HUBUNGAN SKOR PSORIASIS AREA AND SEVERITY INDEX DAN KUALITAS HIDUP PASIEN PSORIASIS VULGARIS DI RUMAH SAKIT
UMUM PUSAT HAJI ADAM MALIK MEDAN
TESIS
IRINA DAMAYANTI NIM : 087105007
PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
HUBUNGAN SKOR PSORIASIS AREA AND SEVERITY INDEX DAN KUALITAS HIDUP PASIEN PSORIASIS VULGARIS DI RUMAH SAKIT
UMUM PUSAT HAJI ADAM MALIK MEDAN
TESIS
Diajukan untuk Melengkapi Tugas dan Persyaratan Memperoleh Keahlian dalam Bidang
Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin
IRINA DAMAYANTI
PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
HALAMAN PERSETUJUAN
JudulTesis : HubunganSkorPsoriasis Area and Severity
IndexdanKualitasHidupPasien Psoriasis Vulgaris di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan
Nama : Irina Damayanti
Nomor Induk : 087105007
Program Studi : Pendidikan Dokter Spesialis Konsentrasi : Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin
Menyetujui: Pembimbing IPembimbing II
(Prof. Dr. dr. Irma D. Roesyanto, SpKK(K)) (Dr. dr. ElmeidaEffendy, SpKJ)
Ketua Program Studi Kepala Departemen
(dr. Chairiyah Tanjung, SpKK (K)) (Prof. Dr. dr. Irma D. Roesyanto, SpKK(K))
HALAMAN PERNYATAANORISINALITAS
Tesis ini adalah hasil karya penulis sendiri, dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk
telah penulis nyatakan dengan benar
NAMA : Irina Damayanti
NIM : 087105007
Hubungan Skor Psoriasis Area And Severity Index dan Kualitas Hidup Pasien Psoriasis Vulgaris di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik
Medan
Irina Damayanti
Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin , Elmeida Effendy, Irma D. Roesyanto
Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara RSUP. H. Adam Malik Medan-Indonesia
Abstrak
Latar Belakang : Psoriasis vulgaris merupakan penyakit peradangan kulit yang diperantarai sistem imun bersifat kronis-residif, tidak menular dan mengancam jiwa, namun dapat mempengaruhi aspeks fisik, psikologis, psikososial dan emosional yang berdampak terhadap kualitas hidup pasien.
Tujuan : untuk menilai hubungan antara skor Psoriasis Area and Severity Index
terhadap kualitas hidup pasien
Metode : Penelitian bersifat analitik dengan rancangan potong lintang. Tiga puluh orang pasien psoriasis vulgaris yang datang ke Poliklinik Departemen/SMF Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUP H. Adam Malik diikut sertakan dalam penelitian ini. Terhadap subyek penelitian dilakukan anamnesis dan pemeriksaan klinis. Derajat keparahan psoriasis vulgaris dinilai dengan skor PASI, sedangkan kualitas hidup pasien dinilai dengan kuesioner Dermatology Life and Quality Index.
Hasil : Terdapat korelasi positif yang sedang antara skor PASI dan kualitas hidup pasien psoriasis vulgaris (r = 0,53, p = 0,003).
Kesimpulan : Terdapat hubungan yang signifikan antara skor PASI dan kualitas hidup pasien psoriasis vulgaris.
Correlation Psoriasis Area and Severity Index Score and Quality of Life of Psoriasis Vulgaris Patient’s in Haji Adam Malik Hospital Medan
Irina Damayanti
Dermatology and Venereology Departement , Elmeida Effendy, Irma D. Roesyanto
Faculty of Medicine, University of Sumatera Utara Haji Adam Malik Hospital, Medan
Abstract
Background : Psoriasis vulgaris is a chronic and relapse skin inflammation diseases mediated by immune system, uncontagious and not life-threatening, nevertheles can involve physical, psychologically, psychosocial and emotional aspects which can impaire patient’s quality of life.
Objective : To asses the relation between psoriasis area and severity index and quality of life
Methode : This is a cross sectional analitytic study. Thirty patients with psoriasis vulgaris who come to the outpatient clinic of Dermatology and Venerology Departement Haji Adam Malik Hospital enrolled to this study. History talking and clinical examination was performed. Psoriasis vulgaris severity was measured using PASI score, while the quality of life were measured with dermatology life of quality index
Result : A moderate positive correlation was found between skor PASI and quality of life in psoriasis vulgaris (r =0,53, p = 0,003)
Conclusion : Our result indicated that skor PASI have a significant correlation with quality of life in psoriasis vulgaris
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdullilah saya panjatkan kehadirat Allah SWT karena hanya atas kehendak dan izinNya saya dapat menyelesaikan tesis ini yang merupakan persyaratan untuk memperoleh gelar keahlian Dokter spesialis Kulit dan Kelamin di Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara
Dalammenjalani pendidikan dan penyelesaian tesis ini, berbagai pihak telah turut berperan dalam membantu, memberikan dorongan dan masukan kepada saya sehingga terlaksana seluruh rangkaian kegiatan pendidikan. Pada kesempatan yang berbahagia ini, saya sampaikan penghargaan dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat :
1. Prof. Dr. dr. Irma D.Roesyanto, SpKK(K), sebagai pembimbing utama tesis ini dan sebagai Ketua Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang telah meluangkan waktu, tenaga dan pikiran serta dengan penuh kesabaran memberikan bimbingan, masukan dan koreksi serta memotivasi kepada sayaselama proses penyusunan tesis ini.
2. Dr. dr. Elmeida Effendy, SpKJ, sebagai pembimbing kedua tesis ini, yang juga telah memberikan bimbingan, masukan dan koreksiyang sangat bermanfaat dalam proses penyusunan tesis ini.
3. dr. Chairiyah Tanjung, SpKK selaku sebagai Ketua Program Studi
Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang dengan penuh kesabaran selalu membimbing, memberikan nasehat, masukan dan koreksi untuk penyempurnaan tesis ini dan senantiasa memberikan dorongan kepada saya selama menjalani pendidikan sehari-hari.
4. Prof. DR. Syahril Pasaribu, SpA(K), DTM&H, Bapak Rektor Universitas Sumatera Utara, dan Prof. Dr. Chairuddin P. Lubis, SpA(K), DTM&H, Bapak Rektor Universitas Sumatera Utara pada saat saya diterima sebagai peserta program pendidikan Magister Kedokteran Klinik konsentrasi Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin yang telah memberikan kesempatan kepada saya untuk dapat melaksanakan studi pada Universitas yang Bapak pimpin.
5. Prof. dr. Gontar A. Siregar, SpPD-KGEH, Bapak Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, yang telah memberikan kesempatan kepada saya untuk mengikuti Program Pendidikan Magister Kedokteran Klinik konsentrasi Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
6. dr.Kristo A. Nababan, SpKK, dr. Sri Wahyuni P, SpKK dan dr.Remenda Siregar, SpKK, sebagai anggota tim penguji, yang telah memberikan bimbingan dan koreksi untuk penyempurnaan tesis ini.
tidak dapat saya sebutkan satu persatu, yang telah membantu dan membimbing saya selama mengikuti pendidikan ini.
8. Bapak Direktur RSUP H.Adam Malik Medan dan Direktur RSUD Dr.
Pirngadi Medan yang telah memberikan kesempatan dan fasilitas kepada saya selama menjalani pendidikan.
9. dr. Surya Darma, MPH selaku staf pengajar Fakultas Kesehatan Masyarakat USU, yang telah banyak membantu saya dalam hal metodologi penelitian dan pengolahan statistik penelitian ini.
10.Seluruh staf/pegawai dan perawat di Bagian Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin, baik di RSUP H.Adam Malik Medan, RSUD Dr. Pirngadi Medan, terima kasih atas bantuan, dukungan, dan kerjasama yang baik selama ini. 11.Kedua orangtua saya tercinta Alm. Abdullah Yusuf dan Syafrida yang dengan
penuh cinta kasih, keikhlasan, doa, kesabaran, dan pengorbanan yang luar biasa untuk mengasuh, mendidik, dan membesarkan saya, serta tidak bosan-bosannya memotivasi saya untuk terus melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Kiranya hanya Allah SWT yang dapat membalas segalanya. 12.Kedua buah hati saya tercinta, Antonio C. dan Dea Miranda, kalian berdua
selalu memberikan motivasi dan sumber kekuatan bagi saya dalam menyelesaikan tesis ini.
13.Abang dan adik-adik saya, terima kasih atas dukungan dan semua bantuan yang telah kalian berikan selama ini kepada saya.
14.Teman seangkatan saya tersayang, dr. Rini AC Saragih, Mked(KK), SpKK, dr. Nova Zairina Lubis, Mked(KK), dr. Cut Putri Hazlianda, dr Wahyuni Widiyati dan dr. Ahmad Fajar Mked(KK), SpKK, terima kasih untuk kerja sama, kebersamaan, waktu dan kenangan yang tidak akan pernah terlupakan selama menjalani pendidikan ini.
