irfan Habib, 1990).

Daerah lingkungan kepentingan pelabuhan adalah wilayah perairan di sekeliling perairan pelabuhan laut yang digunakan untuk menjamin keselamatan pelayaran. Yang dimaksud dengan keselamatan pelayaran adalah satu keadaan dimana terpenuhinya persyaratan keselamatan yang menyangkut angkutan diperairan dan dipelabuhan. Wilayah perairan yang digunakan untuk menjamin keselamtan adalah alur ke pelabuhan laut (Aripin 2004: 10).

Penduduk yang tinggal di kawasan ini pada umumnya terdiri dari berbagai suku bangsa yang terdapat di kepulauan Indonesia dan berbagai bangsa asing seperti Cina, India, dan Eropa (Wijaya1987:27). Mereka datang ke Sunda Kelapa dengan berbagai alasan, salah satunya adalah untuk memperbaiki kehidupan ekonomi mereka.

(34)

kematian, perkawinan. Masing-masing suku bangsa tersebut hidup berbaur dengan suku bangsa lain. Meskipun demikian mereka pada umumnya tetap mempertahankan adat istiadat suku bangsa asal mereka, terutama untuk acara-acara khusus seperti upacara kelahiran, kematian, perkawinan (Hardi 1898:5).

Setiap suku bangsa telah mengembangkan budaya pelayarannya menurut arah, selera, kebutuhan. Karena tidak semua kapal membawa peta sewaktu berlayar. (Marwati djoened poesponegoro, 2010:99). Peta Decadas Da Asia IV Karya De Barros, di kenal sebagai Peta Lavanha Menggambarkan Pelabuhan Kelapa (Ridwan Saidi 1993: 33). Peta dan roteiros yaitu petunjuk untuk berlayar, tidak hanya di dasari atas observasi sendiri oleh orang portugis, tetapi oleh kemampuannya untuk memperoleh pengetahuan pengalaman pelaut di Indonesia, setelah mempelajari peta portugis yang sudah mengenal pantai dan pengetahuan yang di pakai untuk membetulkan, juga melengkapi peta yang sebelumnya. (Poesponegoro Djoened Marwati 2010:95).

B. Uraian Hasil Penelitian 1) Pelabuhan Tanjung Priok

Daerah lingkungan kepentingan pelabuhan adalah wilayah perairan di sekeliling perairan pelabuhan laut yang digunakan untuk menjamin keselamatan pelayaran. Yang dimaksud dengan keselamatan pelayaran adalah satu keadaan dimana terpenuhinya persyaratan keselamatan yang menyangkut angkutan diperairan dan dipelabuhan. Wilayah perairan yang digunakan untuk menjamin keselamtan adalah alur ke pelabuhan laut (Aripin 2004: 10)

(35)

kelapa. Gagasan tersebut diambil, karena peningkatan lalu lintas perdagangan yang terjadi di pelabuhan sunda kelapa. Kongesti pelabuhan terjadi akibat kapasitas penampungan pelabuhan tidak sebanding dengan jumlah kapal yang akan masuk kepelabuhan untuk melakukan pekerjaan bongkar muat barang. Dalam usaha mewujudkan ide pembangunan pelabuhan tersebut, terpilihnya daerah tanjung priok. Karena lokasi pelabuhan tanjung priok berjarak 9km dari pelabuhan sunda kelapa (Thijse 1950).

Sebelum menjadi wilayah pelabuhan, tanah itu merupakan tanah partikelir yaitu tanah yang dimiliki oleh orang-orang swasta Belanda dan orang-orang pribumi yang mendapatkan hadiah tanah karena dianggap berjasa oleh Belanda di wilayah Tanjung Priok. Tuan tanah yang berkuasa itu adalah Hana birtti sech Seman Daud, Oeij Tek Tjiang, Said Alowie bin Abdulah Atas, Ko Siong Thaij, Gouw kimmirt. Tanah tersebut kemudian diambil alih oleh pemerintah Hindia Belanda untuk disewakan kepada maskapai-maskapai pelayaran Koninklijke Paketvaar Maatschappij. Sebagai pelaksana pembangun pelabuhan Tanjung Priok adalah Jr. J.A.de Gelder dari departemen B.O.W seorang Insinyur perairan dan perencana. Sedangkan ide pembangunan pelabuhan Tanjung Priok ini adalah ide dari Ir.J.A.A.Waldrop, ia adalah seorang Insinyur yang berasal dari Belanda.