15.dr. Sudarsono, Mked(KK), SpKK, dr. Sri Naita Purba, Mked(KK), SpKK, dr. Oliviti Natali, Mked(KK), SpKK, dr. Herlin Novita Pane, Mked(KK), SpKK, dr. Dina Arwina Dalimunthe, Mked (KK), SpKK, dr. Olivia Anggrenni, dr. Sufina F. Nasution, dan dr. Rudyn Reymond Panjaitan, Mked(KK), SpKK, yang telah menjadi teman berbagi cerita suka dan duka selama menjalani masa pendidikan dan membantu saya dalam menyelesaikan tesis ini.
16.Semua teman-teman PPDS Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu yang telah memberikan bantuan, dukungan, dan kerjasama kepada saya selama menjalani masa pendidikan dan menyelesaikan tesis ini, saya ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya.
17.Seluruh keluarga dan handai tolan yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu, baik secara langsung maupun tidak langsung, yang telah banyak memberikan bantuan, baik moril maupun materil, saya ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya.
Saya menyadari bahwa tesis ini masih memiliki banyak kekurangan. Oleh karena itu saya mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan tesis ini. Kiranya tesis ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua
tesis dan selama saya menjalani pendidikan. Semoga segala bantuan, dorongan dan petunjuk yang telah diberikan kepada saya selama menjalani pendidikan, kiranya mendapat balasan yang berlipat ganda dari Allah SWT.
Medan, Juli 2014 Penulis
DAFTAR ISI
DAFTAR SINGKATAN ...
BAB 3 METODE PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian ... 3.2 Waktu dan Tempat Penelitian ... 3.3 Populasi dan Sampel Penelitian ... 3.3.1 Populasi target ... 3.3.2 Populasi terjangkau ... 3.3.3 Sampel ... 3.4 Besar Sampel ... 3.5 Cara Pengambilan Sampel Penelitian ... 3.6 Identifikasi Variabel ... 3.6.1 Variabel bebas ... 3.6.2 Variabel terkait ... 3.7 Kriteria Inklusi dan Eksklusi ... 3.7.1 Kriteria Inklusi ... 3.10 Kerangka Operasional ... 3.11 Pengolahan dan Analisa Data ...
3.12 Ethical Clearance ...
4.1 Karakteristik Pasien Psoriasis Vulgaris ... 4.2 Kualitas Hidup Pasien Psoriasis Vulgaris ... 4.3 Hubungan Kualitas Hidup Pasien Psoriasis Vulgaris
dan Jenis Kelamin ... 4.4 Hubungan Kualitas Hidup Pasien Psoriasis Vulgaris
dan Umur ... 4.5 Hubungan Kualitas Hidup Pasien Psoriasis Vulgaris
dan Durasi Penyakit ... 4.6 Hubungan Kualitas Hidup Pasien Psoriasis Vulgaris
dan Status Pekerjaan ... 4.7 Hubungan Kualitas Hidup Pasien Psoriasis Vulgaris
dan Status Pernikahan ... 4.8 Hubungan Kualitas Hidup Pasien Psoriasis Vulgaris
dan Lokasi Lesi ... 4.9 Hubungan Skor PASI dan Kualitas Hidup Pasien
DAFTAR PUSTAKA ...
LAMPIRAN ...
51
DAFTAR SINGKATAN
WHO : The World Health Organization
DLQI : Dermatology Life Quality Index
PASI : Psoriasis Area And Severity Index
NPA : National Psoriasis Foundation
WPAI : Work Productivity Assesment Index
HADS : Hospital Anxiety and Depression
HRQoL : Health-Related Quality of Life
HLA : Human Leucocyte Antigen
HIV : Human Imunodefisiensi Virus
ACEI : Angiotensin-Converting Enzyme Inhibitor
FDA : Food And Drug Administration
SAPASI : Self Administered PASI
BSA : Basal Surface Area
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1. Gambar 2.1 Diagram Kerangka Teori ... 20
2. Gambar 2.2 Diagram Kerangka Konsep ……… 20
DAFTAR TABEL
Halaman
1. 2.
Tabel 4.1 Tabel 4.2
Karakteristik Pasien Psoriasis Vulgaris ... Kualitas Hidup Pasien Psoriasis Vulgaris berdasarkan Skor DLQI ...
35
39 3. Tabel 4.3 Hubungan Kualitas Hidup Pasien Psoriasis Vulgaris dan
Jenis Kelamin ... 40 4. Tabel 4.4 Hubungan Kualitas Hidup Pasien Psoriasis Vulgaris dan
Umur ... 41 5. Tabel 4.5 Hubungan Kualitas Hidup Pasien Psoriasis Vulgaris dan
Durasi Penyakit ... 43 6. Tabel 4.6 Kualitas Hidup Pasien Psoriasis Vulgaris Berdasarkan
Status Bekerja ………... 44 7.
8.
Tabel 4.7
Tabel 4.8
Hubungan Kualitas Hidup Pasien Psoriasis Vulgaris dan Status Pernikahan ... Hubungan Kualitas Hidup Pasien Psoriasis Vulgaris dan Lokasi Lesi ………...
45
46 9. Tabel 4.9 Hubungan Skor PASI dan Kualitas Hidup Pasien Psoriasis
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1. Lampiran 1 Naskah Penjelasan Kepada Pasien/Orang Tua/Keluarga
Pasien ………. 54
2. Lampiran 2 Lembar Persetujuan Ikut Serta Dalam Penelitian …….. 56 3. Lampiran 3 Status Penelitian ………... 57 4. Lampiran 4 Lembaran Penilaian skor Psoriasis and Area Severity
Index (PASI) ………....
60
5 6.
Lampiran 5 Lampiran 6
Gambar panduan skor PASI ... Kuesioner Dermatology Life Quality Index ...
61 62 7.
8.
Lampiran 7 Lampiran 8
Lembar Persetujuan Komite Etik ... Data Penelitian ……….
64 65
Hubungan Skor Psoriasis Area And Severity Index dan Kualitas Hidup Pasien Psoriasis Vulgaris di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik
Medan
Irina Damayanti
Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin , Elmeida Effendy, Irma D. Roesyanto
Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara RSUP. H. Adam Malik Medan-Indonesia
Abstrak
Latar Belakang : Psoriasis vulgaris merupakan penyakit peradangan kulit yang diperantarai sistem imun bersifat kronis-residif, tidak menular dan mengancam jiwa, namun dapat mempengaruhi aspeks fisik, psikologis, psikososial dan emosional yang berdampak terhadap kualitas hidup pasien.
Tujuan : untuk menilai hubungan antara skor Psoriasis Area and Severity Index
terhadap kualitas hidup pasien
Metode : Penelitian bersifat analitik dengan rancangan potong lintang. Tiga puluh orang pasien psoriasis vulgaris yang datang ke Poliklinik Departemen/SMF Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUP H. Adam Malik diikut sertakan dalam penelitian ini. Terhadap subyek penelitian dilakukan anamnesis dan pemeriksaan klinis. Derajat keparahan psoriasis vulgaris dinilai dengan skor PASI, sedangkan kualitas hidup pasien dinilai dengan kuesioner Dermatology Life and Quality Index.
Hasil : Terdapat korelasi positif yang sedang antara skor PASI dan kualitas hidup pasien psoriasis vulgaris (r = 0,53, p = 0,003).
Kesimpulan : Terdapat hubungan yang signifikan antara skor PASI dan kualitas hidup pasien psoriasis vulgaris.
Correlation Psoriasis Area and Severity Index Score and Quality of Life of Psoriasis Vulgaris Patient’s in Haji Adam Malik Hospital Medan
Irina Damayanti
Dermatology and Venereology Departement , Elmeida Effendy, Irma D. Roesyanto
Faculty of Medicine, University of Sumatera Utara Haji Adam Malik Hospital, Medan
Abstract
Background : Psoriasis vulgaris is a chronic and relapse skin inflammation diseases mediated by immune system, uncontagious and not life-threatening, nevertheles can involve physical, psychologically, psychosocial and emotional aspects which can impaire patient’s quality of life.
Objective : To asses the relation between psoriasis area and severity index and quality of life
Methode : This is a cross sectional analitytic study. Thirty patients with psoriasis vulgaris who come to the outpatient clinic of Dermatology and Venerology Departement Haji Adam Malik Hospital enrolled to this study. History talking and clinical examination was performed. Psoriasis vulgaris severity was measured using PASI score, while the quality of life were measured with dermatology life of quality index
Result : A moderate positive correlation was found between skor PASI and quality of life in psoriasis vulgaris (r =0,53, p = 0,003)
Conclusion : Our result indicated that skor PASI have a significant correlation with quality of life in psoriasis vulgaris
BAB 1 PENDAHULUAN
1.I Latar belakang
Psoriasis adalah penyakit peradangan kulit bersifat kronis-residif yang
diperantarai oleh sistem imun, melibatkan daerah kulit, kulit kepala, kuku dan
persendian dengan gejala klinis berupa plak eritematosa yang berbatas tegas
dalam berbagai ukuran yang ditutupi oleh skuama yang tebal berwarna
keperakan.1-3 Gejala fisik yang dapat dijumpai berupa kulit mudah teriritasi, lebih
sensitif, gatal, terbakar/menyengat, mudah berdarah dan nyeri yang frekuensi
gejalanya berbeda berdasarkan tipe psoriasisnya.
Psoriasis dialami sekitar 2-3% dari populasi di dunia, dimana insidensi antara
laki-laki dan perempuan adalah sama.
4,5
1,2,6
Data dari Amerika Serikat menunjukkan
bahwa 150.000 kasus baru diobservasi setiap tahunnya, mengenai hampir 2,2%
dari populasi Amerika Serikat.2,6 Data nasional prevalensi psoriasis di Indonesia
belum diketahui, namun di Rumah Sakit Umum Pusat Negeri Dr.Cipto
Mangunkusumo selama tahun 1997 sampai 2001, insidensi psoriasis mencapai
2,6%.7 Sedangkan berdasarkan data rekam medis Rumah Sakit Umum Pusat Haji
Adam Malik Medan periode Januari-Desember 2011, menunjukkan bahwa dari
5644 orang pasien yang berobat di Poliklinik Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin
sebanyak 64 pasien (1,13%) di diagnosis menderita psoriasis. Dari jumlah tersebut
37 pasien (57,8%) berjenis kelamin laki-laki dan 28 pasien (42,2%) berjenis
kelamin perempuan. Data rekam medik RSUP H. Adam Malik periode
Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin, 36 pasien (0,67%) didiagnosis
sebagai psoriasis vulgaris. Berdasarkan jumlah tersebut didapatkan 22 pasien
(61,1%) adalah laki-laki dan 14 pasien (38,9%) adalah perempuan.
Psoriasis umumnya tidak menular dan mengancam jiwa, namun penyakit ini
memiliki dampak pada penderitanya yang dapat dilihat melalui dampak negatif
yang signifikan terhadap kualitas hidup, dengan melibatkan berbagai aspek
dalam kehidupan mencakup efek fisik, psikologis, psikososial dan emosional.
Kualitas hidup merupakan suatu konsep multidimensi yang sulit untuk
dijabarkan dan dinilai. Namun menurut Grill dan Feinstein’s kualitas hidup
mencakup bagaimana reaksi pasien terhadap kondisi kesehatan dan aspek
non-medis kehidupannya.
1,8
9
Perluasan dan perkembangan dari pandangan tentang
kesehatan dari world of health organization (WHO), dimana sehat tidak hanya
bebas dari penyakit, tetapi individu juga harus mampu menjalani hidup secara
produktif dan dapat menikmatinya.
Sebagian besar pasien akan mengalami masalah psikologis yang terkait dengan
penampilan fisik karena inflamasi yang terjadi pada kulitnya berupa bercak yang
dapat dilihat, sehingga pasien merasa malu dengan penampilannya. Adanya
stigma yang berkembang dalam masyarakat, menyebabkan terjadinya suatu
penolakan dan penarikan diri pasien dari lingkungan sosial. Selain itu juga
memberikan dampak negatif dalam hubungan personal, pekerjaan dan karir yang
dapat dilihat dengan meningkatnya angka pengangguran. 10
Finlay menyatakan pasien psoriasis mengalami penurunan kualitas hidup sama
halnya atau bahkan lebih buruk dari pasien penyakit kronis, seperti penyakit
stigma yang telah berkembang dalam masyarakat oleh suatu keadaan, di mana
dengan sendirinya akan berkonstribusi pada ketidakmampuan dalam melakukan
aktivitas sehari-hari yang pada akhirnya menyebabkan depresi dan bunuh diri
yang dapat ditemukan lebih dari 5% pasien.
Dokter dalam menangani pasien psoriasis, harus mempertimbangkan aspek
fisik dan psikologis pasien serta menggunakan pendekatan yang beragam dalam
menangani penyakit ini, mencakup pelayanan medis yang berfokus pada kedua
aspek tersebut. Dengan demikian penilaian dokter terhadap luasnya penyakit
berdasarkan keparahan klinis saja mungkin tidak cukup, namun diperlukan
pendekatan yang lebih menyeluruh terhadap kualitas hidup pasien. 11,12
Pada pembahasan mengenai dampak penyakit psoriasis, sering dikaitkan
dengan kualitas hidup pasien. Memperbaiki kualitas hidup setidaknya sama
pentingnya dengan perbaikan pada skor lesi dan keberhasilan dalam pengobatan.
Sehingga dengan meningkatkan kualitas hidup, akan membantu membangun
suatu hubungan dokter dan pasien untuk memberikan suatu kontrol yang lebih
baik, pada keseluruhan aspek penyakit.
8
Beberapa pertimbangan utama dalam memahami dan meningkatkan kualitas
hidup adalah: memahami bagaimana pandangan pasien sendiri terhadap dampak
dari penyakitnya, mengidentifikasi hasil yang relevan selain lesi, membantu
dokter dalam memahami tentang keadaan pasien dan penyakitnya, membantu
tenaga medis dalam mengidentifikasi seberapa besar kepentingan yang dapat
dilakukan untuk pasien, pengobatan yang diberikan dapat memperbaiki lesi kulit
psoriasis dan dalam uji klinis dapat memberikan perbaikan yang berarti dengan
perencanaan pengobatan yang sesuai untuk pasien. 13
Beberapa alat ukur telah digunakan untuk menilai kualitas hidup pada pasien
psoriasis. Dermatology Life Quality Indexmerupakan salah satu instrumen yang
menilai kualitas hidup yang spesifik dalam dermatologi yang dirancang oleh
Finlay AY dan paling luas digunakan. Pengukuran yang spesifik dalam
dermatologi ini digunakan untuk membandingkan dampak berbagai penyakit kulit
dan pengukuran perubahan sebelum dan setelah intervensi pada penyakit kulit.
Skor Psoriasis Area and Severity Index (PASI) merupakan kriteria
pengukuran derajat keparahan atau perbaikan klinis yang paling sering digunakan
pada psoriasis, pada uji klinis. Metode ini praktis dan cepat, namun memiliki
variabilitas yang tinggi. Metode ini pertama kali diperkenalkan oleh Fredriksson
dan Pettersson (1978), sebagai hasil pengukuran dalam percobaan klinis pada
retinoid oral.
14
Beberapa penelitian menyatakan bahwa pasien psoriasis dapat memberikan
dampak negatif terhadap kualitas hidupnya yang meliputi aspek fisik,
psikologis dan psikososial, dengan menggunakan alat ukur yang berbeda. 15-19
1 Pada
suatu survei National Psoriasis Foundation (NPF) tahun 1998 di Amerika,
dijumpai hampir 79% pasien psoriasis percaya bahwa psoriasis dengan derajat
sedang sampai berat memiliki dampak negatif terhadap kualitas hidupnya, dengan
adanya perubahan dalam kegiatan sehari-hari.
Rapp dkk. menyatakan pasien psoriasis yang mengalami gangguan fungsi fisik
dan mental adalah sama dengan penderita pada penyakit gangguan sistemik
lainnya seperti kanker, artritis, penyakit jantung, hipertensi, diabetes dan depresi,
seperti yang sebelumnya telah dikemukakan oleh Finlay. 4,14,20
Krueger dkk. menyatakan pasien psoriasis yang umurnya lebih muda memiliki
beban psikologis yang lebih tinggi dibandingkan pada umur tua. Penelitian yang
serupa di Eropa menyatakan pasien yang sudah menikah dan berumur lebih tua
menunjukkan sedikit penurunan kualitas hidup dibandingkan dengan penderita
umur muda dan tinggal sendirian.
Penelitian yang dilakukan oleh Schmid-Ott dkk. di Jerman, dari 3753 peserta,
ditemukan 47% dari pasien lebih sering menganti pakaian, 44% lebih sering
mandi dari biasanya, 35% merasa terganggu dengan aktivitas olahraganya, 29%
dijumpai masalah ketika berada di penata rambut, 21% masalah yang timbulkan
pada tempat pemandian umum, dan 23% mempengaruhi kehidupan seksual
pasien.
22
Pearce menyatakan pasien psoriasis mengalami dampak negatif yang
signifikan terhadap aspek fisik dan psikologis di lingkungan tempat kerja, yang
diukur dengan menggunakan skala yang telah divalidasi mencakup Work
Productivity Assessment Index (WPAI), SF-8, Hospital Anxiety and Depression
(HADS) dan berdasarkan catatan medis yang lalu/riwayat psoriasis. 23
Gangguan dermatologis sering dikaitkan dengan ko-morbiditas gangguan
psikiatri seperti yang dikemukakan oleh Gupta dan Gupta sekitar 30% dari semua
pasien gangguan dermatologis mengalami gangguan psikiatri, dimana yang
paling sering adalah depresi.
24
25
Schmitt dan Ford, pada studi skrining 265 pasien
psoriasis dengan gejala depresi dijumpai 32% dari pasien dengan skrining positif
depresi.26 Penelitian yang dilakukan Picardi dkk. menyatakan pentingnya untuk
Penilaian kuantifikasi dampak psoriasis pada kualitas hidup, dan diikuti
dengan penilaian keparahan klinis, seperti telah dibuktikan pada beberapa
penelitian, dapat memberikan ukuran kemanjuran klinis dalam terapi
dermatologis, karena hal ini merupakan konsep yang penting dari keberhasilan
pengobatan psoriasis dalam memperbaiki secara keseluruhan morbiditas
psikologis dan psikososial yang terkait dengan penyakitnya.