(36)

bagi kapal-kapal dan lokasi didarat serta fasilitas-fasilitasnya. Guna menunjukan perdagangan dan lalu lintas muatan, maka pelabuhan di ciptakan sebagai titik sentra (simpul) yang memungkinkan perpindahan muatan dan penumpang, dimana kapal-kapal dapat berlabuh dan bersandar untuk kemudian melakukan bongkar muat ke dermaga yang mempunyai kedalam dan lebar yang cukup sehingga kapal aman untuk berlayar (Aripin 2004:11)

Dalam merancang sutu pelabuhan, maka perlu diketahui berbagai sifat dan fungsi kapal, karena dari data kapal dapat di ketahui ukuran-ukuran pokok dari kapal, yang berguna bagi perencanaan untuk menetapkan ukuran-ukuran teknis pelabuhan. Sebagai dasar pembangunan pelabuhan Tanjung Priok dengan perencanaan yang terintegrasi. Dasar pembangunan yang terintegrasi tersebut harus berlandaskan suatu konsepsi dan evaluasi yang sistematis dari semua factor yang mempengaruhi suatu pelabuhan. Selain itu Negara juga memerlukan pemasukan. Oleh karena itu, keberadaan pelabuhan sangat penting peranannya bagi Negara. Begitu pula juga kegiatan ekspor dan impor barang yang harus di datangkan dari Negara lain demi memenuhi kebutuhan masing-masing Negara (Asiyanto 2008:2).

(37)

bongkar muat yang dilakukan keran kapal. Pelabuhan muat cair ini tidak memerlukan lebar dermaga yang besar. karena penangan muatan dilakukan dengan transport melalui pipa untuk itu maka dibutuhkan rumah pompa.

Karna semakin banyak barang yang masuk dan keluar, juga banyk pula pengusaha yang menjadi pelopor perkembangan perdagangan. Maka pelabuhan barang semakin meningkat lagi semenjak dibangunannya pelabuhan Tanjung Priok.

Pembangunan Pelabuhan Tanjung Priok dalam beberapa periode atau tahap, yaitu:

a) Tahun 1877-1881, tahap pembangunan breakweater yang berfungsi mencegah terjadinya pengendapan dan pemecah gelombang di pelabuhan.

b) Tahun 1914-1917, tahap pembangunan dermaga yang berfungsi melayani kapal dalam menurunkan dan menaikan barang ataupun penumpang.

c) Tahun 1921-1932, tahap pembangunan gudang, perkantoran, peti kemas, yang berfungsi untuk memberikan pelayanan juga penyimpanan barang di pelabuhan (Soedjono, 1993:1). Dengan keterangan sebagai berikut:

1. Periode tahun 1877-1881

(38)

kolam pelabuhan dari gelombang laut, sehingga kapal-kapal yang berlabuh di dermaga itu tidak menimbulkan gelombang yang besar (Darusman, 1978:20)

Bangunan pemecah gelombang yaitu breakweater, menggunakan tumpukan batu dari berbagai ukuran menjadi satu (Asianto 2008:22). Bangunan bendungan pemecah gelombang dibuat dari batu granit yang di datangkan dari merak dengan perahu, batu granit tersebut disusun sedemikian rupa sehingga bisa tahan ratusan tahun ( Darusman, 1978:21).

Pengetahuan akan gelombang laut sangat penting bagi perencanaan pelabuhan.tergantung dari kegunaan pelabuhan, maka tinggi gelombang sebesar 0,80 madalah tidak berarti bagi kapal sebesar 100.000-300.000. adalah tugas perencanaan untuk dapat memperkecil tinggi gelombang di perairan pelabuhan. Akibat perkembangan guna memperoleh kualitas yang lebih baik, kegunaan beton dalam pracetak dalam berbagai bentuk kini telah terkenal. Salah satu beton yang terkenal saat ini adalah bentuk tetrapod (Asiyanto 2008:20).

(39)

hendak masuk kepelabuhan. Karena sebelum masuk, kapal harus berlabuh dahulu untuk menunggu izin masuk. Tempat labuh merupakan tempat perairan dimana kapal dapat melakukan kegiatan. Tempat labuh juga berfungsi sebagai tempat menunggu untuk masuk ke suatu pelabuhan (Suyono, 2001: 11-12).

Pada wilayah perairannya Tanjung Priok mempunyai kendala dalam olah gerak kapal keluar masuk pelabuhan. Lalu lintas kapal di seluruh kanal dalam pelabuhan hanya dapat dilakukan satu arah dan dengan kolam putar kapal. Sehingga memperbesar waktu tunggu kapal yang akan melakukan bongkar muat. Kecepatan rata-rata kapal dalam pelabuhan sekitar 1 sampai 2 knots karena harus ditarik oleh kapaltunda, sehingga kapal yang akan bersandar di terminal Tanjung Priok membutuhkan waktu 2-2,5 jam dari pintu masuk sampai sandar di dermaga. Kolam pelabuhan juga harus disiapkan oleh pelabuhan, agar tesedianya tempat yang sesuai dengan jenis kapal dan muatannya. Ditahun 1912 Tanjung Priok mengalami kongesti yaitu banyaknya barang tertimbun di suatu tempat sehingga menimbukan kemacetan arus barang. Pada saat itu tercatat 85 buah kapal mengalami penundaan masuk, yang disebabkan karena kurangnya dermaga dan gudang. Masalah ini diatasi dengan membangun dermaga dan gudang di pelabuhan dua yaitu di sebelah timur pelabuhan satu (Darusman, 1978:21).

2. Periode 1914-1917

(40)

wilayah yang dilakukan oleh pihak-pihak yang memegang wewenang penuh atas Pelabuhan Tanjung Priok. Pemborong tahap dua adalah volklor, volklor adalah satu pengusaha dari belanda yang memiliki saham yang ada diwiliyah pelabuhan Tanjung Priok.

Pembangunan Pelabuhan Tahap Dua pada tahun 1914-1917 (Darusman 1978: 22). Alasan pembangunan ini untuk melayani kapal-kapal yang masuk, karena banyaknya barang yang tertimbun di pelabuhan Tahap 1. Pelabuhan menyediakan Dermaga yaitu tempat dimana kapal dapat melakukan kegiatannya, baik bongkar muat ataupun kegiatan yang lainnya (Suyono 2001: 14).

Pelabuhan menyediakan beberapa dermaga yang sesuai dengan bentuk dan macam kapal-kapal yang akan melakukan kegiatan bongkar muat di pelabuhan. Penentuan lebar dermaga, lebar apron depan, apron belakang, gudang dan jalan. Apron pada dermaga adalah bagian areal atau muka dermaga.sampai muka gudang ada terdapat pengalihan kegiatan angkutan laut yaitu kapal, yaitu kepada angkutan darat kereta api, truk dan lain-lainnya. Dalam merencanakan lebar dermaga banyak ditentukan oleh kegunaan dari drmaga tersebut. Ditinjau dari jenis dan volume barang yang mungkin ditangani di pelabuhan atau dermaga tersebut (Asiyanto 2008:250).

a. Dermaga konvensional

(41)

biasa, yang membawa berbagai jenis muatan yang memerlukan jenis penyimpanan peti.(suyono, 2001:14)

Didermaga konvensional terdapat lebih banyak tenaga manusia yaitu buruh. Buruh didermaga ini dipergunakan untuk mengangkat barang kegudang, baik masih dilakukan dengan cara dipanggul, dengan kereta dorong maupun dengan forklift ke kapal.

Buruh juga dipergunakan untuk membantu menumpuk atau membongkar muatn dikapal.

b. Dermaga petikemas

Demaga ini di gunakan untuk melakukan bongkar muat kapal-kapal petikemas. Dermaga petikemas terdiri dari lapangan terbuka dan dilengkapi dengan kran-kran pengangkat khusus petikemas, agar pemindahan dan penumpukan barang secara mekanis. (suyono, 2001:15)

Buruh disini dimanfaatkan untuk mengisi atau membongkar barang dari petikemas. Dermaga petikemas juga dilengkapi dengan beberapa gudang untuk menampung muatan dari petikemas. Baik didermaga petikemas maupun dermaga konvensional.

c. Dermaga khusus

(42)

Untuk lebih jelasnya mengenai petikemas akan di perdalam dalam sub-bab periode tahun 1921-1932.

3. Periode 1921-1932

Sejalan dengan pertumbuhan periode pertama, untuk mengatasi kesulitan penyimpanan barang, telah di bangun pelabuhan petikemas dalam periode ketiga di Tanjung Priok. Dengan panjang dermaga 420-500m, luas tamping dari lapangan petikemas 10 ha, yang terabagi maenjadi dua dengan masing-masing daya tampung 120.000.. (soedjono, 1993:382)

Semakin tahun semakin banyak barang yang masuk dan semakin banyak pula pengusaha yang menjadi pelopor perkembangan perdagangan.