Berdasarkan paparan diatas dapat disimpulkan bahwa psoriasis dapat
mempengaruhi kualitas hidup pasien dari berbagai aspek kehidupan baik secara
fisik, psikologis dan psikososial. Peneliti berminat melakukan penelitian
mengenai hubungan skor PASI dan kualitas hidup pasien psoriasis vulgaris, oleh
karena sejauh ini penelitian mengenai hal tersebut belum pernah dilaksanakan di
RSUP. Haji Adam Malik Medan .
8
1.2 Rumusan Masalah
Apakah terdapat hubungan skor PASI dan kualitas hidup pasien psoriasis
vulgaris?
1.3 Hipotesis
Terdapat hubungan skor PASI dan kualitas hidup pasien psoriasis vulgaris.
1.4 Tujuan Penelitian
1.4.1 Tujuan umum :
Untuk menilai hubungan skor PASI dan kualitas hidup pasien psoriasis
1.4.2 Tujuan khusus:
a. Mengetahui karakteristik demografi pasien psoriasis vulgaris berdasarkan
jenis kelamin, umur, status pekerjaan, status pernikahan, durasi penyakit,
keluhan pasien dan lokasi lesi.
b. Mengetahui kualitas hidup pasien psoriasis vulgaris berdasarkan skor
DLQI
c. Menilai hubungan kualitas hidup pasien psoriasis vulgaris berdasarkan
jenis kelamin, umur, status pekerjaan, status pernikahan, durasi penyakit,
keluhan gatal dan lokasi lesi.
1.5 Manfaat Penelitian
1.5.1 Dalam bidang akademik/ilmiah:
Membuka wawasan mengenai skor PASI dan dampak negatif yang
signifikan terhadap kualitas hidup pasien psoriasis vulgaris.
1.5.2 Untuk dokter :
Hasil penelitian ini diharapkan dapat membuka wawasan dokter, dalam
memberikan pelayanan kesehatan pada pasien psoriasis, supaya tidak
hanya memberikan pengobatan saja, namun juga harus melakukan
pendekatan multidimensi yang mencakup aspek fisik, psikologis dan
psikosial untuk meningkatkan kualitas hidup pasien agar memperoleh hasil
yang maksimal
1.5.3 Dalam pengembangan penelitian:
Hasil penelitian ini dapat menjadi landasan bagi penelitian selanjutnya
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.I Psoriasis
2.1.1 Definisi
Psoriasis ditandai dengan adanya hiperkeratosis dan penebalan lapisan epidermis
yang diikuti dengan peningkatan vaskularisasi dan infiltrasi sel radang ke dermis,
akibat proses tersebut maka tampak skuama, eritema dan indurasi.7 Penyakit ini
tidak menular atau mengancam jiwa, namun pada hakekatnya mempengaruhi
Health-Related Quality of Life (HRQoL) dan memiliki dampak negatif , fisik,
psikologis dan psikososial.7,28
2.1.2 Epidemiologi
Psoriasis dapat terjadi secara universal, namun prevalensinya bervariasi
tergantung pada etnis dan demografis. Di Eropa kejadian tertinggi di Denmark
(2.9 persen) dan Pulau Faeroe (2.8 persen), dengan rata-rata untuk seluruh Eropa
Utara adalah 2 persen.4Di Amerika Serikat, prevalensinya sekitar 2,2 persen
hingga 2,6 persen dengan rata-rata 150.000 kasus baru yang terdiagnosis setiap
tahunnya. Di Jepang insidensinya sangat rendah (0,4 persen). Namun pada suku
Aborigin Australia dan Indian yang berasal dari Amerika Selatan psoriasis tidak
ditemukan.
Insidensi psoriasis pada Laki-laki dan perempuan adalah sama, walaupun
dalam beberapa studi dijumpai adanya deviasi yang minor. Beberapa studi telah
universal. Tidak ada bukti adanya perbedaan morfologi psoriasis antara laki-laki
dan perempuan.
Psoriasis dapat mengenai semua tingkatan usia. Namun yang paling sering
timbul untuk pertama kalinya pada usia antara 15-30 tahun dan jarang dijumpai
pada usia dibawah 10 tahun. 2,6
2,6
Penyakit ini cendrung menunjukkan manifestasi
lebih awal pada pasien dengan riwayat keluarga yang menderita psoriasis.29
2.1.3 Etiologi dan Patogenesis Psoriasis
Etiopatogenesis psoriasis secara pasti belum diketahui, namun teori yang ada
mengemukakan psoriasis merupakan penyakit autoimun yang ditandai adanya
proliferasi epidermal dan pembuluh kapiler akibat pelepasan sitokin oleh
limfosit.2,3 Adanya mekanisme genetik, metabolik dan imunologis yang
dikombinasikan dengan faktor-faktor lingkungan lainnya seperti stres, trauma,
obesitas, infeksi, hormonal, alkohol, merokok, atau obat-obatan.
Pasien psoriasis seringdikaitkan dengan keterlibatan keluarga. Pada kembar
identik memiliki tingkat kesesuaian 56-70% dalam studi yang berbeda, namun
kedua faktor genetik dan lingkungan mempunyai pengaruh. Bukti lebih lanjut
yang mendasari genetik memiliki hubungan yang kuat antara psoriasis dengan
Human leucocyte antigen (HLA)-Cw6. Namun dengan HLA B13, B17 dan DR7
memiliki hubungan yang lemah. Hubungan HLA dengan riwayat keluarga yang
menderita psoriasis lebih sering terjadi sebelum usia 40 tahun.
6,30,31
Beberapa faktor lingkungan berperan dalam patogenesis psoriasis. Meskipun
hanya sebagian dari faktor tersebut yang tampaknya dapat memicu penyakit,
ini. Peran dari faktor lingkungan pada psoriasis yang mungkin paling menentukan
melalui kesesuaian penyakit yang tidak sempurna dalam kembar monozigot.
Beberapa pasien psoriasis mengemukakan stres bisa menimbulkan flare atau
serangan pada penyakit ini.
1,3
1,3,6
Stres dapat dipicu oleh keadaan-keadaan yang
dialami pasien dalam menghadapi ujian, kecelakaan, kekerasan seks dan
kematian. Interval terjadinya stres sampai timbulnya flare berkisar antara 2 hari
sampai dengan 1 bulan.
Trauma pada kulit akan menginduksi psoriasis pada kulit yang non lesi.
Beberapa tipe cedera yang berbeda dapat menginduksi respon Koebnerpada
psoriasis yang berasal dari gesekan atau garukan pada kulit dan bahkan setelah
terjadinya sunburn. 6
Infeksi saluran pernafasan atas, terutama oleh streptokokus, berhubungan
dengan flare penyakit, terutama tipe psoriasis gutata. Infeksi HIV sering
memperburuk psoriasis. 6
Asupan rokok dan alkohol pada pasien psoriasis lebih tinggi daripada
populasi umum. Namun hal ini masih kontroversial, apakah karena rasa malu
akibat psoriasis sehingga mengarah pada kebiasaan mengkonsumsi rokok dan
alkohol, atau karena rokok dan alkohol dapat memicu atau memperburuk
penyakit. Mungkin kedua hal tersebut dapat saja terjadi. 3,6
Faktor lainnya yang dapat mempengaruhi psoriasis adalah obat-obatan seperti
lithium, β-blocker, kloroquin, anti inflamasi non steriod, angiotensin-converting
enzyme inhibitors (ACEI)dan gemfibrozil, interferon α dan ϒ serta imiquimod.
Namun mekanisme yang dapat menyebabkan eksaserbasi belum diketahui, tetapi
pada beberapa pasien tidak memberikan efek terhadap penyakitnya. 3,6
kontrasepsi memperburuk penyakit pada beberapa pasien dan membaik pada
pasien yang lain.3
2.1.4 Gejala Klinis
Psoriasis merupakan penyakit eritropapuloskuamosa dengan gambaran
morfologi, distribusi serta derajat keparahan penyakit yang bervariasi. Lesi klasik
psoriasis biasa berupa plak berwarna kemerahan berbatas tegas dengan skuama
tebal berlapis yang berwarna keputihan pada permukaan lesi.1-3Ukuran plak dapat
bervariasi dari beberapa milimeter sampai mengenai sebagian besar badan atau
anggota gerak. Kulit yang terkena biasanya berbatas tegas, sehingga mudah
dibedakan dengan penyakit kulit lainnya. Permukaan plak biasanya berskuama,
dan dengan garukan yang lembut akan menyebabkan skuama terangkat sehingga
tampak adanya bintik-bintik perdarahan yang dikenal sebagai tanda Auspitz.
Pengoresan skuama dengan menggunakan pinggir gelas objek akan menyebabkan
terjadinya perubahan warna lebih putih seperti tetesan lilin.
Fenomena Koebner pada psoriasis dapat terjadi karena diinduksi oleh trauma
(luka bedah atau garukan buatan, abrasi atau luka bakar) yang terjadi pada daerah
yang non lesi, ini merupakan gambaran diagnostik yang membantu, namun tidak
dijumpai pada semua pasien.
2
3
Reaksi Koebner biasanya terjadi 7-14 hari setelah
trauma.6 Fenomena Koebner tidak spesifik untuk psoriasis akan tetapi dapat
membantu dalam menegakkan diagnosis.