Pembangunan pelabuhan pada periode III yaitu tahun 1921-1932, dimulai dengan pembangunan peluasan gudang dan perluasan jalan. (Darusman,candra, 1984:30). Perluasan-perluasan wilayah semakin meningkat mengenai pembangunan dermaga labuhan untuk pengiriman barang dan penampungan barang yang meningkat dari tahun per tahun.

(43)

Ukuran muatan petikemas memiliki berbagagai macam variasi sesuai kegunaannya. Oleh karena itu, ukuran standar dari petikemas dimulai dari panjang 20 feet, maka satu petikemas 20’ dinyatakan sebagai 1 TEU yaitu twenty foot equivalent unit, dan petikemas 40’ dinyatakan sebagai 2 TEU .

Meskipun ukuran petikemas dari luar adalah seragam atau sama. Namun petikemas dikeluarkan dalam berbagai variasi sesuai kegunaannya. Variasi tersebut dapat dilihat berdasarkan bentuk, ukuran, barang yang dimuat, dan cara pengisian kedalamnya. Ada petikemas yang berbentuk kotak, tabung. Ada yang berukuran kecil dan besar.(suyono, 2001:135)

Jenis-jenis dari petikemas yaitu general side continer yang biasa dipakai mengangkut muatan umum.( lampiran 4). Open side container petikemas bagian sampingnya dapat dibuka untuk memasukan dan mengeluarkan barang.( lampiran 5). Open top container yaitu petikemas bagian atasnya dapat dibuka agar barang dapat dimasukan atau dikeluarkan lewat atas. ( lampiran 6)(suyono, 2001: 137)

(44)

menggunakan peralatan kusus untuk mengangkut dan menumpuknya. Dan jalan-jalan yang ada harus disesuikan untuk pengangkutan petikemas. (Dalam memilih petikemas, ada beberapa hal yang harus dipertimbangkan dan di perhatikan. Semua hal tersebut terkait dengan tujuan penggunaan petikemas. Yang mesti di pertimbangkan adalah jenis muatan, besar muatan, berat muatan, kelembaban muatan, ukuran dan daya muat petikemas, dan kelayakan petikemas (Suyono 2001: 140 &148).

Dalam memilih petikemas, ada beberapa hal yang harus dipertimbangkan dan di perhatikan. Semua hal tersebut terkait dengan tujuan penggunaan petikemas. Yang mesti di pertimbangkan adalah jenis muatan, besar muatan, berat muatan, kelembaban muatan, ukuran dan daya muat petikemas, dan kelayakan petikemas.

(45)

Tata letak gudang yang baik harus memenuhi persyaratan tata letak tertentu demi kelancaran arus masuk dan keluar barang, serta keamanan penyimpanan. Beberapa syarat tata letak gudang yaitu letak gudang harus sedekat mungkin dari tempat dilakukannya kegiatan bongkar muat. Gudang juga harus terletak ditempat aman dan mudah diawasi juga tidak mudah terkena bencana alam seperti banjir. Menurut bentuknya gudang bisa dibagi menjadi dua yaitu gudang tertutup dan terbuka. Gudang tertutup adalah gudang yang memiliki dinding dan penutup. Gudang ini digunakan untuk menyimpan barang-barang yang harus terlindungi dari panas, kelembaban, juga air hujan. Sedangkan gudang terbuka bisa juga lapangan, lapangan ini merupakan gudang untuk menyimpan atau meletakan muatan yang tahan terhadap siraman hujan, sengatan matahari, atau kelembaban. (Suyono 2001:247), Selain itu gudang juga memiliki fungsinya masing-masing yaitu pemindahan, penerimaan, penyimpanan, pengerjaan, pengiriman, dan pembungkusan. Pemindahan adalah kegiatan menerima atau mengeluarkan barang dengan menggunakan tenaga buruh atau mekanik.