Aktivitas psoriasis berfluktuasi berubah berdasarkan skala waktu bulan atau
yang lainnya. Remisi yang lama dapat terjadi secara spontan atau mungkin
disebabkan oleh pengobatan.
Selain dari presentasi klasik yang dipaparkan diatas terdapat beberapa tipe
klinis psoriasis.
3
2
Psoriasis vulgaris merupakan gambaran paling sering dijumpai
sekitar 90 persen penderita, ditandai lesi dengan skuama berwarna keputihan,
plak kemerahan berbentuk oval atau bulat, berbatas tegas dengan distribusi yang
simetris.
Psoriasis dapat mengenai semua bagian kulit, namun lokasi yang paling
sering adalah pada kulit kepala, badan, siku, lutut, betis, umbilikus, sakrum dan
genitalia. 2,7
2,3
Selain psoriasis vulgaris, bentuk lain psoriasis yang dijumpai adalah
psoriasis gutata (eruptif), psoriasis pustular, psoriasis linier, psoriasis inversa
(fleksura), psoriasis didaerah mukosa, psoriasis kuku, psoriasis artritis, dan
psoriasis eritroderma.2,3,7
2.1.5 Diagnosis
Diagnosis psoriasis ditegakkan berdasarkan anamnesis dan gambaran klinis
lesi pada kulit. Namun pada kasus-kasus tertentu dibutuhkan pemeriksaan
penunjang seperti pemeriksaan laboratorium darah dan biopsi histopatologi.
Pemeriksaan penunjang yang paling sering dilakukan untuk mengkonfirmasi
suatu psoriasis ialah biopsi kulit dengan menggunakan pewarnaan
hematoksilin-eosin. Pada umumnya tampak penebalan epidermis atau akantolisis serta elogasi
rete ridges. Dapat terjadi diferensiasi keratinosit yang ditandai dengan hilangnya
stratum granulosum. Stratum korneum juga mengalami penebalan dan terdapat
neutrofil dan limfosit yang bermigrasi dari dermis. Sekumpulan neutrofil dapat
membentuk mikroabses Munro. Pada dermis akan tampak tanda-tanda inflamasi
seperti hipervaskularisasi dan dilatasi serta edema papila dermis. Infiltrat dermis
terdiri dari neutrofil, makrofag, limfosit dan sel mast.2
2.1.6 Pengukuran Derajat Keparahan Psoriasis (skor PASI)
Lesi pada psoriasis biasanya cukup jelas secara klinis sehingga relatif lebih
mudah untuk melakukan kuantifikasi. Namun sayangnya kuantifikasi sederhana
pada lesi bukan merupakan suatu penilaian yang lengkap pada derajat keparahan,
sebab dampak lesi psoriasis berbeda pada pasien yang satu dengan lainnya.
Konsensus American Academy of Dermatology menyatakan bahwa setiap
penentuan keparahan psoriasis membutuhkan perhatian khusus karena
pengaruhnya terhadap kualitas hidup pasien.
32
33
Salah satu tehnik yang digunakan
untuk mengukur derajat keparahan psoriasis yaitu dengan menggunakan skor
PASI ( Psoriasis Area and Severity Index).
Skor PASI merupakan kriteria pengukuran derajat keparahan atau perbaikan
klinis yang paling sering digunakan pada psoriasis. Walaupun tampaknya ini
merupakan hal yang mudah, tetapi pada kenyataannya banyak menimbulkan
kesulitan, sehingga diperlukan pengukuran yang objektif, valid, konsisten dan
terpercaya.
33,34
Psoriasis Area and Severity Index berupa suatu rumus kompleks yang
diperkenalkan pertama kali pada studi penggunaan retinoid pada tahun 1978.
PASI menggabungkan elemen pada presentasi klinis yang tampak pada kulit
dinilai secara terpisah menggunakan skala 0-4 untuk setiap bagian tubuh: kepala,
badan, ekstremitas atas dan ekstremitas bawah.
Penilaian dari masing-masing ke-3 elemen tersebut kemudian dijumlahkan,
selanjutnya hasil penjumlahan masing-masing area tubuh dikalikan dengan faktor
koreksi yang terdapat pada tiap area tubuh (0,1 untuk kepala, 0,2 untuk
ekstremitas atas, 0,3 untuk tubuh, dan 0,4 untuk ekstremitas bawah). Nilai yang
didapat dikalikan dengan skor 0-6 yang menggambarkan luas area tubuh yang
terlibat, sehingga didapatkan nilai total keseluruhannya. 33
Skor PASI merupakan suatu sistem penilaian yang digunakan untuk tujuan
penelitian. Pada uji klinis, persentase perubahan pada PASI dapat digunakan
sebagai titik akhir penilaian terapi psoriasis. The United States Food and
DrugAdministration (FDA)menggunakan 75% perbaikan pada skor PASI
sebagai penilaian respon terapi pada pasien psoriasis. 33
Ada beberapa kesulitan dalam penggunaan skor PASI diantaranya; kesulitan
dalam menentukan skor serta kurangnya korelasi dengan hasil akhir yang
dilaporkan oleh pasien sendiri. Pengukuran luas permukaan tubuh bersifat tidak
konsisten diantara para peneliti, sehingga menyebabkan variabilitas inter
observer yang signifikan. Hal terpenting lainnya, skor PASI tidak secara jelas
memperkirakan dampak dari penyakit terhadap pasien. 32
Sehingga ada beberapa variasi dari PASI yang telah dikembangkan untuk
memperbaiki kelemahan ini serta untuk mengurangi waktu dan usaha yang
diperlukan dalam melakukan penilaian. Salah satu variasi yang menarik adalah
meminta penderita melakukan PASI modifikasi terhadap dirinya sendiri.
korelasi yang baik dengan PASI serta responsif terhadap terapi. SAPASI
khususnya memberikan manfaat pada studi epidemiologi berskala besar dimana
penilaian oleh dokter terhadap semua pasien dianggap tidak praktis.33,34
2.2 Kualitas Hidup Pasien Psoriasis
2.2.1 Definisi
Kualitas hidup merupakan suatu konsep yang dinilai dari berbagai aspek dan
informasi tentang kesehatan fisik, sosial dan psikologis yang merupakan perluasan
dan perkembangan dari pandangan tentang kesehatan WHO, dimana sehat tidak
hanya bebas dari penyakit, tetapi induvidu juga harus mampu menjalani hidup
secara produktif dan dapat menikmatinya.
Kualitas hidup seseorang meliputi faktor-faktor seperti kesehatan fisik,
fungsional, emosional, dan intelektual, kerja, keluarga, teman dan lain-lain.
Beberapa peneliti membedakannya menjadi dua faktor utama yaitu: faktor
objektif dan faktor subjektif yang mempengaruhi kualitas hidup. Faktor objektif
berkenaan dengan diagnosis medis/psikologis, hasil tes laboratorium dan indikator
dari status sosial-ekonomi, sedangkan faktor subjektif meliputi penafsiran diri
terhadap kondisi fisik, mental, situasi sosial dan hubungan personal. 10
7
2.2.2 Pengukuran Kualitas hidup Pasien psoriasis berdasarkan DLQI
Pengukuran kualitas hidup tidak seperti halnya dalam mengukur standar
hidup, karena kualitas hidup bukan merupakan benda yang nyata, dengan
memerlukan suatu penafsiran multidimensi yang meliputi faktor fisik, psikososial,
psikologis, dan emosional.
Manfaat pengukuran kualitas hidup secara umum memungkinkan untuk
membandingkan efek mayor dari penyakit kulit dengan penyakit yang tidak
melibatkan kulit. Dalam praktek klinis rutin, klinisi dapat membuat penafsiran
mengenai besarnya pengaruh penyakit kulit tersebut pada kehidupan pasien. 35
Kualitas hidup dapat dinilai dengan mengunakan berbagai jenis alat ukur yang
tersedia. Dermatology Life Quality Index merupakan salah satu instrumen
digunakan untuk menilai kualitas hidup yang spesifik dalam dermatologi dan
paling luas digunakan, Kuisioner DLQI dalam dermatologi ini dirancang oleh
Finlay AY untuk digunakan pada pasien dewasa, yang berumur diatas 16 tahun.
Kuisioner ini mudah dimengerti dan dapat langsung diberikan kepada pasien
untuk diisi tanpa penjelasan lebih lanjut. Kuisioner ini biasanya diselesaikan
dalam waktu 1 atau 2 menit.
35
Dermatology Life Quality Index telah digunakan pada 33 kondisi penyakit kulit
yang berbeda di 32 negara dan telah diterjemahkan dalam 55 bahasa. Kuisioner
DLQI ini terdiri dari 10 pertanyaan, yang mencakup; gejala dan perasaan,
aktivitas sehari-hari, aktivitas diwaktu luang, aktivitas sewaktu bekerja atau
sekolah, hubungan personal dan pengobatan. 14
Kuisioner DLQI ini dapat digunakan pada klinis rutin yang membantu proses
konsultasi klinis, evaluasi dan keputusan klinis. Pengetahuan mengenai skor
DLQI pada pasien sangat membantu dalam menginformasikan klinisi pada saat
pengambilan keputusan penting dalam penanganan. Skor DLQI diatas 10
terhadap pasien, sedangkan skor diatas 20 menunjukkan efek yang sangat besar
pengaruhnya terhadap kehidupan pasien, sehingga diperlukan suatu intervensi
yang intensif.39
2.2.3 Skor PASI (derajat keparahan psoriasis) dan Kualitas Hidup
Derajat keparahan psoriasis dapat dijabarkan sebagai penilaian subjektif atau
objektif dari aspek fisik penyakit, gejala, pengukuran dampak penyakit pada
pasien dan klasifikasi riwayat lamanya penyakit dan responnya terhadap terapi.