(46)

kembali, menimbang, memeriksa dan meneliti serta pekerjaan yang berhubungan dengan barang yang ada. Pengiriman dapat dibagi menjadi dua yaitu pengiriman langsung dan tidak langsung. Pengiriman langsung yaitu pengiriman barang dari tempat penyimpanan langsung ketempatnyang diminta atau perdagangan. Sedangkan pengiriman tidak langsung adalah pengiriman dokumennya saja sambil menunggu instruksi lebih lanjut. Pembungkusan merupakan kegiatan membungkus barang atau muatan yang dimana barang yang tidak dibungkus akan mengalami Kerusakan (Suyono 2001: 249).

1. Pengaruh dan dampak Pelabuhan Tanjung Priok Terhadap Pasar Tenaga Kerja Masyarakat Setempat

Perkembangan pelabuhan Tanjung Priok tidak terlepas dari pertumbuhan indusrti dan perdagangan daerah. Pertumbuhan industri dan perdagangan yang pesat akan diikuti peningkatan bahan baku dan hasil produksi. (kaharmen, 1992:III-1), Semakin ramai aktifitas perdagangan di pelabuhan maka semakin besar pelabuhan tersebut.(suyono, 2001:4)

Perkembangan penduduk yang tinggi sebagai akibat dari arus urbanisasi yang terjadi di jakarta. Secara garis besar disebabkan karena tiga factor yaitu sebab social budaya, ekonomi, dan poitik.(lohanda, 1948:41)

(47)

Di pelabuhan berbagai moda transportasi bertemu dan bekerja. Karena pelabuhan laut merupakan salah satu dari mata rantai angkutan darat dengan angkutan laut.

Factor ekonomi di pelabuhan tanjung priok menjadi tumpuan harapan untuk memperbaiki nasib masyarakat yang berada di sekitar pelabuhan.

Masyarakat yang hidup kekurangan dan mempunyai tingkat pendidikan formal yang tidak memadai, sehingga tidak mempunyai keahlian yang dapat di pakai untuk mencari pekerjaan yang memerlukan tenaga terdidik.(harian rakjat, 1950:6)

Sebagai akibat dari hal tesebut mereka sukar mendapatkan pekerjaan yang mencukupi untuk hidup layak dan banyak diantara mereka hidup lebih menderita akibat pendidikan formal yang tidak memadai.(Indonesia raja, 1950:3)

Dengan adanya kegiatan di pelabuhan, maka keuntungan secara ekonomi yang langsung dapat dirasakan adalah terbukanya lapangan kerja bagi masyarakat sekitar,karena dalam segala bidang kegiatan pelabuhan tenaga kerja manusia akan sangat di butuhkan seperti tenaga kerja kuli. Proses kerja buruh pelabuhan tidak dapat terlepas dari pasar tenaga kerja sebagai tempat proses penyewaan untuk bekerja di pelabuhan. Buruh yang akan bekerja di pelabuhan tidak terpusat pada satu tempat, tetapi tersebar disekitar pelabuhan. (razief, 1998:237)

Buruh-buruh bekerja tidak berdasarkan seluruh pekerjaan bongkar muat kapal, tetapi bekerja sebagai pekerja borongan.

(48)

Rumah penampung buruh di usulkan pembangunannya oleh manajemen Batavia tahun 1916 yang direncanakan bahwa perumahan itu hanya memuat 700 buruh.(razief, 1998:239)

Buruh pelabuhan mendapatkan upah dari hasil kerjanya dua kali dalam satu minggu.

Buruh pelabuhan mempunyai status sebagai pekerja semi permanen. Mereka mendapatkan kartu khusus agar tetap bekerja pada perusahan pelayaran yang telah di tentukan.

Dalam peraturan bongkar muat di pelabuhan pada malam hari dan hari libur, buruh pelabuhan mendapatkan bayaran dua kali lipat dari hari kerja biasa. Pekerja bongkar muat pada malam hari perlu mendapatkan izi dari kepala pelabuhan.(G.kolf, 1914:25)

Sejumlah mandor bisa menjadi kaya dengan cara menguasai buruh-buruh bongkar muat.yaitu legoa dan tjitra. Kedua mandor ini bisa mendapatkan pengikut sekitar ratusan orang untuk mendapatkan pekerjaan di pelabuhan. (sin po, 1931)

Menurut R Bintarto, 1968, dalam segi kepentingan suatu daerah pelabuhan memiliki arti ekonomis karena pelabuhan berfungsi sebagai tempat ekspor impor dan kegiatan ekonomi lainnya saling berhubungan.

Masyarakat nelayan di pelabuhan Tanjung Priok menggunkan kemudahan perairan untuk mencari mata pencaharian dengan tekhnologi sederhana mereka mencari ikan, membuat garam, dan terasi.

(49)

rencana operasinal dalam mempergunakan gudang dan fasilitas pelabuhan lainnya. Selain itu juga, mengendalikan kelancaran arus kapal dan barang.

BAB V

KESIMPULAN

A. Kesimpulan

(50)

khususnya di bidang ekspor, dibagian utara pulau jawa. Tradisi pelayaran dan perdagangan baik antara pulau mau pun internasional di jawa terletak di pantai utara. Pelabuhan-pelabuhan seperti banten, sunda kelapa.

1. Pelabuhan Tanjung Priok memiliki peran penting sebagai pintu gerbang ekonomi Indonesia yangn dapat dilihat dari besarnya jumlah muatan total yang ditangani di bandingkan dengan pelabuhan lain di Indonesia.

2. Dalam prakiraan muatan, factor yang mempengaruhi adalah kedatangan kapal.

3. Pada perdagangan luar negeri sudah di tangani dengan petikemas, sedangkan perdagangan dalam negeri belum menggunakan petikemas.

4. Pertumbuhan pelabuhan ditentukan berdasarkan fasilitas dermaga, jumlah muatan yang pelayanan bongkar muatnya dilakukan pada dermaga dan muatan yang telah di terapkan.

(51)

6. Pembangunan pelabuhan tanjung priok berpengaruh terhadap perkembangan ekonomi di tanjung priok.

7. Banyak warga atau masyarakat sekitar yang tergusur akibat pembangunan pelabuhan tanjung priok.

8. Konsep unitisasi muatan adalah sejumlah muatan yang didisain untuk di ambil, ditransportasikan atau disimpan sebagai suatu kesatuan.

B. Saran

Penelitian sejarah yang bersifat kedaerahan saat ini sudah mulai jarang dilakukan oleh mahasiswa, karena menemui bergabai macam kendala baik teknis maupun non teknis. Namun karena hal itulah kita melihat adanya peluang untuk membahas sejarah yang bersifat kedaerahan karena tentunya banyak masalah yang dapat dijadikan bahan penelitian.

1. Sebaiknya setiap mahasiswa sejarah mau dan tidak malu untuk menonjolkan identitas kedaerahanya, melalui penelitian sejarah lokal. Penelitian yang bersifat lokal tentu akan mendapatkan apresiasi tersendiri baik itu dilingkungan kampus maupun di daerah asal mahasiswa.

(52)

3. Seorang yang akan melakukan penelitian sejarah yang bersifat kedaerahan haruslah memiliki kemauan dan tekad yang kuat, karena lapangan yang akan dihadapi masih buram dan sangan sedikit sekali sumber. Oleh karena itu mahasiswa harus benar-benar fokus dalam melakukan penelitia.

Referensi

Dokumen terkait

Pertunjukan Nini Thowong merupakan salah satu kesenian yang ada di Desa Panjangrejo Kecamatan Pundong Kabupaten Bantul.Pada awalnya warga sekitar mempunyai keyakinan bahwa

Terdiri dari handle (sebuah tanda plus untuk mem-blok/highlight komponen dalam skematik), gambarnya (dengan nama simbol atau nama komponen dan nilai komponen tersebut)

Para PNS lingkungan Kecamatan dan Kelurahan wajib apel pagi setiap hari senin di Halaman Kantor Kecamatan Kebayoran Baru, dan akan diberikan teguran kepada yang tidak ikut apel

Kompetensi adalah suatu kemampuan (keterampilan, sikap, dan pengetahuan) yang dimiliki seseorang yang dapat menunjukkan kinerja unggul dalam melakukan pekerjaan..

Tujuan dan manfaat desain adalah melestarikan nilai-nilai budaya yang terkandung dalam cerita nusantara serta menyajikan cerita rakyat Jaka Tarub dan 7 Bidadari

Dalam penelitian Tri Wulandari dan Diana Barsasella yang dilakukan berjudul hubungan motivasi dengan kepuasan kerja petugas rekam medis di Rumah Sakit Yadika Pondok Bambu tahun

hampir 50 persen desa tertinggal tidak didominasi penduduk miskin, maka peluang kemajuan. desa lebih mudah tercapai –melalui lembaga ekonomi desa yang

Untuk pengukuran polarisasi, saat wireless USB adapter yang ada di dalam waveguide antena wajanbolic berada pada posisi vertikal dan antena pada access point juga pada