Berdasarkan tinjauan baru-baru ini mendefinisikan derajat keparahan psoriasis
baik ringan, sedang dan berat, maka disimpulkan bahwa untuk menilai tingkat
keparahan psoriasis tidak cukup dengan menilai BSA (basal surface area) tapi
standar kualitas hidup akan menjadi cara yang lebih baik untuk mendefinisikan
derajat keparahan psoriasis. Pandangan ini telah dikonfirmasi pada suatu studi
yang mengungkapkan tidak ada hubungan antara kualitas hidup dan keterlibatan
lokasi lesi secara keseluruhan, meskipun ada korelasi yang signifikan antara
kualitas hidup dan keterlibatan lokasi lesi yang dapat lihat.
31
Psoriasis umumnya tidak mempengaruhi kelangsungan hidup, namun
memiliki dampak negatif pada pasien yang dibuktikan dengan penurunan yang
signifikan terhadap kualitas hidup. Penurunan kualitas hidup telah dikemukakan
oleh Finlay, dimana pasien psoriasis mengalami penurunan dalam kualitas
hidupnya, sama halnya dengan atau lebih buruk dibandingkan pasien dengan
penyakit kronis lainnya, seperti jantung iskemik dan diabetes. Sehingga dengan
sendirinya akan berkonstribusi pada ketidakmampuan sehari-hari yang pada
akhirnya dapat terjadi depresi dan bunuh diri.
40
Krueger mendefinisikan kualitas hidup berdasarkan keparahan psoriasis, dimana
salah satunya menyatakan bahwa penyakit ini dapat mengubah kualitas hidup
pasien. Namun, sejauh mana kualitas hidup yang diharapkan harus diubah tidak
dikemukakan.41
2.2.4 Terapi dan Kualitas Hidup
Psoriasis dapat diterapi dengan berbagai macam obat topikal, obat sistemik atau
foto (kemo) terapi.42 Agen yang tersedia dan pemberian jangka panjang dari agen
sistemik atau fototerapi tidak dapat menyembuhkan psoriasis hal ini terkait
dengan efek toksisitasnya.42 Semua intervensi hanya difokuskan pada keringanan
sementara dari beban psoriasis dan peningkatan status kesehatan yang dikaitkan
dengan kualitas hidup (HRQoL).
Kualitas hidup (HRQoL) sebanding dengan kondisi medis utama yang lain
ditengah ketidakpuasan pengobatan dengan terapi anti psoriasis yang ada. Adanya
kelompok baru pengobatan sistemik secara kolektif yang disebut terapi biologis
baru yang membawa harapan baru bagi pasien dan dokter. 43
Dalam suatu konsensus terapi psoriasis American Academy of Dermatology,
menyimpulkan “keputusan pengobatan harus mencakup pertimbangan kualitas
hidup dalam memilih terapi yang optimal’’. Namun, sangat sedikit yang diketahui
tentang hubungan saat ini antara pengambilan keputusan klinis pada psoriasis dan
skor kualitas hidup.
44
Pada psoriasis pengukuran fisik keparahan penyakit seperti keterlibatan BSA
atau skor PASI tidak selalu sesuai dengan dampak psoriasis pada HRQOL, oleh
penyakit sewaktu mengambil keputusan atas pengobatan psoriasis dan ketika
menilai hasil dari keputusan yang diambil tersebut.
Terapi psoriasis dibutuhkan untuk memperbaiki kesehatan pasien dan
kemampuan untuk melakukan fungsi serta memperbaiki gejala fisik dari penyakit
kronis yang dimediasi oleh sistem imun.
44
Hasil pengukuran baru yang mengabungkan, penilaian efikasi dan keamanan
pengobatan psoriasis dikenal “safe psoriasis control”, melalui penilaian
multidimensi pada penyakit seperti perbaikkan kualitas hidup, keamanan data,
yang pada akhirnya menunjukkan proporsi pasien yang mendapat pengobatan
tanpa efek samping utama.
43
Kualitas hidup merupakan ukuran penting dalam penilaian lesi kulit dengan
baik yang mengkaji efek dari penyakit yang tidak mengancam jiwa seperti
psoriasis.
43
2.3 Kerangka teori
Dampak fisik, psikologis dan psikososial yang berbeda pada pasien
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.I Desain Penelitian
Desain penelitian ini merupakan studi rancangan cross sectional study yang
bersifat analitik observasional.
3.2 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan April 2014 sampai bulan Juni 2014,
bertempat di Poliklinik Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUP. H. Adam Malik
Medan.
3.3 Populasi dan Sampel Penelitian
3.3.1 Populasi target
Pasien psoriasis vulgaris.
3.3.2 Populasi terjangkau
Pasien psoriasis vulgaris yang berobat ke Poliklinik Ilmu Kesehatan
Kulit dan Kelamin RSUP. H. Adam Malik Medan sejak April
2014 sampai bulan Juni 2014.
3.3.3 Sampel
Pasien psoriasis vulgaris yang berobat ke Polikilinik Ilmu Kesehatan
Kulit dan Kelamin RSUP. H. Adam Malik Medan mulai bulan April
2014 sampai bulan Juni 2014 yang memenuhi kriteria inklusi dan
3.4 Besar Sampel
Untuk menghitung besarnya sampel penelitian, maka digunakan rumus sebagai
berikut:
Rumus :n = Jumlah sampel = � ��+��
0,5���(1+�)
(1−�)�
�
2
+ 3
Kesalahan tipe I(α) = 5 %, hipotesis dua arah, maka Zα= 1,96
Kesalahan tipe II (β) = 20 %, maka Zβ = 0,842
*r = Koefisien korelasi = 0,598
* Nilai r diambil dari kepustakaan no. 8
Maka: n = 1,96+0,842 2
0,5 ln [(1 + 0,598)/ (1 - 0,598)]
+ 3
= 19,5 ≈ 20 orang
Besar sampel pasienpsoriasis yang diikutsertakan dalam penelitian ini sebanyak30 orang.
3.5 Cara Pengambilan Sampel Penelitian
Cara pengambilan sampel penelitian dilakukan dengan metode consecutive
sampling sampai jumlah sampel terpenuhi.
3.6 Identifikasi Variabel
3.6.1 Variabel bebas : Skor PASI
3.7 Kriteria Inklusi dan Eksklusi
3.7.1 Kriteria inklusi :
a. Pasien yang didiagnosis secara anamnesis dan klinis sebagai
psoriasis vulgaris
b. Umur diatas 16 tahun
c. Bersedia ikut dalam penelitian dan menandatangani informed
consent
3.7.2 Kriteria eksklusi :
a. Wanita hamil dan menyusui
b. Pasien psoriasis yang menderita penyakit kulit kronis lain
(dermatitis atopi, vitiligo, kanker kulit dan urtikaria).
c. Pasien psoriasis yang menderita penyakit lain ( kanker, artritis,
hipertensi, jantung koroner dan diabetes melitus)
d. Pasien psoriasis yang menderita gangguan psikiatri (ansietas dan
depresi.
3.8 Alat dan Bahan serta Cara Kerja
3.8.1Alat dan Bahan
a. Formulir informasi penelitian.
b. Persetujuan mengikuti penelitian.
c. Status penelitian.
3.8.2 Cara Kerja
a. Pensahihan terjermahan kuisioner DLQI asli dalam versi bahasa
Inggris ke dalam versi bahasa Indonesia.
b. Pengujian validitas dan reabilitas kuisioner DLQI:
Kuisioner DLQI yang telah diterjermahkan ke dalam versi bahasa
Indonesia ini, kemudian diuji cobakan kepada 10 orang pasien
psoriasis vulgaris. Pasien psoriasis vulgaris yang telah mengikuti
pengujian ini, tidak diikut sertakan lagi sebagai sampel dalam
penelitian ini. Setelah pengisian kuisioner DLQI oleh 10 orang
pasien psoriasis vulgaris ini, maka dilakukan pengujian
validitas dan reabilitas kuisioner DLQI tersebut.
1. Uji validitas
Uji validitas bertujuan untuk mengetahui sejauh mana suatu
ukuran atau nilai, yang menunjukkan tingkat kehandalan
atau kesahihan suatu alat ukur dengan cara mengukur
korelasi antar variabel atau item dengan skor total variabel
pada analisis reability dengan melihat nilai correlation
corrected item.
2. Uji Reabilitas
Reabilitas data merupakan indeks yang menunjukkan sejauh
mana suatu alat ukur dapat menunjukkan ketepatan dan
dapat dipercaya dengan menggunakan metode α Cronbach’s,
yaitu menganalisis alat ukur dari satu kali pengukuran.
responden terhadap pertanyaan tersebut adalah konsisten
atau stabil dari waktu ke waktu.
Nilai α Cronbach, 0,909 (> 0,07) yang diperoleh dari hasil uji
validitas dan reabilitas pada kuisioner DLQI ini menunjukkan
bahwa kuisioner ini sudah valid.
c. Pengisian persetujuan setelah penjelasan (Informed consent) oleh
pasien.
d. Pencatatan data dasar :
Pencatatan data dasar dilakukan oleh peneliti di Poliklinik Ilmu
KesehatanKulit dan Kelamin RSUP H. Adam Malik Medan.
Pencatatan data dasar meliputi identitas pasien, anamnesis,
pemeriksaan fisik, pemeriksaaan dermatologi.
e. Diagnosis klinis ditegakkan oleh peneliti bersama dengan
pembimbing di Poliklinik Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin
RSUP H. Adam Malik Medan.
f. Penentuan skor PASI.
Cara menentukan skor PASI :
Tubuh pasien dibagi atas 4 area yaitu: kepala dan leher,
ekstremitas badan dan ekstremitas bawah. Diberi skor 0-4 untuk
tingkat eritema, ketebalan lesi dan skuama, dimana skor 0 = tidak
ada; 1 = ringan; 2= sedang; 3 = berat; 4 = sangat berat.
Dijumlahkan pada setiap area sehingga diperoleh nilai A1 untuk
kepala, A2 untuk ekstremitas atas, A3 untuk badan, A4 untuk
B2, A3 dengan 0,3 untuk mendapatkan nilai B3, A4 dengan 0,4
untuk mendapatkan nilai B4. Kemudian dikalikan dengan skor
0-6 yang menggambarkan luas area tubuh yang terlibat, dengan
nilai (0= 0%; 1= < 10% ; 2= 10 - < 30%; 3= 30 - < 50%; 4= 50 - <
70%; 5= 70 - < 90%; 6= 90 – 100%). Sehingga didapatkan nilai
C1,C2,C3,C4. Skor PASI adalah total nilai C1+C2+C3+C4
h. Pengisian kuesioner DLQI oleh pasien
Pasien psoriasis vulgaris melakukan pengisian kuisioner untuk
menilai kualitas hidup penderita berdasarkan DLQI terdiri dari 10
pertanyaan yang mencakup, gejala dan perasaan, aktivitas
sehari-hari, aktivitas diwaktu luang, aktivitas sewaktu bekerja atau
sekolah, hubungan personal, dan pengobatan.
i. Penilaian kuesioner DLQI oleh peneliti
Skor DLQI dari setiap pertanyaan yang dijawab adalah: skor 3=
sangat banyak; skor 2= banyak; skor 1= sedikit; dan skor 0= tidak
ada, atau bila pertanyaan tidak dijawab, dan tidak relevan, untuk
pertanyaan nomor 7 bila menghalangi bekerja atau belajar maka
skornya 3, sehingga diperoleh skor seluruhnya berkisar 0-30.
Semua pertanyaan ini dikaitkan dengan pengaruhnya terhadap
kehidupan pasien. Semakin tinggi skornya, maka semakin besar
berpengaruh terhadap kehidupan pasien, dengan demikian kualitas
3.9Definisi Operasional
3.9.1 Psoriasis vulgaris:
Penyakit peradangan kulit yang bersifat kronik residif, yang
diperantarai sistem imun dengan karakteristik plak eritematosa
yangditutupiskuama tebal berwarna putih keperakandengan
predileksi pada daerah kulitkepala, garis perbatasan kepala dan
rambut, ekstremitas ekstensor, batang tubuh dan lumbosakral
disertai hasil pemeriksaan fenomena tetesan lilin dan tanda
Auspitz yang menunjukkan hasil positif.
a. Pemeriksaan fenomena tetesan lilin : skuama yang
digores dengan pinggir kaca objek secara perlahan akan
membentuk garis berwarna putih seperti tetesan lilin.
b. Tanda Auspitz : skuama yang diangkat dengan
menggunakan ujung gelas objek menimbulkan
bintik-bintik perdarahan.
3.9.2 Skor Psoriasis Area and severity Index (PASI) :
Merupakan salah satu metode yang digunakan untuk menilai
derajat keparahan psoriasis berdasarkan eritema, ketebalan lesi,
skuama, serta area dan luas tubuh yang terlibat.
3.9.3 Kualitas hidup (QoL):
Reaksi pasien terhadap kondisi kesehatannya serta aspek
non-medis kehidupannya, dimana sehat tidak hanya bebas dari
penyakit, tetapi individu juga mampu menjalani hidup secara
3.9.4 Dermatology life quality Index (DLQI)
Merupakan salah satu instrumen yang digunakan untuk menilai
kualitas hidup pada pasien psoriasis. DLQI terdiri dari 10 butir,
dimana jawaban kuisioner diberikan dalam 4 skala penilaian yaitu
skor 0= tidak ada; atau bila pertanyaan tidak dijawab, dan tidak
relevan, skor 1= sedikit; skor 2= banyak; dan skor 3= sangat banyak.
Untuk pertanyaan nomor 7 bila menghalangi bekerja atau belajar
maka skornya 3. DLQI ini mencakup atas 6 subskala penilaian yaitu
gejala dan perasaan, aktivitas sehari-hari, waktu luang, kerja dan
sekolah, hubungan personal dan pengobatan.
3.9.5 Interpretasi kualitas hidup berdasarkan nilai DLQI
Nilai DLQI yang diperoleh berkisar 0-30, dengan interpretasi hasil
penilaian adalah;
a. 0-1 = tidak berpengaruh terhadap kehidupan pasien
b. 2-5 = sedikit berpengaruh terhadap kehidupan pasien
c. 6-10 = berpengaruh sedang terhadap kehidupan pasien
d. 11-20 = sangat berpengaruh terhadap kehidupan pasien
e. 21-30 = amat sangat berpengaruh terhadap kehidupan pasien
3.9.6 Umur
Umur subjek penelitian adalah diatas 16 tahun. Umur dihitung
berdasarkan tanggal lahir, sampai subjek terlibat dalam penelitian,
apabila lebih dari 6 bulan, umur dibulatkan keatas dan apabila
3.9.7 Pekerjaan
Kegiatan atau tugas yang dilakukan sehari-hari untuk mencari
nafkah/uang untuk membiayai kebutuhan hidup yang dipastikan dari
KTP atau data diri lainnya.
3.9.8 Status Pernikahan
Merupakan status pernikahan yang diakui oleh subjek penelitian
berdasarkan anamnesis dan dipastikan dari KTP atau data diri lainnya.
3.9.9 Durasi Penyakit
Rentang waktu dari sejak subjek penelitian diketahui menderita
psoriasis vulgaris sampai dengan waktu penelitian. Pada penelitian
ini data diambil berdasarkan anamnesis.
3.9.10 Lokasi lesi
digolongkan berdasarkan daerah terbuka dan daerah tertutup, dimana
batasan daerah terbuka; wajah, kepala, serta daerah tangan dan kaki
bagian bawah. Daerah tertutup; badan, punggung serta tangan dan
kaki bagian atas.
3.9.11 Dermatitis atopi
Penyakit kulit kronis yang berhubungan dengan abnormalitas fungsi
barier kulit dan sensitisasi alergen. Diagnosis berdasrkan penemuan
klinis yang digambarkan oleh kriteria Hanifin dan Rajka.
3.9.12 Vitiligo
Penyakit kulit kronis dengan predisposisi multifaktorial yang
menyebabkan kehilangan melanosit epidermal. Penyebab pasti belum
neural dan mekanisme virus menyebabkan destruksi melanosit
epidermal. Ditandai oleh makula depigmentasi yang meluas secara
lambat, dan kejadian perkembangan lesi baru.
3.9.13 Penyakit keganasan
Penyakit yang ditandai dengan suatu kondisi dimana sel telah
kehilangan pengendalian dan mekanisme normalnya sehingga
mengalami pertumbuhan yang tidak normal, cepat, dan tidak
terkendali, dimana termasuk didalamnya adalah tumor-tumor ganas.
Jika ada kecurigaan dari anamnesis dirujuk ke bagian yang terkait.
3.9.14 Urtikaria
Penyakit kulit kronis dengan lesiu kulit urtika dan reaksi peradangan
berupa edema intrakutan lokalisata yang dikelilingi oleh area
kemerahan (eritema) yang gatal. Dapat disebabkan oleh obat-obatan,
makanan, berhubungan dengan mekanisme alergi yang tergantung
IgE, atau faktor-faktor metabolik.
3.9.15 Artritis
Penyakit autoimun yang mengakibatkan peradangan kronis pada
sendi, yang ditandai dengan radang pada membaran sinovial dan
struktur-struktur sendi serta atrofi otot dan penipisan tulang.
Umumnya menyerang sendi-sendi bagian jari, pergelangan tangan,
bahu, lutut dan kaki. Jika ada kecurigaan dari anamnesis maka akan
3.9.16 Hipertensi
Kondisi kronis dengan tekanan darah di arteri meningkat. Tekanan
darah tinggi terjadi bila terus-menerus berada pada 140/90 mmHg
atau lebih.
3.9.17 Penyakit jantung koroner
Penyakit yang disebabkan oleh penyempitan pembuluh darah kecil
yang mengalirkan darah dan oksigen ke jantung. Hal ini disebabkan
oleh pembentukkan plak di dinding arteri, dengan gejala berupa
nyeri dada, sesak nafas, dan mudah lelah setelah melakukan
aktivitas fisik. Jika ada kecurigaan dari anamnesis dirujuk ke
bagian kardiologi
3.9.18 Diabetes melitus
Kelainan metabolik dengan penyebab multifaktorial, dengan
simptom berupa hiperglikemia kronis disertai gangguan
metabolisme karbohidrat, lemak, protein, sebagai akibat dari
defisiensi sekresi hormon insulin, dan transporter glukosa, atau
keduanya. Ditandai dengan konsentrasi glukosa sewaktu
>200mg/dL atau glukosa plasma puasa ≥ 126 mg/dL atau tes
toleransi glukosa oral (TTGO) ≥ 200mg/dL dan diagnosis
ditegakkan oleh dokter spesialis penyakit dalam.
3.9.19 Ansietas
Suatu perasaan yang tidak menyenangkan, sensasi cemas, takut
dan kadang panik akan suatu bencana yang mengancam dan tidak
eksternal. Pasien dengan gangguan ansietas sering kali tidak
realistis atau tidak proporsional terhadap situasinya. Jika ada
kecurigaan dari anamnesis maka dirujuk ke bagian psikiatri.
3.9.20 Depresi
Gangguan mental umum yang ditandai dengan kesedihan,
kehilangan minat atau kesenangan, perasaan bersalah, kesulitan
berkonsentrasi, gangguan tidur, nafsu makan berubah dan energi
rendah. Masalah ini dapat menjadi kronis atau berulang dan
menyebabkan gangguan dalam kemampuan seseorang untuk
menjalani kehidupannya. Bila dijumpai adanya kecurigaan dari
3.10 Kerangka Operasional
Skor PASI
Pasien yang datang ke poliklinik Kulit dan Kelamin RSUP H. Adam Malik Medan
Anamnesis
Pemeriksaan klinis
Pemeriksaan dermatologis
Sampel Psoriasis vulgaris
Hubungan Kualitas hidup
BAB 4
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada penelitian ini subyek penelitian yang diikut sertakan adalah pasien
psoriasis vulgaris yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi sebanyak 30 orang
subyek. Tujuan Penelitian ini adalah untuk menilai hubungan antara skor PASI
dan kualitas hidup pasien psoriasis vulgaris.
Penelitian ini dilakukan di RSUP. H. Adam Malik Medan, dimulai dari bulan
April 2014 hingga bulan Juni 2014. Semua subyek penelitian telah dilakukan
anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan dermatologis dan penilaian skor PASI,
yang dilakukan pada hari yang sama.
4.1 Karakteristik Pasien Psoriasis Vulgaris
Karakteristik pasien psoriasis vulgaris berdasarkan jenis kelamin, umur,
pekerjaan, tingkat pendidikan, status pernikahan, durasi penyakit, keluhan pasien,
dan lokasi lesi disajikan dalam bentuk tabel frekuensi yang dapat dilihat pada
Tabel 4.1. Karakteristik Pasien Psoriasis Vulgaris (n=30)
Data karakteristik pasien psoriasis vulgaris disajikan pada tabel 4.1. Jumlah
sampel yang mengikuti penelitian adalah 30 pasien psoriasis vulgaris yang
memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi.
Berdasarkan jenis kelamin pasien psoriasis vulgaris lebih banyak dijumpai
Dogra melaporkan insidensi psoriasis diantara pasien penyakit kulit berkisar
antara 0,44 hingga 2,2% dengan insidensi keseluruhan 1,02%, diamana
perbandingan antara laki-laki dan perempuan adalah 2,41:1.45
Sinniah dkk. menyatakan bahwa dari total keseluruhan pasien 5607 pasien
yang diperiksa selama tiga tahun di RSU. Malaysia ditemukan 9,5% menderita
psoriasis vulgaris, dengan prevalensi lebih banyak pada laki-laki (11,6%) daripada
perempuan (7,2%).46
Psoriasis dapat mengenai semua tingkatan umur. Namun yang paling sering
timbul untuk pertama kalinya pada umur 15-30 tahun dan jarang ditemukan pada
umur dibawah 10 tahun.
Rentang umur pasien psoriasis vulgaris dalam penelitian ini didapatkan
berumur 18-78 tahun, dengan kelompok umur terbanyak dijumpai pada
kelompok umur 40-49 tahun (33,3%) dan diikuti dengan kelompok umur 30-39
tahun (23,3%).
2,6
Penyakit ini cendrung menunjukkan manifestasi lebih
awal pada pasien dengan riwayat keluarga yang menderita psoriasis.
Berdasarkan onset kejadian psoriasis dapat diklasifikasikan dalam dua tipe,
yaitu tipe I dan tipe II, dimana tipe I dimulai sebelum umur 40 tahun dan
berhubungan dengan HLA-Cw6 dan adanya riwayat keluarga sedangkan tipe II
dimulai setelah 40 tahun, tapi tidak berhubungan dengan HLA-Cw6, namun pada
kenyataannya tidak semua pasien sesuai berdasarkan klasifikasi ini. 29
Sinniah dkk. melaporkan pasien psoriasis vulgaris pada penelitian di
Malaysia dijumpai terbanyak pada kelompok umur 40-60 tahun (17,2%) dan
persentase lebih sedikit dijumpai pada kelompok umur yang lebih muda dan
kelompok umur lebih dari 60 tahun (8,1%).
2,47,48
Gelfand dkk. menunjukkan bahwa prevalensi psoriasis tinggi pada umur
muda dan secara perlahan meningkat pada umur 30-39 tahun. Psoriasis jarang
terjadi pada yang berUmur lebih muda dari 10 tahun dengan prevalensi 0,55%.
Coimbra dkk. melaporkan bahwa rata-rata onset umur terjadinya psoriasis
vulgaris adalah 33 tahun.
49
Chang dkk. melaporkan prevalensi psoriasis meningkat lebih cepat pada
pasien laki-laki yang berumur 30 tahun atau lebih dan mencapai puncaknya pada
umur 70 tahun atau lebih tanpa memandang jenis kelamin. 18
Status Pekerjaan pasien psoriasis vulgaris paling banyak dijumpai yang
bekerja sebanyak (66,6%). Pekerjaan pasien pada penelitian ini ditemukan cukup
beragam, yaitu PNS, pegawai swasta, dan wiraswasta, dan sebagian lain tidak
bekerja (mahasiswi, ibu rumah tangga, dan pensiunan TNI), sebanyak (33,3%). 50
Status pernikahan pasien psoriasis vulgaris, umumnya dijumpai yang sudah
menikah (83%) dan yang belum menikah (16,7%).
Durasi penyakit pada psoriasis terkait dengan peradangan kulit yang bersifat
kronis residif dan komorbiditas penyakit lain seperti gangguan kardiovaskuler,
depresi, hipertensi, diabetes, keganasan, sindroma metabolik dan psoriasis artritis
gangguan kejiwaan.
Durasi penyakit pasien psoriasis vulgaris, sebagian besar kelompok pasien
telah menderita psoriasis vulgaris selama 6-10 tahun dan diatas 10 tahun
masing-masing sebanyak (30,0%), persentase terendah dijumpai pada kelompok pasien
psoriasis vulgaris yang menderita kurang dari 1tahun (13,3%).
Keluhan/ gejala yang paling sering dialami oleh pasien psoriasis vulgaris
adalah rasa gatal mengenai sekitar (93,3%) diikuti dengan keluhan rasa nyeri
(26,7%), sedangkan keluhan yang paling sedikit panas (13,3%).
Voorhess menyatakan dari 936 pasien yang dirawat, mengeluhkan gatal 64%,
iritasi 60%, rasa terbakar 46%, kulit sensitif 39%, nyeri 26%, dan sering berdarah
pada kulit 25%.
Keluhan gatal telah diketahui mempunyai peranan penting dalam
memperburuk keadaan psoriasis. Gupta menyatakan terdapat hubungan antara
derajat gatal dengan depresi. 4
Lokasi lesi pada pasien psoriasis vulgaris umumnya banyak dijumpai pada
daerah terbuka (90,0%), sedangkan daerah tertutup (10%). 51
4.2 Kualitas Hidup Pasien Psoriasis Vulgaris
Kualitas hidup. pasien psoriasis vulgaris berdasarkan skor DLQI secara
umum dapat dilihat pada tabel dibawah ini
Tabel 4.2 Kualitas Hidup Pasien Psoriasis Vulgaris berdasarkan Skor DLQI
Skor DLQI Kualitas Hidup Frekuensi n(%)
0-1 2-5 6-10 11-20 21-30
Tidak berpengaruh terhadap kehidupan pasien Sedikit berpengaruh terhadapa kehidupan pasien Berpengaruh sedang terhadap kehidupan pasien Sangat berpengaruh terhadap kehidupan pasien Amat sangat berpengaruh terhadap kehidupan pasien
1(3,3%0
Tabel 4.2 diatas menunjukkan kualitas hidup pasien psoriasis vulgaris
berdasarkan skor DLQI didapatkan sebagian besar pasien psoriasis vulgaris